laporan dda kelompokku
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kacang panjang berasal dari India dan Afrika Tengah. Kemudian
penanamanya menyebar ke daerah-daerah Asia Tropika hingga Indonesia.
Tanaman kacang-kacangan merupakan tanaman yang berumur pendek dan
pembudidayaannya tidak terlalu sulit. Kacang-kacangan bersifat multiguna,
sehingga memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Dengan
menggunakan teknik budidaya yang secara tepat, akan dapat mengoptimalkan
produksi atau hail panen kacang-kacangan (Fachruddin, 2000).
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan tanaman semak,
menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak,
silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Tanaman ini juga dapat
di jadikan sebagai makanan seperti sayur ataupun lalapan. Terdapat dua jenis
kacang panjang, yakni kacang panjang biasa dan kacang panjang usus. Berikut
morfologinya : (a). Kacang panjang biasa memiliki batang yang sangat panjang
dan membelit.Polongnya berwarana hijau pada saat masih muda dan mejadi agak
putih setelah tua, panjang polong 40 cm. Biji berbentyk bulat panjang agak pipih,
kadang melengkung, berukuran antara 5 mm – 6 mm dan berwarna kuning,
cokelat, hitam, putih atau kuning kemerah-merahan. (b). Kacang panjang usus
memiliki polong lebih dari 80 cm. Polong muda berwarna hijau kuti-putihandam
polong tua berwarna putih kekuningan. Biji berwarna putih atau berbelang-belang
merah. Kultifar yang ada antara lain usus putih, usus hijau subang, usus hijau
1
purwokerto. Optimalisasi dalam pembudidayaan kacang panjang dapat dilakukan
denga memperhatikan dan memenuhi kondisi serta persyaratan yang dilakukan
oleh tanman kacang panjang tersebut (Fachruddin, 2000).
Pada umumnya di Indonesia, komoditas tanaman hortikultura seperti kacang
panjang (Vigna sinensis) merupakan komoditas yang dinilai baik bagi para petani
untuk dibudidayakan karena menjadi komoditas yang banyak tersebar di berbagai
wilayah. Kacang panjang termasuk dalam kelas Angiospermae, ordo Rosale,
family Legoiminoceae dan spesies Vigna sinensis merupakan komoditas tanaman
semusim yang berumur sekitar 4 bulan dan memiliki banyak jenis varietas,
diantaranya adalah varietas yang dianjurkan untuk dataran rendah ada dua macam
dan keduanya bertipe merambat, yaitu varietas kacang panjang 1 (KP 1) atau No.
1019. Varietas ini berasal dari Bekasi dan cocok ditanam hingga ketinggian 500 m
dpl dan varietas kacang panjang 2 (KP 2) atau No. 1018. Varietas ini berasal dari
Bogor yang cocok ditanam pada daerah dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.
Jenis kacang panjang merupakan salah satu komoditas tanaman yang
memiliki banyak kegunaan, selain itu dapat dikonsumsi sebagai sayuran segar,
lalapan dan obat-obatan. Akan tetapi dalam produksinya, kacang panjang masih
memiliki kulitas dan kuantitas yang rendah. Olehnya dibutuhkan pengetahuan
yang luas serta tindakan budidaya yang tepat agar hasil yang didapatkan sesuai
dengan apa yang diinginkan
(Anonim, 2007).
2
Produksi rata-ratanya kacang panjang 6,2 ton/ha polong muda atau 0,4
ton/ha biji kering. Kacang panjang untuk sayur dipanen pada umur 58-80 hari
sesudah tanam dengan tingkat produksi 5,9 ton/ha. Bila panen dalam bentuk biji
kering hasilnya sekitar 0,5 ton/ha. Varietas ini cukup tahan terhadap cendawan
busuk polong dan penggerek polong, tetapi rentan tefiadap virus sapu
(Fachruddin, 2000).
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tekhnik budidaya tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis) yang ditanam. Sedangkan kegunaan dari
praktikum lahan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk kandang
terhadap pertumbuhan tanaman.
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi tanaman kacang panjang yakni : Divisi Spermatophyta, Kelas
Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo Rosales, Famili Legominoceae,
Genus Vigna, Spesies Vigna sinensis (Fachruddin, 2000).
Varietas yang dianjurkan untuk dataran rendah ada 2 macam dan keduanya
bertipe merambat. Kedua varietas tersebut adalah varietas kacang panjang 1
(KP 1) atau No. 1019 dan varietas kacang panjang 2 (KP 2) atau No. 1018
(Rukmana, 1995).
Varietas No. 1019 berasal dari Bekasi dan cocok ditanam hingga ketinggian
500 m dpl. Batangnya berwama hijau muda dan berbentuk persegi enam. Daun
berbentuk delta dengan ujung meruncing tersusun tiga-tiga. Daun berwarna hijau
tua dengan permukaan berbulu halus. Bunga berbentuk kupu-kupu berwama biru
muda. Polongnya gilik, panjang 44-75 cm, wama hijau tua, rasanya agak manis,
dan renyah. Satu tanaman bisa menghasilkan 4-15 polong. Biji bulat panjang agak
gepeng dan bila sudah tua berwama cokelat tua berbelang putih. Tanaman dewasa
tingginya mencapai 2 m lebih. Pada umur 28 hari sudah berbunga dan pada umur
59-79 hari sudah dapat dipanen. Produksi rata-ratanya 6,2 ton/ha polong muda
atau 0,4 ton/ha biji kering. Varietas ini cukup tahan terhadap penggerek polong
dan cendawan busuk perusak polong, namun kurang tahan terhadap serangan
virus sapu (Rukmana, 1995).
