laporan anti bakteri 3k4 kelompok 2
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN I
PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI PADA KAIN KAPAS,
RAYON, POLIESTER-KAPAS (T/C) DAN POIESTER-RAYON
(T/R) DENGAN RESIN NIKKANON NS
Nama : 1. Ririy Badriyyah (12020083)
2. Yoga Firmansyah (12020098)
3. Shofiana Ulfa (12020099)
4. Ayu Rahmawati (12020101)
Kelompok : 2
Group : 3K4
Dosen : Hardianto, S.ST., M.Eng
Asisten : Yayu E., S.ST
Eka O., S.ST
POLITEKNIK – STT TEKSTIL
BANDUNG
2015
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud :
Mengetahui pengaruh proses penyempurnaan anti bakteri terhadap ketahanan bakteri pada kain
rayon, kapas, poliester-kapas (T/C) dan poliester-rayon (T/R).
Tujuan :
1. Meningkatkan ketahanan bakteri kain rayon, kapas, poliester-kapas (T/C) dan poliester-rayon (T/R) dengan penyempurnaan kimia
2. Menentukan resep yang optimal menurut petunjuk penggunaan masing-masing zat yang
digunakan.
II. TEORI DASAR
II.1. Serat Rayon
Pembuatan rayon viskosa ditemukan oleh C.F.Cross dan E.J.Bevand pada tahun 1891.
Produksi rayon viskosa pertama dilakukan oleh Courtlands Ltd dan kemudian berkembang
pesat keseluruh dunia. Pada saat ini pabrik yang pertama memproduksi rayon viskosa seperti
Dupont, dan pabrik Teijin di Jepang telah berhenti berproduksi.
Rayon viskosa adalah serat selulosa yang dilarutkan, dimurnikan, kemudian secara kimia
dikembalikan kebentuk selulosa. Atau diregenerasi sehingga strukturnya sama dengan serat
selulosa lainnya, tapi mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah karena terjadinya
degradasi rantai polimer selulosa selama pembuatan seratnya.
Bahan dasar rayon viskosa adalah selulosa yang dapat berasal dari kayu, atau serat
selulosa lainnya, dengan NaOH diubah menjadi selulosa alkali, kemudian dengan karbon
disulfide, diubah menjadi natriumselulosaxantat dan selanjutnya dilarutkan dalam larutan
NaOH encer, larutan ini kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan
basah.
Serat rayon banyak digunakan untuk bahan tekstil sandang karena sifatnya yang
menyerap keringat, sehingga nyaman dipakai. Oleh karena sifat rayon viskosa yang menyerap
air, maka rayon viskosa merupakan tempat yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya
berbagai macam mikroorganisme. Serat rayon viskosa termasuk serat dengan kilau yang tinggi,
tetapi mempunyai tahan kusut yang rendah.
Serat rayon berkembang dengan pesatnya, diciptakan berbagai jenis rayon yang
mempunyai sifat kimia dan fisika yang lebih baik, seperti high wet modulus rayon, rayon
kuproamonium, polinosik dan sebagainya. Seiring dengan pesatnya perkembangan serat rayon,
ditemukan pula serat buatan lainnya, seperti nilon, poliester dan akrilat.
II.1.1. Morfologi Rayon
Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan penampang
melintangnya bergerigi.
Gambar 1
Penampang membujur dan melintang serat rayon
II.1.2. Sifat-sifat Rayon
1. Kekuatan dan Mulur
Kekuatan rayon viskosa kira-kira 2,6 gram denier dalam keadaan kering dan kekuatan basahnya
kira-kira 1,4 gram perdenier, mulurnya kira-kira 15% dalamkeadaan kering dan kira-kira 25%
dalam keadaan basah ( berbeda dengan serat kapas yang lebih rendah mulurnya yaitu rata-rata
7% )
2. Moisture
Moisture regain serat rayon viskosa dalam kondisi standar adalah 12-13%.
3. Elastisitas
Elastisitasnya jelek. Apabila dalam pertenunan benangnya mendapat suatu tarikan
mendadakkemungkinan benangnya tetapmulur dan tidak mudah kembali lagi,akibatnya dalam
pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan kelihatan seperti garisgaris yang
lebih berkilau.
