laporan jmr 2014
DESCRIPTION
Perhelatan Jagongan Media Rakyat (JMR) 2014 akhirnya terlewati sudah. Selama empat hari pada 23-26 Oktober 2014, beragam aktivitas di Jogja National Museum sebagai lokasi kegiatan nyaris tak pernah berhenti. Prinsip bertemu, saling berbagi informasi pengetahuan dan kemudian berkomitmen melakukan sesuatu bersama-sama menjadi warna di seluruh kegiatan. Di balik kerumitan teknis khas kegiatan berskala besar, inilah roh sesungguhnya dalam setiap JMR.TRANSCRIPT
Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
Dokumentasi Purna AgendaJAgongAn MediA RAkyAt 2014
dokuMentAsi PuRnA AgendAJAgongAn MediA RAkyAt 2014
EditorIdha Saraswati
PenulisImung YuniardiM Afandi
KontributorMaryaniGrattiana TimurS Suprianto
FotograferIndra Yoga AdiarsaLingga Pratama UliantaraLuthfi Jati RamdaniRizka Himawan
Tata letakM Safrinal Lubis
diterbitkan olehCOMBINE Resource Institution (CRI)Jl KH Ali Maksum RT 06 No 183 Pelemsewu, Panggungharjo, SewonBantul, DI Yogyakarta, Indonesia 55188Tel/Fak: 0274 – 411123Website: www.combine.or.id
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 5
I DAFTAR ISI
PengantarJagongan Media rakyat, Hajatan untuk Mengisi Daya gerakan I Hal 6
Inovasi yang Merdeka? advokasi Komunitas lewat Media Komunitas
Berkumpul dan Berbagi di JMr 2014 .......... 31
DokuMentasIaksi Para Pengunjung .......................................... 35aksi Para narasumber ......................................... 38aksi Para seniman ................................................. 40aksi Para relawan ................................................. 42rupa-rupa JMr......................................................... 44tanda Informasi ...................................................... 46
PuBlIkasIJMr 2014 dalam angka....................................... 49Buletin ........................................................................... 50Website www.jmr2014.combine.or.id ......... 51lalu lintas Informasi ............................................ 52kliping Media ............................................................ 54Youtube ........................................................................ 59
Jadwal acara ............................................................. 60Panitia ........................................................................... 66
H A l 9 H A l 1 5 H A l 2 7
Merintis Gerakan Besar Bersama untuk literasi
6 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
PerHelatan Jagongan Media rakyat (JMr) 2014 akhirnya terlewati sudah. selama empat hari pada 23-26 oktober 2014, beragam aktivitas di Jogja national Museum sebagai lokasi kegiatan nyaris tak pernah ber-henti. Prinsip bertemu, saling berbagi informasi pengetahuan dan ke-mudian berkomitmen melakukan sesuatu bersama-sama menjadi war-na di seluruh kegiatan. Di balik kerumitan teknis khas kegiatan berskala besar, inilah roh sesungguhnya dalam setiap JMr.
Bisa dibilang tidak ada yang menyangka JMr akan bisa dilaksana-kan rutin dua tahunan selama tiga kali, dimulai 2010. tidak sepenuhnya merupakan hal yang disengaja, by design, melainkan lebih merujuk pa-da situasi. ada kebutuhan para komunitas untuk kembali berkumpul, semacam "melaporkan" apa yang telah mereka lakukan sekaligus me-ngampanyekan isu yang diusung. Mereka juga butuh tahu perkembang-an komunitas atau lembaga lain, siapa tahu ada yang bisa disinergikan atau sekedar dipelajari.
Jagongan media rakyat, Hajatan untuk mengisi Daya gerakan
I PENGANTAR
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 7
secara kuantitas, ada 51 diskusi dan workshop, 34 pemutaran dan diskusi film, 6 pertunjukkan seni, 30 stan pameran lembaga dan komunitas, 5 stan pameran seni dan 4 stan kuliner digelar se-lama empat hari. Jumlah pengunjung mencapai lebih dari 2.500 orang. Belum lagi lebih dari 50 relawan yang membantu penuh selama pelak-sanaan acara. Merekalah yang menjadi tulang punggung teknis pelaksanaan acara. Inilah yang membedakan JMr dengan acara besar lain yang cenderung menyerahkan sepenuhnya pada Event Organizer yang meniadakan ruang keterlibatan dan kerja bersama bagi publik.
tema besar tentang tata kelola informasi un-tuk transparansi (desa) ternyata cukup menarik animo masyarakat. kerja sama dengan komisi Pemberantasan korupsi (kPk) melalui kehadiran Wakil ketua kPk Bambang Widjojanto dan Hu-mas kPk Johan Budi, serta Bus kampanye anti-korupsi yang saat itu baru diluncurkan juga men-jadi magnet tersendiri.
Meski isu yang diperbincangkan dalam JMr 2014 begitu beragam, mayoritas memiliki benang penjalin yang mirip yaitu pemanfaatan teknologi informasi. konteks di 2014 terutama pada gerak-an rakyat melawan korupsi.
Bagi gerakan masyarakat sipil, internet (baca: media sosial) mestinya memang dapat menjadi senjata ampuh mengonsolidasikan dukungan dan memperluas kampanye isu. kemajuan teknologi informasi yang pesat di satu sisi memberi banyak ruang inovasi. namun pekerjaan rumah menjaga idealisme pengelolaan suara rakyat melalui me-dia tak pernah berakhir.
Itulah titik penting setelah hajat JMr usai. sa-atnya bagi semua pihak yang telah memertemu-kan pengalaman kolektifnya dan meramu bera-gam gagasan untuk kembali menapak "jalan pe-dang" pendampingan dan advokasi yang selama ini ditempuh. tentu dengan kesegaran dan sema-ngat baru dari "teman perjalanan".
keberhasilan JMr 2014 diukur tidak ber henti pada saat penyelenggaraan, melainkan saat ru-ang kolaborasi antarkomunitas dan pegi at terja-di saat dan usai perhelatan. Jadi perta nyaan yang tepat bukan apakah akan ada JMr berikutnya, me-lainkan apakah komu nitas yang berkepentingan dengan pengelolaan informasi butuh untuk ber-kumpul lagi, bertukar pembelajaran dan meng-gunakannya sebagai "ba terai" penggerak yang ba-ru. kalau jawabannya butuh, maka sampai jumpa di Jagongan Media rakyat berikutnya!
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 9
sePertI lazimnya konsep, bicara literasi memang akan banyak definisi. tapi setidaknya, secara umum literasi dipahami sebagai kemampuan untuk mengakses, memahami dan memproduksi. kalau dipersempit men jadi literasi media, maka ada tujuh elemen utamanya (art silverblatt, 1995; stanley J. Baran, 1999). Yaitu soal kesadaran tentang dampak me-dia, pemahaman proses komunikasi massa, analisis pesan media, pe-mahaman isi media terkait budaya di sekitar, kemampuan menikmati dan mengapresiasi isi media, pemahaman kewajiban moral dan etik para praktisi media serta kemampuan mengolah dan memproduksi pe-san yang tepat dan efektif.
literasi (media) ini menjadi penting bila menilik perkembangan tek-nologi informasi seperti sekarang. Badai terpaan informasi siap mener-jang siapapun saat menyalakan televisi, radio, mengakses internet, mem baca koran bahkan saat mengobrol sekalipun. laksana makanan, jangankan untuk mengunyahnya satu-satu dan menikmati dengan ke-
merintis gerakan Besar Bersama untuk literasiOLEH IMUNG YUNIARDI
10 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
yakinan akan berguna bagi tubuh, belum juga sem pat dicecap infor ma si lainnya sudah ber lom-ba menjejali mulut kita dan seakan memaksa un-tuk ditelan.
Dari 18 diskusi yang membicarakan ranah lite-rasi, mayoritas masih membicarakan minim nya ke sadaran tentang dampak media. artinya jurang antara masyarakat konsumen media de ngan ke-mampuan dasar literasi masih sangat le bar.
Padahal dalam kemajuan teknologi informa-si yang mengglobal ini, kita harus sudah mulai me lihat soal hegemoni, soal proses perang ide o-logi atau oleh Huntington (1996) disebut dengan perang antarperadaban. Makna sebuah pesan di media tidak saja terletak pada teks, tetapi dalam interplay teks dan kondisi sosial budaya yang di-pengaruhi oleh hegemoni. Juga oleh kondisi re-lasi produksi, seperti kelas sosial.
Hal tersebut juga muncul dalam diskusi yang digelar remotivi dan Centre for Innovation Policy and governance (CIPg). Berawal dari tema uta-ma "Menjadi Penonton yang kritis", diskusi ber-kem bang antara lain sampai pada pembahasan siapa yang bertanggung jawab terhadap upaya literasi media. Pertanyaan ini lagi-lagi mencer-min kan perkembangan literasi media di Indone-sia yang masih sangat dasar.
Pemerintah misalnya, mestinya mengambil pe ran dalam literasi ini dalam bentuk regulasi dan penegakannya. namun, baik kebijakan maupun penerapannya tidak berpihak kepada publik. Me-dia terus disalahgunakan karena mereka hanya terdorong untuk mengejar keuntungan.
Pesan yang dikemas justru tidak diperhatikan dan berdampak pada menguatnya stigma terten-tu, misalnya mengenai kelompok-kelompok mi-no ritas yang tidak ditampilkan secara propor si o-nal. kelompok minoritas bisa dari segi geografis, eko nomi, keyakinan hingga preferensi seksual.
Paling terdepan yang disorot memang media televisi. Contoh terakhir dan sering dikutip ada-lah polarisasi stasiun televisi berdasarkan kepen-tingan pemiliknya dan berdampak pada obyek-tivitas hingga validitas informasi saat pemilihan presiden 2014 lalu. sementara di sisi lain, masih banyak masyarakat yang mengandalkan televisi sebagai satu-satunya sumber informasi. Maka bi-sa dibayangkan dampaknya pada pembentukan opini masyarakat dan potensi misinformasinya.
Adu Cepatupaya mendorong kemampuan literasi me-
dia dalam arti produksi media sebenarnya ada, meski jarang dan sporadis. kampung Halaman mi salnya, saat diskusi bertajuk "remaja, Warga negara aktif/Pasif?" berbagi cerita tentang prog-ram sekolah remaja yang mereka lakukan. re-ma ja di beberapa tempat seperti Pulau Bungin, sumbawa dan surapandan, Cirebon diajak untuk berani berpendapat, menggali data untuk mem-perkuat pendapatnya, belajar tentang peman fa-atan media dan kemudian memproduksi media untuk mengomunikasikan pendapat tersebut. Me-dia nya bisa film, foto maupun tulisan.
tantangannya memang dari sisi waktu ber-proses. Mengenalkan media pada remaja, juga
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 11
masyarakat pada umumnya, hingga mengharap mereka mampu memproduksinya sendiri tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang tidak mudah, waktu yang tidak se sa-at. sementara kemajuan teknologi informasi men-deru begitu cepat melalui internet di beragam gawai.
remaja menjadi begitu sibuk membaca dan memperbarui status di media sosial misalnya, hing ga akhirnya lupa situasi diri dan sekitarnya yang lebih penting untuk dikritik dan diselesai-kan bersama. sekolah remaja, maupun upaya li-terasi media lain tidak akan, dan memang tidak bertujuan, untuk menang adu cepat dengan per-kem bangan teknologi informasi. tapi mereka ber-hasil membuktikan, pendekatan yang tepat ber-
dampak pada peningkatan literasi media. rema-ja pun tidak mudah terseret arus informasi di du-nia digital.
sebenarnya direncanakan juga sebuah pela-tihan yang menyasar remaja di JMr 2014, untuk meningkatkan kemampuan analisis pesan di me-dia sosial. sayang pihak kepolisian tidak mem be-rikan ijin bagi lkis untuk menyelenggarakannya.
Ada HarapanMedia sosial memang sejak kemunculannya
hingga meledak seperti sekarang membawa dua mata pedang yang sangat tajam dan ekstrem. Mu-lai dari pembentukan opini publik hingga meng-gerakkan massa bisa dilakukan dengan media so sial. Makin mudahnya mengakses media sosial
Paling terdepan yang disorot memang media televisi. Contoh terakhir dan sering dikutip ada lah, polarisasi stasiun televisi berdasarkan kepen tingan pemiliknya dan berdampak pada obyek tivitas hingga validitas informasi saat pemilihan presiden 2014 lalu.
