laporan hasll penelltlan fundamental tahun ...repository.ub.ac.id/11964/1/020603803.pdfjurusan...
TRANSCRIPT
LAPORAN HASlL PENELlTlAN FUNDAMENTAL
TAHUN ANGGARAN 2006 h
A kiih
PERUBAHAN STRUKTUR SITOSKELETON BERBASIS MIKROTUBULUS DAN ULTRASTRUKTUR 00SIT
PASCA KRIOPRESERVASI DENGAN METODE VlTRlFlKASl
Oleh Dr. Ir. Sri Wahjuningsih, MSi.
Dr.lr. M.Sasmito Djati,MS
Dibiayai oleh birekorat Penelitin dan Pengabdian Kepada Nlwyarakat Di~ektorat Jenderal Pendidikan Tinggl
Departemen Pendidikan Nasional Dengan Sural Pe janjian Pelaksanaan Penelitian
Nomor :3231SPIPPIDP2M/Il/2006
FAKULTAS PETERNAKAN UNlVERSlTAS BRAWIJAYA
2006
Halaman Pengesahan Laporan Hasil Penelitian Fundamental
1. J~rdul Penelitian : Perubahan Struktur Sitoskeleton f3efbasis Mikrotubulus a n Ultrastruktur Oosit Pasca Kriopreservasi bngan Metode Vitrifikasi 2. Ketua Peneliti a.Nama : Dr. Ir. Sri Wahjuningsih,MSi bdenis kelamin : Perernpuan c.NIP : 131 759 598 d.PangkaVGolongan : Penata Tk illll-d e.Jabatan fungsional : Lektm f. Jurusan/Faku#as/Pusat Penelitjan : Produksi TemaWPetemakan g.Perguruan Tinggi : Universitas Bfawiijaya
3. Jurnlah Tim Peneliti 4. Lokasi Peneltitian
5. Kerjasarna dengan lnstitusi lain a. Narna lnstansi b, Alarnat 6. Masa Penelitian 7. Biaya yang diperlukan
: 2 orang : Labaratoriurn Kultur Jaringan
Jurusan Biologi FMlPA Unibraw
- -
: 8 bulan : Rp 30.000.000 (Tiga puluh juta
rupiah)
Malann. 31 OktoBer 2006
Dr. It. Sri Wahjuningsi NIP.131 759 598
PERUBAHAN STRUKTUR SITOSKELETON BERBASIS MIKROTUBULUS DAN ULTRASTRUKTUR OOSIT PASCA KRIOPRESERVASI DENGAN
METOM: VlTRlFlKASl
Sri Wahjuningsih dan M Sasmito Djati
RING KASAN
Tujuan Penelitian tahun pertarna adalah : mengkaji kualitas oosit pasca vitrifikasi tfwhadap mwfologi, viabilitas, serta struktur sitoskeleton oosit berbasis mikrotubulus dan mempelajari faktor yang menyebabkan tejadinya penurunan kualitas oosit Dasca vitaifkasi melalui evaluasi morfoloai, viabilitas serta analisa mikrotubulus &sit menggunakan metode irnunohistolri~~,
Materi penelitian adalah oosit kambing yang blah dilakukan maturasi in vitm selama 24 jam. Rancangan percobaan adalah : (1)rancangan acak lengkap pola faktorial 6 x 3, dengan perlakuan konsentrasi EG 0,10, 20, 30,40, dan 50 % dan lama paparan 1,3,5 menit untuk evalwasi morfologi dan viabititas dan (2) deskriptif wntuk analisa struktur sitoskeleton.
Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa konsentrasi EG dan lama paparan berpengaruh terhadap morfologi dan viabilitas (pc0.01). Persentase oosit dengan morfologi normal dan omit Mdwp tertinggi serta vitrifikasi menggunakan 30 % EG dan lama paparan 3 rnenit, masing-masing sebesar 86.6% dan 78.7 %. Konsentrasi EG 30 % dan lama paparan 3 menit merupakan perlakuan terbaik untuk melindumgi oosit pada proses vitrifikasi. Hasil pengamatan terhadap sitoskeleiton berbasis mikrotubulus rnenggunakan metode imunohistokimia diperoleh gambar yang rnenunjukkan adanya perbedaan struktur sitoskeleton oosit kontrol dan oosit hasil vitrifikasi. Pada perlakuan kotrol struktulr sitoskeleton berbasis mikrotubul tampak seperti benang-benang berwarna kecoklatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setetah proses vitrifikasi strwktur sitoskeleton mengalami perubahan.
Kesimpulan dari penelitian ihi adalah vitrifikasi menggunakan 30 % EG dan lama paparan 3 rnenit dapat rnenghambat kerusakan morfologi omit dan penumnan viabilitas yang disebabkan oleh proses vitrifikasi Untuk menjaga fungsl oosit, struktur sitoskeleton berbasis mikratubulus hams dapat dipertahankan. EG sebesar 30 % terbukti dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dari sitoskeleton. Struktur sitoskeleton pada perlakuan 30 % EG tampak seperti benang yang beratti rnasih bisa mengatami recovery, sedangkan pada konsentrasi EG yang lain, sitoskeleton oasit tampak mengalami kmsakan. Terdapat hubungan antara morfologi, viabilitas oosit dan struktur sitoskeleton berbasis mikrotubulus. Disarankan melakukan analisa ultrastruktur oosit rnenggunakan Transmiss~on Electron Micmscopy agar dapat menjawab mengapa terjadi penurunan kualitas oosid pasca vitrifikasi.
THE CHANGE OF CYTOSCELETON STRUCTURE BASED ON MICROTUBULUS AWD OOCYTE ULTRASTRUCTURE AFTER
CRYOPRESERVATION USING VITRlFICATION METHOD
SUMMARY
The aim of this m r c h far first year was to : study the quality of oocyte after Wriffcation to morphology, viability and also oocyte eytoskeleton s-re based on m i ~ b u l u s and study the W r that causing the happening of oocyte quality degradation afbr ' i M o n by morphology evaluation, viability and ako analyse oucyie micratubulwo s-e after vitrification using i m u n o h ~ e r n i ~ method.
The material of this research was used goat w e which have been maturated by in vitm during 24 hours. The research use (1) random complete design with factorial pattern 6 x 3, with treatment mmtrat ion of Ethylene Glywl (EG) were 0, 10, 20. 30.40 and 50 % with the time of exposure during 1 3 3 minutes for the morphology and viability evaluation and (2) descriptive for the sh&re of cytoskelebn.
The results of the research showed that concentration of EG and the time of expwure influenee morphology and viabitity (pcO.01). Percentage of aocyte with normal mc~pholagy and highest life oocyte and also uitrif~cation use 30% EG and the tkne of exposure during 3 minutes, eaGh cff 86.6% and 78.7%. ConcenWon of EG 30% and the time of exposure during 3 minutes were the best treatment to protect oocyte in process of vitrification. The result of obsewtion to cytmceleton based on microtubulus use imunohiiochemisQ method was obtained picture that showing the dirence existence of cytoscekton struwre of oocyte contml and cryop~e~ewed cmyte. In the control treatment, the structure of cyuDscaleton based on micxbtubulus looked like bmwn yam. The result of this research showed that after the process of vitrification, structure of cytoskeieton has a change.
The rx3Rolusian of this research was that vitrification use 30% EG and the @me of exposure during 3 minutes can pursue darna@e of oocyke morphology and viability which is caused by the process of vitrification. To safe the function of oocyte, cyt08~~letan stnrGtu~e based on microtubutus have to eam lo be defended. EG equal to 30% g r o w can prevent further damage of q&osceleton. cytosceletan structure in the treatment of 30% EG looked like yam means that it still can recovery, white in the other c o n a m o n of EG, visible oocyte cyihceleton experience af damage. There am relation between morpkolugy, mcyte viability and cytmceleton sbucture based on microtubulus.
