laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah …€¦ · 10. presentase orang terlantar dalam...
TRANSCRIPT
-
LAPORAN AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(LAKIP)
TAHUN 2017
DINAS SOSIAL KOTA CILEGON
-
i Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dinas Sosial Kota Cilegon sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah di
Bidang Kesejahteraan Sosial, merumuskan beberapa tujuan dan sasaran
dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Dinas Sosial. Pada tahun anggaran
2017 pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Proporsi penanganan PMKS
Mengukur tingkat penanganan PMKS di Kota Cilegon, tahun anggaran
2017 persentase pencapaian sasaran mencapai 190,34 %.
2. Cakupan penanganan RTS
Pencapaian kinerja ini sebesar 105,34 %, perhitungan ini diperoleh dari
Jumlah akumulasi RTS yang pernah mendapatkan bantuan program
pemerintah terhadap total jumlah seluruh RTS yang terdata dalam basis
data terpadu.
3. Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif
Mengukur jumlah lembaga masyarakat yang aktif, capaian kinerja pada
tahun 2017 sebesar 165 %
4. Nilai LAKIP SKPD
Nilai Lakip Tahun 2016 Dinas Sosial dengan nilai CC (cukup baik)
dengan skor 60,09. Capaian indikator ini dibawah target yang telah
ditentukan, perlu peningkatan dalam penyusunan Lakip OPD pada
tahun selanjutnya.
5. Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah
Pada tahun 2017 Dinas Sosial Kota Cilegon belum dilakukan penilaian
tingkat maturitas SPIP, sehingga maturity level belum dapat dikatahui,
adapun pelaksanaan penilaian maturity level organisasi perangkat
-
ii Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 ii
daerah akan dilakukan tahun 2018. Pada tahun 2017 penilaian Maturity
Level hanya dilakukan di tingkat Kota dengan level 2.62 (berkembang).
6. Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)
Pada Tahun 2017 nilai rata-rata SKP pada Dinas Sosial Kota Cilegon
sebesar 84,03 %, nilai rata-rata SKP Dinas sosial melebihi target yang
telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja indikator ini sebesar
107,73.
7. Indikator Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
pencapaian kinerja 100 %.
8. Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat
Pada indikator Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan
tunai bersyarat pencapaian kinerja sebesar 116,53 %.
9. Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian
Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian hanya
mencapai 100,00%.
10. Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan
orang terlantar sakit yang ditangani keberhasilan kinerja mencapai 100
%.
11. Persentase pemberdayaan PSKS, indikator ini mengukur tingkat
pemberdayaan bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),
pencapaian indikator ini sebesar 81,21 %.
12. Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi
produktif, merupakan indikator untuk mengukur jumlah fakir miskin
yang menerima pemberdayaan ekonomi produktif. Pencapaian indiktor
sebesar 249,93%.
-
iii Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 iii
13. Presentase penerima bantuan pangan Non tunai, Capaian indikator
Presentase penerima bantuan pangan Non tunai sebesar 94,81% dari
target 100%
14. Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun, Keberhasilan
indikator ini mencapai 100% dari target 150 Rumah Tidak Layak Huni
yang dibangun.
15. Indikator Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan
layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan
masyarakat). Keberhasilan Presentase penyandang disabilitas yang
mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga
dan masyarakat) mencapai 675 %, keberhasilan pencapaian kinerja ini
adanya dukungan dari program pusat maupun provinsi
16. Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial
diluar panti. Pencapaian indikator ini sebesar 141,01 %.
17. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna,
merupakan indikator jumlah partisipasi masyarakat terhadap inovasi
Teknologi Tepat Guna, pada tahun 2017 terdapat peningkatan jumlah
masyarakat yang mengikuti inovasi TTG. Pencapaian indikator ini
adalah 550%
18. Cakupan pembentukan Posyantek merupakan indiktor yang mengukur
jumlah Posyantek yang terbentuk di Kota Cilegon. Pencapaian kinerja
tahun 2017 sebesar 637,50 %.
19. Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri merupakan
indikator yang menunjukan Jumlah lembaga kemasyaarakatan yang
mandiri terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan, pencapaian
indikator ini sebesar 637,50%.
-
iv Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 iv
20. Presentase Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk
dengan menghitung Jumlah KSM yang terbentuk terhadap jumlah KSM
yang seharusnya. Pencapaian kinerja indiktor ini 238,26%
21. Persentase ketersediaan data dan informasi sektoral, indiktor ini
mengukur tingkat ketersediaan data dan informasi sektoral pada Dinas
Sosial. Pencapaian indikator ini sebesar 125%,
22. Persentase sarana dan prasarana perkantoran dalam kondisi baik,
merupakan indikator yang mengukur Jumlah sarana dan prasarana
perkantoran dalam kondisi baik terhadap seluruh sarana dan prasarana
perkantoran, pencapaian kinerja indikator ini 97,14%.
23. Tingkat disiplin aparatur, merupakan indikator yang mengukur tingkat
kedisiplinan pegawai. Tingkat kedisiplinan pegawai Dinas Sosial tahun
2017 mencapai 99,45 %. Pencapaian indikator ini sebesar 116,99 %.
24. Kesesuaian realisasi keuangan berdasarkan cash budget (anggaran
kas), indiktor ini menunjukan tingkat realisasi keuangan disesuaikan
dengan perencanaan penganggaran pertriwulan. Pencapaian indiktor ini
sebesar 91,06%.
-
v Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2016 v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
IKHTISAR EKSEKUTIF
i
ii
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Susunan Organisasi
1.3 Isu Strategis
1
2
4
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Perencanaan
2.2 Perjanjian Kinerja
11
14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1
3.2
Capaian Kinerja Organisasi
Realisasi Anggaran
24
63
BAB IV PENUTUP 69
-
1 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahwa sebagai salah satu upaya meningkatkan pelaksanaan pemerintahan
yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, dan
untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi
pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang merupakan
prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan
untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.
Atas dasar hal tersebut di atas, untuk mempertangungjawabkan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi dengan didasarkan suatu perencanaan startegis yang
ditetapkan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Setiap instansi pemerintah yang
merupakan unsur penyelenggara pemerintahan negara, wajib memberikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan
dokumen berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan suatu organisasi.
Adapun informasi yang diharapkan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), yaitu guna mendorong instansi pemerintah untuk
-
2 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 2
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sehingga
beroperasi secara efisien, efektif dan responsive terhadap masyarakat, sehingga
menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta
dapat menjaga terpeliharanya kepercayaan masyarakat.
1.2. Susunan Organisasi
1.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Perangkat Daerah, Dinas Sosial mempunyai tugas membantu
Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Sosial
dan Pemberdayaan Masyarakat yang menjadi kewenangan daerah, dan tugas
pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
a. Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Sosial menyelenggarakan fungsi :
b. pelaksanaan koordinasi tugas lingkup Dinas pada Asisten Sekda sesuai
bidang tugasnya.
c. pemberdayaan sosial KAT.
d. penerbitan izin pengumpulan sumbangan dalam Daerah.
e. pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial Daerah.
f. pembinaan lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) yang wilayah
kegiatannya di Daerah.
g. pemulangan warga Negara migran korban tindak kekerasan dari titik
debarkasi di Daerah untuk dipulangkan ke Desa/kelurahan asal;
h. rehabilitasi social bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan
NAPZA dan orang dengan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired
Immuno Deficiency Syndrome yang tidak memerlukan rehabilitasi pada
panti, dan rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum;
-
3 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 3
i. pemeliharaan anak-anak terlantar.
j. pendataan dan pengelolaan data fakir miskin cakupan Daerah;
k. penyediaan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma bagi korban bencana;
l. penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terhadap kesiapsiagaan
bencana;
m. pemeliharaan taman makam pahlawan nasional;
n. penyelenggaraan penataan Desa/Keluarahan;
o. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan administrasi pemerintahan
Desa/Kelurahan;
p. pemberdayaan lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang
pemberdayaan Kelurahan dan lembaga adat tingkat Daerah dan
pemberdayaan masyarakat hukum adat yang masyarakat pelakunya hukum
adat yang sama dalam Daerah;dan
q. pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat tingkat
Kelurahan.
-
4 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 4
1.2.2 Struktur Organisasi
Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Perangkat Daerah sebagai berikut:
1.3. Isu Strategis
1.3.1. Kemiskinan
Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatian serius dari
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan
interaksi sosial. Itulah sebabnya masalah kemiskinan dapat muncul sebagai
penyebab ataupun pemberat berbagai jenis permasalahan kesejahteraan sosial
lainnya seperti ketunaan sosial, kecacatan, dan ketelantaran, yang pada
-
5 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 5
umumnya berkenaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengakses
berbagai sumber pelayanan.
