lagu dolanan yang mulai menghilang.docx
TRANSCRIPT
Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang
Indonesia sebagai negara yang berbhinneka tunggal ika sesungguhnya kaya
akan budaya dan kesenian tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya
tersebut dapat dilihat dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Namun ironisnya,
generasi muda sebagai penerus budaya tidak begitu banyak yang berminat melestarikan
maupun sekedar mempelajari seni budaya lokal.
Salah satu hasil budaya yang juga merupakan seni sastra tradisional yaitu lagu
dolanan dari Jawa Tengah. Saat ini, lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional yang
amat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa, justru semakin menyusut peminatnya.
Banyak kesenian modern menjadikan generasi muda, di Jawa Tengah khususnya, asing
dengan budaya daerahnya sendiri. Sebagian besar generasi muda lebih banyak memilih
kesenian yang dapat menghibur dengan menggunakan teknologi canggih.
Hal ini tentu saja sangat miris dan menjadi tanggung jawab kita semua. Apa
jadinya jika kesenian-kesenian tradisional ini lenyap begitu saja? Anak-anak kita
maupun cucu-cucu kita mungkin tidak akan mengenal lagi apa itu lagu Ilir-ilir.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan ialah: Mengapa lagu dolanan semakin
tersingkirkan? Bagaimana cara mempertahankan kelestarian lagu dolanan? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut haruslah terjawab terlebih dahulu jika kita ingin mengubah
kenyataan yang ada.
Setidaknya, lagu dolanan mulai tersingkirkan karena munculnya berbagai
karya musik modern yang jauh lebih menarik dan memiliki banyak hal yang tidak
ditemukan pada lagu-lagu dolanan. Alat musik yang berbeda dan aliran musik modern
yang sangat bervaratif juga turut serta dalam kemunduran lagu-lagu dolanan. Tema
pada lagu-lagu modern juga tak terbatas tak seperti lagu-lagu dolanan atau lagu-lagu
Jawa lainnya yang terkesan membosankan karena memiliki tema yang itu-itu saja.
Untuk mengantisipasinya, kita harus mengadaptasi lagu-lagu dolanan yang ada
agar terlihat lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan minat anak-anak. Hal itu
bisa dilakukan dengan mengaransemen lagu-lagu dolanan dengan menggunakan
gabungan alat musik modern dan alat musik tradisional. Bisa juga dengan menciptakan
lagu-lagu dolanan yang lebih menarik lagi dan memiliki berbagai tema kehidupan.
Lagu dolanan dapat dikatakan sebagai kesenian sekaligus karya sastra. Alasan
ini tepat karena dalam seni sastra alat yang digunakan adalah bahasa yang indah dan
memiliki makna yang diwujudkan dalam tulisan. Lagu dolanan anak terbentuk dari
rangkaian bahasa atau kata-kata yang memiliki irama, persajakan dan mengandung
suatu simbol dan makna.
Bangsa Indonesia, masyarakat Jawa khususnya tidak menyadari bahwa banyak
budaya dan kesenian modern terutama yang berasal dari negara asing sangat
berpengaruh bagi pola pikir generasi muda. Persoalan ini sangat berkaitan dengan
kondisi bangsa Indonesia yang belum juga lepas dari krisis sejak tahun 1997. Alasan ini
muncul sebab generasi muda sebagai penerus pembangunan hendaknya memiliki rasa
bangga dan jiwa kepahlawanan dalam menyikapi suatu masalah. Sikap tersebut dapat
dimulai dengan rasa bangga dan mencintai seni budaya. Melalui seni, seseorang belajar
peka terhadap lingkungannya.
Sudikan (dalam Prawoto 1993:28) memberikan pernyataan bahwa sekarang ini
telah banyak pergeseran nilai. Sebagai contoh saat ini orang tua atau nenek-nenek di
lingkugan masyarakat Jawa sudah tidak mampu lagi bercerita tentang Buto Ijo, Bol
Blorok, Ider Bismillah, Johar Manik dan sebagainya. Mengapa demikian? Salah satu
sebabnya adalah cerita itu sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman (ora
njamani-jw). Di sisi lain, minat anak-anak terhadap legenda, mitos, dan cerita-cerita
kepahlawanan dengan tokoh-tokoh lucu, kurang sekali. Anak-anak lebih suka cerita
Cinderella daripada Kuncung Bawuk.
Demikian pula dengan kondisi lagu dolanan. Sebagai kesenian yang oleh
Hutomo (1975:25) disebut sebagai puisi Jawa tradisional, mulai ditinggalkan bahkan
dilupakan generasi muda. Anak-anak dan remaja sudah tidak tertarik dengan lagu
dolanan atau tembang macapat. Faktor penyebab kondisi ini selain perkembangan
hiburan dengan teknologi yang serba canggih, orang tua sendiri kadang tidak
memperkenalkan seni sastra tradisional ini kepada anak-anaknya.
