laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi...topik unggulan : kesehatan dan obat-obatan...
TRANSCRIPT
-
Bidang Unggulan : Unggulan Perguruan Tinggi
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 251/Kedokteran hewan
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
DETEKSI ANTIBODI DAN KARAKTERISTIK GENETIK
TOXOPLASMA GONDII PADA ITIK DI BALI
Tim Peneliti
Drh. I Made Dwinata Mkes (NIDN:0006066216)
Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS (NIDN:0031126263)
Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes (NIDN:0031126069)
Drh. Kadek Karang Agustina, MP (NIDN:0004088401)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
-
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Judul Penelitian : Deteksi Antibodi dan Karakteristik Genetik
Toxoplasma gondii pada Itik di Bali Kode/Nama Rumpun Ilmu : 151 / Kedokteran Hewan
Bidang Unggulan PT : Unggulan Perguruan Tinggi
Topik Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan
Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap : Drh. I Made Dwinata, M.Kes
b. NIDN : 0006066216
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Fakultas Kedokteran Hewan
e. Nomor HP : 08123611353
f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : Prof.Dr.drh. I Made Damriyasa, MS
b. NIDN : 0031126263
c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Anggota Peneliti (2) a. Nama Lengkap : Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes
b. NIDN : 0031126069
c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
Lama Penelitian Keseluruhan: 2 tahun
Penelitian Tahun ke : 1
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 111.176.000
Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke DIKTI Rp. 58.388.000
- dana internal PT Rp. -
- dana institusi lain Rp. -
- inkind sebutkan -
Denpasar, 14 Maret 2013
Mengetahui,
Dekan FKH Unud Ketua Peneliti,
Prof.Dr.Drh. I Made Damriyasa, MS Drh. I Made Dwinata, M.Kes
NIP. 196212311988031017 NIP. 196206061989031003
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Udayana
Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan MT
NIP: 19640717 198903 1 001
-
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ............................................................................................. i
Daftar isi ............................................................................................................... ii
Abstrak .................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 6
BAB IV. PEMBIAYAAN DAN JADWAL PENELITIAN ................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 10
LAMPIRAN ........................................................................................................... 11
ii
-
ABSTRAK RENCANA PENELITIAN
Di Indonesia penyakit toxoplasmosis merupakan masalah yang cukup serius karena
masih ditemukannya pada manusia maupun pada hewan. Di Bali perlu data aktual prevalensi
terhadap T. gondii pada ternak-ternak yang sangat berbahaya jika terjadi infeksi primer
T.gondii pada saat hamil, penularan terhadap janin menyebabkan keguguran atau cacat pada
bayi yang lahir. Manusia dapat terinfeksi akibat memakan daging yang mengandung kista T.
gondii.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kontaminasi T. gondii pada itik,
sehingga dapat diketahui apakah itik juga potensial sebagai sumber penularan toxoplasmosis
pada manusia. Selain itu itik yang biasanya mencari makanan di tanah dapat sebagai indikator
tingkat kontaminasi lingkungan terhadap ookista T.gondii. Ternak itik yang diketahui positif
secara serologi akan dilakukan Isolasi dan identifikasi dengan metode digesti.. Pada
penelitian ini akan dilakukan screening prevalensi antibodi spesifik terhadap Toxoplasma
gondii pada itik yang dipelihara di Bali. Antibodi (IgG) spesifik tehadap Toxoplasma gondii
pada ternak tersebut akan dilacak dengan metode IHA dan isolasi parasit dengan metoda
biassay pada kucing dan.mencit dengan tujuan untuk mengetahui patogenitas T. gondii pada
itik, kemudian dilakukan genotyping untuk menentukan strain DNA dari Toxoplasma gondii
isolat lokal. Temuan ini sangat bermanfaat dalam strategi pencegahan infeksi penyakit
tersebut pada manusia dan Isolat lokal yang didapat akan sangat bermanfaat untuk
dikembangkan secara ilmiah untuk penelitian diagnostik dan sebagai kandidat vaksin untuk
toxoplasmosis.
iii
-
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
Infeksi Toxoplasma gondii merupakan penyakit zoonosis yang telah tersebar
diseluruh dunia. Kucing peliharaan dan golongan felidae lainnya merupakan satu-satunya
hospes definitif yang merupakan sumber penularan terpenting dari parasit ini. kucing
merupakan satu-satunya hewan yang secara langsung dapat menyebarkan ookiste yang
mencemari lingkungan dan potensial menulari manusia maupun hewan lain sebagai induk
semang antara. Manusia dapat terinfeksi apabila memakan daging mentah atau kurang masak
dari hewan terinfeksi dan mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
ookiste yang dikeluarkan melalui feses kucing ( Dubey, 2012) Kucing terinfeksi akibat
makan daging hospes perantara yang mengandung kista T. gondii.( Kravetz et al., 2002)
Akibat yang ditimbulkan parasit ini pada manusia cukup fatal apabila terjadi infeksi
primer pada wanita hamil yang dapat mengakibatkan abortus, kematian neonatal atau
abnormalitas pada fetus (Tenter et. al, 2000). Selain itu pada orang-orang yang mengalami
imunosupresi, seperti pengidap AIDS dapat mengakibatkan kerusakan sel inang dan
terjadinya ensefalitis diperkirakan berkaitan dengan infeksi T. gondii (Dubey, 1998;
Carruthers, 2002).
Toxoplasmosis dilaporkan menyerang hampir semua ternak termasuk unggas, isolasi
dan karakterisasi Toxoplasma pada mamalia telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian
terhadap toxoplasmosis pada itik telah dilaporkan Dubey, et al., (2003) di Mesir (15,7 %)
Yan, et al., (2009) di China selatan (11,4%) dan Yang et al., (2012) di China Utara sebesar
7,8 %. Mereka tertarik melakukan penelitian ini karena itik yang mempunyai kebiasaan
mencari makan di tanah dan itik terinfeksi akibat lingkungan yang terkontaminasi ookista
T.gondii. Prevalensi pada itik sangat cocok dipakai sebagai indikator dari kontaminasi
toxoplasmosis pada lingkungan atau tanah. Belakangan ini telah diisolasi T.gondii pada
unggas, antara lain di Mesir telah diisolasi Toxoplasma gondii pada ayam dan itik (Dubey et
al., 2003),
Keberadaan parasit T. gondii pada beberapa hospes intermidier di Bali telah
dilaporkan yaitu pada ayam kampung (Dwinata, dkk; 2012), pada kambing (Dwinata, dkk.,
2011) dan pada babi seroprevalensinya sebesar 32 % (Damriyasa, dkk., 2001). Penelitian
seroprevalensi T.gondii pada wanita hamil di Bali ditemukan sebesar 10,9% dan salah satu
faktor risiko yang telah teridentifikasi pada penelitian ini adalah seringnya mengkonsumsi
-
daging yang belum dimasak dengan sempurna ( Dwinata, dkk., 2009). Daging unggas
termasuk itik merupakan sumber terpenting infeksi toxoplasmosis pada manusia.
Infeksi T. gondii pada inang, baik inang akhir maupun inang antara ditentukan oleh
tingkat patogenitas dari parasit yang menginfeksi. Makin tinggi tingkat patogenisitasnya
maka akibat yang ditimbulkan pada inang akan lebih parah (Dubey, 1998). Tingkat
patogenisitas T. gondii sangat ditentukan oleh tipe genetik dari parasit tersebut dan
berdasarkan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dinyatakan ada tiga tipe
yaitu tipe I, tipe II dan tipe III (Howe et.al., 1997). Pada itik telah dapat diisolasi T. gondii di
Mesir yang termasuk tipe III ( Dubey, et al., 2003).
Penelitian ini merupakan pendekatan penelaahan agen penyakit T. gondii pada itik
sebagai salah satu inang antara. Penelitian ini penting dilakukan di Bali karena masyarakat
masih mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung daging mentah
yang disajikan pada masakan khas Bali (Lawar) . Sampai saat ini belum ada laporan hasil
penelitian tentang keberadaan toxoplasmosis pada itik yang umum dikonsumsi masyarakat di
Bali. Dengan kondisi Bali yang memelihara ternak dalam satu pekarangan serta banyaknya
populasi kucing yang berkeliaran, sehingga perlu dilakukan penelitian pada ternak itik yang
dapat sebagai faktor risiko toxoplasmosis pada manusia. Data ini sangat diperlukan dalam
strategi menekan penularan toxoplasmosis pada manusia.
