laporan kajian kritis dan gagasan pengembangan strategi … · 2018. 3. 13. · laporan kajian...

325
1 Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi Pengembangan Sumber Penghidupan dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kawasan Sebangau Ilya Moeliono dan Irawan Itta Palangka Raya, Maret 2015

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

1

Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan

Strategi Pengembangan Sumber Penghidupan dan

Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kawasan Sebangau

Ilya Moeliono dan Irawan Itta

Palangka Raya, Maret 2015

Page 2: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

i

Rangkuman Eksekutif

Taman Nasional Sebangau, seperti kebanyakan taman n asional di Indonesia, harus hidup

berdampingan dengan desa-desa yang berada di dalam atau berbatasan dengan wilayahnya.

Keadaan itu menjadikan perlunya upaya pelibatan mas yarakat dalam upaya-upaya konservasi

suatu keniscayaan. Namun karena kepentingan masyara kat yang utama adalah mengusahakan

sumber-sumber penghidupannya (livelihood), salah satu langkah awal WWF adalah mengem-

bangkan prakarsa-prakarsa pengembangan sumber-sumber penghidupan. Suatu kajian

partisipatif dilakukan untuk merefleksikan upaya-up aya pengembangan kehidupan yang ada

dalam bingkai lingkungan kawasan Sebangau yang lebi h luas.

Kajian dilakukan dengan dua metoda secara paralel; kajian parisipatif dan survey. Kajian

partisipatif dengan cakupan pengelolaan sumberdaya alam yang luas dilakukan di 10 desa

untuk mulai melibatkan masyarakat dan mengajak mere ka merefleksikan permasalahan-

permasalah sumber penghidupan mereka serta mengembangkan gagasan-gagasan awal untuk

membangun kehidupan yang lebih baik dimasa yang aka n datang. Sementara survey dilakukan

di delapan desa dengan fokus pada aspek mata-pencah arian warga masyarakat dalam konteks

ekonomi kawasan.

Dalam pengembangan mata-pencaharian masyarakat diid entifikasi beberapa masalah “klasik”

pengembangan ekonomi masyarakat, yakni produktivita s yang rendah, kuatnya orientasi

subsisten dan lemahnya orientasi pasar, kurangnya akses terhadap modal, kurangnya akses

terhadap pasar, kompetisi internal dan lemahnya kel embagaan ekonomi masyarakat, kurang-

nya teknologi pengolahan pasca-panen. Hal-hal itu b erakibat lemahnya posisi tawar warga

masyarakat desa yang kemudian berakibat penguasaan produk dan pemasaran oleh pedagang

perantara melalui sistim perijonan.

Namun masalah livelihood utama yang diidentifikasi kajian ini adalah masalah degradasi dasar

sumberdaya alam (resource base) yang menjadi sumber penghasilan utama masyarakat yang

sebagian besar adalah nelayan sungai, yakni degrada si ekositem sungai Sebangau, sungai

Katingan serta anak-anak sungainya.

Secara konsisten dalam kajian ini, warga masyarakat menyampaikan informasi tentang

kecenderungan penurunan hasil tangkapan sebagai sal ah satu masalah utama. Ada beberapa

sebab yang diduga menjadi penyebab hal itu, yakni p enangkapan berlebih (over-fishing)

karena meningkatnya jumlah penangkap ikan dan cara- cara penangkapan yang “terlampau

efisien”, cara-cara penangkapan yang destruktif, dan menurunnya mutu baku air sungai

karena pencemaran. Walaupun bisa jadi semua faktor itu berpengaruh, ditengarai yang paling

bermakna adalah penurunan baku-mutu air sungai. Dug aan itu muncul selain karena

kecenderungan yang berlanjut menurunnya hasil tangk apan dari sungai, tetapi juga beberapa

peristiwa matinya ikan dalam keramba di beberapa tempat, terutama setelah terjadinya

hujan. Ironinya dalam kasus-kasus itu adalah bahwa teknologi pemeliharaan ikan dalam

keramba sesungguhnya diadopsi masyarakat justru sebagai alternatif mengatasi masalah

penurunan populasi ikan di sungai.

Setelah sungai, sumberdaya alam terpenting tentulah lahan, dan dalam hal ini yang menjadi

masalah bagi penghidupan masyarakat adalah kepastia n akses terhadap lahan dalam jangka

panjang. Beberapa persoalan kunci dalam hal ini ada lah belum jelasnya tata-batas antar

desa, batas antara desa dan Taman Nasional Sebangau , serta batas antara desa dengan

perkebunan kelapa sawit. Semua batas yang belum jel as menjadi masalah, namun yang paling

Page 3: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

ii

dipersoalkan adalah perluasan perkebunan kelapa saw it. Persoalan akses akan lahan ini makin

terasa di desa-desa di tepian sungai yang biasa mengalami banjir yang menggenangi lahan-

lahan pertanian mereka.

Sumber penghasilan masyarakat sesungguhnya cukup be ragam, tetapi nyaris semua penghasil-

an tersebut berasal dari sumber-sumberdaya alam yang dalam dasawarsa terakhir ini menurun

dengan cepat; ikan, kayu dan berbagai hasil hutan n on-kayu semuanya mengalami penurunan,

bahkan beberapa sumberdaya alam sudah sukar diperol eh (kayu, gemor) dan beberapa

sumberdaya alam lain nyata tidak akan berkelanjutan pada tingkat eksploitasi sebagaimana

saat ini (misalnya burung dan gaharu) Dalam jangka- panjang sumberdaya alam tersebut hanya

bisa menjadi bagian dari solusi jika dikelola dan dijaga keberlanjutannya.

Rekomendasi yang paling mendasar dari hasil kajian ini adalah bahwa demi keberlanjutan

penghidupan masyarakat, dasar sumberdaya alam yang ada bukan saja perlu dijaga, tetapi

bahkan dikembangkan kembali paling tidak ke tingkat yang sama seperti dua dasawarsa yang

lalu. Artinya sebab-sebab degradasi perlu diidentif ikasi dengan lebih pasti dan dicari

pemecahannya. Kajian tentang mutu air yang telah di lakukan memperkuat dugaan terjadinya

pencemaran, tetapi belum menunjukan dengan jelas sumber pencemarannya. Kajian lebih

lanjut tentang hal ini masih diperlukan.

Upaya pengembangan mata-pencarian tetap diperlukan karena merupakan prioritas yang

praktis dan jangka-pendek bagi warga masyarakat, namun tujuan strategis jangka panjang –

yakni pemberdayaan masyarakat - perlu diberi perhat ian yang seimbang dalam pengembangan

program. Pemberdayaan dalam arti pengembangan kapas itas kelembagaan masyarakat untuk

mampu berperan secara bermakna dalam pengelolaan sumberdaya alam yang menjadi

kepentingannya.

Pemberdayaan masyarakat tersebut semestinya menjadi bagian dari pemberdayaan semua

pemangku kepentingan terhadap kawasan Sebangau dalam pengembangan sistim pengelolaan

sumberdaya bersama (common property regime) dimana kepentingan-kepentingan semua

pihak bisa diakomodasikan secara berimbang dan diikuti dengan tanggungjawab yang

sepadan.

Beberapa kegiatan yang sudah berjalan sebagai bagian dari program – seperti penabatan,

pemeliharaan ikan dalam kolam terpal, perumusan dan penetapan Perdes tentang pengelola-

an sumberdaya alam tentu perlu dilanjutkan namun pe rlu ditempatkan dalam bingkai pember-

dayaan masyarakat dan pengembangan sistim pengelola an sumberdaya alam bersama. Artinya

gagasan-gagasan itu seyogyanya jangan sekedar “ditu runkan” sebagai proyek, tetapi dibahas

bersama secara kritis, dikembangkan bersama dan dilaksanakan sebagai kegiatan bersama.

Page 4: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

iii

Executive Summary

The Sebangau National Park, like most national parks in Indonesia, must coexist with villages

that are within or adjacent to its area. This situa tion makes the need for community

involvement efforts in conservation initiatives a necessity. However, because the main

interest of the communities is their livelihood, one of the initial steps WWF has taken are

initiatives in livelihoods development. A participatory study was conducted to reflect those

livelihood development efforts in the framework of the wider Sebangau environment.

The study was conducted using two different methods in parallel; a participatory study and a

survey. The participatory study with a wide natural resource management scope was

conducted in 11 villages to start engaging communit ies and invite them to reflect on their

livelihood problems-problems and develop initial ideas to build a better life in the future.

While the survey was conducted in eight villages wi th a focus on various aspects of community

livelihoods in the context of the area-wide economy.

In the communities livelihood development efforts several "classic" problems in rural

economic development were identified, i.e. low productivity, a strong subsistence orientation

and weak market orientation, the lack of access to capital, the lack of access to markets,

internal competition and weak economic institutions of the communities. Those problems

resulted in the weak bargaining position of village people which in turn results in the

domination of products and markets by middlemen through a system of ijon1.

But the main livelihood issue identified by this study is the degradation of the natural

resource base as the main source of people’s livelihoods, mostly river fishing, that is the

degradation of the river ecosystem of the Sebangau and Katingan rivers and their tributaries.

Consistently in this study, community members expressed the downward trend of fish-catches

as one of the main problems. There are several causes are suspected to be the cause of it,

namely over-fishing due to the increased number of people fishing and "too efficient" ways of

fish-catching, destructive ways of fishing, and the decline in water quality of the river

because of pollution. Although it well be all of those factors are influential, the decline in

water quality of the river is considered the most s ignificant. Besides being due to the

continuing trend of reduced fish-catches from the r iver, this assumption also emerged

because some events in several places were a great number of fish in cages died at the same

time, especially after rains. The irony in these cases is that the technology of raising of fish in

cages was actually adopted by the communities as an alternative to overcome the problem of

the decline of fish populations in the river.

After the river, certainly the most important natural resource is land, and in this case the

issue that has become a problem in the livelihoods of the people is the long run security in

their access to land. Some of the key issues in thi s case are the lack of clarity of the inter-

village boundaries, the boundaries between the vill ages and Sebangau National Park, as well

as the boundaries of the villages with oil palm plantations. All unclear boundaries are

problematic, but the most problematic issue is the expansion of oil palm plantations. The

issue of access to land is m more felt in villages on the shores of the river that experience

regular flooding inundating their agricultural lands.

1 A system of debt bondage wereby the money lender p rovides capital on the condition that at harvest time the produce is sold only to him/her at a predetermined price.

Page 5: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

iv

The sources of people’s income are actually quite diverse, but almost all incomes are derived

from the natural resources which in the last decade are declining rapidly; fish, timber and

non-timber forest products have all decreased, and even some natural resources has become

difficult to obtain (i.e. timber and gemor) and some other natural resources will not be

sustainable at their current levels of exploitation (e.g. birds and gaharu). In the long-term

natural resources that can only be part of the solution if they are managed and their

sustainability maintained.

The most fundamental recommendation from the results of this study is that for the

sustainability of people’s livelihoods, the natural resource base not only needs to be

maintained, but even developed back at least to the level of a decade ago. This means that

the causes of degradation should be identified more definitely and resolved. The study on

water quality which has been carried out has streng thened the suspicion of pollution,

however, it is not show the sources of the pollution. Further studies in this regard are still

needed.

Efforts to develop people’s livelihood remain necessary as it is a short-term practical priority

of the people, but the long-term strategic goals - namely empowerment - should be given

equal attention in the development of the program. Empowerment in terms of institutional

capacity building of the communities to be able to contribute significantly in the management

of natural resources into their interests.

The community empowerment should be part of the empowerment of all stakeholders in the

development of the region Sebangau shared resource management system (common property

regime) where the interests of all parties can be accommodated in a balanced and followed

by a proportionate responsibilities.

Some of the activities already underway as part of the program - such as Canal blocking, fish-

raising in the tarpaulin pools, formulation and promulgation of village regulations on the

management of natural resources would need to be continued, but needs to be placed within

the framework of people’s empowerment and development of a collaborative natural

resource management systems. This means that the ideas should not just introduced in a top-

down manner as a project, but critically discussed together, developed together and

implemented as a joint activity.

Page 6: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada saat ini masyarakat kawasan Taman Nasional Sebangau tengah mengalami masalah yang

cukup besar, yakni penurunan penghasilan seiring te rjadinya degradasi sumberdaya alam yang

merupakan sumber penghasilannya. Masalah ini bermul a dimasa lalu ketika 13 perusahaan

kayu beroperasi di wilayah Sebangau, walaupun pada saat itu masalahnya belum terasa,

bahkan banyak warga masyarakat ikut serta dalam keg iatan penebangan kayu – baik yang

resmi maupun yang illegal – dan mengalaminya sebaga i sesuatu yang positif. Dan memang

pada saat itu kayu menjadi sumber pendapatan bagi b anyak pihak, termasuk warga

masyarakat yang pada saat ini mengalami akibat dari degradasi sumberdaya alam tersebut.

Dan walaupun menghadapi banyak masalah, ketika warg a masyarakat diajak berdiskusi

tentang sejarah sumberdaya alam dan segala persoalannya di desa-desa mereka, dengan

sukarela mereka berpartisipasi. Para penulis kajian ini mengakui bahwa laporan ini adalah

rangkuman dari hasil diskusi masyarakat berdasarkan data yang diungkap warga masyarakat.

Untuk itu para penulis menghaturkan terimakasih pad a semua warga masyarakat, tokoh

masyarakat, dan pimpinan masyarakat, di desa-desa y ang tercakup dalam kajian ini.

Penghargaan kami sampaikan pada warga masyarakat yang membantu pengkajian ini, bahkan

menjadi anggota tim kajian, yakni Ibrahim, Muhammad Efendi, dan Surahmansyah, dan tidak

boleh para penulis melupakan untuk berterimakakasih kepada staf akademik Universitas

Palangka Raya yang menjadi pelaksana survey, yakni Marhot H. Siregar, Iskandar Fauzi,

Pordamatra dan Bapak Reinhart Jemi

Tentu juga kepada para staf WWF dan staf BTNS yang menjadi anggota tim pengkajian kami

patut berterimakasih. Mereka adalah Dadang Riansyah , Deni Setiawan, Edy Sutarjo, Ma’mun

Ansori, Okta Simon, Suwanto, Fami, Hariadie, Devinta A., Tito Surogo,

Pada tingkat lembaga, kami menyampaikan penghargaan kami kepada Kepala BTNS, Bapak

Ir. Adib Gunawan, Ketua Lembaga Penelitian Universi tas Palangka Raya- Dosis Th. Unjung, dan

Direktur WWF-Kalimantan Tengah Ibu. Rosenda Ch. Kas ih

Secara khusus kami sampaikan apresiasi kepada Bapak Didiek Surjanto dari WWF yang menjadi

inisiator dan merancang ide kajian ini, dan juga secara aktif ikut membahas dan

mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kawasan Sebangau.

Akhirnya tim berharap bahwa semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, secara khusus

kepada stakeholder di wilayah Sebangau.

Bandung – Palangka Raya, Maret 2015

Ilya Moeliono dan Irawan Itta

Page 7: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

vi

Daftar Isi Rangkuman Eksekutif................................ ................................................... .....i

Executive Summary.................................. ................................................... ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................... .. v

Daftar Isi ........................................ ................................................... . vi

Daftar Tabel ...................................... ................................................... ..viii

I. Kawasan Taman Nasional Sebangau .................... ............................................ 1

A. Kawasan Sebangau sebagai Wilayah Studi............. ........................................... 1

B. Program Sekamoza WWF............................................................................ 2

II. Rancangan Studi .................................... ................................................... 2

A. Tujuan Studi ....................................... ................................................... 2

B. Manfaat Studi...................................... ................................................... 2

C. Metoda dan Teknik Pengkajian ....................... ............................................. 3

1. Kajitindak Partisipatif ............................ ................................................. 3

2. Survey Sosial, Politik dan Ekonomi Desa........................................................ 4

III. Gambaran Pelaksanaan Studi ......................... ............................................... 5

A. Kajitindak Partisipatif............................ ................................................... 5

1. Pelatihan .......................................... .................................................. 5

2. Praktek Lapangan ................................... ............................................... 5

3. Pelaksanaan kajian dan perencanaan desa bersama mas yarakat ........................... 5

4. Penulisan Laporan Desa ............................. .............................................. 6

B. Survey ............................................ ................................................. 6

1. Persiapan.......................................... .................................................. 6

2. Orientasi Pewawancara .............................. ............................................. 6

3. Ujicoba Kuesioner.................................. ................................................ 7

4. Pelaksanaan Survey ................................. ............................................... 7

5. Tabulasi dan Analisa Data Hasil Survey ............. ............................................ 8

C. Analisa dan Laporan Tingkat Kawasan ................ ............................................ 8

IV. Hasil Studi 8

A. Pokok-pokok Persoalan yang Ditemukan ......................................................... 9

1. Kondisi Terkini Dasar Sumberdaya Alam........................................................ 9

a) Potensi sumberdaya alam dan pemanfaatanya:......... ................................... 9

b) Kondisi Sumberdaya Alam Saat Ini ................... .......................................11

2. Pengelolaan Usaha-usaha Masyarakat................. .........................................15

a) Jenis-jenis usaha masyarakat yang ada .............. ......................................15

b) Persoalan-persoalan yang dihadapi: ................. .......................................19

3. Pengelolaan Sumberdaya Alam di Desa-desa ........... ......................................21

a) Pengelolaan Sumberdaya Alam oleh Masyarakat........ ..................................21

b) Batas desa, akses, dan kompetisi atas sumberdaya al am ...............................22

c) Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam ............... ...................................23

d) Ancaman-ancaman terhadap sumberdaya alam........... ................................24

4. Masalah-masalah Sosial-budaya dan politik di desa.. ........................................25

a) Kelembagaan Pemerintah Desa........................ ......................................25

b) Modal Sosial dan Kondisi Sosiokultural .....................................................26

5. “Ketidak hadiran” Pemerintah....................... ...........................................28

Page 8: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

vii

B. Refleksi dan Analisa ............................... .................................................29

1. Analisa Ekonomi .................................... ...............................................29

a) Gambaran Mata Pencaharian Masyarakat: .............. ...................................29

b) Ketergantungan pada pedagang perantara dan pemilik modal. ........................36

c) Permodalan untuk usaha. ........................... ........................................37

d) Pemasaran. ......................................... ............................................37

e) Manajemen Usaha Masyarakat: ........................ ......................................38

f) Potensi yang belum tergarap: ....................... ........................................38

g) Infrastruktur transportasi/komunikasi.............. ........................................39

2. Analisa pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. .....................................39

3. Analisa Kelembagaan ................................ .............................................42

V. Kesimpulan dan Rekomendasi ......................... .............................................44

A. Kesimpulan ......................................... .................................................44

1. Sumber-sumber mata-pencaharian..................... ........................................44

2. Sumberdaya alam dan lingkungan ..................... .........................................44

B. Rekomendasi/Gagasan ................................ .............................................45

1. Pengembangan Sumber-sumber Penghidupan ............. ...................................45

2. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat untuk Pelestarian Dasar Sumberdaya Alam. ................................... .............................................51

3. Pendekatan Partisipatif untuk Pemberdayaan Masyarakat..................................52

4. Pendekatan Kolaboratif pada Skala Kawasan .......... .......................................52

5. Pemberdayaan Semua Pemangku kepentingan ............ ...................................54

6. Advokasi Kebijakan ................................. ..............................................55

7. Pengelolaan Sengketa ............................... .............................................56

8. Penelitian-penelitian lanjutan ..................... .............................................57

VI. Refleksi atas Pelaksanaan Kajian Partisipatif ...... ..............................................59

VII. Penutup .......................................... ..................................................61

Lampiran-lampiran.................................. ................................................... .62

Peta Kawasan dan Desa-desa Kajian .................. ...............................................63

Lampiran 2: Laporan-laporan Kajitindak Partisipatif di Desa-desa Kawasan Sebangau.......64

Lampiran 2-1: Kajitindak Partisipatif di Kelurahan Kereng Bangkirai ...........................65

Lampiran 2-2: Kajitindak Partisipatif di Desa Hiyang Bana .......................................83

Lampiran 2-3: Kajitindak Partisipatif di Desa Talingke.......................................... 105

Lampiran 2-4: Kajitindak Partisipatif di Desa Tumbang Runen................................. 119

Lampiran 2-5: Kajitindak Partisipatif di Desa Baun Bango ...................................... 141

Lampiran 2-6: Kajitindak Partisipatif di Desa Jahanjang........................................ 164

Lampiran 2-7: Kajitindak Partisipatif di Desa Karuing........................................... 187

Lampiran 2-8: Kajitindak Partisipatif di Desa Tumbang Bulan ................................. 204

Lampiran 2-9: Kajitindak Partisipatif di Desa Perig i ............................................. 247

Lampiran 2-10: Kajitindak Partisipatif di Desa Sebangau Mulya ............................... 265

Lampiran 3: Gambaran Alat-alat Tangkap Ikan yang d igunakan Nelayan di Kawasan Sebangau ................................ ................................ 285

Lampiran 4: Rangkuman Hasil Survey Studi Mata Pencaharian Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau Tahun 2014...... .......................... 288

Lampiran 5: Analisis Kualitas Contoh Air Untuk Kegiatan Budidaya Ikan di Sungai Sebangau dan Sungai Katingan............. ............................. 302

Lampiran 6: Daftar Pustaka ......................... ............................................... 313

Page 9: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

viii

Daftar Tabel

Tabel 1: Desa Tempat Kegiatan Kajitindak partisipat if ............................................... 3

Tabel 2: Desa Sample Survey ................................................... .......................... 4

Tabel 3: Distribusi responden di masing-masing Desa sampel........................................ 4

Tabel 4: Potensi dan keberadaan sumberdaya alam menurut warga masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau .................... ......................................10

Tabel 5: Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh Masyaraka t di sekitar Taman Nasional Sebangau ................. ........................................10

Tabel 6: Daftar Alat Tangkap ....................... ................................................... ..16

Tabel 7: Pola Perubahan Hasil Tanggkapan Ikan di Kereng Bangkirai..............................20

Tabel 8: Penerimaan dan pengeluaran rata-rata petan i karet......................................30

Tabel 9: Pengeluaran dan Penerimaan Petani tanaman pangan menurut kategori rendah, sedang dan tinggi.................................. ..............................................31

Tabel 10: Pengeluaran dan Penerimaan Nelayan Laut .. .............................................33

Table 11: Pengeluaran dan Penerimaan Nelayan Darat . .............................................34

Tabel 12: Penerimaan Kotor dan Bersih Buruh setiap bulan.........................................35

Page 10: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

1

I. Kawasan Taman Nasional Sebangau

Taman Nasional Sebangau yang terletak antara Sungai Sebangau dan Sungai Katingan

di Kalimantan Tengah secara resmi terbentuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor: 423/Menhut-II/2004 tertanggal 19 Oktober 200 4. Secara administratif Taman

Nasional dengan luas sekitar 568.700 hektar ini ter letak di Kabupaten Katingan,

Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya di provinsi Kalimantan Tengah.

Sebelum terbentuknya Taman Nasional, kawasan Sebang au merupakan hutan produksi

yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan pemegang HPH. Keberadaan wilayah

pembalakan perusahaan pemegang HPH juga merangsang penebangan liar oleh berbagai

pihak. Illegal logging ini makin marak tidak terkendali setelah berakhirny a ijin-ijin HPH di

kawasan tersebut. Di semua desa paling tidak sebagi an masyarakat terlibat dalam

pembalakan, baik yang resmi maupun yang ilegal, dan jaman antara awal tahun 70-an

sampai dengan pertenganan tahun 2000-an di kalangan masyarakat dinamakan “jaman

kayu” dan dikenang sebagai masa saat uang mudah dip eroleh.

Dengan berakhirnya “jaman kayu” dan datangnya Taman Nasional warga masyarakat

Sebangau yang tadinya mencari penghidupan dari eksp lotasi kayu dan hasil hutan non-

kayu, kembali bekerja sebagai petani/nelayan ikan, petani/pengumpul rotan, gemor

(kulit kayu sebagai bahan obat nyamuk bakar), getah jelutung, karet, dan buah-buahan,

dan sebagainya seperti sediakala.

A. Kawasan Sebangau sebagai Wilayah Studi

Dengan latar belakang sedemikian, dapat dipahami ba hwa perlindungan terhadap

suatu kawasan dengan menjadikannya kawasan konserva si – termasuk Taman Nasional

Sebangau – sering di anggap sebagai “pembatasan” ru ang gerak oleh masyarakat yang

ada di sekitarnya. Apalagi di “jaman kayu” banyak w ilayah yang tadinya relatif tidak

terjangkau oleh masyarakat dibuka dengan jalan-jalan logging dan kanal-kanal, dan

tidak ada larangan apapun dalam mengakses dan meman faatkan sumberdaya alam di

kawasan yang dibuka tersebut.

Saat ini tercatat ada 39 desa dan kelurahan yang be rbatasan langsung dengan kawasan

Taman Nasional Sebangau, dan ada delapan desa lainn ya yang memiliki akses ke

kawasan dan memanfaatkan sumberdaya kawasan. Diperk irakan bahwa pada saat ini

ada sekitar 50.000 warga masyarakat yang menggantun gkan kehidupannya pada

sumberdaya alam kawasan.

Hingga saat ini tercatat bahwa dalam kerangka progr am Sekemoza ada 12 desa/

kelurahan yang telah mendapat bantuan program pengembangan mata pencaharian

berkelanjutan. Walaupun belum pernah diadakan evalu asi terhadap program ini,

namun berdasarkan observasi tampak bahwa program belum secara signifikan

memberikan dampak sebagimana yang diharapkan — baik dalam perlindungan kawasan

maupun dalam pengembangan perekonomian yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Karena itu dianggap perlu untuk memahami situasi pe rekonomian terkini di zona

penyangga melalui sebuah studi komprehensif, untuk selanjutnya mengembangkan

strategi pengembangan mata pencaharian berkelanjuta n yang lebih tepat sasaran dan

tepat guna.

Page 11: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

2

B. Program Sekamoza WWF

Tentu dengan adanya Taman Nasional diharapkan bahwa kawasan Sebangau dapat

tetap terjaga kelestariannya dan sekaligus tetap da pat memberi manfaat bagi

masyarakat yang hidup di sekitarnya. Ini menjadi sa lah satu alasan mengapa World

Wide Fund for Nature (Yayasan WWF Indonesia) mengembangkan kerjasama dengan

Balai Taman Nasional Sebangau (BTNS).

Sejarah keberadaan WWF di kawasan Sebangau sudah dimulai sebelum Taman Nasional

Sebangau terbentuk, yakni sejak 2001, dengan kerjas ama dengan BKSDA Kalimantan

Tengah. Pada saat ini kerjasama itu dilanjutkan den gan BTNS dalam Proyek Sekemoza

(Sebangau-Katingan Mozaik). Beberapa kegiatan proyek ini adalah restorasi atau

rehabilitasi ekosistem gambut – antara lain dengan membendung kembali kanal-kanal

logging yang men-drainase hutan gambut itu – pengembangan s istem zonasi berdasark-

an proses pemetaan partisipatif, serta kegiatan pengembangan sumber penghidupan

(livelihood) masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masya rakat dan

mengurangi tekanan masyarakat pada kawasan Taman Na sional.

Setelah proyek ini berjalan tiga tahun, dirasa perl u untuk melihat kembali aspek

livelihood tersebut guna mencari gagasan-gagasan pengembangan strategi program

dan rencana yang lebih berdayaguna. Diharapkan bahw a kegiatan pengembangan

ekonomi masyarakat bukan saja bertujuan kesejahteraan tetapi juga merangsang dan

memperbaiki keterlibatan masyarakat dalam upaya-upa ya konservasi kawasan. Untuk

inilah kajian ini dilaksanakan.

II. Rancangan Studi

A. Tujuan Studi

Tujuan umum kajian ini adalah:

� Membangun dasar informasi untuk acuan dalam perencanaan prakarsa

pengembangan mata-pencarian ( livelihood) secara berkelanjutan di kawasan

Sebangau

� Pembelajaran dan penyadaran para pemangku kepenting an tentang keberadaan

kawasan Sebangau

� Menghasilkan beberapa rekomendasi tentang strategi pengembangan mata-

pencarian secara berkelanjutan untuk kawasan Sebang au

B. Manfaat Studi

Hasil studi ini diharapkan bermanfaat terutama seba gai salah satu acuan dalam

perencanaan desa dan kawasan bagi para pemangku kep entingan – terutama warga

masyarakat desa, Balai Taman Nasional Sebangai, WWF, dan lembaga-lembaga lain

yang berkepentingan dalam pengelolaan Kawasan Seban gau. Dan tentu kajian ini

diharapkan akan bermanfaat sebagai data sekunder un tuk studi-studi selanjutnya yang

mungkin akan diperlukan dimasa yang akan datang..

Page 12: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

3

C. Metoda dan Teknik Pengkajian

Kajian ini menggunakan dua metoda yang berbeda, yak ni kajitindak partisipatif

(participatory action research) dan survey konvensional. Pada tahap pengumpulan

data kedua metoda itu di terapkan secara terpisah d i desa-desa sample yang berbeda

dan oleh tim peneliti yang berbeda pula. Baru pada tahap analisa umum hasil kedua

cara itu dipadukan. Secara ringkas penerapan masing -masing metoda itu adalah

sebagai berikut:

1. Kajitindak Partisipatif

Kajitindak partisipatif dilakukan di sepuluh desa melalui serangkaian diskusi dengan

warga masyarakat menggunakan teknik-teknik PRA ( participatory rural appraisal).

Masing-masing diskuisi itu terfokus pada suatu topi k yang berkenaan dengan sumber-

sumber pendapatan masyarakat, pengelolaan sumberdaya alam, dan topik-topik lain

yang relevan dengan penghidupan masyarakat desa.

Setiap pertemuan di desa adalah pertemuan yang terb uka bagi semua warga desa

yang berminat untuk hadir dan diharapkan bahwa deng an demikian para peserta

diskusi adalah representasi masyarakat. Dalam setiap pertemuan warga masyarakat

diajak membahas beberapa topik atau tema yang salin g berkaitan mengikuti suatu

format yang juga terbuka.

Desa-desa yang dikaji dengan metoda kajitindak part isipatif itu adalah sebagai

berikut:

Tabel 1: Desa Tempat Kegiatan Kajitindak partisipat if

Desa/kelurahan Kecamatan Kabupaten/kota

1. Kereng Bangkirai Sabangau Palangka Raya

2. Hiyang Bana Tasik Payawan Katingan

3. Talingke Tasik Payawan Katingan

4. Tumbang Runen Kamipang Katingan

5. Baun Bango Kamipang Katingan

6. Jahanjang Kamipang Katingan

7. Karuing Kamipang Katingan

8. Tumbang Bulan Mendawai Katingan

9. Perigi Mendawai Katingan

10. Sebangau Mulya Sebangau Kuala Pulang Pisau

Di setiap desa, tahap diskusi dengan kelompok-kelompok warga masyarakat diikuti

dengan suatu Pleno Desa, yakni suatu pertemuan ting kat desa untuk menghimpun

semua informasi dan menganalisa bersama semua data yang terkumpul di desa yang

bersangkutan serta merencanakan kegiatan tindak-lan jut kajian untuk desa yang

bersangkutan berdasarkan gambaran keadaan desa yang terbangun.

Page 13: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

4

2. Survey Sosial, Politik dan Ekonomi Desa

Mengacu pada tujuan yang ingin dicapai kajian ini, dan luasnya wilayah kajian serta

pertimbangan representasi target dan sasaran responden, maka kegiatan survey

dilakukan di delapan desa yang tersebar di empat ke camatan dari tiga kabupaten

seperti disajikan pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2: Desa Sample Survey

Desa/kelurahan Kecamatan Kabupaten/Kota

1. Habaring Hurung Bukit Batu Palangka Raya

2. Henda Jabiren Raya Pulang Pisau

3. Garung Jabiren Raya Pulang Pisau

4. Paduran Sebangau Sebangau Kuala Pulang Pisau

5. Sei Hambawang Sebangau Kuala Pulang Pisau

6. Singam Raya Katingan Kuala Katingan

7. Bakung Raya Katingan Kuala Katingan

8. Tewang Kampung Mendawai Katingan

Sumber : Palangka Raya, Katingan dan Pulang Pisau Dalam Angka. 2013

Pemilihan kedelapan desa studi tersebut, didasarkan atas pertimbangan keterwakilan

dan analisa peluang akses masyarakatnya dalam berak tvitas di sekitar kawasan

Taman Nasional Sebangau. Berdasarkan tipe dan jenis penelitiannya, maka teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probality sampling, yaitu

convienence sampling atau sampling berdasarkan kemudahan.

Jumlah responden yang diambil untuk kedelapan desa sampel adalah 179 orang,

dengan rincian seperti disajikan pada Tabel 3. Jumlah responden ini sejalan dengan

apa di syaratkan oleh Heir dkk. (1995) dalam Payang an (2005), bahwa untuk

penelitian survey, jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 150 re sponden.

Dengan demikian informasi yang digali dan diperoleh dari masyarakat melalui

responden terpilih cukup memungkinkan memberikan da ta yang lengkap kaitannya

dengan kemudahan penulisan kajian.

Tabel 3: Distribusi responden di masing-masing Desa sampel

Desa/kelurahan Jumlah sampel (KK/org)

1. Habaring Hurung 20

2. Henda 15

3. Garung 23

4. Paduran Sebangau 55

5. Sei Hambawang 25

6. Singam Raya 15

7. Bakung Raya 17

8. Tewang Kampung 12

Jumlah 179

Page 14: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

5

III. Gambaran Pelaksanaan Studi

Secara umum kegiatan kajitindak partisipatif dan survey dapat dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan yang dirumuskan para pelaksana k ajian. Secara ringkas proses

pelaksanaan kajian adalah sebagai berikut:

A. Kajitindak Partisipatif

Kegiatan kajitindak partisipatif dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Desember

2014 mengikuti beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pelatihan

Pelaksanaan kajian partisipatif dilakukan oleh suatu tim gabungan yang terdiri atas

staff WWF, staf BTNS, dan warga masyarakat. Untuk mempersiapkan tim ini

diselenggarakan suatu lokakarya pelatihan dasar ten tang metodologi kajitindak

partisipatif dan teknil-teknik PRA yang akan diguna kan.

Lokakarya yang dilaksanakan selama enam hari, dari tanggal 20 sampai dengan tangal

26 Juni 2014 di Ecovillage, Palangka Raya. Lokakarya ini dimulai dengan pembaha san

konsep-konsep dasar kajitindak partisipatif (PAR atau Participatory Action Research),

pengenalan teknik-teknik kajian visual dan cara-car a fasilitasinya dengan simulasi,

dan beberapa petunjuk dalam penulisan laporan. Dalam lokakarya ini para peserta

juga mengembangkan rancangan kajian desa, rancangan teknik-teknik visualisasi

data, serta membagi diri menjadi tim pelaksana kaji an di desa.

2. Praktek Lapangan

Sebagai bagian dari proses belajar dan pengembangan rancangan dan teknik kajian

pada 20-27 Agustus 2014 suatu ujicoba metoda dan te knik dilakukan di dua lokasi,

yakni di desa Tumbang Runen dan kelurahan Kereng Bengkirai. Ujicoba ini memberi-

kan para peserta — Staf BTNS, staf WWF, dan beberapa warga desa — pengalaman

awal sebagai pemandu proses kajian serta umpan-bali k untuk penyempurnaan

metode dan teknik kajian yang akan digunakan dalam pengkajian di desa-desa

selanjutnya. Evaluasi dan perbaikan metode kajitindak dilakukan pada tanggal 28-29

Agustus 2014 di kantor Balai Taman Nasional Sebangau.

Walaupun disebut ujicoba, kegiatan kajian di desa i ni dilakukan dengan sungguh-

sungguh dan data dari desa dan kelurahan tersebut t etap dilaporkan dan menjadi

bahan acuan laporan tingkat kawasan ini.

3. Pelaksanaan kajian dan perencanaan desa bersama masyarakat

Kegiatan kajian selanjutnya dilakukan di sembilan d esa yang lain. Untuk itu Tim

gabungan dibagi menjadi tiga sub-tim yang masing-masing menkaji tiga desa.

Pengkajian ke sembilan desa ini dilakukan dalam kur un waktu antara Agustus sampai

dengan Desember 2014 disesuaikan dengan jadwal prog ram WWF dan kesempatan

warga masyarakat desa yang akan dikaji. Di setiap d esa kegiatan pengkajian

dilakukan selama enam atau tujuh hari.

Setelah sosialisasi awal, para pemandu kajian menga jak warga masyarakat men-

diskusikan berbagai tema yang relevan dengan mata p encaharian dan pengelolaan

sumberdaya alam berdasarkan data yang diungkap bers ama menggunakan teknik-

Page 15: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

6

teknik visual sebagaimana yang dikenal dalam kegiat an PRA (Participatory Rural

Appraisal). Di setiap desa pemandu kajian mengadakan paling tidak satu kali

pertemuan setiap hari — biasanya pada malam hari — yang dihadiri belasan orang

warga desa.

Bagian terakhir kegiatan di desa adalah pelaksanaan Pleno Desa, yakni pertemuan

umum warga masyarakat desa yang bersangkutan guna menghimpun semua data dan

informasi yang telah diperoleh selama tahapan pengumpulan data, menganalisa dan

merefleksikannya bersama, dan kemudian menyusun ren cana tindak-lanjut bersama.

4. Penulisan Laporan Desa

Laporan hasil kajian di setiap desa di tulis oleh masing-masing tim dan disampaikan

sebagai lampiran pada laporan ini (Lampiran 2.1 s/d 2.10). Laporan-laporan itu juga

sempat dibahas bersama dengan seluruh tim – termasuk dengan konsultan. Laporan-

laporan itu disampaikan kembali kepada masing-masing desa dan para pemangku

kepentingan yang terlibat serta menjadi sumber data untuk analisa tingkat kawasan

sebagaimana disampaikan dalam laporan ini.

B. Survey

Untuk mencapai tujuan penelitian ini ditetapkan bah wa untuk menghimpun data

primer penelitian ini akan mencakup penelitian deng an survey menggunakan sampel

dari satu populasi dengan menggunakan perangkat kue sioner sebagai alat atau

instrumen pengumpulan data, (Arikunto. 2006).

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga pende katan, yaitu (1) Observasi,

(2) wawancara, dan (3) menggunakan kuesioner. Pemil ihan ketiga teknik pengumpulan

data tersebut dimaksudkan agar tim surveyor dapat mengakses data dan informasi

secara langsung dan objektif dengan cara yang dapat dipertanggngjawabkan, dan pada

gilirannya data tersebut dapat digunakan untuk kepe ntingan analisis.

Survey ini dilaksanakan untuk menemukenali kondisi di masi ng-masing desa studi dan

memahami keterkaitan berbagai aspek penghidupan ber kelanjutan di masyarakat.

Informasi/data dari lapangan akan dijadikan bahan k ajian untuk mendiskripsikan dan

menganalisa kondisi sosial ekonomi desa-desa di kawasan Taman Nasionl Sebangau.

Pelaksanaan survey mencakup beberapa tahap; mulai dari tahap persiapan sampai

pada tahap pelaksanaan sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan dan pembahasan kuesioner oleh tim studi dari

Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya. Kegia tan ini dimaksudkan untuk

menghasilkan satu alat bantu/instrumen yang dapat d igunakan surveyor untuk

menggali informasi dan menghimpun data dari responden terpilih di delapan desa

sampel dalam keseluruhan wilayah studi.

2. Orientasi Pewawancara

Selanjutnya keseluruhan perangkat kuesioner yang sudah tersusun dengan pola dan

prinsip open questionaire, dibahas oleh kelima anggota Tim Survey. Tujuannya

adalah memastikan bahwa semua pertanyaan dalam kues ioner akan mampu

Page 16: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

7

mengungkap dengan baik data dan informasi dari para responden. Pembahasan

kuesioner dilakukan melalui proses diskusi dan simulasi oleh seluruh Tim Survey

(pewawancara). Pegiatan pembahasan kuesioner dan or ientasi pewawancara

dilaksaakan selama satu hari pada tanggal 12 Agustu s 2014 di kantor Lembaga

Penelitian Universitas Palangka Raya.

3. Ujicoba Kuesioner

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang ada dapat di terapkan di lapangan dan

mampu menghimpun data-data yang dibutuhkan dalam ka jian ini, ujicoba kuesioner

dilaksanakan di Kelurahan Habaring Hurung, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka

Raya. Seluruh Tim Survey terlibat secara langsung dalam ujicoba kuesioner i ni

dengan tetap mengikuti konsep dan jumlah sasaran re sponden yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Kegiatan ujicoba kuesioner ini berlangsung selama satu hari.

Sebelum tim melaksanakan kegiatan survey di ketujuh desa sasaran berikutnya, hasil

ujicoba kuesioner yang dilaksanakan di kelurahan Habaring Hurung dibahas kembali

oleh seluruh Tim Survey untuk memastikan apakah semua pertanyaan tepatguna,

dapat dipahami dan apakah semua data yang diinginka n oleh perangkat kuesioner

tersebut mampu dielaborasi melalui jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden

agar informasi yang diperoleh dapat dijadikan bahan dasar untuk mendeskripsikan

keadaan di masyarakat secara komprehensif.

4. Pelaksanaan Survey

Berdasarkan jadwal kegiatan survey yang telah disusun sebelumnya, maka survey

dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan l etak geografis, sebaran dan

jarak desa-desa sampel. Survey di tujuh desa yang terdapat di tiga kecamatan dan

dua kabupaten dilakukan antara tanggal 13 dan 26 Ag ustus 2014.

Keseluruhan kegiatan survey lapangan dilaksanakan dalam empat tahapan dengan

masing-asing alokasi waktu yang berbeda-beda. Pertimbangan pentahapan pelak-

sanaan survey ini karena faktor geografis desa-desa sampel yang tersebar di tiga

kabupaten dan empat kecamatan serta jarak antara sa tu desa dengan desa lainnya

yang cukup jauh.

Survey lapangan di masing-masing desa sampel dilakukan dengan metode dan

pendekatan tatap muka dengan setiap responden dalam suasana yang rileks dan

santai guna membangun komunikasi dan diskusi yang n yaman serta memberikan

ruang dan kesempatan yang luas bagi responden untuk memberikan informasi dan

data tentang apa yang mereka lihat dan ketahui di d esa mereka masing-masing.

Pertemuan dan diskusi informal antara surveyor dengan responden tidak dilakukan

dengan batasan waktu tertentu, namun dilakukan deng an menyesuaikan waktu luang

dan tempat keberadaan responden. Tim Surveyor menyesuaikan diri dengan kondisi

dan situasi keberadaan responden yang ingin ditemui di lapangan.

Secara umum,rata-rata waktu yang dihabiskan untuk b erdialog, berdiskusi dan tanya

jawab dengan masing-masing responden dalam setiap perjumpaan adalah antara dua

sampai tiga jam. Wawancara diakhiri apabila surveyor menganggap bahwa informasi

yang diperoleh dari responden sudah memadai dan memenuhi apa yang diinginkan

setiap pertanyaan dalam kuesioner.

Page 17: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

8

5. Tabulasi dan Analisa Data Hasil Survey

Tahap akhir dari rangkaian kegiatan survey adalah tabulasi data yang sudah dihimpun

dari lapangan. Data hasil tabulasi ditampilkan seca ra jelas dalam bentuk tabel dan

bagan untuk memudahkan interpretasi. Proses tabulas i dan analisis data hasil survey

lapangan dilakukan dengan komputer menggunakan software SPSS versi 12.

C. Analisa dan Laporan Tingkat Kawasan

Untuk memperoleh gambaran tingkat kawasan dilakukan analisa lintas desa ber-

dasarkan hasil kajian tingkat desa, baik kajian yan g dilakukan dengan kajitindak

partisipatif maupun dengan survey. Analisa tingkat kawasan dilakukan oleh Tim

konsultan yang merancang kajian ini dengan masukan para pemangku kepentingan.

Melalui diskusi internal Tim konsultan mengembangkan generalisasi tingkat kawasan

sebagaimana disampaikan dalam laporan kajian ini.

Ada dua Kerangka Analisa yang digunakan secara berdampingan sebagai acuan dalam

analisa tingkat kawasan ini, yakni kerangka analisa sistem pengelolaan sumberdaya

alam milik bersama (CPR/Common Property Regime atau sering juga disebut the

commons) sebagaimana yang dikembangkan oleh Elinor Ostrom 2 dan kerangka analisa

sumber penghidupan (The Sustainable Livelihoods Framework) yang dikembangkan

oleh DFID3.

Kerangka analisa CPR melihat sejauhmana keberadaan prasyarat-prasyarat suatu

sistem pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan oleh para pemangku

kepentingannya, antara lain aspek kelembagaan (atur an, organisasi, kepemimpinan,

kemampuan kerjasama), kemampuan penegakan aturan, a kses/hak atas sumberdaya

alam tertentu, dan sebagainya. Sementara kerangka a nalisa sumber penghidupan

melihat asset atau jenis-jenis modal (sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal

sosial, modal fisik/buatan, modal informasi/pengetahuan) serta kecenderungan dan

kerentanannya.

IV. Hasil Studi

Berdasarkan data dan informasi dari kajian partisipatif dan survey ditemukan berbagai

pokok persoalan kawasan. Karena yang menjadi “unit analisa” kajian ini adalah kawasan

Sebangau secara umum, maka temuan-temuan yang dipap arkan berikut ini merupakan

generalisasi dari desa-desa yang menjadi sample kajian yang dianggap cukup

representatif untuk menggambarkan keadaan umum kawa san. Tentu harus dipahami

bahwa ada variasi yang cukup besar antara desa-desa kajian dan untuk setiap generalisasi

tentang keadaan umum desa-desa kawasan selalu ada d esa-desa lain yang menjadi

perkecualian.

2 Elinor Ostrom, Governing The Commons, The Evolution Of Institutions For Collective Action, Cambridge University Press,

3 www.livelihoods.org

Page 18: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

9

A. Pokok-pokok Persoalan yang Ditemukan

Pokok-pokok permasalahan yang diidentifikasi melalui kajian partisipatif dan survey

desa dipaparkan sebagai berikut:

1. Kondisi Terkini Dasar Sumberdaya Alam

Dasar sumberdaya alam (resource base) adalah dasar penghidupan masyarakat. Di

kawasan Sebangau sebagian besar sumberdaya alam tumpuan hidup masyarakat

adalah bagian dari ekosistem gambut. Di Sebangau ek osistem hutan gambut

kondisinya masih relatif baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Juga dapat

dikatakan bahwa kawasan Sebangau memainkan peran ya ng sangat penting untuk

mengatur tata air di wilayah adminstrasi Kabupaten Katingan, Pulang Pisau dan Kota

Palangka Raya. Artinya, kestabilan ekosistem kawasan Sebangau menjadi faktor

penentu kualitas hidup manusia masyarakat yang ada disekitarnya.

a) Potensi sumberdaya alam dan pemanfaatanya:

Bagian terbesar potensi ekonomi kawasan Sebangau adalah sumberdaya air,

yakni sungai, danau dan laut, disamping sumberdaya hutan, sumberdaya lahan

dan sumberdaya non-kayu, serta jasa lingkungan. Has il kajian Page & Rieley

(1998) menyebutkan bahwa hutan rawa gambut dalam ka wasan Taman Nasional

Sebangau merupakan habitat pendukung tempat ikan be rkembang biak melalui

proses pemijahan, pendewasaan dan penyedia sumber makanan. Sumberdaya

ikan yang dapat dimanfaatkan masyarakat baik untuk konsumsi dan usaha

komersial skala kecil.

Kawasan ini juga mencakup potensi sumberdaya hutan yang dapat dieksploitasi

sebagai sumber kayu, produk non-kayu seperti lateks , buah-buahan, bahan obat-

obatan, kulit kayu dan bunga. Namun pasca “jaman ka yu” sumberdaya hutan ini

tidak lagi menjadi andalan utama, bahkan diperkirak an bahwa ekploitasi kayu

dimasa lalu sudah menghabiskan sediaan kayu yang ad a sehingga pada saat ini

eksploitasi hutan tidak lagi ekonomis. Bahkan ekspl oitasi itu telah mendegradasi

hutan melampaui ambang batas kemampuan regenerasiny a sehingga dimasa

depanpun usaha kayu tidak akan lagi layak secara ek onomis.

Potensi sumberdaya lahan untuk kegiatan pertanian t anaman pangan dan

perkebunan relatif cukup baik untuk mendukung pengh idupan masyarakat yang

berusaha di sumberdaya lahan dengan pengertian bahwa bagaimanapun

kesuburan lahan Kalimantan sangat terbatas dan tida k dapat dibandingkan

dengan lahan vulkanis yang subur seperti di sebagian pulau lain di Indonesia.

Ekosistim kawasan Sebangau di dominasi oleh sungai sungai Katingan dan sungai

Sebangau serta beberapa anak sungai lainnya, juga b eberapa danau, dan ini

merupakan potensi sumberdaya alam yang diusahakan o leh masyarakat untuk

kegiatan ekonomi, terutamanya penangkapan ikan.

Survey lapangan memberikan gambaran informasi masyarakat tentang potensi

sumberdaya alam dan bentuk-bentuk pemanfaatannya. P otensi sumberdaya alam

menurut persepsi responden disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut:

Page 19: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

10

Tabel 4: Potensi dan keberadaan sumberdaya alam menurut warga

masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau

Pernyataan Responden

tentang Keberadaan SDA

Responden

(jumlah)

Frekuensi

(%)

Sangat banyak 71 39,66

Banyak 79 43,58

Cukup 23 12,85

Kurang 5 2,79

Kurang sekali 2 1,12

Jumlah 179 100

Sumber: data primer 2014

Tabel 4. menunjukkan bahwa menurut persepsi warga masyarakat/responden

tentang keberadaan dan potensi sumberdaya alam di d alam dan di sekitar

kawasan Taman Nasional Sebangau dapat dikatakan mas ih banyak. Hasil survey

menunjukkan bahwa sebanyak 96,10% responden (173 or ang) menyatakan bahwa

potensi sumberdaya alam masih cukup banyak untuk mendukung penghidupan

masyarakat di sekitar Taman Nasional. Keberadaan dan potensi sumberdaya alam

tersebut merupakan modal dasar bagi masyarakat untuk dapat dikelola guna

mendukung penghidupan mereka secara berkelanjutan.

Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut tentunya didas arkan atas kemampuan

dan pengetahuan warga masyarakat serta peralatan ya ng digunakan untuk

melakukan usaha-usaha ekonomi yang ada. Jenis usaha apa yang dilakukan warga

masyarakat berdasarkan keberadaan sumberdaya alam yang ada disajukan dalam

Tabel 5 berikut.

Tabel 5: Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh Masyaraka t di sekitar Taman

Nasional Sebangau

Pemanfaatan sumberdaya

alam oleh warga masyarakat

Responden

(Jumlah)

Frekuensi

(%)

Lahan/tanah 116 64,80

Sungai/Danau 44 24,58

Laut 14 7,82

Lainnya 5 2,79

Jumlah 179 100

Sumber: Data Primer 2014, diolah

Warga masyarakat yang berada di sekitar Taman Nasional Sebangau memanfaat-

kan berbagai jenis sumberdaya alam yang ada dengan keterampilan dan kemam-

puan mereka serta peralatan yang dimiliki. Variasi usaha masyarakat dalam

memanfaatkan potensi sumberdaya lahan dan tanah mel iputi kegiatan pertanian,

perikanan darat, perkebunan palawija (sayur-sayuran dan buah-buahan).

Selanjutnya usaha-usaha masyarakat yang memanfaatka n sumberdaya alam air,

baik di sungai maupun di danau adalah sebagai nelay an pencari ikan.

Page 20: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

11

Potensi lain yang mungkin dapat dikembangkan warga masyarakat untuk men-

ukung penghidupannya tanpa harus melakukan kegiatan ekstratif adalah meman-

faatkan jasa lingkungan untuk kegiatan rekreasi (pa riwisata), seperti potensi

sungai dan anak sungai untuk kegiatan susur sungai sambil pengamatan satwa,

menikmati pemandangan, canoeing, dan memancing danau. Pengembangan

usaha pariwisata akan mendorong dan menimbulkan efek ganda (multiplier

effect) untuk usaha-usaha seperti homestay, jasa pemandu wisata, jasa

transportasi dan sebagainya. Walaupun sesungguhnya sudah ada beberapa usaha

rintisan untuk mengembangkan pariwisata yang diprak arsai BTNS, WWF dan

warga masyarakat, seperti pengembangan home-stay dan Visitor Center serta

beberapa paket wisata alam dan budaya di di desa-de sa Jahanjang, Baun Bango

dan Karuing, upaya-upaya ini barulah beberapa praka rsa awal lokal yang belum

berkembang, dan belum lagi ada usaha untuk menghubu ngkannya dengan dunia

pariwisata yang lebih luas.

Masih dominannya masyarakat yang mengandalkan dukun gan potensi sumberdaya

alam seperti lahan/tanah, sungai/danau/laut menunju kan bahwa keberadaan

dan dukungan lingkungan harus menjadi prioritas untuk dikelola dengan

bijaksana sehingga sumberdaya alam yang ada tersebu t dapat diusahakan oleh

masyarakat secara berkelanjutan.

b) Kondisi Sumberdaya Alam Saat Ini

• Sungai dan Danau. Kawasan Sebangau merupakan ekosistim yang di domina si

oleh sungai dan danau, dan keadaan sungai dan danau itu — terutama keadaan

airnya — akan sangat menentukan kondisi ekosistim y ang lebih luas serta

sumberdaya alam yang menjadi dasar penghidupan masyarakat. Nyatanya,

menurunnya kualitas air sungai di wilayah daerah al iran sungai Sebangau dan

sungai Katingan, dan beberapa anak sungai lainnya, seperti sungai Runen, serta

kualitas air di danau Purun dan danau Tumbang Runen , menjadi salah satu

masalah yang disampaikan warga masyarakat yang terl ibat dalam kajian ini.

Demikian pula di wilayah daerah aliran sungai Seban gau (antara Kereng

Bangkirai dan Paduran Sebangau), di beberapa tempat kelancaran transportasi

sungai terganggu karena peningkatan laju pendangkal an dan penyempitan

sungai karena suburnya tumbuhan bakung dan rasau di sisi kiri dan kanan

sungai. Namun karena lahan dan semua tanaman yang a da senantiasa dalam

keadaan basah, luapan air tersebut juga mempunyai d ampak positif, yakni

menghambat meluasnya sebaran area lahan yang terbak ar.

Ditengarai bahwa salah satu penyebab menurunnya kua litas air sungai dan

danau di kawasan sekitar Taman Nasional Sebangau ad alah pencemaran dari

aktivitas perkebunan sawit, antara lain akibat pemu pukan dan penyemprotan

tanaman sawit dengan pestisida dan herbisida. Di Paduran Sebangau, misalnya,

warga masyarakat yang menjadi buruh di kebun sawit menyampaikan informasi

tentang jumlah pupuk dan pestisida yang digunakan d i lahan bekas konsesi HPH

yang pada saat ini telah menjadi kebun sawit dan ba gaimana tatah (parit-parit

besar yang dibuat untuk transport kayu) kini menjad i parit drainase kebun sawit

dan mengalirkan air yang mengandung pupuk dan pesti sida ke sungai.

Page 21: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

12

Menurunnya kualitas air karena kandungan bahan penc emar yang melebihi

ambang batas yang diperkenankan tentunya berpengaru h negatif pada habitat

ikan sungai dan payau, yakni berkurangnya populasi ikan. Diduga bahwa hal

inilah yang telah dan sedang terjadi serta mengancam mata pencaharian

penduduk sebagai nelayan. Nyatanya situasi ini menj adi masalah tersendiri bagi

masyarakat, dan di beberapa desa sebagian warga mas yarakat telah beralih ke

usaha lain seperti menjadi buruh di perkebunan kela pa sawit untuk menjaga

kesinambungan penghidupannya.

Pada musim kemarau beberapa danau yang ada di wilay ah studi mengalami

penurunan volume air dan kekeringan. Menurunnya vol ume air danau pada

musim kemarau menimbulkan dampak negatif berupa menurunnya populasi ikan

dan biota air lainnya. Pada situasi danau mengalami kekeringan, maka kayu-

kayu dan tumbuhan lainnya yang ada disekitarnya men gering sehingga mudah

terbakar, dan memang kebakaran seperti itu dilaporkan sering terjadi.

• Hutan: Kayu dan Hasil hutan Non-kayu. Sebelum ditetapkan menjadi taman

nasional, Kawasan Sebangau pernah menjadi wilayah operasi 13 perusahaan

kayu, yang tentunya menunjukan bahwa di masa lalu k ayu menjadi sumberdaya

alam utama yang menggerakan perekonomian daerah ini . Namun “jaman kayu”

— seperti warga masyarakat kawasan menyebutnya, yak ni masa perusahaan-

perusahaan kayu pemegang hak pengusahan hutan (HPH) beroperasi dan illegal

logging marak — telah berlalu dan potensi kayu hutan yang ada (standing stock)

tidak lagi layak untuk dieksploitasi secara ekonomi s seperti di masa yang lalu.

Salah satu faktor atau penyebab terjadinya penuruna n sumberdaya alam hutan

adalah kebijakan pemberian ijin HPH dan kemudian ij in konversi kawasan hutan

sekunder menjadi areal perkebunan sawit. Kondisi in i menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas lingkungan karena adanya perubah an struktur vegetasi dari

multikultur menjadi monokultur. Disamping itu juga kegiatan pembakaran

lahan dan hutan, baik disengaja ataupun tidak disen gaja, merupakan salah

faktor penyebab menurunnya kualitas sumberdaya huta n.

Dari aspek legal, belum jelasnya tata batas lahan masyarakat dengan wilayah

Taman Nasional Sebangau, menjadi persoalan bagi masyarakat yang berusaha di

hutan; mereka mengalami kesulitan untuk mengetahui sampai dimana mereka

boleh mengambil kayu dan hasil hutan non-kayu.

• Lahan. Seperti telah diuraikan di bab pendahuluan, ciri utama kawasan

Sebangau adalah adanya hamparan lahan gambut yang l uas. Walaupun secara

umum kesuburannya terbatas, salah satu faktor pendukung untuk dapat

memanfaatkan potensi lahan ini secara optimal adalah dukungan infrastruktur

pertanian seperti saluran irigasi. Namun kondisi yang ditemui di wilayah kajian

menunjukkan bahwa saluran irigasi yang ada tidak da pat difungsikan secara

sempurna — baik karena terjadinya pendangkalan oleh endapan tanah ataupun

kerusakan infrastrukturnya — sehingga supply air ke persawahan terhambat.

Keadaan ini terjadi antara lain di desa Bakung Raya , Singam Raya, Talinke, dan

beberapa desa lainnya; areal persawahan yang ada ti dak dapat dialiri oleh

saluran irigasi yang baik, sehingga hasil panen masyarakat tidak mencapai hasil

yang maksimal.

Page 22: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

13

Di desa-desa lain, antara lain Tumbang Runen, Baun Bango, dan Talingke, lahan

pertanian yang ada berada di wilayah genangan sunga i dan tergenang selama

beberapa bulan setiap tahunnya. Dalam masa singkat lahan itu tidak tergenang

warga masyarakat memanfaatkannya untuk menanam tanaman umur pendek

seperti palawija.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, sebag ian warga masyarakat yang

awalnya bekerja sebagai petani sawah memutuskan unt uk mencari pekerjaan

lain, seperti beralih menjadi buruh tani di wilayah yang lebih memungkinkan

untuk memperoleh hasil pertanian tanaman pangan (pa di) lebih baik atau

menjadi buruh di perkebunan sawit.

Selain itu, ada sebagian warga masyarakat yang tida k mengolah lahannya.

Menurut para petani lain yang mengolah lahannya, ha l ini menjadi persoalan

karena lahan-lahan yang tidak diurus itu kemudian m enjadi sumber hama dan

penyakit tanaman yang menyerang tanaman di lahan-la han lain di sekitarnya.

• Jasa lingkungan. Ekosistem memberikan berbagai manfaat bagi penghidupan

manusia, dan manfaat-manfaat itu kemudian dikenal d engan jasa lingkungan

(environmental services). Jasa lingkungan itu muncul dari interaksi berbagai

komponen dalam ekosistem sehingga menilai kondisi jasa lingkungan nyaris

sama dengan menilai lingkungan itu sendiri. Ketika lingkungan itu terdegradasi

dan fungsi-fungsi ekosistem terganggu maka kapasitas penyediaan jasa

lingkungan pun menurun. Beberapa jasa lingkungan kawasan Sebangau dan

kesan umum tentang keberadaannya yang diperoleh dar i kajian adalah:

� Sistem produksi pangan. Salah satu jasa lingkungan yang penting dalam

sistem produksi pangan adalah daur zat hara yang menyuburkan tanah.

Namun ketika di kawasan Sebangau kebakaran lahan se ring terjadi – apalagi

ketika warga masyarakat membuka kebun dengan membak ar semak-belukar

– daur zat hara itu terganggu. Pembakaran pada saat pembukaan dan

pembersihan lahan mereduksi bahan organik dalam biomassa menjadi arang,

abu, dan asap, dan kehilangan bahan organik merusak struktur (kegemburan)

tanah dan meningkatkan kerentanannya terhadap erosi . Abu sisa pembakar-

an memang melepaskan beberapa mineral yang menyubur kan tanaman,

tetapi ini kesuburan yang hanya bermanfaat untuk wa ktu yang singkat.

Hulu sungai, danau dan genangan di wilayah Taman Na sional juga menjadi

tempat pemijahan ikan dan sumber indukan ikan lokal yang dibudidayakan.

Berbagai jenis ikan yang ditangkap di sungai atau d ibudidayakan adalah

antara lain pepuyu, gabus, lais, kapar, miau, tapah, patung, kerandang,

biawan, jelawat, patin, pipih, peang, kihung, kemancung, lawang, seluang,

kalakasa, dan lain-lain. Bisa jadi gangguan di lokasi pemijahan menjadi salah

faktor penyebab menurunnya populasi ikan dan hasil tanggkapan.

� Penyediaan air bersih dan penyerapan bahan pencemar. Salah satu jasa

lingkungan adalah filtrasi air, dan sampai batas te rtentu lingkungan dapat

menyerap berbagai bahan pencemar dan menghasilkan a ir bersih. Namun

walaupun lingkungan dapat menyerap berbagai polutan , ditengarai bahwa

pencemaran yang telah terjadi telah melampaui amban g batas kemampuan

lingkungan untuk menetralkannya. Selain mempengaruh i populasi ikan,

Page 23: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

14

karena kebanyakan warga masyarakat juga menggunakan sungai sebagai

sumber air bersih untuk keperluan rumah-tangga, polusi sungai yang

melampaui ambang batas kapasitas lingkungan itu jug a menjadi persoalan

kesehatan masyarakat.

� Regulasi tata air. Semua hutan mempunyai kapasitas untuk menyimpan air

yang berlebih ketika hujan dan melepaskannya kemudi an dalam sungai

setelah hujan reda sampaipun pada masa kemarau. Kap asitas hutan gambut

dalam penyimpanan dan pelepasan air itu bahkan lebi h tinggi dari hutan

lainnya. Karena kawasan Sebangau didominasi oleh hu tan gambut, semesti-

nya tata-airnya baik dan terjaga. Nyatanya warga ma syarakat peserta kajian

secara konsisten menyebutkan bahwa frekuensi dan in tensitas banjir dan

kekeringan telah meningkat, dengan kata lain fungsi jasa lingkungan

kawasan Sebangau dalam regulasi tata-air telah menu run.

Diduga bahwa salah satu penyebab menurunnya fungsi ekosistim ini adalah

karena kanal-kanal transportasi kayu yang dibuat di “jaman kayu” justru

menjadi drainase hutan gambut, bahkan di perkebunan sawit saluran

drainase dibuat dengan sengaja. Membangun tabat ( canal blocking) sebagai

salah satu upaya mengembalikan fungsi tata-air ekos istim gambut sudah

dimulai walaupun skalanya masih terbatas dibandingkan dengan skala

persoalannya.

� Pengendalian hama. Ekosistem yang sehat dicirikan oleh keseimbangan

antara berbagai komponen dalam ekosistim, antara la in keseimbangan

antara berbagai hewan dan habitatnya, termasuk hewa n yang berpotensi

menjadi hama. Dalam keseimbangan ekologis tersebut, berbagai populasi

berimbang dan saling menyeimbangkan. Namun dilaporkan bahwa di ber-

bagai desa di kawasan Sebangau sudah terjadi pening katan gangguan hama

kera, babi hutan, dan burung. Salah satu dugaan men gapa hal itu terjadi

adalah karena penyempitan dan gangguan dalam habita t hama yang

bersangkutan.

� Penyediaan tanaman obat. Kajian menunjukan bahwa beberapa warga

masyarakat biasa mencari tanaman obat di kawasan Taman Nasional.

Walaupun tidak banyak orang yang mengumpulkan tanaman obat dan hanya

digunakan untuk kebutuhan lokal, fitofarmaka ini bi sa jadi merupakan salah

satu sumberdaya alam kawasan yang baru sedikit tere ksplorasi.

� Rekreasi dan nilai estetika. Kawasan Taman Nasional Sebangau bisa

dikatakan cukup indah. Walaupun keindahan alam itu sesuatu yang sangat

abstrak dan subjektif, keindahan khas hutan gambut di wilayah Taman

Nasional bisa dilihat sebagai suatu jasa lingkungan yang potensial untuk

dimanfaatkan, Saat ini baru ada beberapa upaya rint isan awal dalam

memanfaatkannya dengan pengembangan pariwisata atau wisata alam.

� Pengendalian perubahan iklim. Salah satu jasa lingkungan yang makin

mengemuka dengan berkembangnya kesadaran tentang pemanasan global,

perubahan iklim, dan efek gas rumah kaca dalam hal itu, adalah fungsi dan

potensi hutan gambut dalam mengikat karbon guna men gurangi pelepasan

gas rumah kaca tersebut. Namun dengan laju degradas i lahan yang terjadi di

Page 24: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

15

masa lalu, kapasitas jasa lingkungan kawasan Sebangau dalam pengendalian

perubahan iklim ini sudah jauh berkurang, walaupun begitu di kawasan

hutan yang masih ada potensi ini tetap ada.

Salah satu upaya untuk memotivasi pelibatan masyara kat dan pemangku

kepentingan lainnya dalam pemeliharaan dan peningka tan jasa lingkungan

ini telah dikonseptualisasikan sebagai skema REDD+. Upaya rintisan skema

sejenis ini telah diprakarsai di Kabupaten Pulang P isau walaupun skema

pembagian manfaat melalui PES belum terwujud.

� Ilmu pengetahuan. Peluang kawasan hutan gambut kawasan Sebangau unt uk

memberi sumbangan terhadap pengembangan ilmu penget ahuan sangat

potensial dan memang sudah ada berbagai penelitian yang dilakukan BTNS,

WWF dan lembaga lainnya. Juga sudah ada prakarsa Un iversitas Palangka

Raya (UNPAR) yang telah mendirikan laboratorium lapangan untuk penelitian

ekosistem gambut CIMTROP (Centre for International Management of

Tropical Peat). Yang barangkali masih patut menjadi pertanyaan adalah

bagaimana penelitian-penelitian itu memberikan manf aat terhadap

pengelolaan kawasan dan manfaat kepada warga masyar akat kawasan.

Berbagai jasa lingkungan yang lain seperti pengurangan potensi bencana,

sumber plasma nutfah, sumber enerji, dan sebagainya belum terkaji dan patut

dieksplorasi dimasa yang akan datang.

2. Pengelolaan Usaha-usaha Masyarakat

a) Jenis-jenis usaha masyarakat yang ada

Pada saat ini jenis-jenis usaha masyarakat yang ada tidaklah banyak berbeda dari

apa yang telah teridentifikasi pada kajian-kajian s ebelumnya4,5. Jenis-jenis mata

pencaharian masyarakat di kawasan Sebangau yang dis ebutkan dalam kajian-

kajian tersebut sangat beragam, antara lain penangk ap ikan; pengumpul hasil

hutan seperti getah jelutung, kulit gemor, rotan, damar, getah kayu meranti,

pantung, madu, anggrek, sayur-sayuran hutan, jamur/ kulat, dan berbagai

tanaman obat; pemburu hewan seperti rusa, kijang, k ancil, babi-hutan, burung;

petani; pedagang, baik pedagang pengumpul maupun pe ngusaha warung;

pegawai; tukang, penebang kayu; dan sebagainya.

Secara umum semua jenis mata-pencaharian tersebut masih ada, perkecualian-

nya adalah pekerja kayu yang nyaris tidak ada lagi. Yang juga patut menjadi

perhatian adalah bahwa hampir tidak ada warga masya rakat yang hanya me-

nekuni satu mata-pencaharian saja; semua warga masy arakat biasa “merangkap”

beberapa mata pencaharian dan beralih dari satu mat a-pencaharian ke mata-

pencaharian lainnya menurut musim dan keadaan. Arti nya, jumlah warga

masyarakat yang menekuni jenis mata-pencaharian ter tentu meningkat dan

menyurut menurut musim, lokasi, sifat sumberdaya alamnya, serta tingkat

4 Adri Aliayub, Laporan Survey Pendahuluan Sosial-Ekonomi Dan Monografi Desa Di Sekitar DAS Katingan dan Sebangau Kalimantan Tengah, WWF Indonesia, Proyek Konservasi Habitat Orangutan Sebangau, Kalimantan Tengah, September 2002

5 Edutama Envirocare

Page 25: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

16

permintaan dan harga pasar. Fluktuasi musiman ini d i desa-desa kajian dapat

dilihat dalam Laporan-laporan Kajian Desa yang dilampirkan pada Laporan ini

(Lampiran 2).

Yang menjadi pokok perhatian utama kajian ini adala h beberapa mata

pencaharian utama yang berbasis sumberdaya alam.

• Nelayan sungai. Karena alur migrasi penduduk dimasa lalu mengikuti sungai,

nyaris semua desa yang dikaji terletak di tepian sungai. Karenanya dapat di-

pahami bahwa sejak desa-desa itu terbentuk antara t ahun 40-an dan 50-an,

menangkap ikan di sungai telah menjadi sumber mata- pencaharian utama

kebanyakan warga masyarakat kawasan Sebangau. Bahka n lebih dari itu,

nelayan bukan sekedar mata pencarian dan sungai buk an sekedar habitat ikan

untuk ditangkap, tetapi menjadi nelayan sudah menja di gaya hidup dan

interaksi dengan sungai sudah menjadi budaya masyar akat kawasan Sebangau.

Masyarakat nelayan kawasan Sebangau telah mengemban gkan pengetahuan

yang kaya dan teknologi tepatguna dalam hal perikan an sungai sebagaimana

tergambar dari keragaman alat-alat tangkap yang dip ergunakan. Cara-cara

menangkap ikan menggunakan berbagai alat tangkap te rsebut merupakan

warisan nenek moyang. Alat-alat tangkap tradisional dibuat dari bahan-bahan

alam seperti bambu dan rotan, walaupun belakangan a da pula yang dibuat dari

bahan-bahan modern seperti kawat dan jaring plastik atau nylon.

Para nelayan mengunakan berbagai alat tangkap yang berbeda tersebut

disesuaikan dengan kondisi air, tempat penggunaan a lat tersebut, jenis ikan

yang diburu dan kedalaman relung habitanya di sunga i, cuaca dan musim, dan

sebagainya. Beragam alat tangkap tersebut tersaji p ada Tabel 6 sebagai berikut

sementara dokumentasi foto di sajikan sebagai Lampi ran 3.

Tabel 6: Daftar Alat Tangkap

Nama Jenis

Alat Tangkap Lokasi Penggunaan Musim Jenis ikan

1. Pengilar kakari Di tepi-tepi sungai dan danau Banjir Kakari, Banta, Seruang

2. Ancau Danau tempat rawa–rawa Kemarau Banta, Seruang

3. Rawai Danau , rawa–rawa, pingir sungai

Banjir – kemarau Baung, Tauman, Patin

4. Jabak Danau dan rawa, di pinggir sungai

Kemarau dan jika danau banjir

Baung

5. Rengge (ber-bagai ukuran)

Danau dan sungai Kemarau dan banjir

Semua jenis ikan

6. Salambau Danau dan sungai kecil Awal air banjir dan awal musim kemarau

Semua jenis ikan

7. Tamba Pinggir sungai dan danau Banjir dan kemarau

Udang

8. Kambam Rawa Banjir Kakapar, Patung, Mihau, Lele

9. Banjur Rawa dan danau Banjir Gabus

Page 26: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

17

Nama Jenis

Alat Tangkap Lokasi Penggunaan Musim Jenis ikan

10. Lunta/jala Danau / sungai Kemarau Semua jenis

11. Pengilar Sungai dan danau Kemarau / banjir Semua jenis

12. Pasuran Di pinggir sungai/ danau/ rawa

Banjir Banta/ Seruang

13. Wuw Rawa Banjir Kakapar, Gabus, Lele, Mihau

Ketika di masa lalu transportasi masih menjadi kendala, kebanyakan hasil

tangkapan dijual sebagai ikan kering, namun sejak t ahun 80-an mulai ada

penampung ikan hidup/segar dan saat ini sebagian be sar hasil tangkapan dijual

dalam kondisi hidup segera setelah ditangkap. Namun persoalannya kemudian

adalah bahwa pada musim ikan banyak dan banyak nela yan menjual ikannya

pada saat yang bersamaan, harga ikan jatuh dan bahk an bisa tidak laku terjual

sehingga nelayan mengalami kerugian.

Musim ikan biasanya di awal musim air pasang atau d alam bulan November

sampai Januari dan di musim air mulai surut pada bu lan Mei sampai Juli. Musim

paceklik atau musim sulit mendapatkan ikan biasanya bulan Februari sampai

April dan bulan Junidampai Oktober, waktu musim ini bisa bergeser lebih cepat

dan juga bisa mundur. Mulai tahun 2012 musim-musim ini dirasakan tidak

menentu dan sulit untuk diperkirakan.

Pada musim sulit mendapatkan ikan, sebagian nelayan ada yang bekerja

mencari getah Gemor, sebagian mencari burung, sebag ian bertukang dan

sebagian ada yang menjadi buruh tebas tebang.

• Nelayan laut. Di dua desa pesisir — yakni desa Sae Hambawang dan Paduran

Sebangau — mata pencaharian warga desa yang utama a dalah nelayan laut.

Nelayan menangkap ikan dengan perahu dengan awak du a orang, seorang

sebagai juru mudi dan juru mesin serta satu orang sebagai pengendali alat

tangkap. Usaha ini terutama menghasilkan udang papa y, udang induk dan ikan

laut yang kemudian dikeringkan.

Beberapa persoalan yang disampaikan masyarakat adalah antara lain;

kurangnya modal usaha, kurangnya ketrampilan dalam mengelola sumberdaya

perikanan laut, kurangnya teknologi pasca panen seh ingga tidak dapat

meningkatkan nilai jual udang papay dan undang wind u, kurangnya tempat

penjualan ikan sehingga nelayan hanya menunggu pemb eli yang datang,

kurangnya informasi harga jual ikan, ketergantungan pada cuaca karena apabila

cuaca buruk mereka tidak dapat melaut dengan perahu yang relatif kecil, serta

harga bahan bakar minyak yang meningkat.

Namun dari perspektif yang lebih optimistis dapat d ilihat bahwa kebutuhan

pasar akan ikan laut, udang papay, dan undang windu terus meningkat.

• Petani. Di semua desa bertani adalah sumber pendapatan yang penting. Hanya

di satu desa — desa Habaring Hurung — bertani adala h penghasilan utama yang

dominan. Barulah di desa-desa transmigrasi — yakni desa Singam Raya, Bakung

Page 27: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

18

Raya dan Paduran Sebangau — pertanian dilakukan den gan lebih intensif dan

menjadi pekerjaan utama.

Walaupun di desa-desa nelayan di sepanjang sungai S ebangau dan Katingan

mata-pencarian yang utama adalah nelayan, kebanyaka n warga masyarakat

juga bertani. Pertanian yang dilakukan pada umumnya adalah pertanian lahan

kering (ladang) dengan tanaman pangan pada tingkat subsisten untuk konsumsi

sendiri. Salah satu alasan yang disebutkan adalah b ahwa warga masyarakat

masih belum memahami bagaimana bercocok tanam di lahan gambut.

Beberapa masalah lain yang disebutkan adalah antara lain; kesulitan mencari

bibit, pupuk dan obat-obatan, tidak adanya pendampi ngan dari PPL, seringnya

lahan pertanian kebanjiran, kesulitan pemasaran has il panen, pendangkalan

irigasi sekunder maupun tersier, serta tidak adanya traktor.

• Petani karet. Di beberapa desa, antara lain desa-desa Henda, Garu ng, dan

Talingke, sebagian besar masyarakat memperoleh penghasilan yang cukup

berarti dari perkebunan karet sebagai penyadap dan pengolah awal getah karet

menjadi lateks.

Permasalahan yang dihadapi para petani dan penyadap karet adalah masih

kurang dipahaminya budidaya karet dan pengolahan la teks secara baik. Hal ini

berakibat rendahnya kualitas dan harga jual karet. Selain itu, warga

masyarakat menggunakan bibit lokal (cabutan) yang t idak diketahui kualitas

pohon induknya karena mendapat kesulitan dalam menc ari karet bibit unggul.

Juga harga dan ketersediaan pupuk dan herbisida men jadi keluhan para petani.

Masalah lain yang dihadapi para petani karet adalah kebakaran dimusim

kemarau dan kebanjiran di musim hujan, dan tantanga n khas dalam berkebun

karet di lahan gambut yang selalu basah.

• Pengumpul hasil hutan. Di hampir semua desa sebagian warga masyarakat

mengumpulkan hasil hutan. Dimasa lalu sebagian warg a masyarakat menjadi

pekerja kayu, namun saat ini para pengumpul hasil h utan mengumpulkan hasil-

hasil hutan non-kayu. Jenis hasil hutan yang dikumpulkan tergantung lokas i

desa, wilayah yang dapat diakses dan musim, serta mencakup antara lain

gemor, getah pantung, jelutung, rotan, tanaman obat -obatan, berbagai jenis

burung (antara lain Pergam, Punai, Cucak hijau), damar, dan sebagainya.

Namun upaya mengumpulkan hasil hutan itu dalam keba nyakan hal bukanlah

sebagai gantungan hidup masyarakat yang utama, teta pi hanya sebagai sumber

penghasilan sekunder, tertier atau bahkan sebagai k egiatan yang hanya

dilakukan sewaktu-waktu dan bukan terutama untuk me mperoleh penghasilan.

Pengumpulan hasil hutan non-kayu tertentu sering me rupakan kecenderungan

yang hanya berlangsung selama waktu tertentu. Ketik a sumberdaya alamnya

berkurang atau harganya menurun sehingga usaha dan biaya pengumpulannya

tidak lagi ekonomis, warga masyarakat pelakunya dengan segera menghentikan

kegiatan ini. Pengambilan pantung, rotan, dan jelut ung, misalnya, menurun

ketika harganya menurun dan meningkat kembali ketik a harganya membaik.

Selain dikumpulkan dari hutan, di beberapa desa rotan juga sudah dibudidaya-

kan dengan penanaman di pinggir kampung. Namun ini bukannya tanpa

Page 28: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

19

masalah; banyak warga masyarakat belum memiliki pengetahuan bagaimana

budidaya rotan yang berkualitas, jika setelah penanaman terjadi banjir maka

tanaman rotan tidak subur dan bahkan mati, apabila musim kemarau panjang

kebun rotan sering kebakaran dan rotan pun mati, pa da saat panen harga jual

menurun, sementara untuk memberi nilai tambah warga masyarakat tidak

memiliki ketrampilan dalam pengolahan rotan (anyaman)

Suatu rumpun rotan semestinya dapat di panen setiap dua sampai lima tahun,

tetapi sering terjadi bahwa karena kebutuhan ekonom i walaupun belum

waktunya rotan sudah dipanen dengan akibat bahwa mu tu rotan belum baik dan

harga jualnya rendah.

Untuk memberi nilai tambah dan mengatasi harga yang terlampau rendah,

sesungguhnya rotan dapat diolah, namun banyak warga masyarakat tidak

memiliki ketrampilan dalam pengolahan rotan (anyaman)

• Buruh. Di kebanyakan desa sebagian kecil warga masyarakat (antara 5 – 15%)

bekerja sebagai buruh; antara lain sebagai buruh tani, buruh perkebunan,

buruh tambang pasir, buruh bangunan, dan sebagainya .

Dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit dan ja lan, serta didorong oleh

menurunnya pendapatan dari sumber-sumber lain, di beberapa desa pekerjaan

sebagai buruh perkebunan sawit meningkat dan bahkan menjadi mata-

pencaharian pokok sebagian besar warga masyarakat, antara lain di desa Henda

dan Paduran Sebangau (Sei Bantanan, 60%), Singam Ra ya (80%), dan Bakung

Raya (60%).

b) Persoalan-persoalan yang dihadapi:

Dalam berbagai mata-pencaharian itu, selain beberap a masalah yang sudah

disebutkan, warga masyarakat menghadapi berbagai pe rsoalan, antara lain:

• Ketersediaan sumberdaya alam yang menurun. Kecenderungan yang paling

mengkhawatirkan yang disebutkan warga masyarakat ne layan di hampir semua

desa kajian adalah menurunnya hasil tangkapan ikan sungai. Penyebab yang

disebutkan adalah berkurangnya populasi ikan karena pencemaran dan

kerusakan lingkungan, penangkapan yang berlebih, da n teknologi penangkapan

yang merusak (strum, racun, dan jaring dengan mata- jaring yang kecil).

Masyarakat di desa-desa sepanjang sungai sudah menj adikan penangkapan ikan

sumber mata-pencahariannya yang utama sejak tahun 5 0-an. Degradasi sumber-

daya alam yang menjadi dasar mata-pencaharian utama itu mulai terjadi sejak

tahun 70-an, walaupun pada saat belum terlalu diras akan, apalagi pada saat itu

pula banyak warga masyarakat nelayan ikut bekerja d i hutan. Pada tahun 1997

setelah perusahaan-perusahan kayu ditutup dan menin ggalkan kawasan

Sebangau, hasil tangkapan meningkat kembali untuk k emudian agak stabil

selama beberapa tahun, namun sejak tahun 2000 terja di penurunan yang

drastis yang masih berlanjut pada saat ini. Sebagai ilustrasi pola tersebut

berikut dipaparkan kasus yang terjadi di desa Kareng Bangkirai, namun pola

yang mirip terjadi pula di desa-desa lain.

Page 29: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

20

Tabel 7: Pola Perubahan Hasil Tanggkapan Ikan di Kereng Bangkirai

Tahun Gambaran Keadaan

1952 Warga masyarakat sudah menjadikan penangkapan ikan sebagai sumber penghasilan. Ikan hasil tangkapan dikeringkan dan dijual ke penampung ikan asin atau dibawa ke Palangka Raya menggunakan sampan dan ke Banjarmasin menggunakan kapal layar. Pada saat itu ikan yang diambil adalah ikan berukuran sedang, sedangkan ikan berukuran besar dan kecil tidak diambil karena menurut masyarakat nelayan saat itu ikan besar menjadi induk yang menghasilkan anakan, sedangkan ikan kecil dibiarkan besar sebelum bisa ditangkap.

1984 Mulai ada penampung ikan hidup

1972 Perusahaan kayu ramin mulai masuk ke wilayah Sungai Sebangau di daerah Kahui dekat dengan pemukiman Angah saat ini. Ketika perusahaan mulai beroperasi sudah mulai ada pencemaran obat kayu Ramin yang digunakan oleh perusahaan di pinggiran sungai Sebangau.

1972 – 1997

Ikan banyak walau dirasakan sudah ada penurunan, namun hasil tangkapan masih mencukupi kebutuhan nelayan

1997 Setelah perusahaan kayu tutup dirasakan hasil tangkapan ikan meningkat

1997 – 2000

Hasil tangkapan ikan dirasakan tidak terjadi penurunan dan tidak terjadi peningkatan.

2000 – 2014

Hasil tangkapan ikan dirasakan semakin menurun

2014 Hasil tangkapan ikan dirasakan sangat menurun. Jumlah nelayan warga Kereng Bangkirai menurun sampai tinggal 70% dari jumlah semula

Kecenderungan yang sama juga terjadi dalam hal sumberdaya hutan. Seperti

yang telah disebutkan, kayu tidak lagi menjadi sumb er mata-pencaharian

sementara hasil hutan bukan kayu juga sudah sangat berkurang. Jelutung dan

gemor, misalnya, sudah sukar diperoleh di wilayah-wilayah di luar kawasan

Taman Nasional, sediaan yang masih ada berada jauh ke dalam wilayah Taman

Nasional Sebangau, sementara beberapa areal jelutung yang tadinya lebih

mudah diakses sudah dibuka dan dijadikan perkebunan kelapa sawit.

• Kendala dalam Produksi dan Pemasaran. Hasil tangkapan ikan, hasil per-

tanian serta hasil hutan non-kayu di desa-desa di h asilkan dengan cara-cara

tradisional dan pada skala yang terbatas untuk pasa r yang terbatas pula. Selain

karena degradasi sumberdaya alam, keterbatasan produksi juga disebabkan

oleh keterbatasan modal, teknologi, akses terhadap sarana produksi, dan

pengetahuan. Namun pada saat ini, kalaupun hasil pr oduksi dapat ditingkatkan,

karena pemasaran terbatas, peningkatan produksi itu dengan sendirinya akan

menyebabkan harga jual menurun. Menyimpan stock untuk dijual ketika harga

membaik pun tidak dapat dilakukan karena teknologi pasca panen yang ter-

batas maupun kebutuhan uang yang segera untuk memen uhi keperluan ekonomi

rumah-tangga.

• Keterbatasan Pengetahuan Teknis. Bagaimana bertani secara produktif di

lahan gambut, bagaimana menanam dan memelihara beni h karet unggul,

bagaimana mengendalikan hama dan penyakit tanaman a dalah beberapa

pertanyaan warga masyarakat yang menggambarkan kend ala keterbatasan

pengetahuan dalam aspek-aspek teknis pengelolaan sumberdaya alam.

Page 30: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

21

• Kurangnya Pengetahuan Usaha. Usaha/mata-pencaharian warga dijalankan

dengan pola-pola tradisional yang berkembang di masa lalu dan diwariskan dari

generasi ke generasi nyaris tanpa perubahan. Hal in i dapat dipahami ketika

peluang untuk pengembangan usaha memang terbatas ka rena hubungan dengan

dunia luar pun terbatas, dan kebutuhan masyarakat p un terbatas.

Nampaknya baru ketika kawasan Sebangau “dibuka” pad a “jaman kayu” dan

kemudian prasarana transportasi meningkatkan frekuensi dan intensitas

hubungan desa-desa dengan “dunia luar” banyak perub ahan terjadi, termasuk

perubahan orientasi warga masyarakat dalam berusaha. Usaha yang pada

awalnya hanya berorientasi subsisten kini menjadi upaya mencari pemasukan

lebih guna memenuhi berbagai kebutuhan “baru” seper ti pendidikan anak-anak,

transportasi, barang-barang konsumsi, dan sebagainya. Namun perubahan ini

belum disertai dengan pengetahuan dan ketrampilan y ang memadai tentang

tata-usaha, peluang-peluang usaha, pasar, program-p rogram pemerintah dan

sebagainya.

Di setiap desa hanya ada segelintir orang yang dapa t mengikuti perubahan-

perubahan itu dan memanfaatkan peluang-peluang yang dibawa perubahan

tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan timbulny a kelompok elit baru di

desa dan terjadinya fenomena elite capture..

3. Pengelolaan Sumberdaya Alam di Desa-desa

Beberapa pokok persoalan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa yang

diungkapkan para peserta/responden pengkajian adalah..

a) Pengelolaan Sumberdaya Alam oleh Masyarakat

Karena sebagian besar warga masyarakat di desa-desa kawasan Sebangau meng-

gantungkan dirinya kepada sumberdaya alam, kita ten tu mengharapkan adanya

suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin keberlanjutan

sumberdaya alam tersebut. Dalam kenyataannya memang ada beberapa aturan

pengelolaan sumberdaya alam adat yang tidak tertuli s. Suatu gambaran tentang

kearifan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam diberikan oleh Abdul

Hadjranul Fatah dkk6, antara lain aturan adat tentang penangkapan ikan (hanya

ikan dewasa yang diambil), tentang kepemilikan sumb erdaya alam (sumberdaya

hutan yang sudah diberi tanda, diakui sebagai milik oleh warga yang lain),

tentang lahan (lahan adalah milik yang membuka pert ama kali), dan sebagainya.

Namun, banyak aturan adat itu lebih terarah pada up aya menjaga harmoni antar

warga dengan mengatur hak akses dan penghormatan ha k atas sumberdaya alam

tertentu diantara penduduk, dan belum terarah pada upaya menjaga keber-

lanjutan sumberdaya alam itu. Misalnya ada aturan-a turan tentang hak-hak

penemu pertama suatu sumberdaya alam atau penggarap pertama lahan dan

pewarisan hak-hak itu, namun tidak ada aturan tenta ng jumlah dan jenis

sumberdaya alam yang dapat dieksploitasi pada saat tertentu.

6 Abdul Hadjranul Fatah, Abdul Mun’im, dan Arifin; Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelo-laan Sumber Daya Alam Di Daerah Aliran Anak Sungai Katingan Untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau, WWF dan Edutama, Palangka Raya 2014

Page 31: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

22

Selain aturan adat, beberapa Perdes yang sudah dan sedang dikembangkan

antara lain, antara lain Perdes di Tumbang Runen te ntang aturan penangkapan

ikan di Danau Hai.

Hal lain adalah banyaknya lahan-lahan masyarakat ya ng tidak dikelola di

beberapa desa. Beberapa alasan adanya lahan terlant ar ini yang disebutkan

adalah antara lain: seringnya kebakaran, kebanjiran , dan serangan hama dan

penyakit tanaman, kesulitan mendapatkan pupuk dan k apur untuk persemaian,

dan keterbatasan tenaga kerja. Selain itu disebutka n pula bahwa banyak lahan

tidak digarap karena warga masyarakat pemilik lahan banyak yang bekerja di

luar desa.

Sementara itu di beberapa desa lain warga masyaraka t menyebutkan kekurangan

lahan pertanian sebagai masalah. Keluhan tentang ke kurangan lahan ini ber-

kenaan dengan peningkatan penduduk di desa. Namun k arena bagaimana pun

lahan yang ada tidak dapat diperluas, ini harus dia nggap sebagai kondisi desa

yang terberi (given), dan masalahnya dirumuskan sebagai masalah sumber

penghidupan yang lebih luas,

b) Batas desa, akses, dan kompetisi atas sumberdaya alam

Kebanyakan desa di kawasan Sebangau belum mempunyai tata-batas yang jelas,

baik batas dengan sesama desa yang bertetangga, bat as dengan Taman Nasional,

dan batas dengan lahan-lahan di tanah negara yang t elah dikuasai perusahaan

perkebunan. Akibatnya terjadi ketidak pastian tenta ng hak akses masyarakat

terhadap sumberdaya alam di dalam dan di sekitar kawasan Taman Nasional dan

di wilayah-wilayah desa yang berbatasan atau masuk dalam konsesi perkebunan.

Batas-batas desa ini menjadi penting ketika warga m asyarakat ingin memastikan

hak akses mereka atas lahan dan sumberdaya alam sementara terjadi kompetisi

atas sumberdaya karena peningkatan jumlah pemanfaat sumberdaya alam

tersebut – baik warga masyarakat dan maupun warga p endatang.

Batas menjadi penting pula untuk menjelaskan jurisd iksi dan kewenangan desa

dalam menegakan aturan-aturan tentang akses (dan pembatasan akses) terhadap

sumberdaya alam. Hak-hak dan kewenangan desa sesung guhnya telah ditegaskan

dalam Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa, namun undang-undang

tersebut mengasumsikan adanya batas desa yang jelas , dan ketidakjelasan batas

desa bisa menjadi kendala bagi desa untuk menegakan hak dan kewenangannya

tersebut.

Masalah ketidak jelasan tata-batas ini pula yang me njadi persoalan antara

masyarakat dengan Taman Nasional. Hasil survey, misalnya, menunjukan bahwa

disatu pihak 67% dari responden mengatakan bahwa ke beradaan Taman Nasional

Sebangau sesunguhnya sesuatu yang baik karena membawa aturan dan

pengaturan itu memang perlu, tetapi dilain pihak 68 ,27% dari responden merasa

ruang geraknya dibatasi oleh Taman Nasional dan mengharapkan adanya

perubahan kebijakan sehingga warga masyarakat bisa memanfaatkan sumberdaya

alam dalam kawasan Taman Nasional dengan lebih beba s. Nyata bahwa masih

ada inkonsistensi antara kesadaran tentang perlunya Taman Nasional dengan

kepentingan pribadi untuk mengakses sumberdaya alam di kawasan itu.

Page 32: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

23

c) Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Alam

Salah satu akibat dari kompetisi atas sumberdaya al am yang kian berkurang dan

kebutuhan masyarakat yang meningkat adalah munculny a berbagai sengketa. Di

dalam desa terjadi sengketa-sengketa tentang lahan dan tempat penangkapan

ikan, namun karena hubungan kekerabatan antar pendu duk desa yang kuat pada

umumnya sengketa-sengketa tersebut dapat segera dia tasi secara informal

dengan mengacu pada aturan-aturan adat. Juga batas kepemilikan lahan yang

jelas antar pemilik dan aturan-aturan adat tentang kepemilikan sumberdaya

alam tertentu menjadi salah satu cara untuk mencega h konflik antar penduduk

dalam satu desa.

Potensi terjadinya konflik antar desa menyangkut ba tas-batas wilayah desa yang

belum jelas sebagaimana diuraikan diatas. Dimasa la lu biasanya batas desa hanya

mengikuti tanda-tanda alam seperti sungai, bukit, p ohon besar, dan sebagainya.

Pergeseran batas kadangkala terjadi jika batasnya adalah pohon yang mati

karena ditebang atau roboh karena peristiwa alam. N amun ketika penggunaan

lahan tidak intensif sengketa seperti itu dengan mu dah diabaikan.

Namun konflik antar desa berpotensi terjadi ketika lahan memperoleh nilai uang

karena terbukanya desa dan hadirnya pihak luar yang berkeinginan memperoleh

lahan dan bersedia membelinya. Ini yang terjadi ket ika lahan dijual kepada

warga pendatang yang tidak tinggal di desa yang ber sangkutan atau kepada

perusahaan kelapa sawit. Sengketa yang terpicu adal ah sengketa antar warga

desa — bahkan antara warga desa dalam satu keluarga — tentang kepemilikan

lahan dan hak untuk menjualnya. Juga terjadi sengke ta antar desa ketika letak

lahan yang akan dijual melewati batas desa dan ada keberatan dari desa lain.itu.

Seperti telah disebutan, di beberapa lokasi, antara lain di desa Baun Bango,

Karuing, Tumbang Runen dan Jahanjang, terjadi sengketa antara desa dengan

perusahaan perkebunan kelapa sawit tentang batas la han. Sengketa juga terjadi

ketika kegiatan perusahaan kelapa sawit ditengarai berdampak negatif bagi

lingkungan hidup sekitarnya, karena ada kerusakan t ata air, matinya ikan sungai

dan ikan payau karena herbisida dan pestisida. Namun kebanyakan sengketa ini

belum terungkap dan masih laten. Walaupun warga mas yarakat peserta kajian

menyampaikan keluhan mereka dalam diskusi dengan pa ra pemandu kajian,

mereka tidak melakukan protes secara terbuka ketika merasa dirugikan oleh

kegiatan perusahaan kelapa sawit. Penduduk desa mer asa ditempatkan pada

posisi “serba salah” karena khawatir bahwa kalau me reka protes mereka tidak

memperoleh kesempatan kerja di perkebunan kelapa sawit sebagai buruh,

terutama ketika mata-pencaharian sebagai buruh dija dikan sebagai mata

pencaharian utama atau mata pencaharian alternatif setelah usaha penangkapan

ikan kurang berhasil.

Antara desa dengan Balai Taman Nasional Sebangau ti dak terjadi konflik terbuka,

namun secara “diam-diam” disana-sini ada perlawanan terhadap Balai Taman

Nasional Sebangau. Bentuk perlawanannya adalah deng an menuntut hak ulayat

atas wilayah desa yang termasuk di wilayah Taman Na sional Sebangau. Menurut

warga masyarakat Tewang Kampung, sebagian wilayah Taman Nasional Sebangau

termasuk wilayah desa Tewang Kampung. Hal ini pernah diakui oleh Gubernur

Page 33: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

24

Kalimantan Tengah pada saat desa dipimpin oleh Alm. Bapak W.A. Gara dengan

bukti adanya peta wilayah. Saat ini, pengakuan ters ebut tidak dijadikan bukti

bahwa sebagian wilayah Taman Nasional Sebangau masuk wilayah Tewang

Kampung. Di masa datang ini bisa menjadi merupakan sumber konflik jika saat

itu belum ada penetapan batas wilayah yang jelas.

d) Ancaman-ancaman terhadap sumberdaya alam

Karena mata pencaharian utama masyarakat tergantung pada sumberdaya alam

maka ancaman terhadap keberadaan sumberdaya alam se patutnya menjadi salah

satu pokok perhatian utama dalam kajian ini. Ada be rbagai ancaman terhadap

sumberdaya alam yang menjadi dasar penghidupan masyarakat yang teridentifi-

kasi melalui kajian ini. Beberapa masalah utama yan g menurut warga masyarakat

berpeluang menjadi ancaman yang serius manakala diabaikan adalah:

• Degradasi ekosistem sungai dan penurunan mutu air sungai. Warga

masyarakat nelayan di hampir semua desa kajian dimana menangkap ikan

menjadi mata-pencaharian menyampaikan bahwa telah m engalami penurunan

hasil tangkapan ikan yang sangat berarti. Ketika ha sil penangkapan ikan

disungai menurun, sebagian masyarakat mulai mengembangkan peternakan

ikan dalam keramba. Cara ini memberikan hasil yang baik selama beberapa

waktu, namun kemudian hasilnya juga menurun, bahkan dilaporkan adanya

peristiwa-peristiwa kematian hampir semua ikan dalam keramba. Disebutkan

bahwa peristiwa-peristiwa kematian ikan itu cenderu ng terjadi setelah hujan

dan karenanya warga masyarakat menduga bahwa hal it u terjadi karena

adanya bahan pencemar yang mengalir ke sungai bersama air hujan.

• Kebakaran lahan. Suatu masalah yang senantiasa disebutkan adalah

kebakaran hutan dan lahan. Sebagian kebakaran itu t erjadi karena sebab-

sebab alamiah; pada musim kemarau panjang hutan dan semak-belukar

menjadi sangat kering dan mudah terbakar, jika kemudian terjadi gesekan

antara gambut yang sangat kering memicu munculnya b unga api, biomassa

yang sudah kering-kerontang itu terbakar dan pada gilirannya menimbukan

kebakaran lahan.

Penyebab kebakaran lainnya adalah perilaku manusia, yakni kecerobohan dan

kesengajaan dalam proses pembersihan lahan ( land clearing) untuk usaha

pertanian dan perkebunan dengan cara pembakaran. Wa lapun dalam jangka

pendek hal ini memang menguntungkan karena penghema tan biaya pem-

bersihan lahan dan karena mineral yang terkandung d alam abu sisa pem-

bakaran menjadi sumber hara yang menyuburkan tanaman, dalam jangka

panjang dampak pembakaran ini adalah hilangnya baha n-bahan organik dalam

tanah. Namun yang lebih sering dikeluhkan masyaraka t adalah akibat-akibat

“sampingan” kebakaran yang tidak terkendali itu, se perti terbakarnya

pembibitan dan anakan tanaman karet, polusi udara y ang mengganggu

kesehatan. Bahkan apabila kebakaran meluas, kabut a sap yang terjadi

menjadi gangguan bagi masyarakat luas, bahkan sampa i kota Palangka Raya.

• Hama tanaman. Hal lain yang banyak dikeluhkan warga masyarakat ad alah

tentang lahan-lahan pertanian masyarakat yang senat iasa terganggu oleh

Page 34: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

25

berbagai hama seperti babi, tikus, kera, dan burung . Upaya menjaga tanaman

menghabiskan banyak waktu, dan bahkan seringkali wa rga harus bermalam di

pondok yang dibangun di ladang untuk menghalau hama di malam hari.

Dari perspektif lingkungan, sesungguhnya satwa yang menjadi hama itu adalah

bagian yang wajar dari ekosistem dan kehilangan sebagian panen niscaya

terjadi sekalipun upaya pengendalian hama dilakukan . Namun ketika tingkat

gangguan hama meningkat hal itu mungkin terjadi kar ena gangguan dalam

ekosistem. Ketika hutan terdegradasi sehingga habit at kera, babi, tikus dan

burung menyempit, kita tidak perlu heran bahwa bin atang itu kemudian

muncul di kebun-kebun masyarakat.

• Banjir. Di wilayah dataran rendah yang luas dengan topogr afi yang nyaris rata

terjadinya banjir musiman sebenarnya hal yang alamiah dalam ekosistem

gambut yang ada, dan warga masyarakat sudah biasa menghadapinya. Bahkan

banjir itu ada manfaatnya juga ketika membawa ikan ke daerah dangkal

sehingga terjebak dalam relung-relung ketika banjir surut dan mudah di

tangkap; ini peristiwa musiman yang sudah biasa dimanfaatkan warga

masyarakat. Namun yang menjadi keluhan adalah banji r yang besarnya

melampaui banjir musiman yang biasa terjadi sehingga menggenangi lahan

pertanian dan perkebunan.

• Ekspansi perkebunan sawit. Sengketa tentang lahan antara warga

masyarakat dengan perkebunan kelapa sawit sudah mul ai merebak di

beberapa tempat, antara lain di desa Tumbang Runen, Baun Bango, dan

Karuing. Lebih dari itu, pada “jaman kayu” perusahan-perusahan kayu telah

merubah ekosistem dan mendegradasi sumberdaya alam yang selama ini

menjadi sandaran hidup masyarakat, dan kecenderungan ini nampaknya

diteruskan oleh perkebunan-perkebunan kelapa sawit.

• Eksploitasi berlebih. Seperti sudah disebutkan, beberapa hasil hutan — ka yu

dan non-kayu seperti gemor, gaharu, damar, pantung dan burung — sudah

makin sukar di dapatkan karena pengambilan yang ber lebih. Hal ini terjadi

karena dimasa lalu rupanya tidak ada regulasi yang efektif; nyatanya siapa

saja dapat mengambil apa saja, kapan saja, de facto terjadi open accces

kawasan hutan Sebangau. Nampaknya sejak adanya Tama n Nasional hal ini

berkurang, baik karena pembatasan oleh aturan-atura n Taman Nasional

maupun karena sumberdayanya memang telah berkurang.

4. Masalah-masalah Sosial-budaya dan politik di desa

Beberapa persoalan di ranah sosial-politik yang teridentifikasi selama kajian adalah,

antara lain:

a) Kelembagaan Pemerintah Desa

Walaupun sejarah pembentukannya beragam dan beberap a desa bahkan cikal-

bakalnya terbentuk pada tahun 40-an, pada saat ini seluruh desa di wilayah

kajian merupakan desa-desa yang “dibentuk” oleh pemerintah daerah, sehingga

struktur dan organisasi kelembagaannya relatif sama.

Page 35: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

26

Ungkapan masyarakat selama diskusi dalam kajian par tisipatif maupun jawaban-

jawaban survey menunjukan penilaian yang sangat positif terhadap k eberadaan

dan fungsi kelembagaan desa — dekat dan besar dalam diagram Venn

Kelembagaan serta jawaban dominan dalam survey (125 responden menyatakan

baik) — menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengarah pada tatanan yang

tertib dan teratur dilihat dari aspek kepatuhan ter hadap aturan formal dalam

suatu lembaga serta kepatuhan dalam membangunan hub ungan sosial antara

masyarakat dalam sistem kelembagaan yang ada. Walaupun demikian cukup

banyak persoalan tentang pemerintah desa yang terid entifikasi, antara lain:

• Pemerintah desa belum berfungsi secara optimal. Secara umum pemerintah

desa masih cenderung lebih merupakan kepanjangan-ta ngan pemerintah

kabupaten dalam berbagai urusan administratif di de sa daripada lembaga

yang mengambil peran kepemimpinan dalam prakarsa pembangunan

masyarakat desanya.

• Pejabat pemdes kurang mengetahui aturan-aturan tentang kelembagaan

desa —terutama Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa yang baru diundangkan — serta pemerian kerja (tupoksi) masing-

masing jabatan dalam kelembagaan pemerintah desa. T ermasuk dalam hal ini

adalah fakta bahwa para pejabat Pemerintah Desa bel um memahami tata-

cara pembuatan Peraturan Desa. Dalam kajian hanya d esa yang didampingi

program dalam pembuatan perdes yang mempunyai penga laman dalam hal ini.

• Kepala desa yang tidak tinggal di desanya. Ditemukan pula beberapa

kepala desa yang bahkan tidak tinggal di desanya, t etapi tinggal di desa lain,

bahkan ada yang tinggal di kota Palangka Raya, kare na hubungan kekerabatan

atau karena memiliki usaha di tempat tinggalnya. Ha l ini tentu tidak

membantu perannya sebagai Kepala Desa.

• Kurang beperannya Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Apabila kinerja

pemerintah desa kurang dari yang diharapkan dan Kepala Desa dan perangkat-

nya kurang berperan, semestinya BPD turun tangan da lam mengkoreksi

keadaan. Tetapi kajian kelembagaan menunjukan bahwa di kebanyakan desa

BPD-pun kurang berperan. Bahkan ada BPD yang justru bersengketa dengan

Pemdes karena persaingan antar tokoh.

• Pemdes belum berperan banyak dalam pengelolaan sumberdaya alam.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pali ng tidak dalam enam

pasal yang berbeda (Pasal 1 ayat 9; Pasal 8, ayat 3 , butir e; Pasal 26, ayat 4,

butir o; Pasal 78. ayat 1; Pasal 81 butir (3); dan Pasal 90, butir c) menegaskan

pentingnya sumberdaya alam sebagai prasyarat keberadaan desa serta hak

dan kewajiban desa untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan

demi kesejahteraan masyarakat. Namun karena semua h al yang telah

disebutkan peran pemdes dalam pengelolaan sumberdaya alam sebagaimana

yang diharapkan masih jauh panggang dari api.

b) Modal Sosial dan Kondisi Sosiokultural

Gambaran sosial-budaya desa-desa kawasan Sebangau cukup beragam; mulai dari

desa Hyang Bana yang berpenduduk relatif homogen suku Dayak dengan

Page 36: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

27

kepercayaan Kaharingan dan secara sosial-budaya agak tertutup, desa Sebangau

Mulya dan Habaring Hurung yang penduduknya mayorita s transmigran dari Jawa,

sampai dengan desa Kareng Bengkirai yang pendudukny a sudah sangat heterogen

dan sangat terbuka.

Imigran dari daerah lain di Indonesia sejak dahulu selalu ada di kawasan

Sebangau tetapi baru sejak akhir tahun 60-an terjad i peningkatan dalam jumlah

pendatang. Ada warga yang datang sebagai transmigran — baik dalam program

transmigrasi pemerintah maupun transmigrasi mandiri —dan juga warga secara

perorangan yang datang karena berkembangnya peluang -peluang ekonomi di

industri pembalakan. Ada peluang ekonomi yang berka itan langsung dengan

perusahaan kayu seperti menjadi pekerja perusahaan, maupun peluang karena

terbukanya akses ke wilayah-wilayah HPH seperti men gumpulkan hasil hutan

non-kayu, pembalakan (liar) ataupun peluang untuk m engusai lahan.

Warga masyarakat lokal pada umumnya menerima dengan baik kehadiran para

pendatang, dan warga pendatang dari berbagai suku mampu menyesuaikan diri,

baik dengan sesama pendatang maupun dengan warga “a sli”. Artinya interaksi

budaya antar warga dari berbagai latar belakang budaya pada umumnya dengan

beberapa perkecualian berjalan dengan baik dan waja r.

Di desa-desa dimana masyarakat Dayak dominan, pada saat-saat tertentu dalam

proses pengelolaan sumberdaya alam masih dilakukan beberapa upacara,

misalnya,pada saat membuka lahan, saat pertama kali menanami ladang, saat

panen dan sebagainya. Para pendatang pada umumnya t idak lagi melakukan

upacara semacam itu walaupun dalam adat etnis tempa t asal mereka upacara-

upacara seperti itu ada.

Namun barangkali aspek sosial-budaya yang perlu leb ih menjadi perhatian dalam

pengelolaan sumberdaya alam adalah perubahan-perubahan dalam kearifan lokal

dan nilai-nilai adat. Beberapa warga masyarakat pes erta kajian menyebutkan

adanya beberapa kearifan lokal yang terarah pada keberlanjutan sumberdaya

alam demi kepentingan bersama, misalnya larangan un tuk menangkap ikan

dalam migrasinya ke hulu dan ikan-ikan yang masih t erlalu kecil. Namun ketika

ditelusuri lebih jauh, ternyata banyak dari aturan- aturan itu sudah tidak

dipatuhi, bahkan sebagian nelayan sudah tidak lagi mengetahui adanya larangan-

larangan seperti itu.

Gambaran umum beberapa aspek lain modal sosial masyarakat (social capital)

desa-desa di kawasan Sebangau adalah sebagai beriku t:

• Solidaritas sosial. Secara umum warga masyarakat menyebutkan adanya

kegotong-royongan antar warga masyarakat, namun pada umumnya kegotong-

royongan ini cenderung menurun dibandingkan dengan masa lalu. Sebagian

dari solidaritas sosial diwujudkan dalam kelembagaan yang dibangun

masyarakat, dan memang selain Pemerintah Desa di de sa ada beberapa

lembaga yang lain seperti kelompok keagamaan, kelompok Karang Taruna,

PKK, RPK (Regu Pengendali Kebakaran), lembaga pendidikan baik formal

maupun informal pada berbagai tingkatan, kelompok-kelompok kesenian, dan

sebagainya. Namun dengan perkecualian RPK, kelompok-kelompok ini tidak

langsung berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya al am.

Page 37: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

28

• Kepemimpinan. Solidaritas sosial untuk sebagiannya adalah fungsi dari

kepemimpinan di desa. Namun nampaknya bahwa dengan beberapa

perkecualian sementara kepemimpinan dan kelembagaan tradisional di desa

telah melemah, kepemimpinan formal, yakni Kepala De sa dan lembaga-

lembaga pemerintah desa yang menggantikannya ada namun berfungsi pada

tingkat minimal dan nampak kurang berkembang.

• Kubu dan sengketa di desa. Hal lain yang melemahkan modal sosial masya-

rakat adalah sengketa antara tokoh-tokoh masyarakat di desa. Di beberapa

desa masyarakat menyebutkan terbentuknya kubu kepal a desa lama yang

berhadapan dengan kubu kepala desa baru sebagai aki bat dari proses

pemilihan kepala desa.

• Proyek-proyek yang tidak berlanjut. Di desa-desa ditemui adanya proyek-

proyek yang tidak berlanjut setelah lembaga pemraka rsanya tidak lagi berada

di desa. Sistem air perpipaan aliran gravitasi yang rusak dan tidak diperbaiki

di Tumbang Runen, misalnya, memberi gambaran lemahnya modal sosial;

nyatanya walaupun merupakan kepentingan bersama, se cara teknis bisa

dikerjakan, dan akan memberikan manfaat yang bermak na kepada semua

warga, tidak ada prakarsa dan dukungan untuk perbai kan itu yang muncul di

masyarakat.

• Kelompok proyek dan kelompok non-proyek. Salah satu upaya pengem-

bangan modal sosial yang sudah menjadi bagian yang kaprah dari proyek-

proyek yang “diturunkan” ke desa adalah pembentukan kelompok. Namun

karena dalam kebanyakan kasus kelompok dibentuk han ya sebagai “prasyarat

proyek”, dan bukan karena kesadaran bahwa kelompok sesungguhnya

dibutuhkan sebagai landasan kerjasama yang melampau i masa proyek, maka

ketika proyek berakhir kelompok-pun berakhir.

Selain kurang berhasil dalam membentuk modal sosial , dalam beberapa kasus

pembentukan kelompok oleh proyek-proyek bahkan berdampak negatif ketika

menciptakan perbedaan yang tidak semestinya antara warga kelompok proyek

dan warga kelompok non-proyek.

Koperasi – di beberapa desa ada koperasi, namun koperasi itu dibentuk atas

dorongan pihak di luar desa dan selama ini belum benar-benar berfungsi,

bahkan ada cukup banyak pengalaman kurang baik deng an koperasi

5. “Ketidak hadiran” Pemerintah

Seperti sudah disebutkan fungsi regulasi dan pelayanan pemerintah di tingkat desa

masih sangat lemah. Di semua desa kajian peran pemerintah kabupaten da lam hal

pengelolaan sumberdaya alam sangatlah lemah. Memang ada berbagai proyek yang

“diturunkan”, antara lain PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dan

CWSHP (Community Water Supply dan Health Program), serta berbagai jenis

“bantuan” seperti bibit untuk reboisasi, namun seri ng tekanannya sering lebih pada

pembangunan infrastruktur fisik dan dalam proyek-proyek itu nyaris tidak ada

pendampingan yang berlanjut. PPL dari Dinas-dinas Pertanian, Perkebunan,

Perikanan dan Kehutanan jarang turun ke desa. Para petugas itu hadir manakala

suatu proyek akan dimulai, namun selama umur proyek yang bersangkutan frekuensi

Page 38: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

29

kehadiran petugas instansi pemerintah di desa sanga tlah rendah, Juga sering proyek

yang bersangkutan tidak berlanjut dan proyek terhen ti sebelum sempat mencapai

tujuannya dan mempunyai dampak yang bermakna terhad ap penghidupan

masyarakat.

Perkecualiannya adalah petugas dari Balai Taman Nas ional Sebangau yang dalam

analisa masyarakat tentang kelembagaan senantiasa d isebutkan, namun ini bisa jadi

bias karena staf BTNS memang menjadi fasilitator pengkajian.

B. Refleksi dan Analisa

1. Analisa Ekonomi

Analisa berikut adalah upaya awal dalam membuat ana lisa ekonomi kawasan sebagai

unit analisa:

a) Gambaran Mata Pencaharian Masyarakat:

Seperti sudah disebutkan kegiatan-kegiatan usaha ma syarakat cukup beraneka-

ragam, antara lain usaha pertanian tanaman pangan, sayur-mayur, peternakan,

penangkapan ikan, pemeliharaan ikan, perkebunan tan aman keras seperti kelapa

sawit, buah-buahan, karet dan lain-lain. Gambaran e konomis beberapa mata-

pencaharian yang dapat ditemukan di kawasan Sebanga u dipaparkan dibawah ini,

namun tentu perlu diingat bahwa pada umumnya warga masyarakat tidak hanya

mengerjakan satu hal saja tetapi memperoleh penghas ilan dari beberapa

sumber.

Memperhatikan uraian tentang mata pencaharian masya rakat di seluruh desa-

desa studi, dan dilihat dari variasi jenis pekerjaan yang umumnya diusahakan

oleh masyrakat, maka dapat dibuat beberapa gugus de sa yang berdekatan

(cluster) berdasarkan mata pencahariannya yaitu:

• Gugus desa-desa bermata pencaharian pertanian tanaman pangan. Mata

pencaharian ini umumnya diusahakan oleh warga masya rakat yang berada di

desa-desa di kecamatan Mendawai dan Katingan Kuala, terutama di desa-desa

transmigrasi.

• Gugus desa-desa bermata pencaharian nelayan (darat dan laut), umumnya

diusahakan oleh masyarakat yang bermukim di desa-de sa di wilayah sepanjang

sungai Sebangau dan sungai Katingan.

• Gugus desa-desa bermata pencaharian sebagai petani karet dan sayur-sayuran

umumnya diusahakan oleh masyarakat yang bermukim di poros jalan Palangka

Raya-Banjarmasin dalam wilayah kecamatan Bukit Batu dan Kahayan Hilir.

Gambaran perhitungan sebagaimana dilakukan warga ma syarakat untuk beberapa

jenis usaha adalah sebagai berikut:

• Penyadap karet. Pendapatan penyadap karet yang tertinggi adalah seb agai

berikut: Biaya yang dikeluarkan adalah pembelian tawas Rp.6.000,-, Asam

Askorbat 2 Kg a Rp. 5,000,- = Rp.10.000,- Angkutan berupa BBM 1 liter besin

Rp.8.000,- makan dan minum Rp.10.000,- Rokok dua bu ngkus a Rp.16.000,- Ini

berarti pengeluaran dalam satu kali menyadap sebesa r Rp.50.000,- per hari

Page 39: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

30

Pendapan per hari 60 Kg a Rp. 5.000,- = Rp.300.000, - atau pendapatan bersih

adalah Rp.300.000,- Rp. 50.000,- = Rp.250.000,- per hari. Seminggu hanya

bisa menyadap 4 hari berarti pendapatan mingguan ad alah 4 x Rp. 250.000,- =

Rp. 1.000.000,- atau pendapatan setiap bulan adalah Rp. 4.000.000,-.

Pendapatan penyadap kategori sedang: sekali menyadap karet 20 Kg a

Rp.5.000,- = Rp.100.000,- Pengeluaran setiap hari a dalah asam askorbat 2 Kg

a Rp.5.000,- = Rp.10.000,- Tawas Rp. 7.000,- Transp ort sebesar Rp. 8.000,-

Makan dan minum Rp.10.000,- , serta rokok satu bung kus dengan harga

Rp. 7.000,- Jika penerimaan kotor dikurangi dengan pengeluaran maka

diperoleh pendapatan bersih per hari Rp.60.000,- sama dengan Rp.960.000,-

per minggu atau Rp.3.840.000,- per bulan.

Kategori rendah adalah penyadap yang memiliki produktivitas atau sekali

menyadap memperoleh ± 10 Kg a Rp.5.000,- = Rp.50.00 0,- Pendapatan kotor

tersebut dikurangi biaya sebesar Rp.29.000,- per ha ri terdiri dari tawas

Rp.5.000,-, transport Rp.8.000,- makan dan minum Rp .10.000,- dan rokok satu

bungkus dengan harga Rp.6.000,- Pendapatan bersih a dalah Rp.31.000,- atau

Rp.124.000,- seminggu atau Rp.496.000,- satu bulan.

Tabel 8: Penerimaan dan pengeluaran rata-rata petan i karet

Kriteria Uraian

Tinggi (60 KG) Sedang(30 Kg) Rendah (10 Kg)

1. Penerimaan rata-rata

2. Pengeluaran

Rp. 300.000,- Rp. 150.000 Rp. 50.000,-

a. Tawas

b. Askorbat 2 Kg a Rp.5.000

c. Transport

d. Makan + Minum

e. Rokok

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

6.000,-

10.000,-

8.000,-

10.000,-

16.000,-

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

5.000,-

10.000,-

8.000,-

10.000,-

.7.000,-

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

5.000,-

0,-

8.000,-

10.000,-

6.000,-

3. Jumlah a s/d e

4. Penerimaan bersih (hari)

Hari kerja 4 hari dlm seminggu

Rp.

Rp.

Rp.

50.000,-

250.000,-

1.000.000,-

Rp.

Rp.

Rp.

40.000,-

60.000,-

960.000,-

Rp.

Rp.

Rp.

29.000,-

31.000,-

124..000,-

Penerimaan sebulan Rp. 4.000.000,- Rp. 3.840.000,- Rp. 496.000,-

Sumber: Data diolah

Penerimaan petani karet dalam sebulan yang terdiri darti pendapatan tinggi

rata-rata Rp.4.000.000,- kemudian sedang rata-rata Rp.3.840.000,- dan

pendapatan rendah hanya Rp.496.000,- per bulan. Pet ani karet atau penyadap

yang termasuk pendapatan tinggi adalah petani yang menyadap karet yang

masih muda dengan biaya “pemupukan“ serta biaya lai n-lain lebih besar

dibanding dengan petani yang menerima pendapatan se dang dan rendah.

Hasilnya yang rendah kelompok penyadap berpenghasil an rendah adalah

karetnya yang sudah tua dan layak diganti, terbatas nya jumlah batang karet

yang disadap, sehingga produktivitas menjadi rendah. Petani sudah mensiasati

agar pengeluarannya tidak besar, seperti tidak membeli asam askorbat

Page 40: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

31

(C6H8O6) dan memilih rokok murahan. Pemanfaatan asam askorbat sangat

mempengaruhi umur tanaman karet, karena tambahan je nis asam askorbat ini

memaksa getah keluar dari batangnya sehingga batang karet menjadi kering

dan lama-kelamaan mati. Usaha menyadap karet dengan cara menambah

asam ini juga dipengaruhi oleh anggapan sebagian ke cil penduduk bahwa

menyadap adalah usaha sampingan, sedangkan usaha po koknya adalah

pertanian tanaman pangan.

Harga karet sama untuk semua, yakni Rp.5.000,- per kilogram dan ditentukan

oleh pedagang pengumpul atau tengkulak. Petani tida k bisa menaikkan harga,

karena harga ditetapkan sepihak oleh para pedagang dan rata-rata harga

getah di tempat lain tidak jauh beda dengan harga s etempat. Lokasi petani

karet adalah desa Henda, Garong dan Tewang Kampung.

• Warung. Di setiap desa di kawasan niscaya ada dua atau tiga warung yang

menjual sembako dan jajanan. Di beberapa desa ada warung makan yang

sederhana. Gambaran warung sembako cukup sederhana dengan modal yang

berkisar antara Rp.2.000.000,- dan Rp.5.000.000,- W arung makan kecil-

kecilan menggunakan modal sekitar Rp.1.000.000,-

Warung itu hanya melayani masyarakat lokal di desa yang bersangkutan dan

pendatang yang sekali-sekali lewat di desa. Di bebe rapa desa ada pemilik

warung yang juga menjadi pedagang pengumpul hasil pertanian atau

penangkapan ikan. Warung-warung seperti itu mempero leh keuntungan sekitar

Rp.150.000,- per hari atau total satu dalam sebulan ± Rp.4.000.000,-

• Tanaman padi. Usaha tanaman padi dimulai dengan pembersihan lahan ,

menanam, membersihkan gulma, memberi pupuk, melindungi dari hama

tanaman dengan obat-obatan kemudian panen. Biaya ma sing-masing dan

penerimaan petani dalam satu hektar dapat dilihat p ada tabel berikut :

Tabel 9: Pengeluaran dan Penerimaan Petani tanaman pangan menurut

kategori rendah, sedang dan tinggi.

Uraian Rendah Sedang Tinggi

I. Pengeluaran

1. Tebas tebang 35 borong @ Rp.36.000,-

2. Menanam

3. Pupuk (TSP, Urea, dll)

4. Obat-obatan

5. Bibit

6. Panen

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

1.260.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

750.000,-

200.000,-

2.000.000,

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

1.225.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

500.000,-

200.000,-

2.000.000,

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

1.225.000,-

500.000,-

1.000.000,-

500.000,-

300.000,-

2.000.000,-

Jumlah

II. Hasil 15 kwintal padi = 7,5 kwintal beras @ Rp.16.000,- /Kg

III. Penerimaan bersih

Rp.

Rp.

Rp.

-

6.210.000,-

12.000.000,-

5.790.000,-

Rp.

Rp.

Rp.

-

5.925.000,

16.000.000,-

10.075.000

Rp.

Rp.

Rp

5.525.000,-

20.000.000,-

14.475.000,-

Page 41: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

32

Petani berpendapatan rendah adalah petani yang meng hasilkan 15 kwintal

atau 1,5 ton padi per hektar. Jika dijadikan beras maka diperoleh hasil 750 Kg

@ Rp.16.000,- = Rp.12.000.000,- Penerimaan bersih a dalah Rp.5.790.000,- per

Ha untuk setiap musim. Biasanya padi yang dihasilka n kelompok

berpendapatan rendah ini tidak dijual tetapi hanya dikonsumsi sendiri.

Petani yang berpendapatan sedang adalah petani deng an produksi dalam satu

hektar rata-rata 20 kwintal padi atau 10 Kwintal be ras x Rp.16.000,-/Kg =

Rp.16.000.000,- Sedangkan biaya satu hektar mulai d ari pengolahan sampai

panen sebesar Rp.4.925.000,- atau lebih kecil jika dibandingkan dengan

petani kelompok berpendapatan rendah. Perbedaannya adalah biaya tebas

tebang setiap borongan bukan Rp.36.000,- tetapi Rp. 35.000,- Biaya pestisida

hanya Rp.500.000,- sedangkan biaya menanam, bibit d an panen sama dengan

kelompok berpenghasilan rendah.

Usaha penghematan yang dilakukan kelompok berpendap atan tinggi adalah

mengurangi biaya tanam dari Rp.1.000.000,- menjadi Rp.500.000,- Menanam

tidak diupahkan tetapi dengan cara bergotong royong (handep) dengan sesama

petani dan menyediakan konsumsi untuk mereka. Sedan gkan panen tetap

dilakukan seperti dilakukan oleh kelompok berpendapatan rendah dan sedang

yaitu dengan cara bagi hasil. Jika buruh tani memanen lima belek maka diberi

upah satu blek padi ( 5 : 1), sehingga untuk satu h ektar yang menghasilkan

±100 kaleng dibagi 5 = 20 kaleng x Rp.100.000,- /ka leng = Rp.2.000.000,-

Beras di jual ke tengkulak yang mendatangi petani b aik tengkulak yang

berasal dari sekitar desa maupun yang datang dari B anjarmasin. Penetapan

harga dilakukan oleh tengkulak, dan petani pada umumnya tidak bisa menolak

karena jumlah pembeli (pedagang pengumpul) bersifat oligopoly. Ada

ketergantungan para petani kepada para pedagang pen gumpul sebagai

penyedia modal dan sering pula ada keterikatan sosi al atau kekerabatan

antara keduanya. Lokasi pertanian tanaman pangan ad alah Paduran Sebangau,

Tewang Kampung, Bakung Raya, Singam Raya, Henda dan Garong.

• Petani sayur. Modal awal bertanam sayur adalah Rp.1.000.000,- sed angkan

hasil yang diterima sekali panen antara Rp.1.000.00 0,- s/d Rp.1.200.000,-

Modal Jagung Rp.1.300.000,- terdiri dari pupuk Rp.600.000,- Bibit 6 bungkus a

Rp.80.000,- Pupuk 15 Kg a Rp.20.000,- Pestisida 1 K g Rp.100.000,- Pupuk urea

3 bungkus a Rp.2.500,- Hasilnya dapat 9 Kwintal a R p.4.000,- Kg sekali panen,

atau Rp. 3.600.000,-

• Pengumpul Kulit Gemor. Kulit gemor dicari di sekitar desa Kereng Bangkirai

dengan harga Rp.600,-/kg. Setiap kali berangkat men cari kulit gemor para

pengumpul bisa memperoleh lima kwintal atau 0,5 ton . Artinya penerimaan

kotor mereka adalah Rp. 3.000.000,-. Setelah dikura ngi biaya-biaya seperti

konsumsi makanan, transportasi termasuk BBM, dan rokok, yang jika

dijumlahkan dinilai ± Rp.450.000,- diperoleh bahwa penerimaan bersih dari

usaha pengumpulan kulit Gemor adalah sebesar Rp.2.550.000,-

Pengambilan kulit gemor marak terjadi pada tahun 1980 hingga tahun 2000.

Awalnya masyarakat mulai mencari kulit gemor setelah adanya parit-parit

Page 42: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

33

yang dibuat oleh perusahaan logging untuk mengalirkan kayu keluar hutan.

Sekarang masyarakat masih ada yang bekerja mencari kulit gemor tapi hanya

sebagian kecil saja, selain karena gemor yang besar sudah habis juga karena

larangan menebang pohon di wilayah Taman Nasional padahal gemor di panen

dengan menebang pohonnya sedangkan ada

• Nelayan Laut (Penangkap ikan). Penduduk yang bermukim di Sei Hambawang

pada umumnya memperoleh pendapatan dari penangkapan ikan dan udang di

laut. Ikan kecil dan udang diperoleh melalui pukat yang ditarik oleh perahu

mesin mulai pagi hari sampai dengan pukul 11 siang. Harga ikan kering

Rp.20.000,-/kg udang Windu Rp.10.000,- /kg dan udan g Papay Rp.25.000,-

/kg. Ketiga jenis tangkapan ini dijual kepada pedag ang pengumpul yang

datang ke desa dan ada yang menunggu di tengah laut .

Rata-rata pendapatan dan pengeluaran nelayan di lau t dapat dilihat pada

Tabel 10. berikut:

Tabel 10: Pengeluaran dan Penerimaan Nelayan Laut

Uraian penerimaan dan

pengeluaran

Jumlah

penerimaan Jumlah Biaya

Biaya-biaya*)

1. BBM 10 liter @ Rp.12.000,-

2. Rokok 2 bungkus @ Rp.12.500,-

3. Lain-lain (Oli, busi, lain-lain)

Rp.

Rp.

Rp.

120.000,-

25.000,-

5.000,-

Penerimaan kotor Rp. 150.000,-

1. Udang Papay 10 Kg @ Rp.25.000,-

2. Udang windu 10 Kg @ Rp.10.000,-

3. Ikan kering 5 Kg @ Rp.20.000,-

Rp

Rp.

Rp.

250.000

100.000,-

100.000,-

Jumlah Rp. 450.000,-

Penerimaan bersih Rp. 350.000,-

*) Biaya peralatan (alat tamgkap dan perahu mesin) telah dianggap lunas

Sekali berangkat ke laut nelayan dapat memperoleh h asil bersih sebesar

Rp.350.000,-; yakni penerimaan kotor Rp.450.000,- d ikurangi biaya-biaya

Rp.150.000,- Ikan dan udang dijual kepada pedagang pengumpul yang datang

sendiri ke desa Sei Hambawang sebagai desa nelayan laut.

Mahalnya harga BBM di desa mengakibatkan biaya sema kin besar dan mem-

beratkan nelayan karena mengurangi pendapatan nelay an. Kemudian harga

udang dan ikan selalu ditentukan oleh pedagang peng umpul yang sistem

ekonominya mirip oligopoly, karena pembeli di desa setempat telah dikuasai

oleh pedagang yang jumlahnya terbatas atau kurang d ari 10 pedagang.

Keterbatasan modal nelayan merupakan kelemahan nela yan, karena nelayan

terpaksa minta “bon” kepada pedagang pengumpul. Uan g pinjaman digunakan

sebagai biaya operasional jika mau menangkap ikan dan udang di laut, biaya

rumah tangga sehari-hari termasuk biaya tidak terdu ga yang harus ditalangi

Page 43: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

34

segera. Pembayaran dilakukan setelah memperoleh has il ikan dan udang

dengan perhitungan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

• Nelayan Darat. Salah satu usaha penduduk di darat adalah memanfaatk an

sumberdaya air (sungai, danau dan payau) yakni mena ngkap ikan dengan

berbagai cara, antara lain memasang bubu, lukah, banjur, pangilar, atau

tampirai, menjala, menjaring, dan pancing.

Di beberapa desa, tempat penangkapan ikan tangkapan cukup jauh dari

tempat tinggal sehingga memerlukan transportasi air seperti perahu mesin

atau kelotok. Sebagian kecil warga masyarakat yang bermukim di pinggir jalan

raya seperti misalnya di desa Paduran Sebangau juga memakai sepeda motor

untuk menuju sungai.

Tabel 11: Pengeluaran dan Penerimaan Nelayan Darat

Uraian penerimaan dan pengeluaran Jumlah

penerimaan Jumlah Biaya

I. Biaya-biaya*)

1. BBM 10 liter @ Rp.9.500,-

2. Rokok 1 bungkus @ Rp.7.000,-

3. Garam (Pengawet)

4. Lain-lain (Oli, busi, lain-lain)

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

95.000,-

7.000,-

10.000,-

5.000,-

Rp. 117.000,-

`II. Penerimaan kotor

1. Ikan basah 10 Kg @ Rp.50.000,-

2. Ikan kering 5Kg @ Rp. 35.000,-

Rp.

Rp.

500.000

350.000,-

Jumlah

III. Penerimaan bersih

Rp.

Rp.

850.000,-

733.000,-

*) Biaya peralatan (perahu mesin, alat tangkap) tel ah dianggap lunas.

Para nelayan tidak mengikuti jam kerja tetap, tetap i sangat tergantung

kepada iklim dan cuaca. Setiap minggu mereka berang kat sekurang-kurangnya

satu kali atau dalam istilah setempat “satu kali ke rja” dan dalam satu bulan

bekerja empat sampai lima kali kerja. Dengan demiki an pendapatan nelayan

ini antara Rp.2.932.000,- sampai dengan Rp.3.655.00 0,- sebulan. Dari sisi

nominal pendapatan ini cukup lumayan, namun pendapa tan riil nelayan

bukanlah sebesar angka tersebut karena masih dikura ngi lagi dengan utang

kepada pedagang pengumpul. Pendapatan nelayan yang hanya “pas-pasan”,

mengakibatkan adanya ketergantungan terhadap pedaga ng pengumpul untuk

kebutuhan modal dan biaya hidup sehari-hari.

• Buruh sawit. Upah harian buruh sawit adalah Rp.62.000,- per hari . Jika dalam

seminggu mereka bekerja enam hari pendapatan minggu an mereka adalah

Rp.372.000,-/minggu, atau Rp. 1.488.000,- /bulan. P erolehan ini dikurangi

biaya makan dan minum Rp.20.000,- per hari, berarti Rp.480.000,-/bulan.

Dengan demikian penerimaan bersih seorang buruh perkebunan sawit adalah

Rp. 1.008.000,-/bulan.

Page 44: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

35

Tabel 12: Penerimaan Kotor dan Bersih Buruh setiap bulan.

Pengeluaran Tingkat

Upah (Rp.)

Jumlah

hari kerja

(hari)

Penerimaan

Kotor (Rp.)

per bulan Konsumsi

(Rp.)

Transpor

(Rp.)

Lain-lain

(Rp.)

Jumlah

pengeluaran

(Rp.)

Penerimaa

n bersih

(Rp.)

Peneri-

maan

bersih /Bln

40.000

59.700

62.000

70.000

80.000

20

25

25

20

25

800.000

1.492.500

1.562.500

1.400.000

2.000.000

10.000

15.000

15.000

20.000

20.000

8.000

10.000

10.000

5.000

10.000

7.000

6.000

7.000

12.000

14.000

25.000

31.000

32.000

37.000

44.000

15.000

28.700

30.000

33.000

36.000

300.000

717.500

750.000

660.000

900.000

Rata-rata pendapatan kotor buruh yang memperoleh upah Rp.40.000,- sehari,

adalah Rp.800.000,- /bulan. Karena mereka tidak tin ggal di kamp perusahaan

— artinya perusahan kepala sawit tidak menyediakan tempat tinggal dan

konsumsi harian untuk buruh, maka mereka harus menyediakan makanan ala

kadarnya senilai Rp.10.000,- yang terdiri dari nasi putih dan sedikit ikan atau

telur. Para buruh bertempat tinggal di rumah mereka sendiri bersama

keluarga di kampung dan angkutan tidak disiapkan ol eh perusahaan, maka

setiap buruh harus membiayai transpor mereka sendir i. Mereka membeli

setengah sampai satu liter bensin untuk motor senil ai Rp. 5.000,- sampai

dengan Rp.10.000,-

Kelompok pertama menerima penerimaan bersih sebesar Rp.300.000,- per

bulan merupakan penerimaan terendah dari semua kelompok. Namun

penduduk tetap menerima tanpa protes, karena diangg ap sebagai “batu

loncatan”, dengan harapan di masa akan datang gaji dan fasilitas akan

bertambah.

Kelompok kedua adalah buruh yang menerima upah sebe sar Rp.59.700,- per

hari atau Rp.1.492.500,- per bulan. Buruh hanya bek erja 25 hari setiap bulan,

karena hari Minggu libur dan setiap hari Sabtu tera khir setiap bulan. Setelah

dikurangi biaya-biaya, gaji bersih hanya Rp.717.500 ,- sebulan atau lebih tinggi

dibanding dengan buruh kelompok pertama.

Penerimaan bersih sebesar Rp.750.000,- diterima oleh buruh yang gajinya

Rp.62.000,- per hari. Hampir tidak ada perbedaan de ngan kelompok kedua,

namun lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok 4 yakni Rp.660.000,-

Sedangkan penerimaan bersih tertinggi adalah Rp.900 .000,- per bulan dengan

ketentuan biaya per hari dibayar Rp.80.000,- dikali kan dengan 25 hari

dikurangi biaya-biaya sebesar Rp.44.000,- per hari.

• Penganyam tikar. Di beberapa desa, sebagian warga masyarakat menganyam

sebagai salah satu sumber mata-pencaharian tambahan . Harga tikar

Rp.40.000,- per lembar sedangkan bakul Rp.15.000,- per buah. Seorang

penganyam bisa menghasilkan lima lembar tikar setiap minggu atau bakul 20

bakul setiap minggu.

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku pur un, cat, jarum dan

benang sekitar Rp.150.000,- Harga tikar rata-rata m odel paling besar

Rp.100.000,- Sedang Rp.75.000,- dan kecil Rp.50.000 ,- Seorang penganyam

dapat menghasilkan lima lembar yang berukuran besar dalam satu bulan, atau

Page 45: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

36

delapan lembar yang sedang, atau 10 lembar yang kec il. Hasil anyaman dijual

kepada pedagang pengumpul yang datang dari Sampit a tau Banjarmasin, dan

pendapatan rata-rata dari tikar selama satu bulan a dalah Rp. 500.000,-

• Pengumpul Hasil hutan Non-kayu. Karena ada berbagai hasil hutan yang

dikumpulkan warga masyarakat (antara lain gemor, ro tan, pantung, burung,

tanaman obat dan sebagainya), semestinya membuat analisa ekonomi tentang

hal ini bisa bermanfaat. Namun justru karena keanek aragamannya, analisa ini

cukup menantang untuk dibuat dan kajian ini tidak b erkesempatan untuk

melakukannya. Juga, pengumpulan hasil hutan non-kay u sebagai mata-

pencaharian pada saat ini hanya ditekuni oleh sebag ian warga masyarakat dan

cenderung menjadi alternatif ketika sumber penghasi lan dari sumber lain

menurun.

• Pertukangan. Di setiap desa ada beberapa orang yang bekerja sebagai tukang

batu dan tukang kayu, namun pekerjaan ini dalam keb anyakan hal bersifat

insidental ketika ada pekerjaan di desa yang bersan gkutan. Di beberapa desa

yang mempunyai akses yang cukup baik ke kota Palang ka Raya — antara lain di

desa Kareng Bangkirai dan Habaring Hurung — sebagian warga masyarakat juga

bekerja sebagai buruh, antara lain sebagai buruh bangunan.

• Pedagang Pengumpul. Hasil pertanian, perikanan dan hasil hutan non-ka yu

dari desa dijual keluar desa oleh para pedagang pengumpul, baik pedagang

pengumpul yang juga merupakan warga desa yang bersangkutan maupun

pedagang pengumpul dari luar desa. Di setiap desa ada beberapa pengepul;

dan ada pengepul yang membatasi diri pada produk te rtentu dan ada pula

pengepul yang lebih terdiversifikasi dalam produk yang ditampungnya. Dapat

pula ditemui pengepul yang bukan saja membeli hasil warga masyarakat,

tetapi juga menjadi pedagang atau pengusaha warung yang membawa barang

konsumsi ke desa dan menjualnya kepada warga masya rakat.

Karena nyatanya para pedagang pengumpul ini menjadi simpul aliran barang

dari dan ke desa, sebenarnya gambaran usaha mereka bisa menjadi indikator

perekonomian desa. Hal ini masih luput dari kajian ini dan bisa menjadi pokok

kajian di masa yang akan datang.

Dalam usaha-usaha ekonomis tersebut warga masyarakat di desa-desa kawasan

Sebangau menghadapi banyak kendala dalam hal penget ahuan, permodalan, dan

terutama pemasaran. Usaha-usaha warga masyarakat it u pada umumnya berskala

kecil dan lokal di tingkat desa untuk pasar desa it u sendiri sehingga memang tidak

kompetitif. Beberapa persoalan itu adalah antara la in:

b) Ketergantungan pada pedagang perantara dan pemilik modal.

Kajian dan survey menunjukan bahwa warga masyarakat dalam melakukan

usahanya dalam kebanyakan kasus mendapatkan modal d ari para pedagang

pengumpul yang berperan pula sebagai ijon. Ijon ini lah yang kemudian berperan

mengendalikan usaha masyarakat. Modal diberikan ber dasarkan kesepakatan

bahwa nyaris semua hasil yang diperoleh dijual kepada pedagang tersebut

dengan harga yang telah ditentukan. Juga skema peng embalian modal dalam

kebanyakan hal ditentukan secara sepihak oleh pemod al.

Page 46: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

37

Dalam situasi yang didominasi para ijon pembeli dan penentu harga sementara

posisi masyarakat produsen sangat lemah sudah dipastikan bahwa produsen tidak

akan mendapatkan harga yang pantas untuk hasil prod uksi mereka. Dengan

demikian tingkat keuntungan yang diperoleh masyarak at sebagai produsen utama

relatif kecil, karena dalam hal ini tidak berlaku mekanisme pasar, melainkan

yang terjadi adalah sistem pasar oligopoli, artinya pembeli yang menentukan

harga suatu produk bukan produsen.

Dalam banyak kasus pedagang perantara/penyedia moda l/pengijon adalah warga

masyarakat setempat, dan bahkan mempunyai hubungan kekerabatan dengan

para petani, nelayan, dan pengumpul hasil hutan yan g dibeli produknya. Artinya,

warga masyarakat sering tidak melihat hubungannya d engan pengijon sebagai

hubungan yang eksploitatif tetapi sebagai hubungan yang saling menguntungkan,

bahkan dana yang diberikan dilihat sebagai “bantuan ” yang diapresiasi.

c) Permodalan untuk usaha.

Ini persoalan klasik para petani dan nelayan subsis ten yang tidak bisa atau tidak

biasa menabung untuk membangun kekuatan permodalan untuk pengembangan

usaha. Sementara itu fasilitas kredit dari lembaga keuangan di luar desa

walaupun ada belum diakses karena kendala masalah t ransportasi keluar desa

dan umumnya warga masyarakat tidak mengetahui seluk -beluk proses yang perlu

ditempuh. Ketika mereka tahu pun mereka enggan beru rusan dengan lembaga

keuangan formal (institusi pemerintah dan bank) kar ena kerepotan dalam

memenuhi persyaratan administratif dan menyediakan agunan.

Modal diperoleh dari tengkulak yang tidak menuntut persyaratan administratif

dan agunan hanya atas dasar kepercayaan dan jaminan bahwa hasil produksi

dijual kepada mereka. Seperti sudah dikatakan masal ahnya disini adalah bahwa

warga masyarakat sebagai produsen kehilangan posisi tawar dan harga

ditentukan oleh tengkulak.

d) Pemasaran.

Konsep pemasaran yang baik adalah ketika produsen dan konsumen sepakat

untuk melakukan transaksi barang dan jasa berdasarkan kaidah-kaidah ekonomi

yang dipahami bersama dan informasi pasar yang diketahui bersama. Namun

seperti telah disebutkan, dalam hal pemasaran kelua r batas-batas desa, para

produsen di desa (petani, nelayan dan pengumpul has il hutan) tidak mempunyai

informasi pasar yang memadai dan mengandalkan beberapa pedagang pengumpul

yang ada atau datang ke desa. Peran yang cukup domi nan ijon dan tengkulak ini

menyebabkan para produsen di desa tidak pernah bert emu dengan konsumen

akhir.

Hasil kajian dan survey menunjukkan bahwa rata-rata hasil usaha individu dan

kelompok masyarakat dijual kepada para pedagang pengumpul dengan skema

ijon. Artinya para pedagang memberikan modal usaha (untuk bibit, pupuk,racun

serangga dan lain-lain), dan karena berutang warga masyarakat produsen tidak

memiliki kekuatan untuk memasarkan produknya ke pas ar umum. Dengan

demikian dapat dipastikan bahwa produsen tidak memi liki kekuatan untuk

Page 47: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

38

menetapkan harga, melainkan harus patuh pada keingi nan dan keputusan atas

harga yang ditetapkan oleh para ijon.

Terlebih dari itu, selain masalah harga, warga masyarakat merasa bahwa

kehadiran para pedagang pengumpul – walaupun dengan aturan ijon –

sesungguhnya banyak memberi manfaat karena sangat memudahkan penjualan,

menyediakan modal, dan bahkan kadangkala juga membe ri pinjaman pribadi

untuk hal-hal yang mendesak.

Disamping untuk keperluan sendiri dan dipasarkan d isekitar desa, hasil produksi

masyarakat juga dipasarkan keluar desa seperti ke Kasongan, Palangka Raya

serta ke Sampit dan Banjarmasin. Dalam pemasaran ke luar desa peran para

tengkulak/ijon cukup dominan sebagai agen penjualan hasil produksi karena

mereka memiliki kemampuan finansial untuk membeli produksi masyarakat

dalam skala yang besar untuk selanjutnya dipasarkan ke luar Palangka Raya.

e) Manajemen Usaha Masyarakat:

Mengingat bahwa usaha masyarakat bersifat tradisional dan skalanya relatif

kecil, maka dalam berusaha warga masyarakat hanya mengandalkan pengalaman

dan kebiasaan yang berkembang selama ini; dengan ka ta lain lebih banyak

mengandalkan manajemen keluarga yang sangat informa l. Dalam setiap usaha

para anggota keluarga terlibat dengan peran tugas y ang tidak terbagi secara

tegas dan jelas. Dengan pola manajemen seperti ini dapat dipastikan bahwa

tidak ada perencanaan yang pasti, evaluasi ataupun pertanggungjawaban yang

jelas atas tugas yang diemban oleh masing-masing anggota keluarga yang terlibat

dalam satu sistem kegiatan. Artinya ketrampilan manajeman yang dibutuhkan

untuk mengelola usaha pada skala ekonomis yang lebi h tinggi belum

berkembang.

f) Potensi yang belum tergarap:

Membangun sumber penghidupan semestinya bertumpu pada sumberdaya alam

yang ada dan potensial untuk dimanfaatkan secara be rkelanjutan. Potensi utama

kawasan ini adalah perikanan, dan saat ini masih menjadi salah satu sumber

penghasilan utama warga masyarakat kawasan Sebangau . Walaupun pada saat ini

potensi perikanan itu cenderung menurun karena keru sakan ekosistem, melihat

tingginya produksi ikan dimasa lalu dapat diduga bahwa tingkat produksi

maksimal yang dapat dipertahankan secara berkelanju tan (maximun sustainable

yield) ketika itu belum terlampaui dan penurunan hasil t anggkapan bukanlah

terutama karena penangkapan yang berlebih ( overfishing). Artinya, jika

lingkungan sungai dapat diperbaiki dan penangkapan dapat terkendali potensi

ikan itu tetap ada.

Selain itu, salah satu potensi kawasan yang nampakn ya belum dimanfaatkan

sepenuhnya dalam arti ekonomi, bahkan cenderung dia baikan, adalah jasa-

lingkungan. Bahkan dalam eksploitasi sumberdaya alam lainnya potensi jasa

lingkungan ini justru sering dikorbankan. Jasa lingkungan itu terabaikan karena

dianggap terberi, dan sering adanya manfaat jasa li ngkungan baru dirasakan

setelah aliran manfaat jasa lingkungan itu tergangg u atau terhenti karena

penurunan kesehatan ekosistem kawasan.

Page 48: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

39

Seperti sudah disebutkan diatas, nilai estetik dan rekreasional kawasan Sebangau

cukup potensial sebagai dasar pengembangan pariwisata dan beberapa rintisan

sudah dilakukan tetapi belum berkembang sebagai yan g diharapkan.

Jasa lingkungan yang lain, seperti pengikatan karbon, penyediaan air bersih,

sumber enerji, dan lain-lain memang potensial untuk dijadikan sumber

pendapatan tetapi belum dikembangkan. Di kecamatan Sebangau Kuala,

kabupaten Pulang Pisau sudah ada demonstration area untuk prakarsa

perdagangan karbon atau REDD+ tetapi belum ada skema pembayaran yang dapat

diwujudkan,

Selain itu di kawasan Sebangau niscaya masih ada sumberdaya alam yang

potensial sebagai sumberdaya ekonomi masyarakat namun belum tergarap dan

belum teridentifikasi dalam kajiian ini. Nampaknya hal ini masih perlu menjadi

kajian di masa yang akan datang.

g) Infrastruktur transportasi/komunikasi.

Beberapa desa masih sulit dijangkau, antara lain de sa Sei Hambawang dan

Paduran Sebangau di wilayah Kabupaten Pulang Pisau, khususnya di kecamatan

Sebangua Kuala, yang harus dicapai lewat sungai dan laut. Juga di desa yang

relatif mudah dijangkau pun – seperti Kareng Bangki rai – masih ada dusun-dusun

yang hanya dapat dicapai melalui sungai, yang membu tuhkan biaya yang cukup

tinggi untuk bahan bakar

Untuk komunikasi inter-personal, telepon genggam (handphone) sudah men-

jangkau hampir semua desa kajian. Pada setiap pertemuan selama kajian,

niscaya ada beberapa warga masyarakat yang membawanya. Hanya saja di

beberapa lokasi sinyal tidak tertangkap.

2. Analisa pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

Masalah utama yang dihadapi masyarakat kawasan Seba ngau dalam mengolah

sumber-sumber penghidupannya adalah degradasi mutu lingkungan. Mengingat bahwa

mata pencarian sebagai nelayan adalah yang utama ba gi kebanyakan warga

masyarakat, persoalan yang paling menonjol dan terpenting adalah menurunya hasil

tangkapan ikan. Warga masyarakat peserta kajian men yebutkan beberapa sebab,

antara lain:

• Menurunnya baku mutu air sungai karena pencemaran. Masyarakat menduga

bahwa sumber pencemaran yang utama adalah perkebuna n kelapa sawit.

Disebutkan bahwa dalam beberapa kejadian banyak ika n yang mati setelah hujan

dan hal ini menjadi dasar dugaan bahwa bahwa pencemaran terjadi manakala

pupuk, pestisida, herbisida dan bahan-bahan pencema r lain terbawa ke sungai

oleh air hujan.

Sumber-sumber pencemaran lain yang diduga mengusik ekosistem habitat ikan dan

disebutkan di beberapa desa adalah pertambangan (an tara lain di Tumbang

Runen, Talingke, Sebangau Mulya), limbah dari kota (di Kereng Bengkirai) dan

pembukaan lahan pertanian oleh masyarakat sendiri.

Page 49: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

40

Walaupun memang peristiwa menurunnya populasi ikan secara drastis dan dalam

waktu yang singkat bisa menjadi indikasi kuat bahwa pencemaran yang menjadi

penyebabnnya, sampai saat ini hal ini belum benar-b enar terkaji. Namun atas

prakarsa WWF bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Katingan telah dilakukan pengkajian mutu air di beb erapa lokasi sample di

sepanjang Sungai Sebangau dan Sungai Katingan. Lapo ran itu menyebutkan “Air

terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas,

pH yang rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti klor bebas

dan Fenol melebihi ambang batas yang dipersyaratkan”7. Selain itu beberapa

bahan pencemar lain yang ditemukan pengujian itu ad alah amonia8, Nitrit9, Fe10,

dan Zn.11 Hasil pengkajian mutu air tersebut disampaikan sebagai Lampiran 5.

Tentu pengujian air itu belum konklusif karena baru menunjukan mutu air pada

saat sample diambil dan dirancang untuk menjawab pertanyaan ten tang

kesesuaian mutu air untuk budidaya ikan serta tidak dirancang untuk meng-

identifikasi sumber-sumber pencemaran.

Walaupun masih perlu dibuktikan, dugaan pencemaran itu sudah juga menjadi

sengketa antara mereka yang menderita akibat dampak pencemaran itu dengan

pihak yang diduga sebagai pencemar – yakni antara n elayan dengan pengusaha

perkebunan sawit. Sengketa ini belum mencuat/terung kap tetapi masih laten

berupa omelan dan keluhan yang masih terbatas dikal angan masyarakat sendiri.

• Penangkapan ikan yang terlalu banyak. Salah satu penyebab berkurangnya

hasil tangkapan yang disebutkan warga masyarakat pe serta kajian adalah

penangkapan ikan yang terlampau banyak. Diskusi den gan kelompok-kelompok

masyarakat menunjukan bahwa sebagian warga masyarakat sesungguhnya

menyadari bahwa penangkapan berlebih yang melampaui tingkat regenerasi

populasi ikan (over fishing) bisa menjadi salah satu penyebab menurunnya

ketersediaan ikan. Pada gilirannya penangkapan berl ebih itu disebutkan terjadi

karena:

� Peningkatan jumlah orang yang menangkap ikan . Peningkatan jumlah orang

yang menangkap ikan terjadi karena meningkatnya jum lah penduduk desa

setempat, tetapi disebutkan bahwa yang lebih signif ikan adalah para

pendatang dari luar desa, yakni nelayan-nelayan dar i desa-desa tetangga dan

para pemancing dari kota yang menangkap ikan lebih sebagai rekreasi.

� Alat-alat tangkap yang efisien tetapi tidak ramah l ingkungan. Disebutkan

bahwa para sebagian dari nelayan pendatang menangka p ikan menggunakan

racun seperti potasium/tuba dan listrik (disetrum) yang bukan saja membunuh

ikan dewasa tetapi juga bahkan benur dan telur ikan . Juga ada penggunaan

jaring dengan mata-jaring yang terlampau kecil sehi ngga ikan yang belum

7 Laporan tentang Analisis Kualitas Air Contoh Air WWF Untuk Kegiatan Budidaya Ikan; Pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah.

8 Ibid, No sample 370 9 Ibid, No sample 370 dan 371 10 Ibid, No sample 369, 372, 373, 374, 375, 377, dan 378. 11 Ibid, No sample 373.

Page 50: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

41

dewasa pun ikut tertangkap. Bahkan disebutkan bahwa sebagian nelayan

memang sengaja menangkap benur karena ada permintaa n pasar untuk itu.

• Perubahan lingkungan. Sebab lain yang disebutkan nelayan adalah kerusakan

habitat tempat pemijahan ikan, yakni di pampanan (r umpun tanaman rasau dan

bakung) di sepanjang Sungai Sebangau. Pada tahun 50 -andan 60-an ketika

pampanan sebagai sumber ikan masih banyak dan baik, hasil tangkapan

melimpah. Pada tahun 1969 pampanan mulai terbuka ak ibat mulai beroperasinya

perusahaan kayu sehingga pada awal tahun 70-an hasi l tangkapan ikan mulai

dirasakan menurun.

Sejauhmana tepatnya penangkapan berlebih berpengaru h pada populasi ikan

tentu sukar dipastikan hanya berdasarkan pengalaman para nelayan warga desa

yang diungkapkan dalam kajian ini, tetapi bahwa hal itu merupakan salah satu

faktor kiranya dapat diterima.

Degradasi sumberdaya alam – dalam hal ini ikan sungai - karena eksploitasi

berlebih oleh nelayan yang bertambah jumlahnya menc erminkan terjadinya

kompetisi yang tidak terkendali baik antara warga masyarakat setempat maupun

antara warga masyarakat dengan pendatang. Secara de facto terjadi open access

karena dalam kenyataannya tidak ada aturan-aturan y ang membatasi jumlah

tangkapan. Walaupun seperti sudah digambarkan diata s memang ada beberapa

aturan lokal tentang penangkapan ikan, tetapi nampa knya kearifan-kearifan itu

lebih merupakan kebiasaan yang berkembang di masyar akat yang lebih terarah

pada pengaturan hak-hak individual atas sumberdaya alam tertentu demi

mencegah konflik antar individu. Contohnya adalah l okasi penempatan alat

tangkap ikan di sungai; jika seorang nelayan telah memasang alat tangkap di

lokasi tertentu, nelayan lain yang datang kemudian akan menghormati hal itu

dan memasang alat tangkapnya di tempat lain.

Ketidak mampuan masyarakat lokal untuk melindungi s umberdaya alam dari

eksploitasi berlebih tersebut, baik oleh warga komunitas desa (kelurahan) itu

sendiri maupun oleh orang luar, selain oleh ketiadaan aturan juga disebabkan

oleh lemahnya kelembagaan masyarakat. Nyatanya di t ingkat desa tidak ada satu

pihak pun yang mempunyai kewenangan, kewibawaan dan kekuatan yang

memadai untuk mengembangkan dan menegakan sistem pe ngelolaan sumberdaya

alam sungai.

Faktor lain lemahnya aturan-aturang pengelolaan sumberdaya sungai tersebut

adalah kenyataan bahwa penurunan hasil tangkapan it u baru dirasakan beberapa

tahun belakangan ini. Ketika sumberdaya alam nampak nya melimpah adanya

sistem pengelolaan dengan berbagai aturan dirasakan kurang penting sehingga

memang belum berkembang, dan memang tidak menjadi s engketa. Namun ketika

hasil tangkapan menurun dan nelayan menduga bahwa p enurunan ini adalah

akibat dari perilaku pihak lain (sesama nelayan, or ang luar, perusahaan, WWF,

pemerintah) maka dapat dikatakan bahwa sudah ada se ngketa sumberdaya alam

dan lingkungan yang laten (tidak terungkap sebagai sengketa) yang tidak

terkendali antara semua pihak yang mengeksploitasi sumberdaya alam tersebut.

• Kepastian akses terhadap lahan. Seperti sudah disebutkan karena adanya

ketidak jelasan batas desa ada wilayah-wilayah yang digarap oleh warga

Page 51: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

42

masyarakat tanpa ada kepastian hak mereka atas laha n garapan tersebut. Hak

atas lahan petani secara individual diakui secara l okal oleh sesama warga desa,

tetapi belum tentu diakui oleh pihak-pihak dari lua r desa. Pada saat ini belum

ditemukan warga masyarakat yang mempunyai sertifika t kepemilikan lahan yang

dikeluarkan oleh BPN.

• Sengketa sumberdaya alam. Khasanah pengelolaan sumberdaya alam di

Indonesia senantiasa sarat dengan sengketa, dan kaw asan Sebangau bukanlah

perkecualian. Hanya saja kebanyakan sengketa yang t erjadi masih bersifat laten

dan mengendap dibawah permukaan. Pada saat pengkaji an warga masyarakat

peserta diskusi dan responden survey secara informal mengungkapkannya, tetapi

sampai saat ini belum ada usaha yang sistematis unt uk mengungkap, mengenali,

dan menyelesaikan sengketa-sengketa itu.

3. Analisa Kelembagaan

Salah satu hal penting dalam pengelolaan sumberdaya alam secara keberlanjutan

adalah kemampuan komunitas pengguna sumberdaya alam tersebut untuk

mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam agar teta p dalam batas daya-

dukung/kemampuan regenerasi. Hal ini memerlukan tat a-kelola sumberdaya alam

yang berorientasi pada keberlanjutan, dan pada gili rannya pengembangan tata-

kelola sumberdaya alam seperti itu niscaya memerlukan kelembagaan yang efektif,

yang berkemampuan untuk merumuskan aturan-aturan ya ng bijak dan tepatguna

serta mempunyai kekuatan untuk menegakan aturan-atu ran itu.

Namun temuan lapangan kajian ini menunjukan bahwa k elembagaan masyarakat,

khususnya pemerintah desa dan BPD, belum dapat berf ungsi secara optimal karena

berbagai kelemahan internal sebagaimana telah dipap arkan diatas. Selain hal-hal

itu beberapa persoalan lain adalah:

• Lemahnya kepemimpinan. Sementara kepemimpinan tradisional telah memudar

dan tidak lagi nyata ada, kepemimpinan formal (Pemdes dan BPD) belum lagi

menunjukan prakrasa yang memadai dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

belum mampu menegakan kewibawaannya, baik di kalang an konstituennya

sendiri maupun terhadap pihak-pihak di luar desa.

• Tumpang-tindih hubungan kekerabatan dengan hubungan kelembagaan.

Penegakan aturan yang konsisten di desa sering terk endala oleh fakta bahwa di

desa yang penduduknya relatif sedikit, hubungan kek erabatan antar warga

sangat kental dan lebih kuat mewarnai hubungan warg a dengan aparat desa

secara perorangan daripada hubungan yang profesional, dan sering tidak ada ke

mampuan untuk memisahkan keduanya

• Belum berkembangnya Partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam

upaya-upaya pembangunan masyarakat yang diprakarsai pihak-pihak dari luar

desa belum banyak berkembang. Walaupun warga masyar akat ikut-serta dalam

proyek-proyek, sering partisipasi mereka – kalaupun boleh disebut partisipasi -

hanya terbatas sebagai penerima dan pelaksana proye k. Bahkan dalam ajang

perencanaan yang disediakan oleh pemerintah, terutamanya Musrenbang Desa)

(musyawarah perencanaan pembangunan) warga masyarak at belum banyak

Page 52: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

43

dilibatkan, juga Musrenbang Kabupaten belum melibat kan perwakilan desa

secara bermakna.

