laporan akhir penelitian unggulan perguruan …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8ra.pdflahan basah untuk...

165
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Development and Upgrading of Seven Universities in Improving the Quality and Relevance of Higher Education in Indonesia PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LAHAN BASAH UNTUK MEMBUDAYAKAN GOSOK GIGI DENGAN AIR YANG MEMENUHI PERSYARATAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN TINGGINYA INDEKS KARIES GIGI DI KALIMANTAN SELATAN Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun Ketua: Dr. drg. Rosihan Adhani, S.Sos., MS. Anggota: Drg. Priyawan Rachmadi, Ph.D drg. Widodo Tutung Nurdiyana, S.Sos., M.A., M.Pd. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2015

Upload: phamduong

Post on 30-Mar-2019

264 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Development and Upgrading of Seven Universities in Improving the Quality

and Relevance of Higher Education in Indonesia

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LAHAN BASAH UNTUK MEMBUDAYAKAN GOSOK GIGI DENGAN

AIR YANG MEMENUHI PERSYARATAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN TINGGINYA INDEKS KARIES GIGI DI

KALIMANTAN SELATAN

Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun

Ketua: Dr. drg. Rosihan Adhani, S.Sos., MS.

Anggota: Drg. Priyawan Rachmadi, Ph.D

drg. Widodo Tutung Nurdiyana, S.Sos., M.A., M.Pd.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2015

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

2

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

3

RINGKASAN

Kerusakan gigi berupa karies (lubang) gigi merupakan penyakit yang

paling banyak dijumpai di dalam rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan Riskesdas Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007 didapatkan data bahwa tingkat kerusakan gigi tertinggi di Kalimantan Selatan adalah di Kabupaten Barito Kuala (39,5%) dan Kota Banjarmasin (38,2%), padahal kriteria tingkat keparahan karies menurut WHO) yaitu indeks DMF-T sebesar 6,61. Kedua wilayah tersebut dialiri oleh air sungai yang mengalir berasal dari rawa-rawa yang berada di lingkungan di sekitar sungai. Kondisi lingkungan lahan gambut dengan lingkungan rawa-rawa menghasilkan air dengan tingkat keasamannya antara pH 3,5 - 4,5.

Banyaknya kasus kerusakan gigi di Kalimantan Selatan tidak bisa dilepaskan dari pola hidup dan kebudayaan masyarakat yang sangat bergantung dengan sungai terutama dalam penggosokan gigi yang menggunakan air sungai. Agar masyarakat mau mengubah cara mereka menggosok gigi perlu dikembangkan sebuah model pemberdayaan masyarakat untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat dijadikan sebagai upaya preventif dalam mengurangi tingginya tingkat kerusakan karies gigi.

Dari rencana penelitian dua tahun, penelitian yang berjalan (tahun pertama) diarahkan pada kajian pemeriksaan karies gigi serta pengkajian aspek sosial budaya masyarakat yang menggosok gigi dengan air sungai. Dari kegiatan pemeriksaan gigi, penelitian ini menemukan bahwa di sekolah MTsN Marabahan, kelompok sisiwa yang menggunakan air sungai memiliki nilai indeks DMF-T 5,6 yang dikategorikan tinggi menurut standard WHO lebih tinggi dari kelompok siswa yang menggosok gigi dengan air PDAM yang memiliki indeks DMF-T 2,8. Di SMP 4 Kota Banjarmasin kelompok siswa yang menggunakan air sungai memiliki indeks DMFT 5,3 lebih tinggi dibanding kelompok siswa yang menggunakan air PDAM yang memiliki indeks DMF-T 1,3. Di sekolah SMPN 15 Kota Banjarmasin di mana kelompok siswa yang menggunakan air sungai berindeks DMF-T 6,6 lebih tinggi dari kelompok siswa yang menggunakan air PDAM dengan indeks DMF-T 2,8.

Dari kegiatan kajian aspek sosial budaya masyarakat yang menggosok gigi dengan air sungai, peneliti menemukan bahwa masih banyaknya masyarakat yang menggosok gigi dengan air sungai dikarenakan beberapa hal yaitu: pertama, kurang massifnya pemerintah dalam mensosialisasikan pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi. Kedua, lemahnya dukungan lembaga-lembaga sosial seperti keluarga dan sekolah dalam memberikan informasi tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi. Ketiga, masih tetap bertahannya perilaku masyarakat untuk menggosok gigi dengan air sungai meskipun sudah ada alternatif sumber air yang lain seperti PDAM. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi, anggapan mahal terhadap air PDAM, masih menganggap sepele terhadap sakit gigi sehingga tidak mempermasalahkan kualitas air untuk menggosok gigi.

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

4

Ketiga, berdasarkan relaitas rendahnya pemahaman masyarakat tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi serta berbagai perilaku mereka yang merugikan untuk kesehatan gigi. Maka untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi mereka terutama dalam mengatasi masalah tingginya tingkat karies gigi maka peneltiian ini menemukan model yang tepat di dalam mengatasi ini yaitu melalui pembentukan Kader Kesehatan Gigi (KKG) dan Pengembangan model teknologi sederhana untuk pengolahan air. Untuk daerah kota Banjarmasin di mana ketersediaan air yang mememnuhi persyaratan kesehatan sudah tercukupi maka model yang dikembangkan adalah pembentukan KKG yang lebih banyak diarahkan pada pembimbingan masyarakt untuk berperilaku sehat dalam perawatan gigi termasuk menggunakan air yang memenuhi persyaratan kesehatan. Beda halnya dengan daerah-daerah yang belum terjangkau oleh air maka pilihan teknologi sederhana untuk pengolahan air menjadipilihan alternative di samping pembentukan Kader Kesehatan Gigi (KKG) terutama oleh kalangan yang berasal dari masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk mengatasi permasalahan mereka di dalam memperoleh kebutuhan air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

5

PRAKATA

Penelitian ini berangkat dari kegelisahanakan tingginya angka kesakitan

gigi dan mulut khususnya karies gigi atau gigi berlubangpadaderah sepanjang

aliran sungai atau penduduk yang tinggal di daerah rawa. Kondisi ini apabila

dibiarkan berlanjut selain meningkatkan angka kesakitanjuga akan menurunkan

tingkat kesejahteraan berupa rendahnya prouktivitas kerja, tingkat absensi kerja

dan sekolah, hilangnya peluang memasuki bidang pekerjaan tertentu.

Keberadaan sungai dan rawa harusnya dapat dimanfaatkan sebesar-

besarnya kemakmuran masyarakat, bukan menimbulkan gamgguan atau dampak

buruk terhadap kehidupan penduduk di sekitarnya. Oleh karena itu, pola hidup

atau sosial budaya perlu dipilah dan disesuaikan dengan yang positif mendukung

peningkatan status kesehatan masyarakat. Bagaimana kebiasaan hidup

masyarakat, bagaimana pola mereka mencari pengobatan bila sakit, dan

bagaimana persepsi mereka terhadap pelayanan kesehatan, adalah hal yang perlu

diteliti.

Dengan menemukan fakta lapangan bahwa ada faktor sosial budaya yang

menjadi faktor resiko atau determinan atau yang mendukung baik mempercepat

atau memperlambat terjadinya proses gigi berlubang, dapat dikembangkan model

pemberdayaan masyarakat di sekitar aliran sungai dan daerah rawa bagaimana

memelihara kesehatan gigi yang baik.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat menyumbang peningkatan kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat, menjadi dasar merancang program dan aksi tindak

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

6

serta kebijakan selanjutnya, guna menciptakan harmonisasi dan keselarasan antara

manusia dan lingkungan hidupnya.

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

7

DAFTAR ISI

HalamanPengesahan………………………………………………… ii Ringkasan…………………………………………………………… iii Prakata……………………………………………………………… v Daftar Isi……………………………………………………………. vi Daftar Tabel…………………………………………………………. vii Daftar Gambar………………………………………………………. viii Daftar Lampiran…………………………………………………….. ix Bab I Pendahuluan………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………... 1 B. Permasalahan……………………………………………… 3

Bab II TinjauanPustaka…………………………………………….. . 4 A. Menyikat Gigi……………………………………………… 4 B. Karies……………………………………………………… 5 C. Lingkungan Lahan Basah dan Kesehatan Gigi………........ 9 D. Aspek-aspek Sosial Budaya dalam Perilaku Kesehatan….. 10

Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 13 A. Tujuan Penelitian………………………………………….. 13 B. Manfaat Penelitian………………………………………… 13

Bab IV Metode Penelitian..………………………………………….. 15 Bab V Hasil dan Pembahasa.……………………………………….. 21 Bab VI Kesimpulan……………………………………………….. 129 Daftar Pustaka……………………………………………………. 131 Lampiran – Lampiran 133

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional memerlukan kualitas sumber daya manusia yang

optimal termasuk diantaranya adalah kualitas derajat kesehatan

masyarakat.Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak

terpisahkan dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kondisi kesehatan gigi

dan mulut di Indonesia masih memprihatinkan, dimana penyakit gigi dan mulut

masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Said,dkk., 2009).

Dampak kerusakan gigi merupakan salah satu kendala dalam

meningkatkan kualitas SDM dan menghambat peningkatan taraf hidup manusia

terutama dalam memperoleh peluang kerja pada profesi tertentu misalnya TNI,

Polri, Pilot, dan Pramugari. Kerusakan gigi akan berpengaruh terhadap derajat

kesehatan tubuh secara keseluruhan yang berakibat terganggunya berbagai

aktivitas sehari-hari.

Kerusakan gigi berupa karies (gigi berlubang) merupakan penyakit yang

paling banyak dijumpai di dalam rongga mulut sehingga merupakan masalah

utama kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan Riskesdas Provinsi Kalimantan

Selatan tahun 2007 didapatkan data bahwa proporsi penduduk bermasalah gigi

dan mulut sebesar 29,2%. Penduduk yang mengalami angka karies tertinggi

adalah Kabupaten Barito Kuala (39,5%) dan Kota Banjarmasin (38,2%) dengan

tingkat keparahan karies gigi sangat tinggi (kriteria tingkat keparahan karies

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

9

menurut WHO yaitu indeks DMF-T) sebesar 6,61 untuk Batola dan 5,54 untuk

Banjarmasin.

Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin banyak dialiri oleh sungai-

sungai yang airnya banyak berasal dari rawa-rawa yang berada di lingkungan di

sekitar sungai. Kondisi lingkungan lahan gambut dengan lingkungan rawa-rawa

menghasilkan air dengan tingkat keasaman antara pH 3,5 - 4,5. Tingginya tingkat

keasaman air sungai salah satu penyebabnya menurut Rafiek (2005) karena sungai

berfungsi untuk pembuangan air masam sehingga sejak dahulu petani yang

menggarap lahan rawa membuat dan memelihara ray yang dibuat setiap jarak 30

depa. Banyaknya air rawa yang mengalir ke sungai mengakibatkan kadar asam

air sungai menjadi sangat tinggi sehingga diduga berpengaruh terhadap

kesehatan gigi.

Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan (fisik maupun sosial budaya) dan

perilaku. Membersihkan gigi dengan cara menyikat gigi sebagai bentuk perilaku

akan mempengaruhi baik atau buruknya kesehatan gigi dan mulut, di mana akan

mempengaruhi tingkat kerusakan gigi berupa karies gigi. Tingginya angka

kerusakan gigi Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin tidak bisa

dilepaskan dari pola hidup dan kebudayaan masyarakat yang sangat bergantung

dengan sungai terutama cara mereka menggosok gigi yang menggunakan air

sungai. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan gigi masyarakat perlu adanya

upaya pemahaman pada masyarakat untuk menggosok gigi dengan air yang

memenuhi persyaratan kesehatan, diantaranya adalah air yang memiliki kadar

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

10

keasaman yang rendah. Namun upaya penyadaran ini mengalami kendala karena

adanya praktik atau kebiasaan mereka yang sudah turun temurun mereka lakukan

serta kemungkinan adanya berbagai nilai yang menyebabkan mereka masih

melakukan aktivitas membersihkan gigi dengan air sungai.

Agar masyarakat mau mengubah cara mereka menggosok gigi perlu

dibuat sebuah studi yang mengkaji aspek sosial dan budaya yang melatar

belakangi kuatnya masyarakat untuk menggunakan air sungai untuk aktivitas

membersihkan gigi. Untuk itu, kajian ini menjadi sangat penting untuk

mengurangi tingginya angka kerusakan gigi pada masyarakat di daerah-daerah

rawa sebagaimana yang banyak dijumpai di Kalimantan Selatan.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat keparahan karies gigi pada masyarakat lingkungan lahan

basah di Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin?.

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi budaya masyarakat lingkungan lahan

basah Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin menyikat gigi dengan

air sungai?

3. Model pemberdayaan yang seperti apa yang perlu dikembangkan untuk

menimbulkan kesadaran masyarakat untuk gosok gigi dengan air yang

memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat mencegah tingginya tingkat karies

gigi pada masyarakat lahan basah?

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah suatu kegiatan cara untuk membersihkan gigi dan

mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu

lama, sehingga kerusakan gigi tidak terjadi (Musadad dan Irianto, 2009). Perilaku

membersihkan gigi dan mulut dengan menyikat gigi akan mempengaruhi baik

atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, sehingga akan mempengaruhi angka

karies (Ebrahimi, 2010).

Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal 6-7

mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan-makanan yang

mengandung karbohidrat.Menurut Suwelo (Agela, 2005) menyebutkan bahwa pH

saliva sudah menjadi normal (6-7) 25 menit setelah makan dan minum. Menyikat

gigi dapat mempercepat proses kenaikan pH 5 menjadi normal (6-7), sehingga

dapat mencegah proses pembentukan karies (Atmanda, 2011).

Kemampuan meyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang

cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Army US,

2010).Masa kanak-kanak awal merupakan masa yang ideal untuk mempelajari

berbagai keterampilan karena pada masa ini kemampuan motorik dan kognitif

anak mengalami perkembangan (Sayuti, 2010).Frekuensi menyikat gigi yang baik

adalah 2-3 kali sehari (Ebrahimi, 2010).American Dental Association (ADA)

menyatakan sikat gigi minimal dilakukan dua kali sehari, setelah sarapan pagi dan

malam sebelum tidur (Sayuti, 2010).

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

12

B. Karies

Karies adalah lubang gigi yang disebabkan hasil interaksi dari bakteri di

permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (khususnya komponen karbohidrat

yang dapat difermentasi oleh bakteri dalam plak menjadi asam) sehingga terjadi

demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk terjadinya

karies (Angela, 2005). Karies merupakan suatu infeksi jaringan keras gigi yaitu

email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dan

merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif (Agtini, 2010).

Proses kerusakan dimulai dari email dan terus ke dentin dan merupakan

suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor. Terdapat empat faktor

utama yang berperan dalam terjadinya karies yaitu gigi, mikroorganisme di dalam

plak, substrat dan waktu (Imron, 2010).Karies ditandai oleh adanya demineralisasi

mineral-mineral emaildan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organiknya.

Menurut Kidd (2012) karies adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang

disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan di

permukaan gigi (demineralisasi terjadi pada pH 5,5 atau kurang). Derajat

keasaman lingkungan rongga mulut akan mempercepat terjadinya karies.

1. Etiologi Karies

Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari 4

faktor utama yaitu gigi, mikroorganisme di dalam plak, substrat dan waktu.

1). Gigi.

Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu

:

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

13

a) Bentuk. Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies.

b) Posisi. Gigi yang berjejal dan susunannya tidak teratur lebih sukar

dibersihkan. Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan

karies.

c) Struktur. Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan

gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies (Sundoro, 2007).

2). Mikroorganisme di dalam plak

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar.

Bakteri plak yang sangat dominan dalam karies gigi adalah Streptococcus

mutans. Bakteri ini sangat kariogen karena mampu membuat asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan (Harshanur, 1995). Streptococcus mutans

dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat

polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.

Polisakarida ini terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi

mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu

untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain (Putri, 2010).

3). Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi

sehari-hari yang menempel pada gigi (Satria dkk, 2009). Seringnya

mengkonsumsi gula akan menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah

Streptococcus mutans didalamnya (Togoo, 2011). Sukrosa merupakan gula

yang kariogen. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka

sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Hedge, 2011).

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

14

4). Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor

sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara klinis

terlihat kehancuran dari email lebih beberapa bulan. Adanya kemampuan saliva

untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,

menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode kerusakan dan

perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka

karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan

dalam bulan atau tahun (Sundoro, 2007).

2. Proses Terjadinya Karies

Beberapa macam bakteri plak seperti Streptococcus mutans mempunyai

kemampuan untuk melakukan fermentasi substrat karbohidrat dalam makanan

yang sesuai (misalnya sukrosa dan glukosa) sehingga membentuk asam dan

mengakibatkan turunnya pH sampai di bawah 5 atau 4,5 dalam tempo 1-3 menit.

Derajat keasaman tersebut baru akan kembali normal (pH sekitar 6-7) sekitar 30-

60 menit kemudian. Derajat keasamam akan berubah turun naik sesuai dengan

aktifitas dalam rongga mulut seseorang. Menurunnya pH yang berulang-ulang ini

dalam waktu tertentu mengakibatkan terjadinya demineralisasi pada permukaan

gigi dan proses karies pun di mulai (Hedge, 2011).

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

15

3. Indeks Karies Gigi

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukan tingkat status karies gigi

seseorang atau sekelompok orang. Formulasi indeks karies gigi permanen adalah

Indeks DMF-T ( DMF-Teeth), yang terdiri dari:

D : Decayed : Jumlah gigi karies dan masih dapat ditambal.

M : Missing : Jumlah gigi yang telah dicabut/hancur sendiri karena

karies atau harus dicabut karena karies.

F : Filled : Jumlah gigi yang mempunyai satu atau lebih tambalan

yang masih baik.

Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang.DMF-

T dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 (misal karies

pada gigi molar 1 permanen terdapat karies dioklusal dan bukal maka karies tetap

dihitung “satu”). Pada indeks DMF-T tidak membedakan kedalaman karies,

misalnya karies superfisial, media atau profunda (Sundoro, 2007).

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

Indeks DMF-T =

Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 – 1,1 = sangat rendah 1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi 6,6< …..= sangat tinggi

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

16

C. Lingkungan Lahan Basah dan Kesehatan Gigi

Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International

Importance, especially as Waterfowl Habitat) di Iran pada tahun 1972

menyatakan bahwa:

Pasal 1.1: “… lahan basah adalah wilayah payau, rawa, gambut, atau

perairan, baik alami maupun buatan, permanen atau temporer (sementara), dengan

air yang mengalir atau diam, tawar, payau, atau asin, termasuk pula wilayah

dengan air laut yang kedalamannya di saat pasang rendah (surut) tidak melebihi 6

meter.”

Lahan basah adalah wilayah rawa-rawa yang sepanjang tahun, atau

selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau

tergenang (waterlogged) air dangkal. Menurut Kusnaedi (2006), Air gambut pada

lahan basah merupakan air permukaan yang banyak terdapat di daerah pasang

surut dan berawa atau dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Intensitas warna yang tinggi (kuning atau merah kecoklatan)

2. Ph yang rendah antara 2-5

3. Kandungan zat organik tinggi

4. Rasanya asam

5. Kandungan kation yang rendah

Mekanisme kerusakan gigi akibat lahan adalah kandungan air lahan basah

pada lahan gambut memiliki Ph yang asam, karena Kapasitas Tukar Kation

(KTK) tinggi sehingga Kejenuhan Basa (KB) sangat rendah.Semakin dalam tanah

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

17

gambut maka Ph semakin asam. Selain itu dekomposisi bahan organik pada

kondisi anaerob menyebabkan terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat yang

menyebabkan tingginya kemasaman gambut. Kondisi asam inilah yg berperan

penting dalam proses kerusakan gigi (Dariah dan Fahmudin, 2008)

Rongga mulut yang terpapar air dari lahan gambut akan berpengaruh pada

derajat keasaman rongga mulut mencapai Ph kritis enamel, yaitu 5,5. Ion H+

yang terkandung dalam air gambut akan berikatan dengan ion PO43- dari saliva

sehingga membentuk HPO43-. Dalam bentuk ini, HPO43- tidak dapat

menyeimbangkan kondisi enamel dan saliva, sehingga kristal enamel terlarut.

(Sagiman, 2007).

D. Aspek-aspek Sosial Budaya Dalam Perilaku Menggosok Gigi

Masalah kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh aspek-aspek

sosial dan budaya masyarakat. Aspek-aspek ini banyak mempengaruhi

masyarakat baik dalam pola pikir, cara bertindak dan bebagai perihal kehidupan

mereka. Terkait dengan aspek sosial budaya masyarakat, keberhasilan program

pemerintah di dalam permasalahan kesehatan juga sangat bergantung pada kedua

aspek ini (Azevado, 1991). Para peneliti etnografi dan antropologi kesehatan telah

sering menekankan bahwa keberhasilan sebuah program pemerintah tidak hanya

semata-mata akan didasarkan atas kemampuan memperoleh penjelasan ilmiah

atas sebab-sebab terjadinya penyakit, namun dengan memperhatikan pula nilai-

nilai dan kepercayaan yang mempengaruhi sikap-sikap masyarakat terhadap

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

18

penyakit itu sendiri, kematian serta terhadap sistem medis modern (biomedical)

yang diperkenalkan oleh kedokteran masa kini (Azevado, dkk. 1991).

Hal yang senada juga diutarakan oleh oleh A. Klienman yang diacu oleh

Persen dan Baruffati (Swasono, 1994) bahwa sistem medis adalah sistem budaya,

sehinggga seseorang tak akan dapat memahami suatu sistem medis tanpa

memahami konteks budaya tempat mereka merupakan bagiannya.

Di Indonesia, berbagai penelitian tentang kesehatan masyarakat juga

menunjukkan peran budaya terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Hasil

penelitian Swasono (1994) yang mengkaji masyarakat Dani menunjukkan bahwa

tingginya tingkat resiko kesehatan perempuan dari pada laki-laki pada masyarakat

Dani baik dari segi penyakit fisik (kurang gizi dan food intake, konsekuensi

kematian akibat aborsi tradisional) serta gangguan psikologis karena faktor-faktor

sosial tidak dapat dilepaskan dari faktor penempatan kedudukan perempuan lebih

rendah dari laki-laki. Artinya aspek budaya mempengaruhi pada aspek kesehatan

masyarakat Wamena.

Lebih jauh Soejoeti (1995) menyatakan bahwa derajat sehat masyarakat

atau disebut psychosociosomatic health being merupakan resultante dari 4 faktor

yaitu: lingkungan, behaviour atau perilaku, Hereditu atau keturunan yang

dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan sebagainya dan health care

service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif. Dari keempat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku

merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi

rendahnya derajat kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan gigi.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

19

Untuk Kesehatan Gigi, Blum (Kidd dan Smith,2012) menyatakan bahwa

status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya),

perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku

memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan

mulut. Disamping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara

langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan

kesehatan (Kidd dan Smith, 2012). Sehubungan dengan pendapat di atas, maka

perilaku budaya menyikat gigi akan mempengaruhi tingkat keparahan angka

karies.

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

20

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengukur indeks karies gigi pada masyarakat lahan basah.

2. Mengidentifikasi berbagai penyebab tingginya tingkat karies gigi pada

masyarakat lahan basah baik dari aspek lingkungan alam maupun aspek sosial

dan budaya masyarakat lahan basah terkait.

3. Membuat model pemberdayaan masyarakat untuk membudayakan gosok gigi

dengan air yang memenuhi syarat kesehatan dalam upaya mencegah tingginya

karies gigi.

B. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penbelitian ini,

yaitu:

1. Semakin jelasnya gambaran tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan

gigi.

2. Teridentifikasinya secara lebih mendalam aspek sosial dan budaya

masyarakat lahan basah yang menyebabkan tingginya tingkat karies gigi

mereka.

3. Terumuskannya model pemberdayaan masyarakat lahan basah yang

memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat untuk penyadaran

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

21

mereka agar menggosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

4. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat lahan basah melalu pengembangan

model pemberdayaan masyarakat untuk mencegah ekses dari kondisi

lingkungan lahan basah.

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development

(R&D). Penelitian telah dilaksanakan selama dua tahun dengan alur penelitian

yang diadaptasi dari Putro, dkk (2007). Alur penelitian pengembangan model

pemberdayaan masyarakat lahan basah untuk menggosok gigi dengan

menggunakan air yang memenuhi syarat kesehatan diawali dengan studi

pendahuluan untuk mengukur tingkat karies gigi, dan mengkaji aspek sosial

budaya yang mempengaruhi perilaku masyarakat yang berakibat pada tingginya

karies gigi dan dilanjutkan dengan pengembangan model pemberdayaan

masyarakat lahan basah agar membudayakan gogok gigi dengan air yang

memenuhi persyaratan kesehatan sebagai hasil akhir dari kegiatan penelitian.

Pengidentifikasian tingkat karies gigi masyarakat lahan basah dilaksanakan

dengan melakukan pengecekan gigi pada masyarakat yang menjadi sample

penelitian. Setelah pengecekan gigi, kegiatan penelitian selanjutnya adalah

pengkajian aspek-aspek sosial budaya yang mempengaruhi tingginya karies gigi

pada masyarakat lahan basah melalui studi pustaka, observasi lapangan, serta

penggunaan metode kualitatif untuk menggali informasi dari para informan.

Beberapa temuan penelitian tentang aspek social budaya sebagaimana ditemukan

dalam penelitian tahun pertama selanjutnya dicarikan feedback dari masyarakat

melalui klegiatan Focus Group discussion dan selanjutnya dibuat dalam draft

model pemberdayaan yang akan dikaji penerapannya dalam masyarakat

Secara rinci, dapat dilihat pada bagan berikut:

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

23

Secara rinci pada tahun pertama kegiatan penelitian diarahkan pada

Studi Pustaka Pra Survai

Pengukuran tingkat karies gigi pada masyarakat lahan basah

Identifikasi aspek sosial budaya yang mempengaruhi tingginya tingkat karies gigi pada masyarakat lahan basah

Draft Pengembangan Model Pemberberdayaan Masyarakat

Uji publik I

Uji publik II

Draft Final Model Pemberdayaan

Uji Validasi

Model Pemberdayaan dan rekayasa sosial Akhir yang Teruji

Tahun Ke-1

Tahun Ke-2

Revisi

Revisi

Gambar 1. Alur Penelitian Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Lahan Basah

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

24

Pada tahun pertama kegiatan penelitian diarahkan pada pengidentifikasian

tingkat karies gigi masyarakat lahan basah yang dilakukan dengan melakukan

pengecekan gigi pada masyarakat yang menjadi sample penelitian.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di dua kota yaitu di Kota Marabahan dan

di Kota Banjarmasin. Di Kota Marabahan, pengecekan gigi dilakukan di sekolah

MTsN Marabahan pada tanggal 19 Juni 2014. Pada pengecekan gigi ini telah

dilaksanakan pengecekan terhadap 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa yang

menggosok gigi dengan menggunakan air sungai serta 30 siswa yang menggosok

gigi dengan menggunakan air PDAM. Hasil pengecekan gigi 2 kelompok siswa

ini kemudian dibandingkan untuk melihat sejauhmana pengaruh air sungai

berpengaruh terhadap tingkat karies gigi.

