landasan uveitis

16
PENDAHULUAN Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata merah tanpa sekret mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun. UVEITIS

Upload: elvina-setiadi-chen

Post on 23-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mata merah

TRANSCRIPT

Page 1: landasan uveitis

PENDAHULUAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang

meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma,

neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang

mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat

hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan

tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis

anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut

uveitis posterior atau koroiditis. Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda

dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur,

mata merah tanpa sekret mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.

Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar

dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan koroid. Uveitis didefinisikan

sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian sekarang istilah uveitis digunakan

untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi

juga struktur yang ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun

autoimun.

UVEITIS

DEFINISI

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang

meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma,

neoplasia, atau proses autoimun.

KLASIFIKASI

Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara

anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya

unilateral, biasanya terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus

penyebabnya tidak diketahui

Page 2: landasan uveitis

1. Klasifikasi berdasarkan Anatomis

a. Uveitis anterior

Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris atau disebut

juga dengan iridosiklitis.

b. Uveitis intermediet

Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang disertai dengan

peradangan vitreous.

c. Uveitis posterior

Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.

d. Panuveitis

Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.

2. Klasifikasi berdasarkan Klinis

a. Uveitis akut

Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat

simptomatik.

b. Uveitis kronik

Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan- bulan atau

bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik.

3. Klasifikasi berdasarkan Etiologis

a. Uveitis infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri

b. Uveitis non-infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.

4. Klasifikasi berdasarkan patologis

a. Uveitis non-granulomatosa : Infiltrat dominan limfosit pada koroid.

b. Uveitis granulomatosa : Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa

multinukleus.

Page 3: landasan uveitis

UVEITIS ANTERIOR

DEFINISI

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan siliar (pars plicata),

kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang bola mata, kornea dan sklera.

Peradangan pada uvea dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan

siliar yang di sebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis

atau uveitis anterior.

KLASIFIKASI

Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior akut yaitu uveitis

yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat simptomatik dan uveitis

anterior kronik uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan- bulan atau

bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik. Pada kebanyakan kasus

penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang

non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Penyakit peradangan traktus uvealis

umumnya unilateral, biasanya terjadi pada orang dewasa dan usia pertengahan. Uveitis non-

granulomatosa terutama timbul di bagian anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan korpus

siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan

jumlah cukup banyak dan sedikit mononuklear. Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi

mikroba aktif ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun posterior.

Infiltrat dominan sel limfosit, adanya aggregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada

kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.

ETIOLOGI

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain dari

luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau

agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis, herper simpleks. Etiologi uveitis

dibagi dalam : Berdasarkan spesifitas penyebab :

1.Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi, ataupun parasit yang

spesifik.

Page 4: landasan uveitis

2.Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas Disebabkan oleh reaksi

hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan

merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

Berdasarkan asalnya:

Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intraokuler, ataupun

iatrogenik.

Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau agen lain

dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis, herpes simpleks.

PATOFISIOLOGI

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi

atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus

okuli, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang

diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh diluar mata. Uveitis yang

berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dari

luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar

berasal dari mikroba yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama

setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas. Radang iris dan

badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan

protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit

lamp) hal ini tampak sebagaiflare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek

tyndall). Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang

berupa pus di dalam COA yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam COA,

dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka

sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada

dua jenis keratic precipitate, yaitu :

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen- pigmen yang difagositirnya,

biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.

Page 5: landasan uveitis

2.Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada jenis non

granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan terus

dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan

perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun

dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian

tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut

oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-

sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan

sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang

tampak sebagai iris bombans (iris bombe). Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin

meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan

metabolisme lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata.

Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif

berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun

panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola

mata merupakan rongga abses). Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya

tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang

semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma

tembus, terutama yang mengenai badan silier.

MANIFESTASI KLINIS

Uveitisanterior adalah mata sakit, mata merah, fotofobia, penglihatan turun ringan

dengan mata berair. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat terjadi akibat ikut

meradangnya otot-otot akomodasi. Dari pemeriksaan mata dapat ditemukan tanda antara lain :

Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan keratic

precipitate. Pada pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di bilik mata depan dan bila terjadi

inflamasi berat dapat terlihat hifema atau hipopion.

Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris bombans. Dapat pula

dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior.Pupil kecil akibat peradangan otot sfingter

Page 6: landasan uveitis

pupil dan terdapatnya edema iris. Lensa keruh terutama bila telah terjadi katarak komplikata.

Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder.

Pada proses akut dapat terjadi miopisi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa.

Pada uveitis non-granulomatosa dapat terlihat presipitat halus pada dataran belakang kornea.

Pada uveitis granulomatosa dapat terlihat presipitat besar atau mutton fat noduli Koeppe

(penimbunan sel pada tepi pupil) atau noduli Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris).