1.2 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui infeksi latent Toxoplasma gondii pada itik yang dikonsumsi sebagai
sumber penularan yang potensial ke manusia.
b. Mengisolasi dan identifikasi kista Toxoplasma gondii pada itik yang dipelihara di
Bali.
c. Menentukan patogenitas isolat Toxoplasma gondii asal itik di Bali terhadap mencit
(virulensi terhadap mencit)
d. Menentukan Karakteristik genetik Toxoplasma gondii isolat lokal pada itik di Bali.
-
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Toxoplasma
gondii, penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui stadium infekstif yang
terkandung pada hewan. Hewan piaraan kucing merupakan satu-satunya sumber penularan
terpenting dari Toxoplasma gondii, karena kucing merupakan satu-satunya hewan yang
secara langsung dapat menyebarkan ookiste yang mencemari lingkungan dan potensial
menulari manusia maupun hewan lain sebagai induk semang antara .
Pada manusia Toxoplasmosis berakibat fatal, apabila terjadi infeksi primer pada trimester
pertama kehamilan dapat mengakibatkan abortus, kematian neonatal atau abnormalitas pada
fetus (Tenter dkk., 2000). Selain itu infeksi T. gondii diperkirakan dapat mengakibatkan
kerusakan sel inang dan ensefalitis pada orang-orang yang mengalami imunosupresi seperti
pengidap AIDS (Dubey, 1998a; Carruthers, 2002) dan dinyatakan juga infeksi parasit ini
ada hubungannya dengan schizophrenia (Torrey dkk., 2003).
Penularan Toxoplasmosis dapat dibagai menjadi tiga cara yaitu :
a). Kongenital, inkesi ini terjadi selama janin masih dalam kandungan. Hal ini terjadi apabila
selama kehamilan terjadi infeksi Toxoplasma gondii dan infeksi tersebut dapat ditularkan
kepada janin. Infeksi yang terjadi selama kehamilan dapat menimbulakan keguguran,
kematian bayi pada waktu lahir atau abnormalitas foetus (Remington et al. 1990; Remington
et al. 1995; Chatterton et al. 1992; Hayde et al. 2000). Toxoplasmosis kongenital ini dapat
menyebabkan menurunya kwalitas hidup anak penderita. Kelainan kelainan yang sering
nampak pada toxoplasmosis kongenital adalah gangguan penglihatan dan encephalitis yang
fatal (Dubey dan Beatie, 1988; Koskiniemi et al, 1989; Roberts et al, 1994).
b). Penularan melalui makanan atau air yang tercemar oleh ookista T. gondii, ookista
Toxoplasma gondii berasal dari tinja kucing yang merupakan satu satunya hospes definitif
dari parasit tersebut. Okista yang keluar bersama tinja kucing pada lingkungan akan
mengalami sporulasi yang merupakan phase infektif. Pada lingkungan ookista yang sudah
bersporulasi tahan terhadap kondisi lingkungan sehingga masih tetap infektif selama berbulan
bulan. Kucing penderita toxoplasmosis tidak menunjukkan tanda tanda klinis serta penularan
melalui plasenta sangat jarang (Dubey and Beatie, 1988; Dubey, 1986). Infeksi laten
Toxoplasmosis pada kucing di beberapa negara dilaporkan antara 6% sampai 52% (Tenter et
al. 1999).
-
Kucing merupakan satu satunya hewan piaraan yang merupakan hospes definitif
Toxoplasma gondii sehingga kucing memegang peran penting dalam epidemiologi penyakit
ini. Setelah terjadi infeksi primer pada kucing maka akan mengeluarkan ookista dalam
jumlah yang sangat banyak, ookista tersebut akan mencemari lingkungan sekitar. Infeksi
primer yang terjadi pada kucing liar ookista akan mencemari lingkungan dan lahan pertanian.
Tercemarnya lingkunngan oleh ookista yang telah bersporulasi merupakan sumber infeksi
yang potensial terhadap manusia atau induk semang antara lainnya seperti ternak., yang
nantinya merupakan sumber infeksi terhadap manusia.
c). Penularan melalui konsumsi daging yang mengandung kista T. gondii,
Daging yang mengandung kista Toxoplasma gondii juga merupakan sumber infeksi yang
potensial terhadap manusia. Pada daging babi, domba dan kambing paling sering ditemukan
kista parasit tersebut dibandingkan dengan daging daging ternak lainnya. Dari hasil beberapa
penelitian di Eropa daging babi merupakan sumber penularan toxoplasmosis pada manusia
(Janitske, 1999; Bundesgesundheitsamt, 1993).
Hasil-hasil penelitian terhadap seroprevalensi toxoplasmosis pada manusia di
berbagai daerah di Indonesia telah dilaporkan, yaitu berkisar antara 3,1 % - 64 % (Chomel
dkk., 1993; Matsuo, 1995; Uga dkk., 1996; Fan, 2002). Dari hasil penelitian epidemiologi
tersebut beberapa peneliti berpendapat, bahwa kebiasaan makan sangat menentukan
terjadinya infeksi parasit tersebut, misalnya kebiasaan makan sate yang belum masak dengan
sempurna (Gandahusada, 1991), kebiasaan makan lawar di Bali (Chomel dkk., 1993).
Diagnosis adanya infeksi T. gondii pada manusia dan hewan pada prinsipnya sama, yang
pada dasarnya diagnosis infeksi dibedakan menjadi dua, yaitu deteksi adanya parasit secara
tidak langsung dan secara langsung. Deteksi secara tidak langsung umumnya dilakukan
berdasarkan uji-uji imunologi, salah satu uji yang dinyatakan mempunyai tingkat sensitivitas
yang tinggi adalah uji ELISA. Sedangkan deteksi langsung umumnya berdasarkan
ditemukan adanya parasit atau materi genetik parasit .(Montoya dan Liesenfeld, 2004). Ada
beberapa metode yang dapat diterapkan, diantaranya metode digesti jaringan, dengan pepsin
atau trypsin, untuk melihat adanya kista yang mengandung bradizoit pada jaringan tersebut,
atau metode bioassay dengan menyuntikkan hasil digesti ke hewan coba dan melakukan
pengamatan pada hewan coba tersebut. (Dubey, 1998b; Dubey, 1998c). Sampai saat ini di
kawasan Asia tenggara belum ada penelitian yang melaporkan keberadaan Toxoplasma
gondii pada kambing serta patogenitasnya.
-
Uji diagnostik yang ideal diharapkan memenuhi beberapa kreteria antara lain:
memeliki akurasi atau validitas dan presisi yang tinggi, prosedur kerja yang mudah dan biaya
pemeriksaan tidak terlalu mahal. Setiap metode yang akan diterapkan di suatu laboratorium
baik kepentingan diagnostik maupun penelitian sebaiknya dilakukan optimalisasi metode
tersebut.
Infeksi T. gondii pada inang, baik inang akhir maupun inang antara ditentukan oleh
tingkat patogenisitas dari parasit yang menginfeksi. Makin tinggi tingkat patogenisitasnya
maka akibat yang ditimbulkan pada inang akan lebih parah (Dubey, 1998a). Tingkat
patogenisitas T. gondii sangat ditentukan oleh tipe genetik dari parasit tersebut dan
berdasarkan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dinyatakan ada tiga tipe
yaitu tipe I, tipe II dan tipe III (Howe dkk, 1997). Diantara tiga tipe T. gondii tersebut
dinyatakan tipe I mempunyai tingkat patogenisitas paling tinggi, hal ini dibuktikan dengan
teramati LD 100 pada mencit adalah dibawah 10 takisoit, sedangkan tipe II dan tipe III
disebut dengan tipe intermediet dan avirulent. ( Howe dkk, 1997). Dubey et al., (2008) yang
menyatakan bahwa isolat T. gondii yang diisolasi dari Ghana, Indonesia, Italia, Polandia, dan
Vietnam bersifat avirulent terhadap mencit.
Infeksi T. gondii akan menimbulkan reaksi pada inangnya, yaitu berupa pembentukan
zat kebal atau antibodi, yang ditunjukkan dengan pembentukan beberapa kelas antibodi
spesifik dalam plasma (Frenkel, 1990; Denker dan Gazzienelli, 1998) dan intensitas
terbentuknya antibodi ditunjukkan dengan tingkatan titer antibodi. Omata dkk, (1994) pada
penelitiannya mengungkapkan bahwa titer antibodi terhadap T. gondii pada babi dipengaruhi
oleh patogenitas dari strain T. gondii yang menginfeksi. Sedangkan Dubey dkk (1995)
mengasumsikan bahwa makin tinggi titer antibodi terhadap T. gondii pada babi maka makin
tinggi pula kemungkinan intensitas parasit pada jaringan. Namun pada penelitian tersebut
tidak diungkapkan bagaimana hubungan antara titer antibodi dengan intensitas T. gondii pada
pada jaringan yang terinfeksi.