4
Varietas No. 1018 berasal dari Bogor yang cocok ditanam pada daerah
dengan ketinggian di bawah 500 m dpl. Batangnya berwama hijau muda dan
bersegi enam. Daun dan bunganya mirip dengan KP 1. Polong gilik, langsing
dengan panjang 35-60 cm , dan berwama hijau. Jumlah polong dalam satu
tanaman dapat mencapai 5-18 buah, lebih banyak dari KP l. Polong yang masih
muda renyah dan agak manis. Biji yang tua berwama cokelat muda. Tanaman
dewasa tingginya mencapai 2 m lebih. Mulai berbunga saat berumur 30 hari.
Kacang panjang untuk sayur dipanen pada umur 58-80 hari sesudah tanam dengan
tingkat produksi 5,9 ton/ha. Bila panen dalam bentuk biji kering hasilnya sekitar
0,5 ton/ha. Varietas ini cukup tahan terhadap cendawan busuk polong dan
penggerek polong, tetapi rentan terhadap virus sapu. Manfaat berbeda dengan
kacang-kacangan umumnya, kacang panjang (Vigna sinensis) lebih sering dipanen
polongnya secara keseluruhan sebagai sayur. Jarang sekali biji kacang panjang tua
dimanfaatkan untuk masakan tertentu. Syarat TumbuhAgar tumbuh dengan baik
kacang panjang membutuhkan tanah yang gembur. Sebaiknya tanah masih kaya
akan bahan organik. Bila tidak, kedka diolah dapat ditambahkan pupuk kandang.
Adaptasinya terhadap lahan masam cukup baik. Nilai pH yang cocok untuk
kacang panjang sekitar 5,5 (Rukmana, 1995).
5
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Iklim
Suhu ideal bagi kacang panjang adalah antara 20-30 derajat C dengan
pencahayaan yang penuh (pada tempat terbuka yang mendapat sinar matahari
penuh). Curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun (Anonim, 2010).
2.2.2. Media Tanam
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi
yang paling baik adalah tanah Latosol (lempung berpasir), subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Kemasaman tanah (pH) sekitar
5,5-6,5 (Anonim, 2010).
2.2.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan
dataran tinggi ± 1500 m dpl, tetapi yang paling baik di dataran rendah. Penanaman
di dataran tinggi, umur panen relatif lama dari waktu tanam, tingkat produksi
maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah.
Ketinggian optimum adalah kurang dari 800 m dpl (Fachruddin, 2000).
2.3. Teknik Budidaya
2.3.1. Pembibitan
Bibit kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut:
Penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat,
tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar
6
antara 15-20 kg. Benih tidak perlu disemaikan secara khusus, tetapi benih
langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. Benih yang baik
berasal dari tanaman yang berkualitas, sebaiknya dipilih benih yang bersertifikat
(Anonim, 2007).
2.3. Pengolahan Media Tanam
Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak sedalam 30
cm hingga tanah menjadi gembur. Buat parit keliling, biarkan tanah dikeringkan
selama 15-30 hari. Setelah 30 hari buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80
cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk
sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan
jarak antara guludan 30-40 cm (Fachruddin, 2000).
Pengapuran dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis
tergantung kemasaman tanah. Berikan kapur pertanian dalam bentuk kalsit,
dolomit, atau zeagro sebanyak 1-2 ton/ha tergantung dari pH awal dan jumlah
Alumunium. Kapur dicampur secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm
(Fachruddin, 2000).
Pada saat pembentukan bedengan atau guludan tambahkan 10-20 ton/ha
pupuk kandang/pupuk organik Super TW Plus, dengan dosis 4-5 ton/ha dicampur
merata dengan tanah sambil dibalikkan (Fachruddin, 2000).
2.3.3. Teknik Penanaman
Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm,
30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu
tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat
7
saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai. Benih dimasukkan ke dalam
lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur
(Anonim, 2010).
2.3.2. Pemeliharaan Tanaman
Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari kemudian. Benih yang tidak
tumbuh segera disulam. Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3
minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan
dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored. Kacang
panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung
batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.
Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan
rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim (Fachruddin, 2000).
2.3.4. Pemupukan
Pemberian pupuk ada dua yaitu, pemberian pupuk dasar dan pemberian
pupuk susulan. Untuk pupuk dasar di anjuyrkan dosis sebagai berikut :Kacang
panjang tipe merambat: Urea 150 kg + TSP 100 kg + 100 kg/ha, kacang panjang
tipe tegak: Urea 22,5 kg + TSP 45 kg + KCl 45 kg/ha, kacang hibrida: 85 kg Urea
+ 310-420 kg TSP + 210 kg KCl/ha. Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang
terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu
tanaman tergantung dari jarak tanam.
