laporan akhir.doc
TRANSCRIPT
PENGARUH SOSIALISASI STIKER BERLANGGANAN
TERHADAP PENGGUNAANNYA OLEH
MAHASISWA UMM
Diajukan dalam rangka tugas UAS mata kuliah
Metode Penelitian Sosial
Disusun Oleh :
Nama : A Rahman Hakim
NIM : 08220104
Program Studi : Ilmu Komunikasi IV C
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menimbulkan masalah baru
bidang transportasi di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik,
jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis di Indonesia sebanyak 45.081.225 pada
tahun 2006, 57.769.449 pada tahun 2007, dan 65.273.451 pada tahun 2008. Data
tersebut menunjukkan peningkatan rata-rata 20-25 persen setiap tahunnya.
Gambar 1
Imbas peningkatan tersebut terlihat pada kemacetan dan tingkat polusi
yang menghiasi sebagian besar jalan. Beberapa kota besar di Indonesia
memperlihatkan bahwa kemacetan dipicu oleh sistem tata kelola parkir yang
buruk. Parkir liar di bahu jalan (on street) atau di tempat-tempat publik
mempersempit lebar jalan. Akibatnya, penumpukan kendaraan bermotor pada
titik-titik tertentu tidak bisa dihindarkan.
Permasalahan parkir menjadi otoritas masing-masing daerah dalam
pengelolaannnya. Setiap daerah memiliki kewenangan dan kebijakan sesuai
2
keadaan jumlah kendaraan dan titik-titik rawan kemacetan. Namun, pengelolaan
sistem parkir yang baik tidak hanya menyelesaikan masalah kemacetan dan
polusi, tapi juga memberikan pendapatan besar dari pengguna jasa parkir. Sebagai
contoh, pemerintah DKI Jakarta mampu mendapatkan Rp 19,3 miliar pada tahun
2007, Rp 19,1 miliar pada tahun 2008, dan Rp 19 miliar pada tahun 2009 (dikutip
dari situs pribadi Gubernur Fauzi Bowo).
Namun data dari TEMPO Interaktif.com menyebutkan, angka berkisar Rp
19 miliar tersebut masih jauh dari harapan. Jumlah kendaraan bermotor berbagai
jenis di DKI Jakarta mencapai 9.963.887 pada tahun 2009. Berdasarkan Peraturan
Gubernur DKI Nomor 48 Tahun 2004, tarif parkir untuk kendaraan roda empat
jenis sedan, jeep, minibus, pickup maksimal Rp 2.000 untuk satu jam pertama dan
maksimal Rp 2.000 untuk jam berikutnya. Tarif parkir untuk sepeda motor Rp 500
per jam. Melihat tarif parkir tersebut, jumlah retribusi seharusnya lebih dari Rp
200 miliar per tahunnya.
Dugaan sementara pihak pemerintah, retribusi parkir sering mengalami
kebocoran. Juru parkir (Jukir) sebagai lini depan pengelola sistem parkir tak luput
dari kemungkinan melakukan kecurangan. Berdasarkan laporan warga, jukir
jarang memberikan karcis kepada warga yang memanfaatkan fasilitas parkir.
Padahal, karcis tersebut merupakan bukti pembayaran parkir. Sehingga, kelebihan
uang diluar karcis yang terjual diambil oleh jukir tersebut. Bahkan beberapa
warga mengeluhkan penarikan retribusi yang berlebih oleh jukir-jukir “nakal”.
Terlebih jika hal tersebut dilakukan di tempat-tempat yang sering dikunjungi,
seperti pusat perbelanjaan, pasar, atau taman kota.
3
Selain jukir, masyarakat pengguna fasilitas parkir juga acuh terhadap
sistem kelola parkir. Masyarakat cenderung menaati apa yang diucapkan oleh
jukir. Ketika tarif parkir dinaikkan, masyarakat lebih memilih membayar sesuai
yang diminta jukir daripada harus berdebat atau membantah. Ketidaktahuan
masyarakat tentang aturan parkir mengakibatkan suburnya jukir-jukir “nakal”.
Meski pemerintah melalui media massa lokal selalu menyosialisasikan tarif
parkir, sebagian besar masyarakat belum mengetahui informasi tersebut.
Masyarakat ekonomi dan berpendidikan menengah kurang aktif dalam memburu
informasi sehingga kebijakan-kebijakan baru ditingkat daerah gagal
diinfomasikan.
Untuk menanggulangi masalah kebocoran retribusi parkir, pemerintah
DKI Jakarta dan Sidoarjo menerapkan parkir berlangganan. Pengguna parkir
berlangganan ditandai dengan stiker pada setiap kendaraanya. Penerapannya
dilakukan saat pemilik kendaraan memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
Pemerintah DKI Jakarta mulai menerapkan sistem tersebut pada tahun
2010. Untuk memperolah hasil maksimal, pemerintah melalui Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Parkir Dinas Perhubungan DKI akan mengkaji dan melakukan
survei terlebih dahulu. Kajian dan survei dilakukan untuk mengetahui
pertentangan yang akan terjadi. Pihak UPT parkir sedang berkoordinasi dengan
Polda Metro Jaya, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Tata Ruang untuk membuat
mekanismenya.
Seperti dikutip dalam Bisnis Indonesia.com, setiap perpanjangan STNK
dan BBNKB di Samsat, kendaraan roda dua atau motor akan dikenakan biaya
4
parkir berlangganan sebesar Rp 35.000 per tahun dan kendaraan beroda empat
sebesar Rp 75.000 per tahun. Sistem parkir berlangganan ini ditujukan bagi
pengguna parkir on street, bukan untuk off street yang berada di gedung-gedung
dan dikelola oleh swasta.
Diprediksikan jika sistem ini diterapkan, pendapatan retribusi parkir DKI
dapat mencapai Rp 224 miliar. Dengan peningkatan pendapatan retribusi parkir
sebesar itu, maka dana tersebut dapat digunakan untuk membangun gedung-
gedung parkir off street. Untuk menerapkan sistem ini, biaya operasional yang
dibutuhkan hanya Rp 74 miliar. Sisa dana dapat dipakai untuk membebaskan
lahan sebagai gedung parkir off street. Ini sejalan dengan rencana Pemprov DKI
yang akan mengurangi 410 titik lokasi parkir on street.
Nantinya jika sistem parkir berlangganan ini diterapkan, para jukir tidak
lagi dibayar berdasarkan setoran, melainkan berbentuk gaji per bulan sebesar Rp
1,7 juta per jukir. Namun, sebelumnya mereka akan disosialisasikan agar
kendaraan bermotor yang memakai stiker berlangganan tidak dimintai uang parkir
lagi. Jika masyarakat setuju, mereka akan mendapatkan stiker parkir berlangganan
untuk satu tahun pada saat memperpanjang STNK atau BBNKB. Selain itu, para
pemilik stiker parkir langganan otomatis mendapatkan asuransi kecelakaan.
