laporan

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, pengujian serta penentuan jenis penyakit. Pengguna baik itu klinisi maupun pasien, mengharapkan hasil pemeriksaan laboratorium benar-benar terjamin mutunya. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan. (Snehlatha, 1998). Laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran, atau pembuatan obat-obatan dan bahan- bahan kimia. ( Oxford English Dictionary). Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki

Upload: irma-deseenee-ii

Post on 12-Dec-2014

47 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laboratorium adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,

pengujian serta penentuan jenis penyakit. Pengguna baik itu klinisi maupun

pasien, mengharapkan hasil pemeriksaan laboratorium benar-benar terjamin

mutunya. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan

laboratorium sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan

diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan. (Snehlatha,

1998). Laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan

peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran,

atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan kimia. (Oxford English Dictionary).

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua

tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga jenis ini terdiri dari

anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus,

huruf "L", huruf "U", memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-

komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar

injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail)

dan bidang pengaman (balustrade).

Cahaya merupakan hal penting bagi manusia dalam melakukan kegiatannya

sehari-hari. Tanpa cahaya maka manusia akan kesulitan melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan sumbernya, cahaya dibagi menjadi dua macam, cahaya alami dan

Page 2: LAPORAN

cahaya buatan. Cahaya alami merupakan sumber cahaya utama bagi kehidupan

manusia. Sedangkan cahaya buatan merupakan cahaya yang dibuat oleh manusia

untuk melakukan kegiatannya saat cahaya alami tidak dapat digunakan, yaitu pada

kondisi malam hari dan pada ruangan tertutup. Bila cahaya digunakan sesuai

kebutuhan maka akan sangat membantu kegiatan manusia.

Kekurangan pada jenis pencahayaan alami yaitu iluminansi tidak merata di

dalam ruangan dan ruangan tidak bisa digunakan pada malam hari. Sedangkan

kekurangan pada pencahayaan buatan yaitu membutuhkan tenaga listrik untuk

menyalakan lampu.

Solusi yg ditawarkan oleh penulis yaitu dengan menggunakan pencahayaan

gabungan, maka pada siang hari daerah yang dekat dengan jendela tidak

membutuhkan banyak lampu, dan lampu hanya digunakan di daerah yang jauh

dengan jendela. Sedangkan pada malam hari ruangan tetap dapat digunakan

dengan menggunakan lampu.

Jadi, praktikan ingin melakukan pengukuran berkaitan dengan pencahayan

di lingkungan kerja yang akan dilakukan di 2 lokasi yaitu Laboratorium Terpadu

FKM Unhas dan Sarana Tangga Barat serta Tangga Timur FKM Unhas.

1.2. Tujuan Praktikum

1.3. Prinsip Kerja

Pada umumnya Luxmeter (dalam keadaan on) diletakkan pada bidang

datar setinggi setengah badan pekerja (85cm diatas lantai) dan jika pada tangga

Page 3: LAPORAN

luxmeter diletakkan dilantai/anak tangga, kemudian photocell diarahkan

menghadap sumber cahaya agar dapat menangkap cahaya yang masuk.

Page 4: LAPORAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Depkes RI (1992) dalam Santoso, A (2006) mendefinisikan pencahayaan

sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif. Menurut Kepmenkes RI No

1204/Menkes/SK/X/2004, pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit

adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang

bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

efektif

Kuantitas dari cahaya yang jatuh pada permukaan bidang kerja disebut

iluminasi, yang mana mempunyai satuan lux. Alat yang digunakan untuk

mengukur tingkat cahaya disebut luxmeter. Kuantitas cahaya sangat penting

diketahui karena untuk melihat benda yang kecil secara detail kita membutuhkan

cahaya yang lebih terang.

2.1. Sumber Pencahayaan

Berdasarkan sumbernya penerangan dibedakan menjadi dua yaitu,

penerangan alamiah dan penerangan buatan.

1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi

menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan yang bersumber dari matahari

Page 5: LAPORAN

dirasa kurang efektif dibanding dengan pencahayaan buatan, hal ini disebabkan

karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap.

Pada penggunaan pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang

besar, dinding kaca dan dinding yang banyak dilobangi, sehingga pembiayaan

bangunan menjadi mahal. Keuntungan dari penggunaan sumber cahaya matahari

adalah pengurangan terhadap energi listrik. Pencahayaan sebaiknya lebih

mengutamakan pencahayaan alamiah dengan merencanakan cukup jendela pada

bangunan yang ada. Kalau karena alasan teknis penggunaan pencahayaan alamiah

tidak dimungkinkan, barulah pencahayaan buatan dimanfaatkan dan inipun harus

dilakukan dengan tepat Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan

sumber cahaya alami dan buatan dapat digunakan secara bersamaan sehingga

menjadi lebih efektif.

