laporan kemajuan - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... ·...

24
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN MADYA MODEL PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN (KASUS SOLO GREEN CITY) Tahun ke I dari rencana 2 tahun Ketua/Anggota Tim Dra. Inna Prihartini,M.S NIDN Rita Noviani, S.Si. M.Sc. NIDN 0010107508 Pipit Wijayanti,S.Si.M.Sc NIDN 0003061176 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2013

Upload: lynguyet

Post on 09-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN MADYA

MODEL PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN

(KASUS SOLO GREEN CITY)

Tahun ke I dari rencana 2 tahun

Ketua/Anggota Tim

Dra. Inna Prihartini,M.S NIDN

Rita Noviani, S.Si. M.Sc. NIDN 0010107508

Pipit Wijayanti,S.Si.M.Sc NIDN 0003061176

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2013

Page 2: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Model Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Perkotaan (Kasus Solo Green City)

Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : Dra. Inna Prihartini, M.S

NIDN : 0010107508

Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Program Studi : Pendidikan Geografi

Nomor HP : 082134424444

Alamat surel (e-mail) : [email protected]

Anggota (1)

Nama Lengkap : Rita Noviani,S.Si.M.Sc

NIDN : 0010107508

Perguruan Tinggi : UNS

Anggota (2)

Nama Lengkap : Pipit Wijayanti, S.Si.M.Sc

NIDN : 0006117603

Perguruan Tinggi : UNS

Tahun Pelaksanaan : Tahun keI dari rencana 2 tahun

Biaya Tahun Berjalan : Rp. 45.000.000,-

Biaya Keseluruhan : Rp. 100,000.000,-

Surakarta, 9 september 2013

Mengetahui,

Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat

Prof. Dr. Ir. Darsono, MSi

NIP. 19660611 199103 1002

Ketua,

Dra. Inna Prihartini, M.S

195702071983032002

Page 3: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

RINGKASAN

Kota Solo yang mempunyai keinginan kuat untuk menjadi kota hijau

(green city). Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian penting dari struktur

pembentuk kota hijau. Perkembangan kehidupan perkotaan yang pesat

mengakibatkan berkurangnya lahan peruntukkan dan pemanfaatan RTH kota. Hal

tersebut secara langsung telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan

perkotaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pengembangan RTH

perkotaan, dengan rincian kegiatan mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan

serta menyusun tipologi RTH, fungsi dan manfaat RTH, potensi dan

permasalahan pengembangan RTH serta menyusun model spasial RTH perkotaan.

Penelitian dilakukan di Kota Solo dengan tiga pendekatan (1)

Morphological Approach, (2) Spatial Approach, dan (3) Policy Approach. Semua

pendekatan dilakukan dengan comparative perspective, yaitu membandingkan

tipologi RTH berdasarkan peruntukan fungsi ruang kota. Metode pengumpulan

dan analisis data meliputi : (1) Pemetaan dan Sistem Informasi Geografi (SIG),

(2) teknik grafis dan visual, (3) metode survey dan RRA (Rapid Rural Appraisal),

(4) Indepth interview dan (5) analisis statistik. Masing-masing metode digunakan

sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini selain memberi output solusi

pragmatis, juga menyusun asumsi-asumsi atau teori-teori tentang pembangunan

RTH, sehingga tidak terperangkap dalam jebakan teori barat yang seringkali jauh

dari realitas empiris Indonesia, serta kasus Kota Solo dapat diterapkan di kota-

kota lain di Indonesia.

Page 4: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

PRAKATA

Puji syukur kepada Alloh SWT atas limpahan, petunjuk, serta hidayah_Nya. Atas

ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan

Dan Transformasi Wilayah Untuk Penentuan Model Pembangunan Wilayah Solo

Raya ” ini selesai ditulis.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi stakeholders perencanan

pembangunan, khususnya di kawasan SOLO RAYA, praktisi pembangunan

wilayah, serta diharapkan menjaadi landasan pembangunan penelitian-peneltian

sejenis selanjutnya.

Akhirnya tidak ada segala sesuatu di muka bumi ini yang sempurna, demikian

juga halnya dengan tulisan ini.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

dari pembaca untuk memperbaiki tulisan ini agar lebih tajam dan akurat. Hanya

kepada Alloh penuliis berserah diri, semoga segala sesuatu yang telah penulis

lakukan mendapat ridho_Nya. Amin.

Surakarta

Peneliti

Page 5: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu isu utama pembangunan kota adalah eksistensi keberadaan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang secara signifikan. Di pihak

lain keberadaan RTH perkotaan sangat diperlukan membentuk kota yang ramah

lingkungan, nyaman dan sehat. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka

publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang

terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan

perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan

meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya

produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang

tersedia untuk interaksi sosial. Untuk itu, perlu reorientasi visi pembangunan kota

lebih mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan keberlanjutan

pembangunan. Strategi pemanfaatan ruang, baik untuk kawasan budidaya maupun

kawasan lindung, perlu dilakukan secara kreatif, sehingga konversi lahan dari

kawasan hijau menjadi kawasan non hijau dan non produktif, dapat dikendalikan.

