laporan ekstensibilitas dan elastisitas otot

23
EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT LAPORAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Yang dibina oleh Bapak Soewolo M.Pd dan Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si Oleh : KELOMPOK 3/ OFFERING C Amelia Ananda (120341421942) Arwinda Probowati (120341421929) Evi Ria Rahayu (120341421972) Fitri Cahya Ningsih (113041421540) Khoirista Noor R (120341421966) Nadian Yudistirahman (120341421943)

Upload: arwindaprobowati

Post on 13-Jan-2016

480 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

..jj

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan

Yang dibina oleh Bapak Soewolo M.Pd dan

Ibu Nuning Wulandari, S.Si, M.Si

Oleh :

KELOMPOK 3/ OFFERING C

Amelia Ananda (120341421942)

Arwinda Probowati (120341421929)

Evi Ria Rahayu (120341421972)

Fitri Cahya Ningsih (113041421540)

Khoirista Noor R (120341421966)

Nadian Yudistirahman (120341421943)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

FEBRUARI, 2014

Page 2: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

A. TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa

tentang sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik, serta

mampu mengembangkan lewat penelitian.

B. DASAR TEORI

Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimilikioleh sel-sel lain yaitu

sifat ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas. Ekstensibilitas artinya sel-sel

dapat meregang (memanjang) sampai batas tertentu apabila kepadanya

diberikan gaya (beban/tarikan). Elastisistas artinya sel-sel otot dapat kembali

pada bentuk semula apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan.

Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik berpengaruh

terhadap sifat elastisitas dan ekstensibilitasnya. Adanya kedua sifat ini

memungkinkan sel-sel otot tidak mudah rusak bila dikenai gaya. Misalnya

pada jantung, bila serambi dan bilik jantung berisi darah, sel-sel ototnya

meregang, memungkinkan serambi dan bilik jantung mampu menampung

darah cukup banyak tanpa mengalami kerusakan. Bila jantung berkontraksi

akan menghasilkan kontraksi yang lebih kuat. Contoh lain misalnya pada

pembuluh dan alat pencernaan makanan, semuanya menunjukkan sifat

ekstensibilitas dan elastisitas otot. Percobaan ini berdasarkan pada beberapa

prinsip dasar, yaitu:

1. Otot yang digunakan harus memiliki penampang dan panjang yang

relatif sama.

2. Ekstensibilitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum dan

sesudah diberi beban.

3. Elastisitas diukur dari selisih dari panjang otot sebelum dan sesudah

beban dihilangkan.

4. Otot dikatakan memiliki ekstensibilitas lebih besar apabila diberi

beban sama, otot mampu meregang lebih panjang.

5. Otot dikatakan tidak memiliki ekstensibilitas apabila otot diberi beban

cukup, otot tidak memanjang sama sekali.

6. Otot dikatakan memiliki elastisitas 100% apabila beban yang diberikan

pada otot dihilangkan, maka otot mampu kembali ke panjang.

Page 3: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi

ketika dirangsang. Rangsangan pada otot dapat berupa rangsangan mekanik

seperti pijatan, rangsangan karena suhu panas atau dingin, dan rangsangan

kimia seperti asam dan basa. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan

memanjang jika berelaksasi. Kontraksi terjadi jika otot sedang melakukan

kegiatan, sedangkan relaksasi terjadi jika otot sedang beristirahat.

Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu :

• Filamen aktin ( tipis )

• Filamen miosin ( tebal )

Kedua filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan

serabut-serabut otot menyusun otot. Serabut otot isebut juga dengan sel-sel

otot. Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang ekstensibilitas

dan elastisitas otot

Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan biologis.

Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, ekstensibilitas adalah

kemampuan terulur atau meningkatnya pemanjangan otot, dan elastisitas

adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah diulur

(distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi pemanjangan

istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran dan

memberikan transmisi ketegangan yang halus dari otot ke tulang.

Sifat elastis otot digambarkan sebagai 2 komponen utama. Komponen

elastis paralel (PEC) ditunjukkan oleh membran otot, yang memberikan

tahanan pada saat otot secara pasif terulur (stretch). Komponen elastis seri

(SEC) terdapat pada tendon, bekerja sebagai pegas yang lentur untuk

menyimpan energi elastis ketika otot yang tegang diulur (distretch).

C. PROSEDUR KERJA

Mematikan katak dengan cara single pith.

