laporan ddit

82
1 ACARA I. KADAR LENGAS TANAH

Upload: tridewilestari

Post on 28-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Semoga berhasil.

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN DDIT

1

ACARA I. KADAR LENGAS TANAH

Page 2: LAPORAN DDIT

2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bagian terpenting yang sangat di butuhkan oleh tanaman

sebagai tempat untuk tumbuh, tanah merupakan hasil dari transportasi zat-zat

mineral dan mengandung bahan organik.

Kandungan-kandungan air yang terdapat didalam tanah disebut kadar

lengas tanah, air didalam tanah berfungsi sebagai pengangkut unsur-unsur hara

dari dalam tanah menuju keseluruh bagiab tanaman. Jumlah ketersediaan air

didalam tanah dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya banyaknya

curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi dan

tingginya muka air tanah.

Jumlah air yang tersedia bagi tanaman dapat di tentukan dengan

menentukan kapasitas lapang, titik layu permanen, dan kadar air yang tersedia,

kemampuan tanah menahan air dapat di pengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah yang

bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah

yang bertekstur halus. Umumnya tanaman yang ditanam pada tanah pasiran lebih

mudah mengalami kekeringan dari pada tanah-tanah yang bertekstur lempung.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui/menetapkan kadar lengas

tanah contoh tanah kering udara, menetapkan kadar lengas maksimum dan

penetapan potensi lengas tanah.

Page 3: LAPORAN DDIT

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Lengas tanah merupakan kandungan air yang terdapat didalam tanah yang

memiliki kemampuan untuk menyimpan air berdasarkan kadar tersedianya air di

dalam pori-pori tanah.kadar lengas tanah dapat dinyatakan dalam satuan berupa

persen berat tanah atau persen volume tanah (Handayani.2009).

Secara umum tanah dikelompokan menjadi dua golongan yaitu tanah

Endodinamomorf yaitu tanah yang mempunyai sifat-sifat kimiawi yang identik

dengan lahan. Bahan induknya atau terbentuk dari bahan induk redisidual. Tanah

ektodinamomorf mempunyai sifat-sifat yang tidak identik dengan bahan

induknya. Bahan-bahan organik dari dalam tanah terbentuk dari sisa-sisa tanaman

dan hewan didalam tanah pada pada berbagai pelapukan dan terbentuk dari

organisme-organisme yang telah mati (susanto,2005).

Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas

penyangga yang lebih rendah apabila dalam keadaan basah, kemampuan tanah

menahan air dapat di pengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah yang bertekstur pasir

memilki butir-butir yang berukuran lebih besar dan memiliki luas permukaan

yang lebih kecil sehingga sangat sulit untuk menahan air dan unsur hara.

Sedangkan tanah yang berstruktur halus memiliki permukaan yang sangat halus

sehingga kemampuanya menyimpan air atau menyerap air dan menyerdiakan

unsur hara lebih tinggi (Anonim.2007).

Kandungan lengas tanah dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu anasir

iklim, kandungan bahan-bahan organik, topografi,fraksi lempung tanah,dan

adanya penutup tanah baik organik maupun anorganik. Banyaknya air didalam

tanah memiliki hubungan yang erat dengan kasarnya tegangan air dalam tanah.

Kadar air yang tersedia merupakan selisih antara kadar air yang tersedia pada

kapasitas lapang dan kadar air pada titik layu permanen,(walker and paul,2002).

Air merupakan komponen utama penyusun tubuh tanaman bahkan hampir

90% sel-sel tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air yang diserap tanaman

Page 4: LAPORAN DDIT

4

disamping berfungsi sebagai komponen penyusun sel-selnya, juga berfungsi

sebagai media reaksi pada proses metabolismenya melalui mekanisme taranspirasi

yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah sekitarnya yang disebut

evapitranspirasi (Hanafiah. 2007).

Page 5: LAPORAN DDIT

5

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 10 Mei 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan bahan praktikum

3.2.1 Alat

Alat-Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

tiga buah penimang (botol bahan,timbangan analitik, oven dan eksikator)

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut:contoh bahan, tanah kering udara gumpalan.

3.3 prosedur kerja:

1. Ditimbang cawan kosong bersih dan bertutup (a gr).

2. Dimasukancontoh tanah didalam cawan kira-kira separuh kemudian di

timbang (b gr).

3. Dengan tutup terbuka dimasukan cawan yang berisi tanah tersebut kedalam

oven yang telah diatur temperatur nya 1050c-1100c biarkan paling sedikot

48 jam.

4. Setelah di oven di biarkan dan diberikan mendingin didalam eksikator kira-

kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gr).

5. Langkah 1-4 dikerjakan untuk contoh tanah lainya.

Page 6: LAPORAN DDIT

6

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel 1 hasil pengamatan kadar lengas tanah.

Jenis Tanah Kadar lengas

Tanah kering Kapasitas lapang Makximum tanah

Vertisol 4,309 % 40,93 % 58,5 %

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan praktikum kadar lengas tanah vertisol di peroleh dari

hasil perhitungan dengan menggunakan rumus perhitungan kadar lengas tanah,

pada cawan tanah kering sebanyak 4.30 % (dinyatakan dalam presentase) dan

pada kapasitas lapang sebanyak 40,93 %, pada maksimum tanah sebanyak 58,6 %.

Tanah vertisol yang digunakan merupakan tekstur tanah yang halus, kadar

air yang tersedia pada tanah merupakan selisih antara kadar air yang telah trsedia

pada kapasitas lapang yang di kurangi dengan kadar air yang tersedia pada titik

layu permanen. Banyaknya kandungan air didalam tanah tergantung dari

banyaknya air yang tersedia sehingga kadar air tanah memiliki hubungan erat

dengan besar tegangan air dalam tanah. Ketersediaan air dalam tanahdapat di

pengaruhi oleh curah hujan atau air irigasi, apabila kandungan air pada curah

hujannya semakin banyak maka kandungan air yang tersedia juga makin banyaka.

Dengan kadar ketersediaan air yang lebih besar, kemampuan menahan air dalam

tanah merupakan faktor yang menentukan jumlah air yang tersedia dalam tanah

karena adanya gaya adhesi, kohesi dan gaya gravitasi tanah.

Besarnya evapotranspirasi (penggumpalan tanah secara langsung yang di

sebabkan karena terjadinya proses evaporasi didalam tanah). Dan adanya proses

transpirasi atau penggunmpalan air kepermukaan. Ketersediaan air dalam tanah

akan menjadi lebih sedikit karena di sebabkan oleh proses evapotranspirasi tanah.

