fokus dan ruang lingkup media...

26

Upload: buianh

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FOKUS DAN RUANG LINGKUP MEDIA AKUAKULTUR

Media Akuakultur (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma) memiliki p-ISSN 1907-6762;e-ISSN 2502-9460 dengan Nomor Akreditasi: 742/Akred/P2MI-LIPI/04/2016 (Periode April 2016-April 2019).Terbit pertama kali tahun 2006, dengan frekuensi penerbitan dua kali yaitu pada Juni dan Desember.

Media Akuakultur adalah wadah informasi berupa hasil-hasil penelitian dalam bidang Akuakultur (terapan)meliputi genetika dan reproduksi; bioteknologi; nutrisi dan pakan; kesehatan ikan dan lingkungan; danteknologi akuakultur berkelanjutan.

Naskah yang diterbitkan di Media Akuakultur telah melalui pemeriksaan pedoman penulisan olehAdministrasi Media. Naskah yang sudah mengikuti pedoman penulisan direview oleh 2 (dua) orang DewanPenyunting dan 1 (satu) orang Bebestari (Peer-Reviewer) berdasarkan penunjukan dari Ketua Dewan Penyunting.Keputusan diterima atau tidaknya suatu naskah menjadi hak dari Ketua Dewan Penyunting berdasarkan atasrekomendasi dari Dewan Penyunting dan Bebestari.

INFORMASI INDEKSASI MEDIA AKUAKULTUR

Media Akuakultur (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma) memiliki p-ISSN p-ISSN 1907-6762;e-ISSN 2502-9460 yang sudah terindeks di beberapa pengindeks bereputasi, antara lain: World Cat, CrossRef, Indonesian Scientific Journal Database (ISJD), SCILIT, Sherpa/Romeo, Google Scholar, Directory OpenAccess Journals (DOAJ), One Search Lancaster University, BASE, dan British Library.

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 i

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, i-vi

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

MEDIA AKUAKULTUR=================================================================================================================================================================================================================

Volume 12 Nomor 1, Desember 2017

Media Akuakultur adalah wadah informasi bidang perikanan budidaya yang memuat hasil-hasil penelitianterapan bidang akuakultur dan bidang lainnya yang terkait. Terbit dua kali setahun dibiayai oleh

Pusat Riset Perikanan,Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Tahun Anggaran 2017

TIM EDITOR

Penanggung Jawab:Dr. Toni Ruchimat, M.Sc.

Ketua Penyunting:Dr. Anang Hari Kristanto (Pemuliaan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan)

Anggota Penyunting:Dr. Wijopriono (Sumberdaya dan Lingkungan, Pusat Riset Perikanan)

Dewan Penyunting:Dr. Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi (Pemuliaan, Pusat Riset Perikanan)

Dr. Asda Laining (Pakan dan Nutrisi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan)Dr. Ketut Mahardika (Penyakit Ikan dan Udang, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan Penyuluhan

Perikanan)Dr. Tarunamulia (Akuakultur, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan)

Dr. Julie Ekasari (Bioteknologi, Insitut Pertanian Bogor)

Pembaca Naskah:Dr. Rosmiati

Penyunting Pelaksana:Dra. Endang Sriyati

Editor Pelaksana/Sekretariat:Diana Yulianti

Desain Grafis/Sekretariat:Suprapti

Administrasi/Sekretariat:Ofan Bosman, S.Pi.

Foto:Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, Maros

Alamat Redaksi:Pusat Riset Perikanan

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan PerikananGedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430

Telp.: (021) 64700928; Faks.: (021) 64700929E-mail: [email protected]; [email protected]

Website: ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

Terakreditasi Nomor: 742/Akred/P2MI-LIPI/04/2016

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, i-vi

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 ii

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

e-ISSN 2502-9460

BEBESTARI===============================================================================================================================================================================

1. Dr. Widanarni (Penyakit Ikan dan Udang, Institut Pertanian Bogor)

2. Dr. Nur Bambang Priyo Utomo (Fisiologi Nutrisi, Institut Pertanian Bogor)3. Dr. Rosmiati (Bioteknologi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan)4. Dr. Melta Rini Fahmi (Pemuliaan, Balai Riset Budidaya Ikan Hias)

5. Prof. Dr. Rachman Syah (Lingkungan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan)6. Dr. Alimuddin (Pemuliaan, Institut Pertanian Bogor)

7. Dr. Irmawati, S.Pi., M.Si. (Genetika Ikan, Universitas Hasanudin)8. Prof. Dr. I Nyoman Adiasmara Giri (Pakan dan Nutrisi, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan

Penyuluhan Perikanan)

9. Dr. Hesti Wahyuningsih (Akuakultur, Universitas Sumatera Utara)10. Dr. Anang Hari Kristanto (Pemuliaan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan/

Masyarakat Akuakultur Indonesia)11. Prof. Dr. Ketut Sugama (Akuakultur, Pusat Riset Perikanan)12. Prof. Dr. Haryanti (Genetika dan Bioteknologi, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan Penyuluhan

Perikanan)

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 iii

Media Akuakultur, 11 (2), 2016, i-vi

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA BEBESTARI PADA TERBITAN NOMOR INI

=================================================================================================================================================================================================================

Penyunting Media Akuakultur mengucapkan terima kasih kepada para Bebestari yang telah berpartisipasidalam menelaah naskah yang diterbitkan di media ilmiah ini, sehingga media ini dapat terbit tepat padawaktunya. Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Media Akuakultur Volume 12 Nomor 1 Tahun 2017adalah:

1. Prof. Dr. Haryanti (Genetika dan Bioteknologi, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut dan PenyuluhanPerikanan)

2. Dr. Imron (Pemuliaan, Balai Riset Pemuliaan Ikan)

3. Prof. Dr. I Nyoman Adiasmara Giri (Pakan dan Nutrisi, Balai Besar Riset Perikanan Budidaya dan PenyuluhanPerikanan)

4. Dr. Alimuddin (Pemuliaan, Institut Pertanian Bogor)

5. Prof. Dr. Ketut Sugama (Akuakultur, Pusat Riset Perikanan)

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 iv

Media Akuakultur, 11 (2), 2016, i-vi

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Media Akuakultur ditahun 2017 memasuki Volume 12 dan telah terakreditasi LIPI serta telah link indeksasi dengan World Cat,Cross Ref, Indonesian Scientific Journal Database (ISJD), SCILIT, Sherpa/Romeo, Google Scholar, DirectoryOpen Access Journals (DOAJ), One Search Lancaster University, BASE, dan British Library. Proses penerbitanmedia ini dibiayai oleh Pusat Riset Perikanan tahun anggaran 2017. Semua naskah yang terbit di media initelah melalui proses evaluasi oleh dewan penyunting (evaluator) dan bebestari (Peer-reviewer) sert editingoleh penyunting pelaksana.

Pengelolaan Media Akuakultur di tahun 2017 sudah mengacu pada Open Journal System (OJS). Dalamsegi tampilan mengalami sedikit perubahan, yaitu:

1. Pencantuman p-ISSN dan e-ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul, danhalaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua.

2. Lembar khusus bebestari.4. Lembar ucapan terima kasih untuk bebestari yang terlibat dalam penelaahan pada tiap nomornya.5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai

Media Akuakultur.

Informasi ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 2 (dua) terbitan.

Media Akuakultur pada terbitan nomor 1 tahun 2017 menampilkan 6 (enam) artikel hasil penelitianperikanan budidaya, lingkungan, penyakit, dan teknologi pakan. Lebih detailnya keenam artikel mengulastentang: Keragaan fenotipe ikan tambakan (Helostoma temminkii, Cuvier 1829) jantan dan betina generasikedua hasil domestikasi; Performa ikan lele afrika (Clarias gariepinus) hasil seleksi terhadap pertumbuhan,sintasan, konversi pakan, rasio RNA/DNA, dan nilai bioekonomi; Budidaya udang vaname dengan padatpenebaran tinggi; Kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan Tor tambroides yang diberi pakan komersialdengan kandungan protein berbeda; Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yangterinfestasi trematoda monogenea; Aplikasi real time–quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) dalamkuantifikasi koi herpes virus pada ikan mas (Cyprinus carpio).

Diharapkan terbitan Media Akuakultur ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakandan pengelola budidaya perikanan di Indonesia. Penyunting mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktifpara peneliti dari lingkup dan luar Pusat Riset Perikanan yang telah mengirimkan artikel ke Media Akuakultur.

