laporan

27
STEP I 1. Pertumbuhan : bertambahnya jumlah sel secara kuantitatif, dapat diukur. 2. Janin : perkembangan dari uterus khususnya pada masa pasca embrionik. 3. Kehamilan : masa dimana terdapat embrio dalam tubuh wanita. 4. Pekembangan : bertambahnya kemampuan struktur tubuh dan faktor tubuh yang lebih kompleks, contoh : pomotongan sel – sel tubuh, jumlah organ – organ. 5. Konsultasi : pertemuan untuk saling bertukar informasi dan saran. STEP II 1. Bagaimana proses atau tahap – tahap tumbuh kembang janin ? 2. Bagaiman tumbuh kembang wajah saat prenatal ? 3. Bagaiman ciri – cirri janin tumbuh normal ? 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang janin ? 5. Ganggua saat tumbuh kembang janin (wajah) ? STEP III

Upload: silvia-dona

Post on 05-Dec-2014

51 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan

STEP I

1. Pertumbuhan : bertambahnya jumlah sel secara kuantitatif, dapat diukur.

2. Janin : perkembangan dari uterus khususnya pada masa pasca embrionik.

3. Kehamilan : masa dimana terdapat embrio dalam tubuh wanita.

4. Pekembangan : bertambahnya kemampuan struktur tubuh dan faktor tubuh yang

lebih kompleks, contoh : pomotongan sel – sel tubuh, jumlah organ – organ.

5. Konsultasi : pertemuan untuk saling bertukar informasi dan saran.

STEP II

1. Bagaimana proses atau tahap – tahap tumbuh kembang janin ?

2. Bagaiman tumbuh kembang wajah saat prenatal ?

3. Bagaiman ciri – cirri janin tumbuh normal ?

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang janin ?

5. Ganggua saat tumbuh kembang janin (wajah) ?

STEP III

1. Proses atau tahap – tahap tumbuh kembang janin :

Jawaban 1 :

3 tahap pertumbuhan janin :

Ovum (telur) terjadi saat umur kehamilan 0 – 2 minggu / implantasi.

Embrio terjadi saat umur 3-5 minggu, sudah tampak rancangan bentuk alat – alat

tubuh.

Janin (fetus) terjadi diatas usia 5 minggu dan sudah terbentuk manusia.

Page 2: laporan

Jawaban 2 :

Tahap – tahap :

a. Pembelahan terjadi secara mitosis

Ada 4 tahap pembelahan : meridian, vertik, ekuat, longit.

Zigot blastomer (60-80 sel), disebut : morula.

b. Blastulasi dan midasi

Blastulasi : proses terbentuknya blastula.

Midasi : peristiwa terpautnya embrio pada endometrium uterus

c. Tahap gastrula

Stadium terjadi embrio dalam keadaan dinamis, karena terjadi perubahan bentuk sel dan

lain – lain. Menghasilkan 3 lapisan lembaga :

Ektoderm (lapisan luar) : kulit, indra dan otak.

Mesoderm (lapisan tengah) : tulang keras, rawan, otot jantung, ginjal.

Endoderm (lapisan dalam) : saluran pencernaan, pernafasan, otot polos.

d. Organogenesis

Tahap ini primitif definitive, rupa lebih spesifik.

1. Implantasi pembuahan 1 minggu (terbentuk plasenta)

2. Embrionik akhir minggu 1 minggu 8, terbentuk ectoderm, mesoderm,

endoderm.

Prasomik : 8 hari sampai 21 hari.

Somit : 21 hari sampai 31 hari.

Pascasomit : 32 hari sampai 56 hari.

3. Janin minggu 8 dan seterusnya.

2. Prose tumbuh kembang wajah saat prenatal.

Sepertiga atas neurokranial + tulang frontal calvaria dahi.

Sepertiga tengah dasar cranial, perluasan nasal dari sepertiga atas dan sebagian alat

kunyah.

Sepertiga bawah melengkapi alat kunyah, terdiri dari : mandibula dan gigi geligi.

