laporan
TRANSCRIPT
STEP I
1. Pertumbuhan : bertambahnya jumlah sel secara kuantitatif, dapat diukur.
2. Janin : perkembangan dari uterus khususnya pada masa pasca embrionik.
3. Kehamilan : masa dimana terdapat embrio dalam tubuh wanita.
4. Pekembangan : bertambahnya kemampuan struktur tubuh dan faktor tubuh yang
lebih kompleks, contoh : pomotongan sel – sel tubuh, jumlah organ – organ.
5. Konsultasi : pertemuan untuk saling bertukar informasi dan saran.
STEP II
1. Bagaimana proses atau tahap – tahap tumbuh kembang janin ?
2. Bagaiman tumbuh kembang wajah saat prenatal ?
3. Bagaiman ciri – cirri janin tumbuh normal ?
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang janin ?
5. Ganggua saat tumbuh kembang janin (wajah) ?
STEP III
1. Proses atau tahap – tahap tumbuh kembang janin :
Jawaban 1 :
3 tahap pertumbuhan janin :
Ovum (telur) terjadi saat umur kehamilan 0 – 2 minggu / implantasi.
Embrio terjadi saat umur 3-5 minggu, sudah tampak rancangan bentuk alat – alat
tubuh.
Janin (fetus) terjadi diatas usia 5 minggu dan sudah terbentuk manusia.
Jawaban 2 :
Tahap – tahap :
a. Pembelahan terjadi secara mitosis
Ada 4 tahap pembelahan : meridian, vertik, ekuat, longit.
Zigot blastomer (60-80 sel), disebut : morula.
b. Blastulasi dan midasi
Blastulasi : proses terbentuknya blastula.
Midasi : peristiwa terpautnya embrio pada endometrium uterus
c. Tahap gastrula
Stadium terjadi embrio dalam keadaan dinamis, karena terjadi perubahan bentuk sel dan
lain – lain. Menghasilkan 3 lapisan lembaga :
Ektoderm (lapisan luar) : kulit, indra dan otak.
Mesoderm (lapisan tengah) : tulang keras, rawan, otot jantung, ginjal.
Endoderm (lapisan dalam) : saluran pencernaan, pernafasan, otot polos.
d. Organogenesis
Tahap ini primitif definitive, rupa lebih spesifik.
1. Implantasi pembuahan 1 minggu (terbentuk plasenta)
2. Embrionik akhir minggu 1 minggu 8, terbentuk ectoderm, mesoderm,
endoderm.
Prasomik : 8 hari sampai 21 hari.
Somit : 21 hari sampai 31 hari.
Pascasomit : 32 hari sampai 56 hari.
3. Janin minggu 8 dan seterusnya.
2. Prose tumbuh kembang wajah saat prenatal.
Sepertiga atas neurokranial + tulang frontal calvaria dahi.
Sepertiga tengah dasar cranial, perluasan nasal dari sepertiga atas dan sebagian alat
kunyah.
Sepertiga bawah melengkapi alat kunyah, terdiri dari : mandibula dan gigi geligi.
Sepertiga atas tumbuh lebih cepat dari bawah dan tengah
Perkembangan lobus frontal otak
Selama 2 minggu setelahnya, tonjol maksila bertambah besar.
Tonjolan maksila tumbuh ke arah medial ke arah tengah. Bibir dan rahang bawah terbentuk
oleh penyatuan dari garis tengah sepasang tonjolan mandibula. Dan bagian pertama wajah
akan terbentuk penyatuan lateral dari tonjolan rahang bawah dan rahang atas yang
membentuk komisura (sudut mulut).
Tumbuh kembang wajah.
(akhir minggu 4)
Membentuk lekuk ectoderm disebut stomodeum. Ketika 4,5 minggu, terdiri dari 5 tonjolan
disekitar stomodeum yang terbentuk oleh pertumbuhan stomodeum.
Tonjolan rahang bawah di claudal stomodeum
Tonjolan rahang atas di lateral stomodeum
Tonjolan frontal di cranial stomodeum
3. Ciri – ciri janin tumbuh normal
Pada minggu ke 36 janin dapat bergerak dan berputar.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang janin :
a. Prenatal
1. Gizi, nutrisi ibu hamil dalam trimester akhir mempengaruhi pertumbuhan gigi.
2. Mekanis, posisi fetus abnormal menyebabkan kelainan.
3. Zat kimia : obat – obatan dapat menyebabkan kelainan.
4. Radiasi : paparan radium, sinar rontogen dapat menyebabkan kelainan, seperti :
deformitas anggota gerak.