Untuk sosialisasinya, pemerintah bersama UPT Parkir Dinas Perhubungan
akan menempelkan stiker informasi penerapan kebijakan tersebut langsung di
lokasinya. Diharapkan, masyarakat dan jukir dapat mengetahui informasi tersebut
dan menyelesaikan masalah jukir “nakal”.
Berbeda dengan Pemprov DKI, Pemerintah Daerah Sidoarjo telah
menerapkan sistem parkir berlangganan menggunakan stiker sejak Juni 2009
5
Untuk sepeda motor dipungut Rp 25.000 dan mobil Rp 50.000 pertahun . Selama
setahun, dinas perhubungan (Dishub) menarget pemasukan dari retribusi parkir
sebesar Rp 13 miliar. Kepala Dishub berani mematok target tersebut dengan
asumsi jumlah kendaraan roda dua sebanyak 404.982, roda empat sebanyak
47.411, dan roda empat plus sebanyak 18.736 kendaraan. Dari jumlah itu, sebesar
15 persen diserahkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan 7,5 persen ke
Kepolisian Daerah Jatim (SURYA edisi 21 Maret 2010)..
Secara teknis, jukir harus mematuhi ketentuan tersebut. Ketika jukir
melakukan pelanggaran, masalah tersebut akan dilimpahkan ke kepolisian. Dalam
parkir berlangganan ini, jukir tidak diperbolehkan memungut pengendara yang
sepeda motor atau mobilnya ditempeli stiker berlogo parkir berlangganan. Jika
masih memungut, akan diperingatkan sampai tiga kali sebelum akhirnya
diserahkan ke pihak kepolisian. Dishub telah menyertkan nomor telepon yang bisa
dihubungi, yaitu 031-91744871 jika masyarakat melihat ada kecurangan di
lapangan.
Untuk memperjelas aturan penerapan sistem, Dishub memberikan tanda
khusus di lokasi bertuliskan parkir berlangganan. Di seluruh Sidoarjo tersebar 224
titik. Ada 112 titik di kawasan kota, 33 titik di daerah taman, 47 titik di Krian, dan
32 titik di daerah Porong. Informasi itu diharapkan dapat mengoptimalisasi
kebijakan tersebut.
Teori SOR (Stimulus-Organisme-Respon) memandang penyebaran
informasi dapat memengaruhi individu untuk bertindak. Setiap simbol verbal
(tulisan, gambar, dan tanda) pada media sosialisasi dipandang sebagai stimulus
yang merangsang orang lain memberikan respon tertentu. Tindakan atau efek dari
6
informasi bergantung pada penerimaan masing-masing individu. Ada penerimaan
positif yang melahirkan persetujuan dan ada penerimaan negatif yang
mengakibatkan penolakan.
Hovland (1953) menyatakan, dalam menelaah sikap baru ada tiga faktor
penting yang memengaruhinya, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Sosialisasi melalui beragam media mampu memberikan ketertarikan perhatian
bagi individu yang melihatnya. Selanjutnya, jika makna simbol verbal dapat
dipersepsi sama oleh komunikan, terciptalah pengertian. Penerimaan akan muncul
disertai tindakan positif ketika pengertian disetuji dan dianggap memiliki efek
baik bagi komunikan.
Namun, sosialisasi sistem baru di berbagai kota mengalami beberapa
kendala. Di DKI Jakarta misalnya, pemerintah dinilai terlalu lamban dalam
menyosialisasikan kebijakan barunya tersebut. Sebagian besar warga
menunjukkan antusias yang tinggi untuk menggunakan stiker parkir
berlangganan. Seperti dilansir Koran Jakarta edisi Pebruari, beberapa pengelola
parkir masih membandel dengan menerapkan tarif parkir diluar aturan. Sistem
parkir berlangganan dirasa dapat menanggulangi masalah “kenakalan” jukir.
Di Sidoarjo, beberapa warga menolak menggunakan stiker parkir.
Sosialisasi yang kurang optimal menyebabkan stiker parkir hanya berlaku pada
daerah tertentu saja. Sugeng Budi Santoso, warga Kecamatan Wonoayu secara
tegas menolak karena di beberapa ruas jalan jukir masih meminta uang parkir. Hal
yang sama juga dialami Dodi, warga Krian. Melalui Pusat Pengaduan Pelayanan
Masyarakat (P3M), Dodi menyampaikan pengalaman ketidakberesan sistem
7
tersebut. Meski telah memiliki stiker parkir seri A dengan nomor 006525, ia
masih dimintai uang saat parkir di depan Apotek dan Optik Gama.
Disektor privat, lembaga pendidikan setingkat perguruan tinggi
mendominasi pemanfaatan sistem parkir berstiker. Jumlah mahasiswa yang stabil
dan kurun waktu penggunaan fasilitas parkir yang intensif menjadi alasan
penggunaan sistem tersebut. Selain peningkatan keamanan, sistem parkir berstiker
memberi masukan dana untuk perbaikan dan perawatan fasilitas. Universitas
Gajah Mada telah menerapkan sistem itu sejak tahun 2006, Institut Teknologi
Bandung pada 2007, dan Universitas Brawijaya pada tahun 2008.
Perusahaan swasta cenderung memberikan layanan parkir sebagai fasilitas
umum yang digratiskan bagi karyawan atau tamu. Pelayanan menjadi nilai tambah
bagi kenyamanan dan kesejahteraan karyawan. Tujuan akhir bukan pada
peningkatan keuntungan materi, tapi karyawan merasa dilayani dan dihargai oleh
perusahaan.
Walaupun penerapan sistem parkir berlangganan dibeberapa tempat belum
optimal, UMM mencoba untuk menggunakan sistem baru tersebut. Dimulai pada
awal tahun ajaran 2009-2010, mahasiswa diwajibkan menggunakan stiker parkir
berlangganan. Namun, beberapa mahasiswa bekerja sama dengan BEMU menolak
sistem itu karena dinilai memberatkan mahasiswa. Stiker parkir juga dinilai tidak
mengubah keadaan parkir di UMM. Tidak adanya perbaikan kualitas yang
signifikan pada pelayanan perparkiran turut mengurangi minat mahasiswa.
Keuntungan menggunakan stiker parkir hanya terlihat pada saat mengantri
memasuki area parkir. Jumlah mahasiswa aktif UMM 18.646 orang, namun
petugas penjaga pintu parkir hanya berjumlah dua orang. Sehingga hampir setiap
8
pagi tampak antrian yang cukup panjang. Mahasiswa berstiker diperbolehkan
langsung masuk tanpa ditulis nomor kedaraannya terlebih dahulu. Dapat
dikatakan, stiker mempercepat laju kendaraan memasuki area parkir. Selain hal
tersebut, tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata.
