laporan akhir tahun -...

81
i LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 26.1801.19.022.D

Upload: doandien

Post on 11-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

LAPORAN AKHIR TAHUN

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN

MELALUI INOVASI (M-P3MI)

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

26.1801.19.022.D

ii

LAPORAN AKHIR TAHUN

MODEL PENGEMBANGAN

PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)

Oleh:

AHMAD DAMIRI UMI PUDJI ASTUTI WAHYU WIBAWA

AFRIZON ANDI ISHAK MISWARTI YAHUMRI YARTIWI

TAUFIK HIDAYAT

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Model Pengembangan Pertanian

Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) 2. Penanggung Jawab Kegiatan :

a. Nama : Ir. Ahmad Damiri, M.Si b. Pangkat/Golongan : Pembina / IV.a c. Jabatan c1. Struktural : - c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

3. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.

4. Status Kegiatan : Baru

5. Mulai – Akhir : Januari 2011– Desember 2014

6. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Seluma.

7. Biaya : Rp 191.000.000,- (Seratus Sembilan Puluh Satu Juta Rupiah)

8. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2011

Mengetahui

Kepala BPTP Bengkulu Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP Ir. Ahmad Damiri, M.Si NIP. 19590206 198603 1 002 NIP 19630920 199203 1 001

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karuniaNya sehingga Laporan Tengah Tahun kegiatan Model Pengembangan

Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) dapat diselesaikan. Kegiatan ini

dilakukan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani melalui

usaha pemecahan masalah pembangunan petanian dengan konsep percepatan

diseminasi inovasi pertanian lewat Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)

yang dicanangkan Badan litbang Pertanian pada tahun 2011.

Konsep M-P3MI merupakan suatu diseminasi inovasi yang tidak hanya

fokus mempercepat penyebaran inovasi pertanian, tetapi juga memperluas dan

memperbesar diseminasi. Dalam pelaksanaannya, M-P3MI mendukung

pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan

yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai

tambah, daya saing, eksport, dan kesejahteraan petani.

Melalui diseminasi percepatan penerimaan dan pemahaman oleh

pengguna (pengguna antara dan pengguna akhir) terhadap suatu informasi atau

inovasi baru dapat berlangsung. Dalam hal ini, pengguna akhir adalah petani

yang terlibat langsung dalam proses produksi tanaman pangan. Sedangkan

pengguna antara adalah peneliti, komunikator, sektor swasta, lembaga

penyuluhan, dan pembuat kebijakan, yang memproses informasi menjadi produk

akhir untuk diaplikasikan oleh pengguna akhir

Bengkulu, Desember 2011 Ketua Tim M-P3MI

Ir. Ahmad Damiri, M. Si 19630920 199203 1 001

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv DAFTAR ISI.......................................................................................... v DAFTAR TABEL..................................................................................... vi DAFTAR GANBAR ................................................................................. vii RINGKASAN ......................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang....................................................................... 1 1.2. Dasar Pertimbangan............................................................... 2 1.3. Tujuan.................................................................................. 2 1.4. Keluaran................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

III. PELAKSANAAN KEGIATAN................................................................ 8 3.1. Pemilihan Lokasi M-P3MI......................................................... 8 3.2. Profil Kelurahan Rimbo Kedui ................................................. 9 3.3. Organisasi Kegiatan M-P3MI ................................................... 10 3.4. Wujud SDMC pada M-P3MI ..................................................... 11

IV. HASIL KEGIATAN ........................................................................... 12 4.1. Peragaan .............................................................................. 12 4.2. Forum Pertemuan .................................................................. 20 4.3. Media Cetak .......................................................................... 61 4.4. Media Elektronik .................................................................... 65

V. INDIKATOR KEBERHASILAN ............................................................ 66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 68 A. Kesimpulan ................................................................................ 68 B. Saran ........................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 69

LAMPIRAN ............................................................................................ 70

vi

DAFTAR TABEL

Tabel. Halaman

1. Profil Kelurahan Rimbo Kedui ........................................................ 9

2. Organisasi pelaksana kegiatan M-P3MI............................................ 11

3. Teknologi terapan dibandingkan teknologi petani sebelumnya .......... 12

4. Penyebaran benih hasil penangkaran di kelurahan lokasi M-P3MI dan desa dampak .................................................... 15

5. Nama petani, tanggal tanam dan produktivitas jagung Varietas Sukmarga ........................................................................ 16

6. Nama petani, tanggal tanam dan produktivitas jagung Varietas Lamuru ............................................................................ 16

7. Distribusi benih jagung varietas Sukmaraga yang ditanam Petani pelaksana kegiatan M-P3MI .................................................. 17

8. Data petani pelaksana petak percontohan ....................................... 18

9. Tanggal tanam, pemupukan, dan perkiraan panen ........................... 19

10. Daftar masing-masing petani penerima Caplak Roda Dan petugas yag menyerahkan ...................................................... 33

11. Dosis pupuk spesifik lokasi padi sawah per hektar Di Kelurahan Rimbo Kedui dan waktu pemberian ............................. 36

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman 1. Sistem tanam Legowo 4 : 1 ........................................................... 34

2. Pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak Biasa Dan Caplak Roda .......................................................................... 35

3. Caplak Roda yang sedang terlipat dan diameter roda ...................... 36

viii

RINGKASAN

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang menyediakan opsi solusi terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada komoditas unggulan di perdesaan. Inovasi teknologi yang diuji cobakan dalam unit percontohan M-P3MI seperti teknologi budidaya padi dan jagung, merupakan teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi yang tinggi. Tujuan kegiatan yaitu menyebarluaskan informasi teknologi produksi perbenihan padi dan jagung, Pembinaan Kelompok tani, dan mendukung program swasembada pangan Kementerian Pertanian. Prosedur pelaksanaan kegiatan yang dilakukan merupakan aplikasi dari Spektrum Diseminasi multi Channel (SDMC). Semua kegiatan yang ada pada M-P3MI merupakan wujud dari pelaksanaan SDMC di lapangan. Berdasarkan pada wujud kegiatannya, jenis mediasi dan saluran komunikasi pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk yaitu : a) Pameran/Peragaan (In-house visitor display, public-display/Expo, visitor plot/petak percontohan, tecnology showcase/gelar teknologi), b) Forum Pertemuan (temu informasi, temu lapang, temu aplikasi teknologi, rapat kerja, rapat teknis, seminar, simposium, pelatihan, lokakarya, sekolah lapang, kegiatan partisipatif lainnya), c) Media Cetak (Buku, Booklet, Komik, brosur, Leaflet, Flyer, Poster, Baliho, koran, Majalah/Jurnal, Tabloid, Warta/news letter, Buletin, Liptan), dan d) Media Elektronik/Digital (radio, televisi, internet, mobile phone (WAP), SMS Center, CD/VCD/DVD). Hasil yang diperoleh yaitu keberhasilan pelaksanaan berdasarkan indikator yang dapat di nilai dari kegiatan : a) terjadinya peningkatan produktivitas padi dari produktivitas rata-rata petani antara 1,90 – 4,76 t/ha GKP sebelum dilakukan percontohan, menjadi masing-masing 5,44 ; 6,65 ; dan 5,96 t/ha GKP untuk varietas Inpari 6, 10, dan 13, b) terjadinya peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian yaitu dari pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 348,00 ; 221,77 ; dan 37,66 kg/ha menjadi pengunaan pupuk berimbang setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 297,83 ; 125,00 ; dan 75,00 kg/ha, c) tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau Vertikal sesudah dilakukannya percontohan. Secara horizontal; lahan yang ditanam padi, selanjutnya ditanam padi kembali dan setelah panen pada bulan Februari 2012 akan ditanam kacang tanah, sedangkan lahan yang sebelumnya ditanam jagung, saat ini sedang ditanam padi. Secara vertikal; penanaman padi yang selama ini untuk produksi konsumsi, melalui petak percontohan dilakukan penangkaran benih, d) terjadinya peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis berupa kemitraan dengan BPSB dalam mensertifikasi benih yang dihasilkan, dan e) terjadinya peningkatan perkembangan jumlah adopter setelah pelaksanaan percontohan, yaitu jumlah dalam kelurahan sebanyak 4 orang menjadi 7 kelompok dan di luar kelurahan 3 kelompok (desa dampak yaitu Padang Merbau, Tanjung Seru, dan Tanjungan).

Kata Kunci : M-P3MI, produksi padi, produksi jagung, SDMC, indikator

keberhasilan.

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis

yang terjadi akhir-akhir ini mendorong Kementerian Pertanian untuk terus

meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya dalam

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, dan umumnya dalam

memecahkan berbagai kendala pembangunan pertanian. Guna mendukung

pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang

berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah,

daya saing, eksport, dan kesejahteraan petani, salah satu aktivitas Kementerian

Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah Model Pengembangan Pertanian

Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI).

Konsep Model M-P3MI berada dalam koridor tupoksi Badan Litbang Pertanian

sesuai Kepres Nomor : 177/2000 dan Kepmentan Nomor : 01/Kpts/OT.210/1/2001.

Meskipun arahnya menuju perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi

fokus M-P3MI tetap pada model percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi.

Model yang dibangun merupakan unit percontohan penggunaan inovasi yang

menyediakan opsi (pilhan) solusi terbaik terhadap persoalan peningkatan produksi

pertanian. Fokus kegiatannya berbasis agroekosistem dan atau berbasis pada

komoditas unggulan di perdesaan. Wujud model yang akan dibangun adalah

visualisasi atau peragaan inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model

berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu.

Model bersifat dinamis dalam arti pemodelan senantiasa mengikuti dinamika

perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan input atau

proses yang berpengaruh terhadap output, disertai dengan kemungkinan-

kemungkinan. Disamping itu model percontohan yang dibangun juga

mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi situasi yang tidak pasti.

Muatan pertanian perdesaan dalam model ini memiliki konteks penyebar

luasan inovasi yang berorientasi pada suatu kawasan yang secara komparatif memiliki

keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (indegenous knowledge) khususnya

pertanian dan keaneka ragaman hayati.

Inovasi teknologi yang diujicobakan dalam unit percontohan M-P3MI seperti

teknologi budidaya padi dan jagung, merupakan teknologi yang matang dan siap

digunakan pada skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan

2

dampak terutama dampak produksi yang tinggi. Teknologi ini terkait dengan Badan

Litbang Pertanian sebagai penyalur langsung teknologi kepada petani, sehingga

sasarannya untuk mendapatkan nilai tambah sebesar-besarnya melalui

pengembangan usaha terdiversifikasi seluas mungkin, efisien, dan padu-padan dalam

satu jaringan rantai pasok. Jenis usaha dikembangkan seluas mungkin melalui

diversifikasi berspektrum luas; horizontal, vertikal, temporal, dan fungsional.

Diversifikasi yang digunakan meliputi : horizontal, vertikal, dan fungsional.

Divesifikasi horizontal pada tingkat usahatani berupa pola tanam padi – padi –

palawija atau padi – palawija – padi. Diversifikasi vertikal pada tingkat usahatani

berupa pola pengembangan benih melalui penangkaran benih, dan diversifikasi

fungsional dilakukan dengan menanam tiga varietas untuk padi yaitu : Inpari 6, Inpari

10, dan Inpari 13 dan menanam jagung dua varietas yaitu : Sukmaraga dan Lamuru.

1.2. Dasar Pertimbangan

Pengembangan komoditas unggulan pertanian yang ditetapkan untuk

dikembangkan harus memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi terhadap kondisi biofisik,

sosial, ekonomi dan budaya setempat sehingga mampu diwujudkan sebagai suatu

usaha agribisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.

Dalam mengatasi hambatan kurang lancarnya adopsi teknologi hasil

pengkajian pada tingkat pengguna, diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk

mengatasinya. Salah satu strategi komunikasi yang ditempuh adalah melalui kegiatan

M-P3MI. Bila hambatan yang selama ini terjadi dapat diatasi, berarti adopsi teknologi

hasil pengkajian dapat cepat diterapkan pada tingkat pengguna, sehingga dapat

mempercepat peningkatan produksi, pendapatan serta kesejahteraan petani dan

pelaku agribnisnis lainnya yang terlibat.

Pengenalan dan akselerasi adopsi inovasi teknologi pertanian yang telah

banyak dihasilkan Badan Litbang Pertanian perlu ditingkatkan intensitasnya melalui

kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan secara terintegrasi antara penghasil inovasi

(Badan Litbang Pertanian) dengan pengguna inovasi (petani, dinas/instansi terkait

lingkup Pemda, swasta, LSM, perguruan tinggi), sebagai pelaksanaan paradigma baru

Badan Litbang Pertanian.

3

1.3. Tujuan

1. Menyebarluaskan informasi teknologi produksi dan perbenihan padi dan jagung.

2. Pembinaan Kelompok tani.

3. Mendukung program swasembada pangan Kementerian Pertanian.

1.4. Keluaran

1. Tersebarluasnya informasi teknologi produksi dan perbenihan padi dan jagung,

penanaman padi seluas 2,7 ha, serta penanaman jagung seluas 5,75 ha.

2. Terbinanya 8 Kelompok tani yang menjadi anggota Gapoktan Rimbo jaya.

3. Terdukungnya program swasembada pangan Kementerian Pertanian dengan

produksi padi 7 ton per hektar.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi yang dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

salah satunya untuk menjawab kebutuhan pembangunan pertanian, terutama dalam

peningkatan produksi. Jika sebelumnya penelitian pertanian lebih berorientasi pada

temuan teknologi yang terkadang sulit diterapkan di tingkat petani, maka paradigma

penelitian sekarang menciptakan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan

petani.

Agar hasil penelitian yang dihasilkan cepat sampai ke petani, hasil penelitian

tersebut harus di diseminasikan. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan

kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul

kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Faktor utama

yang dapat mendukung perkembangan suatu inovasi teknologi dalam suatu keilmuan

tertentu adalah didasarkan dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Manfaat yang

paling penting bahwa hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam penerapan inovasi teknologi. Diseminasi, sudah

menjadi istilah umum yang digunakan sebagai sinonim dari “penyebaran”. Istilah

tersebut dapat digunakan dalam berbagai bidang, baik di sektor pertanian maupun

sektor di luar pertanian.

Menurut Puslitbangtan (2010) Indikator utama dari penelitian yang sukses

adalah bahwa hasil penelitiannya dapat diterapkan, dan bahwa hasil aplikasinya baik

secara langsung atau tidak langsung meningkatkan efisiensi, produktivitas atau

keberlanjutan, dalam hal ini inovasi dan teknologi tanaman pangan. Secara jelas, hasil

akhir suatu penelitian harus ada di lahan petani dan menyebar kepada petani

sekitarnya. Oleh karena itu, hasil penelitian harus didiseminasikan kepada “pengguna

antara” dan “pengguna akhir teknologi tanaman pangan”.

Diseminasi adalah proses interaktif mengkomunikasikan pengetahuan kepada

kalayak target, sehingga dapat digunakan untuk melakukan perubahan. Diseminasi

bertujuan untuk percepatan penerimaan dan pemahaman oleh pengguna (pengguna

antara dan pengguna akhir) terhadap suatu informasi atau inovasi baru dapat

berlangsung. Dalam hal ini, pengguna akhir adalah petani yang terlibat langsung

dalam proses produksi tanaman pangan. Sedangkan pengguna antara adalah peneliti,

komunikator, sektor swasta, lembaga penyuluhan, dan pembuat kebijakan, yang

memproses informasi menjadi produk akhir untuk diaplikasikan oleh pengguna akhir.

5

Pembangunan pertanian memerlukan dukungan teknologi yang memadai dan

berkesinambungan. Teknologi baru akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan

diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan/pengguna. Namun demikian, secara

nasional, sistem adopsi/alih teknologi pertanian dinilai masih lemah. Hasil-hasil

penelitian dan pengkajian yang dihasilkan oleh lembaga penelitian belum sepenuhnya

diadopsi oleh petani dan pengguna. Hal ini disebabkan minimnya strategi

mengkomunikasikan hasil penelitian dan pengkajian kepada pengguna, sehingga

jaringan informasi dari sumber teknologi kepada pengguna teknologi di daerah

terputus.

Dewasa ini sejalan dengan gerak pembangunan yang semakin dinamis,

dituntut untuk melakukan kegiatan pembangunan yang tidak dilakukan dengan

biasa-biasa saja, akan tetapi harus dilakukan secara agresif, proaktif, antsipatif,

responsif dan profesional. Salah satu solusi yang bisa dikembangkan adalah

membangun perdesaan dengan inovasi pertanian melalui muatan teknologi dan

kelembagaan.

Model yang dibangun harus menunjukkan penggunaan inovasi pertanian yang

menyediakan pilihan terbaik mengatasi permasalahan pertanian yang dihadapi petani

di perdesaan. Fokus kegiatan berbasis pada isu sekitar peningkatan produksi, serta

peningkatan nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dikembangkan. Dengan

demikian orientasinya tidak berhenti hanya di budidaya, akan tetapi harus sampai

pada pasca panen dan pengolahan hasil. Permintaan pasar harus menjadi

pertimbangan. Dari sisi teknologi, sudah semestinya yang ditampilkan sebagai

percontohan itu adalah teknologi yang sudah matang dalam arti siap digunakan dalam

skala pengembangan serta mempunyai potensi untuk memberikan dampak.

Disamping itu tentunya teknologi itu harus bisa didaptasikan pada kondisi lingkungan

sosial budaya, lingkungan, sosial ekonomi, biofisik dan memiliki dukungan

ketersediaan tenaga kerja.

Target dari membangun perdesaan melalui inovasi pertanian ini tiada lain

untuk mendukung visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian

unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan

kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing eksport dan kesejahteraan petani. Agar

penyebaran informasi inovasi pertanian yang berisi muatan teknologi dan

kelembagaan bisa menjangkau sasaran yang lebih luas, sudah selayaknya dilakukan

secara simultan melalui penerapan spectrum diseminasi multi channel (SDMC). Salah

6

satu aplikasi dari SDMC di lapangan adalah Model Pengembangan Pertanian

Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI).

Diseminasi multi channel atau Multi Channel Dissemination (MCD) sudah lama

dikenal dalam bidang jaringan informasi terkait dengan komputer. Tujuannya antara

lain untuk meningkatkan akses data. MCD dalam jaringan komputer digambarkan

sebagai struktur penyaluran informasi ke berbagai sasaran yang didalamnya terdapat

empat tingkat atau level. Pertama ada yang disebut database level, kemudian ada

signalling level, network level dan user level.

Pemahaman MCD tersebut dapat juga dipraktekkan dalam bidang penyebaran

informasi teknologi pertanian untuk mendukung percepatan akses informasi teknologi

(infotek). Syaratnya tentu diperlukan data base tentang berbagai inovasi teknologi

pertanian yang dikelola sedemikian rupa sehingga mudah untuk diakses oleh

pengguna. Praktek penyalurannya bisa dilakukan melalui berbagai kanal/saluran.

Masalahnya penyaluran infotek tersebut sering tidak dalam skenario. Artinya apa yang

disalurkan belum tentu itu yang dibutuhkan pengguna, sehingga efektifitasnya

kurang. Agar diseminasi itu lebih efektif tentu MCD tersebut harus dirancang

sedemikian rupa sehingga berbasis kebutuhan pengguna.

Kementerian Pertanian (2011) Disain atau rancangan SDMC yang telah

mendapat dukungan berbagai pihak tersebut diimplementasikan di lapangan dalam

bentuk antara lain Unit Percontohan yang berskala pengembangan dan berwawasan

agribisnis. Salah satu wujudnya adalah Model Permbangunan Perdesaan Melalui

Inovasi (MP3MI). Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi

(M-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian, dalam rangka meningkatkan

jangkauan diseminasi melalui Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).