Kota Solo memiliki keinginan kuat untuk menjadi kota hijau (green city)

yang ramah lingkungan, yang dicirikan dengan keberadaan kawasan hijau yang

proporsional. Sulitnya mencari alternatif pengelolaan RTH di perkotaan karena

belum adanya penelitian khusus yang menjelaskan karakteristik atau pola serta

daya dukung RTH dan implikasinya, khususnya bagaimana model pengembangan

RTH. Akibatnya, upaya-upaya pragmatis untuk memecahkan berbagai persoalan

lingkungan perkotaan yang terus diupayakan para praktisi seringkali menghadapi

jalan buntu.

Selama ini studi-studi tentang perkotaan lebih diletakkan dalam kerangka

perbaikan perkonomian kota dan kajian-kajian disain kota. Sedangkan studi

tentang problem lingkungan dan penyediaan RTH serta implikasinya belum

banyak mendapat perhatian. Oleh karena itu berbagai studi harus terus dilakukan

untuk mengembangkan model-model pengembangan RTH di Indonesia, agar

upaya-upaya pragmatis untuk memecahkan persoalan perkotaan di Indonesia tidak

Page 6: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

begitu saja terjebak menggunakan teori-teori dari barat yang belum tentu tepat

untuk konteks Indonesia.

Dari uraian di atas diperoleh formulasi pertanyaan penting yang menjadi

fokus penelitian, antara lain :

1) Bagaimanakah karakteristik dasar perkembangan kota Solo dan kaitannya

dengan eksistensi RTH.

2) Bagaimanakah karakteristik, pola, bentuk dan proses perubahan RTH yang

terjadi di wilayah perkotaan tersebut, antar tipologi RTH.

3) Bagaimanakah keseimbangan atau daya dukung RTH serta bagaimanakah

polanya menurut struktur kota.

4) Faktor-faktor apa sajakah menentukan lokasi RTH perkotaan.

5) Bagaimanakah konsepsi atau model dasar pembangunan RTH perkotaan di

Indonesia. Adakah konsepsi RTH kota Solo dapat diterapkan untuk perkotaan

lain di Indonesia?.

6) Bagaimanakah mekanisme pengaturan atau pengelolaan pembangunan RTH

di wilayah perkotaan.

Dalam konteks makro, kajian terhadap beberapa pertanyaan di atas diharapkan

akan membantu memperkaya kaidah ilmiah (research) dan solusi praktis dalam

memahami proses dan implikasi pembangunan RTH dalam pembangunan kota,

khususnya dalam upaya mewujudkan green city.

Page 7: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN RTH

Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Green Open spaces) adalah

kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina

untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan

atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian (KLH,2001).

Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan

tanah, Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces) di tengah-tengah ekosistem

perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lanskap kota (Rustam,

2004)

Sejumlah areal di perkotaan, dalam beberapa dasawarsa

terakhir ini, ruang publik, telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung

yang cenderung berpola “kontainer” (container development) yakni bangunan

yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti

Mall, Perkantoran, Hotel, dlsbnya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan

antar lapisan masyarakat. Hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja yang

“percaya diri” untuk datang ke tempat-tempat semacam itu (Rustam, 2000).

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir

disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai

10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan,

arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau

harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.

Contoh, Curtibas, sebuah kota di Brazil yang menjadi bukti keberhasilan

penataan ruang yang mengedepankan RTH di perkotaan. Melalui

berbagai upaya penataan ruang seperti pengembangan pusat

perdagangan secara linier ke lima penjuru kota, sistem transportasi, dan

berbagai insentif pengembangan kawasan, persampahan dan RTH, kota

tersebut telah berhasil meningkatkan rata-rata luasan RTH per kapita

dari 1 m2 menjadi 55 m

2 selama 30 tahun terakhir. Sebagai hasilnya kota

tersebut sekarang merupakan kota yang nyaman, produktif dengan

pendapatan per kapita penduduknya yang meningkat menjadi dua kali

lipat. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggapan pengembangan RTH

yang hanya akan mengurangi produktivitas ekonomi kota tidak terbukti.

Page 8: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

Kebijaksanaan pertanahan di perkotaan yang sejalan dengan aspek

lingkungan hidup adalah jaminan terhadap kelangsungan ruang terbuka hijau.

Ruang terbuka hijau ini mempunyai fungsi “hidro-orologis”, nilai estetika dan

seyogyanya sekaligus sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan

(Danisworo, M, 1998). Taman-taman di kota menjadi wahana bagi kegiatan

masyarakat untuk acara keluarga, bersantai, olah raga ringan dan lainnya.

Demikian pentingnya ruang terbuka hijau ini, maka hendaknya semua pihak yang

terkait harus mempertahankan keberadaannya dari keinginan untuk merubahnya.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi

(Danoedjo, 1990 dan KLH, 2001):

1. Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan

2. Bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan

kota, lapangan olah raga, pemakaman

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi :

1. Bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan

2. Bentuk RTH jalur ( koridor, linear),

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi

:

1. RTH kawasan perdagangan,

2. RTH kawasan perindustrian,

3. RTH kawasan permukiman,

4. RTH kawasan pertanian, dan

5. RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga,

alamiah.

Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (Anonim, 2008):

1. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan

yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan

2. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan

milik privat.

Page 9: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

2.2. FUNGSI RTH

Dari segi fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya,

arsitektural, dan ekonomi (Rustam, 1996 dan KLH, 2001). Secara ekologis RTH

dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara,

dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi

ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani, sempadan

sungai dll. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi

sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger kota yang

berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman

kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU dsb.

Secara estetika RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan

kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur

hijau di jalan- jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi,

baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan

pertanian/ perkebunan (urban agriculture) dan pengembangan sarana wisata hijau

perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

Sementara itu secara struktur, bentuk dan susunan RTH dapat merupakan

konfigurasi ekologis dan konfigurasi planologis. RTH dengan konfigurasi

ekologis merupakan RTH yang berbasis bentang alam seperti, kawasan lindung,

perbukitan, sempadan sungai, sempadan danau, pesisir dsb. Sedangkan RTH

dengan konfigurasi planologis dapat berupa ruang-ruang yang dibentuk mengikuti

pola struktur kota seperti RTH perumahan, RTH kelurahan, RTH kecamatan,

RTH kota maupun taman-taman regional/ nasional.

Penentuan luas ruang terbuka hijau ada yang mengacu pada jumlah

penduduk dan kebutuhan ruang gerak per individu. Di Malaysia luasan hutan kota

ditetapkan seluas 1,9 M2/penduduk; di Jepang ditetapkan sebesar 5,0

M2/penduduk; Dewan kota Lancashire Inggris menetapkan 11,5 M

2/penduduk;

Amerika menentukan luasan hutan yang lebih fantastis yaitu 60 M2/penduduk;

sedangkan DKI Jakarta mengusulkan luasan taman untuk bermain dan berolah

raga sebesar 1,5 M2/penduduk (Green for Life: 2004). Perhitungan dengan issu

kebutuhan rauang gerak per individu tersebut mudah diterima secara logis

Page 10: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

sehingga akan diperoleh luasan ruang terbuka hijau sesuai dengan jumlah

penghuninya. Semakin besar penduduk semakin luas RTH yang harus tersedia.

2.3. KAJIAN RTH DI DALAM DAN LUAR NEGERI

2.3.1. Ruang Terbuka Hijau di Luar Negeri

Tulisan berikut disampiakn dari Robinette, J (1983) yang menulis

tentang Lanscape Planning For Energy Conservation.Kesadaran pembangunan

perkotaan berwawasan lingkungan di negara-negara maju telah berlangsung

dalam hitungan abad. Pada jaman Mesir Kuno, ruang terbuka hijau ditata dalam

bentuk taman-taman atau kebun yang tertutup oleh dinding dan lahan-lahan

pertanian seperti di lembah sungai Efrat dan Trigis, dan taman tergantung

Babylonia yang sangat mengagumkan, The Temple of Aman Karnak, dan taman-

taman perumahan.

Selanjutnya bangsa Yunani dan Romawi mengembangkan Agora, Forum,

Moseleum dan berbagai ruang kota untuk memberi kesenangan bagi

masyarakatnya dan sekaligus lambang kebesaran dari pemimpin yang berkuasa

saat itu. Berikutnya pada jaman Meldevel, pelataran gereja yang berfungsi sebagai

tempat berdagang, berkumpul sangat dominan sebelum digantikan jaman

Renaisance yang glamour dengan plaza, piaza dan square yang luas dan hiasan

detail serta menarik. Seni berkembang secara optimal saat ini, sehingga

implementasi keindahan dan kesempurnaan rancangan seperti Versailles dan kota

Paris menjadi panutan dunia.

Gerakan baru yang lebih sadar akan arti lingkungan melahirkan taman

kota skala besar dan dapat disebut sebagai pemikiran awal tentang sistem ruang

terbuka kota. Central Park New York oleh Frederick Law Olmested dan Calvert

Voux melahirkan profesi Arsitektur Lansekap yang kemudian mengembang dan

mendunia.

Melihat kenyataan tersebut tampaknya kebutuhan ruang terbuka yang

tidak hanya mengedepankan aspek keleluasaan, namun juga aspek kenamanan dan

keindahan di suatu kota sudah tidak dapat dihidari lagi, walaupun dari hari ke

hari ruang terbuka hijau kota menjadi semakin terdesak. Beberapa pakar

Page 11: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

mengatakan bahwa ruang terbuka hijau tidak boleh kurang dari 30%, atau 1.200

m2 tajuk tanaman diperlukan untuk satu orang (Grove, 1983) .

Bagaimana kota-kota di Mancanegara menghadapi hal ini, berikut

diuraikan beberapa kota-kota yang dianggap dapat mewakili keberhasilan

Pemerintah Kota dalam pengelolaan ruang terbuka hijau kota.

Singapura, dengan luas 625 Km2 dan penduduk 3,6 juta pada tahun 2000 dan

kepadatan 5.200 jiwa/ km2, diproyeksikan memiliki ruang terbangun mencapai

69% dari luas kota secara keseluruhan. Dalam rencana digariskan 24% atau 177

Km2 sebagai ruang terbuka, sehingga standar ruang terbukanya mencapai 0,9 ha

per 1.000 orang (Chiara, 1988).

