laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula

4
Pengetahuan Mengenai Pemilu di Kalangan Pemilih Pemula Nurul Hidayah/J1F111007 Program Studi S-1 Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Indonesia [email protected] Abstrak— Dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Keberadaan pemilih pemula sangat potensial untuk menentukan pemimpin yang akan terpilih. Untuk itu, penting sekali mendapatkan pendidikan politik yang secara spesifik ditujukan kepada pemilih pemula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula. Pengetahuan mengenai pemilu yang diketahui pemilih pemula bergantung pada pendidikan politik yang pernah diterimanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pengertian pemilu dan waktu pelaksanaan rutin pemilu yang diketahui dengan baik oleh pemilih pemula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pemilih pemula mengenai pemilu masih sangat minim. Kata Kunci— pemilu, pemilih pemula, pengetahuan pemilu. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburg-nya mendefinisikan demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Salah satu prasyarat berjalannya sistem politik demokrasi adalah penyelenggaraan pemilu yang bebas dan berkala. Sesuai dengan definisi dan prasyarat tersebut maka diselenggarakan pemilu dimana rakyat Indonesia dapat memilih wakil dan pemimpin mereka secara langsung. Pemilu di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955. Kemudian berlanjut secara berkala, pemilu yang ke-10 diselenggarakan pada tahun 2009. Pemilu pada masa reformasi ini diadakan 5 tahun sekali sehingga pemilu selanjutnya adalah pemilu tahun 2014. Untuk menjadi pemilih dalam pemilu, ada persyaratan yang harus terpenuhi yaitu persyaratan umur. Sesuai dengan persyaratan itu, pemilih berusia 17-21 tahun tergolong pemilih pemula. Pemilih pemula adalah kalangan muda yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, yakni kalangan mahasiswa semester awal dan kelompok pemuda lainnya yang pada pemilu periode lalu belum genap berusia 17 tahun. Dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20- 30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum. Pemilih pemula belum memiliki pengalaman memilih dalam pemilu. Selain itu, pemikiran politik pemilih pemula juga cenderung labil. Padahal keberadaan mereka sangat potensial untuk menentukan pemimpin yang akan terpilih. Untuk itu, penting sekali mendapatkan pendidikan politik yang secara spesifik ditujukan kepada pemilih pemula. Dengan pemahaman mengenai pemilu memungkinkan pemilih pemula menjadi pemilih cerdas yang sadar dalam menggunakan hak pilihnya dan dapat memilih pemimpin yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian akan dilakukan untuk mengetahui pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula, yakni mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apa saja hal- hal yang berkaitan dengan pemilu yang telah diketahui dengan baik oleh mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 sebagai pemilih pemula ?”. C. Manfaat dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa saja informasi pemilu yang telah diketahui dengan baik oleh para pemilih pemula. Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak penyelenggara pemilu atau organisasi masyarakat lainnya dalam melakukan sosialisasi pemilu khususnya kepada pemilih pemula. D. Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i pemilih pemula pada pemilu 2014 nanti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

Upload: nurul-hidayah

Post on 07-Dec-2014

3.251 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula

Pengetahuan Mengenai Pemilu di Kalangan Pemilih Pemula

Nurul Hidayah/J1F111007 Program Studi S-1 Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Indonesia [email protected]

Abstrak— Dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar

20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Keberadaan pemilih pemula sangat potensial untuk menentukan pemimpin yang akan terpilih. Untuk itu, penting sekali mendapatkan pendidikan politik yang secara spesifik ditujukan kepada pemilih pemula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula. Pengetahuan mengenai pemilu yang diketahui pemilih pemula bergantung pada pendidikan politik yang pernah diterimanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pengertian pemilu dan waktu pelaksanaan rutin pemilu yang diketahui dengan baik oleh pemilih pemula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pemilih pemula mengenai pemilu masih sangat minim.

Kata Kunci— pemilu, pemilih pemula, pengetahuan pemilu.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut

sistem politik demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburg-nya mendefinisikan demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Salah satu prasyarat berjalannya sistem politik demokrasi adalah penyelenggaraan pemilu yang bebas dan berkala. Sesuai dengan definisi dan prasyarat tersebut maka diselenggarakan pemilu dimana rakyat Indonesia dapat memilih wakil dan pemimpin mereka secara langsung.

