laporan evaluasi strategi komunikasi · pdf filei laporan evaluasi strategi komunikasi...

74
i LAPORAN EVALUASI STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI PADA KEMENTERIAN DAN LEMBAGA TAHUN 2013 DIREKTORAT KOMUNIKASI PUBLIK DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2014

Upload: hoangkiet

Post on 06-Mar-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

i

LAPORAN EVALUASI STRATEGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI PADA KEMENTERIAN DAN LEMBAGA TAHUN 2013

DIREKTORAT KOMUNIKASI PUBLIK DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2014

ii

SAMBUTAN Semangat Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi yang dilaksanakan

secara nasional adalah pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan korupsi secara komprehensif, terencana dan bersama-sama.Termasuk dalam meningkatkan upaya pendidikan daninternalisasi budaya anti korupsi bagi seluruh elemen bangsa yakni aparatur pemerintah, swasta dan masyarakat.

Kementerian Komunikasi dan Informatika diberikan mandat terkait Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi sejak tahun 2011 melalui Instruksi Presiden No 1 Tahun 2011 tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Dua produk yang dihasilkan sebagai pendorong pelaksanaan PBAK yaitu Cetak Biru Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi dan Pedoman Penyusunan Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi.

Sebagai sebuah dokumen dinamis, Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK memiliki tahap-tahap yang membutuhkan penilaian dan evaluasi agar senantiasa selaras dengan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.Oleh karena itu, Laporan Evaluasi Strategi Komunikasi PBAK pada Kementerian dan Lembaga ini sangat penting artinya sebagai salah satu dokumen dalam pelaksanaan penilaian dan evaluasi terhadap pencapaian Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK. Secara khusus,laporan ini merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK dan menakar kontribusinya dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan untuk mengembangkan Strakom PBAK memiliki fokus dan tujuan yang sinergis satu sama lain. Bahkan melalui evaluasi ini diharapkan dapat dikembangkan strategi komunikasi yang lebih baik melalui Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK dan sebagai bagian dari Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, sesuai dengan tugas dan fungsi, serta khalayak sasaran masing-masing K/L.

Jakarta, 30 November 2014 Direktur Komunikasi Publik

Tulus Subardjono

iii

KATA PENGANTAR

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) merupakan salah satu

strategi dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK). Strategi itu PBAK diarahkan untuk mengembangkan berbagai kampanye yang memberikan ruang bagimasyarakat untuk turut berpartisipasi dalam upaya pemberantasankorupsi. Salah satu kanal utamanya adalah melalui pendidikan daninternalisasi budaya anti korupsi di lingkungan pemerintah, swasta, masyarakat, maupun pemangku kepentingan lainnya.

Laporan ini merupakan salah satu rangkaian dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan aksi Strategi Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi pada 47 (empat puluh tujuh) kementerian dan lembaga di tingkat pusat selama tahun 2013. Hal itu sejalan dengan tugas Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah menjadi pendamping bagi kementerian dan lembaga dalam menyusun strategi komunikasi yang diterapkan pada masing-masing instansi pada tahun 2013 dalam Aksi Percepatan Pemberantasan Korupsi sesuai dengan Inpres No 1 Tahun 2013.

Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam perencanaan dan peningkatan upaya Strategi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi di tahun-tahun mendatang, agar tetap sejalan dan memberikan dampak sesuai dengan kerangka Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Jakarta, 30 November 2014

TIM PENYUSUN

iv

DAFTAR ISI

Sambutan ............................................................................................... ii Kata Pengantar ............................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Dasar Pemikiran .......................................................................... 1 1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 5 1.3 Sistematika ................................................................................... 6 BAB II KERANGKA KERJA ........................................................................... 7 2.1. Pertimbangan Konseptual ........................................................... 7 2.2. Lingkup Evaluasi ......................................................................... 12 2.3. Tahapan ...................................................................................... 12 2.3.1. Tahap Persiapan ............................................................... 13 2.3.2. Pengumpulan Data dan Informasi .................................... 13 2.3.3. Diskusi Terbatas dan Rapat Koordinasi ............................. 14 2.3.4. Tahap Analisis Data .......................................................... 14 2.4. Metode ........................................................................................ 14 BAB III TEMUAN DATA .................................................................................. 16 3.1. Gambaran Umum ........................................................................ 16 3.2. Kerangka Pelaksanaan ............................................................... 18 3.3. Pelaksanaan Strakom PBAK oleh K/L ........................................ 19 3.3.1. Aspek Pemilihan Pesan ..................................................... 22 3.3.2. Pemilihan Media ................................................................ 24 3.3.3. Aksi Yang Direncanakan ................................................... 26 3.3.4. Pelaksanaan Aksi .............................................................. 28 BAB IV HASIL EVALUASI .............................................................................. 32 4.1 Institusi Yang Memiliki Skor PBAK tertinggi ................................. 35 4.1.1. Kementerian Dalam Negeri ................................................ 35 4.1.2. Kepolisian Republik Indonesia .......................................... 39 4.1.3. Kejaksaan Agung ............................................................... 40 4.2. Institusi Yang Memiliki Skor PBAK Terendah ............................. 42 4.2.1. Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan ................................................................... 42 4.2.2. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal ................ 44 4.2.3. Kementerian BUMN ........................................................... 45 4.3. Institusi Yang Mengalami Peningkatan PBAK tertinggi ............... 47 4.3.1. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ............................. 47 4.3.2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 49

v

4.4. Perubahan Budaya Anti Korupsi di Lokus Pelaksanaan Strakom PBAK ............................................................................ 52 BAB V KONTRIBUSI DALAM STRATEGI NASIONAL PPK ........................... 56 5.1. Relasi Strakom PBAK dengan Strategi Nasional PPK ................ 56 5.2. Capaian Berdasar Indeks Perilaku Anti Korupsi ......................... 58 BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 63 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 63 5.2 Rekomendasi ............................................................................... 64 Referensi ............................................................................................... 69 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Jalan Komunikasi PBAK Jangka Menengah ....................... 8 Gambar 2. Model Evaluasi Kebijakan ............................................................ 11 Gambar 3. Sebaran Pilihan Pesan dalam Komunikasi PBAK ....................... 23 Gambar 4. Penggunaan Media dalam Komunikasi PBAK ............................. 26 Gambar 5. Sebaran Aksi yang Direncanakan dalam Komunikasi PBAK ....... 27 Gambar 6. Sebaran Aksi Komunikasi PBAK ................................................. 29 Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan Strakom PBAK ....................................... 57 Gambar 8. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013 ................................................................................... 61 DAFTAR TABEL Tabel 1 Aspek yang diamati dalam Assessment ........................................... 21 Tabel 2 Perencanaan Komunikasi PBAK di LIPI ............................................ 48 Tabel 3 Komunikasi PBAK LIPI dan Bappenas .............................................. 51 Tabel 4 Signifikansi Perubahan Budaya Anti Korupsi ..................................... 53 Tabel 5 Signifikansi Perubahan Budaya Anti Korupsi ..................................... 54 Tabel 6 Perubahan Budaya Anti Korupsi ........................................................ 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Pemikiran

Selama sepuluh tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan

pemberantasan korupsi paling agresif dalam sejarah Indonesia merdeka. Hasil

dari agenda pemberantasan korupsi di Indonesia kian nyata. Iklim takut akan

korupsi semakin terbangun. Demikian pula upaya bersama untuk

mengembangkan semangat antikorupsi dalam setiap aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara.

Upaya tersebut juga ditopang dengan adanya Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Menengah 2011-2014. Dalam

dokumen strategi nasional tersebut pendidikan dan pembudayaan antikorupsi

merupakan sarana efektif untuk melembagakan nilai-nilai antikorupsi, khususnya

menciptakan karakter bangsa yang berintegritas.

Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga

berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya

permisif terhadap tindakan korupsi. Selain itu, rendahnya efek deteren bagi

pelaku korupsi inilah yang turut mendukung maraknya praktik korupsi.

Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem nilai tertentu yang bersifat

universal harus ditegakkan dalam organisasi, baik di lingkungan pemerintahan

maupun swasta. Sistem tersebut dapat terbentuk jika terdapat individu-individu

2

yang mampu mempengaruhi dan bertindak untuk mencegah adanya tindakan

koruptif, tidak hanya pasif untuk mencegah korupsi oleh dirinya sendiri melalui

pendidikan dan budaya anti korupsi.

Tujuan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi adalah memperkuat setiap

individu dalam mengambil keputusan yang etis dan berintegritas. Selain juga

untuk menciptakan budaya zero tolerance terhadap korupsi. Dalam level

masyarakat diharapkan setiap individu menjadi pelaku aktif pencegahan dan

pemberantasan korupsi sehingga mampu mempengaruhi keputusan yang etis

dan berintegritas di lingkungannya, lebih luas dari dirinya sendiri.

Komunikasi merupakan sarana yang sangat vital dalam kampanye

pendidikan dan budaya Anti Korupsi (PBAK). Tanpa proses komunikasi yang

baik, pesan mengenai nilai-nilai antikorupsi tidak dapat disampaikan secara

efektif kepada khalayak. Oleh karena itu, proses internalisasi nilai budaya anti

korupsi membutuhkan strategi komunikasi. Strategi tersebut memuat memuat

materi yang efektif dan cara penyampaian pendidikan dan kampanye anti korupsi

pada khalayak yang lebih tepat sasaran.

Selama tahun 2013, sesuai dengan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2013

tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, sebanyak 47

Kementerian dan Lembaga (K/L) di tingkat pusat melaksanakan aksi generik

Strategi Komunikasi PBAK. Aksi tersebut ditujukan agar upaya PBAK

berlangsung secara terencana, sinergis dan terpantau pencapaiannya secara

optimal yang berlangsung dalam tiga pilar pencegahan dan pemberantasan

korupsi yakni di lingkungan aparatur pemerintah, swasta dan masyarakat.

3

Strategi komunikasi PBAK dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai

budaya anti korupsi pada level aparatur pemerintah. Sesuai dengan tujuan PBAK

untuk mengubah budaya aparatur, maka dibutuhkan strategi dan waktu yang

cukup panjang agar budaya anti korupsi bisa berkembang dan diterapkan pada

semua unit/satuan kerja. Terutama untuk menginternalisasikan sembilan nilai

budaya anti korupsi yang meliputi Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung

Jawab, Sederhana, Kerja Keras, Berani dan Adil.

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) telah menjadi komitmen

bersama, oleh karena itu pelaksanaannya harus didukung oleh seluruh

Kementerian/Lembaga Pemerintah (K/L) baik di pusat maupun daerah. Pada

tahun 2013, pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK telah dilaksanakan pada 47

kementerian dan lembaga. Tahun ini, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2

Tahun 2014 tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,

Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan aksi evaluasi terhadap Cetak Biru Komunikasi PBAK sebagai

basis pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK di lingkungan aparatur

pemerintah.

Sesuai amanat Inpres No. 17 Tahun 2011 dan Perpres No. 55 Tahun

2012, disusun Cetak Biru Strakom PBAK. Dengan demikian, cetak biru

merupakan dokumen yang menjadi bagian integral dari Stranas PPK, khususnya

Stranas PPK Jangka Menengah 2011-2014, serta menjadi jawaban terhadap

kebutuhan eksisting PPK saat ini.

4

Cetak Biru Komunikasi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi merupakan

dokumen yang dapat menjadi acuan bagi lembaga pemerintah, sektor swasta

dan masyarakat untuk meningkatkan peran dalam PPK melalui strategi, program

dan aktivitas di bidang komunikasi. Pola pikir (framework) cetak biru ini disusun

berdasarkan permasalahan mengenai komunikasi PBAK, model komunikasi anti

korupsi yang selama ini dilakukan, serta mengacu pada Strategi Nasional PPK.

Secara umum, bangunan kerangka pendidikan dan upaya internalisasi

budaya anti korupsi pada lingkungan birokrasi, sektor swasta dan masyarakat,

dijabarkan arah kebijakan dan strategi yang kemudian dioperasionalkan menjadi

program, jangka waktu pelaksanaan dan evaluasi yang selaras dengan Stranas

PPK.

Pelaksanaan evaluasi tersebut dilakukan agar Cetak Biru Komunikasi

PBAK selaras dengan aspek praktis pelaksanaan kegiatan di setiap lingkungan

aparatur pemerintah, khususnya yang berlangsung di 47 Kementerian dan

Lembaga, serta pada sisi yang lebih strategis memiliki daya ungkit dan daya

dorong dalam pencapaian Strategi PBAK sebagai salah satu Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Hal tersebut menjadi perhatian

khusus bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika karena Jangka Menengah

target dalam Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK berakhir pada tahun ini.

Secara khusus, sebagai dokumen strategi perlu ditinjau secara berkala

agar dapat memastikan arah dan tahapan pencapaian sesuai ataukah

mengalami penyimpangan. Oleh karena itu evaluasi merupakan keharusan

untuk mengetahui apakah langkah dan tahapan dalam Strategi Komunikasi

5

PBAK sesuai dengan arah dan tahapan yang disusun ataukah memerlukan

penyesuaian dan pengembangan kegiatan agar selaras dengan Stranas PPK.