Page 3: laporan

Sepertiga atas tumbuh lebih cepat dari bawah dan tengah

Perkembangan lobus frontal otak

Selama 2 minggu setelahnya, tonjol maksila bertambah besar.

Tonjolan maksila tumbuh ke arah medial ke arah tengah. Bibir dan rahang bawah terbentuk

oleh penyatuan dari garis tengah sepasang tonjolan mandibula. Dan bagian pertama wajah

akan terbentuk penyatuan lateral dari tonjolan rahang bawah dan rahang atas yang

membentuk komisura (sudut mulut).

Tumbuh kembang wajah.

(akhir minggu 4)

Membentuk lekuk ectoderm disebut stomodeum. Ketika 4,5 minggu, terdiri dari 5 tonjolan

disekitar stomodeum yang terbentuk oleh pertumbuhan stomodeum.

Tonjolan rahang bawah di claudal stomodeum

Tonjolan rahang atas di lateral stomodeum

Tonjolan frontal di cranial stomodeum

3. Ciri – ciri janin tumbuh normal

Pada minggu ke 36 janin dapat bergerak dan berputar.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang janin :

a. Prenatal

1. Gizi, nutrisi ibu hamil dalam trimester akhir mempengaruhi pertumbuhan gigi.

2. Mekanis, posisi fetus abnormal menyebabkan kelainan.

3. Zat kimia : obat – obatan dapat menyebabkan kelainan.

4. Radiasi : paparan radium, sinar rontogen dapat menyebabkan kelainan, seperti :

deformitas anggota gerak.

5. Faktor kesehatan ibu : jika ibu menderita hipertensi atau hipotensi, ibu kekurangan

gizi, kebiasaan ibu merokok atau minum alkohol dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin.

Page 4: laporan

Apabila terjadi perbedaan golongan darah merah pada ibu dan janin maka ibu akan

membentuk antibody pada janin. Dan jika eritrosit janin diserang maka akan merusak

jaringan otak pada janin.

6. Keturunan

7. Emosional : apabila emosional ibu tidak stabil maka akan terjadi gangguan jiwa pada

bayi.

8. Aktivitas fisik : jika ibu sering kelelahan fisik maka dapat menyebabkan besar janin

menyusut atau perkembangan janin tidak baik.

b. Lingkungan

1. Zat kimia

2. Radiasi : efek bahaya bagi janin, 3 prinsip efek biologis.

a. Kematian sel : mempengaruhi embryogenesis

b. Karsinogenesis

c. Fungsi terhadap generasi selanjutnya atau mutasi sel germinal.

3. Infeksi : infeksi pada trimester pertama oleh virus torch yang menyebabkan kelainan

katarak, jantung, bisu, tuli.

4. Kesehatan : gizi ibu, emosional, penyakit dari ibu, perokok atau tidak.

5. Keturunan : trisomi 21 (down), trisomi 13-15 (patau).

c. Plasenta :insufisiensi dari plasenta dapat mengakibatkan malnutrisi intrauteri.

5. Gangguan Tumbuh Kembang Janin

a. Jika terjadi kegagalan penggabungan epitel lereng palatale menyebabkan deft palate.

b. Cleft lips : terjadi kegagalan fusi antara media nasal dan lateral.

Jenis Cleft lips : 1. Biasa (tidak ada palate)

2. Bilateral

3. dengan palate : parsial, full.

c. Agnasia : terjadi karena tidak adanya rahang.

d. Polidontia : kelainan sehingga penderita memiliki gigi berlebih.

e. gangguan perkembangan pembuluh darah yang masuk ke tulang rawan selama

perkembangan mengakibatkan tidak terbentuknya ramus mandibula.

f. Asimetri wajah : karena samanya jumlah migrasi sel neural crest pada dua sisi.

Page 5: laporan

g. Treacher Collins : karena perlambatan migrasi neural cerst sehingga penderita memiliki

tulang wajah yang kurang sempurna.

h. Makrostomia : kelainan pada mulut, mulut terlalu besar.

Mikrostomia : kelainan pada mulut, mulut terlalu kecil.

i. Rahang bawah : 1. Braakhignasia : kelainan pada rahang bawah dimana bentuknya terlalu

kecil.