Tokyo, melakukan perbaikan ruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, kawasan

industri, hotel dan penutupan beberapa jalur jalan. Walaupun luas kota Tokyo

sangat terbatas, namun Pemerintah kota tetap mengusahakan taman-taman

tersebut, yang memiliki standar 0,21 ha per 1.000 orang. Sementara itu,

pendekatan penyediaan ruang terbuka hijau yang dilakukan di Bombay – India,

dapat pula dijadikan masukan awal untuk dapat memahami Hirarki Ruang

Terbuka Hijau di lingkungan permukiman padat.

Menurut Ciara, (1988), dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa

apabila diabstraksikan kebutuhan akan hal-hal yang bersifat sosial tercermin di

dalam 4 (empat) unsur utama, yaitu :

Ruang keluarga yang digunakan untuk keperluan pribadi

Daerah untuk bergaul/ sosialisasi dengan tetangga

Daerah tempat pertemuan warga

Daerah ruang terbuka utama yang digunakan untuk kegiatan bersama

seluruh warga masyarakat

Penelitian ini lebih lanjut mengungkapkan bahwa diperkirakan 75% fungsi ruang

terbuka hijau dapat tercapai. Hal ini dikarenakan padatnya tingkat permukiman

sehingga ruang terbuka berfungsi menjadi daerah interaksi antar individu yang

sangat penting bahkan dibutuhkan.

Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai

8.000.000 jiwa, merupakan kenyataan. Oleh karenanya penelitian ini dapat

Page 12: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menentukan besarnya Ruang

Terbuka Hijau pada kawasan permukiman padat. Untuk menentukan standar

RTH perlu dibuatkan suatu penelitian berdasarkan studi banding standar yang

berlaku di negara lain (Ciara, 1998).

Tabel 1. Kondisi Ruang Terbuka Hijau Kota-Kota Besar

No. Kota Populasi

(juta jiwa)

RTH (m2/jiwa)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Singapura

Baltimore

Chicago

San Fransisco

Washington DC

Muenchen

Amsterdam

Geneva

Paris

Stocholm

Kobe

Tokyo

2,70

0,93

3,37

0,66

0,76

1,27

0,81

0,17

2,60

1,33

1,40

11,80

7,0

27,0

8,80

32,20

45,70

17,60

29,40

15,10

8,40

80,10

8,10

2,10

Sumber : Liu Thai Ker, 1994 (dalam Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyatno.

1998)

2.3.1. Ruang Terbuka Hijau di Dalam Negeri

Hampir semua studi mengenai perencanaan kota (yang dipublikasikan

dalam bentuk rencana umum tata ruang kota dan pendetailannya) menyebutkan

bahwa kebutuhan ruang terbuka di perkotaan berkisar antara 30% hingga 40%,

termasuk di dalamnya bagi kebutuhan jalan, ruang-ruang terbuka perkerasan,

danau, kanal, dan lain-lain. Ini berarti keberadaan ruang terbuka hijau (yang

merupakan sub komponen ruang terbuka) hanya berkisar antara 10 % – 15 %.

Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung

berkembang sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan

yang semakin memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui

merupakan alternatif terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang,

harusnya menjadi perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan

Page 13: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

melalui gerakan sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga

komunitas pada level kota.

Penurunan kualitas ruang terbuka public, terutama ruang terbuka hijau

(RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar seperti

Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35%

pada awal tahun 1970 an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. RTH yang ada

sebagian bersar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti jaringan

jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman

baru. Jakarta dengan luas RTH sekitar 9 persen, saat memiliki rasio RTH per

kapita sekitar 7,08 m2, relatif masih lebih rendah dari kota-kota lain di dunia

(Anonim, 1995)

Di Surabaya, kebutuhan ruang terbuka hijau yang dicanangkan oleh

Pemerintah Daerah sejak tahun 1992 adalah 20 – 30%. Sementara kondisi

eksisting ruang terbuka hijau baru mencapai kurang dari 10% (termasuk ruang

terbuka hijau pekarangan) (Gunadi, 1995). Hasil studi yang dilakukan oleh Tim

Studi dari Institut Teknologi 10 November Surabaya tentang Peranan Sabuk

Hijau Kota Raya tahun 1992/1993 menyebutkan bahwa luas RTH berupa taman,

jalur hijau, makam, dan lapangan olahraga adalah + 418,39 Ha, atau dengan kata

lain pemenuhan kebutuhan RTH baru mencapai 1,67 m2/penduduk. Jumlah ruang

terbuka hijau tersebut sangat tidak memadai jika perhitungan standar kebutuhan

dilakukan dengan menggunakan hasil proyeksi Rencana Induk Surabaya 2000

saat itu yaitu 10,03 m2/penduduk (Pemerintah Kota Surabaya, 2003)

Di Jogyakarta, luas ruang terbuka hijau kota berdasarkan hasil

inventarisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan adalah 51.108 m2 atau hanya

sekitar 5,11 Ha (1,6% dari luas kota), yang terdiri dari 62 taman, hutan kota,

kebun raya, dan jalur hijau. Bila jumlah luas tersebut dikonversikan dalam angka

rata-rata kebutuhan penduduk, maka setiap penduduk Yogyakarta hanya

menikmati 0,1 m2 ruang terbuka hijau.