Keberadaan hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bahan

penyempurnaan beragam upaya sinergis untuk mendorong lembaga pemerintah,

sektor swasta dan masyarakat untuk meningkatkan peran dalam PPK melalui

strategi, program dan aktivitas di bidang komunikasi. Upaya itu merupakan

bagian dari agenda bersama pemerintah, swasta dan masyarakat agar dapat

terwujud Indonesia yang bebas dari korupsi.

1.2. Maksud dan Tujuan

Dalam laporan ini disajikan data mengenai gambaran tentang evaluasi

Strategi Komunikasi PBAK berdasarkan pemetaan hasil dan aspek-aspek

penting pelaksanaan Strategi Komunikasi pada setiap kementerian dan lembaga

yang telah dilaksanakan pada tahun 2013.

Maksud dari penyusunan laporan ini adalah melakukan penyempurnaan

Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK guna penyelarasan pentahapan

pencapaian target sebagaimana dinyatakan dalam Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Adapun tujuan utama penyusunan laporan ini antara lain (1)

membandingkan pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK yang telah

dilaksanakan K/L dalam unit kerja terpilih pada tahun 2013, (2) mengidentifikasi

faktor pendorong dan penghambar pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK yang

telah dilaksanakan K/L pada tahun 2013 sebagai bahan dalam evaluasi

6

pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK, dan (3) mengidentifikasi kontribusi

strategi komunikasi terhadap perubahan budaya anti korupsi.

1.3. Sistematika

Laporan ini merupakan dokumen akhir dalam rangkaian Evaluasi Cetak

Biru Strategi Komunikasi PBAK, setelah sebelumnya terdokumentasi data

pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK di 47 kementerian dan lembaga. Dalam

laporan ini disajikan hasil evaluasi data mengenai gambaran tentang hasil dan

aspek-aspek penting pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK pada setiap

kementerian dan lembaga yang telah dilaksanakan pada tahun 2013. Selain itu

disajikan mengenai kontribusi Strategi Komunikasi PBAK dalam pencapaian

Stranas PPK.

Adapun sistematika laporan ini meliputi Bab I Pendahuluan, Bab II

Kerangka kerja, Bab III Temuan data, Bab IV Hasil Evaluasi, dan Bab V Analisis

dan BAB VI Penutup.

7

BAB II

KERANGKA KERJA

2.1. Pertimbangan Konseptual

Evaluasi Strategi Komunikasi PBAK pada tahun 2013 merupakan salah

satu tahapan yang penting dalam pelaksanan salah satu Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Evaluasi terhadap pelaksanaan

strategi komunikasi dimaksudkan untuk melihat atau mengukur kinerja

pelaksanaan Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK. Secara khusus evaluasi

dilaksanakan untuk digunakan untuk melihat apakah sebuah kebijakan telah

dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang

telah ditentukan.

Cetak Biru Strakom PBAK adalah untuk mendorong terciptanya tata

kepemerintahan yang bersih dari korupsi melalui internalisasi nilai-nilai dan

budaya anti korupsi di lingkungan pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.

Strategi Komunikasi PBAK dirancang untuk mewujudkan misi membangun dan

menginternalisasikan budaya anti korupsi pada tata-kepemerintahan publik,

swasta dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap bagian strategi komunikasi

diarahkan dengan prinsip dan sasaran perubahan yang diinginkan di lingkungan

aparat pemerintah, sektor swasta dan masyarakat umum, sebagai entitas yang

tak terpisahkan.

8

Pencapaian strategi komunikasi PBAK dirancang dengan

mengembangkan program dan kegiatan komunikasi tentang nilai antikorupsi

dengan memperhatikan tingkatan perubahan. Perubahan yang dimaksud dibagi

dalam urutan pada level individu, kelompok, lembaga, komunitas dan

masyarakat luas sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Agar perubahan dari

komunikasi PBAK bisa sejalan dan berkesinambungan maka konteks strategi

akan diselaraskan dengan prinsip kebijakan komunikasi PBAK yaitu sosialisasi,

advokasi dan edukasi.

Tahapan pengembangan komunikasi PBAK dilakukan melalui tahapan

transformasi budaya di lingkungan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat

sehingga terwujud budaya anti korupsi. Pada tahap awal proses transformasi ini

dikembangkan melalui insiasi, instalasi dan konsolidasi di masing-masing

lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Gambar 1 Peta Jalan Komunikasi PBAK Jangka Menengah

Sumber: Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK Kominfo, 2013

9

Selanjutnya dilakukan tahapan pengembangan yang secara umum

dikembangkan melalui penyediaan pesan komunikasi yang tunggal dan berlaku

nasional namun memungkinkan dikemas secara variatif (strategi kemasan

pesan) dan cara penyampaian atau komunikasi (strategi, taktik, dan teknik

komunikasi) dengan memperhatikan aspek mempertimbangkan aspek

perencanaan, pelaksanaan, kelembagaan serta peran publik.

Adapun desain pentahapan dalam jangka menengah secara lebih rinci

dijabarkan dalam 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

a. Tahap inisiasi (2012) diawali dengan pemetaan informasi PBAK,

sinkronisasi pesan komunikasi, pemetaan lembaga dengan layanan

informasi dan komunikasi PBAK, sebagai basis perancangan pola

koordinasi dan sinergi komunikasi PBAK;

b. Tahap instalasi (2013), pengembangan sinergi komunikasi PBAK

yang mencakup pemanfaatan potensi kelembagaan, sumber daya,

dan pengembangan program atau kegiatan lintas sektor dalam

komunikasi PBAK; dan

c. Tahap konsolidasi (2014), mengembangkan sinergi dan konsolidasi

seluruh potensi dan peluang strategi, taktik dan teknik komunikasi.

Tahapan ini dilakukan dengan penguatan kapasitas lembaga dan

peningkatan kuantitas serta kualitas kerjasama lembaga

pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat.

10

Untuk memahami kesesuaian capaian dalam setiap tahapan yang

dilakukan, maka dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan yang

tertuang dalam strategi komunikasi PBAK. Evaluasi yang dimaksud merupakan

evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan menurut Samudro, dkk (1994) dilakukan

untuk mengetahui : 1) proses pembuatan kebijakan; 2) proses implementasi; 3)

konsekuensi kebijakan ; 4) efektivitas dampak kebijakan.

Dalam evaluasi terhadap implementasi kebijakan, yang diarahkan untuk

mengidentfikasi bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan, apa faktor-faktor

yang mempengaruhinya dan bagaimana performance dari kebijakan tersebut.

Menurut Bressman dan Wildavsky (Jones, 1991) implementasi adalah suatu

proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu

mencapai tujuan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan, para ahli kebijakan

publik banyak menggunakan model implementasi yang salah satunya adalah

model Merilee S Grindle (1980).

Model Grindle menyajikan 3 (tiga) komponen kelayakan yaitu : 1) tujuan

kebijakan, 2) aktivitas pelaksanaan yang dipengaruhi oleh content yang terdiri

atas: kepentingan yang dipengaruhi, tipe manfaat, derajat perubahan, posisi

pengambilan keputusan, pelaksanaan program, sumber daya yang

dilibatkan, dan context yang terdiri atas : kekuasaan, kepentingan dan strategi

yang dilakukan pelaksana; karakteristik rezim dan lembaga; compliance serta

responsiveness. Model ini menggambarkan semua variabel yang berpengaruh

dalam pencapaian tujuan dan hasil kebijakan.

11

Gambar 2. Model Evaluasi Kebijakan  

                                 

 (Merilee  S.  Grindle.  1980:  11)  

 

Pada gambar 1 terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan yang jelas

sebagai wujud orientasi nilai kebijakan. Tujuan implementasi kebijakan

diformulasi ke dalam program aksi dan proyek tertentu yang dirancang dan

dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana. Implementasi kebijakan

atau program – secara garis besar – dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks

implementasi. Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara

mengukur luaran program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat

melalui dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok

maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan

diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.

Implementing Activities Influenced by: a. Content of Policy

§ Intersts affected § Type of benefits § Extent of change envisioned § Site of decision making § Program implementors § Resources committed

b. Context Implementation § Power, interests, and strategies

of actors involved § Institution and regime

characteristics § Compliance and

responsiveness

Outcomes: a. Impact on society,

individuals, and groups

b. Change and its acceptance

Policy Goals

Goals achieved?

Action Programs and Individual Projects

Designed and Funded

Programs Delivered as designed?

MEASURING SUCCESS

12

2.2. Lingkup Evaluasi

Analisis evaluasi kebijakan pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK

mengkaji akibat-akibat pelaksanaan komunikas PBAK dan membahas hubungan

antara cara-cara yang digunakan dengan hasil yang dicapai oleh 47 K/L.

Evaluasi terhadap pelaksanaan Strakom PBAK termasuk dalam tipe

evaluasi hasil (outcomes of public policy implementation) yang berdasarkan pada

tujuan kebijakan. Adapun lingkup dalam proses evaluasi ini meliputi:

(1) perilaku badan atau lembaga administratif yang bertanggung jawab

terhadap suatu program komunikasi PBAK, dalam hal ini 47

Kementerian dan Lembaga dengan fokus pada unit kerja yang terpilih

(2) khalayak sasaran komunikasi PBAK pada masing-masing K/L dan

diukur dari dampak strategi komunikasi PBAK,

(3) faktor pendukung atau penghambat dalam pelaksanaan komunikasi

PBAK, serta

(4) dampak implementasi komunikasi PBAK sehingga dapat diketahui

apakah kebijakan tersebut berjalan efektif dan bermanfaat, terutama

dalam aspek pesan, media, dan aktivitas komunikasi.

2.3. Tahapan

Dalam evaluasi ini digunakan analisis dokumen yang berkaitan dengan

pelaksanaan Strakom PBAK, khususnya dokumen mengenai pencapaian

pelaksanaan komunikasi PBAK pada tahun 2013. Waktu yang dibutuhkan untuk

13

pelaksanaan evaluiasi adalah 9 (sembilan) bulan kalender, dimulai pada Januari

2014 dan berakhir pada bulan September 2014.

Adapun tahapan yang dilakukan antara lain tahapan persiapan,

pengumpulan data dan informasi, diskusi terbatas dan rapat koordinasi, analisis

data dan penulisan laporan.

2.3.1. Tahap Persiapan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi:

� Mengkaji berbagai literatur/data sekunder tentang pelaksanaan

strstegi komuniasi PBAK;

� Menyusun metode analisis untuk tiap tahap;

� Menyiapkan checklist data dan kuesioner.

2.3.2. Pengumpulan Data dan Informasi

Untuk mengumpulkan data dan informasi, maka ada sejumlah

metode yang digunakan, yaitu:

� Pengumpulan Data Primer didapatkan dengan kunjungan ke

Instansi terkait (Kementrian/Lembaga) untuk mengumpulkan

data sekunder dan literatur yang berhubungan dengan

pelaksanaan Strakom PBAK.

� Wawancara (in depth interview) dan konsultasi dengan

kementerian/lembaga terpilih tentang berbagai aspek yang

berkaitan dengan pelaksanaan Strakom PBAK.

� Pengumpulan Data Sekunder yang dilakukan dengan

memanfaatkan data evaluasi pencapaian Instruksi Presiden No

1 Tahun 2013 tentang Percepatan Pencegahan dan

14

Pemberantasan Korupsi Tahun 2013. Data diambil dari

Bappenas dan UKP 4.

2.3.3. Diskusi Terbatas dan Rapat Koordinasi

Kemudian Kementerian Komunikasi dan Informatika

melaksanakan klasifikasi terhadap data yang ada, sesuai dengan

tujuan pelaksanaan evaluasi yang dimaksudkan yakni

mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambar pelaksanaan

Strategi Komunikasi PBAK yang telah dilaksanakan K/L pada tahun

2013 sebagai bahan dalam evaluasi pelaksanaan Strategi

Komunikasi PBAK.

2.3.4. Tahap Analisis Data

Semua data yang terkumpul akan dianalisa sesuai dengan jenis

data. Pada evaluasi in, alat analisis yang digunakan meliputi

deskriptif kualitatif (pemaparan dan penjelasan), metode evaluasi

kebijakan serta sintesa untuk membuat formulasi rekomendasi.

2.4. Metode

Berdasarkan tipe evaluasi, sumatif yang meliputi usaha untuk memantau

pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau program

diterapkan untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pendekatan yang

menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang

dapat dipertanggung jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang

secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.

