lap biofisik gw
TRANSCRIPT
BIOFISIK
(BOBOT JENIS, TEGANGAN PERMUKAAN, DAN EMULSI)
Muhammad Iqbal Syukri (G84080010)1, Nourmala Putri Agustyn2, dan Waras
Nurcholis, M.Si3
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum2, Dosen Praktikum3
Struktur dan Fungsi Biomolekul
Departemen Biokimia, FMIPA, IPB
2010
AbstrakKarakteristik biofisik larutan alamiah ataupun sintetis yang akan diuji
berbeda-beda. Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui berbagai karakter biofisik terutama bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Percobaan dilaksanakan secara berkelompok. Bobot jenis dan tegangan permukaan dipengaruhi konsentrasi zat terlarut. Sistem emulsi akan memperlihatkan kestabilan yang dimiliki dari pencampuran zat atau zat tunggal, baik yang alami maupun buatan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bobot jenis tertinggi adalah larutan NaCl 5%. Bobot jenis urin berada pada kisaran normal. Akuades menunjukkan kekuatan ikatan antar molekul kuat sehingga jarum dapat mengapung dan memiliki jumlah tetesan terendah. Kestabilan emulsi tertinggi didapat dari pencampuran minyak kelapa dan sabun. Pengamatan dibawah mikroskop akan memperlihatkan sistem emulsi secara nyata. Tipe emulsi W/O tampak dari minyak kelapa dan air, minyak kelapa dan sabun, dan margarin sedangkan tipe O/W adalah gum arab dan minyak serta susu. Kerusakan komponen penyusun susu disebut susu pecah.
Pendahuluan
Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda dalam berbagai hal, salah
satunya bobot jenis. Bobot jenis merupakan perbandingan antara massa suatu zat
dengan massa air pada volume dan suhu yang sama. Pengukuran bobot jenis dapat
dilakukan menggunakan densitometer atau urinometer yang memiliki suhu
standar berbeda (biasanya 60 0F atau 15.55 0C) pada tiap alatnya sehingga
diperlukan faktor koreksi. Pengukuran bobot jenis sangat dipengaruhi oleh
temperatur karena setiap larutan memiliki viskositas yang berbeda. Pengukuran
bobot jenis urin paling baik dilakukan pada pagi hari saat urin pertama baru
dikeluarkan (Wirawan 1998).
Suatu zat juga memiliki tegangan permukaan. Hal ini merupakan
fenomena yang menarik yang terjadi pada zat cair dalam keadaan statis. Tegangan
permukaan ini mengakibatkan suatu benda dapat terapung atau tenggelam,
tergantung dari besarnya gaya tarik menarik antar molekulnya. Selain itu, dapat
pula diakibatkan oleh konsentrasi zat terlarut pada cairan tersebut. Apabila
konsentrasi zat terlarut pada permukaan lebih kecil dibanding di dalam lapisan,
maka tegangan permukaan akan naik sehingga tegangan permukaan akan
berbentuk gelombang transversal (Atkins 2000).
Karakteristik lain dari suatu zat yakni terjadinya pencampuran zat yang
memiliki perbedaan polaritas (polar dan non polar) sehingga membentuk emulsi.
Emulsi memiliki fase terdispersi dan fase pendispersi. Umumnya, fase terdispersi
berupa zat cair dan tidak stabil. Emulsi mengandung zat pengemulsi atau
emulsifier yang berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan. Menurut
Hartomo (1993), kemampuan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya bagian non
polar (lipofilik) dan polar (hidrofilik) pada struktur kimianya. Emulsi dapat
digolongkan menjadi tipe W/O (Water-Oil) dan O/W (Oil-Water). Tipe W/O akan
menunjukkan pengikatan emulsifier yang lebih kuat terhadap minyak sedangkan
tipe O/W terjadi dominasi kekuatan pengikatan oleh emulsifier terhadap air.
Pemilihan percobaan kali ini didasarkan pada keragaman karakteristik
yang dimiliki zat yang berada di sekitar kita. Urin yang digunakan merupakan
urin praktikan yang dipilih secara acak. Pengujian yang dilakukan diharapkan
dapat menganalisis sifat biofisik zat yang akan diuji terutama bobot jenis,
tegangan permukaan, dan sistem emulsi.
Metode Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia
FMIPA IPB pada hari Jumat tanggal 1 Oktober 2010 pukul 08.00-11.00 WIB.