Jika penggunaan stiker parkir bertujuan meningkatkan pendapatan
kampus, mahasiswa memerlukan bukti pemanfaatannya, seperti penambahan
fasilitas misalnya. Sosialisasi yang selama ini dilakukan hanya sebatas himbauan
untuk menggunakan stiker parkir tanpa menyertakan alasan atau manfaat dalam
penggunaannya. Sosialisasi dibutuhkan untuk menyampaikan informasi sekaligus
memersuasi pembacanya. Sosialisasi yang baik tentu dapat meningkatkan
kemungkinan penggunaan stiker parkir.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini memilih judul
“Pengaruh Sosialisasi Stiker Parkir Berlangganan terhadap Penggunaannya oleh
Mahasiswa UMM”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang diuraikan dalam alasan pemilihan judul,
maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut,
1. Bagaimana sosialisasi stiker parkir berlangganan di UMM?
2. Bagaimana penggunaan stiker parkir berlangganan di UMM?
3. Bagaimana pengaruh sosialisasi terhadap penggunaan stiker parkir
berlangganan di UMM?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai yaitu,
1. Mengetahui sosialisasi stiker parkir berlangganan di UMM
9
2. Mengetahui penggunaan stiker parkir berlangganan di UMM
3. Mengetahui pengaruh sosialisasi terhadap penggunaan stiker parkir
berlangganan di UMM
D. Manfaat Penelitian
Manfaat praktis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah,
1. Memperbaiki sosialisasi yang dilakukan pihak UMM sebagai
penyelenggara sistem.
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sistem parkir berlangganan.
Manfaat teoritis yang didapat melalui peneltitian ini yaitu,
1. Menguji teori Parking Management dan Disonansi Kognitif serta
menemukan kekurangannya.
2. Memberi sumbangan pemikiran bagi Ilmu Komunikasi.
E. Definisi Konsep dan Operasional
E.1 Defnisi Konsep
Sosialisasi stiker parkir berlangganan adalah suatu mekanisme
penyampaian informasi tentang adanya sistem parkir berlangganan kepada
mahasiswa melalui berbagai pola dan bentuk kegiatan, baik secara langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan mahasiswa. Dengan mekanisme ini,
mahasiswa mengetahui dan memahami sistem baru yang akan diberlakukan.
Tindak lanjut atas informasi tersebut, diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
pengambilan keputusan menggunakan stiker parkir berlangganan.
Kegiatan sosialisasi merupakan bagian dari proses komunikasi dalam
rangka peningkatan kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya pengetahuan
10
sistem parkir berlangganan. Komunikasi berasal dari bahasa latin
“communicatio” yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.
Beberapa para ahli mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996 : 4) : “A process by which a source
transmits a massage to a receiver through some channel”. (Proses penyampaian
pesan kepada penerima melalui beberapa saluran)
2. Hoveland (1948 : 372): “The process by which an individual (the
communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior
of other individu”. (proses seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang lain (khalayak))
3. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964:527): the transmission of
information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol…”. (proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui
penggunaan simbol-simbol..)
Dalam sosialisasi parkir berlangganan, pesan yang diberikan berupa
simbol-simbol informasi mengenai himbauan penggunaan stiker parkir. Informasi
yang diberikan adalah prosedur dan tempat pendaftaran serta masa berlaku stiker.
E.2 Definisi Operasional
Sosialisasi stiker parkir berlangganan adalah pemberian pengetahuan
mengenai perparkiran khususnya stiker parkir berlangganan di UMM. Sosialisasi
yang dilakukan UMM adalah penyebaran informasi yang menggunakan media
spanduk, leaflet, dan selebaran. Indikatornya adalah pengetahuan tentang stiker
11
parkir berlangganan, frekuensi pemberian sosialisasi, jumlah petugas yang
memberikan sosialisasi, dan tata cara pemberian sosialisasi (jenis dan bentuk).
Penggunaan stiker parkir berlangganan adalah tingkah laku mahasiswa
UMM menggunakan stiker parkir berlangganan ketika berada di area parkir UMM
dan mematuhi segala ketentuannya. Indikatornya adalah pembelian dan
penggunaan stiker parkir berlangganan.
F. Hipotesis
- Ho : Tidak ada pengaruh sosialisasi terhadap penggunaan stiker parkir
berlangganan mahasiswa UMM.
- Hi : Ada pengaruh sosialisasi terhadap penggunaan stiker parkir
berlangganan mahasiswa UMM.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu belum ada yang fokus pada masalah perparkiran.
Namun, penelitian dengan memaparkan masalah sosialisasi dalam bidang tertentu,
seperti pajak atau kebijakan safety riding banyak dilakukan mahasiswa. Penelitian
sebelumnya fokus pada peran sosialisasi terhadap perubahan sikap. Namun,
konsep yang digunakan hanya terbatas pada komunikasi (sosialisasi) saja.
Fokusnya hanya pada bagaimana pihak komunikator menyampaikan informasi
secara efektif. Penelitian tersebut tidak melihat bagaimana komunikan menyikapi
bahkan bertindak setelah menerima informasi. Sebagai contoh, pada kasus pajak,
penelitian hanya fokus pada pencarian faktor-faktor efektivitas penyebaran
informasi seputar pajak. Peneliti hanya sedikit menyinggung tentang faktor-faktor
yang merubah sikap komunikan untuk setuju atau menolak membayar pajak.
Untuk itu, saya melihat pengaruh sosialisasi tidak hanya pada bagaimana
komunikator menyebarkan informasi, tapi juga melihat respon dari mahasiswa
sebagai komunikan. Mahasiswa dengan segala sikapnya memiliki latar belakang
dan pemikiran unik yang berbeda-beda. Sehingga, agar sosialisasi dapat
berpengaruh, komunikator harus melihat siapa saja komunikannya sebelum
merumuskan bentuk dan cara sosialisasi.
B. Landasan Teori
B.1 Sosialisasi Informasi
Definisi informasi menurut Shannon dan Weaver adalah ”Information is
pattern matter energy that affects the probabilities of alternatives available to an
13
individual making decision” (informasi merupakan energi yang terpolakan yang
memengaruhi individu dalam mengambil keputusan dari kemungkinan-
kemungkinan yang ada). Informasi dalam sosialisasi stiker parkir memengaruhi
individu untuk memutuskan akan menggunakan stiker atau tidak. Tentu
disesuaikan dengan berbagai kondisi (ekonomi dan sosial), persepsi, dan
kebutuhan masing-masing mahasiswa.