5. Faktor kesehatan ibu : jika ibu menderita hipertensi atau hipotensi, ibu kekurangan
gizi, kebiasaan ibu merokok atau minum alkohol dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Apabila terjadi perbedaan golongan darah merah pada ibu dan janin maka ibu akan
membentuk antibody pada janin. Dan jika eritrosit janin diserang maka akan merusak
jaringan otak pada janin.
6. Keturunan
7. Emosional : apabila emosional ibu tidak stabil maka akan terjadi gangguan jiwa pada
bayi.
8. Aktivitas fisik : jika ibu sering kelelahan fisik maka dapat menyebabkan besar janin
menyusut atau perkembangan janin tidak baik.
b. Lingkungan
1. Zat kimia
2. Radiasi : efek bahaya bagi janin, 3 prinsip efek biologis.
a. Kematian sel : mempengaruhi embryogenesis
b. Karsinogenesis
c. Fungsi terhadap generasi selanjutnya atau mutasi sel germinal.
3. Infeksi : infeksi pada trimester pertama oleh virus torch yang menyebabkan kelainan
katarak, jantung, bisu, tuli.
4. Kesehatan : gizi ibu, emosional, penyakit dari ibu, perokok atau tidak.
5. Keturunan : trisomi 21 (down), trisomi 13-15 (patau).
c. Plasenta :insufisiensi dari plasenta dapat mengakibatkan malnutrisi intrauteri.
5. Gangguan Tumbuh Kembang Janin
a. Jika terjadi kegagalan penggabungan epitel lereng palatale menyebabkan deft palate.
b. Cleft lips : terjadi kegagalan fusi antara media nasal dan lateral.
Jenis Cleft lips : 1. Biasa (tidak ada palate)
2. Bilateral
3. dengan palate : parsial, full.
c. Agnasia : terjadi karena tidak adanya rahang.
d. Polidontia : kelainan sehingga penderita memiliki gigi berlebih.
e. gangguan perkembangan pembuluh darah yang masuk ke tulang rawan selama
perkembangan mengakibatkan tidak terbentuknya ramus mandibula.
f. Asimetri wajah : karena samanya jumlah migrasi sel neural crest pada dua sisi.
g. Treacher Collins : karena perlambatan migrasi neural cerst sehingga penderita memiliki
tulang wajah yang kurang sempurna.
h. Makrostomia : kelainan pada mulut, mulut terlalu besar.
Mikrostomia : kelainan pada mulut, mulut terlalu kecil.
i. Rahang bawah : 1. Braakhignasia : kelainan pada rahang bawah dimana bentuknya terlalu
kecil.
2. Prognasia : kelainan rahang bawah dimana bentuknya terlalu besar.
STEP IV
STEP V
1. Mampu menjelaskan tumbuh kembang wajah prenatal.
2. Mampu menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang wajah.
3. Mampu menjelaskan gangguan, proses tumbuh kembang wajah.
Kehamilan
Usia 2 minggu
Tumbuh kembang wajah (kraniofasial)
Normal
Faktor yang mempengaruhi
Abnormal
STEP VII
1. Tumbuh Kembang Wajah Prenatal
TUMBUH KEMBANG KRANIOFASIAL
Pada akhir minggu ke empat
Wajah berasal dari 5 tonjolan yang mengelilingi cekungan sentral, stomodeum, yang akan membentuk bakal mulut. Lima tonjolan tersebut adalah:
1. Prominensia frontonasalis2. Dua prominensia maxillaries3. Dua prominensia mandibularis.
Kemudian muncul penebalan-penebalan di sisi kanan dan kiri prominensia frontonasalis yang terdiri dari ectoderm permukaan dan dinamakan plakoda nasal (olfaktorius).
Pada minggu ke limaPlakoda nasal (lempeng hidung) mengalami invaginasi membentuk fovea nasalis
(lekukan hidung). Permukaan mesenkim dibagian plakoda hidung berpoliferasi dan membentuk pinggiran tapal kuda (tonjol hidung).1. Tonjol luar = prominensia nasal lateral2. Tonjol dalam = prominensia nasal medial.
Pada minggu ke tujuh· Prominensia Maxillaris membesar dan mendorongProminensia Nasal kea rah garis tengah.· Terjadi peleburan antara kedua prominensia.