Di Kota Banjarmasin, pengecekan gigi dilaksanakan di dua sekolah yaitu

SMPN4 Kota Banjarmasin dan SMPN 15 Kota Banjarmasin. Pengecekan gigi

yang dilakukan di SMPN4 dilakukan terhadap 30 orang siswa yang menggosok

gigi dengan air PDAM dan 30 siswa yang menggosok gigi dengan menggunakan

air sungai sedangkan pengecekan gigi di SMPN 15 dilakukan terhadap 18 siswa

yang menggosok gigi dengan air PDAM dan 22 orang yang menggosok gigi

dengan air sungai. Hasil pengeceakn gigi terhadap dua kelompok siswa ini,

sepereti halnya yang dilakukan di kota marabahan, juga dibandingkan.

Dari kegiatan pengecekan gigi yang dilakukan di dua kota ini

dimaksudkan untuk melihat perbedaan tingkat karies gigi antara kelompok siswa

yang menggosok gigi dengan air sungai dengan kelompok siswa yang

menggosok gigi dengan air sungai sehingga hasil dari penelitian ini akan

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

25

menegaskan akan pengaruh air sungai yang dialiri air dari rawa dengan Ph yang

rendah terhadap kesehatan gigi.

Setelah pengecekan gigi, kegiatan selanjutnya adalah pengkajian aspek-

aspek sosial budaya yang mempengaruhi tingginya karies gigi pada masyarakat

lahan basah melalui studi pustaka, observasi lapangan, serta penggunaan metode

kualitatif untuk menggali informasi dari para informan.

Kegiatan pengkajian yang sudah dilakukan adalah penggalian data

lapangan di Kabupaten Barito Kuala maupun di Kota Banjarmasin. Pencarian

data lapangan telah dilaksanakan dari tanggal 23 Juni 2014 sampai dengan

tanggal 3 Juli 2014 dan di Kota Banjarmasin sudah dilaksanakan dari tanggal 15

Juli 2014 sampai dengan 25 Juli 2014. Kegiatan di dua kota ini telah

mewawancarai sebanyak 40 informan yang terdiri staf dinas kesehatan, kepala

Puskesmas dan Petugas kesehatan gigi Puskesmas, tokoh masyarakat dan

beberapa masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk keperluan

sehari-hari termasuk menggosok gigi.

Data yang diperoleh dari lapangan yang berupa rekaman wawancara

selanjutnya ditranskrip dan dianalisis sehingga dapat menjelaskan beberapa

pertanyaan penelitian secara jelas dan gamblang.

Pada tahun kedua, kegiatan penelitian lebih diarahkan pada pengembangan

model pemberdayaan masyarakat untuk menggunakan air yang memenuhi

persyaratan kesehatan. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan merumuskan draft

model pemberdayaan berdasarkan hasil dari kajian yang dilakukan pada penelitian

tahun pertama. Draft tersebut kemudian ditanggapai oleh para pihak yang

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

26

berkompeten dengan masalah kesehatan gigi dan kebudayaan masyarakat di

kedua kota Banjarmasin dan kabupaten Barito Kuala melalui kegiatan Focus

Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan pada tanggal 3 September 2015 di

Aula Fakultas Kedokteran Unlam, Jl. Veteran Kota Banjarmasin. Kegiatan FGD

ini mendatangkan tokoh masyrakat, praktisi kesehatan gigi, birokrat kesehatan

gigi serta dari para akademisi kedokteran gigi maupun dari sosiologi dan

antropologi. Hasil dari kegiatan ini selanjutnya dibuat dalam sebuah draft model

pemberdayaan yang sudah disempurnakan. Model pemberdayaan yang sudah

disempurnakan sebagai output dari kegiatan FGD kemudian dicari tanggapan dari

masyarakat. Untuk kepentingan ini, telah ditentukan dua desa untuk dijadikan

lokasi penelitian yaitu di kelurahan Alalak Utara di kota Banjarmasin serta Desa

Puntik Luar di kabupaten Barito Kuala.

Kelurahan Alalak Utara dijadikan tempat penelitian dikarenakan di

kelurahan tersebut dialiri oleh sungai besar yaitu sungai Barito dan masih

ditemukan masyarakat yang masih menggunakan air sungai meskipoun kelurahan

tersebut sudah dialiri oleh air PDAM. Desa Puntik Luar dijadikan desa penelitian

karena di desa ini belum dialiri air PDAM sehingga hampir semua masyarakat

masih menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari mereka serta masih

digunakan untuk kegiatan MCK. Perbedaan dua karakteristik desa tempat

penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap realitas

masyarakat yang berada di dua kabupaten dan kota yang menjadi sasaran dalam

penelitian ini di mana ada daerah-daerah yang sudah dialiri PDAm dan ada yang

belum diliri air PDAM.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

27

Kajian respon masyarakat terhadap model tersebut dilakukan dengan

metode survei maupun metode kualitatif. Kajian ini dimulai dengan survei yang

dilaksakan pada tanggal 5-11 Okober 2015 serta wawancara mendalam pada

tanggal 12 – 15 Oktober 2015 untuk kota Banjarmasin. Sedangkan pelaksanaan

Survey di Desa Puntik Luar, kabupaten Barito Kuala dilaksanakan pada tanggal

18 - 24 Oktober 2015 dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam terhadap

informan yang terpilih yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dari tanggal 25 –

27 Oktober 2015 .

Jumlah responden masing-masing desa adalah sebanyak 100 orang warga

Desa atau kelurahan yang tersebar dalam beberapa RT yang menjadi wilayah desa

atau kelurahan tersebut. Jumlah responden untuk masing-masing RT ditentukan

secara proporsional sesuai dengan jumlah penduduk RT tersebut dan ditentukan

secara acak (simple random sampling). Untuk data kualitatif, penggalian data

dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan yang telah ditentukan

secara purposive di mana untuk masing-masing Kota Banjarmasin dan kabupaten

Barito Kuala diwawancarai sebanyak 10 orang informan yang terdiri dari praktisi

kesehatan dari dinas kesehatan kota, puskesmas, budayawan, tokoh agama serta

beberapa tokoh masyarakat di desa Puntik Luar dan Kelurahan Alalak Utara

Banjarmasin. Setelah uji publik, model pemberdayaan selanjutnya direvisi

sehingga diperoleh model pemberdayaan masyarakat yang kredibel.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

28

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Kabupaten Barito Kuala

1.1. Letak Geografis

Barito Kuala adalah sebuah nama kabupaten dari salah satu diantara 11

kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Marabahan1.Secara

geografis Kabupaten Barito Kuala terletak antara 2°29‟50” - 3°30‟18” Lintang

Selatan, 114°20‟50” - 114°50‟18” Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.996,96

km2atau sekitar 7,76 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan

luas wilayah tersebut, Kabupaten Barito Kuala terdiri dari 17 Kecamatan yang

terbagi menjadi 201 Desa/ Kelurahan (6 kelurahan dan 195 desa).

Kabupaten Barito Kuala ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Banjar

dan terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan dengan batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tapin

Sebelah Timur : Kabupaten Banjar, Kota Banjarmasin

Sebelah Selatan : Laut Jawa

Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas (Propinsi Kal-Teng).

Karena letak Kabupaten Barito Kuala paling barat dari Provinsi Kalimantan

Selatan dan bukan jalur lalu lintas ekonomi antar daerah, maka kabupaten ini

1 Pada tanggal 4 Januari 1960 dengan UU Nomor 27 Tahun 1959 Marabahan ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Barito Kuala.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

29

khususnya Kota Marabahan jarang disinggahi oleh orang sehingga Kabupaten ini

sepi sekali. Ini terlihat ketika menuju ke arah ibu kota Marabahan dari Kota

Banjarmasin melalui darat sangat sepi sekali,hanya sesekali berpapaasan dengan

kendaraan lain. Jarak dari Kota Marabahan ke Banjarmasin sekitar 56 km melalui

jalan darat dengan waktu jarak tempuh kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Selain

melalui jalan darat juga bisa melalui transportasi sungai dengan mengendarai

perahu bermesin atau biasa masyarakat setempat menyebutnya dengan

kelotokdengan jarah tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Kuala dikelilingi oleh sungai

dan rawa.Dua sungai besar yang mengelilingi wilayah ini adalah Sungai Barito

dan Sungai Kapuas yang bermuara ke Laut Jawa.Selain Sungai Barito dan Sungai

Kapuas, sungai yang terdapat pada Kabupaten Barito Kuala antara lain Sungai

Tamban, saluran drainase Anjir Pasar, Tabukan dan saluran drainase Tabunganen.

Sungai-sungai ini selain berguna untuk transportasi air juga berguna untuk

pengairan sawah.

Bentuk geologis wilayah Kabupaten Barito Kuala merupakan dataran rendah

dengan ketinggian 0,2 - 3 m dari permukaan laut. Hampir semua wilayah yang

ada di Kabupaten Barito Kuala atau 90 persen dari luas areal tanah adalah rawa

pasang surut.Kondisi wilayah Kabupaten Barito Kuala yang seperti ini

menyebabkan tanah di wilayah ini secara umum mengandung lahan gambut,

sehingga tingkat keasamannya cukup tinggi mencapai ph 3-5. Hal ini

menyebabkan air dari tanah tidak bisa dikonsumsi karena mengandung senyawa

besi dan sulfur atau biasa disebut larutan firit yang kurang baik untuk kesehatan.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

30

1.2. Penduduk dan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2013 tercatat

sebanyak286.075 jiwa, dengan komposisi jumlah perempuan 142. 837 jiwa dan

jumlah laki-laki 143.238 jiwa.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Tabunganen 10004 9857 19861 2. Tamban 16208 15913 32121 3. Mekarsari 8349 8464 16813 4. Anjir Pasar 7861 7975 15836 5. Anjir Muara 10083 10051 20134 6. Alalak 26836 26998 53834 7. Mandastana 7230 7247 14477 8. Belawang 6582 6544 13126 9. Wanaraya 6403 6321 12724 10. Barambai 7264 7134 14398 11. Rantau Badauh 7311 7319 14630 12. Cerbon 4377 4327 8704 13. Bakumpai 4876 4819 9695 14. Marabahan 9735 9857 19592 15. Tabukann 4193 4201 8394 16. Kuripan 2731 2768 5499 17. Jejangkit 3195 3042 6237

Jumlah 143238 142837 286075

Sumber: Barito Kuala Dalam Angka 2013

Kabupaten Barito Kuala yang terletak paling barat dari Provinsi

Kalimantan Selatan, secara umum keadaan tanahnya adalah rawa dan sebagian

besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan sehingga masyarakatnya sebagian

besar mata pencahariannya adalah pertanian tanaman pangan, kemudian Pegawai

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

31

Negeri termasuk TNI/POLRI, sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa.

Pada sektor pertanian tanaman pangan, selain padi, buah-buahan juga

menjadi andalan.Diantaranya adalah jeruk, nanas, mangga dan rambutan. Budi

daya jeruk menempati urutan paling besar dihasilkan di Kabupaten Barito Kuala

melalui perkebunan rakyat.Setiap delapan sampai sepuluh bulan sekali ke empat

hasil perkebunan ini membanjiri pasaran di wilayah Kalimantan Selatan. Sebagai

unggulan jeruk di Kabupaten Barito Kuala rasanya tidak kalah manis dengan

jeruk mandarin. Di wilayah Barito Kuala dalam hal perkebunan, beberapa tahun

ini pemerintah mulai berupaya mengembangkan perkebunan sawit, sehingga

masyarakat Barito Kuala banyak yang terserap tenaga kerjanya di sektor ini

terutama yang tinggal di sekitar daerah perkebunan sawit.

Selain produk dari sektor pertanian tanaman pangan, sebagian penduduk

juga ada yang bermata pencaharian sebagai pengrajin rumah tangga.Seperti

kerupuk ikan, anyaman purun dan minyak kelapa.Produk kerupuk ikan yang

terkenal dari Kabupaten Barito Kuala adalah kerupuk ikan pipih yang gurih

rasanya berbahan ikan pipih yaitu ikan sungai.

Beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Barito Kuala seperti

Kecamatan Jelapat dan Kecaamatan Tamban berdiri beberapa perusahaan besar

dan bahkan beberapa berkantor pusat di Jakarta. Oleh sebab itu masyarakat di dua

kecamatan tersebut banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik diantaranya pabrik

lem, pabrik kayu lapis dan moulding.

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

32

1.3. Kondisi Masyarakat

Kabupaten Barito Kuala adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Kalimantan Selatan yang menjadi sasaran program transmigrasi dari pemerintah

pusat sejak tahun 1976.Hal ini menyebabkan beberapa wilayah kecamatan di

Kabupaten Barito Kuala mayoritas penduduknya transmigrasi dari pulau di Luar

Kalimantan atau bukan dari Barito Kuala.Penduduk asli di Kabupaten Barito

Kuala ada beberapa etnis yaitu etnis Dayak, etnis Bakumpai, dan etnis

Banjar.Tetapi ada beberapa kecamatan seperti di Kecamatan Brambai

penduduknya sebagian besar dari etnis Jawa.Ini disebabkan karena adanya

program transmigrasi di daerah tersebut.Para transmigan yang ada di Kabupaten

Barito Kuala berasal dari etnis Jawa, Madura, Sunda, Sasak dan Flores.

Tingkat pendidikan di Kabupaten Barito Kuala tergolong rendah.Ini

disebabkan karena sebagian besar penduduknya yang bermata pencaharian

sebagai petani tinggal di desa dan rata-rata hanya tamat Sekolah Dasar (SD).

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

33

Tabel 2

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

dan Ijazah Tertinggi:

Ijazah Laki-laki Perempuan Jumlah Tdk punya ijazah SD 5.25 8.00 13.25 SD/SDLB 8.47 8.05 16.53 M.ibtidaiyah 0.42 0.54 0.95 Paket A - 0.06 0.06 SMP/SMPLB 8.05 8.65 16.71 M.Tsanawiyah 0.48 1.37 1.85 Paket B 0.18 0.06 0.24 SMA/SMALB 15.10 15.81 30.91 M.Aliyah 0.84 1.37 2.21 SMK 2.68 1.37 4.06 Paket C - 0.12 0.12 D1/D2 0.24 0.60 0.84 D3/Sarjana muda 1.85 1.73 3.58 D4/S1 4.18 3.34 7.52 S2/S3 0.89 0.30 1.19

Jumlah 48.63 51.37 100.00 Sumber: Barito Kuala Dalam Angka 2013

Meskipun sebagian besar penduduknya banyak yang tinggal di pedesaan

dan bermata pencaharian sebagai petani, mereka tetap memperhatikan pendidikan

anaknya. Ini terbukti dari adanya kampung Inggris yang berdiri sejak bulan

Oktober tahun 2012.Kampung Inggris adalah sebuah tempat yang ada di desa

Desa Karang Indah Kecamatan Mandastana yang dijadikan sebagai pusat

pembelajaran bahasa Inggris di Kalimantan Selatan.Di kampung ini terdapat

aktivitas kursus bahasa Inggris yang dipadukan dengan keunikan alam.

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

34

1.4. Kesehatan

a. Ketersediaan Tenaga Medis Kesehatan Kabupaten Barito Kuala

Tenaga Medis di Kabupaten Barito Kuala tergolong masih kurang.

Mereka tersebar di berbagai Puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Barito

Kuala. Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat dar tabel berikut:

Tabel3

Jumlah Tenaga Medis Kesehatan GigiKabupaten Barito Kuala Tahun 2013

No Tenaga Medis Jumlah Rasio Terhadap 100.000

Penduduk 1. Dokter Spesialis 2 0,69

2. Dokter Umum 43 14,863

3. Dokter Gigi Spesialis - -

4. Dokter Gigi 16 5,53

Jumlah 61

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Barito Kuala 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga medis kesehatan gigi di

Kabupaten Barito Kuala masih terbatas. Total keseluruhan dokter yang

beroperasi di Kabupaten Barito Kuala berjumlah 61 orang yang terdiri dari dokter

umum sebanyank 43 orang atau setara dengan rasio terhadap 10.000 penduduk

14,863 dokter sepesialis 2 orang atau rasio 0,69 dan untuk dokter gigi jumlahnya

16 orang denga rasio per 10.000 penduduk 5,53.

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

35

b. Tren Penyakit Dalam Lima Tahun Terakhir

Gangguan gigi merupakan salah satu dari 10 penyakit yang populer di

Kabupaten Barito Kuala dalam 5 tahun terakhir (2009-2013). Hal ini dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 4

Tren Penyakit Dalam Lima Tahun Terakhir

No Nama Penyakit Trend

2009 2010 2011 2012 2013

1 ISPA 1 1 1 1 1

2 Hipertensi Esensial (Primer) 2 2 2 2 2

3 Gastritis dan Duodentis 3 3 3 4 5

4 Artritis Lainnya 4 4 4 3 3

5 Gangguan Gigi dan Jaringan

Penunjang Lainnya

5 7 7 7 7

6 Batuk 6 6 6 6 6

7 Pulpa dan Periapikal 7 5 5 5 4

8 Dermatitis Lainnya 8 10 10 15 13

9 Sakit Kepala 11 8 8 8 10

10 Demam yg Sebab Tak Diketahui 9 13 13 12 11

Sumber: Barito Kuala Dalam Angka 2013

Dari tabel diatas tampak bahwa keluhan gigi berada dalam posisi ke 7 dari

10 penyakit yang popular di Kabupaten Barito Kuala. Banyaknya keluhan gigi

diakibatkan oleh pola perilaku masyarakat Barito Kuala dalam mengosok gigi dan

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

36

perilaku MCK yang banyak beraktivitas di sungai yang memiliki kadar Ph yang

rendah.

2. Kota Banjarmasin

2.1. Letak Geografis

Kota Banjarmasin secara geografis terletak antara 3º16´46´´ sampai

dengan 114º22´54´´ Lintang Selatan dan 114º31´40´´ sampai dengan 114º39´55´´

Bujur Timur. Luas Kota Banjarmasin adalah 98,46 km² dengan komposisi

peruntukan lahan mayoritas berupa lahan pertanian yaitu sekitar 47,09% disusul

kemudian oleh lahan perumahan 39,59%, perdagangan 5,66%, perkantoran 4,44%

dan industri sebanyak 3,52%.

Secara administratif, Kota Banjarmasin terdiri dari 5 Kecamatan, yaitu

Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kecamatan

Banjarmasin Barat, Kecamatan Banjarmasin Tengah, dan Kecamatan Utara

dengan 52 Kelurahan. Kota Banjarmasin berbatasan dengan:

a. Di sebelah utara dengan Kabupaten Barito Kuala.

b. Di sebelah timur dengan Kabupaten Banjar.

c. Di sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala.

d. Di sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar.

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

37

2.2. Keadaan Penduduk

Kota Banjarmasin banyak dihuni oleh masyarakat Banjar yang terkenal

sebagai masyarakat yang sangat kuat memegang teguh agama Islam. Mereka

menjadi penuduk yang mayoritas sebagaimana terlihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Jumlah Penduduk Kota Banjarmasin Berdasarkan Agama yang Dianut

No. Agama Jumlah Persen

1. Islam 658.044 96,11

2. Kristen Protestan 12.194 1,78

3. Kristen Katolik 7.467 1,09

4. Budha 4.651 0,68

5. Hindu 2.326 0.34

Total 684.682 100

Sumber: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kota

Banjarmasin beragam Islam yaitu sebanyak 658.044 atau sekitar 96,11% dan

sisanya beragama Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu. Warga

Banjarmasin dikenal sebagai masyarakat yang taat beragama dimana

kehidupannya sangat lekat dengan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam.

2.3. Perekonomian

Kota Banjarmasin merupakan pintu gerbang arus barang dari luar Pulau

Kalimantan ke Pulau Kalimantan sejak zaman kerajaan-kerajaan sampai sekarang

dengan pelabuhannya yang besar, Pelabuhan Tri Sakti. Barang-barang komoditas

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

38

perdagangan dari Pulau Jawa sebelum sampai ke seantero Kalimantan hampir

semuanya transit melalui kota Banjarmasin. Letak strategis kota Banjarmasin ini

berpengaruh kepada pendapatan Kota Banjarmasin. Data Indeks Pembangunan

Manusia Kota Banjarmasin tahun 2011 menunjukkan bahwa pendapatan regional

Kota Banjarmasin dari sektor angkutan dan komunikasi adalah sektor

penyumbang terbesar yaitu sebesar 23,29 persen, sektor perdagangan, restoran

dan perhotelan sebesar 20,65 % dan sektor industri pengolahan sebesar 15,34%

Sesuai dengan letaknya yang strategis untuk sektor perdagangan, maka

pekerjaan masyarakat Kota banjarmasin banyak berkecimpung pada sektor

perdagangan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

39

Tabel 6

Persentase Penduduk Kota Banjarmasin Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2011

No. Lapangan Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

01. Pertanian 1,46 0,59 2,05

02. Pertambangan & Energi 1,54 0,11 1,65

03. Industri Pengolahan 5,07 3,97 9,04

04. Listrik, Gas, dan Air 0,78 0,11 0,89

05. Konstruksi 6,95 0,08 7,04

06. Perdagangan 19,61 20,70 40,32

07. Angkutan & Komunikasi 9,05 1,21 10,26

08. Keuangan 1,27 1,15 2,42

09. Jasa-jasa Lainnya 14,66 10,99 25,65

10. Lainnya 0,34 0,35 0,69

Total 60,73 39,27 100,00

Sumber: BPS Kota Banjarmasin (Susenas 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Kota

Banjarmasin adalah sebagai pedagang yaitu 40,32%. Banyaknya penduduk Kota

Banjarmasin yang bekerja di sektor perdagangan ini sebetulnya berbanding

terbalik dengan peruntukan lahan kota yang berjulukan sebagai kota seribu sungai

ini yang mayoritas peruntukkannya untuk pertanian (47,09%). Hal ini terjadi

karena kurang suburnya lahan pertanian di daerah ini serta karena secara geografis

letak kota ini sangat strategis sebagai kota transit berbagai komoditas perdagangan

dari luar Kalimantan ke Pulau Kalimantan terutama Kalimantan Selatan

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

40

danKalimantan Tengah. Masyarakat Kota Banjarmasin memanfaatkan letak kota

ini yang strategis.

2.4. Lingkungan Perumahan

Sesuai dengan julukannya “Kota Seribu Sungai” lingkungan Kota

Banjarmasin banyak dikelilingi oleh sungai-sungai. Masyarakat di kota ini banyak

memanfaatkan sungai-sungai ini sebagai sarana transportasi dan tempat untuk

keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK). Perkampungan dan perumahan

dibangun di sepanjang jalur sungai dengan rumah menghadap ke jalan darat dan

membelakangi sungai.Perumaham masyarakat dipinggir sungai, banyak yang

berbaris sampai ke dalam-dalam di atas sungai.

2.5. Kesehatan

Ketersediaan air bersih di kota ini sudah sangat baik di mana sambungan

pipa PDAM sudah mencapai 95% wilayah perumahan, kecuali daerah-daerah

Sungai Gampa, Sungai Lulut dan Kelurahan Mantuil (Profil Kesehatan Kota

Banjarmasin).

Jumlah tenaga medis Kesehatan di Kota Banjarmasin juga masih kurang

dengan jumlah dokter yang masih sangat kecil sebagaimana dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

41

Tabel7

Jumlah Tenaga Medis Kesehatan Gigi Puskesmas

Di Kota Banjarmasin Tahun 2013

No Tenaga Medis Jumlah Rasio Terhadap 100.000

Penduduk 1. Dokter spesialis - -

2. Dokter umum 88 13,58

3. Dokter Gigi Spesialis - -

4. Dokter Gigi 23 3,549

Total 111

Sumber: Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah dokter umum sebanyak 88

orang atau Rasio terhadap 100.000 penduduk berjumlah 13,58% dan dokter gigi

bejumlah 23 orang atau rasio terhadap 100.000 penduduk berjumlah3,549.

Jumlah dokter umum dan dokter gigi di Banjarmasin memang lebih banyak dari

pada di Kabupaten Barito Kuala, namun kalau dilihatdari rasio terhadap 100.000

penduduk jumlah dokter di Barito Kuala lebih banyak dari pada di Banjarmasin

(14,863 berbanding dengan 13,5) begitu juga dengan rasio dokter gigi, di

Kabupaten Barito Kuala lebih banyak dari pada Kota Banjarmnasin (5,53

berbanding dengan 3,55). Dengan demikian kedua wilayah penelitian ini

(Kabupaten Berito Kuala dan Kota Banjarmasin) ketersediaan dokter masih

sangat kurang.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

42

B. TEMUAN DAN ANALISIS DATA

I. Komparasi Indeks DMF-T Kelompok Siswa yang menggosok Gigi

Menggunakan Air PDAM dan Air Sungai

Pelaksanaan pemeriksaan kerusakan gigi dengan indeks DMF-T dilaksanakan

pada siswa setingkat SMP dengan tujuan untuk mendapatkan data DMF-T sesuai

dengan syarat yang telah ditetapkan yaitu: Indeks DMF-T digunakan untuk

mengukur tingkat kerusakan gigi permanen. Pada usia setingkat SMP dengan

kisaran usia diatas 12 tahun maka gigi permanen siswa sudah tumbuh semua

sampai gigi geraham ke dua ( Molar 2).

Pemilihan lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten Barito Kuala dan

Kota Banjarmasin bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu mendapatkan perbandingan angka DMF-T antara siswa

yang menggosok giginya menggunakan air sungai dengan air PDAM dengan

homogenitas sampel sesuai harapan. Sampel penelitian juga dipisahkan

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tujuan pemisahan ini adalah untuk

mengetahui faktor yang mempunyai peranan paling besar terhadap tingkat

kerusakan gigi.

