laporan 1 tejo

9

Click here to load reader

Upload: muhammad-fariz

Post on 26-Jun-2015

92 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 1 tejo

GEOFISIKA CEBAKAN MINERAL II (TA 3212)

LAPORAN PRAKTIKUM 1

PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA LINTASAN MAGNETIC SEDERHANA

Oleh :

Muhammad Fariz

12107011

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan

Institut Teknologi Bandung

2010

Page 2: Laporan 1 tejo

A. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan beberapa nilai dari

kedalaman badan bijih sehingga dapat dilakukan pemodelan bentuk badan bijih untuk

ditelaah lebih lanjut pada proses selanjutnya.

B. Langkah Percobaan

1. Dari hasil pengukuran magnetic di lapangan, lakukan rekapitulasi dalam bentuk

table yang berisikan waktu, stasiun, koordinat serta intensitas magnet

2. Tentukan nilai koreksi diurnal!

3. Lakukan koreksi terhadap hasil pengukuran magnetic di lapangan dengan

menggunakan nilai koreksi diurnal, lalu carilah nilai magnetic anomali

4. Plot nilai magnetic anomali tersebut terhadap jarak dalam kertas millimeter

blok, maka akan didapat kurva lapangan

5. Lakukan penentuan nilai kedalaman dengan menggunakan metode Peter!

6. Dari beberapa nilai kedalaman yang didapatkan buatlah bentuk model badan

bijih!

C. Teori Dasar

Penggunaan metode magnetic di dalam prospeksi atau eksplorasi geofisika adalah

berdasarkan adanyaanomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda

satu terhadap lainnya. Metode magnet digunakan untuk mendapatkan gambaran bawah

permukaan bumi atau benda dengan karakteristik magnet tertentu.

Penentuan gaya magnetic dijelaskan oleh persamaan Hukum Coulomb di bawah ini

dimana:

F (dyne) = Gaya yang berarah dari m1 ke m2

r (cm) = Jarak antara m1 dan m2

m1, m2 = Kuat kutub magnetik, (+) jika tertarik oleh kutub utara, (-) jika

tertolak oleh kutub utara magnetik bumi

Page 3: Laporan 1 tejo

µ = Permeabilitas magnetic (untuk kerentanan/suseptibilitas magnetic

dipakai k)

µ = 1 di dalam ruang vakum

v = Satuan vector berarah dari m1 ke m2

Tidak seperti pada kasus gravitasi bumi, meski persamaannya mirip, gaya antardua

magnet ini bisa bernilai positip (+) yang berarti tolak-menolak serta negatip (-) yang berarti tarik-

menarik.

            Lebih lanjut, jika didalam bumi ada suatu massa bersifat magnet (lihat gambar 1) maka

kita dapat menghitung vektor medan magnet (potensial magnetik) total di titik P (terletak di

permukaan tanah) dengan persamaan berikut :

    A = potensial magnet di titik P

     r  = jarak pusat benda terhadap titik P

Jika diasumsikan bahwa kuat medan magnet di titik P sangat kecil dibandingkan kuat

medan magnet dibawah permukaan serta diasumsikan bahwa permeabilitas medium adalah 1

(untuk udara) maka potensial magnet dapat dituliskan sebagai :

Merujuk gambar 1 maka potensial magnet A dapat dituliskan sebagai :

=

Jika jarak dua benda (r) jauh lebih besar dari setengah panjang benda di bawah

permukaan maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut :

Page 4: Laporan 1 tejo

M = momen dipol per-unit volume

dengan memiliki M kita dapat menuliskan persamaan diatas sebagai berikut :

Jika volume benda terlalu besar untuk diabaikan, maka potensial magnet keseluruhan

dapat dituliskan sebagai berikut :

Jika M konstan dan punya komponen vektor maka ia dapat dituliskan sebagai berikut :

maka konsekuensinya adalah sebagai berikut :

Dengan demikian maka medan magnet total diakibatkan massa bermedan magnet di

bawah permukaan bumi dapat dituliskan sebagai berikut:

Sebagai catatan. Total magnet pada titik ro adalah Ftotal = Fo + F(ro) dimana Fo adalah medan

magnet yang diakibatkan oleh massa di bawah permukaan yang dirasakan di titik P.