Praktikum ini menggunakan peralatan yakni urinometer, gelas piala, gelas arloji,
jarum, pipet Mohr, pipet volumetrik, bulb, tabung reaksi, mortar, termometer, dan
mikroskop. Sementara itu, bahan yang digunakan adalah akuades, larutan NaCl
0.3 %, NaCl 0.9%, NaCl 5%, NaCl 20%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, larutan
albumin 1%, urin, cairan empedu, larutan detergen, alkohol, minyak tanah, air
sabun, sudan merah, gum arab, susu segar, dan margarin.
Pengukuran Bobot Jenis. Penentuan bobot jenis (BJ) larutan alamiah
dimulai dengan disiapkannya larutan yang akan diukur BJ-nya yakni akuades,
larutan NaCl 0.3 %, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air kran,
larutan albumin 1%. Sebelumnya, larutan tersebut diukur suhunya dengan
termometer. Kemudian, pengukuran BJ dilakukan dengan menggunakan
densitometer. Pengukuran urin manusia juga dilakukan dengan cara yang sama.
Akan tetapi, pengukuran suhu urin dilakukan setelah urin didiamkan selama
beberapa saat agar suhu tidak terlalu tinggi.
Pengukuran Tegangan Permukaan. Pertama-tama disiapkan akuades,
cairan empedu, air kelapa, air kran, dan larutan detergen. Selanjutnya berbagai
larutan tersebut dituangkan secara perlahan dari samping ke jarum yang berada di
atas gelas arloji dengan volume sama. Kemudian diamati keadaan jarum pada
gelas arloji. Pengukuran jumlah tetesan dilakukan dengan menggunakan pipet
untuk 1 ml akuades, NaCl 20%, alkohol, minyak tanah, dan air sabun.
Sistem emulsi. Percobaan emulsi dilakukan dengan dicampurkannya
minyak kelapa dan air pada volume yang sama dalam tabung reaksi, kemudian
dikocok sampai homogen. Agar berwarna, warnai minyak kelapa dengan 1 tetes
sudan merah setelah dikocok. Ulangi cara tersebut dengan minyak kelapa dan
sabun. Percobaan emulsi minyak kelapa dan gum arab dimulai dengan digerusnya
1 g gum arab dan 5 ml minyak kelapa dalam mortar sampai kering. Selanjutnya
ditambahkan 3 ml akuades dan diaduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan
lagi 5 ml akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk sehingga dapat diketahui
sistem emulsi yang stabil dan tidak stabil. Selanjutnya diamati di bawah
mikroskop. Percobaan menggunakan susu segar dan margarin merupakan contoh
emulsi alamiah dan industri dengan diamati kestabilannya. Caranya dengan
diambil setetes susu dan seoles tipis margarin ke kaca perparat untuk diamati di
bawah mikroskop.
Hasil dan Pembahasan
Hasil percobaan dalam penentuan bobot jenis, tegangan permukaan, dan
sistem emulsi kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Data pengukuran bobot jenis (BJ)
Larutan T larutan (0C) T alat (0C) BJ terukur (g/ml)BJ terkoreksi
(g/ml)Akuades 28 20 1.004 1.007Air kran 28 20 1.002 1.005
NaCl 0.3 % 28 20 1.006 1.009NaCl 0.9 % 28 20 1.006 1.009NaCl 5 % 28 20 1.036 1.039Air kelapa 26 20 1.018 1.020Albumin 1% 26 20 1.002 1.004Glukosa 5% 27 20 1.018 1.020Urin1 30 20 1.020 1.023Urin2 34 27.5 1.025 1.027Urin3 34 27.5 1.023 1.025Urin4 34 27.5 1.023 1.025
Pengukuran bobot jenis dengan menggunakan densitometer menunjukkan
bahwa nilai bobot jenis terbesar adalah larutan NaCl 5% sebesar 1.039 g/ml.
Apabila dibandingkan dengan larutan sejenis yang memiliki konsentrasi lebih
rendah (NaCl 0.3% dan NaCl 0.9%), nilai bobot jenis NaCl 5% lebih tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa konsentrasi zat terlarut akan mempengaruhi nilai bobot
jenis. Semakin tinggi kosentrasi larutan maka nilai bobot jenisnya akan semakin
besar. Bobot jenis akuades lebih besar dari air kran menunjukkan bahwa
kandungan ion terlarut dalam air kran akan mengurangi bobot jenis. Tingkat
kemurnian suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenis. Bobot jenis air kelapa dan
glukosa 5% memiliki nilai yang sama. Data tersebut dapat menunjukkan bahwa
kandungan zat terlarut kedua zat tersebut relatif sama. Suhu larutan alamiah relatif
sama yakni 28 0C.
