laporan i pengenalan lingkungan hidup
DESCRIPTION
Lingkungan biotik dan abiotikTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umumnya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya,
baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup
(abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, vegetasi
akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan
vegetasi. Besar vegetasi dalam sebuah lingkungan dipengaruhi oleh
banyak faktor pendukung sehingga kiranya banyak ilmu yang akan di
dapatkan apabila mengkaji lebih jauh materi-materi yang ada dalam
vegetasi tersebut. Dalam hal ini pengamatan terhadap populasi serta
interaksi-interaksi yang terjadi antara komponen penyusun vegetasi
disertai pengetahuan tentang pola kesesuaian jenis terhadap faktor
lingkungan menjadi penting dilakukan sebagai langkah awal pemahaman
lebih jauh mengenai organisme dan lingkungannya. Analisa vegetasi
yang merupakan cara mempelajari susunan dan bentuk pada masyarakat
tumbuh-tumbuhan adalah metode yang baik digunakan dalam kegiatan
ini.
Antara lingkungan biotik dan abiotik yang terdapat pada suatu
vegetasi selalu terjadi perubahan sesuai dengan perkembangannya,
sehingga salah satu komponen mempengaruhi komponen yang lain.
Perubahan suatu vegetasi berlangsung secara alamiah maupun bisa
terjadi secara buatan, hal ini secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi kehidupan organisme di suatu tempat. Terjadi pula
perubahan lingkungan terhadap organisme yang hidup di dalamnya juga
bervariasi. Ada yang mampu beradaptasi sehingga kelangsungan hidup
sebagian menjadi terancam.
Organisme yang tidak dapat beradaptasi akan mati atau pindah
tempat sehingga populasinya menurun sehingga yang mampu
beradaptasi populasinya bertambah. Manusia merupakan organisme
yang mampu beradaptasi diri terhadap berbagai bentuk perubahan
lingkungan secara aktif karena mempunyai akal pikiran yang selalu
seimbang disbanding makhluk hidup yang lain. Manusia juga mampu
mengubah lingkungan sesuai kehendaknya, tetapi harus memperhatikan
keserasian dan keseimbangan komponen vegetasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu atau pentingnya untuk
melakukan praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup untuk mengenal
komponen-komponen yang terdapat pada suatu vegetasi dan
kedudukannya dalam vegetasi tersebut. Dengan ilmu pengetahuan yang
kita miliki kita dapat turut serta dalam menjaga dan melestarikan vegetasi
yang terdapat di sekitar kita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi lingkungan pada berbagai vegetasi ?
2. Bagaimana komponen biotik dan abiotik pada macan vegetasi ?
3. Bagaiamana interaksi antara komponen-komponen penyusun
pada vegetasi ?
4. Bagaimana komponen penyusun rantai makanan pada berbagai
macam vegetasi ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Pengenalan Lingkungan
Hidup adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengenal lingkungan dari berbagai vegetasi.
2. Untuk mengkaji komponen biotik dan abiotik pada macam
vegetasi.
3. Untuk mengetahui interaksi antara komponen-komponen
penyusun pada vegetasi
4. Untuk mengetahui komponen penyusun rantai makanan pada
berbagai macam vegetasi.
D. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh praktikan setelah mengikuti praktikum
Pengenalan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengenal lingkungan dari berbagai vegetasi
2. Dapat mengkaji komponen biotik dan abiotik pada macam
vegetasi.
3. Dapat mengetahui interaksi antara komponen-komponen
penyusun pada vegetasi.
4. Dapat mengetahui komponen penyusun rantai makanan pada
berbagai macam vegetasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Jenis vegetasi
yang tumbuh merupakan jenis vegetasi yang sanggup beradaptasi dengan
perubahan kondisi yang berubah-ubah. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi
sebagai daerah pemijahan dan daerah pembesaran berbagai jenis ikan, udang,
kerang-kerangan, dan spesies lainnya. Selain itu serasah mangrove yang jatuh di
perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat
menentukan produktivitas perikanan di perairan pesisir dan laut. Hutan mangrove
dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh berfungsi sebagai
pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air
laut dan gaya-gaya kelautan yang ganas lainnya (Supardjo, 2008).
