laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah …€¦ · 10. presentase orang terlantar dalam...

78
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2017 DINAS SOSIAL KOTA CILEGON

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKUNTABILITAS

    KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

    (LAKIP)

    TAHUN 2017

    DINAS SOSIAL KOTA CILEGON

  • i Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 i

    IKHTISAR EKSEKUTIF

    Dinas Sosial Kota Cilegon sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah di

    Bidang Kesejahteraan Sosial, merumuskan beberapa tujuan dan sasaran

    dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Dinas Sosial. Pada tahun anggaran

    2017 pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah sebagai

    berikut :

    1. Proporsi penanganan PMKS

    Mengukur tingkat penanganan PMKS di Kota Cilegon, tahun anggaran

    2017 persentase pencapaian sasaran mencapai 190,34 %.

    2. Cakupan penanganan RTS

    Pencapaian kinerja ini sebesar 105,34 %, perhitungan ini diperoleh dari

    Jumlah akumulasi RTS yang pernah mendapatkan bantuan program

    pemerintah terhadap total jumlah seluruh RTS yang terdata dalam basis

    data terpadu.

    3. Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif

    Mengukur jumlah lembaga masyarakat yang aktif, capaian kinerja pada

    tahun 2017 sebesar 165 %

    4. Nilai LAKIP SKPD

    Nilai Lakip Tahun 2016 Dinas Sosial dengan nilai CC (cukup baik)

    dengan skor 60,09. Capaian indikator ini dibawah target yang telah

    ditentukan, perlu peningkatan dalam penyusunan Lakip OPD pada

    tahun selanjutnya.

    5. Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah

    Pada tahun 2017 Dinas Sosial Kota Cilegon belum dilakukan penilaian

    tingkat maturitas SPIP, sehingga maturity level belum dapat dikatahui,

    adapun pelaksanaan penilaian maturity level organisasi perangkat

  • ii Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 ii

    daerah akan dilakukan tahun 2018. Pada tahun 2017 penilaian Maturity

    Level hanya dilakukan di tingkat Kota dengan level 2.62 (berkembang).

    6. Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)

    Pada Tahun 2017 nilai rata-rata SKP pada Dinas Sosial Kota Cilegon

    sebesar 84,03 %, nilai rata-rata SKP Dinas sosial melebihi target yang

    telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja indikator ini sebesar

    107,73.

    7. Indikator Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    pencapaian kinerja 100 %.

    8. Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat

    Pada indikator Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan

    tunai bersyarat pencapaian kinerja sebesar 116,53 %.

    9. Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian

    Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian hanya

    mencapai 100,00%.

    10. Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan

    orang terlantar sakit yang ditangani keberhasilan kinerja mencapai 100

    %.

    11. Persentase pemberdayaan PSKS, indikator ini mengukur tingkat

    pemberdayaan bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),

    pencapaian indikator ini sebesar 81,21 %.

    12. Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi

    produktif, merupakan indikator untuk mengukur jumlah fakir miskin

    yang menerima pemberdayaan ekonomi produktif. Pencapaian indiktor

    sebesar 249,93%.

  • iii Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 iii

    13. Presentase penerima bantuan pangan Non tunai, Capaian indikator

    Presentase penerima bantuan pangan Non tunai sebesar 94,81% dari

    target 100%

    14. Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun, Keberhasilan

    indikator ini mencapai 100% dari target 150 Rumah Tidak Layak Huni

    yang dibangun.

    15. Indikator Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan

    layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan

    masyarakat). Keberhasilan Presentase penyandang disabilitas yang

    mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga

    dan masyarakat) mencapai 675 %, keberhasilan pencapaian kinerja ini

    adanya dukungan dari program pusat maupun provinsi

    16. Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial

    diluar panti. Pencapaian indikator ini sebesar 141,01 %.

    17. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna,

    merupakan indikator jumlah partisipasi masyarakat terhadap inovasi

    Teknologi Tepat Guna, pada tahun 2017 terdapat peningkatan jumlah

    masyarakat yang mengikuti inovasi TTG. Pencapaian indikator ini

    adalah 550%

    18. Cakupan pembentukan Posyantek merupakan indiktor yang mengukur

    jumlah Posyantek yang terbentuk di Kota Cilegon. Pencapaian kinerja

    tahun 2017 sebesar 637,50 %.

    19. Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri merupakan

    indikator yang menunjukan Jumlah lembaga kemasyaarakatan yang

    mandiri terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan, pencapaian

    indikator ini sebesar 637,50%.

  • iv Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 iv

    20. Presentase Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk

    dengan menghitung Jumlah KSM yang terbentuk terhadap jumlah KSM

    yang seharusnya. Pencapaian kinerja indiktor ini 238,26%

    21. Persentase ketersediaan data dan informasi sektoral, indiktor ini

    mengukur tingkat ketersediaan data dan informasi sektoral pada Dinas

    Sosial. Pencapaian indikator ini sebesar 125%,

    22. Persentase sarana dan prasarana perkantoran dalam kondisi baik,

    merupakan indikator yang mengukur Jumlah sarana dan prasarana

    perkantoran dalam kondisi baik terhadap seluruh sarana dan prasarana

    perkantoran, pencapaian kinerja indikator ini 97,14%.

    23. Tingkat disiplin aparatur, merupakan indikator yang mengukur tingkat

    kedisiplinan pegawai. Tingkat kedisiplinan pegawai Dinas Sosial tahun

    2017 mencapai 99,45 %. Pencapaian indikator ini sebesar 116,99 %.

    24. Kesesuaian realisasi keuangan berdasarkan cash budget (anggaran

    kas), indiktor ini menunjukan tingkat realisasi keuangan disesuaikan

    dengan perencanaan penganggaran pertriwulan. Pencapaian indiktor ini

    sebesar 91,06%.

  • v Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    IKHTISAR EKSEKUTIF

    i

    ii

    DAFTAR ISI vi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Susunan Organisasi

    1.3 Isu Strategis

    1

    2

    4

    BAB II PERENCANAAN KINERJA

    2.1 Perencanaan

    2.2 Perjanjian Kinerja

    11

    14

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1

    3.2

    Capaian Kinerja Organisasi

    Realisasi Anggaran

    24

    63

    BAB IV PENUTUP 69

  • 1 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bahwa sebagai salah satu upaya meningkatkan pelaksanaan pemerintahan

    yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dan

    untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

    sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi

    pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang merupakan

    prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan

    untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.

    Atas dasar hal tersebut di atas, untuk mempertangungjawabkan pelaksanaan

    tugas pokok dan fungsi dengan didasarkan suatu perencanaan startegis yang

    ditetapkan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Setiap instansi pemerintah yang

    merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib memberikan

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan

    dokumen berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

    yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga.

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan perwujudan

    kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

    keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan suatu organisasi.

    Adapun informasi yang diharapkan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah (LAKIP), yaitu guna mendorong instansi pemerintah untuk

  • 2 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 2

    menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sehingga

    beroperasi secara efisien, efektif dan responsive terhadap masyarakat, sehingga

    menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta

    dapat menjaga terpeliharanya kepercayaan masyarakat.

    1.2. Susunan Organisasi

    1.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2016 tentang

    Pembentukan Perangkat Daerah, Dinas Sosial mempunyai tugas membantu

    Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Sosial

    dan Pemberdayaan Masyarakat yang menjadi kewenangan daerah, dan tugas

    pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

    a. Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Sosial menyelenggarakan fungsi :

    b. pelaksanaan koordinasi tugas lingkup Dinas pada Asisten Sekda sesuai

    bidang tugasnya.

    c. pemberdayaan sosial KAT.

    d. penerbitan izin pengumpulan sumbangan dalam Daerah.

    e. pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial Daerah.

    f. pembinaan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) yang wilayah

    kegiatannya di Daerah.

    g. pemulangan warga Negara migran korban tindak kekerasan dari titik

    debarkasi di Daerah untuk dipulangkan ke Desa/kelurahan asal;

    h. rehabilitasi social bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan

    NAPZA dan orang dengan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired

    Immuno Deficiency Syndrome yang tidak memerlukan rehabilitasi pada

    panti, dan rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum;

  • 3 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 3

    i. pemeliharaan anak-anak terlantar.

    j. pendataan dan pengelolaan data fakir miskin cakupan Daerah;

    k. penyediaan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma bagi korban bencana;

    l. penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terhadap kesiapsiagaan

    bencana;

    m. pemeliharaan taman makam pahlawan nasional;

    n. penyelenggaraan penataan Desa/Keluarahan;

    o. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan administrasi pemerintahan

    Desa/Kelurahan;

    p. pemberdayaan lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang

    pemberdayaan Kelurahan dan lembaga adat tingkat Daerah dan

    pemberdayaan masyarakat hukum adat yang masyarakat pelakunya hukum

    adat yang sama dalam Daerah;dan

    q. pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat tingkat

    Kelurahan.

