laporan i pengenalan lingkungan hidup

14
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umumnya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, vegetasi akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan vegetasi. Besar vegetasi dalam sebuah lingkungan dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung sehingga kiranya banyak ilmu yang akan di dapatkan apabila mengkaji lebih jauh materi-materi yang ada dalam vegetasi tersebut. Dalam hal ini pengamatan terhadap populasi serta interaksi-interaksi yang terjadi antara komponen penyusun vegetasi disertai pengetahuan tentang pola kesesuaian jenis terhadap faktor lingkungan menjadi penting dilakukan sebagai langkah awal pemahaman lebih jauh mengenai organisme dan lingkungannya. Analisa vegetasi yang merupakan cara mempelajari susunan dan bentuk pada masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah metode yang baik digunakan dalam kegiatan ini. Antara lingkungan biotik dan abiotik yang terdapat pada suatu vegetasi selalu terjadi perubahan sesuai dengan perkembangannya, sehingga salah satu komponen mempengaruhi komponen yang lain. Perubahan suatu vegetasi berlangsung secara alamiah maupun bisa terjadi secara buatan, hal ini secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme di suatu tempat. Terjadi pula perubahan lingkungan terhadap organisme yang hidup di dalamnya juga bervariasi. Ada yang mampu beradaptasi sehingga kelangsungan hidup sebagian menjadi terancam. Organisme yang tidak dapat beradaptasi akan mati atau pindah tempat sehingga populasinya menurun sehingga yang mampu beradaptasi populasinya bertambah. Manusia merupakan organisme yang mampu beradaptasi diri terhadap berbagai bentuk perubahan

Upload: syawal-endless

Post on 18-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Lingkungan biotik dan abiotik

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umumnya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya,

baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup

(abiotik). Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, vegetasi

akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan

vegetasi. Besar vegetasi dalam sebuah lingkungan dipengaruhi oleh

banyak faktor pendukung sehingga kiranya banyak ilmu yang akan di

dapatkan apabila mengkaji lebih jauh materi-materi yang ada dalam

vegetasi tersebut. Dalam hal ini pengamatan terhadap populasi serta

interaksi-interaksi yang terjadi antara komponen penyusun vegetasi

disertai pengetahuan tentang pola kesesuaian jenis terhadap faktor

lingkungan menjadi penting dilakukan sebagai langkah awal pemahaman

lebih jauh mengenai organisme dan lingkungannya. Analisa vegetasi

yang merupakan cara mempelajari susunan dan bentuk pada masyarakat

tumbuh-tumbuhan adalah metode yang baik digunakan dalam kegiatan

ini.

Antara lingkungan biotik dan abiotik yang terdapat pada suatu

vegetasi selalu terjadi perubahan sesuai dengan perkembangannya,

sehingga salah satu komponen mempengaruhi komponen yang lain.

Perubahan suatu vegetasi berlangsung secara alamiah maupun bisa

terjadi secara buatan, hal ini secara langsung atau tidak langsung akan

mempengaruhi kehidupan organisme di suatu tempat. Terjadi pula

perubahan lingkungan terhadap organisme yang hidup di dalamnya juga

bervariasi. Ada yang mampu beradaptasi sehingga kelangsungan hidup

sebagian menjadi terancam.

Organisme yang tidak dapat beradaptasi akan mati atau pindah

tempat sehingga populasinya menurun sehingga yang mampu

beradaptasi populasinya bertambah. Manusia merupakan organisme

yang mampu beradaptasi diri terhadap berbagai bentuk perubahan

lingkungan secara aktif karena mempunyai akal pikiran yang selalu

seimbang disbanding makhluk hidup yang lain. Manusia juga mampu

mengubah lingkungan sesuai kehendaknya, tetapi harus memperhatikan

keserasian dan keseimbangan komponen vegetasi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu atau pentingnya untuk

melakukan praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup untuk mengenal

komponen-komponen yang terdapat pada suatu vegetasi dan

kedudukannya dalam vegetasi tersebut. Dengan ilmu pengetahuan yang

kita miliki kita dapat turut serta dalam menjaga dan melestarikan vegetasi

yang terdapat di sekitar kita.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi lingkungan pada berbagai vegetasi ?

2. Bagaimana komponen biotik dan abiotik pada macan vegetasi ?

3. Bagaiamana interaksi antara komponen-komponen penyusun

pada vegetasi ?

4. Bagaimana komponen penyusun rantai makanan pada berbagai

macam vegetasi ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Pengenalan Lingkungan

Hidup adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenal lingkungan dari berbagai vegetasi.