Pengaruh-pengaruh lingkungan pada dasarnya bersifat acak (random) tidak
langsung terkait dengan perubahan komunitas, terutama factor iklim seperti suhu
dan curah hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang
pertama-tama menentukan kerapatan populasi, perubahan yang cocok dapat
meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya populasi dapat mati kalau tidak
cocok. Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan
organisme, tetapi pengaruh yang sebernanya terjadi malahan dapat memicu
perubahan mendasar sampai kepada variasi (Wirakusumah, 2003).
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran organisme
karena pengaruhnya pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar
organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Sejumlah organisme dapat
mempertahankan suatu metabolism yang cukup aktif pada suhu yang sangat rendah
atau pada suhu yang sangat tinggi. Adaptasi yang luar biasa memungkinkan
beberapa organisme hidup di luar kisaran suhu tersebut (Campbell, 1999).
Faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik
antara satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan sangat menentukan kehadiran
suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab
terjadinya kaitan yang erat tersebut. Persebaran suatu jenis tumbuhan secara tidak
langsung dipengaruhi oleh interaksi antara vegetasi dengan suhu, kelembaban
udara, dan kondisi topografi seperti ketinggian dan kedalaman tanah. Pada kondisi
lingkungan tertentu, setiap jenis tumbuhan tersebar dengan tingkat adaptasi yang
beragam, sehingga menyebabkan hadir atau tidaknya suatu jenis tumbuhan pada
lingkungan tersebut (Kurniawan, 2008).
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada
selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada
dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami
perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan
bahkan kematian tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki
faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Banyo, 2011)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup dilaksanakan
pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014, pukul 09.00-12.00 WITA
dan bertempat di Vegetasi Savana belakang Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan pada praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup.
No. Alat Kegunaan
1 Meteran roll Untuk mengukur area pengamatan
2 Lux meter Untuk mengukur intensitas cahaya
3 Thermometer Untuk mengukur suhu udara
4 Soil tester Untuk mengukur pH tanah
5 Sling
psychrometer
Untuk mengukur kelembaban
udara
6 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
7 Alat tulis Untuk menuliskan hasil
pengamatan
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan pada praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup.
No Bahan Kegunaan
1 Patok kayu Sebagai tempat terikatnya tali
2 Tali rafia Sebagai pembatas plot
pengamatan
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :
1. Menentukan vegetasi yang akan diamati (Savana, kebun, dan
Hutan).
2. Membuat plot ukuran 10 x 10 meter untuk setiap kelompok.
3. Melakukan inventarisasi komponen biotik dan abiotic yang
terdapat pada plot vegetasi pengamatan.
4. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan dan
mengemukakan hubungan interaksi antara komponen -
komponen yang ada dan siklus energinya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Vegetasi Savana
Hasil pengamatan praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup pada Vegetasi Savana dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Data pengamatan Vegetasi Savana
No Biotik Abiotik
1 Alang-alang (Imperata cylindrical)
Komba-komba
Akasia (Acasia sp.)
Pohon jati (Tectona grandis)
Suplir (Adiantum cuneatum)
Gamal (Gliricidia sepium)
Putri malu (Mimosa pudica)
Lumut daun (Polytricum juniperinum)
Semut (Paraponera clavata)
Lalat (Sarchopaga sp.)
Belalang (Dissosteira sp.)
Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)
Capung (Neurothemis sp.)
Kupu-kupu (Appias libythea)
Tanah
Udara
Cahaya
Batu
Suhu
Kelembaban
2. Vegetasi Kebun
Hasil pengamatan praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup pada Vegetasi Kebun dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Data pengamatan Vegetasi Kebun
No Biotik Abiotik
1 Pohon ketapang (Terminallia catapa)
Pohon mangga (Mangifera indica)
Pohon pisang (Musa sp.)