2. Prognasia : kelainan rahang bawah dimana bentuknya terlalu besar.

Page 6: laporan

STEP IV

STEP V

1. Mampu menjelaskan tumbuh kembang wajah prenatal.

2. Mampu menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang wajah.

3. Mampu menjelaskan gangguan, proses tumbuh kembang wajah.

Kehamilan

Usia 2 minggu

Tumbuh kembang wajah (kraniofasial)

Normal

Faktor yang mempengaruhi

Abnormal

Page 7: laporan

STEP VII

1. Tumbuh Kembang Wajah Prenatal

TUMBUH KEMBANG KRANIOFASIAL

Pada akhir minggu ke empat

Wajah berasal dari 5 tonjolan yang mengelilingi cekungan sentral, stomodeum, yang akan membentuk bakal mulut. Lima tonjolan tersebut adalah:

1. Prominensia frontonasalis2. Dua prominensia maxillaries3. Dua prominensia mandibularis.

Kemudian muncul penebalan-penebalan di sisi kanan dan kiri prominensia frontonasalis yang terdiri dari ectoderm permukaan dan dinamakan plakoda nasal (olfaktorius).

Pada minggu ke limaPlakoda nasal (lempeng hidung) mengalami invaginasi membentuk fovea nasalis

(lekukan hidung). Permukaan mesenkim dibagian plakoda hidung berpoliferasi dan membentuk pinggiran tapal kuda (tonjol hidung).1. Tonjol luar = prominensia nasal lateral2. Tonjol dalam = prominensia nasal medial.

Pada minggu ke tujuh· Prominensia Maxillaris membesar dan mendorongProminensia Nasal kea rah garis tengah.· Terjadi peleburan antara kedua prominensia.

Bibir atas dibentuk oleh dua prominensia nasalis mediana dan dua prominensia maksilaris.Bibir bawah dan rahang dibentuk oleh prominensia mandibularis yang menyatu di garis tengah.

Page 8: laporan

zigot

morula

blastula

gastrula

Terbentuk trilaminar disc layer (ektoderm, mesoderm, endoderm)

Permulaan minggu k-3 lapisan ektoderm berbentuk cakram datar

Terbentuk notokord, terdapat pengaruh induktif notokord

Endoderm yang terletak di atas notokord menebal membentuk neural fold

Lipatan saraf membentuk neuralis tube dan neuralis crest

Membentuk 5 lengkung faring pada minggu ke-4

Lengkung faring pertama membentuk wajah dengan bagian pusat stomodeum dan dikelilingai oleh 5 tonjolan mesenkim yaitu prominensia frontonasal di bagian dorsal, 1 pasang prominensia maksila di

bagian lateral dan 1 pasang prominensia mandibula di bagian kaudal

(Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC)

Page 9: laporan

Wajah dapat dibagi menjadi 2, atas-tengah-bawah. Batasnya adalah bidang horizontal

yang melewati pupil mata dan rima oris. Sepertiga atas wajah pada mulanya bertumbuh dengan

cepat, untuk mempertahankan hubungan neurokranialnya dan merupakan permulaan dari

perkembangan lobus frontal otak. Sebaliknya, sepertiga tengah dan bawah bertumbuh lebih

lambat dalam waktu lebih lama, baru berhenti tumbuh sampa akhir masa remaja. Tulang-tulang

wajah berkembang secara intramembranosis. Pusat ossifikasi untuk sepertiga atas wajah adalah

tulang frontal, yang juga berperan pada pertumbuhan bagian depan neurokranium. Pada tulang

frontonasal, muncul pusat ossifikasi intramembranosis tunggal pada minggu ke 8, untuk tiap

tulang nasal dan lakrimal pada membran yang menutupi kapsul tulang rawan nasal. Tonjolan

maksila embrionik berkembang dari pusat osifikasi intramembranosis. Pusat pertama muncul

pada minggu ke 8, yaitu untuk bidang pterigod medial dari tulang spenoid dan vomer iu. Pusat

osifikasi intramembranosis primer muncul untuk tiap maksila pada minggu ke 7, pada saraf

infraorbital, tepat diatas lamina gigi kaninus. Dua pusat osifikasi intermaksilaris menghubungkan

ridge alveolar dan daerah palatum primer yang sama dengan premaksila pada mamalia lain.

