laporan akuntabilitas kinerja komisi pemberantasan korupsi ... kpk tahun 2009.pdf · dalam...

172
L L a a p p o o r r a a n n A A k k u u n n t t a a b b i i l l i i t t a a s s K K i i n n e e r r j j a a K K o o m m i i s s i i P P e e m m b b e e r r a a n n t t a a s s a a n n K K o o r r u u p p s s i i T T a a h h u u n n 2 2 0 0 0 0 9 9 Komisi Pemberantasan Korupsi Februari 2010

Upload: dokhanh

Post on 09-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LLaappoorraann AAkkuunnttaabbiilliittaass KKiinneerrjjaa KKoommiissii PPeemmbbeerraannttaassaann KKoorruuppssii TTaahhuunn 22000099

Komisi Pemberantasan KorupsiFebruari 2010

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 i

KKKaaatttaaa PPPeeennngggaaannntttaaarrr

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa

setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang dibiayai dari Anggaran

Negara agar menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja sebagai bentuk

pertanggungjawaban kinerja kepada stakeholders.

Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu media

akuntabilitas yang melaporkan bagaimana pertanggungjawaban atas amanah

yang diemban organisasi dan tanggung jawab pemakaian sumber daya untuk

menjalankan misi organisasi. Laporan ini diharapkan dapat menyajikan

informasi bagi pengelolaan sasaran dan kegiatan oleh organisasi dalam

rangka pencapaian visi dan misinya.

Laporan Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Tahun 2009

disusun mengacu pada Rencana Strategis KPK Tahun 2008-2011 dan Rencana

Kinerja 2009 dan Realisasinya, yang memuat pencapaian kinerja sasaran dan

kegiatan sesuai dengan tupoksi KPK. Dalam mengelola manajemen kinerja di

tingkat organisasi dan individu, KPK dibantu dengan perangkat lunak berbasis

balanced scorecard. Selama 2009, secara garis besar semua unit di KPK, baik

di tingkat deputi/setjen maupun direktorat/biro, telah berhasil mencapai

target kinerja yang ditetapkan.

Akhir kata, kami berharap agar laporan kinerja ini dapat menjadi

media pertanggungjawaban kepada stakeholders dan pemicu peningkatan

kinerja bagi organisasi KPK.

J

B

Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 ii

RRRiiinnngggkkkaaasssaaannn EEEkkkssseeekkkuuutttiiifff

elama 2009, KPK telah berhasil melaksanakan misi yang

diemban dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan. Keberhasilan KPK ini diukur berdasarkan pencapaian

berbagai indikator kinerja yang telah ditetapkan, baik indikator sasaran

maupun indikator kegiatan. Capaian kinerja KPK di tingkat korporat tahun

2009 adalah sebesar 127,5%, yang diperoleh dari Perspektif Stakeholder

(Pemangku Kepentingan) dengan bobot (weight) 40% dan capaian kinerja

123,0%, Perspektif Internal dengan bobot 40% dan capaian kinerja 140,3%,

Perspektif Learning and Growth (Pembelajaran dan Pertumbuhan) dengan

bobot 10% dan capaian kinerja 104,6%, dan Perspektif Financial (Keuangan)

dengan bobot 10% dan capaian kinerja 116,5%.

Pada perspektif Pemangku Kepentingan, terlihat skor IPK

Indonesia tahun 2009 mengalami kenaikan 0,2 poin (2,6 menjadi 2,8).

Namun, harus dipahami bahwa para pelaku bisnis maupun pengamat/analis

negara masih mempersepsikan Indonesia sebagai negara yang “rawan

korupsi”. Rendahnya skor IPK Indonesia dibandingkan negara tetangga,

seperti Singapura (9,2), Brunei Darussalam (5,5), Malaysia (4,5), dan

Thailand (3,4), menunjukkan bahwa usaha pemberantasan korupsi di

Indonesia masih jauh dari berhasil; dan komitmen pemerintah terhadap

terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) masih

perlu terus ditingkatkan.

Sejalan dengan IPK, rata-rata Indeks Integritas Nasional (IIN)

tahun 2009 pun masih belum menggembirakan. IIN tahun 2009 sebesar 6,50

diperoleh melalui survei integritas yang dilakukan KPK terhadap 136 unit

layanan di 39 instansi pusat, 39 unit layanan di 10 pemerintah provinsi, dan

196 unit layanan di 49 pemerintah kabupaten/kota. Jumlah responden survei

S

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 iii

ini adalah 11.413 orang, yang terdiri atas 4.592 di pusat, 1.039 di tingkat

provinsi, dan 5.872 ditingkat kabupaten/kota. Nilai rata-rata integritas per

unit layanan yang disurvei menunjukkan bahwa pelayanan pengadaan barang

dan jasa, baik di tingkat pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah

kabupaten/kota, merupakan unit layanan yang nilainya masih rendah. Nilai

integritas yang relatif baik dicapai oleh unit pelayanan dasar dan program-

program pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan layanan perizinan dan

non-perizinan masih harus dilakukan perbaikan dan peningkatan.

Koordinasi dan supervisi di bidang Penindakan KPK diarahkan untuk

memberdayakan aparat penegak hukum (APGAKUM) dalam menangani kasus

TPK di lembaganya, sesuai dengan peran KPK sebagai trigger mechanism.

Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

peningkatan dari semula 726 pada 2008 menjadi 877 pada 2009. Sementara

itu, keberhasilan penegakan hukum kasus TPK oleh KPK dapat dilihat

dari seluruh (100%) putusan pengadilan yang menyatakan terdakwa terbukti

bersalah, baik di tingkat PN, PT, maupun MA.

Upaya pengembalian kerugian/penyelamatan Keuangan Negara

berhasil dilakukan sebesar Rp5,166 triliun, yang berasal dari: (a) eksekusi

perkara TPK yang telah inkracht sebesar Rp142,994 miliar dalam bentuk uang

pengganti, uang sitaan hasil korupsi, hasil denda, penjualan hasil lelang TPK,

uang rampasan, jasa giro, dan ongkos perkara yang telah disetor ke kas

negara/daerah; (b) penyelamatan aset/kekayaan negara dari Pencegahan

sebesar Rp5,023 triliun, yang berasal dari: (i) penyetoran dana abandonment

and site restoration (ASR) dan koreksi pembebanan insentif kredit investasi

(investment credit) Rp2,693 triliun, (ii) penyelamatan potensi kerugian

negara sebagai akibat pengalihan hak aset/barang milik negara pada 13

kementerian/lembaga sebesar Rp1,970 triliun, dan (iii) potensi penyetoran

dana dari pemberian fee/premium dan fasilitas lain oleh bank kepada

penyelenggara negara dan pegawai negeri sebesar Rp360,311 miliar.

Pada Perspektif Internal, dalam pelaksanaan tugas koordinasi

dan supervisi kepada kepolisian dan kejaksaan, KPK telah menerima 650

SPDP yang terdiri atas 558 SPDP dari kejaksaan; dan 92 SPDP dari kepolisian.

Kegiatan supervisi yang dilakukan sebanyak 227 kali, dalam bentuk

penerimaan jawaban permintaan perkembangan penyidikan sebanyak 146

kali, gelar perkara sebanyak 58 kali, analisis sebanyak 16 kali, dan

pelimpahan 7 kasus/perkara.

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 iv

Guna mewujudkan penindakan yang kuat dan proaktif, telah

dilakukan peningkatan status 25 kasus solid ke penyidikan, 36 berkas perkara

dinyatakan lengkap (P-21), dan 34 berkas perkara dilimpahkan ke

Pengadilan Negeri. Kontribusi case building dalam membangun kasus

potensial juga diperoleh dari unit-unit lain selain penindakan, yaitu 1 kasus

dari Dit. Pinda, 3 kasus dari Dit. PJKAKI, 5 kasus dari Dit. Gratifikasi, 6 kasus

dari Dit. LHKPN, dan 52 kasus dari Dit. Dumas. Sementara dalam

penelusuran aset (asset tracing) terhadap 11 perkara TPK, berhasil dilacak

sebesar Rp370.402.595.411,00 dari total jumlah potensi kerugian negara

yang ditimbulkan oleh korupsi sebesar Rp334.167.973.125,00.

Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari gratifikasi

yang ditetapkan menjadi milik negara sebesar Rp2,298 miliar, dalam bentuk

uang sebesar Rp1,288 miliar, dan barang senilai Rp1,009 miliar. Sementara

itu, penyelamatan kerugian/kekayaan negara diperoleh sebesar Rp4,569

triliun yang terdiri atas Rp2,600 triliun dari Tim (Satgas) Gratifikasi dan

Rp1,969 triliun dari Tim (Satgas) LHKPN.

Dalam ranah pencegahan TPK, terlihat ketaatan para

penyelenggara negara (PN) dalam melaporkan gratifikasi mengalami

peningkatan dari semula 217 pelapor pada 2008 menjadi 335 pelapor pada

2009. Ketaatan dalam pelaporan LHKPN juga meningkat dari semula 95.359

PN pada 2008 menjadi 104.329 PN pada 2009. Di samping itu, terdapat 20

instansi yang mengimplementasikan komitmen tindak lanjut perbaikan

layanan publik, dan 60,70% irjen telah menyampaikan laporan upaya

pencegahan TPK ke KPK.

Pada perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, dilakukan survei

kepada stakeholders masing-masing untuk mengukur tingkat kepuasan

(indeks) layanan yang diberikan oleh unit pendukung (supporting units),

dengan hasil: (a) Dit. PINDA memperoleh indeks 75,15 dari target 70; (b)

Biro SDM memperoleh indeks 3,42 dari target 3,25; (c) Biro Umum

memperoleh indeks 3,77 dari target 3,30. Untuk mewujudkan transparansi

dan integritas telah dilakukan beberapa kegiatan dengan hasil: (a) audit dan

pemeriksaan oleh Dit. PI dengan hasil tidak ada pelanggaran yang bersifat

“material”; dan (b) pengukuran tone pemberitaan positif tentang KPK oleh

Biro Humas dengan hasil 46,25%.

Selain itu, dukungan hukum yang optimal telah diberikan Biro

Hukum, apalagi selama tahun 2009 KPK menghadapi banyak permasalahan

hukum. Dukungan tersebut antara lain: perancangan peraturan (internal dan

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 v

eksternal); pembuatan produk hukum lainnya (berupa perjanjian maupun

MoU); harmonisasi peraturan internal; pemberian informasi hukum (legal

information); pengkajian hukum; penyusunan peta tipikor; pelaksanaan tugas

litigasi/nonlitigasi; pendampingan pegawai; fasilitator bantuan hukum bagi

tersangka; koordinator pelaksanaan pemberian penghargaan pelapor;

memberikan saran/pendapat hukum (legal opinion/legal advice); dan

membantu pelaksanaan pengelolaan barang rampasan.

Pada Perspektif Keuangan, tingkat perolehan anggaran belanja

KPK 2010 meningkat 108%, yakni menjadi Rp426.380.431.000 (sesuai SE-

2679/MK.02/2009 tanggal 24 September 2009 tentang Pagu Definitif

Kementerian Negara/Lembaga TA 2010). Hasil audit BPK atas Laporan

Keuangan KPK 2008 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Di samping

itu, Laporan Keuangan KPK 2008 juga mendapat penghargaan dari

Pemerintah Republik Indonesia (c.q. Menteri Keuangan) dengan capaian

standar tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintahan.

Secara ringkas, rekap capaian kinerja KPK tahun 2009 per unit

dibandingkan dengan penggunaan sumber daya anggaran dan SDM adalah:

No Unit Kinerja Realisasi Anggaran (Rp) SDM (Orang) *)

1 KPK (Korporat) 127,5% 221.624.371.097,00 Peg: 650 OS: 296 2 Deputi Penindakan 126,0% 55.116.537.603,00 Peg: 187 OS: 0 3 Dit. Penyelidikan 123,8% 14.079.726.227,00 Peg: 50 OS: 0

4 Dit. Penyidikan 129,9% 25.136.722.780,00 Peg: 84 OS: 0

5 Dit. Penuntutan 118,5% 10.677.365.592,00 Peg: 34 OS: 0

6 Deputi Pencegahan 134,4% 43.266.050.159,00 Peg: 122 OS: 92 7 Dit. Dikyanmas 114,2% 10.873.816.551,00 Peg: 22 OS: 5

8 Dit. Gratifikasi 139,4% 7.269.972.449,00 Peg: 28 OS: 1

9 Dit. Litbang 126,4% 7.803.799.333,00 Peg: 24 OS: 2

10 Dit. PP LHKPN 119,3% 14.595.362.269,00 Peg: 40 OS: 83

11 Deputi INDA 108,6% 50.500.353.562,00 Peg: 132 OS: 12 12 Dit. Monitor 108,8% 5.485.610.649,00 Peg: 27 OS: 0

13 Dit. PINDA 95,7% 35.633.046.800,00 Peg: 76 OS: 9

14 Dit. PJKAKI 133,1% 7.933.239.837,00 Peg: 22 OS: 1

15 Deputi PIPM 102,8% 18.578.479.394,00 Peg: 75 OS: 0 16 Dit. PI 121,9% 5.378.869.461,00 Peg: 22 OS: 0

17 Dit. PM 118,3% 10.710.566.210,00 Peg: 40 OS: 0

18 Sekretariat Jenderal 110,0% 54.162.950.379,00 Peg: 127 OS: 192 19 Biro Hukum 104,2% 4.395.849.432,00 Peg: 13 OS: 0

20 Biro Humas 106,5% 12.582.516.950,00 Peg: 14 OS: 10

21 Biro Renkeu 111,7% 4.066.728.865,00 Peg: 17 OS: 5

22 Biro SDM 105,4% 9.280.893.727,00 Peg: 23 OS: 2

23 Biro Umum 119,5% 23.836.961.405,00 Peg: 36 OS: 175

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 vi

Keterangan:

*) Peg: Pegawai; OS: Outsource. Jumlah anggaran dan SDM pada Deputi sudah termasuk sekretariat deputi.

Grafik capaian kinerja dibandingkan realisasi anggaran tahun 2009:

70,3%

127,5%

54,6%

110,0%

78,5%

126,0%

86,9%

134,4%

69,8%

108,6%

78,8%

102,8%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

KPK Setjen Penindakan Pencegahan INDA PIPM

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja Tahun 2009

Realisasi Anggaran Capaian Kinerja

123,

40%

129,

90%

118,

50%

114,

20%

124,

60%

119,

30%

139,

40%

95,7

0%

108,

80% 13

3,10

%

121,

90%

118,

30%

111,

70%

119,

50%

105,

40%

106,

50%

104,

20%

82,4

2%

94,4

7%

69,5

7% 85,8

0%

87,3

0%

91,1

9%

88,6

9%

65,9

8%

73,9

7%

84,4

7%

78,8

6%

77,8

5%

85,1

3%

60,8

2%

29,8

4%

69,4

7%

72,5

5%

Peny

elid

ikan

Peny

idik

an

Penu

ntut

an

Dik

yanm

as

Litb

ang

PP L

HK

PN

Gra

tifik

asi

Pind

a

Mon

itor

PJK

AK

I

PI PM

Biro

Ren

keu

Biro

Um

um

Biro

SD

M

Biro

Hum

as

Biro

Huk

um

Perbandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran 2009

Realisasi Anggaran Capaian Kinerja

Secara umum, target kinerja yang ditetapkan dapat dicapai tanpa

menghabiskan seluruh anggaran yang tersedia. Hal ini disebabkan terutama

karena terjadinya penghematan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan,

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 vii

termasuk penghematan dari proses pengadaan barang/jasa sebesar Rp12,333

miliar.

Sementara itu, masalah hukum yang menjerat pimpinan KPK dan

tuduhan hukum yang dikenakan kepada dua pimpinan KPK lainnya, juga

menyebabkan tertundanya beberapa kegiatan, seperti pulbaket, penyidikan,

dan rapat kerja evaluasi. Di samping itu, pembangunan rumah tahanan tidak

dapat dilaksanakan karena tidak mendapat izin dari Kementerian Hukum dan

HAM.

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 vii

DDDaaaffftttaaarrr IIIsssiii

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………… i

Ringkasan Eksekutif ……………………………………………………………………………………………… ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………… vii

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………………………… 1

Bab II Rencana Strategis ……………………………………………………………………………… 7

Bab III Rencana Kinerja 2009 ……………………………………………………………………… 13

Bab IV Capaian Kinerja Perspektif Stakeholder ………………………………………… 17

Bab V Capaian Kinerja Perspektif Internal …………………………………………… 60

Bab VI Capaian Kinerja Perspektif Learning and Growth ……………………… 119

Bab VII Capaian Kinerja Perspektif Financial ……………………………………………… 126

Bab VIII Akuntabilitas Keuangan …………………………………………………………………… 134

Bab IX Penutup ………………………………………………………………………………………………… 146

Lampiran ………………………………………………………………………………………………………………… 148

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1

BBBaaabbb III PPPeeennndddaaahhhuuullluuuaaannn

LLLaaatttaaarrr BBBeeelllaaakkkaaannnggg

omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan lembaga

negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan

tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, tugas KPK adalah

sebagai lembaga yang mengkoordinasikan lembaga antikorupsi lainnya,

melakukan supervisi, penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (represif),

mendorong pencegahan korupsi (preventif), serta melakukan pemantauan

terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sebagai lembaga negara yang aktivitasnya dibiayai dari APBN dan

sejalan dengan komitmen KPK untuk mengedepankan prinsip transparansi

dan akuntabilitas, maka KPK memandang perlu untuk menyampaikan laporan

kinerja kepada stakeholders. Di samping itu, KPK juga menyusun laporan

tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Dalam menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya, KPK

berdasarkan kepada asas-asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas,

kepentingan umum, dan proporsionalitas.

TTTuuugggaaasss dddaaannn WWWeeewwweeennnaaannnggg Dalam pasal 6 sampai 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002,

diatur tugas, wewenang, dan kewajiban KPK. KPK mempunyai tugas sebagai

berikut:

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

tindak pidana korupsi (TPK);

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

TPK;

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK;

K

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:

a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan TPK;

b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan TPK;

c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan TPK kepada instansi

terkait;

d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan TPK; dan

e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan TPK.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang melakukan

pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan

tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan TPK, dan

instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik. Sementara dalam

melaksanakan wewenang supervisi, KPK berwenang juga mengambil alih

penyelidikan atau penuntutan terhadap pelaku TPK yang sedang dilakukan

oleh kepolisian atau kejaksaan.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan, KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan TPK yang:

a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain

yang ada kaitannya dengan TPK yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum atau penyelenggara negara;

b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK

berwenang melaksanakan langkah atau upaya pecegahan sebagai berikut:

a. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan

penyelenggara negara;

b. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

c. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang

pendidikan;

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3

d. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi

pemberantasan TPK;

e. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

f. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

TPK.

Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK berwenang:

a. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua

lembaga negara dan pemerintah;

b. Memberikan saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah

untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem

pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

c. Melaporkan kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan

Pemeriksa Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut

tidak diindahkan.

Selain memiliki kewenangan yang luas, KPK juga perlu memenuhi

kewajibannya, antara lain:

a. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang

menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai

terjadinya TPK;

b. Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau

memberikan bantuan untuk memperoleh data lain berkaitan dengan hasil

penuntutan TPK yang ditanganinya.

SSStttrrruuukkktttuuurrr OOOrrrgggaaannniiisssaaasssiii Berdasarkan Peraturan Pimpinan KPK Nomor PER-08/01/XII/2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK, struktur organisasi KPK terdiri atas:

1. Pimpinan, yang terdiri atas seorang Ketua merangkap Anggota; dan 4

(empat) orang Wakil Ketua merangkap Anggota.

2. Tim Penasihat, yang terdiri atas 4 (empat) orang, untuk saat ini telah

terisi 2 (dua) orang penasihat.

3. Deputi Bidang Pencegahan, yang terdiri atas:

a. Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (PP LHKPN);

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4

b. Direktorat Gratifikasi;

c. Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas);

d. Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang);

e. Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan.

4. Deputi Bidang Penindakan, yang terdiri atas:

a. Direktorat Penyelidikan;

b. Direktorat Penyidikan;

c. Direktorat Penuntutan;

d. Koordinasi Supervisi;

e. Sekretariat Deputi Bidang Penindakan;

f. Satgas-satgas.

5. Deputi Bidang Informasi dan Data (INDA), yang terdiri atas:

a. Direktorat Pengolahan Informasi dan Data (Pinda);

b. Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi

(PJKAKI);

c. Direktorat Monitor;

d. Sekretariat Deputi Bidang INDA.

6. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

(PIPM), yang terdiri atas:

a. Direktorat Pengawasan Internal;

b. Direktorat Pengaduan Masyarakat;

c. Sekretariat Deputi Bidang PIPM.

7. Sekretariat Jenderal, yang terdiri atas:

a. Biro Humas;

b. Biro Hukum;

c. Biro Perencanaan dan Keuangan;

d. Biro Umum;

e. Biro Sumber Daya Manusia;

f. Korsespim.

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5

Struktur organisasi KPK terlihat pada gambar di bawah ini:

DDDaaasssaaarrr HHHuuukkkuuummm Dasar hukum penyusunan Laporan Kinerja KPK Tahun 2009 adalah:

a. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;

c. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

e. Peraturan Pimpinan KPK Nomor PER-08/01/XII/2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi;

PIMPINAN

STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG PENINDAKAN DEPUTI BIDANG INFORMASI DAN DATA

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN INTERNAL DAN PENGADUAN

MASYARAKAT

SEKRETARIAT JENDERAL

SEKRETARIAT DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN

DIREKTORAT PENDAFTARAN DAN

PEMERIKSAAN LHKPN

DIREKTORAT GRATIFIKASI

DIREKTORAT PENDIDIKAN DAN PELAYANAN

MASYARAKAT

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

SEKRETARIAT DEPUTI BIDANG PENINDAKAN

DIREKTORAT PENYELIDIKAN

SATGAS-SATGAS

DIREKTORAT PENYIDIKAN

SATGAS-SATGAS

DIREKTORAT PENUNTUTAN

SATGAS-SATGAS

SEKRETARIAT DEPUTI BIDANG INFORMASI DAN

DATA

DIREKTORAT PENGOLAHAN INFORMASI

DAN DATA

DIREKTORAT PEMBINAAN JARINGAN KERJA ANTAR

KOMISI DAN INSTANSI

DIREKTORAT MONITOR

SEKRETARIAT DEPUTI BIDANG PIPM

DIREKTORAT PENGAWASAN INTERNAL

DIREKTORAT PENGADUAN

MASYARAKAT

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

BIRO UMUM

BIRO SDM

PENASEHAT

LAMPIRAN I: PERATURAN PIMPINAN KPKNOMOR: PER- /01/XII/2008 TGL DESEMBER 2008

BIRO HUKUM

BIRO HUMAS

KORSESPIM

SATGAS EKSEKUSI

KOORDINASI SUPERVISI

LAMPIRAN PERATURAN PIMPINAN KPK NOMOR: PER-08/01/XII/2008 TGL. 30 DESEMBER 2008

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 6

f. Keputusan Kepala LAN Nomor: 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan

Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

SSSiiisssttteeemmmaaatttiiikkkaaa PPPeeennnyyyaaajjjiiiaaannn Pada dasarnya, Laporan Kinerja KPK Tahun 2009 ini menjelaskan

pencapaian kinerja KPK selama 2009. Capaian kinerja tersebut dibandingkan

dengan rencana kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi.

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja memungkinkan

diidentifikasinya sejumlah celah kinerja bagi perbaikan kinerja di masa yang

akan datang. Dengan kerangka berpikir seperti itu, sistematika penyajian

Laporan Kinerja KPK Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas

dan wewenang, struktur organisasi, dasar hukum, dan sistematika

penyajian;

b. Bab II (Rencana Strategis), menjelaskan Rencana Strategis KPK 2008-

2011, serta Arah dan Kebijakan KPK Tahun 2009;

c. Bab III (Rencana Kinerja Tahun 2009), menjelaskan target kinerja

KPK pada masing-masing perspektif Balanced Scorecard, dan Peta Strategi

KPK Tahun 2010;

d. Bab IV (Capaian Kinerja pada Perspektif Stakeholder), menjelaskan

capaian kinerja Perspektif Stakeholder pada masing-masing Objective dan

KPI;

e. Bab V (Capaian Kinerja pada Perspektif Internal), menjelaskan

capaian kinerja Perspektif Internal pada masing-masing Objective dan KPI;

f. Bab VI (Capaian Kinerja pada Perspektif Learning and Growth),

menjelaskan capaian kinerja Perspektif Learning and Growth pada masing-

masing Objective dan KPI;

g. Bab VII (Capaian Kinerja pada Perspektif Financial), menjelaskan

capaian kinerja Perspektif Financial pada masing-masing Objective dan

KPI;

h. Bab VIII (Akuntabilitas Keuangan), menjelaskan realisasi anggaran

dalam rangka pencapaian kinerja dan penggunan sumber daya;

i. Bab IX (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Kinerja KPK Tahun

2009.

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 7

BBBaaabbb IIIIII RRReeennncccaaannnaaa SSStttrrraaattteeegggiiisss

RRReeennncccaaannnaaa SSStttrrraaattteeegggiiis 2008-2011 encana Strategis (Renstra) KPK Tahun 2008-2011 telah

disahkan dalam Peraturan Pimpinan KPK Nomor: PER-

01/01/II/2008 tanggal 5 Februari 2008. Renstra tersebut secara garis besar

berisi visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai organisasi.

VVViiisssiii

Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan. Visi

bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan memberikan tantangan serta

menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai Komisi untuk

mewujudkannya.

Visi KPK adalah Menjadi Lembaga yang Mampu Mewujudkan

Indonesia yang Bebas dari Korupsi.

Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan

menunjukkan tekad kuat dari KPK untuk segera dapat menuntaskan segala

permasalahan yang menyangkut tindak pidana korupsi.

MMMiiisssiii

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Maka,

sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan KPK, misi KPK adalah:

1. Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi;

2. Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan

Indonesia yang Bebas dari Korupsi.

Dengan misi ini, KPK diharapkan menjadi pemimpin sekaligus

pendorong dalam gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut

mempunyai makna bahwa KPK adalah lembaga yang terdepan dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia serta menjalankan tugas koordinasi dan

R

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 8

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pencegahan dan

penindakan TPK.

Peran yang akan dimainkan KPK adalah pendobrak kebekuan

penegakan hukum dan pendorong pemberantasan korupsi pada umumnya.

TTuujjuuaann Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah

ditentukan dan menggambarkan kondisi yang diinginkan pada akhir periode

Renstra. Tujuan yang ingin dicapai oleh KPK dalam periode Tahun 2008-2011

adalah:

Berkurangya Korupsi di Indonesia.

Penetapan tujuan ini dilandasi oleh fakta bahwa tindak pidana

korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan dilakukan secara sistematis

dengan cakupan yang telah memasuki berbagai aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perkembangannya juga terus

meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun

dari jumlah kerugian negara.

Berdasarkan kondisi tersebut, pemberantasan TPK harus dilakukan

secara optimal, intensif, efektif, profesional, dan berkesinambungan. Oleh

karena itu, diperlukan kerja sama antara KPK dengan instansi penegak

hukum dan instansi lain serta seluruh komponen bangsa dan negara. Peran

KPK sebagai pemimpin dan pemicu memungkinkan terciptanya kerja sama

tersebut, sehingga timbul suatu gerakan pemberantasan korupsi yang masif,

dinamis, dan harmonis.

AAArrraaahhh dddaaannn KKKeeebbbiiijjjaaakkkaaannn TTTaaahhhuuunnn 222000000999

Renstra KPK dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman arah dan

kebijakan tahunan. Arah dan kebijakan pelaksanaan kegiatan KPK tahun 2009

telah dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Pimpinan KPK Nomor: SE-

001/01/I/2009 tanggal 15 Januari 2009. SE tersebut memerintahkan para

deputi/sekjen dan direktur/kepala biro agar segera menjabarkan arah dan

kebijakan pimpinan ke dalam rencana kinerja masing-masing yang

dituangkan secara formal dalam dokumen Kontrak Kinerja Tahun 2009.

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 9

SE-001 berisi tiga poin utama, yakni: (a) Analisis Lingkungan

Strategis; (b) Kebijakan Pimpinan Tahun 2009; dan (c) Strategi, dengan

penjelasan sebagai berikut:

LLLiiinnngggkkkuuunnngggaaannn SSStttrrraaattteeegggiiisss 1. Lingkungan Eksternal

a. Politik

• Tahun 2009 akan dilaksanakan pemilu, baik pemilu legislatif

maupun pemilu presiden yang berdampak pada maraknya dugaan

kasus money politics yang berasal dari penyalahgunaan APBN/D.

• Kondisi pemilu dapat menghalangi proses penindakan maupun

pencegahan dari korupsi.

• Beralihnya fokus masyarakat dari isu korupsi menjadi isu pemilu.

• Munculnya konflik kepentingan politik dalam proses penganggaran

dari tingkat perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

b. Ekonomi

• Krisis ekonomi global: setiap orang akan butuh “uang segar”,

APBN/D akan ditempatkan di bank-bank/perusahaan dengan bunga

besar sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.

• Good corporate governance (GCG) masih belum berjalan maksimal,

masih terjadi KKN di antara mereka.

• Kontribusi pendapatan terbesar APBN: di sektor perpajakan (600 T),

migas (250 T), bea-cukai, dan pertambangan.

• Terkait pengeluaran APBN: terdapat jenis pengeluaran proyek-

proyek yang seragam (pemborosan).

• Penempatan dana Dekon, DAK, dan DAU dari pemerintah pusat ke

pemda.

• Pencarian/penggalangan dana kampanye merupakan potensi

masalah penyebab korupsi yang perlu diwaspadai yang membebani

pelaku ekonomi.

c. Sosbud dan Hukum

• Kesadaran masyarakat terhadap bahaya korupsi masih bersifat

wacana, dan masih terdapat yang kolutif.

• Sebagian PN (legislatif, eksekutif, yudikatif) dan stakeholders masih

memiliki sifat permisif terhadap perbuatan korupsi.

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 10

• Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum memihak

terhadap pemberantasan korupsi secara penuh, sedangkan

peraturan perundang-undangan lain yang mendukung masih dalam

proses rancangan.

• Kinerja aparat penegak hukum belum bersinergi dalam

memberantas korupsi.

• Fungsi pengawasan internal pada kementerian/lembaga belum

optimal, baik di tingkat pusat maupun daerah.

2. Lingkungan Internal

a. Masih adanya ketergantungan kepada instansi lain sehubungan

dengan pemenuhan pegawai, khususnya yang berasal dari kepolisian,

kejaksaan, dan BPKP.

b. Kebutuhan sarana dan prasarana kantor relatif belum mencukupi.

c. Masih adanya problem koordinasi dalam pelaksanaan tugas.

d. Penataan struktur organisasi dalam UU Nomor 30 Tahun 2002 belum

dapat menampung perkembangan tupoksi di KPK dalam menghadapi

perkembangan lingkungan strategis.

KKKeeebbbiiijjjaaakkkaaannn

1. Semua unit kerja menentukan paramater dan indikator keberhasilan

(kinerjanya) dalam rangka meningkatkan pencapaian indeks persepsi

korupsi (IPK).

2. Mengoptimalkan pelaksanaan 5 tugas pokok KPK secara proporsional, baik

program, sumber daya manusia, maupun anggaran.

3. Seluruh unit pendukung memberikan kontribusi secara penuh bagi

keberhasilan pencegahan dan penindakan TPK.

4. Kegiatan penindakan dan pencegahan difokuskan kepada TPK yang

memiliki multiplier effect dan trickle down effect, alokasi belanja dan

pontensi pendapatan negara yang tinggi.

5. Internalisasi antikorupsi mulai difokuskan juga kepada dunia usaha

(bisnis).

6. Penindakan diarahkan kepada sasaran TPK pada pembangunan

infrastruktur, penyelenggaraan sumber daya alam, penggunaan anggaran

belanja dan pendapatan (APBN/APBD dan pinjaman/hibah luar negeri), dan

penyalahgunaan wewenang pada penegak hukum, legislatif, dan PN pada

sektor pelayanan publik (pajak, bea cukai, perbendaharaan, imigrasi, BPN,

BKPM).

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 11

7. Pencegahan diarahkan kepada penanganan kerawanan korupsi yang

mencakup 30 delik korupsi, kehilangan kekayaan negara, penyimpangan

dalam pelayanan publik dan mendorong aparat pengawasan internal terkait

untuk menangani potensi masalah penyebab korupsi.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat dengan prioritas sektor swasta,

tokoh agama, pemuda/mahasiswa/pelajar, dan organisasi politik dalam

setiap upaya pencegahan dan penindakan TPK.

SSStttrrraaattteeegggiii 1. Sinergi dan optimalisasi pelaksaan fungsi koordinasi/supervisi,

penyelidikan - penyidikan - penuntutan, pencegahan, dan monitor pada

seluruh unit organisasi KPK.

2. Strategi Penindakan:

a. Melakukan penegakan hukum secara profesional;

b. Melakukan penegakan hukum terhadap sasaran, baik pelaku, jenis

TPK, dan wilayah/kementerian/lembaga yang memiliki multiplier dan

trickle down effect dan efek jera.

c. Menyinergikan kemampuan aparat penegak hukum dan instansi terkait

untuk penegakan hukum TPK secara optimal;

d. Memaksimalkan pengembalian kerugian keuangan negara akibat TPK.

3. Strategi Pencegahan:

a. Membangun nilai antikorupsi pada seluruh kementerian/lembaga/

instansi (eksekutif, legislatif, yudikatif) dan stakeholder-nya, serta

masyarakat pada umumnya.

b. Mendorong efektivitas pengawasan pada kementerian/lembaga/

instansi yang memiliki tingkat kerawanan korupsi tinggi.

c. Perbaikan manajemen pemerintahan dengan mengkaji dan mengawasi

pelaksanaan instrumen pencegahan TPK (peraturan perundang-

undangan, SOP, kode etik) pada seluruh kementerian/lembaga/

instansi (eksekutif, legislatif, yudikatif) dan stakeholder-nya secara

terus-menerus (reformasi birokrasi, peningkatan pelayanan publik,

peningkatan peran swasta dalam pemberantasan korupsi).

d. Membangun ketaatan penyelenggara negara dalam penerimaan dan

pemilikan kekayaan yang bersumber dari kegiatan yang sah (legal).

e. Membangun keberanian masyarakat untuk menyampaikan keberatan

atas buruknya kualitas pelayanan publik, serta mempertahankan hak

publiknya.

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 12

f. Mendorong efektivitas pendidikan formal dan informal antikorupsi.

g. Mencegah kerugian keuangan negara dan kehilangan kekayaan negara

dalam jumlah yang sangat besar, berupa penelusuran serta

pengembalian aset pemerintah dan BUMN/D, pengelolaan sumber daya

alam (migas, hutan, dan pertambangan umum), pengelolaan program-

program pemerintah (misalnya: kesehatan untuk masyarakat miskin,

PNPM, dll).

h. Mencegah terjadinya 30 delik korupsi.

4. Strategi Penguatan Informasi dan Teknologi Informasi:

a. Membangun teknologi informasi dalam rangka peningkatan kegiatan

pengumpulan informasi dan data untuk kebutuhan penajaman sasaran

pencegahan dan penindakan, pengendalian, dan perencanaan KPK.

5. Strategi Pembangunan Kelembagaan:

a. Pembangunan kelembagaan diarahkan kepada meningkatnya soliditas

dan integritas organisasi KPK.

b. Optimalisasi sumber daya organisasi (peralatan/sarana dan prasarana,

sumber daya manusia, dan anggaran) dalam rangka pencapaian

strategi penindakan dan pencegahan.

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1313

BBBaaabbb IIIIIIIII RRReeennncccaaannnaaa KKKiiinnneeerrrjjjaaa 222000000999

encana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan

kebijakan Pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan KPK tahun

2009, sebagaimana telah dituangkan dalam SE-001. Di tingkat korporat

(KPK), SE-001 diimplementasikan dalam penetapan Target Kinerja Tahun

2009 dan Peta Strategi (Strategy Map) KPK Tahun 2009. Target Kinerja di

tingkat korporat (KPK) ditandatangani oleh 5 Pimpinan dan 5 Deputi/Setjen

sesuai bidang tugas masing-masing. Selanjutnya, secara berjenjang target

kinerja tersebut di-cascading ke tingkat Deputi/Setjen dan Direktorat/Biro,

sampai ke tingkat individu. Manajemen kinerja di tingkat korporat dibantu

dengan software PBViews, sedangkan di tingkat individu dibantu dengan

software PMS SDM.