Mengambil bagian otot rectus abdominalis dengan cara memotong otot katak

bagian ventral dan potong secukupnya dengan panjang sekitar 3cm

Page 4: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

Mengambil otot polos dari saluran pencernaan (usus) dan memotongnya dengan

panjang sekitar 3cm.

Mengikat kedua ujung potongan otot rektus abdominalis dengan seutas tali (ikatan

tidak terlalu kuat / terlalu longgar)

Mengikat benang yang satu pada penggantung, sedangkan benang yang lain pada

tempat beban

Mengukur panjang otot sebelum dibebani (P01)kemudian menambahkan 10 gram

beban sampai

50 gram.mengukur panjang otot setiap kali penambahan beban.

Berlarut-larut larut beban dikurangi 10 gram sampai tanpa beban (P02)

Mengukur panjang otot tiap dikurang beban 10 gram

Memperlakukan otot polos dengan perlakuan sama seperti pada otot rectus

abdominalis.

Page 5: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

D. DATA PENGAMATAN

CARA KERJA BERAT BEBAN PANJANG OTOT LURIK PANJANG OTOT POLOS(Otot Rectus Abdominalis) (Otot Pada Usus)

1. * Mengikat kedua ujung potongan otot

rektus abdominis dengan seutas tali (Ikatan tidak

terlalu kuat/terlalu longgar)

PO1 3 cm 3 cm

P10 3,1 cm 4 cm

* Mengikat benang yang satu pada

penggantung,sedang benang yang lain pada

tempat beban

P20 3,3 cm 4,7 cm

P30 3,6 cm 4,9 cm

* Mengukur panjang otot sebelum diberi beban

(PO1) kemudian menambahkan beban 10 gram beban sampai 50

gram

P40 3,9 cm 5,2 cm

P50 4,2 cm 5,4 cm

* Mengukur panjang otot setiap kali penambahan beban

P40 3,9 cm 5,3 cm

2. Berturut- turut beban dikurangi 10 gram,sampai

tanpa beban (PO2)

P30 3,6 cm 5,1 cm

P20 3,4 cm 4,9 cm

* Mengukur panjang otot tiap dikurangi beban 10

gram

P10 3,2 cm 4,6 cm

PO2 3 cm 4,4 cm

Page 6: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

E. ANALISIS DATA

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari tentang sifat

ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik, serta mampu

mengembangkannya lewat penelitian. Percobaan tersebut dilakukan dengan

menggunakan potongan dari otot lurik (otot rectus abdominalis) dan otot polos

yang dipotong berukuran panjang sekitar cm. Yang pertama dilakukan

pengukuran panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (beri kode pO1),

kemudian berturut-turut tambahkan 10 gram beban sampai 50 gram (beri kode p50

). Kemudian berturut-turut setiap kali kurangi beban 10 gram, sampai akhirnya

tanpa beban (beri kode pO2 ). Ukur panjang usus pada setiap kali pengurangan

beban 10 gram

Untuk kegiatan perlakuan pada otot rangka yang di ambil dari otot rectus

abdominalis, didapatkan hasil bahwa ketika ditambahkan beban 10 gr, otot

mengalami pemanjangan menjadi 3,1 cm (P10). Kemudian untuk penambahan

beban 10 gr kedua, otot mengalami pemanjangan menjadi 3,3 cm (P20). Lalu

untuk penambahan beban 10 gr ketiga, otot mengalami pemanjangan menjadi 3,6

cm (P30). Selanjutnya untuk penambahan beban 10 gr ke empat otot mengalami

pemanjangan menjadi 3,9 cm (P40). Dan yang terakhir adalah penambahan beban

10 gr yag ke lima, otot mengalami pemanjangan menjadi 4,2 cm. Pada

perlakuan penambahan tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penambahan panjang

otot pada setiap penambahan beban. Tetapi pertambahan panjang otot tiap kali

penambahan beban 10 gr sampai P50 tidak konstan.