Implementasi program tersebut di lapangan berbentuk unit percontohan

berskala pengembangan berwawasan agribisnis. Unit percontohan bersifat holistik dan

komprehensif meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan

hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan

kelembagaan sarana pendukung agribisnis. Dengan demikian diharapkan proses

pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan secara simultan, sehingga spektrum

diseminasi menjadi semakin meluas.

Unit percontohan M-P3MI itu sekaligus berfungsi sebagai laboratorium lapang,

juga sebagai ajang kegiatan pengkajian, untuk perbaikan teknologi dan perekayasaan

kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dukungan pengkajian ini dibutuhkan untuk

mengantisipasi perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial ekonomi yang berkembang

7

sangat dinamis. Selama proses ujicoba atau pengkajian diharapkan mendapat umpan

balik (feedback) untuk penyempurnaan model pengembangan.

Berdasarkan pada wujud kegiatannya, jenis mediasi dan saluran komunikasi

pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk sebagai berikut:

1. Pameran/Peragaan (In-house visitor display, public-display/Expo, visitor

plot/petak percontohan, tecnology showcase/gelar teknologi),

2. Forum Pertemuan (temu informasi, temu lapang, temu aplikasi teknologi, rapat

kerja, rapat teknis, seminar, simposium, pelatihan, lokakarya, sekolah lapang,

kegiatan partisipatif lainnya),

3. Media Cetak (Buku, Booklet, Komik, brosur, Leaflet, Flyer, Poster, Baliho, koran,

Majalah/Jurnal, Tabloid, Warta/news letter, Buletin, Liptan),

4. Media Elektronik/Digital (radio, televisi, internet, mobile phone (WAP), SMS

Center, CD/VCD/DVD)

8

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Pemilihan Lokasi M-P3MI

Lokasi kegiatan terletak di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan,

kabupaten Seluma. Pemilihan lokasi M-P3MI di Kabupaten Seluma berpedoman

kepada Pedoman Umum M-P3MI (2011) yang menyatakan bahwa pemilihan lokasi

sangat menentukan keberlangsungan kegiatan M-P3MI. Lokasi harus dipilih

memenuhi kriteria yang tepat menjadi prasyarat untuk mendorong keberhasilan dan

pencapaian tujuan.

Kriteria pemilihann lokai dan Poktan/gapoktan adalah sebagai berikut :

1. Sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan komoditas oleh

Pemerintah setempat. Lokasi yang sebelumnya merupakan lokasi kegiatan sinergi

antara berbagai program strategis Kementerian Pertanian seperti PRIMA TANI,

PUAP, SL-PTT, PSDSK, P2KH, FEATI, LM3, P4MI.

Lokasi yang dipilih yaitu Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan,

Kabupaten Seluma, sebelumnya merupakan lokasi program strategis Kementerian

Pertanian seperti PUAP dan IP Padi 400.

2. Letak lokasi M-P3MI harus strategis, baik dari aspek jarak maupun aksesibilitas,

mudah dijangkau sehingga mudah melakukan advokasi kepada Pemda, Assosiasi

Petani, LSM, Perguruan Tinggi, Swasta, Anggota DPR, Camat dan kepala Desa.

Berdasarkan jaraknya, lokasi M-P3MI relatif dekat ± 60 km dari ibukota provinsi,

sehingga mudah dijangkau dan akses ke lokasi cukup baik dengan kondisi lahan

yang relatif mulus.

3. Poktan/Gapoktan yang akan melaksanakan percontohan, dipilih dari

Poktan/Gapoktan yang sudah atau sedang ada kegiatan program Pemda, atau

program lainnya seperti : PUAP, PEATI, P4MI, dll.

Gapoktan yang menjadi pelaksana kegiatan merupakan Gapoktan yang telah

menerima dana bantuan PNPM-Mandiri PUAP dan merupakan pelaksana kegiatan

SL-PTT padi pada tahun sebelumnya dan tahun ini.

Dari sisi agroekosistem, lokasi M-P3MI merupakan daerah dengan lahan sawah

irigasi. Kebiasaan petani setempat melakukan penanaman padi dan palawija.

9

3.2. Profil Kelurahan Rimbo Kedui

Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma

merupakan salah satu desa pantai/pesisir dengan luas desa 835,64 ha. Pemanfaatan

lahan yaitu:

Tabel 1. Profil Kelurahan Rimbo Kedui

No Uraian Luas lahan (ha)

1 Lahan sawah irigasi teknis 211,75 2 Lahan sawah irigasi ½ teknis 293,25 3 Lahan kering 164,75 4 Pemukiman 30,25 5 Lahan kebun 130,00 6 Tanah desa 3,00 7 Lapangan 1,00 8 Perkantoran pemerintah 0,36 9 Lain-lain 1,28 10 Jumlah 835,64

Sumber : Pemerintah Kabupaten Seluma (2010).

Kelurahan ini merupakan Ibukota Kecamatan Seluma Selatan. Jarak ke Ibukota

Kabupaten Seluma sekitar 10 km yang dapat ditempuh selama 30 menit dengan

kendaraan bermotor. Curah hujan rata-rata di Kelurahan Rimbo Kedui adalah 4,2

mm/bulan dengan 5 bulan hujan. Suhu harian antara 20-30 oC dengan ketinggian

tempat sekitar 10 m dpl dan bentangan wilayah relatif datar.

Jumlah penduduk Kelurahan Rimbo Kedui 1.451 jiwa terdiri atas 770 jiwa laki-

laki dan 681 jiwa perempuan atau sex ratio 1,13 yang berarti bahwa jumlah laki-laki

lebih banyak 1,13% daripada jumlah wanita. Jumlah kepala keluarga 435 KK.

Penduduk usia produktif (15-55 tahun) sebanyak 888 jiwa atau 61,2% dari seluruh

jumlah penduduk.

Mata pencaharian pokok penduduk umumnya petani dan peternak (62,4%),

selain itu juga terdapat buruh/wiraswasta, pegawai negeri, dan pedagang. Sebagian

besar petani merupakan buruh tani. Jumlah rumah tangga petani yang memiliki lahan

pertanian sebanyak 159 RTP (61 RTP memiliki <0,5 ha, 43 RTP memiliki 0,5-1 ha, dan

52 RTP memiliki >1 ha).

Selain menanam padi, petani Kelurahan Rimbo Kedui juga menanam jagung,

kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, cabe, semangka, buah-buahan (jeruk, salak), dan

kelapa sawit. Ternak yang dipelihara penduduk terdiri dari sapi (317 ekor), kambing

(631 ekor), ayam (6.500 ekor), dan bebek (750 ekor). Selain itu petani juga

membudidayakan ikan di kolam.

10

Penduduk Desa Rimbo Keduai berasal dari berbagai suku bangsa, yang

didominasi oleh Suku Jawa (62,3%). Selain itu juga terdapat orang Sunda, Serawai,

Padang, dan Aceh. Penduduk umumnya beragama Islam (97,4%).

Sarana ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang terdapat di Kelurahan Rimbo

Kedui adalah 1 buah pasar, 1 unit koperasi (anggota 250 orang), 4 unit huller padi, 1

unit kelompok simpan pinjam (anggota 350 orang), 1 buah puskesmas, 1 SD, dan 1

SLTA. Sarana peribadatan berupa masjid dan musholla dan lapangan olahraga cukup

memadai. Organisasi petani yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui adalah 8 kelompok

tani dengan jumlah anggota 160 orang, seluruh kelompok tergabung dalam Gapoktan

Rimbo Jaya. Kegiatan usahatani sawah dilaksanakan 3 kali setahun karena didukung

sarana irigasi berupa saluran sekunder sepanjang 3.500 m, dan saluran tersier

7.500 m.

Penduduk telah mendapatkan pelayanan listrik PLN. Selain itu akses ke desa

cukup baik karena adanya jalan aspal sepanjang 5,5 km. Penduduk memanfaatkan air

sumur untuk minum dan kebutuhan MCK.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk yang berpendidikan rendah

masih cukup tinggi. Terdapat 255 orang usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah,

sedangkan 435 orang pernah sekolah tapi tidak tamat SD. Penduduk yang tamat

SD/sederajat berjumlah 210 orang, tamat SLTP/sederajat 152 orang, tamat

SLTA/sederajat 157 orang, dan tamat perguruan tinggi (D1-S1) 26 orang. Hal ini

berarti penduduk Kelurahan Rimbo Kedui umumnya memiliki tingkat pendidikan yang

rendah karena hanya 183 orang penduduk (14,8%) yang dapat menyelesaikan

pendidikan sampai tingkat SLTA/sederajat dan perguruan tinggi.

3.3. Organisasi Kegiatan M-P3MI

Untuk pelaksanaan operasional di lokasi M-P3MI di Kelurahan Rimbo Kedui,

Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, maka telah dibentuk organisasi

pelaksana M-P3MI berdasarkan Keputusan Kepala BPTP Bengkulu dengan Surat

Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Nomor:

58/KP.440/I.10.9/01/11 tentang Pengangkatan Penanggung Jawab dan Anggota Tim

Pengkajian dan Diseminasi.

11

Tabel 2. Organisasi pelaksana kegiatan M-P3MI

No Penjab Kegiatan/ Angggota

Peneliti/Gelar NIP

Bidang Keahlian

Jenjang Fungsional

1. Ir. Ahmad Damiri, M. Si 19630920 199203 1 001 Agronomi Penyuluh Pertanian Madya

2. Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP 19610531 199003 2 001 Sosial Ekonomi Pertanian

Penyuluh Pertanian Muda

3. Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP 19690427 199803 1 001 Agronomi Peneliti Muda

4. Drs. Afrizon, M. Si 19620415 199303 1 001 Lingkungan Peneliti Pertama

5. Ir. Miswarti 19650820 200003 2 001 Agronomi Peneliti Pertama

6. Andi Ishak, A.Pi, M. Si 19731121 199903 1 003 PSL PNK

7. Yartiwi, SP 19791030 200901 2 004 Agronomi PNK

8. Yahumri, SP 19790815 200501 1 003 Agronomi PNK

9. Taufik Hidayat, S.Tp 19820511 200912 1 004 Pascapanen PNK

3.4. Wujud SDMC pada M-P3MI

Model Pengembangan Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (M-P3MI)

merupakan aplikasi dari SDMC. Semua kegiatan yang ada pada M-P3MI merupakan

wujud dari pelaksanaan SDMC di lapangan. Berdasarkan pada wujud kegiatannya,

jenis mediasi dan saluran komunikasi pada SDMC dibedakan atas 4 bentuk sebagai

berikut:

1. Pameran/Peragaan (In-house visitor display, public-display/Expo, visitor

plot/petak percontohan, tecnology showcase/gelar teknologi),

2. Forum Pertemuan (temu informasi, temu lapang, temu aplikasi teknologi, rapat

kerja, rapat teknis, seminar, simposium, pelatihan, lokakarya, sekolah lapang,

kegiatan partisipatif lainnya),

3. Media Cetak (Buku, Booklet, Komik, brosur, Leaflet, Flyer, Poster, Baliho, koran,

Majalah/Jurnal, Tabloid, Warta/news letter, Buletin, Liptan),

4. Media Elektronik/Digital (radio, televisi, internet, mobile phone (WAP), SMS

Center, CD/VCD/DVD).

12

IV. HASIL KEGIATAN

4.1. Peragaan

4.1.1. Petak Percontohan Penangkaran Padi

Petak Percontohan berupa penangkaran padi dilaksanakan di lahan 4

orang petani dengan luas lahan 2,73 ha. Dari luas lahan tersebut; 1,2 ha

digunakan untuk padi varietas Inpari 13, seluas 0,9 ha digunakan untuk padi

varietas Inpari 10, dan seluas 0,63 ha digunakan untuk padi varietas Inpari 6.

Ketiga varietas yang ditanam tersebut dilakukan penanamannya pada tanggal

11 – 12 April 2011. Foto pertanaman padi Inpari 6, 10, dan 13 (terlampir).

Selama penangkaran berlangsung, kondisi pertumbuhan tanaman

cukup bagus dengan pemeliharaan yang baik. Hanya saja Inpari 6 mengalami

gangguan pertumbuhan akibat umur yang lebih panjang sehingga

membutuhkan waktu pengairan yang lebih lama, sementara lahan bagian

depan yang ditanam Inpari 10 sudah harus mengeringkan air menjelang

panen. Akibatnya banyak gabah Inpari 6 yang kurang bernas saat panen

karena pengisian gabah yang kurang maksimal yang diakibatkan oleh

kekurangan air.

Varietas Inpari 13 dipanen pada tanggal 3 Juli 2011, Inpari 10 dipanen

pada tanggal 8 juli 2011, dan Inpari 6 dipanen pada tanggal 18 Juli 2011.

Penerapan teknologi penangkaran padi yang dilakukan dibandingakan

dengan teknologi existing seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Teknologi terapan dibandingkan teknologi petani sebelumnya

No Komponen Teknologi Terapan Petani sebelumnya

1 Varietas : Inpari 6, 10, dan 13 IR 64

2 Petak persemaian Normal (1/20 luas penanaman)

Sempit (< dari 1/20 luas penanaman)

3 Jumlah benih Sedikit (20-25 kg/ha) Banyak (90 kg/ha)

4 Umur bibit Muda (<21 hari) Tua (25 hari)

5 Sistem tanam Legowo 4:1 Lorong 6:1 – 8:1

6 Caplak digunakan Caplak Roda Caplak Biasa

7 Jarak tanam [(20 x 10) x 40 cm] 22 x 22 cm atau 25 x 25 cm

8 Dosis pupuk Urea 200 kg, NPK Phonska 300 kg/ha

Tidak teratur, dosis tinggi

9 Waktu pemberian pupuk Tiga kali Dua kali

10 Hasil (GKP) Inpari 6 = 5,44 Inpari 10 = 6,65 Inpari 13 = 5,96 t/ha

Bervariasi antara 1,90 – 4,76

13

Ukuran persemaian yang normal akan menghasilkan bibit yang lebih

besar dibandingkan dengan bibit pada persemaian yang sempit. Dengan

persemaian yang normal pertumbuhan bibit menjadi lebih cepat karena

persaingan dengan bibit yang lain tidak terlalu ketat.

Varietas Inpari 6, 10, dan 13, merupakan varietas unggul baru sebagai

pengganti varietas unggul lama yang sudah mulai menurun kemampuan baik

produktivitas maupun ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Jumlah benih yang sedikit (1/3 dari jumlah benih yang biasa digunakan

petani) dapat mengurangi biaya input penanaman, sementara benih yang

sedikit sudah mencukupi kebutuhan bibit bagi penanaman.

Bibit umur muda akan menghasilkan anakan maksimum, sehingga

jumlah anakan seringkali lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah anakan

pada pertanaman yang menggunakan bibit banyak.

Pemupukan sesuai kebutuhan tanaman merupakan pemupukan yang

efektif bila dibandingkan dengan pemupukan yang biasa dilakukan petani

dengan dosis yang tidak rasional seperti jumlah pupuk yang tidak berimbang

karena tidak mengetahui kebutuhan tanaman.

Sistem tanam Legowo 4:1 memiliki jumlah tanaman lebih banyak

dibandingkan dengan sistem tanam lorong 6:1 maupun 8:1. Pada sistem

tanam Legowo 4:1 terjadi penambahan jumlah tanam dengan adanya

penyisipan pada barisan tanaman pinggir. Sedangkan pada sistem tanam

lorong terjadi pengurangan satu baris tanaman setiap 6 baris tanaman atau

delapan baris tanaman.

Penggunaan Caplak Roda dua kali lebih cepat untuk pembuatan pola

garis tanam pada petak pertanaman padi dibandingkan dengan penggunaan

Caplak Biasa. Hal ini karena untuk membuat pola garis tanam pada Caplak

Roda cukup satu kali tarik akan membentuk garis berpotongan utara-selatan

dengan timur-barat. Sedangkan pada Caplak Biasa, untuk membuat garis

utara-selatan dan timur-barat harus dilakukan dua kali tarik. Foto pembuatan

pola garis tanam menggunakan Caplak Roda dan penanaman (terlampir).

Sistem tanam Legowo 4:1 akan memberikan jumlah tanamam lebih

banyak bila dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Jumlah tanaman pada

sistem tanam Legowo 4:1 dengan jarak tanam [(20 x 10) x 40 cm]

dibandingkan dengan sistem tanam tegel 20 x 20 cm masing-masing 300.000

dan 250.000 tanaman.

14

Waktu pemberian pupuk tiga kali selama satu musim tanam akan

menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan produktivitas optimum

bila dibandingkan pemberian pupuk yang hanya dua kali selama musim

tanam. Pemberian pupuk tiga kali selama musim tanam menyebabkan

penyebaran pupuk yang merata sesuai waktu yang dibutuhkan tanaman. Pada

pemupukan tiga kali, daun tanaman tidak mengalami perubahan warna

menjadi kuning dan masa pengisian biji menjadi lebih lama (sesuai umur

tanaman), sehingga biji menjadi bernas. Hal ini berlawanan dengan kebiasaan

petani dengan pemberian pupuk dua kali, tanaman mengalami perubahan

warna daun menjadi kuning dahulu dan kembali hijau setelah dipupuk kedua.

Selain itu pemupukan hanya dua kali akan menyebabkan gabah kurang

bernas karena daun menguning lebih cepat dari seharusnya.

Produktivitas yang tinggi pada teknologi terapan dipengaruhi oleh

komponen pendukung produktivitas yang tinggi. Data hasil pada terapan ini

diambil pada musim produksi rendah. Produktivitas ini akan lebih tinggi lagi

bila ditanam pada musim produksi tinggi.

4.1.1.1. Penyebaran Benih Padi

Benih padi hasil penangkaran sudah tersebar ke berbagai kelompok

tani baik dalam satu kabupaten lokasi M-P3MI maupun kabupaten lain. Untuk

penyebaran dalam satu kabupaten lokasi M-P3MI masih didominasi oleh

kelompok tani lokasi M-P3MI dan desa dampak. Data penyebaran benih

seperti terlihat pada Tabel 4 berikut.

15

Tabel 4. Penyebaran benih hasil penangkaran di kelurahan lokasi M-P3MI dan desa dampak.

No Varietas Penyebaran benih

Nama Penerima Jumlah Jumlah

1 Inpari 6 UPBS BPTP Bengkulu 105 kg 105 kg

2 Inpari 10 UPBS BPTP Bengkulu 150 kg

Triok Tapudin Poktan Tanjung Mas Desa Tanjung Seru

15 kg

Supini Poktan Harapan Maju Kelurahan Rimbo Kedui

25 kg

Wagiman Poktan Harapan Maju Kelurahan Rimbo Kedui

25 kg

Mispan Poktan Harapan Maju Kelurahan Rimbo Kedui

20 kg

Suparma Poktan Tunas Harapan II Kelurahan Rimbo Kedui

20 kg

Rendi Poktan Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui

10 kg

Sukur Poktan Tunas Harapan Kelurahan Rimbo Kedui

10 kg

Sugiman Poktan Harapan Maju Kelurahan Rimbo Kedui

25 kg

Zailan Poktan Rimbo Damar Desa Tangga Batu

10 kg

Imtarman Poktan Rimbo Damar Desa Tangga Batu

10 kg

Zumhatul Hairi Poktan Rimbo Damar Desa Tangga Batu

10 kg

Ruslan Poktan Dwipa Desa Tangga Batu

10 kg

Sukran Poktan Renah Penanding Desa Padang Genting

10 kg

Edi Gunawan Poktan Kerinjing Kanan Desa Tanjungan

10 kg

Buirin Poktan Margo Suko Kelurahan Rimbo Kedui

10 kg

Total Inpari 10 370 kg

3 Inpari 13 UPBS BPTP Bengkulu 225 kg 225 kg

JUMLAH 700 kg

4.1.2. Petak Percontohan Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Jagung

Penanaman jagung dilakukan pada bulan Juli 2011 dengan luas lahan 5

ha. Dari luas lahan 5 ha yang direncanakan, sebanyak 3,5 ha ditanam lebih

dahulu dengan menggunakan jagung varietas Sukmaraga dan seluas 1,5 ha

ditanam jagung varietas Lamuru. Perbedaan penanaman varietas ini karena

saat lahan seluas 3,5 ha siap tanam, lahan seluas 1,5 ha untuk varietas

Lamuru masih ada tanamannya dan belum panen. Kedua varietas ini

merupakan jagung komposit, sehingga hasil panen dapat digunakan sebagai

16

benih. Dengan menggunakan jagung komposit, petani dapat menyediakan

benih sendiri, dengan demikian biaya untuk penngadaan benih untuk

pertanaman selanjutnya menjadi lebih murah dan tidak perlu membeli benih

baru untuk setiap penanaman berikut.

