laporan impak

13
Laporan Magang Praktikum Modul Impak (Rekmat) Oleh : Nama : Fadlin Qisthi Nasution NIM : 13711027 Tanggal Praktikum : 6 November 2014 Nama Asisten (NIM) : Hernadi (13710057) Tanggal Pengumpulan : 12 November 2014 Program Studi Teknik Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung 2014

Upload: fadlin-qisthi

Post on 21-Nov-2015

304 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Laporan Uji Impak

TRANSCRIPT

  • Laporan Magang Praktikum

    Modul Impak (Rekmat)

    Oleh :

    Nama : Fadlin Qisthi Nasution

    NIM : 13711027

    Tanggal Praktikum : 6 November 2014

    Nama Asisten (NIM) : Hernadi (13710057)

    Tanggal Pengumpulan : 12 November 2014

    Program Studi Teknik Material

    Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

    Institut Teknologi Bandung

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Tujuan Praktikum

    1. Menentukan Temperatur Transisi pada Baja dan Al.

  • BAB II

    DIAGRAM ALIR PERCOBAAN

    Lakukan pengukuran dimensi spesimen

    Lakukan pengujian impak terhadap spesimen sesuai dengan temperatur yang terlah ditentukan

    Buat kurva energi terhadap temperatur

    Analisis fenomena yang terjadi pada spesimen

  • BAB III

    DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

    DATA PENGAMATAN

    Bahan P l t h T Luas Energi H Permukaan

    mm mm mm mm 0C mm

    2 Joule Joule/mm

    2 Patahan

    Baja I 59.5 9.7 10 8.5 25.4 97.4 170 1.75 Ulet

    Baja II 60.1 9.8 10 8.6 40 98 158 1.61 Ulet

    Baja III 62.4 9.8 10 8.28 90 98.2 160 1.63 Ulet

    Baja IV 60.2 9.8 10 8.54 -60 98.2 3 0.03 Getas

    Baja V 60 9.8 10 8.5 -25 98 22 0.22 Getas

    Al I 64 9.6 9.6 7.84 25.4 92.2 20 0.22 Ulet

    Al II 63 9.6 9.6 7.92 40 92.2 10 0.11 Ulet

    Al III 62.6 9.6 9.6 7.82 90 92.2 68 0.74 Ulet

    Al IV 62.8 9.6 9.6 8.2 -60 91.97 12 0.13 Ulet

    Al V 62.8 9.6 9.6 8 -25 92.2 21 0.23 Ulet

    Permukaan Patahan AL Permukaan Patahan Baja

  • PENGOLAHAN DATA

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    -100 -50 0 50 100

    Ene

    rgy

    (J)

    Temperature (0C)

    Temperature vs. Energy

    Steel

    Aluminum

  • BAB IV

    ANALISIS

    Dari pecobaan yang dilakukan, pada temperatur 25oC, 40

    oC, 90

    oC, -25

    oC,

    dan -60 o

    C didapatkan energi yang diserap oleh specimen baja berturut-turut sebesar

    170 J, 158 J, 160 J, 22 J, dan 3 J. Sedangkan pada spesimen alumunium, energi yang

    diserap sebesar 20 J, 10 J, 68 J, 21 J, dan 12 J. Dari data yang diperoleh, didapat

    grafik seperti berikut.

    Dari grafik dapat dilihat bahwa terjadi perubahan penyerapan energi dari baja.

    Hal ini menunjukkan adanya DBTT (Ductile to Brittle Transition Temperature) pada

    baja. Hal ini juga diperkuat dengan jenis patahan yang terjadi pada baja pada

    temperatur 25, 40 dan 90 oC adalah patah ulet. Sedangkan pada temperature -25

    0C

    dan -60 oC, patahan yang terjadi adalah patah getas. Berikut ini bentuk patahan pada

    baja.