4. Berat Jenis
Berat jenis rayon viskosa adalah 1,52.
5. Sifat Listrik
Dalam keadaan kering rayon viskosa merupakan isolator listrik yang baik tetapi uap air yang
diserap oleh rayon akan mengurangi daya isolasinya.
6. Sinar
Dalam penyinaran kekuatannya berkurang. Berkurangnya kekuatan lebih sedikit dibandingkan
dengan sutera tetapi lebih tinggi dari asetat.
7. Panas
Rayon viskosa tahan terhadap penyetrikaan tetapi pemanasan dalam waktu lama menyebabkan
rayon berubah menjadi kuning.
8. Sifat Kimia
Rayon viskosa lebih cepat rusak oleh asam dibandingkan dengan kapas terutama dalam
keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer dingin dalam waktu singkat biasanya tidak
berpengaruh tetapi pada suhu tinggi akan merusak serat rayon viskosa, rayon viskosa tahan
pelarut-pelarut untuk pencucian kering.
9. Sifat Biologi
Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang kekuatannya serta berwarna. Biasanya
jamur mula-mula tumbuh pada kanji yang menempel pada benang. Apabila kanjinya telah
dihilangkan kemungkinan diserang jamur berkurang.
10. Morfologi
Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan penampang lintangnya
bergerigi sepertin terlihat pada gambar 1.
II.2. Serat kapas
Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat sifat kimia kapas adalah sifat sifat
kimia selulosa.
II.2.1. Struktur kimia
Gambar Struktur Kimia (a) Selobiosa (b) Selulosa
Sumber: Gascoigne & Gascoigne, Biological Degradation of Cellulose “The Chemistry and
Physics of Cellulose”, p. 3. 1960
Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsip memiliki struktur kimia yang sama. Hal ini
bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa selulosa
pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul
glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan bersama-sama yang
dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya
menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).
Sifat – sifat Serat kapas
N
o
Sifat Fisika Kapas
1 Warna Sedikit krem
2 Kekuatan Kekuatan serat kapas per bandel rata-rata 96700
pound per inchi ² dengan minimum 70000 dan
maksimum 116000 pound per inchi²
3 Mulur rata-rata serat kapas 7%
4 Keliatan
(toughness)
Relatif tinggi
5 Kekakuan
(stiffness)
Kekakuan dipengaruhi berat molekul, kekakuan
rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama
derajat orientasi rantai selulosa
6 Moisture Regain Kurang lebih 7-8,5 %.
7 Berat Jenis Berat jenis serat kapas 1,5-1,56
8 Indeks Bias Indeks Bias serat kapas membujur sumbu serat
1,58, indeks bias melintang sumbu serat 1,53
II.2.2. Sifat Kimia
Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa, maka sifat-sifat kimia kapas pada umumnya
tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal. Beberapa zat
pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga kekuatannya menjadi turun.
Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa, biasanya terjadi pada
pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama
pada suhu diatas 140°C.
Asam- asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa
membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degredasi yang cepat, larutan encer
menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali kuat dengan konsentrasi tinggi menyebabkan
penggelembungan yang besar pada serat. Untuk menahan penggelembungan serat kapas keluar
sehingga lumennya tertutup, irisan lintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat
menjadi lebih berkilau sehingga dilakukan merserisasi. Dengan hal itu, kapas menjadi lebih
kuat dan afinitas terhadap zat warna menjadi lebih kuat. Kapas mudah diserap oleh jamur dan
bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
II.3. Serat Poliester
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki
keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan,sehingga
gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester
merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus –
OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut.Oleh karena itu serat poliester sulit didekati
air atau zat warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
n HOOC COOH + n HOCH CH OH COO(CH ) O H + (2n-1) H O
Asam Tereftalat Etilena Glikol Poliester
Reaksi pembentukan polyester
Sifat poliester
No Sifat Fisika Poliester
1 Elektrostatis Mempunyai elektrostatik yang cukup tinggi
2 Berat Jenis 1,38 g/cm3
3 Kekuatan Tarik dan
Mulur
Kekuatan tarik sekitar 4.5 – 7.5 g/denier,
sedangkan mulurnya 25 % - 75 %.
