laporan evaluasi pembelajaran
TRANSCRIPT
1
Laporan Evaluasi Pembelajaran
(Validasi Soal PISA dan TIMSS)
Oleh :
Ajrina Pia Salsabilla
06121408006
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2013/2014
2
Kata Pengantar
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
yakni nabi Muhammad SAW.
laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang validasi soal PISA dan TIMSS .
laporan ini kami sajikan berdasarkan proses yang kami lakukan . Laporan ini di susun oleh penulis
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Evalusi Pembelajaran
yaitu ibu Ratu Ilma yang telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami
memvalidasi suatu produk agar sesuai dengan syarat .
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun laporan ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Palembang, Desember 2013
penulis
3
Daftar Isi
Cover …………………………………………………………………………….…………..…….…1
Kata pengantar ……………………………………………………….…………………………….2
Daftar isi …………………………………………………………………………………………………3
PISA ……………………………………………………………………………………………........4
1. Pengertian………………………………………………………………………………...……….4
2. Contoh soal………………………………………………………………….……………….……6
3. Pengembangan………………………………………………………………………………….…6
4. Rubric soal……………………………………………………………………………………...…7
5. Validasi……………………………………………………………………………………………7
6. Kelebihan dan kekurangan………………………………………………………………………...9
TIMSS
7. Pengertian……………………………………………………………………………......………11
8. Contoh soal………………………………………………………………….…….…..…………13
9. Pengembangan……………………………………………………………………………...……13
10. Rubric soal…………………………………………………………………………………….…14
11. Validasi………………………………………………………………………………….…….…14
12. Kelebihan dankekurang……………………………………………………………………….…15
Kesimpulan………………………………………………………………………………………………16
4
Pendahuluan
A. PISA 1. Pengertian PISA
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika
diskrit. Untukmenguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang
kuat sejak dini. Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, siswa-siswa di Indonesia harus mampu
bersaing dengan siswa lain di berbagai negara. Berbagai jenis tes yang diselenggarakan secara
internasional bias dijadikan sebagai patokan untuk menentukan sejauh mana siswa kita mampu bersaing
dalam era globalisasi.
Keterlibatan Indonesia dalam Programfor International Student Assessment (PISA)adalah dalam
upaya melihat sejauh manaprogram pendidikan di negara kitaberkembang dibanding negara-negara lain
di dunia. Hal ini menjadi penting dilihat darikepentingan anak-anak kita di masa yang akandatang
sehingga mampu bersaing dengannegara-negara lain dalam era globalisasi.Penilaian PISA dapat
dibedakan daripenilaian lainnya dalam hal sebagaimanadisebutkan di bawah ini ( Hayat, 2009):PISA
berorientasi pada kebijakan desaindan metode penilaian dan pelaporandisesuaikan dengan kebutuhan
masing-masingnegara peserta PISA agar dapatdengan mudah ditarik pelajaran tentang
kebijakan yang telah dibuat oleh Negara peserta melalui perbandingan data yang disediakan. PISA
menggunakan pendekatan literasi yang inovatif, suatu konsep belajar yang berkaitan dengan kapasitas
para siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam mata pelajaran kunci disertai dengan
kemampuan untuk menelaah, memberi alasan dan mengomunikasikannya secara efektif, serta
memecahkan dan menginterpretasikan permasalahan dalam berbagai situasi. Konsep belajar dalam
PISA berhubungan dengan konsep belajar sepanjang hayat, yaitu konsep belajar yang tidak membatasi
pada penilaian kompetensi siswa sesuai dengan kurikulum dan konsep lintas kurikulum, melainkan juga
motivasi belajar, konsep diri mereka sendiri, dan strategi belajar yang diterapkan. Pelaksanaan penilaian
5
dalam PISA teratur dalam rentangan waktu tertentu yang memungkinkan negara-negara peserta untuk
memonitor kemajuan mereka sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Cakupan pelaksanaan
penilaian dalam PISA sangat luas, meliputi 61 negara pada tahun 2009.
Pada kenyataannya, dalam tes PISAnegara Indonesia masih berada pada levelyang paling bawah.
