laporan anti bakteri 3k4 kelompok 2

25
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN I PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI PADA KAIN KAPAS, RAYON, POLIESTER-KAPAS (T/C) DAN POIESTER-RAYON (T/R) DENGAN RESIN NIKKANON NS Nama : 1. Ririy Badriyyah (12020083) 2. Yoga Firmansyah (12020098) 3. Shofiana Ulfa (12020099) 4. Ayu Rahmawati (12020101) Kelompok : 2 Group : 3K4 Dosen : Hardianto, S.ST., M.Eng Asisten : Yayu E., S.ST Eka O., S.ST

Upload: bela-anisa

Post on 06-Dec-2015

336 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN I

PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI PADA KAIN KAPAS,

RAYON, POLIESTER-KAPAS (T/C) DAN POIESTER-RAYON

(T/R) DENGAN RESIN NIKKANON NS

Nama : 1. Ririy Badriyyah (12020083)

2. Yoga Firmansyah (12020098)

3. Shofiana Ulfa (12020099)

4. Ayu Rahmawati (12020101)

Kelompok : 2

Group : 3K4

Dosen : Hardianto, S.ST., M.Eng

Asisten : Yayu E., S.ST

Eka O., S.ST

POLITEKNIK – STT TEKSTIL

BANDUNG

2015

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud :

Mengetahui pengaruh proses penyempurnaan anti bakteri terhadap ketahanan bakteri pada kain

rayon, kapas, poliester-kapas (T/C) dan poliester-rayon (T/R).

Tujuan :

1. Meningkatkan ketahanan bakteri kain rayon, kapas, poliester-kapas (T/C) dan poliester-rayon (T/R) dengan penyempurnaan kimia

2. Menentukan resep yang optimal menurut petunjuk penggunaan masing-masing zat yang

digunakan.

II. TEORI DASAR

II.1. Serat Rayon

Pembuatan rayon viskosa ditemukan oleh C.F.Cross dan E.J.Bevand pada tahun 1891.

Produksi rayon viskosa pertama dilakukan oleh Courtlands Ltd dan kemudian berkembang

pesat keseluruh dunia. Pada saat ini pabrik yang pertama memproduksi rayon viskosa seperti

Dupont, dan pabrik Teijin di Jepang telah berhenti berproduksi.

Rayon viskosa adalah serat selulosa yang dilarutkan, dimurnikan, kemudian secara kimia

dikembalikan kebentuk selulosa. Atau diregenerasi sehingga strukturnya sama dengan serat

selulosa lainnya, tapi mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah karena terjadinya

degradasi rantai polimer selulosa selama pembuatan seratnya.

Bahan dasar rayon viskosa adalah selulosa yang dapat berasal dari kayu, atau serat

selulosa lainnya, dengan NaOH diubah menjadi selulosa alkali, kemudian dengan karbon

disulfide, diubah menjadi natriumselulosaxantat dan selanjutnya dilarutkan dalam larutan

NaOH encer, larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan

basah.

Serat rayon banyak digunakan untuk bahan tekstil sandang karena sifatnya yang

menyerap keringat, sehingga nyaman dipakai. Oleh karena sifat rayon viskosa yang menyerap

air, maka rayon viskosa merupakan tempat yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya

berbagai macam mikroorganisme. Serat rayon viskosa termasuk serat dengan kilau yang tinggi,

tetapi mempunyai tahan kusut yang rendah.

Serat rayon berkembang dengan pesatnya, diciptakan berbagai jenis rayon yang

mempunyai sifat kimia dan fisika yang lebih baik, seperti high wet modulus rayon, rayon

kuproamonium, polinosik dan sebagainya. Seiring dengan pesatnya perkembangan serat rayon,

ditemukan pula serat buatan lainnya, seperti nilon, poliester dan akrilat.

II.1.1. Morfologi Rayon

Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan penampang

melintangnya bergerigi.

