laporan ektan

13
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman baik pertumbuhan maupun produksinya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu genetika dan lingkungan tempat tumbuhnya. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik, maka kedua faktor tersebut harus berada dalam kondisi yang optimum. Demikian pula halnya dengan produksinya, jumlah dan mutu produksi tanaman akan maksimum bila kedua faktor utama tersebut berada dalam kondisi yang optimum. Secara matematis, para ahli pertanian sering menuangkan hubungan penampilan tanaman dengan faktor genetika dan lingkungan ini dalam suatu persamaan P = G + E, di mana P adalah penampilan tanaman (phenotipic), G adalah genetik dan E adalah lingkungan (Environment). Bila salah satu dari kedua faktor tersebut tidak optimum, maka pertumbuhan dan hasil tanaman tidak akan maksimum.

Upload: olivia-gusri

Post on 17-Feb-2016

256 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

acara 1

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ektan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman baik pertumbuhan maupun produksinya dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu genetika dan lingkungan tempat tumbuhnya. Untuk mendapatkan

pertumbuhan yang baik, maka kedua faktor tersebut harus berada dalam kondisi

yang optimum. Demikian pula halnya dengan produksinya, jumlah dan mutu

produksi tanaman akan maksimum bila kedua faktor utama tersebut berada dalam

kondisi yang optimum. Secara matematis, para ahli pertanian sering menuangkan

hubungan penampilan tanaman dengan faktor genetika dan lingkungan ini dalam

suatu persamaan P = G + E, di mana P adalah penampilan tanaman (phenotipic),

G adalah genetik dan E adalah lingkungan (Environment). Bila salah satu dari

kedua faktor tersebut tidak optimum, maka pertumbuhan dan hasil tanaman tidak

akan maksimum.

Tanaman memerlukan kondisi yang optimal bagi perkembangan maupun

pertumbuhannya, seperti tersedianya unsur hara yang tercukupi, intensitas cahaya,

suhu atau kelembaban, air maupun kondisi yang mencakup dari dalam tubuh

tanaman tersebut (genetika). Ketika beberapa syarat tersebut tidak terpenuhi,

maka perkembangan atau pertumbuhan tanaman akan terganggu karena terjadi

proses fisiologis dalam tubuh tanaman yang berjalan tidak semestinya. Contoh

ketika tanaman tumbuh pada lahan yang kekurangan air, maka tanaman tersebut

akan mengalami hambatan dalam penyerapan unsur hara karena unsur hara yang

diserap tanaman harus terlebih dahulu terlarut didalam air. Atau ketika intensitas

Page 2: Laporan Ektan

cahaya pada lahan kurang, maka akan mengganggu jalannya proses fotosintesis

yang mengandalkan pasokan energi dari sinar matahari. Kondisi yang tidak

menguntungkan tanaman tersebut akan mengakibatkan terjadinya stress

(cekaman) pada tanaman.

Cekaman adalah segala kondisi perubahan lingkungan yang mungkin akan

menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan. Stress

pada tanaman bisa disebabkan karena faktor biotik maupun faktor abiotik. Faktor

biotik merupakan faktor yang ditimbulkan dari mahluk hidup yang bersifat

merugikan bagi tanaman. Sedangkan faktor abiotik merupakan faktor yang

disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak mendukung bagi kelangsungan

hidup tanaman, sehingga tanaman mengalami penyimpangan yang tidak

diharapkan. Salah satu contoh dari faktor abiotik adalah kekurangan air. Air

merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk yang hidup dimuka bumi ini

tidak terkecuali tanaman. Air dapat berfungsi sebagai pelarut unsur hara didalam

tanah sehingga memudahkan akar tanaman dapat menyerap hara tersebut, atau

fungsi lain dari air bagi tanaman adalah sebagai pelaru zat-zat yang terdapat

didalam sel sehingga zat-zat tersebut dapat ditranslokasikan ke bagian-bagian

tanaman yang memerlukannya. Dari fungsi air tersebut, maka dapat dilihat bahwa

air mempunyai peran fital bagi tanaman, sehingga ketika tanaman kekurangan air

akan berpengaruh terhadap proses fisiologi didalam tubuh tanaman tersebut.

Kacang hijau merupakan tanaman pangan yang mengandung protein nabati

cukup tinggi. Selain mengandung protein nabati, kacang hijau banyak

mengandung vitamin, mineral, hingga Omega-3 yang banyak dibutuhkan oleh

Page 3: Laporan Ektan

masyarakat. Kacang Hijau merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan pada

musim kemarau, karena tanaman Kacang Hijau tidak dapat tergenang oleh air.

Kacang Hijau memiliki umur yang pendek dan dapat membantu mengembalikan

kesehatan dan kesuburan tanah.

Pada dasarnya tanaman akan tumbuh optimal pada media tanam yang cocok

untuk tanaman tersebut. Kacang hijau memiliki speseifikasinya sendiri yaitu

dengan tanah yang gembur dan ringan. Tingkat keasaman tanah berkisar antara

6,7. Tanaman kacang hijau membutuhkan cukup air. Bila tanaman kacang hijau

kekurangan air akan mengakibatkan pertumbuha yang kerdil tan produksi akan

menurun.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui respon kecambah pada

kondisi lingkungan tercekam abiotik pada substrat yang ekstrim yaitu sangat

masam, masam, alkalis dan sangat alkalis.

Page 4: Laporan Ektan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Cekaman (stress) merupakan factor lingkungan biotik dan abiotik yang

dapat mengurangi laju proses fisiologi. Tanaman mengimbangi efek merusak dari

cekaman melalui berbagai mekanisme yang beroperasi lebih dari skala waktu

yang berbeda, tergantung pada sifat dari cekaman dan proses fisiologis yang

terpengaruh. Respon ini bersama-sama memungkinkan tanaman untuk

mempertahankan tingkat yang relatif konstan dari proses fisiologis, meskipun

terjadinya cekaman secara berkala dapat mengurangi kinerja tanaman tersebut.

