laporan fisio hilman

20
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II NAMA : HILMAN NIHAYA NIM : O11113309 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: rizki-pratiwi

Post on 20-Feb-2016

235 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

llllll

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fisio Hilman

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK II

NAMA : HILMAN NIHAYA

NIM : O11113309

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINTAHUN 2015

Page 2: Laporan Fisio Hilman

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : HILMAN NIHAYA

NIM : O11113309

Nama Asisten : Rismayani

Waktu Asistensi : 22 April 2015

No. Jadwal Asistensi Saran Perbaikan Paraf Asisten

1

Makassar, – April – 2015

Asisten Praktikan

(Rismayani) (Hilman Nihaya)

JUDUL PRAKTIKUM

Darah

Page 3: Laporan Fisio Hilman

TUJUAN PRAKTIKUM

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM

Darah

Tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui sifat fisik darah dengan metode preparat darah natif, waktu

beku darah, waktu pendarahan, hemolisis darah dan krenasi

2. Untuk mengetahui kadar Hb sel darah merah dengan metode Sahli

3. Untuk mengetahui sel darah putih dengan metode apus darah dan diferensiasi

BDP

1. Sifat fisik darah dengan metode preparat darah natif, waktu beku darah, waktu

pendarahan, hemolisis darah dan krenasi

2. Menghitung kadar Hb sel darah merah dengan metode Sahli

3. Mengetahui sel darah putih dengan metode apus darah dan diferensiasi BDP

Page 4: Laporan Fisio Hilman

TINJAUAN PUSTAKAA. Darah

Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan

perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma

darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas

(oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel

darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Campbell, 2010).

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel

darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter.

Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( Pearce,

2002 )

Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,pengaturan

suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama

hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif

tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah,

hanya melintas saja ( Pearce, 2002 ).

Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah

tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,

protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang

merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen ( Pearce, 2002 ).

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir

dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung

menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan

menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung

melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran

pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran

halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui

pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.Darah juga mengangkut bahan

bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan

ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni( Pearce, 2002 ).

Page 5: Laporan Fisio Hilman

B. Komposisi Darah

Darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah berbentuk cair dan

padat, yang apabila di periksa di bawah mikroskopis tampak banyak benda bundar kecil

di dalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah (Campbell, 2010).

Dalam keadaan normal, sel darah merah berbentuk cakram kecil bikonkaf dengan

diameter sekitar 7.2 μm tanpa memiliki inti, cekung pada kedua sisinya, dilihat dari

samping seperti 2 (dua) buah bulan sabit yang bertolak belakang, kalau dilihat satu

persatu berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar seperti kelihatan merah dan

memberi warna pada darah. Struktur sel darah merah terdiri atas pembungkus luar atau

stroma, berisi massa hemoglobin (HB). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat

besi, yang mempunyai afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen

tersebut membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka

oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain. Sel darah merah memerlukan

protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi (Pearce,

2002 ).

Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan sel mikrosit dan

yang berukuran lebih dari normal (9 μm - 12 μm) dinamakan sel makrosit. Komposisi

molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air

(60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel darah merah

merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak.

Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan

berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan

osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah

agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan

hipertonis maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat

bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel

darah merah dimasukka n dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel

darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa

tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena

keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).

Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat

melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat karena

tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan

Page 6: Laporan Fisio Hilman

tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran

plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah

sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya

serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya

dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).

C. Sediaan Apus Darah Tepi

Pembuatan preparat sediaan apus darah adalah untuk menilai berbagai unsur sel

darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit dan mencari adanya parasit seperti

malaria, microfilaria dan lain sebagainya (Kimball, 1990).

Bahan pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpa anti

koagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1 mg/cc

darah (Kimball, 1990).

Ciri sediaan apus yang baik :

a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai

2/3 panjang kaca.

b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu

eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.

c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.

d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung

sedimen (Kimball, 1990).

Teknik pemeriksaan apus darah tepi :

Sediaan apus darah terdiri atas bagian kepala dan bagian ekor. Pada bagian

kepala sel-sel bertumpuk-tumpuk terutama eritrosit, sehingga bagian ini tidak dapat

dipakai untuk pemeriksaan morfologi sel. Eritrosit sebaiknya diperiksa di bagian

belakang ekor, karena disini eritrosit terpisah satu sama lain. (Kimball, 1990).

D. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah gabungan antara hemo danglobin yang mempunyai berat

molekul 65.000. Hemo mempunyai 4% dari berathemoglobin yang memberikan derajat

kemerahan eritrosit. Hemoglobin disebut juga sebagai pigmen respirasi karena

mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibatdalam proses respirasi yaitu

O2 dan CO2. Hemoglobin adalah pigmen respirasi yangterdapat dalam eritrosit yang

terdiri atas Hem dan Globin yang berperan dalam mengikat O2 untuk warna darah

merah (Sonjaya, 2012).

Page 7: Laporan Fisio Hilman

Yang terdapat dalam eritrosit yang terdiri atas Hem dan Globin yang berperan

dalam mengikatO2 untuk warna darah merah (Sonjaya, 2012).

Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita

hamil 10-15 gram/dL. Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-

17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL (Sonjaya, 2012).

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.

Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia

leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-

obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.

Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL(Sonjaya, 2012).

Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD

(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia

vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa

dan gentamisin (Sonjaya, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup

adalah jenis kelamin dimana pria jumlah hemoglobinnya lebih besar dari wanita,

dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak yaknisekitar 5.440.000/mm³

dibanding dengan jumlah sel darah merah pada wanita yakni ±4.800.00/mm³, faktor

kedua adalah spesies, jumlah sel darah merah, ketinggian tempat dimana untuk

menjaga keseimbangan tubuh dan kadar Hemoglobin stabil, maka sum-sum

memproduksi sel darah merah lebih banyak dibandingkan dengan orang tinggal di

dataranrendah, dan kondisi kesehatan individu dimana jumkah hemoglobin biasanya

dibawah atau30 atau sekitar 5 gr per ml darah. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat

besi gizi tekanan kurang baik, kekurangan asam folat, vitamin C yang kurang,

kekurangan vitamin B12 dan hemolisa sel darah merah dapat menyebabkan anemia

(Frandson,2008).

E. Hematokrit

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.

Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin

(Mushawwir,2010).

Hematokrid adalah persentase volume seluruh SDMyang ada di dalam darah

yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darahdiambil dengan semperit

dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung

khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini, darah tidak boleh

Page 8: Laporan Fisio Hilman

dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan.setelah tabung tersebut

dipusingi dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan

mengendap.Hematokrid berfungsi untuk memberikan gambaran umum, apakah

konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak. Akan tetapi, bila terjadi anemia, kerap

kali diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata

hemoglobin/SDM, bagaimana volume SDM, apak kecil (makrositik), biasa (normatik)

atau lebih besar dari biasa(makrositik) (Mushawwir,2010).

Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%. Nilai

normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68% (Frandson,

2008).

Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan

kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes

melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60% (Frandson, 2008).

Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,

perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht

<15% (Frandson, 2008).

Page 9: Laporan Fisio Hilman

MATERI DAN METODEAlat dan bahan yang digunakan :

Alat : Jarum Franckle, hemositometer set, mikroskop, hemometer Sahli, jarum pentul,

hematokrit, gelas objek dan cover, stopwatch.

Bahan : Darah, larutan hayem, larutan turk, aquades, alkohol, tissue, cat giemsa, larutan

Rees Ecker, NaCl 0,3 M, HCl 0,1 M, Reagen wintrob.

Metode Kerja :

Preparat darah natif

- Disediakan satu preparat kaca yang bersih dari lemak dan diteteskan NaCl

fisiologis ¼ tetes di atasnya, kemudian diteteskan darah 1/5 tetes ( atau dengan

batang korek api diambil darah ) diaduk dengan ujung pipet atau batang korek,

setelah rata ditutup dengan kaca penutup.

- Meletakkan di bawah mikroskop ( posisi mikroskop tidak boleh miring ) dan

mengamati dengan pembesaran 10x, 250x dan 400x. Diperhatikan apa yang

terlihat ( menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme

bila ada ).

Waktu beku darah

- Tusuklah dengan jarum Frankle keujung jari probandus yang telah disterilkan

dengan alkohol dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.

- Letakkan 2-3 tetes darah diatas gelas objek.

- Tusuklah darah tersebut dan kemudian angkatlah dengan jarum pentul.

- Lakukanlah hal tersebut setiap 30 detik sekali sampai tampak adanya benang

fibrin.

- Catatlah waktunya.

Hemolisis darah

- Mengambil darah dari jari dengan lanset atau jarum Frankle, sediakan kaca

objek yang dieri label A dan B. Teteskan pada 2 buah kaca benda, masing-

masing 1 tetes.

