laporan d m. abi f (tanpa cover)
DESCRIPTION
asdTRANSCRIPT
![Page 1: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah proses pemesinan dan pembentukan, sifat – sifat material
diperlukan untuk diketahui agar dapat dimaksimalkan penggunaannya dengan
material tersebut. Salah satu jenis material yang digunakan dalam proses
pemesinan adalah logam. Logam merupakan jenis material yang kaku dan bersifat
getas pada temperatur tertentu. Terkadang dalam proses tersebut, material logam
mengalami berbagai proses pembentukan yang salah satunya adalah proses
bending.
Untuk itu perlu diketahui sifat dari material logam yang digunakan dan
pada uji bending, dapat diketahui modulus elastisitas dan kekuatan lenturnya
sehingga dapat diprediksi penggunaan material logam agar tidak terdeformasi
dalam sistem tersebut. Material tersebut dalam sistem, contohnya sebagai
komponen mesin akan mengalami pembebanan yang akan mengakibatkan
bending. Proses bending akan diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan
torsional shear. Untuk itu perlu dilakukan uji bending untuk mengetahui
ketahanan material yang digunakan dari ketiga gaya tersebut.
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan modulus elastisitas material
2. Menentukan flextural strenght (kekuatan lentur) material
`
![Page 2: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
III. TEORI DASAR
Uji bending adalah pengujian yang dilakukan dengan pemberian beban
pada material yang diuji untuk mengetahui kekakuan suatu material pada daerah
elastis. Kekakuan atau ketahanan suatu material terhadap deformasi saat diberi
beban pada daerah elastis dapat disebut juga dengan modulus elastisitas. Harga
modulus elastisitas (E) dapat menujukkan sifat keuletan dan kegetasan dari
material.
Pada uji bending akan dilakukan pembebanan untuk mengakibatkan gaya
bending pada material yang diuji. Pada pembebanan ini akan terjadi tegangan
tarik, tekan dan geser. Maka dari itu harus diketahui beban maksimum dari
material yang diuji agar tegangan atau beban yang diberikan tidak melebihi beban
maksimum tersebut. Dalam pengujian bending terdapat dua macam metode yaitu
three point bending dan four point bending .
Pada three point bending, terdapat dua tumpuan gaya pada spesimen dan
satu gaya beban yang diberikan pada bagian tengah spesimen. Gaya beban
tersebut mempunyai jarak ½ L. Panjang L disini adalah jarak yang diukur dari
satu tumpuan ke tumpuan lain dan bukan merupakan panjang spesimen.
Untuk four point bending, terdapat dua tumpuan gaya pada spesimen dan
dua gaya beban yang diberikan pada dua titik yang berjarak ⅓L dan ⅔L. Sama
dengan three point bending, panjang L disini juga merupakan jarak yang diukur
dari satu tumpuan ke tumpuan lainnya. Pada four point bending terjadi
pembebanan momen lentur murni sehingga gaya geser yang dibekerja pada
spesimen = 0.
Berikut ini adalah gambar dari three point bending dan four point bending
serta diagram momen lentur dan gaya geser yang dihasilkan
![Page 3: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/3.jpg)
Pada pembebanan dalam uji bending, untuk mendapat kondisi setimbang
(ΣM = 0) adalah dengan sifat momen kopel dimana terhadap gaya momen yang
dihasilkan oleh beban dengan momen yang sama besar dalam luas penampang
yang ditinjau. Karena pembebanan ini terjadi pada daerah elastis, maka akan
terjadi tegangan di penampang yang ditinjau dengan formula :
![Page 4: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/4.jpg)
dimana σ = Tegangan Normal
M = Momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = Jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau
I = Momen inersia penampang
Sedangkan untuk spesimen yang memiliki luas penampang segiempat dan
lingkaran, momen inersia yang dimiliki tiap spesimen tersebut berbeda, dimana
momen inersia segiempat adalah I =
bh3
12 dimana b adalah lebar spesimen dan h
adalah tinggi spesimen. Sedangkan untuk spesimen berpenampang lingkarang
memiliki momen inersia I =
πr 4
4 .
Untuk itu tegangan normal maksimum pada penampang yang ditinjau adalah
σ=( PL
4 )( h2 )
( bh3
12 )Setiap pembebanan yang diberikan akan memberikan perubahan defleksi. Besar
defleksi setiap satuan beban yang diberikan dapat dicari dengan :
δ= PL3
48 EI
dimana
P : Beban yang bekerja
L : Panjang Spesimen
B : Lebar spesimen
h : Tebal spesimen
![Page 5: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/5.jpg)
δ : defleksi
E : Modulus elastisitas
I : Momen Inersia penampang
IV. DATA PENGAMATAN
-Material : ST-37
-Dimensi Spesimen
- panjang (l) : 150 mm
- lebar (b) : 19,2 mm
-tinggi (h) : 18,8 mm
-Kekerasan Awal : 64 HRA
-Kekerasan Akhir : 72 HRA
-Jarak tumpuan : 150 mm
-Beban maksimum : 26500 N
Beban (kg) Defleksi (mm)1.000 0,052.000 0,093.000 0,134.000 0,175.000 0,216.000 0,257.000 0,298.000 0,349.000 0,3810.000 0,4211.000 0,4612.000 0,56
V. PENGOLAHAN DATA
Dari data hasil pengamatan percobaan, akan di plot kurva grafik linear sebagai berikut,
![Page 6: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/6.jpg)
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.600
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
f(x) = 22761.2053993114 x + 145.830159358909R² = 0.990828696578415
Kurva P-δ
Defleksi (cm)
Beba
n (N
)
Dari tabel didapatkan nilai,
tanθ=Pδ
¿22761
Nilai inersia penampang
I=bh3
12
I=19,2 x (18,8)3
12
I=10631,4752
Dengan persamaan defleksi, maka nilai modulus elastis adalah,
E= P . L3
48. δ . I
![Page 7: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/7.jpg)
E= tan θ L3
48 I
E= 22761 .1503
48 .10631,4752
E=150532,526 MPa
E=150,53GPa
Sedangkan untuk flextural strength didapat dari
σ=3 PL
2bh2 = 3(26500)150
2 (19.2)18.82 =878.641MPa
VI. ANALISIS DATA
Pada awal pengujian bending, pertama akan ditentukan titik pembebanan,
apakah akan dilakukan three point bending atau four point bending. Dari kedua
metode tersebut terdapat perbedaan harga modulus elastisitas yang didapat
dikarenakan terjadi galat. Selain itu pada kedua metode tersebut terdapat
perbedaan daerah segmen spesimen sehingga terjadi perbedaan momen
maksimum.
Selanjutnya dari spesimen yang diuji akan ditentukan kekuatan luluh agar
diketahui beban maksimum pada batas elastis dari spesimen tersebut. Pada
percobaan ini akan dilakukan three point bending. Pada panjang spesimen (L)
untuk penetapan pembebanan beban, sesuai jarak diantara kedua tumpuan. Karena
jika disesuaikan dengan panjang spesimen dimana peletakkan kedua tumpuan
berada di tiap ujung spesimen, maka akan mengakibatkan tidak setimbangnya
spesimen dan akan mengakibatkan spesimen akan terjatuh ketika terjadi
pembebanan.
Pada penentuan modulus elastisitas, akan diberi pembebanan pada tengah
spesimen dan diukur defleksi yang dihasilkan. kemudian pembebanan dilakukan
hingga mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat sesaat sebelum
spesimen terdeformasi plastis. Hal tersebut terjadi karena kita ingin mengetahui
harga modulus pada daerah elastisnya. Pada percobaan didapat harga modulus
![Page 8: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/8.jpg)
elastisitas (E) baja ST-37 sebesar 150,53 Gpa. Sedangkan menurut literatur
modulus elastisitas (E) baja ST-37 adalah 200 Gpa. Terdapat perbedaan harga
modulus elastisitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Penentuan titik saat pemberian beban pada spesimen
2. Kondisi permukaan dari spesimen
3. Tingkat homogenitas dari kandungan spesimen
Pada faktor penentuan titik saat pemberian beban pada spesimen dapat terjadi
ketidaktepatan saat pemberian beban pada ½ L. Dimana titik pada spesimen yang
karena tegangan yang diterima oleh spesimen tidak mencapai maksimumnya. Hal
tersebut juga dapat mempengaruhi tingkat defleksi yang dihasilkan. Sehingga
dapat mempengaruhi harga modulus elastisitas yang dihasilkan. selain penentuan
titik, panjang spesimen juga mempengaruhi karena dapat terjadi ketidaktepatan
dalam pemberian jarak dalam setiap tumpuan sehingga panjang yang dihasilkan
tidak tepat 150 mm.
