laporan akhir penelitian hibah ... - lemlit.unpas.ac.id

113
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI Tahun Anggaran 2015/2016 ANALISIS RESIKO BENCANA MULTI BAHAYA (MULTI HAZARD) DI KOTA BUKITTINGGI DAN ARAHAN MITIGASINYA TIM PENELITI DR. IR. FIRMANSYAH, MT. NIDN : 0404106501 (Ketua) JAJAN ROHJAN, ST., MT. NIDN : 431107002 (Anggota) DEDEN SYARIFUDIN, ST., MT. NIDN : 0430057604 (Anggota) Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI Tahun Anggaran 2015/2016

ANALISIS RESIKO BENCANA MULTI BAHAYA (MULTI HAZARD)

DI KOTA BUKITTINGGI DAN ARAHAN MITIGASINYA

TIM PENELITI

DR. IR. FIRMANSYAH, MT. NIDN : 0404106501 (Ketua)

JAJAN ROHJAN, ST., MT. NIDN : 431107002 (Anggota)

DEDEN SYARIFUDIN, ST., MT. NIDN : 0430057604 (Anggota)

Dibiayai oleh

Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DIKTI HIBAH BERSAING

1. Judul Penelitian : Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya

(Multi Hazard) di Kota Bukittinggi dan

Arahan Mitigasinya

2. Kode / Nama Rumpun Ilmu : 424 / Perencanaan Wilayah dan Kota

3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Firmansyah Ir., MT.

b. NIDN : 0404106501

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

e. Nomor HP : 08122301513

f. Alamat Surel : Komplek Kampung Padi, Kav. E-2, Jl. Cisitu

Indah VI, Dago, Bandung

[email protected]

4. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Jajan Rohjan, ST., MT..

b. NIDN : 431107002

c. Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan

5. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Deden Syarifudin, ST., MT..

b. NIDN : 0430057604

c. Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan

6. Lama Penelitian Keseluruhan : 2 (dua) Tahun

7. Penelitian Tahun Ke : I (Pertama)

8. Biaya Penelitian Keseluruhan :

9. Biaya Tahun Berjalan : - Diusulkan ke DIKTI : Rp. 50.000.000,00

- Dana Internal : Rp. 0,00

- Dana Intitusi Lain : Rp. 0,00

- Inkind : Rp. 0,00

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik

Universitas Pasundan

Bandung, November 2016

Ketua Peneliti

Dr. Ir. Yudi Garnida, MS.

NIPY 151 002 29

Dr. Ir. Firmansyah, MT.

NIPY 151 102 90

Menyetujui

Ketua Lembaga Penelitian Universitas Pasundan

Dr. Hj. Erni Rusyani Aziz, SE., MM.

NIP. 1962031991032001

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

ABSTRAK

Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang berada di

kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, gempa bumi,

kebakaran dan banjir. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan

aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok. Diperkirakan patahan ini bergeser

11 sentimeter per tahun. Kota ini juga dikelilingi oleh dua buah gunung berapi, yaitu Gunung

Singgalang dan Gunung Marapi.

Melihat potensi bencana yang dimiliki oleh Kota Bukittinggi, menjadikan hal tersebut

sebagai isu permasalahan yang harus dipertimbangkan dalam setiap perencanaan

pembangunan Kota Bukittinggi, karena bencana dalam bentuk apapun dapat terjadi kapan

saja dan dimana saja. Bencana tersebut ada juga yang datang dengan didahului oleh

peringatan namun ada juga yang datang secara tiba-tiba, sehingga diperlukan pengelolaan

bencana yang lebih sistimatis secara bersama-sama baik oleh pemerintah maupun oleh

masyarakat. Berdasarkan kondisi Kota Bukittinggi yang memiliki potensi bencana, maka

diperlukan studi yang dapat dijadikan masukan dalam upaya mengurangi resiko bencana.

Untuk mengurangi resiko tersebut, terlebih dahulu perlu diidentifikasi wilayah-wilayah yang

beresiko tinggi terhadap bencana gempa bumi, longsor, kebakaran dan banjir serta bagaimana

merumuskan implikasi resiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat

mengurangi resiko. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya dimana ada

3 (tiga) faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bencana yaitu faktor bahaya, kerentanan

dan ketahanan.

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu

perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose.

Selain itu untuk memperoleh tingkat kepentingan faktor-faktor resiko bencana digunakan

pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy

Process/AHP).

Kata Kunci: Resiko Bencana, Mitigasi Bencana, Bahaya (Hazard), Kota Bukittinggi

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Akhir pelaksanaan hibah

bersaing yang berjudul “Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di Kota

Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya.”

Peneliti menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat data/informasi yang diperoleh sangatlah terbatas. Untuk itu peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penyusunan laporan penelitian

ini dapat lebih baik di masa depan.

Semoga laporan kemajuan pelaksanaan penelitian yang disusun oleh penulis

dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pihak lain pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, November 2016

Peneliti

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3

1.3 Urgensi Penelitian ................................................................................ 5

1.4 Luaran (Output) Penelitian ................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup Wilayah ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Konsepsi Bencana Alam dan Bahaya Alam ......................................... 7

2.2 Faktor Bahaya ...................................................................................... 8

2.2.1 Bahaya Gempa Bumi .................................................................. 8

2.2.2 Bahaya Gerakan Tanah/Longsor ................................................. 9

2.2.3 Bahaya Kebakaran ....................................................................... 9

2.2.4 Bahaya Banjir .............................................................................. 9

2.3 Faktor Kerentanan ................................................................................ 10

2.4 Faktor Ketahanan/Kemampuan (Capacity) .......................................... 10

2.5 Mitigasi ................................................................................................. 10

2.6 Pengelolaan Resiko Bencana................................................................ 11

2.6 Studi Terdahulu dan Kondisi yang Ingin Dicapai ................................ 15

BAB III Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1 Tujuan .......................................................................................................... 18

3.2 Manfaat dan Urgensi Penelitian .................................................................. 18

3.2.1 Manfaat Penelitian .............................................................................. 18

3.2.2 Urgensi Penelitian .............................................................................. 18

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

iii

BAB IV Metodologi

4.1 Metode Studi ................................................................................ 20

4.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .................................................. 21

4.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 21

4.4 Metode Analisis ............................................................................ 21

BAB V Hasil dan Pembahasan

5.1 Gambaran Fisik Wilayah ............................................................. 24

5.1.1 Letak dan Kondisi Geografi ...................................................... 24

5.1.2 Kondisi Topografi ..................................................................... 24

5.1.3 Kondisi Curah Hujan ................................................................ 25

5.1.5 Kondisi Geologi ........................................................................ 29

5.2 Zonasi Kemampuan Fisik Berdasarkan Kondisi Geologi ........... 31

5.3 Profil Ancaman Bencana di Sumatera Barat ............................... 40

5.3.1 Gempabumi ............................................................................... 41

5.3.2 Longsor ..................................................................................... 41

5.3.3 Kebakaran ................................................................................. 42

5.4 Penggunaan Lahan ...................................................................... 47

5.5 Sosial Kependudukan .................................................................. 54

5.5.1 Kependudukan .......................................................................... 54

5.5.2 Kepadatan Penduduk ................................................................ 55

5.5.3 Struktur Penduduk .................................................................... 55

5.6 Sarana dan Prasarana ................................................................... 56

5.6.1 Sarana ........................................................................................ 56

5.6.2 Prasarana ................................................................................... 58

5.7 Transportasi ................................................................................. 62

5.8 Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana ...................... 63

5.9 Analisis Tingkat Resiko Bencana di Kota Bukittinggi ............... 65

5.9.1 Analisis Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi ....................... 65

5.9.2 Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ............................... 75

5.9.3 Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran ........................... 84

5.9.4 Analisis Tingkat Resiko Genangan Air .................................... 90

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

iv

5.9.5 Analisis Resiko Kebencanaan ................................................... 97

BAB VI Kesimpulan Dan Saran

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 99

6.2 Rekomendasi ............................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

v

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Resiko Bencana

Berdasarkan Jenis Bencana ............................................................. 23

Tabel V.1. Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi ................... 24

Tabel V.2. Kondisi Curah Hujan ...................................................................... 25

Tabel V.3. Kondisi Hidrologi Kota Bukittinggi ............................................... 29

Tabel V.4. Kondisi Geologi Kota Bukittinggi .................................................. 30

Tabel V.5. Klasifikasi Zona Fisik Kota Bukittinggi ......................................... 32

Tabel V.6. Zona Fisik dan Potensi Bahaya yang Ditimbulkan ......................... 32

Tabel V.7. Data Daerah Rawan Bencana Kota Bukittinggi Tahun 2014 ......... 38

Tabel V.8. Jenis penyebaran bencana pada Pronvinsi Sumatera Barat ............ 40

Tabel V.9. Distribusi Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi ............................. 49

Tabel V.10. Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi 2010-2014 .............................. 54

Tabel V.11. Rata-rata Kepadatan Penduduk ....................................................... 55

Tabel V.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin ............. 55

Tabel V.13. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan Di Kota Bukittinggi ..... 56

Tabel V.14. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Bukittinggi ....... 57

Tabel V.15. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Bukittinggi (Unit) .................. 57

Tabel V.16. Reservoir Produksi dan Distribusi .................................................. 60

Tabel V.17. Sistem Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan ................................. 63

Tabel V.18. Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana ......................... 64

Tabel V.19. Tingkat Bahaya Bencana Gempa Bumi .......................................... 67

Tabel V.20. Kerentanan Bencana Gempa Bumi ................................................. 69

Tabel V.21. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi ............................... 71

Tabel V.22. Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi .......................................... 72

Tabel V.23. Tingkat Bencana Longsor ............................................................... 76

Tabel V.24. Kerentanan Bencana Longsor ......................................................... 78

Tabel V.25. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi ............................... 80

Tabel V.26. Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ..................................... 82

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

vi

Tabel V.27. Analisis Bahaya Kebakaran ............................................................ 85

Tabel V.28. Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Kebakaran ......................... 86

Tabel V.29. Kapasitas Bencana Kebakaran ........................................................ 87

Tabel V.30. Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran ................................. 88

Tabel V.31. Titik Genangan Air Hujan .............................................................. 91

Tabel V.32. Tabel Kerentanan Genangan Air Kota Bukittinggi ........................ 93

Tabel V.33. Kapasitas Bencana Banjir ............................................................... 94

Tabel V.34. Tingkat Potensi Resiko Genangan Air ............................................ 95

Tabel V.35. Analisis Resiko Kebencanaan ......................................................... 97

Tabel VI.1 Lokasi Bencana dan Jenis Bencana ........................................ 99

Tabel VI.2 Arahan Mitigasi Bencana Berdasarkan Jenis Bencana .......... 100

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Geodinamika Sumatera Barat ......................................................... 1

Gambar 1.2 Peta Adminitrasi ............................................................................ 4

Gambar 2.1 Faktor Terjadinya Bencana ............................................................. 8

Gambar 2.2 Road Map Penelitian ....................................................................... 17

Gambar 4.1 Alur Kerangka Penelitian ................................................................ 22

Gambar 5.1 Peta Kemiringan Lahan .......................................................... 27

Gambar 5.2 Peta Zona Fisik ....................................................................... 34

Gambar 5.3 Peta Rawan Gempa Bumi ...................................................... 37

Gambar 5.4 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi

BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015 ......................... 43

Gambar 5.5 Peta Rawan Bahaya Longsor .................................................. 44

Gambar 5.6 Peta Rawan Bahaya Kebakaran .............................................. 44

Gambar 5.7 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi

BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015 ......................... 45

Gambar 5.8 Rekapitulasi Jumlah Korban Kejadian Bencana Yang

Berhasil Ditanggulangi ........................................................... 45

Gambar 5.9 Peta Rawan Genangan Banjir ................................................. 46

Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan ......................................................... 53

Gambar 5.11 Peta Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi .......................... 74

Gambar 5.12 Peta Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ..................... 83

Gambar 5.13 Peta Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran................. 89

Gambar 5.14 Peta Analisis Potensi Resiko Genangan Air ........................... 96

Gambar 5.15 Peta Analisis Multi Hazard ..................................................... 98

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang

berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi,

gempa bumi, kebakaran dan banjir. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di

sepanjang jalur patahan aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok.

Diperkirakan patahan ini bergeser 11 sentimeter per tahun. Kota ini juga dikelilingi

oleh dua buah gunung berapi, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kondisi

ini menyebabkan secara alamiah Kota Bukittinggi menghadapi bahaya gempa bumi

yang dapat memicu bencana gerakan tanah (RTRW Kota Bukittinggi Tahun 2010-

2030).

Gambar 1.1

Geodinamika Sumatera Barat

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 2

Saat ini, Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Peraturan Daerah tentang RTRW

Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030 telah menetapkan kawasan rawan bencana longsor

dan gempabumi. Adapun kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana

longsor dan gempabumi adalah kawasan Ngarai Sianok dengan luas total kawasan ±

263,19 Ha.

Wilayah Pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan

pertemuan 2 lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng

Indo-Australia. Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan

Bukittinggi. Kejadian gempa tersebut menimbulkan korban jiwa 8 orang meninggal

dunia dan mendatangkan kerugian yang sangat besar berupa harta benda serta

kerusakan infrastruktur di Kota Bukittinggi.

Gempa bumi yang terjadi 6 Maret 2007 turut memicu terjadinya longsor, yang

terjadi pada sempadan Ngarai Sianok sehingga menyebabkan beberapa rumah di

sekitarnya jatuh ke Lembah Ngarai Sianok. Dampak terbesar diderita wilayah

Kelurahan Belakang Balok dan Kelurahan Birugo (Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh), Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang dan Kayu Kubu (Kecamatan Guguak

Panjang) dan beberapa rumah pada runtuhan bukik bulek pada Kelurahan Campago

Guguak Bulek (Kecamatan Mandiangin Kota Selayan). (BPBD Kota Bukittinggi,

2014).

Penyebab kebakaran yang terjadi di Kota Bukittinggi lebih banyak dipicu oleh

bencana gempa bumi, faktor kesalahan manusia dan faktor cuaca. Gempa yang terjadi

terkadang sering menimbulkan konslet listrik dan pada akhirnya menyebabkan

kebakaran. Pada tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh

sebanyak 9 kejadian, Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan sebanyak 21 kejadian (BPBD Kota Bukittinggi, 2014).

Melihat potensi bencana yang dimiliki oleh Kota Bukittinggi, menjadikan hal

tersebut sebagai isu permasalahan yang harus diperimbangkan dalam setiap

perencanaan pembangunan Kota Bukittinggi, karena bencana dalam bentuk apapun

dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana tersebut ada juga yang datang

dengan didahului oleh peringatan namun ada juga yang datang secara tiba-tiba,

sehingga diperlukan pengelolaan bencana yang lebih sistimatis secara bersama-sama

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 3

baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) dan Arahan Mitigasinya di

Kota Bukittinggi, sehingga dapat memberikan panduan operasional pembangunan pada

kawasan-kawasan yang dianggap sebagai kawasan rawan bencana, yang pada akhirnya

akan menciptakan rasa aman, nyaman bagi penduduk Kota Bukittinggi untuk tinggal

dan beraktivitas.

1.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diketahui wilayah Kota Bukittinggi

secara potensial memiliki resiko bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi,

kebakaran dan banjir. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengurangi

resiko bencana tersebut. Untuk mengurangi resiko, perlu diketahui wilayah-wilayah

mana yang beresiko tinggi terhadap bencana tersebut. Untuk itu tujuan khusus yang

ingin di capai adalah:

1. Identifikasi faktor-faktor kawasan rawan bencana akibat dari bencana

longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir.

2. Identifikasi sub faktor dari faktor-faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa

bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan.

3. Identifikasi indikator untuk menilai sub-sub faktor bencana longsor/gerakan

tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan.

4. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator bencana

longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah

ditetapkan terhadap wilayah studi.

5. Analisis tingkat resiko bencana untuk setiap jenis bahaya (hazard), yaitu tingkat

resiko bencana gempa bumi, tingkat resiko bencana longsor, tingkat resiko

bencana kebakaran dan tingkat resiko bencana banjir.

6. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard).

7. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 4

Gambar 1.1

Peta Adminitrasi

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 5

1.3 Urgensi Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu usulan dalam memberikan arahan terhadap mitigasi

bencana di wilayah Kota Bukittinggi. Adapun urgensi dalam penelitian ini, mencakup

beberapa hal:

Pertama : Implikasi terhadap arahan pola ruang, khususnya pola permukiman

penduduk. Arahan mitigasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

terbentuknya zona-zona permukiman penduduk yang sesuai dengan

peruntukannya (di luar kawasan/zona rawan bencana).

Kedua : Implikasi terhadap arah kebijakan pembangunan daerah Kota Bukittinggi,

dimana hasil penelitian ini akan memberikan suatu rekomendasi terhadap

arahan kebijakan-kebijakan Kota Bukittinggi yang akan disusun

berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini.

Ketiga : Implikasi terhadap RTRW Kota Bukittinggi di masa mendatang, dimana

pelaksanaan pembangunan terkendala oleh adanya faktor bencana alam

yang membatasi ruang gerak dalam melakukan perencanaan di masa

depan. Penelitian ini akan memberikan arahan bagi terlaksananya rencana

tata ruang wilayah yang berkesinambungan sesuai dengan hasil

kajian/analisis yang telah di lakukan.

Keempat : Implikasi teoritis, hasil penelitian ini akan menambah khasanah keilmuan

khususnya dalam bidang perencanaan wilayah yang berbasis mitigasi

bencana serta arahan terhadap mitigasi bencana di wilayah Kota

Bukittinggi.

1.4 Luaran (Output) Penelitian

Luaran (output) penelitian adalah sebagai berikut:

1. Rumusan kebijakan untuk mengurangi tingkat resiko bencana yang dapat

digunakan sebagai masukan dalam evaluasi RTRW Kota Bukittinggi.

2. Publikasi ilmiah berupa Jurnal terakreditasi.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 6

1.5 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah kajian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya, terutama pada kawasan-kawasan yang

mempunyai dampak signifikan terhadap bencana. Luas Kota Bukittinggi ± 25,239

Km2 (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas Provinsi Sumatera Barat.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsepsi Bencana Alam dan Bahaya Alam

Awotona (1997) memberikan penjelasan mengenai bahaya alam (natural

hazard) sebagai berikut :

Natural hazards, as part of our environment, can occur anywhere. Earthquakes,

floods, volcanoes and violent weather variations, as well as other extreme

natural events, can trigger disaster when they interact with vulnerable

conditions (Awotona, 1997:1).

Bahaya alam merupakan suatu kondisi gejala alamiah, dimana alam melakukan

perubahan-perubahan untuk mencapai keseimbangannya. Bahaya alam tidak selalu

menimbulkan bencana alam tetapi bencana alam terjadi jika bahaya alam berada di

wilayah yang rentan terhadap bahaya alam tersebut.

Menurut UNDP (1992), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bencana

adalah sebagai beikut :

Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya suatu masyarakat, yang

menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap lingkungan, material dan

manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana

untuk menanggulanginya dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya

masyarakat itu sendiri. (UNDP, 1992 : 12).

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana memberikan pengertian bencana sebagai berikut :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bencana

merupakan sebuah peristiwa yang terjadi karena bertemunya ancaman dari luar

terhadap kehidupan manusia dengan kerentanan.

Faktor lain yang berkaitan dengan ”disaster” adalah kapasitas (capacities),

yaitu aspek-aspek positif dari situasi yang ada, yang apabila dimobilisasi dapat

mengurangi risiko (risk) dengan mengurangi ”vulnerability”. Mengurangi risiko dari

”natural hazard” dapat dideskripsikan sebagai mengurangi ”vulnerability” dan

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 8

meningkatkan ”capacity” (Awotona, 1997:150-151). Sanderson (1997:150)

menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bencana adalah sebagai

berikut lihat Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Faktor Terjadinya Bencana

Sumber : Sanderson (1998 : 150)

Dengan demikian, maka penting untuk diketahui mengenai kerentanan

(vulnerability) dan ketahanan sebagai salah faktor yang berpengaruh terhadap bencana

alam. Faktor bahaya merupakan faktor fisik dasar yang merupakan pemicu terjadinya

bencana. Faktor ini dapat dikatakan sebagai faktor “pengganggu” terhadap kota dan

wilayah. (Firmansyah, 1998:37).

2.2 Faktor Bahaya

2.2.1 Bahaya Gempa Bumi

Menurut Noor (2006), memberikan pengertian gempa bumi sebagai berikut:

Gempa bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat terlepasnya

energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi.

Gempa bumi dapat didefinisikan sebagai rambatan gelombang pada masa

batuan/tanah yang berasal dari hasil pelepasan energi kinetik yang berasal dari

dalam bumi. Sumber energi yang dilepaskan dapat berasal dari hasil tumbukan

lempeng, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan/tanah (Noor,

2006:136-137).

Menurut Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum

Mitigasi Bencana, memberikan pengertian mengenai gempa bumi sebagai berikut :

Gempa bumi adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi

yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik

(gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas, uap dan

lainnya) dari dalam bumi menuju ke permukaan, di sekitar gunung api, disebut

gempa bumi gunung api/vulkanik.

Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa gempa bumi

merupakan fenomena alam yang setiap saat dapat terjadi di permukaan bumi. Gempa

bumi menyebabkan guncangan atau getaran yang besarnya beragam. Besarnya

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 9

guncangan bumi beragam mulai dari yang sangat kecil sampai kepada guncangan yang

dahsyat, guncangan tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan

yang menimbulkan korban bagi penghuninya.

2.2.2 Bahaya Gerakan Tanah/Longsor

Menurut Kartasapoetra (2005), memberikan penjelasan mengenai pengertian

longsor adalah sebagai berikut:

Longsor/Erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau

kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai

akibat dari kegiatan manusia (Kartasapoetra, dkk, 2005). Sehubungan dengan

proses terjadianya erosi secara alamiah dan percepatan manusia, penyebab dan

faktor yang mempengaruhi besarnya laju erosi adalah iklim, tanah,

kewilayahan (topografi), tanaman penutup tanah (vegetasi) dan jenis kegiatan

manusia.

Menurut Asdak (2004), proses erosi terdiri dari tiga tahap berurutan yaitu:

Pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation) dan pengendapan

(sedimentation). Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan

yang jatuh ke permukaan tanah. Tetesan itu akan memukul permukaan tanah,

mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas.

2.2.3 Bahaya Kebakaran

Definisi kebakaran menurut Suprapto (2008) adalah adanya api yang tidak

dikehendaki. Peristiwa kebakaran terjadi diawali dengan pembakaran kemudian api

tersebut sudah tidak dapat terkendali dan mengancam keselamatan jiwa dan harta

benda (Suprapto dalam Sagala dkk, 2013:8).

2.2.4 Bahaya Banjir

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air

yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian

fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang

terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah

sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak

merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 10

2.3 Faktor Kerentanan

Tingkat kerentanan (vulnerability) adalah suatu hal penting untuk diketahui

sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya „bencana alami, karena

bencana baru akan terjadi bila „bahaya alam‟ terjadi pada „kondisi yang rentan‟, seperti

yang dikemukakan Awatona (1997:1-2): “…..Natural disaster are the interaction

between natural hazard and vulnerable condition”.

Menurut Awatona (1997), kerentanan merupakan karakteristik orang atau

kelompok dalam kaitan kapasitasnya untuk mengantisipasi dan bertahan dari dampak

bahaya.

“….Vulnerability as “the characteristics of a person or group in terms of their

capacity to anticipate, cope with, resist, and recover from the impact of natural

hazard” (Awatona, 1997 : 28).

Teori di atas menjelaskan bahwa kerentanan sebagai “karakteristik dari

seseorang atau kelompok pada istilah ketahanan/kemampuan mereka untuk

mengantisipasi, menanggulangi, menolak, pulih/sembuh dari dampak bahaya alam.