Penyunting

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 v

Media Akuakultur, 11 (2), 2016, i-vi

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

e-ISSN 2502-9460

DAFTAR ISI

FOKUS, RUANG LINGKUP, DAN INDEKSASI MEDIA ................................................................. i

TIM EDITOR ............................................................................................................................... ii

BEBESTARI................................................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vi

MEDIA AKUAKULTUR=================================================================================================================================================================================================================

Volume 12 Nomor 1, Desember 2017

Keragaan fenotipe ikan tambakan (Helostoma temminkii, Cuvier 1829) jantan dan betinagenerasi kedua hasil domestikasiOleh: Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto ........ 1-9

Performa ikan lele afrika (Clarias gariepinus) hasil seleksi terhadap pertumbuhan, sintasan,konversi pakan, rasio RNA/DNA, dan nilai bioekonomiOleh: Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi dan Evi Tahapari ..................................................... 11-17

Budidaya udang vaname dengan padat penebaran tinggiOleh: Rachman Syah, Makmur, dan Mat Fahrur ........................................................................ 19-26

Kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan Tor tambroides yang diberi pakan komersialdengan kandungan protein berbedaOleh: Deni Radona, Jojo Subagja, dan Irin Iriana Kusmini ...................................................... 27-33

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang terinfestasi trematodamonogeneaOleh: Ida Ayu Nyoman Samirani Utami, Amy Azizah Adiati Ciptojoyo, dan Ngurah Nyoman

Wiadnyana ........................................................................................................................ 35-43

Aplikasi real time–quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) dalam kuantifikasikoi herpes virus pada ikan mas (Cyprinus carpio)Oleh: Isti Koesharyani, Lila Gardenia, Tatik Mufidah, dan Ayi Santika ................................... 45-53

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 vi

Media Akuakultur, 11 (2), 2016, i-vi

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 35

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, 35-43

# Korespondensi: Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu danKeamanan Hasil Perikanan Kelas II Palembang. Jl. Akses BandaraInt. l SMB II, Palembang 30152, Indonesia.Tel.: + (0711) 7302265E-mail: [email protected]

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma

HISTOPATOLOGI INSANG IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)YANG TERINFESTASI TREMATODA MONOGENEA

Ida Ayu Nyoman Samirani Utami*)#, Amy Azizah Adiati Ciptojoyo**), dan Ngurah Nyoman Wiadnyana***)

*) Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Palembang**) Pusat Karantina Ikan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

***) Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

(Naskah diterima: 1 Maret 2017; Revisi final: 19 Juni 2017; Disetujui publikasi: 19 Juni 2017)

ABSTRAK

Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang terinfestasi parasit trematoda monogenea tidak mudahdikenali gejala klinisnya secara spesifik, mengingat parasit ini menyerang organ insang. Infeksi parasit inidapat menyebabkan kematian ikan sehingga sangat merugikan budidaya ikan patin siam. Tujuan penelitianadalah memberikan informasi secara histopatologi tentang perubahan jaringan insang ikan patin siamyang terinfestasi parasit trematoda monogenea. Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan natif insangpatin siam yang terinfestasi parasit trematoda monogenea dan dilanjutkan dengan pemeriksaanhistopatologi. Pengambilan sampel ikan patin siam dilakukan sebanyak dua kali pada Mei dan Oktober2015 di beberapa kolam budidaya. Pengamatan sampel dilakukan secara mikroskopik di LaboratoriumBalai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Palembang. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa dari total 150 sampel yang diamati terdapat 35 sampel atau kasus insang ikan yangterinfestasi parasit trematoda monogenea yaitu: masing-masing sebanyak 10 sampel diperoleh pada Meidan 25 sampel pada Oktober. Pemeriksaan patologi terhadap organ insang yang terinfestasi trematodamonogenea menunjukkan bahwa lamella insang mengalami pembengkakan dan berwarna merah pucat.Parasit trematoda monogenea pada insang atau yang lebih dikenal dengan cacing insang memiliki panjangtubuh berkisar antara 0,7-0,9 mm dengan lebar 0,05-0,10 mm. Pengamatan histopatologi menunjukkanbahwa jaringan insang yang terinfestasi parasit trematoda monogenea ditandai adanya perubahan yangkonsisten, yaitu hiperplasia tulang rawan hyalin, proliferasi sel mukus, hiperplasia lamella sekunder, danfusi lamella sekunder. Perubahan ini dapat mengakibatkan kematian pada ikan akibat kekurangan oksigendan perubahan osmoregulasi ion dalam tubuh ikan.

KATA KUNCI: histopatologi; insang; ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus); trematodamonogenea

ABSTRACT: Histopathology of gills on striped catfish (Pangasius hypophthalmus) infested with trematodesmonogenea

The gills of striped catfish (Pangasius hypophthalmus) infested with parasitic trematodes monogenea are not easy toobserve specifically clinical symptoms, the parasite is very harmful to the striped catfish farming. The objective of thestudy was to provide histopathologic information about changes in gill tissue of infected pangasius fish infested withmonogeneous trematoda parasites. This study begun with an examination of native gill of striped catfish and fishinfested with parasitic trematodes monogenea and continued with histopathologic examination. Striped catfish samplingswere performed twice in May and October 2015 in some aquaculture ponds. Sampel analysis was done microscopicallyin Laboratorium of Fish Quarantine, Quality Control and Fisheries Product Safety Palembang. The results showed thatamong of 150 samples there were 35 samples of fish infested with parasitic trematodes monogenea, which of 10 and25 samples were collected in May and October, respectively. The results on clinical symptoms of infected gills trematodesmonogenea showed that gills swelled in lamella gills and pale red. The parasitic trematodes monogenea found in thegills which are well known as the gill worm had a body length ranging from 0.7 to 0.9 mm with a width of 0.05 to 0.10

36 Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) ..... (Ida Ayu Nyoman Samirani Utami)

mm. On examination of the gills infested with parasitic trematodes monogenea the histopathological changes wereconsistent, namely hyalin cartilage hyperplasia, mucous cell proliferation, hyperplasia secondary lamella, and thefusion of the secondary lamella. These changes could be affected on fish mortality due to lack of oxygen and ionosmoregulation changes in the body of the fish.

KEYWORDS: Hispatology; gills; striped catfish (Pangasius hypophthalmus); trematodes monogenea

PENDAHULUAN

Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakankomoditas ikan air tawar unggulan, khususnyaSumatera Selatan dan telah mangalami perkembanganbudidaya yang cukup pesat. Penerapan intensifikasibudidaya dengan peningkatan padat tebar seringdilakukan untuk memenuhi permintaan pasar. Namun,intensifikasi budidaya dapat menimbulkan berbagaidampak negatif antara lain timbulnya penyakit padaikan. Penyakit merupakan masalah serius yang harusdihadapi oleh para pembudidaya ikan, karena sangatberpotensi menimbulkan kerugian yang tinggi.Kerugian tersebut dapat berupa kematian ikan danpenurunan kualitas ikan sehingga secara ekonomisakan berakibat pada penurunan harga (Khairuman &Sudenda, 2009). Munculnya penyakit pada ikanumumnya merupakan hasil interaksi yang tidakseimbang antara tiga komponen dalam ekosistemperairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen yangganas, serta kualitas lingkungan yang memburuk(Snieszko, 1973; Saputra et al., 2013). Kondisi yangtidak seimbang pada ketiga komponen tersebutmenyebabkan upaya pengendalian penyakit sangat sulitdicapai, karena secara faktual ikan selalu hidup bersamapatogen yang setiap saat berpotensi menyebabkanpenyakit.

Salah satu penyakit yang menyerang ikan budidayadan berpotensi menimbulkan kerugian cukup besaradalah serangan parasit (Tobing, 2000; Afrianto &Liviawaty, 2003; Bandilla et al., 2006). Keberadaantrematoda monogenea pada ikan biasanya sebagaiparasit pada insang atau kulit yang menyebabkankematian massal karena ikan kehabisan darah karenaparasit ini mengonsumsi darah dan mengganggusirkulasi darah melalui insang dan kasus seperti inisering terjadi pada ikan lele (Clarias sp.) (Hadiroseyaniet al., 2006).

Keberadaan trematoda monogenea pada insangikan sangat sulit diamati secara kasat mata, karenaukuran parasit ini sangat kecil. Untuk itu, pemeriksaandilakukan dengan mengambil sampel insang ikan yangdiduga terinfeksi trematoda monogenea dan diamatidengan mikroskop.

Jenis parasit yang dapat menyerang pada ikan adalahgolongan protozoa, cacing, dan krustasea (Kabata,1985). Cacing yang sering menyerang insang patin siam

sangat jarang menimbulkan gejala klinis secaramakroskopis (Bamidele, 2007) tetapi menunjukkanperubahan histopatologi yang sangat konsisten. Parasitgolongan cacing terbagi menjadi Plathyhelminthes,Nematoda, dan Acanthocepala. Infestasi cacing yangsering ditemukan pada insang ikan patin siam adalahberasal dari kelas Trematoda monogenea dan OrdoPlathyhelminthes (Hoffman, 1999).

Histopatologi merupakan suatu teknik atau ilmuyang mempelajari perubahan abnormal dari sel ataujaringan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit.Pemeriksaan secara histopatologi merupakanpendukung dari suatu diagnosa dan dapat menjadipemeriksaan diagnosa utama dari suatu penyakitdengan ditemukannya perubahan sel atau jaringan yangspesifik pada penyakit tertentu. Pada saat yangbersamaan, pemeriksaan histopatologi merupakanpemeriksaan lanjutan dari penyakit parasit pada insangikan, karena perubahan yang terjadi sering diakibatkankarena perubahan lingkungan (air pemeliharaan ikan)yang terjadi secara ekstrem (Hossain et al., 2007).Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan histopatologilebih lanjut untuk mengetahui gambaran perubahansel dan jaringan dari insang yang terinfestasi trematodamonogenea.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikaninformasi secara histopatologi tentang perubahanjaringan insang ikan patin siam yang terinfestasiparasit trematoda monogenea.

BAHAN DAN METODE

Pengamatan Parasit Secara Natif

Pengumpulan sampel ikan patin siam, denganukuran total antara 28-32 cm dan bobot 200-300 g,dilakukan pada Mei dan Oktober 2015 di beberapakolam budidaya di Sumatera Selatan. Sebanyak 75sampel insang diambil pada setiap pengamatan dandiperiksa di Laboratorium Parasitologi dan HistologiBalai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan KeamananHasil Perikanan Kelas II Palembang. Dari jumlah total150 sampel yang diamati teridentifikasi 35 sampelinsang yang teinfestasi parasit trematoda monogenea(cacing insang). Jumlah cacing insang yang ditemukanpada setiap insang ikan patin siam berkisar antara2-3 ekor, jumlah seluruh cacing yang diperolehsebanyak 89 ekor dan diukur panjang, serta lebar

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 37

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, 35-43

badannya. Selanjutnya untuk pengamatanhistopatologi, ikan patin siam dianastesi dandinekropsi, kemudian diamati perubahan pada filamen/lamella insang. Sebanyak 4-5 filamen insang diambiluntuk diletakkan di atas gelas objek yang sudahditetesi cairan NaCl fisiologis dan ditutup dengan gelaspenutup. Preparat diamati dengan mikroskop cahayadan direkam menggunakan kamera perekam. Setelahdiperoleh parasit yang mengarah pada trematodamonogenea, insang dibilas dengan cairan NaClfisiologis secara perlahan dan dilanjutkan denganproses pembuatan preparat histologis. Dari sampelinsang yang terinfestasi cacing trematoda monogenea,satu preparat sampel cacing yang paling sempurnadiamati morfologinya di bawah mikroskop denganpembesaran 400x.

Preparasi dan Pengamatan PreparatHistologis

Sampel ikan yang teridentifikasi terinfestasi parasitpada insang di laboratorium Parasitologi, selanjutnyadifiksasi menggunakan phospate-buffered formalin (NBF)10% selama 24-48 jam (Raškoviæ et al., 2011). Setelahdilakukan fiksasi, dilanjutkan dengan proses dehydrasi-clearing-embedding dalam larutan alkohol dengankonsentrasi bertingkat dan larutan xilol, serta ditanamdalam paraffin. Semua proses tersebut dilakukandengan alat tissue processor. Blok-blok yang terbentukdari proses embbeding kemudian dipotongmenggunakan mikrotom dengan ketebalan sayatan3-5 m. Pita hasil pemotongan diregangkan dengancara dimasukkan ke dalam waterbath bersuhu stabil40°C. Gelas objek digunakan untuk mengambil pitadalam waterbath dan dikering-anginkan selama satujam. Kemudian, gelas objek disusun dalam stainingbox dan dilakukan pewarnaan haematoxylin-eosin (HE)dan pada akhir pewarnaan dilakukan covering slide.Preparat diamati dengan mikroskop cahaya dandidokumentasikan menggunakan kamera perekam.Preparat jaringan yang sudah ditutup dengan cover glassdiamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400xuntuk dianalisis. Analisis jaringan dilakukan secaradeskriptif dengan melihat perubahan jaringan yangdiakibatkan oleh infestasi parasit trematodamonogenea (Wakita et al., 2007).

HASIL DAN BAHASAN

Dari total 150 sampel insang patin siam(P. hypophthalmus) yang diamati secara natif danhispatologi, diperoleh 35 sampel yang terinfestasiparasit trematoda monogenea, yaitu 10 sampel (13%)tercatat pada Mei, sedangkan 25 sampel (33%)ditemukan pada Oktober 2015. Hasil ini menunjukkanbahwa sampel atau disebut kasus infestasi parasit padainsang ikan patin siam lebih banyak terjadi pada

Oktober dibandingkan dengan Mei. Hal tersebutkemungkinan dipengaruhi oleh perubahan kondisilingkungan. Kondisi lingkungan yang tidak baik dapatmemengaruhi tingginya virulensi/tingkat seranganpenyakit pada ikan (Snieszko, 1973; Saputra et al.,2013). Pada periode Oktober, umumnya di wilayahSumatera Selatan sudah memasuki musim penghujan.Pada periode ini limpahan air yang masuk ke kolam-kolam budidaya ikan dapat mengandung berbagaibahan organik dan polutan lainnya yang dapat memicukemunculan berbagai parasit, termasuk parasittrematoda monogenea yang dapat menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan.

Pengamatan makroskopis menunjukkan lamellainsang ikan patin siam yang terinfestasi parasittrematoda monogenea terlihat menebal/pembengkakan dan berwarna lebih pucat (Gambar 1A)dibandingkan dengan lamella insang ikan patin siamyang tidak terinfestasi parasit yang tampak berwarnacerah cemerlang (tidak kusam dan berlendir) dan tidakterjadi penebalan lamella (Gambar 1B). Parasittrematoda monogenea merupakan parasit golongancacing yang sangat mudah dikenali pada saatpengamatan preparat natif insang ikan patin siam,karena ukuran parasit ini relatif besar dengan panjangdan lebar masing-masing berkisar antara 0,7-0,9 mmdan 0,05-0,10 mm (Gambar 1C). Parasit trematodamonogenea merupakan parasit pada kelas monogeneadengan ukuran terbesar dan memiliki panjangmencapai 0,30-1,00 mm (Kabata, 1985).

Infestasi parasit trematoda monogenea menempelkuat di antara lamella sekunder bahkan sampaimenembus tulang rawan hialin. Terkadang padapemeriksaan preparat natif, parasit hanya tampakmenempel pada permukaan lamella sekunder. Parasitini menempel pada permukaan lamella insang denganmenggunakan opistaptor yang terdiri atas 14 hooks,dua di antaranya berada di dekat anchor (Gambar 1Cdan 2A) sebanding dengan yang diperlihatkan padaGambar 2B dan 2C (Susanto, 2008). Anchor merupakanalat penghisap sari makanan yang dibawa oleh darahsaat mengikat oksigen di lamella insang (Kabata, 1985).

Dari hasil pengamatan preparat histologi(Gambar 2A), cacing pada insang ikan patin dapatdiidentifikasi sebagai Klas Trematoda monogenea.Pada Gambar 2A, tampak bahwa karakteristik dariparasit ini terlihat pipih dan seperti daun, tidakmemiliki bintik mata, ujung kepala berbentuk V, danseperti kulit kerang, organ menempel (opisthohaptor)memiliki jangkar-jangkar. Potongan parasit ini terdapatdiperoleh di antara lamella insang dan beberapa bagianlamella insang dan menyebabkan lamella insangmenyatu (fusi lamella sekunder) berbentuk sepertitongkat pemukul (Gambar 4A). Bagian vitellarium,

38 Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) ..... (Ida Ayu Nyoman Samirani Utami)

saluran pencernaan, eritrosit, jangkar, dan cakrambagian belakang dari parasit trematoda monogeneadapat diamati pada Gambar 2A. Selain itu, dapat jugadilihat parasit trematoda monogenea yang menempelpada insang dengan menggunakan jangkar dan cakrampelekat (Gambar 3) seperti yang dilaporkansebelumnya oleh Grabda (1991). Lebih jauh dikemukanbahwa parasit trematoda monogenea yang barumenetas akan bersifat parasit bila telah menempelpada insang inang dan menghisap darah inang. Bentuktubuh monogenea pipih, bagian punggung dan perut(kadang silindris), bulat telur, oval atau menyerupailempengan melingkar, bagian perut ramping, cekungdan cembung pada bagian punggung. Tipe karaktermonogenea adalah memiliki dua atau empat bintikmata anterior, tetapi ada juga yang tidak memiliki

bintik mata dan kait-kait belakang sangat jelas.

Perkembangan parasit trematoda monogeneasangat cepat di perairan. Telur yang menetas diperairan akan berenang menggunakan cilia yangdisebut oncomirasidium untuk mencari insangdefinitif yang sesuai dan berkembang infektif padaikan tersebut (Rohde, 2005). Perkembangan parasitmencapai dewasa terjadi di insang, tepatnya di lamellaprimer insang (Grabda, 1991). Oncomirasidium masukke dalam sel epitel lamella primer dengan memakansel epitel lamella primer dan tulang rawan hyalin yangada pada lamella primer dan membentuk kista didalamnya.

Pengamatan histologi memperlihatkan adanyaperubahan hyperplasia selepite lamella sekunder (Gambar

Gambar 1. Perubahan patologi insang ikan patin siam (P. hypophthalmus) yang terinfestasi parasittrematoda monogenea terlihat menebal dan berwarna lebih pucat (A) dan yang tidakterinfestasi parasit trematoda monogenea (B) serta contoh parasit yang memiliki ukuranrelatif besar (C).

Figure 1. Pathological change of gill in striped catfish (P. hypophthalmus) which is infested with parasitictrematodes monogenea show thickened and paler (A) and gill was not infested with parasitictrematodes monogenea (B) as well as an example of parasite which has a relatively large size (C).

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 39

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, 35-43

3). Hal ini terlihat adanya keberadaan kista parasit padalamella primer yang mengakibatkan terjadinyahiperplasia tulang rawan hyalin dan hiperplasia selepitel lamella (Rohde, 2005). Selanjutnya dikatakanbahwa hiperplasia tulang rawan hyalin terbentukkarena stimulasi dari parasit trematoda monogeneayang berkembang dari oncomyrasidium menjadi cacingmuda. Hiperplasia lamella insang merupakan salah satupertahanan tubuh terhadap benda asing. Perkembanganparasit pada lamella insang menjadi dewasa denganmemakan sel epitel dan tulang rawan hyalin.

Secara histopatologi, Camargo & Martinez (2007)mengemukakan bahwa proses pertahanan insang dariperlekatan parasit yang menggunakan anchor dapatmengakibatkan pendarahan. Reaksi pertahanan padalamella menstimulasi pertumbuhan selepite lamella

insang yang sangat cepat (hiperplasia) dan peningkatandari sekresi mukus oleh sel-sel mukus (Gambar 3).Hiperplasia lamella tidak hanya disebabkan olehpertumbuhan sel epitel, tapi bisa juga bersinergidengan proliferasi sel mukus dan fusi lamella sekunder(lamella insang menyatu).

Proliferasi sel mukus yang distimulasi untukmelindungi bagian tubuh yang termakan oleh parasitdengan menghasilkan banyak lendir pada permukaaninsang dapat menyebabkan kematian sel (nekrosa)epitel lamella (Hossain et al., 2007). Penambahanjumlah sel menyebabkan lapisan epitel lamellasekunder yang hanya satu lapis menjadi tampakberlapis-lapis (Gambar 4A). Nekrosa yang diakibatkanhipersekresi mukosa menimbulkan perforasi daripembuluh darah, sehingga oksigen dan nutrisi tidak

Gambar 2. Insang ikan patin siam (P. hypophthalmus) yang terinfestasi parasit trematoda monogenea(A) dengan pewarnaan HE, 400x sesuai dengan yang dilaporkan oleh Susanto (2008) (Bdan C).

Figure 2. Fish gills striped catfish (P. hypophthalmus) infested with parasitic trematodes monogenea (A)with HE staining, 400x in accordance with that reported by Susanto (2008) (B and C).

40 Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) ..... (Ida Ayu Nyoman Samirani Utami)

sampai di lokasi hiperplasia sel epitel tersebut, dalamkeadaan yang lama akan menyebabkan kematianjaringan (Gambar 3). Menurut Roberts (2001),peningkatan sekresi sel mukus secara nyatamengurangi proses pernafasan pada ikan karena prosesosmosis oksigen tidak terjadi pada daerah yangtertutup sekresi mukus dan sel epitel yang sudahnekrosa. Selanjutnya dijelaskan bahwa proliferasimerupakan kondisi di mana sel epitel lamella sekundertumbuh secara berlebihan akibat dari gigitan parasittrematoda monogenea tersebut sehinggamenyebabkan produksi lendir meningkat dan padaakhirnya menghasilkan sel epitel lamella sekundermenjadi berlebih. Proliferasi epitel lamella sekunder(epitel lamella sekunder tumbuh secara berlebihan),diduga kondisi tersebut disebabkan oleh seranganparasit. Proliferasi sel-sel lamella yang terjadimerupakan respons dari infeksi yang lama maupuncepat. Bentuk tidak normal dari sel-sel lamella ini jugadapat terjadi akibat reaksi terhadap gangguan kimiamisalnya perubahan pH yang menjadi lebih asam dikolam yang perairannya tidak bersirkulasi dengan baiksehingga terjadi penumpukan gas karbondioksida(CO

2). Selain bersumber dari hasil metabolisme ikan

cemaran pada air juga dapat berasal dari lingkunganperairan seperti sampah atau buangan industri.Selanjutnya dikemukakan Price & Wilson (2006),

proliferasi merupakan suatu keadaan di mana terjadipeningkatan atau kenaikan jumlah sel yang nyata dalamjaringan. Proliferasi sel-sel lamella yang terjadimerupakan respons dari infeksi yang lama maupuncepat. Proliferasi sel epitel lamella sekunder yangterjadi pada insang merupakan respons dari adanyaparasit atau bahan asing seperti bahan-bahan kimiaorganik.

Insang ikan yang teinfestasi parasit trematodamonogenea mengakibatkan terjadinya fusi lamellainsang (lamella insang menyatu) dari lamella sekunder(Gambar 4A). Akibat dari adanya fusi ini, lamella insangtidak dapat berfungsi dengan baik, karena lakuna yangberisi sel darah merah tertutup oleh sel epitel lamellasekunder. Pemulihan lamella insang akan ditandaidengan luka tertutup oleh banyaknya sel interlamellasetelah terjadi nekrosis pada sel epitel dan pecah olehkerusakan secara fisik, kimiawi, dan biologi (Robert,2001). Namun, bila kerusakan terjadi semakin parahmaka insang berada pada kondisi dengan ruang antaralamella sekunder dengan sel interlamella yangberdekatan seperti terlihat pada Gambar 4D (Wakitaet al., 2007). Lamella insang akan terlihat menyatuseperti tongkat pemukul (Gambar 4A), seperti jugadiperlihatkan pada Gambar 4C (Wakita et al., 2007).Kerusakan berupa lamella insang menyatu sepertitongkat pemukul dapat mengakibatkan efisiensi

Gambar 3. Anchor parasit trematoda monogenea (panah merah) yang melekat padalamella insang dan menyebabkan hyperplasia sel epitel lamella (panahbiru) (pewarnaan HE, 400x).

Figure 3. The head (anchor) parasitic trematodes monogenea (red arrow) is attached tothe lamella gills and cause epithelial cell hyperplasia lamella (blue arrow) (HEstaining, 400x).

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 41

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, 35-43

pernafasan eksternal menjadi sangat buruk karenalamella sekunder telah tertutup sempurna oleh sel-sel interlamella (ikan berada pada posisi kesulitanbernafas karena kekurangan oksigen).

Seperti yang dikemukakan oleh Robert (2001),hiperplasia terjadi pada tingkat iritasi yang lebihrendah dan biasanya disertai peningkatan jumlah sel-sel mukus pada dasar lamella dan mengakibatkan fusilamella insang (lamella insang menyatu) dari lamella.

Ruang interlamella yang merupakan saluran air danruang produksi mukus dapat tersumbat akibathiperplasia sel epitel yang berasal dari filamen primer.Pada akhirnya, seluruh ruang interlamella diisi olehsel-sel yang baru. Hiperplasia mengakibatkanpenebalan jaringan epitel diujung filamen yangmemperlihatkan bentuk seperti pemukul bisbol(clubbingdistal) atau penebalan jaringan epitelium yangterletak di dekat dasar lamella (basal hiperplasia)(Gambar 4A dan 4C).

Gambar 4. Mikrofotografi lamella sekunder insang patin siam (P. hypophthalmus), A) fusi lamella sekunder(lamella insang menyatu) karena hiperplasia sel epitel lamella sekunder (panah merah); proliferasisel mukus (panah biru); B) telangiektasis yang diakibatkan karena pecahnya lakuna akibat dariruptur sel pilar sehingga terjadi penumpukan sel darah merah pada lamella sekunder (panah kuning)(pewarnaan HE, 400x); C dan D menggambarkan lamella insang menyatu (Wakita et al., 2007).

Figure 4. A microphotography on secondary lamella gills of striped catfish (P. hypophthalmus), A) fusion of second-ary lamella (lamella gill fused) for cell hyperplasia secondary lamella epithelium (red arrow); mucous cellproliferation (blue arrow); and B) telangiectasia is caused by the outbreak of the lacuna resulting frompillar cells rupture resulting in accumulation of red blood cells in the secondary lamella (yellow arrows)(HE staining, 400x); C and D illustrate the fusion of the secondary lamella (Wakita et al., 2007).

42 Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) ..... (Ida Ayu Nyoman Samirani Utami)

Tertutupnya lakuna oleh sel epitel lamella sekunderdapat meningkatkan tekanan yang ada pada lakuna danmengakibatkan ruptur (patah) dari sel pilar yangberfungsi menjaga kestabilan dari lamella sekunder.Patahnya sel pilar mengakibatkan penumpukan seldarah merah di ujung lamella yang disebut dengantelangiektasis (Gambar 4B). Telangiektasis dapatdiakibatkan oleh proses normal tubuh di manapenyerapan oksigen rendah sedangkan kebutuhanoksigen untuk metabolisme sangat tinggi sehinggaikan melakukan homeostasis dengan mempercepatperedaran darah yang mengakibatkan patahnya sel pi-lar dan memperluas area lakuna di ujung lamellasekunder (Roberts, 2001; Sayed et al., 2012).

KESIMPULAN

Hasil pengamatan mendapatkan 35 sampel insangatau kasus ikan patin siam terinfestasi parasittrematoda monogenea, yaitu 10 sampel (13%) dan 25sampel (33%) masing-masing pada Mei dan Oktober2015. Insang patin siam (P. hypophthalmus) yangterinfestasi parasit trematoda monogenea terlihatberwarna merah pucat dan mengalami pembengkakanpada lamella. Parasit trematoda monogenea berukuranpanjang dan lebar masing-masing antara 0,7-0,9 mmdan 0,05-0,10 mm. Pengamatan histopatologi insangmenggambarkan adanya konsistensi perubahan yaituhiperplasia tulang rawan hyalin, proliferasi sel mukus,hiperplasia lamella sekunder, dan fusi lamella sekunder.Fusi lamella sekunder dapat mengakibatkan terjadinyatelangiektasis dan mengakibatkan kematian ikankarena kekurangan oksigen dan perubahanosmoregulasi ion tubuh ikan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kegiatan penelitian ini dilakukan atas biaya darialokasi anggaran kegiatan pada 2015 di Balai KarantinaIkan, Pengendalian Mutu dan Keamanan HasilPerikanan Kelas II Palembang. Ucapan terima kasihdisampaikan kepada Kepala Balai dan juga rekan-rekanyang telah membantu kegiatan di lapangan maupun dilaboratorium.

DAFTAR ACUAN

Afrianto, E. & Liviawaty, E. (2003). Pengendalian hamadan penyakit ikan. Yogyakarta: Kanisius, 89 hlm.

Bandilla, M., Valtonen, E.T., Suomalainen, L.R., Aphalo,P.J., & Hakalahti, T. (2006). A link between ecto-parasite infection and susceptibility to bacterialdisease in rainbow trout. International Journal forParasitology, 36, 987–991.

Bamidele, A. (2007). Histopathological study on theparasitised visceral organs of some fishes of LekkiLagon, Lagos, Nigeria. Life Science Journal, 4(3),70-76.

Camargo, M.M.P. & Martinez, C.B.R. (2007). Histopa-thology of gills, kidney and liver of a neotropicalfish caged in an urban stream. Neotropical Ichthyol-ogy, 5(3), 327-336.

Grabda, J. (1991). Marine fish parasitology. Warszawa:PWN–Polish Scientific Publishers, 305 pp.

Hadiroseyani, Y., Hariyadi, P., & Nuryati, S. (2006).Inventarisasi parasit lele dumbo Clarias sp. didaerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2),167-177.

Hoffman, G.L. (1999). Parasites of American freshwa-ter fishes. 2nd ed. New York: Cornell UniversityPress, p. 122-129.

Hossain, M.K., Hossain, M.D., & Rahma, M.H. (2007).Histopathology of some diseased fishes. JournalLife Earth Science, 2(2), 47-50.

Kabata, Z. (1985). Parasites and diseases of fish con-trol in the tropics. Taylor and Francis. London andPhiladelphia, 318 pp.

Khairuman & Sudenda, D. (2009). Budidaya patin secaraintensif. Jakarta: Agromedia Pustaka, 116 hlm.

Price, S.A. & Wilson, L.M. (2006). Patologi konsepklinis proses-proses penyakit. Brahma, U.P.penterjemah: Huriawati, H. Edit. Jakarta: EGCTerjemahan dari: Pathopysiology Clinical Conceptsof Disease Processes, 1183 pp.

Raškoviæ, B.S., Stankovi, M.B., Markovi, Z.Z., &Poleksi, V.D. (2011). Histological methods in theassessment of different feed effects on liver andintestine of fish. Journal of Agricultural Sciences,56(1), 87-100.

Roberts, R.J. (2001). Fish pathology. Edisi III. Saunders,W.B. London, Edinburgh, Philadelphia, St. Louis,Sydney, Toronto, 472 pp.

Rohde, K. (2005). Marine parasitology. Australia:CSIRO Publishing, p. 189-196.

Saputra, H.M., Marusin, N., & Santoso, P. (2013).Struktur histologis insang dan kadar hemoglobinikan asang (Osteochilus hasseltii C.V) di DanauSingkarak dan Maninjau, Sumatera Barat. J. Bio.UA., 2(2), 138-144.

Sayed, A.H., Mekkawy, I.A., & Mahmoud, U.M. (2012).Histopathological alterations in some body or-gans of adult Clarias gariepinus (Burchell, 1822)exposed to 4-nonylphenol. In Garcia, M.D. (ed).Zoology. In Tech. Shanghai, p. 163-184.

Copyright @ 2017, Media Akuakultur, e-ISSN 2502-9460 43

Media Akuakultur, 12 (1), 2017, 35-43

Snieszko, S.F. (1973). The effect of environmentalstress on outbreak of infection disease offisheries. J. Fish. Biol., 6, 197-208.

Susanto, D. (2008). Gambaran histopatologi organinsang, otot dan usus ikan mas (Cyprinus carpio).Fakultas Kedokteran Hewan. Institut PertanianBogor. Bogor.

Tobing, L.L. (2000). Inventarisasi parasit metazoa padaikan gabus laut (Saurida undosquamis Richardson,1848), ikan samgeh (Antrobucca nibe Jordan dan

Thompson, 1911) dan ikan gelang mudin (Upeneustaeniopterus Cuvier, 1829) dari tempat pelelanganikan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Skripsi. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut PertanianBogor. Bogor, 104 hlm.

Wakita, K., Yuasa, K., Panigoro, N., Bahnan, M., Salfira,& Astuti, I. (2007). Teknik dasar histologi dan at-las dasar-dasar histopatologi ikan. Balai BudidayaAir Tawar Jambi dan Japan International CoperationAgency. Sumatera, 77 hlm.

Volume 12 Nomor 1, 2017

MEDIA AKUAKULTUR

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak dapat dicuplik tanpa ijin dan biaya

UDC 639.34

Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar danPenyuluhan Perikanan)

Keragaan fenotipe ikan tambakan (Helostoma temminkii, Cuvier 1829) jantan dan betina generasi kedua hasil domestikasi

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 1-9

Ikan tambakan berpotensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan beradaptasi terhadap perairandengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Penelitian untuk mengetahuikeragaan fenotipe ikan tambakan hasil domestikasi telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan PenyuluhanPerikanan, Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi bentuk morfologi berdasarkan morfometrik,meristik, dan warna yang berguna dalam pengelolaan pembenihan dan budidaya ikan tambakan. Pengambilan data dilakukanmelalui pengamatan bentuk tubuh dan genitalia ikan jantan dan betina, pengukuran bagian tubuh, penghitungan jumlah danjenis jari sirip, linea lateralis, warna ikan dan morfometrik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bentuk tubuh ikan jantanlebih ramping dibanding ikan betina, ikan betina mempunyai rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar 2,08±0,117;ikan jantan sebesar 2,26±0,095. Rasio panjang standar terhadap lebar badan pada ikan jantan adalah 0,95±0,018 dan ikanbetina 1,01±0,025. Nilai koefisien variasi (CV) rerata seluruh karakter tubuh tergolong rendah, dengan nilai 12,2±10,73.Karakter C4 (awal sirip dorsal-akhir sirip anal) merupakan karakter nilai CV paling rendah yaitu 3,2% dan karakter D1 (akhirsirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai nilai CV tertinggi yaitu 43,8%. Berdasarkan karakter meristik dan warna, tidakterdapat perbedaan antara jantan dan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna punggung hijau keabuan (TC 613),warna operculum hijau keperakan (TC 613), warna perut perak sampai keabuan (TC 521) dan warna gonad kuning oranye (TC023).

KATA KUNCI: tambakan; fenotipe; morfometrik; meristik; warna

e-ISSN 2502-9460

UDC 639.31

Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi dan Evi Tahapari (Pusat Riset Perikanan)

Performa ikan lele afrika (Clarias gariepinus) hasil seleksi terhadap pertumbuhan, sintasan, konversi pakan, rasio RNA/DNA,dan nilai bioekonomi

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 11-17

Peningkatan produksi ikan lele perlu didukung oleh ketersediaan benih berkualitas baik. Pada penelitian ini dilakukanpengujian penggunaan benih unggul ikan lele hasil seleksi (strain Mutiara) dengan tujuan untuk mendapatkan informasimengenai performa hasil seleksi terhadap pertumbuhan, sintasan, konversi pakan, rasio RNA/DNA, dan nilai bioekonominya.Pengujian dilakukan di sentra budidaya ikan lele di Kabupaten Sleman. Hasil pengujian pertumbuhan pada kolam tembokberukuran 12,5 m2 menunjukkan bahwa strain Mutiara menunjukkan bobot akhir, sintasan, dan biomassa panen yang lebihtinggi (P<0,1) dibandingkan strain lokal. Strain Mutiara lebih efisien dalam memanfaatkan pakan dibandingkan strain lokalyang ditunjukkan dengan nilai FCR yang lebih rendah. Pertumbuhan strain Mutiara yang lebih cepat didukung oleh peningkatanrasio RNA/DNA yang lebih tinggi dibandingkan strain lokal. Berdasarkan analisis nilai bioekonomi, biaya yang dikeluarkanuntuk menghasilkan 1 kg ikan lele strain Mutiara lebih murah (Rp 12.576,-) dibandingkan strain lokal (Rp 15.105,-). NilaiBCR pada budidaya ikan lele strain Mutiara (1,3) lebih tinggi dibandingkan strain lokal (1,1), yang menunjukkan bahwabudidaya ikan lele strain Mutiara lebih menguntungkan dibandingkan strain lokal. Keuntungan yang diperoleh pada budidayaikan lele strain Mutiara (31,2) mencapai tiga kali lebih tinggi dibandingkan strain lokal (9,9), berdasarkan nilai pengembalianmodal (ROI). Masa pengembalian modal (PP) pada budidaya ikan lele strain Mutiara (3,2 siklus) adalah 3 kali lebih singkatdaripada strain lokal (9,9 siklus).

KATA KUNCI: Clarias gariepinus; strain Mutiara; seleksi; produktivitas; bioekonomi

MEDIA AKUAKULTUR

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak dapat dicuplik tanpa ijin dan biaya

UDC 639.512

Rachman Syah, Makmur, dan Mat Fahrur (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan)

Budidaya udang vaname dengan padat penebaran tinggi

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 19-26

Upaya meningkatkan produktivitas lahan tambak dapat dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran disertai denganpemberian akuinput yang prima serta dukungan teknologi yang memadai. Tiga padat penebaran yaitu 750; 1.000; dan 1.250ekor/m2, diaplikasikan pada tambak dengan luasan 1.000 m2 dengan kedalaman air 1,8 m dilengkapi dengan sistem aerasiberupa kincir dan root blower, pompa submersible, automatic feeder, central drain dan collector drain serta Instalasi PengolahAir Limbah (IPAL). Kapasitas sistem aerasi adalah 500 kg biomassa udang/HP. Udang dipelihara selama 105 hari. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa padat penebaran yang diaplikasikan menghasilkan bobot akhir udang yang relatif samaberkisar 15,48-16,30 (15,78±0,45) g/ekor dengan nilai pertumbuhan harian 0,16-0,18 (0,17±0,01) g/hari. Produksi yangdiperoleh adalah 7.862; 10.699; dan 12.163 kg/petak, masing-masing pada padat penebaran 750; 1.000 dan 1.250 ekor/m2.Nilai rasio konversi pakan 1,4; 1,36; 1,55 dan kebutuhan listrik 3,2; 2,5; 2,4 kw/kg udang serta kebutuhan air 2,24; 1,66; 1,60m3/kg udang. Biaya produksi udang terendah adalah Rp. 30.526/ kg udang pada padat penebaran 1.000 ekor/m2 dengan labaoperasional sebesar Rp. 630.687.094/th. Padat penebaran 1.000 ekor/m2 menghasilkan kinerja lebih baik sehingga disarankanmenjadi acuan padat penebaran untuk budidaya udang vaname superintensif. Teknologi ini memiliki potensi dampak terhadaplingkungan perairan, sehingga perlu dilengkapi sarana Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk pengolah air buangantambak.

KATA KUNCI: padat penebaran; udang vaname; superintensif

UDC 639.34

Deni Radona, Jojo Subagja, dan Irin Iriana Kusmini (Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan)

Kinerja pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan Tor tambroides yang diberi pakan komersial dengan kandungan proteinberbeda

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 27-33

Protein merupakan nutrien yang sangat berperan dalam pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kebutuhanprotein optimal untuk pertumbuhan ikan Tor tambroides dan pengaruh kandungan protein pakan terhadap efisiensi pakannya.Benih ikan Tor yang digunakan berukuran panjang (1,5 ± 0,1 cm) dan bobot (0,08 ± 0,01 g). Benih ikan dipelihara dalamakuarium berukuran 40 cm x 30 cm x 30 cm dengan ketinggian air 20 cm sebanyak 50 ekor. Selama 40 hari pemeliharaanbenih ikan diberi pakan komersil berupa crumble dengan kandungan protein, (A) 25%, (B) 35%, dan (C) 50% sebanyak 20% perhari dari total biomassa ikan, pemberian pakan dengan frekuensi tiga kali sehari. Rancangan penelitian menggunakanrancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan ikan Tor tambroides yangdiberi pakan dengan kandungan protein sebesar 35% dan 50% memiliki pertumbuhan panjang, bobot, laju pertumbuhanharian (LPH), biomassa, nisbah konversi pakan (FCR), dan efisiensi pakan yang sama (P>0,05) dan berbeda nyata pada pakandengan kandungan protein 25% (P<0,05).

KATA KUNCI: Tor tambroides; protein; pertumbuhan; efisiensi; pakan

Volume 12 Nomor 1, 2017e-ISSN 2502-9460

MEDIA AKUAKULTUR

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak dapat dicuplik tanpa ijin dan biaya

UDC 639.3.09

Ida Ayu Nyoman Samirani Utami, Amy Azizah Adiati Ciptojoyo, dan Ngurah Nyoman Wiadnyana (Balai Karantina Ikan,Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Palembang)

Histopatologi insang ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang terinfestasi trematoda monogenea

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 35-43

Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang terinfestasi parasit trematoda monogenea tidak mudah dikenali gejalaklinisnya secara spesifik, mengingat parasit ini menyerang organ insang. Infeksi parasit ini dapat menyebabkan kematianikan sehingga sangat merugikan budidaya ikan patin siam. Tujuan penelitian adalah memberikan informasi secara histopatologitentang perubahan jaringan insang ikan patin siam yang terinfestasi parasit trematoda monogenea. Penelitian ini diawalidengan pemeriksaan natif insang patin siam yang terinfestasi parasit trematoda monogenea dan dilanjutkan dengan pemeriksaanhistopatologi. Pengambilan sampel ikan patin siam dilakukan sebanyak dua kali pada Mei dan Oktober 2015 di beberapakolam budidaya. Pengamatan sampel dilakukan secara mikroskopik di Laboratorium Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutudan Keamanan Hasil Perikanan, Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 150 sampel yang diamati terdapat35 sampel atau kasus insang ikan yang terinfestasi parasit trematoda monogenea yaitu: masing-masing sebanyak 10 sampeldiperoleh pada Mei dan 25 sampel pada Oktober. Pemeriksaan patologi terhadap organ insang yang terinfestasi trematodamonogenea menunjukkan bahwa lamella insang mengalami pembengkakan dan berwarna merah pucat. Parasit trematodamonogenea pada insang atau yang lebih dikenal dengan cacing insang memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,7-0,9 mmdengan lebar 0,05-0,10 mm. Pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa jaringan insang yang terinfestasi parasit trematodamonogenea ditandai adanya perubahan yang konsisten, yaitu hiperplasia tulang rawan hyalin, proliferasi sel mukus, hiperplasialamella sekunder, dan fusi lamella sekunder. Perubahan ini dapat mengakibatkan kematian pada ikan akibat kekuranganoksigen dan perubahan osmoregulasi ion dalam tubuh ikan.

KATA KUNCI: histopatologi; insang; ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus); trematoda monogenea

UDC 639.3.09

Isti Koesharyani, Lila Gardenia, Tatik Mufidah, dan Ayi Santika (Pusat Riset Perikanan)

Aplikasi real time–quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR) dalam kuantifikasi koi herpes virus pada ikan mas(Cyprinus carpio)

Media Akuakultur 12 (1), 2017, 45-53

Koi Herpes Virus (KHV) di Indonesia sejak tahun 2002 merupakan penyakit mematikan yang menyerang ikan koi Cyprinuscarpio koi dan ikan mas Cyprinus carpio carpio, dan sampai saat ini, infeksi KHV dilaporkan sudah menyebar hampir diseluruh dunia. Untuk mengetahui adanya infeksi KHV perlu cara diagnosa yang sangat akurat/sensitif, sehinggakeberadaan KHV dapat diketahui secara pasti dengan tingkat sensitivitas yang lebih baik pada ikan budidaya. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengaplikasikan teknik deteksi dengan real time quantitative polymerase chain reaction (RT-qPCR/qPCR) guna mengetahui adanya infeksi KHV secara kuantitatif pada ikan mas dengan mengetahui kandungan virus(viral load). Sebanyak masing-masing 3 ekor sampel diperoleh dari sentra budidaya ikan mas di Cirata-Jawa Barat,Maninjau-Sumatera Barat, dan Banjarmasin-Kalimantan Selatan. Sampel-sampel tersebut selanjutnya dianalisa keberadaanKHV-nya dengan RT-qPCR menggunakan SYBR Green. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah tertinggi (viral load)diperoleh dari ikan mas asal Cirata-3 dengan nilai Threshold Cycle (Ct.) 18,24 atau setara dengan 3,4 x 107 kopi, danterendah dari ikan mas asal Banjarmasin-3 dengan nilai Ct. 33,39 atau 1,8 x 102 kopi. Dua standar yang digunakan dalampengujian ini berupa plasmid dengan jumlah kopi 2 x 104 (Ct 27,24) dan 2 x 103 (Ct 30,24) dan kontrol atau Non TemplateControl (NTC) adalah 3,1 x 10 atau dengan nilai Ct 35,65. Uji aplikasi deteksi KHV dengan metode RT-qPCR inimemberikan hasil yang lebih sensitif, di mana sampel yang tidak terdeteksi dengan metode PCR konvensional dapatdideteksi dan dihitung jumlah kopi DNA (DNA copy).

KATA KUNCI: ikan mas; Koi Herpesvirus; Real Time–Quantitative Polymerase Chain Reaction (RT-qPCR); SYBR Green

Volume 12 Nomor 1, 2017e-ISSN 2502-9460

AArifin, Otong Zenal 1

CCahyanti, Wahyulia 1Ciptojoyo, Amy Azizah Adiati 35

DDewi, Raden Roro Sri Pudji Sinarni 11

FFahrur, Mat 19

GGardenia, Lila 45

KKoesharyani, Isti 45Kristanto, Anang Hari 1Kusmini, Irin Iriana 27

Indeks PengarangAuthor Index

MMakmur, Mat 19Mufidah, Tatik 45

RRadona, Deni 27

SSantika, Ayi 45Subagja, Jojo 1,27Syah, Rachman 19

TTahapari, Evi 11

UUtami, Ida Ayu Nyoman Samirani 35

WWiadnyana, Ngurah Nyoman 35

PETUNJUK PENULISAN DAN KIRIM ARTIKEL MEDIA AKUAKULTURMULAI PENERBITAN TAHUN 2016 (12pt Bold)

I Nyoman Radiarta*), Asda Laining**), dan Ketut Mahardika***) (12pt Bold)

*) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta**) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros

***) Bogor Agricultural University, Bogor (10pt Normal Italic)

ABSTRAK (12pt Bold)

Petunjuk ini merupakan format baru sekaligus template manuskrip/artikel yang digunakan pada artikelyang diterbitkan di Media Akuakultur mulai penerbitan tahun 2016. Artikel diawali dengan Judul Artikel,Nama Penulis, Alamat Afiliasi Penulis, diikuti dengan abstrak yang ditulis dengan huruf miring (Italic)sepanjang 150-200 kata. Khusus untuk Abstrak, teks ditulis dengan margin kiri 35 mm dan margin kanan30 mm dengan ukuran font 10 pt dan jenis huruf Times New Roman serta jarak antar baris satu spasi. Jikaartikel berbahasa Indonesia, maka abstrak harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yangbaik dan benar. Jika artikel berbahasa Inggris, maka abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris saja. BagianAbstrak harus memuat inti permasalahan yang akan dikemukakan, metode pemecahannya, dan hasil-hasiltemuan saintifik yang diperoleh serta simpulan. Abstrak untuk masing-masing bahasa hanya boleh dituliskandalam satu paragraf saja dengan format satu kolom.

KATA KUNCI: petunjuk penulisan; jurnal teknik; template artikel

ABSTRACT (12pt Bold)

[Title: Please Type Title of Article in English in here and Bold formated] This is a new author guidelines and articletemplate of Media Akuakultur year 2016 publication. Article should be started by Title of Article followed by AuthorsName and Affiliation Address and abstract. This abstract section should be typed in Italic font and font size of 12 ptand number of words of 250. Special for the abstract section, please use left margin of 4 cm, right margin of 3 cm,right margin of 3 cm and bottom margin of 3 cm. The single spacing should be used between lines in this article. Ifarticle is written in Indonesian, the abstract should be typed in Indonesian and English. The abstract should be typed asconcise as possible and should be composed of: problem statement, method, scientific finding results, and shortconclusion. The abstract should only be typed in one paragraph and one-column format.

KEYWORDS: author guidelines; research journal; aquaculture; article template

1. Pendahuluan

Media Akuakultur memiliki p-ISSN 1907-6762 dane-ISSN 2502-9460 dengan Nomor Akreditasi: 742/Akred/P2MI-LIPI/04/2016 (Periode April 2016-April2019). Terbit pertama kali tahun 2006, denganfrekuensi penerbitan dua kali dalam setahun, yaitupada bulan Juni dan Desember. (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma) adalah peer-reviewedMedia Akuakultur menerima manuskrip atau artikeldalam bidang akuakultur berbagai kalangan akademisidan peneliti baik nasional.

Naskah yang masuk di Media Akuakultur akan dicekpedoman penulisannya. Apabila sudah sesuai akandireview oleh 2 orang evaluator berdasarkanpenunjukan dari Ketua Dewan Redaksi. Naskah yangmasuk akan diperiksa unsur plagiasinya menggunakanGoogle Scholar. Mediaini hanya menerima artikel-artikelyang berasal dari hasil-hasil penelitian asli (prioritasutama), dan artikel ulasan ilmiah yang bersifat baru(tidak prioritas) (Bekker et al., 1999; Bezuidenhout etal., 2009). Keputusan diterima atau tidaknya suatuartikel ilmiah di media ini menjadi hak dari KetuaDewan Redaksi berdasarkan atas rekomendasi dariEvaluator (Bhaktavatsalam & Choudhury, 1995).

# Korespondensi penulis: Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan. Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur-Jakarta Utara 14430.Tel.: + (021) 64700928E-mail: [email protected]

2. Penulisan Judul, Nama, dan Alamat Penulis

Judul artikel, nama penulis (tanpa gelar akademis),dan alamat afiliasi penulis ditulis rata tengah padahalaman pertama di bawah judul artikel. Jarak antarbaris antara judul dan nama penulis adalah 2 spasi,sedangkan jarak antara alamat afiliasi penulis dan judulabstrak adalah 1 spasi. Kata kunci harus dituliskan dibawah teks abstrak untuk masing-masing bahasa,disusun urut abjad dan dipisahkan oleh tanda titikkoma dengan jumlah kata 3-5 kata. Untuk artikel yangditulis dalam bahasa Indonesia, tuliskan terjemahanjudul dalam bahasa Inggris di bagian awal teks abstrakberbahasa Inggris (lihat contoh di atas).

3. Petunjuk Umum Penulisan Naskah Manuskrip

Naskah manuskrip yang sudah memenuhi petunjukpenulisan Media Akuakultur (dalam format MS Word,gunakan template artikel ini) harus dikirimkan melaluisalah satu cara berikut ini:

1. Pengiriman naskah manuskrip melalui E-mail keemail Editorial Media Akuakultur([email protected]).

2. Pengiriman naskah manuskrip dengan Online Sub-mission System di portal E-Journal MediaAkuakultur (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma) setelah mendaftarkan sebagaiPenulis dan/atau Reviewer di bagian “Register”.

Petunjuk Penulisan Artikel dan template dapatdiunduh di alamat berikut ini:

Template dan Petunjuk Penulisan Artikel dalam MSWord (.doc):

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id /index.php/ma/about/submissions#authorGuidelines

Template dan Petunjuk Penulisan Artikel dalam PDF(.pdf):

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id /index.php/ma/about/submissions#authorGuidelines

Petunjuk submit manuskrip secara daring dapatdilihat di bagian Petunjuk Submit Online di bawah.Naskah manuskrip yang tidak sesuai petunjukpenulisan Media Akuakultur akan dikembalikan kepenulis terlebih dahulu sebelum dilanjutkan prosespenelaahan.

Naskah manuskrip yang ditulis harus mengandungkomponen-komponen artikel ilmiah berikut (sub judulsesuai urutan), yaitu: (a) Judul Artikel, (b) Nama Penulis(tanpa gelar), (c) Alamat Afiliasi Penulis, (d) Abstrakdan Kata Kunci, (e) Pendahuluan, (f) Bahan dan Metode,(g) Hasil dan Bahasan, (h) Kesimpulan, (i) Ucapan TerimaKasih, dan (j) Daftar Acuan.

Penulisan sub judul di bagian isi artikel(Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Bahasan,Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih). Sub judul ditulisdengan huruf tebal dengan format Title Case dandisusun rata kiri tanpa garis bawah. Sub-sub judulditulis dengan huruf tebal dengan format Sentencecase dan disusun rata kiri.

Naskah manuskrip ditulis dalam Bahasa Indonesiadengan jumlah halaman maksimum 15 halamantermasuk gambar dan tabel. Naskah manuskrip harusditulis sesuai template artikel ini dalam bentuk siapcetak (Camera ready). Artikel harus ditulis denganukuran bidang tulisan A4 (210 x 297 mm) dan denganformat margin kiri 4 cm, margin kanan 3 cm, marginbawah 3 cm, dan margin atas 3 cm. Naskah harusditulis dengan jenis huruf Times New Roman denganukuran font 12 pt (kecuali judul artikel, nama penulisdan judul abstrak), berjarak dua spasi, dan dalam for-mat satu kolom. Kata-kata atau istilah asing digunakanhuruf miring (Italic). Sebaiknya hindari penggunaanistilah asing untuk artikel berbahasa Indonesia.Paragraf baru dimulai 1 cm dari batas kiri, sedangkanantar paragraf diberi 2 spasi. Semua bilangan ditulisdengan angka arab, kecuali pada awal kalimat.Penulisan satuan menggunakan International Systemof Units (SI). Contoh singkatan simbol satuan: gram(g), liter (L), meter kubik (m3), per meter kubik (m-3).

Tabel dan Gambar diletakkan di dalam kelompokteks sesudah tabel atau gambar tersebut dirujuk.Setiap gambar harus diberi judul gambar (Figure Cap-tion) di sebelah bawah gambar tersebut dan bernomorurut angka Arab diikuti dengan judul gambar dalambahasa Indonesia dan Inggris. Setiap tabel harus diberijudul tabel (Table Caption) dan bernomor urut angkaArab di sebelah atas tabel tersebut diikuti dengan judultabel dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Gambar-gambar harus dijamin dapat tercetak dengan jelas(ukuran font, resolusi dan ukuran garis harus yakintercetak jelas). Gambar dan tabel dan diagram/skemasebaiknya diletakkan sesuai kolom di antara kelompokteks atau jika terlalu besar diletakkan di bagian tengahhalaman. Tabel tidak boleh mengandung garis-garisvertikal, sedangkan garis-garis horizontaldiperbolehkan tetapi hanya yang penting-penting saja.

4. Petunjuk Khusus Penulisan Isi Naskah Manuskrip

JUDUL ARTIKEL: Judul Artikel harus dituliskansecara singkat dan jelas, dan harus menunjukkandengan tepat masalah yang hendak dikemukakan, tidakmemberi peluang penafsiran yang beraneka ragam,ditulis seluruhnya dengan huruf kapital secara simetris.Judul artikel tidak boleh mengandung singkatan kata

yang tidak umum digunakan. Kemukakan terlebihdahulu gagasan utama artikel baru diikuti denganpenjelasan lainnya.

PENDAHULUAN: Pendahuluan harus berisi (secaraberurutan) latar belakang umum, kajian literaturterdahulu (state of the art) sebagai dasar pernyataankebaruan ilmiah dari artikel, pernyataan kebaruanilmiah, dan permasalahan penelitian atau hipotesis.Di bagian akhir pendahuluan harus dituliskan tujuankajian artikel tersebut. Di dalam format artikel ilmiahtidak diperkenankan adanya tinjauan pustakasebagaimana di laporan penelitian, tetapi diwujudkandalam bentuk kajian literatur terdahulu (state of theart) untuk menunjukkan kebaruan ilmiah artikeltersebut.

BAHAN DAN METODE: Bahan dan metode berisibahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian

dan metode yang digunakan dalam pemecahanpermasalahan termasuk metode analisis. Rancangandan metode penelitian harus jelas sehingga dapatdiulang oleh peneliti yang lain. Apabila menggunakanmetode baku harus mencantumkan referensinya, danjika dilakukan modifikasi harus dijelaskan bagian manayang dimodifikasi. Peralatan-peralatan yang dituliskandi bagian ini hanya berisi peralatan-peralatan utamasaja dilengkapi dengan merk (misalnya: Furnaceelektrik (Carbolite)) dan tingkat ketelitian alat yangdigunakan.

HASIL DAN BAHASAN: Hasil penelitian disajikansecara jelas dan padat, dapat disajikan dalam bentuktabel dan gambar namun tidak terjadi duplikasi. Narasiharus dapat menjelaskan tabel dan gambar. Tabel dangambar harus diacu di dalam teks. Bahasan berisipenjelasan ilmiah yang ditunjang oleh referensi. Hasil

Gambar 1. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan lele strain Mutiara danstrain Paiton yang dipelihara di kolam tanah.

Figure 1. The specific growth rate (SGR) of African catfish strain Mutiaraand strain Paiton cultured in earthen pond.

5.75

4.33

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Mutiara Paiton

Laju

per

tum

buha

n sp

esifi

k (g

/har

i)Sp

ecifi

c grw

th ra

te (g

/day

)

Strain

IsolatIsolate

HomologiHomology

KemiripanIdentity (%)

E-valueNomor akses

Accession number

K-1 Penaeid shrimp infectious myonecrosis virus strain Brazil complete

100 0.0 KJ556923.1

K-2 Penaeid shrimp infectious myonecrosis virus strain Indonesia, complete genome

99 5.00E-174 KF836757.1

K-3 Penaeid shrimp infectious myonecrosis virus strain Indonesia, complete genome

99 5.00E-174 KF836757.1

Tabel 1. Hasil analisis sekuen dengan BLASTnTable 1. Sequence analysis by BLASTn

dan bahasan harus dapat menjawab hipotesispenelitian. Hasil dan bahasan analisa statistik harusmencantumkan tingkat kepercayaan.

KESIMPULAN: Kesimpulan menggambarkanjawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian.Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil danpembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasilpenelitian.

UCAPAN TERIMA KASIH: Ucapan terima kasihterutama ditujukan kepada pemberi dana penelitian.Ucapan terima kasih dapat juga disampaikan kepadapihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitiandan penulisan naskah.

DAFTAR ACUAN: Semua rujukan yang diacu di dalamteks artikel harus dicantumkan di bagian Daftar Acuan.Daftar Acuan harus berisi pustaka-pustaka acuan yangberasal dari sumber primer (jurnal ilmiah danberjumlah minimum 50% dari keseluruhan daftar acuan)diterbitkan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Daftar acuanminimal berisi 11 (sebelas) acuan. Penulisan sistemrujukan di dalam teks artikel dan penulisan daftar acuanmenggunakan program aplikasi manajemen referensiAPA.

5. Panduan Penulisan Persamaan

Setiap persamaan ditulis rata tengah kolom dandiberi nomor yang ditulis di dalam kurung danditempatkan di bagian akhir margin kanan. Persamaanharus dituliskan menggunakan Equation Editor dalamMS Word atau Open Office (Primack, 1983).

6. Panduan Penulisan Kutipan/Rujukan dalam Teks Artikel

Setiap mengambil data atau mengutip pernyataandari acuan lainnya maka penulis wajib menuliskansumber rujukannya. Rujukan atau sitasi ditulis di dalamuraian/teks dengan cara nama penulis dan tahun (Irwan& Salim, 1998). Jika penulis lebih dari dua, maka hanyadituliskan nama penulis pertama diikuti “et al.”(Bezuidenhout et al., 2009; Roeva, 2012). Semua yangdirujuk di dalam teks harus dicantumkan di bagianDaftar Acuan.

7. Panduan Penulisan Daftar Acuan

Format penulisan daftar acuan mengikuti formatAPA 6th Edition (American Psychological Association).

Acuan yang berupa majalah/jurnal ilmiah:

Ariyanto, D., Hayuningtyas, E.P., & Syahputra, K.(2009). Hubungan antara keberadaan gen Major

Histocompability Complex Class II (MHC-II)ketahanan terhadap penyakit dan pertumbuhanpada populasi ikan mas strain rajadanu. Indone-sian Aquaculture Journal, 10(4), 461-469.

Acuan yang berupa judul buku:

Fridman, A. (2008). Plasma Chemistry (p. 978). Cam-bridge: Cambridge University Press.

Acuan yang berupa Prosiding Seminar:

Roeva, O. (2012). Real-World Applications of GeneticAlgorithm. In International Conference on Chemi-cal and Material Engineering (pp. 25-30). Semarang,Indonesia: Department of Chemical Engineering,Diponegoro University.

Acuan yang berupa disertasi/thesis/skripsi:

Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid ArtificialNeural Network – Genetic Algorithm for Model-ling and Optimization of Dielectric-Barrier Dis-charge Plasma Reactor. PhD Thesis. UniversitiTeknologi Malaysia.

Acuan yang berupa patent:

Primack, H.S. (1983). Method of Stabilizing Polyva-lent Metal Solutions. US Patent No. 4,373,104.

Acuan yang berupa HandBook:

Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. InMujumdar, A.S. (Ed.) Handbook of Industrial Dry-ing (pp.195-248). 2nd Ed. New York: Marcel Dekker.

8. Petunjuk Submit Manuskrip Secara Online

Naskah manuskrip harus dikirimkan melalui salahsatu cara berikut ini (cara yang kedua lebihdiutamakan):

1. Pengiriman naskah manuskrip sebaiknya denganOnline Submission System di portal E-JournalMedia Akuakultur (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma)

2. Pertama Penulis mendaftarkan sebagai Penulis dan/atau Reviewer (mencentang role sebagai Authordan/atau Reviewer) di bagian “Register” ataualamat: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma /user/register

3. Setelah Penulis login sebagai Author, klik di “NewSubmission”. Tahapan submit artikel terdiri atas5 tahapan, yaitu: (1). Start, (2). UploadSubmission , (3). Enter Metadata , (4). UploadSupplementary Files, (5). Confirmation

4. Di bagian Start, pilih Jurnal Section (Full Article),centang semua ceklist.

5. Di bagian Upload Submission, silakan unggah filemanuskrip artikel dalam MS Word di bagian ini.

d x 2 / Wo-Wt100 x (g) pakan konsumsi Total

KPH

6. Di bagian Enter Metadata, masukkan data-datasemua Penulis dan afiliasinya, diikuti dengan juduldan abstrak, dan indexing keywords.

7. Di bagian Upload Supplementary Files, diperbolehkanmengunggah file data-data pendukung atau suratpernyataan atau dokumen lainnya.

8. Di bagian Confirmation, silakan klik “FinishSubmission” jika semua data sudah benar.

9. Jika penulis kesulitan dalam proses pengirimannaskah melalui sistem daring, naskah manuskripdapat juga dikirimkan melalui E-mail ke emailEditorial Media Akuakultur( m a . p u s l i t b a n g k a n @ g m a i l . c o m ;[email protected]), namun demikianmetode ini tidak direkomendasikan.

10.Surat Pernyataan dapat didownload di sini.

9. Kesimpulan

Setiap artikel yang dikirimkan ke kantor editorialMedia Akuakultur harus mengikuti petunjuk penulisanini. Jika artikel tersebut tidak sesuai dengan panduanini maka tulisan akan dikembalikan sebelum ditelaahlebih lanjut.

10. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepada Pusat Penelitiandan Pengembangan Perikanan yang telah mendanaikeberlangsungan media ini.

11. Daftar Acuan

Bekker, J.G., Craig, I.K., & Pistorius, P.C. (1999). Mod-eling and Simulation of Arc Furnace Process. ISIJInternational, 39(1), 23-32.

Bezuidenhout, J.J., Eksteen, J.J., & Bradshaw, S.M.(2009). Computational fluid dynamic modelling ofan electric furnace used in the smelting of PGM

containing concentrates. Minerals Engineering,22(11), 995-1006.

Bhaktavatsalam, A.K. & Choudhury, R. (1995). Spe-cific Energy Consumption in The Steel Industry.Energy, 20(12), 1247-1250.

Camdali, U. & Tunc, M. (2006). Steady State Heat Trans-fer of Ladle Furnace During Steel Production Pro-cess. Journal of Iron and Steel Research, Interna-tional, 13(3), 18-20.

Fridman, A. (2008). Plasma Chemistry (p. 978). Cam-bridge: Cambridge University Press.

Hovmand, S. (1995). Fluidized Bed Drying. InMujumdar, A.S. (Ed.) Handbook of Industrial Dry-ing (p. 195-248). 2nd Ed. New York. Marcel Dekker.

Istadi, I. (2006). Development of A Hybrid ArtificialNeural Network – Genetic Algorithm for Model-ling and Optimization of Dielectric-Barrier Dis-charge Plasma Reactor. PhD Thesis. UniversitiTeknologi Malaysia.

Primack, H.S. (1983). Method of Stabilizing Polyva-lent Metal Solutions. US Patent No. 4,373,104.

Roeva, O. (2012). Real-World Applications of GeneticAlgorithm. In International Conference on Chemi-cal and Material Engineering (p. 2530). Semarang,Indonesia: Department of Chemical Engineering,Diponegoro University.

Wang, Z., Wang, N. H., & Li, T. (2011). Computationalanalysis of a twin-electrode DC submerged arcfurnace for MgO crystal production. Journal of Ma-terials Processing Technology, 211(3), 388-395.

12. Biaya Pemrosesan Artikel

Setiap artikel yang dikirimkan ke kantor editorialMedia Akuakultur tidak dipungut biaya apapun (gratis- no page charge) termasuk gratis biaya pemrosesanartikel. Biaya publikasi ditanggung penerbit media ini.