Simbol dan makna kebangsaan yang muncul dalam lirik lagu-lagu dolanan
akan sangat bermanfaat bagi proses pendidikan, terutama generasi muda, jika dilakukan
upaya sosialisasi dan penanaman unsur-unsur kebangsaan sejak awal. Proses
pengenalan budaya dan seni pada generasi muda tidak cukup hanya melalui pendidikan
formal sebab melalui pendidikan non formal banyak hal baru dan pengalaman langsung
akan diperoleh serta dirasakan generasi muda. Sebaliknya, proses non formal bukan
merupakan satu-satunya cara efektif sebab ada beberapa konsep teoretis dan ilmiah
perlu dikaji dan menjadikan daya pikir masyarakat berkembang.
Cara efektif yang dilakukan untuk mewujudkan pendidikan berbangsa dan
bertanah air melalui seni dan budaya lokal ialah dengan penyelarasan antara pendidikan
formal dan non formal. Pendidikan formal dalam konteks ini dimaksudkan bentuk
pendidikan resmi yang ada di sekolah-sekolah yaitu jenjang Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Menengah Pertama (SMP), dan Menengah Atas (SMA).
Di jenjang Taman Kanak-kanak, umumnya sebagian besar materi diwujudkan
dalam bentuk permainan dan nyanyian. Lagu dolanan sebagai kesatuan bentuk
permainan dan lagu tentu sangat efektif dijadikan alternatif materi. Saat mengajar, guru
dapat memanfaatkan bentuk permainan untuk menarik minat anak. Yang perlu
ditekankan adalah konteks budi pekerti dan kebangsaan yang harus diimplikasikan
dalam dalam tiap lirik lagu dolanan.
Proses sosialisasi dan implementasi dilakukan di dalam kelas. Setelah melatih
bernyanyi dan diselingi permainan, guru harus menjelaskan arti tiap kata dan simbol
bahasa sesuai tingkat usia anak. Selanjutnya diberikan penjelasan relevansinya dengan
wujud kebangsaan yang muncul pada tiap unsur-unsur lirik lagu.
Di jenjang sekolah dasar (SD) lirik lagu dolanan dapat dijadikan alternatif
materi pelajaran Bahasa Jawa. Bahasa Jawa selama ini mempunyai kesan pelajaran
membosankan. Untuk itu, guru harus pandai-pandai mencari alternatif materi. Lagu
dolanan sudah tidak asing bagi telinga anak-anak Jawa Tengah, meskipun sebagian
besar dari mereka hanya mendengar saja tanpa mengerti maksudnya. Inilah tugas guru
yang selama ini jarang menggunakn lagu dolanan sebagai materi.
Di jenjang sekolah menengah pertama (SMP), lagu dolanan melalui
pengajaran serta penerapan simbol dan makna dalam liriknya akan sangat membantu
guru dalam memberikan materi sastra dan seni. Di sisi lain, siswa akan merasa tertarik
sebab pembentukan perilaku nasionalisme dituntun melalui proses belajar integral antar
seni, sastra, dan moral. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki jiwa-jiwa
nasionalis yang berpondasi agama dan etika yang kuat, tanpa meninggalkan nilai-nilai
luhur budaya.
Di jenjang sekolah menengah atas (SMA), sosialisasi dan implementasi lirik
lagu dolanan sebagai perwujudan kebangsaan dapat diterapkan dalam mata pelajaran
Bahasa Jawa dan Budi Pekerti. Sebagian besar materi kurikulum Bahasa Jawa SMA
seharusnya banyak diarahkan pada analisis dan penerapan sastra. Dengan demikian,
lagu dolanan sangat efektif dijadikan alternatif materi terkait dengan analisis simbol
dan makna lirik lagu dolanan. Guru tidak lagi mengajarkan teknik bernyanyi, tetapi
menjelaskan dan menerapkan unsur-unsur kebangsaan dalam lirik lagu dolanan, agar
siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
negara.
Di jenjang SMA, aplikasi dan implementasi simbol dan makna lirik lagu
dolanan dalam materi pembelajaran, tentu saja memiliki porsi yang berbeda dengan
jenjang TK, SD atau SMP. Di jenjang TK dan SD lirik lagu dolanan diajarkan lebih
banyak pada sosialisasi lagu, notasi dan pesan-pesan yang ada di dalam lagu.
Di jenjang SMP, siswa mulai dikenalkan untuk interpretasi lirik lagu dolanan
namun tahap awal, dan belum mendalam. Di jenjang SMA inilah siswa dikenalkan
secara lebih dalam interpretasi makna dan simbol lirik lagu dolanan. Tahap ini
dilakukan dengan menyesuaikan kognisi siswa.
Proses pendidikan formal inilah yang akan menjadi pondasi di dunia
pendidikan generasi muda. Kontribusi dan arah simbol dan makna lirik lagu dolanan
akan terwujud dengan adanya peran aktif pendidik dan siswa sebab di mulai dalam
dunia pendidikan formal, daya pikir, dan pengetahuan generasi muda terbentuk dan
berkembang. Harapan yang ingin dicapai dengan penerapan dan implementasi simbol
dan makna kebangsaan dalam lirik lagu dolanan di bangku Sekolah Menengah Atas
(SMA) ialah siswa sebagai generasi yang akan tumbuh dewasa mampu
menyeimbangkan antara pengalaman dan teori, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
dalam suatu karya sastra.