Penelitian tentang toxoplasmosis pada berbagai hospes intermidier di Bali telah
dilakukan pada wanita hamil (Dwinata, dkk., 2009) dan dapat diidentifikasi kebiasaan makan
daging dan keberadaan kucing sebagai faktor risiko terhadap toxoplasmosis. Penelitian pada
hewan yang merupakan sumber penularan pada toxoplasmosis ke manusia telah diteliti
seperti T. gondii pada kambing dengan seroprevalensi 15,9% (Dwinata, dkk., 2011) namun
-
keberadaan kista parasit tidak dapat diisolasi. Pada ayam kampung (Dwinata, dkk., 2012)
seroprevalensinya sebesar 24,8 %.
BAB III. METODE PENELITIAN
Penelitian Tahun I
3.1. Pengambilan sampel
Itik yang dipakai sampel penelitian adalah itik yang berumur diatas 6 bulan yang
dipelihara secara ekstensif. Sampel berasal dari 8 kabupaten di Bali masing masing:
kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, Bangli, Karangasem, Kelungkung, Negara dan
Buleleng. Dari masing masing kabupaten diambil sekitar 20-40 ekor itik yang berasal dari
peternak yang berbeda. jumlah sampel itik yang digunakan pada penelitian ini keseluruhan
adalah 200 ekor. Pengambilan sampel dan pemotongan pada masing masing kabupaten
dilakukan secara bertahap. Setiap kali pemotongan hanya sebanyak 10 ekor itik. Selama
pemotongan dilakukan pengambilan darah, otak dan jantung.
3.2. Pemeriksaan Serologis untuk Menentukan Seroprevalensi T. gondii pada Itik
Darah yang diperoleh dilakukan pemisahan serum. Setelah serum didapat, kemudian
serum disimpan pada freezer dengan suhu -20 C̊ sebelum dilakukan uji serologis.
Pemeriksaan serologis untuk menentukan adanya antibodi terhadap Toxoplasma gondiii
menggunakan metoda IHA.
Sebelum dilakukan uji serologis serum yang disimpan pada suhu - 20 C̊ kemudian didiamkan
terlebih dahulu pada suhu kamar sampai serum yang beku tersebut mencair. Uji serologis
yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibody terhadap Toxoplasma gondii
menggunakan Uji IHA (Indirect Haemaglutination Test) dengan menggunakan Cellognost*-
Toxoplasmosis H (SIEMENS).
Prosedur kerja dari uji IHA (Indirect Haemaglutination Test) adalah sebagai berikut:
Masukkan 50 µl serum buffer kedalam sumuran mikrotitration plate, kemudian tambahkan 2
µl Toxoplasma Control Serum, Positive (IgG) ke dalam sumuran mikrotitration plate yang
sudah terisi serum buffer dengan baik. Pada sumuran A1 kemudian tambahkan 2 µl
Toxoplasma Control Serum Negative ke dalam sumuran A2 (sumuran A1 dan A2 digunakan
sebagai control). Tambahkan 2 µl serum itik yang akan di uji. Tambahkan 50 µl Cellognost*
Toxoplasmosis H (Toxoplasmosis IHA Reagent) kedalam sumur mikrotitration plate (kocok
reagent sebelum digunakan) Kocok mikrotitration plate dengan menggunakan mikrotitration
-
plate shaker ( Pengocok) Selama 15-20 detik dengan kecepatan 900 s/d 1100 rpm Tutup
Mikrotitration plate dengan menggunakan plastik Polystyrine, dan Inkubasikan pada suhu
ruangan (+ 15-25 ºC) Reaksi dapat terbaca setelah 3-24 jam.
Setelah diperoleh hasil dari uji serologis, sampel yang menunjukkan hasil positif akan
dilanjutkan dengan uji Titer Antibodi. Prosedur kerja Uji Titer Antibodi adalah sebagai
berikut: pada sumuran A1-H1 masukkan 175 µl serum buffer, sedangkan pada sumuran
sisanya masukkna 50 µl serum buffer. Kemudian pada sumuran A1 masukkan 25 µl serum
kontrol positif dan pada sumuran B1 masukkan 25 µl serum kontrol negatif, sedangkan pada
sumuran C1-H1 masukan 25 µl (1:8) serum yang akan diuji Titernya. Kemudian lakukan
pengenceran dengan cara pindahkan 50 µl dari sumuran 1 hingga ke sumuran 12, lalu pada
sumuran terakhir, dibuang 50 µl. Kemudian tambahkan 50 µl Cellognost* Toxoplasmosis H
(Toxoplasmosis IHA Reagent) kedalam sumuran ke 3 sampai sumuran ke 12, lalu Kocok
mikrotitration plate dengan menggunakan mikrotitration plate shaker ( Pengocok) Selama
15-20 detik dengan kecepatan 900 s/d 1100 rpm Tutup Mikrotitration plate dengan
menggunakan plastik Polystyrine, dan Inkubasikan pada suhu ruangan (+ 15-25 ºC) Reaksi
dapat terbaca setelah 3-24 jam.
3.3 Uji Bioassay
Identifikasi stadium parasit dilakukan dengan uji bioassay dari organ hewan yang positif
secara serologis terinfeksi Toxoplasma gondii pada mencit dan kucing.
Bioassay dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
a. Metoda Digesti Pepsin-HCl (Dubey 1998).
Pertama-tama organ otak dan jantung dari itik yang positif secara serologis dipotong kecil (1-
2 cm), kemudian dengan menggunakan blender hancurkan 50 g daging yang ditambahkan
125 ml saline pada kecepatan tinggi selama 30 detik. Setelah itu bilas emulsi daging tersebut
dengan 125 ml saline kemudian tuangkan pada wadah 1000 ml dan letakkan pada temperatur
kamar selama 1 – 3 jam. Langkah berikutnya adalah Tambahkan 250 ml emulsi daging
dengan larutan asam pepsin (pepsin 2,6 g, NaCl 5,0 g, HCl 7,0 dan tambahkan aqudes sampai
500 ml, ph 1,10 – 1,20) dalam keadaan hangat (37o
C), kemudian inkubasikan pada
temperatur 37o
C selama 60 menit. Selanjutnya emulsi daging tersebut disaring sebanyak 250
ml dan disentrifus pada kecepatan 1200 rpm selama 10 menit. Supernatan dituang, kemudian
-
sedimen ditambahkan 20 ml phospat buffer saline (PBS, pH 7,2) dan letakkan pada tabung
50 ml.serta ditambahkan 12 – 18 ml 1,20 % sodium bicarbonat (pH 8,3), kemudian
disentrifuse pada kecepatan 1200 rpm selama 10 menit. Langkah teraknir adalah supernatan
dibuang, kemudian sedimen ditambahkan 1000 unit penicillin dan 100 µg streptomycin per
ml. dan inokulat siap untuk diperiksa atau diinokulasikan.
b. Bioassay pada Mencit dan kucing
Inokulum asal otot, otak dan jantung itik diinokulasikan masing-masing pada 3 ekor
mencit sebanyak 0,2 ml secara peritonial, masing-masing mencit dengan perlakuan yang
berbeda diberi tanda yang berbeda (diwarnai) dan diletakkan dalam satu kandang. Kandang
mencit diberi penanda tanggal penyuntikan dan nomor inokulum dan pengamatan pada
mencit dilakukan sampai hari ke 28 setelah inokulasi.
c. Bioassay pada kucingI
Jantung, otot dan otak daging itik yang positif antibodi T. gondii di pool kemudian
diberikan makan pada 3 ekor anak kucing. setelah hari ketiga sampai hari ke-14 mulai
dilakukan pemeriksaan feses kucing untuk menemukan adanya ookista T. gondii . ookista
yang ditemukan kemudian disimpan pada di frezer pada suhu minus 20 C
d. Nekropsi Mencit dan Pengamatan Kista
Mencit yang mati selama pengamatan dilakukan nekropsi,kemudian dibuatkan
preparat ulas organ otak, jantung, paru dan hati. Mencit yang bertahan hidup sampai hari ke
28 terlebih dahulu dianastesi dengan menggunakan ether, lalu dinekropsi dan dibuat preparat
ulas organ otak, jantung, paru dan hati. Preparat ulas difiksasi dengan menggunakan
methanol dan diwarnai dengan giemsa 20 %. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah
mikroskop dengan pembesaran 1000 X untuk melihat adanya kista T. gondii.
Penelitian Tahun II
Genotyping
Ookista Toxoplasma gondii pada kucing atau Kista otak pada mencit yang positif
Toxoplasma gondii diisolasi dengan percoll gradient sentrufugasi. Extraksi DNA
menggunakan QIAamp DNA minikit (Qiagen). Penentuan type strain dari Toxoplasma
-
gondii menggunakan tiga single nucleotide polymorphism (SNPs) dengan PCR-restriction
fragment lenght polymorphism RFLP (SAG2, SAG1 dan GRA7).
Ekstraksi DNA
Tahapan isolasi DNA T. gondii Mengacu pada prosedur suplaiyer (Qiagen, 2007).
Sebanyak 180-220 mg sampel feses dimasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml dan
letakkan pada kotak yang berisi es. Tambahkan 1,4 ml buffer ASL pada masing masing
tabung yang berisi sampel, divortex selama 1 menit atau hingga sampel homogen. Masukkan
tabung kedalam waterbath dengan suhu 960C selama 5 menit. Vortex selama 15 detik lalu
sentrifuge dengan kecepatan maksimum selama 1 menit hingga terbentuk endapan didasar
tabung. Ambil 1,2 ml supernatan dan lmasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml yang
baru, endapannya dibuang. Tambahkan 1 tablet InhibitEX pada masing masing tabung,
langsung divortex hingga seluruh tablet tersuspensi dalam larutan sampel. Inkubasikan
suspensi pada suhu kamar selama 1 menit supaya partikel inhibitor teradsorbsi pada matriks
InhibitEX. Centrifuge sampel pada kecepatan maksimum hingga terbentuk endapan (ikatan
inhibitor dan matriks InhibitEX). Ambil seluruh supernatan lalu masukkan ke dalam tabung
mikrosentrifuge 1,5 ml baru, endapannya dibuang. Centrifuge sampel pada kecepatan
maksimum selama 3 menit. Ambil lalu masukkan 200 µl supernatan pada tabung
mikrosentrifuge 1,5 ml baru lalu tambahkan 15µ proteinase K dan 200 µl buffer AL
kemudian divortex selama 15 detik. Inkubasikan pada suhu 70oC selama 10 menit.
Tambahkan 200 µl etanol 96-100% sebagai lisator dan vortex hingga tercampur. Ambil
cairan yang telah lisis dengan hati-hati agar tidak terbentuk gelembung udara dan cairan tidak
tertempel didinding tabung, lalu masukkan kedalam QiAmp spin column yang diletakkan
pada tabung mikrosentrifuge 2 ml. Tutup tabung QiAmp spin column lalu centrifuge pada
kecepatan penuh selama 1 menit, filtratnya dibuang dan ambil QiAmp spin column untuk
diletakkan pada tabung mikrocentrifuge yang baru. Tambahkan 500 µl buffer AW1 kedalam
QiAmp spin column lalu centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1 menit, buang
filtratnya dan letakkan QiAmp spin column pada tabung mikrocentrifuge 2 ml yang baru dan
tambahkan 500 µl buffer AW2, centrifuge pada kecepatan maksimum selama 3 menit. Buang
filtratnya dan ulangi centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1 menit. Ambil QiAmp
spin column dan masukkan kedalam tabung mikrocentrifuge 1,5 ml yg baru. Tambahkan
dengan meletakkan 50 µl buffer AE pada membran QiAmp spin column, inkubasi selama 1
menit pada temperatur kamar. Centrifuge selama 1 menit pada kecepatan maksimum. DNA
tertampung bersama filtrat pada tabung mikrocentrifuge 1,5 ml.
-
Proses PCR
Reaksi PCR dilakukan pada total volume 25 µl yang mengandung 2 µl DNA template,
5 µl PCR buffer, 1,5 µl MgCl2, 0,2 µl dNTPs, 0,1 µl Taq polymerase, 1 µl F Primer, 1 µl R
Primer dan 14,2 µl dH2O. Proses PCR mengacu pada metode yang diterapkan oleh (Daniel
et.al 1997 dan Lehman et. al 2000) yaitu menggunakan metode nested PCR dengan
menggunakan dua pasangan primers.
Sampel dianalisis pada lokus SAG2, amplifikasi pertama dilakukan reaksi sebanyak
40 siklus dengan menggunakan primers SAG2.F4 (5’GCTACCTCGAACAGGAACAC3’)
dan SAG2.R4 (5’GCATCAACAGTCTTCGTTGC3’). Amplifikasi dilakukan pada mesin
Thermalcycler Model TC25/H dengan kondisi predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit,
diikuti 40 siklus dengan kondisi reaksi sebagai berikut: denaturasi pada suhu 94oC selama 30
detik, annealing pada suhu 65oC selama 30 detik dan polimerisasi pada suhu 72
oC selama 45
detik. Pada bagian akhir ditambahkan dengan polimerasi pada suhu 72oC selama 10 menit.
Amplifikasi kedua dilakukan menggunakan produk PCR pada reaksi yang pertama
sebanyak 2 µl setelah dilarutkan pada dH2O dengan perbandingan 1/10. Primers yang
digunakan adalah sebagai berikut SAG2.F (5’GAAATGTTTCAGGTTGCTGC3’) dan
SAG2.R2 (5’GCAAGAGCGAACTTGAACAC3’) kondisi reaksi yaitu predenaturasi pada
suhu 94oC selama 5 menit, diikuti 40 siklus dengan kondisi reaksi sebagai berikut: denaturasi
pada suhu 94oC selama 30 detik, annealing pada suhu 65
oC selama 30 detik dan polimerisasi
pada suhu 72oC selama 45 detik. Pada bagian akhir ditambahkan dengan polimerasi pada
suhu 72oC selama 10 menit.
Elektroforesis
Setelah reaksi PCR selesai dilanjutkan pada tahapan elektroforesis. Langkah kerjanya
sebagai berikut; Siapkan agarose 1,5% (75 mg + 50 ml TAE buffer) yang ditambahkan
sebanyak 2µl DNA Stainer. Masing-masing produk PCR diambil 5 µl dan dicampur dengan
2 µl loading dye. Kolom pertama diisikan DNA Ladder berukuran 100 bp. Elektroforesis
dilakukan pada tegangan 90 volt selama 35 menit. Visualisasi band yang muncul dilakukan
dengan UV transilluminator, kemudian difoto menggunakan kamera digital yang dilengkapi
dengan UV filter.
-
Purifikasi DNA
Sampel yang menunjukkan adanya band pada gel elektroforesis selanjutnya
dimurnikan menggunakan DNA Purification Kit produksi Invitrogen. Gel yang terdapat band
dipotong menggunakan pisau scalpel steril tepat pada bandnya. Masukkan potongan gel
kedalam tabung spin khusus yang tersedia dalam kit lalu tambahkan binding buffer kira-kira
empat kali volume sampel, centrifuge pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang
cairannya dan ambil spin tube, tambahkan 650 µl washing buffer lalu centrifuge pada
kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang cairannya dan ulangi centrifuge pada kecepatan
maksimum selama 2-3 menit. Ambil spin tube dan masukkan kedalam tube baru lalu
tambahkan 30 µl elution buffer dan inkubasikan pada suhu ruang selama 1 menit. Centrifuge
pada kecepatan maksimum selama 2 menit, cairan tersebut mengandung produk DNA yang
siap untuk diproses selanjutnya.
Sequencing DNA dan Analisis Hasil
DNA hasil purifikasi dikirim ke Laboratorium Eijkman untuk dilakukan analisa
sequencing. Hasil sequencing yang didapatkan kemudian dianalisa dan dibaningkan dengan
Gene Bank untuk menentukan spesies Entamoeba.