  • 4 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 4

    1.2.2 Struktur Organisasi

    Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan

    Perangkat Daerah sebagai berikut:

    1.3. Isu Strategis

    1.3.1. Kemiskinan

    Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatian serius dari

    semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam hal ini, yang

    dimaksud dengan kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

    manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan

    interaksi sosial. Itulah sebabnya masalah kemiskinan dapat muncul sebagai

    penyebab ataupun pemberat berbagai jenis permasalahan kesejahteraan sosial

    lainnya seperti ketunaan sosial, kecacatan, dan ketelantaran, yang pada

  • 5 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 5

    umumnya berkenaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengakses

    berbagai sumber pelayanan.

    Jumlah penduduk miskin di Kota Cilegon sebanyak 56.283 jiwa, masalah

    kemiskinan merupakan masalah yang masih sulit ditanggulangi. Faktor-faktor

    penyebab terjadinya kemiskinan antara lain faktor internal (ketidakmampuan

    dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidakmampuan dalam

    menampilkan peranan sosial dan ketidakmampuan dalam mengatasi masalah-

    masalah sosial yang dihadapinya) dan faktor eksternal (kebijakan publik yang

    belum berpihak kepada penduduk miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial

    dasar, terbatasnya lapangan pekerjaan, belum terciptanya sistem ekonomi

    kerakyatan, kesenjangan, dan ketidakadilan sosial, serta dampak pembangunan

    yang berorientasi kapitalis.

    Tabel 1.1

    Jumlah Masyarakat Miskin Kota Cilegon

    Kecamatan Jumlah Rumah Tangga

    Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) TOTAL

    CIBEBER 277 231 765 1.273

    CILEGON 146 178 618 942

    CITANGKIL 224 257 1.118 1.599

    CIWANDAN 173 234 1.061 1.468

    GROGOL 48 97 514 659

    JOMBANG 170 186 665 1.021

    PULOMERAK 180 202 818 1.200

    PURWAKARTA 76 107 581 764

    TOTAL 1.294 1.492 6.140 8.926 Sumber : Dinas Sosial Tahun 2016

  • 6 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 6

    1.3.2. Ketelantaran

    Ketelantaran di sini dimaksudkan sebagai pengabaian/penelantaran anak-anak

    dan orang lanjut usia karena berbagai penyebab. Kita semua sependapat

    bahwa anak merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang perlu

    ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Begitu

    pula lanjut usia perlu dijaga dan diasuh melalui pelayanan sosial agar kualitas

    hidup mereka meningkat dan mampu memberi kontribusi dalam kehidupan

    sosialnya.

    Permasalahan anak telantar adalah pemenuhan hak dan kebutuhan anak sesuai

    dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

    Kesejahteraan Sosial, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

    Perlindungan Anak. Adalah hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari

    berbagai kegiatan yang dapat mengganggu pertumbuhannya, baik secara fisik,

    mental, maupun sosial.

    Aspek lain yang perlu memperoleh perhatian khusus dalam kaitan dengan

    masalah ketelantaran adalah jumlah orang lanjut usia yang kecenderungannya

    semakin meningkat. Fakta ini akan sangat berdampak pada tuntutan

    peningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah yang harus dihadapi pemerintah

    adalah bagaimana memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan sosial

    bagi para lanjut usia terlantar agar kualitas hidup mereka terjamin sampai akhir

    hayatnya.

  • 7 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 7

    Tabel 1.2

    Jumlah Anak/Keterlantaran di Kota Cilegon

    NO KECAMATAN

    ANAK / KETELANTARAN

    ANAK JALANAN ANAK DENGAN

    KEDISABILITASAN

    ANAK YANG MENJADI KTK / DIPERLAKUKAN

    SALAH

    LANJUT USIA TERLANTAR

    (L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH

    1 CIBEBER - - - 2 2 4 2 - 2 2 24 26

    2 CILEGON - - - 1 3 4 2 3 5 11 23 34

    3 CITANGKIL - - - 9 8 17 - 3 3 64 83 147

    4 CIWANDAN - - - 9 4 13 1 - 1 63 74 137

    5 GROGOL - - - 2 2 4 - - - 32 51 83

    6 JOMBANG 14 1 15 1 5 6 - 1 1 25 45 70

    7 PULOMERAK - - - - 4 4 2 2 4 34 85 119

    8 PURWAKARTA - - - 2 2 4 - 1 1 46 89 135

    14 1 15 26 30 56 7 10 17 277 474 751

    Sumber : Dinas Sosial Tahun 2016

    1.3.3. Kecacatan

    Kecacatan diartikan sebagai suatu keadaan dimana hilang/terganggunya fungsi

    fisik atau kondisi abnormal fungsi struktur anatomi, psikologi, maupun fisiologi

    seseorang. Kecacatan telah menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan

    atau gangguan terhadap fungsi sosialnya sehingga mempengaruhi keleluasan

    aktivitas fisik, kepercayaan, dan harga diri yang bersangkutan, dalam

    berhubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan. Kondisi seperti ini

    menyebabkan terbatasnya kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja dan

    bahkan kadang-kadang menimbulkan perlakuan diskriminatif dari mereka yang

    tidak cacat.

  • 8 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 8

    Dilihat dari aspek lain dari kecacatan adalah pandangan sebagian orang yang

    menganggap bahwa kecacatan adalah sebagai kutukan, sehingga mereka perlu

    disembunyikan oleh keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkan hak

    penyandang cacat untuk berkembang dan berkreasi sebagaimana orang-orang

    yang tidak cacat tidak dapat terpenuhi. Masalah kecacatan akan semakin berat

    apabila disertai dengan masalah kemiskinan, dan ketelantaran.

    Tabel 1.3

    Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Cilegon

    NO KECAMATAN PENYANDANG DISABILITAS

    (L) (P) JUMLAH

    1 CIBEBER 48 57 105

    2 CILEGON 47 48 95

    3 CITANGKIL 134 157 291

    4 CIWANDAN 78 57 135

    5 GROGOL 46 43 89

    6 JOMBANG 51 60 111

    7 PULOMERAK 68 50 118

    8 PURWAKARTA 72 97 169

    JUMLAH 544 569 1.113

    Sumber : Dinas Sosial tahun 2016

    1.3.4. Ketunaan Sosial

    Ketunaan memberi indikasi atas ketidakberhasilan fungsi sosial seseorang,

    yakni tergantungnya salah satu atau lebih fungsi yang berkaitan dengan

    pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, konsep diri, dan juga kebutuhan religius,

    rekreasi, dan pendidikan seseorang. Kegagalan seseorang menjalankan fungsi

    sosialnya menyebabkan seseorang menjadi penyandang masalah kesejahteraan

    sosial. Seperti korban tindak kekerasan terhadap wanita dan orang tua,

    gelandangan dan pengemis, tunasusila, eks narapidana dan penyalahgunaan

  • 9 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 9

    Napza serta penderita HIV/AIDS, untuk rehabilitasi HIV/AIDS dan

    penyalahgunaan Napza sudah menjadi kewenangan pusat.

    1.3.5. Orang Terlantar Dalam Perjalanan, Orang terlantar sakit dan

    Pemakaman jenazah terlantar.

    Orang terlantar dalam perjalanan merupakan orang terlantar ketika melewati

    wilayah Kota Cilegon akibat kecopetan/kehabisan ongkos/kehilangan, bukan

    termasuk Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) akan tetapi orang

    terlantar dalam perjalanan berpotensi menjadi PMKS jika tidak ditangani. Kota

    Cilegon yang merupakan kota transit antara Pulau Jawa dan Sumatera orang

    terlantar dalam perjalanan sering terjadi. Untuk pelayanan Orang terlantar

    dalam keadaan sakit bekerjasama dengan unit kesehatan baik Puskesmas

    maupun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

    Pemakaman Jenzah terlantar merupakan pelayanan penguburan jenazah

    terlantar yang tidak ada identitas dan keluarga, biasanya jenazah orang

    gila/orang yang terlantar di wilayah Kota Cilegon. Tempat penguburan sudah

    disediakan di Tempat Pemakaman Umum Kota Cilegon.

    1.3.6. Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan

    prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan,

    pengembangan usaha ekonomi, pengembangan Lembaga Keuangan serta

    kegiatan - kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

    menaikkan hasil produksinya. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk

  • 10 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 10

    meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang dalam

    kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

    kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan

    (empowering) adalah memampukan dan memandirikan masyarakat miskin.

  • 11 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 11

    BAB II

    PERENCANAAN KINERJA

    2.1. Perencanaan

    2.1.1. Visi dan Misi

    Visi Kota Cilegon “TERWUJUDNYA KOTA CILEGON YANG UNGGUL DAN

    SEJAHTERA BERBASIS INDUSTRI PERDAGANGAN DAN JASA”. Berdasarkan Misi

    Kota Cilegon Tahun 2016-2020, penyelenggaraan pelayanan dalam

    kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon terkait

    dengan misi ke-3 yaitu Memantapkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan

    Peningkatan kesejahteraan Sosial.

    Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Peningkatan kesejahteraan

    Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan slah

    satu kegiatan dalam rangka mendukung Agenda Pembangunan yang ketiga

    yaitu Agenda Cilegon Sehat dan Cerdas, melalui misi ini diharapkan, Kota

    Cilegon mampu membangun sumberdaya manusia yang cerdas, sehat dari segi

    jasmani dan rohani, berkualitas dan produktif serta memiliki kompetensi yang

    tinggi sehingga memiliki daya saing baik lokal ataupun global khususnya dalam

    menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA).