Selanjutnya perlakuan dalam mengukur panjang usus pada setiap kali

pengurangan beban 10 gr. Pengurangan 10 gr beban pertama panjang otot

berkurang menjadi 3,9 cm (P40). Pengurangan 10 gr beban kedua panjang otot

berkurang menjadi 3,6 cm (P30). Pengurangan 10 gr beban ketiga panjang otot

berkurang menjadi 3,4 cm (P20). Pengurangan 10 gr beban keempat panjang otot

berkurang menjadi 3,2 cm (P10). Dan pengurangan beban 10 gr terakhir hingga

tanpa beban, panjang otot kembali dalam panjang awal ketika belum diberi beban,

yaitu 3cm (P02). Hal ini menandakan bahwa otot rectus abdominalis selain

memilikan sifat ekstenbilitas yang sel-sel otot nya dapat meregang (memanjang)

Page 7: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

sampai batas tertentu  apabila kepadanya diberikan  gaya (beban/tarikan) tapi juga

memiliki sifat elastisitasyang artinya sel-sel ototnya dapat kembali pada bentuk

semula apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan.

Untuk perlakuan pada otot polos yang di ambil dari saluran pencernaan

dengan panjang awal otot 3 cm (p01). Didapatkan hasil bahwa ketika penambahan

beban 10 gr pertama panjang otot bertambah menjadi 4 cm (P10). Untuk

penambahan beban 10 gr kedua, panjang otot bertambah menjadi 4,7 cm (P20).

Untuk penambahan beban 10 gr ke ketiga, panjang otot bertambah menjadi 4,9 cm

(P30). Untuk penambahan beban 10 gr ke empat, panjang otot bertambah menjadi

5,2 cm (P40). Selanjutnya untuk penambahan beban 10 gr kelima, panjang otot

bertambah menjadi 5,4 cm (P50). Sama halnya dengan perlakuan pada otot rectus

abdominalis, otot mengalami pemanjangan pada setiap penambahan 10 gr beban

hingga P50, namum pemanjangan pada setiap penamabahan beban tersebut tidak

konstan.

Dalam pengukuran panjang usus pada setiap kali pengurangan beban 10

gr, panjang otot polos pada usus berkurang menjadi 5,3 cm dalam pengurangan

beban 10 gr pertama (P40). Untuk pengurangan beban yang kedua, panjang otot

polos berkurang menjadi 5,1 cm (P30). Untuk pengurangan beban 10 gr yang

ketiga, panjang otot polos berkurang menjadi 4,9 cm (P20). Untuk pengurangan

beban 10 gr yang kedua, panjang otot polos berkurnag menjadi 4,6 cm (P10).

Selanjutnya untuk pengurnagan beban yang terakhir, dimana otot tidak di beri

beban sama sekali, panjanh otot polos berkurang menjadi 4,4 cm (P02). Hal ini

menandakan bahwa otot polos menunjukkan sifat ekstensibilitas yang artinya sel-

sel dapat meregang (memanjang) sampai batas tertentu  apabila kepadanya

diberikan  gaya (beban/tarikan) dan tidak memiliki kemampuan untuk kembali

seperti pada panjang yang semula. Hitungan hasil percobaan:

Ekstenbilitas otot rectus abdominalis

esktensibilitas= P50-P01 X 100

P01

Page 8: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

= 4,2 - 3 X 100

3

= 1,2 X 100

3

= 0,4 X 100 %

= 40%

Ekstenbilitas otot polos

ekstensibilitas= P50-P01 X 100

P01

= 5,4 - 3 X 100

3

= 2,4 X 100

3

= 0,8 X 100 %

= 80 %

Sel-sel otot dikatakan memiliki sifat ekstenbilitas apabila dapat meregang

atau memanjang pada batas tertentu apabila diberikan beban. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekstenbilitas yang dimiliki oleh otot polos lebih besar yaitu

80% dibandingkan otot rectus abdominallis yaitu 40%.

Elastisitas otot rectus abdominalis

elastisitas= P50-P02 X 100

Page 9: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

P50-P01

= 4,2 - 3 X 100

4,2 – 3

= 1,2 X 100

1,2

= 1 X 100 %

= 100 %

Elastisitas otot polos

elastisitas= P50-P02 X 100

P50-P01

= 5,4– 4,4 X 100

5,4 - 3

= 1 X 100

2,4

= 0,24 X 100 %

= 42 %

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa otot rangka (rectus

abdominalis) memiliki sifat ekstensibilitas yang besar yaitu 100% dibandingkan

dengan otot polos yang hanya memiliki elastisitas sebesar 42%.