• Degradasi modal sosial. Seperti sudah dikatakan, modal sosial masyarakat

cenderung melemah karena berbagai faktor. Sering di katakan bahwa ini terjadi

karena kurangnya ketahanan sosial-budaya terhadap p engaruh-pengaruh

eksternal melalui terpaan media. Walaupun ada unsur kebenaran disini, menilik

sejarah kawasan nampaknya yang lebih berpengaruh ad alah perubahan sosial,

budaya, ekonomi, dan lingkungan yang terjadi sangat cepat akibat “jaman kayu”

Ketika dalam kurun waktu kurang dari satu generasi tatanan ekonomi bergeser

dari ekonomi subsisten yang berorientasi survival menjadi ekonomi uang

berorientasi konsumsi.

Di beberapa desa perubahan politik pasca reformasi juga nampak menjadi faktor

ketika dalam pemiliham kepala daerah — bahkan pemi lihan kepala desa —

terjadi sengketa antara kelompok-kelompok di desa karena dalam pemilu itu

mendukung partai ataupun calon yang berbeda. Kubu-k ubu yang terjadi itu

walaupun tidak bersengketa secara terbuka cenderung enggan bekerjasama

Dibawah Bayangan Jaman Kayu

Pada akhir tahun 60-an, kebijakan untuk menopang ek onomi nasional dengan eksploitasi

sumberdaya alam diawali, dan perusahaan-perusahaan kayu mulai beroperasi. Tahun 70-an

sampai dengan akhir tahun 90-an merupakan masa tiga dasawarsa eksploitasi hutan Kalimantan

secara besar-besaran, dan kawasan Sebangau bukan pe rkecualian. Paling tidak ada 11 perusahan

logging yang mendapatkan konsesi HPH dan kemudian mulai be roperasi di kawasan ini pada tahun

80-an

Dimulainya operasi pembalakan kayu oleh perusahaan HPH membutuhkan banyak tenaga kerja.

Selain memicu datangnya imigran dari luar daerah, j uga banyak warga masyarakat berbagai desa

di kawasan Sebangau bekerja sebagai buruh di perusa han-perusahaan kayu. Bahkan ada desa-desa

yang nyaris semua warganya bekerja dalam eksploitas i kayu ini. Pembalakan oleh ke-11

perusahaan tersebut juga memicu pembalakan ilegal y ang diprakarsai oleh “cukong-cukong” dan

kegiatan itu pun banyak mempekerjakan warga masyara kat lokal. Kegiatan illegal logging secara

besar-besaran mencapai puncaknya pada tahun 2001.

Selain itu operasi pembalakan juga membuka berbagai kawasan hutan yang tadinya tidak diakses

oleh warga masyarakat. Kini dengan jalan-jalan logging dan kanal-kanal, warga masyarakat dapat

masuk ke hutan dengan lebih mudah. Berbagai hasil h utan pun mulai dicari dan dikumpulkan pada

skala komersial, antara lain rotan, pantung, gemor, damar, gaharu, dan lain-lain.

Kemudian, satu-persatu konsesi kayu berakhir, pada tahun 2003 illegal logging besar-besaran

berhentu, pada tahun 2004 semua perusahaan kayu tut up total, dan Taman Nasional Sebangau

ditetapkan; “jaman kayu” berakhir, dan warga masyar akat harus kembali ke mata-pencaharian

mereka yang lama. Namun sementara itu sumberdaya al am yang menjadi dasar penghidupan

mereka telah berkurang. Berkurangnya sumberdaya al am adalah hal yang kasat mata, namun

yang mungkin lebih penting adalah putusnya proses p embelajaran sosial di dalam keluarga dan

masyarakat sehingga banyak pengetahuan, ketrampilan , dan kearifan-kearifan lokal yang

berkenaan dengan pekerjaan-pekerjaan tradisional it upun memudar. Akibatnya banyak warga

masyarakat tidak kembali ke pekerjaan tradisonal se bagai nelayan dan petani tetapi memilih

bekerja di perkebunan sawit atau merantau dan beker ja di luar daerah.

Page 53: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

44

V. Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

Kajian ini telah mengidentifikasi berbagai aspek dan persoalan diranah pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan serta sumber-sumber penghidupan masyarakat,

namun beberapa persoalan utama yang mengemuka di ra ngkum sebagai berikut:

1. Sumber-sumber mata-pencaharian

Selama ini warga masyarakat kawasan Sebangau telah mengembangkan berbagai

mata-pencaharian, terutamanya mata-pencaharian yang mengandalkan sumberdaya

alam yang ada, antara lain menangkap ikan, mengumpu lkan berbagai hasil hutan,

dan bertani. Dengan perkembangan keadaan dan pertam bahan penduduk, tentu ada

keinginan, bahkan keharusan, untuk mengembangkan su mber-sumber penghidupan

yang ada maupun sumber-sumber yang baru, namun bebe rapa kendala yang

dihadapi dalam hal ini adalah:

• Kendala ekonomi. Kelemahan dalam permodalan, pemasaran, pengetahuan dan

ketrampilan kewirausahaan, serta kelembagaan ekonom i masih menjadi masalah

klasik warga masyarakat desa-desa kawasan Sebangau dalam upaya mengem-

bangkan usaha-usaha tingkat subsisten menjadi usaha -usaha yang lebih bermakna

pada skala ekonomis. Ini persoalan pengetahuan baga imana mengelola

perubahan dari usaha di tingkat subsisten menjadi u saha ekonomis untuk pasar.,

keberadaan program-program pengembangan penghidupan masyarakat, serta

akses warga masyarakat terhadap program-program tersebut.

• Kendalala sumberdaya alam. Agar sumber-sumber penghidupan masyarakat itu

dapat berkelanjutan dasar sumberdaya alamnya harus terjaga, namun pada saat

ini ancaman utama terhadap keberlanjutan mata-penca harian masyarakat

tersebut adalah degradasi sumberdaya alam yang menj adi dasar mata-

pencaharian itu sendiri. Degradasi sumberdaya hutan mulai terjadi pada masa

pembalakan oleh perusahaan kayu dan masih terjadi h ingga kini, sumberdaya air

danau dan sungai juga terdegradasi oleh pencemaran, dan lahan terdegradasi

oleh erosi, banjir, dan kebakaran. Degradasi sumberdaya alam ini sudah

mempunyai dampak negatif yang sudah sangat dirasakan oleh masyarakat.

• Kendala eksternal. Beberapa persoalan di luar desa yang menjadi masalah

dalam pengembagan mata pencaharian masyarakat adala h hambatan dalam

infrastruktur transportasi dan komunikasi, serta kebijakan-kebijakan pemerintah

yang menciptakan keadaan yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha

masyarakat, antara lain perijinan perkebunan yang n ampaknya kurang ter-

kendali, proyek-proyek pemberdayaan masyarakat yang terlalu singkat untuk

mencapai tujuannya, pendampingan yang kurang memada i baik karena kurang-

nya komitmen dan kapasitas pendamping ataupun karen a memang tenaga

pendampingnya tidak tersedia.

2. Sumberdaya alam dan lingkungan

Misi utama Taman Nasional Sebangau dan WWF tentulah konservasi, namun dalam

hal inilah dihadapi beberapa pokok persoalan, antara lain:

Page 54: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

45

• Degradasi lingkungan. Kawasan Sebangau dideklarasikan sebagai taman nas ional

setelah mejadi wilayah HPH selama tiga dasawarsa. A rtinya Taman Nasional

Sebangau “mewarisi” wilayah yang untuk sebagian bes ar sudah terdegradasi

karena pembalakan oleh perusahaan kayu pemegang HPH dan masyarakat. Laju

degradasi itu pada awalnya dipicu oleh pembalakan o leh perusahan, kemudian

dilanjutkan oleh warga masyarakat, dan sekarang mas ih berlanjut oleh

perusahaan perkebunan dan warga masyarakat. Usaha p emanfaatan sumberdaya

alam niscaya mengakibatkan degradasi, dan sampai ta raf tertentu terjadinya

degradasi harus diterima sebagai tidak terhindarkan . Karena itu setiap usaha

harus diikuti dengan upaya-upaya untuk sejauh memun gkinkan membatasi

degradasi itu dan memperbaiki dampak negatif yang t erjadi. Namun, nampaknya

di kawasan Sebangau laju degradasi itu sudah diluar kendali para pemangku

kepentingan, dan jika dibiarkan akan mengancam dasa r-dasar kehidupan para

pemangku kepentingan, terutamanya warga masyarakat pedesaan.

• Salah kaprah tentang konservasi. BTNS dan WWF adalah lembaga konservasi

dan inilah yang kemudian dianggap menjadi masalah d ikalangan masyarakat

desa. Sebagian warga masyarakat mempersoalkan keberadaan Taman Nasional

karena memahami taman nasional sebagai kawasan dimana semua hal terlarang,

bahkan masuk ke kawasan itupun menjadi pelanggaran. Pemahaman ini diper-

kuat pula dengan kehadiran jagawana/polisi hutan, d an memang sebagian staf

Taman Nasional mempunyai kewenangan polisional dan hadir dengan seragam

Polhut lengkap dengan senjatanya.

Salah kaprah masyarakat ini nampaknya perlu “diluru skan”; perlu dijelaskan

bahwa konservasi bukanlah preservasi, dan konservasi sesungguhnya bukan hanya

perlu di dalam kawasan, dan juga bahwa konservasi bukan hanya kepentingan

pemerintah dan lembaga konservasi. Kiranya konservasi dan keberadaan Taman

Nasional akan didukung berdasarkan pemahan konservasi sebagai pengelolaan

sumberdaya alam dengan wawasan keberlanjutan untuk kepentingan semua

pihak dan karenanya perlu dilakukan baik di dalam m aupun di luar Taman

Nasional.

B. Rekomendasi/Gagasan

Berdasarkan pemahaman tentang permasalahan-permasal ahan warga desa di kawasan

Sebangau yang tercermin dalam analisa diatas, serta perbandingannya dengan

komponen-komponen model — atau prinsip desain — pengelolaan sumberdaya alam

secara berkelanjutan sebagaimana diidentifikasi oleh Elinor Ostrom, disampaikan

beberapa rekomendasi — atau lebih tepatnya gagasan- gagasan — sebagai berikut:

1. Pengembangan Sumber-sumber Penghidupan

Pentingnya pengembangan sumber penghidupan masyarakat sebagai bagian dari

prakarsa konservasi, dan sebaliknya, pentingnya konservasi dalam upaya

pembangunan masyarakat, sudah diterima secara umum seperti yang tercermin

dalam konsep-konsep Pembangunan Berkelanjutan ( Sustainable Development),

Program Pembangunan dan Konservasi Terpadu (ICDP - Integrated Conservation and

Development Program), Pembangunan berwawasan lingkungan, dan belakanga n ini

yang mulai dipopulerkan adalah Ekonomi Hijau (Greenomics).

Page 55: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

46

Dengan mengacu pada konsep payung tersebut kegiatan mata pencaharian (liveli-

hood) di masing-masing desa semestinya dikembangkan berdasarkan potensi

sumberdaya alam yang nyata ada atau (masih) dapat d ikembangkan (kembali),

tanggap terhadap peluang-peluang yang ada, menganti sipasi ancaman-ancaman

eksternal yang sudah terjadi atau mungkin terjadi d i masa yang akan datang, dapat

dikembangkan secara berkelanjutan, serta dikelola dengan pendekatan kearifan lokal

berdasarkan kemampuan masyarakat yang ada.

Dari segi strategi program, yang dicari adalah satu atau dua intervensi strategis yang

cost effective; yakni intervensi yang dapat mengatasi faktor penghambat utama

yang menjadi kendala utama dalam pengembangan sumbe r penghidupan masyarakat.

Intervensi ini berupa suatu inovasi (suatu teknolog i, cara kerja, atau produk tertentu)

yang tepatguna – mudah diajarkan dan mudah dipahami , mudah diadopsi oleh

kebanyakan warga masyarakat dengan pengetahuan, ket rampilan dan sumberdaya

yang sudah mereka miliki, biaya adopsinya terjangkau oleh mayoritas warga

masyarakat, dapat memberikan hasil yang kasat-mata dan nyata dirasakan dalam

waktu yang tidak terlalu lama, serta berpotensi unt uk menjadi dasar pengembangan

livelihood yang lebih luas dimasa yang akan datang. Inilah ya ng sering disebut

sebagai low hanging fruit yang menjadi motivasi awal bagi warga masyarakat untuk

terlibat dalam program. Konon pada tahap ini lebih baik mengintroduksi satu gagasan

yang sungguh bermakna kepada 1000 orang daripada mengajarkan 1000 gagasan pada

satu orang12.

Inovasi awal itulah yang harus menjadi fokus program dan baru ketika inovasi awal

itu telah diadopsi oleh jumlah warga yang cukup banyak, inovasi-inovasi selanjutnya

mulai diperkenalkan untuk mengembangkan sistem livelihood yang lebih baik.

Mengingat bahwa sumber penghidupan masyarakat cukup terdiversifikasi dan ada

keanekaragaman antar desa, barangkali tidak terlalu mudah untuk menemukan satu

atau dua inovasi tunggal yang sesuai untuk mayorita s warga masyarakat. Bisa jadi

bahwa untuk kelompok masyarakat tertentu atau himpu nan beberapa desa (cluster)

tertentu diperlukan inovasi atau intervensi yang be rbeda-beda. Tetapi jika ada ter-

lalu banyak gagasan, selain bahwa program akan kehi langan fokusnya ini juga akan

menyulitkan staf lapangan.

Karena desa-desa yang berbatasan langsung dengan at au mempunyai akses ke Taman

Nasional cukup banyak sementara staf lapangan terba tas, pada tahap awal mungkin

program perlu difokuskan pada desa-desa yang secara nyata atau potensial

mempunyai interaksi yang tinggi dengan Taman Nasional. Prioritas pada kegiatan-

kegiatan yang strategis juga bisa berarti bahwa beberapa kegiatan program yang

pada saat ini telah direncanakan atau bahkan sedang berjalan namun dinilai tidak

strategis perlu ditinggalkan, atau paling tidak unt uk sementara diabaikan.

Karena keterbatasannya, kajian ini belum bisa merumuskan rekomendasi tentang

inovasi teknis atau intervensi strategis yang spesi fik. Karenanya mencari dan

menemukan inovasi yang tepat tentu harus dilakukan bersama dengan warga

12 Strategi penyuluhan pertanian ini diuraikan oleh R oland Bunch dalam Two Ears of Corn, A Guide to People Centered Agricultural Development. Versi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia dengan judul “Dua Tongkol Jagung, Pedoman Pembangunan Pertanian yang terpusat pada Manusia”

Page 56: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

47

masyarakat melalui kajian bersama serta ujicoba inovasi. Tentu tidak dengan serta-

merta semua warga masyarakat akan mengadopsi inovas i yang diperkenalkan, tetapi

senantiasa ada beberapa warga yang lebih terbuka da n lebih tanggap terhadap

gagasan yang disampaikan dan mereka ini bisa menjad i mitra program dalam ujicoba

teknologi. Dengan pendampingan yang memadai para pengadopsi dini (early adopter)

ini dikemudian hari mungkin berkembang menjadi kade r program.

Kegiatan livelihood yang mungkin bisa dipertimbangkan sebagai fokus kaj ian program

yang lebih rinci semestinya mempertimbangkan pola s umber-mata pencaharian yang

sudah ada sebagaimana telah digambarkan, yakni adan ya (1) Gugus desa-desa

bermata pencaharian utama pertanian tanaman pangan, terutama di desa-desa

transmigrasi di kecamatan Mendawai dan Katingan Kua la; (2) Gugus desa-desa

bermata pencaharian nelayan (darat dan laut) di sep anjang sungai Sebangau dan

sungai Katingan; dan (3) Gugus desa-desa bermata pencaharian petani karet dan

sayur-sayuran kanan-kiri poros jalan Palangka Raya-Banjarmasin dalam wilayah

kecamatan Bukit Batu dan Kahayan Hilir. Tentu perlu dipertimbangkan bahwa

sebenarnya gugus- gugus desa berdasarkan mata-pencaharian dominan ini hanyalah

pola umum dan ada tumpang-tindih antara gugus-gugus itu.

• Pertanian. Di gugus desa-desa bermata pencaharian utama perta nian tanaman

pangan, terutama di desa-desa transmigrasi di kecamatan Mendawai dan Katingan

Kuala, fokus program pada pertanian berkelanjutan ( sustainable agriculture)

kiranya patut dipertimbangkan. Tentu kajian untuk m engidentifikasi intervensi

yang paling cost–effective dan tepatguna antara berbagai alternatif yang ada

seperti konservasi tanah dan air, introduksi benih unggul, penyediaan sarana

produksi, pengendalian hama-terpadu, pengembangan p emasaran, dan sebagainya

masih perlu dilakukan.

Selain itu, intervensi untuk mengatasi penyebab sos ial adanya lahan-lahan

pertanian yang potensial namun ditinggalkan tanpa d igarap perlu diekplorasi.

Juga, ancaman terhadap lahan pertanian seperti banj ir musiman tentu jadi

pertimbangan.

• Perikanan darat – nelayan sungai. Di gugus desa-desa bermata pencaharian

nelayan (darat dan laut) di sepanjang sungai Sebang au dan sungai Katingan focus

program pada mata pencaharian utama itu patut bisa dipertimbangkan. Geografi

kawasan yang datar dan rawa-rawa dengan sungai dan danau telah terbukti

menjadikan penangkapan ikan sangat layak sebagai da sar penghidupan masyarakat

nelayan. Nampaknya faktor pembatas utama dalam mata -pencaharian ini adalah

penurunan mutu bakusungai; artinya jika hal ini dap at diatasi tingkat pendapatan

warga masyarakat nelayan akan meningkat (kembali) secara bermakna. Namun

masalah mutu air sungai adalah masalah bersama yang tidak dapat ditangani

nelayan secara perseorangan. Hal ini adalah urusan lembaga desa — Pemerintah

Desa — sementara pemberdayaan Pemdes adalah inovas i yang kemudian.

Page 57: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

48

• Perkebunan Karet Rakyat. Di gugus desa-desa bermata pencaharian petani karet

dan sayur-sayuran di kanan-kiri poros jalan Palangka Raya-Banjarmasin dalam

wilayah kecamatan Bukit Batu dan Kahayan Hilir prog ram dapat difokuskan pada

pengembangan karet. Di beberapa desa seperti desa-d esa Henda, Garung, Singam

Raya, dan Bakung Raya karet sudah menjadi pilihan m ata-pencaharian mayoritas

petani. Beberapa faktor yang mendukung usaha ini ad alah kondisi tanah yang

sudah terbukti cocok untuk pertumbuhan karet, letak kebun-kebun yang strategis

di sepanjang poros selatan jalan trans-Kalimatan akan memudahkan transportasi

untuk penjulan karet, kebutuhan pasarnya terus meni ngkat, adanya dukungan

modal usaha dari pedagang pengumpul, serta adanya pabrik pengolahan karet di

Desa Garung, Kuala Kapuas (Kabupaten Kapuas) dan di Tangkiling (Kota Palangka

Raya), dan adanya kemungkinan untuk menjual karet d an hasil pengolahan pabrik

karet keluar daerah melalui pelabuhan laut di Sampi t atau ke Banjarmasin.

• Jasa lingkungan. Walapun ada masalah degradasi lingkungan, masih ada beberapa

jasa lingkungan kawasan Sebangau yang potensial memberikan peluang untuk

pemanfaatan ekonomis. Apalagi pengelolaan jasa lingkungan sebagai sumber

pendapatan adalah pertemuan ideal antara ekonomi da n ekologi.

� Pariwisata. Keanekaragaman hayati dan budaya di kawasan Seban gau cukup

tinggi dan ini dapat menjadi salah satu faktor pendukung untuk mengembang-

kan berbagai bentuk wisata alam atau ekowisata mela njutkan rintisan

Memelihara Ikan dalam Kolam Terpal

Ketika hasil penangkapan ikan menurun dan pemelihar aan ikan dalam keramba tidak lagi

memungkinkan karena penurunan mutu air sungai, prog ram Sekemoza mengintroduksi teknologi

pemeliharaan ikan dalam kolam terpal. Dengan teknol ogi ini mutu air dalam kolam terpal dapat

dikendalikan dan penempatan kolam terpal diatas per mukaan tanah menceganya dari terpaan

banjir musiman. Pertanyaannya adalah: apakah ini te knologi tepatguna yang bernilai strategis

sebagaimana yang diharapkan?

Bahwa dari segi teknis teknologi ini bekerja sudah terbukti melalui serangkaian ujicoba bersama

warga masyarakat. Juga membangun kolam ini dapat di lakukan kebanyakan warga desa dengan

ketrampilan dan peralatan yang telah dimiliki serta dengan biaya terjangkau.

Pengalaman selama ini menunjukan masih ada beberapa masalah dalam pengelolaan kolam itu,

antara lain kesulitan dalam filtrasi air masuk sert a pembuangan air untuk menjaga agar air kolam

itu tetap bersih. Namun hal-hal itu cepat teridenti fikasi, solusi cepat ditemukan dan dapat

diterapkan bersama warga pemilik kolam. Artinya pro ses ujicoba dan pembelajaran bersama

warga masyarakat cukup berjalan dan masih berlanjut . Sejauhmana tahap ujicoba ini dan

pengembangan selanjutnya membantu dalam perubahan d ari nelayan penangkap ikan menjadi

petani pemelihara ikan – perubahan sikap untuk meng elola rutinitas pemeliharaan ikan – tentu

masih harus dilihat kemudian.

Hanya saja, tingkat pendapatan potensial dari ikan yang dapat dipanen dari sebuah kolam terpal

belum dapat mengimbangi kehilangan pendapatan dari pekerjaan sebagai nelayan ikan di sungai,

dan diperkirakan untuk mengimbangi kehilangan itu d iperlukan antara 10 sampai 12 kolam.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah ini memang sol usi permanen yang patut terus dikembang-

kan? Ataukah ini lebih pemecahan masalah yang bersi fat sementara pemecahan mendasar

masalah pencemaran dan rehabilitasi habitat ikan da pat diatasi dikemudian hari?

Page 58: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

49

pengembangan ekowisata yang sudah dimulai. Menurut Irawan dan Siregar

(2014), beberapa potensi wisata yang dapat dikemban gkan di TNS adalah

keindahan /bentang alam, ekosistem unik, flora dan fauna, seni dan budaya

masyarakat lokal/karya-karya seni, adat istiadat dan segala bentuk kegiatan

masyarakat yang menunjang kegiatan ekowisata. Semen tara itu beberapa

paket wisata yang dapat dikembangkan untuk ditawark an kepada wisatawan

adalah jenis-jenis wisata sungai seperti rafting, t rekking, canoeing,

memancing dan lain sebagainya. Juga pengembangan wi sata pendidikan dan

penelitian di kawasan Taman Nasional Sebangau bisa dipertimbangkan,

Persoalannya adalah bahwa pengembangan pariwisata pada skala yang secara

ekonomis memadai bukan perkara yang sederhana dan memerlukan

pendekatan sistemik yang mencakup berbagai hal yang saling berkelit-

kelindan. Ini memerlukan proses pembelajaran yang bertahap dan wawasan

jangka panjang sehingga pengembangan pariwisata bar angkali layak tetapi

bukan sebagai prakarsa awal program.

� Pembayaran Jasa Lingkungan. Keberlanjutan jasa lingkungan adalah

kepentingan publik yang selama ini dianggap menjadi tanggungjawab

Pemerintah dan pemeliharaanya dibiayai dengan dana Pemerintah. Gagasan

bahwa masyarakat dapat turut berperan dalam pemelih araan jasa lingkungan

dan mendapat imbalan finansial untuk itu kemudian m elahirkan konsep PES

(Payment for Environmental Services), dan sesungguhnya WWF telah cukup

berpengalaman dalam hal ini.

Bentuk PES yang sederhana dan sudah banyak dilakuka n adalah membayar

warga masyarakat untuk beberapa kegiatan pemelihara an lingkungan seperti

membuat persemaian dan menanam pohon dalam proyek penghijauan atau

bekerja dalam pembuatan tabat. Kelemahan cara ini a dalah bahwa proyek

seperti itu tidak berkelanjutan sebagai mata-pencah arian karena warga

masyarakat hanya bekerja sebagai buruh secara insidental.

Rintisan Ekowisata di Punggu Alas

Dalam rangka merintis pengembangan ekowisata bebera pa tahun yang lalu di desa Karui telah

dibangun suatu Visitor Centre di dalam kawasan Taman Nasional. Walaupun wisatawan yang

berkunjung masih sangat insidental dan terbatas jum lahnya, beberapa warga masyarakat sudah

menikmati peluang untuk memperoleh sedikit tambahan penghasilan.

Setelah terhenti beberapa tahun karena beberapa per soalan, kini direncanakan untuk memulai

kembali upaya ini; fasilitas guesthouse sedang dirancang dan rencana tapak yang sudah diran cang

akan dimutakhirkan.

Salah satu daya-tarik yang sekaligus juga kendala a dalah bahwa lokasi kunjungan itu ada di zona

rimba kawasan konservasi yang bagaimanapun terbatas daya-dukungnya untuk kunjungan

wisatawan, apalagi kawasan itu juga direncanakan un tuk kawasan penelitian.

Pertanyaannya adalah apakah dengan kendala-kendala itu kunjungan wisatawan ke lokasi itu

dapat mencapai skala ekonomis yang memadai untuk memberikan insentif yang cukup sebagai

motivasi untuk partisipasi dalam menjaga kawasan Taman Nasional?

Page 59: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

50

Salah satu prakarsa PES yang lain adalah REDD+ (Reducing Emissions from

Deforestation and Forest Degradation). Gagasan skema REDD+ nampaknya

baik karena memberikan insentif keuangan yang nyata dan berkelanjutan

walaupun jasa lingkungannya sendiri, yakni pengatur an iklim melalui

pengurangan pemanasan global, cukup abstrak bagi kebanyakan warga

masyarakat dan tidak bisa dirasakan secara lokal. S ayangnya sampai saat ini

pelaksanaan skema ini masih macet dalam perundingan -perundingan

internasional.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah WWF dan BTNS d apat memprakarsai

pengembangan skema PES lokal, misalnya untuk pengaturan tata-air guna

mengurangi banjir dan menghindari kekeringan melalu i rehabilitasi hutan

gambut? Atau jasa lingkungan pemeliharaan baku mutu air sungai Sebangau

dan sungai Katingan? Tentu dengan skema pembagian manfaat yang jelas dan

melalui proses FPIC (Free Prior Infomed Consent) yang benar.

Apapun kegiatannya, untuk mendukung pengembangan ke giatan perekonomian

masyarakat dan mengawal prakarsa-prakarsa masyarakat dalam hal ini akan

diperlukan beberapa kegiatan pendukung;

• Pendampingan Teknis. Apapun kegiatan yang dilakukan dan apapun tingkat

ketrampilan teknis yang sudah dimiliki masyarakat, pendampingan teknis dalam

penerapan gagasan niscaya dibutuhkan.

• Pendampingan Usaha. Mengembangkan suatu usaha masyarakat yang pada

saat ini hanya sedikit diatas kegiatan subsisten me njadi suatu usaha pada skala

yang secara ekonomis lebih bermakna niscaya memerlukan proses pembelajar-

an yang cukup lama dan intensif. Proses pembelajaran yang bukan saja

mencakup hal-hal teknis ketrampilan wirausaha tetap i juga pengembangan

sikap kewiraswastaan (entrepreneurship) yang sangat bisa jadi memerlukan

suatu lompatan budaya dari dunia subsisten ke dunia usaha. Hal ini tentu

memerlukan suatu strategi pembelajaran dan pendampi ngan yang sistimatis

dalam jangka-panjang.

• Pengembangan kelembagaan ekonomi. Dalam jangka panjang fasilitasi

pengembangan kelembagaan ekonomi sebagai wadah kerj asama ekonomi antar

warga masyarakat dalam hal permodalan, produksi dan pemasaran diperlukan;

mungkin pada awalnya dalam bentuk kelompok yang di masa yang akan datang

dapat dikembangkan menjadi Kube (kelompok usaha ber sama), koperasi, atau

bahkan badan usaha milik desa (BUMDes). Bahkan lebi h jauh lagi di masa yang

akan datang dapat dibayangkan kelompok-kelompok mas yarakat dari berbagai

desa di kawasan tergabung dalam asosiasi produsen yang membangun kerja-

sama antara mereka, serta kerjasama dengan Pemerintah dan mitra usaha.

Mengelola usaha bukan sesuatu yang mudah dan akan m emerlukan kemampuan

kewirausahaan; mulai dari wawasan usaha, ketrampila n pembukuan dan

kalkulasi kelayakan usaha, sampaipun pada pengemban gan kerjasama dan

mengembangkan strategi pemasaran. Pengembangan kemampuan-kemampuan

itu harus dilaksanakan secara bertahap dan ini nisc aya memerlukan waktu dan

pendampingan yang cukup intensif

Page 60: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

51

• Dukungan kebijakan pemerintah setempat berupa kemudahan dalam

berusaha, dukungan fasilitas dan pendampingan serta pelatihan dari instansi

terkait menjadi faktor penting untuk medorong masyarakat dalam pengem-

bangan usahanya. Juga kebijakan-kebijakan pengelola an sumberdaya alam yang

menciptakan peluang-peluang usaha bagi masyarakat a kan diperlukan.

2. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat untuk Pelestarian Dasar Sumberdaya Alam.

Dalam jangka panjang yang mutlak diperlukan adalah upaya yang sungguh-sungguh

untuk menjaga keberlanjutan dasar sumberdaya alam ( resource base) yang menjadi

landasan penghidupan masyarakat – terutamanya sunga i, hutan, dan lahan pertanian.

BUMDes di Karui

Beberapa tokoh masyarakat di desa Karui bergagas-ga gas untuk mendirikan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes). Mereka menyadari perlunya kelembagaa n ekonomi dan sebenarnya sudah

mempunyai koperasi. Hanya saja rupanya koperasi ini diprakarsai dan didominasi pihak dari luar

desa; disebutkan “kami diberi koperasi” oleh suatu perusahaan, dan kemudian koperasi itu tidak

berfungsi. Karena pengalaman kurang positif dengan koperasi ini pilihan mereka kemudian jatuh

pada BUMDes, dan menyadari kelemahannya, mereka ber prakarsa mencari pendampingan dan

menghubungi WWF untuk itu.

Dalam pertemuan awal antara tokoh-tokoh masyarakat Karui dan WWF suatu agenda

pendampingan pun disepakati, agenda itu terfokus pa da pemenuhan aspek legal – terutama

bagaimana merumuskan Peraturan Desa (Perdes) pemben tukannya. Kepala Desa ingin bahwa

BUMDes segera terbentuk agar dapat masuk dalam angg aran desa yang akan diajukan dalam

beberapa bulan yang akan datang.

Prakarsa ini tentu sangat baik dan memang perlu did ukung, namun agar tidak mengulangi peng-

alaman kurang baik dengan koperasi bentukan perusah aan dan KUD (Koperasi Unit Desa) kiranya

ada beberapa persyaratan substansial yang perlu dikembangkan terlebih dahulu, antara lain:

� Sekelompok orang diluar aparat desa dan BPD yang dapat mengelola usaha BUMDes; orang

yang mempunyai wawasan usaha dan mampu menjalankan usaha itu dengan cukup profesional.

Kalaupun tidak tersedia di desa, orang-orang ini dapat direkrut dari luar desa, tetapi

menemukan tenaga profesional yang bersedia ditempat kan di desa akan menjadi tantangan

tersendiri.

� Kemampuan Pemdes untuk mengarahkan dan mengendalika n BUMDesa. Karena BUMDes

memang milik desa serta mengelola aset dan sumberda ya alam desa, harus dapat dipastikan

bahwa BUMDes memang melakukan tugasnya itu dan peme rintah desa, khususnya Kepala Desa

sebagai Penasihat BUMDes memang mempunyai kapasitas untuk itu.

� Kemampuan pengawasan oleh BPD dan masyarakat. Warga masyarakat, khusunya para anggota

BPD juga harus cukup memahami usaha BUMDes dan mempunyai kapasitas yang memadai untuk

mengawasi kinerja BUMDes.

Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mengembang kan kapasitas itu? Lalu, jika dapat

diperkirakan bahwa pengembangan kapasitas para piha k itu perlu dilakukan secara bertahap, dan

itu pastinya perlu waktu, apa yang menjadi priorita s; aspek legal atau kemampuan wirausaha,

yang mana dulu? Apakah bukan sebaiknya BUMDes didir ikan pada saat kita sudah dapat

memastikan, misalnya, bahwa BPD memang sudah cukup kuat?

Page 61: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

52

Namun hal ini tidak akan terjadi manakala warga mas yarakat sebagai pemangku

kepentingan utama tidak terlibat secara aktif dalam hal ini. Artinya peran

masyarakat sebagai pengelola sumberdaya alam harus dikembangkan. Cita-cita

demokratisasi pengelolaan sumberdaya alam yang tercermin dalam konsep

Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM atau Community Based

Natural Resource Management – CBNRM) seyogyanya menjadi bingkai kebijakan dan

pendekatan program di kawasan Sebangau.

Catatannya adalah bahwa “masyarakat” dalam konsep P SABM harus dipahami bukan

hanya sebagai masyarakat adat atau masyarakat setempat, tetapi juga sebagai

komunitas semua para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta,

dan LSM. Beberapa rekomendasi berikut adalah penjabaran dari PSDABM tersebut.

3. Pendekatan Partisipatif untuk Pemberdayaan Masyarakat

Sebagaimana telah digambarkan, sebagian dari kajian ini dilakukan dengan

pendekatan partisipatif antara lain dengan maksud u ntuk mulai memberdayakan

masyarakat melalui keterlibatannya dalam pengkajian dan perencanaan. Kiranya

pendekatan partisipatif ini layak untuk dilanjutkan dan diperluas agar mencakup

bukan saja kajian ini tetapi menjadi pendekatan utama bagi WWF, BTNS dan

lembaga-lembaga mitra lainnya dalam bekerja dengan warga masyarakat di desa-

desa kawasan Sebangau. Beberapa hal yang dianjurkan dalam hal ini adalah:

• Tindak-lanjut perencanaan. Memprakarsai dan mendorong tindak lanjut nyata

atas kegiatan kajitindak partisipatif yang telah di lakukan. Rencana-rencana yang

dirumuskan dalam Pleno Desa yang diselenggarakan da lam rangka kajian ini masih

sangat tentatif dan sangat bisa jadi perlu dikaji k embali bersama warga

masyarakat di masing-masing desa, serta perlu dikongkritkan dan dilaksanakan

walaupun bisa jadi rencana-rencana itu kurang tepat benar. Tentu jika sama sekali

tidak tepat, rencana-rencana itu perlu dibahas kemb ali.

Juga perencanaan pembangunan desa — antara lain Mus renbangdes — di masa

yang akan datang perlu secara konsisten dilakukan s ecara partisipatif.

• Pemantauan dan evaluasi partisipatif. Manakala kegiatan-kegiatan yang

direncanakan secara partisipatif akan dilakukan, pemantauan dan penilaiannya

sepatutnya dilakukan dengan pendekatan yang sama.

• Pengembangan kapasitas staf pendamping. Untuk dapat melakukan proses-

proses partisipatif tersebut di desa diperlukan pendampingan yang cukup intensif

dan berlanjut selama waktu yang dibutuhkan untuk pe ngembangan kapasitas

warga masyarakat dalam menguasai aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang dibutuhkan untuk proses-proses tersebut. Untuk itu dibutuhkan sfaf

pendamping yang berkemampuan untuk memfasilitasi pr oses pembelajaran

masyarakat itu.

4. Pendekatan Kolaboratif pada Skala Kawasan

Sebagian besar permasalahan pengelolaan sumberdaya alam yang dihadapi

masyarakat di desa bukanlah masalah yang bisa disel esaikan dengan kegiatan-

kegiatan yang lokal di tingkat desa. Penurunan popu lasi ikan, misalnya, bukan

masalah satu desa tetapi masalah pengelolaan ekosis tem sungai yang mencakup

Page 62: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

53

wilayah semua desa di sepanjang sungai yang bersangkutan, apalagi karena ikan

adalah sumberdaya alam yang bergerak. Tempat ikan dapat ditangkap sangat bisa

jadi berbeda dari tempat ikan berkembang biak, dan penangkapan berlebih di

wilayah satu desa bisa jadi berdampak berkurangnya ikan di desa lainnya.

Artinya yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah kegiatan-

kegiatan yang terkoordinasi antara semua desa. Jika larangan penangkapan ikan

tertentu pada waktu tertentu hanya berlaku di satu desa, misalnya, maka yang akan

terjadi adalah berpindahnya lokasi kegiatan penangk apan yang menyebabkan

masalah itu, tetapi masalahnya tetap akan dirasakan oleh semua desa. Singkat kata,

idealnya sumberdaya alam dikelola pada skala ekosis tem, dan memang pengem-

bangan program dengan pendekatan bentang-alam ( landscape approach)

sesungguhnya sudah menjadi wacana diantara para pemangku kepentingan kunci.

Karena ekosistem sesungguhnya tidak berbatas tetapi dalam kenyataannya wilayah

kerja harus dibatasi, pertanyaanya adalah pada skal a ekosistem manakah kita harus

bekerja. Skala ekosistem yang kiranya dapat dipertimbangkan adalah DAS (Daerah

Aliran Sungai) dan sub-DAS.

Bekerja pada skala itu tentu tidak dapat dilakukan satu lembaga sendiri tetapi

membutuhkan kerjasama antara semua pemangku kepenti ngan. Tentu perlu dipahami

bahwa dalam suatu jaringan kerjasama, kelemahan dan ketidak-mampuan salah satu

pihak merupakan kelemahan bersama dan bahwa mewujud kan pendekatan

kolaboratif pada skala kawasan bukan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam

waktu singkat, tetapi suatu usaha yang perlu dikemb angkan secara bertahap dalam

jangka panjang,

Beberapa prakarsa kerjasama jaringan para pemangku kepentingan yang mungkin

dapat dipertimbangkan adalah:

• Kerjasama di tingkat masyarakat, yakni kerjasama antar desa dalam beberapa

hal yang menjadi kepentingan bersama, misalnya dalam memprakarsai kegiatan-

kegiatan penguatan kelembagaan sebagaimana disebutk an diatas seperti

kunjungan belajar antar desa, pelatihan bersama, ka jian bersama dan sebagainya.

Kerjasama antar desa juga dapat dikembangkan dalam mengkoordinasikan

perumusan aturan-aturan pemanfaatan sungai yang men galir melalui desa-desa

mereka dan kerjasama dalam penegakan aturan-aturan itu, pemetaan tata-batas

antar desa, koordinasi produksi untuk pemasaran pada skala ekonomis (misalnya

rotan, karet, dan hasil hutan non-kayu), bersama-sama menghadapi para

pemangku kepentingan lain diluar desa (misalnya dal am negosiasi dengan

perkebunan sawit). Juga kerjasama dalam advokasi kebijakan, antara lain dalam

hal menanggapi perijinan yang dirasakan merugikan masyarakat, atau mendorong

prakarsa pemerintah dalam melindungi sumberdaya alam yang menjadi dasar

penghidupan masyarakat.

Bisa dipertimbangkan untuk membangun kerjasama itu melalui Forum Masyarakat

Taman Nasional Sebangau (Formas) yang pada tahun 2005 sudah dibentuk di lima

kecamatan yang termasuk di dalam kawasan Taman Nasi onal Sebangau yaitu

Kecamatan Sebangau Kuala, Katingan Kuala, Mendawai, Kamipang, dan Tasik

Payawan. Tentu perlu upaya untuk menggerakan kembal i Formas-formas itu, dan

Page 63: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

54

di masa yang akan datang mungkin dapat dikembangkan kerjasama antar kelima

formas itu sehingga benar-benar menjadi forum pada skala kawasan. Juga upaya

untuk memperkuat akar masing-masing formas di desa dengan mengkaitkannya

dengan BPD merupakan awal yang baik dengan asumsi b ahwa BPD di masing-

masing desa pun diperkuat.

• Kerjasama multi-pihak. Idealnya, dalam jangka panjang semua pemangku

kepentingan kawasan DAS Sebangau – lembaga-lembaga pemerintah, LSM,

perusahaan, dan masyarakat desa/kelurahan – terliba t dalam prakarsa pengelolaan

sumberdaya alam sesuai dengan kepentingannya masing -masing13. Kerjasama ini

dapat mencakup berbagai hal, antara lain proyek-pro yek pengembangan

livelihood, koordinasi dalam pengkajian dan perencanaan kawas an, pengelolaan

sengketa, dan lain-lain.

5. Pemberdayaan Semua Pemangku kepentingan

Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam secara kolaboratif pada skala kawasan

sebagaimana disebutkan tentu membutuhkan pengetahua n dan kemampuan semua

pemangku kepentingan. Artinya yang perlu diberdayak an bukan saja masyarakat desa

tetapi semua pihak yang perlu dilibatkan.

Pemberdayaan ini mencakup penyadaran akan permasala han yang dihadapi serta

potensi dalam mengatasi permasalahan tersebut, membangun kekuatan kelembagaan

internal masing-masing pihak serta kemampuan untuk bernegosiasi dan membangun

kerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

• Penguatan kelembagaan masyarakat. Salah satu kegiatan kunci di tingkat desa

adalah penguatan kelembagaan masyarakat, terutama P emerintah Desa dan BPD

– baik organisasi maupun aturan-aturannya – karena hanya dengan kelembagaan

masyarakat yang kuat demokratisasi pengelolaan sumberdaya alam bisa terwujud

dan warga masyarakat desa bisa membangun kapasitas untuk berinteraksi dengan

efektif dengan para pemangku kepentingan lainnya da lam pengelolaan

sumberdaya alam kawasan Sebangau

Fasilitasi pembuatan Perdes tentang berbagai hal – terutama tentang

pengelolaan sumberdaya alam - yang didampingi oleh WWF/BTNS selama ini

merupakan awal yang baik, baik karena proses pembel ajaran yang terjadi

maupun karena hasil perdes-nya sendiri. Namun pembuatan perdes-perdes tentu

perlu disertai pula dengan pengembangan kemampuan u ntuk melaksanakan dan

menegakan perdes-perdes itu. Juga pengembangan RPJMDES dan prakarsa

pemetaan batas wilayah seperti yang telah dilaksana kan di Sebangau Mulya

merupakan bagian dari pemberdayaan ini.

13 Pendekatan Kolaboratif bukanlah rekomendasi yang baru, tetapi sudah direkomendasikan pula dalam studi terdahulu oleh San Afri Awang dan Agus Afianto dalam Studi Kolaboratif Pengelolaan Taman Nasional Sebangau Provinsi Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Sebangau dan WWF-Indonesia, Kalimantan Tengah

Page 64: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

55

• Pemberdayaan para pemangku kepentingan lainnya. Kajian ini terfokus pada

persoalan ditataran masyarakat dan mengajukan bahwa masyarakat perlu

diberdayakan, namun untuk kerjasama yang efektif da lam jaringan kerjasama

semestinya semua pemangku kepentingan mempunyai kek uatan dan kemampuan

yang berimbang. Artinya, pemberdayaan bukan saja di perlukan ditingkat

masyarakat desa, namun diperlukan untuk semua peman gku kepentingan. Ini

tentu saja bukan tanggungjawab para pemrakarsa proyek semata, tetapi perlu

menjadi agenda bersama dalam jaringan.

6. Advokasi Kebijakan

Sudah nyata bahwa beberapa persoalan kunci dalam pe ngelolaan sumberdaya alam

dan pengembangan sumber-sumber penghidupan masyarakat di kawasan Sebagau

berakar dalam persoalan hukum, politik, dan kebijakan pemerintah. Persoalan

menurunnya populasi ikan sungai, misalnya, ternyata berkaitan dengan masalah

regulasi dan perijinan, pemasaran produk-produk masyarakat berkaitan dengan

kebijakan tata-niaga dan pengembangan infrastruktur daerah, tingkat partisipasi

masyarakat berkenaan dengan penerapan proses perencanaan pemerintah, dan

sebagainya. Karenanya dapat dipahami bahwa advokasi kebijakan semestinya

menjadi bagian dari upaya pembangunan. Beberapa age nda advokasi yang mungkin

dapat dipertimbangkan dimasa yang akan datang adala h:

• Pengakuan terhadap kelembagaan masyarakat oleh pihak luar, terutama

pengakuan terhadap kewenangan pemerintah desa dalam hal pengelolaan

sumberdaya alam sebagaimana dijabarkan dalam undang -undang tentang desa.

Walaupun secara legal pengakuan ini telah ada sebag aimana tercermin dalam

undang-undang tentang desa tersebut, dalam kenyataa nnya banyak pihak yang

mengabaikannya baik karena ketidak-tahuan ataupun k arena kepentingan-

kepentingan tertentu.

• Pengembangan regulasi pengelolaan sumberdaya alam di tingkat desa, yakni

peraturan-peraturan Desa (Perdes) yang terarah pada upaya untuk menjaga

keberlanjutan sumberdaya alam. Di kawasan Sebangau yang terpenting saat ini

adalah pengelolaan sungai dan danau serta ikan yang dapat diperoleh darinya.

Pemberdayaan

Istilah “pemberdayaan” mulai populer di ranah pembangunan masyarakat pad a tahun 80-an, dan

pada saat ini istilah itu sudah diterima secara lua s dan telah menjadi bagian dari berbagai kebijak-

an pembangunan, baik yang diprakarsai pemerintah ma upun LSM. Ketika istilah pemberdayaan itu

mulai diadopsi istilah itu merupakan padanan kata “ empowerment” dalam bahasa Inggris yang

bermakna bukan sekedar pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang teknis

tertentu, tetapi pemberdayaan di ranah sosialdan po litik.

Jika kita mengacu pada makna asli istilah itu, maka kegiatan-kegiatan pengembangan pengetahuan

dan ketrampilan saja tentu tidak cukup karena hanya merupakan sebagian dari upaya pemberdaya-

an itu. Pemberdayaan harus pula mencakup upaya peng uatan kelembagaan dan kekompakan

internal serta membangun kemampuan untuk mengembang kan kerjasama yang konstruktif dengan

pihak-pihaklainnya, bukan saja pada tataran praktis tetapi juga pada tataran kebijakan. Janganlah

kita mengadopsi istilahnya saja sementara melupakan konsepnya.

Page 65: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

56

Regulasi itu harus dapat membatasi jumlah orang yang menangkap ikan, jumlah

yang ditangkap serta cara-cara penangkapannya. Pera turan ini bisa dirumuskan

dalam kerjasama antar desa, dan cara kerjasamanya pun dijelaskan dalam

undang-undang desa.

• Pengembangan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat kawasan.

Dalam Undang-undang tentang desa disebutkan bahwa perdes harus sesuai dan

tidak boleh bertentangan dengan kebijakan pemerinta h diatas desa (kebijakan

pemerintah propinsi dan kabupaten yang relevan). In i tentu saja baik dan benar,

namun bisa terjadi bahwa kebijakan pemerintah propi nsi dan kabupaten yang

sejalan dengan perdes itu belum ada, tidak sesuai, atau bahkan bertentangan

dengan perdes-perdes yang dikembangkan. Dalam hal s eperti itu perlu upaya

untuk mendorong pengembangan kebijakan pemerintah p ropinsi dan kabupaten

yang mendukung perdes-perdes pengelolaan sumberdaya alam.

• Alokasi dan pengakuan terhadap ruang kelola masyarakat di Taman Nasional.

Untuk dapat mengembangkan partisipasi masyarakat se cara berarti dalam

pengelolaan sumberdaya alam hak-hak masyarakat terh adap sumberdaya alam di

kawasan Sebangau perlu jelas dan legal, misalnya di zona pemanfaatan manakala

baik tata-batas desa maupun tata-batas Taman Nasion al dapat diselesaikan.

• Mendorong para pemangku kepentingan untuk berprakarsa dalam penang-

gulangan pencemaran. Apabila dapat dikonfirmasi bahwa pencemaran memang

sudah dan sedang terjadi, tentu perlu ada usaha unt uk menanggulanginya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Penge-

lolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan kewajiban para

pemangku kepentingan untuk berprakarsa dalam penang gulangan pencemaran.

Pasal 27, ayat 1, misalnya, menyebutkan bahwa “Seti ap orang yang menduga atau

mengetahui terjadinya pencemaran air, wajib melaporkan kepada Pejabat yang

berwenang”. Pasal-pasal lainnya mewajibkan pemerintah untuk menindaklanjuti

laporan itu. Pasal 30 ayat 1, bahkan menegaskan bahwa “setiap orang mempunyai

hak yang sama atas kualitas air yang baik” sehingga pencemaran bisa menjadi

perkara pelanggaran hak yang memungkinkan warga mas yarakat menggugat, dan

barangkali suatu class action bisa dipertimbangkan.

Tentu diharapkan bahwa pendekatan konfrontatif, termasuk menggugat sehingga

menjadi perkara hukum, bisa dihindarkan dan pendeka tan kolaboratif bisa di-

wujudkan, tetapi aspek hukum bisa menjadi dasar dan kekuatan dalam advokasi

untuk mendorong kerjasama dalam menyikapi persoalan pencemaran ini.

7. Pengelolaan Sengketa

Sebagian dari persoalan pengelolaan sumberdaya alam utama yang teridentifikasi

dalam kajian ini sesungguhnya merupakan akibat dari sengketa tentang sumberdaya

alam diantara para pemangku kepentingannya. Bisa di katakan bahwa kajian ini

mengungkapkan terjadinya berbagai sengketa sumberda ya alam yang pada saat ini

masih laten dan belum mencuat kepermukaan. Walaupun demikian jika diabaikan

dan dibiarkan berlarut-larut sengketa-sengketa itu berpotensi untuk dapat sangat

merusak, bukan saja sumberdaya alam itu sendiri berkurang atau bahkan habis,

tetapi juga merusak hubungan antara para pemangku k epentingan.

Page 66: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

57

Dalam hal ini beberapa gagasan yang dapat dipertimbangkan adalah:

• Dalam jangka pendek – memprakarsai kegiatan pengelo laan sengketa-sengketa

yang telah mulai mencuat, terutama sengketa-sengket a tentang sumberdaya alam

yang menjadi dasar mata pencaharian masyarakat – ya kni sengketa tentang lahan

dan tentang sungai. Hal ini mencakup upaya sistemat is untuk mengumpulkan

informasi yang lebih lengkap dan mendalam tentang s engketa-sengketa yang

terjadi, secara bertahap membangun hubungan antara para pemangku

kepentingan – terutama mereka yang langsung berseng keta – dan mempertemukan

mereka dalam ajang pengelolaan sengketa yang terken dali.

• Dalam jangka menengah sampai panjang - mengembangka n mekanisme

pengelolaan sengketa sebagai bagian terpadu dalam p roses perencanaan dan

kerjasama yang lebih luas di tingkat kawasan. (liha t Butir #4 diatas tentang

Pendekatan Kawasan).

8. Penelitian-penelitian lanjutan

Semestinya pendekatan pengelolaan sumberdaya alam d ilakukan berdasarkan ilmu

pengetahuan (science based) – terutama pengetahuan tentang lingkungan sebagai

konteks dan pembatas akhir pertumbuhan ekonomi - dan bukan berdasarkan

kebijakan-kebijakan politik kontestasi kepentingan para pemangku kepentingan. Dan

memang sesungguhnya WWF telah menyatakan dirinya se bagai lembaga konsevasi

berbasis penelitian (research based consevation organization). Nyatanya masih ada

banyak hal yang menjadi pertanyaan, bahkan menjadi kontroversi dan pangkal

sengketa antara para pemangku kepentingan, karena b elum tersedianya dasar

informasi yang memadai sebagai acuan bersama dalam penentuan kebijakan dan

perencanaan program.

Salah satu hal yang kiranya bisa menjadi masukan ya ng berarti dalam proses

perumusan kebijakan dan perencanaan program adalah penelitian-penelitian ilmiah –

baik penelitian akademis maupun penelitian partisip atif bersama warga masyarakat

desa. Penelitian dan pengkajian tematik beberapa po kok persoalan yang muncul dari

pengkajian ini yang penting untuk perencanaan lanju tan adalah, antara lain;

• Penelitian untuk mengidentifikasi sebab-sebab penurunan mutu air sungai dan

penurunan populasi ikan. Dugaan-dugaan bahwa pencemaran terjadi karena

bahan kimia pertanian (agrochemical – herbisida, pestisida, bahan perangsang

pertumbuhan) dari perkebunan, pencemaran air-raksa (mercury) dari kegiatan

pertambangan emas, dan limbah-rumah tangga harus di sadari sedemikian, yakni

sebagai dugaan yang masih harus dibuktikan benar-sa lahnya. Artinya masih

diperlukan kajian lanjutan yang memastikan ada-tida knya pencemaran itu, tingkat

pencemaran serta sumber pencemarannya, dampaknya te rhadap populasi ikan dan

lingkungan secara lebih luas.

• Dampak Lingkungan dan Sosial Perkebunan Sawit. Perluasan perkebunan sawit

sudah menjadi kecendurungan yang dominan dan telah menjadi pisau bermata dua

yang menciptakan kontroversi di masyarakat. Disatu pihak sebagian orang

menganggapnya anugerah karena membawa investasi yan g meningkatkan

produktivitas lahan yang kemudian meningkatkan pen dapatan daerah – khususnya

Pendapatan Asli Daerah - serta menyediakan lapangan pekerjaan. Dilain pihak

Page 67: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

58

sebagian orang menganggapnya bencana karena melihat dampak negatif terhadap

lingkungan dan warga masyarakat. Kajian yang kritis dan objektif kiranya bisa

membantu para pemangku kepentingan menyikapi kontro versi ini secara bijak.

• Penelitian tentang ekosistem lahan gambut dan efektifitas restorasinya

dengan penabatan. Ketika sebagian warga mempertanyakan dan bahkan

menggugat manfaat penabatan, kiranya penelitian ten tang hal ini selain bisa

membantu dalam menjawab gugatan itu dan juga menjad i masukan dalam

perencanaan rehabilitasi ekosistem kedepan. Tentu d isadari bahwa perbaikan

fungsi-fungsi ekosistem merupakan upaya jangka panjang yang tidak dapat segera

dilihat hasilnya, namun data awal mungkin dapat memastikan bahwa ada

kemajuan ke arah yang benar. Mengidentifikasi beber apa indikator perbaikan

ekosistem yang dapat dimonitor bersama dapat juga membantu dalam hal ini,

• Kajian ekonomi lingkungan kawasan Sebangau. Bagaimana sebaiknya kawasan

Sebangau dikelola dari perspektif ekonomi lingkungan? Terkesan bahwa per-

timbangan utama dalam kebijakan pemberian ijin perk ebunan selama ini,

misalnya, adalah manfaat ekonomis dalam arti sempit, yakni berapa tenaga kerja

yang diserap, berapa dana dari perusahaan yang masuk dalam ekonomi daerah,

dan terutama berapa sumbangannya terhadap Pendapata n Asli Daerah (PAD).

Biaya mitigasi dampak lingkungan yang negatif karen a penurunan jasa lingkungan

dan kehilangan pendapatan masyarakat ( opportunity cost), dan beban dampak

lingkungan negatif yang harus ditanggung masyarakat desa, para pemangku

kepentingan lain dan masyarakat umumnya – baik yang nyata maupun yang tidak

kasat mata (intangible) belum lagi teridentifikasi dan seharusnya menjadi

pertimbangan. Kajian ekonomi lingkungan dapat membuka mata para penentu

kebijakan tentang hal ini serta memperkaya wacana d alam proses perencanaan.

• Kajian tentang Perubahan Sosial Budaya. Masa tiga dasawarsa eksploitasi kayu

yang dialami masyarakat kawasan Sebangau bukan saja membawa perubahan

ekonomi dan lingkungan, tetapi juga perubahan sosia l budaya. Tigapuluh tahun

bukanlah waktu yang singkat, dan dapat dibayangkan bahwa warga masyarakat

pada umur produktif saat ini adalah anak-anak yang lahir dan dibesarkan di

“jaman kayu” dalam keluarga yang mencari penghasila n dari kayu. Apa akibat hal

ini terhadap pandangan dan tata-nilai warga masyara kat yang tumbuh dewasa di

masa itu? Apa dampaknya terhadap proses pewarisan budaya dan kearifan

tradisional serta budaya masyarakat desa pada umumnya? Apakah ketika “jaman

kayu” berakhir dan warga masyarakat harus kembali k e mata-pencaharian yang

ditekuni orang tuanya 30 tahun yang lalu, apakah me reka masih mempunyai

kearifan dan pengetahuan yang sama seperti orangtua nya dulu? Apakah (hukum)

adat dan kearifan tradisional itu masih ada, atau w alaupun sudah pudar masih

dapat diperbaharui? Ini adalah beberapa pertanyaan kajian yang dapat membantu

mengarahkan strategi pengembangan program.

• Kajian tentang interaksi ekologis Taman Nasional dengan wilayah sekitarnya –

apakah benar meningkatnya hama dan penyakit tamanan pertanian terjadi karena

degradasi lingkungan di kawasan Taman Nasional? Apakah dampak lingkungan yang

lebih luas jika lingkungan kawasan Taman Nasional t erdegradasi lebih lanjut?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini kiranya dapa t menyadarkan para

pemangku kepentingan tentang perlunya Taman Nasiona l sebagai penyedia jasa

Page 68: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

59

lingkungan bagi kawasan Sebangau pada umumnya sebag ai dasar dukungan

terhadap keberadaan Taman Nasional.

• Strategi komunikasi dan pendidikan lingkungan. Semua penelitian hanya akan

bermanfaat secara optimal jika menjadi pengetahuan dan acuan bersama para

pemangku kepentingan. Karenanya hasil-hasil penelit ian perlu dikomunikasikan

kepada para pemangku kepentingan dengan metoda dan media yang tepatguna,

dan untuk itu perlu dikembangkan strategi komunikas i dan pendidikan lingkungan

yang dilaksanakan sebagai bagian dari setiap peneli tian.

VI. Refleksi atas Pelaksanaan Kajian Partisipatif

Seperti yang disampaikan dalam bab tentang metodolo gi kajian, Laporan ini ditulis

berdasarkan kajian yang dilakukan dua tim masing-ma sing dengan metoda yang ber-

beda; (1) Tim gabungan staf WWF dan staf Balai Taman Nasional Sebangau yang

menggunakan Kajitindak partisipatif (PAR atau Participatory Action Research), dan

(2) Tim UNPAR yang melakukan survey. Berikut beberapa catatan tentang yang pertama.

Menilai kajian ini berdasarkan hasilnya dapat dikat akan bahwa kegiatan kajitindak

partisipatif ini untuk sebagian mencapai tujuan-tuj uan sebagaimana yang dirumuskan

dalam rancangannya; (1) Laporan-laporan kajian desa yang ditulis oleh para anggota Tim

cukup memberi gambaran keadaan desa dan dapat digun akan sebagai dasar informasi,

(2) Kegiatan pengkajian memang menjadi pembelajaran bagi anggota tim maupun warga

masyarakat tentang keberadaan desanya masing-masing dan beberapa persoalan

bersama di tingkat kawasan, dan (3) kajian itu meng hasilkan beberapa rekomendasi.

Namun kalau dilihat lebih dalam, pencapaian itu mas ih agak dangkal dan masih jauh

dari yang diharapkan. Informasi hasil kajian masih jauh dari lengkap dan belum benar-

benar terkaji, pembelajaran yang diperoleh barulah pembelajaran awal dan masih jauh

dari pemberdayaan yang diharapkan, dan sebagian dar i rekomendasi untuk masing-

masing desa masih patut dipertanyakan. Beberapa ref leksi kritis atas pelaksanaan kajian

dan capaiannya adalah:.

� Pelatihan metodologi yang terlalu singkat dan terbatas. Prakarsa kajitindak

partisipatif ini diawali dengan pelatihan para anggota tim, termasuk praktek

penerapan teknik PRA di desa, namun waktu pelatihan yang lamanya seminggu

ternyata belum cukup untuk menguasai pengetahuan da n ketrampilan metodologis

pada tingkat yang dibutuhkan. Selain itu konsultan memberikan pelatihan di kelas,

tetapi tidak sempat benar-benar mendampingi di lapa ngan. Juga, karena pelatihan

itu baru pengenalan pertama para peserta dengan met oda kajitindak partisipatif,

ketika mereka berada di desa para pelaksana/pemandu pengkajian bisa dikatakan

masih belajar serta sikap kritis dan naluri penelit i belum berkembang.

� Penerapan di lapangan yang tergesa-gesa. Kajitindak partisipatif mensyaratkan

bahwa warga masyarakat pesertanya benar-benar paham bahwa kajian dilakukan

sebagai dasar tindakan yang benar-benar akan mereka laksanakan. Dalam kenyata-

an, diskusi awal tentang hal ini kurang memadai, da n kalaupun dilaksanakan, warga

masyarakat belum sepenuhnya percaya – persepsi bahwa ini kajian oleh dan untuk

lembaga pemrakarsa – WWF dan BTNS – masih kuat bertahan.

Page 69: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

60

Juga, walaupun waktu di masing-masing desa nampaknya cukup, sesungguhnya

waktu diskusi dengan masyarakat cukup terbatas meng ingat apa yang diperlukan

oleh rancangan penelitian yang dikembangkan.

� Partisipasi masyarakat dalam proses pengkajian masih terbatas. Akibat dari kedua

hal diatas, keterlibatan masyarakat dalam proses pengkajian masih cukup terbatas.

Walaupun warga masyarakat yang hadir dalam pertemuan-pertemuan cukup banyak

dan boleh dibilang cukup representatif, partisipasi mereka masih terbatas pada

pengungkapan data sementara dalam proses analisa fa silitator lebih dominan. Hal ini

diperkuat lagi ketika para pemandu kajian masih leb ih berorientasi sebagai peneliti

yang mementingkan terkumpulnya data/informasi daripada berorientasi proses

pembelajaran dalam analisa bersama warga masyarakat .

� Triangulasi tidak memadai. Dalam laporan kajian desa masih banyak terdapat

berbagai pendapat warga masyarakat yang belum terka ji. Artinya data dan informasi

yang diungkapkan warga masyarakat dan kemudian dica tat sebagai temuan kajian

sebenarnya belum sepenuhnya layak dipercaya meyakin kan.

� Rencana Tindak Lanjut belum berdasar hasil kajian. Setelah tahap pengumpulan

data dan analisa awal, semestinya dilakukan analisa umum semua data dan informasi

dan berdasarkan itu warga masyarakat diajak untuk memikirkan tindakan nyata yang

perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan problemat ik yang teridentifikasi. Hal ini

dilakukan di pleno desa dengan harapan bahwa dengan partisipasi yang luas rencana

tindakan itu bisa menjadi nyata. Hal inilah yang be lum sepenuhnya terjadi; sebagian

rencana yang kemudian dibuat tidak dikembangkan ber dasarkan hasil kajian, bahkan

beberapa rencana masih lebih pernyataan harapan aka n bantuan dari pihak luar desa

dan bukan rencana yang benar-benar berniat untuk di lakukan oleh desa.

Karena berbagai kelemahan itu, sebagian hasil kajia n masih kurang mendalam

sebagaimana tercermin dari laporan-laporan kajian desa yang dilampirkan pada Laporan

ini. Tentu semua kelemahan ini dapat dipahami karen a ini memang merupakan peng-

alaman pertama para pemandu dalam melaksanakan kaji an dengan cara partisipatif.

Beberapa catatan yang dapat diberikan berdasarkan p engalaman ini adalah:

� Sebagai sarana “pemberdayaan” kajitindak partisipat if hanya akan efektif jika

dilakukan secara konsisten dan berlanjut dan bukan hanya sekali ini saja. Juga

partisipasi masyarakat yang sejati dengan keterliba tan yang sungguh-sungguh hanya

akan terjadi jika warga masyarakat menyadari kepent ingannya – jika mereka benar-

benar percaya akan prosesnya. Harapannya kajian ini dapat dibahas kembali

bersama masyarakat dalam proses partisipatif di masa yang akan datang.

� Harus disadari bahwa kajitindak partisipatif merupakan proses pembelajaran, baik

bagi warga masyarakat peserta kajian maupun bagi pa ra anggota Tim Pemandu.

Pembelajaran itu hanya akan terjadi manakala pihak- pihak yang terlibat — terutama

pada pemandu — merefleksikan bagaimana mereka mener apkan metodologinya dan

apa hasilnya. Tanpa refleksi seperti ini kesalahan- kesalahan yang dilakukan kali ini

tidak disadari dan akan diulangi pada kesempatan ya ng akan datang.

Laporan yang anda baca ini ditulis oleh para konsul tan berdasarkan laporan-laporan

desa dan hasil survey, dan karenanya laporan ini sendiri tidak mencerminkan

pendekatan kajitindak partisipatif.

Page 70: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

61

Berdasarkan data dan informasi itu, Laporan ini kemudian memberikan beberapa

rekomendasi — atau lebih tepatnya mengajukan bebera pa gagasan. Rekomendasi itu

untuk sebagiannya bersifat agak normatif, artinya menyampaikan apa yang secara

teoretis perlu dilakukan jika kita serius ingin men jaga keberlanjutan sumberdaya alam

yang menjadi dasar penghidupan masyarakat dan dengan partisipasi penuh dari warga

masyarakat. Yang tidak dilakukan kajian ini adalah mengkaji keberadaan lembaga-

lembaga yang diasumsikan akan menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi tersebut.

Sebenarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa prasyarat lembaga yang akan

menindaklanjuti rekomendasi dan gagasan yang diajuk an dan sejauhmana lembaga yang

ada memenuhi prasyarat tersebut. Pertanyaan ini dia nggap urusan internal lembaga dan

menyangkut kebijakan program dan pengelolaan lembaga.

VII. Penutup

Sebagian dari gagasan dan rekomendasi yang dipaparkan disini masih cenderung bersifat

normatif, artinya rekomendasi tentang tindakan-tind akan yang secara teoretis perlu

dilakukan untuk mengatasi beberapa permasalahan kun ci yang diidentifikasi melalui

kajian tentang keberadaan kawasan Sebangau.

Sebagian dari gagasan-gagasan yang dipaparkan dalam rekomendasi-rekomendasi diatas

sebenarnya sudah dilaksanakan dan tercermin dalam p rogram yang saat ini berjalan,

walaupun terkesan masih terlepas-lepas dan belum te rangkai dalam suatu program yang

dirancang secara strategis. Artinya semua kegiatan yang telah dimulai sebenarnya sudah

menjadi komponen dari suatu strategi, hanya saja pe rlu diprioritaskan dan ditempatkan

dalam strategi yang lebih eksplisit.

Juga, rekomendasi-rekomendasi dalam laporan ini melampaui cakupan proyek

“Sekamoza” dan ranah livelihood masyarakat dalam pengertian yang sempit. Walaupun

ada beberapa rekomendasi tentang pengembangan sumbe r penghidupan masyarakat,

namun karena adanya masalah-masalah pengelolaan sumberdaya alam yang mengemuka

dan sudah nyata bahwa fokus tajam hanya pada masala h peningkatan penghasilan

masyarakat semata dalam jangka panjang justru akan merugikan, banyak rekomendasi

yang lain terarah pada persoalan pengelolaan sumberdaya alam dalam arti yang lebih

luas. Apalagi ketika hasil kajian ini menunjukan ba hwa pengabaian masalah lingkungan

telah mengancam keberlanjutan sumber penghidupan ma syarakat makin jelas pula

bahwa prakarsa pengembangan livelihood memang harus berkenaan dengan sumberdaya

alam dan lingkungan juga.

Rekomendasi-rekomendasi ini belum lagi mempertimbangkan keberadaan para

pemangku kepentingan lain selain warga masyarakat d esa, terutama WWF dan BTNS

sebagai pemrakarsa kajian ini yang kemudian diasums ikan akan mengambil tanggung-

jawab untuk menindaklanjutinya.

Karena semua hal itu kiranya untuk pengembangan str ategi program penghidupan yang

berkelanjtan masih akan diperlukan berbagai kajian dan perdebatan yang panjang yang

melibatkan para pemangku kepentingan kawasan Sebang au. Harapannya tentu bahwa

kajian ini menjadi masukan yang bermanfaat dalam pe rdebatan itu.

Page 71: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

62

Lampiran-lampiran

Page 72: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

63

Lampiran 1:

Peta Kawasan dan Desa-desa Kajian

Page 73: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

64

Lampiran 2:

Laporan-laporan Kajitindak Partisipatif

di Desa-desa Kawasan Sebangau

Page 74: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

65

Lampiran 2 – 1 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar

Taman Nasional Sebangau Kelurahan Kereng Bangkirai

Kecamatan Sabangau Kota Palangka Raya

Disusun Oleh:

1. Deni Setiawan

2. Devinta A.

3. Tito Surogo

4. Ibrahim

5. Edy Sutarjo

6. Suwanto

7. Dadang Riansyah

8. Warga Masyarakat Kereng Bangkirai

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 75: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

66

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kawasan Sebangau ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri Kehutanan No.

423/Menhut/II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004 den gan luas + 568.700 ha. Kawasan ini

terletak di antara Sungai Sebangau dan Sungai Katin gan, dan secara administratif berada di

wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

Ekosistem Gambut Sebangau merupakan salah satu ekos istem yang kondisinya relatif masih

baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, dan dalam kondisi alami memiliki atribut

khusus dan menyediakan berbagai fungsi ekologi pen ting dan dan berbagai produk alam.

Lahan gambut merupakan kawasan yang memainkan peran an yang sangat penting bagi

gudang penyimpanan karbon dan pengatur tata air. Ol eh karena itu kestabilan ekosistem

ini merupakan salah satu faktor penentu kualitas hi dup manusia, baik di tingkat lokal,

regional, nasional maupun global.

Sedangkan produk hutan berupa kayu komersial di kaw asan ini telah dimanfaatkan oleh 13

perusahaan kayu, sebelum ditetapkan menjadi taman n asional. Selain itu, berbagai produk

non kayu seperti lateks, buah-buahan, bahan obat-ob atan, kulit dan bunga, merupakan

tambahan pendapatan bagi masyarakat lokal. Hutan r awa gambut juga menjadi habitat

pendukung yang digunakan ikan untuk pemijahan, pen dewasaan dan sumber makanan.

Pemanfaatan sumberdaya ikan dari hutan rawa gambut yang merupakan sumber penting

protein bagi masyarakat lokal dan merupakan sumber pendapatan penting bagi

masyarakat. Survei yang dilakukan oleh Edutama Envi rocare menunjukkan masih

intensifnya pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan taman nasional.

Intensitas pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan tentunya berpengaruh terhadap

keutuhan ekosistemnya. Karena itu Balai Taman Nasio nal Sebangau dan WWF Indonesia

mendorong pengembangan mata pencaharian berkelanjut an di desa-desa di sekitar Taman

Nasional Sebangau, sehingga pengembangan perekonomi an di zona penyangga selaras

dengan tujuan-tujuan perlindungan kawasan.

Saat ini tercatat adanya 38 desa dan kelurahan yang bertetangga langsung dengan kawasan

Taman Nasional Sebangau, ditambah dengan delapan de sa lainnya yang memiliki akses dan

memanfaatkan sumberdaya di dalam kawasan.

Hingga saat ini tercatat 12 desa/kelurahan yang tel ah mendapat bantuan program pengem-

bangan mata pencaharian berkelanjutan. Walaupun bel um pernah diadakan evaluasi ter-

hadap program ini, namun berdasarkan observasi tampak bahwa program belum secara

signifikan memberikan dampak—baik dalam perlindungan kawasan maupun dalam pengem-

bangan perekonomian yang berkelanjutan bagi masyarakat. Oleh karena itu dianggap perlu

untuk memahami situasi perekonomian terkini di zona penyangga melalui sebuah studi

komprehensif, untuk selanjutnya mengembangkan strat egi pengembangan mata

pencaharian berkelanjutan yang lebih tepat sasaran dan tepat guna.

Page 76: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

67

B. Tujuan

1. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebaga i acuan dalam perumusan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjuta n masyarakat di sekitar TN

Sebangau.

2. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sum ber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

3. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber pe nghidupan berkelanjutan.

C. Keluaran

Adanya perencanaan dan strategi untuk pengembangan sumber – sumber penghidupan yang

berkelanjutan di masyarakat sekitar Taman Nasional Sebangau.

BAB II Teknis Kegiatan

A. Pelaksanaan Kegiatan

Studi dengan metode kajintindak partisipatif dilaks anakan oleh staf Balai Taman Nasional

Sebangau, staf WWF Indonesia, dan kader masyarakat. Proses perencanaan, persiapan,

pelaksanaan, dan pelaporan dipandu oleh Ilya Moelio no (konsultan dari Studio Driya

Media). Studi dengan survei akademik dilaksanakan o leh tim dari Lembaga penelitian

Universitas Palangka Raya, yang dipandu oleh Irawan Itta.

B. Tempat pelaksanaan

Studi dilaksanakan dengan pengambilan sampel berdas arkan pengelompokan karakter desa

sebagai berikut:

• Gugus 1: Kecamatan Tasik Payawan dan Kecamatan Kami pang (Kabupaten Katingan),

terdiri dari 15 desa, dipilih 7 desa sampel (Hiyang Bana, Talingke, Asem Kumbang, Baun

Bango, Tumbang Runen, Jahanjang, Karuing) dimana sedang direncanakan kegiatan-

kegiatan pengembangan mata pencaharaian berkelanjut an oleh WWF Indonesia.

• Gugus 2: Kecamatan Mendawai dan Kecamatan Katingan Kuala (Kabupaten Katingan),

terdiri dari 12 desa, dipilih 6 desa sampel (Tumbang Bulan, Perigi, Tewang Kampung,

Singam Raya, Bakung Raya, Sungai Kaki) dimana sedan g direncanakan kegiatan-kegiatan

pengembangan mata pencaharaian berkelanjutan oleh W WF Indonesia di 2 desa, dan

yang lain dipilih dengan pertimbangan intensitas ak ses ke dalam kawasan TN Sebangau.

• Gugus 3: Kecamatan Sabangau (Kota Palangka Raya), t erdiri dari 2 kelurahan, dipilih 1

kelurahan sampel (Kereng Bangkirai) dimana sedang d irencanakan kegiatan-kegiatan

pengembangan mata pencaharaian berkelanjutan oleh W WF Indonesia.

• Gugus 4: Kecamatan Sebangau Kuala (Kabupaten Pulang Pisau), terdiri dari 6 desa,

dipilih 2 desa sampel (Paduran Sebangau dan Sebanga u Mulya) dimana Sebangau Mulya

Page 77: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

68

merupakan Model Desa Konservasi (MDK) dari Balai Taman Nasional Sebangau

sedangkan Paduran Sebangau dipilih sebagai represen tasi dari desa lokal.

• Gugus 5: Kecamatan Bukit Batu (Kota Palangka Raya), terdiri dari 4 kelurahan, dipilih 1

kelurahan sampel (Habaring Hurung) dengan pertimban gan intensitas akses ke dalam

kawasan TN Sebangau.

• Gugus 6: Kecamatan Sabangau (Kota Palangka Raya), K ecamatan Jabiren Raya dan

Kecamatan Kahayan Hilir (Kabupaten Pulang Pisau), t erdiri dari 8 desa/kelurahan,

dipilih 2 desa sampel (Henda dan Garung) dengan per timbangan intensitas akses ke

dalam kawasan TN Sebangau.

C. Jadwal Pelaksanaan

Secara tentatif direncanakan jadwal kegiatan studi sebagai berikut:

1) Briefing enumerator untuk survei akademik di Lembaga penelitian Universitas

Palangka Raya: 11 Agustus 2014

2) Uji survei akademik di Habaring Hurung: 12 Agustus 2014

3) Survei akademik di Garung dan Henda: 16 Agustus 201 4

4) Survei akademik di Paduran Sebangau, Sungai Kaki, S ingam Raya, Bakung Raya,

Tewang Kampung: 19-24 Agustus 2014

5) Persiapan tim fasilitator kajitindak partisipatif di Kantor Balai Taman Nasional

Sebangau: 19 Agustus 2014

6) Uji metode kajitindak partisipatif di Kereng Bangki rai dan Tumbang Runen: 20-27

Agustus 2014

7) Evaluasi dan perbaikan metode kajitindak partisipat if: 28-29 Agustus 2014

8) Fasilitasi kajitindak partisipatif di Karuing dan Perigi: 8-14 September 2014

9) Fasilitasi kajitindak partisipatif di Sebangau Mulya, Baun Bango, dan Tumbang Bulan:

15-23 September 2014

10) Pendekatan sosial di Hiyang Bana: 24-26 September 2 014

11) Fasilitasi kajitindak partisipatif di Jahanjang: 26 September – 4 Oktober 2014

12) Pendekatan sosial dan fasilitasi kajitindak partisi patif di Talingke: 29 September – 8

Oktober 2014

13) Fasilitasi kajitindak partisipatif di Hiyang Bana: 1-8 Oktober 2014

14) Pendekatan sosial dan fasilitasi kajitindak partisi patif di Asem Kumbang: 15-29

Oktober 2014

15) Lokakarya pengolahan data dan penulisan hasil kajia n dan rekomendasi: jadwal

ditentukan kemudian

16) Lokakarya pengembangan strategi mata pencaharian di zona penyangga Taman

Nasional Sebangau: jadwal ditentukan kemudian

17) Penyusunan strategi pengembangan mata pencaharian d i zona penyangga Taman

Nasional Sebangau: direncanakan selesai akhir November 2014

Page 78: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

69

D. Pihak yang terlibat

• Balai Taman Nasional Sebangau

• WWF

• Fasilitator dari masyarakat

• Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya

• Masyarakat di sekitar Taman Nasional Sebangau (Kelu rahan Kereng Bangkirai)

BAB III Hasil Kegiatan.

A. Kalender musim mata pencaharian masyarakat:

Mata Pencaharian

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Juni Agus Sept Okt Nov Des

Nelayan √√ √ √ √ √√ √√ √√ √ √ √ √ √√ √√

Mencari Gemor √ √ √ √ √ √ √

Mencari Burung √ √ √ √ √ √ √

Bertukang

√ √ √ √ √ √ √

Buruh tebas tebang √ √ √ √ √ √ √

Mencari Kayu Galam √ √ √ √

Penjelasan:

Musim ikan biasanya di awal musim air pasang atau d alam (bulan November – Januari) dan

di musim air mulai surut (Mei-Juli). Musim paceklik atau musim sulit mendapatkan ikan

biasanya bulan Februari – April dan bulan Juni-Oktober, waktu musim ini bisa bergeser

lebih cepat dan juga bisa mundur, mulai tahun 2012 musim dirasakan sulit diprediksi dan

tidak menentu.

Pada musim sulit mendapatkan ikan, sebagian nelayan ada yang bekerja mencari ge tah

Gemor, sebagian mencari burung, sebagian bertukang dan sebagian ada yang menjadi

buruh tebas tebang.

Page 79: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

70

B. Sejarah, perubahan dan kecenderungan mata-pencaharian khusus masyarakat yang

bermukim di Kereng Bangkirai

Tahun Jenis

Usaha 1970 1980 1990 2000 2010 2014 Keterangan

Nelayan

**** **** **** ****

Warga masyarakat Kereng Bangkirai mulai bekerja sebagai nelayan sejak tahun 1970- harga ikan Rp. 70/kg. Tahun 1980 Harga ikan Rp. 400/Kg. dan tahun 2010-2014 harga ikan Rp. 8000-15000/Kg. Tenaga kerjannya 50% Laki-laki 50% Perempuan

Logging

**** ****

Pada tahun 1990 – 2000 seluruh masyarakat bekerja mencari kayu dengan harga Rp. 25.000-250.000/M3 untuk jenis ramin, dan Rp. 45.000-80.000/ M3 untuk kayu hutan campuran.

Masyarakat mejual kayunya ke cukong kayu maupun ke PT. Lunuk

Gemor

**** **** ****

Tahun 1970 harga gemor Rp. 250/Kwintal, tahun 1980 Rp. 7000/Kwintal, tahun 1990-2000 harga Rp. 350.000/Kw

Untuk pekerjannya 70% Laki-laki dan 30% Perempuan, biasanya perempuan hanya menjemur

Bangunan

** ** ** ** **

Masyarakat hanya sedikit yang bekerja sebagai kuli bangunan karena bukan keahlian mereka untuk bekerja sebagai buruh bangunan

Anggrek Masyarakat juga ada yang mencari anggrek Hutan pada tahun 2000 dengan harga mencapai 125.000 – 75.000/ Pohon

Gaharu ****

Pada tahun 2000 masyarakat banyak yang mencari gaharu dengan harga Rp. 1000/kg

Menyadap getah Pantung

**** ****

Mencari getah Pantung ini kebanyakan dari masyarakat luar dengan harga 250.000/Kwintal

Usaha masyarakat di Kelurahan kereng Bangkirai sejak tahun 1970-1980 masyarakatnya

bekerja sebagai nelayan dan usaha ini berubah sejak tahun 1990 – 2000 bekerja Logging

setelah penertiban Logging masyarakat di Kelurahan di Kereng Bangkirai bekerja menjadi

Nelayan sampai sekarang dan sebagian kecil ada juga yang menjadi Tukang dan mencari

burung.