Informasi memiliki kekuatan dalam memengaruhi pemikiran dan perasaan
pembacanya. Aubrey Fisher (1986) memberikan tiga konsep informasi, yaitu :
1. Informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama proses
komunikasi. Informasi dikonsepkan sebagai kuantitas fisik yang dapat
dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain, individu satu kepada individu
yang lain, atau medium yang satu ke medium yang lainnya. Semakin
banyak memperoleh fakta atau data, secara kuantitas seseorang juga
memiliki banyak informasi. UMM memberikan informasi melalui media.
Sehingga hanya terbatas pada simbol-simbol gambar atau tulisan.
2. Informasi menunjukkan makna data. Informasi merupakan arti, maksud
atau makna yang terkandung dalam data. Suatu data mempunyai nilai
informasi bila bermakna bagi seseorang. Penafsiran terhadap data atau
stimulus yang diterima otak menentukan kualitas informasi. Sebagai
produk sebuah ”pabrik” (otak), kualitas informasi ditentukan oleh berbagai
unsur pengolah stimulus, seperti pengetahuan (frame of reference),
pengalaman (field of experience), dan selera (frame of interest). Semakin
luas pengetahuan, pengalaman , dan semakin baik selera, maka informasi
yang dihasilkan semakin berkualitas. Proses tersebut dikenal dengan nama
14
intellectual process. Mahasiswa UMM yang memiliki keberagaman daerah
membawa status sosial dan ekonomi yang juga beragam. Pemikiran dan
sikap mereka terhadap informasi bergantung pada unsur-unsur tersebut.
Berbagai jenis informasi kebijakan kampus disampaikan melalui berbagai
pola dan bentuk kegiatan, yaitu melalui berbagai jenis event seperti: seminar,
workshop, talkshow, simulasi ataupun penyebaran buku, leaflet, brosur, CD
interaktif atau sebaran lainnya. Bahkan, jika ada, pihak kampus dapat
menggunakan media massa, seperti koran, tabloid, atau majalah kampus.
Seperti yang telah dijelaskan, kegiatan sosialisasi sangat erat kaitannya
dengan disiplin ilmu komunikasi, yang menurut William G Scoot dipengaruhi
oleh 5 (lima) faktor, yaitu :
1. the Act (Perbuatan).
2. the Scene (Adegan).
3. the Agent (Pelaku)
4. the Agency (Perantara).
5. the Purpose (Tujuan).
Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian simbol-simbol atau
lambang yang telah disepakati dan dimengerti dengan baik dalam hubungan-
hubungan antar manusia. Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan
dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula
dipergunakan. Simbol yang digunakan dalam sosialisasi stiker parkir
menggunakan bahasa formal himbauan. Mahasiswa dituntut menggunakan stiker
parkir melalui stempel “wajib” yang tertera pada brosur.
15
Adegan menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi.
Adegan menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti
dari apa yang dikatakan. Semakin dekat simbol yang digunakan pihak kampus,
semakin mudah pula mahasiswa memahaminya.
Para individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi
dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Dalam sosialisasi ini, pihak kampus
berperan sebagai komunikator dan mahasiswa sebagai komunikan. Pihak kampus
menggunakan sosialisasi satu arah dengan menggunakan media brosur, selebaran,
dan spanduk, sehingga tidak memungkinkan mahasiswa untuk memberikan
umpan balik.
Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun
terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu selain dapat berwujud
komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga merupakan alat konunikasi tertulis,
seperti surat perintah, memo, bulletin, nota, surat tugas dan lainnya yang sejenis.
UMM fokus pada alat-alat tertulis dalam menyosialisasikan stiker parkir.
Kelebihannya, informasi yang diberikan tidak mengalami bias.
Menurut Grace, terdapat 4 macam tujuan (the Purpose), yaitu :
1. Tujuan fungsional (the Functional Goals): tujuan yang secara pokok
bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi/lembaga.
2. Tujuan Manipulasi (the Manipulative Goals): tujuan ini dimaksudkan
untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang
disampaikan baik sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya
sendiri.
16
3. Tujuan Keindahan (the Aesthetics Goals): tujuan ini bermaksud untuk
menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini
dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan
perasaan seseorang yang akan diwujudkan dalam kenyataan.
4. Tujuan Keyakinan (the Confidence Goals): tujuan ini bermaksud
untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada
lingkungan.
Dari keempat macam tujuan diatas, UMM menggunakan tujuan
manipulasi. Terbukti pada jenis media yang digunakan, yaitu media tulis yang
bersifat searah. Media tersebut tidak memungkinkan mahasiswa memberikan
umpan balik atau responnya.
Dalam parking management, salah satu solusi masalah parkir adalah
menambah efisiensi kapasitas parkir yang ada. Beberapa cara untuk meningkatkan
efisiensi adalah provide parking information to users dan control use of parking
passes.
Pihak kampus dapat memaksimalkan penyediaan informasi tentang siapa
saja pengguna area parkir dan berapa biaya yang dibutuhkan. Penyediaan
informasi dapat dilakukan dengan menggunakan media langsung (seminar,
workshop, talkshow) atau tidak langsung (media cetak atau elektronik). Informasi
utama harus disediakan secara real time, atau menyediakan informasi diarea
parkir.
UMM lebih memilih menggunakan media tidak langsung. Secara real
time, UMM telah memasang spanduk di tempat-tempat strategis mendekati area
17
parkir, seperti jalan masuk kampus dan tepat diatas kawasan parkir. Selain itu,
UMM juga menempatkan satu spanduk di depan perpusatakaan pusat.
Selain penyediaan informasi, UMM juga telah menggunakan sistem parkir
berlangganan (control use of parking passes). Dalam teorinya, parking passes
diperuntukkan orang-orang tertentu yang berprestasi. Misalnya, parkir digratiskan
bagi mahasiswa teladan, dosen berprestasi, atau professor peraih nobel. Namun,
UMM lebih memilih memberikan stiker parkir pada semua mahasiswa dengan
membayar sejumlah uang sesuai ketentuan. Meskipun tidak gratis, stiker parkir
memudahkan UMM dalam pengaturannya, baik secara keuangan maupun
meningkatkan efisiensi pekerjaan penjaga pintu parkir.
B.2 Sikap
Beberapa definisi sikap yaitu,
1. berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak
mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.
2. berorientasi kepada kesiapan respon
: sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon.
: suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk
menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.
18
3. berorientasi kepada skema triadik
: sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.
Dalam menyikapi sosialisasi stiker parkir, mahasiswa dihadapkan pada
pilihan suka atau tidak suka terhadap informasi dan kebijakan tersebut. Sikap
mahasiswa tersebut ditampakkan dengan tiga komponen sikap (Menurut Mar’at
(1984), yaitu:
1. Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau
keyakinan), ide, konsep, persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki individu
mengenai sesuatu. Informasi yang diterima melalui sosialisasi akan
dipersepsi dan diyakini oleh individu. Namun, secara kognisi, mahasiswa
juga dihadapkan pada pilihan menolak atau menerima ide stiker parkir
tersebut.
