laporan akhir penelitian kerja sama · kelembagaan, sasaran penelitian ini juga meliputi pengurus...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR
Penelitian Kerja Sama
KAJIAN PERAN SERTA ORANG TUA/MASYARAKAT
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
TIM PENGUSUL
Ketua:
Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
Anggota:
1. Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd.
2. Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis.
3. Hervin Maulina, S.Pd., M.Sc.
4. Margaretha Karolina Sagala, S.T., M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ii
IDENTITAS
PENELITIAN KERJA SAMA
Judul Penelitian : Kajian Peran Serta Orang Tua/Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
b. NIP : 196003011985031003 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Pendidikan Fisika e. Nomor HP : 081379244667
f. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. b. NIP : 195610051983032002
c. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Anggota Peneliti (2)
a. Nama Lengkap : Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis. b. NIP : 198008112010121004
c. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Anggota Peneliti (3)
a. Nama Lengkap : Hervin Maulina, S.Pd., M.Sc. b. NIP : -
c. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Anggota Peneliti (4)
a. Nama Lengkap : Margaretha Karolina Sagala, S.T., M.Pd. b. NIP : -
c. Alamat Surel (e-mail) : [email protected] Lama Penelitian Keseluruhan : empat bulan
Bandarlampung, 17 Juli 2017
Menyetujui, Plt. Kepala Balitbangda Ketua Tim Peneliti
Kabupaten Lampung Tengah
I Gst Ny Suryana, M.Si. Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
NIP 196408081996101002 NIP 196003011985031003
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
IDENTITAS.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2 1.3 Sasaran Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.6 Luaran Hasil Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tri Pusat Pendidikan ............................................................................. 5
2.2 Orang Tua dan Masyarakat .................................................................... 7
2.3 Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan................................................. 9
2.4 Mutu Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat ........................................ 15
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Kajian Penelitian ................................................................. 19
3.2 Diagram Alur Tahapan Penelitian .......................................................... 20 3.3 Subyek dan Target Capaian Penelitian ................................................... 22
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 22 3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data ...................................... 23
3.5.1 Instrumen Penelitian .................................................................... 23 3.5.2 Teknik Analisis Data ................................................................... 30
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Lapangan ..................................................................... 33 4.2 Focus Group Discussion (FGD) Hasil Penelitian Lapangan .................... 37
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 45 5.2 Rekomendasi ........................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat dan peningkatan mutu sekolah merupakan dua hal yang tak dapat
dipisahkan karena salah satu prinsip yang ada dalam Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yaitu adanya partisipasi atau peran serta orang tua dan masyarakat
untuk meningkatkan mutu sekolah atau pendidikan. Namun selama ini peran serta
masyarakat, khususnya orang tua siswa, dalam penyelenggaraan pendidikan masih
sangat minim. Partisipasi masyarakat berupa dukungan pemikiran, moral, barang,
dan jasa kurang diperhatikan. Oleh karena itu, untuk memperbaikinya, perlu
dilakukan suatu upaya, antara lain dengan melakukan reorientasi penyelenggaraan
pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah.
Orang tua dan masyarakat memegang peranan penting dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan, terutama dalam mendidik moralitas/agama,
menyekolahkan anaknya, dan membiayai keperluan pendidikan anak-anaknya.
Orang tua dan masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik
dan mereka juga mempunyai kewajiban untuk mengembangkan serta menjaga
keberlangsungan penyelenggaraan proses pendidikan, sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB
IV yang di dalamnya memuat bahwasanya pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Orang tua dan masyarakat juga dapat terlibat dalam memberikan bantuan dalam
pembuatan gedung, area pendidikan, teknis edukatif seperti proses belajar
mengajar, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, mendiskusikan pelaksanaan
kurikulum, membicarakan kemajuan belajar, dan lain-lain. Banyak hal yang bisa
disumbangkan dan dilakukan oleh masyarakat untuk membantu terlaksananya
pendidikan yang bermutu, mulai dari menggunakan jasa pelayanan yang tersedia
sampai keikutsertaannya dalam pengambilan keputusan. Peran serta orang tua dan
2
masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah mencakup seluruh stakeholder
(orang tua, masyarakat, dan komite sekolah).
Untuk itu, berbagai kajian peran serta orang tua dan masyarakat untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang relevan, bermutu, berwawasan keadilan
dan pemerataan perlu terus dilakukan. Kajian ini akan memberikan masukan bagi
pengambil kebijakan dalam memberikan pemodelan peran serta orang tua dan
masyarakat dalam pendidikan yang lebih aktif sebagai realisasi dari bentuk
demokrasi pendidikan yang berkeadilan dan bermakna.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan tanggapan dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) tentang
Kajian Peran Serta Orang Tua dan Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah yang bertujuan untuk:
1. Memperoleh profil peran serta orang tua dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan
informasi, baik primer maupun sekunder.
2. Memperoleh profil peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan
informasi, baik primer maupun sekunder.
3. Memperoleh profil kinerja dewan pendidikan dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan
informasi, baik primer maupun sekunder.
4. Memperoleh profil kinerja komite sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan
informasi, baik primer maupun sekunder.
1.3. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini yaitu orang tua dan masyarakat yang terkait dengan
pendidikan dasar, meliputi pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang ada di pusat ibukota
kabupaten dan daerah pedalaman (sekitar pusat ibukota kabupaten). Secara
3
kelembagaan, sasaran penelitian ini juga meliputi pengurus dewan pendidikan dan
pengurus komite sekolah pada satuan pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kabupaten
Lampung Tengah.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan SD/MI dan SMP/MTs
yang ada di pusat ibukota kabupaten dan daerah pedalaman (sekitar pusat
ibukota kabupaten).
2. Mutu pendidikan yang dimaksud adalah nilai Ujian Nasional (UN) SD/MI
dan SMP/MTs di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017.
3. Peran serta orang tua dalam pendampingan, pendanaan, dan motivasi untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
4. Peran serta masyarakat dalam pendanaan, kinerja, dan pikiran untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
5. Peran serta dewan pendidikan dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan
program, dan pengelolaan SDM/anggaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
6. Peran serta komite sekolah dalam perencanaan sekolah, pengelolaan
sarana/prasarana, pemantauan pelaksanaan program, dan pengelolaan sumber
daya pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten
Lampung Tengah.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dalam jangka pendek, memberikan informasi tentang profil orang tua,
masyarakat, dan komite sekolah, serta kinerja dewan pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
2. Dalam jangka panjang, memperoleh model peran serta orang tua dan
masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Lampung
Tengah.
4
1.6. Luaran Hasil Penelitian
Luaran hasil penelitian ini adalah:
1. Profil peran serta orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan dasar di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan
informasi, baik primer maupun sekunder.
2. Profil peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar di
Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan informasi, baik primer
maupun sekunder.
3. Profil kinerja dewan pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar
di Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan informasi, baik primer
maupun sekunder.
4. Profil kinerja komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar di
Lampung Tengah yang didasarkan atas data dan informasi, baik primer
maupun sekunder.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tri Pusat Pendidikan
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 2 mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional yang bermutu, pendidikan
itu sendiri tidak hanya dapat dilakukan di satu lingkungan pendidikan formal,
melainkan di tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan pendidikam keluarga
(pendidikan informal), sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan
non formal). Dengan demikian diketahui bahwa tercapainya tujuan pendidikan
nasional yang bermutu akan dipengaruhi oleh tiga lingkungan pendidikan
tersebut. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut terkenal dengan istilah Tri Pusat
Pendidikan.
Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini
sebagaimana pendapat para ahli pendidikan, yakni Dr. M. J Langeveld, yang
mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yang mendukung tercapainya
pendidikan yang bermutu, yaitu: 1) keluarga, 2) negara, dan 3) gereja. Semenara
tokoh pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantoro mengemukakan
“System Tri Centra” dengan menyatakan: “Di dalam hidupnya anak-anak ada tiga
tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu
alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda”.
6
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, lahirlah istilah Tri Pusat Pendidikan yang
menurut UU No. 20 Tahun 2003 meliputi: a) pendidikan keluarga, b) pendidikan
sekolah, c) pendidikan masyarakat. Tiga tempat pergaulan atau lembaga
pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk
kepribadian serta tingkah laku anak. Secara rinci, pengertian dari masing-masing
pusat pendidikan tersebut adalah:
a) Keluarga adalah lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya suatu
perkawinan. Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan, orang
tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk
menyelenggarakan pendidikan terhadap anak-anaknya. Pendidikan yang
terjadi di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga
disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya
dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan tanpa adanya program
waktu. Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individu maupun
sosial. Oleh karena itu, keluarga adalah tempat pendidikan yang sempurna
untuk melangsungkan pendidikan ke arah penbentukan pribadi yang utuh.
b) Sekolah sebagai lembaga pendidikan telah ada sejak beberapa abad yang lalu,
yaitu pada zaman Yunani kuno. Kata sekolah berasal dari bahasa Yunani
“Schola” yang berarti waktu menganggur atau waktu senggang. Bangsa
Yunani kuno mempunyai kebiasaan berdiskusi guna menambah ilmu dan
mencerdaskan akal. Lambat laun usaha diselenggarakan secara teratur dan
berencana (secara formal) sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu
pengetahuan dan kecerdasan akal. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal
merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian
pendidikan dengan organisasi yang tersusun rapi, mulai dari tujuan,
penjejangan, kurikulum, administrasi dan pengelolaannya.
c) Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi seseorang, pandangan hidup, cita-cita
bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai
7
keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah
disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut
membantu menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga,
biaya, membantu pengembangan profesi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2.2. Orang Tua dan Masyarakat
Peran serta orang tua dalam menunjang mutu pendidikan sangatlah penting,
mengingat pendidikan yang bermutu memerlukan biaya yang cukup mahal,
karena untuk memperoleh mutu pendidikan yang tinggi, komponen-komponen
pendidikan tersebut harus sejalan. Peran serta orang tua merupakan keterlibatan
yang nyata dalam suatu sistem pendidikan. Peran serta dapat berupa gagasan,
kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan. Peran serta orang tua
sangat diperlukan, karena sekolah merupakan partner orang tua dalam
mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi peserta didik.
