laporan aneurin hcl

13
LAPORAN FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL ANEURIN HCL INJEKSI 25 MG/ML Nomor Batch : K 1503 Tanggal : 10 Maret 2015 DISUSUN OLEH DISETUJUI OLEH Mia K. Marseli ( A 0122 092 ) Anita Anggraeni ( A 0122 100 ) Andri Zainuddin ( A 0122 104 ) Kode Produ k Nama Produk Volume Produk Bentuk Kemasan Waktu Pengolahan 02 FITNEURIN 1 ml Larutan Ampul 19.00 – 22.00 I. Nama Zat dan Jumlah Ampul yang Akan Dibuat Nama zat aktif : Aneurin Hydrochloridum Kekuatan sediaan : 25 mg/ml Jumlah yang dibuat : 7 ampul

Upload: athara-somana

Post on 28-Sep-2015

1.044 views

Category:

Documents


96 download

DESCRIPTION

teknologi formulasi

TRANSCRIPT

LAPORAN FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERILANEURIN HCL INJEKSI25 MG/MLNomor Batch : K 1503Tanggal : 10 Maret 2015

DISUSUN OLEHDISETUJUI OLEH

Mia K. Marseli ( A 0122 092 )Anita Anggraeni ( A 0122 100 )Andri Zainuddin ( A 0122 104 )

KodeProdukNama ProdukVolumeProdukBentuk

Kemasan

WaktuPengolahan

02FITNEURIN1 mlLarutanAmpul19.00 22.00

I. Nama Zat dan Jumlah Ampul yang Akan DibuatNama zat aktif: Aneurin HydrochloridumKekuatan sediaan: 25 mg/mlJumlah yang dibuat: 7 ampul

II. FORMULASIR/Aneurin HCl25mg/ mlObat suntik dalam ampul 1 ml No. VII

BAB IIIMONOGRAFI

1. Aneurin Hydrochloride

Pemerian :Serbuk putih atau tidak berwarna atu kristal putih atau serbuk kristal putih. ( Martindale ed 29,hal 1277 ) Kelarutan :Thiamin HCL larut dalam 1:1 bagian air ( Martindale ed 29, hal 1277 ) Titik leleh / titik lebur : 248oC Dosis lazim : 10 mg-100mg (FI ed III hal 991) Daftar obat keras : sediaan injeksi OTT : terhadap oksidator, reduktor, karbonat ( Martindale ed 29,hal 1277 ) pH : 2.8 3.4 ( Martindale ed 29,hal 1277 ) Stabilisator : HCL 0.1 N ( Martindale ed 29,hal 1277 ) Tonisitas : Kelengkapan : tb = 0,139 ; C = 2,5 ( Merck Index ed 8 hal 1277 )Perhitungan Tonisitas Larutan W = (0,52 - tb x C) / 0,576W = (0,52 0,139 x 2,5) / 0,576W= 0,2995 % (Hipotonis)Untuk membuat larutan isotonis maka ditambahkan NaCl 0,2995 %

2. Natrii ChoridumBM : 58,44 Pemerian: Hablur Heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau rasa asin.(Farmakope Indonesia III, hal 403-404) Kegunaan: Sumber ion klorida dan ion natrium. (Farmakope Indonesia III, hal 403-404) Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%)P.(Farmakope Indonesia III, hal 403-404) Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal: Untuk pembuatan larutan isotonik intravena dan preparat sediaan mata dengan konsentrasi kurang dari 0,9 %. (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 637-639.) Higroskopisitas: Higroskopis diatas 75 % kelembaban relatif (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 637-639.) Titik leleh: 804 C (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 637-639.) Densitas : 1,20 g/cm3 untuk larutan cair (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nd ed: 637-639.) Penyimpanan: Disimpan ditempat tertutp, dingin dan kering (Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6nded: 637-639.)