15

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode mixed method research

(M2R). Metode ini diaplikasikan karena aspek evaluasi dicermati dari segi

keluaran (outcomes) dan prosesnya, serta menyangkut kombinasi antara metode

kuantitatif dan kualitatif dalam pengolahan datanya. Karena berfokus pada

outcomes dan proses, maka desain M2R biasa digunakan dalam penelitian

evaluasi program (Bryman, Hanson dalam McMillan, 2008: 309). Untuk

kuantitatif dilakukan dengan survey; sedang kualitatif dilakukan melalui interview

pada key-informan yang ditetapkan secara purposif.

16

BAB III

TEMUAN DATA

3.1. Gambaran Umum

Dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

(Stranas PPK) Jangka Panjang dan Jangka Menengah disebutkan, tantangan

komunikasi terbesar yang dihadapi selama ini adalah absennya strategi

komunikasi. Ketiadaan strategi komunikasi menyebabkan tidak adanya

perencanaan yang baik dalam pemilihan khalayak, pesan, sumber, media, dan

efek komunikasi. Tanpa perencanaan yang baik, pelaksanaan dan dampak

komunikasi PBAK tidak akan tercapai secara optimal.

Sesuai amanat Inpres No. 17 Tahun 2011 dan Perpres No. 55 Tahun

2012, disusun Cetak Biru Strakom PBAK. Dengan demikian, cetak biru

merupakan dokumen yang menjadi bagian integral dari Stranas PPK, khususnya

Stranas PPK Jangka Menengah 2011-2014, serta menjadi jawaban terhadap

kebutuhan eksisting PPK saat ini.

Kementerian Kominfo telah menyusun Pedoman Strategi Komunikasi

PBAK amanat dari Inpres No 1 Tahun 2012 tentang Percepatan Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi. Dokumen ini merupakan dokumen yang lebih

operasional untuk memandu lembaga pemerintah dalam mengembangkan

strategi dan kegiatan komunikasi terutama yang berkaitan dengan pendidikan

dan budaya anti korupsi.

17

Strategi komunikasi pendidikan dan budaya antikorupsi (PBAK)

merupakan dokumen yang berisikan tahapan dan langkah dalam menetapkan

strategi dan teknik komunikasi bagi lembaga pemerintah secara efektif dan

efisien. Kerangka pikir umum strategi komunikasi PBAK meliputi rangkaian aksi

yang direncanakan berdasarkan analisis situasi, penentuan tema dan

pengemasan pesan serta pemilihan media untuk berkomunikasi kepada

khalayak sasaran.

Strategi komunikasi dibuat dengan tujuan untuk memastikan agar isu PBA

pada lembaga sampai ke khalayak secara efektif dan efisien. Melalui strategi

komunikasi, khalayak akan terikat dan memiliki pemahaman, sikap dan perilaku

yang mendukung isu atau kebijakan PBAK yang disampaikan oleh lembaga.

Pengertian Pendidikan, secara umum berarti daya upaya untuk

memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), pikiran (intelektual) dan

jasmani selaras dengan alam dan masyarakatnya. Sedangkan Budaya berarti

sebuah warisan social dan segala sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh

sekumpulan individu di suatu tempat tertentu di masa lalu dan kemudian melalui

waktu hingga sampai di masa selanjutnya. Pemberian itu kemudian diulang

sebagai sebuah tradisi yang sebagian berasal dari warisan masa lalu oleh

generasi sekarang.

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain

(perseorangan atau sebuah korporasi), yang secara langsung maupun tidak

18

langsung merugikan keuangan atau prekonomian negara, yang dari segi materiil

perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai

keadilan masyarakat. Sedangkan Anti Korupsi merupakan semua tindakan yang

melawan, memberantas, menentang, dan mencegah korupsi

Dengan demikian Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi merupakan upaya

memberikan pemahaman dan penanaman nilai-nilai kepada masyarakat dan

atau aparat pemerintah agar berperilaku atau memiliki tradisi anti korupsi.

3.2. Kerangka Pelaksanaan

Pada tahun 2013, sosialisasi Pedoman Strakom PBAK dilaksanakan oleh

Kementerian Kominfo kepada aparat birokrasi, khususnya yang akan

melaksanakan komunikasi PBAK di lingkup internal lembaga. Dalam

pelaksanaannya pesan dikemas untuk memberikan pengetahuan dan

keterampilan dalam menggunakan Pedoman Strakom PBAK.

Pelaksanaan strategi komunikasi PBAK dilaksanakan pada lokus terpilih

yang ditetapkan oleh masing-masing K/L. Hal itu disebabkan karena sasaran

khalayak sangat beragam dan tersebar dalam unit kerja di lingkungan masing-

masing kementerian dan lembaga. Pemilihan lokus dan pemilihan unit/satuan

kerja kementerian dan lembaga mengacu pada kriteria sebagai berikut:

1. Unit/Satuan Kerja yang memberikan layanan kepada masyarakat/pengguna

berupa layanan dasar ataupun layanan lain yang menjadi tugas fungsi K/L,

baik secara langsung maupun administratif. Pemilihan unit layanan

masyarakat ini dengan pertimbangan, beberapa jenis layanan langsung

19

kepada masyarakat menjadi indikator dalam penentuan Indeks Persepsi

Korupsi (IPK/CPI) yang dilakukan lembaga independen.

2. Unit/Satuan Kerja yang membawahi tugas pengadaan barang dan jasa

berkaitan dengan program prioritas nasional atau bidang

(kementerian/lembaga). Pemilihan itu dilandasi pertimbangan adanya

kerawanan atau pontensi penyimpangan baik dari sisi anggaran maupun

dalam aspek yang menyangkut tindak korupsi lainnya.

3. Unit/Satuan Kerja yang melaksanakan tugas perencanaan program dan

kegiatan dalam kementerian/lembaga. Pemilihan itu didasari pertimbangan

bahwa potensi korupsi dapat terjadi mulai dari perencanaan program.

Sebelum dirancang dan dilaksanakan komunikasi PBAK, pada masing-

masing unit kerja dilakukan penilaian terhadap budaya anti korupsi. Penilaian ini

dapat diketahui apakah dan pada level mana nilai budaya budaya dari sebuah

organisasi (satker) yang terpilih. Hasil dari penilaian budaya ini kemudian akan

dijadikan rujukan dalam menentukan arah dan strategi komunikasi yang sesuai.

Adapun klasifikasi budaya anti korupsi dikategorikan sebagai Budaya Anti

Korupsi Sangat permisif dengan skor 0-25%, kemudian Permisif (26-50%) dan

Anti Korupsi (51-75%) dan Sangat anti korupsi (76-100%). Persentase tersebut

diperoleh dari hasil penilaian melalui kuesioner mengenai aspek Budaya Anti

Korupsi yang mencakup Sikap Kepemimpinan, Rekan Sejawat, Mitra Kerja

Aparatur Satker Inferior, Mitra Kerja non Aparatur, Peraturan/Ketentuan Kerja,

Kebutuhan Pribadi, dan Persepsi Gratifikasi.

20

Penilaian budaya organisasi dan arah komunikasi dilihat pada skor

prosentasi total (helicopter view) untuk menetapkan awal dan perubahan yang

diinginkan dalam komunikasi PBAK. Kemudian untuk implementasi strategi yang

lebih spesifik dan menentukan isi pesan komunikasi, dilihat pada skor prosentasi

terkecil dari ke-8 dimensi budaya (sniper view).

Hasil dari penilaian budaya ini kemudian disesuaikan dengan cetak biru

strategi komunikasi budaya anti korupsi. Kemudian penetapan isi pesan dari

strategi komunikasi yang digunakan ini disesuaikan dengan kualifikasi budaya

anti korupsi dari organisasi (satker). Sementara implementasi program secara

spesifik dapat dilihat pada pilihan aktivitas yang mengacu pada Program

Komunikasi Berdasarkan Strategi Pencapaian (Lihat Cetak Biru Strakom PBAK).

3.3. Pelaksanaan Strakom PBAK oleh K/L

Sebelum melakukan perencanaan strakom PBAK 47K/L di minta untuk

melakukan proses pre-assessment sebagai baseline dalam merencanakan

stratkom PBAK. Untuk mendapatkan hasil pelakasanaan dari strategi komunikasi

dan bagaimana hasil nya terhadap target audience 47 K/L tersebut melakukan

post assessment.

Aktivitas pre-assessment dan post assessment ditujukan untuk

memperoleh gambaran aspek budaya anti korupsi dan aspek komunikasi dalam

pendidikan dan budaya anti korupsi sebagai dasar penyusunan dokumen

Strakom PBAK serta evaluasi dokumen Strakom PBAK.

21

Penilaian dilakukan terhadap seluruh pegawai pada satuan kerja terpilih

mengenai aspek berikut ini:

Tabel 1. Aspek yang diamati dalam Assessment ASPEK BUDAYA ASPEK KOMUNIKASI

a. Sikap Kepemimpinan b. Rekan Sejawat c. Mitra Kerja Aparatur Satker

Inferior d. Mitra Kerja Aparatur Satker

Superior e. Mitra Kerja non Aparatur f. Peraturan/Ketentuan Kerja g. Kebutuhan Pribadi h. Persepsi Gratifikasi

a. Aktifitas Komunikasi b. Media Komunikasi c. Pesan Komunikator d. Komunikator komunikasi e. Kebutuhan komunikasi

Pelaksanaan pre assessment dilakukan dengan metode survey

menggunakan alat bantu kuesioner yang terdiri dari instrumen pengukuran

budaya anti korupsi dan instrumen pengukuran komunikasi anti korupsi. Sasaran

survey adalah seluruh pegawai yang ada di satuan kerja baik PNS maupun

honorer. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data sehingga diperoleh

gambaran data analisis situasi budaya anti korupsi dan pelaksanaan kegiatan

komunikasi dalam PBAK.

Terkait sumber, kampanye pendidikan dan budaya antikorupsi (PBA)

sering tidak dilakukan oleh orang yang memiliki kapasitas memadai untuk

menyampaikan hal tersebut, sehingga kredibilitasnya diragukan. Sumber juga

sering kurang atraktif, kaku, sehingga tidak menarik perhatian khalayak.

Pemilihan khalayak juga belum dilakukan secara baik. Seleksi khalayak

masih cenderung dilakukan berdasarkan intuisi, tanpa didukung riset yang

memadai. Hal tersebut berimbas pada tidak efektifnya penyampaian pesan.

Sementara efek komunikasi juga cenderung tidak terukur, karena tidak adanya

22

mekanisme monitoring dan evaluasi dari proses komunikasi yang telah

dilakukan.

Target khalayak sangat penting dalam menetapkan strategi komunikasi

yang akan dibuat. Memahami target khalayak dari berbagai sisi seperti tingkatan

(leveling), demografis, psikografis dan lainnya akan membuat tujuan strategi

komunikasi menjadi sukses dan tepat sasaran.

Hasil assesement tersebut akan di bahas dalam bagian ini cukup mendetil

pada bagian ini untuk memberikan acuan bagi arah pengembangan strakom

yang lebih baik lagi. Dari hasil pengumpulan data terhadap stratkom PBAK

yang dilaksanakan oleh 47 K/L di peroleh gambaran sebagai berikut:

3.3.1. Aspek Pemilihan Pesan

Aspek pemilihan pesan merupakan aspek yang paling penting dalam

komunikasi karena komunikasi adalah suatu pross interpersonal, mengirim dan

menerima simbol yang terdapat pesan di dalamnya. Komunikasi yang efektif

akan terjadi apabila pesan yang dimaksudkan oleh pengirim sama dengan pesan

yang diterima oleh pengirim nya.

Dalam hasil assement didapatkan bahwa pesan yang paling banyak

diambil oleh 47 K/L adalah tentang Kedisiplinan dan Tanggung Jawab sesuai

dengan pesan utama di tahun 2013 menurut Cetak Biru Strakom PBAK.

Di dalam hasil assesment juga masih ditemukan beberapa KL yang masih

berminat untuk mengambil pesan lain selain pesan utama yang disarankan cetak

23

biru Strakom PBAK untuk tahun 2013. Pesan tersebut adalah: Keterbukaan,

Keadilan, Jujur, Kepatuhan, Sederhana.

Gambar 3. Sebaran Pilihan Pesan dalam Komunikasi PBAK

Sumber: Olahan Data

Hasil Assessment menunjukkan Level budaya di Kementerian dan

Lembaga terbanyak adalah sangat anti korupsi dengan arah komunikasi

Advokasi. Sementara untuk dimensi terendah adalah Kebutuhan Pribadi dan

dimensi Tertinggi adalah terhadap Mitra Kerja Non Aparatur. Untuk selanjut nya

pola Komunikasi terbanyak adalah pergerakan.

Sesuai dengan tujuan PBAK untuk mengubah budaya aparatur, maka

dibutuhkan strategi dan waktu yang cukup panjang agar budaya anti korupsi bisa

berkembang dan diterapkan pada semua unit/satuan kerja. Apalagi budaya anti

korupsi merupakan hasil internalisasi nilai-nilai sembilan anti korupsi yang

24

meliputi Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung Jawab, Sederhana, Kerja

Keras, Berani dan Adil.

