laporan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
pengujian serta penentuan jenis penyakit. Pengguna baik itu klinisi maupun
pasien, mengharapkan hasil pemeriksaan laboratorium benar-benar terjamin
mutunya. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan
diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan. (Snehlatha,
1998). Laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan
peralatan untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktek pembelajaran,
atau pembuatan obat-obatan dan bahan-bahan kimia. (Oxford English Dictionary).
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua
tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga jenis ini terdiri dari
anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat berbentuk lurus,
huruf "L", huruf "U", memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-
komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar
injakan/kedalaman (tread), bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail)
dan bidang pengaman (balustrade).
Cahaya merupakan hal penting bagi manusia dalam melakukan kegiatannya
sehari-hari. Tanpa cahaya maka manusia akan kesulitan melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan sumbernya, cahaya dibagi menjadi dua macam, cahaya alami dan
cahaya buatan. Cahaya alami merupakan sumber cahaya utama bagi kehidupan
manusia. Sedangkan cahaya buatan merupakan cahaya yang dibuat oleh manusia
untuk melakukan kegiatannya saat cahaya alami tidak dapat digunakan, yaitu pada
kondisi malam hari dan pada ruangan tertutup. Bila cahaya digunakan sesuai
kebutuhan maka akan sangat membantu kegiatan manusia.
Kekurangan pada jenis pencahayaan alami yaitu iluminansi tidak merata di
dalam ruangan dan ruangan tidak bisa digunakan pada malam hari. Sedangkan
kekurangan pada pencahayaan buatan yaitu membutuhkan tenaga listrik untuk
menyalakan lampu.
Solusi yg ditawarkan oleh penulis yaitu dengan menggunakan pencahayaan
gabungan, maka pada siang hari daerah yang dekat dengan jendela tidak
membutuhkan banyak lampu, dan lampu hanya digunakan di daerah yang jauh
dengan jendela. Sedangkan pada malam hari ruangan tetap dapat digunakan
dengan menggunakan lampu.
Jadi, praktikan ingin melakukan pengukuran berkaitan dengan pencahayan
di lingkungan kerja yang akan dilakukan di 2 lokasi yaitu Laboratorium Terpadu
FKM Unhas dan Sarana Tangga Barat serta Tangga Timur FKM Unhas.
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Prinsip Kerja
Pada umumnya Luxmeter (dalam keadaan on) diletakkan pada bidang
datar setinggi setengah badan pekerja (85cm diatas lantai) dan jika pada tangga
luxmeter diletakkan dilantai/anak tangga, kemudian photocell diarahkan
menghadap sumber cahaya agar dapat menangkap cahaya yang masuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Depkes RI (1992) dalam Santoso, A (2006) mendefinisikan pencahayaan
sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Menurut Kepmenkes RI No
1204/Menkes/SK/X/2004, pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit
adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang
bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif
Kuantitas dari cahaya yang jatuh pada permukaan bidang kerja disebut
iluminasi, yang mana mempunyai satuan lux. Alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat cahaya disebut luxmeter. Kuantitas cahaya sangat penting
diketahui karena untuk melihat benda yang kecil secara detail kita membutuhkan
cahaya yang lebih terang.
2.1. Sumber Pencahayaan
Berdasarkan sumbernya penerangan dibedakan menjadi dua yaitu,
penerangan alamiah dan penerangan buatan.
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi
menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan yang bersumber dari matahari
dirasa kurang efektif dibanding dengan pencahayaan buatan, hal ini disebabkan
karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap.