3. Aqua Pro Injecctionum (a.p.i) Pemerian: cairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau Kegunaan: air untuk injeksi Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal: Dapat digunakan sebagai air untuk sediaan injeksi. Penyimpanan: dalam wadah dosis tunggal, botol kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter.( Farmakope Indonesia IV, hal. 112)4. Acidum Hydrochloridum Rumus molekul : HCl Bobot molekul : 36,46 Asam klorida mengandung tidak kurang dari 36,5% b/b HCl. Pemerian:Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.(FI Edisi IV hal 49)

BAB IVASPEK FARMAKOLOGI

ADME Aneurin HCLFarmakologi:Vitamin B1 (thiamin) berperan sebagai ko-enzim pada dekarboksilasi asam a-keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 (pyridoxine) dalam tubuh berubah menjadi Piridoksin fosfat dan Piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam amino.Vitamin B12 berperan dalam sintesa asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel-sel serta memelihara integritas jaringan saraf.Vitamin E natural (d-alpha-tocopherol) merupakan antioksidan yang melindungi sel dari oksidasi, dan menetralisir radikal bebas tak stabil, yang dapat menimbulkan kerusakan.Kemampuannya sebagai antioksidan ini dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit degeneratif. Asam folat diperlukan untuk sintesis DNA, dan pertumbuhan sel, serta penting dalam pembentukan sel darah merah, produksi energi dan pembentukan asam amino.

Indikasi: Untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi Vitamin B1, B6, B12, Vitamin E dan kekurangan darah.

Kontra indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini.

Peringatan perhatian:Hati-hati diberikan pada penderita Parkinson yang mendapat terapi levodopa, karena vitamin B6 menonaktifkan levodopa. Hati-hati bila diberikan pada penderita epilepsi yang sedang mendapat obat epilepsi, karena dosis tinggi asam folat dapat mengubah fungsi obat tersebut.Tidak boleh melebihi dosis yang dicantumkan. Sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang sedang mendapat terapi levodopa.

Efek samping :Penggunaan vitamin B6 dalam dosis besar dan jangka panjang dapat menyebabkan sindroma neuropati. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan mual, muntah dan sakit kepala.

BAB VPerhitungan dan Penimbangan

Formula: Aneurin Hydrochloridum25 mgNatrii Chloridum2,995 mgAcidum Hydrochloridum0,1 N ad pH satbilitasAqua pro injectionad 1 mlPerhitungan Tonisitas :ZatTbC

Aneurin HCL 0,1392,5

Tonisitas :W = W= = 0,2995 %Tonisitas sebenarnya :0.9% - 0,2995 % = 0,6005 %

Penimbangan BahanSatuan dasarVolume produksi

1ml7 ampul / 15 ml

Aneurin HCl25 mg375 mg

NaCl2,995 mg44,85 mg

Perhitungan volume ampul(n+2) C+ 6 ml =( 7 + 2 ) 1,1 + 6ml= 15,9 ml

BAB VIAlat dan Prosedur Pengolahan

AlatSterilisasiWaktu

Beaker GelasOven 170o C30

Corong & Kertas SaringOtoklaf 115-116o C30

AmpulOven 170o C30

Kaca ArlojiApi Langsung20

Spatel LogamApi Langsung20

Batang PengadukApi Langsung20

No.Pengolahan

1Di Didihkan 25 ml aqua pro injeksi (a.p.i) dalam beaker gelas selama 10 menit.

2Dilarutkan Aneurin HCl dalam sebagian aqua pro injeksi (no.1)

3Dilakutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi (no.1)

4Kedua campuran tersebut dicampurkan (no.2 dan no.3 )

6Ditambahkan a.p.i ad 12 ml, kemudian cek pH

7Ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 3,5 ml

8Larutan ditambahkan a.p.i ad 15,9 ml

9Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang.

10Larutan kemudian diisikan kedalam 7 ampul @1,1 ml, pengisian dilakukan didaerah LAF ( laminar Air Flow )

11Ampul disemprot dengan uap air dialiri gas inert lalu ditutup

12Disterilisasi dalam otoklaf 115-116o C selama 15 menit.