Gambar 1

Penampang membujur dan melintang serat rayon

II.1.2. Sifat-sifat Rayon

1. Kekuatan dan Mulur

Kekuatan rayon viskosa kira-kira 2,6 gram denier dalam keadaan kering dan kekuatan basahnya

kira-kira 1,4 gram perdenier, mulurnya kira-kira 15% dalamkeadaan kering dan kira-kira 25%

dalam keadaan basah ( berbeda dengan serat kapas yang lebih rendah mulurnya yaitu rata-rata

7% )

2. Moisture

Moisture regain serat rayon viskosa dalam kondisi standar adalah 12-13%.

3. Elastisitas

Elastisitasnya jelek. Apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan

mendadakkemungkinan benangnya tetapmulur dan tidak mudah kembali lagi,akibatnya dalam

pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan kelihatan seperti garisgaris yang

lebih berkilau.

4. Berat Jenis

Berat jenis rayon viskosa adalah 1,52.

5. Sifat Listrik

Dalam keadaan kering rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air yang

diserap oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.

6. Sinar

Dalam penyinaran kekuatannya berkurang. Berkurangnya kekuatan lebih sedikit dibandingkan

dengan sutera tetapi lebih tinggi dari asetat.

7. Panas

Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu lama menyebabkan

rayon berubah menjadi kuning.

8. Sifat Kimia

Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas terutama dalam

keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer dingin dalam waktu singkat biasanya tidak

berpengaruh tetapi pada suhu tinggi akan merusak serat rayon viskosa, rayon viskosa tahan

pelarut-pelarut untuk pencucian kering.

9. Sifat Biologi

Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang kekuatannya serta berwarna. Biasanya

jamur mula-mula tumbuh pada kanji yang menempel pada benang. Apabila kanjinya telah

dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang.

10. Morfologi

Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan penampang lintangnya

bergerigi sepertin terlihat pada gambar 1.

II.2. Serat kapas

Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat sifat kimia kapas adalah sifat sifat

kimia selulosa.

II.2.1. Struktur kimia

Gambar Struktur Kimia (a) Selobiosa (b) Selulosa

Sumber: Gascoigne & Gascoigne, Biological Degradation of Cellulose “The Chemistry and

Physics of Cellulose”, p. 3. 1960

Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsip memiliki struktur kimia yang sama. Hal ini

bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa selulosa

pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul

glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan bersama-sama yang

dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya

menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).

Sifat – sifat Serat kapas

N

o

Sifat Fisika Kapas

1 Warna Sedikit krem

2 Kekuatan Kekuatan serat kapas per bandel rata-rata 96700

pound per inchi ² dengan minimum 70000 dan

maksimum 116000 pound per inchi²

3 Mulur rata-rata serat kapas 7%

4 Keliatan

(toughness)

Relatif tinggi

5 Kekakuan

(stiffness)

Kekakuan dipengaruhi berat molekul, kekakuan

rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama

derajat orientasi rantai selulosa

6 Moisture Regain Kurang lebih 7-8,5 %.

7 Berat Jenis Berat jenis serat kapas 1,5-1,56

8 Indeks Bias Indeks Bias serat kapas membujur sumbu serat

1,58, indeks bias melintang sumbu serat 1,53

II.2.2. Sifat Kimia

Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa, maka sifat-sifat kimia kapas pada umumnya

tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal. Beberapa zat

pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga kekuatannya menjadi turun.

Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa, biasanya terjadi pada

pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama

pada suhu diatas 140°C.

Asam- asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa

membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degredasi yang cepat, larutan encer

menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali kuat dengan konsentrasi tinggi menyebabkan

penggelembungan yang besar pada serat. Untuk menahan penggelembungan serat kapas keluar

sehingga lumennya tertutup, irisan lintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat

menjadi lebih berkilau sehingga dilakukan merserisasi. Dengan hal itu, kapas menjadi lebih

kuat dan afinitas terhadap zat warna menjadi lebih kuat. Kapas mudah diserap oleh jamur dan

bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.

II.3. Serat Poliester

Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki

keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan,sehingga

gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester

merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus –

OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut.Oleh karena itu serat poliester sulit didekati

air atau zat warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.

n HOOC COOH + n HOCH CH OH COO(CH ) O H + (2n-1) H O

Asam Tereftalat Etilena Glikol Poliester

Reaksi pembentukan polyester

Sifat poliester

No Sifat Fisika Poliester

1 Elektrostatis Mempunyai elektrostatik yang cukup tinggi

2 Berat Jenis 1,38 g/cm3

3 Kekuatan Tarik dan

Mulur

Kekuatan tarik sekitar 4.5 – 7.5 g/denier,

sedangkan mulurnya 25 % - 75 %.

