laporan

8
Saya seorang petugas medis di rs St Elisabeth ganjuran . saya mulai berkarya di rumah sakit Santa Elisabet sejak tahun 2010. Dengan perjanjian 2 tahun kontrak saya memulai berkaraya . Dalam masa kontrak itu saya berusaha kerasa untuk menjadi perawat professional dan menerapkan ilmu yang sudah di dapat dibangku kuliah keperawatan dulu. Selama saya kontrak ada teman lain yang sama seperti saya kontrak 2 tahun. Kami semua menjalani dengan senang hati dan semngat melayani pasen yang kami rawat. Sebelum saya kerja di RS St. Elisabeth saya bekerja di Rs Panti waluyo Surakarta selama 2 tahun. Selama saya kerja RS St Elisabeth saya merasakan kenyamanan yang luar biasa karena saya merasa kerja diladang tuhan.2 bulan berjalan saya bekerja kebetulan ada kesempatan masuk ke ruang operasi karena salah satu crew operasi berhalangan hadir. Disini saya mendapatkan kesempatan untuk masuk menjadi team ruang operasi. Setelah beberapa bulan setiap ada operasi saya ikut menjadi team tetapi saya hanya sebagai petugas ronloap saja. Saya mempunyai keiinginan untuk menjadi perawat kamar bedah yang professional. Suatu hari ada operasi saya menjadi salah satu team kamar bedah itu saya mulai tertantang untuk ikut menjadi crew yang membantu dokter dalam operasi ( instrument). Yang pada saat itu saya belum boleh ikut . tetapi setelah itu selesai saya dinilai dari senior saya mampu dan bisa seterusnya di beri kesempatan ikut operasi dengan pendampingan senior saya. Setiap operasi jadawal tidak tentu kdang sore dan kadang siang . teatpi bnyak sorenya. Waktu operasi tidak menentu dan sampai larut malam baru selesai operasi. Dan saya tetap harus pulang kerumah dan jarak antara rumah sakit dengan rumah saya 25 km.tetapi saya puas karena bisa membantu pasien meringankan

Upload: iis-p-kurniaty

Post on 11-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan keseharianku

TRANSCRIPT

Page 1: laporan

Saya seorang petugas medis di rs St Elisabeth ganjuran . saya mulai berkarya di rumah sakit

Santa Elisabet sejak tahun 2010. Dengan perjanjian 2 tahun kontrak saya memulai berkaraya . Dalam

masa kontrak itu saya berusaha kerasa untuk menjadi perawat professional dan menerapkan ilmu yang

sudah di dapat dibangku kuliah keperawatan dulu. Selama saya kontrak ada teman lain yang sama

seperti saya kontrak 2 tahun. Kami semua menjalani dengan senang hati dan semngat melayani pasen

yang kami rawat. Sebelum saya kerja di RS St. Elisabeth saya bekerja di Rs Panti waluyo Surakarta

selama 2 tahun.

Selama saya kerja RS St Elisabeth saya merasakan kenyamanan yang luar biasa karena saya

merasa kerja diladang tuhan.2 bulan berjalan saya bekerja kebetulan ada kesempatan masuk ke ruang

operasi karena salah satu crew operasi berhalangan hadir. Disini saya mendapatkan kesempatan untuk

masuk menjadi team ruang operasi. Setelah beberapa bulan setiap ada operasi saya ikut menjadi team

tetapi saya hanya sebagai petugas ronloap saja. Saya mempunyai keiinginan untuk menjadi perawat

kamar bedah yang professional. Suatu hari ada operasi saya menjadi salah satu team kamar bedah itu

saya mulai tertantang untuk ikut menjadi crew yang membantu dokter dalam operasi ( instrument).