Page 7: LAPORAN DDIT

7

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di tarik beberapa

kesimpulan.

1. Tanah vertisol adalah tanah yang bertekstur halus.

2. Faktor kadar lengas tanah yaitu curah hujan,kemampuan tanah menyerap

air,besarnya proses evapotranspirasi, dantingginya permukaan tanah.

3. Kadar lengas pada tanah kering =4,30 %, kapasitas lapang =40,93 %, dan

maxmum tanah = 58,6 %.

5.2 Saran

Dibutuhkan pemahaman tentang materi yang di sampaikan sebelum

praktikum, praktikan diharapkan diharapkan sudah memahami materi, dan kadar

lengas tanah sangat penting untuk pertanian karena kandungan air yang terdapat

didalam tanah.

Page 8: LAPORAN DDIT

8

ACARA II. TEKSTUR TANAH

Page 9: LAPORAN DDIT

9

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai media tumbuh adalah tanah sebagai tempat akar mencari ruang

untuk berpenitrasi baik secara lateral atau horizontal maupun secara vertikal.

Kemampuan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada pori-pori yang terbentuk

diantara partikel-partikel tanah. Sedangkan kestabilan /stabilitas ukuran ruang

tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.

Tekstur tanah adalah keadaan yang menunjukan kasar halusnya suatu tanah,

salah satu sifat dasar tanah yang mempunyai sifat tanah yang lainya serta

memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan tanah sebagai media utama.

Tekstur digunakan untuk mendekskripsikan susunan bagian-bagian padat tanah.

Tekstur tanah juga merupakan alat klasifikasi yang bersifat kualitatif untuk

menentukan kelas tanah berdasarkan kelas atau teksturnya.

1.2 Tujuan praktikum

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menetapkan kelas

tekstur tanah secara kuantitatif.

Page 10: LAPORAN DDIT

10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 µm, debu (slit) (berdiameter

0,20- 0,002 mm atau 200- 2µm) dan liat (clay) (<2 µm). Berdasarkan kelas

teksturnya maka tanah digolongkan menjadi: Tanah bertekstur kasar atau tanah

berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir

atau pasir berlempung. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung

minimal 37,5 % liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3

macam).Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

(Hanafiah, 2007).

Tekstur tanah menunjukan perbandingan kasar halusnya suatu tanah yaitu

pasir,debu, liat serta partikel-partikel tersebut berupa bahan induk yang belum

terurai secara sempurna. Tanah berfraksi pasir umunya di dominasi oleh mineral

kursa yang sangat tahan terhadap pelapukan. Tanah berfraksi debu biasanya

berasal dari mineral feldspor dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukanya

akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah debu pada umunya lebih subur

dibandingkan tana bertekstur pasir. (Tan.1991).

Berdasarkan kelas teksturnya tanah digolongkan menjadi tanah betekstur

kasar atau tanah berpasir yang mengandung mineral 70 % pasir atau bertekstur

pasir atau pasir berlempung. Tanah bertekstur halus atau tanah liat mengandung

mineral 37,5% liat. Tanah berstruktur sedang atau tanah berlempung terdiri dari

tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang berteksturlempung

berpasir. (Lal.1979).

Dilapngan tekstur tanah dapat di tetapkan berdasarkan kepekaan indra

prasa, makin peka indra perasa maka hasil penetapanya akan semakin mendekati

kebenaran. Pengelompokan tanah didasarkan pada fraksi tanah halus, tanah di

kelomp okan kedalam kelas besar butir berdasarkan sangat halus,halus,berdebu

Page 11: LAPORAN DDIT

11

halus, berdebu kasar, berlempung halus, berpasir dan sebagainya. (Hardjowigeno.

2003).

Makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah jumlah dan luas

permukaanya persatuan bobot, yang menunjukan makin padatnya partikel-partikel

persatuan volume tanah. Makin banyak pori-pori yang terbentuk maka separat

akan semakin kecil. Tanah yang di dominasi pasir banyak mempunyai pori-pori

sedang agak poreus, dan tanah yang di dominasi liat mempunyai banyak pori-pori

mikro. (Notohadipranoto, 1978).

Page 12: LAPORAN DDIT

12

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 18 Mei 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung sedimentasi, rak

tabung, penutup plastik.

3.2.2 Bahan

contoh tanah yang gunakan tanah vertisol, larutan NaOH 1N, dan aquadest,

3.3 Prosedur Kerja

Presedur kerja pada praktikum kali ini adalah:

1. Disiapkan contoh tanah 2 mm, kemudian diletakan tabung sedimentasi

secara tegak lurus tersebut pada sebuah rak.

2. Dimasukan contoh tanah kedalam tabung 1 sampai pada garis 15 dan

ditambahkan 1 ml NaOH 1N.

3. Ditambah aquadest sehingga tanda pada garis 45 kemudian di tutup rapat.

4. Dikocok selama 2 menit hingga homogen.

5. Dibuka tutup tadi, letakkan pada rak tabung dan biarkan mengendap selama

30 detik.

6. Ditu angkan larutan 1 dengan perlahan-lahan kedalam tabung 2 dan biarkan

mengendap selama 10 menit.

7. Setelah itu di tuangkan larutan tabung 2 kedalam tabung 3.

Page 13: LAPORAN DDIT

13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 2 hasil pengamatan tekstur tanah

Jenis tanah Tekstur tanah

Fraksi pasir (%) Fraksi debu (%) Fraksi liat (%)

Vertisol 0,67 % 0,113% 99,2%

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data mengenai presentase

fraksi tan ah, % fraksi tanah pasir=0,67,%fraksi debu=0,113,% fraksi liat=99,2.

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berat tanah yaitu berasal

dari tiga fraksi diantaranya fraksi tanah pasir,debu dan liat. Tekstur tanah sangat

penting karena adanya komposisi dari ketiga tanah dengan butir-butir tanah dapat

menurunkan sifat fisika dan sifat kimia tanah.

Tekstur tanah menunjukan perbandingan kasar halusnya suatu tanah yaitu

pasir,debu, liat serta partikel-partikel tersebut berupa bahan induk yang belum

terurai secara sempurna. Tanah berfraksi pasir umunya di dominasi oleh mineral

kursa yang sangat tahan terhadap pelapukan. Tanah berfraksi debu biasanya

berasal dari mineral feldspor dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukanya

akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah debu pada umunya lebih subur

dibandingkan tana bertekstur pasir.Fase fraksionisasi merupakan partikel tanah

yang mengalami pengendapan lebih awal yang dimulai dari partikel tanah pasir

kemudian akan di ikuti oleh partikel tanah debu dan dilanjutkan oleh partikel

tanah liat. Fase fraksionasi terjadi karena adanya pereaksi.