2. Komponen Afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional
seseorang menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Misalnya, mahasiswa menampakkan
ekspresi senang (terlihat tersenyum) atau sedih (raut wajah kecewa) saat
menerima informasi tersebut.
3. Komponen Behavioral yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.
Kata ”kecenderungan” berarti belum berperilaku. Mahasiswa hanya
memiliki kecenderungan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
stiker parkir. Namun, kecenderungan tersebut berpengaruh besar pada
kemungkinan melakukan tindakan penggunaan atau tidak menggunakan.
19
Perubahan sikap mahasiswa setelah menerima informasi dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu:
1. Sumber dari pesan (dalam hal ini UMM)
a. Kredibilitas, semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan,
maka kita akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi
pesan. Dua aspek penting dalam kredibilitas adalah keahlian dan
kepercayaan. Tingkat kredibilitas berpengaruh terhadap daya persuasif.
Kredibilitas tinggi memiliki daya persuasif tinggi, begitu juga
sebaliknya.
b. Daya Tarik
Efektivitas daya tarik dipengaruhi oleh daya tarik fisik,
menyenangkan, dan kemiripan. Pesan yang dikirimkan menggunakan
media harus mempercantik kalimat dan bentuknya agar lebih menarik.
Untuk membuatnya lebih menyenangkan, konsep yang digunakan
harus lebih dekat dengan mahasiswa. Penggunaan kata-kata populer
misalnya.
2. Pesan (isi informasi)
Ada tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan:
a. Usulan : suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis. Pesan
dirancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk sikap, dan
terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat faktanya.
b. Menakuti. UMM tidak memasukkan informasi hukuman atau akibat
jika tidak menggunakan stiker parkir.
20
c. Pesan Satu sisi dan dua sisi. Pesan satu sisi paling efektif jika orang
dalam keadaan netral atau sudah menyukai suatu pesan. Pesan dua sisi
lebih disukai untuk mengubah pandangan yang bertentangan. UMM
menggunakan pesan satu sisi. Hanya informasi dari pihak kampus
yang diberikan tanpa menyertakan pandangan lain yang bertentangan.
3. Penerima Pesan
Beberapa ciri penerima pesan:
a. Influenceability. Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan
dengan mudahnya seseorang untuk dibujuk. Meski demikian, anak-
anak lebih mudah dipengaruhi daripada orang dewasa dan orang
berpendidikan rendah lebih mudah dipengaruhi daripada yang
berpendidikan tinggi. Mahasiswa UMM yang berpendidikan tinggi
tentu tidak mudah dipengaruhi. Informasi yang diberikan harus
melibatkan pemikiran atau ide yang dapat diterima oleh kalangan
mahasiswa.
b. Arah Perhatian dan Penafsiran. Pesan akan berpengaruh pada
penerima, tergantung dari persepsi dan penafsirannya. Masing-masing
mahasiswa memiliki penafsiran dan perhatian tersendiri pada
informasi tersebut.
B.3 Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi (ketidakseimbangan) kognitif menerangkan bahwa
keputusan-keputusan, pilihan-pilihan informasi baru, sangat mungkin
menciptakan perasaan tidak mantap dalam diri seseorang. Ketidakseimbangan
secara psikologis tidak nyaman dan dapat memotivasi seseorang untuk
21
memperbaikinya. Disonansi terjadi ketika ada dua elemen kognisi yang
bertentangan sehingga mengganggu logika atau pengharapan.
Ketika informasi kebijkan stiker parkir disebarkan, mahasiswa dihadapkan
pada konsep baru yang belum pernah ada. Kejelasan dan keuntungan penggunaan
stiker parkir yang belum bisa dibuktikan, bertentangan dengan konsep
kenyamanan mahasiswa. Ada keraguan dalam benak mahasiswa. Kebaruan
tersebut semakin menimbulkan disonansi ketika banyak mahasiswa lain tidak
setuju terhadap kebijakan.
Cara untuk mengurangi disonansi yaitu,
a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap
agar sesuai dengan perilakunya. Misalnya mahasiswa memilih
menggunakan stiker parkir.
b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya tidak percaya
stiker dapat memberikan keuntungan.
22
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengaruh sosialisasi
terhadap perubahan sikap tidak dapat dilihat hanya dari beberapa individu.
Peneliti harus mengamati perubahan sikap tersebut dari sebagian besar sampel
dalam populasi. Keberhasilan sosialisasasi tidak dapat disimpulkan hanya dari
pandangan subyektif beberapa orang. Penggunaan stiker parkir akibat baiknya
sosialisasi akan dibarengi perubahan sikap banyak mahasiswa.
B. Tempat Penelitian
Awalnya, peneliti berencana menyebar kuesioner dipintu keluar masuk
mahasiswa di areal tempat parkir depan Masjid AR Fachrudin dan parkir utama.
Namun, sebagian besar dari mahasiswa menolak mengisi angket. Mahasiswa yang
memasuki areal parkir bertujuan segera meninggalkan kampus. Sedangkan
mahasiswa yang keluar dari areal parkir bertujuan segera menuju kelas untuk
kuliah.
Peneliti memutuskan untuk menyebar kuesioner di ruang tunggu
mahasiswa. Di tempat ini, mahasiswa tampak tidak terlalu terburu-buru ingin
pergi ke suatu tempat. Mereka dapat mengisi kuesioner dengan tenang tanpa
terkejar waktu. Tempat-tempat tunggu tersebut diantaranya ruang tunggu di
sebelah lift GKB I, ruang tunggu koridor jurusan dan TU, serta areal hot spot di
lantai 3,5 GKB I dan di taman peternakan samping danau buatan.
23
C. Responden
Dalam penelitian ini, responden adalah seluruh mahasiswa aktif pengguna
kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor. Untuk memudahkan
pencarian, peneliti menemui mahasiswa pada jam kuliah di sekitar ruang tunggu.
Peneliti juga harus paham jika beberapa mahasiswa menolak mengisi kuesioner
karena suatu kesibukan. Akhir Juni nanti akan ada wisuda, sehingga banyak
mahasiswa yang sibuk menanti dosen pembimbing di ruang tunggu koridor
jurusan dan ruang dosen.
Sebagian besar responden mengisi kuesioner secara tenang tanpa paksaan.
Terbukti dengan lama waktu pengisian dan pemberian jawaban kuesioner. Hanya
sebagian kecil saja yang mengisi tanpa berpikir. Sikap tersebut terlihat pada
keseragaman jawaban dengan cenderung pada pilihan jawaban tertentu. Semua
pertanyaan dijawab dengan opsi “setuju”, misalnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data
primer didapat melalui penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara
dengan Kepala Biro Administrasi Keuangan, Dicky Wisnu Usdek. Wawancara
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dicky
merupakan pemegang kendali utama kebijakan stiker parkir.