Adapun target kinerja dan Peta Strategi KPK tahun 2009 di tingkat

korporat yang dirinci masing-masing perspektif adalah sebagai berikut:

TTTaaarrrgggeeettt KKKiiinnneeerrrjjjaaa 222000000999

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff SSStttaaakkkeeehhhooollldddeeerrr

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Berkurangnya Korupsi di Indonesia

1. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia

3,00

2. Efektivitas Koordinasi dan Supervisi Penindakan

2. % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil

75%

3. Keberhasilan Penegakan Hukum Kasus TPK oleh KPK

3. % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK

80%

4. Pengembalian KKN dari Eksekusi 80% 4. Pengembalian Kerugian/ Penyelamatan KN dari TPK dan Pencegahan

5. Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan

600M

5. Terwujudnya Nilai Antikorupsi pada PN dan Stakeholder-nya

6. Rata-rata Indeks Integritas Nasional (Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah)

6,00

R

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1414

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff IIInnnttteeerrrnnnaaalll

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

1. % Peningkatan Jumlah Perkara TPK yang Disupervisi

100% 1. Koordinasi dan Supervisi Penindakan

2. % Peningkatan Jumlah SPDP 100%

3. Kasus Solid (Kasus) 25

4. Penyidikan Lengkap (Perkara) 35

5. Berkas Perkara yang Dilimpahkan (Perkara)

35

6. Case Building INDA (Kasus) 3

7. Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke Penyelidikan (Kasus)

5

8. Kasus LHKPN yang Ditindaklanjuti oleh Dit. Lidik (Kasus)

6

2. Penindakan yang Kuat dan Proaktif

9. Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID)

56

3. Efektivitas Pelacakan Aset 10. % Nilai Aset Berhasil Dilacak 80%

4. Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dari Gratifikasi

11. Setoran PNBP dari Penanganan Gratifikasi (Rp Miliar)

2,0

12. Nilai Aset/BMN yang Diselamatkan - Tim Gratifikasi (Rp Miliar)

300 5. Penyelamatan Kerugian/ Kekayaan Negara

13. Nilai Aset/BMN yg Diselamatkan - Tim LHKPN (Rp Miliar)

300

6. Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan Penerima-an Gratifikasi

14. % Peningkatan Jumlah PN yg Melaporkan Penerimaan Gratifikasi

100%

7. Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN

16. Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN

10.000

8. Terbangunnya Pemahaman Masyarakat terhadap Anti-korupsi

17. % Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Anti-korupsi

40%

9. Percepatan Reformasi Sektor Publik

18. Jumlah Instansi yang Meng-implementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik (Instansi)

20

10. Meningkatnya Efektivitas Fungsi Aparat Pengawasan

19. % Irjen yang Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK

25%

11. Dukungan Informasi dan Data yang Efektif

20. % Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data

6,0

12. Kerja Sama Antar Lembaga

21. Indeks Kepuasan Layanan Kerja Sama Antar Lembaga

60

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1515

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff LLLeeeaaarrrnnniiinnnggg aaannnddd GGGrrrooowwwttthhh

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Tersedianya Infrastruktur TI

1. Indeks Kepuasan Layanan PINDA 70

2. Efektivitas Layanan SDM 2. Indeks Kepuasan Layanan SDM 3,25

3. Jumlah Penyimpangan “Material” 0 3. Terciptanya Transparansi dan Integritas Organisasi

4. Pemberitaan Positif tentang KPK di Media Cetak

50%

4. Tersedianya Dukungan Hukum

5. % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan KPK

80%

5. Efektivitas Layanan Biro Umum

6. Indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum

3,30

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff FFFiiinnnaaannnccciiiaaalll

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

1. Tingkat Perolehan Anggaran 2010 100% 1. Tersedianya Anggaran dan Pengelolaan Keuangan

2. Opini atas Audit Laporan Keuangan 2008

100%

Keterangan :

• TPK: Tindak Pidana Korupsi

• APGAKUM: Aparat Penegak Hukum

• PN: Penyelenggara Negara

• SPDP: Surat Perintah Dimulainya Penyidikan

• LHKPN: Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara

• TI: Teknologi Informasi

• SDM: Sumber Daya Manusia

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1616

PPPeeetttaaa SSStttrrraaattteeegggiii KKKPPPKKK 222000000999

S.1

S.2 S.3 S.4 S.5

I.3 I.4I.7 I.10

I.2

I.5

I.9

I.1 I.3.1 I.11

I.3.4 I.6

I.8

I.12 I.3.2 I.13

I.3.3

L.1 L.3 L.5

L.2 L.4

STRATEGY MAP KPK TAHUN 2009Pe

rspe

ktif

Stak

ehol

der

Pers

pekt

if In

tern

alPe

rspe

ktif

Lear

ning

& G

row

th

Meningkatnya jumlah perkara yg disuper-visi yg

diselesaikan Polri/ Kajagung

Penindakan TPK yang kuat & Pro aktif

Meningkatnyaefektivitas koordinasi &

supervisi bidang penindakan

Meningkatnya jumlah PN yang melaporkan penerimaan gratifikasi

Keberhasilan penegakan hukum

kasus TPK

Terwujudnya nilai anti korupsi pada PN & stkaeholder-nya

Percepatan Reformasi

pelayanan sektor publik

Pengembalian/penyelamatan

kerugian/kekayaan negara

Meningkatnya jumlah SPDP Pengembalian kerugian

keuangan negara dari Gratifikasi

Meningkatnya jumlah PN yang melaporkan LHKPN dgn benar

Berkurangnya Korupsi

Penyelamatan aset negara (Tim Pencegahan)

Pemeriksaan LHKPN yang

efektif

Pemeriksaan GRATIFIKASI yang efektif

Pemeriksaan DUMAS yang

efektif

Case building (INDA)

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap anti korupsi

Penyediaan Infrastruktur IT

Dukungan HukumPenyediaan Fasilitas

Ketersediaan Anggaran & Pengelolaan Keuangan

Produktivitas SDM yang Tinggi

Transparansi & Integirtas Organisasi

K E U A N G A N

Dukungan Informasi & Data

Efektivitas kerjasama antar lembaga

F.1

Meningkatnya efektivitas fungsi aparat pengawas-an (Inspektorat, Bawasda)

Asset Tracing

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1717

BBBaaabbb IIIVVV CCCaaapppaaaiiiaaannn KKKiiinnneeerrrjjjaaa pppaaadddaaa

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff SSStttaaakkkeeehhhooollldddeeerrr

engukuran capaian kinerja KPK tahun 2009 dilakukan dengan

cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi

indikator kinerja utama (key perfomance indicator, disingkat KPI) pada

masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan

dengan bantuan perangkat lunak berbasis balanced scorecard, yaitu PBViews.

Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data capaian kinerja KPK di

tingkat korporat tahun 2009 sebesar 127,5%, dengan rincian masing-masing

perspektif sebagai berikut:

a. Perspektif Stakeholder (Pemangku Kepentingan) dengan bobot (weight)

40%, capaian kinerja 123,0%;

b. Perspektif Internal dengan bobot 40%, capaian kinerja 140,3%;

c. Perspektif Learning and Growth (Pembelajaran dan Pertumbuhan) dengan

bobot 10%, capaian kinerja 104,6%;

d. Perspektif Financial (Keuangan) dengan bobot 10%, capaian kinerja

116,5%.

P

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1818

Capaian kinerja Perspektif Stakeholder (Pemangku Kepentingan)

adalah sebesar 123,0%, yang berasal dari Objectives (Sasaran) sebagai

berikut:

a. Berkurangnya korupsi di Indonesia: 93,3%;

b. Efektivitas Koordinasi dan Supervisi Penindakan: 138,5%;

c. Keberhasilan Penegakan Hukum Kasus TPK oleh KPK: 125,0%;

d. Pengembalian Kerugian/Penyelamatan KN: 150,0%;

e. Terwujudnya Nilai Antikorupsi pada PN dan Stakeholder-nya: 108,3%.

Penjelasan masing-masing Objectives dan KPI adalah sebagai

berikut:

Berkurangnya Korupsi di Indonesia

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Berkurangnya Korupsi di Indonesia terdiri atas satu indikator

kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 3,0 2,8 93,3%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan belum dapat

dicapai.

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) dikenal sebagai salah satu nilai

pengukuran korupsi yang kredibilitasnya telah diakui dunia. Naik-turunnya

IPK selalu dikaitkan dengan prestasi pemberantasan korupsi suatu negara.

IPK memiliki skor antara 0 (sangat korup) sampai dengan 10 (sangat bersih).

Indeks tersebut mengukur persepsi terhadap tingkat korupsi pada sektor

publik dalam negara yang bersangkutan.

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 1919

Skor IPK Indonesia tahun 2009 adalah 2,8. Skor ini dapat dibaca

bahwa Indonesia masih dipandang “rawan korupsi” oleh para pelaku bisnis

maupun pengamat/analis negara. Skor Indonesia yang sangat rendah

menunjukkan bahwa usaha pemberantasan korupsi masih jauh dari berhasil

dan komitmen pemerintah terhadap terbentuknya tata kelola pemerintahan

yang lebih baik harus dipertanyakan. Ini sangat memprihatinkan, apalagi bila

skor Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti

Singapura (9,2), Brunei Darussalam (5,5), Malaysia (4,5), dan Thailand (3,4).

Kenaikan skor IPK Indonesia sebesar 0,2 (dari 2,6 pada 2008

menjadi 2,8 pada 2009) tidak perlu dilihat sebagai suatu prestasi yang harus

dibangga-banggakan, karena skor tersebut masih menempatkan Indonesia

sebagai negara yang dipersepsikan korup dan perubahan skor sebesar 0,2

tidak terlalu signifikan. Menurut analisis dari Transparency International

Indonesia (TII), kenaikan skor IPK tersebut dapat dikaitkan pada dua hal,

yaitu prestasi KPK dan reformasi birokrasi Departemen Keuangan. Meskipun

tidak berkorelasi langsung dengan meningkatnya skor IPK Indonesia,

perubahan yang terjadi di dua institusi tersebut menurut TII Indonesia cukup

signifikan dan dapat diobservasi dengan jelas.

Bagi KPK sendiri, apakah layak prestasi IPK ini diakui sebagai salah

satu keberhasilan dan kinerja KPK? Berdasarkan data yang ada, sejak

berdirinya KPK pada 2004, terjadi peningkatan IPK Indonesia meskipun

kurang signifikan.

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

IPK Indonesia 1,9 2,0 2,2 2,4 2,3 2,6 2,8

Intervensi kinerja KPK terhadap perbaikan IPK ini tidak dimungkiri

lagi, namun banyak hal tentunya menjadi bahan pertimbangan, seperti apa

saja yang dipotret oleh IPK Indonesia di tahun 2009 yang berhubungan

dengan tugas dan rencana kerja KPK, bagaimana kinerja pemberantasan

korupsi yang sesungguhnya diharapkan oleh responden yang terlibat dalam

penilaian IPK, dan siapa responden yang menilai IPK.

Perlu dipahami bahwa IPK merupakan indeks komposit dan

merupakan survei terhadap hasil survei, sehingga dalam menilai IPK secara

metodologis juga perlu memahami seperti apa bentuk dan jenis survei yang

digunakan untuk menghitung IPK. Semua negara yang masuk dalam daftar

rangking IPK merupakan kompilasi dari paling sedikit 3 hasil survei yang

dilakukan oleh institusi yang cukup kredibel. Penilaian untuk Indonesia selama

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2020

ini dilakukan oleh cukup banyak survei. Untuk tahun 2009, IPK Indonesia di

dasarkan oleh kompilasi dari 6 survei berikut:

a. Bertelsmann Transformation Index 2009, yang dilakukan oleh

Bertelsmann Foundation;

b. Country Risk Service and Country Forecast 2009, yang dilakukan oleh

Economist Intelligence Unit;

c. Global Risk Service 2009, yang dilakukan oleh HIS Global Insight;

d. World Competitiveness Report 2008 & 2009, yang dilaksanakan oleh

Institute for Management Development;

e. Asian Intelligence 2008 & 2009, yang dilaksanakan Political and

Economic Risk Consultancy;

f. Global Competitiveness Report 2008 & 2009, yang dilakukan oleh

World Economic Forum.

Dengan demikian, terdapat beberapa hal mendasar yang perlu

dipahami untuk mengartikan nilai IPK, yakni:

a. IPK adalah survei dari hasil survei. IPK suatu tahun merupakan angka rata-

rata selama 2 tahun terakhir;

b. Skor dari IPK suatu negara lebih penting dibandingkan peringkat suatu

negara;

c. IPK tidak membedakan petty dan grand corruption, IPK juga tidak bisa

membedakan korupsi administratif atau korupsi politik;

d. Semua survei yang digunakan untuk menghasilkan nilai IPK wajib memiliki

pertanyaan yang berkaitan dengan korupsi dan menyusun rangking negara

yang disurvei, seperti: penyuapan terhadap pejabat publik, penggelapan

dan penyalahgunaan dana-dana publik, efektivitas upaya-upaya

antikorupsi, dan aspek administrasi dan politik dari korupsi;

e. IPK tidak bisa serta merta dibandingkan dari tahun ke tahun karena

beberapa alasan, di antaranya:

• Terdapat perbedaan jumlah survei yang digunakan tiap tahunnya,

sehingga harus dilihat kembali survei apa saja yang digunakan dalam

menilai IPK dan siapa saja yang menjadi responden dalam survei itu;

• Karena berupa survei persepsi, maka hubungan antara kinerja

pemberantasan korupsi dan IPK tidak bisa dinilai dalam waktu yang

singkat. IPK 2009 didasarkan pada data yang paling banyak dihimpun

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2121

dalam 2 tahun terakhir, dan data-data yang berhubungan dalam

persepsi tersebut berhubungan dengan persepsi yang mungkin telah

terbentuk sebelum kurun waktu 2 tahun, artinya perubahan substansial

dalam persepsi terhadap korupsi hanya mungkin terjadi dan terlihat

dengan membandingkan indeks yang dibuat dalam kurun waktu lama.

Dengan laju IPK seperti sekarang, diperkirakan dibutuhkan waktu

kurang lebih 10 tahun bagi Indonesia untuk mencapai skor IPK 5. Dibutuhkan

kerja lebih keras dan dukungan semua pihak jika ingin mencapai rekor

pencapaian IPK seperti yang dimiliki Korea yang meningkat 1,1 poin selama 4

tahun (2004-2008). Jika sekilas menilik mengapa Korea mampu meraih

prestasi tersebut, disebabkan oleh beberapa hal berikut:

• Adanya upaya pencegahan dan perbaikan sistem yang terimplementasi

sangat nyata dan sangat progresif peningkatan kualitasnya;

• Adanya dorongan dan dukungan yang kuat dari pemerintah untuk

melakukan reformasi, di antaranya: presiden mengundang para menteri

dan kepala instansi lain, dengan Ketua ACRC (dahulu KICAC) bertindak

memimpin rapat. Segala permasalahan pokok pemberantasan

(pencegahan) korupsi di lembaga pemerintah/negara dibahas di forum

tertinggi eksekutif tersebut. Forum ini dilakukan secara berkala. Presiden

dan forum memutuskan berbagai hal yang bertujuan menghilangkan

kendala dalam pencegahan korupsi (termasuk upaya reformasi birokrasi).

Jadi, mekanisme manajemen sederhana Plan-Do-Check-Action terhadap

pemberantasan korupsi juga berjalan di tingkat eksekutif tertinggi di

Korea;

• Perbaikan sistem mendapat dukungan penuh dari seluruh instansi dan

pemerintah daerah. Tiap instansi memiliki tanggung jawab yang tinggi

untuk menciptakan inisiatif dalam upaya pemberantasan korupsi dan

bertanggung jawab mewujudkannya;

• Proses penegakan hukum dilakukan tidak pandang bulu. Penyelenggara

negara yang terbukti melakukan suap diberi sanksi yang sangat berat.

Di Indonesia, reformasi birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah,

upaya koordinasi dan supervisi oleh KPK, dan upaya hukum yang dilakukan

KPK terhadap pihak-pihak yang dianggap “untouchable” seperti anggota

parlemen dan gubernur bank sentral disebut banyak pihak sebagai hal positif

yang mendapat apresiasi oleh para pelaku bisnis dan masyarakat

internasional. Dengan berbagai upaya yang melibatkan KPK tersebut, hanya

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2222

mampu memberikan sumbangan kenaikan IPK yang masih jauh tertinggal.

Maka, dapat disimpulkan bahwa untuk memacu perbaikan IPK secara cepat

seperti halnya yang terjadi di Korea, dukungan aktif seluruh elemen menjadi

hal yang paling mendasar.

Sebenarnya perbaikan atau penurunan nilai IPK bukan sepenuhnya

”tanggung jawab” KPK, karena nilai IPK lebih dekat berhubungan dengan

perbaikan layanan publik, peningkatan integritas dan perilaku penyelenggara

negara, dan upaya reformasi birokrasi. KPK sendiri bekerja berdasarkan

perintah undang-undang, sehingga naik-turunnya IPK bukan semata-mata

dipengaruhi oleh kinerja KPK, namun juga merupakan kerja dan tanggung

jawab bersama dari seluruh elemen pemerintahan di Indonesia, yakni

pemerintah pusat dan pemda (pemprov, pemkot, dan pemkab).

Perlu ditekankan kembali bahwa dibentuknya lembaga independen

yang bertugas untuk memberantas korupsi tidak semata-mata mampu

menaikkan nilai IPK. Semuanya tergantung pada komitmen dan kinerja

lembaga tersebut. Sebagai contoh, nilai IPK Thailand dari tahun 1999-2002,

tidak juga berubah meskipun The National Counter Corruption Commission

(NCCC) telah didirikan tahun 1999. Nilai IPK Madagaskar bahkan merosot dari

3,1 di tahun 2004 menjadi 2,8 di tahun 2005, meskipun Independent Anti

Corruption Bureau (BIANCO) mulai beroperasi di akhir tahun 2004.

Dari fakta yang ditemui tersebut, terdapat beberapa poin penting

yang dapat menjelaskan nilai IPK dan keberadaan lembaga independen

pemberantasan korupsi, yakni:

a. Nilai tinggi IPK diraih melalui proses yang panjang dan kerja keras,

mendirikan lembaga independen pemberantas korupsi memang

menunjukkan adanya komitmen dari suatu negara. Namun, setiap

komitmen selalu dituntut oleh bukti. Bukti inilah yang kemudian menjadi

dasar penilaian, yang diterjemahkan dalam persepsi;

b. Persepsi korup atau tidaknya suatu negara lebih didasarkan pada penilaian

implementasi budaya bebas korupsi dan penerapan sistem yang menutup

peluang korupsi di sektor ekonomi yang mendukung berkembangnya

kegiatan bisnis, karena yang menjadi responden dalam penelitian IPK

adalah pelaku usaha. Pengungkapan kasus pejabat tinggi negara yang

korup di Thailand terbukti tidak mampu serta merta meningkatkan IPK

negara tersebut secara signifikan;

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2323

c. Nilai IPK yang tinggi dari beberapa negara merupakan wujud dari

pemberantasan korupsi yang bertujuan “memajukan kondisi ekonomi” dan

bukan sebagai komoditas politis. Hong Kong dan Singapura adalah contoh

negara yang mendirikan lembaga independen pemberantas korupsi demi

memastikan keberhasilan program pemerintah dalam memperbaiki iklim

investasi melalui kepastian hukum dan layanan birokrasi yang bersih.

Dalam dasar pertimbangan pembentukan UU 30 tahun 2002

disebutkan bahwa pendirian KPK adalah dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut, KPK telah berupaya dalam mendorong perbaikan layanan publik di

bidang perizinan, investasi, atau layanan dasar lainnya, mengembalikan dan

menjaga aset negara, mendorong reformasi birokrasi dan mendorong

terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik. Bahwa kemudian upaya

KPK dalam mengemban amanat UU tersebut berkolerasi positif terhadap IPK,

adalah suatu fakta yang harus diterima dan sepatutnya dapat memacu kinerja

KPK selama ini.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah:

a. Peningkatan IPK tidak mungkin dapat terjadi dalam waktu singkat, karena

IPK didasarkan pada data yang paling banyak dihimpun dalam 2 tahun

terakhir dan data-data tersebut berhubungan dengan persepsi yang

mungkin telah terbentuk sebelumnya;

b. Perbaikan layanan publik, peningkatan transparansi, perbaikan integritas

dan perilaku penyelenggara negara, serta reformasi birokrasi merupakan

hal yang mendorong perbaikan IPK lebih besar dibanding penilaian

terhadap upaya penindakan yang dilakukan suatu negara terhadap pelaku

korupsinya.

Beberapa langkah yang telah ditempuh oleh KPK untuk

meningkatkan skor IPK-nya antara lain:

a. Melakukan pengukuran integritas sektor pelayanan publik. Pengukuran ini

diharapkan dapat memicu instansi pelayanan publik untuk memperbaiki

kualitas layanannya. Peningkatan kualitas layanan secara langsung bisa

dirasakan juga oleh pengusaha. Upaya ini diyakini turut memberi

sumbangan pada kenaikan IPK 2009 dibanding tahun lalu.

b. Melakukan koordinasi dan supervisi dengan instansi pelayanan publik.

Kegiatan ini mendorong instansi layanan publik membuat rencana tindak

untuk melakukan perbaikan-perbaikan atas kualitas pelayanannya.

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2424

c. Ratifikasi UNCAC. United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)

atau Konvensi PBB Menentang Korupsi, ditandatangani oleh negara-negara

peserta Konferensi Diplomatik Tingkat Tinggi di Merida, Mexico, pada 9 s.d.

11 Desember 2003. Konvensi ini mendorong negara-negara anggota untuk

melakukan pemberantasan korupsi dari segi pencegahan maupun

penindakan. Indonesia telah menandatangani UNCAC, bahkan telah

meratifikasinya melalui UU Nomor 7 Tahun 2006, 18 April 2006. Dengan

demikian, secara politis dan yuridis Indonesia telah terikat untuk

mengimplementasikan UNCAC. Langkah ratifikasi ini mendorong upaya-

upaya pemberantasan korupsi oleh KPK.

Meskipun skor IPK Indonesia meningkat dari tahun lalu, namun

upaya-upaya yang telah dilakukan KPK tersebut tampaknya belum mampu

memenuhi target IPK tahun 2009. Beberapa penyebab belum tercapainya

target IPK 2009 adalah:

a. Dasar penilaian responden bisa jadi bukan fakta atau pengalaman

langsung. Adanya perbaikan dalam tingkat integritas maupun pelayanan

publik, tidak membuat persepsi masyarakat serta merta membaik. Hal ini

membuat pergeseran angka IPK menjadi lambat.

b. IPK mengukur persepsi pengusaha, sementara sektor swasta belum

menjadi target utama KPK.

c. Berkaitan dengan perbaikan pelayanan publik, KPK telah selesai melakukan

kajian, survei integritas, dan telah memberikan rekomendasi perbaikan

terhadap sistem pengelolaan administrasi dan layanan publik di lingkungan

pemerintahan. Namun, sampai dengan saat ini, rekomendasi perbaikan

yang diberikan KPK belum sepenuhnya diterapkan oleh instansi yang

bersangkutan. Hal ini terlihat dari hasil survei integritas 2009 yang

dilakukan KPK. [Penjelasan ringkas tentang Indeks Integritas Nasional

dapat dilihat mulai halaman 30]. Belum diimplementasikannya hal-hal

tersebut di atas, menyebabkan buruknya kualitas layanan publik dan

buruknya layanan publik ini juga yang dirasakan oleh para responden

survei TI, sehingga pada tahun 2009 para responden baru memberikan

nilai 2,8 bagi Indonesia.

Menanggapi permasalahan ini, selanjutnya KPK akan melakukan

beberapa langkah, yaitu:

a. Tetap melakukan pengukuran integritas sektor publik, dalam rangka

meningkatkan kualitas sektor publik;

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2525

b. Menggalakan program koordinasi dan supervisi layanan publik;

c. Ratifikasi UNCAC ditindaklanjuti dengan memprioritaskan sektor swasta

selain penyelenggara negara.

Efektivitas Koordinasi dan Supervisi Penindakan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Efektivitas Koordinasi dan Supervisi Penindakan terdiri atas

satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil 100% 138,54% 138,5%

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Koordinasi dan supervisi di bidang Penindakan KPK diarahkan untuk

memberdayakan aparat penegak hukum (APGAKUM) dalam menangani kasus

TPK di lembaganya, sesuai dengan peran KPK sebagai trigger mechanism. KPI

% Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil diukur dengan

formula: % peningkatan (penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi

KPK) dibandingkan realisasi triwulan dari tahun sebelumnya. Realisasi per

triwulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 127,45% 100,00%

2009/Q2 98,97% 100,00%

2009/Q3 143,14% 100,00%

2009/Q4 138,54% 100,00%

dengan penjelasan:

1. Capaian Q1/2009 adalah 127,45% yang berasal dari realisasi Q1/2009 sebesar 182 dibandingkan dengan realiasasi Q1/2008 sebesar 143.

2. Capaian Q2/2009 adalah 70,48% yang berasal dari realisasi Q2/2009 sebesar 192 dibandingkan dengan realisasi Q2/2008 sebesar 272. Capaian Q2/2009 tidak memenuhi target, disebabkan antara lain:

a. Berdasarkan hasil rapat koordinasi tingkat pusat pada 3 Maret 2009 di Mabes POLRI, Kejaksaan Agung mengusulkan untuk pengiriman SPDP dan Bang-Dik selanjutnya agar melalui satu pintu, yaitu Pidsus Kejagung, sehingga memperpanjang rantai birokrasi. Padahal sebelumnya, masing-masing Kejati mengirimkan SPDP dan Bang-Dik secara langsung ke KPK.

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2626

b. Demikian pula untuk POLRI, pengiriman SPDP dan Bang-Dik selanjutnya agar melalui satu pintu, yaitu Bareskrim POLRI, sehingga memperpanjang rantai birokrasi. Padahal, sebelumnya masing-masing Polda mengirimkan SPDP dan Bang-Dik secara langsung ke KPK.

3. Capaian Q3/2009 adalah 231,48% yang berasal dari realisasi Q3/2009 sebesar 250 dibandingkan dengan realisasi Q3/2008 sebesar 108.

4. Capaian Q4/2009 adalah 124,75% yang berasal dari realisasi Q4/2009 sebesar 253 dibandingkan dengan realisasi Q4/2008 sebesar 203.

Keberhasilan Penegakan Hukum Kasus TPK oleh KPK

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Keberhasilan Penegakan Hukum Kasus TPK oleh KPK terdiri

atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK 80% 100% 125%

Dari tabel di atas, terlihat target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

KPI % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK, diperoleh

dari putusan yang menyatakan terdakwa terbukti bersalah. Realisasinya

adalah 100%, artinya dari semua tuntutan KPK berhasil diputus terdakwa

bersalah, baik di tingkat PN, PT, maupun MA.

Berikut grafik penanganan kasus oleh KPK dan putusan inkracht di

tingkat PN, PT, dan MA selama periode 2004-2009:

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2727

Rekap Penanganan Kasus/Perkara TPK (2004 - 2009)

68

23

29

36

70 70

47

2427

19

2

52

17

23

19

35

63

5

16 23

3740

4

14

23

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Penyelidikan Penyidikan Penuntutan Inkracht Eksekusi

Perkara TPK yang Berkekuatan Hukum Tetap (2004 - 2009)

35

9 9

20

02

0 022

9

14 1415

2005 2006 2007 2008 2009

Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi Mahkamah Agung

Pengembalian Kerugian/Penyelamatan KN dari TPK dan Pencegahan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Pengembalian Kerugian/Penyelamatan KN dari TPK dan

Pencegahan terdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja

sebagai berikut:

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2828

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Pengembalian KKN dari Eksekusi 50% 50% 100%

2 Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan (Rp Miliar)

600 5.023 >200%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI Pengembalian Kerugian Keuangan Negara (KKN) dari

Eksekusi diperoleh dari pengembalian kerugian keuangan negara (KKN)

dalam bentuk eksekusi barang sitaan/denda/uang pengganti yang telah

disetor ke kas negara/daerah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP).

Selama tahun 2009, diperoleh pengembalian KKN dari eksekusi

perkara Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang telah berkekuatan hukum tetap

sebesar Rp142.993.950.300,00 dengan rincian sebagai berikut:

1. Disetor ke kas negara sebesar Rp73.792.709.500,00 yang berasal dari:

a. Pendapatan Uang Pengganti TPK yang Ditetapkan Pengadilan (Mata

Anggaran Penerimaan/MAP 423614) sebesar Rp31.507.684.042,00;

b. Pendapatan Uang Sitaan Hasil Korupsi yang Telah Ditetapkan Pengadilan

(MAP 423611) sebesar Rp30.151.115.046,00;

c. Pendapatan Hasil Denda (MAP 423414) sebesar Rp7.600.000.000,00;

d. Pendapatan Penjualan Hasil Lelang TPK (MAP 423416) sebesar

Rp2.623.055.500,00;

e. Pendapatan Jasa Giro (MAP 423221) sebesar Rp1.721.744.912,00;

f. Pendapatan Penjualan Lainnya (MAP 423119) sebesar

Rp188.322.500,00;

g. Pendapatan Ongkos Perkara (MAP 423415) sebesar Rp787.500,00;

2. Disetor ke kas daerah sebesar Rp69.201.240.800,00 yang berasal dari

Uang Rampasan (MAP: --) sebesar Rp69.201.240.800,00.

Secara grafik, PNBP dari TPK tahun 2009 tampak seperti ilustrasi di

bawah ini:

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 2929

KPI Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan. Bekerja

sama dengan pihak-pihak terkait, KPK juga berupaya untuk melakukan

penyelamatan terhadap potensi kerugian negara.

Penyelamatan aset/kekayaan negara dari Pencegahan sebesar

Rp5.023.161.633.923,00, yang berasal dari:

a. Penyetoran dana abandonment and site restoration (ASR) dan koreksi

pembebanan insentif Kredit investasi (investment credit)

sebesar USD237.595.475,89 (ekuivalen Rp2.692.946.195.923,00);

b. Penyelamatan potensi kerugian negara sebagai akibat pengalihan hak

aset/barang milik negara pada 13 kementerian/lembaga sebesar

Rp1.969.904.438.000,00 (sesuai penilaian dari Ditjen Kekayaan Negara

Departemen Keuangan);

c. Potensi penyetoran dana dari pemberian fee/premium dan fasilitas lain

oleh bank kepada Penyelenggara negara dan pegawai negeri sebesar

Rp360.311.000.000,00.

PNBP dari Penanganan TPK oleh KPK Tahun 2009

Uang Rampasan: Rp69,201 M (48,39%)

Hasil Denda: Rp7,600 M (5,31%)Penjualan Lainnya:

Rp188,32 Jt (0,13%)

Jasa Giro: Rp1,722 M (1,20)%

Hasil Lelang: Rp2,623 M (1,83%)

Uang Pengganti: Rp31,508 M (22,03%)

Uang Sitaan: Rp30,151 M (21,09%)

Total PNBP dari TPK tahun 2009: Rp142.993.950.300,00

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3030

Terwujudnya Nilai Antikorupsi pada Penyelenggara Negara dan Stakeholder-nya

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Terwujudnya Nilai Antikorupsi pada Penyelenggara Negara

dan Stakeholder-nya terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian

kinerja:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Rata-rata Indeks Integritas Nasional (Instansi Pusat dan Daerah)

6,00 6,50 108,3%

Dari tabel di atas, terlihat target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Indeks Integritas Nasional (IIN) adalah indeks komposit yang

menggabungkan indeks pengalaman integritas dan potensi integritas.

Pengalaman integritas disusun dari indikator pengalaman korupsi dan cara

pandang terhadap korupsi. Sedangkan potensi integritas disusun dari

indikator lingkungan kerja, sistem administrasi, perilaku petugas, dan

pencegahan korupsi. Indikator-indikator tersebut disusun dari sub-indikator-

sub-indikator yang kemudian dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan pada

kuesioner.

Pengkuran IIN dilakukan KPK untuk mengetahui nilai indikator

korupsi dalam layanan publik. Kegiatannya adalah dengan melakukan

pengukuran ilmiah terhadap tingkat korupsi dan faktor-faktor penyebab

terjadinya korupsi di lembaga publik dengan mensurvei pengguna langsung

layanan publik. Penilaian dilakukan dari sudut pandang pengguna layanan,

bukan pemberi layanan. Fungsi dari IIN adalah sebagai bahan masukan bagi

instansi penyedia layanan publik untuk mempersiapkan upaya-upaya

pencegahan korupsi yang efektif pada wilayah/layanan yang rentan terjadinya

korupsi.

Tahun 2009, survei integritas sektor publik secara nasional dilakukan

pada: (a) 136 unit layanan di 39 instansi pusat; (b) 39 unit layanan di 10

pemerintah provinsi; dan (c) 196 unit layanan di 49 pemerintah

kabupaten/kota. Jumlah responden 11.413 orang, terdiri dari 4.592 di pusat,

1.039 di tingkat provinsi dan 5.872 di tingkat kabupaten/kota.

Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai Integritas Nasional,

Integritas Tingkat Pusat, Integritas Pemerintah Provinsi, dan Integritas

Pemerintah Kabupaten/Kota:

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3131

a. Integritas Nasional. IIN Tahun 2009 adalah 6,50. Nilai tersebut sedikit

lebih rendah dibanding dengan nilai integritas tingkat pusat dan daerah

tahun 2008 yang rata-rata 6,84 dan 6,69, namun lebih tinggi daripada

nilai integritas pusat tahun 2007 yang rata-rata 5,53. Penurunan tersebut

sebagian dikarenakan mulai tahun 2009, KPK menetapkan standar

minimal integritas sektor publik, dengan nilai 6,0 sebagai standar

integritas minimal yang harus dipenuhi oleh instansi penyedia layanan

publik. Penetapan standar minimal integritas tersebut sekaligus bertujuan

untuk membatasi keragaman jawaban responden atas persepsi yang

berbeda akibat perbedaan tingkat pendidikan, golongan umur, domisili,

jenis pekerjaan maupun status responden terhadap pertanyaan yang

diajukan.

Nilai integritas 6,50 dianggap masih cukup rendah, mengingat hanya 0,5

di atas standar integritas minimal yang ditetapkan oleh KPK. Nilai tersebut

juga masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan negara lain seperti

Korea yang memiliki nilai integritas mencapai 9. Gambaran secara

menyeluruh mengenai nilai masing-masing indikator dan sub-indikator

untuk tingkat nasional dijelaskan dalam tabel berikut:

Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 18 Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 6

Pengalaman Korupsi (0,800)= 6,73

Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman Integritas (0,750)=

6,71 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,200)= 6,65 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7

Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,53

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 6 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7

Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,800)= 3

Integritas Total

(1,00): 6,50 Potensi

Integritas (0,250)=

5,87

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,82 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Dengan nilai rata-rata integritas 6,50, terlihat bahwa nilai potensi

integritas masih rendah, yaitu 5,87, di bawah nilai integritas minimal yang

ditetapkan KPK sebesar 6,0. Dari variabel potensi integritas, indikator

sistem administrasi dan pencegahan korupsi merupakan kontributor

terbesar yang menurunkan nilai potensi integritas. Pada indikator sistem

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3232

administrasi, pemanfaatan teknologi dan kepraktisan SOP memiliki nilai

yang sangat rendah. Sementara pada pencegahan korupsi, seluruh sub-

indikator (tingkat upaya antikorupsi dan mekanisme pengaduan

masyarakat) berkontribusi dalam rendahnya nilai pencegahan korupsi.

Penilaian integritas sektor publik nasional tahun 2009 dilakukan terhadap

98 instansi dan 371 unit layanan di tingkat pusat, pemerintah provinsi,

dan pemerintah kabupaten/kota. Secara terperinci, nama unit layanan dan

nilai rata-rata integritas masing-masing unit layanan ditunjukkan pada

gambar berikut:

Nilai rata-rata integritas per unit layanan yang disurvei menunjukkan

bahwa pelayanan pengadaan barang dan jasa baik di tingkat pusat,

pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota merupakan unit

layanan yang nilainya masih rendah. Nilai integritas yang relatif baik

dicapai oleh unit pelayanan dasar dan program-program pemerintah pusat

maupun daerah. Sedangkan layanan perizinan dan non-perizinan masih

harus dilakukan perbaikan dan peningkatan.

Bila nilai integritas unit layanan dibandingkan dengan nilai rata-rata

integritas nasional, secara nasional dapat dilihat bahwa terdapat 23

instansi di tingkat pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota yang unit layanan sample-nya seluruhnya memiliki nilai

integritas di atas rata-rata nasional (6,50). Namun masih terdapat 5

instansi yang berada di pusat dan pemerintah kabupaten yang seluruh

unit layanannya memiliki nilai integritas di bawah rata-rata nasional. Lihat

tabel berikut.

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3333

Pengalaman Integritas (Experienced Integrity) adalah salah satu

unsur penyusun nilai integritas publik. Experienced Integrity disusun dari

indikator Pengalaman Korupsi (Experienced Corruption) dengan bobot

0,800 dan Cara Pandang Korupsi (Perceived Corruption) dengan bobot

0,200.

Variabel Indikator Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 6 Pengalaman Korupsi (0,800)=

6,73 Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7

Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman Integritas

(0,750)=6,71 Cara Pandang terhadap Korupsi (0,200)= 6,65 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Nilai rata-rata pengalaman integritas dari 98 instansi pusat, pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota adalah 6,71. Dalam skala

nasional, nilai pengalaman integritas memiliki rentang nilai yang tidak

terlalu lebar, yaitu dari 7,92 pada Departemen Pertanian sampai yang

terendah 4,55 pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat dalam

mengurus atau memperoleh layanan publik ditunjukkan dalam bentuk

biaya tambahan (gratifikasi) yang harus dibayarkan oleh pengguna

layanan di luar biaya resmi yang ditetapkan, berapa kali diberikan, berapa

besarnya serta kapan gratifikasi tersebut diberikan. Nilai rata-rata

pengalaman korupsi 6,73. Nilai tersebut sudah masuk dalam standar

integritas minimal KPK, namun faktanya tindakan pemberian gratifikasi

pada unit layanan masih dijumpai.

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3434

Yang dimaksud dengan cara pandang adalah bagaimana masyarakat

memandang korupsi di lembaga layanan publik, bagaimana masyarakat

mengartikan biaya-biaya atau imbalan yang mereka keluarkan, apakah

tergolong korupsi atau tidak? Apa tujuan mereka membayar biaya

tambahan tersebut, dan seberapa jauh tingkat toleransi masyarakat

terhadap biaya-biaya tambahan yang harus mereka keluarkan? Nilai cara

pandang masyarakat Indonesia terhadap korupsi adalah 6,65 dan cukup

memenuhi standar integritas minimal yang ditetapkan oleh KPK. Namun

bila dilihat dari sub-indikatornya terlihat bahwa arti pemberian gratifikasi

dengan nilai 5 dianggap masih relatif rendah. Kondisi tersebut

mencerminkan bahwa masyarakat umumnya mengartikan gratifikasi

belumlah suatu perbuatan yang memalukan dan tercela, tetapi hanyalah

suatu perbuatan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Bahkan sebagian

berpendapat bahwa perbuatan tersebut lazim dilakukan.

Fakta-fakta yang dijumpai dalam pengalaman integritas ini mencerminkan

kondisi nyata dari unit layanan dan instansi berdasarkan pengalaman yang

langsung dirasakan oleh pengguna layanan. Penilaian pengalaman

integritas yang buruk mencerminkan kondisi pelayanan aktual yang buruk

menurut penilaian pengguna layanan yang setahun terakhir melakukan

pengurusan layanan di unit layanan bersangkutan.

Potensi Integritas (Potential Integrity) merupakan salah satu unsur

penyusun nilai integritas publik. Terdapat empat indikator yang digunakan

untuk menyusun Potential Integrity, yakni indikator Lingkungan Kerja

(Working Environtment) dengan bobot 0,357, Sistem Administrasi

(Administration System) dengan bobot 0,394, Perilaku Individu (Personal

Attitude) dengan bobot 0,156; dan Pencegahan Korupsi (Corruption

Control Measures) dengan bobot 0,094.

Variabel Indikator Sub-Indikator

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7

Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,53

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 6 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,800)= 3

Potensi Integritas

(0,250)= 5,87

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,82 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200) = 3

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3535

Nilai rata-rata potensi integritas dari 98 instansi pusat, pemerintah

provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota adalah 5,87. Nilai tersebut

masih berada di bawah standar integritas minimal yang ditetapkan oleh

KPK. Artinya, masih cukup banyak indikator potensi integritas terutama

sistem administrasi dan pencegahan korupsi yang nilainya masih sangat

rendah (5,53 dan 2,82) walaupun sebenarnya nilai indikator lingkungan

kerja dan perilaku individu juga terlihat masih kurang memuaskan.

Seperti halnya pada pengalaman integritas, nilai potensi integritas

memiliki rentang nilai yang tidak terlalu lebar, yaitu dari 6,70 pada

Departemen Pertanian sampai yang terendah 5,00 pada Pemerintah

Kabupaten Kuningan.

Lingkungan kerja memiliki potensi untuk mendorong terjadinya praktik

korupsi, tidak terkecuali lingkungan kerja di sektor pelayanan publik.

