l k i p · tahun 2019, di tahun 2019 bawaslu provinsi sulawesi barat juga melakukan pengawasan...
TRANSCRIPT
L K I P LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2019
C O N T A C T
(0426) 2322634
www.sulbar.bawaslu.go.id
Mamuju, Sulawesi Barat
Alamat :
KANTOR BAWASLU SULBAR
Komp. RUKO AXURI
Jl. Pongtiku , Kel. Rimuku
Mamuju - SULBAR
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
ii ii ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengharapkan Ridha dan Hidayah serta Rahmat
dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Badan Pengawas Pemilihan
Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 dapat diselesaikan.
LKIP Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2019 merupakan perwujudan
pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran
strategis pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan & Kinerja Instansi Pemerintah serta
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
LKIP mempunyai fungsi sebagai media penilai kinerja secara
kuantitatif, merupakan wujud akuntabilitas Bawaslu dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya menuju Good Governance,
sebagai pengendali dan pemacu peningkatan kinerja unit kerja
dilingkungan Panwaslih Provinsi Sulawesi Barat, dan sebagai
wujud transparansi hingga pertanggungjawaban kepada publik.
Penyusunan LKIP ini merupakan analisis realisasi capaian
sasaran strategis Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
iii iii iii
yang sekaligus sebagai sarana untuk mengupayakan perbaikan
dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Disadari bahwa
LKIP Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 ini masih
banyak kekurangan, namun diharapkan dapat menjadi bahan dan
gambaran untuk berbagai pihak mengenai tingkat keberhasilan
atau kegagalan pencapaian kinerja. Beberapa permasalahan
Nampak masih perlu mendapat perhatian serius serta diperlukan
dukungan dari semua pihak agar pencapaian tujuan khusus
untuk mewujudkan Pengawasan Pemilihan Umum dapat
terlaksana dengan baik.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan kontribusi terhadap penyususan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019.
Mamuju, Februari 2020
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
PROVINSI SULAWESI BARAT
Ketua,
TTD
SULFAN SULO, S.IP.,M.Si
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
iv iv iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum 1
1.2 Pembentukan Lembaga berdasarkan Undang- Undang 5
1.3 Mandat
1.4 SDM & Struktur Organisasi 14
1.5 Isu yang Berkembang 17
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Visi dan Misi
2.2 Renja
2.3 Perjanjian Kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KEUANGAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Rencana Kedepa
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu instrumen
demokrasi yang dalam pelaksanaannya melibatkan secara
langsung seluruh warga Negara (rakyat) yang memiliki hak pilih.
Pemilu di Indonesia menjadi sarana kedaulatan rakyat untuk
memilih Anggota DPR, Anggota DPD, Presiden Dan Wakil Presiden,
dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sebagaimana prinsip umum demokrasi, maka Pemilu harus
diselenggarakan berdasarkan asas-asas langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pada Tahun 2019 sesuai dengan amanah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pemilihan Umum, Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat menyelenggarakan pengawasan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden, Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemilihan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Provinsi, dan Pemilihan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) Kabupaten/Kota, yang
pelaksanaannya secara serentak pada tanggal 17 April 2019.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
2
Disamping melaksanakan pengawasan Pemilihan Umum
Tahun 2019, di tahun 2019 Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat juga
melakukan pengawasan tahapan Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Tahun 2020 di 4 (empat) Kabupaten sesuai dengan
amanah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
Undang-Undang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
Undang-Undang dan terakhir diubah menjadi Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2016 yang mencakup tahapan Persiapan yakni
Pemberitahuan dan Pendaftaran Pemantau Pemilihan dan juga
tahapan Penyelenggaraan yakni Pemenuhan Persyaratan
Dukungan Pasangan Calon Perseorangan.
Pelaksanaan pemilihan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD
serta pemilihan Presiden dan wakil Presiden secara serentak di
tahun 2019 telah dilaksanakan. Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
telah berupaya menjalankan tugas, wewenang dan
tanggungjawabnya untuk mengawasi seluruh tahapan
pelaksanaan pemilu di Wilayah Provinsi Sulawesi Barat
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
3
sebagaimana akan dituangkan dalam laporan ini. Luas wilayah
pengawasan sekitar 16.787,18 km² dengan beragam suku yang
ada di provinsi ini yang terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja
(13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan
suku lainnya (19,15%).
Provinsi Sulawesi Barat terletak antara 00 12’- 30 38’00’’
Lintang Selatan dan 1180 43’15’’ - 1190 54’3’’ Bujur Timur,
Provinsi Sulawesi Barat wilayahnya berbatasan dengan : sebelah
Utara : Sulawesi Tengah, sebelah Timur : Sulawesi Selatan,
sebelah Barat : Selat Makassar dan sebelah Selatan : Sulawesi
Selatan. Wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari
6 wilayah kabupaten/kota, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri no. 39 tahun 2015 luas daratan masing-masing
kabupaten/kota, yaitu: Kabupaten Majene (947,84 km2),
Kabupaten Polewali Mandar (1.775,65 km2), Kabupaten Mamasa
(3.005,88 km2), Kabupaten Mamuju (4.999,69 km2), Kabupaten
Pasangkayu (3.043,75 km2), serta Kabupaten Mamuju Tengah
(3.014,37 km2). Topografi Wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri
atas dataran tinggi dan rendah. Di Sulawesi Barat terdapat 193
buah gunung dan yang tertinggi adalah Gunung Ganda Dewata
dengan ketinggian 3.037 meter diatas permukaan laut. Gunung ini
berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Umumnya ditiap Kabupaten
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
4
memiliki beberapa perbukitan dan pegunungan juga memiliki
garis pantai (kecuali kabupaten Mamasa).
Pelaksanaan program dan kegiatan oleh Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat dalam rangka pelaksanaan fungsi dan pencapaian
kinerja dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga. Sebagai lembaga yang menggunakan
anggaran Negara dalam melaksanakan program dan kegiatannya,
maka disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2014 Tentang Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang di percayakan kepada bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat sebagai salah satu instansi pemerintah
atas penggunaan anggaran. Laporan Kinerja diharapkan mampu
memberikan informasi kinerja yang sudah di lakukan oleh Badan
Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat atas kinerja
yang telah dilakukan selama Tahun 2019 dan kinerja yang harus
dicapai. Kemudian melalui laporan kinerja ini sebagai upaya
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
5
perbaikan berkesinambungan bagi Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat untuk meningkatkan kinerjanya selama Tahun 2019.
1.2 Pembentukan Lembaga Berdasarkan Undang-Undang
Badan Pengawas Pemilihan Umum (disingkat Bawaslu)
adalah salah satu lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu dibentuk berdasarkan
perintah Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum. Bawaslu secara struktural terdiri
atas Bawaslu Republik Indonesia, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas kecamatan, Panitia Pengawas
Kelurahan/Desa, dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara,
disetiap tingkatan memiliki tugas pokok melakukan pengawasan
Pemilu disetiap tahapan Pemilu dan melakukan penindakan
pelanggaran Pemilu secara berjenjang.
Pada tahun 2011 pengawas Pemilu di tingkat Provinsi
menjadi tetap dan mandiri melalui Undang-Undang Nmor 15
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu. Dan pengawas
Pemilu ditingkat Kabupaten/Kota menjadi tetap dan mandiri pada
tahun 2019 melalui Undang-Undang Nomor & tahun 2019 tentang
Pemilihan Umum. Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi
Sulawesi Barat adalah lembaga pengawas pemilihan umum yang
bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di provinsi Sulawesi
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
6
Barat. Tugas utama Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi
Sulawesi Barat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
selain melakukan pengawasan pelaksanaan tahapan pemilu di
tingkat provinsi, melaksanakan tugas pencegahan dan
pengawasan pemilu, juga melakukan pencegahan dan penindakan
pelanggaran pemilu dan sengketa proses pemilu.