2.4 Faktor Ketahanan/Kemampuan (Capacity)

Faktor ketahanan adalah kemampuan untuk merespon atau mengatasi dampak

dari suatu bencana alam. Secara sederhana merupakan aspek postif suatu situasi yang

ada atau emergency response (Davidson, 1997). Dengan kata lain ketahanan adalah

aspek-aspek positif dari situasi yang ada untuk mengurangi resiko bahaya alam. Dalam

studi Firmansyah (1998:38) berdasarkan modifikasi Davidson (1997) ketahanan

terbagi menjadi 2 sub faktor, yaitu sumber daya (resources) dan mobilitas.

2.5 Mitigasi

Mitigasi merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk

mengurangi atau memperkecil ancaman bencana, terutama bila kegiatan pencegahan

tidak dapat dilaksanakan, sedangkan kesiapsiagan merupakan segala upaya dan

kegiatan pengenalan terhadap sumber bencana, penelaahan dan pengamatan bencana

serta tindakan kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman bencana sejak dini. Kegiatan

dan program yang berhubungan dengan mitigasi meliputi cara-cara atau tindakan

rekayasa dan konstruksi, pelaksanaan peraturan perundangan tentang bangunan,

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 11

perencanaan tata guna lahan, pembangunan infrastruktur yang jauh dari daerah

bencana, dan lain sebagainya.

Menurut Campanella dan Godschalk (2012:218), mitigasi mengacu kepada

tindakan sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi kerusakan dan korban cedera

dari bahaya alam:

“The term ”mitigation” has a long history in the field of emergency

management, where it refers predisaster actions to reduce damage and injury

from natural hazard, a definition that includes both adaptation and mitigation

measures.”

2.6 Pengelolaan Risiko Bencana

Letak geografis dan struktur geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah satu

negara yang subur, sangat berpotensi sekaligus rawan bencana, antara lain gempa

bumi, banjir, tanah longsor, badai, tsunami, kebakaran hutan dan lahan serta letusan

gunungapi. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap

tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih

berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya

kita menganggap bencana tersebut sebagai sebuah sesuatu hal yang memang harus

terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi kita.

Keragaman sosial budaya, etnis, agama, kepercayaan, serta kondisi ekonomi dan

politik merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Namun kemajemukan ini sekaligus

berpotensi menjadi pemicu dan bahkan sumber bencana, berupa konflik horisontal

maupun konflik vertikal. Pada akhirnya konflik tersebut menimbulkan kerusakan dan

kerugian material, bahkan korban jiwa, serta mengakibatkan terjadinya pengungsian

besar-besaran dan terganggunya kehidupan sosial ekonomi rakyat.

Sampai sekarang kita belum mampu secara tuntas menghilangkan risiko bencana

akibat fenomena itu. Tetapi perbedaan kemampuan kita mengenali, memahami dan

mensikapi bahaya fenomena yang beresiko itulah yang membuat besaran risiko yang

mengena pada diri kita berbeda. Semakin kita mengenali dan memahami fenomena

bahaya itu dengan baik, maka kita semakin dapat mensikpinya dengan lebih baik.

Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan

dapat memperkecil risiko bencana yang mengena pada kita.

Bencana seringkali dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi, cenderung diterima

apa adanya sebagai sebuah takdir. Saat bencana terjadi, hampir seluruh aktor

mencurahkan tenaga dan pikiran untuk melakukan tindakan gawat darurat bagi korban

bencana. Selanjutnya, kita disibukkan berbenah melakukan rehabilitasi maupun

rekontruksi. Berbagai pengelolaan bencana yang terlah kita lakukan jelas sesuai dan

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 12

bukan tanpa alasan. Kita melakukan tindakan darurat karena memang begitu banyak

korban yang memerlukan pertolongan. Kita perlu melakukan rehabilitasi dan

rekontruksi berbagai infrastruktur yang rusak oleh bencana, agar bisa menjalankan

rutinitas hidup kita secara normal. Dan, siklus itu selalu saja kita lakukan.

Pengurangan risiko total merupakan pada dasarnya adalah menerapkan prinsip kehati-

hatian pada setiap tahapan manajemen risiko bencana (disaster risk management).

Manajemen risiko bencana merupakan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan

penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Manajemen

risiko bencana merupakan suatu kerangka kerja konseptual berfokus pada pengurangan

ancaman dan potensi kerugian dan bukan pada pengelolaan bencana dan

konsekuensinya. Manajemen risiko bencana bertujuan untuk mengembangkan suatu

“budaya aman” dan menciptakan “komunitas yang tahan bencana”.

Prinsip kehati-hatian dimulai dari mencermati setiap bagian kegiatan yang berpotensi

menjadi ancaman terhadap keberadaan aset penghidupan dan jiwa manusia. Ancaman

tersebut perlahan-lahan maupun tiba-tiba akan berpotensi menjadi sebuah bencana,

sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan lingkungan. Kejadian

ini terjadi di luar kemampuan adaptasi masyarakat dengan sumber-dayanya. Berkenaan

dengan hal tersebut maka perlu dipahami potensi risiko yang mungkin muncul, yaitu

besarnya kerugian atau kemungkinan hilangnya (jiwa, korban, kerusakan dan kerugian

ekonomi) yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu

tertentu. Resiko biasanya dihitung secara matematis, merupakan probabilitas dari

dampak atau konsekwesi suatu bahaya. Jika potensi risiko pada pelaksanaan kegiatan

jauh lebih besar dari manfaatnya, maka kehati-hatian perlu dilipat-gandakan. Upaya

mengurangi kerentanan yang melekat, yaitu sekumpulan kondisi yang mengarah dan

menimbulkan konsekwensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) yang berpengaruh

buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana, misalnya:

menebang hutan, penambangan batu, membakar hutan.

Siklus penanggulangan bencana perlu dilakukan secara utuh. Upaya pencegahan

(prevention) terhadap munculnya dampak adalah perlakuan utama. Untuk mencegah

banjir maka perlu mendorong usaha masyarakat membuat sumur resapan, dan

sebaliknya mencegah penebangan hutan. Agar tidak terjadi kebocoran limbah, maka

perlu disusun safety procedure dan kontrol terhadap kepatuhan perlakuan. Walaupun

pencegahan sudah dilakukan, sementara peluang adanya kejadian masih ada, maka

perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi (mitigation), yaitu upaya-upaya untuk

meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Ada 2 bentuk mitigasi, yaitu

mitigasi struktural berupa pembuatan infrastruktur pendorong minimalisasi dampak,

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 13

serta mitigasi non struktural berupa penyusuan peraturan, pengelolaan tata ruang dan

pelatihan.

Usaha-usaha di atas perlu didukung dengan upaya kesiapsiagaan (preparedness), yaitu

melakukan upaya untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-

langkah yang tepat, efektif dan siap siaga. Di dalam usaha kesiapsiagaan ini juga

dilakukan penguatan sistem peringatan dini (early warning system), yaitu upaya untuk

memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Upaya

ini misalnya dengan membuat perangkat yang akan menginformasikan ke masyarakat

apabila terjadi kenaikan kandungan unsur yang tidak diinginkan di sungai atau sumur

di sekitar sumber ancaman. Pemberian peringatan dini harus (1) menjangkau

masyarakat (accesible), (2) segera (immediate), (3) tegas tidak membingungkan

(coherent), (4) bersifat resmi (official)

Pada akhirnya jika bencana dari sumber ancaman terpaksa harus terjadi, maka tindakan

tanggap darurat (response), yaitu upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian

bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dan mengurangi dampak

lebih besar, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda. Secara sinergis

juga diperlukan bantuan darurat (relief), yaitu upaya memberikan bantuan berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa : pangan, sandang, tempat tinggal

sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.

Agar dampak tidak berkepanjangan maka proses pemulihan (recovery) kondisi

lingkungan dan masyarakat yang terkena dampak / bencana, dengan memfungsikan

kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan bukan

sekedar memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar

puskesmas, dll) tetapi termasuk fungsi-fungsi ekologis. Upaya tersebut, dalam jangka

pendek umumnya terdiri dari usaha rehabilitasi (rehabilitation), yaitu upaya untuk

membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial

penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian dan fungsi ekologis setelah

bencana terjadi. Penyelesaian masalah lingkungan sejauh ini hanya melakukan

tindakan fisik ini, yang umumnya belum menyentuh rehabilitasi fungsi ekologis.

Selanjutnya rekonstruksi (reconstruction) merupakan upaya jangka menengah dan

jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan

kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Dilihat dari waktu terjadinya, ancaman dapat muncul secara tiba-tiba dan tidak

terduga; ancaman berangsur, terduga dan dapat dicermati; dan ancaman musiman yang

datang setiap perioda waktu tertentu. Ancaman yang muncul secara tiba-tiba

cenderung akan menimbulkan bencana tiba-tiba (misal, banjir bandang). Demikian

pula ancaman yang berangsur dan musiman, cenderung menyebabkan bencana

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 14

berangsur (misal, banjir kiriman) dan musiman (misal banjir pasang surut dan

genangan). Status ancaman ini sangat tergantung dari kapasitas individu maupun

komunitas dalam sistem peringatan dini. Artinya, ancaman yang dimaknai mendadak

oleh satu individu atau komunitas, merupakan kecenderungan untuk individu atau

komunitas lain yang mempunyai sistem peringatan dini baik.

Setiap individu, komunitas maupun unit sosial yang lebih besar mengembangkan

kapasitas sistem penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka

pendek yang disebut mekanisme penyesuaian atau yang lebih jangka panjang yang

dikenal sebagai mekanisme adaptasi. Mekanisme dalam menghadapi perubahan dalam

jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup dasar :

keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk sumber-

sumber kehidupan.

Bencana akan mereduksi kapasitas komunitas dalam menguasai maupun mengakses

aset penghidupan. Di beberapa peristiwa bencana seluruh kapasitas dan aset tersebut

hilang sama sekali. Reduksi kapasitas itu pula yang memungkinkan bencana cenderung

akan hadir berulang di suatu kawasan dan komunitas. Di sisi lain, kapasitas komunitas

dalam mengelola risik bencana sangat tergantung pada aset kehidupan yang

dimilikinya.

Menurut konsep penghidupan berkelanjutan ada lima aset penghidupan dimiliki oleh

setiap individu atau unit sosial yang lebih tinggi di dalam upayanya mengembangkan

kehidupannya yaitu:

modal kapital, modal yang dimiliki manusia, antara lain keterampilan,

kemampuan bekerja, dan kesehatan;

modal sosial, kekayaan sosial yang dimiliki komunitas seperti jaringan dan

keterikatan hubungan berdasarkan kepercayaan;

Modal alam dan lingkungan: adalah persediaan sumber daya alam seperti

tanah, air, kualitas udara, perlindungan terhadap erosi;

Modal fisik dan buatan adalah infrastruktur dasar dan memproduksi barang-

barang yang dibutuhkan seperti transportasi, bangunan tempat tinggal yang

aman, sanitasi dan persediaan air yang memadai, akses terhadap komunikasi;

Modal finansial, adalah sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh

komunitas untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupannya, seperti persediaan

uang dan barang.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 15

2.7 Studi Terdahulu dan Kondisi yang Ingin Dicapai

Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi penelitian yang

diusulkan, terutama yang berkaitan dengan Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya

(Multi Hazard) dan Arahan Mitigasinya. Sehingga penelitian yang diusulkan

merupakan suatu model dari penyempurnaan penelitian sebelumnya, dan dapat

menggambarkan road map mengenai studi bencana yang merupakan bagian dari

manajemen kota dan wilayah. Studi-studi tersebut antara lain yaitu:

A. Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Tindakan

Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi (Firmansyah, Oki

Oktariadi, Erwin Triokmen, 2008)

Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan suatu wilayah pesisir selatan

Jawa Barat dan berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia

dan dilalui oleh sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona sumber gempa.

Kondisi ini menyebabkan Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi secara potensial

memiliki risiko bencana gempa bumi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk

mengurangi risiko bencana gempa bumi.

B. Penentuan Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung Gamalama Pulau

Ternate Provinsi Maluku Utara (Firmansyah, Oki Oktariadi, Ruddy Abdul

Rahman, 2010)

Pulau Ternate yang dibentuk oleh Gunung Gamalama terletak di atas jalur

penunjaman (subduction zone) yang miring ke timur dengan sudut yang kecil.

Kondisi ini menyebabkan wilayah Kota Ternate memiliki resiko bencana letusan

gunung api. Oleh karena itu, diperlukan upaya penelitian guna mengurangi resiko

bencana letusan gunung api. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian

ini adalah perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta

metode superimpose. Selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara

beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor

lainnya dalam menentukan bobot terhadap resiko bencana letusan gunung api

digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik

(Analytical Hierarchy Process).

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 16

C. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Mitigasi

Bencana di Wilayah Kota Bengkulu (Firmansyah, Budi H. Pirngadie, Oki

Oktariadi, 2014)

Letak Kota Bengkulu yang berepisentrum di pertemuan lempeng tektonik

Samudera Hindia dan Lempeng tektonik Asia menyebabkan Kota Bengkulu dalam

beberapa tahun terakhir sering dilanda gempa tektonik.

Studi ini mengkaji tindakan mitigasi berupa wilayah evakuasi apabila terjadi

bencana, namun hasil kajian evakuasi tersebut hanya sebatas pemilihan lokasi

evakuasi yang sudah ada di dalam RTRW Kota Bengkulu dan disesuaikan dengan

keadaan tipologi fisik geologi lingkungan yang ada guna meningkatkan nilai

indikator ketahanan terhadap bencana, akan tetapi tidak mengkaji pada indikator

sistem kelembagaan, indikator tersebut lebih bersifat pada penilaian kualitatif.

Sehingga dibutuhkan analisis sistem koordinasi, peraturan serta lembaga yang

terkait dalam penanggulangan bencana seperti pengelolaan bantuan dari pihak

pemerintah dan pihak lainnya kepada korban bencana serta penanganan

rekonstruksi.

D. Usulan Penelitian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di

Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya (2015)

Metoda analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis resiko bencana

multi bahaya dan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP)

untuk menentukan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah

terbentuk.

Penyempurnaan yang dilakukan pada usulan hibah bersaing dari studi-studi

sebelumnya adalah salah satu hal mendasar yang disempurnakan adalah karakteristik

resiko bencana yang dikaji, serta wilayah kajian yang berbeda dengan studi terdahulu,

yaitu wilayah Kota Bukittinggi. Begitu juga dengan variabel penelitian yang berbeda

dan disesuaikan dengan kebutuhan studi. Variabel (faktor, sub faktor dan indikator)

yang digunakan, terdiri dari faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan, seperti yang

terdapat dalam kajian teori dan yang telah digunakan oleh studi-studi terdahulu.

Namun, terdapat penyesuaian dalam sub faktor kajian dari faktor-faktor tersebut.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 17

Gambar 2.2 Road Map Penelitian

Tahun 2008-2014 2015 2016 2016

Teridentifikasinya Wilayah Studi Bencana dan Bahaya

Lingkungan [1]. Faktor Bahaya, [2]. Kerentanan, [3]. Ketahanan

Pemetaan Karasteristik Faktor dan Indikator di Wilayah Kota Bukittinggi

Review

RTRW Kota Bukittinggi

Peningkatan Ketahanan dan

Pengurangan Kerentanan

Penyiapan Data Base Faktor dan Indikator Bencana

Arahan terhadap Struktur Ruang dan Pola Ruang

Output

Seminar/Jurnal Nasional Seminar/Jurnal Nasional

Mitigasi Bencana di Kota Bukittinggi

1. Jurnal INFOMATEK ISSN

1411-0865 Volume 11 Nomor 1 Maret 2009 (Hal: 21-32)

2. Jurnal Lingkungan & Bencana Geologi, ISSN 2086-7794 vol.2 No.3, Desember 2011 (hal 203-219)

Karasteristik Faktor dan Indikator Bencana di Wilayah Kota Bukittinggi

Analisis Tingkat Resiko Bencana Multi Bahaya

Penelitian Identifikasi Wilayah Studi Bencana dan Bahaya Lingkungan

[1]. Faktor Bahaya, [2]. Kerentanan, [3]. Ketahanan

Karasteristik Faktor dan Indikator Bencana di Kota Bukittinggi

Tingkat Resiko Bencana

Multi Bahaya

Arahan Mitigasi Bencana

di Kota Bukittinggi

1. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Tindakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi

2. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung Api Gamalama di Kota Ternate

3. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Mitigasi

Bencana di Wilayah Kota Bengkulu

Usulan Hibah Bersaing 2017

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 18

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan

Adapun tujuan utama penelitian ini adalah Mengidentifikasi tingkat resiko

bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) Kota Bukittinggi serta merumuskan arahan

tindakan mitigasi bencana yang berkaitan dengan penataan ruang sebagai upaya

mengurangi resiko yang ditimbulkan. Untuk itu sasaran yang ingin di capai adalah :

1. Identifikasi faktor, sub faktor dan indikator kawasan rawan bencana.

2. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator yang telah

ditetapkan terhadap wilayah studi.

3. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) berdasarkan

faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan.

4. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana Multi Bahaya

(Multi Hazard).

3.2 Manfaat dan Urgensi Penelitian

3.2.1 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan arahan mitigasi

mengurangi resiko bencana tersebut. Untuk mengurangi resiko, perlu diketahui

wilayah-wilayah yang beresiko tinggi terhadap bencana di Kota Bukittinggi.

3.2.2 Urgensi Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu usulan dalam memberikan arahan terhadap

mitigasi bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi Adapun urgensi dalam penelitian

ini, mencakup beberapa hal :

1. Implikasi terhadap arahan pola ruang, khususnya pola permukiman

penduduk. Arahan mitigasi yang di hasilkan dari penelitian ini adalah

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 19

terbentuknya zona-zona permukiman penduduk yang sesuai dengan

peruntukannya.

2. Implikasi terhadap arah kebijakan pembangunan daerah kota Bukittinggi,

dimana hasil penelitian ini akan memberikan suatu rekomendasi terhadap

arahan kebijakan-kebijakan kota Bukittinggi yang akan disusun

berdasarkan hasil analisis yang telah di lakukan dalam penelitian ini.

3. Implikasi terhadap RTRW kota Bukittinggi di masa mendatang, dimana

pelaksanaan pembangunan terkendala oleh adanya faktor bencana alam

gempa bumi yang membatasi ruang gerak dalam melakukan perencanaan

di masa depan. Penelitian ini akan memberikan arahan bagi terlaksananya

rencana tata ruang wilayah yang berkesinambungan sesuai dengan hasil

kajian/analisis yang telah dilakukan.

4. Implikasi teoritis, hasil penelitian ini akan menambah khasanah keilmuan

khususnya dalam bidang perencanaan wilayah yang berbasis mitigasi

bencana serta arahan terhadap mitigasi bencana di wilayah kota

Bukittinggi.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 20

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Studi

Metode studi yang akan digunakan adalah berupa metode deskriptif, yaitu

memberikan gambaran secara utuh mengenai gambaran wilayah Kota Bukittinggi,

khususnya dalam hal karakteristik bencana gempa bumi, longsor/gerakan tanah,

kebakaran dan banjir. Metode ini digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

suatu objek ataupun suatu set kondisi pada masa sekarang.

Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa

pentahapan sebagai berikut:

1. Perumusan faktor dan sub faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bencana

gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir. Faktor dan sub

faktor ini ditentukan berdasarkan penelitian literatur. Faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat resiko bencana gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran

dan banjir terdiri atas tiga faktor, yaitu: faktor bahaya (hazard), faktor

kerentanan (vulnerability) dan faktor ketahanan/kapasitas (capacity).

2. Selanjutnya dilakukan perumusan indikator-indikator resiko dari setiap sub-sub

faktor yang sebelumnya telah dirumuskan, berdasarkan pengkajian literatur.

3. Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah terbentuk

dengan menggunakan proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy

Process/AHP).

4. Melakukan perhitungan nilai resiko bencana gempa bumi, longsor/gerakan

tanah, kebakaran dan banjir, yang terdiri atas tiga faktor yaitu bahaya,

kerentanan dan ketahanan.

5. Melakukan perhitungan indeks resiko dan merumuskan tingkat resiko bencana

gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir untuk setiap

kelurahan di seluruh wilayah Kota Bukittinggi.

6. Perumusan arahan tindakan mitigasi yang sesuai untuk pengembangan wilayah

Kota Bukittinggi, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 21

gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir berdasarkan hasil

analisis tingkat resiko bencana alam tersebut.

4.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Kajian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di Kota

Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya dilakukan dalam 4 (empat) tahapan utama yaitu:

tahap persiapan, tahap survei dan pengumpulan data, tahap pengolahan data dan

analisis, serta tahap perumusan arahan mitigasi bencana yang dihasilkan berdasarkan

hasil-hasil analisis sebelumnya.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kepustakaan, mempelajari bahan-bahan bacaan berupa buku-buku,

perizinan, undang-undang, artikel dari internet yang ditinjau dari aspek terkait.

2. Survey sekunder dengan mencari data dari instansi-insatansi yang terkait.

3. Survey primer, data yang dapat langsung diperoleh dari sumber-sumber data

yang ada. Cara untuk mendapatkan data primer adalah melalui observasi

lapangan, wawancara/tanya jawab dan quisioner.

4.4 Metode Analisis

Berdasarkan penjelasan atas analisis-analisis yang digunakan akan diuraikan

pada bagian berikut ini:

A. Analisis Faktor Bahaya (Hazard), Faktor Kerentanan (Vulnerability), dan

Faktor Ketahanan (Capacity)

a. Standarisasi Nilai Indikator, nilai indikator dimaksudkan untuk

menghasilkan nilai baku, sehingga dapat dilakukan perhitungan matematis

dengan indikator yang lain dengan model standarisasi yang digunakan untuk

indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko bencana.

b. Pembobotan Faktor, Sub Faktor dan Indikator, pembobotan dilakukan

untuk menghasilkan nilai resiko bencana karena setiap faktor dan sub faktor

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 22

bencana memberikan kontribusi yang berbeda terhadap bencana dengan

menggunakan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP).

Gambar 4.1

Alur Kerangka Penelitian

Latar Belakang Kota Bukittinggi merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat yang berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor,

letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok.

TAHUN I

IDENTIFIKASI WILAYAH STUDI

ANALISIS TINGKAT RESIKO BENCANA MASING-MASING JENIS BENCANA (SINGLE HAZARD)

Analisis Kerentanan (Vulnerability)

Analisis Bahaya Alam (Natural Hazard)

Analisis Ketahanan (Capacity)

ARAHAN MITIGASI BENCANA

TINJAUAN TEORI

Faktor Bahaya (Hazard)

- Bahaya Gempa Bumi - Bahaya Longsor - Bahaya Kebakaran - Bahaya Banjir

Faktor Ketahanan (Capacity)

- Sumberdaya Buatan

- Mobilitas

Faktor Kerentanan (Vulnerability)

- Kerentanan Fisik - Kerentanan Sosial & Kependudukan - Kerentanan Ekonomi

Karaksteristik Faktor dan Indikator Bencana

TAHUN II

Tujuan 1. Identifikasi faktor-faktor kawasan rawan bencana akibat dari bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir. 2. Identifikasi sub faktor dari faktor-faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan. 3. Identifikasi indikator untuk menilai sub-sub faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah

ditetapkan. 4. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah

ditetapkan terhadap wilayah studi. 5. Analisis tingkat resiko bencana untuk setiap jenis bahaya (hazard)

6. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) berdasarkan faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan. 7. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana.

