laporan

17
LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK Judul : Sintesis Asam Asetil Salisilat Tujuan Percobaan : Mempelajari reaksi asetilasi asam salisilat menjadi aspirin Pendahuluan Asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, -COH. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah hidroksil. Asam karboksilat penting secara biologis maupun komersial (Hernani, 2004). Asam salisilat adalah turunan dari asam karboksilat. Asam salisilat membentuk jarum tak berwarna dan memiliki titik leleh sebesar 155 º C. Asam salisilat ini lebih larut dalam air panas dan mudah larut dalam alkohol dan eter (Shevla, 1979). Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi feanolik dan radikal karboksil yang langsung terkait pada inti benzena. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh easter fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikasi radikalnya deangan asetilakloridadidapatkan ester esetilsalisilat yang deikenal dengan aspirin salol dan banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgesik dan antipireatik Paraf Asisten

Upload: marena-thalita

Post on 22-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

praktikum SSO

TRANSCRIPT

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIKJudul: Sintesis Asam Asetil SalisilatTujuan Percobaan: Mempelajari reaksi asetilasi asam salisilat menjadi aspirinPendahuluanAsam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, -COH. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah hidroksil. Asam karboksilat penting secara biologis maupun komersial (Hernani, 2004). Asam salisilat adalah turunan dari asam karboksilat. Asam salisilat membentuk jarum tak berwarna dan memiliki titik leleh sebesar 155 C. Asam salisilat ini lebih larut dalam air panas dan mudah larut dalam alkohol dan eter (Shevla, 1979).Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi feanolik dan radikal karboksil yang langsung terkait pada inti benzena. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh easter fenil salisilat yang dikenal dengan nama salol, sedangkan esterifikasi radikalnya deangan asetilakloridadidapatkan ester esetilsalisilat yang deikenal dengan aspirin salol dan banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgesik dan antipireatik (Damin, 2006).Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan bahan baku untuk keperluan farmasi. Perkembangan konsumsi asam salisilat di Indonesia cenderung meningkat dari tahun-ketahun. Hal ini didukung dengan adanya industri-industri yang menggunakan asam salisilat sebagai bahan buku utama, seperti halnya industri pembuatan aspirin, metil salisilat, salisilamide dan industriyang berhubungan dengan pencelupan, pembuatan karet dan resin kimia (Rieko,2007).Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan nama aspirin, merupakan obat analgesik yang memiliki kerangka salisilat yang diperkenalkan oleh Dreser pada tahun 1899 untuk mengurangi efek samping obat antiinflamasi pada masa itu yang sering menyebabkan nyeri lambung. Obat ini disintesis pertama kali oleh Kolbe pada tahun 1874, dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asetat. Sampai kini asam asetil salisilat paling banyak digunakan di seluruh dunia. Penggunaan asam asetil salisilat sangat luas dan digolongkan sebagai obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai obat sejenis. Efek samping asam asetilsalisilat yang paling umum terjadi dengan dosis terapi adalah gangguan gastro-intestinal ( Mukhrizal, 2013).

Gambar 1. Asam Asetil Salisilat (Fessenden, 1986)

Aspirin adalah sebuah asam karboksilat. Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat adalah keasamannya. Asam karboksilat adalah asam lemah (pka sekitar 5) dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO3 (pka sekitar 1 atau lebih rendah) (Fessenden, 1986). Aspirin adalah turunan dari asam salisilat. Aspirin berbentuk Kristal berwarna putih, bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 136 C. Aspirin mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam alkali. Aspirin stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak dengan udara lembab. Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi secara cepat dan sempurna (Saadah, 2013).Sintesis aspirin merupakan suatuprosesdariesterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antaraasam karboksilatdengan suatualkoholmembentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat ester yang dapatdisintesis dengan menggunakanasamasetat (memiliki gugus COOH)danasamsalisilat (memiliki gugus OH). Asamsalisilat dicampur dengan asam asetat anhidrat, menyebabkan reaksi menghasilkan aspirin danasamasetat, yang merupakan produk sampingan. Sejumlah kecilasamsulfat umumnya digunakan sebagai katalis (Fessenden, 1986).Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan bayer, Jerman. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang reversible. Anhidrida asam ialah turunan dari asam dengan mengambil air dari dua gugus karboksil dan menghubungkan fragmen-fragmennya. Esterifikasi atau pembentukan ester terjadi jika asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol primer atau sekunder dengan sedikit asam mineral sebagai katalis. Produksi ester secara industri dilakukan dengan mereaksikan anhidrida asam dengan alkohol. Ester yang dibuat dengan cara ini adalah asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin. Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH sehingga asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat (Hayu, 2013). Mekanisme Reaksi