Pengambilan kulit gemor marak terjadi pada tahun 19 80 hingga tahun 2000. Awalnya

masyarakat mulai mencari kulit gemor setelah adanya parit-parit yang dibuat oleh

Page 80: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

71

perusahaan logging untuk mengalirkan kayu keluar hutan, sehingga masy arakat dapat

memanfaatkan parit tersebut untuk mengambil kulit g emor di dalam hutan.

Sekarang masyarakat masih ada yang bekerja mencari kulit gemor tapi hanya sebagian

kecil saja, karena gemor yang besar sudah habis, hanya tinggal pohon yang kecil saja.

Pada tahun 2000 banyak masyarakat yang mengambil an ggrek dan gaharu, tetapi saat ini

sudah tidak ada yang mencari anggrek karena di loka si yang dekat sudah tidak ada, hanya

ada di dalam hutan dan masyarakat sudah tidak mampu untuk mencapai lokasi tersebut.

Gaharu saat ini tidak banyak dikerjakan karena harg a jualnya yang cukup murah. Pada

tahun 1980 hingga 1990 masyarakat juga bekerja meng ambil getah pantung di hutan

dengan hasil yang lumayan banyak, saat ini potensi pantung di dalam hutan masih banyak

tetapi kesulitan untuk pemasarannya karena sudah ti dak ada pembeli.

C. Pentingnya sumber – sumber perikanan bagi masyarakat:

1. Sejarah pengelolaan sumberdaya ikan, perubahan dan kecenderungan

• Tahun 1952 sumberdaya ikan sudah mulai dikelola, ik an dikeringkan dan dijual ke

penampung ikan asin atau ikan kering ke Palangka Ra ya menggunakan sampan dan

ke Banjarmasin menggunakan kapal layar. Pada saat i tu ikan yang diambil adalah

ikan yang berukuran sedang, sedangkan ikan yang ber ukuran besar dan kecil tidak

diambil karena menurut masyarakat nelayan saat itu ikan besar menjadi indukan

bisa menghasilkan anakan lagi, sedangkan ikan kecil dibiarkan besar dan

selanjutnya bisa ditangkap.

• Tahun 1984 mulai ada penampung ikan hidup

• Tahun 1972 perusahaan kayu ramin mulai masuk ke Sun gai Sebangau tepatnya di

daerah Kahui dekat dengan pemukiman angah saat ini. Pada saat perusahaan mulai

beroperasi sudah mulai ada pencemaran dari obat kayu Ramin yang digunakan oleh

perusahaan dipinggiran sungai Sebangau.

• Antara tahun tahun 1972 – 1997 ikan banyak walau di rasakan sudah ada penurunan,

namun hasil tangkapan masih mencukupi kebutuhan nel ayan

• Tahun 1997 setelah perusahaan kayu tutup dirasakan hasil tangkapan ikan

meningkat.

• Tahun 1997 – 2000 hasil tangkapan ikan dirasakan ti dak terjadi penurunan dan tidak

terjadi peningkatan.

• Tahun 2000 – 2014 hasil tangkapan ikan dirasakan se makin menurun

• Tahun 2014 hasil tangkapan ikan dirasakan sangat me nurun, diprediksi tahun 2014

ini jumlah nelayan warga Kereng Bangkirai mencapai 70%.

2. Kerusakan yang terjadi akibat pengelolaan sumberdaya alam

• Akibat banyak perusahaan kayu beroperasi di sekitar sungai sebangau mulai tahun

1972, karang lebih ada 11 perusahaan, terjadi pence maran berupa limbah obat Kayu

Page 81: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

72

Ramin ke sungai dan Pampanan (kelompok / rumpun) ta naman Rasau terbuka,

sedangkan tanaman rasau berguna sebagai tempat ikan berlindung, kawin dan

bertelur.

• Pembakaran yang berlebihan oleh nelayan pada saat m usim kemarau

• Penebangan kayu galam

• Pencemaran sungai sebangau akibat irigasi dari peru sahaan sawit di KM 22 Desa

Bantanan

• Pencemaran sungai sebangau akibat irigasi dari kota Palangka raya (jalur Bangas

Permai)

• Pencemaran dari irigasi proyek lahan gambut sejuta hektar.

• Pencemaran sungai sebangau akibat irigasi dari kota Palangka raya (Jalur G. Obos)

• Pencemaran sungai sebangau akibat saluran air yang menghubungkan sungai

Sebangau dengan Sungai Kahayan, sedangkan sungai ka hayan menurut nelayan

airnya suar tercemar.

3. Ancaman terhadap sumber-sumber perikanan

• Orang yang mengambil ikan dengan menggunankan alat setrum ikan, dampak dari

penyetruman ini yaitu adalah bibit ikan rusak / tid ak bisa menetas, tulang belakang

ikan patah / remuk, ikan sakit tidak bisa besar, ik an yang kecil – kecil mati dan

telor dalam perut ikan masak/matang (mandul)

• Orang yang mengambil bibit ikan dari luar / bukan n elayan lokal

• Orang yang mengambil ikan dengan cara diracun

• Orang yang mengambil kayu galam

• Orang yang mencari ikan dari luar kawasan / bukan a sli dari kampung nelayan

• Akibat pembangunan tabat yang dibangun WWF, ikan pa da saat musim air banjir

naik melewati tabat dan pada saat musim air surut i kan tertampung dibelakang

tabat. Ikan menjadi makanan babi, berang-berang, bu rung elang dan biawak. Ikan

dibelakang tabat tidak mampu diambil oleh nelayan d ikarenakan jarak yang jauh (3

– 4 Km ) dan kondisi air surut sehingga perahu nelayan tidak mampu mencapainya.

• Irigasi pembuangan dari perusahaan sawit di desa bantanan, pada saat air pasang

air dari irigasi tersebut menyebar sampai daerah bangah.

• Irigasi proyek lahan gambut sejuta hektar

• Irigasi pembuangan dari kota Palangka raya (irigasi jalur bangas permai, irigasi jalur

G. Obos)

• Saluran irigasi yang menghubungkan sungai sabangau dengan sungai kahayan

Page 82: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

73

4. Perubahan dan kecendrungan hasil tangkapan ikan

• Tahun 1950 sumber – sumber ikan belum rusak / masih baik, hasil tangkapan

melimpah dan pampanan (rumpun tanaman rasau dan bak ung) sepanjang sungai

sabangau masih banyak.

• Tahun 1969 pampanan (rumpun tanaman rasau dan bakun g) mulai terbuka akibat

perusahaan kayu mulai beroperasi

• Tahun 1972 hasil tangkapan ikan mulai dirasakan men urun

• Tahun 1972 - 1998

5. Tempat – tempat mencari ikan

• Sepanjang sungai sebangau dan sempadannya / ayapnya adalah tempat mencari

ikan

• Sepanjang anak - anak sungai sebangau dan sempadann ya adalah tempat mencari

ikan

• Semua danau – danau dan sempadannya / ayapnya yang berada di sekitar sungai

sebangau adalah tempat mencari ikan

• Semua areal bekas terbakar atau Seha di sekitar sun gai sebangau, sekitar anak

sungai dan sekitar danau adalah tempat mencari ikan

6. Tradisi mengelola perikanan

Ada satu tradisi masyarakat nelayan sepanjang sunga i sebangau dalam mengelola

sumber – sumber perikanan, diantaranya dengan cara membakar sempadan danau atau

sempadan sungai 2 sampai 3 tahun sekali, alasannya:

• Sudah dilakukan turun temurun

• Mempermudah akses menangkap ikan

• Menyeimbangkan ketebalan rumput agar ikan bisa teta p lewat di bekas Seha (areal

bekas kebakaran) karena kalau rumput terlalu tebal ikan tidak suka, tidak bisa

lewat dan akhirnya tidak bisa bertelur.

• Abu bekas pembakaran ketika air pasang atau dalam m enjadi makan ikan dan

mempercepat proses perkawinan ikan

• Rumput yang tumbuh setelah dibakar ketika terendam air pada saat musim air

dalam / pasang menimbulkan lendir, lendir – lendir yang menempel di rumput ini

biasanya ikan suka sehingga di daerah bekas terbaka r banyak ikan

7. Strategi Nelayan dalam menangkap ikan

• Masyarakat Nelayan mengunakan alat-alat yang sederh ana dan mudah dibuat sendiri

seperti (Buwu, Tampirai, Kalang, Pancing, Pengilar dan Rengge) dalam pemasangan

alat-alat tersebut masyarakat menempatkan alat ters ebut dipinggir sungai dan

diikat pada tanaman Rasau, Ketika musim air dalam m asyarakat memasang alat

Page 83: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

74

tangkap ikan menghadap ke arah sungai dan ketika mu sim kemarau memasang alat

tangkap menghadap ke hutan.

• biasanya masyarakat menampung hasil tangkapan sebel um dijual ditaruh didalam

keramba atau kurungan ikan dengan jarak waktu tidak menentu tergantung dari

datangnya tangkulak untuk membeli.

8. Batas Pemukiman Nelayan

Untuk masyarakat nelayan yang ada disekitar sungai Sebangau ada beberapa

permukiman. masing-masing pemukiman berada di bibir anak sungai sabangau. Setiap

anak sungai tersebut di miliki secara turun temurun oleh pewaris sungai.

9. Peluang pasar

• Ikan dari sungai sebangau tidak sulit dipasarkan da n harganya saat ini cukup tinggi

dibandingkan tahun – tahun sebelumnya

• Pembeli ikan biasanya datang dari Palangka Raya (Ke reng Bangkirai) dan dari Banjar

Masin (masuk dari saluran yang menghubungkan Desa G arong dengan sungai

sebangau) dan ada juga pembeli ikan asli dari masya rakat desa Garong.

10. Analisa bersama mata pencaharian perikanan

Sumber – sumber ikan masih banyak di sekitar sungai Sebangau, nelayan masih relatif

sedikit, pemasaran ikan tidak sulit, harga ikan ter us naik dibanding tahun sebelumnya,

masalah utama sumber – sumber ikan terancam rusak o leh kegiatan manusia seperti

orang yang mancari ikan dengan cara disetrum, diracun, diambil anak ikan untuk dijual

ke luar daerah sebangau, dampak penabatan WWF, salu ran – saluran pembuangan

limbah sawit di hilir desa Bantanan dan saluran pem buangan dari kota Palangka raya,

saluran yang menghubungkan sungai sebangau dengan s ungai kahayan, alat tangkap

nelayan sudah banyak yang rusak, musim tidak menent u / sulit diprediksi dan semakin

banyaknya nelayan selain nelayan tetap di sungai se bangau.

Hal yang harus dilakukan adalah segera mananggulang i ancaman terhadap sumber –

sumber perikanan di Sungai Sabangau, membuat aturan lokal untuk melindungi dari

pengrusakan dan pencemaran, mulai membudidayakan ik an lokal agar meningkatkan

penghasilan nelayan dan harus ada kekompakkan nelay an.

D. Pentingnya sumber – sumber gemor bagi masyarakat:

1. Sejarah pengelolaan sumberdaya gemor

• Tahun 1972 kulit pohon gemor mulai dipanen oleh mas yarakat sekitar Sungai

Sebangau, harga saat itu Rp 40.000,- per Ton

• Tahun 1980 kulit pohon gemor masih tetap dipanen ol eh masyarakat, dan

pendapatan masih dirasakan sama seperti tahun sebel umnya

• Tahun 1990 kulit pohon gemor tetap dipanen oleh mas yarakat, hasil masih dirasakan

sama seperti tahun – tahun sebelumnya, namun orang yang memanen kulit pohon

Page 84: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

75

gemor sudah mulai berkurang karena banyak perusahaan kayu masuk di wilayah

Sungai Sebangau, sehingga masyarakat sebagian beker ja di perusahaan tersebut.

• Tahun 1990 sampai tahun 1998 orang mencari kulit ge mor semakin sedikit dan

masyarakat banyak yang bekerja mencari ikan.

• Tahun 1998 perusahaan kayu banyak mulai tutup

• Tahun 1998 – 2006 masyarakat mulai ramai mencari ka yu di bekas areal perusahaan

dan dijual (masa ramainya ilegal logging), selain kayu kulit gemor dan getah

pantung mulai dipanen lagi.

• Tahun 2004 areal sebangau dijadikan Taman Nasional, banyak larangan, salah

satunya tidak boleh menebang kayu sehingga Gemor ti dak bisa dipanen lagi (Gemor

dipanen dengan cara menebang pohonnya) dan masyarak at sampai sekarang hanya

mencari ikan.

2. Ancaman terhadap sumber – sumber gemor

• Kebakaran hutan

3. Perubahan dan kecenderungan hasil panen gemor

• Dari tahun 1972 sampai tahun 2014 hasil panen kulit gemor dirasakan tidak

berkurang, justru jika dipanen saat ini hasilnya ak an lebih banyak dari tahun – tahun

sebelumnya karena gemor setelah dipanen/ditebang ak an tumbuh tunas lebih

banyak (3-6 tunas) sehingga 3-4 tahun berikutnya bi sa dipanen lagi dan hasilnya bisa

bertambah.

4. Tempat–tempat mencari gemor

• Di setiap area sekitar anak sungai Sebangau terdapa t tempat – tempat tumbuh

pohon gemor

5. Peluang pasar

• Ada pembeli di Kereng Bangkirai

• Dari tahun ke tahun harga cenderung naik, harga saa t ini Rp 7.000,- 10.000,- / kg

tergantung kwalitas kulit gemor

• Rata – rata masyarakat bisa mengusahakan gemor, kar ena tidak perlu keterampilan

khusus

• Ketersediaan di alam masih banyak dan bisa jadi ber tambah banyak karena saat ini

jarang dipanen

6. Analisa bersama mata pencaharian gemor

• Pohon gemor bisa dibudidayakan dengan cara di setek batang atau setek akar dan

bisa juga dari cabutan alam.

• Alat untuk memanen gemor tidak mencemari lingkungan , biasanya hanya

menggunakan gergaji atau parang

Page 85: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

76

• Gemor dikeluarkan dari hutan dengan cara dipikul, l alu dinaikan ke kelotok kecil

dan dibawa ke Kereng Bangkirai, lalu dikeringkan da n selanjutnya dijual.

• Panen Gemor di alam oleh masyarakat biasanya hanya dipanen secukupnya (tradisi

dulu), namun sekarang ada juga yang memanen sebanya k – banyaknya.

• Gemor biasanya diusahakan oleh masyarakat saat musi m paceklik ikan.

• Gemor layak jadi usaha masyarakat, karena potensinya banyak, tidak merusak

hutan dan bisa dipanen terus menerus dan harga rata – rata stabil.

E. Pentingnya sumber-sumber burung bagi masyarakat:

1. Sejarah pengelolaan sumberdaya burung

• Tahun 2012 mulai ada yang mencari burung sampai sek arang di wilayah sekitar

sungai Sebangau sampai sekarang, mencari burung ini bagi nelayan sekitar sungai

sebangau dilakukan hanya untuk pekerjaan sampingan pada saat ikan sulit didapat,

namun bagi pencari burung dari luar menjadi pekerjaan utama.

2. Acaman terhadap sumber-sumber burung

• Kebakaran hutan areal tempat singgah burung

• Pencari burung semakin banyak

3. Perubahan dan kecendrungan hasil tangkapan burung

• Tahun 2012 baru 5% orang yang mencari burung

• Tahun 2013 naik 10% dan

• Tahun 2014 naik menjadi 60%, saat ini burung semaki n sulit didapat.

4. Tempat – tempat mencari burung

• Tempat mencari burung biasanya di dataran hutan yan g sedikit tinggi, setiap areal

tempat mencari burung tidak bisa tertukar dengan ke lompok pencari burung lainnya

karena sudah punya area masing-masing.

5. Peluang pasar

• Saat ini harga burung tetap, namun tidak ada yang m embeli, burung semakin sulit

didapat karena sepertinya sudah semakin mengerti de ngan manusia yang akan

menangkapnya, burung juga semakin liar.

6. Analisa mata pencaharian mencari burung

Untuk saat ini usaha burung cenderung spekulasi, te rkadang modal yang dikeluarkan

untuk mencari burung lebih besar dari pada hasil yang diperoleh, sehingga bagi

masyarakat yang sudah mengerti dan mengalami akan m enjadi pilihan terakhir usaha

mencari burung, peningkatan jumlah orang yang menca ri burung disebabkan semakin

banyaknya orang dari luar komunitas nelayan sebangau yang datang ke hutan sebangau

untuk mencari burung.

Page 86: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

77

F. Perubahan dan kecendrungan iklim dan cuaca

1. Faktor – faktor penyebab perubahan iklim dan cuaca menurut masyarakat nelayan

• Hutan semakin berkurang karena banyak dibuka oleh p erusahaan sawit seperti di

hilir desa Bantanan

• Kebakaran hutan

2. Perilaku masyarakat nelayan yang menyebabkan perubahan iklim dan cuaca

• Membakar Seha atau areal bekas terbakar

G. Sumberdaya manusia:

1. Sejarah peningkatan kapasitas masyarakat

• Tahun 2014 ada satu orang warga pondok nelayan bend era yang mengikuti pelatihan

penetasan bibit ikan Papuyu

• Sudah punya keterampilan mengeringkan kulit gemor d engan teknologi pengasapan

• Sudah punya keterampilan medeteksi areal tempat – t empat burung

2. Peningkatan kapasitas yang belum dimiliki dan dibutuhkan masyarakat

• Belum memiliki dan perlu keterampilan memijahkan ik an

• Belum ada keterampilan membudidayakan ikan lokal

• Perlu ujicoba budidaya di masyarakat nelayan

• Perlu keterampilan membibitkan pohon Gemor

• Belum bisa menangkarkan burung dan perlu pelatihan penangkaran burung

3. Kecendrungan dan perubahan jumlah masyarakat nelayan

• Jumlah nelayan yang bermukim di pondok-pondok nelayan dirasakan tetap,

walaupun ada keluarga yang pergi berusaha atau beke rja ke luar dari kampung

nelayan biasanya ada kepala keluarga baru yang masu k bermukim dan bekerja

sebagai nelayan (biasanya masih dari kalangan kelua rga sendiri kelompok nelayan).

4. Faktor penyebab jumlah masyarakat nelayan

• Berkurang atau bertambahnya jumlah masyarakat nelay an di sungai sebangau

disebabkan ada tidaknya peluang pekerjaan di tempat lain, jika ada peluang

pekerjaan lain di luar yang lebih menguntungkan bia sanya (terutama para pemuda)

akan keluar kampung untuk bekerja, namun jika kegia tan nelayan sedang banyak

mendapatkan ikan biasanya akan kembali menjadi nela yan.

Page 87: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

78

5. Aktifitas harian keluarga nelayan

1. Aktivitas harian nelayan laki-laki

• Jam 04.00 – 06.00 WIB masak, solat, sarapan dan man di

• Jam 06.00 – 08.00 WIB mempersiapkan alat kerja dan mengangkat alat tangkap

ikan

• Jam 08.00 – 12.00 WIB mengangkat alat tangkap ikan

• Jam 12.00 – 14.00 WIB istirahat, makan, solat dan m ulai memasang alat tangkap

ikan

• Jam 14.00 – 17.00 WIB memasang alat tangkap ikan

• Jam 17.00 – 18. 00 WIB kembali ke pondok dan istira hat

2. Aktivitas harian nelayan perempuan

• Jam 04.00 – 06.00 WIB cuci piring, cuci pakaian, so lat, masak sarapan dan mandi

• Jam 06.00 – 08.00 WIB jemur ikan dan mengangkat al at tangkap ikan

• Jam 08.00 – 11.00 WIB mengangkat alat tangkap ikan

• Jam 11.00 – 12.00 WIB pulang, mandi, masak,

• Jam 12.00 – 13.00 WIB istirahat, makan, solat

• Jam 13.00 – 15. 00 WIB istirahat

• Jam 15.00 – 17.00 WIB masak, mengangkat alat tangka p ikan, mengangkat jemuran

ikan asin

3. Analisa keseimbangan peran laki – laki dan perempuan

Laki-laki dan perempuan hampir memiliki peran yang sama, hanya porsi dan waktu

pekerjaan yang membedakan, laki-laki memiliki porsi dan waktu lebih banyak

bekerja mengurusi alat tangkap ikan (bagi keluarga yang isterinya ikut di pondok

nelayan) namun bagi laki-laki yang isterinya tidak ikut bermukim di pondok nelayan

semua pekerjaan dikerjakan juga oleh laki-laki, mul ai memasak, mencuci pakaian

dan mengurusi alat tangkap ikan.

H. Kelembagaan masyarakat nelayan sepanjang sungai Sebangau (Pondok Bakung-

Bangah)

1. Keterlibatan masyarakat nelayan dalam program dan kegiatan lembaga/ instansi

yang ada di kelurahan Kereng Bangkirai

• Masyarakat nelayan yang berada di pemukiman – pemuk iman nelayan jarang terlibat

kegiatan di kelurahan Kereng Bangkirai.

• Jarang ada sosialisasi kegiatan pemerintah kepada para nelayan yang bermukim di

pondok-pondok nelayan

• Pernah beberapa kali ikut kegiatan merintis, penan aman dan penabatan WWF

Page 88: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

79

2. Persepsi masyarakat nelayan terhadap lembaga – lembaga yang ada dan bekerja

di kelurahan Kereng Bangkirai

• WWF dan BTNS sama

• WWF dan BTNS mendekat kalau ada maunya dengan masya rakat

• WWF dalam kegiatan penanaman banyak menggunakan ten aga dari luar, hanya

sedikit melibatkan kelompok nelayan

• Pembangunan tabat WWF banyak malibatkan kelompok ne layan

• WWF, BTNS lebih dekat dengan masyarakat dari pada kelurahan, LKK, Formas dan

Demang adat

3. Pola hubungan antar lembaga

• WWF dan BTNS sama saja, kegiatan BTNS didorong – dorong oleh WWF

• Tidak tahu ada kerja sama antar lembaga

4. Masalah – masalah antar lembaga

• Tidak tahu

5. Masalah – masalah lembaga yang ada dengan masyarakat nelayan

• Setelah ada Balai Taman Nasional Sebangau jadi bany ak larangan, masyarakat tidak

leluasa bekerja, contohnya dulu pohon gemor boleh ditebang sekarang tidak boleh.

• Tabat yang dibangun WWF mengurangi hasil tangkapan nelayan dan menghalangi

ikan tampah bertelur

• Hukum adat ada, contohnya ada plangnya, tapi sebagi an patuh sebagian tidak

6. Analisa kelembagaan

Pihak kelurahan jarang mengundang nelayan mungkin k arena jarak terlalu jauh dan

akses telepon sulit, kadang – kadang bisa dihubungi kadang – kadang sulit dihubungi

karena sulit mendapatkan sinyal hand phon. Dan tida k tahu hubungan antar lembaga.

I. Kelembagaan masyarakat di Kereng Bangkirai

• Kelurahan dengan Masyarakat:

Hubungannya dekat dan pengaruhnya besar, seluruh ke giatan yang diperlukan oleh

masyarakat dilayani.

• LKK dengan Masyarakat:

Hubungannya jauh dan pengaruhnya Kecil, masyarakat tidak mengetahui tugas dan

fungsi dari LKK dan tidak mengetahui pengurusnya.

• RT/RW dengan Masyarakat:

Hubungannya sangat dekat dan pengaruhnya besar terk ait dengan pelayanan ketua

RT/RW

Page 89: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

80

• Formas dengan Masyarakat:

Hubungannya Jauh dan pengaruhnya kecil karena semua program yang lewat formas

untuk nelayan tidak tersampaikan

• WWF dengan Masyarakat:

Hubungannya Jauh dan Pengaruhnya kecil karena WWF d atang kemasyarakat ketika ada

maunnya dan WWF hanya janji-janji tapi tidak ditepa ti seperti perehaban pemukiman

para nelayan di awal tahun 2004, janji (Alm. Metari us) mau kasih kompor untuk nelayan

di bangah agar nelayan tidak mencari kayu bakar lag i ke hutan, selain itu juga ada janji

mau kasih keramba di pemukiman bangah sampai sekara ng belum terealisasi. Di awal

sebelum jadi Taman Nasional orang WWF selalu bilang jika hutan ini jadi taman

nasional akan mensejahterakan masyarakat.

• BTNS:

Hubungannya jauh dan manfaatnya belum begitu dirasa kan masyarakat, Ada bagusnya

TN (Taman Nasional) berdiri, tetapi yang di dapat o leh masyarakat hanyalah larangan-

larangan, Jika tidak ada TN hutan akan habis. Kuran g adanya sosialisasi dengan

masyarakat mengenai peraturan atau tentang TN secar a umum. Masih banyak

masyarakat yang belum paham akan adanya TN. Peninda kan terhadap masyarakat yang

melakukan kesalahan jangan spontan langsung dengan keras, tetapi harus diberi

penjelasan perlahan-lahan sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik. Dulu

masyarakat bebas mengambil apapun yang ada di hutan , membakar rawa/danau, dan

kegiatan lainnya tetapi sekarang tidak boleh. Masya rakat dilarang tetapi tidak ada

pembinaan dan tidak ada solusi. Pak Rusdi orang Taman Nasional pernah berjanji akan

memprogramkan PNPM ke masyarakat sebangau, sampai sekarang tidak ada realisasi.

J. Modal masyarakat nelayan:

1. Modal fisik

• Perahu

• Alat tangkap ikan

• Pondok nelayan

• Kawasan tempat mencari ikan

• Uang

2. Modal bukan fisik

• Kesehatan

• Akal sehat

• Keterampilan mencari ikan

• Kegotong royongan

• Kekompakkan masyarakat nelayan

• Ada yang sudah bisa menetaskan bibit ikan papuyu

Page 90: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

81

3. Analisa modal masyarakat

• Akses permodalan uang dari lembaga keuangan belum ada dan belum pernah

mengajukan

• Tidak tahu cara mengajukan bantuan permodalan

• Tidak tahu kesiapan harus mengajukan permodalan

K. Perencanaan masyarakat:

1. Pengembangan budi daya ikan lokal dalam karamba, al ternatif pilihan bibit untuk

usaha yaitu jenis ikan papuyu dan Gabus, dan akan m elakukan uji coba budi daya ikan

biawan

2. Peningkatan kapasitas kelompok nelayan:

• Pelatihan budi daya ikan lokal

• Pembibitan ikan lokal atau mengawinkan ikan lokal

• Pelatihan pengeringan dan penggaraman ikan asin

• Pelatihan pembuatan pakan ikan

3. Penambahan alat tangkap ikan

4. Beternak ayam kampung dan bebek

5. Beternak kerbau rawa

6. Beternak ikan Papuyu, Nila dan Patin di kolam terpa l

7. Membudidayakan pohon gemor

8. Membuat aturan di daerah kawasan perikanan sungai s ebangau dan sekitarnya

9. Pembentukan gabungan kelompok tani nelayan

10. Diskusi / meminta WWF dan BTNS pertemuan dengan nel ayan untuk membicarakan

dampak penabatan terhadap perikanan

11. Dialog pemanfaatan gemor dengan BTNS, Demang adat dan WWF

L. Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Sebangau

• Ruang Gerak Masyarakat Terbatasi

Dengan adanya taman nasional sebangau aktifitas mas yarakat terbatasi karena

masyarakat yang akan memanfaatkan sumberdaya alam m erasa takut akan melanggar

aturan yang ada ditaman nasional.

• Masyarakat banyak yang belum paham apa itu Taman Nasional Sebangau

Sebagian besar masyarakat Nelayan belum memahami fu ngsi adanya taman nasional

tersebut untuk kehidupan para nelayan sehingga masy arakat banyak yang tidak

mengetahui fungsi dari Taman Nasional Sebangau itu sendiri.

Page 91: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

82

• Belum jelasnya aturan tentang taman nasional

Aturan yang ada ditaman nasional belum disosialisas ikan terhadap masyarakat nelayan

sehingga masyarakat tidak memahami aturan yang berl aku, mengingat aktifitas

masyarakat nelayan banyak yang memanfaatkan Sumberd aya Alam disekitar taman

nasional ini diharapkan aturan yang ada bisa disamp aiakan ke masyarakat.

• Seberapa penting adanya Taman Nasional Sebangau bagi masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan sebagian kecil mendukung adanya taman nasional mengingat masih

terjaganya kondisi lingkungan sebagai tempat hidup Flora Fauna yang dimanfaatkan

oleh masyarakat nelayan.

Page 92: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

83

Lampiran 2-2:

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Hyang Bana

Disusun Oleh:

1. Ma’mun Ansori

2. Muhammad Efendi

3. Bantista Aadies

4. Masyarakat Hiyang Bana

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 93: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

84

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Studi Strategi Pengembangan

Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau Desa Hiyang Bana”.

Kajian ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat, berbagi

pengalaman dengan masyarakat, santai, informal serta saling menghargai.

Sebagai penyusun laporan, kami menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh dengan

keterbatasan kami tidak mungkin dapat menyelesaikan laporan hasil kajian di Desa Hiyang

Bana ini tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pihak-pihak yang tanpa pamrih

membantu kami dalam melakukan kajian adalah seluruh warga masyarakat, tokoh-tokoh

masyarakat, dan tokoh-tokoh pemuda masyarakat Hiyang Bana, Kepala Desa Hiyang Bana,

Kecamatan Tasik Payawan; serta Bapak Ir. Adib Gunawan, selaku Kepala Balai Taman

Nasional Sebangau beserta segenap staf Balai Taman Nasional Sebagau.

Tim menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyaj ian dan pemilihan kata-kata

maupun pembahasan di dalam laporan kajian ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,

dengan penuh kerendahan hati tim mengharapkan saran , kritik, dan pengarahan yang

konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan laporan kajian ini. Semoga kajian ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Palangkaraya,....Oktober 2014

Tim Penyusun

Page 94: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

85

I. Kajitindak Desa Hiyang Bana

Satu langkah dalam membangun kerjasama antara warga masyarakat desa Hiyang Bana

sebagai salah satu desa di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau dengan pihak Balai

Taman Nasional Sebangau (BTNS) dan Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF)

Indonesia dalam mengembangkan strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

masyarakat, adalah melakukan suatu kajian bersama warga masyarakat. Gambaran

pengkajian tersebut adalah sebagaimana disampaikan dalam laporan ini.

A. Latar Belakang

Kawasan Sebangau ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui SK Menteri Kehutanan

No. 423/Menhut/II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004 dengan luas + 568.700 ha.

Kawasan ini terletak di antara Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebangau dan Katingan,

serta secara administratif berada di wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang

Pisau, dan Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Ekosistem gambut Sebangau merupakan salah satu ekos istem yang kondisinya relatif

masih baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya , dan dalam kondisi alami

memliki ciri-ciri khusus serta menyediakan berbagai produk alam dan fungsi ekologi

yang penting. Lahan gambut merupakan kawasan yang memainkan peranan sangat

penting sebagai gudang penyimpanan karbon dan penga tur tata air. Karena itu

kestabilan ekosistem ini merupakan salah satu fakto r penentu kualitas hidup

manusia, baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun global.

Selain itu, sebelum ditetapkan menjadi Taman Nasional, produk hutan berupa kayu

komersial di kawasan ini telah dimanfaatkan oleh 13 perusahaan kayu, sedangkan

berbagai produk non-kayu seperti lateks, buah-buahan, bahan obat-obatan, kulit dan

bunga telah dimanfaatkam masyarakat lokal sebagai t ambahan sumber pendapatan.

Hutan rawa gambut juga menjadi habitat ikan untuk p emijahan, pendewasaan dan

sumber makanannya. Ikan dari hutan rawa gambut merupakan sumberdaya yang

penting bagi masyarakat lokal, baik sebagai sumber pendapatan maupun sebagai

sumber protein dalam pola makan mereka sehari-hari.

Survei yang dilakukan oleh Edutama Envirocare menunjukkan masih intensifnya

pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan Taman Nasional (lihat Lampiran

1.1).

Intensitas pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan tentunya berpengaruh

ter¬hadap keutuhan ekosistemnya sehingga BTNS dan WWF Indonesia mendorong

pengembangan mata pencaharian berkelanjutan di desa -desa sekitar Taman Nasional

Sebangau agar pengembangan perekonomian di zona penyangga selaras dengan

tujuan-tujuan perlindungan kawasan. Saat ini tercat at ada 39 desa dan kelurahan

yang bertetangga langsung dengan kawasan Taman Nasi onal Sebangau, dan delapan

desa lainnya yang memiliki akses dan memanfaatkan sumberdaya di dalam kawasan

tersebut. Hingga saat ini tercatat ada 17 desa/kelu rahan yang telah mendapat

bantuan program pengembangan mata pencaharian berke lanjutan. Meskipun belum

pernah diadakan evaluasi terhadap program-program ini, namun melalui observasi

diperoleh kesan bahwa program-program itu belum secara signifikan memberikan

dampak yang baik pada upaya perlindungan kawasan maupun pada upaya

Page 95: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

86

pengembangan perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat. Karena itu dianggap

perlu untuk memahami situasi perekonomian terkini d i zona penyangga melalui

sebuah studi komprehensif sebagai dasar untuk selanjutnya mengembangkan strategi

pengembangan mata pencaharian berkelanjutan yang le bih tepat sasaran dan tepat-

guna.

B. Desa Hiyang Bana

Desa Hiyang Bana terletak di Kecamatan Tasik Payawan, Kabupaten Katingan.

Wilayah yang terletak di sempadan Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan ini

merupakan salah satu desa tertua yang berada di dae rah Katingan. Desa Hiyang Bana

berdiri pada tahun 1917. Menurut masyarakat, kata ‘ Hiyang Bana” merupakan nama

seseorang yang pertama kali membuka lahan desa karena pada zaman dahulu

masyarakat masih mengenal sistem ladang berpindah. Disamping itu, juga ada sudut

pandang lain asal mula pemberian nama Desa Hiyang Bana, yakni adanya

kesalahpahaman mengenai ejaan lama dari kata “Lyang Gana” menjadi “Hiyang

Bana”. Nama desa sebelumnya adalah “Desa Lyang Gana”, akan tetapi akibat

kesalahpahaman baik itu dalam pengucapan dan penden garan sewaktu pelafalan

maupun ketika pembacaan dalam tulisan ejaan lama se hingga huruf “L” akan terlihat

seperti huruf “H” sedangkan huruf “G” terlihat seperti huruf “B”. Selain itu, sebelum

berubah menjadi “Hiyang Bana” nama desa lebih dikenal sebagai “Lyang Gana”. Kata

“Lyang Gana” terdiri dari dua kata yakni “Lyang” ya ng berarti kubangan atau lubang

dan “Gana” yang berarti naga atau suatu makhluk gha ib yang

melindungi desa. Berdasarkan arti kata tersebut memang yang dimaksud dengan

kubangan atau lubang naga tersebut ditunjukkan dari salah satu bentang alam yang

berada di sekitar desa yakni sebuah sungai yang ter lepas dari parit maupun sungai

besar sehingga akan tampak seperti sungai yang tak memiliki hulu dan muara. Akan

tetapi, terdapat sudut pandang lain mengenai arti d ari “Lyang Gana” yakni desa yang

terbentuk karena adanya bekas tapak langkah dari su atu makhluk ghaib yang

bernama “Gana” setelah melakukan ritual pertapaan. Dari sejarahnya, desa ini sudah

dipimpin oleh 8 Kepala Kampung :

� Kaung dan Rawing

� Maholok Rawing (1917 – 1938)

� Situ Maholok (1938 – 1969)

� Dion Mantali (1969-1988)

� Sangen Tulus (1988 - 1997)

� PJS Jande Angen (1997 – 1999)

� Ulang Unjung (1999 - 2002)

� Elwa D. Mantali (2002 – sekarang 2015)

Desa Hiyang Bana pada tahun 2011 menjadi desa yang berkembang cukup ramai,

apalagi dengan adanya pendatang warga transmigrasi dari Jawa, Lampung dan

penduduk lokal yang menenetap dan tinggal di wilayah desa ini sebanyak 200 KK dan

dilanjutkan pada tahun 2012 ada lagi penempatan seb anyak 300 KK dengan sebutan

wilayah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Hiyang Bana SP 1. Namun yang menjadi

Page 96: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

87

permasalahan sekarang adalah posisi transmigrasi yang sekarang tidak sesuai dengan

tujuan asal yang diinginkan masyarakat Hiyang Bana, yakni bertambah penduduknya

menjadi satu kesatuan wilayah perumahan dan aktivit as penduduk dengan warga

transmigrasi yang baru. Namun yang ada sekarang adalah posisi transmigrasi sangat

jauh dari Desa Hiyang Bana berada di sekitar 4 Km. Semua keluarga di Desa Hiyang

Bana mengikut transmigrasi sebagai transmigran lokal.

Jumlah penduduk yang tercatat di desa induk Hiyang Bana adalah 120 Jiwa yang

terbagi dalam 35 KK (tambahan penduduk transmigrasi 500 KK), dengan total wilayah

desa 23 Km2. Rata-rata tingkat pendidikan masyaraka t Hiyang Bana adalah setingkat

SMA. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan, terut ama 9 tahun, baru terjadi

beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SMP mendominasi.

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani r otan, nelayan dan buruh tani.

Sudah turun temurun sejak dulu masyarakat di sini adalah petani rotan dan nelayan,

dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan ma syarakat tidak punya

keahlian lainnya dan akhirnya tidak punya pilihan l ain selain menjadi petani rotan

dan nelayan.

C. Tujuan Pengkajian

Tujuan kajian secara umum adalah: Memberdayakan masyarakat dalam perencanaan

pengembangan ekonomi mandiri berbasis sumber-sumber penghidupan secara

berkelanjutan.

Sedangkan tujuan khususnya adalah:

a. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan

strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di

sekitar TN Sebangau.

b. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

c. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber pengh idupan berkelanjutan

untuk Desa Hiyang Bana.

II. Metodologi Kajitindak Partisipatif

Kegiatan kajitindak ini dilakukan dengan metode pendekatan yang tekanannya pada

keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dari mulai mengamati,

menganalisa, dan membuat perkiraan serta merencanakan, bahkan hingga pelaksanaan

program. Metode ini menggunakan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat sehingga

fasilitator lebih berperan sebagai pemandu. Diharapkan bahwa melalui penggunaan

metode tersebut akan tercipta suasana saling belaja r, saling berbagi pengalaman,

secara santai dan (informal) serta saling menghargai dan diharapkan melibatkan seluruh

masyarakat.

Cakupan dan lokasi kajian adalah Desa Hiyang Bana, Kecamatan Tasik Payawan,

Kabupaten Katingan dengan tahapan sebagai berikut:

Page 97: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

88

1. Mengumpulkan data sekunder dan dokumen tertulis dar i berbagai sumber seperti

laporan, catatan penelitian, koran, majalah dan foto-foto yang diterbitkan oleh

instansi teknis.

2. Kunjungan awal/observasi, membangun kepercayaan, dan keterbukaan untuk

pengembangan perencanaan kegiatan kajitindak.

3. Bersama masyarakat melihat secara langsung potensi desa, danau, kebun dan

kondisi lingkungan secara umum.

4. Melakukan pengkajian dengan pengamatan langsung, di skusi terfokus dan

wawancara semi–terstruktur, serta berbagai diskusi yang mengunakan beberapa alat

bantu kajian, antara lain: Sejarah Desa (berbagai kejadian penting menurut

masyarakat desa), Diagram Venn untuk menganalisa hubungan dan manfaat

kelembagaan desa, Kalender Musim tentang kondisi al am, Transek Desa untuk

melihat kondisi sumber daya alam desa, Sketsa Desa tentang sebaran sumber daya

alam dan ancaman-ancaman terhadapnya, Matriks Mata Pencaharian untuk

menelaah sumber penghidupan desa, dan Perencanaan P rogram.

Informasi, data, masalah, ancaman dan lainnya yang diperoleh sebagai hasil kegiatan

yang dilakukan disampaikan dalam forum diskusi yang melibatkan perwakilan

masyarakat dengan tujuan pengecekan informasi tersebut sehingga dapat dilakukan

perbaikan-perbaikan terhadap informasi tersebut. Untuk selanjutnya, dilakukan

pengelompokan/indentifikasi masalah dan ancaman seh ingga peserta pertemuan dapat

menyusun perencanaan program penyelesaian masalah tersebut bersama.

III. Pelaksanaan Kajian

A. Rencana Kegiatan

Kegiatan kajitindak di Hiyang Bana dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober – 2

November 2014, mengikuti jadwal pelaksanaan di lapangan dan disepakati bersama

dengan warga masyarakat. Jadwal kegiatan di lapangan yang disepakati tersebut

ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1: Alur Proses Kegiatan di Lapangan

No Kegiatan Hari/ tanggal Jam Keterangan

1 Perjalanan Palangka Raya – Petak Bahandang –Hiyang Bana

Selasa, 28/10/2014 Jam 12.00 WIB – 18.00 WIB

Dijemput ces (Birman)

2 Perkenalan menyampaikan maksud dan tujuan kajitindak partisipatif, pembahasan Sejarah Desa Hiyang Bana

Rabu, 29/10/2014 Jam 18.30 – selesai

Diskusi di Balai Pertemuan Desa Hiyang Bana langsung dipimpin Kepala Desa Hiyang

3 Transek Desa Kamis, 30/10/2014 09.00 - selesai Desa Hiyang Bana – Transmigrasi (sambil kerja bakti pembersihan saluran irigasi)

Page 98: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

89

No Kegiatan Hari/ tanggal Jam Keterangan

4 Sketsa Desa dan Mata Pencaharian Desa Hiyang Bana

Kamis, 30/10/2014 18.30 – selesai Diskusi di Balai Pertemuan Desa Hiyang Bana

5 Wawancara Keluarga Jum’at, 30/10/2014 07.00 – 15.00 Rumah ke rumah

6 Kelembagaan Desa dDan Identifikasi Masalah

Jum’at, 30/10/2014 18.30 – selesai Di Balai Pertemuan

7 Potensi Desa dan Transek Sabtu, 1/11/2014 08.00 – selesai Melihat pengembangan usaha masyarakat (beje Biddem)

8 Kecendrungan / Pengelompokan Masalah

Sabtu, 1/11/2014 18.00- selesai Kantor Balai Desa Dan Review Hasil Kajian

9 Perencanaan Bersama Minggu, 2/11/2014 09.00 – selesai Pleno desa di Balai Pertemuan Desa Hiyang Bana

10 Kembali ke Palangka Raya

Catatan: Di luar proses pengkajian ini, Tim juga melakukan wawancara dan

pengamatan langsung di sekitar Desa Hiyang Bana termasuk di lokasi transmigrasi.

B. Tim Pelaksana

Proses kajitindak partisipatif dipandu oleh Tim terpadu yang terdiri dari staf Balai

Taman Nasional Sebangau, staf WWF, dan warga masyarakat desa sebagai berikut:

1. Ma’mun Ansori (WWF-Indonesia Kalimantan Tengah)

2. Muhammad Efendi (masyarakat Palangka Raya)

3. Bantista Aadies (mahasiswa Institut Pertanian bogor)

4. Masyarakat Hiyang Bana

C. Pelaksanaan Kajian

Secara umum kegiatan kajian dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

disepakati. Rata-rata peserta tiap pertemuan adalah 24 orang, baik laki-laki (70%)

dan perempuan (30%). Partisipasi warga masyarakat yang hadir dalam diskusi hidup

dan berkembang, ini terlihat setiap gagasan atau pendapat dari peserta selalu

dibahas bersama yang didasarkan dengan kondisi lapangan yang ada.

Beberapa kendala yang dihadapi adalah diskusi hampi r selalu diadakan malam hari

rata–rata masyarakat capek dan sebagian masyarakat tidak datang (istirahat), enggan

mengungkapakan masalah yang ada di desa karena menyangkut masalahnya peserta

diskusi.

Beberapa kegiatan berlangsung terlampau lama sehingga sebagian peserta

meninggalkan ruangan sebelum acara berakhir.

Page 99: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

90

IV. Pokok-pokok Kajian

Dari berbagai pengamatan dan diskusi pengkajian tel ah diidentifikasi beberapa pokok persoalan yang bernilai penting bagi masyarakat

Hiyang Bana sebagai berikut :

Tenaga Kerja No

Jenis Mata

Pencaharian Laki=laki Perempuan Pemasaran Bahan Baku Bagaimana Memulai Masalah

1 Menangkap Ikan (80%)

60% 40% Menjual di tempat (di kampung) diambil tengkulak, dijual dengan tetangga, dijual dalam bentuk segar dan asin (harga ikan jenis kihung, kekapar, tebakang, patung, pentet = 15.000 Kg / haruan = 17 ribu, papuyu dan baung 25 ribu, jelawat, pipih, lais = 35 ribu dan udang 60 ribu

Pengilar, banjur, tempirai, jabak, tambak udang, selambau, wuwu, rengge, lunta

Turun temurun dan dilaksanakan usaha sendiri

Jika ikan berlimpah harga turun, faktor alam mempengaruhi hasil tangkapan, banyak orang yang menagkap ikan dari luar kampung (Talingke, Petak Bahandang, dll) diikuti dengan banyak alat-alat, racun, strum, tidak adanya modal untuk pembuatan alat tangkap

2 Karet (6 KK), 50 Persen memiliki kebun belum

siap sadap

50% 50% Sekarang diantar, dulu dijemput dan diantar

Bibit lokal cabutan alam dari kebun masyarakat yang ada, bibit sendiri bantuan pemerintah tahun 2012 Dinas Pertanian (tidak ditanam)

Harga turun, ada perubahan cara pembelian berupa kepala, obat harus disiapin dari pembeli, ada kebun karet tidak produktif lagi karena pohon sudah tidak mulus, alih fungsi karet ke kebun sawit karena harga turun

3 Rotan alam (ahas, bulu, katip)

50% 50% Diambil di kampung (dulu dikeringkan secara alami dan diruntih); sekarang dijual basah, ada pembeli

Di alam dan turun temurun dan ada pembelinya

Susah mencarinya, jauh karena ada ukuran tertentu (1 minggu 1kwt tekor), adanya di alam

Page 100: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

91

Tenaga Kerja No

Jenis Mata

Pencaharian Laki=laki Perempuan Pemasaran Bahan Baku Bagaimana Memulai Masalah

datang: rotan ahas panjang 3,25m satu ijir (batang) Rp 300, dan rotan bulu 4,5m Rp 130.000/kwt

4 Rotan budidaya (sigi dan irit)

50% 50% Diambil di kampung (dulu dikeringkan secara alami dan diruntih); sekarang dijual basah

Budidaya, menanam Tidak ada pembeli (sekitar 8 bulan belakangan), permainan pembeli dengan berbagai alasan (gudang penuh) sehingga harga turun

5 Dagang/warung (1 KK)

50% 50% Warung di kampung, dan penjaja sayur mayur

Hasil budidaya dan belanja hasil tangkapan ikan, adanya pasar, transmigrasi

Akses jalan untuk pemasaran

6 Kerja kayu 100% 0% Adanya pesanan transmigrasi dan dalam desa

Kayu meranti campuran, jingah, belangiran, pelepek

Kayu banyak terbakar, kayu semakin sulit diperoleh baik jumlah dan jarak jangkauannya (karena bahan kayu sulit tumbuh), adanya penggesek dari luar kampung. kerjaan jadi harus bersembunyi

7 Buruh sawit (4 orang dan 2 KK)

75% 25% Menanam sawit individu, kontrak pengusaha

Kampung sepi

8 Tukang kayu 100% 0% Jika ada pekerjaan Pengalaman Hanya sebatas

Page 101: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

92

Tenaga Kerja No

Jenis Mata

Pencaharian Laki=laki Perempuan Pemasaran Bahan Baku Bagaimana Memulai Masalah

pembangunan rumah/bangunan lainnya di desa

membangun untuk desa saja

9 Berburu 100% 0% Babi hutan, bekantan (di perjual-belikan); babi hutan 20-35 ribu jika hidup 17 ribu, bekantan 20 ribu borongan dan eceran 25 ribu. Tujuan pasar: Kasongan dan Palangka Raya

Pada bulan banyak pohon berbuah

Musiman

10 Anyaman 0% 100% Lanjung (rotan dan tali milyar), topi (pandan), dijual dan pakai sendiri (untuk dijual menunggu ada pesanan) bahan baku merupakan kombinasi antara milyar, ahas,

uwei edan, bajungan

Nenek moyang, alam, membeli dari pasar

Tergantung dari pesanan

11 Menambang emas

100% 0% Masing-masing penambang membawa hasil ke Kereng Pangi

Alat yang digunakan: mesin alkon, bahan bakar bensin

Pasir di Sungai Katingan (gosong) saat musim kemarau, awalnya dicoba dengan dulang

Penghasilan kurang saat sekarang, waktu musim banjir berhenti (musiman), sembunyi-sembunyi kerjanya, tidak satu tempat tetapi berpencar di banyak lokasi

Page 102: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

93

A. Perikanan

Hasil tangkapan ikan menurun sekitar tahun 80-an. D alam usaha ikan masyarakat

Hiyang Bana sehari dalam satu alat bisa mencapai 5 kg atau lebih, sehingga tidak

perlu banyak alat yang harus dipasang dan modal besar untuk mendapatkan ikan.

Pada saat ini mendapat 3 ekor per hari dalam satu a lat tangkap sudah sulit, seperti

pengakuan Suriansyah dalam pengambilan atau menjeng uk alat yang dipasang di

Sungai Katingan bahkan tidak mendapat ikan sama sek ali. Faktor penyebabnya

menurut masyarakat Hiyang Bana karena pertambahan j umlah penduduk membuat

hasil tangkap ikan berkurang, seperti halnya masuknya transmigrasi tahun 2011-2012

yang jumlahnya hampir 500 KK ikut mencari ikan di daerah tangkapan ikan seperti

danau, sungai dan anak sungai. Masyarakat dari luar desa menurut masyarakat Hiyang

Bana penyebab turunnya hasil tangkapan ikan, karena hampir tidak ada tempat lagi

di pinggir Sungai Katingan yang sudah dipenuhi alat -alat tangkap ikan sehingga ikan

tidak bisa bebas. “Lepas alat satu, masuk alat lain ya,“ itulah istilah yang digunakan

oleh masyarakat Hiyang Bana. Murni menangkap dari a lam tanpa diikuti budidaya.

Jika memelihara ikan dilakukan dari hasil tangkapan yang masih hidup untuk

dibesarkan dan menunggu pembeli datang ke desa.

Ada beberapa penyebab menurunnya hasil tangkapan, a ntara lain:

� Jumlah nelayan di desa meningkat dan banyak pendata ng dari luar, dan dikuti

dengan perkembangan modifikasi alat atau jaring;

� Ada cara-cara penangkapan yang merusak, antara lain dengan racun (potas) dan

listrik;

� Dulu ikan yang masih kecil (benur) tidak ditangkap, sekarang ditangkap semua

karena tangkapan ikan besar saja tidak memenuhi keb utuhan. Untuk jenis ikan

yang kecil sekarang banyak pembelinya walaupun harg a relatif murah dibanding

dengan ikan yang besarl;

� Diduga salah satu sebab penurunan populasi adalah pencemaran air sungai, ini

dari berbagai aktivitas pertambangan emas yang dilakukan di Sungai Katingan

(pengaruh air raksa).

Menurunnya hasil tangkapan disebabkan adanya persai ngan yang tidak terkendali

antar nelayan dalam menangkap ikan, baik nelayan di desa maupun dengan

pendatang. Tidak ada aturan-aturan tentang jumlah, jenis, waktu, dan lokasi

penangkapan ikan sehingga populasi ikan tidak sempa t berkembang. Aturan ini tidak

ada karena selama ini belum dirasakan keperluannya dan kelembagaan masyarakat

belum berperan dalam mengembangkan aturan seperti i tu.

Pengalaman Bapak Bidem. Berdasarkan pemikiran tersebut, ia mencoba untuk

melakukan budidaya jenis ikan biawan, terlebih ketika mendapat kesempatan berhasil

menangkap biawan dengan kondisi sedang bertelur. Menurutnya biawan relatif

berpotensi besar karena termasuk salah satu jenis ikan yang diminati untuk dikonsumsi

dan jenis pakannya secara alami berupa lumut, bahkan anakan dari biawan dapat juga

diperjulbelikan. Upaya tersebut dilakukan bersama salah satu keluarganya. Kini

mereka mencoba untuk mengganti kolam budidaya yang semula menggunakan terpal

Page 103: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

94

B. Perkebunan

Meredupnya usaha perkebunan bagi masyarakat Hiyang Bana karena tidak adanya

pembeli, membuat masyarakat desa melakukan perubahan-perubahan terhadap

kebunnya:

� Perkebunan rotan menjadi kebun

karet atau sawit, digantinya

tanaman kebun ini disebabkan

oleh harga rotan turun, itupun

untuk jenis rotan yang masih ada

pembeli adalah jenis rotan non

budidaya seperti rotan ahas dan

rotan bulu dengan harga relatif

murah dengan proses penjualan

diambil di kampung (dulu di

keringkan secara alami dan

diruntih) sekarang dijual basah,

ada pembeli datang : rotan ahas

panjang 3,25m satu ijir (batang) Rp 300, dan rotan bulu 4,5m Rp 130.000/kwt.

Itupun untuk mencarinya 1 kwintal memperlukan waktu 1 minggu dan adaya di alam.

� Berlomba-lomba menanam sawit, berdampingan dengan perkebunan sawit.

Masyarakat Hiyang Bana melakukan pemanfaatan lahan untuk mengembangkan

sawit, ini terlihat dengan beberapa masyarakat mela kukan pembibitan sawit di

depan rumah masing-masing.

C. Usaha lainnya

� Berburu

Aktivitas berburu merupakan

usaha turun menurun sejak nenek

moyang. Aktivitas berburu

menurut masyrarakat Hiyang Bana

ada beberapa istilah, mengan

(beruru dengan senjata), mandup

(menggunakan anjing, khusus

untuk satwa berkaki empat) dan

dan kayu menjadi kolam semen yang lebih kuat. Sehingga diharapkan tidak ada

perembesan air keluar kolam. Namun rencana tersebut masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan modal yang dimiliki, mereka baru menggali tanah yang

dipersiapkan sebagai dasar kolam. Oleh karena itu, hingga kini mereka masih tetap

menggunakan kolam budidaya menggunakan dinding terpal. Alasan mereka ingin

merubah kolam karena berdasarkan pengalaman yang diperoleh sejauh ini kolam

dengan terpal mempunyai kendala air merembes keluar akibat adanya serangan rayap

dan semut sehingga terpal dan papan kayunya berlubang.

Page 104: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

95

manjerat (menggunakan perangkat seperti tali/alat j erat). Ketika melakukan

berburu apa saja yang ditemui dan jika ada pembeli atau harganya bernilai. Babi

hutan(Sus Barbatus) dan bekantan (Proboscis Monkey) diperjual-belikan. Hasil

buruan untuk daging babi hutan 20 - 35 ribu/kg, jik a hidup 17 ribu, untuk bekantan

20 ribu, borongan dan eceran 25 ribu. Tujuan pasar Kasongan dan Palangka Raya.

Musim buah merupakan sumber rezeki bagi orang yang merengge bangamat

(kelelawar, Hipposideros diadema), terutama pada musim durian bisa mendapat

puluhan ekor. Satu ekor kelawar Rp 20.000 sampai Rp 30.000 harganya.

Kesadartahuan terhadap satwa yang dilindungi bagi masyarakat Hiyang Bana hanya

terbatas seperti orangutan. Perlu kiranya ada sosialisasi terkait Undang-undang No.

5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pada

akhir 2012 Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah bekerja sama

dengan BOSF menyelamatkan 2 ekor orangutan atas inf ormasi masyarakat karena

menyerang kebun mereka.

� Anyam-anyaman

Lanjung (tas gendong ala masyarakat Dayak) dan topi purun merupakan produk

andalan masyarakat Hiyang Bana. Pekerjaan ini 90% d ikerjakan oleh ibu-ibu.

Pengalaman untuk anyaman ini didapat secara turun t emurun, tidak ada pelatihan

khusus untuk mengembangkan keterampilan anyaman. Un tuk bahan baku

pembuatan kerajinan anyaman rotan dan purun relatif besar, mengambil yang ada

di alam dan tanpa membeli. Produk yang dihasilkan hanya dijual di kampung sendiri

atau transmigrasi sesuai dengan pesanan. Jika tidak ada pesanan kerajinan ini tidak

dilakukan (untuk lanjung harganya = Rp 100.000/buah dan untuk topi antara Rp

20.000 – Rp 30.000/buah).

� Tukang Kayu

Rumah, Balai Desa, Balai Basarah (tempat ibadah Kaharingan), sekolah dan lainnya

yang mengunakan bahan kayu adalah karya masyarakat Desa Hiyang Bana sendiri.

Hanya sebatas pengalaman dan turun temurun dan seti ap bangunan adalah

borongan.

� Walet

September 2014 Bapak Suriansyah mencoba membangun s arang walet karena, “Dari

pengalaman kakak yang ada di Pontianak berhasil untuk usaha walet“. Tetapi harus

memiliki modal besar, sebagian dibantu keluarga. Sementara modal yang harus

dikeluarkan sebesar Rp 60.000.000 (enam puluh juta Rupiah) untuk bahan material

seperti kayu dan lainnya. Sumber material berupa kayu Bapak Suriansyah mencari

sendiri dan membeli atau mengupah di kawasan hutan sekitar desa (terutama kayu

kuat seperti belangiran, bintan dan lainnya).

� Tambang Emas

Jika naik transportasi air akan terlihat pemandangan lanting yang diatasnya ada

perlengkapan mesin diesel, ini tidak lain adalah masyarakat yang mencari emas.

Aktivitas mencari emas ini dimulai dari tahun 2011, dari beberapa masyarakat juga

mencari emas ke luar kampung Hiyang Bana di Sungai Kelaru, Desa Telaga, dan Desa

Talingke. Dari pengamatan tim bahwa di bantaran Sun gai Katingan terdapat banyak

Page 105: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

96

gosong (tumpukan pasir) akibat penambang emas. Akti vitas mencari emas bukannya

di Sungai Katingan saja, juga dilakukan di Sungai Rasau (anak Sungai Katingan) jika

kondisi air di Sungai Katingan banjir. Sungai Rasau jika dilihat dari peta Taman

Nasional Sebangau sebagian masuk dalam kawasan. Ada beberapa masyarakat

menolak Taman Nasional Sebangau karena tidak bisa mencari emas. Mereka sadar

bahwa mencari emas adalah aktivitas yang dilarang s ehingga setiap kali melakukan

aktivitas tersebut ada kekhawatiran patroli dari kepolisian. Kondisi ini dilakukan

karena tidak ada lagi mata pencaharian untuk memenu hi kebutuhan sehari-hari,

walaupun seperti yang dialami Bapak Bidem justru ti dak kembali mendapat emas.

� Buruh Sawit

Harus naik perahu motor setiap hari, ini dialami warga masyarakat Desa Hiyang

Bana yang bekerja menjadi buruh perkebunan sawit PT Arjuna Utama Sawit. Dengan

pendapatan Rp 72.000/hari hanya dapat memenuhi kebu tuhan sehari-hari. Kalau

masyarakat Hiyang Bana sebut “kerja hari ini untuk hari ini juga“. Hanya sebagai

buruh harian, tidak lebih.

D. Penjualan lahan dan penyerobotan tanah

Transmigrasi di Hiyang Bana sejak tahun 2011 dan tahun 2012. Seluruh warga

masyarakat Hiyang Bana mengkiuti program transmigrasi tersebut. Sebagaimana

layaknya transmigran mendapat jadup (jatah hidup) d an lahan yang kurang lebih 2

Ha. Jadup tersebut berlangsung sampai + 1,5 tahun s ampai Oktober 2014. Dengan

kondisi lahan belum siap harus membersihkan lagi terutama Lahan Usaha 2 (LU2),

maka banyak warga transmigrasi lokal termasuk warga Desa Hiyang Bana menjual

lahan tersebut, bahkan sampai menjual rumah atau la han usaha satu (LU1). Untuk

Lahan Usaha 1 dan Lahan Usaha 2 dijual berkisar Rp 20.000.000 (dua puluh juta

Rupiah) – Rp 30.000.000 (tiga puluh juta Rupiah). D engan dibukanya transmigrasi

terbukalah akses Desa Hiyang Bana, banyak warga masyarakat dari luar desa (warga

Desa Talingke dan Desa Petak Bahandang ataupun yang lainnya) mengkapling tanah-

tanah yang masuk wilayah administrasi desa. Menyada ri banyak aktivitas atau

program pemerintah ataupun pihak swasta membuat wil ayah desa semakin

menyempit menurut masyarakat Hiyang Bana, lagipula belum adanya kejelasan batas

administrasi Desa Hiyang Bana dengan Petak Bahandang dan Talingke.

E. Hilangnya desa induk

Transmigrasi adalah mimpi bagi masyarakat Hiyang Bana, kenyataannya bahwa

transmigrasi tidak sesuai dengan tujuan awalnya untuk memajukan desa induk atau

desa asal. Semenjak itu banyak perubahan di beberapa program pemerintah lebih

cenderung ke transmigrasi. Salah satu Sekolah Dasar di Hiyang Bana sudah tidak aktif

lagi sehingga sekolah ke transmigrasi, begitu juga dengan kegiatan rutinitas bulanan

seperti Posyandu untuk balita lebih ke arah transmigrasi.

F. Kurangnya pembinaan keagamaan

Hampir 98% masyarakat Hiyang Bana menganut Agama Kaharingan. Tempat ibadah

seperti basarah tersedia tetapi balai tersebut tidak terurus seperti layaknya tempat

ibadah lainnya, hanya digunakan untuk menyanggar at au bersih desa itupun juga

Page 106: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

97

jarang dilakukan oleh masyarakat Desa

Hiyang Bana. Keinginan adanya pisur atau

guru agama Kaharingan untuk bisa membina

terkait keagamaan.

V. Hutan dan masyarakat

Menurut masyarakat Hiyang Bana, hutan me-

rupakan bagian dari kehidupan yang tidak

terpisahkan. Bagi masyarakat desa hutan adalah

tempat berburu, mencari rotan alam (ahas dan

bajungan). Kawasan hutan di sekitar desa semakin menyempit karena ada beberapa

perusahan sawit yang masuk di dalam kawasan desa, belum lagi keberadaan Taman

Nasional. Berikut beberapa persepsi masyarakat Hiyang Bana terhadap Taman Nasional

Sebangau:

� Taman Nasional adalah tempat satwa yang jinak dan buas.

� Mempersempit ruang gerak masyarakat.

� Melindungi hutan tetap terjaga.

� Hutan lindung untuk melindungi seperti kahiu (orang utan).

� Taman Nasional membuat “bingung“.

� Taman Nasional membantu pembentukan dan peralatan R egu Pemadam Kebakaran

hutan (RPK).

� Taman Nasional kurang adanya penjelasan/sosialisasi.

PT Menara Tunggal Perkasa melalui Keputusan Bupati Katingan No. 500/225/KPTS/VIII/

2011 tentang penetapan izin lokasi tanah untuk per kebunan kelapa sawit, yang salah

satu lokasinya adalah Desa Hiyang Bana, menurut mas yrakat itu salah satu

mempersempit lahan usaha mereka karena beberapa sungai di desa seperti Paningin

sebagai tempat usaha mencari ikan terpotong. Dengan adanya izin PT Menara Tungal

Perkasa seluas 17.100 Ha membuat masyarakat resah t erhadap tanah yang masuk

administrasi Desa Hiyang Bana.

Tentunya kebutuhan kayu untuk bahan bangunan sudah tidak bisa dilakukan atau

penebangan. Menurut Jago Armando, “Sebenaranya perusahan sawit itu yang merusak

hutan karena menebang bohon secara habis total dan ditimbun tidak bisa dimanfaat-

kan, sementara masyarakat untuk mencari pohon memilih dan tidak setiap hari“.

VI Perencanaan Desa

Proses perencanan desa ini bagaimana mengumpulkana data lapangan, identifikasi

masalah-masalah yang diplenokan bersama untuk menen tukan pokok masalah. Harus

menunggu hari Minggu agar masyarakat Desa Hiyang Bana bisa berkumpul. Perencanaan

desa lebih fokus membahas program WWF yang sudah disepakati yang sampai sekarang

belum jalan, dan lebih banyak untuk klarifikasi dan penjelasan terhadap program yang

disepakati. Dalam kegiatan perencanaan ini, dalam p roses pleno desa masyarakat

membahas:

Page 107: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

98

Peran Masalah Sebab Akibat Potensi Cara Pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak Lain

Transmigrasi Lahan masyarakat desa semakin menyempit

Kebun karet , kebun rotan, sawit, beje, danau, sungai (dekat desa)

Pembuatan surat tanah untuk masyarakat

1. Masyarakat desa melakukan perintisan tanah yang sudah disepakati

2. Siap melakukan survey

Membantu pengurusan surat dan pengukuran , pemetaan (WWF, dll)

Masyarakat desa menjadi buruh

Pemetaan Desa

Lahan sawit oleh perusahan

Satwa masuk kampung

Pertemuan/ sosialisasi PT dan Taman Nasional

Taman Nasional Sebangau

Adanya timbal balik / kontribusi terhadap desa

1. Pemerintah desa siap fasilitasi pembuatan surat tanah

2. Mempermudah dan meringankan biaya pengurusan surat.

3. Pendanaan dalam proses APBDes

4. Sosialisai yang jelas terkait kontribusi terhadap desa

Wilayah desa (luasan)

Penyerobotan lahan dari pihak luar (desa tetangga, orang

Konflik antar keluarga, perkelahian

Peraturan Desa Pengesahan Membuat secara bersama (diskusi)

WWF fasilitasi

Hasil tangkapan ikan berkurang

Penyetruman Banyak anak ikan ikut mati

Beje, danau, sungai (dekat desa)

Peraturan Desa (pelaksanaannya harus dengan SK)

Pengesahan Diskusi WWF fasilitasi

Page 108: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

99

Peran Masalah Sebab Akibat Potensi Cara Pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak Lain

Racun Tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari

Banyak orang yang mencari (alat)

Konflik antar keluarga, perkelahian

Hama ikan (a.l. musang, berang-berang, biawak)

Pembukaan

lahan

Kebakaran Lahan terlantar Asap Alat-alat pemadam kebakaran

Fasilitasi pembentu-kan kelompok dan peralatan

Membentuk kelompok peduli api

Pelatihan (perusahaan dan WWF)

Kanal Lahan kering di musim kemarau

Membuat dam yang memiliki pintu

APBD Gotong royong pembuatan dam

Pendanaan (perusahaan,

Membuat sumur di titik rawan kebakaran

Siap buat sumur di lahan rawan kebakaran

Pembukaan lahan dengan membakar

Kebun karet (jalan poros) dan hutan terbakar

Ada Perdes (tertahan di Biro Hukum), RPK (tidak aktif, alat-alat sudah rusak dan tidak lengkap lagi)

Tindakan tegas dari pihak berwajib (Polisi)

Pengetahuan sebatas pengalaman turun menurun dan informasi

Tidak ada penyuluhan

Hasil yang didapatkan tidak maksimal

Lahan dan hasil bumi berlimpah (karet, ikan, rotan), semangat mencoba usaha

Adanya pendampingan, penyuluhan dan permodalan

Menugaskan PPL (perkebunan, perikanan, pertanian) secara terus menerus

Membentuk kelompok, usulan

Pendampingan

Page 109: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

100

Peran Masalah Sebab Akibat Potensi Cara Pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak Lain

Pemasaran Akses jalan Kebun rotan tidak dirawat

Badan jalan sudah ada

Difungsikan dan ditingkatkan kondisinya

Pemerintah Desa sudah mengusul-kan, tanggung jawab adalah Pemerintah Pusat melalui Dinas Transmigrasi dan Pemerintah Daerah, ketakutan tumpang tidih

Usulan

Permainan tengkulak

Alih fungsi kebun karet menjadi sawit

Kebun karet, kebun, tangkapan ikan ada

Penjajakan dan mencari investasi dari luar (informasi pemasaran)

Memberi informasi pasar

Pelayanan pendidikan kurang

Tidak ada guru di desa

Anak sekolah harus ke transmigrasi

Ada gedung SD 2 ruangan dan rumah dinas guru

Ditempatkan guru Menugaskan guru di Desa Hiyang Bana (honorer atau PNS)

Usulan Memfasilitasi

Kegiatan keagamaan tidak berjalan

Pelayanaan keagamaan Kaharingan kurang

Pembina tidak ada

Pengetahuan agama kurang

75 % Agama Kaharingan, Balai Basarah, Ketua Majelis ada

Adanya pembinaan Adanya guru Agama Kaharingan

Usulan Membantu dalam proses pengusulan

Page 110: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

101

VI. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajitindak di Desa Hiyang Bana te rdapat rekomendasi yang menurut

tim dapat dilaksanakan:

� Budidaya perikanan dan pembuatan beje merupakan pot ensi untuk dikembangan di

Desa Hiyang Bana.

� Peningkatan kapasitas kelembagaan desa dalam bentuk pelatihan-pelatihan.

� Penyelesaian tata batas desa dengan desa tetangga, dan mendorong pemanfaatan

lahan terlantar untuk mendapat surat menyurat (Sura t Keterangan Tanah atau SKT).

� Peternakan salah satu pilihan untuk dikembangkan se perti sapi, karena lahan relatif

tinggi dan bebas banjir (ketersediaan pakan juga pe rlu dipikirkan).

� Harga turun (karet dan rotan), dipertahankan kebunn ya tidak justru dialihkan ke

jenis kebun lainya (sawit). Jika menanam sawit di l okasi lahan yang terlantar.

� Untuk pemerintah daerah Hiyang Bana adalah salah sa tu desa asal sebelumnya,

jangan dikesampingkan jika ada program pengembangan baik ekonomi, pendidikan

atau yang lainnya (melihat sejarahnya).

� Pemanfaatan lahan terlantar yang terbuka untuk perk ebunan (gemor, ada

pengalaman penanaman tanaman gemor tetapi terbakar) .

� Perlu adanya klarifikasi laporan yang dibuat dalam kajian pertama.

VII. PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian Strategi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar

Taman Nasional Sebangau Desa Hiyang Bana , kesimpul an yang dapat diambil :

1. Sektor perikanan adalah usaha utama masyarakat Hiya ng Bana, usaha ini dilakukan

secara turun menurun dan sampai sekarang sumber penghidupan masyarakat Desa

Hiyang Bana.

2. Pasar merupakan persoalan yang harus diselesaikan untuk bisa memasarkan hasil

pertanian, perkebunan dan hasil alam (ikan, rotan a has, bajungan).

3. Berburu adalah budaya yang masih melekat pada warga masyarakat Hiyang Bana,

bahkan salah sumber penghidupan mereka.

4. Kebakaran, semenjak dibukanya jalan lintas Kereng Pangi – Baun Bango kebakaran

setiap tahunnya dan belum ada penanganan serius dar i desa, banyak kebun baik

rotan, karet dan pohon buah-buah ikut terbakar.

5. Rasa kekeluargaan masih kental terlihat dan masih h omogen masyarakat Hiyang

Bana sehingga segala sesuatunya bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

Saran bagi Pemerintah Desa Hiyang Bana agar berperan aktif dalam kegiatan desa atau

kegiatan-kegiatan yang berada di desa (memfasilitas i pertemuan dan transparansi segala

bentuk program), dipertahankan rasa kebersamaan masyarakat Desa Hiyang Bana.

Peraturan desa Kebakaran Hutan perlu diimplementasi kan secara bersama-sama

mengingat potensi sungai dan sumber daya alam di Desa Hiyang Bana.

Page 111: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

102

LAMPIRAN

Kelembagaan Desa:

Nama Lembaga Desa Fungsi Kenyataan

Pemerintah Desa (Kepala Desa,

Sekdes, Kaur Pemerintahan, Umum, Pembangunan)

� Memimpin masyarakat

� Melayani urusan surat tanah

� Urusan proyek

� Kepala pemerintahan tertinggi di desa

� Menangani urusan desa Bidang Administrasi

� - Perwakilan Kepala Desa jika berhalangan

� Sekdes tidak pernah di tempat

� Tidak sepenuhnya elaksanakan tugas (Kepala Desa)

BPD � Pendamping Kepala Desa

� Wakil masyarakat

� Sebagai mitra Pemerintah Desa

� - Mengawasi pelaksanaan tugas desa

� Tidak sepenuhnya melaksanakan tugas

RT � Supaya aman (orang ribut-ribut)

� - Penasihat

� Tidak terlalu aktif di desa karena sedang berusaha

TPPK (Tim Perencana dan Pelaksana Kegiatan), contoh Program Desa Membangun

� Mengelola kegiatan fisik

� - Merencanakan dan melaksanakan

� Kadang-kadang mengambil keputusan mandiri tanpa ada musyawarah

Posyandu � Kesehatan balita

� Memeriksa ibu hamil

� Imunisasi

� Masih bagus karena kegiatan dan fungsi masih berjalan

PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)

� Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga

� Anyam-anyaman

� Masak memasak

� Posyandu

� Hanya ada kegiatan Posyandu

� Kegiatan anyam-anyaman dulu saja ada tapi sekarang tidak ada

Majelis Kelompok Agama Hindu Kaharingan

� Wadah dan membina kegiatan keagamaan

� Sudah tidak berfungsi lagi

Kelompok Tani � Kelompok masyarakat yang membentuk organisasi yang bergerak di bidang pertanian

� - Mengelola pertanian

� - Hanya ada namanya saja (hanya memanfaatkan nama saja untuk kepentingan pribadi)

Page 112: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

103

Profil Desa Hiyang Bana

No Aset Skor

1. Manusia

1. Punya keterampilan 60

2. Penampilan (cara berpakaian, bicara, tingkah laku) 50

3. Punya pengetahuan 60

4. Punya pengalaman 50

5. Semangat dalam bekerja 100

6. Ketahanan dalam bekerja 80

7. Kesehatan dan Gizi 40

8. Kemampuan bertahan Hidup 75

Rata-rata 64,375

2. Fisik

1. Transportasi (jalan, kendaraan, dll) 25

2. Rumah yang aman 30

3. Water supply dan sanitasi (watsan) 42,5

4. Sumber daya listrik, BBM dan komunikasi 36,66666667

5. Peralatan produksi (kerja) 40

6. Benih, pupuk, obat, dll 10

7. Teknologi tepat guna 40

Rata-rata 32,02380952

3. Finansial (keuangan), sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat untuk mempertahankan mata pencaharian)

1. Tabungan 50

2. Kredit/debit (formal-informal), LSM 90

3. Gaji/pendapatan 30

4. Kiriman uang dari keluarga 10

Rata-rata 45

4 Sosial/sistem sosial

1. Keanggotaan seseorang dalam kelompok 75

2. Hubungan antar pihak (hubungan yang saling menguntungkan, saling percaya, kebersamaan)

85

3. Organisasi yang memiliki pengaruh positif terhadap penghidupan

35

4. Pengambilan keputusan yang partisipatif 90

Rata-rata 71,25

Page 113: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

104

No Aset Skor

5 Alam

1. Hutan 50

2. Sungai 50

3. Cadangan air tanah 30

4. Lahan 25

Rata-rata 38,75

Nilai tertinggi 100 dan terkecil 10

Page 114: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

105

Lampiran 2 – 3 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Talingke

Disusun Oleh:

Tito Surogo,

Suwanto, Staf WWF

Surahmansyah,

Warga Desa Talingke

Palangka Raya,

Desember 2014

Page 115: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

106

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasi l menyelesaikan Kajitindak Mata

Pencahariaan Berkelanjutan di Desa-desa dampingan WWF Indonesia Kalimantan Tengah.

Kajian ini berisikan informasi analisa potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh masing

masing desa. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaannya.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Peme rintah Desa Talingke, tokoh

masyarakat dan masyarakat Desa Talingke atas kerjasama dan partisipasinya.

Penyusun

Page 116: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

107

Pendahuluan

A. Latar belakang

Talingke merupakan salah satu desa yang berada di s ekitar Taman Nasional Sebangau.

Desa Talingke memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah yaitu karet, rotan irit

dan sigi. Selain itu masyarakat mempunyai sayur umbut, buah pisang, rambutan, tanggu,

rambai, bajei, kelakai, ujau, jamur merang, jamur kuping. Ketersediaan obat-obatan

tradisional, sayur-sayuran, bumbu-bumbu dapur dan buah-buahan cukup banyak di

belakang desa. Adanya kanal/saluran/terusan untuk mencari ikan, selain untuk irigasi

untuk tujuan pertanian dan perkebunan.

Desa Talingke di sebelah Utara berbatasan dengan De sa Hiang Bana, di sebelah Timur

berbatasan dengan wilayah Kota Palangka Raya, di sebelah Selatan berbatasan dengan

Desa Asem Kumbang dan di sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kotawaringin

Timur. Tahun 2014 memiliki penduduk sebanyak 176 KK , dan mempunyai 603 jiwa dengan

rincian jumlah laki-laki 306 orang dan jumlah perempuan 297 orang.

B. Tujuan

1. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di sekitar TN

Sebangau.

2. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

3. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber pengh idupan berkelanjutan.

C. Keluaran

Adanya perencanaan dan strategi untuk pengembangan sumber-sumber penghidupan yang

berkelanjutan di masyarakat.

BAB II

Teknis Kegiatan

A. Metode yang digunakan

Adapun metode yang digunakan adalah dengan mengunak an alat-alat PRA, curah pen-

dapat, diskusi dengan Pemerintah Desa Talingke, tokoh masyarakat dan warga

masyarakat Desa Talingke.

Page 117: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

108

B. Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiataan dilaksanakan di Talingke pada tanggal 8-1 4 Oktober 2014.

C. Pihak yang terlibat

Pihak yang terlibat adalah:

• Tokoh Masyarakat

• Tokoh Pemuda

• Pemerintah Desa

• Masyarakat Desa

• Kelompok PKK

• Tito Surogo, Staf Balai Taman Nasional Sebangau

• Suwanto, Staf WWF

• Surahmansyah, Fasilitator Desa

BAB III

Hasil kegiatan

a. Sejarah Desa

Tahun Peristiwa Penting

1947-an Sekolah Rakyat (SR) s/d kelas 3 dilanjutkan menjadi SD.

1955-an Dibangun masjid pertama AL-ASRI.

1967-an Dibangun SD.

2003 TK Asiyah, pinjam pakai gedung desa.

2003 Pustu 1 (rehap).

2004 Instruksi penghentian illegal logging, illegal mining, dan illegal fishing.

2004 Pernah ada bantuan bibit karet 40.000 batang dari Dinas Kehutanan kabupaten namun tidak optimal.

2005 Banjir besar dan rumah terendam, yang tersisa hanya 5 rumah

2007 Kebakaran besar di Talingke.

2007 Pembangunan jembatan dari PPIP (Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, PU) ± 450 meter, disamping dengan dana ADD (Anggaran Dana Desa) ± 80 meter (jembatan untuk menyeberangi terusan).

2008 Posyandu dibangun dari dana ADD.

Pembangunan Balai Desa tidak jadi dibuat

Adanya pelatihan RPK dari WWF

Pembangunan titian dari P2DTK dan ADD

Page 118: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

109

Tahun Peristiwa Penting

2009 Pembangunan jembatan (sambungan) dari P2DTK (Program Pecepatan Desa Tertinggal Khusus) ± 200 meter.

2009 Polindes 1 (satu).

2010 Program air bersih, CWSHP dari Bank Dunia.

2010 P2DTK membangun jembatan ± 100 meter.

2011 Jembatan dari P2DTK ± 300 meter.

Pembangunan/perehaban Pustu

2012 Pembersihan Sungai Pangatan

2013 Pembuataan bahu jalan dari Pemda yang menghubungka Talingke ke jalan lintas menuju Kereng Pangi

Penimbunan jalan menuju Baun Bango 850 M

2014 Lanjutan penimbunan sampai desa

Kemarau panjang, banyak kebakaran lahan dan kebun

Nama Desa Talingke awalnya yaitu Dahian Undang, des a pertama dan terbesar di DAS

Katingan. Desa ini bubar karena ada sabung ayam dan cerita yang beredar bahwa anak

yang bersabung ayam meninggal, padahal yang meninggal bukan anak yang sabung ayam,

akan tetapi yang meninggal adalah ayam yang sedang mereka sabung.