Hasil terbaru dari PISA 2009 semakin melengkapi rendahnyakemampuan siswa–siswa
Indonesiadibandingkan dengan negara-negara lain.Semakin jelas bahwa kemampuan siswaIndonesia
dalam menyelesaikan soal-soalyang menuntut kemampuan untuk menelaah,memberi alasan dan
mengomunikasikannyasecara efektif, serta memecahkan danmenginterpretasikan permasalahan dalam
berbagai situasi masih sangat kurang. Dari 65 negara peserta PISA 2009, Indonesia menempati posisi ke
61 untuk PISAMatematika.
Kenyataan tersebut dapat dilihat padaSoal-soal PISA sangat menuntut kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah. Seorang siswa dikatakan mampu menyelesaikan masalah apabila ia dapat
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal
(Wardhani, 2005). Di dalam soal-soal PISA terdapat delapan ciri kemampuan kognitif matematika yaitu
thinking and reasoning, argumentation, communication, modelling, problem posing and solving,
representation, using symbolic, formal and technical language and operations, and use of aids and
tools. Kedelapan kemampuan kognitif matematika itu sangat sesuai dengantujuan pembelajaran
matematika yang terdapatpada kurikulum kita . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa soal-
soal PISA bukan hanya menuntut kemampuan dalam penerapan konsep saja, tetapi lebih kepada
bagaimana konsep itu dapat diterapkan dalam berbagai macam situasi, dan kemampuan siswa dalam
bernalar dan berargumentasi tentang bagaimana soal itu dapat diselesaikan.
Dalam PISA, konteks matematika dibagi ke dalam empat situasi ( Hayat, 2009) sebagi berikut: 1.
Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari. Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai persoalan pribadi yang
memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat berperan dalam menginterpretasikan
permasalahan dan kemudian memecahkannya. 2. Konteks pendidikan dan pekerjaan yang berkaitan
dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang
konsep matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskannya, melakukan klasifikasi masalah,
dan memecahkan masalah pendidikan dan pekerjaan pada umumnya. 3. Konteks umum yang berkaitan
dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan yang
lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang
6
pengetahuan dan konsep matematikanya itu untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam
kehidupan di masyarakat. 4. Konteks keilmuan yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah
yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan
pemecahan masalah matematika. Konteks ini dikenal sebagai konteks intra-mathematical. Setiap soal
dalam PISA mencakup ketiga dimensi di atas, yaitu dimensi konten, proses, dan konteks. Ketiga
komponen dalam PISA tersebut, dapat di lihat pada bagan di bawah ini (OECD, 2009)
2. Contoh Soal PISA
7
3. PENGEMBANGAN SOAL PISA
Dari contoh diatas, jika soal PISA tersebut menggunakan
bahas inggris maka agar mudah diubah menggunakan
bahasa Indonesia.Dalam Pengembangan soal pisa harus
memperhatikan konteks yang ada.
Standar Kompetensi :3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan
pertidaksamaan satu variabel.
Kompetensi Dasar :3.1 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
pertidaksamaan satu variabel dan penafsirannya.
Materi pokok pertidaksamaan satu variabel
Indikator Soal : Menentukan pertidaksamaan variabel.
Konten : kuantitas
Konteks :Pribadi
International benchmark :Level 3
Sono adalah penggemar berat skateboard. Dia pergi ke toko “SKATERS” untuk melihat barang apa saja
yang ingin ia beli.Di toko ini kamu bisa membeli skateboard yang lengkap atau juga bisa merangkai
skateboard sendiri dengan membeli papan, 4 set roda, satu set pengait roda dan perangkat lain.Harga
harga untuk produk toko tersebut…
Jika sono ingin merangkai skateboard sendiri, maka berapa harga minimum dan harga maksimum….
4. RUBRIK SOAL
Rubric soal merupakan susunan penilaian yang diberikan untuk melihat dan mengukur kemampuan dan jawaban
siswa, rubric soal juga berupa penskoran atau penilaian.
N0 PENYELESAIAN SKOR
1 Jika untuk harga minimum, maka dimbil harga terendah sesuai alat
yang diperlukan untuk merangkai 1 buah skateboard.
Harga minimum = 30.000 + 15.000 + 16.000 + 15.000 = 76.000
10
8
Jika untuk harga maksimum, maka diambil harga terbersar disetiap
alat yang diperlukan.
Harga maksimum = 60.000 + 36.000 + 16.000 + 30.000 = 142.000
10
TOTAL 20
5. VALIDASI TEMAN SEJAWAT dan SISWA
Validasi merupakan suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses atau metode dapat
memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentadi dengan
baik.Validasi teman sejawat yaitu bersama Mela dan Dia.
