lampiran materi

17
LAMPIRAN MATERI I. DEFINISI HPK 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa sejak anak dalam kandungan hingga seorang anak berusia dua tahun. 1000 hari pertama kehidupan anak dihitung mulai dari anak masih dalam kandungan (9 bulan 10 hari=280 hari) dan sampai anak tersebut berusia 2 tahum (720 hari). 100 hari pertama kehidupan merupakan ”Periode Window of Opportunity” yakni, Merupakan masa kritis untuk investasi gizi mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat, dan merupakan kesempatan emas dalam perbaikan gizi didalam program 1000 hari kehidupan. Jadi, untuk medapatkan generasi yang sehat dan kuat dan mewujudkan Indonesia prima, maka skala prioritas program ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai ia berumur 2 tahun. Jendela kritis perkembangan janin atau disebut sebagai ”Periode Window of Opportunity” ini pada usia 8 minggu pertama sejak pembuahan terjadi pembentukan semua cikal bakal organ tubuh, pada umur kehamilan 9-38 minggu perkembangan penting sebagian organ berlanjut sampai akhir kehamilan, pada usia 0 tahun(after birth) sampai dengan umur 2 tahun perkembangan penting sebagian organ berlanjut sampai kira-kira 2 tahun pertama kehidupan. Untuk medapatkan generasi yang sehat dan kuat dan mewujudkan Indonesia prima, maka skala prioritas program ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai ia berumur 2

Upload: vinasoraya38

Post on 11-Jul-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HPK

TRANSCRIPT

LAMPIRAN MATERI

I. DEFINISI HPK

1000 Hari Pertama Kehidupan adalah masa sejak anak dalam kandungan hingga

seorang anak berusia dua tahun. 1000 hari pertama kehidupan anak dihitung mulai dari

anak masih dalam kandungan (9 bulan 10 hari=280 hari) dan sampai anak tersebut

berusia 2 tahum (720 hari). 100 hari pertama kehidupan merupakan ”Periode Window of

Opportunity” yakni, Merupakan masa kritis untuk investasi gizi mencapai pertumbuhan

dan perkembangan anak yang sehat, dan merupakan kesempatan emas dalam

perbaikan gizi didalam program 1000 hari kehidupan. Jadi, untuk medapatkan generasi

yang sehat dan kuat dan mewujudkan Indonesia prima, maka skala prioritas program

ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai ia berumur 2 tahun. Jendela kritis

perkembangan janin atau disebut sebagai ”Periode Window of Opportunity” ini pada

usia 8 minggu pertama sejak pembuahan terjadi pembentukan semua cikal bakal organ

tubuh, pada umur kehamilan 9-38 minggu perkembangan penting sebagian organ

berlanjut sampai akhir kehamilan, pada usia 0 tahun(after birth) sampai dengan umur 2

tahun perkembangan penting sebagian organ berlanjut sampai kira-kira 2 tahun pertama

kehidupan.

Untuk medapatkan generasi yang sehat dan kuat dan mewujudkan Indonesia prima,

maka skala prioritas program ialah mulai anak masih dalam kandungan sampai ia

berumur 2 tahun. 1000 Hari Pertama Kehidupan juga disebut PERIODE EMAS, karena

pada periode ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat , yang mendukung seluruh

proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Kurang gizi pada 1000 Hari Pertama

Kehidupan yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai seorang anak berusia 2

tahun, tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Apabila bayi tidak cukup

gizi maka akan ada beberapa hal yang aka terjadi yakmni, Pertumbuhan otak terhambat,

anak tidak cerdas, Pertumbuhan jasmani dan perkembangan kemampuan anak terhambat,

dan anak menjadi pendek (stunting), Anak menjadi lemah dan mudah sakit, Anak akan

sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah nantinya, Setelah dewasa akan sulit

mendapatkan pekerjaan atau melakukan pekerjaan dengan penghasilan yang baik seperti

yang diinginkannya.

