laporan akhir penelitian unggulan perguruan tinggi...topik unggulan : kesehatan dan obat-obatan...

38
Bidang Unggulan : Unggulan Perguruan Tinggi Kode/Nama Rumpun Ilmu: 251/Kedokteran hewan LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI DETEKSI ANTIBODI DAN KARAKTERISTIK GENETIK TOXOPLASMA GONDII PADA ITIK DI BALI Tim Peneliti Drh. I Made Dwinata Mkes (NIDN:0006066216) Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS (NIDN:0031126263) Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes (NIDN:0031126069) Drh. Kadek Karang Agustina, MP (NIDN:0004088401) FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Bidang Unggulan : Unggulan Perguruan Tinggi

    Kode/Nama Rumpun Ilmu: 251/Kedokteran hewan

    LAPORAN AKHIR

    PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

    DETEKSI ANTIBODI DAN KARAKTERISTIK GENETIK

    TOXOPLASMA GONDII PADA ITIK DI BALI

    Tim Peneliti

    Drh. I Made Dwinata Mkes (NIDN:0006066216)

    Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS (NIDN:0031126263)

    Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes (NIDN:0031126069)

    Drh. Kadek Karang Agustina, MP (NIDN:0004088401)

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2013

  • HALAMAN PENGESAHAN

    PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

    Judul Penelitian : Deteksi Antibodi dan Karakteristik Genetik

    Toxoplasma gondii pada Itik di Bali Kode/Nama Rumpun Ilmu : 151 / Kedokteran Hewan

    Bidang Unggulan PT : Unggulan Perguruan Tinggi

    Topik Unggulan : Kesehatan dan Obat-obatan

    Ketua Peneliti:

    a. Nama Lengkap : Drh. I Made Dwinata, M.Kes

    b. NIDN : 0006066216

    c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    d. Program Studi : Fakultas Kedokteran Hewan

    e. Nomor HP : 08123611353

    f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]

    Anggota Peneliti (1) a. Nama Lengkap : Prof.Dr.drh. I Made Damriyasa, MS

    b. NIDN : 0031126263

    c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

    Anggota Peneliti (2) a. Nama Lengkap : Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes

    b. NIDN : 0031126069

    c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

    Lama Penelitian Keseluruhan: 2 tahun

    Penelitian Tahun ke : 1

    Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 111.176.000

    Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke DIKTI Rp. 58.388.000

    - dana internal PT Rp. -

    - dana institusi lain Rp. -

    - inkind sebutkan -

    Denpasar, 14 Maret 2013

    Mengetahui,

    Dekan FKH Unud Ketua Peneliti,

    Prof.Dr.Drh. I Made Damriyasa, MS Drh. I Made Dwinata, M.Kes

    NIP. 196212311988031017 NIP. 196206061989031003

    Menyetujui,

    Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

    Universitas Udayana

    Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan MT

    NIP: 19640717 198903 1 001

  • DAFTAR ISI

    Halaman Pengesahan ............................................................................................. i

    Daftar isi ............................................................................................................... ii

    Abstrak .................................................................................................................... iii

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

    BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 6

    BAB IV. PEMBIAYAAN DAN JADWAL PENELITIAN ................................... 9

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 10

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 11

    ii

  • ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

    Di Indonesia penyakit toxoplasmosis merupakan masalah yang cukup serius karena

    masih ditemukannya pada manusia maupun pada hewan. Di Bali perlu data aktual prevalensi

    terhadap T. gondii pada ternak-ternak yang sangat berbahaya jika terjadi infeksi primer

    T.gondii pada saat hamil, penularan terhadap janin menyebabkan keguguran atau cacat pada

    bayi yang lahir. Manusia dapat terinfeksi akibat memakan daging yang mengandung kista T.

    gondii.

    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kontaminasi T. gondii pada itik,

    sehingga dapat diketahui apakah itik juga potensial sebagai sumber penularan toxoplasmosis

    pada manusia. Selain itu itik yang biasanya mencari makanan di tanah dapat sebagai indikator

    tingkat kontaminasi lingkungan terhadap ookista T.gondii. Ternak itik yang diketahui positif

    secara serologi akan dilakukan Isolasi dan identifikasi dengan metode digesti.. Pada

    penelitian ini akan dilakukan screening prevalensi antibodi spesifik terhadap Toxoplasma

    gondii pada itik yang dipelihara di Bali. Antibodi (IgG) spesifik tehadap Toxoplasma gondii

    pada ternak tersebut akan dilacak dengan metode IHA dan isolasi parasit dengan metoda

    biassay pada kucing dan.mencit dengan tujuan untuk mengetahui patogenitas T. gondii pada

    itik, kemudian dilakukan genotyping untuk menentukan strain DNA dari Toxoplasma gondii

    isolat lokal. Temuan ini sangat bermanfaat dalam strategi pencegahan infeksi penyakit

    tersebut pada manusia dan Isolat lokal yang didapat akan sangat bermanfaat untuk

    dikembangkan secara ilmiah untuk penelitian diagnostik dan sebagai kandidat vaksin untuk

    toxoplasmosis.

    iii

  • BAB I . PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang Penelitian

    Infeksi Toxoplasma gondii merupakan penyakit zoonosis yang telah tersebar

    diseluruh dunia. Kucing peliharaan dan golongan felidae lainnya merupakan satu-satunya

    hospes definitif yang merupakan sumber penularan terpenting dari parasit ini. kucing

    merupakan satu-satunya hewan yang secara langsung dapat menyebarkan ookiste yang

    mencemari lingkungan dan potensial menulari manusia maupun hewan lain sebagai induk

    semang antara. Manusia dapat terinfeksi apabila memakan daging mentah atau kurang masak

    dari hewan terinfeksi dan mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi

    ookiste yang dikeluarkan melalui feses kucing ( Dubey, 2012) Kucing terinfeksi akibat

    makan daging hospes perantara yang mengandung kista T. gondii.( Kravetz et al., 2002)

    Akibat yang ditimbulkan parasit ini pada manusia cukup fatal apabila terjadi infeksi

    primer pada wanita hamil yang dapat mengakibatkan abortus, kematian neonatal atau

    abnormalitas pada fetus (Tenter et. al, 2000). Selain itu pada orang-orang yang mengalami

    imunosupresi, seperti pengidap AIDS dapat mengakibatkan kerusakan sel inang dan

    terjadinya ensefalitis diperkirakan berkaitan dengan infeksi T. gondii (Dubey, 1998;

    Carruthers, 2002).

    Toxoplasmosis dilaporkan menyerang hampir semua ternak termasuk unggas, isolasi

    dan karakterisasi Toxoplasma pada mamalia telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian

    terhadap toxoplasmosis pada itik telah dilaporkan Dubey, et al., (2003) di Mesir (15,7 %)

    Yan, et al., (2009) di China selatan (11,4%) dan Yang et al., (2012) di China Utara sebesar

    7,8 %. Mereka tertarik melakukan penelitian ini karena itik yang mempunyai kebiasaan

    mencari makan di tanah dan itik terinfeksi akibat lingkungan yang terkontaminasi ookista

    T.gondii. Prevalensi pada itik sangat cocok dipakai sebagai indikator dari kontaminasi

    toxoplasmosis pada lingkungan atau tanah. Belakangan ini telah diisolasi T.gondii pada

    unggas, antara lain di Mesir telah diisolasi Toxoplasma gondii pada ayam dan itik (Dubey et

    al., 2003),

    Keberadaan parasit T. gondii pada beberapa hospes intermidier di Bali telah

    dilaporkan yaitu pada ayam kampung (Dwinata, dkk; 2012), pada kambing (Dwinata, dkk.,

    2011) dan pada babi seroprevalensinya sebesar 32 % (Damriyasa, dkk., 2001). Penelitian

    seroprevalensi T.gondii pada wanita hamil di Bali ditemukan sebesar 10,9% dan salah satu

    faktor risiko yang telah teridentifikasi pada penelitian ini adalah seringnya mengkonsumsi

  • daging yang belum dimasak dengan sempurna ( Dwinata, dkk., 2009). Daging unggas

    termasuk itik merupakan sumber terpenting infeksi toxoplasmosis pada manusia.

    Infeksi T. gondii pada inang, baik inang akhir maupun inang antara ditentukan oleh

    tingkat patogenitas dari parasit yang menginfeksi. Makin tinggi tingkat patogenisitasnya

    maka akibat yang ditimbulkan pada inang akan lebih parah (Dubey, 1998). Tingkat

    patogenisitas T. gondii sangat ditentukan oleh tipe genetik dari parasit tersebut dan

    berdasarkan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dinyatakan ada tiga tipe

    yaitu tipe I, tipe II dan tipe III (Howe et.al., 1997). Pada itik telah dapat diisolasi T. gondii di

    Mesir yang termasuk tipe III ( Dubey, et al., 2003).