Pendekatan yang digunakan dalam validasi ini adalah prospective validation dalam hal ini digunakan untuk
produk yang dihasilkan memenuhi spesifiksi yang dipersyaratkan.
jika dilihat dari validasi tesebut hal yang dilakukan dari validasi tersebut yaitu masalah pada penggunaan kata
dan spasi.Soal tersebut merupakan soal level 1 karena hanya menggunakan pengetahuan saja dalam mencari
harga minimum dan maksimum.
Pada soal nomor 2, ada kesalahan pada penggunaan konsep soal, karena soal nomor 2 tersebut berhubungan
dengan soal nomor satu, maka sebaiknya tulisan pada soal lebih menunjukkan bahwa soal nomor 2 tersebut
berhubungan dengan soal nomor 1 atau soal sebelumnya. Pada soal nomor 3 merupakan soal pilihan ganda
tetapi validasi dari dia menjelaskan bahwa apakan dengan soal pilihan ganda dapat “memancing “ nalar siswa,
karena dengan pilihan ganda bisa saja asal tebak.
9 Validasi terhadap siswa tentu siswa tersebut mengerjakan soal terlebih dahulu dan melihat pengerjaan
mereka terhadap soal yang saya berikan, jika soal tersebutmemang terlihat lebih sulit di pahami , dari
pengerjaan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa produk validasi yang dihasilkan harus sudah sesuai standar
yang ada.Pada pengerjaan soal 2 dan soal 3 terhadap siswa bernama Ayu, Helsi dan Toper agak sulit dimengerti
karena soal 2 dan soal 3 menggunakan materi prasayarat yang harus dipelajari terlebih dahulu, pada soal nomor
2 harus mempelajari terlebih dahulu tentang materi peluang dan pada soal nomor 3 harus mempelajari terlebih
dahulu tentang luas bangun datar.Di sini siswa banyak terdapat kesalahan penggunaan konsep pada soal nomor
3 yang anggapan terhadap 1 m2
Soal evaluasi:
1).Sono adalah penggemar berat skateboard. Dia pergi ke toko “SKATERS” untukmelihatbarangapa
saja yang ingin ia beli.Di toko inikamubiasmembeli skateboard yang lengkap atau juga bias merangkai
skateboard sendiri dengan membeli papan, 4setroda, satuse pengait roda dan perangkat lain.Harga harga
untuk produk toko tersebut…
Soal perbaikan :
1).Sono adalah penggemar berat skateboard. Dia pergi ke toko “SKATERS” untuk melihat barang apa
saja yang ingin ia beli.Di toko ini kamu bias
membeli skateboard yang lengkap atau juga
bias merangkai skateboard sendiri dengan
membeli papan, 4 set roda, satu set pengait
roda dan perangkat lain.Harga harga untuk
produk toko tersebut…
Soal evaluasi :
2). Toko tersebut menawarkan 3 papan berbeda, dua set roda yang berbeda, dua perangkat yang berbeda
dan hanya mempunyai 1 pilihan untuk 1 set pengungkit roda.Berapa banyak rancangan skateboard yang
dapat di buat oleh Sono, berikan alasan?
Soal perbaikan :
10
2). Berdasarkan soal nomor 1, Toko tersebut menawarkan 3 papan berbeda, dua set roda yang berbeda,
dua perangkat yang berbeda dan hanya mempunyai 1 pilihan untuk 1 set pengungkit roda.Berapa banyak
rancangan skateboard yang dapat di buat oleh Sono, berikan alasan?
6. KELEBIHAN dan KEKURANGAN
Kelebihan dan kekurangan pada validasi soal PISA ini tergantung pada proses yang ada dan tentunya
nyata.Kelebihan pada validasi ini untuk saya yaitu soal soal yang saya kembangkan dari soal PISA dapat diterima
dan dimengerti dengan baik, tetapi hanyak untuk level 1 dan untuk level 2 dan level 3 lumayan karena siswa
tersebut menurut saya kemampuaanya 2 sedang dan 1 rendah.Kelebihan pada validasi saya yaitu penggunaan
kalimat yang jelas pada soal nomor 1 walaupun terdapat kesalahan pada spasi.Validasi merupakan proses
panjang untuk mendapatkan hasil yang layak, proses tersebut memerlukan waktu yang lama dan sulit dalam
menghadapi jawaaban siswa yang asal – asalan jawab, pengerjaan yang membutuhkan waktu yang
lama.Kekurangan dalam validasi saya banyak, terutama dalam masalah dokumentasi yaitu pembuatan video
validasi PISA, tidak ada subtitle, siswa yang lama pengerjaannya akibat dari penggunaan konsep yang salah
contoh : pada Ayu, pengerjaan 3 soal PISA membutuhkan waktu 20 menit lebih, suasana tidak mendukung
seperti suara motor yang sangat keras dan suara anak – anak yang rebut diluar rumah.