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SVVT karena berkat rahrnat dan
karuniaNYA, pelaksanaan penelitian dan pernbuatan laparan penelitian
Fundamental tahun pertama ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini dibiayai dengaR dana dari DireMorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Kontrak Nornor:
323lSP/PP/DP2MA3/2006 Tanggal 21 Pebruari 2006.
Pada kesempatan ini karni menyampaikan terirna kasih kepada yang
morrnat:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
2. Rektor Universitas Brawijaya
3. Ketua Lembaga Penelitian Unibraw
4. Dekan Fakultas Peternakan Unibraw
5. Ketua dan Staf Lab. Fisiologi, Kultur Jaringan dan Mikroteknik FMIPA-
Unibraw
6. Semua pihak yang telah memberikan rekomendasi, menyetujui dan membantu
pelaksanaan serta penyusunan laporan peneliian ini.
Sernoga ha i l penelitian yang dituangkan dalam laporan ini bermanfaat
bagi pihak-pihak yang mernerlwkan.
Malang, 31 Oktober 2006
Tim Peneliti
DAFTAR IS1
Halaman
MALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAN SUMMRY PRAKATA DAFTAR IS1 DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN BAB It. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan karakteristik Oosit 2.2. Kriopreservasi Oosit Menggunakan Metode
Vitrifikasi 2.3. Kualitas Oosit Pasca Vitrifikasi 2.4. Struktuf Sitoskeleton Oosit
BAB Ill. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITPAN BAB IV. METODE PENELITIAN BAB V. HASlL DAN PEMBAHASAN
5.1. Evaluasi Morfologi Oosit Mt-11 Setelah Vitrifikasi dalam Berbagai Konsentrasi Etilen Glikol dam Lama Paparan.
5.2. Tingkat Viabliis Oosit Mt-ll setelah Vitrifikasi dalam berbagai Konsentrasi Etilen Glikol dan Lama Paparan
5.3. Analisa Strukrur sitoskeleton loerbasis Mikrotubulus rnenggunakan Metode Imunohistokimia
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Garnbar
DAFTAR GAMEAR
Malaman
1 Skerna Analisis Struktwr Sitosketeton Oosit 14 krbasis mikrotubulus
2 Morfologli oosit Normal dart Abnormal Hasil Vitrifikasi 17 Menggunakan EG
3 Persenlase Oosit Normal Hasil Vitrifikasi dengan 17 Variasi Konsentrasi EG dan Lama Paperan
4 Persentase Oosit Hidup Hesit Vifikasi dengan 21 Variasi Konsentrasi EG dan Lama Paparan
5 Strukfur Sitaskeleton Berbasis Mikrotubulus W i t 25 Pasca Virifikasi
I. PENDAHULUAN
Salah satu kernajuan iEmu pengetahuan dan teknologi di bidang
biologi repmdlrksi adalah teknologi transfsr embrio. Salah satu
hambatan dalam pelaksanaan program transfer embrio (TE) pada temak
di Indonesia adalah faktor ketersedtaan ernbrio yang berkualitas unggul.
Upaya (hi dapat diperoleh dari beberapa surnber (7 ) kolekgi embrio dari
temak betina donor yang disuperovutasi (2) produksi ernbrio mefalui
proses fet'titilisasi in @ro (FIV). Produksi embrio secara in vivo
memeriukan biaya yang relatif tinggi dan jurnlahnya sangat tqbatas,
khususnya jika rnemproduksl embrio yang diioleksi dari saluran
reproduksi betha donor yang disuperovutasi. Produksi embrio in vitro
rnerupakan alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk rnendapatkan embrio.
Secara wmum ptoduksi ernbrio secara h vitro yang meliputi mwrasi
oosit, fertilisasi dan kultur in vitro telah dilaprkan pada hewan ternak
kambing dan sapi (Djati, 1999; Wahjuningsih dkk, 2001)
Teknologi FlV saat ini di lndonesia dilakukan dengan
mmanfaatkan oosit segar yang diperoleh langsung dan Rurnah Rotang
Hewan (RPH). Namun dernikian, kendala yang dihadapi adalah oosit
mamalia memiliki daya tahan hidup yang sangat terbatas sehingga Wak
dapat disirnpan &lam waktu yang lama pada suhu kamar. Keterbatasan
waktu simpan ini dapat diatasi dengan teknik penpimpanan b k u atau
krioprese~aai oosit untuk mernpertahankan kelangsungan hidup sel
sehingga viabiliis oosit dapat dipertahankan ,
Teknolqi rekayasa reproduksi khususnya ktioprwwasi telah
diiembangkan untuk spermatozoa dan embrio, namltn sejauh ini
keberhasilan kriopmewasi w i t yang telah dllaporkan masih sangat
terbatas dhn variatif. Penggunaan pmedur kriopreservasi oasit secara
komersial masih sangat tefbatas (Vajta, 2000). Bada awal studi tantang
krbpreservasi, dilakukan kriopresenrasi menggunakan metode
kwwensional, namun saat ini metode viwlikasi lebih sering dia~fikasikan~
Metode tersebut sederhana, murah dan tidaln memdiukan alat khusus
untuk menurunkan suhu secara bertahap dan dapat meminimalkan
pembentukan kristal es sehingga mudah diaplikasikan di tempat yang
memiliki kontainer nitrogen cair. (Shaw st a/., 2000).
Selama proses kriopreservesi diperlukan suatu kriopratektan.
Kriopmtektan selain &pat melindungi sel juga temyata diduga dapat
rnenimbulkan kerusakan pada sel akibat pengaauh toksisitasnya. Derajat
proteksi dari bahan kriopratektan terhadap proses kristaiisasi pada masa
pembekuan tergantung dari jenis dan konsentmsi ktiopratektan yang
dipakai serrta lama paparan (Leoni et a/., 2002). Dari beberapa
penelitian tentang kriopreservasi oosit, diketahui ada bemacam-macam
krioprotektan yang dapat dipergunakan untuk vitrifikasi oosit, narnun
demikian telah diketahui bahwa etilen gtikol (EG) mernpunyai efek toksik
yang lebih rendah dibapdingkan ktiopmtektan yang lain (Gordon, 1994;;
Mochi eta/., 1995).
Beberapa penelitian kriopreservasi oosit telah dihkukan dengan
hasil yang bervariasi dalam persentase morfologi normal, viatilitas dan
tingkat +%tilitas (Acker et a/., 2003 Wahjuningsih dkk.., 2002). Evaluasi
pengeruh sitologis setelah perlakuan menunjukkan kerusakan yang
permanen ymg tidak tmpak setelah paparan k-tutektan (Han et
a/. ,2004).
Dalarn peneliiian tahun pertama struktur sitogkeleton berbasis
mikrotubulus menggunakan teknik imunohistokimia akan dikaji untuk
menjelaskan m a p a terjadi perubahan kualitas oosit pasca
kriopresenrasi. Dengan rnengetahui perubahan stnrkfur sitoskeleton
berbasis mikrotubulus akanl mernbuka peluang un'tuk meningkatkan
keberhasilan kriopresewasi -it secara komersial dan ha1 hi akan
menjadi topik yang sangat menarik unfuk peneliian berikutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan Karakteristik oosit
Oosit mamalia merupakan sel tunggal dan dibandingbn dengan sel tubuh
lainnya, ukuran oosit relatif sangat besar serta rnemiliki karakteristik rnoflologik
dan fungsional yang unik. Keadaan ukuran, struktur dan morfologi sangat berkait
erat dengan fungsi biologis (Vajta, 2000).
