laporan diuretika

15
DIURETIKA I. Tujuan - Memahami efek berbagai dosis diuretika pada tikus - Menghitung persentase volume kumulatif urine II. Dasar Teori Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na + dan ion lain seperti Cl + memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan darah. Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah Penghambat Karbonik Anhidrase, Diuretik Kuat (loop Diuretik), Diuretik Tiazid, Diuretik Hemat Kalium, Antagonis ADH dan Diuretik Osmotik ( Mary J Mycek, 2001), (Harian E. Ives & David G Warnock dalam Bertram G. Katzung 2004). Mekanisme Aksi Furosemide 1

Upload: arya-mahardika

Post on 05-Dec-2014

125 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan DIURETIKA

DIURETIKA

I. Tujuan

- Memahami efek berbagai dosis diuretika pada tikus

- Menghitung persentase volume kumulatif urine

II. Dasar Teori

Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut

Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+

dan ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam

keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan

keseimbangan osmotic. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi menjadi

meningkat karena Natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam

tubulus ginjal. Dan produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic

meningkatkan volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine

dan darah.

Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam

pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-jenis tersebut adalah

Penghambat Karbonik Anhidrase, Diuretik Kuat (loop Diuretik), Diuretik Tiazid, Diuretik

Hemat Kalium, Antagonis ADH dan Diuretik Osmotik ( Mary J Mycek, 2001), (Harian E.

Ives & David G Warnock dalam Bertram G. Katzung 2004).

Mekanisme Aksi Furosemide

Furosemide merupakan loop diuretic, yang mana menginhibisi reabsorpsi air pada

nefron dengan mengeblok sodium-potassium-chloride cotransporter (NKCC2) pada pars

ascendens tebal di lengkung Henle. Furosemide menghambat dengan inhibisi kompetitif pada

binding site klorida di kotransporter (symporter) sehingga terjadi penghambatan menghambat

transpor natrium dari lumen di lengkung Henle ke basolateral interstitium. Dengan demikian,

lumen menjadi hipertonis dan bagian interstisium menjadi kurang hipertonis yang mana akan

menurunkan gradien osmotik untuk reabsorpsi air pada seluruh nefron. Dengan menurunnya

gradien osmotik untuk reabsopsi air, maka jumlah air yang diekskresikan keluar meningkat

(diuresis). Oleh karena bagian pars ascendens tebal melakukan reabsorpsi natrium sebanyak

25% pada keseluruhan nefron, furosemide dapat dikatakan sangat poten sebagai

antihipertensi (Anonim, 2005). Di samping itu, furosemide juga dapat menyebabkan

1

Page 2: Laporan DIURETIKA

penurunan potensial positif lumen dari recycle ion K+. Pada keadaan normal, potensial positif

lumen dari recycle ion K+ digunakan untuk reabsorpsi kation divalen seperti Mg2+ dan Ca2+.

Dengan adanya penurunan potensial positif lumen tersebut, maka ion Mg2+ dan Ca2+ akan

lebih cepat diekskresikan. Penggunaan furosemide dalam jangka panjang dapat menyebabkan

hipomagnesemia, namun tidak menyebabkan hipokalsemia karena ion Ca2+ juga direabsorpsi

pada tubulus collectus distal (DCT). Justru pada penyakit hiperkalsemia, loop diuretics dapat

digunakan untuk mempercepat ekskresi Ca2+ (Katzung et al., 2007).

Gambar 3: Penghambatan NKCC2 dengan loop diuretics (Piascik, 2005).

Farmakokinetika Furosemide

Furosemid mencapai transporter Na-K-2Cl yang masuk dalam membrane luminal

dengan secara aktif disekresikan dari darah ke urin pada tubulus proksimal. Pengikatannya

dengan albumin yang tinggi (hingga 95%) meminimalkan filtrasi pada glomerulus.

Pengikatannya yang kuat dengan albumin memerangkap furosemid dalam plasma dan

membawanya ke tempat ekskresi asam organic pada tubulus proksimal. Pompa pengeluaran

ini memiliki aviditas terhadap obat obat loop diuretic sehingga obat obat tersebut lalu diambil

dari albumin dan dibawa melintasi sel ke lumen, dimana furosemid memperoleh akses ke

transporter Na-K-2Cl.

Lima puluh persen dari dosis furosemid diekskresikan sebagai obat utuh, tidak berubah

sampai ke urin; sisanya dikonjugasi dengan asam glukoronat di ginjal. Pada pasien yang

mengalami penurunan fungsi ginjal, waktu paruh furosemid dalam plasma menjadi lebih

lama karena ekskresi urin dan konjugasi ginjal mengalami penurunan.