    Penelitian ini merupakan pendekatan penelaahan agen penyakit T. gondii pada itik

    sebagai salah satu inang antara. Penelitian ini penting dilakukan di Bali karena masyarakat

    masih mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung daging mentah

    yang disajikan pada masakan khas Bali (Lawar) . Sampai saat ini belum ada laporan hasil

    penelitian tentang keberadaan toxoplasmosis pada itik yang umum dikonsumsi masyarakat di

    Bali. Dengan kondisi Bali yang memelihara ternak dalam satu pekarangan serta banyaknya

    populasi kucing yang berkeliaran, sehingga perlu dilakukan penelitian pada ternak itik yang

    dapat sebagai faktor risiko toxoplasmosis pada manusia. Data ini sangat diperlukan dalam

    strategi menekan penularan toxoplasmosis pada manusia.

    1.2 Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui infeksi latent Toxoplasma gondii pada itik yang dikonsumsi sebagai

    sumber penularan yang potensial ke manusia.

    b. Mengisolasi dan identifikasi kista Toxoplasma gondii pada itik yang dipelihara di

    Bali.

    c. Menentukan patogenitas isolat Toxoplasma gondii asal itik di Bali terhadap mencit

    (virulensi terhadap mencit)

    d. Menentukan Karakteristik genetik Toxoplasma gondii isolat lokal pada itik di Bali.

  • BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Toxoplasma

    gondii, penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui stadium infekstif yang

    terkandung pada hewan. Hewan piaraan kucing merupakan satu-satunya sumber penularan

    terpenting dari Toxoplasma gondii, karena kucing merupakan satu-satunya hewan yang

    secara langsung dapat menyebarkan ookiste yang mencemari lingkungan dan potensial

    menulari manusia maupun hewan lain sebagai induk semang antara .

    Pada manusia Toxoplasmosis berakibat fatal, apabila terjadi infeksi primer pada trimester

    pertama kehamilan dapat mengakibatkan abortus, kematian neonatal atau abnormalitas pada

    fetus (Tenter dkk., 2000). Selain itu infeksi T. gondii diperkirakan dapat mengakibatkan

    kerusakan sel inang dan ensefalitis pada orang-orang yang mengalami imunosupresi seperti

    pengidap AIDS (Dubey, 1998a; Carruthers, 2002) dan dinyatakan juga infeksi parasit ini

    ada hubungannya dengan schizophrenia (Torrey dkk., 2003).

    Penularan Toxoplasmosis dapat dibagai menjadi tiga cara yaitu :

    a). Kongenital, inkesi ini terjadi selama janin masih dalam kandungan. Hal ini terjadi apabila

    selama kehamilan terjadi infeksi Toxoplasma gondii dan infeksi tersebut dapat ditularkan

    kepada janin. Infeksi yang terjadi selama kehamilan dapat menimbulakan keguguran,

    kematian bayi pada waktu lahir atau abnormalitas foetus (Remington et al. 1990; Remington

    et al. 1995; Chatterton et al. 1992; Hayde et al. 2000). Toxoplasmosis kongenital ini dapat

    menyebabkan menurunya kwalitas hidup anak penderita. Kelainan kelainan yang sering

    nampak pada toxoplasmosis kongenital adalah gangguan penglihatan dan encephalitis yang

    fatal (Dubey dan Beatie, 1988; Koskiniemi et al, 1989; Roberts et al, 1994).

    b). Penularan melalui makanan atau air yang tercemar oleh ookista T. gondii, ookista

    Toxoplasma gondii berasal dari tinja kucing yang merupakan satu satunya hospes definitif

    dari parasit tersebut. Okista yang keluar bersama tinja kucing pada lingkungan akan

    mengalami sporulasi yang merupakan phase infektif. Pada lingkungan ookista yang sudah

    bersporulasi tahan terhadap kondisi lingkungan sehingga masih tetap infektif selama berbulan

    bulan. Kucing penderita toxoplasmosis tidak menunjukkan tanda tanda klinis serta penularan

    melalui plasenta sangat jarang (Dubey and Beatie, 1988; Dubey, 1986). Infeksi laten

    Toxoplasmosis pada kucing di beberapa negara dilaporkan antara 6% sampai 52% (Tenter et

    al. 1999).

  • Kucing merupakan satu satunya hewan piaraan yang merupakan hospes definitif

    Toxoplasma gondii sehingga kucing memegang peran penting dalam epidemiologi penyakit

    ini. Setelah terjadi infeksi primer pada kucing maka akan mengeluarkan ookista dalam

    jumlah yang sangat banyak, ookista tersebut akan mencemari lingkungan sekitar. Infeksi

    primer yang terjadi pada kucing liar ookista akan mencemari lingkungan dan lahan pertanian.

    Tercemarnya lingkunngan oleh ookista yang telah bersporulasi merupakan sumber infeksi

    yang potensial terhadap manusia atau induk semang antara lainnya seperti ternak., yang

    nantinya merupakan sumber infeksi terhadap manusia.

    c). Penularan melalui konsumsi daging yang mengandung kista T. gondii,

    Daging yang mengandung kista Toxoplasma gondii juga merupakan sumber infeksi yang

    potensial terhadap manusia. Pada daging babi, domba dan kambing paling sering ditemukan

    kista parasit tersebut dibandingkan dengan daging daging ternak lainnya. Dari hasil beberapa

    penelitian di Eropa daging babi merupakan sumber penularan toxoplasmosis pada manusia

    (Janitske, 1999; Bundesgesundheitsamt, 1993).

    Hasil-hasil penelitian terhadap seroprevalensi toxoplasmosis pada manusia di

    berbagai daerah di Indonesia telah dilaporkan, yaitu berkisar antara 3,1 % - 64 % (Chomel

    dkk., 1993; Matsuo, 1995; Uga dkk., 1996; Fan, 2002). Dari hasil penelitian epidemiologi

    tersebut beberapa peneliti berpendapat, bahwa kebiasaan makan sangat menentukan

    terjadinya infeksi parasit tersebut, misalnya kebiasaan makan sate yang belum masak dengan

    sempurna (Gandahusada, 1991), kebiasaan makan lawar di Bali (Chomel dkk., 1993).

    Diagnosis adanya infeksi T. gondii pada manusia dan hewan pada prinsipnya sama, yang

    pada dasarnya diagnosis infeksi dibedakan menjadi dua, yaitu deteksi adanya parasit secara

    tidak langsung dan secara langsung. Deteksi secara tidak langsung umumnya dilakukan

    berdasarkan uji-uji imunologi, salah satu uji yang dinyatakan mempunyai tingkat sensitivitas

    yang tinggi adalah uji ELISA. Sedangkan deteksi langsung umumnya berdasarkan

    ditemukan adanya parasit atau materi genetik parasit .(Montoya dan Liesenfeld, 2004). Ada

    beberapa metode yang dapat diterapkan, diantaranya metode digesti jaringan, dengan pepsin

    atau trypsin, untuk melihat adanya kista yang mengandung bradizoit pada jaringan tersebut,

    atau metode bioassay dengan menyuntikkan hasil digesti ke hewan coba dan melakukan

    pengamatan pada hewan coba tersebut. (Dubey, 1998b; Dubey, 1998c). Sampai saat ini di

    kawasan Asia tenggara belum ada penelitian yang melaporkan keberadaan Toxoplasma

    gondii pada kambing serta patogenitasnya.

  • Uji diagnostik yang ideal diharapkan memenuhi beberapa kreteria antara lain:

    memeliki akurasi atau validitas dan presisi yang tinggi, prosedur kerja yang mudah dan biaya

    pemeriksaan tidak terlalu mahal. Setiap metode yang akan diterapkan di suatu laboratorium

    baik kepentingan diagnostik maupun penelitian sebaiknya dilakukan optimalisasi metode

    tersebut.

    Infeksi T. gondii pada inang, baik inang akhir maupun inang antara ditentukan oleh

    tingkat patogenisitas dari parasit yang menginfeksi. Makin tinggi tingkat patogenisitasnya

    maka akibat yang ditimbulkan pada inang akan lebih parah (Dubey, 1998a). Tingkat

    patogenisitas T. gondii sangat ditentukan oleh tipe genetik dari parasit tersebut dan

    berdasarkan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dinyatakan ada tiga tipe

    yaitu tipe I, tipe II dan tipe III (Howe dkk, 1997). Diantara tiga tipe T. gondii tersebut

    dinyatakan tipe I mempunyai tingkat patogenisitas paling tinggi, hal ini dibuktikan dengan

    teramati LD 100 pada mencit adalah dibawah 10 takisoit, sedangkan tipe II dan tipe III

    disebut dengan tipe intermediet dan avirulent. ( Howe dkk, 1997). Dubey et al., (2008) yang

    menyatakan bahwa isolat T. gondii yang diisolasi dari Ghana, Indonesia, Italia, Polandia, dan

    Vietnam bersifat avirulent terhadap mencit.

    Infeksi T. gondii akan menimbulkan reaksi pada inangnya, yaitu berupa pembentukan

    zat kebal atau antibodi, yang ditunjukkan dengan pembentukan beberapa kelas antibodi

    spesifik dalam plasma (Frenkel, 1990; Denker dan Gazzienelli, 1998) dan intensitas

    terbentuknya antibodi ditunjukkan dengan tingkatan titer antibodi. Omata dkk, (1994) pada

    penelitiannya mengungkapkan bahwa titer antibodi terhadap T. gondii pada babi dipengaruhi

    oleh patogenitas dari strain T. gondii yang menginfeksi. Sedangkan Dubey dkk (1995)

    mengasumsikan bahwa makin tinggi titer antibodi terhadap T. gondii pada babi maka makin

    tinggi pula kemungkinan intensitas parasit pada jaringan. Namun pada penelitian tersebut

    tidak diungkapkan bagaimana hubungan antara titer antibodi dengan intensitas T. gondii pada

    pada jaringan yang terinfeksi.