12 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
membuat penggunanya makin luas, dan bertam-bah besar pula tantangan melakukan literasi.
Beberapa diskusi di JMr 2014 menyoal ten-tang ini, salah satunya yang digelar Joglo abang dan Masyarakat Peduli Media berjudul "Bijak Me-nyikapi Media sosial". Masalah validitas infor-masi menjadi pembahasan yang cukup ramai di diskusi ini. Bagaimana masyarakat begitu mudah percaya informasi yang terserak dan tersebar di media sosial, hingga munculnya kecenderungan media arus utama menyerap informasi yang ber-edar di media sosial yang tak jarang berujung ke-salahan besar (blunder).
Peserta diskusi tersebut mayoritas memang pemilik akun media sosial dengan jumlah peng-ikut banyak. Maka tak heran bila muncul gagas-an menarik bahwa yang wajib dan mampu me la-kukan literasi di saat situasi seakan tak terken da-li seperti sekarang adalah para admin akun itu. selain melakukan verifikasi terhadap validitas informasi sebelum disebar, mereka bahkan di-min ta melakukan hegemoni tandingan terhadap upaya hegemoni yang dilakukan pihak tertentu melalui pembentukan opini publik. Bentuk self mo ral obligation para pemilik akun besar seperti ini menjadi harapan baru mengingat selama ini kecenderungannya adalah saling lempar tang-gung jawab literasi termasuk oleh pemerintah.
rata-rata dalam semua diskusi tersebut, me-reka sadar sebenarnya komunitas dan gerakan terkait literasi media sudah cukup banyak dan sudah lama berjalan. ketika hasilnya masih jauh dari maksimal, bisa jadi akibat bentuknya yang
Masyarakat begitu mudah percaya informasi yang terserak dan tersebar di
media sosial, hingga munculnya kecenderungan
media arus utama menyerap informasi yang ber edar di
media sosial yang tak jarang berujung ke salahan besar.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 13
masih sporadis. Perlu gerakan bersama dan ber-kelanjutan dari semua elemen yang sudah ber-gerak itu agar hasilnya efektif.
Literasi Lainnyaliterasi dalam arti luas memang tidak sema-
ta di bidang media. Meski tidak banyak, ada juga tema diskusi lain di JMr 2014 yang terkait litera-si. Misalnya tentang Jaminan kesehatan nasio-nal. Pemahaman tentang regulasi hingga imple-mentasi Badan Penyelenggara Jaminan sosial (BPJs) belum dimiliki seluruh masyarakat teruta-ma lapisan menengah bawah yang notabene jus-tru menjadi sasaran utamanya. akibatnya selain muncul banyak keluhan, di sisi lain juga muncul banyak permakluman karena ketidaktahuan ten-tang hak peserta BPJs.
ada juga tentang pelestarian cagar budaya, pembagian peran dalam pemberantasan korupsi hingga pengelolaan keuangan bagi kaum muda. Meski berbeda bidang, pengertian literasi relatif serupa. literasi keuangan misalnya, mengacu pa-da keterampilan dan pengetahuan yang memung-kinan individu membuat keputusan yang efektif untuk mengingkatkan sumber daya keuangannya. kondisinya di Indonesia pun nyaris sama dengan literasi media, masih minim.
Munculnya rekomendasi tentang gerakan ber-sama tentang literasi, sesuai dengan bidang ma-sing-masing, sangatlah menarik dan mesti dirin-tis. semoga perjumpaan antarelemen di JMr 2014 menjadi pembuka jalan terjadinya rintisan terse-but, demi manusia Indonesia yang lebih berkua-litas dan berdaya.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 15
inovasi yang merdeka?OLEH M AFANDI
DI era awal abad 21 ini, kita bukan hanya diberi tontonan berupa per-tunjukkan liberalisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan bagi rakyat marjinal oleh rejim pasar (kapitalisme) dan negara, terbukti de-ngan meningkatnya privatisasi sektor-sektor milik publik yang dilaku-kan aoleh negara dan pengurusnya. kita juga disuguhkan sebuah per-tunjukkan besar tentang liberalisasi di sektor arus informasi. salah satu faktanya adalah terbentuknya konglomerasi media.1
Dengan demikian, liberalisasi sektor informasi ini semakin menam-bah daftar kenyataan pahit perjalanan transisi demokrasi Indonesia. se-lain mengubah realitas menjadi komoditas dan memperbesar peram-pokan terhadap ruang informasi publik, yang lebih mengkhawatirkan
1 Untuk melihat bagaimana konglomerasi media di Indonesia, lihat riset Yanuar Nugroho, Muhammad Fajri Siregar dan Shita Laksmi “Mapping Media Policy in Indonesia”, FF: 2012. Riset tersebut dilakukan oleh 3 lembaga, yaitu CIPG, Hivos dan Manchester Business School.
16 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
adalah para pemilik media saat ini adalah se ke-lompok orang yang terlibat dalam lingkar elit po-litik Indonesia. tidak berlebihan jika menyebut-kan bahwa salah satu dampaknya adalah kepen-tingan suara akar rumput akan semakin tersing-kir di pemberitaan media yang mereka punyai.
Fenomena ini sebenarnya memberikan gam-baran tegas bagaimana posisi dan peran media di dua era terakhir perjalanan demokrasi di Indo-nesia yang sebenarnya sama-sama tidak jauh berbeda. Jika pada orde Baru media dikuasai ne-gara sebagai alat sensor dan kontrol de mi tercip-tanya akumulasi kapital yang stabil ba gi korpo-rasi negara dan swasta, maka di era transisi de-mokrasi media berpindah ke tangan korporasi swasta namun juga tetap ber peran sebagai pen-jaga akumulasi kapital dan re kayasa opini.
Peristiwa tragis seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi di negara-negara dunia ketiga se-perti Indonesia, melainkan juga terjadi di negara-negara dunia pertama, atau yang sering disebut sebagai aktor utama kapitalisme, seperti ameri-ka serikat dan para sekutunya. noam Chomsky (1999, 1986, 1988) menyebut bahwa untuk men-capai kepentingannya baik di dalam maupun lu-ar negeri, amerika serikat melakukan praktik “re-kayasa persetujuan” yang disokong oleh media.2 Di negerinya sendiri, amerika serikat secara sis-
2 Lihat karya Noam Chomsky “Profit Over People”, Madhyam Book, 1999. Dan “Pirates and Emperors; International Terrorism in The Real World”, Amana Book, 1986. Juga baca: Edward S Herman and Noam Chomsky “Manufacturing Consent”, Pantheon Books, 1988.
tematis menggunakan media sebagai alat dok-trin untuk melanggengkan operasi kapitalnya yang secara kejam dan brutal dipraktikkan di ne-geri-negeri jajahannya. Media berperan sebagai mesin untuk menciptakan kesadaran status quo bagi rakyat amerika yang selanjutnya berfungsi untuk melegitimasi kejahatan-kejahatan yang di-lakukan. untuk kepentingan luar negerinya, ame-rika serikat menempatkan media sebagai alat propaganda untuk membunuh musuh-mu suhnya dengan memberi cap “teroris”.
Dengan merujuk apa yang disebut louis al-thus ser sebagai Ideological State Aparatusses, ma ka dalam contoh kasus amerika serikat dan In donesia, media merupakan satu elemen pen-ting dalam kelangsungan kapitalisme dan impe-rialisme. sekali lagi kesimpulan yang dapat dita-rik dari situasi ini adalah kita sedang dihadapkan pada sebuah kenyataan demokrasi liberal, de-mokrasi yang didiktekan untuk kepentingan ka-pitalisme, bukan sebuah demokrasi langsung di mana rakyat memiliki hak mutlak terhadap kehi-dupan yang dikehendaki.
Para pemilik media saat ini terlibat dalam lingkar elit po litik
Indonesia. Dam pak nya, suara akar rumput akan semakin
tersing kir dari pemberitaan.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 17
Pertunjukkan tersebut jelas menjadi tanda bah wa semua rakyat akar rumput Indonesia ti-dak lagi bisa berharap untuk terbentuk dan ter-bangunnya negara adil dan sejahtera dari kon-disi yang demikian. lalu bagaimana caranya kita bisa mewujudkan cita-cita terbangunnya ma sya-rakat sipil yang memiliki kehidupan lebih baik?
Mau tidak mau, situasi ini membawa kita se-bagai rakyat akar rumput harus terus berbenah diri, mengorganisir diri dan komunitas, dan mem-bangun kekuatan masyarakat sipil marjinal se-cara sistematis dan rapi agar segala sesuatu hal yang dimaksudkan sebagai kepentingan kolektif rakyat marjinal dapat tercapai dan terpenuhi de-ngan baik. alasan tersebut tentunya juga mem-bawa konsekuensi logis yang lain, yaitu harus men definisikan diri kita sebagai subjek aktif da-lam perubahan.
saat itulah kita perlu berimajinasi untuk mem-buat inovasi, kreativitas, literasi tandingan dan mengadvokasi kepentingan kita sendiri. salah sa-tunya adalah dengan penggunaan teknologi In-formasi dan komunikasi (tIk) sebagai alat untuk menuju kedaulatan masyarakat sipil. kedaulat-an yang benar-benar menciptakan keadilan eko-nomi, politik, sosial, gender, dan lingkungan yang berkelanjutan.
atas semangat itulah, Combine resource Ins-titution (CrI) menggelar Jagong an Me dia rakyat (JMr) yang ketiga. CrI meyakini dengan sema-ngat dan kekuatan “berbagi dan berdaulat” ma-ka jalan panjang dan berliku me nuju masyarakat sipil yang dicita-citakan dapat segera tercapai.
Inovasi yang BerkekuatanDalam perhelatan JMr ketiga yang digelar
pada 23-26 oktober 2014 lalu, terdapat 57 ke gi-atan workshop, diskusi dan seminar yang dibagi menjadi 3 klaster, yaitu advokasi, inovasi dan li-terasi. klaster inovasi ini memiliki 11 kegiatan dengan beragam tema yang dalam pengelolaan kegiatannya langsung difasilitasi oleh komuni-tas-komunitas yang telah berpengalaman dalam bidangnya masing-masing. Walaupun tema-tema dalam klaster inovasi tersebut sangat beragam, namun tetap berfokus pada seputar pengguna-an alat tIk sebagai alat penguatan komunitas warga.
Para fasilitator meyakini dengan membagi pe-ngetahuan dan pengalaman mereka di JMr 2014, setidaknya dunia yang lebih baik itu akan men-jadi nyata. selanjutnya artikel ini akan merang-kum 11 kegiatan klaster inovasi da lam lima tema yang berbeda. Yaitu pemanfaatan tIk untuk ke-bencanaan, ekonomi, keamanan data, teknologi kreatif dokumentasi dan pembangun an jaringan infrastruktur komunikasi berbasis ko munitas.