Penentuan bobot jenis urin menggunkan urin praktikan kelompok 3 (urin
1) sedangkan urin lain (urin 2-4) merupakan data kelompok lain. Bobot jenis
tertinggi dimiliki oleh urin 2 sebesar 1.027 g/ml sedangkan terendah adalah urin 1
yakni sebesar 1.023 g/ml. Semua bobot jenis urin berada pada kisaran urin normal
manusia yakni 1.0003 g/ml – 1.0030 g/ml dengan zat terlarut berupa protein,
glukosa, badan keton, birilubin, urobilinogen, bakteriura, maupun darah (Wirawan
1998). Menurut Prayogo (2009) pengukuran bobot jenis ini hanyalah pendugaan
dari keadaan ginjal seseorang. Perbedaan urin manusia dapat diakibatkan oleh
usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas tubuh, dan makanan. Girindra (1989)
menyatakan bahwa kenaikan bobot jenis urin dapat disebabkan oleh demam,
dehidrasi, luka bakar stadium awal, diare, dan insufiensi ginjal. Lebih lanjut,
nefritis intertra, diabetes insipidus, dan pengobatan intervena berlebihan dapat
menuurunkan bobot jenis.
Tabel 2 Jumlah tetesan dan tegangan permukaan cairan
Larutan Volume (ml) Jumlah tetesanAkuades 1 19NaCl 20% 1 23Alkohol 1 45Minyak tanah 1 45Air sabun 1 44
Jumlah tetesan larutan pada volume yang sama akan berbanding terbalik
dengan tegangan permukaan. Percobaan menunjukkan bahwa jumlah tetesan
terbanyak adalah alkohol dan minyak tanah sebesar 45 tetesan/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa tegangan permukaan yang dimiliki rendah akibat adanya
ikatan hidrogen yang tidak terikat dengan kuat dan mudahnya cairan tersebut
untuk menguap. Tegangan permukaan terbesar dimiliki oleh akuades dengan
jumlah tetesan 19 tetes/ml. Atkins (2000) menyatakan bahwa kekuatan interaksi
antar molekul mengakibatkan semakin kuatnya tegangan permukaan suatu cairan.
Hasil percobaan dipengaruhi oleh pembilasan pipet karena dapat meminimalkan
kontaminan.
Tabel 3 Tegangan permukaan cairan alamiah
Larutan KeteranganAkuades TerapungCairan empedu TenggelamAir kelapa TerapungAir kran TerapungLarutan detergen Tenggelam
Kecenderungan larutan untuk elastis dan kembali ke bentuk semula dapat
disebut sebagai tegangan permukaan. Cairan empedu dan larutan detergen mampu
menenggelamkan jarum karena bersifat sebagai surfaktan yang dapat menurunkan
tegangan permukaan (Giancoli 2001). Detergen (Sabun) memiliki kepala polar
dan ekor non polar dengan struktur sebagai berikut
Gambar 1 Struktur detergen (Atkins 2000)
Larutan yang mengakibatkan jarum terapung yakni akuades, air kelapa, dan air
kran menunjukkan memiliki tegangan permukaan yang baik. Tegangan
permukaan sebanding dengan kekuatan ikatan antar molekulnya. Jika semakin
kuat maka tegangan permukaan akan semakin baik.
Tabel 4 Data pengamatan sistem emulsi
ZatKestabilan
Tipe emulsi GambarKocokan 1 Kocokan 2 Kocokan 3
Minyak kelapa dan
air+ ++ +++ W/O
Minyak kelapa dan
sabun+++ +++ +++ W/O
Gum arab dan minyak
++ +++ +++ O/W
Susu O/W
Margarin W/O
Keterangan:
+ : stabil O/W : Oil-Water, air terdispersi dalam minyak
++ : lebih stabil W/O : Water-Oil, minyak terdispersi dalam air
+++ : sangat stabil
Prinsip kerja sistem emulsi memiliki persamaan dengan detergen yang
akan menyatukan ujung polar dan nonpolar dari komponen yang akan
diemulsikan. Jika zat pengemulsi lebih larut dalam air maka akan terbentuk
emulsi minyak dalam air tapi jika zat pengemulsi lebih larut dalam minyak maka
akan terbentuk emulsi air dalam minyak. Percobaan ini dilakukan penambahan
sudan merah sebagai zat pewarna yang dapat larut dalam minyak tapi tidak larut
dalam air sehingga dapat diamati perbedaan di bawah mikroskop. Struktur sudan
merah yakni
Gambar 2 Struktur sudan merah
Percobaan menunjukkan bahwa emulsi minyak dan air memiliki
kestabilan yang rendah terlihat dari kocokan pertama yang tidak bercampur.