Pusat osifikasi tunggal muncul untuk tiap tulang sigomatik dan bagian squamous tulang temporal

pada minggu ke 8 iu. Perlekatan rangka wajah anteroinferior terhadap dasar kalvaria menentukan

pengaruh kondrokranial terhadap pertumbuhan wajah. Daerah perlekatan jelas dibatasi oleh fisur

pterigomaksila dan fosa pterigopalatina antara tulang spenoid dari dasar kalvaria dan maksila

serta tulang palatina dari permukaan belakang wajah. Pertumbuhan mata menghasilkan gaya

perluasan yang memisahkan rangka neural dan wajah, terutama pada suture frontomaksila dan

frontosigomatik, serta berperan dalam menambah tinggi tengkorak. Bola mata pada muanya

bertumbuh dengan cepat, mengikuti pola pertumbuhan neural dan berperan pada pelebaran wajah

fetus yang berjalan dengan cepat. Rongga nasal, dan terutama septum nasal, berpengaruh dalam

menentukan bentuk wajah. ‘Tarikan’ dan ‘dorongan’ dari pertumbuhan septum nasal akan

memisahkan berbagai suture frontomaksila, frontonasal, frontosigomatik dan sigomatikomaksila.

Pertumbuhan maksila tergantung pada pengaruh beberapa matrik fungsional yang bekerja pada

berbagai daerah tulang, jadi secara teoritis memungkinkan pembagian menjadi ‘unit-unit

skeletal’. Kerumitan aksi gaya fungsional terhadap tulang wajah akan menimbulkan berbagai

efek pada berbagai suture. Pertumbuhan anteroposterior pada suture nasomaksila, menghasilkan

jembatan hidung yang meninggi, dari perluasan anteroposterior dari septum nasal. Efek

keseluruhan dari penyimpangan arah pertumbuhan adalah sisa tulang yang dominan pada

Page 10: laporan

permukaan posterior dan superior dari tulang-tulang wajah. Remodeling terjadi pada seluruh

permukaan tulang, untuk menyesuaikan tulang dengan posisinya yang baru setelah pergeseran.

Ruang kosong dari rongga nasal juga mempengaruhi pertumbuhan dan bentuk wajah.

(Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC)

TUMBUH KEMBANG MANDIBULA

Pada minggu ke 6 iu tulang rawan meckel berosifikasi kearah dorsal hingga menjadi lingula

mandibula, kemudian dilanjutkan ke telinga tengah untuk membentuk maleus dan inkus yang

akan bertemu di ventral. Pada minggu ke 10 – 14 muncul tl. rawan asesoris sekunder yang akan

membentuk kepala condyle, bagian processus koronoideus yang nantinya akan saling bertemu.

(Sperber,G.H.1991.Embriologi Kraniofasial.Jakarta:Hipokrates)

TUMBUH KEMBANG MATA

Evaginasi forebrain lateral (sulkus optik) membentuk vesikel optic, lalu pada bagian

tengahnya akan mempertahankan hubungan dengan anensephalik untuk merangasang penebalan

epitel plakoda lensa. Invaginasi plakoda lensa dan vesikel optic akan mengahasilkan bola mata

yang terpuruk jauh kedalam. Pertumbuhan hemisphere serebral, melebarnya kepala, dan gerak

tengah dari mata akan menimbulkan perpindahan medial mata. Gerak perpindahan terbesar

terjadi pada minggu ke 5-9. Pada minggu ke 8, lipatan ektodermal permukaan melebihi

pertumbuhan mata sehingga membentuk kelopak mata dan kelopak mata teteap bergabung, dan

pada bulan ke 7, kelopak mata baru terbuka setelah terbentuknya otot.

