laporan bioper ikan tambakan
TRANSCRIPT
LAPORAN TETAP PRAKTIKUMBIOLOGI PERIKANAN
Ikan Tambakan (Helostoma teminckii)
Oleh :
Arif HIdayat05111006021Kelompok IV
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN DAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIANUNVERSITAS SRIWIJAYA
INDARLAYA2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumber daya yang
dapat dipanen oleh manusia, sedangkan Iktiologi merupakan studi ilmiah
mengenai ikan sebagai organisme yang menarik perhatian. Terkadang pengertian
istilah biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi,
pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku dan sebagainya (Effendie, 2002).
Biologi Perikanan mencakup biologi ikan, dimana penekanannya terhadap
spesies penting bagi sumberdaya. Orang yang mempelajari biologi ikan sebaiknya
berminat terhadap semua aspek biologi ikan. Aspek-aspek biologi ikan yang
paling banyak berhubungan dengan populasi-populasi serta faktor-faktor yang
mengontrolnya, membatasi atau mengembangkan populasi. Kecepatan
pertumbuhan dan waktu mencapai ukuran rata-rata dari berbagai macam ikan;
fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan, dan pola reproduksi, umur pada
waktu mencapai kematangan gonad dan nisbah kelamin; kecepatan survival dan
mortalitas pada tahap-tahap daur hidup; distribusi ekologi, pergerakan dan ruaya;
pengaruh penangkapan ikan terhadap jumlah populasi, reproduksi, pertumbuhan
dan distribusi ukuran; tingkah laku ikan dalam waktu 24 jam atau dari musim ke
musim; interaksi-interaksi terhadap spesies lain dan bagaimana spesies lain
mempengaruhi produksi spesies yang paling disenangi (Effendie, 2002).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan penangkapan, pemeliharaan dan pembudidayaan ikan, ilmu
perikanan sangatlah membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni
masyarakat maritim yang mandiri. Oleh karenanya, ilmu perikanan harus
senantiasa dikaji dan dikembangkan terutama oleh para para dosen dan mahasiswa
perikanan sebagai ujung tombak dalam pengembangan dan penerapan teknologi
perikanan (Fujaya, 2004).
Tujuan yang terkandung dalam biologi perikanan diantaranya merupakan
suatu usaha agar orang yang mempelajari, mengerti dan memahami sumberdaya
tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan serta
perbaikannya (Achjar, 1985).
Ikan adalah suatu makhluk hidup didalam air dan berdarah dingin, artinya
panas dari badannya cenderung mengikuti panas lingkungannya. Ikan bernapas
terutama dengan menghisap hawa dari air dengan menggunakan insangnya, yang
terdapat di bagian kiri dan kanan bagian kepala. Selain itu, sewaktu-waktu secara
darurat ikan mengambil hawa dari permukaan air, jika dalam permukaan air
terjadi kekurangan hawa (Achjar, 1985).
Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut, air tawar,
dan air payau atau tambak. Ikan yang hidup di air tawar dan air laut sangat
banyak, sehingga dibedakan menjadi golongan yang dapat dikonsumsi dan ikan
hias. Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah, atau
rawa. Jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi adalah sidat, belut, gurame,
lele, mas, nila merah, tawes, karper, nilem, tembakang, sepat siam, mujair, gabus,
toman, betok, jambal, dan jelawat (Achjar, 1985).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Biologi Perikanan ini adalah :
1. dapat melakukan analisis morfometri pada ikan sampel sehingga dapat
diketahui korelasi antara beberapa parameter bagian tubuh dari satu jenis ikan
2. dapat melakukan identifikasi individu ikan, serta dapat membedakan ikan
jantan dan ikan betina
3. mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad, tingkat kematangan
gonad, dan menghitung nilai fekunditas dari suatu individu
4. dapat menganalisis pola kebiasaan makan dari suatu spesies ikan.