Page 14: LAPORAN DDIT

14

Fase dispersi merupakan fase penguraian partikel-partikel tanah karena

adanya penambahan zat-zat pendispersi sehingga partikel tanah yang tadinya

halus akan mengalami penguraian dengan melakukan pengendapan dan

pemisahan-pemisahan partikel tanah.Tekstur tanah yang terdapat pada praktikum

ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksi tanaman yang

tergantung pada tekstur tanah.

Page 15: LAPORAN DDIT

15

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada pengamatan diatas didapatkan hasil pada tanah vertisol, presentase

fraksi tanah pasir sebesar0,67 %,fraksi tanah liat sebesar 99,2 %,dan debu sebesar

0,113 %,Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Partikel tanah dengan partikel yang lebih besar akan lebih muda

mengalami pengendapan dari pada partikel yang kecil.

2. Fraksi tanah dibedakan atas fraksi pasir,debu dan liat.

3. Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan adalah hendaknya praktikan lebih serius

dalam mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh co,asst agar dapatfaham

dengan materi yang di sampaikan.

Page 16: LAPORAN DDIT

16

ACARA III. STRUKSTUR TANAH

Page 17: LAPORAN DDIT

17

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam. Namun demukian banyak tanah

yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen diikuti sementasi (bahan

pelekat).

Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim, aktifitas biologi, pengelolaan tanah

dan kepekaan tanah terhadap gaya-gaya perusak mekanis dan fisio kimia. Oleh

karena itu belum ada metode yang secara obyektif dan kuantitatif dapat digunakan

untuk menentukan struktur tanah, yang ada yaitu metode yang subyektif dan

kuantitatif.

Dengan penentuan berat volume (BV), berat jenis (BJ) dan porositas tanah

dapat membedakan antara struktur yang ada. Kaitannya dengan daya serap air,

struktur tanah mempenaruhi karena berdasarkan dari pori-pori tanah, pori-pori

tanah yang besar bermanfaat untuk aerasi dan infiltrasi, sedangkan pori-pori yang

kecil untuk menyimpan lengas.

1.2.Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetapkan kerapatan massa tanah

(berat volume = BV), menetapkan kerapatan butir tanah (berat jenis = BJ) dan

menetapkan porositas total tanah (n).

Page 18: LAPORAN DDIT

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah.

Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan

(ketahanan) yang berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir

tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau

saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau

pejal. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang

baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.Strukktur tanah

yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling

bersinggungan dengan rapat. (Hanafiah, 2009).

Yang diartikan dengan struktur tanah ialah susunan zarah-zarah tanah

membentuk pola keruangan. Proses yang terlibat dalam pembentukan struktur

tanah ialah penjojotan dan agregasi, dengan atau tanpa diikuti sementasi.

Penjojotan adalah peristiwa elektrokinetik pengendapan zarah tanah dari suspensi.

Pengendapan terjadi karena zarah-zarah tanah mengelompok sehingga

memperoleh massa yang lebih besar. Pengelompokan dapat terjadi karena

potensial zeta zarah-zarah tanah menurun yang menyebabkan kakas tolak antar

zarah mengecil sehingga kakas tarik gravitasi antar massa zarah dapat bekerja.

Potensial zeta ialah muatan listrik negatif zarah. Potensial ini dapat turun karena

sebagian atau seluruh muatan listrik negatif dinetralkan oleh kation-kation yang

terserap.(Notohadiprawiro,1998).

Agregasi ialah peristiwa penggabungan jonjot-jonjot tanah menjadi

gumpalan. Jonjot tanah tergabung oleh kohesi (tarikan molekuler) dan adesi

(tegangan permukaan).Tegangan permukaan dibangkitkan oleh tarikan antara

molekul tanah dan molekul air (Notohadiprawiro,1998).

Page 19: LAPORAN DDIT

19

Agregat yang terbentuk secara alam (natural aggregate) disebut pet,

sedangkan istilah cold digunakan untuk bongkah tanah hasil pengolahan tanah

misalnya. Dua istilah lain yang sering meragukan dengan ped adalah fragment dan

conrection (konkresi). Fragment berarti ped yang pecah, konkresi terbentuk di

dalam tanah akibat presipitasi garam-garam terlarut dan sering terbentuk akibat

fluktuasi yang besar dari permukaan air tanah (Hakim, et.al., 1986).

Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam

jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Hal semacam ini hanya terdapat pada

struktur yang ruang pori-porinya besar, dengan perbandingan yang sama antara

pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap pukulan tetes-tetes air hujan.

Dikatakan pula bahwa struktur yang baik bila perbandingannya sama antara

padatan, air dan udara (Suhaidi, 1983).

Umumnya kita dapat membagi struktur tanah ke dalam tiga bentuk yang

sangat luas, yaitu berbutir tunggal (single grained), masif (massive), dan

beragregasi (aggregated). Apabila keseluruhan partikel tanah saling lepas satu

sama lain, seperti dapat kita jumpai pada tanah berkelas tekstur pasir, struktur

tanahnya dikatakan berbutir tunggal. Dalam pustaka lama, ia masih disebut

sebagai tanah yang tidak berstruktur atau berstruktur lepas. Sebaliknya, andaikata

partikel-partikel tanah saling terikat sedemikian kuatnya, sehingga terbentuk

bongkah-bongkah tanah tang kohesif, maka struktur tanahnya disebut masif. Di

antara kedua bentuk struktur yang ekstrim itu, kita mengenal tanah dengan

keterikatan sedang dimana kesatuan-kesatuan yang terbentuk kecil saja. Struktur

tanah demikian dinyatakan beragregasi dan kesatuannya disebut sebagai

mikroagregat atau agregat saja. Kesatuan partikel di lapangan yang dapat dilihat

dengan mata telanjang sebetulnya adalah gabungan dari agregat-agregat yang

bileh disebut sebagai makroagregat. Ukurannya bisa berkisar dari beberapa

milimeter hingga beberapa sentimeter. Tanah dengan bentuk struktur terakhir ini

merupakan tanah yang paling dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman, terutama

pada tahap pertumbuhan yang cukup kritis, yaitu soal perkecambahan dan

pembibitan (Indranada, 1986).

Page 20: LAPORAN DDIT

20

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 24 Mei 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

piknometer,botol pemancar air, corong gelas kecil,timbangan analitik, tali,

potongan kertas untuk lap.