Bibir atas dibentuk oleh dua prominensia nasalis mediana dan dua prominensia maksilaris.Bibir bawah dan rahang dibentuk oleh prominensia mandibularis yang menyatu di garis tengah.
zigot
morula
blastula
gastrula
Terbentuk trilaminar disc layer (ektoderm, mesoderm, endoderm)
Permulaan minggu k-3 lapisan ektoderm berbentuk cakram datar
Terbentuk notokord, terdapat pengaruh induktif notokord
Endoderm yang terletak di atas notokord menebal membentuk neural fold
Lipatan saraf membentuk neuralis tube dan neuralis crest
Membentuk 5 lengkung faring pada minggu ke-4
Lengkung faring pertama membentuk wajah dengan bagian pusat stomodeum dan dikelilingai oleh 5 tonjolan mesenkim yaitu prominensia frontonasal di bagian dorsal, 1 pasang prominensia maksila di
bagian lateral dan 1 pasang prominensia mandibula di bagian kaudal
(Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC)
Wajah dapat dibagi menjadi 2, atas-tengah-bawah. Batasnya adalah bidang horizontal
yang melewati pupil mata dan rima oris. Sepertiga atas wajah pada mulanya bertumbuh dengan
cepat, untuk mempertahankan hubungan neurokranialnya dan merupakan permulaan dari
perkembangan lobus frontal otak. Sebaliknya, sepertiga tengah dan bawah bertumbuh lebih
lambat dalam waktu lebih lama, baru berhenti tumbuh sampa akhir masa remaja. Tulang-tulang
wajah berkembang secara intramembranosis. Pusat ossifikasi untuk sepertiga atas wajah adalah
tulang frontal, yang juga berperan pada pertumbuhan bagian depan neurokranium. Pada tulang
frontonasal, muncul pusat ossifikasi intramembranosis tunggal pada minggu ke 8, untuk tiap
tulang nasal dan lakrimal pada membran yang menutupi kapsul tulang rawan nasal. Tonjolan
maksila embrionik berkembang dari pusat osifikasi intramembranosis. Pusat pertama muncul
pada minggu ke 8, yaitu untuk bidang pterigod medial dari tulang spenoid dan vomer iu. Pusat
osifikasi intramembranosis primer muncul untuk tiap maksila pada minggu ke 7, pada saraf
infraorbital, tepat diatas lamina gigi kaninus. Dua pusat osifikasi intermaksilaris menghubungkan
ridge alveolar dan daerah palatum primer yang sama dengan premaksila pada mamalia lain.
Pusat osifikasi tunggal muncul untuk tiap tulang sigomatik dan bagian squamous tulang temporal
pada minggu ke 8 iu. Perlekatan rangka wajah anteroinferior terhadap dasar kalvaria menentukan
pengaruh kondrokranial terhadap pertumbuhan wajah. Daerah perlekatan jelas dibatasi oleh fisur
pterigomaksila dan fosa pterigopalatina antara tulang spenoid dari dasar kalvaria dan maksila
serta tulang palatina dari permukaan belakang wajah. Pertumbuhan mata menghasilkan gaya
perluasan yang memisahkan rangka neural dan wajah, terutama pada suture frontomaksila dan
frontosigomatik, serta berperan dalam menambah tinggi tengkorak. Bola mata pada muanya
bertumbuh dengan cepat, mengikuti pola pertumbuhan neural dan berperan pada pelebaran wajah
fetus yang berjalan dengan cepat. Rongga nasal, dan terutama septum nasal, berpengaruh dalam
menentukan bentuk wajah. ‘Tarikan’ dan ‘dorongan’ dari pertumbuhan septum nasal akan
memisahkan berbagai suture frontomaksila, frontonasal, frontosigomatik dan sigomatikomaksila.
Pertumbuhan maksila tergantung pada pengaruh beberapa matrik fungsional yang bekerja pada
berbagai daerah tulang, jadi secara teoritis memungkinkan pembagian menjadi ‘unit-unit
skeletal’. Kerumitan aksi gaya fungsional terhadap tulang wajah akan menimbulkan berbagai
efek pada berbagai suture. Pertumbuhan anteroposterior pada suture nasomaksila, menghasilkan
jembatan hidung yang meninggi, dari perluasan anteroposterior dari septum nasal. Efek
keseluruhan dari penyimpangan arah pertumbuhan adalah sisa tulang yang dominan pada
permukaan posterior dan superior dari tulang-tulang wajah. Remodeling terjadi pada seluruh
permukaan tulang, untuk menyesuaikan tulang dengan posisinya yang baru setelah pergeseran.