4 Morfologi Berbentuk silinder dengan penampang
melintang bulat
5 Moisture Regain RH 65 2 % dan suhu 20 oC 1 % , MR 0.4
%
RH 100 % , MR 0.6 % - 0.8 %
6 Derajat Kristalinitas Sangat penting, karena berbengaruh
terhadap daya serap zw, mulur, stabilitas
dimensi, kekuatan tarik, dll.
7 Pengaruh Panas tahan panas sampai suhu 220oC suhu 230-
240 oC poliester melunak, suhu 260oC
poliester meleleh.
8 Elastisitas Elastisitas yang baik
OCOH
n
N
o
Sifat Kimia Poliester
1 Pengaruh alkali Tahan terhadap alkali lemah, terhidrolisa
esternya pada alkali kuat
2 Pengaruh asam Tahan asam lemah dan asam kuat namun
suhu rendah.
3 Titik leleh 2500C
4 Zat organik Akan lartut dalam zat organik seperti
metakresol, asam triflouroasetat–klorofenil
dan campuran triokhlorofenol dengan fenol
dan campuran tetra kloro etana dengan fenol
II.4. Penyempurnaan Anti Bakteri
II.4.1. Mikrobiologi II.4.1.1. Bakteri
Berdasarkan Alcamo (2001), bakteri yang berasal dari kata Latin bacterium (jamak,
bacteria) adalah kelompok raksasa dari organisme hidup, sangat kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa
nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri
memiliki jumlah yang paling melimpahan dari semua organisme. Bakteri dapat berada di
tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.
Bakteri biasanya hanya berukuran 0,5 – 5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3
mm dalam diameter (Thiomargarita). Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki
selaput inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.
Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi
dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur
dinding sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan
yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar,
lipopolisakarida yang terdiri atas membrane dan lapisan peptidoglikan tipis terletak pada
periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau
lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm
formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki
granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk
endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
II.4.1.2. Staphylococcus aureus
Pada pengujian ini, bakteri Staphylococcus aureus dipilih untuk mewakili bakteri gram
positif karena merupakan salah satu bakteri yang paling banyak ditemukan dan merupakan
salah satu penyebab utama pada infeksi penyakit kulit manusia. Serta acuan berdasarkan
standar pengujian AATCC 147-2004, yaitu Staphylococcus aureus No. 6538 sebagai gram
positif. Selain itu salah satu strain dari Staphylococcus aureus, yaitu MRSA (methicillin-
resistant Staphylococcus aureus), telah mengembangkan resistensi terhadap penisilin dan
antibiotik mirip penisilin lainnya. Staphylococcus aureus merupakan bekteri kelompok gram
positif, berbentuk bola, tidak bergerak dan biasanya ditemukan satu-satu atau berpasangan.
Tumbuh baik pada suhu 30 – 37oC pada pH optimum 7,0 – 7,5 dan tumbuh baik dalam NaCl
15%. Bakteri ini membentuk pigmen warna kuning emas, bersifat fakultatif anaerob. Bakteri
ini dapat menyebabkan infeksi pada kulit, jaringan subkutan dan luka (Funke, 2004).
Gambar 2. Staphylococcus aureus
II.4.2.Antibakteri
Antimikroba atau antibakteri dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi pada
manusia. Antibakteri adalah antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan cara kerja antibakteri dapat dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisida.
Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan menghambat pertumbuhan populasi bakteri tanpa
mematikannya, sedangkan antibakteri bakterisida bekerja dengan cara membunuh bakteri.
Pada senyawa antibakteri tertentu, jika dosis yang digunakan terlalu tinggi, bakteriostatik
dapat berubah menjadi bakterisida. Berdasarkan efektivitas kerjanya, senyawa antibakteri
dikelompokkan menjadi dua, yakni antibakteri berspektrum luas yang efektif terhadap
berbagai jenis mikroorganisme dan antibakteri berspektrum sempit, hanya efektif terhadap
mikroorganisme tertentu (Widiyarti, 2007).