F. PEMBAHASAN

Ekstensibilitas otot lurik

Ekstensibilitas adalah kemampuan bertambahnya atau meningkatnya

pemanjangan otot Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan

Page 10: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

biologis, seperti pada otot lurik dan otot polos. Pada pengamatan praktikum kali

ini kami mendapatkan ekstensibilitas otot rektus abdominis dari katak sebesar

40%. Pertambahan panjang dari otot lurik katak ini tidak konstan meskipun beban

yang diberikan atau ditambahkan sama yaitu 10 gram setiap penambahan.

Penambahan beban yang diberikan pada otot rectus abdominis memiliki

pengaruh, yang akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan

tegangan dalam oto tmeningkat dengan tajam, sarkomer memanjang dan bila

dilakukan terus menerus otot akan beradaptasi untuk meregang atau memanjang

namun dalam waktu yang sementara, karena ketika beban dikurangi atau

dilepaskan otot akan kembali kepada kondisiawal (elastis). Respon mekanik otot

terhadap peregangan bergantung pada myofibril dan sarkomer otot. Setiap otot

tersusun dari beberapa serabut otot. Satu serabut otot terdiri atas beberapa

myofibril. Serabut myofibril tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar

dengan serabut otot. Sarkomer merupakan unit kontraktildari myofibril dan terdiri

atas filament aktin dan miosin yang saling tumpang tindih. Sarkomer memberikan

kemampuan pada otot untuk berkontraksi dan relaksasi, serta mempunyai

kemampuan elastisitas jika diregangkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

alasanapa yang menyebabkan otot lurik ini tidak mengalami pemanjangan yang

stabil atau konstan meskipun beban yang diberikan selalu sama setiap

penambahan beban adalahs eperti yang dipaparkan diatas karena aktin dan myosin

dan tegangan dalam otot meningkat, sarkomernya pun juga memanjang dan ketika

beban terus ditambah otot akan beradaptasi meregang dan memanjang akan tetapi

pertambahan panjang ini tidaklah permanen, melainkan hanya sementara (Tim

pembina MK fisiologihewan. 2012).

Elastisitas otot lurik

Elastisitas otot merupakan kemampuan otot untuk kembali pada bentuk

dan ukuran semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot

dihilangkan (Soewolo, 2000). Pada percobaan elastisitas otot lurik, pengurangan

beban sebanyak lima kali dimana setiap pengurangan, berat beban adalah 10

gram. Pengurangan beban ini disertai pula dengan pengurangan panjang dari otot

tersebut. Pengurangan beban ini menyebabkan panjang otot berkurang pula

Page 11: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

dimana setiap pengurangan beban sebesar 10 gram, panjang yang berkurang

sekitar 0,2-0,3 cm dari panjang awal 4,2 cm dan panjang akhir 3 cm. Sedangkan

untuk nilai elastisitas dari otot lurik ini adalah 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan otot akan kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya atau

beban yang diberikan kepada otot semakin berkurang dan tingkat elastisitas pada

otot lurik ini cukup baik yang mecapai nilai 100%. Pada otot rangka, bila otot

dalam keadaan panjang regangan istirahat normal dan kemudian diaktifkan, ia

berkontraksi dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot diregangkan jauh lebih

besar daripada panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat

dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana kedua ujung-ujung otot ditarik saling

mendekati satu sama lain oleh daya elastik jaringan ikat, pembuluh darah, saraf

dan sebagainya.

Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka memiliki

suatu sistem tubulus transversal (tubulus T). Sistem tubulus T ini merupakan

invaginasi sarkolema yang membentuk suatu jaringan tubulus kompleks yang

saling beranastomistis melingkari batas antara pita H dan pita I dari setiap

sarkomer miofibril. Membran tubulus T ini berhubungan dengan sisterna terminal

dari retikulum sarkoplasma. Melalui membran tubulus T ini potensial aksi

dirambatkan untuk memicu pembebasan Ca2+ dari dalam retikulum sarkoplasma.

Kontraktilitas atau kemampuan otot untuk berkontraksi (menegang) pada sel otot

disebabkan sel otot memiliki protein kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan

yang cukup kuat maka otot akan memendek. Pemendekan ini dapat mencapai 1/6

kali panjang semula, bahkan pada otot rangka dapat memendek sampai 1/10

panjang semula. Pada percobaan tersebut pengurangan panjang sekitar 1/10 dari

panjang semula (Soewolo, 2000). Selain itu pada otot rangka, bila otot dalam

keadaan panjang regangan istirahat normal dan kemudian diaktifkan, ia

berkontraksi dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot diregangkan jauh lebih