Page 5: Laporan 1 tejo

D. Pengolahan Data dan Analisis

Dari hasil pengukuran di lapangan, maka didapatkan data sebagai berikut

Tabel 1 Data Pengukuran Lintasan Magnetik

Stasiun WaktuKoordinat Intensitas Magnet Pengukuran (nT)

X Y Lapangan BaseTA 6:53 0 0 244601 7:31 25 0 24584 2 7:39 50 0 24717 3 7:48 75 0 24655 4 7:56 100 0 24601 5 8:04 125 0 24525 6 8:10 150 0 24601 7 8:16 175 0 24438 8 8:23 200 0 24170 9 8:26 225 0 24408

10 8:35 250 0 24437 11 8:42 275 0 24423 12 8:48 300 0 24493 13 8:53 325 0 24238 14 9:02 350 0 24550 15 9:06 375 0 24675 16 9:13 400 0 24841 17 9:19 425 0 24836 18 9:26 450 0 24625 TA 9:50 0 0 24485

Dari hasil data dalam atbel tersebut, maka harus dilakukan koreksi terlebih dahulu terlebih

dahulu. Koreksi dilakukan dengan menggunakan nilai koreksi diurnal. Nilai koreksi diurnal dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

D(koreksi diurnal) =T base akhir- T base awal / Δ waktu total (menit)

T koreksi = Nilai Magnetik Lapangan – (D x selisih waktu terhadap base)

T anomali = T koreksi- T base

Page 6: Laporan 1 tejo

Dari perhitungan tersebut, maka didapat nilai D, yaitu 0.141243. Lalu setelah itu, dilakukan perhitungan T koreksi untuk setiap data,dan selanjutnya,dilakukan perhitungan T anomali untuk setiap data juga. Dari hasil perhitungan, maka didapatkan nilai dalam table sebagai berikut

Tabel 2 Data Pengukuran Lintasan Magnetik

Stasiun WaktuKoordinat Intensitas Magnet Pengukuran (nT)

X Y Lapangan Base AnomaliTA 6:53 0 0 24460 01 7:31 25 0 24584 118.63276842 7:39 50 0 24717 250.50282493 7:48 75 0 24655 187.23163844 7:56 100 0 24601 132.10169495 8:04 125 0 24525 54.971751416 8:10 150 0 24601 130.12429387 8:16 175 0 24438 -33.723163848 8:23 200 0 24170 -302.71186449 8:26 225 0 24408 -65.13559322

10 8:35 250 0 24437 -37.4067796611 8:42 275 0 24423 -52.3954802312 8:48 300 0 24493 16.7570621513 8:53 325 0 24238 -238.949152514 9:02 350 0 24550 71.7796610215 9:06 375 0 24675 196.214689316 9:13 400 0 24841 361.225988717 9:19 425 0 24836 355.378531118 9:26 450 0 24625 143.3898305TA 9:50 0 0 24485 0

Page 7: Laporan 1 tejo

Setelah dilakukan plotting di kertas millimeter grafik, maka kita akan mendapatkan beberapa titik puncak grafik. Dari beberapa titik puncak grafik tersebutlah kita akan melakukan analisis titik kedalaman badan bijih pada koordinat tertentu. Disini untuk melakukan analisis kedalaman badan bijih, saya menggunakan metode Peter.

Pada metode Peter ini kita harus membuat beberapa garis bantu yang meyinggung grafik untuk dapat menghitung kedalaman. Pada analisis ini saya menentukan tiga titik koordinat untuk menentukan titik kedalaman badan bijih. Penentuan titik koordinat ini dipengaruhi oleh beberapa titik puncak dari grafik. Disini koordinat titik puncak tersebut adalah x = 50 m, x = 150 m, dan x = 400 m.

Hasil perhitungan kedalaman dengan menggunakan metode Peter yang saya lakukan secara manual adalah sebagai berikut,

a. Titik x = 50 m, kedalaman = 14.5 mb. Titik x = 150 m, kedalaman = 10.4 mc. Titik x = 400 m, kedalaman = 12.5 m

Namun kekurangan dari hasil di atas adalah kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar. Hal ini dikarenakan oleh penentuan kedalaman ini semuanya dilakukan secara manual, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan pembacaan titik oleh pengamat ataupun kesalahan penarikan garis dapat terjadi yang lalu akan mengakibatkan kesalahan dalam pemodelan bentuk badan bijih. Sehingga dalam praktiknya lebih baik dilakukan pemodelan dengan program sehingga dapat mereduksi kemungkinan terjadinya kesalahan pembacaan,penarikan garis dan pengamatan.

E. Kesimpulan

Dari percobaan serta perhitungan yang saya lakukan, didapatkan nilai T koreksi, dan lalu dari

nilai koreksi tersebut dapat dilakukan perhitungan nilai T anomali. Dari nilai T anomali ini lalu dapat

dibuat pemodelan badan bijih dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan kedalaman beberapa titik

tertentu dari badan bijih.

Dari penentuan kedalaman pada beberapa titik tertentu, didapatkan nilai kedalaman sebagai

berikut

d. Titik x = 50 m, kedalaman = 14.5 me. Titik x = 150 m, kedalaman = 10.4 mf. Titik x = 400 m, kedalaman = 12.5 m

Page 8: Laporan 1 tejo

F. Daftar Pustaka

Sulistijo, Dr. Ir. Budi dkk. Catatan Kuliah TA-415 Geofisika Cebakan Mineral II.2002.

Bandung:Penerbit ITB.