Benih jagung yang ditanam memiliki kelas benih breeder seed (BS)

atau label putih. Benih ini sebetulnya tidak dapat langsung di tanam di lahan

petani tetapi harus di lahan BBI/BBU. Tetapi karena benih untuk penangkaran

yang tersedia di Balit Sereal adanya benih kelas BS, maka benih yang

digunakan sesuai ketersediaan benih.

Masing-masing petani penanam jagung dengan tanggal tanam dan

produktivitasnya seperti Tabel 5. Data produktivitas merupakan data yang

dikonversi dari data ubinan pada kadar air 15%.

Tabel 5. Nama petani, tanggal tanam dan produktivitas jagung Varietas Sukmaraga.

No Nama Petani Luas Lahan

(m2) Tanggal Tanam

Tanggal Panen

Produktivitas (t/ha)

1. Supini 10.600 16-6-2011 22-09-2011 4,42

2. Buirin 6.650 28-8-2011 19-09-2011 4,51

3. Sunarto 2.730 21-09-2011 3,62

4. Mispan 7.860 30-6-2011 24-10-2011 2,69

5. Wagiran 5.800 30-6-2011 24-10-2011 2,71

Tabel 6. Nama petani, tanggal tanam dan produktivitasnya jagung Varietas Lamuru.

No Nama Petani Luas Lahan

(m2) Tanggal Tanam

Tanggal Panen

Produktivitas (t/ha)

1. Sumadi 7-7-2011 29-10-2011 2,08

2. Kasirin 6.050 28-7-2011 20-11-2011 5,15

3. Akraludin 20-8-2011

4. Sukarman 30-7-2011 20-11-2011 3,32

Tanaman jagung tidak tumbuh dengan baik, karena pada saat

penanaman berlangsung, kondisi cuaca sedang musim kemarau. Penanaman

dilakukan setelah turun hujan, namun ternyata hujan yang diperkirakan akan

berlangsung terus ternyata hanya sesekali saja, sehingga tanaman

kekurangan air untuk pertumbuhannya.

Dari beberapa lahan petani yang melakukan penanaman, masih

terdapat tanaman yang tumbuhnya relatif baik, sehingga masih diinginkan

oleh petani untuk dijadikan bibit. Distribusi bibit yang terjadi hanya pada

17

anggota kelompok tani desa lokasi M-P3MI seperti terlihat pada Tabel 7

berikut.

Tabel 7. Distribusi benih jagung varietas Sukmaraga yang di tanam petani pelaksana kegiatan M-P3MI

Nama Petani Kelompok tani Pembelian

Katimin Rimbo Damar Desa Tangga Batu 200 tongkol

Supriyanto Rimbo Damar Desa Tangga Batu 200 tongkol

Katiman Rawa Sari Desa Tangga Batu 100 tongkol

Udin 200 tongkol

Akraludin Tunas Harapan Desa Tangga Batu 65 tongkol

Taki Margo Suko I Kelurahan Rimbo Kedui

50 tongkol

Jumlah 815 tongkol

Keterangan: 10 tongkol jagung untuk benih = 1 kg benih Harga per tongkol = Rp. 1.000 815 tongkol setara dengan + 80 kg benih

4.1.3. Petak Percontohan Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Padi

Petak percontohan penerapan komponen teknologi budidaya padi

dilakukan (demplot) pada 10 (sepuluh) kelompok tani. Dari 10 kelompok tani

pelaksana petak percontohan, 7 kelompok berasal dari desa lokasi kegiatan

M-P3MI (Kelurahan Rimbo Kedui), sedangkan 3 kelompok lainnya berasal dari

desa tetangga (desa dampak).

Kesediaan kelompok tani desa dampak dijadikan petak percontohan

karena mereka mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan

petani pelaksana petak percontohan sebelumnya cukup tinggi. Hal ini

diketahui oleh petani desa dampak melalui Temu lapang yang diadakan

dengan mengundang kelompok tani desa dampak. Melalui Temu Lapang,

petani desa dampak mengetahui perkembangan tanaman dari umur satu

minggu sampai tanaman panen.

Lokasi desa dampak bersebelahan dengan desa lokasi M-P3MI,

sehingga petani desa dampak betul-betul mengetahui perkembangan

tanaman. Selain melihat langsung tahapan pertumbuhan tanaman, petani

desa dampak juga melakukan diskusi dengan petani pelaksana petak

percontohan sebelumnya. Ketertarikan petani desa dampak tersebut

dinyatakan dengan permohonan kepada penanggung jawab M-P3MI untuk

dibina seperti kelompok tani lokasi M-P3MI yang diajukan melalui SMS.

18

Selain itu usulan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan

Kabupaten Seluma juga menjadi pertimbangan agar pembinaan melalui petak

percontohan dilakukan di desa dampak yang merupakan desa penduduk lokal,

dibandingkan dengan desa lokasi M-P3MI yang merupakan desa transmigrasi.

Pelaksanaan petak percontohan dilakukan pada 10 kelompok tani (7

kelompok tani merupakan lokasi M-P3MI dan 3 kelompok tani berasal dari

desa dampak dimaksudkan agar penyebaran inovasi teknologi dapat

berlangsung dengan cepat.

Masing-masing kelompok pelaksana petak percontohan tersebut

seperti pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Data petani pelaksana petak percontohan

No Nama Petani Luas

Demplot Nama Ketua Kelompok

Jumlah Angota Dan luas lahan

Nama Kelompok

Desa

1. Supini 2475 m2 Mispan 27 ha/25 org Harapan maju

Rimbo Kedui

2. Suparma 2566 m2 Suparma 22 ha/23 org Tunas harapan II

Rimbo Kedui

3. Ruslan 2380 m2 Halim 25 ha/25 org Dwipa Rimbo Kedui

4. Triok Tapudin 3984 m2 Triok Tapudin 20 ha/25 org Tanjung Mas

Tanjung Seru

5. Sukran 2418 m2 Sukran 20,5 ha/27 org Renah Penanding

Padang Genting

6. Akraludin 2566 m2 Akraludin 25 ha/22 org Tunas Harapan

Rimbo Kedui

7. Jumatul Hairi 2751 m2 Usep Suhendar

30 ha/37 org Mulya Tani Rimbo Kedui

8. Zailan 2500 m2 Zailan 16 ha/18 org Rimbo Damar

Rimbo Kedui

9. Buirin 2537 m2 Buirin 25 ha/24 org Margo Suko I

Rimbo Kedui

10. Edi Gunawan 3489 m2 Edi Gunawan 15 ha/31 org Kerinjing Baru

Tanjungan

Masing-masing kelompok pelaksana percontohan memulai pelaksanaan

penanaman berbeda-beda sesuai dengan jadwal masing-masing terkait

dengan kondisi kesiapan masing-masing kelompok tani seperti tertera pada

Tabel 9.

19

Tabel 9. Tanggal tanam, pemupukan, dan perkiraan panen

No Nama Tgl Tanam Pemupukan ke Tgl Panen

(Perkiraan)

I II II

1. Supini 30-10-2011 09-11-2011 22-11-2011 06-12-2011 10-02-2012

2. Suparma 29-10-2011 08-11-2011 21-11-2011 06-12-2011 08-02-2012

3. Ruslan 25-10-2011 01-11-2011 22-11-2011 - 05-02-2012

4. Triok Tapudin 08-10-2011 15-10-2011 2011 19-01-2012

5. Sukran 23-11-2011 05-12-2011 16-12-2011 05-01-2012 03-02-2012

6. Akraludin 20-10-2011 28-10-2011 12-11-2011 26-11-2011 31-01-2012

7. Jumatul Khairi 27-10-2011 04-11-2011 19-11-2011 27-11-2011 07-02-2012

8. Zailan 11-10-2011 25-10-2011 5-11-2011 20-11-2011 14-01-2012

9. Buhirin 27-10-2011 04-11-2011 20-11-2011 04-12-2011 08-02-2012

10. Edi Gunawan 04-11-2011 12-11-2011 25-11-2011 11-12-2011 13-02-2012

4.1.4. Sebagai Objek Kunjungan Praktek Lapang Pelatihan SL-PTT

Lokasi kegiatan penanaman padi kegiatan M-P3MI dijadikan objek

kunjungan untuk praktek lapangan bagi pelaksanaan PL II SL-PTT yang

dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. Kunjungan lapangan

yang dilakukan merupakan lanjutan dari pertemuan yang dilakukan di kelas.

Selain sebagai lokasi kunjungan lapangan untuk praktek lapang bagi PL- II

SL-PTT, juga dijadikan sebagai lokasi praktek lapang untuk pembanding bagi

peserta pelatihan PL III SL-PTT yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian

Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Seluma. Lahan pertanaman padi

M-P3MI dijadikan salah satu sampel untuk mengetahui kondisi pertanaman

padi guna mengetahui kedaan pertanaman dan tindakan yang diperlukan bagi

pemeliharaan tanaman. Data yang diperoleh dari lahan M-P3MI

dipresentasikan bersama dengan lokasi dua petani lain dan ditanggapi oleh

peserta maupun narasumber pelatihan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa kondisi pertanaman

cukup baik dan sehat dengan warna daun hijau skala 4 Pada bagan warna

daun sehingga tidak dianjurkan untuk di pupuk lagi. Pertumbuhan tanaman

merata dan ketinggiannya seragam. Sistem tanam jajar legowo terlihat jelas

dengan terdapatnya lorong untuk setiap 4 baris tanaman, sehingga mudah

dalam pemeliharaaan tanaman. Serangan hama dan penyakit masih sangat

20

rendah dan terdapat musuh alami, sehingga tidak dianjurkan untuk perlakuan

pengendalian hama dan penyakit.

4.1.5. Peragaan Penggunaan Caplak Roda

Peragaan penggunaan Caplak Roda dilakukan pada lahan penangkaran

padi kegiatan M-P3MI di Kelurahan Rimbo Kedui. Peragaan juga dilakukan

pada setiap pelaksanaan Temu Lapang dan Sosialisasi. Hal ini dilakukan pada

petani peserta pertemuan yang belum perna mengikuti kegiatan pertemuan

sebelumnya, sehingga informasi ini berkembang cepat. Foto penyetelan

Caplak Roda sebelum digunakan (terlampir).

Saat ini penggunaan Caplak Roda untuk membuat pola garis tanam

sudah semakin berkembang dengan dilakukannya peragaan pada Desa lain

Kabupaten Seluma selain desa binaan M-P3MI, Kabupaten Bengkulu Utara,

dan Kabupaten Rejang Lebong.

4.2. Forum Pertemuan

4.2.1. Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi

Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi kegiatan Model Pengembangan

Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 31 Mei 2011 di lokasi kegiatan Penanaman Padi Varietas Inpari 6, 10,

dan 13 Kelurahan Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten

Seluma.

Dalam Temu Lapang akan disampaikan 3 materi teknologi yaitu sebagai

berikut:

1. Varieras Unggul Baru Inpari 6, Inpari 10, dan Ipari 13.

2. Teknologi Budidaya Padi dengan Dosis Pupuk Berimbang.

3. Efisiensi Penggunaan Caplak Roda dalam Penanaman Padi Sistem Legowo

4:1.

Pelaksanaan Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi diikuti oleh 53

orang peserta yang terdiri atas 30 orang petani, 11 orang

peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, dan 12 orang petugas dari

dinas/instansi terkait di Kabupaten Seluma.

21

Hasil pelaksanaan kegiatan yaitu : A. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu

Pada saat Pembukaan acara Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi

kegiatan M-P3MI, Kepala BPTP Bengkulu yang dalam hal ini diwakili Oleh Dr.

Wahyu Wibawa, MP. Menyampaikan sambutannya. Dalam sambutannya

Kepala BPTP Bengkulu menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. BPTP Bengkulu merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis) pusat yang

berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian,

Kementerian Pertanian yang ditugasi untuk membantu pemerintah daerah

dalam bidang pertanian khususnya teknologi pertanian. Saat ini jumlah

BPTP di Indonesia sebanyak 32 buah yang tersebar di 33 provinsi.

2. Potensi Sumberdaya BPTP Bengkulu terdiri dari peneliti, penyuluh dan

staf administrasi. Sedangkan sarana dan prasarana terdiri dari

Laboratorium Tanah, Laboratorium Pasca Panen, Laboratorium Diseminasi,

Rumah Kaca, UPBS, dan Perpustakaan.

3. BPTP Bengkulu mempunyai Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) yang

tahun ini khusus di bidang padi siap dikerjasamakan dengan BBI (Balai

Benih Induk), BBU (Balai Benih Utama) dan BPSB agar pergantian varietas

lebih cepat di masyarakat tani.

4. Selama ini varietas yang berkembang adalah varietas lama seperti IR64

dan harus diganti dengan varietas yang baru karena varietas IR 64 rentan

terhadap OPT terutama tungro. Oleh karena itu pergantian varietas IR 64

dengan varietas yang tahan terhadap OPT tertentu yang berproduksi

tinggi mutlak dilakukan.

5. Kaitannya dengan acara Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI) adalah membuat percontohan bagi petani

melalui inovasi dan diharapkan dapat meningkatkan produksi atau hasil

yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.

6. Di Indonesia ada 40 kegiatan M-P3MI tersebar di seluruh Indonesia, Untuk

Provinsi Bengkulu ada 1 kegiatan M-P3MI yang difokuskan di Kelurahan

Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Kegiatan M-

P3MI di Rimbo Kedui komoditasnya adalah padi, kenapa kita memilih padi

karena padi merupakan komoditas strategis dan politik.

22

7. Bila kita mengingat sejarah yang lalu bahwa kita pernah mencapai

swasembada beras dan permasalahan sekarang yang terjadi adalah

jumlah penduduk yang meningkat, lahan pertanian yang tersedia semakin

menyempit dengan adanya alih fungsi lahan sawah menjadi jalan raya,

perumahan, pabrik, dan lain-lain. Bisa dibayangkan bila petani sudah tidak

mau lagi menanam padi. Oleh karena itu padi tetap menjadi fokus untuk

tetap menjadi perhatian kita.

8. Luas kegiatan M-P3MI baru 2,7 ha, diharapkan pada tahun mendatang

dapat ditingkatkan dan dikembangkan lagi menjadi lebih luas dengan

dukungan dari dinas terkait (dinas pertanian, BP4K, BPP, BPSB, BPTPH).

9. Ucapkan terima kasih kepada petani yang terlibat dan diharapkan mampu

menularkan ilmunya kepada petani tetangga disekitar lokasi kegiatan.

10. Kesan Ka Badan Litbang Pertanian terhadap kunjungan kerja ke lokasi M-

P3MI Kelurahan Rimbo Kedui, beliau sangat optimis bahwa seluma dapat

dikembangkan lagi kearah yang lebih baik.

Kegiatan Temu Lapang ini akan dilanjutkan pada saat menjelang

panen agar petani bisa melihat rentetan perkembangan teknologi budidaya

padi secara lengkap.

B. Sambutan dan Pengarahan Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Seluma yang disampaikan oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan (Ir. Midi Harmantono)

Dalam sambutan dan pengarahannya disampaikan :

1. Permohonan maaf Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan

Kabupaten Seluma yang tidak dapat hadir diacara ini dikarenakan beliau

ada tugas lain yang tidak dapat diwakili.

2. Penyampaian ucapkan terimakasih kepada BPTP Bengkulu yang telah

melakukan kegiatan di M-P3MI yang berlokasi di Kelurahan Rimbo Kedui,

Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma dan memberikan

bimbingan teknologi kepada masyarakat tani khususnya petani padi

sawah.

3. Kabupaten Seluma merupakan kabupaten yang strategis karena letaknya

yang tidak jauh dari ibukota provinsi serta mempunyai potensi karena

areal yang luas untuk lahan pertanian. Namun demikian potensi yang ada

tersebut haruslah didukung oleh semua pihak agar bermanfaat untuk

23

kemajuan Kabupaten Seluma, tanpa ada dukungan dari semua pihak

maka pembangunan akan berjalan lambat.

4. Kepada petani diharapkan dapat mengambil manfaat dari adanya kegiatan

ini, karena hanya di Kabupaten Seluma kegiatan M-P3MI ini dilaksanakan.

Kesempatan belajar langsung di lapangan dengan perlakuan yang jelas

dan dilakukan sendiri oleh petani akan memudahkan petani memahami

penerapan teknologi yang benar.

5. Kepada petani lain yang bukan merupakan pelaksana kegiatan ini,

diharapkan dapat belajar secara langsung. Kalau masih ada informasi

yang belum jelas, dapat belajar kepada petani pelaksana melalui

kunjungan atau mengundangnya untuk memberikan penjelasan

pelaksanaan kegiatan.

6. Informasi juga dapat diperoleh dengan menanyakan penjelasaan inovasi

teknologi kepada petugas dari BPTP Bengkulu, baik pada saat mereka

datang ke lokasi atau mengunjungi kantor BPTP, atau mengundang

mereka untuk memberikan penjelasan.

C. Pengarahan dan Pembukaan secara resmi oleh Camat Kecamatan Seluma Selatan (Dra. Hj. Siti Riani)

Dalam sambutan dan pengarahannya, Camat Kecamatan Seluma

Selatan menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pujian terhadap Tuhan Yang maha Esa karena pada hari yang cerah ini

dapat melaksanakan acara Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi dengan

baik.

2. Ucapan terima kasih kepada BPTP Bengkulu yang telah membantu

masyarakat tani di dalam bidang pertanian dan berharap dimasa yang

akan datang lebih ditingkatkan lagi dan berharap Kelurahan Rimbo Kedui

ini menjadi lumbung padi dan menjadi contoh bagi desa lain.

3. Harapan lebih luas agar Provinsi Bengkulu dapat menjadi produsen padi

yang hasilnya dapat diekspor ke luar provinsi, sehingga kesejahteraan

petani dapat meningkat.

4. Mengharapkan agar petani peserta mampu memahami materi yang

disampaikan karena sangat bermanfaat untuk diterapkan di lahan masing-

masing.

Membuka acara Temu Lapang Teknologi Budidaya Padi secara resmi

dengan mengajak bersama-sama membaca lafaz Basmallah.

24

d. Uraian materi yang disampaikan narasumber (Ir. Ahmad Damiri, M. Si) yaitu :

Dalam penyampaian materi Teknologi Budidaya Padi, banyak hal yang

disampaikan seperti :

1. Penggunaan varietas unggul baru sebagai pengganti varietas unggul yang

sudah tidak dianjurkan lagi karena ketahanannya terhadap hama dan

penyakit yang sudah menurun.

2. Varietas unggul baru tersebut yaitu : (1) Varietas Inpari 6 yang dilepas

pada tahun 2008, dengan rata-rata hasil 6,82 ton/ha dan potensi hasil 12

ton/ha. Alasan pelepasannya karena potensi hasil yang tinggi, (2) Varietas

Inpari 10 yang dilepas pada tahun 2008, dengan rata-rata hasil 5,08

ton/ha dan potensi hasil 7 ton/ha. Alasan pelepasannya karena hasil lebih

tinnggi dibandingkan varietas IR 64, juga toleran kekeringan, (3) Varietas

Inpari 13 yang dilepas pada tahun 2009, dengan rata-rata hasil 6,59

ton/ha dan potensi hasil 8 ton/ha. Alasan pelepasannya karena umur yang

genjah.

