lap pendahuluan parameter fisik kimia
DESCRIPTION
ekoum fisik kimia parameter korelasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen
abiotik dan biotik yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi
membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen tersebut secara
fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika terjadi perubahan pada
salah satu dari komponen-komponen tersebut, maka akan menyebabkan
perubahan pada komponen lainnya. Perubahan pada lingkungan tentu dapat
memengaruhi keseluruhan ekosistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur
fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi
ekosistem dapat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai
komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Suatu lingkungan memiliki faktor-
faktor pembentuk suatu ekosistem yang sekaligus sebagai faktor penentu
perubahan ekosistem (Arsyad, 2011).
Suatu ekosistem tidak pernah terlepas dari pengaruh parameter fisik dan
parameter kimia. Faktor fisik lingkungan meliputi suhu, kelembaban, intensitas
cahaya, komposisi substrat berdasar substrat, dan arus. Faktor kimia meliputi
salinitas, pH (Potential of Hydrogen), DO (Dissolved Oxygen), BOD
(Biochemichal Oxygen Demand), dan COD (Chemichal Oxygen Demand).
Penerapan parameter pada tiga medium (air, darat, dan udara) memiliki
karakteristik parameter yang berbeda (Hariyono, dkk. 2008).
Praktikan mengambil data berupa parameter fisik dan parameter kimia.
Hal tersebut dikarenakan parameter fisik dan parameter kimia saling
mempengaruhi satu sama lain. Korelasi antara parameter fisik dan parameter
kimia dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan praktikum untuk mengetahui korelasi antara parameter fisik dan
parameter kimia pada suatu ekosistem.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum parameter fisik dan kimia lingkungan
sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai parameter fisik pada perairan kolam FST Unair dan ruang
laboratorium 122 FST Unair?
2. Bagaimana nilai parameter kimia pada perairan kolam FST Unair dan ruang
laboratorium 122 FST Unair?
3. Bagaimana korelasi antara parameter fisik dan parameter kimia pada perairan
kolam FST Unair dan ruang laboratorium 122 FST Unair?
1.3 Tujuan Praktikum
Praktikum praktikum parameter fisik dan kimia lingkungan memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan nilai parameter fisik pada perairan kolam FST Unair dan
ruang laboratorium 122 FST Unair.
2. Untuk menentukan nilai parameter kimia pada perairan kolam FST Unair dan
ruang laboratorium 122 FST Unair.
3. Untuk mengetahui korelasi antara parameter fisik dan kimia pada perairan
kolam FST Unair dan ruang laboratorium 122 FST Unair.
1.4 Hipotesis
Hipotesis pada praktikum parameter fisik dan kimia lingkungan sebagai
berikut:
1.4.1. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja pada praktikum parameter fisik dan kimia lingkungan.
sebagai berikut:
Parameter fisik dapat memengaruhi parameter kimia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses metabolisme
makhluk hidup. Suhu dapat memengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan dan
proses fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksinya.
Suhu berpengaruh terhadap kelarutan CO2 yang digunakan untuk proses
fotosintesis dan kelarutan O2 yang digunakan untuk proses respirasi. Kenaikan
suhu sebesar 10°C (hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir) akan
meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat (Barus,
2004).
Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak
lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis
edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Perubahan suhu yang
mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim dapat mengganggu kehidupan
organisme. Kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen
dalam air. Kondisi yang demikian dapat membuat organisme akuatik tidak
mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses metabolisme dan
respirasi. Perubahan suhu dipengaruhi faktor-faktor seperti waktu dan udara.
Peningkatan suhu mengakibatkan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan
volatisasi yang menyebabkan penurunan larutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2,
CH4, dan sebagainya (Effendi, 2003).