1.3 Mandat
Mandat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Pemilihan Umum menjelaskan bahwa Bawaslu Provinsi
merupakan lembaga permanen yang merupakan perpanjangan
tangan dari Bawaslu Republik Indonesia dalam menjalankan
tugas, fungsi dan wewenangya dalam mengawasi Pemilihan
umum. Mandat tersebut kemudian diundangkan melalui beberapa
aturan turunan Keputusan Sekjen maupun Peraturan Bawasu itu
sendiri yang harus wajib dilakukan oleh Bawaslu Provinsi
khususnya Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat.
Selain mandat Undang-Undang, Bawaslu menjalankan tugas
dan wewenangnya dalam untuk mengawasi Pemilihan Umum yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip good corporate governance yang
mengikat secara utuh. Hal itu dilakukan karena adanya upaya
dari pemerintaha untuk meningkatkan proses pelayanan publik
dan juga reformasi birokrasi yang berbasis pada perubahan tata
kelola organisasi yang semakin baik ke depannya.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
7
Adapun tugas, wewenang dan kewajiban Pengawas Pemilu di
tingkat Provinsi berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 7
Tahun 2019 tentang Pemilihan Umum adalah sebagai berikut:
TUGAS
a. Melakukan Pencegahan dan penindakan di wilayah Provinsi
terhadap;
a. Pelanggaran Pemilu dan
b. Sengketa proses Pemilu.
b. Mengawasi pelaksanaan tahapan Penyelenggaraan Pemilu di
wilayah provinsi, yang terdiri atas:
1. Pelaksanaan verifikasi partai politik calon peserta Pemilu;
2. Pemutaktriran data pemilih, penetapan daftar pemilih
sementara dan daftar pemilih tetap;
3. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata
cara pencalonan anggota DPRD provinsi;
4. Penetapan calon anggota DPD dan calon anggota DPRD
provinsi;
5. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
6. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
7. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara
hasil Pemilu;
8. Penghitungan suara di wilayah kerjanya;
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
8
9. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,
dan sertifikat hasil penghitungan suara dari TPS sampai
ke PPK;
10. Rekapitulasi suara dari semua kabupaten/kota yang
dilakukan oleh KPU Provinsi;
11. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang;
Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan
12. Penetapan hasil Pemilu anggota DPRD Provinsi.
c. Mencegah terjadinya praktik politik uang di wilayah provinsi;
d. Mengawasi netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta
dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini;
e. Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah
provinsi, yang terdiri atas:
1. Putusan DKPP;
2. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa
Pemilu;
3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
Bawaslu Ihbupaten / Kota;
4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota;
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran
netralitas semua pihak yang dilarang ikut serta dalam
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
9
kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini;
f. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu
di wilayah provinsi;
h. Mengevaluasi pengawasen Pemilu di wilayah provinsi; dan
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(1). Dalam melakukan pencegahan pelanggaran pemilu dan
pencegahan sengketa proses Pemilu, Bawaslu Provinsi
bertugas:
a. mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran
Pemilu di wilayah provinsi;
b. mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing,
memantau, dan mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu
di wilayah provinsi;
c. melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dan
pemerintah daerah terkait; dan
d. meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengawasan Pemilu di wilayah provinsi.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
10
(2). Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu Bawaslu
Provinsi bertugas:
a. menyampaikan hasil pengawasan di wilayah provinsi
kepada Bawaslu atas dugaan pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu dan/atau dugaan tindak pidana
Pemilu di wilayah provinsi;
b. menginvestigasi informasi awal atas dugaan
pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi;
c. memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu di
wilayah provinsi;
d. memeriksa, mengkaji, dan memuhrs pelanggaran
administrasi Pemilu; dan
e. merekomendasikan tindak lanjut pengawasan atas
pelanggaran Pemilu di wilayah provinsi kepada
Bawaslu.
(3). Dalam melakukan penindakan sengketa proses pemilu
Bawaslu Provinsi bertugas:
a. menerima permohonan penyelesaian sengketa proses
Pemilu di wilayah provinsi;
b. memverilikasi secara formal dan materiel permohonan
sengketa proses Pemilu di wilayah provinsi;
c. melakukan mediasi antar pihak yang bersengketa di
wilayah provinsi;
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
11
d. melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu di
wilayah provinsi apabila mediasi belum menyelesaikan
sengketa proses Pemilu; dan
e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di
wilayah provinsi.
Bawaslu Provinsi berwenang:
a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan
dengan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pemilu;
b. Memeriksa dan mengkaji pelanggaran Pemilu di wilayah
provinsi serta merekomendasikan hasil pemeriksaan dan
pengkajiannya kepada pihak-pihak yang diatur dalam
Undang-Undang ini;
c. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan
memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu di wilayatr
provinsi;
d. Merekomendasikan hasil pengawasan di wilayah provinsi
terhadap pelanggaran netralitas semua pihak yang dilarang
ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini;
e. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban
Bawaslu Kabupaten/Kota setelah mendapatkan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
12
pertimbangan Bawaslu apabila Bawaslu Kabupaten/Kota
berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat
lainnya sesuai dengan ketentuan perahrran
perundangundangan;
f. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak
yang berkaitan dalam rangka pencegatran dan penindakan
pelanggaran Pemilu dan sengketa proses pemilu di wilayah
provinsi;
g. Mengoreksi rekomendasi Bawaslu Kabupaten/Kota setelah
mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila terdapat hal
yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
h. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bawaslu Provinsi berkewajiban :
a. Bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas pengawas Pemilu pada tingkatan di
bawahnya;
c. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu
sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau
berdasarkan kebutuhan;
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
13
d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu
berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
KPU Provinsi yang mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan Pemilu di tingkat provinsi;
e. Mengawasi pemutalhiran dan pemeliharaan data pemilih
secara berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU Provinsi
dengan memperhatikan data kependudukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
14
SDM & Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, pada tahun 2019,
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 5 (lima) orang
Komisioner yang difasilitasi oleh Sekretariat Bawaslu Provinsi
untuk dukungan administrasi dan teknis operasionalnya.
Sekretariat Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari 1 (satu)
orang Kepala Sekretariat, 3 (tiga) Kepala Subbagian (sesuai
Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2013), dan 43 Staf Sekretariat.
Adapun berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat dari tabel
berikut :
No Uraian Jumlah
1 Pendidikan S3 1 Orang
2 Pendidikan S2 9 orang
3 Pendidikan S1 34 orang
4 Pendidikan D3 1 Orang
5 Pendidikan SMA/ Sederajat 7 Orang
Total 52 Orang
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
16
Struktur Organisasi Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
STRUKTUR ORGANISASI BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
PLENO
ANSHARULLAH A. LIDDA, S.H.,M.H. ANGGOTA
FITRINELA PATONANGI, S.H.,M.H. ANGGOTA
SULFAN SULO, S.IP.,M.Si KETUA
SUPRIADI NARNO, S.Pd., M.Si ANGGOTA
USMAN, S.HI.,M.AP ANGGOTA
IDRUS, S.Ag.,M.Si KEPALA SEKRETARIAT
MUHAMMAD DARWIS, S.Pd.I.,M.AP KASUBAG ADMINISTRASI
YANCE TIWA, S.H. KASUBAG HPP
H. HAMKA, S.Pd.,M.Si KASUBAG TP3
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL TIM ASISTENSI
STAF BAWASLU KABUPATEN
SE-PROVINSI SULAWESI BARAR
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
18
Dalam struktur organisasi Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
terdiri dari Ketua dan Anggota Bawaslu dan di dukung oleh
Sekretariat Bawaslu yang dikepalai oleh Kepala Sekretariat dan
Kepala Sekretariat didukung oleh 3 Bidang diantaranya :
Subbagian Administrasi, Subbagian Teknis Penyelenggaraan
Pengawasan Pemilu dan Subbagian Hukum, Hubungan
Masyarakat, dan Antar Lembaga. Setiap bidang didukung oleh Staf
Pelaksana dan Staf Pendukung.
• Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
Komisioner Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari satu
orang Ketua merangkap anggota dan empat orang anggota yang
memegang jabatan selama lima tahun. Selain itu, setiap anggota
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat merupakan Koordinator Divisi
(Kordiv). Berikut adalah Anggota Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
19
1. Sulfan Sulo, S.IP., M.Si. (Ketua) :Kordiv Penyelesaian Sengketa
2. Ansharullah A. Lidda, SH, MH :Kordiv Penindakan
Pelanggaran
3. Supriadi Narno, S.Pd., M.Si. : Kordiv Pencegahan, Humas
dan Hubal
4. Usman Sanjaya, S.HI., M.AP. : Kordiv SDM dan Organisasi
5. Dr.Fitrinela Patonangi,SH,MH : Kordiv Hukum dan Data
Informasi
• Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
Sekretariat Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat mempunyai
tugas melaksanakan pemberian dukungan administrasi dan teknis
operasional kepada Bawaslu Provinsi serta koordinasi dengan
pemerintah daerah dan instansi terkait. Sekretariat Bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat.
Berikut adalah data Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat:
Isu yang Berkembang
Penetapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Pemilihan Umum, kedudukan dan kewenangan Bawaslu semakin
diperkuat serta diperjelas. Baik secara kelembagaan maupun
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
20
secara fungsi dan tugas sebagai penyelenggara pemilu. Beragam
penambahan ini dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan
pemilu dilakukan secara jujur, adil, demokratis dan berkepastian
hukum. Berdasarkan peraturan perundang-undangan Bawaslu
memiliki tugas untuk melakukan Pengawasan, Pencegahan,
Penanganan Pelangaran dan Penyelesaian Sengketa Proses
Pemilihan Umum. Dan terdapat 6 (enam) Panwaslu
Kabupaten/Kota yang sebelumnya bersifat ad-hoc (sementara)
ditetapkan menjadi Bawaslu Kabupaten/Kota. Tentu saja dengan
ditetapkannya Bawaslu Provinsi hingga Bawaslu Kabupaten/Kota
kita perlu berbenah terutama dalam Struktur Organisasi Tata
Kerja Badan Pengawas Pemilihan Umum.
Program kegiatan yang dilaksanakan Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat di Tahun 2019 melaksanakan dua program
pengawasan yakni pengawasan pelaksanaan pemilihan Legislatif,
DPR, DPD, dan DPRD Provinsi serta pemilihan Presidan dan Wakil
Presiden di Tahun 2019 dan pengawasapelaksanaan tahapan
pemilihan Kepala Daerah/Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Majene, Mamuju, Mamuju Tengah dan Pasangkayu.
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat mengidentifikasi potensi
dan permasalahan untuk mengatasi pengaruh dinamika
lingkungan strategis terutama politik lokal di wilayah kerjanya
terhadap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
21
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat dan melaporkan ke Bawaslu
Republik Indonesia secara Periodik. Berikut ini identifikasi
beberapa potensi dan permasalahan yang berpengaruh terhadap
Bawaslu.
• Kekuatan dan Kelemahan
Atas semua persoalan yang disebutkan sebelumnya,
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat memiliki kekuatan penting
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menghadapi
persoalan-persoalan tersebut, di antaranya adalah :
a. Komitmen dan mekanisme sistem pengawasan dalam
pencegahan dan penindakan terhadap berbagai bentuk
pelanggaran Pemilu, yang dapat mencegah konflik politik
berujung pada tindak kekerasan, seperti penyalahgunaan
jabatan, keberpihakan penyelenggara pemilu, dan mobilisasi
politik melalui intimidasi (paksaan) dan iming-iming
(bujukan), jabatan, barang, dan uang (money politics);
b. Adanya sumber daya pengawas Pemilu yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas;
c. Adanya kewenangan menetapkan standar teknis yang akan
dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pengawasan Pemilu;
d. Adanya kewenangan menyelesaikan sengketa;
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
22
e. Adanya kewenangan melibatkan masyarakat dalam
Mengawasi Pemilu secara partisipatif;
f. Sebagai satu-satunya lembaga yang menjadi pintu dalam
proses awal dalam penegakan hukum Pemilu;
g. Adanya dukungan sarana, prasarana, dan anggaran dari
negara;
h. Kemandirian dalam rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil;
i. Memiliki pengalaman dalam melaksanakan pengawasan
Pemilu sebelumnya; dan
j. Kerjasama dengan stakeholder dalam pelaksanaan
pengawasan pemilu.
Disamping beberapa potensi kekuatan yang dimiliki,
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat juga memiliki sejumlah
kelemahan dalam proses pengawasan dan penegakan hukum
pemilu khususnya pelanggaran pemilu, di antaranya adalah:
a. Perkembangan persoalan Pemilu selalu lebih cepat daripada
perkembangan teknis pengawasan pemilu yang masih bersifat
konvensional;
b. Masih rendahnya komitmen peserta pemilu dalam menolak
praktek politik uang, penyalahgunaan jabatan dan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
23
kewenangan, serta pencegahan konflik yang dicerminkan oleh
belum memadainya pengaturan pelaksanaan Pemilihan;
c. Pemilu serentak tidak disertai dengan pembangunan
kapasitas kelompok-kelompok strategis yang dapat
mendukung keberlangsungan pemilu;
d. Mekanisme penegakan hukum yang melibatkan pihak lain,
seperti kejaksanaan dan kepolisian, sebagai bentuk respon
terhadap pelaksanaan pemilu serentak, belum terbangun
secara sistematis.
e. Regulasi teknis pengawasan serentak belum tersedia secara
memadai;
f. Kewenangan penyelesaian sengketa di tingkat Bawaslu
Kabupaten/Kota belum diimbangi dengan kapasitas SDM
Bawaslu di 6 (enam) Kabupaten;
g. Keterampilan penanganan pelanggaran pemilu yang belum
memadai di tingkat Kabupaten/Kota (Bawaslu
Kabupaten/Kota), tingkat Kecamatan (Panwaslu Kecamatan),
dan tingkat desa/kelurahan (PPL);
h. Letak geografis penyelenggaraan Pemilu sebagian sulit
dijangkau oleh pengawas Pemilu dan terdapat lokasi yang
memerlukan transportasi yang lebih besar dan tidak termuat
dalam aturan kementrian keuangan.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
24
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
25
BAB II
PERENACANAAN KINERJA
Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat
dalam menjalankan tugasnya berkualitas dan bermartabat yaitu
Pemilu yang dalam proses pelaksanaanya transparan, akuntabel,
kredibel, dan partisipatif, serta hasilnya yang dapat diterima
semua pihak. Oleh karena itu perlu disusun visi, misi, tujuan dan
sasaran strategis Bawaslu yang akan dicapai melalui pelaksanaan
kegiatan utama atau teknis yang bersifat substansi dan kegiatan
pendukung yang bersifat fasilitasi. Mengingat Visi dan Misi yang
disusun Bawaslu Republik Indonesia sudah mencakup
dilingkungan kerja Bawaslu Provinsi yang dikaitkan dengan
RPJMN 2015- 2019, maka keterkaitan antara tujuan dan kegiatan
Bawaslu dengan keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan
RKP merupakan keniscayaan.
