laporan gas co

31
i LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN GAS CO MENGGUNAKAN CO METER Dewi N Khoiriyah R0212011

Upload: dewi-n-khoiriyah

Post on 22-Jun-2015

253 views

Category:

Documents


78 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Gas Co

i

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN GAS CO MENGGUNAKAN CO METER

Dewi N KhoiriyahR0212011

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta2014

Page 2: Laporan Gas Co

PENGESAHAN

Laporan Praktikum dengan judul:

Pengukuran Gas CO Menggunakan CO Meter

Dewi N Khoiriyah, NIM: R0212011, Tahun: 2014

Telah disahkan pada:

Hari..................Tanggal..................................2014

Asisten, Praktikan,

Ervansyah Wahyu U., SST. Dewi N KhoiriyahNIM. R0212011

ii

Page 3: Laporan Gas Co

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 2

C. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II. Landasan Teori .................................................................................. 4

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 4

B. Perundang-Undangan .......................................................................... 10

BAB III. HASIL .............................................................................................. 11

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran .......................... 11

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan ...................................................... 12

BAB IV. PEMBAHASAN .............................................................................. 13

BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 15

A. Simpulan .............................................................................................. 15

B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

LAMPIRAN

iii

Page 4: Laporan Gas Co

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja

yang digunakan untuk menghasilkan suatu pruduk, selalu mengandung

potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan

dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Gangguan

ini dapat berupa gangguan fisik, kimia maupun psikis terhadap tenaga

kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas

dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja.

Sedangkan dengan banyak industri-industri yang berkembang

berdampak pada pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran udara

oleh gas. Pencemaran udara dewasa yang semakin memprihatinkan.

Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Pencemaran udara

sendiri dibagi dua, yaitu pencemaran udara primer dan pencemaran udara

sekunder. Pencemar udara primer (Primary Air Pollutions), yaitu emisi

unsur-unsur pencemar udara langsung ke atmosfer dari sumber-sumber

diam maupun bergerak. Pencemar udara primer ini mempunyai waktu

paruh di atmosfer yang tinggi pula. Misalnya HCN, CO, CO2, NO2, SO2,

CFC, Cl2, NOx, SOx, HC, partikel debu, dan sebagainya.

Pencemaran udara banyak disebabkan oleh gas-gas yang

dihasilkan oleh proses kegiatan manusia maupun proses alam. Gas

merupakan bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri,

melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal. Sifat-

sifat gas diantaranya: tidak terlihat pada konsentrasi rendah, tidak berbau

dan tidak berwarna, serta mengisi seluruh ruangan (memiliki massa). Gas-

Page 5: Laporan Gas Co

gas beracun dapat mengganggu kesehatan kita apabila masuk ke dalam

tubuh, jalan masuk ke tubuh yaitu melalui inhalasi (masuk melalui

mulut/tertelan), digesti (diserap darah terus dibawa ke seluruh tubuh),

absorbsi (penyerapan) dan injeksi (suntikan melalui pembuluh darah).

Salah satu jenis gas adalah karbon monoksida (CO). Gas karbon

monoksida (CO) merupakan gas yang ditimbulkan oleh proses

pembakaran yang tidak sempurna.Gas ini mempunyai sifat tidak berbau

dan sering disebut sebagai gas yang mematikan. Karena dalam waktu yang

singkat apabila gas tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang maka akan

mengganggu sistem pengangkutan oksigen kedalam darah oleh karena

hemoglobin yang lebih mudah berikatan dengan senyawa CO daripada O2.

Sehingga tubuh kekurangan suplay oksigen yang dalam kadar yang

berlebih akan dapat menimbulkan kematian.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari gas CO sesuai

dengan yang telah ditentukan pada peraturan yang ada.

2. Untuk menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO yang melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan.

3. Untuk mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas di tempat kerja.

4. Untuk menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas

berbahaya di tempat kerja.

C. Manfaat

1. Bagi Praktikan

a. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dari gas CO sesuai dengan

yang telah ditentukan pada peraturan yang ada.

b. Dapat menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO yang melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan.

c. Dapat mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas di tempat

kerja.

2

Page 6: Laporan Gas Co

d. Dapat menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas

berbahaya di tempat kerja.

2. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Dapat menambah referensi perpustakaan Program Studi Diploma 4

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Dapat menciptakan mahasiswa yang terampil dan mampu mengatur

kadar gas yang baik di tempat kerja.

c. Dapat menjadi sarana bagi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan

Kerja untuk mewujudkan suasana kampus yang nyaman dan

kondusif.

3

Page 7: Laporan Gas Co

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak

berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang

secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,

terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom

karbon dan oksigen.

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari

senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon

monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses

pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api

berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun,

CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni

merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting,

sehingga banyak metode yang telah dikembangkan untuk produksinya.1

Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada

temperatur tinggi ketika terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah

oven, udara dialirkan melalui kokas. CO2 yang pertama kali dihasilkan

akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas, menghasilkan CO.

Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan

Boudouard.

Karbon monoksida diproduksi di alam dari :

1. Sumber-sumber alami yaitu : gunung berapi, kebakaran hutan,

sumber endogen berupa penghancuran hemoglobin dalam

badan yang menghasilkan CO ± 0,4 ml per jam, yang

menyebabkan darah akan mempunyai kadar normal COHh

0,5--0,8%.

Page 8: Laporan Gas Co

2. Sumber CO terbesar dalam alam ini adalah yang berasal dari

man made CO sebagai hasil proses tehnologi. Tiap tahun

manusia menghasilkan kira-kira 250 juta ton man made CO

sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan

organik seperti : minyak bumi, kayu, gas alam maupun gas

buatan, bahan peledak, batu bara.

Efek toksik dari karbon monoksida disebabkan pengikatannya

oleh hemoglobin, dengan membentuk kompleks carboxyhemoglobin.

Dalam bentuk baru ini, hemoglobin tidak dapat lagi melakukan fungsinya

untuk transportasi oksigen kejaringan-jaringan tubuh. (Hemoglobin dapat

mengikat molekul CO sama banyak seperti pada pengikatan oksigen.

Kedua gas ini diikat pada gugus yang sama dalam molekul hemoglobin,

bereaksi dengan besi dalam gugus porphyria).

Dengan cara yang sama, selain pada hemoglobin, CO juga dapat bereaksi

dengan myoglobin, cytochrome oxidase serta eytochrome P-450.

Meskipun kecepatan pengikatan CO oleh hemoglobin adalah 1/10 x

kecepatan oksigen, kecepatan dissosiasinya adalah 1/2100 x kecepatan

oksigen. Oleh karena itu afinitet hemoglobin terhadap CO lebih besar dari

pada terhadap oksigen, yaitu 1/10 x 2100 = 210 x afinitet terhadap

oksigen. Bila seorang menghirup gas CO ini, maka dengan cepat CO ini

pindah dari plasma ke sel-sel darah merah untuk bergabung dengan

hemoglobin. Pembentukan COHb yang cepat dan terus menerus ini,

menyebabkan Pco plasma tetap rendah, sehingga CO dari alveolus selalu

mengalir dengan cepat kedalam darah di paru-paru. 

Seperti halnya dengan Hb02, CO Hb ini selalu berada dalam keadaaan

dissosiasi sebagai berikut :

HbCO + O2 HbO2 + CO

Jika expose dengan CO ini terhenti maka COHb akan diuraikan menjadi

Hb02 dan CO kembali dan selanjutnya CO ini akan larut dalam plasma

dan dikeluarkan melalui paru-paru. Reaksi toksik yang timbul setelah

menghirup CO pada dasarnya disebabkan oleh hypoxia jaringan karena

5

Page 9: Laporan Gas Co

darah tak cukup mengandung 02. Hal ini pertama kali dibuktikan oleh

Haldane pada tahun 1895. Jika seekor tikus diberikan 02 dengan tekanan

dua atmosfir, maka darah akan mengandung cukup banyak 02 yang larut

dalam plasma untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel-sel jaringan.

Dalam keadaan ini seluruh hemoglobin dapat berada dalam bentuk COHb

tanpa tikus-tikus ini menunjukkan gejala-gejala intoksikasi. Oleh Haldane

hal ini disimpulkan bahwa CO sendiri sebenarnya tidak toksik untuk sel-

sel jaringan.