3. Penjelasaan tentang dosis pupuk anjuran untuk tanaman padi sawah yaitu

: (1) kisaran pupuk Urea per ha antara 200 – 300 kg/ha, (2) kisaran

pupuk SP-36 per ha antara 50 – 100 kg/ha, dan (3) kisaran pupuk KCl per

ha antara 50 – 100 kg/ha.

Pemupukan di atas dosis anjuran tertinggi supaya dipertimbangkan,

terutama jika dosis yang diberikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

dosis anjuran tertinggi. Penggunaan dosis sedikit lebih tinggi dibandingkan

dosis anjuran tertinggi masih dapat ditoleransi jika potensi hasil dari

varietas yang digunakan cukup tinggi. Hal ini guna mengejar potensi

produksi pada varietas tersebut.

4. Penjelasan tentang waktu pemberian pupuk yang tepat untuk penanaman

padi yaitu : (1) Urea diberikan 3 kali yaitu pada umur 7 – 14 hst dengan

1/3 dosisi pupuk, umur 21 – 24 hst dengan 1/3 dosis pupuk, dan umur 40

hst, (2) SP-36 diberikan satu kali pada pamupukan pertama umur 7 – 14

hst, (3) KCl diberikan 2 kali yaitu pada pemupukan pertama umur 7 – 14

hst dan pada pemupukan ke dua umur 21 – 25 hst.

5. Penjelasan tentang cara menghitung kebutuhan pupuk setelah dilakukan

analisis menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah, yaitu (1) apabila hasil

analisis menunjukkan N rendah, maka pupuk yang harus diberikan 300 kg

25

Urea, bila hasil analisis menunjukkan N tinggi, maka pupuk yang harus

diberikan 200 kg Urea, (2) apabila hasil analisis menunjukkan P2O5

rendah, maka pupuk yang harus diberikan 100 kg SP-36, bila hasil analisis

menunjukkan P2O5 tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 50 kg SP-36,

(3) apabila hasil analisis menunjukkan K2O rendah, maka pupuk yang

harus diberikan 100 kg KCl, bila hasil analisis menunjukkan K2O tinggi,

maka pupuk yang harus diberikan 50 kg K2O.

Menghitung kebutuhan pupuk bila menggunakan pupuk majemuk

Phonska dilakukan berdasarkan kandungan unsur hara N, P2O5, dan K2O

pada pupuk yang diberikan diganti dengan N, P2O5, dan K2O yang berasal

dari pupuk majemuk NPK Phonska. Kekurangan N karena tidak terpenuhi

semua dari pupuk NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan

menggunakan pupuk Urea. Demikian pula kekurangan P2O5 dari pupuk

NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan menggunakan pupuk

SP-36.

f. Kunjungan Lapangan

Setelah penyampaian materi selesai dilakukan, peserta diajak

mengunjungi pertanaman padi untuk melihat langsung pertumbuhannya dan

melihat sistem jajar legowo yang telah dilakukan. Selama berada di lapangan,

peserta menanyakan langsung tentang : (1) pembuatan garis pola tanam, (2)

dosis pupuk yang diberikan, (3) waktu pemupukan yang dilakukan, (4)

penjelasan tentang masing-masing varietas yang ditanam, (5) kelebihan dari

masing-masing varietas.

Selain itu dijelaskan pula pengaruh pemupukan yang diberikan dua kali

yang biasa dilakukan oleh petani dibandingkan dengan pemberian tiga kali

seperti yang dianjurkan oleh BPTP Bengkulu. Kebiasaan petani memberikan

pupuk dua kali yaitu pada umur 10 hst dan umur 30 hst menyebabkan daun

tanaman sedikit berwarna kuning sebelum pemupukan ke dua umur 30 hst

dilakukan. Hal ini karena tanaman sudah membutuhkan pupuk kembali pada

saat umur 21 – 25 hst dan pupuk belum tersedia. Sedangkan jika pemberian

dilakukan tiga kali, tanaman belum sempat berwarna kuning, pupuk susulan

sudah tersedia kembali.

26

g. Diskusi

Pertanyaan

1. Sarmin ; - Diantara tiga varietas yang di tanam, yang mana

hasilnya yang paling tinggi.

- Apa kelebihan pemupukan tiga kali dibandingkan dengan

dua kali yang biasa dilakukan petani.

- Apakah ke tiga varietas tersebut tahan penyakit Tungro

yang saat ini banyak menyerang tanaman padi.

Tanggapan

Ahmad Damiri - Kalau hasil yang dicapai kita ketahui setelah panen nanti,

kira-kira minggu pertama bulan Juli 2011. Tapi kalau

dilihat dari potensi hasil, varietas Inpari 6 mempunyai

potensi hasil yang lebih tinggi yaitu 12 ton/ha.

- Kalau petani hanya memupuk dua kali biasanya umur 10

dan 30 hst, pada saat akan memupuk ke dua, daun

tanaman sudah mulai menguning karena kekurangan

unsur N. Setelah dipupuk, baru daun menghijau.

Sedangkan bila dilakukan pemupukan tiga kali, daun

tanaman tidak sempat mengalami perubahan warna

menjadi kuning, daun selalu hijau.

Selain itu bila dipupuk hanya dua kali, umur tanaman

sedikit lebih pendek dan masa pengisian gabah menjadi

lebih cepat selesai. Sedangkan bila dipupuk tiga kali

dengan pemupukan ke tiga umur 40 hst, umur tanaman

sesuai dengan umur sebenarnya dan gabah menjadi

lebih bernas.

- Kalau dikatakan betul-betul tahan Tungro mungkin tidak,

walaupun varietas ini tahan terhadap wereng hijau

biotype tertentu, tetapi ke tiga varietas ini adalah

varietas baru yang disiapkan untuk mengganti varietas

unggul yang sudah lama dan mengalami penurunan

ketahanan terhadap penyakit. Varietas lama tersebut

seperti IR 64 yang masih banyak ditanam petani.

2. Misbahudin; - Saya selama ini memang memupuk dua kali, pada

kegiatan yang dilakukan BPTP ini saya melakukan

27

pemupukan tiga kali. Permasalahan bagi petani yang

biasa memupuk dua kali, memupuk tiga kali akan

menyebabkan jumlah pupuk yang disebar menjadi

sedikit, terutama bila menggunakan pupuk NPK Phonska

sebagai pengganti pupuk lain yang tidak ada. Bagai

mana caranya agar pemupukan yang sedikit tapi dapat

menyebar ke seluruh areal tanam.

Tanggapan

Ahmad Damiri - Kalau jumlah pupuk yang akan ditebar terasa sedikit,

maka agar terasa mencukupi, pupuk ditambah dengan

tanah kering atau pasir sesuai ukuran sedang untuk

memupukkannya bagi petani. Namun demikian walaupun

jumlahnya sedikit, tetapi berdasarkan kandungan

haranya, sudah mencukupi kebutuhan tanaman.

3. Suparman; - Kami tertarik dengan Caplak Roda yang dosampaikan

oleh pak Akral tadi. Mungkin kami belum bisa membuat

sendiri, selain khawatir ukurannya yang tidak tepat,

pengrajin juga belum mengerti cara membuatnya. Untuk

itu apakah kami dapat diberikan satu buah untuk setiap

kelompok sehingga kami dapat menggunakan dan

memperbanyaknya apabila dirasa menguntungkan.

Tanggapan

Ahmad Damiri - Kami akan mempelajari dahulu keuangan kami, apakah

tersedia dana untuk pengadaan Caplak Roda.

Seandainya tersedia, kami akan adakan dan memberikan

satu buah untuk setiap kelompok sebagai pemancing

bagi anggota kelompoknya guna dibuat sendiri.

Anggaplah ini sebagai contoh untuk ukurannya.

Wahyu Wibawa - Caplak yang ada ini sudah diperbaiki ukurannya

sehingga jarak tanam yang dianjurkan 20 x 10 x 40 cm

seperti yang kita inginkan betul-betul akan terbentuk

melalui pembuatan pola garis tanam yang dibuat dari

Caplak Roda ini.

28

- Sebetulnya kami sudah membuat dua macam Caplak

Roda yaitu untuk sistem tanam Legowo 4:1 seperti yang

bapak ibu lihat sekarang ini dan untuk sistem tanam

Tegel.

Kelebihan Caplak Roda untuk sistem tanam Legowo 4:1

adalah telah terbentuknya lorong untuk pemeliharaan

tanaman dan petani penanam yang baru belajar akan

dengan mudah mengetahui mana lorong dan mana areal

tanam. Sedangkan Caplak Roda sistem Tegel dapat

dijadikan sistem tanam Legowo 4:1 maupun 2:1 dengan

menghilangkan satu baris tanaman. Caplak Roda sistem

Tegel ini hanya dapat dilakukan oleh petani penanam

yang sudah mengerti dengan sistem Legowo.

D. Penutupan secara resmi oleh Kepala Dinas Pertanian Peternakaan dan Perkebunan Kabupaten Seluma yang diwakili oleh Kabit Tanaman Pangan (Ir. Midi Harmantono).

Dalam penyampaiannya, Kepala Dinas memberikan poin-poin penting

bagi petani Desa Rimbio Kedui dan Desa tetangga. Poin-poin tersebut adalah :

1. Agar petani benar-benar mempelajari apa yang telah dilakukan petani

pelaksana kegiatan yang dalam pelaksanaanya dibimbing langsung oleh

BPTP Bengkulu.

2. Sudah banyak binaan yang diberikan pemerintah kepada petani baik

melalui Dinas, petugas lapang, sekarang BPTP Bengkulu. Semua itu

dengan tujuan untuk menyejahterakan petani, tinggal bagaimana petani

menerimanya.

3. Pembinaan terhadap petani akan terus dilakukan melalui berbagai media,

materi, tempat dan waktu. Petani yang tanggap menerima masukan, akan

dengan cepat mengalami kemajuan, demikian sebaliknya. Bagi petani

yang hanya cuek saja, masukan yang diberikan akan sia-sia saja dan

hilang bersamaan dengan selesainya pembinaan.

4. Perlu disadari oleh petani bahwa pembinaan seperti ini khususnya oleh

BPTP Bengkulu, tidak dapat dilakukan terus menerus di wilayah kita.

Pembinaan juga dilakukan di wilayah lain di Provinsi Bengkulu. Kebetulan

pembinaan saat ini ada di wilayah kita, maka kita tangkap dengan baik

29

binaan tersebut. Selanjutnya apa yang kita peroleh dan dapat memberikan

manfat, dapat diterapkan langsung di lahan petani masing-masing.

5. Sebagai petani peserta, anda bersyukur terpilih sebagai peserta

pertemuan ini, karena banyak petani lain yang juga mengharapkan

pertemuan seperti ini, namun kesempatan sedang berada di kita, untuk itu

manfaatkan sebaik-baiknya.

Ucapan terimakasih kepada BPTP Bengkulu dan ucapan selamat

bekerja dan berjuang bagi petani Kabupaten Seluma khususnya Kelurahan

Rimbo Kedui dan sekitarnya.

4.2.2. Temu Lapang Panen

Guna memperkenalkan lebih jauh lagi kegiatan penanaman padi yang

dilakukan pada kegiatan M-P3MI kepada pemerintah Kelurahan Rimbo Kedui

dan Kecamatan Seluma Selatan, petugas Dinas Kabupaten Seluma, dan

anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rimbo Jaya dan

anggota kelompok tani dari desa tetangga (Tangga Batu, Tanjung Seru, dan

Padang Genting), dilakukan “Temu Lapang Panen Padi”. Pada kegiatan Temu

Lapang dijelaskan tentang varietas yang ditanam, paket pupuk dengan dosis

dan waktu pemberiannya, pembibitan dengan jumlah bibit sedikit dan

pemeliharaan pembibitan, sistem tanam legowo 4:1 dengan keuntungannya,

dan pembuatan garis pola tanam menggunakan Caplak Roda.

Penjelasan tentang varietas yang digunakan disampaikan bahwa:

varietas yang digunakan merupakan varietas unggul terbaru sebagai

pengganti varietas unggul lama yang sudah mulai menurun kemampuan baik

produktivitas maupun ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pada

penjelasaan ini disampaikan umur tanaman, produksi rata-rata, dan

produktivitas tanaman.

Penjelasan tentang benih disampaikan bahwa: jumlah benih yang

sedikit (1/3 dari jumlah benih yang biasa digunakan petani) tetap dapat

memberikan hasil yang sama atau lebih baik dari yang biasa dilakukan petani.

Benih umur muda akan menghasilkan anakan maksimum, sehingga jumlah

anakan seringkali lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah anakan bila

ditanam dengan jumlah yang banyak.

Penjelasan tentang pemupukan disampaikan bahwa: pemupukan

dengan dosis yang sesuai kebutuhan tanaman dan diberikan tiga kali akan

30

menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan produktivitas

optimum. Produktivitas ini akan lebih baik dibandingkan dengan produktivitas

yang dihasilkan petani yang menggunakan pupuk tidak efisien dan waktu

pemberian pupuk yang hanya dua kali. Pada pemupukan tiga kali, daun

tanaman tidak mengalami perubahan warna menjadi kuning dan masa

pengisian biji menjadi lebih lama, sehingga biji menjadi bernas.

Penjelasan tentang pembuatan garis pola tanam padi disampaikan

bahwa: Caplak Roda dapat digunakan untuk membuat garis pola tanam padi

menjadi lebih efisien karena dapat dilakukan dua kali lebih cepat dibandingkan

dengan menggunakan Caplak Biasa. Pembuatan garis pola tanam

menggunakan Caplak Roda dilakukan sekali saja akan terbentuk garis

horizontal maupun vertikal.

Penjelasan yang tak kalah penting tentang hasil panen juga

disampaikan. Hasil ubinan Inpari 13 menunjukkan hasil ubinan 5,95 ton/ha

GKP. Berdasarkan pendapat petani yang melihat pertanaman sambil lewat,

bahwa kondisi tanaman sangat bagus. Walaupun hasilnya relatif rendah,

menurut petani yang lewat, hasil yang dicapai cukup tinggi pada kondisi

musim hasil rendah seperti saat dilakukan penanaman padi tersebut.

Tujuan dari Temu Lapang ini adalah agar informasi kegiatan ini cepat

tersebar ke petani sekitar dan terjadi penyebaran informasi yang lebih cepat

terutama paket teknologi yang digunakan. Dengan demikian petani sekitar

dapat meniru paket teknologi yang diterapkan sehingga produktiviitas yang

meningkat sesuai keinginan dapat tercapai. Hal ini dilakukan dengan peserta

yang berbeda-beda untuk setiap pertemuan, namun dari kelompok yang

sama.

4.2.3. Sosialisasi Sistem Tanam Legowo dan Pembagian Caplak Roda

Sosialisasi Sistem Tanam Legowo dan Pembagian Caplak Roda

kegiatan Model Pembangunan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 September 2011 di Kantor Camat

Kecamatan Seluma Selatan. Dalam sosialisasi disampaikan materi teknologi

Penggunaan Caplak Roda sebagai Alat Bantu Tanam Padi Sistem Legowo.

Sosialisasi diikuti oleh 52 orang peserta yang terdiri atas 27 orang

petani, 14 orang peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, dan 11 orang petugas

dari dinas/instansi terkait di Kabupaten Seluma.

31

Jalannya Sosialisasi

A. Sambutan Kepala Kecamatan Seluma Selatan

Camat Seluma Selatan (Wariman, SE, MM) menyampaikan bahwa

wilayah Seluma Selatan merupakan sentra produksi padi di Kabupaten Seluma

karena didukung dengan irigasi teknis yang memadai. Namun disadari bahwa

penerapan teknologi di tingkat petani umumnya relatif masih belum optimal.

Oleh karena itu, pembagian Caplak Roda oleh BPTP Bengkulu sebagai

alat bantu tanam padi sistem legowo disambut dengan baik. Diharapkan

khususnya kepada petugas lapangan agar lebih intensif mendampingi

kelompok tani untuk mempercepat penerapan penggunaan Caplak Roda ini

supaya penanaman padi yang selama ini banyak yang masih belum teratur,

menjadi lebih teratur.

B. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu

Dalam sambutannya, Kepala BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP)

menyatakan bahwa salah satu target Kementerian Pertanian adalah

swasembada beras pada tahun 2014 dengan produksi mencapai 70,6 juta ton.

Selanjutnya pada tahun 2015, Indonesia telah memiliki cadangan beras 10

juta ton gabah kering giling. Untuk mencapai itu, berbagai program telah

dilakukan diantaranya melalui SL-PTT Padi. Salah satu komponen teknologi

SL-PTT adalah penerapan sistem tanam legowo. Untuk mendukung hal

tersebut, maka BPTP Bengkulu lewat kegiatan M-P3MI telah mengintroduksi

inovasi teknologi penggunaan Caplak Roda sebagai alat bantu tanam padi

sistem legowo yang dapat menghemat waktu dan tenaga kerja. Uji coba telah

dilakukan di Kelurahan Rimbo Kedui pada musim selang (April s/d Juli 2011)

dan petani kooperator mengadopsi alat tersebut.

Untuk mempercepat penyebaran penggunaan Caplak Roda, maka BPTP

Bengkulu akan membagikan 10 buah Caplak Roda kepada 10 kelompok tani di

Kelurahan Rimbo Kedui dan sekitarnya dalam wilayah Kecamatan Seluma

Selatan. Informasi ini perlu diketahui secara luas, maka dilakukan sosialisasi

sistem tanam legowo sekaligus pembagian Caplak Roda tersebut.

32

C. Pengarahan dan Pembukaan Sosialisasi oleh Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Seluma

Pemerintah telah berupaya bersungguh-sungguh melalui berbagai

program pembangunan untuk meningkatkan produksi beras dan pendapatan

petani. Percontohan teknologi adalah salah satu bentuknya. Hal ini

disampaikan oleh Sekretaris Dinas (Salijan, S.Sos) dalam pengarahannya.

Ditambahkan bahwa dalam mensukseskan program pembangunan pertanian,

sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sangat

diperlukan. Oleh karena itu, disampaikan terima kasih kepada BPTP Bengkulu

atas fasilitasi teknologi di Kabupaten Seluma, khususnya di Kecamatan Seluma

Selatan.

Kepada petani diharapkan dapat melihat kemajuan teknologi yang

selalu dinamis. Sehingga informasi baru dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan produksi padi, seperti sistem tanam legowo dan penggunaan

Caplak Roda untuk lebih memudahkan petani membuat garis tanam. Pada

akhir pengarahan, Sekretaris Dinas membuka Sosialisasi Sistem Tanam

Legowo dan Pembagian Caplak Roda secara resmi dengan ucapan basmalah.

D. Pembagian Caplak Roda

Setelah istirahat usai pembukaan, dilakukan pembagian Caplak Roda

kepada 10 kelompok tani dalam wilayah Kecamatan Seluma Selatan. Masing-

masing petani penerima Caplak Roda dan petugas yang memberikannya

seperti Tabel 10. Foto Camat Seluma Selatan saat menyerahkan Caplak Roda

dan foto bersama setelah menerima Caplak Roda (terlampir).