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

43

Tabel 8

DMF-T Siswa MTSN Marabahan Kabupaten Barito Kuala yang Menggosok Gigi Menggunakan Air PDAM

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 M. Noor Akbar L 2 2 M.Rizki L 1 3 M. Khatami Anwar L 3 4 M. Agus Eko Wicaksono L 3 5 M.Arsyat Arrasyadi L 2 6 M.Ridha Ramadhan L 3 7 Riduan Ghani L 4 8 Meidy Amrullah L 2 9 M.Rinaldianoor L 2 10 M.Riski Abdi L 5 11 Mahmud Firdaus L 4 12 Eko Purnomo L 2 13 M.Syarif Khauzaki L 5 14 M.Fahmi Arif L 4 15 M.Najih Mubarak L 3

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 45 /15 = 3 ( SEDANG ) 16 Firda Amalia Safira P 0 17 Khairunnisa P 4 18 Windi Nur Azizah P 4 19 Risna P 3 20 Aprilia Nilam Sari P 2 21 Sheila Nursalsabila P 4 22 Sherly Novita P 2 23 Sonia P 2 24 Sri Fatmawati P 3 25 Syarfiatul Uzma P 2 26 Misda Elinawati P 5 27 Norma Hairunnisa P 2 28 Rabiatul Adawiyah P 1 29 Nura Insyirah P 3 30 Nanda Dewi Fajar P 2

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 39 /15 = 2,6 ( RENDAH )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 84 /30 = 2,8 ( SEDANG)

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

44

Tabel 9 DMF-T siswa MTSN Marabahan Kabupaten Barito Kuala

yang Menggosok Gigi Menggunakan Air Sungai

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 M.Nafis Norfaizi L 6 2 Rasyid Sadikin L 5 3 Abdi Khairi L 6 4 Bustanul Arifin L 5 5 M.Rizali Nurdin L 6 6 Fajri Aminudin L 6 7 Hermaulan L 6 8 M.Ihsanuddin L 5 9 Ramli Syahri L 5 10 Wahyu L 6 11 Akhmad Juliadi L 4 12 M.Yusril L 5 13 M.Rafi‟i L 5 14 Zainal Ilmi L 4 15 Arif Anlunaza L 6

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 80 /15 = 5,3 ( TINGGI )

16 Maya Andriyani P 7 17 Nurul Mahmudah P 6 18 Ratna Agustina P 6 19 Siti Saudah P 4 20 Sri Wahyuningsih P 6 21 Auliani Safitri P 6 22 Fitrana P 7 23 Kartika P 5 24 Nursifa Hasanah P 5 25 Risma Maulina Yanti P 5 26 Tiya Andriyani P 6 27 Laela Hafsari P 6 28 Yasinta P 5 29 Hamisa P 6 30 Widya Agustina P 8

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 88 /15= 5,8 ( TINGGI )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 168 /30 = 5,6 ( TINGGI )

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

45

Tabel 10 DMF-T siswa SMPN 4 Banjarmasin

yang Menggosok Gigi Menggunakan Air PDAM

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 M. A. Reza L 0 2 Komaruddin L 1 3 M. Yusuf L 1 4 M. Arieyanto L 2 5 Hendi Ruspiandi L 1 6 Misnani L 3 7 Muhammad Rizqi L 0 8 Pitduant L 3 9 Amirullah L 1 10 Ferry Pratama L 0 11 Almadani L 2 12 Muhamad Angga Saputra L 0 13 Alfiandi R H L 3 14 Akhmad Riyadi L 2 15 Arya Rindani Putra L 0

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 19 /15 = 1,2 ( RENDAH ) 16 Yulia Safitri P 2 17 Syeila Widya Sari P 2 18 Siti Rahma Adelia P 1 19 Nurul Hidayah P 0 20 Rina Hartanti Fahulisa P 0 21 Maulida Safitri P 1 22 Niken Widya Asmara P 2 23 Aisyah P 2 24 Sarmila P 2 25 Trynovia Putri P 1 26 Noor Latifah P 0 27 Hilmawati P 2 28 Devy Ananda P 2 29 Nurul Laili P 0 30 Ananda Fitriani P 3

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 20 /15 = 1,3 ( RENDAH )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 39 /30 = 1,3 ( RENDAH )

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

46

Tabel 11 DMF-T siswa SMPN 4 Banjarmasin

yang Menggosok Gigi Menggunakan Air Sungai

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 Noor Haliman L 5 2 Ahmad Baihaki L 4 3 A.Arabbi L 4 4 M. Suryadi L 6 5 Muhammad Ramadhan L 6 6 M. Rifa‟i L 5 7 Muhamad Arianto L 7 8 Fathurahman L 5 9 Rena Hasan L 6

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 48 /9 = 5.3 ( TINGGI ) 10 Herniwati P 6 11 Noor Hafifah P 4 12 Syarifah Nabila P 4 13 Noormadani Safitri P 5 14 Nurhayati P 7 15 Nurhayani P 6 16 Putri Afifah P 5 17 Desy Rizky Amalia P 5 18 Aprilla Amelia Putri P 4 19 Monika Suita P 5 20 Nurul Hairi P 6 21 Yulitta Khairunnisa P 7

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 64 /12 = 5,3 (TINGGI )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 112 /21 = 5,3 (TINGGI)

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

47

Tabel 12. DMF-T Siswa SMPN 15 Banjarmasin

yang Menggosok Gigi Menggunakan Air PDAM

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 Martono L 3 2 Ahmad Zein L 3 3 Alfin Nafis L 4 4 A.Fikry Rosady L 3

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 45 /15 = 3 ( SEDANG ) 5 Ramadina Adinda P 2 6 Novita P 2 7 Aprina Mutmainah P 0 8 Amalia Putri P 2 9 Raudatul Muslimah P 1 10 Miftahul Jannah P 3 11 Yulistia Yumna Akbari P 4 12 Hana Hopia P 4 13 Irianti Utami Gurizal P 1 14 Pipit Novi P 2

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 39 /15 = 2,6 ( RENDAH )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 84 /30 = 2,8 ( SEDANG)

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

48

Tabel 13. DMF-T Siswa SMPN 15 Banjarmasin

yang Menggosok Gigi Menggunakan Air Sungai

NO NAMA JENIS KELAMIN DMF-T 1 M.Umar L 6 2 Herianto L 8 3 Rama Dwi Anggara L 6 4 Andrainor L 6 5 M.Fadillah L 7 6 Alvin L 8 7 Riduan Yazmin L 7

INDEKS DMF-T SISWA LAKI-LAKI = 48 /7 = 6,8 ( SANGAT TINGGI )

8 Hopipah P 5 9 Widya Nurul P 7 10 Tasya Namira P 6 11 Rizki Auliani P 8 12 Fitri Noor Hikmah P 7 13 Hayatunufus P 6 14 Ajeng Cyntia Azahra P 7 15 Fairus Nazla P 5

INDEKS DMF-T PEREMPUAN 51 /8 = 6,3 (TINGGI )

INDEKS DMF-T SISWA L DAN P = 99 /30 = 6,6 ( SANGAT TINGGI )

Dari pemeriksaan gigi yang dilakukan terhadap dua kelompok siswa yang

menggosok gigi dengan air PDAM dan air sungai ditemukan bahwa siswa yang

menggosok gigi dengan air sungai memiliki nilai indeks DMF-T yang lebih tinggi

dari pada kelompok siswa yang menggosok gigi dengan air PDAM. Di sekolah

MTsN Marabahan, indek DMF-T kelompok siswa yang menggunakan air sungai

mendapat skor 5,6 lebih tinggi dari indeks DMF-T kelompok siswa yang

menggunakan air PDAM yang mendapat skor 2,8 (sedang). Temuan serupa juga

didapatkan dari hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan di dua sekolah di Kota

Banjarmasin. Di sekolah SMPN 4 Kota Banjarmasin, indeks DMF-T kelompok

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

49

siswa yang menggunakan air sungai adalah 5,3 lebih tinggi dari pada kelompok

siswa yang menggunakan air PDAM dengan indeks DMF-T 1,3 begitu juga

dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan di sekolah SMPN 15 Kota Banjarmasin

di mana kelompok siswa yang menggunakan air sungan berindeks DMF-T 6,6

lebih tinggi dari kelompok siswa yang menggunakan air PDAM dengan indeks

DMF-T 2,67.

Tabel 14 DMF-T Siswa berdasarkan jenis kelamin, wilayah dan air yang dipakai

untuk menggosok gigi

SISWA AIR PDAM AIR SUNGAI TOTAL

DMF-T L P DMF-

T

L P DMF-

T

MTSN

MARABAHAN 3 2,6 2,8 5,33 5,87 5,6 4,2

SMPN 4

BANJARMASIN 1,27 1,33 1,3 5,33 5,33 5,33 3,31

SMPN 12

BANJARMASIN 3,25 2,1 2,67 6,86 6,37 6,6 4,64

TOTAL DMF-T 2,5 2,01 2,25 5,84 5,86 5,84 4,05

Hasil penelitian yang dituangkan pada tabel 14 menunjukkan bahwa tidak

ada perbedaan kriteria Indeks karies gigi berdasarkan jenis kelamin maupun

wilayah pada siswa yang menggosok giginya menggunakan air sungai dengan

rata-rata DMF-T = 5,84 ( kriteria tinggi menurut WHO). Pada siswa yang

menggosok giginya menggunakan air PDAM terdapat perbedaan kriteria Indeks

karies berdasarkan jenis kelamin dan wilayah. Kriteria Indeks karies jenis kelamin

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

50

laki – laki lebih tinggi dibanding perempuan. (DMF-T laki – laki = Sedang, DMF-

T Perempuan = rendah) pada siswa MTSN Marabahan dan SMPN 15

Banjarmasin.

Tabel 15

DMF-T Siswa berdasarkan usia, wilayah dan air yang dipakai untuk menggosok gigi

SISWA

AIR PDAM AIR SUNGAI TOTAL

DMF-T

USIA (TH) USIA (TH)

13 14 15 DMF-

T 13 14 15

DMF-T

MTSN Marabahan

2 2,4 3,9 2,76 4,8 5,75

6,25

5,6 4,18

SMPN 4 Bjm 0,43

1,33

2,4 1,38 4,25

5,33

6,6 5,39 3,38

SMPN 15 Bjm 1 2,42

3,5 2,31 5,33

6,5 7,75

6,53 4,42

Total DMF-T 1,14

2,05

3,27

2,15 4,79

5.86

6,87

5,84 3,99

Hasil penelitian yang dituangkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan kriteria Indeks karies gigi berdasarkan usia siswa dimana

semakin meningkatnya usia maka angka DMF-T semakin meningkat. Peningkatan

angka DMF-T siswa terjadi pada semua wilayah penelitian. DMF-T terendah pada

usia 13 tahun pada siswa yang menggosok gigi dengan air PDAM (0,43 = sangat

rendah) dan DMF-T tertinggi pada usia 15 tahun pada siswa yang menggosok

gigi dengan air sungai (7,75 = sangat tnggi).

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa Indeks karies DMF-T siswa yang menggosok giginya

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

51

menggunakan air sungai lebih tinggi daripada siswa yang menggosok giginya

menggunakan air PDAM. Kriteria menurut WHO tingkat kerusakan gigi siswa

yang menggosok giginya menggunakan air sungai adalah rentang antara tinggi s/d

sangat tinggi sedangkan siswa yang menggosok giginya menggunakan air PDAM

adalah rentang antara sangat rendah s/d sedang.

II. Kajian Aspek Sosial dan Budaya

Tingginya karies gigi masyarakat di dua kabupaten /Kota Barito Kuala dan

Banjarmasin tidak dapat dilepaskan dari berbagai lingkungan fisik yang menjadi

tempat mereka tinggal dan juga aspek sosial dan budaya masyarakat dimana

ketiga hal tersebut yang mempengaruhi derajat hidup masyarakat. Blum (Kidd

dan Smith, 2012) menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut seseorang

atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,

lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari

keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut.Di samping mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi

faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan (Kidd dan Smith, 2012). Sehubungan

dengan pendapat di atas, maka perilaku budaya menyikat gigi akan

mempengaruhi tingkat keparahan angka karies gigi.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

52

2.1. Kebijakan Pemerintah dan Kendala yang Dihadapi Dalam Mengurangi

Tingginya Tingkat Karies Gigi

Pemerintah Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin sudah

berupaya di dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Untuk kesehatan

gigi, kedua pemerintah kabupaten/kota, di mana kedua pemerintah kabupaten/kota

ini menempati posisi teratas di dalam indek karies gigi di Provinsi Kalimantan

Selatan telah melakukan berbagai upaya di dalam penanganan penyakit

ini.Diantaranya adalah kegiatan-kegiatan Promosi Kesehatan, UKGS (Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah) dan UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat),

kemudian Penyediaan air bersih untuk kawasan yang belum terjangkau dengan

PDAM.Namun di dalam pelaksanaannya ditemukan berbagai kendala sehingga

penanganan karies gigi masih belum berjalan dengan optimal.

a. Kegiatan Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan merupakan kegiatan yang sering dilakukan di

kedua kota wilayah penelitian ini. Di Kabupaten Barito Kuala promosi kesehatan

banyak dilakukan oleh tenaga medis melalui berbagai media seperti, di kegiatan

puskesmas, posyandu dan bahkan di tempat-tempat pengajian ibu-ibu selalu

diselipkan dengan materi kesehatan. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut:

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

53

Tabel16

Jumlah Kegiatan Promosi Kesehatan Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013

No Kegiatan Jumlah Prosen

01 Penyuluhan Kesehatan 3.698 36,46

02 Kunjungan Rumah 5.983 58,99

03 Penyebaran Informasi 461 4,55

Total 10.142 100

Sumber: Bidang Promkes Kabupaten Barito Kuala 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemerintah Kabupaten Barito Kuala

cukup inten di dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang sifatnya promotif,

yaitu penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah, dan penyebaran informasi. Di

antara beberapa kegiatan tersebut, kegiatan kunjungan rumah merupakan kegiatan

yang paling banyak dilakukan yaitu sebanyak 5.983 kali (58,99%) yang

dilanjutkan dengan kegiatan penyuluhan kesehatan sebanyak 3.698 kali (36,46%).

Kegiatan yang paling jarang dilakukan adalah penyebaran informasi yang hanya

dilakukan sebanyak 460 kali (4,55%) saja. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun

kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan sudah banyak, akan tetapi penyebaran

informasi yang seharusnya mendapat porsi yang banyak masih sedikit dilakukan.

Padahal kegiatan penyebaran informasi ini akan dapat banyak membantu

pemahaman terhadap kesehatan pada masyarakat.

Di Banjarmasin, kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas

dan Dinas Kesehatan ke berbagai perkumpulan dan pertemuan masyarakat. Ada

berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarmasin antara

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

54

lain penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah, dan penyebaran informasi. Hal

tersebut dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 17

Jumlah Kegiatan Promo Kesehatan Kota Banjarmasin Tahun 2013

No Kegiatan Jumlah Prosen

01 Penyuluhan Kesehatan 18.618 21,4

02 Kunjungan Rumah 24.960 28,6

03 Penyebaran Informasi 43.578 50

Total 87.156 100

Sumber: Bidang Promkes Kota Banjarmasin Tahun 2013

Dari tabel di atas, kegiatan promosi kesehatan yang paling banyak

dilakukan di Kota Banjarmasin adalah kegiatan penyebaran informasi yaitu

sebanyak 43.578 kali (50%) disusul kemudiaan kunjungan rumah sebanyak

24.960 kali (28,6%) dan yang paling sedikit adalah kegiatan penyuluhan

kesehatan (21,4%). Data di atas menunjukkan bahwa kegiatan promosi kesehatan

yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarmasin sudah dilakukaan secara masif

di mana penyebaran informasi sudah dilakukan dengan frekwensi yang cukup

banyak.

Tema-tema yang disampaikan di dalam promosi kesehatan ini berkisar pada

kesehatan secara umum termasuk di dalamnya kesehatan gigi dan penggunaan

air.Untuk masalah kesehatan, promosi ini sering dilakukan oleh bagian Yanmas

Dinas Kabupaten Batola dan Kota Banjarmasin.Selain masalah kesehatan,

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

55

promosi ini juga diarahkan pada permaslahan kualitas air. Halim, kasi penyehatan

lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala mengatakan:

“Kita selalu memberikan penyuluhan pak melalui perpanjangan tangan dinas ada sanitarian puskesmas, sanitarian ini dalam anggaran program kita selalu di masukan untuk penyuluhan air yang baik, air yang baik itu seperti apa ada di dalam materi yang di siapkan”

Menurutnya, penyuluhan ini dilakukan oleh Petugas Sanitarian Puskesmas dapat

dilaksanakan di sekolah, di masyarakat pada saat acara arisan ibu-ibu, pengajian

serta di Puskesmas ketika terjadi munculnya penyakit dan dicoba diberikan

pemahaman tentang penyebab tersebut yang diantaranya karena masalah air yang

digunakan. Sosialisasi untuk pengaruh air sungai terhadap kesehatan lebih banyak

diarahkan pada pemahaman akan kemungkinan munculnya berbagai penyakit

yang diakibatkan oleh kurangnya standar kesehatan air sunga seperti penyakit

muntaber dan penyakit kulit dan tidak sampai pada pemberian pemahamn tentang

pengaruh air sungai yang tingkat Ph-nya rendah terhadap kesehatan gigi.

Untuk masalah kualitas air sungai yang berkaitan dengan tingginya karies

gigi di Kabupatan Batola dan Kota Banjarmasin memang sudah dilaksanakan

penyuluhan-penyuluhan tentangnya, namun itu masih dilakukan oleh beberapa

petugas saja sehingga tidak dapat disampaikan secara optimal dan belum

dilakukan secara massif.

Belum masifnya sosialisasi tentang air yang berpengaruh terhadap

kesehatan gigi terjadi karena pemerintah baik di Kabupaten Barito Kuala maupun

di Kota Banjarmasin belum sepenuhnya mensosialisasikan tentang pengaruh air

sungai terhadap kesehatan gigi melainkan tentang kesehatan secara keseluruhan

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

56

sehingga porsi promosi tentang pengaruh air terhadap kesehatan gigi masih

sedikit. Minimnya sosialisasi tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

ini dirasakan oleh Fakhrudi, salah seorang warga bantaran sungai di Kelurah

Kuin, Kota Banjarmasin. Ketika ditanya tentang ini ia mengatakan:

“Masalah itu banyak kada tahu,jarang kan sosialosasi itu kan, itu pihak puskesmas haja, paling penyakit dalam, kangker itu haja.”

(Masalah itu banyak tidak tahu, jarang sosialisasi tentang itu, pihak puskesmas saja, sosialisasi hanya tentang penyakit dalam dan kanker itu saja).

Hal ini diungkapkan oleh salah satu dokter gigi di Puskesmas Kuin Raya Kota

Banjarmasin, ketika ditanya tentang sosialisasi pengaruh air sungai terhadap

kesehatan gigi, mengatakan:

“Sosialisasi tentang pengaruh air sungai „belum ada‟ dan lebih banyak diarahkan pada anjuran untuk menggosok gigi yang rajin, dan cara menggosok gigi yang baik. Sedangkan sosialisasi pengaruh air terhadap kesehatan gigi masih belum, kalaupun ada masih sedikit”.

Kurangnya sosialisasi tentaang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

menyebabkan masyarakat belum mendapatkan informasi yang cukup tentang

masalah ini, sehingga mereka masih banyak melakukan aktivitas gosok gigi

dengan air sungai.

b. Kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

Kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) merupakan program

pemerintah Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin untuk memberikan

pemahaman akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak-anak

Sekolah Dasar.

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

57

Kegiatan UKGS merupakan kegiatan kerja sama antara dinas kesehatan

melalui puskesmas terdekat dengan sekolah-sekolah. Kegiatan UKGS ini

diarahkan pada tiga kegiatan yaitu kegiatan promotif, kegiatan preventif dan

kegiatan tindakan.Kegiatan promotif dilakukan melalui kegiatan sikat gigi massal

yang dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar.Diharapkan dengan kegiatan ini, anak

usia sekolah dapat melakukan praktik gosok gigi yang benar dan menjadi

penyemangat mereka untuk rajin menggosok gigi.

Kegiatan preventif dilakukan dengan cara penyuluhan pada anak-anak

Sekolah Dasar untuk membiasakan menggosok gigi dengan baik dan benar dan

dengan frekwensi yang tepat. Dengan kegiatan ini diharapkan anak-anak

mendapatkan informasi yang cukup tentang tata cara menggosok gigi dan

berbagai perilaku lain yang diperlukan di dalam pemeliharaan gigi.

Kegiatan tindakan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh para petugas gigi

untuk merawat gigi siswa yang memerlukan perawatan.Data tentang siapa saja

siswa yang memerlukan perawatan gigi diperoleh dari kegiatan pemeriksaan gigi

yang dilakukan sebelum kegiatan gigi massal.Data tersebut kemudian dijadikan

bahan untuk memberikan rujukan pada siswa yang bersangkutan untuk berobat ke

Puskesmas terdekat.

Sikat gigi massal untuk siswa Sekolah Dasar sebagai kegiatan promotif

kedua kabupaten/kota ini sudah sering dilakukan namun dengan jumlah frekuensi

yang berbeda sebagaimana dapat dilihat dari tabel berikut:

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

58

Tabel 18

Kegiatan UKGS Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013

No Kabupate

n/Kota Jumlah SD/MI

Jumlah SD/MI yang melaksanakan sikat gigi massal

% SD MI yang melaksanakan sikat gigi missal

Jumlah SD/MI yang melaksanakan Yan Gigi

% SD/MI yang melaksanakan Yang Gigi

01 Banjarmasi

n

313 603 192,7 830 265,2

02 Barito

Kuala

313 56 17,89 207 66,13

Sumber: Diolah dari Bidang Yankes Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito

Kuala 2013

Dari tabel di atas, kegiatan promotif berupa kegiatan sikat gigi massal

yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarmasin lebih sering dari pada

Kabupaten Barito Kuala yaitu sebanyak 603 sekolah dari 313 sekolah atau sekitar

192,7 % yang berarti hampir semua Sekolah Dasar di Banjarmasin melaksanakan

kegiatan sikat gigi massal 2 x dalam setahun. Lain halnya sekolah di Kabupaten

Barito Kuala mereka hanya melaksanakan kegiatan gosok gigi massal sebanyak

56 sekolah dari 313 sekolah atau 17,89% yang berarti hanya sedikit sekolah yang

melakukan kegiatan sikat gigi massal.

Begitu juga dengan kegiatan Yan Gigi (Pelayanan Gigi) yang dilaksakana

oleh Sekolah Dasar di Banjarmasin lebih sering dari pada di Kabupaten Barito

Kuala yaitu sebanyak 830 SD (265,2%) sebagian besar SD melaksanak perawat

gigi sebanyak 3x dalam setahun yang melaksanakan Yan Gigi beda halnya dengan

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

59

sekolah SD di Kabupaten Barito Kuala yang melaksanakan 207 kali dalam

setahun (66,13%) yang berarti baru separuh lebih yang telah melaksanakan Yan

Gigi. Masih sedikitnya kegiatan gosok gigi Massal dan Yan Gigi di Kabupaten

Barito Kuala diakui juga oleh Bapak Indro Pramono, Kepala Puskesmas

Marabahan, yang hanya melaksanakan kegiatan perawatan gigi sebanyak sekali

dalam setahun itu pun tidak dilaksanakan oleh semua sekolah sebagaimana yang

ia ungkapkan:

“Yang jelas kita ini kegiataan rutin yang dilaksanakan untuk kesehatan gigi itu ada UKGS kemudian kegiataan UKGS rutin kita kesekolah tetapi karena dana terbatas kemudian diadakan kegiataan MPJS jadi untuk gigi yang memang ada dari APBD, kemudian itu pun cuma untuk sekolah itu kita pemeriksaan sekali, pemeriksaan itu pada waktu penjaringan itu.

Dari pernyataan bapak Pramono di atas menunjukkan bahwa kegiatan UKGS

sudah dilaksanakan namun dengan frekwensi yang terbatas, setahun sekali ketika

penjaringan siswa baru yaitu ketika penerimaan siswa kelas satu.

Kegiatan UKGS selanjutnya adalah tindakan perawatan gigi bagi siswa-

siswa yang mengalami masalah gigi. Perawatan gigi yang dilaksanakan oleh

petugas kesehatan gigi di Puskesmas-puskesma di Kabupaten Barito Kuala dan

Kota Banjarmasin ini dilaksanakan setelah melakukan kegiatan pemeriksaan gigi

dan merekomendasikan siswa-siswa yang perlu mendapatkan perawatan gigi.

Pemberian tindakan yang sudah dilakukan oleh petugas medis gigi ini dapat

dilihat dari tabel berikut:

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

60

Tabel 19

Kegiatan Pemeriksaan dan Perawatan Gigi UKGS Kabupaten Barito Kuala

dan Kota Banjarmasin Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Barito Kuala Banjarmasin

1. Jumlah Murid SD/MI 31.500 72.318

2. Jumlah Murid SD/MI yang

diperiksa

16.383 47.802

3. % Murid SD MI yang diperiksa 53,45 66,1

4. Jumlah Murid SD/MI Perlu

Perawatan

8.275 23.920

5. % Murid SD/MI perlu Perawatan

6. Jumlah Murid SD/MI mendapat

perawatan

5.461 17.413

% Murid SD/MI mendapat

perawatan

65,99 72,8

Sumber: Diolah dari Bidang Yankes Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito

Kuala 2013

Untuk kegiatan pemeriksaan dan perawatan gigi baik Kabupaten Barito

Kuala maupun Kota Banjarmasin relatif sering melakukan kegiatan ini. Masing-

masing telah melaksanakan kegiatan pemeriksaan terhadap separuh lebih jumlah

murid Sekolah Dasar di kedua wilayah tersebut yaitu 66,1 % siswa Sekolah Dasar

di Kota Banjarmasin mendapatkan pemeriksaan serta 53,45% siswa Sekolah

Dasar Kabupaten Barito Kuala mendapatkan pemeriksaan gigi.

Kegiatan pemeriksaan gigi tidak berhenti pada pemeriksaan tetapi

dilanjutkan dengan tindakan perawatan gigi bagi siswa yang memerlukan

perawatan gigi. Di Kota Banjarmasin, tindakan perawatan gigi terhadap siswa

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

61

yang perlu perawatan gigi, dengan melakukan perawatan gigi di Puskesmas

dengan membawa rujukan dari sekolah sangat tinggi yaitu sebanyak 72,8%

begitu juga dengan Kabupaten Barito Kuala yang memberikan tindakan gigi

terhadap 65,99 % siswa yang memerlukan perawatan gigi.

Kegiatan UKGS yang gencar dilakukan baik oleh pemerintah Kabupaten

Barito Kuala maupun Kota Banjarmasin tentunya sangat berarti di dalam

peningkatan kualitas gigi masyarakat di kedua wilayah tersebut. Namun demikian,

kegitatan-kegiatan tersebut tidak hanya sifatnya pengobatan dan perawatan tetapi

juga lebih gencar lagi sosialisasi tentang perawatan gigi yang baik dan terutama,

terkait dengan penggunaan air sungai untuk keperluan sehari-hari mereka,

sosialisasi tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi perlu diperbanyak

lagi sehingga menumbuhkan kesadaran pada siswa untuk menggunakan air yang

memenuhi standar kesehatan.

c. Kegiatan UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat)

UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat) merupakan program

pemerintah yang ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan gigi masyarakat.

Berbeda dengan UKGS yang diarahkan pada anak-anak sekiolah, UKGM lebih

diarahkan kepada masyarakat secara luas. Kegiatan UKGM ini dapat berupa

pemeriksaan gigi pada ibu-ibu dan anak-anak yang dilaksanakan di posyandu –

posyandu yang dilakukan bersama dengan kegiatan –kegiatan rutin pemeriksaan

kesehatan ibu dan anak. Tentang kegiatan ini, Indro Pramono, Kepala Puskesmas

Marabahan, Kabupaten Barito Kuala mengatakan:

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

62

“UKMG itu tadi upaya kesehatan gigi masyarakat itu di posyandu, jadi kita lihat di situ pada balita dan ibu hamil kita lihati”

Hal senada juga disampaikan oleh Petugas Puskesmas Kuin Raya:

“UKGM tu kan kesehatan masyarakat desa Bu lah itu sasaran kita tu di posyandu, kita berkunjung ke posyandu, bikin jadwal, gantian disana penyuluhan, tindakannya ya tindakan kecil-kecil aja lah misalkan cabut gigi yang goyang, kalonya bermasalah kita rujuk ke puskesmas, itu untuk masyarakat umum lah”.