CO tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kecuali jika ada

pemafasan aktif. Waktu rata-rata yang diperlukan oleh seorang yang

beristirahat untuk mengeluarkan CO sampai kadarnya menjadi ½

konsentrasi semula (half life), adalah 250 menit. Jika sebagai ganti udara

dipakai oksigen maka keseimbangan HbO2 + CO HbCO + O2 akan

bergeser kekiri, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat kadar

COHb menjadi dari semula hanya berlangsung 40 menit. Jika pada 02 ini

ditambah CO2 5%, waktu yang dibutuhkan akan berkurang lagi menjadi

13,7 menit. Pemberian CO2 5% ini akan menyebabkan terjadinya

hyperventilasi serta penurunan pH darah yang akan mempercepat

pembuangan CO ini. Pemberian 02 dengan tekanan 2 atmosfir akan lebih

mempercepat lagi eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit.

Perubahan patologik yang terjadi pada intoksikasi akut CO

disebabkan oleh hypoxia. Oleh karena itu, beratnya kelainan ditentukan

oleh lama serta derajat hypoxia ini. Yang terkena terutama ialah jaringan

yaang paling peka terhadap pengurangan 02, seperti : susunan saraf pusat,

jantung dan sebagainya. Finck(1966) mempelajari perubahan-perubahan

patologik pada 351 kasus kematian yang disebabkan intoksikasi CO.

Didapatkan tiga kelainan patologik, yaitu :

1. Edema/kongesti pada : paru-paru (66 %), otak (25%), jantung

( 2% ), viscera(7%).

2. Petechiae pada : otak (10%), jantung (33%).

3. Hemorrhagi pada : paru-paru (7%), pleura (1%), otak (2%)

6

Page 10: Laporan Gas Co

Pada kasus-kasus fatal yang akut, ditemukan kongesti serta

hemorrhagi pada semua organ. Sedang pada kasus-kasus fatal subakut, lesi

yang ditimbulkan sebanding dengan lamanya pingsan yang timbul akibat

hypoxia. Bokonjic (1963) mengemukakan pada kasus-kasus intoksikasi

CO, batas maksimum lamanya pingsan agar tidak meninggalkan cacat

neurologik adalah 21 jam untuk penderita dibawah umur 48 tahun dan 11

jam untuk penderita diatas umur 48 tahun. Bila pingsan berlangsung (i)

lebih dari 15 jam pada penderita umur diatas 48 tahun atau (ii) lebih dari

64 jam pada penderita umur dibawah 48 tahun, maka akan terjadi

kerusakan-rusakan permanen dan irreversible pada susunan saraf pusat dan

fungsi mental tidak akan kembali sempuma lagi. Pemeriksaan Histologis

memperlihatkan demyelinisasi yang luas pada substansia alba dan nekrosis

bilateral di globus pallidus.

WH Schulte (16) menyelidiki efek intoksikasi CO pada susunan

saraf pusat terhadap 49 orang sehat, berumur antara 25 th ¬ 49 th, yang

diexpose dengan 100 ppm CO. Kesimpulan yang didapat adalah CO dapat

menyebabkan gangguan fungsi pada pusat-pusat luhur disusunan saraf

pusat, terutama pada daerah-daerah diotak yang mengontrol kemampuan

cognitive dan psikomotor. Gangguan ini dapat terjadi pada kadar COHb

kurang dari 5%.

Jantung merupakan organ kedua yang peka terhadap hypoxia.

Sebagian kasus menunjukkan tanda-tanda klinis terkenanya myocardium,

tetapi sebagian yang lain tidakmemperlihatkan gejala-gejala ini. Kelainan

pada EKG ditemukan pada sebagian besar (hampir semua) kasus.

Lain-lain. Dapat timbul eritema, edema dan blister/bulla pada kulit. P02

merendah, terjadi asidosis metabolik Hematokrit meninggi.

Intoksikasi kronik.

Yang dimaksud disini ialah intoksikasi yang terjadi setelah

expose berulang-ulang dengan CO yang berkadar rendah atau sedang.

Perubahan-perubahan patofisiologi yang terjadi :

Pembuluh darah. CO mempunyai efek merusak dinding arteri sehingga

7

Page 11: Laporan Gas Co

menyebabkan permeabilitas terhadap macam-macam komponen plasma

meningkat. Pemberian cholesterol pada saat ini akan menyebabkan

penimbunan lemak pada pembuluh darah. Astrup (2) menemukan kadar

COHb yang tinggi pada perokok-perokok berat, terutama pada perokok

yang menderita arteriosclerosis perifer.