33

Tabel 10. Daftar masing-masing petani penerima Caplak Roda dan petugas yang menyerahkan

No Ketua

Kelompok Nama Kelompok tani dan Desa

Yang Menyerahkan

1 Akraludin Tunas Harapan, Kelurahan Rimbo Kedui

Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Seluma (Salijan, S.Sos)

2 Mispan Harapan Maju, Kelurahan Rimbo Kedui

Kabid Penyuluhan BP4K Kab. Seluma (Harmazan, SH)

3 Abdul Halim Dwipa, Desa Tangga Batu

Camat Seluma Selatan (Wariman, SE, MM)

4 E. Suparma Tunas Harapan II, Kelurahan Rimbo Kedui

Kepala BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP)

5 Sukran Rena Penanding, Desa Padang Genting

Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Seluma (Ir. Midi Hermantono)

6 Triok Tapudin Tanjung Mas, Desa Tangga Batu

Penanggung Jawab Kegiatan M-P3MI (Ir. Ahmad Damiri, M.Si)

7 E.M. Karman Rimbo Damar, Kelurahan Rimbo Kedui

Lurah Rimbo Kedui (Dedi Arianto, SP)

8 Zailan Mulya Tani, Desa Tangga Batu

Koorluh BP3K Seluma Selatan (Darmansyah)

9 Boirin Margo Suka I, Kelurahan Rimbo Kedui

Koordinator Program BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP)

10 Warsin Kerinjing Kanan, Desa Tangga Batu

Anggota Tim M-P3MI (Drs. Afrizon, M.Si)

E. Penyampaian Materi dan Diskusi

Materi teknologi disampaikan oleh Penanggung Jawab Kegiatan M-P3MI

(Ir. Ahmad Damiri, M.Si) dengan judul Penggunaan Caplak Roda sebagai Alat

Bantu Tanam Padi Sistem Legowo. Sebagai pengantar disampaikan tentang

pengertian Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

Kelompok yaitu suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi,

menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil

keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya

setempat.

Sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen teknologi

pilihan dari SL-PTT, dengan cara menanam padi sawah pada beberapa barisan

tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada

34

barisan pinggir yaitu setengah kali jarak tanaman pada baris tengah. Sistem

tanam ini bertujuan untuk meningkatkan populasi tanaman, menyediakan jalur

kosong untuk memudahkan pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, dan

pengendalian hama), dan membuat sebanyak-banyaknya border effect (efek

pinggir), untuk meningkatkan penyerapan hara, sinar matahari dan oksigen

untuk pertumbuhan tanaman.

Sistem tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu:

legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1). Namun dari hasil penelitian, tipe

terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1

seperti terlihat pada Gambar 1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas

benih dicapai oleh legowo 2:1.

Keterangan

= rumpun tanaman padi = sisipan tanaman pinggir

Gambar 1. Sistem tanam Legowo 4:1.

Sistem tanam legowo dapat meningkatkan populasi tanaman sampai

20% dibandingkan sistem tanam tegel. Dengan jarak tanam 20 x 20 cm

populasi tanaman pada sistem tegel mencapai 250.000 rumpun/ha. Sedangkan

pada legowo 4:1 mencapai 300.000 rumpun/ha dan legowo 2:1 rumpun

tanaman sebanyak 330.000 rumpun/ha.

Untuk membantu tanam padi dengan sistem legowo digunakan caplak.

Caplak termasuk alat pertanian tradisional yang berfungsi untuk membuat

35

garis jarak tanam padi. Petani selama ini telah menggunakan caplak biasa,

sehingga penggunaan Caplak Roda merupakan modifikasi untuk mempercepat

membuat garis tanam seperti terlihat pada Gambar 2. Kelebihan Caplak Roda

adalah: (a) menghemat tenaga kerja 50%, (b) membentuk pola garis tanam

padi untuk sistem tanam Legowo 4:1, (c) bidang tanam tidak terinjak pada

saat pembuatan garis tanam padi, (d) sesuai digunakan pada petakan sawah

yang luas dan sangat sesuai untuk petakan sawah yang sempit dan berkelok,

dan (e) dapat dilipat, mudah dibawa dan disimpan pada tempat yang relatif

kecil.

Gambar 2. Pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak Biasa dan Caplak Roda

Jarak garis tanam Caplak Roda ditentukan oleh ukuran diameter roda.

Untuk jarak tanam 20 x 20 cm diameter roda adalah 19,1 cm seperti terlihat

pada Gambar 3.

36

Gambar 3. Gambar Caplak Roda yang sedang terlipat dan diameter roda.

Selain penjelasan tentang sistem tanam legowo dan Caplak Roda, juga

disampaikan tentang pemupukan spesifik lokasi padi sawah. Dosis pupuk yang

dianjurkan per hektar untuk wilayah Kelurahan Rimbo Kedui yaitu Urea 300 kg,

SP36 100 kg, dan KCl 50 kg, dengan waktu pemberian seperti terlihat pada

Tabel 11. Dosis tersebut hampir setara dengan 221,7 kg Urea dan 240 kg NPK

Phonska.

Tabel 11. Dosis pupuk spesifik lokasi padi sawah per hektar di Kelurahan Rimbo Kedui dan waktu pemberian.

Umur Urea SP-36 KCl

Umur 7 – 14 hst 100 kg 100 kg 25 kg

Umur 21 – 25 hst 100 kg - 25 kg

Umur 40 hst 100 kg - -

Jumlah 300 kg 100 kg 50 kg

Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan diskusi. Pertanyaan

petani terkait dengan dosis pupuk urea dan NPK Phonska yang digunakan.

Kedua jenis pupuk ini adalah pupuk bersubsidi yang mudah dijumpai di

lapangan. Selain itu juga ditanyakan tentang pengembangan teknologi ke

desa-desa tetangga Kelurahan Rimbo Kedui.

F. Penutupan Sosialisasi

Sosialisasi Sistem Tanam Legowo dan Pembagian Caplak Roda ditutup

oleh Kepala BPTP Bengkulu (Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP). Pada kesempatan

tersebut, Kepala BPTP menyampaikan agar Caplak Roda dapat dimanfaatkan

37

untuk membantu petani dalam budidaya padi, sehingga produksi padi

meningkat demikian juga dengan pendapatan petani. Acara sosialisasi ditutup

dengan ucapan hamdalah.

4.2.4. Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap 10 Kelompok Tani Kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap 10 Kelompok Tani pada

kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober 2011 di BP3K Sukarami

Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Foto Pelaksanaan Sosialisasi

(Terlampir).

Dalam Sosialisasi disampaikan oleh petani kooperator pelaksanaan

demplot secara panel dan penanggung jawab kegiatan M-P3MI teknologi yaitu

sebagai berikut:

1. Efisiensi penggunaan bibit dengan Sistem Tanam Legowo 4:1 pakai Caplak

Roda (Ruslan, Buirin, Zailan, dan Triok Tapudin).

2. Motivasi dari Ketua Gapoktan Rimbo jaya dan Ketua Kelompok Tani

dengan menerapkan teknologi yang di Adopsi dari BPTP Bengkulu

(Akraludin dan Mispan).

3. Penghitungan Konversi Pupuk Tunggal ke pupuk majemuk (Ir. Ahmad

Damiri, M.Si).

Peserta Sosialisasi diikuti oleh 53 orang peserta yang terdiri atas 32

orang petani, 11 orang peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, dan 12 orang

petugas dari dinas/instansi terkait di Kabupaten Seluma

Jalannya Sosialisasi

A. Sambutan Lurah Kelurahan Rimbo Kedui

Pada saat Pembukaan acara Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap

10 Kelompok Tani pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI), Lurah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma

Selatan Kabupaten Seluma Dedi Kurdianto, SP., menyampaikan sambutannya

sebagai berikut :

1. Terima kasih atas kegiatan BPTP Bengkulu yang dari tahun 2009 hingga

sekarang dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Kedui dan menjadi Pilot Project

demplot padi sawah.

38

2. Harapan kepada peserta yang ikut di kegiatan sosialisasi ini dapat

menyampaikan hasil sosialisasi berupa pengetahuan tentang teknologi

kepada petani yang lain yang belum mengetahui.

3. Untuk Caplak Roda yang diberikan kepada petani, hasil diskusi dengan

petani penerima caplak (Buirin) bahwa, Caplak Roda yang diberikan oleh

BPTP Bengkulu dalam aplikasinya pada lahan berlumpur perlu sedikit

keterampilan. Caplak perlu di angkat sehingga menambah waktu dan

teknis tersendiri yang memakan waktu untuk itu perlu ada modifikasi

sedikit. Kayu pelang berupa segi empat dikikis menjadi bulat sehingga

efisiensi penggunaannya terlaksana.

B. Sambutan BP4K Kabupaten Seluma

Pada saat Pembukaan acara Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap

10 Kelompok Tani pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI), Kepala BP4K Kabupaten Seluma yang dalam hal ini

diwakili Oleh Kabid Kelembagaan. Dalam memberikan sambutan Kepala BP4K

Kabupaten Seluma menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Permohonan maaf atas ketidak hadiran kepala BP4K dan Sekretaris BP4K

Kabupaten Seluma dalam acara Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap

10 Kelompok Tani pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian

Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) karena ada Tugas Dinas ke Jakarta.

2. Dengan adanya kegiatan Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap 10

Kelompok Tani pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI), harapan kedepan dengan menerapan teknologi

dari BPTP Bengkulu produksi padi sawah menjadi meningkat yang semula

3 ton/ha meningkat menjadi 5 ton/ha.

3. Selaku instansi penggerak untuk kemajuan pertanian kedepan, BP4K

mengucapkan terima kasih kepada BPTP Bengkulu yang telah menjadikan

Kabupaten Seluma di wilayah BP3K Kecamatan Seluma Selatan sebagai

demplot kegiatan M-P3MI.

C. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu Sekaligus Membuka Acara Secara Resmi

Pada saat Pembukaan acara Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap

10 Kelompok Tani pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI), Kepala BPTP Bengkulu yang dalam hal ini diwakili

39

Oleh Ketua Program Dr. Umi Puji Astuti, MP. Dalam sambutannya Kepala BPTP

Bengkulu menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bangga Kepada petani karena berkat dari petani setiap hari makan hasil

pertanian dari petani salah satunya beras.

2. Kegiatan M-P3MI merupakan salah satu kegiatan untuk mensukseskan

program P2BN yaitu meningkatkan produksi beras nasional. Propinsi

Bengkulu ikut serta mendukung melalui daerah sentra padi sawah di

kabupaten Seluma Kecamatan Seluma selatan Kelurahan Rimbo Kedui.

3. Tujuan kegiatan Sosialisasi ini dilaksanakan di BP3K Sukarami adalah agar

petani menjadi akrab dan tahu bahwa BP3K adalah salah satu tempat

informasi tentang pertanian karena semua PPL yang ada di Kecamatan

Seluma Selatan ada di sini.

4. Untuk kedepan saluran informasi atau model desiminesi dari BPTP

Bengkulu yaitu dari BP4KBP3K Petani. Untuk itu petani diharapkan

akrab dengan BP3K sehingga informasi-informasi dapat diakses.

5. Tahun 2011 kegiatan M-P3MI sudah menyebar kebeberapa desa tetangga

Kelurahan Rimbo Kedui dan 10 kelompok tani. Adapun desa yang menjadi

demplot kegiatan M-P3MI selain Kelurahan Rimbo Kedui adalah Desa

Tangga Batu, Tanjung Seru dan Padang Genting.

6. Harapan BPTP selaku UPT Pelaksan Litbang Pertanian dengan adanya

kegiatan M-P3MI Produksi padi meningkat dengan menerapkan teknologi-

teknologi yang ada, seperti harapan kepala BP4K produksi semula 3

ton/ha meningkat menjadi 5 ton/ha.

7. Kegiatan sosialisasi ini adalah untuk kita semua sehingga harapan nanti

saat diskusi dapat berjalan aktif bila ada kekurangan dan keluhan untuk

disampaikan guna memperbaiki kegiatan BPTP kedepan.

8. Kegiatan Sosialisasi Demplot Padi Sawah Terhadap 10 Kelompok Tani

pada kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi

(M-P3MI) di buka secara resmi.

D. Do’a

Sebelum memasuki acara materi sosialisasi, agar kegiatan tersebut

mendapat ridho dari Allah SWT pembacaan Do’a bersama-sama yang dipimpin

oleh Akraludin.

40

E. Penyampaian Materi Secara Panel oleh Petani Demplot Padi Sawah Kegiatan M-P3MI

Pada kegiatan sosialisasi ini diberi kesempatan kepada petani yang

menjadi kooperator untuk menyampaikan pengalaman dan sekaligus

memotivasi anggota kelompok yang lain. Materi yang disampaikan adalah

secara panel. Adapun petani yang menyampaikan materi atau pengalaman

tersebut adalah :

1. Ruslan

Pada Kelompok ini penggunaan Caplak Roda sudah disebarkan ke

kelompok tani di Kecamatan Seluma Kanan selain anggota kelompok di

Kecamatan Seluma Selatan. Dalam aplikasi Caplak Roda terdapat Keuntungan

dan Kekurangan dari Caplak Roda dengan Caplak Biasa yaitu :

Keuntungan :

a. Membuat garis tanam/caplak lebih mudah karena hanya satu kali saja

menarik tidak perlu dibalas seperti Caplak Biasa.

b. Melakukan penanaman lebih mudah, karena posisi tempat tanaman dan

sisipan untuk baris pinggir sudah jelas .

c. Pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyiangan, penyemprotan) mudah

dilaksanakan.

d. Selama ini jika sistem tanam acak tenaga tanam sering berlaku curang

yaitu menanam system tanam segitiga sehingga mengurangi populasi

tanaman. Dengan adanya Caplak Roda sistem tanam legowo tenaga

tanam tidak bisa berbuat curang karena tempat-tempat tanaman sudah

ada, jika tidak ditanam akan kelihatan.

Kerugian :

Upah tanam naik yang semula Rp. 100.000,-/babar menjadi Rp. 110.000,-

/babar. Hal ini dikarenakan tenaga tanam belum terbiasanya melakukan

penanaman sistem Legowo, sehingga penanaman menggunakan tenaga

tanam yang sudah biasa. Tenaga tanam yang sudah biasa menanan sistem

Legowo memanfaatkan kesempatan ini dengan menaikkan upah tanam

dengan alasan banyak pekerjaan (tenaga tanam terbatas).

2. Buhirin

a. Untuk musim tanam saat ini peggunaan Caplak Roda hanya digunakan

oleh pak Buhirin sendiri, karena petani disekitar lahan Pak Buhirin sudah

melakukan penanaman sebelum Caplak Roda dibagikan ke kelompok.

41

Untuk musim tanam saat ini sawah Pak Buhirin merupakan contoh dari

petani sekitar.

b. Pengalaman pak Bohirin sendiri melakukan sistem tanam dengan

menggunakan Caplak Roda sangat memberikan pengaruh positif karena

selama ini belum melakukan sistem tanam legowo 4 : 1, melainkan sistem

tanam lorong biasa 6:1. Karena sistem tanam legowo adanya tanaman

sisipan pinggir sehingga jumlah tanaman meningkat yang otomatis

produksi meningkat.

c. Untuk Caplak Roda itu sendiri saat diaplikasikan ke sawah masih perlu

adanya modifikasi karena saat membuat garis tanaman pada tanah

berlumpur caplak akan terangkat akibat kayu palang tengah berbentuk

segi empat yang menyebabkan susah berputar, sehingga perlu dikikis

hingga membulat agar mudah dalam penggunaannya.

3. Zailan (Kelompok tani Mulya Tani)

Dengan menggunakan Caplak Roda pada tanam legowo 4 : 1 banyak

memperoleh keuntungan dari pada kerugiannya.

Keuntungan :

a. Saat penanaman lebih sempurna dari caplak biasa karena garis untuk

tanaman sisipan pinggir sudah ada (tidak perlu dibalas).

b. Dalam pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pemeliharaan) mudah

dilakukan.

c. Untuk anggota kelompok yang lain belum banyak yang menggunakan

karena mereka masih ingin melihat sawah Pak Zailan jika hasil meningkat

maka anggota yang lain akan memakai caplak.

Kerugian :

Upah tenaga tanam menjadi meningkat.

4. Triok Tapudin (Kelompok tani Tanjung Mas)

Perkembangan areal persawahani daerah kelompok tani Tanjung

Mas dengan adanya Caplak Roda adalah :

a. Pemakaian Caplak Roda baru hanya digunakan pak Triok Tapudin saja.

b. Umur tanaman saat ini 3 Minggu Setelah tanam (MST).

c. Pengalaman dari Pak Triok sendiri saat menanam susah tetapi setelah

melakukan sendiri penggunaan Caplak Roda menanam sistem legowo itu

sendiri lebih mudah.

42

F. Penyampaian Materi atau Pengalaman dari Ketua Gapoktan Rimbo Jaya (Akraludin).

Untuk memotivasi dari anggota kelompok tani lain yang belum

melaksanakan teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu Ketua Gapoktan

berbagi pengalamannya selama melakukan atau melaksanakan tenologi dari

BPTP Bengkulu. Teknologi yang diadopsi oleh Ketua Gapoktan dari tahun 2009

hingga sekarang masih terus dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan Gapoktan Rimbo Jaya sebelumnya tahun 2009

adalah kooperator dari kegiatan IP-400. Untuk tahun 2011 Gapoktan Rimbo

Jaya merupakan kooperator kegiatan M-P3MI. Teknologi itu antara lain :

1. Pertananaman

a. Efisiensi dari penggunaan benih dan bibit yang digunakan di budidaya

padi sawah.

b. Benih yang selama ini 90 kg/ha dapat berubah menjadi 15 - 25 kg/ha

c. Dengan syarat benih yang digunakan benih bersertifikat adanya jaminan

mutu dan daya tumbuh tinggi.

d. Luas persemaian 17 m x 17 m (10 kg) untuk lahan seluas 4.000 m2 atau

1/20 dari luas lahan yang akan ditanam.

e. Lahan persemaian diberi perlakuan khusus yaitu ditabur dengan

karbofuran agar terhindar dari hama seperti ulat, burung, orong-orong,

dll. Dengan diberikan karbofuran persemaian hingga 10 hari masih aman.

f. Umur bibit saat tanam tidak lebih dari 20 Hari Setelah Semai (HSS).

g. Jumlah bibit per lubang 1-2 batang.

2. Sistem Tanam Legowo dengan Caplak Roda

Sistem tanam legowo 4 :1 sangat menguntungkan untuk produksi

karena :

a. Jumlah dari populasi tanaman untuk legowo 4 : 1 = 300.000 rumpun/ha

sedangkan sistem jajar biasa 250.000 rumpun/ha.

b. Pertambahan populasi ini pada tanaman pinggir kita tahu selama ini

bahwa tanaman pinggir merupakan tanaman terbaik karena dalam

pengambilan unsur hara lebih banyak.

c. Mudah dalam pemeliharaan (penyiangan, penyemprotan, pemupukan).

d. Serangan hama tikus kurang karena dengan adanya legowo sawah

menjadi terang.

3. Pemupukan

43

Agar tanaman tumbuh normal pemupukan dasar dilakukan lebih awal

dan dosis sesuai anjuran. Sedangkan waktu pemberian dilakukan 3 kali yaitu :

I = di bawah 2 Minggu Setelah Tanam (MST)

II = 21 – 25 MST

III = 35 -40 MST

4. Penggunaan air

Untuk penggunaan air selama belum menerapkan sistem intermiten

masih seperti biasa, karena jika sawah dalam keadaan kering maka rumput

cepat tumbuh.

5. Panen

Kreteria panen selama ini :

a. Tidak terlalu masak karena akan mengakibatkan kehilangan hasil berupa

gabah mudah rontok.

b. bJika kita melakukan pemupukan 3 kali maka sangat berpengaruh saat

panen, karena daun padi tidak mengalami kuning tetapi gabah sudah

masak akibat sumber makanan selalu tersedia.

G. Penyampaian Materi atau Pengalaman Ketua Kelompok Tani Harapan Maju (Mispan)

Adapun pengalaman Pak Mispan yang di bagikan dengan peserta

sosialisasi yaitu tentang penggunaan Caplak Roda pada sistem tanam legowo

4 : 1. Pada saat IP-400 caplak yang digunakan masih Caplak Biasa sehingga

saat membuat caplak atau garis tanam 2 kali tarik. Sedangkan Caplak Roda ini

hanya satu kali tarik semua garis tanam sudah kelihatan, namun dalam

aplikasi Caplak Roda perlu diperhatikan :

1. Saat pengolahan tanah, pematang di perbaiki dan tanah setelah digaru

harus diratakan.