Dibandingkan dengan dua kota yang telah disebutkan di atas, barangkali

pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau bagi penduduk di Kota Bandung masih

lebih tinggi. Hingga tahun 1999, tiap penduduk Kota Bandung menikmati + 1,61

Page 14: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

m2 ruang terbuka hijau. Angka ini merupakan kontribusi eksisting ruang terbuka

hijau yang mencover Kota Bandung dengan porsi + 15% dari total distribusi

pemanfaatan lahan Kota.

2.4. DAMPAK BERKURANGNYA RTH DAN KEBIJAKAN

Perencanaan tata ruang wilayah perkotaan berperan sangat penting dalam

pembentukan ruang-ruang publik terutama RTH di perkotaan pada umunya dan di

kawasan permukiman pada khususnya (Purnomohadi, 2002). Perencanaan tata

ruang seyogyanya dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan yang

secara alami harus diselamatkan (kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian

lingkungan, dan kawasan-kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana

(prone to natural hazards) seperti gempa, longsor, banjir maupun bencana alam

lainnya. Kawasan-kawasan inilah yang harus kita kembangkan sebagai ruang

terbuka, baik hijau maupun non-hijau.

Issue yang berkaitan dengan ruang terbuka publik atau ruang terbuka hijau

secara umum terkait dengan beberapa tantangan tipikal perkotaan, seperti

menurunnya kualitas lingkungan hidup di kawasan kota dan di lingkungan

permukiman warga, bencana banjir/ longsor dan perubahan perilaku sosial

masyarakat yang cenderung kontra-produktif dan destruktif seperti kriminalitas

dan vandalisme.

Dari aspek kondisi lingkungan hidup, rendahnya kualitas air tanah,

tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal-hal yang

secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan keberadaan RTH secara

ekologis (Haeruman, 1995). Di samping itu tingginya frekuensi bencana banjir

dan tanah longsor di perkotaan dewasa ini juga diakibatkan karena terganggunya

sistem tata air karena terbatasnya daerah resapan air dan tingginya volume air

permukaan (run-off). Kondisi tersebut secara ekonomis juga dapat menurunkan

tingkat produktivitas, dan menurunkan tingkat kesehatan dan tingkat harapan

hidup masyarakat.

Secara sosial, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di

antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga dapat

Page 15: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

disebabkan oleh kurangnya ruang-ruang kota yang dapat menyalurkan kebutuhan

interaksi sosial untuk pelepas ketegangan yang dialami oleh masyarakat

perkotaan. Rendahnya kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan ruang

terbuka publik, secara psikologis telah menyebabkan kondisi mental dan kualitas

sosial masyarakat yang makin buruk dan tertekan.

Sementara itu secara teknis, issue yang berkaitan dengan penyelenggaraan

RTH di perkotaan antara lain menyangkut terjadinya sub-optimalisasi penyediaan

RTH baik secara kuantitatif maupun kualitatif, lemahnya kelembagaan dan SDM,

kurangnya keterlibatan stakeholder dalam penyelenggaraan RTH, serta

terbatasnya ruang/ lahan di kawasan permukiman yang dapat digunakan sebagai

RTH (Rustamk, 2000).

Sub-optimalisasi ketersediaan RTH terkait dengan kenyataan masih

kurang memadainya proporsi wilayah yang dialokasikan untuk ruang terbuka,

maupun rendahnya rasio jumlah ruang terbuka per kapita yang tersedia.

Sedangkan secara kelembagaan, masalah RTH juga terkait dengan belum adanya

aturan perundangan yang memadai tentang RTH, serta pedoman teknis dalam

penyelenggaraan RTH sehingga keberadaan RTH masih bersifat marjinal. Di

samping itu, kualitas SDM yang tersedia juga harus ditingkatkan untuk dapat

memelihara dan mengelola RTH secara lebih professional.

Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR),

mewajibkan setiap kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30

persen dari luas wilayah kota (Anonim, 2008). Peraturan ini kemudian

diaplikasikan ke dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

DKI Jakarta 2011-2030. Dalam Perda RTRW DKI Jakarta, RTH sebanyak 30

persen tersebut terdiri dari 10 persen lahan privat, 14 persen publik, dan 6 persen

lahan privat yang bisa dimanfaatkan untuk publik. Namun, Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta sendiri hingga kini mengaku masih kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan RTH untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota hijau (green city)

Page 16: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penataan

Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk mendukung pembangunan kota berkelanjutan,

khususnya menyangkut proses pembangunan kota dan keinginan pemerintah kota

solo menjadi kota hijau (green city). Secara khusus, tujuan umum tersebut dapat

dijabarkan menjadi empat tujuan yakni

1. Mengidentifikasi karakteristik dan dinamika perkembangan ketersediaan

ruang terbuka hijau di kota Solo

2. Menganalisis daya dukung atau keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan

ruang terbuka hijau di kota solo

3. Pengembangan model alokasi keruangan dinamika perkembangan

ketersediaan ruang terbuka hijau di kota Solo

4. Menyusun arahan kebijakan penataan ruang terbuka hijau untuk menuju

solo kota hijau (green city)

