lagu dolanan yang mulai menghilang.docx

13
Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang Indonesia sebagai negara yang berbhinneka tunggal ika sesungguhnya kaya akan budaya dan kesenian tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya tersebut dapat dilihat dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Namun ironisnya, generasi muda sebagai penerus budaya tidak begitu banyak yang berminat melestarikan maupun sekedar mempelajari seni budaya lokal. Salah satu hasil budaya yang juga merupakan seni sastra tradisional yaitu lagu dolanan dari Jawa Tengah. Saat ini, lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional yang amat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa, justru semakin menyusut peminatnya. Banyak kesenian modern menjadikan generasi muda, di Jawa Tengah khususnya, asing dengan budaya daerahnya sendiri. Sebagian besar generasi muda lebih banyak memilih kesenian yang dapat menghibur dengan menggunakan teknologi canggih. Hal ini tentu saja sangat miris dan menjadi tanggung jawab kita semua. Apa jadinya jika kesenian-kesenian

Upload: ekmal-adi-mahardika

Post on 21-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang

Indonesia sebagai negara yang berbhinneka tunggal ika sesungguhnya kaya

akan budaya dan kesenian tradisional di tiap-tiap daerah. Keanekaragaman seni budaya

tersebut dapat dilihat dari aspek bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Namun ironisnya,

generasi muda sebagai penerus budaya tidak begitu banyak yang berminat melestarikan

maupun sekedar mempelajari seni budaya lokal.

Salah satu hasil budaya yang juga merupakan seni sastra tradisional yaitu lagu

dolanan dari Jawa Tengah. Saat ini, lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional yang

amat dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa, justru semakin menyusut peminatnya.

Banyak kesenian modern menjadikan generasi muda, di Jawa Tengah khususnya, asing

dengan budaya daerahnya sendiri. Sebagian besar generasi muda lebih banyak memilih

kesenian yang dapat menghibur dengan menggunakan teknologi canggih.

Hal ini tentu saja sangat miris dan menjadi tanggung jawab kita semua. Apa

jadinya jika kesenian-kesenian tradisional ini lenyap begitu saja? Anak-anak kita

maupun cucu-cucu kita mungkin tidak akan mengenal lagi apa itu lagu Ilir-ilir.

Sekarang, yang menjadi pertanyaan ialah: Mengapa lagu dolanan semakin

tersingkirkan? Bagaimana cara mempertahankan kelestarian lagu dolanan? Pertanyaan-

pertanyaan tersebut haruslah terjawab terlebih dahulu jika kita ingin mengubah

kenyataan yang ada.

Setidaknya, lagu dolanan mulai tersingkirkan karena munculnya berbagai

karya musik modern yang jauh lebih menarik dan memiliki banyak hal yang tidak

ditemukan pada lagu-lagu dolanan. Alat musik yang berbeda dan aliran musik modern

Page 2: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

yang sangat bervaratif juga turut serta dalam kemunduran lagu-lagu dolanan. Tema

pada lagu-lagu modern juga tak terbatas tak seperti lagu-lagu dolanan atau lagu-lagu

Jawa lainnya yang terkesan membosankan karena memiliki tema yang itu-itu saja.

Untuk mengantisipasinya, kita harus mengadaptasi lagu-lagu dolanan yang ada

agar terlihat lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan minat anak-anak. Hal itu

bisa dilakukan dengan mengaransemen lagu-lagu dolanan dengan menggunakan

gabungan alat musik modern dan alat musik tradisional. Bisa juga dengan menciptakan

lagu-lagu dolanan yang lebih menarik lagi dan memiliki berbagai tema kehidupan.

Lagu dolanan dapat dikatakan sebagai kesenian sekaligus karya sastra. Alasan

ini tepat karena dalam seni sastra alat yang digunakan adalah bahasa yang indah dan

memiliki makna yang diwujudkan dalam tulisan. Lagu dolanan anak terbentuk dari

rangkaian bahasa atau kata-kata yang memiliki irama, persajakan dan mengandung

suatu simbol dan makna.