Yang pada saat itu saya belum boleh ikut . tetapi setelah itu selesai saya dinilai dari senior saya

mampu dan bisa seterusnya di beri kesempatan ikut operasi dengan pendampingan senior saya. Setiap

operasi jadawal tidak tentu kdang sore dan kadang siang . teatpi bnyak sorenya. Waktu operasi tidak

menentu dan sampai larut malam baru selesai operasi. Dan saya tetap harus pulang kerumah dan jarak

antara rumah sakit dengan rumah saya 25 km.tetapi saya puas karena bisa membantu pasien

meringankan sakitnya. itu berlangsung terus menerus dan pada akhirnya team kamar bedah merasa

tenaganya habis karena pulang larut malam.

Pada tahun 2012 saya dan teman sekerja saya mempersiapkan untuk ujian menjadi karyawan

tetap. Di saat inilah saya menjadi tertantang untuk bersaing dengan teman yang lain (dengan bersaing

positif ). Dalam setiap pelayanan dan tindakan yang saya lakukan saya berdasarkan pelayanan tulus

dengan hati penuh kasih. Perawat adalah profesi yang mulia yang harus kita junjung tinggi

KEMULIAANNYA dengan sungguh-sungguh menjalankan berbagai konsekwensinya yang melekat

padanya… kemudian saya dinyatakan menjadi karyawan tetap bulan Agustus tahun 2012.

Setelah menjadi karyawan tetap saya mengajukan untuk menikah . setelah saya menikah saya

harus bisa membagi waktu saya untuk pekerjaan dan rumah tangga. Saya sebagai kepala keluarga

harus lebih semangat dan giat untuk bekerja. Pada bulan setember saya dikaruniai seorang anak laki-

laki yang lahir di RS St Elisabeth waktu istri saya melahirkan saya dinas malam saya dinas di ugd

saat istri saya mau melahirkan ada pasien gawat di ugd dengan serangan jantung dan ada kecelakaan .

dalam kondisi seperti ini saya mengalami kebingungan tetapi saya percaya tuhan pasti sudah punya

rencana yang indah. Setelah saya selesai menangani pasien di ugd dan 1 jam setelah itu istri saya

Page 2: laporan

melahirkan bayi laki-laki. Saya merasa bersyukur sekali karena dalam proses mau melahirkan saya

bisa mendampingi istri saya. Sekarang saya sudah dengan istri dan anak saya 1 laki – laki berumur 1

tahun. Setiap hari saya bekerja dengan semangat dan iklas dalam melayani pasien yang periksa

ataupun yang dirwat di rs. St. Elisabeth. Saya merasa bahagia dan senang bila dalam melayani pasien

jika pasien bisa cepat sembuh dan bisa kembali tersenyum aktivitas kembali. Dengan memperhatikan

keselamatan pasien kita.

Dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan berdasarkan motto dan unsure-unsur pokok

spiritual CB dalam pelayanan GBCB RS St Elisabeth . dalam spiritual CB, bersama bunda Elisabeth

Gruytres, hati kita tersentuh oleh penderitaan dan kesesakan hidup dari banyak orang. Dengan

digerakkan oleh keinginan “ buatlah aku cakap dalam pengabdianmu “ kita wujudkan pengabdian

kepada Allah berlandaskan pada delap[an unsure pokok yang menjadi prinsip dalam pelayanan

kesehatan. Unsur tersebut sebagai berikut :

1. Iman yang dalam.

2. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.

3. Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.

4. Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup, dan menderita karena

ketidak adilan.

5. Ketulusan hati.

6. Kerelaan berkorban demi sesame yang dilayani.

7. Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan jaman.