Sebelum dilakukan FIV, oosit immature hasil aspilrasi dari ovarilnm harus
mengalami IVM (In Wtro Maturasi) dalam medium kultur.. Untuk rnendapatkan
medium maturasi yang menghasilkan inti mencapai tahap rnetafase II, peneliti
utarna (Wahjuningsih, 2003, Wahjuningsih,2004) rnendapatkan hasil bahwa
swplementasi kornbinasi PMSG dan HCG dalam medium dasar TCM 199 dan
FCS kornbinaainya dapat menstimulus ekspansi kumulus. Oosit yang telah
matang, kumulus oophorusnya akan mengernbang dan ikatan sesama kumulus
oophorus akan melonggar. Persentase yang tinggi dari sel kurnulus terekspansi
sempurna pada perlakuan yang rnendapat suplementasi PMSG dan HCG
rnenunjukkan bahwa kedua horrnon ini rnemberikan pengaruh positip secara
sinergis dan rnemberikan persentase oosit mencapai Metafase II.
2.2. Kriopreservasi oosit menggunakan metode vitrifikasi
Secara garis besar ada dua metoale kriopreservasi yaitu konvensional
(slow freezing) dan metode vitvifikasi. Perbedaan yang rnendasar diantara
kedua metode tersebut adalah pada metode konvensio~~al terjadi pernadatan
cairan melalui pembentukan kristal es, sedangkan pada vitrifikasi pernadatan
cairan tanpa melalui psmbentukan kristal es intraseluler (Men et a/, 2003).
Kriopresefvasi dengan metoda konvensional memerlukan peratatan freezing
machine (cry~cetl) yang harganya sangat mahat untuk menurunkan suhu secara
bertahap, proses kriopresewasi memerlukan waktu yang relatif lama serta
tehentuk kristall es intraseluler sehingga merusak organel oosit. Dibandingkan
sistim konvensiional, keuntungan kriopresewasi secara vitrifikasi adatah tidak
memerlukan f-ng machine (Cryocell) dan proses kriopresevasi cepat,
namun kelemahannya adalah seringkali terjadi tokisitas karena tingginya
osmolaritas larutan vitrifikasi (Acker et a/., 2003; Han et el., 2004)
Tidak seperti pada krioprese~asi embrio, penggunaan pmsedur
kriopresewasi oosit S a r a komersial masih sangat terbatas. Sifat yang
berbeda pada oosit dan ernbrio seperti ukuran, bentuk, perrneahilitas, kualitas
dan sensitivitas, tergantung pada spesies, tahap perkembangan akan
menentukan kondisi yang paling tepai untuk keberhasilan kriopreservasi
(Vajta,2OOO; Quello et a/., 2004)
Pada proses vitrifikasi dibutuhkan kriopmtektan. Ada dua sisi yang
berlawanan dari penggunaan krioprotektan, yaitu selain dapat melindungi sel,
kriopmtektan dapat menimbulkan kerusakan pads sel akibat pengaruh
toks~sitasnya. Konsentras~ krioprotektan yang rendah dnlam medium
krioprotektan akan menyebabkan kerusakan oosit akibat terbentuknya kristal-
kristal es intraeluler, akan tetapi konsentrasi krioprotektan yang tinggi dapat
bersifat toksik dan menyebabkan kerusakan osmotik pada oasit. Diantara
krioprotektan intraseluler, etilen glikol merupakan yang paling hanyak
digunakan dalam proses pembekuan (Saha et a!., 1995). Dibandingkan
dengan gliserol dan propilen glikol, etilen glikol merniliki toksisitas yang lebih
rendah karena etilen glikol paling mwdah menyerap air dalam oosit dibandingkan
krioprotektan lainnya (Hotamisligil et al., 1996, Wahjuningsih, 2002).
Penggunaan M e n glikol sebagai krioprotektan intraseluler juga diungkqpken
oleh Gordon (I 994).
2.3. Kuabitas oosit pasca kriopfiesewasi
Hasil penelitian Kuwayama et a/., (1999) pada oosit manusia bahwa
metode vitrifikasi dengan eampuran 30 % EG dan 0.5 M Sukrosa dapat menjaga
viabilitas oosit setetah dibekukan sebesar 90%. Kasai (1996) membuktikan
bahwa penambahan 30% EG pada larutan PBS meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup atau survival rate in vifm oosit tikus sampai dengan 98%.
Namun demikian penelitin ini berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian
Otoi et al. (1998) yang menunjukkan bahwa penggunaan krioprotektan EG 40
% dalarn larutan vitrifikasi lebih baik pengaruhnya terhadap viabilitas
dibandlngkan EG 30 %. Perbedaan ini disebabkan lama paparan yang berbeda.
2.4. Struktur Sitoskeleton Omit
Sitoskeleton merupakan suatu sistem dalam sel berfungsi sebagal
kerangka Clan alat gerak yang memiliki struktur sebagai anyaman benang-
benang halus. Sebagian besar sel hewan mernpunyai empat struktur
sitoskeleton dengan protein penyusun yang berbeda yaitu filamen aktin,
mikrotubul, filarnen mtermdiat dan protein aksesori (Yarp, 1984; Subowo, 1995).
Mikrotubul berperan penting dafarn organisasi struktur intraseluler,
transport intraseluler dan pembentukan sentriol. Mikrotubul merupakan sistern
penopang yang kuat dalam sel untuk mempertahankan bentuk sel, bagian
perluasan membmn sel seperti flagela dan silia serta membantu pergerakan
kromosom selama pembelahan sel. Jenis sel yang befbeda akan mempunyai
struktur sibskeleton yang berbeda (Kimball, 1994; Childs, 1996).
Pretein yang membentuk rnikrotubul disebut tubulin. Ada dua macarn
yaitu a-tubulin dan ptubulin. Kedvranya mempunyai ukuran yang hampir sarna,
masing-masing dengan berat rnolekul sekitar 55.000 dalton, bergabung secara
nonkovalen untuk rnembentuk dimer. Dirner ini adalah bbk bangunan untuk
rnendirikan mikrotubul. Menurut Childs (1996) a- dan P-tubulin jafang dalam
bentuk terpisah pada kondisi normal. Ditarnbahkan oleh Maciver (2001) bahwa
protein tubulin dalarn bentuk dimer bersifat stabil karena stuktur ikatannya sangat
kuat. Lane (1999) dan Picton (2000) menyatakan bahwa mikrotubvl yang
menyusun spindel aosit sangat sensitif terhadap ketusakan akibat proses
pendinginan. Aman dan Parks (1994) menyatakan bahwa pendinginan oosit
sapi 4% atau 2 5 ' ~ menyebabkan sehagian atau seluruh spindel mengalami
kerusakan dan bebrapa kromoson rnenyebar atau teturai
Mikrotubul rnerupakan polimer non-kovalen dari protein tubulin yang
ditemukan pada semua sel eukariota yang sedang rnernbelah dan pada
sebagian bear seCsel yang telah mengalami diferensiasi. Selarna pemklahan
sel, stwktur mikmtubul beTfungsi memisahkan kromosom dan menyusunnya
pada Mdang pembelahan. %da sel yang tidak sectang membelah mkrotubul
temrgamisir pada sitoplasma, mengatur posisi nukleus dan organel-organel serta
bertindak ssbagai struktur daaar elemen flagela dan sila (Desai, 1997).
Sitoskelebn sangat dinamis, dapat mengalami depolimetisasi, polimerisasi dan
bergerak dalam sitoplasma (Karp. 1984; Kimball, 1994)
3.1. Tujuan Penelitian
Mengkaji kualltas oosit pasca vitrifikasi menggunakan berbagai
konsentrasi EG dan lama paparan tel"hadap morfologi, viabilitas, serta
struktur sitoskeleton oosit berbasis rnikratubulus.
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara morfologi, vibilitas dan
struktur sibskeleton oosit .
32. Manfaat Penelitian
Mmperoleh informasi konsentrasi EG dan lama paparan yang sesuai
untuk vitrifikasil omit yang dipelajari dari fenomena morfologi, viabilitas,
struktur sitoskeletan oosit berksis mikmtubulws
Dapat menjelaskan hubungan antara morfologi, vlbilibs dan struktur
siloskeleton oosit.