Bangsa Indonesia, masyarakat Jawa khususnya tidak menyadari bahwa banyak

budaya dan kesenian modern terutama yang berasal dari negara asing sangat

berpengaruh bagi pola pikir generasi muda. Persoalan ini sangat berkaitan dengan

kondisi bangsa Indonesia yang belum juga lepas dari krisis sejak tahun 1997. Alasan ini

muncul sebab generasi muda sebagai penerus pembangunan hendaknya memiliki rasa

bangga dan jiwa kepahlawanan dalam menyikapi suatu masalah. Sikap tersebut dapat

dimulai dengan rasa bangga dan mencintai seni budaya. Melalui seni, seseorang belajar

peka terhadap lingkungannya.

Sudikan (dalam Prawoto 1993:28) memberikan pernyataan bahwa sekarang ini

telah banyak pergeseran nilai. Sebagai contoh saat ini orang tua atau nenek-nenek di

lingkugan masyarakat Jawa sudah tidak mampu lagi bercerita tentang Buto Ijo, Bol

Page 3: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

Blorok, Ider Bismillah, Johar Manik dan sebagainya. Mengapa demikian? Salah satu

sebabnya adalah cerita itu sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman (ora

njamani-jw). Di sisi lain, minat anak-anak terhadap legenda, mitos, dan cerita-cerita

kepahlawanan dengan tokoh-tokoh lucu, kurang sekali. Anak-anak lebih suka cerita

Cinderella daripada Kuncung Bawuk.

Demikian pula dengan kondisi lagu dolanan. Sebagai kesenian yang oleh

Hutomo (1975:25) disebut sebagai puisi Jawa tradisional, mulai ditinggalkan bahkan

dilupakan generasi muda. Anak-anak dan remaja sudah tidak tertarik dengan lagu

dolanan atau tembang macapat. Faktor penyebab kondisi ini selain perkembangan

hiburan dengan teknologi yang serba canggih, orang tua sendiri kadang tidak

memperkenalkan seni sastra tradisional ini kepada anak-anaknya.

Simbol dan makna kebangsaan yang muncul dalam lirik lagu-lagu dolanan

akan sangat bermanfaat bagi proses pendidikan, terutama generasi muda, jika dilakukan

upaya sosialisasi dan penanaman unsur-unsur kebangsaan sejak awal. Proses

pengenalan budaya dan seni pada generasi muda tidak cukup hanya melalui pendidikan

formal sebab melalui pendidikan non formal banyak hal baru dan pengalaman langsung

akan diperoleh serta dirasakan generasi muda. Sebaliknya, proses non formal bukan

merupakan satu-satunya cara efektif sebab ada beberapa konsep teoretis dan ilmiah

perlu dikaji dan menjadikan daya pikir masyarakat berkembang.

Cara efektif yang dilakukan untuk mewujudkan pendidikan berbangsa dan

bertanah air melalui seni dan budaya lokal ialah dengan penyelarasan antara pendidikan

formal dan non formal. Pendidikan formal dalam konteks ini dimaksudkan bentuk

pendidikan resmi yang ada di sekolah-sekolah yaitu jenjang Taman Kanak-kanak (TK),

Sekolah Dasar (SD), Menengah Pertama (SMP), dan Menengah Atas (SMA).

Page 4: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

Di jenjang Taman Kanak-kanak, umumnya sebagian besar materi diwujudkan

dalam bentuk permainan dan nyanyian. Lagu dolanan sebagai kesatuan bentuk

permainan dan lagu tentu sangat efektif dijadikan alternatif materi. Saat mengajar, guru

dapat memanfaatkan bentuk permainan untuk menarik minat anak. Yang perlu

ditekankan adalah konteks budi pekerti dan kebangsaan yang harus diimplikasikan

dalam dalam tiap lirik lagu dolanan.

Proses sosialisasi dan implementasi dilakukan di dalam kelas. Setelah melatih

bernyanyi dan diselingi permainan, guru harus menjelaskan arti tiap kata dan simbol

bahasa sesuai tingkat usia anak. Selanjutnya diberikan penjelasan relevansinya dengan

wujud kebangsaan yang muncul pada tiap unsur-unsur lirik lagu.

Di jenjang sekolah dasar (SD) lirik lagu dolanan dapat dijadikan alternatif

materi pelajaran Bahasa Jawa. Bahasa Jawa selama ini mempunyai kesan pelajaran

membosankan. Untuk itu, guru harus pandai-pandai mencari alternatif materi. Lagu

dolanan sudah tidak asing bagi telinga anak-anak Jawa Tengah, meskipun sebagian

besar dari mereka hanya mendengar saja tanpa mengerti maksudnya. Inilah tugas guru

yang selama ini jarang menggunakn lagu dolanan sebagai materi.

Di jenjang sekolah menengah pertama (SMP), lagu dolanan melalui

pengajaran serta penerapan simbol dan makna dalam liriknya akan sangat membantu

guru dalam memberikan materi sastra dan seni. Di sisi lain, siswa akan merasa tertarik

sebab pembentukan perilaku nasionalisme dituntun melalui proses belajar integral antar

seni, sastra, dan moral. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki jiwa-jiwa

nasionalis yang berpondasi agama dan etika yang kuat, tanpa meninggalkan nilai-nilai

luhur budaya.

Page 5: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

Di jenjang sekolah menengah atas (SMA), sosialisasi dan implementasi lirik

lagu dolanan sebagai perwujudan kebangsaan dapat diterapkan dalam mata pelajaran

Bahasa Jawa dan Budi Pekerti. Sebagian besar materi kurikulum Bahasa Jawa SMA

seharusnya banyak diarahkan pada analisis dan penerapan sastra. Dengan demikian,

lagu dolanan sangat efektif dijadikan alternatif materi terkait dengan analisis simbol

dan makna lirik lagu dolanan. Guru tidak lagi mengajarkan teknik bernyanyi, tetapi

menjelaskan dan menerapkan unsur-unsur kebangsaan dalam lirik lagu dolanan, agar

siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan

negara.

Di jenjang SMA, aplikasi dan implementasi simbol dan makna lirik lagu

dolanan dalam materi pembelajaran, tentu saja memiliki porsi yang berbeda dengan

jenjang TK, SD atau SMP. Di jenjang TK dan SD lirik lagu dolanan diajarkan lebih

banyak pada sosialisasi lagu, notasi dan pesan-pesan yang ada di dalam lagu.

Di jenjang SMP, siswa mulai dikenalkan untuk interpretasi lirik lagu dolanan

namun tahap awal, dan belum mendalam. Di jenjang SMA inilah siswa dikenalkan

secara lebih dalam interpretasi makna dan simbol lirik lagu dolanan. Tahap ini

dilakukan dengan menyesuaikan kognisi siswa.

Proses pendidikan formal inilah yang akan menjadi pondasi di dunia

pendidikan generasi muda. Kontribusi dan arah simbol dan makna lirik lagu dolanan

akan terwujud dengan adanya peran aktif pendidik dan siswa sebab di mulai dalam

dunia pendidikan formal, daya pikir, dan pengetahuan generasi muda terbentuk dan

berkembang. Harapan yang ingin dicapai dengan penerapan dan implementasi simbol

dan makna kebangsaan dalam lirik lagu dolanan di bangku Sekolah Menengah Atas

(SMA) ialah siswa sebagai generasi yang akan tumbuh dewasa mampu

Page 6: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

menyeimbangkan antara pengalaman dan teori, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik

dalam suatu karya sastra.

Berjalannya proses belajar yang ada dalam pendidikan formal tidak menjamin

kematangan dan pemahaman generasi muda tentang arti penting sebuah semangat

kebangsaan, sebab justru melalui dunia pendidikan non formal seringkali anak-anak

lebih peka dan paham tentang lingkungannya, budaya, dan kehidupan bangsanya.

Untuk menyelaraskan implentasi dan sosialisasi lirik lagu dolanan secara optimal, maka

diperlukan proses non formal.

Proses non formal dalam kehidupan masyarakat dapat dilakukan karena alasan

ekonomi dan alasan kemanusiaan. Alasan ekonomi ditempuh karena kepedulian akan

dunia budaya dan sastra beberapa pihak, tetapi banyak anak-anak berbakat tidak dapat

menempuh pendidikan formal. Namun, pendidikan non formal dapat ditempuh karena

alasan untuk menumbuhkan greget dan wujud kecintaan akan budaya dan tradisi

setempat. Wujud atau bentuk pendidikan non formal sebagai sarana sosialisasi dan

aplikasi lirik lagu dolanan di Jawa Tengah antara lain dilakukan mulai dari keluarga

dan masyarakat.

Keluarga adalah tempat pertama seseorang memperoleh pengetahuan dan

pelajaran. Keluarga adalah orang terdekat anak. Terkait dengan aplikasi lirik lagu

dolanan dalam perwujudan kebangsaan, keluarga dapat berperan aktif dengan

mengajarkan anak tentang budaya daerah sejak dini. Lagu-lagu dolanan diperkenalkan

lalu anak diajak diskusi makna yang terkandung di dalamnya. Orang tua harus

memahami betul isi lagu, sebab jika pemahaman orang tua salah, maka pemahaman

anak akan juga salah. Proses lain dapat dilakukan dengan bermain dan bernyanyi di

waktu senggang dalam sendau-gurau antarkeluarga.

Page 7: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

Lagu dolanan sebagai satu contoh kesenian bernilai sastra, akan lebih efektif

jika diajarkan sejak dini dan dimulai di dalam keluarga. Memperdengarkan atau

menyanyikan lagu dolanan pada berbagai kesempatan dalam suasana santai, akan

membuat anak terbiasa dan mengenal seni budaya tradisi. Hal ini sesuai dengan

ungkapan, yang mengatakan tidak kenal maka tidak sayang.

Pendidikan masyarakat adalah lingkungan sekunder setelah keluarga dan

sekolah. Namun, justru di masyarakat inilah banyak generasi muda menangkap

pengaruh-pengaruh yang kuat, baik pengaruh positif ataupun negatif. Peran masyarakat

dalam mengembangkan seni sastra dan budaya seperti lagu dolanan dan pengenalan

simbol maknanya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.

Cara-cara yang ditempuh yaitu melatih bernyanyi, bermain anak-anak di

lingkungan setempat, dan mengajarkan simbol dan makna dalam tiap-tiap lagu dolanan.

Dengan demikian, simbol dan makna dalam lirik lagu dolanan yang memiliki andil di

dalam aspek pendidikan akan terwujud secara pelan namun pasti. Mengajarkan budaya

dan seni dengan makna filosofis memerlukan perhatian dan kesadaran baik pemerintah,

masyarakat, pendidik, dan generasi muda sendiri sebab antara proses formal dan non

formal sama pentingnya dan harus selaras.

Ilir2, gundul, padang bulan, jaranan

Proses implementasi formal dan non formal serta peran serta semua pihak

sangat signifikan dalam mewujudkan semangat nasionalisme secara optimal. Proses

pendidikan formal dan non formal hendaknya berjalan seimbang sebab untuk

menanamkan adanya simbol dan makna kebangsaan dalam lirik lagu dolanan butuh

Page 8: Lagu Dolanan yang Mulai Menghilang.docx

waktu dan ketekunan agar harapan dan makna tersirat yang ingin disampaikan tiap lirik

lagu dolanan betul-betul terwujud.

Lagu dolanan sebagai seni sastra tradisional kenyataannya mampu

memberikan potensi dan kontribusi bagi kehidupan bangsa. Namun demikian, lagu

dolanan hingga saat ini masih menjadi sebuah tantangan bagi dunia pendidikan di

negara Indonesia.

Untuk menjadikan lagu dolanan bukan lagi sebagai lagu mainan anak semata,

memang memerlukan proses. Di Jawa Tengah sendiri yang mayoritas penduduk asli

suku Jawa, sebagian besar masyarakatnya telah mulai meninggalkan kesenian daerah.

Globalisasi telah berhasil masuk dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,

budaya, bahkan moral. Tentu saja persoalan ini perlu disikapi dengan bijaksana.

Masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, harus mulai kembali pada falsafah-

falsafah leluhur yang pada dasarnya mampu menjadi fungsi kontrol dan identitas.

Kerjasama yang harmonis antara orang tua, lingkungan, lembaga, dan pemerintah akan

berandil cukup besar bagi kelestarian seni budaya daerah yang merupakan sumber aset

budaya nasional.