lapor
TRANSCRIPT
Konflik Kepentingan Ekonomi Perusahaan Shampoo
“Head&Shoulders” di Kalimantan Tengah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
(TKP 343)
Dosen Pengampu : Fitri Yusman
Oleh :
Kelompok 5
Yonika Evidonta Sembiring 21040113120002
Guntur Pamungkas 21040113120010
Intan Hasiani Pasaribu 21040113120056
Firdaus Nugroho Aji 21040113130074
Mazaya Ghaizani Nadiantika 21040113140086
Laras Kun Rahmanti Putri 21040113130114
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup Materi ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
3.1 Identifikasi Kondisi ............................................................................................................. 3
3.2 Kajian Pustaka ..................................................................................................................... 5
3.2.1 Potensi Hutan Indonesia ............................................................................................... 5
3.2.2 Tanah ............................................................................................................................ 5
3.2.3 Lingkungan Hidup ........................................................................................................ 6
3.2.4 Alih Fungsi ................................................................................................................... 6
3.3 Analisis Kondisi .................................................................................................................. 6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka
secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. Jadi
kita dapat menyimpulkan bahwa konflik itu dapat terjadi ketika terjadi perbedaan pendapat atau
persepsi satu dengan yang lain. Menurut Adam Smith Ilmu ekonomi secara sistematis
mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya
yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Jadi kita dapat menyimpulkan konflik dalam
perekonomian adalah masalah yang sedang dialami oleh individu-individu yang
menyalahgunakan sumber daya alam yang ada sehingga dapat merusak sumber daya alam dan
lingkungan yang ada di sekitarnya, dan bahkan ketika sudah terlalu lama dan kerusakannya
semakin besar akan berdampak terhadap lingkungan yang lebih luas lagi.
“Head and Shoulders” merupakan salah satu merek shampoo yang terdapat di
Indonesia. Produk “Head and Shoulders” adalah produk shampoo yang dimiliki oleh
Perusahaan Procter & Gamble (P&G). Dalam memproduksi produksi shampoo, perusahaan ini
menggunakan bahan baku kelapa sawit. Procter & Gamble mendapatkan kelapa sawit dari PT
Multi Persada Gatramegah (MPG), perusahaan pemilik perkebunan kelapa sawit yang berada di
Kalimantan Tengah. PT Multi Persada Gatramegah (MPG) ini menyalahgunakan sumber daya
yang ada. Perusahaan ini menggunakan hutan sebagai lahan perkebunannya, dan hal ini
diperparah perusahaan ini membakar hutan di Kalimantan Tengah. Polemik ini pun
menimbulkan komentar yang berbunyi “Head & Shoulders membunuh ketombe dan membunuh
hutan”. Hal inilah yang sedang menjadi perhatian pemerintah. Tidak berhenti sampai di situ,
aktivis greenpeace sedang berusaha menghentikan kegiatan pembakaran hutan tersebut.
Permasalahan ini merupakan sebuah konflik perekonomian yang sedang terjadi di
Indonesia. Dimana pihak-pihak perusahaan mengejar keuntungan bagi pihak mereka sendiri
dengan mengeksploitasi sumber daya secara besar-besaran tanpa memikirkan dampak bagi
masyarakat sekitar pada khususnya, dan masyarakat Indonesia serta dunia pada umumnya.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan tujuan alih fungsi lahan.
2. Mengetahui penyebab alih fungsi lahan oleh PT Multi Persada Gatramegah di
Kalimantan.
3. Menganalisis dampak ke depan dari kegiatan alih fungsi lahan oleh PT Multi Persada
Gatramegah di Kalimantan.
4. Memberikan rekomendasi untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan
1.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup pembahasan ini mengenai aktivitas kepentingan ekonomi berupa alih
fungsi lahan dari lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan atas kerja
sama Perusahaan Procter & Gamble (P&G) dan PT Multi Persada Gatramegah di Muara Teweh,
Barito Utara, Kalimantan Tengah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Kondisi
Di Muara Tewe, Barito Utara, Kalimantan Tengah, terjadi alih fungsi lahan bahkan
pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Tindakan ini dilakukan oleh
PT Multi Persada Gatramegah (MPG), perusahaan yang bergabung dengan RSPO (Roundtable
Sustainable Palm Oil), sebuah organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit yang
bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produk minyak
sawit berkelanjutan. Organisasi ini tidak dapat mengelak bahwa mereka menerima hasil olahan
kelapa sawit dari rantai perusahaan yang kotor (ilegal).