Namun, Dicky menolak diwawancarai dengan alasan kesibukan mengurus
keuangan mahasiswa baru dan kegiatan lainnya. Dicky memberikan alternatif
waktu diskusi di minggu keempat bulan Juni. Namun, melihat keterbatasan waktu
penelitian dan pengumpulan laoran, wawancara tidak dilakukan.
24
Data sekunder bersumber dari dokumen UMM melalui kepala Satuan
Pengamanan beserta jajarannya. Peneliti sempat mewawancarai Edy Moerbiyanto
sebagai kepala Markas Komando Satpam. Edy memberikan alternatif jawaban
seputar masa depan stiker parkir dan perbedaan keamanan setelah munculnya
kebijakan tersebut. Namun Edy tidak bisa memberikan keterangan pasti mengenai
pemberlakuan kembali kebijakan stiker parkir berlangganan pada awal tahun
ajaran 2010-2011.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam tiga cara, yaitu :
a. Pengamatan/Observasi : kegiatan mengumpulkan data melalui penglihatan
langsung dilapangan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aspek-
aspek tertentu dari penilaian kualitas sosialisasi dan penggunaannya agar
relevan dengan tujuan penelitian.
b. Wawancara : kegiatan tanya jawab yang dilakukan terhadap Kepala
Markas Komando Satpam dengan berlandaskan tujuan penelitian.
c. Kuesioner : pernyataan responden dinilai berdasarkan pilihan jawaban
kuesioner. Masing-masing variabel diukur enam indikator untuk menilai
tingkat kualitasnya. Variabel dijabarkan dalam beberapa pertanyaan yang
mempunyai skor jawaban 1-5 (Skala Likert).
Indikator-indikator tersebut antara lain :
Sosialisasi
1. Informasi tentang stiker parkir berlangganan dalam berbagai media
2. Frekuensi pemberian sosialisasi
3. Jumlah petugas yang menyebarkan informasi
25
4. Tata cara/media yang digunakan
Penggunaan stiker parkir berlangganan
1. Pembelian stiker
2. Penggunaan stiker di area parkir
Tabel 1. Skorring Jawaban
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Ragu-Ragu 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
E. Populasi dan Sampling
D.1 Populasi
Populasi yang diteliti adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas
Muhammadiyah Malang berdasarkan data di website resmi UMM. Populasi
tersebut berjumlah 18.646 (data pada bulan Maret 2010).
D.2 Sampel
Menurut Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992), jumlah sampel
sebaiknya antara 30 s/d 500 elemen. Untuk memudahkan, Krejcie dan Morgan
(1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk
menentukan jumlah sampel. Bagi populasi mendekati 20.000, sampel yang
digunakan sebesar 377. Namun, peneliti menggunakan 50 sampel dengan
mempertimbangkan waktu dan efektivitas kerja.
26
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif prosentase serta
analisis regresi.
F.1 Analisis Deskriptif Prosentase
Metode ini untuk mengkaji variabel – variabel yang ada pada penelitian
ini yaitu mengetahui seberapa besar alternatif jawaban dari tiap – tiap indikator
yang mewakili masing – masing variabel. Rumus yang digunakan adalah,
Keterangan :
% = prosentase nilai yang diperoleh n = nilai yang diperoleh
N = jumlah total
Hasil kuantitatif dari perhitungan rumus diatas diubah atau ditafsirkan
dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Dalam hal ini sosialisasi dan penggunaan
stiker parkir ditafsirkan secara kualitatif kedalam empat kriteria. Untuk itu
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan prosentase maksimal yaitu 100%
2. Menetapkan prosentase minimal yaitu 25%
3. Menetapkan rentangan prosentase yaitu 100% - 25% = 75%
4. Menetapkan interval prosentase 75% : 4 = 18,75%
27
Tabel 2. Kriteria
No Interval Kelas Kriteria
1 81,26 % - 100% sangat tinggi
2 62,51 % - 81,25 % tinggi
3 43,76 % - 62,50 % rendah
4 25,00 % - 43,75 % sangat rendah
Kriteria sosialisasi stiker parkir berlngganan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sangat tinggi berarti sosialisasi diberikan lebih sering dan mahasiswa
memahami apa yang diberikan dalam sosialisasi tersebut.
b. Tinggi berarti sosialisasi diberikan 2 – 3 kali dan mahasiswa memahami apa
yang diberikan dalam sosialisasi tersebut.
c. Rendah berarti sosialisasi diberikan hanya 1 kali dan mahasiswa kurang
memahami apa yang diberikan dalam sosialisasi tersebut.
d. Sangat rendah berarti tidak pernah diadakan sosialisasi dan mahasiswa tidak
memahami kebijakan stiker parkir berlangganan.
Kriteria penggunaan stiker parkir berlangganan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sangat tinggi berarti mahasiswa melakukan pendaftaran dan menggunakan
stiker parkir dengan aktif sesaat setelah mengetahui informasi kebijakan.
b. Tinggi berarti mahasiswa menggunakan stiker parkir beberapa hari setelah
informasi disosialisasikan.
28
c. Rendah berarti mahasiswa menggunakan stiker parkir lebih dari seminggu
setelah informasi disosialisasikan.
d. Sangat redah berarti mahasiswa menggunakan stiker lebih dari satu bulan
setelah informasi disosialisasikan dan dalam keadaan terpaksa.
F.2.Analisis Regresi
Untuk mencari korelasi antara sosialisasi (X) dengan penggunaan stiker
parkir berlangganan (Y), digunakan langkah-langkah berikut,
F.2.1 Mencari koefisien korelasi antara sosialisasi dengan penggunaan
stiker parkir berlangganan dengan menggunakan rumus,
Keterangan :
r = koefisien korelasi antara sosialisasi dengan penggunaan stiker parkir
berlangganan
X = variabel sosialisasi
Y = variabel penggunaan stiker parkir berlangganan
Jika r hitung > r tabel maka ada hubungan positif antara sosialisasi (X) dengan
penggunaan stiker parkir berlangganan (Y).
Jika r hitung < r table maka tidak ada hubungan negatif antara sosialisasi (X)
penggunaan stiker parkir berlangganan (Y).
F.2.2 Menentukan persamaan regresi antara X dan Y dengan rumus
Y=a+bX.
29
Keterangan :
X = variabel sosialisasi
Y = variabel penggunaan stiker parkir berlangganan
a, b = koefisien korelasi
b adalah koefisien arah regresi linier yang digunakan untuk menyatakan
perubahan rata – rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu
unit. Jika b positif maka terjadi pertambahan dan jika b negatif maka terjadi
penurunan atau pengurangan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Mahasiswa UMM
Jumlah mahasiswa aktif berdasarkan website resmi UMM per 18 Maret
2010 adalah 18.646 orang. Mahasiswa tersebut terbagi ke dalam 10 fakultas dan
tersebar di kampus I, II, dan III. Kampus I digunakan oleh mahasiswa
pascasarjana. Kampus II ditempati mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Ilmu Kesehatan. Sedangkan Kampus III diisi oleh mahasiswa Fakultas Agama
Islam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik,
Fakultas Peternakan dan Perikanan, Fakultas Psikologi, Fakultas ekonomi, serta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Mahasiswa UMM tak hanya berasal dari wilayah kota Malang, namun
juga diisi oleh hampir semua propinsi di Indonesia. Keragaman asal daerah
memunculkan kekayaan pemikiran dan pemaknaan. Latar belakang budaya
masing-masing wilayah juga sangat berdampak pada perbedaan pendidikan dan
sistem sosial yang berlaku. Perbedaan tersebut berpengaruh pada penilaian
sosialisasi stiker parkir beserta penerimaan kebijakan tersebut.
Tetapi, perbedaan itu juga menjadi wacana bagi pihak UMM untuk
memberikan sajian informasi yang setara dan seimbang. Informasi sosialisasi
menggunakan bahasa yang universal dan nasional, baik dalam hal pilihan kata
maupun simbol-simbolnya. Sehingga tidak menimbulkan ambiguitas di kalangan
mahasiswa. Namun, sikap kehati-hatian tersebut berpengaruh pada gaya bahasa.
31
Informasi yang diberikan terlalu singkat dan padat. Bahkan menghilangkan
beberapa informasi penting lainnya, seperti manfaat dan tujuan penggunaan stiker.
Tabel 3. Daftar Asal Daerah Mahasiswa
(Lima Besar Daerah Asal)
No Asal Daerah Jumlah
1 Jawa Timur 13.290
2 Kalimantan Timur 929
3 Nusa Tenggara Barat 822
4 Kalimantan Selatan 487
5 Jawa Tengah 292
Mahasiswa UMM tidak memiliki batasan umur. Mahasiswa berNIM muda
bukan berarti berusia muda pula. UMM memberikan kelonggaran batas umur saat
pendaftaran calon mahasiswa. Namun, peneliti menyebarkan kuesioner kepada
masing-masing perwakilan tingkatan agar terjadi keseimbangan pemikiran
berdasarkan rata-rata usia. Mahasiswa yang telah lebih dahulu masuk tentu
memiliki pengalaman dan gambaran UMM lebih banyak dibanding mahasiswa
baru. Sehingga akan timbul gejolak tersendiri yang unik pada masing-masing
mahasiswa. Selain itu, kuantitas pengalaman berpengaruh pada kepekaan
perhatian pada sosialisasi kebijakan stiker berlangganan.
32
Tabel 4. Daftar Jumlah Responden berdasarkan Angkatan (NIM)
No Angkatan Jumlah Prosentase
1 2009 19 38 %
2 2008 21 42 %
3 2007 8 16 %
4 2006 2 4%
Perbedaan jenis kelamin tak banyak berpengaruh pada pemikiran
mahasiswa. Keaktifan mahasiswa di perkuliahan maupun dalam organisasi tidak
ditentukan oleh jenis kelamin. Tak sedikit aktivis mahasiswa UMM berasal dari
kaum hawa. Namun, sebagian besar mahasiswa laki-laki cenderung memilih
sepeda motor atau mobil sebagai kendaraan. Dibanding perempuan, laki-laki
cenderung malu menumpang angkutan kota atau becak. Berdasarkan asumsi
tersebut, pemerhati sosialisasi dan pengguna stiker parkir didominasi laki-laki.
Tetapi, penulis tetap memberikan peluang yang sama untuk mendapatkan dan
mengisi kuesioner tanpa membedakan jenis kelamin.
Tabel 5. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 23 46 %
2 Perempuan 27 54 %
33
B. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan untuk mencari penyelesaian
masalah yang terhimpun dalam hipotesa adalah teknik analisa deskriptif
prosentase dan Regresi Sederhana.
B.1 Teknik Deskriptif Prosentase
Masing-masing alternatif jawaban dianalisa berdasarkan kriteria yang telah
tercantum pada tabel 2. Pilihan jawaban dihitung menggunakan rumus :
Langkah-langkah penentuan kriteria untuk variabel sosialisasi stiker parkir
berlangganan dan variabel penggunaan stiker parkir adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi Stiker Parkir Berlangganan
Untuk mengetahui tingkat sosialiasi tersebut, masing-masing alternatif
jawaban dihitung sesuai frekuensi pilihan responden.
Tabel 6. Prosentase Alternatif Jawaban Sosialisasi Stiker Parkir Berlangganan
No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase yang diperoleh
1 Sangat Tidak Setuju 9 3 %
2 Tidak Setuju 60 20 %
3 Ragu-Ragu 61 20,3 %
4 Setuju 129 43 %
5 Sangat Setuju 41 13,7 %
Untuk tingkat sosialisasi secara keseluruhan diketahui sebagai berikut :
%= x 100%
34
= 1101/1500 x 100% = 73,4 %
Berdasarkan perhitungan diatas, tingkat sosialisasi sebesar 73, 4 % termasuk
kriteria tinggi (Tabel 2).
b. Penggunaan Stiker Parkir Berlangganan
Untuk mengetahui tingkat penggunan tersebut, masing-masing alternatif
jawaban dihitung sesuai frekuensi pilihan responden.
Tabel 7. Prosentase Alternatif Jawaban Penggunan Stiker Parkir Berlangganan
No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase yang diperoleh
1 Sangat Tidak Setuju 9 3 %
2 Tidak Setuju 60 20 %
3 Ragu-Ragu 62 20,6 %
4 Setuju 128 42,7 %
5 Sangat Setuju 41 13,7%
Untuk tingkat penggunaan secara keseluruhan diketahui sebagai berikut :
%= x 100%
= 1032/1500 x 100% = 68,8 %
Berdasarkan perhitungan diatas, tingkat penggunaan sebesar 68,8 % termasuk
kriteria tinggi (Tabel 2).
B.2 Analisis Regresi
Teknik ini digunakan untuk mencari korelasi antara Sosialisasi Stiker
Parkir Berlangganan dengan Penggunaannya.