Berdasarkan fakta di lapangan, kebiasaan pemberian gratifikasi dan

adanya keterlibatan calo akan menurunkan nilai potensi integritas secara

signifikan. Namun demikian, suasana/kondisi lingkungan pelayanan dan

fasilitas yang disediakan serta adanya pertemuan di luar prosedur

merupakan faktor yang juga akan menurunkan nilai potensi integritas.

Walaupun indikator lingkungan kerja sudah mampu mencapai nilai standar

unsur integritas minimal KPK yaitu sebesar 6,54, namun beberapa sub-

indikator masih harus terus dilakukan perbaikan. Nilai 6 pada fasilitas

pelayanan yang disediakan di lingkungan layanan walaupun sudah

memenuhi standar masih diperlukan upaya-upaya peningkatan kualitas.

Pada sistem administrasi, keterbukaan informasi dan kemudahan layanan

atau kepraktisan SOP serta pemanfaatan teknologi informasi merupakan

sub-indikator sistem administrasi yang harus dicapai dalam rangka

memenuhi standar potensi integritas sektor publik. Hasil survei

menunjukkan bahwa nilai sistem administrasi tidak mampu mencapai

standar integritas minimum yang ditetapkan KPK. Nilai 5,53 menunjukkan

bahwa sub-indikator kepraktisan SOP, keterbukaan informasi dan

terutama pemanfaatan teknologi informasi masih harus terus

ditingkatkan.

Perilaku individu baik oleh petugas layanan maupun pengguna layanan

yang negatif merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya

korupsi dalam pelayanan publik. Terdapat tiga hal penting dalam menilai

perilaku individu dan kaitannya dengan nilai potensi integritas dalam

survei ini, yaitu keadilan perlakuan petugas layanan terhadap pengguna

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3636

layanan, ada-tidaknya harapan petugas terhadap gratifikasi serta perilaku

pengguna layanan sendiri pada saat mengurus dan mendapatkan layanan.

Nilai perilaku individu 7,02 menunjukkan bahwa standar minimal integritas

yang ditetapkan oleh KPK sudah mampu dicapai. Kondisi tersebut juga

ditunjukkan oleh nilai sub-indikator ekspektasi petugas terhadap

gratifikasi dan perilaku pengguna layanan yang cukup. Namun demikian,

keadilan petugas terhadap pengguna layanan masih terlihat kurang.

Tingkat upaya antikorupsi dan pelayanan pengaduan atas layanan yang

diberikan merupakan faktor yang bisa mencegah terjadinya korupsi,

sehingga menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam survei ini. Fakta

menunjukkan bahwa dibanding dengan indikator lain, pencegahan korupsi

memiliki nilai yang paling buruk. Nilai 2,82 masih jauh dari standar

minimal integritas minimal yang ditetapkan KPK yang sebesar 6. Kondisi

tersebut ditunjukkan masih sangat lemahnya upaya antikorupsi (3) dan

pelayanan pengaduan masyarakat (3) dari unit layanan yang didatangi

oleh pengguna layanan.

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit

layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi

secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin

intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas,

maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di

unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

b. Integritas Tingkat Pusat. Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat

merupakan satu dari 3 unsur penyusun integritas tingkat nasional.

Integritas Sektor Publik tingkat pusat disusun berdasarkan variabel

Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas, yang keduanya diperoleh

dari indikator dan sub-indikator pada unit layanan-unit layanan publik

yang disurvei di tingkat pusat.

Penilaian integritas sektor publik tingkat pusat tahun 2009 dilakukan

terhadap 136 unit layanan di 39 instansi pusat. Instansi Pusat tersebut

terdiri atas 19 departemen/kementerian, 8 non-departemen, dan 12

BUMN/BLU. Sedangkan jenis layanannya meliputi 20 layanan perizinan, 22

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3737

layanan nonperizinan, 10 program, 18 layanan pengadaan barang dan

jasa.

Nilai rata-rata Integritas Sektor Publik Tingkat Pusat Tahun 2009 adalah

6,64. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari batas minimal nilai integritas 6

yang ditetapkan KPK. Nilai ini dianggap masih cukup rendah, mengingat

negara lain seperti Korea yang memiliki nilai integritas mencapai 9.

Besaran tersebut juga menginformasikan bahwa di tingkat pusat, tindakan

gratifikasi relatif sudah menurun namun beberapa variabel potensi

integritas terutama untuk indikator sistem administrasi dan pencegahan

korupsi masih terlihat lemah. Gambaran secara menyeluruh mengenai

nilai masing-masing indikator dan sub-indikator untuk tingkat pusat

dijelaskan dalam tabel berikut.

Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 18 sub-indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 6

Pengalaman Korupsi (0,800)= 6,89

Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 6

Pengalaman Integritas

(0,750)=6,85 Cara Pandang terhadap Korupsi (0,200)= 6,71 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7 Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,75

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 6 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,800)= 3

Integritas Total

(1,00): 6,64

Potensi Integritas

(0,250)= 5,99

Pencegahan Korupsi (0,094)= 3,12 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Dengan nilai rata-rata integritas tingkat pusat 6,64, nilai potensi integritas

sebesar 5,99 masih sangat rendah dibanding nilai pengalaman integritas ,

yakni sebesar 6,85. Nilai tersebut juga masih lebih rendah dibanding

standar integritas minimal yang ditetapkan KPK. Nilai potensi integritas

tingkat pusat yang rendah terutama disebabkan oleh rendahnya nilai

indikator sistem administrasi dan pencegahan korupsi. Pada sistem

administrasi, rendahnya pemanfaatan teknologi menjadi penyebab utama

rendahnya nilai sistem administrasi. Sedangkan pada pencegahan korupsi,

penyebabnya adalah pada rendahnya tingkat upaya antikorupsi dan

mekanisme pengaduan masyarakat yang kurang baik.

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3838

Untuk jenis layanan yang tingkat keragamannya tinggi, nilai total

integritas pada 39 instansi di tingkat pusat memiliki rentang nilai yang

tidak terlalu lebar, yaitu berkisar antara 7,62 sampai 5,66. Rentang yang

sempit tersebut sebagai akibat penetapan standar integritas minimal

sektor publik yang ditetapkan oleh KPK. Dengan standar yang ditetapkan

tersebut, pengguna layanan akan menjawab pertanyaan dengan standar

yang seragam sehingga perbedaan persepsi bisa diminimalisasi. Pada

tabel dijelaskan bahwa 20 instansi memiliki nilai integritas di atas rata-

rata pusat dan sisanya (19 instansi) masih memiliki nilai integritas di

bawah rata-rata. Dua dari 19 instansi tersebut, yaitu Kepolisian dan

Departemen Perindustrian, bahkan memiliki nilai integritas di bawah

standar integritas minimal yang ditetapkan oleh KPK. Sementara nilai total

integritas terhadap 136 unit layanan pada 39 instansi di tingkat pusat

memiliki rentang nilai berkisar antara 7,75 sampai 4,66. Peringkat 136

unit layanan yang disurvei beserta instansinya ditunjukkan sebagai

berikut:

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 3939

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4040

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4141

Unit layanan yang hampir seragam disurvei pada instansi pusat adalah

layanan pengadaan barang dan jasa (PBJ). Dari 39 instansi, 22 di

antaranya proses PBJ-nya dijadikan sample dalam survei, 18 di antaranya

berasal dari departemen/kementerian. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai

integritas PBJ di departemen/kementerian masih relatif rendah dibanding

integritas pada unit layanan lain, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Hanya ada 2 dari 22 layanan PBJ yang memiliki nilai integritas mencapai

7, bahkan masih terdapat 8 instansi yang memiliki pelayanan PBJ dengan

nilai integritas masih di bawah 6. Kondisi ini menunjukkan bahwa

pelayanan pengadaan barang dan jasa memang sangat rawan terjadi

peluang gratifikasi yang mengarah pada korupsi. Kondisi tersebut

didukung dengan kurang baiknya sistem administrasi, lingkungan kerja,

perilaku individu serta tidak adanya upaya pencegahan korupsi yang

dilakukan secara nyata oleh instansi. Selain itu, dari 25 unit layanan yang

nilainya berada di bawah standar integritas minimal KPK, 32 persen (8

unit layanan) adalah layanan pengadaan barang dan jasa, layanan non

perizinan 52 persen (13 unit layanan), 12 persen (3 unit layanan) layanan

perizinan dan sisanya (1 unit layanan) adalah program.

Perbandingan nilai integritas unit layanan tingkat pusat dengan nilai rata-

rata integritas pusat menunjukkan terdapat 10 instansi di tingkat pusat

yang unit layanan sampelnya seluruhnya memiliki nilai integritas di atas

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4242

rata-rata pusat (6,64), namun masih ada 6 instansi yang seluruh unit

layanannya memiliki nilai integritas di bawah rata-rata integritas pusat.

Penjelasannya dapat dilihay pada tabel berikut:

Apabila dikelompokkan berdasarkan asal instansi, terlihat bahwa secara

umum unit layanan yang berasal dari BUMN memiliki nilai integritas yang

relatif bagus dibanding unit layanan yang berasal dari

departemen/kementerian dan LPND. Rata-rata nilai Integritas BUMN,

LPND dan departemen/kementerian ditunjukkan oleh grafik berikut:

Bila diperhatikan lebih lanjut, instansi yang masuk dalam kelompok 10

integritas tertinggi, ternyata 6 di antaranya berasal dari BUMN, sedangkan

dari 10 instansi dengan nilai integritas terendah, 7 di antaranya berasal

dari departemen/kementerian. Kondisi tersebut diharapkan bisa

menjadikan pemacu bagi unit layanan dan instansi di bawah

departemen/kementerian dan LPND untuk lebih meningkatkan nilai

integritasnya di tahun-tahun mendatang.

Pengalaman Integritas Tingkat Pusat. Pengalaman integritas tingkat

pusat disusun dari indikator Pengalaman Korupsi dengan bobot 0,800,

sedangkan Cara Pandang Korupsi dengan bobot 0,200. Dengan nilai 6,75,

unit layanandan instansi tingkat pusat masih harus terus melakukan

perbaikan dan peningkatan kualitas layanan sehingga diharapkan nilai

integritas akan meningkat di tahun berikutnya.

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4343

Variabel Indikator Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 6 Pengalaman Korupsi

(0,800)= 6,89 Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 6

Pengalaman

Integritas Pusat

(0,750)=6,85

Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,200)= 6,71 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Dari 39 instansi pusat, terdapat 5 nilai pengalaman integritas tertinggi,

yaitu: Departemen Pertanian (7,62), PT Pos Indonesia (7,39), PT

Jamsostek, PT Pertamina dan BPOM (7,32); dan 5 instansi dengan nilai

pengalaman integritas terendah, yaitu Departemen Pekerjaan Umum

(6,23), Kementerian Perumahan Rakyat (6,19), Departemen Komunikasi

dan Informatika (6,13), Kepolisian (5,93), dan Departemen Perindustrian

(5,64). Sebagian besar instansi dengan nilai pengalaman integritas

terendah adalah instansi yang berasal dari departemen dan LPND,

sedangkan instansi yang memiliki nilai pengalaman integritas tinggi

umumnya berasal dari BUMN.

Bila dipersempit dalam unit layanan, data menunjukkan bahwa nilai

pengalaman integritas tertinggi adalah 7,97 pada 3 unit layanan yaitu

Izin pemasukan dan pengeluaran benih (Departemen Pertanian), Program

Bantuan Sosial (Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat), dan

Angkutan Muatan Barang Antar Pulau (PT. PELNI). Nilai pengalaman

integritas nomor 2 adalah 7,94 yang seragam ada pada 9 unit layanan.

Sedangkan nilai pengalaman integritas terendah untuk 10 unit layanan

tingkat pusat adalah pembuatan dan perpanjangan SIM dari Kepolisian

(4,57), pengadaan barang dan jasa dari BKKBN (4,86), teknis pengujian

dan kalibrasi dalam bentuk JPT dari Deperind (4,96), pengadaan barang

dan jasa dari Kempera (5,01), pengurusan paspor - Keimigrasian dari

Depkumham (5,28), rawat inap dari RSCM (5,45), SKCK dari Kepolisian

(5,47), program pemberian fasilitas usaha dalam rangka pengembangan

IKM dari Deperind (5,48), pengadaan barang dan jasa dari Dept. ESDM

(5,55), dan pelayanan pelaksanaan ibadah haji reguler (5,58).

Nilai rata-rata pengalaman korupsi tingkat pusat adalah 6,89. Nilai

tersebut walaupun sudah masuk dalam standar integritas minimal KPK,

namun pada faktanya tindakan pemberian gratifikasi pada unit layanan

masih dijumpai. Pemberian umumnya dalam bentuk uang, dan sedikit

sekali yang memberikannya dalam bentuk barang maupun voucher. Bagi

yang memberikan biaya tambahan, sebagian besar diberikannya satu kali,

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4444

namun yang menjawab kadang-kadang, sering, bahkan selalu ternyata

masih ada.

Bagaimana masyarakat memandang korupsi di lembaga layanan publik di

tingkat pusat? Walaupun nilai cara pandang terhadap korupsi tingkat

pusat secara rata-rata telah memenuhi standar minimal integritas, namun

secara umum masih bisa dinyatakan bahwa masyarakat memiliki toleransi

yang cukup tinggi dalam memandang korupsi di lembaga layanan publik.

Potensi Integritas Tingkat Pusat. Nilai Potensi Integritas yang disusun

dari indikator Lingkungan Kerja dengan bobot 0,357, Sistem Administrasi

dengan bobot 0,394, Perilaku Individu dengan bobot 0,156 dan

Pencegahan Korupsi dengan bobot 0,094, seperti yang ditunjukkan oleh

tabel berikut:

Variabel Indikator Sub-Indikator

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7

Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,75

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 6 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Antikorupsi (0,800)= 3

Potensi Integritas (0,250)=

5,99

Pencegahan Korupsi (0,094)= 3,12 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Nilai rata-rata potensi integritas dari 39 instansi pusat dan 136 unit

layanan di tingkat pusat adalah 5,99. Nilai tersebut walaupun kurang 0,01

poin dari standar minimal KPK, namun masih cukup banyak indikator

potensi integritas, terutama sistem administrasi dan pencegahan korupsi,

yang nilainya masih sangat rendah (5,75 dan 3,12). Namun demikian,

seperti halnya di tingkat nasional, indikator lingkungan kerja dan perilaku

individu juga terlihat masih kurang memuaskan.

Dari 39 instansi pusat, 5 instansi dengan nilai potensi integritas tertinggi

adalah Departemen Pertanian, BPOM, Badan Akreditasi Negara, PT.

Pertamina dan PT. Angkasa Pura II. Sedangkan 5 instansi pusat dengan

nilai potensi integritas terendah adalah Kepolisian RI, Badan Pertanahan

Nasional (BPN), Kementerian Perumahan Rakyat, PT Kereta Api Indonesia

(KAI), dan Kejaksaan RI.

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4545

Bila dipersempit dalam unit layanan, terdapat 5 unit layanan dengan

potensi integritas tertinggi, yaitu izin pemasukan dan pengeluaran benih

dari Departemen Pertanian (7,09), Program bantuan sosial dari

Kemenkokesra (6,96), rekomendasi visa Taiwan dari BNP2TKI (6,94),

pengadaan barang dan jasa dari Departemen Pertanian (6,91) dan Izin

ekspor/impor atas barang kategori makanan dan obat dari BPOM (6,87).

Sedangkan 5 unit layanan dengan nilai integritas terendah adalah Layanan

pengaduan curanmor, pencurian, dll dari Kepolisian RI (4,64), Surat

Keterangan Catatan Kepolisian (4,73), penerbitan sertifikat tanah dari BPN

(4,91), pembuatan dan perpanjangan SIM dari Kepolisian (4,95) dan

layanan rumah tahanan milik Kejaksaan (5,11).

Berdasarkan fakta di lapangan, kebiasaan pemberian gratifikasi dan

adanya keterlibatan calo akan menurunkan indikator lingkungan kerja

secara signifikan. Pada unit layanan di tingkat pusat, keterlibatan calo

sudah tidak terlalu signifikan, hanya kebiasaan pemberian gratifikasi dan

fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan yang masih memerlukan

perbaikan serius. Nilai 6 pada sub-indikator kebiasaan pemberian

gratifikasi menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut masih terjadi.

Sementara nilai 6 pada subindikator fasilitas di sekitar lingkungan

pelayanan mengindikasikan bahwa walaupun fasilitas sudah tersedia,

namun unit layanan harus terus meningkatkan kualitas dan mungkin

kuantitas dari fasilitas yang ada tersebut.

Keterbukaan informasi dan kemudahan layanan atau kepraktisan SOP

serta pemanfaatan teknologi informasi merupakan sub-indikator yang

mendukung terciptanya sistem administrasi yang baik. Hasil survei

menunjukkan bahwa nilai sistem administrasi tidak mampu mencapai

standar integritas minimum yang ditetapkan KPK. Nilai 5,75 menunjukkan

bahwa sub-indikator kepraktisan SOP, keterbukaan informasi dan

terutama pemanfaatan teknologi informasi masih harus terus

ditingkatkan. Perhatian paling serius ditujukan kepada sub-indikator

pemanfaatan teknologi informasi yang hanya bernilai 4.

Terdapat tiga hal penting dalam menilai perilaku individu dan kaitannya

dengan nilai potensi integritas dalam survei ini, yaitu keadilan perlakuan

petugas layanan terhadap pengguna layanan, ada-tidaknya harapan

petugas terhadap gratifikasi serta perilaku pengguna layanan sendiri pada

saat mengurus dan mendapatkan layanan. Nilai perilaku individu 7,02

didukung oleh nilai sub-indikator ekspektasi petugas terhadap gratifikasi

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4646

(7) dan perilaku pengguna layanan (7) yang cukup. Namun demikian,

keadilan petugas terhadap pengguna layanan masih terlihat kurang (6).

Pencegahan korupsi diukur dari tingkat upaya kampanye antikorupsi dan

mekanisme pengaduan pengguna layanan yang dilakukan oleh unit

layanan. Fakta menunjukkan bahwa dibandingkan dengan indikator lain,

pencegahan korupsi di instansi pusat memiliki nilai yang paling buruk.

Nilai 3,12 masih jauh dari standar minimal integritas minimal yang

ditetapkan KPK yang sebesar 6. Kondisi tersebut ditunjukkan masih

sangat lemahnya upaya antikorupsi (3) dan pelayanan pengaduan

masyarakat (3) dari unit layanan yang didatangi oleh pengguna layanan.

c. Integritas Tingkat Pemerintah Provinsi. Integritas Sektor Publik

Tingkat Provinsi merupakan satu dari tiga unsur penyusun integritas

tingkat nasional. Integritas Sektor Publik Tingkat Provinsi disusun

berdasarkan variabel Pengalaman Integritas dan Potensi Integritas yang

keduanya diperoleh dari indikator dan sub-indikator pada unit layanan-

unit layanan publik yang disurvei di tingkat provinsi. Survei Integritas

tingkat Pemerintah Provinsi dilakukan terhadap 39 unit layanan di 10

pemerintah provinsi, dengan masing-masing pemerintah provinsi diwakili

oleh 4 unit layanan. Empat unit layanan yang disurvei meliputi (1) izin

trayek angkutan antarkota dalam provinsi pada Dinas Perhubungan, (2)

izin pendirian koperasi/UKM pada Dinas Perindagkop, (3) layanan rumah

sakit minimal kelas B RSUD Provinsi pada Dinas Kesehatan, dan (4)

pengadaan barang dan jasa pada Lintas Instansi.

Nilai rata-rata Integritas Sektor Publik Tingkat Provinsi Tahun 2009 adalah

6,18. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari batas minimal nilai integritas 6

yang ditetapkan KPK. Besaran tersebut juga menginformasikan bahwa di

tingkat provinsi, tindakan gratifikasi relatif sudah menurun namun

beberapa variabel potensi integritas, terutama untuk indikator sistem

administrasi dan pencegahan korupsi, masih terlihat lemah. Gambaran

secara menyeluruh mengenai nilai masing-masing indikator dan sub-

indikator untuk tingkat provinsi dijelaskan dalam tabel berikut:

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4747

Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 18 Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 5

Pengalaman Korupsi (0,800)= 6,34

Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 6 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman Integritas

(0,750)=6,35 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0 200)= 6 37 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,46

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7 Kepraktisan SOP (0,258)= 5

Keterbukaan informasi (0,637)= 5 Sistem Administrasi (0,394)= 5,14

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 7 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156) = 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Antikorupsi (0,800)= 2

Integritas Total

(1,00): 6,18

Potensi Integritas

(0,250)= 5,66

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,51 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Berbeda dengan unit layanan di tingkat pusat, nilai total integritas

terhadap 10 pemerintah provinsi dan 39 unit layanan dengan status unit

layanan yang cenderung seragam memiliki rentang nilai yang cukup lebar,

yaitu berkisar antara 7,15 sampai 4,75 pada pemprov dan 7,42 sampai

3,72 pada unit layanan. Rentang yang cukup lebar menunjukkan bahwa

pelayanan publik pada masing-masing provinsi memiliki standar yang

berbeda dan sangat bervariasi, sehingga pada saat standar minimal

integritas ditetapkan oleh KPK, perbedaan dan variasi tersebut terlihat dari

rentang yang lebar tersebut. Tabel berikut menjelaskan mengenai nilai

dan peringkat integritas sektor publik pada pemerintah provinsi dan unit

layanannya.

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4848

Perbandingan nilai integritas unit layanan tingkat provinsi dengan nilai

rata-rata integritas provinsi menunjukkan terdapat 3 pemerintah provinsi

yang unit layanan sampelnya seluruhnya memiliki nilai integritas di atas

rata-rata pusat (6,18), dan 7 pemerintah provinsi yang sebagian unit

layanannya nilai integritasnya di atas rata-rata dan sebagian di bawah

rata-rata. Kondisi baiknya adalah tidak terdapat pemerintah provinsi yang

memiliki unit layanan yang seluruhnya berada di bawah rata-rata.

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 4949

Pengalaman Integritas Tingkat Provinsi. Pengalaman Integritas

Tingkat Provinsi disusun dari indikator Pengalaman Korupsi dengan bobot

0,800 dan Cara Pandang Korupsi dengan bobot 0,200. Dengan nilai 6,18,

unit layanan dan instansi tingkat provinsi masih harus terus melakukan

perbaikan dan peningkatan kualitas layanan sehingga diharapkan nilai

integritas akan meningkat di tahun berikutnya.

Variabel Indikator Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 5 Pengalaman Korupsi (0,800)=

6,34 Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 6 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman

Integritas (0,750)=

6,35 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,200)= 6,37 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Dari 10 pemerintah provinsi, terdapat 3 pemerintah provinsi dengan nilai

pengalaman integritas tertinggi, yaitu Kalimantan Selatan (7,56), Jawa

Timur (7,46), dan Kalimantan Timur (7,10). Sementara 3 pemerintah

provinsi dengan nilai pengalaman integritas terendah adalah Sulawesi

Selatan (4,55), Sulawesi Utara (4,66), dan DKI Jakarta (5,67).

Lebih detail lagi, 5 unit layanan di tingkat pemerintah provinsi dengan nilai

pengalaman integritas tertinggi adalah pengadaan barang dan jasa dan

pelayanan RSUD Kelas B di Jawa Timur (7,94), pelayanan RSUD Kelas B

dan izin trayek antarkota di Jawa Barat (7,83), serta izin pendirian

koperasi/UKM di Kalimantan Selatan (7,83). Sedangkan 5 unit layanan

dengan nilai pengalaman integritas terendah adalah pengadaan barang

dan jasa pada SKPD di Provinsi Sulawesi Utara (3,35), pengadaan barang

dan jasa pada SKPD di Provinsi Sulawesi Selatan (3,43), izin trayek

antarkota di Sulawesi Utara (3,37), izin trayek antarkota di Sulawesi

Selatan (3,48), dan izin pendirian koperasi dan UKM di Sulawesi Selatan

(3,88). Terlihat bahwa Jawa Timur dan Jawa Barat mendominasi unit

layanan dengan nilai pengalaman integritas tertinggi, sementara Sulawesi

Utara dan Sulawesi Selatan mendominasi nilai pengalaman integritas

terendah.

Nilai rata-rata pengalaman korupsi tingkat provinsi adalah 6,34. Nilai

tersebut walaupun sudah masuk dalam standar integritas minimal KPK,

namun pada faktanya tindakan pemberian gratifikasi pada unit layanan

masih dijumpai. Pemberian umumnya dalam bentuk uang, dan sedikit

sekali yang memberikannya dalam bentuk barang maupun voucher.

Bagaimana masyarakat memandang korupsi di lembaga layanan publik di

tingkat provinsi? Bagaimana masyarakat mengartikan biaya-biaya atau

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5050

imbalan yang mereka keluarkan, apakah tergolong korupsi atau tidak?

Apa tujuan mereka membayar biaya tambahan tersebut, dan seberapa

jauh tingkat toleransi masyarakat terhadap biaya-biaya tambahan yang

harus mereka keluarkan? Walaupun nilai cara pandang terhadap korupsi

tingkat provinsi secara rata-rata telah memenuhi standar minimal

integritas (6,37), namun secara umum masih bisa dinyatakan bahwa

masyarakat memiliki toleransi yang cukup tinggi dalam memandang

korupsi di lembaga layanan publik.

Potensi Integritas Tingkat Pemerintah Provinsi. Indikator Potensi

Integritas adalah Lingkungan Kerja dengan bobot 0,357, Sistem

Administrasi dengan bobot 0,394, Perilaku Individu dengan bobot 0,156

dan Pencegahan Korupsi dengan bobot 0,094, seperti yang ditunjukkan

pada tabel berikut:

Variabel Indikator Sub-Indikator

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357) = 6,46

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 7

Kepraktisan SOP (0,258)= 5

Keterbukaan informasi (0,637)= 5 Sistem Administrasi (0,394)= 5,14

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 4 Keadilan dalam layanan (0,281)= 7 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu (0,156)

= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Antikorupsi (0,800)= 2

Potensi Integritas (0,250)=

5,66

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,51 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Nilai rata-rata potensi integritas dari 10 Provinsi dan 39 unit layanan di

tingkat provinsi adalah 5,66. Nilai tersebut berada di bawah standar

minimal KPK dan indikator potensi integritas, terutama sistem administrasi

dan pencegahan korupsi, yang nilainya masih sangat rendah (5,14 dan

2,51). Namun demikian, indikator perilaku individu terlihat cukup baik

berada di atas standar minimal KPK.

Dari 10 pemerintah provinsi yang dijadikan sampel, 3 provinsi dengan nilai

potensi integritas tertinggi adalah Pemerintah Provinsi Bali (6,08), Jawa

Barat (5,97), dan Jawa Timur (5,94). Sedangkan 3 pemerintah provinsi

dengan nilai potensi integritas terendah adalah Pemerintah provinsi

Sulawesi Utara (5,23), Sulawesi Selatan (5,34), dan Kalimantan Selatan

(5,51).

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5151

Dari 10 provinsi, terdapat 5 unit layanan dengan potensi integritas

tertinggi dan terendah. Lima unit layanan tertinggi adalah pengadaan

barang dan jasa pada SKPD di Bali (6,64), pelayanan RSUD Kelas B di

Sulawesi Selatan (6,29), izin trayek antarkota di Lampung (6,17),

pengadaan barang dan jasa pada SKPD di Jawa Barat (6,11), dan izin

pendirian koperasi/UKM di Jawa Barat (6,07). Sedangkan 5 terendah

adalah izin trayek antarkota di Sulawesi Selatan (4,43), izin trayek

antarkota di Sulawesi Utara (4,56), izin pendirian koperasi/UKM di

Sulawesi Selatan (5,10), izin trayek antarkota di Kalimantan Selatan

(5,14), dan izin trayek antarkota di Sulawesi Utara (5,15).

Nilai indikator lingkungan kerja pada pelayanan publik tingkat provinsi

sangat dipengaruhi oleh kebiasaan pemberian gratifikasi, ada tidaknya

keterlibatan calo dalam proses pelayanan, ada tidaknya pertemuan di luar

prosedur, kelengkapan fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan, serta

kondisi/suasana di sekitar pelayanan. Dengan nilai lingkungan kerja 6,46,

keterlibatan calo pada unit layanan di tingkat provinsi sudah tidak terlalu

signifikan, hanya kebiasaan pemberian gratifikasi dan fasilitas di sekitar

lingkungan pelayanan yang masih memerlukan perbaikan.

Sistem administrasi yang baik diukur dari keterbukaan informasi dan

kemudahan layanan atau kepraktisan SOP serta pemanfaatan teknologi

informasi. Hasil survei menunjukkan bahwa nilai sistem administrasi tidak

mampu mencapai standar integritas minimum yang ditetapkan KPK. Nilai

5,14 menunjukkan bahwa sub-indikator kepraktisan SOP, keterbukaan

informasi dan terutama pemanfaatan teknologi informasi masih harus

mendapatkan perhatian dan perbaikan yang serius.

Perilaku individu diukur dari 3 hal penting, yaitu keadilan perlakuan

petugas layanan terhadap pengguna layanan, ada-tidaknya harapan

petugas terhadap gratifikasi, serta perilaku pengguna layanan sendiri pada

saat mengurus dan mendapatkan layanan. Nilai perilaku individu 7,02

didukung oleh nilai sub-indikator ekspektasi petugas terhadap gratifikasi

(7) dan perilaku pengguna layanan (7) dan keadilan petugas terhadap

pengguna layanan masih terlihat baik (7).

Tingkat upaya kampanye antikorupsi dan mekanisme pengaduan

pengguna layanan yang dilakukan oleh unit layanan merupakan sub-

indikator penting dalam menilai pencegahan korupsi di pemerintah

provinsi. Dibandingkan dengan indikator lain, pencegahan korupsi di

pemerintah provinsi memiliki nilai yang paling buruk. Nilai 2,51 masih

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5252

jauh dari standar minimal integritas minimal yang ditetapkan KPK yang

sebesar 6. Kondisi tersebut ditunjukkan masih sangat lemahnya upaya

antikorupsi (2) dan pelayanan pengaduan masyarakat (3) dari unit

layanan yang didatangi oleh pengguna layanan.

d. Integritas Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota. Integritas

Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan bagian dari unsur penyusun IIN.

Seperti halnya yang lain, integritas pemerintah kabupaten/kota disusun

dari variabel pengalaman integritas dan potensi integritas, yang keduanya

disusun dari indikator dan sub-indikator. Survei tingkat kabupaten/kota

dilakukan terhadap 49 pemerintah kabupaten/kota yang masing-masing

diwakili oleh 4 unit layanan, sehingga jumlah total unit layanan yang

disurvei adalah 196 unit layanan. Empat unit layanan tersebut adalah: (1)

bantuan pembangunan/renovasi/perbaikan fisik sekolah dengan APBD II;

(2) akta kelahiran; (3) pelayanan kesehatan dasar di puskesmas atau

RSUD Kelas C; (4) pengadaan barang dan jasa pada SKPD (lintas

instansi).

Nilai rata-rata integritas sektor publik tingkat kabupaten/kota tahun 2009

adalah 6,46. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari batas minimal yang

ditetapkan KPK sebesar 6,0; dan mengindikasikan bahwa walaupun

gratifikasi sudah menurun, tetapi beberapa indikator dan sub-indikator

potensi integritas masih harus dilakukan penguatan, sebagaimana terlihat

pada tabel berikut:

Integritas Total 2 Variabel 6 Indikator 18 Sub-Indikator

Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/Besaran gratifikasi (0,140)= 6

Pengalaman Korupsi (0,800)= 6,68

Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman Integritas

(0,750)=6,68 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,200)= 6,66 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 6 Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,43

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 3 Keadilan dalam layanan (0,281)= 7 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat Upaya Anti Korupsi (0,800)= 2

Integritas Total

(1,00): 6,46

Potensi Integritas

(0,250)= 5,82

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,64 Mekanisme Pengaduan Masyarakat (0,200)= 3

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5353

Nilai integritas pemkab/pemkot berada pada kisaran 7,48 sampai 4,92,

sedangkan unit layanannya berada pada kisaran 7,79 sampai 2,83. Nilai

integritas pada pemkab/pemkot dan unit layanannya memiliki rentang

nilai yang cukup lebar. Tidak berbeda dengan nilai di tingkat provinsi,

rentang yang lebar tersebut mengindikasikan adanya standar pelayanan

publik yang tidak seragam antara pemerintah daerah satu dengan lainnya

sebagai salah satu dampak dari otonomi daerah yang dilaksanakan.

Sehingga pada saat standar integritas minimal ditetapkan, terjadi rentang

nilai yang cukup lebar. Tabel berikut menjelaskan mengenai nilai dan

peringkat integritas sektor publik tingkat kabupaten/kota beserta unit

layanannya.

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5454

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5555

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5656

Perbandingan antara nilai integritas rata-rata tingkat pemkab/pemkot dan

nilai integritas unit layanan tingkat kabupaten kota menunjukkan bahwa 6

pemkab/pemkot nilai integritasnya keseluruhan berada di atas rata-rata,

42 pemkab/pemkot sebagian nilai integritas unit layanannya di atas rata-

rata dan sebagian lagi di bawah, serta 1 pemkab yang seluruh nilai

integritasnya berada di bawah rata-rata kabupaten/kota, seperti

ditunjukkan pada tabel berikut:

Pengalaman Integritas Tingkat Kabupaten/Kota. Nilai pengalaman

integritas kabupaten/kota adalah 6,68. Nilai tersebut sudah memenuhi

standar integritas minimal yang ditetapkan oleh KPK. Namun, perbaikan-

perbaikan masih banyak yang perlu dilakukan oleh pemerintah

kabupaten/kota, terutama terkait dengan arti dan nilai gratifikasi.

Variabel Indikator Sub-Indikator

Frekuensi pemberian gratifikasi (0,333)= 7 Jumlah/besaran gratifikasi (0,140)= 6 Pengalaman Korupsi (0,800)=

6,68 Waktu pemberian gratifikasi (0,528) = 7 Arti pemberian gratifikasi (0,167)= 5

Pengalaman

Integritas (0,750)=

6,68 Cara Pandang Terhadap Korupsi (0,200)= 6,66 Tujuan pemberian gratifikasi (0,833) = 7

Dari 49 pemerintah kabupaten/kota, terdapat 10 pemkab/pemkot dengan

nilai pengalaman integritas tertinggi, yaitu Pemerintah Kota Denpasar

(7,81), Kota Balikpapan (7,76), Kab. Tanah Bumbu (7,68), Kab. Badung

(7,50), Kota Banjarmasin (7,49), Kota Medan (7,48), Kab. Kediri (7,44),

Kab. Gianyar (7,35), Kota Malang (7,26), dan Kab. Sampang (7,13).

Sedangkan 10 pemkab/pemkot dengan nilai pengalaman integritas

terendah adalah Pemerintah Kota Jakarta Selatan (4,79), Kab. Kuningan

(5,10), Kota Bandar Lampung (5,64), Kota Samarinda (5,79), Kab. Maros

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5757

(5,79), Kota Makassar (5,93), Kota Manado (5,98), Kab. Gowa (6,02),

Kab. Deli Serdang (6,02), dan Kota Bekasi (6,13).

Nilai pengalaman integritas tertinggi pada unit layanan di tingkat

kabupaten/kota adalah 7,97. Nilai tersebut diraih oleh 13 unit layanan

yang tersebar di kabupaten/kota, yaitu layanan bantuan pembangunan/

renovasi/perbaikan fisik sekolah dengan APBD II di Kab. Sukabumi, Kab.

Majalengka, Kota Denpasar, Kab. Tanah Bumbu, Kab. Lampung Selatan,

Kota Jakarta Pusat, Kota Malang, Kab Bojonegoro, Kab. Kota Baru, Kab.

Gresik, dan Kab. Tapanuli; serta pelayanan kesehatan dasar puskesmas

atau RSUD Kelas C di Kab. Lampung Selatan dan Lampung Tengah.

Sedangkan 10 unit layanan tingkat kabupaten kota dengan pengalaman

integritas terendah adalah: akta kelahiran di Kota Jakarta Selatan (2,44),

pengadaan barang dan jasa pada SKPD di Kab. Lampung Tengah (2,68),

pengadaan barang dan jasa pada SKPD di Kab. Kutai Kartanegara (2,87),

pengadaan barang dan jasa pada SKPD di Kota Samarinda (2,98),

pengadaan barang dan jasa pada SKPD di Kab. Maros (3,38), pengadaan

barang dan jasa pada SKPD di Kab. Lampung Selatan (3,50), pengadaan

barang dan jasa pada SKPD di Kab. Kuningan (3,58), pengadaan barang

dan jasa pada SKPD di Kota Bandar Lampung (3,59), akta kelahiran di

Kota Bandar Lampung (3,62), dan pengadaan barang dan jasa pada SKPD

di Kab. Cianjur (3,66). Terlihat bahwa nilai pengalaman integritas tertinggi

sebagian besar diraih oleh layanan bantuan pembangunan/renovasi/

perbaikan fisik sekolah dengan APBD II, sedangkan nilai integritas

terendah didominasi oleh pelayanan pengadaan barang dan jasa pada

SKPD di tingkat kabupaten/kota.

Pengalaman korupsi pada tingkat kabupaten/kota bernilai 6,68. Data

tersebut didukung oleh nilai frekuensi dan waktu pemberian gratifikasi

yang sudah mencapai 7 dan nilai jumlah/besaran gratifikasi yang masih 6.

Cara pandang masyarakat pengguna layanan terhadap korupsi

mendapatkan penilaian 6,66 dan sudah mencapai standar integritas

minimal yang ditetapkan oleh KPK. Tujuan pemberian gratifikasi sudah

cukup dipahami masyarakat, namun mengenai arti gratifikasi, masyarakat

masih harus banyak mendapatkan sosialisasi, terbukti dengan nilai sub-

indikator yang masih 5.

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5858

Potensi Integritas Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota. Potensi

Integritas disusun oleh indikator lingkungan kerja, sistem administrasi,

perilaku individu dan pencegahan korupsi, dengan masing-masing 2-5 sub

-indikator yang menyertai. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Variabel Indikator Sub-Indikator

Kebiasaan pemberian gratifikasi (0,502) = 6 Kebutuhan pertemuan di luar prosedur (0,058) = 8 Keterlibatan calo (0,222) =7 Fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan (0,107) = 6

Lingkungan Kerja (0,357)= 6,54

Suasana/kondisi di sekitar pelayanan (0,112) = 6

Kepraktisan SOP (0,258)= 6

Keterbukaan informasi (0,637)= 6 Sistem Administrasi (0,394)= 5,43

Pemanfaatan teknologi informasi (0,105) = 3 Keadilan dalam layanan (0,281)= 7 Ekspektasi petugas terhadap gratifikasi (0,584)= 7 Perilaku Individu

(0,156)= 7,02 Perilaku pengguna layanan (0,135) = 7 Tingkat upaya antikorupsi (0,800)= 2

Potensi Integritas (0,250)=

5,82

Pencegahan Korupsi (0,094)= 2,64 Mekanisme pengaduan masyarakat (0,200)= 3

Nilai rata-rata potensi integritas dari 49 pemerintah kabupaten/kota

adalah 5,82. Nilai tersebut masih berada di bawah standar integritas

minimal yang ditetapkan oleh KPK. Nilai indikator yang berkontribusi besar

dalam turunnya nilai potensi integritas adalah sistem administrasi (5,43)

dan pencegahan korupsi (2,64). Namun demikian, nilai indikator

lingkungan kerja juga dianggap belum aman mengingat masih 6,54.