4 Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang

melintang bulat

5 Moisture Regain RH 65 2 % dan suhu 20 oC 1 % , MR 0.4

%

RH 100 % , MR 0.6 % - 0.8 %

6 Derajat Kristalinitas Sangat penting, karena berbengaruh

terhadap daya serap zw, mulur, stabilitas

dimensi, kekuatan tarik, dll.

7 Pengaruh Panas tahan panas sampai suhu 220oC suhu 230-

240 oC poliester melunak, suhu 260oC

poliester meleleh.

8 Elastisitas Elastisitas yang baik

OCOH

n

N

o

Sifat Kimia Poliester

1 Pengaruh alkali Tahan terhadap alkali lemah, terhidrolisa

esternya pada alkali kuat

2 Pengaruh asam Tahan asam lemah dan asam kuat namun

suhu rendah.

3 Titik leleh 2500C

4 Zat organik Akan lartut dalam zat organik seperti

metakresol, asam triflouroasetat–klorofenil

dan campuran triokhlorofenol dengan fenol

dan campuran tetra kloro etana dengan fenol

II.4. Penyempurnaan Anti Bakteri

II.4.1. Mikrobiologi II.4.1.1. Bakteri

Berdasarkan Alcamo (2001), bakteri yang berasal dari kata Latin bacterium (jamak,

bacteria) adalah kelompok raksasa dari organisme hidup, sangat kecil (mikroskopik) dan

kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa

nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri

memiliki jumlah yang paling melimpahan dari semua organisme. Bakteri dapat berada di

tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.

Bakteri biasanya hanya berukuran 0,5 – 5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3

mm dalam diameter (Thiomargarita). Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki

selaput inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.

Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi

dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur

dinding sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan

yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar,

lipopolisakarida yang terdiri atas membrane dan lapisan peptidoglikan tipis terletak pada

periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang

digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau

lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm

formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki

granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk

endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.

II.4.1.2. Staphylococcus aureus

Pada pengujian ini, bakteri Staphylococcus aureus dipilih untuk mewakili bakteri gram

positif karena merupakan salah satu bakteri yang paling banyak ditemukan dan merupakan

salah satu penyebab utama pada infeksi penyakit kulit manusia. Serta acuan berdasarkan

standar pengujian AATCC 147-2004, yaitu Staphylococcus aureus No. 6538 sebagai gram

positif. Selain itu salah satu strain dari Staphylococcus aureus, yaitu MRSA (methicillin-

resistant Staphylococcus aureus), telah mengembangkan resistensi terhadap penisilin dan

antibiotik mirip penisilin lainnya. Staphylococcus aureus merupakan bekteri kelompok gram

positif, berbentuk bola, tidak bergerak dan biasanya ditemukan satu-satu atau berpasangan.

Tumbuh baik pada suhu 30 – 37oC pada pH optimum 7,0 – 7,5 dan tumbuh baik dalam NaCl

15%. Bakteri ini membentuk pigmen warna kuning emas, bersifat fakultatif anaerob. Bakteri

ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit, jaringan subkutan dan luka (Funke, 2004).

Gambar 2. Staphylococcus aureus

II.4.2.Antibakteri

Antimikroba atau antibakteri dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi pada

manusia. Antibakteri adalah antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan cara kerja antibakteri dapat dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisida.

Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan menghambat pertumbuhan populasi bakteri tanpa

mematikannya, sedangkan antibakteri bakterisida bekerja dengan cara membunuh bakteri.

Pada senyawa antibakteri tertentu, jika dosis yang digunakan terlalu tinggi, bakteriostatik

dapat berubah menjadi bakterisida. Berdasarkan efektivitas kerjanya, senyawa antibakteri

dikelompokkan menjadi dua, yakni antibakteri berspektrum luas yang efektif terhadap

berbagai jenis mikroorganisme dan antibakteri berspektrum sempit, hanya efektif terhadap

mikroorganisme tertentu (Widiyarti, 2007).