Jumlah penduduk miskin di Kota Cilegon sebanyak 56.283 jiwa, masalah
kemiskinan merupakan masalah yang masih sulit ditanggulangi. Faktor-faktor
penyebab terjadinya kemiskinan antara lain faktor internal (ketidakmampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidakmampuan dalam
menampilkan peranan sosial dan ketidakmampuan dalam mengatasi masalah-
masalah sosial yang dihadapinya) dan faktor eksternal (kebijakan publik yang
belum berpihak kepada penduduk miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial
dasar, terbatasnya lapangan pekerjaan, belum terciptanya sistem ekonomi
kerakyatan, kesenjangan, dan ketidakadilan sosial, serta dampak pembangunan
yang berorientasi kapitalis.
Tabel 1.1
Jumlah Masyarakat Miskin Kota Cilegon
Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) TOTAL
CIBEBER 277 231 765 1.273
CILEGON 146 178 618 942
CITANGKIL 224 257 1.118 1.599
CIWANDAN 173 234 1.061 1.468
GROGOL 48 97 514 659
JOMBANG 170 186 665 1.021
PULOMERAK 180 202 818 1.200
PURWAKARTA 76 107 581 764
TOTAL 1.294 1.492 6.140 8.926 Sumber : Dinas Sosial Tahun 2016
-
6 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 6
1.3.2. Ketelantaran
Ketelantaran di sini dimaksudkan sebagai pengabaian/penelantaran anak-anak
dan orang lanjut usia karena berbagai penyebab. Kita semua sependapat
bahwa anak merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang perlu
ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Begitu
pula lanjut usia perlu dijaga dan diasuh melalui pelayanan sosial agar kualitas
hidup mereka meningkat dan mampu memberi kontribusi dalam kehidupan
sosialnya.
Permasalahan anak telantar adalah pemenuhan hak dan kebutuhan anak sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Adalah hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari
berbagai kegiatan yang dapat mengganggu pertumbuhannya, baik secara fisik,
mental, maupun sosial.
Aspek lain yang perlu memperoleh perhatian khusus dalam kaitan dengan
masalah ketelantaran adalah jumlah orang lanjut usia yang kecenderungannya
semakin meningkat. Fakta ini akan sangat berdampak pada tuntutan
peningkatan kesejahteraan keluarga. Masalah yang harus dihadapi pemerintah
adalah bagaimana memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan sosial
bagi para lanjut usia terlantar agar kualitas hidup mereka terjamin sampai akhir
hayatnya.
-
7 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 7
Tabel 1.2
Jumlah Anak/Keterlantaran di Kota Cilegon
NO KECAMATAN
ANAK / KETELANTARAN
ANAK JALANAN ANAK DENGAN
KEDISABILITASAN
ANAK YANG MENJADI KTK / DIPERLAKUKAN
SALAH
LANJUT USIA TERLANTAR
(L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH (L) (P) JUMLAH
1 CIBEBER - - - 2 2 4 2 - 2 2 24 26
2 CILEGON - - - 1 3 4 2 3 5 11 23 34
3 CITANGKIL - - - 9 8 17 - 3 3 64 83 147
4 CIWANDAN - - - 9 4 13 1 - 1 63 74 137
5 GROGOL - - - 2 2 4 - - - 32 51 83
6 JOMBANG 14 1 15 1 5 6 - 1 1 25 45 70
7 PULOMERAK - - - - 4 4 2 2 4 34 85 119
8 PURWAKARTA - - - 2 2 4 - 1 1 46 89 135
14 1 15 26 30 56 7 10 17 277 474 751
Sumber : Dinas Sosial Tahun 2016
1.3.3. Kecacatan
Kecacatan diartikan sebagai suatu keadaan dimana hilang/terganggunya fungsi
fisik atau kondisi abnormal fungsi struktur anatomi, psikologi, maupun fisiologi
seseorang. Kecacatan telah menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan
atau gangguan terhadap fungsi sosialnya sehingga mempengaruhi keleluasan
aktivitas fisik, kepercayaan, dan harga diri yang bersangkutan, dalam
berhubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan. Kondisi seperti ini
menyebabkan terbatasnya kesempatan bergaul, bersekolah, bekerja dan
bahkan kadang-kadang menimbulkan perlakuan diskriminatif dari mereka yang
tidak cacat.
-
8 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 8
Dilihat dari aspek lain dari kecacatan adalah pandangan sebagian orang yang
menganggap bahwa kecacatan adalah sebagai kutukan, sehingga mereka perlu
disembunyikan oleh keluarganya. Perlakuan seperti ini menyebabkan hak
penyandang cacat untuk berkembang dan berkreasi sebagaimana orang-orang
yang tidak cacat tidak dapat terpenuhi. Masalah kecacatan akan semakin berat
apabila disertai dengan masalah kemiskinan, dan ketelantaran.
Tabel 1.3
Jumlah Penyandang Disabilitas di Kota Cilegon
NO KECAMATAN PENYANDANG DISABILITAS
(L) (P) JUMLAH
1 CIBEBER 48 57 105
2 CILEGON 47 48 95
3 CITANGKIL 134 157 291
4 CIWANDAN 78 57 135
5 GROGOL 46 43 89
6 JOMBANG 51 60 111
7 PULOMERAK 68 50 118
8 PURWAKARTA 72 97 169
JUMLAH 544 569 1.113
Sumber : Dinas Sosial tahun 2016
1.3.4. Ketunaan Sosial
Ketunaan memberi indikasi atas ketidakberhasilan fungsi sosial seseorang,
yakni tergantungnya salah satu atau lebih fungsi yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan fisik, emosi, konsep diri, dan juga kebutuhan religius,
rekreasi, dan pendidikan seseorang. Kegagalan seseorang menjalankan fungsi
sosialnya menyebabkan seseorang menjadi penyandang masalah kesejahteraan
sosial. Seperti korban tindak kekerasan terhadap wanita dan orang tua,
gelandangan dan pengemis, tunasusila, eks narapidana dan penyalahgunaan
-
9 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 9
Napza serta penderita HIV/AIDS, untuk rehabilitasi HIV/AIDS dan
penyalahgunaan Napza sudah menjadi kewenangan pusat.
1.3.5. Orang Terlantar Dalam Perjalanan, Orang terlantar sakit dan
Pemakaman jenazah terlantar.
Orang terlantar dalam perjalanan merupakan orang terlantar ketika melewati
wilayah Kota Cilegon akibat kecopetan/kehabisan ongkos/kehilangan, bukan
termasuk Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) akan tetapi orang
terlantar dalam perjalanan berpotensi menjadi PMKS jika tidak ditangani. Kota
Cilegon yang merupakan kota transit antara Pulau Jawa dan Sumatera orang
terlantar dalam perjalanan sering terjadi. Untuk pelayanan Orang terlantar
dalam keadaan sakit bekerjasama dengan unit kesehatan baik Puskesmas
maupun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Pemakaman Jenzah terlantar merupakan pelayanan penguburan jenazah
terlantar yang tidak ada identitas dan keluarga, biasanya jenazah orang
gila/orang yang terlantar di wilayah Kota Cilegon. Tempat penguburan sudah
disediakan di Tempat Pemakaman Umum Kota Cilegon.
1.3.6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan
prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan dan perumahan,
pengembangan usaha ekonomi, pengembangan Lembaga Keuangan serta
kegiatan - kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menaikkan hasil produksinya. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
-
10 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 10
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan
(empowering) adalah memampukan dan memandirikan masyarakat miskin.
-
11 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 11
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan
2.1.1. Visi dan Misi
Visi Kota Cilegon “TERWUJUDNYA KOTA CILEGON YANG UNGGUL DAN
SEJAHTERA BERBASIS INDUSTRI PERDAGANGAN DAN JASA”. Berdasarkan Misi
Kota Cilegon Tahun 2016-2020, penyelenggaraan pelayanan dalam
kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon terkait
dengan misi ke-3 yaitu Memantapkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Peningkatan kesejahteraan Sosial.
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Peningkatan kesejahteraan
Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan slah
satu kegiatan dalam rangka mendukung Agenda Pembangunan yang ketiga
yaitu Agenda Cilegon Sehat dan Cerdas, melalui misi ini diharapkan, Kota
Cilegon mampu membangun sumberdaya manusia yang cerdas, sehat dari segi
jasmani dan rohani, berkualitas dan produktif serta memiliki kompetensi yang
tinggi sehingga memiliki daya saing baik lokal ataupun global khususnya dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA).