Dari 49 pemerintah kabupaten/kota sampel, 10 pemkab/pemkot dengan

nilai potensi integritas tertinggi adalah Pemerintah Kota Denpasar (6,48),

Kab. Tanah Bumbu (6,38), Kota Bontang (6,37), Kab. Majalengka (6,35),

Kota Balikpapan (6,26), Kab. Pangkajene Kepulauan (6,25), Kab.

Sukabumi (6,23), Kab Kediri (6,21), Kota Jakarta Barat (6,21), dan Kota

Medan (6,16). Sedangkan 10 pemkab/pemkot dengan nilai potensi

integritas terendah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan (5,00), Kota

Samarinda (5,23), Kab. Tapanuli Selatan (5,25), Kab. Garut (5,26), Kab.

Langkat (5,30), Kab. Deli Serdang (5,32), Kota Jakarta Selatan (5,32),

Kab. Gowa (5,40), Kab. Maros (5,44), dan Kota Bandar Lampung (5,44).

Indikator lingkungan kerja dinilai 6,54 oleh masyarakat pengguna layanan

di lingkungan pemkab/pemkot. Nilai tersebut walaupun telah memenuhi

standar integritas minimal, namun sebaiknya unit layanan tetap berusaha

meningkatkan nilai tersebut, terutama untuk sub-indikator kebiasaan

pemberian gratifikasi, fasilitas di sekitar lingkungan pelayanan, dan

suasana/kondisi di sekitar lingkungan pelayanan yang masih bernilai 6.

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 5959

Nilai 5,43 yang dicapai oleh indikator sistem administrasi menunjukkan

kondisi yang kurang baik. Rendahnya pemanfaatan teknologi informasi

dalam kegiatan pelayanan menurunkan nilai indikator sistem administrasi

secara signifikan. Namun demikian, kepraktisan SOP dan keterbukaan

informasi masih juga mendapat nilai standar (6).

Perilaku individu mendapatkan nilai yang relatif baik (7,02) dari pengguna

layanan di tingkat kabupaten/kota. Nilai tersebut didukung oleh baiknya

nilai ke-3 sub-indikator penyusunnya, yaitu keadilan dalam layanan,

ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, dan perilaku pengguna layanan

yang mencapai 7.

Indikator yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah pencegahan

korupsi. Dengan nilai 2,64, tingkat upaya antikorupsi dan pengaduan

masyarakat belum secara nyata dilakukan di unit-unit layanan di tingkat

kabupaten/kota. Diperlukan upaya yang serius untuk memperbaiki dan

meningkatkan nilai indikator pencegahan korupsi ini.

Upaya menaikkan nilai potensi integritas menunjukkan keseriusan unit

layanan dan instansi di sektor layanan publik dalam memerangi korupsi

secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin

intensif usaha-usaha dilakukan untuk meningkatkan potensi integritas,

maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di

unit layanan dan instansi yang bersangkutan.

KPK dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong

upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui perbaikan layanan publik, di

antaranya melalui: naming and shaming dalam penilaian skor integritas,

hal ini mendorong unit layanan dan instansi dengan nilai integritas rendah

terpacu untuk melakukan perbaikan melalui action plan untuk

memperbaiki indikator yang dinilai buruk, sehingga pada saat penilaian

tahun selanjutnya terjadi perbaikan; memberikan laporan khusus untuk

tiap instansi yang disurvei terkait hasil integritas sektor publik di unit

layanan mereka, sehingga instansi yang bersangkutan memiliki data yang

cukup untuk melakukan perbaikan/peningkatan kualitas unit layanan

mereka; melakukan tindak lanjut dari instansi/unit layanan dengan nilai

rendah (15 terendah) melalui permintaan action plan, observasi, dan

penilaian terhadap hasil action plan.

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 60

BBBaaabbb VVV CCCaaapppaaaiiiaaannn KKKiiinnneeerrrjjjaaa pppaaadddaaa PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff IIInnnttteeerrrnnnaaalll

apaian kinerja Perspektif Internal Business Process adalah

sebesar 140,3%, yang berasal dari Objectives (Sasaran)

sebagai berikut:

a. Koordinasi dan Supervisi Penindakan: 158,5%;

b. Penindakan yang Kuat dan Proaktif: 96,1%;

c. Efektivitas Pelacakan Aset: 121,5%;

d. Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dari Gratifikasi: 115,2%;

e. Penyelamatan Kerugian/Kekayaan Negara: >200,0%;

f. Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan Gratifikasi:

>200,0%;

g. Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN: 141,3%;

h. Terbangunnya Pemahaman Masyarakat terhadap Anti Korupsi: 100,0%;

i. Percepatan Reformasi Sektor Publik: 100,0%;

j. Meningkatnya Efektivitas Fungsi Aparat Pengawasan: >200,0%;

k. Dukungan Informasi dan Data yang Efektif: 130,8%;

l. Kerjasama Antar Lembaga: 120,7% .

Penjelasan masing-masing Objectives dan KPI adalah sebagai

berikut:

C

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 61

Koordinasi dan Supervisi Penindakan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Koordinasi dan Supervisi Penindakan terdiri atas 2 indikator

kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Peningkatan Jumlah Perkara yang Disupervisi KPK Diselesaikan Polri/Kejagung 100% 633,21% >200,0%

2 % Peningkatan Jumlah SPDP 100% 116,99% 117,0%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI % Peningkatan Jumlah Perkara yang Disupervisi KPK

Diselesaikan Polri/Kejagung diukur dari dua komponen: (a) Penyelesaian

perkara oleh Polri yaitu sejak penerbitan SPDP kepada Kejaksaan sampai

dengan perkara tersebut dinyatakan P-21 oleh Kejaksaan; dan (b)

Penyelesaian perkara oleh Kejaksaan yaitu sejak diterbitkannya SPDP oleh

Jaksa Penyidik kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) sampai dengan perkara

tersebut dilimpahkan ke Pengadilan oleh JPU. Formula yang digunakan adalah

% peningkatan jumlah perkara yang disupervisi KPK dibandingkan dengan

jumlah perkara yang disupervisi KPK tahun sebelumnya.

Realisasi 2009 per triwulan (Quarterly, disingkat Q) adalah sebagai

berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 833,33% 100,00%

2009/Q2 500,00% 100,00%

2009/Q3 787,04% 100,00%

2009/Q4 633,21% 100,00%

Capaian kinerja Q1/2009 adalah 833,33% yang berasal dari realisasi

Q1/2009 yaitu 20 kegiatan supervisi dibandingkan realisasi Q1/2008 yaitu 2

kegiatan supervisi, dengan rincian per bulan:

a. Januari: 0 kegiatan; karena masih tahap persiapan, baru dibentuk embrio

Unit Korsup;

b. Februari: 6 kegiatan, yaitu 4 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik,

dan 2 Gelar Perkara;

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 62

c. Maret: 14 kegiatan, yaitu 8 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik, 5

Analisis, dan 1 Pelimpahan Perkara.

Capaian kinerja Q2/2009 adalah 166,67% yang berasal dari realisasi

Q2/2009 yaitu 90 kegiatan supervisi dibandingkan realisasi Q2/2008 yaitu 54

kegiatan supervisi, dengan rincian per bulan:

a. April: 12 kegiatan; yaitu 11 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik,

dan 1 Analisis;

b. Mei: 39 kegiatan, yaitu 16 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik, 20

Gelar Perkara, dan 3 Analisis;

c. Juni: 39 kegiatan, yaitu 15 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik, 20

Gelar Perkara, dan 4 Analisis.

Capaian kinerja Q3/2009 adalah 1.361,11% yang berasal dari

realisasi Q3/2009 yaitu 49 kegiatan supervisi dibandingkan realisasi Q3/2008

yaitu 4 kegiatan supervisi, dengan rincian per bulan:

a. Juli: 21 kegiatan; yaitu 21 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-Dik;

b. Agustus: 18 kegiatan, yaitu 17 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-

Dik, dan 1 Analisis;

c. September: 10 kegiatan, yaitu 7 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-

Dik, 1 Analisis, dan 2 Pelimpahan Perkara.

Capaian kinerja Q4/2009 adalah 171,72% yang berasal dari realisasi

Q4/2009 yaitu 68 kegiatan supervisi dibandingkan realisasi Q4/2008 yaitu 40

kegiatan supervisi, dengan rincian per bulan:

a. Oktober: 24 kegiatan; yaitu 23 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-

Dik, dan 1 Gelar Perkara;

b. November: 23 kegiatan, yaitu 7 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-

Dik, 12 Gelar Perkara, dan 4 Pelimpahan Perkaras;

c. Desember: 21 kegiatan, yaitu 17 Penerimaan Jawaban Permintaan Bang-

Dik, dan 3 Gelar Perkara dan 1 Analisis.

Jika direkap, maka pelaksanaan kegiatan koordinasi dan supervisi

selama tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 63

Adapun realisasi kegiatan koordinasi dan supervisi selengkapnya per

bulan adalah sebagai berikut:

Februari

Gelar Perkara:

1. TPK pencairan Dana Hibah tidak sesuai ketentuan kepada Perusda Kab.

Jembrana untuk dana pengolahan sampah organik (Polda Bali);

2. TPK pengadaan lahan seluas 20.349 m2 untuk lokasi pembangunan gardu

induk 150 KV Kuta dan SUTT Kuta Incomer sebagai penunjang

pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk PLN (Polda Bali);

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. Perkara TPK penyalahgunaan pemberian lahan HGU dari PT. London

Sumatera (PT. Lonsum) kepada Pemkab Asahan, dan selanjutnya Pemkab

Asahan memberikan HGU tersebut kepada pihak ketiga (Kejati Sumut);

2. Perkara TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Bombana TA. 2005 s.d

2007 atas nama Atikurrahman/Bupati Bombana (Kejati Sulawesi

Tenggara);

3. Perkara TPK menyalahgunakan kewenangan dengan cara melakukan

pengeluaran uang dari kas daerah untuk kepentingan pribadi atas nama

tersangka Monang Sitorus/Bupati Toba Samosir (Polda Sumut);

4. Perkara TPK pada proyek penataan obyek wisata Pentadio Resort tahun

2003 (Polda Gorontalo);

Bulan Jawaban Permintaan

Bangdik Gelar Perkara Analisis Pelimpahan Total

Jan - - - - 0

Feb `4 2 - - 6

Maret 8 - 5 1 14

April 11 - 1 - 12

Mei 16 20 3 - 39

Juni 15 10 4 - 29

Juli 21 - - - 21

Agustus 17 - 1 - 18

September 7 - 1 2 10

Oktober 23 1 - - 24

November 7 12 - 4 23

Desember 17 3 1 - 21

Jumlah 146 58 16 7 227

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 64

Maret

Analisis:

1. TPK penyalahgunaan wewenang dengan menempatkan dana APBD Kab

Lampung Timur di BPR Tripanca Setiadana (Polda Lampung);

2. TPK Penyalahgunaan Dana Tak tersangka (DTT) Prop Maluku Utara TA

2004 sebesar Rp 35 Milyar (Kejati Malut);

3. TPK pengadaan mesin pembangkit listrik (Genset) di Kab. Rokan Hulu TA.

2007 Prop Riau (Polda Riau);

4. TPK penyalahgunaan dana APBD Kota Semarang TA.2003 untuk bantuan

asuransi jiwa bagi 45 anggota DPRD Kota Semarang periode 1999-2004

(Polda Jateng);

5. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab Bombana TA. 2005 sd. 2007 (Kejati

Sultra);

Pelimpahan Penanganan Perkara:

1. TPK penyalahgunaan dana Bansos Kab Kutai Kartanegara TA 2006;

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. Perkara TPK penyalahgunaan dana otonomi khusus TA 2004 di Pemkab.

Teluk Wondama (Polda Papua);

2. Perkara TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Kediri TA. 2004 pada

kegiatan pembangunan monumen Simpang Lima Gumul Kab. Kediri (Polda

Jatim);

3. Perkara TPK pengadaan buku teks wajib SD, SMP, SMA Kab. Sleman

(Polda DIY);

4. Konfirmasi terhadap pengaduan masyarakat tentang TPK proyek sarana

dan prasarana air bersih PDAM Jayapura TA. 2000 (Kejati Papua);

5. Permintaan perkembangan penyidikan TPK penyalahgunaan APBD Kota

Semarang TA. 2003 (Polda Jateng);

6. Permintaan perkembangan penyidikan TPK di lingkungan DPRD Prov.

Gorontalo (Kejati Gorontalo);

7. Permintaan perkembangan penyidikan TPK dana APBD Prov. Gorontalo TA.

2001 (Kejati Gorontalo);

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 65

8. Perkara TPK penyalahgunaan dana kesejahteraan dewan, dana perjalanan

dinas anggota DPRD Kab. Jayawijaya periode tahun 1999 – 2004 (Polda

Papua).

April

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK pada proses pembebasan tanah untuk pembangunan lapangan

terbang di Kab Banyuwangi (Kejati Jatim);

2. TPK dalam pengadaan dan pemasangan mesin pembangkit listrik (Genset)

di Kab. Rokan Hulu tahun 2006 (Polda Riau);

3. TPK pemberian sejumlah uang kepada Ketua DPRD Kota Ternate periode

2004-2009 (Kejati Malut);

4. TPK dana APBD Kab. Tana Toraja TA.2003/2004 (Kejati Sulsel);

5. TPK pada kegiatan pengadaan buku pelajaran SD dan SMP oleh Dinas

Pendidikan Pemerintah Kota Bengkulu TA. 2004 (Kejati Bengkulu);

6. TPK dalam proyek pembangunan jalan dan jembatan dengan sumber dana

APBD Kab. Pasir TA. 2006 (Kejati Kaltim);

7. TPK penyalahgunaan dana kas daerah Kab. Pasuruan tahun 2001 sd. 2008

(Kejati Jatim);

8. TPK penyimpangan dana APBD Kab. Donggala TA. 2006 (Kejati Sulteng);

9. TPK kegiatan pengadaan tanah tempat pembuangan akhir sampah Kec.

Meliau Kab. Sanggau tahun 2007 dan kegiatan pengadaan obat untuk

meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah di Dinas Kesehatan Kab.

Sanggau Tahun 2006 (Kejati Kalbar);

10. TPK penyimpangan dana bantuan korban konflik Maluku bagian dana

069(belanja lain-lain) yang berasal dari Pemerintah Pusat kepada Provinsi

Maluku (Kejati Maluku);

11. TPK berupa penyimpangan/mark-up dalam pengadaan tanah seluas

7,0205 Ha. Di Desa Nyitdah Kab. Tabanan tahun 2003 untuk

pengembangan relokasi Badan Rumah Sakit Umum Kab. Tabanan. (Kejati

Bali).

Analisis:

1. Analisis terhadap TPK dana Wukirwati di Kab. Sragen Tahun 2003 – 2007.

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 66

Mei

Gelar Perkara:

I. Kejaksaan

a. Kejati NAD

1. TPK dalam penggunaan/pengelolaan dana bantuan DAK dan Block

Grant pada Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kab Bireuen.

Taksiran kerugian negara Rp. 1,35 M; Tsk. MUSTAFA AMIN SPd

selaku Kabag Tata Usaha Disnaker, Dkk;

2. TPK pengadaan obat-obatan Puskesmas dan RSU Meuraxa Banda

Aceh pada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh TA. 2006 Tsk.

MarzukI SKM MKes, dkk;

3. TPK yaitu dugaan penyimpangan/ penyelewengan pembayaran

ganti rugi tanah di Desa Tanoh Manyang Kec. Teunom Kab. Aceh

Jaya dalam pengadaan tanah untuk pertapakan rumah korban

gempa bumi dan Tsunami yang dananya bersumber dari APBD

Prov. NAD;

b. Kejati Sumatera Utara

4. TPK dlm pelepasan hak atas tanah Eks HGU PT. BSP kpd PT. Graha

Asahan Indah pada tahun 2001 dng Tsk. Sahat Hamonangan dan

Drs.H. Risuddin selaku Bupati Kab. Asahan;

5. TPK dlm penyalahgunaan fasilitas kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk

yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 200 Milyar dng

TSK Saifuddin Hasan, Rachmat W;iriaatmadja, Suryo Sutanto dkk;

6. TPK pada PTPN III Medan Dalam penggunaan dana obligasi dan

pelaksanaan berbagai proyek TA.2003 dan TA 2004 yg diduga

dilakukan oleh Drs. Akmaluddin Hasibuan selaku Dirut PTPN III Dkk

c. Kejati Riau

7. TPK Penyelewengan dalam pemanfaatan hasil produksi hutan kayu

dengan mempergunakan dokumen illegal tahun 2001. Tsk Jufri

Zubir;

8. TPK Penyimpangan dalam proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi

dan Lahan Kab. Kampar TA. 2003-2004 dengan luas lahan 5600

Ha. Tsk. Mhd Syukur;

Page 76: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 67

d. Kejati Lampung

9. TPK penyimpangan pelaksanaan Proyek Pembebasan Lahan Jalan

Tanjung Karang sd. Kurungan Nyawa TA. 2004 oleh Dinas Bina

Marga Prop Lampung;

10. TPK proyek pembangunan jalan Sanggi-Bengkunat tahun 2006

pada satuan kerja non vertikal tertentu (SNVT) pembangunan jalan

dan jembatan Dit. Jen Bina Marga Departemen PU Prop Lampung;

II. Kepolisian

a. Polda NAD

11. TPK pada penggunaan dana bantuan penanggulangan bencana

alam Kabupaten Simeulue th 2003 sebesar Rp.42.000.000.000,-

(empat puluh dua milyar) yg disalurkan oleh Pemerintah Pusat Cq

Menteri Keuangan RI;

12. TPK Penyalahgunaan kewenangan dan atau pemotongan

penggunaan dana proyek Intruksi Bupati tahun 2002-2003 sumber

keuangan negara/APBD Kab. Aceh Timur diduga dilakukan Drs.

AZMAN USMANUDDIN, MM Dkk PNS / Mantan Bupati Aceh Timur;

13. TPK dana APBN TA 2006-2007 untuk prop Nanggroe Aceh

Darussalam pada proyek bantuan rehab rumah tahap I bagi korban

gempa tsunami di Kel Peunayong Kec Kuta Alam Banda Aceh.

Dugaan kerugian negara Rp 3.006.000.000,00 diduga dilakukan

oleh Juliar alias Akiun;

b. Polda Sumatera Utara

14. TPK di Perusahaan Daerah rumah Potong hewan di Medan dengan

cara mark up pembangunan rumah potong hewan lembu dan

perjanjian import lembu dengan Australia. Dugaan kerugian negara

Rp 1,6 Milyar diduga dilakukan oleh Zulkarnain Daulay, Rosmanita

dan Somok Solin;

15. TPK menyalahgunakan wewenang dengan cara melakukan

pengeluaran uang dari kas daerah untuk kepentingan

pribadi/membeli cek perjalanan BRI dengan perkiraan kerugian

negara Rp 3 Milyar diduga dilakukan Drs. Monang Sitorus, S.H.,

MBA selaku Bupati Kab. Toba Samosir;

16. TPK penyalahgunaan dana DAK APBD Kab. Tapanuli Tengah Prop

Sumatera Utara Th 2006 diduga dilakukan oleh Marangkup Lumban

Page 77: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 68

Tobing dan Eddy Silitonga;

c. Polda Riau

17. TPK dana APBD Kab. Rokan Hulu TA. 2007 pada kegiatan

pengadaan mesin pembangkit listrik (genset). Tsk Ramlan Zas

(Bupati Rokan Hulu);

18. TPK dalam pengadaan bibit ternak sapi bagi masyarakat miskin

untuk 11 Kota/Kab. se-propinsi Riau. Tsk Marzuki Husein;

d. Polda Lampung

19. TPK penyalahgunaan wewenang dengan melakukan penyimpanan

dana APBD tahun 2005 sd tahun 2007 Kab. Lampung Timur di PT.

BPR Tripanca Setiadana;

20. TPK penyalahgunaan wewenang dengan melakukan penyimpanan

dana APBD Kab. Lampung Tengah di BPR Tripanca sebesar Rp 28

Milyar.

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK dana APBD Kab. Tabalong TA. 2007 pada kegiatan pembangunan los

pasar ikan dan sayur di Pasar Tanjung (Kejati Kalsel);

2. TPK dana bantuan pasca gempa bumi di Kab. Klaten tahun 2006 (Kejati

Jateng);

3. TPK dana APBD Kab. Kudus TA. 2004 pada kegiatan renovasi rumah dinas

Bupati Kudus (Kejati Jateng);

4. TPK dalam proyek pembebasan lahan warga untuk pembangunan

bendungan/irigasi di Desa Separi Kec. Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara

(Kejati Kaltim);

5. TPK penyalahgunaan dana Bantuan Sosial Kab. Kutai Kartanegara (Kejati

Kaltim);

6. TPK penyalahgunaan dana alokasi khusus bidang pendidikan Kab.

Halmahera Barat (Kejati Malut).

7. TPK dana APBD Kota Ambon TA. 2003 pada kegiatan pengadaan tanah

seluas 5 Ha. untuk tempat pemakaman umum Gunung Nona (Kejati

Maluku);

8. TPK kegiatan pengadaan tanah tempat pembuangan akhir sampah Kec.

Meliau Kab. Sanggau tahun 2007 dan kegiatan pengadaan obat untuk

Page 78: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 69

meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah di Dinas Kesehatan Kab.

Sanggau tahun 2006 (Kejati Kalbar);

9. TPK penyalahgunaan dana di sekretariat DPRD Kab. Banggai Kepulauan

tahun 2006/2007 (Kejati Sulteng);

10. TPK penyalahgunaan dana BLT dan Raskin untuk Desa Rancayuh Kab.

Tangerang tahun 2005 sd. tahun 2008 (Kejati Banten);

11. TPK penyalahgunaan dana DIPA tahun 2007 pada beberapa proyek di

BPFK Medan (Kejati Sumut);

12. TPK pada proyek pembangunan di lingkungan Pemkab Kolaka Utara (Polda

Sultra);

13. TPK pada proyek pengembangan sarana PDAM Tirta Bukit Sulap Kota

Lubuk Linggau tahun 2006 sd. tahun 2008 (Polda Sumsel);

14. TPK penerimaan sejumlah uang pada tahun 2006, oleh MASYHUR MASIE

ABUNAWAS Walikota Kendari periode tahun 1997 sd. tahun 2007 (Kejati

Sultra);

15. TPK dalam pembebasan lahan warga yang terkena proyek pembangunan

bendungan/ irigasi di desa Separi Kec. Tenggarong Sebrang Kab. Kutai

Kartanegara (Kejati Kaltim);

16. TPK proyek peningkatan produksi pertanian TA. 2007 pada pengadaan

stek ubi kayu aldira di Kab. Manggarai Barat (Polda NTT).

Analisis:

1. TPK dlm pelepasan hak atas tanah Eks HGU PT. BSP kpd PT. Graha

Asahan Indah pada tahun 2001 dng Tsk. Sahat Hamonangan dan Drs.H.

Risuddin selaku Bupati Kab. Asahan;

2. TPK penyalahgunaan wewenang dengan melakukan penyimpanan dana

APBD tahun 2005 sd tahun 2007 Kab. Lampung Timur di PT. BPR Tripanca

Setiadana;

3. TPK penyalahgunaan wewenang dengan melakukan penyimpanan dana

APBD Kab. Lampung Tengah di BPR Tripanca sebesar Rp 28 Milyar.

Page 79: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 70

Juni

Gelar Perkara:

I. Kejaksaan

a. Kejati Jawa Tengah

1. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan anggaran bantuan untuk

bantuan organisasi profesi pada APBD Kota Semarang tahun 2004;

Tsk. SUKAWI SUTARIP (Walikota Semarang);

2. Penyidikan perkara TPK pada proyek Rahabilitasi Balaikota

Surakarta; Tsk. SlLAMET SURYANTO (Walikota Surakarta) dan Drs.

ANUNG INDRA SUSANTO,MM (Kabag Keuangan Pemerintah Kota

Surakarta);

b. Kejati Jawa Timur

3. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan dana kas daerah

Pasuruan, atas nama tersangka DADE ANGGA (Bupati Pasuruan);

4. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan keuangan pada pos

belanja sekretariat Pemkab. Blitar Tahun 2004 an. tersangka

SAMIRIN DARWOTO (mantan Ketua DPRD Kab Blitar periode

1999/2004);

c. Kejati Bali

5. Penyidikan perkara TPK di Kantor DPRD Kabupaten Gianyar. Tsk. I

WAYAN ARDHITA, dkk;

6. Penyidikan Perkara TPK dalam pembayaran honor TIM Pembina

Propinsi maupun kab/kota madya dari tahun 2000 s/d 2004; Tsk. I

DEWA GEDE ALIT (mantan direktur BPD Bali);

6. Penyidikan perkara TPK Penyimpangan dalam pelaksanaan DAK (

Dana Alokasi Khusus) pada Dinas Pendidikan Kabupaten

Karangasem TA 2007; Tsk. Drs. I Wayan Sudiasa;

d. Kejati NTB

7. Penyidikan Perkara TPK dalam Proyek Peningkatan Jembatan Brang

Penemung Ruas Taliwang - Tepas (50,00 M) APBD II TA

1998/1999; Tsk. MUHAMMAD HUSNI (Pimpro), dan SOEHERMIN S

(Kontraktor Pelaksana) (DPO);

Page 80: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 71

8. Penyidikan Perkara TPKpenyalahgunaan dana/mark up dalam

pengadaan kendaraan pemadam kebakaran kabupaten dompu

tahun 2004; Tsk. CHANDRADINATA;

9. Penyidikan Perkara TPK penyelewengan dana saldo kas pendapatan

pada PT. Merpati Nusantara Airlines Distrik Mataram sejak th 2004

s.d. 2007 sekitar Rp. 2,7 Milyar. Tsk. Azwari Haka (Manager

Accounting pada PT. Merpati Nusantara Airlines).

II. Kepolisian

a. Polda Jawa Tengah

1. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan dana APBD Kota

Semarang TA.2003 untuk bantuan asuransi jiwa bagi 45 anggota

DPRD Kota Semarang periode 1999-2004. Dugaan kerugian negara

Rp 1,7 Milyar. Tsk. SUKAWI SUTARIP;

2. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan dana APBD Kab Pati TA

2003. Tsk WIWIK BUDI SANTOSO (Mantan KA. DPRD Pati 1999-

2004);

b. Polda Jawa Timur

3. Penyidikan perkara TPK penerimaan sejumlah uang untuk

persetujuan APBD Kota Surabaya TA 2008 oleh DPRD Kota

Surabaya. Tsk SUKAMTO HADI (Sekkota Surabaya);

4. Penyidikan perkara TPK penyalahgunaan APBD Kab Kediri, pada

kegiatan pembangunan monumen simpang lima gumul (SLG) Kab.

Kediri. Tsk SUPRIYANTA, Dkk;

c. Polda Bali

5. PenyidikanPerkara TPK di KUD Panca Dharma Tabanan sejak th

1998 s/d 2001 dalam bentuk KUT, KPP, KKP, KBBM yang diduga

dilakukan oleh I NENGAH SUANDA, SE (Manajer Umum KUD Panca

Dharma);

6. Penyidikan Perkara TPK dalam pengadaan lahan tanah seluas

20.349 M² untuk lokasi proyek pembangunan jaringan transmisi,

Gardu Induk dan pembangkit di wilayah PT. PLN (Persero) pada

Proyek Pembangkit dan jaringan Jawa Timur, Bali dan Nusa

Tenggara Barat di Subak Mergaya Desa Pemecutan Klod Denpasar;

7. Penyidikan Perkara TPK pengelolaan dana hibah kepada Perusda

Page 81: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 72

Kab. Jembrana untuk dana operasional sampah organik. Tsk I

GEDE WINASA (Bupati Jembrana);

d. Polda Nusa Tenggara Barat

8. Penyidikan Perkara TPK Penyalahgunaan Dana APBN th 2004

tentang Bencana Alam yang dilakukan oleh tersangka ADI

MAHYUDI, dkk;

9. Penyidikan Perkara TPK dugaan penyelewengan dana APBN Tahun

2004 dalam Proyek Penanganan Bencana Alam Pengerjaan Ruas

Jalan Donggo Bolo - Kalampa di Kec. Woha Kab. Bima an. Tsk Ir.

MUHAMAD RUM, Dkk (Kadis Kimpraswil Kab. Bima);

10. Penyidikan Perkara TPK pengadaan bahan makanan untuk

penanggulangan gizi buruk pada Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa

TA 2006. Tsk FARID HUSEIN.

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK dana APBD Kab. Tabalong TA. 2007 pada kegiatan pembangunan los

ikan dan sayur pasar tanjung (Kejari Tanjung-Kal Sel);

2. TPK dana APBD Kab Tabalong TA. 2007 pada kegiatan pembangunan los

ikan dan sayur pasar tanjung (Kejati Kalsel);

3. TPK dana asuransi purnabhakti Anggota DPRD Kab. Gunung Kidul periode

1999-2004 (Kejati DIY);

4. TPK dana APBD Kab. Kudus TA. 2003 dan 2004 pada pembangunan rumah

dinas Bupati Kudus (Kejati Jateng);

5. TPK penyimpangan dana di Sekretariat DPRD Kab. Banggai Kepulauan

Tahun 2006/2007 (Kejati Sulteng);

6. TPK penyimpangan dana Wukirwati (Sewu Mikir Sukowati) Kab. Sragen

tahun 2003 sd. tahun 2007 (Kejati Jateng);

7. TPK dana APBD Kab. Halmahera Selatan TA. 2006 pada kegiatan

pengadaan kapal cepat MV Halsel Express 1 dan Speed Boat (Kejati Malut

- JA);

8. TPK APBD Kab. Nunukan TA. 2004 pada kegiatan pengadaan tanah untuk

pembangunan ruang terbuka seluas 620.000 m2 (Kejari Nunukan –

Kaltim);

9. TPK Pemberitahuan TPK berupa pembobolan uang negara (Restitusi

Pajak) dengan menggunakan dokumen ekspor fiktif di ICT Pelabuhan

Page 82: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 73

Tanjung Perak, Surabaya yang dilakukan oleh SUPARDI, dkk (Kejati

Jatim);

10. TPK dalam pengelolaan dana alokasi khusus bidang pendidikan Kab.

Halmahera Barat TA. 2006 (Kejati Maluku Utara);

11. TPK penyimpangan dana bantuan operasional Mobile Cepu Limited (MCL)

kepada tim koordinasi dan pengendalian pembebasan tanah Pemkab.

Bojonegoro tahun 2007 (Kejati Jatim);

12. TPK dana aparatur negara TA. 2003 pada Dispenda Kab. Manggarai NTT

(Kejati NTT);

13. TPK dana APBD Kab. Wonogiri TA. 2004 pada kegiatan pembagian dana

tali asih bagi anggota DPRD Kab. Wonogiri periode 1999-2004 (Kejati

Jateng);

14. TPK penyalahgunaan dana BOP, KJM, BPP-SDN dan DANA UAN Dinas

Pendidikan Pemkab. Konawe tahun 2002 sd. 2005 (Kejati Sultra);

15. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Simalungun TA. 2006-2007 pada

kegiatan proyek pembangunan kawasan terpadu prasarana perkantoran

SKPD Pemkab. Simalungun (Kejati Sumut).

Analisis:

1. TPK penyalahgunaan dana APBD Kota Semarang TA.2003 untuk bantuan

asuransi jiwa bagi 45 anggota DPRD Kota Semarang periode 1999-2004.

Dugaan kerugian negara Rp 1,7 Milyar. Tsk. SUKAWI SUTARIP.

2. TPK penyalahgunaan dana kas daerah Pasuruan TA. 2001 sd. 2006, atas

nama tersangka DADE ANGGA (Bupati Pasuruan).

3. TPK dalam pengadaan lahan tanah seluas 20.349 M² untuk lokasi proyek

pembangunan jaringan transmisi, Gardu Induk dan pembangkit di wilayah

PT. PLN (Persero) pada Proyek Pembangkit dan jaringan Jawa Timur, Bali

dan Nusa Tenggara Barat di Subak Mergaya Desa Pemecutan Klod

Denpasar.

4. TPK penyalahgunaan dana DAU, DAK dan APBD Kota Bima TA. 2005 dan

2006, atas nama tersangka H.M. NUR A. LATIF (Walikota Bima).

Juli

Permintaan Perkembangan Penyidikan (Telah Dijawab):

1. TPK dana aparatur negara tahun 2003 pada Dinas Pendapatan Daerah

Page 83: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 74

Kab. Manggarai NTT (Kejati NTT);

2. TPK dana APBD Kab. Wonogiri TA.2004 pada kegiatan pembagian dana tali

asih bagi anggota DPRD Kab. Wonogiri periode 1999-2004 (Kejati Jateng);

3. TPK dana BOP, KJM, BPP-SDN dan dana UAN Dinas Pendidikan Pemkab.

Konawe tahun 2002 sd. 2005. (Kejati Sultra);

4. TPK dana APBD Kab. Simalungun TA. 2006/2007 pada proyek

pembangunan kawasan terpadu prasarana perkantoran SKPD Pemkab.

Simalungun. (Kejati Sumut);

5. TPK dana APBD Kab. Batanghari TA. 2007 pada pos anggaran RSUD

Hamba Kab. Batanghari Prov. Jambi. (Kejati Jambi);

6. TPK dana BLT tahun 2008 Desa Penanggiran Kab. Muara Enim. (Polda

Sumsel);

7. TPK berupa penyimpangan/mark-up dalam pengadaan tanah seluas

7,0205 Ha. Di Desa Nyitdah Kab. Tabanan tahun 2003 untuk

pengembangan relokasi Badan Rumah Sakit Umum Kab. Tabanan. (Kejari

Tabanan);

8. TPK dalam pemberian ijin kuasa pertambangan kepada PT. Kaltim Prima

Coal (KPC) diatas lahan milik PT. Porodisa Co. Ltd. Yang dibebani ijin

IUPHHK (Polda Kaltim);

9. TPK penyimpangan dana APBD Kab. Batanghari TA. 2007 pada pos

anggaran RSUD Hamba Kab. Batanghari. (Kejati Jambi);

10. TPK penyalahgunaan dana BLT dan Raskin Desa Rancayuh Kab. Tangerang

(Kejati Banten);

11. TPK proyek peningkatan produksi pertanian TA. 2007 pada pengadaan

stek ubi kayu aldira di Kab. Manggarai Barat (Polda NTT);

12. TPK pada proyek normalisasi alur sungai Batang Pakau Kec. Lubuk

Sikaping Kab. Pasaman TA.2007-2008. (Kejati Sumbar);

13. TPK APBD Kab. Muara Enim TA. 2004-2008 pada kegiatan pembangunan

pasar cinta kasih, pasar gunung megang, pasar rakyat dan rehabilitasi

kantor Polres Muara Enim (Polda Sumsel);

14. TPK APBD Kota Manado TA. 2008 pada kantor Pemberdayaan Masyarakat

(BPM) Kota Manado (Polda Sulut);

15. TPK dalam pembayaran ganti rugi tanah alun-alun Kab. Polewali Mandar

tahun 2005 (Kejati Sulsel);

Page 84: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 75

16. TPK pengalihan atau pemindahtanganan kepemilikan aset daerah milik

Pemerintah Kota Kendari berupa sebuah mobil land Cruiser DT 1 E dan

tanah beserta bangunan eks Rumah Jabatan Camat Poasia yang terletak

di Kec. Poasia Kota Kendari yang dialihkan kepemilikannya kepada

tersangka Drs. H. MASYHUR MASIE ABUNAWAS (Kejati Sultra);

17. TPK dana belanja tak tersangka APBD Kota Maluku Utara TA. 2009

(Bareskrim - Polda Malut);

18. TPK pemberian sejumlah uang oleh mantan Kades Balongbendo JOKO

PRAMONO (Polda Jatim);

19. TPK dana BLT tahun 2006 sd. 2008 kepada masyarakat eks Timor Timur

dan masyarakat lokal yang tinggal didalam dan diluar kamp. pengungsi

(Polda NTT);

20. TPK dana APBD Kab. Boven Digoel Prop Jayapura Barat TA. 2007. (Kejati

Papua);

21. TPK pembangunan e-government berupa portal website dan aplikasi unit

perizinan dan pelayanan terpadu (UPPT) Pemkab. Halmahera Barat TA.

2004-2005 (Polda Malut).

Agustus

Permintaan Perkembangan Penyidikan (Telah Dijawab):

1. TPK dana restitusi PPN PT. Chatulistiwa Andalas Permai tahun 2002 s.d.

2004, pada Kantor Pelayanan Pajak Bandar Lampung (Kejati Lampung);

2. TPK dana APBD Kab. Kepahiang TA. 2005 pada kegiatan pembelian 39

unit mobil dinas untuk Pemkab. Kepahiang (Polda Bengkulu);

3. TPK dana APBD Kab. Kepahiang TA. 2005/2006 pada kegiatan

pembangunan gedung kantor Pemda/DPRD Kab. Kepahiang (Polda

Bengkulu);

4. TPK di Dinas PU Kab. Pasaman TA. 2007/2008 pada kegiatan normalisasi

batang pakau Kec. Lubuk Sikaping. (Kejati Sumbar);

5. TPK dana APBD Kab. Subang TA. 2002 dan penyimpangan dalam

penyaluran sapi Australia bantuan Depsos tahun 2005 (Kejati Jabar);

6. TPK dana APBD Kab. Kolaka TA. 2004 (Kejati Sultra);

7. TPK pemberian sejumlah uang oleh Bupati Dairi kepada Anggota DPRD

dalam pilkada periode 2004 – 2006 (Pidkor Bareskrim);

Page 85: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 76

8. TPK pembangunan kolam (Polder) retensi air hitam di Kota Samarinda

tahun 2005 (Kejati Kaltim);

9. TPK di PD. Pembangunan Sarana Jaya pada proyek pembangunan Sentra

Primer Tanah Abang (SPTA-1) tahun 2006/2007 (Kejati DKI);

10. TPK di Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas tahun 2006 pada

kegiatan pengadaan buku dan leaflet, blanko ijasah dan STLUN (Pidsus

Kejagung);

11. TPK dana APBD Kab. Batanghari tahun 2007 pada proyek fisik dan non

fisik di Kab. Batanghari (Kejati Jambi);

12. TPK dana APBD Kab. Lampung Selatan tahun 2000 – 2005. (Polda

Lampung);

13. TPK pengadaan kapal Ferry oleh PT. Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangan (ASDP) tahun 2003/2004 (Pidsus Kejagung);

14. TPK penyalahgunaan dana evaluasi belajar tahap akhir nasional

(EBTANAS) tahun 2001 untuk sekolah se-kab. Kendari. Tsk. LUKMAN

ABUNAWAS - Ka.Dis P&K Kendari th. 2001. (Kejati Sultra);

15. TPK penyimpangan dalam penyaluran dana BOP tahun 2002, dana DPP

dan dana UAS tahun 2002 di Dinas Pendidikan Kab. Kendari. (Kejati Sultra

qq. Kejari Unaaha);

16. TPK penyalahgunaan dana KJM dan BPP-SDN tahun 2002 sd. 2005 di

Dinas Pendidikan Kab. Kendari. (Kejati Sultra) ;

17. TPK dana APBD-P Prop. DKI Jakarta TA. 2006 pada kegiatan pengadaan &

pembebasan tanah/lahan makam unit Budha (Pidsus Kejagung).