(Bruice, 2001).AlatLabu leher tiga 250 mL,1 set alat refluks, termometer, corong Buchner, pipet tetes, pengaduk, beaker glass, erlenmeyer 250 ml, cawan petri, gelas ukur 100 ml, batu didih, kertas saring, pompa vakum, melting point tester.BahanAsam salisilat kering (hasil hidrolisis ester pada minyak gondopuro), asam asetat anhidrida, asam sulfat pekat, aquades, alkohol 96 % , besi (III) klorida.

Prosedur Kerja1. Skema kerja10 gram asam salisilat

Ditambah asam asetat anhidrida ke dalam labu alas bulat 250 mL Ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan dikocok hingga bercampur sempurna Dipanaskan labu pada penangas air dengan suhu 50-60 C sambil diaduk selama 15 menit Didinginkan sambil tetap diaduk dan ditambahkan 150 mL air dingin Disaring menggunakan corong buchner dengan bantuan pompa vakum Dicuci kristal dengan air dingin hingga tidak bereaksi dengan asam lagi Dilakukan rekristalisasi asam asetil salisilat dengan pelarut campuran 30 mL alkohol 96 % dan 75 mL Ditambahkan sedikit demi sedikit campuran alkohol air yang panas hingga tepat larut Disaring segera menggunakan corong Buchner panas dan didinginkan filtrat hingga diperoleh kristal berbentuk jarum Disaring kristal dan dikeringkan kristal yang diperoleh, ditimbang, dan ditentukan titik lelehnya Diambil sedikit kristal dan dilakukan tes menggunakan pereaksi besi(III) klorida

Hasil

2. Prosedur kerjaMasukkan 10 g asam salisilat dan 15 g (14 ml) asam asetat anhidrida ke dalam labu alas bulat 250 ml. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan gojog hingga terjadi pencampuran sempurna. Panaskan labu pada penangas air suhu 50-60C sambil diaduk selama 15 menit. Setelah itu dinginkan labu sambil tetap diaduk dan tambahkan 150 ml air dingin. Saring menggunakan corong Buchner dengan bantuan pompa vakum. Cuci kristal dengan air dingin hingga tidak bereaksi asam lagi.Lakukan rekristalisasi asam asetil salisilat dengan pelarut yang merupakan campuran 30 mL alkohol 96% dan 75 mL aquades. Tambahkan sedikit demi-sedikit campuran alkohol-air yang panas kepada kristal asam asetil salisilat hingga tepat larut, kemudian saring segera menggunakan corong Buchner panas dan dinginkan filtratnya hingga diperoleh kristal berbentuk jarum. Saring kristal menggunakan corong Buchner. Ambil sedikit kristal dan lakukan test dengan pereaksi besi (III) klorida. Keringkan kristal asam asetil salisilat yang diperoleh, timbang, dan tentukan titik lelehnya.Waktu yang dibutuhkanNo.KeteranganWaktu (menit)

1.Persiapan alat dan bahan30

2.Penambahan asam salisilat, asetat anhidrida ke dalam labu gelas5

3.Penambahan 10 tetes asam sulfat pekat dan pengocokan10

4.Pemanasan air 50 60 C dan pengadukan15

5.Pendinginan labu dan penambahan 150 mL air dingin10

6.Penyaringan menggunakan corong Buchner dan pencucian dengan air dingin45

7.Rekristalisasi dengan campuran alkohol dan aquades30

8.Penyaringan Kristal 5

9.Pengeringan dalam oven32

10.Penimbangan Kristal 4

11.Uji dengan FeCl33

12.Uji titik leleh20

Total waktu yang dibutuhkan adalah 209 menit (3 jam 29 menit)Data dan PerhitunganNo.UjiKeterangan