Ruang kosong dari rongga nasal juga mempengaruhi pertumbuhan dan bentuk wajah.
(Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC)
TUMBUH KEMBANG MANDIBULA
Pada minggu ke 6 iu tulang rawan meckel berosifikasi kearah dorsal hingga menjadi lingula
mandibula, kemudian dilanjutkan ke telinga tengah untuk membentuk maleus dan inkus yang
akan bertemu di ventral. Pada minggu ke 10 – 14 muncul tl. rawan asesoris sekunder yang akan
membentuk kepala condyle, bagian processus koronoideus yang nantinya akan saling bertemu.
(Sperber,G.H.1991.Embriologi Kraniofasial.Jakarta:Hipokrates)
TUMBUH KEMBANG MATA
Evaginasi forebrain lateral (sulkus optik) membentuk vesikel optic, lalu pada bagian
tengahnya akan mempertahankan hubungan dengan anensephalik untuk merangasang penebalan
epitel plakoda lensa. Invaginasi plakoda lensa dan vesikel optic akan mengahasilkan bola mata
yang terpuruk jauh kedalam. Pertumbuhan hemisphere serebral, melebarnya kepala, dan gerak
tengah dari mata akan menimbulkan perpindahan medial mata. Gerak perpindahan terbesar
terjadi pada minggu ke 5-9. Pada minggu ke 8, lipatan ektodermal permukaan melebihi
pertumbuhan mata sehingga membentuk kelopak mata dan kelopak mata teteap bergabung, dan
pada bulan ke 7, kelopak mata baru terbuka setelah terbentuknya otot.
Kornea dibentuk oleh :
- Suatu lapisan ektoderm permukaan
- Stroma yang bersambungan dengan sklera
- Lapisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan
TUMBUH KEMBANG TELINGA
Telinga terdiri atas tiga bagian yan berbeda asal usulnya, tetapi berfungsi sebagai satu
kesatuan. Telinga dalam berasal dari gelembung telinga yang dalam perkembangan minggu ke-4
melepaskan diri dari ektoderm permukaan. Gelembung telinga ini terbagi menjadi satu unsur
ventral yang membentuk sacculus dan ductus cochlearis, dan satu unsur dorsal yang membentuk
utriculus, canalis semisircularis dan ductus endolymphatichus. Telinga tengah terdiri atas cavum
tympany dan tuba auditiva, dilapisi epitel yang berasal dari endoderm dan berasal dari kantung
faring pertama. Tulang tulang pendengaran terbentuk dari lengkung faring pertama (inkus dan
maleus) dan lengkung faring kedua (stapes). Meatus acusticus externus berkembang dari celah
faring pertama dan dipisahkan dari cavum tympani oleh membrana tympani. Gendang telinga
terdiri atas selapis epitel ektoderm, selapis tengah mesenkim dan selapis epitel endoderm yang
berasal dari kantung faring pertama. Daun telinga berkembang dari 6 buah tonjol mesenkim yang
terletak di sepanjang lengkung faring pertama dan kedua.
(Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC)
Telinga luar, terbentuk dari groove brankial pertama. Terdapat 6 hilok tiga hilok
terbentuk dari lengkungan brankial (mandibula) pertama dan tiga lainnya dari lengkung brankial
(hioid) kedua. Cincin timpani tulang temporal membentuk batas membran timpani, yang
memisahkan eksternal akoustik meatus dengan telinga tengah.
TUMBUH KEMBANG HIDUNG
Akibat pertumbuhan tonjolan-tonjolan maksila, kedua tonjol hidung medial tidak hanya
bersatu pada permukaan,tetapi bersatu pula pada tingkat yang lebih dalam. Bangunan yang
dibentuk oleh penyatuan kedua tonjol tersebut disebut dengan segmen antar maksila . Segmen ini
terdiri dari :
a. sebuah unsure bibir, yang membentuk filtrum bibir atas
b. sebuah unsure rahang atas, yang membawa empat gigi seri.
c. sebuah unsure langit - langit mulut , membentuk palatum primer yang berbentuk segitiga.