Akibat kejadian tersebut masyarakat pindah ke suatu daerah yang dinamakan Sanggayaw

setelah sekitar 10 tahun mereka menetap di daerah t ersebut, akhirnya meraka

memutuskan untuk pindah ke Talingke Ngawa (kaleka), walaupun mereka sempat

melakukan sekali ritual adat (tiwah) di Sanggayaw.

Alasan mereka pindah dari Sanggayaw ke Talingke Ngawa karena banyak yang mati akibat

penyakit kolera/ muntaber, akhirnya mereka memutusk an untuk pindah lagi, namun

sebelumnya melakukan manajah antang, minta petunjuk pindah kemana lagi. Akhirnya,

burung antang menuju ke Desa Talingke yang ada saat ini.

Jumlah Kepala Desa Talingke dari yang pertama sampai saat ini berjumlah 7 orang, yaitu:

(1) Nyahu, (2) Arbain, (3) Usin Penyang, (4) Esnal Simban, (5) Murjani Usin, (6) Danty, dan

(7) Suherdi

Sketsa Desa Talingke

Potensi Masalah Solusi

Sungai - Kondisi airnya tercemar limbah (perusahaan sawit dan penambangan emas)

- Banyaknya yang melakukan penambangan di bantaran Sungai Katingan

- Masyarakat tidak bisa membudidayakan ikan di keramba

- Sungai mengalami pendangkalan di musim kemarau

- Pembuataan kolam terpal

- Penegakan hukum terkait penambangan di aliran sungai

-

Page 119: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

110

Potensi Masalah Solusi

- Jumlah ikan yang ada di sungai sudah mengalami penurunan

Tanah desa - Belum terdata aset-aset tanah desa secara baik

- Seringnya kebakaran di saat musim kemarau

- Tanah desa belum terkelola secara baik

- Pendataan aset desa secara jelas

- Regu RPK diperbarui dan pengadaan alat pemadam

Jalan desa - Masih dalam tahap pengerasan jalan meng-hubungkan desa menuju Kereng Pangi dan belum bisa dilewati oleh masyarakat

- Dilakukan pengaspalan jalan

Tanah/lahan masyarakat

- Banyaknya lahan masyarakat yang tidak dikelola

- Mahalnya pembukaan lahan untuk bertani dan berkebun

- Kesulitan bibit

- Kesulitan pupuk

- Banyaknya masyarakat yang belum memahami pengelolaan tanah gambut

- Sering kebakaran

- Menumbuhkan kembali semangat gotong royong

- Adanya bantuan bibit dari pemerintah dan pihak ketiga agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan-lahan yang terlantar

- Pelatihan dalam mengolah lahan gambut

Danau - Banyaknya masyarakat dari luar desa yang menyetrum ikan

- Hasil tangkapan ikan banyak mengalami penurunan

- Banyaknya jenis ikan berkurang

- Masyarakat banyak mengalami kesulitan dalam pengolahan hasil tangkapan untuk mendapat nilai tambah

- Adanya pelatihan pasca panen

- Adanya aturan dalam melarang memanen ikan dengan mengunakan alat yang tidak ramah lingkungan

Kebun rotan - Harga jual turun

- Masyarakat tidak berpengalaman dalam memanfaat-kan rotan asalan menjadi suatu produk / anyaman

- Jenis rotan yang memiliki nilai ekonomis tinggi sudah banyak berkurang

- Adanya pelatihan anyaman

- Pembudidayaan rotan yang memiliki nilai jual tinggi

Page 120: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

111

Kalender Musim

BULAN KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KETERANGAN

1. Musim kemarau

V VV VVV VVV VV VV Mei s.d. Oktober musim kemarau

2. Musim membersih-kan lahan

VV VV VVV VV V Membersihkan lahan pada bulan 5 sampai bulan 8

3. Menanam karet VV VV VV VV V VV VV

Masyarakat berkebun karet pada bulan Oktober – April

4. Budidaya perikanan

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5. Kebun sawit pribadi

√ √ √ √ √ √ √

6. Musim mencari ikan

VV VV VV V V VV VVV VVV VVV V VV VV Musim mencari ikan ini paling banyak pada bulan 7-9

7. Mencari rotan V V V V V V V V V V V V

Mencari rotan sudah menurun karena harga jualnya turun

8. Menyadap karet

VV VV VV VV VV VV VV V V VV VV VV

Musim sadap karet pada bulan bulan di musim penghujan harga jual 4500/Kg

9. Bekerja di perusahaan sawit

V V V V V V V V V V V V Upah yang didapat dari perusahaan 65.000/hari

10. Berternak ayam dan itik

VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV Harga jual Rp. 35.000 per Kg

Potensi Masalah

- Kebun Rotan - Harga jualnya menurun - Seringnya kebakaran

- Ikan - Harga ikan menurun - Banyaknya masyarakat dari luar mengambil ikan dengan cara menyetrum dan meracun - Masyarakat masih kurang memahami cara pengolahan hasil ikan untuk mendapatkan

nilai tambah - Banyaknya masyarakat yang mencari ikan

Page 121: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

112

Potensi Masalah

- Berkebun sawit dan karet

- Sulitnya mendapatkan bibit karet dan sawit berkualitas dan harganya mahal - Kesulitan mendapatkan pupuk - Masyarakat belum memahami cara budidaya karet dan sawit

- Budidaya ikan - Kualitas airnya sudah tercemar - Banyak tambang emas di sungai - Mahalnya harga pakan ikan - Harga jualnya masih murah - Belum ada pasar yang jelas

Getah karet - Harga jual menurun - Kualitas lateks kurang - Masyarakat belum memahami cara meningkatkan kualitas

Bagan Kecenderungan Perubahan Mata-pencaharian

Tahun Usaha

1947 1955 1965 1975 1985 1995 2000 2010 2014

1. Mencari ikan vvv vvv vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv

2. Berkebun karet vv vv vv vv vv vvv vvvv

3. Berkebun rotan vv vv vv vv vv vv vv vv

4. Gemor v v vv vv vvv vvvv vvvv

5. Logging vvv vvv vvvv vvvv vvvv

6. Bertanam padi vv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv vvv

7. Berternak ayam v vv vv vv vv vv vv vvv vvv

Potensi Masalah

Mencari ikan - Sudah berkurangnya hasil tangkapan nelayan - Belum ada pasar penampung hasil tangkapan - Harga jual rendah - Belum memahami pengolahan hasil tangkapan untuk menambah nilai ekonomi - Banyaknya masyarakat yang menyetrum -- belum ada aturan larangan dalam

penyetruman - Banyaknya masyarakat yang berkerja menjadi nelayan - Banyaknya masyarakat luar yang mencari ikan di desa

Berkebun karet - Kesulitan bibit yang berkualitas - Kesulitan pupuk - Masyarakat kurang memahami cara budidaya karet - Harga jual lateks menurun (tidak stabil) - Sering kebakaran - Seringnya kebanjiran

Page 122: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

113

Potensi Masalah

Budidaya rotan - Harga jualnya menurun - Masyarakat tidak ada pelatihan dalam pengolahan rotan asalan menjadi bahan anyaman - Jenis rotan yang memiliki nilai tinggi banyak berkurang - Sering kebakaran ketika musim kemarau

Bertanam padi - Kesulitan mencari bibit berkualitas - Masyarakat masih menerapkan cara bercocok tanam dengan cara berladang - Hasil panen hanya untuk kebutuhan keluarga - Masyarakat kesulitan dalam mencari pupuk - Tidak ada pembinaan dari Dinas Pertanian kepada masyarakat

Diagram Kelembagaan

Potensi/Lembaga Masalah

WWF Hubungannya jauh, pengaruhnya kecil

- WWF sering ingkar janji/ tidak menepati kesepakatan yang sudah dibuat dengan masyarakat

- WWF tidak pernah sosialisasi kepada masyarakat

- Tidak ada pembinaan terhadap masyarakat

BTNS Hubungannya jauh, pengaruhnya kecil

- Tidak ada sosialisasi di desa tentang tujuan dari Taman Nasional Sebangau

- Tidak ada pembinaan terhadap masyarakat desa

Pemerintahan Desa Hubungannya sedang pengaruhnya sedang

- Masih kurang memahami TUPOKSI dari masing-masing aparat desa

Karang Taruna Hubungannya jauh pengaruhnya kecil

- Karang Taruna tidak memiliki rencana kerja

- Pengurus dan angotanya tidak mengetahui tugas yang harus dijalankan

- Kepengurusannya tidak jelas

Kelompok Yasinan Hubungannya dekat pengaruhnya besar

- Setiap Jum’at selalu melakukan kegiatan keagamaan

- Sering melakukan pengajian

Page 123: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

114

Matriks Ranking

Kriteria dan Nilai Pembobotan

Masalah Dirasakan

oleh orang

banyak

Sangat

Parah

Menghambat

Peningkatan

Pendapatan

Total Ranking Urutan

Peringkat

1. Budidaya ikan di kolam terpal 10 9 10 29 II 3

2. Memanfaatkan lahan terlantar untuk kebun karet dan sawit

10 10 10 30 I 1

3. Pelatihan menganyam, mengolah hasil perikanan

10 6 10 26 V 8

4. Budidaya ikan nila 10 8 10 28 III 5

5. Beternak itik petelur 10 7 10 27 IV 7

6. Pembuataan aturan dalam peng-aturan menangkap ikan dengan ramah lingkungan

10 10 10 30 I 2

7. Pelatihan dalam peningkatan kualitas lateks dan budidaya karet dan sawit

10 9 9 28 III 6

8. Pengadaan bibit berkualitas untuk karet dan sawit

10 10 10 30 I 3

9. Pengadaan pupuk dan kapur pertanian

10 10 9 29 II 4

BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Data Analisa Kesimpulan

Budidaya ikan dalam kolam terpal

� Kondisi air yang sudah tercemar dan tidak bisa untuk budidaya ikan di keramba

� Hasil tangkapan ikan banyak menurun

� Masyarakat dalam menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Banyaknya masyarakat yang melakukan pekerjaan nelayan dan ada yang mengunakan alat tangkap ikan dengan setrum dan racun, di tambah lagi dengan kualitas air yang sudah tercemar sehingga mengurangi perkembangbiakan ikan

Page 124: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

115

Data Analisa Kesimpulan

Memanfaatkan lahan terlantar untuk berkebun masyarakat

� Banyaknya lahan masyarakat yang tidak dikelola

� Kesulitan dalam mencari bibit yang berkualitas baik karet ataupun sawit

� Kesulitan mendapatkan pupuk � Harga jual lateks rendah

Masyarakat belum memahami budi-daya kebun karet secara baik dan pengolahan lateks yang berkualitas, sehingga mempengaruhi harga jual karet, masyarakat menggunakan bibit lokal (cabutan) yang tidak diketahui kualitas pohon indukannya

Pelatihan pengolahan ikan pasca panen

- Masyarakat masih kurang me-mahami cara mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi

- Kesulitan mencari pembeli sehingga hasil dari nelayan biasa dijual kondisi hidup dan apabila kondisinya mati tidak laku dijual

Ketika musim banyak ikan harga ikan jatuh dan bisa tidak laku terjual sehingga masyarakat banyak mengalami kerugian bila menjual dengan kondisi ikan mulai banyak

Pembuataan peraturan terkait pengambilan ikan ramah lingkungan

- Sudah semakin menurunnya hasil tangkapan ikan masyarakat dengan maraknya penangkapan ikan yang mengunakan strum dan racun oleh masyarakat dari luar desa.

- Tidak adanya peraturan yang mengatur cara penangkapan ikan yang lestari

Tingkat kesadaran dari masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari dan terus menerus masih kurang ditanamkan di dalam masyarakat itu sendiri

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari kajian ini diharapkan adanya pendampingan yang intensif dalam implementasi di lapangan, mengingat ini mengunakan kelompok yang sangat banyak dan adanya evalusi rutin yang dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang ada di tingkat kelompok.

C. Saran

Saran dari pengkajian ini jangan membuat janji atau apapun yang bisa menimbulkan konflik di masyarakat. Dalam menjalankan program harus melihat kebutuhan yang ada di masyarakat, bukan dari keinginan. Disepakatinya pembagiaan peran yang jelas antara Kelompok, Pemdes dan WWF supaya ada rasa saling memiliki program.

Page 125: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

116

Lampiran

Gambar 1. Diskusi Penentuan Jadwal Pengalian

Gambar 2. Pembuataan Sketsa Desa

Gambar 3. Diskusi Tentang Sketsa Desa

Page 126: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

117

Gambar 4:Sketsa Desa

Gambar 4. Pengalian Sejarah Desa

Gambar 5. Pengalian Sejarah Desa

Page 127: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

118

Foto Sketsa Desa

Foto Diagram Kelembagaan

Sejarah Desa

Diagram

Kelembagaan

Page 128: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

119

Lampiran 2 - 4.

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Tumbang Runen

Disusun Oleh:

1. Hariadie

2. Fami

3. Okta Simon

4. Ma’mun Ansori

5. Muhammad Efendi

6. Surahmansyah

7. Warga Masyarakat Tumbang Runen

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 129: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

120

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Studi Strategi Pengembangan

Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau Desa Tumbang

Runen”. Kajian ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat,

berbagi pengalaman kepada masyarakat, santai, informal serta saling menghargai.

Sebagai penyusun laporan, kami menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh dengan

keterbatasan kami tidak mungkin dapat menyelesaikan laporan hasil kajian di Desa

Tumbang Runen ini tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pihak-pihak yang tanpa

pamrih membantu kami dalam melakukan kajian adalah seluruh warga masyarakat, tokoh-

tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh pemuda masyarakat Tumbang Runen, Bapak Ijuansyah

selaku kepala Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang; serta Bapak Ir. Adib Gunawan,

selaku Kepala Balai Taman Nasional Sebangau beserta segenap staf Balai Taman Nasional

Sebagau.

Tim menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyaj ian dan pemilihan kata-kata

maupun pembahasan di dalam laporan Kajian ini masih jauh dari sempurna. Karena itu,

dengan penuh kerendahan hati Tim mengharapkan saran, kritik, dan pengarahan yang

konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan laporan kajian ini. Semoga Kajian ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Palangka Raya,

September 2014

Tim Penyusun

Page 130: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

121

I. Kajitindak Desa Tumbang Runen

Satu langkah dalam membangun kerjasama antara warga masyarakat desa Tumbang

Runen sebagai salah satu desa di sekitar Kawasan Taman Nasional Sebangau dengan

pihak Balai Taman Nasional Sebangai (BTNS) dan Yayasan World Wide Fund for Nature

(WWF) dalam mengembangkan strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

masyarakat, adalah melakukan suatu kajian bersama warga masyarakat. Gambaran

pengkajian tersebut adalah sebagaimana disampaikan dalam naskah ini.

A. Latar Belakang

Kawasan Sebangau ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri

Kehutanan No. 423/Menhut/II/2004 pada tanggal 19 Ok tober 2004 dengan luas

+ 568.700 ha. Kawasan ini terletak di antara Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebangau

dan Katingan, serta secara administratif berada di wilayah Kota Palangka Raya,

Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Ekosistem gambut Sebangau merupakan salah satu ekosistem yang kondisinya relatif

masih baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, dan dalam kondisi alami

memiliki ciri-ciri khusus serta menyediakan berbagai produk alam dan fungsi ekologi

yang penting. Lahan gambut merupakan kawasan yang memainkan peranan sangat

penting sebagai gudang penyimpanan karbon dan pengatur tata air. Karena itu

kestabilan ekosistem ini merupakan salah satu faktor penentu kualitas hidup

manusia, baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun global.

Selain itu, sebelum ditetapkan menjadi taman nasional, produk hutan berupa kayu

komersial di kawasan ini telah dimanfaatkan oleh 13 perusahaan kayu, sedangkan

berbagai produk non-kayu seperti lateks, buah-buahan, bahan obat-obatan, kulit

dan bunga telah dimanfaatkam masyarakat lokal sebagai tambahan sumber

pendapatan.

Hutan rawa gambut juga menjadi habitat ikan untuk pemijahan, pendewasaan dan

sumber makanannya. Ikan dari hutan rawa gambut merupakan sumberdaya yang

penting bagi masyarakat lokal, baik sebagai sumber pendapatan maupun sebagai

sumber protein dalam pola makan mereka sehari-hari.

Survei yang dilakukan oleh PT. Edutama Envirocare menunjukkan masih intensifnya

pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan Taman Nasional.

Intensitas pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan tentunya berpengaruh ter-

hadap keutuhan ekosistemnya sehingga BTNS dan WWF Indonesia mendorong

pengembangan mata pencaharian berkelanjutan di desa-desa sekitar Taman

Nasional Sebangau agar pengembangan perekonomian di zona penyangga selaras

dengan tujuan-tujuan perlindungan kawasan. Saat ini tercatat ada 38 desa dan

kelurahan yang bertetangga langsung dengan kawasan Taman Nasional Sebangau,

dan delapan desa lainnya yang memiliki akses dan memanfaatkan sumberdaya di

dalam kawasan tersebut. Hingga saat ini tercatat ada 12 desa/kelurahan yang telah

mendapat bantuan program pengembangan mata pencahar ian berkelanjutan.

Meskipun belum pernah diadakan evaluasi terhadap program-program ini, namun

melalui observasi diperoleh kesan bahwa program-program itu belum secara

Page 131: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

122

signifikan memberikan dampak yang baik pada upaya perlindungan kawasan maupun

pada upaya pengembangan perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat. Karena

itu dianggap perlu untuk memahami situasi perekonomian terkini di zona penyangga

melalui sebuah studi komprehensif sebagai dasar untuk selanjutnya mengembang-

kan strategi pengembangan mata pencaharian berkelan jutan yang lebih tepat

sasaran dan tepat-guna.

B. Desa Tumbang Runen

Tumbang Runen adalah desa yang berada di pinggir Sungai Katingan. Desa ini berdiri

antara tahun 1884 – 1900. Nama Tumbang Runen berasa l dari bahasa Bugis yang

artinya “persinggahan”. Konon pada masa awal berdirinya ada seorang laki-laki

perantauan Bugis yang menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Kapuas

dan kemudian menetap di Dusun Tumbang Runen. desa tua ke 10 di sepanjang

sungai Katingan. Setelah menikah mereka membangun sebuah rumah betang dengan

40 kamar yang mampu menampung 75 jiwa. Seiring dengan berjalannya waktu

terjadi berbagai perkembangan, antara lain mulainya kedatangan berbagai

pedagang dari luar, salah satunya adalah seorang saudagar yang bernama Ismail.

Saudagar tersebut memiliki kapal layar bernama “Mayang Sari” yang digunakan

untuk mengangkut hasil hutan berupa getah nyatoh, getah katiu, damar, dan rotan

menuju Jawa dan Singapura. Dari hasil perdagangan tersebut saudagar Ismail

melakukan barter/pertukaran biji rotan dengan biji teratai. Biji Teratai itu

kemudian ditanam di Danau Purun dan konon hanya bisa hidup di Danau tersebut.

Desa Tumbang Runen berpenduduk 135 KK atau 467 jiwa (Data tahun 2014), dan

dibagi menjadi tiga RT (Rukun Tetangga). Di Desa Tumbang Runen terdapat sarana

fisik berupa kantor desa dan balai desa, rumah warga, mesjid, Pustu, Posyandu,

jembatan/titian jalan yang berada di desa dan titian menuju danau Hai, sarana air

bersih Proyek CWSH dari Dinas Kesehatan beruupa tiga buah tower dan tiga buah

tong, 11 tong air yang tersebar di tiga RT), perpustakaan desa, bangunan sekolah,

perumahan guru, lanting, MCK/jamban sederhana yang berada di pingir Sungai

Katingan (tidak semua rumah tangga Memiliki MCK).

Beberapa adat istiadat yang dijalankan oleh masyarakat adalah antara lain

peringatan hari-hari besar agama Islam, mandi tujuh bulanan wanita harnil,

tasmiyah dalam pemberian nama pada bayi dan Palas Bidan. Sedangkan beberapa

adat yang pernah dimiliki namun sudah ditinggalkan adalah wayang kulit,

mamanda, japen, hadrah, dan lawang sekepeng pencak sila.

C. Tujuan Pengkajian

Tujuan kajian secara umum adalah: Memberdayakan masyarakat dalam peren-

canaan pengembangan ekonomi mandiri berbasis sumber-sumber penghidupan

secara berkelanjutan masyarakat.

Sementara beberapa Tujuan khususnya adalah:

a. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan

strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat

di sekitar TN Sebangau.

Page 132: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

123

b. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

c. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan untuk Desa Tumbang Runen

II. Metodologi Kajitindak Partisipatif

Kegiatan kajitindak ini dilakukan dengan metode pendekatan yang tekanananya pada

keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan, mulai dari mengamati, meng-

analisa, dan membuat perkiraan serta merencanakan, bahkan hingga pelaksanaan

program. Metode ini menggunakan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat sehingga

fasilitator lebih berperan sebagai pemandu. Diharapkan bahwa melalui penggunaan

metode tersebut akan tercipta suasana saling belajar, saling berbagi pengalaman,

secara santai, informal, saling menghargai dan melibatkan seluruh warga masyarakat.

Cakupan dan lokasi kajian adalah Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang,

Kabupaten Katingan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sekunder dan dokumen tertulis dar i berbagai sumber seperti

laporan, catataan peneliti, koran, majalah dan foto-foto yang diterbitkan oleh

instansi teknis.

2. Kunjungan awal/observasi, membangun kepercayaan, dan keterbukaan untuk

pengembangan perencanan kegiatan kajitindak.

3. Bersama masyarakat melihat secara langsung potensi desa, danau, kebun dan

kondisi lingkungan secara umum.

4. Melakukan pengajian dengan pengamatan langsung, dis kusi terfokus dan wawancara

semi–terstruktur, serta berbagai diskusi yang mengunakan beberapa alat bantu

kajian, antara lain: Alur Sejarah Desa (berbagai kejadian penting menurut

masyarakat desa), Diagram Venn untuk menganalisa hubungan dan manfaat

kelembagaan desa, Kalender Musim tentang kondisi alam, Transek Desa untuk

melihat kondisi sumberdaya alam desa, Sketsa Desa tentang sebaran sumberdaya

alam dan ancaman-ancaman terhadap sumberdaya alam tersebut, Matriks Mata

Pencaharian untuk menelaah sumber penghidupan desa, dan Perencanaan Program.

Informasi, data, masalah, ancaman dan lainnya yang diperoleh sebagai hasil kegiatan

yang dilakukan disampaikan dalam forum diskusi yang melibatkan perwakilan

masyarakat dengan tujuan pengecekan informasi tersebut sehingga dapat dilakukan

perbaikan-perbaikan terhadap informasi tersebut. Untuk selanjutnya, dilakukan

pengelompokan/indentifikasi masalah dan ancaman sehingga peserta pertemuan dapat

menyusun perencanaan program penyelesaian masalah tersebut bersama.

III. Pelaksanaan Kajian

A. Rencana Kegiatan

Kegiatan kajitindak di Tumbang Runen dilaksanakan pada tanggal 19 – 29 Agustus

2014 mengikuti jadwal pelaksanaan di lapangan disepakati bersama dengan warga

Page 133: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

124

masyarakat serta disesuaikan dengan jadwal Mereka. Jadwal kegiatan di lapangan

yang disepakati tersebut di tampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1: Alur Proses Kegiatan di Lapangan

Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan / Topik Lokasi Instrumen

Rabu, 9/08/2014

10.00 - 16.00 koordinasi dengan Kepala Kecamatan, Kepala Desa

Desa Tumbang Runen

Surat, diskusi

Rabu, 9/08/2014

Malam diskusi/ melihat dokumen yang ada Rumah Reming (Tumbang Runen)

dokumen/ yang terkumpul

Kamis, 21/08/2014

Pagi wawancara rumah ke rumah (door

to door) Di RT 01, RT 02, RT 03

Catatan

Kamis, 21/08/2014

Malam diskusi bersama masyarakat menyampaikan maksud dan tujuan Tim

Balai Desa FGD

Kamis, 21/08/2014

Malam jenis, jumlah dan sebaran, konflik sumberdaya alam, dam-pak lingkungan, teknologi yang digunakan, pengetahuan tekno-logi, keterampilan, budaya, kebijakan

Balai Desa alur sejarah Desa (konfirmasi yang dilakukan YCI)

Jum’at,

22/ 08/2014

Sore bagaimana dikelola, musim pekerjaan, budaya pengelolaan, iklim dan cuaca

Balai Desa kalender musim (konfirmasi yang dibuat YCI)

Jum’at,

22/ 08/2014

Sore jenis usaha, siapa yang terlibat Balai Desa Matriks mata pencaharian

Jum’at,

21/ 8/2014

Sore. Sumberdaya masyarakat, pengelolaan

Balai Desa Transek (klarifikasi data YCI)

Jum ‘at, 21/ 08/2014

Sore Sumberdaya alam Balai Desa sketsa desa

Jum ‘at, 21/ 08/2014

Malam Ancaman terhadap sumberdaya alam, aturan-aturan tentang sumberdaya alam, kelem-bagaan, gotong royong dan ke-kompakan masyarakat, Pro-gram-program pemerintah dan non-pemerintah

Balai Desa Diagram Venn

Sabtu,

22/08/2014

Malam Analisa Usaha Balai Desa Matriks analisa Usaha

Minggu,

23/08/2014

Malam Identifikasi masalah/ pengelompokan masalah

Balai Desa Pleno desa

Senin,

24/08/2014

Malam Perencanaan desa Balai Desa Pleno Desa

Catatan, di luar proses pengajian ini, Tim juga melakukan beberapa wawancara dan

kegiatan pengamatan langsung di sekitar desa Tumbang Runen

Page 134: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

125

B. Tim Pelaksana

Proses kajitindak partisipatif dipandu oleh Tim terpadu yang terdiri dari staf Balai

Taman Nasional Sebangau, staf WWF, dan warga masyarakat desa sebagai berikut:

1. Hariadie (Staff BTNS)

2. Fami (Staff Balai Taman Nasional Sebagau)

3. Okta Simon (WWF-Indonesia Kalimantan Tengah)

4. Ma’mun Ansori (WWF-Indonesia Kalimantan Tengah)

5. Muhammad Efendi (warga masyarakat Palangka Raya)

6. Surahmansyah (Formas Kecamatan Kamipang)

7. Masyarakat Tumbang Runen

C. Pelaksanaan Kajian

Secara umum kegiatan kajian dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

disepakati. Rata-rata peserta tiap pertemuan adalah ... orang, baik laki-laki (..%)

dan perempuan (...%). Partisipasi warga masyarakat yang hadir dalam diskusi .....

Beberapa kegiatan berlangsung terlampau lama sehingga sebagian peserta

meningggalkan ruangan sebelum acara berakhir

IV. Pokok-pokok Permasalahan

Dari berbagai pengamatan dan diskusi pengkajian telah diidentifikasi beberapa pokok

persoalan yang bernilai penting bagi masyarakat Tumbang Runen sebagai berikut:

A. Perikanan

1. Pentingnya perikanan bagi masyarakat.

Nyaris semua warga desa Tumbang Runen bermata pencaharian utama sebagai

nelayan dan bisa dikatakan bahwa lebih dari 90% warga masyarakat Tumbang

Runen menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan ikan setiap harinya.

Bahkan beberapa warga yang bermata-pencaharian utama sebagai pedagang

lokal (warung kampung), tukang, dan PNS, sewaktu-waktu juga turun ke sungai

untuk mencari ikan. Ini termasuk 27% keluarga yang memiliki kebun rotan yang

berada di bantaran Sungai Katingan.

Pada umumnya yang dipentingkan para nelayan dalam upaya mereka adalah

bagaimana untuk bisa bertahan hidup sehingga harapan untuk penghasilan yang

berkelebihan untuk dipasarkan pada skala komersial jauh dari benak mereka.

2. Strategi nelayan dalam penangkapan ikan.

Desa Tumbang Runen berada di pingiran Sungai Katingan yang memiliki beberapa

anak sungai, saluran irigasi dan kanal-kanal, serta dikelilingi oleh danau–danau.

Di lokasi-lokasi inilah masyarakat mencari ikan dengan berbagai alat. Anak-anak

sungai Sungai Katingan adalah Sungai Luangan, Sunga i Runen Kurik, Sungai Tatas,

Sungai Runen Hai, Sungai Takilan, Sungai Tatau Kurik, dan Sungai Tatau Hai,

sedangkan beberapa danau yang terdapat di kawasan Desa Tumbang Runen

Page 135: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

126

adalah Danau Dandang, Danau Ngambu, Danau Hai, Danau Purun, Danau Rasau,

Danau Tatau Kurik, Danau Papanjan, Danau Selak, Danau Mutar, Danau Bakung

dan Danau Bunter.

Cara-cara menangkap ikan merupakan warisan nenek moyang Desa Tumbang

Runen secara turun-temurun. Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat tangkap

tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alam seperti bambu dan rotan, walau-

pun belakangan ada pula alat-alat yang dibuat dari bahan-bahan modern seperti

kawat dan jaring plastik atau nylon.

Para nelayan mengunakan berbagai alat tangkap yang berbeda tersebut

disesuaikan dengan kondisi air, tempat penggunaan a lat tersebut, jenis ikan yang

diburu, cuaca dan musim, dan sebagainya. Daftar alat-alat tangkap nelayan Desa

Tumbang Runen tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2: Daftar alat tangkap nelayan Desa Tumbang Runen

Jenis Alat Tangkap

Lokasi Penggunaan Musim Jenis ikan

1. Pengilar kakari Di tepi Sungai Katingan dan danau

Banjir Kakari, Banta, Seruang

2. Ancau Danau tempat rawa–rawa Kemarau Banta, Seruang

3. Rawai Danau , rawa–rawa, pingir sungai

Banjir – kemarau Baung, Tauman, Patin

4. Jabak Danau dan rawa, di pinggir sungai

Kemarau dan jika danau banjir

Baung

5. Rengge (ber-bagai ukuran)

Danau dan sungai Kemarau dan banjir Semua jenis ikan

6. Salambau Danau dan sungai kecil Awal air banjir dan awal musim kemarau

Semua jenis ikan

7. Tamba Pinggir sungai dan danau Banjir dan kemarau Udang

8. Kambam Rawa Banjir Kakapar, Patung, Mihau, Lele

9. Banjur Rawa dan danau Banjir Gabus

10. Lunta/jala Danau / sungai Kemarau Semua jenis

11. Pengilar Sungai dan danau Kemarau / banjir Semua jenis

12. Pasuran Di pinggir sungai/ danau/ rawa

Banjir Banta/ Seruang

13. Wuw Rawa Banjir Kakapar, Gabus, Lele, Mihau

Namun banyak cara yang sudah mereka lakukan melalui perubahan pengunaan

alat–alat tangkap untuk meningkatkan hasil tanpa memperhatikan nilai

keberlanjutan kehidupan ikan. Keadaan tersebut juga sudah berubah

dibandingkan dengan keadaan pada masa hidup nenek moyang mereka yang

melakukan penangkapan ikan dengan memperhatikan ala t tangkap mereka (besar

kecil ikan yang ditangkap) dan memperhatikan musim perkembangbiakan ikan

Page 136: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

127

(musim bertelur dan jika mendapat ikan bertelur di lepaskan kembali). Kini

prinsip para nelayan adalah “bagaimana mendapatkan ikan lebih banyak dengan

mengunakan alat yang tidak memperhatikan perkembang -biakan ikan”. Hal

tersebut dapat terlihat dari alat yang digunakan mereka seperti pasat dan ancau

yang kini mengunakan ukuran 4 x 4 meter, sedangkan dahulu ukurannya ±2 x 2

meter.

Untuk mengamankan sumber mata-pencaharian sebagai nelayan, usaha yang

telah dilakukan Pemerintah Desa Tumbang Runen dan masyarakatnya adalah

membuat aturan yang mengatur pengelolaan danau. Aturan tersebut telah

dibukukan dalam bentuk Peraturan Desa (perdes) yang mengatur pengelolaan

terhadap salah satu danau yang menjadi sumber ikan Desa Tumbang Runen.

Disamping itu, nelayan juga mengembangkan upaya pen ingkatan hasil ikan

melalui upaya budidaya ikan di dalam keramba yang semula hanya mengandalkan

penangkapan dari alam sehingga dapat berfungsi sebagai tabungan pada masa

yang akan datang. Beberapa jenis ikan yang dikembangkan oleh masyarakat

adalah ikan tauman dan papuyu.

3. Ancaman terhadap keberlanjutan perikanan: penurunan hasil tangkapan

Martinus, “Dulu sebelum memancing menyiapkan rempah–rempah dulu sekarang

berbalik“, kondisi ini yang dirasakan masyarakat Tumbang Runen kini. Ikan

Arwana / Tangkalasa di Sungai Katingan hanyalah tinggal cerita bagi anak cucu

masyarakat Tumbang Runen.

Dahulu potensi ikan di Desa Tumbang Runen bisa dikatakan cukup berlimpah dan

beraneka jenis, bahkan untuk ikan dibawah 1 kg tidak bisa dijual karena tidak

ada harganya. Penurunan ini dirasakan semenjak tahun 2011 yang menurut

masyarakat, banyak faktor penyebab terjadinya penurunan tangkapan ikan di

Desa Tumbang Runen.

Penangkapan yang berlebih, perkembangan informasi berdampak terhadap

perubahan dalam pengunaan alat tangkap yang semakin canggih (dari pedagang

Banjarmasin),

• Bertambahnya penangkap ikan, semenjak ditertibkan Ilegal Longging tahun

2006 menurut warga masyarakat, mereka hanya mempunyai alternatif untuk

kembali mencari ikan (kurang Lapangan pekerjaan), meskipun sebenarnya

bila dibandingkan dengan luasan dan panjang Sungai Katingan, serta jumlah

danau yang berada di sekitar desa tidak akan sebanding dengan jumlah

penduduk yang bekerja mencari ikan. Karena itu, untuk pemasangan alat

tangkap ikan jaraknya terlalu dekat sehingga mempengaruhi hasil tangkapan,

bahkan dapat menimbulkan terjadinya konflik pengambilan ikan dalam alat

tangkap tersebut.

• Oleh pendatang, semenjak tahun 2011 di Desa Tumbang Runen semakin

banyak datang para pemancing mania yang mencari ikan di sekitar desa

(danau dan sungai). Menurut masyarakat, para pemanc ing dari luar desa yang

datang bisa mencapai jumlah kelompok besar (rombongan) serta mengunakan

peralatan yang relatif cangih seperti umpan buatan. Jika hanya memancing

Page 137: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

128

sebenarnya potensi ikan tidak akan berkurang, akan tetapi menurut sebagian

orang bahwa para pendatang juga melakukan peracunan (potas) yang dapat

terlihat melalui banyaknya keadaan ikan kecil yang tidak bisa di kail.

Gambar 1 Jarak pemasangan alat tangkap ikan

Cara-cara penangkapan yang merusak: sehingga kini mereka menangkap tanpa

memperhatikan perkembangbiakan ikan dan ukuran (besar kecil) tangkapan yang

menjadi perhatian mereka adalah jumlah hasil tangkapan. Perubahan prinsip

yang dahulu dilakukan nenek moyang Desa Tumbang Runen terjadi karena sebuah

alasan mendasar mereka yakni tuntutan “bagaimana ca ra mempertahankan dan

memperoleh kebutuhan rumah tangga”.

• Pengunaan potas (racun), strum dan ponat, kegiatan ini dilakukan oleh

masyarakat di luar Desa Tumbang Runen karena masyarakat sadar bahwa

penangkapan melalui cara tersebut akan mempengaruhi sumber mata

pencaharian mereka. Karena itu, sebagai alat kontrol kegiatan tersebut

Pemerintah Desa Tumbang Runen telah mengeluarkan Perdes yang salah

satunya ada pada pengaturan di Danau Hai.

Pencemaran sungai, menurunnya hasil tangkapan nelayan ikan di Tumbang

Runen ini diakibatkan oleh keadaan air sungai katingan yang telah tercemar.

Pencemaran yang terjadi pada sungai disebabkan oleh banyak aktivitas

penambang emas dan pembuangan limbah perusahan-perusahan sawit yang

berada di daerah hulu DAS Katingan, begitu juga seperti halnya limbah perusahan

sawit sekitar Desa Tumbang Runen. Pencemaran tersebut terjadi melalui irigasi

yang dihubungkan ke Sungai Katingan langsung maupun danau. Menurut

masyarakat Tumbang Runen, beberapa irigasi tersebut berada di daerah Kereng,

yakni di atas Baun Bango serta irigasi yang menghubungkan Sungai Takilan dan

irigasi sawit (pupuk dan limbah lainya). Salah satu bukti yang dirasakan

masyarakat Tumbang Runen adalah banyaknya ikan dalam keramba yang mati

pada awal musim hujan (tanda-tanda mata berwarna putih).

B. Pertanian dan Perkebunan

1. Pertanian sebagai pengisi waktu

Sore hari masyarakat Desa Tumbang Runen berbondong-berbondong menuju Danau

Ngambu untuk merawat kebun sayur yang mereka tanam. Aktivitas ini sering kita

temui pada musim-musim kemarau panjang karena danau tersebut sudah tidak

Page 138: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

129

berair. Sayur–mayur yang mereka tanam adalah jenis berumur pendek. Menanam

sayur bukanlah sebagai aktivitas utama mereka karena lebih hanya untuk

menambah kegiatan, bahkan hanya lebih bersifat “iku t-ikutan” setelah bekerja ikan

dan sawit.

Luasan Danau Ngambu kurang lebih

mencapai 4 ha pada saat musim kemarau.

Kepemilikan lahan merupakan warisan yang

turuntemurun dari nenek moyang, tetapi

jika masyarakat yang ingin berkebun bisa

melakukan pinjam pakai jika lahan tersebut

tidak digunakan oleh pemiliknya. Beberapa

jenis tanaman yang dikembangkan pada

lahan tersebut adalah jenis tanaman

kacang, jagung dan berbagai jenis tanaman

yang berumur pendek.

Penanaman dilakukan tanpa pengolahan

yang intensif, cukup pembersihan dan

pembakaran lahan, kemudian bibit tanaman langsung d itanam. Alasan masayarakat

tidak mengolah dengan intensif karena diperlukan biaya dan tenaga yang intensif

juga. Disamping itu, jika lahan diolah, maka diyakini tanah akan larut sehingga

justru akan mempertambah kedalaman danau tersebut ( lahan merupakan kawasan

danau). Tidak setiap tahun masyarakat tumbang runen bisa menanam di Danau

Ngambu karena faktor ketersedian bibit yang sulit didapat yakni harus melakukan

pengadaan dari Kasongan ataupun Palangka Raya.

Selain itu, kendala yang lainnya adalah pada masa setelah penanaman. Keberadaan

hama seperti monyet yang menjadi kendala masyarakat. Sejauh ini belum ada cara

yang tepat untuk menghindari serangan hama monyet tersebut sehingga setiap hari

masyarakat harus menjaga kebun yang mereka tanam.

2. Lahan terlantar

Semenjak masuknya PT Sawit Arjuna Utama di desa, maka terbukalah jalan di

seberang Desa Tumbang Runen. Keadaan ini memudahkan dalam mencapai lahan

desa yang telah di buka dan dibagikan masyarakat yang rata-rata per-KK

mendapatkan ukuran 32 x 315 m2. Akan tetapi, kondisi tanah yang berpasir

berdampak terhadap kesulitan berkebun karena dirasa tidak mungkin dilakukan,

karena beberapa masyarakat telah mencoba untuk melakukan penanaman, namun

mengalami kematian (seperti halnya program agroforestry WWF-indonesia

Kalimantan Tengah).

Kesulitan dalam mendapatkan bibit lokal dan unggul untuk perkebunan karet salah

satu faktor lahan-lahan milik warga dibiarkan begitu saja. Kemampuan melakukan

menciptakan bibit unggul karet sudah pernah dilakuan tetapi terus terjadi

kegagalan, pembinaan terhadap pengembangan pembuatan bibit belum pernah

dilakukan oleh pihak manapun (WWF-Indonesia Kalimantan tengah hanya satu hari

dirasa belum cukup).

Gambar 2 Aktivitas Pertanian Masyarakat

Page 139: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

130

Alasan tidak adanya tanaman di lahan-lahan tersebut menurut masyarakat karena

sering terjadi kebakaran yang dipengaruhi oleh lahan yang ditumbuhi oleh

rumput/klakeh. Dengan begitu, jika musim kemarau panjang, maka menjadi

langganan peristiwa kebakaran lahan. Akibat berbagai kendala tersebut, lahan

menjadi tidak terjaga. Akan berbeda jika lahan tersebut ditumbuhi tanaman, maka

secara sadar akan selalu dijaga masyarakat (pemiliknya). Kebakaran lahan di sekitar

lahan tersebut pernah terjadi pada tahun 2012, bahkan termasuk juga areal PT.

Arjuna Sawit Utama.

C. Sumberdaya alam lainnya

Potensi sumberdaya alam yang ada di Desa Tumbang Runen adalah sungai, danau,

hutan, dan kebun rotan. Sungai dan danau merupakan akses utama masyarakat

untuk mencari nafkah yakni melalui pencarian ikan, sedangkan hutan merupakan

tempat berusaha untuk mencari kayu bakar dan berburu binatang. Informasi

kecenderungan masyarakat terhadap kebutuhan sumberdaya alam dijelaskan dalam

tabel (3).

Tabel 3 Kecenderungan masyarakat terhadap sumberdaya alam

Periode/Tahun Danau Rotan Anak

Sungai

Hutan/

kayu

Kebun

Sayuran

1950 – 1955 OOOO I I I I UUUU XXXX -

1956 – 1960 OOOO I I I I UUUU XXXX -

1961 - 1966 OOOO I I I I UUUU XXXX -

1967 - 1970 OO I I I I UUU XXX -

1971 - 1976 OO I I I I UU XXX -

1977 - 1980 OO I I I I UU XX $$$$

1981 - 1986 OO I I I I UU X $$$$

1987 - 1990 OO I I I I UU X $$$$

1991 - 1996 OO I I I I UU X $$$$

1997 – 2000 O I I I I U X $$$$

2001 – 2006 O I I I I U X $$$$

2007 - 2012 O I I I I U X $$

1. Ketergantungan masyarakat terhadap kayu alam

Kecenderungan perubahan menurunnya hasil hutan berupa kayu atau hasil hutan

lainya menurut masyarakat, bahwa hutan sekitar desa merupakan bekas PT.

Nusantara, Polywod PT. Jayanti Jaya . Sekarang areal hutan yang berada di

sekitar desa semakin sempit karena dikelilingi oleh izin atau konsensi, yakni di

sebelah Utara berbatasan dengan PT. Arjuna Sawit Utama, PT Rimba makmur

utama dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Taman Nasional Sebangau.

Menurut masyarakat tumbang runen, hutan adalah sumber kayu untuk keperluan

bahan bakar dan bangunan rumah, namun tidak semua j enis kayu bisa dimanfaat-

kan masyarakat tumbang runen untuk kebutuhan kayu b akar. Untuk kayu bakar

masyarakat hanya menggunakan jenis kayu kaja, tutup kebali, tekapas, dan

Page 140: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

131

takilan, sedangkan untuk kayu sebagai bahan bangunan biasanya jenis yang kuat

seperti kayu balangeran, rengas, alau, dan pilau. untuk jenis kayu hutan

biasanya masyarakat dalam kayu olahan dengan harga perkubik Rp 1,8 – 2

Juta/perkubik.

2. Rotan

Budidaya rotan merupakan bagian tak terpisahkan dar i kearifan tradisional Suku

Dayak dalam melestarikan hutan mereka dan mengelolanya secara berkelanjut-

an. Budidaya rotan merupakan praktik turuntemurun, yang umumnya dipelajari

orang Dayak sejak mereka kecil. ”Rotan tidak tumbuh begitu saja”, ”Dia harus

ditanam dan dirawat”, ”Tanaman itu hidup menjalar d i pohon-pohon tinggi”,

”Rotan hanya bisa dipanen jika ada hutan, jika kami melestarikan hutan”.

Kenyataan harga rotan semakin turun tidak sebanding dengan harga kebutuhan

bahan pokok berdampak terhadap masyarkat tumbang runen untuk memilih tidak

memanen kebun rotannya sehingga lebih memilih untuk mencari pekerjaan

lainnya (dalam 1 kg basah Rp 1200 sigi dan irit diameter 12 keatas). Banyak

kebun rotan milik warga masyarakat Tumbang Runen tidak terawat sehingga

dijadikan tempat berladang baru.

Keadaan ini juga diikuti perubahan kebiasaan ibu–ibu yang semula menggunakan

berbagai keperluan sehari-hari menggunakan bahan-bahn anyaman rotan, kini

berubah menjadi mengunakan bahan plastik (tetapi rangka masih mengunakan

bahan Rotan Bajungan). Menurut Ibu Anisa salah satu pengerajin Lontong (tas

gendong biasanya untuk membawa hasil hutan kayu, hasil panen atau barang-

barang), jika ia membuat lontong berbahan plastik mampu 2 dalam tiga hari, jika

mengunakan bahan rotan lebih dari 3 hari (tidak ada perbedaan harga 1 lontong

= Rp 100.000). Perlu waktu jika bahan terbuat dari anyaman rotan karena harus

meraut sebagai bahan anyaman. Kebiasaan ini juga terjadi pada alat tangkap

ikan mengunakan bahan-bahan yang praktis antara lai n kawat dan plastik.

Hasil hutan non kayu seperti getah nyatoh dan damar kurang diminati oleh

masyarakat tumbangang runen karena harga hasil hutan non kayu tidak

sebanding dengan harga bahan kebutuhan Rumah tangga . Kencenderungan

perubahan kebutuhan tersebut terjadi akibat potensi hasil hutan yang sudah

berkurang dan jauh lokasi pencariannya.

3. Hanya ada pada musim kemarau

Danau Purun merupakan bagian

dari sejarah Desa Tumbang Runen

yang hidup. Tanaman teratai hasil

pertukaran biji rotan (yang

direbus) dengan biji teratai dari

jawa yang kemudian ditanam di

sekitar kawasan Danau Purun.

Uniknya tanaman ini hanya bisa

tumbuh di kawasan Danau Purun

dan tidak bisa hidup di tempat Gambar 3 Tanaman teratai di kawasan Danau Purun

Page 141: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

132

Katingan lainnya. Tanaman teratai ini hanya bisa tumbuh pada musim kemarau

dan oleh masyarakat hanya dimanfaatkan untuk dimakan bijinya. Jika musim

kemarau semakin panjang semakin besar juga tanaman ini.

Belum ada pengembangan terhadap hasil hutan ini, ba ik untuk pengolahan pasca

panen maupun terhadap usaha pengembangan budidayanya sehinga pada musim

banjir masih melakukan panen. Usaha ini juga sudah dilakukan tetapi mengalami

kegagalan dan tidak tumbuh (di Kawasan Danau lainnya yang ada di sekitar Desa

Tumbang Bulan).

Biasanya bagi masyarakat Desa Tumbang Runen, pemanfaatan tumbuhan

tersebut melalui pemilihan terhadap buah yang tua dengan dipetik dan langsung

dimakan, juga sebagaian lainnya digoreng atau direbus sebagai sajian disaat

santai (ngobrol–ngobrol) di depan rumah.

D. Kelembagaan

Jenis kelembagaan yang ada di Desa Tumbang Runen adalah lembaga pemerintahan

desa seperti Pemerintah Desa, BPD, dan RT. Selain i tu, terdapat lembaga-lembaga

yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu sep erti lembaga keagamaan,

ekonomi, dan kesehatan. Secara lengkap daftar lembaga yang ada di desa Tumbang

Runen adalah sebagai berikut :

• PKK

• Karang Taruna

• Kelompok Yasinan Ibu-Ibu

• Pengurus Masjid

• GAPOKTANAL (Gabungan Kelompok Tani dan Nelayan)

• Posyandu

• Fardu Kifayah

• Regu Pengendali Kebakaran (RPK)

• CU (Credit Union)

• BPD

• Pemdes

• Dana sehat

• Pustu lansia

• Perpustakaan

• Maulid hafsi

• WWF

• PT. Arjuna Sawit

• Yayasan Puter

• PT. RMU (Rimba Makmur Utama)

Hubungan antara masyarakat dengan masing-masing lembaga tersebut sangat

beragam, sebagian cukup dekat dan sebagian agak jauh. Keadaan tersebut

tercermin dari sangat kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan

lembaga-lembaga tersebut, terutama dalam rapat ataupun pertemuan di desa.

Ditengarai bahwa rendahnya partisipasi itu akibat terbentuknya kelompok-kelompok

yang saling eksklusif dalam masyarakat, artinya lembaga tertentu didominasi oleh

kelompok masyarakat tertentu sehingga warga yang bukan peserta kelompok yang

bersangkutan enggan terlibat dalam lembaga yang bersangkutan.

Selain itu, apabila ditinjau berdasarkan jenis kelamin (gender), maka nampak

bahwa keterlibatan kaum perempuan dalam masing-masing lembaga tersebut

(dengan perkecualian PKK dan kelompok Yasinan) hanya mencapai 20% dari

keanggotaan kelompok dibandingkan dengan laki-laki. Angka ini juga tercermin

dalam dalam hal pengambilan keputusan di masyarakat, misalnya pada saat

pertemuan desa.

Semangat gotong royong masyarakat Tumbang Runen mulai menurun dikarenakan

rasa kekompakan dan kebersamaan yang kurang. Adanya kecemburuan sosial

Page 142: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

133

sesama masyarakat atau antar masyarakat sangat tinggi baik itu dalam sektor mata

pencaharian yang berupa proyek–proyek dari pemerintah maupun proyek-proyek

dari pihak lain. Meskipun banyak bantuan yang diber ikan oleh pemerintah atau LSM,

akan tetapi seluruh lapisan masyarakat belum dapat merasakan dampaknya karena

adanya ketidakmerataan sejauh ini hanya sebagian masyarakat saja yang mampu

merasakan.

Pencerminan terhadap rasa gotong royong yang menurun dapat kita lihat saat ada

undangan atau rapat baik di tingkat desa maupun undangan dari pihak luar. Tidak

semua masyarakat bisa hadir untuk memenuhi undangan. Pemerataan program

tidak dapat dilakukan sepenuhnya dengan merata karena ada berbagai ketentuan

yang dibuat oleh suatu instansi atau lembaga sehingga harus bisa mengikuti aturan

tersebut dengan contoh adanya pembentukan kelompok–kelompok usaha dari

pemerintah yang diharuskan membuat kelompok.

Keberadaan kubu–kubu antar kelompok masyarakat yang lebih dominan berdampak

terhadap masyarakat lain yang merasa dirinya dikesampingkan sehingga tidak bisa

merasakan adanya bantuan.

Masyarakat berpendapat agar bantuan dari pemerintah atau lembaga bisa diberikan

secara merata dapat dilakukan dengan cara bantuan perindividu atau perorangan

sehingga masyarakat bisa mengelola sendiri dan mengembangkan usaha–usaha

tersebut.

Peran Lembaga Desa PEMDES dan BPD, seharusnya dijalankan dengan optimal. Salah

satu contoh adalah program pemberdayaan dari PT Arjuna Sawit Utama yang belum

menjalankan program pemberdayaan masyarakat, walaupun hampir 65 KK warga

masyarakat Desa Tumbang Runen bekerja di perkebunan sawit sebagai karyawan

harian dengan upah Rp 72.000/ hari. Warga masyarakat yang tidak bekerja di

perkebunan beranggapan “apa manfaat sawit bagi kami ?” dan seharusnya

pemerintah desa secepatnya menyatukan 2 kepentingan sehingga masyarakat

Tumbang Runen tidak berkubu-kubu.

Secara umum kelembagaan yang ada di desa menurut mereka baik yakni dari

maksud dan tujuannya yang disampaikan, namun secara umum nilai manfaat yang

nyata belum dijalankan semua sesuai dengan tujuan lembaga itu terbentuk.

1. Kelompok-Kelompok Program

Menjadi sebuah prasyarat sebuah instansi atau program lainnya, harus selalu

membentuk kelompok, membuat masyarakat berlomba-lomba membentuk

kelompok untuk mendapatkan bantuan. Kencederungan masyarakat enggan ikut

dalam kegiatan desa merasa tidak penting karena tidak masuk kelompok, perlu

ada perubahan untuk merubah kondisi tersebut, bagaimana ini berawal

kepedulian dan komitmen sosial, keberpihakan atas ketidakadilan sosial

masyarakat.

Dalam prosesnya program idealnya berlatar belakang dari persoalaan-persoalan

lokal sehingga munculnya inisiatif-inisiatif lokal yang bersumber pada potensi

lokal, memahami keragaman mengenai perbedaan cara pandang serta dilakukan

Page 143: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

134

secara partisipatif sehingga tercapainya keadilan pada kepentingan bersama dan

gender sehingga keberlanjutan program tercapai.

E. Wilayah dan Batas Desa

1. Batas Desa saat ini

Zaman dulu masyarakat

membersihkan pinggiran sungai

katingan karena dirasa perlu

untuk lebih lancarnya lalu-lintas

sungai pada zaman itu, Pada

waktu itu masyarakat masih

menggunakan Rakit atau perahu

yang didayung oleh banyak

orang. Kegiatan pembersihan

pinggiran sungai itulah awalnya

ada batas antar desa. Desa

mana yang lebih panjang

membersihkan pinggiran sungai

tersebut maka wilayah desa

otomatis akan luas sesuai alur

sungai Katingan.

2. Konflik Batas Desa yang belum Terselesaikan

Desa Tumbang Runen ke arah bawah berbatasan dengan Desa Jahanjang dengan

batas Sungai Takilan, sedangkan ke arah hulu berbatasan dengan Desa Baun

Bango di Sungai Luangan Buntat. Ke arah Utara menurut masayarakat berbatasan

dengan Kabupaten Kotawaringin Timur, dan ke arah Selatan berbatasan dengan

Kota Palangkaraya. Akan tetapi, kini di sebelah Utara berbatasan PT.Arjuna

Sawit Utama dan sebelah Selatan dengan Balai Taman Nasional Sebangau. Jika

batas desa ini tidak jelas, maka akan menimbulkan ketakutan masyarakat karena

tanah akan diambil dari masyarakat desa. Akibat ket idakjelasan batas dapat

memicu perselisihan dengan Desa Baun Bango, seperti dalam hal mencari ikan di

daerah administrasi Desa Baun Bango.

Pemetaan desa memang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Katingan, USAID-IFACS, dan YCI (Yayasan Cakarawala Indonesia), sejauh ini untuk

wilayah bawah sungai Katingan sudah dilakukan loka karya dengan masyarakat

dan Pemerintah Desa Jahanjang dan telah disepakati bahwa Sungai Takilan

sebagai batas. Untuk Batas dengan Desa Baun Bango belum ada kesepakatan.

Kendalanya menurut masyarakat, belum ada keabsahan dari peta desa tersebut

karena masih belum ada pengesahan dari Pihak Pemerintah yang berwenang.

3. Pemanfaatan Wilayah Desa oleh Perusahaan

Namun Akhir-akhir ini sesuai dengan berkembangnya zaman masuklah PT. Arjuna

Utama Sawit di wilayah Desa Tumbang Runen yang akhi r-akhir ini dianggap oleh

masyarakat menggarap tanah mereka tanpa ada kontribusi ke desa. Akan tetapi

Gambar 4 Peta batas Desa Tumbang Runen

Page 144: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

135

menurut pihak Perusahaan, masyarakat lah yang mengklaim izin mereka dengan

memblok tanah di sekitar jalan negara.

Tahun 2009 PT Arjuna Utama Sawit menggunakan lahan desa seluas kurang-lebih

100 ha yang dipakai untuk pembibitan dan menurut ke terangan masyarakat juga

mereka pernah berjanji setelah tanah tempat bibitan tersebut selesai menjadi

Bibitan akan dijadikan PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Akan tetapi, setelah

mendengar kabar bahwa PKS tersebut berpindah lokasi masyarakat jadi merasa

kecewa dan sekarang mulai mempertanyakan status lahan tersebut “apakah dulu

disewakan atau memang seperti apa?”.

F. Sarana Air Bersih

Community Water Services and

Health Project (CWSHP) merupa-

kan proyek pengadaan air bersih

yang berasal dari Dinas Kesehatan

Propinsi Kalimantan Tengah pada

tahun 2010, namun tidak berfungsi

sesuai dengan harapan masyarakat

Desa Tumbang Runen. Beberapa

persoalan yang dihadapi dalam

pengelolaan CWSHP adalah desa

belum menjalankan peran sebagai

pengelola, tidak melakukan per-

baikan kerusakan pipa dan pem-

bersihan tandon air tidak di-

laksanakan. Selain itu, biaya yang

besar untuk pengisian air sebanyak 1100 liter membutuhkan Rp 30.000,

sedangkan pelayanan kurang memadai. Semenjak tahun 2012 masuknya PLN,

masyarakat Tumbang Runen mencoba membuat sumur pribadi tetapi tidak semua

masyarakat mendapat sumber air yang baik (masih terdapat karat/ asam)

sehingga masih belum semua mendapatkan layanan air bersih (penyakit diare,

mutaber). Harapan masyarakat bahwa CWSHP diperbaiki agar seluruh warga

masyarakat mendapat layanan bersih dan dikelola secara adil oleh Pemerintah

Desa Tumbang Runen.

G. Warga Masyarakat dan Taman Nasional.

1. Hasil hutan dari Taman Nasional

Menurut warga masyarakat Tumbang Runen, mereka tidak pernah memenuhi

kebutuhan mereka akan kayu dan hasil hutan non-kayu dari daerah kawasan

Taman Nasional Sebangau karena jarak desa atau permukiman ± 4 km dan tidak

ada akses menuju taman nasional (Irigasi sudah mulai tertutup) sehingga selama

ini kebutuhan masyarakat terhadap kayu masih dipenuhi di sekitar desa (kayu

Rengas) dan pemanfaatan kayu limbah yang berasal dari PT Arjuna Sawit utama.

Untuk para pencari hasil hutan non kayu berupa gemor berasal dari desa

tetangga Baun Bango.

Gambar 5: Salah satu kondisi fasilitas proyek

air bersih di Desa Tumbang Runen

Page 145: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

136

2. Pandangan Warga Masyarakat tentang Taman Nasional

Desa Tumbang Runen berada agak jauh dari kawasan Taman Nasional Sebangau

yakni + 4 km sehingga aktivitas masyarakat saat ini lebih banyak di sekitar

wilayah desa seperti mencari ikan di Sungai Katingan, Danau Hai, Danau Purun

dan tempat lainnya.

Jarak yang lumayan jauh dan akses masyarakat yang sedikit ke kawasan TN

Sebangau bukan berarti masyarakat Tumbang Ronen tidak berkepentingan atau

perhatian dengan TN Sebangau maupun dengan pengelolaan kawasannya (dalam

hal ini BTNS dan juga WWF Kalteng sebagai mitra). Beberapa isu utama

kepentingan atau perhatian masyarakat Tumbang Ronen adalah antara lain:

Pada awalnya masyarakat menolak kehadiran BTNS maupun WWF (bukan TN

Sebangau) karena mereka beranggapan bahwa WWF/BTNS lah yang “menutup”

kegiatan perkayuan yang marak pada waktu itu dan imbas selanjutnya maka area

danau (Hai, Purun, dll) tidak bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber mata

pencaharian. Tetapi seiring berjalannya waktu dan pendampingan yang intensif

lambat laun isu ini bisa dijelaskan dan difahami oleh masyarakat.

Sebagian besar masyarakat sudah paham mengenai perbedaan antara BTN

Sebangau dan WWF, apa yang menjadi fungsi, peran dan tanggung jawab masing-

masing. Akan tetapi, sebagian kecil masih menganggap bahwa BTNS dan WWF

adalah sama dan menurut mereka, bahwa WWF lebih banyak berperan serta pada

berbagai kepentingan yang terkait dengan kawasan TN Sebangau. Selain itu,

seperti halnya yang berada pada desa-desa lain di sekitar TN Sebangau, akibat

belum jelasnya batas TN Sebangau dan bagaimana pengelolaannya terutama yang

berkaitan dengan pemanfaatan oleh masyarakat sehingga masih banyak isu yang

tidak jelas beredar di masyarakat. Hal ini berdasarkan tinjauan dari cerita Radio

Kuan (informasi mulut kemulut).

BTNS dan WWF sebagai mitra masih dilihat melakukan pekerjaan masing-masing

dan masyarakat masih belum melihat/merasa secara jelas mengenai apa yang

dikerjakan masing-masing pihak dalam hubungannya dengan TN Sebangau dan

desa/wilayah sekitarnya. Pandangan masyarakat tentang TN Sebangau di wilayah

Desa Tumbang Runen cukup baik, mungkin dikarenakan karena adanya bantuan-

bantuan dari pihak Taman Nasional sehingga masyarakat menganggap Taman

Nasional Sebangau cukup dekat dengan mereka. Akan tetapi, ada sebagian besar

warga masyarakat yang belum merasakan bantuan mereka sehingga menganggap

Taman Nasional biasa saja. Pada dasarnya masyarakat setuju dengan keberadaan

taman nasional karena dirasa juga penting untuk menjaga hutan supaya tetap

lestari

Page 146: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

137

V. PERENCANAAN DESA

Rencanaan Desa yang disepakati bersama.

Peran Masalah Sebab Akibat Cara pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak lain Keterangan

Tidak berfungsinya CWSHP desa Tumbang Runen (pipa rusak), pengelola tidak menjalankan perbaikan dan jarang membersihkan galon penampungan serta harganya terlalu mahal

Air bersih

Tidak semua sumur masyararakat sumber mata airnya dapat di manfaatkan

Mengunakan air sungai penyakit diare, mutaber, dan kulit.

Pengantian pengurus dan dikelola oleh masyarakat desa

Pemerintah membantu perbaikan alat (dam, pemdes, dana add)

Pergantian penggelola an cwshp

Pendampingan pembentukan kelompok

Hasil tangkapan ikan menurun

1. Semakin banyak nelayan

2. Musim tidak menentu

3. Air tercemar

4. Strum, racun, dan bom

1. Kurangnya peng-hasilan nelayan

2. Ikan tidak bisa berkembang biak

3. Terperangkapnya benih ikan yang kecil

1. Membuat atur-an pengelolaan (termasuk sanksi-sanksi)

2. Penyuluhan

1. Sosialisasi

2. Patroli. ter-utama pada musim ke-marau (BTNS, Kepolisian, Dinas Perikanan)

Melakukan pengawasan

Pendampingan (wwf)

Tidak ada lahan yang bebas banjir

1. Banjir sampai tiga kali setahun

2. Masa banjir yang lama sehingga lahan berlumut

3. Lahan yang bebas banjir jauh (biaya transportasi)

1. Tidak ada sayur untuk kebutuhan rumah tangga

2. Tanaman banyak yang mati termasuk tanaman keras

Membuat jalan ke lahan yang bebas banjir

PU, Dinas Per-tanian dan Per-kebunan, Dinas Kehutanan

Proposal dan usulan

Fasilitasi pembuatan proposal

Batas desa Belum adanya peta dari desa yang disahkan dan diterima oleh banyak pihak (desa jahanjang, baun bango, dll)

Ketakutan lahan-lahan masyarakat diambil oleh orang lain

Melakukan pembuatan peta bersama-sama

Fasilitasi pem-buatan peta (BPN/BAPPEDA/SEKDA)

Melakukan survey

YCI, Yayasan Puter, WWF

Peta antara desa jahanjang dengan desa baun bango sudah sepakat

Page 147: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

138

Peran Masalah Sebab Akibat Cara pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak lain Keterangan

Pelayanan pendidikan kurang memadai

1) Tidak ada meja untuk menulis (tk dan paud)

2) Tidak ada kejelasan honor tenaga pendidik untuk paud

3) Honor tidak mencukupi untuk guru agama

1. Anak-anak bosan sekolah karena tidak ada lagi semangat untuk belajar

2. Tenaga pengajar malas (fokus mencari ikan)

3. Guru kabur sehingga anak-anak tidak bisa belajar lagi

1. Selama ini swadaya dari masyara kat

2. Perlu ada bantuan dari pemerin tah, swasta, dan perusaha an

Menugaskan guru agama ke desa Tumbang Runen

1. Swadaya membayar

2. Menyediakan rumah bangunan

Bina desa oleh PT. Arjuna

Kebakaran 1. Kemarau panjang

2. Membuang puntung rokok sembarang an (pada waktu memancing dan berburu)

3. Gesekan kayu

4. Adanya parit dan kanal terjadi kebakaran

1. Kebun terbakar

2. Banyak kayu terbakar

3. ISPA (akibat kabut asap)

4. Penyakit mata

1. Penutupan kanal

2. Membuat plang (larangan)

3. Pengawasan oleh masyara kat walau berada di wilayah tn sebangau

4. Pendaya gunaan RPK

Penyuluhan (Balai TN Seba-ngau dan Dinas Kehutanan)

Menjaga wilayah desa sendiri

1. Pendampingan

2. Bantuan alat (WWF, PT. Arjuna, YCI)

Peralatan RPK yang ada di kampung rusak

1. Hama penyakit terhadap perkebunan

2. Pengetahuan untuk pembe-rantsan hama penyakit

1. Kurang penyuluhan dari Dinas Pertanian

2. Mahalnya harga obat-obatan untuk pem berantasan hama

1. Gagal panen

2. Tidak bisa menum-buhkan pertanian

1. Perlu adanya penyuluh an

2. Perlu adanya obat-obatan yang sesuai dengan hama

Dinas Pertanian 1. Mengajukan usulan-usulan pelatihan

2. Per mohon an

Pendampingan WWF, YCI, dan Yayasan Puter

Page 148: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

139

Peran Masalah Sebab Akibat Cara pemecahan

Pemerintah Masyarakat Pihak lain Keterangan

tanaman

Akses jalan menuju danau Hai

1) Belum terselesai kan jembatan danau Hai (500 m)

2) Potensi ikan di danau Hai cukup banyak

1. Menghambat jalan

2. Susah mengambil ikan

Membangun jembatan menuju danau Hai (500 m)

Balai TN Sebangau dan Dinas Pariwisata

1) ADD

2) Gotong royong (swadaya)

WWF, PT. Arjuna, dan Yayasan Puter

1. Partisipasi masyarakat 140 m,

2. Partisipasi WWF 400 m,

3. Partisi pasi BTNS 320 m,

4. Partisipasi ADD desa Tumbang Runen 200 m

Page 149: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

140

VI. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajitindak di Tumbang Runen, tim merumuskan beberapa

rekomendasi sebagai berikut:

• Melanjutkan proses pemetaan partisipatif yang belum selesai, yang baru sepakat

dengan Desa Jahanjang untuk dilanjutkan di tingkat berikutnya dan diterima oleh

banyak pihak.

• Pengaturan sumber–sumber mata pencaharian (danau, sungai dan lainya serta

kebakaran hutan)

• Penguatan kelembagaan desa (kelompok-kelompok, pelatihan-pelatihan yang

didasari keberhasilan pengelolaan Sumberdaya bertumpu pada kapasitas lembaga

lokal)

• Meningkatkan pengetahuan budidaya di tingkat masyar akat agar tidak tergantung

pada alam:

a. Mengambil anakan Tauman secara besar–besaran.

b. Budidaya ikan, dengan mengadakan bibit sendiri (papuyu)

c. Keterampilan menciptakan bibit perkebunan (karet).

d. Keterampilan pemanfaatan lahan pertanian yang maksimal.

VII. PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian Strategi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar

Taman Nasional Sebangau Desa Tumbang Runen, kesimpulan yang dapat diambil :

1. Sektor perikanan adalah usaha utama masyarakat Tumbang Runen, akibat me-

nurunnya hasil tangkapan ikan banyak masyarakat yang beralih dan mencoba jenis

usaha baru seperti bekerja sebagai buruh sawit dan merantau untuk mencari emas.

2. Kemampuan yang belum baik dalam hal mengolah lahan dan pengadaan bibit

tanaman perkebunan karet atau sayur mayur karena pada dasarnya hanya merupa-

kan pekerjaan sampingan pengisi waktu, padahal potensi untuk dikembangkan

relatif menunjang.

3. Potensi budidaya rotan sigi dan irit mengingat hampir semua rumah tangga memiliki

kebun rotan, hanya karena harga turun masyarakat ti dak melakukan pemanenan

kebunnya, menurunya kearifan lokal anyam-anyaman da ri bahan rotan padahal nilai

ekonomis cukup menjanjikan.

4. Adanya kelompok di desa karena menerima bantuan, menurunkan rasa kebersamaan

yang kurang ini berkaitan dengan program dari lembaga–lembaga lainnya.

5. Instansi atau lembaga terkaitan dengan pengembangan atau bantuan tidak sampai

pada persoalan-persoalan dasar (ketergantungan terhadap instansi/lembaga).

Saran bagi masyarakat Tumbang Runen agar berperan aktif dalam kegiatan desa atau

kegiatan-kegiatan yang berada desa, memupuk rasa kebersamaan dan menumbuhkan

semangat gotong royong budaya Rumah betang berada di Tumbang Runen. Potensi

danau merupakan sumber kehidupan yang turun menurun perlu dijaga dan diatur

dalam pengelolaannya.

Page 150: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

141

Lampiran 2 – 5.

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Baun Bango

Disusun Oleh:

1. Tito Surogo,

2. Suwanto,

3. Surahmansyah

4. Warga Masyarakat Baun Bango

PALANGKA RAYA

Desember 2014

Page 151: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

142

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Baun Bango merupakan salah satu desa yang berada di sekitar Taman Nasional Sebangau.

Desa Baun Bango memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah yaitu karet, rotan irit

dan sigi dan juga sektor perikanan. Selain itu sebagian besar masyarakat saat ini memiliki

bekerja di perusahaan sawit (PT Arjuna) dan ada juga sebagai pedagang dan PNS. Desa

Baun Bango berbatasan dengan Desa Asam Kumbang dan Desa Tumbang Runen.

Desa Baun Bango memiliki 4 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 275 KK. Desa Baun

Bango memiliki banyak kanal/ saluran/terusan untuk mencari ikan, selain untuk irigasi

untuk tujuan pertanian dan perkebunan.

B. Tujuan

1. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di sekitar TN

Sebangau.

2. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

3. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan.

C. Output

Adanya perencanaan dan strategi untuk pengembangan sumber-sumber penghidupan yang

berkelanjutan di masyarakat.

BAB II

Teknis Kegiatan

A. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam pengkaian ini adalah dengan mengunakan alat PRA (Sejarah

Desa, Kalender Musim, Sketsa Desa, Diagram Kelembagaan, Bagan Kecenderungan), diskusi

dengan masyarakat tokoh masyarakat dan tanya jawab.

B. Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiataan ini bertempat di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan,

pada tanggal 16 – 22 September 2014 di Aula Kecamatan Kamipang.

C. Pihak yang terlibat

Adapun pihak yang terlibat adalah :

5. Masyarakat Baun Bango

6. Tokoh masyarakat Baun Bango

7. Pemerintah Desa

8. Tito Surogo, Staf Balai Taman Nasional Sebangau

9. Suwanto, Staf WWF

10. Surahmansyah, Fasilitator Desa

Page 152: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

143

BAB III

Hasil Pengkajian

A. Sejarah Desa

Tahun Kejadian Penting

2004 - Adanya tiwah masal

2005 - Banjir besar yang banyak menenggelamkan rumah warga

2008 - Banjir besar yang hampir menenggelamkan rumah masyarakat

- Banyak yang mencari pantung dari luar desa

2009 - Program Pendidikan Lingkungan Hidup oleh YCI untuk anak-anak sekolah SD, SMP, SMU

- Pelatihan pembuatan pakan ikan

- Pembuataan Dermaga Desa

- Pembuataan Pelabuhan Desa

- Banjir 1 tahun 4 kKali

- Banyak yang berkerja mencari pantung tetapi dari luar daerah seperti Kapuas

- Pembuatan kebun organik

- Program ikan nila oleh YCI

- Pemilihan Damang Kecamatan Kamipang

- Pemilihan Kades yang dimenangkan oleh Mukhlis

2010 - Kemarau panjang

2013 - Penimbunan jalan desa

- Listrik siang malam untuk seminggu 4 kali

2014 - Lanjutan penimbunan jalan desa

- Kemarau panjang dan menimbulkan asap kabut

Page 153: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

144

B. Peta Sketsa Desa Baun Bango

Potensi Masalah Solusi

Sungai - Kualitas airnya menurun akibat pencemaran limbah perusahaan sawit, illegal mining

- Masyarakat desa tidak bisa lagi berbudidaya ikan di keramba karena airnya tercemar

- Menurunnya hasil tangkapan ikan para nelayan

- Menurunnya pendapatan masyarakat

- Banyaknya masyarakat yang menyetrum dan mengunakan racun dalam menangkap ikan

- Membuat budidaya ikan dalam kolam terpal

- Pembuataan Perdes dalam penangkapan ikan

- Perlunya penegakan hukum dari pihak yang berwajib

Danau - Menurunnya hasil tangkapan ikan masyarakat

- Banyaknya masyarakat mengunakan alat tangkap ikan dengan strum

- Banyaknya jenis ikan yang mulai hilang

- Kualitas air danau sudah tercemar oleh limbah perusahaan PT Arjuna

- Membudidayakan ikan dalam kolam terpal

- Perlunya penegakan hukum oleh pihak berwajib

- Penyuluhan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat terkait perikanan

- Perlunya membuat Peraturan Desa untuk menangani pencemaran lingkungan yang merusak potensi yang ada

Kebun karet, rotan, pantung, gemor

- Harga jual menurun

- Kualitas hasil tidak sesuai dengan standar pabrik

- Kondisi kebun yang tidak sesuai standar perkebunan (sabat)

- Hasil panennya menurun karena bibit yang digunakan bibit lokal

- Pelatihan peningkatan kualitas produksi perkebunan

- Pemberian bantuan bibit karet yang unggul

- Perlunya pembudidayaan pantung dan gemor oleh masyarakat

- Untuk penanaman hutan jenis-jenis yang memiliki nilai ekonomis

Page 154: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

145

Potensi Masalah Solusi

- Untuk pantung dan gemor tempatnya sudah semakin jauh ke dalam hutan

- Harga pantung menurun

- Gemor dilarang untuk menebang dalam pemanenan

PT. Arjuna - Upah yang didapat oleh masyarakat sangat sedikit untuk harian

- Plasma belum dibagi ke masyarakat

- Adanya klaim lahan dari perusahaan ke lahan masyarakat

- Gaji karyawan telat

- Pemdes mendesak kepastian plasma ke perusahaan

- Pembuataan batas antara tanah masyarakat dengan perusahaan

Tanah masyarakat

- Lahan terlantar

- Seringnya kebakaran

- Masyarakat kurang memahami berkebun yang baik

- Susahnya bibit yang baik

- Memanfaatkan lahan yang terlantar dengan bercocok tanam

- Adanya subsidi bibit dari pemerintah baik perkebunan maupun pertanian

C. Bagan Kecendrungan Perubahan Sumberdaya alam

Tahun Jenis

Usaha 1970 1980 1990 2000 2010 2014 Catatan

Mantung

XXXX XX XX XX XX

Dahulu masih banyak yang mengerjakan dan harganya tinggi, sekarang tidak ada yang membeli dan tidak ada masyarakat yang mau mengerjakan karena jaraknya jauh dari desa

Rotan XXXX XXXX XXX XX XX XX

Harga rotan jauh menurun, tidak menguntungkan bila dikerjakan sehingga masyarakat tidak memotong rotan lagi

Gemor XXXX XXXX XX X X

Tempat gemor jauh ke dalam kawasan taman nasional sebangau dan yang ada di sekitar desa untuk ukuran yang kecil-kecil pohonnya

Logging XX XXXX XXXX XXXX

Ikan

XX XX XX XX XXXX XXX

Ikan sudah jauh menurun hasil tangkapannya, harganya sekarang lumayan baik dan tidak kesusahan untuk menjual karena tengkulak datang sendiri ke desa

Karet

X XX XX XX

Masyarakat masih sedikit yang menanam karet dan harga yang ada di desa cukup murah rp 4000 – 5000 dan bibit yang ada hanya dari bibit lokal, tidak ada pembelinya

Damar XXXX XXXX XXX XXX X

Kulit ular XXXX XXXX XXXX

Burung XXX XXX

Sawit XXXX XXXX

Masyarakat 70% bekerja di perkebunan sawit karena tidak ada lapangan pekerjaan yang lain.