2.2 Intensitas Cahaya
Faktor cahaya yang masuk ke dalam air akan memengaruhi sifat-sifat optis
dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian akan
dipantulkan keluar dari permukaan air. Cahaya gelombang pendek merupakan
spektrum cahaya yang paling kuat mengalami pembiasan yang mengakibatkan
kolam air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan. Lapisan air
3
yang bertambah menyebabkan intensitas cahaya mengalami perubahan yang
signifikan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Barus, 2004).
Intensitas cahaya memiliki pengaruh terhadap lingkungan dan komponen-
komponen didalamnya. Intensitas cahaya ditentukan oleh posisi matahari, cuaca,
dan posisi terhadap benda atau organisme lain seperti bayangan. Satuan intensitas
cahaya adalah lux. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya adalah
luxmeter. Semakin besar intensitas cahaya maka suhu juga semakin meningkat,
sehinggga menurunkan nilai kelembaban (Hariyono dkk., 2008).
2.3 Penetrasi Cahaya
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang
peranan penting dalam perubahan produktivitas primer. Jika kedalaman penetrasi
cahaya yang menembus air diketahui, maka dapat ditentukan interval kedalaman
proses asimilasi tumbuhan terjadi. Energi cahaya matahari digunakan dalam
proses fotosintesis diserap oleh pigmen klorofil dan diubah menjadi energi kimia
sehingga terbentuk bahan organik sebagai hasil akhir fotosintesis. Cahaya yang
tampak kemudian dipantulkan terutama pada panjang gelombang hijau dan secara
keseluruhan radiasi matahari yang aktif dalam fotosintesis sebesar 40% (Effendi,
2003).
Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Jika
tingkat intensitas cahaya tinggi maka nilai penetrasi cahaya akan tinggi dan laju
fotosintesis juga akan tinggi. Laju fotosintesis yang tinggi akan menyebabkan
nilai produktivitas primer tinggi. Sebaliknya, jika tingkat intensitas cahaya rendah
maka penetrasi cahaya akan rendah dan laju fotosintesis juga akan rendah. Laju
fotosintesis yang rendah akan menyebabkan produktivitas primer rendah (Barus,
2004).
Perairan yang keruh juga menyebabkan penetrasi cahaya ke dalam air
berkurang sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan sangat
terbatas. Sedikitnya intensitas cahaya yang masuk pada sistem perairan
menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk
menghasilkan oksigen. Oksigen menjadi hasil dari fotosintesis sehingga memiliki
hubungan erat dengan produktifvitas pada suatu perairan. (Effendi, 2003).
4
2.4 Derajat Keasaman
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam perairan. Nilai pH dapat menggambarkan tingkat keasaman atau kebasaan
suatu perairan. Perairan dapat dikatakan bersifat netral jika pH=7. Perairan dapat
dikatakan bersifat asam jika pH>7. Perairan dapat dikatakan bersifat basa jika
nilai pH<7 (Effendi, 2003).
Air yang bersih memiliki jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan sehingga air yang bersih akan bersifat netral. Organisme akuatik
dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah dan basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan
organisme akuatik umumnya berkisar antara 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
yang bersifat toksik (Barus, 2004).
2.5 Kelembaban
Salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas
organisme di alam adalah kelembaban. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di
udara. Uap air memiliki sifat gas yang tidak dapat di lihat dan salah satu bagian
dari atmosfer. Seluruh uap air yang ada di udara berasal dari penguapan.
Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair keadaan gas. Proses penguapan
diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas.
Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat
juga terjadi langsung dari tanah dan tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga
tempat itu disebut dengan Evaporasi (Karim,1985).
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka suhu akan berubah. Kelembaban udara
berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka
kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu
udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara
sehingga muatan air dalam udara menurun (Lakitan, 2002).