BAB VIIEVALUASI SEDIAANJENIS EVALUASIHASIL EVALUASI

1. EVALUASI FISIKA

a) Penetapan pH (FI IV,1039-1040)b) Bahan partikulat dalam injeksi (FI IV,981-984)c) Penetapan volume injeksi dalam wadah (FI IV,1044)d) Uji keseragaman sediaan(FI IV,990-1001)e) Uji kejernihan (FI IV,998)f) Uji kebocoranpH awal = 6,5pH akhir = 4

g) Berwarna jernih

h) Tidak dilakukan

i) Tidak dilakukan

j) jernih

k) 1 ampul yang bocor

2. EVALUASI BIOLOGI

a) Uji Efektivitas Sterilitas Antimikroba (FI IV,858-855)Tidak dilakukan

b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863)Tidak dilakukan

c) Uji Endotoksin Bakteri(FI IV,905-907)Tidak dilakukan

d) Uji pirogen (FI IV,908-909)Tidak dilakukan

e) Uji kandungan zat antimikroba (FI IV,939-942)Tidak dilakukan

f) UJI potensi antibiotik (FI IV,891-899)Tidak dilakukan

NOJenis evaluasi Penilaian

1.Penampilan fisik

2.Jumlah sediaan5 ampul

3.Kejernihanjernih

4.BrosurTerlampir

5.KemasanTerlampir

6.Kebocoran ampul2 ampul

7.EtiketTerlampir

8.Keseragaman volumeSeragam

BAB VIIIPEMBAHASAN Pada praktikum formulasi sediaan steril kali ini, di buat sediaan injeksi Aneurin Hcl atau disebut juga Vitamin B1, kekuatan sediaan pada Aneurin ini adalah 25 mg / ml. Dengan volume tiap ampul sebanyak 1,1 mL. Aneurin Hcl atau Thiamini HCl merupakan senyawa dengan bentuk hablur atau serbuk hablur, berwarna putih, berbau khas lemah, dan mudah larut dalam air, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam eter dan benzen ( FI ed IV hal 784). Senyawa Aneurin HCl sudah memiliki sifat yang mudah larut dalam air sehingga yang digunakan adalah garam HCl nya dan tidak perlu diganti dengan bentuk yang lain. Sediaan injeksi didefinisikan sebagai sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral. Aneurin HCl merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, maka sediaan injeksi yang dibuat berbentuk larutan. Formula sediaan injeksi yang akan dibuat terdiri dari Aneurin HCl dengan konsentrasi 25 mg / mL, NaCl secukupnya dan Aqua pro injeksi sampai volume 1,1 mL. Aneurin HCl bertindak sebagai zat aktif. NaCl berfungsi sebagai pengatur tonisitas, karena salah satu syarat sediaan injeksi adalah harus isotonis yang artinya memiliki konsentrasi yang sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah. Selain itu sediaan injeksi juga harus memenuhi persyaratan isoosmotik yaitu memiliki tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose serum darah. Untuk mencapai keadaan yang isotonis dan isoosmotik, suatu larutan harus ekivalen dengan larutan NaCl 0,9 % yang notabene ekivalen dengan tonisitas sel darah dan tekanan osmosenya ekivalen dengan osmose serum darah. Aqua Pro Injeksi berfungsi sebagai pelarut dalam sediaan injeksi yang akan dibuat. Aqua pro injeksi dipilih sebagai pelarut karena Aqua pro injeksi sudah steril. Aqua pro injeksi dibuat dengan memenuhi persyaratan untuk menjadi pelarut dalam sediaan injeksi antara lain berbentuk cairan jernih, steril, bebas pirogen, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa serta tidak mengandung logam berat dan zat pereduksi, dengan pH di kisaran 5,0-7,0. Selain persyaratan sterilitas, isotonisitas, dan isoosmotik, suatu sediaan injeksi harus memenuhi persyaratan isohidris. Isohidris berarti sediaan injeksi yang akan disuntikkan harus memiliki pH yang sama dengan pH fisiologis tubuh manusia yaitu sekitar 7,4. Sehingga untuk menjaga pH sediaan injeksi seringkali ditambahkan dapar agar pH larutan tetap. Farmakope Indonesia menyebutkan bahwa pH untuk sediaan injeksi Aneurin HCl adalah 2,5 4,5. Hal ini karena aktivitas fisiologi maksimal Aneurini HCl dapat tercapai pada rentang pH 3 4 . Sehingga untuk injeksi Aneurin HCl dilakukan usaha