Pohon sengon (Albizia chinensis)
Pohon akasia (Acasia sp.)
Komba-komba
Putri malu (Mimosa pudica)
Alang-alang (Imperata cylindrical)
paso-paso,
Sp A
Sp B
Semut (Paraponera clavata)
Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)
Capung (Neurothemis sp.)
Laba-laba
Jangkrik (Gryllus assimilis)
Lipan (Scolopendra sp.)
Lalat (Sarchopaga sp.)
Nyamuk (Aedes albopictus)
Cacing (Pontoscolex sp.)
Lebah (Apis andreniformis)
Kecoak (Periplaneta Americana)
Belalang (Dissosteira sp.)
Kupu-kupu (Appias libythea)
Cahaya
Kelembaban
Suhu
Udara
Tanah
Batu
3. Vegetasi Hutan
Hasil pengamatan praktikum Pengenalan
Lingkungan Hidup pada Vegetasi Hutan dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Data pengamatan Vegetasi Hutan
No Biotik Abiotik
1 Pohon ketapang (Terminallia catapa)
Pohon mangga (Mangifera indica)
Pohon pisang (Musa sp.)
Pohon sengon (Albizia chinensis)
Komba-komba
Putri malu (Mimosa pudica)
Alang-alang (Imperata cylindrical)
paso-paso,
Sp A
Sp B
Semut (Paraponera clavata)
Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)
Capung (Neurothemis sp.)
Laba-laba
Jangkrik (Gryllus assimilis)
Lipan (Scolopendra sp.)
Lalat (Sarchopaga sp.)
Nyamuk (Aedes albopictus)
Cacing (Pontoscolex sp.)
Lebah (Apis andreniformis)
Kecoak (Periplaneta Americana)
Belalang (Dissosteira sp.)
Kupu-kupu (Appias libythea)
Cahaya
Udara
Tanah
Suhu
Kelembaban
Batu
B. Pembahasan
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau
tanaman yang menempati suatu ekosistem. Dalam suatu vegetasi
terdapat produsen dan konsumen yang membentuk sebuah siklus
kehidupan. Suatu vegetasi akan rusak jika siklus tersebut
dihilangkan. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
muncullah interaksi yang erat, diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
menjadi satu kesatuan sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan
berjalannya waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Pengamatan pada praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup
kali ini sebagai objek pengamatannya adalah tiga macam daerah
vegetasi yang berbeda, yaitu vegetasi savanna, vegetasi perkebunan,
dan vegetasi hutan yang masing-masing dibatasi ukurannya sebagai
bahan pengamatan. Masing-masing vegetasi pengamatan luasan
area plot pengamatannya dengan ukuran 10 m x 10 m.
Pengamatan kondisi vegetasi yang pertama dilakukan adalah
pengamatan pada vegetasi savanna. Pada vegetasi ini tersusun atas
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik disini meliputi
produsen dan konsumen sedangkan abiotic meliputi factor-faktor
luar dari kehidupan organisme tersebut. Produsen yang ditemukan
pada vegetasi ini antara lain, Alang-alang (Imperata cylindrical,
Komba-komba, Akasia (Acasia sp.), Pohon jati (Tectona grandis,
Suplir (Adiantum cuneatum), Gamal (Gliricidia sepium), Putri malu
(Mimosa pudica), Lumut daun (Polytricum juniperinum).
Sedangkan yang berperan sebagai konsumen antara lain, Semut
(Paraponera clavata), Lalat (Sarchopaga sp.), Belalang
(Dissosteira sp.), Kumbang (Leptinotarsa decemlineata), Capung
(Neurothemis sp.), Kupu-kupu (Appias libythea). Komponen
abiotiknya antara lain memiliki intensitas cahaya yang cukup tinggi
yakni 647 ppm dikarenakan pada vegetasi ini mendapatkan pancaran
langsung sinar matahari, mempunyai kelembaban udara yakni
100oF, mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 6,8, dan
mempunyai suhu yang cukup tinggi pula yakni 37,6oC.