Peningkatan kualitas pelaksanaan tugas, fungsi, dan
kewenangan Bawaslu dalam pencegahan dan penindakan, serta
penyelesaian sengketa pemilu dapat dilihat dari: (1) adanya
tujuan, target, dan sasaran yang jelas dan terukur; (2) adanya
keterkaitan, sinkronisasi dan sinergi antar struktur, antar tugas,
dan antar fungsi; (3) adanya keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan/
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
26
evaluasi; serta (4) adanya keterkaitan dan konsistensi antara
RPJMN 2015-2019 dan RKP dengan Renstra Bawaslu.
Keterkaitan tersebut menunjukkan tujuan dan kegiatan
Bawaslu telah diarahkan untuk memberikan kontribusi signifikan
bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan RKP. Ada
dua tujuan utama Bawaslu Republik Indonesia, yaitu: (1)
terwujudnya pengawasan pemilu yang berkualitas dan
bermartabat; (2) terlaksananya penegakan hukum pemilu dalam
kaitan kebijakan Pembangunan Nasional.
2.1 Visi dan Misi
Dalam Peraturan Bawaslu Nomor 15 Tahun 2015 Tentang
Rencana Strategis Badan Pengawas Pemilihan Umum Tahun
2015 – 2019, Bawaslu memiliki Visi yang menunjukkan jati diri
dan fungsi Bawaslu dalam menyelenggarakan Pemilu, yaitu:
“Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Pengawal
Terpercaya dalam Penyelenggaraan Pemilu Demokratis,
Bermartabat, dan Berkualitas”.
Dalam pernyataan visi Bawaslu tersebut terdapat beberapa
kata kunci, yaitu pengawal terpercaya, demokratis, bermartabat
dan berkulitas. Makna ringkas dari setiap kata tersebut adalah
sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
27
Pengawal : Berada di garda terdepan bersama
masyarakat dalam mengawasi penyelenggaraan
pemilu:
Terpercaya : Melakukan pengawasan dalam bentuk
pencegahan dan penindakan, serta
penyelesaian sengketa secara profesional,
berintegritas, netral, transparan, akuntabel,
kredibel, dan partisipatif sesuai asas dan
prinsip umum penyelenggaraan pemilu
demokratis;
Demokratis : Melaksanakan pengawasan pemilu secara
efektif dan efisien berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta
jujur, adil, dan kompetitif yang taat hukum,
bertanggung jawab (accountable), terpercaya
(credible), dan melibatkan masyarakat
(participation);
Bermartabat : Melakukan pengawasan penyelenggaraan
pemilu berupa pencegahan dan penindakan,
serta penyelesaian sengketa sesuai prinsip-
prinsip moral sosial yang tinggi, seperti
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
28
berani, tegas, bertanggung jawab, jujur, adil
dan bijaksana;
Berkualitas : Pemilu yang memiliki legitimasi baik proses
maupun hasil yang ditentukan oleh kinerja
pengawasan yang dapat diukur tingkat
keberhasilannya (aspects ofperformance),
strategi pengawasan yang dapat mencegah
potensi, indikasi awal pelanggaran, dan
penanganan dugaan pelanggaran
secara cepat dan tepat (aspects
ofdesign), serta pengawasan
dilakukan berdasarkan peraturan hukum
yang berlaku (aspects of conformance).
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
29
Untuk menjabarkan Visi tersebut, Bawaslu menyusun Misi
selama periode 2015 - 2019. Adapun Misi Bawaslu adalah :
1. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas Pemilu yang
kuat, mandiri dan solid. Agar pengawasan Pemilu dapat
dilaksanakan sesuai dengan amanat Undang-Undang, maka
diperlukan aparatur dan kelembagaan pengawas Pemilu yang
kuat, mandiri dan solid. Misi pertama sangat penting dan
strategis karena merupakan pondasi utama dalam mendukung
pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan Bawaslu dalam
pengawasan penyelenggaraan Pemilu. Misi ini merupakan
kunci pertama dan utama untuk memasuki pelaksanaan
pengawasan.
2. Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan
efisien. Pola dan metode pengawasan sangat diperlukan karena
merupakan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pengawasan Pemilu untuk memastikan semua tugas,
fungsi dan kewenangan pengawasan Bawaslu dapat berjalan
efisien dan efektif. Tahapan ini tidak akan berjalan dengan
baik bila tidak didukung oleh suatu sistem control dan
manajemen, serta teknologi yang berskala luas, terstruktur,
sistematis dan integratif.
3. Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
30
pengawasan yang terstruktur, sistematis, dan integratif
berbasis teknologi. Misi ini merupakan salah satu misi penting
untuk mengetahui kinerja pengawasan Pemilu mengalami
peningkatan yang indikatornya adalah cepat, akurat dan
transparan.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta Pemilu,
serta meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan
pemilu partisipatif. konsisten menjalankan misi pertama,
kedua dan ketiga diharapkan Bawaslu dapat memberikan
kontribusi dalam perumusan kebijakan Pemilu ke depan.
Dengan demikian, secara tidak langsung Bawaslu berperan
sebagai lembaga “think tank” pertama, utama dan strategis
dalam perumusan kebijakan Pemilu. Peran Bawaslu sebagai
“think tank” pertama, utama, dan strategis sangat
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
31
penting untuk dua hal, yaitu secara internal akan
meningkatkan citra Bawaslu, dan secara eksternal akan
meningkatkan citra pemerintahan, dimana keduanya
merupakan bagian dari proses pembangunan citra
kelembagaan Negara dalam memperkuat kapabilitas simbolik
sistem politik Indonesia.
5. Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja
pengawasan berupa pencegahan dan penindakan, serta
penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan.
Apabila misi keempat terlaksana dengan baik maka secara
langsung atau tidak langsung kepercayaan publik akan
tumbuh dengan sendirinya seiring dengan meningkatnya
kualitas kinerja pengawasan, yang indikatornya adalah cepat,
akurat dan transparan. Citra itu juga menjadi modal dasar
untuk melaksanakan misi kelima, yaitu meningkatkan
keterlibatan masyarakat dan peserta Pemilu serta
meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan Pemilu
partisipatif.
6. Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan
Pemilu baik bagi pihak dari dalam negeri maupun luar negeri.
Kepercayaan publik terhadap kualitas kinerja pengawasan
Bawaslu merupakan prasyarat untuk meningkatkan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
32
pengawasan partisipatif, yaitu pengawasan yang melibatkan
masyarakat, peserta Pemilu dan lembaga lain. Apabila Bawaslu
dapat menjadi lembaga pengawal terpercaya, maka misi
keenam Bawaslu sangat mudah dilakukan, yaitu menjadikan
Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan Pemilu baik
bagi pihak dari dalam negeri negeri maupun pihak dari luar
negeri.