2

Page 3: Laporan DIURETIKA

Secara umum, setengah dari dosis furosemid diabsorpsi tapi dengan rentang yang lebar

(10 – 100%). Variabilitas ini membuatnya sulit untuk diprediksi berapa furosemid yang

diabsorbsi oleh individu. Secara klinis, artinya farmasis perlu mengeksplorasi lebarnya

rentang dosis ini pada setiap pasien untuk mendapatkan dosis oral yang sesuai.

Waktu paruh dalam plasma untuk bumetanid kurang dari 1 jam, torsemid 3 – 4 jam, dan

furosemid ditengah tengahnya. Interval dosis tradisional furosemid melebihi waktu durasi

jumlah efektif obat mencapai tempat aksi. Artinya, pada akhir interval dosis ada beberapa

waktu obat berada pada jumlah yang kurang di tempat aksi. Selama itu, nefron menyerap

kembali sejumlah natrium, dan menyebabkan apa yang disebut retensi natrium balik atau

pengereman. Retensi natrium ini menjadi batas yang cukup untuk membatalkan natriuresis.

Hal ini terjadi bila obat tidak ada dalam waktu yang lama dan/atau karena asupan natrium

yang sangat tinggi sehingga konsumsi furosemid harus benar benar teratur.

Secara umum, profil farmakokinetika furosemid adalah sebagai berikut:

Absorpsi

Bioavailabilitasnya 64% dengan tablet dan 60% dengan larutan oral.

Distribusi

Pengikatan oleh protein 91 -99%

Metabolisme

Furosemide dimetabolisme oleh furosemid glukoronida di ginjal

Eliminasi

Waktu paruh kira kira 2 jam; furosemide diekskresikan di urin.

Onset

Untuk P.O 1 jam dan untuk IV 5 menit

Durasi

6 – 8 jam untuk P.O dan 2 jam untuk IV

Bentuk Sediaan, Dosis, dan Aturan Pakai Furosemide

Tablet atau larutan peroral pada orang dewasa dosis awalnya 40 mg pada pagi hari.

Lalu maintenance dose 20 – 40 mg perhari.

Pemberian secara injeksi intramuscular atau injeksi intravena dosis awalnya 20 – 50

mg, jika perlu dinaikkan 20 mg tetapi tidak kurang dari tiap 2 jam. Maksimal 1,5 g perhari.

Efek Samping Furosemide

3

Page 4: Laporan DIURETIKA

Hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesemia, hipotensi, pusing, ketulian sementara,

ekskresi kalsium meningkat (Depkes RI, 2000)

Hiponatremia, Hipokalemia

Furosemide merupakan loop diuretic, yang mana menginhibisi reabsorpsi air

pada nefron dengan mengeblok sodium-potassium-chloride cotransporter (NKCC2)

pada pars ascendens tebal di lengkung Henle. Oleh karena itu ion natrium, kalium dan

klorida akan banyak yang terbuang sehingga dapat menyebabkan hiponatremia dan

hipokalemia (Katzung et al., 2007).

Hipomagnesemia dan Ekskresi Kalsium Meningkat

Furosemide juga dapat menyebabkan penurunan potensial positif lumen dari

recycle ion K+. Pada keadaan normal, potensial positif lumen dari recycle ion K+

digunakan untuk reabsorpsi kation divalen seperti Mg2+ dan Ca2+. Dengan adanya

penurunan potensial positif lumen tersebut, maka ion Mg2+ dan Ca2+ akan lebih cepat

diekskresikan sehingga dapat menyebabkan hipomagnesemia dan ekskresi kalsium

yang meningkat (Katzung et al., 2007).

Hipotensi dan Pusing

Diuresis menyebabkan reduksi volume plasma dan stroke volume yang mana

menurunkan tekanan darah dan cardiac output. Hipotensi dapat menyebabkan gejala

yang lain seperti pusing (Dipiro et al., 2008).

Interaksi Furosemide dengan Obat Lain

Furosemide + Digoksin

Keadaan hipokalemia akan sehingga akan meningkatkan toksisitas digoksin.

Mekanisme furosemid adalah mengeblok reabsorbsi kalium ke basolateral interstitium

sehingga terjadi peningkatan ekskresi urin yang mengandung kalium. Keadaan ini dapat

menyebabkan hipokalemia. Penggunaan furosemid bersamaan dengan digoksin akan

meningkatkan kepekaan sel-sel otot jantung terhadap digoksin. Secara mekanisme kerja,

digoksin dapat bekerja tanpa adanya kalium. Adanya kondisi hipokalemia ini, menyebabkan

jumlah digoksin yang diperlukan untuk bekerja secara optimal akan meningkat yang mana

akan menimbulkan toksisitas digoksin (Katzung et al., 2007).