Terkait pesan kunci, mengacu pada Stranas PPK Jangka Menengah

2011-2014, pesan kunci nilai-nilai antikorupsi yang perlu dikampanyekan ada

tiga, yakni: kejujuran, keterbukaan, dan integritas. Tiga pilar nilai tersebut belum

dikomunikasikan secara baik kepada tiga sasaran yakni pemerintah, sektor

swasta maupun masyarakat. Secara umum, sebagian besar target khalayak

yang menjadi stakeholders Kominfo sudah mengetahui dan paham (aware) pada

issue-issue korupsi. Namun ada juga target yang masih ditingkatkan awareness-

nya terhadap issue ini.

Pada sebagian besar yang sudah memiliki tingkat pengetahuan dan

pemahaman yang memadai, hanya pada tingkat aware ini saja belum cukup

untuk setidaknya membentuk perilakuk anti korupsi. Oleh karenanya perlu untuk

masuk pada tingkat selanjutnya yaitu perlu perubahan sikap dan perilaku anti

korupsi, baik secara gradual (bertahap) atau dengan cepat.

3.3.2. Pemilihan Media

Media komunikasi yang digunakan untuk mengkomunikasikan PBA

mencakup media penyiaran, media cetak, media baru/online/internet, media

tatap muka, media luar ruang, dan media pertunjukan rakyat. Pemanfaatan

media tersebut disesuaikan dengan tujuan komunikasi, target sasaran dan isi

pesan.

25

Dalam hal penggunaan media, belum semua media dimanfaatkan dengan

baik sesuai dengan kemudahan akses para pihak. Media massa dan media

publik belum dipergunakan secara maksimal sebagai penyampai pesan

antikorupsi, padahal kedua jenis media memiliki kemampuan sebagai wahana

pendidikan publik di ruang publik.

Pemilihan media merupakan aspek yang tidak kalah penting nya dalam

komunikasi. Salah satu sebab tidak efektifnya komunikasi adalah pemilihan

media komunikasi yang tidak tepat. Pemilihan media harus memperhatikan

information richness yaitu banyaknya informasi yang mampu disampaikan oleh

media.

Adapun jenis media yang biasa digunakan dalam menyampaikan pesan:

� Media tatap muka: Diskusi, seminar, lokakarya forum komunikasi

reform corner, ceramah/agama;

� Media massa penyiaran: Membuat acara telivisi/radio bersisi berita,

dialog, dialog interaktif, drama radio, iklan layanan dan, film pendek

tentang aktivitas PBAK,

� Media Massa Cetak: Melalui surat himbauan/edaran, Banner, Majalah:

� Media baru: Situs intranet, Jejaring Sosial, Mailing List,

� Special Event: Event khusus yang diselenggarakan melibatkan

karyawan/masyarakat dalam rangka kampanye aktivitas PBAK

Dari hasil asessment dapat terlihat bahwa media yang paling banyak

diminati oleh target khalayak adalah media tatap muka kemudian dilanjutkan

26

dengan media luar ruang, media massa, media baru dan special event seperti

yang tergambarkan dalam chart di bawah ini:

Gambar 4. Penggunaan Media dalam Komunikasi PBAK

Sumber: Olahan Data

Di dalam hasil assesment masih belum terpetakan mengapa 47 KL lebih

memilih media tatap muka sebagai media yang efektif dalam menyebarkan

pesan dan seberapa efektif pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui

media tatap muka dibandingkan dengan media lain nya.

Dengan mengetahui alasan dan derajat efektifitas media tatap muka tentu

nya akan menjadi pijakan bagi penyusunan strategi komunikasi selanjut nya dan

menjadi pertimbangan dalam pemilihan media yang efektif dalam penyampaian

pesan kepada khalayak sasaran.

3.3.3. Aksi Yang Direncanakan

Setelah melakukan penentuan pesan dan pemilihan media, hal

selanjutnya yang dilakukan oleh tim Humas KL. Di dalam hasil assessment

disimpulkan bahwa tahapan yang paling banyak dilakukan di dalam aksi adalaha

27

tahapan edukasi. Di dalam tahapan ini banyak menekan kan pada pemahaman

perubahan sikap hingga ke perubahan perilaku.

Hampir secara merata tahapan sosialisasi masih terus dijalankan oleh

semua KL yang terus menekankan pada penyampaian pesan berupa imbauan,

persuasi dan internalisasi nilai-nilai anti korupsi dalam penyampaian pesan,

penggunaan media komunikasi dan target khalayak, dengan mengedepankan

kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran agar pesan bisa tersampaikan

secara efektif dan efisien. Sosialisasi diarahkan untuk memberikan dorongan

tanpa henti agar setiap individu dapat mengetahui, menghayati, serta mendalami

sikap dan nilaianti korupsi. Tahap aksi yang dilakukan oleh 47 K/L tergambarkan

dalam gambar berikut ini:

Gambar 5. Sebaran Aksi yang Direncanakan dalam Komunikasi PBAK

Sumber: Olahan Data

28

Kegiatan Komunikasi dilaksanakan sebagai keterpaduan antara bentuk,

pilihan strategi dan manajemen kegiatan komunikasi yang akan dilaksanakan.

Kegiatan komunikasi dituangkan dalam rencana aksi yang mencakup segala

sesuatu yang akan atau harus dilakukan dalam rangkaian komunikasi dalam

bentuk uraian sistematik dan rinci sehingga bisa dijadikan pedoman dalam

pelaksanaannya.

Perencanaan aksi merupakan bagian penting untuk menentukan bentuk,

pilihan strategi dan manajemen kegiatan komunikasi yang akan dilaksanakan.

Dalam rencana aksi ditulis segala sesuatu yang akan atau harus dilakukan

dalam rangkaian komunikasi dalam bentuk uraian sistematik dan rinci sehingga

bisa dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya.

Rencana aksi digunakan sebagai pedoman yang dapat

membantu memperudah pelaksanaan suatu kegiatan. Mengapa demikian,

sebab tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam suatu proyek komunikasi orang-

orang yang terlibat dalam suatu proses perencanaan belum tentu sekaligus

terlibat sebagai pelaksana, dan sebalinya para pelaksana kegiatan komunikasi

bisa saja bukan merupakan orang-orang yang terlibat dalam proses

perencanaannya.

3.3.4. Pelaksanaan Aksi

Pada pelaksanaan aksi nya dari hasil assessment yang dilakukan, 99%

yang dilakukan oleh KL ada sosialisasi dan edukasi melalui tatap muka dengan

mengikutsertakan pegawai dan staf dalam bentuk workshop, seminar atau

29

diskusi informal. Di dalam sosialisasi tersebut juga disebarkan materi-materi

pesan dengan pemilihan komunikator yang sesuai dengan kriteria.

Media luar ruang turut mengambil peran penting dalam mengedukasi

khalayak sasar. Pesan yang dibuat sedemikian rupa menarik nya dalam bentuk

X banner, Sticker, Standing Banner, leaflet, spanduk, pin, poster dan lain-lain.

Di antara 47 KL juga banyak yang memanfaatkan media baru sebagai

bagian dari sosialisasi seperti website, social media/jejaring sosial dan mailing

list internal. Tidak ketinggalan pembangunan sistem seperti sistem penanganan

pengaduan menjadi bagian dari sosialisasi dan edukasi.

Berikut gambar aksi yang dilakukan di 47 KL dan 99% yang dilakukan

oleh kementerian dan lembaga adalah tahap sosialisasi.

Gambar 6. Sebaran Aksi Komunikasi PBAK

Sumber: Olahan Data

Hasil Assessment menunjukkan Level budaya di Kementerian dan

Lembaga terbanyak adalah sangat anti korupsi dengan arah komunikasi

30

Advokasi. Sementara untuk dimensi terendah adalah Kebutuhan Pribadi dan

dimensi Tertinggi adalah terhadap Mitra Kerja Non Aparatur.Untuk selanjut nya

pola Komunikasi terbanyak adalah pergerakan.

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi ditujukan untuk memperkuat setiap

individu dalam mengambil keputusan yang etis dan berintegritas, selain juga

untuk menciptakan budaya zero tolerance terhadap korupsi. Masyarakat

diharapkan menjadi pelaku aktif pencegahan dan pemberantasan korupsi

sehingga mampu memengaruhi keputusan yang etis dan berintegritas di

lingkungannya, lebih luas dari dirinya sendiri.

Pada tahap awal pendidikan dan budaya antikorupsi bisa terwujud dengan

baik jika terdapat persamaan cara pandang dan pola pikir bahwa korupsi sangat

merugikan masyarakat. Selanjutnya untuk mensinergikan prakarsa-prakarsa

positif yang mengarah pada perbaikan dapat terjadi secara massfi dibutuhkan

beragam pendekatan komunikasi, termasuk sosialisasi, advokasi dan edukasi

agar nilai-nilai budaya antikorupsi dapat terinternalisasi di setiap tingkatan

kehidupan masyarakat.

Kehadiran PBAK sangat strategis karena mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan kelima strategi lainnya dalam Strategi Nasional yang telah

dirumuskan. Sebaik apapun kita membangun dan memantapkan sistem,

mekanisme, kapasitas pencegahan korupsi yang terpadu secara nasional, dan

reformasi peraturan perundang-undangan nasional dalam mendukung

pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten, terkonsolidasi,

sistematis dan implementasi Stranas PPK secara terintegrasi, namun jika tidak

31

didukung oleh aparatur yang berintegritas, maka kebijakan-kebijakan dan

program yang disusun dalam pelaksanaan Stranas PPK tidak akan mencapai

sasaran seperti yang diinginkan.

32

BAB IV

HASIL EVALUASI

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi bertujuan untuk memperkuat setiap

individu dalam mengambil keputusan yang etis dan berintegritas. Selain juga

untuk menciptakan budaya zero tolerance terhadap korupsi. Dalam level

masyarakat diharapkan setiap individu menjadi pelaku aktif pencegahan dan

pemberantasan korupsi sehingga mampu mempengaruhi keputusan yang etis

dan berintegritas di lingkungannya, lebih luas dari dirinya sendiri.

Selama tahun 2013, sesuai dengan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2013

tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, sebanyak 47

Kementerian dan Lembaga (K/L) di tingkat pusat melaksanakan aksi generic

Strategi Komunikasi PBAK. Aksi tersebut ditujukan agar upaya PBAK

berlangsung secara terencana, sinergis dan terpantau pencapaiannya secara

optimal.Strategi komunikasi dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai budaya

anti korupsi pada level aparatur pemerintah.

Setelah pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK pada 47 kementerian

dan lembaga, pada tahun ini, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun

2014 tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,

Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki tanggung jawab untuk

melaksanakan aksi evaluasi terhadap Cetak Biru Komunikasi PBAK sebagai

33

basis pelaksanaan Strategi Komunikasi PBAK di lingkungan aparatur

pemerintah.

Maksud dari penyusunan evaluasi ini adalah untuk melihat efektivitas aksi

PBAK yang telah dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga berdasarkan unsur-

unsur dalam strategi komunikasi terutama pesan, media dan aktivitas

komunikasi, yang dalam pelaksanaan aksi strategi komunikasi PBAK ditetapkan

minimal 3 aksi pada setiap kementerian dan lembaga yang berjumlah 47

instansi.

Secara umum hasil pemetaan dari 47 K/L menunjukkan bahwa terdapat 4

pesan yang diusung oleh K/L tersebut yaitu Keterbukaan, Kedisiplinan,

Tanggung Jawab dan Keadilan sesuai dengan pesan utama di tahun 2013

menurut Cetak Biru Strakom PBAK. Sedangkan media yang paling banyak

digunakan adalah media tatap muka kemudian dilanjutkan dengan media luar

ruang, media massa, media baru dan special event.

Aksi yang banyak direncanakan oleh 47 K/L adalah sosialiasi kepada

khalayak yang sudah ditentukan sebelumnya dilanjutkan ke edukasi dan

advokasi. Pada pelaksanaan nya 47 K/L melaksanakan aksi sesuai dengan

perencanaan awal saat penyusunan strakom yang menitikberatkan pada

sosialisasi, edukasi dan advokasi.

Dari hasil pemetaan pre assessment ditemukan bahwa terdapat 31K/L

yang memiliki Level Budaya sangat Anti Korupsi, kemudian 9 K/L memiliki level

budaya anti Korupsi, dan hanya 1 K/L yang memiliki level budaya permisif

terhadap korupsi. Sedangkan, arah komunikasi yang sesuai untuk strategi

34

komunikasi PBAK adalah advokasi (36 K/L), Edukasi (4 K/L), Sosialisasi (1

K/L).Dua K/L tidak menampilkan arah komunikasi, dan enam K/L tidak ada

Laporan.