3.2.2 Bahan

Contoh tanah halus (daimeter 2 cm) yang sudah di kering anginkan.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Carakerja (BJ)

1. Ditimbang pikrometer basah,kosong bersumbat.

2. Diisi piknometer dengan air suling sampai pada pipa kapiler dalam

sumbatnya.

3. Ditimbang piknometer yang sampai air dan ukur temperatur air dalam

piknometer.

4. Ditimbang air dalam piknometer dan piknometer di bersihkan dengan

alkohol.

5. Disi piknometer dengan tanah vertisol 5 gram pasang sumbatnya dan

timbang.

Page 21: LAPORAN DDIT

21

6. Diisi piknometer berisi tanah dengan air kira-kira setengahnya

kemudian dikocok dan di ukur temperaturnya.

3.3.2 Cara kerja (BV)

1. Diambil bongkah tanaha yang sudah di siapkan dan di timbang.

2. Dimasikan atau dicelupkan bongkahan tanah tersebut kedalam cairan

lilin yang sudah disiapkan, di angkat kemudian di timbang.

3. Ditenggelamkan bingkahan tanah yang berlilin kedalam air yang sudah

disiapkan, jika ada penambahan air maka catat penambahan tersebut.

Page 22: LAPORAN DDIT

22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel 3 hasil pengamatan Berat Jenis Tanh (BJ)

Jenis Tanah Berat kerin Volume total BJ1

Vertisol -0,497 gram/cm3 -4,1 0,12 gram/ cm3

Tabel 4 hasil pengamatan berat volume tanah (BV)

Jenis Tanah X KL BV

Vertisol 10 40,9 1,022

Tabel 5 Hasil pengamatan Porositas Tanah

Jenis Tanah BJ BV n (porositas)

Vertisol 0,12 1,022 11,7%

4.2 Pembahasan

Page 23: LAPORAN DDIT

23

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan di peroleh data dengan berat

jenis =0,12 gram/ cm3 , sedangkan berat tanah kering -0,497 gram/ cm3 dan

volume total tanah -4,1 dengan kandungan kadar lengas tanah =40,9 dan porositas

total tanah dengan struktur tanah pasir mengandung porositas tanah 11,7% dengan

berat volume tanah 1.022 gram/ cm3.

Struktur tanah yang digunakan pada praktikum ini memiliki struktur tanah

yang halus, dapat melekat dengan baik karena bahan-bahan kaloid dalam tanah

yang bertindak sebagai agen pelekat tanah yang dapat bekerja dengan baik

sehingga tanah dapat melekat, sebab pada tanah vertisol lebih didominasikan oleh

tanah yang kurang mengandung pasir dengan butir-butir tanahnya yang kasar.

Porositas tanah merupakan proporsi ruang pori-pori tanah yang terdapat

didalam volume tanah yang tidak dapat ditepati oleh air dan udara sehingga

porositas dalam tanah merupakan indikator dari kondisi drainase dan aerasi tanah.

Tanah dengan porositas yang baik/cukup mempunyai ruang pori dengan

pergerakan air dan udara yang keluar masuk kedalam tanah lebih leluasa. Dan

apabila poositas tanahnya tidak baik maka ruang pori untuk pergerakan air dan

udara yang keluar masuk kedalam pori-pori tanah menjadi sempit dan tanah tidak

leluasa.

Tanah yang terdominasi kedalam fraksi pasir akan menyebabkan

terbentuknya sedikit pori-pori makro sehingga luas permukaan tanah menjadi

sangat sempit. Sehingga daya ikat/daya pegangnya terhadap air menjadi sangat

lemah, kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk dan muda keluar

kedalam tanah, sehingga air yang dapat ditahan atau diserap oleh tanah sedikit.

Keadaan ini dapat mempengaruhi kehidupan oranisme maupun pertumbuhan

tanaman.

Page 24: LAPORAN DDIT

24

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat di tarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Struktur tanah yang digunakan pada praktikum ini menggunakan struktur

tanah liat.

2. Porositas tanah adalah proporsi ruang pori-pori tanah yang terdapat dalam

volume tanah yang tidak dapat di tepati oleh air dan udara.

3. Berat jenis tanah vertisol sebesar 0,1 gram/ cm3 dan berat volume tanah

vertisol sebesar 1,022 gram/ cm3

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan adalah hendaknya praktikan lebih serius

dalam mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh co,asst agar

dapatfaham dengan materi yang di sampaikan.

Page 25: LAPORAN DDIT

25

ACARA IV. WARNA TANAH

Page 26: LAPORAN DDIT

26

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.

Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran

warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh

luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing

terhadap tanah.

Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan

warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid

organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga

sangat mempengaruhi warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida

menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau

kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau.

Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada

kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih,

bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya.

1.2 Tujuan Praktikum

Page 27: LAPORAN DDIT

27

Tujuan praktikum kali ini adalah untu mengetahui cara menetukan warna

tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak

digunakan untuk mendekskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyaiefek

langsung terhadap terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh

lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warn atanah

dapatmeliputi putih,merah, kola, kelabu, kuning dan hitam, kadang kala dapat

pula berwarna kebiruan atau kehijauan (Anonim, 2012).

warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna

tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.

Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh

perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,

warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan

organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan

banyaknya senyawa Fe dalam tanah. (Hardjowigeno 1992)

Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu tergenang air,

seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi

reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah

Page 28: LAPORAN DDIT

28

terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa

Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang

berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan

kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi)

didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat

dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut.

Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih

terang

(Kartasapoetra,2002)

Intensitas warna tanah dipengaruhi oleh tiga faktor berikut yaitu jenis

mineral dan jumlahnmya, kandungan bahan organik tanah dan kadar air tanah, dan

tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral hedspar, koalin,kapur,kuarsa

dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

beragam warna dari putihsampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah

menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka

warna tanah makin gelap dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik

tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang

lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi

lebih gelap (kelam),(Kartasapoetro,2002).

Tanah dengan drainase yang terhambat biasanya banyak mengandung

bahan organik pada lapisan atas, sehingga berwarna gelap. Tanah bagian bawah

memiliki sedikit bahan organik sehingga berwarna kelabu muda. Bila drainase

agak baik air dan suhunya menguntungkan untuk peristiwa kimia, (Besi Fe) dalam

tanah teroksidasi sehingga menjadi senyawa yang berwarna merah dan kuning.

Warna tanah dapat di tentukan dengan buku warna standar dari munsell soil

colour (matriks). Warna bidang struktur slaput tanah liat, warna karatan atau

konkresi, warna jalit dan warna humus (Fort, 1994).