Pengamatan yang kedua dilakukan pada vegetasi
perkebunan. Seperti pada vegetasi savanna, pada vegetasi kebun ini
tersusun atas komponen biotik dan abiotik, serta decomposer. Pada
vegetasi perkebunan ini yang berperan sebagai produsen antara lain
Pohon ketapang (Terminallia catapa), Pohon mangga (Mangifera
indica), Pohon pisang (Musa sp.), Pohon sengon (Albizia chinensis),
Pohon akasia (Acasia sp.), Komba-komba , Putri malu (Mimosa
pudica), Alang-alang (Imperata cylindrical), paso-paso, Sp A, Sp B.
Yang berperan sebagai konsumen, antara lain Semut (Paraponera
clavata), Kumbang (Leptinotarsa decemlineata), Capung
(Neurothemis sp.), Laba-laba, Jangkrik (Gryllus assimilis), Lipan
(Scolopendra sp.), Lalat (Sarchopaga sp.), Nyamuk (Aedes
albopictus, Lebah (Apis andreniformis), Kecoak (Periplaneta
Americana), Belalang, (Dissosteira sp.), Kupu-kupu (Appias
libythea). Sedangkan yang bertindak sebagai decomposer pada
vegetasi ini adalah cacing (Pontoscolex sp.). Komponen abiotiknya
antara lain mempunyai intensitas cahaya, kelembaban, pH, suhu,
tanah dan bebatuan.
Pengamatan yang terakhir dilakukan pada vegetasi hutan.
Pada vegetasi ini juga tersusun atas komponen biotik, abiotik, dan
decomposer. Komposisi komponen biotik dan decomposer pada
vegetasi ini sama dengan yang terdapat pada vegetasi perkebunan.
Tetapi mempunyai kondisi parameter lingkungan yang berbeda,
yakni mempunyai intensitas cahaya 20 ppm sangat rendah sebab
pada vegetasi ini cahaya yang masuk sangat terbatas karena
terhalang oleh pepohonan yang tinggi, mempunyai kelembaban
udara 84oF, derajat keasaman (pH) yakni 5,6 dan suhu udara 37,1oC.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat yang ditarik setelah mengikuti
praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :
1. Pada berbagai vegetasi mempunyai kondisi lingkungan yang
sama hanya saja parameter fisik dan kimia lingkungan pada
setiap vegetasi berbeda. Pada vegetasi savana kondisi
lingkungannya sangat panas akibat pancaran langsung sinar
matahari, sedangkan pada vegetasi hutan kondisi lingkungannya
cukup sejuk karena banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.
2. Komponen biotik pada setiap vegetasi meliputi hewan dan
tumbuhan, sedangkan komponen abiotiknya meliputi factor luar
dari organisme seperti Intensitas cahaya, suhu, kelembaban, pH
atau derajat keasaman tanah.
3. Pada setiap vegetasi terjadi interaksi antara komponen biotik dan
biotik maupun interaksi biotik dan abiotik, sebab komponen
penyusun vegetasi tersebut saling mempengaruhi.
4. Pada setiap vegetasi memiliki komposisi penyusun rantai
makanan yang kompleks mulai dari produsen, konsumen dan
dekomposer.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah agar
praktikan tetap semangat dalam melakukan praktikum dan tetap
menjaga kekompakan antara praktikan satu dengan yang lain
maupun antara praktikan dengan asisten pembimbing agar kegiatan
praktikum dapat berjalan dengan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Banyo, Y., 2011, Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air
Pada Tanaman, J, Ilmiah Sains, V (11) : 167-173
Campbell, Neil A., 1999.Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta
Kurniawan, A., 2008, Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan
Di Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat, J, Biodiversitas,V (9)
: 275-279
Supardjo, M., 2008, Identifikasi Vegetasi Mangrove di Segoro Anak Selatan
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur, J, Saintek
Perikanan, V (3) : 9-15
Wirakusumah, S., 2003, Dasar-Dasar Ekologi, Universitas Indonesia, Jakarta