1 I TIK DAN KEBENCANAANPenggunaan tIk ini salah satunya telah di-
praktikkan oleh CrI, Jalin Merapi dan FMYY-Je-pang dalam pengelolaan sektor kebencanaan. Dalam slide presentasinya di JMr 2014, 3 lem-baga ini menyatakan bahwa “jika semua warga memiliki pengetahuan dalam pengelolaan risiko bencana, maka banyak hal yang bisa terse lamat-kan”. Pernyataan ini sebenarnya lebih ditujukan
18 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
untuk daerah-daerah ataupun lokasi yang diang-gap sebagai kawasan rawan bencana alam. Da-lam pengalaman mereka selama beberapa tahun di kawasan merapi, tIk mereka gunakan sebagai salah satu alat pengorganisiran bersama warga di sekitar merapi untuk pengurangan resiko ben-cana. Di antaranya adalah melalui pengembang-an radio komunitas (rakom) dan Disaster Management Audio Materials (DMaM).
radio-radio komunitas yang dikembangkan CrI dan Jalin Merapi bersama warga sekitar gu-nung Merapi digunakan sebagai alat yang ber-fungsi sebagai media produksi informasi yang ber-kaitan dengan segala hal kebencanaan: sistem peringatan dini untuk erupsi, diseminasi informa-si, dan menjadi ruang dialog antarwarga. Begitu juga dengan DMaM. selain berisi informasi ke-bencanaan, produk audio ini juga berisi lagu-la-
gu tradisional, cerita rakyat, drama dan komedi yang bermukim di sekitar rawan bencana.
sebelum dikembangkan di Indonesia, produk audio DMaM ini pada mulanya dikembangkan di Jepang. Junichi dan kaori dari FMYY Jepang yang juga turut ambil bagian sebagai fasilitator dalam presentasi tersebut mengatakan bahwa DMaM adalah produk audio yang berfungsi untuk me-ningkatkan kesadaran warga tentang penang gu-langan risiko bencana dengan memuat cerita-cerita rakyat yang ada di sekitar wilayah rawan bencana. Cerita dan pengetahuan tentang ke-bencanaan yang sebenarnya sudah ada dan tu-run temurun diwarisi lintas generasi kita rekam dan produksi dalam bentuk audio, selanjutnya ki-ta perkaya dengan puisi dan lain-lain. Ini luma-yan efektif sebagai media penciptaan kesadaran bagi warga Jepang untuk penanggulang risiko
Radioradio komunitas yang dikembangkan CRI dan Jalin Merapi bersama warga sekitar Gu nung Merapi digunakan sebagai alat yang ber fungsi sebagai media produksi informasi yang ber kaitan dengan segala hal kebencanaan.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 19
bencana, khususnya bencana akibat gempa yang sering terjadi di Jepang.
Pengalaman ini semakin diperkaya oleh penu-turan sukiman dari Jalin Merapi. Bersama rekan-rekannya di wilayah Merapi, kini radio komuni-tas yang mereka kelola tidak hanya berfungsi se-bagai media distribusi informasi tentang keben-canaan, namun juga mampu menciptakan ruang dialog dan gerakan swadaya bagi warga pasca-bencana. Di antaranya adalah untuk penggalang-an gerakan swadaya pascabencana yang dituju-kan untuk membangun jalur evakuasi dan mem-beli hewan ternak yang mati tanpa harus me-nung gu bantuan dari pemerintah. Para fasilitator meyakini tIk bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam pengurangan risiko bencana asal semua pihak mau belajar dan mempraktikkannya seca-ra serius. Dan yang paling menarik dalam pre-sentasi para fasilitator adalah, kekuatan sejarah lokal dan nilai-nilai yang yang hidup di ma sya-rakat menjadi kekuatan utama untuk menjadi isi (konten) dari produksi yang diciptakan.
Presentasi tiga lembaga tersebut sebenarnya sudah sangat cukup menarik untuk memperli hat-kan bahwa tIk bisa bermanfaat bagi pengurang-an resiko bencana dan pengorganisasian warga. namun di sisi lain, akan menjadi lebih lengkap jika isu kebencanaan ini juga ditarik pada isu ke-bencanaan yang terjadi akibat kejahatan manu-sia dan korporasi sehingga penanggulangan risi-ko bencana akan dipahami sebagai wilayah kerja gerakan sosial yang lebih luas. Dengan penger-tian tersebut, kerja sama lebih luas bisa dilakukan
bersama dengan komunitas-komunitas lain yang sebenarnya juga berada pada kawasan-kawasan krisis lingkungan. Merujuk pada berbagai peris-tiwa bencana yang sering muncul belakangan ini, seperti banjir, longsor, keracunan massal, peng-gusuran, maka sekali lagi bencana yang ditim-bulkan oleh kejahatan-kejahatan modal di sek-tor pertambangan, illegal logging, industri pari-wisata dan kawasan pabrik sebenarnya juga me-rupakan bencana sosial ekologis yang sangat penting untuk dibicarakan.
2 I TIK DAN PENINGKATAN EKONOMIselain berfungsi dalam penanggulangan risiko
bencana, tIk juga dimanfaatkan untuk pening-kat an ekonomi kaum perempuan. terkait dengan isu ini, pada JMr 2014 lalu, ambar sari Dewi, se-orang penerima beasiswa google memaparkan hasil penelitiannya dengan tema “Perempuan Menggenggam teknologi; Potret Pemanfaatan tIk oleh Perempuan Pelaku ukM di Jawa tengah dan Yogyakarta”. Dalam slide presentasinya, am-bar mengungkapkan bahwa ukM telah menjadi tulang punggung perekonomian negara, dan me-nyumbang 2,6 triliun dari total pendapatan ne-gara. Jumlah ukM saat ini menurutnya telah ber-kembang mencapai 52 juta, dan 56 persennya dikelola oleh perempuan. Dari jumlah total se lu-ruh pelaku ukM tersebut, tIk telah dimanfaatkan sebagi media promosi, perluasan pasar, media komunikasi dan sumber inovasi produk.
Dalam risetnya, ambar menemukan bahwa pemanfaatan tIk oleh perempuan pelaku ukM
20 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
masih rendah. ada sejumlah faktor yang menjadi pendorong rendahnya perempuan pelaku ukM dalam memanfaatkan tIk, antara lain pendidik-an, sosial budaya, peralatan dan ekonomi. ter-kait dengan hal tersebut, ia mengajukan perta-nyaan penelitian: bagaimana adopsi tIk oleh pe-rempuan pelaku ukM?
Dari riset kualitatif yang ia lakukan, ambar menemukan beberapa faktor penghambat adop-si tIk oleh perempuan pelaku ukM, diantaranya adalah: 1) tersitanya waktu dan tenaga untuk me-layani konsumen karena ada peran ganda dari perempuan, sehingga para perempuan pelaku ukM tersebut tidak sempat belajar menggunakan tIk. 2) alat tIk yang digunakan tidak ramah bagi pengguna perempuan. 3) metode dan perangkat latihan tIk yang tidak sesuai kebutuhan dan ke-mampuan.
Dengan membagi empat pola, ambar merinci adopsi tIk oleh perempuan pelaku ukM. Dalam pola 1, ia menyatakan bahwa bagi pelaku ukM yang tinggal di pedesaan, model bisnisnya masih sangat sederhana dan pengetahuan mengenai tIk juga masih terbatas, serta adopsi tIk dalam bentuk telepon seluler masih dipengaruhi oleh konsumen. sementara dalam pola 2, terdapat se-kelompok yang lain yang mengenal tIk melalui jaringan/kelompok namun dalam kesehariannya tidak memiliki perangkat tIk di rumah. Maka mes-kipun mendapatkan pelatihan tIk, adopsi tIk te-tap gagal. Pada pola 3, ambar merinci karakte ris-tik yang lain, yaitu kelompok yang sudah melek It, memiliki semangat belajar tinggi, sudah mem-
buat blog namun orientasi bisnis masih bersifat lokal. Dan pola 4, ia merincikan karakteristik pe-laku ukM di perkotaan yang memiliki pendidik-an tinggi, melek tIk, inovasi produk tinggi dan su-dah merancang bisnis berbasis tIk/internet. Pre-sentasi ini menegaskan bahwa tIk dapat menja-di alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
namun sekali lagi, membicarakan ukM ten-tunya juga membicarakan sesuatu yang cukup luas. Dalam hal ini tentunya juga harus mendis-kusikan secara mendalam dan melacak kembali
bagaimana sistem dan model pendanaan dari ukM yang dibicarakan sekaligus memeriksa se-cara historis lahirnya ukM di Indonesia. Jika mo-del dan pendanaannya berasal dari komunitas itu sendiri, mungkin akan kita sebut sebagai se-buah kegiatan usaha mandiri komunitas. namun akan berbeda jika ukM yang dimaksud menda-patkan pendanaan yang berasal dari luar komu-nitasnya. Dalam kasus ini misalnya terdapat ri-buan ukM yang mendapatkan dana dari bank-
Ada beberapa penghambat adop si TIK oleh perempuan pe laku UKM, salah satunya
adalah metode dan perangkat latihan TIK yang tak sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 21
bank konvensional, yang jika dilacak secara se-rius kita akan menemui sesuatu yang sangat kon-tradiktif.
Di satu sisi, bank dinilai membantu mening-katkan pendapatan perekonomian, menciptakan lapangan kerja dan turut serta mengentaskan ke-miskinan. namun di pihak lain, bank juga meng-gelontorkan kucuran dana dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur pem-bangunan, pertambangan, perkebunan, industri pariwisata yang dalam praktiknya juga mencip-takan konflik sosial, penggusuran, bencana sosial ekologis, dan perampasan ruang hidup terhadap komunitas-komunitas warga di seluruh wilayah Indonesia.
Di dalam kajian kritis, fenomena lahirnya ukM dianggap sebagai bagian dari rekonstruksi ka pi-tal untuk mencegah terjadinya krisis dan gejolak sosial, serta mengurangi risiko krisis tenaga kerja dan sekaligus membantu kapital memelihara ja-ringan pasar global. terkait dengan hal ini, James Petras (2012) dalam tulisannya tentang “Imperi-alisme dan ngo-ngo” mengatakan bahwa ter-dapat sebuah hubungan langsung antara neo-li-beralisme dan pertumbuhan-pertumbuhan pro-yek-proyek mandiri, semacam ukM yang dalam hal ini dipasok oleh neo-liberalisme lewat ngo, sebagai strategi untuk menyerap kelompok-ke-lompok kecil kaum miskin, untuk merontokkan perjuangan anti-sistem.3
3 Lihat James Petras. Imperialisme dan NGO-NGO dalam Mem-bongkar Proyek-Proyek ORNOP, Jurnal Wacana, Insist, 2004.
Dengan strategi ini Petras menegaskan bah-wa banyak pihak yang secara sadar ataupun tidak sadar lebih memilih untuk membicarakan usaha-usaha mikro, daripada bicara mengenai pengha-pusan eksploitasi yang dilakukan oleh bank-bank asing. Maka tidak mengherankan, menurut Petras, banyak ngo yang hanya menitik beratkan pro-yek, bukannya gerakan dan hanya sekedar me-mobilisasi rakyat untuk berproduksi, namun tidak menggerakkan untuk berjuang demi mengontrol alat-alat produksi. ringkasnya, selain untuk me-nun da bangkitnya gerakan sosial, strategi ini di-lakukan oleh neo-liberal untuk memungkinkan mereka memotong anggaran sosial dan selanjut-nya memaksa negara untuk mengalihkannya pa-da pembayaran-pembayaran hutang dan priva-tisasi. sekali lagi kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan mendasar, masyarakat sipil seperti apakah yang hendak dibangun? Masyarakat sipil yang hanya sekedar dipimpin oleh sipil namun te tap melanggengkan kapitalisme atau masya-rakat sipil yang anti-kapitalisme?
3 I TIK DAN KEAMANAN DATAteknologi memang telah memberikan kemu-
dahan dalam hidup harian kita, baik dalam ko-munikasi, pekerjaan, pendidikan, ekonomi, dsb. namun di sisi lain ia juga menghadirkan sejum-lah kerumitan dan kelemahan, apalagi kontrol terhadapnya tidak sepenuhnya di tangan peng-guna. sebut saja di antaranya faktor ke amanan dan kerahasiaan data yang dimiliki. Per nyataan eward snowden, mantan pekerja nsa yang sem-
22 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
pat menggem par kan publik dunia telah meluluh-lantakkan apa yang kita sebut sebagai 'keaman-an rahasia pri badi' setelah ia mengungkapkan bahwa peme rin tah amerika serikat dengan se-cara sengaja dan gampang mengcopy data-data pengguna jaring an media sosial dan data lainnya untuk kepen tingan ekonomi politik mereka. ter-kait dengan hal ini, dalam JMr 2014, terdapat sa-tu sesi yang secara khusus juga membahas ini.
sesi tersebut difasilitasi oleh kPlI Jogja, de-ngan mengambil tema “Mobile security”. sesi ini mendiskusikan secara mendalam tentang bagai-mana cara membangun sistem keamanan dalam penggunaaan alat komunikasi seperti smartphone untuk kepentingan pribadi ataupun komunitas. apabila ditelusuri secara perlahan dari data pa-nitia, para pengunjung dalam workshop ini ada-lah orang-orang dari beragam komunitas yang merasa sangat berkepentingan dengan persoal-an keamanan tersebut, khususnya karena me re-ka terlibat aktif dalam gerakan sosial yang mung-kin akan dianggap subversif oleh negara. Inah mi-salnya, ia mengungkapkan bahwa ketertarikan-nya mengikuti workshop kPlI ini dikarenakan ak-tivitasnya sehari-hari berkaitan dengan proyek penyebarluasan informasi dan gerakan perbu-ruh an di wilayah Banten. Dalam penyebarluasan informasi tersebut, ia dan kawan-kawan organisa-sinya menggunakan media internet sebagai alat perjuangannya, dan oleh karena itu ia cukup an-tusias mengikuti sesi yang difasilitasi oleh kPlI.
namun karena terbatasnya waktu dalam sesi ini, banyak catatan dari pengunjung agar sesi ini
dapat diorganisir ulang kembali. Mereka ber ha-rap sesi dengan tema ini dapat digelar dengan waktu yang cukup agar substansi dan beberapa pengetahuan teknis terkait dengan “keamanan penggunaan mobile internet” dapat tercapai se-cara maksimal.