BAB IV. PEMBIAYAAN DAN JADWAL PENELITIAN
4.1 Anggaran Biaya
JENIS PENGELUARAN
BIAYA YANG DIUSULKAN
(RP)
JUMLAH
Th. 2013 Th. 2014
UPAH DAN GAJI 12.288.000 12.288.000 24.576.000
BAHAN HABIS PAKAI 35.850.000 33.000.000 68.850.000
PERJALANAN 7.000.000 - 7.000.000
PENGELUARAN LAINNYA 3.250.000 7.500.000 10.750.000
JUMLAH 58.388.000 52.788.000 111.176.000
-
4.2 JADWAL PENELITIAN
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Kegiatan
Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahun 2013
1 Persiapan
2 Pengambilan sampel dan uji serologis
3 Uji biasaay pada mencit dan kucing
4 Analisis data dan publikasi
-
DAFTAR PUSTAKA
Carney WP; Cross JH; Joseph SW, Van Peenen PF, Rusell D; Salianti Saroso J (1978):
Serological study of amoebiasis and toxoplasmosis in the Malili area, South Sulawesi,
Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health 4: 471-479
Chatterton J.M.W. (1992): Pregnancy. In: Ho-Yen DO, Joss AWL, editors. Human
toxoplasmosis. Oxford: Oxford University Press. 144-183
Chomel BB; Karsten R; Adam C; Lambilotte C; Theis J; Goldsmith R; Koss J; Chioino C;
Widjana DP; Sutisna P (1993): Serosurvey of some major zoonotic infections in
children and teenagers in Bali, Indonesia.Sutheast Asian J Trop Med Public Health
24: 321-326
Cross JH; Van Peenen PF; Hsu NH; Koeshardjono C; Simanjuntak GM; Amdani SK. (1976):
Toxoplasma gondii haemaglutinating antibody titers in Indonesian goats. Trop Geogr
Med 28: 355-358
Damriyasa, IM., C. Bauer, K. Noeckler, A.M. Tenter and H. Zahner (2000) Survey on
zoonotic parasite infections in pigs in southern Bali, Indonesia Proc. 19. Kongr.
DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart
Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C. Bauer
(2001b): Faecal and serological survey on Endoparasite infections of sows in Bali,
Indonesia. Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr.
E35p
Daniel, KH., S. Honore, F. Derouin and LD. Sibley. 1997. Determination of Genotypes of
Toxoplasma gondii Strains Isolated from Patients with Toxoplasmosis. J. of Clinical
Microbiology. Vol. 36, No.6. P:1411-1414
Desmonts G; Daffos F; Forestier F; Capella-Pavlovsky M; Thulliez P; Chartier M. (1985):
Prenatal Diagnosis of congenital toxoplasmosis. Lancet 8620: 500-504.
Dubey JP. (1980): Mouse pathogenecity of Toxoplasma gondii isolated from goat. Am. J. of
Vet Sci. 24: 139-146
Dubey JP and Beattie CP. (1988). Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton, FL: CRC
Press.
Dubey JP, Beattie CP. 1988. Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton, FL: CRC
Press.
Dubey JP. 1998. Refinement of pepsin digestion method for isolation of Toxoplasma gondii
from infected tissue. Veterinary Parasitology 74, 75-77
Dubey, JP, Graham DH, Dahl E, Hilali M, El-Ghaysh A, Sreekumar C, Kwok OCH, Shen
SK, Lehman T. 2003a. Isolation and molecular characterization of Toxoplasma gondii
from Chickens and ducks from Egypt. Vet. Parasitol. 114, 89-95.
-
Dubey JP, Lam Thi Thu Huong, Lowson BWL, Subekti DT, Tassi P, Cabaj W, Sundar N,
Velmurugan GV, Kwok OCH, Su C. 2008. Seroprevalence and isolation of
Toxoplasma gondii from free-range chicken in Ghana, Indonesia, Italy, Poland and
Vietnam. J. Parasitol. 94. Pp 68-71
Dubey JP. (1996): Strategies to to reduce transmission of Toxoplasma gondii to animals and
humans. Vet Parasitol. 64: 65-70
Dwinata, IM. Sutarga IM: Damriyasa, IM. 2009. Potensi Kucing sebagai Faktor Risiko
terhadap Toxoplasmosis pada Wanita Hamil di Bali. Laporan Hibah penelitian
Strategis Nasional. Universitas Udayana.
Dwinata, IM; Sukada, IM; Oka, IBM. 2011. Isolasi dan seroprevalensi Toxoplasma gondii
pada kambing di Bali. Laporan Penelitian Fundamental. DIKTI.
Dwinata, IM; Adi Suratma,N; Oka,IBM; Damriyasa, IM. 2012. Seroprevalensi dan isolasi
Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Jurnal Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan Indonesia. Vol.13 N0.4 Desember 2012.
Gandahusada S and Endardjo S (1980) Toxoplasma antibodies in Obano, Irian Jaya,
Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health. 11: 276-279
Hayde M. and Pollack A.(2000): A clinical picture: neonatal signs and symptoms. In:
Ambroise Thomas P; Petersen E editors. Congenital Toxoplasmosis: scientific
background, clinical management and control. Paris: Springer Verlag France. 153-164
Lehmann T., CR. Blackston, SF. Parmley, JS. Remington and JP. Dubey. 2000. Strain
Typing of Toxoplasma gondii: Comparison of Antigenic-coding and Housekeeping
Genes. J. Parasitol, 86(5), P 960-971.
Yan, C; Yue, CL.; Yuan, ZG.; He,Y.; Yin, CC.; Lin, RQ.; Dubey,JP.; Zhu,XQ. 2009.
Toxopalsmosis gondii Infection in Domestic ducks, Free-range and cage chikens in
Southern China. Veterianry Parasitology 165. 337-340.
Yang, N; Ming-Yang, M; Hong-Kui, L; Miao, L.; Jian-Bin, H. 2012. Seroprevalence of
Toxoplasma gondii Infection in Slaughtetred Chickens, Ducks, and Geese in
Shenyang, Northeastern China. Parasites and Vector, 5.237.
Koskiniemi M; Lappalainen M; Hedman K. (1989): Toxoplasmosis needs evaluation: an
overview and proposals. Am J Dis Child: 143: 724-728
Matsuo K and Husin D. (1996): A survey of Toxoplasma gondii antibodies in goats and
cattle in Lampung province, Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health 27:
554-555
Pinckney RD; Lindsay DS; Blagburn BL; Boosinger RB; McLaughin SA; Dubey JP. (1994):
Evaluation of the safety and efficacy of vaccination of nursing pigs with living
tachyzoites of two strains of Toxoplasma gondii. J. Parasitol. 80: 438-448
-
Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM . 2000. Toxoplasma gondii: From animal to human.
Inter. J.for Parasitol., 30: 1217-5
Uga S; Ono K; Kataoka N; Hasan H. (1996): Seroepidemiologi of five major zoonotikc
parasite infections in inhabitants of Sidoarjo, East Java, Indonesia. Sutheast Asian J
Trop Med Public Health 27: 556-561
LAMPIRAN 1.
REKAPITULASI ANGGARAN
Pada Tahun I.