Ginjal GFR bertambah sampai ± 50%. Ini mungkin disebabkan oleh

bertambahnya permeabilitas vaskuler.

Darah.- Akibat hypoxia yang kronik, terjadi aklimatisasi. Eritrosit

bertambah jumlahnya (polisitemia).

Afinitet CO terhadap myoglobin lebih besar daripada terhadap

hemoglobin. Ini dapat mengganggu fungsi transport 02 dari myoglobin,

serta dapat memperberat ischemia myocardium.

Gejala-gejala yang timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan

oleh hypoxia. Gejala-gejala ini sebanding dengan kadar COHb dalam

darah.

Beratnya gejala ditentukan pula oleh kebutuhan jaringan akan 02.

Nadi baru terpengaruh jika kadar COHb telah mencapai 50%. Gejala-

gejala lain yang tidak khas adalah kelainan pada kulit, banyak berkeringat,

pembesaran hepar, tendens bleeding suhu badan meningkat, lekositosis,

serta albuminuria dan glycosuria.8

Diagnostik ditegakkan dengan :(i) ditemukannya kadar COHb

yang meninggi dalam darah. Carboxyhemoglobin berwarna merah terang

(bright red) yang akan terlihat pada kuku-kuku jari, mukosa, dan kulit, (ii)

ditemukannya tanda-tanda klinis seperti yang tersebut diatas.

Prinsip pada pengobatan intoksikasi CO ialah mengembalikan

keadaan agar supply 02 untuk sel-sel jaringan kembali menjadi normal dan

cukup, seperti semula. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Yang penting adalah memindahkan penderita kedalam ruangan

dengan udara segar.

2. Jika terjadi penghentian pernafasan, maka dilakukan

pernafasan buatan secepatnya.

8

Page 12: Laporan Gas Co

3. Tindakan berikut adalah pemberian oksigen, yang dilakukan

dengan alat-alat yang dapat mencegah terhisapnya kembali CO

kedalam badan. Pemberian ini dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu :

Oksigen diberikan bersama-sama dengan 5 7% CO2 . 

Dengan kombinasi ini kadar COHb dapat diturunkan lebih

cepat. Dalam konsentrasi ini CO2 tidak menimbulkan efek

yang membahayakan

Pada intoksikasi CO berat. Yang disertai dengan

hilangnya kesadaran, pengobatan terbaik adalah

denganpemberian oksigen yang bertekanan dua atmosfir.

Penggunaan oksigen bertekanan tinggi ini dengan cepat. akan

mengganti CO dalam molekul Hb. Selain itu oksigen ini akan

larut dalam plasma dalam jumlah banyak dan dapat dengan

segera memberikan efeknya pada sel-sel jaringan. Oksigen ini

akan menyebabkan keseimbangan reaksi : HbO2 + CO HbCO

+ O2 bergeser kekiri. CO akan terlepas dan larut kedalam

plasma dan selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan.

Dengan memperpendek keadaan hypoxia, kita akan dapat

membatasi semaximal mungkin kerusakan jaringan.

Penambahan tekanan oksigen lebih dari dua atmosfir akan

menimbulkan risiko mempercepat terjadinya intoksikasi

oksigen. Untuk pemberian hyperbaric oxygen therapy dipakai

cara yang dilakukan oleh Ogawa yaitu : diberikan tiga kali;

tiap kali diberikan oksigen murni dengan tekanan dua atmosfir

selama kira-kira satu jam, satu kali sehari. Pengobatan dengan

hyperbaric oxygenation ini, yang mulai dikembangkan oleh

Smith Sharp, pada tahun 1960, kini merupakan therapy of

choice untuk pengobatan intoksikasi CO berat. Cara ini dapat

menghilangkan CO dari darah dan jaringan dengan cepat tanpa

tergantung pada mekanisme transport hemoglobin.

9

Page 13: Laporan Gas Co

4. Selain ini hendaknya juga dilakukan usaha yang bersifat

supportif yaitu : Penderita diusahakan agar selalu panas dengan

menggunakan selimut dan sebagainya. Agar sama sekali tidak

melakukan gerakan/aktifitas fisik, supaya ke butuhan oksigen

oleh jaringan jadi seminimal mungkin.