Dari kedua ungkapan petugas kesehatan di atas dapat dilihat bahwa

kegiatan yang dilakukan di dalam kegiatan UKGM ini dapat berupa kegiatan

preventif berupa penyuluhan tentang kesehatan gigi serta kegiatan tindakan

perawatan gigi ringan ketika ada warga yang giginya perlu pemeriksaan.Kegiatan

ini dilakukan oleh petugas kesehatan gigi bergiliran ke daerah-daerah yang perlu

perhatian di dalam masalah kesehatan gigi.

Pada pelaksanaannya di Kabupatena Barito Kuala, kegiatan UKGM ini

jarang dilakukan karena berbagai keterbatasan sebagaiman diungkapkan oleh

salah seorang pegawai kesehatan gigi di Kabupaten Barito Kuala:

“Iya, itu pun (kegiatan UKGM) juga kita nggak bisa rutin tiap bulan nggak bisa, tapi setahun sekali saja karena keterbatasan dana, memang dananya terbatas”.

Dari ungkapan di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan kegiatan UKGM di

Kabupaten Barito Kuala ini masih jarang dilakukan karena keterbatasan dana.

Di Banjarmasin, pelaksanaan UKGM diarahkan pada masyarakat yang

belum terjangkau oleh Puskesmas dan dilaksanakan oleh Puskesmas yang terdekat

dengan wilayah tersebut. Pelaksanaan kegiatan ini juga masih agak jarang

dilakukan dikarenakan keterbatasan jumlah tenaga medis gigi sebagaimana

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

63

diungkapakn olehBapak Zabidie, staf Yan Mas Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin:

“Untuk kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat, dari puskesmas punya target, masalahnya tenaga kerja lagi kurang. Paling sebulan atau 2 bulan ke wilayah yang tidak terjangkau Puskesmas.” Dari pernyataan Zabidie di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan UKGM di

Banjarmasin lebih banyak diarahkan ke daerah-daerah yang belum terjangkau

oleh Puskesmas, namun dalam pelaksanaannya, kegiatan ini masih belum dapat

terlaksana secara maksimal dikarenakan keterbatasan jumlah tenaga medis gigi.

Kegiatan UKGM di kedua wilayah ini masih belum terlaksana secara

optimal dikarenakan masalah keterbatasan jumlah tenaga medis kesehatan gigi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah Kota Banjarmasin membuat

sebuah terobosan dengan membuat program kader gigi. Program ini

dikembangkan untuk mengatasi kekurangan tenaga medis gigi dengan mengajak

berbagai kalangan lapisan masyarakat untuk menjadi kader gigi yang

mendapatkan pembekalan seputar permasalahan gigi. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Zabidie ketika ditanya respon masyarakat terhadap

gerakan “kader gigi”:

“Iya, SD aja kita itu hibak banar tenaga kita habis kan, dokter gigi dan perawat gigi, Cuma berapa orang, ya contoh Puskesmas Pekauman kelurahannya ada 5 banyak pa,cukup antusias mereka, apa lagi yang pengen masuk kepolisian, pasti gigi, betul kan ,orang sini gigi berlubang , pasti di kesehatan, padahal minat banyak untuk itu kami kembangkan gerakan kader gigi.” (Iya, di Sekolah Dasar saja sudah banyak tenaga medis kita habis untuk disana, dokter gigi, perawat gigi. Di Kelurahan Pekauman saja ada 5 kegiatan kesehatan yang banyak di respon masyarakat dengan antusias karena masyarakat menyadari pentingnya kesehatan gigi untuk profesi-profesi tertentu seperti ketika akan masuk ke kepolisian. Warga

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

64

permasalahan gigi pasti ada pada gigi berlubang. Untuk itu kami kembangkan gerakan kader gigi)

Gerakan kader gigi ini dilakukan untuk mengisi kekurangan tenaga medis

untuk mensosialisasikan kesehatan gigi pada masyarakat. Gerakan ini mendapat

respon yang positif dengan banyaknya masyarakat yang secara antusias mau

menjadi kader gigi bahkan, menurut pengakuan Bapak Zabidie jumlahnya

mencapai lima ribuan orang. Jumlah ini tentu bukan jumlah yang kecil, kalau

diberdayakan dengan baik dan diberikan pemahaman tentang permasalahan

perawatan gigi serta pemahaman tentang pengaruh air terhadap kesehatan gigi

tentu akan berdampak besar di dalam pemeliharaan kesehatan gigi masyarakat,

termasuk mengurangi tingginya angka indeks karies gigi di Kota Banjarmasin.

d. Penyediaan Air Bersih Untuk Kawasan Yang Belum Terjangkau Dengan

PDAM

Di Kabupaten Barito Kuala, penyediaan air bersih untuk daerah yang

belum terjangkau dengan PDAM dikembangkan program PAMSIMAS yaitu

suatu program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang

dikembangkan sejak tahun 2009. Pengembangan program ini ini dilakukan oleh

lintas dinas yang terdiri dari BAPEDA sebagai perancang program, Pekerjaan

umum untuk teknis alat, Dinas pemberdayaan untuk memberdayakan masyarakat

tentang pentingnya pemeliharaan serta jalannya iuran serta Dinas kesehatan

sebagai pemicunya.

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

65

Dalam pelaksanaannya, pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator

berupa penyediaan alat dan pengerjaan awal sampai terbangunnya fasilitas

sanitasi sedangkan untuk pemeliharaan dan pengembangan program di

masyarakat dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat secara swadaya.

Program ini sebenarnya sangat bagus untuk penyediaan air bersih serta

sanitasi yang sehat bagi masyarakat desa yang belum terjangkau oleh aliran

PDAM, namun dalam pelaksanaanya selama lima tahun sejak tahun 2009,

program ini masih belum berjalan secara optimal. Dalam pelaksanaan program ini

banyak program pamsimas yang tidak dapat berjalan dengan baik, meskipun ada

beberapa daerah yang berhasil dan dapat berkembang.Hal tersebut diakui oleh

Halim, kepala seksi sanitas Dinas Kesehatan masyarakat, sebagaimana yang ia

ungkapkan:

“Sebenarnya program ini sangat baik pak, namun dalam pelaksanaannya banyak yang gagal bahkan bisa dikatakan banyak yang gagal daripada yang berhasil. Namun demikian, meskipun ada yang gagal ada juga yang berhasil seperti yang di daerah Sumber Rahayu di Wanaraya bahkan di daerah Mandastana misalnya daerah Karang Dukuh, Karang Buah, Karang Indah itu hasil bangunan beberapa menara air baku yang digunakan air Sungai Barito bisa sampai seperti air PDAM ini sampai kran kerumah itu pak sambungannya, bahkan meteran itukan masyarakatnya bagus disitu”.

Dari pengakuan Bapak Halim di atas dapat dilihat bahwa program PAMSIMAS

ini merupakan program alternatif di dalam penyediaan sarana untuk keperluan

sanitasi yang sehat yang jika dikelola dengan baik, hasilnya bisa menjadi alternatif

PDAM seperti yang terjadi di daerah-daerah yang sukses. Namun dalam

pelaksanannya terjadi berbagai kelemahan sehingga program yang tidak berjalan

lebih banyak dari pada yang berjalan.Banyaknya program yang tidak berjalan ini

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

66

diakibatkan oleh beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan seperti masalah

koordinasi pelaksanaan program dari pihak pemerintah serta lemahnya partisipasi

masyarakat dari pihak masyarakat.

Untuk masalah lemahnya koordinasi dari pemerintah sebagai inisiator,

pemicu dan fasilitator program ini terjadi karena lepasnya koordinasi setelah

program PAMSIMAS berjalan, tidak ada dinas khusus yang bertanggung jawab

didalam pengawasan terhadap keberlangsungan dan suksesnya program ini karena

dianggap sebagai kerja bersama semua dinas yang terkait. Sedangkan yang

mendasar dari kegagalan PAMSIMAS adalah dari pihak masyarakat, yaitu masih

lemahnya kesadaran untuk menggunakan air yang lebih baik dari air sungai

sebagai bahan baku air PAMSIMAS sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Halim

sebagai berikut:

“Kalau kelemahannya itu dari masyarakat itu kadang-kadang sumber air baku, dekat sumber air baku yang agak susah, iya kan dia air bakunya sudah ada tersedia misalnya yang di pinggir sungai dibangun pamsimas di situ mereka di suruh mengambil air di pamsimas padahal sumber air baku mereka dekat tinggal di belakang rumah sudah dapat. Dari segi kualitas sudah kita jelaskan lagi berbeda antara yang di ambil langsung dengan keluaran dari hasil pengelohan pamsimas tapi masyarakat masih banyak yang memilih langsung dari sungai”

Dari pernyataan Bapak Halim di atas, kelemahan mendasar dari pelaksanaan

program PAMSIMAS yang gagal adalah lemahnya kesadaran masyarakat untuk

menggunakan air yang dikelola oleh PAMSIMAS yang kualitasnya jauh lebih

baik dari pada air sungai secara langsung digunakan karena menganggap air sudah

ada di sungai-sungai yang dapat dengan mudah digunakan sehingga manfaat

PAMSIMAS tidak mereka rasakan.

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

67

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di dalam pelaksanaan

program PAMSIMAS, pemerintah Kabupaten Barito Kuala sudah

mengembangkan program perbaikan PAMSIMAS yang dikenal sebagai PKP

(Program Khusus PAMSIMAS) yaitu suatu program perbaikan program

PAMSIMAS di mana program-program yang tidak berjalan mulus dilihat kembali

permasalahannya dan dibenahi.

Di Kota Banjarmasin, saluran PDAM sudah lebih 95% (Profil Kesehatan

Kota Banjarmasin) mengaliri wilayah kota ini tinggal sedikit daerah yang belum

terjangkau PDAM seperti di daerah Mantuil. Untuk membantu masyarakat yang

belum memperoleh saluran air PDAM, pemerintah Kota Banjarmasin

mengembangkan program BPTKL. Program ini dilakukan pemerintah dengan

menyediakan sarana dan prasarana penyediaan air bersih dan dikelola sepenuhnya

oleh swadaya masyarakat.Fasilitas yang dibangun pemerintah dalam penyediaan

air bersih ini bisa melayani sekitar 30-40 kepala keluarga atau sekitar 100-125

orang.

2.2 Peran Lembaga-Lembaga Sosial di Dalam Menjaga Kesehatan Gigi

Masyarakat

Lembaga-lembaga sosial mempunyai peran yang signifikan di dalam

menjaga dan mengembangkan perilaku hidup sehat. Lembaga-lembaga sosial

memberikan pegangan dan tuntunan bagi para anggotanya dengan berbagai nilai

dan norma yang menjadi pegangan ketika berinteraksi dan berperilaku di dalam

kehidupan sosial. Ketika lembaga-lembaga sosial memberikan nilai-nilai, norma

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

68

atau aturan yang mengarahkan pada pola perilaku hidup sehat tentu

semuaanggota yang menjadi bagian dari lembaga tersebut akan memegangnya

dengan berperilaku hidup sehat termasuk di dalam menjaga kesehatan gigi.

Mengingat betapa pentingnya lembaga sosial, penelitian ini juga

memperhatikan aspek lembaga sosial di dalam pengembangan masyarakat yang

menjaga kesehatan gigi. Lembaga –lembaga sosial yang menjadi perhatian di

dalam kajian ini adalah lembaga keluarga dan lembaga pendidikan di mana kedua

lembaga ini sangat berperan di dalam pengembangan perilaku masyarakat.

a. Keluarga

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling elementer di dalam

mensosialisasikan berbagai norma-norma sosial yang ada di dalam masyarakat.

Keluarga melalui keintiman para anggota keluarga di dalamnya mampu

memberikan arahan yang kuat mentransformasikan berbagai nilai, norma dan

aturan serta berbagai pola perilaku kepada generasi penerus manusia, yaitu anak-

anak.

Mengingat begitu pentingnya keluarga di dalam mensosilisasikan nilai-

nilai dan norma di dalam masyarakat telah menjadikan keluarga sebagai lembaga

pertama dan utama di dalam pendidikan. Namun demikian, di dalam transformasi

pengetahun tentang perawatan gigi, ternyata keluarga-keluarga baik yang di ada

Kabupaten Barito Kuala maun Kota Banjarmasin masih banyak yang belum

berfungsi secara optimal.Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Hanafi, salah satu

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

69

warga Kelurahan Kuin Selatan, Kota Banjarmasin ketika ditanya proses sosialisasi

gigi pada anak mengatakan:

“Nah mun kami tukan kadada, kadada mungkin kan istilahnya kada melajari pang itu pang, mungkin kan disekolahan kan ada guru kan mungkin kan kaitu kan, mun kami ni kan istilahnya ay kadada nang aturan nang apa kaitu kan caranya menggosok gigi kaitukan, mungkin dari kesehatan mungkin ada yakalo cuma kan belum ada diterapkan di masayarakat kan kadada”. (Kalau kami tidak ada pendidikan tentang itu (perawatan gigi), mungkin hal itu diajarkan oleh para guru. Kalau kami tidak mempunyai pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Mungkin dari dinas kesehatan ada tuntunan tentang itu, tapi belum dilaksanakan di dalam masyakat.)

Hal senada juga diungkapkan oleh Mahsunah, seorang guru SD

Marabahan, mengomentari tentang peran keluarga didalam perawatan gigi:

“ iih itu jua kurangnya pemahan dari kaluarga pentingnya menyikat gigi itu. Orang tua kayaitu pantes anaknya kayaitu, disekolah ini sudah cukup rasanya kada datang aja berkala 3 bulan sekali didatangi puskesmas.” (Iya itulah kurangnya pemahaman dari keluarga mengenai pentingnya menyikat gigi. Para orang tua cara menyikat gigi seperti itu ya anaknya ikut seperti itu juga (apa yang dilakukan orang tua dalam hal ini cara menyikat gigi, anaknya pasti akan mengikuti seperti yang dilakukan orang tua), di sekolah sebenarnya cukup 3 bulan sekali jika didatangi secara rutin bisa mengubah perilaku menjaga kesehatan pada anaknya).

Keluarga yang sebetulnya merupakan lembaga yang paling utama dalam

proses pembelajaran bagi masyarakat termasuk di dalam menggosok gigi dan

menggunakan air yang memenuhi standar namun belum dapat berjalan dengan

maksimal karena masih adanya anggapan di kalangan masyarakat bahwa

pendidikan menjadi tanggung jawab sepenuhnya lembaga-lembaga pendidikan.

Arti penting keluarga sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk menggosok gigi menggunakan air yang memenuhi

standar kesehatan juga hendaknya menjadi perhatian. Dari hasil wawancara

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

70

dengan beberapa informan, yang merupakan kepala keluarga, mereka kebanyakan

masih belum menyadari akan arti pentingnya menggosok gigi dengan air yang

memenuhi standar kesehatan. Mereka rata-rata tidak memahami bahwa air sungai

dapat merusak gigi mereka. Mereka menyadari bahwa air sungai yang mereka

pakai ketika menggosok gigi terasa masam, namun tetap saja mereka

menggunakan air itu karena mereka anggap sudah wajar dan sudah terbiasa

dengan air tersebut tanpa menyadari akan dampak dari menggunakan air tersebut.

b. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga sosial lain yang sangat penting di dalam

memberikan sosialisasi tentang nilai dan aturan yang ada di dalam masyarakat

kepada generasi penerus. Di lembaga ini, anak-anak digembleng dan diberikan

pemahaman tentang berbagai tata kehidupan bermasyarakat termasuk di dalam

menjaga kesehatan tubuh.

Dalam pemeliharaan kesehatan gigi, sekolah terutama sekolah SD/MI juga

turut serta di dalam pemberian pemahaman tentang kesehatan gigi terutama di

dalam kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) yang dilaksanakan

bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Kegiatan-kegiatan yang

dilaksakan dalam UKGS ini berupa, sikat gigi massal, sosilisais tentang kesehatan

gigi dan tindakan perawatan gigi bagi siswa yang mendapatkan permasalahan gigi

dengan diberikan surat rujukan perawatan di puskesmas-puskesma terdekat dari

sekolah.

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

71

Selain melalui kegiatan UKGS, sosilisasi tentang perawatan gigi di

sekolah juga dilakukan melalui pelajaran pendidikan olah raga dan

kesehatan.Sebagaimana dikatakan oleh Apriadi, guru Penjaskes Marabahan,

ketika ditanya tentang materi keguatan kesehatan gigi dalam pembelajaran

Penjaskes:

“Biasanya di penjaskes ada tapi secara garis besarnya tentang kesehatan secara umum, tapi yang mendetail tentang kesehatan gigi belum ada di materi pelajaran”.

Dari pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa materi yang membahas

kesehatan gigi secara lengkap belum diterapkan di sekolah tetapi dimasukkan

dalam materi kesehatan secara umum. Bahkan materi tentang pengaruh air sungai

yang memiliki kadar Ph yang rendah terhadap gigi tidak sama sekali tersentuh,

sebagaimana diungkapkan oleh Sukardi, guru MAN Marabahan sebagai berikut:

“Materi khusus tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi belum banyak disampaikan, yang disampaikan lebih kepada pentingnya sikat gigi kalau efek air sungai terhadap kesehatan gigi belum di sampaikan”

Hal senada juga disampaikan oleh Hair, guru seklah MTsN Marabahan:

“Nah ini tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi sedikit dibahas di materi IPA tapi tidak secara gambling. Biasanya kan, secara khusus mungkin belum ada, tapi kita menasehati bahwa bagaimanapun kan air PDAM lebih menjamin lebih baik dibandingkan dengan air sungai itu yang kita sampaikan.

Kedua pernyata guru sekolah di atas, menunjukkan bahwa memang masalah

kesehatan gigi belum menjadi perhatian besar yang perlu disoroti di dalam

permasalahan gigi bahkan untuk pemahaman pengaruh air sungai terhadap

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

72

kesehatan gigi tidak banyak dipelajari di dalam pembelajaran di sekolah. Padahal,

untuk menekan tingginya tingkat karies gigi di Kabupaten Barito Kuala dan Kota

Banjarmasin, semua komponen masyarakat dan lembaga lembaga sosial yang ada

di dalam masyarakat termasuk sekolah hendaknya bahu membahu

mensosilisasikan tentang pentingnya perawatan gigi serta menggosok gigi dengan

air yang memenuhi standar kesehatan termasuk pemahaman tentang pengaruh air

sungai yang Ph-nya rendah terhadap kesehatan gigi.

2.3.Ketersediaan Akses Masyarakat Terhadap Air dan Sanitasi yang

Memenuhi Standar Kesehatan

a. Penyediaan Air Bersih

Di Kota Banjarmasin penyediaan air bersih melalui saluran pipa air

PDAM dari tahun ke tahun meningkat terus.Pada tahun 2013, hampir seluruh

wilayah Kota Banjarmasin sudah dialiri oleh air PDAM kecuali daerah-daerah

kelurahan Sungai Gampa, Kelurahan Sungai Lulut dan Kelurahan Mantuil dimana

di daerah tersebut masih terdapat beberapa lokasi yang belum terpasang pipa

PDAM (Profil Kesehatan Kota Banjarmasin 2013). Ketiga daerah tersebut

merupakan daerah – daerah terluar dari Kota Banjarmasin. Hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

73

Tabel 20

Pengguna Air di Kota Banjarmasin Tahun 2013

Sumber: Diolah dari bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin

Tabel di atas menunjukkan bahwa penggunaan air PDAM sudah mencapai

87,11% jumlah ini tentunya masih kecil dari pada ketersediaan saluran pipa

PDAM yang sudah mencapai 95% wilayah Banjarmasin (profil kesehatan Kota

Banjarmasin). Perbedaan antara cakupan dan jumlah pengguna ini karena masih

banyak warga Banjarmasin, meskipun sudah ada saluran pipa PDAM yang belum

memasang PDAM dengan berbagai pertimbangan seperti faktor ekonomi, masih

bergantung pada air sungai.

Berbeda dengan Kota Banjarmasin yang hampir seluruh wilayahnya sudah

terpasang pipa air PDAM, di Kabupaten Barito Kuala, masyarakat pengguna air

PDAM baru sekitar 128.152 jiwa atau 44,30% sedangkan sisanya masih

menggunakan sumber air yang beragam, sebagaimana dapat dilihat dari tabel

beriktu:

No Jenis Sumber Air Pengguna

Jumlah Persen

1. Perpipaan(PDAM, BPSPAM) 141.595 87,11

2. Bukan Perpipaan (Air Sungai) 20.954 12,89

Total 162.549 100

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

74

Tabel 21

Jenis Sumber Air dan Penggunanyadi Kabupaten

Barito Kuala Tahun 2013

No. Jenis Sumber air Pengguna

Jumlah Persen

1. Sumber Gali Terlindung 1.908 0,66

2. Sumur Bor dengan Pompa 14.754 5,10

3. Terminal air 2.176 0,75

4. Penampungan air hujan 4.418 1,53

5. Perpipaan (PDAM, BPSPAM) 128.152 44,30

6. Tanpa sumber air (Air Sungai) 137.905 47,67

Total 289.313 100

Sumber: Diolah dari Data Bidang PROMKESLING Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala

Dari data di atas terlihat bahwa mayoritas warga di Kabupaten Barito

Kuala masih menggunakan sumber air sungai yaitu 137.905 orang atau 47,67%

dari total warga Kabupaten Barito Kuala dan yang menggunakan air PDAM dan

BPSPAM sebanyak 128.152 atau sekitar 44,30% sedangkan sisanya adalah

masyarakat pengguna Sumur bor dengan pompa sebanyak 14. 754 orang (5,10%),

sumber penampungan air hujan sebanyak 4.418 orang (1,53%), sumber terminal

air sebanyak 2.176 orang (0,75%) dan terakhir adalah pengguna sumber air gali

terlindung sebanyak 1.908 orang (0,66%). Jumlah pengguna air sungai dalam

praktiknya jauh lebih besar dari jumlah tersebut karena masyarakat yang

menggunakan berbagai sumber air tadi pada praktiknya juga masih banyak yang

menggunakan air sungai terutama untuk kegiatan MCK termasuk menggosok gigi.

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

75

Masih sedikitnya masyarakat Kabupaten Barito Kuala yang menggunakan

air PDAM yang belum sampai separuh dari total warga Kabupaten Barito Kuala

dikarenakan masih terbatasnya jangkauan PDAM mengingat medannya yang sulit

serta jumlah penduduk yang masih agak jarang sehingga cost untuk pemasangan

saluran air PDAM menjadi mahal.Di samping itu juga masih banyak masyarakat

yang masih bergantung pada sungai meskipun ada saluran pipa dengan berbagai

alasan.

Keterbatasan sarana saluran air PDAM di Kabupaten Barito Kuala

menjadikan warga berusaha keras mencari berbagai sumber lain selain PDAM

bahkan ada beberapa warga yang dekat dengan Kota Banjarmasin membeli air

PDAM dengan mobil tangki demi untuk memenuhi keperluan air minum

sedangkan untuk kegiatan lain seperti MCK mereka masih menggunakan air

sungai. Hal ini disampaikan oleh Bapak Indro, petugas Puskesmas Mandastana

sebagai berikut:

“Yang agak jauh ya, mungkin karena agak jauh tidak menggunakan, tapi ada juga dia membeli dari PDAM sini di telepon kemudian dibawa kesana dia satu tangki besar untuk keperluan dua atau tiga keluarga dengan harga 150 ribu rupiah”.

Menurut Bapak Indro, pemenuhan air di daerah yang belum terpasang pipa air

PDAM mereka membeli air PDAM kepada para penjual air di Kota Banjarmasin

yang pada umumnya mereka hanya menggunakan air PDAM untuk keperluan air

minum sedangkan untuk keperluan MCK termasuk meggogok gigi mereka

lakukan di sungai-sungai.

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

76

b. Penyediaan Sarana Sanitasi yang Sehat

Penunjang kesehatan masyarakat yang selanjutnya adalah sanitasi yang baik

di lingkungan keluarga. Sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan akan

membantu menjaga taraf kesehatan warga masyarakat karena lingkungan keluarga

mereka bersih. Di Kabupaten Barito Kuala, penggunaan sanitasi yang sehat masih

terbatas yaitu hanya sekitar 43 % dari seluruh warga Kabupaten Barito Kuala

sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 22

Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak

(Jamban Sehat) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013

No. Jenis Sarana Jamban Pengguna Sarana

Jumlah Persen

1. Leher Angsa Memenuhi sarat 111180 38,43

2. Plengsengan Memenuhi Sarat 6475 2,24

3. Cemplung Memenuhi Sarat 6713 2,32

4. Sarana yang tidak memenuhi

sarat

163945 57,01

Total 289313 100

Sumber: Diolah dari Data Promkesling Dinas Kesehatan kabupaten Barito Kuala

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas warga di Kabupaten Barito

Kuala masih belum menggunakan sarana sanitasi yang memenuhi sarat kesehatan

yaitu sebanyak 163.945 orang (57,01%) sedangkan sisanya 43% sudah memenuhi

persyaratan kesehatan. Sarana sanitasi yang memenuhi sarat kesehatan terdiri dari

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

77

pengguna leher angsa sebanyak 111.180 orang (38,43%), pengguna plengsengan

sebanyak 6.475 orang (2,24%) dan pengguna cemplung sebanyak 6.713 orang

(2,32%).

Masih banyaknya warga yang belum menggunakan sarana jamban yang

sehat mengakibatkan mereka melakukan kegiatan MCK di sungai-sungai yang

ada di sekitar mereka. Kondisi ini tentunya akan membawa dampak pada masih

bertahannya perilaku ber-MCK termasuk menggosok gigi di sungai meskipun

kadar dan kualitas air sungai sudah semakin mengkhawatirkan dengan kadar Ph

yang rendah yang dapat merusak kesehatan gigi.

2.4.Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Dalam Melaksanakan MCK dan

Perawatan Gigi

Masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang diam di sekitar

sepanjang aliran sungai.Mereka tinggal di rumah-rumah di sepanjang aliran

sungai.Dulu, rumah-rumah mereka menghadap ke sungai karena semua aktivitas

transportasi dan perekonomian dilakukan melalui sungai-sungai. Sekarang

dengan adanya pembangunan sarana transportasi darat, arah rumah masyarakat di

bantaran sungai berbalik kearah daratan yang sudah dibangun jalan-jalan darat

yang beraspal dan mulus. Sungai menjadi bagian belakang rumah mereka yang

digunakan untuk keperluan-keperluan mandi, cuci piring, cuci baju dan

keperluan-keperluan MCK lainnya termasuk menggosok gigi. Dengan kondisi

ini, tak pelak lagi semua aktivitas MCK dan menggosok gigi dilakukan sungai.