Analisa:

1. TPK dana APBN Propinsi Sumatera Utara TA. 2005 pada kegiatan

pengadaan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Prop. Sumatera Utara.

September

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK dana APBD Kab. Bolango TA. 2004 pada kegiatan pembangunan

kantor Bupati Bone Bolango. (Kejati Gorontalo - Dik Stop);

2. TPK dalam pemberian ijin kuasa pertambangan kepada PT Kaltim Prima

Coal (KPC) diatas lahan milik PT. Porodisa Trading And Industrial Co. Ltd

yang dibebani Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). (Polda

Page 86: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 77

Kaltim - Tidak ditangani Polda Kaltim);

3. TPK dugaan penerimaan sejumlah uang oleh AKP. Irwan MY dari terlapor

agar kasus penjualan hama palsu dihentikan. (Polda NAD – Dik);

4. TPK pelaksanaan ganti rugi SUTET di wilayah Bumirejo-Lendah-

Kulonprogo TA. 2008 (Polda DIY – P-19 Kejari Wates);

5. TPK di lingkungan DPRD Kab. Jayawijaya periode 1999 sd. 2004 atas

nama tersangka DR. (Hc.) JOHN TABO. (Polda Papua – P-21 Kejati

Papua);

6. TPK dana APBD Kab. Mentawai TA. 2002-2006. (Kejati Sumbar - Tidak

ditangani Kejati Sumbar);

7. TPK dana APBD Kab. Batanghari TA. 2007 pada pos anggaran RSUD

Hamba Kab. Batanghari. (Kejati Jambi - Tidak ditangani Kejati Jambi).

Analisis:

1. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Jeneponto TA. 2004 pada kegiatan

Pembangunan Pabrik Pengeringan dan Pengelolaan Jagung.

Pelimpahan Penanganan Perkara:

1. TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum pegawai Departemen Agama

RI, yang diduga terjadi saat proses penerimaan CPNS Departemen Agama

RI tahun 2008. (Bareskrim Mabes Polri);

2. TPK mark-up harga pada pengadaan mobil pemadam kebakaran dan biaya

pemeliharaannya tahun 2004, di lingkungan Dinas Kebersihan,

Pertamanan, Pemakaman dan Pemadam Kebakaran Kota Bau-Bau. (Kejati

Sulawesi Tenggara).

Oktober

Gelar Perkara:

1. TPK penyalahgunaan penempatan dana cadangan PT. Kereta Api

Indonesia kepada pihak ketiga.

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK penerimaan dana pajak bahan bakar, kendaraan bermotor, bea balik

nama kendaraan bermotor yang berasal dari sektor migas di Kab.

Lampung Selatan. (Kejati Lampung – tidak pernah ditangani);

2. TPK penerimaan sejumlah uang yang diberikan oleh Pemkab Kendal

Page 87: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 78

kepada DPRD Kab Kendal pada pengesahan APBD dan APBD-P Kab Kendal

TA. 2008. (Kejati Jateng – Dalam usulan pengehentian Lidik);

3. TPK dana APBD Kab Purwakarta pada kegiatan pengadaan alat-alat

kesehatan di Dinas Kesehatan Kab Purwakarta TA 2007-2008 (Kejati Jabar

- tidak pernah ditangani);

4. TPK dana bantuan bencana alam angin puting beliung desa Sapih Kab

Probolinggo (Polda Jatim – P-21 menjadi 3 berkas perkara);

5. TPK pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang tahun

2007-2008. (Kejati Jateng - tidak pernah ditangani);

6. TPK di PD. Bank Pasar Kota Cirebon. (Kejati Jabar – Persidangan,

inkracht);

7. TPK pada pelaksanaan ganti rugi Sutet di wilayah Bumirejo, Kulonprogo

TA 2008. (Polda DIY – Penyidikan);

8. TPK mark up asuransi kesehatan Jasa Tania th. 2007-2008 di PT

Perkebunan Nusantara X (Kejati Jatim – tidak pernah ditangani);

9. TPK dana APBD Kab Bojonegoro TA. 2006-2008 pada kegiatan pengadaan

tanah untuk pembangunan SMA Negeri Balen dan pengadaan 430 buah

sepeda pancal. (Kejati Jateng – tidak pernah ditangani);

10. TPK penyalahgunaan anggaran rumah sakit Dr. Syaiful Anwar Malang

tahun 2004-2008. (Kejati Jatim – proses persidangan);

11. TPK dana alokasi khusus TA. 2004 Pemkab Bone Bolango pada kegiatan

pembangunan kantor Bupati Bone Bolango. (Kejati Gorontalo – SP-3);

12. TPK penyimpangan dalam proyek pengembangan obyek wisata Lombongo

tahap I (TA 2003/2004) dan tahap II (TA. 2004/2005). (Kejati Gorontalo –

SP-3);

13. TPK penyimpangan proyek penanganan bencana alam Kab. Bone Bolango

TA. 2003 yang dibiayai dengan ABT / APBN. (Kejati Gorontalo – SP-3);

14. TPK penyimpangan pertanggungjawaban dana keuangan APBD Kab. Bone

Bolango periode Jan 2005 sd. April 2005. (Kejati Gorontalo – SP-3);

15. TPK adanya 3 (tiga) lokasi kegiatan illegal logging di wilayah kec. Kapuas

Tengah Kalimantan Tengah. (Polda Kalteng – Putusan PN);

16. TPK pengadaan vaksin nitrogen cair dan kerjasama operasi di Dinas

Peternakan Prov Jatim. (Polda Jatim - tidak pernah ditangani);

Page 88: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 79

17. TPK berupa pemberian sejumlah uang oleh mantan Kades Balongbendo

(Joko Pramono) kepada penyidik tipikor Polda Jatim. (Polda Jatim –

laporan tidak benar dan tidak dapat dibuktikan);

18. TPK mark up pengadaan moulding/serbuk gergaji tahun 2005-2006 di PT

Perkebunan Nusantara X. (Polda Jatim – penyidikan; menunggu audit);

19. TPK penyimpangan dan penyalahgunaan pengelolaan pajak dan retribusi

pajak galian C di Kab Lumajang (Polda Jatim - tidak pernah ditangani);

20. TPK pemotongan penyaluran dana bantuan langsung tunai di Kab

Sumenep tahun 2008. (Polda Jatim - tidak pernah ditangani);

21. TPK dana APBD Kab Sumenep pada kegiatan rehabilitasi SDN Paberesan II

Sumenep. (Polda Jatim – penyidikan; menunggu audit);

22. TPK dana APBN TA. 2008 untuk Kota Palembang pada kegiatan

pengerukan alur sungai Musi oleh Adpel Palembang. (Polda Sumsel –

Penyidikan);

23. TPK dana PSDH dan DR Kab Sintang TA. 1999 – 2004. (Polda Kalbar –

Tahap II).

November

Gelar Perkara:

1. TPK terkait dengan perjalanan dinas fiktif dengan menggunakan dana

APBD kab. Bulungan TA 2004 an. Tsk Drs. H. ZAINAL ABIDINSJAH, dkk

selaku Wakil Ketua DPRD Kab. Bulungan dan Mantan Ketua DPRD Kab.

Bulungan;

2. TPK penyalahgunaan dana pembebasan tanah/lahan pembangunan sarana

dan prasarana PON dari APBD Kab. Kutai Kartanegara TA 2006;

3. TPK dana APBD Kab. Kutai Kartanegara TA 2005 -2006 pada kegiatan

pencairan dana bantuan sosial Kab. Kutai Kartanegara;

4. TPK dana APBD Kab. Penajam Paser Utara TA 2003 pada kegiatan

penggunaan anggaran DPRD Kab. Penajam Paser Utara. Tsk. ANDI

HARAHAP selaku Ketua DPRD beserta Wakil Ketua DPRD dan Sekretaris

DPRD;

5. TPK Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan yang dilakukan oleh

H. MASDJUNI (Bupati Kab Berau), Dkk;

6. TPK dana APBD Kab Kukar pada kegiatan pengecoran halaman parkir

Page 89: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 80

Kantor Bupati Kutai Kartanegara di Tenggarong;

7. TPK atas nama Drs. H. ADRIANSYAH Bin SYAHMINAN selaku Bupati Tanah

Laut;

8. TPK berupa penggelapan, penjualan dan pengalihan bantuan sosial fakir

miskin Kalimantan Selatan Tahun 2003 berupa alat pertanian, bantuan

bahan bangunan rumah untuk eks Korban Bencana Alam Tahun 2004 dan

Bantuan Ternak untuk Korban Tindak kekerasan dan Pekerja Migran

Tahun 2003 dari Dinas Kesejahteraan Sosial Kalimantan Selatan bagi

masyarakat Desa Pemakuan Kec. Sungai Tabuk, Tsk H.M. SYAUKANI MAS

Bin Alm. MUJEDI;

9. TPK Proyek pembangunan pengembangan bandara Syamsuddin Noor

menjadi Bandara Embarkasi Haji Provinsi Kalsel Tahun 2002 – 2004 an.

Tsk Prof. Dr. Ir. ISMED AHMAD;

10. TPK penyalahgunaan keuangan Pemerintah Daerah Kab. Banjar dalam

pembayaran uang santunan atas tanah eks pabrik kertas Martapura TA

2002 dan 2003 an. Tsk H. ISKANDAR DJAMALUDDIN selaku Mantan

Kepala BPN Kab. Banjar;

11. TPK penyelewengan, pembangunan dan pengelolaan Pasar Sentra Antasari

Banjarmasin an. tsk MIDFAY YABANI selaku Mantan Walikota Banjarmasin

dkk.;

12. TPK di Sekretariat Daerah Kab. Tanah Laut an. Tsk. IKSANUDDIN selaku

Wakil Bupati 2003-2008.

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK pada kegiatan pelelangan aset PT Pengembangan Pariwisata Sulawesi

Utara (PT PPSU) di BPPN Jakarta. (Kejati Sulut – Putusan PN Manado);

2. TPK penerimaan sejumlah uang sisa hasil lelang PT PPSU kepada BPPN

tahun 2003. (Kejati Sulut – penyidikan);

3. TPK penyalahgunaan dana alokasi khusus (DAK) TA 2008 pada kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana untuk SD di Surakarta ((Kejati

Jateng – penyelidikan);

4. TPK berupa pemotongan 10% ganti rugi lahan-lahan letter C/D yang

terkena proyek tol Semarang-Solo. ((Kejati Jateng – tidak pernah

ditangani);

5. TPK dengan melakukan pungutan kepada masyarakat yang dilakukan oleh

Page 90: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 81

Untung Sarono Wiyono Sukarno (Bupati Sragen). (Kejati Jateng – belum

pernah ditangani);

6. TPK pembobolan dana Pemkab Bintuni di BPD cab Papua Bintuni. (Polda

Papua – merupakan tindak pidana penipuan/pencucian uang);

7. TPK dana APBD Kab Kotabaru TA 2007/2008 pada kegiatan pemberian

dana bantuan hibah kepada Klub Persatuan Sepakbola Kotabaru (Persiko).

(Kejati Kalsel – Puldata dan tidak ditemukan bukti perbuatan melawan

hukum).

Pelimpahan Penanganan Perkara:

1. Dugaan TPK pada proses transaksi jual beli kios/petak Pasar Baru

Pandansari Kota Balikpapan Kalimantan Timur. (Polda Kaltim);

2. Dugaan TPK penyalahgunaan dana perjalanan dinas di Sekretariat Daerah

Kab. Halmahera Timur. (Polda Maluku Utara);

3. Dugaan TPK dana APBD Prov. Jambi TA 2007 di Kantor Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) Batang Hari pada kegiatan pengelolaan dana

pemeliharaan persenjataan Satpol PP Batanghari. (Polda Jambi);

4. Dugaan TPK dana APBD Kab Cilacap tahun 2004 sd 2007 yang diduga

melibatkan Bupati Cilacap. (Pidsus Kejagung RI).

Desember

Gelar Perkara:

1. TPK pengadaan tanah di Desa Dukuh Salam untuk Jalan Lintas Kota Slawi

(Jalinkos) di Slawi / Tegal;

2. TPK pembangunan Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) Kab Kediri

Tahun 2003;

3. TPK pengadaan Outsourcing Pengelolaan Data Pelanggan (CMS) pada PT.

PLN (Persero) Jatim tahun 2004 – 2008.

Permintaan perkembangan Penyidikan (Telah dijawab):

1. TPK penambangan batubara ilegal yang dilakukan oleh PT Bahara

Cakrawala Sebuku tanpa izin pinjam pakai di kawasan hutan produksi dan

cagar alam Pulau Sebuku Kotabaru Kalimantan Selatan. (Polda Kalsel –

Bukan merupakan TPK);

2. TPK dana operasional Polres Aceh Tenggara oleh oknum Polres Aceh

Tenggara. (Polda NAD - Bukan merupakan TPK);

Page 91: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 82

3. TPK tukar guling tanah kas Desa Buncitan Kec Sedati Sidoarjo untuk

pembangunan asrama haji. (Polda Jatim – Penyelidikan);

4. TPK dana APBD Kab Muaro Jambi TA 2003 sd 2005 pada kegiatan

pembangunan jaringan listrik di Kec Sungai Bahar Kab Muaro Jambi.

(Kejati Jambi – Sidik; tunggu persetujuan tertulis Presiden RI);

5. TPK dana APBD Kab Sukoharjo TA 2001 pada kegiatan pengadaan sepeda

motor bagi Anggota DPRD Kab Sukoharjo. (Kejati Jateng – Diponering JA);

6. TPK dana Jamsostek oleh Pusat Koperasi Karyawan Industri Rokok Kudus

(PKKIRK) kepada Jamsostek tahun 2002-2007. (Kejati Jateng – Puldata

Intel Kejari Kudus);

7. TPK Proyek Nasional Persertifikatan Tanah (PRONA) di Desa Mlese Kec

Gantiwarno dan desa Bero Kec Trucuk Kab Klaten. (Kejati Jateng –

Penyidikan);

8. TPK uang ganti rugi tanah masyarakat di Desa Marindal I Kec Patumbak

Kab Deli Serdang untuk pembangunan kanal Deli Percut Medan yang

dititipkan di Kepaniteraan PN Lubuk Pakam. (PN Lubuk Pakam – Tidak

pernah dititipkan di Kepaniteraan PN Lubuk Pakam);

9. TPK pengadaan pakaian dinas tahun 2007 di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi

Bogor. (Kejari Bogor – Penuntutan);

10. TPK dana bantuan sosial yang dikelola oleh Bagian Sosial Sekretariat

Daerah Kota Pematang Siantar TA 2007. (Polda Sumut – Penyidikan Tsk

DPO);

11. TPK dana APBD Kab Subang TA 2002 dan penyimpangan dalam

penyaluran sapi australia bantuan Departemen Sosial Kab Subang tahun

2005. (Kejati Jabar – Ditangani oleh Polwil Purwakarta);

12. TPK dana APBD Prop Bengkulu TA 2008 pada kegiatan pengadaan dan

pengiriman buku pelajaran pendidikan agama untuk SD/SMP di Dinas

Pendidikan Prop Bengkulu. (Kejati Bengkulu – Penyelidikan);

13. TPK dana APBD Prop Bengkulu TA 2009 untuk kepentingan pemenangan

pemilu dan kepentingan lain yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

(Kejati Bengkulu – Belum pernah ditangani);

14. TPK berupa penerimaan sejumlah uang yang dilakukan oleh Ketua DPRD

Kota Ternate (periode 2004 -2009) yang terjadi antara tahun 2005 sd

2007. (Kejati Malut – Persidangan);

Page 92: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 83

15. TPK pada proses pengalihan asset milik negara berupa besi jembatan ex

tsunami tahun 2004 di gudang penyimpanan Dinas Bina Marga dan Cipta

Karya Prov NAD. (Polda NAD – Penyelidikan);

16. TPK pemberian sejumlah uang oleh calon Bupati dan calon Wakil Bupati

Kab Dairi kepada anggota DPRD Kab Dairi Sumut. (Polda Sumut –

Penyelidikan dihentikan, tidak cukup bukti);

17. TPK penyimpangan dalam penyusunan masterplan Kota Medan tahun

2006. (Polda Sumut – Penyidikan).

Analisis:

1. TPK pengadaan tanah di Lampung Tengah tahun 2003 untuk

pembangunan terminal type A.

KPI % Peningkatan Jumlah SPDP merupakan SPDP Perkara TPK

diterima KPK dari Kepolisian dan Kejaksaan, sesuai Pasal 50 ayat (1) UU KPK.

Formula yang digunakan adalah % peningkatan jumlah SPDP yang diterima

KPK dibanding jumlah SPDP yang diterima KPK tahun sebelumnya. Realisasi

2009 per triwulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 115,38% 100,00%

2009/Q2 81,04% 100,00%

2009/Q3 118,20% 100,00%

2009/Q4 116,99% 100,00%

Capaian kinerja Q1/2009 adalah 115,38%, yang berasal dari realisasi

penerimaan SPDP dari Kepolisian dan Kejaksaan pada Q1/2009 sebanyak 162

SPDP dibandingkan realisasi Q1/2008 sebanyak 140 SPDP, dengan rincian:

INSTANSI JAN FEB MAR JUMLAH

Kejaksaan 35 45 49 129

Kepolisian 12 9 12 33

JUMLAH 47 54 61 162

Capaian kinerja Q2/2009 adalah 81,04%, yang berasal dari realisasi

Q2/2009 sebanyak 102 SPDP dibandingkan realisasi Q2/2008 sebanyak 218

SPDP, dengan rincian:

INSTANSI APR MEI JUN JUMLAH

Kejaksaan 20 53 13 86

Kepolisian 3 8 5 16

JUMLAH 23 61 18 102

Page 93: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 84

Keterangan: Target Q2/2009 tidak tercapai disebabkan usulan kebijakan

pengiriman SPDP satu pintu oleh Kejaksaan dan Kepolisian.

Capaian kinerja Q3/2009 adalah 192,53%, yang berasal dari realisasi

Q3/2009 sebanyak 201 SPDP dibandingkan realisasi Q3/2008 sebanyak 104

SPDP, dengan rincian:

INSTANSI JUL AGT SEP JUMLAH

Kejaksaan 77 53 54 184

Kepolisian 9 6 2 17

JUMLAH 86 59 56 201

Capaian kinerja Q4/2009 adalah 113,36%, yang berasal dari realisasi

Q4/2009 sebanyak 185 SPDP dibandingkan realisasi Q4/2008 sebanyak 163

SPDP, dengan rincian:

INSTANSI OKT NOV DES JUMLAH

Kejaksaan 42 46 71 159

Kepolisian 11 7 8 26

JUMLAH 53 53 79 185

Jika direkap per bulan, maka jumlah SPDP yang diterima KPK dalam

tahun 2009:

Instansi Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov Des Total

Kejaksaan 35 45 49 20 53 13 77 53 54 42 46 71 558

Kepolisian 12 9 12 3 8 5 9 6 2 11 7 8 92

Total 47 54 61 23 61 18 86 59 56 53 53 79 650

Page 94: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 85

Penindakan yang Kuat dan Proaktif

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Penindakan yang Kuat dan Proaktif terdiri atas tujuh indikator

kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Kasus Solid (Kasus) 25 25 100,0%

2 Penyidikan Lengkap (Perkara) 35 36 102,9%

3 Berkas Perkara yang Dilimpahkan (Perkara) 35 34 97,1%

4 Case Building INDA (Kasus) 5 4 80.0%

5 Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke Penyelidikan (Kasus) 5 5 100,0%

6 Kasus LHKPN yang Ditindaklanjuti oleh Dit. Lidik (Kasus) 6 6 100,0%

7 Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID) 56 52 92,9%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa empat target kinerja telah dicapai dan tiga

target kinerja belum dapat tercapai.

Kasus Solid merupakan kasus yang dapat dilanjutkan ke tahap

penyidikan. Realisasi per bulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/01 1 0

2009/02 3 1

2009/03 4 2

2009/04 10 4

2009/05 12 7

2009/06 13 10

2009/07 14 12

2009/08 16 15

2009/09 17 17

2009/10 20 20

2009/11 22 22

2009/12 25 25

2009/01 2009/03 2009/05 2009/07 2009/09 2009/11

Kasu

s

40

3020

100 Bad

Good

Page 95: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 86

Penyidikan Lengkap (Perkara) merupakan Penyidikan yang

dinyatakan lengkap (P-21). Realisasi per bulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/01 4 2

2009/02 11 5

2009/03 14 8

2009/04 18 11

2009/05 19 14

2009/06 19 17

2009/07 21 20

2009/08 23 23

2009/09 25 26

2009/10 29 29

2009/11 34 32

2009/12 36 35

Berkas perkara yang dinyatakan lengkap (P-21) adalah 36 perkara,

yaitu:

Januari

1. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk, dalam proyek

pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan yang sumber dananya

berasal dari ABT DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan Pelatihan dan

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atas nama tersangka

KARNAWI (Swasta);

2. Perkara TPK dalam penggunaan dana Bank Indonesia yang dikelola oleh

Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk kepentingan

Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme penganggaran dan

pertanggungjawaban atas nama tersangka AULIA T POHAN, BUN BUNAN

E.J. HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI

(Mantan Deputi Dewan Gubenur Bank Indonesia);

2009/01 2009/03 2009/05 2009/07 2009/09 2009/11

Perk

ara

4030

20

10

0 Bad

Good

Page 96: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 87

3. Perkara TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan atas nama tersangka

MOHAMMAD IQBAL (Anggota KPPU);

4. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk, dalam proyek

pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan yang sumber dananya

berasal dari ABT DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan Pelatihan dan

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atas nama tersangka INES

WULANARI SETYAWATI (Swasta);

Februari

5. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk, dalam proyek

pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan yang sumber dananya

berasal dari ABT DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan Pelatihan dan

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atas nama tersangka ERRY

FUAD (Swasta);

6. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk, dalam proyek

pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan yang sumber dananya

berasal dari ABT DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan Pelatihan dan

Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI atas nama tersangka

MULYONO SUBROTO (Swasta);

7. Perkara TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan,

stoom walls dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan

2004 atas nama tersangka DANNY SETIAWAN (Mantan Sekretaris Daerah

Propinsi Jawa Barat);

8. Perkara TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan,

stoom walls dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan

2004 atas nama tersangka WAHYU KURNIA (Mantan Kepala Biro

Perlengkapan);

9. Perkara TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan,

stoom walls dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan

2004 atas nama tersangka IJUDDIN BUDHYANA (Mantan Kepala Biro

Pengendalian Program);

10. Perkara TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan atas nama tersangka

YUSUF SETIAWAN (Swasta);

Page 97: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 88

11. Perkara TPK berupa penerimaan sejumlah uang terkait dengan proses

impor barang yang masuk atau diperiksa oleh pejabat fungsional

pemeriksa dokumen (PFPD) jalur hijau pada kantor pelayanan utama

(KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok atas nama tersangka AGUS SAFIIN

PANE (Pegawai Bea Cukai/PFPD);

Maret

12. Perkara TPK penyalahgunaan APBD Kabupaten Situbondo TA 2005-2007

atas nama tersangka ISMUNARSO (Bupati Situbondo);

13. Perkara TPK atas pelaksanaan kegiatan kerjasama operasi pengadaan,

penyimpanan dan penyaluran gula kristal putih antara PT Rajawali

Nusantara Indonesia (RNI) dengan Perum Bulog tahun 2001 sd 2004 atas

nama tersangka RANENDRA DANGIN (Direktur Keuangan PT RNI);

14. Perkara TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD) Pemerintah Kota Manado TA 2006 atas nama tersangka JIMMY

RIMBA ROGI (Walikota Manado).

April

15. Perkara TPK dalam penerimaan uang oleh Auditor BPK- RI terkait

Pemeriksaan BPK-RI terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembinaan

Penempatan Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) T.A. 2004 pada Ditjen

PPTKDN/Binapendagri Depnakertrans pada periode Juli-Agustus 2005 dan

dalam Pemeriksaan BPK-RI pada Proyek Pengembangan Sistem Pelatihan

dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode

Oktober -Nopember 2005 atas nama tersangka Bagindo Quirinno ( Kepala

Seksi Depnaker Auditorat 1-C BPK RI )

16. Perkara TPK TPK yaitu telah memberikan sesuatu kepada pegawai negeri

atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu

yang bertentangan dengan kewajibannya, dilakukan dalam jabatannya

dan atau memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan

mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat

pada jabatan atau kedudukannya atas nama tersangka Hontjo Kurniawan

(Komisari PT Kurnia Jaya Wira Bakti).

17. Perkara TPK berupa Penyelenggara negara menerima sesuatu, hadiah atau

janji yang terjadi pada strategic business unit (SBU) II wilayah Jawa

Page 98: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 89

bagian Timur PT Perusahaan Gas Negara (persero), Tbk, yang dilakukan

oelh tersangka Trijono ( General Manager PT PGN – SBU II Jabati )

18. Perkara TPK sebagai orang yang turut serta terkait perbuatan Hontjo

Kurniawan yaitu memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

bertentangan dengan kewajibannya, dilakukan dalam jabatannya dan atau

memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat

pada jabatannya atau kedudukannya atas nama tersangka Darmawati

Dareho (Staf Tata Usaha Distrik Navigasi Dephub)

Mei

19. Perkara TPK yaitu pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan

atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan

dengan kewajibannya atas nama tersangka Abdul Hadi Djamal (Anggota

Panitia Anggaran Komisi Perhub DPR RI)

Juli

20. Perkara TPK yaitu perbuatan turut serta terhadap pemberian sejumlah

dana kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara terkait dengan

proses permohonan alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang Sumatera

Selatan, bersama-sama dengan Chandra Antonio Tan atas nama

tersangka SYAHRIAL OESMAN (Mantan Gubernur Sumatera Selatan);

21. Perkara TPK dalam pengelolaan APBD Pemerintah Kabupaten Aceh

Tenggara TA 2004-2006 tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan

mengakibatkan kerugian negara atau perekonomian negara atas nama

tersangka ARMEN DESKY (Bupati Aceh Tenggara);

Agustus

22. Perkara TPK dalam pengelolaan Dana/Aset Eks Yayasan Dana Tabungan

Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi (YDTP-Migas) Tahun

2003 sampai 2008 yang diduga dilakukan oleh tersangka an Muzni

Tambusai (Ketua Tim Pelaksana Pengelola Aset ex YDTP Migas);

Page 99: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 90

23. Perkara TPK atas penerbitan radiogram dalam pengadaan mobil pemadam

kebakaran dengan menggunakan pompa merk Tohatsu Type V 80 ASM

dan pembebasan bea masuk/ pajak mobil pemadam kebakaran merk

Morita dibeberapa pemprov/ pemkab/ pemkot dengan pembayaran

bersumber dari APBD TA 2002 sd 2005 atas nama tersangka OENTARTO

SINDUNG MAWARDI (Mantan Dirjen Otonomi Daerah Depdagri) dkk;

September

24. Perkara TPK turut serta dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran

dengan menggunakan pompa merk Tohatsu Type V 80 ASM dan merk

Morita di beberapa Pemprov/ Pemkab/ Pemkot dengan pembayaran

bersumber dari APBD Tahun 2002 sd 2005 atas nama tersangka Hengky

Samuel Daud.

25. Perkara TPK dalam pengadaan kapal patroli pada Ditjen Perhubungan Laut

Departemen Perhubungan RI dan atau penerimaan hadiah atau janji yang

berhubungan dengan jabatan atas nama tersangka DJONI ALGAMAR

(Direktur KPLP) dan TP MALAU (Kasi Sarana dan Prasarana Operasional

Ditjen Hubla);

Oktober

26. Perkara TPK dalam kegiatan pembangunan Pasar Sentral Supiori, terminal

induk kabupaten Supiori, Rumah Dinas Eselon kabupaten Supiori, dan

renovasi pasar sentral supiori untuk kantor cabang bank Papua dengan

menggunakan dana APBD kabupaten Supiori TA 2006, 2007, dan 2008

yang menimbulkan kerugian negara yang diduga dilakukan oleh Jules F

Warikar (Bupati Kabupaten Supiori)

27. Perkara TPK dalam kegiatan pembangunan Pasar Sentral Supiori, terminal

induk kabupaten Supiori, Rumah Dinas Eselon kabupaten Supiori, dan

renovasi pasar sentral supiori untuk kantor cabang bank Papua dengan

menggunakan dana APBD kabupaten Supiori TA 2006, 2007, dan 2008

yang menimbulkan kerugian negara yang diduga dilakukan oleh Suryadi

Sentosa (Komisaris Utama PT Multi Makmur Jaya Abadi)

28. Perkara TPK yaitu setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi, dengan melawan hukum

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara (penyalahgunaan APBD Kabupaten

Page 100: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 91

Natuna TA 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan

pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah atas nama

tersangka HA Hamid Rizal(Bupati Natuna)

29. Perkara TPK dalam pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem

Manajemen Pelanggan (Customer Managemen System) berbasis teknologi

informasi pada PT PLN (persero) distribusi Jawa Timur Tahun 2004-2008

atas nama tersangka Hariadi Sadono ( Hariadi Sadono (GM PT PLN Persero

Distribusi Jawa Timur).

November

30. Perkara TPK dalam penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk

kepentingan pribadi dan atau pihak lain yang terjadi antara tahun 2003

sampai dengan tahun 2005 diduga dilakukan oleh tersangka Umar

Sjarifuddin (Mantan Direktur Utama Bank Jabar)

31. Perkara TPK dalam pengadaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit

Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh

Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI tahun anggaran 2003 atas nama

tersangka GUNAWAN PRANOTO (Dirut PT Kimia Farma Tbk)

32. Perkara TPK dalam pengadaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit

Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh

Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI tahun anggaran 2003 atas nama

tersangka RINALDI JUSUF (Dirut PT Rifa Jaya Mulia);

33. Perkara TPK dalam pengadaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit

Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh

Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI tahun anggaran 2003 dari dana ABT

atas nama tersangka Achmad Sujudi (Mantan Menkes)

34. Perkara TPK dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk

pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan

pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen

Kesehatan RI TA 2007 atas nama tersangka MADIONO (Kabag

Perencanaan pada Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Depkes);

Desember

35. Perkara TPK berupa Penyelenggara negara menerima atau memberikan

sesuatu, hadiah atau janji, dikarenakan atau dengan menyalahgunakan

atau dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang berhubungan

atau melekat dengan jabatannya yang diduga dilakukan oleh tersangka

Page 101: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 92

Drs Washington Mampe Parulian Simanjutak, dkk selaku Direksi PT

Perusahaan Gas Negara (Persero) periode tahun 2001 sampai dengan

tahun 2006;

36. Perkara TPK yang dilakukan oleh tersangka Edi Suranto sebagai orang

yang secara bersama- sama atau turut serta terkait perbuatan Madiono

dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan

Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau

kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kesehatan RI

TA 2007.

Berkas Perkara yang Dilimpahkan (Perkara) diukur dari berkas

perkara yang dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (PN). Realisasi per bulan

adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/01 4 1

2009/02 10 3

2009/03 14 5

2009/04 14 8

2009/05 18 11

2009/06 19 14

2009/07 21 17

2009/08 23 20

2009/09 25 24

2009/10 28 28

2009/11 30 32

2009/12 34 35

Berkas perkara yang dilimpahkan ke PN adalah 34 perkara, yaitu:

Januari

1. Perkara TPK atas nama terdakwa AULIA T POHAN, BUN BUNAN E.J

HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI

sehubungan dengan TPK dalam penggunaan dana Bank Indonesia yang

dikelola oleh Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk

kepentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme

penganggaran dan pertanggungjawaban;

2. Perkara TPK atas nama terdakwa INES WULANARI SETYAWATI

sehubungan dengan TPK turut serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk,

dalam proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan yang

sumber dananya berasal dari ABT DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan

Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI;

Page 102: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 93

3. Perkara TPK atas nama terdakwa KARNAWI sehubungan dengan TPK turut

serta terkait perbuatan Taswin Zein dkk, dalam proyek pengembangan

sistem pelatihan dan pemagangan yang sumber dananya berasal dari ABT

DIKS TA 2004 pada Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Penempatan Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI;

4. Perkara TPK atas nama terdakwa MOHAMAD IQBAL sehubungan dengan

TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah

atau janji yang berhubungan dengan jabatan;

Februari

5. Perkara TPK atas nama terdakwa DANNY SETIAWAN sehubungan dengan

TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan, stoom walls

dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan 2004;

6. Perkara TPK atas nama terdakwa WAHYU KURNIA sehubungan dengan

TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan, stoom walls

dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan 2004;

7. Perkara TPK atas nama terdakwa IJUDDIN BUDHYANA sehubungan

dengan TPK pengadaan mobil pemadam kebakaran, mobil ambulan, stoom

walls dan dump truck oleh pemerintah Jawa Barat tahun 2003 dan 2004;

8. Perkara TPK atas nama terdakwa YUSUF SETIAWAN sehubungan dengan

TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah

atau janji yang berhubungan dengan jabatan (perkara dihentikan karena

terdakwa meninggal dunia);

9. Perkara TPK atas nama terdakwa MULYONO SUBROTO sehubungan

dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan;

10. Perkara TPK atas nama terdakwa ERRY FUAD sehubungan dengan TPK

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau

janji yang berhubungan dengan jabatan;

Maret

11. Perkara TPK atas nama terdakwa AGUS SAFIIN PANE sehubungan dengan

TPK berupa penerimaan sejumlah uang terkait dengan proses impor

barang yang masuk atau diperiksa oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa

Dokumen (PFPD) jalur hijau pada kantor pelayanan utama (KPU) Bea dan

Cukai Tanjung Priok;

Page 103: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 94

12. Perkara TPK atas nama terdakwa RANENDRA DANGIN sehubungan dengan

TPK pelaksanaan kegiatan kerjasama operasi pengadaan, penyimpanan

dan penyaluran gula kristal putih antara PT Rajawali Nusantara Indonesia

(RNI) dengan Perum Bulog tahun 2001 sd 2004;

13. Perkara TPK atas nama terdakwa ISMUNARSO sehubungan dengan TPK

penyalahgunaan APBD Kabupaten Situbondo TA 2005-2007;

14. Perkara TPK atas nama terdakwa JIMMY RIMBA ROGI sehubungan dengan

TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

Pemerintah Kota Manado TA 2006;

Mei

15. Perkara TPK atas nama terdakwa TRIJONO sehubungan dengan TPK

penyelenggara negara menerima sesuatu, hadiah atau janji yang terjadi

pada Strategic Business Unit (SBU) II wilayah Jawa bagian Timur PT

Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk;

16. Perkara TPK nama terdakwa HONTJO KURNIAWAN sehubungan dengan

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau

janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji

tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan

kewajibannya;

17. Perkara TPK atas nama terdakwa DARMAWATI DAREHO sehubungan

dengan orang yang turut serta terkait perbuatan Hontjo Kurniawan yaitu

memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajibannya, dilakukan dalam jabatannya dan atau memberi hadiah atau

janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau

wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh

pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatannya atau

kedudukannya;

18. Perkara TPK atas nama terdakwa BAGINDO QUIRINO sehubungan dengan

penerimaan uang oleh Auditor BPK- RI terkait Pemeriksaan BPK-RI

terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembinaan Penempatan

Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) T.A. 2004 pada Ditjen

PPTKDN/Binapendagri Depnakertrans pada periode Juli-Agustus 2005 dan

dalam Pemeriksaan BPK-RI pada Proyek Pengembangan Sistem Pelatihan

dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode

Page 104: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 95

Oktober -November 2005;

Juni

19. Perkara atas nama tersangka ABDUL HADI DJAMAL terkait TPK pegawai

negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji

padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan untuk menggerakan agar melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

Juli

20. Perkara TPK atas nama terdakwa SYAHRIAL OESMAN sehubungan dengan

perbuatan turut serta terhadap pemberian sejumlah dana kepada pegawai

negeri atau penyelenggara negara terkait dengan proses permohonan alih

fungsi hutan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan;

21. Perkara TPK atas nama terdakwa ARMEN DESKY sehubungan dengan

pengelolaan APBD Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara TA 2004-2006

yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Agustus

22. Perkara TPK atas nama terdakwa MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan

pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja

Pemborong Minyak dan Gas Bumi/YDTP-MIGAS;

23. Perkara TPK atas nama terdakwa OENTARTO SINDUNG MAWARDI

sehubungan dengan penerbitan Radiogram dalam pengadaan mobil

pemadam kebakaran dengan menggunakan pompa merk Tohatsu type V

80 ASM dan pembebasab Bea Masuk/pajak mobil pemadam kebakaran

merk Morita di beberapa Pemprov/Pemkab/Pemkot dengan pembayaran

bersumber dari APBD tahun 2000 sd 2005;

September

24. Perkara TPK atas nama terdakwa SAMUEL HENGKY DAUD, MBA. Als

HENGKY SAMUEL DAUD Als DAUD sehubungan dengan pengadaan mobil

pemadam kebakaran dengan menggunakan pompan merk Tohatsu type

V 80 ASM dan merk Morita di berbagai Pemprov./Pemkab./Pemkot yang

dananya bersumber dari APBD Tahun 2002 – 2005;

25. Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN

PARLINDUNGAN MALAU sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan

Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen

Page 105: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 96

Perhubungan Laut Dep. Perhubungan;

Oktober

26. Perkara TPK atas nama terdakwa JULES FITZGERALD WARIKAR

sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori,

terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral

Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD

Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006 - 2008. Kab. Supiori;

27. Perkara TPK atas nama terdakwa SURYADI SENTOSA sehubungan dengan

pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas

pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Cabang

Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA.

2006 - 2008. Kab. Supiori;

28. Perkara TPK atas nama terdakwa ABDUL HAMID RIZAL dan DAENG

RUSNADI sehubungan dengan enggunaan APBD Kabupaten Natuna Tahun

Anggaran 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dan

pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti

yang lengkap dan sah;

November

29. Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan

Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistim Manajemen Pelanggan

(Customer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT.