2. Saat membuat garis caplak keadaan tanah harus macak-macak

3. Untuk Caplak Roda yang diterima perlu adanya modifikasi sedikit seperti

Pak Buhirin sampaikan kayu yang ditengah segi empat perlu dikikis sedikit

agar membulat sehingga mudah dalam aplikasinya.

H. Penyampaian Materi Pemupupukan Padi Sawah oleh BPTP Bengkulu (Ir. Ahmad Damiri, M. Si).

Materi yang disampaikan BPTP Bengkulu adalah tentang pemupukan ini

disampaikan oleh Penanggung Jawab Kegiatan M-P3MI Ir. Ahmad Damiri,

44

M.Si. Adapun materinya adalah sebagai berikut :

1. Penjelasaan tentang dosis pupuk anjuran untuk tanaman padi sawah yaitu

: (1) kisaran pupuk Urea per ha antara 200 – 300 kg/ha, (2) kisaran

pupuk SP-36 per ha antara 50 – 100 kg/ha, dan (3) kisaran pupuk KCl per

ha antara 50 – 100 kg/ha.

Pemupukan di atas dosis anjuran tertinggi supaya

dipertimbangkan, terutama jika dosis yang diberikan jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan dosis anjuran tertinggi. Penggunaan dosis sedikit

lebih tinggi dibandingkan dosis anjuran tertinggi masih dapat ditoleransi

jika potensi hasil dari varietas yang digunakan cukup tinggi. Hal ini guna

mengejar potensi produksi pada varietas tersebut.

2. Penjelasan tentang waktu pemberian pupuk yang tepat untuk penanaman

padi yaitu : (1) Urea diberikan 3 kali yaitu pada umur 7 – 14 hst dengan

1/3 dosisi pupuk, umur 21 – 24 hst dengan 1/3 dosis pupuk, dan umur 40

hst dengan 1/3 dosis (2) SP-36 diberikan satu kali pada pamupukan

pertama umur 7 – 14 hst, (3) KCl diberikan 2 kali yaitu pada pemupukan

pertama umur 7 – 14 hst dan pada pemupukan ke dua umur 21 – 25 hst.

3. Penjelasan tentang cara menghitung kebutuhan pupuk setelah dilakukan

analisis menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah, yaitu (1) apabila hasil

analisis menunjukkan N rendah, maka pupuk yang harus diberikan 300 kg

Urea, bila hasil analisis menunjukkan N tinggi, maka pupuk yang harus

diberikan 200 kg Urea, (2) apabila hasil analisis menunjukkan P2O5

rendah, maka pupuk yang harus diberikan 100 kg SP-36, bila hasil analisis

menunjukkan P2O5 tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 50 kg SP-36,

(3) apabila hasil analisis menunjukkan K2O rendah, maka pupuk yang

harus diberikan 100 kg KCl, bila hasil analisis menunjukkan K2O tinggi,

maka pupuk yang harus diberikan 50 kg K2O.

4. Menghitung kebutuhan pupuk bila menggunakan pupuk majemuk Phonska

dilakukan berdasarkan kandungan unsur hara N, P2O5, dan K2O pada

pupuk yang diberikan diganti dengan N, P2O5, dan K2O yang berasal dari

pupuk majemuk NPK Phonska. Kekurangan N karena tidak terpenuhi

semua dari pupuk NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan

menggunakan pupuk Urea. Demikian pula kekurangan P2O5 dari pupuk

NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan menggunakan pupuk

SP-36.

45

I. DISKUSI

1. Pertanyaan : Bahari (PPL Wilayah BP3K) Kepada Zailan

Untuk demplot yang dilakukan : varietas apa yang digunakan, Umur bibit

saat tanam, Jumlah bibit yang ditanam/lubang dan Dosis pupuk yang

digunakan berapa.

Tanggapan : (Zailan)

Untuk demplot yang dilakukan :

a. Varietas yang digunakan adalah Inpari 10

b. Umur bibit saat tanam adalah 20 Hari Setelah Semai (HSS)

c. Jumlah bibit yang ditanam/lubang adalah 2-3 batang

d. Dosis pupuk yang digunakan adalah Urea = 200 kg/ha dan NPK Phonska

= 250 kg/ha.

2. Pertanyaan : Budi Effendi

a. Menggunakan sistem tanam legowo dengan Caplak Roda mudah

dilakukan tetapi mengapa upah tenaga tanam naik (Pak Ruslan)

b. Meminta BPTP untuk memberikan bantuan Caplak Roda karena saat

tanam Caplak Roda terbatas

Tanggapan :

a. Pak Ruslan : Upah tanam naik pada sistem tanam legowo karena saat

musim tanam serentak mengakibatkan tenaga tanam terbatas sehingga

upah dinaikkan.

b. BPTP : Caplak Roda yang diberikan dengan kelompok tani telah habis

untuk anggarannya. Untuk itu dengan bantuan Caplak Roda sebanyak 10

buah tersebut dapat diperbanyak langsung oleh petani yang

membutuhkan. Dengan catatan tukang yang membuat caplak harus

diawasi dengan diameter Roda Caplak 19,1 cm agar jarak tanam legowo 4

:1 terpenuhi.

3. Pertanyaan : Edi Gunawan kepada Zailan

Selama ini pemupukan baru dilakukan 1 kali karena jika diberikan 3 kali

bagaimana dan bingung untuk membaginya

Tanggapan : Zailan

Untuk pembagiannya disesuaikan dengan dosis yang akan diberikan.

sedangkan teknik saat pemupukan adalah lahan sawah dikeringkan dalam

keadaan macak-macak, sehingga pupuk yang ditebarkan kelihatan dan

46

merata. Sebaliknya jika saat pemupukan keadaan sawah tergenang maka

pupuk yang kita berikan akan menumpuk.

4. Pertanyaan : Bahari (PPL BP3K Sukarami)

a. Saat melaksanakan kegiatan IP-400, varietas apa yang ditanam agar IP-

400 dapat tercapai, bagaimana pengaturan jadual tanam dan apakah

kegiatan tersebut berhasil.

b. Masukan untuk BPTP Bengkulu agar kegiatan IP-400 berhasil bagaimana

BPTP Bengkulu untuk menyiapkan benih, sedangkan untuk petani dan

pengaturan jadual tanam dapat dilakukan berupa instruksi melalui dinas

instansi terkait .

c. Sebelum adanya kegiatan M-P3MI untuk pemupukan pertama dilakukan

saat umur tanaman 0 – 7 HST, kenapa sekarang pada saat umur tanaman

7 – 14 HST.

Masukan :

Bagaimana demplot padi sawah kegiatan M-P3MI diterapkan pemakaian pupuk

organik ? karena bahan baku seperti kotoran ternak tersedia dilokasi

dimanfaatkan sehingga penggunaan pupuk an-organik menurun.

Tanggapan Akraludin :

a. Varietas yang ditanam ada varietas padi yang umur genjah (80 hari) yaitu

varietas Dodokan dan varietas Silugonggo.

b. Pengaturan jadual tanam agar tercapai : 10 hari sebelum panen

persemaian telah dilakukan, peremaian dilakukan pada tempat atau lokasi

lain.

c. Untuk kegiatan IP-400 yang dilaksanakan bekerja sama dengan BPTP

Bengkulu belum berhasil karena masih kekurangan 1 bulan yang

disebabkan suplay dari benih terlambat.

Tanggapan BPTP (Dr. Umi Puji Astuti, MP)

a. Kunci IP-400 dapat terlaksana : suplay benih dan air tersedia, adanya

respon atau kesediaan petani sekitar dan Varietas harus diganti.

b. Untuk membuat kebijakan adalah pemerintah setempat BPTP Bengkulu

mendukung melalui teknologi. Sebagai informasi saat ini untuk

meningkatkan produksi padi Menteri Pertanian Mengintruksikan kepada

Balitbang Pertanian untuk merakit benih Ultra Genjah (70 hari).

Tanggapan : Ir. Ahmad Damiri, M.Si

47

a. Untuk pemupukan dilakukan 3 kali, sedangkan pemupukan pertama

dilakukan pada saat umur tanaman 7-14 HST. Hal ini dilakukan karena jika

diberikan saat tanam (0 – 7 HST) pupuk takut hilang, dan umur demikian

kondisi tanaman masih stres akibat pindah tanam dari persemaian. Untuk

itu pemupukan dilakukan umur tanaman 7 – 14 HST, keadaan tanaman

sudah tidak strees lagi dan mampu mengambil unsur hara yang diberikan.

b. Untuk demplot M-P3MI belum menggunakan pupuk organik, tetapi jika

petani ingin mengurangi pupuk an-organik dapat dilakukan dengan

mengembalikan semua jerami padi kelahan sawah dengan proses jerami

dibusukkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur K paling banyak

ditemukan dibatang padi.

5. Pertanyaan : PPL (Rusdianto) kepada BPTP

Untuk kegiatan sosialisasi seperti ini bagaimana kedepan antara PPL

dan Petani diseimbangkan karena PPL yang ada di Kecamatan Seluma Selatan

masih banyak belum tahu dan melihat langsung Caplak Roda.

Tanggapan : Ir. Ahmad Damiri, M.Si

Untuk sosialisasi khusus PPL bisa dilakukan jika ada pertemuan rutin di

BP3K dapat mengundang BPTP sebagai narasumber.

6. Pertanyaan : PPL (Helmi Rajab) kepada BPTP

Berdasarkan selebaran bahan yang disebarkan sistem tanam legowo 4

: 1 meningkatkan produksi dan legowo 2 : 1 adalah meningkatkan mutu benih.

Sedangkan yang membedakan jumlah rumpun, menurut perhitungan yang

mana yang paling menguntungkan.

Tanggapan : Ir. Ahmad Damiri, M.Si

a. Inti dari sistem tanam legowo adalah tanaman pinggir, semakin banyak

tanaman pinggir maka produksi meningkat. Menurut penelitian tanaman

pinggir 1,5 kali menguntungkan dibandingkan tanaman tengah.

b. Menurut data statistik antara legowo 2 : 1 dan legowo 4 : 1 tidak

menunjukan beda nyata.

c. Berdasarkan data dilapangan sistem tanam legowo 4 : 1 belum dapat

diterima apalagi dengan system legowo 2 : 1.

7. Pertanyaan : Haryadi (PPL BP3K) kepada BPTP

a. Apa pengaruh bibit yang sudah tua jika dipotong bagian ujungnya dan

umur bibit berapa yang paling baik?

Tanggapan : Ir. Ahmad Damiri, M.Si

48

a. Bibit yang sudah tua dipindahkan akan mengakibatkan daunnya terkulai

dalam air sehingga mengakibatkan daun menjadi busuk, sehingga bagian

ujungnya dipotong.

b. Umur bibit sebaiknya semudah mungkin, bahkan yang lebih baik lagi

tanam langsung. Karena bibit yang tua mengakibatkan anakan menjadi

berkurang.

I. Penutupan secara resmi oleh Kepala Dinas Pertanian Peternakaan dan Perkebunan Kabupaten Seluma yang diwakili oleh Kabit Tanaman Pangan (Ir. Midi Harmantono).

Sebelum menutup acara secara resmi Kepala Dinas Pertanian

Peternakaan dan Perkebunan Kabupaten Seluma yang diwakili oleh Kabid

Tanaman Pangan Ir. Midi Harmantono menyampaikan arahan sebagai berikut :

a. Beliau meminta maaf atas ketidak hadiran Kepala Dinas karena ke Jakarta

dalam urusan tugas Dinas.

b. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut Kabid Tanaman Pangan sangat bangga

karena selama kegiatan berlangsung peserta semua aktif baik dari petani

maupun petugas lapangan.

c. Budidaya tanaman dari waktu ke waktu teknologi yang digunakan selalu

berubah sesuai dengan tuntutan zaman. Dari luas lahan yang ada untuk

luas areal persawahan selalu berkurang bukan bertambah sedangkan

jumlah penduduk bertambah sehingga kebutuhan akan bahan pokok

bertambah.

d. Kepada BPTP terima kasih telah berkenan berkerja sama dengan

Kabupaten Seluma untuk mendukung program strategis Kemtan yaitu

swasembada beras. Besar harapan selaku penguasa lahan agar kerja

sama selalu terjalin.

e. Bagi petani yang telah menjadi kooperator dan petani yang hadir di sini

untuk melaksanakan teknologi yang di inovasi dari BPTP dan menularkan

kepada petani yang tidak ikut kegiatan sosialisasi ini.

f. Bagi petani yang belum pernah menjadi kooperator harus siap setiap saat

untuk menjadi petani kooperator.

g. Bantuan Caplak Roda dari BPTP Bengkulu sebanyak 10 buah dimanfaatkan

semaksimal mungkin dan harapan ke depan adanya Caplak Roda swadaya

dari petani itu sendiri.

49

Semoga dengan kegiatan sosialisasi ini dapat berguna dan bermanfaat

untuk kita semua, dengan demikian acara ditutup secara resmi.

4.2.5. Sosialisasi Budidaya Padi Sawah dan Perluasan Adopter Kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Sosialisasi Budidaya Padi Sawah dan Penyebaran Adopter Model

Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 01 November 2011 di Lahan Persawahan petak

percontohan kegiatan M-P3MI dan Gelar Teknologi (Ibu Supini) di Kelurahan

Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma.

Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi akan disampaikan 3

materi teknologi yaitu sebagai berikut:

1. Pengalaman Petani Kooperator Gelar Budidaya Padi Sawah dengan Menerapkan Teknologi yang di adopsi dari BPTP

2. Teknologi Budidaya Padi Sawah (Dr. Wahyu Wibawa, MP) .

3. Pemupukan Padi Sawah (Ir. Ahmad Damiri, M.Si)

Peserta Sosialisasi akan diikuti oleh 76 orang peserta yang terdiri atas

47 orang petani, 15 orang peneliti/penyuluh/staf BPTP Bengkulu, 3 orang TIM

Pembimbing BPTP Bengkulu dari Pusat dan 11 orang petugas dari

dinas/instansi terkait di Kabupaten Seluma. Sumber Dana dari kegiatan ini

terdiri dari 2 sumber yaitu kegiatan M-P3MI dan Gelar Teknologi.

Jalannya Sosialisasi

A. Sambutan dan Arahan Dari Penanggung Jawab Kegiatan M-P3MI

Sebelum acara kegiatan dimulai Penanggung Jawab kegiatan dari

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), yang

disampaikan langsung oleh Ir. Ahmad Damiri, M.Si. Adapun arahan yang

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan perluasan adopter kepada 10 kelompok tani ini

kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-

P3MI) telah melaksanakan demplot padi sawah dengan luas 2,7 ha

dengan 4 orang petani kooperator. Varietas yang ditanam 3 macam yaitu

Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13. Hasil produksi masing-masing Inpari 6

adalah 5,44 t/h GKP, Inpari 10 adalah 6,65 t/h GKP dan Inpari 13 adalah

5,96 t/h GKP.

50

2. Ketiga varietas tersebut telah dinyatakan lulus untuk disertifikasi oleh

BPSB sehingga di jadikan benih dengan kelas benih benih pokok (BP) yang

ditandai dengan label warna ungu. Benih tersebut untuk saat ini telah

menyebar ± 50 %, penyebaran benih melalui kelompok tani itu sendiri

dan melalui UPBS BPTP Bengkulu bekerja sama dengan Klinik Teknologi

BPTP Bengkulu.

3. Untuk musim tanam ini kegiatan dari Model Pengembangan Pertanian

Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI), masih melaksanakan demplot sesuai

dengan kegiatan sosialisasi ini perluasan adopter. Demplot yang

dilaksanakan pada 10 kelompok tani Kelurahan Rimbo Kedui dan 3 Desa

tetangga Kelurahan Rimbo Kedui yaitu Tangga Batu, Tanjung Seru dan

Padang Genting. Kondisi dari 10 lokasi demplot saat ini bermacam-macam

mulai dari pengolahan tanah hingga pemupukan pertama.

B. Sambutan Kepala BPTP Bengkulu

Pada saat Pembukaan acara Sosialisai Teknologi Budidaya Padi dan

Perluasan Adopter kegiatan M-P3MI, Kepala BPTP Bengkulu yang dalam hal

ini diwakili oleh Dr. Wahyu Wibawa, MP. Menyampaikan sambutannya. Dalam

sambutannya Kepala BPTP Bengkulu menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pertama permohonan maaf dari Kepala BPTP Bengkulu karena tidak dapat

hadir langsung untuk kegiatan sosialisasi ini dikarenakan ada pekerjaan

segera diselesaikan.

2. BPTP merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis) pusat yang berada dibawah

Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Kementerian

Pertanian yang ditugasi untuk membantu pemerintah daerah dalam

bidang pertanian khususnya teknologi pertanian.

3. Balit Padi dari waktu ke waktu terus meningkatkan desiminasi dan

teknologi kepada masyarakat tani salah satunya menciptakan Varietas

Unggul Bari (VUB) yang target produksi tinggi yang secara langsung

berdampak kepada peningkatan pendapatan dalam waktu relatif singkat.

VUB Inpari sudah banyak disebarkan oleh BPTP Bengkulu yaitu Inpari 1,

2, 3, 4, 6, 10 dan 13. VUB yang dibudidayakan berdasarkan sefesifik lokasi

sehingga petani tidak dipaksakan untuk menanam VUB yang di

introduksikan BPTP Bengkulu, mereka dapat memilih VUB mana yang

sesuai dengan lokasi mereka. Data sementara Kabupaten Bengkulu Utara

51

spesifik Inpari 13, Bengkulu Selatan spesifik dengan Inpari 13, Kabupaten

Rejang Lebong spesifik Inpari 13 dan Kabupaten Seluma Inpari 10.

4. Komponen teknologi selama ini yang diintroduksikan adalah komponen

teknologi SL-PTT Padi Sawah. Komponen teknologi SL-PTT ini ada 12

macam, dan secara bertahap telah dilakukan dan masih dilakukan.

5. Produktivitas padi sawah Propinsi Bengkulu saat ini 4,06 ton GKG/ha jauh

dibawah produktivitas secara nasional yaitu 5,06 ton GKG/ha. Untuk

Kabupaten Seluma masih dibawah produktivitas rata-rata Propinsi

Bengkulu yaitu 4,03 ton GKG/ha. Untuk meningkatkan produktivitas

hingga 8 ton GKG/ha dapat dicapai dengan alternative semua komponen

teknologi pilihan dilakukan.

C. Sambutan dan Pengarahan TIM TPP BPTP Bengkulu

Dalam sambutan dan pengarahan yang disampaikan TIM Pembina

BPTP Bengkulu yang disampaikan oleh Prof. Suwandi dan Dr. Handewi,

sebagai berikut :

1. Prof Suwandi :

a. Perasaan senang telah sampai ke Kabupaten Seluma untuk pertama kali,

karena bisa berbagi ilmu dan pengetahuan kepada pengguna teknologi

pertanian secara bersama-sama.

b. Saat ini petani sawah mempunyai desakan alih fungsi lahan sawah

menjadi perkebunan, tetapi perlu kita perhatikan sangat banyak investasi

yang ditanamkan di lahan sawah seperti saluran irigasi.

c. Pemerintah tidak mewajibkan seluruh petani itu menanam padi, tetapi

pemerintah mengharapkan untuk menyesuaikan kondisi lahan dan

fungsinya. Untuk lokasi persawahan ditanam padi dan lokasi perkebunan

tetap ditanam tanaman perkebunan.

d. Aspek untuk meningkatkan pendapatan petani pemerintah tetap

mendukung kebutuhan petani (bukan dalam bentuk uang) tetapi teknologi

terbaru.

e. Litbang banyak menciptakan ratusan varietas VUB, dengan tujuan petani

dapat memilih varietas mana yang cocok. Dengan banyak teknologi yang

digunakan maka tujuan untuk meningkatkan produksi dapat dicapai.