Salah satu sasaran dari misi ke-3 tersebut adalah menurunnya kemiskinan Kota
Cilegon sampai dengan 2020 jumlah penduduk miskin Kota Cilegon sebesar
-
12 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 12
3,07 %, dalam penyelenggara pelayanan bidang sosial menitikberatkan seluruh
program dan kegiatan guna mencapai indikator sasaran tersebut.
Dalam rangka mendukung Visi dan misi Kota Cilegon, Dinas Sosial memiliki Visi:
“Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat “
Perumusan visi tersebut mengindikasikan Visi ini mengandung arti bahwa
pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang telah, sedang, dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk mewujudkan
suatu kondisi masyarakat yang masuk ke dalam kategori PMKS menjadi
berkesejahteraan sosial.
Guna mewujudkan visi tersebut, maka Dinas Sosial Kota Cilegon menetapkan
misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan penanganan PMKS secara terpadu dan berkelanjutan.
2. Meningkatkan penguatan kelembagaan dan keswadayaan masyarakat
3. Meningkatkan SDM serta sarana dan prasarana dalam peningkatan
pelayanan sosial
2.1.2 Tujuan
Tujuan jangka menengah Dinas sosial Kota Cilegon adalah:
1. Peningkatan pelayanan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial,
jaminan sosial dan pemberdayaan sosial
2. Peningkatan kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat Guna
dan kelompok masyarakat dalam pembangunan
3. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Profesional,
Akuntabel, Bersih Dan Berwibawa.
-
13 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 13
Meningkatkan keberdayaan dan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat,
sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah Menurunnya Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS).
2.1.3 Sasaran dan Kebijakan Dinas Sosial
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Sosial, sesuai dengan tugas dan fungsi
serta kewenangan yang ada, Dinas Sosial Kota Cilegon menetapkan sasaran
jangka menengah yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Sosial sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Strategi dan Kebijakan Dinas Sosial Kota Cilegon
No Sasaran Strategi Kebijakan
1 Meningkatnya
penanganan
PMKS
Memberikan
perlindungan
Sosial, jaminan
sosial, rehabilitasi
sosial dan
pemberdayaan
sosial bagi PMKS
Meningkatkan perlindungan
Sosial, jaminan sosial,
rehabilitasi sosial dan
pemberdayaan sosial bagi
PMKS dan meningkatkan
peran serta masyarakat
dalam penanganan PMKS
2 Meningkatnya
kelembagaan
kemasyarakatan,
Teknologi Tepat
Guna dan
kelompok
masyarakat dalam
pembangunan
Peningkatan
Koordinasi dan
kemitraan antara
Lembaga
Kemasyarakatan,
Kelompok
masyarakat dan
pemerintah
Meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam
kelembagaan masyarakat,
kelompok masyarakat,
Teknologi tepat guna dalam
pembangunan daerah
-
14 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 14
No Sasaran Strategi Kebijakan
3 Meningkatnya
kualitas
penyelenggaraan
pemerintahan
Peningkatan
kinerja
kelembagaan
SKPD untuk
mendukung
pelayanan sosial
Meningkatkan kualitas
kelembagaan dalam
penyelenggaraan
pemerintah
2.1.4 Program Dinas Sosial Kota Cilegon
a. Program Pemberdayaan Sosial
b. Program Pelayanan, Rehabilitasi Sosial
c. Program Perlindungan Jaminan Sosial
d. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
e. Program Dukungan Pelayanan Pemerintahan
2.2 Perjanjian Kinerja.
Perjanjian kinerja merupakan kesepakatan antara pihak yang menerima tugas
dan tanggung jawab kinerja dengan pihak yang memberikan tugas dan
tanggung jawab kinerja dengan mempertimbangkan sumber daya yang
tersedia. Perjanjian kinerja ini menjabarkan target kinerja yang merupakan
patokan bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap
akhir periode pelaksanaan. Dengan demikian, Perjanjian Kinerja Dinas Sosial
Kota Cilegon Tahun 2017 pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
-
15 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 15
terukur dalam waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dikelolanya.
Tabel 2.2
PERJANJIAN KINERJA DINAS SOSIAL TAHUN 2017
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
(%)
Meningkatnya penanganan PMKS
Proporsi penanganan PMKS 38,5
Cakupan penanganan RTS ≥90
Meningkatnya
kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat Guna
dan kelompok masyarakat dalam pembangunan
Proporsi jumlah lembaga
masyarakatan yang aktif
20
Meningkatnya kualitas penyelenggaraan
pemerintahan
Nilai LAKIP SKPD 70
Tingkat mauritas SPIP Perangkat Daerah
2
Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)
78
-
16 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 16
Tabel 2.3
Perjanjian Kinerja Bidang Perlindungan Jaminan Sosial Tahun 2017
NO SASARAN
PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 2 3
1 Program Perlindungan Jaminan Sosial
Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
100
Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat
71
Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian
100
Presentase orang terlantar dalam
perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani
100
Tabel 2.4
Perjanjian Kinerja Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga
Tahun 2017
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 2 3
1 Program
Pemberdayaan Sosial
Persentase pemberdayaan
PSKS
6,44
Persentase (%) fakir miskin yang menerima
pemberdayaan ekonomi produktif
2,2
Presentase penerima
bantuan pangan Non tunai
100
-
17 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 17
Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun
25,64
Tabel 2.5
Perjanjian Kinerja Bidang Rehabilitasi Sosial Tahun 2017
NO SASARAN PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 2 3
1 Program Pelayanan, Rehabilitasi
Sosial
Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan
masyarakat)
2,7
Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar
panti
17,8
Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar
panti
13,3
Tabel 2.6
Perjanjian Kinerja Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 3 4
1 Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan
Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna
64,0
Cakupan pembentukan Posyantek 15,7
Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri
4,7
-
18 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 18
Presentase Kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk
20,0
Tabel 2.7
Perjanjian Kinerja Sekretaris Tahun 2017
NO SASARAN PROGRAM/
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 3 4
1 Program
Dukungan Pelayanan Pemerintahan
Persentase sarana dan prasarana
perkantoran dalam kondisi baik
98
Persentase ketersediaan data dan
informasi sektoral
80
Tingkat disiplin dan kinerja aparatur 85
Kesesuaian realisasi keuangan
berdasarkan cash budget (anggaran kas)
85
Tabel 2.8
Perjanjian Kinerja UPT Data & Informasi Kesejahteraan Sosial
Tahun 2017
NO SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA TARGET (%)
1 2 3 4
1 Program Pemberdayaan Sosial
Persentase ketersediaan data dan
informasi sektoral
80
-
19 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 19
Tabel 2.9
Indikator Kinerja Utama
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN
Meningkatnya
penanganan PMKS
Proporsi
penanganan PMKS
Mengukur
tingkat penanganan PMKS di Kota
Cilegon
Jumlah PMKS yang
ditangani terhadap jumlah PMKS seluruhnya
Cakupan penanganan RTS
mengukur cakupan
Rumah Tangga Sasaran yang
mendapat
Jumlah akumulasi RTS yang pernah
mendapatkan bantuan program pemerintah terhadap total jumlah
seluruh RTS yang terdata dalam basis data terpadu
Meningkatnya
kelembagaan kemasyarakatan, Teknologi Tepat
Guna dan kelompok masyarakat
dalam pembangunan
Proporsi jumlah
lembaga masyarakatan yang aktif
Mengukur
jumlah lembaga masyarakat
yang aktif
Jumlah lembaga
kemasyarakatan yang aktif terhadap jumlah lembaga
kemasyarakatan
Meningkatnya
kualitas penyelenggaraan pemerintahan
Nilai LAKIP SKPD
Mengukur nilai LAKIP
SKPD
Nilai LAKIP SKPD
Tingkat
maturitas SPIP Perangkat Daerah
Mengukur kualitas Sistem
Pengendalian Intern SKPD
Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah
Tingkat kinerja pegawai (rata-
rata nilai SKP)
Mengukur
nilai SKP Rata-rata SKPD
Tingkat kinerja
pegawai (rata-rata nilai SKP)
-
20 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 20
Tabel 2.10
Indikator Kinerja Utama Bidang Perlindungan Jaminan Sosial
Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN
Presentase korban
bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
mengukur korban
bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
Jumlah korban bencana yang
terpenuhi kebutuhan dasar dibagi Jumlah korban bencana yang seharusnya terpenuhi kebutuhan
dasar
Presentase Fakir miskin yang mendapatkan
bantuan tunai bersyarat
Mengukur jumlah fakir miskin yang
mendaptkan bantuan tunai bersyarat
Jumlah fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai
bersayarat dibagi Jumlah fakir miskin yang seharusnya mendapatkan bantuan tunai
bersyarat
Presentase masyarakat yang menerima santunan kematian