4 I TEKNOLOGI KREATIF DOKUMENTASIselain diisi oleh para fasilitator yang memiliki
pengalaman dalam pemanfaatan tIk berbasis in-ternet untuk pengorganisiran warga, hadir juga fasilitator lain dalam klaster inovasi ini dengan menawarkan sesuatu yang sedikit berbeda. Me-reka menamai dirinya komunitas lubang Jarum Jogjakarta dan koPPI. komunitas ini menawar-kan sebuah workshop dan diskusi bertemakan “Memotret dengan kamera kaleng Bekas”. saat memulai presentasinya, para fasilitator mengajak para partisipan untuk melihat kembali sejarah lahirnya fotografi. Workshop ini menurut fasi lita-tor bertujuan untuk edukasi publik mencetak fo-to dengan metode old print. secara khusus workshop ini memberikan informasi bahwa kita bisa menggunakan bahan yang berasal dari barang-barang bekas di sekitar lingkungan kita untuk membuat kamera.
5 I PEMBANGUNAN JARINGAN INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI BERBASIS KOMUNITAS
Di tengah riuh gemuruh workshop dan diskusi klaster inovasi JMr 2014, rasanya tidak lengkap jika kita tidak melihat secara gamblang bagai-
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 23
mana profil infrastruktur tIk di Indonesia. Ini se-betulnya untuk memeriksa kembali apakah yang dimaksud dengan pemanfaatan tIk untuk peng-organisasian warga sebanding dengan ke terse-diaan infrastuktur. Jikapun dengan asumsi dasar bahwa ketersediaan infrastuktur di anggap telah memenuhi apakah ia juga tergo long murah dan terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia?
Pertanyaan sederhana tersebut hanya sekedar untuk menerangkan bahwa tidak bisa dimungkiri infrastruktur merupakan salah satu faktor pen-ting dari suksesnya gerakan inovasi yang dari ta-di telah diperbincangkan. Jika merujuk pada da-ta Prof. kallamulah ramli (2013) tentang Profil tIk di Indonesia, didapatkan sebuah keterangan bahwa terdapat suatu kesenjangan infrastruktur yang cukup timpang, di mana dari total keselu-ruhan infrastruktur yang ada, 56,5 persennya ter-konsentrasi di pulau Jawa. sementara seperti Pa-pua hanya kecipratan 5 persen, sumatera 25 per-sen dan kalimantan 12,5 persen. Data ini meng-antarkan kita pada sebuah pertanyaan: bagaima-na kesenjangan infratruktur tersebut akan mam-pu menciptakan gerakan inovasi yang kuat di se-mua wilayah Indonesia? Pertanyaan itu setidak-nya sedikit terjawab oleh satu sesi dalam klaster inovasi JMr 2014, yaitu sesi yang difasilitasi oleh komunitas openBts. Fasilitator dalam sesi ini ter-diri dari 2 orang, yakni kurtis Heimerl yang telah mengembangkan openBts di Papua, dan andri santoso dari universitas surya, tangerang.
openBts adalah sebuah Bts gsM berbasis software open source, yang memungkinkan hand-
Dari total keseluruhan infrastruktur TIK yang ada,
56,5 persennya terkonsentrasi di pulau
Jawa. Sementara seperti Papua hanya kecipratan 5
persen, Sumatera 25 persen dan Kalimantan
12,5 persen.
24 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
phone gsM untuk menelepon tanpa mengguna-kan jaringan operator seluler.4 teknologi ini di-kem bangkan oleh Harvind samra dan David Bur-gess yang bertujuan untuk mengurangi biaya la-yanan gsM di wilayah pinggiran, khususnya di negara-negara dunia ketiga. ringkasnya open-Bts ini menurut praktisi telekomunikasi, onno W Purbo, merupakan salah satu peluang bagi ma-syarakat di daerah pedesaan agar tidak ter gan-tung pada operator seluler, sekaligus membantu wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh ja-ring an seluler.5
Dalam paparan presentasinya, kurtis menje-laskan bahwa semakin ke timur wilayah Indo-nesia, ketimpangan infrastruktur komunikasi se-makin kelihatan. Papua merupakan salah satu contoh dari kondisi tersebut. Menurutnya, masya-rakat di Papua harus mengandalkan satelit agar bisa melakukan komunikasi. kondisi inilah yang selanjutnya menghantarkan dirinya merintis dan mengembangkan openBts di Papua dari sejak awal tahun 2013, sekaligus ia juga sedang ber-usaha mendorong perbaikan regulasi agar pem-bangunan dan kemudahan infrastruktur teleko-munikasi di Papua dapat segera terbangun. Ba gi-nya openBts ini selain telah membantu komu ni-
4 Diunduh dari: http://opensource.telkomspeedy.com. Lihat juga pengertian OpenBTS menurut Yayasan AirPutih, sebuah aplikasi yang berjalan pada platform linux yang merupakan dan perangkat lunak terbuka.5 Lihat tulisan Aditya Panji: Onno W Purbo Pamer OpenBTS di Forum Internet Dunia, Diunduh dari http://tekno.kompas.com/read/2013/10/22/.
tas lokal dalam akses informasi juga telah mem-be rikan manfaat serupa bagi para pendatang yang bertugas sebagai petugas pelayanan publik, se-perti dokter, guru dan perawat. Walaupun de mi-kian, menurutnya, kendala yang sering datang da lam pengembangan openBts ini adalah fak-tor keberlanjutan proyek, yang dalam hal ini ter-masuk pemeliharaan dan skill dasar yang harus dipunyai oleh komunitas pengelola.
saat sesi tanya-jawab dilakukan, ia menga ta-kan bahwa dana yang dibutuhkan untuk mem bu-at openBts ini berkisar dari 4000 dollar hingga 10.000 ribu dollar amerika serikat. Ia juga mena-warkan suatu bantuan kepada para partisipan yang berminat untuk mengembangkan openBts di wilayah-wilayah lain. Dirinya akan membantu mencarikan funding jika ada yang berminat me-nger jakan seperti yang ia lakukan, yang penting bisa membantu komunitas, ungkapnya. Dalam perkembangannya kini, ia tengah berusaha me-naikkan koneksi yang ia bangun ke level 3g.
Kendala yang sering datang da lam pengembangan OpenBTS
adalah fak tor keberlanjutan proyek, yang dalam hal ini
ter masuk pemeliharaan dan skill dasar yang harus dipunyai oleh
komunitas pengelola.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 25
Pemaparan ini tentunya memberikan penge-tahuan baru bagi siapapun yang berminat dalam inovasi tIk. selain itu juga memperlihatkan bah-wa terdapat suatu peluang untuk membangun sistem komunikasi komunitas yang bisa mengu-rangi ketergantungan kita terhadap mata rantai kapitalisme komunikasi yang selama ini dikuasai oleh segelintir orang-kelompok yang bernaung di bawah korporasi-korporasi penyedia jasa la-yan an komunikasi. Maka tidak ada salahnya jika untuk waktu kedepan, workshop ataupun diskusi openBts ini bisa digelar kembali dengan melibat-kan jaringan masyarakat sipil yang lebih luas.
Di penghujung sesinya, kurtis menjelaskan bah wa ia pernah mendapatkan satu pengalaman menarik di Papua. Dirinya sempat akan ditang-kap oleh tentara saat pendirian openBts, namun karena tentara merasakan manfaatnya berupa da pat menelpon murah kepada keluarga mereka di Jawa dan sulawesi, akhirnya penangkapan itu
tidak terjadi, bahkan sebaliknya tentara melin-dungi instalasi yang ia bangun. Pengalaman ini sebenarnya tidak seberuntung apa yang dialami oleh kawan-kawan Papua lainnya, yang selama ini kita ketahui bersama kerap jadi korban pe-lang garan HaM oleh tentara ter kait dengan ka-pi talisme pertambangan rak sasa di sana.
Tawaran Kerja Sama ke DepanPertama, menciptakan ruang dialog dan bel-
ajar bersama antarkelompok masyarakat sipil untuk menggali ide dan gagasan dari bentuk, ka-rakter serta landasan ideologis masyarakat sipil yang diinginkan.
Kedua, membangun kerja sama pengetahuan dalam bidang pengelolaan tIk, khususnya komu-nitas-komunitas yang melakukan kegiatan ino va-si tIk secara rutin. Poin ini bertujuan untuk mem-pererat dan sekaligus menumbuh kembangkan gerakan solidaritas masyarakat sipil.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 27
aDvokasI menjadi kata kunci yang menggerakkan para pegiat komu-nitas untuk berkumpul dalam Jagongan Media rakyat 2014. Pengalam-an serta upaya advokasi itu mereka bagikan lewat aneka media yang dipajang selama pelaksanaan JMr maupun melalui sejumlah diskusi.
ada berbagai isu yang diadvokasi oleh komunitas maupun lembaga peserta JMr 2014. Mulai dari isu eksploitasi sumber daya alam dan pe-rusakan lingkungan yang merugikan warga, hak warga atas ruang pub-lik, hak untuk mengakses dan memproduksi informasi, hak kelompok difabel, hak anak, kesetaraan gender, penyelamatan heritage dan waris-an budaya, dan lain sebagainya.
komunitas omah kendeng, misalnya, menggelar diskusi bertema “Me-lawan kuasa Para Profesor: Politik Data, Praktik Media dan skandal Pe-nyusunan amdal Pada kasus kendeng utara”, sabtu (25/10). Diskusi itu membedah rencana pembangunan pabrik Pt semen Indonesia di dae-rah sekitar Pegunungan kendeng utara yang dinilai tidak berdasarkan
advokasi komunitas lewat media komunitasOLEH GRATTIANA TIMUR, S SUPRIANTO, IDHA SARASWATI
28 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
analisis Mengenai Dampak lingkungan (amdal) yang akurat. untuk itu, warga di sekitar Pegunung-an kendeng telah menyiapkan data tandingan.
Hingga kini, masyarakat di sekitar kendeng utara terus melakukan perlawanan terhadap ren-cana pembangunan pabrik semen tersebut. se-bagai bentuk penolakan, bahkan kelompok pe-rempuan di Desa timbrangan dan tegaldowo, kecamatan gunem, rembang telah tinggal di ten- da seratus hari lebih. tenda itu berlokasi di jalan masuk menuju lokasi pemba ngunan pabrik.
“Mungkin tidak ada amdal versi masyarakat? sekarang ini kami sedang menyusun data-data tandingan. nanti kalau sudah lengkap kami akan gugat Pt semen Indonesia di Pengadilan tata usa-ha negara (Ptun),” kata gunretno, tokoh masya-rakat sedulur sikep dari Pati yang menentang pem bangunan pabrik semen.
Menurut dia perlu ada keberanian dari masya-rakat guna menghadang pengusaha yang mela-kukan eksploitasi sumber daya alam di Pegunung-an kendeng utara. ”semen Indonesia yang me-lang gar saja berani, mosok kita yang tidak me-lang gar malah diam?” tegasnya.
sobirin dari komunitas omah kendeng me-ngatakan, banyak strategi yang dilakukan para pe milik modal untuk melegitimasi rencana pem-ba ngunan pabrik. Misalnya dengan menyebut ma syarakat di daerah kendeng utara miskin dan ter tinggal.