Kornea dibentuk oleh :

- Suatu lapisan ektoderm permukaan

- Stroma yang bersambungan dengan sklera

- Lapisan epitel yang berbatasan dengan bilik mata depan

TUMBUH KEMBANG TELINGA

Telinga terdiri atas tiga bagian yan berbeda asal usulnya, tetapi berfungsi sebagai satu

kesatuan. Telinga dalam berasal dari gelembung telinga yang dalam perkembangan minggu ke-4

melepaskan diri dari ektoderm permukaan. Gelembung telinga ini terbagi menjadi satu unsur

Page 11: laporan

ventral yang membentuk sacculus dan ductus cochlearis, dan satu unsur dorsal yang membentuk

utriculus, canalis semisircularis dan ductus endolymphatichus. Telinga tengah terdiri atas cavum

tympany dan tuba auditiva, dilapisi epitel yang berasal dari endoderm dan berasal dari kantung

faring pertama. Tulang tulang pendengaran terbentuk dari lengkung faring pertama (inkus dan

maleus) dan lengkung faring kedua (stapes). Meatus acusticus externus berkembang dari celah

faring pertama dan dipisahkan dari cavum tympani oleh membrana tympani. Gendang telinga

terdiri atas selapis epitel ektoderm, selapis tengah mesenkim dan selapis epitel endoderm yang

berasal dari kantung faring pertama. Daun telinga berkembang dari 6 buah tonjol mesenkim yang

terletak di sepanjang lengkung faring pertama dan kedua.

(Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC)

Telinga luar, terbentuk dari groove brankial pertama. Terdapat 6 hilok tiga hilok

terbentuk dari lengkungan brankial (mandibula) pertama dan tiga lainnya dari lengkung brankial

(hioid) kedua. Cincin timpani tulang temporal membentuk batas membran timpani, yang

memisahkan eksternal akoustik meatus dengan telinga tengah.

TUMBUH KEMBANG HIDUNG

Akibat pertumbuhan tonjolan-tonjolan maksila, kedua tonjol hidung medial tidak hanya

bersatu pada permukaan,tetapi bersatu pula pada tingkat yang lebih dalam. Bangunan yang

dibentuk oleh penyatuan kedua tonjol tersebut disebut dengan segmen antar maksila . Segmen ini

terdiri dari :

a. sebuah unsure bibir, yang membentuk filtrum bibir atas

b. sebuah unsure rahang atas, yang membawa empat gigi seri.

c. sebuah unsure langit - langit mulut , membentuk palatum primer yang berbentuk segitiga.

TUMBUH KEMBANG PALATUM SEKUNDER

Bagian utama palatum dibentuk oleh dua pertumbuhan keluar dari tonjol maksila yang

menyerupai tameng. Kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatina, tampak perkembangan monggu

ke-6 dan mengarah miring ke bawah pada sisi kanan dan kiri lidah. Akan tetapi, dalam minggu

ke-7, lempeng-lempeng palatina ini bergerak naik hingga mencapai kedudukan horizontal di atas

lidah dan saling bersatu satu sama lain, sehingga membentuk palatum sekunder.

Page 12: laporan

Di sebelah anterior, lempeng-lempeng palatina ini bersatu dengan palatum primer yang

berbentuk segitiga, dan foramen incisivum dapat dianggap sebagai tanda batas di tengah-tengah

antara palatum primer dan sekunder. Bersamaan dengan menyatunya lempeng palatum tersebut,

septum nasi tumbuh ke bawah dan bersatu dengan permukaan atas palatum mulut yang baru

terbentuk.

TUMBUH KEMBANG RONGGA MULUT

Pertumbuhan dimulai minggu ke-3 intra uterin.

Awal mulanya berbentuk tube dan terdiri dari tiga unsure yaitu ectoderm, mesoderm, dan

endoderm / entoderm.

Dimulai dengan invaginasi (pelipatan satu bagian struktur terhadap bagian sturktur yang

lain, seperti blastula pada masa gastrulasi) di bagian caudal dari processus frontalis dan disebut

stomodeum (Primitive Oral Cavity). Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan

endoderm yang disebut Primitive Digestive Track. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat

higga bertemu pada membrane yang tipis disebut membrane Bucco Pharyngeal. Membrane ini

akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.