Mengukur jumlah pelayanan pengajuan
santunan kematian
Jumlah masyarakat miskin yang menerima santunan kematian dibagi Jumlah masyarakat miskin yang
mengajukan santuan kematian
Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang
ditangani
Mengukur pelayanan bagi orang terlantar dalam perjalanan,
orang terlantar sakit dan jenazah terlantar
Jumlah orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani dibagi jumlah pengaduan orang
terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang terlantar
-
21 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 21
Tabel 2.11
Indikator Kinerja Utama Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga
Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN
Persentase (%) fakir miskin yang menerima
pemberdayaan ekonomi produktif
Mengukur jumlah fakir miskin yang
menerima pemberdayaan ekonomi produktif
Jumlah fakir miskin yang menerima pemberdayaan
ekonomi produktif dibagi Jumlah fakir miskin yang seharusnya menerima
pemberdayaan ekonomi produktif
Presentase penerima bantuan pangan Non tunai
Mengukur jumlah penerima bantua pangan non tunai
Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai dibagi jumlah masyarakat miskin
Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun
mengukur jumlah RTLH yang dibangun
Jumlah RTLH yang dibangun dibagi jumlah RTLH yang
seharusnya mendapat bantuan
Tabel 2.12
Indikator Kinerja Utama Bidang Rehabilitasi Sosial Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA UTAMA
ALASAN CARA PERHITUNGAN
Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di
luar panti (berbasis keluarga dan masyarakat)
Mengukur jumlah pelayanan reabilitasi bagi penyandang disabilitas di
luar panti
Jumlah penyandang disabilitas yang mendapatkan rehabilitasi
dibagi jumlah penyandang disabilitas
Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti
Mengukur jumlah anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi
jumlah anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar
-
22 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 22
sosial diluar panti panti dibagi jumlah anak yang seharusnya
mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti
Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar panti
Mengukur jumlah lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan
sosial di luar panti
jumlah lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan
sosial di luar panti dibagi jumlah lanjut usia terlantar
Tabel 2.12
Indikator Kinerja Utama Bidang Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN
Tingkat partisipasi masyarakat terhadap
inovasi Teknologi Tepat Guna
Mengukur partisipasi masyarakat terhadap
inovasi TTG
jumlah partisipasi masyarakat terhadap inovasi
Teknologi Tepat Guna
Cakupan pembentukan
Posyantek
Mengukur jumlah
Posyantek
Banyaknya Posyantek se
Kota Cilegon
Presentase lembaga
kemasyaarakatan yang mandiri
Mengukur jumlah
lembaga kemasyarakatan yang mandiri
Jumlah lembaga
kemasyaarakatan yang mandiri terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan
Presentase Kelompok
swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk
Mengukur jumlah
kelompok swadaya masyarakat yang ada
Jumlah KSM yang terbentuk
terhadap jumlah KSM yang seharusnya
-
23 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 23
Tabel 2.12
Indikator Kinerja Utama Sekretaris Tahun 2017
INDIKATOR KINERJA
UTAMA ALASAN CARA PERHITUNGAN
Persentase sarana dan prasarana perkantoran
dalam kondisi baik
Mengukur jumlah sarana dan prasarana
perkantoran
Jumlah sarana dan prasarana perkantoran
dalam kondisi baik terhadap seluruh sarana dan prasarana perkantoran
Persentase ketersediaan data dan informasi sektoral
Mengukur jumlah ketersediaan data dan informasi sektoral
tingkat ketersediaan data dan informasi sektoral
Tingkat disiplin dan kinerja aparatur
Mengukur tingkat disiplin aparatur
tingkat kehadiran dan kinerja aparatur
Kesesuaian realisasi
keuangan berdasarkan cash budget (anggaran kas)
Mengukur realisasi keuangan SKPD
Tingkat realisasi keuangan disesuaikan dengan
perencanaan penganggaran
-
24 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 24
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Organisasi
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang pelaporan keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara &
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Tata Cara Review atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib
menyusun Laporan Kinerja yang melaporkan progres kinerja atas mandat dan
sumber daya yang digunakannya.
Dalam rangka melaukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada perencanaan
jangka menengah, maka digunakan skala pengukuran sebagai berikut.
Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam manajemen program
secara keseluruhan. Pengukuran kinerja yang dilakukan secara berkelanjutan
dapat memberikan umpan balik (feedback) dalam upaya perbaikan secara terus
menerus dan mencapai keberhasilan dimasa mendatang.
-
25 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 25
Tabel 3.1
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Dinas Sosial Tahun 2017
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET (%)
REALISASI (%)
CAPAIAN (%)
Meningkatnya penanganan PMKS
Proporsi penanganan PMKS
38,5 73,28 190,34
Cakupan penanganan RTS
≥90 94,81 105,34
Meningkatnya kelembagaan kemasyarakatan,
Teknologi Tepat Guna dan kelompok masyarakat dalam
pembangunan
Proporsi jumlah lembaga
masyarakatan yang aktif 20 33,00 165,00
Meningkatnya kualitas
penyelenggaraan pemerintahan
Nilai LAKIP
SKPD 70 60,09 85,84
Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah
2 0 0
Tingkat kinerja pegawai (rata-
rata nilai SKP) 78 84,03 107,73
1. Proporsi penanganan PMKS
Tabel diatas menunjukan bahwa persentase pencapaian sasaran mencapai
190,34 %, perhitungan ini diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :
- Jumlah PMKS : 16.281 orang
- Jumlah PMKS yang ditangani : 11.930 orang
-
26 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 26
- Persentase Penanganan PMKS = Jumlah PMKS yg ditangani x 100%
Jumlah PMKS Seluruhnya
= (11930/ 16281) x 100 %
= 73,28%
- Capaian kinerja tahun 2016 = 73,28/38,5 x 100 %
= 190,34 %
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) biasanya disebabkan
tingkat pendidikan yang rendah, memiliki keterampilan terbatas yang
menyebabkan rendahnya kreatifitas sehingga lebih memilih pekerjaan
yang mudah dan tanpa modal, selain itu kurangnya dukungan yang baik
dari keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar.
2. Cakupan penanganan RTS
Pencapaian kinerja ini sebesar 105,34 %, perhitungan ini diperoleh dari
Jumlah akumulasi RTS yang pernah mendapatkan bantuan program
pemerintah terhadap total jumlah seluruh RTS yang terdata dalam basis
data terpadu.
-
27 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 27
Tabel 3.2 Jumlah RTS yang Mendapatkan Bantuan Program Pemerintah Tahun 2017
NO KECAMATAN Target (KK)
Realisasi (KK)
1 CIBEBER 1419 1392
2 CILEGON 978 963
3 CITANGKIL 1680 1521
4 CIWANDAN 1964 1928
5 GROGOL 867 765
6 JOMBANG 1236 1152
7 PULOMERAK 1347 1298
8 PURWAKARTA 892 817
TOTAL 10383 9836
- Cakupan Penanganan RTS = 9.836 x 100%
10.383
= 94,81%
- Capaian kinerja tahun 2016 = 94,81/90 x 100 %
= 105,34 %
3. Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif
Lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah di kelurahan
dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan
dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah
sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan
kelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Proporsi jumlah
lembaga masyarakatan yang aktif merupakan Jumlah lembaga
-
28 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 28
kemasyarakatan yang aktif terhadap jumlah lembaga kemasyarakatan
yang ada.
Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif = 102 x 100 %
309
= 33 %
Capaian Kinerja Tahun 2017 = 33/ 20 x 100 %
= 165 %
4. Nilai LAKIP SKPD
Dalam penilaian LAKIP materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen.
Komponen pertama adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra,
rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja. Komponen kedua, yakni
pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas
pengukuran, dan implementasi pengukuran. Komponen ketiga Pelaporan
kinerja, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta
pemanfaatan informasi kinerja. Komponen keempat meliputi evaluasi
kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan
pemanfaatan hasil evaluasi. Komponen Kelima untuk pencapaian kinerja,
terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja
lainnya.
Berdasarkan Permenpan No. 12 tahun 2015 untuk nilai tertinggi dari
evaluasi LAKIP adalah adalah AA (sangat memuaskan), dengan skor >90–
100, sedangkan A (memuaskan) skornya > 80-90, BB (sangat Baik) dengan
skor > 70-80, B (baik) dengan skor > 60-70, CC (cukup) dengan skor >50
-
29 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 29
– 60, C (kurang) dengan skor >30 – 50, dan nilai D (sangat kurang)
dengan skor 0 – 30.