    Penelitian tentang toxoplasmosis pada berbagai hospes intermidier di Bali telah

    dilakukan pada wanita hamil (Dwinata, dkk., 2009) dan dapat diidentifikasi kebiasaan makan

    daging dan keberadaan kucing sebagai faktor risiko terhadap toxoplasmosis. Penelitian pada

    hewan yang merupakan sumber penularan pada toxoplasmosis ke manusia telah diteliti

    seperti T. gondii pada kambing dengan seroprevalensi 15,9% (Dwinata, dkk., 2011) namun

  • keberadaan kista parasit tidak dapat diisolasi. Pada ayam kampung (Dwinata, dkk., 2012)

    seroprevalensinya sebesar 24,8 %.

    BAB III. METODE PENELITIAN

    Penelitian Tahun I

    3.1. Pengambilan sampel

    Itik yang dipakai sampel penelitian adalah itik yang berumur diatas 6 bulan yang

    dipelihara secara ekstensif. Sampel berasal dari 8 kabupaten di Bali masing masing:

    kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, Bangli, Karangasem, Kelungkung, Negara dan

    Buleleng. Dari masing masing kabupaten diambil sekitar 20-40 ekor itik yang berasal dari

    peternak yang berbeda. jumlah sampel itik yang digunakan pada penelitian ini keseluruhan

    adalah 200 ekor. Pengambilan sampel dan pemotongan pada masing masing kabupaten

    dilakukan secara bertahap. Setiap kali pemotongan hanya sebanyak 10 ekor itik. Selama

    pemotongan dilakukan pengambilan darah, otak dan jantung.

    3.2. Pemeriksaan Serologis untuk Menentukan Seroprevalensi T. gondii pada Itik

    Darah yang diperoleh dilakukan pemisahan serum. Setelah serum didapat, kemudian

    serum disimpan pada freezer dengan suhu -20 C̊ sebelum dilakukan uji serologis.

    Pemeriksaan serologis untuk menentukan adanya antibodi terhadap Toxoplasma gondiii

    menggunakan metoda IHA.

    Sebelum dilakukan uji serologis serum yang disimpan pada suhu - 20 C̊ kemudian didiamkan

    terlebih dahulu pada suhu kamar sampai serum yang beku tersebut mencair. Uji serologis

    yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibody terhadap Toxoplasma gondii

    menggunakan Uji IHA (Indirect Haemaglutination Test) dengan menggunakan Cellognost*-

    Toxoplasmosis H (SIEMENS).

    Prosedur kerja dari uji IHA (Indirect Haemaglutination Test) adalah sebagai berikut:

    Masukkan 50 µl serum buffer kedalam sumuran mikrotitration plate, kemudian tambahkan 2

    µl Toxoplasma Control Serum, Positive (IgG) ke dalam sumuran mikrotitration plate yang

    sudah terisi serum buffer dengan baik. Pada sumuran A1 kemudian tambahkan 2 µl

    Toxoplasma Control Serum Negative ke dalam sumuran A2 (sumuran A1 dan A2 digunakan

    sebagai control). Tambahkan 2 µl serum itik yang akan di uji. Tambahkan 50 µl Cellognost*

    Toxoplasmosis H (Toxoplasmosis IHA Reagent) kedalam sumur mikrotitration plate (kocok

    reagent sebelum digunakan) Kocok mikrotitration plate dengan menggunakan mikrotitration

  • plate shaker ( Pengocok) Selama 15-20 detik dengan kecepatan 900 s/d 1100 rpm Tutup

    Mikrotitration plate dengan menggunakan plastik Polystyrine, dan Inkubasikan pada suhu

    ruangan (+ 15-25 ºC) Reaksi dapat terbaca setelah 3-24 jam.

    Setelah diperoleh hasil dari uji serologis, sampel yang menunjukkan hasil positif akan

    dilanjutkan dengan uji Titer Antibodi. Prosedur kerja Uji Titer Antibodi adalah sebagai

    berikut: pada sumuran A1-H1 masukkan 175 µl serum buffer, sedangkan pada sumuran

    sisanya masukkna 50 µl serum buffer. Kemudian pada sumuran A1 masukkan 25 µl serum

    kontrol positif dan pada sumuran B1 masukkan 25 µl serum kontrol negatif, sedangkan pada

    sumuran C1-H1 masukan 25 µl (1:8) serum yang akan diuji Titernya. Kemudian lakukan

    pengenceran dengan cara pindahkan 50 µl dari sumuran 1 hingga ke sumuran 12, lalu pada

    sumuran terakhir, dibuang 50 µl. Kemudian tambahkan 50 µl Cellognost* Toxoplasmosis H

    (Toxoplasmosis IHA Reagent) kedalam sumuran ke 3 sampai sumuran ke 12, lalu Kocok

    mikrotitration plate dengan menggunakan mikrotitration plate shaker ( Pengocok) Selama

    15-20 detik dengan kecepatan 900 s/d 1100 rpm Tutup Mikrotitration plate dengan

    menggunakan plastik Polystyrine, dan Inkubasikan pada suhu ruangan (+ 15-25 ºC) Reaksi

    dapat terbaca setelah 3-24 jam.

    3.3 Uji Bioassay

    Identifikasi stadium parasit dilakukan dengan uji bioassay dari organ hewan yang positif

    secara serologis terinfeksi Toxoplasma gondii pada mencit dan kucing.

    Bioassay dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:

    a. Metoda Digesti Pepsin-HCl (Dubey 1998).

    Pertama-tama organ otak dan jantung dari itik yang positif secara serologis dipotong kecil (1-

    2 cm), kemudian dengan menggunakan blender hancurkan 50 g daging yang ditambahkan

    125 ml saline pada kecepatan tinggi selama 30 detik. Setelah itu bilas emulsi daging tersebut

    dengan 125 ml saline kemudian tuangkan pada wadah 1000 ml dan letakkan pada temperatur

    kamar selama 1 – 3 jam. Langkah berikutnya adalah Tambahkan 250 ml emulsi daging

    dengan larutan asam pepsin (pepsin 2,6 g, NaCl 5,0 g, HCl 7,0 dan tambahkan aqudes sampai

    500 ml, ph 1,10 – 1,20) dalam keadaan hangat (37o

    C), kemudian inkubasikan pada

    temperatur 37o

    C selama 60 menit. Selanjutnya emulsi daging tersebut disaring sebanyak 250

    ml dan disentrifus pada kecepatan 1200 rpm selama 10 menit. Supernatan dituang, kemudian

  • sedimen ditambahkan 20 ml phospat buffer saline (PBS, pH 7,2) dan letakkan pada tabung

    50 ml.serta ditambahkan 12 – 18 ml 1,20 % sodium bicarbonat (pH 8,3), kemudian

    disentrifuse pada kecepatan 1200 rpm selama 10 menit. Langkah teraknir adalah supernatan

    dibuang, kemudian sedimen ditambahkan 1000 unit penicillin dan 100 µg streptomycin per

    ml. dan inokulat siap untuk diperiksa atau diinokulasikan.

    b. Bioassay pada Mencit dan kucing

    Inokulum asal otot, otak dan jantung itik diinokulasikan masing-masing pada 3 ekor

    mencit sebanyak 0,2 ml secara peritonial, masing-masing mencit dengan perlakuan yang

    berbeda diberi tanda yang berbeda (diwarnai) dan diletakkan dalam satu kandang. Kandang

    mencit diberi penanda tanggal penyuntikan dan nomor inokulum dan pengamatan pada

    mencit dilakukan sampai hari ke 28 setelah inokulasi.

    c. Bioassay pada kucingI

    Jantung, otot dan otak daging itik yang positif antibodi T. gondii di pool kemudian

    diberikan makan pada 3 ekor anak kucing. setelah hari ketiga sampai hari ke-14 mulai

    dilakukan pemeriksaan feses kucing untuk menemukan adanya ookista T. gondii . ookista

    yang ditemukan kemudian disimpan pada di frezer pada suhu minus 20 C

    d. Nekropsi Mencit dan Pengamatan Kista

    Mencit yang mati selama pengamatan dilakukan nekropsi,kemudian dibuatkan

    preparat ulas organ otak, jantung, paru dan hati. Mencit yang bertahan hidup sampai hari ke

    28 terlebih dahulu dianastesi dengan menggunakan ether, lalu dinekropsi dan dibuat preparat

    ulas organ otak, jantung, paru dan hati. Preparat ulas difiksasi dengan menggunakan

    methanol dan diwarnai dengan giemsa 20 %. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah

    mikroskop dengan pembesaran 1000 X untuk melihat adanya kista T. gondii.