II.4.3. Uji Antibakteri
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode. Dari
berbagai metode, pada umumnya metode difusi yang paling banyak digunakan untuk uji
antibakteri. Metode difusi dapat dibedakan menjadi 3 cara yakni: metode silinder, metode
perforasi, dan metode difusi cakram. Pada metode silinder, silinder steril dengan diameter
tertentu ditetesi dengan larutan uji dan ditempatkan pada permukaan agar yang telah
ditanami bakteri uji, dimana daerah bening disekeliling silinder merupakan daerah hambatan
yang terbentuk. Pada metide perforasi, media agar yang telah ditanami bakteri uji dibuat
lubang/sumur dengan diameter tertentu menggunakan perforator dan di dalamnya diisi
larutan uji dengan konsentrasi tertentu, daerah bening yang terlihat disekitar lubang
merupakan daerah hambatan yang terbentuk. Pada metode difusi cakram, sejumlah bakteri
uji diinokulasikan pada media agar dan cakram yang mengandung larutan antibakteri tertentu
diletakkan pada permukaan media agar yang memadat. Setelah diinkubasikan akan terlihat
akan terlihat daerah bening sebagai daerah hambatan yang tidak ditumbuhi bakteri
disekeliling cakram. Metode difusi cakram ini dikenal dengan metode Kirby – Bauer dan paling
banyak digunakan. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk menentukan bakteri tersebut
tergolong sensitif, intermediet, atau resisten terhadap senyawa uji antibakteri. Potensi
antibakteri ditentukan dengan membandingkan diameter hambatan larutan sampel senyawa
uji dengan diameter hambatan larutan standar, pada dosis sama pada biakan bakteri uji yang
peka dan sesuai. (Widiyarti, 2007).
II.4.4. Penyempurnaan Anti Bakteri II.4.4.1. Sifat Dan Struktur Kimia ZAP Garam Ammonium
Senyawa ammonium quartener mengandung nitrogen dengan valensi 3 atau 5,
misalnya ammonia (NH3) dan ammonium hidroksida (NH4OH). Senyawa ammonium quartener
yang dibentuk dari garam yang bersifat stabil dan larut atau didispersikan dalam air. Struktur
garam ammonium quatener dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.
Struktur Garam Ammonium Quartener
Garam ammonium quartener adalah surfaktan yang bersifat kationik. Mekanisme
garam ammonium sebagai zat anti bakteri yaitu, kation dari garam ammonium akan menarik
bakteri sehingga membrane sel akan bocor dan pada akhirnya menghalangi pembelahan sel
bakteri. Secara umum mekanisme antibakteri oleh zat anti bakteri adalah menghalangi
pembentukan dinding sel dan membrane sel, menghalangi reproduksi DNA, metabolism
energy dan enzim dan menghalangi pembelahan sel.
II.4.4.2. Zat Anti Bakteri yang Digunakan (Nikkanon NS-30 N)
Nikkanon NS-30 N merupakan zat anti bakteri yang dikembangkan oleh PT. INKALI
(Indonesia NIKKA Chemichals) yang merupakan merek dagang dari garam ammonium
quartener. Zat anti bakteri ini memiliki kestabilan di larutan yang sangat baik. Nikkanon NS- 30
N memiliki sifat dan karakteristik :
- Baik sebagai antimikroba
- Ramah lingkungan
- Mengandung sedikit busa
- Surfaktan Anionik
- Dapat digunakan cara padding maupun exhaust
- Berwujud cairan transparan dan sedikit kekuningan
- Kelarutan dalam air baik
- pH pengerjaan 6,5
-
+
4R
X 3
R N 1
R
2
R
- Memberikan ketahanan yang baik meskipun tanpa adanya ikatan silang senyawa
formaldehid
- Tidak menimbulkan kekuningan pada bahan
Aplikasi penggunaan :
a. Cara Padding
Padding (1 dip 1 nip) Nipping (WPU 70%) Dry (120oCx2’) Curing
(150oCx1’)
b. Cara Exhaust
Konsentrasi 3-4% Exhaust (40-50oC x 15-20’) Peras Dry
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan
Bejana
Gelas ukur
Pengaduk
Neraca digital
Nampan
Pipet
Mesin Padder
Mesin Stenter
Bahan yang digunakan
Kain Rayon
Kain kapas
Kain poliester-kapas (T/C)
Kain poliester-kapas (T/C)
Nikkanon NS 30N
Teepol dan Na2CO3
IV. CARA KERJA
1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses penyempurnaan anti
bakteri.