8
Pupuk susulan tanaman kacang panjang tipe merambat, diberikan 4 minggu
setelah tanam, pupuk berupa urea 150 kg/ha. Sedangkan pupuk susulan untuk
kacang panjang tipe tegak diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea
85 kg/ha (Fachruddin, 2000).
2.4. Hama
Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman kacang tanah adalah Kutu
daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman
terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman sehingga terjadi penurunan
hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor
virus. Pengendalian hama dilakukan dengan rotasi tanaman, yaitu menanam
tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan insektisida
Furadan 3G atau Carbofuran 80 kg/ha (Fachruddin, 2000).
2.5. Panen
Panen kacang panjang dibedakan dua macam, yaitu panen polong muda dan
polong tua atau biji-bijinya.
a. Panen polong muda
Dilakukan pada jenis kacang panjang lanjaran (tipe merambat) dan kacang
busitao (tipe tegak). Ciri-ciri polong yang siap dipanen adalah ukuran polong telah
maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol
Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen
3,5-4 bulan.
9
b. Panen polong tua
Dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan
kacang uci dan busitao. Ciri-ciri kacang tunggak yang siap panen adalah polong-
polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau
kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi/sore hari
(Fachruddin, 2000).
2.5.1. Cara Panen
Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan
memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Sedangkan untuk kacang pancang
tipe tegak dengan cara mencabut/memotong pangkal batang tanaman setinggi
10-15 cm dari permukaan tanah (Fachruddin, 2000).
2.5.2. Perkiraan Produksi
Produksi polong muda per satuan luas dapat mencapai minimal 2,0 ton/ha,
tergantung varietasnya. Pada varietas KP-I dapat mencapai 6,2 ton/ha dan KP-2
sebesar 2,1 ton/ha. Dan produksi kacang panjang tipe tegak berkisar antara 2,0-5,0
ton biji kering (Fachruddin, 2000).
2.6. Pasca Panen
2.6.1. Pengumpulan
Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat
penampungan, lalu dicuci dan ditiriskan. Untuk polong tua setelah dikumpulkan,
lalu polong dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar air 12-14%
(Fachruddin, 2000).
10
2.6.2. Penyortiran
Memisahkan polong muda yang baik dengan yang rusak. Untuk sasaran
pasar ekspor, kriteria mutu polong muda yaitu ukuran polong minimal 20 cm,
tingkat ketuaan polong tergolong muda, penampakan biji tidak menonjol dan
warna hijau dan segar. Sedangkan untuk polong tua yang sudah kering dipisahkan
dari kulit polong, dan biji dikeringkan sampai 12%-14% kadar airnya
(Fachruddin, 2000).
2.6.3. Penyimpanan
Untuk mempertahankan kesegaran polong, penyimpanan sementara sebelum
dipasarkan sebaiknya di tempat teduh. Penggunaan remukan es/lemari pendingin,
sedangkan polong tua disimpan di dalam kaleng dan diletakkan di tempat yang
kering dan sirkulasi udara baik (Fachruddin, 2000).
2.6.4.Pengemasan dan Pengangkutan
Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg. Ikatan dikemas
dalam karung goni yang berventilasi/dikemas dalam kantong plastik polytelyne.
Alat angkut yang digunakan dapat dengan cara dipikul, menggunakan jasa
kendaraan/alat transportasi lainnya. Untuk polong tua dikemas dalam kaleng yang
ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah sebaiknya dicampur dulu
dengan minyak jagung supaya terhindar dari hama penggerek biji. Hal ini perlu
dilakukan untuk mempertahankan kualitas dari hasil produksi.
11
Penanganan dalam pengemasan kacang panjang dalam bentuk polong tua
adalah sebagai berikut: a). Campurkan biji kacang dengan minyak jagung
(10 cc/kg biji), b). Biji kacang ditempatkan dalam wadah bersih dan ditutup rapat,
dan c). Biji kacang disimpan di ruangan yang kering dan bersih
(Fachruddin, 2000).
12
III. METODE PRAKTEK
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada Praktek Lapangan adalah cangkul, skop garpu,
tali rafia, ember dan alat tulis menulis yang digunakan dalam pengamatan. Bahan
yang digunakan adalah bibit kacang panjang (Vigna sinensis), pupuk kandang.
3.2. Tempat dan Waktu
Praktikum Lapangan Dasar-Dasar Agronomi tentang kacang panjang
(Vigna sinensis) dilaksanakan di Lahan Percobaan Dasar-Dasar Agronomi,
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Pada setiap hari Selasa, mulai dari
tanggal Oktober 2010 sampai dengan 14 Desember 2010, pukul 15.30 WITA
sampai selesai.
3.3. Cara Pelaksanaan
Sebelum melakukan penanaman hal yang pertama kali kami lakukan adalah
membersihkan lahan dari rerumputan, setelah lahan bersih lalu kami membuat
bedeng dimana bedeng tersebut dibagi menjadi 2 yang masing-masing berukuran
3 x 15 m. Bedeng pertama diberi perlakuan pupuk kandang (ayam) dan bedeng
yang yang kedua tidak diberikan perlakuan apa-apa. Kemudian dibiarkan selama
beberapa hari agar tanahnya tidak terlalu panas setelah diberikan pupuk. Setelah 2
minggu kemudia dilakukanlah penanaman, tetapi sebelum ditanam benih harus
direndam dulu selama 5 jam kemudian ditanam dengan jarak tanam 15 x 40 cm
dan kedalaman tanam 4 cm, dengan memasukan 3 butir benih kadalam tiap
lubang, kemudian ditutup kembali tanpa dipadatkan.
13
Dengan kondisi lahan yang kering penyiraman dilakukan setiap hari jika
tidak hujan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut tanaman
pengganggu tersebut (pengendalian secara mekanik). Minggu kedua setelah tanam
kami mulai memasang ajir dengan menggunakan sepotong kayu ataupun sebilah
bambu. Hal ini, dilakukan sebagi tempat merambatnya tanaman kacang panjang
nantinya.
Sementara itu, untuk pengendalian hama sendiri dilakukan secara mekanik,
yaitu dengan cara merontokan hama yang menempel pada dedaunan dan batang
yang terserang. Hama yang menyerang tanaman kacang panjang tersebut berupa
Belalang, Kumbang helm, dan Kutu daun.
Selama penanaman kami melakukan pengamatan terhadap plot yang telah
ditentukan, dalam pengamatan tersebut kami mengamati tinggi batang, diameter
batang, jumlah daun, dan setelah panen kami mengamati jumlah polong per
tanaman, dan jumlah biji per polong.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut :
4.1.1. Hasil pengamatan sampel tanaman tanpa perlakuan pupuk kandang.
Tabel 1. Pengamatan Sampel A pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk
No. Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 10 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 19,5 0,3 3
3 Selasa ,16 November 2010 25 0,3 15
4 Selasa, 23 November 2010 30 0,3 23
5 Selasa ,30 November 2010 36 0,3 21
6 Selasa, 7 Desember 2010 36,3 0,3 26
7 Selasa , 14 Desember 2010 40,2 0,3 30
15
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0
20
40
60
80
100
120
140
Tinggi Tanaman ( cm )Diameter Batang ( cm )Jumlah Daun (Helai)
Gambar 1. Grafik Pengamatan Sampel A pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk.
Tabel 2. Pengamatan sampel B pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk.
No. Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 10 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 23 0,3 9
3 Selasa ,16 November 2010 58 0,3 22
4 Selasa, 23 November 2010 61 0,3 26
5 Selasa ,30 November 2010 64 0,3 28
6 Selasa, 7 Desember 2010 68 0,3 26
7 Selasa , 14 Desember 2010 68 0,3 34
16
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0
20
40
60
80
100
120
Tinggi Tanaman (cm)Diameter Batang (cm)Jumlah daun (Helai)
Gambar 2. Grafik Pengamatan Sampel B pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk.
Tabel 3. Pengamatan sampel C pada tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk.
No. Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 6 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 13 0,3 7
3 Selasa ,16 November 2010 14 0,3 19
4 Selasa, 23 November 2010 16 0,3 25
5 Selasa ,30 November 2010 17 0,3 20
6 Selasa, 7 Desember 2010 18 0,3 24
7 Selasa , 14 Desember 2010 19 0,3 27
17
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tinggi Tanaman (cm)Diameter Batang (cm)Jumlah Daun (Helai)
Gambar 3. Grafik Pengamatan Sampel C pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Tanpa Perlakuan Pupuk.
Table 4. Nilai rata-rata dari hasil pengamatan sampel tanaman kacang panjang yang (vigna sinensis) tanpa perlakuan pupuk.
No. Hari/Tanggal
Rata-rata Tinggi
Tanaman (cm)
Rata-rata Diameter Batang
(cm)
Rata-rata Jumlah Daun
(Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 8,7 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 18,5 0,3 6,3
3 Selasa ,16 November 2010 32,3 0,3 18,7
4 Selasa, 23 November 2010 35,7 0,3 24,5
5 Selasa ,30 November 2010 39 0,3 23
6 Selasa, 7 Desember 2010 40,8 0,3 25,3
7 Selasa , 14 Desember 2010 42,4 0,3 30,3
18
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
05
1015202530354045
Tinggi tanaman (cm)Diameter batang (cm)Jumlah daun (Helai)
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata dari hasil pengamatan sampel tanaman kacang panjang yang (vigna sinensis) dengan perlakuan tanpa pupuk kandang.
4.1.2. Hasil pengamatan sampel tanaman dengan perlakuan pupuk kandang.
Tabel 5. Pengamatan Sampel A pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
No. Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 7 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 20 0,3 8
3 Selasa ,16 November 2010 24 0,3 11
4 Selasa, 23 November 2010 28 0,3 17
5 Selasa ,30 November 2010 30 0,3 23
6 Selasa, 7 Desember 2010 31 0,3 19
7 Selasa , 14 Desember 2010 36,5 0,3 21
19
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Tinggi Tanaman (cm)Diameter Batang(cm)Jumlah Daun(Helai)
Gambar 5. Grafik Pengamatan Sampel A pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
Tabel 6. Pengamatan Sampel B pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
No. Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 11 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 23,3 0,3 8
3 Selasa ,16 November 2010 40 0,3 19
4 Selasa, 23 November 2010 53 0,3 23
5 Selasa ,30 November 2010 50 0,3 21
6 Selasa, 7 Desember 2010 55 0,3 24
7 Selasa , 14 Desember 2010 50,1 0,3 26
20
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0
20
40
60
80
100
120
Tinggi Tanaman(cm)Diameter Batang(cm)Jumlah Daun( Helai)
Gambar 6. Grafik Pengamatan Sampel B pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
Tabel 7. Pengamatan Sampel C pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
No Hari/TanggalTinggi
Tanaman (cm)
Diameter Batang
(cm)
Jumlah Daun (Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 10 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 24,5 0,3 4
3 Selasa ,16 November 2010 26 0,3 18
4 Selasa, 23 November 2010 31 0,3 22
5 Selasa ,30 November 2010 35 0,3 19
6 Selasa, 7 Desember 2010 41,5 0,3 23
7 Selasa , 14 Desember 2010 44,6 0,3 20
21
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
0102030405060708090
100
Tinggi tanaman (cm)Diameter batang (cm)Jumlah daun (Helai)
Gambar 7. Grafik Pengamatan Sampel C pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) dengan Perlakuan Pupuk Kandang.
Tabel 8. Nilai rata-rata dari hasil pengamatan sampel tanaman kacang panjang yang (vigna sinensis) dengan perlakuan pupuk kandang.
No. Hari/Tanggal
Rata-rata Tinggi
Tanaman (cm)
Rata-rata Diameter Batang
(cm)
Rata-rata Jumlah Daun
(Helai )
1 Selasa, 2 November 2010 8,7 0,3 2
2 Selasa, 9 November 2010 18,5 0,3 6,3
3 Selasa ,16 November 2010 32,3 0,3 18,7
4 Selasa, 23 November 2010 35,7 0,3 24,5
5 Selasa ,30 November 2010 39 0,3 23
6 Selasa, 7 Desember 2010 40,8 0,3 25,3
7 Selasa , 14 Desember 2010 42,4 0,3 30,3
22
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 7
05
1015202530354045
Tinggi tanaman (cm)Diameter batang (cm)Jumlah daun (Helai)
Gambar 8. Grafik nilai rata-rata dari hasil pengamatan sampel tanaman kacang panjang yang (vigna sinensis) dengan perlakuan pupuk kandang.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Sampel tanaman dengan perlakuan tanpa pupuk kandang.
Berdasarkan dari hasil pengamatan di lapangan, Kacang Panjang
(Vigna sinensis) setiap minggu pertumbuhannya tidak stabil. Berdasarkan tabel
pengamatan kami dapati tinggi tanaman A pada hari pertama 10 cm, hari kedua
19,5cm, hari ketiga 25 cm, hari keempat 30 cm, hari kelima 36 cm, hari keenam
36,3 cm, hari ketujuh 40 cm. Diameter batang tanaman A pada hari pertama
sampai dengan hari ke tujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman A pada hari
pertama 2 helai, hari kedua 3 helai, hari ketiga 15 helai, hari keempat 23 helai,
hari ke lima 21 helai, hari ke enam 26 helai, hari ketujuh 30 helai.
Berdasarkan tabel pengamatan kami dapati tinggi tanaman B pada hari
pertama 10 cm, hari kedua 23 cm, hari ketiga 58 cm, hari keempat 61 cm, hari
kelima 64 cm, hari keenam 68 cm, hari ketujuh 68cm. Diameter tanaman B pada
hari pertama sampai hari ketujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman B pada hari
23
pertama 2 helai, hari kedua 9 helai, hari ke tiga 22 helai, hari ke empat 26 helai,
hari ke lima 28 helai, hari keenam 26 helai, hari ke tujuh 34 helai.
Berdasarkan tabel pengamatan di dapati tinggi tanaman C pada hari pertama
6 cm, pada hari kedua 13 cm, hari ketiga 14 cm, hari keempat 16 cm, hari kelima
17 cm, hari keenam 18 cm, hari ketujuh 19 cm. Diameter batang tanaman C pada
hari pertama sampai hari ke tujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman C pada
hari pertama 2 helai, hari kedua 7 helai, hari ketiga 19 helai, hari keempat 25
helai, hari kelima 20 helai, hari keenam 24 helai, hari ketujuh 27 helai.
Berdasarkan tabel nilai rata-rata dari hasil pengamata tanaman kacang
panjang di dapati tinggi rata-rata pada hari pertama 8,7 cm, hari kedua 18,5 cm,
hari ketiga 32,3 cm, hari keempat 35,7 cm, hari kelima 39 cm, hari keenam 40,8
cm hari ketujuh 42,4 cm. Rata-rata diameter batang pada hari pertama sampai hari
ke tujuh adala 0,3 cm. Rata-rata jumlah daun pada hari pertama 2 helai, hari kedua
6,3 helai, hari ketiga18,7 helai, hari keempat 24,5 helai, hari kelima 23 helai, hari
keenam 25,3 helai, hari ketujuh 30,3 helai.
Untuk tinggi tanaman pada pengamatan sampel A tanaman kacang panjang
dengan perlakuan tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh terus mengalami peningkatan. Namun mulai pada minggu kelima
pertumbuhan mulai terhambat , terlihat pada table kenaikan tinggi tumbuhan
hanya berkisar 1 cm dan minggu berikutnya tidak mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan
hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel
tanaman.
24
Pada pengamatan sampel B tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil pada minggu keenem pertumbuhan mulai terhambat , terlihat
pada table kenaikan tinggi tumbuhan hanya berkisar 1 cm dan minggu berikutnya
mengalami peningkatan hanya sekitar 0,5 cm. Hal ini dikarenakan adanya hama
Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan
tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel C tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil pada minggu keenem pertumbuhan mulai terhambat. Hal ini
dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan
hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel
tanaman.
Pada table rata-rata tinggi tanaman meningkat dari minggu pertama sampai
minggu ketujuh terus mengalami peningkatan walaupun selisinya hanya berkisar
2 cm per minggu. Hal ini terjadi mulai dari minggu ketiga setelah tanam.
Berdasarkan pengamatan tanaman kacang panjang ini terserangt hama yang
menjadi salah satu penyebab ketidak setabilan tinggi tanaman dari minggu ke
minggu. Hama yang menyerang adalah belalang (Valanga nigricornis) dan Kutu
daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman
terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman sehingga terjadi penurunan
hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor
25
virus. Selain itu adapula belalang yang bersifat merugikan yang mengurangi
jumlah daun pada tanaman ini (Fachruddin, 2000).
Untuk diameter batang pada pengamatan sampel A, sampel B dan sampel C
tanaman kacang panjang tidak mengalami perubahan ukuran dari minggu pertama
sampai pada akhir pengamatan. hal ini disebabkan karena lingkungan yang kurang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan kacang panjang. Misalnya
iklimnya yang berubah-ubah. Serta curah hujan yang tidak menentu sedangkan
benih yang digunakan tidak resisten terhadap keadaan lingkungan tersebut.
Untuk penanaman kacang panjang sebaiknya di lakukan pada akhir atau
awal musim hujan, penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari,
pemberian air yang cukup kepada tanaman akan memicu pertumbuhan dan
perkembangan yang baik bagi tanaman (Fachruddin, 2000).
Untuk jumlah daun pada pengamatan sampel A tanaman kacang panjang
dengan perlakuan tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil. Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang ,
terlihat pada table jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami
peningkatan hanya berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang
hama , sehingga masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu
daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman
terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel B tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil.
Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table
26
jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya
berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga
masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis
cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat
karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel C tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil.
Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table
jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya
berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga
masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis
cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat
karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada table rata-rata jumlah daun dengan perlakuan tanpa pupuk kandang
pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil. Mulai pada minggu
kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table jumlah daun berkurang
dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya berkisar 5 helai pada
tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga masih dapat berproduksi.
Hal ini dikarenakan adanya hama yang menyerang seperti, belalang (Valanga
nigricornis) dan Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini,
pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman
sehingga terjadi penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan
27
berperan sebagai vektor virus. Selain itu adapula belalang yang bersifat merugikan
yang mengurangi jumlah daun pada tanaman ini (Fachruddin, 2000).
Selain hama ada beberapa hal yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
tidak stabil, yaitu adalah sebagai berikut: Pertama, lingkungan yang tidak
mendukung pada saat pertumbuhan. Karena kami menanam pada awal musim
hujan dan varietas kacang tanah rendah tidak resisten terhadap curah hujan yang
tinggi sedangkan varietas baik resisten terhadap curah hujan yang tinggi
menjadikan pertumbuhan tetap tahan. Kedua, tanah yang kurang sesuai dengan
tempat tumbuhnya kacang panjang, tanah yang kering dan tak subur membuat
tanaman kacang tanah sulit untuk tumbuh dan juga cuaca sekitar yang tak
mendukung (Anonim, 2010).
4.2.2. Sampel tanaman dengan perlakuan pupuk kandang.
Berdasarkan dari hasil pengamatan di lapangan, tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensis) dengan perlakuan pupuk kandang memiliki pertumbuhan yang
tidak stabil. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang yang digunakan belum
terdekomposisi dengan baik sehingga menimbulkan efek negatif yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, Berdasarkan table
pengamatan kami dapati tinggi tanaman A pada hari pertama 7 cm, hari kedua 20
cm, hari ketiga 24 cm, hari keempat 28, hari kelima 30 cm, hari keenam 31 cm,
hari ketujuh 36,5 cm. Diameter batang tanaman A pada hari pertama sampai hari
ketujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman A pada hari pertama 2 helai, hari
kedua 8 helai, hari ketiga 11 helai, hari keempat 17 helai, hari kelima 23 helai,
hari keenam 19 helai, hari ketujuh 21 helai.
