laporan kasus skizofrenia
TRANSCRIPT
LAPORAN PROGRAM PENGENALAN KLINIK (PPK)RUMAH SAKIT GRASIA
BLOK KESEHATAN JIWA
Disusun oleh :Nama : 1) Yudha Fauzan / 10711003
2) Fajrin Siti Nursadah / 107110363) Ulya Diana Hilma / 107110894) Metta Ayu Susanti / 10711230
Kelompok : TUTORIAL 15Tutor : dr. R. Edi Fitriyanto
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA2012
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ibu S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : penjual makanan ringan
Bangsa/suku : Jawa
Alamat : Maguwo kidul, Banguntapan, Bantul
No. RM :
Tanggal masuk rumah sakit: 30 Oktober 2010
II. ALLOANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari:
1
Nara Sumber 1
Nama Ambar Sariwati
Alamat Gondang Lutung, Donoharjo,
Ngaglik
Pendidikan SLTA
Pekerjaan Mengurus Rumah Tangga
Umur 34 tahun
Hubungan Adik kandung
Lama kenal Sejak lahir
Sifat kenal Dekat
II.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)
Pasien mulai marah-marah dan berbicara kasar.
II.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
(30 Oktober 2012) Pasien datang dengan diantar anak dan adik kandungnya
karena sejak satu jam yang lalu mulai marah-marah dan bicara kasar. Ketika
ditanya pasien menceritakan bahwa ia disiram air panas oleh ibunya saat ia sedang
melakukan sholat makanya pasien marah-marah. Tetapi tidak ada bukti pasien
disiram air panas seperti kulit melepuh. Pasien juga tidak merasakan kesakitan.
Pasien bercerita ia tidak kesakitan karena sudah disembuhkan oleh suaminya yang
ahli dalam agama. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dan kurang tidur. Pasien
makan rutin kecuali dengan anak perempuannya, makan sulit dan sulit mandi.
Sebelumnya pasien pernah mondok di RSJ sebanyak 3 kali (terakhir 7 tahun yang
lalu) dan diberikan pengobatan rumatan. Namun dalam setahun ini pasien berhenti
minum obat. Kegiatan pasien biasanya membantu orang tua jualan makanan dan
karena penyakitnya sekarang pasien tidak dapat membantu orang tuanya jualan
lagi.
(12 November 2012) Sekarang pasien sudah tidak marah-marah lagi.
Keluhan pasien saat ini ia sering merasa diancam oleh teman sebangsalnya di RSJ.
Menurut pasien temannya itu ingin membunuh anak semata wayangnya. Pasien
juga pernah berhalusinasi melihat anaknya yang dengan kepala tugel dan
bercucuran darah. Selain itu pasien juga sering merasakan anaknya merabanya
untuk meminta tolong.
II.3. Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : demam (-), nyeri kepala (-), lemas (-), disorientasi (-)
2
Kardiovascular : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)
Digesti : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nafsu makan menurun (-), BAB
dbn.
Urogenital : dbn.
Reproduksi : dbn.
Integumentum : kesemutan (-), tangan kaku (-)
Musculoskeletal: sulit digerakkan (-), nyeri tengkuk (-)
II.4. Grafik Perjalanan Penyakit
Mental Health Line/Time
2005 2011 2012
Fungsi Peran
II.3. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
II.3.1.1. Faktor Organik
Tidak ada faktor organik yang mendahului penyakit pasien seperti
panas, kejang, trauma fisik, dan lain-lain.
II.3.1.2. Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
Pasien adalah seorang pribadi yang senang dan tidak sulit untuk
berteman atau berkenalan dengan orang-orang baru.
pasien sering dijelek-jelekan, ibu yang acuh, pasien ingin
membantu jualan ibu tetapi tidak dihargai
Pasien sering dilecehkan oleh ibunya saat bekerja
II.3.1.3. Faktor Predisposisi
3
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.
II.3.1.4. Faktor Presipitasi
Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber merasa
pasien mengalami perubahan dimulai ketika ia mencoba bunuh diri
karena stress menghadapi orangtuanya yang akan bercerai dan ujian
sekolah.
II.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu
II.3.2.1. Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit serupa sebelumnya. Tetapi pasien
pernah 3 kali mondok di RSJ. Yang terakhir 7 tahun yang lalu.
Mondok yang pertama pada saat itu pasien mencoba bunuh diri
dengan masuk ke sumur. Hal itu dilakukan pasien karena pasien
mengalami stress berat karena ibu dan ayah pasien hendak bercerai
dan saat itu pasien juga sedang menghadapi ujian kelulusan. Karena
tekanan yang berat itu pasien dengan keinginan sendiri pasien
melakukan bunuh diri. Saat ditanya pasien tidak merasakan ada yang
menyuruhnya untuk bunuh diri, ia juga tidak merasakan halusinasi
apapun.
II.3.2.2. Riwayat Sakit Berat/Opname
Pasien tidak pernah menderita sakit berat atau opname.
II.4. Riwayat Keluarga
II.4.1. Pola Asuh Keluarga
Pasien sewaktu kecil tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua adik
kandungnya. Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien
adalah anak perempuan dan adik ke-1 nya laki-laki, yang ke-2
perempuan. Pasien berasal dari keluarga sederhana,
Keluarga pasien termasuk keluarga yang kurang memperhatikan
kewajiban beribadah tetapi pasien tidak mengikuti kebiasaan orang tuanya
itu, pasien selalu rajin untuk shalat atau beribadah.
Dalam keluarga pasien, memiliki pola asuh yang lebh cenderung bersifat
demokratif. Hal ini didapat berdasarkan dari alloanamnesis bahwasannya
pada saat pasien menginginkan sekolah di SMEA, walaupun orang tua
4
sebenarnya agak keberatan mengenai biaya, akan tetapi sebisa mungkin
berusaha memenuhi keinginan pasien dan mendukungnya.
