laporan fisiologi mata

8
HASIL A. Visus dan Anomali Refraksi Nama naracoba : Angelica Olivia Jenis kelamin : Perempuan Umur : 20 tahun Hasil yang diperoleh : Pengakuan naracoba refraksi mata sebelum pemeriksaan: Mata kanan/occulus dextra (OD) : Emmetrop / Hipermetrop / Miop / Astigmat Mata kiri/occulus sinistra (OS) : Emmetrop / Hipermetrop / Miop / Astigmat Visus Sebelum dikoreksi: Visus OD = 20 200 Visus OS = 20 160 B. Tes Buta Warna Nama naracoba : Citra Wanodya P. NIM : 41130018

Upload: bontor-daniel-sinaga

Post on 04-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

blok 18 fk ukdw

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fisiologi Mata

HASIL

A. Visus dan Anomali Refraksi

Nama naracoba : Angelica Olivia

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 20 tahun

Hasil yang diperoleh :

Pengakuan naracoba refraksi mata sebelum pemeriksaan:

Mata kanan/occulus dextra (OD) : Emmetrop / Hipermetrop / Miop /

Astigmat

Mata kiri/occulus sinistra (OS) : Emmetrop / Hipermetrop / Miop /

Astigmat

Visus

Sebelum dikoreksi:

Visus OD = 20

200

Visus OS = 20

160

B. Tes Buta Warna

Nama naracoba : Citra Wanodya P.

NIM : 41130018

Jenis kelamin : Perempuan

Periksa buta warna sebelumnya : Pernah / Belum

Jika pernah, kapan : 2 tahun lalu

Hasil pengamatan

Page 2: Laporan Fisiologi Mata

No.

gambar

Terlihat oleh naracoba Terlihat oleh pembanding

1. 12 12

2. 8 8

3. 5 5

4. 29 29

5. 74 74

6. 7 7

7. 45 45

8. 2 2

9. X X

10. 16 16

11. Dapat merunut Dapat merunut

12. 35 35

13. 96 96

14. Dapat merunut 2 garis Dapat merunut 2 garis

PEMBAHASAN

A. Visus dan Anomali Refraksi

Pada percobaan visus dan anomali refraksi bertujuan untuk menilai

ketajaman serta kejernihan pengelihatan naracoba. Sebelum memulai

pemeriksaan, pemeriksa terlebih dahulu menanyakan ada tidaknya

kelainan pada pengelihatan atau kelainan pada refraksi mata. Hal ini

dilakukan untuk dapat mempermudah pemeriksaan serta ada tidaknya

koreksi dari pemeriksaan tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil bahwa pada mata

kanan dan kiri visusnya berbeda. Mata kanan sebesar 20/200, berarti

bahwa naracoba hanya dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki, dimana

orang normal dapat membacanya sejauh 200 kaki. Pada mata kiri

Page 3: Laporan Fisiologi Mata

menunjukkan hasil 20/160, yang berarti bahwa naracoba hanya dapat

membaca huruf pada jarak 20 kaki, sedangkan orang normal dapat

membacanya pada 160 kaki. Perbedaan visus antara mata kanan dan

kiri dapat terjadi karena kondisi masing-masing bola mata yang

berbeda. Kelainan mata kanan dan kiri tersebut menunjukkan bahwa

daya akomodasi lemah dan terjadi kelainan pada bola mata, dimana

garis tengah antero posterior bola mata terlalu panjang, sehingga

bayangan yang seharusnya jatuh di bintik kuning retina justru jatuh di

belakang retina. Kondisi ini disebut miopi (rabun jauh) yakni penderita

tidak dapat melihat jelas suatu obyek yang jaraknya cukup jauh,

sehingga harus mendekati obyek tersebut untuk dapat melihat secara

jelas. Hasil tersebut menunjukkan kecocokan dengan apa yang

sebelumnya dikatakan oleh naracoba mengenai riwayat visus mata

sebelumnya.

