laporan akhir hibah penelitian dosen muda filemodel econometric dan hasil estimasi 24 bab v...
TRANSCRIPT
Kode/Nama Bidang Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan
LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA: ANALISIS MIKRODATA
TIM PENELITI
Ketua : I Wayan Sukadana, SE., M.S.E (NIDN: 0023038104)Anggota : Amrita Nugraheni Saraswaty, SE., M.Sc (NIDN: 0007078602)
Ni Made Tisnawati, SE.,M.Si (NIDN: 0007067805)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
November 2015
i
Kode/Nama Bidang Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan
LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA: ANALISIS MIKRODATA
TIM PENELITI
Ketua : I Wayan Sukadana, SE., M.S.E (NIDN: 0023038104)Anggota : Amrita Nugraheni Saraswaty, SE., M.Sc (NIDN: 0007078602)
Ni Made Tisnawati, SE.,M.Si (NIDN: 0007067805)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
November 2015
ii
HALAMAN PENGESAHANHIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
Judul Penelitian : Perilaku Pengusaha Mikro Dan Kecil Indonesia Dalam Menjalankan Usaha: Analisis Mikrodata
Bidang Ilmu : Ekonomi PembangunanKetua Penelitia. Nama Lengkap : I Wayan Sukadana, SE., M.S.Eb. NIP/NIDN : 19810323 200812 1 002 / 0023038104c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk. I / IIIbd. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli e. Pengalaman Penelitian : (Terlampir dalam CV)f. Program Studi/Jurusan : Ekonomi Pembangunang. Fakultas : Ekonomi dan Bisnish. Alamat Rumah/HP : Perum Dalung Permai Blok FF, No. 20, Dalung,
Kuta Utara, Badung / 081338449077i. E-Mail : [email protected] Tim Peneliti : 3 (tiga) OrangPembimbinga. Nama Lengkap : Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE.,MSib. NIP/NIDN : 19570727 198403 1 005 / 0027075708c. Pangkat/Gol : Pembina Tk. I / IVbd. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor Kepala e. Pengalaman Penelitian : (Terlampir dalam CV)f. Program Studi/Jurusan : Ekonomi Pembangunang. Fakultas : Ekonomi dan BisnisLokasi Penelitian : IndonesiaJangka Waktu Penelitian : 1 (Satu) TahunBiaya Penelitian : Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
Mengetahui Denpasar, 30 November 2015Ketua Jurusan Ketua Peneliti
Ekonomi Pembangunan
Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS I Wayan Sukadana, SE., M.S.ENIP: 19540429 198303 1 002 NIP: 19810323 200812 1 002
MengetahuiDekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MSNIP: 19610827 198601 1 001
iii
DAFTAR ISIHalaman
Halaman Sampul iHalaman Pengesahan iiDaftar Isi iiiRingkasan iv
BAB I PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan Penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32.1. UMK (Usaha Mikro dan Kecil) 32.2. Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank dalam UMK5
2.3. Preferensi Pembiayaan Usaha 112.4. Model Empiris untuk Perilaku 13
BAB III METODE PENELITIAN 163.1. Lokasi Penelitian 163.2. Data 16
3.2.1. Bentuk Data 163.2.2. Metode Pendataan 16
3.3. Variabel Penelitian 173.3.1. Variabel Terikat 173.3.2. Variabel Bebas (case-specific) 17
3.4. Teknik Analisis Data 18
BAB IV PEMBAHASAN 204.1. Data Deskriptif 204.2. Model Econometric dan Hasil Estimasi 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 275.1. Kesimpulan 275.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
iv
RINGKASAN
Berbagai literatur dalam Ekonomi Perilaku menyatakan bahwa seseorang mengalami bias dalam menilai kemampuan dirinya sendiri. Ada kalanya seseorang tersebut merasa overconfidence, dimana perilaku ini dapat mengakibatkan tingginya angka exit pada industri yang berbasis usaha mikro dan kecil. Sedangkan, dilain pihak tidak sedikit pengusaha mikro dan kecil yang mengalami under-confidence. Mereka membuka usaha mikro dan kecil karena mereka merasa kurang percaya diri untuk membuka usaha yang lebih besar, dan meminjam dana dari lembaga keuangan untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Penelitian ini bertujuan melakukan investigasi terhadap perilaku pegusaha dalam menilai kemampuan mereka dalam menjalankan usaha dengan melihat perilaku mereka dalam menggunakan jasa perbankan atau non bank dalam mendukung usahanya, melalui analisa pada data mikro. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datamikro dari Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (Panel) dengan nomor ID 00-IMK-2013-M1-PANEL, dengan jumlah perusahaan adalah sebanyak 72.000 perusahaan. Untuk memperoleh suatu kesimpulan mengenai perilaku pengusaha penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah; model Probit untuk melakukan estimasi pada kemungkinan profit positif berdasarkan berbagai sumber pinjaman, dan model cencored regression untuk melakukan estimasi atas besaran profit yang diantara berbagai sumber pinjaman yang kemudian dijasikan dasar penilaian overconfidence atau underconfidence individu pengusaha atau rumahtangga tersebut.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai studi dalam Ekonomi Pembangunan menyatakan bahwa untuk
melakukan proses pembangunan dan mendesain suatu kebijakan diperlukan
pemahaman mengenai prilaku individu yang akan menjadi sasaran kebijakan
pembangunan. Pemahaman yang lebih baik akan mengarah pada diagnose
permasalahan yang lebih baik, dan pada akhirnya solusi atau kebijakan yang
dirancang dapat menjadi lebih tepat sasaran (Datta dan Mullainathan; 2012).
Penelitian dari Tanaka, Camerer, dan Nguyen (2010) menemukan keterkaitan
antara hasil atau capaian pembangunan ekonomi dengan preferensi pelaku ekonomi.
Hasil penelitian ini sekaligus menjawab pertanyaan mendasar dalam ekonomi
pembangunan mengenai hubungan antara capaian pembangunan ekonomi dengan
preferensi pelaku ekonomi. Oleh karena itu identifikasi preferensi pelaku ekonomi
perlu dilakukan untuk memperkuat dasar desain dari sebuah kebijkan.