1. Honor dan Upah
N
o
Tim
Peneliti
Orang Ming
gu /
Bulan
Bulan
Kerja
Jam /
Ming
gu
Tarip/
Jam
Total (Rupiah)
1 Ketua 1 4 8 8 18000 4.608.000
2 Anggota 2 4 8 8 15000 7.680.000
Subtotal 12.288,000
Terbilang: Dua belas juta dua delapan puluh delapan ribu rupiah
2. Pengadaan Bahan habis pakai
No Nama Bahan Volume Satuan Biaya satuan Total biaya (Rp)
1 Kit IHA 4 set 4.000.000 16.000.000
2 Pemeriksaan digesti 1 paket 4.000.000 4.000.000
3 Pembelian itik 200 ekor 50.000 10.000.000
4 Pembelian kucing 3 ekor 100.000 300.000
5 Tip dan pipet 1 paket 1.000.000 1.000.000
6 pembelian mencit 1 paket 1.350.000 1.350.000
7 pemeliharaan mencit 1 paket 1.000.000 1.000.000
8 pembelian objek glas 10 boks 60.000 600.000
9 pembelian cover glas 10 boks 60.000 600.000
10 Bahan lainnya 1 paket 1.000.000 1.000.000
Subtotal 35.850.000
Terbilang: Tiga puluh lima juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah
-
3. Perjalanan
Uraian kegiatan Volume Biaya satuan Biaya satuan
1. Denpasar-Buleleng
2. Denpasar –kelungkung
3. Denpasar-Gianyar
4. Denpasar-Tabanan
5. Denpasar-karangasem
6. Denpasar-Bangli
7. Denpasar-Jembrana
2
2
2
2
2
2
2
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
1000.000,-
1000.000,-
1000.000,-
1000.000,-
1000.000,-
1000.000,-
1000.000,-
Sub total 7.000.000,-
Terbilang : Tujuh juta rupiah
4. Pengeluaran lainnya
N
o
Uraian Kegiatan Volu
me
Biaya
satuan
Total biaya
1 Rapat persiapan 1 Paket 500.000 500,000
2 Administrasi 1 Paket 1.000000 1,000,000
3 Analisis data 1 Paket 500.000 500,000
4 Seminar dan
pelaporan
1 Paket 1.250.000 1,250,000
Sub total 3.250,000
Terbilang: Tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah
Total pengeluaran 1+2+3 Rp. 58.388.000,-
Terbilang: Lima puluh delapan juta tiga ratus delapan puluh delapan
ribu rupiah
-
Pada Tahun II
1. Honor dan Upah
No Tim Peneliti Orang Minggu /
Bulan
Bulan
Kerja
Jam /
Minggu
Tarip/
Jam Total (Rupiah)
1 a. Ketua 1 4 8 8 18.000 4.608.000
2 b. Anggota 2 4 8 8 15.000 7.680000
Subtotal 12.288.000
Terbilang : Dua belas juta dua ratus delapan puluh delapan ribu rupiah
2. Bahan habis pakai untuk genotyping
No Uraian kegiatan Volume Biaya
satuan
Total biaya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
DNA Extraction KIT
Primers
Reagen PCR
Pipett tips
Agarose
Buffer TAE
Loading dye
DNA Ladder
PCR Tubes
Nuclease free water
Powder free gloves
Edithium bromide
Parafilm paper
DNA Purification Kit
Sequencing DNA
3 box
3 pasang
150 reaksi
10 box
1 box
1 L
1 ml
1 ml
1 box
500 ml
5 box
1 ml
1 rol
1 box
25
3.680.000
600.000
50.000
250.000
1.800.000
800.000
1.013.000
3.300.000
2.800.00
2.600.000
150.000
900.000
500.000
4.300.000
300.000
11.040.000
1.800.000
7.500.000
2.500.000
1.800.000
800.000
1.013.000
3.300.000
2.800.000
2.600.000
750.000
900.000
500.000
4.300.000
7.500.000
49.103,000
-
3. Pengeluaran lainnya
No Uraian Kegiatan Volume Biaya
satuan
Total biaya
2 Rapat persiapan 1 Paket 500000 500,000
3 Sewa alat 1 Paket 1500000 1,500,000
4 Administrasi 1 Paket 500000 500,000
5 Analisis data 1 Paket 500000 500,000
6 Seminar dan pelaporan 1 Paket 4,500000 4,500,000
Sub total 7.500,000
Terbilang: Tujuh juta lima ratus ribu rupiah
Total : 1 +2 +3 = Rp. 52.788.000,-
(Lima puluh dua juta rupiah tujuh ratus delapan puluh delapan ribu rupiah
-
Lampiran 2
Organisasi Tim Peneliti
No Nama dan gelar Bidang Keahlian Pembagian Tugas
1
2.
3.
4.
Drh. I Made Dwinata,
M.kes
Prof.Dr.Drh. I Made
Damriyasa, M.kes
Drh. I B Made Oka Mkes
Drh. Kadek Karang
Agustina,MP
Parasitologi
Parasitologi
Parsitologi
Molekuler Parasitologi
Semua tim peneliti
ikut didalam
pengambilan sampel
kelapangan dan ikut
didalam pemeriksaan
laboratorium.
-
Lampiran 3
Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana telah merintis kerjasama sejak tahun
2000 dengan Institute for Parasitologi Justus Liebig University Giessen Jerman yang
terwujud dalam bentuk Laboratorium Bersama yaitu Center for Study on Animal
Diseases (CSAD) yang pembangunan dan perlatannya dibantu dari Institute for
Parasitologi Justus Liebig University Giessen Jerman . Dari kerjasama tersebut telah
banyak hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan pada seminar-seminar baik tingkat
nasional maupun internasional, serta beberapa telah dipublikasikan pada journal
internasional. Disamping itu adanya laboratorium Parasitology di fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana telah dilengkapi dengan serana dan prasarana untuk
pelaksanaan penelitian ini.
Laboratorium Biomedik merupakan laboratorium molekuler yang dimiliki oleh FKH
Unud, disana merupakan pusat penelitian dibidang molekuler, yang menyediakan
beberapa mesin PCR serta perlengkapan penunjang lainnya.
-
LAMPIRAN 4.
BIOGRAFI
1. KETUA PENELITI
Nama Lengkap : Drh. I Made Dwinata Mkes
Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 6 Juni 1962
Jenis Kelamin : Pria
Bidang Keahlian : Parasitologi
Kantor/Unit Kerja
NIP
Pangkat/Gol/Jabatan
:
:
:
FKH UNUD
196206061989031003
Pembina TK I/IVb/Lektor Kepala
Alamat Kantor : FKH-Unud Denpasar Bali
Telepon : 0361 223791
Alamat Rumah
Email
:
:
Jl. Tukad Pakerisan G. XIIB/4 DPS
Pendidikan (S1 ke atas)
No.
Perguruan Tinggi
Kota & Negara
Tahun lulus
Bidang Studi
1 Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 1981-1987 Kedokteran
Hewan (S1)
2 Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 1993-1996 Ilmu Kesehatan
Masyarakat (S2)
PENGALAMAN RISET
No. Judul Riset
Tahun
1. Prevalensi cacing nematoda pada ayam buras yang dipasarkan di Kotif 1988
-
Denpasar
2. Hubungan antara jumlah cacing Haemonchus dengan hitung jenis lekosit
pada Kambing
1989
3. Penggunaan getah pepaya sebagai obat cacing pada babi 1991
4. Survey cacing pada itik di Bali 1992
5. Prevalensi cacing Ascaris suum pada babi di Bali 1994
6. Efek Ivermectin terhadap embryonisasi Telur Ascaris suum 1998
7
8.
9.
10.
11.
12
13.
14.
15.
16.
Penggunaan minyak oles bokasi pada anjing penderita scabies
Prevalensi infeksi Cacing nematoda pada Rusa yang ditangkarkan di Bali
Isolasi Toxoplasma gondii Asal Babi di Bali
Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post Mortem
Hubungan Titer Antibodi Terhadap Toxoplasma dengan Intensitas Parasit
Pada Jaringan
Isolasi dan Uji Patogenitas Toxoplasma gondii pada Ayam kampung di
Bali
Evaluasi Metode Elisa Melalui Pemeriksaan Meat Juice Untuk Melacak
Adanya Infeksi Toxoplasma Gondii Pada Babi
Potensi Kucing sebagai Faktor Risiko terhadap Toxoplasmosis pada
wanita Hamil di Bali (Hibah Strategis Nasional, P2M Dikti
Prevalensi Infeksi Strongyloides ransomi pada anak babi diare di Bali.
Penentuan Kontaminasi Toxoplasma gondii pada daging kambing melalui
deteksi antibodi dan Genotyping (Hibah Fundamental, P2M DIKTI)
2001
2004
2005
2006
2007
2008
2008
2009
2009
2011
PUBLIKASI
1.
2.
Arjana AAG dan Dwinata IM 2000. Uji in vitro Praziquantel terhadap daya tetas
Telur Cacing Fasciola Gigantika. Buletin Sains Veteriner. Vol. XVI
Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C.
Bauer (2000): Faecal survey on Endoparasite infections in Breeding sows in two
districts of Bali, Indonesia. Proc. 19. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol.,Stuttgart
3. Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C.
Bauer (2001): Faecal and serological survey on Endoparasite infections of sows in
Bali, Indonesia. Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr.
-
Nr. E35p
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, IM., Apsari IAP., Schares G., Noeckler
K., Schein E. and Baur C. (2000).Parasite infections in semi-domesticated dogs in
Bali, Indonesia.Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr.
Nr. E35p
Dwinata, 2006. Cacing Nematoda Pada Rusa yang Ditangkarkan di Bali. Jurnal
Veteriner.
Yudistira D.G, I.M. Dwinata, IM Damriyasa, N.S Dharmawan, 2006. Survey on
Helminth infections of Elephants in Elephant Safari Park Bali. Proc.2nd
. Asean
Congres Of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. P.26
Dwinata, I M. 2007. Proc. Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil
Hasil Penelitian Pada Hewan Kesayangan. Denpasar, 10 Desember 2007.