Page 17: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB IV

METODE PENELITIAN

1.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Secara umum penelitian bersifat deskriptif-evaluatif dengan menggunakan

tiga pendekatan yaitu pendekatan Morphological Approach, Spatial Approach,

dan Policy Approach. Pendekatan pertama berkaitan dengan kajian aspek

lingkungan fisik perkotaan, seperti perubahan penggunaan lahan dan tata ruang,

bentuk landscape, gedung, permukiman, open space dan lain-lain. Pendekatan

kedua untuk kajian keruangan atau spasial keberadaan RTH beserta

kebutuhannya. Pendekatan ketiga adalah analisis kebijakan (policy analysis), yang

mengkaji tentang kebijakan pembangunan green city dan RTH Perkotaan

berbasis daya dukung perkotaan.

Penelitian dilakukan dalam batas administrasi kota Solo, dengan

menggunakan unit analisis satuan lingkungan kota atau blok peruntukan ruang

dan jenis RTH, yaitu dengan menyusun tipologi RTH perkotaan sebagai berikut :

Tabel 2 : Penentuan unit analisis lokasi penelitian, berdasarkan tipologi RTH dan

blok peruntukan ruang perkotaan

Blok Peruntukan Ruang Kota RTH Private RTH Public

Permukiman Tipe1 Tipe1

Perdagangan dan jasa Tipe2 Tipe2

Industri Tipe3 Tipe3

Pendidikan Tipe4 Tipe4

Lainnya Tipe ke-n Tipe ke-n

Berdasarkan kriteria di atas, direncanakan untuk mengambil sampel pada

tipe yang telah ditentukan. Selanjutnya di masing-masing kasus tipologi tersebut

akan diperbandingkan (Case and Comparative Studies). Dari pendekatan ini

diharapkan suatu pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu yang muncul

dalam penelitian, sehingga dapat dideskripsikan dan dianalisa secara mendalam,

khususnya untuk menganalisis karakter, tipologi, dan dinamika keberadaan RTH

beserta dan kebutuhannya. Lebih lanjut, dapat dikembangkan suatu hipotesa

ataupun konsep-konsep dan model baru mengenai isu yang RTH perkotaan

sebagai basis pengembangan green city.

Page 18: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

Adapun metode atau teknik penelitian (pengumpulan dan analisis data)

yang digunakan akan dipakai gabungan antara studi literatur, metode survey, RRA

(Rapid Rural Appraisal), indepth interview, Pemetaan dan Sistem Informasi

Geografi (SIG), teknik dokumentasi, dan analisis statistik.

1.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam empat tahap, diantaranya :

1. Tahap pertama, akan dilakukan studi literatur yang intensip menyangkut

topik penelitian. Dalam studi literatur ini akan dikaji lebih lanjut isu-isu dan

kebijakan mengenai RTH di Indonesia, konsepsi RTH, manfaat dan tipologi

RTH, dan implikasi pengembangan RTH dalam pembangunan perkotaan di

Indonesia. Diharapkan dengan studi literatur yang lebih mendalam akan

dirumuskan parameter yang lebih tajam mengenai karakteristik RTH, manfaat

dan tipologinya. Selain itu, tahap pertama penelitian ini juga diharapkan akan

dapat memunculkan beberapa hipotesis kerja yang menjadi pedoman

penelitian lapangan selanjutnya. Merupakan bagian dari tahap pertama

penelitian, akan dilakukan penyusunan riset disain yang rinci dimana indikator

dan variabel penelitian, daftar-daftar pertanyaan, kuesener, serta peta-peta

dasar untuk penelitian lapangan disiapkan dan disusun secara benar.

2. Tahap kedua penelitian, akan dilakukan penelitian lapangan baik berupa

analisis situasional (pemetaan), observasi lapangan, dokumentasi,

pengumpulan data lapangan, maupun wawancara (survei). Selanjutnya pada

bagian awal penelitian lapangan, akan dilakukan penelitian pendahuluan,

terutama untuk menguji daftar pertanyaan penelitian yang telah disusun pada

tahap pertama penelitian, serta menentukan sampel atau studi kasus. Data-data

yang dikumpulkan meliputi segala hal yang terkait dengan karakteristik dan

tipologi RTH.

3. Tahap ketiga penelitian, akan dilakukan analisa data serta diskusi intensif

dengan stakeholder tentang hasil penelitian sementara. Tahap ini bertujuan

untuk memodifikasikan serta mengkomparasikan temuan-temuan dari studi

kasus. Diharapkan bahwa pada tahap ini beberapa kesamaan umum serta

Page 19: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

variasi dari kasus-kasus studi sudah dapat dirumuskan sehingga dapat

digunakan untuk menyusun model alokasri ruang bRTH perkotaan. Pada tahap

ini juga dilakukan kajian-kajian pengembangan dari penelitian, khususnya

terhadap temuan-temuan baru dan riset lanjutan.