Khusus mengenai perilaku dalam berusaha, Sukadana dan Saraswaty (2014),
menemukan dari hasil entry game experiment sebagian pengusaha pemula memiliki
perilaku yang risk-averse, yang dapat dikatakan juga memiliki sifat yang cenderung
pesimis, lebih-lebih jika mereka berada pada industri yang terdapat satu atau beberapa
perusahaan yang sudah mapan. Roll (1986), menyatakan perilaku overconfidence
seseorang akan menyebabkan gagalnya usaha, hal ini kemudian diperkuat oleh
Camerer dan Lovallo (1999) melalui lab experiment. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perilaku individu, preferensi dan perilaku atas sebuah resiko akan menentukan
bagaimana individu tersebut mengelola usaha yang ditekuninya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai dengan tahun 2012 menunjukkan
bahwa terdapat 56.534.592 unit UMKM di Indonesia, dengan laju pertumbuhan
sebesar 2,41 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan UMKM sejak era reformasi
memang memperlihatkan laju yang fluktuatif, namun sejak krisis keuangan tahun
2007 laju pertumbuhan jumlah UMKM terus mengalami penurunan, dan memiliki
kecenderungan untuk terus mengalami penurunan. Sesuai dengan berbagai laporan
makro ekonomi, industri mikro dan kecil mampu menyerap tenaga kerja mencapai
tidak kurang dari 60 persen, yang dikatakan mampu sebagai penyelamat perekonomin
2
dikala krisis keuangan melanda. Namun proporsi value-added nasional yang
disumbangkan oleh industry mikro dan kecil ini hanya mencapai 22 persen. Industri
mikro dan kecil sangat berhasil dalam mendukung perbaikan ekonomi terutama dari
sisi penyerapan tenaga kerja, namun untuk peningkatan value-added, industri kecil
masih tertinggal jauh. Permasalahannya bukan hanya dalam ukuran besar atau
kecilnya perusahaan, namun pada kemampuannya dalam meningkatkan value-added.
Peningkatan value-added dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan
teknologi, skil, modal dan ukuran usaha. Namun yang paling penting adalah apakah
pengusaha tersebut memiliki preferensi untuk melakukannya. Perilaku untuk
mengambil resiko, dan kepercayaan diri akan sangat mempengaruhi bagaimana
pengembangan usaha terjadi. Salah satu perilaku yang mencerminkan kepercayaan
diri dalam berusaha adalah perilaku dalam mengambil keputusan mengenai sumber
pembiayaan usaha. Pengusaha yang memiliki kepercayaan diri yang lebih besar
biasanya akan lebih percaya diri untuk mengambil keputusan untuk pembiayaan
usaha dari lembaga keuangan dengan proporsi yang relative besar. Oleh karena itu
penelitian ini akan memfokuskan pada investigasi pada perilaku pengusaha yang
dianalisis melalui preferensinya dalam memilih sumber pembiayaan usaha dan
besaran pembiayaannya dengan menganalisis Survei Industri Mikro dan Kecil 2013
(Panel).
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih sumber
pembiayaan usahanya dari berbagai lembaga keuangan bank maupun bukan bank.
2. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih besaran
pembiayaan usahanya dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UMK (Usaha Mikro dan Kecil)
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil,
Mikro dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha Mikro
adalah sebagai berikut ini:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan atau dijalankan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang usaha yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai mana disebutkan dalam
Undang-Undang ini. Kriteria dari usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 ini adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan itu tidak termasuk tanah dan banguan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah).
Berdasarkan Undang-undang nomor. 20 tahun 2008 dalam pasal 6 disebutkan
bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Guna pencapaian tujuan tersebut
usaha Mikro, Kecil dan Menengah ini berlandaskan atas asas kekeluargaan,
demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Tujuan dari pemberdayaan UMK ini adalah :
4
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang
dan berkeadilan
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMK menjadi usaha yang
tanggguh dan mandiri, dalam artian UMK ini diharapkan agar dapat bersaing
dan bertahan di tengah persaingan global dan dapat mewujudkan
kemandiriannya sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
c. Meningkatkan peran UMK dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan
kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat
dari kemiskinan. Maksudnya disini adalah dengan adanya UMK maka akan
terbuka lapangangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dengan terserapnya pengangguran ke dalam dunia kerja maka orang tersebut
akan memiliki pendapatan sehingga distribusi pendapatan akan menjadi lebih
merata, sehingga masyarakat dapat terbebas dari belenggu kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut juga akan mengalami peningkatan
dan hal itu juha akan diikuti dengan peningkatan pembangunan daerah
tersebut. Sehingga UMK ini dikatakan memeiliki kontribusi yang sangat besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau suatu negara.
Ketika terjadi krisis multidimensi pada tahun 1997-1998 usaha mikro dan kecil
ternyata mampu mempertahankan kelangsungan hidup dari usahanya, bahkan mampu
memainkan fungsi penyelamatan pada beberapa sub-sektor penyediaan. Adapun
alasan kenapa UMK ini dapat bertahan bahkan meningkat keberadaannya ditengah
terpaan badai krisis multidimensi ini adalah, pertama, sebagian besar UMK
memproduksi barang-barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan
terhadap pendapatannya rendah. Kedua, sebagian besar UKM menggunakan dana
sendiri, sehingga pada saat terjadinya krisis ekonomi dan terjadi kenaikan suku bunga
tidak berpengaruh terhadap eksistensi UMK. Ketiga, dengan terjadinya krisis yang
berkepanjangan banyak sektor formal yang menghentikan pekerjaannya, dan para
pengangguran tersebut akan memasuki sektor informal dan berkecimpung kedalam
usaha mikro, kecil dan menegah,sehingga kuantitas UMK mengalami peningkatan
(Partomo dan Soejodono, 2004).
UMK merupakan kegiatan usaha yang diharapkan mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat
dan dapat berperan dalam poses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
5
mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Selain itu UMK merupakan salah satu dari pilar utama ekonomi nasional,
sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih besar, dukungan, perlindungan dan
pengembangan yang seluas-luasnya sebagai wujud nyata keberpihakan yang tegas
kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Busar
dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam perjalanannya, meskipun UMK
menunjukan kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional, namun masih
mengalami berbagai hambatan dan kendala baik secara internal maupun eksternal,
dalam hal produksi, pegolahan, pemasaran, sumber daya manusia (SDM), desain dan
teknologi, permodalan dan iklim usaha.
2.2. Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dalam UMK
Berdasarkan Undang-Undang Nmor 20 Tahun 2008, dalam rangka
meningkatkan sumber pembiayaan UMK, pemerintah melakukan beberapa upaya
yaitu sebagai berikut:
a. Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan
lembagakeuangan bukan bank
b. Pengembangan modal ventura
c. Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang
d. Peningkatan kerjasama antara usaha mikro dan usaha kecil melalui koperasi
simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah
e. Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Berikut adalah lembaga-lembaga pembiayaan kredit baik dari perbankan maupun
bukan bank. Untuk bagian pertama akan dibahas mengenai pengertian, perinsip dan
peran bank umum dalam menunjang perkembangan usaha UMK.
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang yang melakukan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Kasmir, 2013:32). Sifat jasa yang
diberikan adalah umum, dalam artian dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada dengan wilayah operasinya dapat meliputi seluruh wilayah. Sehubungan dengan
berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang pemberian
Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka
6
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang diantaranya mengatur
tentang kewajiban Bank umum untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau
pembiayaan UMKM, perluasan bentuk dan penerima bantuan teknis dari Bank
Indonesia, serta pengenaan sanksi apabila Bank Umum tidak mencapai rasio
pemberian kredit atau pembiayaanUMKM yang ditetapkan, maka ketentuan
pelaksanaanya telah diatur dengan tegas. Pokok-pokok pengaturan Surat Edaran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara umum SE ini mengatur tentang:
a. Penyampaian rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM
b. Tata cara perhitungan dan pemantauan atas pencapaian rasio
pemberian kredit atau pembiayaan UMKM termasuk untuk kantor
cabang Bank Asia dan Bank Campuran
c. Pelaksanaan pola kerjasama dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM
d. Kriteria dan tata cara pengajuan permohonanbantuan teknis Bank
Indonesia
e. Tatacara publikasi atas pencapaian pemberian kredit atau pembiayaan
UMKM
f. Kriteria dan tata cara penilaian dalam jangka pemberian penghargaan
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku
UMKM oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai
realisasi kredit/pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku
UMKM oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai
realisasi kredit/pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku UMKM
oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai realisasi kredit atau
pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan Kewajiban bank untuk
menyusun dan menyampaikan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan
UMKM yang merupakan bagian dari Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan
rasio sesuai dengan tahap yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut:
a. tahun 2013 dan 2014: sesuai kemampuan bank umum;
b. tahun 2015: paling rendah 5% (lima persen);
c. tahun 2016: paling rendah 10% (sepuluh persen);
7
d. tahun 2017: paling rendah 15% (lima belas persen); dan
e. tahun 2018 dan seterusnya: paling rendah 20% (dua puluh persen).
3. Cara menghitung pencapaian rasio pemberian kredit atau Pembiayaan UMKM
secara gabungan untuk seluruh kantor bank umum di dalam negeri posisi akhir
bulan Desember:
4. Yang dimaksud dengan total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah
baki debet Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing.
5. Pola kerjasama pemberian kredit atau pembiayaan UMKM
a. Dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum dapat
melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu, yaitu: BPR,
BPRS, dan/atau Lembaga Keuangan Non Bank lainnya. Pengertian
Lembaga Keuangan Non Bank lainnya adalah sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman
penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan
Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil dan lembaga-lembaga lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu.
b. Kerjasama pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dapat
dilakukan dengan pola executing, pola channeling, dan pola
pembiayaan bersama (sindikasi). Khusus untuk pola executing, dalam
rangka memastikan penyaluran dana kepada UMKM, Bank Umum
membuat Perjanjian Kerjasama dengan lembaga keuangan dimaksud
dan melaporkan realisasi penyaluran dana pola executing secara
triwulanan kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja setelah triwulan bersangkutan.
6. Ketentuan terkait bantuan teknis Bank Indonesia
a. Bantuan teknis yang diberikan meliputi: penelitian, pelatihan,
penyediaan informasi dan/atau fasilitasi. Dalam SE dijelaskan tujuan,
format, dan topik dari masing-masing kegiatan bantuan teknis,serta
kriteria penerima pelatihan/fasilitasi.
b. Biaya pelaksanaan bantuan teknis
8
i. Biaya pelaksanaan bantuan teknis bagi Bank Umum, BPR,
Lembaga Pembiayaan UMKM, Lembaga Penyedia Jasa, dan
UMKM untuk kegiatan penyediaan informasi, pelatihan dan
fasilitasi.
ii. Biaya pelaksanaan bantuan teknis dalam rangka kerjasama
Bank Indonesia dengan kementerian, dinas terkait, lembaga
domestik, atau lembaga internasional diatur sesuai dengan
kesepakatan para pihak.
7. Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau
Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum
dalam website Bank Indonesia dan secara berkala memberikan penghargaan
kepada Bank Umum yang berhasil menyalurkan Kredit atau Pembiayaan
UMKM yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.
8. Pelatihan kepada pelaku UMKM oleh Bank Umum
a. Bank Umum yang tidak mencapai realisasi Kredit atau Pembiayaan
UMKM sesuai rasio yang ditetapkan, wajib menyelenggarakan
pelatihan kepada pelaku UMKM yang tidak sedang dan/atau belum
pernah mendapatkan Kredit atau Pembiayaan UMKM. Kewajiban ini
mulai berlaku untuk pencapaian rasio pemberian Kredit atau
Pembiayaan UMKM pada tahun 2015.
b. Jumlah dana yang dialokasikan dalam rangka pelatihan dimaksud
adalah minimal sebesar 2% (dua persen) yang dihitung dari selisih
antara kewajiban pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM
dikurangi dengan realisasi pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan
UMKM pada setiap akhir tahun berjalan, dengan jumlah maksimal
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
c. Pelatihan kepada UMKM dilakukan dan dilaporkan kepada Bank
Indonesia paling lambat pada tanggal 30 September.
9. Pengenaan sanksi kepada:
a. Bank Umum yang melanggar ketentuan mengenai pentahapan
pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM.
b. Bank Umum yang tidak melaksanakan kewajiban untuk
menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM.
9
c. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank
Campuran yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM melalui
kerjasama pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi).
10. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak 29 Agustus 2013.
Dengan dikeluarkannya surat edaran ini maka prosedur dalam hal perolehan
dana untuk usaha rakyat UKM ini akan menjadi lebih sederhana dan mudah, sehingga
keberadaan UMK di masyarakat ini diharapkan akan lebih mampu menciptakan iklim
usaha yang lebih kondusif dan dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar sehingga
pengngguran akan berkurang dan distribusi pendapatan juga akan lebih merata.
Seiring dengan hal tersebut maka diharapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah atau
Negara tersebut juga akan meningkat.
2. BPR
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensioanal atau
berdasarkan prinsipsyariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran (Kasmir, 2013:33). Artinya, jika dibandingkan dengan Bank
Umum kegiatan BPR jauh lebih sempit. BPR adalah lembaga keuamgan mikro yang
paling dekat dengan pihak pengusaha mikro, kecil dan menengahdan memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam meklakukan pembiayaan usaha mikro, kecil dan
menengah. Dalam melakukan penyaluran kredit BPR masih mempertimbangkan
produktivitas dalam pembiayaannya, sehingga ada kecenderungan untuk
menggerakan sektor-sektor produktif menjadi lebih baik dibandingkan bank-bank
lainnya.Kecenderungan BPR menyalurkan kreditnya pada pembiayaan modal kerja
dengan mengambil pola waktu yang lebih pendek, sehingga kredit dapat lebih cepat
selesai. Dan untuk kredit investasi, karena jangka waktunya relative panjang BPR
kurang tertarik untuk menyalurkannya (Eka Artika, 2010).