Banyak sekali kekurangan dalam video validasi terutama masalah penggunaan subtitle, jika kami
melakukan validasi lagi terhadap siswa maka siswa tersebut telah mengetahui jawabannya dan hasil validasi
tidak murni lagi, karena saat validasi pertama siswa telah kami beritahu konsep dengan jelas sehingga siswa
telah paham dengan apa yang kami jelaskan, jika validasi tersebut diulang dengan soal yang sama maka itu sama
saja dengan tidak melakukan validasi. Kesalahan kami dalam validasi ini yaitu kami tidak tahu bagaimana cara
validasi tersebut dilakukan dan sebagai perbaikan dari validasi tersebut kami hanya memvalidasi teman sejawat
karena jika kami memvalidasi siswa maka hasil validasi tersebut tidak murni lagi.Pada soal banyak perbaikan
terutama masalah spasi karena penggunaan Microsoft yang berbeda, pada soal nomor 2 seharusnya ditulis lagi
“berdasarkan soal nomor 1” agar siswa lebih paham bahwa soal nomor 2 berkaitan dengan soal nomor 1.
Kelebihan dan kekurangan pasti selalu ada dalam setiap pengerjaan, maka dari itu kami lebih
menekankan pada proses yang berlangsung karena itu menjadikan kami lebih paham dengan hal yang akan kami
lakukan seperti proses validasi.
11
B. TIMSS 1. Pengertian TIMSS
Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi international tentang
kecenderungan atau perkembangan matematika dan sains. Studi ini diselenggarakan oleh International
Association for the Evaluation of Education Achievement (IEA) yaitu sebuah asosiasi internasional
untuk menilai prestasi dalam pendidikan yang berpusat di Lynch School of Education, Boston College,
USA.
TIMSS bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika dan sains. yang
diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Pertama kali diselenggarakan pada tahun 1995, kemudian
berturut-turut pada tahun 1999, 2003, 2007 dan 2011 sedang berlangsung. Salah satu kegiatan yang
dilakukan TIMSS adalah menguji kemampuan matematika siswa kelas IV SD (Sekolah Dasar) dan
Kelas VIII SMP (Sekolah Menengah Pertama) (Mullis, Martin, Ruddock, O’Sullivan & Preuschoff:
2009).Bentuk soal-soal dalam TIMSS adalah pilihan ganda dengan 4 atau 5 pilihan jawaban, isian
singkat dan uraian. Kerangka penilaian kemampuan bidang matematika yang diuji menggunakan istilah
dimensi dan domain. Dalam TIMSS 2011 Assesment framework (Mullis, Martin, Ruddock, O’Sullivan
& Preuschoff: 2009) penilaian terbagi atas dua dimensi, yaitu dimensi konten dan dimensi kognitif.
Penilaian dimensi konten untuk siswa kelas IV SD terdiri atas tiga domain, yaitu: bilangan, bentuk
geometri dan pengukuran, serta penyajian data. Sedangkan dimensi konten untuk kelas VIII SMP terdiri
atas empat domain, yaitu: bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Penilaian dimensi kognitif pada
kelas IV SD dan kelas VIII SMP terdiri dari tiga domain, domain pertama adalah pengetahuan,
mencakup fakta-fakta, konsep dan prosedur yang harus diketahui siswa. Kemudian domain kedua adalah
penerapan, yang berfokus pada kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep
untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan. Dan domain yang paling penting adalah yang
ketiga yaitu domain penalaran, yang berfokus pada penyelesaian masalah non rutin, konteks yang
kompleks dan melakukan langkah penyelesaian masalah yang banyak.