Page 29: LAPORAN DDIT

29

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 31 Mei 2013 di Laboratorium Ilmu

Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Munsell Soil Colour

Chart,

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan contoh tanah, Aquadest,botol semprot.

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja yng dapat dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Diambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam

keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah aasli.

2. Dibandingkan warna tanah dengan warna-warna pada munsell.

3. Dicatat Hue, Value, dan Croma. Jika da bercak dan berkokresi tentukan juga

warnanya.

Page 30: LAPORAN DDIT

30

4. Dilakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah dalam

keadaan lembab atau bassah.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel 6 hasil pengamatan warna tanah. Pada tanah kering.

Jenis Tanah Hue Value Croma Warna Tanah

Inceptisol 7,5 YR 5 3 Brown

Tabel 7 warna tanah pada tanah lembab

Jenis Tanah Hue Value Croma Warna Tanah

Inceptisol 5 YR 3 2 Dark reddish brown

4.2 Pembahasan

Page 31: LAPORAN DDIT

31

Pa da praktikum ang telah dilakukam diman digunakan bongkahan tanah

inceptisol untuk ditentukan warna tanah yang terkandung didalamnya. Tanah ini

memiliki tiga variabel warna yaitu Hue, Value, Croma.

Pada tanah kering tanah akan menunjukan warna yang sangat terang karena

tanah tersebut mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan warna menjadi

lebih terang. Warna terang pada tanah tanah kering menunjukan perbedaan dari

sifat refraksi tanah atau tanah yang mengalami pembiasan cahaya dari komponen-

komponen padatan tanah dan udara sehingga warna pada tanah akan banyak di

refleksikan.tanah kering memiliki kandungan unsur hara yang relatif sedikit

sehingga kesuburan atau kapasitas produktivitas tanah pada lahan tanah kering

sangat sedikit. Sedangkan pada tanah lembab atau basah akan menunjukan warna

yang gelap.

Indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan pada tanah gelap

tinggi karena semakin gelap tanah berarti makin tinggi tingkat produktivitasnya.

Tanah gelap memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga unsur hara

yang tersedia bagi tanaman akan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak (unsur

makro).Warna tanah dapat di pengaruhi oleh kandungan bahan organik dalam

tanah atau unsur hara dan kandungan air yang tersedia bagi tanaman. Warna

bercak pada tanah merupakan indikator yang dapat terjadi melalui proses oksidasi

dan reduksi.

Page 32: LAPORAN DDIT

32

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini da[at ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tanah kering mengalami proses oksidasi sedangkan tanah lembab

mengalami proses reduksi, proses ini dapat di pengaruhi oleh kandungan

bahan organik dalam tanah.

2. Semakin gelap warna tanah maka makin tinggi tingkat produktivitas tanah

dan sebaliknya makin rendah tingkat produktivitas tanahnya maka warna

akan semakin terang.

3. Tanah gelap memiliki kandungan unsur hara makro yang lebih banyak

dibandingkan tanah yang terang, karena tanah gelap didominasi sebagai

tanah subur.

5.2.Saran

Page 33: LAPORAN DDIT

33

Saran-Saran yang dapat diberikan adalah Untuk bahan-bahan yang masih

ada kekurangan lebih baik segera ditambahkan, terutama tanah vertisolnya yang

masih kurang.Untuk praktikan yang sering terlambat semoga pda praktikum

selanjutnya tidak telat lagi dan lebih menghargai waktu yang diberikan.

Page 34: LAPORAN DDIT

34

ACARA IV. KEMASAMAN (PH) TANAH

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat reaksi dalam tanah asam-netral-basa, secara muda di tetapkan dengan

indikator nilai ph tanah. Setiap perubahan satu satuan nilai ph mencerminkan

adanya perunahan konsentrasi ion H atau ion OH 10 kali lipat. Penurunan ph dari

7,0 ke 6,0 berarti terjadikenaikan konsentrasi ion H+10 kali atau penurunan

konsentrasi ion OH- 10 kali lipat. Tanah-tanah berkapur jika diberi larutan asam

hipoklorit (HCL), akan menghasilkan gas karbondioksida yang menguap, sisa

karbonat jika hidrolisis oleh air akan menghasilkan ion-ion OH- Sehingga lebih

dominan dibandingkan ion OH+ dan menghasilkan ph sekitar 8,3. Setiap tanaman

memerlukan jumlah hara dalam komposisi yang berbeda-beda, pengetahuan

tentang pengaruh ph terhadap pola ketersediaan hara dapat digunakan acuan

dalam pemilihan tanaman yang sesuai pada satu jenis tanah.

1.2 Tujuan Praktikum

Page 35: LAPORAN DDIT

35

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengukur ph tanah aktual dan

potensial, menentukan muatan tanah melalui pengukuran ph.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Nilai ph tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi

tanah, karena dapat mencerminkan hara dalam tanah tersebut. Ketersediaan unsur-

unsur hara dalam tanah pada kondisi reaksi asam-basa (ph). Setiap tanaman

memerlukan unsur hara dalam komposisi yang berbeda-beda, tanah tertentu

mempunyai kisaran ph ideal tertentu pula. Nilai ph berkisar antar 0-14, dengan ph

7 disebut sebagai ph netral, sedangkan ph yang kurang dari 7 disebut ph alkalis.

Dengan demikian ph tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0 (Hanafiah, 2007).

Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang

dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukan banyaknya konsentrasi ion

gidrohen didalam tanah. Makin tinggi kadar ion didalam tanah maka semakin

masam tanah tersebut. Didalam tanah selain hidrogen dan ion-ion lain di temukan

pula OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-

tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada OH-, sedangkan pada

Page 36: LAPORAN DDIT

36

tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari pada H+. Bila kandungan H+ sama

dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai PH sama dengan 7

(Hardjowigeno,2007).

Bahan induk tanah mempunyai nilai PH yang berfariasi tergantung jenis

mineral penyusunya dan derajat pelapukanya, sehingga tanah-tanah muda yang

baru terbentuk mempunyai nilai PH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-

tanah berbahan induk batuan kapur karbonat berPH diatas 8, sedangkan yang

bergaram Na dapat menbcapai PH 10. Nilai PH berkisar dari 0-14 dengan PH 7

disebut netral, PH yang kurang dari 7 disebut masam dab PH lebih dari 7 disebut

alkalis (Utami dan Handayani,2003).

Pengikatan kation K+yang dibuat oleh permukaan koloid tanah ,

menyebabkan hidrolisis kation menjadi terbatas. Pada kejenuhan Na minimal 15%

setelah menyebabkan terjadinya hidrolisis yang menyebabkan ph hingga 10.