1. Titik leleh110 C

2.FeCl3Berwarna ungu

3.Rendemen

Mula-mula

n = n = n = 0,075 mol

n = n = n = 0,147 mol

--

Bereaksi

0,075 mol0,075 mol0,075 mol0,075 mol

Sisa

0 mol0,072 mol0,075 mol0,075 mol

Mol aspirin = 0,075 molMassa aspirin = mol x MrMassa aspirin = 0,075 mol x 180, 16 gram/molMassa aspirin = 13,512 gram

Massa kertas saring = 0,51 gramMassa kertas saring + Kristal = 7,89 gramMassa kristal aspirin = 7,38 gramRendemen =

HasilNo.GambarKeterangan

1. a. b. a. 10 gram asam salisilat dan 14 mL asam asetat anhidridab. Hasil penambahan 10 gram asam salisilat dan 15 gram asam asetat anhidrida membentuk larutan berwarna coklat keruh.

2.Hasil pengocokan campuran asam salisilat, asam asetat anhidrida, dan asam sulfat pekat 10 tetes

3.

Proses pemanasan pada suhu 50-60 C selama 15 menit

4.a. b.

a. Proses pendinginan ketika setelah proses pemanasan selama 15 menitb. Hasil pendinginan membentuk kristal putih

5.Penambahan air dingin sebanyak 15 mL

6.Hasil penyaringan menggunakan corong Buchner berbentuk padatan berwarna putih

7. Penambahan campuran alkohol dan akuades yang telah dipanaskan sedikit demi sedikit hingga larut seluruhnya (gambar atas)

Filtrate setelah larutan ditambahkan dengan campuran akuades dan alkohol yang telah dipanaskan (bawah).

8. Kristal yang didapatkan setelah pengeringan

9.Uji dengan FeCl3 menunjukkan laruan berwarna ungu

10.Penentuan titik didih aspirin.