Furosemide + Litium

4

Page 5: Laporan DIURETIKA

Loop diuretics dapat meningkatkan kadar litium serum dan dapat menyebabkan

toksisitas litium. Penurunan ion natrium yang disebabkan oleh diuresis pada lengkung Henle

akan meningkatkan reabsorpsi natrium dan litium sebagai kompensasi pada tubulus

proksimal. Oleh karena reabsorpsi litium meningkat, maka kadar litium dalam serum

meningkat, menyebabkan toksisitas litium (Anonim, 2012).

Furosemide + Antibiotik Aminoglikosida

Furosemide meningkatkan ototoksik antibiotika aminoglikosida. Ototoksisitas dapat

dihubungkan secara langsung dengan peningkatan konsentrasi plasma pada loop diuretics.

Ototoksisitas obat ini dapat menyebabkan ketergantungan (Katzung et al., 2007).

Furosemide + OAINS

Furosemide berperan dalam sintesis prostaglandin ginjal yang berperan dalam

mekanisme hipotensi renal, sehingga penggunaan OAINS seperti indomethacin dapat

menghambat kerja furosemide dengan menurunkan sintesis prostaglandin ginjal (Katzung et

al., 2007).

III. Alat dan Bahan

Hewan percobaan: tikus putih jantan, usia kurang lebih 2 bulan

Obat yang digunakan : Larutan Furosemid natrium 1%

Dosis obat : Furosemid natrium 10; 15; dan 20 mg/kgbb (i.p)

Aquadest/NaCl 0,90% yang diberikan secara peroral 50 ml/kgbb

Alat yang digunakan:

Timbangan tikus, alat suntik dan jarum suntik yang sesuai, kandang khusus untuk

pengamatan (metabolic cage/diuretic cage), tabung berskala untuk penampungan urin, kertas

indikator universal.

IV. Perhitungan Dosis

5

Page 6: Laporan DIURETIKA

Golongan R

Furosemid : 15 mg Vp : 2,4 mg x 1ml = 0,24 ml

Berat tikus : 160 g 10 mg

Dosis : 160 = 0,16 ml NaCl 0,9%

1000 160 x 50 = 8 ml

= 0,16 x 15 mg = 2,4 mg 1000

Furosemid : 10 mg Vp : 1,7 mg x 1 ml = 0,17 ml

Berat tikus : 170 g 10 mg

Dosis : 170 x 10 mg = 1,7 mg NaCl 0,9% : 170 x 50 = 8,5 ml

1000 1000

Furosemid : 20 mg Vp : 3,3 mg x 1 ml = 0,33 ml

Berat tikus : 165 g 10 mg

Dosis : 165 x 20 mg = 3,3 mg NaCl 0,9% : 165 x 50 = 8,25 ml

1000 1000

V. Prosedur

Tikus dipuasakan makan selama lebih kurang 8 jam, minum tetap diberikan

Tikus diberikan air hangat atau NaCl fisiologik secara peroral sebanyak 50 ml/kgbb

kemudian disuntik furosemid.

Tempatkan tikus pada kandang khusus yang tersedia dan tampung urin yang diekskresikan:

catat jumlah urin kumulatif setiap kurun 15 menit selama 1 jam.

Tikus yang mendapat obat furosemid, setelah akhir percobaan diberikan NaCl sebanyak 7 ml

secara peroral.

VI. Hasil

6

Page 7: Laporan DIURETIKA

Golongan R (Hasil 1)

Kelompok Berat Badan Vol Aqua Kejernihan urine

Warna urine pH

1 170 6 Jernih Tak berwarna

6

2 160 8 jernih Tak berwarna

7

3 160 8 - - -4 165 8 jernih bening 7

Kelompok Volume Urine Volume Kumulatif Urine15’ 30’ 45’ 60’

1 - 2,4 4,3 - 6,72 1,6 2,2 1,6 0,2 5,63 - - - - 04 1,4 0,8 0,6 1 3,8

Kelompok Frekuensi urinasi Frekuensi urinasi per jam15’ 30’ 45’ 60’

1 - 1 2 - 32 2 2 1 1 63 - - - - 04 3 1 1 2 7

Golongan (Hasil 2)

Kelompok Berat Badan Vol Aqua Kejernihan urine

Warna urine pH

1 130 5 jernih bening 72 120 6 jernih bening 63 130 6,5 jernih bening 74 125 6,2 - - 7

Kelompok Volume Urine Volume Kumulatif Urine15’ 30’ 45’ 60’

1 - 3 2 2 72 3,2 3 1 1,2 8,43 2 2,9 1 1,3 7,24 - - - - -

7

Page 8: Laporan DIURETIKA

Kelompok Frekuensi urinasi Frekuensi urinasi per jam15’ 30’ 45’ 60’

1 - 2 3 1 62 2 3 1 1 73 2 2 1 3 84 - - - - -

Golongan (Hasil 3)