Sesuai dengan karakteristik dan cakupan wilayah kerjanya BPR memiliki peranan
yang besar untuk memjukan ekonomi masyarakat daerah. BPR akan menghimpun
dana dari masyarakat setempt, kemudian dana tersebut akan disalurkan kembali
kepada masyarakat setempat yang membutuhkan dana atau bantuan modal untuk
berbagai keperluan yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada
peningkatan aktivitas ekonomi, khusunya UMK.
10
Lembaga keuangan bukan bank juga memiliki peranan yang sangat penting
dalam menunjang perkembangan usaha UMK beberapa bentuk lembaga keuangan
bukan bank tersebut dijelaskan lebih lanjut berikut ini.
1. Koperasi
Koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan orang atau
badan hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Kegiatan usaha koperasi adalah penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1), dimana
disebutkan koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem perekonomian nasional.
Sebagai salah satu pelakuekonomi, koperasi merupakan suatu organisasi
ekonomi yang berusaha menggerakan potensi sumber daya ekonomi yang terbatas
dan dalam pengembangan koperasi tersebut haruslah mengutamakan kepentingan
anggota sehingga koperasi diharapkan mampu bekerja secara efisien dan mengikuti
prinsip-prinsip koperasi serta kaidah-kaidah ekonomi yang berlaku di masyarakat.
Keberadaan koperasi ini sangat mendukung keberadaan UMKM. Hal ini karena
koperasi dapat bekerja sama dengan UMKM, yaitu ketika sesorang ingin membuka
usaha dan belum memiliki modal, maka orang tersebut dapat meminjam modal
kepada koperasi.
2. Modal Ventura
Perusahan Modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan
perusahaan pada jangka waktu tertentu. Di Indonesia, peran modal ventura dalam
melakukan pembiayaan kepada UMK tidak bisa dilepaskan dari orientasi modal
ventura sebagai lembaga pembiayaan pembangunan(development financing
institusion) yang menerapkan pembiayaan dengan tetap memperhatikan prosedur dan
cara berusaha yang sehat. Peran lain dari perusahaan modal ventura ini adalah
membina UKM yang belum menjadi Bankable atau belum layak mendapat kredit.
3. Anjak Piutanag
Perusahaan anjak piutang dapat didefinisikan seabagai suatu kontrak dimana
perusahaan anjak piutang akan menyediakan jasa seperti jasa pembiayaan, jasa
pembukuan, jasa penagihan piutang dan jasa perlindungan terhadap resiko kredit dan
untuk itu klien berkewajiban secara terus menerus menjual atau menjaminkan piutang
11
yang berassal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa kepada
perusahaan anjak piutang. Anjak piutang adalah salah satu lembaga keuangan
alternative permodalan bagi UMK di Indonesia. Dalam perusahaan anjak piutang
ditawarkan pembiayaan jangka pendekyang diperoleh dari pengalihan perusahaan atas
piutang debitur kepada perusahaan anjak piutang. Sehingga dengan demikian UMK
dapat mengetahuiaspek mekanisme transaksi anjak piutang.
Manfaat mekanisme anjak piutang adalah dapat memanfaatkan piutang usaha
(account receivables) untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari perusahaan anjak
piutang, dimana dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi cashflow
mismatch karena membesarnya kebutuhan modal kerja. Permodalan dengan anjak
piutang juga dapat meningkatkan efisiensi dalam penagihan dan administrasi piutang
karena perusahaan anjak piutang juga melayani credit management. Dengan anjak
piutang UMK tidak hanya dapat permodalan dari penjualan piutangnya tetapi juga
mendapat factoring yang dapat digunakan untuk transaksi ekpor dan impor tanpa
enggunakan L/C, sehingga UMK dapat memperluas pangsa pasarnya hingga ke dunia
internasional.
2.3. Preferensi Pembiayaan Usaha
Pilihan pengusaha UMK terhadap sumber pembiayaan usahanya dapat dijadikan
signaling mengenai perilaku dalam mengembangkan usahanya, sehingga untuk
mengetahui prilaku tersebut penelitian ini melakukan screening terhadap berbagai
macam jenis pembiayaan kredit dari lembaga keuangan bank dan non-bank bagi
UMK1. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai apakah
pengusaha tersebut memiliki perilaku yang percaya diri, overconfidence, atau pesimis
dalam melakukan usahanya.
Dalam menjalankan usahanya wirausaha memiliki alternatif untuk membiayai
usahanya melalui pinjaman kredit atau tanpa pinjaman. Jika wirausaha memilih untuk
melalukan pinjaman maka wirausaha tersebut akan menentukan besaran kredit atau
pinjaman yang akan dilakukan. Hal ini dapat menunjukkan prilaku keseriusan dalam
menjalankan usahanya, atau kepercayaan diri dalam mengembangkan usahanya.
Besaran pinjaman akan disesuaikan dengan keperluan usaha dan besaran jaminan
yang dimiliki. Setelah menentukan besaran yang dikehendaki yang disesuaikan
1 Lebih lengkap mengenai signaling dan screening dapat dilihat pada buku teks standar microeconomics seperti MasCollel et.al (1995).
12
dengan kebutuhan dan jaminan, maka akan diputuskan lembaga mana yang akan
dituju untuk memperoleh pinjaman tersebut. Berikut adalah gambar diagram
keputusan wirausaha dalam memilih alternatif pembiayaan usaha.
Gambar 2.1. Alternatif Keputusan Wirausaha dalam Pembiayaan Usahanya
Sumber: Rustariyuni dan Sukadana (2010)
Gambar 2.1 juga menunjukkan jika wirausaha memutuskan untuk tidak menggunakan
kredit maka implikasi selanjutnya adalah, apakah wirausaha tersebut selamanya tidak
akan menggunakan kredit, atau akan menggunakan suatu saat nanti. Segala informasi
tersebut, termasuk informasi mengenai keputusan untuk tidak menggunakan kredit
juga mengandung informasi yang terselubung yang akan diungkap dan dijadikan
dasar dalam menganalisis perilaku pengusaha UMK.
Keputusan untuk menggunakan pembiayaan usaha melalui kredit, akan
berimplikasi pada keputusan untuk menentukan jumlah besaran pinjaman. Keputusan
ini adalah merupakan keputusan yang simultan dilakukan wirausaha, bukan
sequential. Setah keputusan tersebut dibuat maka akan dipilih lembaga mana yang
akan dituju. Pada tahapan ini keputusan dibuat dengan berdasarkan pada preferensi
dari pengusaha itu sendiri. Seperti banyak diungkapkan pada berbagai literatur
Ekonomi Perilaku, Just (2014) misalnya, yang menyatakan bahwa, oleh karena
keterbatasan kognitif, individu seringkali salah dalam membuat keputusan. Perilaku
yang overconfidence misalnya, seperti yang di ungkap oleh Camerer dan Lovallo
13
(1999) yang mencoba memberi alasan mengenai penyebab besarnya proporsi usaha
yang bangkrut (exit) pada kurun waktu 1963-1982 di Amerika Serikat.
Teori contestable market juga menyatakan bahwa entry dan exit terjadi secara
bersamaan dalam jumlah yang besar dan dengan ukuran perusahaan yang kecil-kecil.
Hal ini menyatakan bahwa pada usaha mikro dan kecil terjadi persaingan usaha yang
cenderung sangat ketat, yang menyebabkan fenomena usaha yang tumbuh dan mati
menjadi pemandangan yang lumrah dalam usaha mikro dan kecil. Peran perilaku
dalam menjalankan usaha sangat berperan dalam hal ini. Bias terhadap penilaian
mengenai kemampuan diri sendiri akan berujung pada kurang sempurnanya kegiatan
usaha. Jika terjadi overconvidence maka akan menyebabkan terjadinya exit,
sebaliknya jika pesimis, akan menyebabkan rendahnya value added yang dihasilkan
UMK akan menjadi berkelanjutan.
2.4. Model Empiris untuk Perilaku
Publikasi data mikro oleh BPS melaui Pusat Katalog Data Mikro sangat
membantu tersedianya data pada level individu yang merupakan fokus analisa
microeconometrics2. Microeconometrics memiliki beberapa aspek yang sangat
cocok untuk analisa studi-studi perilaku. Beberapa literature yang khusus
membahas mengenai studi Limited Dependent Variables dan Qualitative
Dependent Variables (Maddala 1983, atau Train 2009).
Model-model yang termasuk dalam kajian Microeconometrics antara lain
adalah model-model dengan menggunakan data kontinu yang “censored” dan
“truncated”. Hausman dan Weis (1976) menggunakan model dengan data
“truncated” untuk menganalisa penghasilan masyarakat (rumah tangga miskin)
dalam eksprerimen negative-income tax. Sedangkan model dengan menggunakan
data “censored” adalah model yang dikembangkan oleh Heckman (1974) yang
dikenal juga dengan nama Heckit. Model ini menganalisa mengenai perilaku
penawaran tenaga kerja.
Sedangkan model-model yang menggunakan data diskret dalam
microeconometrics antara lain adalah Probit, Logit, dan model probabilistic-
choice. McFadden (1973 dan 1974), mengembangkan model probabilistic-
2 Akses data mikro BPS dapat dilakukan melalui : http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog situs ini menyediakan data-data mikro seperti, data sessus penduduk, sensus pertanian, survey UMK, dan lain sebagainya, yang sangat menunjang perkembangan microeconometrics.
14
choice yang dikenal dengan model McFadden’s Conditional Logit, yang digunakan
untuk menganalisa pilihan diskret permintaan jasa (transportasi) perjalanan di
perkotaan. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisa pilihan
masyarakat atas jasa kredit usaha kecil seperti yang dilakukan oleh Rustariyuni
dan Sukadana (2010).
Bidang kajian ekonomi pembangunan sekarang ini sedang diarahkan
menuju analisa yang lebih menekankan pada bagaimana menangkap perilaku
masyarakat pada tinggkat individu. Analisa ini ditujukan untuk menjaring
perilaku yang tepat yang dapat dijadikan dasar acuan kebijakan aksi yang lebih
mencerminkan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada akhirnya kebijakan yang
dibuat tersebut mengena terhadap sasarannya. Berdasarkan karakteristiknya
yang menggunakan data survey dengan agregasi yang sangat rendah dan
tersedianya model-model yang dapat menganalisa perilaku agen-agen ekonomi
dalam membuat keputusan berdasarkan berbagai pilihan yang ada maka
microeconometrics sangat berperan besar dalam analisa ekonomi pembangunan.
Angrist dan Pischke (2008) menyatakan bahwa pada era yang memiliki
paradigma eksperimen sekarang ini, teknik yang sering digunakan untuk
mencari jawaban-jawaban pertanyaan hubungan kausal adalah; linier regression
untuk statistical control, metode Instrumental Variables (IV) untuk analisis dana
natural experiments, dan metode differences-in-differences (DID) untuk
menganalisa dampak dari kebijakan. Metode-metode dasar ini dianggap cukup
mampu untuk membuat data “berbicara” mengenai apa yang terjadi pada
kehidupan social ekonomi masyarakat. Hal ini juga mengisyaratkan kepada para
mahasiswa atau peneliti dibidang ekonomi bahwa yang terpenting adalah hasil
dari analisis ekonometrika dapat diaplikasikan sebagai sebuah kebijakan yang
dapat direalisasikan, baik sebagai sebuah pilot project (eksperimen) atau
kebijakan yang lebih luas oleh pemerintah.
Microeconometrics yang memfokuskan diri pada analisa data-data pada tingkat
individu juga harus diperkaya dengan variable-variabel kebijakan. Experimental
economics yang banyak menganalisa dan menemukan kebijakan-kebijakan yang tepat
untuk penanggulangan kemiskinan, permasalahan UMK, pertumbuhan ekonomi dan
lain sebagainya dapat dijadikan sebagai pokok permasalahan dalam analisa
microeconometrics. Cameron dan Trivedi (2005) menyatakan bahwa
15
microeconometrics akan menjadi lebih menarik dan berguna dengan adanya data-data
dari social experiments atau natural experiments.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan data datamikro dari Survei Industri Mikro dan
Kecil 2013 yang merekam data pengusaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia. Oleh
karena itu lokasi penelitian adalah di Indonesia. Lokasi ini dipilih karena penelitian
ini ingin memberikan suatu kontribusi dalam peningkatan perumbuhan baik dari sisi
ketahanan maupun value added UMK di Indonesia. Mengingat penelitian ini adalah
bertujuan untuk memberikan kontribusi pada analisis perilaku pengusaha yang dapat
dijadikan dasar dalam pembentukan kebijakan pada nantinnya, dan sebagaimana kita
ketahui bahwa kebijakan UMK dan kebijakan yang berkaitan dengan lembaga
pembiayaan (bank maupun non-bank) adalah merupakan kebijakan nasional, maka
diperlukanlah analisis yang memiliki tingkat nasional pula.
3.2. Data
3.2.1. Bentuk Data
Penelitian ini menggunakan datamikro dari Survei Industri Mikro dan Kecil
2013 (Panel) dengan nomor ID 00-IMK-2013-M1-PANEL. Data ini dikumpulkan
dari seluruh Indonesia dengan jumlah blok sensus terpilih sebanyak 12.000 blok
sensus. Data ini mencakup 72.000 perusahaan/usaha mikro dan kecil, yang terbagi
menjadi empat triwulan untuk setiap triwulan terdiri dari 9000 perusahaan/usaha,
sedangkan sisanya sebesar 36.000 perusahaan/usaha dicacah pada Triwulan II 2013
tahap II.
3.2.2. Metode Pendataan
Kerangka sampel yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk
pemilihan blok sensus dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha. Kerangka sampel
blok sensus yang digunakan adalah daftar blok sensus yang dilengkapi dengan
informasi jumlah usaha Industri Mikro dan Kecil (IMK) hasil pencacahan Sensus
Ekonomi 2006 (SE06). Kerangka sampel usaha adalah daftar usaha hasil pendaftaran
survei IMK 2013. Kerangka sampel usaha ini dibedakan menurut usaha industri kecil
dan usaha industri mikro.
17
Tahap pertama, adalah memilih sejumlah blok sensus pada setiap strata secara
PPS (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya IMK hasil listing
Survei IMK2012. Penarikan sampel blok sensus antar strata dilakukan secara
independent. Kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus hasil re-
stratifikasi dalam satu provinsiTahap kedua, dari kerangka sampel usaha, seluruh
industri kecil dipilih sebagai sampel, dan dilakukan pemilihan sejumlah industri
mikro dari hasil pendaftaran IMK secara sistematik linier untuk setiap jenis usaha
sesuai KBLI pada blok sensus terpilih. Bila jumlah industri kecil dalam suatu provinsi
melebihi target sampel usaha IMK, maka harus dilakukan pemilihan sampel untuk
industri kecil.
3.3. Variabel Penelitian
Terdapat 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Oleh karena terdapat 2 model yang akan digunakan, maka
variabel bebas dalam penelitian ini terdapat dua variabel dan 7 variabel bebas
pokok yang bersifat case-specific. Variabel bebas pokok yang bersifat case-
specific ini dapat ditransformasi dalam bentuk log normal atau diinteraksikan
dengan variabel lainnya sesuai dengan kebutuhan spesifikasi model. Pada
umumnya variabel terikat maupun variabel bebas, baik yang bersifat case-
specific maupun alternative-specific dapat ditransformasi dan dimodifikasi serta
dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan spesifikasi model. Berikut adalah tabel
variabel yang digunakan beserta dengan definisi operasional variabel dan
keterangan untuk variabel yang bersangkutan.
3.3.1. Variabel Terikat
Berikut adalah tabel variabel terikat, beserta dengan definisi operasional
variabel dan keterangan untuk variabel yang bersangkutan.
Tabel 3.1. Variabel TerikatNo Variabel Definisi Keterangan1 Profit positif NIlai profit usaha
rumahtangga;1 = Profit Positif0 = Lainnya
Variabel terikat untuk model Probit
2 Ln(Profit) Logaritma natural profit positif dari usaha rumahtangga
Variabel terikat untuk model tobit
3.2.2. Variabel Bebas (case-specific)
18
Berikut adalah tabel variabel bebas yang bersifat case-specific, beserta
dengan definisi operasional variabel, beserta keterangan mengenai tanda yang
diharapkan dari hasil estimasi, baik untuk model Probit maupun Tobit.
Tabel 3.2. Variabel Bebas (case-specific) No Variabel Definisi Tanda yang
diharapkan1 DBank Dummy variabel untuk rumahtangga yang
menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga perbankan1= ya0= lainnyaRumahtannga yang menggunakan pembiayaan ini dianggap memiliki kepercayaan diri yang proporsional dan terukur (lembaga perbankan yang “mengukurnya”)
Positif
2 Dnon-bank Dummy variabel untuk rumahtangga yang menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga non-bank1= ya0= lainnya
Positif
3 Dpnpm Dummy variabel untuk rumahtangga yang menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga PNPM1= ya0= lainnya
Positif
4 Type1 Rumahtangga type 1 (4 rumahtangga), rumahtangga dari pimpinan masyarakat yang mana berjenis kelamin perempuan
Positif
5 Type2 Rumahtangga type 2 (32 rumahtangga), rumahtangga miskin dengan kepala keluarga perempuan (PEKKA)
Positif
6 Type3 Rumahtangga type 3, rumahtangga miskin dengan kepala keluarga laki-laki (non PEKKA)
Positif
7 Type4 Rumahtangga type 4, rumahtangga tidak miskin dengan kepala keluarga perempuan (PEKKA)
Positif
3.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model Probit dan Censored Regression atau yang dikenal juga dengan nama Tobit.
Berikut adalah masing-masing uraian mengenai teknik analisis data tersebut.
1. Model Probit
Dengan menggunakan model Probit dan Logit (yes and no dependence
variable), yaitu untuk mengetahui apakah responden menikmati profit positif
atau tidak dari alternative pilihan pembiayaan usaha. Usaha rumahtangga dapat
mengalami untung atau rugi yang ditentukan oleh berbagai karakteristik dan
yang utama adalah kepercayaan diri dari rumahtangga tersebut, dimana dalam
19
kenyataan hal tersebut tidak dapat diobservasi sehingga dicarikan proxy yaitu
pembiayaan dari pihak lain. Hipotesa yang ingin diungkap dalam model ini
adalah probabilities wirausaha menikmati profit positif given karakteristik yang
ada, atau kecenderungan (propensity) untuk menghasilkan profit positif dalam
menjalankan usaha. Oleh karena propensity adalah utilitas maka hal ini tidak
terobservasi, sehingga dapat diasumsikan adanya latent variable (lihat Kennedy
[2008] untuk lebih jelas mengenai "propensity to ......" sebagai latent variable).
Dengan mengikuti Maddala [1983], Wooldridge [2002], maka analisa probit
mengasumsikan latent variable y* yang didefinisikan sebagai
y* = x' + u (3.1)
dimana x adalah K x 1 vektor regresor (karakteristik wirausaha), adalah K x 1
vektor parameter yang akan diestimasi, dan u adalah error term. Sedangkan y*
adalah unobserved, tetapi dapat didifinisikan sebagai variabel dummy sebagai
berikut
y = 1 jika y* > 0y = 0 lainnya (3.2)
Dengan hubungan (3.1) dan (3.2) kita peroleh
Pr(y = 1) = Pr(x' + u > 0)= Pr(u > −x')= 1− F(−x') (3.3)
dimana F(⋅) adalah cumulative distribution function (c.d.f) untuk u. Fungsi ini
melahirkan probit model jika u terdistribusi secara normal, dan logit model jika
u berdistribusi logistik.
2. Model Tobit
Teknik yang digunakan untuk mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan
kecil dalam memilih besaran pembiayaan usahanya dari lembaga keuangan bank
maupun bukan bank, adalah dengan menggunakan model Tobit. Model censored
data (Tobit model), menggunakan jumlah kredit yang diperoleh dari lembaga
keuangan (dimana yang tidak menggunakan = 0) sebagai variabel dependent.
Dalam model ini akan dianalisa mengenai besaran kredit yang diterima oleh
pengusaha UMK. Seting pertama dalam model ini adalah menentukan dimana
data ter-cencored, dalam hal ini, pertama ditentukan bahwa data ter-cencored di
0, L = 0 (untuk wirausaha yang tidak menggunakan kredit). Namun dalam
20
kenyataan pengajuan kredit memiliki nilai minimum dan maksimum. Secara
umum seting untuk model III adalah sebagai berikut;
(3.5)
Kemungkinan observasi mengalami cencored adalah Pr(y* L) = Pr(xi’ + u L)
= {(L - xi’)/}, dimana () adalah standard normal c.d.f. Untuk kasus adanya
nilai minimum dam maksimum dalam pengajuan kredit akan coba dijelaskan
dengan menggunakan model two-limit tobit.
21
BAB IVPEMBAHASAN
4.1. Data Deskriptif
Alternatif data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah data dari
SPRT 2011 yang tersedia pada microdata.worldbank.org. Data ini dipandang
memiliki kesesuaian dengan data BPS namun memiliki cakupan yang lebih luas
yaitu rumahtangga. Berbeda dengan data BPS yang hanya mengenai data UMKM
data dari SPRT 2011 mencakup juga isu kemiskinan dengan memasukkan
karakteristik rumahtangga miskin dan khususnya rumahtangga miskin dengan
kepala keluarga perempuan. Sumber lembaga keuangan yang terrekam dalam
data SPRT2011 juga lebih luas yaitu dengan dimasukkannya lembaga PNPM
sebagai salah satu sumber pinjaman usaha rumahtangga.
Berdasarkan data SPRT 2011 yang dapat diakses melalui Worldbank
Microdata terdapat 2400 rumah tangga yang dijadikan dasar analisis. Data yang
digunakan adalah data yang berdasarkan Buku 3, yaitu mengenai kondisi
ekonomi rumah tangga. Oleh karena terdapat beberapa rumah tangga yang
memiliki pengasilah yang sangat besar maka hal ini dinggap sebagai outlier
sehingga total data yang akan digunakan dalam analisis adalah sebanyak 2391
Rumah tagga. Pendapatan rumah tangga, yang diperoleh dari, usaha tani maupun
usaha non-tani, ditampilkan dalam bentuk lognormal. Data deskriptif mengenai
pendapatan keluarga ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Data Deskriptif Pendapatan Rumahtangga Sampel
Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata pendapatan rumahtangga baik yang berasal
dari usaha tani, non-tani ataupun keduanya adalah sebesar, Rp. 10.500.000,-
Kegiatan ekonomi Rumahtangga sampel berasal dari usaha tani, non-tani
ataupun keduanya. Terdapat 555 rumahtagga yang menggunakan pinjaman
dalam membiayaai kegiatannya tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
4.2 berikut.
22
Tabel 4.2. Jumlah Rumahtangga yang Menggunakan Pinjaman Untuk Usaha
Pinjaman Freq. Percent Cum.Tidak 1836 76.79 76.79Ya 555 23.21 100Total 2391 100
Rumahtangga sebanyak 555 rumahtangga yang menggunakan pinjaman
sebagai sumber pembiayaan usahanya tersebut terdiri dari 151 rumahtangga
usaha tani, 139 usaha nontani dan 265 menjalankan kedua usaha tersebut. Tabel
4.3 menunjukkan jumlah rumahtangga yang menggunakan pinjaman sesuai
dengan jenis usaha utama rumahtangga tersebut.
Tabel 4.3. Deskripsi Jumlah Rumahtangga yang Menggunakan Pinjaman Sesuai Dengan Usaha Utama yang Dijalankannya
Tani dan Non-taniPinjaman Tidak Ya Total
Tidak 1,012 824 1,836Ya 290 265 555
Total 1,302 1,089 2,391
Hanya Usaha TaniPinjaman Tidak Ya Total
Tidak 1,093 743 1,836Ya 404 151 555Total 1,497 894 2,391
Hanya Usaha Non-TaniPinjaman Tidak Ya Total
Tidak 1,567 269 1,836Ya 416 139 555Total 1,983 408 2,391
Tabel 4.3 menunjukkan sebagain besar rumahtangga yang menggunakan
pembiayaan usaha dari pinjaman adalah mereka yang menjalankan dua jenis
usaha, yaitu usaha tani dan non tani. Usaha Tani dan Non-tani yang dijalankan
23
oleh 265 rumahtangga ini adalah usaha yang mengarah ke usaha dengan skala
usaha yang lebih besar. Secara umum, rumahtangga yang menggunakan
penjaman sebagi salah satu sumber pembiayaan usahanya adalah rumahtangga
yang menjalankan usaha secara professional bukan sebagai usaha subsistem.
Berdasarkan data dari Tabel 4.2 dan 4.3 juga terlihat bahwa 555 rumah
tangga yang menggunakan pinjaman memiliki kecenderungan untuk memiliki
kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam menjalankan usaha mereka. Namun
kepercayaan diri ini masih perlu dikaji lebih lanjut apakah kepercayaan diri ini
mengakibatkan kerugian (kebangkrutan) atau malahan menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi. Tabel 4.4, menunjukkan sumber pinjaman dan
jumlah rumahtangga yang menggunakan sumber tersebut.
Tabel 4.4. Sumber Pinjaman dan Jumlah Rumahtangga yang Menggunakannya
Sumber Pinjaman Jumlah RumahtangaBank 159Non-Bank 144Pegadaian 7PNPM 82Majikan 37Rentenir 16Keluarga 165Klp Masy 62Pembelian dengan Kredit 22
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sumber yang palingbanyak dituju oleh
rumahtangga adalah keluarga. Hal ini menunjukkan selain kepercayaan diri,
budaya kekerabatan dan ikatan keluarga terutama antara orang tua dan anak
masih menjadi hal penting dalam pembiayaan usaha, terutama usaha yang
berbasis pertanian dan UMKM non-tani. Pilihan berikutnya setelah keluarga
adalh tentunya lembaga Bank dan Non-bank seperti koperasi. Pilihan Bank dan
Non-bank akan memperlihatkan bahwa rumahtangga memang memiliki
kepercayaan diri dan skill yang cukup dalam mengelola usahanya, sehingga bank
dan non-bank mengabulkan permohonan pinjamannya.
Penilaian dari lembaga bank dan non-bank dapat dipandang lebih
professional dalam memberikan penilaian tentang rencana usaha ketimbang
24
lembaga lainnya sehingga rumahtangga yang menggunakan sumber pinjaman
dari Bank dan Non-bank dipandang memiliki kepercayaan diri yang
proporsioanal. Sedangkan rumahtangga yang memiliki kepercayaan yang terlalu
bersar (overconfidence) dapat dicerminkan oleh mereka yang meminjam dari
pihak rentenir. Sedangkan rumahtangga yang memiliki kepercayaan diri yang
lebih rendah akan mengandalkan pinjaman dari kelompok masyarakat dan
program PNPM.
4.2. Model Econometric dan Hasil Estimasi
Model ekonometrik yang digunakan untuk melakukan analisis adalah Two
Part Model, dimana terdiri dari model probit untuk analisis bagian pertama yang
kemudian dilanjutkan dengan analisis censored regression pada bagian kedua.
Tabel 4.5, berikut adalah hasil estimasi bagian 1 dengan metode Probit.
Tabel 4.5. Regressi Bagian 1
Pada regressi bagian 1, terlihat bahwa rumahtangga yang menggunakan
pinjaman, yang dalam hal ini dispesifikkan pada pinjaman dari bank, non-bank
dan PNMP signifikan menghasilkan profit. Hal ini menunjukkan bahwa
kepercayaan diri dari rumahtangga untuk berusaha yang kemudian mengajukan
tambahan pembiayaan melalui pinjaman memang merupakan kepercayaan diri
yang didukung dengan skill dan kemampuan.
Regressi bagian 1 dilanjutkan dengan regressi bagian 2 untuk melihat
perbedaan besaran profit yang dihasilkan rumahtangga berdasarkan sumber
pembiayaannya. Hasil regressi bagian 2 ditampilkan pada Tabel 4.6, berikut.
25
Tabel 4.6. Regressi Bagian 2
Regressi bagian 2 berbeda dengan bagian 1, dimana jumlah sampel yang
digunakan menjadi lebih sedikit yaitu sebanyak 1707 sampel, yang merupakan
rumahtangga yang menerima profit yang positif. Regressi bagian 2 ini ditujukan
untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pendapatan rumahtangga yang
menggunakan pinjaman dari bank, non-bank dan PNPM. Variabel control untuk
perbedaan profit dari usaha rumahtangga adalah karakteristik penggolongan
rumah tangga yaitu rumah tangga type 1 sampai type 4, dengan rumahtangga
type 5 sebagai benchmark.
Hasil regressi bagian 2 seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.6,
menunjukkan rumahtangga yang menjalankan usaha dengan pinjaman dana dari
bank memiliki profit yang 96,80 persen lebih tinggi dibandingkan dengan
rumahtangga yang menjalankan usahanya tanpa pinjaman atau menggunakan
pinjaman lainnya. Kemudian rumahtanga dengan sumber pinjaman dari non-
26
bank sebesar 66,18 persen lebih tinggi dari rumahtangga yang menjalankan
usahanya tanpa pinjaman atau menggunakan pinjaman lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa rumahtangga yang menggunakan pinjaman dari lembaga
bank atau non-bank memang memiliki kepercayaan diri yang didasari oleh
penguasaaan terhadap usaha yang mereka tekuni.
27
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bagian sebelumnya maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
1. Kepercayaan diri dalam menjalankan usaha sangatlan diperlukan, namun
kepercayaan diri tersebut haruslah terukur.
2. Cara terbaik, berdasarkan hasil penelitian, untuk membatasi prilaku percaya diri
yang berlebih-lebihan yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam berusaha
adalah dengan menyediakan lembaga pengontrol yang kredibel.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga bank dan non-bank dengan
orientasi bisnisnya mampu untuk menyaring prilaku berusaha yang memiliki
kepercayaan diri berlebihan.
4. Instrumen yang digunakan oleh lembaga bank atau non-bank adalah melalui
penyaluran kredit, dimana dalam setiap persetujuan kredit maka terlebih dahulu
didahului oleh adanya penilaian kelayakan usaha.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat tiga saran kebijakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu
1. Pertama, proses pemberian bantuan pinjaman langsung atau melalui lembaga
yang tidak (belum) professional diharapkan dievaluasi, PNPM misalnya.
2. Kedua, penyaluran pinjaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sebaiknya dilakukan melalui lembaga yang memiliki kompetensi untuk menilai
kelayakan sebuah usaha, lembaga Perbankan misalnya.
3. Ketiga, solusi bagi jaminan yang biasanya disyaratkan oleh lembaga perbankan
adalah dengan memperkuat permodalan Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida), yang
merupakan variabel kebijakan langsung pemerintah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Angrist, J. D., dan J-S. Pischke (2008), Mostly Harmless Econometrics: An Empiricist’s Companion. Princeton and Oxford: Princeton University Press.
Artika, Eka. (2010). Peranan bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam menggerakan kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Nusa Tenggara Barat. Media Informasi Universitas Islam Al-Azhar, AVESINA, Vol. 2 No. 2
Camerer, Colin F., and Dan Lovallo (1999). "Overconfidence and Excess Entry: An Experimental Approach," American Economic Review, 89; 306-318.
Cameron, A. C., dan P. K. Trivedi. (2009). Microeconometrics Methods and Applications. Cambridge; Cambridge University Press
Datta, Saugato and Sendhil Mullainathan (2012). “Behavioral Design; A New Approach to Development Policy,” CGD Policy Paper 016. Washington DC: Center for Global Development. Available at: http:// www.cgdev.org/content/publications/detail/1426679
Heckman, J. (1974). Shadow Price, Market Wages, and Labor Supply. Econometrica, 42: 679 – 694
Hausman, J. A., and D. A. Wise (1976). The Evaluation of Result from Truncated samples: The New Jersey Negative Income Tax Experiment. Annals of Economic and Social Measurement, 5: 421 – 445
Just, David R., (2014). Introduction to Behavioral Economics, John Wiley & Sons, Inc
Kasmir (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Maddala, G. S. (1983). Limited Dependent and Qualitative Dependent Variables in Econometrics, Cambridge; Cambridge University Press
Mas-Colell, A., M. D. Whinston, dan J. R. Green (1995). Microeconomic Theory, New York; Oxford University Press
McFadden, D. (1973). Conditional Logit Analysis of Quantitative Choice Behavior. In P. Zarembka (ed.), Frontiers in Econometrics. New York: Academic.
McFadden, D. (1974). The Measurement of Urban Travel Demand. Journal of Pubic Economics. 3: 303 – 328
Partono,T. dan A. Soejodono (2004). Ekonomi Skala Kecil/ Menengah dan Koperasi. Ghalia : Jakarta.
Roll, L. (1986). The Hubris Hypothesis of Corporate Takeovers. Journal Business, 52: 197-218
29
Rustariyuni, Surya Dewi dan I Wayan Sukadana (2010). Akses Wisausaha UMKM Dalam Memilih Sumber Pembiayaan Usaha. Input, Jurnal Ekonomi dan Sosial. 3: 35 – 55
Sukadana, I Wayan dan Amrita Nugraheni Saraswaty (2014), Experimental Economics on Firm’s Behavior: Entry Game Approach, Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol. 7, No. 2, 130-136
Tanaka, T., Colin F. Camerer and Quang Nguyen (2010). “Risk and Time Preferences: Linking Experimental and Household Survey Data from Vietnam”. The American Economic Review, 100 (1): 557-571
Train, Kenneth E., (2009). Discrete choice methods with simulation, New York; Cambridge University Press