5
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dalam ruang berada di dalam laboratorium 122, sedangkan
praktikum badan air dilakukan di kolam Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga. Praktikum ini dilaksanakan pada pagi antara pukul 05.00-
07.00 WIB, siang antara pukul 11.00-13.00 WIB, dan sore antara pukul 17.00-
19.00 WIB. Praktikum dilaksanakan setiap hari selama 7 hari, mulai tanggal 3
Mei 2015 hingga tanggal 8 Mei 2015.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum praktikum parameter fisik dan kimia lingkungan di kolam
FST dan ruang laboratorium 122 FST alat yang digunakan yaitu termometer
raksa, secchi disk, Luxmeter, Sling psychrometer (termometer basah kering), pH
meter, dan meteran ukuran 100 m. Bahan yang digunakan yaitu sampel air kolam
FST.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum parameter fisik dan kimia
lingkungan di kolam FST dan ruang laboratorium 122 FST, sebagai berikut: pH
air kolam diukur dengan menggunakan pH meter. Suhu air kolam diukur dengan
menggunakan termometer raksa. Penetrasi cahaya di kolam FST dan ruang
laboratorium 122 FST diukur menggunakan secchi disk. Intensitas cahaya luar
diukur dengan menggunakan Luxmeter. Kelembaban udara luar diukur
menggunakan Sling psychrometer. Suhu ruang diukur dengan menggunakan Sling
psychrometer. Pengamatan dilakukan pada pagi, siang, dan sore setiap hari selama
7 hari sehingga mendapat 7 data harian. Tiap pengamatan, cuaca juga
diidentifikasi. Skema cara kerja dapat dilihat pada lampiran 1.
Parameter fisik dan kimia lingkungan diukur menggunakan beberapa alat
dan langkah kerja setiap alat, sebagai berikut: Pertama untuk mengukur pH, air
kolam dimasukkan ke dalam gelas plastik. pH meter dimasukkan dan dibiarkan
7
beberapa menit hingga hasil pembacaan pH stabil. Hasil pengukuran dibaca dan
dicatat. Skema cara kerja dapat dilihat pada lampiran 2.
Kedua, cara menggunakan termometer raksa yaitu termometer raksa
dimasukkan ke dalam air danau. Suhu air naik ditandai dengan air raksa akan
mengembang dan panjang kolom raksa dalam tabung bertambah. Suhu air turun
ditandai dengan air raksa mengerut dan kolom dalam air raksa akan memendek.
Skala yang ada pada termometer dilihat kemudian dicatat. Skema cara kerja dapat
dilihat pada lampiran 3.
Ketiga, untuk menggunakan secchi disk yaitu secchi disk dimasukkan ke
permukaan air hingga warna putih tidak terlihat. Tali ditarik sampai warna putih
terlihat, kemudian pegang tali mulai permukaan air. Tali diukur dari permukaan
air sampai batas secchi disk menggunakan meteran. Skala yang ditunjukkan
meteran dilihat dan kemudian dicatat. Skema cara kerja dapat dilihat pada
lampiran 4.
Keempat, langkah kerja menggunakan Luxmeter yaitu sensor penerima
cahaya diarahkan pada arah datangnya cahaya. Besarnya intensitas cahaya
dtentukan secara bertahap dari 300, 1000, dan 3000. Skala rendah (300) jarum
menunjukkan hasil maksimum, maka kemungkinan skala dapat ditingkatkan lebih
tinggi yaitu 1000 atau 3000. Hasil pengukuran intensitas cahaya didapatkan dari
angka yang ditunuk oleh jarum penunjuk. Hasil yang didapatkan dicatat. Skema
cara kerja dapat dilihat pada lampiran 5.
Kelima, Sling psychrometer (termometer basah kering) digunakan dengan
cara termometer basah dan termometer kering di tarik keluar. Kain pada
termometer basah dibasahi dengan menggunakan air. Alat diputar dengan
kecepatan sedang secara konstan selama 2 menit di atas kepala. Besar skala pada
termometer kering dan termometer basah dibaca kemudian dicatat. Termometer
basah dan termometer kering kemudian dimasukkan kembali seperti keadaan
awal. Angka-angka pada termometer kering dan termometer basah di sejajarkan.