Terdapat tujuh jenis peran serta orang tua dalam pembelajaran, yaitu:
1. Hanya sekedar pengguna jasa pelayanan pendidikan yang tersedia. Misalnya,
orang tua hanya memasukkan anak ke sekolah dan menyerahkan sepenuhnya
kepada pihak sekolah.
2. Memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga, misalnya dalam
pembangunan gedung sekolah.
3. Menerima secara pasif apapun yang diputuskan oleh pihak yang terkait
dengan sekolah, misalnya komite sekolah.
4. Menerima konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan kepentingan
sekolah. Misalnya, kepala sekolah berkonsultasi dengan komite sekolah dan
orang tua murid mengenai masalah pendidikan, masalah pembelajaran
matematika, dan lain-lain. Dalam hal Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
hal yang keempat ini harus selalu terjadi.
5. Memberikan pelayanan tertentu. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan
mitra tertentu, seperti Komite Sekolah dan orang tua murid mewakili sekolah
8
bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan tentang
perlunya sarapan pagi sebelum sekolah, atau makanan yang bergizi bagi
anak-anak.
6. Melaksanakan kegiatan yang telah didelegasikan atau dilimpahkan sekolah,
misalnya meminta komite sekolah dan orang tua murid tertentu untuk
memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang pentingnya
pendidikan atau hal-hal penting lainnya untuk kemajuan bersama.
7. Mengambil peran dalam pengambilan keputusan pada berbagai jenjang.
Misalnya, orang tua siswa ikut serta membicarakan dan mengambil keputusan
tentang rencana kegiatan pembelajaran di sekolah, baik dalam pendanaan,
pengembangan, dan pengadaan alat bantu pembelajarannya.
Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 1992, peran masyarakat berbentuk:
1. Pendirian dan penyelenggaraan pendidikan melalui jalur pendidikan sekolah
atau jalur pendidikan luar sekolah di semua jenjang pendidikan, kecuali
jenjang pendidikan kedinasan.
2. Pengadaan dan pemberian tenaga pendidikan.
3. Pemberian bantuan tenaga ahli.
4. Pengadaan dana dan pemberian bantuan berupa wakaf, hibah, pinjaman,
beasiswa, dan bentuk-bentuk lain yang sejenis.
5. Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan
atau diselenggarakan pemerintah.
6. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
7. Pemberian kesepakatan untuk magang dan/atau latihan bekerja kepada
peserta didik.
8. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
9. Pemberian pelatihan manajemen bagi penyelenggara pendidikan dan
pengembangan pendidikan nasional.
9
10. Pemberian bantuan berupa pemikiran dan pertimbangan yang berkenaan
dengan penentuan kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan
pendidikan (Suryosubroto, 2012: 84).
Yang termasuk komponen masyarakat ialah orang tua siswa, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dunia usaha/dunia industri, dan lembaga sosial budaya. Peran serta
masyarakat dalam pendidikan berkaitan dengan: (1) Pengambilan keputusan, (2)
Pelaksanaan; dan (3) Penilaian. Peran serta dalam mengambil keputusan, misalnya
ketika sekolah mengundang rapat bersama komite sekolah untuk membahas
perkembangan sekolah, masyarakat yang dalam hal ini orang tua, anggota komite
sekolah, atau wakil dari dunia bisnis dan industri secara bersama-sama
memberikan sumbang saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan.
Berdasarkan keputusan yang telah disepakati, maka keputusan tersebut tentunya
dilaksanakan dalam menunjang pencapaian mutu pendidikan.
2.3. Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
Nama Komite Sekolah menurut ketentuan secara Nasional berlaku untuk tingkat
sekolah dan nama dewan pendidikan berlaku untuk tingkat sekolah dan nama
dewan pendidikan berlaku untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dalam
praktiknya, pemberian nama pun masih sangat terjadi kerancuan karena alasan
kabupaten/kota sudah otonomi daerah, jadi bebas menentukan nama sendiri
(Husnaini Usman, 2013: 508).
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1, Komite Sekolah/Madrasah adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas
sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 196 bagian keenam:
1. Komite Sekolah/Madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
10
2. Komite Sekolah/Madrasah menjalankan fungsinya secara mandiri dan
profesional.
3. Komite Sekolah/Madrasah memperhatikan dan menindaklanjuti terhadap
keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan.
4. Komite Sekolah/Madrasah dibentuk untuk satu satuan pendidikan atau
gabungan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
5. Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang dari 200 (dua ratus)
orang dapat membentuk Komite Sekolah/Madrasah gabungan dengan satuan
pendidikan lain yang sejenis.
6. Komite Sekolah/Madrasah berkedudukan di satuan pendidikan.
7. Pendanaan Komite Sekolah/Madrasah dapat bersumber dari:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah;
c. Masyarakat;
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikut; dan/atau
e. Sumber lain yang sah.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 197 tentang Anggota Komite:
1. Anggota Komite Sekolah/Madrasah berjumlah paling banyak 15 (lima belas)
orang, terdiri atas unsur:
a. Orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen);
b. Tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen); dan
c. Pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen).
2. Masa jabatan keanggotaan Komite Sekolah/Madrasah adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
3. Anggota Komite Sekolah/Madrasah dapat diberhentikan apabila:
a. Mengundurkan diri;
b. Meninggal dunia; atau
c. Tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap;
d. Dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Susunan kepengurusan Komite Sekolah/Madrasah terdiri atas ketua komite
dan sekretaris.
11
5. Anggota Komite Sekolah/Madrasah dipilih oleh rapat orang tua/wali peserta
didik satuan pendidikan.
6. Ketua komite dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipilih dari
dan oleh anggota secara musyawarah mufakat atau melalui pemungutan
suara.
7. Anggota, sekretaris, dan ketua Komite Sekolah/Madrasah ditetapkan oleh
kepala sekolah.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 198, dewan pendidikan dan/atau
komite sekolah/madrasah, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang:
1. Menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian
seragam, atau bahan pakaian seragam di satuan pendidikan;
2. Memuat biaya bimbingan belajar atau les dari peserta didik atau orang
tua/walinya di satuan pendidikan;
3. Mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung atau
tidak langsung;
4. Mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik baru secara langsung
atau tidak langsung; dan/atau
5. Melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritas satuan pendidikan
secara langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 205:
1. Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan
dan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan;
2. Hasil pengawasan oleh komite sekolah/madrasah dilaporkan kepada rapat
orang tua/wali peserta didik yang diselenggarakan dan dihindari kepala
sekolah/madrasah dan dewan guru.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1, dewan pendidikan adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli
pendidikan. Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 192:
12
1. Dewan pendidikan terdiri atas Dewan Pendidikan Nasional, Dewan
Pendidikan Provinsi, dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota.
2. Dewan pendidikan berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.
3. Dewan pendidikan menjalankan fungsinya secara mandiri dan profesional.
4. Dewan pendidikan bertugas menghimpun, menganalisis, dan memberikan
rekomendasi kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota terhadap keluhan,
saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan.
5. Dewan pendidikan melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik, laman,
pertemuan, dan/atau bentuk lain sejenis sebagai pertanggungjawaban publik).
6. Anggota dewan pendidikan terdiri atas tokoh yang berasal dari:
a. Pakar pendidikan;
b. Penyelenggaraan pendidikan;
c. Pengusaha;
d. Organisasi profesi;
e. Pendidikan berbasis kekhasan agama atau sosial-budaya;
f. Pendidikan bertaraf internasional;
g. Pendidikan berbasis keunggunalan lokal; dan/atau
h. Organisasi sosial kemasyarakatan.
7. Rekrutmen calon anggota dewan pendidikan dilaksanakan melalui
pengumuman di media cetak, elektronik, dan laman.
8. Masa jabatan keanggotaan dewan pendidikan adalah 5 (lima) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
9. Anggota dewan pendidikan dapat diberhentikan apabila:
a. Mengundurkan diri;
b. Meninggal dunia;
c. Tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap; atau
d. Dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
13
10. Susunan kepengurusan dewan pendidikan sekurang-kurangnya terdiri atas
ketua dewan dan sekretaris.
11. Anggota dewan pendidikan berjumlah gasal.
12. Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dipilih dari dan
oleh para anggota secara musyawarah mufakat atau melalui pemungutan
suara.