PT Multi Persada Gatramegah adalah perusahaan penyuplai minyak kelapa sawit untuk
perusahaan Procter & Gamble asal Amerika Serikat yang produknya tersebar hampir di seluruh
negara di dunia. Beberapa produk mereka yang terkenal adalah shampoo “Head & Shoulders”
dan krim cukur “Gillete”. Selama tahun 2012-2013, P&G menggunakan 462.000 ton olahan
kelapa sawit sebagai bahan baku produknya.
Di sisi lain, lahan yang dialihfungsikan oleh PT Multi Persada Gatramegah (MPG)
termasuk dalam wilayah yang memiliki nilai konservasi yang tinggi, tempat tinggal banyak
satwa langka, seperti orang utan. Kegiatan deforestasi ini mendapat kecaman dan penentangan
yang sangat keras dari organisasi Greenpeace, organisasi yang bergerak dalam bidang
pelestarian alam.
Gambar II.1 Aksi kampanye Penentangan Deforestasi untuk produk “Head&Shoulders”
oleh Greenpeace Indonesia
Sumber gambar: http://www.mongabay.co.id/category/foto-hari-ini/
Gambar II.2 Aksi Kampanye Penentangan Deforestasi untuk produk “Head&Shoulders”
oleh Greenpeace Indonesia
Sumber gambar: http://www.mongabay.co.id/category/foto-hari-ini/
Gambar II.3 Aksi Kampanye Penentangan Deforestasi untuk produk “Head&Shoulders”
oleh Greenpeace Indonesia
Sumber gambar: http://www.mongabay.co.id/category/foto-hari-ini/
Gambar II.4 Salah Satu Bentuk Kampanye Penentangan Deforestasi untuk produk
“Head&Shoulders” oleh Greenpeace Indonesia
Sumber gambar: http://www.mongabay.co.id/tag/greenpeace/
3.2 Kajian Pustaka
3.2.1 Potensi Hutan Indonesia
Indonesia dikenal memiliki hutan hujan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman
hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua setelah Brazil. Berdasarkan data
Departemen Kehutanan pada tahun 2008, kawasan hutan di seluruh Indonesia seluas 120,34 juta
hektar. terdiri dari hutan konservasi seluas 20,55 juta hektar, hutan lindung 33,52 juta hektar
dan hutan produksi 66,33 juta hektar.
3.2.2 Tanah
Tanah adalah sumber daya alam yang terpenting yang menghasilkan bahan makanan,
pakaian, bahan bangunan, elemen-elemen dasar dari bahan produk pabrik (manufactured
products), tempat tinggal manusia melakukan berbagai kegiatan seperti industri, transporasi,
wisata, dan sebagainya (Sartohadi, 2012). Secara ekologis, tanah menjadi penyangga kehidupan
baik bagi sebagian besar makhluk hidup di muka bumi. Kelestarian sumberdaya tanah harus
terus dijaga agar kehidupan makhluk di bumi ini dapat terus berlangsung sampai waktu yang tak
terbatas. Kerusakan yang terjadi di tanah akan menjalar pada kerusakan komponen-komponen
lingkungan lain. Memulihkan kembali tanah yang telah rusak adalah hal yang sangat sulit dan
sangat mahal untuk dilakukan secara ekonomis.
Tanah yang menyelimuti permukaan lahan mempunyai karakteristik yang khas dan
berbeda antara satuan tanah yang satu dengan lainnya. Satuan-satuan tanah mempunyai
perwatakan bawaan yang merupakan hasil dari proses pembentukan tanah. Masing-masing
perwatakan tanah mengisyaratkan sebuah potensi untuk sebuah bentuk pemanfaatan tanah yang
sesuai, pada sisi yang lain merupakan ancaman atau penghambat bagi sebuah bentuk
pemanfaatan tanah yang kurang sesuai. Pemanfaatan tanah yang sesuai dengan potensinya akan
berujung pada terjaganya sumberdaya tanah secara lestari.
3.2.3 Lingkungan Hidup
Menurut Munadjat Danusaputro (1981), lingkungan hidup adalah semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang
tempat manusa berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup
lainnya. Lingkungan hidup Indonesia adalah lingkungan hidup yang ada dalam batas-batas
wilayah Negara Republik Indonesia.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
berbunyi:
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum”
3.2.4 Alih Fungsi
Utomo dkk (1992) mendefenisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai
konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan berarti perubahan/
penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar
meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya
dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
3.3 Analisis Kondisi
Penyalahgunaan lahan yang dilakukan PT MPG ini merupakan salah satu contoh konflik
kepentingan ekonomi. PT MPG memasok kelapa sawit sebagai bahan baku untuk perusahaan
P&G untuk memproduksi produknya, yaitu shampoo Head & Shoulders. Untuk menambah
pemasukannya, PT MPG dapat dikatakan rakus karena ia sampai membakar hutan untuk
membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Terdapat dua hal yang dapat dilihat di sini.
Pertama, lahan hutan yang dibakar ini membawa dampak besar bagi baik lokal maupun
internasional. Dari segi lokal, pembakaran hutan merusak rumah bagi berbagai satwa yang
berada di dalamnya. Satwa-satwa yang kehilangan rumah ini juga kehilangan makanan.
Akibatnya, para satwa turun ke permukiman warga dan mengganggu. Hal ini dapat dimengerti
karena rumah dan tempat mereka mencari makan dihabisi, karena itu mereka mencari gantinya.
Kemudian masih dari segi lokal, lahan yang kemudian digunakan untuk perkebunan
kelapa sawit ini menjadi turun kualitas lahannya, atau terjadi degradasi lahan. Seperti yang telah
diketahui bahwa akar kelapa sawit termasuk keras sehingga merusak struktur tanah. Selain itu,
kelapa sawit termasuk boros dalam mengonsumsi unsur-unsur hara yang berada di dalam tanah.
Jika kemudian lahan yang telah dipakai untuk perkebunan kelapa sawit kemudian ditanami oleh
tumbuhan lain, tumbuhan ini tidak akan tumbuh secara sehat. Untuk menyuburkannya kembali,
dibutuhkan dana.
Dana untuk meregenerasi kualitas lahan ini seharusnya dilakukan oleh pihak perusahaan,
tetapi yang terjadi ialah pihak perusahaan tidak melakukannya. Perusahaan yang terkait tidak
bertanggung jawab atas kegiatan yang telah dilakukannya, menyalahi komitmen yang telah
disepakati bersama oleh organisasi RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil).
Selain degradasi lahan, lahan yang gundul setelah panen kelapa sawit ini menjadi lokasi
erosi. Lahan hutan yang terletak di bagian hulu ini kemudian dapat menimbulkan longsor
karena tidak ada akar tanaman yang mencengkeram tanah-tanahnya. Jika terjadi longsor,
masyarakat sekitar pula yang merasakan kerugiannya, baik kerugian materi maupun imateri.
Untuk mengadakan evakuasi dan pembangunan kembali, pemerintah memerlukan dana. Hal ini
bersifat boros dan hanya menghabiskan anggaran daerah. Terjadi alokasi anggaran yang
seharusnya dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas umum seperti
sekolah, jalan, pipa air, jaringan listrik, rumah sakit, dan lain-lain.
Kedua, dari segi internasional, akibat yang ditimbulkan ialah semakin bertambahnya
tingkat pemanasan global. Seperti yang telah diketahui, hutan Kalimantan termasuk
penyumbang oksigen terbesar di dunia. Berkurangnya luas hutan di Kalimantan secara otomatis
mengurangi jumlah oksigen yang ada di dunia pula. Pemanasan global ini tidak hanya
masyarakat di Kalimantan atau Indonesia yang merasakan, melainkan juga masyarakat dunia.
Seluruh dunia merasakan pemanasan iklim yang semakin bertambah.
Peningkatan pemanasan ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi manusia dan hewan.
Panas yang diakibatkan dapat mencairkan es di kutub dan meninggikan permukaan air laut. Es
kutub yang mencair dapat menyebabkan hewan penguin kehilangan habitatnya. Kemudian jika
dilihat dari sisi peninggian permukaan air laut, resiko banjir dan peluapan air laut pun semakin
tinggi. Akan dibutuhkan pula dana untuk meninggikan jalan, maupun dasar bangunan agar tidak
terendam air.
Selain itu, asap yang ditimbulkan dari pembakaran hutan dapat merusak atmosfer dan
lapisan ozon. Asap hasil pembakaran yang terbawa oleh angin ini dapat pula mengganggu
negara tetangga sekitar. Asap ini selain membuat rasa tidak nyaman, juga dapat merangsang
penyakit pernafasan. Hal ini sangat merugikan bagi manusia.