2. Untuk mengkaji komponen biotik dan abiotik pada macam

vegetasi.

3. Untuk mengetahui interaksi antara komponen-komponen

penyusun pada vegetasi

4. Untuk mengetahui komponen penyusun rantai makanan pada

berbagai macam vegetasi.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh praktikan setelah mengikuti praktikum

Pengenalan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengenal lingkungan dari berbagai vegetasi

2. Dapat mengkaji komponen biotik dan abiotik pada macam

vegetasi.

3. Dapat mengetahui interaksi antara komponen-komponen

penyusun pada vegetasi.

4. Dapat mengetahui komponen penyusun rantai makanan pada

berbagai macam vegetasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang

pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Jenis vegetasi

yang tumbuh merupakan jenis vegetasi yang sanggup beradaptasi dengan

perubahan kondisi yang berubah-ubah. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi

sebagai daerah pemijahan dan daerah pembesaran berbagai jenis ikan, udang,

kerang-kerangan, dan spesies lainnya. Selain itu serasah mangrove yang jatuh di

perairan menjadi sumber pakan biota perairan dan unsur hara yang sangat

menentukan produktivitas perikanan di perairan pesisir dan laut. Hutan mangrove

dengan sistem perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh berfungsi sebagai

pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air

laut dan gaya-gaya kelautan yang ganas lainnya (Supardjo, 2008).

Pengaruh-pengaruh lingkungan pada dasarnya bersifat acak (random) tidak

langsung terkait dengan perubahan komunitas, terutama factor iklim seperti suhu

dan curah hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang

pertama-tama menentukan kerapatan populasi, perubahan yang cocok dapat

meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya populasi dapat mati kalau tidak

cocok. Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi kebanyakan

organisme, tetapi pengaruh yang sebernanya terjadi malahan dapat memicu

perubahan mendasar sampai kepada variasi (Wirakusumah, 2003).

Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam persebaran organisme

karena pengaruhnya pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar

organisme untuk mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Sejumlah organisme dapat

mempertahankan suatu metabolism yang cukup aktif pada suhu yang sangat rendah

atau pada suhu yang sangat tinggi. Adaptasi yang luar biasa memungkinkan

beberapa organisme hidup di luar kisaran suhu tersebut (Campbell, 1999).

Faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik

antara satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan sangat menentukan kehadiran

suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab

terjadinya kaitan yang erat tersebut. Persebaran suatu jenis tumbuhan secara tidak

langsung dipengaruhi oleh interaksi antara vegetasi dengan suhu, kelembaban

udara, dan kondisi topografi seperti ketinggian dan kedalaman tanah. Pada kondisi

lingkungan tertentu, setiap jenis tumbuhan tersebar dengan tingkat adaptasi yang

beragam, sehingga menyebabkan hadir atau tidaknya suatu jenis tumbuhan pada

lingkungan tersebut (Kurniawan, 2008).

Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada

selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi mungkin saja masih berada

dalam batas toleransi tanaman tersebut, tetapi seringkali tanaman mengalami

perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan

bahkan kematian tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tanaman memiliki

faktor pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan (Banyo, 2011)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup dilaksanakan

pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2014, pukul 09.00-12.00 WITA

dan bertempat di Vegetasi Savana belakang Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan pada praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup.

No. Alat Kegunaan

1 Meteran roll Untuk mengukur area pengamatan

2 Lux meter Untuk mengukur intensitas cahaya

3 Thermometer Untuk mengukur suhu udara

4 Soil tester Untuk mengukur pH tanah

5 Sling

psychrometer

Untuk mengukur kelembaban

udara

6 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil

pengamatan

7 Alat tulis Untuk menuliskan hasil

pengamatan

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan pada praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup.

No Bahan Kegunaan

1 Patok kayu Sebagai tempat terikatnya tali

2 Tali rafia Sebagai pembatas plot

pengamatan

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

1. Menentukan vegetasi yang akan diamati (Savana, kebun, dan

Hutan).

2. Membuat plot ukuran 10 x 10 meter untuk setiap kelompok.

3. Melakukan inventarisasi komponen biotik dan abiotic yang

terdapat pada plot vegetasi pengamatan.

4. Memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan dan

mengemukakan hubungan interaksi antara komponen -

komponen yang ada dan siklus energinya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Vegetasi Savana

Hasil pengamatan praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup pada Vegetasi Savana dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Data pengamatan Vegetasi Savana

No Biotik Abiotik

1 Alang-alang (Imperata cylindrical)

Komba-komba

Akasia (Acasia sp.)

