laporan 4
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran mikroskopis,
kebanyakan terdiri dari makhluk hidup bersel tunggal. Dalam ilmu
mikrobiologi, pengertian mikroorganisme kebanyakan pada kelompok virus,
bakteri, jamur atau kapang. Mikroorganisme ini tersebar luas di alam baik di
udara, air dan di dalam tanah. Peranan mikroorganisme di alam terutama
adalah sebagai decomposer (pengurai) bahan-bahan organik.
Selain dikenal sebagai makhluk yang mendatangkan kerugian (misal:
penyebab penyakit, merusak bahan makanan dan penyebab keracunan)
terutama dari jenis bakteri, kapang/jamur dan ragi/khamir ternyata juga
mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Pada saat melakukan percobaan agar memperoleh hasil yang diharapkan dan
sesuai dengan tujuan praktikum dibutuhkan ketelitian dan mengurangi faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam praktikum, salah satu factor
kegagalan pada saat percobaan dalam media kultur di butuhkan keadaan yang
steril dan dibutuhkan keterampilan dalam menggunakan dan tatacara dalam
prosedur yang telah dibuat sebelum pratik agar hasil yang di dapat sesuai
dengan yang harus di capai. Dalam bagian ini kita akan mencoba lebih
memahami suatu proses dalam praktikum yaitu suatu proses teknik berkerja
secara aseptik,yang diantaranya mencakup ; penuangan media,pemindahan
dan isolasi kultur mikroba.
Pada saat melakukan praktikum,.
Untuk dapat lebih memahami dan mengerti mengenai cara berkerja secara
aseptik ini maka dalam bagian ini akan kita bahas dan mempraktikan
langsung sesuai prosedur yang telah di buat, yang akan dapat menuntun para
praktikan dalam langkah-langkah awal berkerja dari sini dapat kita uraikan
dan kita jabarkan yakni sebagai berikut:
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Melatih mahasiswa berkerja di dalam laboratorium secara aseptik
(mensterilkan meja kerja menuangkan media,memipet,mentransfer atau
memindahkan kultur/biakan mikroba dari sutu media ke media lain dari suatu
wadah ke wadah lain.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
1.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum kita kali ini terdapat alat yang dibutuhkani adalah jamur
tricoderma, jamur kacang tanah, media PDA, PDA, pembakar bunsen,cawan
petri, alcohol 70%, jarum ent dan borgabus,dan erlemeyer.
1.2 Prosedur Kerja
Pada praktikum kali ini prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1.2.1 Menuangkan media PDA ke cawan petri
1. Pertama cawan petri yang akan digunakan dipanaskan terlebih
dahulu bagian pinggir cawan petri di atas api Bunsen dengan cara di putar
- putar.
2. Kedua media yang akan dituang terlebih dahulu dipanas sebelum
di tuangkan.
3. Kemudian saat menuang media , harus dekat dengan api bunsen.
4. Setelah itu media dituang ke dalam cawan petri, cawan petri
tersebut dipanaskan kembali bagian pinggir – pinggir cawan petri tersebut
dengan cara di putar – putar dengan tangan dan secara merata.
2.2.2 Langkah memindah biakan dari cawan cetri ke awan petri lainnya.
1.Pertama jarum Ose disemprot dengan alkohol.
2. Setelah jarum ose di panaskan diatas api bunsen hingga membara. Setelah
itu diamkan .
3.Selanjutnya mengambil media yang terdapat di dalam cawan petri. Saat
proses pengambilan media dilakukan di dekat api bunsen.
4. Setelah itu cawan petri yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan
media
yang telah diambil tadi, terlebih dahulu dipanaskan pada api bunsen pada
bagian pinggir – pinggirnya.
5. Terakhir media dipindahkan, setelah media dipindahkan panaskan
kembali cawan petri tersebut. Dan jarum ose yang digunakan dipanaskan
juga pada api bunsen.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil pengamatan
3.2 Pembahasan
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis
digunakan sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan
sekitar maupun praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat
diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan
dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan
salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram
2001).
Sementara itu, menurut Pelczar & Chan (2007) teknik aseptis sangat penting
dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan
disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan
yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar
dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni
bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan,
dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan
media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur
murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud
2008).
Nutrient Agar (NA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan
bakteri, media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit didinginkan
sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk
mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak
terlalu panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan.