PLN (persero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004 - 2008;

30. Perkara TPK atas nama terdakwa UMAR SJARIFUDDIN sehubungan dengan

penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan atau

pihak lain yang terjadi pada tahun 2003 – 2005;

Desember

31. Perkara TPK atas nama terdakwa GUNAWAN PRANOTO sehubungan

dengan penggunaan Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur

Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Ditjen Pelayanan

Medik Dep. Kesehatan RI;

32. Perkara TPK atas nama terdakwa RINALDI YUSUF sehubungan dengan

penggunaan Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesia

(KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Ditjen Pelayanan Medik Dep.

Kesehatan RI;

Page 106: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 97

33. Perkara TPK atas nama terdakwa ACHMAD SUJUDI sehubungan dengan

penggunaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesi

(KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI pada Tahun Anggaran 2003 dari Dana

Anggaran Belanja Tambahan (ABT);

34. Perkara TPK atas nama terdakwa Dr. MADIONO, MPH sehubungan dengan

Pelaksanaan Pengadaan Alat Rontgen Portable untuk Pelayanan

Puskesmas di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, dan Pulau-pulau

Kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Dep. Kesehatan RI.

Case Building INDA diukur dari jumlah kasus yang dibangun oleh

Dit. PINDA dan Dit. PJKAKI. Dari target tahun 2009 sebanyak 5 kasus,

realisasinya hanya 4 kasus, sebagaimana tabel berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 1 0

2009/Q2 2 2

2009/Q3 4 3

2009/Q4 4 5

Kasus yang berhasil dibangun dari INDA adalah sebagai berikut:

a. Kasus suap pembangunan Dermaga di Indonesia Timur, dengan Tsk AHD

dan DD. [PINDA].

b. Kasus DAK Pendidikan TA 2008. [PJKAKI]

c. Kasus pemberian suap kepada Wisnu Soebroto. [PJKAKI].

d. Kasus SUTET pikitring Jawa Bali dan Nusa Tenggara. [PJKAKI].

Kasus yang dibangun Dit. PINDA tidak mencapai target, disebabkan

konsentrasi sumber daya terserap oleh peristiwa yang akhir-akhir ini

menimpa KPK. Tindak lanjut ke depan, sesuai rencana perubahan ortala, KPI

ini tidak lagi di Dit. PINDA.

KPI Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke

Penyelidikan diperoleh dari hasil pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang

kategorinya sudah memenuhi syarat untuk disampaikan kepada Dit. Lidik.

Dari target tahun 2009 sebanyak 5 kasus, berhasil direalisasikan 5 kasus

(100%):

Page 107: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 98

Realisasi Rencana

2009/Q1 0 0

2009/Q2 2 1

2009/Q3 3 3

2009/Q4 5 5

Adapun kasus yang dilimpahkan ke Penyelidikan adalah:

a. Kasus Cogen;

b. Kasus Musi Banyuasin;

c. Kasus ASPC;

d. Angket BBM; dan

e. Mete.

KPI Kasus LHKPN yang Ditindaklanjuti oleh Dit. Lidik diperoleh

dari umlah Sprint yang diterbitkan oleh Dit. Lidik atas dasar temuan dari

LHKPN. Dari target tahun 2009 sebanyak 6 kasus (PN), berhasil direalisasikan

6 kasus (100%):

Realisasi Rencana

2009/Q1 2 1

2009/Q2 4 1

2009/Q3 5 5

2009/Q4 6 6

KPI Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID)

diperoleh dari hasil pemeriksaan dumas yang diteruskan ke Penindakan,

dengan realisasi sebagai berikut:

2009/Q1 2009/Q2 2009/Q3 2009/Q4

Kasu

s

5

0 Bad

Good

2009/Q1 2009/Q2 2009/Q3 2009/Q4

PN

5

Bad

Good

Page 108: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 99

Realisasi Rencana

2009/Q1 10 12

2009/Q2 22 26

2009/Q3 40 41

2009/Q4 52 56

Jumlah pengaduan masyarakat yang dilimpahkan dari Dit. Dumas ke

Deputi Penindakan dalam periode tahun 2009 tidak memenuhi target, yaitu

hanya dengan realisasi sebanyak 52 kasus atau 92,90% dibandingkan dengan

target yang ditetapkan sebanyak 56 kasus. Hal tersebut disebabkan oleh:

a. Ada usulan kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan (Pulbaket) yang

masih pending menunggu persetujuan Pimpinan dan adapula yang sudah

memperoleh persetujuan tetapi belum dapat dilaksanakan dalam tahun

2009;

b. Menurunnya kualitas pengaduan masyarakat yang bisa dikategorikan

cukup bukti permulaan untuk dilimpahkan ke Deputi Penindakan.

Action Plan (Rencana Tindak) yang diusulkan:

a. Mengusulkan perubahan kebijakan proses persetujuan kegiatan pulbaket

yang semula harus melalui Pimpinan, menjadi hanya di tingkat kedeputian

saja;

b. Menindaklanjuti usulan kegiatan pulbaket yang sudah disetujui oleh

Pimpinan sebagai kegiatan awal tahun 2010 .

Realisasi per triwulan adalah sebagai berikut:

Triwulan I

1. Dugaan TPK di Direktorat Pembinaan TK/SD Ditjen Dikdasmen,

Depdiknas;

2. Dugaan TPK pada pengadaan tanah di Kab. Tegal TA 2004-2008;

3. Dugaan TPK dalam pengadaan tanah di Kab. Brebes TA 2003;

4. Dugaan pelanggaran dan penyimpangan dalam pengadaan tanah KPPBB

Sleman tahun 2007;

5. Usulan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Pelambang

atas laporan keuangan Pemkab Muba TA 2006;

6. Dugaan TPK dalam program Resque Package PT Asuransi Tugu Mandiri

(AJTM);

Page 109: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 100

7. Dugaan penyimpangan dalam proses pengurusan sertfikat HGB milik

Industri Sandang Nusantara;

8. Dugaan Tindak pidana korupsi terkait pemberian kuasa pertambangan

oleh Bupati di Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan;

9. Dugaan penyimpangan Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan Kab.

Ponorogo tahun 2006-2008;

10. Dugaan TPK dalam tukar guling tanah kelurahan Lawang Kabupaten

Malang Tahun 2004.

Realisasi sebanyak 10 kasus di atas belum memenuhi target

sebanyak 12 kasus, disebabkan oleh:

a. Ada kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan yang dipending karena

adanya penugasan lain dari Pimpinan untuk kasus Migas dan Depsos;

b. Kualitas pengaduan masyarakat yang bisa dikategorikan cukup bukti

permulaan untuk dilimpahkan ke Deputi Penindakan yang menurun.

Triwulan II

11. Dugaan penyimpangan penjualan tanah kas Desa Blukon Kec. Lumajang

Kab. Lumajang Tahun 2005;

12. Dugaan TPK dana alokasi khusus (DAK) TA 2006 oleh Bupati Kepulauan

Talaud;

13. Dugaan terjadinya salah bayar dalam pelaksanaan pembebasan tanah

Proyek Banjir Kanal Timur;

14. Dugaan penyimpangan dalam pungutan retribusi parkir oleh Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru;

15. Dugaan TPK dalam pelaksanaan Program Lelang Aset Property (PLAP)

tahun 2008;

16. Dugaan TPK berupa pengumpulan uang oleh Sekda Kota Semarang dari

SKPD-SKPD di lingkungan Pemkot Semarang untuk keperluan Walikota

Semarang dalam rangka pemilihan Gubernur dan untuk pembahasan

PERDA SOTK di DPRD Kota Semarang;

17. Dugaan TPK dalam pelaksanaan pembangunan Pelabuhan Pendaratan

Ikan (PPI) Tambaklorok Semarang;

18. Dugaan TPK pada penyelesaian kerjasama operasi (KSO) Divre IV PT.

Telkom Tbk dengan PT. Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI);

Page 110: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 101

19. Dugaan TPK dana penanganan bencana (PB) Nias Thn 2007;

20. Dugaan TPK bantuan bedah rumah, pungutan liar Sismiop PBB dan tukar

guling tanah PTPN Desa Gambirono Kec. Bangsalsari Kab. Jember;

21. Dugaan TPK dalam pengelolaan BUMD PT Rembang Bangkit Sejahtera

Jaya (RBSJ) di Rembang tahun 2006-2007;

22. Dugaan TPK pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Suradadi

Kab. Tegal TA 2007.

Triwulan III

23. Dugaan TPK pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Suradadi

Kab. Tegal TA 2007;

24. Penyampaian laporan hasil audit investigatif BPK RI terhadap dugaan TPK

dalam pengelolaan kas daerah Kab. Langkat TA 2000-2007;

25. Dugaan TPK dana APBD Kab Bovem Digoel TA 2006 s.d. 2008;

26. Dugaan TPK di PT Kereta Api (Persero);

27. Tindaklanjut hasil audit BPK atas Laporan Keuangan Pemkot Kendari;

28. Dugaan TPK dalam pengadaan barang di Dinas Kebersihan Prov. DKI

Jakarta;

29. Dugaan TPK dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran di Pemkab

Batanghari thn 2004;

30. Dugaan perjalanan dinas fiktif oleh Kepala Perwakilan BPK RI di Surabaya;

31. Dugaan penerimaan uang oleh Ketua DPRD Kota Jambi terkait pekerjaan

pengelolaan persampahan Kota Jambi thn 2007-2008;

32. Dugaan TPK dana APBD Kab Paniai TA 2004 s.d. 2008;

33. Dugaan TPK dalam penyelamatan PT. Bank Century Tbk;

34. Dugaan TPK dalam pemungutan Pajak dan eksploitasi Bahan Galian

Golongan C pada Perjanjian Kerjasama Operasi antara Pemkab Lumajang

dengan PT Muatiara Halim d/h SV Muatiara tahun 2004 s.d. 2009;

35. Dugaan TPK dalam penyelesaian BLBI pada PT BDNI;

36. Dugaan TPK yang dilakukan oleh Walikota Manado;

37. Dugaan terjadinya mark up di Departemen Kehutanan;

Page 111: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 102

38. Dugaan tpk berupa suap menyuap/pungli/pemerasan oleh Oknum Pegawai

Balai Besar Karantina Pertanian (BBPK) Tanjung Priok dengan koordinator

seorang PPNS yang melibatkan Kepala BBKP Tanjung Priok dan Kepala

Badan Karantina Pertanian yang dilaporkan oleh Inspektur Pemeriksaan

Khusus Departemen Pertanian;

39. Dugaan penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan tanah Kantor

Pelayanan Pajak Depok Tahun 2004;

40. Dugaan penyimpangan pengurusan perpanjangan dan balik nama sertifkat

Hak Guna Bnagunan PT. Industri Sandang Nusantara (INSAN) Tahun

2003-2004;

41. Dugaan TPK dalam Manajemen Hutan di Prov. Kalimantan Barat.

Triwulan IV

41. Dugaan TPK dalam pelaksanaan proyek pengadaan tanah Kab. Tegal TA

2006-2008;

42. Dugaan TPK dalam proyek Exor I Balongan Pertamina;

43. Dugaan TPK penyimpangan dana APBD Kab. Mimika TA 2005 dan 2006

(pekerjaan peningkatan Jalan Strategis Pomako II – Dermaga Nusantara

dan pembangunan jalan Simpang Pelra-Waikiki TA 2005 dan 2006;

44. Dugaan TPK Proyek Public Service Advertisment (PSA) dan Variety Show

pada Departemen Pertanian TA 2008-2009;

45. Dugaan korupsi dana APBD Kab Gresik tahun 2001-2005 sbs Rp.

11,051,500,000 oleh Bupati Gresik yang diduga digunakan untuk melobi

anggota/pimpinan DPRD Kab. Gresik;

46. Permintaan pencabutan cegah dan tangkal oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi;

47. Dugaan TPK terkait pemberian surat persetujuan rencana investasi atau

persetujuan prinsip Bupati Klungkung No: 18/BPT/X/2004 tanggal 28

Januari 2005 kepada PT Sekar Semesta dengan memenuhi persyaratan

penyerahan uang jaminan;

48. Dugaan mark up pada proyek BP RSUD Kota Salatiga TA 2004;

49. Dugaan TPK Kegiatan Talkshow Interaktif DPRD Prop DKI Jakarta TA

2008;

50. Dugaan mark up pengadaan tanah di Kab. Brebes TA 2003;

Page 112: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 103

51. Dugaan TPK pada pengadaan 3 unit boiler feed pump dan 1 unit load gear

box di PLN unit Pembangkit Sumatera Utara tahun 2005;

52. Dugaan TPK dalam proyek pengadaan kendaraan bermotor roda dua di

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP)

Departemen Pertanian tahun 2006.

Efektivitas Pelacakan Aset

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Efektivitas Pelacakan Aset terdiri atas satu indikator, dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Nilai Aset Berhasil Dilacak 50% 60,75% 121,5%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI % Nilai Aset Berhasil Dilacak diukur dari jumlah nilai aset

yang berhasil dilacak dibandingkan dengan jumlah kerugian negaranya,

dengan realisasi sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 28,00% 20,00%

2009/Q2 35,00% 30,00%

2009/Q3 46,33% 40,00%

2009/Q4 60,75% 50,00%

Total aset yang dilacak pada tahun 2009 tercatat sebesar

Rp370.402.595.411,00 dari total jumlah potensi kerugian negara yang

ditimbulkan oleh korupsi sebesar Rp334.167.973.125,00, dengan rincian

sebagai berikut:

Triwulan I

1. Perkara GM PGN (Trj): Total aset yang terlacak Rp15 Miliar dan

USD23,639 (Potensi kerugian negara Rp7 Miliar);

2009/Q1 2009/Q2 2009/Q3 2009/Q4

Perc

enta

ge

70,0060,0050,0040,0030,0020,00 Bad

Good

Page 113: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 104

2. Perkara Bupati Situbondo (Ism): Total aset yang terlacak Rp3 Miliar

(Potensi kerugian negara Rp7,8 Miliar);

Triwulan II

3. Perkara Bupati Aceh Tenggara (AD): Total aset yang terlacak Rp12,5 Miliar

(Potensi kerugian negara Rp24,7 Miliar);

4. Perkara Walikota Menado (JRG): Total aset yang terlacak Rp10 Miliar

(Potensi kerugian negara Rp48 Miliar);

5. Perkara GM PLN Jatim (HS): Total aset yang terlacak Rp102 Miliar (Potensi

kerugian negara Rp93 Miliar);

Triwulan III

6. Perkara BPD Jabar (US dkk): Total aset yang terlacak Rp50 Miliar (Potensi

kerugian negara Rp37,6 Miliar);

7. Perkara Bupati Supiori (JFW): Total aset yang terlacak Rp50 Miliar

(Potensi kerugian negara Rp43,7 Miliar);

8. Perkara Pengadaan Alat Kesehatan (GP): Total aset yang terlacak Rp123,4

Miliar (Potensi kerugian negara Rp71,2 Miliar);

Triwulan IV

9. Perkara Pengadaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit kawasan Indonesia

Timur (AS): Total aset yang terlacak Rp7,826 Miliar (Potensi kerugian

negara belum diketahui):

10. Perkara Penyalahgunaan APBD Kabupaten Natuna: Total aset yang

terlacak Rp18,866 Miliar (Potensi kerugian negara Rp72 Miliar);

11. Perkara TPK pengelolaan dana eks-YDTP Migas (MT): Total aset yang

terlacak Rp12,794 Miliar (Potensi kerugian negara Rp11,389 Miliar).

Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dari Gratifikasi

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dari Gratifikasi terdiri atas

satu indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Setoran PNBP dari Pelaporan Gratifikasi (Rp Miliar) 2,0 2,3 115,2%

Page 114: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 105

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI Setoran PNBP dari Pelaporan Gratifikasi diukur dari jumlah

nilai gratifikasi yang ditetapkan menjadi Milik Negara dan disetor sebagai

PNBP. Untuk mencapai target yang ditetapkan tahun 2009 sebesar Rp2,0

Miliar, telah dilakukan usaha-usaha berikut:

a. Intensifikasi program sosialisasi dan diseminasi form gratifikasi;

b. Identifikasi penerimaan gratifikasi ter-cluster untuk ditindaklanjuti.

Realisasi per triwulan adalah sebagaimana tabel di bawah ini:

Realisasi Rencana

2009/Q1 Rp 518.405.813,00 Rp 500.000.000,00

2009/Q2 Rp 1.219.942.804,00 Rp 1.000.000.000,00

2009/Q3 Rp 1.909.798.154,00 Rp 1.500.000.000,00

2009/Q4 Rp 2.298.140.004,00 Rp 2.000.000.000,00

Realisasi sebesar Rp2.298.140.000,00 berasal dari penerimaan

Gratifikasi dalam bentuk:

a. Uang sebesar Rp1.288.339.128,00 yang telah ditetapkan menjadi Milik

Negara;

b. Barang senilai Rp1.009.800.875,00.

Penyelamatan Kerugian/Kekayaan Negara

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Penyelamatan Kerugian/Kekayaan Negara terdiri atas dua

indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Nilai Aset/BMN yang Diselamatkan - Tim Gratifikasi (Rp Miliar) 300 2.600,00 >200%

2 Nilai Aset/BMN yang Diselamatkan - Tim LHKPN (Rp Miliar) 300 1,969,90 >200%

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

KPI Nilai Aset/BMN yang Diselamatkan - Tim Gratifikasi (Rp

Miliar), berhasil direalisasikan sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 1.988,28 150,00

2009/Q2 2.150,56 250,00

Page 115: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 106

2009/Q3 2.486,93 275,00

2009/Q4 2.692,95 300,00

Realisasi sebesar Rp2.692.946.195.923,00 berasal dari Kajian

Kegiatan Usaha Hulu MIGAS. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan

terhadap sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) dan rekomendasi

perbaikan yang disampaikan kepada BP Migas, KPK berhasil melakukan

penyelamatan keuangan negara sebesar USD237,595,475.89 atau setara

dengan Rp2.692.946.195.923,00 dari penyetoran dana Abandonment and

Site Restoration (ASR) dan koreksi pembebanan insentif Kredit Investasi

(Investment Credit).

KPI Nilai Aset/BMN yang Diselamatkan - Tim LHKPN (Rp

Miliar), merupakan jumlah potensi kekayaan Negara yang dapat

diselamatkan. Realisasi per triwulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 110,20 50,00

2009/Q2 366,50 175,00

2009/Q3 1.969,90 250,00

2009/Q4 1.969,90 300,00

Dalam rangka mendorong optimalisasi pelaksanaan kerja

pengelolaan barang milik negara, KPK telah membentuk Tim Penertiban

Barang Milik Negara melalui Keputusan Pimpinan KPK Nomor KEP-

169/01/VI/2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi, Monitoring, dan

Supervisi Pelaksanaan Inventarisasi Penertiban Barang Milik Negara yang

bertugas melakukan Koordinasi, Monitoring dan Supervisi Pelaksanaan

Inventarisasi Penertiban Barang Milik Negara di lingkungan

Kementerian/Lembaga, BUMN dan Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2009, Tim TPBMN telah berhasil menyelamatkan

potensi kerugian negara sebagai akibat pengalihan hak BMN yang dapat

dicegah nilainya mencapai Rp1.969.904.438.000,00 sesuai penilaian dari

Departemen Keuangan (DJKN) yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Page 116: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 107

No Kementerian/ Lembaga

Persil yang Dinilai

Persil yang Belum Dinilai

Hasil yang Dinilai (Rp)

1 Departemen Hukum dan HAM 5 Persil 1 Persil 70.897.700.000

2 Departemen Agama 7 Persil - 14.631.880.000

3 Setneg Flat 3 Wing - 104.818.331.000

4 Departemen PU 3 Persil 1 Persil 10.455.648.000

5 Perum Bulog 9 Persil - 11.380.962.000

6 PT Kereta Api 1 Persil 20 Persil 6.479.187.000

7 BKKBN 1 Persil - 7.140.549.000

8 Departemen Luar Negeri 45 Persil - 41.175.416.000

9 Departemen Kesehatan 3 Persil 1 Persil 25.119.851.000

10 Departemen Keuangan (DJP) 60 Persil - 1.652.615.583.000

11 Perum Pegadaian 27 Persil 6 Persil 16.176.211.000

12 Asuransi Jiwasraya 6 Persil - 9.013.120.000

13 Depdiknas (Unibraw) - 50 Persil - Total 1.969.904.438.000

Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan Gratifikasi

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan Gratifikasi

terdiri atas satu indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Peningkatan Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan Gratifikasi 100% 309% >200%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI % Peningkatan Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan

Gratifikasi, telah direalisasikan sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 256,41% 25,00%

2009/Q2 268,17% 50,00%

2009/Q3 268,70% 75,00%

2009/Q4 309,08% 100,00%

Rekapitulasai data PN yang melaporkan gratifikasi selama tahun 2009

adalah sebagai berikut:

Page 117: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 108

1. Menurut Status Kepemilikan

No Status Jumlah

1 Milik Penerima 100

2 Milik Negara 149

3 Sebagian Milik Negara 63

4 Masih dalam Proses 23

5 Dikirimi Surat -

Jumlah 335

2. Menurut Provinsi di Indonesia

No Status Jumlah

1 Sumatera Utara 6 2 Riau 1 3 Kepulauan Riau 2 4 Sumatera Barat 11 5 Sumatera Selatan 3 6 Jambi 1 7 Bengkulu 1 8 Lampung 9 9 Jawa Barat 12

10 Banten 1 11 Kalimantan Timur 2 12 DKI Jakarta (Lembaga

Negara/Pempus) 136

13 DKI Jakarta (Pemda) 7 14 D.I. Yogyakarta 4 15 Jawa Tengah 57 16 Jawa Timur 71 17 Sulawesi Utara 1 18 Sulawesi Selatan 3 19 Sulawesi Tenggara 1 20 Gorontalo 5 21 Nusa Tenggara Barat 1

Jumlah 335

Page 118: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 109

3. Menurut Instansi

No Bidang Instansi Jumlah

1 Konstitutif MPR - 2 Legislatif DPR 17 DPRD 5 DPD 1 3 Eksekutif Kepresidenan - Kementerian - • Kementerian Koordinator 1

• Departemen 37

• Kement. Negara 3

• Setingkat Kementerian 17

LPND 12 Lembaga Ekstra Struktural 2 4 Yudikatif 1 5 Inspektif (BPK) 10 6 Lembaga Independen 54 7 BUMN / BUMD 9 8 Pemprov 14 9 Pemkab 92

10 Pemkot 60 Jumlah 335

Rekap Pelaporan Gratifikasi (2004-2009)

150

326

249 271

335

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 119: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 110

Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN terdiri atas satu

indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Peningkatan Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN 10.000 14.134 141,3%

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Realisasi Rencana

2009/Q1 3.128 2.500

2009/Q2 7.262 5.000

2009/Q3 10.646 7.500

2009/Q4 14.134 10.000

Tingkat kepatuhan pelaporan LHKPN kurun waktu 2005-2009 dapat

dilihat pada grafik di bawah ini:

2009/Q1 2009/Q2 2009/Q3 2009/Q4

PN

15.000

10.000

5.000Bad

Good

29.94652.137

102.229

42.23965.448

116.669

55.03976.116

84.813

73.47495.359

110.892

93.570104.329

128.030

2005

2006

2007

2008

2009

Tingkat Kepatuhan Wajib Lapor LHKPN (Kumulatif, 2005-2009)

Pengumuman LHKPN Yang Melaporkan Wajib Lapor LHKPN

Page 120: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 111

Terbangunnya Pemahaman Masyarakat terhadap Anti Korupsi

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Terbangunnya Pemahaman Masyarakat terhadap Anti Korupsi terdiri

atas satu indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Anti Korupsi

10% 10% 100%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI % Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Anti

Korupsi, diukur dari meningkatnya pemahaman masyarakat dan awarness

masyarakat terhadap anti korupsi di Indonesia. Target 2009: 10%.

Meningkatkan awarness masyarakat mengenai Anti Korupsi melalui

kegiatan above the line ataupun distribusi materi sosialisasi. Penyebaran

materi anti korupsi kepada masyarakat, penayangan PSA TV, PSA Radio, PSA

Print dan lainnya.

Page 121: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 112

Percepatan Reformasi Sektor Publik

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Percepatan Reformasi Sektor Publik terdiri atas satu indikator,

dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Jumlah Instansi yang Mengimplementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik (Instansi)

20 20 100%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

Realisasi Jumlah instansi yang Mengimplementasikan

Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik adalah 20 sebagai

berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 3 4

2009/Q2 7 6

2009/Q3 7 6

2009/Q4 20 20

Komitmen instansi dalam melakukan perbaikan layanan publik dapat

berupa:

• Pembuatan rencana tindak oleh instansi terkait rekomendasi atas temuan

kelemahan sistem maupun kebijakan yang dibuat oleh tim kajian KPK.

Rencana ini kemudian dipantau pelaksanaannnya sesuai jadwal yang

ditetapkan;

• Pembuatan dan pelaksanaan rencana tindak oleh instansi yang

mendapatkan ranking terendah dalam skor integritas. Rencana tindak ini

diharapkan mampu meningkatkan level pelayanan dan integritas instansi

yang bersangkutan di masa yang akan datang;

• Pembuatan rencana tindak oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki

unit-unit pelayanan publik di daerahnya masing-masing. Komitmen

2009/Q1 2009/Q2 2009/Q3 2009/Q4

Inst

ansi

20,00

15,0010,00

5,000,00 Bad

Good

Page 122: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 113

pemerintah daerah ini adalah hasil dari kegiatan koordinasi dan supervisi

khususnya terkait peningkatan profesionalisme dan integritas pelayanan

publik.

Instansi yang berkomitmen mengimplementasikan reformasi sektor

publik:

Triwulan I

1. Ditjen Perbendaharaan;

2. Ditjen Pajak;

3. BNP2TKI;

Triwulan II

4. Departemen Dalam Negeri;

5. Ditjen Anggaran;

6. BPN;

7. Pemkot Balikpapan (NIK);

Triwulan III

8. Departemen Kesehatan;

9. Bappenas;

10. Ditjen Pengelolaan Utang;

Triwulan IV

11. Pemkot Banda Aceh;

12. Pemkot Bandung;

13. Pemprov Kalteng;

14. Pemkab Gunung Mas;

15. Pemkot Tanjung Pinang;

16. Pemkot Denpasar;

17. Departemen Agama;

18. Ditjen Pemasyarakatan;

19. Ditjen Bina Marga; dan

20. Pemprov DKI Jakarta.

Page 123: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 114

Meningkatnya Efektivitas Fungsi Aparat Pengawasan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Meningkatnya Efektivitas Fungsi Aparat Pengawasan terdiri

atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Irjen yang Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK

25% 60,70% >200%

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Untuk melaksanakan salah satu fungsi KPK yaitu melakukan

koordinasi dan supervisi dengan instansi lain serta kewenangan untuk

meminta laporan atau informasi terkait kegiatan pemberantasan tindak

pidana korupsi di instansi pemerintah, maka diselenggarakan Konferensi

Pemberdayaan APIP pada 12 Agustus 2009, dengan mengundang 56 APIP

instansi pemerintah (termasuk 5 instansi pemapar), 4 narasumber (BPKP,

Ryaas Rasyid, MOS China, dan GIO Iran), dan media massa.

Dari 34 instansi yang wajib mengembalikan form isian terkait laporan

dan upaya pemberantasan korupsi di instansinya, sebanyak 100% telah

melaporkan. Total keseluruhan APIP adalah sejumlah 56. Maka prosentasi

APIP yang memberikan laporan yaitu 34/56 * 100 = 60,7%.

34 Instansi yang memberikan laporan upaya pemberantasan korupsi

tersebut adalah:

1. Inspektur Jenderal Departemen Agama RI

2. Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri RI

3. Inspektur Jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral RI

4. Inspektur Jenderal Departemen Hukum dan Ham RI

5. Inspektur Jenderal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI

6. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan RI

7. Inspektur Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan RI

8. Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan RI

9. Inspektur Jenderal Departemen Keuangan RI

10. Inspektur Jenderal Departemen Komunikasi dan Informatika RI

11. Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri RI

12. Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum RI

Page 124: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 115

13. Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan Nasional RI

14. Inspektur Jenderal Departemen Perdagangan RI

15. Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan RI

16. Inspektur Jenderal Departemen Perindustrian RI

17. Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan RI

18. Inspektur Jenderal Departemen Pertanian RI

19. Inspektur Jenderal Departemen Sosial RI

20. Inspektur Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

21. Inspektur Kementrian Negara Badan Usaha Milik Negara RI

22. Inspektur Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI

23. Inspektur Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI

24. Inspektur Kementrian Negara Lingkungan Hidup RI

25. Inspektur Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga RI

26. Inspektur Kementrian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara RI

27. Inspektur Kementrian Negara Percepatan Pembangunan Daerah

Tertinggal RI

28. Inspektur Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional RI

29. Inspektur Kementrian Negara Perumahan Rakyat RI

30. Inspektur Kementrian Negara Riset dan Teknologi RI

31. Inspektur Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI

32. Inspektur Kementrian Koordinator Perekonomian RI

33. Inspektur Kementrian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan RI

34. Inspektur Utama Badan Pertanahan Nasional RI

Dukungan Informasi dan Data yang Efektif

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Dukungan Informasi dan Data yang Efektif terdiri atas satu

indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data 65% 85% 130,8%

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Page 125: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 116

KPI % Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data, diukur dari

persentase jumlah permintaan dukungan informasi dan data yang berhasil

dilaksanakan oleh Direktorat PINDA. Formula: Jumlah permintaan dukungan

yang berhasil dilaksanakan dibagi dengan jumlah seluruh permintaan.

Realisasi per triwulan adalah sebagai berikut:

Realisasi Rencana

2009/Q1 85,00% 65,00%

2009/Q2 85,00% 65,00%

2009/Q3 85,00% 65,00%

2009/Q4 95,00% 65,00%

Triwulan I

Terdapat 453 request yang masuk ke kelompok Information Processing and

Analysis (IPA), dengan rincian:

- Januari: 27 request dari Monitor (Surveillance)

122 request Analisa

47 request Interception

5 request Computer Forensic

- Februari: 40 request dari Monitor (Surveillance)

73 request Analisa

31 request Interception

14 request Computer Forensic

- Maret: 6 request dari Monitor (Surveillance)

35 request Analisa

42 request Interception

11 request Computer Forensic

Setelah dibagi, hasilnya adalah 85%.

Triwulan II

Terdapat 233 request yang masuk ke kelompok IPA, dengan rincian:

- April: 26 request dari Monitor (Surveillance)

56 request Analisa

54 request Interception

6 request Computer Forensic

- Mei: 12 request dari Monitor (Surveillance)

16 request Analisa

9 request Interception

7 request Computer Forensic

- Juni: 13 request dari Monitor (Surveillance)

Page 126: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 117

8 request Analisa

17 request Interception

9 request Computer Forensic

Setelah dibagi, hasilnya adalah 85%.

Triwulan III

Terdapat 118 request yang masuk ke kelompok IPA, dengan rincian:

- Juli: 13 request dari Monitor (Surveillance)

13 request Analisa

28 request Interception

8 request Computer Forensic

- Agustus: 7 request dari Monitor (Surveillance)

4 request Analisa

6 request Interception

14 request Computer Forensic

- September: 3 request dari Monitor (Surveillance)

8 request Analisa

11 request Interception

3 request Computer Forensic

Setelah dibagi, hasilnya adalah 85%.

Triwulan IV

Terdapat 124 request yang masuk ke kelompok IPA, dengan rincian:

- Oktober: 5 request dari Monitor (Surveillance)

13 request Analisa

10 request Interception

1 request Delivery & Support

8 request Computer Forensic

- November: 13 request dari Monitor (Surveillance)

27 request Analisa

6 request Interception

5 request Computer Forensic

- Desember: 13 request dari Monitor (Surveillance)

16 request Analisa

3 request Interception

4 request Computer Forensic

Setelah dibagi, hasilnya adalah 95%.

Page 127: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 118

Kerjasama Antar Lembaga

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Kerjasama Antar Lembaga terdiri atas satu indikator, dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Indeks Kepuasan Layanan Kerjasama Antar Lembaga

6,0 7,24 120,7

Dari tabel di atas, target kinerja yang ditetapkan telah tercapai.

Indeks Kepuasan Layanan Kerjasama Antar Lembaga adalah

sebesar 7,24 dari skala 1-10, yang didapatkan dengan pengukuran persepsi

pelanggan atas:

1. Respon Dit PJKAKI dalam menerima permintaan bantuan:

a. Kegiatan kerjasama nasional;

b. Kegiatan internasional;

c. Kegiatan asset tracing;

d. Informasi lainnya.

2. Kesesuaian antara permintaan dan hasil yang diperoleh:

a. Kegiatan kerjasama nasional;

b. Kegiatan internasional;

c. Kegiatan asset tracing;

d. Informasi lainnya.

Page 128: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 119

BBBaaabbb VVVIII CCCaaapppaaaiiiaaannn KKKiiinnneeerrrjjjaaa pppaaadddaaa

PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff LLLeeeaaarrrnnniiinnnggg aaannnddd GGGrrrooowwwttthhh

apaian kinerja Perspektif Learning and Growth (Pertumbuhan

dan Pembelajaran) adalah sebesar Rp104,6%, yang berasal

dari Objectives (Sasaran) sebagai berikut:

a. Tersedianya Infrastruktur TI: 107,4%;

b. Efektivitas Layanan SDM: 105,2%;

c. Terciptanya Transparansi dan Integritas Organisasi: 96,3%;

d. Tersedianya Dukungan Hukum: 100,0%;

e. Efektivitas Layanan Biro Umum: 114,2%.

Penjelasan masing-masing Objectives dan KPI adalah sebagai

berikut:

C

Page 129: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 120

Tersedianya Infrastruktur TI

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Tersedianya Infrastruktur TI terdiri atas satu indikator kinerja,

dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Indeks Kepuasan Layanan PINDA 70 75,15 107,3%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI Indeks Kepuasan Layanan PINDA mengukur tingkat

kepuasan layanan pengguna jasa dukungan yang diberikan oleh Direktorat

PINDA, yang diukur berdasarkan standar American Customer Satisfaction

Index (ACSI). Pengukuran dilakukan dua kali per tahun, yaitu pada triwulan I

dan triwulan III.

Realisasi Rencana

2009/Q1 70,08 70,00

2009/Q3 75,15 70,00

Pada Q1/2009, Survei Kepuasan Layanan PINDA dibagikan kepada

150 responden pengguna jasa information processing and analysis (IPA) dan

helpdesk, dengan rincian 100 user helpdesk dan 50 user IPA. Layanan IPA

meliputi Computer Forensic, Intersepsi dan Analisa Informasi, sedangkan

layanan Helpdesk meliputi Infrastruktur dan Helpdesk. Dari 150 form survei

yang dibagikan, sebanyak 87 form diisi dan dikembalikan oleh user (IPA 20

form dan helpdesk 67 form). Hasil survei dihitung dengan menggunakan

Metode American Customer Satisfaction Index (ACSI), dan hasilnya setelah di

rata-rata adalah 70,08 (ada kenaikan 0,08 poin dari target yang telah di

tentukan).

Sedangkan pada Q3/2009, terdapat 150 responden Survei Kepuasan

Layanan PINDA yang dibagikan dengan mengisi kuesioner, dengan rincian

100 user helpdesk dan 50 user IPA. Dari 150 form survei yang dibagikan,

sebanyak 43 form diisi dan dikembalikan oleh user (IPA 13 form dan helpdesk

30 form). Hasil survei dihitung dengan menggunakan metode American

Customer Satisfaction Index (ACSI), dan hasilnya setelah di rata-rata adalah

75,15 (ada kenaikan 5,15 poin dari target yang telah ditentukan).

Page 130: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 121

Efektivitas Layanan SDM

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Efektivitas Layanan SDM terdiri atas satu indikator, dengan capaian

kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Indeks Kepuasan Layanan SDM 3,25 3,42 105,2%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah dapat

tercapai.

KPI Indeks Kepuasan Layanan SDM mengukur tingkat kepuasan

pegawai atas layanan yang diberikan Biro SDM dalam pengelolaan SDM.

Survei atas kepuasan pegawai terhadap layanan yang meliputi area

rekrutmen dan pengembangan pegawai, kompensasi, pemberhentian

pegawai, administrasi kepegawaian dan penyelenggaraan diklat. Target: 3,25

(skala: 1 - 5), minimal naik 0,25 dibandingkan dengan target indeks

kepuasan tahun 2008, yaitu 3,00.

Dari hasil survei, diperoleh pencapaian indeks 3,42 dengan rincian:

a. Bagian Pelayanan Kepegawaian sebesar 3.61

b. Bagian Pendidikan dan Pelatihan sebesar 3.37

c. Bagian Perencanaan dan Pengembangan sebesar 3.18

Peningkatan penilaian pegawai atas layanan Biro SDM yang paling

tinggi adalah dalam hal kecepatan dan akurasi serta kemudahan di area

kompensasi serta keramahtamahan pegawai Biro SDM, sedangkan area yang

masih perlu ditingkatkan adalah dalam hal penanganan keluhan, persiapan

dan informasi di bidang diklat, serta kejelasan dan penyediaan informasi

terkait peraturan kepegawaian serta pengelolaan manajemen kinerja individu.

Upaya pemberian informasi terkait hak kepegawaian telah disajikan

dalam bentuk slip gaji dan tunjangan transportasi, besaran iuran THT beserta

laporan di akhir tahun atas perkembangan hasil THT kepada setiap pegawai

serta besaran premi asuransi kesehatan dan jiwa beserta buku saku asuransi

kesehatan bagi para pegawai.

Setiap triwulan diadakan evaluasi secara periodik dengan pihak

pengelola asuransi kesehatan dan jiwa serta THT guna memperbaiki hal-hal

yang menjadi masukan dan keluhan dari para pegawai serta Wadah Pegawai.

Page 131: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 122

Layanan di area diklat yang telah ditingkatkan di tahun 2010 adalah

diberikannya rekapitulasi keikutsertaan diklat kepada masing-masing pegawai

untuk dikonfirmasi ulang oleh pegawai, serta ditingkatkannya komunikasi

antara peserta diklat dan pengelola diklat, khususnya yang menjalankan

program pendidikan jangka panjang di berbagai perguruan tinggi di dalam

negeri dan luar negeri.

Layanan di area perencanaan dan pengembangan pegawai masih

memerlukan peningkatan mengingat peraturan yang menjadi pendukungnya

belum lengkap dan rinci dibandingkan dengan layanan di bagian lainnya,

khususnya untuk area pengembangan pegawai, karier, dan manajemen

kinerja.

Terciptanya Transparansi dan Integritas Organisasi

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Terciptanya Transparansi dan Integritas Organisasi terdiri atas dua

indikator, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Jumlah Penyimpangan “Material” 0 0 100%

2 Pemberitaan Positif tentang KPK di Media Cetak 50% 46,25% 92,5%

Dari tabel tersebut, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan belum

tercapai.