Page 155: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

146

D. Kalender Musim

Bulan Mata

Pencaharian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Nelayan

L: 70% -- P: 30% VV V V V V VV V V VVV VVV VV V VV

2. Mencari rotan

L: 90% -- P: 10% V V V V V V V VV V V VV V V V

3. Berladang (padi)

L: 50% -- P: 50% VV VVV VVV VVV VVV VV V

4. Kerja sawit

L: 50% -- P: 50% VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV VV

5. Burung

L: 100% V V V V V V V V V V V V

6. Berternak

P: 70% -- L: 30% V V V V V V V V V V V V

7. Berkebun karet V V V V V V V V V V V V

Potensi Masalah Solusi

Perikanan - Hasil tangkapan menurun

- Harga jual murah

- Kualitas air sungai tercemar sehingga masyarakat kesulitan budidaya ikan di sungai

- Banyaknya masyarakat luar desa yang memancing

- Banyaknya penyetruman, peracunan

- Banyaknya masyarakat yang bekerja mencari ikan

- Budidaya ikan di kolam

- Pelatihan pengolahan hasil tangkapan seperti abon, kerupuk

- Pembuataan Perdes Tata cara Penangkapan Ikan yang Ramah Lingkungan

Rotan - Harga jual turun

- Tidak ada pengalaman dalam menganyam

- Sering kebakaran lahan

- Pelatihan untuk menganyam

- Membuat Peraturan Desa tentang Kebakaran

Berkebun karet - Kesulitan mendapat bibit unggul

- Kesulitan mencari pupuk

- Lahan yang ada milik masyarakat tanah gambut

- Belum ada pengalaman berkebun di lahan gambut

- Pengadaan bibit karet yang unggul

- Pengadaan pupuk

- Pelatihan budidaya karet di lahan gambut

Berternak ayam, itik

- Kesulitan bahan makanan

- Kesulitan bibit

- Sering banjir

- Banyaknya penyakit pada ternak ketika banjir

- Ternak diliarkan

- Dibuat kandang untuk ternak

Kerja sawit - Upah murah

- Sering telat gajian

- Tidak adanya asuransi perusahaan

- Upah dinaikkan mengingat kebutuhan rumah tangga naik

Page 156: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

147

E. Ancaman

Sumberdaya

Alam Ancaman dari Dalam Ancaman dari Luar

Sumberdaya Alam

- Banyaknya masyarakat yang menyetrum dan meracun

- Banyaknya masyarakat yang menggunakan alat tangkap dengan ukuran diameter kecil

- Banyak masyarakat yang menjual lahan untuk pertanian

- Tercemarnya danau, sungai dari perusahaan sawit

- Banyaknya tempat-tempat ikan yang dijadikan tempat perkebunan sawit

- Banyaknya masyarakat dari luar yang mengambil ikan dari desa

Page 157: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

148

F. Analisis Usaha Tani

JENIS USAHA

TAHAPAN BIBIT PENANAMAN PEMELIHARAAN PANEN

Petani rotan � Pembuatan jalur penanaman dalam 1 Ha :

- Lebar jalur 1 meter

- Jarak antar jalur 5 meter

- Total jalur 18 jalur per Ha

- Total HOK = 10 hari

- Upah per HOK Rp 65.000 = 650.000

� Transport Pembuataan Jalur

- Bensin 10 Hari X 3 Liter/ Hari Rp 11.000/Liter = Rp. 330.000

Sub total = Rp 950.000

Masyarakat mencari sendiri di kebun

- Mencari bibit selama 3 hari kerja Rp 65.000/Hari = Rp. 195.000

- Transport mencari bibit Bensin 3 Liter Rp 11.000/ Liter = Rp 33.000 X 3 Hari = Rp. 99 000

Total 195.000 + 99.000 = Rp 284.000

� Penanaman per hari :

- Untuk 18 Jalur perlu waktu 5 hari

- 1 hari 65.000 = 325.000

Total = Rp 325.000

Pemupukan

- Per Ha sebanyak 4 kwintal urea dengan harga 250.000/Kwintal/ 6 bulan = Rp 2.000.000 / tahun

- Pembersihan 5 Hari Rp 65.000/Hari = 650.000 / tahun

Sub total = Rp.2.650.000/Tahun

� 1 rumpun 30 kg x 350 /Ha= 10.500 Kg dengan Harga Rp. 100.000 /kw =

Rp 10.500.000 /panen

(panen pertama setelah tanaman berumur 7 tahun)

Beternak ayam

� Pembuatan kandang:

- Papan 20 keping @ Rp 10.000/keping = Rp 200.000

- Balok 15 @ Rp 15 000/ pucuk = Rp 225.000

- Paku 5 Kg @ Rp 15.000/kg =Rp 75 000

- Atap rumbia 30 @ Rp 2000/buah = Rp 60 000

Total = Rp 560.000

- Pembelian Bibit 50 kg dengan harga Rp 30.000/Kg = Rp 1.500.000

Pembelian Pakan

- 4 karung Rp 800.000

- Panennya dalam satu tahun mendapat 300 Kg @ 30.000/kg = Rp 9.000.000 / panen / tahun

Karet � Pembukaan lahan seluas 1 ha = Rp 2.000.000

Beli bibit 500 batang PB 260 dengan harga 5.000/batang = Rp 2.500.000

� Penanaman 4 hari / Ha Rp 65.000/Hari = Rp 260.000

� Pemeliharaan selama 1 tahun 2 kali penebasan selama 10 Hari/Ha Rp 650 000/Ha x 2 = Rp 1.300.000

� Panen dalam 1 ha 400 Kg/bulan x 5.000= Rp. 2.000.000/bulan

Page 158: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

149

JENIS USAHA

TAHAPAN BIBIT PENANAMAN PEMELIHARAAN PANEN

Bekerja di perkebunan sawit

� Rp 65 000/ Hari X 30 Hari = Rp 1.950.000/Bulan

Mencari ikan � BBM 2 ltr / hari

3 ltr/ hari x 30 hari

Rp 990.000/bulan

� Pangilar / unit Rp 130.000

� Rengge / unit Rp 80.000

� Buwu / unit Rp 30.000

� Rawai / set Rp 67.000

� Salambau / unit Rp 1.200.000

� Beje / unit Rp 1.000.000

� Ces p = 7 meter / unit(badan) Rp 3.000.000

� Mesin komplit Rp 2.000.000

Total = Rp 7.507.000

- Pangilar 20kg/unit/ bulan

Harga / kg Rp 15.000

20kg x Rp 15.000

= Rp 300.000

- Rengge 20kg/ unit/ bulan

Harga / kg Rp 9.000

20kg x Rp 9.000

= Rp 180.000

- Buwu 18/ unit/ Bulan

- Harga/kg Rp 10.000 � 20 kg x Rp 10.000 = Rp. 200.000

- Rawai / unit/ bulan – 20 kg/unit/ bulan

- Harga / kg Rp 15.000 - 20kg x Rp 15.000

= Rp 200.000

- Salambau 20kg/ unit/ bulan

Harga/ kg Rp 15.000

20kg x Rp 15.000

= Rp 200.000

- Beje 500kg/ unit/ tahun, Harga/ kg Rp 15.000

500kg x Rp 15.000

= Rp 7.500.000

Page 159: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

150

JENIS USAHA

TAHAPAN BIBIT PENANAMAN PEMELIHARAAN PANEN

- Tampirai 10kg/ unit/ bulan

Harga/ kg = Rp 10.000

10kg x Rp 10.000

= Rp 100.000

Total Rp 9.580.000

Page 160: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

151

G. Membangun Cita-cita

Cita-cita bidang ekonomi Cita-cita bidang lingkungan dan

sumberdaya alam

1. Lapangan pekerjaan banyak

2. Setiap KK memiliki kebun karet, buah, rotan, jelutung agar taraf hidup masyarakat meningkat

3. Pembuatan tambak ikan lokal yang ada di daerah sendiri seperti tahuman, papuyu, gabus, lais, baung

4. Peternakan masyarakat seperti ayam, kambing, itik sapi

5. Berkebun di pekarangan rumah untuk mencukupi kebutuhan keluarga

6. Penganyam diberi pelatihan dan diarahkan hasil produksinya dapat dipasarkan ke luar daerah (anyaman rotan, bambu, purun)

7. Pelatihan budidaya karet

8. Pelatihan cara pengelolaan hasil perikanan seperti presto, abon, krupuk ikan

9. Budidaya jamur

10. Koperasi yang aktif di segala bidang

11. Lahan pertanian yang terawat

1. Air bersih

2. Lahan pertanian yang bebas dari hama penyakit

3. Budidaya karet dan pemasarannya (berhasil dari kebun dan pemasaran yang mudah dengan harga yang layak)

4. Penangkapan ikan yang ramah lingkungan (tidak memakai strum dan racun)

5. Penanganan banjir dalam bidang pertanian

6. Peraturan mengenai pembakaran danau-danau untuk mencari ikan

7. Pemanfaatan lahan tidur untuk perkebunan karet dan lain-lain

H. Diagram Kelembagaan

Lembaga Masalah Potensi

Pemdes - Pengaruhnya besar hubungannya sedang

- Ada Perangkat Desa yang masih kurang memahami TUPOKSI-nya

- Aset Desa belum terinventarisir secara baik

- Kades kurang memperhatikan dalam pemerintahan

- Ada Perangkat Desa lengkap

- Adanya Kantor Desa

Page 161: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

152

Lembaga Masalah Potensi

Kedamangan - Pengaruhnya sedang hubungannya sedang

- Damang menjadi Humas Perusahaan Arjuna

- Damang kurang memperhatikan masalah keadatan

- Damang hanya mementingkan kebutuhan sendiri

Ada Damang di kecamatan

UPTD Pertanian - Hubungannya sedang pengaruhnya besar

- Staff UPTD Pertanian sudah berkerja dalam melayani masyarakat tetapi kekurangan staf untuk memberikan penyuluhan

Ada staf di UPTD pertanian

Koperasi - Hubungannya jauh pengaruhnya kecil

- Belum adanya program yang terlihat dan dirasakan oleh masyarakat, pengurusnya belum memahami managemen koperasi dan pengurusnya belum memahami TUPOKSI kepengurusan

Adanya pengurus dan badan koperasinya

WWF - Hubungannya jauh pengaruhnya Kecil

- Kegiataan WWF belum menyentuh masyarakat Desa Baun Bango

- WWF jarang melakukan kegiatan pemberdayaan di Desa Baun Bango

Ada staf WWF

BTNS (Balai Taman Nasional Sebangau)

- Hubungannya jauh pengaruhnya kecil

- Kurang ada sosialisasi pentingnya Taman Nasional kepada masyarakat

- Tidak ada pembinaan terhadap masyarakat desa

Ada resort di Desa Baun Bango

Adanya staf di lapangan

I. Pengelompokan masalah

Masalah Solusi

Kualitas air Sungai Katingan menurun sehingga tidak bisa budidaya ikan di sungai

Membuat kolam terpal di atas

Seringnya penyetruman dan peracunan di sungai dan danau

Membuat aturan cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan

Banyaknya lahan terlantar Penyuluh pertaniaan lebih aktif dalam pendampingan ke masyarakat untuk pemanfaatan tanah-tanah masyarakat

Menurunnya harga jual karet dan rotan Adanya pelatihan cara meningkatkan kualitas hasil karet

Pemerintah daerah dan pihak ke 3 membantu dalam mencarikan pasar untuk penjualan hasil perkebunan karet dan rotan

Menurunnya hasil tangkapan ikan Membuat budidaya ikan di kolam terpal

Koperasi tidak aktif Adanya perehaban pengurus dan pelatihan dalam manajemen pengurus koperasi

Page 162: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

153

J. Matriks Ranking

Kriteria dan Nilai Pembobotan

Masalah Dirasakan

oleh orang

banyak

Sangat

Parah

Menghambat

Peningkatan

Pendapatan

Total Ranking Peringkat

Pembuatan aturan penangkapan ikan 10 5 6 21 VIII 8

Budidaya ikan lokal di darat 7 6 10 23 VI 6

Pemanfaatan lahan terlantar 10 6 10 26 III 3

Penyuluhan kepada masyarakat ttg cara penangkapan ikan dengan ramah lingkungan

8 5 9 22 VII 7

Pelatihan pengolahan hasil tangkapan 7 6 6 19 VIIII 9

Penegakan hukum terhadap penyetruman

10 6 8 24 IV 4

Ternak ayam dan itik 10 10 10 30 I 1

Mengaktifkan Koperasi 8 8 7 23 V 5

Budidaya karet 9 8 9 27 II 2

Rencana program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan:

1. Budidaya ayam kampung

2. Budidaya itik petelur

3. Budidaya karet (swadaya)

BAB IV Kesimpulan

A. Analisa

Data Analisa Kesimpulan

Menurunnya hasil tangkapan ikan

- Kondisi air sungai sudah tercemar oleh limbah

- Banyaknya masyarakat yang menangkap ikan dengan mengunakan strum dan racun

- Belum adanya aturan di tingkat desa yang mengatur pelarangan penangkapaan dengan mengunakan strum dan racun

- Belum ada kesadaran terhadap masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.

- Adanya budidaya perikanan di kolam (kolam terpal)

Banyaknya Lahan Masyarakat yang terlantar

- Masyarakat kurang memahami cara memanfaatkan lahan yang ada mengingat lahan yang dimiliki masyarakat berlahan kambut

- Sangat besarnya biaya untuk membuka lahan untuk berkebun

- Kesulitan dalam mendapatkan bibit

- Masyarakat memerlukan pendampingan dalam mengelola lahan yang dimiliki guna meningkatkan pendapatan masyarakat

Page 163: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

154

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari kajian ini diharapkan adanya pendampingan yang intensif dalam

implementasi di lapangan, mengingat ini mengunakan kelompok yang sangat banyak dan

adanya evalusi rutin yang dilakukan untuk mengetahu i kendala-kendala yang ada di tingkat

kelompok.

C. Saran

Saran dari pengkajian ini jangan membuat janji atau apapun yang bisa menimbulkan konflik

di masyarakat. Dalam menjalankan program harus melihat kebutuhan yang ada di

masyarakat, bukan dari keinginan. Disepakatinya pembagian peran yang jelas antara

Kelompok, Pemdes dan WWF supaya ada rasa saling memiliki program.

Page 164: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

155

FOTO KEGIATAN PENGKAJIAN DI DESA BAUN BANGO

Foto 1. Pleno usulan kelompok

Foto 2. Penggalian dengan alat PRA Sketsa Desa

Foto 3. Penggalian dengan alat PRA

Page 165: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

156

Foto 4. Sejarah Desa

Page 166: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

157

Foto 5. Analisa Sketsa Desa

Page 167: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

158

Foto 6. Bagan Kecenderungan Perubahan Sumberdaya alam

Page 168: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

159

Foto 7. Kalender Musim

Page 169: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

160

Page 170: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

161

Foto 9. Analisa Usaha Tani

Page 171: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

162

Foto 10. Membangun cita-cita masyarakat

Foto 11. Pemeringkatan Masalah

Page 172: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

163

Gambar 12: Analisa Kelembagaan

Page 173: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

164

Lampiran 2 – 6 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Jahanjang

Disusun Oleh:

1. Deni Setiawan

2. Devinta A.

3. Tito Surogo

4. Ibrahim

5. Edy Sutarjo

6. Suwanto

7. Dadang Riansyah

8. Masyarakat desa Jahanjang

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 174: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

165

Hasil Kajitindak Partisipatif Desa Jahanjang

JENIS – JENIS SUMBER DAYA ALAM YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT DESA JAHANJANG

1. Ikan 5. Madu 9. Anggrek 13. Bambu

2. Rotan 6. Gemor 10. Sayur–sayuran hutan

14. Damar / Getah Kayu Meranti

3. Kayu 7. Jamur / Kulat 11. Buah – bahan hutan

4. Air sungai dan air sumur

8. Tanaman Obat 12. Rusa, kijang, kancil, burung

URUTAN SUMBER DAYA ALAM YANG DIMANFAATKAN UNTUK KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA

JAHANJANG

Jenis Sumber Daya Alam Persentase

masyarakat yang memanfaatkan SDA

Ikan 70 %

Rotan 5%

Kayu 100%

Air Sungai dan Air Sumur 100%

Sayuran Hutan 5%

Madu Hutan 2%

Bambu 2%

Tanaman Obat 2%

Rusa, kijang, kancil dan burung 1%

JENIS – JENIS USAHA DULU DAN SEKARANG

Tahun 1980 – 1985 Tahun 1985 – 1990 Tahun 1990 – 1995 Tahun 1995 – 2000

Nelayan tangkap alam Nelayan tangkap alam Nelayan tangkap alam Nelayan tangkap alam

Memantung (Menyadap getah pohon patung)

Memantung (Menyadap getah pohon patung)

Menggemor (Menebang dan mengambil kulit pohon gemor)

Menggemor (Menebang dan mengambil kulit pohon gemor)

Menggemor (Menebang dan mengambil kulit pohon gemor)

Menggemor (Menebang dan mengambil kulit pohon gemor)

Menebang Kayu Menebang Kayu

Mamagat Owei (Memotong Rotan)

Mamagat Owei (Memotong Rotan)

Mamagat Owei (Memotong Rotan)

Mamagat Owei (Memotong Rotan)

Menebang Kayu Menebang Kayu

Page 175: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

166

Tahun 2000 – 2005 Tahun 2005 - 2010 Tahun 2010 – 2015 Tahun 2015 – 2020

Nelayan tangkap alam Nelayan tangkap alam Nelayan tangkap alam Belum tahu

Menggemor (menebang dan mengambil kulit pohon gemor)

Mamagat owei (memotong rotan)

Mamagat owei (memotong rotan)

Menebang kayu Menambang emas dan punya / pasir zirkon

Menambang emas dan punya / pasir zirkon

Mamagat owei (memotong rotan)

Buruh kerja di Perusahaan Sawit

Page 176: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

167

ANCAMAN TERHADAP DESA, MASYARAKAT DESA DAN SUMBER DAYA ALAM DESA JAHANJANG

3. Peracun ikan

2. Penyetrum ikan

1. Kesadaran Masy.

menurun

MASYARAKAT DESA

JAHANJANG

Ekonomi Sosial Budaya

Politik Desa Sumberdaya Alam

2. PT. Arjuna Utama Sawit 4. Penyetrum Ikan & Peracun ikan

11. Ukuran Alat Tangkap ikan

9. Taman Nasional Sebangau

6. Kebakaran hutan dan lahan

10. Terbuka Akses Jalan darat

5. Banjir

8. Kemarau Panjang 7. Pemodal/Investor

3. Narkoba dan Miras

1. Kebijakan Pemerintah

12. Teknologi Informasi

Desa Jahanjang

Page 177: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

168

Analisa Instrumen oleh peserta rapat :

� Ancaman paling utama adalah Kebijakan pemerintah

� Ancaman ke dua dari PT. Arjuna Utama Sawit

� Ancaman ke tiga adalah maraknya anak muda yang mengkonsumsi miras dan narkoba

� Ancaman paling utama kepada masalah ekonomi

� Ancaman ke dua kepada masalah Sumber daya alam

� Ancaman ke tiga kepada masalah sosial budaya

BENTUK ANCAMAN :

Kebijakan Pemerintah Ekonomi / Sumber Daya Alam :

� Kebijakan Rotan

� Kebijakan Kayu

� Kebijakan perijinan Perusahaan Sawit

� Perijinan BTNS

Kebijakan Pemerintah Sosial Budaya :

� Perijinan BTNS (Konflik Lahan)

� Perijinan Perusahaan (Konflik lahan)

Perusahaan Sawit Ekonomi / Sosial Budaya :

� Penguasaan Lahan

� Pencemaran Air

� Pemutusan hubungan kerja

� Kebakaran Lahan

Narkoba dan Miras Ekonomi dan Soisal Budaya :

� Mencuri

� Berkelahi

� Pendidikan / putus sekolah / tidak mau sekolah

� Tatak Rama

Penyetrum Ikan dan Peracun Ikan Ekonomi dan Sumber Daya Alam :

� Ikan Mandul

� Tulang Ikan Patah

� Bibit Ikan Berkurang

� Semua Jenis Ikan Mati

Terbuka Jalan Ekonomi dan Sosial Budaya :

� Persaingan bisnis

� Pencurian

� Nelayan dari luar desa jahanjang masuk / berusaha mencari ikan di wilayah jahanjang

� Perdagangan liar

� Budaya luar

Kebakaran Ekonomi / Sumber Daya Alam :

� Kebun rotan terbakar

� Kebun Sayuran Terbakar

Page 178: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

169

� Kayu Terbakar habis

� Mata perih karena asap

� Aktifitas tertanggu karena jarak pandang terbatas

� Sesak nafas

� Hewan liar terusir dan mati

Banjir Ekonomi / Sumber Daya Alam :

� Tidak bisa potong rotan

� Tidak bisa cocok tanam

� Gagal panen

Kemarau Panjang Ekonomi dan Sumber Daya Alam :

� Ikan mati

� Bibit sulit didapat karena banyak mati

� Air bersih sulit / untuk konsumsi

� Mandi sulit

� Debu

� Penyakit

� Rawan Kebakaran

� Penyakit ternak ayam

� Gagal panen

Pemodal / Investor Ekonomi, Sosbud dan Politik Desa :

� Persaingan bisnis

� Masyarakat jadi buruh

� Tengkulak dari luar masuk

� Hilang sifat gotong oyong di masyarakat

Teknologi Informasi Ekonomi dan Sosbud :

� Merobah gaya hidup

� Pemborosan

� Perubahan budaya

� Pergaulan bebas

BTNS (Balai Taman Nasional Sebangau) Ekonomi dan Sosbud :

� Sulit bekerja di Kawasan TNS (Taman Nasional Sebangau)

� Konflik sumber daya alam (konflik lahan, Tidak boleh mengambil kayu, Tidak boleh berburu)

� Banyak orang asing masuk desa / Ancaman budaya

Page 179: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

170

Kalender Musim Desa Jahanjang

Bulan/Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Laki-laki

Perempuan

Kemarau

Banjir

Musim Ikan dan Udang

III III II I I I I 70% 20%

Musim Hujan

Musim Penyakit

Musim Buah

Musim Berkebun

Musim Gugur

Musim Jamur

Buruh Sawit 25% 25%

Musim Madu

Musim Rotan 30 % 1 %

Musim Ikan Bertelur

Musim Nyari Burung

Musim Paceklik

Musim Nikah / Kawin

Musim Kebakaran

BAGAN PERUBAHAN DAN KECENDERUNGAN MATA PENCAHARIAN

TAHUN Jenis Usaha

dan Keter-

sediaan

SDA 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-2015

Perikanan OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OO

OOO

OO

OO

OO OO

Rotan OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OO

OOO

OO

OO

OO OOO

Kayu OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OO

OO

OO

OO OOO O

Pantung OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OO

OOO

OO OOO O

Gemor OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

O O

Page 180: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

171

TAHUN Jenis Usaha

dan Keter-

sediaan

SDA 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-2015

Buruh

Kebun O OOO

Tambang

Emas OOO OO

Beternak

Ikan O OO OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

Beternak

Sapi O O O O O OOO OOO

Diskusi Mencermati Perubahan dan Kecenderungan :

� Usaha masyarakat dahulu semuanya usaha yang berkelanjutan, saat ini cenderung tidak berkelanjutan

� Dulu tidak pernah jadi buruh, sekarang banyak jadi buruh

� Dulu sedikit konflik, sekarang banyak konflik

� Dulu jarang budi daya, sekarang cenderung usaha budi daya

Page 181: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

172

PELUANG MASYARAKAT JAHANJANG

BENTUK PELUANG :

EKONOMI PERUSAHAAN SAWIT :

� Kerja buruh sawit

� Membeli buah dari sawit masyarakat

� Kebun plasma

� Pemberdayaan masyarakat

MASYARAKAT PEMERINTAH DAERAH :

� Kebijakan yang berpihak kepada masyarakat

MASYARAKAT PENAMPUNG IKAN DAN ROTAN :

� Peluang pemasaran ikan dan rotan

MASYARAKAT BANK DAN PEMBIAYAAN KENDARAAN :

� Peluang permodalan

MASYARAKAT DESA

JAHANJANG

WWF

PEMDA

PERUSAHAAN SAWIT

TEKNOLOGI INFORMASI

AKSES JALAN TERBUKA

PENAMPUNG IKAN

PENAMPUNG ROTAN

BANK BRI DAN BNI PEMBIAYAAN KENDARAAN

YCI

CU BETANG ASI

PT. RMU/YAYASAN

PUTER

SOSIAL

BUDAYA/AGAMA

EKONOMI

POLITIK DESA PEMERINTAHAN DESA

DESA JAHANJANG

Page 182: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

173

MASYARAKAT WWF, YAYASAN PUTER / PT. RMU (RIMBA MAKMUR

UTAMA :

� Pemberdayaan masyarakat

� Peningkatan sumber daya manusia

MASYARAKAT TERBUKANYA AKSES JALAN :

� Pemasaran produk mudah

� Barang jadi murah

� Biaya transportasi murah

� Waktu tempuh lebih cepat

MASYARAKAT TEKNOLOGI INFORMASI :

� Bisnis lebih lancar

� Informasi lebih cepat termasuk berita keluarga

Page 183: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

174

ANALISA MATA PENCAHARIAN

TENAGA KERJA

JENIS USAHA LAKI-LAKI

PEREMPUAN BAHAN BAKU PRODUK

BAGAIMANA MEMULAI

PEMASARAN MASALAH

Nelayan tangkap di alam

70% 20% � Rengge

� Pangilar

� Ancau

� Lukah

� Pancing

� Banjur

� Tambat

� Jambak

� Tampirai

� Salambau

� Lunta

Ikan basah dan

ikan segar

Ikan Asin kering

Wadie

Turun

temurun

Di tengkulak

kampung

� Ikan semakin sedikit

� Ukuran alat tangkap jaring

semakin kecil / rapat

� Tata cara penangkapan (disetrum

dan diracun)

� Air tercemar

� Kebakaran

� Orang luar ikut usaha

Memanen rotan/mamagat

90% 10% � Pisau/parang

� Bambu / kaitan

� Pisau kecil

� Batu asah

� Sepatu

� Perapian/perapen

Rotan Basah

Anyaman

Turun

temurun

Di kampung

(pembeli

kampung)

� Harga rendah

� Kebijakan pemerintah

� Kwalitas

Budi daya ikan di Kolam

70% 30% � Kayu

� Terpal

� Paku

� Paranet

� Bibit

� Paralon

� Tali

� Karet ban

Basah dan segar Hasil

pelatihan

Diluar kampung,

pemasaran

mudah

� Pengadaan bibit

� Harga pakan

� Air

� Keterampilan

� Permodalan

Page 184: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

175

TENAGA KERJA

JENIS USAHA LAKI-LAKI

PEREMPUAN BAHAN BAKU PRODUK

BAGAIMANA MEMULAI

PEMASARAN MASALAH

Budi daya ikan di keramba

90% 10% � Kayu

� Tali

� Pakan

� Paku

� Kain kasa

� Pelampung

Basah dan

kering

Dimulai

tahun 1980

Dijual di desa dan

pemasaran

mudah

� Air tercemar

� Permodalan

� Pakan

� Kondisi pasang surut air/kondisi

alam

Ternak sapi 60% 40% � Kayu

� Seng

� Perapian

� Kawat

� Tali

� Ember

� Arit

� Pakan

� Lahan

Dijual hidup Bantuan pemerintah

Pemasaran mudah (di desa dan luar desa)

� Lahan

� Pakan

� Kotoran

� Keterampilan

� Keadaan alam

� Banjir

Page 185: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

176

POTENSI SUMBER DAYA ALAM YANG PALING DIMANFAATKAN DAN POHON MASALAH

SUNGAI :

• IKAN

• AIR UNTUK MANDI

• AIR UNTUK MENCUCI BAJU

• AIR UNTUK MEMBUANG

HAJAT

• AIR UNTUK MENCUCI

PIRING, CUCI BAJU Dsb.

DANAU :

• IKAN

• RUMPUT / KUMPAI

• TANAMAN PURUN

RAWA/RUWAK:

• IKAN

• BERE

• RUMPUT KUMPAI

AIR TERCEMAR: • AIR KERUH

• IKAN BANYAK MATI PADA SAAT AIR

PASANG DAN HUJAN

• MANDI GATAL

• POPULASI IKAN BERKURANG

KENAPA ?

APA PENYEBABNYA :

• PENAMBANG EMAS

• PERKEBUNAN SAWIT

• LIMBAH RUMAH TANGGA

AKAR

MASALAH

Page 186: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

177

ANALISA PERBANDINGAN USAHA

MENCARI IKAN DI

ALAM

MEMELIHARA

IKAN DI KERAMBA

MEMELIHARA

IKAN DI KOLAM

USAHA ROTAN USAHA TERNAK

SAPI

BURUH SAWIT

WAKTU KERJA

OOO

OOO OO O

OOO

OOO OO

OOO

OOO

PENGHASILAN

1.500.000 1.000.000 2.000.000 400.000 2.000.000

TENAGA KERJA

OO O O OO O OO

PELUANG PERMODALAN

O O O O

KERJA KERAS

OOO

OOO

OOO O

OOO

OOO

OOO

OOO

OOO

Page 187: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

178

PERINGKAT USAHA

JENIS USAHA PERINGKAT

Budidaya ikan 1

Pengembangan Ternak Sapi dan Rusa 2

Rotan 3

Buruh Sawit Tidak ada ranking

Page 188: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

179

ALUR PEMASARAN PRODUK PERIKANAN

PETANI (ternak

ikan) / NELAYAN

(tangkap alam) :

Bentuk Produk :

- Ikan Basah

- Ikan Kering

Penampung di

kampung

Penampung di kampung

Penampung ikan dari luar

Penampung di Kasongan, Kereng Pangi dan

Tumbang Samba Pengecer

Penampung di Palangka Raya, Kasongan, Kereng Pangi dan Tumbang

Samba

Pengecer

Penampung di Palangka Raya

Pengecer

Banjarmasin

Penampung di Kasongan, kereng pangi dan Tumbang

Samba

Penampung dari Palangka

raya

Penampung dari Kasongan

Penampung dari Kereng

Pangi

Penampung dari Sampit

Penampung dari

Banjarmasin

Penampung di Palangka raya, Sampit

dan Banjarmasin

Penampung dari Banjarmasin

Penampung di Palangka raya, Sampit

dan Banjarmasin

Penampung di kampung

dan penampung dari luar

Page 189: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

180

ALUR PEMASARAN PRODUK ROTAN

PETANI ROTAN

PRODUK DALAM BENTUK :

- PRODUK BASAH

- PRODUK KERING/ASALAN

PENAMPUNG DI KAMPUNG/

DESA DALAM BENTUK PRODUK

ROTAN BASAH

Harga rotan sigi =

Rp 110.000/ikat/kuintal

Harga beli rotan irit =

Rp 85.000/ikat/kuintal

Penampung di Desa Lubuk Kanan

dan Lubuk Kiri

Kasongan

Penamping di Tewang

Beringin

Jawa

Banjarmasin

Sampit Penamping di Tewang

Kadamba

PETERNAK

- SAPI

- RUSA (Peluang

usaha ke depan)

- Dijual hidup

- Harga bibit sapi

berkisar 4-6 juta

PEMBELI DI KAMPUNG

PEMBELI DARI KASONGAN

PEMBELI DARI SAMPIT

PEMBELI DARI SAMBA

Page 190: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

181

ANALISA KELEMBAGAAN DESA JAHANJANG

LEMBAGA DESA YANG ADA :

BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

PAUD CBL Sekolah/komite Pengurus Masjid

RT (Rukun Tetangga) WWF PPN Pustu BTNS

RW (Rukun Warga) Pokwasmas Pemdes Polindes PT. Arjuna Utama Sawit

Karang Taruna Yayasan Puter Kelompok Yasinan Kelompok Desa Siaga Pemerintah Daerah

PKK YCI Gapoktan Kelompok Pemadam Kebakaran

RKM CU Betang Asi Simpul Wisata Kel. Arisan Umum

Posyandu Balita PT. RMU PNPM PHBI

Posyandu Lansia Mantir Adat Linmas Remaja Masjid

Page 191: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

182

MASYAKAT DESA JAHANJANG

PEMDES

GAPOKTAN

BPD RT/RW

MANTIR ADAT

KARANG TARUNA

ARISAN UMUM

PUSKESMAS

PAUD POLINDES

PUSTU SEKOLAH

POSYANDU

REMAJA MASJID

PKK

RKM

PPN

ARISAN UMUM

lINMAS

KELOMPOK YASINAN

SIMPUL WISATA

PHBI

DAMKAR

WWF

DESA WISATA

PNPM BTNS

PT. ARJUNA UTAMA SAWIT

PT.RMU CU. BETANG ASI YAYASAN PUTER

YCI CBL

DIAGRAM VEN KELEMBAGAAN DESA JAHANJANG

Page 192: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

183

Sketsa Desa Jahanjang

RENCANA PRIORITAS MASYARAKAT DESA JAHANNJANG

RENCANA DI BIDANG EKONOMI

RENCANA DI BIDANG LINGKUNGAN

RENCANA DI BIDANG PENDIDIKAN

RENCANA DI BIDANG KESEHATAN

....................... ....................... ....................... .......................

....................... ....................... ....................... .......................

....................... ....................... ....................... .......................

Permasalahan dibidang lingkungan yang akan diselesaikan dalam waktu dekat :

1. Permasalahan dengan perusahaan sawit PT. Arjuna Utama Sawit :

a. Sengketa lahan masyarakat desa Jahanjang dengan perusahaan seluas 300 ha

Langkah yang sudah diambil :

- Sudah ada negosiasi dengan PT. Arjuna Utama Sawit difasilitasi Asisten I Kabupaten Katingan,

yang dituntut masyarakat adalah 600 meter dari badan jalan pemerindah di belakang desa

Jahanjang, hasilnya dimungkinkan disetujui 500 meter dari badan jalan, masyarakat Jahanjang

belum menerima hasil negosiasi ini sehingga akan dilanjutkan negosiasinya dengan Bupati.

Page 193: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

184

Langkah yang akan diambil oleh masyarakat dan aparat desa Jahanjang :

- Dalam waktu dekat akan ada Surat Keputusan Bupati Katingan terkait permasalahan sengketa ini,

dan ada waktu masa sanggah keputusan, sehingga rencana masyarakat akan mengutus kepala

desa dan beberapa tokoh masyarakat desa Jahanjang untuk menemui Bupati Katingan secara

langsung, tujuannya untuk mempengaruhi keputusan Bupati Katingan

b. Pencemaran air

- Menunggu hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Laboratorium Provinsi Kalimantan Tengah,

Dinas Perikanan Kabupaten Katingan dan WWF – Indonesia Kalimantan Tengah,

c. Kebakaran hutan dan lahan

d. Tenaga kerja

2. Permasalahan dengan Balai Taman Nasional Sebangau :

a. Sengketa lahan (wilayah yang sudah di SKT kan oleh masyarakat tahun 2008 sejauh 10 - 15 Km dari

pinggir sungai Katingan / Seberang Desa Jahanjang, sedangkan sesuai SK Balai Taman Nasional

Sebangau nomor 529 batas TNS dari pinggir sungai Katingan / seberang desa Jahanjang hanya 1,5 – 3

Km. Untuk menyelesaikan permasalahan ini dan juga masalah rencana penabatan dan penanaman

WWF di daerah irigasi Desa Jahanjang maka Masyarakat Desa Jahanjang beserta aparat desa akan

mengirimkan surat undangan pertamuan dengan Balai Taman Nasional Sebangau dan di tembuskan

ke WWF – Indonesia Kalimantan Tengah.

PERENCANAAN EKONOMI KELOMPOK – KELOMPOK USAHA DESA JAHANJANG

1. Kelompok I : pengembangan pembuatan abon dan nuget dari bahan ikan berobah menjadi usaha budi

daya jamur tiram

Jumlah anggaran = Rp 13.360.000,-

Ketua Kelompok = Sri Wahyuni

2. Kelompok II : budi daya ikan gabus di kolam terpal berobah menjadi usaha ternak pengembangan sapi

rahman

Jumlah anggaran = Rp 15.100.000,-

Ketua Kelompok = Bambang Rizali

3. Kelompok III : Kelompok ternak budi daya ayam bangkok berobah menjadi ternak budi daya ayam

kampung

Jumlah anggaran = Rp 27.345.000,-

Ketua Kelompok = Damiati

4. Kelompok IV : Kelompok ternak budi daya ikan jelawat berobah menjadi ternak budi daya ikan

gurame / Kalui di Kolam terpal

Jumlah anggaran = Rp 25.268.000,-

Ketua Kelompok = Radiansyah

5. Kelompok V : Kelompok budi daya ikan patin dalam keramba berobah menjadi budi daya ikan papuyu

di kolam terpal

Jumlah anggaran = Rp 59.900.000,-

Ketua Kelompok = Arniel

6. Kelompok VI : Kelompok budi daya ikan mas dalam keramba berobah menjadi budi daya ikan gurame

di kolam terpal

Jumlah Anggan = Rp 16.216.000,-

Ketua Kelompok = Ardinan

Page 194: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

185

7. Kelompok VII : kelompok budi daya ikan Jelawat dalam keramba tidak berobah, ikan sudah tersdia

sehingga anggaran yang ada akan dipakai untuk membeli pakan ikan.

Jumlah anggaran = Rp 9.450.000,-

Ketua Kelompok = Suhardi

8. Kelompok VIII : Kelompok budi daya ikan Oman berobah menjadi budi daya ikan gurame / kali

Jumlah Anggaran = Rp 11.900.000,-

Ketua kelompok = Aspar

Catatan kelompok 8 = ketua kelompok tidak setuju jenis usaha budi daya ikan Oman diganti, sehingga

meninggalkan rapat, dan peserta rapat menyepakati kelompok tersebut diganti ketuanya dan jenis

usahanya, kesepakatan ini dituangkan dalam berita acara hasil rapat.

- Selain ada perubahan jenis usaha juga ada perubahan jumlah anggota kelompok, rata – rata setiap

kelompok ada penambahan jumlah anggota, daftar nama-nama kelompok akan diserahkan kapada WWF

satu Minggu setelah proses pengkajian.

DOKUMENTASI PROSES PENGKAJIAN PARTISIPATIF SUMBER-SUMBER PENGHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA JAHANJANG 16-23 OKTOBER 2014

Page 195: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

164

Page 196: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

187

Lampiran 2 – 7 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Karuing

Disusun Oleh:

Tito Surogo

Suwanto

Surahmansyah

Warga Masyarakat Desa Karuing

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 197: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

188

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun

tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan

kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Laporan ini disusun agar pembaca dapat memahami potensi dan masalah yang ada di desa-desa di

sekitar Taman Nasional Sebangau guna menjadi acuan dalam program-program mata pencaharian

berkelanjutan di masing masing desa. Laporan ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan,

baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Karuing, Pemerintah Desa

Karuing, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan angota Tim yang bekerja sama dalam

melakukan kajitindak ini.

Semoga laporan ini dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan

ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang

membangun. Terima kasih.

Palangka Raya, November 2014

Penyusun

Page 198: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

189

I. Pendahuluan

A. Latar belakang

Desa Karuing merupakan salah satu desa yang ada di sekitar Taman Nasional Sebangau dan

sebagian besar masyarakat ini memanfaatkan hasil hutan non kayu untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari seperti mencari ikan, mencari rotan dan menyadap karet.

Desa Karuing terletak di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan dan berbatasan dengan:

• Desa Jahanjang di sebelah Utara

• Desa Parupuk di sebelah Selatan

• Muara/ Sungai Tumbang Bulan di sebelah Barat

• Desa Telaga di sebelah Timur

Luas wilayah Desa Karuing 216 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 554 jiwa, laki – laki

berjumlah 295 jiwa dan perempuan berjumlah 259 jiwa. Jumlah Lembaga desa yang ada 16

(lembaga). Alat transportasi berupa speed boad, kelotok diesel dan alkon (ces), informasi berupa

radio, televisi dan untuk alat berkomunikasi hanya menggunakan telepon genggam.

Desa Karuing memiliki mata pencaharian yaitu, pencari ikan 47 KK, pedagang lokal (warung

kampung) 6 KK, petani rotan 58 KK, pegawai negeri sipil (PNS) 11 orang dan tenaga honor 3

orang, tukang pembuat jukung/perahu 5 orang, buruh 9 orang dan pengrajin ayaman 1 orang.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk urusan 9 (sembilan) bahan pokok,

mereka menunggu pedagang yang datang dari luar desa yaitu setiap satu minggu sekali.

B. Tujuan

1. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di sekitar TN

Sebangau.

2. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

3. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan.

C. Keluaran

Adanya perencanaan dan strategi untuk pengembangan sumber-sumber penghidupan yang

berkelanjutan di masyarakat.

Page 199: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

190

BAB II TEKNIS KEGIATAN

A. Metode yang digunakan

Adapun metode yang digunakan adalah dengan mengunakan alat-alat PRA, curah pendapat,

diskusi dengan pemerintah Desa Karuing, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat Desa

Karuing.

B. Tempat dan Waktu pelaksanaan

Tempat kegiataan ini berada di Desa Karuing pada tanggal 8 sampai 15 September 2014

C. Pihak yang terlibat

Pihak yang terlibat adalah:

• Tokoh masyarakat

• Tokoh pemuda

• Pemerintah Desa Karuing

• Masyarakat Desa Karuing

• Tito Surogo, Staff Balai Taman Nasional Sebangau

• Suwanto, Staff WWF Indonesia Kalimantan Tengah

• Surahmansyah, Fasilitator Desa

Page 200: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

191

BAB III

HASIL KAJIAN

1. Sejarah Desa

Tahun Kejadian penting

1892 - Berdirinya Dukuh KARUING

- Dikepalai oleh Kepala Dukuh UTUH MANDUNG

1915 - Kepala Dukuh di ganti NASIR DURAHMAN

1927 - Perubahan dukuh menjadi kampung

1927-1930 - Dikepalai oleh Kepala Kampung NASIR

1930-1956 - Perekonomian sangat sulit dan penduduk diserang penyakit cacar dan kusta, pada jaman penjajahan Jepang

- Dikepalai oleh Kepala Kampung GADUR

- Pembebasan lahan untuk masyarakat dari pemerintahan Belanda

1956-1961 - Pergantian Kepala Kampung GADUR NASIR diganti ANANG NASIR

- Adanya serangan gerombolan AJAY, perekonomian masih sulit

1961-1972 - Masih sulitnya perekonomian

- Mulai datang pengusaha kayu (perusahaan)

1971 - Perubahan kampung menjadi desa

1973-1976 - Pergantian Kepala Desa ARIN ANANG digantikan JAMHURI TOPEK

1976-1980 - Pergantian Kepala Desa JAMHURI TOPEK digantikan SARKAWI TAMRIN

- Pembangunan gedung SD INPRES

1981 - Pergantian Kepala Desa (PJS) dari SARKAWI TAMRIN diganti HAMSIN IBUS

- Bantuan dana desa ( BANDES) untuk Polindes (bangunan fisik)

1982 - PJS berganti dari HAMSIN IBUS diganti JAMHURI TOPEK

- Bantuan dana desa (BANDES) untuk pembelian mesin listrik desa

1982-1999 - Pergantian PJS JAMHURI TOPEK diganti kades JARNA JIDIN

1992 - Adanya irigasi untuk persawahan dikerjakan secara swadaya masyarakat

1994 - Bencana kebakaran terbesar

1995 - Bencana banjir (kurang lebih 1 tahun)

- Penyakit muntaber

1997 - Kemarau panjang (kurang lebih 9 bulan)

1999 - KADES JARNA JIDIN mengundurkan diri karena sakit

1999-2002 - KADES (PJS) BASRI

- Rehabilitasi bangunan langgar menjadi masjid

2002-2007 - Pergantian (PJS ) kades BASRI diganti ARDION LERES

- Pemekaran RT dari 2 RT menjadi 3 RT

- Pergantian LKMD menjadi BPD

Page 201: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

192

Tahun Kejadian penting

2003 - Rehabilitasi total gedung SD

2004 - Pembuatan jembatan titian desa (panjang 1.150 m, lebar 2 m)

2005 - Kesulitan perekonomian disebabkan penertiban illegal loging

- Perubahan mata pencaharian (perikanan, gemor ,rotan)

2006 - Kesulitan ekonomi disebabkan oleh musim kemarau

- Adanya kompensasi BBM (BLT)

- Masuknya proyek CKPP oleh CARE

- Bantuan KUBE Dinas Sosial KABUPATEN

2007 - Bencana banjir

- Bantuan PLTS (solar cell) dari kementerian ESDM pusat

2008 - PJS Kades : JHONSON

- Bantuan bibit itik dari CARE dan WWF proyek CKPP

- Penambahan bantuan jembatan titian

- Bantuan WC umum dari WWF sebanyak 3 unit di 3 RT

- Berdirinya bangunan Pustu

- Adanya bantuan kebun entres dari WWF

- Bantuan mesin genset 1 unit untuk masjid

- Rehabilitasi ringan gedung SD

- Visitor Center (ekowisata) kerja sama antara WWF dan masyarakat

2009 - Bantuan irigasi dari PU Kabupaten anggaran APBD

- Pergantian PJS JHONSON diganti ANDI LIANY

2010 - Pembangunan gedung SMP

- Pembangunan perpustakaan sekolah SD (APBD)

- Pembangunan Posyandu

- Bantuan air bersih dan sanitasi CWSHP

- Bantuan bibit padi IR (Dinas Pertanian Kabupaten)

- Kepala Desa definitif Andi Liany

2011 - Bantuan bibit rotan (Dinas Kehutanan Kabupaten)

- Bantuan perumahan guru SMP (2 unit)

- Bantuan bibit padi IR (Dinas Pertanian Kabupaten)

2012 - Bantuan transportasi air (mesin motor) dari Perhubungan Kabupaten

- Bantuan rehab rumah dari Dinas Sosial Kabupaten sebanyak 3 unit

2013 - Pelatihan Pemetaan Partisipatif ( YCI )

2014 - Pelatihan pembuataan kompor efisien dan arang (WWF)

- Pembuataan demplot rotan (WWF)

- Pembuatan Peraturan Desa (Kebakaran, Pengelolaan SDA, Demplot Rotan) dari WWF

Page 202: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

193

2. Sketsa Desa Karuing

Potensi Masalah Solusi

Sungai • Air surut ketika musim kemarau panjang

• Kualitas air tercemar oleh penyedot emas dan dari perusahaan sawit

• Terjadinya erosi

• Adanya sebagian masyarakat yang meracun ikan di sungai

• Berkurangnya hasil tangkapan ikan di sungai

• Memperbanyak budidaya ikan lokal di kolam

• Pembuataan aturan dalam penambangan emas di sungai

Danau dan Beje

• Menurunya hasil tangkap nelayan

• Banyaknya masyarakat luar yang menyetrum ikan di danau maupun di beje

• Sudah banyak jenis ikan yang berkurang

• Kualitas air di danau sudah tercemar ketika musim penghujan

• Banyaknya masyarakat mencari ikan

• Adanya pencurian ikan di dalam beje

• Membudidayakan ikan lokal di dalam keramba

• Masyarakat beserta Pemdes ikut dalam pengawasan bagi masyarakat luar yang masuk untuk mencari ikan

• Pembudidayaan ikan di dalam kolam terpal

Irigasi Sawah • Belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat

• Pertumbuhan tanaman kurang baik karena zat asam

• Masyarakat masih belum memahami dalam bercocok tanam di lahan gambut

• Adanya pelatihan dalam pengelolaan lahan di tanah gambut

• Pemerintah daerah dan pihak ketiga memberikan penyuluhan atau pelatihan dalam bercocok tanam di lahan gambut

Page 203: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

194

Potensi Masalah Solusi

Karet, rotan, jelutung dan gemor

• Harga rotan menurun

• Harga getah jelutung turun dan keberadaanya jauh ke dalam Taman Nasional Sebangau

• Areal jelutung banyak dibuka untuk perkebunan sawit

• Gemor berada di Taman Nasional Sebangau

• Masyarakat masih kesulitan dalam berkebun karet di lahan gambut

• Masyarakat diberikan izin untuk memanfaatkan hasil hutan non kayu di TNS

• Percepatan penetapan tapal batas dan zonasi

• Pelatihan budidaya karet di lahan gambut

PT. Arjuna • ` • Pemdes mendesak kepastian plasma ke perusahaan

• Pembuataan batas antara tanah masyarakat dengan perusahaan

3. Diagram Kelembagaan

Lembaga Masalah Solusi

WWF

Pengaruhnya sedang hubungan-nya dekat dengan masyarakat

• Lebih mendekatkan diri antara WWF dengan masyarakat

• Seringnya memberi pemahaman penyuluhan pentingnya menjaga lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

BTNS

Pengaruhnya besar Hubungannya jauh karena BTNS tidak ada sosialisasi dengan masyarakat dan pendekatan dengan masyarakat sangat kurang

• BTNS sering-sering memberikan penyuluhan tentang pentingnya Taman Nasional Sebangau

• BTNS sering-sering memberikan sosialisasi terhadap masyarakat

• Adanya kegiataan BTNS dalam pemberdayaan masyarakat

Page 204: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

195

Lembaga Masalah Solusi

YCI

Pengaruhnya sedang hubungannya sedang karena YCI tidak ada program pemberdayaan mata pencahariaan ke masyarakat dan kurangnya berkunjung di masyarakat tetapi YCI sangat membantu Pemerintahan Desa yaitu dengan membuat Peta Tata Kelola Desa

• YCI memberikan penyuluhan terhadap masyarakat terkait menjaga lingkungan

• YCI sering memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang tujuan keberadaan lembaga tersebut di Desa Karuing

Yayasan Puter

Pengaruhnya kecil dan hubungannya jauh karena belum dirasakannya kegiataan Puter di masyarakat dan program dari Puter belum diketahui oleh masyarakat Desa Karuing

• Dilakukannya sosialisasi program Puter terhadap masyarakat

PT. Rimba Makmur Utama

Pengaruhnya kecil dan hubungannya jauh disebabkan belum ada kegiatan pemberdayaan di masyarakat

• RMU memberikan program pemberdayaan di masyarakat Karuing dan sosialisasi tujuan PT. RMU

Koperasi

Pengaruhnya kecil hubungannya jauh karena tidak ada kegiatan yang meningkatkan perekonomian masyarakat, Koperasi tidak memiliki modal untuk kegiatan

• Penguataan kelembagaan koperasi

• Bantuan pendanaan dari Pemda maupun pihak ke-3 untuk menjalankan kegiataan koperasi

Pustu

Pengaruhnya besar hubungannya dekat cuma kekurangan staff

• Penambahan staff kesehatan di desa

PEMDES

Pengaruhnya besar hubungannya dekat karena melayani masyarakat

• Perlunya ditingkatkan kembali kinerja Pemdes untuk melayani masyarakat

PKK

pengaruhnya sedang hubungannya jauh karena kegiataan ibu PKK belum terlihat oleh masyarakat.

• Pembuataan rencana kerja dan penguataan kelembagaan PKK

Karang Taruna

Pengaruhnya kecil hubungannya jauh karena belum memiliki rencana kerja.

• Pemilihan pengurus Karang Taruna secara ulang

• Pembuataan rencana kegiataan tahunan

Page 205: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

196

4. Kajian Mata Pencaharian

TENAGA KERJA MATA PEN-

CAHARIAN laki-

laki

perem-

puan

PEMASARAN BAHAN BAKU

(HASIL) TAHAPAN MASALAH

Mencari ikan 60% 40% - Pembeli datang ke desa dan penampung yang ada di desa

- Penjualan setiap hari 2-3 kg per hari

- Harga @ Rp. 7.000,- - Rp. 20.000,-

- Pangilar tali

- Rengge

- Buwu

- Banjur / rawai

- Salambau

- Beje

- Tampirai / kabam

- Transport dengan ces

- Jukungan

- Sahiap (lokal)

- BBM (bensin)

- Melihat kondisi lokasi

- Melakukan pemasangan

- Untuk melakukan peng-ambilan ikan selang waktu 1 hari 1 malam setelah pemasangan

- Langsung dijual

- Populasi ikan berkurang

- Terlalu banyak pencari ikan

- Keadaan musim yang tidak tetap

- Harga tidak stabil

- Harga BBM naik

Petani rotan

80% 20% - Pembeli datang ke desa melewati penampung yang ada di desa

- Penjualan 2 kali dalam 1 bulan

- Harga per pikul:

- Sigi = Rp. 130.000

- Irit = Rp. 100.000

- Bulu = Rp. 200.000

- Parang

- Kapak

- Arit

- Batu asah

- Ces / jukung

- Pembibitan rotan

- Pemupukan (garam)

- Pembersihan lahan

- Penanaman

- Pemeliharaan (pemupukan)

- Panen / pemotongan rotan

- Langsung dijual (basah)

- Setelah penanaman terj-adi banjir sehingga tanaman tidak subur dan mati

- Akibat musim kemarau, anakan / tanaman mati

- Kebakaran

- Harga tidak stabil

- Jarak / senggang waktu panen 2 – 5 tahun

- Belum saatnya dipanen, masyarakat memaksa memanen karena kebutuhan ekonomi

Page 206: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

197

5. Analisa Usaha Tani Petani Rotan

Tahapan Bibit Penanaman Pemeliharaan Panen

� Pembuatan jalur pena-naman dalam 1 Ha :

- Lebar jalur 1 meter

- Jarak antar jalur 5 meter

- Total jalur 18 jalur per Ha

- Total HOK = 9 hari

- Upah per HOK Rp. 50.000

� Transport

- Mencari bibit 7 hari kerja untuk kebutuhan bibit sebanyak 324 bibit

- 7 hari x 2 ltr x @ Rp. 10.000/ ltr = Rp. 140.000

- Rokok 1 bungkus per hari 1 bks x 7 hari x Rp. 7.000 = Rp. 49.000

Harga bibit rotan / pokok Rp. 3.000

Rp. 3.000 x jumlah total bibit/ Ha 324 = Rp. 972.000

� Penanaman per hari :

- 100 bibit

- 3 hari

- 2 orang

- Jumlah HOK/hari

Rp. 50.000 x 3 hari x 2 orang = Rp. 300.000

� Transport BBM selama 3 hari 6 ltr x @ Rp. 10.000 = Rp. 60.000

� Rokok 2 orang untuk 3 hari = 6 bungkus

6 bks x @ Rp. 7.000

= Rp. 42.000

� Pembersihan + pemupukan :

- 7 hari x 2 orang = 14

- 14 hari x @ Rp. 50.000/ HOK = Rp. 700.000

� Pemeliharaan dilakukan selam 3 tahun, dalam 1 tahun 2 kali pembersihan dan pemupukan.

� Pembersihan dan pemupukan 2x3 tahun = 6 x @ Rp. 50.000/ hari

= Rp. 700.000 x 6

= Rp. 4.200.000

� Rokok 14 hari; 14 bks x 2 x Rp. 7.000 = Rp. 196.000; Rp. 196.000 x 6 kali/ 3 tahun = Rp. 1.176.000

- Garam untuk 1 Ha

= 324kg x Rp. 3.000

= Rp. 972.000

- 1 pohon 50kg x 324 = 16,2 ton

@ Rp. 130.000/pikul

Rp. 1.300.000 x 16,2 = Rp. 21.600.000/ Ha

Total hasil panen

2 (upah panen)

Rp. 21.600.000

2

= Rp. 10.800.000

Total pengeluaran ;

Rp. 8.479.000

= Rp. 10.800.000 - Rp. 8.479.000

Hasil yang didapat

Sub total = Rp. 639.000 Sub total = Rp. 972.000 Sub total = Rp. 520.000 Sub total = Rp. 6.348.000 Rp. 2.321.000/tahun

Page 207: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

198

6. Analisa Usaha Nelayan Sungai

Tahapan Modal Pemeliharaan Panen

- BBM 2 ltr / hari

2 ltr/ hari x 1 tahun

Rp. 720 ltr/ tahun x

= Rp. 7.200.000

- Pangilar / unit Rp. 100.000

- Rengge / unit Rp. 80.000

- Buwu / unit Rp. 75.000

- Rawai / set Rp. 150.000

- Salambau / unit Rp. 1.200.000

- Beje / unit Rp. 1.500.000

- Tampirai / unit Rp. 25.000

- Ces p = 7 meter / unit (Badan) Rp. 3.000.000

- Mesin komplit Rp. 2.000.000

- Pangilar Rp. 50.000

- Salambau Rp. 200.000

- Beje Rp. 700.000

- Mesin (badan) ces

Rp. 300.000

- Pangilar 36kg/ unit/ tahun; harga / kg Rp. 15.000

36kg x Rp. 15.000 = Rp. 540.000

- Rengge 36kg/ unit/ tahun; harga / kg Rp. 7.000

36kg x Rp. 7.000 = Rp. 252.000

- Buwu 18/ unit/ tahun; harga / kg Rp. 10.000

18kg x Rp. 10.000 = Rp. 180.000

- Rawai / unit/ tahun

720kg/ unit/ tahun; harga / kg Rp. 15.000

720kg x Rp. 15.000 = Rp. 10.800.000

- Salambau 200kg/ unit/ tahun; harga/ kg Rp. 15.000

200kg x Rp. 15.000 = Rp. 3.000.000

- Beje 450kg/ unit/ tahun; harga/ kg Rp. 7.000

450kg x Rp. 7.000 = Rp. 3.150.000

- Tampirai 36kg/ unit/ tahun; harga/ kg = Rp. 7.000

36kg x Rp. 7.000 = Rp. 252.000

= Rp. 7.200.000 = Rp. 8.175.000 = Rp. 1.250.000 = Rp. 18.174.000

TOTAL KESELURUHAN TOTAL PENGELUARAN ; Rp. 16.625.000 - TOTAL PENGHASILAN Rp. 18.174.000

SISA = RP. 1.549.000/tahun (penhasilan yang didapat)

Page 208: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

199

7. ANCAMAN

Ancaman terhadap sumber daya alam di Desa Karuing ini seperti:

- Penyetruman, meracun

- Kebakaran lahan

- Adanya perusahaan swasta yang masuk ke desa

- Banyaknya masyarakat dari luar desa yang mengambil ikan

8. Kalender Musim

Bulan Mata

Pencaharian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nelayan

LK: 80% - Pr: 20% vv vv vv vv vv vv v v v vvv v vv vv v V

Mencari rotan

LK: 80% - PR: 20% v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

Berladang (padi)

PR: 50% - PK: 50% v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

Pembersihan lahan untuk berkebun

PR : 40% - LK: 60%

v vv vvv vvv vvv

Berkebun karet

LK 50% - PR : 50% vv vv vv vv v v vv

Musim kebakaran v vv vvv vvv vv

9. Pengumpulan Masalah

Masalah Solusi

Perikanan

- Harga jual murah

- Menurunya hasil tangkapan ikan

- Banyaknya masyarakat dari luar desa yang ikut menangkap ikan di wilayah desa Karuing

- Banyaknya masyarakat yang bekerja mencari ikan

- Alat-alat masyarakat banyak yang sudah rusak

- Pelatihan pengolahan pasca panen (pembuataan kerupuk, abon)

- Pembudidayaan ikan lokal

- Pembuataan aturan

- Pengadaan alat tangkap ikan

Mencari rotan

- Harga jual menurun

- Masyarakat tidak memiliki ketrampilan dalam pengolahan rotan (anyaman)

- Kebun rotan masyarakat bila kemarau panjang sering kebakaran

- Belum memiliki pengetahuaan berbudidaya rotan yang berkualitas

- Pelatihan dalam membuataan anyaman rotan

- Adanya pelatihan dalam budidaya rotan yang berkualitas

- Dibukannya pasar untuk menampung hasil kebun masyarakat

Page 209: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

200

Masalah Solusi

Berladang padi

- Kesulitan pupuk

- Tidak ada pendampingan dari PPL

- Kesulitan mencari bibit dan obat-obatan

- Hasil panen hanya dikonsumsi sendiri karena tidak banyak hasil panen

- Yang berladang padi sedikit masyarakat

- Sering kebanjiran

- Pendampingan PPL lebih Intensif dilakukan

- Adanya bantuan pupuk dan bibit padi

- Diberikannya pelatihan bercocok tanam padi dilahan gambut

- Pembersihan irigasi secara gotong royong

Berkebun karet

- Kesulitan mencari bibit unggul

- Kurang pengetahuan berbudidaya karet

- Kesulitan mencari pupuk dan harganya mahal

- Kesulitan mencari obat rumput

- Sering kebakaran dimusim kemarau

- Pengadaan bibit unggul untuk karet

- Pelatihan berbudi daya karet di lahan gambut

- Adanya bantuan untuk pupuk dan obat-obatan untuk berkebun

- Pengaktifan RPK dan pengadaan sarana prasarana

10. Sejarah usaha masyarakat :

Tahun Jenis

Usaha 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2005 2010 2014

Nelayan xxxx xxxx xxxx xxx xxx xxx xxxx xxxx xxx

Gemor xxxx xxxx xxxx xxx x x

Logging xxxx xxxx xxxx xxxx

Pantung xxxx xxxx xxxx xxx

Akar klamis xxxx

Hangkang xxxx

Berladang xx xx xx xx xx xx xx x x

Sawit xx xxx

Page 210: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

201

11. Matriks Pemeringkatan Masalah

Masalah Kriteria dan Nilai Pembobotan Urutan

Dirasakan oleh orang banyak

Sangat Parah

Menghambat Peningkatan Pendapatan

Total Ranking

Memperbanyak budidaya ikan di kolam terpal

9 8 10 28 II 3

Memanfaatkan lahan masyarakat yang tidak di-kelola dengan berkebun dan berladang

10 10 10 30 I 1

Pembuatan tapal batas TNS

10 10 9 29 II 5

Pembuataan tapal batas antara tanah masyarakat dengan perusahaan sawit

10 10 7 27 III 6

Pelatihan budidaya karet di lahan gambut

10 10 10 30 I 2

Pemdes mendesak PT. Arjuna untuk plasma masyarakat

10 9 6 15 12

Pemberian izin ke ma-syarakat untuk meman-faatkan hasil hutan non kayu di dalam TNS

10 6 7 23 IV 7

Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang Taman Nasional Sebangau

10 5 6 21 VI 8

Penguataan kelembagaan koperasi

7 4 8 19 VII 10

Peningkatan kinerja Pemdes dalam melayani masyarakat

10 6 4 20 V 9

Sosialisasi dari pihak ketiga tentang maksud dan tujuan secara terus menerus ke masyarakat

10 3 3 16 VIII 11

Pengadaan alat penangkap ikan

10 9 10 29 II 4

Page 211: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

202

12. Gagasan Program

Usulan Program Keterangan

1. Berkebun karet dan kopi Melihat seringnya kebakaran lahan akibat lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan maka masyarakat akan memanfaatkan lahan lahan tersebut untuk berkebun guna investasi jangka panjang

2. Budidaya karet PB260

3. Budidaya karet dan kakao

Dengan semakin bertambah pentingnya masyarakat desa untuk memanfaatkan lahan yang terlantar dan memiliki nilai ekonomi jangka panjang masyarakat Desa Karuing membuka lahan guna dimanfaatkan untuk berkebun karet dan yang ada nilai ekonomi

4. Berladang padi Untuk memanfaatkan lahan yang terlantar masyarakat juga memanfaatkan lahan dengan berladang guna pemenuhan kebutuhan beras tidak lagi membeli dari para pedagang dari luar desa

5. Berternak kambing Banyaknya makanan ternak yang tersedia di sekitar desa maka masyarakat juga berharap bisa difasilitasi untuk beternak kambing

6. Budidaya ikan nila dalam keramba

7. Budidaya ikan papuyu

Semakin menurunnya hasil tangkapan ikan maka masyarakat memiliki rencana dalam berbudidaya ikan di kolam maupun keramba dengan melihat potensi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat seperti di atas maka ini salah satu masyarakat untuk memanfaatkan lahan-lahan di samping rumah guna budidaya ikan

8. Alat tangkap ikan Mahalnya peralatan tangkap ikan dan semakin menurunnya hasil tangkap ikan dikarenakan salah satu faktor yang menjadi permasalahan dalam hasil tangkap ikan maka masyarakat berencana membuat alat tangkap ikan

BAB IV

Penutup

1. Kesimpulan

Data Analisa Kesimpulan

Hasil tangapan nelayan banyak mengalami penurunan

Disebabkan oleh:

- Adanya penyetruman, peracunan

- Banyaknya masyarakat dari desa lain yang ikut menangkap ikan di wilayah Desa Karuing

- Adanya limbah perusahaan sawit

- Banyaknya masyarakat yang me-nambang d`i Sungai Katingan untuk di desa-desa di atas

- Kondisi air sungai tercemar

Menurunya hasil tangkapan ikan karena banyaknya masyarakat yang melakukan penangkapan ikan tidak memperhatikan keberlangsungan usaha perikanan.

Akibat kualitas air tercemar maka ikan-ikan yang ada tidak bisa bertahan hidup pada kondisi air yang tercemar sehingga diperlukannya budidaya ikan di kolam (kolam terpal)

Hasil pertanian tidak mencukupi buat masyarakat desa (padi, sayur-sayuran)

Seringnya terjadi banjir di Desa Karuing dan irigasi yang tidak berfungsi karena belum ada serah terima kepada desa dari Dinas PU sehingga masyarakat belum bisa memanfaatkan sarana irigasi tersebut

Masyarakat Desa Karuing belum memahami cara bercocok tanam di daerah gambut.

Masyarakat hanya bercocok tanam pada saat musim kemarau panjang dan sering mengalami gagal panen

Page 212: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

203

Data Analisa Kesimpulan

Perkebunan masyarakat yang tidak produktif lagi

Harga hasil kebun mengalami penurunan seperti karet, rotan, jelutung

Masyarakat masih kesulitan dalam pengolahan hasil kebun sesuai dengan standar yang diinginkan perusahaan dan bibit yang ditanam oleh masyarakat dari bibit asalan sehingga kualitas hasil juga mempengaruhi

Menurunnya hasil perkebunan diakibatkan masyarakat pengolahan hasil yang tidak sesuai dengan standar sehingga yang mempengaruhi kualitas hasil dan harga jual dan dijual ke tengkulak yang ada di desa maupun dari desa tetangga

Kelembagaan Masyarakat

Balai Taman Nasional Sebangau

Hubungan masyarakat dengan Balai Taman Nasional Sebangau masih jauh dan pengaruhnya kecil

Masyarakat kurang mendapat sosialisasi dari Balai Taman Nasional Sebangau dan manfaat dari adanya Taman Nasional Sebangau tujuan adanya Balai Taman Nasional Sebangau belum tersosialisasi dengan baik di tingkat masyarakat

PKK PKK memiliki pengaruh yang sedang tetapi hubungannya jauh

Tidak adanya dana untuk kegiataan PKK di desa dan PKK yang ada di kecamatan dan kabupaten kurang memberi pelatihan terhadap PKK yang di desa

Karang Taruna Pengaruhnya kecil dan hubungannya jauh

Karang Taruna belum memiliki perencanaan kegiataan tahunan dan tidak ada dana untuk kegiatan Karang Taruna dan perlunya perubahan ulang pengurus Karang Taruna tersebut

2. Rekomendasi

Rekomendasi dari kajian ini diharapkan adanya pendampingan yang intensif dalam implementasi

di lapangan mengingat ini mengunakan kelompok yang sangat banyak dan adanya evalusi rutin

yang dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang ada di tingkat kelompok.

3. Saran

Saran dari pengkajian ini dalam membawa program harus melihat potensi dan permasalahan

yang ada di tingkat desa guna untuk keberlanjutan dalam program tersebut dan adanya rasa

saling memiliki, membuat perencanaan secara bersama-sama dan melibatkan semua

masyarakat. Jangan membuat janji atau apapun yang bisa menimbulkan konflik di masyarakat.

Selain itu perlu disepakati pembagiaan peran yang jelas antara kelompok, Pemerintah Desa dan

WWF supaya ada rasa saling memiliki terhadap program yang dilaksanakan.

Page 213: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

204

Lampiran 2 – 8 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Tumbang Bulan

Disusun Oleh:

1. Ma’mun Ansori

2. Fahmi

3. ….

4. Masyarakat Tumbang Bulan

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 214: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Studi Strategi

Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Tumbang Bulan”. Kajian ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip belajar

dari masyarakat, berbagi pengalaman kepada masyarakat, santai, informal serta

saling menghargai.

Sebagai penyusun laporan, kami menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh

dengan keterbatasan kami tidak mungkin dapat menyelesaikan laporan hasil kajian

di Desa Tumbang Bulan ini tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pihak-

pihak yang tanpa pamrih membantu kami dalam melakukan kajian adalah seluruh

warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh pemuda masyarakat

Tumbang Bulan, H.M. Yusran HA selaku kepala Desa Tumbang Bulan, Kecamatan

Kamipang; serta Bapak Ir. Adib Gunawan, selaku Kepala Balai Taman Nasional

Sebangau beserta segenap staf Balai Taman Nasional Sebagau.

Tim menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-

kata maupun pembahasan di dalam laporan kajian ini masih jauh dari sempurna.

Karena itu, dengan penuh kerendahan hati Tim mengharapkan saran, kritik, dan

pengarahan yang konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan laporan kajian ini.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Palangkaraya, September 2014

Tim Penyusun

Page 215: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

I. Kajitindak Desa Tumbang Bulan

Satu langkah dalam membangun kerjasama antara warga masyarakat desa

Tumbang Bulan sebagai salah satu desa di sekitar Kawasan Taman Nasional

Sebangau dengan pihak Balai Taman Nasional Sebangai (BTNS) dan Yayasan

World Wide Fund for Nature (WWF) dalam mengembangkan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan masyarakat, adalah melakukan

suatu kajian bersama warga masyarakat. Gambaran pengkajian tersebut adalah

sebagaimana disampaikan dalam laporan ini.

A. Latar Belakang

Kawasan Sebangau ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui SK Menteri

Kehutanan No. 423/Menhut/II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004 dengan

luas + 568.700 ha. Kawasan ini terletak di antara Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sebangau dan Katingan, serta secara administratif berada di wilayah Kota

Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Katingan, Provinsi

Kalimantan Tengah.

Ekosistem gambut Sebangau merupakan salah satu ekosistem yang

kondisinya relatif masih baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, dan

dalam kondisi alami memiliki ciri-ciri khusus serta menyediakan berbagai

produk alam dan fungsi ekologi yang penting. Lahan gambut merupakan

kawasan yang memainkan peranan sangat penting sebagai gudang

penyimpanan karbon dan pengatur tata air. Karena itu kestabilan ekosistem

ini merupakan salah satu faktor penentu kualitas hidup manusia, baik di

tingkat lokal, regional, nasional maupun global.

Selain itu, sebelum ditetapkan menjadi Taman Nasional, produk hutan

berupa kayu komersial di kawasan ini telah dimanfaatkan oleh 13

perusahaan kayu, sedangkan berbagai produk non-kayu seperti lateks, buah-

buahan, bahan obat-obatan, kulit dan bunga telah dimanfaatkam

masyarakat lokal sebagai tambahan sumber pendapatan.

Hutan rawa gambut juga menjadi habitat ikan untuk pemijahan,

pendewasaan dan sumber makanannya. Ikan dari hutan rawa gambut

merupakan sumberdaya yang penting bagi masyarakat lokal, baik sebagai

sumber pendapatan maupun sebagai sumber protein dalam pola makan

mereka sehari-hari.

Survei yang dilakukan oleh Edutama Envirocare menunjukkan masih

intensifnya pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan Taman

Nasional (lihat Lampiran 1).

Page 216: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Intensitas pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan tentunya

berpengaruh ter-hadap keutuhan ekosistemnya sehingga BTNS dan WWF

Indonesia mendorong pengembangan mata pencaharian berkelanjutan di

desa-desa sekitar Taman Nasional Sebangau agar pengembangan

perekonomian di zona penyangga selaras dengan tujuan-tujuan perlindungan

kawasan. Saat ini tercatat ada 39 desa dan kelurahan yang bertetangga

langsung dengan kawasan Taman Nasional Sebangau, dan delapan desa

lainnya yang memiliki akses dan memanfaatkan sumberdaya di dalam

kawasan tersebut. Hingga saat ini tercatat ada 17 desa/kelurahan yang telah

mendapat bantuan program pengembangan mata pencaharian

berkelanjutan. Meskipun belum pernah diadakan evaluasi terhadap program-

program ini, namun melalui observasi diperoleh kesan bahwa program-

program itu belum secara signifikan memberikan dampak yang baik pada

upaya perlindungan kawasan maupun pada upaya pengembangan

perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat. Karena itu dianggap perlu

untuk memahami situasi perekonomian terkini di zona penyangga melalui

sebuah studi komprehensif sebagai dasar untuk selanjutnya mengembang-

kan strategi pengembangan mata pencaharian berkelanjutan yang lebih

tepat sasaran dan tepat-guna.

B. Desa Tumbang Bulan

Pada awalnya Desa Tumbang Bulan adalah sebuah pedukuhan tempat orang

menanam sayur, padi dan mencari ikan. Nama Muara Bulan diambil dari

nama sungai yang tepat ada di seberang kampung yang namanya Sungai

Bulan, menurut Pak Mardi Ipung nama Sungai Bulan mungkin karena kalau

orang sudah bekerja di sana tidak ada yang dalam hitungan hari atau minggu

tapi memakan waktu bulanan, makanya sungai tersebut di beri nama Sungai

Bulan. Sungai tersebut dulu tempat mencari hasil alam berupa pantung,

hangkang dan lain-lain. Kebanyakan yang berusaha di sana adalah orang dari

Mendawai, karena merasa jauh ada tiga KK yang pada sekitar tahun 1954

adalah Pak Jata/Bapa Amas (menurut informasi Pak Jata berasal dari

Kahayan), Ukam, dan Pak Mansur, mereka memutuskan untuk tinggal di

sana.

Sekitar tahun 1958 ditunjuk Pak Mahyudin sebagai Kepala Dusun Muara Bulan

dengan desa induk di Mendawai, Kecamatan Katingan Kuala. Pada awalnya

nama desa ini adalah Muara Bulan, namun karena ada kesalahan cetak oleh

pemerintah sehingga menjadi Tumbang Bulan.

Page 217: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Legenda Sungai Bulan

Dulu ada dua bersaudara orang Kahayan yang tinggal di Sungai Bulan untuk

mencari ikan, mereka pasang bubu (lukah) dll. Pada saat melihat bubunya

ternyata di dalam ada telur yang lumayan besar, yang karena merasa tidak

ada gunanya maka dia buang saja telur tersebut. Ternyata besoknya telur

tadi ada lagi di dalam bubu mereka dan terus dibuang lagi, kejadian ini

terjadi sampai tiga hari berturut-turut. Karena merasa bosan setiap hari ada

telur tersebut maka diambil lah telur tadi oleh sang kakak dan dibawa ke

pondok dan dimasaknya. “Dik kita bagi dua ya telur ini buat adik sebelah

dan buat saya sebelah”. Lalu sang adik bilang “Ngga ah kak saya ngga

berani makan telur yang ngga jelas darimana dan kita ngga tau itu telur

apa”, kata adiknya. Lalu sang kakak saja yang memakan telur tersebut.

Tidak lama setelah mereka makan tiba-tiba sang kakak yang memakan telur

tadi merasa kepanasan. “Dik tolong kipasi saya panas sekali”, kata sang

kakak. Lalu adiknya mencoba mengipasi kakaknya, yang karena tidak merasa

adem juga lalu sang kakak ini menceburkan dirinya ke sungai, tapi tetap

saja dia merasa kepanasan. Setelah agak lama tiba-tiba badan sang kakak ini

tadi manjadi tumbuh sisik-sisik dan tubuhnya semakin panjang menyerupai

ular. “Dik tolong ikat tangan saya ini pakai rotan, biar saya ngga kemana-

mana”, kata sang kakak. Tapi semakin lama badan sang kakak ini semakin

panjang saja seperti ular sampai tinggal kepalanya saja. “Dik mungkin ini

takdir saya sudah seperti ini, tolong kasih tahu orang tua dan keluarga kita

kalau saya ngga akan bisa ketemu lagi sama mereka”. Lalu kemudian dia

berubah jadi ular besar (menurut warga menjadi naga). Dan karena sang

naga tadi bergerak maka banyak sekali pohon rasau yang bertumbangan dan

akhirnya jadi seperti sebuah anak sungai yang sekarang di beri nama

“Hantasan Naga” oleh warga setempat.

Tumbang Bulan desa paling hulu di Kecamatan Mendawai, yang berbatasan dengan

Kecamatan Kamipang, dengan jumlah penduduk kurang lebih 503 dengan 133 KK

yang tercatat dalam data monografi desa tetapi kenyatan bahwa banyak penduduk

tidak ada di desa merantau untuk mencari pekerjaan di luar.

1. Sumber daya manusia

Penduduk Desa Tumbang Bulan memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan, bertani dan mencari emas di Sungai Kelaru semenjak ditertibkan

illegal logging 2005. Semenjak ditertibkan kayu tersebut banyak anak-anak

masyarakat Tumbang Bulan putus sekolah sampai SD dan SMP karena tidak

ada biaya.

Page 218: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

2. Sumber daya alam

Potensi sumber daya alam yang ada di Desa Tumbang Bulan adalah sungai,

danau, hutan, kebun rotan. Sungai dan danau merupakan akses masyarakat

untuk mencari nafkah dengan mencari ikan seperti behau (gabus), pentet

(lele), kakapar, saluang, baung, lais, tapah sedangkan untuk jenis ikan

keramba adalah ikan tauman. Hutan juga merupakan tempat masyarakat

berusaha untuk mencari kayu bakar dan berburu binatang mencari burung.

Beberapa jenis pohon yang ada di hutan tersebut adalah rangas, kaja, banuas,

kambasira, tilab, takapas. Jenis hewan yang masih ada seperti bekantan,

monyet, burung punai, tabuhan, tampulu, dll. Kebun rotan juga merupakan

aset masyarakat Desa Tumbang Bulan. Jenis rotan yang ada adalah rotan Irit,

rotan taman, rotan sigi, bujungan, ahas.

3. Kondisi fisik Desa Sungai Bulan adalah : a. Pasar Desa, perencanaan pembangunan dilakukan secara bersama

dengan tujan pembangunan ini untuk mempermudah mendapatkan keperluan rumah tangga, dan mempermudah masyarakat menjual hasil pertanian.

b. Puskesdes, mempermudah masyarakat mendapatkan layanan kesehatan, mempermudah ibu hamil mendapat pelayanan kandungan.

c. Irigasi, bisa dipergunakan sebagai akses ke lahan pertanian, sebagai tempat untuk ikan dan tempat untuk pengairan sawah.

d. Titian Desa, sebagai jalan masyarakat di desa, sebagai jalan untuk menghindari terjadinya banjir. Menurut masyarakat jalan desa yang terbuat dari kayu kurang panjang.

e. Rumah Ibadah (Masjid), untuk melaksanakan ibadah, sebagai tempat untuk belajar alqur’an bagi masyarakat. Menurut masyarakat perlu ada renovasi.

CITA-CITA BIDANG LINGKUNGAN & SUMBER DAYA ALAM 1. Air bersih 2. Lahan pertanian yang bebas dari hama penyakit 3. Budidaya karet dan pemasarannya (berhasil dari kebun dan pemasaran yang

mudah dengan harga yang layak) 4. Penangkapan ikan yang ramah lingkungan (tidak memakai strum dan racun) 5. Penanganan banjir dalam bidang pertanian 6. Peraturan mengenai pembakaran danau-danau untuk mencari ikan 7. Pembentukan tim pengawasan dalam pembakaran danau-danau dan

penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan (nyetrum dan racun). 8. Pemanfaatan lahan tidur untuk perkebunan karet dan lain-lain

Sumber RPJMDes

Page 219: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

f. Taman Iq’ro, sebagai tempat untuk anak-anak belajar al-qur’an, meningkatkan pemahaman anak-anak tentang agama, akhlak anak-anak menjadi semakin baik. Menurut masyarakat gurunya perlu ditambah, bangunannya perlu dibuat karena masih di tempat warga, mendaftarkan akta ke notaris.

g. Kantor Desa, sebagai tempat musyawarah masyarakat desa. Menurut masyarakat perlengkapan Kantor Desa masih kurang, dan penerangan Kantor Desa masih belum ada.

h. Gedung SD dan SMP, agar anak-anak tidak jauh menuntut ilmu, bisa melanjutkan pendidikan SMP di desa, gurunya jarang ada di tempat, peralatan belajar-mengajar masih kurang.

i. Perkebunan Rotan dan Karet, menambah pendapatan masyarakat, berkurangnya lahan terlantar. Menurut masyarakat pemasarannya susah, belum ada pelatihan pengelolaan hasil kebun sesuai dengan standar yang baik.

j. Perikanan, menambah penghasilan masyarakat, menambahan protein untuk masyarakat. Menurut masyarakat perlu pembudidayaan ikan di keramba, jumlah bantuan dari WWF masih sedikit hanya ada 18 KK yang dapat.

k. Pelabuhan Desa, untuk persinggahan taksi klotok, sebagai tempat bongkar muat. Menurut masyarakat kurang besar bangunannya, bahan bangunannya yang kurang baik tidak dari kayu ulin.

4. Finansial

Masyarakat Desa Tumbang Bulan tidak memiliki lembaga keuangan /

koperasi tempat menabung, tetapi sebagian masyarakat memiliki rumah di

luar desa seperti di Palangka Raya hasil kejayaan zaman Kayu. Akan tetapi

mereka memiliki asset atau tabungan yang sifatnya milik perorangan dalam

bentuk barang seperti tanah pekarangan serta rumah, kebun rotan dan karet,

emas, serta rumah walet (hampir 24 rumah dan terus bertambah). Demikian

juga bantuan yang diberikan, baik dari Pemerintah maupun dari pihak ketiga,

merupakan aset yang dimiliki desa seperti: Pusyandu, bantuan keramba oleh

WWF dan BTNS, jalan desa, irigasi dan sawah yang siap tanam, bantuan klotok

dan mesinnya dari Dinas Perikanan, bantuan buku untuk Perpustakaan Desa

(WWF), bantuan pembangunan gedung SD dan SMP, perumahan guru dan

perpustakaan dari Provinsi, pembelian tanah untuk desa (dijadikan lapangan

bola), program pemerintah melalui penanaman KBR (karet dan jabon).

Page 220: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

CITA-CITA BIDANG SOSIAL BUDAYA 1. Pendidikan

- Penambahan guru PNS SD dan SMP

- Pembagunan gedung sekolah TK dan guru TK

- Pembentukan lembaga anyaman dan pelatihan anyaman

- Olah raga

- Pelatihan dan pengadaan alat rias pengantin

- Kursus menjahit

- Pelatihan membuat bahan makanan abon, kripik, nugget, kerupuk ikan

- Pelatihan hadrah, dan maulid habsyi 2. Kesehatan

- Pengobatan gratis

- Persalinan gratis dan vitamin bayi dan balita

- Gotong royong membersihkan irigasi, memperbaiki jembatan, membersihkan lapagan dan fasilitas umum

- MCK umum (mandi, cuci, kakus) 3. Pemerintahan

- Penambahan honorium Aparat Desa dan BPD

- Penambahan fasilitas Kantor Desa (TV, kipas angin, generator, sound system)

CITA-CITA BIDANG EKONOMI

1. Swadaya pangan (padi)

2. Lapangan pekerjaan banyak

3. Setiap KK memiliki kebun karet, buah, rotan, jelutung agar taraf hidup

masyarakat meningkat

4. Pembuatan tambak ikan lokal yang ada di daerah sendiri seperti tahuman,

papuyu, gabus, lais, baung

5. Peternakan masyarakat seperti ayam, kambing, itik, sapi

6. Berkebun di pekarangan rumah untuk mencukupi kebutuhan keluarga

7. Penganyam diberi pelatihan dan diarahkan hasil anyaman dapat dipasarkan

keluar daerah (anyaman rotan, bambu, purun)

8. Pelatihan budidaya karet

9. Pembudidayaan/ternak burung

10. Pelatihan meubel

11. Pelatihan cara pengelolaan hasil perikanan seperti, presto, abon, krupuk

ikan

12. Budidaya jamur

13. Koperasi yang aktif di segala bidang

14. Lahan pertanian yang terawat

15. Alat komunikasi dan listrik

Sumber : Dokumen RPJMDes

Page 221: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

4. Olah Raga – Pembuatan lapangan bulu tangkis

- Penimbunan lapangan bola dan lapangan volly Sumber : RPJMDes

5. Sosial Kelembagaan Desa Tumbang Bulan menurut masyarakat sekarang :

1. Karang Taruna. Walaupun baru dibentuk sepertinya karang taruna sudah bisa

bikin anak muda mulai bersatu (Ketua KT).

2. Remaja Masjid. Dulu memang ada dan lumayan aktif, tapi sekarang sudah

tidak seperti dulu karena anggotanya banyak yang keluar dari kampung.

Kegiatan yang dilakukan dulu selain PHBI juga melakukan gotong-royong

misalnya untuk melakukan pembersihan kuburan, pembersihan halaman

masjid, juga pembersihan masjid di setiap Kamis sore,dan Jumat pagi.

3. Arisan Yasinan bapak-bapak setiap malam Jum’at dulu ada tapi sekarang

sudah tidak jalan lagi.

4. Arisan Yasinan ibu-ibu setiap Jum’at siang, anggotanya semua ibu-ibu, tapi

biasanya yang turun ke arisan cuma sekitar 20% karena banyak yang sibuk.

Manfaat yang besar cuma untuk ibu-ibu karena anggota semua ibu-ibu, tapi

kami yang bapak-bapak memang mendukung untuk kegiatan ini.

5. R P K. Pada tahun 2008 pembentukan RPK dan ada alat dulu dari CARE, tapi

sekarang sudah tidak ada lagi, tinggal selangnya saja.

Keanggotaan/kepengurusan harus dirombak lagi karena banyak anggota yang

sudah tidak ada di kampung karena cari pekerjaan di luar. Dengan keadaan

yang sekarang walupun ada kebakaran kemungkinban masyarakat cuma

nonton saja karena tidak ada alat, dan anggota RPK banyak yang tidak ada

di kampung. Pernah ada wacana waktu rapat di BAPPEDA kalau nanti semua

anggota RPK akan dikasih insentif dan diasuransikan mengingat pekerjaan ini

lumayan beresiko.

6. PKK. “Menurut saya ngga ada kegiatan”. Dana PKK jarang tersalurkan

sebagaimana mestinya, ini yang bikin ibu-ibu pengurus/anggota PKK malas

mengadakan/turun ke kegiatan PKK. “Kata ibu-ibu PKK lebih bagus di masa

pemerintahan yang lalu”.

7. BPD berfungsi dengan baik.

8. Fardhu Kifayah. Sangat bermanfaat buat masyarakat. Kalau ada yang

meninggal semua sudah disediakan oleh Fardhu Kifayah. Iuran yang dipungut

dari setiap KK adalah Rp 2.000/ bulan.

9. Tunas AMPI (dulu ada tapi sekarang sudah tidak ada lagi).

10. GAPOKTAN. Walaupun seharusnya yang dapat hanya 20 KK tapi bisa diambil

kebijakan untuk membagikan yang semua anggota kelompok dan yang bukan

anggota kelompok. Banyak anggota Gapoktan yang tidak menetap di

kampung.

Page 222: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

11. R M U. Ragu-ragu karena belum ada kejelasan. “Katanya dulu mau jual

karbon teryata sekarang mereka juga memelihara orangutan“. “Karena ada

RMU lahan sawit yang awalnya 18.000 Ha menjadi 12.000 Ha”.

12. PT PEAK. Nanti kalau jadi manfaatnya lumayan besar karena masyarakat

bisa bekerja di sana walaupun kita tidak punya pendidikan yang memadai.

Kalau di RMU yang bisa kerja di sana hanya orang yang punya pendidikan

tinggi. “Harapan kami lebih besar sama sawit ketimbang RMU”.

13. KUD Usaha Bersama. Manfaatnya masih belum dirasakan karena baru

dibentuk, badan hukum juga belum ada. Anggotanya seluruh masyarakat, itu

yang bikin lebih dekat dengan masyarakat.

14. FORMAS. Belum ada dasar hukum yang kuat dan informasi yang belum jelas.

Jangan-jangan ini hanya untuk kepentingan TN dan WWF saja, bukan

kepentingan masyarakat yang dibawa, karena biasanya bantuan-bantuan itu

ada yang dimau.

15. POSPOL. Hanya menjaga keamanan masyarakat.

16. Posyandu. Imunisasi, peningkatan gizi anak, kadernya jarang ada di tempat,

bidannya tidak ada, penimbangan balita setiap tanggal 14.

17. Koperasi TKBN, jumlah anggotanya 38 orang.

18. Pustu, POSKESDES. Imunisasi, peningkatan gizi anak, kadernya jarang ada di

tempat, bidannya tidak ada, penimbangan balita setiap tanggal 14.

19. Komite Sekolah. Mewakili wali murid, Kepala Sekolah jarang koordinasi

dengan Ketua Komite.

20. SRK (Suara Rakyat Katingan). Banyak yang

tidak tahu tentang SRK. Kadang-kadang Polisi

takut sama LSM.

21. BTNS. Tidak ada sosialisasi hanya mau

klaim wilayah saja. Katanya mau

menyejahterakan masyarakat, tetapi mengapa

hanya hutan sama binatang saja yang

diurus.TNS itu memikirkan yang tidak ada, tapi

malah yang ada sekarang tidak dipikirkan. Selama ini hanya WWF saja yang

berkecimpung/aktif walaupun mereka hanya mitra TNS.

C. Tujuan Pengkajian

Tujuan kajian secara umum adalah: Memberdayakan masyarakat dalam

perencanaan pengembangan ekonomi mandiri berbasis sumber-sumber

penghidupan secara berkelanjutan.

Sementara beberapa tujuan khususnya adalah:

a. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam

perumusan strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan masyarakat di sekitar TN Sebangau.

Page 223: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

b. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber

penghidupan berkelanjutan di tingkat kawasan.

c. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan untuk Desa Tumbang Bulan.

II. Metodologi Kajitindak Partisipatif

Kegiatan kajitindak ini dilakukan dengan metode pendekatan yang tekanannya

pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dari mulai

mengamati, meng-analisa, dan membuat perkiraan serta merencanakan,

bahkan hingga pelaksanaan program. Metode ini menggunakan prinsip-prinsip

belajar dari masyarakat sehingga fasilitator lebih berperan sebagai pemandu.

Diharapkan bahwa melalui penggunaan metode tersebut akan tercipta suasana

saling belajar, saling berbagi pengalaman, secara santai dan (informal) serta

saling menghargai dan diharapkan melibatkan seluruh masyarakat.

Cakupan dan lokasi kajian adalah Desa Tumbang Runen, Kecamatan Kamipang,

Kabupaten Katingan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sekunder dan dokumen tertulis dari berbagai

sumber seperti laporan, catataan peneliti, koran, majalah dan foto-foto

yang diterbitkan oleh instansi teknis.

2. Kunjungan awal/observasi, membangun kepercayaan, dan keterbukaan

untuk pengembangan perencanaan kegiatan kajitindak.

3. Bersama masyarakat melihat secara langsung potensi desa, danau,

kebun dan kondisi lingkungan secara umum.

4. Melakukan pengkajian dengan pengamatan langsung, diskusi terfokus

dan wawancara semi–terstruktur, serta berbagai diskusi yang

mengunakan beberapa alat bantu kajian, antara lain: Alur Sejarah Desa

(berbagai kejadian penting menurut masyarakat desa), Diagram Venn

untuk menganalisa hubungan dan manfaat kelembagaan desa, Kalender

Musim tentang kondisi alam, Transek Desa untuk melihat kondisi

sumberdaya alam desa, Sketsa Desa tentang sebaran sumberdaya alam

dan ancaman-ancaman terhadap sumberdaya alam tersebut, Matriks

Mata Pencaharian untuk menelaah sumber penghidupan desa, dan

Perencanaan Program.

Informasi, data, masalah, ancaman dan lainnya yang diperoleh sebagai hasil

kegiatan yang dilakukan disampaikan dalam forum diskusi yang melibatkan

perwakilan masyarakat dengan tujuan pengecekan informasi tersebut sehingga

dapat dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap informasi tersebut. Untuk

selanjutnya, dilakukan pengelompokan/indentifikasi masalah dan ancaman

Page 224: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

sehingga peserta pertemuan dapat menyusun perencanaan program

penyelesaian masalah tersebut bersama.

III. Pelaksanaan Kajian

A. Rencana Kegiatan

Kegiatan kajitindak di Tumbang Bulan dilaksanakan pada tanggal 16 - 21

September 2014 mengikuti jadwal pelaksanaan di lapangan yang disepakati

bersama dengan warga masyarakat serta disesuaikan dengan jadwal mereka.

Jadwal kegiatan di lapangan yang disepakati tersebut ditampilkan dalam

Tabel 1.

Tabel 1: Alur Proses Kegiatan di Lapangan

Hari/ Tanggal

Waktu Kegiatan / Topik Lokasi Instrumen

Selasa,

16/9/2014

10.00 - 16.00

koordinasi dengan Kepala Desa (perencanaan pertemuan awal)

Rumah Kepala Desa

Surat, diskusi

Rabu, 17/9/2014

Malam Pertemuan awal penyampaian maksud dan tujuan Tim kajian

Rumah Reming (Tumbang Bulan)

Menyampaian semua alat yang akan digunakan

Kamis, 18/09/2014

Pagi Sejarah desa Balai Desa Alur sejarah

Pagi Mata pencaharian, kalender musim

Rumah Kepala Desa

Matriks mata pencaharian (peserta Ibu-ibu)

Sore Potensi desa Balai Desa Transek Desa

Malam Sketsa Desa, potensi Rumah H. Anto

Peta Desa

Jum’at, 19/09/2014

Pagi Wawancara Desa Data Sheet

Malam Kelembagaan desa dan kondisi Tumbang Bulan

H. Anto Diagram Venn, Bagan Kecenderungan

Sabtu,

20/09/2014

Malam Pleno Balai Desa Pengambilan seluruh istrumen

Page 225: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Catatan: Di luar proses pengkajian ini, Tim juga melakukan beberapa wawancara dan

kegiatan pengamatan langsung di sekitar Desa Tumbang Bulan

B. Tim Pelaksana

Proses kajitindak partisipatif dipandu oleh Tim terpadu yang terdiri dari staf

Balai Taman Nasional Sebangau, staf WWF, dan warga masyarakat desa

sebagai berikut:

1. Fahmi Nurjaman (Staff Balai Taman Nasional Sebagau)

2. Ma’mun Ansori (WWF-Indonesia Kalimantan Tengah)

3. Deny Kurniawan (Staff Balai Taman Nasional Sebagau)

4. Muhammad Effendi (masyarakat Tumbang Runen)

5. Masyarakat Tumbang Bulan

C. Pelaksanaan Kajian

Secara umum kegiatan kajian dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

disepakati. Rata-rata peserta tiap pertemuan adalah 35 orang, baik laki-laki

(80%) dan perempuan (20%), tetapi dalam prosesnya terkait pengkajian mata

pencaharian dan kalender musim seluruhnya dihadiri oleh ibu-ibu. Partisipasi

warga masyarakat yang hadir dalam diskusi hidup dan berkembang, ini terlihat

setiap gagasan atau pendapat dari peserta selalu dibahas bersama yang

didasarkan dengan kondisi lapangan yang ada.

Beberapa kendala yang dihadapi adalah diskusi selalu diadakan malam hari rata

–rata masyarakat capek dan sebagian masyarakat tidak datang (istirahat),

enggan mengungkapkan masalah yang ada di desa karena menyangkut

masalahnya peserta diskusi (persoalan tidak pernah diikutkan dalam program

WWF-Indonesia Kalimantan Tengah). Serta pada waktu pengkajian rata-rata

masyarakat di siang hari mengerjakan ladangnya.

Beberapa kegiatan berlangsung terlampau lama sehingga sebagian peserta

meningggalkan ruangan sebelum acara berakhir.

IV. Pokok-pokok Permasalahan

Dari berbagai pengamatan dan diskusi pengkajian telah diidentifikasi beberapa

pokok persoalan yang bernilai penting bagi masyarakat Tumbang Bulan sebagai

berikut:

Page 226: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

A. Pertanian

Sektor pertanian merupakan pilihan

untuk pemenuhan kehidupan

masyarakat Desa Tumbang Bulan sejak

tahun 2006 pemerintah melalui Dinas

Pekerjaan Umum (PU) melakukan

pembangunan Irigasi cetak, yang

mana masing- masing kepala rumah

tangga memiliki lahan yang dibagi

oleh desa.

a. Baru belajar dan mencoba

Dari sejarahnya bahwa masyarakat desa Tumbang Bulan adalah

memanfaan hutan di kawasan Sebangau, khususnya di Desa Tumbang

Bulan dan sekitarnya sudah berlangsung lama sejak kawasan ini masih

dikelola oleh salah satu perusahaan HPH PT Semanggang Jaya sejak

tahun 1972. Sejak saat itu banyak pendatang yang mulai menempati

desa tersebut yang berdatangan dari berbagai wilayah terutama

wilayah pesisir dan dari daerah Pegatan dan Mendawai dan menjadi

penduduk Tumbang Bulan. Selanjutnya masyarakat sekitar Muara

Bulan mulai memanfaatkan sumber daya alam terutama bekerja di

sektor kayu yang berada di sekitar Sungai Bulan, namun kayu-kayu

yang dimanfaatkan masih berdiameter besar yaitu di atas 60 cm dan

masih menggunakan peralatan manual. Pemanfaatan kayu ini mulai

dilakukan masyarakat sejak tahun 80-an, dan kemudian ditertibkan

melalui Inpres illegal loging Nomor 4 Tahun 2005 yang dikeluarkan

oleh Presiden SBY dan dilakukan penertiban secara menyeluruh di

seluruh daerah di Indonesia termasuk daerah Katingan. Ini merubah

pola hidup mereka sehingga banyak yang beralih profesi bahkan

meninggalkan Desa Tumbang Bulan.

Bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ini

untuk kebutuhan beras. Masyarakat Tumbang Bulan cukup menebas,

membakar, menanam (cara tugal) dan tinggal (sedikit merumput).

Menurut keterangan Sabirin, “Ikei harun mimbul pare tilu kali’i ji

punak tutuk limbah irigasi imbangun, ji kedue gagal panen” (kami

baru menanam padi 3 kali ini setelah irigasi dibangun, itupun

menanam padi yang kedua gagal panen). Pembinaan dari petugas

penyuluh pertanian tidak pernah melakukan pembinaan di desa,

walaupun di Desa Tumbang Bulan ada Gapoktan yang terdiri dari 3

kelompok (Ariansyah, H. Anto, dan Syarial) yang hampir setiap

Page 227: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

tahunnya mendapat bantuan dari Dinas Pertanian berupa bibit, pupuk

dan obat-obatan, sayang tidak semua anggota masyarakat masuk

kelompok sehingga tidak melakukan penanaman (ada sebagian

kelompok juga membagikan bibit kepada warga masyarakat yang

tidak masuk dalam kelompok).

b. Lahan sering terjadi banjir

Hampir seluruh desa di sepanjang Sungai Katingan persoalan banjir

merupakan kendala yang dihadapi oleh masyarakat desa, sedikit

berbeda dengan Desa Tumbang Bulan karena desa ini merupakan

daerah pasang-surut jika terjadi banjir waktu banjirnya relatif tidak

lama. Hanya saja berbekal pada pengalaman yang ada tanpa

didampingi dari pemerintah membuat masyarakat Tumbang Bulan

pasrah dan kemungkinan gagal panen, ini menurut mereka adalah

disebabkan oleh:

1. Irigasi lahan pertanian kurang dalam, perlu adanya pendalaman

irigasi tersebut sehingga berjalan dengan fungsinya.

2. Irigasi yang dibangun tidak menembus Sungai Katingan

sehingga air tidak mengallir sesuai yang diharapkan dan

tertahan di lahan pertanian desa.

3. Perlu adanya penambahan panjang irigasi.

c. Mahalnya biaya pengolahan lahan

Walaupun lahan pertanian sudah tersedia, tetapi lahan kondisinya

masih harus menebas, merumput dan membakar setiap tahunnya.

Jika setiap KK memiliki 2 Ha perlu 1 bulan untuk menyiapkan lahan

tersebut siap tanam, untuk mengunakan buruh sudah relatif mahal

menurut mereka 70-80 ribu perhari. Itupun jika hasil padi yang

mereka tanam menghasilkan, sehingga banyak para petani tidak

mengolah lahannya atau tidak bercocok tanam. Tetapi sebagian

petani juga tetap menanam dengan prinsip ada padi aman kebutuhan

rumah tangga. Bagaimana cara mengolah lahan dengan alat yang

tepat guna sehinga produktivitas hasil meningkat dan menanam tidak

dilakukan satu tahun sekali. Kegiatan membakar menurut mereka

biayanya cukup murah tetapi ada kekhawatiran bahwa ikut terbakar

juga tanaman di sekitar kebun. Hanya menanam padi saja yang sistem

gotong royong.

Page 228: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

B. Perkebunan

Terlena dengan zaman keemasan kayu, di bidang perkebunan lambat.

Masyarakat Desa Tumbang Bulan baru mengembangkan jenis tanaman

perkebunan.

1. Karet

Masyarakat Tumbang Bulan mulai menanam karet tahun 2006,

melahui proram rehabilitasi lahan yang salah satu jenisnya adalah

karet. Delapan tahun sudah rata-rata tanaman karet yang

ditanam, jika melihat siklus perkembangan karet seharusnya karet

tersebut seharusnya sudah bisa disadap. Kenapa demikian,

kurangnya perawatan dan terjadi kebakaran hebat pada tahun

2007 mengakibat banyak kebun masyarakat terbakar . Jadi karet

yang sisa-sisa kebakaran sebagian sudah siap disadap, harganya

murah dan tidak ada pembeli. Masyarakat Tumbang Bulan

membiarkan kebun-kebun karet mereka tidak diurus.

2. Rotan

Saat ini komoditi yang dapat diharapkan/diandalkan masyarakat

Kalimantan Tengah adalah rotan karena kegiatan-kegiatan ilegal

(penebangan & penambangan) dilarang. Hampir 80% masyarakat

Desa Tumbang Bulan memiliki kebun rotan. Menurut mereka rotan

yang merupakan tanaman merambat memerlukan pohon untuk

pertumbuhannya, maka dengan sendirinya pembudidayaan rotan

secara tidak langsung akan melestarikan tumbuhan lain di

sekitarnya (pohon). Namun harganya saat ini tidak sesuai dengan

harga bahan sembako dan tidak ada nya pembeli merupakan salah

satu penyebab tidak terurusnya rotan ini. Mengapa masyarakat

masih mempertahan kebun rotan :

a. Budidaya rotan tidak memerlukan pupuk kimia (anorganik)

atau boleh dikatakan ramah lingkungan termasuk produk yang

dihasilkan.

b. Beberapa jenis buah rotan juga diperlukan untuk konsumsi.

c. Dalam kehidupan orang Dayak rotan memiliki nilai spiritual,

budaya dan seni.

d. Kultur masyarakat Dayak (khususnya di Kabupaten Katingan)

yang terikat dengan pengembangan/budidaya rotan.

Page 229: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

e. Penggunaan-penggunaan lain selain ekonomi, spiritual,

budaya dan seni.

Sejauh ini masyarakat Tumbang Bulan hanya memanfaat rotan

yang ditanam untuk kebutuhan anyam-anyaman dan sebagai

bahan pembuat perangkat ikan.

3. Sengon

Feri adalah salah satu warga Tumbang Bulan yang pernah menjual kayu

sengon dengan harga Rp 325.000. Ini menunjukkan bahwa sektor

perkebunan masih menjadi tumpuan bagi masyarakat Tumbang Bulan,

walaupun sektor perkebunan ini masa panennya tidak secepat

pengembangan lainnya.

4. Program lainnya

Perkebunan bagi pihak lainnya, baik swasta dan pemerintah masih menjadi

primadona yang menjadi incaran bagi semua pihak, diantaranya:

a. Program Kebun Bibit Rakyat (KBR)

Tahun 2014, Tumbang Bulan mendapat program rehabilitasi hutan dan lahan

melalalui program KBR, 2 kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini dengan

pengembangan jenis pohonya adalah jenis jabon (jenis pohon yang cepat

tumbuh yang dimanfaatkan kayunya, karakteristik kayunya tidak jauh

dengan sengon), dan yang kedua adalah karet. Tujuan dinas melalui

program tersebut bagaimana ini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

Desa Tumbang Bulan, tetapi banyak masyarakat desa tidak tahu akan

program tersebut (ketidak jelasan siapa anggota kelompok tersebut dan

masih didominasi oleh orang-orang tertentu).

b. Sawit PT PEAK (Persada Era Agro Kencana)

Berharap bisa kerja sebagai karyawan dan masuk sebagai anggota plasma

adalah dambaan masyarakat Tumbang Bulan pada umumnya. Dengan adanya

perusahaan tersebut menurut masyarakat tentunya penyerapan tenaga kerja

sehingga tidak jauh harus keluar desa untuk mencari pekerjaan. Ternyata

belum dibukanya perusahaan tersbut peroalan-persoalan di desa

bermunculan, seperti pengurusan KTP dan Kartu Keluaraga yang menurut

ceritanya adalah salah satu syarat untuk masuk dalam anggota koperasi.

Banyak warga masyarakat yang dulunya bukan warga Tumbang Bulan dan

lama meninggalkan kampung mengurus KTP di desa lain. Akhir Agustus 2014

sempat sedikit persoalan yang membuat warga masyarakat terhadap

aktivitas orangutan di areal PT Rimba Makmur Utama yang dilakukan oleh

Page 230: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Yayasan BOSF beserta mitranya, persepsi masyarakat dengan dilepas-liarkan

orangutan di kawasan tersebut menurut mereka PT PEAK supaya tidak jadi

beroperasi di Desa Tumbang Bulan serta pelepasan-liaran tersebut tanpa

koordinasi dengan pihak desa, hanya pemberitahuan dan pertemuan. Dalam

pertemuan tersebut hanya pemberitahuan kegiatan tersebut (5 orangutan

dilepaskan di Sungai Bakumin di areal PT RMU yang berbatasan dengan PT

PEAK.

C. Perikanan

Berada tepat di muara Sungai Bulan dan di pingir Sungai Katingan, Desa

Muara Bulan memiliki potensi sumber daya ikan yang berlimpah. Kondisi ini

20 tahun yang lalu seperti pengakuan Ibu Arnian, “Sebelum menangkap ikan

berani meminjam uang dulu untuk modal untuk tiga hari sudah bisa

mengembalikan, sekarang untuk makan sehari saja tidak cukup”. ada

beberapa hal yang mempengaruhi menurut masyarakat Desa Tumbang

Bulan:

a. Modal usaha ikan (untuk peralatan alat tangkap cukup mahal);

b. Banyak aktivitas penangkapan ikan yang merusak (strum);

c. Banyaknya masyarakat desa dari luar Tumbang Bulan;

d. Sungai Bulan tertutup dengan rasau sehingga banya ikan yang sembunyi

di bawah rasau tersebut;

e. Menurut orang tua bahwa usaha ikan di Sungai Bulan dan Desa Tumbang

Bulan ditutup dengan mistis.

Secara aturan bahwa di akhir Maret 2014, Pemerintah Desa dan masyarakat

Tumbang Bulan menyusun Peraturan Desa, salah satunya tentang bagaimana

pengaturan untuk perikanan. Tetapi bagaimana implementasi di lapangan

masih banyak kendala-kendala karena kesadarartahuan masyarakat,

khususnya Desa Tumbang Bulan, menurut Kepala Desa H.M. Yusran HA masih

rendah.

Walaupun hasil tangkapan ikan menurun, usaha ikan masih menjadi

tumpuan hidup bagi masyarakat Tumbang Bulan. Masih banyak pondok-

pondok nelayan di sepanjang Sungai Bulan seperti di sungai Musang,

Damang, Teluk Beruang dan Muara Akah. Seperti Ampron, warga

Banjarmasin tetapi sudah menjadi warga Tumbang Bulan, mencari ikan

adalah salah satu sumber utama dan ini adalah sumber penghidupan selama

ini.

Akses pemasaran salah satu penyebab kondisi turunnya tangkapan ikan,

yang sebenarnya masyarakat Tumbang Bulan menyadari hal tersebut.

Page 231: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Bersama WWF-Indonesia Kalimantan Tengah dan kelompok masyarakat

mencoba budidaya ikan dalam keramba, menurut pengakuan Agus Sofian

bahwa budidaya ikan ini sebenarnya berhasil tetapi kelompok tidak

melanjutkan karena kesulitan untuk memasarkan.

D. Pariwisata

Bukit Bulan mempunyai legenda yang diceritakan di atas, secara kasat mata

ada suatu keistimewaan tersendiri karena bukit ini di tengah–tengah rawa

gambut. Vegetasi diatasnya terdapat pohon ulin, cengkeh, cempedak.

lombok, terong asam yang tidak semestinya besarnya. Dan pohon ulin

biasanya pohon ini tumbuh di dataran tinggi daerah hulu sungai, dengan

potensi yang luar biasa membuat daya tarik tersendiri bagi wisata alam dan

penelitian. Dengan perjalan kurang lebih 5 jam dari Desa Tumbang Bulan

mengunakan ces dan dilanjutkan berjalan kaki sekitar 3 km ke bukit

tersebut.

E. Apa yang menghasilkan

Semenjak aktivitas illegal logging ditertibkan, masyarakat Tumbang Bulan

banyak masyarakat beralih profesi :

a. Bongkar-muat kayu PT Rinanda dan PT Graha, suatu pilihan untuk

bertahan hidup.

b. Mencari burung. Trend harga burung cucak hijau di pasar harganya

cukup relatif mahal sehingga banyak masyarakat Desa Tumbang Bulan

ikut berburu burung cucak hijau. Harganya yang jantan berkisar antara

Rp 300.000,- sampai Rp 350.000 perekor; sementara untuk yang betina

Rp 100.000 – Rp 150.000. Cukup modal rekaman dan burung pemikat

(parit) berburu burung cucak hijau dilakukan masyarakat Tumbang

Bulan, disamping dari segi pemasaran cukup mudah dengan cara

pembayaran: “Dapat langsung bayar dan diberi modal dulu oleh

penampung“. Penampung burung ini juga ada di Desa Tumbang Bulan

dan juga berasal dari Desa Galinggang. Karena bisnis burung ini cukup

menggiurkan banyak masyarakat sampai penegak hukum (Polisi) ikut

melakukan pekerjaan burung.

c. Penanaman 1000 Ha di Taman Nasional Sebangau oleh Balai Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai (BPDAS)

Terlibat dalam kegiatan pengadaan bibit dan penanaman dalam kegiatan

rehabilitasi hutan salah satu aktivitas yang dilakukan masyarakat pada

tahun 2013 – 2014. Walaupun menurut mereka pembiayaan kegiatan

tersebut relatif kecil tetapi oleh masyrakat Tumbang Bulan dikerjakan

Page 232: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

karena tidak ada pilihan kagi. Dari hasil pemeliharan P1, banyak

tanaman tidak ditanam ini salah satu dampak dari relatif kecilnya upah

masyarakat dan pengawasan lapangan.

d. Terlibat dalam kegiatan Restorasi Sungai Bulan (WWF-Indonesia

Kalimantan Tengah)

Upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan

melakukan upaya restorasi, termasuk di dalamnya adalah rewetting

(pembasahan) dengan membuat dam pada kanal-kanal dengan tujuan

memperbaiki kondisi hidrologi lahan dan kegiatan penanaman kembali,

baik pengkayaan jenis maupun penghijauan. Jenis kegiatan penanaman

ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan yang akan ditanami

dan juga kesepakatan dengan masyarakat. Untuk mengatasi degradasi

hutan dan lahan gambut harus diupayakan mengembalikan kondisi

hidrologi ekosistem kawasan melalui kegiatan penutupan kanal (canal

blocking). Dengan menutup kembali kanal-kanal yang ada, maka

diharapkan tinggi muka air dan retensi air di sekitar hutan dan lahan

gambut dapat dipertahankan sehingga dapat meminimalisasi terjadinya

bahaya kebakaran di musim kemarau dan memudahkan upaya

rehabilitasi kawasan yang terdegradasi. Terlibat dalam kegiatan

tersebut juga sedikit menambah pendapatan mereka, salah satunya

terlibat dalam :

a. Pengembangan mata pencaharian berkelanjutan (pengembangan

budidaya ikan dalam keramba).

b. Pengadaan bibit tanaman untuk direhabilitasi hutan dan lahan.

c. Terlibat dalam survey-survey.

d. Terlibat dalam pembangunan dam.

e. Terlibat dalam penanaman.

f. Terlibat dalam monitoring.

Keterlibatan menurut masyarakat belum merata dikarenakan terkait

program belum menyentuh seluruh masyarakat.

V. Hutan dan masyarakat

Sejak dulu masyarakat lokal hanya memanfatakan kayu- kayu yang

berukuran besar dari jenis kayu-kayu yang bagus, namun semenjak

datangnya para pendatang, pemanfaatan hutan berubah kearah

sporadis dengan menebang kayu-kayu kecil. Kalau dilarang menebang

kayu mungkin kami bisa terima, tapi apabila mencari ikan dan

Page 233: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

menggemor dilarang ini tidak adil”, kata Noor (34 tahun), penduduk

Desa Tumbang Bulan. Tetapi wilayah tersebut dijadikan Kawasan

Taman Nasional melalui surat keputusan Mentri Kehutanan Nomor: SK

423/Mehut-II/2004 tertanggal 19 Oktober 2004 yang ditandatangani

oleh Muhamamad Prakoso seluas 568.700 Ha.

Menurut sejarahnya bahwa Sungai Bulan merupakan lokasi illegal

loging terbesar. Semenjak diterbitkannya Inpres Illegal loging Nomor 4 Tahun 2005, keberadaan Taman Nasional ini membuat polemik apakah kayu-kayu temuan tersebut akan dilelang atau dimusnahkan.

Sementara status kawasan ini masih penunjukan saja dan memilki

batasan imajiner seluas 568.700 Ha yang tentunya belum memiliki batas yang pasti sehingga belum jelas apakah kayu-kayu temuan

tersebut masuk dalam kawasan TN atau tidak. Menurut Undang-undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Hayati dan Ekositemnya Pasal 24 ayat 2 yang menyatakan :

“Jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi atau bagian-bagiannya yang dirampas untuk negara dikembalikan ke habitatnya atau diserahkan kepada lembaga-lembaga yang bergerak di bidang

konservasi tumbuhan dan satwa, kecuali apabila keadaannya sudah tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sehingga dinilai lebih baik dimusnahkan”.

Bagaimana pengelolaan sekarang menurut masyarakat terhadap kawasan Taman Nasional Sebangau menurut masyarakat oleh beberapa pihak :

H. Anto (tokoh masyarakat Tumbang Bulan):

· Tolong perhatikan batas TN jangan cCuma bisa klaim saja sedangkan

sosialisasi ngga ada. Katanya Taman Nasional itu mau

menyejahterakan masyarakat, tapi mana.

· Tolong cepat kasih tahu batas antara TN dan masyarakat itu di mana

biar kita ngga ragu-ragu kalau kerja. Masyarakat takut dihukum

kalau kerja, misalnya kalau masuk wialyah TN.

· Dulu kita ngga minta lho tapi memang dijanjikan, jangan sampai kita

yang tua-tua dan sudah punya anak cucu ini dipermainkan. Program

yang belum terealisasi oleh WWF-Indonesia Kalimantan Tengah.

· Tolong kasih tahu Kepala Seksi sosialisasikan tentang TN, karena

dulu ada masyarakat yang dirugikan. Karena kalau masyarakat

marah mereka bisa bakar hutan.

Rusmin (Ketua BPD Desa Tumbang Bulan):

Selama ini program WWF ngga ada yang tercapai/terlaksana, saya

takut janji-janji itu ada tujuan tertentu (yang negatif).

Page 234: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Syahril (Anggota Formas Desa Tumbang Bulan)

§ Dulu sebelum ada TN kami bekerja bebas tapi sekarang kami ngga

bebas lagi.

§ Dulu sebelum ada kawasan itu Sungai Bulan itu bersih.

§ Kalau tidak ada sosialisasi dari Taman Nasioanal terserah, tetapi

masyarakat akan bertindak.

Page 235: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

V. Perencanaan Desa

Proses perencanan desa ini bagaimana mengumpulkan data lapangan, identifikasi masalah–masalah yang diplenokan bersama

untuk menentukan pokok masalah. Perencanaan desa cukup menarik karena dalam proses ini memplenokan hasil-hasil

pembahasan RPJMDes yang sebelumya dibahas di pertemuan yang difasilitasi oleh WWF-Indonesia Kalimantan Tengah.

Perencanaan desa lebih fokus membahas program WWF yang sudah disepakati yang sampai sekarang belum jalan, dan lebih

banyak untuk klarifikasi dan penjelasan terhadap progam yang disepakati. Dalam kegiatan perencanaan ini dalam proses pleno

desa masyarakat membahas RPJMdes :

A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)

No Bidang/Jenis Kegiatan Volume Sasaran/Manfaat

Waktu Pelaksanaan

Biaya Dan Sumber Pembiayaan

Keterangan

Bidang Jenis Jumlah (Rp) Sumber

1 2 3 8 9 10 11 12 13

A Lingkungan dan sumber daya alam

Air Bersih 16 Titik 267 KK 160 Hari 240.000.000 PNPMMPD Pembagunan dan peletakan profil dan lokasi dan pipa swadaya

PERDES Penangkapan ikan yang ramah lingkungan

5 Sungai

Pengembangbiakan ikan

20 hari 4.000.000 Swadaya

Pembuatan kalender musim, penambahan irigasi dan pembuatan pintu Air

Irigasi panjang 3000 M, Pintu air 6 unit

267 KK 90 Hari 550.000.000 APBN

Page 236: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Tim pengawas pencemaran lingkungan

5 Sungai

12 Orang 30 Hari 300.000 Swadaya

Pemanfaatan lahan tidur utuk perkebunan karet

267 Ha 133.500 pohon karet/ 267 KK

90 Hari 1.201.500.000

APBN

B Bidang Ekonomi Swadaya Pangan 267 KK 267 Ha 8 Bulan 1.335.000.000

APBN

Pengadaan bibit ikan lokal

267 Beje

1.335.000 Bibit 30 Hari

667.500.000 APBD

Peternakan ayam dan itik

267 KK 4.005 Ekor 90 Hari 200.250.000 APBD

Pengadaan bibit dan pupuk sayur sayuran

267 KK 10 bungkus/KK 90 Hari 120.500.000 APBD

Pelatihan anyaman

20 Orang

2 kali pelatihan 15 Hari 8.350.000 Pihak ketiga

Pelatihan pengolahan hasil ikan

267 Orang

1 kali pelatihan 4 Hari 13.680.000 Pihak ketiga

Pembentukan dan pelatihan pengurus koperasi

1 Unit 6 Orang 1 Minggu (Pelatihan)

7.200.000 Disperindagkop dan pihak ketiga

Page 237: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Pengadaan alat bantu komunikasi

4 Uit alat komunikasi

4 RT 90 Hari 100.000.000 APBN

Pengadaan listrik desa

1 Unit 267 KK 90 Hari 300.000.000 APBD

C SOSIAL BUDAYA Penambahan guru Bahasa Inggris, matematika dan Bahasa Indonesia

3 Orang 250 Siswa APBD

Pembangunan Gedung TK

1 Unit 4 RT 90 Hari 150.000.000 APBD,PNPM-MP

Lokasi dihibahkan dari desa

Pengobatan Gratis (JAMKESMAS) Identifikasi penerima manfaat

Masyarakat kurang mampu

187 KK 12 Bulan APBN

Penambahan Fasilitas Desa

1 Paket 267 KK 90 Hari 13.500.000 ADD

Perbaikan Masjid RT 2 267 KK 90 Hari 200.000.000 APBD

Pengadaan bola dan kostum

RT I,II,III,IV

44 Orang 1.5000.000 APBD

Persalinan gratis vitamin dan gizi balita

RT I,II,III,IV

267 KK APBD

Gotong royong, pembersihan irigasi perbaikan

RT I,II,III,IV

267 KK 100 Hari Swadaya

Page 238: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

jembatan dan fasilitas umum

Pembangunan gedung Madarasah

RT II 267 KK 90 Hari 150.000.000 Pihak Ke Tiga dan APBD

Pelatihan dan pengadaan alat rias pengantin

RT I,II,III,IV

1 Kelompok 10 Hari 30.000.000 APBD

Fogging RT I,II,III,IV (2 Kali Foging/Tahun)

267 KK 30 Hari 50.000.000 APBD

B. Pemeringkatan Usulan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Desa Berdasarkan RPJMDes

No Masalah

Kriteria dan Nilai Pembobotan

Jumlah Nilai

Urutan Peringkat Dirasakan oleh orang

banyak Sangat Parah

Menghambat Peningkatan Pendapatan

Sering Terjadi Kriteria

Lain

Sulitnya komunikasi

10 10 8 10 38 I

Air tidak layak konsumsi

10

10 - 10

Mempengaruhi

kesehatan

30 2

Page 239: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Kurangnya guru mata pelajaran

10 6 10 26 3

Kondisi masjid sudah rusak

5 10 10 25 4

Banyaknya lahan yang telantar

7 5 7 5 24 5

Tidak ada ketrampilan untuk merias pengantin

5 4 6 8 23 6

Kurangnya kapasitas dalam pembentukan dan pelatihan pengurus koperasi

10 3 5 8 23 7

Kesulitan berternak ayam dan itik

7 4 5 6 22 8

Kurangnya vitamin masyarakat untuk sayur-sayuran

9 2 4 7 21 9

Sulitnya mendapatkan pengobatan gratis (JAMKESMAS) tidak adanya identifikasi penerima manfaat

10 9 2 21 8

Page 240: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Kurangnya pemanfaatan bersawah

7 4 6 3 20 7

Tidak adanya penerangan desa

10 5 5 20 8

Kurangnya prasarana olah raga sepak bola

7 9 - 3 19 9

Belum adanya gedung Madarasah

5 7 - 6 18 10

Belum adanya Tim Pengawas Lingkungan dari Pencemaran

7 3 4 5 18 11

Kurang termanfaatnya hasil tangkapan ikan

7 5 5 - 17 12

Banyaknya nyamuk di desa

10 4 - 7 17 13

Kurangnya gizi balita

6 2 - 6 14 12

Sulitnya bibit ikan lokal

6 4 4 14 13

Kurangnya pemahaman kelompok dalam

6 3 5 14 14

Page 241: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

penganyaman sesuai dengan kualitas yang baik

Tidak adanya gedung TK

5 5 4 14 15

Kurang kesadaran gotong royong untuk pembersihan irigasi, jembatan dan fasilitas umum

7 2 3 2 14 16

Kurangnya fasilitas di Kantor Desa

10 2 - 2 14 17

Page 242: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

VI. Rekomendasi

Berdasarkan hasil Kajitindak di Desa Tumbang Bulan terdapat rekomendasi yang

menurut tim dapat dilaksanakan:

· Pendampingan proses implementasi Peraturan Desa terkait pemanfaatan

sumber daya alam dan kebakaran hutan (pengawasan dan penyadartahuan di

tingkat desa).

· Ke arah budidaya, baik di sektor kehutanan dan perkebunan.

· Pembentukan dan penguatan kelembagaan desa (kelompok-kelompok, badan

usaha serta regu pemadam kebakaran). Pelatihan-pelatihan yang didasari

keberhasilan pengelolaan sumber daya bertumpu pada kapasitas lembaga lokal.

· Membangun komunikasi antara masyarakat desa, tokoh masyarakat, dan

Pemerintah Desa dalam perencanaan program dengan keterwakilan seluruh

masyarakat.

· Mengembangkan sektor pertanian (pendampingan, penyuluhan dan teknologi

tepat guna).

· Pemanfaatan lahan terlantar yang terbuka untuk perkebunan (gemor, ada

pengalaman penanaman gemor).

· Perlu adanya klarifikasi laporan yang dibuat dalam kajian pertama.

VII. PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian Strategi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar

Taman Nasional Sebangau Desa Tumbang Bulan, kesimpulan yang dapat diambil :

1. Sektor pertanian adalah usaha utama masyarakat Tumbang Bulan, lahan usaha

untuk untuk bertani sudah siap tersedia, hampir seluruh masyarakat memiliki

lahan, cukup potensial masyarakat Desa Tumbang Bulan sebagai penopang sumber

kehidupan masyarakat.

2. Pasar merupakan persoalan yang harus diselesaikan untuk bisa memasarkan hasil

pertanian, perkebunan dan hasil alam.

3. Potensi alam hasil hutan bukan kayu seperti purun di Desa Tumbang Bulan belum

dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

4. Kebakaran setiap tahunnya terjadi di Desa Tumbang Bulan. Belum ada penanganan

serius dari desa, banyak kebun baik rotan, karet dan pohon buah-buah ikut

terbakar.

5. Keterlibatan kelompok, masih dikuasai oleh elit politik Desa Tumbang Bulan.

Page 243: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Saran bagi pemerintah Desa Tumbang Bulan agar berperan aktif dalam kegiatan desa atau

kegiatan-kegiatan yang berada di desa. Memupuk rasa kebersamaan dan menumbuhkan

semangat gotong royong melalui musyawarah dan diputuskan secara bersama setiap kali

ada kegiatan atau proyek sekecil apapun. Peraturan Desa perlu diimplementasikan secara

bersama-sama mengingat potensi sungai dan sumber daya alam di Desa Tumbang Bulan.

Page 244: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

Penilaian modal untuk pengembangan mata pencaharian berkelanjutan

No Aset Skor

1 Manusia (kemampuan untuk melakukan proses produksi)

1. Punya keterampilan 3

2. Punya pengetahuan 4

3. Punya pengalaman 5

4. Ketahanan dalam bekerja 2

5. Kesehatan dan gizi 4

6. Kemampuan beradaptasi 3

Jumlah 3,5

2 Fisik

1. Transportasi (jalan, kendaraan, dll) 4

2. Rumah yang aman 4

3. Water supply dan sanitasi (watsan) 1

4. Sumberdaya listrik, BBM dan komunikasi 1

5. Peralatan produksi (kerja) 1

6. Benih, pupuk, obat, dll 1

7. Teknologi tepat guna 1

Jumlah 2

3 Finansial (keuangan), sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat

untuk mempertahankan mata pencaharian)

1. Tabungan 1

2. Kredit/debit (formal-informal), LSM 1

3. Gaji/pendapatan 1

Page 245: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

4. Kiriman uang dari keluarga 1

Jumlah 1

4 Sistem sosial

1. Keanggotaan seseorang dalam kelompok 3

2. Relasi hubungan antar pihak (hubungan yang saling menguntungkan,

saling percaya, kebersamaan) 2

3. Organisasi yang memiliki pengaruh positif terhadap penghidupan

(livelihood) 4

4. Pengambilan keputusan yang partisipatif 2

5. Pertukaran dalam koperasi 1

Jumlah 2,4

5 Alam (termasuk kegunaannya & resiko bahaya)

1. Hutan 2

2. Sungai 2

3. Cadangan air tanah 1

4. Tanah 4

4. Lahan 4

Jumlah 2,6

Nilai ideal 5, nilai minimal adalah 1

Page 246: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 247: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 248: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 249: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 250: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

-

Page 251: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 252: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 253: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 254: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 255: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum
Page 256: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

247

Lampiran 2 – 9 :

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Perigi

Disusun Oleh:

1. ……

2. ……

3. ……

4. Masyarakat Perigi

PALANGKA RAYA

September 2014

Page 257: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

248

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Studi Strategi Pengembangan Penghidupan

Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau Desa Perigi”. Kajian ini dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat, berbagi pengalaman dengan masyarakat,

santai, informal serta saling menghargai.

Sebagai penyusun laporan, kami menyadari bahwa sebagai manusia yang penuh dengan

keterbatasan kami tidak mungkin dapat menyelesaikan laporan hasil kajian di Desa Perigi ini

tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pihak-pihak yang tanpa pamrih membantu kami

dalam melakukan kajian adalah seluruh warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-

tokoh pemuda masyarakat Perigi, khususnya Darmawan selaku Kepala Desa Perigi, Kecamatan

Mendawai; serta Bapak Ir. Adib Gunawan selaku Kepala Balai Taman Nasional Sebangau beserta

segenap staf Balai Taman Nasional Sebangau.

Tim menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun

pembahasan di dalam laporan kajian ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, dengan penuh

kerendahan hati tim mengharapkan saran, kritik, dan pengarahan yang konstruktif dari semua

pihak untuk perbaikan laporan kajian ini. Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan.

Palangkaraya, November 2014

Tim Penyusun

Page 258: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

249

Kajitindak di Desa Perigi

Satu langkah dalam membangun kerjasama antara warga masyarakat desa Perigi sebagai salah

satu desa di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau dengan pihak Balai Taman Nasional

Sebangai (BTNS) dan Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dalam

mengembangkan strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan masyarakat, adalah

melakukan suatu kajian bersama warga masyarakat. Gambaran pengkajian tersebut adalah

sebagaimana disampaikan dalam laporan ini.

I. Latar Belakang

Kawasan Sebangau ditetapkan sebagai Taman Nasional melalui SK Menteri Kehutanan No.

423/Menhut/II/2004 pada tanggal 19 Oktober 2004 dengan luas + 568.700 ha. Kawasan ini

terletak di antara Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebangau dan Katingan, serta secara

administratif berada di wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten

Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Ekosistem gambut Sebangau merupakan salah satu ekosistem yang kondisinya relatif masih

baik dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, dan dalam kondisi alami memiliki ciri-ciri

khusus serta menyediakan berbagai produk alam dan fungsi ekologi yang penting. Lahan

gambut merupakan kawasan yang memainkan peranan sangat penting sebagai gudang

penyimpanan karbon dan pengatur tata air. Karena itu kestabilan ekosistem ini merupakan

salah satu faktor penentu kualitas hidup manusia, baik di tingkat lokal, regional, nasional

maupun global.

Selain itu, sebelum ditetapkan menjadi Taman Nasional, produk hutan berupa kayu

komersial di kawasan ini telah dimanfaatkan oleh 13 perusahaan kayu, sedangkan berbagai

produk non-kayu seperti lateks, buah-buahan, bahan obat-obatan, kulit dan bunga telah

dimanfaatkam masyarakat lokal sebagai tambahan sumber pendapatan.

Hutan rawa gambut juga menjadi habitat ikan untuk pemijahan, pendewasaan dan sumber

makanannya. Ikan dari hutan rawa gambut merupakan sumberdaya yang penting bagi

masyarakat lokal, baik sebagai sumber pendapatan maupun sebagai sumber protein dalam

pola makan mereka sehari-hari.

Survei yang dilakukan oleh Edutama Envirocare menunjukkan masih intensifnya pemanfaatan

sumberdaya alam di dalam kawasan Taman Nasional (lihat Lampiran 1.1).

Intensitas pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan tentunya berpengaruh terhadap

keutuhan ekosistemnya sehingga BTNS dan WWF Indonesia mendorong pengembangan mata

pencaharian berkelanjutan di desa-desa sekitar Taman Nasional Sebangau agar

pengembangan perekonomian di zona penyangga selaras dengan tujuan-tujuan perlindungan

kawasan. Saat ini tercatat ada 39 desa dan kelurahan yang bertetangga langsung dengan

kawasan Taman Nasional Sebangau, dan delapan desa lainnya yang memiliki akses dan

memanfaatkan sumberdaya di dalam kawasan tersebut. Hingga saat ini tercatat ada 17

desa/kelurahan yang telah mendapat bantuan program pengembangan mata pencaharian

berkelanjutan. Meskipun belum pernah diadakan evaluasi terhadap program-program ini,

namun melalui observasi diperoleh kesan bahwa program-program itu belum secara

signifikan memberikan dampak yang baik pada upaya perlindungan kawasan maupun pada

upaya pengembangan perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat. Karena itu dianggap

perlu untuk memahami situasi perekonomian terkini di zona penyangga melalui sebuah studi

komprehensif sebagai dasar untuk selanjutnya mengembangkan strategi pengembangan

mata pencaharian berkelanjutan yang lebih tepat sasaran dan tepat-guna.

Page 259: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

250

II. Desa Perigi

Desa Perigi berasal dari nama sungai yang berada di hilir desa, dalam sungai tersebut

terdapat danau seperti kolam daerah tersebut disebut perigi, awalnya hanya terdapat 6

keluarga yang berladang sejak tahun 1941. Bahwa desa ini mulai berdiri dibawah ke-

pempinan Bapak Darasit semenjak tahun tersebut telah 11 kali pergantian Kepala Desa:

Kepala Desa Tahun Kepemimpinan

Darasit alm. 1941-1950

Tani 1950-1958

H. Mastur 1958-1973

Tani 1973-1980

Dadarto Pjs 1980- 1983

Nanang Jimat Pjs 1983-1983

Sami 1984-1992

M. Sayudi 1992-2005

Kadri Pjs 2005-2006

Hengki Garmoli 2007-2013

Darmawan 2013-sekarang

Pada tahun 1978, mulainya aktivitas perusahan kayu PT. Tanjung Raya, Nusantara, KTC

(tidak tahu kepanjangannya tetapi perusahan kayu ini cukup dikenal oleh masyarakat Desa

Perigi) dan yang melakukan pengolahan kayu masak (sawmil), PT Samangang, PT Kalimantan

Hayu, Kalang. Mulainya masuk perusahan kayu dari luar maka diikuti juga usaha kayu di

masyarakat dengan membuka hutan melalui pembuatan kanal pada tahun 1985 (a.n H. Dion

dan H. Sayudi) dan pada tahun tersebut juga mulai pemanfaatan hasil hutan non kayu

seperti getah jelutung, rotan, getah ketiau dan kulit gemor. Dengan ramainya usaha kayu

banyak orang luar masuk ke Desa Perigi dari daerah luar seperti Palembang, Banjarmasin

dengan mendirikan bandsaw.

Desa (lewu) Perigi adalah salah satu desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Mendawai

yang terletak di bantaran atau tepian Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan, dengan memiliki

luas wilayah desa kurang lebih 29.700 Ha tercatat di Badan Pusat Statistik 2013, dengan

jumlah penduduk 470 jiwa, laki-laki 250 jiwa dan perempuan 230 jiwa dan jumlah keluarga

113, dan penyebaran pemukimannya terpusat di sepanjang pinggir Sungai Katingan. Desa ini

dikategorikan sebagai desa swadaya yang terdiri atas 4 (empat) RT.

Akibat diberlakukannya penertiban atau razia terpadu illegal logging oleh instansi terkait,

dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2005 tentang Pemberantasan

Penebangan Kayu Secara Illegal di Dalam Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh

Wilayah Republik Indonesia”. Sejak itu perubahan sosial dan perekonomian cukup

mempengaruhi penghidupan Desa Perigi.

Masyarakat yang memiliki modal dari usaha kayu beralih mendirikan sarang walet, seperti

Bapak Sayudi (Kepala Desa periode 1992 – 2005) lebih cenderung mengembangkan

perkebunan karet, sengon, jelutung. Terakhir tahun 2014 sengon bisa dijual dan karet sudah

dimanfaatkan getahnya, tetapi ini tidak diikuti dengan masyarakat lainya yang hanya bisa

bertahan satu hari dengan beraneka ragam pekerjaan yang dilakukan dari berladang,

Page 260: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

251

berburu burung, menjual kayu-kayu larut di Sungai Katingan yang masih bisa dimanfaatkan,

mencari paku, buruh tani,menjual hasil hutan bukan kayu yang mempunyai nilai ekonomis

(sayur mayur).

A. Sumberdaya manusia

Desa Perigi memiliki mata pencaharian seperti pencari ikan, pedagang lokal (warung

kampung), petani rotan, pemburu burung, walet dan bertani ladang, 13 guru tenaga

kesehatan, 2 bidan dan 2 dukun bayi. Masyarakat Desa Perigi rata–rata mengecam

pendidikan Sekolah Dasar walaupun ada sebagian yang tamatan SMP dan SMA.

B. Sumberdaya alam

Potensi sumber daya alam yang ada di Desa Perigi adalah sungai, danau, hutan, kebun

rotan. Sungai dan danau merupakan akses masyarakat untuk mencari nafkah dengan

mencari ikan alam seperti behau (gabus), pentet (lele), kakapar, saluang, baung, lais,

tapah, bakut, sedangkan untuk jenis ikan keramba adalah ikan tauman. Hutan juga

merupakan tempat masyarakat berusaha untuk mencari kayu bakar dan berburu binatang

dan beraneka burung (pergam, punai, serta cucak hijau). Beberapa jenis pohon yang ada

di hutan tersebut adalah mohor, rangas, kaja, kambasira, tilab, takapas. Jenis hewan

yang masih ada seperti bekantan, monyet, burung punai, tabuhan, tampulu, dll. Kebun

rotan juga merupakan aset masyarakat Desa Perigi. Jenis rotan yang ada adalah rotan

irit, rotan taman, rotan sigi, bujungan, ahas, serta banyak hasil budidaya tanaman

seperti segon , karet, dan pantung (jenis rotan sigi dan irit hampir kuarang lebih 80 ha

dan kebun karet 500 ha, data stastistik 2013).

Sungai adalah salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Desa Perigi akan

kebutuhan ikan dan akses untuk menuju sumber mata pencaharian lainnya (hasil hutan).

Di Desa Perigi terdapat hampir + 21 anak sungai yang bermuara di Sungai Katingan

(Bakumin, Gual Hantu, Peang, Batang, Bambam, Babakan Kecil, Babakan Besar, Rasau,

Rasak, Madang Besar, Madang Kecil, Madang Tanjung, Landabung Kecil, Landabung Besar,

Sungai Perigi, Selat Bahara, Rungun, Rasak Hilir, Madang Hilir, Tajenta).

Lahan pertanian yang dibangun irigasi oleh Dinas Pertanian pada tahun 2007 oleh

masyarakat Desa Perigi hanya dimanfaatkan menanam padi itupun satu tahun sekali

untuk aksesnya di REI atau jalur 3 ditanam tanaman keras dan karet.

1. Fisik

Desa Perigi memiliki sarana fisik

sebanyak 96 buah diantaranya

Kantor Desa dan Balai Desa,

rumah warga, Mesjid, Pustu,

Posyandu, Jembatan, sarana air

bersih (3 buah tower dan 3 buah

tong), warung, Perpustakaan

Desa, sekolahan, perumahan

guru, lanting, MCK yang masih

sederhana.

Peralatan menangkap ikan

seperti: ces, banjur, kabam,

pangilar, salambau, pancing, alat

Page 261: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

252

komunikasi (telepon genggam).

Bangunan sarang walet milik desa yang menjadi sumber pendapatan desa saat ini

sudah menghasilkan atau panen, dan pengunaaan dana tersebut dipergunakan untuk

kepentingan umum desa (masjid, membayar guru ngaji dan kegiatan sosial lainya).

Untuk penerangan rumah di malam hari masih mengunakan diesel 68 kk dan minyak

tanah kurang lebih 45 kk. Sementara untuk sarana MCK masih mengunakan jamban di

pingir Sungai Katingan walaupun melalui program ADD 2010. Lihat foto 1.1

Mission Aviation Fellowship (MAF) awal tahun 2012 membuka penerbangannya dengan

jalur Mendawai, Perigi, Tumbang Bulan menuju Palangka Raya, adalah salah satu

pilihan alternatif transportasi murah dibanding transportasi air lainya, seperti

longboat dan speedboat. Tetapi MAF untuk sementara dihentikan di Desa Perigi

sebelum desa menyediakan pelabuhan tempat pesawat singah.

2. Finansial

Masyarakat Desa Perigi memiliki lembaga keuangan / Koperasi Berkat Usaha Mandiri

yang membangun andil/kanal sepanjang 4 Km, sehingga tidak ada tempat menabung

akan tetapi mereka memiliki asset atau tabungan yang sifatnya milik perorangan tapi

dalam bentuk barang seperti tanah pekarangan serta rumah, kebun rotan dan karet,

dan emas. Demikian juga bantuan yang diberikan baik dari Pemerintah maupun dari

pihak ketiga merupakan asset yang dimiliki desa seperti: bantuan Pusyandu dari

PNPM, Sarana Air Bersih (CWSHP), WWF dan Care Internasional (alat–alat pertanian

dan alat pemadam Kebakaran 2008), bantuan klotok dan mesin dari Dinas Perikanan,

bantuan buku untuk Perpustakaan Desa dari Provinsi, bantuan mesin RPK 2 unit

(BTNS), bantuan mesin alkon (WWF), bantuan pembangunan gedung SD, perumahan

guru dan perpustakaan dari Provinsi, pembelian tanah untuk desa (dijadikan lapangan

bola), serta peralatan penunjang produksi seperti penggilingan padi milik perorangan.

3. Sosial

Jenis kelembagaan yang ada di Desa Perigi terdiri dari lembaga seperti Pemerintah

Desa, BPD, dan RT. Selain itu terdapat lembaga yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan seperti keagamaan, ekonomi, kesehatan.

Secara lengkap daftar kelembagaan Desa Perigi adalah sebagai berikut :

- PKK

- Karang Taruna

- Kelompok Yasinan Ibu-Ibu

- Pengurus Mesjid

- GAPOKTAN ( Gabungan Kelompok Tani )

- Posyandu

- Fardu Kifayah

- Regu Pengendali Kebakaran ( RPK )

- Koperasi

Hubungan antara masyarakat dengan kelembagaan yang ada di desa sebagian cukup

dekat dan sebagian agak jauh. Dalam hal rapat atau pertemuan di desa, partisipasi

masyarakat agak kurang sekali, terutama kaum perempuan hanya 20% saja

keterlibatannya dalam hal pengambilan keputusan baik dalam pertemuan desa mapun

dalam rumah tangga.

Page 262: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

253

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk urusan dapur yang

tidak dijual mereka menunggu pedagang yang datang dari luar setiap satu minggu

sekali dari Banjarmasin dan desa sekitarnya (Mendawai dan Mekar Tani). Untuk

mendapatkan informasi tentang apa saja termasuk kebijakan pemerintah susah sekali

karena masyarakat hanya menyimpan sarana yang sangat sederhana seperti televisi

(harus mengunakan receiver atau parabola dan telepon genggam). Informasi kadang

didapat dari orang luar atau dari LSM yang masuk ke desa.

Untuk kegiatan sosial lainya seperti gotong royong sekarang sangat minim sekali

karena kebiasaan yang ada di mereka harus ada upah ada beberapa kegiatan

pemerintah juga tidak jalan dikarenakan tidak ada pembiayaan (biaya penanaman

karet). Dampak pemilihan Kepala Desa cukup mempengaruhi perubahan semangat

kebersamaan saling menjatuhkan ketika menjalankan program apapun di desa.

Krisisnya kepercayaan dan resistensi terhadap pihak yang masuk ke desa seperti

perusahaan sawit dan PT Rimba Makmur Utama melalui Yayasan Puter ataupun WWF

beserta Taman Nasional.

III. Tujuan Pengkajian

Tujuan kajian secara umum adalah: Memberdayakan masyarakat dalam perencanaan

pengembangan ekonomi mandiri berbasis sumber-sumber penghidupan secara berkelanjutan

masyarakat.

Sementara beberapa Tujuan khususnya adalah:

a. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan

strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di

sekitar TN Sebangau.

b. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

c. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan

untuk Desa Perigi

IV. Metodologi Kajitindak Partisipatif

Kegiatan kajitindak ini dilakukan dengan metode pendekatan yang tekanananya pada

keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan dari mulai mengamati, menganalisa,

dan membuat perkiraan serta merencanakan, bahkan hingga pelaksanaan program. Metode

ini menggunakan prinsip-prinsip belajar dari masyarakat sehingga fasilitator lebih berperan

sebagai pemandu. Diharapkan bahwa melalui penggunaan metode tersebut akan tercipta

suasana saling belajar, saling berbagi pengalaman, secara santai dan (informal) serta saling

menghargai dan diharapkan melibatkan seluruh masyarakat.

Cakupan dan lokasi kajian adalah Desa Perigi, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data sekunder dan dokumen tertulis dari berbagai sumber seperti

laporan, catataan peneliti, koran, majalah dan foto-foto yang diterbitkan oleh instansi

teknis.

2. Kunjungan awal/observasi, membangun kepercayaan, dan keterbukaan untuk

pengembangan perencanan kegiatan kajitindak.

Page 263: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

254

3. Bersama masyarakat melihat secara langsung potensi desa, danau, kebun dan kondisi

lingkungan secara umum.

4. Melakukan pengkajian dengan pengamatan langsung, diskusi terfokus dan wawancara

semi–terstruktur, serta berbagai diskusi yang mengunakan beberapa alat bantu kajian,

antara lain: Alur Sejarah Desa (berbagai kejadian penting menurut masyarakat desa),

Diagram Venn untuk menganalisa hubungan dan manfaat kelembagaan desa, Kalender

Musim tentang kondisi alam, Transek Desa untuk melihat kondisi sumberdaya alam desa,

Sketsa Desa tentang sebaran sumberdaya alam dan ancaman-ancaman terhadap

sumberdaya alam tersebut, Matriks Mata Pencaharian untuk menelaah sumber

penghidupan desa, dan Perencanaan Program.

Informasi, data, masalah, ancaman dan lainnya yang diperoleh sebagai hasil kegiatan yang

dilakukan disampaikan dalam forum diskusi yang melibatkan perwakilan masyarakat dengan

tujuan pengecekan informasi tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan

terhadap informasi tersebut. Untuk selanjutnya, dilakukan pengelompokan/indentifikasi

masalah dan ancaman sehingga peserta pertemuan dapat menyusun perencanaan program

penyelesaian masalah tersebut bersama.

V. Pelaksanaan Kajian

A. Rencana Kegiatan

Kegiatan kajitindak di Perigi dilaksanakan pada tanggal 11 - 16 September 2014 mengikuti

jadwal pelaksanaan di lapangan disepakati bersama dengan warga masyarakat serta

disesuaikan dengan jadwal Mereka. Jadwal kegiatan di lapangan yang disepakati tersebut

di tampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1: Alur Proses Kegiatan di Lapangan

Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan / Topik Lokasi Instrumen

Kamis, 11/9/2010

9 .00 Koordinasi dengan Kaur. Pemer-intahan (tokoh masyarakat dan pemerintah desa tim 11 pembahasan batas desa bersama Desa Tumbang Bulan)

Desa Perigi Surat, diskusi

Kamis, 11/9/2010

11 .00 Matriks mata pencaharian Rumah Kepala Desa

Diskusi (memanfaatkan kondisi orang-orang berkumpul)

Kamis,11/9/2010 Malam Bertemu dengan tokoh masyarakat dan Kepala Desa (membahas Sejarah Desa tetapi banyak tidak datang karena kecapaian)

Rumah Kepala Desa

Menyepakati jadwal bersama kelompok (pembagian tim bersama partisipan sesuai dengan minat)

Jum’at, 12/09/2014

Pagi Tim 1 membahas Transek Desa dan Sketsa Desa, Tim 2 melakukan wawancara

Di RT 01, RT 02 (Tim 2) dan RT 03 , RT 04 (Tim 1)

Catatan, matriks nilai

Sabtu,13/09/204 Pagi

Melakukan diskusi bersama petani di ladang

Di lahan pertanian

Diskusi

Page 264: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

255

Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan / Topik Lokasi Instrumen

Malam Diskusi dengan tokoh masyarakat, analisis kencederungan

Rumah Bapak Dion

Diskusi, bagan perubahan

Minggu, 14/09/2014

Malam Identifikasi masalah Balai Desa Pohon masalah

Senin,

15/08/2014

Malam Penyampaian hasil dan kajian bersama

Balai Desa Pleno desa

Selasa,

16/09/2014

Siang Perjalanan Perigi – Tumbang Bulan

Catatan: Di luar proses pengkajian ini, Tim juga melakukan beberapa wawancara dan

kegiatan pengamatan langsung di sekitar Desa Perigi serta diskusi kelompok kecil di 4 RT

(RT 01, RT 02, RT 03, RT 04).

B. Tim Pelaksana

Proses kajitindak partisipatif dipandu oleh Tim terpadu yang terdiri dari staf Balai Taman

Nasional Sebangau, staf WWF, dan warga masyarakat desa sebagai berikut:

1. Deni Setiawan (Staff Balai Taman Nasional Sebagau)

2. Fahmi Nurjaman (Staff Balai Taman Nasional Sebagau)

3. Ma’mun Ansori (WWF-Indonesia Kalimantan Tengah)

4. Muhammad Effendi (masyarakat Desa Tumbang Runen)

5. Masyarakat Perigi

C. Pelaksanaan Kajian

Secara umum kegiatan kajian dapat dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal yang

disepakati dikarena tingkat kehadiran masyarakat, hanya waktu pleno desa tingkat

keterwakilan cukup sepadan dengan jumlah penduduk Desa Perigi, ini dengan cara

mengundang satu persatu dan dibuat undangan sesuai dengan Lampiran 1.2. Partisipasi

warga masyarakat yang hadir dalam diskusi hidup dan berkembang, ini terlihat setiap

gagasan atau pendapat dari peserta selalu dibahas bersama yang didasarkan dengan

kondisi lapangan yang ada tetapi persoalan terkait desa dan perpecahan tidak terlihat

(tetapi jika di luar forum terlihat perbedaan dan terlihat kubu-kubu).

Beberapa kendala yang dihadapi adalah dikusi selalu diadakan malam hari rata–rata

masyarakat capek dan sebagian masyarakat tidak datang (istirahat), enggan

mengungkapakan masalah yang ada di desa karena menyangkut masalahnya peserta

diskusi.

Beberapa kegiatan berlangsung terlampau lama sehingga sebagian peserta meningggalkan

ruangan sebelum acara berakhir.

VI. Pokok-pokok Permasalahan

Dari berbagai pengamatan dan diskusi pengkajian telah diidentifikasi beberapa pokok

persoalan yang bernilai penting bagi masyarakat Perigi sebagai berikut:

Page 265: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

256

Dalam 1 ha bibitnya 10 blek, jika meng-hasilkan menurut mereka hasilnya minimal 200 blek dengan harga per blek 60 – 90 ribu.

(1 blek = 15 Kg beras, 1 blek = 10 Kg padi)

A. Pertanian

Hampir seluruh warga masyarakat Perigi (130 KK) memiliki lahan pertanian yang status

lahanya memiliki surat keterangan tanah (SKT) dari Pemerintah Desa kurang lebih 1,5 ha,

pembagian ini di Desa Perigi pada tahun 2007 melalui Dinas Pekerjaan Umum Kebupaten

Katingan membuat irigasi sepanjang 2,5 km dan terbagi dalam REI yang terbagi menjadi 4

REI (REI 0, REI 1, REI 2 dan REI 3). Dari perencanaan Desa Perigi peruntukan lahan

tersebut adalah untuk REI 0 khusus menanam padi dan palawija selanjut REI lainnya

untuk menanam tanaman keras atau perkebunan. Selain di irigasi tersebut masyarakat

juga memiliki ladang atau kebun di irigasi yang dilakukan secara swadaya melalui usulan

Koperasi Berkat Usaha Mandiri pada tahun 1999 dan terealisasi tahun 2000 – 2001, dan

irigasi teluk yang peruntukan untuk lahan pertanian dan perkebunan Desa Perigi yang

masuk dalam kelompok dan koperasi.

Masih mengunakan pola bercocok tanam di musim kering (padi gunung), tanpa ada

tanaman lainnya yang dikembangkan di lahan pertanian. “Sudah ada padi di rumah hidup

aman“, persoalan ini sebenarnya bukan sebatas bagaimana bercocok tanam dan

bagaimana meningkatkan produktifitas hasil tanaman mereka:

1. Bercocok tanam hanya menurut pengetahuuan lokal dan pengalaman

Bantuan dari Dinas Pertanian berupa bibit, pupuk dan obat–obatan setiap tahunnya

Desa Perigi mendapat bantuan melalui kelompok Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan),

kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman hanya sebatas pengetahuan

lokal bagaimana menanam padi yang baik, bagaimana prosedur pengunaan pupuk dan

bagaimana mengunakan obat-obatan. Fakta di lapangan untuk tenaga penyuluh

pertanian di Desa Perigi tidak ada sehingga pengetahuan untuk bercocok tanam hanya

sebatas kemampuan lokal. Menururt Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Mendawai,

Bapak Hasan, “Untuk melakukan pendampingan di Desa Perigi itu susah karena

mahalnya transportasi dan tidak ada alat transportasi ke sana. Dana operasional dari

pemerintah untuk 7 desa dirasa tidak cukup“.

2. Mahalnya biaya pengolahan lahan

Harus menebas, merumput dan membakar setiap tahunnya dilakukan para petani di

Desa Perigi jika setiap KK memiliki 2 Ha perlu 1 bulan untuk menyiapkan lahan

tersebut agar siap tanam. Untuk menggunakan buruh sudah relatif mahal, menurut

mereka 60 ribu perhari itu pun jika hasil padi yang mereka tanam menghasilkan.

Banyak petani tidak mengolah lahannya

atau tidak bercocok tanam, tetapi

sebagian petani tetap menanam dengan

prinsip ada padi aman kebutuhan rumah

tangga. Bagaimana cara mengolah lahan

dengan alat yang tepat guna sehinga produktivitas hasil meningkat dan menanam tidak

dilakukan satu tahun sekali. Kegiatan membakar menurut mereka biayanya cukup

murah tetapi ada kekhawatiran bahwa ikut terbakar juga tanaman sekitar kebun

terbakar juga.

3. Tidak semua petani mengolah lahannya

Walaupun areal pertanian Desa Perigi dalam satu hamparan ternyata semangat untuk

bertani tidak semua warga masyarakat mengolah lahannya, ini menjadi persoalan

Page 266: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

257

menurut petani yang mengolah lahannya. Menurut mereka ini menyebabkan banyak

hama penyakit yang menyerang tanaman yang berasal dari lahan yang tidak diurus.

Menurut Kepala Desa Darmawan, “Walaupun tidak ada aturan tertulis jika lahan

tersebut selama tiga tahun berturut-turut tidak diolah maka tanah tersebut di-

kembalikan ke desa“. Modal untuk mengolah lahan yang tidak merupakan salah satu

penyebab.

B. Perkebunan

Program rehabilitasi lahan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan 2006 di Desa Perigi

bisa dikatakan berhasil. Terlihat jenis tanaman yang dikembangkan sudah dapat

menghasilkan seperti karet, kayu sengon, getah pantung dan tanaman buah (durian,

mangga, cempedak dan nangka). Pak Sayudi bulan Oktober 2014 memanen kayu

sengonnya dengan dengan harga cukup menjanjikan 325.000 per meter kubiknya. Karena

harga turun dan tidak adanya pembeli

membuat masyarakat Desa Perigi tidak

memanen kebun rotan dan menyadap

getah karetnya, semangat untuk

mengembangkan perkebunan turun

dikarenakan hal tersebut, ini terlihat

beberapa program seperti Kebun Bibit

Rakyat (KBR) penanaman karet, banyak

bibit karet sebagai pajangan di depan

rumah. Di samping ketidakjelasan

pembiayaan dari program atau kelompok,

kegiatan tersebut di atas ternyata

masyarakat Perigi memiliki persoalan-

persoalan sebagai berikut:

1. Kebakaran

Hampir setiap tahun kebakaran terjadi di Desa Perigi. Salah satunya yang menjadi

korban adalah kebun masyarakat. Pada tahun 2007 kebakaran besar terjadi banyak

kebun karet masyarakat dilalap si jago merah. Semangat untuk menjaga kebun turun

karena harga turun dan tidak ada pembeli merupakan salah satu faktor. Masyarakat

melakukan pembersihan kebun, pola menanam masyarakat mendekati akses di pinggir

irigasi dan sungai 300 meter dari pinggir dan di belakang dibiarkan semak belukar

menjadi bahan material kebakaran. Melalui program Central Kalimantan Peatland

Project (CKPP) 2008 WWF dan Care Internasional melakukan pembentukan Regu

Pemadam Kebakaran dan sarana prasarana itu berjalan sesuai dengan rencana,

keanggotaan sudah tidak ada desa dan

peralatannya juga sudah tidak layak

pakai.

2. Konflik satwa

Siapa yang dulu dia yang dapat, itu yang

sering dikatakan masyarakat Desa Perigi.

Ketika musim buah banyak masyarakat

tidur di pondok yang berada di kebun

mereka, ini dilakukan karena harus

Page 267: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

258

menjaga kebun mereka dari serangan hama orangutan, beruang madu, monyet dan

bekantan. Kejadian ini dirasakan oleh masyarakat pada tahun 2010. Persepsi

masyarakat bahwa binatang sering menyerang tanaman yang ada di desa dikarenakan

di dalam hutan sudah tidak ada makanan dan areal mereka dijadikan kawasan sawit.

Di akhir 2011 ada 1 orangutan dibunuh oleh masyarakat Desa Perigi. Bahwa rata-rata

masyarakat desa sadar bahwa satwa seperti orangutan, beruang madu adalah binatang

yang dilindungi, sudah pernah dilaporkan ke pihak berwajib dan Balai Konservasi

Sumber Daya Alam tetapi tidak ada tanggapan dari pihak-pihak tersebut dan mereka

mengambil tindakan untuk membunuhnya.

3. Tidak ada pembeli (harganya turun)

Akses pasar yang jauh dan tidak ada pembeli menyebabkan masyarakat tidak memanen

rotan dan menyadap karet. Sebenarnya kondisi ini jika adanya pembeli masyarakat

tetap akan melakukan pemanenan hasil kebunnya. Harus menunggu seminggu sekali

ataupun lebih baru datang pembeli sehingga hasil panen rotan sempat membusuk, dan

dengan berbagai alasan diturunkan harga rotannya. Begitu juga dengan karet, tidak

ada pilihan masyarakat menjualnya.

C. Perikanan

Hanya menangkap di alam nelayan tanpa diikuti dengan usaha budidaya. Hanya hasil

tangkapan dari alam yang hidup dipelihara sampai menunggu pembeli datang, karena

untuk berbudidaya menurut mereka justru akan rugi karena pemasaran. Penangkapan

ikan oleh masyarakat di luar desa yang berusaha di wilayah desa tanpa izin merupakan

salah satu penyebab menurunnya hasil tangkapan ikan. Persoalan masyarakat yang

mencari ikan juga melakukan aktivitas yang tiak benar seperti menyetrum. Di bulan

Agustus 2014 masyarakat beserta Pemerintah Desa mengusir nelayan di Sungai Landabung

dari Samuda. Selain melakukan kegiatan mencari ikan melakukan kegiatan pengambilan

kayu tanpa izin. Hanya untuk kebutuhan makan dan dijual di tetangga sehingga harga

relatif murah tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan. Potensi ikan bakut di Desa

Perigi masih cukup relatif banyak tetapi harga murah dan pembeli hanya 1 bulan sekali.

D. Batas Desa

Persoalan batas desa merupakan persoalan yang menjadi prioritas untuk diselesaikan

menurut Desa Perigi. Kekhawatiran banyak pihak ketiga yang masuk dalam desa menurut

masyarakat mengkalim wilayah atau lahan seperti (PT Rimba Makmur Utama dan PT

Persada Era Agro Kencana). Kekhawatiran ini dilupakan dengan menolak keberadaan

kedua PT tersebut sebelum batas wilayah desa atau peta administrasi Desa Perigi

terselesaikan. Pada tanggal 11 September 2014 ada pertemuan antara Desa Perigi dan

Desa Tumbang Bulan yang difasilitasi Yayasan Puter di Kecamatan Mendawai untuk

membahas batas kedua desa tersebut. Dari pertemuan tersebut belum ketemu batas desa

antara Desa Perigi dan Desa Tumbang Bulan (perlu pertemuan lanjutan di tingkat

kabupaten). Sementara batas antara Desa Tewang Kampung sudah dapat diselesaikan

yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama yang ditandatangani masing-masing

pihak diantara dua desa.

E. Sumber penghidupan lainnya

Bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari. Beraneka ragam usaha dilakukan

masyarakat Desa Perigi diantaranya:

Page 268: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

259

1. Berburu burung

Berburu burung adalah salah satu penopang kehidupan menurut mereka seperti burung

cucak hijau, murai batu, kacer, srindit. Jenis burung ini diburu dengan cara memikat

dengan perekat untuk diperdagangkan hidup-hidup sebagai burung kicauan dan hias.

Dapat langsung jual itu yang dilakukan karena di Desa Perigi ada pengumpul jenis-jenis

burung tersebut dan dibawa ke Kereng Pangi atau Kasongan dalam 1 mingu sekali.

Kisaran harga untuk burung cucak hijau jantan 300.000 – 350.000; sedangkan untuk

betina kisaran harga 100.000 – 140.000. Untuk mencari harus menginap di hutan, bisa

jadi dalam perburuan justru tidak kembali modal. Pada awalnya mencari burung

mudah dalam sekali berangkat minimal mendapat 10 ekor, tetapi sekarang untuk

mendapat 1 ekor susah. Menurut mereka untuk mendapat burung ini kondisi hutannya

harus bagus. Sementara hutan yang relatif bagus di sekitar desa sudah tidak ada

melainkan di daerah kawasan Taman Nasional Sebangau.

Jenis burung lainya seperti pergam, punai dan tekukur diburu untuk dikonsumsi dan

dijual di tetangga dengan kisaran harga antara 5.000 – 20.000 perekor.

2. Mengumpulkan biji rongsokan

Di era kejayaan kayu Desa Perigi dikelilingi dengan perusahaan kayu dan bandsaw atau

sawmil. Dari sisa-sisa perusahan itu sebagian masyarakat desa perigi berburu biji

rongsokan untuk bisa bertahan hidup (untuk 1 kg biji besi Rp 3.000 – 5.000).

3. Menjual log eks illegal loging yang bisa dimanfaatkan

Usaha ini ditekuni oleh Bapak Adonis setiap kali sepulang kerja menangkap ikan

ketemu kayu yang larut di Sungai Katingan dikumpulkan. Untuk mengumpulkan yang

layak jual kurang lebih 15 hari. Dari hasil pengumbulan kayu tersebut pembeli

mengambil ke Desa Perigi dengan harga borongan antara Rp 400.000 – Rp 800.000

sekali jual kayu log tersebut.

4. Anyam-anyaman

Di sekitar Desa Perigi + 21 sungai dengan

potensi purun bisa dikatakan berlimpah. Dari

sekian sungai potensi purun yang baling

banyak adalah Sungai Landabung. Menganyam

hanya sebatas pesanan tetangga sesama desa,

membuat pekerjaan ini tidak terlalu digeluti

oleh ibu-ibu di Desa Perigi. Produk yang

dihasilkan hanya sebatas tikar dan topi purun.

Tikar dijual antara Rp 40.000 – Rp 80.000

sedangkan untuk topi purun Rp 15.000 –

25.000.

Jenis-jenis mata pencaharian di Desa Perigi bisa dilihat di Lampiran 2.

F. Warga Masyarakat dan Taman Nasional

Sejak ditunjuknya kawasan Taman Nasional tahun 2004, menurut masyarakat Perigi,

belum memberi dampak nyata bagi masyarakat Desa Perigi. Dari awal resistensi terhadap

pihak luar cukup tinggi karena ketidakjelasan terhadap kawasan tersebut. Ini juga

disampaikan dari orang yang datang di Desa Perigi termasuk Bapak Danramil 1015-02/BB

Page 269: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

260

mengisi buku tamu di

Desa Perigi dengan isi

kesan dan pesan

“Waspada terhadap

orang asing yang masuk

WWF/BTNS”. Dari

situlah bahwa

pemahaman keterkaitan

dengan keberadaan

kawasan Taman Nasional

Sebangau di tingkat

pemerintahan tidak setara apalagi masyarakat. Apalagi ketika Balai Taman Nasional

Sebangau melakukan patroli penertiban perburuan burung dan salah satu warga desa

tertangkap dalam penertiban tersebut, bertambahlah kekecewaan beberapa masyarakat

Perigi bahwa Taman nasional melarang aktivitas orang bekerja.

Sejauhnya dari segi program atau kegiatan masyarakat Desa Perigi terlibat dalam

kegiatan penanaman atau rehabilitasi lahan dalam:

a. Pelangsiran bibit (pembongkaran dan distribusi)

b. Perintisan (pembuatan Blok)

c. Terlibat dalam penanaman dalam membentuk kelompok (Kepala Kerja)

d. Jenis tanaman yang ditanam adalah belangiran dan jeluntung

e. Dikerjakan 10 orang dalam satu blok @ 250 Ha

f. Tahap Penanaman, Pemeliharan tahap 0, Pemeliharaan tahap 1, Pemeliharaan tahap 3

g. Harapan masyarakat tidak menggunakan masyarakat luar untuk tenaga kerjanya

Pemahaman larangan terhadap kayu di tingkat masyarakat bahwa sadar di mana pun

penebangan kayu merupakan larangan pemerintah, usaha ini juga dilakukan masyarakat

Desa Perigi beserta unsur pemerintah pada bulan Agustus 2014 melakukan pengusiran

nelayan di Sungai Landabung nelayan dari Samuda dengan alasan:

• Aktivitas nelayan dari Samuda sudah mulai 3-4 tahun yang lalu.

• Diberi izin satu nelayan membawa nelayan-nelayan yang lain.

• Persepsi masyarakat selain mencari ikan juga melakukan menggesek kayu dan strum.

• Tidak adanya kontribusi untuk desa.