Pemilu di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955. Kemudian berlanjut secara berkala, pemilu yang ke-10 diselenggarakan pada tahun 2009. Pemilu pada masa reformasi ini diadakan 5 tahun sekali sehingga pemilu selanjutnya adalah pemilu tahun 2014. Untuk menjadi pemilih dalam pemilu, ada persyaratan yang harus terpenuhi yaitu persyaratan umur. Sesuai dengan persyaratan itu, pemilih berusia 17-21 tahun tergolong pemilih pemula.

Pemilih pemula adalah kalangan muda yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, yakni kalangan mahasiswa semester awal dan kelompok pemuda lainnya yang pada pemilu periode lalu belum genap berusia 17 tahun. Dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada

Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503 orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum.

Pemilih pemula belum memiliki pengalaman memilih dalam pemilu. Selain itu, pemikiran politik pemilih pemula juga cenderung labil. Padahal keberadaan mereka sangat potensial untuk menentukan pemimpin yang akan terpilih. Untuk itu, penting sekali mendapatkan pendidikan politik yang secara spesifik ditujukan kepada pemilih pemula. Dengan pemahaman mengenai pemilu memungkinkan pemilih pemula menjadi pemilih cerdas yang sadar dalam menggunakan hak pilihnya dan dapat memilih pemimpin yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian akan dilakukan untuk mengetahui pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula, yakni mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif.

B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apa saja hal-

hal yang berkaitan dengan pemilu yang telah diketahui dengan baik oleh mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 sebagai pemilih pemula ?”.

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa saja

informasi pemilu yang telah diketahui dengan baik oleh para pemilih pemula. Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak penyelenggara pemilu atau organisasi masyarakat lainnya dalam melakukan sosialisasi pemilu khususnya kepada pemilih pemula.

D. Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Ilmu

Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i pemilih pemula pada pemilu 2014 nanti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive

Page 2: Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula

sampling. Teknik pengumpulan data dari sampel dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemilihan Umum (Pemilu)

Berdasarkan UUD 1945 Bab 1 Pasal 1 Ayat (2) kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dalam demokrasi modern yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat maka dilaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum menurut Syarbaini (dikutip dalam Dani, 2010) adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. B. Tujuan Pemilu

Paling tidak ada tiga tujuan pemilihan umum di Indonesia menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim (dikutip dalam Sukriono, 2009), yaitu pertama memungkinkan terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua: untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, dan ketiga; untuk melaksanakan hak-hak asasi warga negara. Sementara itu, Jimly Asshiddiqie (dikutip dalam Sukriono, 2009) merumuskan tujuan penyelenggaraan pemilu menjadi 4 (empat), yaitu :

1) untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai;

2) untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan;

3) untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat; dan 4) untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

C. Macam-Macam Pemilu Pada pemilu yang dipilih tidak saja wakil rakyat yang akan

duduk di lembaga perwakilan rakyat atau parlemen, tetapi juga para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Di cabang kekuasaan legislatif, para wakil rakyat itu ada yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat, ada yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah, dan ada pula yang akan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, baik di tingkat provinsi ataupun di tingkat kabupaten dan kota. Sedangkan di cabang kekuasaan pemerintahan eksekutif, para pemimpin yang dipilih secara langsung oleh rakyat adalah Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya pemilihan umum yang teratur dan berkala, maka pergantian para pejabat dimaksud juga dapat terselenggara secara teratur dan berkala (Sukriono, 2009).

Peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Dani, 2010). D. Pemilih Pemula

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No. 10 tahun 2008, pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008 menerangkan bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun

atau lebih sudah/pernah kawin. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih pemula adalah warga negara yang terdaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun (Dani, 2010).

Kelompok pemilih pemula ini biasanya mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja muda. Pemilih pemula dalam ritual demokrasi (pemilu legislatif, Pilpres) selama ini sebagai objek dalam kegiatan politik, yaitu mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuannya ke tingkat yang optimal agar dapat berperan dalam bidang politik (Dani, 2010). E. Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Politik Pemilih

Pemula Tinggi rendahnya partisipasi warga dalam proses politik

suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (sistem politik). Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup (Setiajid, 2011).

Menurut Ruslan (dikutip dalam Setiajid, 2011) partisipasi politik warga negara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

1) Keyakinan agama yang diimani oleh individu, 2) Jenis kultur politik, atau bentuk nilai dan keyakinan

tentang kegiatan politik yang mempengaruhinya, dan 3) Karakter lingkungan politik.