II.4.3. Uji Antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode. Dari

berbagai metode, pada umumnya metode difusi yang paling banyak digunakan untuk uji

antibakteri. Metode difusi dapat dibedakan menjadi 3 cara yakni: metode silinder, metode

perforasi, dan metode difusi cakram. Pada metode silinder, silinder steril dengan diameter

tertentu ditetesi dengan larutan uji dan ditempatkan pada permukaan agar yang telah

ditanami bakteri uji, dimana daerah bening disekeliling silinder merupakan daerah hambatan

yang terbentuk. Pada metide perforasi, media agar yang telah ditanami bakteri uji dibuat

lubang/sumur dengan diameter tertentu menggunakan perforator dan di dalamnya diisi

larutan uji dengan konsentrasi tertentu, daerah bening yang terlihat disekitar lubang

merupakan daerah hambatan yang terbentuk. Pada metode difusi cakram, sejumlah bakteri

uji diinokulasikan pada media agar dan cakram yang mengandung larutan antibakteri tertentu

diletakkan pada permukaan media agar yang memadat. Setelah diinkubasikan akan terlihat

akan terlihat daerah bening sebagai daerah hambatan yang tidak ditumbuhi bakteri

disekeliling cakram. Metode difusi cakram ini dikenal dengan metode Kirby – Bauer dan paling

banyak digunakan. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk menentukan bakteri tersebut

tergolong sensitif, intermediet, atau resisten terhadap senyawa uji antibakteri. Potensi

antibakteri ditentukan dengan membandingkan diameter hambatan larutan sampel senyawa

uji dengan diameter hambatan larutan standar, pada dosis sama pada biakan bakteri uji yang

peka dan sesuai. (Widiyarti, 2007).

II.4.4. Penyempurnaan Anti Bakteri II.4.4.1. Sifat Dan Struktur Kimia ZAP Garam Ammonium

Senyawa ammonium quartener mengandung nitrogen dengan valensi 3 atau 5,

misalnya ammonia (NH3) dan ammonium hidroksida (NH4OH). Senyawa ammonium quartener

yang dibentuk dari garam yang bersifat stabil dan larut atau didispersikan dalam air. Struktur

garam ammonium quatener dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.

Struktur Garam Ammonium Quartener

Garam ammonium quartener adalah surfaktan yang bersifat kationik. Mekanisme

garam ammonium sebagai zat anti bakteri yaitu, kation dari garam ammonium akan menarik

bakteri sehingga membrane sel akan bocor dan pada akhirnya menghalangi pembelahan sel

bakteri. Secara umum mekanisme antibakteri oleh zat anti bakteri adalah menghalangi

pembentukan dinding sel dan membrane sel, menghalangi reproduksi DNA, metabolism

energy dan enzim dan menghalangi pembelahan sel.

II.4.4.2. Zat Anti Bakteri yang Digunakan (Nikkanon NS-30 N)

Nikkanon NS-30 N merupakan zat anti bakteri yang dikembangkan oleh PT. INKALI

(Indonesia NIKKA Chemichals) yang merupakan merek dagang dari garam ammonium

quartener. Zat anti bakteri ini memiliki kestabilan di larutan yang sangat baik. Nikkanon NS- 30

N memiliki sifat dan karakteristik :

- Baik sebagai antimikroba

- Ramah lingkungan

- Mengandung sedikit busa

- Surfaktan Anionik

- Dapat digunakan cara padding maupun exhaust

- Berwujud cairan transparan dan sedikit kekuningan

- Kelarutan dalam air baik

- pH pengerjaan 6,5

-

+

4R

X 3

R N 1

R

2

R

- Memberikan ketahanan yang baik meskipun tanpa adanya ikatan silang senyawa

formaldehid

- Tidak menimbulkan kekuningan pada bahan

Aplikasi penggunaan :

a. Cara Padding

Padding (1 dip 1 nip) Nipping (WPU 70%) Dry (120oCx2’) Curing

(150oCx1’)

b. Cara Exhaust

Konsentrasi 3-4% Exhaust (40-50oC x 15-20’) Peras Dry

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan

Bejana

Gelas ukur

Pengaduk

Neraca digital

Nampan

Pipet

Mesin Padder

Mesin Stenter

Bahan yang digunakan

Kain Rayon

Kain kapas

Kain poliester-kapas (T/C)

Kain poliester-kapas (T/C)

Nikkanon NS 30N

Teepol dan Na2CO3

IV. CARA KERJA

1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses penyempurnaan anti

bakteri.