52

2. Dr. Handewi

a. Bangga dengan petani yang terus berjuang dan berkorban untuk

menyediakan pangan, jika tidak ada perjuangan mereka pangan tidak

akan tersedia.

b. Program Kementerian Pertanian adalah menjadi swasembada beras dalam

arti ketahanan pangan dapat tersedia dan tidak bergantung dengan orang

lain.

c. Harapan beliau agar teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu

dimanfaatkan sebaik-baikya. Untuk Bapak Camat selaku penguasa lahan

seandainya pengetahuan SDM yang ada di BPTP Bengkulu tidak tersedia,

dapat mendatangkan dari luar karena tujuan dari Litbang adalah

meningkatkan kesejahteraan petani.

Gambar Prof Suandi dan Dr Handewi saat memberikan tanggapan (Terlampir)

D. Sambutan dan Pengarahan Camat Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma Sekaligus Membuka Acara Sosialisasi dan Gelar Teknologi Secara Resmi (Wariman, SE.MM).

Dalam sambutan dan pengarahan yang disampaikan Camat Kecamatan

Seluma Selatan Wariman, SE.MM, adalah sebagai berikut :

1. Profil Kecamatan Seluma Selatan saat ini terluas untuk areal persawahan

dari semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Seluma, dengan luas lahan

lebih dari 30 ribu ha, terdiri dari 3 Kelurahan dan 9 Desa. Kendala yang

kita hadapi dengan lahan sawah yang luas tetapi lokasinya berpencar-

pencar tidak dalam satu hamparan, sehingga sulit untuk melaksanakan

panen raya.

2. Bagi peserta yang hadir diharapkan untuk menerapkan teknologi yang

diberikan kepada kita, karena tidak semua warga kecamatan Seluma

Selatan dapat hadir disini untuk itu banggalah kita dapat hadir disini

mendapat ilmu secara gratis.

3. Untuk Ketua kelompok tani atau pengurus kelompok tani harus pro-aktif

membina seluruh anggotanya. Salah satu program kelompok untuk

mengusulkan jalan ke lokasi sawah karena waktu panen jalan untuk

mengangkut hasil panen kita susah.

4. Masukan untuk BPTP Bengkulu jika ada kegiatan seperti ini mohon untuk

melibatkan petugas pengairan agar mereka tahu permasalahan petani

sawah akan irigasi.

53

5. Membuka Kegiatan Sosialisai Teknologi Budidaya Padi dan Perluasan

Adopter kegiatan M-P3MI secara resmi.

E. Penyampaian Materi Teknologi Budidaya Padi oleh Petani Kooperator Gelar Teknologi dan M-P3MI

1. Rohadi (Kooperator Kegiatan Gelar Teknologi)

Materi yang disampaikan adalah berbentuk pengalaman Pak Rohadi

dalam menerapkan teknologi yang adopsi dari BPTP Bengkulu. Materi yang

disampaikan berupa motivasi yaitu :

a. Ucapan terima kasih atas bimbingan BPTP Bengkulu yang telah membina

dan membimbing dalam usaha tani terutama usaha tani padi sawah,

karena sebelum adanya bimbingan dari BPTP Bengkulu teknologi budidaya

masih mengikuti kebiasaan yang lama.

b. Pengalaman dalam budidaya padi sawah telah melakukan teknologi BPTP

Bengkulu. Penyampaian ini bertujuan untuk memotivasi dan menggugah

hati teman-teman yang belum menerapkan teknologi yang baru.

c. Teknologi-teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu adalah sebagai

berikut : 1) penggunaan benih VUB dan berertifikat, 2) luas persemaian

yang kecil menjadi luas/normal, 3) penggunaan bibit umur mudah, 4)

penanaman dengan bibit 1 – 3 batang, 5) sistem tanam yang biasa

menjadi sistem tanam legowo, 6) pemupukan yang semula 1 x menjadi 3

kali dengan dosis yang sama.

d. Dari hasil ubinan yang dilakukan produksi diperoleh 8 ton GKP/ha

2. Akraludin (Kooperator Kegiatan M-P3MI)

Untuk memotivasi dari anggota kelompok tani lain yang belum

melaksanakan teknologi yang di adopsi dari BPTP Bengkulu, Ketua Gapoktan

berbagi pengalamannya selama melakukan atau melaksanakan tenologi dari

BPTP Bengkulu. Teknologi yang diadopsi oleh Ketua Gapoktan dari tahun 2009

hingga sekarang masih terus dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan Gapoktan Rimbo Jaya sebelumnya (tahun

2009) sebagai petani kooperator dari kegiatan IP-400. Untuk tahun 2011

Gapoktan Rimbo Jaya merupakan kooperator kegiatan M-P3MI. Teknologi-

teknologi itu antara lain :

1. Efisiensi penggunaan benih dan bibit yang digunakan di budidaya padi

sawah : a) benih yang selama ini 90 kg/ha dapat berubah menjadi 15 - 25

54

kg/ha, b) dengan syarat benih yang digunakan benih bersertifikat adanya

jaminan mutu dan daya tumbuh tinggi, c) luas persemaian 17 m x 17 m

(10 kg) untuk luas lahan 4.000 m2 atau 1/20 dari luas lahan yang akan

ditanam, d) lahan persemaian diberi perlakuan khusus yaitu ditabur

dengan karbofuran agar terhindar dari hama seperti ulat, burung, orong-

orong, dll. Dengan diberikan karbofuran persemaian hingga 10 hari masih

aman, e) umur bibit saat tanam tidak lebih dari 20 Hari Setelah Semai

(HSS), d) jumlah bibit per lubang 1-2 batang.

2. Sistem Tanam Legowo dengan Caplak Roda

Sistem tanam legowo 4 : 1 sangat menguntungkan untuk produksi

karena : a) jumlah dari populasi tanaman untuk legowo 4 : 1 = 300.000

rumpun/ha sedangkan sistem jajar biasa 250.000 rumpun/ha, b) pertambahan

populasi ini pada tanaman pinggir kita tahu selama ini bahwa tanaman pinggir

merupakan tanaman terbaik karena dalam pengambilan unsur hara lebih

banyak, c) mudah dalam pemeliharaan (penyiangan, penyemprotan,

pemupukan) mudah dilakukan, d) serangan hama tikus kurang karena dengan

adanya legowo sawah menjadi terang.

3. Pemupukan

Agar tanaman tumbuh normal pemupukan dasar dilakukan lebih awal

dan dosis sesuai anjuran. Sedangkan waktu pemberian dilakukan 3 kali yaitu :

I = di bawah 2 Minggu Setelah Tanam (MST)

II = 21 – 25 MST

III = 35 -40 MST

4. Penggunaan air

Untuk penggunaan air selama belum menerapkan sistem intermiten

masih seperti biasa, karena jika sawah dalam keadaan kering maka rumput

cepat tumbuh.

4. Panen

Kreteria panen yang selama ini digunakan petani yaitu : a) tidak terlalu

masak karena akan mengakibatkan kehilangan hasil gabah mudah rontok dan

b) jika kita melakukan pemupukan 3 kali maka sangat berpengaruh saat

panen, karena daun padi tidak mengalami kuning tetapi gabah sudah masak

akibat sumber makanan selalu tersedia.

55

F. Materi dari BPTP Bengkulu yang Disampaikan Oleh Dr. Wahyu Wibawa Yaitu “Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah di Kab. Seluma”.

Materi yang disampaikan oleh BPTP Bengkulu dalam hal ini

disampaikan oleh Dr. Wahyu Wibawa, MP., adalah sebagai berikut :

1. Untuk nama-nama varietas padi berubah mulai tahun 2008, yang

sebelumnya nama-nama varietas yang dilepas berdasarkan nama sungai.

Tetapi mulai tahun 2008 nama-nama varietas diubah menjadi : a) Inpari

yaitu Inhibrida Padi Sawah Irigasi, b) Inpara yaitu Inhibrida Padi Rawah,

dan c) Inpago yaitu Inhibrida Padi Gogo

2. Sampai saat ini varietas Inpari yang sudah dilepas Inpari 1 sampai dengan

Inpari 13. Sedangkan yang sudah di introduksikan oleh BPTP Bengkulu

baru 6 varietas Inpari yaitu Inpari 1, 3, 4, 6, 10 dan 13.

3. VUB yang dibudidayakan berdasarkan sefesifik lokasi sehingga petani

tidak dipaksakan untuk menanam VUB yang di introduksikan BPTP

Bengkulu, mereka dapat memilih VUB mana yang sesuai dengan lokasi

mereka. Data sementara Kabupaten Bengkulu Utara spesifik inpari 1 dan

3, Bengkulu Selatan spesifik dengan inpari 13, Kabupaten Rejang Lebong

spesifik inpari 6, Kota Bengkulu Inpari 1 dan Kabupaten Seluma inpari 10.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong tidak cocok menggunakan Inpari 10

karena Kab. Rejang Lebong merupakan dataran tinggi. Inpari 10 jika

ditanam di Kab. Rejang Lebong maka tanaman tumbuh subur, saat

pengisian gabah lambat dan gabah banyak yang hampa yaitu mencapai

60 %.

4. Komponen teknologi selama ini yang diintroduksikan adalah komponen

teknologi SL-PTT Padi Sawah. Komponen teknologi SL-PTT ini ada 12

macam, dan secara bertahap telah dilakukan dan masih dilakukan.

5. Produktivitas padi sawah Propinsi Bengkulu saat ini 4,06 ton GKG/ha jauh

dibawah produktivitas secara nasional yaitu 5,06 ton GKG/ha. Untuk

Kabupaten Seluma masih dibawah produktivitas rata-rata Propinsi

Bengkulu yaitu 4,03 ton GKG/ha. Untuk meningkatkan produktivitas

hingga 8 ton GKG/ha dapat dicapai dengan alternatif semua komponen

teknologi pilihan dilakukan.

56

G. Penyampaian Materi Pemupukan Padi Sawah oleh BPTP Bengkulu (Ir. Ahmad Damiri, M. Si).

Materi yang disampaikan BPTP Bengkulu adalah tentang pemupukan.

Materinya adalah sebagai berikut :

1. Penjelasaan tentang dosis pupuk anjuran untuk tanaman padi sawah yaitu

: (1) kisaran pupuk Urea per ha antara 200 – 300 kg/ha, (2) kisaran

pupuk SP-36 per ha antara 50 – 100 kg/ha, dan (3) kisaran pupuk KCl per

ha antara 50 – 100 kg/ha.

Pemupukan di atas dosis anjuran tertinggi supaya dipertimbangkan,

terutama jika dosis yang diberikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

dosis anjuran tertinggi. Penggunaan dosis sedikit lebih tinggi dibandingkan

dosis anjuran tertinggi masih dapat ditoleransi jika potensi hasil dari

varietas yang digunakan cukup tinggi. Hal ini guna mengejar potensi

produksi pada varietas tersebut.

2. Penjelasan tentang waktu pemberian pupuk yang tepat untuk penanaman

padi yaitu : (1) Urea diberikan 3 kali yaitu pada umur 7 – 14 hst dengan

1/3 dosisi pupuk, umur 21 – 24 hst dengan 1/3 dosis pupuk, dan umur 40

hst dengan 1/3 dosis pupuk, (2) SP-36 diberikan satu kali pada

pamupukan pertama umur 7 – 14 hst, (3) KCl diberikan 2 kali yaitu pada

pemupukan pertama umur 7 – 14 hst dan pada pemupukan ke dua umur

21 – 25 hst.

3. Penjelasan tentang cara menghitung kebutuhan pupuk setelah dilakukan

analisis menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah, yaitu (1) apabila hasil

analisis menunjukkan N rendah, maka pupuk yang harus diberikan 300 kg

Urea, bila hasil analisis menunjukkan N tinggi, maka pupuk yang harus

diberikan 200 kg Urea, (2) apabila hasil analisis menunjukkan P2O5

rendah, maka pupuk yang harus diberikan 100 kg SP-36, bila hasil analisis

menunjukkan P2O5 tinggi, maka pupuk yang harus diberikan 50 kg SP-36,

(3) apabila hasil analisis menunjukkan K2O rendah, maka pupuk yang

harus diberikan 100 kg KCl, bila hasil analisis menunjukkan K2O tinggi,

maka pupuk yang harus diberikan 50 kg K2O.

4. Menghitung kebutuhan pupuk bila menggunakan pupuk majemuk Phonska

dilakukan berdasarkan kandungan unsur hara N, P2O5, dan K2O pada

pupuk yang diberikan diganti dengan N, P2O5, dan K2O yang berasal dari

pupuk majemuk NPK Phonska. Kekurangan N karena tidak terpenuhi

57

semua dari pupuk NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan

menggunakan pupuk Urea. Demikian pula kekurangan P2O5 dari pupuk

NPK phonska, selanjutnya dipenuhi kembali dengan menggunakan pupuk

SP-36.

H. DISKUSI

1. Pertanyaan :

Dr. Handewi :

Apa arti dari Istilah 1 wajib 4 kurangi

Prof. Suwandi :

a. Setelah mengikuti kegiatan BPTP Bengkulu apa masih ada keluh kesah ,

setelah menikmati teknologi yang ada untuk kedepan apa yang akan

bapak Rohadi lakukan

b. Untuk Bapak Akraludin, apa manfaat dari ikut organisasi dan masyarakat

disekitar mau diapakan

Tanggapan :

Akraludin :

a. Motto Satu Wajib dan Empat Kurang dengan arti wajib menggunakan

benih bermutu dan mengurangi jumlah benih, umur bibit muda, jumlah

bibit yang sedikit, dan mengurangi dosis pupuk yang berleihan

bdigunakan.

b. Manfaat ikut dalam organisasi yang nampak saat ini saya mengenali

semua ketua kelompok tani yang ada di Kecamatan Seluma Selatan,

sebelum bergabung dalam organisasi atau kelompok tani dari pagi sampai

sore disawah. Melakukan koordinasi lebih mudah.

c. Dengan ikut kelompok kita menjadi terdepan terutama dengan teknologi,

teknologi yang lama berangsur kita ubah menjadi teknologi modern.

Rohadi :

a. Sebelum mengikuti kegiatan BPTP Bengkulu, teknologi yang digunakan

masih tradisional dalam arti teknologi yang ada dilingkungan sekitar.

b. Untuk istilah legowo sudah lama tahu dan menerapkan, tetapi ternyata

selama ini masih salah karena legowo yang kita gunakan belum ada

sisipan tanaman pinggir.

58

c. Untuk kedepan teknologi atau ilmu yang saya miliki akan tetap

dilakanakan dan dikembangkan untuk masyarakat sekitar, terutama untuk

anak dan cucu sendiri karena sifat dari ilmu tidak ada yang jelek.

d. Selama mengikuti kegiatan BPTP Bengkulu sampai sekarang ini tidak ada

keluh kesah yang negative, bahkan suatu saat BPTP Bengkulu selesai

melakukan kegiatan ini kami tetap pada Komitmen yaitu melaksanakan

teknologi-teknologi terbaru.

Prof. Suwandi : Masukan untuk peserta sosialisasi hari ini ;

a. Kelompok atau organisasi itu penting karena bertani sendiri tidak akan

berhasil tanpa kerja sama.

b. Bagaimana kita memadukan semua teknologi-teknologi dengan

kerjasama.

c. Dengan hadirnya kegiatan BPTP disini untuk dimanfaatkan ilmu dan

pengetahuannya serta berikan tantangannya bagaimana cara

meningkatkan produksi pertanian.

d. Jika kegiatan BPTP Bengkulu pindah kelokasi lain bukan berarti hubungan

terputus dan teknologi yang diintroduksikan oleh BPTP Bengkulu di

lupakan.

2. Pertanyaan :

Yahudin Kemadi :

a. Dimana tempat membeli Caplak Roda

b. Mengapa pak akral memakai istilah obat dalam pengendalian HPT

sedangkan kami memakai istilah racun

c. Hambatan kami dalam usaha tani padi sawah tahun ini adalah ¼ dari

lahan menjadi alih fungsi, selaku ketua kelompok untuk memperhatikan

kebutuhan akan anggotanya sehingga ada program dari Distanakbun

membuat sumur dangkal, untuk kegiatan itu kelompok tani Bina Desa

mendapat 2 buah sumur dangkal. Untuk kedepan dimana kami harus

mengeluh akan kebutuhan air ini

d. Sampai saat ini Gapoktan di Desa kita belum mendapat bantuan PUAP

Tanggapan :

Ir. Ahmad Damiri, M.Si :

Caplak dapat dipesan melalui tukang kayu/mebel, tetapi dalam

pembuatannya harus dikontrol terus karena takut salah. Untuk diameter roda

59

pada caplak 19,1 cm agar jarak tanam untuk legowo tepat yaitu : 20 cm x 20

cm x 10 cm .

Akraludin :

Istilah obat yang digunakan bukan racun karena untuk mengobati padi

yang sakit. Yang Pak Yahudin Kemadi racun untuk meracuni HPTnya.

Ir. Midi Harmantono

a. Untuk permasalahan pengairan itu adalah masalah kebijakan pemerintah

setempat (masih menjadi masalah). Diharapkan kepada pemakai air untuk

membentuk organisasi KP2A atau P3A sehingga untuk pemakaian air

tersebut tidak ada unsur kepentingan pribadi.

b. Kelompok Tani “Bina Desa” Tangga Batu, tahun ini sudah mendapat

program Distanakbun Kabupaten Seluma yaitu 2 buah sumur dangkal.

c. Bagi penerima bantuan langsung PUAP tahun ini langsung menjadi

pengecer resmi pupuk an-organik. Untuk yang belum menerima PUAP

jangan bosan untuk mengusulkan permohonan. Tetapi program

Distanakbun untuk di manfaatkan yaitu alat pengelola pupuk organik

(APO) sehingga tidak tergantung dengan pupuk an organik.

d. Bagi peserta yang hadir disini untuk menerapkan teknologi yang di

introduksi oleh BPTP Bengkulu.

3. Pertanyaan :

Sopian (Petugas BPSB Kab. Seluma)

a. BPSB siap untuk mendampingi demplot sehingga menghasilkan benih

yang bersertifikat atau berlabel. Harapan BPSB untuk kelompok tani agar

menjadi penangkar sehingga orang di luar Kab. Seluma mencari benih di

Kab. Seluma, hal ini bisa dilakukan tergantung dengan kelompok mau

atau tidak. Hasil Sosialisasi di BPSB Propinsi Bengkulu bahwa PT. SHS siap

untuk mengambil benih yang kita tangkarkan.

b. Untuk tantangan BPTP Bengkulu : Bagaimana memanfaatkan limbah

jerami yang ada untuk dijadikan kompos dan berapa kandungan unsur

hara yang terpenuhi dari jerami tersebut.

Tanggapan :

Ir. Ahmad Damiri, M.Si :

a. Untuk pemanfaatan limbah jerami itu bisa dilakukan bahkan sebelum ada

kegiatan M-P3MI ini BPTP Bengkulu sudah ada kegiatan IP-400 salah satu

60

dari kegiatan tersebut pembuatan kompos dari jerami, hanya saja petani

belum mau menerapkan dan masih bergantung dengan pupuk an-organik.

b. Unsur hara yang terpenuhi dari jerami 1 ha sawah yaitu setara dengan 50

kg KCl dan 25 kg Urea.

I. Penutupan secara resmi oleh Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Seluma yang diwakili oleh Kabid. Tanaman Pangan (Ir. Midi Harmantono).