KPI Jumlah Penyimpangan “Material” mengukur penyimpangan

yang mengandung nilai uang/kerugian negara, dengan target 0 (zero

tolerance). Sumber data: Temuan dari Dit. Pengawasan Internal (PI).

Sampai dengan akhir tahun 2009, tidak terdapat penyimpangan

yang bersifat "material" pada Dit. Pengawasan Internal, namun untuk tingkat

organisasi atau korporat telah ditemukan adanya indikasi penyimpangan yang

menimbulkan kerugian negara sebanyak 5 (lima) kasus, yaitu:

a. Kehilangan 1 (satu) unit laptop merek Dell Lattitude D620 yang

dipinjamkan kepada Sdr. Arie Nobelta Kaban, pada Direktorat Gratifikasi;

b. Kehilangan 1 (satu) unit laptop merek IBM T42 yang dipinjamkan kepada

Sdr. Luthfi G. Sukardi, pada Direktorat Litbang;

Page 132: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 123

c. Kehilangan 1 (satu) unit ponsel merek Nokia N96 yang dipinjamkan

kepada Sdr. Nana Mulyana, pada Direktorat Dumas;

d. Kehilangan 1 (satu) unit laptop merek IBM T43 yang dipinjamkan kepada

Sdr. Dhedy Adi Nugroho, pada Direktorat Dikyanmas;

e. Kehilangan 1 (satu) unit kendaraan bermotor roda dua merk Honda Vario

yang dipinjamkan kepada Tim pada Direktorat Monitoring.

Agar mencerminkan dampak pada tingkat organisasi atau korporat, hal ini

supaya dimasukkan pada KPI masing-masing unit kerja terkait.

KPI Pemberitaan Positif tentang KPK di Media Cetak mengukur

persentase pemberitaan positif tentang KPK yang dimuat pada media cetak

dibandingkan dengan pemberitaan bersifat netral maupun negatif, yang

diperoleh dari riset kuantitatif.

Hasil riset kuantitatif adalah 46,25% (dari target: 50%). Tidak

tercapainya target disebabkan lebih banyaknya tone berita yang bersifat

netral sebagaimana cerminan sikap media yang lebih memilih “pemberitaan

berimbang”. Selain itu, juga adanya desakan yang sangat kuat kepada KPK

untuk menangkap Anggodo pada triwulan ke-4 sehingga tone berita positif

berkurang.

Tersedianya Dukungan Hukum

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Tersedianya Dukungan Hukum terdiri atas satu indikator kinerja,

dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan KPK 80% 80% 100%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

Untuk memberikan dukungan hukum yang dimanfaatkan KPK, Biro

Hukum telah melakukan: pelaksanaan perancangan peraturan (internal dan

eksternal); pembuatan produk hukum lainnya (berupa perjanjian maupun

MoU); harmonisasi peraturan internal; pemberian informasi hukum (legal

information); pengkajian hukum; penyusunan peta tipikor; pelaksanaan tugas

litigasi/nonlitigasi; pendampingan pegawai; fasilitator bantuan hukum bagi

Page 133: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 124

tersangka; koordinator pelaksanaan pemberian penghargaan pelapor;

memberikan saran/pendapat hukum (legal opinion/legal advice); dan

membantu pelaksanaan pengelolaan barang rampasan.

Selama tahun 2009, KPK menghadapi banyak permasalahan hukum,

di antaranya salah seorang pimpinan KPK yang diduga melakukan tindak

pidana pembunuhan sehingga dinonaktifkan dari jabatannya sebagai

pimpinan KPK, selanjutnya dua orang pimpinan lainnya diperiksa oleh

kepolisian karena diduga telah menyalahgunakan kewenangan dan

dinonaktifkan juga. Hal ini memicu permasalahan lain mengenai perbedaan

interpretasi mengenai ketentuan kepemimpinan kolektif dan penerapan asas

presumption of innonce, yang pada akhirnya Pasal 32 ayat (1) huruf c

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di-judicial review di Mahkamah Konstitusi. Di samping itu,

beberapa pegawai KPK dipanggil dan dimintai keterangannya sebagai saksi di

kepolisian. Untuk itu, Biro Hukum mewakili KPK telah melaksanakan

serangkaian kegiatan litigasi, pendampingan kepada pimpinan/pegawai yang

diperiksa, koordinasi aparat penegak hukum yang lain, koordinasi dengan

para ahli dan aktivis antikorupsi, dan serangkaian kegiatan lainnya dalam

rangka membela kepentingan pimpinan dan KPK. Tahun 2009 ini juga

merupakan momentum yang bersejarah dalam hal bidang regulasi yang

terkait KPK dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009

tentang Pengadilan Tipikor pada 29 Oktober 2009.

Efektivitas Layanan Biro Umum

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Efektivitas Layanan Biro Umum terdiri atas dua indikator, dengan

capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum 3,30 3,77 114,2%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah

tercapai.

KPI Indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum diperoleh

melalui survei atas layanan Biro Umum pada akhir tahun terhadap layanan

pengadaan, layanan gedung, dan layanan kerumahtanggaan. Adapun jenis

layanan yang disurvei adalah:

Page 134: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 125

a. Layanan Internal Rumah Tangga dan Perlengkapan, yang meliputi

layanan kebersihan, layanan kendaraan, layanan ATK, pelayanan ruang

rapat, dan layanan kantin;

b. Layanan Gedung, yang meliputi layanan keamananan, perparkiran,

operator dan resepsionis, dan layanan fasilitas;

c. Layanan Pengadaan (ULP), yang meliputi layanan ketepatan waktu

pengadaan, kemampuan staf pengadaan, dan layanan pemenuhan

vendor.

Berdasarkan hasil survei tanggal 12 Januari 2010 terhadap 50

responden dari masing-masing direktorat atau biro yang menjadi stakeholder

Biro Umum KPK, diperoleh indeks rata-rata hasil survei sebesar 3,77 dengan

rincian sebagai berikut:

a. Layanan Rumah Tangga dan Perlengkapan sebesar 3.77;

b. Layanan Gedung (UPG) sebesar 3.74;

c. Layanan Pengadaan (ULP) sebesar 3.79.

Pada Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan, peningkatan

pelayanan terjadi pada layanan ruang rapat, dukungan event, pelayanan

kendaraan, dan pemenuhan perlengkapan kerja. Sedangkan yang perlu

ditingkatkan adalah pemenuhan alat tulis kantor (ATK) dan layanan kantin.

Sementara itu, yang telah ditingkatkan pada Unit Pengelola Gedung

(UPG) adalah kebersihan dalam gedung, kebersihan luar gedung dan keasrian

taman, sikap pelayanan satpam/regu pengaman yang santun dan penerimaan

tamu yang baik, keramahan resepsionis dan operator telepon. Sedangkan

yang perlu ditingkatkan adalah pembenahan parkir mobil baik petugas dan

area parkir yang kurang dan pengamanan gedung.

Terakhir, pada bagian Layanan di Unit Layanan Pengadaan (ULP),

yang telah ditingkatkan adalah ketepatan waktu pengadaan dan pelayanan

pengadaan, sedangkan yang masih harus perlu ditingkatkan adalah

pemenuhan banyaknya vendor/suplier/sub-contractor yang diharapkan dan

kemampuan staf pengadaan dan kecepatan pengadaan agar dapat memenuhi

pengadaan yang profesional.

Page 135: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 126

BBBaaabbb VVVIIIIII CCCaaapppaaaiiiaaannn KKKiiinnneeerrrjjjaaa pppaaadddaaa PPPeeerrrssspppeeekkktttiiifff FFFiiinnnaaannnccciiiaaalll

apaian kinerja

Perspektif Financial

(Keuangan) adalah sebesar

116,5%, yang berasal dari

Objectives (Sasaran) Tersedianya

Anggaran dan Pengelolaan

Keuangan sebesar 116,5%.

Penjelasan masing-masing Objectives dan KPI adalah sebagai

berikut:

Tersedianya Anggaran dan Pengelolaan Keuangan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Tersedianya Anggaran dan Pengelolaan Keuangan terdiri atas

dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

No Indikator Kinerja (KPI) Target Realisasi Kinerja

1 Tingkat Perolehan Anggaran 2010 100% 108% 108%

2 Opini atas Audit Laporan Keuangan 2008 100% 125% 125%

Dari tabel di atas, terlihat bahwa target kinerja yang ditetapkan telah dapat

tercapai.

C

Page 136: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 127

KPI Tingkat Perolehan Anggaran 2010 diukur dari perbandingan

antara jumlah anggaran yang diperoleh berdasarkan Pagu Definitif dan Pagu

Indikatif, dengan formula: [(Pagu Definitif)/(Pagu Indikatif)] X 100%.

Pada Tahun Anggaran 2010, KPK memperoleh:

a. Pagu Indikatif sebesar Rp392.067.000.000,00 (sesuai SEB Menkeu dan

Bappenas Nomor: 0080/MPPN/04/2009 dan SE 1223/MK/2009 tanggal 16

April 2009);

b. Pagu Sementara sebesar Rp392.067.000.000,00 (sesuai SE-

1927/MK.02.09 tanggal 6 Juli 2009 tentang Pagu Sementara

Kementerian/Lembaga TA 2010); dan

c. Pagu Definitif sebesar Rp426.380.431.000,00 (sesuai SE-2679/MK.02/

2009 tanggal 24 September 2009 tentang Pagu Definitif Kementerian

Negara/Lembaga TA. 2010).

Komposisi Anggaran KPK 2010 Berdasarkan Jenis Belanja

Bel. Pegawai: Rp165,99M

(38,93%)

Bel. Modal: Rp87,56M (20,54%)

Bel. Barang: Rp172,82M

(40,53%)

Dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) KPK Tahun 2010,

anggaran KPK direncanakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan sebagai

berikut:

Page 137: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 128

Program Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Alokasi anggaran dalam program teknis ini sebesar Rp186,47 miliar, untuk

melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:

• Penyelidikan Tindak Pidana Korupsi (Dit. Penyelidikan); dianggarkan

Rp6,15 miliar untuk penyelidikan terhadap 60 kasus tindak pidana korupsi

(TPK).

• Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Dit. Penyidikan); dianggarkan

Rp6,05 miliar untuk penyidikan terhadap 55 perkara TPK.

• Penuntutan dan Eksekusi Tindak Pidana Korupsi (Dit. Penuntutan);

dianggarkan Rp6,76 miliar untuk: (a) penuntutan terhadap 45 perkara

TPK, dan (b) eksekusi terhadap 40 putusan yang berkekuatan hukum

tetap.

• Koordinasi dan Supervisi Penindakan Tindak Pidana Korupsi (Unit

Korsup); dianggarkan Rp3,00 miliar untuk: (a) koordinasi dengan Polda

dan Kejati sebanyak 52 kali, dan (b) supervisi terhadap 45 kasus TPK yang

ditangani Polda dan Kejati.

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang Penindakan

(Setindak); dianggarkan Rp2,29 miliar untuk: (a) rapat kerja Deputi

Penindakan; (b) rapat internal Deputi Penindakan; (c) rapat internal

Sekretariat Deputi Penindakan; (d) perawatan tahanan; dan (e) rapat

koordinasi dan konsultasi Deputi Penindakan.

• Pengelolaan LHKPN (Dit. PP LHKPN); dianggarkan Rp7,50 miliar

untuk: (a) pemeriksaan LHKPN; (b) pengumuman LHKPN dalam BN/TBN;

(c) bimbingan teknis pengisian LHKPN.

• Pengelolaan Gratifikasi (Dit. Gratifikasi); dianggarkan Rp2,52 miliar

untuk: (a) sosialisasi penanganan gratifikasi (penyelenggaraan

sosialisasi/seminar/workshop gratifikasi, menghadiri undangan

sosialisasi/seminar/workshop gratifikasi, pembuatan media gratifikasi, dan

diseminasi gratifikasi); (b) pemeriksaan/investigasi gratifikasi

(pengumpulan bahan keterangan tambahan (dalam dan luar kota),

monitoring ketaatan PN/PNS terhadap gratifikasi, rapat koordinasi,

peningkatan kapasitas SDM, pengadaan peralatan investigasi); (c)

kegiatan operasional investigasi gratifikasi (pengumpulan bahan

keterangan (luar negeri), pengumpulan bahan keterangan, rapat

koordinasi, peningkatan kapasitas SDM); (d) penanganan pelaporan

Page 138: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 129

gratifikasi (klarifikasi dan verifikasi pelaporan (dalam kota dan luar kota);

dan (e) pendaftaran dan pelaporan gratifikasi di TBN.

• Penyelenggaraan Pendidikan, Sosialisasi, dan Kampanye

Antikorupsi (Dit. Dikyanmas); dianggarkan Rp7,43 miliar untuk: (a)

pelaksanaan pendidikan antikorupsi (penyelenggaraan lokakarya

pendidikan pemberantasan korupsi, penyusunan dan pengembangan modul

pendidikan pemberantasan korupsi, peningkatan kompetensi pegawai); (b)

penggalangan tekad antikorupsi (melalui focus group discussion (FGD),

mall to mall, peringatan Hari Antikorupsi, special campaign, dan direct

campaign), peran serta masyarakat, bahan bangkit lawan korupsi,

lokakarya pemberantasan korupsi bagi masyarakat umum, diseminasi

informasi melalui media massa, penggalangan tekad menggunakan mobil

informasi, penyuluhan yang diinisiasi oleh pemerintah, swasta, dan

masyarakat; dan (c) Project Strenghten the Rule of Law and Security

in Indonesia (hibah dari Uni Eropa senilai Rp11,74 miliar,

diblokir/dibintangi oleh DPR).

• Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan KPK, serta

Pengkajian Sistem Pengelolaan Administrasi di Semua Lembaga

Negara dan Pemerintah (Dit. Litbang); dianggarkan Rp3,75 miliar

untuk: (a) penelitian pemberantasan TPK (Survei Integritas Layanan

Sektor Publik, Survei Persepsi Masyarakat, Penilaian Inisiatif Antikorupsi,

Penelitian Upaya Pencegahan Korupsi); (b) Kajian Sistem Administrasi di

Lembaga Negara/Pemerintah (Kajian Sistem Administrasi yang Berpotensi

Korupsi); (c) Implementasi Pengembangan Sistem Antikorupsi

(Pemantauan atas Implementasi Saran dan Perbaikan Inisiatif Instansi,

Koordinasi dan Pengembangan Sistem Antikorupsi); (d) Pengkajian

Kebijakan Strategis (Kajian Kebijakan Strategis yang Berpotensi Korupsi);

dan (e) Project Support to Indonesia’s Island of Integrity Program

for Sulawesi (SIPS) (hibah dari Kanada senilai Rp15,94 miliar,

diblokir/dibintangi DPR).

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang Pencegahan

(Setgah); dianggarkan Rp1,74 miliar untuk: (a) koordinasi dan supervisi

bidang pencegahan; (b) pengadaan peralatan penunjang operasional; (c)

perumusan sistem dan prosedur teknis; (d) peningkatan kompetensi

pegawai; dan (e) seminar/workshop/sarasehan.

• Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem dan Teknologi Informasi

(Dit. PINDA); dianggarkan Rp97,19 miliar untuk: (a) operasional layanan

Page 139: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 130

dukungan sistem dan teknologi informasi; (b) penyajian informasi dan

data; (c) pengadaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi

(TI); dan (d) pemeliharaan peralatan IT.

• Pengembangan dan Pemanfaatan Jaringan Kerjasama Antar

Lembaga/Instansi (Dit. PJKAKI); dianggarkan Rp4,47 miliar untuk: (a)

pelacakan aset (asset tracing); (b) penjalinan kerja sama dengan institusi

lain (implementasi dan pembinaan kerja sama di tingkat daerah dan

nasional, pembuatan naskah dinas kerja sama nasional, penyusunan dan

pengembangan IGSI nasional); (c) penyajian data dan informasi; dan (d)

pelaksanaan kerja sama luar negeri (implementasi dan pembinaan kerja

sama internasional, penyusunan dan pengembangan IGSI internasional,

bantuan internasional (international assistance), dan naskah dinas kerja

sama internasional).

• Penyediaan Data dan Informasi untuk Pemberantasan TPK (Dit.

Monitor); dianggarkan Rp2,84 miliar untuk: (a) perlengkapan kegiatan

pencarian informasi dan data; (b) dedicated secure promises

(lokasi/tempat); (c) biaya pencarian dan pengumpulan informasi dan data

(mengikuti lifestyle target operasi); (d) sewa kendaraan; (e) pemeliharaan

peralatan; dan (f) toolkit untuk pencarian informasi dan data.

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang INDA (Setinda);

dianggarkan Rp113,12 juta untuk operasional pelaksanaan kegiatan

Setinda.

• Penanganan Pengaduan Masyarakat (Dit. Dumas); dianggarkan

Rp4,27 miliar untuk: (a) kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan

tambahan (pengadaan dan pengembangan peralalatan surveillance dan

software), kegiatan unit reaksi cepat; (b) penyelenggaraan workshop

dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi (sebagai peserta,

sebagai narasumber, dan sebagai penyelenggara workshop pengaduan

masyarakat); (c) diklat teknis; (d) rapat koordinasi; dan (e)

pengembangan sistem aplikasi dumas.

• Pengawasan Internal KPK (Dit. PI); dianggarkan Rp1,95 miliar untuk:

(a) pembinaan/koordinasi dan konsultasi pengawasan (pembina-

an/sosialisasi pengawasan); (b) penguatan kelambagaan (pengembangan

tenaga pemeriksa profesional, dan implementasi sistem manajemen

risiko); (c) pengawasan dan pemeriksaan (pengawasan dan pemeriksaan,

pengadaan peralatan penunjang sistem pengawasan, pemeliharaan sistem

informasi pengawasan, reviu laporan keuangan, evaluasi atas kinerja,

Page 140: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 131

konsultasi bidang pengawasan, penyelenggaraan bidang eksaminasi,

pemeriksaan bidang etika dan profesi, dan monitoring tindak lanjut

rekomendasi).

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang PIPM (Set. PIPM);

dianggarkan Rp730,78 juta untuk: (a) rapat koordinasi Deputi Bidang

PIPM; (b) menghadiri seminar, workshop, konferensi; (c) pemenuhan

kebutuhan sarana dan prasarana; (d) penyusunan dokumen perencanaan

dan pelaksanaan; (e) evaluasi teknis dan koordinasi internal; dan (e)

training/pelatihan sekretariat PIPM.

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis dan

Lainnya pada KPK

Alokasi anggaran dalam program generik ini sebesar Rp239,91 miliar, untuk

melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:

• Penyelenggaraan Humas dan Protokoler (Biro Humas); dianggarkan

Rp7,18 miliar untuk: (a) penyelenggaraan humas dan pemberitaan

(publikasi audiovisual, pengadaan sarana dan prasarana jurnalistik, riset

kehumasan, publikasi cetak, lomba jurnalistik, monitoring dan analisis

berita, temu media dan masyarakat, dan pengelolaan website); (b)

penyelenggaraan keprotokolan (kerja sama pimpinan dalam rangka

pemberantasan korupsi dengan organisasi internasional, workshop/seminar

dan menghadiri undangan (dalam dan luar negeri), rapat dan koordinasi

untuk pimpinan, pendampingan kegiatan keprotokolan pimpinan); dan (c)

administrasi perkantoran.

• Perancangan Hukum, Litigasi, dan Bantuan Hukum (Biro Hukum);

dianggarkan Rp2,40 miliar untuk: (a) legal drafting; (b) litigasi dan

bantuan hukum; dan (c) perlindungan saksi.

• Perencanaan dan Penataan Organisasi, serta Pengelolaan

Keuangan (Biro Renkeu); dianggarkan Rp1,05 miliar untuk: (a)

penatausahaan, pembukuan, verifikasi, dan pelaksanaan anggaran; (b)

perencanaan/penyusunan/pengembangan renstra, program, rencana kerja,

dan sistem prosedur; (c) pengelolaan titipan uang sitaan dan gratifikasi;

dan (d) penyusunan laporan tahunan (edisi terbatas dan edisi lengkap).

• Manajemen Sumber Daya Manusia (Biro SDM); dianggarkan Rp175,25

miliar untuk: (a) gaji pimpinan, pegawai, dan penasihat KPK; (b) diklat

teknis (dalam dan luar negeri); (c) pendaftaran dan seleksi pegawai KPK;

Page 141: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 132

(c) penataan manajemen kelembagaan KPK (meliputi analisis jabatan,

analisis beban kerja, kompetensi perilaku dan teknis, evaluasi jabatan dan

struktur kompensasi, manajemen karier, manajemen kinerja, evaluasi

PP63/2005, pengembangan software HRIS dan PMS); dan (d) peningkatan

pelayanan SDM.

• Penyelenggaraan Operasional Perkantoran (Biro Umum);

dianggarkan Rp54,03 miliar untuk: (a) perawatan gedung kantor; (b)

perawatan sarana gedung; (c) pengadaan peralatan/perlengkapan kantor;

(d) perawatan 51 unit kendaraan roda 4; (e) perawatan 24 kendaraan roda

2; (f) langganan daya dan jasa; (g) pemeliharaan barang sitaan; (h)

pelelangan barang sitaan/rampasan; (i) pengelolaan aset; (j) pelaksanaan

pengadaan barang dan jasa (PBJ); (k) sewa gedung

kantor/peralatan/kendaraan; (l) jasa keamanan; (m) rehabilitasi dan

renovasi gedung negara yang dipakai KPK; dan (n) pengadaan peralatan

penunjang operasional rapat/koordinasi kerja/dinas.

KPI Opini atas Audit Laporan Keuangan 2008 diukur dari opini

atas audit Laporan Keuangan KPK yang dikeluarkan Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), dengan formula:

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) = 125%;

Wajar Dengan Pengecualian (WDP) = 100%;

Menolak Memberi Penilaian (MMP) = 75%.

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, setiap tahun KPK menyusun

Laporan Keuangan KPK dengan menggunakan Sistem Akuntansi

Instansi (SAI), yang terdiri atas Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Laporan Keuangan

(Financial Statement) KPK terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: (a) Laporan

Realisasi Anggaran (LRA); (b) Neraca (Balance Sheets); dan (c) Catatan atas

Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut setelah direviu oleh Direktorat

Pengawasan Internal, selanjutnya diaudit oleh BPK.

Opini Audit Laporan Keuangan KPK Tahun 2008 dari BPK adalah

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebagaimana telah disampaikan oleh

BPK melalui suratnya Nomor: 42/S/III-XIV.2/06/2009 tanggal 23 Juni 2009

perihal Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan KPK tahun 2008 dan 2007.

Page 142: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 133

Di samping opini dari BPK, Laporan Keuangan KPK 2008 juga

mendapat penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia (c.q. Menteri

Keuangan) dengan capaian standar tertinggi dalam Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Pemerintahan.

Page 143: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 134

BBBaaabbb VVVIIIIIIIII AAAkkkuuunnntttaaabbbiiillliiitttaaasss KKKeeeuuuaaannngggaaannn

ntuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan, KPK saat ini sedang menyusun

Laporan Keuangan KPK Tahun 2009 dengan menggunakan Sistem

Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri atas Sistem Akuntansi Keuangan

(SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). Selanjutnya,

laporan keuangan tersebut akan direviu oleh Direktorat Pengawasan Internal,

sebelum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebagaimana

diketahui, hasil audit BPK atas Laporan Keuangan KPK tahun lalu adalah

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

U

Page 144: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 135

RRReeeaaallliiisssaaasssiii AAAnnnggggggaaarrraaannn Pada Tahun Anggaran 2009, KPK memperoleh pagu anggaran

(Rupiah Murni) sebesar Rp315.235.856.000,00. Realisasi anggaran s.d. 31

Desember 2009 adalah Rp221.624.371.097,00 atau 70,30% dari pagu,

sebagaimana tampak pada grafik berikut:

Realisasi APBN (RM) per Jenis Belanja (31 Des. 2009)

159.370

112.555

43.310

142.151

62.165

17.308

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

Bel. Pegawai Bel. Barang Bel. Modal

(dal

am J

utaa

n Ru

piah

)

Pagu DIPA Realisasi

Penggunaan Sumber Daya Anggaran Tahun 2009

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Biro

Ren

keu

Biro

Um

um

Bir

o SD

M

Bir

o Hu

mas

Bir

o Hu

kum

Setin

dak

Peny

elid

ikan

Peny

idik

an

Pen

untu

tan

Set

cega

h

Diky

anm

as

Litb

ang

PP

LHK

PN

Gra

tifik

asi

Set

inda

Pin

da

Mon

itor

PJK

AK

I

Set P

IPM P

I

PM

(Rp

Juta

an)

Pagu Anggaran Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai Total Belanja

Page 145: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 136

KPK belum dapat menyerap semua anggaran yang disediakan pada

tahun 2009 disebabkan beberapa hal berikut:

a. Penyusunan anggaran menggunakan indeks harga tertinggi, yang telah

ditetapkan oleh Departemen Keuangan dalam Standar Biaya Umum (SBU)

tahunan. Dalam implementasinya, dengan sistem yang transparan dan

fair, keuangan negara pada proses pengadaan barang/jasa yang

dilaksanakan di KPK dapat dihemat sebesar Rp12,333 miliar (atau 20,28%

dari HPS), sebagaimana tampak pada tabel berikut:

No Unit Kerja Jumlah Paket

Perkiraan Dana (HPS) (Rp)

Hasil Pengadaan (Rp)

Penghematan (Rp)

% Peng-hematan

1 Setjen 254 29.412.576.841 24.079.613.322 5.332.963.519 18,13%

2 INDA 138 16.361.404.218 11.586.887.558 4.774.516.660 29,18%

3 PIPM 18 868.115.990 782.103.543 86.012.447 9,91%

4 Pencegahan 132 14.170.506.445 12.030.884.264 2.139.622.181 15,10%

5 Penindakan 0 0 0 0 0

Jumlah 542 60.812.603.494 48.479.488.687 12.333.114.807 20,28%

c. Beberapa kegiatan belum dapat dilaksanakan, sebagian besar adalah

dikarenakan adanya masalah hukum yang menjerat pimpinan KPK dan

kemudian tuduhan hukum yang dikenakan kepada dua pimpinan KPK. Hal

tersebut menyebabkan KPK harus membagi konsentrasi dalam waktu lama

untuk dapat menyelesaikan tugas pemberantasan korupsi dan

menghadapi situasi tersebut. Masalah tersebut banyak mengakibatkan

kegiatan yang tertunda sampai dengan akhir tahun 2009, seperti kegiatan

pulbaket, penyidikan, dan rapat kerja evaluasi.

d. Rencana pembangunan rumah tahanan yang dananya diblokir, karena

tidak mendapat izin dari Kementerian Hukum dan HAM.

Page 146: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 137

PPPeeennngggggguuunnnaaaaaannn SSSuuummmbbbeeerrr DDDaaayyyaaa Jika dibandingkan capaian kinerja tingkat korporat (KPK) sebesar

127,5% dengan penggunaan anggaran sebesar 70,30%, hasil ini relatif “lebih

bagus”, karena target kinerja yang telah ditetapkan dapat dicapai secara

optimal tanpa harus menghabiskan seluruh anggaran. Perbandingan antara

realisasi anggaran (yang telah “disesuaikan”) dan capaian kinerja per

deputi/setjen tampak pada grafik di bawah ini:

Berikut disampaikan secara ringkas capaian kinerja masing-masing

deputi/setjen dan direktorat/biro di bawahnya dan pengunaan sumber daya

manusia dan anggaran yang telah “disesuaikan”. Belanja pegawai yang

selama ini seluruhnya “ditempatkan” di Sekretariat Jenderal (c.q. Biro SDM),

dalam perhitungan anggaran berbasis kinerja “dialokasikan” ke masing-

masing unit. Beberapa pembiayaan yang dialokasikan ke Sekretariat Deputi,

sebenarnya untuk operasional kegiatan deputi/direktorat, tetap “ditempatkan”

di Sekretariat Deputi karena tidak diperoleh data yang memadai untuk

memilah secara tepat kepada direktorat mana pengeluaran tersebut dilakukan

(meskipun masih di deputi yang sama).

70,3%

127,5%

54,6%

110,0%

78,5%

126,0%

86,9%

134,4%

69,8%

108,6%

78,8%

102,8%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

KPK Setjen Penindakan Pencegahan INDA PIPM

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja Tahun 2009

Realisasi Anggaran Capaian Kinerja

Page 147: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 138

DDDeeepppuuutttiii BBBiiidddaaannnggg PPPeeennniiinnndddaaakkkaaannn

Capaian kinerja Deputi Bidang Penindakan adalah 126,00%,

dengan menggunakan sumber daya manusia sebanyak 187 orang (50 orang

pegawai tetap (PT), 137 orang pegawai negeri dipekerjakan (PND), dan 0

orang PEGAWAI TIDAK TETap (PTT); dan penggunaan anggaran sebesar

Rp55.116.537.603 (Rp9.153.054.226,00 belanja barang, Rp0,00 belanja

modal, dan Rp45.963.483.377,00 belanja pegawai).

Adapun capaian kinerja direktorat di bawah Deputi Bidang

Penindakan dan penggunaan sumber daya manusia dan anggarannya adalah

sebagai berikut:

a. Direktorat Penyelidikan: Capaian kinerja sebesar 123,40%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 50 orang (29 orang PT, 21

orang PND, dan 0 orang PTT); dan penggunaan anggaran sebesar

Rp14.079.726.227,00 (Rp2.221.039.281,00 belanja barang, Rp0,00

belanja modal, dan Rp11.858.686.946,00 belanja pegawai).

b. Direktorat Penyidikan: Capaian kinerja sebesar 129,90%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 84 orang (4 orang PT, 80

orang PND, dan 0 orang PTT); dan penggunaan anggaran sebesar

Rp25.136.722.780,00 (Rp3.527.330.768,00 belanja barang, Rp0,00

belanja modal, dan Rp21.609.392.012,00 belanja pegawai).

c. Direktorat Penuntutan: Capaian kinerja sebesar 118,50%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 34 orang (5 orang PT, 29

orang PND, dan 0 orang PTT); dan penggunaan anggaran sebesar

Rp10.677.365.592,00 (Rp1.530.079.743,00 belanja barang, Rp0,00

belanja modal, dan Rp9.147.285.849,00 belanja pegawai).

Secara grafis, capaian kinerja dan realisasi anggaran per direktorat

lingkup Deputi Bidang Penindakan tampak sebagai berikut:

Page 148: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 139

DDDeeepppuuutttiii BBBiiidddaaannnggg PPPeeennnccceeegggaaahhhaaannn

Capaian kinerja Deputi Bidang Pencegahan adalah 134,40%,

dengan menggunakan sumber daya manusia sebanyak 214 orang (99 orang

PT, 19 orang PND, 4 orang PTT, dan 92 orang tenaga outsources); dan

penggunaan anggaran sebesar Rp43.266.050.159,00 (Rp15.584.347.596,00

belanja barang, Rp777.409.088,00 belanja modal, dan Rp26.904.293.475,00

belanja pegawai).

Adapun capaian kinerja direktorat di bawah Deputi Bidang

Pencegahan dan penggunaan sumber daya manusia dan anggarannya adalah

sebagai berikut:

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Kinerja 2009 Deputi Penindakan

82,42%94,47%

69,57%

123,40%129,90%

118,50%

Penyelidikan Penyidikan Penuntutan

Penggunaan Anggaran Capaian Kinerja

Realisasi Anggaran Tahun 2009 (Rp Jutaan) Deputi Penindakan

2.221 3.527 1.5300

00

11.859

21.609

9.147

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Penyelidikan Penyidikan Penuntutan

Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai

Page 149: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 140

a. Direktorat Dikyanmas: Capaian kinerja sebesar 114,20%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 27 orang (21 orang PT, 0

orang PND, 1 orang PTT, dan 5 orang tenaga outsources) dan penggunaan

anggaran sebesar Rp10.873.816.551,00 (Rp5.490.345.219,00 belanja

barang, Rp46.596.000,00 belanja modal, dan Rp5.336.875.332,00 belanja

pegawai).

b. Direktorat Gratifikasi: Capaian kinerja sebesar 139,40%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 29 orang (23 orang PT, 4

orang PND, 1 orang PTT, dan 1 orang tenaga outsources); dan

penggunaan anggaran sebesar Rp7.269.972.449,00 (Rp1.394.198.889,00

belanja barang, Rp227.112.250,00 belanja modal, dan

Rp5.648.661.310,00 belanja pegawai).

c. Direktorat Litbang: Capaian kinerja sebesar 124,60%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 26 orang (21 orang PT, 2

orang PND, 1 orang PTT, dan 2 orang tenaga outsources); dan

penggunaan anggaran sebesar Rp7.803.799.333,00 (Rp2.587.131.175,00

belanja barang, Rp31.537.000,00 belanja modal, dan Rp5.185.131.158,00

belanja pegawai).

d. Direktorat PP LHKPN: Capaian kinerja sebesar 119,30%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 123 orang (27 orang PT,

13 orang PND, 0 orang PTT, dan 83 orang tenaga outsources); dan

penggunaan anggaran sebesar Rp14.595.362.269,00

(Rp5.648.476.463,00 belanja barang, Rp446.341.338,00 belanja modal,

dan Rp8.500.544.468,00 belanja pegawai).

Secara grafis, capaian kinerja dan realisasi anggaran per direktorat

pada lingkup Deputi Bidang Pencegahan tampak sebagai berikut:

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Kinerja 2009 Deputi Pencegahan

114,20%124,60% 119,30%

139,40%

88,69%91,19%87,30%85,80%

Dikyanmas Litbang PP LHKPN Gratifikasi

Penggunaan Anggaran Capaian Kinerja

Page 150: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 141

DDDeeepppuuutttiii BBBiiidddaaannnggg IIINNNDDDAAA

Capaian kinerja Deputi Bidang INDA adalah 86,60%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 144 orang (115 orang PT, 14

orang PND, 3 orang PTT, dan 12 orang tenaga outsources) dan penggunaan

anggaran sebesar Rp50.500.353.562,00 (Rp14.062.527.414,00 belanja

barang, Rp13.344.311.097,00 belanja modal, dan Rp23.093.515.051,00

belanja pegawai).

Adapun capaian kinerja direktorat di bawah Deputi Bidang INDA dan

penggunaan sumber daya manusia dan anggarannya adalah sebagai berikut:

a. Direktorat Monitor: Capaian kinerja sebesar 108,80%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 27 orang (22 orang PT, 5

orang PND, 0 orang PTT, dan 0 orang tenaga outsources); dan

penggunaan anggaran sebesar Rp5.485.610.649,00 (Rp924.394.218,00

belanja barang, Rp135.369.300,00 belanja modal, dan

Rp4.425.847.131,00 belanja pegawai).

b. Direktorat Pinda: Capaian kinerja sebesar 95,70%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 85 orang (71 orang PT, 3

orang PND, 2 orang PTT, dan 9 orang tenaga outsources) dan penggunaan

anggaran sebesar Rp35.633.046.800,00 (Rp10.494.516.455,00 belanja

barang, Rp13.130.208.793,00 belanja modal, dan Rp12.008.321.552,00

belanja pegawai).

c. Direktorat PJKAKI: Capaian kinerja sebesar 133,10%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 23 orang (18 orang PT, 3

orang PND, 1 orang PTT, dan 1 orang tenaga outsources); dan

Realisasi Anggaran 2009 (Rp Jutaan) Deputi Pencegah

5.4902.587

5.648

1.394

47

32

446

227

5.337

5.185

8.501

5.649

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

Dikyanmas Litbang PP LHKPN Gratifikasi

Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai

Page 151: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 142

penggunaan anggaran sebesar Rp7.933.239.837,00 (Rp2.610.394.205,00

belanja barang, Rp278.733.004,00 belanja modal, dan

Rp5.244.112.628,00 belanja pegawai).

Secara grafis, capaian kinerja dan realisasi anggaran per direktorat

lingkup Deputi Bidang INDA tampak sebagai berikut:

DDDeeepppuuutttiii BBBiiidddaaannnggg PPPIIIPPPMMM

Capaian kinerja Deputi Bidang PIPM adalah 102,80%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 75 orang (47 orang PT, 27

orang PND, 1 orang PTT, dan 0 orang tenaga outsources); dan penggunaan

anggaran sebesar Rp18.578.479.394,00 (Rp1.221.357.903,00 belanja

barang, Rp630.337.428,00 belanja modal, dan Rp16.726.784.063,00 belanja

pegawai).

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Kinerja 2009 Deputi INDA

65,98%73,97%

84,47%95,70%

108,80%

133,10%

Pinda Monitor PJKAKI

Penggunaan Anggaran Capaian Kinerja

Realisasi Anggaran 2009 (Rp Jutaan) Deputi INDA

10.495

924 2.610

13.130

135 79

12.008

4.4265.244

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Pinda Monitor PJKAKI

Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai

Page 152: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 143

Adapun capaian kinerja direktorat di bawah Deputi Bidang PIPM dan

penggunaan sumber daya manusia dan anggarannya adalah sebagai berikut:

a. Direktorat PI: Capaian kinerja sebesar 121,90%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 22 orang (19 orang PT, 3 orang PND, 0

orang PTT, dan 0 orang tenaga outsources); dan penggunaan anggaran

sebesar Rp5.378.869.461,00 (Rp233.956.220,00 belanja barang,

Rp506.807.428,00 belanja modal, dan Rp4.638.105.813,00 belanja

pegawai).

b. Direktorat PM: Capaian kinerja sebesar 95,70%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 40 orang (19 orang PT, 20 orang PND, 1

orang PTT, dan 0 orang tenaga outsources); dan penggunaan anggaran

sebesar Rp10.710.566.210,00 (Rp898.541.853,00 belanja barang,

Rp47.850.000,00 belanja modal, dan Rp9.764.174.357,00 belanja

pegawai).

Secara grafis, capaian kinerja dan realisasi anggaran per direktorat

lingkup Deputi Bidang PIPM tampak sebagai berikut:

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Kinerja 2009 Deputi PIPM

78,86% 77,85%

121,90% 118,30%

Dit. PI Dit. Dumas

Penggunaan Anggaran Capaian Kinerja

Realisasi Anggaran 2009 (Rp Jutaan) Deputi PIPM

234 899507 48

4.638

9.764

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

Dit. PI Dit. PM

Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai

Page 153: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 144

SSSeeekkkrrreeetttaaarrriiiaaattt JJJeeennndddeeerrraaalll

Capaian kinerja Sekretariat Jenderal adalah 110,00%, dengan

menggunakan sumber daya manusia sebanyak 319 orang (65 orang PT, 42

orang PND, 20 orang PTT, dan 192 orang tenaga outsources) dan penggunaan

anggaran sebesar Rp54.162.950.379,00 (Rp22.200.567.914,00 belanja

barang, Rp2.499.031.997,00 belanja modal, dan Rp29.463.350.468,00

belanja pegawai).