5. dapat mengukur diameter telur ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Morfologi
Sistematika ikan tambakan (Helostoma teminckii) menurut Khairuman
(2002) adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
sub filum : Vertebrata
class : Osteichthyes
ordo : Anabantoidea
famili : Helostomatidae
genus : Helostoma
spesies : Helostoma teminckii
Ikan tambakan memiliki badan yang oval memanjang dan gepeng. Bentuk
badan tinggi dan gepeng, sirip dorsal panjang dengan 16-18 jari keras dan 13-16
jari lunak, sirip anal dengan 13–15 jari keras dan 17–19 jari lunak. Sirip dada
besar, membulat dan sirip ekor cekung. Garis sisi terbagi atas 2 bagian, bagian
posterior mulai di bawah ujung bagian anterior, melalui 43–48 sisik.Sisik
badannya kecil, bermulut mungil dengan bibir tipis dan dapat dijulurkan.
Tambakan dikenal sebagai ikan pemakan plankton. Di daerah Priangan terdapat
dua macam varietas ikan “gibas” “kanyere” (Anonymous, 2009).
Ikan tambakan varietas gibas pertumbuhannya lebih cepat dan ukurannya
jauh lebih besar dari kanyere. Varietas kanyere berwarna kebiru-biruan sampai
biru tua. Karena beberapa sifat yang lebih baik tersebut, ikan tambakan varietas
gibas lebih banyak dipelihara orang (Anonymous, 2009).
Pada ikan tambakan varietas gibas, dapat pula ditemukan jenis lain yang
berwarna putih, albino, dan belang-belang hitam. Ikan tambakan yang belang-
belang ini banyak disukai orang untuk dipelihara di akuarium. Di perairan bebas,
tambakan memijah di awal musim penghujan. Tetapi tambakan yang dipelihara di
kolam dapat dipijahkan sepanjang tahun. Pembiakan ikan tambakan dapat berhasil
di daerah dengan ketinggian sampai 700 m dpl. Di dataran rendah ikan tambakan
masih dapat tumbuh dengan baik. Daerah penyebaran meliputi Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Muangtai, dan Malaysia. Nama daerah antara lain Bale, Sapir,
Tambrada, Biawan. Ikan tambakan umumnya termasuk jenis ikan yang cukup
murah yang dimanfaatkan dalam bentuk segar dan asin (Khairuman, 2002).
B. Habitat dan Penyebaran
Ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika dilihat dari jenis
makanannya maka ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu herbivora,
karnivora dan omnivora. Berdasarkan cara makannya ikan dibedakan menjadi
lima golongan yaitu pemangsa (predator), penggerogot (grazer), penyaring
(strainer), penghisap (sucker) dan parasit (Mudjiman, 2001).
Ikan ini hidup di perairan tawar dan payau, sungai daerah muara, danau,
kolam, dan selokan. Ikan tambakan sangat toleran terhadap berbagai kondisi
perairan, daerah penyebarannya di Indonesia dan Thailand, pada perairan dengan
suhu 22 hingga 28 derajat Celcius dan pH 6,8–8,5. Umumnya mendiami perairan
yang dangkal, berarus lambat dan padat vegetasi (Muthmainnah, 2007).
C. Ciri-ciri Ikan Jantan dan Betina
Ikan dari keluarga Scombridae memiliki ciri-ciri seperti : Sirip ekor
bercagak dua dan lekuk dari cagak tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari
lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip
dubur terdapat sirip tambahan yang kecil (Murdani, 2008).
Pada umumya ikan tambakan jantan dan betina sangat sulit dibedakan,
karena memiliki penampakan yang hampir sama. Ikan tambakan jantan umumnya
memiliki tubuh yang labih kecil dan ramping, warna tubuh yang cerah, sirip ekor
lebih panjang, sirip dada berwarna cerah dan panjang kebelakang, sirip punggung
lebih pendek dan agak kebelakang, sirip perut lebih cerah, dan bentuk kepala
lancip. Pada ikan betina memiliki tubuh yang lebih besar, warna tubuh gelap, sirip
ekor lebih pendek, warna sirip dada gelap, sirip punggung panjang ke belakang,
dan kepala lebih lebar dan bulat (Amri, Khairul. 2008).
D. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Di dalam reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat
disertai dengan semakin besarnya ukurannya termasuk garis tengah telurnya.
Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah, kemudian berat
gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai denga
selesai (Effendie, 2002).
Secara morfologi perubahan-perubahan kondisi gonad yang dinyatakan
dengan tingkat pematangannya. Pengamatan secara morfologis meliputi
pewarnaan, penampakan dan ukuran gonad terhadap rongga tubuh. Namun untuk
perhitungan secara kuantitatif dapat dinyatakan denganIndeks Kematangan Gonad
(IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai perbandingan berat gonad dengan
berat tubuh ikan (Effendie, 2002).
Pada saat sebelum ikan memijah, sebagian besar energi digunakan untuk
keperluan perkembangan gonad. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat
individu siap melakukan pemijahan dan kemudian akan menurun secara bertahap
dengan berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai (Effendie, 2002).
E. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Kematangan gonad ikan terjadi sesaat ikan akan memijah. Pada saat
tersebut, gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum
dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama
proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan digunakan untuk
perkembangan gonadnya (Effendie, 2002).
Pemijahan terjadi pada awal musim hujan bulan Sepember sampai
Oktober, telur ditebar di perairan terbuka. Pemijahan dimulai oleh ikan betina
pada perairan yang tertutup tanaman air. Telur berbentuk speris, lunak dan
terapung. Satu hari setelah fertilisasi telur akan menetas, dan anakan akan mulai
berenang 2 hari kemudian (Muthmainnah, 2007).
Perkembangan gonad atau oogenesis ialah transformasi oogonia menjadi
oosit. Komponen utama oosit berasal dari senyawa vitelogenin berbobot tinggi
berasal dari darah yang disintesis dalam hati (Effendie, 2002).
F. Fekunditas
Jumlah telur yang telah masak dalam suatu ovari sebelum dikeluarkan
pada waktu memijah, dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak, atau
fekunditas total. Fekunditas inividu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang
mengadakan pemijahan beberapa kali dalam setahun, karena mengandung telur
dari berbagai tingkat. Sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan
berat atau panjang ikan. Dari fekunditas secara tidak langsung dapat menafsir
jumlah anak ikan yang akan dihasilkan akan menentukan pula jumlah ikan dalam
kelas umur yang bersangkutan (Effendie, 2002).
Selain fekunditas mutlak dan relatif, beberapa peneliti memberi beberapa
macam-macam fekunditas lainnya, yaitu fekunditas dengan panjang, fekunditas
dengan berat, fekunditas dengan umur, fekunditas dengan berganda, fekunditas
memijah berganda, fekunditas dengan ukuran telur, fekunditas dengan ras,
fekunditas dengan populasi (Effendie, 2002).
Potensi induk ikan dalam pemijahan sangat penting untuk diketahui
terutama yang berkaitan dengan jumlah telur yang dikandung individu ikan. Pada
umumnya, terdapat hubungan antara fekunditas, ukuran berat, panjang, usia dan
ukuran butir telur. Semakin berat atau panjang tubuh ikan dan semakin tua
usianya, maka fekunditasnya makin tinggi. Selain itu, ikan memiliki kebiasaan
tidak menjaga telurnya, umumnya memberikan petunjuk bahwa fekunditas tinggi.
Sebaliknya, ikan yang mempunyai kebiasaan menjaga telurnya setelah memijah
memiliki fekunditas rendah (Murtidjo, 2001).
G. Kebiasaan Makan
Di perairan, makanan untuk ikan sudah tersedia yaitu berupa makanan
alami, yang banyak sekali ragamnya baik dari golongan hewan (zooplankton,
invertebrate, vertebrate), tumbuhan (phytoplankton, tumbuhan air), dan organisme
lain (detritus). Organisme yang dapat menjadi makanan ikan tersebut sangat
bervariasi tergantung kepada atrophic level (Amri, Khairul, 2008).
Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata.
Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh
ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan
keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makan akan mengukur
apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukura mulutnya. Tetapi ikan yang
menggunakan persentuhan dan pembauan tidak melakukan mengukur, melainkan
kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 2002).
Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya
terletak pada ketinggian 150 – 750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperatur
25–30 derajat celsius dan pH netral. Ikan ini umumnya memangsa aneka serangga
dan hewan-hewan air yang berukuran kecil(Effendie, 2002).
H. Asetokarmin
Identifikasi jenis kelamin ikan perlu dilakukan dalam kegiatam budidaya
ikan. Dalam kegiatan budidaya, pembedaan jenis kelamin sangat penting karena
terkait langsung dengan proses-proses selanjutnya. Oleh karena itu, dalam
praktikum ini hal yang dilakukan adalah pemeriksaan gonad untuk mengetahui
jenis kelamin ikan tersebut. Secara garis besar perkembangan gonad dibagi atas
dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga mencapai dewasa kelamin dan
tahap pematangan produk seksual. Tahap pertama dimulai sejak ikan menetas
hingga mencapai dewasa. Tahap kedua dilanjutkan dengan tahap pematangan
seksual dan terus berlangsung selama fungsi reproduksi berjalandengan
baik(Amri, Khairul. 2008).
Pada tahap perkembangan gonad sebagian besar hasil metabolisme tertuju
kepada gonad sehingga gonad akan mengalami perubahan histologik, morfologik,
berat dan volume yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan tingkat
kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Karena penentuan jenis
kelamin sangat menentukan proses-proses selanjutnya, maka pemerikasaan gonad
perlu dilakukan dalam praktikum dasar-dasar genetika. Salah satu tekhnik dalam
pemerikasaan gonad yaitu dengan pewarnaan gonad dengan menggunakan larutan
asetokarmin. Asetokarmin adalah larutan pewarna yang digunakan untuk
mewarnai jaringangonad untuk pemeriksaan dengan mikroskop(Amri, Khairul.
2008).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini akan dilaksanakan di Laboratorium Dasar
Prikanan, Program Studi Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. Hari Rabu, 2 November 2011
pukul 14.30WIB sampai dengan selesai.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan sampel, yaituikan
tambakan (Helostoma teminckii) dan ikan sepatung (Pristolepis fasciata). Alat-
alat yang digunakan antara lain: neraca analitik dan timbangan, penggaris
(ketelitian 1 mm), stereoform, alat-alat bedah (gunting, pisau, dan cutter), alat
tulis, kertas tissue, pipet tetes, mikroskop, kertas saring, cawan petri dan gelas
objek.
C. Cara Kerja
1. Analisa Morfometrik
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel.
b. Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar, lebar mulut dan tinggi badan.
c. Tuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
2. Membedakan Jenis Ikan Jantan dan Ikan Betina (Seksualitas Ikan)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Jika seksualitas telah diketahui pasti atau terlihat dari luar:
a. Amati perbedaan ikan jantan dan ikan betina berdasarkan parameter-parameter
berikut ini :
1. Bentuk tubuh
2. Sirip dada
3. Sirip punggung
4. Bentuk ekor
5. Sirip perut
6. Warna tubuh
7. Bentuk kepala
b. Menuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
Jika seksualitasnya belum diketahui, maka dilakukan analisa melalui jaringan
gonad:
a. Bedah ikan
b. Ambil gonadnya
c. Letakkan di atas gelas objek
d. Cincang dengan scalpel sampai halus
e. Teteskan dengan larutan acetocarmin (1 tetes)
f. Tutup dengan coverglass
g. Amati di bawah mikroskop
h. Menuliskan data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja.
3. Indeks kematangan Gonad (IKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan keringkan dengan kertas
tissu
b. Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)
c. Membedah ikan pada bagian perutnya dan keluarkan gonad dengan hati-hati,
jangan sampai pecah
d. Keringkan gonad tersebut dengan kertas tissue dan timbang (Bg)
e. Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut :
IKG =
BgBt
x100 %
4. Tingkat kematangan Gonad (TKG)
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan yang sudah diperoleh nilai IKG-nya disiapkan untuk diamati baik dengan
mata biasa maupun dengan kaca pembesar
b. Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi
Ukuran ikan jantan :
1. Bentuk testes
2. Besar kecilnya testes
3. Warna testes
4. Pengisian testes dalam rongga tubuh
5. Keluar tidaknya testes dalam tubuh ikan (dalam keadaan segar)
Ukuran ikan betina :
1. Bentuk ovarium
2. Besar kecilnya ovarium
3. Pengisian ovarium dalam rongga perut
4. Warna ovarium
5. Warna telur
c. Ditentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat kunci kematangan
gonad menurut Kesteven dan Nikolsky.
5. Fekunditas
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Gonad yang telah diambil dari tubuh ikan dan telah dibersihkan kemudian
ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan digital.
b. Gonad diambil kemudian potong gonad menjadi lima bagian dan ambil
sebagian gonad pada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad untuk
pengamatan selanjutnya sehingga diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur
terwakili.
c. Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang beratnya.
d. Setelah ditimbang kemudian gonad diencerkan dengan air sebanyak 100 cc
dan aduk hingga homogen, dimana tidak ada lagi telur yang mengelompok.
e. Setelah homogen, hitung telur dari ikan sampel.
6. Penentuan Kebiasaan Makan
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Ikan dibedah
b. Ambil ususnya jangan sampai pecah atau putus. Jika ikan mempunyai
lambung, angkat dari bagian perutnya.
c. Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian keluarkan isinya dengan
membedahnya. Kemudian usus atau lambung tersebut diukur volumenya tanpa
isi.
d. Pisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun kecil kemudian identifikasi
jenisnya, jika mungkin ukur volumenya sesuai prosedur.
e. Aduk hingga homogen dan ambil dengan pipet kemudian tuangkan ke kaca
objek dan amati dibawah mikroskop.
7. Penghitungan Diameter Telur
Cara kerja yang di lakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Ambil telur (± 100 butir)
b. Masukkan dalam petridish
c. Tambahkan aquadest sampai telur terendam
d. Pisahkan telur secara manual dengan bantuan spatula
e. Amati dibawah mikroskop okuler.
T hitung = X1 - X₂
S X1 - X₂
Dimana :
X1 : diameter telur ratarata sampel I
X₂ : diameter rata-rata sampel II
S X1 - X₂ : simpangan baku dari diameter telur rata-rata pada sampel I dan II
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Morfometrik
Pada praktikum ini hasil dari analisa morfometri dapat dilihat pada tabel
13 yaitu sebagai berikut:
Tabel 13. Analisis Morfometrik pada ikan tambakan (Helostoma temminckii)
No Berat (g) Panjang Total (cm)Panjang Standar
(cm)Lebar Mulut
(cm)Tinggi Badan
(cm)1. 34 13 10 1.5 4.62. 25 12 9,5 1.5 4.53. 27 11 9,5 1.5 4.5
Ikan yang memiliki bobot terbesar berdasarkan penelitian yang telah kami
lakukan terhadap ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah ikan pada sampel
1, dengan berat 34 gram, panjang total 13 cm, panjang standar 10 cm, lebar mulut
1,5 cm, dan tinggi badan 4,6 cm. Sedangkan bobot ikan terkecil pada ikan sampel
nomor 2 dengan berat tubuh 11 gram, panjang total 9,5 cm, panjang standar 9,5
cm, lebar mulut 1,5 cm, dan tinggi badan 4,5 cm.
B. Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina
Hasil dari perbedaan ikan jantan dan ikan betina pada ikan tambakan dapat
dilihat pada tabel 14 sebagai berikut:
Tabel 14. Membedakan Ikan Jantan dan Ikan Betina pada ikan tambakan
Ciri-Ciri Morfologi Jantan BetinaBentuk Tubuh Lebih besar Lebih kecilEkor Lebih besar Lebih kecilSirip Dada Lebih besar Lebih kecilSirip Punggung Lebih besar Lebih kecilSirip Perut Lebih panjang Lebih pendekWarna Lebih cerah Lebih buramBentuk Kepala lebih lancip Lebih bulatSisik lebih besar Lebih kecil
Ciri KhususMemiliki bitik hitam pada
kulittidak ada
Perbedaan morfologi ikan jantan dan betina terlihat begitu mencolok,
dimana bentuk tubuh ikan jantan lebih besar sedangkan pada ikan betina terlihat
agak kecil. Bentuk ekor pada ikan jantan agak lebih besar dan pada betina agak
agak lebih kecil, sirip dada pada ikan jantan lebih besar dan ikan betina sedikit
lebih kecil. Sirip punggung ikan jantan lebih besar dan ikan betina agak lebih
kecil, sirip perut ikan jantan warna lebih cerah agak panjang dan ikan betina lebih
buram agak pendek. Warna ikan jantan lebih cemerlang dan betina kurang
cemerlang, bentuk kepala ikan jantan lebih lonjong dan warna lebih cerah dan
betina tidak terlalu lonjong dan agak gelap. Sisik ikan jantan lebih halus dan tipis
dan ikan betina agak besar dan tebal, ciri khusus ikan jantan dan ikan betina tidak
ada.
C. Indeks Kematangan Gonad
Hasil pengamatan indeks kematangan gonad dapat dilihat pada tabel 15
yaitu sebagai berikut:
Tabel 15. Indeks Kematangan Gonag ikan tambakan
No Berat Gonad (g) Berat Tubuh (g) Indeks Kematangan Gonad (IKG) (%)3. 3 27 11,1 %
Indeks Kematangan Gonad dapat diketahui dengan menimbang berat
tubuh ikan terlebih dahulu, dimana untuk menghitung berat ikan ini digunakan 3
ikan sampel. Setelah diketahui berat masing-masing ikan sampel, dilakukan
pembedahan. Dari tiga sampel ikan tambakan diatas hanya ditemukan gonad pada
satu sampel yaitu sampel nomor 3, Indeks kematangan gonad diperoleh dari
pembagian berat gonad dengan berat tubuh kemudian dikalikan 100 %, berat
gonad ikan tambakan pertama adalah 3 gram dengan berat tubuhnya 27 gram.
Sehingga dapat diperoleh hasil indeks kematangan gonad sebesar 11,1 %. Pada
praktikum ini diperoleh gonad pada satu ikan sedangkan berat gonad pada
keempat ikan lainnya tidak ditemukan karena ada beberapa faktor diantaranya
kesalahan praktikan ketika membedah ikan tersebut tidak hati-hati sehingga
gonadnya pecah.
D. Tingkat Kematangan Gonad
Bedasarkan penelitian hasil dari tingkat kematangan gonad ikan tambakan
dapat dilihat pada tabel 16 yaitu sebagai berikut:
Tabel 16. Tingkat Kematangan Gonad pada ikan tambakan
No Jenis KelaminTKG
Warna BentukKesteven Nikolsky
1. Jantan Perkembangan II
Pemasakan Purih kemerahan
Bular memanjang
2. Jantan Bunting Masak Putih Bulat memanjang
3. Betina Perkembangan II
Masak Kuning kemerahan
bulat
Tingkat kematangan gonad ikan pada penelitian ikan tambakan
(Helostoma temminckii) menurut pendapat Kesteven tingkat kematangan gonad
ikan tambakan terdapat pada fase mijah dimana terjadi peristiwa telur atau sperma
keluar dengan sedikit ditekan. Kebanyakan telurnya berwarna jernih dengan
beberapa yang berbentuk bulat telur ovarium. Sedangkan berdasarkan pendapat
Nikolsky terjadi pada fase kondisi salin dimana gonad berwarna kekuningan dan
berbentuk bulat lonjong, dan tingkat kematangan gonad pada fase kondisi salin
terjadi peristiwa kondisi seksual telah dikeluarkan, lubang pelepasan kemerah-
merahan, gonad seperti kantung kemih, ovarium berisi beberapa telur sisa dan
testes berisi sperma sisa.
E. Fekunditas
Hasil dari perhitungan fekunditas atau jumlah telur ikan dapat dilihat pada
tabel 17 sebagai berikut:
Tabel 17. Fekunditas pada ikan tambakan (Helostoma temminckii)
Sampel ikan ke- Nilai Fekunditas (Butir)3. (ikan tambakan) ±4140
Fekunditas adalah jumlah telur yang telah masak dalam suatu ovari
sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Pada praktikum ini didapatlah
fekunditas ikan tambakan sebesar 84140 butir. Nilai fekunditas tersebut didapat
dari bagian gonad yang dipotong menjadi tiga bagian, yaitu pada bagian pangkal,
tengah dan ujung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan telur berdasarkan bentuk
dan ukuran yang berbeda-beda.
G. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ikan tambakan dapat dilihat pada tabel 18 sebagai
berikut:
Tabel 18. Kebiasaan Makan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii)
No Jenis Pakan Keterangan Pakan Jumah1. Omnivora Lumut, seranga - 2. Omnivora Lumut, seranga - 3. Omnivora Lumut, seranga -
Ikan tambakan adalah jenis ikan yang kebiasaan makannya filter feeder
(menyaring makanan). Dimana jenis makan yang ikan makan adalah omnivora.
Dengan keterangan pakan Lumut, seranga. Tipe makan ikan ini adalah omnivor,
yang memakan semua jenis makanan terutama algae bentos, tanaman air, plankton
dan insekta permukaan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan morfologi ikan jantan dan betina terlihat begitu mencolok, dimana
bentuk tubuh ikan jantan Lebih besar sedangkan pada ikan betina terlihat agak
kecil.
2. Indeks kematangan gonad diperoleh dari pembagian berat gonad dengan berat
tubuh kemudian dikalikan 100 %, berat gonad ikan tambakan pada sampel
yang ke 3 adalah 3 gr dengan berat tubuhnya 27 gr jd indeks kematangan
gonad nya 11,1 %
3. Menurut pendapat Kesteven tingkat kematangan gonad ikan tambakan
terdapat pada fase mijah dimana terjadi peristiwa telur atau sperma keluar
dengan sedikit ditekan.
4. Nilai fekunditas didapat dari bagian gonad yang dipotong menjadi tiga bagian,
yaitu pada bagian pangkal, tengah dan ujung.
B. Saran
Saran saya untuk praktikum ini adalah penggunaan waktu lebih
dioptimalkan lagi, agar semua penelitian dapat dilakukan dan selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar. 1985. Perikanan Darat.Bandung: Sinar Baru
Amri, Khairul. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Anonymous. 2009. Biologi Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan.Bogor: Yayasan Pustaka Nusatama.
Fujaya. 2004. Seksualitas ikan. Jakarta: Kanasius.
Khairuman. 2002. Sistematika Ikan. Bogor: Rineka Cipta.
Mudjiman. 2001. Habitat dan Penyebaran Ikan. Bandung: Kanisius.
Murdani. 2008. Ciri-Ciri Ikan. Yogyakarta: Gramedia.
Murtidjo.2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Jakarta: Penerbit Kanisius.
Muthmainnah. 2007. Fisiologi Ikan. Bogor: Rineka Cipta.