5. Transfusi darah juga dapat membantu. Tetapi cara ini sekarang

banyak disanggah oleh karena darah baru ini, yang relatif

sedikit, dalam waktu singkat akan dipenuhi oleh CO yang

berada di jaringan-jaringan.

6. Tindakan tambahan lain yang pernah dianjurkan adalah :

hypothermi yaitu dengan mendinginkan seluruh badan, maka

kebutuhan sel-sel jaringan akan oksigen menurun, sehingga

sequellae neurologis yang timbul dapat dikurangi seminimal

mungkin.

7. Juga dapat digunakan succinic acid, untuk menstimulir

pernafasan.

B. Perundang-undangan

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Pasal 3 ayat1 (g) ”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar

luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.”

2. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di

Tempat Kerja.

3. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di

Udara Lingkungan Kerja.

4. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan

Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

5. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan

Kimia di Lingkungan Kerja

10

Page 14: Laporan Gas Co

11

BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

1. Gambar Alat

Gambar Keterangan

1. Display2. Sensor CO3. Power4. Hold Esc5. Set6. Alarm7. Rec. Enter

2. Cara Kerja

a. Instal Batu Baterai

b. Tekan Tombol Power

c. Seluruh instrumen aktif ditandai munculnya segmen digital pada

display.

d. Pada display akan muncul angka yang menunjukkan kadar CO

dan juga suhu pada waktu pengukuran.

e. Tekan tombol Rec kemudian tunggu hingga waktu pengukuran

selesai tekan Rec lalu diperoleh hasil kadar maksimal dan

minimal CO pada daerah pengukuran.

f. Untuk mematikan tekan tombol power hingga berbunyi dan alat

akan turn off dengan sendirinya.

3. Prosedur Pengukuran

a. Tentukan area yang akan dilakukan pengukuran.

b. Buatlah tabel hasil pengukuran.

c. Pasang baterai pada alat.

Page 15: Laporan Gas Co

d. Hidupkan alat dengan cara menekan tombol power pada alat

hingga berbunyi dan muncul angka pada display yang

menunjukkan kadar gas CO dan juga suhu pada tempat

pengukuran.

e. Setelah muncul angka, catat suhu pada tempat pengukuran,

kemudian tekan tombol Rec tunggu sampai waktu pengukuran

selesai kemudian tekan tombol Rec lagi.

f. Setelah itu diperoleh hasil kadar gas CO baik maksimal maupun

minimal pada tempat pengukuran.

g. Catat hasil yang diperoleh pada tabel hasil pengukuran.

h. Matikan alat dengan cara menekan tombol power hingga berbunyi

dan alat akan turn off dengan sendirinya.

B. Hasil Pengukuran

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 17 April 2014

Tempat : Halte

Waktu : 09.40 WIB

Diperoleh hasil sebagai berikut :

No. WaktuTempat

Pengukuran

Suhu Kadar CO

Max Min Max Min

1. 09.40 Halte 32.5 ˚C 32.4 ˚C 12 ppm 3 ppm

12

Page 16: Laporan Gas Co

13

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perbandingan dengan NAB (Nilai Ambang Batas)

Kadar NAB normal gas karbon monoksida yang diperbolehkan

sesuai isi atau NAB menurut Permenakertrans No. Per.13/MEN/X/2011

tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia adalah 29 mg/m3. Sedangkan

dalam pengukuran yang telah saya laksanakan di Halte diperoleh kadar CO

sebesar 3 – 12 ppm atau setara dengan 3 – 13 mg/m3. Sehingga kadar CO di

Halte tersebut masih dalam ambang batas aman atau di bawah NAB.

Gas karbon monoksida ini merupakan salah satu gas yang

berbahaya. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, beracun dan

berbahaya. Berat 96,5% dari berat air dan tidak larut dalam air. Menyebabkan

kematian karena tidak memiliki tanda-tanda bahaya.

B. Gejala Keracunan

1. 100 ppm : dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan.

250 ppm : kehilangan kesadaran.

1000 ppm : kematian cepat.

