labioskizis sabu
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Celah bibir merupakan cacat lahir yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang belum diketahui sepenuhnya. Celah bibir ini disebabkan oleh gen yang
diturunkan dari kedua orang tua penderita dan faktor lingkungan. Penyebab dari
celah bibir ini adalah akibat dari beberapa faktor yang diwariskan, yaitu
terdapatnya kelainan genetik pada celah orofasial. Tertelannya campuran
teratogenik pada saat trimester pertama kehamilan, penggunaan steroid,
thalidomed,dan alkohol. Celah bibir dan celah langit-langit merupakan
malformasi kongenital, dengan frekwensi kejadian 88-175 per 100.000 kelahiran
hidup pertahun. Kejadian celah bibir dan celah langit-langit hampir 45%, diikuti
dengan celah langit-langit saja 35%, dan celah bibir saja 20%. Frekwensi kejadian
pada laki-laki dua kali lipat dari perempuan. Celah bibir satu sisi lebih sering
dibandingkan dengan celah bibir 2 sisi dan lebih sering pada sisi kiri,
perbandingan antara celah bibir kiri dan kanan 6:3.¹
Celah bibir bilateral adalah celah yang terdapat pada kedua sisi bibir atas.
Celah ini dapat muncul sebagai komplit biasanya disertai celah palatum komplit
dengan premaksila yang protusif, prolabium kecil yang tipis dan menempel pada
hidung dan kolumela pendek atau bahkan tidak dijumpai adanya kolumela. Celah
bibir bilateral inkomplit adalah celah bibir yang terjadi pada keduan sisi bibir
atas, cacat tidak sampai kedasar hidung namun mengakibatkan berkurangnya
panjang vertikal bibir. ¹
1
Penderita-penderita celah bibir sehubungan dengan kelainan pada
mukanya, kebanyakan merasa rendah diri, kecanggungan dalam pergaulan,
kelainan dalam fungsi bicara, masa depan yang sulit dalam menghadapi
kehidupan. Mengingat hal-hal tersebut diatas dianjurkan untuk memperbaiki
kelainan tersebut sebelum masuk sekolah, karena apabila dibiarkan akan
menimbulkan efek phisikologisosial yang sukar disembuhkan. ²
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ²
Celah bibir atau bibir sumbing adalah suatu anomali kongenital nyata,
membutuhkan pengobatan yang lama dan menyebabkan implikasi seumur hidup
terhadap individu yang mengalaminya.
Patofisiologi ²
Perkembangan normal cranifasial terjadi didalam kandungan termasuk
terjadinya proliferasi sel, migrasi, diferensiasi dan apoptosis. Pada minggu ketiga
masa perkembangan, sel neural crest proliferasi dan bermigrasi, membentuk
‘protuberances’ atau ‘prominences’ yang akhirnya akan membentuk mulut dan
struktur fasial lainnya. Pada minggu keenam masa kehamilan, palate pertama dan
bibir atas terbentuk sebagai penonjolan disekitar nasomedial dan kedua tonjolan
rahang atas lateral (maxilaris) bermigrasi diantaranya dan bersatu. Palate yang
kedua berkembang dari proses pemisahan struktur yang diketahui dengan palate
shelves, dimana akan meluas dari tonjolan maksilaris dan bermigrasi kearah atas
lidah dan bergabung. Umumnya, celah bibir disebkan ketika penonjolan hidung
gagal untuk bergabung secara adekuat dengan penonjolan maksilaris selama
3
perkembangan, dan sering dihubungkan dengan adanya defisiensi yang terjadi
saat proses prolifersi sel. Celah bibir unilateral terjadi ketika tonjolan maksilaris
pada satu sisi gagal untuk bergabung tonjolan nasomedial. Pada celah bibir
bilateral prosesnya terjadi pada kedua tonjolan maksila, sehingga akan berefek
terhadap kedua sisi wajah. Konsekuensi pertama dari kegagalan penyatuan
abnormal termasuk otot –otot bibir, khususnya otot-otot wajah yang melintasi
garis pada tonjolan maksila dan hidung.
Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis belum diketahui
dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioskizis dan
labiopalatoskizis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-
faktor lingkungan.²
Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan
bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioskizis akan mengalami
labioskizis. Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioskizis meningkat
bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudarakandung) mempunyai riwayat
labioskizis. Ibu yang mengkonsumsi alcoholdan narkotika, kekurangan vitamin
(terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita
diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioskizis.³
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor
tersebut antara lain, yaitu : ³
1. Faktor genetik atau keturunan
4
Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana
dapat terjadi karena mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap
sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex (kromsom 1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex
(kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita
bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai
kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom
pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada
perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang
terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu
hamil, kekurangan asam folat.