Kestabilan tertinggi dimiliki oleh minyak dan sabun karena sabun bekerja dengan
melarutkan kedua bagiannya (kepala dan ekor) sehingga stabil. Keduanya
merupakan tipe emulsi W/O yakni medium pendispersi berupa air sedangkan
minyak terdispersi di dalamnya. Tipe W/O juga ditemukan pada margarin yang
merupakan emulsi industri. Contoh emulsi industri lain yakni krim, kosmetik, dan
mayonaise.
Gum arab dan minyak memiliki kestabilan sedang dengan tipe emulsi
O/W yakni medium pendispersi minyak sedangkan zat yang terdispersi berupa air.
Yadav & Nothnagel (2006) mengemukakan bahwa gum arab memiliki gugus
lipofil dan hidrofil yang berfungsi sebagai emulsifier. Gum arab mudah larut
dalam air tapi tidak dalam pelarut lain. Sifat emulsifier yang dimiliki dapat
mengakibatkan kestabilan dalam sistem. Hal ini tampak pada bulatan emulsi yang
memiliki ukuran seragam saat diamati dibawah mikroskop. Gum arab banyak
dipakai dalam industri makanan dan kimia sebagai campuran dalam minuman
untuk mengurangi tegangan permukaan. Susu yang tersusun atas protein kasein
sebagai emulsifier, air sebagai medium pendispersi, lemak sebagai medium
terdispersi dapat mengalami kerusakan komponen penyusunnya disebut susu
pecah. Hal ini mengakibatkan kestabilan emulsi terganggu karena
terdenaturasinya emulsifier susu. Selain susu sebagai emulsi alamiah, terdapat
pula emulsi alami lainnya yakni putih telur, gelatin, dan pektin.
Simpulan
Bobot jenis setiap larutan berbeda, tergantung dari konsentrasi zat terlarut
dalam larutan tersebut. Semakin besar konsentrasi larutan, maka bobot jenis
larutan akan semakin besar pula. Bobot jenis terbesar adalah larutan NaCl 5%.
Kisaran bobot jenis urin sampel berada pada kisaran bobot jenis normal urin
manusia yakni 1.003 g/ml – 1.030 g/ml. Tegangan permukaan suatu larutan
dipengaruhi oleh kekuatan ikatan antar molekul dan konsentrasi zat terlarutnya.
Semakin kuat ikatan yang terjadi maka tegangan permukaan semakin besar karena
ikatannya semakin kuat. Kekuatan ikatan mengakibatkan jumlah tetesan semakin
sedikit. Jumlah tetesan berbanding terbalik dengan tegangan permukaan. Detergen
memiliki tegangan permukaan terendah sedangkan tegangan permukaan akuades
paling tinggi. Adanya zat pengemulsi dapat menstabilkan sistem dengan kepala
polar dan ekor non polarnya sekaligus menurunkan tegangan permukaan. Emulsi
terdiri atas emulsi alami (susu) dan emulsi industri (margarin). Tipe emulsi dapat
dibedakan menjadi O/W dan W/O. Kestabilan tertinggi adalah minyak kelapa dan
sabun sedangkan kestabilam terendah adalah minyak kelapa dan air.
Daftar PustakaAtkins. 2000. Kimia Fisik Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Giancoli DC. 2001. Fisika. Hanum Y, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Physics, Principles with Applications.
Hartomo D. 2001. Emulsi dan Pangan Instan Berlesitin. Yogyakarta: Andi Offset.
Nothnagel EA, Yadav MP. 2006. Chemical Composition of An Effective Emulsifier Subfraction of Gum Arabic. ACS Symposium Series 935:243-254.
Prayogo Y. 2009. Hubungan kalsium urine dengan berat jenis urin pada lansia yang ikut senam di sasana kyai soleh kota semarang. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Wirawan. 1998. Urinometer. [terhubung berkala]. http://staff.uns.ac.id [ 3 Oktober 2010].