Berjalannya proses belajar yang ada dalam pendidikan formal tidak menjamin
kematangan dan pemahaman generasi muda tentang arti penting sebuah semangat
kebangsaan, sebab justru melalui dunia pendidikan non formal seringkali anak-anak
lebih peka dan paham tentang lingkungannya, budaya, dan kehidupan bangsanya.
Untuk menyelaraskan implentasi dan sosialisasi lirik lagu dolanan secara optimal, maka
diperlukan proses non formal.
Proses non formal dalam kehidupan masyarakat dapat dilakukan karena alasan
ekonomi dan alasan kemanusiaan. Alasan ekonomi ditempuh karena kepedulian akan
dunia budaya dan sastra beberapa pihak, tetapi banyak anak-anak berbakat tidak dapat
menempuh pendidikan formal. Namun, pendidikan non formal dapat ditempuh karena
alasan untuk menumbuhkan greget dan wujud kecintaan akan budaya dan tradisi
setempat. Wujud atau bentuk pendidikan non formal sebagai sarana sosialisasi dan
aplikasi lirik lagu dolanan di Jawa Tengah antara lain dilakukan mulai dari keluarga
dan masyarakat.
Keluarga adalah tempat pertama seseorang memperoleh pengetahuan dan
pelajaran. Keluarga adalah orang terdekat anak. Terkait dengan aplikasi lirik lagu
dolanan dalam perwujudan kebangsaan, keluarga dapat berperan aktif dengan
mengajarkan anak tentang budaya daerah sejak dini. Lagu-lagu dolanan diperkenalkan
lalu anak diajak diskusi makna yang terkandung di dalamnya. Orang tua harus
memahami betul isi lagu, sebab jika pemahaman orang tua salah, maka pemahaman
anak akan juga salah. Proses lain dapat dilakukan dengan bermain dan bernyanyi di
waktu senggang dalam sendau-gurau antarkeluarga.
Lagu dolanan sebagai satu contoh kesenian bernilai sastra, akan lebih efektif
jika diajarkan sejak dini dan dimulai di dalam keluarga. Memperdengarkan atau
menyanyikan lagu dolanan pada berbagai kesempatan dalam suasana santai, akan
membuat anak terbiasa dan mengenal seni budaya tradisi. Hal ini sesuai dengan
ungkapan, yang mengatakan tidak kenal maka tidak sayang.
Pendidikan masyarakat adalah lingkungan sekunder setelah keluarga dan
sekolah. Namun, justru di masyarakat inilah banyak generasi muda menangkap
pengaruh-pengaruh yang kuat, baik pengaruh positif ataupun negatif. Peran masyarakat
dalam mengembangkan seni sastra dan budaya seperti lagu dolanan dan pengenalan
simbol maknanya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Cara-cara yang ditempuh yaitu melatih bernyanyi, bermain anak-anak di
lingkungan setempat, dan mengajarkan simbol dan makna dalam tiap-tiap lagu dolanan.
Dengan demikian, simbol dan makna dalam lirik lagu dolanan yang memiliki andil di
dalam aspek pendidikan akan terwujud secara pelan namun pasti. Mengajarkan budaya
dan seni dengan makna filosofis memerlukan perhatian dan kesadaran baik pemerintah,
masyarakat, pendidik, dan generasi muda sendiri sebab antara proses formal dan non
formal sama pentingnya dan harus selaras.
Ilir2, gundul, padang bulan, jaranan
Proses implementasi formal dan non formal serta peran serta semua pihak
sangat signifikan dalam mewujudkan semangat nasionalisme secara optimal. Proses
pendidikan formal dan non formal hendaknya berjalan seimbang sebab untuk
menanamkan adanya simbol dan makna kebangsaan dalam lirik lagu dolanan butuh
waktu dan ketekunan agar harapan dan makna tersirat yang ingin disampaikan tiap lirik
lagu dolanan betul-betul terwujud.
Lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional kenyataannya mampu
memberikan potensi dan kontribusi bagi kehidupan bangsa. Namun demikian, lagu
dolanan hingga saat ini masih menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan di
negara Indonesia.
Untuk menjadikan lagu dolanan bukan lagi sebagai lagu mainan anak semata,
memang memerlukan proses. Di Jawa Tengah sendiri yang mayoritas penduduk asli
suku Jawa, sebagian besar masyarakatnya telah mulai meninggalkan kesenian daerah.
Globalisasi telah berhasil masuk dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,
budaya, bahkan moral. Tentu saja persoalan ini perlu disikapi dengan bijaksana.
Masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, harus mulai kembali pada falsafah-
falsafah leluhur yang pada dasarnya mampu menjadi fungsi kontrol dan identitas.
Kerjasama yang harmonis antara orang tua, lingkungan, lembaga, dan pemerintah akan
berandil cukup besar bagi kelestarian seni budaya daerah yang merupakan sumber aset
budaya nasional.