Ada juga yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula antara lain: 1) Faktor sosial ekonomi, meliputi tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan, dan jumlah pemilih pemula, 2) Faktor politik meliputi, komunikasi politik, kesadaran

politik, pengetahuan pemilih tentang proses politik, 3) Faktor fisik individual dan lingkungan, dan 4) Faktor nilai budaya (Setiajid, 2011).

III. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif dengan jumlah populasi sebanyak 70 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu. Adapun karakter yang ditentukan adalah mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 yang masih aktif yang merupakan pemilih pemula dalam Pemilu 2014. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner dan studi kepustakaan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif, pengukuran dapat diproses dengan berbagai macam cara antara lain: (a) dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, (b) dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu susunan urut data (array), untuk selanjutnya dibuat tabel baik yang hanya berhenti di tabel saja, maupun yang diperoleh lebih lanjut menjadi perhitungan pengambilan kesimpulan ataupun untuk kepentingan visualisasi datanya.

Page 3: Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kuesioner yang telah disebarkan kepada 20 orang

responden yang terdiri dari 10 orang mahasiswa dan 10 orang mahasiswi selanjutnya ditabulasikan datanya dan digunakan untuk analisis data.

A. Hasil Hasil kuesioner pengetahuan mengenai pemilu di kalangan

pemilih pemula yakni sebagai berikut.

TABLE I. PENGETAHUAN TERDAFTAR SEBAGAI PEMILIH PEMILU 2014

No Terdaftar sebagai pemilih Jumlah Persentase (%)

1 Sudah 13 65

2 Belum 2 10

3 Tidak tahu 5 25

TABLE II. PENGETAHUAN PENGECEKAN DPT PEMILU 2014

No Mengecek DPT Jumlah Persentase (%)

1 Pernah 4 20

2 Belum pernah 16 80

TABLE III. PARTISIPASI PADA PEMILU 2014

No Partisipasi pada pemilu 2014 Jumlah Persentase (%)

1 Ya 14 70

2 Tidak 5 25

3 Tidak menjawab 1 5

TABLE IV. PENDAPAT MENGENAI INFORMASI PEMILU 2014

No Informasi pemilu Jumlah Persentase (%)

1 Penting 16 80

2 Tidak Penting 4 20

TABLE V. PENDAPAT MENGENAI INFORMASI PEMILU 2014 YANG PERLU DIKETAHUI

No Informasi pemilu Jumlah Persentase (%)

1 Waktu pelaksanaan 12 31.6

2 Calon yang akan dipilih 18 47.4

3 Cara menggunakan hak pilih 7 18.4

4 Lainnya 1 2.6

TABLE VI. PENDAPAT MENGENAI INFORMASI PEMILU 2014 YANG SUDAH DIKETAHUI

No Informasi pemilu Jumlah Persentase (%)

1 Waktu pelaksanaan 8 38.1

2 Calon yang akan dipilih 2 9.5

3 Cara menggunakan hak pilih 9 42.8

4 Lainnya 1 4.8

5 Tidak menjawab 1 4.8

TABLE VII. SUMBER INFORMASI PEMILU 2014

No Sumber Jumlah Persentase (%)

1 Media cetak(surat kabar, majalah) 8 20.5

No Sumber Jumlah Persentase (%)

2 Media elektronik(TV, radio, internet) 18 46.2

3 Media pendukung(poster, brosur, spanduk, banner, baliho)

10 25.6

4 Sosialisasi 2 5.1

5 Lainnya 1 2.6

TABLE VIII. PENGETAHUAN MENGENAI PEMILU

No Pengetahuan mengenai pemilu Pengetahuan Tahu Tidak Tahu

1 Pengertian pemilu 17 85% 3 15%

2 Syarat pemilih 10 50% 10 50%

3 Manfaat pemilu 5 25% 15 75%

4 Sejarah pemilu 4 20% 16 80%

5 Pelaksanaan rutin pemilu 14 70% 6 30%

6 Waktu pelaksanaan pemilu 2014 8 40% 12 60%

7 Jenis pemilu 6 30% 14 70%

8 Jumlah partai politik nasional peserta pemilu 2014 3 15% 17 85%

9 Partai politik nasional peserta pemilu 2014 9 45% 11 55%

10 Cara menggunakan hak pilih 5 25% 15 75%

B. Pembahasan Berdasarkan tabel I, terlihat bahwa 65% dari responden

sudah terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu 2014. Seluruh responden memang telah memenuhi syarat pemilih berdasarkan usianya karena sebagian besar reponden berusia 20 tahun. Mungkin saja 35% responden lainnya itu sebenarnya juga sudah terdaftar sebagai pemilih, namun mereka masih belum tahu bahkan tidak tahu mengenai terdaftarnya mereka sebagai pemilih.