Kelompok Berat Badan Vol Aqua Kejernihan urine

Warna urine pH

1 120 5 jernih Tak berwarna

7

2 140 6 jernih kekuningan 73 130 5 jernih bening 7,54 150 6,5 - - -

Kelompok Volume Urine Volume Kumulatif Urine15’ 30’ 45’ 60’

1 0,9 2,7 1,4 1,6 6,62 1,8 1,2 2,9 - 5,93 1,9 2,2 0,4 1,8 6,34 - - - - -

Kelompok Frekuensi urinasi Frekuensi urinasi per jam15’ 30’ 45’ 60’

1 1 2 1 1 52 1 1 4 - 63 2 2 1 2 74 - - - - -

Presentase volume kumulatif urin tikus yang di ekskresikan :

Volume urin yang diekskresikan dalam jam x 100% =

Volume air yang diberikan per oral

8

Page 9: Laporan DIURETIKA

Hasil 1

Kelompok Presentase volume kumulatif urin tikus yang di ekskresikan

1 111,67%2 70%3 -4 47,5%

Hasil 2

Kelompok Presentase volume kumulatif urin tikus yang di ekskresikan

1 132%2 140%3 110,76%4 - (control)

Hasil 3

Kelompok Presentase volume kumulatif urin tikus yang di ekskresikan

1 132%2 98,34%3 126%4 - (control)

VII. Pembahasan

Pada percobaan pengujian efek berbagai dosis diuretic yang diujikan pada tikus putih

jantan, usia kurang lebih 2 bulan, menggunakan beberapa dosis furosemid yaitu, furosemid

natrium 10; 15; dan 20 mg/kgbb, obat furosemid konsentrasi dalam larutannya adalah 1%.

Cara pengujian pada tikus adalah tikus dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing

kelompok diberikan dosis larutan furosemid 1% yang berbeda-beda.

9

Page 10: Laporan DIURETIKA

Setelah dilakukan nya pengujian diuretic dan dilakukan pengamatan terhadap efek

diuretiknya seperti, frekuensi urinasi, volume kumulatif, warna, kejernihan, pH, pada tikus

putih jantan, maka dapat dihitung persentase volume kumulatif urin pada tikus.

Hasil yang dapat menunjukkan efek positif jika persentasenya melebihi 75% (80%-

100%) dari volume air yang disediakan. Pada percobaan hasil yang menunjukkan efek positif

adalah pada Hasil percobaan yang ke-3, dengan menggunakan dosis furosemid 15 mg/kgbb,

persentase volume kumulatif urinnya 98,34%, Hasil percobaan yang lainnya tidak

menunjukkan efek positif, karena hasilnya ada yang lebih dari 75% (80%-100%), seperti

111,67% (hasil 1), 132%, 140%, 110,76% (hasil 2), 132%, 126% (hasil 3), dan ada yang

kurang dari 75% seperti 47,5%, 70% hasil (hasil 1), padahal dosis furosemid yang digunakan

sudah benar yaitu 10, 15, dan 20 mg/kgbb (iso vol 45), hasil negative itu dikarenakan pada

saat memberikan obat furosemid melalui oral, obatnya kebanyakan tidak masuk semua ke

dalam saluran cerna tikus, karena obatnya ada yang tumpah sedikit, sehingga dosis yang

diberikan kurang tetap, dan menunjukkan hasil yang kurang bagus.

VIII. Kesimpulan

Pada praktikum pengujian efek berbagai dosis diuretic dengan menggunakan larutan

furosemid dengan dosis 10, 15, dan 20 mg/kgbb, dosis yang diberikan sudah benar, karena

dosis furosemid pada manusia adalah sebesar 10, 15, 20, 40, dan 80 mg/kgbb (iso vol 45).

Jika dilihat dari hasilnya sudah ada yang menunjukkan persentase volume kumulatif urin

tikus yang menunjukkan efek positif, namun hasil yang lainnya tidak menunjukkan

persentase yang positif, tetapi jika dibandingkan dengan control, tikus yang diberikan obat

furosemid menunjukkan efek diuretic seperti frekuensi urinasi, dan volume urin kumulatif,

sedangkan pada control tidak menunjukkan adanya frejuensi urinasi dan volume urin

kumulatif pada tikus. Sehingga dapat disimpulkan obat furosemid natrium dengan dosis 10

mg/kgbb, 15 mg/kgbb, dan 20 mg/kgbb dapat menunjukkan efek diuretic pada tikus putih

jantan.

IX. Daftar Pustaka

- Depkes RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 72, CV. Sagung Seto,

Jakarta.

- Dipiro, J.T., et al., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Seventh

Edition, The McGraw-Hill Companies, Inc., New York, pp. 151-152, 158-159.

10

Page 11: Laporan DIURETIKA

- Katzung, B., et al., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, McGraw-Hill Medical,

New York.

11