Dwinata, IM.2007. Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post
Mortem. Proc. Simposium Nasional Parasitologi dan Penyakit Tropis. Denpasar,
25-26 Agustus 2007. Denpasar.
Dwinata, IM. 2009. Isolation Toxoplasma gondii in Village Chicken in Bali
Proc. In The Internasional Conference on ” Biotechnology for a Sustainable
Future” . Bali, Indonesia, Udayana University, 15-16 September 2009.
Oka, IBM, I M Dwinata . 2011. Strongyloidosis Pada Anak Babi Pra-Sapih.
Buletin Veteriner Udayana, Vol.3 No.2.
Dwinata, IM, IBM Oka, N. Adi Suratma , IM Damriyasa. 2012. Seoprevalensi
dan Isolasi Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Jurnal Veteriner.
Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia. Vol.13 N0.4 Desember 2012.
Denpasar, 12 Desember 2013
Drh. I Made Dwinata MKes
NIP. 19620606 198903 1 003
-
2. Anggota Peneliti
Anggota 1
I. IDENTITAS DIRI
1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Drh, I Made Damriyasa MS. L/P
1.2 Jabatan Fungsional Guru Besar
1.3 NIP/NIK/No. identitas lainnya 19621231 198803 1017
1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 31 Desember 1962
1.5 Alamat Rumah Jl. Tukad Badung XXIV No 11 Denpasar
1.6 Nomor Telepon/Faks -
1.7 Nomor HP 0817340627
1.8 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,
Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali.
1.9 Nomor Telepon/Faks 0361 223791
1.10 Alamat e-mail [email protected]
1.11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 65 orang ; S-2= - orang; S-3=
3 orang
1.12 Mata Kuliah yg diampu
1. Parasitologi (S1)
2. Patologi Klinik Veteriner (S1)
3. Imunologi Parasit (S2)
4. Ekologi Parasit (S2)
5. Epidemiologi (S2)
6. Parasitologi lanjutan (S3)
7. Biokimia Patogen (S3)
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
2.1. Program: S1 S2 S3
2.2. Nama PT Universitas
Airlangga
Surabaya
Universitas Airlangga
Surabaya
Justus Liebig
University Giessen
Germany
2.3. Bidang Ilmu Kedokteran Hewan Kedokteran Dasar Parasitologi
2.4. Tahun Masuk 1981 1990 1996
-
2.5. Tahun Lulus 1987 1993 2001
2.6. Judul Skripsi/
Tesis/Disertasi
Hubungan antara umur
kebuntingan dengan
gambaran eritrosit sapi
Frisian Holstein
Pengaruh penam-
bahan niasin pada
pakan terhadap
pertumbuhan ayam
broiler
Querschnittsstudie zu
Parasitosen bei
Zuchtsauen in
suedhessischen
Betrieben
2.7. Nama Pembim-
bing/ Promotor
Dr. drh. D. N. K. Laba
Mahaputra MSc
Prof. Dr. Purnomo Prof. Dr. Horz Zahner
III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
Urutkan judul penelitian yang pernah dilakukan(sebagai ketua) selama 5 tahun terakhir dimulai
dari penelitian yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai penelitian yang tidak
diunggulkan.
No Tahun Judul Penelitian Penyandang
Dana
Jumlah
1 2008-
2010
Kajian epidemiologi neosporosis pada
sapi bali
Hibah
Kompetensi
300.000.000
2 2010 Epidemiology, diagnosis, and reducing
prevalence of zoonotic parasites in West
Papua
ACIAR 150.000.000
3 2005 Seroprevalensi Neospora caninum pada
red fox di Jerman
JLU Giessen,
Jerman
*-
5 2006 Infeksi buatan cacing pita Taenia
saginata pada sapi bali
University of
Asahikawa
Jepang
75.000.000
6 2007 The anthelmintic activity of papaya fruit
and betel nuts on gastrointestinal
nematodes in pig
ACIAR 80.000.000
7 2005 Seroprevalensi Trichinella pada red fox di
Jerman
JLU Giessen,
Jerman
50.000.000
8 2006 Seroprevalece of Toxoplasma and
Trichinella in Jayawijaya Papua Indonesia
ACIAR 75.000.000
9 2009 Seroprevalensi dan identifikasi molekuler CSAD 75.000.000
-
Toxoplasma gondii pada kambing
10 2005 Survey on endoparasite infections of pigs
in Wamena Papua
ACIAR 65.000.000
Keterangan:
*- : Pekerjaan dilakukan di Justus Liebig University Giessen, Jerman
CSAD (Center for Studies on Animal Diseases): Laboratorium kerjasama antara FKH
Universitas Udayana dengan Institute of Parasitology JLU Giessen, Jerman;
penggalian dananya diprakarsai oleh Prof. Dr. Christian Bauer (Visiting Professor di
FKH Unud).
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Urutkan judul pengabdian kepada masyarakat yang pernah dilakukan(sebagai ketua) selama 5
tahun terakhir dimulai dari yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai pengabdian
kepada masyarakat yang tidak diunggulkan.
No Tahun Judul Kegiatan Pendanaan
Sumber Jumlah
1 2006 Pemanfaatan limbah biji pepaya sebagai
obat cacing pada peternakan ayam
petelur di desa Penebel Tabanan
DIKTI,
Penerapan
IPTEKS
5.000.000
2 2005 Strategi pemberantasan penyakit
parasiter dalam meningkatkan produksi
pada peternakan babi rakyat di desa
Sibetan Karangasem
DIPA Unud 4.000.000
3 2004 Peningkatan produktifitas ternak babi
melalui pemberantasan penyakit
parasiter di desa Bungaya Karangasem
DIPA Unud 4.000.000
4 2005 Strategi pemberantasan penyakit
cacingan pada anjing lokal di obyek
wisata Sanur dalam upaya pencegahan
penularannya yang bersifat zoonosis
DIPA Unud 4.000.000
5 2005 Pelayanan Kesehatan Ternak sapi di Bukit FKH Unud 5.000.000
-
Jimbaran Badung
6 2005 Peningkatan produktivitas ternak babi
dengan menekan kematian pra sapih di
desa Bebandem, Karangasem
DIPA Unud 4.000.000
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL (tidak termasuk makalah
seminar/proceedings, artikel di surat kabar)
Urutkan judul artikel ilmiah yang pernah diterbitkan selama 5 tahun terakhir dimulai dari artikel
yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai penelitian yang tidak diunggulkan.
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/
Nomor Nama Jurnal
1 2010 Seroprevalence of antibodies to
Neospora caninum in Bos Javanicus
(Bali cattle) from Indonesia*.
42:
95-98
Tropical Animal
Health Production
2 2007 Improving the efficiency of the
sweetpotato-pig production in
Jayawijaya Regency of Papua
Province: reducing parasite infection
in pigs.
23 (2):
5-9
Commonwealth
Veterinary Association
Journal
3 2009 Experimental Infection of Taenia
saginata eggs in Bali Cattle:
Distribution and Density of Cysticercus
bovis.
10 (4):
178-183
Jurnal Veteriner
4 2006 Small strongyle infection:
Consequences of larvacidal treatment
of horses with fenbendazole and
moxodectin.
139;
115-131
Veterinary
Parasitology,
5 2006 Prevalence and age-depending
occurrence of gastrointestinal
protozoa infections in suckling piglets.
119;
287-290.
Berl. Munch.
Tieraerztl.
Wochenschr.
6 2005 Seroprevalence of Toxoplasma gondii
in sows in Muensterland, Germany.
112;
201-240
Dtsch. Tieraerztl.
Wschr.
7 2004 Cross-sectional study in pig breeding
farm in Hesse, Germany: prevalence
126; Veterinary
-
of antibodies to Toxoplasma gondii,
Sarcocystis spp. and Neospora
caninum in sows and analyses of risk
factors.
271-286 Parasitology
8 2004 Prevalence, risk factors and economic
importance of infestations with
Sarcoptes scabiei and Haematopinus
suis in sows of pig breeding farms in
Hesse, Germany.
18;
361-367
Medical and
Veterinary
Entomology
9 2008 Molecular genotyping of Anisakis
Dujardin, 1845 (Nematoda:
Ascaridoidea: Anisakidae) larvae from
fish of Balinese and Javanese waters,
Indonesia.
45, 1:
3-12,
Helminthologia
10 2009 Serosurvey for infections with
Leptospira serovars in pigs from Bali,
Indonesia.
