laporan fisiologi 3 kelompok
TRANSCRIPT
N
o
Nama anggota kelompok NIM Tanda tangan
1 Weldhy Cynda Putra T 102007195
2 Shinta Lestariyanti 102010045
3 Zebriyandi 102010102
4 Frisca 102011037
5 Malaura Elfrida Simarmata 102011108
6 Lia Angelina Simbolon 102011146
7 Pratami F. Rieuwpassa 102011195
8 Catherine Dorinda 102011293
9 Alexandro Wiyanda 102011296
10 Stephania Sofia Inguliman 102011402
11 Anthony Gunawan 102011412
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
KESANGGUPAN KARDIOVASKULER
KELOMPOK : C-2
A. TES PENINGGIAN TEKANAN DARAH DENGAN PENDINGINAN (COLD-
PRESSOR TEST)
I. TUJUAN
Untuk membuktikan adanya peninggian tekanan darah dengan adanya cold-
pressor test atau dengan perlakuan pendinginan.
II. LANDASAN TEORI
Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar
yang mempengaruhinya adalah cardiac output, total tahanan perifer pembuluh darah di
arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita
melakukan kontrol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh
darah yang bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan
hormonal.
Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang
mengubah jari-jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui
efek terhadap otot polos arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka
dan jantung, yaitu jaringan-jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan
pasokan darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic
keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan darah tetap konstan. Pengaruh-pengaruh
lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik.
I. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold-presor test)
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu
contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah.
Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p
tergolong hiperreaktor.
Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p
tergolong hiporeaktor.
III. ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Sfigmomanometer
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch)
IV. CARA KERJA
1. Suruhlah orang percobaan berbarig telentang dengan tenang selama 20 menit.
2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan
atas orang percobaan.
3. Setelah OP berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit
sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal).
4. Tanpa membuka manset suruhlah OP memasukkan tangan kirinya kedalam air
es (40C) sampai pergelangan tangan.
5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya.
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan. Bila pada
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan
diastolic lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan
hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah OP masih dibawah angka-angka
tersebut diatas, maka OP termasuk gologan hiporeaktor.
7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tagan kirinya dari es dan tetapkanlah
tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan
darah basal.
8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolic
pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan dua
kali.
Pada percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekaan sistolik pada
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan.
Suruhlah OP segera mengeluarkan tanga kirinya dari es dan tetapkanlah
tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan
darah basal.
Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukalah percoaan yang
kedua untuk menetapkan tekanan diastolic pada detik ke 30 dan detik ke
60 pendinginan.
V. HASIL PERCOBAAN
Tekanan darah basal OP: 110/80
Tekanan darah setelah tangan dicelupkan ke air dingin:
Menit ke 30: 120/80
Menit ke 60: 120/90
Pemulihan : tiap 2 menit
Tekanan darah ke-1 : 120/80
Tekanan darah ke-2 : 118/70
Tekanan darah ke-3 : 114/70
Tekanan darah ke-4 : 111/70
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini sangat berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan darah
adalah kekuatan darah untuk melawan dinding pembuluh darah. Tekanan darah
merupakan salah satu tanda-tanda vital yang sering diukur dan ,tentu saja,tekanan
darah yang normal penting bagi kehidupan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
tekanan darah, salah satunya adalah perubahan suhu. Hal ini disebabkan karena saat
terjadi perubahan suhu terjadi perangsangan saraf simpatis yang mempengaruhi
jantung dan pembuluh darah. Stimulasi saraf simpatis akan menyebabkan naiknya
frekuensi dan kekuatan otot jantung. Hal ini akan meningkatkan curah jantung
sehingga tekanan darah turut meningkat.
Vasokonstriksi pembuluh darah akibat stimulasi saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah. Vasokonstriksi meningkatkan aliran balik darah ke
jantung melalui vena yang akan meningkatkan volume sekuncup. Peningkatan volume
sekuncup dapat meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah meningkat.
Ketika terjadi penurunan suhu, rangsangan dari saraf simpatis menyebabkan
terjadinya respon dengan vasokontriksi pembuluh darah perifer untuk mengurangi
penguapan panas melalui kulit. Selain itu, juga terjadi peningkatan aktivitas
termogenesis untuk meningkatkan suhu tubuh. Untuk meningkatkan termogenesis
diperlukan peningkatan proses metabolisme. Sebagai kompensasi dari meningkatnya
proses metabolisme, maka jantung akan memompa darah lebih banyak ke dalam sel
dan jaringan untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk proses
metabolisme. Agar darah yang dipompa lebih banyak maka curah jantung harus
meningkat, meningkatnya curah jantung juga akan diikuti dengan peningkatan
tekanan darah.