    Penelitian Tahun II

    Genotyping

    Ookista Toxoplasma gondii pada kucing atau Kista otak pada mencit yang positif

    Toxoplasma gondii diisolasi dengan percoll gradient sentrufugasi. Extraksi DNA

    menggunakan QIAamp DNA minikit (Qiagen). Penentuan type strain dari Toxoplasma

  • gondii menggunakan tiga single nucleotide polymorphism (SNPs) dengan PCR-restriction

    fragment lenght polymorphism RFLP (SAG2, SAG1 dan GRA7).

    Ekstraksi DNA

    Tahapan isolasi DNA T. gondii Mengacu pada prosedur suplaiyer (Qiagen, 2007).

    Sebanyak 180-220 mg sampel feses dimasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml dan

    letakkan pada kotak yang berisi es. Tambahkan 1,4 ml buffer ASL pada masing masing

    tabung yang berisi sampel, divortex selama 1 menit atau hingga sampel homogen. Masukkan

    tabung kedalam waterbath dengan suhu 960C selama 5 menit. Vortex selama 15 detik lalu

    sentrifuge dengan kecepatan maksimum selama 1 menit hingga terbentuk endapan didasar

    tabung. Ambil 1,2 ml supernatan dan lmasukkan kedalam tabung mikrosentrifuge 2 ml yang

    baru, endapannya dibuang. Tambahkan 1 tablet InhibitEX pada masing masing tabung,

    langsung divortex hingga seluruh tablet tersuspensi dalam larutan sampel. Inkubasikan

    suspensi pada suhu kamar selama 1 menit supaya partikel inhibitor teradsorbsi pada matriks

    InhibitEX. Centrifuge sampel pada kecepatan maksimum hingga terbentuk endapan (ikatan

    inhibitor dan matriks InhibitEX). Ambil seluruh supernatan lalu masukkan ke dalam tabung

    mikrosentrifuge 1,5 ml baru, endapannya dibuang. Centrifuge sampel pada kecepatan

    maksimum selama 3 menit. Ambil lalu masukkan 200 µl supernatan pada tabung

    mikrosentrifuge 1,5 ml baru lalu tambahkan 15µ proteinase K dan 200 µl buffer AL

    kemudian divortex selama 15 detik. Inkubasikan pada suhu 70oC selama 10 menit.

    Tambahkan 200 µl etanol 96-100% sebagai lisator dan vortex hingga tercampur. Ambil

    cairan yang telah lisis dengan hati-hati agar tidak terbentuk gelembung udara dan cairan tidak

    tertempel didinding tabung, lalu masukkan kedalam QiAmp spin column yang diletakkan

    pada tabung mikrosentrifuge 2 ml. Tutup tabung QiAmp spin column lalu centrifuge pada

    kecepatan penuh selama 1 menit, filtratnya dibuang dan ambil QiAmp spin column untuk

    diletakkan pada tabung mikrocentrifuge yang baru. Tambahkan 500 µl buffer AW1 kedalam

    QiAmp spin column lalu centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1 menit, buang

    filtratnya dan letakkan QiAmp spin column pada tabung mikrocentrifuge 2 ml yang baru dan

    tambahkan 500 µl buffer AW2, centrifuge pada kecepatan maksimum selama 3 menit. Buang

    filtratnya dan ulangi centrifuge pada kecepatan maksimum selama 1 menit. Ambil QiAmp

    spin column dan masukkan kedalam tabung mikrocentrifuge 1,5 ml yg baru. Tambahkan

    dengan meletakkan 50 µl buffer AE pada membran QiAmp spin column, inkubasi selama 1

    menit pada temperatur kamar. Centrifuge selama 1 menit pada kecepatan maksimum. DNA

    tertampung bersama filtrat pada tabung mikrocentrifuge 1,5 ml.

  • Proses PCR

    Reaksi PCR dilakukan pada total volume 25 µl yang mengandung 2 µl DNA template,

    5 µl PCR buffer, 1,5 µl MgCl2, 0,2 µl dNTPs, 0,1 µl Taq polymerase, 1 µl F Primer, 1 µl R

    Primer dan 14,2 µl dH2O. Proses PCR mengacu pada metode yang diterapkan oleh (Daniel

    et.al 1997 dan Lehman et. al 2000) yaitu menggunakan metode nested PCR dengan

    menggunakan dua pasangan primers.

    Sampel dianalisis pada lokus SAG2, amplifikasi pertama dilakukan reaksi sebanyak

    40 siklus dengan menggunakan primers SAG2.F4 (5’GCTACCTCGAACAGGAACAC3’)

    dan SAG2.R4 (5’GCATCAACAGTCTTCGTTGC3’). Amplifikasi dilakukan pada mesin

    Thermalcycler Model TC25/H dengan kondisi predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit,

    diikuti 40 siklus dengan kondisi reaksi sebagai berikut: denaturasi pada suhu 94oC selama 30

    detik, annealing pada suhu 65oC selama 30 detik dan polimerisasi pada suhu 72

    oC selama 45

    detik. Pada bagian akhir ditambahkan dengan polimerasi pada suhu 72oC selama 10 menit.

    Amplifikasi kedua dilakukan menggunakan produk PCR pada reaksi yang pertama

    sebanyak 2 µl setelah dilarutkan pada dH2O dengan perbandingan 1/10. Primers yang

    digunakan adalah sebagai berikut SAG2.F (5’GAAATGTTTCAGGTTGCTGC3’) dan

    SAG2.R2 (5’GCAAGAGCGAACTTGAACAC3’) kondisi reaksi yaitu predenaturasi pada

    suhu 94oC selama 5 menit, diikuti 40 siklus dengan kondisi reaksi sebagai berikut: denaturasi

    pada suhu 94oC selama 30 detik, annealing pada suhu 65

    oC selama 30 detik dan polimerisasi

    pada suhu 72oC selama 45 detik. Pada bagian akhir ditambahkan dengan polimerasi pada

    suhu 72oC selama 10 menit.

    Elektroforesis

    Setelah reaksi PCR selesai dilanjutkan pada tahapan elektroforesis. Langkah kerjanya

    sebagai berikut; Siapkan agarose 1,5% (75 mg + 50 ml TAE buffer) yang ditambahkan

    sebanyak 2µl DNA Stainer. Masing-masing produk PCR diambil 5 µl dan dicampur dengan

    2 µl loading dye. Kolom pertama diisikan DNA Ladder berukuran 100 bp. Elektroforesis

    dilakukan pada tegangan 90 volt selama 35 menit. Visualisasi band yang muncul dilakukan

    dengan UV transilluminator, kemudian difoto menggunakan kamera digital yang dilengkapi

    dengan UV filter.

  • Purifikasi DNA

    Sampel yang menunjukkan adanya band pada gel elektroforesis selanjutnya

    dimurnikan menggunakan DNA Purification Kit produksi Invitrogen. Gel yang terdapat band

    dipotong menggunakan pisau scalpel steril tepat pada bandnya. Masukkan potongan gel

    kedalam tabung spin khusus yang tersedia dalam kit lalu tambahkan binding buffer kira-kira

    empat kali volume sampel, centrifuge pada kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang

    cairannya dan ambil spin tube, tambahkan 650 µl washing buffer lalu centrifuge pada

    kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Buang cairannya dan ulangi centrifuge pada kecepatan

    maksimum selama 2-3 menit. Ambil spin tube dan masukkan kedalam tube baru lalu

    tambahkan 30 µl elution buffer dan inkubasikan pada suhu ruang selama 1 menit. Centrifuge

    pada kecepatan maksimum selama 2 menit, cairan tersebut mengandung produk DNA yang

    siap untuk diproses selanjutnya.

    Sequencing DNA dan Analisis Hasil

    DNA hasil purifikasi dikirim ke Laboratorium Eijkman untuk dilakukan analisa

    sequencing. Hasil sequencing yang didapatkan kemudian dianalisa dan dibaningkan dengan

    Gene Bank untuk menentukan spesies Entamoeba.

    BAB IV. PEMBIAYAAN DAN JADWAL PENELITIAN

    4.1 Anggaran Biaya

    JENIS PENGELUARAN

    BIAYA YANG DIUSULKAN

    (RP)

    JUMLAH

    Th. 2013 Th. 2014

    UPAH DAN GAJI 12.288.000 12.288.000 24.576.000

    BAHAN HABIS PAKAI 35.850.000 33.000.000 68.850.000

    PERJALANAN 7.000.000 - 7.000.000

    PENGELUARAN LAINNYA 3.250.000 7.500.000 10.750.000

    JUMLAH 58.388.000 52.788.000 111.176.000

  • 4.2 JADWAL PENELITIAN

    JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

    No Kegiatan

    Bulan ke

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    Tahun 2013

    1 Persiapan

    2 Pengambilan sampel dan uji serologis

    3 Uji biasaay pada mencit dan kucing

    4 Analisis data dan publikasi

  • DAFTAR PUSTAKA

    Carney WP; Cross JH; Joseph SW, Van Peenen PF, Rusell D; Salianti Saroso J (1978):

    Serological study of amoebiasis and toxoplasmosis in the Malili area, South Sulawesi,

    Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health 4: 471-479

    Chatterton J.M.W. (1992): Pregnancy. In: Ho-Yen DO, Joss AWL, editors. Human

    toxoplasmosis. Oxford: Oxford University Press. 144-183

    Chomel BB; Karsten R; Adam C; Lambilotte C; Theis J; Goldsmith R; Koss J; Chioino C;

    Widjana DP; Sutisna P (1993): Serosurvey of some major zoonotic infections in

    children and teenagers in Bali, Indonesia.Sutheast Asian J Trop Med Public Health

    24: 321-326

    Cross JH; Van Peenen PF; Hsu NH; Koeshardjono C; Simanjuntak GM; Amdani SK. (1976):

    Toxoplasma gondii haemaglutinating antibody titers in Indonesian goats. Trop Geogr

    Med 28: 355-358

    Damriyasa, IM., C. Bauer, K. Noeckler, A.M. Tenter and H. Zahner (2000) Survey on

    zoonotic parasite infections in pigs in southern Bali, Indonesia Proc. 19. Kongr.