Tanah –tanah yang ber ph 8-10 terutama dikontrol oleh hidrolisis basa kecuali jika

kadar Na nya >15%. Kondisi ini akan tetap bertahan pada tanah-tanah dengan

rezim kelembaban aradik, tetapi pada tanah-tanah yang berkelembaban udik,

karbonat yang menjadi kunci reaksi tanah alkalis menjadi terlindi oleh aliran air

drainase tanah (Kartasapoetra,2002).

Pada umunya ph tanah dapat menentukan unsur hara diserap akar tanaman

pada ph tanah sekitar netral, karena pada ph tersebut kebabnyakan unsur hara

mudah larut dalam air. Pada tanah rawa ph tanah yang terlalu rendahmenunjukan

kandungan sulfat tinggi yang merupakan racun bagi tanaman. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ph tanah terutama di daerah industri antara lain adalah sulfur yang

merupakan hasil simpangan dari industri gas yang jika bereaksi dengan air akan

menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit (Munir, 1996).

Page 37: LAPORAN DDIT

37

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 7 Juni 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kocok,

pengaduk gelas, timbangan, Ph meter, aquadest, 0,1N KCL,0,1NH2SO4+, dan

contoh tanah kering.

3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja yng dapat dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Ditimbang contoh tanah 10 gram, dimasukan kedalam botol kocok.

2. Ditambahkan aquadest 20 ml untuk ph H2O atau 20 ml , 0,1N KCL untuk

ph KCL.

Page 38: LAPORAN DDIT

38

3. Diadukdengan pengaduk gelas sehingga tanah betul-betul larut selama 10

menit. Diamkan selama 15 menit.

4. Diukur ph tanah drngan ph meter.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hassil pengamatan

Tabel 8 hasil pengamatan kemasaman tanah.

Jenis tanah H2O KCL Muatan tanah

Vertisol 7,65 6,64 -1,01

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah di lakukan didapatkan muatan tanah sebesar -

1,01, dengan muatan negatif yang menunjukan bahwa ph dapat memegang

kation-kation dalam tanah yang di butuhkan oleh tanaman dengan ph tanah aktual

sebesar 7,65 dan ph tanah potensial sebesar 5,31, dengan muatan tanah -1,01.

Page 39: LAPORAN DDIT

39

Pada ph optimum atau ph mendekati 7,0 ketersediaan unsur hara tanah bagi

tanaman banyak karena ph ini semua unsur hara makro tersedia secara

maksimum atau tersedia dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro

tidak tersedia atau tidak maksimum kecuali Mo, sehingga pada ph ini menjadi

tertekan. Sedangkan pada ph dibawah 6,0 dapat mengalami terjadinya defisiensi

unsur hara P,Ca,dan Mg dan akan mengalami toksisitas unsur hara Fe,

Mn,Cu,dan Zn, sedangkan pada kondisi ph diatas 7 dapat mengalami defisiensi

unsur hara Fe, B,P,Mn,Cu,Ca dan Mg, sehingga dapat menyebabkan keracunana

bagi tanaman.

Pada ph aktual tanah mampu melakukan aktivitas untuk melepaskan ion

hidrogen akibat penambahan senyawa kalium pada larutan tanah dan hidrogen

tidak mampu diikat oleh tanah sehingga H digantikan oleh K+. Sedangkan pada

ph potensialnya terjadi kemasaman tanah yang mengalami keberlanjutan melalui

penyerapan kaloid yang mudah mengalami pertukaran.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanah denph optimum 7,0 memiliki ketersediaan unsur hara makro dalam

jumlah yang maksimum bagi tanaman.

2. Tanah dengan ph diatas 7,0 dapat mengalami defisiensi unsur hara yang

menyebabkan tanaman mengalami keracunan.

Page 40: LAPORAN DDIT

40

3. Tanah yang bermuatan negatif tergolong kedalam tanah yang subur karena

mempunyai unsur hara makro yang cukup bagi tanaman.

4. pH tanah dengan muatan yang positif memiliki kemampuan untuk

mengikat senyawa kation yang dibutuhkan bagi tanaman bersifat lemah.

5. pH dengan muatan yang negatif menunjukan bahwa pada pH dengan

muatan ini mampu mengikat senyawa kation yang di butuhkan bagi

tanaman.

5.2 Saran

Saran –saran yang dapat diberikan adalah

1. Untuk praktikan, sebelum melakukan praktikum praktikan diharapkan

sudah memahami atau menguasai meteri.

2. Dibutuhkan ketelitian dalam praktikan agar mendapatkan hasil yang

maksimal.

ACARA V. KONSISTENSI TANAH

Page 41: LAPORAN DDIT

41

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan

ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang

menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi

(tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.

Page 42: LAPORAN DDIT

42

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah,

lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah

pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi

lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah

sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi

tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menetapkan batas cait

tanah (BC), menetapkan batas lekat tanah (BL), menetapkan batas gulung tanah

(BG), menetapkan batas berubah warna (BBW), dan menetapkan jangka olah

tanah (JO).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi

butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan

tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah

bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,

pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah

Page 43: LAPORAN DDIT

43

yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada

alat pengolah tanah (Hanafiah,2007).

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:

basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi

tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).

Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air

tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan

konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara (Hardjowigeno,2004).

Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat

plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan

sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan

ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat.Pada kondisi

lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan

tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat

gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah

gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh

berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.Pada kondisi kering, konsistensi tanah

dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam

rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat

keras, dan ekstrim keras (Anonymous,2002).

Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan

dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur,

maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak

untuk kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan

tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau

keras untuk kondisi kering (Bowles. 2007).

Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu

kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah

tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar

Page 44: LAPORAN DDIT

44

membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut,

(sarief.1989).

BAB.III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at I4 Juni 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

Page 45: LAPORAN DDIT

45

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah satu set alat casagrande,

cawan penguap diameter 12 cm, botol pemancar,4 buah timbangan,timbangan

analitik, gelas beaker 500 ml, oven,eksikator, kertas grafik semilong.

3.2.2 Bahan

contoh tanah kering udara 0,42 mm (0,5 ml).

3.3 Prosedur Kerja

A. Batas Cair Tanah (BC).

1. Disiapkan 100 gram contoh tanah, dimasukan didalam gelas beaker 500

ml di berikan air secukupnya dan di aduk merata sampai membentuk

pasta yang homogen.