Jika tanaman akan mampu bertahan dalam lingkungan yang tercekam, maka

tanaman tersebut memiliki tingkat resistensi terhadap cekaman. Contoh cekaman

adalah kekurangan nitrogen, kelebihan logam berat, kelebihan garam dan naungan

oleh tanaman lain (Lambers, 1998).

Cekaman didefinisikan sebagai kondisi lingkungan yang dapat memberi

pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup

tumbuhan. Sehingga apabila tanaman mengalami kondisi tercekam akan

berpengaruh terhadap perkembangan serta pertumbuhannya. Baik itu cekaman

yang terjadi akibat dari prilaku organisme lain (OPT) yang disebut cekaman

biotik, maupun cekaman yang berasal dari kondisi lingkungan sekitar (cekaman

abiotik) Campbell (2003).

Cekaman biotik, terdiri dari: kompetisi intra spesies dan antar spesies, dan

infeksi oleh hama dan penyakit. Sedangkan cekaman abiotik berupa: suhu (tinggi

dan rendah), kelebihan atau kekurangan air, radiasi (ultraviolet, infra merah, dan

Page 5: Laporan Ektan

radiasi mengionisasi), kimiawi (garam, gas, dan pestisida), serta angin dan suara

(Hidayat, 2002)

Faktor lingkungan yang sering dialami oleh tanaman adalah cekaman

dimana faktor ini akan mengurangi laju pada proses fisiologi. Dalam keadaan

cekaman seperti ini tanaman memiliki cara tersendiri untuk menghadapi efek yang

akan merusak pada dirinya yang ditimbulkan oleh cekaman. Setiap tanaman akan

memberikan respon yang berbeda-beda untuk menghadapi cekaman, semua

tergantung pada jenis tanamannya. Apabila tanaman mampu dalam menghadapi

cekaman yang terjadi maka tanaman itu bisa dikatakan sebagai tanaman yang

memiliki tingkat resisten yang sangat tinggi terhadap cekaman (Mulyani, 2006)

Kompensasi yang dilakukan tanaman untuk efek karena adanya cekaman,

terjadi berbeda pada tiap tanaman untuk skala waktunya, karena mekanismenya

berbeda-beda tergantung hal itu pada cekaman alami dan proses fisiologinya. Jika

tanaman mampu menghadapi stress lingkungan pasti tanaman tersebut

mempunyai ketahanan cekaman (stress resistance). Namun ketahanan terhadap

cekaman sangat berbeda pada tiap-tiap spesies (Lambers, 1998)

Achyad dan Rasyidah (2006) dalam Atman (2008) kacang hijau (Vigna

radiataL.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang

banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde,

dan lain-lain.Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-

zat gizi, antara lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak,

mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E).

Page 6: Laporan Ektan

III.METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain benih kacang hijau,

larutan HCL 1% (untuk kondisi masam), larutan KOH 1% (untuk kondisi alkalis),

aquadest dan kertas merang. Adapun alat yang diperlukan meliputi cawan petri,

mistar, timbangan elektronik, sprayer dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Larutan sebagai substrat pertumbuhan benih dibuat pada pH yang berbeda,

yaitu pH 3 dan 4 dengan larutan HCL 1% ditambahkan secukupnya.

Demikian pula untuk larutan pH 9 dan 10 ditambahkan larutan KOH 1%.

Sebagai control digunakan aquadest untuk substrat dengan pH normal (7).

2. Cawan petri yang ukurannya seragam disiapkan, dicuci bersih lalu

dikerigkan.

3. Kertas merang disiapkan dan dibasahi dengan larutan yang memiliki pH

berbeda-beda seperti poin 1.

4. Benih kacang hijau yang memiliki kondisi fisik seragam dipilih sebanyak 20

butir dan dimasukkan kedalam cawan petri.

5. Pengamatan dilakukan hingga 7 kali.

6. Pada pengamatan ke 7 dilakukan pengamatan terhadap variabel : persentase

kecambah yang hidup dan mati, panjang kecambah dan bobot basah

kecambah.

Page 7: Laporan Ektan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecambah kacang hijau kontrol (K) yang disiram air dengan ph 7

menunjukkan hasil pertumbuhan normal. Pada kacang hijau perlakuan A (pH 3)

dan B (pH 4) memperlihatkan hasil, yaitu benih berkerut dan tumbuh kerdil. Pada

kacang tanah yang diberi perlakuan pH 9 dan pH 10, benih berwarna hitam dan

berkecambah pendek.

B. Saran

Sebaiknya pemberi materi atau dosen ada yang dapat menjelaskan tentang

acara praktikum agar praktikan lebih paham dengan materinya.

Page 8: Laporan Ektan

DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, Sri E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta

Yugi R. 2012. Karakter hasil biji kacang hijau pada kondisi pemupukan P dan intensitas penyiangan berbeda. Agrivigor. Vol.11(2): 137-143

Atman. 2008. Teknologi budidaya kacang hijau di lahan sawah. Ilmiah Tambua. Vol.7(1): 89-95

Lambers, H., F. Stuart Chapin, Thijs L. Pons. 1998. Plant Physiological Ecology. Springer, New York

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta

Hidayat. 2002. Kajian faktor cekaman lingkungan pada tanaman padi di lokasi rasau jaya. Agr UMY Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol.10 (1): 37p

Wood, A.J. 2005. Eco-physiological adaptations to limited water environments. Dalam: Jenks MA, Hasegawa PM (ed) Plant Abiotic Stress. Blackwell Publishing Ltd, India