TUMBUH KEMBANG PALATUM SEKUNDER
Bagian utama palatum dibentuk oleh dua pertumbuhan keluar dari tonjol maksila yang
menyerupai tameng. Kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatina, tampak perkembangan monggu
ke-6 dan mengarah miring ke bawah pada sisi kanan dan kiri lidah. Akan tetapi, dalam minggu
ke-7, lempeng-lempeng palatina ini bergerak naik hingga mencapai kedudukan horizontal di atas
lidah dan saling bersatu satu sama lain, sehingga membentuk palatum sekunder.
Di sebelah anterior, lempeng-lempeng palatina ini bersatu dengan palatum primer yang
berbentuk segitiga, dan foramen incisivum dapat dianggap sebagai tanda batas di tengah-tengah
antara palatum primer dan sekunder. Bersamaan dengan menyatunya lempeng palatum tersebut,
septum nasi tumbuh ke bawah dan bersatu dengan permukaan atas palatum mulut yang baru
terbentuk.
TUMBUH KEMBANG RONGGA MULUT
Pertumbuhan dimulai minggu ke-3 intra uterin.
Awal mulanya berbentuk tube dan terdiri dari tiga unsure yaitu ectoderm, mesoderm, dan
endoderm / entoderm.
Dimulai dengan invaginasi (pelipatan satu bagian struktur terhadap bagian sturktur yang
lain, seperti blastula pada masa gastrulasi) di bagian caudal dari processus frontalis dan disebut
stomodeum (Primitive Oral Cavity). Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan
endoderm yang disebut Primitive Digestive Track. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat
higga bertemu pada membrane yang tipis disebut membrane Bucco Pharyngeal. Membrane ini
akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.
(Embriologi Kedokteran Langman, T.W Sadler edisi ke-7. Jakarta : EGC. 1997.)
TUMBUH KEMBANG LIDAH
Beberapa penonjolan yang Nampak pada aspek ventral region faringeal dan ini akhirnya
menjadi lidah. Pada dasarnya lidah terbentuk oleh lengkung faringeal III. Dua pertiga lidah
(korpus dan aspek, atau pars oralis) muncul pada minggu ke-4 dalam bentuk tiga pembengkakan
pada lengkung faringeal I. Pembengkakan ini terdiri atas dua tonjolan lateral atau lingual,
pembengkakan midline, tuberkulum impar. Sepertiga posterior lidah (basis lidah atau pras
faringealis) timbul dari bagian ventromedial lengkung faringeal II, III dan sebagian dari IV yang
bersama – sama membentuk tonjolan pada bagian midline yakni kopula. Tonjolan pada midline
yang letaknya lebih bawah, yakni eminentia hipobrakhial, yang diduga merupakan subdivisi dari
kopula, nantinya menjadi epiglottis. Kelenjar tiroid timbul dibagian midline dari endoderm pada
permukaan dorsal lidah diantara tuberkulumimpar dan kopula. Divertikulum tiroid, suatu duktus
yang dilapisi endoderm, bermigrasi ke dalam. Leher sebagai duktus tiroglosus yang
berdeferensiasi dan membentuk kelenjar tiroid. Kadang – kadang jaringan tiroid menetap pada
permukaan dorsal lidah dan dinamakan tiroids lingual. Sulkus terminalis memisahkan bagian dua
pertiga anterior lidah dengan sepertiga posteriornya.
Tuberkulum impar merupakan struktur sementara dan memberikan sedikit kontribusi
pada duapertiga bagian anterior lidah. Pertumbuhan dari struktur ini dilampaui pada tonjolan di
lateral lidah yang berpoliferasi dan berfusi membentuk korpus lidah. Sedangan basis lidah
terutama terbentuk dari kopula.
Papilla fungiformis berkembang pada permukaan dorsal dari duapertiga anterior lidah
kira – kira 2 minggu, sementara papilla filiformis berkembang kemudian pada region yang sama
dan tidak terdeferensiasi dengan baik sampai saat kelahiran. Papilla sirkum valata yang besar
berjumlah 8-12 terbentuk pada bagian anterior sulkus terminalis antara bulan kedua sampai
kelima intra uterin.
Pada waktu lahir, pada membrane mukosa pertiga posterior lidah berkembang suatu
cekungan kecil yang, setelah infiltrasi jaringan limfatik, menjadi tonsila lingualis.
Interaksi induktif antara sel – sel epitel dan saraf yang menginvasinya menimbulkan
adanya taste buds yang diinervasi oleh nervus X, IX dan khorda timpani (Nervus VII). Teste bud
paling banyak terdapat pada mukosa dorsal lidah, tetapi juga terdapat pada palatum dan daerah
lain rongga mulut. Taste buds mulai dapat dikenali pada minggu ke-14 intra uterin.