(Embriologi Kedokteran Langman, T.W Sadler edisi ke-7. Jakarta : EGC. 1997.)

TUMBUH KEMBANG LIDAH

Beberapa penonjolan yang Nampak pada aspek ventral region faringeal dan ini akhirnya

menjadi lidah. Pada dasarnya lidah terbentuk oleh lengkung faringeal III. Dua pertiga lidah

(korpus dan aspek, atau pars oralis) muncul pada minggu ke-4 dalam bentuk tiga pembengkakan

pada lengkung faringeal I. Pembengkakan ini terdiri atas dua tonjolan lateral atau lingual,

pembengkakan midline, tuberkulum impar. Sepertiga posterior lidah (basis lidah atau pras

faringealis) timbul dari bagian ventromedial lengkung faringeal II, III dan sebagian dari IV yang

bersama – sama membentuk tonjolan pada bagian midline yakni kopula. Tonjolan pada midline

yang letaknya lebih bawah, yakni eminentia hipobrakhial, yang diduga merupakan subdivisi dari

kopula, nantinya menjadi epiglottis. Kelenjar tiroid timbul dibagian midline dari endoderm pada

permukaan dorsal lidah diantara tuberkulumimpar dan kopula. Divertikulum tiroid, suatu duktus

yang dilapisi endoderm, bermigrasi ke dalam. Leher sebagai duktus tiroglosus yang

berdeferensiasi dan membentuk kelenjar tiroid. Kadang – kadang jaringan tiroid menetap pada

Page 13: laporan

permukaan dorsal lidah dan dinamakan tiroids lingual. Sulkus terminalis memisahkan bagian dua

pertiga anterior lidah dengan sepertiga posteriornya.

Tuberkulum impar merupakan struktur sementara dan memberikan sedikit kontribusi

pada duapertiga bagian anterior lidah. Pertumbuhan dari struktur ini dilampaui pada tonjolan di

lateral lidah yang berpoliferasi dan berfusi membentuk korpus lidah. Sedangan basis lidah

terutama terbentuk dari kopula.

Papilla fungiformis berkembang pada permukaan dorsal dari duapertiga anterior lidah

kira – kira 2 minggu, sementara papilla filiformis berkembang kemudian pada region yang sama

dan tidak terdeferensiasi dengan baik sampai saat kelahiran. Papilla sirkum valata yang besar

berjumlah 8-12 terbentuk pada bagian anterior sulkus terminalis antara bulan kedua sampai

kelima intra uterin.

Pada waktu lahir, pada membrane mukosa pertiga posterior lidah berkembang suatu

cekungan kecil yang, setelah infiltrasi jaringan limfatik, menjadi tonsila lingualis.

Interaksi induktif antara sel – sel epitel dan saraf yang menginvasinya menimbulkan

adanya taste buds yang diinervasi oleh nervus X, IX dan khorda timpani (Nervus VII). Teste bud

paling banyak terdapat pada mukosa dorsal lidah, tetapi juga terdapat pada palatum dan daerah

lain rongga mulut. Taste buds mulai dapat dikenali pada minggu ke-14 intra uterin.

Otot – otot lidah berasal dari dua tempat. Otot intrinsik (mm. tranversus, longitudinal

dan vertikalis) mungkin keluar dari mesnkim lengkung faringeal, semantara otot ekstrinsik (mm.

palatoglosus, stiloglosus, genioglosus, dan hyoglosus) timbul dari region somit oksipital, dan

mempunyai asal usul yang sama dengan nervus XII. Masa otot tersebut, atau kordo hipoglosi,

bermigrasi ke depan di bawah mukosa faring untuk menginvasi lidah yang sedang berkembang.

Nervus XII menemani struktur ini dan memberikan serabut motorik pada otot – otot ini dengan

satu perkecualian, yakni M. palatoglosus yang diinervasi oleh r. faringealis cabang dari nervus

X. lidah berkembang dengan cepat dan ukurannya berlipat ganda dalam semua arah pada masa –

masa sejak lahir sampai dewasa.