2. Hitung dan Timbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah ditentukan untuk
larutan penyempurnaan sebanyak 300 ml.
3. Tambahkan ke dalam piala gelas tersebut resin Nikkanon NS yang telah dilarutkan dengan air
dingin sambil diaduk-aduk agar merata.
4. Pindahkan larutan penyempurnaan tolak air yang telah disiapkan ke dalam baki/nampan
plastik yang tersedia, lalu rendam kain di dalamnya hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan
lewatkan di antara rol-rol benam peras (padding dengan WPU 70%) sebanyak dua kali.
5. Keringkan kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 1200C selama 1 menit dan dilanjutkan
dengan pemanasawetan (curing) suhu 150°C selama 1 menit dengan menggunakan mesin
stenter.
6. Kain contoh selanjutnya dikondisikan untuk pengujian dan evaluasi mutu kain berdasarkan
standar pengujian yang telah dipelajari (AATCC, SNI, atau ISO). Pengujian yang dilakukan
yaitu uji kekuatan dan mulur dari hasil burried test.
7. Untuk pengerjaan kain blanko lakukan perendaman pada air biasa saja.
Pengujian kekuatan tarik dan mulur
1. Pasang beban sesuai dengan contoh uji.
2. Jalankan mesin dengan menaikkan saklar listrik.
3. Atur posisi jarum agar ada pada posisi nol.
4. Atur jarak jepit dengan memutar handle yang ada pada mesin ke arah yang berlawanan
dengan jarum jam dan injak dan injak handle untuk menjalankan mesin.
5. Contoh uji dijepit simetris pada jepitan atas dengan arah bagian yang memanjang searah
dengan arah tarikan.
6. Ujung bawah contoh uji dijepit simetris pada pemberat bawah.
7. Putar handle yang ada pada mesin searah jarum jam dan injak pedal untuk menjalankan
mesin.Tunggu hingga contoh uji mengalami tarikan dan putus.
8. Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik dalam satuan kg
dan mulur dalam cm.
9. Evaluasi
Menguji kekuatan tarik dan mulur dari kain yang telah dilakukan penyempurnaan anti bakteri
dengan cara membandingkan penggunaan resep yang digunakan.
V. DIAGRAM ALIR
°C dengan waktu 1 menit120ses dry kain pada suhu Pro
Proses pad kain dengan WPU 70%
pada larutan zat anti bakteriProses perendaman kain
Penimbangan Resep
Perhitungan resep Bahan
Alat dan ersiapanP
test Cara burried kain dengan
Evaluasi 0°C dengan waktu 1 menit15es cure kain pada suhu Pros
VI. SKEMA PROSES
VII. RESEP
Kelompok 1 2 3 4
Konsentrasi resin
Nikkanon NS
2 % 3 % 4 % 5 %
Air 200 mL
WPU 70 %
Dry 120℃, 1 menit
Cure 150℃, 1 menit
VIII. PERHITUNGAN RESEP
Jumlah larutan = 200 ml (untuk 4 kain)
Resin anti bakteri Nikkanon NS = 3
100 x 200
= 6 gram
IX. DATA PERCOBAAN
Serat Kekuatan (Newton)Blanko Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Rayon 73.5 93.1 34.3 107.8 465.5Kapas 0 19.6 117.6 343 24.5TR 259.7 416.5 357.7 257.7 490TC 338.1 225.4 298 9.8 352.8
Serat Mulur (%)Blanko Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Rayon 32 32.67 23 36.67 42Kapas 14 22.7 46 27.33 24TR 47.3 57.3 37.33 54 46TC 46.7 48 65.33 38 34
150oC, 1 menit
XI. DISKUSI
Penyempurnaan ini prinsipnya adalah untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Dan Secara
umum mekanisme resin anti bakteri adalah sebagai berikut :
- Menghalangi pembentukan dinding sel
- Menghalangi pembentukan membran sel
- Menghalangi reproduksi DNA
- Menghalangi metabolisme energi dan enzim
- Menghalangi pembelahan sel dan lain lain
Zat anti bakteri akan menghancurkan struktur membran dan fungsi dari bakteri, menghambat
pembelahan diri suatu bakteri dan pada akhirnya akan menghalangi proses respirasi bakteri.