3. Radiasi.
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
Rubella dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,
akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi
penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetik.
8. Diplasia ektodermal.
5
Klasifikasi4
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi,
bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung,
bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi
struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum
di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior
terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer
dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya
utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui :
1) Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu
sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memnajang hingga ke hidung
6
Gejala Klinis5
Gejala klinis terjadi bila cacat terbentuk lengkap sampai kelangit-langit
maka bayi tidak dapat menghisap, dan dapat terjadi otitis media karena lemahnya
spinter pada muara tuba eustachius, gangguan fonasi.
Tatalaksana
Tindakan operasi pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule of ten, yaitu umur lebih dari 10 minggu atau 3 bulan,
berat lebih dari 10 found atau 5 kilo gram, Hb lebih dari 10gr/dl, leokosit lebih
dari 10000/ul.6
Cara operasi yang paling umum dipakai adalah cara Millard. Tidak ada
metode tunggal untuk praktik bedah pada semua jenis deformitas pada bibir.
Walaupun, pada prinsipnya pembedahan berat sering dibutuhkan dalam
memperbaiki bibir sumbing. Sebagai contoh, pada perbaikan bibir sumbing
7
unilateral, termasuk prosedur bedah berat sering kali digunakan, tetapi tidak
selalu, teknik dan jenis ialah: Davies Z-plasty, modifikasi Z-plasty, Tennison-
Randal triangular flap repair, Nakajima-Yoshimura straight-line repair, dan teknik
rotasi Millard. Teknik perbaikan bibir sumbing termasuk: Manchester, Millard
and Veau. Hasil utama dari perbaikan ini tergantung pada skil dari spesialis bedah
yang mengerjakan, dan mungkin saja tergantung pada jenis teknik dari prosedur
yang digunakan. Pada umunya, operasi bertujuan untuk menutup celah dengan
sikatrik yang seminimal mungkin, dan menggabungkan otot orbicularis oris. 7
Komplikasi7
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenanya, yaitu ;
1. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi
makan pada bayi bibir sumbing.
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita
labioskizisdan labiopalatoskizis. Adanya labioskizis dan labiopalatoskizis
memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada
payudaraibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioskizis mungkin
dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang
ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan
labioskizis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih
banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak urus
8
mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi
secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang hanyamenderita
labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya dapat menyusui, namun
pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus.
Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini
dibuat untuk bayi denganlabiopalatoskizis dan bayi dengan masalah
pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
2. Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang
menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak
segera diatasi maka akan kehilangan pendengaran.
Anak dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-
otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan
fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara
bahkan dapat menghambatnya.
Pada bayi dengan labiopalatoskizis biasanya juga memiliki
abnormalitas.pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole.
Saat palatu mmole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum,
kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga
9
nasalpada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal.
Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b,
d, t,h, k, g, s, sh, and ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya
sangat membantu.
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan khusus. Anak yang lahir
dengan labioskizis dan labiopalatoskizis mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi
dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.
10
BAB III
SIMPULAN
Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Biasanya kelainan ini sudah
terjadi sejak dalam kehamilan atau dengan kata lain penyebab terjadinya labioskizis dan
labiopalatoskizis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan
berpendapat bahwa labioskizis dan labiopalatoskizis muncul sebagai akibat dari
kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Tatalaksana pada kasus ini
adalah dengan cara pembedahan namun pembedahan tidak bisa dikerjakan
langsung harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : umur lebih dari 10
minggu atau 3 bulan, berat lebih dari 10 found atau 5 kilo gram, Hb lebih dari
10gr/dl, leokosit lebih dari 10000/ul. Dan tehnik operasi yang lazim digunakan
adalah cara Millard.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Liu, Jesica. 2009. Clinical prosedure cleft lips repair.
http://www.uwomeds.com/uwomj/v73n2/22456%20UWO
%202006_3%20ClinicalProcedures.pdf . Diakses 25/1/2013
2. Sjamsuhidajat, R .dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisis 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; jakarta halaman 422-423.
3. Anonim. 2010. Cleft lip. http://pediaview.com/openpedia/Cleft_lip . diakses
26/1/2013.
4. Masjoer. A.2000. Bibir Sumbing Dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2.
Media Aesculapius FKUI ;Jakarta Halaman 373-374.
5. Tolarova, Marie M . 2009. http://emedicine.medscape.com/article/995535-
print. diakses 25/1/20113.
6. T, C, Martin. 2004. The Complex Genetics of Cleft Lip and Palate.
http://ejo.oxfordjournals.org/content/26/1/7.full.pdf . diakses 25/5/2011.
7. Golonka, Debby.dkk. 2000. Cleft Lip. http://www.nucleusinc.com. Diakses
25/1/2013.
12