MASUKAN UNTUK PENYEMPURNAAN RTRW KOTA

BUKITTINGGI

TINGKAT RESIKO BENCANA MULTI BAHAYA (MULTI HAZARD)

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 23

c. Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana, setelah indikator-indikator

setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan), maka dilakukan

perhitungan nilai/indeks resiko bencana. Rumus yang digunakan untuk

menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:

B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn

R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn

K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn

Dimana :

B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)

R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)

K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)

X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan

Wi = Bobot Setiap Indikator

B. Teknik Superimpose dan Skoring

Metode ini digunakan untuk analisis data spasial non administratif, dengan

menggunakan analisis pada beberapa layer data spasial yang mewakili setiap

indikator analisis.

Tabel IV.1

Faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Resiko Bencana

Berdasarkan Jenis Bencana

No Faktor Sub Faktor Indikator (Berdasarkan Jenis Bencana)

Gempa Bumi Longsor Kebakaran Banjir

A Bahaya

(Hazard)

Rawan

Bencana

Rawan Bencana Tinggi

Rawan Bencana

Sedang

Rawan Bencana

Rendah

Rawan Bencana

Tinggi

Rawan Bencana

Sedang

Rawan Bencana

Rendah

Rawan Bencana

Tinggi

Rawan Bencana

Sedang

Rawan Bencana

Rendah

Rawan Bencana

Tinggi

Rawan Bencana

Sedang

Rawan Bencana

Rendah

B Kerentanan

(Vulnerability)

Kerentanaan

Fisik

Kepadatan Bangunan Curah Hujan

Kepadatan Bangunan

Kemampuan Lahan

Kepadatan Bangunan

Kondisi Fisik

Bangunan

Curah Hujan

Luas Genangan

Jumlah Titik

Genangan

Kerentanan

Sosial

Kependudukan

Kepadatan Penduduk

% Penduduk Wanita

% Penduduk Tua &

Balita

Kepadatan Penduduk

% Penduduk Wanita

% Penduduk Tua &

Balita

Kepadatan Penduduk

% Penduduk Wanita

% Penduduk Tua &

Balita

Kepadatan Penduduk

% Penduduk Wanita

% Penduduk Tua &

Balita

Kerentanan

Ekonomi

Pusat Kegiatan

Ekonomi

Pusat Kegiatan

Ekonomi

Pusat Kegiatan

Ekonomi

Pusat Kegiatan

Ekonomi

C Ketahanan

(Capacity)

Sumberdaya

Buatan

Rasio Lapangan :

Penduduk

Rasio RTH : Penduduk

Rasio Tempat Evakuasi

: Penduduk

Rasio Fasilitas

Kesehatan : Penduduk

Rasio Dokter :

Penduduk

Rasio Lapangan :

Penduduk

Rasio RTH :

Penduduk

Rasio Tempat

Evakuasi : Penduduk

Rasio Fasilitas

Kesehatan : Penduduk

Rasio Dokter :

Penduduk

Rasio Lapangan :

Penduduk

Rasio RTH :

Penduduk

Rasio Tempat

Evakuasi : Penduduk

Rasio Fasilitas

Kesehatan : Penduduk

Rasio Dokter :

Penduduk

Jumlah Hidran

Rasio Lapangan :

Penduduk

Rasio RTH :

Penduduk

Rasio Tempat

Evakuasi : Penduduk

Rasio Fasilitas

Kesehatan :

Penduduk

Rasio Dokter :

Penduduk

Mobilitas Aksesibilitas

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 24

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Fisik Wilayah

5.1.1 Letak dan Kondisi Geografi

Posisi Kota Bukittinggi terletak antara 110020’ - 100025’ BT dan 000 16’ - 000 20’

LS dengan ketinggian 780-950 m dari permukaan laut, luas daerah lebih kurang

25.239 Km2 merupakan 0,06 % dari luas Provinsi Sumatera Barat, Kota Bukittingi

terdiri dari 3 Kecamatan dan 24 Kelurahan. Kota Bukittinggi secara administratif

berbatasan dengan :

Utara : Nagari Gadut kec.Tilatang Kamang Kab.Agam.

Selatan :Taluak Nagari IV Suku Kec Banuhampu Kab Agam.

Timur : Tanah Alam Nagri Biaro Gadang Kec IV Angkek Canduang Kab

Agam.

Barat : Nagari Sianok dan Koto Gadang Kec IV Koto Kab Agam.

5.1.2 Kondisi Topografi

Kondisi topografi bergelombang dan berbukit sehingga memiliki panorama alam

yang indah. Tanah merupakan lapisan tuft dari gunung merapi yang subur dan

termasuk kedalam Ordo Andisol. Kota Bukittinggi dialiri 3 (tiga) sungai kecil yaitu

Batang Tambuo di sebelah Timur, Batang Sianok mengalir di sebelah Barat dan

Batang Agam. Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng

wilayah Kota Bukittinggi sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang

relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal.

Wilayah yang terjal berada di kawasan Ngarai Sianok (15,38 %), sementara daerah

perbukitan (9,64 %) berada di sekitar ngarai, Kawasan Gulai Bancah, Campago Ipuh,

Campago Guguk Bulek, Benteng Pasar Atas, serta Kubu Tanjung. Lahan yang

memiliki kemiringan relatif datar (74,98 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan

Aur Birugo Tigo Baleh bagian Barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian Barat dan

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur.

Tabel V.1. Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Kemiringan Lereng (Ha)

0 - 2 % 2 - 5 % 5 - 15

% 15-40 % >40 % Total

1 Guguak Panjang Tarok Dipo 81.53 38.3 3.46 123.29

Bukit Cangang Kayu 8.85 17.51 1.56 27.92

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 25

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Kemiringan Lereng (Ha)

0 - 2 % 2 - 5 % 5 - 15

% 15-40 % >40 % Total

Ramang

Pakan Kurai 59.47 0.02 17.98 77.47

Aur Tajungkang Tengah

Sawah

22.37 5.57 6.17 34.11

Benteng Pasar Atas 24.01 24.01

Kayu Kubu 2.95 26.71 39.81 69.47

Bukit Apit Puhun 1.2 36.87 72.38 67.78 28.73 206.96

JUMLAH 164.57 92.56 168.22 109.15 28.73 563.23

2 Mandiangin Koto

Selayan

Campago Guguak Bulek 52.45 50.46 102.91

Campago Ipuh 28.88 25.97 39.31 8.39 102.55

Puhun Tembok 14.59 21.88 11.4 47.87

Kubu Gulai Bancah 26.11 45.34 40.18 23.59 135.22

Puhun Pintu Kabun 78.93 26.43 199.07 171.61 64.52 540.56

Pulai Anak Air 28.88 25.97 39.31 8.39 102.55

Koto Selayan 64.04 7.56 71.6

Garegeh 51.66 1.87 43.27 96.8

Manggih Ganting 1.92 8.54 84.86 95.32

JUMLAH 343.68 182.48 533.9 203.59 64.52 1328.17

3 Aur Birugo Tigo Baleh

Aur Kuning 4.81 109.09 113.9

Birugo 2.21 66.08 18.66 86.95

Belakang Balok 17.39 13.22 4.37 47.22 82.2

Sapiran 17.01 12.29 29.3

Kubu Tanjung 90.14 90.14

Pakan Labuah 8.58 125.27 133.85

Parit Antang 48.76 48.76

Ladang Cakiah 31.66 13.72 45.38

JUMLAH 130.42 429.81 4.37 65.88 630.48

Jumlah Total 638.67 704.85 706.49 378.62 93.25 2521.88 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi

5.1.3 Kondisi Curah Hujan

Dari segi iklim, Kota Bukittinggi dan sekitarnya secara umum termasuk dalam iklim

tropis basah dengan kelembaban minimum 82% dan maksimum 92%, suhu udara

minimum 16.1oC dan maksimum mencapai 21.9oC, dengan kondisi curah hujan

berkisar antara 3000-4000 mm/Tahun.

Tabel V.2. Kondisi Curah Hujan

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Curah Hujan (Ha)

3000 - 4000 Mm / Tahun

1 Guguak Panjang

Tarok Dipo 123.29

Bukik Cangang Kayu Ramang 27.92

Pakan Kurai 77.47

Aur Tajungkang Tengah Sawah 34.11

Benteng Pasar Atas 24.01

Kayu Kubu 69.48

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 26

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Curah Hujan (Ha)

3000 - 4000 Mm / Tahun

Bukit Apit Puhun 206.96

JUMLAH 563.24

2 Mandiangin Koto

Selayan

Campago Guguak Bulek 102.91

Campago Ipuh 102.54

Puhun Tembok 47.86

Kubu Gulai Bancah 135.23

Puhun Pintu Kabun 540.57

Pulai Anak Air 135.33

Koto Selayan 71.61

Garegeh 96.8

Manggih Ganting 95.31

JUMLAH 1328.16

3 Aur Birugo Tigo Baleh

Aur Kuning 113.9

Birugo 86.95

Belakang Balok 82.2

Sapiran 29.3

Kubu Tanjung 90.14

Pakan Labuah 133.85

Parit Antang 48.76

Ladang Cangkiah 45.39

JUMLAH 630.49

Jumlah Total 2521.89 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 27

Gambar 5.1 Peta Kemiringan Lahan

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 28

5.1.4 Kondisi Hidrologi

Terdapat dua hal yang bisa ditinjau untuk aspek hidrologi, yaitu kondisi air

permukaan dan air tanah.

Air Tanah

aspek air tanah, Kota Bukittinggi termasuk dalam akuifer dengan aliran melalui

ruang antar butir dan tekanan batuan/tanah. Berdasarkan peta hidrologi lembar

Padang, Sumatera Barat dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan, daerah

Bukittinggi termasuk daerah dengan potensi air tanah sedang sampai tinggi, dimana

pengambilan air tanah dapat mencapai 5-10 l/dt. Kedalaman muka air tanah bebas

dapat mencapai kurang dari 3 m dari muka tanah setempat, akuifer produktif

mencapai kedalaman lebih 100 m.

Pemunculan air tanah (mata air) yang berasal dari batuan tufa batu apung banyak

terdapat di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi yaitu di daerah dataran

timur laut Kota Bukittinggi, di antaranya mata air Sungai Talang (150 l/dt), Sarik (70

l/dt), Taro (62 l/dt), Galang (50 l/dt), dan mata air Bulan Gadang yang memiliki debit

150 l/dt.

Air Permukaan

Aspek air permukaan, Kota Bukittinggi terletak di dalam dua Sistem Daerah Aliran

Sungai (DAS) yaitu DAS Masang Hulu dan DAS Batang Agam. Batang kedua DAS

tersebut (garis pemisah air) mengikuti tebing Ngarai Sianok, bagian barat dan

bermuara di Pantai Barat Sumatera sedang di sebelah timur bagian DAS Batang

Agam yang mengalir ke daerah timur.

Daerah sungai yang terdapat di Kota Bukittinggi merupakan sungai-sungai dengan

lebar 6 m hingga 12 m serta sungai-sungai yang relatife lebih kecil. Sungai-sungai

/batang yang mengalir yaitu :

a. Di wilayah Kota Bukittinggi

Batang Tambuo dengan lebar sungai 7 m.

Batang Agam dengan lebar sungai 6 m

Batang Sianok dengan lebar 12 m

b. Di daerah sekitar Kota Bukittinggi

Sungai Batang Air Katiak

Sungai Batang Serasah

Sungai Batang Agam

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 29

Tabel V.3. Kondisi Hidrologi Kota Bukittinggi

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Hidrologi

Akuifer

Produktif

Dengan

Penyebaran

Luas

Akuifer

Produktif

Sedang

Total

1 2 3 4 5 6

1 Guguak Panjang

Tarok Dipo 121.23 2.06 123.29

Bukik Cangang Kayu

Ramang 11.96 15.97 27.93

Pakan Kurai 77.47 77.47

Aur Tajungkang

Tengah Sawah 34.11 34.11

Benteng Pasar Atas 23.32 0.69 24.01

Kayu Kubu 2.08 67.4 69.48

Bukit Apit Puhun 206.96 206.96

JUMLAH 270.17 293.08 563.25

2 Mandiangin Koto

Selayan

Campago Guguak

Bulek 102.91 102.91

Campago Ipuh 102.54 102.54

Puhun Tembok 33.51 14.35 47.86

Kubu Gulai Bancah 120.61 14.61 135.22

Puhun Pintu Kabun 15.18 525.39 540.57

Pulai Anak Air 135.33 135.33

Koto Selayan 25.84 45.76 71.6

Garegeh 86.27 10.53 96.8

Manggih Ganting 95.31 95.31

JUMLAH 717.5 610.64 1328.14

3 Aur Birugo Tigo

Baleh

Aur Kuning 113.72 0.18 113.9

Birugo 64.48 22.47 86.95

Belakang Balok 5.42 76.79 82.21

Sapiran 28.68 0.62 29.3

Kubu Tanjung 90.14 90.14

Pakan Labuah 14.05 119.8 133.85

Parit Antang 7.78 40.98 48.76

Ladang Cangkiah 45.39 45.39

JUMLAH 234.13 396.37 630.5

Jumlah Total 1221.8 1300.09 2521.89 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi

5.1.5 Kondisi Geologi

Untuk aspek batuan, wilayah Bukittingi dan sekitarnya didominasi oleh kelompok

batuan beku yang berasal dari aktivitas Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan

Gunung Tandikek serta dari kaldera Danau Maninjau. Umumnya batuan tersebut

bersifat andesitic.

Jenis batuan yang terdapat di Kota Bukittinggi dan sekitarnya yaitu :

a. Batuan Fillit, kwarsit serta batu lanau metamorf (pTu) bewarna merah sekisan,

menunjukan laminasi dan lineasi yang biasanya mendasari bukit-bukit serta

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 30

merupakan batuan yang paling tua.

b. Batu Gamping hablur (pTls). Berwarna putih sampai keabu-abuan pada

singkapan segar dan kelabu kotor pada yang lapuk, besar butir 0,5-5 mm,

umumnya pejal dan berongga. Mempunyai ciri khas membentuk punggung-

punggungan tajam dan bukit terisolir.

c. Batuan lanau bergradasi ke batuan pasir meta lunak yang sebahagian, yang

terdiri dari butir-butir kwarsa dalam masa lempungan. Batuan ini dijumpai di

daerah Timur Laut Kota Bukittinggi.

d. Kwarsit bersifat kompak yang terdapat di beberapa tempat

e. Batuan granit dijumpai di bagian barat Bukittinggi, berupa stok berkopensasi

anatar granit dan diorite kawarsa

f. Batuan granit dijumpai di bagian barat Bukittinggi, berupa stok berkopensasi

anatar granit dan diorite kawarsa Batuan tuft batu apung yang mempunyai

penyebaran sangat luas hampir 65% kawasan Ngarai Sianok dan merupakan

batuan penyusun utama dataran tinggi Agam. Secara umum batuan ini

mempunyai sifat fisik rapuh/retas dan mudah tergerus, sehingga daya

dukungnya kurang mantap dan mudah runtuh bila mengalami gangguan

terutama oleh aliran air hujan dan air tanah. Dengan karakteristik batuan seperti

ini, maka pembangunan khususnya di kawasan sekitar Ngarai Sianok perlu

dilakukan secara hati-hati dan dengan perhitungan yang akurat.

Sedangkan, untuk aspek tanah, pada umumnya tanah di Kota Bukittinggi terdiri dari

tupa dari gunung berapi, bahan alluvial, litosol, batuan baku, dan batuan endapan.

Tabel V.4. Kondisi Geologi Kota Bukittinggi

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Lanau

Lempungan Lempung

Lempung

Lanauan

Lempung

Pasiran Tufa Total

1 Guguak Panjang

Tarok Dipo 17.74 33.51 72.04 123.29

Bukik Cangang

Kayu Ramang 8.42 19.21 0.3 27.93

Pakan Kurai 37.14 40.34 77.48

Aur Tajungkang

Tengah Sawah 28.5 5.61 34.11

Benteng Pasar Atas 24.01 24.01

Kayu Kubu 53.75 15.72 69.47

Bukit Apit Puhun 17.42 135.17 54.37 206.96

JUMLAH 17.74 124.99 350.13 70.39 563.25

2 Mandiangin

Koto Selayan

Campago Guguak

Bulek 29.03 50.82 23.05 102.9

Campago Ipuh 0.04 69.13 33.38 102.55

Puhun Tembok 20.89 26.97 47.86

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 31

No Nama

Kecamatan

Nama

Kelurahan

Lanau

Lempungan Lempung

Lempung

Lanauan

Lempung

Pasiran Tufa Total

Kubu Gulai Bancah 8.03 87.28 39.47 0.44 135.22

Puhun Pintu Kabun 57.09 265.17 0.1 218.21 540.57

Pulai Anak Air 0.02 35.94 99.38 135.34

Koto Selayan 43.63 1.19 26.79 71.61

Garegeh 9.29 7.9 79.61 96.8

Manggih Ganting 46.07 49.25 95.32

JUMLAH 52.94 206.18 754.4 96 218.65 1328.17

3 Aur Birugo Tigo

Baleh

Aur Kuning 99.99 13.9 113.89

Birugo 53.29 10.66 22.94 0.06 86.95

Belakang Balok 28.03 19.06 35.12 82.21

Sapiran 0.14 29.16 29.3

Kubu Tanjung 90.13 90.13

Pakan Labuah 133.85 133.85

Parit Antang 46.5 1.95 0.31 48.76

Ladang Cangkiah 45.39 45.39

JUMLAH 469.29 69.8 56.21 35.18 630.48

Jumlah Total 539.97 400.97 1160.74 96 324.22 2521.9 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi

5.2 Zonasi Kemampuan Fisik Berdasarkan Kondisi Geologi

Secara regional Kota Bukittinggi berada pada Satuan Tufa Batuapung yang disebut

juga sebagai Tufa Maninjau (Qpt) dan Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama).

Geologi Permukaan Kota Bukittinggi menggambarkan sifat fisik batuan dan tanah

pelapukannya. Singkapan tufa batuapung terdapat sebagai tebing Ngarai Sianok,

batuan ini berwarna putih hingga coklat muda. Dalam keadaan kering bersifat cukup

kompak dan agak padat, sehingga mampu membentuk tebing yang hampir vertikal

setinggi puluhan meter. Di bagian atas tebing sering dijumpai kekar yang terbuka

lebar terutama bila ada aliran air yang masuk ke dalamnya. Berdasarkan data

laboratorium pengembangan bebas (swelling) batuan ini melebihi 70%. Angka ini

merupakan salah satu faktor yang menunjukkan mudah terganggunya kestabilan

lereng / tebing jika dirembesi oleh air. Dalam keadaan tidak tersingkap atau

terganggu, batuan ini mempunyai daya dukung cukup besar lebih dari 3.75 kg/cm2.

Tanah pelapukan berupa perlapisan lempung, lanau dan lempung pasiran, kurang

lulus air dengan orde lebih kecil dari 10-6 cm/dt. Air yang mengalir di atas tanah ini

akan lebih banyak mengalir pada permukaan. Selanjutnya di bawah kedalaman 2

meter, biasanya berupa tufa halus sampai kasar, sangat lapuk dengan orde kelulusan

berkisar antara 10-3 – 10-4 cm/dt. Berdasarkan data sondir secara umum

disimpulkan bahwa pijakan fondasi bangunan dapat diletakkan pada lapisan tufa

yang umumnya berada di bawah kedalaman 4 meter.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 32

Di daerah yang berada di Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama), sifat fisiknya

berupa lanau lempungan dengan kelulusan sedang (10-4 – 10-6 cm/dt), mudah

tererosi, tebal antara 2.5 m hingga 5 meter.

Lempung (Lm); Warna coklat tua hingga abu-abu kehitaman, setempat

bercampur pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2 m. Dalam keadaan lembab

lunak, lekat, agak plastis; dalam keadaan kering mudah pecah dan hancur;

orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.

Lempung Pasiran (Lp); Warna coklat tua-coklat kelabu, pasirnya berbutir

halus setempat terdapat lensa-lensa kerikil. Tebal < 1 m. Dalam keadaan

lembab lunak, lekat, agak plastis; dalam keadaan kering mudah pecah dan

hancur; orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.

Lanau Lempungan (Lnlp); Warna coklat muda hingga hitam, setempat

mengandung pasir halus, kadang-kadang berkerikil. Tebal 0.25-1 m. Gembur,

lunak, agak lekat, mudah hancur bila kering; orde kelulusan 10-6 cm/det.

Lempung Lanauan (Lt); Warna coklat tua setempat berkerikil dan pecahan

batugamping, lapuk, komposisi mineral hitam, gelas volkanik dan oksida

besi. Lembab, lunak, agak plastis kering, retak dan mudah pecah, hancur,

orde kelulusan 10-6 cm/det.

Tufa (Tf); Putih kekuningan, agak kecoklatan halus sampai sangat kasar,

terkonsolidasi cukup. Cukup manpat pada lereng sangat curam kecuali pada

bagian berkekar mudah runtuh.

Tabel V.5. Klasifikasi Zona Fisik Kota Bukittinggi Zona Klasifikasi

Zona A Daerah perbukitan rendah dan pedataran

Zona B Daerah kaki Gunung api Marapi

Zona C Daerah Ngarai Sihanok

Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030

Zona-zona tersebut dijabarkan dengan keadaan morfologi dan sifat-sifat fisiknya,

dari keadaan tersebut, potensi bahaya yang akan timbul apabila terjadi bencana

seperti gempa bumi, gerakan tanah dapat diperhitungkan, sehingga dapat dibuat

kebijakan yang tepat dalam rangka pembangunan wilayah kota dan mitigasi bencana.

Tabel V.6. Zona Fisik dan Potensi Bahaya yang Ditimbulkan

Zona Fisik Morfologi Sifat-Sifat Fisik Potensi Bahaya

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 33

Zona Sub

Zona

A A1

Daerah perbukitan

rendah dan

pedataran.

Lempung lanauan dengan ciri

berwarna coklat tua, setempat

berkerikil dengan komponen

pecahan batugamping, mineral

hitam, gelas volkanik dan oksida

besi. Lapuk, lembab, lunak, agak

plastis kering, retak dan mudah

pecah, hancur, orde kelulusan 10-6

cm/det.

Likuifaksi pada tanah berbutir

halus - kasar, kerusakan pada

permukaan tanah, disebabkan

daya dukung kecil; Penyebaran

menyamping pada permukaan

bebas; Longsoran dangkal dan

mendatar; Rayapan tanah terjadi

setelah getaran gempa

A2 Daerah lembah

Sungai Agam

Lempung dan Lempung pasiran,

dengan ciri

warna coklat tua hingga abu-abu

kehitaman, setempat bercampur

pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2

m.

Dalam keadaan lembab lunak,

lekat, agak plastis; dalam keadaan

kering mudah pecah dan hancur;

orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.

B Daerah kaki

Gunung Marapi

Lanau Lempungan

Warna coklat muda hingga hitam,

setempat mengandung pasir halus,

kadang-kadang berkerikil. Tebal

0.25-1 m. Gembur, lunak, agak

lekat, mudah hancur bila kering;

orde kelulusan 10-6 cm/det.

Resiko berhubungan dengan alur

erosi,

Resiko longsoran selama gempa

berhubungan dengan kondisi

lereng yang curam dan boulder

batuan yang menggantung;

erosi yang meruntuhkan atau

akibat adanya penggalian;

Rayapan dapat pula terjadi pada

material tak terkonsolidasi

walaupun pada lereng yang landai

C C1

Daerah dengan

relief sangat kasar

dengan lereng

terjal.

Tufa dengan ciri berwarna

Putih kekuningan, agak

kecoklatan, butir halus sampai

sangat kasar, terkonsolidasi cukup.

Cukup mantap pada lereng sangat

curam kecuali pada bagian

berkekar mudah runtuh.

C2

Daerah perbukitan

rendah

menggelombang,

sebagai daerah

penyangga.