Page 10: Laporan Fisio Hilman

HASIL DAN PEMBAHASAN

- Menambahkan 2 tetes larutan NaCl 0,3 M pada kaca A ( Krenasi ).

- Menambahkan 2 tetes larutan HCl 0,1 M pada kaca B ( Hemolisis ).

- Menutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian

mengamati dibawah mikroskop.

- Catat dan gambar hasilnya.

Kadar Hb dengan metode Sahli

- Dalam metode ini digunakan hemometer Sahli. Hemometer ini mengukur kadar Hb

dalam 100 cc darah.

- Isilah ke dalam tabung pengukur 0,1 N HCl sampai tanda 2 gram % (garis pada

tabung paling bawah).

- Bersikan ujung jari yang akan ditusuk dengan alkohol untuk kemudan ditusuk

dengan jarum Franckle.

- Hisaplah darah sebanyak 20 mm3 darah ke dalam pipet kapiler sampai tepat pada

garis.

- Usaplah darah yang tercecer di ujung pipet dengan kertas saring dan tiuplah darah

kedalam tabung pengukur sampai seluruh darah tercampur dengan HCl. Campuran

sempurna akan diperoleh dengan menghisap dan meniup campuran larutan darah

HCl berulang kali dengan menggunakan pipet kapiler tersebut.

- Biarkan selama 3 menit agar terbentuk asam hematin yang berwarna coklat.

Larutan yang berwarna coklat tua akan segera menjadi bening dalam waktu

beberapa menit.

- Teteskan aquades dengan pipet air dan aduk pelan-pelan dengan warna standart di

sebelah kanan-kiri tabung pengukur.

- Bacalah tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu dalam gr ( yakni gr

Hb dalam 100 cc darah) dan dalam % (presentase hb dihitung dibandingkan

dengan Hb normal digunakan ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc darah).

Sediaan apus darah dan diferensiasi BDP

Page 11: Laporan Fisio Hilman

- Preparat apus darah yang sudah kering ditetesi dengan larutan metylalkohol selam

3-5 detik. Keringkan..

- Teteskan larutan giemsa selama 30-40 detik.

- Cuci dengan air sampai bersih , lalu keringkan.

- Amati di bawah mikroskop.

2. Differensiasi BDP

- Dari preparat apus yang sudah dicat, periksa di bawah mikroskop dengan cara

zigzag.

- Hitung tiap macam sel yang terlihat sampai mencapai 100.

- Dicari presentase relatif dari setiap macam sel leukosit.

Waktu pendarahan

- TusuklahdenganjarumFrankleujungjariprobandus yang telahdisterilkandengan

alcohol danbersamaandenganitutekanlah stopwatch.

- Tempelkan kertas saring pada luka tersebut tiap 30 detik dengan tempat

penempelan darah yang pertama pada kertas saring jangan terlalu berjauhan.

- Hentikan penempelan pada saat menghasilkan bintik darah yang sangat kecil.

- Catat waktu yang diperlukan untuk itu.

Page 12: Laporan Fisio Hilman

HASIL DAN PEMBAHASANDari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil :

Preparat darah natif

Waktu beku darah

o Nama :

o Umur :

o Jenis kelamin :

o Waktu beku darah :

Waktu pendarahan

o Nama :

o Umur :

o Jenis kelamin :

o Waktu perdarahan :

Hemolisis darah

Padakaca A NaCl 0,3 M (Krenasi) :

Padakaca B HCl 0,1 M (Hemolisis) :

Page 13: Laporan Fisio Hilman

Kadar Hb dengan metode Sahli

Apus darah dan diferensiasi BDP

PEMBAHASAN

- Preparat darah natif

Menurut hasil praktikum mengenai preparat darah natif, didapatkan hasil

sebagai berikut: diperoleh atau terlihat jelas terdapat banyak sel darah merah

atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit yang warnanya lebih terlihat ke

unguan dan jumlahnya yang tidak terlalu banyak dan trombosit atau keping-

keping darah yang jika diperbesar terlihat tidak teratur, ketiga jenis tersebut

merupakan komponen sel darah.

Page 14: Laporan Fisio Hilman

- Waktu pendarahan

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti

setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka direndam dalam

larutan fisiologis. Dari hasil percobaan diatas menunjukkan hasil bahwa perdarahan

berhenti pada 1 menit pertama. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian

bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pendarahan yaitu besar kecilnya luka atau umur, temperature

atau suhu, dalam menggunakan kertas saring yang terlalu ditekan atau dapat pula

oleh kadar kalsium dalam darah.