Otot – otot lidah berasal dari dua tempat. Otot intrinsik (mm. tranversus, longitudinal
dan vertikalis) mungkin keluar dari mesnkim lengkung faringeal, semantara otot ekstrinsik (mm.
palatoglosus, stiloglosus, genioglosus, dan hyoglosus) timbul dari region somit oksipital, dan
mempunyai asal usul yang sama dengan nervus XII. Masa otot tersebut, atau kordo hipoglosi,
bermigrasi ke depan di bawah mukosa faring untuk menginvasi lidah yang sedang berkembang.
Nervus XII menemani struktur ini dan memberikan serabut motorik pada otot – otot ini dengan
satu perkecualian, yakni M. palatoglosus yang diinervasi oleh r. faringealis cabang dari nervus
X. lidah berkembang dengan cepat dan ukurannya berlipat ganda dalam semua arah pada masa –
masa sejak lahir sampai dewasa.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Wajah.
a. Faktor lingkungan
Dengan ditemukannya oleh N. Gregg bahwa campak jerman yang mengenai ibu
selama awal kehamilan menyebabkan kelainan di mudigah (periode 3-8 minggu).
Dengan adanya hal ini menjadi jelas bahwa malformasi kongenital pada manusia juga
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan.
b. Agen Infeksi
Agen infeksi yang memnyebabkan cacat lahir mencakup sejumlah virus.
e.g : Sitomegalovirus adalah ancaman serius. Ibu sering tidak memperlihatkan gejala,
tetapi efek pada janin dapat parah. Infeksi sering mematikan dan jika tidak dapat
terjadi meningoensefalitis virus yang dapat menyebabkan retardasi mental.
c. Radiasi
Agen mutagenik dan dapat menyebabkan perubahan genetik pada sel germinativum
dan malformasi selanjutnya.
e.g : Radiasi pengion mematika sel-sel yang berproliferasi pesat sehingga radiasi ini
adalah tetratogen kuat, menimbulkan hampir semua jenis cacat lahir.
d. Bahan Kimia, Obat - obatan
Contohnya : Diazepam yang dapat menyebabkan bibir sumbing, Tetrasiklin yang
dapat menyebabkan anomaly Hg+gigi, Alkohol yang dapat menyebabkan Hipoplaisa
maxilla.
e. Genetik
Jika anggota keluarga memiliki kelainan yang sama terutama orang tua, kemungkinan
bisa meningkatkan kelainan hingga 7-15%.
3. Gangguan Pada Proses Tumbuh Kembang wajah
Kegagalan pencukilan telensepalik normal dari forebrain. Jadi hemisphere serebral bilateral
dapat menimbulkan Holoprosensephalik, siklopia, etmosephali, sebosephali, agenesis,
premaxila, bahkan sampai manifestasi dimorpik paling ringan dari gigi insisiv pertama atas
tunggal.
Cacat pusat susunan rombhense phalik yaitu terjadinya gangguan rangka viscera fasial yang
dapat menyebabkan dismorfologi sepertiga tengah dan bawah wajah. Contoh : agnasia (tidak
ada mandibula).
Agnasia : karena vaskularisasi pada saat embrio kesalahan pembentukan lengkung mandibula
sekarang dihubingkan dengan anomaly f. telinga luar pada daerah garis tengah yang
normalnya ditempati oleh mandibula sehingga telinga bertemu dengan garis tengah.
Rahang bawah mengecil (brakignasia), terjadi karena kegagalan pusat pertumbuhan di kepala
sendi. Kelinan perkembangan ini disebabkan oleh trauma saat lahir, infeksi pada tulang dapat
menyerang pertumbuhan kepala sendi tersebut.
Bibir sumbung Cleft lip
Bilateral cleft lip, karena kegagalan f. nasal medial dan lateral.
Makroglosia : perbesaran lidah karena hipertrofi otot lidah.
Mikroglosia : pengecilan lidah karena cacat pada saraf hipoglosus ( yang mensarafi otot
lidah). Tanpa adanya rangsangan menyebabkan otot lidah mengecil.
Anphiloglosia : perlekatan sebagian atau seluruh lidah kedasar mulut, karena frenulum
lingualis terlalu jauh melekat ke depan.