Pembahasan HasilPercobaan ini tentang sintesis asam salisilat menjadi aspirin melalui reaksi esterifikasi. Asam salisilat dapat disintesis dari asam salisilat dan asam asetat anhidrida. Asam salisilat yang berupa padatan serbuk putih dilarutkan menggunakan asam asetat anhidrida membentuk larutan berwarna coklat. Padatan asam salisilat larut sempurna dengan asam asetat anhidrida. Asam salisilat akan menjadi reaksi pembatas karena habis bereaksi terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan jumlah aspirin yang dihasilkan setara dengan asam salisilat yang bereaksi. Asam asetat anhidrrat digunakan pada reaksi ini untuk mencegah adanya air, sebab bila terdapat air maka aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Asam sulfat ditambahkan ke dalam larutan untuk mempercepat terjadinya reaksi karena asam asetat dalam larutan berlebih dan larutan bereaksi sempurna serta dapat terbentuk kembali. Reaksi penambahan asam sulfat ini adalah eksotermis, karena panas dilepaskan dari sistem ke lingkungan. Larutan ini kemudian dikocok dengan sangan keras dan kuat sehingga larutan berubah bentuk menjadi padatan putih seperti kristal. Padatan yang terbentuk pada labu kemudian dipanaskan pada suhu 50-60 C selama kurang lebih 15 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga asam salisilat dapat larut dalam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Suhu pemanasan ini harus dijaga, agar asam salisilat menguap sempurna.Hasil pemanasan ini kemudian didinginkan, hal ini agar uap yang terbentuk sebelumnya membentuk cairan kembali sehingga tidak banyak senyawa yang hilang. Larutan ini kemudian ditambahkan 150 mL air dingin yang bertujuan agar asam asetat anhidrat membentuk padatan yang berupa kristal. Air dingin digunakan untuk memperkecil kelarutan aspirin dalam air. Kristal yang didapatkan ini kemudian disaring menggunakan corong buchner dengan bantuan pompa vakum. Penyaringan ini bertujuan agar asam salisilat terpisah dengan pelarutnya. Penyaringan menggunakan corong buchner ini tidak membutuhkan waktu yang lama dengan hasil residu yang cukup kering. Asam asetil salisilat yang berupa padatan kemudian dimurnikan dengan proses rekristalisasi. Rekristalisasi ini menggunakan campuran 30 mL alkohol 96 % dan 75 mL akuades. Campuran ini harus dipanaskan terlebih dahulu agar padatan dapat melarut sempurna, kemudian ditambahkan pada padatan asam asetil. Larutan disaring ketika tepat larut, hal ini dilakukan agar tidak menjadi padatan kembali ketika suhu turun. Filtrat ditempatkan pada ice bath agar larutan membentuk kristal kembali. Kristal ini kemudian dikeringkan di dalam oven. Kristal yang didapatkan dihitung massanya, kemudian dilakukan uji menggunakan FeCl3 dan uji titik leleh. Massa yang didapatkan setelah proses pengeringan adalah sebesar 7,83 gram. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 54,6 %. Hasil ini cukup sedikit karena hanya setengah dari aspirin yang seharusnya didapatkan tapi hilang tidak tersintesis. Hal ini dikarenakan masih ada sisa sisa kristal yang menempel pada kertas saring atau menempel pada labu alas bulat tiga leher dan beker gelas ketika pemanasan. Padatan yang menempel pada wadah tersebut memang sulit untuk dipindahkan. Faktor lain yaitu pada saat rekristalisasi banyak padatan yang menempel pada kertas saring membentuk kristal dan tidak lolos menjadi filtrat yang menjadi kristal namun tertahan pada kertas saring dan membentuk residu.Pengujian selanjutnya dengan menambahakan FeCl3. Larutan yang mengandung OH- akan berwarna ungu jika ditambahkan dengan larutan uji ini. Hasil percobaan yang diduga mengandung asam asetil salisilat berwarna ungu ketika ditambahkan dengan FeCl3. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan literatur yang ada. Asam asetil salisilat yang tersintesis masih mengandung asam salisilat yang mempunyai gugus OH- yang dapat bereaksi dengan FeCl3 membentuk larutan berwarna ungu. Pengujian ini seharusnya menunjukkan perubahan warna menjadi coklat orange sebagai penanda bahwa asam asetil salisilat atau aspirin tersintesis. Hal ini dikarenakan ketika penyaringan menggunakan buchner yang seharusnya menghilangkan pengotor masih belum sepenuhnya hilang. Faktor lain ketika pemanasan menggunakan oven, padatan atau kristal aspirin bwlum sepenuhnya kering sehingga masih terdapat air didalamnya dan ketika diuji berubah menjadi warna ungu. Pengujian selanjutnya adalah uji titik leleh. Titik leleh aspirin yang didapatkan adalah 110 C, sedangkan menurut literature titik didihnya adalah 133 C. Hal ini disebabkan small lab kit yang digunakan terlalu panas dan ketika pengukuran padatan langsung meleleh walaupun termometer masih belum sampai pada angka 133 C. Data yang didapatkan ini mendukung bahwa hasil yang tersintesis bukanlah aspirin murni. Pengotor yang terdapat di dalamnya mempengaruhi hasil yang didapatkan. Kesimpulan1. Reaksi asetilasi asam salisilat dan asam asetat anhidrida menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin).2. Hasil sintesis aspirin yang didapatkan bukan merupakan aspirin murni yaitu dengan titik leleh 110 C dan berwarna ungu ketika ditambahakan FeCl3.3. Rendemennya adalah 54,6 %ReferensiBruice, Paula Y. 2001. Organic Chemstry Fourth Edition. Senior Lecturer SOE Undergraduate Advisor 1247 pagesDamin, Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran.Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2 Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta.Hayu, Dyah. 2013. Sintesis Aspirin. Pontianal : Universitas TanjungpuraHernani. 2004. Jurnal-Gandapura : Pengolahan, Fitokimia, Minyak Atsiri dan Daya Herbisida. Bandung : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen PertanianMukhrizal. 2013. Sintesis Metil 2-Asetoksibenzoat dari Minyak Gandapura dan Uji Aktivitasnya Sebagai Senyawa Analgesik. Potianak : Universitas TanjungpuraRieko, Panji Setyawan. 2007. Asam Salisilat dari Phenol. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahSaadah Zakiyatul Fajri. 2013. Sintesis Aspirin. Bandung : Universitas Islam BandungShevla, G. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : PT. Kalman Media PustakaTim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember : Universitas JemberSaran1. Praktikan harus sabar dalam melakukan rekristalisasi.2. Pengeringan dalam oven harus benar-benar keringNama PraktikanMarena Thalita Rahma (121810301031)