13. Pendanaan dewan pendidikan dapat bersumber dari:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah daerah;
c. Masyarakat;
d. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
e. Sumber lain yang sah.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 193:
1. Dewan pendidikan nasional berkedudukan di ibukota Negara;
2. Anggota dewan pendidikan nasional ditetapkan oleh Menteri;
3. Anggota dewan pendidikan nasional paling banyak berjumlah 15 (lima belas)
orang;
4. Menteri memilih dan menetapkan anggota dewan pendidikan nasional atas
dasar usulan dari panitia pemilihan anggota dewan pendidikan yang dibentuk
oleh Menteri;
5. Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengusulkan kepada
Menteri paling banyak 30 (tiga puluh) orang calon anggota dewan pendidikan
nasional setelah mendapatkan usulan dari:
a. Organisasi profesi pendidik;
b. Organisasi profesi lain; atau
c. Organisasi kemasyarakatan.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 194:
1. Dewan pendidikan provinsi berkedudukan di ibukota provinsi;
2. Anggota dewan pendidikan provinsi ditetapkan oleh gubernur;
14
3. Anggota dewan pendidikan provinsi berjumlah paling banyak 13 (tiga belas)
orang;
4. Gubernur memilih dan menetapkan anggota dewan pendidikan provinsi atas
dasar usulan dari panitia pemilihan anggota dewan pendidikan provinsi yang
dibentuk oleh Gubernur.
5. Panitia pemilihan sebagaimana dimaksdud pada ayat (4) mengusulkan kepada
Gubernur paling banyak 26 (dua puluh enam) orang calon anggota dewan
pendidikan provinsi setelah mendapatkan usulan dari:
a. Organisasi profesi pendidik;
b. Organisasi profesi lain; atau
c. Organisasi kemasyarakatan.
Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 195:
1. Dewan pendidikan kabupaten/kota berkedudukan di kabupaten/kota;
2. Anggota dewan pendidikan kabupaten/kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota;
3. Anggota dewan pendidikan kabupaten/kota berjumlah paling banyak 11
(sebelas) orang;
4. Bupati/Walikota memilih dan menetapkan anggota dewan pendidikan
kabupaten/kota atas dasar usulan dari panitia pemilihan anggota dewan
pendidikan kabupaten/kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota;
5. Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengusulkan
kepada Bupati/Walikota paling banyak 22 (dua puluh dua ) orang calon
anggota dewan pendidikan kabupaten/kota setelah mendapatkan usulan
dari:
a. Organisasi profesi pendidik;
b. Organisasi profesi lain; atau
c. Organisasi kemasyarakatan.
15
2.4. Mutu Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting guna menciptakan kualitas
sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Guna mewujudkan hal tersebut,
tidak terlepas dari peran pemerintah guna mewujudkan mutu pendidikan.
Tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan, tidak seluruhnya
dibebankan kepada pemerintah, melainkan dari berbagai dimensi, baik yang ada
di sekolah atau lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Townsend dan
Butterworth (1992: 35) yang tertuang dalam bukunya yang berjudul “Your Child’s
Scholl”, termuat sepuluh faktor penentu terwujudnya pendidikan yang berkualitas
dan bermutu, yaitu:
1) Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah,
2) Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf,
3) Proses belajar-mengajar yang efektif,
4) Pengembangan staf yang terprogram,
5) Kurikulum yang relevan,
6) Memiliki visi dan misi yang jelas,
7) Iklim sekolah yang kondusif,
8) Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9) Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan
10) Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara intrinsik.
Mutu pendidikan mencakup tiga hal, yaitu input, proses, dan output (Depdiknas,
2001: 5). Input meliputi segala sesuatu yang harus tersedia agar proses dapat
berlangsung. Proses perubahan yang mengintegrasikan input sekolah sehingga
menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan sehinggga siswa
termotivasi dan kemampuannya mampu teroptimalkan. Output meliputi kinerja
sekolah yang dapat diukur dari efektivitas, kualitas, efisiensi, inovasi,
produktivitas, dan moral kerja.
Dunia pendidikan tidak pernah terpisahkan dari kehidupan masyarakat di mana
selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman.
Apabila dunia pendidikan tidak membuka diri dengan kehidupan masyarakat,
16
maka dunia pendidikan akan jauh tertinggal bahkan tidak dapat mengikuti
perkembangan yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
antara dunia pendidikan dan masyarakat harus mempunyai hubungan timbal balih
sehingga keduanya akan menghasilkan sesuatu yang dapat berguna bagi kedua
pihak tersebut.
Seperti yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat 6, bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Ketiga yang memberikan penjelasan
mengenai Hak dan Kewajiban Masyarakat, pasal 8 menjelaskan bahwa
masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan, serta pasal 9 yang menjelaskan
bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penjelasan yang terdapat dalam Bab XV
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang membahas mengenai Peran Serta Masyarakat
dalam Pendidikan, Pasal 54 Ayat 1 menjelaskan peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa pemerintah
bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan, melainkan seluruh masyarakat yang terdiri dari perseorangan maupun
kelompok. Hal tersebut dipertegas oleh Mastuhu (2003: 168) y a n g
m e n y a t a k a n bahwa masyarakat juga merupakan kontrol mutu pendidikan
dan memberikan akreditasi mengenai kinerja dan mutu pendidikan yang
17
dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan, melalui penilaian
oleh stakeholders yang terdiri dari murid, orang tua, tokoh masyarakat, ilmuwan,
agamawan, industrialis, dan para pengguna jasa pendidikan terkait.
Pengertian peran serta masyarakat dalam hal ini adalah berbagai bentuk
keikutsertaan seseorang atau kelompok dalam upaya mendukung
penyelenggaraan program pendidikan. Keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan sangat penting artinya bagi peningkatan dan
kemajuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 1992 Tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional Bab
XI Pasal 2 dan 3 menjelaskan bahwa dengan tujuan mendayagunakan
kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, peran serta masyarakat berfungsi untuk ikut
memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan
nasional.
Penjelasan mengenai fungsi peran serta masyarakat juga terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 187 yang
menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan berfungsi
memperbaiki akses, mutu, daya saing, relevansi, tata kelola, dan akuntabilitas
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Peran serta masyarakat dalam
pendidikan dapat terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan kondisi
kultur masyarakat itu sendiri. Menurut Fasli Jalal (2002: 202), peran serta
masyarakat berarti pembuat keputusan menyarankan masyarakat terlibat dalam
bentuk saran, pendapat, barang, ketrampilan, bahan, dan jasa.
Secara terperinci bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan
termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 Tentang Peran Serta
Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 yaitu : a. Pendirian dan
penyelenggaraan satuan pendidikan; b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga
kependidikan; c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli; d. Pengadaan
18
dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan; e. Pengadaan
dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa sumbangan dan sejenisnya; f.
Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah; g. Pengadaan dan
pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan; h. Pemberian
kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja; i. pemberian bantuan manajemen
penyelenggaraan satuan pendidikan; j. Pemberian pemikiran dan pertimbangan
berkenaan dengan pendidikan; k. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam
kegiatan penelitian dan pengembangan; dan l. Keikutsertaan dalam program
pendidikan dan/atau penelitian. Secara ringkas bentuk-bentuk peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam bidang pendidikan yaitu 1) peran serta dalam
bentuk dana, 2) peran serta dalam bentuk tenaga, 3) peran serta dalam bentuk
barang, dan 4) peran serta dalam bentuk sumbangan pemikiran.
19
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Kajian Penelitian
Penelitian kajian peran serta orang tua/masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan merupakan tanggapan atas Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
disusun oleh Badan Penelitian dan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung
Tengah yang bertujuan untuk memperoleh profil peran serta orang
tua/masyarakat, Dewan Pendidikan, dan Komite Sekolah dalam meningkatkan
mutu Pendidikan Dasar pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama di Kabupaten Lampung Tengah. Diagram di bawah ini (Gambar 3.1),
menunjukkan landasan kajian penelitian yang dilakukan.
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Pendekatan Kajian
1. UU Sisdiknas No.20 tahun 2003
2. UU Sisdiknas No.32 tahun
2013 3. PP No. 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan 4. Permendikbud No.75 tahun
2016 tentang Komite Sekolah 5. KAK Balitbangda Kabupaten
Lampung Tengah tahun 2017
Peran Serta Orang Tua dan Masyarakat dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan
1. Profil peran serta orang tua dan masyarakat
2. Profil peran serta Dewan Pendidikan
3. Profil peran serta Komite Sekolah
Jenjang Penddiikan Dasar SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten
Lampung Tengah
20
3.2 Tahap Penelitian
Tahap penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Diagram Alur Tahapan Kegiatan penelitian
Secara rinci, alur tahapan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Rencana Teknis dan Kajian Pustaka
Tanpa revisi
revisi
Penyusunan rencana teknis dan kajian
literatur
Pengembangan Instrumen
Pengumpulan Data
Penyusunan Draf Awal
Laporan Pendahuluan
FGD
Profil peran serta orang tua dan masyarakat
Analisis SWOT Peran serta orang tua dan masyarakat
Implikasi dan Rekomendasi
peran serta orang tua dan
masyrakat
Penyusunan Laporan Akhir
Laporan Akhir
21
Pada tahap awal ini dilakukan diskusi tentang pengkajian literatur dan
pembuatan proposal pendahuluan sebagai tanggapan KAK (Kerangka Acuan
Kerja).
2. Pengembangan Instrumen
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya
adalah menyusun instrumen, dengan terlebih dahulu menyusun kisi-kisi
instrumen.
3. Penelitian Lapangan/Pengumpulan Data
Penelitian lapangan dilakukan ke beberapa sampel SD/MI dan SMP/MTs di
Pusat Ibukota Kabupaten Lampung Tengah dan daerah pedalaman (sekitar
pusat ibukota kabupaten). Dasar pemilihan ini adalah Prestasi sekolah dengan
sebaran kriteria daerah yang memiliki prestasi tinggi dan rendah di masing-
masing sampel daerah.
4. Penyusunan Draf Awal Laporan Pendahuluan: Profil peran serta orang tua
dan masyarakat, Dewan Pendidikan, dan Komite Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Lampung tengah.
5. Focused Group Discussion (FGD): Draf Awal Laporan Pendahuluan
FGD dilakukan untuk memperoleh masukan dari sekolah, masyarakat, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan serta Balitbangda di Kabupaten Lampung tengah
terkait hasil laporan pendahuluan.
6. Profil akhir peran serta orang tua dan masyarakat, Dewan Pendidikan, dan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Lampung Tengah
Profil ini diperoleh setelah melakukan revisi (jika ada) atas masukan yang
diberikan saat FGD.
7. Analisis SWOT: Analisis kekuatan (S), Kelemahan (W), Peluang (O) dan
ancaman (T) untuk mendapatkan rekomendasi dan implikasi peran serta
orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Kabupaten Lampung Tengah.
8. Rekomendasi dan implikasi peran serta orang tua dan masyarakat dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Lampung Tengah.
9. Penyusunan Laporan Akhir.
22
3.3 Subyek dan Target Capaian Penelitian
Untuk memperoleh data profil peran serta orang tua, masyarakat, dewan
pendidikan, dan komite sekolah, serta Draf model peran serta orang tua dan
masyarakat akan dikaji secara intensif oleh Subyek penelitian yang berasal
dari pakar pendidikan dari FKIP Universitas Lampung dan Balitbangda
Kabupaten Lampung Tengah. Adapun lokasi penelitian yang telah
dilakukan disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Daftar Lokasi Penelitian
No Kecamatan SD/SMP
1 Gunung Sugih 1. SDN 3 Gunung Sugih
2. SMPN 4 Gunung Sugih
2 Terbanggi Besar 1. SDN 7 Bandar Jaya 2. SD Bustanul Ulum
3. SMPN 3Terbanggi Besar 4. SMP Muhammadiyah Boarding School
(MBS) Poncowati
3 Kotagajah 1. SDN 1 Purworejo
2. SDIT Insan Mulia 3. SMPN 2 Kotagajah
4. SMP Wiratama Kotagajah
4 Seputih Agung 1. SDN Sendang Rejo 2 2. SMPN 1 Seputih Agung
3. SMP Bina Putra
5 Seputih Banyak 1. SDN 1 Tanjung Harapan
2. SMPN 1 Seputih Banyak 3. SMP Muhammadiyah
6 Kalirejo 1. SDN 1 Kalirejo
2. SD Fransiskus 3. SMPN 1 Kalirejo
4. SMP Muhammadiyah
Total 6 Kecamatan 20 SD dan SMP
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan, instrumen, dan teknik pengumpulan datanya sebagai
berikut:
1) Data berupa peran serta serta orang tua, masyarakat, dewan pendidikan, dan
komite sekolah, sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan
angket dan Depth Interview (DI).
23
2) Data SD/MI dan SMP/MTs di Pusat Ibukota Kabupaten Lampung Tengah
dan daerah pedalaman (sekitar pusat ibukota kabupaten), pemilihan sekolah
dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan observasi langsung
untuk memilih sekolah yang memiliki prestasi tinggi dan rendah, dengan
tingkat peran serta orang tua dan masyarakat yang tinggi dan rendah.
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data
3.5.1 Instrumen Penelitian
Deskripsi profil peran serta orang tua dan masyarakat terhadap mutu pendidikan,
didapatkan dengan teknik angket, responden diminta mengisi sejumlah informasi
sesuai pernyataan dalam lembar angket survei. Pernyataan dalam lembar angket
survei dimaksudkan untuk mengkoleksi informasi variabel suvei yaitu:
a. Peran serta orang tua terhadap mutu pendidikan.
b. Peran serta tokoh masyarakat terhadap mutu pendidikan.
c. Peran serta komite sekolah terhadap mutu pendidikan.
d. Peran serta dewan pendidikan terhadap mutu pendidikan.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Survei Peran Serta Orang Tua dan Masyarakat terhadap Mutu Pendidikan
No
(1)
Aspek Survei
(2)
Indikator
(3)
Prediktor
(4)
1 Peran Serta Orang Tua
1. Mendampingi atau
menemani anak
1. Mendampingi anak saat belajar di rumah,
terutama saat mengerjakan PR
2. Memberikan
fasilitas yang
dibutuhkan
2. Membelikan anak
peralatan sekolah 3. Membelikan LKS/
buku-buku yang untuk menunjang
prestasi anak agar lebih baik
3. Memberikan
motivasi
4. Memberikan semangat kepada
anak agar selalu giat belajar
5. Memberikan hadiah ketika anak mendapat
24
nilai baik 6. Mengajak jalan-jalan
anak untuk memberikan
semangat lebih supaya anak lebih
giat belajar di sekolah dan
mendapat nilai baik
4. Mengontrol dan
mengarahkan
7. Mengontrol nilai harian pada buku
anak 8. Mengontrol buku-
buku anak 9. Mengontrol PR yang
diberikan oleh guru di sekolah
10. Selalu mengarahkan anak ketika anak
mendapat nilai yang rendah atau tidak
mengerjakan PR 11. Membatasi kegiatan
anak dan mengarahkan agar
anak terus bermain hingga lupa waktu
belajarnya saat di rumah
2 Peran Serta Masyarakat
1. Partisipasi dalam
bentuk materi
1. Dalam bentuk sumbangan (tidak
mengikat) 2. Dalam bentuk iuran
(wajib) 3. Dalam bentuk
bantuan (subsidi silang)
2. Partisipasi tenaga
dan keterampilan
4. Memonitor kegiatan
5. Membantu kegiatan sekolah sesuai
dengan keahlian/keterampila
n yang dimiliki
3. Partisipasi buah
pikiran
6. Mampu memberikan
saran 7. Mampu mengajukan
pendapat 8. Memberikan
25
pengalaman dan pengetahuan
4. Partisipasi sosial 9. Memberikan
perhatian/peduli terhadap situasi dan
kondisi sekolah 10. Tanda kedekatan
dalam rangka memotivasi orang
lain untuk berpartisipasi
11. Pengelolaan qurban di sekolah
12. Bantuan bencana alam
5. Partisipasi pengambilan
keputusan
13. Mengikuti rapat pengembangan
sekolah atau terlibat dalam setiap forum
Peran Serta Dewan
Pendidikan
1. Pengambilan
keputusan
1. Mengidentifikasi
aspirasi masyarakat dalam bidang
pendidikan 2. Memberi masukan
kebijakan pendidikan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
3. Memberi pertimbangan kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dalam membuat keputusan
4. Memberikan rekomendasi
terhadap keputusan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota 5. Memberikan
masukan untuk mensosialisasikan
kebijakan dan program pendidikan di daerah
2. Pelaksanaan
program kurikulum,
6. Memantau
pelaksanaan program sekolah (Ujian
26
PBM, dan Penilaian Nasional, Penerimaan siswa
baru) 7. Memberikan
pertimbangan mengenai muatan
lokal kepada Dinas Pendidikan
8. Memberikan pertimbangan tentang
evaluasi pendidikan kepada Dinas
Pendidikan
3. Pengelolaan
Sumber Daya, SDM
Sarana dan
Prasarana,
Anggaran
1. Memberikan pertimbangan
mengenai kualitas guru
2. Memberikan pertimbangan
terhadap standar teknis sekolah
3. Memberikan pertimbangan
mengenai sumber-sumber anggaran
3 Peran Serta Komite 1. Perencanaan Sekolah
2. Mengidentifikasi Sumber Daya
Pendidikan (Guru, Sarana dan prasarana)
3. Memberikan masukan untuk
penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) 4. Ikut serta dalam
rapat RAPBS 5. Memberikan
pertimbangan perubahan RAPBS
6. Ikut mengesahkan RAPBS bersama
kepala sekolah
2. Pelaksanaan
Program, Kurikulum, PBM,
dan Penilaian
7. Memberikan
masukan terhadap proses pengelolaan
pendidikan di
27
sekolah 8. Memberikan
masukan terhadap proses pembelajaran
dan evaluasi pelaksanaan dan hasil
belajar 9. Mensosialisasikan
kebijakan dan program sekolah
kepada masyarakat 10. Menampung berbagai
masukan dan keluhan kebijakan program
terhadap sekolah
3. Pengelolaan Sumber Daya Pendidikan
a. SDM b. Sarana dan
Prasarana c. Anggaran
11. Mengidentifikasi potensi sumber daya
pendidikan 12. Memberi
pertimbangan tentang tenaga kependidikan
yang dapat diperbantukan di
sekolah 13. Memberikan
pertimbangan tentang sarana dan prasarana
yang dapat diperbantukan di
sekolah 14. Memberikan
pertimbangan terntang anggaran
yang dapat dimanfaatkan di
sekolah 15. Memantau kondisi
ketenagaan kependidikan di
sekolah 16. Membantu sekolah
dalam mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi
kekurangan guru di sekolah
17. Membantu sekolah dalam mobilisasi
28
tenaga kependidikan non guru untuk
mengisi kekurangan di sekolah
4. Pengelolaan Sarana
dan Prasarana
18. Memantau kondisi
sarana dan prasarana di sekolah
19. Membantu sekolah dalam mobilisasi
bantuan sarana dan prasarana sekolah
20. Mengkoordinasi dukungan sarana dan
prasarana dari luar (dunia usaha dan
dunia industri/dudi) 21. Mengevaluasi
pelaksanaan dukungan sarana dan
prasarana
5. Pengelolaan
Anggaran
22. Memantau
pengelolaan anggaran pendidikan di
sekolah 23. Membantu sekolah
memobilisasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah dari dudi.
24. Mengkoordinasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah
25. Mengontrol dan memberikan saran
dalam pengelolaan anggaran di sekolah
6. Mengontrol
perencanaan pendidikan di
sekolah
26. Mengontrol proses
pengambilan keputusan di sekolah
27. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah
28. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di
sekolah 29. Pengawasan terhadap
kualitas perencanaan
29
sekolah 30. Pengawasan terhadap
kualitas program sekolah
7. Memantau
pelaksanaan program sekolah
31. Memantau organisasi
sekolah 32. Memantau
penjadwalan program sekolah
33. Memantau alokasi anggaran untuk
pelaksanaan program sekolah
34. Memantau sumber daya pelaksana
program di sekolah 35. Memantau partisipasi
stakeholder pendidikan dalam
pelaksanaan program sekolah
8. Memantau output pendidikan
36. Memantau hasil ujian akhir
37. Memantau angka partisipasi sekolah
38. Memantau angka mengulang sekolah
39. Memantau angka bertahan di sekolah
Untuk mendapatkan informasi yang relatif rinci, setiap variabel dielaborasi
menjadi indikator-indikator dan setiap indikator dirumuskan prediktornya.
Berdasarkan prediktor yang dirumuskan selanjutnya dirumuskan pernyataan-
pernyataan angket. Semuanya merupakan urutan pengembangan instrumen dan
dituangkan dalam bentuk kisi-kisi pengembangan angket survei (Tabel 4.1).
Indikator-indikator yang dipakai dikembangkan dari beberapa sumber, peran
serta orang tua (Rahmawati, 2014), masyarakat (Hamijoyo, 2007: 21), dewan
pendidikan (Depdiknas, 2004), dan komite sekolah (Depdiknas, 2004).
30
3.5.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis untuk masing-masing data hasil penelitian dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Deskriptif Kuantitatif
Sugiyono (2012: 13) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, satu
variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain. Berdasarkan teori tersebut,
penelitian deskriptif kuantitatif merupakan data yang diperoleh dari sampel
populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan.
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran dan keterangan-keterangan mengenai peran serta orang
tua/masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten
Lampung Tengah.
2. Kuantitatif Tematik
Ciri analisis kuantitatif adalah selalu berhubungan dengan angka, baik angka
yang diperoleh dari pencacahan maupun penghitungan. Data yang telah
diperoleh dari pencacahan selanjutnya diolah dan disajikan dalam bentuk
yang lebih mudah dimengerti oleh pengguna data tersebut. Sajian data
kuantitatif sebagai hasil analisis kuantitatif dapat berupa angka-angka atau
gambar-gambar grafik.
3. Naratif
Clandinin & Connelly (2000) menjelaskan bahwa pendekatan naratif adalah
metode yang dimulai dengan melakukan studi pengalaman yang
diekspresikan dalam cerita yang disampaikan oleh individu. Penelitian naratif
digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan naratif dari cerita individu.
31
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Gunung Sugih. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 4.789,82 km2
dan berpenduduk sebanyak 1.239.096 jiwa
(tahun 2015). Kabupaten ini terletak sekitar 57,85 kilometer dari ibukota provinsi
Lampung, yaitu Kota Bandarlampung dan dapat ditempuh dari ibukota selama
sekitar 1,5 jam. Kabupaten ini dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di
Lampung sampai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1999
yang memecah kabupaten ini menjadi beberapa daerah lain sehingga luasnya
menjadi lebih kecil. Kabupaten Lampung Tengah dulunya meliputi Kabupaten
Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Metro. Sebelum tahun
1999, ibukota Lampung Tengah terletak di Metro, yang kemudian dimekarkan
menjadi kota otonom sendiri, maka setelah tahun 1999, pusat pemerintahan
Lampung Tengah dipindahkan ke Gunung Sugih. Kegiatan pemerintahan dengan
skala kabupaten dipusatkan di Gunung Sugih, sedangkan kegiatan perdagangan
dan jasa dipusatkan di Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar.
Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 28 kecamatan, yaitu Kecamatan Anak
Ratu Aji, Anak Tuha, Bandar Mataram, Bandar Surabaya, Bangun Rejo, Bekri,
Bumi Nabung, Bumi Ratu Nuban, Gunung Sugih, Kali Rejo, Kotagajah, Padang
Ratu, Pubian, Punggur, Putra Rumbia, Selagai Lingga, Sendang Agung, Seputih
Agung, Seputih Banyak, Seputih Mataram, Seputih Raman, Seputih Surabaya,
Terbangggi Besar, Terusan Nunyai, Trimurjo, Way Pengubuan, dan Way Seputih
(Gambar 4.1). Secara geografis, Kabupaten Lampung Tengah terletak antara
104o35’ sampai dengan 105
o50’ Bujur Timur dan antara 4
o30
’ – 4
o15’ Lintang
Selatan. Batas-batas daerah Kabupaten Lampung Tengah adalah:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Lampung Utara
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Lampung Selatan
c. Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro
d. Sebelah Barat : Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat
32
32
33
Tabel 4.1. Data SD/SMP di Kabupaten Lampung Tengah
Status Negeri Swasta Jumlah
SD/MI 686 37 723
SMP/Mts 77 127 204
Jumlah 763 164 927
Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan data pada penelitian ini dibagi menjadi
dua daerah, yaitu daerah kecamatan yang dekat (Gunung Sugih, Terbanggi Besar,
dan Kotagajah) dan jauh (Seputih Agung, Seputih Banyak, dan Kalirejo) dari
Pusat Ibukota Kabupaten Lampung Tengah. Total Sebanyak 20 sekolah yang
tersebar di lokasi penelitian yang terdiri dari 9 SD dan 11 SMP. Pengambilan data
di 20 sekolah tersebut dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa angket
yang terdiri atas tiga angket, yaitu angket peran serta orang tua, angket tokoh
masyarakat, dan angket komite sekolah. Selain itu, dilakukan juga pengambilan
data dengan menggunakan angket profil kinerja Dewan Pendidikan di Kantor
Dewan Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah.
4.1 Data Hasil Penelitian Lapangan
Angket peran serta orang tua (orang tua yang bukan termasuk anggota komite
sekolah) yang telah divalidasi terdiri atas empat indikator, yaitu: (1) Mendampingi
atau menemani anak, (2) Memberikan fasilitas yang dibutuhkan, (3) Memberikan
motivasi, dan (4) Mengontrol serta mengarahkan anak. Berdasarkan data analisis
hasil angket, dari keempat indikator memiliki kategori Tinggi. Namun masih
terdapat beberapa indikator indikator yang kosong atau bernilai rendah. Setelah
ditelusuri, ternyata hal ini disebabkan oleh sekolah yang menjadi lokasi penelitian
merupakan sekolah yang mewajibkan siswanya tinggal di asrama (boarding
school) sehingga tanggung jawab pengawasan anak berada di kepala asrama atau
pihak sekolah. Berdasarkan data catatan lapangan, dapat diketahui bahwa belum
adanya jam belajar masyarakat yang telah disepakati di daerah tempat mereka
tinggal. Selain itu, peran serta orang tua jika ditinjau dari sekolah yang berada di
kecamatan yang jauh dan dekat Ibukota Kabupaten Lampung Tengah tidak
berbeda, keduanya memiliki kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari analisis
keempat indikator peran serta orang tua yang harus dipenuhi, semuanya memiliki
34
kategori tinggi. Secara keseluruhan perbandingan peran serta orang tua dapat
dilihat pada Grafik 4.1.
Grafik 4.1. Peran Serta Orang Tua
Angket peran serta masyarakat dalam hal ini tokoh masyarakat ditujukan kepada
beberapa responden, yaitu aparatur desa, tokoh agama, tokoh dunia usaha, dan
dunia industri. Angket tersebut terdiri atas lima indikator yang dijadikan sebagai
tolak ukur peran serta masyarakat. Kelima indikator tersebut meliputi: (1)
Partisipasi dalam bentuk materi, (2) Partisipasi tenaga dan keterampilan, (3)
Partisipasi buah pikiran, (4) Partisipasi sosial, dan (5) Partisipasi pengambilan
keputusan. Berdasarkan hasil analisis data angket tiap indikator secara
keseluruhan, dapat diketahui bahwa indikator 1, yaitu partisipasi tokoh
masyarakat dalam bentuk materi, memiliki kategori “sedang”. Sementara untuk
keempat indikator lainnya memiliki kategori “tinggi”. Namun, jika dilihat dari
sudut pandang sekolah yang berada di kecamatan yang dekat dengan pusat
ibukota, partisipasi tokoh masyarakat memiliki kategori “tinggi” pada indikator 2
dan 4, sedangkan indikator 1 dan 3 memiliki kategori “sedang”. Selain itu, jika
ditinjau dari kecamatan yang jauh dari pusat ibukota kabupaten, hanya satu
indikator yang memiliki kategori “tinggi”, yaitu indikator 3 (partisipasi buah
pikiran), sedangkan indikator lain memiliki kategori “sedang”. Berdasarkan
temuan di lapangan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh daerah yang berada
35
dekat dengan pusat ibukota kabupaten menjadi pusat perkembangan usaha dan
industri, sehingga jumlah tokoh dunia usaha/dunia industri lebih banyak
dibanding yang jauh dari pusat kabupaten. Secara keseluruhan perbandingan
peran serta tokoh masyarakat dapat dilihat pada Grafik 4.2.
Grafik 4.2. Peran Serta Tokoh Masyarakat
Angket peran serta komite sekolah terdiri dari delapan indikator yang dijadikan
sebagai tolak ukur peran serta komite sekolah. Kedelapan indikator tersebut
adalah: (1) Perencanaan sekolah, (2) Pelaksanaan program, kurikulum, PBM, dan
penilaian, (3) Pengelolaan sumber daya pendidikan, (4) Pengelolaan sarana dan
prasarana, (5) Pengelolaan anggaran, (6) Mengontrol perencanaan pendidikan di
sekolah, (7) Memantau pelaksanaan program sekolah, dan (8) Memantau output
pendidikan. Berdasarkan hasil analisis data angket secara keseluruhan untuk tiap
indikator, dapat diketahui bahwa indikator kelima dan kedelapan, yaitu
pengelolaan anggaran dan memantau output pendidikan, memiliki kategori
“sedang”. Sementara indikator lainnya memiliki kategori tinggi. Namun, jika
dilihat dari sudut pandang sekolah yang berada di kecamatan, baik yang dekat
maupun jauh dari pusat ibukota memiliki peran serta komite sekolah dengan
kategori “sedang” untuk indikator ketiga dan kelima, sedangkan indikator lain
memiliki kategori “tinggi”. Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat satu sekolah
yang cukup kesulitan untuk mengumpulkan komite sekolah dan tokoh
masyarakat, sehingga tim peneliti harus langsung datang ke rumah tokoh
36
masyarakat. Secara keseluruhan perbandingan peran serta komite sekolah dapat
dilihat pada Grafik 4.3.
.
Grafik 4.3. Peran Serta Komite Sekolah
Angket peran serta Dewan Pendidikan terdiri atas tiga indikator yang dijadikan
sebagai tolak ukur peran Dewan Pendidikan. Ketiga indikator tersebut adalah: (1)
Pengambilan keputusan, (2) Pelaksanaan program kurikulum, PBM, dan
penilaian, dan (3) Pengelolaan sumber daya, SDM, sarana dan prasarana,
anggaran. Berdasarkan hasil analisis data angket tiap indikator, dapat diketahui
bahwa peran serta dewan pendidikan memiliki kategori “tinggi”. Hal ini dapat
tentunya dilatarbelakangi atas program kerja yang berkualitas yang telah dibuat.
Dewan Pendidikan Kabupaten Lampung tengah memiliki sembilan program
utama, yaitu budaya literasi, sekolah yang menyenangkan (implementasi
PAKEM), pendidikan keluarga, penguatan komite sekolah, Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS), Pramuka, Narkoba, pendidikan karakter, dan implementasi
Perbub No.15 tahun 2016. Berdasarkan catatan di lapangan, diketahui pula dewan
pendidikan berperan aktif dalam melakukan penguatan komite sekolah melalui
pemberian pertimbangan sumber-sumber anggaran sekolah yang langsung
ditujukan kepada Komite Sekolah.
37
4.2 Focus Group Discussion (FGD) Hasil Penelitian Lapangan
Focus Group Discussion (FGD) hasil penelitian mengenai Kajian Peran Serta
Orang Tua/Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Lampung
Tengah telah dilaksanakan di Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Balitbangda), Kotagajah, Lampung Tengah. Kegiatan ini dihadiri oleh semua
anggota tim peneliti, perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung
Tengah, Ketua dan Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Lampung Tengah,
perwakilan dari Pengawas, Kepala Sekolah, dan Komite Sekolah SD dan SMP.
FGD ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
menerima masukan-masukan guna penyempurnaan hasil penelitian.
FGD diawali dengan pemaparan hasil penelitian oleh Dr. Lilik Sabdaningtyas,
M.Pd. dan Dr. Undang Rosidin, M.Pd, dan dilanjutkan dengan sesi diskusi
bersama seluruh peserta FGD. Secara umum, berikut ini adalah beberapa
informasi dan masukan yang diterima saat FGD:
1. Dewan Pendidikan
Dewan Pendidikan memberikan beberapa masukan terkait kondisi SD dan SMP di
Lampung tengah
a. Membentuk paguyuban kelas bagi Orang Tua/Wali Murid Siswa SD dan
SMP yang ada di Kabupaten Lampung Tengah.
b. Smart Parenting, artinya menjadi orang tua yang baik dan benar, agar siswa
bisa termotivasi.
Beberapa hal yang mendukung hasil penelitian tentang baiknya peran serta Orang
Tua dalam pendidikan di Lampung Tengah:
a. Adanya tindak lanjut yang berkesinambungan atau Plan Do Check Action
(PDCA) terkait dengan siswa.
b. Adanya green school yang mulai nampak.
c. Adanya lomba baca Al-Quran oleh anak Lampung Tengah yang diadakan
oleh Pemda.
d. Adanya dukungan dari Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI).
e. Adanya keterlibatan Dewan Pendidikan dalam pendidikan dan menjadi mitra
Dinas Pendidikan).
38
Masukan yang diberikan oleh perwakilan dewan pendidikan selanjutnya dikaji
dan menjadi bahan masukan guna penyempurnaan laporan akhir, dalam hal ini
tentang rekomendasi tindak lanjut guna meningkatkan peran serta masyarakat
dalam meningkatkan pendidikan di Lampung Tengah.
2. Dinas Pendidikan
Beberapa masukan yang diberikan oleh perwakilan dari Dinas Pendidikan adalah:
a. Adanya harapan action plan sehingga lebih bermakna.
b. Perkuat alasan pengambilan jumlah sampel SD dan SMP yang menjadi
tempat penelitian.
c. Pengambilan keputusan akhir hasil penelitian mengenai tindak
lanjut/saran/masukan hendaknya mengacu kepada kebijakan yang telah dibuat
oleh Bupati Kabupaten Lampung Tengah.
d. Hasil peran serta Tokoh Masyarakat dalam hal ini diwakili oleh Tokoh
Agama, Dunia Usaha, dan Dunia Industri memiliki nilai sedang diperkirakan
disebabkan karena memang di daerah yang menjadi sampel penelitian, Dunia
Usaha dan Dunia Industrinya masih tergolong usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan hasil diskusi, telah dijelaskan bahwa pengambilan sampel sekolah
didasarkan atas saran dan masukan dari Dewan Pendidikan Lampung Tengah,
sehingga hasil penelitian yang diperoleh pun hanya berlaku untuk dua kategori,
yaitu daerah yang dekat dan jauh dari kabupaten. Hasil penelitian ini juga tidak
berlaku untuk menggambarkan secara menyeluruh mengenai peran serta orang
tua/masyarakat dalam meningkatkan pendidikan di Lampung Tengah.
4.3 Analisis SWOT antar-Komponen
Data SWOT diperoleh berdasarkan data angket yang diisi oleh beberapa
responden, di antaranya anggota dewan pendidikan, komite sekolah, kepala
sekolah, serta pengawas SMP dan SD. Pada tahap ini dilakukan analisis
antarkomponen, yang diutamakan pada dua strategi. Pertama, strategi Strenght
Opportunity (SO) dengan tujuan mempertemukan atau menggapai peluang-
peluang eksternal yang ada dengan kekuatan yang dimiliki. Kedua, strategi
39
Strenght Threath (ST) dengan tujuan untuk menghadapi totalitas ancaman dengan
menggunakan kekuatan yang ada.
1. Strategi Strenght-Opportunity (SO)
Strategi ini merupakan Comparative Advantages, yaitu pertemuan dua elemen
kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi dewan
pendidikan, komite sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk bisa meningkatkan
peran sertanya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Lampung Tengah. Hasil
rumusan Strategi SO yaitu:
a. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara dewan pendidikan dengan
komite sekolah dan internal sekolah atau sebaliknya.
b. Melakukan evaluasi dari implementasi setiap kebijakan atau program
pendidikan, dan menjadikannya feedback untuk menyempurnakan rencana
dan pelaksanaan kembali kebijakan dan program tersebut.
c. Meningkatkan peran serta dewan pendidikan sebagai lembaga yudikatif
dalam memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan dan program
pendidikan.
d. Sosialisasi peran serta atau tupoksi komite sekolah sebagai advisory agency,
supporting agency, dan controlling agency dalam mendukung pengembangan
mutu pendidikan.
e. Membentuk komite sekolah yang proporsional yang terdiri dari unsur orang
tua/wali murid, tokoh masyarakat, dan pakar pendidikan.
f. Melakukan siklus perencanaan-pelaksanaan-evaluasi secara
berkesinambungan dari implementasi sembilan program pendidikan unggulan
kabupaten Lampung Tengah.
g. Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran dalam pemanfaatan
teknologi untuk mendukung kegiatan belajar anak.
h. Membangun kerja sama untuk melibatkan DU/DI dan mendorong program
CSR perusahaan dalam membantu pengembangan sekolah di Lampung
Tengah.
i. Lebih mengintensifkan gerakan literasi dan learning community secara
menyeluruh.
40
j. Meningkatkan peran serta masyarakat, baik dalam bentuk gagasan maupun
bantuan material.
k. Memberlakukan jam belajar masyarakat, dengan mengkhususkan pada
waktu tertentu untuk belajar dan meniadakan kegiatan lain.
2. Strategi Strenght-Threath (ST)
Strategi ini juga sering disebut Mobilization, yaitu interaksi antara ancaman dan
kekuatan sehingga dewan pendidikan, komite sekolah, orang tua, dan masyarakat
dalam menjalankan tupoksinya harus melakukan upaya mobilisasi sumber daya
yang merupakan kekuatannya untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,
bahkan kemudian mengubah ancaman itu menjadi sebuah peluang. Hasil rumusan
Strategi ST yaitu:
a. Mendorong terbentuknya asosiasi guru-orang tua atau Parent Teacher
Association (PTA).
b. Mendorong keterlaksanaan model MBS dengan mekanisme hubungan kerja
internal sekolah, komite sekolah, dan masyarakat.
c. Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mengutamakan
keberlanjutan sekolah anak.
d. Memperbaiki sistem rekrutmen dan promosi penerimaan siswa baru dalam
rangka bina lingkungan.
e. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi sehingga tetap
memilih sekolah di Lampung Tengah.
f. Meningkatkan bimbingan kepada anak dalam penggunaan smartphone atau
gadget dan fasilitas internet.
3. Analisis Strategi Pengembangan Model Peran Serta dan Skala Prioritas
Berdasarkan hasil analisis strategi SWOT antarkomponen, selanjutnya disusun
skala prioritas dengan mengacu kepada Misi dan Program unggulan pendidikan
kabupaten Lampung Tengah sesuai dengan tingkat keeratan masing-masing
strategi pengembangan. Tinggi rendahnya tingkat keeratan (dukungan) tersebut
dinyatakan dalam skor, yaitu skor 4 jika sangat berpengaruh, skor 3 jika cukup
berpengaruh, skor 2 tidak berpengaruh, dan skor 1 jika sangat tidak berpengaruh.
41
Selanjutnya skor masing-masing komponen dijumlahkan, jika suatu strategi
tersebut sangat berpengaruh sekali, maka skornya maksimum yaitu 8 dan jika
sangat tidak berpengaruh, maka skornya minimum yaitu 2.
Hasil analisis strategi pengembangan ini selanjutnya dapat dijadikan pijakan
pemerintah daerah, dinas pendidikan, dan/atau Balitbangda kabupaten Lampung
Tengah dalam merencanakan program strategis pada tahap berikutnya sesuai
dengan urutan prioritasnya (Tabel 1). Strategi yang mempunyai skor tertinggi
merupakan strategi yang mempunyai prioritas tertinggi.
Tabel 4.2. Strategi Pengembangan Berdasarkan Skala Prioritas Hasil dari Analisis SWOT
No Strategi Pengembangan
SKOR
Tota
l
Ran
gk
Pri
orit
as
Misi PU
Daerah
1 Meningkatkan koordinasi dan
komunikasi antara dewan pendidikan dengan komite
sekolah dan internal sekolah atau sebaliknya.
4 4 8 1 1
2 Membentuk komite sekolah yang proporsional yang terdiri dari
unsur orang tua/wali murid, tokoh masyarakat, dan pakar
pendidikan.
4 4 8 1 2
3 Sosialisasi peran serta atau tupoksi komite sekolah sebagai
advisory agency, supporting agency, dan controlling agency
dalam mendukung pengembangan mutu pendidikan.
4 4 8 1 3
4 Melakukan siklus perencanaan-pelaksanaan-evaluasi secara
berkesinambungan dari implementasi sembilan program
pendidikan unggulan kabupaten Lampung Tengah.
4 4 8 1 4
42
No Strategi Pengembangan
SKOR
Tota
l
Ran
gk
Pri
orit
as
Misi PU
Daerah
5 Lebih mengintensifkan gerakan literasi dan learning comunity
secara menyeluruh.
4 4 8 1 5
6 Memberlakukan jam belajar
masyarakat, dengan
mengkhususkan pada waktu tertentu untuk belajar dan
meniadakan kegiatan lain.
4 4 8 1 6
7 Mendorong tumbuhnya kesadaran
masyarakat untuk mengutamakan keberlanjutan sekolah anak.
3 4 7 2 7
8 Meningkatkan bimbingan kepada
anak dalam penggunaan smartphone atau gadget dan
fasilitas internet.
3 4 7 2 8
9 Mendorong keterlaksanaan model
MBS dengan mekanisme hubungan kerja internal sekolah,
komite sekolah dan masyarakat.
3 4 7 2 9
10 Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi sehingga
tetap memilih sekolah di Lampung Tengah.
4 3 7 2 10
11 Membangun kerja sama untuk melibatkan DU/DI dan
mendorong program CSR perusahaan dalam membantu
pengembangan sekolah di Lampung Tengah.
4 3 7 2 11
12 Melakukan evaluasi dari
implementasi setiap kebijakan atau program pendidikan, dan
menjadikannya feedback untuk menyempurnakan rencana dan
pelaksanaan kembali kebijakan dan program tersebut.
4 3 7 2 12
43
No Strategi Pengembangan
SKOR
Tota
l
Ran
gk
Pri
orit
as
Misi PU
Daerah
13 Meningkatkan peran serta dewan pendidikan sebagai lembaga
yudikatif dalam memberikan pertimbangan dan rekomendasi
kebijakan dan program pendidikan.
3 3 6 3 13
14 Mendorong terbentuknya asosiasi
guru-orang tua atau Parent Teacher Association (PTA).
3 3 6 3 14
15 Memperbaiki sistem rekrutmen dan promosi penerimaan siswa
baru dalam rangka bina lingkungan.
3 2 5 4 15
16 Pembekalan pengetahuan,
keterampilan, dan kesadaran dalam pemanfaatan teknologi
untuk mendukung kegiatan belajar anak.
3 2 5 4 16
17 Meningkatkan peran serta masyarakat baik dalam bentuk
gagasan maupun bantuan material
3 2 5 4 17
Keterangan:
Misi (nomor 4) : (4) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan
sesuai potensi dan kearifan lokal.
Program Unggulan Daerah:
1) Gerakan Literasi Sekolah.
2) Sekolah yang Menyenangkan.
3) Pendidikan Karakter.
4) Pendidikan Keluarga.
5) Penguatan Komite Sekolah.
6) Kegiatan Pramuka.
7) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
8) Penanggulangan Narkoba di Sekolah.
44
9) Peraturan Bupati tentang Penerimaan Siswa Baru.
45
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Lapangan
a) Peran serta orang tua di SD dan SMP untuk semua indikator memiliki
kategori “Tinggi”.
b) Peran serta Tokoh Masyarakat di SD dan SMP memiliki kategori
“Sedang” untuk indikator 1 (partisipasi dalam bentuk materi) dan kategori
“Tinggi” untuk indikator lainnya.
c) Peran serta Dewan Pendidikan dalam menunjang pendidikan memiliki
kategori “Tinggi”.
d) Peran serta Komite Sekolah di SD dan SMP memiliki kategori “Sedang”
pada indikator 5 dan 8, sedangkan indikator 1, 2, 3, 4, 6, dan 7 memiliki
kategori “Tinggi”.
2. FGD Hasil Penelitian Lapangan
a) Dewan Pendidikan memaparkan beberapa fakta lapangan yang
mendukung hasil penelitian tentang tingginya peran serta masyarakat di
daerah sampel penelitian.
b) Dinas Pendidikan memberikan masukan terkait rekomendasi pengambilan
keputusan akhir hasil penelitian mengenai tindak lanjut/saran/masukan
hendaknya mengacu kepada kebijakan yang telah dibuat oleh Bupati
Kabupaten Lampung Tengah.
3. Hasil Analisis SWOT
a) Koordinasi dan komunikasi antara dewan pendidikan dengan komite
sekolah dan internal sekolah atau sebaliknya perlu ditingkatkan.
b) Peran serta dewan pendidikan sebagai lembaga yudikatif dalam
memberikan pertimbangan dan rekomendasi kebijakan dan program
pendidikan perlu ditingkatkan.
46
c) Peran serta atau tupoksi komite sekolah sebagai advisory agency,
supporting agency, dan controlling agency dalam mendukung
pengembangan mutu pendidikan perlu disosialisasikan.
d) Siklus perencanaan-pelaksanaan-evaluasi secara berkesinambungan dari
implementasi sembilan program pendidikan unggulan kabupaten Lampung
Tengah perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.
e) Adanya pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran dalam
pemanfaatan teknologi untuk mendukung kegiatan belajar anak yang perlu
ditingkatkan.
f) Kerja sama untuk melibatkan DU/DI dan mendorong program CSR
perusahaan dalam membantu pengembangan sekolah di Lampung Tengah
perlu dibangun.
g) Gerakan literasi dan learning community secara menyeluruh perlu
diintensifkan.
h) Peran serta masyarakat, baik dalam bentuk gagasan maupun bantuan
material, perlu ditingkatkan.
i) Jam belajar masyarakat di Lampung Tengah diberlakukan dengan
mengkhususkan pada waktu tertentu untuk belajar dan meniadakan
kegiatan lain.
j) Asosiasi guru-guru tua atau Parent Teacher Association (PTA) perlu
dibentuk.
k) Model MBS dengan mekanisme hubungan kerja internal sekolah, komite
sekolah, dan masyarakat perlu dilaksanakan.
l) Kesadaran masyarakat untuk mengutamakan keberlanjutan sekolah anak
perlu didorong dan ditumbuhkan.
m) Sistem rekrutmen dan promosi penerimaan siswa baru dalam rangka bina
lingkungan perlu diperbaiki.
n) Pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi sehingga tetap
memilih sekolah di Lampung Tengah perlu dilakukan.
o) Bimbingan kepada anak dalam penggunaan smartphone atau gadget dan
fasilitas internet perlu ditingkatkan.
47
5.2 Rekomendasi
Hasil analisis strategi pengembangan ini, selanjutnya dapat dijadikan pijakan
pemerintah daerah, dinas pendidikan, dan atau Balitbangda kabupaten Lampung
Tengah dalam merencanakan program strategis pada tahap berikutnya sesuai
dengan urutan prioritasnya (Tabel 4.1). Strategi yang mempunyai skor tertinggi
merupakan strategi yang mempunyai prioritas tertinggi.
48
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Fasli Jalal. 2002. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Adi Cita Karya Nusa.
Kemendikbud. 2011. Buku Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional. Jakarta:
Kemendikbud.
Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21. Yogyakarta: Safiria Insane Press.
PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang KomiteSekolah.
Rahmawati, Chandra Devi. 2014. Peran Orang Tuadan Guru dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Ma’Arif Patalan Bantul. Skripsi.
Suryosubroto. 2012. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (School Public
Relation). Jakarta: Rineka Cipta.
Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child’s Scholl. New York: A Plime
Book.
Usman, Husnaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Askara.
http://serikatmahasiswa.org/index.php/2015/09/17/tinjauan-ujian-nasional/diakses
tanggal 17 Juli 2017.
49
LAMPIRAN
50
ANALISIS SWOT
PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
4. Analisis Lingkungan Internal
S (Strengths/Kekuatan) W (Weaknesses/Kelemahan)
Peran Serta Dewan Pendidikan
Dewan pendidikan Lampung Tengah
sudah berperan dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat, memberikan
masukan, pertimbangan, rekomendasi serta mensosialisasikan pengambilan
keputusan/kebijakan program pendidikan.
Komunikasi dan koordinasi antara
dewan pendidikan dengan komite sekolah dan internal sekolah belum
optimal.
Dewan pendidikan sudah memantau
pelaksanaan program sekolah, kurikulum, proses belajar mengajar,
dan penilaian/evaluasi.
Dewan pendidikan baru sebatas pada
sosialisasi kebijakan atau program pendidikan, sedangkan evaluasi dari
implementasi kebijakan atau program masih banyak yang belum dilakukan.
Dewan pendidikan sudah memberikan pertimbangan mengenai pengelolaan
SDM berupa peningkatan kualitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran,
pertimbangan pengelolaan sarana dan prasarana, serta pertimbangan berkaitan
dengan anggaran dan sumber-sumber anggaran.
Keterlibatan dewan pendidikan dalam memberikan pertimbangan dan
rekomendasi kebijakan pendidikan masih belum optimal.
Peran Serta Komite Sekolah
Komite sekolah sudah melakukan tugasnya sebagai advisory agency
dalam mengakomodasi aspirasi orang tua dan masyarakat, memberikan
pertimbangan dan masukan dalam penyusunan RAPBS, dan pengelolaan
sumber daya pendidikan.
Sosialisasi peran serta komite sekolah belum optimal.
Komite sekolah sudah melakukan tugas sebagai pendukung (supporting agency)
dengan memberikan masukan terhadap pengelolaan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, mensosialisasikan kebijakan dan
program sekolah, serta menampung aspirasi masyarakat tentang masukan
dan keluhan terhadap implementasi program tersebut.
Peran komite sekolah masih sebatas pada kelengkapan sekolah, hal ini
terjadi pada beberapa sekolah.
Komite sekolah sudah melakukan Peran komite sekolah dalam
51
tugasnya sebagai controlling agency dalam memantau kondisi dan
membantu pengadaan sarana dan prasarana, memantau pengambilan
keputusan, memantau perencanaan, pelaksanaan dan hasil pendidikan di
sekolah.
mengkoordinasikan dukungan dari luar (seperti DU/DI) terhadap ketersediaan
sarana dan prasarana belum dilakukan secara optimal.
Keanggotaan komite sekolah kurang kompeten, kecenderungannya hanya
melibatkan orang tua/wali murid.
Komunikasi dan koordinasi antara
komite sekolah dengan masyarakat dan dewan pendidikan masih sangat jarang,
bahkan hampir tidak terjadi.
Peran serta komite sekolah dalam memantau angka partisipasi, angka
mengulang, dan angka bertahan di sekolah masih belum optimal.
Komite sekolah masih fokus pada pengumpulan dana untuk program fisik,
sedangkan untuk program akademik belum disentuh.
Komite dalam memantau anggaran
sekolah masih belum optimal.
Fungsi komite sekolah pada identifikasi
sumber daya pendidikan masih belum dilakukan secara optimal.
Peran Serta Masyarakat
Masyarakat sudah berkemauan untuk berpartisipasi dalam bentuk
sumbangan, iuran, dan bantuan material untuk pengembangan sekolah.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan, iuran dan bantuan
masih belum optimal.
Masyarakat sudah berkemauan dalam
berpartisipasi dalam menyumbangkan tenaga, ide/gagasan dan
keterampilannya untuk pengembangan sekolah.
Bentuk partisipasi masyarakat
cenderung pada bantuan secara material, sedangkan sumbangan
gagasan pengembangan sekolah masih belum terakomodir
Masyarakat sudah memiliki sikap sosial dengan peduli terhadap kondisi sekolah.
Tingkat kepedulian tokoh masyarakat (pamong, Dudi, orang kaya) terhadap
angka putus sekolah siswa kurang mampu belum terjadi.
Masyarakat sudah aktif mengikuti rapat
untuk pengembangan sekolah.
Implementasi gerakan literasi dan
komunitas belajar (learning comunity) belum nampak dilakukan oleh masyarakat.
Peran Serta Orang Tua
Orang tua / wali murid sudah mulai memiliki kesadaran dalam
Frekuensi orang tua / wali murid dalam mendampingi, menemani dan
52
mendampingi, menemani dan membimbing anak untuk belajar di
rumah
membimbing anak untuk belajar di rumah belum intensif (masih kadang-
kadang)
Orang tua / wali murid sudah memperhatikan anak dengan
memberikan fasilitas yang dibutuhkan anaknya untuk belajar
Fasilitas yang dibutuhkan anak untuk belajar belum diprioritaskan oleh orang
tua / wali murid dalam anggaran belanja rumah tangga
Orang tua / wali murid sudah memberikan perhatian kepada anaknya
ketika nilai atau prestasi belajarnya kurang memuaskan
Kurangnya orang tua / wali murid dalam memberikan reward atau hadiah
terhadap prestasi yang diraih anak
Orang tua / wali murid sudah memiliki
kesadaran dalam memberikan motivasi dan nasehat kapada anaknya agar selalu
giat belajar
Orang tua / wali murid sudah memiliki
kesadaran dalam memberikan motivasi dan nasehat kapada anaknya agar selalu
giat belajar
Mulai tumbuhnya kemauan orang tua /
wali murid dalam memberikan kontrol dan mengarahkan anak untuk
meluangkan waktu belajar
Orang tua / wali murid belum
menerapkan jam wajib belajar di rumah
Orang tua / wali murid sudah memperhatikan perlengkapan dan
peralatan sekolah yang di bawa anaknya, baik yang edukasi maupun
non edukasi
Belum adanya peraturan daerah tentang jam belajar masyarakat
5. Analisis Lingkungan Eksternal
O (Opportunities/Peluang) T (Threats/Ancaman)
Komponen Kebijakan
UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwasanya
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,
dan keluarga.
Kepedulian lembaga politik terhadap dunia pendidikan masih kurang.
Kepmendiknas Nomor 044/U/2002
yang kondusif bagi keterlibatan masyarakat dari perencanaan sampai
pada implementasi pengelolaan sekolah.
Belum dipahaminya dengan baik model
MBS dengan mekanisme hubungan kerja internal sekolah, komite sekolah
dan masyarakat.
Ada kejelasan hukum mengenai peran
serta dewan pendidikan komite dan masyarakat terhadap pengembangan
mutu pendidikan
Belum terbentuknya asosiasi guru-
orang tua atau Parent Teacher Association (PTA).
Implementasi prinsip-prinsip good
governance yang diwujudkan dalam pelaksanaan MBS.
Terdapat peraturan bupati tentang
53
sistem dan tata cara penerimaan siswa baru.
Terdapat sembilan program pendidikan
unggulan di kabupaten Lampung Tengah.
Diberlakukannya sistem zonasi dan bina lingkungan pada penerimaan
peserta didik baru.
Komponen Teknologi
Kemajuan TIK untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
Kurangnya kesadaran dalam
memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan edukasi.
Anak-anak tidak memiliki sikap skeptic
serta kritis terhadap kemajuan teknologi, sehingga menjadi pecandu
dari keberadaan dunia maya secara berlebihan.
Maraknya penggunaan teknologi (seperti android) untuk kegiatan non
edukasi.
Komponen: Kota/Kabupaten Pesaing
Belum semua kota/kabupaten
menerapkan gerakan literasi, sedangkan di Lampung Tengah sudah dimulai.
Kualitas pendidikan di kota atau
kabupaten lain lebih baik dan lebih maju.
Kecenderungan calon siswa yang
berkualitas memilih sekolah yang bermutu di kota yang lebih maju di luar
Lampung Tengah.
Komponen: Sosial Budaya
Jumlah siswa atau calon siswa semakin
meningkat.
Biaya operasional sekolah yang
semakin tinggi.
Rekrutmen tenaga kerja kabupaten
Lampung Tengah dengan mengutamakan putra daerah dan
berpendidikan tinggi.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan
mengutamakan keberlanjutan sekolah anak.
Terdapatnya beberapa perusahaan di kabupaten Lampung Tengah sehingga
memungkinkan untuk program Coorporate Social Responsibility
(CSR) untuk membantu pengembangan sekolah.
Kemampuan ekonomi masyarakat Lampung Tengah yang masih
menengah ke bawah.
54
KUNJUNGAN KE DEWAN PENDIDIKAN LAMPUNG TENGAH
55
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN GUNUNG SUGIH
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR
56
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN KALIREJO
57
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN SEPUTIH AGUNG
58
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK
59
PENGAMBILAN DATA DI KECAMATAN KOTAGAJAH
60
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) HASIL PENELITIAN
61