Yang berhubungan dengan telinga, yaitu sinusia (telinga terletak di atas leher).
Makrostomia dan mikrostomia.
Mengalami Perubahan mulut abnormal karena concrescencie mengalami gangguan sehingga
menyebabkan makrostemia.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial
1 Asimetri wajah, biasanya diakibatkan tidak samanya jumlah migrasi dari sel-sel neural
crest pada dua sisi walaupun sangat sulit untuk meyakini hal ini.
2 Hemifacial Incrosomia, Pada keadaan ini telinga luar berubah kedua ramus mandibula
dan gabungan jaringan lunak tidak mencukupi atau tidak ada, sampaii akhir dekade tidak
diketahui bentuk pada embrio.
Kelainan Perkembangan Lidah
1. Sumbing lidah
Sumbing lidah terjadi akibat terganggunya perpaduan bagian kanan dan kiri lidah
2. Tiroid Lingual
Tiroid lingual tampak sebagai suatu pennonjolan pada pangkal lidah sekitar foramen
caecum yang mengandung jaringan tiroid.
Pada minggu ke-5, intrauterin akan turun ke bawah di epan trakea dan berhenti di depan
os hyoideum dan os tiroid. Jika sebagian tidak turun terjadi tiroid lingual.
3. Median Romboid Glositis
Median romboin glositis merupakan kelainan kongenital akibat kelainan perkembangan
embrional. Kedua tuberkulum lateral lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak
menutup bagian tengah yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak sebagai
suatu daerah berbentuk belah ketupat berwarna kemerahan seperti terkena radang dengan
permukaan licin karena tidak berpapil.
4. Lidah Geografik ( glositis migratori jinak dan eritema migrans )
Tampak daerah kemerahan pada dorsum lidah akibat deskuamasi papila filiformis
dikelilingi daerah sedikit menonjol dan berbatas tegas dengan tepi tidak teratur dan
berwarna putih kekuningan. Papila filiformis tetap ada. Gambaran dapat berubah-ubah
sehingga dinamakan glositis migratori jinak. Jarang sekali disrtai dengan stomatitis areata
migrans pada sisi lain mukosa mulut yang umumnya pada mukosa labial atau bukal.
Gambaran mikroskopisnya sama dengan stomatitis areata migrans, yaitu tampak
perpanjangan rete peg dan ada infiltrasi sel neutrofil.
Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial, Janti Sudiono. Jakarta : EGC . 2008.
Celah Palatum
Celah palatum disebabkan oleh tidak menyatunya lempeng palatina, yang disebabkan oleh
beberapa kemungkinan yaitu :
1. Kecilnya ukuran lempeng
2. Kegagalan lempeng untuk terangkat
3. Hambatan proses penyatuannya sendiri
4. Gagalnya lidah untuk turun dari antara kedua lempeng tersebut akibat mikrognatia
Hidrosefalus
Penyebab :
1. Genetik
2. Defisiensi gizi
3. Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes)
Proses Terjadinya:
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis,
kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalampiameter dan arachniod yang
meliputi seluruh SSP. Aliran CSS normal yaitu dari ventrikel lateralis melalui foramen
monroe ke ventrikel III ke tempat saluran sempit akuaduktussylvii ke ventrikel IV dan melaui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subrachnoid melaui sistema magna.
Penutupan sistema basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorbsi CSS oleh sistem
kapiler. Hal itulah yang menyebabkan adanya kelebihan CSS dan terjadi hidrosefalus.
KESIMPULAN
1. Pembentukan embrio dimulai peleburan sel sperma dan sel telur yang bersatu kemudian
menjadi zigot, kemudian berkembang menjadi morula, blastula, kemudian menempel
pada dinding uterus dan berkembang menjadi embrio.
2. Pembentukan embrio berasal dari neural crest yang berkembang membentuk tonjolan dan
ekor.
3. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dimulai sejak minggu ke 4 iu, berasal dari
pharyngeal arch 1, dan memiliki 5 tonjolan yang mengelilingi stomodeum sebagai
sentralnya.
4. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan.
5. Kegagalan pada pembentukan kraniofasial dapat menyebabkan cacat ketika lahir yang
mempengaruhi kelainan fungsi,dan bahkan dapat menyebabkan kematian ketika
kelahiran.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiono, Janti.2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta : EGC.
Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC.
Sperber,G.H.1991.Embriologi Kraniofasial.Jakarta:Hipokrates.