    Permukaan patahan Baja

    0

    100

    200

    -100 -50 0 50 100

    Ene

    rgy

    (J)

    Temperature (0C)

    Temperature vs. Energy

    Steel

    Aluminum

  • Dari pengujian yang dilakukan terlihat bahwa energy yang diserap pada 250C

    lebih tinggi bila dibandingkan dengan energy pada 40 dan 90 0C. Berdasarkan teori,

    hal ini seharusnya tidak terjadi karena energy akan lebih banyak diserap pada

    temperatur yang lebih tinggi. Kesalahan ini dapat terjadi karena benturan pendulum

    yang tidak sejajar dengan notch sehingga triaxial stress pada notch tidak terlalu besar

    dan menyebabkan energi yang terserap pada spesimen lebih banyak.

    Pada uji impak terhadap Al, dapat dilihat dari grafik bahwa secara

    keseluruhan tidak terdapat temperatur transisi pada Al. Hal ini diperkuat dengan

    bentuk patahan yang terjadi. Pada Al, seluruh patahan yang terjadi adalah patahan

    ulet. Berikut ini adalah bentuk patahan dari Al.

    Permukaan Patahan Al

    Dari hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat bahwa kurva Al berada

    dibawah kurva baja. Secara teori hal ini tidak mungkin terjadi karena Al lebih ulet

    dibandingkan dengan baja sehingga seharusnya kurva Al berada diatas kurva baja.

    Selain itu, pada hasil penguijan dari Al, dapat dilihat bahwa energi yang diserap pada

    25 0C lebih tinggi dari 40

    0C. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena energy akan

    lebih mudah diserap pada temperature yang lebih tinggi. Hal lain yang perlu

    diperhatikan adalah sangat tingginya energy yang diserap pada 90 0C. Kesalahan-

    kesalahan yang terjadi pada percobaan ini dapat disebabkan oleh tidak tepatnya

    peletakan specimen sehingga pendulum tidak menghantam notch dan terdapatnya

  • ketidakhomogenan pada specimen yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada

    hasil pengujian terhadap teori.

    Dari grafik hasil uji impak dapat disimpulkan baja memiliki temperatu transisi

    dan alumunium tidak. Hal ini dapat dilihat dari patahan baja yang ulet pada

    temperatur tinggi dan getas pada temperatur rendah sedangkan alumunium tetap

    mengalami patahan ulet pada temperatur tinggi dan rendah. Didapatkan temperatur

    transisi baja berkisar -35 o

    C sampai 25 oC.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    - Temperatur Transisi pada baja berisar pada -35 0C hingga 25 0C.

    - Tidak terdapat temperatur transisi pada Aluminum.

    Saran

    - Pengujian dilakukan pada kondisi terkontrol sehingga hasil yang didapat

    akurat.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    -100 -50 0 50 100

    Ene

    rgy

    (J)

    Temperature (0C)

    Temperature vs. Energy

    Steel

    Aluminum

  • LAMPIRAN

    Uji impak adalah metode pengujian pada material yang berdasarkan pada

    besarnya energy yang diserap oleh suatu material saat diberi beban impak. Besarnya

    energy yang diserap oleh material menunjukkan sifat keuletan atau kegetasannya dan

    juga untuk menentukan temperature transisi dari ulet-getas pada suatu material yang

    dipakai sebagai specimen pengujian. Jenis patahan yang terjadi saat uji impak mampu

    menunjukkan bahwa material specimen itu ulet ataupun getas.

    Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energy yang diberikan oleh

    beban impak dan menghitung enrgi yang diserap oleh specimen material. Pada saat

    beban dinaikkan dengan ketinggian tertentu, beban tersebut memiliki energy

    potensial. Kemudian saat menumbuk specimen material energy kinetic mencapai titik

    maksimumnya, namun ketinggian pendulum setelah menumbuk akan berkurang

    dibandingkan ketinggian awal. Ini membuktikan bahwa sebagian energy telah diserap

    oleh specimen uji impak.

  • Pada gambar terlihat bukti bahwa ketinggian pendulum berkurang setelah

    menumbuk specimen. Maka dari itu, energy yang diserap specimen dapat dihitung

    melalui pengurangan energy potensial awal dengan energy potensial akhir.

    Ediserap = EPawal - EPakhir

    Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan standar

    ASTM E 23 untuk dua metode yang ada, yaitu Charpy dan Izzod. Metode charpy

    dipergunakan secara luas di Amerika, sedangkan metode Izzod digunakan di Eropa.