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

78

Seiring dengan perkembangan pembangunan masyarakat yang berimbas

pada penurunan kualitas air sungai, pemerintah berusaha untuk mengembangkan

sumber air alternatif yang lebih bersih dan sehat yaitu pembuatan jaringan air

PDAM ke seluruh pelosok wilayah di kedua kabupaten/kota Barito Kuala dan

Banjarmasin. Di Kota Banjarmasin, jaringan PDAM sudah hampir merata di

seluruh wilayah kota sedangklan di Barito Kuala masih separuh wilayah yang

sudah teraliri oleh air PDAM.

Semakin luasnya wilayah yang sudah dialiri jaringan PDAM pada

kenyataannya tidak serta merta seluruh masyarakat beralih menggunakan air

PDAM, namun masih banyak yang masih menggunakan air sungai terutama untuk

keperluan MCK mereka. Banyak alasan yang dikemukakan oleh masyarakat di

bantaran sungai yang masih menggunakan air sungai dan belum menggunakan air

PDAM.

a.Masyarakat Bantaran Sungai dan Perilaku MCK di Sungai

1. Masyarakat Bantaran Sungai yang Tidak Ada Atau Sedikit Akses Air PDAM

Masyarakat bantaran sungai di Kabupaten Barito Kuala kebanyakan

masih menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari mereka kecuali untuk

minum. Di Kelurahan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala akses terhadap pipa

PDAM terbatas, sehingga mereka harus menggunakan air sungai untuk keperluan

sehari-hari kecuali untuk air minum mereka membeli air „beteng‟ dari penjual

atau ada juga masyarakat yang membeli air tangki dari PDAM untuk beberapa

keluarga. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Indro, kepala Puskesmas

Marabahan:

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

79

“ini daerah arah tabukan ini, memang airnya belum sampai kesana PDAM. PDAM Cuma di kirimkan untuk digunakan masyarakat untuk minum aja, kalau mandi dia masih di sungai.”

Bagi masyarakat di daerah-daerah yang belum masuk air PDAM atau masih

terbatas sarana saluran air PDAM, mereka mau tidak mau harus menggunakan air

sungai untuk keperluan sehari-hari mereka terutama untuk kegiatan MCK bahkan

ada sebagian dari mereka untuk keperlua air minum juga menggunakan air

tersebut dengan menandonkan (menyimpan air dalam tandon dan diberi tawas).

Tapi sebagian besar dari mereka membeli air “beteng” untuk keperluan minum.

Untuk menggosok gigi, mereka kebanyakan menggunakan air sungai

sekaligus dengan aktivitas mandi mereka.Bisa dikatakan tidak ada dari mereka

yang sengaja menggunakan air PDAM yang mereka beli untuk keperluan

menggosok gigi. Tidak adanya masyarakat yang sengaja menyisihkan air PDAM

untuk menggosok gigi dikarenakan mereka masih menganggap penyakit gigi

sebagai penyakit biasa bukan sebagai permasalahan besar yang akan mengancam

kelangsungan hidupnya. Beda halnya seperti sakit muntaber yang dapat berujung

dengan kematian tentu mereka akan lebih memperhatikan penggunaaan air dan

menggunakan sumber lain untuk keperluan menggosok gigi.

Di samping itu juga karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat

tentang pengaruh air sungai yang masam terhadap kesehatan gigi.Mereka, ketika

menggosok gigi dengan air sungai merasakan rasa masam air sungai akan tetapi

tetap dilakukan menggosok gigi karena dianggapnya sudah biasa sejak zaman

dahulu menggunakan air sungai. Sehingga untuk mengubah kebiasaan ini perlu

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

80

terus disosialisasikan pada masyarakat tentang pengaruh air sungai terhadap

kesehatan gigi.

2.Masyarakat Bantaran Sungai di Wilayah yang Sudah Dialiri Air PDAM Tetapi

Tetap Menggunakan Air Sungai

Aliran pipa PDAM di Kota Banjarmasin sudah menjangkau hampir di

seluruh wilayah Kota Banjarmasin, hanya tinggal sedikit wilayah yang belum

masuk aliran PDAM seperti di daerah Mantuil. Lain halnya dengan Kabupaten

Barito Kuala yang memiliki saluran PDAM yang terbatas hanya sekitar 44,30 %

(tabel 13) dari total seluruh warga Barito Kuala karena berbagai kendala terutama

kendala geografis.

Meskipun aliran air PDAM sudah masuk ke berbagai pelosok Kota

Banjarmasin, dan sebagian wilayah Kabupaten Barito Kuala namun masih banyak

warga yang berada dalam zona aliran PDAM tidak memasang air PDAM.

Banyak alasan yang dikemukakan mereka yang menyebabkan mereka tetap

menggunakan air sungai, diantaranya karena keterbatasan ekonomi sebagaimana

diungkapkan Bapak Halim, ketika ditanya masih maraknya orang yang masih

menggunakan air sungai meski sudah ada air PDAM :

“Inikan terkait dengan perekonomian mungkin pak dan kebiasaan.Pertama perekonomian mereka dengan lokasi geografis tempat tinggal mereka di pinggir sungai mereka dengan mudah mengambil air baku kalau diPDAM sampai dengan jalan besar sehingga kalau misalnya mereka mau mengambil itu harus narik lagi PDAM. PDAM itu kalau misalnya sampai jalan besar sampai sambung rumah ada berapa lagi dana yang keluar nah kan seperti itu PDAM kan ada perhitungan seperti itu. Nah di samping perekonomian masyarakat juga kemudahan mendapatkan air sungai seperti itu.

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

81

Banyaknya warga bantaran sungai yang sudah ada aliran air PDAM

namun tetap menggunakan air sungai dan tidak memasang air PDAM karena

keterbatasan ekonomi.Mereka tidak mampu memasang instalai air PDAM karena

mahalnya biaya pemasangan instalasi tersebut terutama bagi masyarakat yang

posisi rumahnya relatif jauh dari saluran induk air yang berarti ada kewajiban

baginya untuk memasang saluran yang panjang supaya sampai ke rumahnya.Hal

ini tentunya menjadikan pemasangan air PDAM menjadi sangat mahal.

Alasan lain dari masih banyaknya warga bantaran sungai yang tidak

memasang PDAM karena mereka menganggap bahwa di lingkungan sekitar

mereka ada air yang berlimpah sehingga alangkah sayangnya kalau tidak

dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari mereka, dan itu gratis. Hal ini dapat

dilihat dari ungkapan Zuhairiah, warga Alalak Selatan, Kota Banjarmasin:

“Yang bediam dipinggir sungai masih itu, tapi kada di haruskan, kadang masang ledeng kadang jua. Wan banyak kada memasang biaya pemasangan kan mahal, lawan jua dipikir parak banyu, paling nungkar banyu ledeng beteng untuk minum aja.” (Yang tinggal di bantaran/pinggir sungai masih menggunakan air sungai, karena tidak diharuskan memasang PDAM, tetapi ada juga yang memasang PDAM.Lebih banyak yang tidak memasang PDAM karena biaya pemasangan mahal, apalagi dekat dengan sungai yang banyak airnya, paling beli air ledeng untuk minum saja).

Menurut pandangan Ibu Zuhairiah bahwa memasang PDAM itu bukanlah sebuah

keharusan bagi dirinya karena menganggap di samping biaya pemasangannya

yang mahal, juga karena menganggap mereka berada di dalam sebuah lingkungan

yang dikaruniai air yang berlimpah. Sehingga akan sangat disayangkan kalau

mereka mensia-siakan air tersebut padahal air itu gratis, tidak perlu membayar

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

82

pada siapapun dan itu sudah mereka lakukan secara turun temurun dari nenek

moyang sampai sekarang.

3. Masyarakat Bantaran Sungai yang Sudah Menggunakan Air PDAM Tetapi

MCK Masih di Sungai

Masyarakat Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin yang tinggal

di bantaran sungai dan sudah menjadi pelanggan PDAM masih ada juga yang

tetap melakukan MCK di sungai. Keterlibatan mereka untuk tetap melaksanakan

MCK di sungai dikarenakan mereka mereka menganggap dengan tetap

melaksanakan MCK di sungai mereka akan melakukan penghematan di dalam

penggunaan air PDAM yang berbayar dengan membatasi penggunaan air sungai.

Hal ini seperti terlihat dari ungkapan Hair, salah seorang warga Marabahan

sebagai berikut:

“Mereka menghindari supaya kada membayar, paling kada mengurangi membayar PDAM,jadi itu nang dihindari, tapi inya menghindari kada banyak bayar PDAM”. (Mereka masih menggunakan air sungai supaya bisa mengurangi pembayaran air PDAM, jadi itu yang dihindari yaitu bayar air PDAM banyak)

Hal lain yang menyebabkan masih adanya masyarakat yang menggunakan

air sungai untuk MCK meski sudah pasang PDAM adalah untuk menjaga

kebersamaan di antara warga bantaran sungai. Pandangan ini disampaikan oleh

Edy salah satu warga di bantaran sungai di sungai Marabahan sebagai berikut:

“Ya sudah masuk PDAM, tapi sudah cenderung kebiasaan mandi disungai tenyaman mandi disungai kayaknya”. (Ya sudah pasang PDAM, tetapi masing senang mandi di sungai karena sudah kebiasaan dan lebih enak mandi di sungai).

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

83

Hal senada juga diungkapkan oleh Mahsunah, warga Marabahan sebagai berikut:

“Kadada, kalau kepercayaan kayaitu anggapan.Asa berasih di sungai, ada seperti itu kada tapi mengharuskan tapi anggapan kebiasaan di sungai, jadi otomatis rasanya asa nyaman bahira hilang, batatapas nyaman, perasaan sudah mendarah daging.” (Tidak ada kepercayaan apa-apa untuk mandi di sungai.Mandi di sungai rasanya bersih, hanya kebiasaan saja, jadi otomatis rasanya nyaman saja, buang air besar, mencuci baju rasa nyaman dan sudah mendarah daging).

Begitu juga dengan Widia salah satu warga di Mandastana:

“Buhan sini tu lah, sini nah buhannya sini nah, beledeng kalo, tapi buhannyatu bilanya sore-sore banyu pasang kalo, kesinian mandiannya tuh, rami kayatu nah, banyak urangnya kepinggir sungai, bakumpul, kakanakan segala tatuha, betatapas di pinggir sungai kalo ketuju tu nah, dari pada dirumah, kumpulnya tu kah rami tu nah, tu kayatu.” (Orang-orang disini ada yang memakai air PDAM, tetapi kalau sore hari apalagi ketika air pasang, semuanya pada mandi di sungai, banyak orang berkumpul bersama di pinggir sungai, anak-anak sampai orang tua, mencuci baju di pinggir sungai. Mereka senang bersama di pinggir sungai karena ramai bisa kumpul-kumpul daripada di rumah sendirian).

Dari beberapa ungkapan diatas terlihat bahwa masyarakat bantaran sungai,

meskipun sudah menggunakan air PDAM. Di saat-saat tertentu, mereka masih

suka melaksanakan MCK di sungai karena menganggap melaksanakan MCK

disungai sudah dianggap sebagai kebiasaan mereka dan sudah mendarah daging

sejak dahulu.Selain itu juga melaksakan aktivitas MCK di sungai dapat

mengembangkan rasa kebersamaan dengan tetangga dengan bercengkrama

dengan mereka di sungai sambil melaksanakan aktivitas MCK. Oleh karena itu

masyarakat di bantaran sungai agak susah untuk meninggalkan sungai untuk

keperluan MCK mereka.

Kebiasaan MCK di sungai ini juga sekaligus kebiasaan menggosok gigi.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggosok

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

84

gigi dengan air yang memenuhi standar kesehatan adalah dengan memberikan

dorongan kepada mereka untuk membawa air segayung untuk kegiatan

menggosok gigi. Sehingga dalam jangka waku beberapa tahun ke depan

kesadaran masyarakat akan dapat meningkat dengan baik.

b.Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Dalam Merawat Gigi

Masyarakat bantaran sungai yang sehari-harinya melaksanakan aktivitas

MCK di sungai, meskipun terdapat perubahan pada derajat kualitas air sungai

serta ketersediaan sumber air yang baru seperti air PDAM. Mereka masih banyak

yang tetap melaksanakan kegiatan MCK termasuk menggosok gigi di sungai. Ada

beberapa alasan mengapa mereka masih menggunakan air sungai seperti karena

masalah ekonomi, ketersediaan air yang melimpah serta kesenangan dalam

kegiatan MCK bersama yang dapat menumbuhkan kebersamaan di kalangan

mereka sebagaimana sudah dipaparkan dalam pembahasan di atas.

Terkait dengan kesehatan gigi, dimana masyarakat bantaran sungai di

kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin mendapatkan predikat sebagai

kabupaten/kota yang tertinggi dalam indeks DMF-T se-Kalimantan Selatan

(Hasil Riskesdas Tahun 2013). Tingginya tingkat karies gigi pada masyarakat

bantaran sungai tidak dapat dilepaskan dari dua hal yaitu: pertama, kebiasaan

mereka yang banyak melaksanakan aktivitasnya dengan air sungai yang

mengandung kadar Ph yang rendah. Kedua, pandangan–pandangan mereka

tentang makna sakit gigi yang berakibat pada upaya masyarakat dalam

memelihara gigi. Kedua hal ini akan dibahas pada pemaparan berikut.

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

85

1. Kebiasaan MCK di Sungai

Tingginya angka karies gigi masyarakat di Kabuipaten Barito Kuala dan

Kota Banjarmasin tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan mereka untuk menggosok

gigi dengan air sungai yang mengandung kadar Ph yang rendah. Di sungai-sungai

di Kabupaten Barito Kuala rata-rata memiliki Ph yang rendah sebagaimana

ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan kualitas air yang dilaksanakan oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Kuala sebagaiman terlihat dalam tabel

berikut:

Tabel 22

Kualitas Air Sungai di Kabupaten Barito Kuala

No. Paramete

r Satuan Buku

Mutu Kelas

1

Lokasi Pengambilan Sampel/ Hasil Analisis

Sungai Barito

Sungai Handil Bakti

Sungai Tabunganen

Fisika 1. SUHU 0C Deviasi

3 28,4 - 31,4

2. DHL µs/cm - 100 250 1020 3. Zat Padat

Terlarut (TDS)

mg/L 1000 0,21 0,42 0,92

4. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

mg/L 50 225,84 285,08 225,87

Kimia 1. pH - 6-9 7,04 3,8 4,0 2. DO mg/L 6 3,41 2,84 3,53 3. BOD5 mg/L 2 15,36 99,84 99,84 4. COD mg/L 10 26,11 169,73 169,73 Sumber: BLHD Kabupaten Barito Kuala hasil uji laboratorium pada bulam Maret

– April 2014

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

86

Dari tabel hasil pemeriksaan atas kualitas air sungai di tiga sungai di

wilayah Kabupaten Barito Kuala menunjukkan bahwa Sungai Handil Bakti

merupakan sungai yang paling rendah kadar Ph-nya yaitu 3,8 disusul kemudian

oleh Sungai Tabunganen yang memiliki kadar Ph 4,0. Dengan kadar Ph seperti

itu, kedua sungai masih memiliki kadar Ph yang berada jauh di bawah standar

yaitu 6 – 9. Sedangkan untuk Sungai Barito sudah memiliki kadar Ph yang cukup

tinggi yang berada sedikit di atas standar minimal kandungan Ph yaitu 7,04.

Berdasarkan hasil uji laboratorium di atas, sungai-sungai Handil Bakti dan

Sungai Tabunganen memiliki Ph yang rendah karena kedua sungai ini merupakan

sungai-sungai yang menjadi muara dari rai-rai(sungai-sungai kecil) pembuangan

air dari rawa-rawa sehingga air-air yang masam yang dihasilkan oleh lahan

gambut banyak mengalir ke sana. Lain halnya dengan Sungai Barito yang

meskipun merupakan sungai yang menjadi muara bagi seluruh sungai yang ada di

Barito Kuala memiliki Ph yang tinggi karena sungai ini terhubung langsung

dengan lautan.

Sungai-sungai di Kota Banjarmasin juga tidak jauh berbeda dengan

sungai-sungai di Barito Kuala meskipun dengan kadar Ph yang agak lebih tinggi.

Namun demikian masih banyak masyarakat di bantaran sungai yang masih

menggunakan air sungai untuk keperluan MCK mereka termasuk menggosok

gigi.Banyaknya masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk

menggosok gigi dikarenakan berbagai faktor sebagaiman disampaikan oleh para

informan penelitian di antaranya karena masih kurangnya pemahaman tentang

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

87

pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi serta alasan praktis, mandi sekalian

menggosok gigi.

2. Rendahnya Pemahaman Tentang Pengaruh Air Sungai Terhadap Kesehatan

Gigi

Masyarakat bantaran sungai masih banyak yang melakukan aktivitas MCK

sekaligus gosok gigi di sungai.Mereka menggosok gigi di sungai karena beberapa

hal diantaranya karena masih rendahnya pemahaman tentang pengaruh air sungai

terhadap kesehatan gigi. Hal ini di sampaikan oleh Hair, warga kelurahan Kuin

Selatan, sebagai berikut:

“Untuk masalah Sungai kita, yang tahu bahwa air sungai kita ini kan masam, Cuma ,emmmm …untuk efek apa namanya emmmmm, menjaga gigi itu tidak tahu,yang tahu didaerah kita memang ini air sungai masam sehingga gigi itu banyak rusak itu aja kita tahu,

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa informan merasakan bahwa air

sungai ketika dipakai untuk menggosok gigi terasa asam akan tetapi ia tidak tahu

bahwa keasaman tersebut akan berpengaruh terhadap giginya sehingga ia terus

saja menggunakan air sungai meskipun keasaman air sedikit demi sedikit

menggerogoti kuatnya gigi.

Bahkan informan yang lain menganggap bahwa air sungai sama saja

dengan air PDAM Cuma lebih bersih, sebagaimana diungkapkan oleh Edi

Wahyudi sebaga beriktu:

“Kadada pang masyarakat disini rata-rata dianggap sama haja, kalo air ledeng agak bersih, kalo sungai kadada.” (Disini masyarakat menganggap sama saja, kalau air PDAM agak bersih, kalau air sungai agak kotor).

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

88

Pandangan di atas menunjukkan bahwa bagi masyarakat di bantaran

sungai air sungai dianggapnya bersih seperti halnya air PDAM Cuma air PDAM

lebih bersih. Dengan pemahaman seperti ini, maka tidaklah mengheran kalau

mereka masih menggunakan air sungai meskipun kualitas air sungai sudah tidak

yang tidak bersih lagi.

ii. Kebiasaan MCK dan Gosok Gigi

Masyarakat bantaran sungai menggosok gigi dengan air sungai ketika

kegiatan MCK.Ini dilakukan karena alasan praktis, sembari mandi sekalian gosok

gigi dan menganggap bahwa menggosok gigi merupakan aktivitas di dalam

membersihkan badan.Hampir tidak ada masyarakat yang melakukan aktivitas

MCK tanpa menggosok gigi.

Perilaku menggosok gigi sembari mandi tidak hanya kebiasaan masyarakat

di Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin saja, tapi sudah menjadi bagi

seluruh warga Indonesia, mandi sekaligus menggosok gigi. Artinya, mandi

sekaligus gosok gigi merupakan hal yang sangat wajar bagi masyarakat di

Indoinesia.Mandi sekaligus gosok gigi memang merupakan kebiasaan yang sudah

turun temurun sejak dahulu dan sekarang dianggapnya biasa saja dan wajar saja.

Namun yang menjadi persoalan adalah kualitas air sungai yang sekarang masih

dipakai untuk keperluan MCK ternyata mengandung kadar Ph yang rendah atau

masam yang dapat berakibat pada kerusakan gigi. Padahal jumlah masyarakat

yang melakukan MCK dengan air sungai tergolong tinggi.

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

89

J. Pemaknaan Sakit Gigi

Tingginya indeks DMF-T di Kabupaten Barito Kuala dan Kota Bajarmasin

juga disumbang oleh relatif rendahnya kesadaran untuk mengobati gigi ketika ada

keluhan gigi. Mereka hanya akan pergi ke Puskesmas ketika penyakitnya sudah

parah. Menurut pengakuan para informan mereka sudah sering merasakan sakit

gigi sehingga mereka sudah tidak merasakan sakit gigi lagi kecuali ketika benar-

benar parah.

Frekwensi sakit yang sering diderita oleh masyarakat menyebabkan

masyarakat seolah kebalterhadapsakit gigi. Bahkan ada seorang informan, Bapak

Asrani ketika diwawancarai masalahkesehatan gigi dia pernah merasakan sakit

gigi ketika di Lembaga Pemasyarakatan (LP) padahal sebelumnya, seumur hidup

belum pernah merasakan sakit gigi sebagaimana ia tuturkan:

“Nang rasa sakit lawan ngilu-ngilunya tu ngitu pang. Sakitnya tu tapi itu waktu aku dipenjara kada di rumah, selama aku keluar langsung ampih sampai ini aku kada bisa sakit gigi lagi aku mulai tahun 1997 sampai ini kada bisa sakit gigi aku, waktu di LP aku selama 7 bulan maarit sakit gigi haja aku.” (Sakit gigi itu rasanya ngilu sekali.Waktu sakit gigi saya ada di penjara, begitu saya keluar penjara sakitnya tidak kambuh lagi sampai sekarang.Saya tidak pernah sakit gigi lagi dari tahun 1997.Ketika di Lembaga pemasyarakatan selama 7 bulan saya sakit gigi).

Sepenggal kisah Asrani di atas menunjukkan bagaimana Asrani sepanjang

hidupnya tidak pernah sakit gigi, tetapi ketika masuk Lembaga Pemasyarakatania

merasakan sakit gigi. Kondisi sakit giginya Asrani di Lembaga Pemasyarakatan

menunjukkan bagaimana ia merasakan sakit gigi ditengah himpitan kasus yang

dia hadapi. Karena tekanan psikologis dia di penjara telah menyebabkan

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

90

pikirannya menjadi lemah sehingga tidak dapat mengontrol rasa sakit yang ia

rasakan. Akibatnya, selama di LP, ia merasakan sakit gigi. Hal ini menunjukkan

bahwa sebenarnya Bapak Asrani mengalami permasalahan gigi tetapi alam

sadarnya dapat mengontrol rasa sakit itu sehingga seolah-olah tidak sakit beda

halnya ketika alam sadarnya tidak dapat mengontrol rasa sakit gigi.

Anggapan sakit gigi sebagai sakit gigi biasa juga dialami oleh informan

lain.Mereka masih menganggap sepele sakit gigi dan cukup mengobatinya dengan

datang ke warung untuk membeli obat penahan rasa sakit. Jika masih terasa sakit

atau sakit gigi sudah parah baru mereka berobat ke Puskesmas dan biasanya

dicabut karena sudah parah sebagaimana diungkapkan oleh Hermansyah sebagai

berikut:

“Amunnya sakit gigi ulun nukar haja obat ka warung.Habis sudah anunya obat ini kada mau obat ini kada mau satu-satunya jalan kadang-kadang lebih sakit baik dicabut ke puskesmas.” (Kalau sakit gigi saya beli obat di warung saja.Ketika obat habis dan masih saja sakit, baru saya pergi ke Puskesmas dan minta dicabut saja). Pernyataan Hermansyah di atas menunjukkan bahwa ketika sakit gigi

maka ia akan berobat dengan obat yang dibeli di warung seperti ponstan (obat

pengurang rasa sakit). Ia akan berobat ke Puskesmas kalau sakit giginya tidak

sembuh atau kalau sudah parah dengan tindakan pengobatan berupa cabut gigi.

Kebiasaan berobat gigi ketika sudah parah hampir menyeluruh di dua

wilayah penelitian Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin. Kebiasaan

berobat seperti ini dapat dilihat dari rasio tumpatan/cabutan sebagaimana terlihat

dari tabel berikut:

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

91

Tabel 23

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan

di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013

No. Kecamatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tumpatan Gigi Tetap

Pencabutan Tetap

Rasio Tumpatan/ Pencabutan

01. Tabunganen 82 62 1,32

02. Tamban 47 188 0,25

03. Mekarsari 93 296 0,31

04. Anjir Pasar 64 104 0,62

05. Anjir Muara 24 85 0,28

06. Alalak 466 389 1,20

07. Mandastana 104 352 0,30

08. Jejangkit 53 52 1,02

09. Belawang 52 184 0,28

10. Wanaraya 1 1 1,00

11. Barambai 57 68 0,84

12. Rantau Badauh 120 54 2,22

13. Cerbon 38 47 0,81

14. Bakumpai 58 114 0,51

15. Marabahan 459 364 1,26

16. Tabukan 63 49 1,29

17. Kuripan 102 173 0,59

Total 1.883 2.582 0,73

Sumber: Yankes Kabupaten Barito Kuala tahun 2013

Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

92

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Barito Kuala rasio

Tumpatan/pencabutan yang tertinggi adalah kKecamatan Tabunganen yaitu 1,32

atau dengan kata lain perbandingan antara perawatan dan pencabutan gigi adalah

1,32 perawatanberbanding 1 kali pencabutan dan kecamatan yang paling rendah

tingkat perawatan dibanding pencabutan adalah Kecamatan Tamban yaitu 0,25

atau dengan kata lain sekali perawatan berbanding dengan 4 kali pencabutan.

Sedangkan untuk total se-kabupaten rasio tumpatan/pencabutan adalah 0,73 atau

dengan kata lain rasio perawatan terhadap pencabutan 0,73 perawatan tiap 1 kali

pencabutan yang berarti tindakan pencabutan lebih tinggi dari pada tindakan

perawatan.

Di Kota Banjarmasin, meskipun sudah mulai ada kesadaran perawatan gigi

dibandingkan di Kabupaten Barito Kuala namun kesadaran itu masih kecil

sebagaimana dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 24 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan

di Kota Banjarmasin Tahun 2013

No. Kecamatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Tumpatan Gigi Tetap

Pencabutan Tetap

Rasio Tumpatan/ Pencabutan

1. Banjarmasin Selatan 1116 706 1,58

2. Banjarmasin Timur 2977 1424 2,09

3. Banjarmasin Utara 1703 941 1,81

4. Banjarmasin Barat 1412 1035 1,36

5. Banjarmasin Tengah 2477 989 2,5

Jumlah 9685 5095 1,9

Sumber: Yankes Kota Banjarmasin 2013

Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

93

Dari table diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang paling tinggi rasio

tumpatan/pencabutan adalah Kecamatan Banjarmasin Tengah yaitu 2,5

sedangakan yang paling rendah adalah Kecamatan Banjarmasin Barat yaitu 1,36.

Untuk Kota Banjarmasin, rasio tumpatan/pencabutan adalah 1,9 yang berarti

bahwa tindakan tumpatan gigi tetap lebih besar dari pada tindakan pencabutan

gigi tetap yaitu 1,9. Ini artinya kesadaran masyarakat di Kota Banjarmasin untuk

mengobati gigi sejak dini sudah lebih baik dari pada di Kabupaten Banjarmasin,

namun demikian nilainya masih belum terlalu besar.