    Salah satu sasaran dari misi ke-3 tersebut adalah menurunnya kemiskinan Kota

    Cilegon sampai dengan 2020 jumlah penduduk miskin Kota Cilegon sebesar

  • 12 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 12

    3,07 %, dalam penyelenggara pelayanan bidang sosial menitikberatkan seluruh

    program dan kegiatan guna mencapai indikator sasaran tersebut.

    Dalam rangka mendukung Visi dan misi Kota Cilegon, Dinas Sosial memiliki Visi:

    “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat “

    Perumusan visi tersebut mengindikasikan Visi ini mengandung arti bahwa

    pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang telah, sedang, dan akan

    dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk mewujudkan

    suatu kondisi masyarakat yang masuk ke dalam kategori PMKS menjadi

    berkesejahteraan sosial.

    Guna mewujudkan visi tersebut, maka Dinas Sosial Kota Cilegon menetapkan

    misi sebagai berikut :

    1. Meningkatkan penanganan PMKS secara terpadu dan berkelanjutan.

    2. Meningkatkan penguatan kelembagaan dan keswadayaan masyarakat

    3. Meningkatkan SDM serta sarana dan prasarana dalam peningkatan

    pelayanan sosial

    2.1.2 Tujuan

    Tujuan jangka menengah Dinas sosial Kota Cilegon adalah:

    1. Peningkatan pelayanan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial,

    jaminan sosial dan pemberdayaan sosial

    2. Peningkatan kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat Guna

    dan kelompok masyarakat dalam pembangunan

    3. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Profesional,

    Akuntabel, Bersih Dan Berwibawa.

  • 13 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 13

    Meningkatkan keberdayaan dan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat,

    sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah Menurunnya Penyandang Masalah

    Kesejahteraan Sosial (PMKS).

    2.1.3 Sasaran dan Kebijakan Dinas Sosial

    Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Sosial, sesuai dengan tugas dan fungsi

    serta kewenangan yang ada, Dinas Sosial Kota Cilegon menetapkan sasaran

    jangka menengah yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Sosial sebagai

    berikut:

    Tabel 2.1

    Strategi dan Kebijakan Dinas Sosial Kota Cilegon

    No Sasaran Strategi Kebijakan

    1 Meningkatnya

    penanganan

    PMKS

    Memberikan

    perlindungan

    Sosial, jaminan

    sosial, rehabilitasi

    sosial dan

    pemberdayaan

    sosial bagi PMKS

    Meningkatkan perlindungan

    Sosial, jaminan sosial,

    rehabilitasi sosial dan

    pemberdayaan sosial bagi

    PMKS dan meningkatkan

    peran serta masyarakat

    dalam penanganan PMKS

    2 Meningkatnya

    kelembagaan

    kemasyarakatan,

    Teknologi Tepat

    Guna dan

    kelompok

    masyarakat dalam

    pembangunan

    Peningkatan

    Koordinasi dan

    kemitraan antara

    Lembaga

    Kemasyarakatan,

    Kelompok

    masyarakat dan

    pemerintah

    Meningkatkan partisipasi

    masyarakat dalam

    kelembagaan masyarakat,

    kelompok masyarakat,

    Teknologi tepat guna dalam

    pembangunan daerah

  • 14 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 14

    No Sasaran Strategi Kebijakan

    3 Meningkatnya

    kualitas

    penyelenggaraan

    pemerintahan

    Peningkatan

    kinerja

    kelembagaan

    SKPD untuk

    mendukung

    pelayanan sosial

    Meningkatkan kualitas

    kelembagaan dalam

    penyelenggaraan

    pemerintah

    2.1.4 Program Dinas Sosial Kota Cilegon

    a. Program Pemberdayaan Sosial

    b. Program Pelayanan, Rehabilitasi Sosial

    c. Program Perlindungan Jaminan Sosial

    d. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

    e. Program Dukungan Pelayanan Pemerintahan

    2.2 Perjanjian Kinerja.

    Perjanjian kinerja merupakan kesepakatan antara pihak yang menerima tugas

    dan tanggung jawab kinerja dengan pihak yang memberikan tugas dan

    tanggung jawab kinerja dengan mempertimbangkan sumber daya yang

    tersedia. Perjanjian kinerja ini menjabarkan target kinerja yang merupakan

    patokan bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap

    akhir periode pelaksanaan. Dengan demikian, Perjanjian Kinerja Dinas Sosial

    Kota Cilegon Tahun 2017 pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang

    merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

  • 15 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 15

    terukur dalam waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber

    daya yang dikelolanya.

    Tabel 2.2

    PERJANJIAN KINERJA DINAS SOSIAL TAHUN 2017

    SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

    (%)

    Meningkatnya penanganan PMKS

    Proporsi penanganan PMKS 38,5

    Cakupan penanganan RTS ≥90

    Meningkatnya

    kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat Guna

    dan kelompok masyarakat dalam pembangunan

    Proporsi jumlah lembaga

    masyarakatan yang aktif

    20

    Meningkatnya kualitas penyelenggaraan

    pemerintahan

    Nilai LAKIP SKPD 70

    Tingkat mauritas SPIP Perangkat Daerah

    2

    Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)

    78

  • 16 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 16

    Tabel 2.3

    Perjanjian Kinerja Bidang Perlindungan Jaminan Sosial Tahun 2017

    NO SASARAN

    PROGRAM/

    KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 2 3

    1 Program Perlindungan Jaminan Sosial

    Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    100

    Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat

    71

    Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian

    100

    Presentase orang terlantar dalam

    perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani

    100

    Tabel 2.4

    Perjanjian Kinerja Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga

    Tahun 2017

    NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 2 3

    1 Program

    Pemberdayaan Sosial

    Persentase pemberdayaan

    PSKS

    6,44

    Persentase (%) fakir miskin yang menerima

    pemberdayaan ekonomi produktif

    2,2

    Presentase penerima

    bantuan pangan Non tunai

    100

  • 17 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 17

    Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun

    25,64

    Tabel 2.5

    Perjanjian Kinerja Bidang Rehabilitasi Sosial Tahun 2017

    NO SASARAN PROGRAM/

    KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 2 3

    1 Program Pelayanan, Rehabilitasi

    Sosial

    Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan

    masyarakat)

    2,7

    Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar

    panti

    17,8

    Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar

    panti

    13,3

    Tabel 2.6

    Perjanjian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017

    NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 3 4

    1 Program Pemberdayaan Masyarakat

    Kelurahan

    Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna

    64,0

    Cakupan pembentukan Posyantek 15,7

    Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri

    4,7

  • 18 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 18

    Presentase Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk

    20,0

    Tabel 2.7

    Perjanjian Kinerja Sekretaris Tahun 2017

    NO SASARAN PROGRAM/

    KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 3 4

    1 Program

    Dukungan Pelayanan Pemerintahan

    Persentase sarana dan prasarana

    perkantoran dalam kondisi baik

    98

    Persentase ketersediaan data dan

    informasi sektoral

    80

    Tingkat disiplin dan kinerja aparatur 85

    Kesesuaian realisasi keuangan

    berdasarkan cash budget (anggaran kas)

    85

    Tabel 2.8

    Perjanjian Kinerja UPT Data & Informasi Kesejahteraan Sosial

    Tahun 2017

    NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN

    INDIKATOR KINERJA TARGET (%)

    1 2 3 4

    1 Program Pemberdayaan Sosial

    Persentase ketersediaan data dan

    informasi sektoral

    80

  • 19 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 19

    Tabel 2.9

    Indikator Kinerja Utama

    SASARAN

    STRATEGIS

    INDIKATOR

    KINERJA UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Meningkatnya

    penanganan PMKS

    Proporsi

    penanganan PMKS

    Mengukur

    tingkat penanganan PMKS di Kota

    Cilegon

    Jumlah PMKS yang

    ditangani terhadap jumlah PMKS seluruhnya

    Cakupan penanganan RTS

    mengukur cakupan

    Rumah Tangga Sasaran yang

    mendapat

    Jumlah akumulasi RTS yang pernah

    mendapatkan bantuan program pemerintah terhadap total jumlah

    seluruh RTS yang terdata dalam basis data terpadu

    Meningkatnya

    kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat

    Guna dan kelompok masyarakat

    dalam pembangunan

    Proporsi jumlah

    lembaga masyarakatan yang aktif

    Mengukur

    jumlah lembaga masyarakat

    yang aktif

    Jumlah lembaga

    kemasyarakatan yang aktif terhadap jumlah lembaga

    kemasyarakatan

    Meningkatnya

    kualitas penyelenggaraan pemerintahan

    Nilai LAKIP SKPD

    Mengukur nilai LAKIP

    SKPD

    Nilai LAKIP SKPD

    Tingkat

    maturitas SPIP Perangkat Daerah

    Mengukur kualitas Sistem

    Pengendalian Intern SKPD

    Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah

    Tingkat kinerja pegawai (rata-

    rata nilai SKP)

    Mengukur

    nilai SKP Rata-rata SKPD

    Tingkat kinerja

    pegawai (rata-rata nilai SKP)