Selama keikutsertaan Indonesia dalam TIMSS hanya mengikutsertakan siswa kelas VIII SMP saja,
sedangkan siswa kelas IV SD belum pernah diikutsertakan. Padahal pembelajaran dan soal-soal yang
menuntut penalaran harus sudah dibiasakan sejak dini. Pantazi dan Christou (2011) mengungkapkan
bahwa pembelajaran matematika sejak usia dini akan tercermin dalam pemahaman tentang konsep
matematika pada saat mereka dewasa. Menurut Russel (1999) empat aspek penalaran yang perlu
12
dikembangkan sejak anak Sekolah Dasar ialah, pertama mengembangkan pembenaran dan
menggunakan perumuman. Kedua, menuntun pada jalinan dari pengetahuan matematik yang saling
berhubungan daam suatu ranah matematik. Ketiga, pengembangan jalinan pemahaman matematik dakan
menjadi dasar ari kepekaan matematik yang manjadi basis untuk melihat ke intinya sewaktu anak
berjumpa dengan masalah matematik. Keempat, perlunya mengkaji penalaran keliru sebagai kawah
menuju pengembangan mendalam pengetahuan matematik. Dan Soal-soal matematika model TIMSS
dapat digunakan untuk membiasakan siswa Sekolah Dasar untuk melatih penalaran matematis siswa.
Hasil survei empat tahunan TIMSS, pada keikutsertaan pertamakali tahun 1999 Indonesia berada
pada peringkat 34 dari 38 negara. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 34 dari 46 negara.
Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi ranking 36 dari 48 negara.
Posisi Indonesia dengan rata-rata 405, relatif sangat rendah dibandingkan negara-negara Asia
Tenggara lain yang berpartisipasi dalam TIMSS 2007 seperti Malaysia yang menempati posisi 20
dengan skor rata-rata 474, apalagi Singapura yang menempati posisi ke-3 dengan skor rata-rata 593
(Mullis et al dalam Iryanti, 2010). Bila dirujuk ke benchmark yang dibuat TIMSS. Standar internasional
untuk kategori mahir 625, tinggi 550, sedang 475 dan rendah 400. Maka hasil yang dicapai siswa
Indonesia tersebut masuk pada kategori rendah, jauh dari kategori mahir (625) dimana pada kategori ini
siswa dapat mengorganisasikan informasi, membuat perumuman, memecahkan masalah tidak rutin,
mengambil dan mengajukan argumen pembenaran simpulan. Dimana pada kategori mahir inilah yang
ingin dicapai dalam kurikulum pendidikan matematika disekolah (Napitupulu, 2008)
Hasil TIMSS yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya
antara lain karena siswa di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal kontektual,
menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam meyelesaikannya. Dimana soal-soal tersebut
merupakan karakteristik soal-soal TIMSS. Dalam penelitian yang dilakukan Iryanti (2010) menunjukkan
persentasi waktu pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak digunakan untuk membahas atau
mendiskusikan soal-soal dengan kompleksitas rendah yaitu sebesar 57% dan untuk membahas soal-
soal dengan kompleksitas tinggi menggunakan waktu yang lebih sedikit sekitar 3%, sedangkan soal-soal
model TIMSS termasuk soal-soal yang memiliki kompleksitas sedang dan tinggi, serta memerlukan
penalaran dalam penyelesaiannya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa Indonesia kurang
terbiasa mengerjakan soal-soal model TIMSS. Untuk itu penting sekali memperbanyak soal-soal model
TIMSS yang mengandung penalaran matematis dalam pembelajaran.
13
2. CONTOH SOAL TIMSS
Pada validasi saya, soal ini merupakan soal level sulit karena ada materi prasyarat yaitu tentang luas
bangun datar.
1. Cinta mempunyai 40 permen, dan cinta meletakkan kedalam 5 kantong, dengan jumlah yang
sama ditiap kantong. Berapa banyak jumlah permen di tiap kantong?
3. PENGEMBANGAN SOAL TIMSS
Pengembangan soal TIMSS ini saya hanya mengembangkan soal dengan merubah angka, karena jika
terlalu mengembangkan soal tersebut maka akan terjadi kesalahan pada penggunaan konsep dan
menambahkan gambar agar dapat ilustrasi yang dininginkan.
Standar Kompetensi :1.Memahami dan menggunakan sifat – sifat operasi hitung bilangan
dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar :1.1 Melakukan operasi hitung bilangan
Materi pokok : Perkalian dan pembagian
Indikator Soal :Melakukan operasi hitung bilangan
Konten :bilangan
Kognitif :pengetahuan
International benchmark :Rendah
1. Cinta mempunyai 54 permen, dan cinta meletakkan kedalam 6 kantong, dengan jumlah yang
sama ditiap kantong. Berapa banyak jumlah permen di 2 kantong?
A B
C D E F
14
4. RUBRIK SOAL
No. Cara Skor
1 Jumlah semua permen 54 dibagikan ke 6 kantong.
54 permen : 6 kantong
54 : 6 = 9
Tiap kantong berisi 9 permen
Jadi 1 kantong = 9 permen
Maka 2 kantong = 9 + 9 = 9 X 2 = 18 permen
5
5
5
7
Dalam hal pemberian skor sesuai dengan tingkatan, yaitu penalaran mendapat skor yang tinggi.
5. VALIDASI TEMAN SEJAWAT dan SISWA
Validasi merupakan suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses atau metode dapat
memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentadi dengan
baik.Validasi teman sejawat yaitu bersama Mela dan Dia.Sedangkan siswa yang dilakukan validasi yaitu Eko,
Sapiq dan Rusdi.
Pendekatan yang digunakan dalam validasi ini adalah
prospective validation dalam hal ini digunakan untuk produk
yang dihasilkan memenuhi spesifiksi yang dipersyaratkan.
Pada validasi teman sejawat yaitu dia, dia memvalidasi soal saya
yaitu pada soal nomor 2 tentang game itu sebaiknya pada game
1 dan selanjutnya diberikan contoh game yang spesifik seperti
game1(plant vs zombie), dan seterusnya.
Pada soal nomor 3 yaitu tentang pemahaman sumbu simetri, dia menanyakan bagaiman jika mereka bertanya
apa itu sumbu simetri maka saya menjelaskan kepada dia, bahwa disini saya hanya memvalidasi siswa bukan
mengajari, jika mereka tidak paham dengan soal yang akan divalidasi maka mungkin kesalahan tersebut terletak
di soal saya atau memang mereka tidak mengerti konsep tentang sumbu simetri itu apa.
15 Sedangkan pada validasi terhadap mela, mela kurang mngerti dengan pembagian angka yng terllu
banyak, agak bingung dengan operasi hitung bilangan yang banyak pada soal nomor 2.
6. KELEBIHAN dan KEKURANGAN
Kelebihan dalam validasi yitu bahwa tidak terjadi kesalahan penggunaan konsep dan paham akan soal
yang akan mereka kerjakan.Sapiq, Eko, dan Rusdi dengan tingkat sekolah yang sama yaitu 4 tahun.Mereka
paham dengan soal yang divalidasi dia tadi tanpa harus menambahkan jenis – jenis game tersebut untuk dapat
ilustrasi.
Kekurangan yaitu dalam masalah dokumentasi, disini saya dan kelompok saya yaitu mela dan dia masih
dalam proses belajar, jadi saya tidak tahu bagaimana proses validasi secara benar, saya telah berusaha dengan
bersungguh – sungguh agar mampu dan walaupun tingkat kami masih jauh di bawah kakak tingkat kami tolong
bombing kami.Dalam video tersebut tidak terdapat subtitle dan saya akan berusaha memperbaiki masalah
teknis dalam video kami.
Kesimpulan Kesimpulan dalam pengerjaan validasi ini yaitu bahwa validasi ini merupakan prosen untuk
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan syarat.Dalam validasi ini banyak sekali hal yang harus
diperhatikan terutama dalam proses dokumentasi, dalam validasi, produk yang dihasilkan haruslah
konkret dan sepsifikasi yang sesuai.
16
Materi PISA dan TIMSS yng dikembangkan juga harus sesuai konten dan konteks yng
diterapkan dalam dunia nyata.Mengapa validasi ini mengembangkan soal PISA dan TIMSS, tentunya
karena PISA dan TIMSS telah menjadi soal literasi matematika yang diuji cobakan di tingkat
internasional, dan disini kami mengembngkannya sesuai dengan konsep yang ada, sesuai dengan konten
dan konsteks yang dan sesuai dengan dimensi yang ada.
Proses yang panjang dalam memperoleh vlidasi yang kualitatif, walaupun bnyak terjadi
kesalahan dalam mendokumentsikan, tetapi banyak hal yang dapat dipelajari.