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk

berobat gigi dengan mengobati gigi sejak awal atau sebelum parah (tindakan

perawatan) masih rendah. Mengenai rendahnya kesadaran masyarakat untuk

berobat gigi sejak awal (sebelum parah) diakui oleh para tenaga medis kesehatan

gigi di Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin, salah satunya diakui oleh

Didi Rizali, salah satu dokter gigi di Kota Banjarmasin:

“Pasien itu kan kalau sudah selesaikan inya ini sakit kada datang lagi, itu masalahnya, heeh jadi kita tu kada maksimal gitu loh, kalau nya kan kalau sakit aja datang bila nya kada sakit kada perlu lagi karena kada sakit lagi, kenapa, nah kalau sakit otomatis nya dipikirkan kayapa caranya nya harus datang, nah itu kendala kami kadang kada berhasil kaitu nah.” (Pasien itu jika berobat gigi yang memerlukan perawatan berkelanjutan, tidak dating lagi kalau sakitnya sudah hilang, padahal pasien harusnya dating lagi.Sehingga dalam perawatan atau pengobatan gigi tidak maksimal.Harusnya mereka sadar bagaimana untuk penyembuhan gigi diri sendiri, dan itu yang menjadi kendala kami yang menyebabkan tidak berhasilnya penyelesaian masalah kesehatan gigi).

Pernyataan drg. Didi di atas membenarkan beberapa pernyataan pasien

gigi serta tabel yang menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk berobat gigi

Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

94

setelah keadaan gigi parah atau perlu dicabut. Kondisi ini tentunya memerlukan

perhatian serius untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dapat memperhatikan

kesehatan gigi dengan berobat lebih awal demi kesehatan kita ke depan.

III. Model Pemberdayaan Masyarakat Lahan Basah

Berdasarkan hasil penelitian pada tahun pertama, penelitian ini dilanjutkan

dengan mengkaji model pemberdayaan masyarakat yang dapat dilaksanakan

untuk membiasakan menggsook gigi dengan air yang memenihi persyaratan

kesehatan. Kajian ini dimulai dengan kegiatan Focus Group Discussin (FGD)

yang dilaksanakan pada tanggal 3 September 2015 yang bertempat di Aula

kedokteran Unlam di Jl. Veteran kota Banjarmasin. FGD ini membahas tentang

hasil penelitian tahun pertama serta membahas Draft model pemberdayaan yang

akan ditawarkan kepada masyarakat. Kegiatan FGD ini diikuti oleh beberapa

pihak yang terkait dengan kesehatan gigi baik dari Kota Banjarmasin maupun dari

kabupaten Barito Kuala. Mereka terdiri dari dokter Puskesmas, Dinas kesehatan,

tokoh agama, budayawan serta akademisi.

Dari kegiatan FGD dapat diperoleh masukan tentang hasil penelitian yang

mempertegas beberapa temuan penelitian sepewrti masih lemahnya sosialisasi

tentang pengaruh air sungai memiliki tingkat keasaman yang tinggi terhadap

kesehatan gigi. Para praktisi kesehatan sebagaimana diungkapkan oleh

perwakilan dinas kesehatan dan pegawai puskesmas mengakui bahwa mereka

telah berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mnelalui

kegiatan UKGS dan UKGMD. Namun mereka menyadari bahwa factor air sungai

Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

95

yang memiliki kadar Ph yang rendah belum mendapatklan perhatian mereka.

Mereka memberika apresiasi yang baik terhadap penelitian yang didah di lakukan

oleh tim peneliti dan berharap hasil dari kajian ini akan mendorong masyarakat

untuyk lebih memperhatikan perawtabn gigi termasuk perhataian terhadap

pengariuh air sungai terhadap kesehatan gigi. Mereka akan meenjadikan hasil

penelitian ini untuk pengembangan program pemerintah, khsusnya dinas

kesehatan yang mengurusi kesehatan gigi masyarakat dengan memperhatiukan

aspek air yang digunbakan untuk menggosok gigi pada berbagai kegiatan

sosialisasi tentang kesehatan gigi baik dalam kegiatan UKGS maupun kegiatan

UKGMD.

Akademisi dari unlam yang merupakan ekspert di bidang kebudayaan dan

kemasyarakatan mengaris bawahi tentang pentingnya berbgai kebijakan yang

memperhatikan kebiasaan dan kebudayaan setempat. Misalnya tentang kebiasaan

MCK masyarakat bantaran sungai yang sangat erat kaitannya dengan sungai tidak

harus menanggalkan kebudayaan mereka yang terikat dengan sungai akan tetapi

memberikan beebagai solusi terhadap kesehatan gigi mereka dengan tetap

menjaga kebudayaan mereka dengan menghindarkan berbagai kebiasaan yang

berakibat pada kesehatan gigi mereka. Mereka tetap mandi disungai tetapi untuk

kesehatan gigi mereka menggunakan air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Masukan lain dari kegiatan FGD adalah tentang pemetaan daerah-daerah

yang memiliki air sungai yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan belum dialiri

oleh aliran air PDAM. Masukan ini sangat penting untuk penyempurnaan

penelitian ini terutama di dalam penentuan daerah (wilayah) yang akan dikaji

Page 96: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

96

dalam pemerolehan pandangan masyarakat terhadap model pemberdayaan yang

akan dikaji. Berdasar masukan ini, kajian lapangan untuk daerah penelitian di

fokuskan pada dua wilayah yang sedapat mungkin mewakili beberapa

karakteristik yang ada di kota Banjarmasin dan kabupaten barito Kuala. Di kota

Banjarmasin ditentukan sebagai daerah kajianadalah kelurahan yang sudah dialiri

air PDAM namun sebagian masyarakat masih msih menggunakan air sungai

untuk kegiatan MCK sedangkan di kabupaten barito Kuala desa yang dijadikan

sebagai tempat kajian adalah desa yang belum dialiri air PDAM dan dialiri sungai

yang memiliki kadar Ph yang sangat rendah yaitu di desa Puntik Luar, kecamatan

Mandastana kabupaten Barito Kuala.

Dari kegaiatan FGD ini juga telah disepakati model pemberdayaan yang

akan ditimbang oleh masyarakat untuk ditentukan sebagai model pemberdayaan

yang menjadi prferensi mereka. Ketiga model tersebut adalah Kader Kesehatan

Gigi yang disingkat menjadi KKG, pemberian model teknologi sederhana untuk

membersihkan air agar memenuhi persyaratan kesehatan serta melalui poster-

poster yang bersisi ajakan untuk menggunakan air yang memnuhi persyaratan

kesehatan untuk kegiatan perawatan gigi. Ketiag model inilah yang dikaji

p[eneliti sebagai alternative pemecahan dalam peningkatan kesadran masyarakat

untuk mengososk gigi (danb berbagai perwatan gigi lain) dengan air yang

memenuhi persyaratan kesehatan.

Setelah kegiatan FGD dan memberikan bebrrap rekomendasi sebnagaiman

sudah dipaparkan dimuka, kajian selanjutnya adalah kajian tentang pandangan

masyarakat terhadap berbagai alternative model pemberdayaan masyarakat

Page 97: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

97

sehingga model yang dihasilkan merupakan prefernsi mereka dan cocok untuk

mereka sehingga model tersebut lebih dapat diterapkan ketika model ini menjadi

sebuah kenbijakan berbagai pihak yang berkompeten terhadap masalah kesehatan

gigi. Sehungga harapan semua kalangan untuk menekan tingkat karies ggigi di

Kalimantan Selatan dapat terwujud dan meningkatkan tarap kesehatan gigi

masyarakat yang dihadapkan pada lingkungan lahan basah yang memberikan

ekses terhadap kesehatan gigi.

Kajian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kelurahan Alalak Selatan di

kota Banjarmasin serta di Desa Puntik Luar di kabupaten Barito Kuala di mana

masing-masinhg desa telah ditentukan sebanyak 100 orang sebagai responden

penelitian mellaui metode survey. Kajian ini juga dilengkapi dengan kajian

kualitatif dengan mewawancarai 20 orang informan yang terdiri dari pemuka

masyarakat di desa Puntuk Luar dan kelurahan Alalka selatan, tokoh agama serta

dinas kesehatan dari kota Banjarmasin dan kabupaten Barito Kuala. Berikut

beberpa temuan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan

a. Identitas Responden Penelitian

Kajian ini menentukan responden penelitian sebagai sampel penelitian

dengan memperhatikan komposisi antara jumlah laki-laki dan perempuan

sebagaimana terlihat dari table berikut

Page 98: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

98

Tabel 25. Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Kelurahan Alalak Utara Desa Puntik Luar

Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen Laki-Laki 52 52.0 49 49.0 Perempuan 48 48.0 51 51.0 Total 100 100 100.0 100.0

Dari data di atas terlihat bahwa jumlah responden dari kedua wilayah

penelitian memperhatikan komposisi laki-laki dan perempuan yang ditentukan

secara proporsional terhadap kompoisisi jumlah laki-laki dan perempuan di kedua

daerah penelitian. Di kelurahan Alalak Uatara jumnlah laki-laki lebih sedikit dari

pada desa Puntik Luar yaitu 52 berbanding dengan 49 begitu juga sebaliknya

jumlah responden kurang sedikit disbanding Desa Puntik Luar yaitu 48

berbanding dengan 51 orang.

Responden yang dikaji dalam penelitian di dua wilayah penelitian tersebar

dalam berbagai profesi yang mereka geluti. Untuk Responden di Kelurahan

Alalak Utara Mayoritas adalah sebagai ibu rumah tangga (37%) disusul oleh

karyawan swasta dan wiraswasta sebanyak 21% dan 20 %, kemudian pedagang 13

% dan petani, PNS dan TNI/Polri masing-masing 1 % dan lain-lain (pelajar dan

mahasiswa) sebanyak 6 %. Gambar 1. Pekerjaan Responden

Kelurahan Alalak Utara

Page 99: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

99

Responden dari Desa Puntik Luar juga memiliki pekerjaan yang bervariasi

di mana mayoritas responden adalah berprofesi sebagai petani yaitu petani

pemilik tanah sebanyak 39% dan petani penggarap sebanyak 22% disusul

kemudian oleh wiraswasta sebanyak 17%, pedagang 13% dan sisanya PNS 3%

dan lainnya 1%.

Gambar 2. Pekerjaan Responden Desa Puntik Luara

Penghasilan responden dari kedua wilayah penelitian kelurahan Alalak

Selatan dan Desa Puntik luar mayoritas berpenghasilan rendah. Di Kelurahan

Alalak Selatan yaitu mayoritas berpenghasilan rendah sampai dengan Rp

1.000.000 perbulan sebanyak 77%, di atas Rp. 1.000.000 sampai Rp. 3.000.000

sebanyak 21 % dan sisanya sebanyak 2% berpenghasilan di atas Rp. 3.000.000.

Begitu juga dengan penghasilan responden di Desa Puntiuk Luar

mayoritas berpenghasilan rendah yaitu sampaiu dengan Rp. 1000.000 sebanyak

69%, diatas Rp 1.000.000 sampai dengan Rp. 3.000.000 sebanyak 30% dan

sisanya 1 % di atas Rp. 3.000.000

Page 100: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

100

Tabel 26. Penghasilan Per Bulan Responden

Nominal Penghasilan Alalak Selatan Puntik Luar

Frek. Prosen Frek. Prosen <= Rp 500.000 25 25.0 20 20.0 Rp. 500.000 – Rp. 1000.000 52 52.0 49 49.0 Rp 1.000.001 sd Rp 2.000.000 15 15.0 21 21.0 Rp 2.000.001 sd Rp 3.000.000 6 6.0 9 9.0 > Rp 3.000.000 2 2.0 1 1.0 Total 100 100.0 100 100.0

Tingkat pendidikan informan di kedua wilayah penelitian masih rendah

sebagaimana terlihat dalam table 51 beirkut:

Tabel 51. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan

Alalak Selatan Puntik Luar Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

4 4.0 7 7.0

SD 49 49.0 48 48.0 SMP 17 17.0 27 27.0 SMA 24 24.0 18 18.0 D3/S1 6 6.0 - - Total 100 100.0 100 100.0

Dari table 51 di atas terlihat bahwa mayoritas penduduk di kelurahan

Alalak Selatan adalah responden yang berpendidikan dasar (setingkat SD dan

SMP) sebanyak 66% bahkan 4 % tidak sekolah atau tidak tamat SD. Selanjutnya

responden yang berpendidikan sekolah menengah (SMA) sebnayk 17 %

sedangkan responden yang berpendidikan tinggi (D3 dan S1) masih sedikti hanya

sebanyak 6 %.

Page 101: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

101

Senada dengan Responden di Kelurahan Alalak Selatan, Responden di

Desa Puntik Luar juga masih berpendidikan rendah yaitu setingkat Pendidikan

Dasar (SD dan SMP) 75% bahkan angka yang tidak sekolah atau tidak tamat SD

lebih tinggi dari Alalak Selatan yaitu sebanyak 7%. Responden yang

berpendidikan menengah (SMA) sebanyak 18 sedangkan responden yang

berpendidikan tinggi (D3 dan S1) masih belum ada.

b. Perilaku Menggosok Gigi dan Kesehatan Gigi

1. Perilaku Menggosok Gigi

Perilaku menggosok gigi masyarakat juga tidak terlepas dari penelitian ini.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran menggosok gigi masyarakat

di kedua lokasi peneltian sudah sangat baik sebagaimana terlihat dari dua gambar

berikut:

Gambar Frekwensi Menggosok Gigi

Responden Kel. Alalak Utara

Page 102: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

102

Gambar Frekwensi Menggosok Gigi Responden Ds Puntik Luar

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa frekwensi menggoisok gigi di

kelurahan Alalak Selatan mayoritas sebanyak 2x sebanyak 68% bahkan ada yang

menggsoosk gigi lebih dari 2x sebanyak 29%. Namun demikian masih juga ada

responden yang masih melakukan menggosok gigi Cuma sekali sebanyak 3%.

Begitu juga dengan responden di Desa Puntik Luar mayorits menggosok gigi

sebnayak 2x Yaitu sebanyak 57% dan yang lebih dari 2x lebih banyak dari

responden Alalak Selatan yaitu sebanyak 36 % dan yang menggososk gigi Cuma

sekali juga lebih banyak dari Alaak Selatan yaitu sebanyak 7%.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa responden dari kedua daerah

penelitian dari aspek frekwensi menggososk gigi mereka sudah menggosok gigi

dengan baik.

Aspek selanjutnya yang dikaji dalam perawatan gigi adalah waktu terakhir

menggososk gigi setiap hari. Dari kedua daerah penbelitian diatas rata-rata

mereka menggosok gigi pada sore hari (sambil mandi) dan pada malam hari

(sebelum tidur) hal ini dapat dilihat dari gambar berikut:

Page 103: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

103

Gambar Waktu Terakhir Mengosok Gigi Responden Kel. Alalak Utara

Gambar Waktu Terakhir Menggosok Gigi

Responden Desa Puntik Luar

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa waktu terakhir menggosok gigi

bagi responden Kelurahan Alalak Selatan mayorits pada malam hari (sebelum

tidur) sebanyak 49% lebih sedikit dari responden yang menggososk gigi pada sore

hari (setelah mandi) yaitu sebanyak 48% dan sisnya di siang dan pagi hari yaitu

masing-masing 1 % dan lainnya 1%.

Hampir sama dengan responden di kelurahan Alalak selatan, responden di

wilayah Puntik Luar waktu terakbhir menggososk gigi mayoiritas adalah sama

Page 104: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

104

besar antara waktu sore (sambil mandi) dan malam hari (sebelum tidur) yaitu

sebanyak 46% dan sisanya di pagi hari dan siang hari masing-masing 6% dan 2%.

Dari temuan di atas, dapat dilihat bahwa kesadaran untuk menggosok gigi

pada malam hari (sebelum tidur) baru dilakukan oleh sebagian informan yaitu

49% I Alalak Selatan dan 46% di desa Puntik luar bahkan ada beberapa responden

yang terakhir menggosok giginya di pagi hari dan siang hari yang berarti mereka

hanya menggosok gigi sekali saja.

Kajian dari aspek waktu terakhir menggosok gigi setiap hari ada

perbedaan kelomnpok responden laki-laki dan perempuan sebagaimana terlihat

dari gambar berikut:

Gambar Waktu Terakhir Menggosok Gigi

Menurut Jenis Kelamin Responden Kel. Alalak Selatan

Page 105: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

105

Gambar Waktu Terakhir Menggosok Gigi Menurut Jenis Kelamin Responden Kel. Alalak Selatan

Dari gambar di atas dapat dilihat ada perbedaan antara laki-laki dan

perempuan dalam pelaksanaan gosok gigi terakhir setiap hari. Di Alalak Selatan

frekwensi laki-laki yang menggosok gigi terakhir disore hari sebanyak 27% lebih

besar daripada mereka yang terakhir menggosok gigi di malam hari (sebelum

tidur) sebanyak 22% berbeda dengan perempuan di mana yang menggosok gigi

terakhir di malam hari lebihg besar dari pada yang terakhir kali menggosok gigi di

sore hari (sambil mandi sore). Lain halnnya dengan responden di puntik Luar

berbanding terbalik dengan responden di Alaka Selatan di mana Perempuan yang

menggosok gigi terakhir di sore hari sebanyak 25% lebih banyak dari pada yang

menggosok gigi di malam (sebelum tidur) sebnyak 22% sedangkan laki-laki yang

menggosok gigi di sore hari sebanyak 21% lebih sedikit dari pada mereka yang

menggosok gigi di malam hari (sebelum tidur) yaitu sebanyak 24%.

Adanya perbedaan waktu terakhir menggosok gigi antara laki-laki dan

perempuan di kelurahan Alalak Selatan dan Puntik Luar terjadi karena kondisi

geografis dan kebiasaan menggosok gigi mereka di sungai. Di Kelurahan Alalak

Selatan di mana mereka lebih banyak menggosok gigi dengan air PDAM yang

biasanya ada di rumah menjadikan perempuan lebih banyak menggosok gigi di

malam hari berbeda dengan perempuan di Puntik Luar yang menggosok gigi di

Page 106: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

106

luar rumah (di sungai) menyebabkan mereka lebih enggan untuk menggosok gigi

di luar rumah (di sungai) di malam hari sehingga mereka kebanyakan lebih

memilih menggosok gigi di sore hari (sambil mandi).

Air yang digunakan dalam menggosok gigi terjadi perbedaan antara

kelurahan Alalak Selatan dengan Desa Puntik Luar sebagaimana terlihat dari

gambar berikut:

Gambar Air untuk Menggosok Gigi

Responden Kel. Alalak Selatan

Gambar Air untuk menggosok Gigi Responden Ds. Puntik Luar

Page 107: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

107

Di kelurahan Alalak Selatan responden yang menggosok gigi dengan air

PDAM merupakan responden mayoritas yaitu sebanyak 92% sedangkan yang

menggosok gigi dengan air sungai sebanyak 8 persen. Jumlah ini kemungkinan

akan berubah di musim hujan mengingat waktu penelitian ini terjadi di mjusim

kemarau sehingga warga bantaran sungai mulai enggan untuk menggunakan air

sungai yang karena debitnya yang rendah sehingga air terlihat lebih kotor. Lain

halnya ketika musim hujan di mana debit air sungai meningkat menjadikan

mereka lebih banyak beraktivitas di sungai meskiupun mereka sudah memiliki air

PDAM di rumah.

Berbeda dengan responden di Alalak Selatan, responden di desa Puntik

Luar mereka mayoritas menggosok gigi dengan air sungai yaitu sebanyak 60%

sedangkan sisanya menggunakan air „beteng‟ (air PDAM yang dibeli masyarakat

dalam wadah teng (jerigen besar)),Air PDAM dan Air isi Ulang masing-masing

24%, 15% dan 1%.

2. Keluhan Gigi dan perilaku Pengobatan Gigi

Kedua masyarakat yang menjadi kajian dalam penelitian ini yaitu

kelurahan Alalak Selatan dan desa Puntik Luar mengalami berbagai problema

kesehatan gigi. Namun demikian ada perbedaan derajkat kesehatan gigi di mana

prosentasi keluhan gigi responden di Kelurahan Alalak Selatan lebih rendah dari

pada keluhan gigi responden di desa Puntik luar sebagaimana terlihat darui table

30 berikut:

Tabel 30 Keluhan Gigi

Keluhan Gigi Alalak Selatan Puntik Luar

Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen

Berlubang Ya 92 92.0 94 96.91 Tidak 8 8.0 3 3.09 Total 100 100.0 97 100

Ngilu Ya 64 64.0 76 78.4 Tidak 36 36.0 21 21.6 Total 100 100.0 97 100

Page 108: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

108

Nyeri/Nyut-nyut Ya 67 67.0 74 76.3 Tidak 33 33.0 23 23.7 Total 100 100.0 97 100.0

Bengkak/Berdarah Ya 67 67.0 72 74.2 Tidak 33 33.0 25 25.8 Total 100 100.0 97 100.0

Bengkak/Abses Ya 40 40.0 47 48.5 Tidak 60 60.0 50 51.5 Total 100 100.0 97 100.0

Sariawan/Stomatis Ya 79 79.0 88 90.7 Tidak 21 21.0 9 9.3 Total 100 100.0 97 100.0

Dari table 30 di atas terlihat bahwa keluhan tertinggi responden di kedua

daerah kelurahan Alalak Selatan dan desa Puntik Luar adalah masalah lubang gigi

(92% dan 96.91) dan diikuti oleh keluhan-keluhan berikut: Sariawan/Stomatis

(79% dan 90.7%), nyeri nyut-nyut (67% dan 76.3%) bengkak//berdarah (67 dan

74.2%) ngilu (64 dan 78.4%) dan keluhan terendah yaitu keluhan bengkak/Abses

(40% dan 48.5%). Dari data di atas dapat dilihat ada perbedaan derajat kesehatan

gigi yang signifikan antara responden kelurahan Alalak Selatan yang memiliki

jumlah keluhan yang kecil yang berarti memiliikki derajat kesehtan yang lebih

baik dari pada responden Desa Puntik Luar yang memiliki keluhan sakit gigi lebih

tinggi sebagaimana terlihat dari angka-angka di dalam table di atas.

Derajat kesehatan yang lebih tinggi bagi responden di Kelurahan Alalak

Selatan dari pada derajat kesehatan responden desa Puntik Luar terjadi karena

perilaku menggososk gigi masyarakat di desa Puntik Luar yang masih banyak

menggunakan air sungai yang memiliki kadar asam yang tinggi serta pelayanan

kesehatan yang lebih baik di kelurahan Aalak Selatan yang berada di kota

Banjarmasin dari pada responden desa Puntik Luar yang berada di daerah

Kabupaten yang memiliki keterbatasan terhadap saran dan akses kesehatan

termasuk untuk kesehatan gigi.

Selain masalah keluhan gigi, kajian ini juga diarahkan pada perilaku

berobat gigi oleh responden ketika mereka mendapatkan keluhan gigi yang parah.

Page 109: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

109

Di kedua daerah penelitian responden masih mengandalkan obat warung untuk

mengatasi keluhan gigi mereka sebagaiman terlihat dalam table 31 berikut:

Tabel 31 Yang dilakukan ketika sakit gigi agak parah Alalak Selatan

Perilaku Berobat gigi Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen Minum Obat dari Warung 57 57.0 67 69.07 Berobat ke Orang Pintar 2 2.0 - - Obat Tradisional 4 4.0 4 4.12 Puskesmas 31 31.0 26 26.81 Perawat Gigi / Paramedik 1 1.0 - Dokter Gigi 5 5.0 - - Total 100 100.0 97 100

Dari table 31 di atas dapat dilihat bahwa perilaku berobat gigi responden

di Aalak Selatan dan desa Puntik Luar mayoritas masih mengandlkan obat warung

untuk mengobati keluhan gigi yang parah yang mereka alami yaitu 57% dan

69.07% diikuti oleh berobat gigi ke puskesma yaitu 31% dan 26%.81 dan sisanya

4 % dan 4.12% masih menggunakan obat tardisional. Namun, di samping itu,

responden di Alalak Selatan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan

kesehatan gigi dengan berobat langsuing ke dokter gigi 5% dan ke perawat gigi

1% yang tidak didapatkan oleh responden yang tinggal di desa Puntik luar. Dan

terakahir, di Alalak Selatan ada juga yang masih berobat pada orang pintar.

Page 110: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

110

c. Pengetahuan tentang Dampak air sungai terhadap kesehatan gigi

Pengetahuan responden di kedua lokasi penelitian yaitu kelurahan Aalak

Selatan dan desa Puntik Luar tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

masih sangat rendah sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 32. Pengetahuan tentang Dampak Air Sungai

terhadap Kesehatan Gigi

Pengetahuan Alalak Selatan Puntik Luar

Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen Mengetahui 38 38.0 26 26.0 Tidak Mengetahui 62 62.0 74 74.0 Total 100 100.0 100 100.0

Dari table diatas terlihat bahwa responden di kelurahan Aalak Selatan

mayoritas masih belum mengetahui pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

yaitu sebanyak 62% sedangkan yang mengetahui baru sekitar 38 persen. Kondisi

serupa juga terjadi pada responden di desa Puntik Luar bahkan lebih parah lagi

akrena yang tidak mengetahui jauh lebih besar lagi yaitu 74% sedangkan yang

mengetahui baru sekitar 26%. Rendahnya pengteahuan masyarakat tentang

pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi juga diakui oleh para pejabat di

lingkungan dinas kesehatan baik di kota Banjarmasin maupuin di kabupaten

Barito kuala yang masih belum massif di dalam mensosialisasikan tentang

permasalahan ini. Kegiatan-kegiatan UKGS dan UKGMD sekalipun belum

menyentuh terhadap permaslahan ini.

Lemahnya sosialisasi dari para pemangku kesehatan terutama dari dinas

kesehatan dan jajarannya termasuk para praktisi kesehatan gigi juga semakin

terlihat bahwa pengetahuan sebagian kecil wargapun tentang pengaruh air sungai

terhadap kesehatan gigi masih sedikit yang berasal dari para pemnagku

kepentiungan tersebut sebagaimana dapat dilihat dalam gambar berikut:

Page 111: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

111

Gambar Sumber Informasi Dampak Air sungai Kel. Alalak Selatan

Gambar Sumber Info Dampak Air sungai

Desa Puntik Luar

Page 112: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

112

Dari kedua gambar diatas terlihat bahwa informasi tentang pengaruh air

sungai terhadap kesehatan gigi terbesar adalah informasi dari mulut ke mulut

(cerita orang) yaitu 28.95% di Alalak Selatan dan 46.1% di desa Puntik Luar.

Selanjutnya dari pegawai puskesmas 21.05% dan , pengalaman sendiri sebanyak

18.42%, penyuluh petugas kesehatan dan kader kesehatan dengan angka yang

sama 13.16 persen, serta tokoh masyarakat sebanyak 5.26%.