Agar kebutuhan gizi bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (Periode Emas) dapat

dipenuhi dengan sempurna, ada berbagai cara, yakni:

1. Makan lebih banyak (dua porsi) dan beraneka ragam lauk pauk, sayur dan buah,

agar kebutuhan gizi janin terpenuhi dengan cukup sejak awal dan selama masa

kehamilan, dan minum tablet tambah darah 1 butir sehari, berarti total minimal 90

butir selama masa kehamilan.

2. Jangan merokok, jangan minum minuman bersoda, beralkohol, jangan makan mie

instan sebagai makanan pokok, hindari makanan berpengawet, dan jangan minum

obat tanpa resep dokter.

3. Ikuti kelas ibu hamil, dan lakukan perawatan payudara untuk menjamin

keberhasilan pemberian ASI, tanyakan Bidan bagaimana cara perawatannya,

(tanpa melakukan hal ini keberhasilan pemberian ASI dapat terhambat).

4. Lakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke Bidan, minimal 4 kali selama

masa kehamilan untuk memantau pertumbuhan janin.

5. Rencanakan di mana tempat persalinan dan siapa Bidan yang akan menolong

persalinan.

6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) langsung setelah bayi lahir, agar bayi

mendapatkan kolostrum dalam kehangatan dekapan ibu, dan inisiasi ini sangat

mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

7. Berikan ASI secara EKSKLUSIF mulai bayi usia 0 – 6 bulan. Hanya ASI saja,

tanpa tambahan apapun, air juga tidak. Ingat lambung bayi baru lahir sangat

kecil, dan semua kebutuhan gizinya sampai dengan usia 0-6 bulan sudah

terpenuhi dengan sempurna hanya dengan ASI saja. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri segera setelah

bayi lahir (dini) dengan meletakkan langsung bayi yang baru lahir di dada ibunya

dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk

menyusu. Menyusu Dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda

dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh

dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya bayi di letakkan langsung bayi

yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk

menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Proses ini harus berlangsung kulit

ke kulit antara bayi dan ibu. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi.

Bayi tetap hangat dengan berada di kulit-ke-kulit dengan ibu. Dada ibu

menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan

kebutuhan bayi. Menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan)

Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak

jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel

sehingga mengurangi pemakaian energi. Risiko bayi dari infeksi berkurang

karena kuman aman (bakteri) dari ibu mulai menjajah kulit dan usus, dan

mencegah kuman berbahaya, Memberikan stimulasi dini naluriah dan

memberikan kehangatan, cinta, keamanan dan makanan. Hal ini juga memulai

proses ikatan antara bayi dan ibu, Bau payudara merupakan stimulus kuat yang

mendorong bayi ke arah puting. Kemampuan bayi dari penciuman berkembang

dengan baik. Bau suatu zat yang dikeluarkan oleh puting mirip dengan bau zat

dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Bayi mendapatkan

kolostrum dari ASI pertama yaitu cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat

kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus.

Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah

asupan makanan. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu

pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung

protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat

dicerna dengan baik oleh usus bayi dan rawan mengakibatkan alergi. Bayi yang

menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan

menyusu setelah 6 bulan

8. Setelah usia 6 bulan sampai usia 2 tahun, teruskan pemberian ASI dengan

makanan tambahan pendamping ASI(MP ASI). (Lihat Buku KIA).

9. Menimbang bayi tiap bulan di Posyandu untuk dipantau tumbuh kembangnya.

10. Berikan kapsul vitamin A dan imunisasi lengkap sesuai jadwal

11. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum memberi ASI, sebelum

menyiapkan dan memberi MP ASI, sesudah membersihkan tinja anak, sebelum

makan dan sesudah BAB. Semuanya ini agar baik bayi maupun ibu tidak jatuh

sakit di periode emas ini.