- Waktu beku darah

Proses koagulasi atau pembekuan darah terjadi ketika luka pada tubuh mulai

mengeluarkan darah hingga darah membentuk fibrin. Dari hasil percobaan diatas

waktu bekudarah diperoleh 2 menit 50 detik. Sebuah enzim yang disebut

tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan

kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-

benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras.

- Hemolisis darah

Praktikum ini membahas tentang sifat fisik darah, sel darah merah, dan sel

darah putih. Saat dilakukan pengujian hemolisis darah langkah pertama yang

dilakukan yaitu darah diambil dari jari menggunakan jarum Franckle, kemudian

disediakan kaca objek yang diberi label A dan B. Selanjutnya darah diteteskan pada

2 buah kaca objek tersebut, masing-masing 1 tetes. Kaca objek berlabel A diteteskan

NaCl 0,3 M sebanyak 2 tetes. Kaca objek berlabel B diteteskan HCl 0,1 M, juga

sebanyak 2 tetes.Masing-masing kaca objek ditutup dengan cover glass, kemudian

diamati di bawah mikroskop.

Page 15: Laporan Fisio Hilman

Hasil yang diperoleh yaitu pada preparat pertama yang telah di tetesi dengan

larutan NaCl 0,9% memperlihatkan warna merah terang dengan penampakan

eritrositnya yang mengkerut (krenasi). Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit dalam

perlakuan kali ini mengalami proses krenasi yang disebabkan oleh larutan di luar

eritrosit bersifat hipertonik, yang memaksa sitoplasma di dalam sel tertarik keluar

karena perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar eritrosit. Konsentrasi air di luar

sel darah merah lebih rendah (larutan lebih pekat) dibandingkan konsentrasi air di

dalam sel darah, akibatnya air di dalam selakan mengalir keluar sel sehingga sel

mengalami krenasi (mengkerut).

Pada preparat kedua yang telah ditetesi oleh larutan HCl 0,1 N dan ditambahkan

berapa tetes darah memperlihatkan warna merah kecoklatan dengan penampakan

eritrositnya yang bengkak. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit dalam perlakuan kali

ini mengalami proses hemolisis yang disebabkan oleh larutan di luar eritrosit bersifat

hipotonis sehingga larutan di luar sel  menembus membran plasma eritosit yang berada

dalam kondisi yang hipertonis menyebabkan eritrosit membengkak kemudian nantinya

akan pecah(lisis). Kejadian ini berlangsung di sebabkan eritrosit dalam suatu mahluk

hidup selalu berusaha berada dalam kondisi yang homeostasis (seimbang),

sehinggamendorong sel untuk melakukan transport antar membran. Konsentrasi air di

luar sel darah merah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah,

akibatnya air akan mengalir terus menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami

hemolisis (pecah). Sel darah yang mengalami hemolisis sudah tidak memiliki bentuk

yang tetap.

Kadar Hb dengan metode Sahli

Penghitungan kadar Hb dengan metode Sahli menggunakan alat hemometer

Sahli untuk pengukuran kadar Hb. Hemometer ini mengukur kadar Hb dalam 100 cc

darah. Sampel darah yang digunakan pada metode ini adalah sampel darah ayam.

Langkah yang dilakukan yaitu tabung pengukur diisi dengan HCl 0,1 M sampai tanda 2

gram % (garis pada tabung paling bawah). Sampel darah ayam dihisap sebanyak 20

mm3 darah menggunakan pipet kapiler sampai tepat pada garis.Darah yang tercecer di

ujung pipet diusap menggunakan tissue kering, kemudian darah ditiup ke dalam tabung

pengukur yang berisi HCl 0,1 M selanjutnya diaduk sampai seluruh darah tercampur

dengan HCl.

Page 16: Laporan Fisio Hilman

Campuran dibiarkan selama 3 menit agar terbentuk asam hematin yang berwarna

coklat. Setelah 3 menit campuran ditetesi aquades sebanyak 3 tetes menggunakan pipet

air dan di aduk pelan-pelan.Warna yang tampak pada campuran dibandingkan dengan

warna standart di sebelah kanan dan kiri tabung pengukur. Tinggi permukaan cairan

dalam tabung pengukur dibaca yaitu dalam gr (yakni gr Hb dalam 100 cc darah) dan

dalam % (presentase Hb dihitung dibandingkan dengan Hb normal digunakan ukuran

15,6 gr Hb dalam 100 cc darah).