4. Tahap keempat penelitian adalah finalisasi serta penulisan akhir. Pada tahap

ini, hasil penelitian sudah harus dirumuskan dan dipresentasikan dalam format

laporan penelitian yang baik dan benar. Bagian terpenting dalam tahap

terakhir ini adalah tersusunnya sejumlah rumusan kebijakan (policy) yang dpat

digunakan secara aplikatif oleh Pemerintah Kota untuk mengembangkan

RTH. Selengkapnya tahadap penelitian dapat dilihat pada diagram alir

penelitian sebagaimana ditampilkan dalam diagram berikut (diagram 1)

Ruang Kota

Kawasan

Budidaya

Demografi Ekonomi Sosial

Kawasan

Lindung

Daya Dukung RTH Kota

Ketersediaan Suplay

Ruang Terbuka Karakteristik

RTH

- Jenis

- Letak

- Luas

- Tanaman

- Fungsi/

manfaat Tipologi Fungsi Kota

Tipologi RTH

Kebutuhan Demand

Pemodelan RTH

Kasus Solo Kota-Kota di

Indonesia

Green City Policy

Konsepsi Model RTH

Fungsi Kota

- Perdagangan

dan jasa

- Permukiman

- Industri

- Pendidikan

Tahap/Tahun II

Tahap/Tahun I

Page 20: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB V

HASIL YANG DI CAPAI

Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Solo

Arti penting penelitian ini dapat dipahami dari manfaat, baik bagi

pengembangan konsep (teoritis) maupun aplikasi.Dari sisi pengembangan konsep

dan teori, penelitian ini memberikan kontribusi dalam upaya strategi

pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan dengan mengembangkan model

penataan ruang terbuka hijau. Hingga saat ini, pembangunan perkotaan lebih

menekankan atau bias kepada aspek ekonomi, menggusur banyak ruang publik

termasuk RTH sehingga memberikan kecenderungan penurunan kualitas

lingkungan yang terus-menerus. Cara pandang seperti ini tidak terlepas dari

pemahaman teori-teori perkotaan yang banyak dipakai (dibanding dengan teori

lingkungan) dan juga kepentingan pemilik modal yang kuat.

Penelitian ini menawarkan reorientasi baru dalam memandang strategi

pembangunan perkotaan, yaitu merubah atau menggeser dari paradigma economic

city oriented menjadi environment based secara terintegrasi dalam pembangunan

kota. Pengembangan model ini menggunakan cara pandang yang lebih luas

dengan mengintegrasikan berbagai macam karaktersitik sosial-ekonomi yang

Page 21: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

berbeda-beda menjadi satu kekuatan yang integral. Model ini sangat tepat di

dalam kerangka menyambut era otonomi daerah dan meredam konflik antara

kepentingan publik dengan pemilik modal perkotaan, sehingga dapat meredam

munculnya disintegrasi sosial dan degradasi lingkungan.

Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat bermanfaat secara praktis,

khususnya dalam membangun kerangka pikir dan perumusan kebijaksanaan

pembangunan perkotaan secara lebih terintegrasi antara economic dan

environmenmt values, sehingga dapat meredam berbagai macam potensi konflik

perkotaan. Harapan lebih lanjut kasus model RTH kota Solo ini dapat diterapkan

di kota-kota lain di Indonesia, sehingga semakin mendukung Solo sebagai kota

pencontohan pengembangan RTH.

Penelitian ini diyakini dapat memberikan sumbangan baik kepada

kepentingan ilmu pengetahuan (konsep dan teori) maupun kepentingan praktis bagi

masyarakat dan pengambil kebijakan. Kontribusi terhadap ilmu pengetahuan

berasal dari originalitas tema penelitian yang belum banyak diteliti, aspek-aspek

metodologis yang diterapkan dalam studi, dan penemuan-penemuan empiris

lapangan. Terhadap masyarakat luas, khususnya pengambil kebijakan, penelitian ini

berkontribusi pada andil dalam pemahaman yang lebih baik dan meluas tentang

model pembangunan wilayah.

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dasar dan reorientasi bagi

pengembangan studi pembangunan wilayah dan perkotaan, khususnya untuk

meningkatkan integrasi lingkungan yang dapat menjamin pembangunan perkotaan

dan daerah sekitarnya secara terpadu dan berkesinambungan dan disinilah letak

keaslian penelitian. Kekhasan atau originalitas penelitian ini juga tampak dari

pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, yaitu mengintegrasikan

tinjauan makro, meso, dan mikro, dengan pendekatan fisik dan sosial serta analisis

kebijaksanaan, disamping analisis case and comparative studies terhadap

dinamika sistem perkotaan sehingga dapat dicapai perolehan hasil yang lebih

komprehensif.

Page 22: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Beberapa target ruang lingkup penelitian menurut tahapannya adalah:

1. Pada tahun pertama penelitian, penelitian difokuskan untuk mengetahui

dan mengkaji secara keruangan karakter dan dinamika perkembangan

ketersediaan RTH, yang meliputi karakteristik dasar tentang bentuk (pola)

dan proses perkembangan lingkungan RTH serta tipologinya di daerah

perkotaan, termasuk pada tahap selanjutnya adalah menganalisis atau

mengkomparasikannya dengan kebutuhan RTH, sehingga dapat ditemukan

nilai daya dukung RTH kota solo sebagai bahan dasar untuk menyusun

model alokasi RTH.