  • 20 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 20

    Tabel 2.10

    Indikator Kinerja Utama Bidang Perlindungan Jaminan Sosial

    Tahun 2017

    INDIKATOR KINERJA

    UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Presentase korban

    bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    mengukur korban

    bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    Jumlah korban bencana yang

    terpenuhi kebutuhan dasar dibagi Jumlah korban bencana yang seharusnya terpenuhi kebutuhan

    dasar

    Presentase Fakir miskin yang mendapatkan

    bantuan tunai bersyarat

    Mengukur jumlah fakir miskin yang

    mendaptkan bantuan tunai bersyarat

    Jumlah fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai

    bersayarat dibagi Jumlah fakir miskin yang seharusnya mendapatkan bantuan tunai

    bersyarat

    Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian

    Mengukur jumlah pelayanan pengajuan

    santunan kematian

    Jumlah masyarakat miskin yang menerima santunan kematian dibagi Jumlah masyarakat miskin yang

    mengajukan santuan kematian

    Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang

    ditangani

    Mengukur pelayanan bagi orang terlantar dalam perjalanan,

    orang terlantar sakit dan jenazah terlantar

    Jumlah orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani dibagi jumlah pengaduan orang

    terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar

  • 21 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 21

    Tabel 2.11

    Indikator Kinerja Utama Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga

    Tahun 2017

    INDIKATOR KINERJA

    UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Persentase (%) fakir miskin yang menerima

    pemberdayaan ekonomi produktif

    Mengukur jumlah fakir miskin yang

    menerima pemberdayaan ekonomi produktif

    Jumlah fakir miskin yang menerima pemberdayaan

    ekonomi produktif dibagi Jumlah fakir miskin yang seharusnya menerima

    pemberdayaan ekonomi produktif

    Presentase penerima bantuan pangan Non tunai

    Mengukur jumlah penerima bantua pangan non tunai

    Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai dibagi jumlah masyarakat miskin

    Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun

    mengukur jumlah RTLH yang dibangun

    Jumlah RTLH yang dibangun dibagi jumlah RTLH yang

    seharusnya mendapat bantuan

    Tabel 2.12

    Indikator Kinerja Utama Bidang Rehabilitasi Sosial Tahun 2017

    INDIKATOR KINERJA UTAMA

    ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di

    luar panti (berbasis keluarga dan masyarakat)

    Mengukur jumlah pelayanan reabilitasi bagi penyandang disabilitas di

    luar panti

    Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan rehabilitasi

    dibagi jumlah penyandang disabilitas

    Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti

    Mengukur jumlah anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi

    jumlah anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar

  • 22 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 22

    sosial diluar panti panti dibagi jumlah anak yang seharusnya

    mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti

    Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar panti

    Mengukur jumlah lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan

    sosial di luar panti

    jumlah lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan

    sosial di luar panti dibagi jumlah lanjut usia terlantar

    Tabel 2.12

    Indikator Kinerja Utama Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017

    INDIKATOR KINERJA

    UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Tingkat partisipasi masyarakat terhadap

    inovasi Teknologi Tepat Guna

    Mengukur partisipasi masyarakat terhadap

    inovasi TTG

    jumlah partisipasi masyarakat terhadap inovasi

    Teknologi Tepat Guna

    Cakupan pembentukan

    Posyantek

    Mengukur jumlah

    Posyantek

    Banyaknya Posyantek se

    Kota Cilegon

    Presentase lembaga

    kemasyaarakatan yang mandiri

    Mengukur jumlah

    lembaga kemasyarakatan yang mandiri

    Jumlah lembaga

    kemasyaarakatan yang mandiri terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan

    Presentase Kelompok

    swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk

    Mengukur jumlah

    kelompok swadaya masyarakat yang ada

    Jumlah KSM yang terbentuk

    terhadap jumlah KSM yang seharusnya

  • 23 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 23

    Tabel 2.12

    Indikator Kinerja Utama Sekretaris Tahun 2017

    INDIKATOR KINERJA

    UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN

    Persentase sarana dan prasarana perkantoran

    dalam kondisi baik

    Mengukur jumlah sarana dan prasarana

    perkantoran

    Jumlah sarana dan prasarana perkantoran

    dalam kondisi baik terhadap seluruh sarana dan prasarana perkantoran

    Persentase ketersediaan data dan informasi sektoral

    Mengukur jumlah ketersediaan data dan informasi sektoral

    tingkat ketersediaan data dan informasi sektoral

    Tingkat disiplin dan kinerja aparatur

    Mengukur tingkat disiplin aparatur

    tingkat kehadiran dan kinerja aparatur

    Kesesuaian realisasi

    keuangan berdasarkan cash budget (anggaran kas)

    Mengukur realisasi keuangan SKPD

    Tingkat realisasi keuangan disesuaikan dengan

    perencanaan penganggaran

  • 24 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 24

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    3.1 Capaian Kinerja Organisasi

    Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

    tentang pelaporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan peraturan

    Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara &

    Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

    Kinerja, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Tata Cara Review atas

    Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib

    menyusun Laporan Kinerja yang melaporkan progres kinerja atas mandat dan

    sumber daya yang digunakannya.

    Dalam rangka melaukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian tujuan dan

    sasaran organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada perencanaan

    jangka menengah, maka digunakan skala pengukuran sebagai berikut.

    Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam manajemen program

    secara keseluruhan. Pengukuran kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan

    dapat memberikan umpan balik (feedback) dalam upaya perbaikan secara terus

    menerus dan mencapai keberhasilan dimasa mendatang.

  • 25 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 25

    Tabel 3.1

    Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Dinas Sosial Tahun 2017

    SASARAN STRATEGIS

    INDIKATOR KINERJA

    TARGET (%)

    REALISASI (%)

    CAPAIAN (%)

    Meningkatnya penanganan PMKS

    Proporsi penanganan PMKS

    38,5 73,28 190,34

    Cakupan penanganan RTS

    ≥90 94,81 105,34

    Meningkatnya kelembagaan kemasyarakatan,

    Teknologi Tepat Guna dan kelompok masyarakat dalam

    pembangunan

    Proporsi jumlah lembaga

    masyarakatan yang aktif 20 33,00 165,00

    Meningkatnya kualitas

    penyelenggaraan pemerintahan

    Nilai LAKIP

    SKPD 70 60,09 85,84

    Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah

    2 0 0

    Tingkat kinerja pegawai (rata-

    rata nilai SKP) 78 84,03 107,73

    1. Proporsi penanganan PMKS

    Tabel diatas menunjukan bahwa persentase pencapaian sasaran mencapai

    190,34 %, perhitungan ini diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :

    - Jumlah PMKS : 16.281 orang

    - Jumlah PMKS yang ditangani : 11.930 orang

  • 26 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 26

    - Persentase Penanganan PMKS = Jumlah PMKS yg ditangani x 100%

    Jumlah PMKS Seluruhnya

    = (11930/ 16281) x 100 %

    = 73,28%

    - Capaian kinerja tahun 2016 = 73,28/38,5 x 100 %

    = 190,34 %

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) biasanya disebabkan

    tingkat pendidikan yang rendah, memiliki keterampilan terbatas yang

    menyebabkan rendahnya kreatifitas sehingga lebih memilih pekerjaan

    yang mudah dan tanpa modal, selain itu kurangnya dukungan yang baik

    dari keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar.

    2. Cakupan penanganan RTS

    Pencapaian kinerja ini sebesar 105,34 %, perhitungan ini diperoleh dari

    Jumlah akumulasi RTS yang pernah mendapatkan bantuan program

    pemerintah terhadap total jumlah seluruh RTS yang terdata dalam basis

    data terpadu.

  • 27 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 27

    Tabel 3.2 Jumlah RTS yang Mendapatkan Bantuan Program Pemerintah Tahun 2017

    NO KECAMATAN Target (KK)

    Realisasi (KK)

    1 CIBEBER 1419 1392

    2 CILEGON 978 963

    3 CITANGKIL 1680 1521

    4 CIWANDAN 1964 1928

    5 GROGOL 867 765

    6 JOMBANG 1236 1152

    7 PULOMERAK 1347 1298

    8 PURWAKARTA 892 817

    TOTAL 10383 9836

    - Cakupan Penanganan RTS = 9.836 x 100%

    10.383

    = 94,81%

    - Capaian kinerja tahun 2016 = 94,81/90 x 100 %

    = 105,34 %

    3. Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif

    Lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

    sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah di kelurahan

    dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan

    dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah

    sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam

    pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan

    kelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Proporsi jumlah

    lembaga masyarakatan yang aktif merupakan Jumlah lembaga

  • 28 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 28

    kemasyarakatan yang aktif terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan

    yang ada.

    Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif = 102 x 100 %

    309

    = 33 %

    Capaian Kinerja Tahun 2017 = 33/ 20 x 100 %

    = 165 %

    4. Nilai LAKIP SKPD

    Dalam penilaian LAKIP materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen.

    Komponen pertama adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra,

    rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja. Komponen kedua, yakni

    pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas

    pengukuran, dan implementasi pengukuran. Komponen ketiga Pelaporan

    kinerja, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta

    pemanfaatan informasi kinerja. Komponen keempat meliputi evaluasi

    kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan

    pemanfaatan hasil evaluasi. Komponen Kelima untuk pencapaian kinerja,

    terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja

    lainnya.

    Berdasarkan Permenpan No. 12 tahun 2015 untuk nilai tertinggi dari

    evaluasi LAKIP adalah adalah AA (sangat memuaskan), dengan skor >90–

    100, sedangkan A (memuaskan) skornya > 80-90, BB (sangat Baik) dengan

    skor > 70-80, B (baik) dengan skor > 60-70, CC (cukup) dengan skor >50

  • 29 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 29

    – 60, C (kurang) dengan skor >30 – 50, dan nilai D (sangat kurang)

    dengan skor 0 – 30.

    Nilai Lakip Tahun 2016 Dinas Sosial dengan nilai B (baik) dengan skor

    60,09. Capaian indikator ini dibawah target yang telah ditentukan yaitu 70

    point.

    5. Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP merupakan

    upaya pemerintah memenuhi pasal 58 Undang-undang Nomor 1 Tahun

    2004 tentang Perbendahaan Negara yaitu menyelenggarakan sistem

    pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh dalam

    rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas. PP 60/2008

    ini diharapkan berperan dalam tiga hal: sebagai landasan pembinaan

    penyelenggaraan SPIP, landasan penyelenggaraan pengawasan intern dan

    standar penyelenggaraan SPIP. Tingkat Maturitas (Maturity Level)

    Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah

    untuk menggambarkan tingkatan atau struktur kematangan

    penyelenggaraan SPIP dengan karakteristik yang berbeda antara satu

    tingkat dengan tingkat lainnya.

    Kerangka maturitas SPIP terpola dalam enam tingkatan yaitu: “Belum Ada”,

    “Rintisan”, “Berkembang”, “Terdefinisi”, “Terkelola dan Terukur”,

    “Optimum”. Tingkatan dimaksud setara masing-masing dengan level 0,1, 2,

    3, 4 dan 5. Setiap tingkat maturitas mempunyai karakteristik dasar yang

    menunjukkan peran atau kapabilitas penyelenggaraan SPIP dalam

    mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah.

    Pada tahun 2017 Dinas Sosial Kota Cilegon belum dilakukan penilaian

    tingkat maturitas SPIP, sehingga maturity level belum dapat dikatahui,

  • 30 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 30

    adapun pelaksanaan penilaian maturity level organisasi perangkat daerah

    akan dilakukan tahun 2018. Pada tahun 2017 penilaian Maturity Level

    hanya dilakukan di tingkat Kota dengan level 2.62 (berkembang).

    6. Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)

    Sasaran Kerja Pegawai (SKP) adalah rencana kerja dan target yang akan

    dicapai oleh seorang pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara

    pegawai dengan atasan pegawai. Penilaian capaian Sasaran KerjaPegawai

    Negeri Sipil diukur dengan membandingkan antara realisasi dengan target

    dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan dapat disertai biaya. Pada Tahun

    2017 nilai rata-rata SKP pada Dinas Sosial Kota Cilegon sebesar 84,03 %.

    Nilai ini diperoleh dari akumulasi nilai SKP dibagi dengan jumlah pegawai

    Dinas Sosial sebanyak 47 pegawai. Nilai rata-rata SKP Dinas sosial melebihi

    target yang telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja indikator ini

    sebesar 107,73.

    Tabel 3.2

    Perbandingan Capaian Kinerja dengan Tahun sebelumnya

    INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 (%) Tahun 2017(%)

    Proporsi penanganan PMKS 0 190,34

    Cakupan penanganan RTS 0 105,34

    Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif

    0 165,00

    Nilai LAKIP SKPD 0 85,84

    Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah

    0 0

    Tingkat kinerja pegawai

    (rata-rata nilai SKP) 0 107,73

  • 31 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 31

    Faktor keberhasilan:

    1. Keberhasilan penangan PMKS, merupakan hasil kerjasama Dinas

    Sosial baik dengan instansi terkait maupun dengan masyarakat.

    2. Banyaknya dukungan program-program penanganan penyandang

    masalah kesejahteraan sosial baik yang bersumber dari APBN dan

    APBD I

    3. Pendampingan untuk memonitoring kegiatan PMKS yang sudah

    menerima keterampilan dan bantuan permodalan.

    4. Adanya Dana Pembangunan Wilayah Kelurahan yang mendukung

    lembaga kemasyarakatan

    Akan tetapi masih ada hambatan/ kendala yang dihadapi dalam

    penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial :

    Keterbatasan Sumberdaya manusia dalam penanganan PMKS

    Masih kurangnya sarana dan prasarana dalam penanganan PMKS

    Kurangnya motivasi penyandang PMKS untuk memperbaiki keadaan

    Harus ada bimbingan lanjutan serta pendampingan kepada yang

    menerima pelatihan keterampilan dan bantuan.

    Aparatur Sipil Negara belum semuanya memahami SPIP daan

    penilaian SPIP

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi:

    Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas dalam penanganan

    PMKS

    Terus meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dalam

  • 32 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 32

    rangka memberikan pelayanan bagi PMKS.

    Melakukan pembinaan keterampilan bagi PMKS untuk meningkatkan

    kulitas hidupnya.

    Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan penanganan PMKS

    Melakukan Sosialisasi SPIP keseluruh jajaran ASN, terutama

    stakeholder.

    A. Program Perlindungan Jaminan Sosial

    Program Perlindungan Jaminan Sosial terdiri dari 4 (empat) indikator

    sebagai berikut:

    Tabel 3.3

    Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017

    Bidang Perlindungan Jaminan Sosial

    NO INDIKATOR KINERJA TARGET

    (%)

    REALISASI

    (%)

    CAPAIAN

    (%)

    1 Presentase korban bencana

    yang terpenuhi kebutuhan dasar

    100,00 100,00 100,00

    2 Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan

    tunai bersyarat 71,00 82,74 116,54

    3 Presentase masyarakat yang menerima santunan

    kematian

    100,00 100,00 100,00

    4 Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah

    terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani

    100,00 100,00 100,00

  • 33 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 33

    1. Indikator Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    diperoleh dari Jumlah korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    dibagi Jumlah korban bencana yang seharusnya terpenuhi kebutuhan

    dasar

    Tahun 2017 jumlah korban bencana sebanyak 1277 jiwa dan jumlah ini

    semuanya terpenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga Capaian indikator

    Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar

    pencapaian kinerja 100 %,

    % korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar = 1277 x 100 %

    1277

    = 100 %

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan

    dasar 100,00 % 100,00 %

    Faktor keberhasilan Tersedianya buffer stock dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan selama masa tanggap darurat, tersedianya Taruna Siaga

    Bencana (Tagana) yang terlatih, koordinasi yang baik dengan instansi

    terkait terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta adanya

    Kampung Siaga Bencana di 3 Lokasi.

    Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam rangka penanganan korban

    bencana yaitu masih minimnya sarana dan prasarana dalam

  • 34 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 34

    Penanggulangn Bencana terutama untuk ketersediaan sarana dapur

    umum apabila terjadi bencana dibeberapa titik yang berjauhan.

    Langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan ini adalah membuat usulan untuk menambah sarana dan

    prasarana dapur umum.

    2. Pada indikator Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai

    bersyarat pencapaian kinerja sebesar 116,53 %, keberhasilan ini

    didukung dengan program-program yang bersumber dari APBN dan

    APBD Provinsi. Adapun rincian sebagai berikut:

    NO KEGIATAN SUMBER DANA JUMLAH

    1 Program Keluarga

    Harapan (PKH)

    APBN 3.458

    2 Jamsosratu APBD I 2.693

    3 Jaminan Sosial Cilegon Mandiri

    APBD Kota 2.440

    JUMLAH 8.591

    % Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat = 8.591 x 100 %

    10.383

    = 82,74 %

    Capaian Indikator tahun 2017 = (82,74/ 71) x 100 %

    = 116,53%

  • 35 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 35

    3. Untuk indikator Presentase masyarakat yang menerima santunan

    kematian hanya mencapai 93,80%. Pada tahun 2017 target yang

    mengajukan santunan kematian di Kota Cilegon sebanyak 500, akan

    tetapi masyarakat yang mengajukan permohonan santunan kematian

    sebanyak 469 jiwa. Dari jumlah 469 masyarakat yang mengajukan

    satunan kematian semua teralisasi 100%. Nilai ini didapat dari jumlah

    masyarakat miskin yang menerima santunan kematian dibagi Jumlah

    masyarakat miskin yang mengajukan santuan kematian.

    % masyarakat yang menerima santunan kematian = 469/469 x 100 %

    = 100 %

    4. Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan

    orang terlantar sakit yang ditangani keberhasilan kinerja mencapai 100

    %, baik pelayanan orang terlantar dalam pejalanan, pelayanan

    pemakaman jenazah terlantar maupun pelayanan orang terlantar sakit.

    Adapun rincian jumlah layanan tersebut sebagai berikut :

    No Kegiatan Jumlah

    1 pelayanan orang terlantar dalam

    pejalanan

    239 orang

    2 pelayanan pemakaman jenazah terlantar 12 orang

    3 pelayanan orang terlantar sakit 9 orag

    Jumlah 260 orang

    Perhitungan Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah

    terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani didapat dari

    Jumlah orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang

  • 36 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 36

    terlantar sakit yang ditangani dibagi jumlah pengaduan orang terlantar

    dalam perjalanan, jenazah dikali 100 %

    Realisasi kinerja = (260/260 ) x 100%

    = 100 %

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang

    terlantar sakit yang ditangani

    100,00 % 100,00 %

    Keberhasilan pencapaian indikator ini didukung dengan kerja sama yang

    baik antara Dinas Sosial, ASDP merak, Kepolisian, RSUD, Dinas

    Kependudukan dan Catatan Sipil dan PT KAI serta didukung pula oleh

    Baznas Kota Cilegon terutama dalam biaya penanganan orang terlantar

    dalam perjalanan dan orang terlantar sakit diluar anggaran yang tersedia

    pada Dinas Sosial Kota Cilegon.

    Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam penanganan Penyandang

    Masalah Kesejahteraan Sosial :

    Masih lemahnya koordinasi dengan instansi terkait terutama RSUD

    untuk pelayanan orang terlantar sakit dan Kepolisian untuk surat

    keterangan orang terlantar dalam perjalanan

  • 37 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 37

    Kurangnya sarana dan prasarana terutama kendaraan khusus

    untuk pelayanan orang terlantar dalam perjalanan dan orang

    terlantar sakit

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi:

    Membuat kesepakatan bersama antara Dinas Sosial, RSUD dan

    Kepolisian

    Mengusulkan kendaraan operasional khusus pelayanan orang

    terlantar dalam perjalanan dan orang terlantar sakit

    Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan

    yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah

    ini :

    Tabel 3.4

    Pencapaian Kinerja kegiatan Program Perlindungan Jaminan Sosial

    Tahun 2017

    KEGIATAN INDIKATOR

    KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam

    Rupaih)

    Target Realisa

    si Capaian

    (%)

    Target (Rp.)

    Realisasi (Rp.)

    Capaian (%)

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Buffer stock Tersedianya Buffer Stock

    2050 2050 100,00% 331,96 317,77 96%

    Pemantapan Kampung Siaga Bencana (KSB)

    Tersedianya sarana prasarana KSB

    3 3 100,00% 61,50 58,85 96%

    Pelatihan Tagana Terlaksananya Peningkatan Kapasitas TAGANA

    37 37 100,00% 212,90 208,29 98%

    Pelayanan Bagi Orang

    Terlantar Sakit

    Terlaksananya

    pelayanan bagi orang terlantar sakit

    100 100 100,00% 68,34 17,82 26%

  • 38 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 38

    KEGIATAN INDIKATOR

    KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)

    Kinerja

    Realisasi Anggaran (Juta Dalam Rupaih)

    Target Realisa

    si Capaian

    (%)

    Target (Rp.)

    Realisasi (Rp.)

    Capaian (%)

    Pendampingan dan Pembinaan Penerima Manfaat Program Jamsosda

    Tersedianya sarana dan prasarana pada sekretariat Jamsosratu 2 2 88,44% 74,59 65,97

    Pendampingan program Jaminan Sosial Cilegon Mandiri

    Terlaksananya Sosialisasi JSCM

    300 300 100,00% 500,00 452,76 91%

    Pemberian rekomendasi PBI

    dan Pengaktifan BPJS Kelas 3 (Keadaan Darurat)

    Jumlah Rekomendasi

    PBI APBD yang diberikan kepada masyarakat

    150 121 80,70% 15,33 12,37 81%

    Pendampingan Program Santunan Kematian Bagi Masyarakat Kota Cilegon Yang

    Beresiko Sosial

    Jumlah fasilitas pemyelenggaraan Program Santunan

    Kematian 3 2 81,70% 76,00 62,09 82%

    Pendampingan dan Pembinaan Penerima Manfaat Program

    Keluarga Harapan (PKH)

    Terlaksananya Rapat Koordinasi PKH Tingkat

    Kota 55 55 100,00% 97,62 93,54 96%

    Orang terlantar Dalam Perjalanan

    Terlaksananya pelayanan bagi orang terlantar dalam perjalanan

    400 239 59,75% 232,67 101,90 44%

    Dari tabel diatas semua kegiatan menunjang keberhasilan pencapaian

    indikator program yang telah ditentukan. Adapun kegiatan yang terdapat

    efisiensi keuangan sebagai berikut:

    a. Kegiatan Orang terlantar Dalam Perjalanan dari target 400 orang yang

    dilayani hanya 239 orang yang dilayani, karena pelayanan yang

    diberikan sesuai dengan jumlah pengaduan orang terlantar yaitu 239

    orang, secara kinerja capaian pelayanan orang terlantar 100 %.

    Dalam kegiatan ini terdapat efisiensi keuangan dikarenakan jumlah

    bantuan yang diberikan disesuaikan dengan jarak tujuan.

  • 39 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 39

    b. Kegiatan Pelayanan Bagi Orang Terlantar Sakit terdapat efisiensi

    keuangan, dikerenakan jumlah pelayanan orang terlantar sakit tahun

    2017 sebanyak 9 orang, untuk biaya disesuaikan dengan real cost dari

    rumah sakit.

    B. Program Pemberdayaan Sosial

    Pemberdayaan sosial merupakan salah satu dari empat intervensi

    Kesejahteraan Sosial yang diarahkan untuk merubah masyarakat yang

    mengalami masalah Kesejahteraan Sosial dan ketidakberdayaan, agar

    mereka mampu mengatasi dan memenuhi kebutuhan dasarnya dan

    secara bertahap meningkatkan kehidupan sosial yang lebih baik dan

    berkualitas serta kemandirian dapat dicapai.

    Pemberdayaan sosial juga diarahkan agar seluruh sumber dan potensi

    kesejahteraan sosial yang ada pada masyarakat secara individu,

    keluarga, kelompok atau komunitas dapat digali dan akhirnya menjadi

    potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang dapat digunakan untuk

    meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat secara mandiri dan

    berkelanjutan dibidang pengembangan Potensi dan Sumber

    Kesejahteraan Sosial (PSKS) telah melakukan upaya pemberdayaan

    kelembagaan sosial masyarakat yang merupakan infrastruktur

    pembangunan kesejahteraan sosial seperti Karang Taruna dan

    Organisasi Sosial. Dalam rangka mendukung penangan Penyandang

    Masalah Kesejahteraan Sosial perlu ada peran aktif masyarakat,

    indikator kinerja ini mengukur peran aktif masyarakat melalui Potensi

    Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).

  • 40 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 40

    Indikator Program Pemberdayaan Sosial terdiri dari 4 indikator dengan

    rincian sebagai berikut:

    Tabel 3.5

    Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017

    Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga

    NO INDIKATOR KINERJA TARGET

    (%) REALISASI

    (%) CAPAIAN

    (%)

    1 Persentase

    pemberdayaan PSKS 6,44 5,23 81,21%

    2 Persentase (%) fakir

    mskin yang menerima

    pemberdayaan ekonomi

    produktif

    2,24 5,60 249,93%

    3 Presentase penerima

    bantuan pangan Non

    tunai

    100,00 94,81 94,81%

    4 Persentase (%) rumah

    tidak layak huni yang

    dibangun

    25,64 25,64 100,00%

    1. Persentase pemberdayaan PSKS

    Persentase pemberdayaan PSKS, indikator ini mengukur tingkat

    pemberdayaan bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).

    Target pada Tahun 2017 pemberdayaan PSKS sebesar 5,23 % dari

    jumlah PSKS yang ada di Kota Cilegon sebanyak 3.229. sedangkan

    jumlah PSKS yang dibina pada tahun 2017 sebanyak 169.

  • 41 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 41

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Persentase pemberdayaan

    PSKS Belum ada 81,21 %

    Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam pencapaian indikator ini adalah:

    Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan PSKS dalam

    mengelola organisasi.

    Masih kurangnya pengetahuan dalam penanganan Penyandang

    Masalah Kesejahteraan Sosial

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi:

    Mengadakan pelatihan dalam hal pengelolaan organisasi dan

    kelembagaan

    Diadakan pembinaan peningkatan pengetahuan dalam

    penanganan PMKS

    % pemberdayaan PSKS = Jumlah PSKS yang dibina x 100%

    jumlah PSKS seluruhnya

    = (169 /3229) x 100% = 5.23 %

    Capaian kinerja tahun 2017 = (5,23/6,44) x 100 %

    = 81,21%

  • 42 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 42

    2. Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi

    produktif

    Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi

    produktif, merupakan indikator untuk mengukur jumlah fakir miskin yang

    menerima pemberdayaan ekonomi produktif. Pencapaian indiktor ini

    sebesar 5,60 % lebih besar dari target yang telah ditetapkan 2,2 %.

    Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian indiktor ini

    adalah adanya dukungan program dari baik dari pusat dan Provinsi.

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016

    Tahun 2017

    1 Persentase (%) fakir miskin

    yang menerima pemberdayaan

    ekonomi produktif 89 % 249,93%

    NO KEGIATAN SUMBER DANA JUMLAH

    (orang)

    1 KUBE APBN 100

    2 KUBE APBD I 200

    3 UEP APBD 200

    JUMLAH 500

    (%) FM yang menerima pem. ekonomi produktif = Jumlah FM yg menerima pem. ekonomi produktif x 100

    %

    Jumlah FM yg seharusnya menerima pem. Ekonomi produktif

    = (500/8926) x 100%

    = 5.60%

  • 43 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 43

    Hambatan/kendala yang dihadapi :

    masih besarnya peluang konflik internal yang terjadi antara

    anggota kelompok KUBE

    masih kurangnya monitoring dan evaluasi bagi penerima bantuan

    ekonomi produktif

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi adalah :

    meningkatkan pendampingan bagi penerima KUBE.