    DTSCH. Ges. Parasitol., Stuttgart

    Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C. Bauer

    (2001b): Faecal and serological survey on Endoparasite infections of sows in Bali,

    Indonesia. Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr. Nr.

    E35p

    Daniel, KH., S. Honore, F. Derouin and LD. Sibley. 1997. Determination of Genotypes of

    Toxoplasma gondii Strains Isolated from Patients with Toxoplasmosis. J. of Clinical

    Microbiology. Vol. 36, No.6. P:1411-1414

    Desmonts G; Daffos F; Forestier F; Capella-Pavlovsky M; Thulliez P; Chartier M. (1985):

    Prenatal Diagnosis of congenital toxoplasmosis. Lancet 8620: 500-504.

    Dubey JP. (1980): Mouse pathogenecity of Toxoplasma gondii isolated from goat. Am. J. of

    Vet Sci. 24: 139-146

    Dubey JP and Beattie CP. (1988). Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton, FL: CRC

    Press.

    Dubey JP, Beattie CP. 1988. Toxoplasmosis of animals and man. Boca Raton, FL: CRC

    Press.

    Dubey JP. 1998. Refinement of pepsin digestion method for isolation of Toxoplasma gondii

    from infected tissue. Veterinary Parasitology 74, 75-77

    Dubey, JP, Graham DH, Dahl E, Hilali M, El-Ghaysh A, Sreekumar C, Kwok OCH, Shen

    SK, Lehman T. 2003a. Isolation and molecular characterization of Toxoplasma gondii

    from Chickens and ducks from Egypt. Vet. Parasitol. 114, 89-95.

  • Dubey JP, Lam Thi Thu Huong, Lowson BWL, Subekti DT, Tassi P, Cabaj W, Sundar N,

    Velmurugan GV, Kwok OCH, Su C. 2008. Seroprevalence and isolation of

    Toxoplasma gondii from free-range chicken in Ghana, Indonesia, Italy, Poland and

    Vietnam. J. Parasitol. 94. Pp 68-71

    Dubey JP. (1996): Strategies to to reduce transmission of Toxoplasma gondii to animals and

    humans. Vet Parasitol. 64: 65-70

    Dwinata, IM. Sutarga IM: Damriyasa, IM. 2009. Potensi Kucing sebagai Faktor Risiko

    terhadap Toxoplasmosis pada Wanita Hamil di Bali. Laporan Hibah penelitian

    Strategis Nasional. Universitas Udayana.

    Dwinata, IM; Sukada, IM; Oka, IBM. 2011. Isolasi dan seroprevalensi Toxoplasma gondii

    pada kambing di Bali. Laporan Penelitian Fundamental. DIKTI.

    Dwinata, IM; Adi Suratma,N; Oka,IBM; Damriyasa, IM. 2012. Seroprevalensi dan isolasi

    Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Jurnal Veteriner. Fakultas

    Kedokteran Hewan Indonesia. Vol.13 N0.4 Desember 2012.

    Gandahusada S and Endardjo S (1980) Toxoplasma antibodies in Obano, Irian Jaya,

    Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health. 11: 276-279

    Hayde M. and Pollack A.(2000): A clinical picture: neonatal signs and symptoms. In:

    Ambroise Thomas P; Petersen E editors. Congenital Toxoplasmosis: scientific

    background, clinical management and control. Paris: Springer Verlag France. 153-164

    Lehmann T., CR. Blackston, SF. Parmley, JS. Remington and JP. Dubey. 2000. Strain

    Typing of Toxoplasma gondii: Comparison of Antigenic-coding and Housekeeping

    Genes. J. Parasitol, 86(5), P 960-971.

    Yan, C; Yue, CL.; Yuan, ZG.; He,Y.; Yin, CC.; Lin, RQ.; Dubey,JP.; Zhu,XQ. 2009.

    Toxopalsmosis gondii Infection in Domestic ducks, Free-range and cage chikens in

    Southern China. Veterianry Parasitology 165. 337-340.

    Yang, N; Ming-Yang, M; Hong-Kui, L; Miao, L.; Jian-Bin, H. 2012. Seroprevalence of

    Toxoplasma gondii Infection in Slaughtetred Chickens, Ducks, and Geese in

    Shenyang, Northeastern China. Parasites and Vector, 5.237.

    Koskiniemi M; Lappalainen M; Hedman K. (1989): Toxoplasmosis needs evaluation: an

    overview and proposals. Am J Dis Child: 143: 724-728

    Matsuo K and Husin D. (1996): A survey of Toxoplasma gondii antibodies in goats and

    cattle in Lampung province, Indonesia. Sutheast Asian J Trop Med Public Health 27:

    554-555

    Pinckney RD; Lindsay DS; Blagburn BL; Boosinger RB; McLaughin SA; Dubey JP. (1994):

    Evaluation of the safety and efficacy of vaccination of nursing pigs with living

    tachyzoites of two strains of Toxoplasma gondii. J. Parasitol. 80: 438-448

  • Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM . 2000. Toxoplasma gondii: From animal to human.

    Inter. J.for Parasitol., 30: 1217-5

    Uga S; Ono K; Kataoka N; Hasan H. (1996): Seroepidemiologi of five major zoonotikc

    parasite infections in inhabitants of Sidoarjo, East Java, Indonesia. Sutheast Asian J

    Trop Med Public Health 27: 556-561

    LAMPIRAN 1.

    REKAPITULASI ANGGARAN

    Pada Tahun I.

    1. Honor dan Upah

    N

    o

    Tim

    Peneliti

    Orang Ming

    gu /

    Bulan

    Bulan

    Kerja

    Jam /

    Ming

    gu

    Tarip/

    Jam

    Total (Rupiah)

    1 Ketua 1 4 8 8 18000 4.608.000

    2 Anggota 2 4 8 8 15000 7.680.000

    Subtotal 12.288,000

    Terbilang: Dua belas juta dua delapan puluh delapan ribu rupiah

    2. Pengadaan Bahan habis pakai

    No Nama Bahan Volume Satuan Biaya satuan Total biaya (Rp)

    1 Kit IHA 4 set 4.000.000 16.000.000

    2 Pemeriksaan digesti 1 paket 4.000.000 4.000.000

    3 Pembelian itik 200 ekor 50.000 10.000.000

    4 Pembelian kucing 3 ekor 100.000 300.000

    5 Tip dan pipet 1 paket 1.000.000 1.000.000

    6 pembelian mencit 1 paket 1.350.000 1.350.000

    7 pemeliharaan mencit 1 paket 1.000.000 1.000.000

    8 pembelian objek glas 10 boks 60.000 600.000

    9 pembelian cover glas 10 boks 60.000 600.000

    10 Bahan lainnya 1 paket 1.000.000 1.000.000

    Subtotal 35.850.000

    Terbilang: Tiga puluh lima juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah

  • 3. Perjalanan

    Uraian kegiatan Volume Biaya satuan Biaya satuan

    1. Denpasar-Buleleng

    2. Denpasar –kelungkung

    3. Denpasar-Gianyar

    4. Denpasar-Tabanan

    5. Denpasar-karangasem

    6. Denpasar-Bangli

    7. Denpasar-Jembrana

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    2

    500.000

    500.000

    500.000

    500.000

    500.000

    500.000

    500.000

    1000.000,-

    1000.000,-

    1000.000,-

    1000.000,-

    1000.000,-

    1000.000,-

    1000.000,-

    Sub total 7.000.000,-

    Terbilang : Tujuh juta rupiah

    4. Pengeluaran lainnya

    N

    o

    Uraian Kegiatan Volu

    me

    Biaya

    satuan

    Total biaya

    1 Rapat persiapan 1 Paket 500.000 500,000

    2 Administrasi 1 Paket 1.000000 1,000,000

    3 Analisis data 1 Paket 500.000 500,000

    4 Seminar dan

    pelaporan

    1 Paket 1.250.000 1,250,000

    Sub total 3.250,000

    Terbilang: Tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah

    Total pengeluaran 1+2+3 Rp. 58.388.000,-

    Terbilang: Lima puluh delapan juta tiga ratus delapan puluh delapan

    ribu rupiah

  • Pada Tahun II

    1. Honor dan Upah

    No Tim Peneliti Orang Minggu /

    Bulan

    Bulan

    Kerja

    Jam /

    Minggu

    Tarip/

    Jam Total (Rupiah)

    1 a. Ketua 1 4 8 8 18.000 4.608.000

    2 b. Anggota 2 4 8 8 15.000 7.680000

    Subtotal 12.288.000

    Terbilang : Dua belas juta dua ratus delapan puluh delapan ribu rupiah

    2. Bahan habis pakai untuk genotyping

    No Uraian kegiatan Volume Biaya

    satuan

    Total biaya

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    DNA Extraction KIT

    Primers

    Reagen PCR

    Pipett tips

    Agarose

    Buffer TAE

    Loading dye

    DNA Ladder

    PCR Tubes

    Nuclease free water

    Powder free gloves

    Edithium bromide

    Parafilm paper

    DNA Purification Kit

    Sequencing DNA

    3 box

    3 pasang

    150 reaksi

    10 box

    1 box

    1 L

    1 ml

    1 ml

    1 box

    500 ml

    5 box

    1 ml

    1 rol

    1 box

    25

    3.680.000

    600.000

    50.000

    250.000

    1.800.000

    800.000

    1.013.000

    3.300.000

    2.800.00

    2.600.000

    150.000

    900.000

    500.000

    4.300.000

    300.000

    11.040.000

    1.800.000

    7.500.000

    2.500.000

    1.800.000

    800.000

    1.013.000

    3.300.000

    2.800.000

    2.600.000

    750.000

    900.000

    500.000

    4.300.000

    7.500.000

    49.103,000

  • 3. Pengeluaran lainnya

    No Uraian Kegiatan Volume Biaya

    satuan

    Total biaya

    2 Rapat persiapan 1 Paket 500000 500,000

    3 Sewa alat 1 Paket 1500000 1,500,000

    4 Administrasi 1 Paket 500000 500,000

    5 Analisis data 1 Paket 500000 500,000

    6 Seminar dan pelaporan 1 Paket 4,500000 4,500,000

    Sub total 7.500,000

    Terbilang: Tujuh juta lima ratus ribu rupiah

    Total : 1 +2 +3 = Rp. 52.788.000,-

    (Lima puluh dua juta rupiah tujuh ratus delapan puluh delapan ribu rupiah

  • Lampiran 2

    Organisasi Tim Peneliti

    No Nama dan gelar Bidang Keahlian Pembagian Tugas

    1

    2.

    3.

    4.

    Drh. I Made Dwinata,

    M.kes

    Prof.Dr.Drh. I Made

    Damriyasa, M.kes

    Drh. I B Made Oka Mkes

    Drh. Kadek Karang

    Agustina,MP

    Parasitologi

    Parasitologi

    Parsitologi

    Molekuler Parasitologi

    Semua tim peneliti

    ikut didalam

    pengambilan sampel

    kelapangan dan ikut

    didalam pemeriksaan

    laboratorium.

  • Lampiran 3

    Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian.

    Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana telah merintis kerjasama sejak tahun

    2000 dengan Institute for Parasitologi Justus Liebig University Giessen Jerman yang

    terwujud dalam bentuk Laboratorium Bersama yaitu Center for Study on Animal

    Diseases (CSAD) yang pembangunan dan perlatannya dibantu dari Institute for

    Parasitologi Justus Liebig University Giessen Jerman . Dari kerjasama tersebut telah

    banyak hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan pada seminar-seminar baik tingkat

    nasional maupun internasional, serta beberapa telah dipublikasikan pada journal

    internasional. Disamping itu adanya laboratorium Parasitology di fakultas Kedokteran

    Hewan Universitas Udayana telah dilengkapi dengan serana dan prasarana untuk

    pelaksanaan penelitian ini.

    Laboratorium Biomedik merupakan laboratorium molekuler yang dimiliki oleh FKH

    Unud, disana merupakan pusat penelitian dibidang molekuler, yang menyediakan

    beberapa mesin PCR serta perlengkapan penunjang lainnya.

  • LAMPIRAN 4.

    BIOGRAFI

    1. KETUA PENELITI

    Nama Lengkap : Drh. I Made Dwinata Mkes

    Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 6 Juni 1962

    Jenis Kelamin : Pria

    Bidang Keahlian : Parasitologi

    Kantor/Unit Kerja

    NIP

    Pangkat/Gol/Jabatan

    :

    :

    :

    FKH UNUD

    196206061989031003

    Pembina TK I/IVb/Lektor Kepala

    Alamat Kantor : FKH-Unud Denpasar Bali

    Telepon : 0361 223791

    Alamat Rumah

    Email

    :

    :

    Jl. Tukad Pakerisan G. XIIB/4 DPS

    [email protected]

    Pendidikan (S1 ke atas)

    No.

    Perguruan Tinggi

    Kota & Negara

    Tahun lulus

    Bidang Studi

    1 Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 1981-1987 Kedokteran

    Hewan (S1)

    2 Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 1993-1996 Ilmu Kesehatan

    Masyarakat (S2)

    PENGALAMAN RISET

    No. Judul Riset

    Tahun

    1. Prevalensi cacing nematoda pada ayam buras yang dipasarkan di Kotif 1988

  • Denpasar

    2. Hubungan antara jumlah cacing Haemonchus dengan hitung jenis lekosit

    pada Kambing

    1989

    3. Penggunaan getah pepaya sebagai obat cacing pada babi 1991

    4. Survey cacing pada itik di Bali 1992

    5. Prevalensi cacing Ascaris suum pada babi di Bali 1994

    6. Efek Ivermectin terhadap embryonisasi Telur Ascaris suum 1998

    7

    8.

    9.

    10.

    11.

    12

    13.

    14.

    15.

    16.

    Penggunaan minyak oles bokasi pada anjing penderita scabies

    Prevalensi infeksi Cacing nematoda pada Rusa yang ditangkarkan di Bali

    Isolasi Toxoplasma gondii Asal Babi di Bali

    Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post Mortem

    Hubungan Titer Antibodi Terhadap Toxoplasma dengan Intensitas Parasit

    Pada Jaringan

    Isolasi dan Uji Patogenitas Toxoplasma gondii pada Ayam kampung di

    Bali

    Evaluasi Metode Elisa Melalui Pemeriksaan Meat Juice Untuk Melacak

    Adanya Infeksi Toxoplasma Gondii Pada Babi

    Potensi Kucing sebagai Faktor Risiko terhadap Toxoplasmosis pada

    wanita Hamil di Bali (Hibah Strategis Nasional, P2M Dikti

    Prevalensi Infeksi Strongyloides ransomi pada anak babi diare di Bali.

    Penentuan Kontaminasi Toxoplasma gondii pada daging kambing melalui

    deteksi antibodi dan Genotyping (Hibah Fundamental, P2M DIKTI)

    2001

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    2008

    2009

    2009

    2011

    PUBLIKASI

    1.

    2.

    Arjana AAG dan Dwinata IM 2000. Uji in vitro Praziquantel terhadap daya tetas

    Telur Cacing Fasciola Gigantika. Buletin Sains Veteriner. Vol. XVI

    Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C.

    Bauer (2000): Faecal survey on Endoparasite infections in Breeding sows in two

    districts of Bali, Indonesia. Proc. 19. Kongr. DTSCH. Ges. Parasitol.,Stuttgart

    3. Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, I.M., Tenter, A.M., Nöckler, K. and C.

    Bauer (2001): Faecal and serological survey on Endoparasite infections of sows in

    Bali, Indonesia. Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr.

  • Nr. E35p

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    Damriyasa, IM., Suratma, N.A., Dwinata, IM., Apsari IAP., Schares G., Noeckler

    K., Schein E. and Baur C. (2000).Parasite infections in semi-domesticated dogs in

    Bali, Indonesia.Proc. 18. Int. Conf. Wrld. Adv. Vet. Parasitol., Stressa-Italy. Abstr.

    Nr. E35p

    Dwinata, 2006. Cacing Nematoda Pada Rusa yang Ditangkarkan di Bali. Jurnal

    Veteriner.

    Yudistira D.G, I.M. Dwinata, IM Damriyasa, N.S Dharmawan, 2006. Survey on

    Helminth infections of Elephants in Elephant Safari Park Bali. Proc.2nd

    . Asean

    Congres Of Tropical Medicine and Parasitology, Bandung May 21-23 2006. P.26

    Dwinata, I M. 2007. Proc. Seminar Nasional Sosialisasi dan Komunikasi Hasil

    Hasil Penelitian Pada Hewan Kesayangan. Denpasar, 10 Desember 2007.

    Dwinata, IM.2007. Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post

    Mortem. Proc. Simposium Nasional Parasitologi dan Penyakit Tropis. Denpasar,

    25-26 Agustus 2007. Denpasar.

    Dwinata, IM. 2009. Isolation Toxoplasma gondii in Village Chicken in Bali

    Proc. In The Internasional Conference on ” Biotechnology for a Sustainable

    Future” . Bali, Indonesia, Udayana University, 15-16 September 2009.

    Oka, IBM, I M Dwinata . 2011. Strongyloidosis Pada Anak Babi Pra-Sapih.

    Buletin Veteriner Udayana, Vol.3 No.2.