Nilai Lakip Tahun 2016 Dinas Sosial dengan nilai B (baik) dengan skor
60,09. Capaian indikator ini dibawah target yang telah ditentukan yaitu 70
point.
5. Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP merupakan
upaya pemerintah memenuhi pasal 58 Undang-undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendahaan Negara yaitu menyelenggarakan sistem
pengendalian intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh dalam
rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas. PP 60/2008
ini diharapkan berperan dalam tiga hal: sebagai landasan pembinaan
penyelenggaraan SPIP, landasan penyelenggaraan pengawasan intern dan
standar penyelenggaraan SPIP. Tingkat Maturitas (Maturity Level)
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah
untuk menggambarkan tingkatan atau struktur kematangan
penyelenggaraan SPIP dengan karakteristik yang berbeda antara satu
tingkat dengan tingkat lainnya.
Kerangka maturitas SPIP terpola dalam enam tingkatan yaitu: “Belum Ada”,
“Rintisan”, “Berkembang”, “Terdefinisi”, “Terkelola dan Terukur”,
“Optimum”. Tingkatan dimaksud setara masing-masing dengan level 0,1, 2,
3, 4 dan 5. Setiap tingkat maturitas mempunyai karakteristik dasar yang
menunjukkan peran atau kapabilitas penyelenggaraan SPIP dalam
mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah.
Pada tahun 2017 Dinas Sosial Kota Cilegon belum dilakukan penilaian
tingkat maturitas SPIP, sehingga maturity level belum dapat dikatahui,
-
30 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 30
adapun pelaksanaan penilaian maturity level organisasi perangkat daerah
akan dilakukan tahun 2018. Pada tahun 2017 penilaian Maturity Level
hanya dilakukan di tingkat Kota dengan level 2.62 (berkembang).
6. Tingkat kinerja pegawai (rata-rata nilai SKP)
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) adalah rencana kerja dan target yang akan
dicapai oleh seorang pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara
pegawai dengan atasan pegawai. Penilaian capaian Sasaran KerjaPegawai
Negeri Sipil diukur dengan membandingkan antara realisasi dengan target
dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan dapat disertai biaya. Pada Tahun
2017 nilai rata-rata SKP pada Dinas Sosial Kota Cilegon sebesar 84,03 %.
Nilai ini diperoleh dari akumulasi nilai SKP dibagi dengan jumlah pegawai
Dinas Sosial sebanyak 47 pegawai. Nilai rata-rata SKP Dinas sosial melebihi
target yang telah ditetapkan, sehingga pencapaian kinerja indikator ini
sebesar 107,73.
Tabel 3.2
Perbandingan Capaian Kinerja dengan Tahun sebelumnya
INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 (%) Tahun 2017(%)
Proporsi penanganan PMKS 0 190,34
Cakupan penanganan RTS 0 105,34
Proporsi jumlah lembaga masyarakatan yang aktif
0 165,00
Nilai LAKIP SKPD 0 85,84
Tingkat maturitas SPIP Perangkat Daerah
0 0
Tingkat kinerja pegawai
(rata-rata nilai SKP) 0 107,73
-
31 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 31
Faktor keberhasilan:
1. Keberhasilan penangan PMKS, merupakan hasil kerjasama Dinas
Sosial baik dengan instansi terkait maupun dengan masyarakat.
2. Banyaknya dukungan program-program penanganan penyandang
masalah kesejahteraan sosial baik yang bersumber dari APBN dan
APBD I
3. Pendampingan untuk memonitoring kegiatan PMKS yang sudah
menerima keterampilan dan bantuan permodalan.
4. Adanya Dana Pembangunan Wilayah Kelurahan yang mendukung
lembaga kemasyarakatan
Akan tetapi masih ada hambatan/ kendala yang dihadapi dalam
penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial :
Keterbatasan Sumberdaya manusia dalam penanganan PMKS
Masih kurangnya sarana dan prasarana dalam penanganan PMKS
Kurangnya motivasi penyandang PMKS untuk memperbaiki keadaan
Harus ada bimbingan lanjutan serta pendampingan kepada yang
menerima pelatihan keterampilan dan bantuan.
Aparatur Sipil Negara belum semuanya memahami SPIP daan
penilaian SPIP
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi:
Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas dalam penanganan
PMKS
Terus meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dalam
-
32 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 32
rangka memberikan pelayanan bagi PMKS.
Melakukan pembinaan keterampilan bagi PMKS untuk meningkatkan
kulitas hidupnya.
Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan penanganan PMKS
Melakukan Sosialisasi SPIP keseluruh jajaran ASN, terutama
stakeholder.
A. Program Perlindungan Jaminan Sosial
Program Perlindungan Jaminan Sosial terdiri dari 4 (empat) indikator
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Bidang Perlindungan Jaminan Sosial
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
(%)
REALISASI
(%)
CAPAIAN
(%)
1 Presentase korban bencana
yang terpenuhi kebutuhan dasar
100,00 100,00 100,00
2 Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan
tunai bersyarat 71,00 82,74 116,54
3 Presentase masyarakat yang menerima santunan
kematian
100,00 100,00 100,00
4 Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah
terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani
100,00 100,00 100,00
-
33 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 33
1. Indikator Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
diperoleh dari Jumlah korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
dibagi Jumlah korban bencana yang seharusnya terpenuhi kebutuhan
dasar
Tahun 2017 jumlah korban bencana sebanyak 1277 jiwa dan jumlah ini
semuanya terpenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga Capaian indikator
Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar
pencapaian kinerja 100 %,
% korban bencana yang terpenuhi kebutuhan dasar = 1277 x 100 %
1277
= 100 %
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Presentase korban bencana yang terpenuhi kebutuhan
dasar 100,00 % 100,00 %
Faktor keberhasilan Tersedianya buffer stock dalam rangka pemenuhan
kebutuhan selama masa tanggap darurat, tersedianya Taruna Siaga
Bencana (Tagana) yang terlatih, koordinasi yang baik dengan instansi
terkait terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta adanya
Kampung Siaga Bencana di 3 Lokasi.
Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam rangka penanganan korban
bencana yaitu masih minimnya sarana dan prasarana dalam
-
34 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 34
Penanggulangn Bencana terutama untuk ketersediaan sarana dapur
umum apabila terjadi bencana dibeberapa titik yang berjauhan.
Langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan ini adalah membuat usulan untuk menambah sarana dan
prasarana dapur umum.
2. Pada indikator Presentase Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai
bersyarat pencapaian kinerja sebesar 116,53 %, keberhasilan ini
didukung dengan program-program yang bersumber dari APBN dan
APBD Provinsi. Adapun rincian sebagai berikut:
NO KEGIATAN SUMBER DANA JUMLAH
1 Program Keluarga
Harapan (PKH)
APBN 3.458
2 Jamsosratu APBD I 2.693
3 Jaminan Sosial Cilegon Mandiri
APBD Kota 2.440
JUMLAH 8.591
% Fakir miskin yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat = 8.591 x 100 %
10.383
= 82,74 %
Capaian Indikator tahun 2017 = (82,74/ 71) x 100 %
= 116,53%
-
35 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 35
3. Untuk indikator Presentase masyarakat yang menerima santunan
kematian hanya mencapai 93,80%. Pada tahun 2017 target yang
mengajukan santunan kematian di Kota Cilegon sebanyak 500, akan
tetapi masyarakat yang mengajukan permohonan santunan kematian
sebanyak 469 jiwa. Dari jumlah 469 masyarakat yang mengajukan
satunan kematian semua teralisasi 100%. Nilai ini didapat dari jumlah
masyarakat miskin yang menerima santunan kematian dibagi Jumlah
masyarakat miskin yang mengajukan santuan kematian.
% masyarakat yang menerima santunan kematian = 469/469 x 100 %
= 100 %
4. Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan
orang terlantar sakit yang ditangani keberhasilan kinerja mencapai 100
%, baik pelayanan orang terlantar dalam pejalanan, pelayanan
pemakaman jenazah terlantar maupun pelayanan orang terlantar sakit.
Adapun rincian jumlah layanan tersebut sebagai berikut :
No Kegiatan Jumlah
1 pelayanan orang terlantar dalam
pejalanan
239 orang
2 pelayanan pemakaman jenazah terlantar 12 orang
3 pelayanan orang terlantar sakit 9 orag
Jumlah 260 orang
Perhitungan Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah
terlantar dan orang terlantar sakit yang ditangani didapat dari
Jumlah orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang
-
36 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 36
terlantar sakit yang ditangani dibagi jumlah pengaduan orang terlantar
dalam perjalanan, jenazah dikali 100 %
Realisasi kinerja = (260/260 ) x 100%
= 100 %
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Presentase orang terlantar dalam perjalanan, jenazah terlantar dan orang
terlantar sakit yang ditangani
100,00 % 100,00 %
Keberhasilan pencapaian indikator ini didukung dengan kerja sama yang
baik antara Dinas Sosial, ASDP merak, Kepolisian, RSUD, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dan PT KAI serta didukung pula oleh
Baznas Kota Cilegon terutama dalam biaya penanganan orang terlantar
dalam perjalanan dan orang terlantar sakit diluar anggaran yang tersedia
pada Dinas Sosial Kota Cilegon.
Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam penanganan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial :
Masih lemahnya koordinasi dengan instansi terkait terutama RSUD
untuk pelayanan orang terlantar sakit dan Kepolisian untuk surat
keterangan orang terlantar dalam perjalanan
-
37 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 37
Kurangnya sarana dan prasarana terutama kendaraan khusus
untuk pelayanan orang terlantar dalam perjalanan dan orang
terlantar sakit
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi:
Membuat kesepakatan bersama antara Dinas Sosial, RSUD dan
Kepolisian
Mengusulkan kendaraan operasional khusus pelayanan orang
terlantar dalam perjalanan dan orang terlantar sakit
Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan
yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini :
Tabel 3.4
Pencapaian Kinerja kegiatan Program Perlindungan Jaminan Sosial
Tahun 2017
KEGIATAN INDIKATOR
KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam
Rupaih)
Target Realisa
si Capaian
(%)
Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Capaian (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
Buffer stock Tersedianya Buffer Stock
2050 2050 100,00% 331,96 317,77 96%
Pemantapan Kampung Siaga Bencana (KSB)
Tersedianya sarana prasarana KSB
3 3 100,00% 61,50 58,85 96%
Pelatihan Tagana Terlaksananya Peningkatan Kapasitas TAGANA
37 37 100,00% 212,90 208,29 98%
Pelayanan Bagi Orang
Terlantar Sakit
Terlaksananya
pelayanan bagi orang terlantar sakit
100 100 100,00% 68,34 17,82 26%
-
38 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 38
KEGIATAN INDIKATOR
KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)
Kinerja
Realisasi Anggaran (Juta Dalam Rupaih)
Target Realisa
si Capaian
(%)
Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Capaian (%)
Pendampingan dan Pembinaan Penerima Manfaat Program Jamsosda
Tersedianya sarana dan prasarana pada sekretariat Jamsosratu 2 2 88,44% 74,59 65,97
Pendampingan program Jaminan Sosial Cilegon Mandiri
Terlaksananya Sosialisasi JSCM
300 300 100,00% 500,00 452,76 91%
Pemberian rekomendasi PBI
dan Pengaktifan BPJS Kelas 3 (Keadaan Darurat)
Jumlah Rekomendasi
PBI APBD yang diberikan kepada masyarakat
150 121 80,70% 15,33 12,37 81%
Pendampingan Program Santunan Kematian Bagi Masyarakat Kota Cilegon Yang
Beresiko Sosial
Jumlah fasilitas pemyelenggaraan Program Santunan
Kematian 3 2 81,70% 76,00 62,09 82%
Pendampingan dan Pembinaan Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan (PKH)
Terlaksananya Rapat Koordinasi PKH Tingkat
Kota 55 55 100,00% 97,62 93,54 96%
Orang terlantar Dalam Perjalanan
Terlaksananya pelayanan bagi orang terlantar dalam perjalanan
400 239 59,75% 232,67 101,90 44%
Dari tabel diatas semua kegiatan menunjang keberhasilan pencapaian
indikator program yang telah ditentukan. Adapun kegiatan yang terdapat
efisiensi keuangan sebagai berikut:
a. Kegiatan Orang terlantar Dalam Perjalanan dari target 400 orang yang
dilayani hanya 239 orang yang dilayani, karena pelayanan yang
diberikan sesuai dengan jumlah pengaduan orang terlantar yaitu 239
orang, secara kinerja capaian pelayanan orang terlantar 100 %.
Dalam kegiatan ini terdapat efisiensi keuangan dikarenakan jumlah
bantuan yang diberikan disesuaikan dengan jarak tujuan.
-
39 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 39
b. Kegiatan Pelayanan Bagi Orang Terlantar Sakit terdapat efisiensi
keuangan, dikerenakan jumlah pelayanan orang terlantar sakit tahun
2017 sebanyak 9 orang, untuk biaya disesuaikan dengan real cost dari
rumah sakit.
B. Program Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan sosial merupakan salah satu dari empat intervensi
Kesejahteraan Sosial yang diarahkan untuk merubah masyarakat yang
mengalami masalah Kesejahteraan Sosial dan ketidakberdayaan, agar
mereka mampu mengatasi dan memenuhi kebutuhan dasarnya dan
secara bertahap meningkatkan kehidupan sosial yang lebih baik dan
berkualitas serta kemandirian dapat dicapai.
Pemberdayaan sosial juga diarahkan agar seluruh sumber dan potensi
kesejahteraan sosial yang ada pada masyarakat secara individu,
keluarga, kelompok atau komunitas dapat digali dan akhirnya menjadi
potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan dibidang pengembangan Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) telah melakukan upaya pemberdayaan
kelembagaan sosial masyarakat yang merupakan infrastruktur
pembangunan kesejahteraan sosial seperti Karang Taruna dan
Organisasi Sosial. Dalam rangka mendukung penangan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial perlu ada peran aktif masyarakat,
indikator kinerja ini mengukur peran aktif masyarakat melalui Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
-
40 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 40
Indikator Program Pemberdayaan Sosial terdiri dari 4 indikator dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3.5
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Bidang Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
(%) REALISASI
(%) CAPAIAN
(%)
1 Persentase
pemberdayaan PSKS 6,44 5,23 81,21%
2 Persentase (%) fakir
mskin yang menerima
pemberdayaan ekonomi
produktif
2,24 5,60 249,93%
3 Presentase penerima
bantuan pangan Non
tunai
100,00 94,81 94,81%
4 Persentase (%) rumah
tidak layak huni yang
dibangun
25,64 25,64 100,00%
1. Persentase pemberdayaan PSKS
Persentase pemberdayaan PSKS, indikator ini mengukur tingkat
pemberdayaan bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Target pada Tahun 2017 pemberdayaan PSKS sebesar 5,23 % dari
jumlah PSKS yang ada di Kota Cilegon sebanyak 3.229. sedangkan
jumlah PSKS yang dibina pada tahun 2017 sebanyak 169.
-
41 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 41
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Persentase pemberdayaan
PSKS Belum ada 81,21 %
Hambatan/ kendala yang dihadapi dalam pencapaian indikator ini adalah:
Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan PSKS dalam
mengelola organisasi.
Masih kurangnya pengetahuan dalam penanganan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi:
Mengadakan pelatihan dalam hal pengelolaan organisasi dan
kelembagaan
Diadakan pembinaan peningkatan pengetahuan dalam
penanganan PMKS
% pemberdayaan PSKS = Jumlah PSKS yang dibina x 100%
jumlah PSKS seluruhnya
= (169 /3229) x 100% = 5.23 %
Capaian kinerja tahun 2017 = (5,23/6,44) x 100 %
= 81,21%
-
42 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 42
2. Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi
produktif
Persentase (%) fakir miskin yang menerima pemberdayaan ekonomi
produktif, merupakan indikator untuk mengukur jumlah fakir miskin yang
menerima pemberdayaan ekonomi produktif. Pencapaian indiktor ini
sebesar 5,60 % lebih besar dari target yang telah ditetapkan 2,2 %.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian indiktor ini
adalah adanya dukungan program dari baik dari pusat dan Provinsi.
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016
Tahun 2017
1 Persentase (%) fakir miskin
yang menerima pemberdayaan
ekonomi produktif 89 % 249,93%
NO KEGIATAN SUMBER DANA JUMLAH
(orang)
1 KUBE APBN 100
2 KUBE APBD I 200
3 UEP APBD 200
JUMLAH 500
(%) FM yang menerima pem. ekonomi produktif = Jumlah FM yg menerima pem. ekonomi produktif x 100
%
Jumlah FM yg seharusnya menerima pem. Ekonomi produktif
= (500/8926) x 100%
= 5.60%
-
43 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 43
Hambatan/kendala yang dihadapi :
masih besarnya peluang konflik internal yang terjadi antara
anggota kelompok KUBE
masih kurangnya monitoring dan evaluasi bagi penerima bantuan
ekonomi produktif
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi adalah :
meningkatkan pendampingan bagi penerima KUBE.
Peningkatan pembinaan lanjutan bagi masyarakat yang sudah
menerima KUBE
3. Presentase penerima bantuan pangan Non tunai
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan pangan dari
pemerintah yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan
hanya untuk membeli pangan di e-Warong KUBE PKH / pedagang bahan
pangan yang bekerjasama dengan Bank HIMBARA.
Capaian indikator Presentase penerima bantuan pangan Non tunai
sebesar 94,81% dari target 100%.
%penerima bantuan pangan Non tunai = Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai x 100 %
jumlah masyarakat miskin
= (9844/10383) x 100%
= 94,81 %
-
44 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 44
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Presentase penerima
bantuan pangan Non tunai Belum ada 94,81%
Hambatan/kendala yang dihadapi :
Adanya data yang tidak sama dengan siskada I dan Siskada II
dengan pihak bank.
Himbara yang ditunjuk lebih dari satu bank/ 3 bank (BNI. BTN
dan Mandiri)
Adanya keterlambatan pengiriman dari distributor khusunya Bulog
menyebabkan keterlambatan pelaporan
Keterlambatan Juknis dan Juklak yang diterima oleh Kab/Kota
yang diberikan oleh Kementerian Sosial.
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi adalah :
Koordinasi dengan pihak Kementerian Sosial terkait data yang
digunakan
Membuat rapat koordinasi rutin dengan ketiga pihak tersebut
Koordinasi dengan bulog terkait pengiriman barang
4. Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun
Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) merupakan kegiatan
yang dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kondisi rumah baik secara
menyeluruh (peremajaan) maupun sebagian (pemugaran/renovasi)
-
45 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 45
sehingga tercipta kondisi rumah yang layak sebagai tempat tinggal.
Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun, merupakan
indikator yang menunjukan jumlah Rumah Tidak Layak Huni Yang di
bangun. Keberhasilan indikator ini mencapai 100% dari target 150
Rumah Tidak Layak Huni yang dibangun.
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Persentase (%) rumah
tidak layak huni yang
dibangun Belum ada 100%
Hambatan/kendala yang dihadapi :
Kinerja Pendamping kurang optimal
Ada beberapa Penerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni yang
belum memiliki administrasi kependudukan.
Ada beberapa Penerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni yang
tidak lengkap administrasi pertanahannya
Persentase (%) rumah tidak layak huni yang dibangun = Jumlah RTLH yang dibangun x 100 %
jumlah RTLH yang seharusnya mendapat bantuan
= (150/585) x 100%
= 25,64 %
-
46 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 46
Terdapat kepala keluarga penerima manfaat yang meninggal
dunia sehingga menghambat proses menyaluran karena ahli waris
harus melengkapi surat keterangan ahli waris.
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi adalah :
Peningkatan motivasi bagi pendamping RTLH
Dalam melengkapi admistrasi kependudukan bekerjasama dengan
kecamatan dan Dinas Kependudukan dan Cacatan Sipil
Membuat surat ijin pemnafaatan tanah dari pemilik dengan
periode peminjaman tanah minimal selama 5 tahun
Dalam proses kelengkapan ahli waris bekerjasama dengan pihak
kelurahan.
Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan
yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini :
Tabel 3.4
Pencapaian Kinerja kegiatan pada Program Pemberdayaan Sosial
Tahun 2017.
KEGIATAN KEGIATAN (OUTPUT)
Satuan
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta
Dalam Rupaih)
Target Realisasi Capaian
(%) Target (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Capai
an (%)
Pemberdayaan Organisasi Sosial
Terlaksananya Kegiatan Pembinaan Mental
dan Bimbingan Motivasi Bagi Anak
Panti
Orang (
Laki-laki, Perempuan)
36, (18,
18)
36, (18,
18) 100,00% 150,00 140,00 93%
-
47 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 47
KEGIATAN KEGIATAN
(OUTPUT) Satuan
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta
Dalam Rupaih)
Target Realisasi Capaian
(%) Target (Rp.)
Realisasi
(Rp.)
Capaian
(%)
Pemberdayaan Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Sosial (LK3)
Terlaksananya Sosialisasi
Pencegahan Dini Kekerasan Terhadap Anak
orang (
Laki-laki, Perempuan)
150, (60, 90)
150, (60, 90)
100,00% 110,00 108,98 99%
Pemberdayaan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Terlaksananya
Bimbingan Motivasi bagi KUBE
Kelompok 33 33 100,00% 300,00 254,97 85%
Pemberdayaan
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK)
Terlaksananya
Pemberdayaan dan Kesejahteraan bagi TKSK
orang ( Laki-laki,
Perempuan)
8, (7, 1)
8, (7, 1) 100,00% 55,01 55,01 100%
Pemberdayaan PSKS
Terlaksananya Sosialisasi PSM Tingkat Kelurahan
orang ( laki-laki,
Perempuan)
43 (23, 20)
43, (23, 20)
100,00% 180,00 169,55 94%
Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional
(HKSN)
Terlaksananya Olimpiade HKSN
kegiatan 1 1 100,00% 100,00 95,83 96%
Identifikasi para pejuang kemerdekaan
Terindentifikasinya para pejuang di Kota CIlegon
Kegiatan 1 1 100,00% 100,00 69,27 69%
Penyusunan Profil PSKS Kota Cilegon
Tersusunnya Profil PSKS Kota Cilegon Dokumen 1 1 100,00% 60,00 51,45 86%
Pemberdayaan
Keluarga Plasma Melalui FCU
Terlaksananya
Bimtek bagi Keluarga Plasma
Keluarga Plasma
30 30 100,00% 59,00 58,96 100%
Pemberdayaan Karang Taruna
Terlaksananya Seleksi Karang Taruna Berprestasi
Kelurahan dan
Kecamatan 43 43 100,00% 150,00 136,56 91%
Pembinaan Veteran dan Keluarga Veteran serta
Pejuang Kemerdekaan
Jumlah Veteran dan Keluarga Veteran
orang ( Laki-laki,
Perempuan)
4, (1, 3)
4, (1, 3) 100,00% 29,16 29,00 99%
Sosialisasi UGB/PUB
Terlaksananya sosialisasi
UGB/PUB
Peserta 50 50 100,00% 42,43 41,07 97%
-
48 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 48
KEGIATAN KEGIATAN
(OUTPUT) Satuan
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta
Dalam Rupaih)
Target Realisasi Capaian
(%) Target (Rp.)
Realisasi
(Rp.)
Capaian
(%)
Pendampingan program Beras
Sejahtera (RASTRA)
Terlaksananya pendampingan
bantuan pangan non tunai dan e-warong
Kegiatan 5 5 100,00% 368,95 314,26 85%
Pendampingan
sosialisasi dan bimbingan teknis rutilahu
Jumlah
Masyarakat Miskin dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang
Menerima Bantuan RS-RTLH Tahun 2017
KK 150 150 100,00% 191,00 182,84 96%
Sosialisasi
Bantuan Pangan Non Tunai
Terlaksananya
kegiatan sosialisasi bantuan pangan non tunai
Kegiatan 1 1 100,00% 30,00 27,30 91%
Pendampingan
Karang Taruna
Kegiatan 3 3 100,00% 162,82 149,90 92%
Dari tabel 3.4 dapat dilihat bahwa semua kegiatan mendukung
pencapaian program Pemberdayaan Sosial, adapun kegiatan Hari
Kesetikawanan Sosial Nasional dan Identifikasi para pejuang
kemerdekaan merupakan kegiatan pendukung untuk menumbuhkan rasa
kesetiakawanan sosial, dengan kegiatan ini diharapkan kesetiakawanan
sosial dapat tumbuh di masyarakat sehingga dapat menggerakan
masyarakat untuk peran serta dalam penanganan masalah sosial. Untuk
kegiatan Identifikasi para pejuang kemerdekaan terdapat efisiensi
keuangan karena kegiatan bekerjasama dengan salah satu perguruan
tinggi yang berada di Banten dalam proses penyusunan buku identifikasi
pahlawan yang ada di Kota Cilegon.
-
49 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 49
C. Program Pelayanan, Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan
individu yang mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula.
Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk
mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakat
dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,
masyarakat, dan pekerjaan.
Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta
tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Program Rehabilitasi Sosial terdiri dari 3 (tiga) indikator sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Bidang Rehabilitasi Sosial
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
(%) REALISASI
(%) CAPAIAN
(%)
1 Presentase penyandang disabilitas yang
mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga
dan masyarakat)
2,70 18,24 675,56%
-
50 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 50
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
(%) REALISASI
(%) CAPAIAN
(%)
2 Presentasi anak yang mendapatkan layanan
dan rehabilitasi sosial diluar panti
17,80 25,10 141,01%
3 Presentase lanjut usia
terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di luar panti
13,30 51,90 390,23%
1. Indikator Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan
rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan masyarakat).