8. Makna penderitaan.

1. Iman yang dalam.

Kita percaya bahwa allah menghendaki agar semua orang mengalami kehidupan secara utuh

penuh / holistic. Agar kehendak- Nya ini dapat terwujud, allah selalu hadir dan melibatkan

diri dalam kehidupan kita. Kepercayaan yang sangat mendasar akan campur tangan allah

dalam kehidupan manusia, merupakan ungkapan iman yang kuat dan dalam. Hal ini telah

dihayati oleh bunda Elisabeth yang tercermin dalam ungkapan “ kini di dalam diriku tinggal

kepercayaankuat pada penyelenggaraan illahi. Ungkapan ini menyadarkan kita bahwa pada

akhirnya manusia hanya dapat bersandar pada kekuatan allah. Iman ini kehendaknya menjadi

dasar kekuatan dan harapan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

kepercayaan itu, kita memiliki daya juang dan pantang menyerah untuk menghadapi

tantangan apapun; artinya kita senantiasa optimis dan berpengharapandalam melayani

kesehatan masyrakat, dan dipersatukan dengan kebijakan gereja setempat. Iman yang dalm

juga ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan kita untuk menerima realitas apa adanya.

Page 3: laporan

Komunitas pelayanan kesehatan berperanserta secara aktif dalam mengupayakan

berkembanganya iman yang kuat dan dalam sesuai dengan kekhasan pelyan kita.

2. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.

Sebagai komunitas pelayan kesehatan kita mengutamakan keselamatan manusia seutuhnya

dengan menyalakan api cinta kasih berbelarasa yang menjiwai seluruhnya pelayanan dan

semua kebijakan. Kita perlu memupuk kemamuan hati untuk ikut merasakan penderitaan dan

harapan mereka yang sakit, menderita, dan berkesesakan hidup, berserta keluarganya sebagai

ungkapan solidaritas kepada sesama. Kita mengamalkan cinta kasih tanpa syrat artinya dalam

memberikan pelayanan kita rela dan siap sedia, penuh perhatian dan pengertian,

bertenggangrasa, serta membuka dialog. Kita mengakui perlunya kepiawaian

mempergunakan ilmu pengetahuan dan profesiaonalitas. Namun, hal itu saja tidak memadai.

Selain kemampuan mempergunakan ilmu pengetahuan serta mengembangkan profesionalitas,

kita juga perlu memliki sikap empati kepada mereka yang kita layani sebagai ungkapan

berbelarasa.

3. Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.

Didsarkan pada martabat manusia yang luhur, hidup manusia sudah semetinya dihormati,

dilindungi, dan dipellihara dengan layak sejak konsepsi sampai akhir kehidupan. Hal ini

sesuai dengan cita-cita bunda Elisabeth Gyuters yakni mengembalikan martabat manusia

sebgai citra allah. Oleh karena itu, para pelayan kesehatan bertanggungjawab melindungi

kehidupan dan menolak menghentikan kehidupan dengan alas an apapun tidak wajar. Karena

rasa hormat terhadap martabat manusia, maka pasien dilayani sebagai subyek dengan

mendengarkan harapan dan menanggapi kebutuhannya. Kita ikut bertanggungjawab untuk

menumbuhkan semngat hidup dan mengembangkan proses pemandirian pasien. Dengan

demikian pasien tidak boleh dimanipulasi langsung dan tidak lanngsung, karena pasien adalah

anggota tubuh tuhan yesusyang menderita.

Kita senantiasa menghadapi hak-hak pasien dan semua yang dilayani. Kita terpanggil untuk

menjaga privacy, confidentiality, serta dengan kebijaksanaan menginformasikan hal yang

benar kepada pasien dan keluarganya. Di pihak lain kita perlu menyadarkan tanggungjawab

pasien atau keluarganya dan semua yang kita layani.

4. Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup, dan menderita karena ketidak

adilan.

Bunda Elisabeth mewarisi dan menghayati semangat yesus yang datang ke dunia dan

mewujudkan keperpihakan-Nya pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup menderita

karena ketidak adilan. Dalam situasi jamannya, ia menjadi perpanjangan tangan allah untuk

menyalurkan kasih kepada mereka yang menderita. Ia membuka diri karya allah dalam

melayani yang sakit dan malang agar jiwa mereka terselamatkan. Pelayanan kita dalam karya

keselamatan selalu berhubungan dengan sesame yang menderita karena ketidak adilan.

Page 4: laporan

Sesame yang menderita ini hendaknya selalu menjadi subyek layanan. Kita berusaha untuk

selalu membuka hati bagi aneka bentuk penderitaan dan kesesakan hidup mereka.

