laporan 4

19
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran mikroskopis, kebanyakan terdiri dari makhluk hidup bersel tunggal. Dalam ilmu mikrobiologi, pengertian mikroorganisme kebanyakan pada kelompok virus, bakteri, jamur atau kapang. Mikroorganisme ini tersebar luas di alam baik di udara, air dan di dalam tanah. Peranan mikroorganisme di alam terutama adalah sebagai decomposer (pengurai) bahan-bahan organik. Selain dikenal sebagai makhluk yang mendatangkan kerugian (misal: penyebab penyakit, merusak bahan makanan dan penyebab keracunan) terutama dari jenis bakteri, kapang/jamur dan ragi/khamir ternyata juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia. Pada saat melakukan percobaan agar memperoleh hasil yang diharapkan dan sesuai dengan tujuan praktikum dibutuhkan ketelitian dan mengurangi faktor-faktor

Upload: ahmad-hidayat

Post on 26-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan 4

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran mikroskopis,

kebanyakan terdiri dari makhluk hidup bersel tunggal. Dalam ilmu

mikrobiologi, pengertian mikroorganisme kebanyakan pada kelompok virus,

bakteri, jamur atau kapang. Mikroorganisme ini tersebar luas di alam baik di

udara, air dan di dalam tanah. Peranan mikroorganisme di alam terutama

adalah sebagai decomposer (pengurai) bahan-bahan organik.

Selain dikenal sebagai makhluk yang mendatangkan kerugian (misal:

penyebab penyakit, merusak bahan makanan dan penyebab keracunan)

terutama dari jenis bakteri, kapang/jamur dan ragi/khamir ternyata juga

mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.

Pada saat melakukan percobaan agar memperoleh hasil yang diharapkan dan

sesuai dengan tujuan praktikum dibutuhkan ketelitian dan mengurangi faktor-

faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam praktikum, salah satu factor

kegagalan pada saat percobaan dalam media kultur di butuhkan keadaan yang

steril dan dibutuhkan keterampilan dalam menggunakan dan tatacara dalam

prosedur yang telah dibuat sebelum pratik agar hasil yang di dapat sesuai

dengan yang harus di capai. Dalam bagian ini kita akan mencoba lebih

memahami suatu proses dalam praktikum yaitu suatu proses teknik berkerja

secara aseptik,yang diantaranya mencakup ; penuangan media,pemindahan

dan isolasi kultur mikroba.

Pada saat melakukan praktikum,.

Page 2: laporan 4

Untuk dapat lebih memahami dan mengerti mengenai cara berkerja secara

aseptik ini maka dalam bagian ini akan kita bahas dan mempraktikan

langsung sesuai prosedur yang telah di buat, yang akan dapat menuntun para

praktikan dalam langkah-langkah awal berkerja dari sini dapat kita uraikan

dan kita jabarkan yakni sebagai berikut:

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

Melatih mahasiswa berkerja di dalam laboratorium secara aseptik

(mensterilkan meja kerja menuangkan media,memipet,mentransfer atau

memindahkan kultur/biakan mikroba dari sutu media ke media lain dari suatu

wadah ke wadah lain.

Page 3: laporan 4

II. METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Alat dan Bahan

Dalam praktikum kita kali ini terdapat alat yang dibutuhkani adalah jamur

tricoderma, jamur kacang tanah, media PDA, PDA, pembakar bunsen,cawan

petri, alcohol 70%, jarum ent dan borgabus,dan erlemeyer.

1.2 Prosedur Kerja

Pada praktikum kali ini prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1.2.1 Menuangkan media PDA ke cawan petri

1. Pertama cawan petri yang akan digunakan dipanaskan terlebih

dahulu bagian pinggir cawan petri di atas api Bunsen dengan cara di putar

- putar.

2. Kedua media yang akan dituang terlebih dahulu dipanas sebelum

di tuangkan.