28
Berdasarkan table pengamatan kami dapati tinggi tanaman B pada hari
pertama 11 cm, hari kedua 23,3 cm, hari ketiga 40 cm, hari keempat 53 cm, hari
kelima 50 cm, hari keenam 55 cm, hari ketujuh 50,1 cm. Diameter tanaman B
pada hari pertama sampai hari ke tujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman B
pada hari pertama 2 helai, hari kedua 8 helai, hari ketiga 19 helai, hari keempat 23
helai, hari kelima 21 helai, hari keenam 24 helai, hari ketujuh 26 helai.
Berdasarkan tabel pengamatan tinggi tanaman C pada hari pertama 10 cm,
hari kedua 24,5 cm, hari ketiga 26 cm, hari keempat 31 cm, hari kelima 35 cm,
hari keenam 41,5 cm, hari ketujuh 44,6 cm. Diameter batang tanaman C pada hari
pertama sampai hari ketujuh adalah 0,3 cm. Jumlah daun tanaman C pada hari
pertama 2 helai, hari kedua 4 cm, hari ketiga 18 helai, hari keempat 22 helai, hari
kelima 19 helai, hari keenam 23 helai, hari ketujuh 20 helai.
Nilai rata-rata dari hasil pengamatn sample tanaman kacang panjang
(Vigna sinensis) di dapati tinggi rata-rata pada hari pertama 8,7 cm, hari kedua
18,5 cm, hari ketiga 23,3 cm, hari keempat 35,7 cm, hari kelima 39 cm, hari
keenam 40,8 cm, hari ketujuh 42,4 cm. Rata-rata diameter batang pada hari
pertama sampai dengan hari ke tujuh adalah 0,3 cm. Rata-rata jumlah daun pada
hari pertama 2 helai, hari kedua 6,3 helai, hari ketiga 18,7 helai, hari keempat
24,5 helai hari kelima 23 helai, hari keenam 25,3 helai, dan hari ketujuh 30,3
helai.
Untuk tinggi tanaman pada pengamatan sampel A tanaman kacang panjang
dengan perlakuan tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh terus mengalami peningkatan. Namun mulai pada minggu kelima
29
pertumbuhan mulai terhambat , terlihat pada table kenaikan tinggi tumbuhan
hanya berkisar 1 cm dan minggu berikutnya tidak mengalami peningkatan. Hal ini
dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan
hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel
tanaman.
Pada pengamatan sampel B tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil pada minggu keenem pertumbuhan mulai terhambat , terlihat
pada table kenaikan tinggi tumbuhan hanya berkisar 1 cm dan minggu berikutnya
mengalami peningkatan hanya sekitar 0,5 cm. Hal ini dikarenakan adanya hama
Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan
tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel C tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil pada minggu keenem pertumbuhan mulai terhambat. Hal ini
dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan
hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel
tanaman.
Pada table rata-rata tinggi tanaman meningkat dari minggu pertama sampai
minggu ketujuh terus mengalami peningkatan walaupun selisinya hanya berkisar
2 cm per minggu. Hal ini terjadi mulai dari minggu ketiga setelah tanam.
Berdasarkan pengamatan tanaman kacang panjang ini terserangt hama yang
menjadi salah satu penyebab ketidak setabilan tinggi tanaman dari minggu ke
30
minggu. Hama yang menyerang adalah belalang (Valanga nigricornis) dan Kutu
daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman
terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman sehingga terjadi penurunan
hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor
virus. Selain itu adapula belalang yang bersifat merugikan yang mengurangi
jumlah daun pada tanaman ini (Fachruddin, 2000).
Untuk diameter batang pada pengamatan sampel A, sampel B dan sampel C
tanaman kacang panjang tidak mengalami perubahan ukuran dari minggu pertama
sampai pada akhir pengamatan. hal ini disebabkan karena lingkungan yang kurang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan kacang panjang. Misalnya
iklimnya yang berubah-ubah. Serta curah hujan yang tidak menentu sedangkan
benih yang digunakan tidak resisten terhadap keadaan lingkungan tersebut.
Untuk penanaman kacang panjang sebaiknya di lakukan pada akhir atau
awal musim hujan, penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari,
pemberian air yang cukup kepada tanaman akan memicu pertumbuhan dan
perkembangan yang baik bagi tanaman (Fachruddin, 2000).
Untuk jumlah daun pada pengamatan sampel A tanaman kacang panjang
dengan perlakuan tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu
ketujuh tidak stabil. Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang ,
terlihat pada table jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami
peningkatan hanya berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang
hama , sehingga masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu
31
daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman
terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel B tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil.
Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table
jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya
berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga
masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis
cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat
karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada pengamatan sampel C tanaman kacang panjang dengan perlakuan
tanpa pupuk kandang pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil.
Mulai pada minggu kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table
jumlah daun berkurang dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya
berkisar 2 helai pada tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga
masih dapat berproduksi. Hal ini dikarenakan adanya hama Kutu daun (Aphis
cracivora Koch). Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat
karena hama mengisap cairan sel tanaman.
Pada table rata-rata jumlah daun dengan perlakuan tanpa pupuk kandang
pada minggu pertama sampai minggu ketujuh tidak stabil. Mulai pada minggu
kelima jumlah daun mulai berkurang , terlihat pada table jumlah daun berkurang
dan minggu berikutnya mengalami peningkatan hanya berkisar 4 helai pada
tanaman yang pucuknya tidak terserang hama , sehingga masih dapat berproduksi.
32
Hal ini dikarenakan adanya hama yang menyerang seperti, belalang (Valanga
nigricornis) dan Kutu daun (Aphis cracivora Koch). Akibat serangan hama ini,
pertumbuhan tanaman terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman
sehingga terjadi penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan
berperan sebagai vektor virus. Selain itu adapula belalang yang bersifat merugikan
yang mengurangi jumlah daun pada tanaman ini (Fachruddin, 2000).
Selain hama ada beberapa hal yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
tidak stabil, yaitu adalah sebagai berikut: Pertama, lingkungan yang tidak
mendukung pada saat pertumbuhan. Karena kami menanam pada awal musim
hujan dan varietas kacang tanah rendah tidak resisten terhadap curah hujan yang
tinggi sedangkan varietas baik resisten terhadap curah hujan yang tinggi
menjadikan pertumbuhan tetap tahan. Kedua, tanah yang kurang sesuai dengan
tempat tumbuhnya kacang panjang, tanah yang kering dan tak subur membuat
tanaman kacang tanah sulit untuk tumbuh dan juga cuaca sekitar yang tak
mendukung (Anonim, 2010).
Hal ini dapat di lihat dalam table pengamatan tinggi tanaman bervariasi
begitu pula jumlah daunnya. Pada perlakuan ini pertumbuhannya kurang baik,
Hal ini disebabkan karena pupuk kandang yang digunakan belum terdekomposisi
dengan baik sehingga menimbulkan efek negatif yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi
yang paling baik adalah tanah Latosol (lempung berpasir), subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Selain itu, proses penyiraman
33
pun sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman ini, karena air merupakan
factor penting dalam pertumbuhan tanaman. Sementara untuk pupuk
perbandingan yang bagus yang dapat dilihat dari praktikum ini adalah bahwa
perbandingan yang bagus yaitu perbandingan yang seimbang.
Dalam praktek ini pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sebagai
pupuk dasar, Dosis yang digunakan untuk masing-masing pupuk tesebut adalah
Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum menanam benih kacang panjang
yaitu setelah pembukaan lahan pada tanggal 26 Oktober 2010. Dosis pupuk
kandang yang digunakan dalam praktek ini adalah 50 kg. Jadi pupuk kandang
yang digunakan dalam bedengan yang kedua sedangkan bedengan pertama tidak
diberi pupuk.
Penempatan pupuk dalam tanah dapat mempengaruhi perkecambahan benih,
pertumbuhan tanaman, dan efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman. Pemberian
pupuk secara local pada sisi dan bawah benih dengan jarak dan kedalaman
tertentumerupakan cara yang paling efisien dari pada diberikan dengan cara
disebar atau di campurkan. Perlu dijaga agar pupuk yang diberikan tidak kontak
langsung dengan benih karena dapat mengakibatkan kerusakan benih dan
menghambat perkecambahan. Pemberian pupuk pada jalur tempat benih sedalam
4 cm kemudian ditutup dengan tanah sampai rata (Rukmana, 1995).
Seperti halnya pada tanaman yang tanpa perlakuan pupuk kandang, tanaman
dengan perlakuan pupuk kandang juga diserang oleh hama. Hama yang sering
ditemukan menyerang juga sama yaitu, Kutu daun (Aphis cracivora Koch).
Akibat serangan hama ini, pertumbuhan tanaman terhambat karena hama
34
mengisap cairan sel tanaman sehingga terjadi penurunan hasil panen. Kutu
bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Selain itu
adapula belalang yang bersifat merugikan yang mengurangi jumlah daun pada
tanaman ini (Fachruddin, 2000).
4.2.3. Panen
Panen dilakukan pada tanggal 14 Desember 2010. Panen dilakukan pada
polong yang sudah tua. Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat
dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Sedangkan untuk kacang
pancang tipe tegak dengan cara mencabut/memotong pangkal batang tanaman
setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah.
Panen polong tua dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti
kacang tunggak dan kacang uci dan busitao. Ciri-ciri kacang tunggak yang siap
panen adalah polong-polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar
berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada
pagi/sore hari (Fachruddin, 2000).
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk meningkatkan produksi polong pada tanaman kacang panjang
(vigna sinensis) harus memperhatikan teknik budidayanya.
2. Dalam praktikum lapang hasil yang terbaik didapatkan pada sampel tanaman
yang tidak penggunakan pupuk kandang. Hal ini disebabkan karena pupuk
kandang yang digunakan belum terdekomposisi dengan baik sehingga
menimbulkan efek negatif yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
3. Pada tiap tanaman tinggi dan banyaknya daun berbeda. Tiap minggu tinggi
tanaman dan banyaknya daun pada tiap tanaman selalu bertambah, walaupun
pada minggu kelima, keenam, dan ketuju tanaman telah terserang hama.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang maksimal
disarankan menggunakan pupuk kandang yang terdekomposisi dengan baik agar
tidak memberikan efek buruk bagi tanaman sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat.
36