Hasil analisa pre-assessment menunjukkan bahwa dimensi Terendah dari

budaya anti korupsi adalah Kebutuhan Pribadi (14 K/L),Peraturan Ketentuan

kerja (12 K/L), Mitra Kerja- Satker superior (5 K/L), Sikap Kepemimpinan (5 K/L),

dan Gratifikasi (1 K/L). Sedangkan dimensi Tertinggi adalah: Mitra Kerja-non

aparatur (10 K/L), Mitra Kerja-Aparatur di Satker Superior; Satker

pengawas/pemberi anggaran(9 K/L), Mitra Kerja- Satker Inferior (9 K/L), sikap

Kepemimpinan (6 K/L), dan Rekan sejawat (2 K/L).

Secara umum, hasil assessment menunjukkan Level budaya di

Kementerian dan Lembaga terbanyak adalah sangat anti korupsi dengan arah

komunikasi Advokasi. Sementara untuk dimensi terendah adalah Kebutuhan

Pribadi dan dimensi Tertinggi adalah terhadap Mitra Kerja Non Aparatur. Untuk

selanjut nya pola Komunikasi terbanyak adalah pergerakan.

Untuk memperdalam pemahaman terhadap institusi yang memiliki

persepsi budaya sangat anti korupsi, maka dilakukan analisa strategi komunikasi

PBAK, maka dilakukan analisa terhadap K/L yang memiliki skor PBAK diatas 90,

dimana terdapat 3 K/L, yaitu: Kementerian Dalam Negeri, POLRI, dan Kejaksaan

Agung. Selain itu, pemahaman yang mendalam terhadap K/L yang memiliki

persepsi permisif terhadap korupsi juga diperlukan, sehingga kami juga

menganalisa K/L yang memiliki skor budaya anti korupsi dibawah 55, dimana

terdapat 3 K/L, yaitu: Kemkopolhukam, KPDT, dan KEMENTERIAN BUMN.

35

Analisa yang lebih penting akan dilakukan terhadap 2 K/L (LIPI dan Bappenas)

yang memiliki skor kenaikan persepsi budaya anti korupsi diatas dua digit,

setelah direalisasikannya aksi komunikasi PBAK.

4.1 Institusi Yang Memiliki Skor PBAK tertinggi

Berdasarkan penelusuran data pelaporan pelaksanaan Strakom PBAK

pada tahun 2013 teradapat tiga institusi yang memiliki Skor PBAK tertinggi, yakni

Kementerian Dalam Negeri, Kepolisian Republik Indonesia dan Kejaksaaan

Agung.

4.1.1. Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Dalam Negeri Memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar

92, locus yang terpilih adalah Dit. Fasilitasi Kepala Daerah, DPRD dan

Hubungan Antar Lembaga, dengan persepsi budaya adalah sangat anti korupsi,

arah komunikasi advokasi, dan pola komunikasi bersifat penggerakkan. Hasil

post assestment menunjukkan bahwa pola komunikasi meningkat menuju

pembudayaan.

Strategi komunikasi yang dijalankan adalah sebagai berikut:

� Pemberitahuan (announcing), menyampaikan informasi sehingga orang

menjadi tahu dari tidak tahu untuk pihak internal Direktorat Fasilitasi KDH,

DPRD, dan HAL, maupun Direktorat Jenderal Otonomi Daerah serta pihak

eksternal lainnya,

36

� Menyebarkan informasi (informing) mengenai arti penting tindakan anti

korupsi di lingkungan sekitar.

� Menerangkan (explaining) kepada satker superior sebagai target khalayak

agar satker locus dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai denqan

prosedur yang berlaku.

� Menyarankan (suggesting) kepada khalayak agar menjauhi tindakan-

tindakan yang mengarah pada perilaku koruptif.

� Memotivasi (motivating): membayangkan orang lain akan menjadi seperti

apa, dan berupaya memenuhi kebutuhan orang itu untuk mencapai

bentuk terbaik orang itu.

� Membujuk (persuade) kepada target sasaran baik khalayak internal dan

eksternal Dit. Fasilitasi KDH, DPRD dan HAL untuk menjauhi tindak

korupsi atau tindakan penyelewengan keuangan neoara/daerah,

� Mengundang (inviting) seluruh khalayak untuk selalu bekerja dan

bertindak sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan yang berlaku.

� Meyakinkan (convince) bahwa tindakan korupsi itu perbuatan tercela dan

dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang hidup / berada dibawah

qaris kemiskinan.

� Mendidik (educating) agar pesan-pesan anti korupsl dapat dicerminkan

dalam keseharian, yang pada akhirnya diharapkan

menumbuhkembangkan wujud "korupsi bukanlah kepribadian kami".

� Mendukung pembuatan keputusan (supporting) keputusan dapat

menimbulkan pro dan kontra.

37

Khalayak yang menjadi target komunikasi adalah Direktorat Fasilitasi

Kepala Daerah, DPRD dan Hubungan Antar Lembaga yang melaksanakan

fungsi Pelayanan Administrasi terkait dengan Penyelesaian Surat Keputusan

Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah. Sedangkan pesan utma yang akan

disampaikan Disiplin dan Keterbukaan. Pesan-pesan ini akan disampaikan

melalui Media tatap muda dengan diskusi, workshop/seminar, media luar ruang

dengan standing banner, media baru memlalui situs wesbite ditjen otda dan

mailing list. Untuk mendukung strategi komunikasi ini, maka didukung oleh

adanya komunikator dari Dit. Fasilitasi KDH, DPRD dan Hubungan Antar

Lembaga.

Aksi strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam

Negeri adalah:

� Mendorong dan mengembangkan kesadaran seluruh pegawai di

lingkungan Direktorat Fasilitasi Kepala Daerah, DPRD dan Hubungan

antar lembaga untuk berani menolak memberikan dan/atau menerima

gratifikasi, mandiri dalam bertindak, serta peduli untuk melaporkan

tindakan berindikasi Korupsi.

� Mendorong setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Fasilitasi Kepala

Daera, DPRD dan Hubungan antar Lembaga Ditjen Otda untuk

mengembangkan diskusi mengenai praktik dan nilai anti korupsi dalam

organisasi.

38

� Menyebarluaskan informasi mengenai peran penting dan manfaat dari

adanya whistle blower system dan justice collaborator dalam organisasi.

Kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan aksi strategi komunikasi

budaya anti korupsi adalah dengan melakukan aktivitas sebgaai berikut:

� Peningkatan kepedulian terhadap budaya anti korupsi dengan membuat

banner/slogan dengan kata - kata yaitu :

� "Bantu kami untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku"

� "Ayo, bantu kami lebih baik dengan tidak korupsi"

� "Keterbukaan dalam pelayanan pilar anti korupsi"

� Melakukan kegiatan diskusi kelompok baik secara resmi institusional

maupun diskusi informal.

� Melakukan kegiatan penjaminan keamanan identitas bagi

whistleblowerlpemberi informasi dengan dikeluarkannya surat edaran dari

Direktur Jenderal Otonomi Daerah.

Inti pesan dari aksi stratrgi komunikasi PBAK yang dilaksanakan oleh

Kementerian Dalam Negeri adalah:

§ Bantu kami untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku

§ Ayo, bantu kami lebih baik dengan tidak korupsi

§ Keterbukaan dalam pelayanan pilar anti korupsi

39

4.1.2. Kepolisian Republik Indonesia

POLRI memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar 92, lokus terpilih

adalah Ditlantas Polda Metro Jaya, dengan persepsi budaya anti korupsi,

sedangkan arah komunikasi nya bersifat advokasi, dan pola komunikasi bersifat

penggerakan.Sasaran dari strategi komunikasi PBAK POLRI adalah meyakinkan

untuk tetap bersikap anti korupsi dan melaksanakannya, serta memberikan

pendidikan dan keteladanan, serta menggerakkan setiap orang dalam organisasi

untuk mendukung pembuatan keputusan pimpinan sekalipun dapat menimbulkan

pro dan kontra.

Khalayak yang menjadi target pesan komunikasi ini adalah pegawai di

Ditlantas Polda Metro Jaya, dengan pesan utama disiplin dan

tanggungjawab.Media yang digunakan untuk menyampaiakan pesan adalah

melalui tatap muka dan media Cetak. Sedangkan komunikator yang digunakan

adlah dari internal dalam Ditlantas Polda Metro Jaya

Aksi strategi komunikasi budaya anti korupsi yang dijalankan oleh POLRI

adalah sebagai berikut:

� Mendorong dan mengembangkan kesadaran seluruh pegawai di

lingkungan Direktorat Lalulintas Polda Metro Jaya untuk berani menolak

memberikan dan/atau menerima gratifikasi, mandiri dalam bertindak,serta

peduli untuk melaporkan tindakan berindikasi korupsi.

� Mendorong setiap unit kerja di lingkungan Direktorat Lalulintas Polda

Metro Jaya untuk mengembangkan diskusi mengenai praktik dan nilai anti

korupsi dalam organisasi.

40

� Menyebarluaskan informasi mengenai peran penting dan manfaat dari

adanya whistle blower system dan justice collaborator di dalam organisasi

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengimplementasikan aksi

strategi komunikasi PBAK adalah:Penyusunan modul Budaya Anti Korupsi,

Menyusun buku saku anti korupsi, Sharing (Pelaksanaan forum sharing anti

korupsi), Pojok Anti Korupsi,Pemilihan tokoh anti korupsi (role model),dan

Sosialisasi. Sedangkan inti pesan yang disampaikan adalah: “Taati peraturan &

Jalani kewajiban”,”Disiplin jadi keseharian kami”, “Pojok Anti Korupsi”, “Ayo

bantu kami untuk lebih baik dengan tidak korupsi”,”Mandiri dalam

bertindak,Jangan paksa kami untuk menyuap”, “Ingat Maklumat Kapolri Nomor 1

tahun 2011”.

4.1.3. Kejaksaan Agung

Kejaksaan Agung memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar 90, lokus

yang terpilih: Biro Perlengkapan pada Jasa Agung Muda Pembinaan, dengan

persepsi budaya sangat anti korupsi, arah komunikasinya advokasi, dan pola

komunikasi bersifat pembudayaan pembudayaan. Sasaran dari strategi

komunikasi PBAK yang direncanakan adalah sebagai berikut:

� Berbagi pengtahuan umum tentang PBAK di biro perlengkapan dan unit

pelayanan publik.

� Sosialisasi peran, nilai, kebiasaan anti korupsi kepada para pegawai.

� Pencapaian konsensus agar sesuai dengan nilai-nilai anti korupsi.

41

� Menguji, mempelajari realitas, kesempatan dan bahaya kasus korupsi.

� Memperoleh pengetahuan dan keterampilan ttg anti korupsi yang dapat

digunakan secara positif dalam kehidupan

Khalayak yang menjadi target dari strategi komunikasi PBAK adalah

pejabat, staf administrasi/ tata usaha di lingkungan lokus terpilih, dengan

komunikator pimpinan biro perlengkapan, pimpinan di lingkungan JAMP, kepala

pusat penerangan hukum, JAMP, jaksa agung dan wakil jaksa agung RI. Pesan

utama yang hendak disampaikan adalah disiplin dan keterbukaan. Pesan utama

ini disampaikan melalui beberapa alat, yaitu:

� Media cetak: banner, leaflet/brosur, buku saku, majalah internal

� Media elektronik: website, TV informasi

� Media baru: intranet

� Media tatap muka: forum sharing, apel pagi, diskusi, pengarahan

pimpinan

Aksi yang diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung untuk melaksanakan

strategi komunikasi PBAK adalah sebagai berikut:

� Mendorong penyelengaraan kegiatan bersama terkait PBAK dengn

aparatur pemerintah dan pihak terkait, terutama mitra kerja superior.

� Mendorong dan mengmbangan kesadaran aparatur pemerintah dan

masyarakat untuk memiliki nilai berani menolak gratifikasi dan melaporkan

korupsi, mandiri dalam bertindak.

42

� Penyebarluasan informasi mengenai peran penting dan manfaat

whistleblower system dan justice collaborator.

Kegiatan yang terlaksana adalah Workshop "Pendidikan Anti Korupsi Bagi

Keluarga Kejaksaan RI" pada 23 Desember 2013 di Ruang Sasana Pradana

Kejaksaan Agung, Jakarta. Khalayak dari kegiatan ini adalah Jaksa Agung Muda

Intelejen, Jaksa Agung Muda Pidsus, Jaksa Agung Muda Pembinaan, Jaksa

Agung Muda Pengawasan, IAO Pusat, pegawai di Kejaksaan RI. Sedangkan

komunikator dari kegiatan ini adalah Wakil Jaksa Agung RI, Wakil Ketua KPK,

Anggota Bidang Studi Hukum Pidana Fak. Hukum UI. Kegiatan ini dilakukan

melalui media komunikasi tatap muka, dengan inti pesan "Peran keluarga dalam

pencegahan dan pemberantasan korupsi".

4.2. Institusi Yang Memiliki Skor PBAK Terendah

Adapun institusi yang memiliki Skor PBAK Terendah antara lain

Kementerian Koodinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Kementerian BUMN.