    Spesimen Charpy Spesimen Izzod

    Pada pengujian impak, specimen Charpy lebih banyak disukai karena energy

    yang diserap oleh specimen Izzod lebih banyak dikarenakan bentuk dari specimen,

    peletakkan notch yang tidak simetris, dan banyak energy yang terserap di penahan

    specimen impaknya. Sehingga hasil uji impak akan dirasa kurang akurat. Sedangkan

    specimen Charpy penahannya tidak menyerap energi terlalu banyak seperti penahan

    pada Izzod (ditanam).

    Pada uji impak, terdapat 3 faktor yang penting yaitu takikan (notch),

    temperature, dan kecepatan pembebanan.

    Pada specimen Charpy maupun specimen Izzod terdapat suatu takikan dengan

    berbagai bentuk (U,V,keyhole). Adanya takikan pada specimen akan membuat

    specimen lebih mudah patah/failure. Ini dikarenakan pada takikan di specimen akan

    membuat terjadinya Triaxial state of stress (tegangan dari tiga sumbu). Adanya root

    pada V-notch membuat tegangan terkonsentrasi di sana. Sehingga daerah V-notch

    akan mudah patah saat diberi beban impak.

  • Temperatur juga merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan saat

    melakukan Uji impak. Pada praktikum, digunakan specimen bertemperatur rendah

    dan specimen bertemperatur tinggi. Saat temperaturnya rendah, material akan

    cenderung menjadi getas, namun saat temperature tinggi material akan cenderung

    ulet.

    Pengaruh dari temperature rendah adalah membuat vibrasi atom melambat

    dan pergerakan dislokasi pada specimen akan sulit terjadi yang mengakibatkan

    deformasi plastis akan sulit terjadi pada specimen tersebut. Karena saat pergerakan

    dislokasi itu terjadi, maka deformasi plastis akan terjadi. Maka dari itu, specimen

    dengan suhu yang rendah akan bersifat getas sehingga mudah patah.

    Gambaran pergerakan dislokasi.

    Kecepatan pembebanan yang dilakukan saat uji impak merupakan salah satu

    factor yang penting pula. Saat diberi beban yang cepat, maka pergerakan dislokasi

    pada material tersebut tidak sempat terjadi. Sehingga deformasi plastis tidak juga

    sempat terbentuk dan material akan cenderung mengalami patah getas.

    Pada percobaan uji impak, terdapat kurva untuk menentukan range

    temperature transisi dan untuk menentukan jenis patahannya (cleavage atau fibrous).

  • Ada beberapa poin yang terdapat pada kurva yaitu NDT (Nil Ductility

    Temperature), FTP (Fracture Transition Plastic) dan FATT (Fracture Appearance

    Transition Temperature).

    FTP (Fracture Transition Plastic) adalah suatu titik dimana specimen yang

    diuji impak mengalami 100% fibrous (patahan ulet). Di titik FTP ini, material mulai

    memasuki range temperature transisi dan material juga akan berubah sifatnya dari

    ulet menjadi getas.

    FATT (Fracture Appearance Transition Temperature) adalah titik pertemuan

    antara garis energy dan garis fracture appearance. Pada titik ini, material mengalami

    50% patahan getas dan 50% patahan ulet.

    Yang terakhir adalah NDT (Nil Ductility Temperature). Di titik ini, material

    seluruhnya akan mengalami patahan getas. Temperatur yang dialami material akan

    rendah. Patahan yang dialami di titik NDT ini adalah 100% cleavage (patahan getas).

    Struktur Kristal pada material akan mempengaruhi performa dalam pengujian

    impak yang dilakukan. Ada 2 jenis struktur Kristal yaitu BCC (Body Centered Cubic)

    dan FCC (Face Centered Cubic). Pada BCC (cth: besi atau kromium) terdapat slip

    plane (110) sedaangkan pada FCC (cth: tembaga atau alumunium) terdapat slip plane

    (111). Oleh karena itu, slip direction dari FCC lebih banyak dibandingkan dengan

    BCC sehingga atom-atom pada FCC lebih mudah bergerak. Oleh karena itu,

    toughness dari material FCC tidak bergantung pada temperatur sedangkan toughness

    dari material BCC bergantung pada temperatur.