Konggregasi suster-suster carolus boromeus secara khusus menaruh perhatian pada kaum

perempuan yang menderita ketidakadilan, terlebih dalam masyarakat kita yang masih

merupakan masyarakat patrikal. Tak terkecuali didalam pelayanan kesehatan punsering kali di

jumpai banyak perempuan yang menderita bukan hanya karena sakit secara fisik, melainkan

juga menjadi korban kekerasan sebagai akibat dari budaya patriarchal tersebut. Oleh karena

itu secra kreatif kita perlu memberikan pelayanan yang menyentuh aspek tersebut.

Agar mereka yang miskin, tersisih, dan menderita karena ketidak – adilan berani datang,

pelayanan kita hendaknya menampakkan adanya sikap ramah, rendah hati, peka, serta mampu

mendengarkan. Kita juga berusaha bersikap adil kepada siapa saja yang memerlukan bantuan

sesuai dengan kemampuan kita, termasuk dalam menyediakan sarana dan fasilitas.

Keperbihakan pada mereka yang miskin, tersisih, berkesesakan hisup, dan menderita karena

ketidak-adilan menjadi dasar usaha kita memanusiakan manusia, memberdayakan, dan

akhirnya mereka memperoleh keselamatan.

Dengan melaksanakan pelayanan bagi mereka yang miskin, tersisih, dan menderita kita

mewujudkan kehendak allah untuk menyelamatkan semua orang; sesuai dengan cita-cita

gereja khususnya di asia, yakni gereja kaum miskin. Dalam tradisi kongregasi pun, suster-

suster CB bersemangat melayani orang miskin karena keyakinan bahwa dalam diri mereka

yesus hadir dan dilayani

5. Ketulusan hati.

Ketulusan hati sangat diperlukan dalam melayani pasien. Tanpa ketulusan hati tujuan sulit

dicapai. Banyak suara atau complain dari pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan.

Pelayanan adalah suatu wujud nyata dari ketulusan hati dalam memberikan layanan kepada

pasien dengan tulus. Memang disadari bahwa tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima

sangat relative. Maksimalisasi pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang dilakukan

dengan ketulusan hati tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan sesuatu dan berlandaskan sebagai

panggilan.

6. Kerelaan berkorban demi sesama yang dilayani.

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan

dalam memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan

penderitaan bagi diri sendiri. Dalam pengertian yang lebih sederhana, rela berkorban adalah

sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan

kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri.

Atau dapat diartikan rela berkorban: orang yang mau mengorbankan dirinya sendiri demi

membahagiakan/memenuhi kebutuhan orang lain.

Page 5: laporan

Definisi Rela Berkorban. Menurut istilah berarti bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan

tidak mengharapkan imbalan berupa apapun didunia, dan mau memberikan sebagian yang

dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Makna yang terkandung dalam

pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan

keseimbangan, dalam hidup bermasyarakat, diperlukan adanya kesediaan dengan rasa ikhlas

untuk memberikan seseuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau pasien.

7. Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan jaman.

“ kekokohan, ketegaran, dan ketangguhan itu dibangun dan ditumbuhkan dengan benturan-

benturan kehidupan, yang sakit dan luka menjadi hal yang tidak bisa terhindarkan di

dalamnya “

8. Makna penderitaan.

Penderitaa adalah sebuah situasi dimana seorang manusia atau pasien dihadapkan kepada

suatau masalah yang sulit dihadapinya sehingga ia merasakan suatu posisi dimana ia merasa

kesulitan dengan masalah tersebut. Apabila kita mau memandang penderitaan secara positif

maka pastilah kita dapat melihat sisi positif dari masalah yang dihadapi dan dapat

melewatinya dengan mudah dengnan mengambil hikmah dari masalah tersebut sehingga

dapat mengambil hikmahnya dai masalah tersebutdijadikan pengalaman dimasa mendatang.