Kemudian kondisi permukaan spesimen dapat mempengaruhi tingkat
modulus elastisitas yang dihasilkan. Karena permukaan spesimen yang diuji
memiliki permukaan yang tidak rata. Hal tersebut diperjelas saat pengujian keras
untuk mengetahui kekerasan awal, pengujian tersebut tidak dilakukan karena
permukaan spesimen yang tidak rata sehingga harus di-grinding terlebih dahulu.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa permukaan spesimen memiliki tingkat
porositas (rongga) yang tinggi sehingga akan mempengaruhi nilai modulus
elastisitas yang didapat.
Kandungan atom didalam spesimen akan mempengaruhi tingkat
homogenitas spesimen tersebut. Jika terjadi reaksi kimia berlebih pada spesimen
maka dapat menurunkan energi ikat yang dimiliki atom tersebut. Penurunan
energi ikat tersebut akan menurunkan harga modulus elastisitas yang didapat.
Salah satu reaksi kimia yang terjadi adalah terjadinya karat yang terdapat pada
spesimen tersebut.
Selain itu terdapat faktor eksternal yang juga mempengaruhi perbedaan
nilai modulus elastisitas percobaan terhadap modulus elastisitas literatur yaitu
![Page 9: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/9.jpg)
temperatur, tekanan dan tingkat kelembapan dari ruang laboratorium saat
pengujian berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
VII. KESIMPULAN
1. Modulus elastisitas dari baja ST-37 yang didapat dari percobaan ini adalah
150,53 Gpa.
2. Kekuatan flextural yang didapat dari percobaan ini adalah 878.641MPa
VIII. SARAN
1. Sebelum dilakukan pengujian bending, praktikan dikenalkan dahulu uji
keras atau teknik grinding agar dapat menentukan kekerasan awal dan
kekerasan akhir pada spesimen yang diuji, sehingga dapat diketahui
hubungan kenaikan tingkat kekerasan terhadap proses terdeformasinya
suatu material menjadi deformasi plastis.
IX. DAFTAR PUSAKA
Callister, William D. ,Rethwisch, David G. Materials Science and
Engineering. 8th Edition. 2011. JohnWiley& Sons
Hibbeler, R.C. Mechanics Of Materials. 7th Edition. 2011. Pearson Hall
![Page 10: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/10.jpg)
LAMPIRAN
X. TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Buat kurva antara P-δ dari data uji lentur, dengan menggunakan
persamaan garis regresi linear.
2. Hitung harga Flexural Stregth dan Modulus Elastis dengan
menggunakan kurva tersebut.
3. Bandingkan harga yang diperoleh dari literature dan percobaan, bila
ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi
4. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelahdiuji bending padadaerah
yang terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji
bending) dan jelaskan.
1. kurva antara P-δ dari data uji lentur adalah
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.600
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Kurva P-δ
Defleksi (cm)
Beba
n (N
)
y=22761 x+145,8
tanθ=Pδ
=22761
![Page 11: Laporan d m. Abi f (Tanpa Cover)](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071712/55cf9e23550346d033b06e65/html5/thumbnails/11.jpg)
2.
E= tan θ L3
48 I
E= 22761 .1503
48 .10631,4752
E=150532,5256 MPa
E=150,53GPa
3. Pada analisis data
4. Kekerasan Awal : 64 HRA
Kekerasan Akhir : 72 HRA
Terdapat perbedaan kekerasan dikarenakan terjadi strain hardening
saat pembebanan pada uji bending.
XII. RANGKUMAN PRAKTIKUM
1. Terdapat dua cara melakukan uji bending 3point dan 4point bending.
Kedua metode ini dapat dipisahkan secara pasti pada titik pembebanan
beban, dimana pada 3 point bending pada 1/2L dan 4 point bending pada
1/3L dan 2/3L. Selain itu pada 4 point bending, permukaan daerah yang
terdeformasi plastis dapat diukur secara pasti karena pada kurva M-X yang
dihasilkan, daerah maksimumnya berupa garis linier, sedangkan pada 3
point bending merupakan titik puncak. Selain itu ketelitian 4 point bending
lebih baik dibandinkan dengan 3 point bending.
2. Sedangkan mengapa dilakukan uji bending adalah karena kurva yang
dihasilkan lebih landai jika dibandingkan dengan kurva uji tarik.
Walaupun sama-sama bertujuan mencari modulus elastisitas, tetapi pada
uji tarik spesimen diuji hingga mengalami necking dan fracture, sedangkan
pada uji bending , material diberi pembebanan hingga terdeformasi plastis,
agar didapat beban maksimum nya.