Lempung lanauan dengan ciri

berwarna coklat tua, setempat

berkerikil dengan komponen

pecahan batugamping, mineral

hitam, gelas volkanik dan oksida

besi. Lapuk, lembab, lunak, agak

plastis kering, retak dan mudah

pecah, hancur, orde kelulusan 10-6

cm/det.

C3

Daerah antara

tebing jurang dan

daerah pemukiman

/ perkotaan

Lempung

Warna coklat tua hingga abu-abu

kehitaman, setempat bercampur

pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2

m.

Dalam keadaan lembab lunak,

lekat, agak plastis; dalam keadaan

kering mudah pecah dan hancur;

orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.

Likuifaksi pada tanah berbutir

halus - kasar, kerusakan pada

permukaan tanah, disebabkan

daya dukung kecil; Penyebaran

menyamping pada permukaan

bebas; Longsoran dangkal dan

mendatar; Rayapan tanah terjadi

setelah getaran gempa

Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 34

Gambar 5.2 Peta Zona Fisik

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 35

Berdasarkan jenis bencana alamnya, zona kerawanan bencana di Kota Bukittinggi

adalah sebagai berikut:

1. Zona rawan bencana gempa bumi. Zona Rawan Bencana Gempa Bumi pada

umumnya dibagi menjadi 3 daerah zona yaitu zona rawan rendah, zona rawan

menengah dan zona rawan tinggi. Pembagian zona daerah rawan ini

didasarkan kepada:

Zona Rawan Rendah biasanya didasari oleh batuan berumur tersier yang

relatif kompak, namun masih berpotensi terjadi longsoran apabila terjadi

gempa.

Zona Rawan Menengah, biasanya didasari oleh endapan tufa, pasir,

lempung dan lanau hasil pengendapan material gunung api yang relatif

kompak.

Zona Rawan Tinggi, biasanya didasari oleh endapan aluvium, rawa basah

dan daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan (liquefaction)

apabila terjadi gempa.

2. Zona Kerawanan Gerakan Tanah. Tingkat kerentanan gerakan tanah dapat

dibagi atas empat tingkat yaitu : (1) Sangat rendah, gerakan tanah jarang

terjadi. (2) Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. (3)

Menengah, gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada

gangguan pada lereng. (4) Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim

hujan dan gerakan tanah lama aktif kembali.

Kota Bukittinggi terdiri perbukitan dengan kemiringan yang beragam.

Pembagian zona kerentanan gerakan tanah ini didasarkan dari kemiringan

lereng sehingga dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu :

Zona Kerentanan Amat Rendah, merupakan zona dataran rendah dengan

kemiringan lereng < 3%, sepanjang lembah Sungai Agam.

Zona Kerentanan Rendah, merupakan daerah dengan dataran dengan

litologi endapan Tufa Maninjau dengan kemiringan antara 3-15%,

Zona Kerentanan Menengah, merupakan daerah perbukitan dengan

kemiringan lereng antara 15-30% dengan litologi endapan gunung api

yang relatif kompak namun dekat dengan sumber gempa atau terkena

struktur geologi.

Zona Kerentanan Tinggi, mempunyai kemiringan lebih besar dari 30%

didasari oleh litologi Tufa sepanjang Ngarai Sianok dengan lereng terjal,

dekat dengan sumber gempa bumi dan terkena struktur geologi.

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 36

Berdasarkan sumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) didapat

informasi mengenai daerah rawan bencana di Kota Bukittinggi. Jenis bencana

tersebut ada 5 yairu : (1)Kebakaran, (2)Gunung Api, (3)Longsor, (4) Gempa, (5)

Banjir. Dari 5 jenis bencana tersebut jenis bencana gempa merupakan jenis bencana

yang mendominasi, karena setiap kelurahan yang berada di Kota Bukittinggi

semuanya berpotensi Gempa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 37

Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 38

Tabel V.7. Data Daerah Rawan Bencana Kota Bukittinggi Tahun 2014

No Kecamatan Kelurahan Luas

(Km2) Rw Rt Pria Wanita Jumlah

Jumlah Jenis Bencana

Kk Kebakaran Gunung Api Longsor Gempa Banjir

I Guguak Panjang

Tarok Dipo 1.480 6 24 8,069 8,037 16,106 3,854 Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ

Bukik Cangang

Kayu Ramang 0.470 5 16 1,157 1,148 2,305 564 Ѵ Ѵ Ѵ

Pakan Kurai 0.870 6 18 3,412 3,397 6,809 1,664 Ѵ Ѵ

Aur Tajungkang

Tengah Sawah 0.690 5 19 3,269 3,222 6,491 1,554 Ѵ Ѵ Ѵ

Benteng Pasar

Atas 0.560 6 12 754 737 1,491 379 Ѵ Ѵ Ѵ

Kayu Kubu 0.910 3 14 1,975 1,915 3,890 1,008 Ѵ Ѵ Ѵ

Bukit Apit Puhun 1.851 4 12 2,531 2,458 4,989 1,278 Ѵ Ѵ

JUMLAH 6.831 35 115 21,167 20,914 42,081 10,301 6 - 6 7 1

II Mandiangin Koto

Selayan

Campago Guguak

Bulek 1.720 6 16 3,051 3,018 6,069 1,413 Ѵ

Campago Ipuh 1.393 4 16 4,712 4,597 9,309 2,266 Ѵ Ѵ

Puhun Tembok 0.710 6 18 2,898 2,873 5,771 1,403 Ѵ Ѵ Ѵ

Kubu Gulai

Bancah 1.810 2 18 2,388 2,388 4,776 1,149 Ѵ Ѵ

Puhun Pintu

Kabun 3.610 4 14 3,294 3,343 6,637 1,635 Ѵ Ѵ Ѵ

Pulai Anak Air 0.882 5 13 2,617 2,570 5,187 1,228 Ѵ Ѵ

Koto Selayan 0.730 3 6 648 628 1,276 303 Ѵ

Garegeh 0.650 2 5 1,069 1,079 2,148 538 Ѵ

Manggih Ganting 0.651 4 9 2,232 2,187 4,419 1,051 Ѵ Ѵ Ѵ

JUMLAH 12.156 36 115 22,909 22,683 45,592 10,986 3 - 3 9 3

III Aur Birugo Tigo

Baleh

Aur Kuning 0.900 4 11 3,059 3,034 6,093 1,428 Ѵ Ѵ Ѵ

Birugo 0.940 6 18 2,933 2,995 5,928 1,467 Ѵ Ѵ Ѵ

Belakang Balok 0.504 4 12 1,262 1,257 2,519 600 Ѵ Ѵ Ѵ

Sapiran 0.254 6 16 1,453 1,466 2,919 693 Ѵ Ѵ Ѵ

Kubu Tanjung 0.911 4 8 648 614 1,262 307 Ѵ Ѵ

Pakan Labuah 1.180 7 14 1,358 1,361 2,719 715 Ѵ Ѵ

Parit Antang 0.820 4 8 737 703 1,440 363 Ѵ Ѵ

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 39

No Kecamatan Kelurahan Luas

(Km2) Rw Rt Pria Wanita Jumlah

Jumlah Jenis Bencana

Kk Kebakaran Gunung Api Longsor Gempa Banjir

Ladang Cangkiah 0.740 2 7 939 965 1,904 470 Ѵ Ѵ

JUMLAH 6.249 37 94 12,389 12,395 24,784 6,043 4 5 3 8 -

Total Keseluruhan 25.236 108 324 56,465 55,992 112,457 27,330 13 5 12 24 4 Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bukittinggi 2013

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 40

5.3 Profil Ancaman Bencana di Sumatera Barat

Ancaman bencana yang pernah melanda wilayah Kota Bukittinggi antara lain:

gempabumi dan longsor, kebakaran ( lahan, fasilitas umum dan rumah penduduk)

dan Gunung Api.

Tabel V.8. Jenis penyebaran bencana pada Pronvinsi Sumatera Barat

Sumber : Rencana Kotijensi Bencana BPBD Kota Bukit Tinggi

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 41

5.3.1 Gempabumi

Wilayah pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan pertemuan

dua lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-

Australia . Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan

Bukittinggi, dengan korban 52 orang tewas, 68 luka berat dan 460 luka ringan. Pada

Kota Bukittinggi gempa di iringi oleh longsor dan kebakaran pada lima tempat

sekaligus. 8 orang korban meninggal yang mana 1 (satu) orang korban adalah anak

kecil umur 7 tahun tertimpun longsoran tebing ngarai sianok. Kejadian gempa

tersebut menimbulkan korban jiwa dan mendatangkan kerugian yang sangat besar

berupa harta benda serta kerusakan infrastruktur. Gempa terjadi pukul 10.00 WIB.

Goncangan pertama yang sangat dasyat terjadi selama kira-kira 80 detik. Kemudian

pukul 12.40 disusul goncangan lainnya yang berlangsung sekitar 50 detik dengan

kekuatan 6,3 - 6,4 SR. Stasiun Meteorologi dan Geofisika mengidentifikasi gempa

tersebut sebagai berikut:

Jenis : Gempa bumi tektonik (Pertama)

Pusat gempa :0,51 LS – 100,52 BT

Kedalaman :19 km

Kekuatan : 5,3 - 6,4 SR

Jenis : Gempabumi tektonik (Kedua)

Pusat gempa :0,490 LS – 100,529 BT

Kedalaman :30 km

Kekuatan : 6,3– 6,4 SR

5.3.2 Longsor

Gempa bumi yang terjadi 06 Maret 2007 turut memicu terjadinya longsor, yang

terjadi pada pesisir ngarai sianok sehingga menghanyutkan beberapa rumah di

sekitarnya jatuh ke Lembah Ngarai Sianok. Dampak terbesar diderita wilayah

Kelurahan Belakang Balok dan Kelurahan Birugo (Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh), Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang dan Kayu Kubu (Kecamatan

Guguak Panjang) , dan beberapa rumah pada runtuhan bukik bulek pada Kelurahan

Campago Guguak Bulek (Kecamatan Mandiangin Kota Selayan) .

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 42

5.3.3 Kebakaran

Kebakaran merupakan dampak bahaya sekunder dari Gempa bumi, kebakaran terjadi

sesaat pasca gempa bumi pada toko Wahyu toys, Rumah makan Kamang Jaya,

Rumah Makan Gon Jaya, Kantor Pengelolaan Pasar Kota Bukittingi dan Pasar

Wisata Bukittinggi yang menghanguskan lebih dari 200 kios. Gempa tersebut

menimbulkan :

Gempa membawa dampak sangat besar terhadap harta benda, lingkungan dan jiw

a.Jumlah korban meninggal, luka berat dan luka ringan terlihat pada Data

Kesbangpol & Linmas dan Dinas Sosial /Sekretariat Satlak PB Kota Bukittinggi

Tahun 2012-2015.

Gambar 5.4 Rekapitulasi Kejadian Bencana BPBD Kota Bukittinggi

Th 2012 S/D 2015

2012 2013 2014 2015

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 43

Gambar 5.5 Peta Rawan Bahaya Longsor

C

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 44

Gambar 5.6 Peta Rawan Bahaya Banjir

C

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 45

Gambar 5.7 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi

BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015

Gambar 5.8 Rekapitulasi Jumlah Korban Kejadian Bencana Yang

Berhasil Ditanggulangi

2012 2013 2014 2015

2012 2013 2014 2015

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 46

Gambar 5.9 Peta Rawan Genangan Banjir

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 47

5.4 Penggunaan Lahan

Kota Bukittinggi saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-

kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa

lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan.

Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa

fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi

regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan-

kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi memiliki tingkat pelayanan

intemasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas akomodasi (hotel

berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa kepariwisataan yang mengkaitkan

objek-objek wisata baik yang berada di dalam kota ataupun yang terletak di luar kota

dan daerah lain di Provinsi Sumatera Barat. Komponen ruang kota yang bersifat

pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan

kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi yang

dipasarkan ke Provinsi Riau, Jambi, dan wilayah SumateraBarat. Daerah pertanian

ini tersebar di bagian timur dan tenggara wilayah kota, terutama di Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan dan Aur Birugo Tigo Baleh.

Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Bukittinggi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

(a) Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,

pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan

lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran.

Kegiatan ini berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah

Sawah, Kayu Kubu, Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok,

Birugo, serta Aur Kuning.

(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok,

dari Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.

(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke

arah pusat kota. Bagian Timur dan tenggara kota merupakan daerah

perkembangan permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning,

Kubu Tanjung, Ladang Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.

(d) Kawasan Pertanian pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang besaran

lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan permukiman.

Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti

sekarang berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar

Atas dan Pasar Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti

pola jaringan jalan utama yaitu poros jalan Medan - Bukittinggi - Padang dan poros

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 48

jalan Bukittinggi - Pekanbaru. Struktur Kota Bukittinggi yang bersifat konsentrik

cenderung mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang

jelas batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan,

perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan

konsentrasi tinggi pada pusat kota. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat disimpulkan

bahwa jenis penggunaan lahan terluas adalah lahan tegalan dengan luas 681,86 dari

luas total penggunaan lahan di Kota Bukittinggi. Sedangkan penggunaan dengan luas

terkecil adalah fasilias satasiun dengan luas 0,35 Ha atau sekitar dari total luas

penggunaan lahan Kota Bukittinggi.

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 49

Tabel V.9. Distribusi Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi

No Kecamatan Kelurahan

PENGGUNAAN LAHAN (Ha)

Cagar

Budaya

Fasos

&

Fasum

Hutan Industri Jalan Kesehatan Khusus

Militer Kolam

Lapangan

Olah

Raga

Pemukiman Pendidikan Perdagangan

& Jasa Peribadatan

1 Aur Birugo

Tigo Baleh

Tarok Dipo 47.62 0.09 1.24

Bukik

Cangang

Kayu

Ramang

36.84 6.58 1.11 2.17

20.85 2.72 0.38

Pakan Kurai 22.6 1.62 0.39 43.79 0.37 1.68 0.11

Aur

Tajungkang

Tengah

Sawah

13.17

Benteng

Pasar Atas

8.03

Kayu Kubu 0.04 16.44 0.22 0.39

Bukit Apit

Puhun

9.9 0.64

JUMLAH 0.88 2.1 0.99 4.82 1.6 9.35 0.99 0.01

2 Guguak

Panjang

Campago

Guguak

Bulek

0.88 59.44 10.3 2.14 6.99 0.39

1.6 169.15 5.03 3.31

Campago

Ipuh 0.56

22.14 0.41 5.41

Puhun

Tembok 1.9

2.61 2.5 0.29 15.97 0.34

Kubu Gulai

Bancah 44.97 2.72 0.13 0.18

36.33 2.75

Puhun Pintu

Kabun 1.25 5.66 1.82 0.44

10.44 2.3 4.08 0.17

Pulai Anak

Air 0.22 4.34 1.3 4.24

1.27 18.38 3.26 5.72

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 50

No Kecamatan Kelurahan

PENGGUNAAN LAHAN (Ha)

Cagar

Budaya

Fasos

&

Fasum

Hutan Industri Jalan Kesehatan Khusus

Militer Kolam

Lapangan

Olah

Raga

Pemukiman Pendidikan Perdagangan

& Jasa Peribadatan

Koto Selayan 0.27 0.82 38.97 2.71 12.08

Garegeh 0.19 0 0.02 0.46 69.87 6.21 16.5 0.19

Manggih

Ganting 0.27 1.66 54.97 9.12 4.81 0.02 0.18

4.34 198.63 17.93 59.76

JUMLAH 3.22 0.5 0.54 41.62 1.14 0.26 0.09

3

Mandiangin

Koto

Selayan

Aur Kuning 4.79 0.22 0.17

Birugo 0.47 1.73 51.12 1.44 1.06

Belakang

Balok 0.5 0.81 4.61 0.01

24.95 2.36 5.89 0.14

Sapiran 3.22 36.93 3.92 1.56

Kubu

Tanjung 7.51 1.78 0.06

7.01 0.62

Pakan

Labuah 205.13 7.04 3.94

24.01 0.41 7.79 0.51

Parit Antang 2.96 0.12 52.68 6.8 2.54 0.13

Ladang

Cangkiah 0.04 0.07 1.64 1.22

21.38 0.57 4.62 0.11

Jumlah 0.04 0.97 205.94 7.58 27.77 0.34 3.94 1.96 3.76 309.34 17.26 32.49

0.31 3.51 320.35 7.58 47.19 7.29 10.95 2.53 49.64 0 8.77 0.37 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi tahun 2014

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 51

Tabel Lanjutan......................

No Kecamatan Kelurahan

PENGGUNAAN LAHAN (Ha)

Perkantoran Sawah Stasiun Taman

Kota

Tanah

Terbuka Tegalan Terminal TPU Total

1 Aur Birugo Tigo Baleh

Tarok Dipo 0.77 56.66 10.4 0.12 116.9

Bukik Cangang

Kayu Ramang 10.55 9.4 4.58 95.18

Pakan Kurai 0.85 15.94 0.07 3.72 0.02 91.16

Aur Tajungkang

Tengah Sawah 67.13 8.17 88.47

Benteng Pasar Atas 37.36 45.39

Kayu Kubu 105.81 10.92 0.02 133.84

Bukit Apit Puhun 30.59 7.62 48.75

JUMLAH 8.7 1.66 0.28 31.38

2 Guguak Panjang

Campago Guguak

Bulek 20.87 315.15 9.47 45.69 0.14 0.02 651.07

Campago Ipuh 0.75 4.13 2.43 0.23

Puhun Tembok 0.69 24.3

Kubu Gulai Bancah 0.19 0.81 9.8 120.84 218.72

Puhun Pintu Kabun 1.85 0.45 28.46

Pulai Anak Air 1.31 2.99 0.06 1.52 23.89 68.5

Koto Selayan 1.73 19.65 1.57 77.8

Garegeh 2.17 17.12 0.33 5.43 5.77 124.26

Manggih Ganting 11.38 43 0.35 1.43 11.32 151.73 5.77 578.12

JUMLAH 56.56 1.61 15.83 121.37

3 Mandiangin Koto Selayan

Aur Kuning 4.24 37.23 120.61

Birugo 1.01 19.33 39.58 99.71

Belakang Balok 0.2 24.39 0.09 8.3 36.1 1.87 151.76

Sapiran 3.78 50.06 9.33 71.56

Kubu Tanjung 54.6 20.63 112.04

Pakan Labuah 49.34 0.28 272.38 559.15

Parit Antang 0.01 8.22 0.12 0.02 7.72 0.45 55.14

Ladang Cangkiah 0.16 16.91 45.04 139.51

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 52

No Kecamatan Kelurahan

PENGGUNAAN LAHAN (Ha)

Perkantoran Sawah Stasiun Taman

Kota

Tanah

Terbuka Tegalan Terminal TPU Total

Jumlah 5.23 312.06 0.21 14.45 483.84 2.32 1430.85

37.48 670.21 1.64 35.24 681.26 5.91 2.34 2660.04 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi Tahun 2014

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 53

Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 54

5.5 Sosial Kependudukan

5.5.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2010 adalah 107.805 jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000 - 2010 adalah 1,78 persen

pertahun. Penyebaran penduduk Kota Bukittinggi dimana penduduk yang paling

banyak adalah di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu 40,82 persen.

Sedangkan Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2013 adalah 118.260 jiwa

dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar adalah 1,88 persen pertahun. Penyebaran

penduduk Kota Bukittinggi paling banyak adalah di Kecamatan Mandiangin Koto

Selayan yaitu 40,98 persen. Tingginya tingkat penyebaran penduduk di kecamatan

ini ditandai dengan banyaknya pembangunan perumahan baik yang dilakukan oleh

perusahaan pengembang maupun oleh perorangan. Namun demikian Kecamatan

Guguk Panjang masih menjadi Kecamatan dengan tingkat kepadatan paling tinggi

yaitu 6 jiwa per Ha, diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 4 jiwa per

Ha dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 4 jiwa per Ha. Sampai

dengan tahun 2013 Kecamatan Guguk Panjang masih menjadi Kecamatan dengan

tingkat kepadatan paling tinggi yaitu 7 jiwa per Ha, diikuti Kecamatan Aur Birugo

Tigo Baleh sebanyak 5 jiwa per Km2 dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

sebanyak 5 jiwa per Km².

Tabel V.10. Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi 2010-2014

No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah Penduduk

2010 2011 2012 2013 2014

I GUGUAK PANJANG 39439 41643 42254 42627 43457

1 Bukik Cangang K. Ramang 2530 2344 2347 2368 2407

2 Tarok Dipo 14908 16627 17006 17156 17450

3 Pakan Kurai 5583 6016 6108 6162 6369

4 Aur Tajungkang T. Sawah 7195 7247 7288 7352 7480

5 Benteng Pasar Atas 1332 1250 1241 1251 1271

6 Kayu Kubu 3966 3512 3513 3545 3606

7 Bukit Apit Puhun 3925 4647 4751 4793 4874

II MANDIANGIN KOTO SELAYAN 44007 44928 46062 46342 48461

1 Pulai Anak Air 4150 4640 4781 4810 5018

2 Koto Selayan 1129 1218 1257 1264 1320

3 Garegeh 2102 2265 2331 2345 2453

4 Manggih Ganting 4175 4439 4616 4644 4848

5 Campago Ipuh 9602 9118 9264 9322 9747

6 Puhun Tembok 6610 6128 6178 6215 6506

7 Puhun Pintu Kabun 6004 5982 6106 6143 6425

8 Kubu Gulai Bancah 4161 4986 5191 5223 5477

9 Campago Guguk Bulek 6074 6152 6338 6376 6667

III AUR BIRUGO TIGO BALEH 24359 24741 25253 25446 26342

1 Belakang Balok 2904 2807 2815 2837 2937

2 Sapiran 3249 3053 3095 3118 3227

3 Birugo 5815 5735 585 5895 6102

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 55

No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah Penduduk

2010 2011 2012 2013 2014

4 Aur Kuning 5958 6364 6548 6598 6832

5 Pakan Labuah 2206 2645 2716 2736 2832

6 Kubu Tanjung 1166 1242 1282 1292 1338

7 Ladang Cangkiah 1659 1682 1712 1725 1786

8 Parit Antang 1402 1213 1235 1245 1288

KOTA BUKITTINGGI 107805 111312 113569 114415 118260

Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2011-2015

5.5.2 Kepadatan Penduduk

Rata-rata kepadatan penduduk pada umumnya mengalami peningkatan, dari kurun

waktu tahun 2010-2013 namun perubahan angkanya tidak terlalu signifikan, untuk

lebih jelas lihat tabel 5.11.

Tabel V.11. Rata-rata Kepadatan Penduduk Tahun Luas Area (Ha) Penduduk Kepadatan (Ha)

2010 2,523,900 111,312 23

2011 2,523,900 113,569 22

2012 2,523,900 114,415 22

2013 2,523,900 118,260 21

Sumber : Bukittinggi Dalam Angka 2015

5.5.3 Struktur Penduduk

Struktur penduduk di kota bukittinggi terdiri dari, jumlah penduduk berdasarkan

umur dan jenis kelamin.

a. Jumlah penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan lebih mendominasi dari

pada jumlah penduduk laki-laki yaitu jumlah penduduk perempuan 60999 orang

dan jumlah penduduk laki-laki 57261 orang. Dan kelompok umur 20-24 dengan

jenis kelamin perempuan merupakan kelompok umur yang paling banyak

dengan jumlah penduduk 7.416 orang, untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel

5.14

Tabel V.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0-4 6 326 6 162 12 488

2 5-9 5 572 5 458 11 030

3 10-14 4 844 4 810 9 654

4 15-19 5 614 6 969 12 583

5 20-24 5 567 7 416 12 983

6 25-29 5 070 4 990 10 060

7 30-34 4 351 4 447 8 798

8 35-39 4 300 4 135 8 435

9 40-44 3 665 3 796 7 461

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 56

No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

10 45-49 3 349 3 272 6 621

11 50-54 2 775 2 711 5 486

13 55-59 2 220 2 243 4 463

14 60 -64 1 460 1 466 2 926

15 65 + 2 148 3 124 5 272

JUMLAH 57 261 60 999 118 260 Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014

5.6 Sarana dan Prasarana

5.6.1 Sarana

Sarana Peribadatan

Dengan dominasi penduduk yang beragama Islam, ketersediaan fasilitas peribadatan

di Kota Bukittinggi didominasi oleh masjid dan mushola, sedangkan penyediaan

gereja, vihara dan pura masih minim.

Tabel V.13. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan Di Kota Bukittinggi No Kecamatan Mesjid Mushola Gereja

Protestan

Gereja

Katolik

1 Guguak Panjang 17 24 1 1

2 Mandiangin Koto Selayan 18 15

3 Aur Birugo Tigo Baleh 9 11

JUMLAH TOTAL 2013 44 50 1

2012 44 52

2011 44 52 1

2010 42 52 1

2009 43 90 1 Sumber: Bukittinngi Dalam Angka 2014

Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan di Kota Bukittinggi terdiri atas:

a. Sarana pasar, yaitu pasar-pasar yang teraglomerasi di Kawasan Pasar Atas, Pasar

Aur Kuning dan Pasar Banto.

b. Sarana pertokoan Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan

perdagangan, pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan

pariwisata.

c. Koridor perdagangan, yang berada di sepanjang koridor jalan utama Kota

Bukittinggi.

d. Perdagangan dan jasa pusat-pusat lingkungan yang tersebar di setiap kelurahan.

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 57

e. Pedagang informal kaki lima yang menjadi ciri khas pariwisata Kota Bukittinggi.

Keberadaan pedagang kaki lima sebagian besar berada di sekitar pusat-pusat

kegiatan perdagangan seperti pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pertokoan,

terutama di kawasan Pasar Atas dan Aur Kuning, serta pusat-pusat kegiatan

wisata.

Sarana Pendidikan

Pada tahun 2013 jumlah SD Negeri sebanyak 45 unit dan SD Swasta 11 unit, terjadi

perubahan jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya karena adanya

penggabungan SD. Pada SLTP negeri tidak terjadi perubahan yaitu berjumlah 8 unit.

Begitu juga dengan jumlah SLTA negeri juga tidak mengalami perubahan tetap

berjumlah 5 unit. Jumlah mahasiswa perguruan tinggi / akademi negeri ataupun

swasta pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 9.550 orang dari 14.271

orang tahun 2012. Hal ini disebabkan karena perguruan tinggi STAIN pindah

lokasi ke Kabupaten Agam.

Tabel V.14. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Bukittinggi

(Unit) No Kecamatan TK SD SMP SMA MI MTS MA

1 Guguak Panjang 14 21 8 5 1 2

2 Mandiangin Koto Selayan 11 21 2 3 2 4 4

3 Aur Birugo Tigo Baleh 13 14 1 3 5

JUMLAH TOTAL 2013 38 56 11 11 2 6 5

2012 37 64 13 23 2 6 5

2011 36 64 13 22 2 6 5

2010 36 64 13 25 2 6 5

2009 36 62 12 28 2 6 5 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2014

Sarana Kesehatan

Banyaknya Rumah Sakit di Kota Bukittinggi tidak mengalami perubahan yaitu 3

buah rumah sakit pemerintah dan 2 buah rumah sakit swasta. Jumlah pasien yang

berkunjung ke Rumah Sakit pada tahun 2012 sebanyak 318.203 orang. Dari jumlah

tersebut terdapat 23.927 orang pasien yang dirawat inap dengan berbagai jenis

penyakit yang diderita, seperti Jantung, TBC, Stroke dll. Jumlah kunjungan ibu

hamil pada tahun 2013 sebanyak 3.930 orang, terjadi penurunan jumlah kunjungan

jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan tahun sebelumnya.

Tabel V.15. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Bukittinggi (Unit)

No Tahun Rumah Sakit Toko Obat Apotik

1 2009 5 21 44

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 58

No Tahun Rumah Sakit Toko Obat Apotik

2 2010 5 13 47

3 2011 5 16 45

4 2012 5 10 47

5 2013 5 19 49 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2014

5.6.2 Prasarana

Prasarana Air Bersih

Kondisi eksisting prasarana air minum di Kota Bukittinggi memanfaatkan Mata Air

Sungai Tanang, Mata Air Cingkariang, Sumur Bor Tabek Gadang , Sumur Bor

Birugo, Sumur Bor Palolok, Sumur Dangkal Kubang Putih dan Air Permukaan dari

Batang Sianok sebagai sumber airnya. Secara umum, distribusi air minum di Kota

Bukittinggi menggunakan sistem gravitasi dan pemompaan, namun setiap sumber air

memiliki cara pendistribusian masing-masing hingga sampai ke daerah pelayanan.

Deskripsi sumber air yang melayani kebutuhan air minum adalah sebagai berikut:

Mata air Sungai Tanang terletak di Kabupaten Agam. Kapasitas terpasang

150l/detik, sedangkan kapasitas produksi + 90 l/detik. Dari mata air ini

terdapat 4 jalur pipa transmisi, dimana 3 pipa masuk ke sistem penyediaan

air minum PDAM dan 1 pipa untuk melayani penduduk disekitar sumber

air. Air dari Sungai Tanang ini dialirkan secara gravitasi.

Mata air Cingkaring terletak di Kabupaten Agam, kapasitas terpasang 8

l/detik, pemanfaatan oleh PDAM Bukittinggi sebesar 6 l/detik, sedangkan

yang 2 l/detik dialirkan untuk digunakan oleh penduduk sekitar sumber.

Sumur Bor Tabek Gadang terletak di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh,

dengan kapasitas awal 5 l/detik. Pada tahun 2009 kapasitas pompa ditambah

10 l/detik sehingga total kapasitas produksi menjadi 15 l/detik.

Sumur Bor Birugo terletak di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, dengan

kapasitas produksi 2 l/detik. Sumur ini khusus untuk pengisian mobil tangki

yang digunakan untuk melayani daerah-daerah yang tidak dapat terjangkau

dengan sistem perpipaan.

Sumur bor Palolok, terletak di Kec Mandiangin Koto Selayan dengan

kapasitas 5 l/detik.

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 59

Sumur dangkal Kubang Putih, terletak di Kubang Putih Kab.Agam.

Kapasitas produksi 4 l/dtk. Sumber air ini digunakan untuk melayani daerah

Kubang Putih, Kab.Agam dengan jumlah pelanggan sebanyak 210 SR.

Air permukaan Batang Sianok, kapasitas in-take 40 l/detik. Dari intake ini,

air di pompakan ke IPA batang Sianok yang berada di daerah Belakang

BBalok. Kapasitas produksi IPA ini sebesar 35 l/detik. Saat ini IPA tersebut

sudah tidak dapat beroperasi karena tertimbun tanah akibat gempa 2009.

Dengan demikian total kapasitas produksi yang digunakan untuk melayani penduduk

Kota Bukittinggi sebesar 118 l/detik. Kapasitas terpasang yang belum dimanfaatkan

sebesar 60 l/detik yang berasal dari Mata Air Sungai Tanang. Hingga saat ini wilayah

pelayanan air minum hampir memenuhi keseluruhan wilayah perencanaan walaupun

terdapat beberapa kelurahan yang berlum terlayani oleh pelayanan air minum oleh

PDAM. Terdapat dua jaringan yang digunakan untuk mendistribusikan air minum ke

daerah pelayanan, dengan total panjang jaringan sepanjang 98.900 km:

Pipa distribusi utama, meliputi perpipaan dengan diameter 300-125 mm

sepanjang 15.243 km. Jenis pipa adalah pipa Asbes (ACP), pipa besi tuang

(DCIP), pipa baja (Steel) dan pipa PVC.

Pipa distribusi sekunder/tersier meliputi perpipaan dengan diameter 100-50 mm

sepanjang 83.657 km, jenis pipa adalah pipa besi tuang (DCIP), pipa besi tuang

(CIP), pipa GIP dan pipa PVC.

Guna mendukung pendistribusian air, telah dibangun beberapa reservoir dengan total

kapasitas sebesar 3.180 m3. Namun karena keterbatasan produksi maka tidak semua

reservoir tersebut berfungsi.

Dan hidran yamng terdapat di Bukittinggi yang tersebar di setiap kecamatan.

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 60

Tabel V.16. Reservoir Produksi dan Distribusi

Sumber: master Plan Penyedian Air Minum Kota Bukittinggi 2010-2024

Dalam penyediaan air minum di Kota Bukittinggi, terdapat berbagai persoalan yang

dihadapi, diantaranya:

Keterbatasan sumber air baku. Sumber air baku yang digunakan saat ini

mayoritas berasal dari Kabuaten Agam. Air baku yang berasal dari Kota

Bukittinggi saat ini hanya menggunakan air tanah dalam (sumur bor).

Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan

peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang

bocor.

Sabungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak

yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir

tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat

terpenuhi.

Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal

ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air.

Tidak semua instalasi produksi diopersionalkan selama 24 jam/hari, karena

keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak

kontinyu.

Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya

air yang tersedia (terutama pada jam puncak), bahkan sejumlah pelanggan

untuk sementara terpaksa tidak mendapatkan pelayanan (di non-aktifkan +

3.500 pelanggan).

Belum adanya pembagian zona pelayanan

Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35%

No Nama Reservoir Kapasitas

(m3)

Keterangan

1 Mandiangin 750 Masih berfungsi

2 Bengkawas 750 Masih berfungsi

3 Benteng 350 Tidak berfungsi karena tekanan air kurang.

4 Birugo 1 250 Masih berfungsi

5 Birugo 2 250 Masih berfungsi

6 Tabek Gadang 65 Masih berfungsi

7 Palolok 465 Masih berfungsi

8 Panorama Baru 300 Tidak berfungsi karena kekurangan debit

Total 3.18

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 61

Prasarana Drainase

Pengelolaan Drainase di Kota Bukittinggi ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum

(DPU) Sub Dinas Prasarana Jalan dan Pengairan pada Seksi Pengairan dan Irigasi.

Secara umum, saluran drainase di Kota Bukittinggi telah menjangkau hampir

seluruh wilayah Kota. Saluran-saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan

limpasan air hujan baik dalam bentuk drainase buatan maupun drainase alami.

Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Daerah

yang dilayani drainase terdiri dari 3 sub system yaitu Sub Sistem Batang Agam,

Batang Tambuo dan Daujung (Buku Putih Sanitasi).

Dengan kondisi topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas

permukaan laut yang cukup tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi

pengaliran air pada sistem drainase sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke

dataran yang lebih rendah yaitu Batang Sianok dan Batang Tambuo.

Sistem drainase di Kota Bukittinggi secara umum dibagi dalam tiga sistem :

Sistem Drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk

menampung dan mengendalikan air hujan.

Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun

terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya

sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).

Sistem drainase saluran tanah. Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat

bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat

menampung beban curah hujan yang cukup tinggi (contoh saluran di daerah

Batang Agam).

Kondisi saluran secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:

Kondisi Saluran pada lingkungan perumahan dalam kota Bukittinggi pada

umumnya mengalir pada sisi jalan raya maupun jalan utama, dimana pada sisi

jalan utama saat ini mempunyai saluran drainase yang cukup baik sehingga baik

pada musim hujan maupun musim kemarau saluran drainase di lingkungan

permukiman maupun di jalan utama masih dapat mengatasi air masuk ke dalam

saluran.

Letak Kota Bukittinggi yang konturnya berbukit, sehingga air mengalir

memanfaatkan gravitasi ke tempat yang lebih rendah.

Drainase kota menggunakan saluran tertutup, bagian atas tutup saluran dijadikan

site walk/trotoar, ± 25 m diberi manhole untuk mengetahui kelancaran aliran air.

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 62

Masih adanya genangan air pada saat musim hujan di beberapa tempat yang

disebabkan belum adanya pembuatan drainase.

Kurang seragamnya dimensi saluran yang mengakibatkan meluapnya air hujan ke

jalan.

Persoalan-persoalan eksisting berkaitan dengan sistem drainase di Kota Bukittinggi

secara umum adalah sebagai berikut:

Tidak mengalirnya air dari badan jalan ke saluran sehingga cenderung terjadi

genangan air pada saat hujan.

Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki dimensi/kapasitas lebih kecil

dibandingkan debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat

berfungsi secara optimal, begitu pula dengan gorong-gorong, namun hal ini tidak

berlangsung lama, ± 1 s/d 2 jam dan normal kembali.

Belum terselesaikannya saluran drainase di beberapa tempat, sehingga pada saat

hujan akan terjadi genangan pada bagian pinggir jalan.

Kurang berfungsinya tali air, sebagai tempat mengalirnya air hujan dari badan

jalan ke saluran, hal ini dikarenakan kurangnya pemeliharaan, yang

mengakibatkan tersumbatnya tali air tersebut akibat pengendapan kotoran atau

sampah.

Banyaknya sampah dan lumpur yang menyebabkan menyumbatan aliran air dan

kapasitas saluran menjadi kecil sehingga tidak mampu menampung debit air

hujan yang masuk terutama saat hujan lebat. Hal ini berkaitan dengan kurangnya

tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan saluran.

Masih difungsikannya saluran drainase sebagai saluran pembuangan air limbah.

5.7 Transportasi

Secara umum, fungsi jaringan jalan di Kota Bukittinggi terdiri atas jaringan jalan

arteri primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, dan jalan lokal. Jalan arteri primer

di Kota Bukittinggi merupakan akses keluar-masuk Kota Bukittinggi dari utara,

timur dan selatan. Jalan arteri sekunder menjadi penghubung jalan arteri primer ke

pusat-pusat kegiatan di Kota Bukittinggi. Untuk lebih jelas, gambaran sistem

jaringan jalan diuraikan pada tabel berikut.

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 63

Tabel V.17. Sistem Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan Fungsi Jalan Deskripsi Nama Jalan

Jalan Arteri

Primer

Jalan arteri primer di Kota Bukittinggi merupakan akses

langsung Kota Bukittinggi dengan lingkup regionalnya

sehingga memiliki keterkaitan dengan sistem jaringan jalan

lintas Sumatera. Dalam konteks sistem jaringan jalan Pulau

Sumatera, jalan arteri primer di Kota Bukittinggi merupakan

penghubung Kota Bukittinggi dengan kota yang berada pada

orde di atasnya maupun di bawahnya.

Jl. Soekarno-Hatta

Jl. By Pass

Jalan Arteri

Sekunder

Jalan arteri sekunder di Kota Bukittinggi menghubungkan

jalan arteri primer dengan pusat-pusat kegiatan di Kota

Bukittinggi

Jl. Veteran

Jl. Sudirman

Jl. Panorama

Jl. Dr. A. Rivai

Jl. Pemuda

Jl. Perintis Kemerdekaan

Jalan

Kolektor

Sekunder

Jalan kolektor sekunder di Kota Bukittinggi

menghubungkan jalan arteri dengan pusat kegiatan

sekunder, atau menghubungkan antarpusat sekunder

maupun antara pusat sekunder dengan pusat lingkungan.

Jalan kolektor sekunder juga berfungsi sebagai penghubung

pusat kegiatan sekunder kota dengan lingkup regional. Jalan

kolektor yang menghubungkan kawasan dengan lingkup

regional diantaranya Jl. Diponegoro dan Jl. Mr Asaat.

Jl. Diponegoro

Jl. Sutan Syahrir

Jl. Panorama Baru

Jl. Panganak Ateh

Jl. Pintu Kabun

Jl. H. Miskin

Jl. Abdul Manan

Jl. Mr. Asaat

Jl. Panganak

Jl. Kabun Pulasan

Jl. Jl. Marapi

Jl Tigo Baleh

Jl Nawawi

Jalan Lokal Jalan lokal di Kota Bukittinggi merupakan penghubung

antara blok kawasan dengan blok kawasan lainnya. Pada

umumnya menghubungkan jalan kolektor dengan pusat

kegiatan tersier kawasan.

Keseluruhan jaringan jalan di Kota

Bukittinggi yang tidak termasuk pada

jaringan jalan arteri dan koletor.

Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030

5.8 Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana

Delineasi kawasan permukiman rawan bencana Kota Bukittiggi dilakukan dengan

menggaungkan peta kawasan permukiman dan peta bencana. Dalam kajian ini, peta

bencana yang digunakan adalah peta bencana gempa bumi, longsor dan kebakaran.

Sehingga delineasi kawasan permukiman rawan bencana yang dihasilkan meliputi

kawasan permukiman rawan bencana gempa bumi, kawasan permukiman rawan

bencana longsor, dan kawasan permukiman rawan bencana kebakaran.

Dalam penentuan delineasi kawasan permukiman rawan bencana tersebut, kriteria

yang digunakan adalah tingkat kerawanan bencana tinggi dari masing-masing jenis

bencana. Untuk lebih jelasnya hasil delineasi kawasan permukiman rawan bencana

dapat dilihat pada Tabel 4.23 s/d 4-25 dan peta tersebut diperoleh berdasarkan hasil

overlay antara peta kawasan terbangun dengan peta bahaya (gempabumi, longsor,

dan kebakaran).

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 64

Tabel V.18. Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana

No Kecamatan Kelurahan

Jenis Bencana

Kebakaran Gunung

Api Longsor Gempa Banjir

I Guguak Panjang

Tarok Dipo Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ

Bukik Cangang Kayu

Ramang Ѵ Ѵ Ѵ

Pakan Kurai Ѵ Ѵ

Aur Tajungkang

Tengah Sawah Ѵ Ѵ Ѵ

Benteng Pasar Atas Ѵ Ѵ Ѵ

Kayu Kubu Ѵ Ѵ Ѵ

Bukit Apit Puhun Ѵ Ѵ

JUMLAH 6 - 6 7 1

II Mandiangin Koto

Selayan

Campago Guguak

Bulek Ѵ

Campago Ipuh Ѵ Ѵ

Puhun Tembok Ѵ Ѵ Ѵ

Kubu Gulai Bancah Ѵ Ѵ

Puhun Pintu Kabun Ѵ Ѵ Ѵ

Pulai Anak Air Ѵ Ѵ

Koto Selayan Ѵ

Garegeh Ѵ

Manggih Ganting Ѵ Ѵ Ѵ

JUMLAH 3 - 3 9 3

III Aur Birugo Tigo

Baleh

Aur Kuning Ѵ Ѵ Ѵ

Birugo Ѵ Ѵ Ѵ

Belakang Balok Ѵ Ѵ Ѵ

Sapiran Ѵ Ѵ Ѵ

Kubu Tanjung Ѵ Ѵ

Pakan Labuah Ѵ Ѵ

Parit Antang Ѵ Ѵ

Ladang Cangkiah Ѵ Ѵ

JUMLAH 4 5 3 8 -

Total Keseluruhan 13 5 12 24 4

Sumber: Analisis, 2016

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 65

5.9 Analisis Tingkat Resiko Bencana di Kota Bukittinggi

Untuk menghitung tingkat resiko bencana dilakukan dengan menghitung tingkat

kerentanan dan tingkat ketahanan dengan menggunakan statistik dan dengan bantuan

perangkat lungak GIS (Geographic Information System), resiko bencana alam di

Kota Bukittinggi dihitung berdasarkan jenis bencana di Kota Bukittinggi yang

meliputi bencana longsor, bencana gempa bumi dan bencana kebakaran.

5.9.1 Analisis Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi

Secara regional Kota Bukittinggi berada pada Satuan Tufa Batuapung yang disebut

juga sebagai Tufa Maninjau (Qpt) dan Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama).

Geologi Permukaan Kota Bukittinggi menggambarkan sifat fisik batuan dan tanah

pelapukannya. Singkapan tufa batuapung terdapat sebagai tebing Ngarai Sianok,

batuan ini berwarna putih hingga coklat muda. Dalam keadaan kering bersifat cukup

kompak dan agak padat, sehingga mampu membentuk tebing yang hampir vertikal

setinggi puluhan meter.

Melihat kondisi geologi Kota Bukittinggi, Kota Bukittinggi memiliki zona rawan

bencana. Zona Rawan Bencana Gempa Bumi pada umumnya dibagi menjadi 3

daerah zona yaitu zona rawan rendah, zona rawan menengah dan zona rawan tinggi.

Pembagian zona daerah rawan ini didasarkan kepada:

Zona Rawan Rendah biasanya didasari oleh batuan berumur tersier yang relatif

kompak, namun masih berpotensi terjadi longsoran apabila terjadi gempa.

Zona Rawan Menengah, biasanya didasari oleh endapan tufa, pasir, lempung dan

lanau hasil pengendapan material gunung api yang relatif kompak.

Zona Rawan Tinggi, biasanya didasari oleh endapan aluvium, rawa basah dan

daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan (liquefaction) apabila terjadi

gempa.

Wilayah Pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan pertemuan

dua lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-

Australia . Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan

Bukittinggi, dengan korban 52 orang tewas, 68 luka berat dan 460 luka ringan. Pada

Kota Bukittinggi gempa di iringi oleh longsor dan kebakaran pada lima tempat

sekaligus. 8 orang korban meninggal yang mana 1 (satu) orang korban adalah anak

kecil umur 7 tahun tertimbun longsoran tebing Ngarai Sianok.

Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis

data statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 66

Si

)Si2iX(XijijX1

kerentanan sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan

mobilitas. Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari

analisis dengan unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan

(misalnya : jika kelurahan A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di

seluruh wilayah kelurahan A tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat

kerentanan ekonomi tinggi).

Standarisasi Nilai Indikator

Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga

dapat dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model

standarisasi yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko

bencana. Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu:

Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai

indikator akan menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka

dipergunakan rumus :

Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kelurahan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kelurahan j

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

Perhitungan tingkat bahaya gempa bumi dapat diidentifikasi melalui beberapa

variabel yaitu luas zona rawan bencana tinggi dan luas zona rawan bencana

menengah. Berdasarkan hasil dari identifikasi luasan zona bencana gempa bumi

maka nilai luas zona rawan bencana tinggi dan luas zona rawan bencana menengah.

Untuk perhitungan nilai tingkat resiko bencana gempa bumi dihitung berdasarkan

nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan tingkat bencana gempa bumi 0,49-5,96

Rendah, 5,97-11,44 Sedang, 11,45-16,92 Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 67

Tabel V.19. Tingkat Bahaya Bencana Gempa Bumi

No Kecamatan/Kelurahan

Luas Wilayah Kota

Bukittinggi (Ha) Luas Zona Bahaya Tinggi

Luas Zona Bahaya

Menengah Nilai

rata-

rata

Klasifikasi

Bahaya Luas

(Ha)

Nilai

Baku

Bobot

(x0.25)

Luas

(Ha)

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Luas

(Ha)

Nilai

Baku

Bobot

(x0.25)

Kecamatan Guguak

Panjang

1 Bukik Cangang Kayu

Ramang 47 1,16 0,29 3,39 0,3 0,23 24,53 0,99 0,25 0,77 Rendah

2 Tarok Dipo 148 2,62 0,65 4,35 0.34 0,26 118,9 3,69 0,92 1,83 Rendah

3 Pakan Kurai 87 1,74 0,43 6,78 0,44 0,33 70,7 2,31 0,58 1,34 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah

Sawah 69 1,48 0,37 5,28 0,38 0,28 28,82 1,12 0,28 0,93 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 56 1,29 0,32 24,01 0,98 0,24 0,56 Rendah

6 Kayu Kubu 91 1,8 0,45 48,51 2,12 1,59 21,04 0,89 0,22 2,26 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 185.1 3,16 0,79 88,4 7,78 5,83 19,02 0,84 0,21 6,83 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto Selayan

8 Pulai Anak Air 88.2 1,75 0,44 24,55 1,56 1,17 26,8 3,17 0,79 2,4 Rendah

9 Koto Selayan 73 1,54 0,38 2,18 0,25 0,19 69,42 2,28 0,57 1,14 Rendah

10 Garegeh 65 1,42 0,35 7,07 0,45 0,34 89,74 2,86 0,71 1,4 Rendah

11 Maggih Ganting 65.1 1,42 0,36 22,12 1,87 1,4 33,2 1,81 0,45 2,21 Rendah

12 Campago Ipuh 139.3 2,49 0,62 27,73 1,28 0,96 74,82 2,43 0,61 2,19 Rendah

13 Puhun Tembok 71 1,51 0,38 13,77 0,72 0,54 34,09 1.27 0,32 1,24 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 181 3,1 0,77 521,9 21,24 15,93 18,94 0,83 0,21 16,91 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 361 5,7 1,42 51,49 2,24 1,68 83,74 2,69 0,67 3,77 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 172 2,97 0,74 46,82 2,06 1,54 56,08 1,9 0,47 2,75 Rendah

Kecamatan Aur Birugo

Tigo Baleh

17 Belakang Balok 50.4 1,21 0,3 20,52 2,61 1,96 12,63 0,94 0,23 2,49 Rendah

18 Sapiran 25.4 0,85 0,21 29,3 1,13 0,28 0,49 Rendah

19 Birugo 94 1,84 0,46 23,56 1,12 0,84 63,83 2,12 0,53 1,83 Rendah

20 Aur Kuning 90 1,78 0,45 113,9 3,55 0,89 1,34 Rendah

21 Pakan Labuah 118 2,91 0,55 133,9 4,12 1,03 1,58 Rendah

22 Kubu Tanjung 91.1 1,8 0,45 90,14 2,87 0,72 1,17 Rendah

23 Ladang Cangkiah 74 1,55 0,39 45,39 1,59 0,4 0,79 Rendah

24 Parit Antang 82 1,67 0,42 2 0,25 0,18 46,76 1,63 0,41 0,74 Rendah

Nilai rata-rata Xi 105,15 45,44 59,74

Standar Deviasi Si 69,15 24,76 34,99 Sumber : Hasil Analisis Klasifikasi Resiko Bencana : 0,49-5,96 Rendah, 5,97-11,44 Sedang, 11,45-16,92Tinggi

Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana

Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),

maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana

adalah:

B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn

R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn

K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn

Dimana :

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 68

B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)

R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)

K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)

X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan

Wi = Bobot Setiap Indikator

Kerentanan dapat diartikan karakteristik dan situasi seseorang atau suatu kelompok

meliputi faktor fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi yang memperbesar

kemungkinan menderita dampak suatu bahaya (UN-ISDR, 2002). Kerentanan dapat

pula diartikan sebagai faktor yang menentukan seberapa besar dampak yang

dirasakan apabila terjadi bahaya. Sebaliknya, terdapat pula faktor kapasitas, yaitu

penguasaan sumber daya, sikap, dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat,

yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri untuk

mencegah, menanggulangi, dan memulihkan diri dari dampak bencana.

Faktor kerentanan terhadap bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi yang memiliki

kerentanan yang paling tinggi berada pada Kelurahan Tarok Dipo, Benteng Pasar

Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Maggih Ganting, Puhun Tembok, Birugo, Aur

Kuning. Untuk lebih jelasnya perhitungan faktor kerentanan terhadap gempa bumi

dapat di lihat pada tabel berikut:

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 69

Tabel V.20. Kerentanan Bencana Gempa Bumi

No Kecamatan/Kelurahan

Variabel Kerentanan

Nilai

Baku

Kategor

i

Penduduk Wanita* Penduduk Tua dan Balita** Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Pusat Kegiatan Ekonomi

***

%

Pendud

uk

Wanita

Nilai

Baku

Bobot

Nilai

(x

0.20)

%

Pendudu

k Tua

dan

Balita

Nilai

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

Angka

Kepadata

n

Pendudu

k

Nilai

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

Angka

Kepadata

n

Banguna

n (Ha)

Nila

i

Bak

u

Bobot

Nilai

(x

0.20)

Pusat

Kegia

tan

Ekon

omi

Nila

i

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

Kecamatan Guguak

Panjang 0,3 0,2 0,2

1 Bukik Cangang Kayu

Ramang 53 2,64 0,53 12 1,84 0,55 51 1.93 0,39 13 0,76 0,15 1,82 0,18 1,8 Sedang

2 Tarok Dipo 52 2 0,4 18 3,77 1,13 118 4.06 0,81 89 3,19 0,64 1,82 0,18 3,16 Tinggi

3 Pakan Kurai 54 3,29 0,66 10 1,19 0,36 73 2.63 0,53 20 0,99 0,2 1,82 0,18 1,93 Sedang

4 Aur Tajungkang Tengah

Sawah 52 2 0,4 14 2,48 0,75 108 3.76 0,75 108 3,81 0,76 1,82 0,18 2,84 Tinggi

5 Benteng Pasar Atas 52 2 0,4 9 0,87 0,26 104 3.62 0,72 106 3,73 0,75 2 4,65 0,47 2,6 Tinggi

6 Kayu Kubu 51 1,36 0,27 9 0,87 0,26 30 1.26 0,25 10 0,67 0,13 1,82 0,18 1,09 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 50 0,71 0,14 10 1,19 0,36 26 1.14 0,23 26 1,19 0,24 1,82 0,18 1,15 Rendah

Kecamatan Mandiangin

Koto Selayan

8 Pulai Anak Air 49 0,07 0,01 12 1,84 0,55 57 2.11 0,42 57 2,17 0,43 1,82 0,18 1,59 Sedang

9 Koto Selayan 54 3,29 0,06 7 0,23 0,07 18 0.88 0,18 18 0,93 0,19 1,82 0,18 0,68 Rendah

10 Garegeh 53 2,64 0,53 9 0,87 0,26 38 1.50 0,3 38 1,55 0,31 1,82 0,18 1,58 Rendah

11 Maggih Ganting 53 2,64 0,53 11 1,52 0,45 74 2.68 0,54 74 2,73 0,55 1,82 0,18 2,25 Rendah

12 Campago Ipuh 51 1,36 0,27 11 1,52 0,45 70 2.53 0,51 70 2,58 0,52 1,82 0,18 1,93 Sedang

13 Puhun Tembok 56 4,58 0,92 14 2,48 0,75 92 3.22 0,64 92 3,27 0,65 1,82 0,18 3,14 Tinggi

14 Puhun Pintu Kabun 51 1,36 0,27 11 1,52 0,45 18 0.87 0,17 18 0,92 0,18 1,82 0,18 1,25 Rendah

15 Kubu Gulai Bancah 54 3,29 0,66 9 0,87 0,26 30 1.26 0,25 30 1,32 0,26 1,82 0,18 1,61 Sedang

16 Campago Guguk Bulek 52 2 0,4 12 1,84 0,55 39 1.54 0,31 39 1,59 0,32 1,82 0,18 1,76 Sedang

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

17 Belakang Balok 52 2 0,4 10 1,19 0,36 58 2.16 0,43 58 2,21 0,44 1,82 0,18 1,81 Sedang

18 Sapiran 52 2 0,4 10 1,19 0,36 41 1.61 0,32 41 1,66 0,33 1,82 0,18 1,59 Sedang

19 Birugo 52 0,71 0,14 18 1,84 0,55 65 2.37 0,21 65 1,12 0,22 1,82 0,18 1,3 Rendah

20 Aur Kuning 52 2 0,4 18 3,77 1,13 76 2.72 0,54 76 2,77 0,55 1 3,24 0,32 2,94 Tinggi

21 Pakan Labuah 50 0,71 0,14 12 1,84 0,55 24 1.06 0,21 24 1,12 0,22 1,82 0,18 1,3 Rendah

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 70

No Kecamatan/Kelurahan

Variabel Kerentanan

Nilai

Baku

Kategor

i

Penduduk Wanita* Penduduk Tua dan Balita** Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Pusat Kegiatan Ekonomi

***

%

Pendud

uk

Wanita

Nilai

Baku

Bobot

Nilai

(x

0.20)

%

Pendudu

k Tua

dan

Balita

Nilai

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

Angka

Kepadata

n

Pendudu

k

Nilai

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

Angka

Kepadata

n

Banguna

n (Ha)

Nila

i

Bak

u

Bobot

Nilai

(x

0.20)

Pusat

Kegia

tan

Ekon

omi

Nila

i

Bak

u

Bobot

Nilai

(x 0.20)

22 Kubu Tanjung 52 2 0,4 8 0,55 0,16 15 0.77 0,15 15 0,82 0,16 1,82 0,18 1,05 Rendah

23 Ladang Cangkiah 51 1,36 0,27 10 1,19 0,36 24 1.07 0,21 24 1,12 0,22 1,82 0,18 1,24 Rendah

24 Parit Antang 54 3,29 0,66 8 0,55 0,16 16 0.80 0,16 16 0,85 0,17 1,82 0,18 1,33 Rendah

Nilai Rata Xi 0.52 12,5 533.196 51,72 0.125

Standar Deviasi 0.02 3,1 3.132.771 31,35 0.71

Sumber: Analisis, 2016

Keterangan : 0,68-1,5 tingkat kerentanan rendah, 01,6-2,42 tingkat kerentanan sedang, dan 2,43-3,25 tingkat kerentanan Tinggi

* berdasarkan pada tabel 4.7

** berdasarkan pada tabel 4-7 *** berdasarkan kondisi eksisting/survay

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 71

Si

)Si2iX(XijijX1

Gempa dan Longsor memiliki variabel kapasitas yang sama karena merupakan

bencana geologi, variabel kapasitas dari bencana gempa dan longsor yaitu Kawasan

non terbangun seperti lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

keberadaan Tempat evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW

Kota Bukittinggi, serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat

diterima dari aparat seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan

yang memiliki kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah,

Belakang Balok dan Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan

dapat bertahan atau mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat

berbentuk adanya emergency respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi.

Berikut penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.

Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin tinggi nilai indikator

akan menyebabkan semakin rendah resiko bencananya, maka dipergunakan rumus

yang berbeda, yaitu :

Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

Tabel V.21. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi

No Kecamatan/Kelurahan

Lapangan RTH Tempat Evakuasi

Jumlah Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32

Jumlah 3 19 5

Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2

Standar Deviasi 0.89 1,53 0,58

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 72

Tabel lanjutan.............

No Kecamatan/Kelurahan

Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai

Baku Kategori

Jumlah Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 4,4 Rendah

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 4,53 Tinggi

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1.00 6.62 1.32 362.33 4.00 0.80 4,45 Sedang

Jumlah 5 1087

Nilai Rata rata Xi 16.667 0.2 362.33 0.2

Standar Deviasi 0.58 0.00 Keterangan : 4,40-4,44 tingkat ketahanan rendah, 4,40-4,44 tingkat ketahanan sedang, dan 2,43-3,25 tingkat

ketahanan Tinggi

* berdasarkan pada tabel 4.7

Sumber: Analisis, 2016

Dari hasil analisis tingkat resiko bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi yang

memiliki tingkat resiko bencana tinggi berada pada Kelurahan Bukik Apit Puhun,

Pulai Anak Air, Maggih Ganting, Campago Ipuh, Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai

Bancah, dan Belakang Balok. untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada Tabel 5.22

berikut:

Tabel V.22. Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi

No Kecamatan/Kelurahan

Bahaya Kerentanan Ketahanan

Nilai

Resiko

Tingkat

Resiko

Bencana Nilai

Nilai x

Bobot

Bahaya

(0,50)

Nilai

Nilai x

Bobot

Kerentanan

(0,25)

Nilai

Nilai x

Bobot

Ketahanan

(0,25)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0,77 0,39 1,8 0,45 4,4 1,10 1,94 Rendah

2 Tarok Dipo 1,83 0,92 3,16 0,79 4,4 1,10 2,81 Rendah

3 Pakan Kurai 1,34 0,67 1,93 0,48 4,4 1,10 2,25 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,93 0,47 2,84 0,71 4,4 1,10 2,28 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 0,56 0,28 2,6 0,65 4,4 1,10 2,03 Rendah

6 Kayu Kubu 2,26 1,13 1,09 0,27 4,4 1,10 2,50 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 6,83 3,42 1,15 0,29 4,4 1,10 4,80 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto selayan 0,00

8 Pulai Anak Air 2,4 1,20 1,59 0,40 4,53 1,13 2,73 Rendah

9 Koto Selayan 1,14 0,57 0,68 0,17 4,53 1,13 1,87 Rendah

10 Garegeh 1,4 0,70 1,58 0,40 4,53 1,13 2,23 Rendah

11 Maggih Ganting 2,21 1,11 2,25 0,56 4,53 1,13 2,80 Rendah

12 Campago Ipuh 2,19 1,10 1,93 0,48 4,53 1,13 2,71 Rendah

13 Puhun Tembok 1,24 0,62 3,14 0,79 4,53 1,13 2,54 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 16,91 8,46 1,25 0,31 4,53 1,13 9,90 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 3,77 1,89 1,61 0,40 4,53 1,13 3,42 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 2,75 1,38 1,76 0,44 4,53 1,13 2,95 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0,00

17 Belakang Balok 2,49 1,25 1,81 0,45 4,45 1,11 2,81 Rendah

18 Sapiran 0,49 0,25 1,59 0,40 4,45 1,11 1,76 Rendah

19 Birugo 1,83 0,92 1,3 0,33 4,45 1,11 2,35 Rendah

20 Aur Kuning 1,34 0,67 2,94 0,74 4,45 1,11 2,52 Rendah

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 73

No Kecamatan/Kelurahan

Bahaya Kerentanan Ketahanan

Nilai

Resiko

Tingkat

Resiko

Bencana Nilai

Nilai x

Bobot

Bahaya

(0,50)

Nilai

Nilai x

Bobot

Kerentanan

(0,25)

Nilai

Nilai x

Bobot

Ketahanan

(0,25)

21 Pakan Labuah 1,58 0,79 1,3 0,33 4,45 1,11 2,23 Rendah

22 Kubu Tanjung 1,17 0,59 1,05 0,26 4,45 1,11 1,96 Rendah

23 Ladang Cangkiah 0,79 0,40 1,24 0,31 4,45 1,11 1,82 Rendah

24 Parit Antang 0,74 0,37 1,33 0,33 4,45 1,1125 1,82 Rendah

Sumber : Hasil Analisis 2016

Keterangan : 1,76-4,47 tingkat resiko rendah, 4,48-7,19 tingkat resiko sedang, 7,20-9,91 tingkat

resiko tinggi

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 74

Gambar 5.11 Peta Resiko Bencana Gempa Bumi

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 75

Si

)Si2iX(XijijX1

5.9.2 Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor

Wilayah yang memiliki potensi longsor adalah di wilayah tebing Ngarai Sianok. Di

bagian atas tebing sering dijumpai kekar yang terbuka lebar terutama bila ada aliran

air yang masuk ke dalamnya. Berdasarkan data laboratorium pengembangan bebas

(swelling) batuan ini melebihi 70%. Angka ini merupakan salah satu faktor yang

menunjukkan mudah terganggunya kestabilan lereng / tebing jika dirembesi oleh air.

Dalam keadaan tidak tersingkap atau terganggu, batuan ini mempunyai daya dukung

cukup besar lebih dari 3.75 kg/cm2. Tanah pelapukan berupa perlapisan lempung,

lanau dan lempung pasiran, kurang lulus air dengan orde lebih kecil dari 10-6 cm/dt.

Air yang mengalir di atas tanah ini akan lebih banyak mengalir pada permukaan.

Selanjutnya di bawah kedalaman 2 meter, biasanya berupa tufa halus sampai kasar,

sangat lapuk dengan orde kelulusan berkisar antara 10-3 – 10-4 cm/dt. Berdasarkan

data sondir secara umum disimpulkan bahwa pijakan fondasi bangunan dapat

diletakkan pada lapisan tufa yang umumnya berada di bawah kedalaman 4 meter. Di

daerah yang berada di Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama), sifat fisiknya berupa

lanau lempungan dengan kelelusan sedang (10-4 – 10-6 cm/dt), mudah tererosi, tebal

antara 2.5 m hingga 5 meter.

Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis

data statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor

kerentanan sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan

mobilitas. Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari

analisis dengan unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan

(misalnya : jika kelurahan A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di

seluruh wilayah kelurahan A tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat

kerentanan ekonomi tinggi).

Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga

dapat dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model

standarisasi yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko

bencana. Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu:

Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai

indikator akan menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka

dipergunakan rumus :

Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 76

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

Dari hasil analisis bahwa tingkat longsor tinggi berada pada Kelurahan Kayu Kubu,

Bukit Apit Puhun, Pulai Anak Air, Maggih Ganting, Campago Ipuh, Kubu Gulai

Bancah , Campago Guguk Bulek dan Belakang Balok Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel V.23. Tingkat Bencana Longsor

No Kecamatan/Kelurahan

Luas Bahaya longsor Tinggi Luasan Bahaya longsor

Menengah Nilai Baku Kategori

Luas (Ha) Nilai Baku Bobot

(x0.75) Luas (Ha) Nilai Baku

Bobot

(x0.25)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 4,72 0,74 0.56 11,18 0,85 0,21 0,21 Rendah

2 Tarok Dipo 0 0,74 0.54 4,27 0,4 0,1 0,10 Rendah

3 Pakan Kurai 0 0,72 0.54 6,72 0,56 0,14 0,14 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0 0,72 0.54 5,27 0,47 0,12 0,12 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 0 0,72 0.54 24,3 1,71 0,43 0,43 Rendah

6 Kayu Kubu 27,79 2,99 2.24 26,82 1,87 0,47 0,47 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 67,8 6,26 4.70 82,26 5,49 1,37 1,37 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto selayan

8 Pulai Anak Air 0 0,72 0.54 34,63 2,38 0,6 0,60 Rendah

9 Koto Selayan 0 0,72 0.54 1,94 0,25 0,06 0,06 Rendah

10 Garegeh 0 0,72 0.54 6,95 0,58 0,14 0,14 Rendah

11 Maggih Ganting 0 0,72 0.54 41,63 2,84 0,71 0,71 Rendah

12 Campago Ipuh 0 0,72 0.54 26,81 1,87 0,47 0,47 Rendah

13 Puhun Tembok 0 0,72 0.54 13,64 1,01 0,25 0,25 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 215,5 20,13 15.10 240,5 15,8 3,95 3,95 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 1,13 0,75 0.57 64,51 4,33 1,08 1,08 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 0 0,75 0.54 47,18 3,2 0,8 0,80 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0

17 Belakang Balok 48,65 4,11 3.08 26,94 1,88 0,47 0,47 Rendah

18 Sapiran 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah

19 Birugo 16,56 0,74 0.56 23,02 1,63 0,41 0,41 Rendah

20 Aur Kuning 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah

21 Pakan Labuah 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah

22 Kubu Tanjung 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah

23 Ladang Cangkiah 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah

24 Parit Antang 0 0,72 0.54 1,9 0,25 0,06 0,06 Rendah

Nilai Rata rata Xi 156.496 28,77

Standar deviasi 12,24 15,34 Sumber : Hasil Analisis, 2016

Klasifikasi pembobotan: < 0,30-1,33 rendah, 1,34-2,64 sedang, >2,65-3,95 tinggi

Longsor yang terjadi pada Pesisir Ngarai Sianok sehingga menghanyutkan beberapa

rumah di sekitarnya jatuh ke lembah Ngarai Sianok. Tingkat kerentanan gerakan

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 77

tanah dapat dibagi atas empat tingkat yaitu : (1) Sangat rendah, gerakan tanah jarang

terjadi. (2) Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. (3) Menengah,

gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada gangguan pada

lereng. (4) Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim hujan dan gerakan tanah

lama aktif kembali.

Kepadatan bangunan juga menjadi penilaian dalam penentuan kerentanan longsor di

Kota Bukittinggi. Kepadatan bangunan dalam suatu wilayah turut mempengaruhi

kerentanan bencana gempa bumi, dimana kepadatan bangunan dapat memperburuk

jatuhnya kerugian, seperti korban dan materi. Kepadatan bangunan yang tinggi

memungkinkan daerah tersebut memiliki kerentanan yang tinggi. Dari penilaian

resiko menggunakan kepadatan bangunan dan kemiringan lereng di dalam zona

kerentanan tinggi lebih besar dari 30%). Perhitungan tingkat kerentanan longsor

dapat diidentifikasi melalui beberapa variabel yaitu angka kepadatan penduduk,

kepadatan bangunan, dan kemampuan lahan.

Lokasi yang memiliki kerentanan longsor tinggi berada pada Kelurahan Bukik

Cangang Kayu Ramang, Benteng Pasar Atas, Kayu Kubu, Bukit Apit Puhun, Maggih

Ganting, Campago Ipuh, Puhun Tembok Belakang Balok dan lain-lain untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 5-5.

Untuk perhitungan nilai tingkat kerentanan bencana longsor dihitung berdasarkan

nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan kerentanan longsor < 0,40 tingkat longsor

rendah, 0,40-0,50 tingkat longsor sedang, dan >0,50 Tingkat longsor Tinggi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 78

Tabel V.24. Kerentanan Bencana Longsor

No Kecamatan/Kelurahan

Curah Hujan Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Kemampuan lahan

Nilai

Baku Kategori

Curah

Hujan

(Ha) *

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Angka

Kepadatan

Penduduk

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Angka

Kepadatan

Bangunan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.10)

%

Kemiringan

lahan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Kecamatan Guguak Panjang 0,2 0,2 0,1 0,5

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 60,34 1,55 0,31 59 2,08 0,42 50 1,85 0,19 0,2 2,42 1,21 2,13 Rendah

2 Tarok Dipo 73,29 1,68 0,34 118 3,85 0,77 89 3,08 0,13 0 0,94 0,47 1,71 Rendah

3 Pakan Kurai 77,47 1,72 0,34 73 2,51 0,5 73 2,58 0,26 0 0,94 0,47 1,57 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 34,11 1,29 0,26 89 2,98 0,6 89 3,08 0,31 0 0,94 0,47 1,64 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 24,01 1,19 0,24 104 3,43 0,69 106 3,62 0,36 0,15 2,05 1,03 2,32 Sedang

6 Kayu Kubu 69,48 1,64 0,33 40 1,5 0,3 40 1,52 0,15 0,4 3,9 1,95 2,73 Tinggi

7 Bukit Apit Puhun 206,96 2,99 0,6 26 1,1 0,22 26 1,1 0,11 0,4 3,9 1,95 2,88 Tinggi

Kecamatan Mandiangin Koto

selayan

8 Pulai Anak Air 135,33 2,29 0,46 57 2,02 0,4 57 2,07 0,21 0,02 1,09 0,54 1,61 Rendah

9 Koto Selayan 71,61 1,66 0,33 18 0,86 0,17 18 0,84 0,08 0,02 1,09 0,54 1,12 Rendah

10 Garegeh 112,34 2,06 0,41 38 1,45 0,29 38 1,46 0,15 0,1 1,68 0,84 1,69 Rendah

11 Maggih Ganting 95,31 1,89 0,38 74 2,55 0,51 74 2,62 0,26 0,15 2,05 1,03 2,18 Sedang

12 Campago Ipuh 102,54 1,97 0,39 70 2,41 0,48 70 2,48 0,25 0,15 2,05 1,03 2,15 Sedang

13 Puhun Tembok 47,86 1,43 0,29 92 3,06 0,61 92 3,17 0,32 0,1 1,68 0,84 2,06 Sedang

14 Puhun Pintu Kabun 540,57 6,28 1,26 18 0,85 0,17 18 0,83 0,08 0,4 3,9 1,95 3,46 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 135,23 2,29 0,46 30 1,22 0,24 30 1,23 0,12 0,2 2,42 1,21 2,03 Sedang

16 Campago Guguk Bulek 102,91 1,97 0,39 39 1,48 0,3 39 1,5 0,15 0,2 2,42 1,21 2,05 Sedang

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

17 Belakang Balok 82,2 1,76 0,35 58 2,06 0,41 58 2,11 0,21 0,4 3,9 1,95 2,92 Tinggi

18 Sapiran 29,3 1,24 0,25 127 4,12 0,82 127 4,29 0,43 0,1 1,68 0,84 2,34 Sedang

19 Birugo 112,95 2,07 0,41 65 2,26 0,45 65 2,32 0,23 0,15 2,05 1,03 2,12 Sedang

20 Aur Kuning 113,9 2,08 0,42 76 2,59 0,52 76 2,67 0,27 0,15 2,05 1,03 2,24 Sedang

21 Pakan Labuah 133,85 2,27 0,45 24 1,03 0,21 24 1,03 0,1 0,05 1,31 0,66 1,42 Rendah

22 Kubu Tanjung 90,14 1,84 0,37 15 0,75 0,15 15 0,73 0,07 0,05 1,31 0,66 1,25 Rendah

23 Ladang Cangkiah 45,39 1,4 0,28 24 1,04 0,21 24 1,03 0,1 0,02 1,09 0,54 1,13 Rendah

24 Parit Antang 48,76 1,44 0,29 16 0,78 0,16 16 0,77 0,08 0,02 1,09 0,54 1,07 Rendah

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 79

No Kecamatan/Kelurahan

Curah Hujan Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Kemampuan lahan

Nilai

Baku Kategori

Curah

Hujan

(Ha) *

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Angka

Kepadatan

Penduduk

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Angka

Kepadatan

Bangunan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.10)

%

Kemiringan

lahan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Nilai Rata rata Xi 10.607.708 56.223.139 5.472.708 0.142917

Standar Deviasi 10.155.907 33.344.825 3.163.323 0.134955 Sumber : Hasil Analisis, 2016

Keterangan : 1,07-1,86 tingkat kerentanan rendah, 1,87-2,66 tingkat kerentanan sedang, dan 2,67-3,46 Tingkat Kerentanan Tinggi

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 80

Si

)Si2iX(XijijX1

Gempa dan Longsor memiliki variabel kapasitas yang sama karena merupakan bencana

geologi, variabel kapasitas dari bencana gempa dan longsor yaitu Kawasan non

terbangun seperti lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan

Tempat evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota

Bukittinggi, serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari

aparat seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki

kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang Balok dan

Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat bertahan atau

mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk adanya emergency

respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi. Berikut penilaian kapasitas di

kota Bukittinggi.

Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin tinggi nilai indikator akan

menyebabkan semakin rendah resiko bencananya, maka dipergunakan rumus yang

berbeda, yaitu :

Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

Tabel V.25. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi

No Kecamatan/Kelurahan

Lapangan RTH Tempat Evakuasi

Jumlah Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32

Jumlah 3 19 5

Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2

Standar Deviasi 0,89 1,53 0,58

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 81

lanjutan.............

No Kecamatan/Kelurahan

Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai

Rata-rata Kategori

Jumlah Nilai Baku Bobot

(x0.20) Jumlah Nilai Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1.67 362.33 4 0,8 5,20 Rendah

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 2 8,35 1.67 362.33 4 0,8 5,33 Tinggi

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1 6.62 1.32 362.33 4 0,8 5,25 Sedang

Jumlah 5 1087

Nilai Rata rata Xi 16.667 0.2 362,33 0,2

Standar Deviasi 0,58 0

Sumber: Analisis, 2016 Keterangan : 5,20-5,24 tingkat ketahanan, 5,25-5,29 tingkat ketahanan sedang, dan 5,30-5,34 Tingkat ketahanan

Tinggi

Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana

Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),

maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi. Rumus

yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:

B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn

R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn

K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn

Dimana :

B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)

R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)

K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)

X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan

Wi = Bobot Setiap Indikator

Dari hasil analisis tingkat resiko bencana gempa Longsor di Kota Bukittinggi yang

memiliki tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Kayu Kubu,

Bukik Apit Puhun, Pulai Anak Air,Maggih Ganting dan lain-lain untuk lebih jelasnya

dapat dijelaskan pada Tabel V.26 berikut:

Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 82

Tabel V.26. Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor

No Kecamatan/Kelurahan

Bahaya Kerentanan Ketahanan

Indeks

Resiko

Tingkat

Resiko

Bencana Nilai

Nilai x

Bobot

Bahaya

(0,50)

Nilai

Nilai x

Bobot

Kerentanan

(0,25)

Nilai

Nilai x

Bobot

Ketahanan

(0,25)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0,21 0,11 2,13 0,53 5,2 1,30 1,94 Rendah

2 Tarok Dipo 0,1 0,05 1,71 0,43 5,2 1,30 1,78 Rendah

3 Pakan Kurai 0,14 0,07 1,57 0,39 5,2 1,30 1,76 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,12 0,06 1,64 0,41 5,2 1,30 1,77 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 0,43 0,22 2,32 0,58 5,2 1,30 2,10 Rendah

6 Kayu Kubu 0,47 0,24 2,73 0,68 5,2 1,30 2,22 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 1,37 0,69 2,88 0,72 5,2 1,30 2,71 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto

selayan

8 Pulai Anak Air 0,6 0,30 1,61 0,40 5,33 1,33 2,04 Rendah

9 Koto Selayan 0,06 0,03 1,12 0,28 5,33 1,33 1,64 Rendah

10 Garegeh 0,14 0,07 1,69 0,42 5,33 1,33 1,83 Rendah

11 Maggih Ganting 0,71 0,36 2,18 0,55 5,33 1,33 2,23 Rendah

12 Campago Ipuh 0,47 0,24 2,15 0,54 5,33 1,33 2,11 Rendah

13 Puhun Tembok 0,25 0,13 2,06 0,52 5,33 1,33 1,97 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 3,95 1,98 3,46 0,87 5,33 1,33 4,17 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 1,08 0,54 2,03 0,51 5,33 1,33 2,38 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 0,8 0,40 2,05 0,51 5,33 1,33 2,25 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

17 Belakang Balok 0,47 0,24 2,92 0,73 5,25 1,31 2,28 Rendah

18 Sapiran 0,03 0,02 2,34 0,59 5,25 1,31 1,91 Rendah

19 Birugo 0,41 0,21 2,12 0,53 5,25 1,31 2,05 Rendah

20 Aur Kuning 0,03 0,02 2,24 0,56 5,25 1,31 1,89 Rendah

21 Pakan Labuah 0,03 0,02 1,42 0,36 5,25 1,31 1,68 Rendah

22 Kubu Tanjung 0,03 0,02 1,25 0,31 5,25 1,31 1,64 Rendah

23 Ladang Cangkiah 0,03 0,02 1,13 0,28 5,25 1,31 1,61 Rendah

24 Parit Antang 0,06 0,03 1,07 0,27 5,25 1,31 1,61 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016

Keterangan : Tingkat Resiko Rendah 1,61-2,46, Tingkat Resiko Sedang 2,47-3,32, dan Tingkat Resiko Tinggi 3,33-

4,17

Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 83

Gambar 5.12 Peta analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor

Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 84

5.9.3 Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran

Kebakaran merupakan dampak bahaya sekunder dari Gempa bumi, kebakaran terjadi

sesaat pasca gempa bumi pada toko Wahyu toys, Rumah makan Kamang Jaya, Rumah

Makan Gon Jaya, Kantor Pengelolaan Pasar Kota Bukittingi dan Pasar Wisata

Bukittinggi yang menghanguskan lebih dari 200 kios. Kebakaran juga terjadi di wilayah

pemukiman. Pada tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh

sebanyak 9 kejadian, Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan sebanyak 21 kejadian. Perkiraan kerugian yang di derita

akibat kebakaran tersebut sekitar Rp. 8.235.257.000. Pada tahun 2013 jumlah kejadian

kebakaran menurun, kebakaran terjadi di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak

13 kejadian, di Kecamatan Mandianin Koto Selayan sebanyak 13 kejadian, dan kejadian

kebakaran terbanyak di Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 14 kejadian. Jumlah

kejadian kebakaran pada tahun 2013 sebanyak 40 kejadian. Dalam kejadian tersebut ada

korban meninggal sebanyak 1 orang berumur 72 tahun. tahun di Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan, pada saat kejadian kebakaran pada tanggal 8 Juli 2013.

Penyebab kebakaran yang terjadi di Kota Bukittinggi lebih banyak dipicu oleh bencana

gempa bumi, faktor kesalahan manusia dan faktor cuaca. Gempa yang terjadi terkadang

sering menimbulkan konslet listrik dan pada akhirnya menyebabkan kebakaran. Pada

tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh sebanyak 9 kejadian,

Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan Mandiangin Koto

Selayan sebanyak 21 kejadian. Perkiraan kerugian yang di derita akibat kebakaran

tersebut sekitar Rp. 8.235.257.000. Pada tahun 2013 jumlah kejadian kebakaran

sebanyak 13 kejadian, di Kecamatan Mandianin Koto Selayan sebanyak 13 kejadian,

dan kejadian kebakaran terbanyak di Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 14 kejadian.

Kecamatan Guguak Panjang lebih berpotensi atau beresiko tinggi karena kepadatan

yang tinggi. Kepadatan menjadi faktor utama tingginya kerentanan di suatu daerah

karena semakin padat suatu daerah maka akan mempermudah api untuk merambat

karena struktur bangunan yang padat dan berhimpitan antara bangunan yang satu

dengan bangunan yang lainnya. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bukittinggi tahun

2011 adalah 4.500 jiwa/km², naik dibandingkan tahun 2010 yang hanya 4,410 jiwa/km².

Namun kepadatan ini tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan Guguk Panjang

adalah kecamatan terpadat, yakni 6,186 jiwa/km² diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 4,039 jiwa/km² dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 3,789 jiwa/km².

Melalui analisis maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 85

Tabel V.27. Analisis Bahaya Kebakaran

No Kecamatan/Kelurahan

Kejadian Kebakaran 2014

Kategori Jumlah

Kejadian Nilai Baku

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 1 13.46 Tinggi

2 Tarok Dipo 1 13.46 Tinggi

3 Pakan Kurai 1 13.46 Tinggi

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 1 13.46 Tinggi

5 Benteng Pasar Atas 1 13.46 Tinggi

6 Kayu Kubu 1 13.46 Tinggi

7 Bukit Apit Puhun

Kecamatan Mandiangin Koto selayan

8 Pulai Anak Air

9 Koto Selayan

10 Garegeh

11 Maggih Ganting 1 13.46 Tinggi

12 Campago Ipuh 1 13.46 Tinggi

13 Puhun Tembok 1 13.46 Tinggi

14 Puhun Pintu Kabun

15 Kubu Gulai Bancah

16 Campago Guguk Bulek

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

17 Belakang Balok 1 13.46 Tinggi

18 Sapiran 1 13.46 Tinggi

19 Birugo 1 13.46 Tinggi

20 Aur Kuning 1 13.46 Tinggi

21 Pakan Labuah

22 Kubu Tanjung

23 Ladang Cangkiah

24 Parit Antang

Nilai Rata rata Xi 0.541667

Standar Deviasi 0.04

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Kepadatan bangunan juga menjadi penilaian dalam penentuan kerentanan kebakaran di

Kota Bukittinggi. Kepadatan bangunan dalam suatu wilayah turut mempengaruhi

kerentanan bencana kebakaran, dimana kepadatan bangunan dapat memperburuk

jatuhnya kerugian, seperti korban dan materi. Kepadatan bangunan yang tinggi

memungkinkan daerah tersebut memiliki kerentanan yang tinggi. Selain kepadatan

bangunan kerentanan terhadap bencana kebakaran yaitu bangunan yang terbuat atau

didominasi oleh bahan bangunan yang terbuat dari kayu. Di Kota Bukittinggi masih

banyak bangunan yang terbuat dari kayu sehingga sangat rentan terhadap bencana

kebakaran. Perhitungan tingkat kerentanan kebakaran dapat diidentifikasi melalui

beberapa variabel yaitu angka kepadatan bangunan, dan bangunan yang terbuat dari

Page 96: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 86

kayu. Untuk perhitungan nilai tingkat kerentanan bencana kebakaran dihitung

berdasarkan nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan 0,77-1,52 tingkat kerentanan

rendah, 1,53-2,281 tingkat kerentanan sedang, dan 2,29-3,04 Tingkat kerentanan

Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel V.28. Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Kebakaran

No Kecamatan/Kelurahan

Kepadatan Bangunan Bangunan Kayu

Aksesibilitas Nilai

Baku Kategori Angka

Kepadatan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

%

Bangunan

Kayu

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Kecamatan Guguak

Panjang

1 Bukik Cangang Kayu

Ramang 13 0,82 0,41 0,2 0,72 0,36 Rendah 0,77 Rendah

2 Tarok Dipo 118 3,73 1,87 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,9 Tinggi

3 Pakan Kurai 73 2,49 1,25 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,94 Tinggi

4 Aur Tajungkang Tengah

Sawah 108 3,47 1,73 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,76 Tinggi

5 Benteng Pasar Atas 112 3,57 1,78 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,81 Tinggi

6 Kayu Kubu 40 1,56 0,78 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,47 Tinggi

7 Bukit Apit Puhun 26 1,19 0.60 0,4 3,39 1,69 Tinggi 1,69 Sedang

Kecamatan Mandiangin

Koto selayan

8 Pulai Anak Air 57 2,04 1,02 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,05 Sedang

9 Koto Selayan 18 0,96 0,48 0,2 0,72 0,36 Rendah 0,84 Rendah

10 Garegeh 38 1,51 0,75 0,2 0,72 0,36 Rendah 1,11 Rendah

11 Maggih Ganting 74 2,53 1,26 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,95 Tinggi

12 Campago Ipuh 70 2,4 1,2 0,2 0,72 0,36 Rendah 1,56 Sedang

13 Puhun Tembok 92 3 1,5 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,53 Sedang

14 Puhun Pintu Kabun 18 0,96 0,48 0,3 2,06 1,03 sedang 1,51 Rendah

15 Kubu Gulai Bancah 30 1,3 0,65 0,3 2,06 1,03 sedang 1,68 Sedang

16 Campago Guguk Bulek 39 1,54 0,77 0,2 0,72 0,36 sedang 1,13 Rendah

Kecamatan Aur Birugo

Tigo Baleh

17 Belakang Balok 58 2,08 1,04 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,73 Tinggi

18 Sapiran 127 3,99 1,99 0,3 2,06 1,03 Tinggi 3,02 Tinggi

19 Birugo 65 2,56 1,13 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,82 Tinggi

20 Aur Kuning 76 2,57 1,28 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,31 Sedang

21 Pakan Labuah 24 1,13 0,56 0,3 2,06 1,03 sedang 1,59 Sedang

22 Kubu Tanjung 15 0,87 0,43 0,3 2,06 1,03 sedang 1,46 Rendah

23 Ladang Cangkiah 24 1,13 0,57 0,2 0,72 0,36 sedang 0,93 Rendah

24 Parit Antang 16 0,9 0,45 0,2 0,72 0,36 sedang 0,81 Rendah

Nilai Rata rata Xi 5.544.018 0,2958

Standar Deviasi 3.606.346 0,0751 Sumber : Hasil Analisis

Keterangan : 0,77-1,52 tingkat kerentanan rendah, 1,53-2,281 tingkat kerentanan sedang, dan 2,29-3,04 Tingkat

kerentanan Tinggi

Kapasitas dari bencana kebakaran dibedakan karena melihat ketersediaan sumber air

dalam tanggap darurat bencana kebakaran. Analisis ini menggunakan ketersediaan

reservoir di kelurahan dalam menanggulangi bencana kebakaran. Variabel lain yang

Page 97: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 87

digunakan adalah lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH, serta

Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat seperti

TNI ataupun relawan. Dengan menggunakan variabel tersebut diatas maka hasil analisis

yang dilakukan adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel V.29. Kapasitas Bencana Kebakaran

No Kecamatan/Kelurahan

Lapangan Reservoar Tempat Evakuasi

Jumlah Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.10) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 4 4,31 0,86 2 8,35 1,67

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 1 4,25 0,85 0 2,58 0,52 2 8,35 1,67

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 1 4,25 0,85 0 2,58 0,52 1 6,62 1,32

Jumlah 3 4 5

Nilai Rata rata Xi 1 0,2 133.333 0,2 16.667 0,2

Standar Deviasi 0,89 2,31 0,58

Lanjutan.....

No Kecamatan/Kelurahan

Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Jumlah Hidran

Nilai

Rata-

rata

Kategori Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.10)

1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 1 4,25 0,425 6,28 Tinggi

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8

1 4,25 0,425 5,94 Sedang

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 1 6,62 1,32 362,33 4 0,8

1 4,25 0,425 5,24 Rendah

Jumlah 5 1087 3

Nilai Rata rata Xi 1.666.667 0.2 36.233.333 0,2 1

Standar Deviasi 0,58 0 0,89 Sumber: Analisis, 2016

5,24-5,59 tingkat kapasitas rendah, 5,60-5,95 tingkat kapasitas sedang, dan 5,96-6,31 Tingkat kapasitasTinggi

Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana

Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),

maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi. Rumus

yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:

B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn

R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn

K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn

Dimana :

Page 98: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 88

B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)

R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)

K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)

X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan

Wi = Bobot Setiap Indikator

Dari hasil analisis tingkat resiko bencana kebakaran di Kota Bukittinggi yang memiliki

tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Bukit Cangang Kayu

Ramang. Ramang, Tarok Dipo, Benteng Pasar Atas, Kayu Kubu, dan lain-lain untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran

No Kecamatan/Kelurahan

Bahaya Kerentanan Ketahanan

Nilai Indeks

Resiko

Tingkat

Resiko

Bencana Nilai

Nilai x Bobot

Bahaya (0,50) Nilai

Nilai x

Bobot

Kerentanan

(0,25)

Nilai

Nilai x

Bobot

Ketahanan

(0,25)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 13,46 6,73 0,77 0,19 6,28 1,57 8,49 Tinggi

2 Tarok Dipo 13,46 6,73 2,9 0,73 6,28 1,57 9,02 Tinggi

3 Pakan Kurai 13,46 6,73 2,94 0,74 6,28 1,57 9,03 Tinggi

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 13,46 6,73 2,76 0,69 6,28 1,57 8,99 Tinggi

5 Benteng Pasar Atas 13,46 6,73 2,81 0,70 6,28 1,57 9,00 Tinggi

6 Kayu Kubu 13,46 6,73 2,47 0,62 6,28 1,57 8,92 Tinggi

7 Bukit Apit Puhun 1,69 0,42 6,28 1,57 1,99 Rendah

Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 0,00

8 Pulai Anak Air 2,05 0,51 5,94 1,48 2,00 Rendah

9 Koto Selayan 0,84 0,21 5,94 1,48 1,69 Rendah

10 Garegeh 1,11 0,28 5,94 1,48 1,76 Rendah

11 Maggih Ganting 13,46 6,73 2,95 0,74 5,94 1,48 8,95 Tinggi

12 Campago Ipuh 13,46 6,73 1,56 0,39 5,94 1,48 8,60 Tinggi

13 Puhun Tembok 13,46 6,73 2,53 0,63 5,94 1,48 8,85 Tinggi

14 Puhun Pintu Kabun 1,51 0,38 5,94 1,48 1,86 Rendah

15 Kubu Gulai Bancah 1,68 0,42 5,94 1,48 1,90 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 1,13 0,28 5,94 1,48 1,77 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 0,00

17 Belakang Balok 13,46 6,73 2,73 0,68 5,24 1,31 8,72 Tinggi

18 Sapiran 13,46 6,73 3,02 0,76 5,24 1,31 8,79 Tinggi

19 Birugo 13,46 6,73 2,82 0,71 5,24 1,31 8,74 Tinggi

20 Aur Kuning 13,46 6,73 2,31 0,58 5,24 1,31 8,62 Tinggi

21 Pakan Labuah 1,59 0,40 5,24 1,31 1,71 Rendah

22 Kubu Tanjung 1,46 0,37 5,24 1,31 1,67 Rendah

23 Ladang Cangkiah 0,93 0,23 5,24 1,31 1,54 Rendah

24 Parit Antang 0,81 0,20 5,24 1,31 1,51 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016

Keterangan : 1,51-4,01 tingkat resiko rendah, 4,02-6,52 tingkat resiko sedang, 6,53-9,03 tingkat resiko tinggi

Page 99: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 89

Gambar 5.13 Peta Tingkat Resiko Bencana Kebakaran

Page 100: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 90

5.9.4 Analisis Tingkat Resiko Genangan Air

Arah aliran drainase tergantung dari kemiringan lahan dan bentuk daerah tangkapan

yang ada. Kota Bukittinggi secara umum berada pada ketinggian 780 – 950 m dari

permukaan laut. Dikelilingi oleh perbukitan sebelah Barat Utara serta pegunungan

disebelah selatan. Dengan kondisi demikian, maka Kota Bukittinggi menjadi perlintasan

Daerah Aliran Sungai regional, yang mengalir dari hulu di Selatan dan ke arah hilir di

Timur Laut. Demikian juga dengan sistem drainase Kota Bukittinggi yang didukung

oleh sungai regional tersebut akan mengalirkan limpasan air hujan dan air buangan lain

secara gravitasi ke arah hilir di Timur Laut dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Agam. Sebelah Hulu adalah Kecamatan Banuhampu dan Hilirnya adalah Kecamatan

IV Angkat dan Kecamatan Tilatang Kamang. Pada Penyusunan Master plan Drainase

Perkotaan Kota Bukittinggi ini dapat dibagi 6 zone pengaliran sesuai dengan daerah

tangkapan yang ada beserta panjang sungainya. Yaitu:

1. Daerah Tangkapan Batang Agam

Memiliki luas daerah tangkapan 732,02 Ha dengan Panjang Sungai 6.442

meter. Meliputi Kelurahan: Birugo bagian Barat, Kayu Kubu, Benteng Pasar

Atas, Aur Tanjungkang Tangah Sawah, Pakan Kurai, Bukit Apit Puhun,

Tembok sebagian Puhun Pintu Kabun, Gulai Bancah, sebagian Campago Ipuh.

2. Daerah Tangkapan Batang Tambuo

Memiliki luas daerah tangkapan 610,72 Ha dengan Panjang Sungai 5.534

meter. Meliputi Kelurahan: Sebagian Aur Kuning, Pakan Labuh, Kubu

Tanjung, Parit Antang, Ladang Cakiah, Koto Salayan, Garegeh, Pulai Anak

Air, Manggis Ganting, Sebagian Guguk Bulek.

3. Daerah Tangkapan Banda Malang

Memiliki luas daerah tangkapan 268,76 Ha dengan Panjang Sungai 3.865

meter. Meliputi Kelurahan: Sebagian Pulai Anak Air, Manggis Ganting,

Campago Ipuh, Guguk Bulek, Pakan Kurai.

4. Daerah Tangkapan Banda Nagari Birugo

Memiliki luas daerah tangkapan 98,51 Ha dengan Panjang Sungai 3.938

meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Sapiran, Aur Tajungkang

Tangah Sawah, Tarok Dipo, Pakan Kurai.

5. Daerah Tangkapan Banda Batu Ampa

Memiliki luas daerah tangkapan 109,71 Ha dengan Panjang Sungai 2.941

meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Aur Kuning, Tarok Dipo,

Page 101: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 91

Si

)Si2iX(XijijX1

6. Daerah Tangkapan Batang Sianok

Memiliki luas daerah tangkapan 732,02 Ha dengan Panjang Sungai 5.950

meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Bukit Cangang, Kayu Ramang,

Kayu Kubu, Bukit Apit, Puhun Pintu Kabun

Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis data

statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor kerentanan

sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan mobilitas.

Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari analisis dengan

unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan (misalnya : jika kelurahan

A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di seluruh wilayah kelurahan A

tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi).

Standarisasi Nilai Indikator

Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga dapat

dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model standarisasi

yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko bencana.

Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu: Untuk setiap

indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai indikator akan

menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka dipergunakan rumus :

Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kelurahan j

Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kelurahan j

iX : Nilai rata-rata untuk indikator i

Si : Standar deviasi

Tabel V.30. Titik Genangan Air Hujan

No Kecamatan/Keluhan

Curah Hujan Luasan Genangan Jumlah Titik Genangan

Nilai

Baku Kategori

Curah

Hujan

(Ha)*

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Luasan

(Ha)

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Jumlah

Titik

Banjir

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 60,34 1.,5 0,31 0,03 0,02 0,15 0.,7 0,33 Rendah

2 Tarok Dipo 73,29 1,68 0,34 0,5 5,59 2,79 1 11,26 5,63 8,76 Sedang

3 Pakan Kurai 77,47 1,72 0,34 0,03 0,02 0,15 0,07 0,43 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 34,11 1,29 0,26 0,03 0,02 0,15 0,07 0,35 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 24,01 1,19 0,24 0,03 0,02 0,15 0,07 0,33 Rendah

6 Kayu Kubu 69,48 1,64 0,33 0,03 0,02 0,15 0.,7 0,35 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 206,96 2,99 0,6 0,75 8,37 4,18 1 11,26 5,63 10,41 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto

Page 102: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 92

No Kecamatan/Keluhan

Curah Hujan Luasan Genangan Jumlah Titik Genangan

Nilai

Baku Kategori

Curah

Hujan

(Ha)*

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

Luasan

(Ha)

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Jumlah

Titik

Banjir

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

selayan

8 Pulai Anak Air 135,33 2,29 0,46 0,03 0,02 0,15 0,07 0,55 Rendah

9 Koto Selayan 71,61 1,66 0,33 0,03 0,02 0,15 0,07 0,42 Rendah

10 Garegeh 112,34 2,06 0,41 0,03 0,02 0.15 0,07 0,50 Rendah

11 Maggih Ganting 95,31 1.89 0,38 1 11,14 5,57 1 11,26 5,63 11,58 Sedang

12 Campago Ipuh 102,54 1,97 0,39 0,03 0,02 0,15 0,07 0,48 Rendah

13 Puhun Tembok 47,86 1,43 0,29 0,03 0,02 0,15 0,7 1,01 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 540,57 6,28 1,26 2 22,25 11,13 1 11,26 5,63 18,02 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 135,23 2,29 0,46 0,03 0,02 0,15 0,07 0,55 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 102,91 1,97 0,39 0,03 0,02 0,15 0,07 0,48 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh

17 Belakang Balok 82,2 1,76 0,35 0,03 0,02 0,15 0,07 0,44 Rendah

18 Sapiran 29,3 1,24 0,25 0,03 0,02 0,15 0,07 0,34 Rendah

19 Birugo 112,95 2,07 0,41 0,03 0,02 0,15 0,07 0,50 Rendah

20 Aur Kuning 113,9 2,08 0,42 0,03 0,02 0,15 0,07 0,51 Rendah

21 Pakan Labuah 133,85 2,27 0,45 0,03 0,02 0,15 0,07 0,54 Rendah

22 Kubu Tanjung 90,14 1,84 0,37 0,03 0,02 0,15 0,07 0,46 Rendah

23 Ladang Cangkiah 45,39 1,4 0,28 0,03 0,02 0,15 0,07 0,37 Rendah

24 Parit Antang 4,76 1,44 0,29 0,03 0,02 0,15 0,07 0,38 Rendah

Nilai Rata rata Xi 10.607.708 0,1771 0,1666667

Standar Deviasi 10.155.907 0,09 0,09 Sumber : Hasil analisis, 2016 Keterangan : 0,33-6,22 tingkat bencana rendah, 6,23-12,12 tingkat bencana sedang, dan 12,13-18,02 Tingkat

Bencana Tinggi

Perhitungan tingkat bahaya banjir dapat diidentifikasi melalui beberapa variabel yaitu

luas zona rawan bencana banjir tinggi dan luas zona genangan banjir. Berdasarkan hasil

dari identifikasi luasan zona bencana banjir maka nilai luas zona rawan bencana tinggi

dan luas zona rawan bencana menengah dapat diklasifikasikan dengan perhitungan

yaitu, kepadatan bangunan, dan bangunan yang terbuat dari kayu. Untuk perhitungan

nilai tingkat resiko bencana banjir dihitung berdasarkan nilai rata-rata maka dapat di

klasifikasikan 0,85-1,85 tingkat kerentanan rendah, 1,86-2,86 tingkat kerentanan

sedang, dan 2,87-3,87 tingkat kerentanan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Page 103: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 93

Tabel V.31. Tabel Kerentanan Genangan Air Kota Bukittinggi

No Kecamatan/Kelurahan

Kepadatan Bangunan Kemampuan

lahan

Nilai

Bak

u

Kategori Angka

Kepadatan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

%

Kemiringa

n lahan

Nilai

Baku

Bobot

(x0.50)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang 12,8 0,87 0,44 0,15 2,37 1,18 1,62 Sedang

2 Tarok Dipo 117,91 3,92 1,96 0,02 0,74 0,37 2,33 Sedang

3 Pakan Kurai 73,21 2,62 1,31 0,02 0,74 0,37 1,68 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 108,41 3,64 1,82 0,02 0,74 0,37 2,19 Sedang

5 Benteng Pasar Atas 22,7 1,16 0,58 0,15 2,37 1,18 1,76 Rendah

6 Kayu Kubu 39,63 1,65 0,82 0,3 4,24 2,12 2,94 Tinggi

7 Bukit Apit Puhun 26,33 1,27 0,63 0,3 4,24 2,12 2,75 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto selayan 0.00

8 Pulai Anak Air 56,89 2,15 1,07 0,15 2,37 1,18 2,25 Sedang

9 Koto Selayan 18,08 1,03 0,51 0,02 0,74 0,37 0,88 Rendah

10 Garegeh 37,74 1,6 0,8 0,05 1,12 0,56 1,36 Rendah

11 Maggih Ganting 74,47 2,66 1,33 0,15 2,37 1,18 2,51 Sedang

12 Campago Ipuh 69,97 2,53 1,26 0,15 2,37 1,18 2,44 Sedang

13 Puhun Tembok 91,63 3,16 1,58 0,05 0,12 0,56 2,14 Sedang

14 Puhun Pintu Kabun 17,8 1,02 0,51 0,4 -5,49 2,75 3,26 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 30,26 1,38 0,69 0,15 2,37 1,18 1,87 Sedang

16 Campago Guguk Bulek 38,76 1,62 0,81 0,15 2,37 1,18 1,99 Sedang

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0

17 Belakang Balok 58,27 2,19 1,09 0,4 -5,49 2,75 3,84 Tinggi

18 Sapiran 127,05 4,18 2,09 0,02 0,74 0,37 2,46 Sedang

19 Birugo 64,91 2,38 1,19 0,05 1,12 0,56 1,75 Rendah

20 Aur Kuning 75,91 2,7 1,35 0,05 1,12 0,56 1,91 Sedang

21 Pakan Labuah 24 1,2 0,6 0,05 1,12 0,56 1,16 Rendah

22 Kubu Tanjung 14,69 0,93 0,46 0,05 1,12 0,56 1,02 Rendah

23 Ladang Cangkiah 24,14 1,2 0,6 0,02 0,74 0,37 0,97 Rendah

24 Parit Antang 15,71 0,96 0,48 0,02 0,74 0,37 0,85 Rendah

1.241 0,5 2,89 0,5

Nilai Rata rata Xi 5.171.919.8

52

0,120417

Standar Deviasi 3.454.928.8

98

0,08

Sumber : Hasil Analisis

Keterangan : 0,85-1,85 tingkat kerentanan rendah, 1,86-2,86 tingkat kerentanan sedang, dan 2,87-3,87 Tingkat

kerentanan Tinggi

Untuk kelurahan yang memiliki tingkat resiko genangan air yang tinggi berada pada

kelurahan Pulai Anak Air, Sapiran, Campago Guguk Bulek, Maggih Ganting, Bukit

Apit Puhun dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5-9

Variabel kapasitas dari bencana banjir yaitu kawasan non terbangun seperti lahan

kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan Tempat evakuasi yang

disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota Bukittinggi, serta Emergency

Page 104: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 94

Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat seperti TNI ataupun

relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki kapasitas tertinggi adalah

Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang Balok dan Sapiran. Kelurahan

dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat bertahan atau mengurangi resiko bencana

yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk adanya emergency respon di daerah tersebut,

atau tempat untuk evakuasi. Berikut penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.

Tabel V.32. Kapasitas Bencana Banjir

No Kecamatan/Kelurahan

Lapangan RTH Tempat Evakuasi

Jumlah Nilai

Baku

Bobo

t

(x0.2

0)

Jumlah Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32

Jumlah 3 19 5

Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2

Standar Deviasi 0.89 1,53 0,58

Lanjutan...

No Kecamatan/Kelurahan

Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai

Rata-

rata

Kategori Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20) Jumlah

Nilai

Baku

Bobot

(x0.20)

1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 6,87 Tinggi

2 Kecamatan Mandiangin Koto

selayan 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 7,00 Tinggi

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh 1 6,62 1,32 362,33 4 0,8 6,57 Rendah

Jumlah 5 1087

Nilai Rata rata Xi 16.667 0,2 362,33 0,2

Standar Deviasi 0,58 0.00 Sumber: Analisis, 2016

Keterangan : 6,57-6,71 tingkat kapasitas rendah, 6,72-6,86 tingkat kapasitas sedang, dan 6,87-7,01 tingkat

kapasitas tinggi

Page 105: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 95

Dari hasil analisis tingkat resiko bencana banjir di Kota Bukittinggi yang memiliki

tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Bukit Cangang K. Ramang,

Tarok Dipo, Benteng Pasar Atas, Garegeh, dan lain-lain untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel V.33 berikut:

Tabel V.33. Tingkat Potensi Resiko Genangan Air

No Kecamatan/Kelurahan

Bahaya Kerentanan Ketahanan

Nilai

Bobot

Resiko

Tingkat

Resiko

Bencana Nilai

Nilai x

Bobot

Bahaya

(0,50)

Nilai

Nilai x

Bobot

Kerentanan

(0,25)

Nilai

Nilai x

Bobot

Ketahanan

(0,25)

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu

Ramang 0,33 0,17 0,81 0,20 6,87 1,72 2,09 Rendah

2 Tarok Dipo 8,76 4,38 1,17 0,29 6,87 1,72 6,39 Sedang

3 Pakan Kurai 0,43 0,22 0,84 0,21 6,87 1,72 2,14 Rendah

4 Aur Tajungkang Tengah

Sawah 0,35 0,18 1,1 0,28 6,87 1,72 2,17 Rendah

5 Benteng Pasar Atas 0,33 0,17 0,88 0,22 6,87 1,72 2,10 Rendah

6 Kayu Kubu 0,35 0,18 1,47 0,37 6,87 1,72 2,26 Rendah

7 Bukit Apit Puhun 10,41 5,21 1,38 0,35 6,87 1,72 7,27 Sedang

Kecamatan Mandiangin Koto

selayan

8 Pulai Anak Air 0,55 0,28 1,13 0,28 7,00 1,75 2,31 Rendah

9 Koto Selayan 0,42 0,21 0,44 0,11 7,00 1,75 2,07 Rendah

10 Garegeh 0,5 0,25 0,68 0,17 7,00 1,75 2,17 Rendah

11 Maggih Ganting 11,58 5,79 1,26 0,32 7,00 1,75 7,86 Sedang

12 Campago Ipuh 0,48 0,24 1,22 0,31 7,00 1,75 2,30 Rendah

13 Puhun Tembok 1,01 0,51 1,07 0,27 7,00 1,75 2,52 Rendah

14 Puhun Pintu Kabun 18,02 9,01 1,63 0,41 7,00 1,75 11,17 Tinggi

15 Kubu Gulai Bancah 0,55 0,28 0,94 0,24 7,00 1,75 2,26 Rendah

16 Campago Guguk Bulek 0,48 0,24 1 0,25 7,00 1,75 2,24 Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh

17 Belakang Balok 0,44 0,22 1,92 0,48 6,57 1,64 2,34 Rendah

18 Sapiran 0,34 0,17 1,23 0,31 6,57 1,64 2,12 Rendah

19 Birugo 0,5 0,25 0,88 0,22 6,57 1,64 2,11 Rendah

20 Aur Kuning 0,51 0,26 0,96 0,24 6,57 1,64 2,14 Rendah

21 Pakan Labuah 0,54 0,27 0,58 0,15 6,57 1,64 2,06 Rendah

22 Kubu Tanjung 0,46 0,23 0,51 0,13 6,57 1,64 2,00 Rendah

23 Ladang Cangkiah 0,37 0,19 0,49 0,12 6,57 1,64 1,95 Rendah

24 Parit Antang 0,38 0,19 0,43 0,11 6,57 1,64 1,94 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016

Keterangan : 1,94-5,01 tingkat resiko rendah, 5,02-8,09 tingkat resiko sedang, 8,10-11,17 tingkat resiko tinggi

Page 106: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 96

Gambar 5.14 Peta Potensi Resiko Genangan Air

Page 107: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 97

5.9.5 Analisis Resiko Kebencanaan

Dari hasil analisis tingkat resiko bencana longsor, bencana gempa bumi dan bencana

kebakaran, maka bisa disimpulkan wilayah/kelurahan mana yang memiliki tingkat

kebencanaan paling tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.34 berikut:

Tabel V.34. Analisis Resiko Kebencanaan

No Kecamatan/Kelurahan

Tingkat

Resiko

Bencana

Gempa

Bumi

Tingkat Resiko

Bencana

Longsor

Tingkat

Resiko

Bencana

kebakaran

Tingkat

Resiko

Bencana

Genangan

Multihazard

Kecamatan Guguak Panjang

1 Bukik Cangang Kayu Ramang Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

2 Tarok Dipo Rendah Rendah Tinggi Sedang Kebakaran

3 Pakan Kurai Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

4 Aur Tajungkang Tengah Sawah Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

5 Benteng Pasar Atas Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

6 Kayu Kubu Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

7 Bukit Apit Puhun Sedang Sedang Rendah Sedang

Gempa Bumi,

Longsor dan

Genangan

Kecamatan Mandiangin Koto

selayan

8 Pulai Anak Air Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

9 Koto Selayan Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

10 Garegeh Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

11 Maggih Ganting Rendah Rendah Tinggi Sedang Kebakaran dan

Genangan

12 Campago Ipuh Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

13 Puhun Tembok Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

14 Puhun Pintu Kabun Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

Gempa Bumi,

Longsor dan

Genangan

15 Kubu Gulai Bancah Rendah Rendah Rendah Rendah

16 Campago Guguk Bulek Rendah Rendah Rendah Rendah

Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh

17 Belakang Balok Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

18 Sapiran Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

19 Birugo Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

20 Aur Kuning Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran

21 Pakan Labuah Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

22 Kubu Tanjung Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

23 Ladang Cangkiah Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran

24 Parit Antang Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2016

Page 108: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 98

Gambar 5.15 Peta Analisis Multi Hazard

Page 109: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 99

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Mitigasi bencana per klaster di buat berdasarkan potensi bencana yang dimiliki tiap

klaster kebencanaan di Kota Bukittinggi contohnya konservasi alam, sebagai suatu

upaya untuk mempertahankan tetapi sekaligus dapat menerima adanya perubahan,

upaya menjaga kesinambungan yang menerima perubahan secara alami. Hal ini

bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya lingkungan yang ada

dengan mengembangkan beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan dan kualitas

lingkungan yang lebih baik dan membiarkan kondisi alam Ngarai Sianok seperti

aslinya, dengan tidak merusak hutan yang ada, tidak menebang pohon-pohon yang

tumbuh disekitar tebing Ngarai Sianok dan tidak membuka lahan untuk pemukiman

dan perumahan penduduk. Untuk konsep mitigasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6.1 Lokasi Bencana dan Jenis Bencana

No Jenis Bencana Lokasi

1 Gempa Bumi Klaster Bukit Apit Puhun,

Klaster Puhun Pintu Kabun,

2 Longsor Klaster Bukit Apit Puhun,

Klaster Puhun Pintu Kabun,

3 Banjir Klaster Tarok Dipo, Klaster

Apit Puhun, Klaster Maggih

Genting, Klaster Puhun Pintu

Kabun

4 Kebakaran klaster Bukik Cangang Kayu

Ramang, Klaster Tarok Dipo,

Klaster Pakan Kurai, Klaster

Air Tajungkang Tengah

Sawah, Klaster Benteng Pasar

Atas, Klaster Bukit Kayu

Kubu, Klaster Maggih

Ganting, Klaster Campago

Ipu, Klaster Puhun Tembok,

Klaster Belakang Balok,

Klaster Sapiran, Klaster

Birugo, dan Klaster Aur

Kuninng

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Page 110: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 100

6.2 Rekomendasi

Terjadinya bencana gerakan tanah longsor, gempa bumi, dan kebakaran disadari atau

tidak akan merubah fungsi struktur masyarakat baik sarana maupun prasarananya.

Upaya mengembalikan fungsi struktur masyarakat dan prasarananya yang dikenal

dengan istilah rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan dengan pendekatan baik secara

psikologis, sosiologis maupun secara teknis. Rehabilitasi ini diutamakan pada

permasalahan teknis, yaitu dalam pengembalian fungsi sarana dan prasarana serta

informasi pengembangan bencana tersebut. Untuk mengembalikan fungsi sarana dan

prasarana ini perlu masukan data yang beraspek keteknikan guna relokasi

pemukiman, bila diperlukan. Pemulihan kembali bangunan dan tatanan masyarakat,

akibat bencana berkaitan erat pembangunan nasional yang meliputi aspek penataan

struktur sosial serta sarana dan prasarana. Perencanaan yang baik harus

memperhatikan kondisi masyarakat, letak serta ruangnya, program pengembangan

wilayah, baik jangka pendek maupun panjang.

Tabel 6.2 Arahan Mitigasi Berdasarkan Jenis Bencana

No Jenis Bencana Lokasi Arahan Mitigasi

1 Gempa Bumi Klaster Bukit Apit Puhun,

klaster Pulai Anak Air,

Klaster Maggih Ganting,

klaster Campago Ipuh, Klaster

Puhun Tembok, Klaster Puhun

Pintu Kabun, Klaster Kubu

Gulai Bancah, Klaster

Campago Guguk Bulek,

Klaster Belakang Balok,

Klaster Birugo

Harus dibangun dengan konstruksi

tahan getaran/gempa khususnya di

daerah rawan gempa

Perkuatan bangunan dengan mengikuti

standar kualitas bangunan

Perkuatan bangunan-bangunan vital

yang telah ada

Rencanakan penempatan pemukiman

untuk mengurangi tingkat kepadatan

hunian di daerah rawan gempa bumi

2 Longsor Klaster Kayu Kubu, Klaster

Bukit Apit Puhun, Klaster

Pulai Anak Air, Klaster

Maggih Ganting, Klaster

Campago Ipuh, Klaster

Puhun Tembok, Klaster Puhun

Pintu Kabun, Klaster Kubu

Gulai Bancah, Klaster

Campago Guguk Bulek,

Klaster Belakang Balok,

Klaster Birugo

Slope reshaping lereng terjal

(pembentukan lereng lahan menjadi

lebih landai) pada daerah yang potensial

longsor.

Penguatan lereng terjal dengan bronjong

kawat pada kaki lereng.

Penanaman vegetasi kawasan longsor

Penutupan rekahan/retakan tanah

dengan segera karena pada musim

penghujan rekahan bisa diisi oleh air

hujan yang masuk ke dalam tanah

sehingga menjenuhi tanah di atas

lapisan kedap.

Bangunan rumah dari konstruksi kayu

(semi permanen) lebih tahan terhadap

retakan tanah dibanding dengan

bangunan pasangan batu/bata pada

lahan yang masih akan bergerak.

Page 111: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 101

No Jenis Bencana Lokasi Arahan Mitigasi

3 Banjir Klaster Tarok Dipo, Klaster

Maggih Ganting membuat tanggul sungai yang memadai

serta membuat waduk atau tandon air

untuk mengurangi banjir puncak

menambah saluran pembuangan air

dengan saluran sudetan atau normalisasi

sungai atau floodway

Pemeliharaan drainase

4 Kebakaran klaster Bukik Cangang Kayu

Ramang, Klaster Tarok Dipo,

Klaster Pakan Kurai, Klaster

Aur Tajungkang Tengah

Sawah, Klaster Benteng Pasar

Atas, Klaster Bukit Apit

Puhun, Klaster Maggih

Ganting, Klaster Puhun

Tembok, Klaster Belakang

Balok, Klaster Sapiran,

Klaster Birugo, Klaster Aur

Kuning

Hidran dan pembuatan reservoar

Hidran porttable

Pembuatan jalur akses cepat tanggap

terhadap kebakaran

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Page 112: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks

1. Awotona, Adenrele (1997). Reconstruction After Disaster : Issues and

Practices. Aldershot : Ashgate.

2. Campanella, Thomas J. and Godschalk, David R (2012). Resilience. the

Oxford Handbook of Urban Planning. Weber, Rachel and Crane, Randall.

Oxfor: Oxfor University Press.

3. Davidson, Rachel A (1997). An Urban Earthquake Disaster Risk Index.

Stanford : The John A. Blume Earthquake Engineering Center, Department of

Civil Engineering Stanford University.

4. Noor, Djauhari (2006). Geologi Lingkungan (Cetakan Pertama, Edisi

Pertama). Yogyakarta : Graha Ilmu.

5. Sanderson, David (1997). Building Bridges to Reduce Risk. Dalam

Reconstruction After Disaster : Issues and Practices. Awotona, Adenrale

(ed) (1997). Aldershot : Ashgate.

B. Jurnal/Artikel/Tesis

1. Rahman R, Firmansyah, Oktariadi, (2010). Penentuan Tingkat Resiko

Bencana Letusan Gunung Gamalama Pulau Ternate Provinsi Maluku

Utara., Buletin Geologi Tata Lingkungan vol.20 No.3 Desember 2010. Pusat

Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya

Mineral.

2. Firmansyah, (2011). Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung

Gamalama di Kota Ternate. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi. ISSN

2086-7794 vol.2 No.3 Desember 2011. Bandung. Badan Geologi Kementerian

Energi dan Sumberdaya Mineral.

3. Sagala Saut, Adhitama Praditya, G. Sianturi Donald, (2013). Analisis Upaya

Pencegahan Bencana Kebakaran di Permukiman Padat Perkotaan Kota

Bandung, Studi Kasus Kelurahan Sukahaji. Jurnal Resilience Development

Initiative (RDI). ISSN 2406-7865 No. 3 Desember 2013.

4. UNDP (1992). Tinjauan Umum Manajemen Bencana. Program Pelatihan

Manajemen Bencana : Edisi kedua. (http://www.undp.go.id)

5. Firmansyah (1998). Identifikasi Risiko Bencana Gempa Bumi dan

Implikasinya Terhadap Penataan Ruang di Kotamadya Daerah Tingkat II

Bandung. Tesis: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut

Teknologi Bandung.

6. Erwin (2008). Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi serta

Arahan Tindakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten

Sukabumi. Tugas Akhir: Jurusan Teknik Planologi Universitas Pasundan

Bandung. 7. Oktariadi (2007), Penentuan Faktor Bahaya Bencana Tsunami

Berdasarkan Analisis Hierarki Proses /studi kasus wilayah pesisir

Page 113: LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH ... - lemlit.unpas.ac.id

Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)

di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya

Sukabumi, Jawa Barat. Artikel Jurnal Geologi Indonesia, Badan Geologi

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

8. Oktariadi (2008), Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Tsunami studi kasus

wilayah pesisir Sukabumi, Jawa Barat. Laporan penelitian Pusat Lingkungan

Geologi Indonesia, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya

Mineral.

C. Dokumen Terbatas

1. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi.