laporan agroekologi- hubungan faktor lingkungan dengan pertumbuhan tanaman

111
1 I. HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan budidaya dalam pertanian. Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik terdiri atas tanah, suhu, air, udara, kelembaban udara, angin, dan cahaya matahari. Faktor biotik antara lain manusia, tumbuhan yang juga hidup di lingkungan, hewan, dan mikroorganisme. Masing-masing faktor memiliki pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan tanaman. Adakalanya jika faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi maka tanaman yang bersangkutan mengalami dorman atau berhenti melakukan aktifitas hidup. Tanaman yang tumbuh di tempat yang intensitas cahaya tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah mempunyai kecepatan tumbuh berbeda dan penampakan morfologinya juga berbeda. Pada tempat

Upload: ciciliawidodo

Post on 02-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN

TRANSCRIPT

17

I. HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN TANAMANA. Pendahuluan

1. Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan budidaya dalam pertanian. Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Faktor-faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi faktor biotik dan abiotik.

Faktor abiotik terdiri atas tanah, suhu, air, udara, kelembaban udara, angin, dan cahaya matahari. Faktor biotik antara lain manusia, tumbuhan yang juga hidup di lingkungan, hewan, dan mikroorganisme. Masing-masing faktor memiliki pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan tanaman. Adakalanya jika faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi maka tanaman yang bersangkutan mengalami dorman atau berhenti melakukan aktifitas hidup.

Tanaman yang tumbuh di tempat yang intensitas cahaya tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah mempunyai kecepatan tumbuh berbeda dan penampakan morfologinya juga berbeda. Pada tempat yang memiliki intensitas cahaya optimum akan mempertinggi daya tahan tanaman. Tempat yang kurang intensitas cahaya menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Akibat fotosintesis yang tidak stabil maka metabolisme juga tidak berlangsung secara baik dan dapat terjadi nekrosis pada berbagai organ tanaman.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang ditempatkan di rumah kaca, tempat terbuka, dan di bawah naungan. Dari masing-masing lokasi, diukur suhu, intensitas radiasi matahari, dan kelembabannya maka akan kita dapatkan tiga variasi suhu, intensitas radiasi matahari, dan kelembaban.

B. Tinjauan Pustaka

1. Kacang Kedelai

Selama ini kedelai yang dibudidayakan di Indonesia adalah jenis yang berkulit kuning, sementara kedelai berkulit hitam kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena kedelai berkulit kuning lebih banyak manfaatnya, misalnya untuk kebutuhan industri tempe, tahu, susu, minuman sari kedelai. Akibat dari manfaat-manfaat tersebut petani merasakan bahwa pemasaran untuk kedelai berkulit kuning lebih mudah dibandingkan kedelai berkulit hitam. Walaupun sebenarnya kedelai berkulit hitam memiliki peranan penting pula di sektor industri, khususnya industri kecap (Setyastuti 2004).

Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Saat benih kedelai akan ditanam harus dilakukan penyimpanan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah) , agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan ( Viera et al 2001).Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang akan menjadi variabel dalam praktikum ini adalah suhu dan intensitas cahaya. Pengertian intensitas disini adalah lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari. Intensitas cahaya merupakan energi untuk reaksi anabolik fotosintesis. Respon tanaman akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan intensitas cahaya (Iedda 2012).Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik yang diwariskan dari induknya, daya tumbuh, vigor , kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald 2000).Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap dan tingkat permeabilitas rendah. Varietas tersebut memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca lapang dibanding varietas unggul yang berbiji besar dan berkulit biji terang (Mugnisyah 1991).2. Kacang Hijau

Sistem konservasi plasma nutfah kacang hijau di BB Biogen dilakukan dengan dua cara penyimpanan, yaitu penyimpanan benih jangka pendek dan penyimpanan benih jangka menengah. Pada penyimpanan benih jangka pendek, benih disimpan dalam kantong plastik, stoples atau kantong aluminium lalu ditempatkan dalam gudang dengan suhu 15-18C dan kelembaban 50%. Benih yang disimpan adalah benih active collection, yaitu benih yang sewaktu-waktu diperlukan seperti untuk perbanyakan, rejuvenasi (peremajaan), penelitian (karakterisasi dan evaluasi), serta keperluan lainnya (Lukman 2008).Varietas kacang hijau yang berdaya hasil tinggi belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi kepada petani. Selera konsumen atau permintaan pasar terhadap kualitas tertentu, seperti ukuran dan warna biji, turut menentukan harga jual. Kriteria mutu biji kacang hijau yang baik adalah biji berukuran besar (6570g/1.000 biji), tidak mengandung biji keras, kandungan protein tinggi (> 30%), bentuk biji bundar, dan warna biji hijau kusam (Hakim et al 1993).Sifat lain yang turut menentukan mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada varietas berbiji besar. Sifat keras yang terdapat pada biji kecil dapat mempengaruhi lamanya perkecambahan sehingga beberapa perlakuan oleh pembudidaya yaitu melukai kulit biji agar berkecambah lebih cepat (Imrie dan Sundaram 1988).Jika ketersediaan air dalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman maka proses pertumbuhan juga berlangsung lancar. Keberhasilan pertumbuhan tanaman juga ditentukan oleh ketersediaan hara dan adanya serangan hama penyakit. Tanaman akan memberikan hasil maksimal pada kondisi lingkungan tumbuhnya yang seimbang. Dalam keadaan ini, maka hasil maksimal tanaman akan ditentukan oleh potensi genetiknya kondisi dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi iklim setempat (Islam 2005).Rangsangan lingkungan memicu terentuknya hormon tumbuhan. Ketika hormon mencapai tingkat tertentu sejumlah gen yang awalnya tidak aktif akan mulai ekpresi. Hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau lebih umum ditranslokasikan ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja disana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu atau melalui ruang antar sel (Budiyanto 2012)C. Metode Praktikum1. Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu dari pelaksanaan praktikum ini adalah pada hari Sabtu, 13 April 2013, pukul 14.00-15.00 WIB. Praktikum ini bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.

2. Alat dan Bahana. Alat

1) Pot plastik 2) Termometer3) Light meter

4) Higrometer5) Kertas milimeter

6) Timbangan analitikb. Bahan

1) Benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)

2) Benih kedelai (Glycine max) yang berumur satu minggu3) Tanah/ media tanam4) Pupuk kandang3. Cara Kerja

a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag, mengisi masing-masing polibag dengan media campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 hingga penuh

b. Memilih benih kacang hijau dan kedelai yang baik. Untuk tanaman kacang, setelah memilih biji yang baik, biji tersebut direndam di dalam air selama satu jam

c. Menanam benih tersebut dengan masing-masing 2 benih untuk satu pot plastikd. Meletakkan pot yang telah ditanami di dalam rumah kaca, di bawah pohon, dan di tempat terbukae. Menyiram tanaman setiap hari secukupnya

f. Melakukan pengukuran terhadap suhu udara, kelembapan udara dan intensitas cahaya setiap harig. Mengamati pertumbuhan tinggi dilakukan setiap minggu, dan menghitung pertambahan pertumbuhan tinggi tanaman tersebut (tinggi tiap mingguan)

h. Menghitung data hasil pengukuran suhu, kelembapan udara dan intensitas cahaya rata-rata harian setiap minggu

i. Mengamati pertumbuhan dilakukan sampai awal pertumbuhan generatif (kira-kira 8 minggu)

j. Menggambar hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman)

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

a. Kedelai (Glycine max)Tabel 1.1.1 Tinggi Kedelai (Glycine max)

Minggu ke-Tinggi tanaman Kedelai (cm)Suhu (oC)Kelembaban (%)IRM (Lux)

11134,6156,7430880,84

225,536,6441,1022294,00

33337,4246,8038769,23

440,136,7340,4532865,87

543,738,4151,6432786,00

Sumber : Data Rekapan

Grafik 1.1.1 Pertumbuhan Tinggi Kedelai (Glycine max)

Tabel 1.1.2 Lebar Daun dan Berat Brangkasan Kering Angin Kedelai (Glycine max)Lebar Daun (cm)Berat Brangkasan Kering Angin (gram)

AtasTengahBawahDaunBatangAkar

2,31,81,30,540,780,16

Sumber : Data Rekapanb. Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)Tabel 1.1.3 Tinggi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)Minggu ke-Tinggi Tanaman Kacang hijau (cm)Suhu (oC)Kelembaban (%)IRM (Lux)

113,834,6156,7430.880,84

21536,6441,1022294,00

320,537,4246,8038769,23

42336,7340,4532865,87

530,638,4151,6432786,00

Sumber : Data Rekapan

Grafik 1.1.2 Pertumbuhan Tinggi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)

Tabel 1.1.4 Lebar Daun dan Berat Brangkasan Kering Angin Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)

Lebar Daun (cm)Berat Brangkasan Kering Angin (gram)

AtasTengahBawahDaunBatangAkar

2,51,51,70,470,830,046

Sumber : Data Rekapan

2. PembahasanKedelai (Glycine max) merupakan tanaman dengan cara pembudidayaan cukup sulit karena tergantung pada proses penyimpanan. Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Saat benih kedelai akan ditanam harus dilakukan penyimpanan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah) , agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan.Pertumbuhan tanaman kedelai dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Tanaman kedelai pada praktikum ini dilakukan di rumah kaca karena rumah kaca dianggap memiliki suhu yang yang stabil di bandingkan di tempat lain. Suhu di rumah kaca berkisar 34 -37 c. Kelembaban di rumah kaca berkisar 40-56 % dan intensitas cahaya di rumah kaca berkisar 22294,00 hingga 38769,00 lux. Tinggi tanaman kedelai yang dibudidayakan di rumah kaca cenderung meningkat dari minggu ke minggu. Minggu pertama tinggi kedelai sebesar 11 cm hingga minggu ke lima sebesar 43,7 cm. Lebar daun kedelai hasil praktikum adalah 2,3 cm bagian atas, 1,8 cm bagian tengah dan 1,3 cm bagian bawah. Berdasarkan tabel 1.1.2 berat brangkasan kering angin tanaman kedelai sebesar 0,54 gram pada daun, 0,78 gram pada batang dan 0,16 gram pada akar.

Pada praktikum agroekologi kali ini juga menguji tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus) sebagai bahan praktikum acara hubungan faktor lingkungan dengan pertumbuhan tanaman. Sifat mutu biji kacang hijau adalah ukuran dan warna biji. Ukuran biji berhubungan erat dengan kandungan biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil mengandung biji keras lebih tinggi daripada varietas berbiji besar. Sifat keras yang terdapat pada biji kecil dapat mempengaruhi lamanya perkecambahan sehingga beberapa perlakuan oleh pembudidaya yaitu melukai kulit biji agar berkecambah lebih cepat. Pengamatan terhadap tanaman kacang hijau juga dilakukan di rumah kaca karena rumah kaca dianggap memilki suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya cenderung stabil dibandingkan dengan tempat lain. Tinggi tanaman kacang hijau yang diperoleh dari hasil praktikum meningkat setiap minggunya. Tinggi tanaman minggu pertama sebesar 13,8 cm, minggu ke dua 15 cm, minggu ke tiga 20,5 cm, minggu ke empat 23 cm dan minggu ke lima 30,6 cm. Berdasarkan tabel 1.1.4 lebar daun kacang hijau bagian atas adalah 2,5 cm, 1,5 bagian tengah dan 1,7 bagian bawah daun. Berat brangkasan kering angin daun kacang hijau seberat 0,47 gram pada bagian daun dan bagian akar seberat 0,046 gram.E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:a. Tanaman kedelai pada praktikum ini dilakukan di rumah kaca karena rumah kaca dianggap memiliki suhu yang yang stabil di bandingkan di tempat lain. b. Suhu di rumah kaca berkisar 34 -37 c. Kelembaban di rumah kaca berkisar 40-56 % dan intensitas cahaya di rumah kaca berkisar 22294,00 hingga 38769,00 lux.

c. Tinggi tanaman kedelai yang dibudidayakan di rumah kaca cenderung meningkat dari minggu ke minggu.

d. Minggu pertama tinggi kedelai sebesar 11 cm hingga minggu ke lima sebesar 43,7 cm.

e. Lebar daun kedelai hasil praktikum adalah 2,3 cm bagian atas, 1,8 cm bagian tengah dan 1,3 cm bagian bawah.

f. Berdasarkan tabel 1.1.2 berat brangkasan kering angin tanaman kedelai sebesar 0,54 gram pada daun, 0,78 gram pada batang dan 0,16 gram pada akar.

2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.DAFTAR PUSTAKABudiyanto 2012. Fungsi Asam Absisat. http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii-biologi/fungsi-asam-absisat/. Diakses pada 19 Maret 2013 pada pukul 14.54 WIBCopeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald 2000. Principles of Seed Science and Technology. New York : Burgess Publishing Company. Hakim, L., T. Sutarman, Jumanta 1993. Program Perbaikan Varietas Kacang Hijau. Makalah Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. 16 hlm.

Iedda R 2012. Faktor Lingkungan pada Pertumbuhan Tanaman. http:// eddapastibisa.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 April 2013.

Imrie, B.C. and S. Sundaram 1988. Sources ofVariation for Yield in International MungbeanTrials. Field Crops Res. 16: 197208.

Mugnisyah. W.Q 1991. Strategi Teknologi Produksi Benih Kedelai untuk Mengatasi Deraan Cuaca Lapang. Buku Penunjang Seminar Nasional Teknologi Benih III. Univ. Padjadjaran Bandung. 10 p.Lukman, H 2008. Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Kacang Hijau. Jurnal Litbang Pertanian, 27(1) : Bogor Setyastuti, P 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1 : 22-31. UGM press YogyakartaIslam, Titiek 2005. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Pers. Viera. R.D., D.M. Tekrony, D.B. Egli, M. Rucker 2001. Electrical conductivity of Soybean seeds sfter storage in several environments. Seed Science and Technology, 29. 599-608II. PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan, khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman. Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman.

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.

Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada praktikum kali ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman dengan mempelajari pertumbuhan tanaman yang diletakkan di Rumah Kaca, di bawah naungan, dan di tempat terbuka.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan tanaman bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang ditempatkan di rumah kaca dengan pertumbuhan tanaman yang ditempatkan di bawah naungan dan di tempat terbuka.

B. Tinjauan Pustaka

Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono 2001).

Jika dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu tanaman C3, C4, dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4, dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati (Ipul 2011).Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah (Fitter dan Hay 2003). Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay 2003).

Tanaman yang terbiasa hidup tanpa naungan seperti Arenaria servillifolia memperlihatkan kondisi yang tidak dapat berkembang dan tumbuh jika diberi naungan. Hal tersebut terbukti oleh habisnya persediaan karbohidat. Lebih lanjut, jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang ternaungi adalah pertahanan suatu keseimbangan karbon yang positif dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi. Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu: Pengurangan kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun (Fitter dan Hay 2003)

Pada kegiatan budaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman (Jumin 2008).

Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron (Jumin 2008). Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin 2008). Pada periode terang, tanaman akan membentuk kerbohidrat sebanyak-banyaknya melalui proses fotosintesis; sedang pada periode gelap akan mempengaruhi jumlah atau total karbohirat yang dipergunakan untukrespirasi atau pernafasan (Alessio et al 2008). C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 14.00-15.30 WIB bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Alat dan Bahana. Alat

1) Pot/ember plastik berisi tanah

2) Cawan

3) Kertas milimeter

b. Bahan

1) Benih Jagung (Zea mays)

2) Tanah (media tanam)

3) Pupuk Kandang

4) Air

3. Cara Kerja

a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag sejumlah 6 buah, diisi dengan tanah/ media tanam dan ditambahkan pupuk kandang.

b. Memilih benih jagung yang baik dan direndam dalam air selama 1 jam.

c. Menanam 2 benih jagung pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik.

d. Meletakkan pot di tiga tempatyang telah ditentukansebagai perlakuan (di

rumah kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka), masing- masing 2 ulangan.

e. Menyiram tanaman tiap hari sampai tanman berumur 8 minggu.

f. Mengamati tinggi tanaman diukur tiap minggu sekali, Panjanglebar daun seluruh tanaman diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang dan berat akar ditimbang setelah selesai pengamatan saat keadaan kering konstan.

g. Mengukur intensitas cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00)

selama pertumbuhan berlangsung dan disusun secara sistematis untuk memudahkan analisis. Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif.D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 1.2.1 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)Minggu ke-Tinggi tanaman jagung IRM (lux)

Tempat terbukaNaungan Rumah kacaTempat terbukaNaunganRumah kaca

123,9030,575232,5029648,3430880,84

24605245811,8013384,3222294,00

360,7065,250228,7025038,6038769,23

47507743281,0926854,0232865,87

579,3081,545728,7726946,6232786,00

Sumber : Data Rekapan

Grafik 1.2.1 Grafik Pertumbuhan Tinggi Jagung (Zea mays)

Tabel 1.2.2 Lebar Daun dan Berat Brangkasan Tanaman JagungRumah KacaTempat TerbukaNaungan

Lebar Daun

Atas 5,5 cm4,5 cm0

Tengah3,5 cm7,5 cm0

Bawah3 cm6 cm0

Berat Brangkasan Kering Angin

Daun 16,45 gr45,78 gr0

Batang27.63 gr67,32 gr0

Akar8,77 gr23.63 gr0

Sumber : Data Rekapan2. Pembahasan Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah. Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari.

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman Jagung (Zea mays) tertinggi terletak pada perlakuan rumah kaca. Tinggi tanaman dari minggu pertama hingga ke lima pada perlakuan rumah kaca dan tempat terbuka mengalami peningkatan, sedangkan pada naungan tanaman jagung tidak tumbuh. Tinggi tanaman pada perlakuan tempat terbuka minggu pertama sebesar 23,9 cm dan minggu ke lima naik 55,4 cm menjadi 79,3 cm. Pada rumah kaca tinggi jagung minggu pertama sebesar 30,5 cm dan naik 51 cm menjadi 81,5 cm. Tanaman yang diletakkan pada tempat naungan tidak mengalami perubahan tinggi karena dipengaruhi beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kualitas benih yang ditanam dan faktor eksternalnya meliputi intensitas cahaya, kelembaban dan suhu. Faktor cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung, bila cahaya sedikit, pertumbuhan jagung kurang optimal karena jagung tergolong tanaman yang suka cahaya matahari. Selain tinggi tanaman, lebar daun dan berat brangkasan kering angin juga diamati. Pada perlakuan rumah kaca lebar daun diperoleh sebesar 5,5 cm di bagian atas, 3,5 cm di bagian tengah dan 3 cm di bagian bawah daun. lebar daun pada perlakuan tempat terbuka sebesar 4,5 cm di bagian atas, 7,5 cm di bagian tengah dan 6 cm di bagian bawah daun. Berat tanaman dari bagian akar , daun dan batang pada perlakuan tempat terbuka nilainya lebih besar dibandingkan pada rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang di letakkan pada tempat terbuka memiliki bagian-bagian tubuh lebih subur dibandingkan pada rumah kaca, meskipun tinggi tanaman jagung pada rumah kaca lebih besar namun tanaman jagung lebih subur jika diletakkan pada tempat terbuka. Pengamatan tinggi tanaman, lebar daun dan berat brangkasan kering angin tidak lepas dari pengaruh faktor cahaya karena hubungan faktor cahaya dan ke tiga pengamatan tersebut sangat berkaitan. Bila tanaman tersebut diletakkan di tempat terbuka dengan suhu maupun kelembaban yang mudah berubah-ubah karena faktor intensitas cahaya, tanaman tersebut lebih subur dilihat dari berat brangkasan kering angin. Pada tempat seperti rumah kaca yang memiliki suhu dan kelembaban yang bersifat stabil memacu pertumbuhan tinggi tanaman namun berat brangkasan kering angin tanaman tidak melebihi tanaman yang diletakkan pada tempat terbuka.E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:a. Hasil pengamatan tinggi tanaman Jagung (Zea mays) tertinggi terletak pada perlakuan rumah kaca.

b. Tinggi tanaman dari minggu pertama hingga ke lima pada perlakuan rumah kaca dan tempat terbuka mengalami peningkatan, sedangkan pada naungan tanaman jagung tidak tumbuh.

c. Tinggi tanaman pada perlakuan tempat terbuka minggu pertama sebesar 23,9 cm dan minggu ke lima naik 55,4 cm menjadi 79,3 cm.

d. Pada rumah kaca tinggi jagung minggu pertama sebesar 30,5 cm dan naik 51 cm menjadi 81,5 cm.2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Alessio.P.O., Marina.B., Giovana..B., Jessica.R., r., Lori.M 2008. Cytotoxic and Antioxidant Activity of 4-methyltio-3-butenyl isothiocyanate from Raphanussativus L. Journal of Agriculturaland Food Chemistry 56 (3): 875882Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 2003. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ipul 2011. Perbedaan Tanaman Jenis C3, C4, CAM. http://ipul-biologi.blogspot.com/2011/02/ . Diakses pada tanggal 25 April 2013.

Jumin, H.B 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Tjasjono, Bayong 2001. Klomatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

III. PENGARUH FAKTOR SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Pendahuluan

1. Latar belakangSalah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan tumbuh dari kecil menjadi besar dan kemudian menjadi satu individu yang mempunyai akar, batang dan daun. Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu tidak dapat balik ke bentuk semula. Pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar.Suhu udara merupakan rerata energi kinetik gerakan molekul-molekul di dalam udara (benda). Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi matahari secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh adanya partikel yang ada di atmosfer mengabsorbsi energi radiasi surya, sedangkan pengaruh tidak langsung karena adanya radiasi bumi dalam bentuk gelombang panjang.Pertumbuhan tanaman tidak lepas dari faktor luar yang berupa suhu. Suhu akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ada tanaman tertentu yang akan tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas, ada yang tumbuh baik ditempat bersuhu lembab (sedang), dan ada juga yang tumbuh baik ditempat yang bersuhu dingin. Tanaman yang berada di iklim tropis seperti di Indonesia ini akan tumbuh baik ditempat yang bersuhu lembab. Pada praktikum kali ini akan dibahas pengaruh suhu pada pertumbuhan tanaman dengan perlakuan terhadap perbedaan tempat tumbuh.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum pengaruh faktor suhu terhadap pertumbuhan tanaman bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan tanaman yang ditempatkan di rumah kaca dengan pertumbuhan tanaman yang ditempatkan di bawah naungan dan di tempat terbuka.

B. Tinjauan Pustaka

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut termometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 C (Benyamin 2002).

Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 C 6 C tiap kenaikan 1000 meter. Suhu udara sangat pekat pada perubahan energi di permukaan bumi. Di antara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko 2004).

Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut akan meningkat. Sebaliknya, suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetapi, hubungan antara panas (energi) dengan suhu bukan merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat peneriman panas dalam jumlah tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerimaan tersebut (Lakitan 2005).

Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara dan suhu tanah berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer dan partikel-partikel padat melayang di atmosfer (Critchfield 2004).Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald 2007). Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah) , agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et al 2001).

Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang (Mugnisyah 2001). Sukarman dan Raharjo (2009), melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42C dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang.C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 14.00-15.30 WIB bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.2. Alat dan bahana. Alat1) Pot/ember plastik berisi tanah

2) Cawan

3) Kertas milimeter

b. Bahan

1) Benih Kedelai (Glycine max)

2) Tanah (media tanam)

3) Pupuk Kandang

4) Air

3. Cara Kerja

a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag sejumlah 6 buah, diisi dengan tanah/ media tanam dan ditambahkan pupuk kandang.

b. Memilih benih kedelai yang baik dan direndam dalam air selama 1 jam.

c. Menanam 2 benih jagung pada setiap pot yang telah terisi tanah dan setelah satu minggu pada setiap pot disisakan satu tanaman yang baik.

d. Meletakkan pot di tiga tempatyang telah ditentukansebagai perlakuan (di

e. rumah kaca, di bawah naungan dan di tempat terbuka), masing- masing 2 ulangan.

f. Menyiram tanaman tiap hari sampai tanman berumur 8 minggu.

g. Mengamati tinggi tanaman dengan mengukur tiap minggu sekali, panjang

h. lebar daun seluruh tanaman diukur setelah selesai pengamatan, berat daun, berat batang dan berat akar ditimbang setelah selesai pengamatan saat keadaan kering konstan.i. Mengukur intensitas cahaya pada pagi hari (09.00) dan siang hari (11.00)

selama pertumbuhan berlangsung dan disusun secara sistematis untuk memudahkan analisis. Menganalisis data yang diperoleh secara deskriptif.D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.3.1 Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)Minggu ke-Tinggi Tanaman KedelaiSuhu (C)

Tempat terbukaNaungan Rumah kacaTempat terbukaNaungan Rumah kaca

17151337,7937,2134,61

21020,516,437,5735,4336,64

31228,718,836,5037,0237,42

415,332,622,735,7736,4836,73

517,836,43236,7238.5238,41

Sumber : Data Rekapan

Grafik 1.3.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)

Tabel 1.3.2 Lebar Daun dan Berat Brangkasan Tanaman Kedelai Rumah KacaNaunganTempat Terbuka

Lebar Daun

Atas 4,5 cm6 cm0

Tengah3,5 cm5,5 cm0

Bawah3 cm4,5 cm0

Berat Brangkasan Kering Angin

Daun 0,45 gr0,48 gr0

Batang0.66 gr0,62 gr0

Akar0,17 gr0,13 gr0

Sumber : Data Rekapan2. PembahasanSuhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut akan meningkat. Sebaliknya, suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetapi, hubungan antara panas (energi) dengan suhu bukan merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat peneriman panas dalam jumlah tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerimaan tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman Kedelai (Glycine max) tertinggi terletak pada perlakuan naungan. Tinggi tanaman dari minggu pertama hingga ke lima pada perlakuan rumah kaca, naungan dan tempat terbuka mengalami peningkatan. Tinggi tanaman pada perlakuan naungan minggu pertama sebesar 15 cm dan minggu ke lima naik 21,4 cm menjadi 36,4 cm. Pada tempat terbuka tinggi kedelai minggu pertama sebesar 7 cm cm dan naik 10,8 cm menjadi 17,8 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dipengaruhi oleh suhu, oleh karena itu terdapat perbedaan nilai tinggi tanaman di ketiga tempat perlakuan tersebut. Kedelai merupakan jenis tanaman yang membutuhkan suhu sekitar 35-38C untuk pertumbuhan vegetatifnya. Hasil pengamatan lebar daun dan berat brangkasan kering angin pada tempat terbuka menunjukkan bahwa tanaman sudah mati karena pengaruh peningkatan suhu.Selain tinggi tanaman, lebar daun dan berat brangkasan kering angin juga diamati. Pada perlakuan rumah kaca lebar daun diperoleh sebesar 4,5 cm di bagian atas, 3,5 cm di bagian tengah dan 3 cm di bagian bawah daun. lebar daun pada perlakuan naungan sebesar 6 cm di bagian atas, 5,5 cm di bagian tengah dan 4,5 cm di bagian bawah daun. Berat tanaman dari bagian akar dan batang pada perlakuan rumah kaca nilainya lebih besar dibandingkan pada naungan. Berat tanaman bagian daun pada perlakuan naungan lebih besar dari pada rumah kaca. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh jenis benih kedelai yang pilih memiliki daun yang subur di tempat naunganE. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Tinggi tanaman dari minggu pertama hingga ke lima pada perlakuan rumah kaca, naungan dan tempat terbuka mengalami peningkatan.

b. Tinggi tanaman pada perlakuan naungan minggu pertama sebesar 15 cm dan minggu ke lima naik 21,4 cm menjadi 36,4 cm.

c. Pada tempat terbuka tinggi kedelai minggu pertama sebesar 7 cm cm dan naik 10,8 cm menjadi 17,8 cm.

d. Pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dipengaruhi oleh suhu, oleh karena itu terdapat perbedaan nilai tinggi tanaman di ketiga tempat perlakuan tersebut. Kedelai merupakan jenis tanaman yang membutuhkan suhu sekitar 35-38C untuk pertumbuhan vegetatifnya.

e. Hasil pengamatan lebar daun dan berat brangkasan kering angin pada tempat terbuka menunjukkan bahwa tanaman sudah mati karena pengaruh peningkatan suhu.

2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKABenyamin 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: Grafindo.

Copeland. L.O., M.B. Mc. Donald 2007. Principles of Seed Science and Technology. New York: Burgess Publishing Company.Critchfield, J. Howard 2004. General Climatology. USA: Prentice-Hall. Handoko 2004. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur Unsur Iklim. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.Lakitan, B 2005. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mugnisyah. W.Q 2001. Strategi Teknologi Produksi Benih Kedelai untuk Mengatasi Deraan Cuaca Lapang. Makalah Penunjang Seminar Nasional Teknologi Benih III. Univ. Padjadjaran Bandung. 10 p.Sukarman, M. Rahardjo 2009. Karakter Fisik, Kimia dan Fisiologis Benih Beberapa Varietas Kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6 (2) : 31-36.

Viera. R.D., D.M. Tekrony, D.B. Egli, M. Rucker 2001. Electrical conductivity of Soybean seeds sfter storage in several environments. Seed Science and Technology. 29. 599-608.IV. STUDI PENDAHULUAN ANALISIS VEGETASI (RECONNAISANCE STUDY)

A. Pendahuluan

1. Latar BelakangVegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya. Akibat dari interaksi timbulah suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu, dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa vegetasi ini, diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode yang dipergunakan pada praktikum kali ini adalah metode grafik spesies area. Metode grafik spesies area yaitu grafik yang melukiskan hubungan antara jumlah dan atau luas petak sampel dengan jumlah kumulatif spesies yang terdapat dalam petak sampel tersebut. Petak sampel pertama berupa kuadrat (5x5 m), petak sampel kedua (5x10 m), petak sampel ketiga (10x10 m) dan petak sampel keempat (10x20 m).

2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara studi pendahuluan analisis vegetasi (Reconnaisance Study) yaitu untuk mengetahui lingkungan secara umum serta mengetahui komosisi vegetasi dan pola penyebarannya.B. Tinjauan Pustaka

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Teknik sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Riyanti 2010)

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa harus duplikasi atau pengabaian. Titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, akibatnya kita harus menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Pada kurva ini dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Marpaung 2009).

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dan akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatifdan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah (Dedy 2010) :1. Ukuran petak.

2. Bentuk petak.

3. Jumlah petak.

4. Cara meletakkan petak di lapangan.Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis random-sampling hanya mungkin digunakan apabila lahan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systimatic sampling, bahkan purposive sampling juga boleh digunakan pada keadaan tertentu (Irwanto 2010).

Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Bannister 2009).

C. Metode Praktikum1. Waktu dan tempat Praktikum

Praktikum pengaruh acara studi pendahuluan analisis vegetasi (Reconnaisance Study) dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 April 2013 pukul 11.00 WIB bertempat di kawasan GOR Universitas Sebelas Maret.2. Alat dan Bahana. Alat

1) Alat tulis

2) Kertas grafik milimeter

3) Roll meter

4) Kantong plastik

5) rafia

6) Gunting

7) Patok

b. Bahan

1) Vegetasi di lokasi perkebunan/ hutan/ pekarangan

3. Cara Kerja

a. Mengamati kondisi lingkungan secara umum

b. Membuat batas petak dengan menggunakan tali rafia dan patok

c. Mengamati vegetasi di dalam petak yang telah dibatasi

d. Mencatat vegetasi tumbuhan yang ada di lokasi

e. Menentukan secara visual, komposisi tumbuhan (homogen/heterogen) tipe sebaran

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.4.1 Hasil Pengamatan vegetasi

Ukuran PetakVegetasiKeliling Vegetasi (cm)

5 m x 5 mMahoni

Rumput9,5

-

5 m x 10 m--

10 m x 10 mJati

Jati24

42

10 m x 20 mDuwet

Sawo Manila

Matoa14

14

10

20 m x 20 mMerak77

Sumber : Logbook2. Pembahasan Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Teknik sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.Pada pengamatan analisis vegetasi ini digunakan metode grafik spesies area. Metode grafik spesies area adalah grafik yang melukiskan hubungan antara jumlah dan atau luas petak sampel dengan jumlah kumulatif spesies yang terdapat dalam petak sampel tersebut. Ukuran petak yang digunakan pada pengamatan kali ini antara lain: (5x5 m), (5x10 m), (10x10 m), (10x20 m), dan (20x20 m). Aturan penggunaan metode ini adalah jenis spesies yang diamati pada tiap ukuran petak harus berbeda-beda. Pada setiap ukuran petak terdapat perbedaan vegetasi, contohnya ukuran petak 5 m x 5 m terdapat vegetasi yang dominan berupa pohon mahoni dan rumput, sedangkan ukuran 10 m x 10 m terdapat vegetasi yang dominan berupa pohon duwet, pohon sawo manila dan pohon matoa. Nilai keliling vegetasi diperoleh dari keliling pohon dengan batang setinggi dada.E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Ukuran petak yang digunakan pada pengamatan kali ini antara lain: (5x5 m), (5x10 m), (10x10 m), (10x20 m), dan (20x20 m).

b. Aturan penggunaan metode ini adalah jenis spesies yang diamati pada tiap ukuran petak harus berbeda-beda.

c. Pada setiap ukuran petak terdapat perbedaan vegetasi, contohnya ukuran petak 5 m x 5 m terdapat vegetasi yang dominan berupa pohon mahoni dan rumput, sedangkan ukuran 10 m x 10 m terdapat vegetasi yang dominan berupa pohon duwet, pohon sawo manila dan pohon matoa.

d. Nilai keliling vegetasi diperoleh dari keliling pohon dengan batang setinggi dada.

2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKAMarpaung Andre 2009. Apa dan bagaimana mempelajari analisa vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com. Diakses tanggal 25 April 2013.Bannister, Simanung. 2009. Introduction to Physiological Plant Ecology. Black Well Scientific Publications. Melbourne. 273 hal.Dedy 2010. Analisa Vegetasi. http://dydear.multiply.com/journal/item/15/. Diakses pada tanggal 25 April 2013.

Riyanti 2010. Analisis vegetasi. http://riyantilathyris.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25 April 2013.

Pettigrew, W.T., Irwanto 2010. Characterization Of Canopy Photosynthesis of Chlorophyll-Deficient SoybeanIsolines. Crop Sci. 29: 1025-1029.V. PERSAINGAN ANTARA TANAMAN YANG SEJENIS (INTRASPESIFIK)A. Pendahuluan

1. Latar BelakangDi dalam masyarakat tumbuhan seperti padang rumput, semak belukar, hutan, daerah pertanian, akan terjadi persaingan antara individu-individu dari satu jenis atau berbagai jenis. Hal ini akan terjadi jika individu-individu tersebut memiliki kebutuhan yang sama terhadap unsur hara, air, intensitas radiasi matahari, dan faktor lingkungan yang lain. Di alam bebas, tumbuhan tidak bersaing satu dengan yang lainnya secara fisik seperti binatang tetapi menggunakan pengaruhnya terhadap lingkungan tempat hidupnya.

Pengaturan jarak tanam, populasi, dan pengolahan tanah memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan. Cahaya, air, dan nutrisi disebutkan sebagai unsur-unsur utama yang yang selalu diperebutkan oleh dua jenis tumbuhan yang berbeda yang kedudukannya berdekatan. Faktor-faktor tersebut akan memengaruhi pertumbuhan tinggi batang, diameter batang, kandungan klorofil, dan daya hasil dari tanaman tersebut.Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Dari dua tanaman yang ditumbuhkan bersama-sama biasanya salah satu akan menunjukkan keunggulan bersaing di atas lainnya.2. Tujuan Praktikum

Tujuan acara persaingan antara tanaman sejenis (Intraspesifik) adalah mempelajari pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap pertumbuhan tanaman sejenis.B. Tinjauan PustakaPersaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition). Bisa juga terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Wurttemberg 2000)Adanya pengaturan jarak tanam rapat pada penanaman memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya yang pertama adalah efisiensi terhadap penggunaan lahan dan tenaga bila jarak tanam tidak terlalu rapat. Apabila jarak tanam terlalu rapat, maka kebutuhan hara semakin besar yang mengakibatkan unsur hara pada tanah cepat habis. Tanah menjadi kurang subur (tidak produktif) sehingga perlu membuka lahan baru yang tanahnya mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Keuntungan yang kedua adanya efisiensi penggunaan pestisida. Apabila jarak tanaman renggang, pada saat ada tanaman yang terserang hama atau penyakit maka tidak mudah untuk menular ke tanaman-tanaman yang lain, sehingga pemberantasan hama atau penyakit dapat dilakukan dengan mudah dan cepat karena tidak perlu menyeluruh. Keuntungan yang ketiga, tanaman muda yang mati dapat terkompensasi sehingga tanaman tidak terlalu jarang, permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat segera ditekan, dan akan memberikan hasil yang tinggi (Arifin 2004).

Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanam ini juga, jika kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena dapat perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan perkembangan daun ( Gradner et al 2005 ).

Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh. Begitupun sebaliknya, jika kerapatan kecil maka air dan nutrisi yang tersedia akan semakin besar dan kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi juga semakin besar. Diameter batang dan tinggi tanaman bisa tumbuh secara maksimal pada kerapatan kecil. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan tajuk yaitu saat kerapatan tanaman semakin besar. Pertumbuhan akar dan tajuk tanaman akan semakin kecil saat faktor nutrisi dan air diperebutkan oleh banyak tanaman yang sejenis (Islami 2007).

Kelemahan/kerugian adanya jarak tanam yang terlalu rapat antara lain menurunnya tingkat pertumbuhan, kapasitas produksi, dan produktivitas tanaman. Tanaman menjadi kerdil/pendek, batang kecil sehingga tidak kokoh, melengkung, dan ruas batang tumbuh panjang sehingga mudah roboh, daun juga sempit. Hal ini sangat terasa kerugiannya oleh para petani karena hasil pertaniannya tidak optimal. Hal ini terjadi akibat adanya kompetisi/persaingan antar tanaman dalam memperoleh unsur hara, mineral, air, dan udara dari dalam tanah, serta memperoleh cahaya matahari dan CO2. Kerugian yang lain yaitu penyiangan akan sukar dilakukan (Supriono 2000).

Pengelompokkan tumbuhan sejenis dalam satu lokasi dengan jarak tanam yang rapat itu kurang tepat. persaingan dalam pemanfaatan unsur hara yang ketat akan terjadi saat jarak tanam terlalu rapat. Untuk itu penanaman pohon dengan jarak tanam yang rapat seyogianya dikembangkan untuk jenis-jenis yang beraneka ragam (Waryono 2009).C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat PraktikumWaktu dari pelaksanaan praktikum ini adalah pada hari Kamis,13 April 2013 pukul 14.30 WIB. Praktikum ini bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS.2. Alat dan Bahana. Alat

1) Pot plastik/ polibag

2) Cawan

3) Meteran

b. Bahan

1) Benih jagung (Zea mays)

2) Benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)

3) Benih kedelai (Glycine max)4) Tanah/ media tanam

3. Cara Kerja a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag, mengisi masing-masing polibag dengan media campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 hingga penuh

b. Memilih benih jagung, kacang hijau dan kedelai yang baik, kemudian

biji tersebut direndam di dalam air selama satu jamc. Menanam benih tersebut kedalam pot dan diatur sedemikian rupa sehingga dalm percobaan ini terdapat beberapa perlakuan: pot ditanami 2 benih, 4 benih, 8 benih dan masing-masing diulang 3 kali d. Meletakkan pot yang telah ditanami di dalam rumah kaca, di bawah

pohon, dan di tempat terbukae. Menyiram tanaman setiap hari secukupnya

f. Melakukan pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan mengukur tinggi tanaman setiap minggu

g. Membandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada tipa jenis tanaman yang memiliki kerapatan tanam berbeda

h. Melakukan pengujian statistik apabila ada pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

i. Melakukan penimbangan biomasa pada saat selesai pengamatan dan gambarkan perbedaan biomasa dari beberapa kerapatan tanam tersebut

D. Hasil Pengamatan dan PembahasanA. Hasil Pengamatan

Tabel 1.5.1 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)

Perlakuan Minggu ke 1 Minggu

ke 2Minggu

ke 3Minggu

ke 4Minggu

ke 5Minggu

ke 6

Tinggi (cm)430,550,5849791,5

Sumber : Logbook

Grafik 1.5.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)Tabel 1.5.2 Tinggi Tanaman dan Berat Basah Tanaman Jagung minggu ke-6JagungTinggi Tanaman

(cm)Berat Basah (gram)

DaunAkarBatang

Tanaman 191,550,22,1

Tanaman 29,61,44,4

Tanaman 39,91,40,7

Tanaman 42,40,21,3

Tanaman 57,91,10,8

Tanaman 61,40,060,6

Tanaman 7193,34,3

Tanaman 814,41,41,2

Sumber : LogbookB. Pembahasan

Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition). Bisa juga terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Oleh karena itu, dalam budidaya pertanian perlu adanya pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam pada penanaman memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya adalah efisiensi terhadap penggunaan lahan dan tenaga bila jarak tanam tidak terlalu rapat. Apabila jarak tanam terlalu rapat, maka kebutuhan hara semakin besar yang mengakibatkan unsur hara pada tanah cepat habis. Tanah menjadi kurang subur sehingga perlu membuka lahan baru dengan tanah yang mengandung unsur hara untuk tanaman.Pengamatan pada praktikum ini dilakukan dengan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea mays) dari minggu pertama hingga ke enam dan saat minggu ke enam dilakukan penimbangan biomasa brangkasan basah. Pengukuran tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur tinggi jagung dari pangkal batang hingga daun ujung daun tertinggi diantara delapan tanaman jagung. Tempat yang digunakan untuk praktikum ini adalah rumah kaca, karena ruumah kaca memiliki suhu lebih stabil dibandingkan tempat lain. Hasil pengamatan tinggi tanaman jagung menunjukkan kurva sigmoid yang bisa dilihat dari grafik 1.5.1. Kurva sigmoid merupakan kurva yang menunjukkan fase-fase dalam pertumbuhan tanaman.

Untuk penimbangan biomasa brangkasan basah dilakukan dengan cara memisahkan bagian-bagian tanaman. Setelah bagian-bagian tanaman terpisah dilanjutkan dengan penimbangan. Hasil penimbangan biomasa brangkasan menunjukkan bahwa brangkasan daun yang memiliki berat paling besar seperti yang ditunjukkan pada tanaman 8 belum tentu memiliki berat batang yang besar pula terbukti berat batang terbesar terdapat pada tanaman 2 yaitu 4,4 gram. Hal ini dipengaruhi adanya persaingan penyerapan hara dan air oleh tanaman itu sendiri.E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Pengamatan pada praktikum ini dilakukan dengan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea mays) dari minggu pertama hingga ke enam dan saat minggu ke enam dilakukan penimbangan biomasa brangkasan basah.

b. Pengukuran tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur tinggi jagung dari pangkal batang hingga daun ujung daun tertinggi diantara delapan tanaman jagung.

c. Tempat yang digunakan untuk praktikum ini adalah rumah kaca, karena ruumah kaca memiliki suhu lebih stabil dibandingkan tempat lain.

d. Hasil pengamatan tinggi tanaman jagung menunjukkan kurva sigmoid yang bisa dilihat dari grafik 1.5.1.

2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKAArifin 2004. Pengelolaan Naungan dalam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Agrivita 11(2) : 17-21

Gradner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell 2005. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 428 hal.Islami 2007. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press.SemarangSupriono 2000. Pengaruh Jarak Tanam Rapat terhadap Pembenihan, Pertumbuhan dan Hasil. Jurnal Agrosains 2(2) : 64-66 Waryono, T 2009. Filosofi Karakter Lansekap Kawasan Permukiman Ramah Lingkungan. http:// staff.blog.ui.ac.id. Diakses pada hari jumat tanggal 6 November 2009.

Wurttemberg, H.B 2000. Biology I. Berlin : Cornelson Dpuck

VI. PERSAINGAN ANTARA TANAMAN BERBEDA JENIS (INTERSPESIFIK)A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta. Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis.

Pada suatu keadaan dimana tempat tumbuh tanaman semakin menyempit diikuti pertumbuhan tanaman yang semakin besar dapat menyebabkan persaingan antar tanaman. Persaingan tersebut dapat dipengaruhi oleh perebutan unsur hara pada media tanam. Faktor lain yang sering diperebutkan saat pertumbuhan tanaman adalah cahaya. Saat kita menanam tanaman budidaya pasti ditemukan adanya gulma yaitu tanaman pengganggu, karena adanya gulma ini juga penyebab tanaman kita mengalami perebutan unsur hara pada media tanam.Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Hasil yang didapat pada perbedaan tinggi tanaman pada 1 pot akan terlihat setelah penanaman beberapa minggu.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pada acara persaingan antara tanaman berbeda jenis (Interspesifik) yaitu untuk mempelajari pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan tanaman yang berbeda jenis

B. Tinjauan Pustaka

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar, dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, akibatnya vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi 1984).Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah monospesies). Ada juga yang terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition atau heterospesies). Persaingan sesama jenis tanaman pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis tanaman yang berbeda (Campbell 2002). Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan. Kebutuhan terbut meliputi ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya. Tujuan dari persaingan tersebut sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto 2006).

Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot. Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi (Greig-Smith 2003).Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat penting untuk memahami keseimbangan populasi dalam komunitas tanaman. Kompetisi dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau bahkan berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan dengan mengurangi ledakan populasi (Wirakusumah 2003).C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum pada acara persaingan antara tanaman berbeda jenis (Interspesifik) dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 April 2013 pukul 14.00 15.30 WIB bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Pot plastik/ polibag

2) Cawan

3) Meteran

b. Bahan

1) Benih jagung (Zea mays)

2) Benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)

3) Benih kacang tanah (Arachis hypogea)

4) Benih kedelai (Glycine max)

4) Tanah/ media tanam

3. Cara Kerja

a. Menyediakan pot plastik diameter 30 cm atau polibag, mengisi masing-masing polibag dengan media campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 hingga penuh

b. Memilih benih jagung, kacang tanah, kacang hijau dan kedelai yang baik, kemudian biji tersebut direndam di dalam air selama satu jam

c. Menanam benih tersebut kedalam pot dan diatur sedemikian rupa

sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan:

1) 2 benih kacang tanah + 2 benih kacang kedelai

2) 2 benih kacang tanah + 2 benih kacang hijau

3) 2 benih kacang tanah + 2 benih jagung

4) 2 benih kacang kedelai + 2 benih kacang hijau

5) 2 benih kacang kedelai + 2 benih jagung

6) 2 benih kacang hijau + 2 benih jagung

7) 4 benih kacang tanah sebagai kontrol

8) 4 benih kacang kedelai sebagai kontrol

9) 4 benih kacang hijau sebagai kontrol

10) 4 benih jagung sebagai kontrol

d. Menyediakan beberapa pot yang di tanami 4 jenis tersebut sebagai cadangan untuk penyulaman apabila selama percobaan ada tanman yang mati

e. Menyiram dan merawat tanaman yang lain dilakukan setiap harif. Melakukan pengamatan sampai tanaman berumur 6 minggu dan mengukur tinggi tanaman setiap minggu

g. Menyiram dilakukan setiap hari sampai 4 minggu

h. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sampai tanaman berumur 4 minggu

i. Merawat hingga menjelang saat pembungaan dan timbang biomasa tanaman apabila dimungkinkan.

j. Membandingkan pertumbuhan tinggi tanaman pada tipa jenis tanaman yang memiliki kerapatan tanam berbeda

k. Membuat grafik pertumbuhan tanmanD. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.6.1 Tinggi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)

PerlakuanTinggi tanaman Minggu ke- (cm)

123456

Kacang Tanah6916202316

Kacang Hijau2631,5374046,240,5

Sumber : Logbook

Grafik 1.6.1 Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Tanah dan Kacang HijauTabel 1.6.2 Tinggi Tanaman dan Berat Basah Tanaman minggu ke -6

Kacang Tanah + KedelaiTinggi Tanaman (cm)Berat Basah (gr)

DaunAkarBatangPolong

Tanaman 1, kacang tanah16

0,30,100,2-

Tanaman 2, kacang tanah0,610,280,85-

Tanaman 3, kacang hijau40,5

5,60,42,5-

Tanaman 4, kacang hijau5,90,251,70,47

Sumber : Logbook2. Pembahasan Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan. Kebutuhan terbut meliputi ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya. Tujuan dari persaingan tersebut sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan terdiri dari persaingan antara tanaman sejenis dan antara tanaman berbeda jenis.Perlakuan yang diberikan dari pengamatan kali ini adalah perlakuan nomor dua yaitu dua tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) dan dua tanaman hijau (Phaseolus radiatus). Kedua tanaman ini diukur tingginya setiap minggu. Data nilai tinggi yang masukkan ke dalam tabel 1.6.1 merupakan satu tanaman yang paling tinggi diantara tanaman yang lainnya. Tinggi tanaman yang diukur dapat pada grafik 1.6.1, dimana dari minggu pertama hingga minggu ke lima terdapat peningkatan tinggi tanaman namun saat minggu ke enam tinggi tanaman menurun. Penurunan tinggi tanaman bisa jadi disebabkan oleh berkurangnya unsur dan air yang terdapat di dalam media tanah serta persaingan antar tanaman.

Berdasarkan hasil penimbangan berat brangkasan basah pada kacang tanah dan kacang hijau terdapat perbedaan berat pada setiap bagian tanaman. Pada tanaman satu berat daun, batang dan akar berturut-turut adalah 0,3 gram, 0,2 gram dan 0,1 gram. Berbeda dengan tanaman kedua, tanaman kedua lebih subur karen berat daun, batang dan akarnya melebihi tanaman pertama. Berat daun, batang dan akar tanaman ke dua berturut-turut sebesar 0,61 gram, 0,85 gram dan 0,28 gram. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi persaingan dalam penyerapan oleh kedua tanaman kacang tanah tersebut dan kacang tanah kedua memiliki daya saing lebih tinggi daripada tanaman pertama.E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Hasil penimbangan berat brangkasan basah pada kacang tanah dan kacang hijau terdapat perbedaan berat pada setiap bagian tanaman.

b. Pada tanaman satu berat daun, batang dan akar berturut-turut adalah 0,3 gram, 0,2 gram dan 0,1 gram.

c. Berbeda dengan tanaman kedua, tanaman kedua lebih subur karen berat daun, batang dan akarnya melebihi tanaman pertama.

d. Berat daun, batang dan akar tanaman ke dua berturut-turut sebesar 0,61 gram, 0,85 gram dan 0,28 gram.

e. Terjadinya persaingan dalam penyerapan oleh kedua tanaman kacang tanah tersebut dan kacang tanah kedua memiliki daya saing lebih tinggi daripada tanaman pertama.2. Saran

Agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lancar dan ilmu yang diperoleh mahasiswa benar-benar dipahami, sebaiknya penjelasan dari co ass perlu diperjelas dari awal praktikum hingga pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKACampbell, NA 2002. Biologi jilid II. Jakata : Erlangga.Greig-Smith, P 2003. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications.Idriyanto 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksada.Setiadi, D 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.Wirakusumah 2003. Agroekosistem. Jakarta : Perisai.VII. ANALISIS BEBERAPA TIPE SUBSISTEM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Ada berbagai subsistem yang merupakan bagian dari agroekologi. Setiap subsistem memiliki tanaman tertentu yang mendominasi. Setiap subsistem diolah dengan mekanisme pengolahan yang berbeda-beda. Pengamatan pada subsistem akan memperlihatkan profil yang berbeda-beda, diantaranya kemiringan tiap subsistem dan intensitas pada tiap subsistem. Input dan output tiap subsistem juga berbeda antara satu dengan yang lainnya. Input dan output suatu subsistem akan mempengaruhi pada siklus hara maupun rantai makanan pada subsistem.

Ada beberapa jenis subsistem, di antaranya tegal pekarangan, tegal, sawah bergelombang, sungai, dan perkebunan. Masing-masing subsistem memerlukan kajian tersendiri untuk mengetahui diversitas yang ada di dalamnya dan bagaimana stabilitas setiap subsistem tersebut. Bagaimana siklus energi yang ada di setiap subsistem. Adapun daya resiliensi dalam subsistem tertentu berbeda dengan subsistem yang lainnya.

Di dalam ekosistem ada aliran energi satu arah dari sinar matahari, ada input bahan atau material dan hara atau nutrisi lain, energi keluar sistem berupa panas dan juga bahan yang di eksport di dalam sistem ada kontrol umpan balik atau feedback energi. Selain itu pengamatan akan pengolahan subsistem diperlukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan subsistem selanjutnya.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum acara analisis beberapa tipe subsistem adalah memperkenalkan mahasiswa semester 2 dengan berbagai tipe penggunaan lahan untuk kepentinagn produksi pertanian, meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang perlunya pengelolaan setiap subsistem dengan memperhitungkan kaidah-kaidah lingkungan serta meningkatkan kecerdasan mahasiswa dengan kesadaran dan pikran logis dari pada yang mereka lihat di lapangan dengan teori dan kajian yang selama ini diperoleh di kelas saat tatap muka. B. Tinjauan Pustaka

1. PersawahanLahan tidur yang berupa lahan kering Podzolik Merah Kuning beriklim basah dengan topografi bergelombang dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui pendekatan ekosistem, baik melalui pola usaha tanaman ternak, rotasi tanaman dalam budidaya lorong ataupun usahatani campuran antara tanaman tahunan dan tanaman pangan berwawasan konservasi, ekonomi dan tanpa merusak lingkungan ( Rahmawati 2002 )Statistik menunjukkan bahwa produksi padi masih mendomonasi pada lahan sawah.Perubahan pola tanam dapat menyebabkan perlambatan luas panen padi di sawah.Usahatani padi dan palawija umunya dilakukan di lahan sawah dan lahan tegalan atau ladang (Irawan et al 2003).Dalam rangka pengendalian erosi atau pengawetan tanah, cara menanam berbagai tanaman dengan larikan-larikan yang searah dengan garis kontur adalah penting, karena dengan cara demikian dapat memperlambat lajunya alian permukaan.Tentang pembuatan teras-teras atau sengkedan merupakan perbuatan yang terbaik dalam mengatur aliran air di daerah-daerah yang lahannya miring. Pada lahan yang berlereng panjang, kita akan mengetahui laju aliran air pada permukaan tanah adalah demikian cepatdan kejadian ini tenunya akan mengakibatkan pengikisan tanah Yang lebih besar (Kartasapoetra 1987).

Usahatani padi di lahan sawah pasang surut memerlukan teknik budi daya tersendiri, karena keadaan tanah dan lingkungannya tidak serupa dengan lahan sawah irigasi. Kesalahan budi daya dapat menyebabkan gagalnya panen dan dapat pula merusak tanah dan lingkungan.Berdasarkan tipe luapan air, padi sawah dapat dibudidayakan pada lahan bertipe luapan air A, B, atau C yang telah menjadi sawah tadah hujan. Lahan yang bertipe luapan air A adalah lahan yang selalu terluapi air, baik pada saat pasang besar maupun kecil. Tipe B hanya terluapi air pada saat pasang besar saja. Sedangkan lahan tipe C lahan tidak terluapi air pasang, namun air tanahnya dangkal. Lahan pasang surut juga dapat ditanami padi gogo, tetapi teknik budi dayanya berbeda dengan padi sawah (Mamud 2009).

Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif teknologi baru. Sistem ini dapat menghemat air lebih dari 30%, tenaga kerja, dan biaya pengolahan tanah. Produksinya tidak berbeda dengan sistem penanaman biasa (Muhajir 2008).2. Tegal/Talun

Lahan pertanian tegal berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan ( Deptan DIY 2005 ).Di subsistem tegal penduduk setempat memanfaatkan tanah mereka untuk budidaya tanaman yang bernilai ekonomis, di antaranya jati, jambu mete, kelapa, pisang, dan singkong. Di subsistem tegalan, beberapa jenis tanaman budidaya dan bernilai ekonomis yang dijumpai di antaranya padi, jagung, jati, mangga, kelapa, akasia, dan mahoni.Pemanfaatan ini sangat bernilai guna menambah pendapatan atau juga sebagai sumber pangan.Sekarang sudah banyak juda para petani menggunakan sub sistem ini (Subur Tjahjono 2008).

Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Lahan kering secara keseluruhan memiliki luas lebih kurang 70 %. Pada saat ini pemanfaatan lahan kering untuk keperluan pertanian baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan/ perkebunan sudah sangat berkembang.Sejalan dengan itu pengembangan lahan kering untuk pertanian tanaman pangan dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan sudah merupakan keharusan. Usaha intensifikasi dengan pola usaha tani belum bisa memenuhi kebutuhan.Hal ini terjadi akibat ketersediaan lahan basah di dataran rendah bagi kebanyakan petani yang memanfaatkannya sebagai lahan pertanian pangan semakin berkurang. Sebagian lagi penyusutan lahan basah didataran rendah akibat konversi lahan menjadi lahan non pertanian yang tidak terkendali. Lahan kering dapat dibagi dalam dua golongan yaitu lahan kering dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 0 700 meter dpl dan lahan kering dataran tinggi barada pada ketinggi diatas 700 meter dpl (Hidayat 2000).

Pada sistem pengairan pertanaman lahan kering, kondisi topografis memegang peranan cukup penting dalam penyediaan air, serta menentukan cara dan fasilitas pengairan. Sumber air biasanya berada pada bagian yang paling rendah, sehingga air perlu dinaikkan terlebih dahulu agar pendistribusiannya merata dengan baik. Oleh karena itu, pengairan pada lahan kering dapat berhasil dan efektif pada wilayah datar-berombak (Kurnia 2004).3. Pekarangan

Pekarangan adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman. Talun sebagai sistem tradisional yang mempunyai aneka fungsi selain fungsi produksi, dimana dalam sistem ini terdapat kombinasi tanaman pertanian semusim dengan pepohonan. Talun umumnya mempunyai batas-batas kepemilikan yang jelas dan ditemukan di sekitar daerah pemukiman. Talun juga memiliki struktur yang mirip dengan hutan, sehingga sering juga disebut sebagai mimicking forest. Secara garis besar, talun dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu talun permanen dan talun tidak permanen (talun-kebun) ( Yanto 2008 ).Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk dan pola tanaman pekarangan tidak dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat, iklim, jarak dari kota, jenis tanaman. Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti :tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan (Francis Ateng 2008).

Perkembangan talun dari sudut komposisi dan pola struktur vegetasi. Perkembangan talun tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor biofisik dan sosial ekonomi. Faktor biofisik dan sosil ekonomi tersebar baik secara lokal maupun daerah (Parikesit 2001).4. Perkebunan

Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh, dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian ( Deptan DIY 2005 ).

Secara garis besar, kebijakan pengembangan yang telah diambil oleh pemerintah (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003) terdapat 18 goals yang akan disimulasikan dalam model goal programming. Ada dua macam fungsi kendala dalam formulasi model, yakni fungsi kendala tujuan (goal constraint) dan fungsi kendala teknis (technical constraint). 18 goal constraints yang pertama berkaitan dengan prioritas pengembangan industri kopi yang akan dipertimbangkan atau disimulasikan. Goal constraint pertama sampai kedelapan berkaitan dengan kebijakan pengembangan pertama pada Tabel 1, yakni untuk menghindari adanya kekurangan pasokan bahan tanam termasuk penggunaan sumber daya yang ada, seperti ketenagaan dan pupuk. Goal constraint kesembilan, kesepuluh, dan kesebelas berkaitan dengan kebijakan pengembangan kedua pada Tabel 1, yakni (a) meningkatkan konsumsi kopi Arabika di dalam negeri setidaknya sama dengan tingkat konsumsi pada tahun 2004, (b) menghindari adanya peningkatan luas area TR, dan (c) mengupayakan agar luas area TBM setidaknya mampu menggantikan luas area TR, masing-masing. Goal constraint keduabelas berkaitan dengan kebijakan pengembangan ketiga, yakni mengupayakan agar total area untuk kopi Arabika setidaknya mencapai 30% dari total lahan kopi. Goal constraint ketigabelas dan keempatbelas merupakan representasi dari kebijakan pengembangan konsumsi kopi domestik, yaitu (a) meningkatkan konsumsi kopi Arabika di dalam negeri setidaknya sama dengan tingkat konsumsi pada tahun 2004 dan (b) meningkatkan konsumsi kopi Robusta di dalam negeri setidaknya sama dengan tingkat konsumsi pada tahun 2004, masing-masing (Hadi dan Fathorroz 2011).