Besar nilai kelembapan ditunjukkan oleh anak panah yang terdapat pada alat.
Skema cara kerja dapat dilihat pada lampiran 6.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2011. Ekologi Perairan Faktor Lingkungan Laut. Jember: Politeknik Negeri Jember.
Barus, T. 2004. Pengantar Limnologi. Medan : Universitas Sumatera Utara.Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.Hariyono, S., dkk. 2008. Terori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga
University Press.Karim. 1985. Biologi. Bandung: Pakar Raya.Lakitan, B. 1994. Dasar Klimatologi. Jakarta: Ragagrafindo Persada.
9
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
10
LAMPIRAN
pH air kolam diukur dengan menggunakan pH meter Suhu air kolam diukur dengan menggunakan termometer raksa Penetrasi cahaya di kolam FST dan ruang laboratorium 122 FST
diukur menggunakan secchi disk Intensitas cahaya luar diukur dengan menggunakan Luxmeter Kelembapan udara luar diukur menggunakan Sling psychrometer Suhu ruang diukur dengan menggunakan termometer raksa
Pengamatan dilakukan pada pagi, siang, dan sore setiap hari selama 5 hari sehingga mendapat 5 data harian
Tiap pengamatan, cuaca juga diidentifikasi
Gambar 1. Parameter fisik dan kimia lingkungan
Air kolam dimasukkan ke dalam gelas plastik pH meter dimasukkan dan dibiarkan beberapa menit hingga hasil
pembacaan pH stabil Hasil pengukuran dibaca dan dicatat
Gambar 2. Cara kerja pH meter
Termometer raksa dimasukkan ke dalam air kolam Suhu air naik ditandai dengan air raksa akan mengembang dan
panjang kolom raksa dalam tabung bertambah Suhu air turun ditandai dengan air raksa mengerut dan kolom
dalam air raksa akan memendek Skala yang ada pada termometer dilihat kemudian dicatat
Gambar 3. Cara kerja termometer raksa
11
Nilai pH
Nilai suhu
Parameter fisik dan kimia
pH meter
Hasil
Termometer raksa
Secchi disk
Secchi disk dimasukkan ke permukaan air hingga warna putih tidak terlihat
Tali ditarik sampai warna putih terlihat, kemudian tali dipegang untuk mengetahui penetrasi cahaya yang masuk
Tali diukur dari permukaan air sampai batas secchi disk menggunakan meteran
Skala yang ditunjukkan meteran dilihat dan kemudian dicatat
Gambar 4. Cara kerja secchi disk
Sensor penerima cahaya diarahkan pada arah datangnya cahaya Besarnya intensitas cahaya dtentukan secara bertahap dari 300,
1000, dan 3000 Skala rendah (300) jarum menunjukkan hasil maksimum, maka
kemungkinan skala dapat ditingkatkan lebih tinggi yaitu 1000 atau 3000
Hasil pengukuran intensitas cahaya didapatkan dari angka yang ditunjuk oleh jarum penunjuk
Hasil yang didapatkan dicatat
Gambar 5. Cara kerja Luxmeter
12
Luxmeter
Nilai intensitas cahaya
Nilai kekeruhan
Sling psychrometer
Termometer basah dan termometer kering di tarik keluar Kain pada termometer basah dibasahi dengan menggunakan air Alat diputar dengan kecepatan sedang secara konstan selama 2
menit di atas kepala Besar skala pada termometer kering dan termometer basah dibaca
kemudian dicatat Termometer basah dan termometer kering kemudian dimasukkan
kembali seperti keadaan awal Angka-angka pada termometer kering dan termometer basah di
sejajarkan Besar nilai kelembapan ditunjukkan oleh anak panah yang terdapat
pada alat
Gambar 6. Cara kerja Sling psychrometer
13
Nilai kelembaban