1000 Hari Pertama Kehidupan adalah Periode Emas pertumbuhan Bayi dimulai

sejak dalam kandungan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada periode 1000 Hari Pertama

Kehidupan bayi harus mendapatkan seluruh kebutuhan gizinya untuk dapat

bertumbuh secara sempurna. Jika 1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan

kehidupan anak, maka ada 5 titik kritis yang harus diperhatikan pada seorang anak

ialah :

1. Masih dalam kandungan = 280 hari

2. Umur 0-6 bulan = 180 hari

3. Umur 6-8 bulan = 60 hari

4. Umur 8-12 bulan = 120 hari

5. Umur 12-24 bulan = 360 hari

Ada beberapa hal yang bisa lakukan, antara lain adalah :

1. Periode dalam kandungan (280 hari)

Pastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak

mengalami kurang energi kronik (KEK) dan anemia.

Selama hamil ibu mengonsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan, porsi kecil

tapi sering jau lebih baik serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah.

Suplemen tablet besi (Fe), asam folat, vitamin C sangat dibutuhkan untuk

menjaga ibu dari kemungkinan mengalami anemia.

Ibu harus memeriksakan kehamilan secara rutin.

Pemberian kelambu berinsektisida, dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif

malaria.

Memasuki kehamilan trimester ke-3, sebaiknya ibu dan suami sudah

mendapatkan informasi tentang menyusui, seperti manfaat menyusui, posisi dan

teknik menyusui yang tepat, cara menangani masalah-masalah yang muncul saat

menyusui (seperti puting lecet, ASI tidak keluar dll).

2. Periode 0-6 bulan (180 hari)

Semua anak yang lahir harus mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini.

Pemberian ASI Eksklusif Membantu ibu mengatasi masalah-masalah yang timbul

selama menyusui dengan menyediakan Hotline atau nomor telepon yang bisa

dihubungi 24 jam oleh ibu jika ia mengalami masalah dan membutuhkan bantuan.

Beri dukungan ke ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.

Memantau pertumbuhan secara teratur.

 

3. Periode 6-24 bulan (540 hari)

Pastikan ibu mengetahui jenis dan bentuk (konsistensi) makanan serta frekuensi

pemberian makanan yang tepat diberikan pada periode ini.

Pemberian kelambu berinsektisida

Ajarkan ke ibu transisi pemberian makan mulai dari makanan cair atau lumat (6-8

bulan), lembek dan lunak/semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan).

Dukung ibu untuk terus memberikan ASI sampai periode ini.

Ajarkan ibu untuk mengolah dan memilih makanan yang murah dan bernilai gizi

tinggi.

Memantau pertumbuhan dan memeriksakan kesehatan anak secara teratur.

II. VISI, MISI, GOALS DAN SASARAN HPK

Komitmen Pemerintah Indonesia telah dinyatakan melalui Peraturan Pemerintah

No.42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, dan pada

tanggal 30 Oktober 2013 Bapak Presiden Republik Indonesia telah meluncurkan

“Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama

Kehidupan” (Gerakan 1000 HPK).

Visi:

Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan

berkembangnya potensi ibu dan anak

Misi:

-Menjamin kerjasama antar berbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak.

-Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk

meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak.

No. Indikator Data Dasar (Baseline)

RPJMN 2014

SUN Movement 2015

WHO 2025

1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen

35,6 % (2010)

< 32 % < 32 % < 32 %

2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen

17,9 % (2010)

< 15%

3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen

8,8 % (2010)

< 8,5 %

4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih

14,2 % (2010)

Kenaikan tidak melebihi 0,45% per tahun

5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen 40

40 % (2001)

25 %

6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50

15,3 % (2010)

20%

persenTabel indikator dan data dasar

Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025 disepakati sebagai berikut :

1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen.

2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen.

3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen.

4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.

5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen.

6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling

kurang 50 persen.

Hasil yang Diharapkan

1. Meningkatnya kerjasama multisektor dalam pelaksanaan program gizi sensitif untuk

mengatasi kekurangan gizi.