2. Hitung dan Timbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah ditentukan untuk

larutan penyempurnaan sebanyak 300 ml.

3. Tambahkan ke dalam piala gelas tersebut resin Nikkanon NS yang telah dilarutkan dengan air

dingin sambil diaduk-aduk agar merata.

4. Pindahkan larutan penyempurnaan tolak air yang telah disiapkan ke dalam baki/nampan

plastik yang tersedia, lalu rendam kain di dalamnya hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan

lewatkan di antara rol-rol benam peras (padding dengan WPU 70%) sebanyak dua kali.

5. Keringkan kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 1200C selama 1 menit dan dilanjutkan

dengan pemanasawetan (curing) suhu 150°C selama 1 menit dengan menggunakan mesin

stenter.

6. Kain contoh selanjutnya dikondisikan untuk pengujian dan evaluasi mutu kain berdasarkan

standar pengujian yang telah dipelajari (AATCC, SNI, atau ISO). Pengujian yang dilakukan

yaitu uji kekuatan dan mulur dari hasil burried test.

7. Untuk pengerjaan kain blanko lakukan perendaman pada air biasa saja.

Pengujian kekuatan tarik dan mulur

1. Pasang beban sesuai dengan contoh uji.

2. Jalankan mesin dengan menaikkan saklar listrik.

3. Atur posisi jarum agar ada pada posisi nol.

4. Atur jarak jepit dengan memutar handle yang ada pada mesin ke arah yang berlawanan

dengan jarum jam dan injak dan injak handle untuk menjalankan mesin.

5. Contoh uji dijepit simetris pada jepitan atas dengan arah bagian yang memanjang searah

dengan arah tarikan.

6. Ujung bawah contoh uji dijepit simetris pada pemberat bawah.

7. Putar handle yang ada pada mesin searah jarum jam dan injak pedal untuk menjalankan

mesin.Tunggu hingga contoh uji mengalami tarikan dan putus.

8. Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik dalam satuan kg

dan mulur dalam cm.

9. Evaluasi

Menguji kekuatan tarik dan mulur dari kain yang telah dilakukan penyempurnaan anti bakteri

dengan cara membandingkan penggunaan resep yang digunakan.

V. DIAGRAM ALIR

°C dengan waktu 1 menit120ses dry kain pada suhu Pro

Proses pad kain dengan WPU 70%

pada larutan zat anti bakteriProses perendaman kain

Penimbangan Resep

Perhitungan resep Bahan

Alat dan ersiapanP

test Cara burried kain dengan

Evaluasi 0°C dengan waktu 1 menit15es cure kain pada suhu Pros

VI. SKEMA PROSES

VII. RESEP

Kelompok 1 2 3 4

Konsentrasi resin

Nikkanon NS

2 % 3 % 4 % 5 %

Air 200 mL

WPU 70 %

Dry 120℃, 1 menit

Cure 150℃, 1 menit

VIII. PERHITUNGAN RESEP

Jumlah larutan = 200 ml (untuk 4 kain)

Resin anti bakteri Nikkanon NS = 3

100 x 200

= 6 gram

IX. DATA PERCOBAAN

Serat Kekuatan (Newton)Blanko Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

Rayon 73.5 93.1 34.3 107.8 465.5Kapas 0 19.6 117.6 343 24.5TR 259.7 416.5 357.7 257.7 490TC 338.1 225.4 298 9.8 352.8

Serat Mulur (%)Blanko Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

Rayon 32 32.67 23 36.67 42Kapas 14 22.7 46 27.33 24TR 47.3 57.3 37.33 54 46TC 46.7 48 65.33 38 34