Hasil pada tabel II menunjukkan bahwa 80% responden belum pernah mengecek keberadaan nomor identitas mereka pada DPT pemilu 2014. Ini berarti sebagian besar responden belum mengetahui bahwa pemilih dapat mengecek keberadaannya pada DPT.

Pada tabel III, 70% responden mengaku akan berpartisipasi pada pemilu 2014. Alasan mereka akan berpartisipasi antara lain karena telah memenuhi syarat pemilih, rasa nasionalisme, pengalaman baru. Sedangkan alasan tidak berpartisipasinya 25% reponden adalah karena mereka tidak berada di domisili asal mereka pada saat pemilu 2014 nanti. Hal ini menunjukkan bahwa respon mereka terhadap pemilu 2014 cukup positif.

Pendapat responden mengenai informasi pemilu dapat dilihat pada tabel IV, sebagian besar (80%) menyatakan informasi pemilu itu penting. Menurut mereka informasi pemilu yang sangat penting diketahui berdasarkan tabel V adalah calon yang akan dipilih. Hal itu menunjukkan sebenarnya para responden ingin menjadi pemilih yang cerdas dalam menggunakan hak pilihnya. Namun, informasi pemilu yang sudah mereka ketahui berdasarkan tabel VI hanya mengenai waktu pelaksanaan dan cara penggunaan hak pilih. Berdasarkan tabel VII, sebagian besar responden mendapat informasi pemilu yang bersumber dari media elektronik.

Tabel VIII menunjukkan pengetahuan para responden mengenai pemilu. Dari 10 jenis pengetahuan yang ditanyakan kepada responden, hanya 2 jenis pengetahuan yang diketahui dengan baik oleh para responden, yaitu mengenai pengertian

Page 4: Laporan akhir pengetahuan mengenai pemilu di kalangan pemilih pemula

pemilu dan pemilu yang dilaksanakan secara rutin 5 tahun sekali. Cara menggunakan hak pilih belum diketahui oleh 75% responden. Bahkan hanya 3 orang responden yang mengetahui jumlah partai nasional peserta pemilu 2014. Berarti masih banyak informasi yang belum tersosialisasi dengan baik di kalangan reponden yang tergolong pemilih pemula. Artinya, informasi mengenai hal-hal tersebut harus disosialisasikan lagi oleh pihak penyelenggara pemilu maupun organisasi masyarakat lainnya khususnya kepada pemilih pemula agar mereka dapat menjadi pemilih pemula yang cerdas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka diperoleh

kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut : 1) Pengetahuan mengenai pemilu yang diketahui dengan

baik oleh mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 sebagai pemilih pemula adalah pengertian pemilu dan waktu pelaksanaan rutin pemilu.

2) Pengetahuan mahasiswa/i Ilmu Komputer FMIPA Unlam Angkatan 2011 sebagai pemilih pemula mengenai pemilu masih sangat minim.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memberikan saran

sebagai berikut : 1) Sebaiknya pihak penyelenggara pemilu maupun

organisasi masyarakat lainnya melakukan sosialisasi lebih luas mengenai informasi pemilu terutama kepada para pemilih pemula.

2) Bagi para peneliti selanjutnya yang akan mengkaji lebih dalam tentang penelitian yang sama sebaiknya menggunakan kuesioner yang mudah dipahami responden.

DAFTAR PUSTAKA [1] W. Rahma Dani, “Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam

Pelaksanaan Pemilu Tahun 2009 Di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”, unpublished.

[2] Setiajid, “Orientasi Politik Yang Mempengaruhi Pemilih Pemula Dalam Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 (Studi Kasus Pemilih Pemula Di Kota Semarang),” Integralistik, vol.22(1), p. 27, 2011.

[3] D. Sukriono, “Menggagas Sistem Pemilihan Umum Di Indonesia,” Jurnal Konstitusi, vol.2(1), p. 20-21, 2009.