Itulah sebabnya beragam cara dilakukan war-ga dan pihak yang mendukung untuk mela kukan perlawanan atas cara-cara tersebut. Mulai dari upaya mendapatkan dukungan war ga seba nyak mungkin, mengajukan gugatan di Ptun hingga mengampanyekan gerakan lewat media sosial.
Eks plo itasi sumber daya alam dan konflik agraria saat ini tengah menjadi persoalan yang dihadapi banyak komunitas di berbagai wilayah di Indo nesia.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 29
selain menggelar diskusi, komunitas omah kendeng juga mengkampanyekan upaya advo-kasinya melalui beragam jenis media. stand omah kendeng di JMr 2014 dihias dengan aneka benda untuk mengungkapkan penolakan warga sekitar Pegunungan kendeng terhadap rencana pendi-rian pabrik semen. ada tempelan kliping tulisan terkait penolakan terhadap rencana pendirian pabrik semen dari berbagai media cetak, ada de-retan kendi (wadah air dari tanah liat) berisi air dari sejumlah mata air ada di Pegu nung an ken-deng utara, juga ada aneka poster ad vo kasi.
selain itu, stand omah kendeng juga mem bu-ka lapak sablon kaus bertema penolakan terha-dap pabrik semen. Dengan memberikan donasi su karela, pengunjung bisa menyablonkan kaus-nya di situ.
Perampasan Tanahselain warga sekitar Pengunungan kendeng
yang tengah berjuang menolak rencana penam-bangan bukit kapur untuk industri semen, ada banyak komunitas lain yang tengah menghadapi persoalan serupa. Ini menunjukkan bahwa eks-plo itasi sumber daya alam dan konflik agraria saat ini tengah menjadi persoalan yang dihadapi banyak komunitas di berbagai wilayah di Indo-nesia.
Berbagai persoalan itu muncul antara lain karena perencanaan pembangunan yang hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi, namun abai pada kondisi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Hal itulah yang dibahas dalam dis-
kusi tentang Masterplan Percepatan Pembangun-an ekonomi Indonesia (MP3eI) dengan tema “Bu-kan Desain Pembangunan, tetapi skema Peram-pasan tanah air rakyat Indonesia”. Diskusi ini fo-kus membahas kritik terhadap pola pembangun-an Indonesia.
Dalam diskusi yang dilaksanakan pada kamis (23/10) ini, Dian Yanuardi selaku salah satu pe-materi mengungkapkan bahwa desain pemba-ngunan dalam MP3eI berujung pada perampasan tanah air. “Ini bukan desain, tetapi skema peram-pasan tanah air. Praktik korporasi dijadikan de-sain pembangunan,” ungkapnya.
Hal ini bisa dilihat dari geliat pembangunan di Indonesia yang terkonsentrasi pada pemba-ngunan infrastruktur berbasis industri. “Pemba-ngunan infrastruktur selama ini bukan untuk rak-yat, tetapi untuk menghubungkan pusat industri satu dengan pusat industri yang lain,” tegasnya.
Proses perampasan tanah air terjadi melalui banyak mekanisme. Pertama, pulau-pulau dina-mai dengan komoditas sumber daya andalan di pulau tersebut. kedua, pembentukan dan pemang-kasan regulasi yang memudahkan aliran modal, dan ketiga pembagian bok-blok produksi.
terkait dengan acara JMr yang mewadahi ba-nyak komunitas media rakyat, Hendro sangkoyo dari sekolah ekonomika Demokratik (seD) meng-ingatkan agar suara komunitas tak menjadi per-panjangan tangan aktor perampas hak rak yat. “Ja-ngan gunakan kosakata lawan, jangan terje bak transmisi dari cerita para aktor saat bi cara ten-tang pembangunan kepada rakyat,” te gasnya.
30 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
Melalui diskusi ini, peserta diajak me mahami alasan di balik lahirnya bebagai kebijak an dan progam pembangunan. Dengan menya dari ala-san di balik semua itulah advokasi bisa dimulai.
Ruang HidupPerampasan tanah dan perusakan lingkung-
an demi pembangunan telah menimbulkan dam-pak buruk pada banyak orang. aneka persoalan yang berhubungan dengan ruang hidup pun ber-mun culan. tak hanya di wilayah pedalaman yang punya cadangan sumber daya alam dalam jum-lah besar, persoalan ruang hidup akibat pem ba-ngunan juga dihadapi warga perko ta an.
Hal itulah yang saat ini dihadapi warga kota Yogyakarta. Derap pembangunan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah hotel berbintang, pusat perbelanjaan, serta bertambahnya jumlah kendaraan bermotor ternyata menimbulkan ber-ba gai persoalan baru.
Hak pejalan kaki, misalnya, menjadi terabai-kan karena trotoar digunakan untuk berbagai ke-pentingan. Hak kaum difabel bahkan tidak dipi-kirkan. Begitu juga dengan beralifungsinya ruang publik menjadi ruang komersil. selain itu, pem-bangunan hotel di daerah resapan air yang ma-rak di kota Yogyakarta telah memicu menurun-nya debit air. akibatnya, sumur warga di sejum-lah kampung mengering sehingga warga meng-alami krisis air bersih.
Berbagai persoalan itu mendorong gerakan “Warga Berdaya” di kota Yogyakarta. gerakan ini aktif mengadvokasi kepentingan publik melalui
berbagai media, salah satunya film. seri film ge-rakan Warga Berdaya Yogyakarta itu diputar di JMr 2014 pada Minggu (26/10). sejumlah judul film yang diputar antara lain Jogja Tetaplah Sederhana, Ora Masalah Har!, Sepeda Sunyi #RIDEinPEACE, Merthi Kutha Serangan Umum 1 Maret, Lindungi Pohon Perindang, Bocah Jogja Nagih Janji, Jogja untuk Kebhinnekaan, Global Street ProjectYogya, dan The Man Comes Around.
Film-film tersebut memperlihatkan upaya war-ga dalam memperjuangkan ruang publik secara mandiri, sementara di sisi lain para pembuat ke-bijakan justru mengeluarkan berbagai program yang merugikan warga. Film tersebut juga me-nun jukkan sisi lain kota Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota pendidikan dan kota bu-daya yang dikunjungi banyak wisatawan.
Perampasan tanah dan perusakan lingkungan demi pemba
ngunan telah menimbulkan dampak buruk pada banyak
orang. Tak hanya di wilayah pedalaman yang punya cadangan
sumber daya alam dalam jumlah besar, persoalan ruang hidup akibat pembangunan juga di
hadapi warga perkotaan.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 31
PerHelatan Jagongan Media rakyat 2014 yang berlangsung di gedung Jogja national Museum, 23-26 oktober lalu menjadi ajang bertemunya para pegiat dan pemerhati media komunitas. ada banyak peristiwa dan cerita yang muncul dari pertemuan itu.
selain agenda utama seperti seminar nasional dan sejumlah diskusi maupun lokakarya, JMr 2014 juga diramaikan oleh sejumlah pegiat se-ni yang menampilkan karya mereka. selama pelaksanaan JMr, setiap sore hingga malam hari, peserta dan pengunjung JMr 2014 dihibur oleh pertunjukkan musik dan teater tradisional. seni dengan segala bentuk-nya adalah media untuk berekspresi. Itulah mengapa para pegiat seni selalu diundang untuk berpartisipasi dalam JMr 2014.
Panggung pertunjukkan yang diberi nama “Panggung tobong” ber-ada di bagian tengah area JMr. Panggung tersebut dikelilingi sejumah gerai kuliner yang menjajakan aneka makanan dan minuman buatan sejumlah komunitas di Yogyakarta. Para peserta dan pengunjung JMr bisa menyantap makanan di gerai-gerai tersebut sambil menyaksikan pertunjukkan di panggung.
Berkumpul dan Berbagi di Jmr 2014
32 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
secara umum, JMr 2014 mengusung prinsip terbuka, kolaboratif, ramah lingkungan dan ber-kelanjutan. Meskipun tidak sempurna, prinsip-prinsip tersebut coba diwujudkan dalam seluruh aspek pelaksanaan JMr 2014 mulai pemilihan tema seminar dan diskusi, tata artistik area JMr, hingga hal-hal teknis lainnya.
untuk tata artistik, prinsip itu diwujudkan de-ngan menggandeng komunitas yang bergelut de-ngan bahan-bahan lokal ramah ling kungan. Dari situlah muncul stand berbahan bam bu dengan atap daun tebu. Penggunaan bahan-bahan sinte-tis seperti plastik mau pun vinil coba diminimal-kan. sebagai gantinya, tripleks dan bambu, ter-masuk anyaman bambu (kreneng) digunakan un-tuk membuat papan pe nunjuk arah, papan peng-umuman, maupun ane ka penghias ruangan.
untuk menghormati perokok dan non pero-kok, tanda “dilarang merokok” pun dibuat berva-riasi, misalnya dengan memilih kalimat “merokok boleh tapi di luar ruangan”. Hak kelompok difa-bel juga diperhatikan, antara lain dengan mema-sang jalur khusus kursi roda di sejumlah tangga. Jalur evakuasi beserta saran tentang hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi juga di-pasang di sejumlah titik.
Prinsip tersebut juga diterapkan dengan mem-beri ruang pada anak-anak untuk terlibat dalam JMr 2014. salah satunya melalui agenda lomba menulis dan menggambar kartu pos yang berte-ma “Da ri anak Indoesia untuk Presiden” yang di-gelar pa da Minggu (26/10). lomba tersebut diikuti tak kurang dari 70 anak, berusia 6-15 tahun.
komisi Pemberantasan korupsi atau kPk juga menyambut kehadiran anak-anak tersebut de-ngan membawa bus pembelajaran antikorupsi ke dalam area JMr. Di dalam bus terdapat media yang berisi mengenai perilaku korupsi dan nilai-nilai anti korupsi yang disesuikan dengan tingkat pemahaman anak-anak. anak-anak juga dihibur oleh pembaca cerita yang menceritakan tema anti korupsi menggunakan boneka tangan.
KejutanPelaksanaan JMr 2014 juga menghadirkan se-
jumlah kejutan. salah satunya adalah dibatalkan-nya salah satu mataacara oleh pihak kepolisian resort kota Yogyakarta (lihat Polisi Batalkan Pelatihan Pembaca Kritis Media LKiS). agenda yang dilarang kepolisian itu adalah pelatihan pemba-ca kritis media bertema “Melek Media: Menang-gulangi konten negatif Fundamentalisme agama di Dunia Maya” yang sedianya akan diselenggara-kan oleh lembaga kajian Islam dan sosial (lkis) pada Jumat (24/10).
akibat pembatalan tersebut, agenda diskusi diganti dengan konferensi pers yang dihadiri se-jumlah pihak, antara lain lkis, lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, serta alissa Wahid dari ko-munitas gusdurian. Pembatalan agenda diskusi yang dipandang sebagai bentuk inteloransi itu menarik perhatian media arus utama, sehingga pemberitaan tentang kejadian itu menyebar di berbagai media, termasuk media sosial.
kejutan lainnya datang pada hari ketiga, atau sabtu (25/10) petang. Di tengah keramaian JMr
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 33
2014, sutradara nia Dinata beserta aktor lukman sar di tiba-tiba turut masuk ke dalam gedung. Me-re ka sengaja hadir untuk turut meramaikan pe-mu taran film berjudul “nyalon” karya sutradara Ima Puspita sari yang diselenggarakan oleh ko-munitas kampung Halaman.
kehadiran dua figur publik itu menarik perha-tian sejumlah peserta dan pengunjung JMr. usai pemutaran film, sejumlah pengunjung meminta berfoto dengan keduanya. Foto selfie bersama nia Dinata maupun lukman sardi pun menyebar di media sosial.
PELATIHAN pembaca kritis me dia dengan tema “Melek Media: Menanggulangi Konten Negatif Funda men talisme Agama di Dunia Ma ya” yang rencananya disampaikan oleh Yayasan LKiS pa da Jagong an Media Rakyat, Jum at (24/ 10), dibatalkan. Ke pu tus an itu diam bil setelah pihak Ke po li si an Kota Yogyakarta menolak pelaksanaan agenda tersebut.