IV. METQDE PENELlTlAN
Lokasi dan Waktu Pe~elitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Kultur jaringan
FMlPA Unibraw mulai bulan April sampai September 2006.
Kobksi omit:
Ovarium dikumpulkan dari RPH Sukun dalam keadaan segar dan
dimasukkan dalam medium berisi NaCl 0,9% + Penisitin 100 1U + Streptomisin
100 IU pada suhu 35°C. Koleksi oosit dengan cara aspirasi. dari folikel
menggunakan jarum dengan ukuran spuit 18 G. Medium aspirasi yang
digunakan TCM 199 powder (CIBCO, Cat no 212000760) dimbahkan Hepes
dan NaHC03, media ini dififtrasi dengan menggunakan membran filter berukuran
diameter 0.22 urn. Medium aspirasi disiapkan dan diinkubasikan minimal dua jam
sebelum dipergunakan. Evaluasi kualitas oosit immature dilakukan berdasarkan
kriteria Hozumi (2001).
A = Sitoplasma kompak secara sempurna dengan sel-sel kumulus
beraturan rnenempel di keselunrhan bagian oosit
B = Sitoplasrna kompak secara sempurna dengan sel-sel kurnulus
beraturan menempel di sebagian oosit.
C = Sitoplasma kompak sempurna tanpa ada sel-sel kwmulus menernpell
pada oosit.
D = sitoplasma tidak kompak atau rusak
Hanya oosit berkualitas A yang digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Matuwi omit in vStro
Setelah dilakukan klasifikasi kualitas oosit, rnaka oosit yang berkualitas A
dimaturasi secara in v i h dengen medium TCM199 + FCS 10% + PMSG 10 IU +
HCG 10 IU selama 24 jam datam inkubator pada suhu 3g°C dan 5% COz,
kelernbaban 95%.
Kriopreservasi oosit menggunakan metode vitrifibsi
Oosit hasil IVM dipaparkan ke dalam larutan vitrifikasi yang berbeda
(etiien glikol 10, 20, 30, 40, dan 50 %) ditambah 0.5 M Sukrosa dengan lama
waklu paparan yang berbeda (1,3,5 menit). Oosit dirnasukkan ke dalam
ministraw transparant 0.25 cc (French straw) yang telah mengalami OPS (open
pulled straw) masing-ming berisi 10 oosit. Setelah pemaparan di dalam uap
nitrogen selama 10 detik, ministraw yang berisi oosit dimasukkan dalarn
kontainer nitrogen cair dan disimpan selama 2 rninggu untuk analisa lebih lanjut.
Thawing oosit
Setelah oosit dalam ministraw disimpan dalam kontainer selama 2
rninggu, ooslt yang telah mengalami vitrifikasi dilakukan thawing dengan cara
penghangatan (warming) dl uclara selama 10 detik kernudian dirnasukkan dalam
penangas air suhu 35% selama 1 rnenit lsi ministraw dituangkan ke dalam
cawan petri dan oosit dibilas dua kali dengan sukrosa 0.5 M untuk
menghilangkan krioprotektan seperti prosedur yang dilakukan oleh Sun et
a1.(1995).
Evaluasi morfologi oosit
Setelah vitrifikasi dsngan metode OPS dan fhawing, oosit dievaluasi
terhadap morfologi dengan menggunakan mikroskop inverted dengan
pembesaran 400 X. Morfologi oosit diklasifikasikan normal jika menunjukkan
bentuk bulat dengan membran plasma utuh dan sitoplasma bulat dengan
granulasj kompak homogen. Sedangkan morfologi abnormal jika menunjukkan
bemtuk yang tidak bulat, zona pelusida fraktur, sitoplasma tidak bulat dan terjadi
degenerasi (desintegrasi membran plasma dan sitoplasma tidak homogen).
Evaluasi viabititas Oosit dengan Pewarnaan Haescht 33342
Setelah diamati morfologinya, oosit hasii vitrifikasi dari berbagai
konsentrasi EG dan tama paparan yang berbeda diamati viabilitasnya.
Pewarnaan bizbenzimidazole (Hoechst 33342,Sigma.USA) dilakukan untuk
mengetahui viabilitas oosit. Oosit dicuci dengan PBS dan dimasukkan dalam
larutan PBS yang mengandung bizbenzimidamle dengan konsentrasi 10 uglml
dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop ffuom~ent (Nikon,
Japan). Oosit dengan kromosom yang berpendar menunjukkan oosit hidup.
Tingkat vlabilitas omit dihitung dari jumlah oosit yang hidup per jumlah oosit
yang diwamal
Analisa Sltoskeletan Ooslt berbasis mikrotubulus dengan lmunohistokimia
Analisis mikrdubulus dilakukan dengan menggunakan metode
imunohistokimia berdasarkar: Ito et a/., (1994) dengan modifikasi. Sel kumulus
pada oosit kontrol dan oosit yang mengalami vitrifikasi dan thawing dihilangkan
sel kumulus dengan cara dipipet berulang-ulang dengan pipet pasteur. Oosit
yang sudah dihilangkan sel kumulusnya difiksasi selama 30 menit dalam drop
yang berisi larutan fiksatif pada cawan ptri. Setelah itu oosit dicuci tiga kali
dalam drop berisi PBS masing-masing 5 menit. Selanjutnya oosit dimasukkan
dalam drop hidrogen peroksida 1 % selama 5 menit dan dlanjutkan dengan
pencucian menggunakan PBS tiga kali masing-masing selama 5 menit. Oosit
dimasukkan dalam 0.3 % Triton X-100 dan 2 % brmaldehid dalam PBS selama
1 jam. Selanjutnya oosit diletakkan dalam 7.5 % FBS =lama 10 menit dalam
suhu ruang an selanjutnya dimasukkan dalam drop antibodi primer (1:200)
seiama 8 jam {overnight). Setelah itu dilakukan pencucian dengan PBS
sebanyak 3 kali, masing-masing selama 5 menit. Selanjutnya dirnasukkan
antibodi antibodi sekunder (1:200) setama 30 menit. Selanjutnya oosit dkuci
da4am PBS sebanyak 3 kali masing-masing 5 menit dan dimasukkan SA-HRP
selama 20 menit. Oosit dicuci PBS 3 kali, masing-masing 5 menit kernudian
dimasukkan dalam drop DAB selarna 5 menit. Langkah berikutnya oosit dicuci
dengan akuades 2 kali masing-msing 5 menit dan dilanjutkan dengan mounting
Oosit diletakkan datarn d'rop entelan pada gelas obyek dan ditutup dengan cover
glass. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap mikrotubulus aosit dengan
menggvnakan mikroskop cahaya. Skema analisis sitoskeleton adalah sebagai
berikut :
oosl metafase II
[ stabiriasi I 1 +---- dic~r~i PBS 3% I@ 5 menit
1 1% Hz02 seiama 5 mf?nit
I d c u c i PBS 3s @ s menit
dimasukkan medium permeabilisasE 0,3% Wton X-100 dan 2% formaldetrid dalam PBS 1 jam
I . f 7.5 % FBS pada suhu ruang]