Pendinginan dapat menimbulkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi menimbulkan
peningkatan kontraksi otot polos sirkular di dinding arteriol yang menyebabkan
penurunan resistensi dan peningkatan aliran melalui pembuluh.
Dari hasil percobaan, tekanan darah OP pada saat basal adalah 110/80 mmHg.
Dengan dimasukkannya tangan kiri ke dalam baskom yang berisi air dingin, tekanan
darah OP naik menjadi 120/90 mmHg pada detik ke 60. Hal ini disebabkan karena
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Meletakkan tangan
dalam air yang dingin menyebabkan vasokonstriksi setempat dan pengeluaran keringat
setempat menjadi terhenti. Air es ini berfungsi sebagai stressor yang dapat memicu
respon tubuh, salah satunya seperti yang telah dijelaskan, adalah dengan meningkatkan
tekanan darah. Kemudian, hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah tangan
dicelupkan ke dalam air dibandingkan. Bila perubahan tekanan sistolik >20 mmHg dan
Diastolik > 15 mmHg dari keadaan basal, orang percobaan termasuk dalam kelompok
hipereaktor, bila perubahan tekanan lebih kecil disebut hiporeaktor.
Refleks ini disebabkan oleh efek suhu setempat yang langsung pada pembuluh
darah. Tekanan darah diastolik OP naik hingga 10 mmHg sedangkan tekanan diastoliknya
naik hingga 10 mmHg dari tekanan basal. Hal ini mengindikasikan bahwa OP termasuk
golongan hiporeaktor.
Setelah tangan dikeluarkan dari air es, dilakukan pemeriksaan tekanan darah
hingga tekanan darah kembali ke tekanan darah pada saat OP dalam keadaan basal.
Ternyata, OP membutuhkan 8 menit untuk pemulihan.
VII. KESIMPULAN
Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat disebabkan karena
terjadinya vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.
B. Percobaan naik turun bangku (Harvard step test)
CARA KERJA
1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil
mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.
2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat
padasatu detakan metronom.
3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya
dinaikkanke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku diturunkan ulang
sehinggaorang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih
dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan sebuah stopwatch.
7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut
nadiselama 30 detik sebanyak 3 kali masing-m,asing dari 0´-30´, dari 1´-130´ dan
dari 2´-2´30´.
8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya
menurut 2 cara berikut ini:
HASIL PERCOBAAN :
1. Cara lambat :
Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100
2 x jumlah ketiga denyut nadi per 30’’
Penilaiannya :
< 55 = keanggupan kurang
55-64 = kesanggupan sedang
65-79 = kesanggupan cukup
80-89 = kesanggupan baik
> 90 = kesanggupan amat baik
2. Cara cepat :
Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100
5.5 x harga denyut nadi per 30’’pertama
Penilaiannya :
< 50 = kurang
50-80 = sedang
>80 = baik
Denyut nadi awal = 65x/menit
Kesanggupannya berhenti pada 3 menit 35 detik diubah ke detik menjadi 215 detik
Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb: ( pemeriksaan dilakukan selang waktu 30
detik)
- 36x/30 detik = 72x/menit
- 35x/30 detik = 70x/menit
- 32x/30 detik = 64x/menit
Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:
a. Cara lamban
Lama naik turun dalam detik x 100
2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”
215 detik x 100 104
2 x (36+35+32)
Sehingga kesanggupan OP lebih dari 90 = amat sangat baik
=
= =
b. Cara cepat
Lama naik turun dalam detik x 100
5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30”
215 detik x 100 108,58
5.5 x 36
Jadi kesanggupan OP lebih dari 90 artinya amat sangat baik
LANDASAN TEORI
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantungberdaptasi
(kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini mempengaruhi
tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan:
a. Penurunan O2 oleh karena sel-sel yang aktif melakukan metabolisme menggunakan
lebih banyak O2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
b. Peningkatan CO2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif
c. Peningkatan asam – lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari peningkatan
produksi CO2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi penimbunan asam
laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP adalah jalur glikolitik.
d. Peningkatan K+ -- potensial aksi yang terjadi berulang-ulang dan mengalahkan
kemampuan pompa Na+ untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat,
menyebabkan peningkatan K+ di cairan jaringan.
=
= =
e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena meningkatnya
pembentukan partikel-partikel yang secara osmotis aktif.
f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism atau
kekurangan O2, terutama di otot jantung.
g. Pengeluaran prostaglandin
h. Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah
beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi
peningkatan aliran balik vena.
i. Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini
menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas
otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Aliran darah di otot rangka sangat meningkat sewaktu olahraga
Aliran darah rerata ke otot rangka dalam keadaan istirahat adalah 3-4 ml/mnt/100
gram otot. Sewaktu olahraga, laju ini dapat meningkat 15-25 kali lipat, dan curah jantung
meningkat hingga 6 atau 7 kali normal. Peningkatan aliran darah ini diperlukan untuk
menyalurkan nutrient tambahan ke otot yang sedang bekerja dan untuk membuang produk
sampingan kontrkasi otot. Sewaktu otot rangka berkontraksi , aliran darah otot turun drastis,
tetapi aliran ini cepat meningkat di antara kontraksi.
Faktor vasodilator meningkatkan aliran darah otot sewaktu olahraga
Kontraksi otot meningkatkan laju metabolik jaringan ini, yang pada gilirannya menurunkan
kkonsentrasi oksigen di jaringan; penurunan konsentrasi oksigen menyebabkan pembuluh
darah melebar. Selian itu, otot rangka yang bekerja juga mengeluarkan berbagai faktor
vasodilator, termasuk yang berikut:
1. Adenosin
2. Ion kalium
3. Ion hidrogen
4. Asam laktat
5. Karbondioksida
Pengaktifan simpatis menurunkan aliran darah dan otot rangka
Sewaktu stimulasi simpatis pasif, seperti terjadi pada syok sirkulasi, aliran darah ke otot
rangka dapat berkurang hingga seperempat dari normal. Efek ini disebabkan oleh efek
langsung stimulasi saraf simpatis dan pembebasan norepinefrin dan epinefrin dari adrenal.
Stimulasi saraf simpatis dan pelepasan noreepinefrin dari adrenal terutama merangsang
reseptor alfa adrenergic, dan epinefrin yang dikeluarkan dari adrenal terutama merangsang
reseptor beta adrenergik. Stimulasi reseptor alfa menyebabkan vasokontriksi, sedangkan
stimulasi beta perifer menyebaban vasodilatasi.
Perubahan kardiovaskular sewaktu olahraga menyalurkan lebih banyak nutrien dan
membuang lebih banyak produk sampingan metabolic dari otot yang berolahraga
Perubahan kardiovaskular yang terjadi sewaktu olahraga mencakup berikut:
Impuls simpatis massif, yang meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan jantung
serta menyebabkan konstriksi arteriol serta venokonstriksi di semua pembuluh darah
kecuali otot yang bekerja, otak, dan pembuluh koronaria.
Berkurangnya impuls parasimpatis, yang juga meningkatkan kecepatan denyut
jantung.
Vasodilatasi lokal di otot yang bekerja, yang menurunkan resistensi terhadap aliran
balik vena.
Meningkatnya aliran balik vena dan curah jantung, akibat peningkatan tekanan
pengisian sistemik rerata, berkurangnya resistensi terhadap aliran balik vena, dan
peningkatan kekuatan jantung.
Meningkatnya tekanan pengisian sistemik rerata, terutama akibat venokonstriksi
meskipun juga dapat karena kontriksi arteriol.
Meningkatnya tekanan arteri rerata, suatu akibat penting dari penngkatan aktivitas
simpatis sewaktu olahraga. Penyebab meningkatnya tekanan ini adalah kontriksi
arteriol dan arteri kecil, meningkatnya kontraktilitas jantung, dan meningkatnya
tekanan pengisian sistemik rerata.
Peningkatan tekanan arteri dapat berkisar dari 20-80 mm Hg bergantung pada Janis
olahraga yang dilakukan. Jika olahraga dilakukan di bawah kondisi tegang, misalnya
olahraga isometric, ketika banyak otot yang berkontraksi dalam jangka lama, terjadi
peningkatan besar tekanan arteri. Jika olahraga lebih bersifat isotonic, misalnya berenang
atau lari atau lari, tekanan arteri tidak terlalu meningkat.