Page 14: laporan

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Wajah.

a. Faktor lingkungan

Dengan ditemukannya oleh N. Gregg bahwa campak jerman yang mengenai ibu

selama awal kehamilan menyebabkan kelainan di mudigah (periode 3-8 minggu).

Dengan adanya hal ini menjadi jelas bahwa malformasi kongenital pada manusia juga

dapat disebabkan oleh faktor lingkungan.

b. Agen Infeksi

Agen infeksi yang memnyebabkan cacat lahir mencakup sejumlah virus.

e.g : Sitomegalovirus adalah ancaman serius. Ibu sering tidak memperlihatkan gejala,

tetapi efek pada janin dapat parah. Infeksi sering mematikan dan jika tidak dapat

terjadi meningoensefalitis virus yang dapat menyebabkan retardasi mental.

c. Radiasi

Agen mutagenik dan dapat menyebabkan perubahan genetik pada sel germinativum

dan malformasi selanjutnya.

e.g : Radiasi pengion mematika sel-sel yang berproliferasi pesat sehingga radiasi ini

adalah tetratogen kuat, menimbulkan hampir semua jenis cacat lahir.

d. Bahan Kimia, Obat - obatan

Contohnya : Diazepam yang dapat menyebabkan bibir sumbing, Tetrasiklin yang

dapat menyebabkan anomaly Hg+gigi, Alkohol yang dapat menyebabkan Hipoplaisa

maxilla.

e. Genetik

Jika anggota keluarga memiliki kelainan yang sama terutama orang tua, kemungkinan

bisa meningkatkan kelainan hingga 7-15%.

Page 15: laporan

3. Gangguan Pada Proses Tumbuh Kembang wajah

Kegagalan pencukilan telensepalik normal dari forebrain. Jadi hemisphere serebral bilateral

dapat menimbulkan Holoprosensephalik, siklopia, etmosephali, sebosephali, agenesis,

premaxila, bahkan sampai manifestasi dimorpik paling ringan dari gigi insisiv pertama atas

tunggal.

Cacat pusat susunan rombhense phalik yaitu terjadinya gangguan rangka viscera fasial yang

dapat menyebabkan dismorfologi sepertiga tengah dan bawah wajah. Contoh : agnasia (tidak

ada mandibula).

Agnasia : karena vaskularisasi pada saat embrio kesalahan pembentukan lengkung mandibula

sekarang dihubingkan dengan anomaly f. telinga luar pada daerah garis tengah yang

normalnya ditempati oleh mandibula sehingga telinga bertemu dengan garis tengah.

Rahang bawah mengecil (brakignasia), terjadi karena kegagalan pusat pertumbuhan di kepala

sendi. Kelinan perkembangan ini disebabkan oleh trauma saat lahir, infeksi pada tulang dapat

menyerang pertumbuhan kepala sendi tersebut.

Bibir sumbung Cleft lip

Bilateral cleft lip, karena kegagalan f. nasal medial dan lateral.

Makroglosia : perbesaran lidah karena hipertrofi otot lidah.

Mikroglosia : pengecilan lidah karena cacat pada saraf hipoglosus ( yang mensarafi otot

lidah). Tanpa adanya rangsangan menyebabkan otot lidah mengecil.

Anphiloglosia : perlekatan sebagian atau seluruh lidah kedasar mulut, karena frenulum

lingualis terlalu jauh melekat ke depan.

Yang berhubungan dengan telinga, yaitu sinusia (telinga terletak di atas leher).

Makrostomia dan mikrostomia.

Mengalami Perubahan mulut abnormal karena concrescencie mengalami gangguan sehingga

menyebabkan makrostemia.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial

1 Asimetri wajah, biasanya diakibatkan tidak samanya jumlah migrasi dari sel-sel neural

crest pada dua sisi walaupun sangat sulit untuk meyakini hal ini.