Dalam konferensi pers yang diadakan terkait pembatalan agenda tersebut, Imung Yu ni ardi yang mewakili panitia Ja gongan Me dia Rakyat (JMR) menje laskan kro nologi pe no lak an. “Kamis (23/10), Pol sek Wi robrajan me minta pa nitia ber koor dinasi de ngan Kasat Intel Pol resta Yogyakar ta. Dalam koor di na si tersebut pi hak ke po li si an
me nya ta kan me no lak pe lak sa na an dis ku si LKiS,” tu tur nya.
Penolakan pihak kepolisian tertuang dalam surat resmi yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Intelkam Kepolisian Kota Yogya kar ta Komisaris Polisi Sigit Haria di. Di surat bertanggal 23 Oktober itu, tertulis kepolisian me nolak pelaksanaan pelatihan LKiS karena telah beredar pe san broad-cast penolakan acara terse but oleh ormas Islam yang diang gap bisa me nim bul kan konflik.
Koordinator Program LKiS Hafizen menjelaskan jika pelatihan ter sebut dilakukan dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan ada lah memberi pemahaman kepa da anak muda agar mereka bisa me milih dan memilah informasi
yang ada di media online. Pelatihan semacam ini juga telah dilakukan dengan banyak lem ba ga pendidikan, dan tidak per nah ada masalah maupun pe no lak an.
Alissa Wahid dari komunitas Gusdurian yang hadir dalam konfe rensi pers tersebut menya yangkan keputusan pihak kepolisian. Tin dakan itu bertentangan dengan konstitusi negara, terutama jika me rujuk pada Undangundang No mor 9 tahun 1998 tentang Kemer dekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Menurut dia, pembatalan ini menambah daftar kasus into le ransi di Yogyakarta. “Kepolisian seharus nya bisa menjalankan misinya un tuk melindungi, melayani, dan me negakkan hukum,” ujarnya.
OLEH S SUPRIANTHO I DIMUAT DI BULETIN JMR 2014, SABTU 25 OKTOBER 2014
Polisi Batalkan Pelatihan Pembaca Kritis Media LKiS
Dokumentasi
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 35
I AKSI PARA PENGUNJUNG
Sutradara Nia Dinata dan aktor Lukman Sardi menghadiri nonton bareng film "Nyalon" yang merupakan salah satu acara JMR 2014 (25 Oktober) di Yogyakarta.
36 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I AKSI PARA PENGUNJUNG
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 37
I AKSI PARA PENGUNJUNG
38 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I AKSI PARA NARASUMBER
Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto menjadi pembicara utama dalam seminar
nasional Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan Berbasis Komunitas.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 39
I AKSI PARA NARASUMBER
40 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
Pertunjukan seni tradisional Daduk Awuk dalam rangkaian acara JMR 2014 yang
digelar pada 25 Oktober di Yogyakarta .
I AKSI PARA SENIMAN
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 41
I AKSI PARA SENIMAN
42 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I AKSI PARA RELAWAN
Para relawan yang bekerja bahu membahu dalam menyukseskan rangkaian
acara Jagongan Media Rakyat 2014
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 43
I AKSI PARA RELAWAN
44 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I RUPARUPA JMR
Suasana lomba menggambar dan menulis kartu pos untuk anak di JMR 2014.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 45
I RUPARUPA JMR
46 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I TANDA INFORMASI
Informasi dan penanda pada JMR
2014 dibuat dari bahanbahan yang ramah lingkungan,
termasuk denah seperti yang terlihat
pada gambar ini.
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 47
I TANDA INFORMASI
PuBlikasi
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 49
Jmr 2014 dAlAM AngkA
51
34
6
30
5
4
DISKUSI DAN WORKSHOP
SESI PEMUTAN DAN DISKUSI FILM
SESI PERTUNJUKAN SENI
STAN PAMERAN LEMBAGA DAN KOMUNITAS
STAN PAMERAN SENI
STAN KULINER
PENGAKSES JMR2014.COMBINE.OR.ID(SELAMA OKTOBER 2014)
2500-an 50-an 70-anORANG PENGUNJUNG RELAWAN ARTIKEL LIPUTAN MEDIA
5.244 9.733KICAUAN #JMR2014 (OKTOBER 2014)
50 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I BULETIN
Meski sampai saat ini belum ada
ketentuan hukum yang menaungi jurnalisme
warga, aktivitas jurnalisme warga tidak lantas
menjadi “haram” selama etika jurnalistik
diperhatikan.
Hal itu dipaparkan pengurus Aliansi
Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang Muryanto saat
berbicara dalam diskusi “Jurnalis Warga di Mata
Hukum“ yang diselenggarakan dalam acara
Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10) di Jogja
National Museum, Yogyakarta. “Citizen
journalism dalam menyebarkan informasi yang
benar perlu melakukan verifikasi,” katanya.
Menurut dia, tujuan dari jurnalisme
warga adalah memberikan informasi yang benar
kepada warga. Untuk itu pelaksanaannya tidak
boleh sembarangan, karena jika berita yang
disampaikan tidak benar dampaknya bisa fatal.
Hal tersebut juga diperlukan untuk menghindari
adanya tuntutan hukum, terlebih lagi sekarang
ada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bisa
menjerat penyebar informasi berbasis elektronik
kapan saja.
(Bersambung ke halaman 2)
Terkait dengan aturan hukum,
Bambang menilai absennya ketentuan hukum
yang menaungi Jurnalisme Warga kontradiktif
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, terutama
menyangkut kebebasan berekspresi. Kondisi
tersebut membuat praktik jurnalisme warga
dianggap sebagai jurnalisme yang tidak utuh,
Foto 1 (Fotografer Indra)Suasana Workshop “Jurnalis Warga di Mata Hukum” oleh COMBINE & Suara Komunitas dalam rangka Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10).
Tidak Ada Payung Hukum, Jurnalisme Warga Aman “Bermain” Etika
Tidak Ada Payung Hukum, Jurnalisme Warga Aman “Bermain” Etika(Halaman 1-2)
Pemanfaatan TIK oleh Perempuan Pelaku Usaha Minim
(Halaman 4)
Polisi Batalkan Pelatihan LKiS
(Halaman 2)
Pemilu, Politisi Kuasai Frekuensi Publik
(Halaman 3)
Edisi Sabtu, 25 Oktober 2014
Diterbitkan dalam rangka Jagongan Media Rakyat 23 – 26 Oktober 2014.
kabar jmr 2014
Oleh : Eva Natalia
berbeda dengan pengertian jurnalisme
sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers.
Padahal jurnalisme warga kini semakin
populer sebagai dampak perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Jurnalisme
warga lebih unggul dibanding media cetak dari
segi aktualitas, meskipun konten yang dihasilkan
belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk menyiasati tidak adanya payung
hukum, maka cara aman bagi jurnalis warga
adalah “bermain” di ranah etika. Jika pers
memiliki berbagai kode etik jurnalisme yang
disusun oleh berbagai macam aliansi jurnalis dan
Dewan Pers, maka jurnalis warga pun tidak
boleh luput memperhatikan etika.
Basri Andang, pegiat media komunitas
yang menjadi peserta diskusi menilai media
komunitas lebih berani memberitakan dibanding
media mainstrem. “Tetapi kami tidak dilindungi
hukum,” ujarnya.
`Kondisi semacam itu membuat
kebebasan dalam berekspresi terkekang.
Apalagi kebebasan berekspresi itu tidak bisa
diperjuangkan dengan UU HAM, karena UU Pers
dan UU ITE memuat aturan yang lebih mengikat
terkait kegiatan jurnalisme dan informasi
elektronik. Hal tersebut tak pelak mendatangkan
pertanyaan terkait bagaiamana seharusnya
jurnalisme warga dilakukan.
14
Pemanfaatan TIK oleh Perempuan Pelaku Usaha MinimOleh : Spectrum Supriantho
kabar jmr 2014Sabtu, 25 Oktober 2014
Pelaku usaha yang memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi atau TIK
memiliki peluang besar untuk mengembangkan
usahanya. Namun pemanfaatan TIK oleh pelaku
usaha kecil dan menengah di Indonesia masih
minim. Mendorong perempuan pelaku usaha
memanfaatkan TIK memerlukan perhatian dan
komitmen yang tinggi dari berbagai pihak.
“Jika adopsi TIK benar, maka hasilnya
akan maksimal,” ujar Ambar Sari Dewi, salah
satu pemenang Google Policy Research
Fellowship 2012 dalam diskusi “Google
Fellowship : Pola Adopsi TIK oleh Perempuan
Pelaku UKM” di Jogja National Museum, Jumat
(24/10). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari
agenda Jagongan Media Rakyat (JMR) 2014
yang dilaksanakan pada 23-26 Oktober 2014.
Pada kesempatan tersebut Ambar
menyampaikan bahwa berdasarkan
penelitiannya ada dua faktor penting yang
mempengaruhi penggunaan TIK oleh
perempuan pelaku usaha, yakni faktor
pendorong dan faktor penghambat.
Faktor pendorongnya antara lain
adalah dorongan konsumen, kepraktisan, dan
perkembangan TIK yang semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Sedangkan faktor
Alissa Wahid dari komunitas
Gusdurian yang hadir dalam konferensi pers
tersebut menyayangkan keputusan pihak
kepolisian. Tindakan itu bertentangan dengan
konstitusi negara, terutama jika merujuk pada
Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.
penghambatnya antara lain karena perempuan
memiliki peran ganda dalam rumah tangga,
teknologi yang tidak ramah lingkungan, dan
kemampuan perempuan yang sangat terbatas
dalam penggunaan alat-alat teknologi.
Dosen Sosiologi UGM Arie
Setyaningrum yang juga menjadi pemateri
diskusi menekankan pentingnya pemberdayaan
perempuan di bidang ekonomi. Menurutnya,
akses teknologi bagi perempuan sangatlah
penting. Selain sebagai basis kesetaraan,
perempuan pelaku UKM juga mendukung
kemajuan perekonomian keluarga dan negara.
Foto 3 (Fotografer Luthfi)Seorang anak asyik bermain di atas panggung Tobong Jagongan Media Rakyat 2014, Jumat (24/10).
(Sambungan dari halaman 2)
LKiS Batal ...
Menurut dia, pembatalan ini
menambah daftar kasus intoleransi di
Yogyakarta. “Kepolisian seharusnya bisa
menjalankan misinya untuk melindungi,
melayani, dan menegakkan hukum,” ujarnya.
Meski sampai saat ini belum ada
ketentuan hukum yang menaungi jurnalisme
warga, aktivitas jurnalisme warga tidak lantas
menjadi “haram” selama etika jurnalistik
diperhatikan.
Hal itu dipaparkan pengurus Aliansi
Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang Muryanto saat
berbicara dalam diskusi “Jurnalis Warga di Mata
Hukum“ yang diselenggarakan dalam acara
Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10) di Jogja
National Museum, Yogyakarta. “Citizen
journalism dalam menyebarkan informasi yang
benar perlu melakukan verifikasi,” katanya.
Menurut dia, tujuan dari jurnalisme
warga adalah memberikan informasi yang benar
kepada warga. Untuk itu pelaksanaannya tidak
boleh sembarangan, karena jika berita yang
disampaikan tidak benar dampaknya bisa fatal.
Hal tersebut juga diperlukan untuk menghindari
adanya tuntutan hukum, terlebih lagi sekarang
ada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bisa
menjerat penyebar informasi berbasis elektronik
kapan saja.
Fenomena penggunaan media
frekuensi publik untuk kampanye politik sangat
massif dilakukan dalam Pemilu Legislatif dan
Pilpres 2014. Penyebab fenomena itu adalah
afiliasi partai politik dengan pemilik media
frekuensi publik. Namun perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi bisa
dimanfaatkan publik untuk membangun media
sendiri guna memantau jalannya pemilu.
Ria, salah satu peneliti Centre for
Innovation Policy & Governance (CIPG)
mengungkapkan bahwa kampanye politik di
media televisi dilakukan di tiga lini, yaitu
pemberitaan, iklan politik dan program non
berita. Menjelang pemilu, semua lini tersebut
dimanfaatkan pemilik media untuk melakukan
Kondisi itulah yang antara lain
mendorong Aliansi Jurnalis Independen dan iLab
mengembangkan “MataMassa”, sebuah aplikasi
yang dapat diunduh di telepon selular berbasis
iOS, Android maupun Blackberry. Ahmad
Suwandi dari iLab mengungkapkan, MataMassa
adalah aplikasi yang ditujukan untuk memantau
pemilihan legislatif dan presiden. “Matamassa
memverifikasi dan memvalidasi setiap laporan
pemantauan terhadap kecurangan pemilu,
mempublikasikannya ke situs MataMassa, lalu
secara sistematis masuk dalam notifikasi
Bawaslu,” ungkapnya.