2. Pada penderita jantung dapat beresiko tinggi keracunan CO dapat

meyebabkan jantung tidak dapat beradaptasi cepat saat kekurangan O2.

3. Reaksi CO dengan Hb dalam darah dapat menyebabkan afinitas CO

terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O2 dan pengaruh CO ditentukan

oleh konsentrasi COHb.

4. Menghirup udara mengandung CO rendah (5-6 ppm) termasuk 7 ppm

dalam jangka waktu lama dengan gejala:

a. Sakit kepala, pening, berkunang-kunang.

b. Lemah dan ngilu persendian.

c. Mual dan muntah-muntah.

d. Sesak nafas, terutama pada waktu olah raga.

Page 17: Laporan Gas Co

C. Patofisiologis (Cara Masuk ke Tubuh)

Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna,

tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracuin. Gas

Karbon monoksida merupakan bahan yang umum ditemui di industri. Gas

ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor,

alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon

dan nyala api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api, pembakaran gas,

asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa residu

pembakaran mesin. Banyak pembakaran yang menggunakan bahan bakar

seperti alat pemanas dengan menggunakan minyak tanah, gas, kayu dan

arang yaitu kompor, pemanas air, alat pembuangan hasil pembakaran dan

lain-lain yang dapat menghasilkan karbon monoksida. Pembuangan asap

mobil mengandung 9% karbon monoksida. Pada daerah yang macet tingkat

bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan. Karbon monoksida tidak

mengiritasi tetapi sangat berbahaya (beracun) maka gas CO dijuluki sebagai

“silent killer” (pembunuh diam-diam).

14

Page 18: Laporan Gas Co

15

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Karbon monoksida adalah salah satu gas yang berbahaya yang mana gas

ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, beracun dan berbahaya

hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.

2. Cara mengukur kadar CO suatu tempat/ruangan adalah menggunakan CO

Meter, caranya sebagai berikut:

a. Mempersiapkan alat, cek kondisi baterai, dan kondisi alat dalam

keadaan baik.

b. Menyalakan alat dengan menekan tombol “Power”

c. Menunggu sampai lima menit pada ruangan atau tempat tertentu.

d. Menekan hold untuk melihat hasil pengukuran.

e. Mencatat hasil pengukuran.

3. Kadar CO pada Kantin Pak Wepe adalah 5 ppm. Dibandingkan dengan

Permenakertrans No. Per. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik

dan Faktor Kimia, bahwa kadar CO di Kantin Pak Wepe masih aman

untuk paparan yang normal atau berada di bawah NAB yang telah

ditetapkan Permenakertrans tersebut.

4. Cara pengendalian terhadap keracunan gas CO adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan

1) Sumber Bergerak.

a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.

b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara

berkala.

c) Memasang filter pada knalpot.

2) Sumber Tidak Bergerak

a) Memasang scruber pada cerobong asap.

Page 19: Laporan Gas Co

b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan

pengujian secara berkala.

c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan

kadar CO rendah.

3) Manusia

Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi

baku mutu (10000 µg/Nm3 udara dengan rata-rata waaktu

pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan

dilakukan upaya-upaya:

a) Menggunakan APD seperti masker gas.

b) Menutup/menghindari tempat-tempat yang diduga

mengandung CO seperti sumur tua, goa, dll.

b. Penanggulangan

1) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti menggunakan

exhaust-fan.

2) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan:

a) Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.

b) Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

B. Saran

1. Mahasiswa hendaknya melakukan praktikum dengan teliti, cermat dan

serius.

2. Untuk mengurangi pemaparan yang melebihi ambang batas sebaiknya

digunakan alat pelindung diri.

3. Sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk pengukuran harus dalam

kondisi baik.

4. Sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap mesin-

mesin

16

Page 20: Laporan Gas Co

17

DAFTAR PUSTAKA

http://phicumbritz.blogspot.com/2010/12/makalah-intoksikasi-co.html (24 April 2014 )

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Lingkungan Kerja

Purba, Prasianto. 2012. Makalah Kesehatan Lingkungan tentang Pencemaran Udara Akibat Partikel. http://prasianto.blogspot.com/2012/12/Makalah-Kesehatan-Lingkungan-tentang-Pencemaran-Udara.html (16 April 2014).

Tim Penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester IV. Surakarta: Program D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNS.

Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sagung Seto.