2 Hemifacial Incrosomia, Pada keadaan ini telinga luar berubah kedua ramus mandibula

dan gabungan jaringan lunak tidak mencukupi atau tidak ada, sampaii akhir dekade tidak

diketahui bentuk pada embrio.

Page 16: laporan

Kelainan Perkembangan Lidah

1. Sumbing lidah

Sumbing lidah terjadi akibat terganggunya perpaduan bagian kanan dan kiri lidah

2. Tiroid Lingual

Tiroid lingual tampak sebagai suatu pennonjolan pada pangkal lidah sekitar foramen

caecum yang mengandung jaringan tiroid.

Pada minggu ke-5, intrauterin akan turun ke bawah di epan trakea dan berhenti di depan

os hyoideum dan os tiroid. Jika sebagian tidak turun terjadi tiroid lingual.

3. Median Romboid Glositis

Median romboin glositis merupakan kelainan kongenital akibat kelainan perkembangan

embrional. Kedua tuberkulum lateral lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak

menutup bagian tengah yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak sebagai

suatu daerah berbentuk belah ketupat berwarna kemerahan seperti terkena radang dengan

permukaan licin karena tidak berpapil.

4. Lidah Geografik ( glositis migratori jinak dan eritema migrans )

Tampak daerah kemerahan pada dorsum lidah akibat deskuamasi papila filiformis

dikelilingi daerah sedikit menonjol dan berbatas tegas dengan tepi tidak teratur dan

berwarna putih kekuningan. Papila filiformis tetap ada. Gambaran dapat berubah-ubah

sehingga dinamakan glositis migratori jinak. Jarang sekali disrtai dengan stomatitis areata

migrans pada sisi lain mukosa mulut yang umumnya pada mukosa labial atau bukal.

Gambaran mikroskopisnya sama dengan stomatitis areata migrans, yaitu tampak

perpanjangan rete peg dan ada infiltrasi sel neutrofil.

Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial, Janti Sudiono. Jakarta : EGC . 2008.

Celah Palatum

Celah palatum disebabkan oleh tidak menyatunya lempeng palatina, yang disebabkan oleh

beberapa kemungkinan yaitu :

1. Kecilnya ukuran lempeng

2. Kegagalan lempeng untuk terangkat

3. Hambatan proses penyatuannya sendiri

4. Gagalnya lidah untuk turun dari antara kedua lempeng tersebut akibat mikrognatia

Page 17: laporan

Hidrosefalus

Penyebab :

1. Genetik

2. Defisiensi gizi

3. Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes)

Proses Terjadinya:

Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis,

kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalampiameter dan arachniod yang

meliputi seluruh SSP. Aliran CSS normal yaitu dari ventrikel lateralis melalui foramen

monroe ke ventrikel III ke tempat saluran sempit akuaduktussylvii ke ventrikel IV dan melaui

foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subrachnoid melaui sistema magna.

Penutupan sistema basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorbsi CSS oleh sistem

kapiler. Hal itulah yang menyebabkan adanya kelebihan CSS dan terjadi hidrosefalus.

Page 18: laporan

KESIMPULAN

1. Pembentukan embrio dimulai peleburan sel sperma dan sel telur yang bersatu kemudian

menjadi zigot, kemudian berkembang menjadi morula, blastula, kemudian menempel

pada dinding uterus dan berkembang menjadi embrio.

2. Pembentukan embrio berasal dari neural crest yang berkembang membentuk tonjolan dan

ekor.

3. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dimulai sejak minggu ke 4 iu, berasal dari

pharyngeal arch 1, dan memiliki 5 tonjolan yang mengelilingi stomodeum sebagai

sentralnya.

4. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan.

5. Kegagalan pada pembentukan kraniofasial dapat menyebabkan cacat ketika lahir yang

mempengaruhi kelainan fungsi,dan bahkan dapat menyebabkan kematian ketika

kelahiran.

Page 19: laporan

DAFTAR PUSTAKA

Sudiono, Janti.2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta : EGC.

Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Edisi Ketujuh. Jakarta : EGC.

Sperber,G.H.1991.Embriologi Kraniofasial.Jakarta:Hipokrates.