2. Dipindahkan sebagian pasta tanah dalam cawan casagrende dan diratakan

hingga ketebalan 1 cm.

3. Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi dua bagian

menggunakan pengalur, pembelahan dimulai dari sisi atas cawan.

4. Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua

putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm.

5. Dicatat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaan (butir 4),

kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk

ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetrik menggunakan oven pada

suhu 1050C selama 4-8 jam.

6. Penetapan kadar lengas tanah tersebut dilakukan pada jumlah ketukan

antara 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1.27 cm.

B. Batas lekat tanah (BL)

1. Disiapkan contoh tanah 100 gram, dimasukan didalam gelas beaker.

Basahi dan aduk hingga merata dengan spatula atau pengaduk.

2. Diberikan air suling dan pengadukan terus dilakukan agar terbentuk pasta

yang homogen.

Page 46: LAPORAN DDIT

46

3. Diambil pasta tanah tersebut dab gumpalkan pada tangan kemudian

tusukkan spatula / pengaduk yang telah disediakan.

4. Diperiksa permukaan pengaduk.

5. Diambil contoh tanah tersebut untuk di tetapkan kadar lengasnya

menggunakan oven pada suhu 105-1100C.

C. Batas agaulung (BL)

1. Disiapkan contoh tanah 100 gram, dimasukan kedalam gelas beaker,

ditambahkan air suling sambil diaduk hingga merata.

2. Bola tanah diuli atau di gulung diatas bidang permukaan rata.

3. Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi kriteria tersebut untuk

menetapkan kadar lengasnya dengan oven pada suhu 105-1100C.

D. Batas Berubah Warna

1. Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan tanah

menggunakan pengaduk/colet.

2. Disiapkan tempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan kering

anginkan.

3. Setelah perubahan warna mencapai lebar > 0,5 cm, bagian yang

berubah warna diambil bersama-sama dengan bagian yang ada

disampingnya dengan bgian yang lebih gelap selebar 0,5 cm untuk di

tetapkan kadar lengasnya sebagai BBW.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel 9. Hasil pengamatan konsistensi tanah

Jenis tanah BC BL BG BBW JO

Page 47: LAPORAN DDIT

47

Vertisol 1,52 25% 65% 26% 23,5

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini diperoleh konsistensi tanah dengan batas cair sebesar

1,52,batas lekat 25% batas gulung 65%, batas berubah warna 26%, dan jangkah

olah sebesar 23,5.

Dengan menggunakan tanah entisol dapat ditentukan batas cair, batas lekat,

batas gulung, batas berubah warna, dan jangka olahnya.pada batas cair dapat

ditentukan melalui kecepatan putaran yaitu berapa banyak ketukan yang

dihasilkan untuk mengetahui batas cair tanah, dengan jumlah (n) ketukan

sebanyak 28 kali ketukan. Batas cair tanah merupakan jumlah air terbanyak yang

dapat ditahan oleh tanah, yang dihasilkan dari tanah vertisol yang memiliki batas

cair dan didominasi oleh tanah pasiran dan sangat sulit untuk menahan air.

Batas ketukan tanah merupakan kadar air tanah dimana tanah tidak dapat

melekat pada benda lain karena pada tanah vertisol tidak mengandung fraksi pasir

dan mudah melekat dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melekat .

kadar lengas tanah yang baik dan tanah lebih mudah diolah pada kondisi kadar

lengas tanah yang tidak lebih dari 100% dan tidak kurang dari 50%, sehingga

tanah mudah untuk diolah dan tidak akan merusak tanah dalam jangka waktu yang

panjang, dan pada kondisi kadar lengas dibawah 100% pertumbuhan tanaman

menjadi lebih baik karena tanah tidak mengalami kejenuhan. Apabila kadar lengas

tanahnya lebih dari 100% atau diatas 100 maka pertumbuhan tanaman tidak baik

karena kadar lengas tahanya sudah mengalami kejenuhan.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 48: LAPORAN DDIT

48

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditari kesimpulan

sebagai berikut:

1. Batas cair adalah batas dengan jumlah air terbanyak yang dapat di tahan

oleh tanah.

2. Kadar lengas tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman adalah tidak

boleh lebih besar dari 100 % dan tidak boleh lebih rendah dari 50%.

3. Tanah yang memiliki kadar lengas diatas 100 % memiliki kadar lengas

tanah yang sudah mengalami kejenuhan.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat di berikan yaitu pada praktikum selanjutnya

bahan-bahan yang di sediakan pada praktikan lebih banyak terutama tanah,

agar praktikan bisa terlaksana dengan lancar.

Page 49: LAPORAN DDIT

49

ACARA VI. PROFIL TANAH

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Page 50: LAPORAN DDIT

50

Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang,

lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of

characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat

bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan

menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna

untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya

tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.

Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk

penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral dan

bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan

makanan, air udara bagi tumbuhan.

1.2 Tujuan praktikum

Tujuan praktikum Profil Tanah ini adalah untuk mengetahui atau mengenal

suatu jenis tanah, dan untuk mengamati horizon-horizon tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 51: LAPORAN DDIT

51

Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuinduk tanah.

Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb:

O ± A ± E ± B - C ± R. Solum Tanah terdiri dari: O ± A ± E ± B LapisanTanah

Atas meliputi: O ± A Lapisan Tanah Bawah : E ± B (Bowles. 2007).

Tanah adalah suatu benda berbentuk tiga dimensi, tersusun dari masa padat,cair dan gas yang

terdapat di permukaan bumi, berasal dari hasil pelapukan batuandan atau dekomposisi bahan

organik.Tanah merupakan satu rantai di antara sistem tubuh alam yangkeberadaannya tidak

dengan sendirinya, proses pembentukan dan keberadaannyasangat dipengaruhi oleh faktor

alam yang lain, seperti bahan induk, iklim, topografiatau relief, vegetasi atau

organisme, manusia dan waktu.Tanah terjadi dari hasil pelapukan batuan (Hanafiah,2007).

Tanah juga merupakan bagian dari kerak bumi. Batuan lapuk karena berbagai

sebab,diantaranya karena perubahan suhu yang naik turun secara berulang. Selain itu,tanah juga

terjadi dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati. Lapisantanah paling atas disebut

humus atau bunga tanah. Bagian tersebut merupakanhasil pelapukan dari sisa-sisa makhluk

hidup, mungkin lapukan dari daun-daunan,sampah, atau bangkai hewan. Lapisan humus bersifat

gembur dan subur. Lapisantanah di bawahnya berwarna lebih terang dan butirannya lebih berat

dan keras.Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara tanah disuatu

tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan sifatkimia. Beberapa sifat

fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengastanah. Untuk sifat kimia menunjukkan

sifat yang dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah

tersebut (sarief. 1989).

Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk tua,terdiri dari bentonit

yang bercampur dengan batupasir atau bahan volkan tua. Bahaninduk kaya kalsium dan

magnesium. Pencucian kurang intensif sehingga kejenuhanbasa relatif tinggi. Mineral

mudah lapuk sedikit, dan susunan mineral fraksi liatadalah campuran monmorilonit,

kaolinit dan bahan amorf atau campuran dua yangterakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol

bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggitelah menghasilkan struktur gumpal bersudut

sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung Al-dd dan kejenuhan Al

Page 52: LAPORAN DDIT

52

yang tinggi, sehingga perlupengapuran. Disamping itu, pemupukan hara makro (kecuali Ca dan

Mg) dan bahanorganik sangat diperlukan (Anonymous,2002).

Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri, dan

pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.

Yang termasuk faktor sekeliling antara lain yaitu vegetasi, kedalaman air tanah,

topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi,

salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya.Untuk mengenal suatu jenis tanah,

dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang akan diamati

ciri- cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu masih alami,

vertikal dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara

langsung (Munir, 1996).

BAB.III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Page 53: LAPORAN DDIT

53

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum,at 22 Juni 2013 di Laboratorium

Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bor tanah, abney level

(clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku,

botol semprot, kertas label, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, Kantong

Plastik, Spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian

profil.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan H2O2 3%,

larutan HCL 10%, larutan αα-dipridil dalam 1N NH4Oac neteral, akuades dan

lahan pengamatan.

3.3 Prosedur Kerja

1. Tempat pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran

(boring) ditempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter

pada 2 atau 3 tempat berjarak 1meter, yang berguna supaya tercapai

keseragaman.

2. Lubang yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah

dengan

ukuran panjang 2m, lebar 1,5m. Didepan bidang pengamatan profil

dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamatan.

3. Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari

lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison atau lapisan tanah

dapt ditentukan dengan melihat pebedaan warna atau menusuk-nusuk

piasu ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk meraskan perbedaan

kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan horison-horison dan

penncatatan pada daftar isian profil.

Page 54: LAPORAN DDIT

54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 55: LAPORAN DDIT

55

4.1 Hasil Pengatan

Tabel 10 Hasil pengamatan profil tanah

.Horiz

on

Kedalaman

Horizon

WarnaTekstu

r

Struktur Konsistensi

basah keringkelekat

anTipe uku

ranb as

ahlem bab

ker ing

I 22 10YR3/2

10YR2/1

Strong Platy vf P

II 9 7,5YR4/1

10YR2/2

struktureles

Platy f P

III 10 2,5YR4/6

10YR3/1

Strong Bloo ky m Vp

IV 17 10YR5/4

10YR3/2

struktureles

granuler m P

V 6 7,5YR4/4

10YR2/1

Strukturless

Granular

f P

VI 8 10YR7/4

10YR3/2

Strukturless

Granular

vf P

4.2 Pembahasan

Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka apabila kita perhatikan dengan

teliti pada masiing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah

yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan

pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedangkan di

tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi lapisan bawah

berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah,

dari lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut

terbentuk karena dua hal, yaitu dengan adanya pengendapan berulang-ulang oleh

genangan air dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-

horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah.

Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut

profil.

Praktikum pengamatan profil tanah ini bertempat di kebun percobaan

Narmada Kabupaten Lombok Barat. Hasil dari pembuatan profil tanah pada

Page 56: LAPORAN DDIT

56

praktikum tanah tersebut dapat dimasukkan kedalam ordo inceptisol, sub ordo

udep,sub group dystrudeis,group typic dystru decp.

Pada praktikum ini digunakan larutan HCL yang bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat

kandungan kapur didalam tanah, sementara larutan H2O2 digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya kandungan bahan organik pada tanah, jika tanah berbuih

berarti terdapat kandungan bahan organik di dalam tanah.

BAB V. PENUTUP

Page 57: LAPORAN DDIT

57

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum Pengamatan

Profil Tanah yaitu :

1. Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan atas hingg

bebatuan induk tanah.

2. Sifat-sifat yang di amati dalam praktikum ini adalah warna tanah,tekstur

tanah,struktur tanah,dan konsistensi tanah.

5.2.Saran

Diharapkan pada para praktikum agar lebih memperhatikan praktikum yang

telah berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 58: LAPORAN DDIT

58

Anonim. 2012. http//scribd.com /warna Tanah. Diakses tanggal 27 mei 2012.

Anonymous .2007. kadar Lengas Tanah. Http.// www Misoury university. Com

Bowles Joseph.E. 2007. Rekayasa Mekanik Tanah. Jakarta . Erlangga

Fort.H.D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Hanafiah, kemas.Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo

petsado,Jakarta.

Handayani, S. 2009. Panduan praktikum dan bahan-bahan Asistensi Dasar-Dasar

Ilmu Tanah. Fakultas Pernaian Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado, Jakarta.

Hardjowigeno. Sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado, Jakarta.

2006. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.

2007. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.

Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.

Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo petsado,Jakarta.

Hardjowigeno. Sarwono. 2003. Klasifikasi Tanah pedogenesis. Presindo. Jakarta.

Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.

Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.

Page 59: LAPORAN DDIT

59

Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : raja Grafindo persada.

Hardjowigeno . S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta : Rineka cipta.

Karta sapoetro dan mulyani. 2007. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka cipta. Jakarta

Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta. Rineka Cipta.

Karta sapoetro dan mulyani. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka cipta. Jakarta.

Lal. 1979. Pengantar Ilmu Tanah. B ineka cipta. Jakarta.

Munir . M.1996. Tanah-tanah utama. Jakarta :Dunia Pustaka Jaya.

Notohadipranoto. R,M. Asas-asas Pedologi. Departemen ilmu tanah Fakulta

Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Notohadipranoto. R,M. Asas-asas Pedologi. Departemen ilmu tanah Fakultas

Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sarief .S.2000. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung. pustaka Buana.

Sarief .S.2000. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung. pustaka Buana.

Tan. K.H.1991.Dasar-Dasar Kimia Tanah. Alih Bahasa oleh Ir.didiek Hadjan

Goenadi. Gadjah Mada Universitas press. Yogyakarta.

Utami. S.N dan Handayani.S. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian

organik. Yogyakarta . Gadjah Mada university press.

Walkers. J.P. and paul.2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan kualitas

tanah. Cahaya Media. Yogyakarta.