Sumber pengetahuan di Aalak Selatan masih lebih baik dari sumber

pengetahuan di desa Puntik luar karena mereka lebih banyak mendapatkan

informasi dari petugas dan kader kesehatan jika dihitung keseluruhan berjumlah

77.2% sedangkan pengetahuan responden di desa Puntik luar kebanyakan bukan

dari petugas dan kader kesehatan. Pengetahuan yang diperoleh dari kader

kesehatan hanya sekitar 3.9% sedangkan sisanya adalah informasi dari mulut ke

mulut (cerita orang) sebanyak 46.1%, pengamatan sendiri sebanyak 46.1% dan

dari tokoh masyarakat sebanyak 3.9%

d. Model Pemberdayaan Masyarakat Untuk menggosok Gigi dengan air yang

memenuhi persyaratan kesehatan

Berdasarkan kondisi masyarakat yang telah dikaji pada tahun pertama dan

berdasarkanm dari temuan diatas yang menunjukkan bahwa pengetahuan

masyarakat tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi masih sangat

rendah. Temuan ini didukung pula oleh pernyataan beberapa pejabat dinas

kesehatan yang terlibat di dalam FGD yang tealh diselnggarakan oleh tim peneliti

yang menegaskan akan lemahnya sosialisasi tentang ini sehingga menyebabkan

tingkat derajat kesehatan gigi masyarakat di dua darah penelitian ini yaitu

Page 113: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

113

Kabupaten Barito Kuala dan kota Banjarmasin menjadi rendah dan memiliki

sumbangan yang sangat besar atas penilaian tingginya tingkat karies gigi di

Kalimantan Selatan.

Untuk mengtasi problema ini ditawarkan 3 model yang ditawarkan tim

peneliti kepada masyarakat yang ditentukan di dua lokasi penelitian yaitu

kelurahan Alalak Selatan dan desa Puntik Luar dengan alas an sebagaiman sudah

dipaparkan di muka. Dari 3 model yang ditawarkan kebanyak responden memilih

model Kader kesehatan Gigi (KKG) sebagai model andalan yang mereka terima

untuk meningkatkan kesadaran mereka untuk menggosok gigi dengan air yang

memenuhi persyaratan kesehatan namun dengan jumlah prosentase yang berbeda

untuk setiap model yang ditawarkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar Model Pemberdayaan Responden Kel. Alalak Selatan

Page 114: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

114

Gambar Model Pemberdayaan Responden Ds Puntik Luar

Dari gambar diagram di atas terlihat bahwa untuk responden di kelurahan

Alalak Selatan mayoritas menginginkan model pemberdayaan dengan

pembentukan kader kesehatan Gigi yaitu sebanyak 70% dan diikuti oleh model

pengembangan Poster sebanyak 17% serta Teknologi sederhana sebanyak 13%.

Lain halnya dengan responden yang ada di desa Puntik Luar mereka memilih

model pemberdayaan KKG sama halnya dengan model pengembangan teknologi

sederhana yaitu 47% untuk KKG dan 46% untuk teknologi sederhana pengolahan

air dan sisanya 7 persen menginginkan adanya poster yang megajak untuk

menibgkatkan kesadaran untuk menggosok gigi dengan air yang memenuhi

poersyaratan kesehatan gigi.

Meskipun mayoritas di kedua wilayah penelitian ini menginginkan

terbentkunya KKG namun, di desa Puntik Luar, selain dikembangkan KKG juga

dibarengi dengan pengembangan teknologi sederhana untuk pengolahan air.

Page 115: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

115

Berbeda dengan responden di Alalak Selatan yang sudah dialiri air PDAM,

responden yang tinggal di desa Puntik Luar belum merasakan kehadiuran PDAM

yang mereka dambakan. Maka sebagai gantinya, agar mendpatkjan air yang layak

termasuk untuk menggosok gigi mereka berharap adanya pengembangan

teknologi sederhana pengolahan air yang akan mereka kembangkan untuk

kepentingan masing-masing keluarga mereka.

Berbeda dengan responden di Kelurahan Alalak Selatan yang relative

homogen untuk model pemberdayaan KKG, Distribusi pandangan tentang model

pemberdayaan yang tepat menurut responden di desa Puntik Luar sangat variatif.

Ada perbedaan preferensi responden terhadap model pemberdayaan di desa

Puntik luar berdasarkan jenis pekerjaan mereka sebagaimana yang terlihat dalam

gambar berikut:

Gambar Model Pemberdayaan yang tepat Menurut Pekerjaan

Responden Desa Puntik Luar

Page 116: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

116

Bagi responden yang berprofesi sebagai petani pemiliki, pedagang dan

PNS kebanyakan dari mereka lebih memilih model pemberdayaan KKG sebagai

model yang dikembangkan berbeda dengan petani penggarap, karyawan swasta

dan wiraswasta yang lebih memilih teknologi sederhana pengolahan air.

Perbedaan preferensi di atas terjadi karena perbedaan skjala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hajt mereka. Bagi petani pemilik, pedagang dan PNS yang

secara ekonomik mereka relative lebih mapan mereka tidak mengkhawatirkan

tentang maslah air karena mereka mampu membeli air yang mereka perlukan

untuk keprluan sehari-hari mereka. Beda halnya dengan petani penggarap,

karyawan swasta dan wiraswasta (yang terdiri dari pelaku usaha kecil) yang

secara ekonomik mereka rata-rata memiliki keterbatasan maka yang utama bagi

mereka adalah mendapatkan air yang memenuhinpersyaratan kesehatan dengan

harga yang sangat murah sehingga dapat terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu,

mereka lebih memilih model pengembangan teknologi sederhana untuk

pengolahan air meskipun sebenanrynya mereka juga masih berharap tentang

kehadiran KKG.

Pembentukan KKG yang diharapkan oleh masyarakat tentunya

menyisakan pertanyaan siapa yang dapat mengisi jabatan tersebut? Kajian ini

juga mmeberikan pilihan kepada masyarakat untuk menentukan siapa-siapa yang

pantas dan cakap untuk mengisi jabatan tersebut sebagaimana terlihat dari table

berikut:

Page 117: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

117

Tabel 37. Asal KKG

Asal KKG Alalak Selatan Puntik Luar

Frekwensi

Prosen Frekwensi Prosen

Tokoh Agama Ya 33 37 37.0 37.0 Tidak 67 63 63.0 63.0 Total 100 100 100.0 100.0

Pemuda Ya 70 90 90.0 70.0 Tidak 30 10 10.0 30.0 Total 100 100 100.0 100.0

Ibu Rumah tangga

Ya 58 75 75.0 58.0 Tidak 42 25 25.0 42.0 Total 100 100 100.0 100.0

Remaja masjid/kampung

Ya 39 51 51.0 39.0 Tidak 61 49 49.0 61.0 Total 100 100 100.0 100.0

Kader Kesehatan yang sdh ada

Ya 98 97 97.0 98.0 Tidak 2 3 3.0 2.0 Total 100 100 100.0 100.0

Dari table di atas tokoh-tokoh yang dapat dijadikan sebagai kader

kesehatan gigi (KKG) adalah kader kesehatan yang ada memiliki angka

penerimaan tertinggi dari masyarakat yaitu 98% di Alalak Selatan dan 97% di

Puntik Luar selanjutnya pemuda memperoleh angka 70% di Aalalk Selatan dan

90% di desa Puntik Luar, sedangkan untuk ibu rumah tangga mendpatkan

penerimaan yang cukup di Alalak Selatan yaitu 58% dan mendapatkan

penberimaan yang cukup besar di desa Puintik luar yaitu sebanyak 75%.

Berikutnya KKG dari tokoh remaja masjid mendapatkan penerimaan yang cukup

di Puntik Luar yaitu 51% dan banyak mendpatkan penolakan di Alalak Selatan

yaitu 39% menerima dan 61% menolak sedangkan tokoh agama lebih banyak

mendpatkan penolakan di kedua daerah penelitian yaitu 33% dan 37%

Page 118: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

118

Untuk ya serta 67% dan 63% untuk tidak karena mereka menganggap bahwa

tokoh agama sudah banyak mengurusi maslaha soial keagamaan.

Dari beberapa tokoh di atas maka yang menjadi KKG pilihan responden

dari kedua daerah adalah kader kesehatan yang sudah ada sebagaiman terlihat

Dari gambar berikut:

Gambar Tokoh yang Paling cocok menjadi Kader KKG

Pilihan Responden Kel. Alalak Selatan

Gambar Tokoh yang Paling cocok menjadi Kader KKG Pilihan Responden Desa Puntuik Luar

Page 119: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

119

Dari gambar di atas terlihat bahwa tokoh yang paling banyak digadang

untuk menjadi kader kesehatan gigi (KKG) adalah dari kader yang sudah ada.

Mereka dianggap cocok untuk melakukan tugas ini karena mereka sudah

mempunyai pengalaman di dalam pendampingan kesehatan masyarakat dan

tentunya akan memnimbulkan efek pendanaan yang tidak terlalu tinggi. Dengan

memanfaatkan tenaga kader kesehatan yang ada, maka tentunya anggaran untuk

pemberian uang lelah mereka relative lebih dapat ditekan karena tanggung jawab

pendampingan masalah kesehatan gigi bias disisipkan di dalam kerja dampingan

kader kesehatan yang ada.

e. Promosi Kesehatan Gigi

Dalam Pelaksanaan tugas KKG untuk mempromosikan kesehatan gigi ada

beberapa bentuk promosikesehatan yang menjadi pilihan responden yaitu

penyuluhan, dari rumah ke rumah, yasinan/Pengajian dan kumpul-kumpul. Dari

seluruh kegiuatan tersebut, semua responden menerima metode tersebut kecuali

metode yasinan/pengajian yang hanya mendapatkan penerimaan di desa Puntik

Luar sedangkan di kelurahan Aalak Selatan lebih banyak yang menolak dengan

mengatakan tidak sebanyak 60% dan yang mengatakan ya hanya 40% saja.

Tabel 42. Bentuk Promosi Kesehatan Gigi

Bentuk promosi Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen

Penyuluhan Ya 98 98.0 99 99.0 Tidak 2 2.0 1 1.0 Total 100 100.0 100 100.0

Dari rumah ke Rumah

Ya 96 96.0 95 95.0 Tidak 4 4.0 5 5.0 Total 100 100.0 100 100.0

Yasinan/PengajYa 40 40.0 91 91.0

Page 120: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

120

ian Tidak 60 60.0 9 9.0 Total 100 100.0 100 100.0

Kumpul – Kumpul Warga

Ya 91 91.0 94 94.0 Tidak 9 9.0 6 6.0 Total 100 100.0 100.0 100.0

Dari beberapa metode promosi yang ditawarkan di atas, ada perbedaan

pilihan metode antara responden di Alalak Selatan dengan di desa Puntik Luar

sebagaiman terlihat dari gambar berikut:

Gambar Cara Promosi Yang Paling Cocok

Responden Kel. Alalak Selatan

Page 121: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

121

Gambar Cara Prom kes Yg Cocok Responden Desa Puntik Luar

Dari kedua Gambar di atas, dapat dilihat bahwa bagi responden kelurahan

Aalalak Selatan mereka mayoritas lebih memilih metode datang dari rumah ke

rumah sebanyak 47% disusul kemudian dengan metode penyuluhan 32%,

kumpul-kumpul warga 19% serta yasinan sebanyak 2%. Berbeda dengan

responden dari Alalak Selatan, responden di desa Puntik luar mayoritas lebih

memilih metode penyuluhan sebanyak 70%, dating dari rumah ke rumah

sebanyak 14% acara yasinan sebanyak 11% serta kumpul-kumpul warga sebanyak

5%.

Responden di Alalak Selatan mereka relative lebih manja di dalam

pemerolehan informasi dan pendampingan dari KKG dengan harapan selalu di

datangiu ke rumah-rumah dikarenakan kehidupan mereka yang lebih banyak

dilakukan di tempat kerja sehingga sangat sulit untuk ikut dalam sebuah

pertemuan untuk mendapatkan pendampingan kesehatan gigi. Beda halnya

dengan masyarakat di desa Puntik Luar yang rata-rata berprofesi sebagai petani

mereka lebih banyak memiliki waktu luang sehingga lebih memungkinkan bagi

mereka untuk ikut dalam sebuah pertemuan baik dalan rangka penyuluhan khusus

tentang kesehatan gigi maupun dalam kegiatan keagamaan seperti yasinan atau

pengajian yang di dalamnya diberi muatan kesehatan gigi.

Page 122: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

122

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai berikut: pertama, dari

kegiatan pengecekan gigi yang telah dilakukan di MTsN Marabahan, Kabupaten

Barito Kuala serta SMPN 4 dan SMPN 15 Kota Banjarmasin menemukan bahwa

kelompok siswa yang menggunakan air sungai memiliki nilai indeks DMF-T lebih

tinggi dari pada kelompok siswa yang menggosok gigi dengan air PDAM, yaitu

5,6; 5,3 dan 6,6 untuk kelompo siswa yang menggunakan air sungai yang indeks

DMF-T-nya lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang menggunakan air PDAM

yaitu, 2,8; 1,3 dan 2,8.

Kedua, dari kegiatan kajian aspek sosial budaya masyarakat yang

menggosok gigi dengan air sungai, peneliti menemukan bahwa masih banyaknya

masyarakat yang menggosok gigi dengan air sungai dikarenakan beberapa hal

yaitu:

1. Kurang massifnya pemerintah dalam mensosialisasikan pengaruh air

sungai terhadap kesehatan gigi.

2. Lemahnya dukungan lembaga-lembaga social seperti keluarga dan sekolah

dalam memberikan informasi tentang pengaruh air sungai terhadap

kesehatan gigi.

3. Masih tetap bertahannya perilaku masyarakat untuk menggosok gigi

dengan air sungai meskipun sudah ada alternative sumber air yang lain

seperti PDAM karena kurangnya pemahaman tentang pengaruh air sungai

Page 123: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

123

terhadap kesehatan gigi, anggapan mahal terhadap air PDAM dan masih

menganggap sepele terhadap sakit gigi sehingga tidak mempermasalahkan

kualitas air untuk menggosok gigi.

Ketiga, berdasarkan relaitas rendahnya pemahaman masyarakat tentang

pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi serta berbagai perilaku mereka yang

merugikan untuk kesehatan gigi. Maka untuk meningkatkan derajat kesehatan

gigi mereka terutama dalam mengatasi masalah tingginya tingkat karies gigi maka

peneltiian ini menemukan model yang tepat di dalam mengatasi ini yaitu melalui

pembentukan Kader Kesehatan Gigi (KKG) dan Pengembangan model teknologi

sederhana untuk pengolahan air. Untuk daerah kota Banjarmasin di mana

ketersediaan air yang mememnuhi persyaratan kesehatan sudah tercukupi maka

model yang dikembangkan adalah pembentukan KKG yang lebih banyak

diarahkan pada pembimbingan masyarakt untuk berperilaku sehat dalam

perawatan gigi termasuk menggunakan air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Beda halnya dengan daerah-daerah yang belum terjangkau oleh air maka pilihan

teknologi sederhana untuk pengolahan air menjadipilihan alternative di samping

pembentukan Kader Kesehatan Gigi (KKG) terutama oleh kalangan yang berasal

dari masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk mengatasi permasalahan

mereka di dalam memperoleh kebutuhan air yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

Page 124: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

124

DAFTAR PUSTAKA

Agtini, MD. 2010. Persentase pengguna protesa di Indonesia. Media Litbang Kesehatan

Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi.

Majalah Kedokteran Gigi Army US.2010.Dental anatomy and physiology, subcourse MD0501, Edition 200,

Survival Medical Manual. Amazon Digital Services.US. Atmanda NP. 2011. Indek def-t dan DMF-T pada siswa tuna rungu di SLB B

Nergi Cicendo Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Padjadjaran: Bandung, Indonesia.

Dariah, EmiSusanti dan Fahmudin agus.2008.Simpanan karbon dan Emisi co2

lahan gambut. Bogor: world argoforestry centre. Ebrahimi M, Ajami BA, Shirazi ARS, Aghaee MA, and Rashidi S. 2010.Dental

treatment need of first molar in mashhad schoolchildren. JODDD. Fahmi said, ida rahmawati, sri hidayati, normaidi. Gambaran kebersihan gigi dan

pengetahuan cara menyikat gigi murid SDN Hapingin kelas IV dan V kecamatan batang alaiutara kab. HST.Buletin penelitian RSUD Dr. Soetomo.

Harshanur IW. 1995. Anatomi gigi. EGC: Jakarta, Indonesia. Hegde MN dan Shinja AS.2005.Carious first molars in south canara population-an

epidemiological study.JIDA. Imron M dan Amrul M. 2010.Metodologi penelitian bidang kesehatan. Sagung

Seto: Jakarta, Indonesia. Kidd EAM & Smith BGN.2012 Manual konservasi restorative menurut pickartd.

Widya Medika: Jakarta, Indonesia. Musadad A dan Irianto J. Pengaruh. 2009. Penyediaan air minum terhadap

kejadian karies gigi usia 12-65 tahun di Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan

Putri MH. 2010. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan

pendukung gigi. EGC: Jakarta, Indonesia.

Page 125: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

125

Satria B, Sutadi H, dan Mangundjaja S. 2009. The differences level of CFU of mutans streptococci in saliva of schoolchildren during fasting and non-fasting. Department of Pediatric Dentistry and Department of Oral Biology Faculty of Dentistry Universitas Indonesia: Jakarta, Indonesia.

Sayuti M. 2010. Pengaruh makanan serba manis dan lengket terhadap terjadinya

karies gigi pada anak usia 9-10 tahun di SD Negri Monginsidi II Makassar. Media Kesehatan Gigi: Makasar, Indonesia.

Soejoeti, Sunanti Z, Konsep Sehat. Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial

Budaya,http://www.kalbe.co.id./files/cdk/files/14_149_Sehatsakit.pdf/14_149_Sehatsakit.html

Sundoro EH.2007. Serba-serbi ilmu konservasi gigi. UI-Press: Jakarta, Indonesia. Swasono, Meutia F., M. Junus, Melalatoa, Murni Sri dan Kosasih Ukke Rukmini.

1994. Masyarakat Dani di Irian Jaya : Adat-Istiadat dan Kesehatan. Jurnal Antropologi Indonesia No. 53.

Togoo RA, Yaseen SM, Zakirullah, Al Garni F, Khoraj AL, and Meer A.

2011.Prevalence of first permanen molar caries among 7-10 years old school going boys in Abha City, Saudi Arabia. Jurnal of Internasional Oral Health.

Page 126: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

126

Lampiran 1

Instrument: Alat dan Bahan Pemeriksaan Indeks DMF-T:

1. Alat set diagnostik gigi 2. Alat peraga penyuluhan kesehatan gigi 3. Head lamp 4. Sikat gigi 5. Formulir pemeriksaan DMF-T 6. Pasta gigi 7. Kapas 8. Tissu 9. Alkohol 70% 10. Bahan pencuci alat 11. Air mineral Cleo

Page 127: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

127

Lampiran 2 Formulir pemeriksaan DMF-T

INDEKS DMF-T SISWA MTSN MARABAHAN/SMP4 BJM/SMP 15 BJM

Nama : ………………………………… Usia :…………..Th Jenis kelamin : L / P Alamat : ………………………………………………………… ……………………………………………………….... No. Hp :………………………………………… Menyikat gigi : a. 1 X Sehari b. 2 X Seharic. Lebih dari 2 X Sehari Pemeriksa : ……………………………....

Hasil Pemeriksaan DMF-T

D : ……. M : …… F : …… D + M + F = ………..

2 1

1 2

3

3 4

4

5

5

6

6

7

7 1

1

2

2

3

3 4 5 6 7

4 5 6 7

Page 128: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

128

Lampiran 3

N

0.

Kuesioner

Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Lahan Basah untuk Membudayakan Gosok Gigi dengan Air

yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan dalam Penanggulangan Tingginya Indeks Karies Gigi di Provinsi Kalimantan Selatan

Nama :

Alamat :

I. IdentitasResponden

1. JenisKelamin : a. Laki-laki. b. Perempuan

1.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat karies gigi yang tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebab dari tingginya tingkat karies gigi tersebut adalah air yang digunakan masyarakat untuk mengosok gigi memiliki tingkat keasaam yang tinggi sebagai akibat dari lahan gambut yang banyak terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai wujud kepedulian kami untuk menanggulangi tingginya tingkat karies gigi di provinsi Kalimantan Selatan, Kami berupaya untuk mengembangkan sebuah model pemberdayaan masyarakat Lahan Basah untuk Membudayakan Gosok Gigi dengan Air yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan dalam Penanggulangan Tingginya Indeks Karies Gigi di Kalimantan Selatan. Untuk kepentingan tersebut, Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian yang sedang kami lakukan.

Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Semoga apa yang Bapak/Ibu/Sdr/I sampaikan dapat memberikan secercah harapan bagi penanggulangan tingginya tingkat karies gigi di provinsi Kalimantan Selatan.

WassalamualaikumWr. Wb. Hormat Kami, Tim Peneliti

Page 129: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

129

2. Status : a. Belum kawin b. Kawin c.Duda/janda 2.

3. Usia : Tahun 3.

4. Agama : a. Islam b. Kristen c. Katolik 4. d. Hindu e. Budha f. lain-lain, sebutkan….

5. Suku Bangsa: a. Banjar b. Dayak c. Jawa 5. d. Madura e. Sunda f. Bugis

g. batak h. Lainnya, sebutkan…

II. Status Sosial Ekonomi Responden 6. Apa pekerjaan Anda?

6. a. Petani pemilik tanah b. Petani penggarap c. Karyawan Swasta

d. Pedagang e. PNS e. TNI/Polri f. Wiraswasta g., Lainnya, sebutkan….

7. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu ? 7. a. Tidak sekolah – Tidak tamat SD b. SD c. SMP d. SMA e. D3/S1 f. S2/S3

8. Berapa Penghasilan bapak/Ibu per bulan ? 8. a. Rp. 500.000 b. Rp 500.001 – Rp. 1.000.000 c. Rp. 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000 e. Di atasRp. 3.000.000

III. Kebiasaan Menggosok dan merawat gigi

9. Berapa kali menggosok gigi sehari ?

9. a. 1 x b.2x c. Lebih dari 2x, Sebutkan….

Page 130: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

130

10. Kapan waktunya anda terakhir menggosok gigi setiap hari ? 10. a. Pagi b. Siang hari c. Sore (sambil mandi sore)

d. Malam (sebelum tidur). F. Lainnya, sebutkan…

11. Air apa yang digunakan untuk menggosok gigi? 11. a. Air sungai b. Air Sumur/Tanah c. Air tawas d. Air „beteng‟ f. Air isi ulang g. Air PDAM g. Lainnya, sebutkan………

12. Apakah anda sering mengalami sakit gigi?

12. a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering

13. Apa jenis keluhan anda tentang gigi?

13.1. 13.2. 13.3. 13.4. 13.5. 13.6.

13.7.

14. Apa yang anda lakukan ketika sakit gigi yang agak parah? 14.

a. Minum obat warung penurun sakit gigi, sebutkan…… b. Orang pintar, sebutkan bentuknya….. c. Obat tradisional, sebutkan…….. d. Puskesmas e. Perawat gigi/paramedic f. Dokter gigi

No. Keluhan Gigi a. Ya b. Tidak 1 Gigi Berlubang 2 Gigi Ngilu 3 Gigi Nyeri/nyutnyut 4. Gusi bengkak/berdarah 5 Gigi bengkak/abses 6 Sariawan /stomatitis 7 Lainnya…………………

……………………………..

Page 131: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

131

IV. Pengetahuan tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

15. Apakah anda mengetahui dampak air sungai terhadap kesehatan gigi? 15. a. Mengetahui b. ragu-ragu c. Tidak mengetahui

16. Apabila mengetahui, faktor air sungai seperti air rawa dan gambut yang merugikan?

16.1. 16.2.

16.3. 16.4.

16.5.

17. Dari beberapa factor di atas, yang mana yang paling berpengaruh? 17.

a. Rasa asamnya (pH) b. Warnanya coklat c. Suhunya yang panas d. Kotornya e. Pasang surutnya

18. Dari mana bapak mengetahui tentang dampak air sungai terhadap

18. kesehatan gigi?

a. Pegawai puskesmas. b. Penyuluhan petugas kesehatan c. Tokoh masyarakat d. Kader kesehatan e. Dari mulut ke mulut f. lainnya, sebutkan……

19. Untuk mengatasi masalah air yang memenuhi standard kesehatan,

pemerintah menggalakkan program PAMSIMAS. Apakah bapak tahu tentang program tersebut?

No. Factor air sungai a. Ya b. Tidak 1 Rasa asamnya (Ph) 2 Warnanya coklat 3 Suhunya yang panas 4 Kotornya 5 Pasang surutnya

No. Tentang PAMSIMAS a. Ya b. Tidak 1 Tujuan 2 Manfaat 3 Pengelola

Page 132: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

132

19.1. 19.2. 19.3. 19.4. 19.5

20. Apakah bapak puas dengan pelaksanaan PAMSIMAS? 20.

a. Sangat tidak puas b. tidak Puas c. tidak puas e. sangat tidak Puas

21. Apa kendala pelaksanaan PAMSIMAS di daerah Bapak/Ibu/Sdr/i?

21.1. 21.2. 21.3. 21.4. 21.5 21.6

22. Dari beberapa kendala di atas, menurut Bapak/Ibu/Sdr/I, mana yang paling besar? 22.

a. Pendanaan b. pengelolaan c. Keterlibatan masyarakat d.Keterbatasan sarana dan prasarana e. Bahan Baku (Air) f. Lainnya, sebutkan……..

23. Menurut bapak/ibu pengelolaan air bersih dilaksanakan oleh siapa? 23.

4 Pelaksanaan 5

No. Kendala PAMSIMAS a. Ya b. Tidak 1 Pendanaan 2 Pengelolaan 3 Keterlibatan Masyarakat 4 Keterbatasan sarana dan prasarana 5 Bahan baku 6 Lainnya, sebutkan…

Page 133: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

133

a. Masyarakat sendiri secara gotong royong b. masing – masing keluarga

24. Mengapa seperti itu? ……………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………

25. Perlukah dikembangkan teknologi sederhana untuk penjernihan air untuk masing-masing rumah? 25.

a. Sangat Tidak perlu b. tidak perlu c. Ragu

d. tidak Perlu e. sangat tidak perlu

26. Mengapa demikian? ………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………….

27. Untuk pengelolaan air bersih mandiri, kendala apa yang bapak/ibu hadapi?

………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………..

V. Model Pemberdayaan

28. Menurut anda, cara apa dan bagaimana agar masyarakat mau menggunakan air yang memenuhi standar kesehatan?

No. Model Pemberdayaan c. Ya d. Tidak 1 Kader Kesehatan Gigi

(KKG)

2 Teknologi sederhana pengolahan air

3 Poster slogan tentang penggunaan air yang

Page 134: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

134

28.1.

28.2. 28.3.

