laporan biokimia rothera modul ginjal 2015_kelompok 3

8
LAPORAN BIOKIMIA UJI BENDA KETON (ROTHERA) Fasilitator : drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Disusun Oleh: Dwi Murning Asih FAA 113 034 Finkainarae FAA 113 038 Ni Made Yogaswari FAA 113 032 Jean Stepani Saragih FAA 113 042 Risda Fajrianty Alwarisi FAA 113 033 Kelompok III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh

Upload: jean-stepani

Post on 12-Sep-2015

533 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Uji Benda Keton (Rothera) Praktikum Departemen Biokimia Modul Ginjal 2015

TRANSCRIPT

LAPORAN BIOKIMIAUJI BENDA KETON (ROTHERA)

Fasilitator :drg. Agnes Frethernety, M.Biomed

Disusun Oleh:Dwi Murning AsihFAA 113 034FinkainaraeFAA 113 038Ni Made YogaswariFAA 113 032Jean Stepani SaragihFAA 113 042Risda Fajrianty AlwarisiFAA 113 033Kelompok IIIModul Ginjal dan Cairan Tubuh

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PALANGKA RAYATAHUN 2015/2016I. Pendahuluan Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam asetoasetat dan asam - hidroksi butirat yang merupakan produk metabolis melemak dan asam lemak yang berlebihan. Benda keton di produksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh gangguan metabolism karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbs karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada keto asidosis diabetic keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL.Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolism karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolism lemak di dalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat. Faktor yang mempengaruhi hasil labolatorium :1. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.2. Urin disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negative palsu.3. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat.4. Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada dewasa.

II. TujuanUntuk mengetahui perbedaan (terutama pada warna) urin normal (tidak mengandung benda keton) dan urin patologis (mengandung benda keton) setelah dicampur dengan pereaksiIII. Alat dan Bahan1. Pipet2. Tabung reaksi3. Rak tabung reaksi4. Urin normal dan urin orang yang berpuasa5. Kristal ammonium sulfat6. Larutan Na nitroprusid 5%7. Amonium hidroksida pekatIV. Cara Kerja Pipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin (normal/patologis)5 mL

Kristal amonium sulfatDitambah sampai jenuh

Na nitroprusid 5%2 - 3 tetes

Amonium hidroksida pekat1 2 tetes

Campur, diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu

V. Hasil dan Pembahasan II I

Tidak ada cincin ungu, keton (-)Tidak ada cincin ungu, keton (-)

Dari praktikum yang telah dilakukan, hasilnya seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas dapat terlihat bahwa urin pada tabung 1 menunjukan tidak ada cincin ungu dan hanya berupa cincin kecoklatan. Hal ini menunjukan pada tabung 1 hasil uji rotheranya negatif dan tidak terdapat benda keton. Hasil yang sama pun ditunjukkan pada tabung yang ke-2 uji rotheranya negative. Pada tabung I urin yang dipakai untuk diuji rothera merupakan urin normal, sedangkan pada tabung II urin yang dipakai untuk diuji rothera merupakan urin dari orang yang sedang berpuasa. Berdasarkan praktikum uji rothera ini, kedua urin tersebut menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak didapati adanya cincin ungu yang merupakan gambaran uji benda keton (rothera) yang positif. Namun sebenarnya ketika kedua urin ini diuji dengan menggunakan dip stick terdapat perbedaan hasil, dimana pada urin orang yang sedang berpuasa didapati keton +1. Namun, adanya hasil keton +1 ini saat diuji menggunakan dip stick belum mempunyai nilai/hasil yang bermakna pada uji rothera, oleh sebab itu uji rothera pada urin orang yang sedang berpuasa negatif. Prinsip kerja dari uji rothera ini adalah reaksi antara nitroprusida dan asam asetoasetat atau aseton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Aseton merupakan zat terpenting diantara benda-benda keton yang bersifat mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Jika ditemukan adanya badan keton didalam urin ini disebut Ketonuria. Terjadi karena ketogenesis lebih besar dari ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketonemia, selanjutnya benda keton dalam darah sampai ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Proses pembentukan benda keton secara normal terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Keton itu sebenarnya adalah hasil pemecahan protein, disaat tubuh sudah kehilangan glukosa, disaat lemak sudah tidak ada (gangguan metabolisme karbohirat, misalnya Diabetes Mellitus. kurangnya asupan karbohidrat/ kelaparan, diet tidak seimbang: tinggi lemak rendah karbohidrat. Gangguan absorbsi karbohidrat. Gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar). Maka protein akan di bongkar oleh tubuh menjadi asam amino dan benda-benda keton, keton tinggi biasanya kita temukan pada pasien Diabetes melitus, karena pada DM (diabetes melitus) itu gula/glukosa tidak dapat masuk sel, sehingga sel akan kelaparan (tidak dapat menghasilkan energi), sehingga yang jadi korban adalah protein yang dibongkar (untuk menghasilkan energi) jadilah keton, bahaya keton tinggi adalah dapat menyebabkan ketoasidosis metabolik (salah satu komplikasi DM yang berbahaya) yaitu pembongkaran protein besar-besaran yang menyebabkan kadar keton sangat tinggi. Pasien akan shock berat, PH darah akan menjadi sangat asam (asidosis). VI. Kesimpulan Benda keton dalam urin dalam di uji dengan uji rothera. Uji rothera dinyatakan positif jika terdapat cincin ungu pada tabung hasil pemeriksaan. Pada tabung I hasil uji rothera negatif benda keton karena tidak terdapat cincin ungu, begitupun pada tabung II hasil uji rotheranya negative.

DAFTAR PUSTAKA1. Buku Penuntun Praktikum Biokomia Modul Ginjal dan Cairan Tubuh. Departemen Biokimia FKUNPAR. 2015.2. Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran EGC. 2011.LAMPIRAN