Jika tekanan arteri digcegah untuk meningkat sewaktu olahraga, misalnya pada pasien
dengan gangguan kengenital sistem saraf simpatis, curah jantung hanya dapat meningkat
hingga sepertiga daripada yang seharusnya. Jika tekanan arteri dibiarkan meningkat secara
normal, aliran darah ke otot rangka meningkat secara normal dari sekitar 1 L/mnt sewaktu
istirahat menjadi 20 L/mnt sewaktu olahraga. Jika tekanan arteri dicegah untuk meningkat
sewaktu olahraga, aliran darah otot rangka jarang meningkat lebih dari delapan kali lipat.
Peningkatan tekanan arteri membantu meningkatkan aliran darah dengan mendorong
darah melalui sistem arteri dan kembali ke jantung dan memperlebar arteriol, yang
menurunkan resistensi perifer total dan memungkinkan lebih banyak darah mengalir melalui
otot rangka dan kembali ke jantung.
Sirkulasi koronaria
Aliran darah koronaria dalam keadaan istirahat adalah sekitar 225 ml/mnt dan dapat
meningkat tiga hingga empat kali lipat sewaktu olahraga. Aliran koronaria disalurkan ke otot
hantung terutama melalui arteri koronaria kiri, yang mendarahi sebagian besar ventrikel kiri,
dan arteri koronaria kanan, yang mendarah I ventrikel kanan, dan sebagian dari bagian
posterior ventrikel kiri. Seperti otot rangka, aliran ke dalam otot jantung menurun sewaktu
kontraksi otot, yang dijantung bersamaan dengan sistol. Aliran menurun banyak di pembuluh
subendokardium karena pembuluh-pembuluh ini terletak di bagian tengah otot jantung.
Pembuluh permukaan, pembuluh epikardium, tidak banyak mengalami penurunan sewaktu
sistol.
Pada aliran koronaria, control oleh metabolisme lokal lebih berperan daripada kontrol.
Pada penurunan konsentrasi oksigen otot jantung, terjadi pelepasan bebrapa fakrot
vasodilator, termasuk yang berikut:
• Adenosine
• Senyawa adenosine fosfat
• Ion kalium
• Ion hidrogen
• Karbondioksida
• Bradikinin
• Prostaglandin
Pembebasan faktor-faktor vasodilator ini tejradi sebagai respons terhadap perubahan
metabolisme lokal dan penting untuk mengatur aliran koronaria; sebagian besar dari faktor ini
berperan dalam vasodilatasi otot yang bekerja. Salah satu regulator aliran koronaria
terpenting adalah adenosine. Aliran koronaria juga dipengaruhi oleh saraf simpatis.
Dibandingkan dengan faktor vasodilator, efek simpatis pada aliran koronaria biasanya
sedang. Pembuluh epikardium lebih banyak memiliki resptor alfa sehingga mengalami
konstriksi sewaktu stimulasi simpatis. Sebaliknya, arteri-arteri subendokardium lebih anyak
memiliki reseptor beta dan mengalami vasodilatasi seaktu stimulasi simpatis. Efek
keseluruhan stimulasi simpatis adalah penurunan ringan aliran koronaria. Kontrol aliran
koronaria merupakan hal penting karena untuk metabolisme jantung yang normal diperlukan
penyaluran oksigen yang konstan. Metabolisme lemak, yang memerlukan oksigen, biasanya
memasok 70% energi untuk jantung. Pada kondisi iskemik sedangm glikolisis anaerob dapat
memasok energi bagi metabolisme jantung.
I. PEMBAHASAN
Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan indeks kesanggupan badan
seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Melalui cara perhitungan yang telah dijelaskan
diatas, terlihat dengan jelas bahwa indeks kesanggupan badan sangat bergantung dari lama
orang tersebut mampu terus menerus naik-turun bangku dan frekuensi denyut nadinya segera
setelah ia melakukan aktivitas tersebut. Semakin lama ia mampu bertahan naik-turun bangku
dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik
pula kesanggupannya.
Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional
individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada tingkatan
latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua
perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran
darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung dilakukan
dengan meningkatan isi sekuncup dan denyut jantung.
Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB)
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB
seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.
II. KESIMPULAN
Kerja fisik yang berat mengakibatkan peningkatan kebutuhan O2 dan
perangsangan saraf simpatis pada jantung sehingga jantung meningkatkan curah
jantungnya dan denyut nadi pun akan ikut meningkat
DAFTAR PUSTAKA
1. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.