Keberhasilan Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan
layanan rehabilitasi sosial di luar panti (berbasis keluarga dan
masyarakat) mencapai 675 %, keberhasilan pencapaian kinerja ini
adanya dukungan dari program pusat maupun provinsi. Rincian bantuan
bagi penyandang disabilitass sebagai berikut :
NO Sumber Jumlah
1 APBN 4 orang
2 APBD Provinsi 49 orang
3 APBD Kota 150 orang
Jumlah 203 orang
Presentase penyandang disabilitas yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti= 203 x 100 %
1113
= 18,24 %
Capaian kinerja tahun 2017 = 18,24/2,70 x 100 %
= 675 %
-
51 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 51
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Indikator Presentase
penyandang disabilitas
yang mendapatkan
layanan rehabilitasi sosial
di luar panti (berbasis
keluarga dan masyarakat)
Belum ada 675,56%
Hambatan/kendala yang dihadapi :
Penyandang cacat masih berbeda-beda sehingga menyulitkan
dalam jenis pembinaan yang semua penyandang cacat dapat
melakukan
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi adalah :
Tersedia data sesuai dengan jenis kecacatan
2. Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar
panti
Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar
panti melebihi dari target yang ditentukan, keberhasilan ini dicapai
karena adanya bantuan yang bersumber dari Provinsi untuk sebanyak
125 orang anak terlantar yang diluar panti.
-
52 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 52
3. Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di
luar panti
Presentase lanjut usia terlantar yang mendapatkan pelayanan sosial di
luar panti, indikator ini mengukur jumlah lanjut usia terlantar yang
mendapatkan pelayanan sosial di luar panti terhadap jumlah lanjut usia
terlantar.
Perbandingan Capaian kinerja dengan tahun sebelumnya.
NO INDIKATOR KINERJA Tahun 2016 Tahun 2017
1 Presentase lanjut usia
terlantar yang
mendapatkan pelayanan
sosial di luar panti
Belum ada 390,23%
% LU terlantar yang mendapatkan layanan rehabilitasi sosial di luar panti = 390 x 100 %
751
= 51,90 %
Capaian kinerja Tahun 2017 = 51,90/13,30 x 100%
= 390,23 %
Presentasi anak yang mendapatkan layanan dan rehabilitasi sosial diluar panti = 125 x 100 %
498
= 25,10 %
Capaian kinerja tahun 2017 = 25,10/17,80 x 100%
= 141,01 %
-
53 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 53
keberhasilan pencapaian indikator ini juga adanya dukungan baik dari
Pemerintah Pusat maupun Provinsai. Rincian sebagai berikut :
NO SUMBER JUMLAH
1 APBN 90
2 APBD Provinsi 300
Jumlah 390
Hambatan/kendala yang dihadapi :
Belum adanya dukungan dari pemerintah Kota untuk mencapai
indikator ini
Langkah-langkah antisipasif dalam rangka mengatasi permasalahan atau
hambatan yang dihadapi adalah :
Mengusulkan dalam anggaran tahun 2019 karena indikator ini
merupakan standar pelayanan minimal untuk urusan wajib
pelayanan dasar sosial.
Dalam pencapaian indikator program yang telah ditentukan, kegiatan
yang mendukung pencapaian indikator dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini :
-
54 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 54
Tabel 3.6
Pencapaian Kinerja kegiatan pada Program Pelayanan, Rehabilitasi
Sosial Tahun 2017.
KEGIATAN
INDIKATOR
KEGIATAN (OUTPUT)
Satuan
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam
Rupaih)
Target Realisasi Capaian
(%)
Target
(Rp.)
Realisasi
(Rp.)
Capaian
(%)
Pembinaan
dan Bantuan Usaha Produktif
(UEP)
Terlaksananya
Pembinaan dan Bantuan UEP bagi
Lansia
orang ( Laki laki,
Perempuan)
200 (50, 150)
200 (50, 150)
100,00% 250,00 249,05 100%
Hari Lanjut Usia Nasional
Terlaksananya pembinaan terhadap
Lansia
kegiatan 2 2 100,00% 100,00 81,88 82%
Pelayanan bagi orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ)
Terlaksananya pelayanan bagi Orang
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Orang 93 93 100,00% 303,16 293,04 97%
Penanganan
PMKS
Terlaksananya
pembinaan dan penanganan PMKS
Jenis PMKS
3 3 100,00% 250,00 222,41 89%
Pelatihan Keterampilan Bagi PMKS
Terlaksananya Pelatihan bagi Anjal dan Gepeng
orang ( Laki-laki,
Perempuan)
60 (30, 30)
60 (30, 30)
100,00% 228,58 219,56 96%
Pemeliharaan Gedung Rehabilitasi
Terlaksananya kegiatan Pemeliharaan
Gedung Panti
Rehabilitasi
Bulan 12 12 100,00% 109,85 81,52 74%
Operasional Gedung Panti Rehabilitasi
Tersedianya Operasional Gedung
Rumah Singgah
Bulan , Orang (
Laki-laki, Perempuan)
12, 12,
(10, 2)
12, 12,
(10, 2) 100,00% 300,00 263,30 88%
Sarana dan Prasarana
Gedung Panti Rehabilitasi
Tersedianya sarana
prasarana rumah singgah
kegiatan 1 1 100,00% 400,00 369,09 92%
Jaminan
Kesejahteraan Bagi Penyandang Cacat
Jumlah
Penyandang Cacat yang dibantu
orang 150 150 100,00% 148,23 138,63 94%
-
55 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 55
KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN (OUTPUT)
Satuan
Kinerja Realisasi Anggaran (Juta Dalam
Rupaih)
Target Realisasi Capaian
(%) Target (Rp.)
Realisasi
(Rp.)
Capaian (%)
Review DED Panti Rehabilitasi
Tersedianya DED panti rehab
Dokumen 1 1 100,00% 50,00 49,24 98%
Operasional
Pemakaman TPU Cikerai dan Pemakaman
Jenazah
Terlantar
Tersedianya
Operasional TPU Cikerai
Kegiatan 1 1 100,00% 152,11 73,67 48%
Dari table 3.6 terdapat efisiensi keuangan pada dua kegiatan:
a. Kegiatan Pemeliharaan Gedung Rehabilitasi, terdapat efisiensi
anggaran keuangan. Karena biaya pemeliharaan disesuaikan dengan
kebutuhan dan pemakaian.
b. Pada kegiatan Operasional Pemakaman TPU Cikerai dan Pemakaman
Jenazah Terlantar, terdapat anggaran yang menunjang untuk
operasional ruang tunggu jenazah, karena ada perubahan tugas dan
fungsi Pada Dinas Sosial sesuai dengan Struktur Organisasi Perangkat
Daerah bahwa kewenangan pengelolaan pemakaman merupakan
wewenang Dinas Permukiman. Sehingga beberapa kode rekening
yang sudah dialokasikan tidak digunakan. Selain itu penyerapan
keuangan disesuaikan dengan jumlah jenazah terlantar yang
ditangani, yang pada tahun 2017 sebanyak 12 jenazah terlantar.
-
56 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 56
D. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
Pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat agar dapat
meningkatkan taraf hidupnya serta mengoptimalkan sumber daya alam
dan manusia setempat sebaik mungkin. Upaya yang seharusnya diambil
kemudian adalah menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat,
baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai
persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraannya. Indikator Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan terdiri dari 4 indikator dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.7
Target dan Realisasi Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
NO INDIKATOR
KINERJA
TARGET
(%)
REALISASI
(%)
CAPAIAN
(%)
1 Tingkat partisipasi masyarakat terhadap
inovasi Teknologi Tepat Guna
64,00 101,33 158,33
2 Cakupan pembentukan Posyantek
15,69 100,00 637,50
3 Presentase lembaga kemasyaarakatan yang mandiri
4,65 25,58 550,00
4
Presentase Kelompok swadaya masyarakat
(KSM) yang terbentuk
20,00 47,65 238,26
-
57 Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2017 57
1. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat Guna
Tingkat partisipasi masyarakat terhadap inovasi Teknologi Tepat
Guna, merupakan indikator jumlah partisipasi masyarakat terhadap
inovasi Teknologi Tepat Guna, pada tahun 2017 terdapat peningkatan
jumlah masyarakat yang mengikuti inovasi TTG.
Pencapain kinerja tahun 2017 = (1