I
r ditambah anti p tubulin (1:200) > djam l-mei PBS 3s @ 5 mcoit
I Ab Sekunder (1:200) selama 30 +nit 1 V i PBS 3x @ 5 menit
[ SA HRP selama 20 m$it 1 d e u c i PlfS 3x @ 5 menit
-
1 kromogen DAB 1 . r Mounting dengan e
1
Gambarl. Skema Analisis Struktur Sibskeleton oosit Barbasis Mikrotwbulus
Analfsis Data
Rancangan penelitian yang digumkan adalah rancangan acak lengkap
pola faktorial 6x3 rnenggunakan 6 kali ulangan. Faktor pertana adalah
konsentrasi krioprotektan Etilen Glikol, yaitu kontml 10 %; 20 %,30 %,40 % dan
50%. Faktor kedua adaiah lama paparan, yaitu 1. 3 dan 5 menit. Analisis ragarn
digunakan untuk rnenguji penga~h konsentrasi EG dan lama paparan terhadap
morfologi dan viabilitas. Analisa data rnenggunakan program SPSS. Untuk
rnenganalisa gambar stwktulr struktursitoskeleton berbasis mikrofubulus
dilakukan secara deskriptif
V. HASlL DAN P E M W S A N
5.1. Evaluasi Morforogi Oosit Mt-ll Setelah Vdrifikasi dalam Berbagai Kmentrasi Etilen Glikol dan Lama Paparan.
Penelitian vitrifikasi ini menggunakan krioprotektan intraseluler etilen
glikal dalam behgai konsentrasi (10,20,30,40 dan 50 %) dan sukrosa
0.5 M sebagai krioprotektan ekstraseluler dengan lama papamn 1,s dan 5
menit. Hasil vitrifikasi wsit menggunakan berbagai konsentrasi EG dan
lama paparan yang berbeda menghasilkan morfologi oosit yang berkeda
Morfologi oosit dikelarnpokkan menjadi 2 yaitu morfologi normai dan
abnormal (Gambar 2). Morfologi oosit diklasifikasikan normal apabila
menunjukkan bentuk bulat dengan rnembran plasma utuh dan sibplasma
bulat dengan granulasi kompak homogen. Sedangkan morfologi
abnormal jika menunjukkan bentuk yang tidak bulat, zona pelusida
fraktur,sitoplasma tidak butat dan terjadi degenerasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi EG berpenga~h
nyata telfiadap rnorfologi oosit normal (p<O,OI), sedangkan lama paparan
tidak berpengaruh nyata (pz0,Ol). Terdapat interaksi antara konsentrasi
EG dan lama paparan (pc0,Ol). Konsentrasi 30 % dengan lama paparan
menit 3 menit menghasilkan morfologi normal cusit sebesar 86.6 %
apabila dibandingkan dengan kontrol (oosit yang tldak mengalami
vitrifikasi) yang mempunyai morfologi normal sebesar 88.3 %, keduanya
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>O,Ol).
Gambar 2. MorfoEogi omit normal dan abnormal haail vimkasi mengaunakan EG
Ketecanaan : a : oosit normal b , ~ : oosit abnmal
Garnbar 3. Peisentase oosit n o m l hasif vitriikasi dengan variasi konsentrasi EG dan lama paparan
Persentase morfalogi oosit normal berbeUa pada konsentrasi den
lama paparan yang berbeda, Lama papamn 3 menit dan konsentmi EG
30 % memberikan morfologi normal terbaik. Perlakuan EG 10% dengan
lama paparan 1 (menit dan EG 50% dengan lama paparan 5 menit
rnenunjukkan nllai morfologi oosit normal yang terendah, masing-rnasing
18.3 % dan 21.7 %.
ApaMla dibandingkan dengan konsentrasi krioprobkbn yang lailn,
yaitu EG 10 %, EG 20 %, EG 4Q %,EG 50 %, rnaka EG 30 %
menghasilkan nilai morfnlogt normal yang tertinggi. Hal ini membuktiian
bahwa konsen2tasi EG 30 % rnempakan komntrasi optimum untuk
vitrifikasi oosit karnbing. Medium vitrifikasi 30 % EG sebagai
kriaprotektan intraseluler dan 0.5 M sukrosa sebagai krioprotektan
ekstraseluler dapat rnengharnbat kerusakan oosit yang disebabkan deh
proses vitrifikasi. Kriopmtektan dangan konmtrasi 30 % dapat
rnencegah terbentuknya kris3al es intraseluler sehingga mencegah
kerusakan sel. Molekul-molekul air di dalam sel blah keluar dari sel dan
krioprotektan intraseluler masuk ke dalam sel hingga tidak terjadi
pernbentukan kristal 6s intraseluler (Dinnyes et al.. 2000).
Hasil penelian ini menunjukkan bahwa pada konsentwi EG 110 %
dan 20 %EG, w i t banyak mengalami kerusakan. Path konsentrasi
rendah kriopmtektan fidak mampu metindungi omit selama proses
vitrifikasi berlangsung sehingga oosit rusak saat terkena paparan suhu
dingin. Pada konseltrasi EG 10% dan EG 20%, lingkungan hidrofobik
yang hilang Bdak sepenuhnya terganti aieh eZilen glikol. Vajta (20QO)
manwmukakan bahwa pada konsentrasi y n g terlalu rendah
krioprotektan tidak dapat menoegah terjadinya pembentukan kristal es
intraseluler akibat penunrmn suhu yang sangat cepat dan mengakibatkan
kerusakan sel. Pada konsentrasi krioprotektan EG 40% dan SO%, oosit
banyak mengalami kerusgkan temarna pada konsentrasi 50% EG. Hal ini
disebabkan konsentrasi krioprotektan yang terlalu tinggi dapat beMat
toksik den merusak sitoplasma sel (MI, 1996; Kwwayama, 1999: Shaw
e t d 2000).
Fakbr pembentukan kristal es dan bksisitas merupakan faktor
utama dalam kriopreservasj dengan metode vitrifikasi. Keseimkngan
antara pencapaian keeepatan pendinginan (cooling rate) maksimum untuk
menoegah pembentukan kristal e$ dan penggunaan sekecil mungkin
konsentrasi krioprotektan yang bersifat taksik tefhadap sel merupakan
dm ha1 penting yang haw diperhaiikan.
Kewsakan yang terjadi pada ooplasma disebabkan karena
terbentuknya kristal es intmseluher sehingaa organel yang terdapat di
dalm sel pecah akibal ekspansi es. Faktqr lain yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada ooplasma adalah karena
terjadinya dehidrasi baik dari suspensi media intra dan ekstmseluler
sehingga oosit mengalami pengkenttan rnaupun pembengkakan
(sweiliflg). Strategi yang diunakan untuk menghindaa bksisitas
larutan vitrifikasi adalah memperpendek wktu pernaparan clengan
larutan. Namun jika waktu pemaparan terlalu pendek, maka penyerapan
knopmtektan tidak cukup, sehingga es intraseluler mgsih &pat terbentuk.
Oleh karena iltu waktu pamaparan optimal untuk kebrhasilan vitrifikasi
diprlukan sebagai petTimbangan untuk mempertahankan dari toksisitas
dan menjaga agar tidak tefbentuk es ekstraseluler (Triwulanningsih,
1997).
Kasai (1996) dan Wetzels (1996) mengemukakan bahwa kerusakan
sel dapat terjadi akibat dari peningkatan osmolaritas m@i krioprewasi
sehingga krioprotektam rnenjadi bersht racun, kerusakan fisik kamna
terbentuknya kristal es ekstraseluler, atau terjadinya osmotic suvelliing
L.2. Tingkat Viabilitas Omit Mt-ll Setelah VWfikasi dalam berbagai
konsentrasi Etilen Glikol dan Lama paparan.
Viabilitas oosit dinyatakan dalarn persentase jumlah oosit hidup per
seluruh jumlah dosilt yang diamati. Pengamatan viabilitas dilakukan
dengan pewaman menggunakan Hoechst 33342 dan diamati dibawah
mikroskop ff uorescent
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlaltuan konsentrasi
EG betpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap oosit yang hidup,
sedangkan lama paparan tidak mempunyai pengaruh (p>0,01) terhadap
oosit yang hidup.