Pohon jati (Tectona grandis)

Suplir (Adiantum cuneatum)

Gamal (Gliricidia sepium)

Putri malu (Mimosa pudica)

Lumut daun (Polytricum juniperinum)

Semut (Paraponera clavata)

Lalat (Sarchopaga sp.)

Belalang (Dissosteira sp.)

Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)

Capung (Neurothemis sp.)

Kupu-kupu (Appias libythea)

Tanah

Udara

Cahaya

Batu

Suhu

Kelembaban

2. Vegetasi Kebun

Hasil pengamatan praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup pada Vegetasi Kebun dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Data pengamatan Vegetasi Kebun

No Biotik Abiotik

1 Pohon ketapang (Terminallia catapa)

Pohon mangga (Mangifera indica)

Pohon pisang (Musa sp.)

Pohon sengon (Albizia chinensis)

Pohon akasia (Acasia sp.)

Komba-komba

Putri malu (Mimosa pudica)

Alang-alang (Imperata cylindrical)

paso-paso,

Sp A

Sp B

Semut (Paraponera clavata)

Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)

Capung (Neurothemis sp.)

Laba-laba

Jangkrik (Gryllus assimilis)

Lipan (Scolopendra sp.)

Lalat (Sarchopaga sp.)

Nyamuk (Aedes albopictus)

Cacing (Pontoscolex sp.)

Lebah (Apis andreniformis)

Kecoak (Periplaneta Americana)

Belalang (Dissosteira sp.)

Kupu-kupu (Appias libythea)

Cahaya

Kelembaban

Suhu

Udara

Tanah

Batu

3. Vegetasi Hutan

Hasil pengamatan praktikum Pengenalan

Lingkungan Hidup pada Vegetasi Hutan dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3. Data pengamatan Vegetasi Hutan

No Biotik Abiotik

1 Pohon ketapang (Terminallia catapa)

Pohon mangga (Mangifera indica)

Pohon pisang (Musa sp.)

Pohon sengon (Albizia chinensis)

Komba-komba

Putri malu (Mimosa pudica)

Alang-alang (Imperata cylindrical)

paso-paso,

Sp A

Sp B

Semut (Paraponera clavata)

Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)

Capung (Neurothemis sp.)

Laba-laba

Jangkrik (Gryllus assimilis)

Lipan (Scolopendra sp.)

Lalat (Sarchopaga sp.)

Nyamuk (Aedes albopictus)

Cacing (Pontoscolex sp.)

Lebah (Apis andreniformis)

Kecoak (Periplaneta Americana)

Belalang (Dissosteira sp.)

Kupu-kupu (Appias libythea)

Cahaya

Udara

Tanah

Suhu

Kelembaban

Batu

B. Pembahasan

Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau

tanaman yang menempati suatu ekosistem. Dalam suatu vegetasi

terdapat produsen dan konsumen yang membentuk sebuah siklus

kehidupan. Suatu vegetasi akan rusak jika siklus tersebut

dihilangkan. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

muncullah interaksi yang erat, diantara sesama individu penyusun

vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga

menjadi satu kesatuan sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan

berjalannya waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia.

Pengamatan pada praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup

kali ini sebagai objek pengamatannya adalah tiga macam daerah

vegetasi yang berbeda, yaitu vegetasi savanna, vegetasi perkebunan,

dan vegetasi hutan yang masing-masing dibatasi ukurannya sebagai

bahan pengamatan. Masing-masing vegetasi pengamatan luasan

area plot pengamatannya dengan ukuran 10 m x 10 m.

Pengamatan kondisi vegetasi yang pertama dilakukan adalah

pengamatan pada vegetasi savanna. Pada vegetasi ini tersusun atas

komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik disini meliputi

produsen dan konsumen sedangkan abiotic meliputi factor-faktor

luar dari kehidupan organisme tersebut. Produsen yang ditemukan

pada vegetasi ini antara lain, Alang-alang (Imperata cylindrical,

Komba-komba, Akasia (Acasia sp.), Pohon jati (Tectona grandis,

Suplir (Adiantum cuneatum), Gamal (Gliricidia sepium), Putri malu

(Mimosa pudica), Lumut daun (Polytricum juniperinum).