2. Terlaksananya intervensi gizi spesifik yang cost effective, yang merata dan cakupan

tinggi, dengan cara:

Memperkuat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam upaya perbaikan

gizi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring.

Memperkuat kerjasama pemangku kepentingan untuk menjamin hak dan kesetaraan

dalam perumusan strategi dan pelaksanaan.

Meningkatkan tanggung jawab para politisi dan pengambil keputusan dalam

merumuskan peraturan perundang-undangan untuk mengurangi kekurangan gizi.

Meningkatkan tanggung jawab bersama dari setiap pemangku kepentingan untuk

mengatasi penyebab dasar dari kekurangan gizi.

Berbagai pengalaman berdasarkan bukti.

Mobilisasi sumber daya untuk perbaikan gizi baik yang berasal dari pemerintah, dunia

usaha, mitra pembangunan dan masyarakat.

Pemangku Kepentingan

Dalam Gerakan 1000 HPK ditekankan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak atau

pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah gizi. Program perbaikan gizi tidak hanya

menjadi tanggungjawab dan dilakukan oleh pemerintah, tetapi perlu melibatkan berbagai

pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra

pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi

profesi, perguruan tinggi, serta media.

1. Pemerintah

Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK, yang

terdiri dari K/L, mitra pembangunan, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra

pembangunan.

2. Mitra Pembangunan/ Donor

Tugas mitra pembangunan adalah untuk memperkuat kepemilikan nasional dan

kepemimpinan, berfokus pada hasil, mengadopsi pendekatan multisektoral, memfokuskan

pada efektivitas, mempromosikan akuntabilitas dan memperkuat kolaborasi dan inklusi.

3. Organisasi Kemasyarakatan

Tugas organisasi kemasyarakatan adalah memperkuat mobilisasi, advokasi, komunikasi, riset

dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat untuk menangani

kekurangan gizi.

4. Dunia Usaha

Dunia usaha bertugas untuk pengembangan produk, control kualitas, distribusi, riset,

pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi perubahan perilaku untuk hidup

sehat.

5. Mitra Pembangunan/ Organisasi PBB

Mitra pembangunan bertugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan gizi sensitif

dan spesifik melalui harmonisasi keahlian dan bantuan teknis antar mitra pembangunan

antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD, SCN (Standing Committee on Nutrition).

III. Tantangan utama gizi selama kehamilan

Status gizi seorang wanita sebelum hamil, menentukan awal perkembangan

plasenta dan embryo.

Berat badan ibu pada saat pembuahan: Menjadi kurus atau kegemukan dapat

mengakibatkan kehamilan beresiko dan berdampak pada kesehatan anak

dikemudian hari.

Kebutuhan gizi: meningkat pada kehamilan, khususnya energi, protein serta

beberapa vitamin dan mineral.

Jumlah asupan makanan: ibu tidak perlu 'makan untuk berdua', melainkan harus

'berfikir untuk berdua' - kualitas makanan adalah kuncinya.

IV. Jenis Kegiatan : Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif

1. Intervensi spesifik

Tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000

HPK. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi stunting rata-rata nasional sebesar

36 persen. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik

bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Jenis-jenis

intervensi gizi spesifik yang cost efektif adalah sebagai berikut :

1. Ibu Hamil

Suplementasi besi folat.

Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK.

Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil.

Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria.

2. Usia 0 – 6 Bulan

Promosi menyusui (konseling individu dan kelompok)

3. Usia 7 – 23 Bulan

Promosi menyusui.

KIE perubahan perilaku untuk perbaikan MP – ASI.

Suplementasi Zink.