116,
389-391
Deutsche Tierärztliche
Wochenschrift
11 2006 Peningkatan produktivitas ternak babi
dengan menekan kematian prasapih
di desa Bebandem Karangasem.
5 (1).
48-49.
Udayana Mengabdi
*) Publikasi luaran dari hibah kompetensi 2008-2010
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU
Urutkan judul buku yang pernah diterbitkan selama 5 tahun terakhir dimulai dari buku yang
paling diunggulkan menurut Saudara sampai buku yang tidak diunggulkan.
No. Tahun Judul Buku Jumlah
Halaman
Penerbit
1. 2002 Querschnittsstudie zu Parasitosen bei
Zuchtsauen in südhessischen
Betrieben. ISBN 3-935713-15-0
178 Fachverlag Koehler,
Giessen
2. 2008 Neosporosis pada sapi. ISBN 978-602-
8409-00-1
110 Pelawa Sari Denpasar.
-
VII. PENGALAMAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA
Urutkan judul rumusan kebijakan/rekayasa sosial lainnya yang pernah dbuat/ditemukan
selama 5 tahun terakhir.
No. Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan
Tempat
Penerapan
Respons
Masyarakat
1. 2009 Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Rabies di Bali
Pemerintah
Provinsi Bali
Positif
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan hibah Penelitian Kompetensi.
Denpasar, 12 Desember 2013
(Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa MS)
-
Anggota 2:
1. Nama Lengkap : Drh. Ida Bagus Made Oka Mkes
2. Tempat/Tanggal Lahir : Karangasem, 1960
3. Jenis Kelamin : Laki
4. Fakultas : Kedokteran Hewan
5. Pangkat/Golongan/NIP : Penata /IIIc/19601231 1989031014
6. Bidang Keahlian : Parasitologi
Tahun perolehan gelar akademik terakhir : 1996
7. Kedudukan dalam Tim : Anggota
8. Alamat Kantor : Kampus Bukit Jimbaran Bali
Telepon : 0361 701808
Fax. : 0361 701808
Alamat Rumah : Jalan Tegal Buah XIIB/4
Denpasar
PENGALAMAN PENELITIAN No.
JUDUL RISET Tahun
1. Prevalensi cacing nematoda pada ayam buras yang dipasarkan di Kotif
Denpasar
1988
2. Penggunaan getah pepaya sebagai obat cacing pada babi 1991
3. Survey cacing pada itik di Bali 1992
4. Prevalensi cacing Ascaris suum pada babi di Bali 1994
5. Efek Ivermectin terhadap embryonisasi Telur Ascaris suum 1998
7
8.
9
10.
11
Prevalensi infeksi Cacing nematoda pada Rusa yang ditangkarkan di Bali
Isolasi Toxoplasma gondii Asal Babi di Bali
Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post Mortem
Isolasi dan Uji Patogenitas Toxoplasma gondii pada Ayam kampung di
Bali
Prevalensi Infeksi Strongyloides ransomi pada anak babi diare di Bali.
2004
2005
2006
2008
2009
Denpasar, 12 Desember 2013
Drh. I B Made Oka Mkes
NIP. 196012311989031014
-
Anggota 3:
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar)
Drh. Kadek Karang Agustina,
MP L
2. Jabatan Fungsional Asisten ahli
3. Jabatan Struktural -
4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198408042008121001
5. NIDN 0004088401
6. Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 4 Agustus 1984
7. Alamat Rumah Br.Merta sari, Penatih Dangin Puri
8. Nomor Telepon/Faks /HP 081353306020
9. Alamat Kantor Kampus FKH-Jl PB Sudirman
10. Nomor Telepon/Faks 0361 223791
11. Alamat e-mail [email protected]
12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 4 orang;
13. Mata Kuliah yg diampu 1. Kesmavet I dan II
2. Ilmu penyakit Zoonosis
3. Epidemiologi Veteriner
4. Dasar Komunikasi Veteriner
5. Etika Veteriner
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Univ. Udayana Univ. Udayana
Bidang Ilmu FKH Bioteknologi
Tahun Masuk 2002 2007
Tahun Lulus 2008 2010
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Identifikasi cacing
tipe strongyl pada
babi di Bali
Pemanfaatan lendir
kerang abalone
sebagai alternatif
obat luka bakar
Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr.drh. I
Made Damriyasa,
MS dan drh. I Made
Dwinata, M.Kes
Prof. Dr. I Made
Dira Suantara, MS
dan Prof. Dr.drh. Ni
Ketut Suwiti,
M.Kes
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 Penerapan Kombinasi Metode
Pembelajaran Diskusi Kelompok dan
Student Centered Learning untuk
Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa
Hibah PHKI Rp. 25.000.000;
-
2. 2012 Prevalensi Toxocara vitulorum Pada
Induk dan Anak Sapi Bali di Wilayah
Bali Timur
DIPA - Dosen
Muda
Rp. 7.500.000
3 2013 Kandungan Antioksidan, Gizi dan
Kualitas Telur Asin Dengan Media
Kulit Buah Manggis (Gracinia
Mangostana L)
DIPA - Dosen
Muda
Rp. 7.500.000;
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta
Rp.)
1. 2010 Pelayanan kesehatan dan pemberian vaksin SE
pada ternak sapi di Desa Bona Kecamatan
Blahbatuh Gianyar
DIPA Unud 4.000.000
2. 2011 Sosialisasi penyakit rabies di Desa Buana Giri
Kecamatan Bebandem Karangasem
DIPA Unud 4.000.000
3. 2011 Pemberian vaksin SE dan pelayanan kesehatan
ternak sapi di Desa Keramas Kecamatan
Blahbatuh Gianyar
DIPA Unud 4.000.000
4. 2012 Sosialisasi penyakit Cacing Pita (Taenia
solium) yang menyerang manusia dan babi di
Desa Tianyar Barat, Karangasem
DIPA Unud 4.000.000
5 2013 Pelatihan dan sosialisasi penerapan animal
welfare dalam proses pemotongan hewan
(sapi) kepada para teknisi di rumah
pemotongan hewan Kabupaten Karangasem
PNBP Unud 4.000.000
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1. Sosialisasi Penyakit Rabies pada Siswa SLTA
di Desa Bebandem Karangasem.
10 (2)/2013 Jurnal Udayana
Mengabdi
2. Prevalensi Toxocara vitulorum pada Induk dan
Anak Sapi Bali di Wilayah Bali Timur
5(1) 2013 Buletin Veteriner
3. Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah
Post-Thawing Ditinjau Dari Waktu Reduktase
dan Angka Katalase
2 (2)/ 2013 Indonesia Medicus
Veterinus
4. Sosialisasi penyakit cacing pita daging babi dan
beberasan pada masyarakat di Desa binaan
Unud, Desa Tianyar Barat, Karangasem
12 (1)/ 2013 Jurnal Udayana
Mengabdi
5. Identifikasi dan prevalensi cacing tipe strongyl
pada babi di Bali
5 (2) / 2013 Buletin Veteriner
-
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar
Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1. Prosiding. Seminar Nasional Sapi Bali Studi Biologi
Perkembangan Metacestoda
Taenia saginata Pada Sapi
Bali
Denpasar -
2012
2. International Workshop of Improvement
and Sustainability of Sweetpotato - Pig
Production Systems To Support
Livelihoods in Highland Papua and West
Papua, Indonesia
Parasitiasis on Pig, Dog and
Human in Papua, Indonesia
Makassar -
2012
3. Proc. International Seminar on Timor
Leste’s Quarantine Regulations. August
26th
, 2010.
List of Animal Diseases and
Animal Diseases Requiring
Quarantine Provisions in
Timor Leste.
Timor Leste
– 2010
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Denpasar, 12 Desember 2013
Drh. Kadek Karang Agustina, MP
NIP. 198408042008121001
-
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
Kampus Bukit Jimbaran , Bali Telp.(0361) 701954; 701907; Fax. (0361) 701907
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Drh. I Made Dwinata, M.Kes
NIDN : 0006066216
Pangkat / Golongan : Pembina TK I /IVb
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul:
Deteksi Antibodi dan Karakteristik genetik Toxoplasma gondii pada Itik Di Bali
yang diusulkan dalam skema Hibah Unggulan Perguruan Tinggi untuk tahun anggaran 2013
bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Denpasar, 12 Desember 2013
Mengetahui, Yang menyatakan,
Ketua Lembaga Penelitian Unud
Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan MT Drh. I Made Dwinata, M.Kes
NIP: 19640717 198903 1 001 NIP. 196206061989031003