4.2.1. Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan

Kemkopolhukam memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar 40, lokus

yang dipilih adalah Para pejabat Eselon 1, para pejabat eselon 2, para pejabat

di unit pelayanan pengadaan barang dan jasa, dan para anggota staf keuangan,

staf rumah tangga, dan staf biro perencanaan. Persepsi budaya di Kementerian

43

Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan adalah permisif terhadap korupsi,

dengan arah komunikasi edukasi, dan pola komunikasi pergerakan.

Sasaran strategi komunikasi PBAK yang akan dilakukan adalah

menyarankan (to suggest), memotivasi (motivating), membujuk (to persuade),

dan mendukung pembuatan keputusan (supporting decision making).

Sedangkan khalayak penerima pesan adalah Para pejabat Eselon 1, eselon 2

dan unit pelayanan pengadaan barang dan jasa, pejabat pembuat komitmen, staf

keuangan, staf rumah tanggadan staf biro perencanaan, unit dan lembaga

pengawas eksternal dan yang berwenang di bidang anggaran. Pesan utama

yang hendak disampaikan adalah keterbukaan dan disiplin, dengan

menggunakan media luar ruang, baru, tatap muka dan media massa.

Komunikator yang direncanakan untuk mendukung strategi komunkasi PBAK

adalah Sesmenko Polhukan, tim pelaksana Strakom PBAK Kemenko Polhukam,

dan unsur tokoh sebagai komunikator.

Aksi yang dilakukan untuk melaksanakan strategi komunikasi PBAK

diantaranya adalah Pemasangan Banner, Konten videotron, konten anti korupsi

melalui pporta www.polkam.go,id, kegiatan forum kkomunikasi, sosialiasai,

pemuatan konten di majalah polhukam. Dengan aktivitas kegiatan antara lain:

Penayangan slogan anti korupsi di website polhukam dan videotron,

Pemasangan Banner Anti Korupsi, Forum komunikasi anti korupsi, pemuatan

konten di majalah polhukam. Inti pesan yang disampaikan dalam aksi PBAK ini

adalah :”Ingat! Korupsi bukan rezeki”, “korupsi hukum nya haram”, “Korupsi

untungkan sesaat,sengsarakan sepanjang hayat”, “anda memasuki wilayah anti

44

suap menyuap”. Hasil penilaian Post assessment menunjukkan kenaikan

persepsi budaya menjadi Anti korupsi, dengan pola komunikasi pembudayaan.

4.2.2. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

KPDT memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar 52, locus yang dipilih

adalah Sekretariat Kem. PDT, dengan persepsi budaya anti korupsi, arah

komunikasi edukasi, dan pola komunikasi bersifat pergerakan. Tujuan dilakukan

PBAK adalah untuk meningkatkan tahapan pola komunikasi dari level

penggerakan menjadi level pembudayaan. Dalam tahap yang lebih pendek

(bukan jangka panjang), yaitu dari penggerakan persuasi ke penggerakan

internalisasi.Media yang digunakan dalam melaksanakan PBAK adalah

kampanye internal, standing banner dan diklat kekhususan. Sedangkan

komunikatornya adalah Sekretaris Kementerian.

Khalayak yang menjadi target strategi komunikasi PBAK adalah seluruh

pegawai Sekretariat Kem. PDT, dengan pesan utama adalah Adil dengan

kemasan pesan: Kami Melayani Sepenuh Hati dan Adil Dan Amanah Dalam

Melayani.

Kemudian pesan tanggung jawab dengan kemasan pesan antara lain:

Pribadi Yang Bertanggung Jawab Awal Dari Anti Korupsi, Kuatkan Integritas,

Awas Bahaya Laten Korupsi, dan Ayo Lawan Korupsi.

Aksi yang dilakukan untuk mendukung PBAK adalah: 1) Sosialisasi dan

Edukasi Anti Korupsi; 2) Seminar Workshop/Training Mengenai PBAK bagi

Pengajar, Mahasiswa, Pelajar, Manajer Swasta dan Pimpinan Lembaga

45

Pemerintah; dan 3) Sosialisasi Nilai-nilai Anti Korupsi dalam Bentuk Cerita atau

Pengalaman.Kegiatan pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi PBAK

dilakukan tanggal 24 September 2013.Inti pesan dari aksi PBAK ini adalah Peran

BPK dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, Strategi

pendidikan dan budaya anti korupsi: perjuangan melawan korupsi tidak pernah

sedetikpun, budaya korupsi dan alternatif solusi mengatasinya.

4.2.3. Kementerian BUMN

Kementerian BUMN memiliki skor PBAK Pre Assesment sebesar 55,

dengan locus yang dipilih adalah seluruh unit kerja Eselon I, eselon II, eselon III,

eselon IV dan pelaksana di Kementerian BUMN.Hasil peneilaian awal

menunjukkan bahwa Kementerian BUMN memiliki persepsi budaya anti korupsi,

dengan arah komunikasi edukasi, dan pola komunikasi bersifat

pergerakan.Sasaran dari pelaksanann strategi komunikasi PBAK adalah

Meyakinkan untuk tetap bersikap anti korupsi dan melaksanakannya;

memberikan pendidikan dan keteladanan; serta menggerakkan setiap orang

dalam organisasi untuk mendukung pembuatan keputusan pimpinan dalam

peniadaan korupsi.

Khalayak yang menjadi penerima pesan PBAK adalah seluruh unit kerja

Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV dan pelaksana. Sedangkan pesan utama

yang akan disampaikan adalah Keterbukaan, Kedisiplinan,Tanggung jawab,

Keadilan. Media yang digunakan untuk penyampaian pesan inimeliputi

46

Penerbitan Internal, Elektronik dan tatap muka.Komunikator yang menyampaikan

pesan merupakan Pimpinan unit kerja (pejabat Eselon I dan II) d

Aksi PBAK yang dilaksanakan di Kementerian BUMN adalah;

� Partisipasi aktif dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi anti korupsi yang

diprakarsai oleh stakeholders di lingkungan lembaga pemerintah, swasta

dan masyarakat.

� Memfasilitasi tukar pengalaman terbaik dan "best practices" antarwahana

dan komunitas anti korupsi, balk lembaga pemerintah, swasta dan

masyarakat.

� Pembuatan website atau portal informasi best practices anti korupsi

Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang PBAK ini adalah:

� Mengikutsertakan pegawai sebagai peserta dalam sosialisasi dan edukasi

anti korupsi,

� Menjadi nara sumber dalam acara sosialisasi dan edukasi anti korupsi

� Sharing Knowledge PBAK,

� FGD PBAK

� Workshop PBAK,

� Penambahan fitur dalam portal Kementerian BUMN untuk sosialisasi dan

edukasi anti korupsi,

� Pembuatan standing banner untuk sosialisasi dan edukasi anti korupsi.

47

4.3. Institusi Yang Mengalami Peningkatan PBAK tertinggi

Dalam pelaksanaan strategi komunikasi PBAK terdapat dua institusi yang

mengalami kenaikan nilai budaya anti korupsi yang tertinggi, yaitu: Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

4.3.1. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LIPI Memiliki peningkatan skor PBAK sebesar 8 poin, hasil pre

assessment menunjukkan bahwa LIPI telah memiliki persepsi budaya anti

korupsi, dengan nilai 73, dengan arah komunikasi advokasi, dan pola komunikasi

penggerakan. Kemudian setelah dilakukan aksi PBAK, nilai persepsi budaya

mereka menjadi sangat anti korupsi, dengan nilai 81.

Strategi komunikasi PBAK yang direncanakan oleh LIPI memiliki sasaran

menuju proses internalisasi nilai-nilai anti korupsi di LIPI. Khalayak yang menjadi

target penerima pesan adalah Biro Umum dan Perlengkapan LIPI dan sampling

pegawai LIPI di seluruh Indonesia, dengan pesan utama tanggung jawab dan

adil. Pesan utama ini akan disampaikan melalui media Sosialisasi, FGD,

Website, Videotron. LIPI menggunakan beberapa komunikator untuk

menyampaiakn pesan, yaitu: Inspektorat LIPI, KPK, Bappenas, dan

Kemenkominfo.

Aksi yang dilakukan oleh LIPI dalam merealisasikan strategi komunikasi

PBAK adalah:

� Kegiatan sosialisasi paspek-aspek PBAK.

48

� FGD untuk mendapatkan inti pesan masukan dari akademisi ttg hambatan

penerima pesan menerima aspek-aspek PBAK

� Pemanfaatan website dan videotron tentang pesan PBAK

Kegiatan aksi yang terlakana adalah Sosialisasi Pembangunan Integritas

dalam Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi LIPI, dan FGD

Strategi Mewujudkan Wilayah Tertib Administrasi dalam Rangka PPK, The

Green Hotel Ciawi-Bogor, 10 September 2013. Inti pesan dari aksi ini adalah

Peningkatan tertib administrasi di bidang pengadaan barang dan jasa,

pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bmn, serta pengoptimalan tugas dan

fungsi.

Secara ringkas strategi komunikasi PBAK yang direncanakan oleh LIPI

dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini

Tabel 2 Perencanaan Komunikasi PBAK di LIPI

Peningkatan nilai budaya anti korupsi LIPI dapat menjadi salah satu

contoh bagi K/L yang lainnya. Peningkatan ini disebabkan oleh kesesuaian

antara pesan utama yang direncanakan dalam strategi komunikasi anti korupsi

Sasaran Khalayak Pesan Media KomunikatorMenujuprosesinternalisasinilai-­‐nilai anti  korupsi di LIP

Biro  Umum danPerlengkapanLIPI  dansampling  pegawai LIPI  diseluruhIndonesia

Tanggung jawabAdil

SosialisasiFGDWebsiteVideotron

Inspektorat  LIPIKPKBappenasKemenkominfo

49

dengan pelaksanaan komunikasi PBAK. Pesan utama yang dicanangkan oleh

LIPI adalah tanggung jwab dan adil, kemudian LIPI merealisasikannya melalui

inti pesan “Peningkatan tertib administrasi di bidang pengadaan barang dan jasa,

pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bmn, serta pengoptimalan tugas dan

fungsi”.

Sasaran strakom PBAK internalisasi nilai, juga terealisasikan melalui

kegiatan yang dilaksanakan oleh LIPI, yaitu Sosialisasi Pembangunan Integritas

dalam Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi LIPI, dan FGD

Strategi Mewujudkan Wilayah Tertib Administrasi dalam Rangka PPK. Secara

umum dapat dikatakan bahwa aksi PBAK yang dilakukan oleh LIPI masih sejalan

dengan strategi komunikasi PBAK yang direncanakan.

4.3.2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Bappenas memiliki peningkatan skor PBAK sebesar 13, dimana sasaran

strategi komunikasi PBAK yang dicanangkan adalah Mengubah dan memperkuat

budaya anti korupsi khususnya pola hidup sederhana dan pemisahan yang tegas

antara barang/dana milik kantor dengan milik pribadi. Khalayak yang menjadi

target penyampaian pesan merupakan pimpinan,staf organik, staf outsource dan

sub-kontraktor direktorat PKPS. Komunikasi PBAK ini memiliki pesan utama

dengan tagline "Menjadi PNS Tidak Harus Kaya".

Untuk menyampaiakan pesan, Bappenas menggunakan media tatap

muka melalui diskusi dan Focuss Group Discussion (FGD), dengan komunikator:

50

Inspektur Utama dan Inspektur Bidang Administrasi Umum Kementerian

PPN/Bappenas, Tokoh agama dan masyarakat, dan Pejabat KPK.

Aksi yang dilakukan untuk merealisasikan PBAK adalah dengan

Mendorong dan mengembangkan kesadaran pegawai direktorat untuk memiliki

kesadaran dalam menolak dan melaporkan gratifikasi.Selain itu, Bappenas juga

melakukan diskusi mengenai praktik dan nilai anti korupsi.Selanjutnya diadakan

sosialisasi mengenai peran penting dan manfaat whistle blower system. Aksi-

aksi ini terintegrasi dalam kegiatan:

� Diskusi "Praktik dan Nilai Anti Korupsi melalui Pola Hidup Sederhana"

pada 5 September 2013. Narasumber: Inspektur Utama dan Direktur

Pengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta (PKPS); Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, rektor UIN; Amien Sunaryadi, Ak, MPA, CISA,

mantan wakil ketua KPK.