MataMassa banyak memotret
kecurangan dalam pemilu. Salah satunya
keterlibatan petugas pemilu untuk menemani
Terkait dengan aturan hukum,
Bambang menilai absennya ketentuan hukum
yang menaungi Jurnalisme Warga kontradiktif
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, terutama
menyangkut kebebasan berekspresi. Kondisi
tersebut membuat praktik jurnalisme warga
dianggap sebagai jurnalisme yang tidak utuh,
(Sambungan dari halaman 1)
kabar jmr 2014
Sabtu, 25 Oktober 2014 kabar jmr 2014Sabtu, 25 Oktober 2014
berbeda dengan pengertian jurnalisme
sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers.
Padahal jurnalisme warga kini semakin
populer sebagai dampak perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Jurnalisme
warga lebih unggul dibanding media cetak dari
segi aktualitas, meskipun konten yang dihasilkan
belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk menyiasati tidak adanya payung
hukum, maka cara aman bagi jurnalis warga
adalah “bermain” di ranah etika. Jika pers
memiliki berbagai kode etik jurnalisme yang
disusun oleh berbagai macam aliansi jurnalis dan
Dewan Pers, maka jurnalis warga pun tidak
boleh luput memperhatikan etika.
Basri Andang, pegiat media komunitas
yang menjadi peserta diskusi menilai media
komunitas lebih berani memberitakan dibanding
media mainstrem. “Tetapi kami tidak dilindungi
hukum,” ujarnya.
`Kondisi semacam itu membuat
kebebasan dalam berekspresi terkekang.
Apalagi kebebasan berekspresi itu tidak bisa
diperjuangkan dengan UU HAM, karena UU Pers
dan UU ITE memuat aturan yang lebih mengikat
terkait kegiatan jurnalisme dan informasi
elektronik. Hal tersebut tak pelak mendatangkan
pertanyaan terkait bagaiamana seharusnya
jurnalisme warga dilakukan.
Polisi Batalkan Pelatihan LKiS
Oleh : Spectrum Supriantho
Pelatihan pembaca kritis media
dengan tema “Melek Media : Menanggulangi
Konten Negatif Fundamentalisme Agama di
Dunia Maya” yang rencananya disampaikan oleh
Yayasan LKiS pada Jagongan Media Rakyat,
Jumat (24/10), dibatalkan. Keputusan itu diambil
setelah pihak Kepolisian Kota Yogyakarta
menolak pelaksanaan agenda tersebut.
Dalam konferensi pers yang diadakan
terkait pembatalan agenda tersebut, Imung
Yuniardi yang mewakili panitia Jagongan Media
Rakyat (JMR) menjelaskan kronologi penolakan.
“Kamis (23/10, Polsek Wirobrajan meminta
panitia berkoordinasi dengan Kasat Intel Polresta
Yogyakarta. Dalam koordinasi tersebut pihak
kepolisian menyatakan menolak pelaksanaan
diskusi LKiS,” tuturnya.
Penolakan pihak kepolisian tertuang
dalam surat resmi yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Intelkam Kepolisian Kota
Yogyakarta Komisaris Polisi Sigit Hariadi. Di
surat bertanggal 23 Oktober itu tertulis bahwa
kepolisian menolak pelaksanaan pelatihan LKiS
karena telah beredar pesan broadcast penolakan
acara tersebut oleh ormas Islam yang dianggap
berpotensi menimbulkan konflik.
Koordinator Program LKiS Hafizen
menjelaskan jika pelatihan tersebut dilakukan
dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan
adalah memberi pemahaman kepada anak muda
agar mereka bisa memilih dan memilah informasi
yang ada di media online. Pelatihan semacam ini
juga telah dilakukan bekerjasama dengan
banyak lembaga pendidikan, dan tidak pernah
ada masalah maupun penolakan.
32
kampanye politik. “Mereka memanfaatkan celah
dari undang-undang,” ujar Ria dalam diskusi
tentang politisasi media yang diadakan pada
rangkaian Jagongan Media Rakyat di Jogja
National Museum, Yogyakarta, Jumat (24/10).
Hal itu jelas merugikan publik sebagai
pihak pemilik frekuensi. Sebab apa yang
disajikan media tidak berorientasi untuk
kepentingan publik melainkan kepentingan
partainya. Isu publik pun diabaikan karena
substansi berita lebih banyak untuk kepentingan
kampanye. Hal ini jelas terlihat ketika sejumlah
stasiun televisi menayangkan berita tentang
pemilu.
Kegagalan televisi menghadirkan
pemberitaan yang berimbang terkait Pemilu
telah merusak fungsi media massa sebagai
medium pendidikan politik. Fungsi media untuk
mengawasi jalannya pemilu pun hilang.
Pemilu, Politisi Kuasai Frekuensi Publik
Oleh : Grattiana Timur
Pemantauan oleh massa
para pemilih difabel ketika mereka melakukan
proses pemungutan suara. Ahmad menegaskan
bahwa penggunaan aplikasi ini cukup efektif
untuk meningkatkan pemantauan kecurangan
pemilu.
Rey, perwakilan dari Jaringan Radio
Komunitas Indonesia (JRKI) menyepakati hal
tersebut. Menurutnya Mata Massa dapat
menjadi alat untuk menjawab pertanyaan
“kemana saya harus melapor ketika mendapati
kecurangan dalam pemilu”. Tetapi yang masih
menjadi ganjalan adalah kemudahan dalam
menggunakan sistem ini, terutama bagi pemilih
yang tinggal di pedesaan.
ULASAN FILM
Foto 2 (fotografer Lingga)
Alissa Wahid
(Bersambung ke halaman 4)
Meski sampai saat ini belum ada
ketentuan hukum yang menaungi jurnalisme
warga, aktivitas jurnalisme warga tidak lantas
menjadi “haram” selama etika jurnalistik
diperhatikan.
Hal itu dipaparkan pengurus Aliansi
Jurnalis Indonesia (AJI) Bambang Muryanto saat
berbicara dalam diskusi “Jurnalis Warga di Mata
Hukum“ yang diselenggarakan dalam acara
Jagongan Media Rakyat, Jumat (24/10) di Jogja
National Museum, Yogyakarta. “Citizen
journalism dalam menyebarkan informasi yang
benar perlu melakukan verifikasi,” katanya.
Menurut dia, tujuan dari jurnalisme
warga adalah memberikan informasi yang benar
kepada warga. Untuk itu pelaksanaannya tidak
boleh sembarangan, karena jika berita yang
disampaikan tidak benar dampaknya bisa fatal.
Hal tersebut juga diperlukan untuk menghindari
adanya tuntutan hukum, terlebih lagi sekarang
ada UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang bisa
menjerat penyebar informasi berbasis elektronik
kapan saja.
Fenomena penggunaan media
frekuensi publik untuk kampanye politik sangat
massif dilakukan dalam Pemilu Legislatif dan
Pilpres 2014. Penyebab fenomena itu adalah
afiliasi partai politik dengan pemilik media
frekuensi publik. Namun perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi bisa
dimanfaatkan publik untuk membangun media
sendiri guna memantau jalannya pemilu.
Ria, salah satu peneliti Centre for
Innovation Policy & Governance (CIPG)
mengungkapkan bahwa kampanye politik di
media televisi dilakukan di tiga lini, yaitu
pemberitaan, iklan politik dan program non
berita. Menjelang pemilu, semua lini tersebut
dimanfaatkan pemilik media untuk melakukan
Kondisi itulah yang antara lain
mendorong Aliansi Jurnalis Independen dan iLab
mengembangkan “MataMassa”, sebuah aplikasi
yang dapat diunduh di telepon selular berbasis
iOS, Android maupun Blackberry. Ahmad
Suwandi dari iLab mengungkapkan, MataMassa
adalah aplikasi yang ditujukan untuk memantau
pemilihan legislatif dan presiden. “Matamassa
memverifikasi dan memvalidasi setiap laporan
pemantauan terhadap kecurangan pemilu,
mempublikasikannya ke situs MataMassa, lalu
secara sistematis masuk dalam notifikasi
Bawaslu,” ungkapnya.
MataMassa banyak memotret
kecurangan dalam pemilu. Salah satunya
keterlibatan petugas pemilu untuk menemani
Terkait dengan aturan hukum,
Bambang menilai absennya ketentuan hukum
yang menaungi Jurnalisme Warga kontradiktif
dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, terutama
menyangkut kebebasan berekspresi. Kondisi
tersebut membuat praktik jurnalisme warga
dianggap sebagai jurnalisme yang tidak utuh,
(Sambungan dari halaman 1)
kabar jmr 2014
Sabtu, 25 Oktober 2014 kabar jmr 2014Sabtu, 25 Oktober 2014
berbeda dengan pengertian jurnalisme
sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers.
Padahal jurnalisme warga kini semakin
populer sebagai dampak perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Jurnalisme
warga lebih unggul dibanding media cetak dari
segi aktualitas, meskipun konten yang dihasilkan
belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk menyiasati tidak adanya payung
hukum, maka cara aman bagi jurnalis warga
adalah “bermain” di ranah etika. Jika pers
memiliki berbagai kode etik jurnalisme yang
disusun oleh berbagai macam aliansi jurnalis dan
Dewan Pers, maka jurnalis warga pun tidak
boleh luput memperhatikan etika.
Basri Andang, pegiat media komunitas
yang menjadi peserta diskusi menilai media
komunitas lebih berani memberitakan dibanding
media mainstrem. “Tetapi kami tidak dilindungi
hukum,” ujarnya.
`Kondisi semacam itu membuat
kebebasan dalam berekspresi terkekang.
Apalagi kebebasan berekspresi itu tidak bisa
diperjuangkan dengan UU HAM, karena UU Pers
dan UU ITE memuat aturan yang lebih mengikat
terkait kegiatan jurnalisme dan informasi
elektronik. Hal tersebut tak pelak mendatangkan
pertanyaan terkait bagaiamana seharusnya
jurnalisme warga dilakukan.
Polisi Batalkan Pelatihan LKiS
Oleh : Spectrum Supriantho
Pelatihan pembaca kritis media
dengan tema “Melek Media : Menanggulangi
Konten Negatif Fundamentalisme Agama di
Dunia Maya” yang rencananya disampaikan oleh
Yayasan LKiS pada Jagongan Media Rakyat,
Jumat (24/10), dibatalkan. Keputusan itu diambil
setelah pihak Kepolisian Kota Yogyakarta
menolak pelaksanaan agenda tersebut.
Dalam konferensi pers yang diadakan
terkait pembatalan agenda tersebut, Imung
Yuniardi yang mewakili panitia Jagongan Media
Rakyat (JMR) menjelaskan kronologi penolakan.
“Kamis (23/10, Polsek Wirobrajan meminta
panitia berkoordinasi dengan Kasat Intel Polresta
Yogyakarta. Dalam koordinasi tersebut pihak
kepolisian menyatakan menolak pelaksanaan
diskusi LKiS,” tuturnya.
Penolakan pihak kepolisian tertuang
dalam surat resmi yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Intelkam Kepolisian Kota
Yogyakarta Komisaris Polisi Sigit Hariadi. Di
surat bertanggal 23 Oktober itu tertulis bahwa
kepolisian menolak pelaksanaan pelatihan LKiS
karena telah beredar pesan broadcast penolakan
acara tersebut oleh ormas Islam yang dianggap
berpotensi menimbulkan konflik.
Koordinator Program LKiS Hafizen
menjelaskan jika pelatihan tersebut dilakukan
dalam rangka literasi media. Fokus pelatihan
adalah memberi pemahaman kepada anak muda
agar mereka bisa memilih dan memilah informasi
yang ada di media online. Pelatihan semacam ini
juga telah dilakukan bekerjasama dengan
banyak lembaga pendidikan, dan tidak pernah
ada masalah maupun penolakan.