150oC, 1 menit

X. KAIN HASIL PRAKTIKUM

Rayon

Kapas

Poliester-kapas (T/C)

Poliester-rayon (T/R)

XI. DISKUSI

Penyempurnaan ini prinsipnya adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Dan Secara

umum mekanisme resin anti bakteri adalah sebagai berikut :

- Menghalangi pembentukan dinding sel

- Menghalangi pembentukan membran sel

- Menghalangi reproduksi DNA

- Menghalangi metabolisme energi dan enzim

- Menghalangi pembelahan sel dan lain lain

Zat anti bakteri akan menghancurkan struktur membran dan fungsi dari bakteri, menghambat

pembelahan diri suatu bakteri dan pada akhirnya akan menghalangi proses respirasi bakteri.

Kemungkinan pada saat dilakukan pengujian penguburan, bakteri ditarik secara ionik oleh

kation. Kemudian gugus alkil rantai panjang merusak membran sel dengan berpenetrasi ke

dalam sel dan meyebabkan protoplasma menjadi bocor. Sehingga menyebabkan bakteri mati.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil yang bervariatif. Untuk uji

kekuatan tarik menunjukkan nilai kekuatan tarik resep hasil penyempurnaan menunjukkan

peningkatan daripada kain yang tidak dilakukan penyempurnaan. Namun, peningkatan

kekuatan tarik pada kain campuran T/C dan T/R lebih baik kain kapas dan rayon. Hal ini dapat

terjadi karena proses fiksasi yang dilakukan dengan cara curing dengan suhu yang cukup tinggi

sehingga akan menurunkan kekuatan dari kain kapas dan rayon. Sedangkan pada kain

campuran suhu curing tidak berpengaruh besar seperti pada kain kapas dan rayon karena

konsentrasi poliester lebih banyak sedangkan poliester tahan terhadap suhu curing dan zat

penyempurnaan dapat masuk dengan baik pada serat campuran. Selain itu, kain campuran

mengandung lebih banyak poliester sehingga tidak terlalu banyak bakteri yang yang

memakannya karena serat poliester sendiri merupakan serat sintetik dan bukan sumber

makanan bakteri, sedangkan kain kapas dan rayon merupakan sumber makanan bagi bakteri

sehingga banyak bakteri yang memakannya dan mengakibatkan kekuatan tarik serat kapas dan

rayon tidak sebaik kain campuran.

Sedangkan untuk mulur pun sama halnya dengan kekuatan tarik dimana serat campuran

lebih baik dari serat tunggal kapas dan rayon. Hasil mulur kain blanko kapas dan rayon cukup

besar yakni diatas 15% sedangkan biasanya mulur serat kapas sekitar 7%, hal ini menunjukkan

bahwa jenis kain kapas yang digunakan juga memiliki mulur yang kurang bagus. Sedangkan

kain campuran yang kebanyakan terdiri dari serat poliester mulurnya sekitar kurang lebih 40%

dan ini sesuai dengan literatur yang ada. Serangan bakteri pada kain campuran pun tidak

sehebat serangan bakteri pada kain kapas dan rayon sehingga hanya sedikit berpengaruh pada

sifat-sifatnya.

Hasil pengujian evaluasi juga menunjukkan semakin banyak resin anti bakteri yang

ditambahkan maka ketahanan terhadap bakterinya lebih baik ditinjau dari hasil pengujian

kekuatan tarik dan mulur. Hal ini dapat terjadi karena resin-resin tersebut akan berikatan

dengan serat sehingga bakteri akan kesulitan untuk memakan serat sebagai sumber makaannya.

XII. KESIMPULAN

Semakin banyak resin yang digunakan maka ketahanan terhadap bakterinya lebih

baik.

Serat campuran memiliki ketahanan bakteri yang lebih baik daripada serat tunggal.

Resep yang paling optimal adalah resep dengan konsentrasi resin anti bakteri 5%.

XIII. DAFTAR PUSTAKA

Hitariyat, NM Susyami. 2006. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia.

Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Hitariyat, NM Susyami. 2006. Teknologi Penyempurnaan I. Bandung : Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil.

Soeprijono, P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.