29. Dari beberapa model di atas, menurut anda yang mana yang paling cocok ? 29. a. Kader Kesehatan Gigi (KKG) b. Teknologi sederhana pengolahan air c. Poster slogan tentang penggunaan air yang memenuhi standar

kesehatan

30. Menurut anda, apa saja yang harus dikuasai oleh seorang kader kesehatan gigi (KKG)?

30.1. 30.2. 30.3.

31. Menurut anda, siapa yang sebaiknya menjadi kader kesehatan gigi (KKG)?

memenuhi standar kesehatan untuk gosok gigi

No. Penguasaan Kader Kesehatan Gigi

a. Ya b. Tidak

1 Cara Menggosok Gigi 2 Pengetahuan tentang air

sungai

3 Pengetahuan tentang teknologi sederhana mengolah/ menjernihkan air gambut /rawa /sungai

No. Latar Belakang Kader a. Ya b. Tidak

Page 135: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

135

31.1. 31.2. 31.3

31.4 31.5

32. Dari beberapa tokoh tersebut, yang mana yang paling cocok? 32.

a. Tokoh Agama b. Pemuda c. Ibu Rumah tangga d.Remaja Mesjid e.Kader kesehatan yang ada

33. Menurut anda, kader kesehatan gigi sebaiknya dimiliki oleh wilayah administrative mana? 33.

a. RT b. RW c. Posyandu d. Kelurahan/Desa e. lainnya, sebutkan…..

34. Berapa orang yang dapat diangkat menjadi kader kesehatan gigi

pada masing-masing wilayah? 34.

a. Satu orang b. Dua orang

c. Tiga Orang d. Lebih dari 3 orang, sebutkan……………..

35. Menurut anda, siapa yang bertanggung jawab terhadap kader kesehatan gigi? 35.

a. Posyandu, b. Puskesms, c. RT/RW

Kesehatan Gigi 1 Tokoh Agama 2 Pemuda 3 Ibu Rumah Tangga 4 Remaja Masjid/

Kampung

5 Kader Kesehatan yg ada

Page 136: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

136

d. Lurah e. Camat f. Lainnya, sebutkan………

36. Cara apa yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan gigi (KKG) untuk

promosikan kesehatan gigi?

36.1. 36.2. 36.3 36.4 36.5

37. Dari beberapa cara di atas, yang mana yang paling cocok? 37.

a. Penyuluhan b. Datang dari rumah kerumah

c.Acara yasinan/Pengajian d. Kumpul-kumpul warga e. Lainnya, sebutkan…..

38. Perlukah KKG diberi gaji ? 38. a. Perlu (lanjut no. 26 & 27) b. Ragu c. Tidak perlu

39. Kalau perlu, apa bentuk gaji mereka? 39.

a. Gaji bulanan, b. Insentif c. Uang transport d. lainnya, sebutkan…

40. Kalau perlu,digaji, siapakah yang menggaji mereka? 40.

a. Masyarakat b. Kelurahan c. Pemerintah Kabupaten/Kota d. Pemerintah Pusat/Proinsi

No. Cara Promosi a. Ya b. Tidak 1 Penyuluhan 2 Datang dari Rumah ke Rumah 3 Acara yasinan/Pengajian 4 Kumpul-kumpul warga 5 Lainnya, sebutkan………..

Page 137: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

137

Lampiran 4

Kuesioner

Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Lahan Basah untuk Membudayakan Gosok Gigi dengan Air

yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan dalam Penanggulangan Tingginya Indeks Karies Gigi di Kalimantan Selatan

Nama :

Alamat :

VI. IdentitasResponden

39. JenisKelamin : a. Laki-laki. b. Perempuan

1.

40. Status : a. Belum kawin b. Kawin c.Duda/janda

2.

41. Usia : Tahun

3.

42. Agama : a. Islam b. Kristen c. Katolik d. Hindu e. Budha f. lain-lain

4.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat karies tinggi di Indonesia.Salah satu penyebab dari tingginya tingkat karies gigi tersebut adalah air yang digunakan masyarakat untuk mengosok gigi memiliki tingkat keasaam yang tinggi sebagai akibat dari lahan gambut yang banyak terdapat di Kalimantan Selatan. Sebagai wujud kepedulian untuk menanggulangi tingginya tingkat karies gigi di Kalimantan Selatan, kami berupaya untuk mengembangkan sebuah model pemberdayaan masyarakat Lahan Basah untuk Membudayakan Gosok Gigi dengan Air yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan dalam Penanggulangan Tingginya Indeks Karies Gigi di Kalimantan Selatan”. Untuk kepentingan tersebut, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian yang sedang kami lakukan.

Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Semoga apa yang Bapak/Ibu/Sdr/I sampaikan dapat memberikan secercah harapan bagi penanggulangan tingginya tingkat karies gigi di Kalimantan Selatan.

WassalamualaikumWr. Wb. Hormat Kami,

Tim Peneliti

Page 138: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

138

VII. Status Sosial Ekonomi Responden

43. Apa pekerjaan Anda?

5.

b. Petani

c. PNS

d. Pedagang

e. Karyawan Swasta

f. Wiraswasta

g. Lain-lain, sebutkan…. 44. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu ?

6.

g. Tidak sekolah – Tidak tamat SD

h. SD

i. SMP

j. SMA

k. D3/S1

l. S2/S3

45. Berapa Penghasilan bapak/Ibu per bulan ?

7.

g. Rp. 500.000

h. Rp 500.001 – Rp. 1.000.000

i. Rp. 1.000.000 – Rp 2.000.000

j. Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000

k. Di atasRp. 3.000.000

VIII. Kebiasaan Menggosok dan merawat gigi

46. Berapa kali menggosok gigi sehari ?

8. 8.a. 1 x b.2x c. Lebih dari 2x, Sebutkan…. 47. Kapan waktunya anda menggosok gigi setiap hari ?

9. 9.

b. Pagi b. Siang hari c. Sore (sambil mandi sore) d. Malam

(sebelum tidur)

l. Lainnya, sebutkan…

48. Air apa yang digunakan untuk menggosok gigi?

10. a. Air sungai b. Air PDAM c. Air tawas d. Air sumur/tanah

49. Apakah anda sering mengalami sakit gigi?

11.

a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering

50. Apa jenis keluhan anda tentang gigi?

Page 139: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

139

12.1.

12.2.

12.3.

12.4.

12.5

12.6

12.7

51. Apa yang anda lakukan ketika sakit gigi yang agak parah?

13.

g. Minum obat warung penurun sakit gigi?

h. Orang pintar

i. Puskesmas

j. Perawat gigi/paramedic

k. Dokter gigi

IX. Pengetahuan tentang pengaruh air sungai terhadap kesehatan gigi

52. Apakah anda mengetahui dampak air sungai terhadap kesehatan gigi?

14.

a. Mengetahui b. Tidak mengetahui c. Ragu-ragu

53. Apabila mengetahui, faktor air sungai seperti air rawa dan gambut yang

merugikan : 15.

a. Rasa asamnya (pH)

b. Warnanya coklat

c. Suhunya yang panas

d. Kotornya

e. Pasang surutnya

54. Dari mana bapak mengetahui tentang dampak air sungai terhadap kesehatan

gigi? 16.

a. Pegawai puskesmas. b. Penyuluhan petugas kesehatan c. Tokoh

masyarakat

d. Kader kesehatan e. Dari mulut ke mulut

X. Model Pemberdayaan

No. Keluhan Gigi a. Ya b. Tidak

1 Gigi Berlubang

2 Gigi Ngilu

3 Gigi Nyeri/nyutnyut

4. Gusi

bengkak/berdarah

5 Gigi bengkak/abses

6 Sariawan

/stomatitis

7 Lainnya…………………

……………………………..

Page 140: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

140

55. Menurut anda, cara apa dan bagaimana agar masyarakat mau menggunakan air

yang memenuhi standar kesehatan?

17.

1.

17.

2.

17.3.

56. Dari beberapa model di atas, menurut anda yang mana yang paling cocok ?

18.

d. Kader Kesehatan Gigi (KKG)

e. Teknologi sederhana pengolahan air

f. Poster slogan tentang penggunaan air yang memenuhi standar kesehatan

57. Menurut anda, apa saja yang harus dikuasai oleh seorang kader kesehatan gigi?

19.1.

19.2.

19.3.

No. Model Pemberdayaan c. Ya d. Tidak

1 Kader Kesehatan Gigi

(KKG)

2 Teknologi sederhana

pengolahan air

3 Poster slogan tentang

penggunaan air yang

memenuhi standar

kesehatan untuk gosok

gigi

No. Penguasaan Kader Kesehatan

Gigi

c. Ya d. Tidak

1 Cara Menggosok Gigi

2 Pengetahuan tentang air sungai

3 Pengetahuan tentang teknologi

sederhana mengolah/

menjernihkan air gambut /rawa

/sungai

Page 141: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

141

58. Menurut anda, siapa yang sebaiknya menjadi kader kesehatan gigi?

20.1.

20.2.

20.3

20.4

20.5

59. Menurut anda, kader kesehatan gigi sebaiknya dimiliki oleh wilayah

administrative 21.

mana?

a. RT b. RW c. Posyandu d.Kelurahan/Desa e. lainnya, sebutkan….. 60. Berapa orang yang dapat diangkat menjadi kader kesehatan gigi pada masing-

masing wilayah?

22.

a. Satu orang b. Dua orang c. Tiga d. Lebih dari 3 orang,

sebutkan…………….. 61. Menurut anda, siapa yang bertanggung jawab terhadap kader kesehatan gigi?

a. Posyandu, b. Puskesms, c. Pemerintah (RT,RW atau Kelurahan dan

Camat) 23.

62. Cara apa yang dapat dilakukanoleh kader kesehatan gigi untuk promosikan

kesehatan

gigi?

24.

a. Penyuluhan b. Datang dari rumah kerumah

c.Acara yasinan/Pengajian d. Lainnya, sebutkan….. 25. Perlukah KKG/mereka digaji?

a. Perlu b. Ragu c. Tidak perlu d. Insentif e. Uang transport

25.

No. Latar Belakang Kader

Kesehatan Gigi

c. Ya d. Tidak

1 Tokoh Agama

2 Pemuda

3 Ibu Rumah Tangga

4 Remaja Masjid/

Kampung

5 Kader Kesehatan yg ada

Page 142: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

142

26. Kalau digaji, siapakah yang menggaji mereka?

a. Masyarakat b. Kelurahan

26.

c. Pemerintah Kabupaten/Kota d. Pemerintah Pusat/Proinsi

Page 143: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

143

Lampiran 5

Guide Line Questioner

Model Penyadaran Masyarakat untuk Menggosok Gigi

dengan Air yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan

untuk Menanggulanginya Tingginya Tingkat Karies Gigi

di provinsi Kalimantan Selatan

XI. Kebiasaan Merawat dan Mengobati Gigi

63. Air apa yang digunakan warga untuk menggosok gigi?

64. Mengapa mereka menggunakan air tersebut?

65. Adakah tanaman atau buah-buahan yang diyakini dapat menjaga

kesehatan gigi?

66. Bagaimana cara kerjanya?

67. Apa yang anda lakukan ketika sakit gigi yang agak parah?

68. Adakah Ramuan tradisional yang dapat mengobati gigi?

69. Bagaimana cara kerjanya?

XII. Penyediaan sarana air bersih

70. Selama ini pemerintah telkah menggalakkan PAMSIMAS untuk

penyediaan air bersih, bagaimana pandangan Bapak tentang PAMSIMAS?

71. Apa kendala dalam pelaksanaan PAMSIMAS?

72. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam program PAMSUIMAS?

73. Mengapa demikian?

74. Untuk perbaikan PAMSIMAS ke depan, apa yang perlu dibenahi?

75. Perlukah pengelolaaln air bersih untuk masing-masing rumah tangga?

76. Mengapa demikian?

Page 144: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

144

XIII. Model Penyadaran Masyarakat Untuk Menggosok Gigi dengan Air

yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan

77. Menurut Bapak/Ibu, cara apa dan bagaimana agar masyarakat mau

menggunakan air yang memenuhi standar kesehatan?

78. Hasil penelitian kami tahun pertama menunjukkan bahwa masyarakat

masih kurang memahami tentang pengaruh air sungai yang masam

terhadap kesehatan (karies) gigi dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang

ini kepada masyarakat. Menurut bapak cara yang efektif untuk

mensosialisasikan ini melalui apa? Mengapa demikian?

79. Kami menawarkan model penyadaran masyarakat untuk menggosok gigi

dengan air yang memenuhi standar kesehatan melalui pembentukan Kader

Kesehatan Gigi (KKG) yang berfungi memberikan pemahaman tentang

perawatan gigi termasuk penggunaan air yang memenuhi persyaratan

kesehatan untuk menggosok gigi, bagaimana pandangan bapak/Ibu?

80. Di Barito Kuala, sebenarnya sudah dibentuk kader kesehatan namun masih

belum menyentuh masalah kesehatan gigi. Menurut bapak/ibu, mengapa

hal ini terjadi? apa kendala-kendala yang dihadapi?

81. Menurut Bapak/Ibu, pengetahuan apa saja yang harus dikuasai oleh

seorang kader kesehatan gigi (KKG)?

82. Menurut Bapak/Ibu, siapa yang sebaiknya menjadi kader kesehatan gigi

(KKG)?

83. Mengapa mereka?

84. Menurut Bapak/Ibu sebaiknya KKG berada di wilayah adminsitratif apa?

85. Mengapa demikian?

86. Berapa orang yang dapat diangkat menjadi kader kesehatan gigi pada

masing-masing wilayah?

87. Menurut bapak/Ibu mekanisme apa sebaiknya digunakan untuk merekrut

KKG?

88. Menurut bapak/ibu, siapa yang bertanggung jawab terhadap kader

kesehatan gigi?

89. Mengapa demikian?

Page 145: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

145

90. Cara apa yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan gigi (KKG) untuk

promosikan kesehatan gigi?

91. Mengapa demikian?

92. Menurut Bapak/Ibu Perlukah KKG diberi gaji ? dalam bentuk apa? Dan

siapa yang menggaji?

93. Selain Pembentukan KKG, perlu juga dibuat slogan yang mendorong agar

masyarakat menggosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan

kesehatan. Menurut bapak slogan apa yang dapat menarik orang untuk

menggosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan?

-------- Terima Kasih --------

Page 146: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

146

Lampiran 6

Biodata Ketua Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Drg. Rosihan Adhani, S.Sos., MS

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19570708 198203 1 014

5 NIDN

6 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 8 Juli 1957

7 Email [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 0811517211

9 Alamat Kantor Jl. Veteran No. 128 B Banjarmasin

10 Nomor Telepon/Faks (0511)3255626/(0511)3255444

11 Lulusan yang telah dihasilkan

12. Mata Kuliah yang Diampu

Kesehatan Gigi Masyarakat

Perencanaan Kesehatan

Model Penjaminan Mutu Pelayanan Publik

Page 147: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

147

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama

Perguruan

Tinggi

Universitas

Airlangga

Universitas

Indonesia

Universitas 17

Agustus Surabaya

Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Kesehatan

Masyarakat Ilmu Administrasi

Tahun Masuk-

Lulus 1976 - 1981 1985 – 1988 2008 - 2012

Judul Skripsi –

Thesis

Kesehatan Gigi

Masyarakat

Metode Forecasting

Rice Perencanaan

Rumah Sakit

Kebijakan

Revitalisasi Pos

Yandu di Provinsi

Kalimantan Selatan

Nama

Pembimbing

Drg. Adi Hapsoro,

DTMH Dr Alex, DTMH

Prof. Dr. drg. Hj Ida

Ayu Brahmasari,

Dipl. DHE, MPA

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2011 Revitalisasi Pos Yandu di

kalimantan Selatan

Pemprov

Kalimantan

Selatan

25

Page 148: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

148

D. Pengalaman Pengabdian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian

Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2012 Pelayanan KB MOP Serentak

Terbanyak

Dinkes Prov

Kalsel

150

2 2013 Ceria dengan Gigi Sehat PSKG 20

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun

Terakhir

No Judul Artikel Imiah Volume/Tahun Nama Jurnal

1 Kebijakan Revitalisasi Posyandu di

Provinsi Kalimantan Selatan

2013 UNTAG

F. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada

Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan

Tempat

1 Dies Natalis Unlam Revitalisasi Pos Yandu dan

Pembangunan Kesehatan

2012

2 Wisuda Akbid Sari

Mulia

Peran Bidan dalam 2013, Banjarmasin

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

-

Page 149: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

149

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

-

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya

Dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis

Rekayasa Sosial

lainnya yang telah

diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respon

masyarakat

1 Perda No 04/2009

Sistem Kesehatan

Provinsi

2009 Kalimantan

Selatan

Baik

2 Perda No. 04/2012

Penyelenggaraan

Kesehatan

2012 Kalimantan

Selatan

Baik

3 Perda SDTK Rumah

Sakit Gigi dan Mulut

Banjarmasin

2013 Banjarmasin Baik

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari

pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

Page 150: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

150

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

01 Satya Lencana Karya Setya XX Presiden RI 2003

02 Alumni yang Sukses Berkarier FKG Unair 2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi

Page 151: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

151

Lampiran 7

Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) PRIYAWAN RACHMADI.,drg.,Ph.D.

2 Jenis Kelamin Laki Laki

3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19600418 1985 02 1 001

5 NIDN 0018046009

6 Tempat dan Tanggal Lahir Surabaya, 18 April 1960

7 Email [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 08123037990

9 Alamat Kantor Jl. Veteran 128 B. Banjarmasin

10 Nomor Telepon/Faks 0511-3255444

11 Lulusan yang telah dihasilkan Sarjana Kedokteran Gigi

12. Mata Kuliah yang Diampu

1. Biokompabilitas Bahan Ked. Gigi

2. Bahan restorasi resin Komposit

3. Bahan bonding kedok. Gigi

Page 152: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

152

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama

Perguruan

Tinggi

FKG

Universitas

Airlangga

HIROSHIMA

UNIVERSITYJAPAN,

GRADUATE

SCHOOL OF

DENTAL SCIENCE

HIROSHIMA

UNIVERSITYJAPAN,

GRADUATE

SCHOOL OF

DENTAL SCIENCE

Bidang Ilmu Kedokteran

Gigi Dental Material Dental Material

Tahun Masuk-

Lulus 1979 - 1984 1992 - 1994 1994 - 1996

Judul Skripsi –

Thesis

Pengaruh

Impaksi

Molar ketiga

Rahang

bawah

terhadap

perawatan

Ortodonsia

Thermoanalytical

Study on Curing

Performance and

Thermal

Decomposition in

Aromatic

Polyfunctional

Urethane Monomer

Mixture

Thermoanalytical

Study on Curing

Performance and

Thermal

Decomposition in

Aromatic

Polyfunctional

Urethane Monomer

Mixture

Nama

Pembimbing

Drg.

Pambudi R.,

Sp.Ort.

Prof. Masao Yamaki,

DDS, Ph.D

Prof. Masao Yamaki,

DDS, Ph.D

Page 153: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

153

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

-

D. Pengalaman Pengabdian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian

Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2011-

2012

Bakti Sosial PSKG II

Peningkatan Kesehatan Gigi

dan Mulut, Loksado

DIPA 20

f. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5

Tahun Terakhir

No Judul Artikel Imiah Volume/Tahun Nama Jurnal

1 Perbandingan Indeks Karies Gigi

Pada Wanita Usia Lanjut dengan

Menginang Dan Tanpa Menginang di

Kecamatan Lokpaikat Kabupaten

Tapin

I.1/Maret/2013 Dentino

2 Hubungan Frekuensi Menyikat

Dengan Tingkat kebersihan Gigi dan

Mulut Pelajar Madrasah Ibtidaiyah

Sullamul Khairiah

I.1/Maret/2013 Dentino

3 Perbedaan Tingkat Kebersihan Gigi

dan Mulut Antara Vegetarian dan

Non Vegetarian Di Vihara Maitreya

Banjarmasin

I.1/Maret/2013 Dentino

Page 154: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

154

g. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada

Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan Tempat

1 3rd Aceh Syiah

Kuala Dental

Meeting

The Evolution of Direct

Composite Restorations

Banda Aceh, 12-13 April

2013

h. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

halaman

Penerbit

1 Buku modul blok 4

Bahan kedokteran gigi

2011 - 2012 43 Halaman PSKG

UNLAM

2 Buku Petunjuk

Praktikum blok 4

Bahan kedokteran gigi

2011 - 2012 32 Halaman PSKG

UNLAM

3 Buku Skill lab blok 4

Bahan kedokteran gigi

2011 - 2012 27 Halaman PSKG

UNLAM

i. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

-

j. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya

Dalam 5 Tahun Terakhir

-

k. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari

pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

-

Page 155: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

155

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi

Page 156: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

156

Lampiran 8

Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Drg. Widodo

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19700501 200012 1 003

5 NIDN 0005017013

6 Tempat dan Tanggal Lahir Klaten, 1 Mei 1970

7 Email [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 0812518177

9 Alamat Kantor Jl. Veteran No. 128 B Banjarmasin

10 Nomor Telepon/Faks (0511)3255626/(0511)3255444

11 Lulusan yang telah dihasilkan

12. Mata Kuliah yang Diampu

Manajemen Kesehatan Gigi Masyarakat

Page 157: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

157

B. Riwayat Pendidikan

S-1

Nama Perguruan

Tinggi Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Kedokteran Gigi

Tahun Masuk-

Lulus 1989 – 1997

Judul Skripsi –

Thesis

Hubungan antara Kekuatan Gigi Otot Bibir dengan Posisi

Gigi Kaninusitas

Nama

Pembimbing

Drg. Wayan Ardhana dan

drg. Suparwatri

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

-

D. Pengalaman Pengabdian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian

Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2012 SLB Pembina

2 2013 RRI

Page 158: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

158

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun

Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Tahun Nama Jurnal

1 Hubungan antara Perilaku Kesehatan

Gigi dan Mulut dengan Angka Karies

Pada Pelajar MTsN Mulawarman

Banjarmasin

I/2013 Dentino

2 Perbandingan Prevalensi Karies Gigi

Molar Pertama Permanen SDN Tabing

Rimbah 1 di Kabupaten Barito Kuala

dengan SDI Al Hidayah di Kota

Banjarmasin

I/2013 Dentino

3 Efektivitas Ekstrak Metanol Getah

Batang Pisang maholi (Musa Paniculata)

terhadap Waktu Penyembuhan Luka

pada Mukosa Mulut Mencit Secara In

Vivo

I/2013 Dentino

4 Prevalensi Karies pada Pelajar SMPN 9

di Kecamatan Banjarmasin Tengah

I/2013 Dentino

F. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada

Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan

Tempat

1 Talksow Behel: Medis dan modis

Page 159: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

159

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

halaman

Penerbit

1 Manajemen kesehatan

Gigi Masyarakat

2012

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

-

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial

Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

-

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari

pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1 Medis Terbaik II Pemko Banjarbaru 2005

2 Medis Terbaik II Pemko Banjarbaru 2008

Page 160: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

160

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi

Banjarmasin

Page 161: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

161

Lampiran 9

Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Tutung Nurdiyana, S.Sos., M.A., M.Pd

2 Jenis Kelamin P

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19761021 200501 2 001

5 NIDN 0021107607

6 Tempat dan Tanggal Lahir Bojonegoro, 21 Oktober 1976

7 Email [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 081351262590

9 Alamat Kantor Kampus I FKIP Unlam Jl. Brigjend H.

Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin

10 Nomor Telepon/Faks

11 Lulusan yang telah dihasilkan

12. Mata Kuliah yang Diampu

Pengantar Antropologi

Masyarakat dan Kebudayaan Kalimantan

Kajian Gender

Psikologi Sosial

Page 162: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

162

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2

Nama

Perguruan

Tinggi

Universitas Airlangga Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Antropologi Sosial Antropologi

Tahun Masuk-

Lulus 1996 – 2002 2007 - 2009

Judul Skripsi –

Thesis

Pertunjukan Kesenian

Wayang Tengul di

Desa Sidobandung,

Bojonegoro, Jawa

Timu

Perempuan Pendulang intan di Pumpung

Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Nama

Pembimbing

Drs Tri Joko Sri

Haryono, MA Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2010 FKIP Unlam 1,5

2 2011 Peningkatan Kemampuan

Analisi Mahasiswa melalui

Pendekatan Kontekstual (CTL)

dalam pembelajaran Psikologi

Sosial pada mahasiswa semester

2 Program Studi Pendidikan

Sosiologi FKIP Unlam

Puslitjak 26,5

Page 163: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

163

D. Pengalaman Pengabdian dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian

Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2009 Sosialisasi tentang kesehatan

Reproduksi Perempuan di

masyarakat Nateh Kec. Batang

Alai Timur, Hulu Sungai

Tengah

FKIP Unlam 1,5

2 2010 Sosialisasi Pengolahan Sampah

Masyarakat Pesisir di Pulau

Kerayaan

FKIP Unlam 1,5

3 2010 Penyuluhan tentang Kekerasan

terhadap Perempuan di

Kalangan Generasi Muda OI

Banjarmasin

FKIP Unlam 1,5

4 2010 Sosialisasi dan Pelatihan Hidup

Sehat dalam menghadapi

Kompetisi SDM di kalngan

Pemulung TPA Basirih Kota

banjarmasin

FKIP Unlam 1,5

Page 164: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

164

D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun

Terakhir

No Judul Artikel Imiah Volume/Tahun Nama Jurnal

1 Wacana Politik tentang Demokrasi:

Suatu Studi Kualitatif Tentang Elit

dan Keterwakilan yang Adil di

Lembaga-Lembaga Politik

No 74 Th

XXVII Vol

Oktober/2009

Kalimantan

Scientiae

2 Perempuan dan Kerja Mendulang

Intan di Pumpung, Kalimantan

Selatan

Jilid 10,

Nomor 2.

November

2009

Wiramartas,

Jurnal Ilmu Sosial

Dan Pendidikan

FKIP Unlam,

3 Sunat Perempuan pada Masyarakat

Banjar di Kota Banjarmasin Sunat

Perempuan pada Masyarakat Banjar

di Kota Banjarmasin

Vol 3 No

1/Maret 2010

Jurnal Komunitas,

UNNES Semarang

4 Posisi dan Peran Perempuan dalam

Pendulangan Intan di Pumpung,

Kalimantan Selatan

Vol 38 No. 2/

Desember,

2011

Forum Ilmu

Sosial, FIS

UNNES

5 Pilihan Investasi Pendidikan dan

Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja

Volume 14,

No 1/ Mei

2012

Wiramartas PIPS

FKIP Unlam

6 Peningkatan Kemampuan Analisis

mahasiswa Melalui Pendekatan CTL

dalam pembelajaran Pengantar

Kependudukan

Jilid 27 No. 1/

Oktober 2012

Vidya Karya:

Jurnal pendidikan,

FKIP Unlam

E. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada

Pertemuan/Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

-

Page 165: LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN …eprints.ulm.ac.id/1822/1/8RA.pdflahan basah untuk membudayakan gosok gigi dengan air yang memenuhi persyaratan kesehatan dalam penanggulangan

165

F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

-

G. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

-

H. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial

Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir

-

I. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari

pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi