laporan akhir kegiatan analisis peningkatan nilai...

44
1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI DATARAN TINGGI GAYO PROVINSI ACEH BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 CUT NINA HERLINA

Upload: duongphuc

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

1

LAPORAN AKHIR KEGIATAN

ANALISIS PENINGKATAN NILAITAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

DATARAN TINGGI GAYO PROVINSI ACEH

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2014

CUT NINA HERLINA

Page 2: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : AnalisisPeningkatanNilaiTambahProdukOlahan Kopi Di Dataran Tinggi GayoProvinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianProvinsi Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27Lampineung Banda Aceh- 23125

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 20135. Status Penelitian : Baru6. Penanggung Jawab :

A. Nama : Cut Nina Herlina, S.PiB. Pangkat/ Golongan : Penata,III/dC. Jabatan : Penyuluh Muda

7. Lokasi : Provinsi Aceh8. Agroekosistem : Dataran Tinggi9. Tahun mulai : 201410. Tahun selesai : 201411. Output tahunan : -12. Output Akhir : a) Tersedianya Informasi Keragaan

Industri Pengolahan Kopi di DataranTinggi Gayo Provinsi Aceh

b) Hasil analisa biaya dan pendapatanusaha pengolahan kopi pada beberapaproduk olahan kopi.

c) Hasil analisa peningkatan nilai tambahbeberapa produk olahan kopi diDataran Tinggi Gayo

13. Biaya : Rp.74.500.000,- (Tujuh Puluh EmpatJuta Lima Ratus Ribu Rupiah)

Mengetahui,Kepala Balai

Ir. Basri AB, M.SNIP. 19600811 198503 1 001

Koordinator Program,

Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 003

Penanggungjawab Kegiatan,

Cut Nina Herlina, S.PiNIP. 19640717 1985032 003

Page 3: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

penyusunan Laporan akhir Tahun Kegiatan “Analisis Peningkatan Nilai Tambah

Produk Olahan Kopi Di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh”.

Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif

seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kopi, pelaku industri, penyuluh

lapangan dan penyuluh/peneliti yang ada di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih

banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna perbaikan di masa yang akan datang sangat diharapkan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya

kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang

dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terima

kasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Desember 2014Penanggungjawab,

Cut Nina Herlina, S.PiNIP.19640717 1985032 003

Page 4: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

4

RINGKASAN

1. Judul RDHP : Analisis Peningkatan Nilai Tambah Produk OlahanKopi di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Lokasi : Provinsi Aceh

4. Agro ekosistem : Dataran Tinggi

5. Status : Baru

6. Tujuan :a) Mengiventarisir Keragaan Industri PengolahanKopi di Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh

b) Analisis biaya dan pendapatan usahapengolahan kopi pada beberapa produk olahankopi.

c) Menganalisis peningkatan nilai tambahbeberapa produk olahan kopi di Dataran TinggiGayo

7. Keluaran : d) Tersedianya Informasi Keragaan IndustriPengolahan Kopi di Dataran Tinggi GayoProvinsi Aceh

e) Hasil analisa biaya dan pendapatan usahapengolahan kopi pada beberapa produk olahankopi.

f) Hasil analisa peningkatan nilai tambahbeberapa produk olahan kopi di Dataran TinggiGayo

8. Hasil : Sebanyak 63,06 % petani kopi di kabupaten BenerMeriah menjual hasil panen kopi dalam bentukgelondongan basah. Sedangkan mayoritas petanikopi di kabupaten Aceh Tengah menjual hasilpanen kopi dalam bentuk gabah (60 %),Pendapatan tertinggi dalam usaha tani kopi dikabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah apabilapetani kopi menjual dalam bentuk beras denganR/C ratio 2,796. keuntungan tertinggi dengan R/C3,57 dan B/C ratio 2,57 terdapat pada industri kopiyang memproduksi kopi luwak dengan didapatkankeuntungan Rp. 475.200.000 di kabupaten AcehTengah dan Rp. 570.240.000,-di kabupaten BenerMeriah. Nilai tambah bersih yang diterima olehindustri untuk setiap kilogramnya yaitu kopi biasaRp. 34.500 dengan tingkat keuntungan 86 %, kopiluwak Rp. 274.500,- dengan tingkat keuntungan98 % dan kopi premium Rp. 90.000,- dengantingkat keuntungan 94 %.

Page 5: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

5

9. Prakiraan Manfaat : 1) Sebagai referensi bagi kalangan akademisi,peneliti/penyuluh untuk melakukan penelitianlebih lanjut terkait dengan industri pengolahanopi

2) Sebagai acuan, bahan pertimbangan. dansumber informasi bagi pembuat kebijakandalam merumuskan kebijakan yang berkaitandengan industri pengolahan kopi.

10. Prakiraan Dampak : 1) Meningkatnya pendapatan petani kopi diDataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh.

2) Berkembangnya berbagai jenis produk olahankopi Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh.

3) Berkembangnya industri pengolahan kopi yangberdaya saing tinggi di Dataran Tinggi GayoProvinsi Aceh.

11. Prosedur : Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifdengan menggunakan metode survei. Dalampenelitian survei, informasi dikumpulkan dariresponden dengan menggunakan kuesioner.Pengkajian ini dilaksanakan di daerah datarantinggi ayo pada daerah sentra produksi kopi.Lokasi kegiatan dilaksanakan di 2 kabupaten yaituKabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Mulaibulan Januari sampai dengan bulan Desember2014. Data yang dikumpulkan di analisis dandisajikan dalam bentuk tabel.

12. Jangka Waktu : 1 Tahun

13. BIAYA : RP 74.500.000,-(Tujuh Puluh Empat Juta LimaRatus Ribu Rupiah)

Page 6: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

6

SUMMARY

1. Title : Analysis of Added Value Products ProcessedGayo Highlands Coffee in Aceh Province

2. Implementation Unit : Assessment Institute for AgricultureTechnology (AIAT Aceh)

3. Location : Aceh Province

4. Agroecosystem : high land

5. Status : New6. Objectives : a) Performance of Manufacturing Inventory

Gayo Highlands Coffee in Aceh Provinceb) Analysis of costs and revenues in the

coffee processing coffee some processedproducts.

c) Analyzing the increase in value addedseveral products processed coffee inGayo Highlands

7. Output : a) Availability of Information ProcessingIndustry Performance of Gayo HighlandsCoffee in Aceh Province

b) The results of the analysis of the costsand revenues of coffee processing insome processed products of coffee.

c) Results of the analysis of the increase invalue added several products processedcoffee in Gayo Highlands Gayo

8. Outcome : A total of 63.06% of coffee farmers in thedistricts of BenerMeriah sell the coffeeharvest in the form of wet logs. While themajority of coffee farmers in Central Acehdistrict sells the coffee harvest in the form ofgrain (60%), the highest revenues in coffeefarming in Aceh Tengah and BenerMeriahwhen coffee farmers to sell in the form ofrice with R / C ratio was 2.796. The highestgain with R / C 3.57 and B / C ratio of 2.57found in the coffee industry that producescivet coffee with profit earned Rp. 475.2million in Central Aceh district and Rp. 570240 000, -in kabupapenBenerMeriah. Netadded value received by the industry forevery kilogram that regular coffee Rp.34,500 by a margin of 86%, civet coffee Rp.274,500,- by a margin of 98% and apremium coffee Rp. 90.000, - by a margin of94%.

Page 7: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

7

9. Expected benefit : 1)As a reference for academics, researcher/instructor to conduct further researchrelated to the processing coffeeindustry.

2) As a reference, consideration. andresources for policy makers informulating policies relating to the coffeeprocessing industry.

10. Expected impact : 1) Increased income of coffee farmers in theGayo Highlands province.

2) The development of various types ofproducts processed coffee GayoHighlands province.

3) The development of the coffee processingindustry is highly competitive in the GayoHighlands province.

11. Procedure : This study uses a quantitative approachusing survey methods. In survey research,the information collected from respondentsusing a questionnaire. This study wasconducted in the Gayo highlands region oncoffee production center. Location ofactivities carried out in two districts of AcehTengah and Bener Meriah. Starting fromJanuary to December 2014. Data werecollected for analysis and presented intabular form.

12. Duration : One Year

13. Budget : IDR 74.500.000

Page 8: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

8

DAFTAR ISI

Hal.LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iRINGKASAN ......................................................................... iiSUMMARY ............................................................................ iiiDAFTAR TABEL ...................................................................... ivI. PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................... 11.2. Dasar Pertimbangan ................................................... 21.3. Tujuan ...................................................................... 31.4. Keluaran ................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 42.1. Perkebunan Kopi ........................................................ 42.2. Pengertian dan Kriteria Industri Kopi ............................ 42.3. Panen dan Pasca Panen .............................................. 52.4. Proses Pengolahan Bubuk Kopi .................................... 52.5. Pendapatan ............................................................... 62.6. Konsep Nilai Tambah .................................................. 6

III. METODOLOGI .................................................................... 83.1. Pendekatan ............................................................... 83.2. Ruang Lingkup ........................................................... 83.3. Metode Pelaksanaan ................................................... 93.4. Metode Analisis .......................................................... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 114.1. Gambaran Umum Dataran Tinggi Gayo ......................... 114.2. Karakteristik Responden .............................................. 164.3. Keragaan Industri Kopi di Dataran Tinggi Gayo .............. 184.4. Rata-rata Pendapatan dan R/C Ratio yang diiterima oleh

Petani dan Pelaku Industri..........................................

21

4.5. Peningkatan Nilai Tambah Beberapa Produk Olahan KopiDi Dataran Tinggi Gayo

...............................................25

V. KESIMPULAN ..................................................................... 28DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 29LAMPIRAN ........................................................................... .. 30

Page 9: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

9

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1. Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Sebaran Penduduk danKepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Tengah menurutKecamatan Tahun 2012 ........................................................

12

2. Luas Areal dan Produksi, Produktivitas, Jumlah Petani danPotensi Pengembangan Komoditi Perkebunan Rakyat diKabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 ........................................ 14

3. Nama dan Luas Kecamatan Pada Kabupaten Bener Meriah............. 154. Karakteristik responden Berdasarkan Umur .................................. 165. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................... 176. Rata-rata Luas lahan kebun kopi milik responden di kabupaten Bener

Meriah ........................................................................... 187. Bentuk hasil Panen Kopi yang dijual oleh petani responden di Kabupaten

Bener Meriah ................................................... 228. Biaya Produksi Untuk Setiap Produk Panen Yang Dihasilkan Pada

Kabupaten Aceh Tengah Dan Bener Meriah .............................. 239. Biaya Produksi Untuk Setiap Produk Panen Yang Dihasilkan Pada

Kabupaten Aceh Tengah Dan Bener Meriah .............................. 2310. Rata-Rata Pendapatan Per Tahun Per Hektar Dan R/C Ratio Petani Kopi

Kabupaten Bener Meriah Menurut Bentuk Hasil Panen Yang Dijual............................................................................... 23

11. Rata-rata Pendapatan per Tahun per Hektar dan R/C ratio Petani KopiKabupaten Bener Meriah Menurut Bentuk Hasil panen yang dijual.............................................................................. 24

12. R/C dan B/C Ratio Pelaku Industri Kopi Dalam Satu Tahun Masa ProduksiDi Kabupaten Aceh Tengah ....................................... 24

13. R/C dan B/C Ratio Pelaku Industri Kopi Dalam Satu Tahun Masa ProduksiDi Kabupaten Bener Meriah ............................ 25

14. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kopi Biasa, Kopi Luwak, dan KopiPremium (spesialty) ............................................................ 26

Page 10: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

10

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brazil,

Kolombia, dan Vietnam.Di Indonesia kopi merupakan salah satu komoditi

unggulan untuk ekspor. Selama tahun 2007 sampai dengan 2011 ekspor kopi

cenderung meningkat dengan trend 8,1% dan masih didominasi oleh ekspor biji

kopi (upstream) sebesar 99,8%. Nilai ekspor biji kopi pada tahun 2011 sebesar

US$ 1,03 milyar.

Sebagai salah satu komoditas ekspor yg penting, kopi diharapkan mampu

memberikan nilai tambah penerimaan devisa baik bagi negara pada umumnya

maupun untuk daerah sentra produksi khususnya. Di Indonesia daerah – daerah

produksi kopi tersebar dihampir semua propinsi dengan sentra produksi utama

yaitu Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu,

Sulawesi Selatan, Jateng, Jatim, NTT dan Bali.

Perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan

total areal 1,06 juta ha atau 94,14 %, sementara areal perkebunan besar negara

39,3 ribu ha (3,48 %) dan perkebunan besar swasta 26,8 ribu ha (2,38 %). Areal

perkebunan rakyat tersebut dikelola oleh sekitar 2,12 juta kepala keluarga

petani (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Menurut

International Coffee Organization (ICO) tahun 2004, Indonesia merupakan

negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia dengan kontribusi sebesar

60 % produksi kopi dunia.

Di Indonesia, Provinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi Arabika

terbesar dengan pusat pengembangannya terletak di Dataran Tinggi Gayo yaitu

di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah yang keseluruhannya

merupakan usaha perkebunan rakyat. Pada tahun 2009 luas perkebunan rakyat

di Dataran Tinggi Gayo adalah 87.492 ha dengan rincian 48.001 ha di Kabupaten

Aceh Tengah dan 39.491 ha berada di Kabupaten Bener Meriah (Badan Pusat

statistik aceh,2009). Akan tetapi dari luasan areal perkebunan rakyat tersebut

produksi yang dihasilkan hanya berkisar 27.444 ton dengan tingkat produktivitas

per hektarnya ± 718 kg/tahun. Tingkat produksi dan produktivitas tersebut

masih relatif rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kopi Arabika

nasional yang mencapai 852.36 kg/tahun.

Page 11: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

11

Tingkat produksi yang rendah otomatis menyebabkan tingkat pendapatan

petani menjadi rendah. Untuk mengantisipasi hal tersebut pengolahan hasil kopi

dengan kualitas yang baik dan memenuhi selera pasar menjadi sangat penting

untuk meningkatkan nilai tambah. Salah satu tujuan pengolahan hasil pertanian

adalah untuk meningkatkan kualitas. Kualitas atau mutu yang baik akan

meningkatkan nilai barang pertanian menjadi lebih tinggi.

Sejalan dengan hal tersebut, meningkatnya permintaan dan persaingan

kopi bubuk pada gilirannya menyebabkan para pengusaha kopi terus berusaha

untuk meningkatkan nilai tambah (value Added) hasil perkebunan kopi melalui

pengolahan lebih lanjut.Keberadaan industri pengolahan kopi secara tidak

langsung telah membantu pemerintah daerah dalam penciptaan lapangan kerja.

Sektor industri pengolahan mencakup semua perusahaan yang melakukan

kegiatan mengubah barang dasar/bahan baku menjadi barang setengah jadi

ataupun barang jadi yang lebih tinggi nilainya dari sebelumnya.

1.2. Dasar Pertimbangan

Kopi gayo merupakan komoditas andalan masyarakat di Dataran Tinggi

Gayo sejak zaman Belanda dan sudah merambah pasar ekspor.Tercatat, jumlah

petani kopi di Aceh Tengah 34.476 keluarga. Jika satu keluarga diasumsikan

beranggotakan 4 orang, sebanyak 137.904 orang di sana yang menggantungkan

hidup pada kebun kopi. Jumlah itu setara dengan hampir 90 persen total

penduduk Aceh Tengah yang mencapai 149.145 jiwa.

Kondisi yang sama juga terjadi di Bener Meriah. Jumlah petani kopi

mencapai sekitar 21.500 keluarga atau sekitar 84.000 jiwa orang. Itu artinya

sekitar 75 persen penduduk di Bener Meriah atau 111.000 jiwa pada tahun 2010

menggantungkan hidup pada kebun kopi. Belum termasuk pedagang, tauke,

agen kopi, dan warga yang bekerja di pengolahan kopi.Kopi menjadi sumber

kehidupan bagi masyarakat Dataran Tinggi Gayo seperti Aceh Tengah dan Bener

Meriah.

Terdapat banyak jenis olahan kopi yang dihasilkan oleh industri

pengolahan kopi di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, diantaranya yaitu

kopi bubuk, kopi premium dan kopi luwak. Ketiganya dibuat melalui prosesing

yang berbeda dengan nilai jual yang berbeda.Sehingga masing-masing memiliki

nilai tambah yang berbeda.Sebagai gambaran harga yang diterima petani apabila

Page 12: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

12

bila menjual hasil kopi dalam bentuk gelondongan (tanpa olahan) per kaleng

setara dengan 12 kg harganya Rp. 70.000 – Rp.120.000,-. Untuk kopi premium

harganya menjadi Rp. 35.000,- - Rp. 100.000,-/kg dalam bentuk beras,

sedangkan kopi luwak dalam bentuk beras berkisar Rp. 200.000,-/kg.

Meskipun harga jual kopi premium dan kopi luwak lebih menguntungkan,

namun sampai dengan saat ini petani belum mengembangkan produk olahan

ini.Hal ini dikarenakan umumnya petani belum mengetahui manfaat produk

olahan kopi bagi peningkatan pendapatan.Kajian Analisis Peningkatan Nilai

Tambah Produk Olahan Kopi di Dataran Tinggi Gayo dilakukan untuk mengetahui

karakteristik industri pengolahan kopi di dataran tinggi gayo dan seberapa besar

keuntungan dan nilai tambah yang diperoleh pada beberapa produk olahan kopi

di dataran tinggi Gayo Provinsi Aceh.

1.3. Tujuan

d) Mengiventarisir keragaan industri pengolahan kopi di dataran Tinggi Gayo

Provinsi Aceh

e) Mengiventarisasi biaya dan pendapatan yang diterima petani kopi dan pelaku

industri dalam bentuk beberapa produk olahan kopi.

f) Menganalisis peningkatan nilai tambah beberapa produk olahan kopi di

Dataran Tinggi Gayo

1.4. Keluaran

g) Tersedianya Informasi Keragaan Industri Pengolahan Kopi di Dataran Tinggi

Gayo Provinsi Aceh

h) Hasil analisa biaya dan pendapatan usaha pengolahan kopi pada beberapa

produk olahan kopi.

i) Hasil analisa peningkatan nilai tambah beberapa produk olahan kopi di

Dataran Tinggi Gayo

Page 13: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkebunan Kopi

Perkebunan kopi di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk pengusahaan

yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar

Swasta. Dari seluruh luas areal perkebunan kopi Indonesia, 93.07 persen

luasareal perkebunan kopi dimiliki oleh Perkebunan Rakyat, sedangkan sisanya

olehPerkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta masing-masing

sebesar 3.93 persen dan 3.62 persen. Jenis kopi yang ditanam oleh Perkebunan

Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta meliputi dua

jenis kopi, yaitu kopi jenis Robusta sebesar 93 persen dan kopi jenis Arabika

sebesar 3 persen (Lubis, 2002).

2.2. Pengertian Dan Kriteria Industri Kecil

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimir balikaa atau dengan

tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau mengubah

barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya

dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepadan konsumen akhir,

termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekejaan perakitan (Badan Pusat

Statistik, 1998).

Perusahaan atau usaha industri pengolahan dibagi dalam empat kategori

yaitu industri kerajinan, industri kecil, industri sedang dan industri besar. Dengan

demikian industri kecil merupakan suatu kegiatan usaha yang menghasilkan

barang-barang melalui proses pengolahan dengan menggunakan ketrampilan

atau teknologi sederhana, madya atau modern dalam skala kecil. Industri dapat

digolongkan menjadi beberapa kategori berdasarkan jumlah pekerja,jumlah

investasi, jenis komoditi yang dihasilkan dan penggunaan teknologi (Badan Pusat

Statistik, 1998).

Page 14: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

14

Masih menurut Badan Pusat Statistik (1998), berdasarkan jumlah pekerja

kategori skala usaha sektor indutri dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

(a). Industri kerajinan rumah tangga dengan jumlah pekerja 1-4 orang, (2).

Industri kecil dengan julah pekerja 5-19 orang,

(b). Industri menengah dengan jumlah pekerja 20-99 orang,

(c). Industri besar dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.

2.3. Panen Dan Pasca Panen

Kopi arabika mulai berbuah pada umur tiga tahun.Buah yang sudah masak

berwarna merah dan pemetikan dilakukan secara hati-hati jangan sampai ada

bagian pohon yang rusak (Yusianto, 2008). Pengolahan hasil dibagi dua yaitu : a).

Pengolahan secara kering yaitu buah kopi yang sudah kering selama diperam

selama 24 jam, kemudian dijemur panas matahari dan diputar balikan agar

keringnya merata. Selanjutnya kembali dijemur selama 10 sampai 14 hari untuk

memisahkan kulit buah, b). Pengolahan secara basah, buah yang baru dipetik

ditumbuk dengan lesung dan diberikan sedikit air supaya cepat keluar, selain itu

juga untuk menghilangkan lendir-lendir yang masih memikat perlu diperam dulu

dalam kaleng atau diisi air 3 sampai 4 hari lalu dicuci bersih.

2.4. Proses Pengolahan Bubuk Kopi

Pengolahan kopi beras menjadi kopi bubuk merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan nilai tambah produk kopi di tingkat petani, sehingga dapat

meningkatkan pendapatannya. Proses pengolahan kopi bubuk meliputi persiapan

bahan, penyangraian, blending (pencampuran), pengemasan dan penyimpanan

(Deptan, 2004).

Sebelum diolah menjadi bubuk kopi biasanya kopi masih dalan bentuk

ose.kopi ose yaitu buah/biji kopi yang telah masak telah mengalami beberapa

perlakuan baik secara pengolahan kering maupun basah. Berikut ini proses

pengolahan yang dilakukan :

1. Penggorengan

Biji kopi yang telah kering digoreng dalam wajan yang terbuat dari tanah,

atau dengan menggunakan mesin khusus. Lama penggorengan sangat

menentukan rasa dan aroma yang dihasilkan. Umumnya pencicip citarasa yang

mengetahui seberapa lama proses ini dilakukan.

Page 15: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

15

2. Pembubukan

Biji kopi yang telah digoreng, dihancurkan menjadi bubuk dengan

menggunakan alat pembubuk, sehingga dihasilkan kopi dalam bentuk bubuk.Alat

semi modern yang digunakan adalah mesin pemarut kelapa yang dialih

fungsikanmenjadi mesin pembubuk kopi.

3. Pencampuran

Kopi bubuk dapat dikombinasikan dengan bahan campuran lain, seperti

jahe, susu, ginseng, telur kampong, kencur dan lainnya. Proses ini tidak perlu

dilakukan jika ingin menjualnya dalam dalam bentuk kopi bubuk murni.

4. Pengemasan

Kemasan sangat penting, terutama dalam hal pemasaran.Kemasan yang

dapat melindungi produk dan menarik lebih merangsang konsumen

untukmembeli.

2.5. Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu tujuan utama dari perusahaan karena dengan

adanya pendapatan maka operasional perusahaan kedepan akan berjalan

dengan baik atau dengan kata lain bahwa pendapatan merupakan suatu alat

untuk kelangsungan hidup perusahaan. Winardi (1992) mengemukakan

pengertian pendapatan adalah sebagai saluran penerimaan baik berupa uang

maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri yang dimulai

dengan sejumlah uang atau jasa atas dasar harga yang berlaku pada saat itu.

2.6. Konsep Nilai Tambah

Sifat mudah rusak (perishable/bulky) yang dimiliki produk pertanian

memberikan motivasi terhadap petani dan pengusaha untuk melakukan

penanganan yang tepat, sehingga produk pertanian tersebut siap dikonsumsi

oleh konsumen. Di dalam sistem pertanian terjadi arus komoditas yang mengalir

dari hulu ke hilir, yaitu yang berawal dari produsen dan penyalur input pertanian

ke petani, pedagang pengumpul, pedagang besar sampai ke konsumen akhir.

Dalam perjalanan dari produsen ke konsumen akhir, komoditi pertanian tersebut

mendapat perlakuan- perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan

pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah.

Page 16: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

16

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi

karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang

menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari

adanya perubahan-perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk,

tempat, dan waktu. Menurut Belkaoui (2000), laporan nilai tambah pada suatu

perusahaan/industri memiliki tujuan dan kegunaan antara lain: (1) dengan

mengungkapkan nilai tambah, karyawan dapat mengetahui nilai kontribusinya

terhadap total kekayaan perusahaan, (2) nilai tambah dapat menjadi dasar untuk

perhitungan bonus karyawan, dan (3) nilai tambah berguna bagi kelompok

karyawan karena dapat mempengaruhi inspirasi dan pemikiran dalam melakukan

negosiasi.

Page 17: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

17

3. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan

kemitraan antara peneliti/penyuluh BPTP Aceh, PPL, kelompok tani serta

melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh Tengah dan

Bener Meriah, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain – lain. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei.Dalam

penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuesioner.

Metode survei menurut Singarimbun (1989), adalah penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilaksanakan

dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang berkaitan dengan karakteristik

industri pengolahan kopi, jenis olahan kopi, daftar pertanyaan proses produksi

pengolahan kopi, perhitungan input dan out put pengolahan hasil, dsb.

3.2. Ruang Lingkup

3.2.1. Lokasi dan Waktu

Pengkajian ini dilaksanakan di daerah dataran tinggi gayo pada daerah

sentra produksi kopi. Lokasi kegiatan akan dilaksanakan di 2 kabupaten yaitu

Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Mulai bulan Januari sampai dengan

bulan Desembar 2014.

3.2.2. Tahapan Pelaksanaan

Persiapanmeliputi : Studi pustaka, Menyusun proposal, menyusun RODHP,

koordinasi dengan instansi terkait, dll.Pelaksanaan meliputi kegiatan survey pada

industri pengolahan kopi di kabupaten Aceh Tengah dan Bener meriah,

menghitung besaran keuntungan dan menganalisis 3 jenis olahan kopi bubuk

biasa, kopi premium dan kopi luwak.Pelaporan dilakukan bertahap meliputi :

penyusunan laporan triwulan, tengah tahunan dan laporan akhir.

Page 18: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

18

3.3. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pada kegiatan ini :

a). Koordinasi di tingkat kabupaten dengan Dinas terkait

b). Penentuan lokasi yang didasarkan atas kriteria yaitu : sentra industri kopi dan

penentuan responden

c). Pengumpulan data dilakukan melalui metode data kepustakaan/desk

study/review dan survei di lapangan serta teknik wawancara dengan

menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan.

d). Pemilihan responden dilakukan dengan sengaja (purposif), responden

merupakan petani kopi dan pelaku industri pengolahan kopi.

3.4. Metode Analisis

1. Untuk mengetahui keuntungan dari industri pengolahan kopi dihitung

berdasarkan :

NR = TR – TC

NR = Py. Y – (Px.X + TFC)

Keterangan :NR =Net Revenue (pendapatan bersih)

TR =Total Revenue (pendapatan total)TC =Total Fixed Cost (total biaya tetap)C =Total Cost (biaya total)X =InputPy =Harga outputY =OutputPx =Harga input

2. Gros R/C rasio, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut

(Adnyana, 1995).

Gross

R/C =P x H

B

Keterangan :

P =Produksi

H =Harga Produksi

B =Total Biaya

Page 19: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

19

3. B/C Ratio

Perhitungan perbandingan untung dan biaya bersih dapat

dipergunakan rumus sebagai berikut :

XNet B/C Ratio = -------

Y

Dimana : X = nilai kini dari semua pendapatanY = nilai kini dari semua biaya

4. Analisis Nilai Tambah

Menurut Hayami, et.al. (1987), ada dua cara menghitung nilai tambah,

(1) Nilai untuk pengolahan dan; (2) Nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang

mempengaruhi adalah kapasitas produk, jumlah bahan baku yang digunakan dan

tenaga kerja, sedangkan faktor pasar yang mempengaruhi adalah harga output,

upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain selain bahan baku dan

tenaga kerja.

Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar

harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat

pengolah/produsen. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja,

modal dan manajemen. Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai tambah dapat dinyatakan sebagai berikut:

Nilai tambah = f (K, B, I, U, H, h, L)Keterangan:K = Kapasitas produksi (Kg)B = Bahan baku yang digunakan (Kg)T = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)U = Upah tenaga kerja (Rp)H = Harga output (Rp/Kg)h = Harga bahan bakuL = Nilai input lainDari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan keterangan sebagai

berikut:1. Perkiraan nilai tambah (Rp)2. Rasio nilai tambah (%)3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp)

Page 20: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Dataran Tinggi Gayo

Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di salah satu bagian

punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau

Sumatera. Secara administratif dataran tinggi Gayo meliputi wilayah

KabupatenAceh Tengah dan kabupaten Bener Meriah serta kabupaten Gayo

Lues. Tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren dan Simpang Tiga

Redelong. Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan

pemandangan yang sangat indah. Pada masa lalu daerah Gayo merupakan

kawasan yang terisolir sebelum pembangunan jalan dilaksanakan di daerah ini.

Mata pencarian masyarakat Gayo pada umumnya adalah bertani dan berkebun

antara lain padi, sayur-sayuran, kopi dan tembakau. Kegiatan perkebunan kopi

dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah hutan yang ada di wilayah

ini.

4.1.1. Kabupaten Aceh Tengah

Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak ditengah-

tengah Provinsi Aceh. Secara geografis Kabupaten Aceh Tengah berada pada

posisi antara 4010”-4058” LU dan 96018” - 96022” BT. Wilayahnya yang seluas

431.839 Ha atau setara dengan 4.318,39 Km2, berbatasan langsung dengan

Kabupaten Bener Meriah dan Bireuen di sebelah utara, Kabupaten Gayo Lues di

sebelah selatan, Kabupaten Nagan Raya dan Pidie di sebelah barat, serta

Kabupaten Aceh Timur di sebelah timur. Secara administrative, wilayahnya

terbagi menjadi 14 kecamatan yang meliputi 269 desa/ kampung defenitif dan 27

kampung persiapan. Pada Triwulan I tahun 2011, jumlah penduduknya mencapai

202.114 jiwa dengan kepadatan rata-rata 47 jiwa/Km2.

Keadaan pendududuk berdasarkan suku bangsa, Kabupaten Aceh Tengah

merupakan daerah yang majemuk dengan komposisi penduduk bersuku Gayo ±

60%, suku Jawa 30%, Aceh Pesisir 5%, dan sisanya merupakan suku lainnya

seperti Batak, Padang, Cina, dsb dengan mayoritas penduduk beragama Islam

yakni sebanyak 97%. Mata pencaharian penduduknya didominasi oleh kegiatan

pertanian dengan tenaga kerja sebesar 80%, disusul lapangan pekerjaan

disektor perdagangan sebanyak 8%, sektor jasa sebesar 5% dan sektor lainnya

sebesar 7%.

Page 21: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

21

Berikut disajikan data Penduduk Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan

kecamatan Tahun 2012.

Tabel 1. Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Sebaran Penduduk dan Kepa-datan Penduduk Kabupaten Aceh Tengah menurut KecamatanTahun2012.

No. Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

JumlahPenduduk(Jiwa)

SebaranPenduduk(%)

KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)1. Linge 2.075,28 9.195 4,99 4,432. Atu Lintang 82,53 6.092 3,31 73,823. Jagong Jeget 105,04 9.314 5,05 88,674. Bintang 429,00 8.929 4,84 20,815. Lut Tawar 99,56 18.858 10,23 189,.416. Kebayakan 56,34 14.742 8,00 261,66

7. Pegasing 99,00 18.521 10,05 187,08

8. Bies 28,86 6.735 3,65 233,37

9. Bebesen 47,19 36.060 19,57 764,14

10. Kute Panang 35,06 7.155 3,88 204,08

11. Silih Nara 98,00 21.568 11,70 220,08

12. Ketol 404,53 11.909 6,46 29,44

13. Celala 89,00 8.784 4,77 98,70

14. Rusip Antara 669,00 6.435 3,49 9,62

Jumlah 4.318,39 184.297 100,00 42,68

Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2013

Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi wilayah bergunung dan

berbukit dengan ketinggian rata-rata bervariasi antara 200 – 2.600 meter diatas

permukaan laut. Penggunaan lahannya didominasi oleh kawasan hutan seluas

280.647 Ha atau 64,98% dari luas wilayah, dan sisanya berupa tanah bangunan,

sawah, tegal/ kebun, lading/huma, padang rumput, rawa-rawa, kolam, tambak,

perkebunan dan areal peruntukan lainnya. Pada umumnya jenis tanahnya

bervariasi, 68% diantaranya terdiri dari tanah podsolik coklat dan merah kuning

dengan tekstur liat berpasir, struktur remuk, konsistensi gembur permeabilitas

sedang.

Keadaan tersebut menjadikan Aceh Tengah sebagai daerah yang subur dan

menjadi pusat produksi hasil pertanian dataran tinggi di Provinsi Aceh. Sesuai

dengan letak geografisnya, iklimnya termasuk iklim equatorial, dengan jumlah

Page 22: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

22

hari hujan rata-rata 137 hari/ tahun dan curah hujan rata-rata 1.822 m/tahun.

Suhu udara rata-rata berkisar pada 20 derajad celcius dengan kelembaban nisbi

antara 80 – 84%.

a. Potensi Ekonomi

Kabupaten Aceh Tengah memiliki sumber daya alam yang cukup beragam

dan potensial bagi kegiatan investasi dan perdagangan. Beberapa sektor

unggulan yang prospektif untuk dikembangkan masih diarahkan pada sektor

pertanian sebagai sektor dominan, disamping sektor lain yang juga cukup

potensial seperti sektor perikanan, peternakan, industri dan pariwisata.

Beragamnya potensi yang dimiliki ini, sebagaia besar belum dimanfaatkan secara

optimal akibat kurangnya sarana pendukung dan penguasaan tekhnologi

termasuk tenaga skill, sehingga memberikan peluang yang cukup besar untuk

pengembangan/ pemberdayaan ekonomi yang berbasis kerakyatan.

b. Potensi Perkebunan

Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh

Tengah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Komoditi perkebunan yang menjadi unggulan

adalah kopi. Luas perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 47.854

ha atau 11% dari luas wilayah kabupaten, dengan jumlah produksi kopi (biji

hijau) rata-rata sebesar 21.861,42 ton/ tahun. Untuk perluasan tanaman kopi,

masih terdapat potensi lahan seluas 58.744 ha yang tersebar hampir diseluruh

kecamatan, sehingga secara total proporsi ekspor kopi Aceh Tengah mencapai

7% dari volume total ekspor nasional. Namun keuntungan dari hasil produksi dan

penjualan kopi belum berpihak kepada petani secara langsung, melainkan,

komoditi ini masih dinikmati oleh para pedagang, akibat keterbatasan

pengetahuan dan informasi para petani.

Disamping tanaman kopi, komoditi lain pada sektor perkebunan yang

mempunyai potensi untuk dikembangkan sesuai dengan potensi lahan dan

budidaya serta prospek pasar baik lokal maupun ekspor adalah tebu. Tanaman

tebu di Kabupaten Aceh Tengah yang diusahakan oleh penduduk adalah

merupakan bahan baku untuk membuat gula merah, yang diproduksi oleh

masyarakat petani tebu di daerah ini. Pada saat ini luas tanaman tebu mencapai

5.532 ha dengan luas produksi sebanyak 31.118 ton per tahun. Secara

Page 23: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

23

keseluruhan, tanaman perkebunan di Kabupaten Aceh Tengah meliputi 15 jenis

tanaman, jenis dan besar produksi tahunan seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi, Produktivitas, Jumlah Petani danPotensi Pengembangan Komoditi Perkebunan Rakyat diKabupaten Aceh Tengah Tahun 2012

No. Komoditi Luas Areal(ha)

JumlahProduksi(ton/thn)

Produktivitas(kg/Ha/thn)

JumlahPetani(KK)

PotensiPengem-bangan

(Ha)

1. Kopi Arabika 48.300 25.370,0 720 35.410 1.500

2. Kopi Robusta 2.315 793,0 520 2.885 670

3. Tebu 7.939 48.888,0 8.000 6.188 1.185

4. Kemiri 667 220,0 351 1.309 849

5. Cassiavera 594 586,0 1.000 1.501 1.211

6. Kakao 2.322 546,0 304 1.733 3.302

7. Kapulaga 82 29,0 460 88 0

8. Pinang 124 76,0 616 362 1.656

9. Aren 60 28,1 544 172 220

10. Kelapa dalam 103 11,0 168 445 1.260

11. Lada 27 4,7 205 180 23

12. Kapuk/Randu 2 0,8 461 41 4

13. Tembakau 58 45 900 177 886

14. Serai Wangi 3 0 0 13 10

15. Nilam 23 100,0 5.000 97 1.500Sumber : BPS Aceh Tengah, 2013

4.1.2. Kabupaten Bener Meriah

Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten baru di provinsi

Darussalam. Ibu kota kabupaten ini adalah Simpang Tiga Redelong. Kabupaten

ini merupakan hasil pemekaran kabupaten Aceh Tengah, berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Bener Meriah. Secara geografis, Kabupaten Bener Meriah terletak pada 040 33’50”

– 040 54’50”garis Lintang Utara dan 960 40’75” – 970 17’50” Bujur Timur,

berada pada ketinggian 100 – 2.500 m dpl. Batas-batas Kabupaten Bener Meriah

adalah sebagai berikut :

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur.

Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Kabupaten Aceh Tengah.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireun.

. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah.

Page 24: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

24

Letak topografi sebagian besar desa di kabupaten Bener Meriah adalah di

daerah yang berbukit-bukit dan pegunungan dengan jumlah wilayah administrasi

sebanyak 115 desa. Kabupaten Bener Meriah ini bercorak sebagai daerah

pegunungan dan memiliki beberapa puncak gunung seperti Gunung Talang

(masih aktif), Gunung Geureudong, Gunung BurneRajawali, Gunung Burne

Draung Malem, Gunung Kulam Raja. Keadaan topografi Kabupaten Bener Meriah

yang umumnya berupa pegunungan dan perbukitan sangat potensial untuk

pengembangan pertanian, perkebunan dan tanaman pangan, peternakan dan

perikanan. Selain itu, daerah ini juga memiliki potensi yang cukup menjanjikan di

bidang pariwisata, baik wisata alam maupun wisata sejara.Berdasarkan kelas

ketinggian maka Kabupaten Bener Meriah didominasi kelas ketinggian 100 -

1.200 m diatas permukaan laut,

Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis dengan curah

hujan berkisar 1.000 – 2.500 [mm] per tahun dengan jumlah hari hujan 143 –

178.Hujan umumnya turun pada bulan September hingga Pebruari. Musim

kemarau terjadi pada bulan Maret sampai Agustus. Temperatur maksimum

berkisar pada 260 C dan minimum antara 18 – 23 [0 C]. Kelembaban relatif

maksimum 75,8% dan kelembaban relative minimum 20%.

Secara keseluruhan kabupaten Bener Meriah berada di dataran tinggi Gayo,

yang meliputi areal seluas ± 1.888,70 km2. Kabupaten ini terdiri dari 10

kecamatan, seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Nama dan Luas Kecamatan Pada Kabupaten Bener Meriah

NO. NAMA KECAMATAN LUAS (km2)1. Bandar 102,8422. Bukit 95,3353. Permata 193,2264. Pintu Rime Gayo 364,5655. Syiah Utama 943,8416. Timang Gajah 111,8987. Wih Pesam 54,3898. Bener Kelipah 19,759. Mesidah 286,8310. Gajah Putih 73,57

Page 25: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

25

4.2. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin Responden di kecamatan Bandar kabupaten Bener Meriah

untuk laki-laki berjumlah 89 % dari total responden (67 org) dan responden

perempuan berjumlah 11 % (8 org). Maka mayoritas responden berjenis kelamin

laki-laki. Hal ini mempresentasikan bahwa mayoritas petani kopi di kecamatan

Bebesan berjenis kelamin laki-laki. Tidak berbeda dengan di Aceh Tengah

mayoritas petani kopi di kecamatan Bebesan juga berjenis kelamin laki-laki.

Responden laki-laki berjumlah 68 orang dari total responden 75 (90 %),

responden perempuan berjumlah 8 orang (10 %).

b. Umur Responden

Umur responden dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu: umur ≤ 35

tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, dan >56 tahun. Persentase umur responden

paling banyak terdapat pada rentang umur 36-45 tahun yaitu sebanyak 52 %,

diikuti dengan rentang kelompok umur < 35 tahun sebanyak 28 %, kemudian

kelompok umur 46-55 sebanyak 15 %, terakhir kelompok umur >56 tahun

sebanyak 5 %.

Tingkatan umur terbanyak bagi responden di Aceh Tengah pada rentang

umur 36-45 tahun sebanyak 43 %, disusul 46-55 tahun sebanyak 27 %, >56

tahun sebanyak 21 % dan terakhir sebanyak 9 %. Untuk lebih jelasnya bisa

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Karakteristik responden Berdasarkan Umur

No. Umur Bener Meriah Aceh TengahOrang % Orang %

1. ≤ 35 tahun 21 28 7 92. 36-45 tahun 39 52 32 433. 46-55 tahun 11 15 20 274. >56 tahun 4 5 16 21

75 100 75 100

Sumber :Data Primer (diolah), 2014

Page 26: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

26

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menunjukkan pengetahuan dan daya pikir yang

dimiliki oleh seorang responden. Oleh karena itulah dalam penelitian ini maka

tingkat pendidikan responden diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan bagian

yaitu : SMA, D3/S1 dan SMP.

Adapun deskripsi profil responden menurut jenis pendidikan dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Responden Menurut TingkatPendidikan

No. TingkatPendidikan Bener Meriah Aceh Tengah

Orang % Orang %1. SMP 35 47 20 27

2. SMA 34 45 46 61

3. S1/D3 6 8 9 12

75 100 75 100

Sumber :Data Primer (diolah), 2014

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar responden di kabupaten Bener

Meriah lebih banyak memiliki jenjang pendidikan SMP 47 %. Disusul dengan

tingkat pendidikan SMA sebesar 45 % dan S1/D3 8 %. Sedangkan di kabupaten

Aceh Tengah mayoritas tingkat pendidikannya SMA 61 %, SMP 27 % dan S1/D3

12 %.

d. Pendapatan Utama Responden

Sumber pendapatan utama pendapatan resonden baik di kabupaten Bener

Meriah maupun di kabupaten Aceh Tengah adalah sebagai petani kopi,

sedangkan pendapatan tambahan umumnya adalah petani sayuran, pedagang,

petani palawija, peternak, pedagang, namun ada juga responden yang memiliki

penghasilan utama sebagai pegawai negeri sipil dan petani kopi sebagai usaha

tambahan.

e. Luas Kebun yang dimiliki Responden

Luas kepemilikan lahan petani kopi sebagai responden yang terendah 0,25

Ha, sedangkan terluas mencapai 3,75 Ha. Kepemilikan kebun kopi terbanyak

pada responden di kecamatan Bandar kabupaten Bener Meriah terdapat pada

Page 27: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

27

kisaran luas 0,76 – 1,25 Ha yaitu 36 %, sedangkan responden di kecamatan

Bebesan Kabupaten Aceh Tengah terbanyak pada luasan 0,25 – 0,75 Ha yaitu

36 %, dengan rincian seperti pada Tabel 6.

Tabel 6.Rata-rata Luas lahan kebun kopi milik responden di kabupaten BenerMeriah

No. Luas KebunKab. Bener Meriah Kab. Aceh Tengah

Orang % Orang %1. 0,25 – 0,75 Ha 16 21 27 362. 0,76 – 1,25 Ha 27 36 20 273. 1,26 – 1,75 Ha 13 17 9 124. 1,76 – 2,25 Ha 12 16 11 155. 2,26 – 3,75 Ha 7 9 8 11

Jumlah 75 100 75 100Sumber : Data primer (diolah), 2014

4.3. Keragaan Industri Pengolahan KopiDi Dataran Tinggi GayoProvinsi Aceh

Perkembangan industri kopi di kabupaten Aceh tengah dan Bener Meriah

dalam kurun 5 tahun terakhir terus meningkat sejalan dengan semakin

bertambahnya permintaan dan meningkatnya produksi kopi olahan yang

dihasilkan oleh industri pengolahan kopi, dan seiring dengan semakin suburnya

Cafe dan warung kopi di kota-kota yang ada di Provinsi Aceh.

Produk kopi olahan saat ini tidak hanya berupa kopi bubuk (roast and

ground) tetapi telah terdapat berbagai diversifikasi produk kopi olahan seperti

kopi specialty, kopi luwak, dll. Hal ini didukung oleh peningkatan konsumsi kopi

domestik, pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, juga ditunjang

dengan harga yang terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman

rasa/citarasa yang sesuai dengan selera konsumen.

Strata Industri kopi di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah sangat

beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga industri kopi

berskala besar. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar

negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri

merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih

memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang

kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi.

Page 28: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

28

4.3.1. Kelas Industri Kopi

Ada tiga kelas Industri Kopi di kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah,yaitu :

a. Industri Kopi Olahan Kelas Kecil (Home Industry)

Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat

rumah tangga (home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga

dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di

warung atau pasar yang ada disekitarnya dengan brand name atau tanpa brand

name. Industri yang tergolong pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar

di Dinas Perindustrian maupun di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar

di seluruh daerah penghasil kopi.

b. Industri Kopi Olahan Kelas Menengah

Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri

pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya

seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah Kecamatan atau

Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan

sederhana yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian

sebagai produk Rumah tangga.

c. Industri Kopi Olahan Kelas Besar

Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang

menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya

yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor.

Produknya dalam bentuk kemasan yang pada umumnya telah memperoleh

nomor Merek Dagang dan atau label lainnya.

Beberapa jenis olahan kopi yang berkembang di Kabupaten Aceh Tengah

dan Bener Meriah : Kopi Bubuk Biasa, Kopi Luwak, Kopi Premium/ Kopi Specialty,

Kopi Madu, dll dengan keragaman Kemasan. Mulai dari produk yang bersifat

tradisional dengan menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana

sampai dengan kemasan alumunium foil. Kemasan-kemasan produk kopi pada

umumnya berupa sachet siap saji, atau kemasan pack dengan isi yang beragam.

Sedangkan untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor terdapat

kemasan boks berukuran besar untuk produk roasted coffee dan instant coffee.

Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa kemasan khusus yaitu drum.

Page 29: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

29

4.3.2. Perbedaan produk kopi biasa, kopi luwak dan kopi premium (spesialty)

a. Kopi Bubuk Biasa

Kopi bubuk biasa adalah bentuk kopi yang paling sering kita jumpai. Kopi

bubuk ini adalah biji kopi yang sudah diproses dan digiling halus dalam bentuk

butiran-butiran kecil sehingga mudah diseduh dengan air panas dan dikonsumsi.

Adakalanya beberapa bahan lain dicampurkan dalam proses pembuatan kopi

bubuk ini, seperti jahe panggang. Proses terakhir dalam pembuatan kopi bubuk

dibungkus dalam kemasan-kemasan tertentu. Produk bubuk kopi, terutama yang

diproduksi oleh pedesaan, biasanya dikemas dalam bungkus plastik.Padahal,

bungkus plastik kemungkinan besar tidak bisa menjaga kualitas dan kesegaran

bubuk kopi. Kopi bubuk biasa harganya jauh lebih murah bila dibandingkan

dengan kopi luwak dan kopi premium atau spesialy karena kopi yang dihasilkan

tidak berasal dari kopi biji pilihan dengan asal-usul varitas tertentu.

b. Kopi Luwak

Kopi luwak liar berasal dari kotoran luwak yang di ambil di hutan. Luwak

makan buah kopi ketika malam hari, dan mengeluarkan kotoran di pagi hari.

Para petani pergi ke hutan setiap pagi untuk mengumpulkan kotoran luwak

tersebut. Kemudian di sorting dan dicuci lalu di proses menjadi green bean.

Sedangkan luwak tangkar, kopi berasal dari kotoran luwak yang di kandangkan.

Para petani mengambil buah kopi dari kebun, dan kemudian diberikan kepada

luwak. Kopi luwak liar umumnya memiliki kualitas lebih baik. Semua proses

berjalan secara alami, tanpa campur tangan manusia. Luwak bebas memilih

buah kopi yang benar-benar matang dengan sempurna. Dari segi aroma

biasanya luwak liar lebih harum, dan dari rasa lebih clean dan memiliki long after

taste. Secara teknis, perbedaan dari kopi luwak premium dan peaberry adalah

dari type biji nya. Kopi Luwak peaberry diambil dari biji jantan/tunggal/peaberry.

Jika umum nya dalam satu buah kopi ada dua biji, khusus peaberry hanya

terdapat satu biji, oleh karena itu bentuknya bulat utuh seperti kacang. Jumlah

nya sangat terbatas, dari 100kg kopi luwak premium, jumlah sortingan biji kopi

luwak peaberry hanya 3-5% saja. Pada dasarnya, kopi luwak peaberry adalah

sortingan dari yang premium, terdapat perbedaan aroma dan rasa yang tidak

jauh. Kopi luwak peaberry memiliki aroma dan rasa yang lebih kuat.

Page 30: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

30

c. Kopi Premium (spesialty)

Kopi spesial adalah sebutan yang umum dipakai untuk menyebut kopi

"gourmet" atau "premium". Menurut Specialty Coffee Association of America

(SCAA), kopi bernilai 80 atau lebih pada skala 100 poin dianggap "spesial". Kopi

spesial tumbuh di iklim istimewa dan ideal, serta berbeda karena rasanya yang

lengkap dan memiliki sedikit kecacatan atau bahkan tidak ada sama sekali. Rasa

yang unik ini adalah hasil dari karakteristik dan komposisi tanah tempat kopi-kopi

tersebut ditanam

Kopi spesialty berasal dari Amerika Serikat. Awalnya untuk menjelaskan

produk olahan kopi yang dijual dikedai-kedai bergengsi dengan maksud

memebedakan dengan produk-produk kopi umum yang dijual di super market

atau toko-toko pengecer lainnya. Kata kopi spesialty menunjukan bahwa biji kopi

yang dijual pada cafe shop khusus. Cakupannya meliputi kopi berkualitas, diberi

cita rasa spesial, kopi dengan latar belakang tidak umum atau kopi dengan

riwayat yang khusus. Karakteristik kopi spesialty adalah sbb :

Hanya berasal dari green bean (biji mentah) terbaik.

Total defect/trase/biji rusak <5% dari keseluruhan biji kopi yang dijual.

Proses penyangraian tanpa campuran beras dan jagung, murni biji kopi

terbaik.

Tidak menggunakan bahan pengawet, oleh karena itu kopi ini hanya bisa

bertahan kesegaran nya tidak lebih dari 3 bulan.

Tidak menggunakan flavour dan penguat rasa

4.4. Rata-Rata Pendapatan Dan R/C Ratio Yang Diterima Petani KopiDan Pelaku Industri

4.4.1. Bentuk Hasil Produksi Kopi Yang Dijual Petani

Sebagian besar petani kopi di kabupaten Bener Meriah yang dijadikan

responden menjual hasil panen kopi dalam bentuk gelondongan basah. Hasil

survey menunjukan dari 65 orang petani kopi yang menjadi responden sebanyak

48 orang menjual hasil panen kopinya dalam bentuk gelondongan basah (74 %),

selebihnya menjual dalam bentuk gabah, beras, kering labu. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 31: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

31

Tabel 7. Bentuk hasil Panen Kopi yang dijual oleh petani responden di KabupatenBener Meriah

No. Bentuk Hasil Panen Kab. Bener Meriah Kab. Aceh TengahOrang % Orang %

1. Gelondongan Merah 48 74 13 202. Gabah 4 6 39 603. Beras 3 5 2 34. Kering Labu 2 3 2 35. Gelondongan dan beras 3 5 3 56. Gelondongan dan

gabah2 3 3 5

7. Gelondongan, berasdan gabah

3 5 3 5

Jumlah 65 100 65 100

Sumber : data primer (diolah) 2014

Sedangkan mayoritas petani kopi di kabupaten Aceh Tengah menjual hasil

panen kopi dalam bentuk gabah (60 %), dan hanya 20 % yang menjual dalam

bentuk gelondongan. Hal ini diasumsikan bahwa petani Aceh Tengah sedikit lebih

maju dalam pemikiran dan pengambilan keputusan untuk menambahkan

tambahan penghasilan dari usahataninya. Sesuai dengan tingkat pendidikan

responden di kecamatan Bebesan aceh Tengah yang mayoritasnya berpendidikan

setingkat SMA yaitu sebanyak 61 % dibandingkan dengan di kacamatan Bandar

yang mayoritas pendidikan setingkat SMP.

4.4.2. Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri dari biaya perawatan tanaman, biaya tenaga kerja,

dan biaya panen per hektar yang dikeluarkan oleh petani selama satu tahun.

Biaya rata-rata pengeluaran petani kopi di kabupaten Bener Meriah apabila hasil

panen yang dijual dalam bentuk gelondongan merah sebesar Rp. 13.069.000,-,

untuk gabah Rp. 14.100.000,-, untuk labu kering Rp. 14.700.000,- dan kopi

beras Rp. 14.900.000,-. Sedangkan di kabupaten Bener Meriah Tengah, rata-

rata biaya pengeluaran petani kopi di kabupaten ini hasil panen yang dijual

dalam bentuk gelondongan merah sebesar Rp. 13.520.000,-, untuk gabah Rp.

14.600.000,-, untuk labu kering Rp. 15.356.000,- dan kopi beras Rp.

15.670.000,-. Terjadi penambahan biaya produksi pada setiap perubahan bentuk

hasil panen dikarenakan adanya penambahan biaya penanganan hasil panen

sehingga menjadi bentuk panen yang dijual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 8.

Page 32: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

32

Tabel 8.Biaya Produksi Untuk Setiap Produk Panen Yang Dihasilkan PadaKabupaten Aceh Tengah Dan Bener Meriah

No. Bentuk Hasil PanenBiaya Pemeliharaan

tanaman (Rp)Biaya panen danPengolahan Hasil

(Rp.)

Total BiayaTengah(Rp.)

1. Gelondongan merah 10.950.000 2.119.000 13.069.000

2. Gabah 10.950.000 3.150.000 14.100.000

3. Labu Kering 10.950.000 3.750.000 14.700.000

4. Beras 10.950.000 3.950.000 14.900.000Sumber : data primer (diolah) 2014

Tabel 9. Biaya Produksi Untuk Setiap Produk Panen Yang Dihasilkan PadaKabupaten Aceh Tengah Dan Bener Meriah

No. Bentuk Hasil Panen Biaya Pemeliharaantanaman (Rp)

Biaya panen danPengolahan Hasil(Rp.)

Total BiayaTengah (Rp.)

1. Gelondongan merah 11.025.000 2.495.000 13.520.000

2. Gabah 11.025.000 3.575.000 14.600.000

3. Labu Kering 11.025.000 4.331.000 15.356.000

4. Beras 11.025.000 4.645.000 15.670.000Sumber : data primer (diolah) 2014

Tabel 10.Rata-Rata Pendapatan Per Tahun Per Hektar Dan R/C Ratio Petani KopiKabupaten Bener Meriah Menurut Bentuk Hasil Panen Yang Dijual.

No. Tolok UkurBentuk Hasil Panen

Gelondongan Gabah kering Labu kering Beras1. Kadar air (%) 100 40-45 14 12,5

2. Produksi(KG) 4700 1.567 783 744

3. HargaJual (Rp) 7.000 24.000 52.000 56.000

4. Penerimaan (Rp.) 32.900.000 37.608.000 40.716.000 41.664.000

5. Pengeluaran (Rp.) 13.069.000 14.100.000 14.700.000 14.900.000

6. Pendapatan (Rp.) 19.831.000 23.508.000 26.016.000 26.764.000

7. R/C ratio 2,517 2,667 2,770 2,796

Sumber : data primer (diolah) 2014

Page 33: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

33

4.4.3. Rata-rata pendapatan dan R/C ratio

a. Pendapatan dan R/C ratio diterima petani kopi.

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pendapatan tertinggi apabila

petani kopi menjual dalam bentuk beras yaitu sebesar Rp. 26.764.000,- R/C ratio

2,796, disusul dengan labu kering Rp. 26.061.000,- dengan R/C ratio 2,770,

gabah kering Rp. 23.508.000 dengan R/C ratio 2,667. dan gelondongan merah

Rp. 19.831.000,- dengan R/C ratio 2.517. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan per Tahun per Hektar dan R/C ratio Petani KopiKabupaten Bener Meriah Menurut Bentuk Hasil panen yang dijual.

No. Tolok UkurBentuk Hasil Panen

Gelondongan Gabah kering Labu kering Beras1. Kadar air (%) 100 40-45 14 12,5

2. Produksi(KG) 4.989 1.663 832 790

3. HargaJual (Rp) 7.000 24.000 52.000 56.0004. Penerimaan (Rp.) 34.923.000 39.912.000 43.264.000 44.240.000

5. Pengeluaran (Rp.) 13.520.000 14.600.000 15.356.000 15.670.000

6. Pendapatan (Rp.) 21.403.000 25.312.000 27.908.000 28.570.0007. R/C ratio 2,583 2,734 2,817 2,823

Sumber : data primer (diolah) 2014

b. Pendapatan, R/C, dan B/C Ratio Usaha Pelaku Industri

Perhitungan keuntungan diketahui dengan menggunakan analisis Revenue

Cost Ratio (R-C ratio). Nilai R-C ratio = 1 artinya usaha tidak untung/rugi, nilai R-

C ratio > 1 berarti usaha menguntungkan/efisien, nilai R-C ratio < 1 berarti

usaha merugikan/tidak efisien. Pendapatan yang diterima oleh pelaku industri

dalam pengelolaan usaha kopi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah

dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12. R/C dan B/C Ratio Pelaku Industri Kopi Dalam Satu Tahun MasaProduksi Di Kabupaten Aceh Tengah

No. Tolok Ukur Produk OlahanKopi Biasa Kopi Luwak Kopi Premium

1. Harga beli bahan baku 56.000 120.000 80.0002. Produksi (kg) 1.320 1.320 1.3203. Harga Jual (Rp.) 120.000 500.000 220.0004. Penerimaan (Rp.) 158.400.000 660.000.000 290.400.0005. Biaya produksi 100.320.000 184.800.000 132.000.0006. Keuntungan 58.080.000 475.200.000 158.400.0007. R/C ratio 1,58 3,57 2,208. B/C ratio 0,58 2,57 1,20

Sumber : data primer (diolah) 2014

Page 34: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

34

Tabel 13. R/C dan B/C Ratio Pelaku Industri Kopi Dalam Satu Tahun MasaProduksi Di Kabupaten Bener Meriah

No. Tolok Ukur Produk OlahanKopi Biasa Kopi Luwak Kopi Premium

1. Harga beli bahan baku 56.000 120.000 80.000

2. Produksi (kg) 1.584 1.584 1.584

3. Harga Jual (Rp.) 120.000 500.000 220.000

4. Penerimaan (Rp.) 190.080.000 792.000.000 348.480.000

5. Biaya produksi 120.384.000 221.760.000 158.400.000

6. Keuntungan 69.696.000 570.240.000 190.080.000

7. R/C ratio 1,58 3,57 2,20

8. B/C ratio 0,58 2,57 1,20

Sumber : data primer (diolah) 2014

Berdasarkan tabel 12 dan 13 diatas menunjukan bahwa baik di kabupaten

Aceh tengah maupun Bener Meriah, keuntungan tertinggi dengan R/C 3,57 dan

B/C ratio 2,57 terdapat pada industri kopi yang memproduksi kopi luwak dengan

nilai jual produk sebesar Rp. 500.000,- per kg, sehingga didapatkan keuntungan

bagi pelaku industri kopi di kabupaten Aceh Tengah Rp. 475.200.000 dan di

kabupapen Bener Meriah sebesar Rp. 570.240.000,- selama 1 tahun.

Menurut Soekartawi1 (1995), analisis benefit-cost ratio (B/C) ini pada

prinsipnya sama saja dengan analisis R/C (revenue-cost ratio), hanya saja pada

analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat. B/C > 1

Jika B/C > 1, maka suatu usaha tani dikatakan memberikan manfaat bagi pelaku

usaha atau layak untuk diusahakan. B/C = 1 Jika B/C = 1, maka suatu usaha tani

dikatakan impas atau tidak memberikan keuntungan dan tidak memberikan

kerugian, dalam analisis kelayakan dikatakan tidak layak. Jika B/C < 1, maka

suatu usaha dikatakan tidak memberikan manfaat bagi pelaku usaha atau tidak

layak untuk diusahakan.

4.5. Peningkatan Nilai Tambah Beberapa Produk Olahan Kopi DiDataran Tinggi Gayo

Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas

karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan

dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan

sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input

lainnya, tidak termasuk tenaga kerja.

Page 35: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

35

Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara niali output

yang akan dihasilkan dengan nilai input yang digunakan. Nilai faktor konversi

produksi kopi biasa, luwak dan premium sebesar 0,80 masing-masing sebesar

didapatkan dari pembagian jumlah produksi sebesar 120 kg dengan jumlah

bahan baku yang digunakan sebesar sebanyak 150 kg kopi biasa, kopi luwak dan

kopi premium.

Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah jam kerja tenaga

kerja yang digunakan dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam

kegiatan produksi. Koefisien tenaga kerja menunjukan banyaknya jam kerja yang

dibutuhkan untuk mengolah satu satuan input (Hayami, et al. 1987).

Tabel 14. Perhitungan Nilai Tambah Produk Kopi Biasa, Kopi Luwak, dan KopiPremium (spesialty)

No. Variabel Kopi Biasa Kopi Luwak Kopi PremiumNilai Nilai Nilai

Output, Input dan Harga1. Output yang dihasilkan (kg/bln) 120,00 120,00 120,002. Bahan baku yang digunakan (kg/bln) 150,00 150,00 150,003. Tenaga Kerja (jam/bulan) 55,00 55,00 55,004. Faktor Konversi (1/2) 0,80 0,80 0,805. Koefisiensi tenaga kerja (3/2) 0,37 0,37 0,376. Harga Output (Rp/kg) 120.000,00 500.000,00 220.000,007. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) 15.000,00 15.000,00 15.000,00

Pendapatan dan Keuntungan8. Harga bahan baku (Rp/kg) 56.000,00 120.000,00 80.000,009. Sumbangan input lain (Rp/kg output) 0 0 010.

Nilai output (4x6) (Rp) 96.000,00 400.000,00 176.000,00

11.

a. Nilai tambah (10-9-8) (Rp) 40.000,00 280.000,00 96.000,00

b.Ratio nilai tambah (11a/10) x 100 % 0,42 0,70 0,5512.

a. Imbalan tenaga kerja (5x7) (Rp) 5.500,00 5.500,00 5.500,00

b. Bagian tenaga kerja (12a/11a) x 100 % 0 0 013.

a. Keuntungan (11a-12a) (Rp) 34.500,00 274.500,00 90.500

b. Tingkat Keuntungan (13a-11a) x 100 % 86,00 98,00 94,00Sumber : data primer (diolah) 2014

Hasil perhitungan pada tabel diatas, diketahui bahwa koefisien tenaga

kerja yaitu sebesar 0,37 didapatkan dari pembagian jumlah jam kerja sebanyak

55 jam dengan jumlah bahan baku yang digunakan selama satu bulan yaitu

sebesar 150 kg. Jadi curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu

kg biji kopi kering menjadi bubuk kopi adalah 0,37 jam.

Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian total sumbangan input

lain dengan jumlah output yang dihasilkan. Nilai output merupakan merupakan

hasil perkalian antara harga produk dengan faktor konversi. Harga jual kopi biasa

Page 36: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

36

(120.000), luwak (500.000) dan premium (220.000) dikalikan dengan nilai faktor

konversi sebesar 0,80 sehingga besarnya nilai output yang dihasilkan dari setiap

kilogram kopi kering adalah kopi biasa sebesar 96.000, kopi luwak 400.000 dan

kopi premium 176.000.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output dengan harga bahan

baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah tersebut merupakan nilai tambahan

kotor karena masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Nilai

tambah yang diperoleh dari produksi dari produksi bubuk kopi biasa, luwak dan

premium yaitu sebesar 40.000/kg, 280.000/kg dan 96.000/kg.

Rasio nilai tambah merupakan presentase nilai tambah terhadap nilai

output. Besarnya rasio nilai tambah yang didapatkan yaitu untuk kopi biasa

sebesar 0,42 %, kopi luwak 0,70 % sebesar dan premium sebesar 0,55 %. Hasil

ratio nilai tambah ini menunjukan bahwa setiap Rp. 100,- nilai produk kopi akan

diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 42,-, Rp. 70,- dan Rp. 55,-.

Imbalan tenaga kerja pada pengolahan kopi biasa, luwak dan premium

diperoleh dari perkalian antara nilai koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata

tenaga kerja. Balas jasa tenaga kerja menunjukan jumlah pendapatan rata-rata

yang diterima oleh tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan setiap kilogram kopi.

Besar imbalan tenaga kerja yang diterima untuk setiap kilogram kopi biasa, kopi

luwak dan kopi premium masing-masing sebesar Rp. 5.500,-

Keuntungan industri merupakan selisih antara nilai tambah dengan imbalan

tenaga kerja, sehingga dianggap sebagai nilai tambah bersih yang diterima oleh

industri. Keuntungan yang didapatkan oleh industri kopi untuk setiap

kilogramnya yaitu kopi biasa Rp. 34.500,- dengan tingkat keuntungan 86 %, kopi

luwak Rp. 274.500,- dengan tingkat keuntungan 98 % dan kopi premium Rp.

90.500,- dengan tingkat keuntungan 94 %.

Page 37: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

37

V. KESIMPULAN

1. Sebagian besar (63,06 %) petani kopi di kabupaten Bener Meriah menjual

hasil panen kopi dalam bentuk gelondongan basah. Sedangkan mayoritas

petani kopi di kabupaten Aceh Tengah menjual hasil panen kopi dalam bentuk

gabah (60 %), dan hanya 20 % yang menjual dalam bentuk gelondongan. Hal

ini diasumsikan bahwa petani Aceh Tengah sedikit lebih maju dalam pemikiran

dan pengambilan keputusan untuk menambahkan tambahan penghasilan dari

usahataninya.

2. Pendapatan tertinggi dalam usahatani kopi di kabupaten aceh Tengah dan

Bener Meriah apabila petani kopi menjual dalam bentuk beras yaitu sebesar

Rp. 26.764.000,- R/C ratio 2,796, disusul dengan labu kering Rp. 26.061.000,-

dengan R/C ratio 2,770, gabah kering Rp. 23.508.000 dengan R/C ratio 2,667.

dan gelondongan merah Rp. 19.831.000,- dengan R/C ratio 2.517.

3. keuntungan tertinggi dengan R/C 3,57 dan B/C ratio 2,57 terdapat pada

industri kopi yang memproduksi kopi luwak dengan nilai jual produk sebesar

Rp. 500.000,- per kg, sehingga didapatkan keuntungan bagi pelaku industri

kopi di kabupaten Aceh Tengah Rp. 475.200.000 dan di kabupapen Bener

Meriah sebesar Rp. 570.240.000,- selama 1 tahun.

4. Nilai tambah bersih yang diterima oleh industri untuk setiap kilogramnya yaitu

kopi biasa Rp. 34.500 dengan tingkat keuntungan 86 %, kopi luwak Rp.

274.500,- dengan tingkat keuntungan 98 % dan kopi premium Rp. 90.000,-

dengan tingkat keuntungan 94 %.

Page 38: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

38

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 1998. Statistik Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Jakarta.

Badan Pusat Statistik Aceh, 2009. Aceh Dalam Angka. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik Aceh Tengah, 2013. Aceh Tengah Dalam Angka.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Alih BahasaMarwata S.E., Akt, Salemba Empat, Jakarta.

Marwata S.E., Akt, Salemba Empat, Jakarta.Dinas Perkebunan dan KehutananPropinsi NAD, 2008. Statistik Perkebunan Propinsi NAD.

Departemen Pertanian, 2004.Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi 2001-2003.Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta 87p.

Departemen Perdagangan Nanggroe Aceh Darussalam, 2006. PengembanganAgroindutri Kopi Berbasis Pertanian dan Masyarakat Lokal . Banda Aceh.

Departemen Pertanian dan Perkebunan Nanggroe Aceh Darussalam. 2007.

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah. 2008. Laporan Tahunan.

Hayami, et.al. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, APerspective From Sunda Village. Coarse Grains Pulses Roots and TuberCentre ( CGPRTC). Bogor.

Hidayati, N.W. 2000. Analisis nilai Tambah dan Prospek Pengembangan IndustriPengolahan Ubi Kayu. Skripsi Sarjana. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengolahan-kopi-bubuk

Lubis, S. N. 2002. Dampak Liberalisasi Perdagangan terhadap Keragaan IndustriKopi Indonesia dan Perdagangan Kopi Dunia. Disertasi Doktor. ProgramPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Marthen, M. 1996. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Strategi PemasaranProduk Mie Instan. Studi Kasus Pada PT DEF Indonesia.Jurusan SosialEkonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Statistik Perkebunan 2006. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Soekartawi,2005. Agroindustri dalam Prospektif Sosial Ekonomi.Raja GrafindoPersada Jakarta.

Sartika, S. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kopi Arabika danRobusta.Skripsi :Program Sarjana ektensi Manajemen Agribisnis. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun, Masri dkk, (1989), Metode Penelitian Survei, Cetakan Ke-18,Februari 2006 (Edisi Revisi), Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Winardi, 1992.Azas-azas Marketing, CV Mandar Maju. Bandung

Yusianto, 2008.Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo.PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Hal 137-141

http://www.regionalinvestment.com/newsipid/id/userfiles/ppi/Bener_Meriah.pdf

Page 39: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

39

Lampiran 1.

ANALISIS RESIKO

Daftar Resiko

No. RESIKO PENYEBAB DAMPAK

1. Data KarakteristikIndustri PengolahanKopi

Ada keraguan dari respondenuntuk menjawab pertanyaanyang ada di kuisioner karenaterikat dengan kode etikperusahaan.

Validitas datakurang

2. Menghitungkeuntungan danAnalisis Nilai Tambah

Pembukuan dari perusahaanyang kurang lengkap

Hasil analisiskurang akurat

4.2. Daftar Penanganan Resiko

No. RESIKO PENYEBAB PENANGANANRESIKO

1. Data KarakteristikIndustriPengolahan Kopi

Ada keraguan dariresponden untuk menjawabpertanyaan yang ada dikuisioner karena terikatdengan kode etikperusahaan.

Perlu adanyasosialisasi dankoordinasi sebelumdilakukan kegiatan

2. Menghitungkeuntungan danAnalisis NilaiTambah

Pembukuan dari perusahaanyang kurang lengkap

Penjajakan lebihlanjut terhadap datayang dihimpun

Page 40: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

40

Lampiran 2.

TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA

Nama Lengkapdan Gelar

Posisidalam

Kegiatan

Gol/Pangkat/

NIP

JabatanStruktural/Fungsional

BidangKeahlian

AlokasiWaktu

(Jam/minggu)

Cut NinaHerlina,S.Pi

Penjab Penata,III/c19640717198503 2 003

PenyuluhMuda

Budidaya 9

Fenty Ferayanti,SP

AnggotaPenata Tk. I,III/b19773103200212 2 001

PenelitiPertama

Budidaya 7

Ir. M. Ferizal, M.Si

Anggota Pembina,IV/a19650219199203 1 002

Peneliti nonklas

Sosek 7

Cut Hilda Rahmi,SP Anggota

PenataMuda, III/a

Peneliti nonklas

Budidaya 6

Ir. Khalid AnggotaPenata Tk. I,III/d

Peneliti nonklas

Budidaya 6

Page 41: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

41

Lampiran 3.

FOTO-FOTO KEGIATAN

Nara sumber berasal dari instansi Dinas Perkebunan,Dinas Perdagangan dan Industri dan Kepala BPP

Ir. Ferizal, M.Si selaku mewakili KepalaBalai PengkajianTeknologi Pertanian Aceh sedang memberikan Sambutan dan

Pengarahan

Page 42: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

42

Melakukan wawancara kepada pelaku industrididampingi Sekretaris Dinas Perkebunan Aceh Tengah

Peninjauan ke lokasi industri kopi diKabupaten Bener Meriah

Page 43: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

43

Alat roasting kopi yang dirakit sendiri oleh pelaku industridengan modal hanya Rp. 15.000.000,-

Alat roasting kopi buatan Jerman yang harganyamencapai ratusan juta rupiah

Page 44: LAPORAN AKHIR KEGIATAN ANALISIS PENINGKATAN NILAI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/06-Lap.Kopi.final... · ANALISIS PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN KOPI DI

44

Hasil panen kopi dalam bentuk gelondongan

Penjemuran Kopi sebelum diroasting