Kegunaan dari Nutrient Agar adalah untuk kultivasi dan perawatan sebagian
besar dari mikroorganisme. Komposisi dari Nutrient Agar adalah agar
sebanyak 15 gram, pepton sebanyak 5 gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak
yeast sebanyak 2 gram dan ekstrak kaldu sebanyak 1 gram (Atlas 1946). Pada
praktikum yang dilakukan, meskipun agar sudah didiamkan selama beberapa
waktu, agar tetap tidak membeku secara sempurna, hal ini disebabkan karena
pada saat pembuatan media Nutrient Agar, larutan Nutrient Agar belum
homogen secara sempurna. Sehingga masih ada akuades yang belum
tercampur dengan pertikel-pertikel Nutrient Agar.
Golongan bakteri Coli, merupakan jasad di dalam substrat air, bahan
makanan, dan sebagainya yang menjadi indikator untuk kehadiran jasad
berbahaya, yang mempunyai persamaan sifat. Escherichia sebagai salah satu
contoh yang terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran
pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli
mula-mula diisolasi oleh Escherich (1885) dari tinja bayi (Suriawiria 2008).
Bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam air, dapat digunakan sebagai
indikator adanya jasad patogen. Jika di dalam 100 mL air minum terdapat 500
bakteri Coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera
diikuti oleh demam tifus. Escherichia coli pada keadaan tertentu dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat tinggal di dalam
biader (cystitis), pelvis (ginjal), dan hati, yang dapat menyebabkan diare,
peritonistis, meningitis, dan infeksi-infeksi lainnya (Suriawiria 2008).
Dalam praktikum mikroorganisme terutama berhubungan erat dengan
microorganisme tentunya perlu suatu perlakuan khusus baik dari langkah
awal sampai langkah akhir,dimana langkah awal ini akan menentukan hasil
akhir pengamatan ,yakni sterilisasi untuk membebaskan alat dan bahan dari
mikroba pengganggu.Adapula fungsi dari teknik berkerja secara aseptic ini
adalah:
1. Menghambat penyebaran penyakit dan infeksi
2. Membrantas organisme yang terinfeksi pada inangnya.
3. Menghindari pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Mikroba dapat kita kendalikan dengan berbagai cara.semua itu bertujuan
untuk meminimalisasi,mengurangi resiko kesalahan data,yang hendak
dicapai.
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi
adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi
mikroba.
b) Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan,
lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel
vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c) Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh
untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan
cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
d)- Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua
metode yang sering digunakan, yaitu :
1) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk
sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya
tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi
protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah
121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang
digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
2) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang
digunakan pada umumnya adalah oven.
e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu
terkendali berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling
resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah
bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri
lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
b) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora
mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit
dalam waktu tiga hari berturut-turut.
c) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan
pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif
bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus
masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat
suntik, pipet, dll.
d) Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar
spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat
yang sederhana seperti jarum ose.
e) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar
bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi
Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran
sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
a) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan
permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
b) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa,
sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan
biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi
maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya
penetrasi.
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi
bahan makanan.
g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.
a) Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan
yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum,
antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan
penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter
bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.
b) Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel
(High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan
dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara
laminar (Laminar Air Flow)
h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau
menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus
berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan
membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak
bahan atau alat yang didisinfeksi.
Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :
a) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
b) Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
c) Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam
mengendalikan mikroba, yaitu :
a) Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya
maka efektivitasnya semakin meningkat.
b) Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang
disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c) Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih
resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
d) Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat
menurunkan efektivitas agen kimia.
e) pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah
seiring dengan perubahan pH.
a) Agen Kimia yang merusak membran sel
1. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik,
kationik dan nonionik.
2. Golongan fenol.
b) Agen Kimia merusak enzim
1. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2. Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan
formaldehid.
c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi
protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
IV. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditari dari praktikum ini yakni sebagai
berikut:
1.Keterampilan dalam menggunakan media sangat dibutuhkan dalam melakukan
percobaan untuk mendapatkan hasil yang ingin di capai.
2.Proses aseptik ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan, menggunakan
bunsen dan alat yang hendak disterilkan dipanaskan memutar merata.
3.Pada saat proses pemindahan media jamur harus dilakukan secara steril dengan
mendekatkan media PDA dan cawan petri pada bunsen.
4. Jika alat dan bahan yang digunakan tidak steril maka mikroba yang hendak
dibiakan akan mengalami kegagalan.
5. Pada saat praktikum dilakukan praktikan harus menggunakan perlengkapan
laboratorium dengan lengkap agar media pembiakan tidak terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengendalian mikroorganisme.
http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-
mikroorganisme/. Diakses tanggal 10 april 2013
Pelczar MJ & ECS Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Ratna
SiriHadioetomo dkk, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari
Dasar-Dasar Mikrobiologi 1,Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.