Zink untuk manajemen diare

Pemberian Obat Cacing

Fortifikasi besi

Pemberian kelambu berinsektisida dan malaria

Intervensi gizi spesifik menurut kelompok sasaran, yaitu: I. Ibu hamil

1. Pemeriksaan kehamilan dan tablet tambah darah

2. Konseling menyusui

3. Suplementasi dengan zat gizi makro

4. Pengobatan kecacingan pada ibu hamil

5. Suplementasi kalsium

6. Pengobatan malaria pada ibu hamil

7. Menghindar dari perokok pasif

8. Penggunaan kelambu berinsentisida

9. Pemberian cash transfer bersyarat (PKH)

II. Bayi Baru lahir

1. Konseling menyusui

2. Inisiasi Menyusu Dini

3. Pemeriksanaan kesehatan

4. Penundaan pengguntingan tali pusat

5. KIE Gizi

6. Imunisasi

7. Penanganan bayi BBLR

8. Pemantauan pertumbuhan

III. Bayi dan Anak

1. Promosi ASI

2. KIE Pemberian MP ASI

3. Penanganan penyakit infeksi

4. Imunisasi

5. Cuci tangan

6. Penanganan gizi buruk akut

7. Pemberian MP ASI anak berusia diatas 6 bulan

8. Suplementasi vitamin A

9. Home fortification (micro nutrition fortification/sprinkle)

10. Pengobatan kecacingan

11. Penggunaan kelambu berinsektisida

12. Pemantauan pertumbuhan

II. Gizi sensitif

Intervensi spesifik adalah berbagai kegiatan program pembangunan yang memberi

pengaruh terhadap status gizi masyarakat terutama kelompok 1000 hari pertama, misalnya

penanggulangan kemiskinan, pendidikan, gender, air bersih, sanitasi dan kesehatan

lingkungan. Kegiatan sensitif ini merupakan kegiatan yang bersifat multi dan lintas sektor.

Intervensi gizi spesifik telah banyak dilaksanakan pada perbaikan gizi masyarakat di

Indonesia dan umumnya ditangani oleh kementerian kesehatan. Hampir semua intervensi

gizi spesifik telah dilaksanakan, namun cakupan dan kualitas kegiatan dari intervensi gizi

spesifik itu masih rendah. Kegiatan gizi sensitif yang bersifat lintas sektoral, Indonesia

telah mempunyai pengalaman yang cukup panjang dan menunjukkan hasil yang baik.

Misalnya pada saat pelaksanaan program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

pada tahun 1970-1980-an. Pada Program UPGK tersebut paling tidak melibatkan sektor

kesehatan, pertanian, BKKBN, dalam negeri dan organisasi kemasayarakatan (PKK).

Namun sejak terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1997-1998, kegiatan gizi sensitif

ini mengalami kemunduran.Contoh lain dari intervensi gizi sensitif adalah kegiatan

yodisasi garam, yang melibatkan beberapa sektor penting yaitu kesehatan, perindustrian,

Badan POM, perdagangan dan dalam negeri. Contoh lainnya adalah bantuan langsung

bersyarat (conditional cash transfer) yang di Indonesia nama programnya dikenal dengan

nama Program Keluarga Harapan (PKH) yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan

kesehatan dan gizi ibu hamil dan anak balita yang melibatkan sektor sosial, pendidikan,

kesehatan, dan dalam negeri.

Beberapa jenis intervensi gizi sensitif yang perlu dilaksanakan di Indonesia antara lain:

1. Penyediaan air minum dan sanitasi yang layak

2. Ketahanan Pangan dan Gizi, termasuk pengendalian harga pangan

3. Keluarga Berencana

4. Perlindungan kepada ibu hamil dan menyusui

5. Jaminan Kesehatan Masyarakat

6. Jaminan Persalinan Universal

7. Program Beras Miskin

8. Program Keluarga Harapan

9. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi

10. Fortifikasi

11. Pendidikan Gizi Masyarakat

12. Kawasan bebas rokok

13. Wajib belajar 9 tahun

14. Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)

15. Konseling calon pengantin

16. Subsidi pertanian termasuk subsidi pangan

17. Pengaturan label makanan

18. Promosi gizi seimbang dan aktivitas fisik