Pada penggunaan pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang
besar, dinding kaca dan dinding yang banyak dilobangi, sehingga pembiayaan
bangunan menjadi mahal. Keuntungan dari penggunaan sumber cahaya matahari
adalah pengurangan terhadap energi listrik. Pencahayaan sebaiknya lebih
mengutamakan pencahayaan alamiah dengan merencanakan cukup jendela pada
bangunan yang ada. Kalau karena alasan teknis penggunaan pencahayaan alamiah
tidak dimungkinkan, barulah pencahayaan buatan dimanfaatkan dan inipun harus
dilakukan dengan tepat Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan
sumber cahaya alami dan buatan dapat digunakan secara bersamaan sehingga
menjadi lebih efektif.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayan alami tidak memadai atau posisi
ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat dipergunakan
pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.
b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat
kerja.
c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara
merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang
yang dapat mengganggu pekerjaan.
Tujuan pencahayaan di industri adalah tersedianya lingkungan kerja yang
aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaan. Untuk upaya tersebut maka
pencahayaan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan faktor-
faktor penunjang pencahayaan diantaranya atap, kaca, jendela dan dinding agar
tingkat pencahayaan yang dibutuhkan tercapai (Padmanaba, 2006).
2.2. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang
tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan membantu menciptakan
liungkungan kerja yang menyenangkan. Penerangan yang baik akan
meningkatkan daya kerja, mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja,
mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga kesehatan
dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan (Adrianur, 1983).
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di
daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan
meningkatnya kecelakaan (Suma’mur, 1996).
Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan
ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu
terjadinya kelelahan otot mata (kelelahan visual) dan kelelahan saraf mata sebagai
akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan
kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat
lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja,
penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu
konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja (Padmanaba, 2006).
Kelelahan visual timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata
seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan
secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras. Kelelahan
saraf mata terjadi pada kegiatan-kegiatan yang perlu persepsi, kosentrasi dan
pengendalian motorik. Keadaan kelelahan ditandai dengan perpanjangan waktu
reaksi, perlambatan gerak dan gangguan psikologis. Kelelahan ini erat bertalian
dengan penurunan produktivitas kerja (Suma’mur, 1989).
2.3. Standar Pencahayaan
Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang Syarat-syarat
Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang
ditetapkan untuk di Indonesia secara garis besar hampir sama dengan standar
internasional. Secara ringkas tingkat pencahayaan penerangan yang dimaksudkan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus
mempunyai tingkat pencahayaan paling sedikit 20 lux. Untuk penerangan
pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar dan besar paling
sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 50 lux. Penerangan yang cukup untuk
pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara pintas paling sedikit
mempunyai tingkat pencahayaan 100 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang
membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai tingkat
pencahayaan 200 lux. Penerangan untuk pekerjaan yang lebih teliti dan barang-
barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai tingkat pencahayaan 300
lux. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus
dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama harus mempunyai tingkat
pencahayaan paling sedikit 500-1000 lux. Penerangan yang cukup pekerjaan-
pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang
kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai tingkat pencahayaan
paling sedikit 2000 lux.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Luxmeter
2. Stopwatch.
3.2 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 10.30 WITA di Laboratorium
Terpadu dan di Tangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin pada tanggal 30 April 2013.
3.3 Prosedur Kerja
A. Perlakuan 1 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dinyalakan)
1) Lampu dinyalakan dan buka tirai jendela dan ditunggu selama 5 menit
sebelum pengukuran dimulai.
2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan
di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”
3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik
pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang
tersebut secara bergantian.
4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan
selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut
ruangan.
5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan
dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga
titik terakhir (Titik ke-5)
B. Perlakuan 2 (Di Laboratorium FKM Unhas saat lampu dipadamkan)
1) Lampu dipadamkan dan tutup tirai jendela.
2) Kemudian, sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan
di dalam ruangan. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”
3) Ruangan dibagi atas 4 titik berdasarkan sudut tiap ruangan dan 1 titik
pada meja kerja. Pengukuran dilakukan pada setiap sudut bidang
tersebut secara bergantian.
4) Luxmeter diletakkan di salah satu sudut ruangan, dan didiamkan
selama 3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di sudut
ruangan.
5) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan
dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga
titik terakhir (Titik ke-5)
C. Perlakuan 3 (Di Tangga Barat dan Timur FKM Unhas)
1) Sediakan Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan di Tangga
Barat FKM Unhas. Luxmeter disetel ke “X10 Lux ” atau “200 – 800”
2) Tangga Barat dan Timur FKM Unhas masing-masing terdiri dari 4
Anak Tangga. Pengukuran di lakukan pada setiap anak tangga FKM
Unhas tersebut secara bergantian.
3) Luxmeter diletakkan di salah satu anak tangga, dan didiamkan selama
3 menit untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di anak tangga.
4) Setelah 3 menit, baca intensitas cahaya pada level meter (display) dan
dicatat. Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya hingga
titik terakhir (Titik ke-4).
5) Lanjutkan pengukuran intensitas cahaya pada Tangga Timur FKM
Unhas dengan mengikuti prosedur kerja Tangga Barat FKM Unhas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Laboratorium Terpadu
FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan alat Luxmeter maka
diperoleh hasil Pengukuran Intersitas Cahaya lingkungan kerja di
Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Tabel 1Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Laboratorium Terpadu
FKM Universitas Hasanuddin
Perlakuan 1(Saat Lampu Dinyalakan)
Perlakuan 2(Saat Lampu Dipadamkan)
Titik 1 740 lux Titik 1 60 lux
Titik 2 480 lux Titik 2 80 lux
Titik 3 110 lux Titik 3 20 lux
Titik 4 200 lux Titik 4 20 lux
Titik 5 300 lux Titik 5 30 lux
Total 1830 lux Total 210 lux
Sumber : Data Primer, 2013
Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1 sebesar 740
lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat dekat dengan
sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab. Intensitas cahaya
terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui
bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan
buatan.
Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2 sebesar 80
lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab.
Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20
lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh
dari sumber pencahayaan.
1. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu
dinyalakan.
Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
=1830lux
5
= 366 lux
2. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum saat lampu
dipadamkan.
Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
=210 lux
5
= 42 lux
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di Tangga Barat dan Timur
FKM Universitas Hasanuddin, dengan menggunakan alat Luxmeter maka
diperoleh hasil Pengukuran Intensitas Cahaya di Tangga Barat dan Timur FKM
Universitas Hasanuddin sebagai berikut :
Tabel 2Hasil Pemeriksaan Intensitas Cahaya di Tangga
FKM Universitas Hasanuddin
No.Tangga
Timur Barat
1 40 lux 30 lux
2 40 lux 110 lux
3 80 lux 70 lux
4 80 lux 220 lux
Total 240 lux 430 lux
Sumber : Data Primer, 2013
Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan 4
sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur FKM
Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3
sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari
sumber pencahayaan alami dan buatan.
Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2 sebesar 80
lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di dekat jendela lab.
Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada titik 3 dan 4 sebesar 20
lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada laboratorium berada sangat jauh
dari sumber pencahayaan.
3. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Timur
FKM Unhas.
Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
=240lux
5
= 48 lux
4. Penghitungan nilai intensitas cahaya Penerangan Umum di Tangga Barat FKM
Unhas.
Intensitas Penerangan Umum = Jumlah Intensitas Penerangan(lux)
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
=430 lux
5
= 86 lux
4.2. Pembahasan
Pada pengukuran intensitas pencahayaan lingkungan kerja di
laboratorium Terpadu FKM Universitas Hasanuddin dengan menggunakan
alat Luxmeter. Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah
tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya
menggunakan format digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor
dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut diletakan pada sumber
cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto
sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkanpun semakin
besar.