Hasil yang diperoleh yaitu campuran berwarna coklat, namun warna yang

terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar yang ada di sebelah kanan

dan kiri tabung pengukur. Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang diambil terlalu

sedikit sehingga warna yang terbentuk pada campuran lebih muda dibandingkan dengan

warna standar. Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 6

gram %.

Untuk menghitung MCV (Mean Corpuscular Volume) digunakan rumus :

MCV = PCV ×10jumlah SDM

Hasil yang diperoleh yaitu

MCV =90 %× 101

= 900 %

Untuk menghitung MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) digunakan rumus :

MCHC=[Hb ]×100

PCV

Hasil yang diperoleh yaitu :

MHCH=[6 gram % ]× 100

90 %

¿ 60090

= 6,6 %

Page 17: Laporan Fisio Hilman

Apus darah dan diferensiasi BDP

Pada percobaan apus darah dan diferensiasi BDP menggunakan darah anjing

(mamalia) dan ayam ( unggas ) dilakukan pengapusan dengan cara menaruh tetesan

darah dari anjing dan ayam masing-masing diatas object glass, lalu object glass yang

lainnya digunakan untuk mengapus tetesan darah tersebut. Apusan yang baik yaitu

apusan yang setipis mungkin agar tampak jelas ketika dilihat dibawah mikroskop. Hasil

apusan kemudian dikeringkan lalu ditetesi metyl alkohol. Kemudian dikeringkan

kembali dan diberi larutan giemsa untuk pewarnaan. Setelah itu dikeringkan kembali

lalu diamati dibawah mikroskop. Hasil pengamatan ditemukan beberapa perbedaan

antara sel darah pada unggas ( ayam ) dan mamalia ( anjing ). Leukosit unggas

memiliki trombosit dan berinti, eritrositnya berbentuk oval dan berinti. Sedangkan

leukosit pada mamalia trombositnya tidak memiliki inti, eritrosit berbentuk

bundar/cekung dan tidak memiliki inti.

Page 18: Laporan Fisio Hilman

RANGKUMANDari percobaan mengenai darah dapat disimpulkan bahwa :

Pada metode natif terlihat sel darah merah dalam jumlah yang banyak, sel darah

putih sedikti serta trombosit yang apabila diperbesar bentuknya tidak teratur. Pada

percobaan waktu pendarahan terjadi efek antiagregasi platelet karena peningkatan

waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji. Pada percobaan waktu beku darah ada

sebuah enzim yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka

bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan

benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian

mengeras.

Pada percobaan hemolisis darah, pada kaca objek berlabel A yang diteteskan NaCl

0,3 M sel darah mengalami krenasi. Hal ini terjadi karena larutan NaCl menyebabkan

kondisi hipertonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel darah merah lebih

rendah dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air di dalam sel akan

mengalir keluar sel sehingga sel mengalami krenasi. Pada kaca objek berlabel B yang

diteteskan HCl 0,1 M sel darah mengalami hemolisis. Hal ini terjadi karena larutan HCl

menyebabkan kondisi hipotonik di luar sel darah merah. Konsentrasi air di luar sel

darah merah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi air di dalam sel darah, akibatnya air

akan mengalir terus menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami hemolisis.

Pada percobaan kadar hb dengan metode Sahli, campuran darah dan HCl berwarna

coklat, namun warna yang terbentuk pada campuran tidak sesuai dengan warna standar.

Hal ini dapat disebabkan sampel darah yang diambil terlalu sedikit sehingga warna

yang terbentuk pada campuran lebih muda dibandingkan dengan warna standar.

Sedangkan tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu 6 gram %.

Pada percobaan apus darah dan diferensiasi BDP ditemukan beberapa

perbedaan antara sel darah unggas dan mamalia. Leukosit unggas memiliki trombosit

dan berinti, eritrositnya berbentuk oval dan berinti. Sedangkan leukosit pada mamalia

trombositnya tidak memiliki inti, eritrosit berbentuk bundar/cekung dan tidak memiliki

inti.

Page 19: Laporan Fisio Hilman

DAFTAR PUSTAKA

Campbell,et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3.Erlangga.Jakarta.

Frandson, R. D.2008. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.

Kimball, John.W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Pearce, Evelyn C.. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia.

Jakarta

Mushawwir, Andi.2010.Fisiologi Ternak.Widya Padjadjaran.Bandung.

Sonjaya, Herry Ir. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. PT Penerbit IPB Press. Kampus IPB

Taman Kencana Bogor

Subowo. 2002. Histologi umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.