• Melakukan pembakaran hutan.

• Masyarakat untuk membeli ikan tidak diperbolehkan.

Ada usaha peraturan bagaimana mengatur pengelolaan suberdaya alam dan penanganan

kebakaran di Desa Perigi melalui Peraturan Desa yang disusun bersama masyarakat.

Page 270: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

261

VII. Perencanaan Desa

Proses perencanan desa ini bagaimana mengumpulkan data lapangan, identifikasi masalah- masalah yang diplenokan bersama untuk menentukan pokok

masalah. Akibat dampak pemilihan Kepala Desa Perigi membuat proses pleno sedikit terhambat dan tidak dapat terselesaikan sampai ke pokok masalah

yang berada di Desa Perigi. Perencanaan desa lebih fokus membahas progrom WWF yang sudah disepakati yang sampai sekarang belum jalan, lebih

banyak untuk klarifikasi dan penjelasan terhadap progam yang disepakati. Dalam kegiatan perencanaan ini dalam proses pleno desa masyarakat

membahas :

Peran

Faktor Masalah Sebab Akibat Solusi Strategi Pemda Masyarakat

Pihak lain/NGO,

swasta

Serangan hama penyakit

Tidak ada racun untuk hama, cara bertani tidak ber-kelompok

Gagal panen dan miskin

Berkelompok Disemprot, diracun, dipasang jebakan

Menyediakan racun

Bersama-sama menjaga dan memelihara

Memberi penyuluh-an tentang pem-berantasan hama

Biaya mengolah lahan

Tidak ada alat yang tepat guna untuk mengolah lahan

Tidak semua petani mengerjakan lahan pertanian

Alat tepat guna Membuat proposal bantuan alat tepat guna

Membantu pengadaan alat menugaskan PPL pertanian

Handep, gotong royong

Bantuan alat yang sesuai dengan kondisi lahan

Pertanian

Tidak adanya Penyuluh / PPL

Jauhnya desa dari kota/ kurang perhatian pemerintah

Pengetahuan dalam mengolah lahan dan pemeliharaan kurang

Ditempatkan 1 orang PPL pertanian

Menghidupkan kembali gapoktan (agar semua masyarakat masuk dalam kelompok)

Menempatkan 1 orang PPL pertanian

Menyedikan tempat tinggal

Melakukan pen-dampingan di sektor pertanian

Perikanan Ikan harga murah

Jauh dari pasar dan ikan berlimpah sehingga kebanyakan Calo

Harga turun dan tidak sebanding dengan harga sembako

Mengadakan kekompakan dan dipasarkan di kota

Membentuk kelompok dan bersatu unit usaha

Memfasilitasi untuk mencarikan pasar

Membentuk kelompok usaha

Adanya pelatihan pengolahan ikan sehingga ikan tidak dijual dalam bentuk segar dan kering (pasca panen)

Page 271: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

262

Peran

Faktor Masalah Sebab Akibat Solusi Strategi Pemda Masyarakat

Pihak lain/NGO,

swasta

Alat tangkap tidak ada

Jenis-jenis alat tangkap masih tradisional

Tangkapan sedikit Membentuk kelompok Kerjasama Adanya kredit lunak untuk membeli peralatan tangkap ikan

Tidak akan mengunakan alat yang merusak lingkungan

-

Mengunakan alat tangkap strum, potas dan lainnya yang membahayakan

Ingin mendapatkan ikan banyak dan ikut orang-orang yang mengunakan alat strum

Ikan semakin lama habis

Adanya penangkapan dan ditertibkan oleh polisi

Membuat Peraturan Desa

Operasi dan memberi bantuan alat penangkap ikan

Melaporkan orang yang mengunakan strum ke Kepala Desa (Perdes)

Memberi penyuluhan kepada masyarakat

Harga rotan murah

Tidak ada pembeli resmi

Penghasilan tidak memadai

Tidak ada usaha tetap

Bentuk koperasi, penampungan hasil bumi

Musyawarah desa budi daya, membentuk badan usaha

Mencari investor

Tenaga PPL

Menjaga kelestarian, bibit benih

Perlu ada bimbingan WWF

Tidak adanya lembaga usaha

Belum ada perencanaan

Sempitnya lapangan kerja, penjualan hasil bumi tidak menentu

Adanya badan usaha yang menjual hasil bumi masyarakat sehingga harga stabil

Membentuk dan mendirikan koperasi

Permohonan kepada Dinas Perindakop Katingan

Menyediakan anggota dan tempat berdirinya kantor koperasi

Merencanakan usaha dapat dari WWfF

Kebakaran Banyak kebun tidak dipelihara, aktivitas orang yang tidak ber-anggung jawab

Pohon karet, sengon dan pantung terbakar

Adanya lembaga atau Regu Pemadam Kebakaran di desa dan peralatannya

Membentuk dan mengajukan sarana parsarana kepada pemerintah atau swasta

Membina Regu Pemadam Kebakaran, menegakkan sanksi

Membuat aturan dan membangun sumur-sumur di areal kebakaran

Pelatihan, me-metakan titik rawan kebakaran (WWF)

Perkebunan

Konflik satwa Areal hutan mulai berkurang

Satwa liar mencari makan di kampung dibunuh

Menjaga hutan di sekitar desa

Komunikasi kepada bihak berwenang dan Balai Konser-vasi Sumber Daya

Cepat menang-gapi laporan

Melaporkan Penyuluhan

Page 272: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

263

Peran

Faktor Masalah Sebab Akibat Solusi Strategi Pemda Masyarakat

Pihak lain/NGO,

swasta

Alam

Perangkat desa kurang aktif

Tidak ada kekompakan

Tidak ada di desa Sosialisasi kepada perangkat yang bersangkutan

Pendekatan ke orang tersebut

Penyuluhan tentang kepemerintahan

Mendesak Kades agar lebih aktif dan melaporkan jika pemerintahan tidak jalan

- Kelembagaan

Lembaga desa tidak aktif (Karang Taruna)

Tidak ada permodalan

Tidak aktif Membuat kegiatan Karang Taruna

Perlombaan antar desa

Melibatkan dan megikutsertakan dalam kegiatan kepemudaan di kabupaten

Musyawarah antara anggota Karang Taruna

Mengadakan program yang melibatkan anak muda

Page 273: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

264

VIII. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajitindak di Desa Perigi terdapat rekomendasi yang menurut tim

dapat dilaksanakan:

• Pendampingan proses penyelesaian batas desa dan wilayah secara keseluruhan

(pemetaan desa).

• Pengaturan sumber–sumber mata pencaharian (danau, sungai dan lainnya serta

kebakaran hutan).

• Pembentukan dan penguatan kelembagaan desa (kelompok-kelompok, badan

usaha, Regu Pemadam Kebakaran, pelatihan-pelatihan yang didasari keberhasilan

pengelolaan sumber daya bertumpu pada kapasitas lembaga lokal).

• Membangun komunikasi antara masyarakat desa, tokoh masyarakat, dan

Pemerintah Desa dalam perencanaan program dengan keterwakilan seluruh

masyarakat.

• Mengembangkan sektor pertanian (pendampingan, penyuluhan dan teknologi tepat

guna).

• Pendampingan implementasi Peraturan Desa terkait pengaturan sumber daya alam

dan kebakaran.

• Budidaya ikan bakut, lokasi dan potensi cukup mendukung.

• Pemanfaatan lahan terlantar yang terbuka untuk perkebunan (gemor, ada

pengalaman penanaman tanaman gemor).

• Perlu adanya klarifikasi laporan yang dibuat dalam kajian pertama.

IX. PENUTUP

Berdasarkan hasil kajian Strategi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan di Sekitar

Taman Nasional Sebangau Desa perigi, kesimpulan yang dapat diambil :

1. Sektor pertanian adalah usaha utama masyarakat Perigi, lahan usaha untuk bertani

sudah siap tersedia, hampir seluruh masyarakat memiliki lahan, cukup potensial

masyarakat Desa Perigi sebagai penopang sumber kehidupan masyarakat.

2. Pasar merupakan persoalan yang harus diselesaikan untuk bisa memasarkan hasil

pertanian, perkebunan dan hasil alam.

3. Pemerintah Desa belum menjalankan peranannya.

4. Potensi alam hasil hutan bukan kayu seperti purun di Desa Perigi belum

dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

5. Kebakaran setiap tahun terjadi di Desa Perigi, belum ada penanganan serius dari

desa, banyak kebun rotan, karet dan pohon buah-buah ikut terbakar.

Saran bagi Pemerintah Desa Perigi agar berperan aktif dalam kegiatan desa atau

kegiatan-kegiatan yang berada di desa. Memupuk rasa kebersamaan dan

menumbuhkan semangat gotong royong melalui musyawarah dan diputuskan secara

bersama setiap kali ada kegiatan atau proyek sekecil apapun. Peraturan Desa perlu

diimplementasikan secara bersama-sama mengingat potensi sungai dan sumber daya

alam di Desa Perigi.

Page 274: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

265

Lampiran 2-10:

LAPORAN

Diskusi Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan

di Sekitar Taman Nasional Sebangau

Desa Sebangau Mulya

Disusun Oleh:

Tito Surogo

Suwanto,

Surahmansyah,

Dan Warga Masyarakat Desa Sebagau Mulya

Palangka Raya,

Desember 2014

Page 275: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

266

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Kajitindak Mata Pencaharian

Berkelanjutan di desa-desa dampingan WWF Indonesia Kalimantan Tengah.

Kajian ini berisikan tentang informasi analisa potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh

masing masing Desa untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada. Kami menyadari bahwa

laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada Pemerintah Desa Sebangau Mulya, tokoh

masyarakat dan masyarakat Desa Sebangau Mulya atas kerjasama dan partisipasinya.

Penyusun

Page 276: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

267

Pendahuluan

A. Latar belakang

Desa Sebangau Mulya merupakan desa transmigrasi yang terletak di Kecamatan Sebangau

Kuala, Kabupaten Pulang Pisau. Desa Sebangau Mulya merupakan salah satu desa yang

bersebelahan dengan Taman Nasional Sebangau, yang berjarak kurang lebih 9 Km ke kawasan

Taman Nasional Sebangau.

Masyarakat Desa Sebangau Mulya memiliki mata pencaharian bertani, berkebun karet dan ada

yang menjadi tukang di luar desa. Mereka umumnya pendatang dari Jawa, datangnya

transmigrasi ini pada tahun 1988.

Desa Sebangau Mulya dibagi atas 6 wilayah Rukun tetangga dan 6 wilayah Rukun Warga (RW).

Di sebelah timur Desa Sebangau Mulya berbatasan dengan Desa Mekar Jaya, di sebelah barat

berbatasan dengan Taman Nasional Sebangau, di sebelah utara berbatasan dengan Desa

Paduran Mulya, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Sampang.

Jumlah KK yang ada di Desa Sebangau Mulya berjumlah 332 KK dengan jumlah penduduk 1.164

Jiwa dengan rincian jumlah laki-laki usia 0 – 15 tahun 181 Orang, usia 16 – 55 tahun 338 orang,

usia diatas 55 tahun 87 orang; dan untuk jumlah perempuan 558 jiwa: usia 0 – 15 tahun

berjumlah 205 jiwa, usia 16 – 55 tahun berjumlah 305 dan usia diatas 55 tahun 48 orang.

Desa Sebangau Mulya memiliki visi-misi yaitu:

Visi Desa:

1. Pemerataan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sebangau

Mulya melalui perbaikan dan peningkatan infrastruktur sarana dan prasarana,

meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui pembangunan di berbagai bidang,

seperti pendidikan, kerohanian, keterampilan dan peningkatan perekonomian

masyarakat desa, seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain.

2. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan terhadap sesama warga dan saling

menghormati antar pemeluk agama, suku dan adat istiadat.

Misi Desa:

Jer Basuki Mawa Bea (perjuangan penuh dengan pengorbanan)

1. Perbaikan dan peningkatan infrastruktur seperti jalan dan jembatan sehingga memper-

mudah masyarakat dalam beraktifitas.

2. Berusaha memberikan pelayanan, kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat desa.

3. Berupaya meningkatkan hasil pertanian yang menjadi mata pencaharian utama

dengan membantu tersedianya sarana pertanian.

4. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat desa melalui Pustu dan Posyandu.

5. Meningkatkan sumber daya manusia, khususnya kawula muda, melalui pendidikan dan

pelatihan-pelatihan keterampilan.

Page 277: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

268

B. Tujuan

1. Membangun dasar informasi dan pengetahuan sebagai acuan dalam perumusan strategi

pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan masyarakat di sekitar TN

Sebangau.

2. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan sumber-sumber penghidupan

berkelanjutan di tingkat kawasan.

3. Merumuskan rencana pengembangan sumber-sumber penghidupan berkelanjutan.

C. Keluaran

Adanya perencanaan dan strategi untuk pengembangan sumber-sumber penghidupan yang

berkelanjutan di masyarakat.

BAB II

Teknis Kegiatan

A. Metode Yang Digunakan

Adapun metode yang digunakan adalah dengan mengunakan alat-alat PRA, curah

pendapat, diskusi dengan Pemerintah Desa Sebangau Mulya, tokoh masyarakat dan

masyarakat Desa Sebangau Mulya.

B. Tempat dan Waktu pelaksanaan

Tempat kegiataan ini berada di Sebangau Mulya pada tanggal 27-31 Oktober 2014

C. Pihak yang terlibat

Pihak yang terlibat adalah:

• Tokoh Masyarakat

• Tokoh Pemuda

• Pemerintah Desa

• Masyarakat Desa

• Kelompok PKK

• Tito Surogo, Staff Balai Taman Nasional Sebangau

• Suwanto, Staff WWF Indonesia Kalimantan Tengah

• Surahmansyah, Fasilitator Desa

Page 278: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

269

BAB III

Hasil kegiatan

A. Sejarah Desa

1. Tahun 2. Kejadian Penting

1988 Masyarakat transmigrasi datang dari bermacam suku ± 300 KK diantaranya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan masyarakat lokal

1989 Pemberian nama Desa Sebangau Mulya, pemilihan Kepala Desa bulan November

1990 Pembinaan transmigrasi

1989 – 1993

- Pembinaan transmigrasi, penyerahan transmigrasi kepada Pemerintah Daerah Kapuas,

penambahan penduduk dari Mekar Jaya sebanyak 172 KK

- Pembangunan Mushola

1994 Persiapan dibentuknya Kepala Desa, pemilihan Kepala Desa tidak terlaksana sehingga mengangkat kembali Kepala Desa yang lama

1991 Kemarau panjang ± 6 bulan sehingga mengakibatkan kekurangan air yaitu pada bulan November

1992 Panen padi raya

1995 Banjir besar selama 1 bulan, hujan tidak merata

1993-1996 - Gagal panen

- Terjadinya illegal logging

1997 Kemarau panjang selama 7 bulan yaitu bulan Mei - November, penambahan transmigrasi TSM (Transmigrasi Swakarsa Mandiri)

1998 - Panen raya (padi)

- Banjir besar

1999 Krisis moneter

2000 Kerusuhan etnis Madura

2001 peristiwa illegal logging besar-besaran, masyarakat banyak kerja di perusahaan

2003 Pemilihan Kepala Desa tahap I, illegal logging besar-besaran tutup

2004 Perusahaan kayu tutup total, masyarakat banyak yang merantau/kerja di luar daerah, pemekaran Kecamatan Kahayan Kuala menjadi Sebangau Kuala.

2005 Gagal panen padi, pemekaran Kabupaten Pulang Pisau dari Kabupaten Kapuas

2006-2009 Masuknya lembaga CKPP yaitu memberikan bantuan bidang kebakaran (RPK), pertanian, bibit, kesehatan, pendidikan

2007 Banjir besar, PNPM memberikan bantuan berupa gorong-gorong

Page 279: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

270

1. Tahun 2. Kejadian Penting

2008

- Pilkades (tahap II) definitif,

- PNPM memberikan bantuan pembangunan bak penampungan air hujan 9 unit

- Pembuatan sumur bor umum 4 titik

2009

- Masyarakat Sebangau Mulya menyusun RPJMDES, pemetaan batas wilayah (WWF)

- Pebangunan / penambahan ruang/kelas SDN Sebangau Mulya I, II jumlah 4 unit

- Pembangunan Posyandu (sederhana) dari CKPP

- Pembangunan gorong-gorong cor 10 unit

2010

- Banjir besar 4 bulan (tanaman keras mati semua)

- Pembangunan Kantor Desa

- Pembangunan Gedung Pustu

- Pembangunan gorong-gorong cor 15 Unit

- Pembangunan jembatan ulin RT.01/RW.01

2011 PNPM memberikan bantuan berupa semenisasi jalan desa 400 M

2012 PNPM memberikan bantuan berupa semenisasi jalan desa

2013 Pemilihan BPD, bantuan sapi dan bibit karet (BTNS)

2014

- PNPM memberikan bantuan berupa semenisasi jalan desa, pemilihan PJS, masuk

PNPM generasi

- Musim kemarau panjang kebun dan lahan masyarakat kebakaran

Page 280: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

271

B. Sketsa Desa Sebangau Mulya

POTENSI MASALAH SOLUSI

Lahan masyarakat

- Seringnya kebakaran

- Sering kebanjiran

- Sering diserang hama dan penyakit

tanaman

- Lahan tidak digarap (karena masyarakat

banyak yang bekerja di luar desa)

- Kesulitan mendapatkan pupuk dan kapur

untuk persemaian

- Pembuatan Peraturan Desa tentang

kebakaran

- Pendalaman saluran primer dan

sekunder

- Pembuatan tanggul banjir di sebelah

barat desa

- Lahan yang tidak digarap disewakan

kepada orang lain untuk dikelola

- Membuat sumur bor (resapan)

Saluran primer dan sekunder

- Pendangkalan saluran

- Tertutup rumput disaluran

- Perlu adanya kegiatan pendalaman

pada saluran primer dan sekunder

- Pembersihan rumput secara gotong

royong

Hutan Lindung - Pengelola hutan lindung belum ada

- Tidak adanya pendanaan untuk

pengelolaan hutan lindung dari instansi

terkait dalam pengelolaan

- Tidak adanya dana untuk desa

- Adanya pendanaan untuk pengelolaan

Hutan Lindung dari instansi terkait

dalam pengelolaan

Sekolah SD, - Belum ada gedung PAUD (masih - Pengajuan ke Dinas Pendidikan dan

Page 281: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

272

POTENSI MASALAH SOLUSI

PAUD menempati aula balai desa)

- Pembayaran guru PAUD tergantung

pemasukan keuangan desa

Kebudayaan

Posyandu - Kekurangan sarana dan prasarana

Posyandu

- Kesejahteraan kader kurang

- Penambahan sarana dan prasarana

- Penambahan makanan tambahan

- Adanya dana yang dikelola oleh kader

untuk melakukan kegiatan kader

- Perlunya peningkatan kapasitas kader

Perkebunan karet

- Harga tidak stabil

- Seringnya kebakaran

- Kesulitan mendapat bibit unggul

- Kesulitan mendapatkan pupuk

- Sering kebanjiran

- Perlu peralatan RPK apabila musim

kemarau alat RPK disiapkan di Desa

Sebangau Mulya dan apabila musim

penghujan alat RPK dikembalikan lagi di

kantor Resort Sebangau Kuala

- Perlunya peningkatan kualitas hasil

- Perlu pembuatan Peraturan Desa

- Pembuatan tanggul

- Harapan kedepannya pengeboran

sumur, mesin dan selang

Gedung Pustu - Kekurangan tenaga kesehatan karena di

desa hanya ada 1 (satu) orang bidan

- Mahalnya untuk biaya berobat

- Banyak yang mengeluh sakit rematik dan

asam urat

- Tidak adanya sumber air bersih

- Perlu penambahan tenaga kesehatan

Jalan desa - Musim penghujan jalan rusak/becek

- Musim kemarau jalan berdebu

- Semenisasi diusulkan ke PNPM

- Pengaspalan diusulkan ke Pemerintah

Daerah Pulang Pisau

Jembatan desa

- Kondisi jembatan sudah rusak - Perlu direnovasi/dicor

Gorong-gorong

- Kondisinya rusak - Gotong royong memasang kayu galam

- Pembuatan cor

Pekarangan rumah

- Banyak digunakan nyamuk untuk

berkembang biak

- Banyak hama

- Belum ada WC keluarga

- Pemanfaatan pekarangan dengan

kolam terpal

- Pembinaan keluarga ibu rumah tangga

dari BTNS dan WWF

- Pembuatan pekarangan holtikultura,

Page 282: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

273

POTENSI MASALAH SOLUSI

- Pekarangan tidak dikelola dengan baik

- Masih kesulitan memasarkan hasil dari

pekarangan

- Transportasi masih sulit

- Kesulitan memusnahkan hasil dari

pekarangan diantaranya babi, biawak

- Kurangnya pembinaan dari instansi

terkait

- Belum ada pasar desa

kursus menjahit, pembuatan Pasar

Desa (PNPM)

C. Diagram Kelembagaan

3.

Page 283: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

274

LEMBAGA MASALAH POTENSI

Pemerintah Desa

Hubungannya sedang pengaruhnya sedang, Perangkat Desa belum maksimal pelayanan kepada masyarakat, transportasi belum memadai, Belum memahami TUPOKSI-nya, Pemerintah Desa belum memahami pembuataan Peraturan Desa

- Perangkat Desa ada

- Sarana transportasi sangat terbatas

Rukun Tetangga (RT)

Hubungannya dekat dan pengaruhnya sedang karena sudah berfungsi tapi belum maksimal dalam pelayanan pada warganya.

- Ketua RT ada

Kelompok Tani

Hubungannya sedang pengaruhnya sedang, kegiatan kelompok tani agak macet, kurang penyuluhan dan jarang ada pertemuan dalam pembinaan kelompok tani

- Lembaga ada

- Pengurus kurang lengkap

Rukun Warga Hubungannya sedang pengaruhnya besar, sudah berfungsi tapi belum maksimal, karena kurang pembinaan

- Lembaga ada

- Pengurus belum lengkap

BPD

Hubungannya sedang pengaruhnya Besar, berfungsi namun belum maksimal pada pelayanan ke masyarakat

- Lembaga ada

- Pengurus lengkap

- Sarana kurang

LPMD Hubungannya sedang pengaruhnya besar, sudah ada kegiatan yang dilakukan ke masyarakat desa

- Lembaga ada

- Pengurus ada

PKK Jaraknya jauh pengaruhnya kecil, pasif, belum berfungsi secara maksimal

- Lembaga ada

- Sarana ada

Posyandu

Jaraknya sedang pengaruhnya sedang, telah melakukan kegiatan pelayanan walau belum memenuhi harapan masyarakat

- Pengurus ada

- Lembaga ada

- Sarana tempat belum lengkap

Karang Taruna Hubungannya dekat pengaruhnya sedang, belum maksimal, perlu peningkatan kapasitas kelompok

- Lembaga ada

- Pengurus belum lengkap

KPMD Jaraknya jauh dan pengaruhnya kecil, kurang koordinasi, belum maksimal melaksanakan tugas dan fungsinya.

- Lembaga ada

- Pengurus ada

BUMD / KUD Hubungannya jauh dan pengaruhnya kecil, KUD saat ini tidak berjalan lancar karena tidak ada program kerja, tidak ada pendanaan

- Lembaga ada

- Pengurus ada

Regu Pengendali Kebakaran (RPK)

Hubungannya sedang pengaruhnya besar, kurangnya peralatan, mesin pompa dan selang sudah rusak

- Pengurus ada

- Regu ada

RKM Jaraknya jauh dan pengaruhnya kecil, belum berfungsi, tidak memiliki rencana kerja

- Pengurus ada, baru dibentuk

Page 284: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

275

LEMBAGA MASALAH POTENSI

Komite Sekolah Hubungannya jauh dan pengaruhnya kecil, belum transparan

� Pengurus ada

WWF

Jaraknya jauh dan pengaruhnya kecil

WWF tidak pernah ada kegiataan di Desa Sebangau Mulya yang ada di Desa SP 2

� Ada lembaga WWF

� Ada Staff WWF

BTNS

� Jaraknya sedang pengaruhnya besar

� Perlunya ditingkatkan lagi hubungan dengan

masyarakat desa

� Ada staff di lapangan

Page 285: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

276

D. Kalender Musim

BULAN KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KETERANGAN

Tani Padi v vv vvv

vvv

vv vv Pada bulan Juni s.d. Agustus pembersihan lahan dan pada bulan September s.d. Oktober dilakukan penanaman

Musim Kemarau

v vv vvv

vv v Kesulitan air bersih, banyaknya penyakit muntaber

Musim Penghujan

vvv

vvv

vvv

vv v v vv Seringnya kebanjiran lahan pertanian dan pekarangan

Musim Panen Padi

vvv

vvv

vvv

vv vv Kesulitan memasarkan hasil panen

Musim Taman Karet

v v v v v v Musim penanaman pohon karet ketika menghadapi musim kemarau

Musim Sadap Getah

vv vv vv vv v v v v vv vv vv vv Musim sadap bisa dilakukan ketika daun tidak gugur dan tidak pada saat hujan, hasil panen di desa Rp 5.000/Kg

Ternak Sapi, Kambing, Ayam

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sapi, kambing dijual untuk hajatan, ternak ayam untuk kebutuhan harian

Perikanan Nila

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Untuk konsumsi sendiri dan dijual

Sayur Mayur √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Awal musim hujan untuk konsumsi sendiri dan dijual

Kebun Sawit Pribadi

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sawit ± 10 kk luas total ± 15 ha

Merantau/ Kerja di luar Daerah

vv vv vv vv vv vv vv vv vv vv vv vv Buruh bangunan, kerja di perusahaan sawit, tambang emas

Page 286: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

277

E. Bagan Kecendrungan usaha masyarakat

Tahun Usaha

1988 1990 1995 2000 2005 2010 2014

Pertanian vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv vvvv

Berkebun Palawija vv vvv vvvv vvvv vvvv vvv vvvv

Berkebun Karet vvv vvvv vvvv vvvv

Budidaya Ikan vv

Beretrnak Sapi vv vvv vvv vvv vvvv vvvv

Berkebun Sawit vv

Potensi dan masalah dalam usaha masyarakat

Potensi Masalah Solusi

Pertanian Sering kebanjiran

Kesulitan bibit dan pupuk

Tidak ada pembinaan dari PPL

Kesulitan pemasaran hasil panen

Pendangkalan irigasi tersier maupun skunder

Tidak adanya traktor

Pendalaman saluran tersier

Pembuataan tanggul di sebelah utara

Adanya KUD yang menyediakan SAPRODI pertanian

Adanya pasar untuk menampung hasil panen masyarakat

Berkebun Sawit

Sering kebakaran

Sering kebanjiran

Sulitnya mendapatkan pupuk dan kapur

Masyarakat belum memahami cara budidaya kebun sawit

Adanya pelatihan dalam budidaya sawit

Pengadaan alat RPK

Berkebun Palawija

Sering kebanjiran

Kesulitan pemasaran

Kesulitan mencari SAPRODI

Dilakukan pendalaman saluran irigasi

Perbaikan jalan dari Desa Sebangau Mulya menuju Kabupaten Pulang Pisau untuk pemasaran hasil panen petani

Budidaya Karet

Sering kebanjiran

Seringnya kebakaran di musim kemarau

Harga jual karet turun

Akses jalan untuk menjual ke luar masih rusak parah dan kondisi jembatan penghubung antara Kecamatan Sebangau Kuala dengan Kecamatan Maliku belum terealisasi

Pembuataan Perdes terkait kebakaran

Pengadaan alat RPK (mesin, selang dan sumur bor)

Page 287: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

278

F. Pengelompokan masalah

Masalah Solusi

Seringnya terjadi kebakaran lahan dan kebun masyarakat

- Pembuataan Peraturan Desa tentang Kebakaran

- Pengadaan alat RPK

- Pelatihan tim RPK

Seringnya Kebanjiran lahan masyarakat

- Pendalaman saluran tersier dan sekunder

- Pembuataan tanggul di sebelah barat desa

Kesulitan mendapatkan pupuk dan saprodi

- Mengaktifkan KUD dan pembinaan terhadap pengelola KUD

Kesulitan memasarkan hasil pertanian

- Dibuatnya Pasar Desa dan perbaikan jalan menghubungkan

kecamatan yang lain

- Menyelesaikan jembatan penghubung di Sungai Sebangau

Masyarakat belum memahami cara budidaya karet (harga getah turun) dan sawit

- Adanya pelatihan budidaya karet dan sawit

- PPL aktif dalam membina masyarakat desa dalam pertanian

- Pengadaan bibit sawit dan karet yang berkualitas

- Pelatihan dalam pembuataan entris karet (okulasi)

- Pelatihan dalam peningkatan kualitas getah sesuai dengan

standar pabrik

Kondisi jalan desa rusak parah - Dilakukan semenisasi/pengaspalan

Kurangnya memahami TUPOKSI lembaga-lembaga yang ada di desa

- Pelatihan dalam TUPOKSI

- Pelatihan dalam managemen kelembagaan dan penguataan

kapasitas organisasi

Kesulitan mendapatkan air Bersih - Pembuataan sumur bor untuk masyarakat

Menurunya hasil panen masyarakat - Pendampingan ke para petani

- Pengadaan bibit pertanian yang berkualitas

- Pelatihan-pelatihan budidaya pertanian di lahan gambut

Hubungan WWF jauh dan penga-ruhnya kecil ke masyarakat

- WWF sering melakukan sosialisasi dan pendampingan ke desa-

desa binaan WWF

Kesulitan memasarkan hasil perternakan

- Dibuatnya pasar ternak

- Pelatihan penggemukan ternak

Banyaknya lahan-lahan masyarakat yang tidak dikelola

- Peminjaman lahan masyarakat yang tidak dikelola ke masyarakat

yang lain

- Pengadaan bibit perkebunaan seperti karet, sawit dan padi,

palawija

Page 288: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

279

Urutan Peringkat Masalah

Kriteria dan nilai pembobotan

Masalah Dirasakan

oleh orang

banyak

Sangat

parah

Menghambat

peningkatan

pendapatan

Sering

terjadi

Jumlah

Nilai

Urutan

Ranking

Seringnya terjadi kebakaran lahan dan kebun masyarakat

10 10 10 9 39 4

Seringnya kebanjiran lahan masyarakat

10 10 10 8 38 5

Kesulitan mendapatkan pupuk dan saprodi

10 10 10 10 40 2

Kesulitan memasarkan hasil pertanian

10 9 10 8 37 6

Masyarakat belum memahami cara budidaya karet (harga getah turun) dan sawit

10 10 10 7 37 7

Kondisi jalan desa rusak parah

10 10 10 10 40 3

Kurangnya memahami TUPOKSI lembag-lembaga yang ada di desa

10 7 5 5 27 9

Kesulitan mendapatkan air bersih

10 10 4 9 32 12

Menurunya hasil panen masyarakat

10 10 10 9 39 4

Hubungan WWF jauh dan pengaruhnya kecil ke masyarakat

10 10 3 10 33 11

Kesulitan memasarkan hasil perternakan

10 10 10 6 36 10

Banyaknya lahan-lahan masyarakat yang tidak dikelola

10 10 10 10 40 1

Page 289: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

280

BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Data Analisa Kesimpulan

Menurunnya hasil panen padi dan palawija

- Kesulitan mendapatkan bibit,

pupuk dan kapur

- Kurangnya pembinaan untuk

para petani dalam bercocok

tanam

- Seringnya kebanjiran di saat

mau musim panen

- Menurunya hasil dan kualitas pertanian

dikarenakan lahan sering kebanjiran dan zat

asam yang sulit diantisipasi oleh masyarakat

karena kesulitan dan mahalnya pupuk dan

kapur pertanian, kurangnya penyuluhan yang

dilakukan oleh dinas terkait sehingga

masyarakat mengelola lahan secara

tradisonal dan tidak adanya pasar dalam

menjual hasil panen sehingga hanya untuk

kebutuhan rumah tangga di karenakan akses

jalan yang menghubungkan kota kabupaten

belum selesai dan jembatan penghubung

tidak ada, sehingga dijual secara murah

Budidaya karet - Kesulitan mendapatkan bibit

berkualitas

- Seringnya lahan yang ditanam

karet terbakar di musim

kemarau

- Kurang memahami budidaya

karet yang baik dan

berkualitas

- Ketika musim kemarau banyak lahan

masyarakat yang kebakaran dikarenakan alat-

alat RPK tidak ada dan sudah rusak, sehingga

mengakibatkan lahan-lahan yang ada

kebakaran. Ada yang sudah panen tetapi

harganya murah hanya 5000/kg. hasil panen

karet masyarakat mengeluh karena bibit yang

digunakan merupakan bibit lokal.

Berkebun sayur-sayuran

- Hanya dimanfaatkan untuk

keperluan rumah tangga

- Kesulitan pemasaran sehingga petani hanya

menanam untuk kebutuhan rumah tangga

dengan tidak seberapa luas

Kesulitan masyarakat dalam memasarkan hasil pertaniaan

- Hasil produksi lebih besar dari

pada penjualan sehingga

menyebabkan hasil panen

tidak terserap oleh pasar

hanya dikonsumsi oleh

masyarakat sendiri

- Diakibatkan karena akses jalan belum

terbangun secara baik dan jembatan

penyeberangan yang menghubungkan

Kecamatan Sebangau Kuala dengan

Kecamatan Maliku belum terselesaikan, pasar

dalam penampung hasil panen masyarakat

belum ada

B. Rekomendasi

Page 290: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

281

Rekomendasi dari kajian ini diharapkan adanya pendampingan yang intensif dalam

implementasi di lapangan mengingat ini menggunakan kelompok yang sangat banyak dan

adanya evaluasi rutin yang dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang ada di

tingkat kelompok.

C. Saran

Saran dari pengkajian ini jangan membuat janji atau apapun yang bisa menimbulkan

konflik di masyarakat, dalam menjalankan program harus melihat kebutuhan yang ada di

masyarakat.

Disepakatinya pembagian peran yang jelas antara kelompok, Pemdes dan WWF supaya

ada rasa saling memiliki dari program.

Page 291: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

282

FOTO SEBANGAU MULYA

Gambar 1. Persiapan tempat pengalian kajitindak mata pencaharian berkelanjutan

Gambar 2. Gambar pembukaan

Gambar 3. Pembukaan

Page 292: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

283

Gambar 4. Pembuatan Sketsa Desa

Gambar 5. Diskusi tentang Sketsa Desa

Page 293: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

284

Gambar 6. Diskusi

Gambar 7. Penggalian Kalender Musim

Gambar 8. Penggalian Perubahan dan Kecendrungan

Page 294: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

285

Lampiran 3:

Gambaran Alat-alat Tangkap Ikan yang digunakan Nelayan di Kawasan Sebangau

Renggek

Pasuran Besar

Rempa

Pangilar Balida

Pengilar Kecil

Pengilar Kakari

Pengilar Besar

Jabak

Foto oleh Ma’mun Ansori - WWF

Page 295: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

286

Tempirai Bambu

Tempirai Kawat

Selambau

Ancau

Ringkap

Tamba

Pasat

Foto oleh Ma’mun Ansori - WWF

Page 296: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

287

Haup

Lunta

Kabam

Foto oleh Ma’mun Ansori - WWF

Page 297: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

288

Lampiran 4:

RANGKUMAN HASIL KEGIATAN SURVEY

STUDI MATA PENCAHAHRIAN BERKELANJUTAN DI SEKITAR TAMAN NASIONAL SEBANGAU TAHUN 2014

Desa : Habaring Hurung

Kecamatan : Bukit Batu

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi sosial

kependudukan

1. Mata pecaharian penduduk 95% (dari sample responden) adalah petani sayur-sayuran

2. Sebagian penduduk bekerja sebagai buruh tambang pasir dan tukang 5%

3. Pendidikan 80% sekolah dasar (SD)

4. Penduduk asli suku jawa

2. Sumberdaya alam 1. Potensi pertanian terutama menghasilkan sayur-sayuran

2. Hutan sudah berkurang karena adannya kebun kelapa sawit (perorangan) berada berdekatan

dengan kawasan TNS

3. Sumberdaya

manusia (modal

sosial)

Melaksanan kegiatan pertanian sayur dilakukan berdua (suami istri). Menggunakan alat sadap,

parang dan cangkul.

4. Usaha-usaha

masyarakat, dulu

dan sekarang

Masyarakat Desa Habaring Hurung dari dulu dan sekarang sebagai petani (sayur-sayuran)

5. Faktor eksternal

yang menghambat

dan mendukung

Faktor penghambat dalam memanfaatkan sumberdaya alam:

1. Kurangnya modal usaha

2. Kurangnya teknologi pasca panen terutama mengolah hasil panen sayur.

3. Kurangnya tempat khusus penjualan sayur mayur sehingga menunggu pembeli yang datang

(tengkulak).

4. Kurangnya informasi terkini tentang harga sayur.

5. Kondisi tanah yang kurang subur butuh perlakukan khusus untuk mengolahnya sebagai tempat

menanam sayur.

6. Kebakaran lahan pada musim kemarau.

Adanya kerjasama antara intansi

terkait (TNS, Dinas Kehutanan Kota

Palangka Raya) untuk

mengembangkan sentra pertanian

sayuran sehingga hasil produksi

dapat meningkat PAD daerah dan

mastarakat setempat.

Page 298: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

289

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

Faktor pendukung dalam memanfaatkan sumberdaya alam:

1. Kondisi letak desa yang strategis dimana terletak dipinggir jalan trans kalimatan poros selatan.

Sehingga memudahkan penjualan sayur ke Kota Palangka Raya

2. Kebutuhan pasar yang terus meningkat terhadap sayur mayur (salah satu memenuhi

kebutuhan sayur di Kota Palangka Raya)

3. Adanya dukungan modal usaha dari pengumpul/tengkulak.

6. Pasar Hasil sayur mayur dapat dibeli lansung oleh pengumpul yang telah menunggu di rumah atau

langsung ke kebun. Dan pengumpul selanjutnya menjual ke pasar Palangka Raya.

7. Modal Modal petani sayur dalam melaksanakan usahnya diperoleh dari pengumpul. Dimana memberikan

modal awal seperti untuk membeli bibit, pupuk kandang, hebrisida dan isektisida dan kebutuhan

sembako.

8. Ekonomi rumah

tangga

Hasil julan sayuran yang diperoleh dipotong pinjam modal dari pengumpul. Sisa keutungan

tersebut yang digunakan untuk ekonomi rumah tangga,

9. Analisa Usaha 1. Modal usaha untuk menanam sayur sebesar Rp. 1.000.000,/periode tanam (3 bulan)

2. Harga julan sayur mayur tidak diketahui petani

10. Persepsi terhadap

TNS

Sebagian masyarakat desa Habaring Hurung sudah mengetahui keberadaan Taman Nasional

Sebangau. Dan mereka mengharapkan ada akses masuk kedalam untuk berusaha terutama untuk

mencari galam. Disamping itu TNS sudah melaksanakan kegiatan bakti sosial dimasyarakat ini

seperti:

1. Melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris bagi siswa SMP.

2. Mengajarkan pengoperasian komputer bagi siswa SD-SMP.

3. Melaksanakan perkemahan Sabtu Minggu di sekolah dasar.

4. Studi wisata ke Palangka Raya

Page 299: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

290

Desa : Henda

Kecamatan : Jabiren Raya

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi sosial

kependudukan

1. Mata pecaharian penduduk 95% (dari sample responden) adalah petani karet

2. Sebagian penduduk bekerja sebagai buruh sawit 5%

3. Pendidikan 80% Sekolah Menengah Pertama

4. Penduduk asli suku dayak, dan pendatangdari suku banjar, jawa dan sunda

2. Sumberdaya alam 1. Potensi perkebunan karet terutama menghasilkan menghasilkan karet mentah

2. Penghasil buah mengkahai, rambutan dan melon pada musim buanya

3. Hutan sudah berkurang karena adannya perkebunan kelapa sawit berada dibelakang desa

3. Sumberdaya

manusia (modal

sosial)

Menyada karep berdua, dimana satu menyandap dan yang lainya mengambil karet. Jam bekerja dari

jam 05.00-12.00 Wib. Menggunakan alat sadap, parang dan mangkok tempat mengumpul karet dari

pohon

4. Usaha-usaha

masyarakat, dulu

dan sekarang

Masyrakat Desa Henda dari dulu sebagai petani karet, dan dengan berkembangnya usaha kelapa

sawit sebagain masyrakat bekerja sebagai buruh sawit

5. Faktor eksternal

yang menghambat

dan mendukung

Faktor penghambat dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kurangnya modal usaha

2. Kurangnya ketrampilan dalam mengelola sumberdaya perkebunan karet

3. Kurangnya teknologi pasca panen terutama mengolah hasil sadap. Ada masih karet yang kotor

sehingga mempengaruhi kualitas dan harga karet jatuh.

4. Kurangnya tempat khusus penjualan karet sehingga menunggu pembeli yang datang.

5. Kurangnya informasi terkini tentang harga jual karet.

6. Kebakaran lahan yang tidak terkontrol

Faktor pendukung dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kondisi tanah yang subur yang cocok untuk pertumbuhan karet

2. Kondisi letak kebun yang strategis dimana terletak dipinggir jalan trans kalimatan poros selatan.

Sehingga memudahkan kases penjulan karet

3. Kebutuhan pasar yang terus meningkat terhadap karet (undang papay, undang windu dan ikan

kering)

Adanya kerjasama antara intansi

terkait (TNS, Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Pulang Pisau) untuk

mengembangkan sentra

perkebunan karet dan buah-

buahan sehingga hasil takapan

dapat meningkat PAD daerah dan

mastarakat setempat.

Page 300: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

291

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

4. Adanya dukungan modal usaha dari pengumpul.

5. Adanya pabrik pengolahan karet di Desa Garung, Kuala Kapuas (Kab Kapuas) dan di Tangkiling

(Kota Palangka Raya)

6. Serta akses penjulan karet bisa kepengmpul, atau kepabrik.

7. Pengumpul dan hasil olah pabrik dapat di jual langsung melalui pelabuhan laut di Sampit atau ke

Banjarmasin.

6. Pasar Hasil sadap karet dibeli lansung oleh pengumpul yang telah menunggu di rumah atau langsung ke

kebun karet. Dan pengumpul selanjutnya menjual ke pasar atau ke pabrik Palangka Raya, Kuala

Kapuas atau Banjarmasin

7. Modal Modal petani karet dalam melaksanakan usahnya diperoleh dari pengumpul. Dimana memberikan

modal awal seperti untuk membeli asam semut, peralata sadap karet dan kebutuhan sembako.

8. Ekonomi rumah

tangga

Hasil julan karet yang diperoleh dipotong pinjam modal dari pengumpul. Sisa keutungan tersebut

yang digunakan untuk perekonomia rumah tangga,

9. Analisa Usaha 1. Modal usaha sekali menyadap karet membutuh dana untuk memebli bahan bakar besain 3 liter

@ Rp. 8.500/Liter

2. Penjualan karet mentah Rp. 6.000/kg basah. Dimana optimal bekerja 4 hari dalam seminggu,

dalam 1 hari menghasilkan karet 4 kg/ha.

10. Persepsi

terhadap TNS

Sebagian masyarakat desa Henda sudah mengetahu keberadaan Taman Nasional Sebangau. Dan

mereka mengharapkan ada akses masuk kedalam untuk berusaha terutama untuk mencari galam.

Page 301: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

292

Desa : Garong

Kecamatan : Jabiren Raya

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi Sosial

Kependudukan

Umur penduduk antara 25 tahun sampai dengan 70 tahun, kemudian pendidikan secara umum

terendah adalah Sekolah dasar dan tertinggi SLTA.

Jumlah angota rumah tangga paling rendah dua orang (suami dan istri) sampai dengan tujuh orang.

Penduduk desa Garong kebanyakan suku Dayak kemudian suku Banjar. Pendatang di desa Garong

adalah dari pulau Jawa dan Sumatera (suku Batak)

� Sedikit penduduk yang memiliki

pendidikan lanjutan atas.

� Peningkatan pendidikan

diperlukan di desa ini.

2. Sumberdaya Alam Pekerjaan pokok masyarakat sangat tergantung kepada harga keluaran. Pekerjaan utama adalah

menyadap karet, namun pada saat harga karet menurun, penduduk beralih mata pencaharian

sebagai nelayan.

Sebagai mata pencaharian sampingan mencari galam dan sebagian kecil penduduk menjadi buruh

perkebunan kelapa sawit.

Sumberdaya alam yang dipergunakan adalah lahan, sungai dan danau untuk lahan pertanian dan

perikanan. Sumberdaya hutan terutama kayu galam dijadikan sebagai salah satu sumber

pendapatan.

Mengusahakan sumberdaya alam dengan peralatan sederhana.

Potensi sumberdaya alam di luar desa Garong cukup luas, namun ancaman keberadaan sumberdaya

alam tersebut bisa pindah pemilik ke perusahaan sawit yang selalu menawarkan keuntungan untuk

dijadikan lahan perkebunan.

Persaingan antar penduduk desa Garong tidak ada, namun antar penduduk dengan perusahaan dan

antar penduduk Desa Garong dengan desa tetangga di masa akan datang ada potensi konflik

pemilikan lahan.

Ada oknum menjual lahan yang ada untuk perusahaan kelapa sawit .

Keadaan sumberdaya alam masa lalu lebih baik dibandingkan dengan sekarang.

� Pembuatan kanal pada saat proyek lahan gambut (PLG) masih dirasakan dampak negatifnya

sampai sekarang,

� Setelah kehadiran perkebunan kelapa sawit keadaan air diperkirakan dalam jangka panjang

menjadi berubah, terutama perubahan tingkat keasaman air (pH).

Konflik antar warga kaitanya dengan pemanfaatan sumberdaya alam tidak ada.

� Ada permasalahan tata batas

dengan pihak perusahaan

perkebunan

� Permasalahan dengan pihak

perusahaan kelapa sawit perlu

dituntaskan.

� Ada keinginan untuk

membangun tambak, namun

terkendala dengan modal.

� Air sungai sudah mulai tercemar

oleh racun hama tanaman

kelapa sawit.

� Ada pengaturan air agar tidak

melalui saluran irigasi untuk

tanaman dan perikanan.

� Perlu penjelasan tata batas

antar desa.

Page 302: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

293

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

Ada potensi konflik antar desa karena tata batas belum jelas.

Aturan formal dan non-formal (kearifan lokal) yang harus diikuti di desa ini tidak ada.

3. Sumberdaya

manusia (Modal

Sosial)

Lembaga-lembaga yang ada di desa Garong adalah lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Penduduk desa ini hampir tidak pernah mengikuti pelatihan-pelatihan. Sehingga pengembangan

usaha berdasarkan pemanfaatan pelatihan tidak ada.

Masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di desa Garong, karena sungai dan lahan

yang ada merupakan salah satu faktor produksi yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan.

Kegiatan gotong royong selalu ada di desa Garong berupa perbaikan jalan dan jembatan.

� Tidak ditemukan warga yang

telah mendapat pendidikan dan

ketrampilan

� Pendidikan ketrampilan yang

sifatnya non formal diperlukan

di desa ini.

4. Usaha-usaha

masyarakat dulu

dan sekarang

Kebanyakan usaha masa lalu adalah perikanan namun sesuai dengan perubahan pola ekonomi yang

bersifat “instan” atau keinginan cepat memperoleh uang maka usaha nelayan berubah menjadi

pencari kayu galam, dan sebagian berubah menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit.

Besar biaya yang dikeluarkan pada saat ini menurut penduduk sama dengan hasil yang diterima

ditambah biaya operasional. Hampir seluruh penduduk tidak memiliki dana untuk berjaga-jaga atau

simpanan, karena penerimaan sama dengan pengeluaran dalam satu hulan.

Tidak ada pergantian musim yang ekstrim di desa Garong setiap tahun.

Perikanan (-) : Sumberdaya air untuk lokasi penangkapan ikan darat sudah mulai rusak, sehingga

ikan-ikan semakin sedikit terutama yang terletak diwilayah air payau.

Dampak negatif terhadap lingkungan dari usaha-usaha masyarakat tidak ada, namun dari

perusahaan ada yaitu perubahan tata air oleh perusahaan kelapa sawit, sehingga merusak

lingkungan tempat ikan berkembang biak.

Alat yang digunakan sebagian besar alat yang masih tradisional.

� Pembuatan kanal pada saat

proyek lahan gambut (PLG)

masih dirasakan dampak

negatifnya sampai sekarang.

� Pemulihan lahan perlu

dilakukan walaupun dengan

cara perlahan-lahan atau

bertahap.

� Harus ada komunikasi dengan

pihak perusahaan perkebunan

kepala sawit agar sistim

drainase yang mencemari

lingkungan perlu dihentikan.

Page 303: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

294

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

5. Sumberdaya

Manusia (Modal

sosial)

Secara umum sedikit mengalami kendala dari kebijakan pemerintah. Ada kebijakan pemerintah

seperti larangan pembakaran hutan, larangan penangkapan ikan dengan cara-cara illegal. Ada saja

penduduk yang bisa melanggarnya, namun tidak pernah ada warga masyarakat pelaku yang

dihukum.

Tidak ada LSM dan program CSR di desa ini, sehingga penduduk tidak bisa menjelaskan atau menilai

program LSM dan CSR.

Lembaga ekonomi tidak ada yang memanfaatkan sumberdaya alam di desa Garong

� Belum ada cara mengganti

pembakaran hutan untuk

pembukaan lahan pertanian.

� Masih ada penangkapan ikan

dengan cara stroom listrik.

Disadari hal ini merugikan

nelayan konvensional.

� Perlu memberi pengertian

bahwa membakar hutan ada

batasnya dan menangkap ikan

dengan cara ilegal akan ber-

akibat kerusakan lingkungan.

6. Pasar Produk masyarakat di jual pada pedagang pengumpul di desa. Produk yang dijual adalah ikan

dengan memakai taransportasi perahu mesin.

Distribusi pemasaran produk langsung antara penduduk dengan pedagang pengumpul, sebahagian

di antar ke ibukota kabupaten (Pulang Pisau) dan propinsi (Palangka Raya) dengan pembayaran cash

atau kontan. Namun ada sebagian kecil penduduk yang menerima uang muka terutama nelayan

untuk biaya tidak terduga dan biaya operasional. Pemasaran produk tanpa promosi.

� Nelayan mampu menjual

produk di luar desa Garong

melalaui pedagang pengumpul,

ke luar desa (ibukota

kecamatan, kabupaten/

propinsi).

7. Modal Pengeluaran yang dianggap sebagai modal terdiri dari lat-alat tangkap seperti pancing, luka, buwu

dan lain-lain + perahu mesin.

Sumber modal sebagian besar biaya sendiri atau pendapatan yang tidak dikonsumsi, sedangkan

sebagian kecil dibiayai oleh pedagang pengumpul berupa uang muka untuk mencari ikan.

Kekuatan dari modal sendiri yaitu mengurangi ketergantungan dari pihak kedua, sedangkan

kelemahannya modal yang berasal dari tabungan tidak maksimal untuk usaha.

� Responden (penduduk) tidak

bisa menghitung dengan pasti

modal yang digunakan.

� Perencanaan sumber modal,

pemanfatan modal perlu

diketahui oleh nelayan melalui

pelatihan evaluasi proyek

secara sederhana.

8. Ekonomi Rumah

Tangga Tanggungan kepala rumah tangga rata-rata 4 orang yang terdiri dari suami, istiri dan dua anak.

Jumlah yang ikut bekerja paling banyak tiga orang yaitu suami, istri ditambah satu anak yang telah

dewasa.

Pendapatan keluarga hampir sama dengan pengeluaran. Istilah penduduk adalah “lek-lekan”. Rata-

Perencanaan pengeluaran rumah

tangga yang baik perlu

diperkenalkan kepada penduduk

melalui penyuluhan.

Page 304: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

295

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

rata penduduk tidak mempunyai tabungan. Pengeluaran yang lebih dominan adalah untuk pangan,

kemudian untuk lain-lain seperti biaya usaha sehari-hari.

9. Analisa Usaha Penduduk sudah mulaImelirik tanaman jangka panjang seperti peremajaan karet, tanaman sawit,

sarang burung walet, dan seikit yang merencanakan pembuatan tambak ikan.

Biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar untuk ukuran keluarga karena memerlukan puluhan

juta. Sedangkan mereka tidak memiliki dana tabungan untuk dijadikan modal. Tidak ada penjelasan

tentang jumlah modal yang konkrit, karena belum ada referensi tentang setiap usaha.

Tenaga kerja yang digunakan menyesuaikan jenis usaha. Sedangkan produk dan harga disesuikan

juga dengan usaha.

Ongkos transport untuk masing-masing produk tidak bisa ditentukan oleh penduduk.

Saingan produk pada umumnya tidak ada.

Penduduk tidak bisa memastikan

jumlah modal yang akan digunakan

di masa akan datang.

Perlu diberikan pengetahuan

pembuatan studi kelayakan

sederhana untuk menghitung biaya

dan manfaat setiap rencana usaha.

10. Persepsi terhadap

TNS Penduduk mengetahui Tanaman Nasional Sebangau (TNS) telah diketahui masyarakat sejak lama

dari teman-teman, pejabat di pemerintahan,. Pengetahuan tentang TNS sangat memadai karena

letaknya dekat dari desa Garong. Kegiatan masyarakat bersentuhan langsung dengan kegiatan di

TNS seperti menangkap ikan. Penduduk hanya sekedar “mendengar” ada TNS dengan istilah yang

beragam seperti hutan lindung dan hutan konservasi.

Perubahan terhadap desa tidak ada, walaupun lokasinya dekat dari desa.

Kehadiran TNS sangat baik terutama pertumbuhan sumber hayati.

Harapan masyakat diperbolehkan menebang kayu untuk kebutuhan sendiri.

TNS sebagai kawasan konservasi baik dan penduduk sadar bahwa TNS sebagai paru-paru Kalimantan

Tengah.

Penduduk tidak sedikit mengetahui potensi yang ada di TNS seperti penetapan Hutan sebangau

telah ditetapkan menjadi taman nasional, memiliki kayu ramin, jelutung, belangiran, nyatoh, agathis

dan keruing. Penduduk juga mengetahui keberadaan satwa seperti bekantan, orang utan, beruang

madu, macan dahan, kucing hutan dan berbagai jenis burung. Jelasnya TNS adalah kawasan yang

dijaga ketat oleh aparat yang bersenjata.

� Taman Nasional Sebangau

dianggap sebagai wilayah ter-

tutup bagi usaha masyakarat.

Memasuki TNS dianggap mel-

anggar hukum selain mencari

ikan.

� Sosialisasi tentang TNS sangat

diperlukan untuk masyakat

Desa Garong.

Page 305: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

296

Desa : Sei Hambawang

Kecamatan : Sebangau Kuala

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi sosial

kependudukan

1. Mata pecaharian penduduk 90% nelayan

2. Sebagian penduduk bekerja sebagai buruh sawit 10%

3. Pendidikan 80% sekolah dasar

4. Penduduk asli (suku dayak), dan pendatangdari suku banjar dan jawa.

2. Sumberdaya alam 1. Potensi perikanan laut terutama menghasilkan undang papay, undang induk dan ikan kering laut

2. Hutan sudah berkurang karena adannya perkebunan kelapa sawit

3. Sumberdaya

manusia (modal

sosial)

Menangkap ikan dengan perahu dan menggunakan alat tanggkap, dalam 1 perahu ada 2 orang

dimana 1 sebagai juru mudi dan mengendalikan alat tangkap ikan, serta 1 orang sebagai juru mesin.

Waktu kerja di laut dari jam 07.00-11.00 Wib.

4. Usaha-usaha

masyarakat, dulu

dan sekarang

1. Responden H. Isen (50 tahun) menyatakan

“Saya dulu sebagai pencari kayu di hutan Sei Hambang (1990-2000an) karena kondisi kayu

berkurang serta pembeli tidak dan ada kebijakan pemerintah melarang penebangan kayu,

maka saya berpindah menjadi pengumpul (pembeli ikan) dari para nelayan”.

2. Pak Itok (41 tahun) menyatakan

“Menjadi nelayan laut sejak ikut orang tua hingga sekarang. Sebelumnya menjadi nelayan air

darat (sungai) sangat berkurang karena sungai sudah rusak oleh adanya kebun kelapa sawit

yang, dimana limbah hebrisidak dan insektisidanya tercuci dan larut ke bataran sungai

hambawang” (pernyataan ini perlu diverifikasi lagi)

Adanya kerjasama antara intansi

terkait (TNS, Dinas Perikanan dan

kelautan Pulang Pisau, Dinas

Kehutanan Pulang Pisau) untuk

mengembangkan sentra

perikangnan laut sehingga hasil

takapan dapat meningkatkan PAD

dan masyarakat lokal.

5. Faktor eksternal

yang meng-

hambat dan

mendukung

Faktor penghambat dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kurangnya modal usaha

2. Kurangnya keterampilan dalam mengelola sumberdaya perikanan laut

3. Kurangnya teknologi pasca panen ikan sehingga tidak dapat meningkatnya nilai jual udang papay

dan undang widu

4. Kurangnya tempat penjualan ikan sehingga menunggu pembeli yang datang.

5. Kurangnya informasi harga jual ikan

6. Banyak pembeli yang datang diluar provinsi Kalimantan Tengah teruma dari Kalsel karena akses

jalan menunju desa tersebut belum tersedia

Page 306: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

297

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

7. Usaha perikanan ikan laut tergantung cuaca sehingga hasil tangkapan terbatas (06.00-11.00 Wib).

8. Adanya nelayan luar dari desa Sei Hambawang yang mencari ikan di laut dekat Sei Hambawang.

Faktor pendukung dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kondisi yang strategis dimana terletak dimuara sungai sebangau dan dilaut jawa. Letak desa Sei

Hambawang dekat dgn laut, dimana jarak tempuh ke laut hanya 40 menit dengan kapal motor.

2. Kebutuhan pasar yang terus meningkat dengan ikan air laut (undang papay, undang windu dan

ikan kering)

3. Adanya dukungan modal usaha dari pengumpul ikan air laut.

6. Pasar Hasil tangkapan ikan laut yang diperoleh dibeli oleh pengumpul yang telah menunggu di rumah

nelayan. Dan pengumpul selanjutnya menjual ke pasar di Banjarmasin, Kuala Kapuas, Pulang Pisau,

Palangka Raya dan Sampit khusus (udang papay).

7. Modal Modal nelayan dalam melaksanakan usahnya diperoleh dari pengumpul. Dimana memberikan

modal awal seperti untuk membeli bahan bakar, peralatan tangkap ikan dan kebutuhan sembako.

8. Ekonomi rumah

tangga Hasil jualan ikan yang diperoleh dipotong pinjam modal dari pengumpul. Sisa keuntungan tersebut

yang digunakan untuk ekonomi rumah tangga (kebutuhan).

9. Analisa Usaha 1. Modal usaha sekali melaut membutuhkan dana untuk membeli bahan bakar premium sabanyak

10 liter @ Rp. 9.500/Liter

2. Penjualan ikan udang papay Rp. 25.000/kg yang sudah kering. Udang windu Rp 10.000/kg basah.

Ikan kering laut Rp. 15.000/kg.

10. Persepsi terhadap

TNS Sebagian masyarakat desa Sei Hambawang belum mengenal keberadaan Taman Nasional Sebangau.

Page 307: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

298

Desa : Muara Pangkoh (Paduran Sebangau)

Kecamatan : Sebangau Kuala

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi sosial

kependudukan

1. Mata pecaharian penduduk 80% nelayan.

2. Sebagian penduduknya kerja di perkebunana sawit sebagai buruh

3. Pendidikan 80% sekolah dasar

4. Penduduk asli suku dayak, dan pendatang dari suku banjar dan jawa.

2. Sumberdaya

alam

1. Potensi perikanan darat.

2. Hutan sudah berkurang karena adannya perkebunan kelapa sawit

3. Sumberdaya

manusia (modal

sosial)

Menangkap ikan dengan perahu dan menggunakan alat tangkap tempirai, buwu dan kalang. Waktu

kerja di sungai dari jam 07.00-14.00 Wib.

4. Usaha-usaha

masyarakat, dulu

dan sekarang

1. Responden dulu sebagai melakukan penembangan kayu di Sei Sebangau (1990-2000an) karena

kondisi kayu berkurang serta pembeli tidak ada didukung lagi kebijakan pemerintah melarang

mengkplorasi kayu, maka saya berpindah sebagai nelayan

2. Kerja diperkebunana kelapa sawit sebagai buruh sawit

Adanya kerjasama antara intansi

terkait (TNS, Dinas Perikanan dan

kelautan Pulang Pisau, Dinas

Kehutanan Pulang Pisau) untuk

mengembangkan sentra perikanan

darat sehingga hasil tangkapan

dapat meningkatkan PAD dan

masyarakat setempat.

5. Faktor eksternal

yang

menghambat dan

mendukung

Faktor penghambat dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kurangnya modal usaha

2. Kurangnya ketrampilan dalam mengelola sumberdaya perikanan darat

3. Kurangnya teknologi pasca panen ikan sehingga tidak dapat meningkatnya nilai jual.

4. Kurangnya tempat penjualan ikan sehingga menunggu pembeli yang datang.

5. Kurangnya informasi harga jual ikan

6. Banyak pembeli yang datang diluar provinsi Kalimantan Tenga teruma dari Kalsel karena akses

jalan menunju desa tersebut belum maksimal baik.

7. Usaha perikanan dengan menggunkana penanggkappan ikan dengan strom (listrik) atau racun

sehingga mematikan ikan semuanya.

Faktor pendukung dalam pemanfaatan sumberdaya alam:

1. Kondisi yang strategis dimana terletak ditepi sungai sebangau dan berdekatan dengan Ibu kota

kecamatan Sebagau Kuala. Serta desa tersebut dilaui jalan menuju ibu kota kabuoaten Pulang

Pisau

Page 308: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

299

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

2. Kebutuhan pasar yang terus meningkat dengan ikan air darat.

3. Adanya dukungan modal usaha dari pengumpul ikan darat

6. Pasar Hasil tangkapan ikan darat yang diperoleh di beli oleh pengumpul yang telah menunggu di rumah

nelayan. Dan pengumpul selanjutnya menjual ke pasar Pulang Pisau, Palangka Raya.

7. Modal Modal nelayan dalam melaksanakan usahnya diperoleh dari pengumpul. Dimana memberikan

modal awal seperti untuk membeli bahan bakar, peralata tangkap ikan dan kebutuhan sembako.

8. Ekonomi rumah

tangga Hasil jualan ikan yang diperoleh dipotong pinjam modal dari pengumpul. Sisa keutungan tersebut

yang digunakan untuk perekonomia rumah tangga,

9. Analisa Usaha 1. Modal usaha sekali melaut membutuh dana untuk memebli bahan bakar besain 10 liter @ Rp.

8.500/Liter

2. Penjualan ikan gabus Rp. 10.000/kg. Undang petok Rp 8.000/kg basah

10. Persepsi

terhadap Taman

Nasional

Sebangau (TNS)

Masyarakat Muara Pangkoh mengetahui keberadaan TNS melalui sosailisasi intansi terkait.

Masyarakat mengharapkan ada akses masuk ke TNS terutama dalam usaha mencari ikan dan

memngambil kayu untuk kebutuhan sehari-hari serta adanya dukungan dari TNS untuk mendukung

taraf hidup masyarakat

Page 309: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

300

Dusun : Sei Bantanan (Paduran Sebangau)

Kecamatan : Sebangau Kuala

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

1. Kondisi sosial

kependudukan

1. Mata pecaharian penduduk 40% nelayan.

2. Sebagian besar (60%) penduduknya kerja di perkebunana sawit sebagai buruh

3. Pendidikan 80% sekolah dasar

4. Penduduk asli suku dayak, dan pendatang dari suku banjar dan jawa.

2. Sumberdaya alam 1. Potensi perikanan darat.

2. Hutan sudah berkurang karena adannya perkebunan kelapa sawit

3. Sumberdaya

manusia (modal

sosial)

Menangkap ikan dengan perahu dan menggunakan alat tangkap tempirai, buwu dan kalang. Waktu

kerja di sungai dari jam 07.00-14.00 Wib.

4. Usaha-usaha

masyarakat, dulu

dan sekarang

3. Responden dulu sebagai melakukan penembangan kayu di Sei Sebangau (1990-2000an) dan

nelayan ikan darat

4. Kerja diperkebunana kelapa sawit sebagai buruh sawit

Adanya kerjasama antara intansi

terkait (TNS, Dinas Perikanan dan

kelautan Pulang Pisau, Dinas

Kehutanan Pulang Pisau) untuk

mengembangkan sentra

perinkanan darat sehingga hasil

tangkapan dapat meningkatkan

PAD daerah dan masyarakat

setempat.

5. Faktor eksternal

yang menghambat

dan mendukung

Faktor penghambat dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kurangnya modal usaha

2. Kurangnya ketrampilan dalam mengelola sumberdaya perikanan darat

3. Kurangnya teknologi pasca panen ikan sehingga tidak dapat meningkatnya nilai jual ikan darat

4. Kurangnya tempat penjualan ikan sehingga menunggu pembeli yang datang.

5. Kurangnya informasi harga jual ikan

6. Akses jalan menunju desa tersebut belum maksimal baik.

7. Usaha perikanan ikan tergantung cuaca sehingga hasil tangkapan terbatas.

8. Kegiatan penanggakan ikan yang ilegal menggunankan strom (listrik) dan racun oleh orang diluar

desa.

Faktor pendukung dalam memanfaat sumberdaya alam:

1. Kondisi yang strategis dimana terletak ditepi sungai sebangau dan berdekatan dengan Ibu kota

kecamatan Sebagau Kuala. Serta desa tersebut berdekatan dengan perkebunana kelapa sawit

2. Kebutuhan pasar yang terus meningkat dengan ikan air darat.

Page 310: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

301

Parameter Kajian Uraian Rekomendasi

3. Adanya dukungan modal usaha dari pengumpul ikan darat

6. Pasar Hasil tangkapan ikan darat yang diperoleh di beli oleh pengumpul yang telah menunggu di rumah

nelayan. Dan pengumpul selanjutnya menjual ke pasar Pulang Pisau, Palangka Raya.

7. Modal Modal nelayan dalam melaksanakan usahnya diperoleh dari pengumpul. Dimana memberikan

modal awal seperti untuk membeli bahan bakar, peralata tangkap ikan dan kebutuhan sembako.

8. Ekonomi rumah

tangga

Hasil jualan ikan yang diperoleh dipotong pinjam modal dari pengumpul. Sisa keutungan tersebut

yang digunakan untuk perekonomia rumah tangga,

9. Analisa Usaha 1. Modal usaha sekali melaut membutuh dana untuk memebli bahan bakar besain 10 liter @ Rp.

8.500/Liter

2. Penjualan ikan gabus Rp. 10.000/kg. Undang petok Rp 8.000/kg basah

10. Persepsi ter-

hadap Taman

Nasional

Sebangau (TNS)

Masyarakat Sei Bnatanan mengetahui keberadaan TNS melalui sosailisasi intansi terkait. Masyarakat

mengharapkan ada akses masuk ke TNS terutama dalam usaha mencari ikan dan memngambil kayu

untuk kebutuh sehari-hari. Serta adanya dukungan dari TNS untuk mendukung taraf hidup

masyarakat

Page 311: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

302

Lampiran 5:

Analisis Kualitas Contoh Air Untuk Kegiatan Budidaya Ikan di Sungai Sebangau dan Sungai Katingan

Nomor Sampel Lokasi

368 Desa Perigi

369 Desa Tumbang Bulan

370 Desa Telaga

371 Desa Karuing

372 Desa Jahanjang

373 Desa Tumbang Runen

374 Danau Purun, Tumbang Runen

375 Sungai Runen, Tumbang Runen

376 Desa Baun Bango

377 Desa Asem Kumbang

378 Desa Tumbang Panggu

Page 312: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

ANALISIS KUALITAS AIR

CONTOH AIR WWF

UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN

No Contoh Uji : 368

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 16,8 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 30 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,9 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,3 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,349 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,084 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 4,25 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 4,87 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 9,84 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,515 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 10,9 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 38,7 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 0,01 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,041 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 4,87 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

2. Air terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas, pH yang

rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti klor bebas dan Fenol melebihi

ambang batas yang dipersyaratkan.

Page 313: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 369

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 15 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 40,4 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,9 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,32 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,314 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,084 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 4,51 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 5,47 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 9,30 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,325 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 9,7 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 29,0 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 2,57 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,043 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 5,47 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

2. Air terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas, pH yang

rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi

ambang batas yang dipersyaratkan.

Page 314: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 370

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 13 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 6,5 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,6 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,265 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L 0,057 ≤ 0,02 PP 82/2001 Tidak memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,320 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,075 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 2,46 > 3 PP 82/2001 Tidak memenuhi

12 pH - 4,81 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 10,0 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,76 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 13,9 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 41,9 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 0,007 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,034 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis :

1. Kondisi DO sebesar 2,46 mg/L kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-

jenis ikan yang mempunyai labirin atau tahan oksigen rendah misalnya ikan lele, gabus dan patin.

2. pH sebesar 4,81 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

3. Air terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas, pH yang

rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti amonia, nitrit, klor bebas dan Fenol

melebihi ambang batas yang dipersyaratkan.

Page 315: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 371

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 17 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 48,4 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 27,1 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,27 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,307 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,063 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 5,33 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 5,78 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 10,8 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,24 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 7,53 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 22,6 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L ttd 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,041 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 5,78 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu, gabus dan patin.

2. Air terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas, pH yang

rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti nitrit, klor bebas dan Fenol

melebihi ambang batas yang dipersyaratkan.

Page 316: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 372

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 19 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 68,4 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,8 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,23 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,285 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,063 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 5,75 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 6,21 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 6,44 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,135 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 3,2 ≤ 6 PP 82/2001 Memenuhi

17 COD mg/L 9,67 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 3,12 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,033 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 6,21 berada di bawah kondisi optimum, akan sedikit berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan.

2. Beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan.

Page 317: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 373

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 18 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 58,8 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,9 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,23 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,240 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,064 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 5,07 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 6,39 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 7,75 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,125 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 3,0 ≤ 6 PP 82/2001 Memenuhi

17 COD mg/L 9,67 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 2,81 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,033 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L 0,06 ≤ 0,05 PP 82/2001 Tidak memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 6,39 berada di bawah kondisi optimum, akan sedikit berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan.

2. Beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol, Fe dan Zn melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan.

Page 318: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 374

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 17 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 16,0 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 27,7 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,25 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,168 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,064 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 2,79 > 3 PP 82/2001 Tidak memenuhi

12 pH - 5,97 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 6,91 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,275 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 5,4 ≤ 6 PP 82/2001 Memenuhi

17 COD mg/L 16,1 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 2,21 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,034 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001 Memenuhi

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. Kondisi DO sebesar 2,79 mg/L kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-

jenis ikan yang mempunyai labirin atau tahan oksigen rendah misalnya ikan lele, gabus dan patin.

2. pH sebesar 5,97 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

3. Beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan

Page 319: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 375

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 16 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 5,5 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 28 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,16 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,191 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,036 ≤ 0,06 PP 82/2001 Memenuhi

11 DO mg/L 1,86 > 3 PP 82/2001 Tidak memenuhi

12 pH - 5,63 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 4,99 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,35 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 10,8 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 35,4 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 1,39 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,014 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. Kondisi DO sebesar 1,86 mg/L kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-

jenis ikan yang mempunyai labirin atau tahan oksigen rendah misalnya ikan lele, gabus dan patin

2. pH sebesar 5,63 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

3. Air terindikasi pencemaran ditandai dengan nilai BOD yang melebihi ambang batas, pH yang

rendah, dan terdapat beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi

ambang batas yang dipersyaratkan.

Page 320: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 376

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 48 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 2,6 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 28,7 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L 0,021 ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,24 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L 0,016 ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,537 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,068 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 5,59 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 4,18 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 16,1 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 1,14 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 43,9 ≤ 6 PP 82/2001 Tidak memenuhi

17 COD mg/L 77,4 ≤ 50 PP 82/2001 Tidak memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 1,52 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,041 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis :

1. Air terindikasi mengalami pencemaran ditandai dengan nilai BOD dan COD yang besar, pH yang

asam dan adanya beberapa parameter pencemar yang melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan (misalnya klor bebas, fenol dan besi).

2. pH sebesar 4,18 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus.

Page 321: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 377

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 18 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 82,4 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 27,1 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,24 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,303 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,058 ≤ 0,06 PP 82/2001 Memenuhi

11 DO mg/L 5,15 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 5,76 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 6,82 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,105 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 3,4 ≤ 6 PP 82/2001 Memenuhi

17 COD mg/L 12,9 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 3,76 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,039 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis:

1. pH sebesar 5,76 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus

2. Beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan.

Page 322: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

No Contoh Uji : 378

No Parameter Satuan Hasil

Pengujian

Nilai

Referensi

Keterangan

Referensi Keterangan *)

1 TDS mg/L 16 ≤ 1000 PP 82/2001 Memenuhi

2 TSS mg/L 89,9 ≤ 400 PP 82/2001 Memenuhi

3 Suhu oC 26,3 25 – 33

(catfish)

WRC, 2010 Memenuhi

4 F mg/L ttd ≤ 1,5 PP 82/2001 Memenuhi

5 PO4 mg/L < 0,0628 < 0,10 ANZECC, 2000 Memenuhi

6 Klor bebas mg/L 0,25 ≤ 0,03 PP 82/2001 Tidak memenuhi

7 Cl mg/L < 0,318 - PP 82/2001 Memenuhi

8 NH3-N mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

9 NO3-N mg/L 0,343 ≤ 20 PP 82/2001 Memenuhi

10 NO2-N mg/L 0,075 ≤ 0,06 PP 82/2001 Tidak memenuhi

11 DO mg/L 5,86 > 3 PP 82/2001 Memenuhi

12 pH - 5,50 6,5 – 8,5 TAS, 2009 Tidak memenuhi

13 Sianida mg/L ≤ 0,02 PP 82/2001 -

14 SO4 mg/L 7,81 - PP 82/2001 Memenuhi

15 Fenol mg/L 0,165 ≤ 0,001 PP 82/2001 Tidak memenuhi

16 BOD5 mg/L 3,4 ≤ 6 PP 82/2001 Memenuhi

17 COD mg/L 6,45 ≤ 50 PP 82/2001 Memenuhi

18 Minyak dan

lemak

mg/L ttd ≤ 1 PP 82/2001 Memenuhi

19 Hg mg/L ≤ 0,002 PP 82/2001 -

20 Fe mg/L 3,93 0,05 – 0,5 Jason, 2011 Tidak memenuhi

21 Cd mg/L ttd ≤ 0,01 PP 82/2001 Memenuhi

22 Kobalt mg/L ttd ≤ 0,2 PP 82/2001 Memenuhi

23 Cr6+

mg/L 0,047 ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

24 Mn mg/L ttd - PP 82/2001

25 Zn mg/L ttd ≤ 0,05 PP 82/2001 Memenuhi

26 Cu mg/L ttd ≤ 0,02 PP 82/2001 Memenuhi

27 Pb mg/L ttd ≤ 0,03 PP 82/2001 Memenuhi

*) Pada keterangan tertulis memenuhi/tidak memenuhi untuk persyaratan budidaya ikan.

Catatan teknis :

1. pH sebesar 5,50 kurang mendukung untuk kegiatan budidaya kecuali untuk jenis-jenis ikan

tertentu yang tahan terhadap pH rendah misalnya ikan papuyu dan gabus

2. Beberapa parameter pencemar seperti klor bebas, Fenol dan Fe melebihi ambang batas yang

dipersyaratkan.

Page 323: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

KESIMPULAN UMUM DAN REKOMENDASI :

1. Kondisi kualitas air contoh uji no. 368 s/d 378 secara umum kurang optimal untuk kegiatan

budidaya ikan atau sebagai sumber air untuk budidaya, kecuali untuk jenis-jenis ikan tertentu

saja;

2. Ada indikasi perairan mulai tercemar dengan tingkat pencemaran bervariasi, dan zat pencemar

yang dominan ditemukan adalah klor bebas dan fenol;

3. Jenis ikan yang direkomendasikan untuk dibudidayakan adalah jenis-jenis ikan yang tahan

terhadap kualitas air yang kurang baik, seperti ikan papuyu, gabus, lele dan patin;

4. Jika digunakan sebagai sumber air untuk perkolaman, maka diperlukan perlakuan pengeloaan

kualitas air yang memadai untuk memperoleh nilai kualitas air yang representatif untuk

budidaya ikan.

Page 324: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

315

Lampiran 6:

Daftar Pustaka

Anonim, The Development Study on Comprehensive Regional Development Plan for The Western Part of Kalimantan (SCRDP-Kaltengbar), Final Report, Vol.2 Main Text. Pacific Consultants International, Internatonal Development Center of Japan, for Japan International Cooperation Agency (JICA) in collaboration with the National Development Planning Agency of the Government of Indonesia (Bappenas), March 1999.

Abdul Hadjranul Fatah, Abdul Mun’im, Arifin; Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Daerah Aliran Anak Sungai Sebangau, Wilayah Kota Palangka Raya untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau, WWF dan Edutama Envirocare, Palangka Raya 2014

Abdul Hadjranul Fatah, Abdul Mun’im, Arifin; Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Daerah Aliran Anak Sungai Katingan untuk Menunjang Pelestarian Taman Nasional Sebangau, WWF dan Edutama Envirocare, Palangka Raya 2014

Adri Aliayub, Laporan Survey Pendahuluan Sosial-Ekonomi dan Monografi Desa di Sekitar DAS Katingan dan Sebangau, Kalimantan Tengah, WWF Indonesia, Proyek Konservasi Habitat Orangutan Sebangau, Kalimantan Tengah, Palangka Raya, September 2002.

Arikunto, S., Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta PT. Rineka Cipta. 2006

Balai Taman Nasional Sebangau, Rencana Pengelolaan Taman Nasional Sebangau Provinsi Kalimantan Tengah Periode 2007 – 2026. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan RI.

Drasospolino, Taman Nasional Sebangau: Pintu Gerbang Ekowisata Kalteng. Paper disampaikan pada acara: Sosialisasi Pengembangan Ekowisata Heart of Borneo Tanggal 25 Oktober 2007, di Palangka Raya.

Elinor Ostrom, Governing The Commons, The Evolution of Institutions For Collective Action, Cambridge University Press,

Gerard A. Person and Adri Aliayub A Socio-Economic Profile of the Sebangau Watershed Area, Central Kalimantan, WWF-Indonesia, Sebangau Watershed Orangutan Conservation Project.

Irawan, Siregar., Analisis Strategi Pengelolaan Taman Nasional Sebangau (TNS) Kalteng untuk Pengembangan Ekowisata di Kawasan Hutan. Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya. 2014

Kissinger, Marinus Kristiadi, Rina Muhayah. Laporan Hasil Penelitian Studi Market dan Potensi Pasar untuk NTFP (Gemor, Karet dan Rotan) di lokasi sekitar Taman Nasional Sebangau, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat dan WWF Indonesia Kalimantan Tengah, Central Kalimantan Peatland Project (CKPP), WWF Indonesia, Palangkaraya, 2007

Marcel Beding, Laporan Akhir Studi Penilaian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Bagi Kelompok Mata Pencaharian Berkelanjutan Program Pengembangan Sosial dan Ekonomi Sebangau, Kalimantan Tengah, 2013

Marko Mahin, Kehidupan Sosial – Ekonomi Nelayan di Sungai Sebangau, Kalimantan Tengah, WWF Indonesia Kalimantan Tengah, Oktober 2011

Payangan, O.R., Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemasaran Pariwisata di Sulawesi Selatan. Disertasi. PPs, Unhas Makassar (Tidak dipublikasikan) 2005.

Page 325: Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan Strategi … · 2018. 3. 13. · Laporan Kajian Kritis dan Gagasan Pengembangan ... Beberapa persoalan kunci dalam hal ini adalah belum

316

Roland Bunch, Dua Tongkol Jagung, Pedoman Pembangunan Pertanian yang terpusat pada Manusia, Yayasan Obor Indonesia (Judul asli: Two Ears of Corn, A Guide to People Centered Agricultural Development, World Neighbors)

San Afri Awang, Flora terjaga, Lestarikan Fauna, dan Masyarakat Sejahtera, Perencanaan Kolaborasi Taman Nasional Sebangau, Analisis, Konsep, dan Kegiatan, WWF Kalimantan Tengah, Juli 2006

San Afri Awang dan Agus Afianto Studi Kolaboratif Pengelolaan Taman Nasional Sebangau Provinsi Kalimantan Tengah, Balai Taman Nasional Sebangau bekerjasama dengan WWF-Indonesia, Kalimantan Tengah,