Pengurangan areal hutan termasuk di Indonesia diteliti oleh Matt Hansen dari University
of Maryland. Ditemukan fakta bahwa Indonesia kehilangan 15,8 juta hektar antara tahun 2000
dan 2012, peringkat kelima di belakang Rusia, Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal
hilangnya hutan. Adapun sekitar 7 juta hektar hutan ditanam selama periode tersebut. Dari lima
negara hutan di atas, berdasarkan persentase, maka Indonesia berada di peringkat pertama dari
laju kehilangan hutan yaitu 8,4 persen. Sebagai perbandingan, Brasil hanya kehilangan separuh
dari proporsi tersebut.
Dari sini dapat dilihat bahwa pihak kehutanan pemerintah Indonesia tidak tegas dan
konsekuen dalam menjalankan tugasnya. Indonesia telah memahami teknologi penginderaan
jauh untuk memantau kondisi kehutanan tanpa harus survey langsung yang kemudian dapat
menghemat biaya. Namun, masih terdapat deforestasi di Indonesia hingga menempati peringkat
lima dalam hal hilangnya hutan. Sedangkan dari pihak aktivis Greenpeace, tindakan yang
dilakukan sangat baik dan berani.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan hujan tropis tepatnya di Kalimatan
dengan kontribusi yang cukup besar terhadap dunia dalam menyumbang oksigen. Hutan hujan
tropis Kalimantan merupakan kawasan konservasi tinggi. Karena itu, kawasan hutan Kalimatan
harus dijaga dan dirawat agar tetap lestari.
Kasus alih fungsi lahan yang terjadi di Muara Tewe, Barito Utara, Kalimantan Tengah
ialah deforestasi yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Dampaknya berpengaruh di skala
lokal maupun internasional. Dampak-dampak tersebut antara lain: satwa-satwa kehilangan
rumah dan makanannya, terjadinya degradasi lahan, terjadi longsor, terjadi alokasi anggaran
untuk evakuasi dan pembangunan kembali, meningkatnya pemanasan global, pengurangan
jumlah oksigen dunia, merusak atmosfer dan lapisan ozon, serta merangsang penyakit
pernafasan.
4.2 Saran
Pihak pemerintah Indonesia khususnya pihak kehutanan harus lebih tegas, konsekuen,
dan berdedikasi dalam menjalankan tugasnya. Pemerintah harus mampu memantau mengawasi,
mendeteksi, dan mengendalikan deforestasi yang terjadi. Pemerintah juga perlu memberikan
edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai pentingnya kelestarian hutan dan mengenai bahaya
deforestasi. Harapannya, pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan dalam kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah.
Pengembangan media komunikasi juga perlu dilakukan. Kampanye menentang
deforestasi di Muara Tawe oleh organisasi Greenpeace merupakan hal yang sangat baik dan
perlu untuk ditingkatkan. Penyebaran informasi mengenai Greenpeace dan kampanye juga perlu
dilakukan agar semua orang mengetahui apa yang terjadi dan pengendalian yang dilakukan
semakin kuat, berasal dari seluruh penjuru negeri. Selain itu, saran untuk pihak perusahaan ialah
agar sadar lingkungan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Danusaputro, Munadjat.1981.Hukum Lingkungan Buku I Umum.Bina Cipta.Jakarta
Greenpeace Indonesia. 2014. “P&G, Berhentilah Bekerjasama dengan Perusak Hutan!” dalam
Tnol. http://www.tnol.co.id/kolom-komunitas/. Diunduh Sabtu, 17 Mei 2014.
Sartohadi, dkk.2012.Pengantar Geografi Tanah.Pustaka Pelajar.Yogyakarta
Share for fun. 2013.Pengertian Alih Fungsi Lahan.”desymoody.blogspot.com”.Diunduh pada
17 Mei 2014
Social Creative Community.Pengertian Konflik.” sccsmansamalili.blogspot.com”.Diunduh pada
17 Mei 2014
Wihardandi, Aji. 2014. “Shampo Head & Shoulders Rontokkan Ketombe + Hutan Tropis
Indonesia” dalam Mongabay. http://www.mongabay.co.id/category/. Diunduh Sabtu,
17 Mei 2014.
___________. 2014. “Dituding Beli Kelapa Sawit Bermasalah, P&G Rilis Komitmen Nol
Deforestasi“ dalam Mongabay. http://www.mongabay.co.id/tag/greenpeace/. Diunduh
Sabtu, 17 Mei 2014.