    Peningkatan pembinaan lanjutan bagi masyarakat yang sudah

    menerima KUBE

    3. Presentase penerima bantuan pangan Non tunai

    Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan pangan dari

    pemerintah yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

    setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan

    hanya untuk membeli pangan di e-Warong KUBE PKH / pedagang bahan

    pangan yang bekerjasama dengan Bank HIMBARA.

    Capaian indikator Presentase penerima bantuan pangan Non tunai

    sebesar 94,81% dari target 100%.

    %penerima bantuan pangan Non tunai = Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai x 100 %

    jumlah masyarakat miskin

    = (9844/10383) x 100%

    = 94,81 %

  • 44 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 44

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Presentase penerima

    bantuan pangan Non tunai Belum ada 94,81%

    Hambatan/kendala yang dihadapi :

    Adanya data yang tidak sama dengan siskada I dan Siskada II

    dengan pihak bank.

    Himbara yang ditunjuk lebih dari satu bank/ 3 bank (BNI. BTN

    dan Mandiri)

    Adanya keterlambatan pengiriman dari distributor khusunya Bulog

    menyebabkan keterlambatan pelaporan

    Keterlambatan Juknis dan Juklak yang diterima oleh Kab/Kota

    yang diberikan oleh Kementerian Sosial.

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi adalah :

    Koordinasi dengan pihak Kementerian Sosial terkait data yang

    digunakan

    Membuat rapat koordinasi rutin dengan ketiga pihak tersebut

    Koordinasi dengan bulog terkait pengiriman barang

    4. Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun

    Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) merupakan kegiatan

    yang dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kondisi rumah baik secara

    menyeluruh (peremajaan) maupun sebagian (pemugaran/renovasi)

  • 45 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 45

    sehingga tercipta kondisi rumah yang layak sebagai tempat tinggal.

    Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun, merupakan

    indikator yang menunjukan jumlah Rumah Tidak Layak Huni Yang di

    bangun. Keberhasilan indikator ini mencapai 100% dari target 150

    Rumah Tidak Layak Huni yang dibangun.

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Persentase (%) rumah

    tidak layak huni yang

    dibangun Belum ada 100%

    Hambatan/kendala yang dihadapi :

    Kinerja Pendamping kurang optimal

    Ada beberapa Penerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni yang

    belum memiliki administrasi kependudukan.

    Ada beberapa Penerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni yang

    tidak lengkap administrasi pertanahannya

    Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun = Jumlah RTLH yang dibangun x 100 %

    jumlah RTLH yang seharusnya mendapat bantuan

    = (150/585) x 100%

    = 25,64 %

  • 46 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 46

    Terdapat kepala keluarga penerima manfaat yang meninggal

    dunia sehingga menghambat proses menyaluran karena ahli waris

    harus melengkapi surat keterangan ahli waris.

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi adalah :

    Peningkatan motivasi bagi pendamping RTLH

    Dalam melengkapi admistrasi kependudukan bekerjasama dengan

    kecamatan dan Dinas Kependudukan dan Cacatan Sipil

    Membuat surat ijin pemnafaatan tanah dari pemilik dengan

    periode peminjaman tanah minimal selama 5 tahun

    Dalam proses kelengkapan ahli waris bekerjasama dengan pihak

    kelurahan.

    Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan

    yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah

    ini :

    Tabel 3.4

    Pencapaian Kinerja kegiatan pada Program Pemberdayaan Sosial

    Tahun 2017.

    KEGIATAN KEGIATAN (OUTPUT)

    Satuan

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta

    Dalam Rupaih)

    Target Realisasi Capaian

    (%) Target (Rp.)

    Realisasi (Rp.)

    Capai

    an (%)

    Pemberdayaan Organisasi Sosial

    Terlaksananya Kegiatan Pembinaan Mental

    dan Bimbingan Motivasi Bagi Anak

    Panti

    Orang (

    Laki-laki, Perempuan)

    36, (18,

    18)

    36, (18,

    18) 100,00% 150,00 140,00 93%

  • 47 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 47

    KEGIATAN KEGIATAN

    (OUTPUT) Satuan

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta

    Dalam Rupaih)

    Target Realisasi Capaian

    (%) Target (Rp.)

    Realisasi

    (Rp.)

    Capaian

    (%)

    Pemberdayaan Lembaga

    Konsultasi Kesejahteraan Sosial (LK3)

    Terlaksananya Sosialisasi

    Pencegahan Dini Kekerasan Terhadap Anak

    orang (

    Laki-laki, Perempuan)

    150, (60, 90)

    150, (60, 90)

    100,00% 110,00 108,98 99%

    Pemberdayaan

    Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

    Terlaksananya

    Bimbingan Motivasi bagi KUBE

    Kelompok 33 33 100,00% 300,00 254,97 85%

    Pemberdayaan

    Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

    (TKSK)

    Terlaksananya

    Pemberdayaan dan Kesejahteraan bagi TKSK

    orang ( Laki-laki,

    Perempuan)

    8, (7, 1)

    8, (7, 1) 100,00% 55,01 55,01 100%

    Pemberdayaan PSKS

    Terlaksananya Sosialisasi PSM Tingkat Kelurahan

    orang ( laki-laki,

    Perempuan)

    43 (23, 20)

    43, (23, 20)

    100,00% 180,00 169,55 94%

    Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

    (HKSN)

    Terlaksananya Olimpiade HKSN

    kegiatan 1 1 100,00% 100,00 95,83 96%

    Identifikasi para pejuang kemerdekaan

    Terindentifikasinya para pejuang di Kota CIlegon

    Kegiatan 1 1 100,00% 100,00 69,27 69%

    Penyusunan Profil PSKS Kota Cilegon

    Tersusunnya Profil PSKS Kota Cilegon Dokumen 1 1 100,00% 60,00 51,45 86%

    Pemberdayaan

    Keluarga Plasma Melalui FCU

    Terlaksananya

    Bimtek bagi Keluarga Plasma

    Keluarga Plasma

    30 30 100,00% 59,00 58,96 100%

    Pemberdayaan Karang Taruna

    Terlaksananya Seleksi Karang Taruna Berprestasi

    Kelurahan dan

    Kecamatan 43 43 100,00% 150,00 136,56 91%

    Pembinaan Veteran dan Keluarga Veteran serta

    Pejuang Kemerdekaan

    Jumlah Veteran dan Keluarga Veteran

    orang ( Laki-laki,

    Perempuan)

    4, (1, 3)

    4, (1, 3) 100,00% 29,16 29,00 99%

    Sosialisasi UGB/PUB

    Terlaksananya sosialisasi

    UGB/PUB

    Peserta 50 50 100,00% 42,43 41,07 97%

  • 48 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 48

    KEGIATAN KEGIATAN

    (OUTPUT) Satuan

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta

    Dalam Rupaih)

    Target Realisasi Capaian

    (%) Target (Rp.)

    Realisasi

    (Rp.)

    Capaian

    (%)

    Pendampingan program Beras

    Sejahtera (RASTRA)

    Terlaksananya pendampingan

    bantuan pangan non tunai dan e-warong

    Kegiatan 5 5 100,00% 368,95 314,26 85%

    Pendampingan

    sosialisasi dan bimbingan teknis rutilahu

    Jumlah

    Masyarakat Miskin dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang

    Menerima Bantuan RS-RTLH Tahun 2017

    KK 150 150 100,00% 191,00 182,84 96%

    Sosialisasi

    Bantuan Pangan Non Tunai

    Terlaksananya

    kegiatan sosialisasi bantuan pangan non tunai

    Kegiatan 1 1 100,00% 30,00 27,30 91%

    Pendampingan

    Karang Taruna

    Kegiatan 3 3 100,00% 162,82 149,90 92%

    Dari tabel 3.4 dapat dilihat bahwa semua kegiatan mendukung

    pencapaian program Pemberdayaan Sosial, adapun kegiatan Hari

    Kesetikawanan Sosial Nasional dan Identifikasi para pejuang

    kemerdekaan merupakan kegiatan pendukung untuk menumbuhkan rasa

    kesetiakawanan sosial, dengan kegiatan ini diharapkan kesetiakawanan

    sosial dapat tumbuh di masyarakat sehingga dapat menggerakan

    masyarakat untuk peran serta dalam penanganan masalah sosial. Untuk

    kegiatan Identifikasi para pejuang kemerdekaan terdapat efisiensi

    keuangan karena kegiatan bekerjasama dengan salah satu perguruan

    tinggi yang berada di Banten dalam proses penyusunan buku identifikasi

    pahlawan yang ada di Kota Cilegon.

  • 49 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 49

    C. Program Pelayanan, Rehabilitasi Sosial

    Rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan

    individu yang mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula.

    Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk

    mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakat

    dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,

    masyarakat, dan pekerjaan.

    Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah

    sebagai berikut :

    1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta

    tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun

    masyarakat atau lingkungan sosialnya.

    2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

    Program Rehabilitasi Sosial terdiri dari 3 (tiga) indikator sebagai

    berikut:

    Tabel 3.5

    Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017

    Bidang Rehabilitasi Sosial

    NO INDIKATOR KINERJA TARGET

    (%) REALISASI

    (%) CAPAIAN

    (%)

    1 Presentase penyandang disabilitas yang

    mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga

    dan masyarakat)

    2,70 18,24 675,56%

  • 50 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 50

    NO INDIKATOR KINERJA TARGET

    (%) REALISASI

    (%) CAPAIAN

    (%)

    2 Presentasi anak yang mendapatkan layanan

    dan rehabilitasi sosial diluar panti

    17,80 25,10 141,01%

    3 Presentase lanjut usia

    terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar panti

    13,30 51,90 390,23%

    1. Indikator Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan

    rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan masyarakat).

    Keberhasilan Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan

    layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan

    masyarakat) mencapai 675 %, keberhasilan pencapaian kinerja ini

    adanya dukungan dari program pusat maupun provinsi. Rincian bantuan

    bagi penyandang disabilitass sebagai berikut :

    NO Sumber Jumlah

    1 APBN 4 orang

    2 APBD Provinsi 49 orang

    3 APBD Kota 150 orang

    Jumlah 203 orang

    Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti= 203 x 100 %

    1113

    = 18,24 %

    Capaian kinerja tahun 2017 = 18,24/2,70 x 100 %

    = 675 %

  • 51 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 51

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Indikator Presentase

    penyandang disabilitas

    yang mendapatkan

    layanan rehabilitasi sosial

    di luar panti (berbasis

    keluarga dan masyarakat)

    Belum ada 675,56%

    Hambatan/kendala yang dihadapi :

    Penyandang cacat masih berbeda-beda sehingga menyulitkan

    dalam jenis pembinaan yang semua penyandang cacat dapat

    melakukan

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi adalah :

    Tersedia data sesuai dengan jenis kecacatan

    2. Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar

    panti

    Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar

    panti melebihi dari target yang ditentukan, keberhasilan ini dicapai

    karena adanya bantuan yang bersumber dari Provinsi untuk sebanyak

    125 orang anak terlantar yang diluar panti.

  • 52 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 52

    3. Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di

    luar panti

    Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di

    luar panti, indikator ini mengukur jumlah lanjut usia terlantar yang

    mendapatkan pelayanan sosial di luar panti terhadap jumlah lanjut usia

    terlantar.

    Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.

    NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017

    1 Presentase lanjut usia

    terlantar yang

    mendapatkan pelayanan

    sosial di luar panti

    Belum ada 390,23%

    % LU terlantar yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti = 390 x 100 %

    751

    = 51,90 %

    Capaian kinerja Tahun 2017 = 51,90/13,30 x 100%

    = 390,23 %

    Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti = 125 x 100 %

    498

    = 25,10 %

    Capaian kinerja tahun 2017 = 25,10/17,80 x 100%

    = 141,01 %

  • 53 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 53

    keberhasilan pencapaian indikator ini juga adanya dukungan baik dari

    Pemerintah Pusat maupun Provinsai. Rincian sebagai berikut :

    NO SUMBER JUMLAH

    1 APBN 90

    2 APBD Provinsi 300

    Jumlah 390

    Hambatan/kendala yang dihadapi :

    Belum adanya dukungan dari pemerintah Kota untuk mencapai

    indikator ini

    Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau

    hambatan yang dihadapi adalah :

    Mengusulkan dalam anggaran tahun 2019 karena indikator ini

    merupakan standar pelayanan minimal untuk urusan wajib

    pelayanan dasar sosial.

    Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan

    yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah

    ini :

  • 54 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 54

    Tabel 3.6

    Pencapaian Kinerja kegiatan pada Program Pelayanan, Rehabilitasi

    Sosial Tahun 2017.

    KEGIATAN

    INDIKATOR

    KEGIATAN (OUTPUT)

    Satuan

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam

    Rupaih)

    Target Realisasi Capaian

    (%)

    Target

    (Rp.)

    Realisasi

    (Rp.)

    Capaian

    (%)

    Pembinaan

    dan Bantuan Usaha Produktif

    (UEP)

    Terlaksananya

    Pembinaan dan Bantuan UEP bagi

    Lansia

    orang ( Laki laki,

    Perempuan)

    200 (50, 150)

    200 (50, 150)

    100,00% 250,00 249,05 100%

    Hari Lanjut Usia Nasional

    Terlaksananya pembinaan terhadap

    Lansia

    kegiatan 2 2 100,00% 100,00 81,88 82%

    Pelayanan bagi orang dengan

    gangguan jiwa (ODGJ)

    Terlaksananya pelayanan bagi Orang

    dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

    Orang 93 93 100,00% 303,16 293,04 97%

    Penanganan

    PMKS

    Terlaksananya

    pembinaan dan penanganan PMKS

    Jenis PMKS

    3 3 100,00% 250,00 222,41 89%

    Pelatihan Keterampilan Bagi PMKS

    Terlaksananya Pelatihan bagi Anjal dan Gepeng

    orang ( Laki-laki,

    Perempuan)

    60 (30, 30)

    60 (30, 30)

    100,00% 228,58 219,56 96%

    Pemeliharaan Gedung Rehabilitasi

    Terlaksananya kegiatan Pemeliharaan

    Gedung Panti

    Rehabilitasi

    Bulan 12 12 100,00% 109,85 81,52 74%

    Operasional Gedung Panti Rehabilitasi

    Tersedianya Operasional Gedung

    Rumah Singgah

    Bulan , Orang (

    Laki-laki, Perempuan)

    12, 12,

    (10, 2)

    12, 12,

    (10, 2) 100,00% 300,00 263,30 88%

    Sarana dan Prasarana

    Gedung Panti Rehabilitasi

    Tersedianya sarana

    prasarana rumah singgah

    kegiatan 1 1 100,00% 400,00 369,09 92%

    Jaminan

    Kesejahteraan Bagi Penyandang Cacat

    Jumlah

    Penyandang Cacat yang dibantu

    orang 150 150 100,00% 148,23 138,63 94%

  • 55 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 55

    KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN (OUTPUT)

    Satuan

    Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam

    Rupaih)

    Target Realisasi Capaian

    (%) Target (Rp.)

    Realisasi

    (Rp.)

    Capaian (%)

    Review DED Panti Rehabilitasi

    Tersedianya DED panti rehab

    Dokumen 1 1 100,00% 50,00 49,24 98%

    Operasional

    Pemakaman TPU Cikerai dan Pemakaman

    Jenazah

    Terlantar

    Tersedianya

    Operasional TPU Cikerai

    Kegiatan 1 1 100,00% 152,11 73,67 48%

    Dari table 3.6 terdapat efisiensi keuangan pada dua kegiatan:

    a. Kegiatan Pemeliharaan Gedung Rehabilitasi, terdapat efisiensi

    anggaran keuangan. Karena biaya pemeliharaan disesuaikan dengan

    kebutuhan dan pemakaian.

    b. Pada kegiatan Operasional Pemakaman TPU Cikerai dan Pemakaman

    Jenazah Terlantar, terdapat anggaran yang menunjang untuk

    operasional ruang tunggu jenazah, karena ada perubahan tugas dan

    fungsi Pada Dinas Sosial sesuai dengan Struktur Organisasi Perangkat

    Daerah bahwa kewenangan pengelolaan pemakaman merupakan

    wewenang Dinas Permukiman. Sehingga beberapa kode rekening

    yang sudah dialokasikan tidak digunakan. Selain itu penyerapan

    keuangan disesuaikan dengan jumlah jenazah terlantar yang

    ditangani, yang pada tahun 2017 sebanyak 12 jenazah terlantar.

  • 56 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 56

    D. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

    Pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat agar dapat

    meningkatkan taraf hidupnya serta mengoptimalkan sumber daya alam

    dan manusia setempat sebaik mungkin. Upaya yang seharusnya diambil

    kemudian adalah menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat,

    baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai

    persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan

    kesejahteraannya. Indikator Program Pemberdayaan Masyarakat

    Kelurahan terdiri dari 4 indikator dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel 3.7

    Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017

    Bidang Pemberdayaan Masyarakat

    NO INDIKATOR

    KINERJA

    TARGET

    (%)

    REALISASI

    (%)

    CAPAIAN

    (%)

    1 Tingkat partisipasi masyarakat terhadap

    inovasi Teknologi Tepat Guna

    64,00 101,33 158,33

    2 Cakupan pembentukan Posyantek

    15,69 100,00 637,50

    3 Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri

    4,65 25,58 550,00

    4

    Presentase Kelompok swadaya masyarakat

    (KSM) yang terbentuk

    20,00 47,65 238,26

  • 57 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 57

    1. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna

    Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat

    Guna, merupakan indikator jumlah partisipasi masyarakat terhadap

    inovasi Teknologi Tepat Guna, pada tahun 2017 terdapat peningkatan

    jumlah masyarakat yang mengikuti inovasi TTG.

    Pencapain kinerja tahun 2017 = (1