2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayan alami tidak memadai atau posisi

ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat dipergunakan

pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.

b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat

kerja.

Page 6: LAPORAN

c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara

merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang

yang dapat mengganggu pekerjaan.

Tujuan pencahayaan di industri adalah tersedianya lingkungan kerja yang

aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka

pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktor-

faktor penunjang pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar

tingkat pencahayaan yang dibutuhkan tercapai (Padmanaba, 2006).

2.2. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang

tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan

liungkungan kerja yang menyenangkan. Penerangan yang baik akan

meningkatkan daya kerja, mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja,

mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga kesehatan

dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan (Adrianur, 1983).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan

berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di

daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan

meningkatnya kecelakaan (Suma’mur, 1996).

Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan

ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu

Page 7: LAPORAN

terjadinya kelelahan otot mata (kelelahan visual) dan kelelahan saraf mata sebagai

akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan

kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat

lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja,

penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu

konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja (Padmanaba, 2006).

Kelelahan visual timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata

seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras. Kelelahan

saraf mata terjadi pada kegiatan-kegiatan yang perlu persepsi, kosentrasi dan

pengendalian motorik. Keadaan kelelahan ditandai dengan perpanjangan waktu

reaksi, perlambatan gerak dan gangguan psikologis. Kelelahan ini erat bertalian

dengan penurunan produktivitas kerja (Suma’mur, 1989).

2.3. Standar Pencahayaan

Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam

Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat

Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang

ditetapkan untuk di Indonesia secara garis besar hampir sama dengan standar

internasional. Secara ringkas tingkat pencahayaan penerangan yang dimaksudkan

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus

mempunyai tingkat pencahayaan paling sedikit 20 lux. Untuk penerangan

Page 8: LAPORAN

pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar dan besar paling

sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 50 lux. Penerangan yang cukup untuk

pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara pintas paling sedikit

mempunyai tingkat pencahayaan 100 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang

membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai tingkat

pencahayaan 200 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang lebih teliti dan barang-

barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 300

lux. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus

dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama harus mempunyai tingkat

pencahayaan paling sedikit 500-1000 lux. Penerangan yang cukup pekerjaan-

pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang

kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai tingkat pencahayaan

paling sedikit 2000 lux.

Page 9: LAPORAN

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah

1. Luxmeter

2. Stopwatch.

3.2 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 10.30 WITA di Laboratorium

Terpadu dan di Tangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin pada tanggal 30 April 2013.

3.3 Prosedur Kerja

A. Perlakuan 1 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dinyalakan)

1) Lampu dinyalakan dan buka tirai jendela dan ditunggu selama 5 menit

sebelum pengukuran dimulai.

2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan

di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”

3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik

pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang

tersebut secara bergantian.

Page 10: LAPORAN

4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan

selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut

ruangan.

5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan

dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga

titik terakhir (Titik ke-5)

B. Perlakuan 2 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dipadamkan)

1) Lampu dipadamkan dan tutup tirai jendela.

2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan

di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”

3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik

pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang

tersebut secara bergantian.

4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan

selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut

ruangan.

5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan

dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga

titik terakhir (Titik ke-5)

C. Perlakuan 3 (Di Tangga Barat dan Timur FKM Unhas)

1) Sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan di Tangga

Barat FKM Unhas. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”

Page 11: LAPORAN

2) Tangga Barat dan Timur FKM Unhas masing-masing terdiri dari 4

Anak Tangga. Pengukuran di lakukan pada setiap anak tangga FKM

Unhas tersebut secara bergantian.

3) Luxmeter diletakkan di salah satu anak tangga, dan didiamkan selama

3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di anak tangga.

4) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan

dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga

titik terakhir (Titik ke-4).

5) Lanjutkan pengukuran intensitas cahaya pada Tangga Timur FKM

Unhas dengan mengikuti prosedur kerja Tangga Barat FKM Unhas.

Page 12: LAPORAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu

FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan alat Luxmeter maka

diperoleh hasil Pengukuran Intersitas Cahaya lingkungan kerja di

Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin sebagai berikut :

Tabel 1Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Laboratorium Terpadu

FKM Universitas Hasanuddin

Perlakuan 1(Saat Lampu Dinyalakan)

Perlakuan 2(Saat Lampu Dipadamkan)

Titik 1 740 lux Titik 1 60 lux

Titik 2 480 lux Titik 2 80 lux

Titik 3 110 lux Titik 3 20 lux

Titik 4 200 lux Titik 4 20 lux

Titik 5 300 lux Titik 5 30 lux

Total 1830 lux Total 210 lux

Sumber : Data Primer, 2013

Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1 sebesar 740

lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat dekat dengan

sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab. Intensitas cahaya

terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui

bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan

buatan.

Page 13: LAPORAN

Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2 sebesar 80

lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab.

Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20

lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh

dari sumber pencahayaan.

1. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu

dinyalakan.

Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)

Jumlah Titik Seluruh Ruangan

=1830lux

5

= 366 lux

2. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu

dipadamkan.

Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)

Jumlah Titik Seluruh Ruangan

=210 lux

5

= 42 lux

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Tangga Barat dan Timur

FKM Universitas Hasanuddin, dengan menggunakan alat Luxmeter maka

Page 14: LAPORAN

diperoleh hasil Pengukuran Intensitas Cahaya di Tangga Barat dan Timur FKM

Universitas Hasanuddin sebagai berikut :

Tabel 2Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Tangga

FKM Universitas Hasanuddin

No.Tangga

Timur Barat

1 40 lux 30 lux

2 40 lux 110 lux

3 80 lux 70 lux

4 80 lux 220 lux

Total 240 lux 430 lux

Sumber : Data Primer, 2013

Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan 4

sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur FKM

Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3

sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari

sumber pencahayaan alami dan buatan.

Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2 sebesar 80

lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab.

Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20

lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh

dari sumber pencahayaan.

Page 15: LAPORAN

3. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Timur

FKM Unhas.

Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)

Jumlah Titik Seluruh Ruangan

=240lux

5

= 48 lux

4. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Barat FKM

Unhas.

Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)

Jumlah Titik Seluruh Ruangan

=430 lux

5

= 86 lux

4.2. Pembahasan

Pada pengukuran intensitas pencahayaan lingkungan kerja di

laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan

alat Luxmeter. Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk

mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah

tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya

menggunakan format digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor

dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakan pada sumber

cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto

Page 16: LAPORAN

sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin

banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkanpun semakin

besar.

Pada pengukuran intensitas pencahayaan dengan menggunakan alat

luxmeter. Pengukuran dilakukan di dua tempat yaitu di dalam Laboratorium

Terpadu FKM Unhas dan di tangga FKM Unhas yang berada di barat dan di

timur. Tujuannya yaitu untuk .......... Pada pengukuran intensitas

pencahayaan di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hanuddin,

luxmeter diletakkan di setiap titik ruangan (5 titik). Pengukuran untuk setiap

titik dilakukan selama 3 menit untuk mendapatkan hasil pengukuran

intensitas pencahayaan. Waktu yang ideal untuk mendapatkan hasi

pengukuran intensitas pencahayaan yang akurat yaitu 5 menit untuk setiap

sudut untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Namun, karena waktu

yang terbatas maka dilakukan selama 3 menit untuk setiap sudut.

Pada pengukuran intensitas pencahayaan di laboratorium terpadu

FKM Unhas dilakukan sebanyak 2 Perlakukan yang berbeda. Perlakukan

pertama yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan alami dan buatan,

maka hal yang dilakukan adalah menyalakan lampu dan membuka tirai

jendela. Perlakuan kedua yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan

alami, maka hal yang dilakukan adalah memadamkan lampu dan menutup

semua tirai jendela. Pada pengukuran di tangga FKM Unhas hanya

dilakukan 1 Perlakukan karena hanya untuk mengetahui intensitas

pencahayaan alaminya, maka hal yang dilakukan, hanya meletakkan

Page 17: LAPORAN

luxmeter pada lantai anak tangga dan didiamkan selama 3 menit untuk

mendapatkan hasil.

Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1

sebesar 740 lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat

dekat dengan sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab.

Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110

lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari

sumber pencahayaan alami dan buatan.

Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2

sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di

dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada

titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada

laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.

Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan

4 sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur

FKM Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada

titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium

sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan.

Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2

sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di

dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada

titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada

laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.

Page 18: LAPORAN

Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di

Laboratorium Terpadu FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan

Umum saat lampu dinyalakan yaitu 366 lux. Dan Intensitas Penerangan

Umum saat lampu dipadamkan yaitu 42 lux.

Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang

Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja

dibandingkan dengan hasil pengukuran di Laboratorium Terpadu FKM

Unhas pada Pencahayaan maksimum sebesar 366 lux yang berarti sangat

kurang memenuhi standar kesehatan.

Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di

Tangga FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan Umum

Tangga Timur yaitu 48 lux. Dan Intensitas Penerangan Umum Tangga Barat

yaitu 86 lux.

Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang

Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja

dibandingkan dengan hasil pengukuran di Tangga FKM Unhas pada

Pencahayaan Tangga Timur sebesar 48 lux yang berarti sangat kurang

memenuhi standar kesehatan. Sedangkan Pencahayaan Tangga Barat sebesar

86 lux yang berarti telah memenuhi standar kesehatan.

Semakin kasar objek dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan,

maka semakin kurang intensitas cahaya yang dibutuhkan, begitupun

Page 19: LAPORAN

sebaliknya, semakin halus objek yang akan diteliti, maka semakin tinggi

intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.