35
a. Untuk menentukan hubungan tersebut, digunakan rumus :
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil rxy= 0,532. Dengan
jumlah sampel atau N=50 dan taraf signifikansi 5 % didapat r tabel =
0,279. Jadi rhitung > rtabel. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif
antara sosialisasi stiker parkir berlangganan dengan penggunaannya
oleh mahasiswa UMM.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan/penurunan
kualitas sosialisasi stiker parkir berlangganan terhadap penggunaannya
digunakan rumus : Y=a+bX
Dari hasil analisa, diperoleh
a= 5,658
b= 0,68
Jadi, persamaan regresi linier dalam penelitian ini adalah
Y=5,658+0,68X.
36
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam analisa deskriptif prosentase, sosialisasi dan penggunaan stiker
menunjukkan kriteria tinggi. Hal tersebut berarti sosialisasi telah dilakukan antara
2-3 kali dan mahasiswa memahami informasi yang diberikan. Ilham Syafi’I
mengungkapkan, pada awal kebijakan diperkenalkan, sosialisasi memang tampak
gencar. Leaflet berada dihampir tiap sudut tembok dan papan pengumuman. Juru
parkir intensif menyebarkan selebaran kecil di pintu keluar masuk area parkir.
Ilham juga mengakui informasi yang diberikan cukup singkat, padat, dan
jelas. Namun Ilham menyayangkan, informasi tersebut dinilai kurang lengkap.
Manfaat dan tujuan kebijakan tersebut tidak dijelaskan baik dalam selebaran atau
spanduk. Sebagian besar teman Ilham sepakat mengacuhkan informasi karena
kurangnya kepastian penambahan layanan dalam sosialisasi itu.
Ilham menilai, sosialisasi kurang menarik. Mestinya informasi dikemas
layaknya iklan dengan tambahan gambar atau slogan sehingga mahasiswa mudah
menangkap dan mengingatnya. Bahasa yang digunakan dalam sosialisasi masih
tampak terlalu formal dan terkesan “memaksa”.
Tingkat penggunaan stiker parkir berlangganan juga masuk dalam kategori
tinggi. Berarti, mahasiswa segera membeli dan menggunakan stiker parkir tak
lama setelah sosialisasi dilakukan. Anda Rahmat menuturkan, segala kebijakan
kampus pasti telah dihitung manfaat dan kekurangannya. Anda menilai, kebijakan
stiker parkir bermanfaat bagi mahasiswa. Menurutnya, stiker parkir mampu
37
mengurangi kemacetan saat memasuki area parkir. Stiker juga dapat menghemat
pengeluaran terutama bagi mahasiswa yang aktif keluar masuk kampus.
Penurunan jumlah pengguna pada semester berikutnya, kata Anda,
disebabkan penurunan sosialisasi pihak kampus. Tak ada lagi selebaran, leaflet,
atau pengumuman lain untuk terus menggunakan stiker parkir. Akibatnya
mahasiswa seolah lupa dan tak mempedulikan kebijakan tersebut. Padahal,
mahasiswa memiliki ketertarikan tinggi pada awal kemunculan kebijakan tersebut.
Adanya pengaruh sosialiasasi stiker parkir berlangganan terhadap
penggunaannya terbukti pada perhitungan analisa product moment. Nilai rhitung >
rtabel. Hasil lainnya, yaitu analisa regresi linier, memunculkan persamaan
Y=5,658+0,68X. Nilai koefisien didepan variabel X (sosialisasi) bernilai positif.
Artinya, setiap terjadi peningkatan sosialisasi, akan terjadi peningkatan pula pada
penggunaannya. Begitu juga sebaliknya, jika sosialisasi menurun, akan terjadi
penurunan pada penggunaan stiker parkir berlangganan. Persamaan tersebut
mengungkapkan, setiap kenaikan satu poin sosialisasi, akan ada kenaikan sebesar
0,68 pada variabel penggunaan.
38
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan wawancara dilapangan, terdapat
pengaruh besar antara sosialisasi stiker parkir berlangganan terhadap
penggunaannya oleh mahasiswa UMM. Sosialisasi yang dilakukan pihak kampus
masuk dalam kriteria tinggi. Berarti, sosialisasi bisa dikatakan berhasil. Penilaian
senada juga dinyatakan oleh beberapa mahasiswa. Namun, sosialisasi mengalami
penurunan pada semester kedua. Informasi yang diberikan saat sosialisasi juga
masih dinilai kurang menarik dan kurang lengkap.
Penggunaan stiker parkir juga menunjukkan criteria tinggi. Mahasiswa
membeli dan menggunakan stiker parkir berlangganan tak lama setelah sosialisasi
dilakukan. Namun, terjadi penurunan penggunaan pada semester kedua. Kasus
tersebut terbukti beradasarkan perhitungan analisis regresi sederhana. Melalui
persamaan liniernya, Y=5,658+0,68X, terlihat adanya perbandingan lurus antara
sosialisasi dan penggunaan stiker parkir. Jika sosialisasi meningkat, akan ada
peningkatan penggunaan. Berlaku pula pada kebalikannya.
B. Saran
B.1 Untuk UMM
Kebijakan stiker parkir berlangganan masih berusia sangat muda. Kendala
sosialisasi harus segera terpecahkan untuk meningkatkan penggunaannya.
Mahasiswa membutuhkan kejelasan informasi tentang manfaat dan kegunaan
stiker tersebut. UMM memiliki banyak pakar penulisan, iklan, dan komunikasi
39
secara umum. alangkah lebih bijak jika menggunakan sumber daya manusia dari
dalam utuk memperbaiki teknik dan metode sosialisasi. Mahsiswa perlu
diingatkan secara kontinyu agar memberikan perhatian lebih pada setiap informasi
seputar stiker parkir.
B.2 Untuk Peneliti Lain
Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Sampel yang digunakan masih
terlalu sedikit. Penambahan jumlah sampel akan meningkatkan keakuratan hasil
penelitian. Peneliti juga menganalisa hanya sampai pada level regresi sederhana.
Akan lebih baik jiika peneliti lain mamp melengkapi hingga analisa uji beda.
Penyebaran angket juga harus lebih merata pada semua jurusan dan tingkatan.
Agar hasil penelitian seimbang dan mewakili sebagian besar populasi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Sifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty,Yogyakarta:1998
Effendi, Onong Uchjana.1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. CitraAditya Bhakti, Bandung: 1993
Hovland, Carl I., Irving L. Janis dan Harold H. Kelly. Communication and.Persuasion: Psychological Studies of Opinion Change New Haven. YaleUniversity , CT : 1953
Koeswara. Teori-Teori Kepribadian (Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik).PT. Eresco, Bandung: 1991
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya,Bandung : 2007
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,Bandung:2002
Sudjana. Metode Statistika. Tarsito, Bandung: 1996 Sutrisno, Hadi. Statistika. Yayasan Penerbit Psikologi, Yogyakarta: 2000Trenholm, Sara dan Arthur Jensen. Interpersonal Communication : 3rd ed.
Wadsworth : 1996
41