Sedangkan yang berperan sebagai konsumen antara lain, Semut

(Paraponera clavata), Lalat (Sarchopaga sp.), Belalang

(Dissosteira sp.), Kumbang (Leptinotarsa decemlineata), Capung

(Neurothemis sp.), Kupu-kupu (Appias libythea). Komponen

abiotiknya antara lain memiliki intensitas cahaya yang cukup tinggi

yakni 647 ppm dikarenakan pada vegetasi ini mendapatkan pancaran

langsung sinar matahari, mempunyai kelembaban udara yakni

100oF, mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 6,8, dan

mempunyai suhu yang cukup tinggi pula yakni 37,6oC.

Pengamatan yang kedua dilakukan pada vegetasi

perkebunan. Seperti pada vegetasi savanna, pada vegetasi kebun ini

tersusun atas komponen biotik dan abiotik, serta decomposer. Pada

vegetasi perkebunan ini yang berperan sebagai produsen antara lain

Pohon ketapang (Terminallia catapa), Pohon mangga (Mangifera

indica), Pohon pisang (Musa sp.), Pohon sengon (Albizia chinensis),

Pohon akasia (Acasia sp.), Komba-komba , Putri malu (Mimosa

pudica), Alang-alang (Imperata cylindrical), paso-paso, Sp A, Sp B.

Yang berperan sebagai konsumen, antara lain Semut (Paraponera

clavata), Kumbang (Leptinotarsa decemlineata), Capung

(Neurothemis sp.), Laba-laba, Jangkrik (Gryllus assimilis), Lipan

(Scolopendra sp.), Lalat (Sarchopaga sp.), Nyamuk (Aedes

albopictus, Lebah (Apis andreniformis), Kecoak (Periplaneta

Americana), Belalang, (Dissosteira sp.), Kupu-kupu (Appias

libythea). Sedangkan yang bertindak sebagai decomposer pada

vegetasi ini adalah cacing (Pontoscolex sp.). Komponen abiotiknya

antara lain mempunyai intensitas cahaya, kelembaban, pH, suhu,

tanah dan bebatuan.

Pengamatan yang terakhir dilakukan pada vegetasi hutan.

Pada vegetasi ini juga tersusun atas komponen biotik, abiotik, dan

decomposer. Komposisi komponen biotik dan decomposer pada

vegetasi ini sama dengan yang terdapat pada vegetasi perkebunan.

Tetapi mempunyai kondisi parameter lingkungan yang berbeda,

yakni mempunyai intensitas cahaya 20 ppm sangat rendah sebab

pada vegetasi ini cahaya yang masuk sangat terbatas karena

terhalang oleh pepohonan yang tinggi, mempunyai kelembaban

udara 84oF, derajat keasaman (pH) yakni 5,6 dan suhu udara 37,1oC.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat yang ditarik setelah mengikuti

praktikum Pengenalan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

1. Pada berbagai vegetasi mempunyai kondisi lingkungan yang

sama hanya saja parameter fisik dan kimia lingkungan pada

setiap vegetasi berbeda. Pada vegetasi savana kondisi

lingkungannya sangat panas akibat pancaran langsung sinar

matahari, sedangkan pada vegetasi hutan kondisi lingkungannya

cukup sejuk karena banyak terdapat tumbuh-tumbuhan.

2. Komponen biotik pada setiap vegetasi meliputi hewan dan

tumbuhan, sedangkan komponen abiotiknya meliputi factor luar

dari organisme seperti Intensitas cahaya, suhu, kelembaban, pH

atau derajat keasaman tanah.

3. Pada setiap vegetasi terjadi interaksi antara komponen biotik dan

biotik maupun interaksi biotik dan abiotik, sebab komponen

penyusun vegetasi tersebut saling mempengaruhi.

4. Pada setiap vegetasi memiliki komposisi penyusun rantai

makanan yang kompleks mulai dari produsen, konsumen dan

dekomposer.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah agar

praktikan tetap semangat dalam melakukan praktikum dan tetap

menjaga kekompakan antara praktikan satu dengan yang lain

maupun antara praktikan dengan asisten pembimbing agar kegiatan

praktikum dapat berjalan dengan harmonis.

DAFTAR PUSTAKA

Banyo, Y., 2011, Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air

Pada Tanaman, J, Ilmiah Sains, V (11) : 167-173

Campbell, Neil A., 1999.Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta

Kurniawan, A., 2008, Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan

Di Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat, J, Biodiversitas,V (9)

: 275-279

Supardjo, M., 2008, Identifikasi Vegetasi Mangrove di Segoro Anak Selatan

Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur, J, Saintek

Perikanan, V (3) : 9-15

Wirakusumah, S., 2003, Dasar-Dasar Ekologi, Universitas Indonesia, Jakarta