Kelainan visus mata ini (miopi) bersifat genetik. Selain itu, pada

orang berusia muda dengan aktivitas yang berkaitan dengan benda-

benda dekat, misalnya membaca buku dan menonton televisi terlalu

dekat dapat mempercepat timbulnya miopi. Untuk menanggulangi

miopi ini, penderita harus menggunakan kacamata lensa bikonkaf atau

sferis negative (-), yang membuat berkas cahaya sejajar sedikit

berdivergensi sebelum masuk ke mata. Selain miopi, ada pula kelainan

visus yakni hipermetropi (bayangan jatuh di belakang retina), astigmat

(pandangan kabur akibat rusaknya kornea mata), serta presbiopi (pada

orangtua dimana terjadi akomodasi berubah-ubah/campuran miopi dan

hipermetropi).

Adapun kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi sehingga

mempengaruhi hasil, antara lain: jarak antara optotik Snellen dengan

naracoba tidak tepat, perbedaan persepsi naracoba terhadap pembacaan

huruf, naracoba yang sudah hafal mengenai huruf yang ditunjuk, dan

lain-lain.

B. Tes Buta Warna

Page 4: Laporan Fisiologi Mata

Buta warna adalah istilah umum untuk gangguan persepsi warna.

Penderita buta warna kesulitan membedakan nuansa warna atau buta

terhadap warna tertentu. Buta warna disebabkan oleh keturunan dan

didapat (acquired). Buta warna turunan terjadi akibat kurang atau tidak

adanya sel konus yang berfungsi menangkap warna. Dimana ada 3

jenis sel konus yang sensitif terhadap warna merah, hijau, dan biru.

Buta warna tidak dapat disembuhkan. Seperti diketahui bahwa buta

warna dapat dibedakan menjadi buta warna total dan parsial. Pada buta

warna total, penderita tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam,

putih, dan abu-abu. Sementara pada buta warna parsial, penderitanya

mengalami kekurangan pigmen dalam sel kerucut retina sehingga tidak

bisa melihat warna tertentu saja. Masalah mereka terutama adalah

membedakan nuansa hijau (deuteranomali) atau nuansa merah

(protanomali) dan kebutaan warna hijau (deuteranopia) atau warna

merah (protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan

buta warna total sangat jarang terjadi.

Pada pemeriksaan tes buta warna bertujuan untuk menilai persepsi

pengelihatan terhadap warna. Pemeriksaan buta warna dilakukan

dengan buku Ishihara’s dengan jarak baca 75 cm. Posisi naracoba

tegak lurus yang bertujuan untuk mempermudah pembacaan gambar

dengan titik-titik berwarna tersebut serta dibandingkan dengan

pembanding yang dianggap normal. Naracoba diminta membaca

gambar maksimal dalam 3 detik. Pada Ishihara’s test terdapat 14

gambar yang memiliki titik-titik dengan berbagai warna yang

membentuk suatu angka ataupun alur. Warna-warna tersebut didesain

khusus sehingga dapat mendeteksi kemampuan seseorang dalam

mengidentifikasi suatu warna (merah, hijau ataupun biru).

Berdasarkan hasil pemeriksaan, naracoba dapat membaca semua

gambar yang tertera pada Ishihara’s test yakni sejumlah 14. Hal ini

menunjukkan bahwa naracoba tidak menderita buta warna. Adapun

kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi sehingga mempengaruhi hasil

Page 5: Laporan Fisiologi Mata

antara lain: jarak antara Ishihara’s test dengan mata naracoba, naracoba

menyentuh buku Ishihara’s test, dan lain-lain.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pemeriksaan visus dan anomali refraksi, maka dapat

disimpulkan bahwa naracoba menderita miopi. Hal ini dibuktikan bahwa

naracoba memiliki visus mata kanan 20/200 dan mata kiri 20/160, yang

berarti bahwa naracoba mengalami rabun jauh atau tidak dapat melihat

dari jauh dengan jelas.

2. Berdasarkan pemeriksaan buta warna, maka dapat disimpulkan bahwa

naracoba tidak mengalami buta warna. Hal ini dibuktikan bahwa pada

naracoba berhasil membaca semua gambar pada Ishihara’s test.

DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn S., Peter G. Szilagyi. 2009. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik

dan Riwayat Kesehatan ed.8. Jakarta: EGC

Tortora, G J & Derrickson. B, 2009, Principles of Anatomy and Physiology, 12th.

USA: John Wiley & sons inc.

Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke system ed 6. Jakarta:

EGC