2.2 Renja
Rencana kerja (disingkat renja) Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat 2019 merupakan dokumen perencanaan Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat untuk periode 1 (satu) tahun yakni tahun 2019
yang disusun sesuai dengan Rencana Kerja dan Rencana Strategis
Bawaslu Republik Indonesia Tahun 2015-2019. Rencana Strategis
Bawaslu Republik Indonesia 2015 – 2019 yang memuat program
pembangunan jangka menengah yang kemudian diturunkan
dalam rencana kerja (action plan) tahunan. Tahun 2019
merupakan tahun terakhir untuk mewujudkan rencana strategis
Bawaslu Tahun 2015-2019 yang memuat penjabaran dari visi,
misi, tujuan, arah kebijakan, strategi, kerangka kelembagaan,
terget kinerja, dan kerangka pendanaan yang sesuai dengan tugas,
wewenang dan kewajiban Bawaslu Republik Indonesia yang
disusun berpedoman pada rencana pembangunan jangka
menengah nasional tahun 2015-2019.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
33
Untuk mewujudkan rencana strategis Bawaslu Tahun 2015-
2019 maka Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat perlu menyusun
program/kegiatan tahunan yang termuat dalam renja bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019. Adapun program/kegiatan
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019 sebagia berikut:
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
34
No Program Indikator Kinerja Kegiatan
1 Pengawasan
Penyelenggaran Pemilu
Jumlah keterlibatan
stakeholder dalam pengawasan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta
Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019
• Fasilitasi dan Koordinasi dengan Mitra Kerja
• Jambore Pengawasan Pemilu
• Fasilitasi Sentra Gakkumdu;
• Pendampingan Hukum Bagi Jajaran
Pengawas Pemilu (Kerjasama dengan
Lembaga Hukum)
• Fasilitasi Akreditasi Pemantau Pemilu
• Diskusi Publik Pengawasan
• Rakor dan Evaluasi Penyelesaian Sengketa
• Publikasi Kegiatan Bawaslu Melalui Media
Menurunnya jumlah
pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2019.
• Pembinaan/Pelaksanaan Penanganan,
Penindakan Pelanggaran dan Penyelesaian
Sengketa Pemilu/Pemilihan
• Koordinasi Pengawasan Tahapan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
35
Pemilu/Pemilihan
• Supervisi Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilu
• Rapat Koordinasi dan Pelaporan
• Sosialisasi Pelaksanaan Produk Hukum
• Apel Siaga Pengawasan
• Penggandaan Buku dan Modul Pengawasan
Persentase peningkatan jumlah rekomendasi
pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2019 yang ditindaklanjuti.
• Pembinaan/Pelaksanaan Penanganan,
Penindakan Pelanggaran dan Penyelesaian
Sengketa Pemilu/Pemilihan
• Supervisi Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilu
• Sosialisasi Pelaksanaan Produk Hukum
• Penggandaan Buku dan Modul Pengawasan
• Rakor Sentra Gakkumdu
• Rakernis Penyusunan dan Penyampaian
Keterangan dalam PHPU
• Raker Peningkatan Kapasitas Pengawasan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
36
Pemilu
• Raker Peningkatan Kapasitas Kesekretariatan
• Evaluasi Pengawasan Pemilu/Pemilihan
• Fasilitasi Sarana dan Prasarana Sentra
Gakkumdu
Persentase jumlah layanan laporan dan temuan pelanggaran yang ditangani
sesuai dengan ketentuan.
• Rapat Koordinasi dan Pelaporan
• Evaluasi Pengawasan Pemilu/Pemilihan
• Sosialisasi Pelaksanaan Produk Hukum
• Fasilitasi dan Koordinasi Pengawasan
Tahapan Pemilu
• Raker Peningkatan Kapasitas Pengawasan
Pemilu
• Raker Peningkatan Kapasitas Kesekretariatan
• Rapat Penyelesaian Sengketa
• Rakor dan Evaluasi Penyelesaian Sengketa
• Evaluasi Tata Cara Pembuatan Putusan dan
Tata Cara Persidangan pada Pemilu tahun
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
37
2019
• Rapat Evaluasi Penerimaan Laporan dan
Penanganan Pelanggaran
• Rakor Sentra Gakkumdu
• Penanganan Perkara
• Bimtek Operator SIPS, SIPP dan SISLAP
• Evaluasi Hasil Pengawasan Pemilu
• Penggandaan Buku dan Modul Pengawasan
Persentase tindak lanjut
penyelesaian sengketa.
• Rapat Koordinasi dan Pelaporan
• Sosialisasi Pelaksanaan Produk Hukum
• Fasilitasi dan Koordinasi Pengawasan
Tahapan Pemilu
• Rapat Penyelesaian Sengketa
• Rakor dan Evaluasi Penyelesaian Sengketa
• Rapat Evaluasi Penerimaan Laporan dan
Penanganan Pelanggaran
• Rakor Sentra Gakkumdu
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
38
• Penanganan Perkara
• Bimtek Operator SIPS, SIPP dan SISLAP
Persentase penyelesaian yang dilayani dengan baik.
• Raker Peningkatan Kapasitas Pengawasan
Pemilu
• Raker Peningkatan Kapasitas Kesekretariatan
• Rakor dan Evaluasi Penyelesaian Sengketa
• Evaluasi Tata Cara Pembuatan Putusan dan
Tata Cara Persidangan pada Pemilu tahun
2019
• Rapat Evaluasi Penerimaan Laporan dan
Penanganan Pelanggaran
• Penanganan Perkara
• Bimtek Operator SIPS, SIPP dan SISLAP
• Evaluasi Hasil Pengawasan Pemilu
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
40
2.3 Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
Bawaslu Republik Indonesia kepada Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai
dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja ini merupakan wujud
nyata komitmen Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat dalam
menjalankan amanah yang diberikan Bawaslu Republik Indonesia
untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi dan
kinerja aparatur di lingkup Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat yang
berorientasi pada hasil.
Perjanjian kinerja ini nantinya debagai tolok ukur kinerja
sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur serta sebagai dasar
Bawaslu Republik Indonesia untuk melakukan monitoring,
evaluasi, dan supervise atas perkembangan/kemajuan kinerja
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat. Selain itu juga sebagai dasar
penilaian keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan yang
dilaksanakan oleh Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat periode tahun
2019 serta dapat menjadi dasar penetapan sasaran kinerja
pegawai.
Adapun Perjanjian Kinerja Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
41
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Meningkatkan
kualitas
pencegahan
indikasi potensi
pelanggaran Pemilu
DPR, DPD, dan
DPRD serta
Presiden dan Wakil
Presiden Tahun
2019 di wilayah
Sulawesi Barat
Jumlah keterlibatan
stakeholder dalam
pengawasan Pemilu DPR,
DPD, dan DPRD serta
Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2019
5
Persentase menurunnya
jumlah pelanggaran
Pemilu DPR, DPD, dan
DPRD serta Presiden dan
Wakil Presiden Tahun
2019.
10 %
2 Meningkatkan
kualitas
penindakan
pelanggaran Pemilu
DPR, DPD, dan
DPRD serta
Presiden dan Wakil
Persentase peningkatan
jumlah rekomendasi
pelanggaran Pemilu DPR,
DPD, dan DPRD serta
Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2019
yang ditindaklanjuti.
5 %
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
42
Presiden Tahun
2019 di wilayah
Sulawesi Barat
Persentase jumlah
layanan laporan dan
temuan pelanggaran
yang ditangani sesuai
dengan ketentuan.
100 %
3 Meningkatkan
kualitas
penyelesaian
sengketa Pemilu
DPR, DPD, dan
DPRD serta
Presiden dan Wakil
Presiden Tahun
2019 di wilayah
Sulawesi Barat.
Persentase tindak lanjut
penyelesaian sengketa. 100 %
Persentase penyelesaian
yang dilayani dengan
baik.
92 %
No Program Anggaran
1 Program Pengawasan
Penyelenggaraan Pemilu
Rp. 81.248.210.000,-
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
43
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Pengukuran Capaian Kinerja
Pengukuruan kinerja Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
tahun 2019 merupakan salah satu tujuan dari penyusunan atau
pembuatan perjanjian kinerja dan satu bagian dari suatu proses
untuk mencapai Renstra Bawaslu Republik Indonesia tahun 2015-
2019. Dengan demikian, pencapaian kinerja Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat tahun 2019 merupakan bagian dari pencapaian
Renstra Bawaslu Republik Indonesia tahun 2015-2019.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat tahun 2019 dilakukan dengan cara membandingkan antara
rencana kinerja (performance plan) yang telah ditetapkan dengan
realisasi yang telah dicapai (performance result). Perbedaan antara
yang diperoleh merupakan indikasi keberhasilan/
ketidakberhasilan terhadap sebuah tujuan dan sasaran Bawaslu.
Keberhasilan/ ketidakberhasilan tujuan dan sasaran
merupakan upaya untuk melakukan peningkatan dan/atau
perbaikan yang diperlukan di masa yang akan datang. Hal itu
dilakukan untuk mewujudkan Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
sebagai lembaga pengawal terpercaya dalam penyelenggaraan
Pemilu yang demokratis, bermartabat dan berkualitas di Provinsi
Sulawesi Barat.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
44
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Evaluasi dan analisis capaian kinerja dilakukan untuk setiap
capaian tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan. Di
tahun 2019, Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat telah menetapkan 3
(tiga) tujuan/sasaran strategis yang akan dicapai. Ketiga sasaran
tersebut diukur dengan 6 (enam) indikator kinerja.
Berikut analisis capaian kinerja Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2019:
No Sasaran Capaian (%)
1 Meningkatkan kualitas pencegahan
indikasi potensi pelanggaran Pemilu DPR,
DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2019 di wilayah Sulawesi
Barat.
100 %
2 Meningkatkan kualitas penindakan
pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
serta Presiden dan Wakil Presiden Tahun
2019 di wilayah Sulawesi Barat.
100 %
3 Meningkatkan kualitas penyelesaian
sengketa Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
serta Presiden dan Wakil Presiden Tahun
2019 di wilayah Sulawesi Barat.
100 %
Rata-rata capaian 100 %
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
45
Masing-masing tujuan/sasaran tersebut diuraikan sebagai
berikut:
Bawaslu sebagai Pengawas Penyelenggara Pemilu harus
mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas penyelenggaran
pemilihan umum menuju Pemilu yang ideal dan demokratis.
Aspek peningkatan fungsi pencegahan menjadi kebutuhan terkait
peningkatan kualitas pengawasan untuk menanggulangi
pelanggaran dalam Pemilu. Pelanggaran dalam pelaksanaan
Pemilu dapat terjadi karena adanya unsur kesengajaan maupun
karena kelalaian.
Fungsi pencegahan dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara yaitu
pencegahan pre-emptive dan preventif. Pencegahan pre-emptive
dilakukan dengan menciptakan kondisi yang dapat mencegah
terjadinya pelanggaran, sedangkan pencegahan preventif adalah
membuat kebijakan dan program kegiatan yang dapat mendukung
kondisi fungsi pencegahan pre-emptive. Peningkatan kualitas
pencegahan pelanggaran Pilkada merupakan salah satu sasaran
strategis yang dimandatkan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2019 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Sasaran 1:
Meningkatkan kualitas pencegahan indikasi potensi
pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden dan
Wakil Presiden Tahun 2019 di wilayah Sulawesi Barat.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
46
Dalam sasaran strategis ini memiliki 2 (dua) indikator utama
sebagai berikut.
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1
Jumlah Keterlibatan
Stakeholder dalam
Pengawasan
Pemilihan Umum
DPD, DPR, DPRD,
dan Presiden dan
Wakil Presiden
5
Stakeholder
3
Stakeholder 60%
2
Menurunnya
Jumlah Pelanggaran
Pemilihan Umum
DPD, DPR, DPRD,
dan Presiden dan
Wakil Presiden
10% 363% 100%
INDIKATOR I
Persentase peningkatan jumlah keterlibatan stakeholder dalam pengawasan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 di wilayah
Sulawesi Barat
Indikator pertama ini mendeskripsikan bentuk
kerjasama dan/atau pelibatan stakeholders dalam
penyelenggaraan berbagai program/kegiatan yang
dilaksanakan oleh Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat pada
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
47
tahun 2019. Pemangku kepentingan (Stakeholder) menurut
Freeman (1984) diartikan sebagai kelompok atau individu
yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu. Maka stakeholders dalam Pemilu
dapat diartikan sebagai semua pihak yang berkepentingan
terhadap penyelenggaraan Pemilu yang meliputi Pemerintah,
penyelenggara Pemilu, pemantau Pemilu, partai politik,
peserta Pemilu, organisasi masyarakat, media massa dan
pemilih. Indikator ini untuk mengukur jumlah keterlibatan
stakeholder dalam pengawasan Pemilu tahun 2019.
Peningkatan keterlibatan stakeholder menjadi salah satu
faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan Pengawasan
Pemilu Partisipatif yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat. Pengawasan Pemilu partisipatif menjadi salah
satu metode pengawasan yang dianggap efektif dan efisien
dalam pengawasan setiap pemilihan yang dilakukan oleh
pengawas Pemilu. Semakin tinggi keterlibatan stakeholder
maka kualitas pencegahan pelanggaran dianggap semakin
meningkat.
Periode tahun 2019, Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
banyak melibatkan Stakeholders dalam berbagai macam
kegiatan kepemiluan. Dalam periode ini Bawaslu Provinsi
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
48
Sulawesi Barat menjalin Memorandum of Understanding (MoU)
dengan 3 (tiga) stakeholders yaitu (1) Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda dan Mahasiswa Sulawesi Barat dan
(2) Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat dan (3)
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Sulawesi Barat.
Dari target 5 (lima) yang direncanakan terealisasi sebanyak 3
(tiga) hal ini dikarenakan tahun 2019 merupakan tahun
politik, dimana setiap persetujuan kerjasama dengan
stakeholders mengharuskan atas persetujuan pemerintah
setempat khususnya lembaga-lemabaga pemerintah.
INDIKATOR II
Menurunnya jumlah pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan
DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019 di
wilayah Sulawesi Barat
Pelanggaran Pemilu merupakan tindakan yang
bertentangan, melanggar, atau tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terkait Pemilu. Pelanggaran Pemilu
dapat dilakukan oleh banyak pihak bahkan dapat dikatakan
semua orang memiliki potensi untuk menjadi pelaku
pelanggaran Pemilu. Jenis pelanggaran pemilu yaitu
pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, pelanggaran
administrasi Pemilu, tindak pidana pemilu, dan/atau
pelanggaran peraturan peundang-undangan lainnya.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
49
Pelanggaran pemilu dapat berasal dari temuan oleh pengawas
pemilu atau laporan dugaan pelanggaran. Temuan adalah
hasil pengawasan Pengawas pemilihan yang mengandung
dugaan pelanggaran. Laporan dugaan pelanggaran adalah
laporan yang disampaikan secara tertulis oleh pelapor kepada
Pengawas Pemilu tentang dugaan terjadinya pelanggaran
Pemilu.
Indikator menurunnya jumlah pelanggaran Pemilihan
bertujuan untuk mengukur outcome dari pengawasan
khususnya upaya pencegahan yang dilakukan Bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat, dengan demikian semakin kecil
jumlah pelanggaran maka pengawasan khususnya upaya
pencegahan oleh Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat dapat
dikatakan semakin efektif. Data yang digunakan dalam
menhitung besarab persentase indikator ini adalah data
Pemilu tahun 2014 dan data Pemilu tahun 2019. Jumlah
Pelanggaran pada Pemilu tahun 2014 dan Pemilu 2019
berturut-turut adalah 43 pelanggaran dan 213 pelanggaran.
Sehingga diperoleh persentase menurunnya pelanggaran
pemilu adalah sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
50
% 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑚𝑖𝑙𝑢
= ∑ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 2019 − ∑ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 2014
∑ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 2014 𝑥 100%
= (227 − 49)
49 𝑥 100% = 363%
Sumber data: dari laporan akhir penindakan Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat tahun 2019 halaman 38.
Melihat perbandingan besara jumlah pelanggaran
pemilu 2014 dan pemilu 2019 di atas secara kuantitas
jumlah proses penindakan pelanggaran dari pemilu 2014
dengan pemilu tahun 2019 sangat signifikan perbedaannya.
Sisi lain yang dapat dinilai dari meningkatnya pelanggaran
Pemilu di tahun 2019 adalah bahwa Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat saat ini dapat mendorong kesadaran
masyarakat untuk berperan aktif dalam menyampaikan dan
melaporkan setiap dugaan pelanggaran pemilu yang terjadi
disetiap tahapan Pemilu kemudian dari sisi penidakannya
Bawaslu mampu memberikan kepastian hukum dengan
demikian setiap orang dapat menerima hasil akhir dari proses
penindakan yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi dan
jajarannya.
Indikator Kerja Target Realisasi Capaian
(%)
Menurunnya jumlah 5% 395% 100%
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
51
pelanggaran Pemilu DPR, DPD,
dan DPRD serta Presiden dan
Wakil Presiden Tahun 2019 di
wilayah Sulawesi Barat.
Terdapat beberapa permasalahan dalam penanganan
pelanggaran Pemilu Serentak Tahun 2019 diantaranya yaitu:
1. Terbatasanya waktu Penananganan Pelanggaran
Terbatasnya waktu penanganan pelanggaran menjadi
kendala juga dalam pelaksanaan penelusuran, investigasi,
maupun pengumpulan bukti-bukti Temuan dan Laporan
menjadi tidak maksimal.
2. Terbatasnya jumlah personil penanganan pelanggaran
Terbatasnya jumlah personil penanganan pelanggaran
juga termasuk salah satu kendala yang membantu
Koordinator Divisi penindakan dalam melaksanakan tugas
tidak hanya untuk keperluan proses penanganan
pelanggaran akan tetapi terbagi menjadi tugastugas lain
tentulah menjadi kurang maksimal dalam rangka
membantu memproses suatu kasus. Jumlah personil juga
butuh perhatian khusus karena sangat mempengaruhi
terhadap maksimalnya penanganan proses Temuan dan
Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu. Butuh ketelitian,
kecermatan, dan kemampuan dalam menganalisa Dugaan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
52
Pelanggaran, dan itu tidak bisa berjalan dengan baik jika
dikerjakan dalam keadaan sakit dan lelah.
3. Regulasi
Terdapat berbagai persoalan dan celah yang digunakan
oleh peserta melakukan pelanggaran. Ketentuan terkait
dengan sanksi bagi Money Politic dan kampanye bagi
kepala daerah salah satu contohnya. Perbedaan presepsi
atas unsur pasal juga masih ditemukan dalam
pembahasan di Sentra Gakkumdu.
Penindakan Pelanggaran merupakan salah satu core business
(bisnis utama) Bawaslu, selain pengawasan dan pencegahan. Oleh
karenanya, mengoptimalkan tugas penindakan juga menjadi
bagian penting membangun Pemilu yang demokratis di Indonesia.
Kualitas penindakan pelanggaran Pemilu dapat diinterpretasikan
dengan meningkatnya jumlah rekomendasi pelanggaran Pemilu
yang ditindaklanjuti dan pelayanan yang baik sesuai dengan
ketentuan atas laporan dan temuan pelanggaran. Sasaran
strategis ini memiliki 2 (dua) indikator utama sebagai berikut.
Sasaran 2:
Meningkatkan kualitas penindakan pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2019 di wilayah Sulawesi Barat.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
53
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1
Persentase
peningkatan jumlah
rekomendasi
pelanggaran Pemilu
DPR, DPD, dan
DPRD serta Presiden
dan Wakil Presiden
Tahun 2019 yang
ditindaklanjuti.
5% 59.52% 100%
2
Persentase jumlah
layanan laporan dan
temuan pelanggaran
yang ditangani
sesuai dengan
ketentuan.
100% 100% 100%
INDIKATOR I
Persentase peningkatan jumlah rekomendasi pelanggaran Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2019 yang ditindaklanjuti
Sesuai dengan Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Bawaslu Nomor 11 Tahun
2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum pasal 6 point 2
huruf (d) menyatakan bahwa Bawaslu melakukan
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
54
pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi
Pengawas Pemilu.
Indikator ini mengukur outcome pengawasan khususnya
terhadap rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bawaslu dan
ditindaklanjuti oleh pihak eksternal (KPU, Kepolisian dan
Kejaksaan). Cara mengukur indikator ini adalah persentase
rekomendasi pelanggaran yang ditindaklanjuti pada tahun
penyelenggaran Pemilu tahun 2019 dikurangi persentase
pelanggaran yang ditindaklanjuti pada tahun
penyelenggaraan Pemilu 2014.
Sebelum menghitung besaran persentase indikator ini,
terlebih dahulu menentukan persentase realisasi rekomendasi
pelanggaran yang ditindaklanjuti oleh Bawaslu provinsi
Sulawesi Barat.
% 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑛 = ∑ 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑖
∑ 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑥 100%
Persentase rekomendasi Pemilu tahun 2019
% 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 2019 = 13
14 𝑥 100% = 92.86%
Persentase rekomendasi Pemilu tahun 2014
% 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 2014 = 1
3 𝑥 100 = 33.33%
Persentase realisasi rekomendasi Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat yang ditindaklanjuti oleh pihak lain (KPU,
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
55
Kepolisian, Kejaksaan ataupun DKPP) adalah sebesar 92,86%
dan besaran peningkatan jumlah rekomendasi mencapai
59.52%.
Rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh Bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat kepada instansi lain (KPU, Kepolisian,
Kejaksaan dan DKPP) merupakan kewenangan sepenuhnya
instansi tersebut untuk menindaklanjuti atau tidak. Hal
tersebut menjadi salah satu hambatan Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat karena Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat tidak
memiliki kewenangan untuk memutuskan suatu pelanggaran
dan hanya mengeluarkan produk penanganan pelanggaran
berupa rekomendasi yang kerap dinilai tidak mengikat.
INDIKATOR II
Persentase jumlah layanan laporan dan temuan
pelanggaran yang ditangani sesuai dengan ketentuan
Indikator ini mengukur sampai sejauh mana layanan yang
diberikan oleh Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat dan
jajarannya dalam menangani laporan/temuan pelanggaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan dalam
menangani laporan dugaan pelanggaran Pemilu tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Pemilihan Umum pasal 461 dan Peraturan Bawaslu Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Penanganan Temuan Dan Laporan
Pelanggaran Pemilihan Umum.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
56
Cara menghitung capaian indikator ini adalah
membandingkan jumlah layanan laporan/temuan
pelanggaran yang ditangani sesuai ketentuan dengan jumlah
laporan/temuan pelanggaran yang diterima oleh Bawaslu
Provinsi Kalimantan Sulawesi Barat dikalikan 100%.
% 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎 = ∑ 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑑𝑢𝑟
∑ 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑥100%
Sesuai dengan Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2019
Tentang Penanganan dan Laporan Pelanggaran Pemilihan
Umum pasal 9 ayat (1) dan (2), dalam penanganan
pelanggaran pemilu memberi ruang kepada Pengawas Pemilu
untuk meneliti keterpenuhan syarat formil dan syarat materil,
jenis pelanggaran, penentuan Laporan dapat registrasi atau
tidak, pelimpahan Laporan sesuai dengan tempat terjadinya
dugaan Pelanggaran Pemilu dan/atau Laporan Dugaan
Pelanggaran Pemilu telah ditangani dan diselesaikan oleh
Pengawas Pemilu sesuai dengan tingkatannya dengan alokasi
waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak laporan diterima
oleh Pengawas Pemilu. Berdasarkan hal tersebut, Pengawas
Pemilu berkewajiban untuk menerima semua Laporan
Dugaan Pelanggaran dan Temuan untuk ditindaklanjuti atau
tidak. Berikut adalah besaran persentase capaian pada
indikator ini:
% 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 = 312
312𝑥100% = 100%
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
57
Penyelesaian sengketa yang baik harus memenuhi unsur-
unsur adanya hak untuk mendapatkan penyelesaian sengketa
pemilu yang berindikasi pada peningkatan kualitas dan efektifitas
kinerja pengawas Pemilu. Dalam melakukan penindakan sengketa
proses Pemilu, pengawas pemilu di tingkatan Provinsi sudah
memiliki rule map seperti yang telah diuraikan pada Bab I terkait
tugas dan kewenangan Bawaslu Provinsi. Tata cara penyelesaian
sengketa proses Pemilu berpedoman pada peraturan Bawaslu
Nomor 5 Tahun 2019.
Untuk mencapai sasaran strategis ini, ada 2 (dua) indikator
utama sebagai penilaian, yaitu sebagai berikut.
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1
Persentase tindak
lanjut penyelesaian
sengketa.
100 % 100% 100%
2
Persentase
penyelesaian yang
dilayani dengan
baik.
92 % 100% 100%
Sasaran 3:
Meningkatkan kualitas penyelesaian sengketa Pemilu DPR,
DPD, dan DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019
di wilayah Sulawesi Barat.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
58
INDIKATOR I
Persentase tindak lanjut penyelesaian sengketa
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum pada Pasal 73 ayat (4) huruf
c yang menyatakan bahwa “Bawaslu Berwenang
menyelesaikan Sengketa” telah jelas kewenangan sehingga
menjadi tanggung jawab Bawaslu sebagai Penyelenggara
Pemilu agar dapat menindak lanjuti kewenangan tersebut.
Serta pada Pasal 74 huruf b juga menyatakan bahwa
“melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan”.
Pada Pemilu tahun 2019 bawaslu Provinsi Sulawesi Barat
menerima sebanyak 7 (tujuh) permohonan sengketa,
permohonan tersebut diterima dan diselesaikan. Permohonan
sengketa tersebut telah diproses oleh Bawaslu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Bawaslu
Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Penyelesaian Sengketa
Pemilihan pasal 15 ayat (2) yang menyatakan bahwa Bawaslu
Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota memeriksa dan
memutuskan sengketa Pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
hari terhitung sejak tanggal diterimanya Permohonan.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
59
Sehingga persentase tindak lajut penyelesaian sengketa
Bawaslu Provinsi Sulawesi Barat pada Pemilu 2019 sebagai
berikut:
% 𝑇𝑖𝑛𝐿𝑢𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡𝑎 = ∑ 𝐷𝑖𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑖
∑ 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑥 100%
= 7
7 𝑥 100%
= 100%
INDIKATOR II
Persentase penyelesaian yang dilayani dengan baik
Indikator ini mengukur secara langsung kinerja Bawaslu
Provinsi Sulawesi Barat dan jajarannya dalam penyelesaian
sengketa. Pelayanan yang baik menjadi bentuk penilaian
langsung yang dapat diberikan oleh masyarakat. Sebagai
lembaga public dalam mengawal pemilu, agar tercipta
pengawasan yang kompherensif dari masyarakat, diperlukan
pelayanan yang prima khususnya dalam penyelesaian
sengketa demi tegaknya keadilan Pemilu. Namun, di Bawaslu
Provinsi Sulawsi Barat serta jajarannya di Kabupaten/kota
untuk tahun 2019 tidak ada kasus dalam bentuk sengketa
yang ditangani sehingga untuk indikator ini tidak terdapat
pemohon yang dilayani.
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
60
Capaian Realisasi Keuangan
Di tahun 2019 realisasi keuangan ditargetkan mencapai 92%,
berdasarkan realisasi sampai dengan akhir tahun 2019 realisasi
keuangan sebesar 86,71 %, dengan capaian kinerja sebesar
92.32%.
No Program Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Capaian
(%)
1 Program Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemilu
81.248.210.000,- 70.447.034.433,- 86.71
Capaian realisasi keuangan berdasarkan sasaran dalam perjanjian
kinerja sebagai berikut:
No Sasaran Pagu
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Capaian
(%)
1 Meningkatkan
kualitas pencegahan
indikasi potensi
pelanggaran pilkada
di wilayah Sulawesi
Barat
16.393.151.000 15.810.333.204 96.44
2 Meningkatkan
kualitas penindakan
pelanggaran pilkada
di wilayah Sulawesi
Barat
6.199.601.000 5.355.698.055 86.39
3 Meningkatkan
kualitas
penyelesaian
sengketa pilkada di
wilayah Sulawesi
Barat.
857.080.000 481.792.900 56.21
Jumlah 23.449.832.000 21.647.824.159 92.32
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
61
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat disimpulkan dan disarankan atas realisasi
keuangan dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2019 ini adalah
sebagai berikut:
1. Pagu anggaran Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2019 adalah sebesar Rp
81.248.210.000,- dan sampai dengan Triwulan IV Tahun 2019
telah terealisasi sebesar Rp 70.447.034.433,- atau sebesar
86.71%, sedangkan untuk realisasi kinerja sebesar 92.32%.
2. Dalam rangka peningkatan output kegiatan yang dilaksanakan
oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat
diperlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Komitmen dan dukungan pimpinan terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan pada Badan Pengawas
Pemilhan Umum Provinsi Sulawesi Barat;
b. Perencanaan yang komprehensif terhadap seluruh kegiatan
pada Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi
Barat mengacu kepada tujuan dan sasaran Bawaslu RI;
c. Partisipasi aktif masing-masing divisi di Bawaslu Provinsi
Sulawesi Barat perlu ditingkatkan;
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BAWASLU PROVINSI SULAWESI BARAT
62
4.2 Rencana Kedepan
Adapun rencana kedepan bagi Bawaslu Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2020 adalah melaksanakan pengawasan, pencegahan
dan penindakan tahapan serta pelaksanaan Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah,
Kabupaten Pasangkayu dan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi
Barat.
Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi
Barat untuk Tahun Anggaran 2019 ini dibuat sebagai salah satu
bentuk Laporan Pertanggungjawaban Anggaran dan Kinerja Badan
Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Barat selama
periode Tahun Anggaran 2019.
Dengan adanya LKIP ini diharapkan menjadi tolok ukur
bagi lembaga untuk melakukan perbaikan kinerja pada Tahun
Anggaran berikutnya.
Mamuju, Februari 2020
Badan Pengawas Pemilihan Umum
Provinsi Sulawesi Barat
Ketua
SULFAN SULO, S.IP.,M.Si