Hasil penetitian ini sesuai dangan hasil yang dipemleh Kuwayama
ef af., (1999) pada oosit manusla bahwa metode vitrifikasi dengan
campuram 30 % EG dan 0.5 M. Sukrosa dapat men- viabilitas msit
setelah dibekuken sebesar 90%. Kasai (1996) mbuktikan h twa
pnambahan 30% EG pada llarwtan PBS meningkatkan tinskat
kelangsungan hidup atau s-val rate in vitro uosit tiltus sampai dengan
98%. Marnun demikian penelitian ini berbeda dibandingkan dengan hasil
penelitien Otoi ef al. (1998) yang rnenuFjuWCgn bahwa penggunaan
krioprotekpan EG 40 % dalam larutan viZriSrkasi lebh &k pengatuhnya
tefiadap viabilltae dibandingkan EG 3D %. Perbedam ini disebabkan
lama paparan yang berbeda.
Paparan krioproteklan pada msit sapii seperti penelian CRoi eel a/.
(1998) menunjukkan hasil bahwa waW pernapran 1 menit, 5 menitdan
10 men~l trdak menampakkan petbedaan yang signifikan. Penelitian
Dhali el al. (ZUOU) menunjukkan bahwa waktu paparan 3 menit cukup
baik digunakan wntuk viPifikasi wit kerbau, sedangkan Rayos et a/.
(1 994) melaporkan bahwa waktu paparan 10 rnenEt menunjukkan hasil
yang baik terhadap rnorfolagi oosit tikus dibandingkan dengan waktu
paparan 5 menit.
Perlakuan vitrifikasi pada media vitrifikasi 40% EG dan 50% EG
ooeit banyak mengalami kematian tenrtama pada konsentrasi 50% EG
Hal ini dikarenakan krioprokktan dengan Ronsentrasi pekat dapat bersifat
toksik bagi Wsit 6an dapa* menyebabkan kematian sel (Kasai, 1396).
Hasil penelitian Arav et a/., (1993) mnunjukkan bahwa sel yang
mengalami ktTopwemsi dapat menimbulkan stres osmatik ataupun
keracunan kirniawi yang Bisebabkan tinggimya komsentrasi krioprotektan
yang digunakan sehingga organel sel akan w a k dan mengganmu
proses metabolisme.
Shaw et a/.,( 2000) dan Kasai (2002) mengemwkakan bahwkl secara
garis beSar dapat dlkmukakan tiga faktor yang dapat menyebabkan sel
berdegenerasi atau mati karma proses pemaparan dalam Mopreservasi,
yaitu: a. keruwkan mekanis dengan tirnbulnya pembsntukan kristal es
intraseluler yang dapat mmpengmhi s%ruktur sel; b. dehidrasi dlari
swpansi media intfa maupun ekstrasebler sehingga konsentrasi menjadi
toksik dan ktal. Dehidrasi juga dapat menimbulkan presfpiW, koagulasi,
kenaikan prmeabilitas dan viskositas ~6rta gangguan keseimbangan ion.
c.perubahan fisika-kimiawi diarrtaranya kehilapgan sifat-sifat a M f atau
sifplt-sffat pengikatan air setta interaksi dad ketiga fplktor tersebut.
5.3.. Analisa Struktur Sitoskeleton Oosit EkFtMsis Mikrohrbulus
mengg~unakan Metode lmunohi6tokirnia
Pengamatan sitoskeleton baik oosit segar maupun msit hasil
vitrifikasi menggunakan metode imunahistokimia. Hasil pengamatan
rnenunjukkan adanya perbedaan struktur mikmtubul oosit kmtrol dan
oosit hasil vihifikasi. MikPatubul m p a k a n struktur sel penymm spindel
mebtik yang berpem penting dalam pembelahan sel. Pada onsit kontrol
mikrotubul tampek sepefti benang-benang m a m a k d l a t a n (Qambar
5). Pada konsentrasi EG 1046, 20%. 40%, dan 50% stfuktur rnikm'tubulus
tidak tampak seperti pada kontrol, tetapi menunjukkan adanya
deplimerisasi. Untuk rnenjaga fungsi oosit, struktur sitoskeleton berbasis
mikrotubulus haws dapat dipertahankan, untuk in1 EG sehesar 30 %
brbukti &pat rnencegah ke~usakan lebih lanjut dari sitoskeletcm. Seperti
tampak pada Gamhr 6, oosit dengan pertakuan EG 30 %, struk.tur
sitoskeleton tampak sepvti benang yang berati mash b i a mengalami
recovefy, sedangkan pada konsentrasi EG yang lain, &ibkeleton oosit
UKnpaK mengabmi kewkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubwrgan antara
morfologi dengan viabilitas aosit, bahwa pada konsentlgsi EG 30 % oosit
menunjukkan persentase morfologi normal yang tertinggi (86.6%) dan
persentase oosit hidup tartrnggi ( 78.7 %) dibandingkan konsentrasi EG
yang laih. Vlabilitas oosR temyata juga ada hubungan dengan smktur
sitmkelelon berbasis mikrotubulus. Struktur sitoskeleton oosit pada
vitrifkasi dengan 30 % EG menunjukkan tingkat kerusakan yang paling
rendah dibandingkan pada konsentrasi EG yang lain
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi EG 10 %
dan 20 %EG, msit banyak mengalami kerusakan. Pada konsentrasi
rendah krioprotektan tidak rnarnpu melindungi oosit selama proses
vitrifikasi berlangsung sehingga oosit rusak saat terkena paparan suhu
dingin. Pada konsantrasi EG 10% dan EG 20%, lingkungan hjdrofobik
yang hilang tidak sepenuhnya terganti oleh etilen glikol. Vajta (2000)
mengernukakan bahwa pada konsentrasi yang terlalu rendah
krioprotektan tidak dapat mencegah tejadinya pernbentukan kristal es
intraseluler akibat penurunan suhu yang sangat -at dan mengakibatkan
kerusakan sel. Pada konsentrasi krioprotektan EG 40% den 50%, mslt
banyak mengalami kerusakan terutarna pada konsentrasi 50% EG Hal ini
disebabkan konsentrasi krioprotektan yang telllalu tingar dapal bersifat
toksik dan merusak sitoplasma sel (Kasai, 1996; Kuwayama, 1999; Shaw
et el, 2000).
Ditambahkan oleh Kasai (1996) bahwa karena toksisiias lawtan,
pengenceran cepat pada larutan vitrifikasi setelah pewairan adakah
penting. Ketika oosit dipemneasi oleh krioprotektan, oosit terancarn
ke~sakan dari pembengkakan osrnotik karena air melakukan penneasi
jauh lebih cepat dibandingkan dengan kriopmtektan rnelalukan difosi
keluar.
Penelitian Shaw ef a/. (2000) dan Ermlu et a/., (1998)
menunjukkan bahw proses pend~nginan merupakan rnasalah dalam
kriopreservasi oosif rnarnalia. Semua oosit tahap M-ll rentan terhadap
kerusaitan pendinginan karena spindel yang menarik kromosorn pada
bidang rnetafase dan rnengalami depolirnerisasi ketika suhu diunmkan.
Lane (1999) dan Picton (2000) rnenyatakan bahwa rnikrotubul yang
rnenyusun spindel oosit sangat sensitif terhadap kewsakan akibat proses
pendinginan. Arnan dan Paks (1994) rnenyatakan bahwa pendinginan
m S i t sapi 4 ' ~ atau 2 5 ' ~ rnenyebabkan sebagian atau seluruh spindel
rnengalami kerusakan dan beberapa krmoson rnenyebar atau terupai.