besar daripada panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat

dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana kedua ujung-ujung otot ditarik saling

mendekati satu sama lain oleh daya elastik jaringan ikat, pembuluh darah, saraf

dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan percobaan dimana ketika otot sedang

meregang lalu kemudian diaktifkan dengan pengurangan beban, otot akan

Page 12: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

berkontraksi secara maksimal dengan ujung-ujung otot yang saling mendekat

sehingga terjadi pemendekan otot dan panjangnya berkurang. Beban merupakan

determinan penting pada kecepatan otot untuk memendek. Makin besar beban,

makin lambat kecepatan memendek. Kecepatan memendek akan maksimal bila

tidak ada beban eksternal, kecepatan memendek akan menurun bila beban

dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban sama dengan atau melebihi

tegangan maksimal (Soewolo, 2000). Pernyataan ini sesuai dengan percobaan

dimana ketika beban berkurang otot akan segera memendek. Pada otot rangka sel-

sel otot rangka diadaptasikan untuk melakukan kontraksi. Bila dipisahkan satu sel

otot dari fasikulusnya maka dapat dilihat bahwa di dalam sel otot tersebut terdapat

beratus-ratus serabut halus yang tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal

dengan nama miofibril. Bila diamati lebih lanjut akan nampak bahwa di dalam

miofibril terdapat miofilamen tebal dan miofilamen tipis yang tersusun sejajar

namun tidak homogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang pada

miofibril (Soewolo, 2000).

Ekstensibilitas otot polos

Otot polos adalah otot dengan struktur tidak memiliki garis melintang

seperti otot skeletal (otot lurik). Otot polos banyak dijumpai di organ viseral

sehingga sering disebut dengan otot viseral. Sel otot polos memiliki bentuk seperti

gelendong dengan struktur saling beranastomosis satu sama lain.

Pertautan/hubungan kelistrikan antar sel otot polos melalui struktur gap junction

yang memungkinkan sekelompok sel pada area tertentu dapat berkontraksi

sebagai unit fungsional tunggal.

Struktur dari sel otot polos menunjukkan sebuah bundles/berkas

miofilamen kontraktil terdiri atas aktin dan miosin yang menancap pada satu

bagian ujung dari dense area di membran plasma dan bagian ujung yang lain

melalui dense bodies pada filamen intermediate. Struktur internal sel-sel otot

polos tampak kurang terorganisasi dengan baik jika dibandingkan dengan otot

rangka (lurik) dan otot jantung. Susunan filamen tebal dan filamen tipis dalam

otot polos tampak hampir acak, organisasi sarkomerik dan pita Z-nya tidak ada.

Proporsi dan organisasi filamen tebal dan filamen tipisnya berbeda, tidak tersusun

sejajar tetapi saling menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio filamen tebal dan tipis

Page 13: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

pada otot polos sebesar 1 : 16 sedangkan pada otot rangka (lurik) sebesar 1:2

(Soewolo, 2005). Filamen tipis hanya mengandung aktin dan tropomiosin tanpa

troponin. Pada kondisi relaksasi miofilamen kontraktil terorientasi dengan model

memanjang pada sel otot polos, dan pada saat terjadi sliding filamen aktin dan

miosin, sel akan memendek.

Otot polos berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi dua yaitu otot

polos unit tunggal (single unit) dan otot polos unit jamak (multiple unit). Otot

polos multiple unit merupakan otot polos yang memiliki sifat gabungan antara

otot lurik dan otot polos single unit. Otot polos multiple unit memiliki unit-unit yg

terpisah dan mirip seperti unit motor otot lurik/skeletal sehingga memiliki sifat

neurogenik. Akan tetapi, berbeda dengan otot skeletal, respon kontraktil pada otot

polos multiple unit adalah potensial depolarisasi bertingkat. Kekuatan kontraksi

tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah unit yang terstimulasi dan kecepatan

stimulasi, tetapi juga oleh hormon dan obat yang bersirkulasi. Contoh tempat yang

banyak mengandung otot polos multiple unit yaitu dinding pembuluh darah besar,

otot lensa, otot iris, saluran udara besar paru, dan otot folikel rambut (Susanto,

2011).

            Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos viseral. Disebut

sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan

berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit tunggal

mempunyai sistem electrical junction/unit kelistrikan dan mekanik sebagai suatu

unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit tunggal mampu

membangkitkan stimulus pada selnya sendiri tanpa stimulus melalui saraf self

excitable. Sel otot polos unit tunggal juga tidak memiliki potensial istirahat yang

konstan dan fluktuasi potensial membrannya tanpa pengaruh eksternal sama

sekali. Depolarisasi spontan pada otot polos unit tunggal akibat adanya pacemaker

dan potensial gelombang lambat (slow-wave potentials). Kemampuan otot polos

unit tunggal untuk berkontraksi tanpa stimulus dari saraf disebut sebagai aktivitas

miogenik (Susanto,2011). Usus adalah salah satu otot polos single unit atau otot

polos viseral.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, diketahui bahwa

panjang awal usus sebelum diberi beban (Po1) adalah 3 cm sedangkan panjang

Page 14: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

usus setelah diberi beban 50 gram (P50) adalah 5,4 cm. Setelah dilakukan analisis

data dengan cara perhitungan menggunakan rumus, diperoleh hasil bahwa

ekstensibilitas otot polos adalah sebesar 80%. Jika kita membandingkannya

dengan otot lurik, maka dapat dikatakan bahwa ekstensibilitas otot polos jauh

lebih besar daripada otot lurik yang ekstensibilitasnya hanya sebesar 40%. Hal ini

dikarenakan otot lurik memiliki sarkomer sedangkan otot polos tidak. Itulah yang

menyebabkan otot lurik memiliki ekstensibilitas yang lebih kecil daripada otot

polos.

Elastisitas Otot Polos

Elastisitas otot merupakan kemampuan otot untuk kembali pada bentuk

dan ukuran semula apabila gaya atau beban yang diberikan kepada otot

dihilangkan (Soewolo, 2000). Pada percobaan elastisitas otot polos, pengurangan

beban sebanyak lima kali dimana setiap pengurangan, berat beban adalah 10

gram. Pengurangan beban ini disertai pula dengan pengurangan panjang dari otot

tersebut. Pengurangan beban ini menyebabkan panjang otot berkurang pula

dimana setiap pengurangan beban sebesar 10 gram, panjang yang berkurang

sekitar 0,1-0,3 cm dari panjang awal 5,4 cm dan panjang akhir 4,4 cm. Sedangkan

untuk nilai elastisitas dari otot lurik ini adalah 42%. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan otot akan kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila gaya atau

beban yang diberikan kepada otot semakin berkurang dan tingkat elastisitas pada

otot lurik ini belum cukup baik yang tidak mecapai nilai 100%.

Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos viseral. Disebut

sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan

berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit tunggal

mempunyai sistem electrical junction/unit kelistrikan dan mekanik sebagai suatu

unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit tunggal mampu

membangkitkan stimulus pada selnya sendiri tanpa stimulus melalui saraf self

excitable. Sel otot polos unit tunggal juga tidak memiliki potensial istirahat yang

konstan dan fluktuasi potensial membrannya tanpa pengaruh eksternal sama

sekali. Depolarisasi spontan pada otot polos unit tunggal akibat adanya pacemaker

dan potensial gelombang lambat (slow-wave potentials). Kemampuan otot polos

Page 15: Laporan Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

unit tunggal untuk berkontraksi tanpa stimulus dari saraf disebut sebagai aktivitas

miogenik (Susanto,2011).

G. KESIMPULAN

1. Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain

yaitu sifat ekstensibilitas (sel-sel dapat meregang /memanjang sampai

batas tertentu apabila kepadanya diberikan gaya/ beban/tarikan), dan

juga sifat elastisitas (sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula

apabila gaya yang diberikan kepadanya dihilangkan).

2. Setelah dilakukannya percobaan ekstensibilitas dan elastisitas pada

otot lurik dan otot polos maka didapatkan hasil/nilai sebagai berikut:

Ekstensibilitas otot lurik (otot rectus abdominis) adalah 40%,

elastisitas otot lurik (otot rectus abdominis) adalah 100%.

Ekstensibilitas otot polos(usus) adalah 80%, sedangkan elastisitas otot

polos (usus) adalah 42%

H. DAFTAR PUSTAKA

Tim pembina MK fisiologihewan. 2012.PraktikumEkstensibilitasdanElastisitasOtot.

pdf

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri

Malang,UMPress.

Susanto, Hendra. 2011. eBook Muscle System. (online),

(http://hendrasusantofaal.blogspot.com/2011_02_01_archive.html).

diakses tanggal 16 Februari 2014.