Adapun capaian kinerja direktorat di bawah Sekretariat Jenderal dan

penggunaan sumber daya manusia dan anggarannya adalah sebagai berikut:

a. Biro Hukum: Capaian kinerja sebesar 104,20%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 13 orang (9 orang PT, 3 orang PND, 1

orang PTT, dan 0 orang tenaga outsources) dan penggunaan anggaran

sebesar Rp4.395.849.432,00 (Rp570.286.894,00 belanja barang,

Rp166.253.002,00 belanja modal, dan Rp3.659.309.536,00 belanja

pegawai).

b. Biro Humas: Capaian kinerja sebesar 106,50%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 24 orang (10 orang PT, 4 orang PND, 0

orang PTT, dan 10 orang tenaga outsources); dan penggunaan anggaran

sebesar Rp12.582.516.950,00 (Rp2.183.251.541,00 belanja barang,

Rp56.113.425,00 belanja modal, dan Rp10.343.151.984,00 belanja

pegawai).

c. Biro Renkeu: Capaian kinerja sebesar 111,70%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 22 orang (8 orang PT, 8 orang PND, 1

orang PTT, dan 5 orang tenaga outsources); dan penggunaan anggaran

sebesar Rp4.066.728.865,00 (Rp226.032.983,00 belanja barang,

Rp39.600.000,00 belanja modal, dan Rp3.801.095.882,00 belanja

pegawai).

d. Biro SDM: Capaian kinerja sebesar 105,40%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 25 orang (16 orang PT, 2 orang PND, 5

orang PTT, dan 2 orang tenaga outsources); dan penggunaan anggaran

sebesar Rp9.280.893.727,00 (Rp4.087.088.194,00 belanja barang,

Rp300.272.500,00 belanja modal, dan Rp4.893.533.033,00 belanja

pegawai).

e. Biro Umum: Capaian kinerja sebesar 119,50%, dengan menggunakan

sumber daya manusia sebanyak 211 orang (18 orang PT, 12 orang PND, 6

orang PTT, dan 175 orang tenaga outsources) dan penggunaan anggaran

Page 154: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 145

sebesar Rp23.836.961.405,00 (Rp15.133.908.302,00 belanja barang,

Rp1.936.793.070,00 belanja modal, dan Rp6.766.260.033,00 belanja

pegawai).

Secara grafis, capaian kinerja dan realisasi anggaran per biro lingkup

Sekretariat Jenderal tampak sebagai berikut:

Perbandingan Realisasi Anggaran dan Kinerja 2009 Sekretariat Jenderal

72,55%

111,70%119,50%

105,40% 106,50% 104,20%

69,47%

29,84%

60,82%

85,13%

Renkeu Umum SDM Humas Hukum

Penggunaan Anggaran Capaian Kinerja

Realisasi Anggaran 2009 (Rp Jutaan) Sekretariat Jenderal

226

15.134

4.087 2.183 57040

1.937

30056

1663.801

6.766

4.894 10.343

3.6590

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Renkeu Umum SDM Humas Hukum

Bel. Barang Bel. Modal Bel. Pegawai

Page 155: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 146

BBBaaabbb IIIXXX

PPP eee nnn uuu ttt uuu ppp

ewujudkan Indonesia yang sejahtera merupakan cita-cita luhur

pendiri bangsa ini. Kondisi tersebut hanya bisa dicapai jika

negeri ini lepas dari jeratan korupsi. Korupsi merupakan penyakit akut yang

menyebar ke seluruh tatanan kehidupan masyarakat. Daya rusak yang

ditimbulkan akibat korupsi pun sangat luar biasa, tidak hanya menggerogoti

sendi-sendi ekonomi rakyat, tetapi juga menghancurkan pilar-pilar demokrasi.

Sejak awal berdirinya, KPK dituntut untuk memenuhi harapan

masyarakat melalui upaya penindakan yang keras dan tegas terhadap para

koruptor secara efektif, efisien, dan tetap menghormati due process of law. KPK

berupaya memenuhi harapan masyarakat dengan melakukan sejumlah program

kerja yang tidak hanya menindak koruptor secara hukum, namun juga

melakukan berbagai kegiatan pencegahan. Program pencegahan seperti

menggalang sejumlah kerja sama baik dengan institusi pendidikan maupun

lembaga lain telah dilakukan, termasuk upaya untuk mendorong pemerintah

melaksanakan reformasi birokrasi.

KPK menyadari bahwa upaya pencegahan tidak akan menuai hasil nyata

jika upaya penindakan secara hukum tidak gencar dilakukan. Penindakan

merupakan salah satu upaya penting dalam penegakan hukum sebagai terapi

kejut yang diharapkan mampu memberi efek jera bagi pelaku korupsi. Langkah

pencegahan maupun penindakan harus dilakukan secara serentak dan terpadu

dengan kecepatan yang sama.

Membebaskan Indonesia dari penyakit kronis korupsi merupakan

pekerjaan besar yang mustahil mampu dilakukan KPK sendiri. Peran serta

masyarakat secara aktif yang didukung kesungguhan jajaran penyelenggara

negara dan penegak hukum, baik di tingkat pusat maupun daerah, merupakan

syarat mutlak untuk mewujudkan harapan tersebut. KPK menyadari bahwa

pemberantasan korupsi adalah peperangan besar yang harus dilakukan secara

berkelanjutan, dan waktu yang dibutuhkan pun bukanlah dalam hitungan bulan

atau tahun, melainkan dalam ukuran generasi.

Laporan Kinerja KPK Tahun 2009 ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik sasaran maupun kegiatan yang

M

Page 156: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 147

menjadi tugas pokok dan fungsi KPK. Laporan ini merupakan wujud transparansi

dan akuntabilitas KPK dalam melaksanakan berbagai kewajiban yang

diembannya dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Sangat disadari bahwa laporan ini belum sempurna seperti yang

diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dapat memperoleh gambaran kinerja yang telah

dilakukan oleh jajaran KPK sepanjang tahun 2009. Di masa mendatang, KPK

akan melakukan berbagai langkah untuk lebih menyempurnakan pelaporan ini

agar terwujud transparansi dan akuntabilitas yang kita ingin wujudkan bersama.

Page 157: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

LAKIP KPK Tahun 2009 148

LAMPIRAN

Page 158: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Laporan Pencapaian Kinerja KPK Tahun 2009

Pimpinan Default 2009/12

Measure Units Realisasi Rencana

Data Data Index Kinerja Pimpinan -- -- 127,5% Perspektif Pemangku Kepentingan Pimpinan -- -- 123,0% Berkurangnya Korupsi di Indonesia -- -- 93,3% Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia Index 2,80 3,00 93,3%

Efektivitas Koordinasi dan Supervisi Penindakan -- -- 138,5% % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil Percentage 138,54% 100,00% 138,5%

Keberhasilan Penegakkan Hukum Kasus TPK oleh KPK -- -- 125,0% % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK Percentage 100,00% 80,00% 125,0%

Pengembalian Kerugian/Penyelamatan KN dari TPK & Pencegahan -- -- 150,0%

Pengembalian KKN dari Eksekusi Percentage 50,00% 50,00% 100,0% Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan IDR (Milyar) 5.023,10 600,00 200,0%

Terwujudnya Nilai Anti Korupsi pada PN dan Stakeholdernya -- -- 108,3%

Rata-rata Indeks Integritas Nas (Inst. Pusat & Daerah) Index 6,50 6,00 108,3% Perspektif Internal Pimpinan -- -- 140,3% Koordinasi dan Supervisi Penindakan -- -- 158,5% % Peningkatan Jumlah Perkara yg Disupervisi KPK Diselesaikan Polri/Kejagung Percentage 633,21% 100,00% 200,0%

% Peningkatan Jumlah SPDP Percentage 116,99% 100,00% 117,0% Penindakan yang Kuat dan Proaktif -- -- 96,1% Kasus Solid Kasus 25 25 100,0% Penyidikan Lengkap Perkara 36 35 102,9% Berkas Perkara yang Dilimpahkan Perkara 34 35 97,1% Case Building INDA Kasus 4 5 80,0% Jumlah Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke Penyelidikan Kasus 5 5 100,0%

Kasus yang Ditindaklanjuti oleh Dit. Lidik PN 6 6 100,0% Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID) Kasus 52 56 92,9%

Efektivitas Pelacakan Aset -- -- 121,5% % Nilai Aset Berhasil Dilacak Percentage 60,75% 50,00% 121,5%

Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dari Gratifikasi -- -- 115,2% Setoran PNBP dari Pelaporan Gratifikasi IDR Rp 2.304.799.068,00 Rp 2.000.000.000,00 115,2%

Penyelamatan Kerugian/Kekayaan Negara -- -- 200,0% Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim Gratifikasi IDR (Milyar) 2.600,00 300,00 200,0% Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim LHKPN IDR (Milyar) 1.969,90 300,00 200,0%

Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan Penerimaan Gratifikasi -- -- 200,0%

% Peningkatan Jumlah PN yg Melaporkan Penerimaan Gratifikasi Percentage 309,08% 100,00% 200,0%

Meningkatnya Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN -- -- 141,3% Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN PN 14.134 10.000 141,3%

Terbangunnya Pemahaman Masyarakat thd Anti Korupsi -- -- 100,0% % Peningkatan Kesadaran Masyarakat thd Anti Korupsi Percentage 10,00% 10,00% 100,0%

Percepatan Reformasi Sektor Publik -- -- 100,0% # Instansi yang Mengimplementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik Instansi 20,00 20,00 100,0%

Meningkatnya Efektivitas Fungsi Aparat Pengawasan -- -- 200,0% % Irjen yg Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK Percentage 60,70% 25,00% 200,0%

Dukungan Informasi dan Data yang Efektif -- -- 130,8% % Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data Percentage 85,00% 65,00% 130,8%

Kerjasama Antar Lembaga -- -- 120,7% Indeks Kepuasan Layanan Kerjasama Antar Lembaga Index 7,24 6,00 120,7%

Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan Pimpinan -- -- 104,6% Tersedianya Infrastruktur TI -- -- 107,4% Indeks Kepuasan Layanan (Pinda) Index 75,15 70,00 107,4%

Efektivitas Layanan SDM -- -- 105,2% Indeks Kepuasan Layanan SDM Index 3,42 3,25 105,2%

Terciptanya Transparansi dan Integritas -- -- 96,3% Jumlah Penyimpangan "Material" Number 0 0 100,0% Pemberitaan Positif ttg KPK di Media Massa Percentage 46,25% 50,00% 92,5%

Tersedianya Dukungan Hukum -- -- 100,0% % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan oleh KPK Percentage 80,00% 80,00% 100,0%

Efektivitas Layanan Biro Umum -- -- 114,2% Indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum Index 3,77 3,30 114,2%

Perspektif Keuangan Pimpinan -- -- 116,5% Ketersediaan Anggaran dan Pengelolaan Keuangan -- -- 116,5% Tingkat Perolehan Anggaran 2010 Percentage 108,00% 100,00% 108,0% Opini BPK atas Audit Laporan Keuangan 2008 Percentage 125,00% 100,00% 125,0%

* Data yang akan datang

03 Februari 2010 Page 1

Page 159: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 2

KPK (Korporat)

Capaian Kinerja

Pimpinan 127,5% Bel. Pegawai: 142.151.426.434 PT: 383 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 62.221.855.053 PND: 239 1. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia (Indeks): 2,80Bel. Modal: 17.251.089.610 PTT: 28 2. % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasl (Persentase): 138,54%Total: 221.624.371.097 Total_1: 650 3. % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK (Persentase): 100,00%

OS: 296 4. Pengembalian KKN dari Eksekusi (Persentase): 50,00%Total_2: 946 5. Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan (IDR Milyar): 5.023,10

6. Rata-rata index Integritas Nasional (Instansi Pusat & Daerah) (Index): 6,50

Internal:1. % Peningkatan Jumlah Perkara yang Disupervisi KPK Diselesaikan Polri/Kejagun(Persentase): 633,21% 2. % Peningkatan Jumlah SPDP (Persentase): 116,99%3. Kasus Solid (Kasus): 254. Penyidikan Lengkap (Perkara): 365. Berkas Perkara yang Dilimpahkan (Perkara): 346. Case Building INDA (Kasus): 1

7. Jumlah Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke Penyelidikan (Kasus): 6 8. Kasus yang ditindaklanjuti oleh Dit.Lidik (PN): 69. Hasil Pemeriksan Dumas yang Dilimpahkan (LID) (Kasus): 5210.% Nilai Aset Berhasil Dilacak (Persentase): 60,57%11.Setoran PNBP dari Pelaporan Gratifikasi (IDR): Rp 2.304.799.068,0012.Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim Gratifikasi (IDR) (Milyar): 2.600,0013.Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim LHKPN (IDR) (Milyar): 1.969,90

14.% Peningkatan Jumlah PN yg Melaporkan Penerimaan Gratifikasi (Persentase): 309,08%

15.Jumlah PN yang Melaporkan LHKPN (PN): 14.13416.% Peningkatan Kesadaran Masyarakat thd Anti Korupsi (Persentase): 10,00%

18.% Irjen yang Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK (Persentase): 60,70% 19.% Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data (Persentase): 85,00%20. Indeks Kepuasan Layanan Kerjasama Antar Lembaga (Index): 0,00

17. Instansi yang Mengimplementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik (Instansi): 20,00

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM,serta Indikator Kinerja dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Page 160: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Learning and Growth:1. Indeks Kepuasan Layanan PINDA (Index): 75,082. Indeks Kepuasan Layanan SDM (Index): 3,423. Jumlah Penyimpangan "Material" (Number): 04. Pemberitaan Positif ttg KPK di Media Massa (Persentase): 46,25%5. % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan KPK (Persentase): 80,00%6. Indeks Kepuasaan Layanan Internal Biro Umum (Index): 3,77

Financial:1. Tingkat Perolehan Anggaran 2010 (Persentase): 108,00%2. Opini BPK atas Audit Laporan Keuangan 2008 (Persentase): 125,00%

Keterangan:PT: Pegawai TetapPND: Pegawai Negeri DipekerjakanPTT: Pegawai Tidak TetapOS: Outsourcing

Page 161: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 3

Deputi Penindakan

Capaian Kinerja

Deputi Tindak 126,0% Bel. Pegawai: 45.963.483.377 PT: 38 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 9.153.054.226 PND: 130 1. % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil (Persentase): 138,54%Bel. Modal: - PTT: - 2. % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK (Persentase) :100,00%Total: 55.116.537.603 Total_1: 168 3. Pengembalian KKN dari Eksekusi (Persentase): 50,00%

OS: - Total_2: 168 Internal:

1. % Peningkatan Jumlah Perkara yg Disupervisi KPK Diselesaiakan Polri/ Kejagung (Persentase): 633,21% 2. % Peningkatan Jumlah SPDP (Persentase): 116,99%3. Kasus Solid ( Kasus): 254. Penyidikan Lengkap (Perkara) : 365.Berkas Perkara yang Dilimpahkan (Perkara): 34

Dit. Penyelidikan 123,8% Bel. Pegawai: 11.858.686.946 PT: 29 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 2.221.039.281 PND: 21 1. Kasus Solid (Kasus): 25Bel. Modal: PTT: - Total: 14.079.726.227 Total_1: 50 Internal:

OS: 1. Penelaahan Kasus (Number): 109Total_2: 50 2. Kasus Potensial ( Kasus): 68

Dit. Penyidikan 129,9% Bel. Pegawai: 21.609.392.012 PT: 4 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 3.527.330.768 PND: 80 1. Penyidikan Lengkap (Perkara): 36Bel. Modal: - PTT: - 2. Perkiraan Pengembalian Kerugian Keuangan Negara (IDR) : Rp 141,03Total: 25.136.722.780 Total_1: 84

OS: - Internal:Total_2: 84 1. Penyidikan (Perkara) : 52

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM, serta Indikator Kinerja (Perspektif Stakeholder dan Internal) dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Page 162: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Dit. Penuntutan 118,5% Bel. Pegawai: 9.147.285.849 PT: 5 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 1.530.079.743 PND: 29 1. Berkas Perkara yang Dilimpahkan ( Perkara): 34Bel. Modal: - PTT: - 2. Pengembalian KKN dari Eksekusi (Persentase): 50,00%Total: 10.677.365.592 Total_1: 34 3. Pelaksanaan Pidana Badan ( Persentase): 100,00%

OS: - Total_2: 34 Internal:

1. Pra Penunututan (Perkara): 622. % Keberhasilan Penuntutan Kasus TPK oleh KPK ( Persentase): 100,00%

Unit Korsup 150,5% Bel. Pegawai: - PT: - Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: - PND: - 1. % Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM Berhasil (Persentase): 138,54%Bel. Modal: - PTT: - Total: - Total_1: - Internal:

OS: - Total_2: -

2. % Peningkatan Jumlah SPDP (Persentase): 116,99%

1. % Peningkatan Jumlah Perkara yang Disupervisi KPK Diselesaikan Polri/ Kejagung (Persentase): 633,21%

Page 163: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 4

Deputi Pencegahan

Capaian Kinerja

Deputi Cegah 134,4% Bel. Pegawai: 26.904.293.475 PT: 99 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 15.584.347.596 PND: 19 1. Penyelamatan Kekayaan Negara dari Pencegahan (IDR Milyar): 4.569,90Bel. Modal: 15.584.347.596 PTT: 4 2. Rata- rata indeks Integritas Nas (Inst. Pusat & Daerah) (Index): 6,50Total: 58.072.988.667 Total_1: 122 3. Jumlah Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yang Disampaikan ke Penyelidikan (Kasus): 5

OS: 92 4. Kasus yang Ditindaklanjuti oleh Dit.Lidik (PN): 6Total_2: 214

Internal:1. Setoran PNBP dari Setoran Gratifikasi (IDR): Rp 2.298.140.0042. Nilai BMN yang Diselamatkan - Tim Gratifikasi (IDR Milyar): 2.692,953. Nilai BMN yang Diselamatkan - Tim LHKPN (IDR Milyar): 1.969,904. Jumlah PN yang melaporkan LHKPN (PN): 14.1345. % Peningkatan Jumlah PN yg Melaporkan Gratifikasi (Persentase): 309,08%6. % Peningkatan Kesadaran Masyarakat thd Anti Korupsi ( Persentase): 10,00%

8. % Irjen yg Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK (Persentase): 60,70%

Dit. Dikyanmas 114,2% Bel. Pegawai: 5.336.875.332 PT: 21 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 5.490.345.219 PND: - 1. % Peningkatan Kesadaran Masyarakat thd Anti Korpsi (Persentase): 10,00%Bel. Modal: 46.596.000 PTT: 1 Total: 10.873.816.551 Total_1: 22 Internal:

OS: 5 1. Peningkatan Jumlah Sekolah yg Menerapkan Modul Anti Korupsi ( Sekolah): 15,00Total_2: 27 2. Peningkatan Pemahaman Pelajar & Perbaikan Prilaku Anti Korupsi (Sekolah): 51,00

3. Peningkatan Pemahaman Mahasiswa & Pelajar dan Perubahan Prilaku Anti Korupsi: 82.3854. Jumlah Peserta yang Hadir pada Sosialisasi Anti Korupsi (Orang): 494.9135. Peningkatan Awareness Masyarkat Mengenai Anti Korupsi (Orang): 324.881.663

6. Jumlah Aktivitas Kampanye yg Dilakukan Komunitas/ Agen mhs Sec.Mandiri (Kegiatan): 42 7. Peningkatan Jumlah Kelompok yg Menjadi Agen Perubahan ( Agen): 11,008. Peningkatan Jumlah Instansi Penyelenggara Sosialisasi ( Instansi): 20,00

SDM (Orang)

7. Instansi yang Mengimplementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik (Instansi): 20,00

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM,serta Indikator Kinerja (Perspektif Stakeholder dan Internal) dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah)

Page 164: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian Kinerja SDM (Orang)Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah)

Dit. Gratifikasi 139,4% Bel. Pegawai: 5.648.661.310 PT: 23 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 1.394.198.889 PND: 4 1. Setoran PNBP dari Pelaporan Gratifikasi ( IDR): Rp 2.298.140.004Bel. Modal: 227.112.250 PTT: 1 2. Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim Gratifikasi (IDR Milyar): 2.692,95Total: 7.269.972.449 Total_1: 28 3. Jumlah Pemeriksaan Dit.Gratifikasi yg Disampaikan ke Penyelidikan ( Kasus): 5

OS: 1 Total_2: 29 Internal:

1. % Peningkatan Jumlah PN yg Melaporka Gratifikasi (Persentase): 309,08%2. Penanganan Pelaporan Gratifikasi ( Number): 3353. Pelaporan Gratifikasi yg Diproses Tepat Waktu ( Number): 2274. Sosialisasi Gratifikasi ( Persentase): 102,62%5. Diseminasi Formulir dan Poster Gratifikasi ( Number): 195,1206. Jumlah Pemeriksaan Dit. Gratifikasi yg Disampaikan Ke Penyelidikan ( Kasus): 57. Tugas Khusus oleh Pimpinan ( Obyek): 7

Dit. PP LHKPN 119,3% Bel. Pegawai: 8.500.544.468 PT: 27 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 5.648.476.463 PND: 13 1. Nilai BMN yg Diselamatkan - Tim LHKPN (IDR Milyar): 1.969,90Bel. Modal: 446.341.338 PTT: - 2. % Permintaan Tenaga Direktorat Lain (Persentase): 100,00%Total: 14.595.362.269 Total_1: 40 3. % Pemenuhan Permintaan Data ( Persentase): 100,00%

OS: 83 Total_2: 123 Internal:

1. Jumlah PN yg Melaporkan LHKPN (PN): 14.1342. Jumlah LHKPN yg Diumumkan dalam TBN (PN): 20.0963. Digitalisasi Dokumen LHKPN (Number):23.7024. Jumlah Bimbingan Teknis kepada WL di KPK (Kali): 75. Jumlah Bimbingan Teknis kepada WL di Instansi (Persentase): 100,00%6. Laporan Hasil Pemeriksaan Substantif LHKPN (PN): 577. Laporan Hasil Pemeriksaan Tujuan Tertentu LHKPN (Laporan): 2,00

8. Jumlah Klarifikasi kepada PN (PN): 4599. Kasus yang Ditindaklanjuti oleh Dit. Lidik (PN): 6

Dit. Litbang 126,4% Bel. Pegawai: 5.185.131.158 PT: 21 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 2.587.131.175 PND: 2 Bel. Modal: 31.537.000 PTT: 1 Total: 7.803.799.333 Total_1: 24

OS: 2 Total_2: 26 3. Rata-rata Indeks Integritas Nas (Inst. Pusat & Daerah) (Index): 6,50

Internal: 1. Kegiatan Penelitian yang Dilakukan (Penelitian): 5,02. Kajian Sistem yang Dilakukan (Kajian): 3,00

1. Instansi yang Mengimplementasikan Komitmen Tindak Lanjut Perbaikan Layanan Publik (Instansi): 20,00

2. % Irjen yang Menyampaikan Laporan Upaya Pencegahan TPK ke KPK (Persentase): 60,70%

Page 165: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian Kinerja SDM (Orang)Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah)

3. Kajian Kebijakan yang Dilakukan (Kajian): 7,004. Kegiatan Pengembangan yang Dilakukan (Kegiatan): 85. Program Koordinasi dan Supervisi yang Dilakukan (Korsup): 63,0

Page 166: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 5

Deputi INDA

Capaian Kinerja

Deputi INDA 108,6% Bel. Pegawai: 23.093.515.051 PT: 115 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 14.062.527.414 PND: 14 1. Case Building INDA (Kasus): 1Bel. Modal: 13.344.311.097 PTT: 3 2. % Nilai Aset Berhasil Dilacak (Persentase) :60,75%Total: 50.500.353.562 Total_1: 132

OS: 12 Internal:Total_2: 144 1. Indeks Kepuasan Layanan (Pinda) (Index): 75,08

2. Indeks Kepuasaan Layanan Dukungan Penindakan (Index): 76,163. Indeks Kepuasan Layanan Kerjasama Antar Lembaga (Index) : 0,00

Dit. Monitor 108,8% Bel. Pegawai: 4.425.847.131 PT: 22 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 924.394.218 PND: 5 1. Indeks Kepuasan Layanan (Monitor) (Persentase): 0,00 %Bel. Modal: 135.369.300 PTT: - Total: 5.485.610.649 Total_1: 27 Internal:

OS: - 1. % Permintaan Survelliance yang Dilaksanakan (Persentase): 100,00%Total_2: 27 2.% Permintaan Undercover yang Dilaksanakan (Persentase): 80,00%

3. Jumlah Case Building secara Proaktif (Kasus): 04. % Penyusunan Log Survelliance ( Persentase): 100,00%5. % Penyusunan Laporan Undercover (Persentase) : 80,00 %6. Pembentukan Tim Survelliance (Number): 07. Pembentukan Tim Undercover (Number): 0

Dit. PINDA 95,7% Bel. Pegawai: 12.008.321.552 PT: 71 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 10.494.516.455 PND: 3 1. Indeks Kepuasan Layanan (Pinda): 75,08%Bel. Modal: 13.130.208.793 PTT: 2 2. Case Building INDA (Kasus): 1Total: 35.633.046.800 Total_1: 76

OS: 9 Internal:Total_2: 85 1. Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Penindakan (Index) : 76,16

2. Pemenuhan Dukungan Informasi dan Data (Persentase) : 95,00%3. Hasil analisis IPA (Persentase): 80,00%

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM,serta Indikator Kinerja (Perspektif Stakeholder dan Internal) dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Page 167: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

4. Rata – rata jam CF (Jam): 28,35. % Barang Bukti Elektronik Valid (Persentase): 100,00 %6. Rata-rata Waktu Transkrip (Jam): 11,97. Permintaan Target Marker Dimarking (Persentase): 100,00 %8. % Voice yang Didengarakan (Persentase): 100,00 %9. Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Helpdesk dan Infrastruktur (Index): 74,0010. % Permintaaan Helpdesk ditunda (Persentase): 0,00 %11. % Penggunaan Toleransi Downtime (Persentase): 170,81 %12. % Backup (Persentase) : 80,68%13. Jumlah Sidang Tipikor di Pengadilan Tipikor yang Direkam (Number): 19814.Jumlah Sidang Tipikor di PN yang Direkam (Number): 73

Dit. PJKAKI 133,1% Bel. Pegawai: 5.244.112.628 PT: 18 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 2.610.394.205 PND: 3 1. Indeks Kepuasan Layanan Antar Lembaga (Index): 0,00Bel. Modal: 78.733.004 PTT: 1 2. % Nilai Aset Berhasil Dilacak (Persentase) :60,75%Total: 7.933.239.837 Total_1: 22 3. Kasus yang Asetnya Berhasil Dilacak (Kasus): 13

OS: 1 4. Bantuan Internasional Formal (Laporan): 10,00Total_2: 23 5. Dukungan Data dan Informasi (Laporan): 120,00

6. Case Building PJKAKI (Kasus): 37. Laporan Indikasi TPK (Kasus): 5

Internal:1. Naskah Dinas Kerjasama (Institusi): 212. Kegiatan Implementasi Kerjasama (Kegiatan): 1263. Jaringan Informasi yang Dikumpulkan (IGSI) (Kegiatan): 44. Jaringan Informasi Informal (Orang): 245. Database Informan (Number): 46. Pembinaan Informan (Kasus): 1

Page 168: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 6

Deputi PIPM

Capaian Kinerja

Deputi PIPM 102,8% Bel. Pegawai: 16.726.784.063 PT: 47 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 1.221.357.903 PND: 27 1. Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID) (Kasus): 52Bel. Modal: 630.337.428 PTT: 1 2. Jumlah Penyimpangan “Material” (Number): 0Total: 18.578.479.394 Total_1: 75

OS: - Internal:Total_2: 75 1. Pengumpulan Bahan dan Keterangan (Pulbaket): 51,00

2. Transpose Internal (Pulbaket): 58,003. Pelimpahan ke Penindakan/Penegak Hukum Lain (Kasus): 14. Kegiatan Pemeriksaan Bidang Etika dan Profesi (Kegiatan): 195. Kegiatan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja Implementasi Rekomendasi Tindak Lanjut (Kegiata

: 16 6. Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Tindak Lanjut (Kegiatan) : 2

Dit. PI 121,9% Bel. Pegawai: 4.638.105.813 PT: 19 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 233.956.220 PND: 3 1.Jumlah Penyimpangan “Material” (Number) : 0Bel. Modal: 506.807.428 PTT: - Total: 5.378.869.461 Total_1: 22 Internal:

OS: - 1. Kegiatan Pembinaan / Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan (Kegiatan) : 20Total_2: 22 2. Kegiatan Pemeriksaan Bidang Etika dan Profesi (Kegiatan): 19

3. Kegiatan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja (Kegiatan): 164. Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Tindak Lanjut (Kegiatan): 2

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM,serta Indikator Kinerja (Perspektif Stakeholder dan Internal) dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Page 169: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Dit. PM 118,3% Bel. Pegawai: 9.764.174.357 PT: 19 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 898.541.853 PND: 20 1.Hasil Pemeriksaan Dumas yang Dilimpahkan (LID) (Kasus): 52Bel. Modal: 47.850.000 PTT: 1 2. Sosialisasi Dumas (Kegiatan): 7Total: 10.710.566.210 Total_1: 40

OS: - Internal:Total_2: 40 1. % Dumas yang Diterima (Persentase) : 96,80 %

2. % Verifikasi Dumas (Persentase) : 100,00 %3. % Telaah Dumas (Persentase): 93,35%4. % Reviu Telaah Dumas (Persentase): 100,00%5.% Dumas Berindikasi TPK yg Layak Ditindaklanjuti (Persentase): 16,73%6. Pengumpulan Bahan Keterangan (Pulbaket) : 51,007. Ekspose Internal ( Pulbaket) : 58,00%8. Kegiatan Reaksi Cepat (Kegiatan): 329. Pelimpahan ke Penindakan / Penegakan Hukum Lain (Kasus) : 110. Bahan Korsup / Pelimpahan ke Unit / Instansi Lain (Number) : 56111. Tugas Pebantuan (Kali): 15

Page 170: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Lampiran 7

Sekretariat Jenderal

Capaian Kinerja

Setjen 110,0% Bel. Pegawai: 29.463.350.468 PT: 65 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 22.200.567.914 PND: 42 1. % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan KPK (Persentase): 80%Bel. Modal: 2.499.031.997 PTT: 20 2. Pemberitaan Positif tentang KPK di Media Massa (Persentase): 46,25%Total: 54.162.950.379 Total_1: 127 3. Tingkat Perolehan Anggaran 2010 (Persentase): 108,00%

OS: 192 4. Opini Atas Audit Laporan Keuangan 2008 (Persentase): 125,00%Total_2: 319 5. Indeks Kepuasan Layanaa SDM (Index): 3,42

6. indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum (Index): 3,77

Internal:1. % Hak dan Kepentingan KPK yang Dapat Dijaga (Persentase): 80,00%2. Pemberitaan Tertulis dan Terencana (Kali): 643. Draft Perpim ttg OTK (Perubahan Ketiga) (Draft): 14. % Penggunaan HIRS secara Bertahap (Persentase): 68,75%5. Ketepatan Paket Pengadaan (Persentase): 100,00%6. E-Procurement (Persentase): 0,00%

Biro Hukum 104,2% Bel. Pegawai: 3.659.309.536 PT: 9 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 570.286.894 PND: 3 1. % Dukungan Hukum yang Dimanfaatkan oleh KPK (Persentase): 80,00%Bel. Modal: 166.253.002 PTT: 1 Total: 4.395.849.432 Total_1: 13 Internal:

OS: - 1. % Produk Hukum yg Diperlukan KPK yg Telah Dihasilkan (Persentase): 80,00%Total_2: 13 2. % Draft Peraturan Perundangan Terkait KPK yang Telah Dibuat (Draft): 4,00

3. % Produk Hukum Internal yang Dibuat (Persentase): 80,00%4. % Produk Hukum Internal yang Terintegrasi (Persentase): 30,00%

5. Ketepatan Waktu Produk Hukum Perancangan Peraturan yang Dibuat (Persentase): 80,00%

6. % Permintaan Informasi yang Dilaksanakan (Persentase): 95,00%7. % Continuing Legal Education yang Berhasil Dilaksanakan (Kali): 88. % Peta Putusan Tipikor yang Berhasil Dibuat (Persentase): 30,00%9. % Hak dan Kepentingan KPK yang Dapat Dijaga (Persentase): 80,00%10.% Perkara yang Berhasil Diselesaikan (Persentase): 85,00%11.% Pelaksanaan Litigasi dan Bantuan Hukum yang Diselesaikan (Persentase): 100,00%12.Ketepatan Waktu Legal Opinion Litigasi yang Dibuat (Persentase): 80,00%

Rekapitulasi Capaian Kinerja, Penggunaan Sumber Daya Anggaran dan SDM,serta Indikator Kinerja (Perspektif Stakeholder dan Internal) dan Capaian Tahun 2009

Unit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Page 171: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

13.% Pemberian Fasilitas Bantuan Hukum unt Pendampingan Tsk/ Saksi (Persentase): 100,00%

14.% Koordinasi dan Pengelolaan Perlindungan Saksi (Persentase): 80,00%15.% Koordinasi Pemberian Penghargaan kepada Pelapor (Persentase): 80,00%16.% Koordinasi & Pengelolaaan cabang Rutan Jakarta Pusat di KPK (Persentase): 80,00%

Biro Humas 106,5% Bel. Pegawai: 10.343.151.984 PT: 10 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 2.183.251.541 PND: 4 1. Pemberitaan Positif ttg KPK di Media Massa (Persentase): 46,25%Bel. Modal: 56.113.425 PTT: - 2. Pelayanan Informasi Publik (Persentase): 81,25%Total: 12.582.516.950 Total_1: 14

OS: 10 Internal:Total_2: 24 1. Penerbitan Media KPK (Kali): 8

2. Publikasi Melalui Media (Kali): 683. Pembinaan Hubungan dengan Media (Kali): 184. Pemberitaan Tertulis dan Terencana (Kali) : 645. Analisis dan Rekomendasi yang Dihasilkan (Kali): 136. Pendampingan Pimpinan (Persentase): 90,00%7. Peliputan Kegiatan Pimpinan (Persentase): 100,00%8. Kualitas Keprotokoleran (Index): 3,009. Registrasi Surat Masuk dan Keluar (Persentase): 100,00%10.Kualitas Administrasi Kantor (Index): 3,20%11.Distribusi Surat Masuk dan Pengiriman Surat Keluar (Persentase): 100,00%12. Perijinan Operasional ( Persentase): 101,67%

Biro Renkeu 111,7% Bel. Pegawai: 3.801.095.882 PT: 8 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 226.032.983 PND: 8 1. Tingkat Perolehan Anggaran (Persentase): 108,00%Bel. Modal: 39.600.000 PTT: 1 2. Opini atas Audit Laporan Keuangan (Persentase): 125,00%Total: 4.066.728.865 Total_1: 17 3. Hasil Evaluasi Laporan Kinerja oleh Men-PAN (Peringkat): 10

OS: 5 4. Indeks Kepuasan Layanan Biro Renkeu (Indeks): 3.73Total_2: 22

Internal:1. Ketepatan Waktu Laporan Keuangan (Day): 402. Ketepatan Waktu Laporan Perbendaharaan (Laporan): 73. Draft Perpim tentang OTK (Perubahan Ketiga) (Draft): 14. Draft SK tentang Pengesahan SOP (Draft): 15. Ketepatan Waktu LAKIP (Day): 556. Ketepatan Waktu Laporan Tahunan (Day): 927. Ketepatan Waktu Bahan RDP Dengan Komisi III dpr (Persentase): 100,00%7. Dokumen Perencaan yang Diselesaikan Tepat Waktu (Dok): 68. Ketepatan Waktu Dokumen Perbendaharaan (Persentase): 100,00%

Page 172: Laporan Akuntabilitas Kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi ... KPK Tahun 2009.pdf · Dalam mengelola manajemen kinerja di ... Penerimaan SPDP dan perkara yang disupervisi KPK mengalami

Capaian KinerjaUnit Penggunaan Sumber Daya Indikator Kinerja dan Capaian KeteranganAnggaran (Rupiah) SDM (Orang)

Biro SDM 105,4% Bel. Pegawai: 4.893.533.033 PT: 16 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 4.087.088.194 PND: 2 1. Indeks Kepuasan Layanan SDM (Index): 3,42Bel. Modal: 300.272.500 PTT: 5 2. % Jumlah Pegawai yang Diangkat Menjadi Pegawai KPK Thn 2009 (Persentase): 94,00%Total: 9.280.893.727 Total_1: 23 3. % Pencapaian Peringkat Kinerja Pegawai ( Persentase): 1,83%

OS: 2 4. % Jumlah Pegawai yang Berhenti dari KPK (Persentase): 1,23%Total_2: 25

Internal:1. % Peraturan, Pedoman & SOP yang Dimutakhirkan (Persentase): 70,18%2. % Penggunaan HRIS secara Bertahap (Persentase): 68,75%

Biro Umum 119,5% Bel. Pegawai: 6.766.260.033 PT: 18 Stakeholder (Pemangku Kepentingan):Bel. Barang: 15.133.908.302 PND: 12 1. Indeks Kepuasan Layanan Internal Biro Umum (Index): 3,77Bel. Modal: 1.936.793.070 PTT: 6 2. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Rutin dan Non Rutin (Persentase): 97,50%Total: 23.836.961.405 Total_1: 36

OS: 175 Total_2: 211

Internal:1. Ketepatan Waktu Pemrosesan Pengadaan (Persentase): 99,00%2. Ketepatan Spesifikasi/ Ruang Lingkup Barang/ Jasa (Persentase): 99,00%3. Ketepatan Nilai Pengadaan (Penghematan thd Pagu) (Persentase): 20,00%4. Ketepatan Paket Pengadan (Persentase): 100,00%5. E-Procurement (Persentase): 0,00%6. % Inventarisasi Aset (Persentase): 100,00%7. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Aset (Persentase): 100,00%8. % Penghapusan Aset (Persentase): 0,00%9. % Kegiatan Pelelangan Barang Sitaan (Persentase): 100,00%10. Layanan Kebutuhan Rutin (Index): 3,7211. Layanan Kebersihan (Index): 4,0012. Layanan Kendaraan Operasional dan Tahanan (Index): 3,9013. Layanan Kebutuhan Rapat ( Index ): 3,9614. % Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kepolisian (Persentase): 100,00%15. Tingkat Keamanan Gedung KPK (Index): 3,5616. Ketersediaan Sarana Tempat Kerja (Persentase): 100,00%17. Tingkat Pemelihraan Peralatan dan Fasilitas Gedung ( Persentase): 99,45%18. Tingkat Pemeliharaan Peralatan Integrated Security System (Persentase): 150,00%

3. Tidak Ada Temuan Materi thd Kegiatan PBJ dan Penatausahaan BUMN (Persentase): 100,00%