Keluarga pasien sangat peduli dan mengkhawatirkan keadaan pasien dan
selalu mengupayakan yang terbaik untuk kesehatan OS.
Pasien selalu mendapatkan keinginannya dari orang tua saat kecil. Saat
pasien berbuat salah tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya.
II.4.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus maupun penyakit
kronis lainnya.
II.4.3. Silsilah Keluarga
Keterangan :
Pasien (Ibu S.)
II.5. Riwayat Pribadi
II.5.1. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara normal. Proses kelahirannya juga lancar, tak ada
kelainan, sewaktu kecil imunisasi lengkap.
II.5.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan adik pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil
sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat
tinggal mereka.
Kepribadian cukup terbuka
Emosi cukup stabil
Pasien sangat sabar dalam menyikapi sesuatu
5
II.5.3. Perkembangan Awal
Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.
Pasien mengambil orang tuanya sebagai model percontohan
Motivasi pasien adalah kedua orang tuanya
Waktu masih kanak-kanak pasien termasuk pribadi yang terbuka dan
mudah bergaul.
II.5.4. Riwayat Pendidikan
SD : lulus dengan baik
SMP : lulus dengan baik
SMEA : lulus dengan baik
II.5.5. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja selama 1 tahun sebagai buruh di dekat rumahnya
sebelum menikah.
Sebelum masuk RS pasien bekerja membantu orang tua menjual
makanan dan mendapat upah sebesar 20 ribu rupiah setiap harinya
II.5.6. Riwayat Perkembangan Seksual
Menurut alloanamnis adik pasien, pasien mendapatkan menstruasi normal
seperti anak-anak pada umumnya. Pasien tidak pernah mempunyai pacar,
ketika pasien tertarik dengan lawan jenis hanya dipendam saja sampai
bertemu dengan suaminya sekarang yang langsung mengajaknya
menikah.
Pasien hamil dan melahirkan seorang anak dengan normal segera setelah
ia menikah.
II.5.7. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual
Agama Islam
Pasien rajin ibadah solat lima waktu dan rajin berdoa
Pasien sering mengeluh tidak mau seperti orang tuanya yang tidak mau
beribadah
6
Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal
II.5.8. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki 1 orang anak
II.5.9. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)
Id, ego dan superego pasien masa kanak-kanak dalam batas kewajaran.
Sekarang ini sering terjadi disintegrasi ego untuk menilai realistik sehingga
pasien sering mengalami halusisnasi.
II.5.10. Hubungan Sosial
Hubungan sosial pasien dengan lingkungan sekitar dan lingkungan kerja
sangat baik. Pasien mudah bersosialisasi. Tidak ada masalah yang berarti
II.5.11. Kebiasaan
Pasien makan 3 kali sehari. Lauk sayur, tahu tempe, kadang dengan ikan dan
daging. Pasien tidak merokok dan jarang berolahraga. Pasien tidak suka
melamun dan menyendiri. Pasien termasuk pribadi yang terbuka dan mudah
bergaul.
II.5.12. Status Sosial Ekonomi
Status ekonomi pasien adalah ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan
utama dari suami pasien dan penghasilan tambahan didapatkan pasien dari
hasil membantu orang tuanya berjualan makanan.
II.5.13. Riwayat Khusus
Pasien tidak pernah mempunyai pengalaman militer
Pasien tidak pernah mempunyai Urusan dengan polisi
II.6. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Dapat dipercaya
Kurang dapat dipercaya
Sangat diragukan kebenarannya
7
II.7. Kesimpulan Alloanamnesis
Sejak duduk di kelas 3 SMEA pasien menderita gangguan jiwa
szikoafektif dan pernah mencoba bunuh diri namun gagal. Tujuh tahun yang
lalu pasien mondok kembali di rumah sakit grasia dengan gejala yang sama.
Sekarang mondok kembali karena pasien marah-marah dan berbicara kasar.
Keluarga pasien berasa dari keluarga social ekonomi menengah
kebawah, akan tetapi cukup perhatian akan kesehatan dan keadaan OS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
III.1. STATUS PRAESENS
III.1.1. Status Internus
Keadaan Umum : compos mentis
Bentuk Badan : tinggi langsing, tidak ditemukan kelainan
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 161 cm
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 96 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 37C
Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien
menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
Leher : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien
menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
Thorax :
Sistem Kardiovaskuler : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena
pasien menolak untuk dilakukan
pemeriksaan.
Sistem Respirasi : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena
pasien menolak untuk dilakukan
pemeriksaan.
Abdomen :
Sistem Gastrointestinal : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena
pasien menolak untuk dilakukan
pemeriksaan.
Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena
pasien menolak untuk dilakukan
pemeriksaan.
8
Ekstremitas :
Sistem Muskuloskeletal : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena
pasien menolak untuk dilakukan
pemeriksaan.
III.1.2. Status Neurologis : tidak dilakukan pemeriksaan fisik karena pasien
menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
III.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang
Tidak ada data Pemeriksaan Darah, EKG, EEG, CT Scan, Foto
Rontgen, dll yang pernah dilakukan pasien
III.2. STATUS PSIKIATRI
Tanggal Pemeriksaan: 13 November 2012
III.2.1. Kesan Umum : Seorang perempuan, sesuai umur, tampak gembira,
penampilan dan rawat diri baik, dan tampak
bersemangat dalam menceritakan keluhannya sambil
tertawa berlebihan, tampak sehat, tidak tampak lemah,
tidak tampak pucat. E. 4 V.5 M.6
III.2.2. Kesadaran :
Kuantitatif
√ Compos mentis
Apatis
Somnolen
Kualitatif
Berubah
√ Tak Berubah
III.2.3. Orientasi Orang/Waktu/Tempat/Situasi:
Baik
√ Buruk
III.2.4. Penampilan/Rawat Diri:
√ Baik
Cukup
Kurang
III.2.5. Sikap dan Tingkah Laku:
Dalam batas normal
Hipoaktif
Disaktif
√ Hiperaktif
Agitasi psikomotor
Gaduh gelisah
9
√ Hiperaktif
Merusak
Lain-lain, sebutkan: ___________
III.2.6. Roman Muka (Ekspresi Muka):
Tak ada kelainan
Indifferent
√ Banyak mimik
Sedikit Mimik
Curiga
Sedih
Marah
Gembira
III.2.7. Afek :
Tak ada kelainan
Tumpul
Datar
Indifferent
√ Euphoria
Elasi
Ectase
Panik
Tension
Ambivalensi
Takut
Susah
Depersonalisasi
Derealisasi
Inappropriate
√ Labil
Cemas
Curiga
Lain-lain, sebutkan: __________
III.2.8. Proses Pikir
III.2.8.1. Bentuk Pikir:
Realistik
√ Autistik
Dereistik
Pikiran tak logis
10
Gangguan fikiran formal
III.2.8.2. Isi Pikir :
Tak ada kelainan
Phobi
Obsesi
Idea of reference
Waham
Dikejar
√ Diancam
√ Curiga
Berdosa
√ Cemburu
Kebesaran
Seksual
Rendah Diri
Hipokondri
Bizarre
Sisip pikir
Siar pikir
Dikendalikan
Penyedotan pikiran
√ Magik mistik
Lainnya, sebutkan: _____________
III.2.8.3. Progresi Pikir :
Kualitatif
Tak ada kelainan
Perseverasi
Verbigerasi
Ekholali
Ganser sindrom
Neologisme
Inkoherensi
Sirkumstansial
√ Flight of ideas
Flight into mysticism
Flight into intelectualisme
Gagap
11
Irelevansi
Tangensial
Lainnya, sebutkan : _____________
Kualitatif
Tak ada kelainan
√ Logorrhoe
Remming
Blocking
Mutisme
III.2.9. Mood dan Interest :
Dalam batas normal
Depresi
Kehilangan minat
Hidup tidak berguna
Rendah diri
Tidak mampu
Tidak punya harapan masa depan
Merasa sedih, putus asa, murung
Lainnya, sebutkan: ______________
Kecemasan
Merasa cemas dan khawatir
Sering berdebar-debar
Mudah kaget
Perasaan mudah berubah
Cemas menjadi gila
Takut mati
Sulit tidur
Tidak bisa tidur nyenyak
Mimpi buruk
Lingkungan berubah/asing
Lainnya, sebutkan: _________
√ Paranoid
√ Merasa terancam
√ Curiga pada orang di sekitarnya
Iritabilitas/Sensitifitas
Mudah tersinggung
Merasa diperlakukan tidak adil
12
√ Euforia
√ Sangat bahagia
Dalam kenikmatan luar biasa
III.2.10.Hubungan Jiwa :
√ Sukar
Mudah
III.2.11. Perhatian :
√ Mudah ditarik mudah dicantum
Mudah ditarik sukar dicantum
Sukar ditarik sukar dicantum
III.2.12. Persepsi :
Halusinasi
√ Dengar
√ Pandang
Penghidu
√ Peraba
Pengecap
Seksual
Ilusi
III.2.13. Memori :
Amnesia
Anterograd
Retrograd
Anteroretrograd
Hipomnesia
√ Hipermnesia
Paramnesia
Konfabulasi
De ja vue
Jamais vue
De ja vacue
III.2.14. Gangguan Inteligensi Sesuai Umur/Pendidikan
√ Tidak ada
Ada
III.2.15. Insight :
√ Baik
Buruk
III.2.16.Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan: tidak ada
13
III.3. Hasil Pemeriksaan Psikologi
III.3.1. Kepribadian :
ekstrovert
III.3.2. IQ:
Tidak ada data pemeriksaan IQ serta sulit untuk dilakukan penilaian IQ
secara cepat pada saat PPK
III.3.3. Lain-lain:
Tidak ada data dan tidak ada pemeriksaan psikologi lain yang
dilakukan pasien
III.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologi
Tidak ada data dan tidak ada pemeriksaan sosiologi yang dilakukan
pasien.
IV. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
IV.1. Tanda-Tanda (Sign)
Tidak ada sign secara fisik (dari pemeriksaan fisik dan status
neurologis)
IV.2. Gejala (Simtom)
Kesadaran : kompos mentis, tak berubah
Orientasi : baik
Penampilan dan rawat diri : baik
Sikap dan tingkah laku : hiperaktif
Roman muka : banyak mimic
Afek : euphoria, labil
Bentuk Pikir : Autistik
Waham : Diancam, curiga, cemburu, magik mistik
Progresi pikir : Flight of ideas, Logorrhoe
Mood dan Interest :
√ Paranoid : merasa terancam, curiga pada orang di
sekitarnya
√ Euforia : sangat bahagia
Hubungan Jiwa : Sukar
Perhatian : Mudah ditarik mudah dicantum
Persepsi : Halusinasi dengar, pandang, peraba
IV.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)
Sindrom manik : hiperaktif, euforia, banyak mimik, flight of ideas,
logorrhoe.
14
V. DIAGNOSIS BANDING
susp. F25.0 skizoafektif tipe manik
Kegelisahan memuncak
Terdapat suara halusinasi yang mengancam pasien
Halusinasi visual
Terdapat waham curiga, cemburu dan diancam
Gangguan afektif terdapat dorongan kehendak
F20.0 skizofrenia paranoid
Terdapat suara halusinasi yang mengancam pasien
Halusinasi visual
Terdapat waham curiga, cemburu dan diancam
F30.2 manik dengan gejala psikotik
Mengacaukan aktivitas pekerjaan dan sosial
Terdapat waham curiga
Halusinasi
VI. PEMBAHASAN
Bentuk Pikir :
√ Autistik : pasien kadang tertawa dan tiba-tiba diam
Isi pikir :
Waham:
√ Diancam : pasien merasa diancam oleh temannya bahwa
temannya akan membunuh anaknya
√ Curiga : pasien merasa curiga kepada temannya
√ Cemburu : pasien merasa cemburu kepada ibunya dan merasa
ibunya da hubungan spesial dengan suaminya
√ Magik mistik : pasien merasa suaminya memiliki kekuatan mistik
yang mampu menyembuhkannya
Progresi pikir :
Kualitatif
√ Flight of ideas : pembicaraan pasien meloncat-loncat
√ Logorrhoe : pasien banyak bicara dan sulit dihentikan
Mood dan Interest :
√ Paranoid
√ Merasa terancam :
√ Curiga pada orang di sekitarnya
√ Euforia
√ Sangat bahagia : pasien selalu merasa sangat bahagia
15
Perhatian :
√ Mudah ditarik mudah dicantum
Persepsi :
Halusinasi
√ Dengar : pasien sering mendengar anaknya meminta tolong
√ Pandang : pasien sering melihat anaknya ingin dibunuh oleh
temannya
√ Peraba : pasien sering merasa diraba anaknya karena
anaknya ingin minta tolong
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang
ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi
empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe
skizofrenia atau tipe gangguan mood.
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik
gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol. Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham,
halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai
dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik
gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam
episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada
episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe
manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang
menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ-III):
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
16
a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain) .
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
17
dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
VII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1. Pemeriksaan Psikologi
Pasien diminta untuk menggambar, hasil gambar akan dinilai
untuk melihat suasana hati pasien saat ini. Pasien juga diminta
membaca titik-titik tinta dan diminta untuk mengungkapkan apa yang ia
lihat.
VII.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)
Tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang karena pasien
tidak mengeluhkan gejala fisik dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.
VIII. DIAGNOSIS
AKSIS I : F25.0 skizoafektif tipe manik
AKSIS II : Z 03.2 tidak ada diagnosis
AKSIS III : tidak ada (none)
AKSIS IV : Masalah dengan ”primary support group” (keluarga)
AKSIS V : GAF = 80
IX. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
IX.1. Terapi Organobiologik
IX.1.1. Psikofarmaka
Haloperidole
Haloperidole merupakan antagonis reseptor
dopamin. Dosis yang digunakan 3 x 1-5 mg/hari. Dosis
kecil digunakan untuk mengurangi efek samping yang
18
mungkin muncul. Efek samping dari penggunaan
haloperidole ini diantaranya menimbulkan kantuk dan
lesu.
Trihexyphenidyl (THP) 2 x 2 mg ( 1 – 0 – 1 )
Merupakan antidotum untuk efek samping dari
penggunaan haloperidol berupa gejala ekstrapiramidal
seperti tremor, sindrom parkinson, dll. Digunakan
sesuai kebutuhan bersamaan dengan pemberian
haloperidol. Dosis untuk pagi dan malam hari.
Klozapine
Klozapine digunakan jika pasien tidak
menunjukan perbaikan dengan 2 macam obat
antagonis reseptor dopamine. Dosis awal digunakan
dengan dosis rendah. Lalu dinaikkan dosisnya tiap 2-3
hari sampai dosis efektif dan dipertahankan selama 8-
12 minggu. Setelah itu dosis diturunkan setiap 2 minggu
sampai dosis maintenance dan dipertahankan 6 bulan
sampai 2 tahun sebelum dilakukan tappering off.
Penghentian mendadak klozapine dapat menyebabkan
cholinergic rebound, gangguan lambung, mual, diare,
pusing dan gemetar.
IX.1.2. Terapi Fisik
Tidak dilakukan terapi fisik karena pada pemeriksaan
fisik dan penunjang tidak didapatkan diagnosis adanya
penyakit fisik.
IX.2. Psikoedukatif/Psikoterapi
Tujuannya psikoterapi adalah untuk menguatkan daya tahan
mental yang ada, mempertahankan kontrol diri, mengembalikan
keseimbangan adaptif supaya dapat menyesuaikan diri. Cara-cara
psikoterapi suportif antara lain melalui bimbingan dan penyuluhan.
Berdasarkan subjek psikoterapi bisa dilakukan dengan :
Kelompok
Beberapa pasien dikumpulkan dalam satu ruangan
kemudian ada seorang terapist sebagai fasilitator. Pasien itu
19
kemudian dibiarkan saling berkomunikasi dan saling bertukar
pikiran. Setelah saling berkomunikasi terapist akan
memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang
dialami masing-masing pasien. Tujuan dari psikoterapi
kelompok ini adalah agar pasien mengembangkan kemampuan
untuk berkomunikasi dan tidak terus menarik diri dari
masyarakat.
Keluarga
Untuk pasien yang sudah keluar dari rumah sakit jiwa.
Keluarga diarahkan untuk bisa menghindari ungkapan emosi
yang bisa menjadikan kambuhnya penyakit pasien. Keluarga
juga diberi pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara
untuk menghadapi pasien jika pasien kambuh kembali.
Berdasarkan caranya psikoterapi bisa dilakukan dengan :
- Ventilasi : pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan
sehingga dapat diberikan problem solving yang
baik. Pasien juga dibimbing untuk terbuka terhadap orang lain
yang dapat dipercaya oleh pasien (untuk memperbaiki
kepribadian pasien yang cenderung tertutup). Dengan
demikian diharapkan pikiran dan wacana pasien dapat terbuka
lebar dalam menanggapi masalahnya.
- Persuasi : Membujuk pasien agar kooperatif dalam terapi seperti
minum obat dan rutin kontrol.
- Insight Psikoterapi : Memberi informasi yang masuk akal
kepada pasien tentang timbulnya gejala-gejala sehingga dapat
membebaskan pasien dari impuls-impuls yang sangat
mengganggu. Memberikan pengarahan kepada pasien atas
masalahnya baik itu dari faktor ekonomi maupun masalah yang
timbul dalam rumah tangga. Memberikan gambaran apakah
yang dipikirkan pasien itu adalah benar, apakah keputusan
yang terbaik dalam rumah tangga pasien dengan pertimbangan
pertumbuhan dan perkembangan status psikologi dan status
mental anak.
- Sugesti : Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol), apabila pasien kontrol secara
rutin dan rajin meminum obat. Memberikan masukan kepada
pasien dalam membina kembali hubungan yang baik dengan
20
suami dan keluarganya, dalam merawat dan mengasuh
anaknya.
IX.3. Terapi Sosiokultural
IX.3.1. Terapi Rehabilitatif
Menciptakan kontak sosial yang sehat dan baik untuk
pasien. Menerapkan sikap hidup sehat dan melihat hari
kedepan dengan keberanian dan semangat. Mengusahakan
pasien untuk jadi pribadi yang ekstrovert.
Terapi ini dilakukan untuk mempersiapkan pasien untuk
dapat kembali pada masyarakat dengan fungsi pekerjaan dan
sosial. Terapi kerja dilakakukan dengan memberikan bekal
ketrampilan kepada pasien sehingga pada saat
keluar nanti mempunyai bekal ketrampilan yang disesuaikan
dengan kemampuan pasien. Terapi kerja ditujukan untuk
mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter. Juga ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Mengajak pasien melakukan aktivitas
kegiatan positif. Pemberian okupasi terapi atas dasar
kesadaran bukan paksaan. Memberikan keterampilan pada
pasien untuk bekal dibawa pulang. Misal ketrampilan bercocok
tanam, permesinan, dan perkebunan. Dengan memiliki bekal
keterampilan berdasarkan kemampuan pasien, maka
diharapkan pasien setelah pulang dari rumah sakit dapat
mengembangkan keterampilannya itu sehingga menjadi
sesuatu yang dapat menghasilkan, sehingga dapat menambah
penghasilan. Dengan demikian diharapkan dapat meringankan
beban ekonomi yang selama ini dirasakan menjadi faktor
penyebab utama.
IX.3.2. Terapi Spiritual
Terapi spiritual dapat dilakukan dengan mengikutsertakan
pasien pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat
berjamaah atau mendengarkan ceramah. Terapi ini
dimaksudkan agar pasien tetap mengingat dan menjalankan
perintah dari ajaran/kepercayaannya sehingga dapat
membuatnya lebih merasa tenang, aman dan nyaman dalam
hati dan batin.
21
IX.3.3. Edukasi dan Modifikasi Keluarga
Untuk pasien yang sudah keluar dari rumah sakit jiwa.
Keluarga diarahkan untuk bisa menghindari ungkapan emosi
yang bisa menjadikan kambuhnya penyakit pasien. Keluarga
juga diberi pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara
untuk menghadapi pasien jika pasien kambuh kembali.
X. PROGNOSIS
X.1. Faktor Premorbid
Riwayat Penyakit Keluarga : Ada Tidak ada
Pola Asuh Keluarga: Demokratis Over Protektif Liberal
Kepribadian Premorbid: Introvert Ekstrovert
Stressor Psikososial: Ada Tidak ada
Sosial Ekonomi: Tinggi Menengah
Bawah
Status Perkawinan: Menikah Tidak menikah
X.2. Faktor Morbid
Usia Onset: Anak Remaja Dewasa Tua
Jenis Penyakit: Psikotik Non Psikotik
Perjalanan Penyakit: Akut Kronik
Kelainan Organik: Ada Tidak ada
Regresi: Ada Tidak ada
Respon Terapi: Bagus Jelek
X.3. Kesimpulan Prognosis
Baik
√ Dubia ad bonam
Dubia ad malam
Jelek
Keimpulan prognosis ini didapatkan dari hasil studi pustaka berikut ini
Indikator Pada Pasien Prognosis
22
1. Faktor kepribadian
2. Faktor genetik
3. Pola asuh
4. Faktor organik
5. Dukungan keluarga
6. Sosioekonomi
7. Faktor pencetus
8. status perkawinan
9. Kegiatan spiritual
Percaya Diri
Tidak ada
Perhatian cukup
tidak ada
Ada
Menengah kebawah
Ada
Tidak Menikah
baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
jelek
Baik
F
AK
TO
R M
OR
BID
10. Onset usia
11. Perjalanan penyakit
12. Jenis penyakit
13. Respon terhadap
terapi
14. Riwayat disiplin
minum obat
15. Riwayat disiplin
kontrol
16. Riwayat peningkatan
gejala
17. Beraktivitas
Remaja akhir-Dewasa
Kronik
psikotik
Baik
Baik
Baik
Tidak
Meningkat
Jelek
Jelek
Jelek
Baik
baik
Baik
Baik
Baik
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
XI.RENCANA FOLLOW UP
1. Perawatan di Rumah Sakit
- Memberikan pengertian kepada keluarga dan penjelasan tentang penyakit yang
diderita.
- Rencana Follow up yang dapat dilakukan yaitu evaluasi terhadap status psikiatrik
selama pasien dirawat di RS Grhasia dengan terus memantau perkembangan
pasien, pemberian obat, efek terapeutik obat, serta efek samping obat dan
bagaimana efek terapi psikiatri lainnya.
23
- Mengharapkan keluarga untuk mengunjungi pasien dibangsal. Sehingga dengan
demikian dapat membantu proses penyembuhan.
2. Perawatan di rumah
- Memberikan pengertian kepada keluarga agar secara rutin kontrol dan
mengingatkan pasien untuk rutin minum obat.
- Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang efek samping dari
pemberian obat. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien apabila gejala
negatif menonjol dengan demikian dapat dievaluasi terapi / pengobatan pasien.
XII. PEMBAHASAN
Analisis Identitas
Dari identitas pada pasien, tidak ada faktor predisposisi yang ditemukan.
Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menyebutkan bahwa skizofrenia biasanya muncul
pada usia remaja akhir atau dewasa muda, awitan pada laki-laki biasanya antara 15-
25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.
Analisis Riwayat Penyakit Sekarang
Maramis dalam buku Ilmu Kedokteran Jiwa menjelaskan beberapa hipotesis yang
saat ini diduga menjadi penyebab skizofrenia yaitu:
1. Hipotesis Dopamin: hipotesis ini menyebutkan bahwa penyebab skizofrenia
adalah adanya aktivitas yang berlebihan pada dopamine yang berada di
mesolimbik. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan bahwa amfetamin
yang bekerja untuk meningkatkan neurotransmitter dopamin dapat
menyebabkan gejala psikosis yang mirip dengan gejala skizofrenia.
2. Hipotesis Perkembangan Saraf: Studi pencitraan otak pada penderita
skizofrenia menunjukkan abnormalitas struktur dan morfologi otak seperti
berat otak yang relative lebih kecil dari orang normal dan gangguan
metabolism pada otak bagian frontal dan temporal.
Selain itu, Nurmalita dalam Buku Ajar Psikiatri menambahkan alasan hipotesis
dopamine dibuat adalah:
1. Cara kerja obat-obat pada skizofrenia (missal fenotiazin) bekerja memblok
reseptor dopamine pasca sinaps (D2)
2. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus
akumben dan putamen pada skizofrenia.
Analisis Anamnesis Sistem
Pada anamnesis system terhadap pasien tidak didapati keluhan apapun.
Analisis Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
24
Pada pasien tidak ditemukan faktor organik, faktor predisposisi dan faktor presipitasi
yang mendahului terjadinya skizofrenia saat ini.
Analisis Faktor Psikososial
Pasien merasa sering dilecehkan dan tidak dihargai dalam bekerja oleh ibu
pasien. Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menjelaskan bahwa pola komunikasi
keluarga memegang peranan penting dalam terjadinya skizofrenia. Komunikasi yang
baik dalam keluarga dan pola asuh orang tua akan sangat membantu dalam
membentuk sikap kepribadian seseorang.
Analisis Riwayat Penyakit Dahulu
Nurmiati dalam Buku Ajar Psikiatri menjelaskan bahwa skizofrenia merupakan
penyakit kronis sehingga sering berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan banyak
yang memiliki prognosis buruk terutama bagi pasien skizofrenia yang
menyalahgunakan zat psikoaktif atau pasien yang hidup dalam keluarga yang kurang
harmonis. Pada kasus ini, pasien mengaku merasa pekerjaannya tidak dihargai oleh
ibunya, ia merasa dilecehkan dalam bekerja dan sering dimarahi. Hal inilah yang
memungkinkan pasien mengalami relaps skizofrenia kembali.
Analisis Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita skizofrenia maupun gangguan jiwa
lainnya. Pola asuh keluarga saat pasien kecilpun cukup baik. Namun, saat ini pasien
sering merasa ibunya tidak menghargai pekerjaan yang pasien lakukan. Ibunya juga
sering memarahinya saat bekerja.
Analisis pemeriksaan status psikiatri
Pemeriksaan status psikiatri pasien berupa kesan umum, orientasi terhadap
tempat/orang/waktu serta penampilan diri dapat disimpulkan dalam keadaan baik.
Kesan umum pasien tampak sadar penuh, tampak sehat, tidak lemah dan tidak
pucat. Pasien masih dapat mengetahui ia berada dimana, saat ini tanggal berapa dan
masih mengenal orang-orang di sekitarnya. Penampilannya pun dapat dikatakan baik
dan cukup bersih.
Untuk sikap dan tingkah laku pasien adalah hiperaktif dan banyak mimk saat bicara.
Saat pasien bercerita tentang dirinya, ia banyak menggunakan kedua tangan untuk
membantu menunjukkan apa yang pasien ceritakan. Ekspresi wajahnya pun mudah
berubah-ubah dan bermacam-macam.
Afek pada pasien adalah labil dan euphoria. Afek labil adalah perubahan afek yang
jelas dalam jangka pendek (nurmiati: 20_________). Saat bercerita, pasien sering
menunjukkan tingkah laku yang berbeda-beda, dari senang kemudian takut, tiba-tiba
pasien senang kembali. Namun secara umum, pasien tampak senang dan tidak
mengalami depresi.
Analisis terapi
25
Rencana terapi yang saya implementasikan juga memperhitungkan
kebutuhan intervensi yang menentukan dalam jangka pendek serta melanjutkan
treatment selama tahun-tahun selanjutnya. Keberhasilan terapi ini sangat bergantung
pada ketersediaan pasien untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan. Tidak
hanya itu saja, dukungan keluarga juga memegang peran yang sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan ini. Ketika pasien ditempatkan di rumah sakit jiwa
diharapkan pengobatan dapat berjalan dengan optimal. Selain itu diharapkan juga
hubungan dokter dengan pasien dapat berjalan dengan baik sehingga pasien
percaya pada dokter dan pasien mau meminum obat yang telah diberikan dokter
meskipun ia telah keluar dari rumah sakit. Pasien juga hendaknya mempelajari
bagaimana cara merawat dirinya sendiri dan bagaimana memulai suatu kehidupan
yang lebih normal.
DAFTAR PUSTAKA
Freedman R. Szikophrenia. N Engl J Med 2003;349:1738-49
Halgin, Richard P. 2011. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan
Psikologis. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Henderson DC, Goff DC. Risperidone as an adjunct to clozapine therapy in chronic
schizophrenics. J Clin Psychiatry 2006;57:395-7.
26
Josiassen RC, Joseph A, Kohegyi E, et al. Clozapine augmented with risperidone in
the treatment of skizophrenia: a randomized, double blind, placebo-controlled
trial. Am J Psychiatry 2005;162:130-6.
Kaplan, Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupan
Aksara
Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Soewandi. 2002. Simtomatologi Dalam Psikiatri. Yogyakarta: FKUGM
ANALISIS JURNAL
Judul Tulisan :
Predictors of the short-term responder rate of Electroconvulsive therapy in depressive
disorders – a population based study
Penulis :
Axel Nordenskjold, Lars von Knorring, and Ingemar Engstrom
Nama jurnal, volume, nomor dan tahun terbit :
BoimedCentral 12:115, 2012
27
Topik No Keterangan Ditemukan di halaman berapa, jelaskan
Judul
dan
abstrak
1 1. Indicate the study’s material
(ex plant) and subject (human
or animal)
2. Provide in the abstract an
informative and balanced
summary of what was done
and what was found
1. Menjelaskan subyek
penelitian
2. Memberikan ringkasan yang
informatif dan seimbang atas
apa yang dilakukan dan apa
yang ditemukan (hasil) dalam
abstrak
Ditemukan di halaman 1
1. This is a population-based study of all
patients (N = 990) treated with ECT for
depressive disorders, between 2008–2010
in eight hospitals in Sweden
“ Pasien diambil dari 8 rumah sakit di Swedia
berjumlah 990 yang diterapi dengan ECT
antara tahun 2008-2009 “
2. “This is a population-based study of all
patients (N = 990) treated with ECT for
depressive disorders, between 2008–2010 in
eight hospitals in Sweden….”
“Older patients, more severely ill patients,
psychotically ill patients and patients without
personality disorders had the highest
responder rates. Inpatients…..”
semua pasien (990) di obati dengan TEK
untuk gangguan depresi. Pasien depresi
psikotik merespon (88,9% vs 81,5%) untuk
yang mengalami depresi berat dan 72,8%
untuk depresi ringan. Tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat responden
antara pasien yang menderita bipolar,
pertama, sindrom depresi berulang, atau
episode depresif dari gangguan
schizoaffective
. Pasien dengan gangguan kepribadian
memiliki tingkat yang lebih rendah
responden (66,2% vs 81,4%). Juga, pasien
rawat jalan telah tingkat rendah responden
(66,3%) dibandingkan dengan pasien rawat
inap (83,4%)
28
Introduksi
Latarbel
akang
2 Explain the scientific
background and rationale for
the investigation being
reported
Menjelaskan latar belakang
yang ilmiah dan rasional
mengapa penelitian perlu
dilakukan
Pada halaman 1.
“Electroconvulsive therapy, ECT, is an
effective treatment for severe forms of
depression, such as psychotic or catatonic
depression. ECT has also been
recommended in less severe forms of
depression after pharmacotherapeutic failure
[1]. The efficacy of ECT in severe depression
is demonstrated to be high in clinical trials
with remission rates of 60–70% or more
repeatedly reported…..”
TEK merupakan terapi yang efektif untuk
beberapa kasus depresi. Dan pada kasus
depresi berat efek nya bisa mencapai 60-
70%. Tetapi ada perbedaan antara praktek
di klinis dan penelitian. Dimana pada
praktek klinis efikasi hanya 30-47%.
Tujuan 3 State specific objectives,
including any prespecified
hypotheses
Menentukan tujuan spesifik,
termasuk hipotesis yang
diajukan.
Halaman 2
“The aim of the present study is to investigate
the responder rate of Electroconvulsive
therapy, ECT, in
clinical routine work and to define clinical
characteristics predictive of response to ECT.
The main hypothesis is that the responder
rate of ECT might be lower in clinical routine
than in controlled trials.”
Tujuan penelitian ini untuk meneliti tingkat
respon dari terapi elektrokonvulsif pada
praktek klinis.
Bahan dan Cara
Bahan 4 Clearly defined how the
material were collected and
prepared
Menjelaskan bagaimana data
Pada halaman 2.
“In this study, 990 patients treated with ECT
for major depression or schizoaffective
disorder, depressed type between January 1,
29
dikumpulkan dan disiapkan. 2008 and December 31, 2010 in eight
hospitals in the middle of Sweden were
identified. Information about the clinical
outcome was available for 936 patients. Our
data therefore illustrate a population-based
cohort treated in ordinary clinical routine.”
Partisipan diambil dari 8 Rumah Sakit di
Swedia. Didapatkan 990 pasien diterapi TEK
karena depresi berat atau gangguan
skizoafektif antara 1 Januari 2008 dan 31
Desember 2010.
Participa
nt
Subyek
penelitia
n
5 Eligibility criteria for
participant / subject
Kriteria subyek penelitian
Pada halaman 2.
“Inclusion criteria in the study were:
1) Diagnosis of Depressive Episode (F32),
Major Depressive Disorder (F33) Bipolar
Disorder, depressive episode (F31.3-F31.5)
or Schizoaffective disorder, depressive type
(F25.1).
2) Treatment with ECT in one of the eight
hospitals in the middle of Sweden between
January 1, 2008 and December 31, 2010.
Each patient was included only with the first
treatment series in the period.
Exclusion criteria from statistical analysis
was:
1) No Clinical Global Impression –
Improvement (CGI-I) data available after
ECT.”
Kriteria partisipan:
1. Diagnosis Depressive Episode (F32),
Major Depressive Disorder (F33)
Bipolar Disorder, depressive episode
(F31.3-F31.5) or Schizoaffective
disorder, depressive type (F25.1).
2. Diterapi TEK antara 1 Januari 2008
30
dan 31 Desember 2010 di salah satu
dari 8 RS Swedia
Dan disingkirkan bila:
Tidak ada data CGI-I setelah TEK
Interve
nsi
6 Precise details of the
intervention intended for each
group and how and when
they were actually
administered
Menjelaskan intervensi yang
dilakukan pada tiap kelompok
perlakuan dengan detail.
Termasuk bagaimana dan
kapan intervensi diberikan.
“Most treatments were unilateral, but in 13%
at least one of the treatments in the series
was bitemporal and in 4.8% at least one
treatment was bifrontal. The mean dosage at
the last treatment if unilateral was 0.49 ms
(SD 0.14), 73 Hz (SD 23), 7.4 s (SD 0.83),
840 (SD 53) mA and 451 (SD 186) mC. The
mean number of ECT sessions was 8.0 (SD
3.2)”
ECT dilakukan dalam waktu 0,49 ms dengan
frekuensi 73 Hz.
Outcome 7 Clearly defined primary and
secondary outcome
measures and, when
applicable, any methods
used to enhance the quality
of measurements (e.g.,
multiple observations,
training of assessors).
Menjelaskan pengukuran
outcome, baik utama maupun
sekunder,
Pada halaman 3.
“ECT was administered using a bidirectional
constant current, brief pulse device. The
Mecta Spectrum 5000Q device (Mecta Corp,
Lake Oswego, Ore) was used at six hospitals
and a Thymatron system IV and”
Pengukuran menggunakan CGI-I. Clinical
Global Impression-Improvement Scale
Besar
sampel
8 Subject number used in the
study
Jumlah subyek penelitian.
Pada halaman 2
“In this study, 990 patients treated with ECT
for major depression or schizoaffective
disorder, depressed type between January 1,
2008 and December 31, 2010 in eight
hospitals in the middle of Sweden were
identified. Information about the clinical
outcome was available for 936 patients”
“ pada studi ini, 990 pasien diterapi
dengan ECT untuk gangguan 31
skizoaktif dan depresi mayor….”
Metode
statistik
9 Statistical methods used to
compare groups for primary
outcome(s) and other
outcome
Metode statistik yang
digunakan untuk
membandingkan hasil
kelompok satu dengan yang
kelompok
Halaman 3
“Frequency distributions were tested by
means of chisquare tests. Differences
between means were tested by the Student's
t-test. To assess the relative importance of
certain factors, a logistic regression, forward
conditional, with improved as dependent
variable and factors with a trend toward
statistical significance in the univariate
analysis entered (p < 0.10). The tests
performed were two sided and alpha was set
to 0.05. SPSS version 15.0 (SPSS Inc,
Chicago, Ill) was used for the statistical
analyses”
Metode dilakukan dengan program SPSS
versi 15.0 (SPSS Inc, Chicago, Ill).
Hasil
Alur
penelitia
n
10 D efining the periods of
study and follow-up
Menjelaskan waktu
penelitian dan follow-up
Halaman 2
“Six hospitals started reporting data in 2008,
one hospital started in 2009 and one hospital
in 2010.”
6 rumah sakit memulai pada tahun 28, satu
rumah sakit pada tahun 2009 dan satu yang
lainnya pada tahun 2010
Outcome
dan
estimasi
11 For each primary and
secondary outcome, a
summary of results for each
group .
Untuk tiap outcome utama
dan sekunder, ringkasan
atas hasil bagi tiap
kelompok.
Halaman 3.
“Out of 936 patients, 750 were improved
according to CGI-I corresponding to an
overall responder rate of 80.1%.”
Dari 936 pasien, 750 membaik sesuai
dengan skala CGI-I dengan responder rate
80,1%
Diskusi
Interpret 12 Interpretation of the results, Halaman 5.
32
asi taking into account study
hypotheses, sources of
potential bias or imprecision
and the dangers associated
with multiplicity of analyses
and outcomes.
Interpretasi hasil,
memperhitungkan hipotesis
penelitian, sumber bias atau
ketidaktepatan dan bahaya
yang berhubungan dengan
keragaman analisis dan
outcome.
“Four out of five patients in a consecutive
clinical sample were improved by ECT similar
to earlier reports from clinical trials [3,4] and
from clinical routine [5]. More severe forms of
depression were associated”
4 dari 5 pasien yang mendapat terapi TEK
memiliki respon yang baik terhadap terapi.
Dan pasien rawat inap lebih berespon
terhadap terapi dibanding pasien rawat jalan,
ini bisa dikarenakan karena pasien rawat
inap bisa lebih dikontrol. Dan perubahan
kepribadian tidak bisa dengan mudah
dirubah dengan TEK tapi ini juga karena
pada penilitian ini tidak dilakukan interview
untuk mengumpulkan data mengenai
kelainan kepribadian.
Generali
zability
13 Generalizability (external
validity) of the trial findings.
Apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan di
masyarakat.
Pada halaman 4
“Older age, absence of schizoaffective
disorder, psychotic symptoms and inpatient
status were independent significant
predictors of response in a forward
conditional logistic regression analysis.
Improvement was the dependent variable
and age, diagnosis, severity of depression
and in/out patient status were independent
variables.”
Dapat dilakukan karena sudah dilakukan di 8
rumah sakit dan pasien terdiri dari laki-laki
perempuan, umur diatas dan dibawah 50
tahun, dan pasien rawat inap serta rawat
jalan.
Overall
evidence
14 General interpretation of the
results in the context of
current evidence.
Interpretasi umum terhadap
hasil dalam konteks bukti
“Our results show that psychotically
depressed patients have a very high
probability of benefit from ECT. We further
conclude that the responder rate to ECT
tends to be high for all groups investigated. 33
terkini. Even in the least responsive groups most
patients responded to ECT. Furthermore,
inpatient ECT may be more effective than
outpatient ECT.”
Pada pasien depresi psikotik menunjukkan
respon yang baik terhadap ECT, pasien
rawat inap mersepon lebih baik disbanding
pasien rawat jalan.
34