Sebelum kegiatan sosialisasi ditutup, Kepala Dinas memberikan arahan

penting bagi petani Desa Rimbio Kedui dan Desa tetangga. Arahan tersebut

adalah :

1. Agar petani benar-benar mempelajari apa yang telah dilakukan petani

pelaksana kegiatan yang dalam pelaksanaanya dibimbing langsung oleh

BPTP Bengkulu.

2. Sudah banyak binaan yang diberikan pemerintah kepada petani baik

melalui Dinas, petugas lapang, sekarang BPTP Bengkulu. Semua itu

dengan tujuan untuk menyejahterakan petani, tinggal bagaimana petani

menerimanya.

3. Pembinaan terhadap petani akan terus dilakukan melalui berbagai media,

materi, tempat dan waktu. Petani yang tanggap menerima masukan, akan

dengan cepat mengalami kemajuan, demikian sebaliknya. Bagi petani

yang hanya cuek saja, masukan yang diberikan akan sia-sia saja dan

hilang bersamaan dengan selesainya pembinaan.

4. Perlu disadari oleh petani bahwa pembinaan seperti ini khususnya oleh

BPTP Bengkulu, tidak dapat dilakukan terus menerus di wilayah kita.

Pembinaan juga dilakukan di wilayah lain di Provinsi Bengkulu. Kebetulan

pembinaan saat ini ada di wilayah kita, maka kita tangkap dengan baik

binaan tersebut. Selanjutnya apa yang kita peroleh dan dapat memberikan

manfat, dapat diterapkan langsung di lahan petani masing-masing.

5. Sebagai petani peserta, anda bersyukur terpilih sebagai peserta

pertemuan ini, karena banyak petani lain yang juga mengharapkan

pertemuan seperti ini, namun kesempatan sedang berada di kita, untuk itu

manfaatkan sebaik-baiknya.

6. Untuk tahun depan Kabupaten Seluma akan mendapatkan penghargaan

(surplus) dengan syarat dapat meningkatkan produksi lebih dari 5 %.

Kegiatan salah satunya adalah mengembangkan UPJA yaitu 5 UPJA yang

61

akan dikembangkan. Setiap ada kegiatan akan di evaluasi dan bilamana

kelompok yang tidak aktif tidak dapat dibantu, sebaliknya kelompok yang

proaktif akan dibantu.

7. Ucapan terimakasih kepada BPTP Bengkulu dan ucapan selamat bekerja

dan berjuang bagi petani Kabupaten Seluma khususnya Kelurahan Rimbo

Kedui dan sekitarnya.

8. Menutup kegiatan sosialisasi dan gelar teknologi secara resmi.

4.2.6. Pameran Inovasi

Pameran inovasi yang dilakukan pada kegiatan M-P3MI adalah

Pameran Inovasi teknologi dalam rangka Pekan Nasional Kontak Tani –

Nelayan (PENAS XIII) yang diadakan di Tenggarong, Kutai Kartanegara,

kalimantan Timur. Pada pameran tersebut ditampilkan inovasi teknologi

berupa Caplak Roda.

4.3. Media Cetak

4.3.1. Petunjuk Teknis

Petunjuk Teknis merupakan pedoman bagi petani dalam

melaksanakan budidaya tanaman. Setiap anggota kelompok tani yang

melakukan penanaman padi maupun jagung, diberikan Petunjuk Teknis

sebagai pedoman pelaksanaan pengelolaan tanaman. Dengan berpedoman

pada Petunjuk Teknis, pengelolaan tanaman menjadi relatif lebih efisien dan

produksi yang dicapai relatif menjadi lebih tinggi. Pada Petunjuk Teknis

penanaman padi, banyak terjadi efisiensi bila dibandingkan dengan tindakan

penanaman padi secara eksisting.

Ada 2 Petunjuk teknis yang diberikan pada petani pelaksana

penanaman yang dibina BPTP Bengkulu yaitu Petunjuk Teknis Budidaya Padi

dan Petunjuk teknis budidaya jagung. Bila kondisi normal dan tidak terjadi

penyimpangan lingkungan tumbuh tanaman, dapat dijamin pertumbuhan

tanaman menjadi baik. Melaui Petunjuk Teknis ini terjadi perbaikan komponen

teknologi budidaya tanaman. Sebagai contoh perbaikan komponen teknologi

padi sawah sebagai berikut :

1. Varietas Unggul Baru (VUB)

Penggunaan varietas unggul baru (VUB) seperti Inpari 6, 10, dan

13 sesuai anjuran pada Petunjuk Teknis, memiliki ketahanan terhadap

62

hama dan penyakit yang lebiih baik bila dibandingkan dengan IR 64. IR

64 merupakan varietas unggul yang sudah ditanam berulang-ulang dalam

waktu yang lama, sehingga mengalami penurunan daya tahan terhadap

hama dan penyakit. Oleh karena itu penggantian varietas IR 64 dengan

varietas yang lebih baru seperti Inpari 6, 10, dan 13 sangat dianjurkan.

2. Petak persemaian

Ukuran petak persemaian yang normal adalah 1/20 luas

pertanaman. Dengan ukuran petak persemaian yang normal,

pertumbuhan bibit juga normal. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan

petani yang membuat persemaian sempit kurang dari 1/20 luas

pertanaman. Dengan ukuran persemaian yang sempit, bibit yang tumbuh

menjadi lebuh kecil.

3. Jumlah Benih

Jumlah benih yang digunakan petani selama ini sebanyak 90

kg/ha. Melalui Petunjuk Teknis ini jumlah benih yang digunakan menjadi

lebih sedikit yaitu ± 25 kg/ha. Benih yang sedikit ini karena pada saat

penanaman menggunakan bibit yang sedikit (2 – 3) bibit per tanaman

dibandingkan dengan kebiasaan petani selama ini yang mencapai 10 bibit

per tanaman. Dengan demikian terjadi penghematan benih sebanyak 65

kg/ha.

4. Umur Bibiit

Bibit yang ditanam di pertanaman berdasarkan Petunjuk Teknis,

menggunakan bibit berumur muda (<21 hari) atau paling lambat saat

berumur 21 hari bibit sudah tertanam. Kebiasaan petani selama ini

menanam bibit setelah bibit berumur 25 hari (bibit tua). Bibit muda akan

memiliki anakan yang relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan bibit

tua. Oleh karena itu, kemungkinan produksi yang lebih tinggi akan dicapai

bila menggunakan bibit muda.

5. Sistem Tanam

Sistem tanam yang dianjurkan berdasarkan Petunjuk Teknis

adalah sistem legowo 4 : 1. Kebiasaan petani selama ini melakukan

penanaman sistem tegel dengan lorong 6 : 1 atau 8 : 1. Pada sistem

tanam Legowo 4 : 1, setiap empat barisan tanaman terdapat sisipan

tanaman sebanyak 1 baris, sehingga jumlah tanaman menjadi lebih

banyak. Sementara dengan sistem lorong 6 : 1 akan terjadi pengurangan

63

satu baris tanaman untuk setiap 6 baris tanaman. Demikian juga dengan

sistem lorong 8 : 1 akan terjadi pengurangan satu baris tanaman untuk

setiap 8 baris tanaman. Oleh karena itu pada sistem tanam lorong,

jumlah tanaman menjadi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sistem

legowo.

6. Caplak

Untuk pembuatan pola garis tanam berdasarkan Petunjuk Teknis,

dianjurkan menggunakan Capla Roda, sementara kebiasaan petani

menggunakan Caplak Biasa. Penggunaan Caplak Roda akan menghemat

pekerjaan mencapai 50% dibandingkan dengan menggunakan Caplak

Biasa.

Pembuatan pola garis tanam dengan menggunkan Caplak Roda

dilakukan dengan penarikan Caplak Roda searah vertikal atau horizontal,

akan terbentuk pola garis tanam vertikal dan horizontal. Sedangkan bila

menggunakan Caplak Biasa, untuk membentuk garis vertikal, Caplak

Biasa ditarik arah vertikal dan untuk membentuk garis horizontal, Caplak

Biasa ditarik arah horizontal.

7. Jarak Tanam

Berdasarkan Petunjuk Teknis, jarak tanam yang dianjurkan yaitu

[(20 x 10) x 40 cm], sedangkan kebiasaan petani 22 x 22 cm atau 25 x

25 cm. Dengan jarak tanam [(20 x 10) x 40 cm] jumlah tanaman menjadi

lebih banyak bila dibandingkan dengan jarak tanam yang biasa dilakukan

petani. Untuk setiap 1 ha lahan, dengan menggunakan jarak tanam [(20

x 10) x 40 cm], jumlah tanaman 300.000 tanaman, sedangkan dengan

jarak tanam 22 x 22 cm terdapat 206.611 tanaman dan dengan jarak

tanam 25 x 25 cm terdapat 160.000 tanaman.

Jumlah tanaman yang lebih banyak, berpeluang memberikan

produksi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah tanamaan

yang sedikit.

8. Dosis Pupuk

Dosis pupuk yang berimbang merupakan dosis pupuk anjuran

untuk semua jenis tanaman budidaya. Pada tanaman padi dosis pupuk

anjuran berdasarkan Petunjuk Teknis yaitu Urea 200 kg, NPK Phonska

300 kg/ha. Dosis pupuk ini setara dengan dosis pupuk tunggal Urea, SP-

36, dan KCl masing-masing 300 kg, 125 kg, dan 75 kg. Dosis ini sedikit

64

tinggi untuk tanaman padi, namun perbandingannya masih termasuk

dosis berimbang.

Kebiasaan petani yang memberikan pupuk berdasarkan perasaan

saja dan tidak ada panduan menyebabkan dosis yang diberikan tidak

berimbang. Dengan tidak adanya panduan, akan menyebabkan dosis

tertentu seperti Urea seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan

pupuk SP-36 dan KCl, bisa saja menjadi sangat banyak dan dosis pupuk

yang lain sangat sedikit. Kondisi seperti ini akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman tidak normal.

9. Waktu Pemberian Pupuk

Waktu pemberian pupuk berdasarkan Petunjuk Teknis yaitu 3 kali

dalam satu musim tanam, sementara kebanyakan petani melakukan

pemberian pupuk sebanyak 2 kali selama satu musim tanam. Pemberian

pupuk yang ke tiga dengan Urea saja terasa asing bagi petani, karena

anggapan sebagian besar petani pupuk Urea hanya untuk pertumbuhan

awal saja.

Dengan pemberian pupuk hanya 2 kali seperti kebiasaan petani

yang diberikan pada umur 10 hari dan 35 hari, tanaman relatif lebih cepat

panen, tetapi produksinya relatif lebih rendah karena gabah kurang

bernas. Bila tanaman dipupuk 3 kali dengan pemberian Urea ke tiga pada

saat tanaman berumur 40 hari, umur tanaman relatif lebih panjang 7 – 10

hari, tetapi gabah lebih bernas. Hal ini terjadi karena dengan pemupukan

Urea ke tiga, daun tanaman menjadi lebih lambat menguning dan proses

pengisian gabah berlangsung lebih lama. Kondisi ini menyebabkan gabah

menjadi lebih bernas.

4.3.2. Majalah Sinar Tani

Aktivitas tercetak lain M-P3MI yang diterbitkan pada Majalah Sinar Tani

yaitu aktivitas penanaman padi sawah. Informasi yang terkait dengan Penas

XIII Tenggarong, Kutai Kertanegara Provinsi kalimantan Timur adalah “Inovasi

Caplak Roda Pada Tanaman Padi”. Informasi ini mengisi edisi khusus Penas

XIII, 20 juni 2011 Majalah Sinar Tani. Tulisan pada Majalah Sinar Tani

tentang “Inovasi Caplak Roda Pada Tanaman Padi” menempati satu halaman

penuh.

65

4.3.3. Leaflet

Informasi pada Leaflet menjelaskan sumber/asal Caplak Roda dan

inovasi yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu seperti : Ukuran diameter roda

danjarak antara roda yang tepat agar diperoleh jarak tanam 20 x 20 cm.

Inovasi selanjutnya pada Caplak Roda yaitu menggeser posisi tangkai Caplak

Roda ± 10 cm ke arah roda pembuat lorong pertanaman Legowo 4:1.

Penggunaan Caplak Roda di lapangan, selain dilakukan di lokasi M-P3MI, juga

dilakukan di desa tetangg seperti Kbupaten Bengkulu Utara dan kabupaten

Rejang Lebong.

4.3.4. Petunjuk Perhitungan Pupuk

Pada saat pembinaan petani seperti pada acara Temu Lapang,

Sosialisasi, dilakukan pembagian selebaran cara menghitung konversi pupuk

tunggal ke pupuk majemuk NPK Phonska. Melalui petunjuk ini petani

amengetahui dosis pupuk yang digunakan bila menggunakan pupuk majemuk

NPK Phonska, sehingga tidak terjadi pemborosan pengunaan pupuk.

Perhitungan pupuk ini juga berguna bila kondisi dilapangan terjadi

kelangkaan pupuk khususnya pupuk KCl yang sering tidak ada di pasaran.

Melalui perhitungan ini pupuk KCL dapat dipenuhi melalui pupuk Phonska.

4.4. Media Elektronik

4.4.1. Radio Republik Indonesia (RRI)

Informasi tentang kegiatan M-P3MI telah disampaikan melalui media

elektronik seperti RRI stasiun Bengkulu pada tanggal 5 April 2011 dengan

judul “Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

Provinsi Bengkulu”.

4.4.2. Website BPT Bengkulu

Informasi tentang kegiatan M-P3MI juga terdapat di Website BPTP

Bengkulu.

66

V. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan penerapan M-P3MI di lapangan menurut Kementerian

Pertanian 2011 meliputi :

1. Peningkatan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan petani setelah adanya

percontohan.

2. Peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdya pertanian dapat diukur melalui

indek pertanaman sebelum dan sesudah percontohan, atau macam cabang

usaha yang diusahakan (integrasi) sesudah dilakukan percontohan.

3. Tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau vertikal sesudah

dilakukannya percontohan. Diversifikasi horizontal yaitu volume dan macam

produk yang dihasilkan, diversifikasi vertikal yaitu mutu atau kualitas produk

yang dihasilkan sebelum dan sesudah dilakukan percontohan.

4. Peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis dapat

diukur dari aktivitas kelembagaan kelompok tani, pasar input, pasar output,

kemitraan yang terjadi sesudah dilakukan percontohan.

5. Peningkatan perkembangan jumlah dari model percontohan setelah pelaksanaan

percontohan, yaitu jumlah dalam desa, luar kecamatan, dan luar kabupaten.

Berdasarkan indikator seperti tersebut di atas, kegiatan M-P3MI Provinsi

Bengkulu menunjukkan keberhasilan yang dapat di nilai dari kegiatan :

1. Terjadinya peningkatan produktivitas padi dari produktivitas rata-rata petani

antara 1,90 – 4,76 t/ha GKP sebelum dilakukan percontohan, menjadi masing-

masing 5,44 ; 6,65 ; dan 5,96 t/ha GKP untuk varietas Inpari 6, 10, dan 13.

2. Terjadinya peningkatan optimalisasi penggunaan sumberdaya pertanian yaitu

dari pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 348,00 ;

221,77 ; dan 37,66 kg/ha menjadi pengunaan pupuk setara Urea, SP-36, dan KCl

masing-masing 297,83 ; 125,00 ; dan 75,00 kg/ha.

3. Tercapainya diversifikasi produk baik secara horizontal atau Vertikal sesudah

dilakukannya percontohan. Secara horizontal, lahan yang ditanam padi, saat ini

sedang ditanam padi dan setelah panen pada bulan Februari akan ditanam

kacang tanah, sedangkan lahan yang sebelumnya ditanam jagung, saat ini

sedang ditanam padi. Secara vertikal, penanaman padi yang selama ini untuk

produksi konsumsi, melalui petak percontohan dilakukan penangkaran benih.

67

4. Terjadinya peningkatan pemberdayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis

berupa kemitraan dengan BPSB dalam mensertifikasi benih yang dihasilkan.

5. Terjadinya peningkatan perkembangan jumlah adopter dari model percontohan

setelah pelaksanaan percontohan, yaitu jumlah dalam kelurahan sebanyak 4

orang menjadi 7 kelompok dan di luar kelurahan juga 3 kelompok (desa

dampak).

68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Informasi teknologi telah tersebar ke 10 kelompok tani melalui wujud

Spektrum Diseminasi Multi Channel.

2. Telah dilakukan pembinaan kelompok tani melalui berbagai penjelasan

tentang teknologi varietas, benih, pupuk, sistem tanam, pemeliharaan

tanaman, pembuatan pola garis tanam, dll.

3. Dengan produktivitas yang relatif tinggi, 5,44; 6,65; dan 5,96 t/ha untuk

masing-masing varietas Inpari 6, 10, dan 13 pada musim produksi rendah

bulan penanaman April, penerapan teknologi budidaya padi telah

mendukungnya program swasembada pangan Kementerian Pertanian.

5.2. Saran

1. Perlu adanya pedoman pelaksanaan kegiatan M-P3MI dengan jelas agar

pelaksanaan kegiatan lebih terarah.

2. Perlu adanya pembinaan yang lebih intensif oleh petugas dinas dan

instansi terkait dan petugas lapang.

69

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2011. Draf. Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Badan Litbang Pertanian.

Hendayana Rahmat. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan Inovasi Pertanian. http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/[22 Juni 2011].

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Pemerintah Kabupaten Seluma. 2010. Daftar Isian Profil Desa/Kelurahan Tingkat Desa. Kelurahan Rimbo Kedui. Kecamatan Seluma Selatan. Badan PMD. Perempuan dan Keluarga Berencana.

Puslitbangtan. 2007. Diseminasi Hasil Penelitian Tanaman Pangan. http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=berita/fullteks_berita&&id_menu=3&id_submenu=3&id=154[22 Juni 2011].

70

LAMPIRAN

71

Lampiran 1. Foto kegiatan M-P3MI di lapangan

Foto Pertanaman Padi Varietas Inpari 6, 10, dan 13

Foto pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak Roda dan penanaman

Foto penyetelan Caplak Roda sebelum digunakan

72

Foto Camat Seluma Selatan saat menyerahkan Caplak Roda dan foto bersama setelah menerima Caplak Roda

Foto Pelaksanaan Sosialisasi

Foto Prof Suandi dan Dr Handewi saat memberikan tanggapan

1

Lampiran 2. Data Kelompok dan jadwal pemeliharaan tanam penangkaran padi ke II

No Nama Desa Poktan Tgl Tanam Pemupukan Tgl Panen (Perkiraan)

Hasil I II II

1. Akraludin Rimbo Kedui Tunas Harapan 20-10-2011 28-10-2011 12-11-2011 26-11-2011 30-01-2012

2. Supini Rimbo Kedui Harapan Maju 30-10-2011 09-11-2011 22-11-2011 06-12-2011 10-02-2012

3. Buhirin Rimbo Kedui Margo Suko I 27-10-2011 04-11-2011 20-11-2011 04-12-2011 08-02-2012

4. Ruslan Padang Genting Dwipa 25-10-2011 01-11-2011 22-11-2011 - 05-02-2012

5. Zailan Rimbo Kedui Rimbo Damar 11-10-2011 25-10-2011 5-11-2011 20-11-2011 14-01-2012

6. Suparma Rimbo Kedui Tunas Harapan II 29-10-2011 08-11-2011 21-11-2011 06-12-2011 08-02-2012

7. Jumatul Khairi Tangga Batu Mulya Tani 27-10-2011 04-11-2011 19-11-2011 27-11-2011 08-02-2012

8. Triok Tapudin Tanjung Seru Tanjung Mas 08-10-2011 15-10-2011 2011 17-01-2012

9. Edi Gunawan Tangga Batu Gerinjing Baru 04-11-2011 12-11-2011 25-11-2011 11-12-2011 13-02-2012

10. Sukran Padang Genting Renah Penanding 23-11-2011 05-12-2011 16-12-2011 05-01-2012 03-02-2012