UVEITIS INTERMEDIATE

Uveitis intermediate disebut juga uveitis perifer atau pars planitis adalah peradangan

intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis intermediet yang terpenting yaitu adanya peradangan

vitreus. Uveitis intermediet biasanya bilateral dan cenderung mengenai pasien remaja akhir atau

dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan wanita. Gejala- gejala yang khas

meliputi floaters dan penglihatan kabur. Nyeri, fotofobia dan mata merah biasanya tidak ada atau

hanya sedikit. Temuan pemeriksaan yang menyolok adalah vitritis seringkali disertai dengan

kondensat vitreus yang melayang bebas seperti bola salju (snowballs) atau menyelimuti pars

plana dan corpus ciliare seperti gundukan salju (snow- banking). Peradangan bilik mata depan

minimal tetapi jika sangat jelas peradangan ini lebih tepat disebut panuveitis. Penyebab uveitis

intermediate tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi sarkoidosis dan multipel sklerosis

berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi uveitis intermediate yang tersering adalah edema

makula kistoid, vaskulitis retina dan neovaskularisasi pada diskus optikus.

UVEITIS POSTERIOR

Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea bagian posterior yang meliputi

retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan papilitis yang bisa terjadi sendiri-sendiri atau secara

bersamaan. Gejala yang timbul adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma,

penurunan tajam penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada makula atau papillomacular

bundle menyebabkan kehilangan penglihatan sentral dan dapat terjadi ablasio retina.

Page 7: landasan uveitis

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki

fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi

dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya

penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Adapun terapi uveitis dapat

dikelompokkan menjadi :

Terapi non spesifik

1.Penggunaan kacamata hitam Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama

akibat pemberian midriatikum.

2.Kompres hangat Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus

untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.

3. Midritikum/ sikloplegik Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan

silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Selain itu,

midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia

yang telah ada. Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:

a.Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

b.Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

c.S copolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4.Anti inflamasi

Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Bila radang sangat hebat

dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :

a.Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)

b.Prednisolone succinate 25 mg (1 ml)

Page 8: landasan uveitis

c.Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)

d. Methylprednisolone acetate 20 mg Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone

oral mulai 80 mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali. Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai

komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal

selama lebih dari dua minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.

Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah diketahui.

Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan berupa

antibiotik, yaitu : Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid. Anak :

Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali. Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi

non spesifik seperti disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi

adalah sama tanpa memandang penyebabnya.

Terapi terhadap komplikasi

Glaukoma sekunder Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada

uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain: Terapi konservatif : Timolol 0,25 % -

0,5 % 1 tetes tiap 12 jam Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam Terapi bedah: Dilakukan bila tanda-

tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi.

a. Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan iris

dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.

b. Sudut terbuka : bedah filtrasi. 3. Katarak komplikata Komplikasi ini sering dijumpai pada

uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan

keadaan dan jenis katarak serta kemampuan ahli bedah.

Page 9: landasan uveitis

KOMPLIKASI

Komplikasi dari uveitis dapat berupa :

a. Glaucoma, peninggian tekanan bola mata Pada uveitis anterior dapat terjadi sinekia

posterior sehingga mengakibatkan hambatan aliran aquos humor dari bilik posterior ke

bilik anterior. Penumpukan cairan ini bersama-sama dengan sel radang mengakibatkan

tertutupnya jalur dari out flow aquos humor sehigga terjadi glaucoma. Untuk

mencegahnya dapat diberikan midriatika.

b. Katarak, kelainan polus anterior mata seperti iridosiklitis yang menahun dan penggunaan

terapi kortikosteroid pada terapi uveitis dapat mengakibatkan gangguan metabolism lensa

sehingga menimbulkan katarak. Operasi katarak pada mata yang uveitis lebih komplek

lebih sering menimbulkan komplikasi post operasi jika tidak dikelola dengan baik.

Sehingga dibutuhkan perhatian jangka panjang terhadap pre dan post operasi. Operasi

dapat dilakukan setelah 3 bulan bebas inflamasi. Penelitian menunjukan bahwa

fakoemulsifikasi dengan penanaman IOL pada bilik posterior dapat memperbaiki

visualisasi dan memiliki toleransi yang baik pada banyak mata dengan uveitis.

c. Sinekia posterior, perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel

radang, fibrin, dan fibroblas.

d. Sinekia anterior, perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-sel radang, fibrin, dan

fibroblas.

e. Seklusio pupil, perlekatan pada bagian tepi pupil

f. Oklusio pupil, seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang

g. Endoftalmitis, peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya

dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas.

h. Panoftalmitis, peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon

sehingga bola mata merupakan rongga abses.

i. Ablasio retina

Page 10: landasan uveitis

PROGNOSIS

Uveitis umumnya berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala

dan cepat mewaspadai bila terjadi keluhan pada matanya. Tetapi tergantung di mana letak

eksudat dan dapat menyebabkan atropi. Apabila mengenai daerah makula dapat menyebabkan

gangguan penglihatan yang serius.

KESIMPULAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang

meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi

empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen, endogen, infeksi maupun noninfeksi. Tujuan

utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi

penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan

seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan

terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta : ”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12

2. Hartono. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. UGM. Yogyakarta. 2007

3. Riordan Paul Eva et al : ”Anatomi dan Embriologi Mata” dalam Riordan Paul Eva, et al :

”Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum”. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009

4. Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika,

2000.

5. Department of Ophthalmology and Visual Sciences, The Chinese University of Hong

Kong Sept 2002. www.afv.org.hk/Uveitis/uveitis_3.jpg

6. Wijaya,Nana. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Semarang. Universitas Diponegoro