� Penguatan Budaya Anti Korupsi dan Uji Publik Internal Draft Permen

tentang Pelaporan Gratifikasi dan Whistle Blowing System pada 17

September 2013. Narasumber: Imam Prasodjo, Sarlito Wirawan, Kepala

Biro Hukum dan Inspektur Utama Bappenas

Inti pesan dari aksi PBAK yang dilakukan oleh Bappenas adalah:

� “Nilai-nilai Anti Korupsi dan Pola Hidup Sederhana” dan “Praktik dan Nilai Anti

Krupsi dan Pola Hidup Sederhana”

� Upaya anti korupsi melalui pendekatan budaya anti korupsi harus dilakukan

melalui pendekatan perilaku masyarakat, baik sebagai perorangan

51

(psikologi), maupun sebagai kelompok (sosiologi), ataupun keduanya

(psikologi sosial)

Secara ringkas komunikasi PBAK yang dilakukan oleh LIPI dapat dilihat

pada tabel 3 dibawah ini

Tabel 3 Komunikasi PBAK LIPI dan Bappenas

Bappenas merupakan K/L yang memiliki peningkatan nilai budaya anti

korupsi yang tertinggi, dengan akselerasi sebesar 13 poin. Peningkatan nilai

budaya anti korupsi ini disebabkan oleh selarasnya strategi komunikasi PBAK

dengan pelaksanaannya. Sebelum merencanakan strategi komunikasi,

Bappenas terlebih dahulu mengukur budaya anti korupsi dari satker yang terpilih

menjadi locus, kemudian setelah diukur berbagai indikatornya, Bappenas

mempersiapkan strategi komunikasi PBAK yang sesuai dengan situasi yang ada

dalam locus terpilih tersebut.

Sasaran Khalayak Pesan Media KomunikatorMengubahdanmemperkuatbudaya anti  korupsikhususnya polahidup sederhanadanpemisahanyang  tegasantarabarang/danamilik kantordenganmilikpribadi

pimpinan,staforganik,  stafoutsourcedansub-­‐kontraktordirektoratPKPS

tagline  "MenjadiPNS  Tidak HarusKaya"

media  tatapmukamelaluidiskusi danFocussGroup  Discussion  (FGD)

1.  InspekturUtama danInspektur BidangAdministrasiUmumKementerianPPN/Bappenas2.  Tokoh agama  danmasyarakat3.  PejabatKPK

52

Hasil pre assessment buadaya anti korupsi menunjukkan bahwa dimensi

terendah yang harus menjadi perhatian adalah “kebutuhan pribadi”, kemudian

Bappenas menetapkan sasaran untuk mengubah dan memperkuat budaya anti

korupsi khususnya pola hidup sederhana dan pemisahan yang tegas antara

barang/dana milik kantor dengan milik pribadi. Sasaran strakom PBAK yang

dicanangkan oleh Bappenas juga diwujudkan dalam pesan utama yang

diusungnya, yaitu: "Menjadi PNS Tidak Harus Kaya".

Sasaran dan pesan utama Bappenas kemudian direalisasikan dalam aksi

yang selaras, yaitu: Diskusi "Praktik dan Nilai Anti Korupsi melalui Pola Hidup

Sederhana", dan Penguatan Budaya Anti Korupsi dan Uji Publik Internal Draft

Permen tentang Pelaporan Gratifikasi dan Whistle Blowing System. Dimana

pesan utama dari aksi kegiatan yang dilakukan oleh Bappenas adalah tentang

kesederhanaan.

4.4. Perubahan Budaya Anti Korupsi di Lokus Pelaksanaan Strakom PBAK

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) telah menjadi komitmen

bersama pemerintah dan stakeholders pemberantasan korupsi di Indonesia.

Selain itu upaya PPK, merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun

2012 tentang Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Oleh karena itu

pelaksanaannya harus didukung oleh seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) baik

di pusat maupun daerah.

Secara umum, tidak terdapat peningkatan persepsi budaya anti korupsi

yang signifikan, Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah

53

0,262. Stagnansi persepsi budaya anti korupsi ini dapat disebabkan oleh nilai

skor pre assessment yang rata-rata sudah cukup tinggi (67,32), sehingga untuk

meningkatkan lagi skor persepsi tersebut dibutuhkan upaya yang lebih serius.

Tabel 4 Signifikansi Perubahan Budaya Anti Korupsi

Masalah utama yang menyebabkan terjadinya stagnansi persepsi budaya

anti korupsi adalah adanya ketidaksesuaian antara strategi komunikasi dan aksi

yang direalisasikan. Mayoritas K/L biasanya menempelkan aksi PBAK dengan

kegiatan lain yang kemungkinan tidak sesuai dengan sasaran strategi

komunikasi PBAK. Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan oleh ketiadaan

anggaran yang khusus dialokasikan untuk aksi PBAK, sehingga kegiatan aksi

PBAK kemudian menginduk pada kegiatan lain yang memiliki anggaran.

Namun secara umum, dari gambaran di atas dapat dipahami bahwa

secara teoritis bahwa strategi komunikasi untuk mengubah perilaku bukan hal

yang bisa dicapai dengan cepat. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata K/L

memiliki persepsi budaya yang anti terhadap korupsi (grade 3), dan arah

komunikasi yang sesuai adalah advokasi.

Di sisi lain, strategi komunikasi dengan arah advokasi lebih sulit

diaplikasikan dibandingkan dengan sosialisasi maupun edukasi, karena advokasi

memerlukan keterlibatan semua pihak.Oleh karena itu untuk memperbaiki

54

persepsi budaya dari setiap K/L diperlukan formulasi strategi komunikasi

advokasi yang lebih tajam.

Hasil yang menarik dari evaluasi Strakom PBAK adalah adanya

peningkatan pola komunikasi dari K/L secara signifikan, dengan angka

signifikansi mencapai 0,003 (Tabel 5). Peningkatan pola komunikasi yang terjadi

pada masing-masing K/L menunjukkan bahwa sosialisasi dan pelatihan PBAK

yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika telah berjalan

dengan baik, dan dapat segera diaplikasikan oleh masing-masing K/L.

Tabel 5 Signifikansi Perubahan Budaya Anti Korupsi

Dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

(Stranas PPK) Jangka Panjang dan Jangka Menengah disebutkan, salah satu

tantangan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia

komunikasi terbesar yang dihadapi selama ini adalah absennya strategi

komunikasi.

Dalam pelaksanaannya, berbagai upaya PPK, khususnya pelaksanaan

Strategi 5: Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) harus dikomunikasikan

secara baik oleh K/L kepada para pemangku kepentingan dan mitra strategis.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah rencana aksi komunikasi yang memadai dan

termuat dalam rencana aksi masing-masing lembaga.

55

Pola komunikasi yang tepat sangat penting dalam peningkatan persepsi

budaya dari masing-masing K/L. Tabel 6 menunjukkan adanya hubungan linear

antara pola komunikasi dan persepsi budaya, dimana peningkatan 1 satuan nilai

pola komunikasi, akan meningkatkan persepsi budaya sebesar 0,518, dengan

persamaan regresi Y= -0,241 + 0,518X, dimana Y adalah persepsi budaya, dan

X adalah pola komunikasi.

Tabel 6 Perubahan Budaya Anti Korupsi

Namun demikian, terdapat beberapa faktor kunci yang mendorong

pelaksanaan Strakom PBAK, bahwa setiap K/L memiliki kewajiban

melaksanakan sebagai aksi generik sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1

Tahun 2013 tentang Percepatan Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di

Indonesia.

Secara teknis, faktor kunci pendorong lainnya adalah kegiatan yang

dilaksanakan terintegrasi dengan aktivitas komunikasi unit kerja yang

bersangkutan sehingga tidak membuat pelaksanaan kegiatan tertunda. Jadi

pelaksanaan Strakom PBAK merupakan refocussing, penajaman atas anggaran

yang ada untuk melaksanakan kegiatan kampanye anti korupsi di lingkup internal

lembaga.

56

BAB V

KONTRIBUSI DALAM STRATEGI NASIONAL PPK

Babakan baru kebijakan pencegahan dan pemberantasan korupsi (PPK)

di Indonesia ditandai dengan kehadiran Strategi Nasional PPK. Jika selama ini

aspek komunikasi kurang mendapatkan perhatian dalam strategi nasional, kini

layanan informasi dan komunikasi publik menjadi bagian tak terpisahkan dari

Stranas PPK.

Namun, komunikasi hanya bisa terlaksana dengan baik jika didukung

keberadaan rencana atau strategi, jaringan komunikasi dan koordinasi

antarlembaga sehingga program dan aktivitas komunikasi bisa dilaksanakan baik

di tingkat pusat dan daerah.

Sejalan dengan kerangka Stranas PPK, pemberantasan korupsi tidak

cukup dengan mengandalkan proses penegakan hukum. Upaya itu perlu

dilakukan dengan tindakan preventif-strategis melalui pembudayaan anti korupsi

di lingkungan lembaga dan aparatur pemerintah. Hal itu ditegaskan dalam

Peraturan Persiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

5.1. Relasi Strakom PBAK dengan Strategi Nasional PPK

Sesuai dengan tujuan PBAK untuk mengubah budaya aparatur, maka

dibutuhkan strategi dan waktu yang cukup panjang agar budaya anti korupsi bisa

berkembang dan diterapkan pada semua unit/satuan kerja.

57

Dalam kerangka Strakom PBAK, budaya anti korupsi merupakan hasil

internalisasi nilai-nilai sembilan anti korupsi yang meliputi Jujur, Peduli, Mandiri,

Disiplin, Tanggung Jawab, Sederhana, Kerja Keras, Berani dan Adil. Dalam

proses internalisasi nilai-nilai tersebut dibutuhkan kegiatan komunikasi yang

terencana dan tepat sasaran.

Sejalan dengan tujuan Stranas PPK, kerangka pelaksanaan Strakom

PBAK sebagaimana dalam gambaran berikut ini:

Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan Strakom PBAK

Dengan kerangka pikir tersebut, pelaksanaan strategi komunikasi PBAK

dalam lokus atau satker yang terpilih dilakukan secara bertahap dapat

memengaruhi pencapaian dalam tahapan Strategi Nasional PPK yang

diindikasikan dengan adanya Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK).

58

Melalui kegiatan komunikasi PBAK yang terukur dengan pola assessment

dan strategi yang jelas, maka pencapaian keberhasilan Strategi 5 dalam Stranas

PPK akan dapat terwujud. Hal itu disebabkan pada dasarnya IPAK yang menjadi

indikator dalam Strategi 5, merupakan akumulasi dari IPAK masyarakat (IPAKm)

dengan IPAK di lingkungan aparatur pemerintah (IPAKa).

5.2. Capaian Berdasar Indeks Perilaku Anti Korupsi

Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) merupakan indikator komposit

sebagai indikator kunci Strategi 5 Pencegahan Korupsi sesuai amanat Perpres

Nomor 55 Tahun 2012 tentang Stranas PPK . Hasil SPAK setiap tahunnya akan

menjadi pedoman dan acuan bagi setiap pengambilan keputusan oleh para

pejabat publik dalam menyusun Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

(Aksi PPK).

Data tersebut dihasilkan dari survei yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik pada rumah tangga di 170 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Survei

tersebut ditujukan mengukur tingkat permisifitas masyarakat Indonesia terhadap

perilaku korupsi.

Data yang dihasilkan berupa IPAK dan indikator tunggal yang

menggambarkan perilaku anti korupsi, terkait pendapat responden terhadap

kebiasaan di masyarakat dan pengalaman yang berhubungan dengan layanan

publik terkait perilaku penyuapan,pemerasan dan nepotisme.

Dari hasil SPAK yang dilakukan oleh BPS, ditemukan Indeks Perilaku Anti

Korupsi (IPAK) Indonesia pada 2012 sebesar 3,55 dari skala 5. Artinya

59

masyarakat Indonesia cenderung anti korupsi. Dalam perhitungan indeks

komposit, nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 1,26–2,50

permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi. Hal yang menarik

dari hasil survei IPAK di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi (3,66) dibanding di

wilayah perdesaan (3,46).

Nilai IPAK cenderung lebih tinggi pada responden usia kurang dari 60

tahun dibanding setelah usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari

40 tahun sebesar 3,57, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,58 dan 60 tahun ke

atas sebesar 3,45. Artinya semangat anti korupsi antara usia tua dan usia muda

tidak berbeda secara signifikan.

Jika ditelusur lebih dalam, sikap permisif terhadap tipikor sejatinya muncul

dari budaya yang belum sepenuhnya sejalan dengan semangat anti korupsi.

Namun upaya untuk mengubah budaya yang permisif terhadap korupsi menjadi

budaya anti korupsi dalam kenyataannya belum sesuai harapan publik. Hal itu

karena internalisasi nilai budaya integritas belum dilaksanakan secara kolektif

dan sistematis baik di lingkungan masyarakat, sektor swasta, maupun

pemerintahan.

Berdasarkan pendapat responden SPAK 2012 terhadap perilaku dalam

lingkungan keluarga, masih ada sekitar 32 persen istri yang menerima uang

yang diberikan suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya. Sementara,

berdasarkan perilaku di tingkat komunitas, lebih dari separuh responden

menyatakan wajar untuk memberi sesuatu kepada tokoh informal atau tokoh

masyarakat setempat pada saat melaksanakan hajatan.

60

Hal yang menarik, dalam hasil SPAK 2012 pendidikan berpengaruh cukup

kuat pada semangat anti korupsi. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi

IPAK. IPAK responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,47, SLTA

sebesar 3,78 dan di atas SLTA sebesar 3,93.

Pada tahun 2013, IPAK Indonesia sebesar 3,63 dari skala 0 sampai 5.

Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55). Meski demikian

kenaikan ini belum merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang

sama yakni anti korupsi. (Catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap

korupsi, 1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti

korupsi).

IPAK 2013 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan sedikit

lebih tinggi (3,71) dibanding di wilayah perdesaan (3,55). IPAK 2013 lebih tinggi

pada penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke

atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59

tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55.

Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi.

Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk

responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 dan

di atas SLTA sebesar 3,94.

Jika dibandingkan dapat disimak dalam gambar berikut ini:

61

Gambar 8. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013

Sumber : Laporan Publikasi SPAK 2013, BPS

Dari data di atas, kenaikan 0,08 poin belum merubah kategori indeks,

karena masih dalam kategori yang sama yakni masyarakat cenderung anti

korupsi.

Perbedaan penting hasil IPAK 2012 dan 2103, adalah pada tahun 2012,

sebagian besar responden yang menyatakan mengetahui bahwa mereka harus

membayar lebih (karena diminta langsung oleh petugas) yaitu pada layanan

polisi (sekitar 66 persen responden), guru/kepala sekolah (sekitar 60 persen),

dinas kependudukan dan pencatatan sipil (sekitar 60 persen).

Sementara pada 2013, kebanyakan masyarakat membayar melebihi

ketentuan karena diminta petugas. Pada tahun 2013, persentase terbanyak

terdapat pada lembaga peradilan (76,37 persen), BPN (60,21 persen), dan

rumah sakit/puskemas (56,22 persen).

Kondisi itu menunjukkan bahwa sesungguhnya di tingkat aparatur

khususnya di unit pelayanan publik pemerintah masih belum signifikan terjadi

perubahan budaya anti korupsi.

62

Hal yang menarik dari IPAK 2013 bahwa sebagian besar (27 persen)

responden menilai pemerintah merupakan sumber yang paling efektif (mudah

diterima, dapat membawa hasil, berguna) dalam memberikan pengetahuan anti

korupsi.

Kondisi itu menunjukkan pola yang sama dengan 2012 bahwa sebagian

besar sejumlah 28,40 persen atau naik 1,1 persen dari 27,30 persen pada 2012

masyarakat menilai pemerintah merupakan sumber informasi yang paling efektif.

Lebih dari 60 persen masyarakat menyatakan tidak pernah mendapatkan

pengetahuan tentang anti korupsi dari semua jenis sumber yakni keluarga/

kerabat/teman, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan

(LSM), pemerintah, dan KPK dan lembaga negara non pemerintah lainnya, dan

akademisi.

Dari aspek media, pada 2012 sekitar 67 persen responden menilai televisi

merupakan jenis media yang paling efektif dalam memberikan pengetahuan anti

korupsi. Sementara pada 2013 secara umum sebesar 70,70 persen atau naik

3,60 persen 67,10 persen masyarakat menilai televisi merupakan jenis media

yang paling efektif dalam memberikan pengetahuan anti korupsi.

Oleh karena itu, diperlukan pembudayaan anti korupsi dengan tujuan

menyamakan persepsi bahwa korupsi itu jahat dan harus dihindari. Persepsi

tersebut akan mendorong lahirnya sikap anti korupsi. Dan pada akhirnya, sikap

anti korupsi akan menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PPK pada

khususnya, serta perbaikan tata kepemerintahan pada umumnya.

63

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Strategi komunikasi Pendidikan Budaya Anti Korupsi dilaksanakan oleh 47

K/L, dimana hasil pemetaan menunjukkan bahwa terdapat 4 pesan yang

diusung oleh K/L tersebut yaitu Keterbukaan, Kedisiplinan, Tanggung Jawab dan

Keadilan, sedangkan media yang paling banyak digunakan adalah media tatap

muka. Aksi yang paling banyak direncanakan adalah sosialiasi kepada khalayak.

Hasil pemetaan pre assessment menunjukkan bahwa terdapat 31 K/L

yang memiliki Level Budaya sangat Anti Korupsi, kemudian 9 K/L memiliki level

budaya anti Korupsi, dan hanya 1 K/L yang memiliki level budaya permisif

terhadap korupsi. Sedangkan, arah komunikasi yang sesuai untuk strategi

komunikasi PBAK adalah advokasi (36 K/L), Edukasi (4 K/L), Sosialisasi (1

K/L).Dua K/L tidak menampilkan arah komunikasi, dan enam K/L tidak ada

Laporan. Sementara untuk dimensi terendah adalah Kebutuhan Pribadi dan

dimensi Tertinggi adalah terhadap Mitra Kerja Non Aparatur, sedangkan pola

komunikasi terbanyak adalah pergerakan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa efektivitas startegi komunikasi

PBAK dapat ditingkatkan melalui keselarasan antara analisa situasi pada satker

terpilih yang dilakukan melalui pre assessment dengan strategi komunikasi

64

PBAK yang direncanakan. Pada tahapan ini, K/L harus memperhatikan dimensi

terendah dari locus terpilih untuk dijadikan fokus komunikasi PBAK.

Hasil analisa situasi ini kemudian menjadi acuan dalam menyusun strategi

komunikasi PBAK, dan kemudian merealisasikannya dalam aksi PBAK yang

sesuai. Kesuaian antara analisa situasi, strategi komunikasi, dan aksi akan

menjadikan PBAK semakin efektif, dan pada akhirnya akan meningkatkan

persepsi anti korupsi dari lokus terpilih masing-masing K/L.

Dalam pencapaian Stranas PPK, Strakom PBAK memiliki kontribusi nyata

dalam satker yang melaksaakan. Meskipun pengaruh kumukatif tidak terjadi

siginifikan terhadap perubahan Indeks Persepsi Anti Korupsi, namun demikian

sesunggunya komunikasi yang bersifat strategis melalui Strakom PBAK

ditujukan mensosialisasikan, mengedukasi, dan mengadvokasi setiap aparatur

pemerintah agar mengetahui, memahami dan mengadopsi sembilan nilai anti

korupsi dalam keseharian.

Melalui strategi komunikasi diharapkan proses komunikasi berlangsung

baik dan efektif serta terkoordinasi dalam dan antarkementerian maupun

lembaga. melalui keterpaduan tersebut pesan mengenai nilai-nilai antikorupsi

akan dapat disampaikan secara efektif kepada khalayak.

5.2 Rekomendasi

Bagi setiap kementerian dan lembaga, upaya pendidikan dan budaya

antikorupsi membutuhkan strategi komunikasi sebagai pemandu langkah menuju

tahap demi tahap, sehingga apa yang menjadi tujuan komunikasi dapat dicapai

65

dengan sukses. Strategi komunikasi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

menunjukkan arah saja, tetapi menunjukkan bagaimana taktik operasional

komunikasi mengenai kebijakan pendidikan dan budaya antikorupsi

dilaksanakan di masing-masing kementerain dan lembaga.

Beberapa rekomendasi yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK) harus dipertajam

dengan memperbanyak arah komunikasi yang bersifat advokasi.

2. K/L harus melaksanakan aksi PBAK sesuai dengan strategi komunikasi

PBAk yang telah dirancang, dan menggunakan metode yang sesuai

dengan cetak biru yang telah dibuat oleh Kemkominfo, serta mengurangi

kesalahan-kesalahan metodologi, diantaranya adalah:

a. Ketidaksesuaian antara locus pre assessment dan post

assessment

b. Ketidaksesuaian inti pesan pada strategi komunikasi PBAK yang

direncanakan dengan pesan utama pada aksi yang dilaksanakan

c. Pesan komunikasi pada aksi PBAK tidak mempertimbangkan

dimensi terendah pada pre assessment

d. Aksi yang dilaksanakan biasanya hanya menempel pada aksi

program lain, yang belum tentu sesuai dengan strategi komunikasi

PBAK yang telah direncanakan dan dipertajam tentang kondisi

penganggaran dan solusinya agar masuk dalam dokumen

perencanaan K/L.

66

3. Dalam melaksanakan aksi PBAK, K/L harus memperhatikan pola

komunikasi yang telah dipetakan pada pre assessment. Perumusan

strategi dan pengembangan selanjutnya perlu dilakuan konsisten,

misalnya dalam aspek:

a. Pemilihan media komunikasi harus disesuaikan dengan temuan

yang ada pada pre assessment

b. Pemilihan komunikator harus disesuaikan dengan profil tokoh anti

korupsi di masing-masing K/L.

4. Hal yang penting adalah pelaksanaan kontrol dalam implementasi

Strakom PBAK, Kontrol yang dimaksudkan adalah monitoring dan

evaluasi sesuai dengan target Cetak Biru Strakom PBAK.

5. Agar hasil Strakom PBAK memiliki kontribusi terhadap pencapaian

Stranas PPK maka direkomendasikan dilakukan:

a. Identifikasi materi-materi PBAK yang sudah ada di K/L

(Kemenkominfo, BUMN, Kemendikbud, KPK, kejaksaan, POLRI,

dll) untuk masyarakat

b. Optimalisasi lebih tinggi program PBAK di K/L yang memberikan 10

layanan dan melibatkan tokoh agama dalam PBAK K/L

c. Peningkatan penyebaran informasi anti korupsi secara langsung

kepada tokoh agama dan pemerintah (K/L), ormas, asosiasi

profesi, asosiasi pedagang, asosiasi dan perkumpulan-

perkumpulan lainnya

67

d. Mengembangkan jejaring forum anti korupsi sampai ke daerah

untuk menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat

(Critical Mass Agent perubahan, ketokohan dan panutan)

e. Memasukan materi STRANAS PPK pada jalur pendidikan PNS

f. Melibatkan peran Inspektorat, BPK, Pengawasan Internal

mendukung Eksternal dan sebaliknya untuk implementasi

STRANAS PPK

6. Khusus berkaitan dengan pelaksanaan Strategi 5 dalam Stranas PPK

maka dibutuhkan pengarusutamaan Stranas PPK ke dalam RPJMN ,

lintas dan semua sektor. Hal itu bisa dilakukan dengan cara:

a. Menjadikan STRANAS PPK pilar penting bagi implementasi

berbagai legislasi dan kebijakan, desa, MP3E!, Investasi,

Pendidikan , Kesehatan, maupun prolegnas, reformasi birokrasi,

pelayanan publik

b. Mengembangkan pilot survey integritas , wilayah, lembaga,

individu, dunia usaha, partai politik, dst

c. Khusus bagi kepolisian, menata sistem dan data, dimulainya dari

pengaduan masyarakat, pelayanan yang diberikan, tindak lanjut

dan waktunya, investigasi, penuntutan, sanksi dan hukuman (Data

Crime Statistik)

d. Menyusun kebijakan mengenai insentif dan biaya layanan yang

diberikan oleh tokoh formal dan disosialisasikan kepada

masyarakat

68

e. Mendorong penggunaan Citizen Report Card atau Community

Score Card untuk penilaian kualitas pelayanan publik, hal itu

sebagai salah satu bentuk partisipasi publik dalam peningkatan

kualitas layanan publik yang transparan dan berintegritas.

69

Referensi Badan Pusat Statistik, 2013. Hasil Survey Indeks Perilaku Anti Korupsi 2012.

Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik, 2014. Hasil Survey Indeks Perilaku Anti Korupsi 2014.

Jakarta: BPS. Dunn, William. N.2000. Analisis Kebijaksanaan Publik. Gadjah Mada University

press; Yogyakarta Edward III, George C (edited), 1984, Public Policy Implementing, Jai Press Inc,

London-England. Escobar A. 1995, Encountering Development, The Making and Unmaking of the

Third World. Princeton-NJ, University Press, Princeton. Goggin, Malcolm L et al. 1990. Implementation, Theory and Practice: Toward a

Third Generation, Scott, Foresmann and Company, USA. Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World,

Princnton University Press, New Jersey. Keban, Yeremias T. 2007. Pembangunan Birokrasi di Indonesia: Agenda

Kenegaraan yang Terabaikan, Pidato Pengukuran Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kementerian Kominfo, 2013 Cetak Biru Strategi Komunikasi PBAK. Jakarta: Kominfo.

Korten, David C dan Syahrir. 1980. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Melkote SR. 1991. Communication for Development in the Third World: Theory and Practice. New Delhi: Sage.

Mazmanian, Daniel A and Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public Policy, Scott Foresman and Company, USA.

Nakamura, Robert T and FrankSmallwood. 1980. The Politics of Policy Implementation, St. Martin Press, New York.

Bappenas, 2011. Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Bappenas.

Wahab, Solichin A. 1991. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, Bumi Aksara Jakarta.

Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik, Intermedia Jakarta. Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo

Yogyakarta.