    Dwinata, IM, IBM Oka, N. Adi Suratma , IM Damriyasa. 2012. Seoprevalensi

    dan Isolasi Toxoplasma gondii pada Ayam Kampung di Bali. Jurnal Veteriner.

    Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia. Vol.13 N0.4 Desember 2012.

    Denpasar, 12 Desember 2013

    Drh. I Made Dwinata MKes

    NIP. 19620606 198903 1 003

  • 2. Anggota Peneliti

    Anggota 1

    I. IDENTITAS DIRI

    1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Drh, I Made Damriyasa MS. L/P

    1.2 Jabatan Fungsional Guru Besar

    1.3 NIP/NIK/No. identitas lainnya 19621231 198803 1017

    1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 31 Desember 1962

    1.5 Alamat Rumah Jl. Tukad Badung XXIV No 11 Denpasar

    1.6 Nomor Telepon/Faks -

    1.7 Nomor HP 0817340627

    1.8 Alamat Kantor Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana,

    Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali.

    1.9 Nomor Telepon/Faks 0361 223791

    1.10 Alamat e-mail [email protected]

    1.11 Lulusan yg telah dihasilkan S-1= 65 orang ; S-2= - orang; S-3=

    3 orang

    1.12 Mata Kuliah yg diampu

    1. Parasitologi (S1)

    2. Patologi Klinik Veteriner (S1)

    3. Imunologi Parasit (S2)

    4. Ekologi Parasit (S2)

    5. Epidemiologi (S2)

    6. Parasitologi lanjutan (S3)

    7. Biokimia Patogen (S3)

    II. RIWAYAT PENDIDIKAN

    2.1. Program: S1 S2 S3

    2.2. Nama PT Universitas

    Airlangga

    Surabaya

    Universitas Airlangga

    Surabaya

    Justus Liebig

    University Giessen

    Germany

    2.3. Bidang Ilmu Kedokteran Hewan Kedokteran Dasar Parasitologi

    2.4. Tahun Masuk 1981 1990 1996

  • 2.5. Tahun Lulus 1987 1993 2001

    2.6. Judul Skripsi/

    Tesis/Disertasi

    Hubungan antara umur

    kebuntingan dengan

    gambaran eritrosit sapi

    Frisian Holstein

    Pengaruh penam-

    bahan niasin pada

    pakan terhadap

    pertumbuhan ayam

    broiler

    Querschnittsstudie zu

    Parasitosen bei

    Zuchtsauen in

    suedhessischen

    Betrieben

    2.7. Nama Pembim-

    bing/ Promotor

    Dr. drh. D. N. K. Laba

    Mahaputra MSc

    Prof. Dr. Purnomo Prof. Dr. Horz Zahner

    III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

    Urutkan judul penelitian yang pernah dilakukan(sebagai ketua) selama 5 tahun terakhir dimulai

    dari penelitian yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai penelitian yang tidak

    diunggulkan.

    No Tahun Judul Penelitian Penyandang

    Dana

    Jumlah

    1 2008-

    2010

    Kajian epidemiologi neosporosis pada

    sapi bali

    Hibah

    Kompetensi

    300.000.000

    2 2010 Epidemiology, diagnosis, and reducing

    prevalence of zoonotic parasites in West

    Papua

    ACIAR 150.000.000

    3 2005 Seroprevalensi Neospora caninum pada

    red fox di Jerman

    JLU Giessen,

    Jerman

    *-

    5 2006 Infeksi buatan cacing pita Taenia

    saginata pada sapi bali

    University of

    Asahikawa

    Jepang

    75.000.000

    6 2007 The anthelmintic activity of papaya fruit

    and betel nuts on gastrointestinal

    nematodes in pig

    ACIAR 80.000.000

    7 2005 Seroprevalensi Trichinella pada red fox di

    Jerman

    JLU Giessen,

    Jerman

    50.000.000

    8 2006 Seroprevalece of Toxoplasma and

    Trichinella in Jayawijaya Papua Indonesia

    ACIAR 75.000.000

    9 2009 Seroprevalensi dan identifikasi molekuler CSAD 75.000.000

  • Toxoplasma gondii pada kambing

    10 2005 Survey on endoparasite infections of pigs

    in Wamena Papua

    ACIAR 65.000.000

    Keterangan:

    *- : Pekerjaan dilakukan di Justus Liebig University Giessen, Jerman

    CSAD (Center for Studies on Animal Diseases): Laboratorium kerjasama antara FKH

    Universitas Udayana dengan Institute of Parasitology JLU Giessen, Jerman;

    penggalian dananya diprakarsai oleh Prof. Dr. Christian Bauer (Visiting Professor di

    FKH Unud).

    IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

    Urutkan judul pengabdian kepada masyarakat yang pernah dilakukan(sebagai ketua) selama 5

    tahun terakhir dimulai dari yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai pengabdian

    kepada masyarakat yang tidak diunggulkan.

    No Tahun Judul Kegiatan Pendanaan

    Sumber Jumlah

    1 2006 Pemanfaatan limbah biji pepaya sebagai

    obat cacing pada peternakan ayam

    petelur di desa Penebel Tabanan

    DIKTI,

    Penerapan

    IPTEKS

    5.000.000

    2 2005 Strategi pemberantasan penyakit

    parasiter dalam meningkatkan produksi

    pada peternakan babi rakyat di desa

    Sibetan Karangasem

    DIPA Unud 4.000.000

    3 2004 Peningkatan produktifitas ternak babi

    melalui pemberantasan penyakit

    parasiter di desa Bungaya Karangasem

    DIPA Unud 4.000.000

    4 2005 Strategi pemberantasan penyakit

    cacingan pada anjing lokal di obyek

    wisata Sanur dalam upaya pencegahan

    penularannya yang bersifat zoonosis

    DIPA Unud 4.000.000

    5 2005 Pelayanan Kesehatan Ternak sapi di Bukit FKH Unud 5.000.000

  • Jimbaran Badung

    6 2005 Peningkatan produktivitas ternak babi

    dengan menekan kematian pra sapih di

    desa Bebandem, Karangasem

    DIPA Unud 4.000.000

    V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL (tidak termasuk makalah

    seminar/proceedings, artikel di surat kabar)

    Urutkan judul artikel ilmiah yang pernah diterbitkan selama 5 tahun terakhir dimulai dari artikel

    yang paling diunggulkan menurut Saudara sampai penelitian yang tidak diunggulkan.

    No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/

    Nomor Nama Jurnal

    1 2010 Seroprevalence of antibodies to

    Neospora caninum in Bos Javanicus

    (Bali cattle) from Indonesia*.

    42:

    95-98

    Tropical Animal

    Health Production

    2 2007 Improving the efficiency of the

    sweetpotato-pig production in

    Jayawijaya Regency of Papua

    Province: reducing parasite infection

    in pigs.

    23 (2):

    5-9

    Commonwealth

    Veterinary Association

    Journal

    3 2009 Experimental Infection of Taenia

    saginata eggs in Bali Cattle:

    Distribution and Density of Cysticercus

    bovis.

    10 (4):

    178-183

    Jurnal Veteriner

    4 2006 Small strongyle infection:

    Consequences of larvacidal treatment

    of horses with fenbendazole and

    moxodectin.

    139;

    115-131

    Veterinary

    Parasitology,

    5 2006 Prevalence and age-depending

    occurrence of gastrointestinal

    protozoa infections in suckling piglets.

    119;

    287-290.

    Berl. Munch.

    Tieraerztl.

    Wochenschr.

    6 2005 Seroprevalence of Toxoplasma gondii

    in sows in Muensterland, Germany.

    112;

    201-240

    Dtsch. Tieraerztl.

    Wschr.

    7 2004 Cross-sectional study in pig breeding

    farm in Hesse, Germany: prevalence

    126; Veterinary

  • of antibodies to Toxoplasma gondii,

    Sarcocystis spp. and Neospora

    caninum in sows and analyses of risk

    factors.

    271-286 Parasitology

    8 2004 Prevalence, risk factors and economic

    importance of infestations with

    Sarcoptes scabiei and Haematopinus

    suis in sows of pig breeding farms in

    Hesse, Germany.

    18;

    361-367

    Medical and

    Veterinary

    Entomology

    9 2008 Molecular genotyping of Anisakis

    Dujardin, 1845 (Nematoda:

    Ascaridoidea: Anisakidae) larvae from

    fish of Balinese and Javanese waters,

    Indonesia.

    45, 1:

    3-12,

    Helminthologia

    10 2009 Serosurvey for infections with

    Leptospira serovars in pigs from Bali,

    Indonesia.

    116,

    389-391

    Deutsche Tierärztliche

    Wochenschrift

    11 2006 Peningkatan produktivitas ternak babi

    dengan menekan kematian prasapih

    di desa Bebandem Karangasem.

    5 (1).

    48-49.

    Udayana Mengabdi

    *) Publikasi luaran dari hibah kompetensi 2008-2010

    VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

    Urutkan judul buku yang pernah diterbitkan selama 5 tahun terakhir dimulai dari buku yang

    paling diunggulkan menurut Saudara sampai buku yang tidak diunggulkan.

    No. Tahun Judul Buku Jumlah

    Halaman

    Penerbit

    1. 2002 Querschnittsstudie zu Parasitosen bei

    Zuchtsauen in südhessischen

    Betrieben. ISBN 3-935713-15-0

    178 Fachverlag Koehler,

    Giessen

    2. 2008 Neosporosis pada sapi. ISBN 978-602-

    8409-00-1

    110 Pelawa Sari Denpasar.

  • VII. PENGALAMAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA

    Urutkan judul rumusan kebijakan/rekayasa sosial lainnya yang pernah dbuat/ditemukan

    selama 5 tahun terakhir.

    No. Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

    yang Telah Diterapkan

    Tempat

    Penerapan

    Respons

    Masyarakat

    1. 2009 Rancangan Peraturan Daerah Tentang

    Rabies di Bali

    Pemerintah

    Provinsi Bali

    Positif

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian

    dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

    Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

    pengajuan hibah Penelitian Kompetensi.

    Denpasar, 12 Desember 2013

    (Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa MS)

  • Anggota 2:

    1. Nama Lengkap : Drh. Ida Bagus Made Oka Mkes

    2. Tempat/Tanggal Lahir : Karangasem, 1960

    3. Jenis Kelamin : Laki

    4. Fakultas : Kedokteran Hewan

    5. Pangkat/Golongan/NIP : Penata /IIIc/19601231 1989031014

    6. Bidang Keahlian : Parasitologi

    Tahun perolehan gelar akademik terakhir : 1996

    7. Kedudukan dalam Tim : Anggota

    8. Alamat Kantor : Kampus Bukit Jimbaran Bali

    Telepon : 0361 701808

    Fax. : 0361 701808

    Alamat Rumah : Jalan Tegal Buah XIIB/4

    Denpasar

    PENGALAMAN PENELITIAN No.

    JUDUL RISET Tahun

    1. Prevalensi cacing nematoda pada ayam buras yang dipasarkan di Kotif

    Denpasar

    1988

    2. Penggunaan getah pepaya sebagai obat cacing pada babi 1991

    3. Survey cacing pada itik di Bali 1992

    4. Prevalensi cacing Ascaris suum pada babi di Bali 1994

    5. Efek Ivermectin terhadap embryonisasi Telur Ascaris suum 1998

    7

    8.

    9

    10.

    11

    Prevalensi infeksi Cacing nematoda pada Rusa yang ditangkarkan di Bali

    Isolasi Toxoplasma gondii Asal Babi di Bali

    Identitifikasi Cacing Trematoda usus pada Itik Bali Post Mortem

    Isolasi dan Uji Patogenitas Toxoplasma gondii pada Ayam kampung di

    Bali

    Prevalensi Infeksi Strongyloides ransomi pada anak babi diare di Bali.

    2004

    2005

    2006

    2008

    2009

    Denpasar, 12 Desember 2013

    Drh. I B Made Oka Mkes

    NIP. 196012311989031014

  • Anggota 3:

    A. Identitas Diri

    1. Nama Lengkap (dengan gelar)

    Drh. Kadek Karang Agustina,

    MP L

    2. Jabatan Fungsional Asisten ahli

    3. Jabatan Struktural -

    4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198408042008121001

    5. NIDN 0004088401

    6. Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 4 Agustus 1984

    7. Alamat Rumah Br.Merta sari, Penatih Dangin Puri

    8. Nomor Telepon/Faks /HP 081353306020

    9. Alamat Kantor Kampus FKH-Jl PB Sudirman

    10. Nomor Telepon/Faks 0361 223791

    11. Alamat e-mail [email protected]

    12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 4 orang;

    13. Mata Kuliah yg diampu 1. Kesmavet I dan II

    2. Ilmu penyakit Zoonosis

    3. Epidemiologi Veteriner

    4. Dasar Komunikasi Veteriner

    5. Etika Veteriner

    B. Riwayat Pendidikan

    Program S-1 S-2 S-3

    Nama Perguruan Tinggi Univ. Udayana Univ. Udayana

    Bidang Ilmu FKH Bioteknologi

    Tahun Masuk 2002 2007

    Tahun Lulus 2008 2010

    Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Identifikasi cacing

    tipe strongyl pada

    babi di Bali

    Pemanfaatan lendir

    kerang abalone

    sebagai alternatif

    obat luka bakar

    Nama Pembimbing/Promotor Prof. Dr.drh. I

    Made Damriyasa,

    MS dan drh. I Made

    Dwinata, M.Kes

    Prof. Dr. I Made

    Dira Suantara, MS

    dan Prof. Dr.drh. Ni

    Ketut Suwiti,

    M.Kes

    C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

    (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

    No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

    Sumber *) Jml (Juta Rp.)

    1. 2011 Penerapan Kombinasi Metode

    Pembelajaran Diskusi Kelompok dan

    Student Centered Learning untuk

    Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa

    Hibah PHKI Rp. 25.000.000;

  • 2. 2012 Prevalensi Toxocara vitulorum Pada

    Induk dan Anak Sapi Bali di Wilayah

    Bali Timur

    DIPA - Dosen

    Muda

    Rp. 7.500.000

    3 2013 Kandungan Antioksidan, Gizi dan

    Kualitas Telur Asin Dengan Media

    Kulit Buah Manggis (Gracinia

    Mangostana L)

    DIPA - Dosen

    Muda

    Rp. 7.500.000;

    D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

    No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

    Masyarakat

    Pendanaan

    Sumber *) Jml (Juta

    Rp.)

    1. 2010 Pelayanan kesehatan dan pemberian vaksin SE

    pada ternak sapi di Desa Bona Kecamatan

    Blahbatuh Gianyar

    DIPA Unud 4.000.000

    2. 2011 Sosialisasi penyakit rabies di Desa Buana Giri

    Kecamatan Bebandem Karangasem

    DIPA Unud 4.000.000

    3. 2011 Pemberian vaksin SE dan pelayanan kesehatan

    ternak sapi di Desa Keramas Kecamatan

    Blahbatuh Gianyar

    DIPA Unud 4.000.000

    4. 2012 Sosialisasi penyakit Cacing Pita (Taenia

    solium) yang menyerang manusia dan babi di

    Desa Tianyar Barat, Karangasem

    DIPA Unud 4.000.000

    5 2013 Pelatihan dan sosialisasi penerapan animal

    welfare dalam proses pemotongan hewan

    (sapi) kepada para teknisi di rumah

    pemotongan hewan Kabupaten Karangasem

    PNBP Unud 4.000.000

    E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

    No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

    1. Sosialisasi Penyakit Rabies pada Siswa SLTA

    di Desa Bebandem Karangasem.

    10 (2)/2013 Jurnal Udayana

    Mengabdi

    2. Prevalensi Toxocara vitulorum pada Induk dan

    Anak Sapi Bali di Wilayah Bali Timur

    5(1) 2013 Buletin Veteriner

    3. Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah

    Post-Thawing Ditinjau Dari Waktu Reduktase

    dan Angka Katalase

    2 (2)/ 2013 Indonesia Medicus

    Veterinus

    4. Sosialisasi penyakit cacing pita daging babi dan

    beberasan pada masyarakat di Desa binaan

    Unud, Desa Tianyar Barat, Karangasem

    12 (1)/ 2013 Jurnal Udayana

    Mengabdi

    5. Identifikasi dan prevalensi cacing tipe strongyl

    pada babi di Bali

    5 (2) / 2013 Buletin Veteriner

  • F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar

    Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

    No. Nama Pertemuan ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

    Tempat

    1. Prosiding. Seminar Nasional Sapi Bali Studi Biologi

    Perkembangan Metacestoda

    Taenia saginata Pada Sapi

    Bali

    Denpasar -

    2012

    2. International Workshop of Improvement

    and Sustainability of Sweetpotato - Pig

    Production Systems To Support

    Livelihoods in Highland Papua and West

    Papua, Indonesia

    Parasitiasis on Pig, Dog and

    Human in Papua, Indonesia

    Makassar -

    2012

    3. Proc. International Seminar on Timor

    Leste’s Quarantine Regulations. August

    26th

    , 2010.

    List of Animal Diseases and

    Animal Diseases Requiring

    Quarantine Provisions in

    Timor Leste.

    Timor Leste

    – 2010

    Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian

    dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

    Denpasar, 12 Desember 2013

    Drh. Kadek Karang Agustina, MP

    NIP. 198408042008121001

  • KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    U N I V E R S I T A S U D A Y A N A

    Kampus Bukit Jimbaran , Bali Telp.(0361) 701954; 701907; Fax. (0361) 701907

    SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Drh. I Made Dwinata, M.Kes

    NIDN : 0006066216

    Pangkat / Golongan : Pembina TK I /IVb

    Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul:

    Deteksi Antibodi dan Karakteristik genetik Toxoplasma gondii pada Itik Di Bali

    yang diusulkan dalam skema Hibah Unggulan Perguruan Tinggi untuk tahun anggaran 2013

    bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.

    Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya

    bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan

    seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

    Denpasar, 12 Desember 2013

    Mengetahui, Yang menyatakan,

    Ketua Lembaga Penelitian Unud

    Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan MT Drh. I Made Dwinata, M.Kes

    NIP: 19640717 198903 1 001 NIP. 196206061989031003