32
kampanye politik. “Mereka memanfaatkan celah
dari undang-undang,” ujar Ria dalam diskusi
tentang politisasi media yang diadakan pada
rangkaian Jagongan Media Rakyat di Jogja
National Museum, Yogyakarta, Jumat (24/10).
Hal itu jelas merugikan publik sebagai
pihak pemilik frekuensi. Sebab apa yang
disajikan media tidak berorientasi untuk
kepentingan publik melainkan kepentingan
partainya. Isu publik pun diabaikan karena
substansi berita lebih banyak untuk kepentingan
kampanye. Hal ini jelas terlihat ketika sejumlah
stasiun televisi menayangkan berita tentang
pemilu.
Kegagalan televisi menghadirkan
pemberitaan yang berimbang terkait Pemilu
telah merusak fungsi media massa sebagai
medium pendidikan politik. Fungsi media untuk
mengawasi jalannya pemilu pun hilang.
Pemilu, Politisi Kuasai Frekuensi Publik
Oleh : Grattiana Timur
Pemantauan oleh massa
para pemilih difabel ketika mereka melakukan
proses pemungutan suara. Ahmad menegaskan
bahwa penggunaan aplikasi ini cukup efektif
untuk meningkatkan pemantauan kecurangan
pemilu.
Rey, perwakilan dari Jaringan Radio
Komunitas Indonesia (JRKI) menyepakati hal
tersebut. Menurutnya Mata Massa dapat
menjadi alat untuk menjawab pertanyaan
“kemana saya harus melapor ketika mendapati
kecurangan dalam pemilu”. Tetapi yang masih
menjadi ganjalan adalah kemudahan dalam
menggunakan sistem ini, terutama bagi pemilih
yang tinggal di pedesaan.
ULASAN FILM
Foto 2 (fotografer Lingga)
Alissa Wahid
(Bersambung ke halaman 4)
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 51
I WEBSITE WWW.JMR2014.COMBINE.OR. ID
52 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I LALU LINTAS INFORMASI
Lalu lintas pengunjung web jmr2014.combine.or.id
Lalu lintas informasi #jmr 2014di twitter
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 53
I LALU LINTAS INFORMASI
Jangkauan twitter @combneri selama JMR 2014
54 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I KLIPING MEDIA
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 55
I KLIPING MEDIA
56 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I KLIPING MEDIA
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 57
I KLIPING MEDIA
58 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I KLIPING MEDIA
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 59
I YOUTUBE
60 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I JADWAL ACARAkA
Mis
, 23
okt
obe
R 20
14Ju
MAt
, 24
okt
obe
R 20
14
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 61
Advokasi Kebijakan
Seminar Nasional
Inovasi Teknologi
Literasi Media
Pertunjukan Seni
Pemutaran Film
ClusteR diskusi/WoRksHoP
62 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I JADWAL ACARAJu
MAt
, 24
okt
obe
R 20
14sA
btu
, 25
okt
obe
R 20
14
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 63
Advokasi Kebijakan
Seminar Nasional
Inovasi Teknologi
Literasi Media
Pertunjukan Seni
Pemutaran Film
ClusteR diskusi/WoRksHoP
64 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I JADWAL ACARAsA
btu
, 25
okt
Min
gg
u, 2
6 o
kto
beR
2014
BerkumPul, BerBagi , Bergerak I 65
Advokasi Kebijakan
Seminar Nasional
Inovasi Teknologi
Literasi Media
Pertunjukan Seni
Pemutaran Film
ClusteR diskusi/WoRksHoP
66 I Dokumentasi Purna agenDa Jmr 2014
I PANITIA
kegIatan ini diselenggarakan oleh Combine resource Institution (CrI) bekerja sama dengan sejum-lah organisasi dan komunitas yang aktif di ranah media rakyat. sebuah tim kerja kepanitiaan diben-tuk untuk mengkoordinasikan proses persiapan dan pelaksanaan acara JMr 2014. tim ini terdiri atas kepanitiaan inti dari CrI dan kepanitiaan bersama dengan organisasi atau komunitas mitra penye-lenggara dan para relawan.
P A n i t i A i n t i R e l A W A n
Penanggung Jawab: Akhmad MuharamKoordinator Pelaksana: Muhamad AmrunSekretaris: Yustina Yuliani, MaryaniAdministrasi & Keuangan: Mary T. Prestiningsih, Anton HadiyantoAcara: Elanto Wijoyono, Aris Harianto, M. AfandiSeminar Nasional: Hernindya WisnuadjiRelawan: Ferdhi Fachrudin Putra, Fatchur RahmanPemasaran: Badrudin, Duala OktorianiKonsumsi dan Akomodasi: Ulfah Hanani, Rosa RosantiArtistik: Ichwan Harmanto, Irman AriadiMedia & Dokumentasi: Idha Saraswati, Andrew Dananjaya, Imung Yuniardi, Bagus T. Nugroho, Kadon Rizka Himawan Logistik: Totok Hartanto, Zani Noviansyah, Gandung Triono, Arif Fatchul Huda, Isnu Suntoro
Sekretariat: Bayu Arif Septiawan, Wimpi Pardede (Sekretariat)Keuangan: Diyah Arini Lestari Konsumsi & Akomodasi: Angela Debora, Joko Sugiarto, Hastika Darmawati, Mahbub Arif, Manggala PramudityaArtistik & Dekorasi: Siti Aminah Pemandu Acara: Gisela Bertiantari, Lusia Febriana Arumingtyas, Leo Agung Bayu Wijanarko, Veronika Shelvia, Dinar Retno Arsanti, Rio Paulus, Susanto Shidi Vhisatya, Treas Anhira, Yeni. Salma Durroh, Agus Saptono Reporter: Eva Natalia Rino K, Grattiana Timur, Ilham Bagus Prastiko, Irine Wardhanie, SupriantoFotografer: Indra Yoga Adiarsa, Lingga Pratama Uliantara, Luth Santos Setiaji, Luthfi Jati RamdaniVideografer: Dama Yuninata, IsmailLogistik: Andrean Eka S, Pandu, Tirta Hardi PAdmin Media Sosial: Aris SetyawanPembawa Acara: Herni Putrianti, Maria Silvia Merry, Rere, Rizka PH, Sukma Hani Sekretariat Seminar Nasional: Ferry Wijayanto, WiwitNotulis: Adriansyah M Puasa, Ayu Saraswati, Devy DC, Khalimatu Nisa, Luthfi Fauziah, Merti Dina Nisa, Ngalimin, Sandria Komalasari, Santa Monica, Yanti, Yuliyanti
Adriansyah M Puasa Ade Tanesia & Sitar Tambun Adriani Zulivan Agus Saptono (Mudrik)
Agustian AJI Yogyakarta Aksara Aliansi Relawan untuk
Penyelamatan Alam (AruPA)
Ambar Sari Dewi Andra Project Andrean Eka S Angela Debora Angkringan ANSA – EAP Antok Suryaden Anton Raharja Arie Sujito Aris Setyawan ASPPUK Ayu SaraswatiBakmi Kopyok Code Bakso WiwitBambang Widjojanto Bank Mandiri Bayu Arif Septiawan Biyanto Rebin Bjong Blontank Poer Bosman Batubara BPR Swadarma Artha Nusa BPR Swadarma Bangun Artha Brilian Chrystelina GS CIPGCipta Media Seluler Dadung Awuk Dama Yuninata DarmantoDendang Kampungan Devy Dc Dhandy Laksono Dian Yanuardi Dinar Retno Arsanti Dinita Adriani Putri Diyah Arini Lestari Diyana Mufti Muhammad Donny BU Dr. Maria Silvia Merry M.Sc Dunia Tak Lagi Sunyi (DTLS)
Eko Teguh Paripurno Enda Nasution Esti Wijayanti Eva Natalia Rino
Kusumaningrum Fahmi Prihantoro Fajri Siregar Fajri Siregar Family Tree Education
and Counseling Center Development
Ferry Wijayanto Firsta Ford Foundation Forum Masyarakat Sipil
(FORMASI) Forum Pengurangan Risiko
Bencana (FPRB) DIY Froghouse Frog Music LabGejog Lesung Gerombolan Pemburu Batu
(Bol Brutu) Ginda Rahmita Sari Gisela Bertiantari Gladys Selosa Grattiana Timur Gunawan Gunretno Handicap International Handri Santoso Hastika Darmawati Heidi Arbuckle Hendro Sangkoyo Hendro Suparto Herni Putrianti Heru Tjatur HIVOS ICT Watch Ikatan Duta Museum
Yogyakarta Ilab Ilalang Zaman Ilham Bagus Prastiko Inaya Rakhmani Indah Nurmasari Indonesian Heritage
Inventory (IHI) Indra Yoga Adiarsa Innovative Youth Community
Majalengka
INSIST Press Irine Wardhanie Ismail Isrol Triono Jaringan Informasi Lingkar
Merapi (JALIN Merapi) Jaringan Perempuan
Yogyakarta Jaringan Radio Komunitas
Indonesia (JRKI) JHPIEGO JINGGA Media (Pusat Ana
lisis dan Pengembangan Media Komunitas)
Jogja Family Radio Jogja National Museum Jogja Update Joglo Abang Johan Budi SP Joko Sugiarto Kali Code Fest Kampung Halaman Kanal KPK Kanisius Karim Kelompok Penggerak
Linux Indonesia (KPLI) Yogyakarta
Khalimatu Nisa Koalisi Perempuan
Indonesia Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Komunitas Aman Komunitas Kamera Lubang
Jarum (KLJ) Jogja Komunitas Penggerak
Linux Indonesia (KPLI) Yogyakarta
Kurtis Heimerl Lembaga Kajian Islam dan
Sosial (LKIS) Leo Agung Bayu Wijanarko Leonardus K. Nugraha Lingga Pratama Uliantara Lukman SardiLusia Febriana Arumingtyas Lutfi Avianto Lutfi Retno Luth Santos Setiaji Luthfi Fauziah Luthfi Jati Ramdani
Mahbub Arif Manggala Pramuditya Masduki Masyarakat Peduli Media
(MPM) Mavaza Media Media Komunitas
Angkringan Media Legal Menjangan travel Merti Dina Nisa Mitra Wacana Mokhammad Sobirin Nanang Syaifudin Ngaliman Nia Dinata OHHMAGGOD Omah Kendeng Omah Kodok Spesial Teh
& Resto Open BTS Pandu Pemuda RW XI Gondolayu
Lor Perkumpulan IDEA Perkumpulan Wikimedia
Indonesia PKBI DIY (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia)
PNPM Support Facility (PSF) Priharsa Nugraha PT Sebangsa Putri Yunifa Putri Yunufa Qwords.com Radio Buku Radio Satunama 855 AM Rahmat Subiyakto Remotivi Rere Rio Paulus Rizka PH Roy Thaniago Rumah Blogger IndonesiaRumah Kartini Rumah Perubahan LPP Sahabat Kapas Salma Durroh Sandria Komalasari Sanggar Anak Kampung
Indonesia (SAKI)
Santa Monica Satu Dunia SEATTI Sekolah Raya SEMPUGI Septriana Tangkary Shita Laksmi SIGAB (Sasana Integrasi
dan Advokasi Difabel) Sinam M. Sutarno Siska Doviana Siti Aminah Suara Komunitas Sukiman M. Pratomo Sukma Hani Sunarjo Suprianto SURVIVE! Garage Suryaden Susanto Shidi Vhisatya Suwandi Ahmad Swaragama FM Tala Mariam Taring Padi Tirta Hardi P Tlatah Bocah Travel Blogger Indonesia Treas Anhira UCP Roda Untuk
Kemanusiaan (UCP RUK) UII NET UNDP – MRR Veronika Shelvia Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) Yogyakarta
Wahyu Sulastomo Warga Berdaya Yogyakarta Warung kopi Watchdoc Widodo Wirawan Wikimedia Indonesia Wimpi Pardede Wiwit Yanti Yanuar Nugroho Yeni Yohannes Supramono Youth Finance Indonesia Yuliyanti Yusuf Murtiono.
t e R i M A k A s i H k e P A d A
Kami memohon maaf sebesarbesarnya jika ada nama lembaga/komunitas/perorangan pendukung JMR 2014 yang belum tercantum dalam daftar.