Kemungkinan pada saat dilakukan pengujian penguburan, bakteri ditarik secara ionik oleh
kation. Kemudian gugus alkil rantai panjang merusak membran sel dengan berpenetrasi ke
dalam sel dan meyebabkan protoplasma menjadi bocor. Sehingga menyebabkan bakteri mati.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil yang bervariatif. Untuk uji
kekuatan tarik menunjukkan nilai kekuatan tarik resep hasil penyempurnaan menunjukkan
peningkatan daripada kain yang tidak dilakukan penyempurnaan. Namun, peningkatan
kekuatan tarik pada kain campuran T/C dan T/R lebih baik kain kapas dan rayon. Hal ini dapat
terjadi karena proses fiksasi yang dilakukan dengan cara curing dengan suhu yang cukup tinggi
sehingga akan menurunkan kekuatan dari kain kapas dan rayon. Sedangkan pada kain
campuran suhu curing tidak berpengaruh besar seperti pada kain kapas dan rayon karena
konsentrasi poliester lebih banyak sedangkan poliester tahan terhadap suhu curing dan zat
penyempurnaan dapat masuk dengan baik pada serat campuran. Selain itu, kain campuran
mengandung lebih banyak poliester sehingga tidak terlalu banyak bakteri yang yang
memakannya karena serat poliester sendiri merupakan serat sintetik dan bukan sumber
makanan bakteri, sedangkan kain kapas dan rayon merupakan sumber makanan bagi bakteri
sehingga banyak bakteri yang memakannya dan mengakibatkan kekuatan tarik serat kapas dan
rayon tidak sebaik kain campuran.
Sedangkan untuk mulur pun sama halnya dengan kekuatan tarik dimana serat campuran
lebih baik dari serat tunggal kapas dan rayon. Hasil mulur kain blanko kapas dan rayon cukup
besar yakni diatas 15% sedangkan biasanya mulur serat kapas sekitar 7%, hal ini menunjukkan
bahwa jenis kain kapas yang digunakan juga memiliki mulur yang kurang bagus. Sedangkan
kain campuran yang kebanyakan terdiri dari serat poliester mulurnya sekitar kurang lebih 40%
dan ini sesuai dengan literatur yang ada. Serangan bakteri pada kain campuran pun tidak
sehebat serangan bakteri pada kain kapas dan rayon sehingga hanya sedikit berpengaruh pada
sifat-sifatnya.
Hasil pengujian evaluasi juga menunjukkan semakin banyak resin anti bakteri yang
ditambahkan maka ketahanan terhadap bakterinya lebih baik ditinjau dari hasil pengujian
kekuatan tarik dan mulur. Hal ini dapat terjadi karena resin-resin tersebut akan berikatan
dengan serat sehingga bakteri akan kesulitan untuk memakan serat sebagai sumber makaannya.
XII. KESIMPULAN
Semakin banyak resin yang digunakan maka ketahanan terhadap bakterinya lebih
baik.
Serat campuran memiliki ketahanan bakteri yang lebih baik daripada serat tunggal.
Resep yang paling optimal adalah resep dengan konsentrasi resin anti bakteri 5%.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Hitariyat, NM Susyami. 2006. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Hitariyat, NM Susyami. 2006. Teknologi Penyempurnaan I. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Soeprijono, P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.