Mekanisme kerusakan rnikrotubul oosit akibgt proses vitrifikasi
disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa penelitian rnenyatakan bahva
kerusakan tersebut terjadi karena depolirnerisasi tubuiin yang rnenyusun
~mikrotubul. Menurut Karp (1984) rnikrotubul dalarn set rnerniiiki stablitas
yang berbeda rneskipun secara rnorfologi kdihatan =ma. Mikrotubul
spindel rneiotik dan sitoskeleton sangat labil sehingga sensitif tethadap
kerusakan, sedangkan rnikrotubul pada silia dan flagela relatif lebih stabil
strukturnya. Sifat labil rnikrotubul spindel rneiotik dan sbkeleton
rnenunjukkan bahwa mikrotubul merupakan suatu polirner yang terbentuk
rnehlui ikatan nonkovalen pada subunit rnonornemya. Perlakuan yang
rnenyebabkan hilangnya struktur tersebut biasanya disebabkan
depolimerisasi rnikrotubul. Hal ini dirnungkinan karena depolinetisasi
dapat menyebabkan kondisi rnikrotubul oosit yang mendapat pedakuan
vitrifikasi terurai rnenjadi bentuk monamer.
kwsakan rnikrotubul oosit hasil vitriflkasi juga dapat diibabkan
oleh paparan kriopmtektan yang digunakan. Menurut Agca et a!. (2000)
krioprotektan mernpunyai efek merwgikan pada organisasi sistem
mikrotubul oosit tikus. Paparan -it tikus menggunakan 1,5 M OMSO
tanpa pendinginan menyebabkan terjadinya aneuploidi pada embrio. Lim,
et a/.. (1999) menyatakan bahwa oosit sapi yang telah rnencapai tahap
metafase II sangat sensitif terhadap kriopmtekkn dan didapatkan spindel
rnetafase II abnormal setelah papamn kriaprotektan selarna satu menit.
Saunders dan Parks (1999) berpendapet bahwa kornbinasi papamn oosit
sapi dengan knopmtekn EG yang disertai pendinginan dapat
mengacaukan organisasi mikrotubul dibandingkan hanya melalui
pendinginan. Selain itu EG dilaporkan dapat rneningkatkan terbenbknya
spindel yang abnomml dan merusak konfigurasi kromosom.
Faktor lain yang rnempengaruhi tejadinya kerusakan mikrotubul
adalah kemampuan memperbaiki kerusakan. Penelitian ini menggunakan
oosit yang telah mengalami maturasi yang &@an besar pada tahap
pembelahan metafase II, dimana pada tahap ini oosit mengalami maturasi
inti dan matumsi sitoplasmik, polar bodi keluar dan kromoson mengalami
kondensasi serta tersusun pada spindel metafase. Mikmtubul spindel
meiotik tldak terlindung oleh membran inti seperti pada M a p GV
sehingga lebih mudah mengalami kerusakan akibat proses pendinginan
dan pernapawn larutan kriprotektan. Menurut Arav et al.,(1993) osit
yang sudah rnencapai tahap metafase II mempunyai struktur spesifik
seperti spindel meiosis yang sangat sensitive terhadap paparan
kripmtektm, suhu sangat rendah yang rnengakibatkan terjadinya
depolirnerisasj tubulin. Picton et a/., (2000) menyatakan bahwa
pendinginan msit pada suhu 2 0 ' ~ dapat menyebabkan kewsakan
permanen pada spindel meiotik, sedangkan pada suhu d i w a h o°C
tejadi depolimaerisasi spindel dengan cepat. Kerusakan yang tejadi
akibat pendlnginan oosit metafase meiosis I1 rneliputi reduksi spindel,
disorganisasi mikrotubul (Pickering eta/., 1990), hilangnya kromosom dan
splndel meiotik (Wood et al., 1997) den hilangnya kestabilan ikatan
kromomn (Fabri et al., 2001).
Kerusakan rnikrotubul oosit pada perlakuan vitrifikasi dapat
menyebabkan abnormalitas pada kromosom. Hal itu bemubungan denganl
peranan miklntubul dalam pembelahan sel. organisasi mikrotubul sangat
penting untuk penyatuan yang tepat dan pemisahan kromosom ketika
pembentukan spindel kembali pada saat suhu kembali normal (Wcton et
a1.,2000). Selanjutnya Shaw et a/., (2000) dan Newton (2001).
menyatakan bahwa meskipwn mikrotubul dapat mengalami perakin
kembali setelah suhu normal kembali, pendinginan dapat meningkatkan
terjadinya aneuploidi karena kromosom tidak tersusun dengan bener pada
spindel yang baru terbentuk.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Vitrifikasi rnenggunakail 30 9/0 EG dan lama papawn 3 rnenit dapat
mengharnbat kerusakan rnorfolrrgi oosit dan viabilitas yang disebabkan
oleh proses vitrifikasi,
2 Wntuk rnenjaga fungsi oosit, struktur sitoskeleton berbasis rnikrotubulus
hams dapat dipertahankan. EG sebesar 30 YO terbukti dapt mencegah
kerusakan lebih lanjut dgri sitoskelefon. Struktur sitoskelelon pada
perlakuan 30 % EG tampak seperti benang yang berarti masih bisa
mengalami recovery, sedangkan pada konsentrasi EG yang lain.
sitoskeleton oosit tampak mengalami kerusakan.
3. Terdapat hubungan antara morfologi, viabilitas oosit a n struktur
sitoskeleton berbasis rnikrotubulus.
6,2. Saran
1. Untuk melakukan ktiopfesenrasi oosit secara vitrifikasi disarankan
menggunakan Etilen Glikol30 % dengan lama paparan 3 rnenit.
2. Disarankan melakukan analisa ultrastruktur oosit menggunakan
Transmission Electron Microscopy agar dapat menjawab mengapa
terjadi penurunan kwlitas oosit pasca vitrifikasi.
Acker,J.P. and LQcksley, E.M. 2003. Protect'~ve effect of intradtular ice during freezing ?. Cryobiology 46 : 797-202
Agca. Y. 2000. Clyopressnratian sf oocyte and ovarian tissue. http:/www4.nas.edufclsfijhme.nsf/OpenD0~ument.
Aman: R.R. and Parks, J.E. 1994. Effect of cooling and rewarming on the meiotic spindle and chmmosorne of in vitm matutured bovine oocytes. Biol. Reprod. 1994; 50 : 103-1 10.
Arav, A., Zemn Y., and Ocheretny, A., 2000. A new device and method for vitrification incmase the cooling rate and allows successful cryopresewation of bovine oocytes. Theriogenology 53:248.
Arav, A., D. Shebu, and Wttioli, M. 1993. Osmotic and cytotoxic study of vitrification of immature bovine oocytes. J. Reprod and Fert. 99~353-358
Childs, G.V. 1996. Structure and Function of Microtubules. p.
Desai, A. dan T.J. Mitchison. 1997. Micmtubule Polimerization Dinamics. -arg
Dhali, A., Manik R.S. Das, S.K. Singla and Palta. P. 2000. Effect of ethylene glycol concentration and exposure time on post vitrification survival and in vitm maturation rate of buffalo oocytes. Theriogencvlogy 53:253.
Djati, M.S., 1999. Pengaruh suplementasi PMSG dan hCG pada proses fertilisasi in vitm dan kultur klon embrio sqpi dengan IGF-I. DlseWi 'hat 25. Pmgram Pascasa jana lnstitut Pertanian Bogor, Bogor
Eroglu, A , Toth, T.L and TOner,M. 1998. Alterations of the cytoskeleton and polyptoidy induced by cryopmervation of metaphase II mouse c&yte.- Fert and ~Gril. 65.:944- 957
Fabri, R., Porcu, E., Marsella. T, Rwhetta, G. Venturoli and Flamcgni, C.. 2001. Human oocyte cryopresenration: New perspectives regarding oocyte survival. http://www.3ou~,m.uWesh,relpress- reIease/free~df.l16041 1 pdf.
Fukui, E.J., Xia, L. and Downey, B.R., 1995. UltrastWral changes in bovine oocyte cryoprese~ed by vitrification. Cyobiology 32(2):139156.