2. Tahun kedua penelitian, dikonsentrasikan untuk melakukan

pengembangan model alokasi RTH pada tingkat mikro-detil, termasuk

meneliti manfaat yang didapatkan. Dalam tahap ini penelitian diarahkan

untuk menganalisis indikator-indikator penentu penempatan RTH dengan

mempertimbangkan besarnya manfaat RTH bagi perbaikan lingkungan

perkotaan. Selain itu juga disusun kebijakan penataan RTH untuk menuju

solo kota hijau (green city)

Page 23: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Tidak ada keseimbangan antara ketersediaan RTH dengan Kebutuhan

RTH

2. Daya Dukung RTH kota Solo tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan

Saran

Perlu diciptakan RTH di kota solo untuk memenuhi daya dukung RTH

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1987. Departemen Dalam Negeri, 1987. Instruksi Menteri Dalam Negeri

(Inmendagri) No. 14, Tahun 1987, tentang Penataan RTH di Wilayah

Perkotaan.

Anonim, 1995. RTH Kota – Jakarta. Majalah Konstruksi, Maret 1995, Rubrik

Lingkungan.

Anonim, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, Penerbit Harvarindo.

Chiara, Joseph De & Lee Koppelman. 1988. Urban Planning and Design

Criteria. Van Nostrand Reinhold Company, NY.

Chiara, Joseph De & Lee Koppelman. 1998. Site Planning Standard. McGraw-

Hill Book Company, NY.

Danisworo, M, 1998, Makalah Pengelolaan kualitas lingkungan dan lansekap

perkotaan di indonesia dalam menghadapi dinamika abad XXI.

Danoedjo,S. 1990., Menuju Standar Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Kota

Dalam Rangka Melengkapi Standar Nasional Indonesia. Direktur Jenderal

Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyatno. 1998. Dasar-Dasar Ako-Arsitektur,

Konsep Arsitektur Berwawasan Lingkungan serta Kualitas Konstruksi dan

Bahan Bangunan untuk Rumah Sehat dan Dampaknya Atas Kesehatan

Manusia. Penerbit Kanisius, Soegijapranata University Press. ISBN 979-

672-127-9, cetakan ke-5.

Gunadi, Sugeng. 1995. Arti RTH Bagi Sebuah Kota. Makalah pada Buku:

“Pemanfaatan RTH di Surabaya”, bahan bacaan bagi masyarakat serta

para pengambil keputusan Pemerintahan Kota.

Grey, Jane W. & Frederick C. Deneke: 1978. Urban Forestry. John Wiley & Sons

Book Company, InC

Page 24: LAPORAN KEMAJUAN - lppm.uns.ac.idlppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2013... · ijin_Nya jualah penelitian yang berjudul “Analisis Dinamika Sistem Perkotaan Dan

Haeruman, Herman. 1995. Pembangunan Kota yang Berwawasan Lingkungan.

Bahan dipersiapkan untuk artikel di majalah SERASI, diterbitkan sebagai

majalah berkala oleh kantor KLH.

Hester R.T, 1975 Neighborhood Space. Husting son and Rose. Jurnal Arsitektur

Lansekap Indonesia nomor 04 tahun 1998.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2001. Pedoman Kebijakan dan Strategi

Pengembangan RTH dan Penghijauan Kota (Draft 3). 15 November 2001.

(Tidak dipublikasikan).

Laurie. M, 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American Publisher.

Lynch, Kevin. 1967. Site Planning. Houghton Mifflin Company, Boston.

Newton N,T, 1971. Design On the Land. (The Development Of Landscape

Architecture).

Pemerintah Kotamadya DT II Malang,, Sejarah Perencanaan Kota Malang Sejak

Jaman Kolonial Dan Perkembangannya Ditinjau Dari Aspek Pertamanan.

Jakarta, 23 Agustus 1990.

Pemerintah Kota Surabaya 2003, Langkah Kebijakan dan Pengalaman Praktis

Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Di Surabaya. Jakarta.

Purnomohadi, Ning. 2002. Pengelolaan RTH Kota dalam Tatanan Program

BANGUN PRAJA Lingkungan Perkotaan yang Lestari di NKRI.

Widyaiswara LH, Bidang Manajemen SDA dan Lingkungan. KLH.

Rustam Hakim, 2000. Analisis Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Kota DKI Jakarta, Thesis. Institut Teknologi Bandung.

Rustam Hakim, 1996, Tahapan dan Proses Perancangan dalam Arsitektur

Lansekap, penerbit Bina Aksara Jakarta

Rustam Hakim, 2004, Arsitektur Lansekap, Manusia, Alam dan Lingkungan,

penerbit Bina Aksara Jakarta

Robinette, J., 1983. Lanscape Planning For Energy Conservation. Van Nostrand

Reinhold Co., New York.

Soemarwoto, O., 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit

Jambatan Jakarta.