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama dengan Indonesia. Tanaman karet termasuk dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas dycotyledonae, ordo Euphorbiaceae, genus Hevea. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu harian antara 25-30 C dan pH tanah untuk tanaman karet berkisar antara 5-6. (Tim Penebar Swadaya 1994).

Produk lanjutan dari lateks adalah berbagai alat kesehatan dan laboratorim, diantaranya adalah pipet, selang, stetoskop, dan sarung tangan. Hasil sampingan dari tanaman karet adalah kayu yang berasal dari kegiatan peremajaankebun karet tua yang sudah tidak menghasilkan karet. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang ataupun kayu gergajian untuk rumah tangga (Furniture) serta bahan baku dalam industri bubur kertas (Pulp). Hasil sampingan lain dari tanaman karet adalah biji karet yang dapat diolah menjadi kerajinan tangan, minyak cat dan makanan ternak (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan 2007).Tanarnan teh (Camellia sinensis L.) did~ga berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenali di Cina. Bahkar? sejak abad ke-4 telak dimanfaatkan sebagai salah satu kornponen rarnuan obat. Teh diperkenalkan pertarna kali oleh pedagang Belanda sebagai kornoditas perdagangan di Eropa pada tahun 1610 M dan rnenjadi rninurnan populer di lnggris sejak 1664 M. Tanaman teh rnasuk pertarna kali ke lndonesia pada tahun 1684, berupa biji ten dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernarna Andreas Cleyer. dan ditanam sebagai tanarnan hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernarna F. Valentijn rnengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina, turnbuh di Tarnan lstana Gubernur Jenderal Carnphuys, di Jakarta. Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanarn di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.Tanarnan teh juga berhasil ditanarn dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) sehingga mernbuka jalan bagi Jacobus lsidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk rnembuka landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut terdapat sekitar 180 hektar tanarnan teh dengan produksi sekitar 8000 kilogram teh kering. Pada tahun 1941-1958, industri teh di lndonesia rnengalarni pasang surut. Hal itu berkaitan dengan perkernbangan situasi pasar dunia rnaupun keadaan di lndonesia sendiri. Hingga akhirnya pada tahun 1958 pernerintah Indonesia rnengambil alih perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan lnggris yang selanjutnya dilakukan usaha rehabilitasi oleh pemerintah secara bertahap (Ghani 2002). C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Pada praktikum acara ini dilaksanakan field trip pada tanggal 4 Mei 2013 dengan tujuan sebagai berikut :a. Subsistem Sawah

: -b. Subsistem Pekarangan : Jl. Gatot Subroto Dusun Depok , Bangsri

Karangpandan

c. Subsistem Talun

: Depok Bangsri Karangpandan

d. Subsistem Tegal

: Dusun Ngranten Desa Puntuk Rejo

Ngargoyosoe. Subsistem Perkebunan Teh : Kemuning NgargoyosoD. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 1.7.1 Analisis Susistem Persawahan

PengamatanDeskripsi

Alamat -

Letak Astronomis110o5910,3BT07o3635,8LS

Slope3%

Tinggi Tempat244 meter

Luas-

pH Tanah7

Kelembaban Tanah10%

Suhu Udara33oC

Kelembaban Udara45%

Intensitas Cahaya36.500 lux

Batas:

a. Utara

b. Timur

c. Barat

d. Selatan Jalan Raya

Perumahan

SPBU

Perumahan

Input:

a. Bibit

b. Pupuk

c. PestisidaIR 64 2 kuintal

Ponska 2 kuintal, ZA 1 kuintal

Herbisida 250 cc

Output:

a. Hasil/Biomassa

b. Sisa Tanaman2680 kg

Pakan ternak, kompos

Pengelolaan:

a. Pola Tanam

b. Jarak Tanam

c. Jenis Tanaman

d. Pengelolaan TanahMonokultur

20 x 20 cm

Padi IR 64

Dengan traktor

Siklus HaraTerbuka

Sumber : Boardlist

Gambar 1.7.1 Pola tanam subsistem persawahanTabel 1.7.2 Analisis Subsistem TegalPengamatanDeskripsi

Alamat Ngranten, Puntukrejo, Ngargoyoso

Letak Astronomis111o0643,2BT07o3714,9LS

Slope2%

Tinggi Tempat873 meter

Luas1500 m2

pH Tanah7

Kelembaban Tanah60%

Suhu Udara30oC

Kelembaban Udara42%

Intensitas Cahaya55.600 lux

Batas:

a. Utara

b. Timur

c. Barat

d. Selatan Jalan Raya

Tegal

Tegal

Perumahan dan Tegalan

Input:

a. Bibit

b. Pupuk

c. PestisidaDari toko

Ponska, urea, TSP, pupuk kandang, pupuk daun

Fungisida, insektisida

Output:

a. Hasil/Biomassa

b. Sisa Tanaman

Pengelolaan:

a. Pola Tanam

b Jarak Tanam

c. Jenis Tanaman

d. Pengelolaan TanahSayuran terus menerus

10 x 25 cm

Seledri, bayam, daun bawang, buncis, kol, wortel, sawi hijau, ketela

Konservasi intensif

Siklus HaraTerbuka

Sumber : Boardlist

Gambar 1.7.2 Pola tanam pada subsistem tegalTabel 1.7.3 Analisis Subsistem Talun

PengamatanDeskripsi

Alamat Depok, Bangsri, Karangpandan

Letak Astronomis111o01162BT07o3708,2LS

Slope20%

Tinggi Tempat378 meter

Luas2000 m2

pH Tanah7

Kelembaban Tanah40%

Suhu Udara30oC

Kelembaban Udara44%

Intensitas Cahaya3.710 lux

Batas:

a. Utara

b. Timur

c. Barat

d. Selatan Sawah

Ladang Tebu

Rumah

Rumah dan pekarangan

Input:

a. Bibit

b. Pupuk

c. Pestisida

Output:

a. Hasil/Biomassa

b. Sisa TanamanKayu, buah

Seresah

Pengelolaan:

a. Pola Tanam

b. Jarak Tanam

c. Jenis Tanaman

d. Pengelolaan TanahTidak teratur

Tidak teratur

Pisang, jati, singkong, waru, melinjo, akasia, mangga, tetehan, sere, lamtoro, sengon laut, mahoni

Tidak ada

Siklus HaraTertutup

Sumber : Boardlist

Gambar 1.7.3 Pola tanam pada subsistem talunTabel 1.7.4 Analisis Subsistem Pekarangan

PengamatanDeskripsi

Alamat Depok, Bangsri, Karangpandan

Letak Astronomis111o0124,9BT07o3716,1LS

Slope3%

Tinggi Tempat381 meter

Luas-

pH Tanah7

Kelembaban Tanah50%

Suhu Udara32oC

Kelembaban Udara44%

Intensitas Cahaya

a. Ternaungi

b. Tidak Ternaungi3.980 lux

53.000 lux

Batas:

a. Utara

b. Timur

c. Barat

d. Selatan Rumah warga

Rumah warga

Kebun

Rumah warga

Input:

a. Bibit

b. Pupuk

c. PestisidaTumbuh sendiri

Abu

Pestisida

Output:

a. Hasil/Biomassa

b. Sisa Tanaman

Pengelolaan:

a. Pola Tanam

b. Jarak Tanam

c. Jenis Tanaman

d. PengelolaanTanahTidak teratur

Tidak teratur

Singkong, pisang, aren, tanaman obat, jati,nangka, talok, sereh, rambutan, kelapa, jambu biji, lamtoro

Siklus HaraTertutup

Sumber : Boardlist

Gambar 1.7.4 Pola tanam pada subsistem pekaranganTabel 1.7.5 Analisis Subsistem Perkebunan

PengamatanDeskripsi

Alamat Kemuning, Ngargoyoso

Letak Astronomis111o0728,6BT07o3607,1LS

Slope7%

Tinggi Tempat939 meter

Luas-

pH Tanah7

Kelembaban Tanah30%

Suhu Udara26oC

Kelembaban Udara61%

Intensitas Cahaya18.200 lux

Batas:

a. Utara

b. Timur

c. Barat

d. Selatan Gunung

Jalan

Kebun teh

Kebun teh

Input:

a. Bibit

b. Pupuk

c. Pestisida

Output:

a. Hasil/Biomassa

b. Sisa Tan