euhidris, atau usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah pH fisiologis tubuh. Euhidris dapat dilakukan untuk zat zat yang tidak stabil dalam pH fisiologis tubuh, atau zat yang memiliki aktivitas fisiologi yang lebih baik pada pH yang bukan pH fisiologis tubuh. Larutan injeksi yang kami buat memiliki pH 6,5, untuk mencapai pH dengan rentang 2,5 4,5 dilakukan penambahan larutan HCl 0,1 N sebanyak 3,5 ml. Hasil akhir pH larutan injeksi Aneurin HCl yang dibuat adalah 4. Metode sterilisasi yang digunakan adalan Terminal sterilization atau sterilisasi di akhir proses, sehingga dalam pengerjaannya dilakukan dengan tehnik aseptik, dan digunakan bahan serta alat yang steril. Proses pengisian larutan injeksi ke dalam ampul dilakukan didalam Laminar Air Flow untuk mencegah bakteri atau virus masuk kedalam ampul saat proses pengisian. Sterilisasi dilakukan dengan metode autoklaf pada suhu 121 dengan tekanan 1 atm, sema 15 menit.Pada percobaan ini dibuat 7 ampul dengan volume masing masing ampulnya 1mL, namun pada pembuatannya larutan yang dibuat dilebihkan jumlahnya untuk mengantisipasi terjadinya tumpahan saat pengisian. Perhitungan volume larutan yang dibuat, dihitung dengan menggunakan persamaan untuk ampul = (n+2) c +6mL , dimana n adalah jumlah sediaan yang diminta, dan c adalah volume sediaan yang telah dilebihkan volumenya sesuai anjuran FI ed IV. Volume yang dimasukkan pada setiap ampul tidaklah 1 mL namun 1,1 mL volume ini berdasarkan anjuran penimbangan dan volume yang tercantum dalam FI ed IV hal 1044. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi larutan yang tertinggal pada ampul pada saat pengambilan cairan. Jika ampul diisi tepat 1 mL di khawatirkan volume cairan yang diambil tidaklah tepat 1 mL sehingga akan berpengaruh pada dosis yang diberikan. Setelah itu Aqua for injeksi didihkan selama 5 menit dengan menggunakan spirtus tujuaanya untuk menghilangkan CO2 agar tidak mempengaruhi kestabilan larutan.Pada praktikum kali ini dilakukan uji kebocoran, uji kebocoran yang dilakukan adalah metode konvensional. Metode ini dilakukan dengan memanaskan ampul yang telah dibuat dalam posisi terbalik pada otoklaf dengan suhu 121C Selama 15 menit. Pada uji kebocoran ini ampul ditekan oleh suhu yang berada di otoklaf. Setelah 15 menit ampul dikeluarkan dan diamati apakah ada ampul yang mengalami kebocoran, ampul yang mengalami kebocoran jumlah volume pada ampul akan berkurang dan bisa juga bertambah. Dari hasil percobaan , dari 7 ampul yang dibuat ternyata 1 ampul mengalami kebocoran dan 6 ampul lainnya dalam kondisi baik.

BAB IXKESIMPULAN Pada praktikum kali ini telah dibuat sediaan injeksi Thiamin HCl dengan kekuatan sediaan 25 mg/mL, dengan volume tiap ampul adalah 1,1 mL. Injeksi yang dibuat berbentuk larutan bening, dengan pH 4. Dari 7 ampul yang dibuat 1 ampul mengalami kebocoran, dan 6 ampul dalam kondisi baik.

BAB XDAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.1995.FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV.Jakarta : Departemen Kesehatan RI.Martindale . 1982. Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain.The Extra Pharmacopoeia Twenty eight Edition. London : The Pharmaceutical PressLukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.Anief, Moh. 2005. Farmaseutika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Distribusi Pengerjaan Laporan Formula, monografi zat aktif , zat tambahan , daftar pustaka dan print : Mia Kusmiati Marseli ( A 0122 092) Penimbangan , perhitungan Prosedur pengerjaan, data pengamatan dan edit : Anita Anggraeni ( A 0122 100 ) Pembahasan dan Kesimpulan : Andri Zaenudin ( A 0122 104 ) Kemasan, etiket, brosur : Nuratika Lestari (A 0121 043)