3. Kemudian saat menuang media , harus dekat dengan api bunsen.

4. Setelah itu media dituang ke dalam cawan petri, cawan petri

tersebut dipanaskan kembali bagian pinggir – pinggir cawan petri tersebut

dengan cara di putar – putar dengan tangan dan secara merata.

2.2.2 Langkah memindah biakan dari cawan cetri ke awan petri lainnya.

1.Pertama jarum Ose disemprot dengan alkohol.

2. Setelah jarum ose di panaskan diatas api bunsen hingga membara. Setelah

itu diamkan .

Page 4: laporan 4

3.Selanjutnya mengambil media yang terdapat di dalam cawan petri. Saat

proses pengambilan media dilakukan di dekat api bunsen.

4. Setelah itu cawan petri yang akan digunakan sebagai tempat meletakkan

media

yang telah diambil tadi, terlebih dahulu dipanaskan pada api bunsen pada

bagian pinggir – pinggirnya.

5. Terakhir media dipindahkan, setelah media dipindahkan panaskan

kembali cawan petri tersebut. Dan jarum ose yang digunakan dipanaskan

juga pada api bunsen.

Page 5: laporan 4

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pengamatan

Page 6: laporan 4

3.2 Pembahasan

Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari

kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis

digunakan sepanjang kegiatan berlangsung, baik alat, bahan, lingkungan

sekitar maupun praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat

diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan

dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan

Page 7: laporan 4

salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi  (Oram

2001).

Sementara itu, menurut Pelczar & Chan (2007) teknik aseptis sangat penting

dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan

disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan

yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar

dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni

bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan,

dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme.

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari

campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa

molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan

media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur

murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Machmud

2008).

Nutrient Agar (NA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan

bakteri, media ini dipanaskan agar mencair, kemudian sedikit didinginkan

sehingga suhunya kira-kira 40-50°C, pendinginan ini dilakukan untuk

mendapatkan suhu yang ideal sehingga agar tidak mengeras namun tidak

terlalu panas yang mengakibatkan kematian koloni yang akan dibiakkan.

Kegunaan dari Nutrient Agar adalah untuk kultivasi dan perawatan sebagian

besar dari mikroorganisme. Komposisi dari Nutrient Agar adalah agar

sebanyak 15 gram, pepton sebanyak 5 gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak

yeast sebanyak 2 gram dan ekstrak kaldu sebanyak 1 gram (Atlas 1946). Pada

praktikum yang dilakukan, meskipun agar sudah didiamkan selama beberapa

waktu, agar tetap tidak membeku secara sempurna, hal ini disebabkan karena

pada saat pembuatan media Nutrient Agar, larutan Nutrient Agar belum

homogen secara sempurna. Sehingga masih ada akuades yang belum

tercampur dengan pertikel-pertikel Nutrient Agar.

Golongan bakteri Coli, merupakan jasad di dalam substrat air, bahan

makanan, dan sebagainya yang menjadi indikator untuk kehadiran jasad

Page 8: laporan 4

berbahaya, yang mempunyai persamaan sifat. Escherichia sebagai salah satu

contoh yang terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran

pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli

mula-mula diisolasi oleh Escherich (1885) dari tinja bayi (Suriawiria 2008).

Bakteri Coli dalam jumlah tertentu di dalam air, dapat digunakan sebagai

indikator adanya jasad patogen. Jika di dalam 100 mL air minum terdapat 500

bakteri Coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera

diikuti oleh demam tifus. Escherichia coli pada keadaan tertentu dapat

mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat tinggal di dalam

biader (cystitis), pelvis (ginjal), dan hati, yang dapat menyebabkan diare,

peritonistis, meningitis, dan infeksi-infeksi lainnya (Suriawiria 2008).

Dalam praktikum mikroorganisme terutama berhubungan erat dengan

microorganisme tentunya perlu suatu perlakuan khusus baik dari langkah

awal sampai langkah akhir,dimana langkah awal ini akan menentukan hasil

akhir pengamatan ,yakni sterilisasi untuk membebaskan alat dan bahan dari

mikroba pengganggu.Adapula fungsi dari teknik berkerja secara aseptic ini

adalah:

1. Menghambat penyebaran penyakit dan infeksi

2. Membrantas organisme yang terinfeksi pada inangnya.

3. Menghindari pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

Mikroba dapat kita kendalikan dengan berbagai cara.semua itu bertujuan

untuk meminimalisasi,mengurangi resiko kesalahan data,yang hendak

dicapai.

Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi

Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi

mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi

adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi

bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi

Page 9: laporan 4

mikroba.

b) Desinfeksi

Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan,

lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.

Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel

vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.

c) Antiseptis

Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh

untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan

cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.

d)- Sterilisasi

Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.

Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. Ada dua

metode yang sering digunakan, yaitu :

1)    Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk

sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya

tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi

protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah

121oC pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang

digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

2)    Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat

laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat yang

digunakan pada umumnya adalah oven.

e) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya

a)    Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu

terkendali berdasarkan  waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling

resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah

bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri

lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan

makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.

b)    Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan

Page 10: laporan 4

minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora

mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan

minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit

dalam waktu tiga hari berturut-turut.

c)     Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan

pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif

bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus

masih dapat hidup. Biasanya dilakukan  pada alat-alat kedokteran gigi, alat

suntik, pipet, dll.

d)    Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar

spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat

yang sederhana seperti jarum ose.

e)    Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium  diatas pembakar

bunsen  dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.

f)- Pengendalian Mikroba dengan Radiasi

Bakteri terutama bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran

sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.

a)    Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di lapisan

permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.

b)    Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar alfa,

sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi memerlukan

biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada industri farmasi

maupun industri kedokteran.

-          Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi besar.

-          Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak memiliki daya

penetrasi.

-          Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada sinar X.

-          Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif untuk sterilisasi

bahan makanan.

g)- Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi

Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara.

a)     Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan

Page 11: laporan 4

yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum,

antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan

penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter

bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),

Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

b)    Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel

(High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan

dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara

laminar (Laminar Air Flow)

h)- Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia

Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau

menghambat mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus

berkembang. Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan

membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak

bahan atau alat yang didisinfeksi.

Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi :

a)     Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.

b)     Agen kimia yang merusak enzim mikroba.

c)     Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam

mengendalikan mikroba, yaitu :

a)     Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya

maka efektivitasnya semakin meningkat.

b)     Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang

disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.

c)     Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih

resisten dibandingkan yang berkapsul dan berspora.

d)     Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat

menurunkan efektivitas agen kimia.

e)     pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah 

seiring dengan perubahan pH.

a) Agen Kimia yang merusak membran sel

Page 12: laporan 4

1.     Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik,

kationik dan nonionik.

2.     Golongan fenol.

b) Agen Kimia merusak enzim

1.     Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.

2.     Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan

formaldehid.

c) Agen Kimia yang menyebabkan denaturasi protein

Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi

protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.

Page 13: laporan 4

IV. KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditari dari praktikum ini yakni sebagai

berikut:

1.Keterampilan dalam menggunakan media sangat dibutuhkan dalam melakukan

percobaan untuk mendapatkan hasil yang ingin di capai.

2.Proses aseptik ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan, menggunakan

bunsen dan alat yang hendak disterilkan dipanaskan memutar merata.

3.Pada saat proses pemindahan media jamur harus dilakukan secara steril dengan

mendekatkan media PDA dan cawan petri pada bunsen.

4. Jika alat dan bahan yang digunakan tidak steril maka mikroba yang hendak

dibiakan akan mengalami kegagalan.

5. Pada saat praktikum dilakukan praktikan harus menggunakan perlengkapan

laboratorium dengan lengkap agar media pembiakan tidak terkontaminasi.

Page 14: laporan 4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengendalian mikroorganisme.

http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-

mikroorganisme/. Diakses tanggal 10 april 2013

Pelczar MJ & ECS Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Ratna

SiriHadioetomo dkk, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari

  Dasar-Dasar Mikrobiologi 1,Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Suriawiria, Unus. 2008. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni.

Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan Company. Waterville.