Gordon, 1. 11994, Laboratory production of cattle embryos. Cab. International. Cambridge. 55-65
Han, B and Bischof,J.C. 2004. Direct dl injury associated with eutectic crystallization during freezing. Cryobiology 48 : 8-21
Hochi, S., Kimra, K., lto, K, Wirabayashi, Mi 1996. Effect of nuclear stages during in vitro maturation on the survival of bovine w e s following vitdfication. Theriogenology 46345.
Hochi, S., Fujimoto,T., and Oguri, N. 1995. Viability of immature horse oocytes cryopreselved by vitrification. Theriogenology 42:236
Hotarnisligil, S., Toner, M. and Power, R.D. 1996. Changes in membrane integrity, cytoskeletal structure, and develqpmental potential of murine oocytes after vitrification in ethylene glycol. Binlogy Reproduction. 55:161-168.
Hozumi, J. 2001. Reproductive Biology and Biotechnobgy. Japan International Cooperation Agency. lndonesia.22-27
Hyttel, P., Vajta, G. and Callasen, H. 2000. Vitrification of bovine oocytes with the opt?n pulled straw method : Ultra-structural consequences. Md. Reprod and Dev 56:80-88
Ito ,K., Masuda, M., Fujiwara. K and Sato, H. 1994. Do astral microtubules play rode in metaphase chromosome pasitioning?. J.Bology Wluler. 82:95-102
Karp, G. 1984. Cell Biology. Mc Graw-Hill Book Company. New York.
Kasai, M. 2002. Advances in the cryopreselvation of mammalian oocytes and embFyos: Development of ultrarapid vitrification. Reproductive Medicine and Biology. Rev 1:l-9. http:llrwvw.Mackwell-synergy .corn/ links/doi/lO.I 046/j.l445781.2002.00004.
Kasai, M. 1996. Simple and efficient methads for vitrification of mamaltan embryos. Anim. Reprod. Sci 42:67-75.
Kimball, J.W. 1994. Biologi. 1994. Erlangga. Jakarta
Kutwta, C., Yang, X., Dinnyes, A,. Todomki, J, Yamakuchi, H, tvli~shita, K, I n h e , S, Tabara, J. 1998. In vitro and In vivo survival of frozen-thawed bovine o w e s after IVF, nuclear transfer and parthenogenetic activation. Mol Reprod. And Dev 51:281-286.
Kuwayama, M. and Kato, 0. 1999. All-round vitrification methods for human oocytes and embryos. Kato Ladies Clinic. Tokyo 160- 0023, Japan.
Lane, M.B., Bavister,B.D., Lyons and Forest. KT. 1999. Containerless vitrification of mammalians oocytes and embryos. hftp:llwww.biotech.nature.com.
Le Gal, F. 1996. In Wtro maturation and ferfilizatbn of goat ooqks at the germinal vesicle stage. Theriogenology 45:2177-1185.
Leoni, G., Bol;rlioli,L., beWnguer, F.. Rosati, I., Pintus, P.P.. ledda. S., ~aitana. S. 2002. -befined media for vitrification, warming and rehydration : effects on post-thaw protein synthesis and viability of in v h derived ovine &bryos. ~Gobioi& :2W212.
Lim, J.M, Fukui, Y. and Ono, H. 1992. Developmental competence of bovine oocytes frozen at various maturation stages followed by in vitro rnatu&ion and fertilization. ~heriogfmolag~ 37:351-362
Lim, J.M.,. KO. J.J., Hwang..W.S., Chung,H.M. and Nawa, K. 1999. Development of In Vitro Matured Bovine Oowtes After
Macimr, S.K. 2001. Cytoskektal Dynamiw. h~Jotherrlsmaciver/CS2.pdf
Men, H., Monson, R.L., Parrih, J.J., and Rutledge, J.J. 2003. degeneration of c!yopreseNed bovine ocqtes via apoptosis during subsequent cufture. Cryobiology 47 : 73-81.
Newton. H. 2001. The cryoprese~ation of ovarian tissue as a strategy for preserving the fertility of cancer patients. httD:/lwww.3.ou~,co.uWhuup/hdbNol~me04/I~~~e03I040237.sgm. abs.html.
Otol. T., Yamamoto, K., Koyama,N., Tachikawa, S. and Suzuki, T. 1998. Cryopreservation of mature bovine by vitrification in straws. Cryobiology 37 : 77 - 85
Patk J,E. Ruffing, N.A. 1992. Factors affecting low temperature survival of mammalia oacytes. Theriogenology 37: 5973.
Pickering, S.J., Braude, P.R., Johnson, Cant, A and Cunie, J. 1990. Transient cooling to room temperature can cause irreversible disruption of The meiotic spindle in the human oocyte. http:/~.ncbi.nlm.nih.aov/entrez/a~ery.f~i~~~eve&db=p ubmed&
Pictan, H. M., Gosden, R.G. and L&h, S.P. 2000. Cryoprese~ation of ocytes and ovarian tissue.hitp://www.who,inl/reprodud~vehealth/
inkrtilill7.pdf
Richardson, R.R. and Parks, J.E. 1992. Eftects of chilling on the meiotic spindle-of bovine ova. Theriogenology 37: 284-287.
Saha, S., Otoi, T and Suzuki, T. 1996. The efficiency of ethylene gly&,trehalose and polyvinilpyrrolidone for su~essful 'vitsificafioll of IVF bovine embryos. J. of Reprod. And Dev. 42:163-169.
Saunders, K.M and Parks, J.E. 1999. Effects of in vltro-matured bovine ~es.http: /~ .bi~rod.o1+1/~i I~~ntent / ful I /61111178.
Shaw, J.M., Omnratnachai, A. and Trounson, A.O. 2000. Fundamental oryobiology of mammalian oocytes and ovarian tissue. Theriogenology 53-.59-72.
Subowo.ZP95. Biologi Sel. Angkasa. Bandung
Stoddart. N.R and Fleming, S.D. 2000. Viability of oacytes after ICSI. human reprodudm l5(7):1580-1585.
Sun,Q.Y., Yang, Q.Z.,Liu, G.Y., Feng, H.L. and Qin, P.C. 1905. Cryoprese~ations of bovine oocytes matured in vitro Theriogenology 42:329.
Triwulanningsih, E. 1997. Pembekuan embrio dengan berbagai krioprotektan dan metode pembekuan. Prosiding Seminar Nasional Peteman dan Veteriner. Balai Penelitian Temak. Bogor
Vajta, G. 2000. Vitrification of bavine ooqtes and embryo. Embryo Technology Center, Danish lhstitute of Agricultural Sciences. Denmark.
Wahjuningsih, S dan Dja3, M.S. 2003. Krioprese~asi oasit -pi Madura untuk pebtarian plasma nu&h Indonesia, Makalah seminar Indonesia Toray Science Foundation, Jakarta 4 Pebruafi 2003.
Wahjuningsih, S. 2002. In vitro maturation of bovine oocytes derived from clyopteservation of dimetyl .%Ifoxide (DMSO). Glyml, and ethylen glycol (EG). Journal of Reprotech, vol. I. No. 2:93-96
Wdhjlmingsih, S. Nurul, I., Ciptadi,G., Suyadi, DjM, MS. 2001. Kuaiitas -it sap yang dibekukan dengan kriopmtektan etilen glikol m l e h pmses maturasi in vitm. Jumai llmu Hayati. Vd 13 No. 2 : 9-15.
Wahjuningsih, 2004. finalisis isngamh Wtr#ikasi terhadap viabilkas dan Struktur Oosit Sapi. Disertasi. Pascasa jana. Universitas Airlangga Surabaya.
Wetzels, AM.M. 1996. Cryopresewation theory. In : M. Bras (editor). IVF Labratory aspects of in vPtro fertilization. N.V. Organon\ Netherlands.
Wood, C.E., Shaw, J.M dan Tmunm, A.O. 1997. Potential reproductive inSUranCe far women at risk of early ovarian failure. Medical Journal of Australia. http:hYvuw.mja.corn.au