Pada pengukuran intensitas pencahayaan dengan menggunakan alat
luxmeter. Pengukuran dilakukan di dua tempat yaitu di dalam Laboratorium
Terpadu FKM Unhas dan di tangga FKM Unhas yang berada di barat dan di
timur. Tujuannya yaitu untuk .......... Pada pengukuran intensitas
pencahayaan di Laboratorium Terpadu FKM Universitas Hanuddin,
luxmeter diletakkan di setiap titik ruangan (5 titik). Pengukuran untuk setiap
titik dilakukan selama 3 menit untuk mendapatkan hasil pengukuran
intensitas pencahayaan. Waktu yang ideal untuk mendapatkan hasi
pengukuran intensitas pencahayaan yang akurat yaitu 5 menit untuk setiap
sudut untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Namun, karena waktu
yang terbatas maka dilakukan selama 3 menit untuk setiap sudut.
Pada pengukuran intensitas pencahayaan di laboratorium terpadu
FKM Unhas dilakukan sebanyak 2 Perlakukan yang berbeda. Perlakukan
pertama yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan alami dan buatan,
maka hal yang dilakukan adalah menyalakan lampu dan membuka tirai
jendela. Perlakuan kedua yaitu untuk mengetahui intensitas pencahayaan
alami, maka hal yang dilakukan adalah memadamkan lampu dan menutup
semua tirai jendela. Pada pengukuran di tangga FKM Unhas hanya
dilakukan 1 Perlakukan karena hanya untuk mengetahui intensitas
pencahayaan alaminya, maka hal yang dilakukan, hanya meletakkan
luxmeter pada lantai anak tangga dan didiamkan selama 3 menit untuk
mendapatkan hasil.
Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 1
sebesar 740 lux, dimana diketahui bahwa titik 1 pada laboratorium sangat
dekat dengan sumber pencahayaan alami yang berasal dari jendela lab.
Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada titik 3 sebesar 110
lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium sangat jauh dari
sumber pencahayaan alami dan buatan.
Intensitas cahaya tertinggi pada Perlakuan 2 yaitu pada titik 2
sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di
dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Perlakuan 2 yaitu pada
titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada
laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.
Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Timur yaitu pada titik 3 dan
4 sebesar 80 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada tangga timur
FKM Unhas berada. Intensitas cahaya terrendah pada Perlakuan 1 yaitu pada
titik 3 sebesar 110 lux dimana diketahui bahwa titik 3 pada laboratorium
sangat jauh dari sumber pencahayaan alami dan buatan.
Intensitas cahaya tertinggi pada Tangga Barat yaitu pada titik 2
sebesar 80 lux dimana diketahui bahwa titik 2 pada laboratorium berada di
dekat jendela lab. Intensitas cahaya terendah pada Tangga Barat yaitu pada
titik 3 dan 4 sebesar 20 lux, dimana diketahui bahwa titik 3 dan 4 pada
laboratorium berada sangat jauh dari sumber pencahayaan.
Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di
Laboratorium Terpadu FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan
Umum saat lampu dinyalakan yaitu 366 lux. Dan Intensitas Penerangan
Umum saat lampu dipadamkan yaitu 42 lux.
Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang
Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja
dibandingkan dengan hasil pengukuran di Laboratorium Terpadu FKM
Unhas pada Pencahayaan maksimum sebesar 366 lux yang berarti sangat
kurang memenuhi standar kesehatan.
Berdasarkan hasil penghitungan intensitas penerangan umum di
Tangga FKM Unhas didapatkan bahwa Intensitas Penerangan Umum
Tangga Timur yaitu 48 lux. Dan Intensitas Penerangan Umum Tangga Barat
yaitu 86 lux.
Berdasarkan Standar penerangan di Indonesia yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.7 Tahun 1964, tentang
Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan di tempat kerja
dibandingkan dengan hasil pengukuran di Tangga FKM Unhas pada
Pencahayaan Tangga Timur sebesar 48 lux yang berarti sangat kurang
memenuhi standar kesehatan. Sedangkan Pencahayaan Tangga Barat sebesar
86 lux yang berarti telah memenuhi standar kesehatan.
Semakin kasar objek dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan,
maka semakin kurang intensitas cahaya yang dibutuhkan, begitupun
sebaliknya, semakin halus objek yang akan diteliti, maka semakin tinggi
intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.